Upload
vianna-queen
View
122
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
osteomielitis
Citation preview
GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
(OSTEOMIELITIS)
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II
OLEH:
Ade sulistiawan
Chodijah Benajir
Dawam Fikri
Endah Nurfitriani
Khoirunnisa
Monica Virly
Nur Ningsih
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah swt., hanya karena karunia-Nya kami
dapat dengan segera merampungkan tugas untuk mata Kuliah Keperawatan Anak II, dengan
judul “Gangguan Sistem Muskuloskeletal (Osteomielitis)”.
Kami mengucapkan terima kepada:
1) Ibu Tien Gartinah, MN. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UIN
Jakarta.
2) Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku penanggung jawab & pengajar mata kuliah
Keperawatan Anak II.
3) Tim pengajar mata kuliah Keperawatan Anak II.
4) Orang tua kami, yang selalu berdo’a dan mendukung kami.
5) Teman-teman seperjuangan.
“Tak ada gading yang tak retak” makalah yang kami susun ini masih memiliki banyak
kekurangan. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari seluruh
pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Ciputat, 6 Juni 2011
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem musculoskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon, dan bursa. Masalah yang berhubungan dengan struktur ini sangat sering terjadi dan mengenai semua kelompok usia. Masalah system musculoskeletal biasanya tidak mengancam jiwa, namun mempunyai dampak yang bermakna terhadap aktivitas dan produktivitas penderita. Masalah tersebut dapat dijumpai disegala bidang praktik keperawatan serta dalam pengalaman hidup sehari-hari.
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan, dan otot menyusun kurang lebih 50%. Kesehatan dan baiknya fungsi system musculoskeletal sangat bergantung pada system tubuh yang lain. Struktur tulang member perlindungan terhadap organ vital, termasuk otak, jantung dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak. Matriks tulang menyimpan kalsium, fosfor, magnesium dan fluor. Lebih dari 99% kalsium tubuh total terdapat dalam tulang. Sumsum tulang merah yang terletak dalam rongga tulang menghasilkan sel darah merah dan putih dalam proses yang dinamakan hematopoiesis. Kontraksi otot menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas untuk mempertahankan temperature tubuh.
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia yang terbagi dalam empat kategori; tulang panjang (misalnya femur), tulang pendek (misalnya tarsalia), tulang pipih (misalnya sternum), dan tulang tak teratur (misalnya vertebra). Bentuk dan konstruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan gaya yang bekerja padanya. Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus (trabekular atau spongius) atau kortikal (kompak). Batang atau diafisis, terutama tersusun atas tulang kortikal. Ujung tulang panjang dinamakan epifisis dan terutama tersusun oleh tulsng kanselus. Plat epifisis memisahkan epifisis dari diafisis dan merupakan pusat pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Pada orang dewasa mengalami kalsifikasi. Ujung tulang panjang ditutupi oleh kartilago artikular pada sendi-sendinya.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga jenis dasar yaitu osteoblast, osteosit dan osteoklas. Osteoblast berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan dan proteoglikan). Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang). Osteoklas adalah sel multinuclear (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remodeling tulang. Osteon merupakan unit fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon terdapat kapiler. Disekeliling kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan lamella. Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut ke dalam kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak
sejauh kurang dari 0,1 mm). Tulang diselimuti bagian luar oleh membrane fibrus padat dinamakan periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligament. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.
Sumsum tulang merupakan jaringan vaskuler dalam rongga sumsum (batang) tulang panjang dan dalam tulang pipih. Sumsum tulang merah, yang terutama terletak di sternum, ilium, vertebrata dan rusuk pada orang dewasa, bertanggung jawab pada produksi sel darah merah dan putih. Pada orang dewasa, tulang panjang terisi oleh sumsum lemak kuning. Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang sangat baik. Tulang kanselus menerima asupan darah yang sangat banyak melalui pembuluh metafisis dan epifisis. Pembuluh periosteum mengangkut darah ke tulang kompak melalui kanal Volkmann yang sangat kecil. Selain itu, ada arteri nutrient yang menembus periosteum dan memasuki rongga meduler melalui foramina (lubang-lubang kecil). Arteri nutrient memasok darah ke sumsum dan tulang. System vena ada yang mengikuti arteri dan ada yang keluar sendiri.
BAB II
1. Fraktur
a. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989 : 144). Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan
oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347).
Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga
derajat, yaitu :
1) Derajat I
Luka kurang dari 1 cm
Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.
Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.
Kontaminasi ringan.
2) Derajat II
Laserasi lebih dari 1 cm
Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse
Fraktur komuniti sedang.
3) Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan
neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.
b. Jenis Fraktur
a. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergeseran.
b. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
c. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
d. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke
patahan tulang.
e. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya
membengkak.
f. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
g. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
h. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
i. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang
belakang)
j. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada
daerah perlekatannnya.
2. Osteomielitis
Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulit disembuhkan dari pada infeksi
jaringan lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru
disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang
akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Osteomielitis adalah penyakit infeksi tulang yang dapat bersifat akut ataupun
kronis. (PubMed, 2010).
Osteomielitis adalah infeksi pada jaringan tulang tulang dan dapat bersifat
akut maupun kronis (Price, 2002).
Osteomielitis merupakan infeksi pada tulang yang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi pada jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan
terhadap infeksi, tingginya tekanan jaringan dan pembekuan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati) (Smeltzer, 2002).
Osteomielitis adalah infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh infeksi lokal
akut atau trauma tulang, biasanya disebabkan oleh E. Coli, Stapilococcus Aurius atau
Streptococcus Pyogenes. (Tucker, 1998).
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran
infeksi dari darah. (Corwin, 1996).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
osteomielitis adalah infeksi pada jaringan tulang yang sulit disembuhkan, disebabkan
oleh bakteri atau jamur dan bersifat akut ataupun kronis.
2.1. Etiologi
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (misalnya, Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi
saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat
di mana terdapat trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma
subklinis (tak jelas).
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak
(misalnya. Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi
langsung tulang (mis, fraktur ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang
(misalnya, fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang
nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang
menderita artritis reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit, mendapat terapi
kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang
atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi
lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau
dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.
2.2. Klasifikasi Osteomielitis
Menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu :
1. Osteomyelitis Primer : Kuman-kuman mencapai tulang secara langsung melalui
luka.
2. Osteomyelitis Sekunder : Adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran
darah dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran nafas,
genitourinaria furunkel).
Sedangkan osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :
1. Osteomyelitis akut
Nyeri daerah lesi
Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
Pembengkakan lokal
Kemerahan
Suhu raba hangat
Gangguan fungsi
Lab = anemia, leukositosis
2. Osteomyelitis kronis
Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
Gejala-gejala umum tidak ada
Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
Lab = LED meningkat
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :
Staphylococcus (orang dewasa)
Streptococcus (anak-anak)
Pneumococcus dan Gonococcus
2.3. Manifestasi Klinis
Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septikemia, seperti:
o Menggigil
o Demam tinggi
o Denyut nadi cepat
o Malaise umum
o Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap.
o Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai
periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri,
bengkak dan sangat nyeri tekan.
o Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan
gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septicemia:
o Daerah infeksi membengkak
o Hangat
o Nyeri tekan
o Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar
dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri
o Inflamasi
o Pembengkakan dan pengeluaran pus.
o Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan
darah.
2.4. Phatway:
Emboli bakteri
Abses
Peningkatan tekanan dan nekrosis sekunder
Rupture di dalam ruang subperiosteal
Infeksi menyebar di bawah periosteum
Thrombosis pada pembuluh darah dan menambah nekrosis
Gangguan siklus sirkulasi sehingga terbentuk sinus dan memperluas infeksi ke kulit
Perluasan persendian dapat menyebabkan arthritis septikktur
2.5. Patofisiologi;
Menurut Rasjad (1998), Smeltzer (2002) dan Tucker (1998) osteomielitis biasanya disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan mikrorganisme lainnya. Pada anak-anak infeksi tulang seringkali timbul karena adanya penyebaran infeksi dari tempat lain seperti faringitis, otitis media dan impetigo. Bakterinya (Stapilococcus Aureus, Hemofilus Influenza) berpindah melalui aliran darah menuju metafisis tulang didekat lempeng pertumbuhan dimana darah mengalir ke dalam sinusoid. Akibat proses perkembangbiakan bakteri dan nekrosis jaringan, maka tempat peradangan yang terbatas ini akan terasa nyeri dan nyeri tekan.
Pada orang dewasa, osteomielitis juga dapat diawali oleh bakteri dalam aliran darah, namun biasanya akibat kontaminasi jaringan saat cedera atau operasi. Awitan osteomielitis setelah pembedahan orthopedi dapat terjadi selama 3 bulan (akut fulminan ; stadium I) dan
sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi selama 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (Stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Osteomielitis dapat juga terjadi akibat isufisiensi vaskuler seperti diabetes melitus, aterosklerosis, alat fiksasi yang terpasang, obesitas, lansia dan status nutrisi yang buruk.
Jika infeksi dibawa oleh darah biasanya awitannya mendadak dan akan menimbulkan gejala seperti menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat, malaise dan keengganan menggerakkan anggota badan yang sakit. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan nyeri tekan. Bila osteomielitis terjadi akibat kontaminasi langsung, selain gejala diatas biasanya disertai tanda-tanda cedera dan pembesaran kelenjar getah bening regional.
Apabila kondisi ini berlangsung terus menerus dapat mengakibatkan septikemia, infeksi yang bersifat metastatik, Artritis supuratif, kontraktur sendi, osteomielitis kronis serta perubahan menjadi ganas pada jaringan epidermis (karsinoma epidermoid, ulkus marjolin).
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang dapat terjadi pada sembarang tulang dalam
tubuh. Lokasi paling sering adalah femur dan tibia. Humerus dan pinggul jarang terkena.
Tengkorak adalah lokasi umum terjadinya osteomielitis pada bayi. Biasanya terdapat suatu
keadaan predisposisi, seperti higiene yang buruk. Emboli bakteri mencapai arteri kecil di
metafisis yang sirkulasinya lambat. Kemudian, terbentuk suatu abses dan menggantikan tulang
yang menyebabakan peningkatan tekanan dan nekrosis sekunder. Abses ini akhirnya dapat ruptur
di dalam ruangan subperiosteal. Infeksi ini menyebar dibawah periosteum, mengakibatkan
trombosis pada pembuluh darah dan menambah nekrosis. Kemudian terjadi gangguan siklus
sirkualsi sehingga dapat terbentuk sebuah sinus dan memperluas infeksi ke kulit. Perluasan ke
persendian dapat menyebabkan artritis septik. Kondisi ini dapat menjadi kronis dan cukup
resisten terhadap terapi, serta sering kali memerlukan intervensi bedah. Epifisis umumnya tidak
terkena karena memiliki sirkulasi yang terpisah. Berbagai organisme dapat menyebabkan
osteomielitis, baik secara langsung (eksogen) atau melalui darah dari infeksi ditempat lain
(hematogen). Sumber eksogen meliputi kontaminasi dari luka tembus, fraktur terbuka,
kontaminasi selama pembedahan, atau perluasan sekunder melalui abses, luka bakar, atau luka
biasa. Rute hematogen biasanya lebih sering terjadi : yang termasuk sumber hematogen adalah
furunkel, abrasi kulit, infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, abses gigi, dean pielonefritis.
Bentuk hematogen sering subakut karena infeksi yang mendahuluinya sering sudah diobati
dengan antibiotik.
2.6. Komplikasi:
Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang tidak terkendali dan
pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri penyebab.
Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah tulang
yang terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke
aliran darah sistemik. Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:
a.Abses tulang.
b. Bakteremia
c.Fraktur Patologis
d.Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic).
e. Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.
f. Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.
2.7. Pemeriksaan diagnostik
a. Scan tulang dengan menggunakan nukleotida berlabel radioaktif dapat memperlihatkan peradangan di tulang.
b. Pemeriksaan darah
1) Sel darah putih meningkat sampai 30.000 /ul disertai peningkatan laju endap darah.
2) Pemeriksaan titer antibodi – anti stapilococcus.
3) Pemeriksaan kultur darah dan pus kultur untuk menentukan jenis bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitifitas untuk menentukan jenis antibiotik yang sesuai, juga harus diperiksa adanya penyakit anemia sel sabit.
c. Pemeriksaan feses: dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi yang disebabkan oleh bakteri salmonella dan E. Coli.
d. Pemeriksaan biopsi : dilakukan ditempat yang dicurigai.
e. Pemeriksaan ultrasound : memperlihatkan adanya efussi pada sendi.
f. Pemeriksaan radiologis : pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik yang berarti dan mungkin hanya ditemukan pembengkakan jaringan lunak. Gambaran destruksi tulang dapat terlihat setelah sepuluh hari (2 minggu) berupa refraksi tulang yang bersifat difus pada daerah metafisis dan pembentukan tulang baru di bawah periosteum yang terangkat.
2.8.Penatalaksanaan:
. 1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis osteomielitis menurut Rasjad (1998) dan Tucker (1998) adalah sebagai berikut :
a. Pemberian antibiotik yang bertujuan untuk : mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang yang sehat dan mengontrol ekserbasi akut.
b. Tindakan operatif dilakukan bila fase ekserbasi akut telah reda setelah pemberian antibiotik yang adekuat. Operasi yang dilakukan bertujuan untuk : mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak maupun jaringan tulang (sekuestrum) sampai ke jaringan sehat lainnya, yang selanjutnya dilakukan drainase dan irigasi secara kontinue selama beberapa hari, (adakalanya diperlukan penanaman rantai antibiotik di dalam bagian tulang yang terinfeksi) dan sebagai dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik mencapai sasaran serta mencegah penyebaran osteomielitis lebih lanjut.
c. Pemberian cairan parenteral / intravena dan kalau perlu tranfusi darah.
d. Pengaturan diet dan aktivitas.
2. Penatalaksanaan keperawatan
Menurut Smeltzer (2002) dan Tucker (1998) penatalaksanaan keperawatan pada osteomielitis adalah sebagai berikut :
a. Daerah yang terkena harus dimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur.
b. Dapat dilakukan rendaman salin selama beberapa kali selama 20 menit perhari untuk meningkatkan aliran darah.
c. Kompres : hangat, atau selang seling hangat dan dingin.
.
BAB III
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
A. Studi Kasus
Anak B 6 tahun, 1 bulan yang lalu fraktur terbuka tibia dekstra. Saat ini demam 38, 5 C
dan nyeri. Tampak pus pada daerah bekas operasi. Daerah di sekitar luka tampak bengkak,
merah dan teraba hangat. Terjadi leukositosis ( L = 14.000 mm3 ). Klien juga mengalami mual
dan muntah di sertai demam. Klien tampak lemah. Kunjungtiva anemis. Orang tua klien
mengatakan tidak tahu penyebab demam dan pus yang ada pada daerah bekas operasi anaknya.
Orang tua klien mengaku cemas pada kondisi anaknya.
B. Pengkajian :
1. Data klien :
Nama Klien : An. B
Umur : 6 tahun
Nama Ayah : Tn. S ( 35 tahun )
Bangsa/Suku : Indonesia/ Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : wiraswasta
Penghasilan : 1.000.000 – 2.000.000
Alamat : Jl. Tunas bangsa no 25
1. Keluhan Utama
Ayah klien mengatakan bahwa An. B demam dan mengeluh nyeri pada area bekas
operasi. 1 bulan yang lalu, An B fraktur terbuka di daerah kakinya.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ayah klien mengatakan penyakit yang diderita Anaknya hanyalah demam biasa yang
tidak di ketahui penyebabnya.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ayah klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit
menular, menahun dan menurun seperti TBC, asma, jantung, DM, dan lain-lain. Pasien
tidak mengalami alergi terhadap antibiotik atau yang lainnya dan alergi makanan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien tidak ada penyakit keturunan.
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan
tempat tinggal.
Pengkajian Keperawatan menurut Gordon ada 11 Pola :
1. Pola Persepsi Kesehatan
Adanya atau tidak riwayat infeksi sebelumya.
Pengobatan sebelumnya berhasil atau tidak berhasil.
Adakah riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
Bagaimana hygiene personal
Bagaimana Lingkungannya sehat atau kurang sehat, tinggal berdesak-
desakan atau tidak.
2. Pola Nutrisi Metabolik
Bagaimana pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa
kali sehari makan.
Bagaimana kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
Jenis makanan yang Apa yang disukai.
Napsu makan menurun atau tidak.
Muntah-muntah atau tidak.
Adakah penurunan berat badan.
Bagaimana turgor kulitnya: buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
Adakah perubahan warna kulit: terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa
terbakar atau perih.
3. Pola Eliminasi
Apakah pasien sering berkeringat.
Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pemenuhan sehari-hari terganggu.
Apakah ada Kelemahan umum, malaise.
Bagaimana toleransi terhadap aktivitas rendah.
Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan atau tidak.
Ada perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5. Pola Tidur dan Istirahat
Apakah kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
Mimpi buruk.
6. Pola Persepsi Kognitif
Adakah perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
Bagaimana pengetahuan akan penyakitnya.
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Adakah perasaan tidak percaya diri atau minder.
Adakah perasaan terisolasi.
8. Pola Hubungan dengan Sesama
Hidup sendiri atau berkeluarga
Frekuensi interaksi berkurang atau tidak
Adakah perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9. Pola Reproduksi Seksualitas
Adakah gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
Bagaimana emosinya stabil atau tidak stabil
Adakah ansietas, takut akan penyakitnya
Disorientasi, gelisah
11. Pola Sistem Kepercayaan
Bagaimana perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
Agama yang dianut
C. Analisa Data
Data Fokus Masalah Keperawatan
DS :
- An. B mengeluh nyeri pada kakinya
yang sebelah kanan.
DO :
- An. B Nampak cemas
- Wajah klien meringis kesakitan
- Klien teruss memegangi area kaki
yang nyeri.
DS :
- Orang tua An. B mengatakan bahwa
anaknya demam tinggi (38 derajat
celcius) sejak kemarin
DO :
- Tampak pus bekas daerah operasi
- Kulit sekitar operasi tampak
bengkak , merah dan teraba hangat
- Kadar leukosit darah 14.000 mm3
DS :
- An. B mengatakan enggan untuk
bergerak
- Orang tua klien mengatakan
semenjak sakit, anaknya lebih suka
beraktifitas di tempat tidur
DO :
- Anak Nampak kesakitan saat
gangguan rasa nyaman : nyeri
infeksi
hambatan mobilitas fisik
bergerak
- Klien Nampak lemah
DS :
- Orang tua klien mengatakan tidak
tahu penyebab demam dan pus yang
ada pada daerah bekas operasi.
anaknya.
- Orang tua klien mengatakan tidak
mengetahui proses penyakit yang di
derita anaknya.
DO :
-
DS :
- Klien mengatakan tidak mau makan
- Klien mengeluh mual
DO :
- Ibu klien mengatakan klien demam
di sertai muntah muntah.
- Konjungtiva anemis
- Klien tampak lemah.
Kurang Pengetahuan
risiko ketidakseimbangan nutrisi
Berdasarkan analisa data di atas, maka diagnose keperawatan yang mungkin munsul pada kasus
An. B adalah
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakan kulit, trauma
jaringan, terpajan pada lingkungan.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
5. Resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia sekunder akibat proses infeksi.
3 diagnosa prioritas adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakan kulit, trauma
jaringan, terpajan pada lingkungan.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal
Diagnosa keperawatan 1
Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
Tujuan :
Nyeri berkurang atau hilang
KH :
- klien mengatakan nyeri berkurang
- ketegangan wajah berkurang
intervensi rasional
1. kaji skala nyeri yang di alami klien.
2. pertahankan imobilisasi bagian yang
nyeri dengan tirah baring.
3. Tinggikan penutup tempat tidur :
pertahankan linen terbuka pada ibu jari
4. Beri obat sebelum sebelum perawatan
aktifitas
5. Lakukan dan awasi latihan rentang
gerak aktif atau pasif
6. Berikan alternative tindakan
kenyamanan contohnya pijatan
1. degan mengetahui derajat nyeri yang di
alami klien, perawat dapat memberikan
intervensi dengan tepat.
2. Meningkatkan aliran balik vena,
menurunkan edema dan nyeri.
3. Mempertahankan kehangatan tubuh
tanpa ketidaknyamanan tekanan selimut
pada bagian yang sakit.
4. Meningkatkan relaksasi otot
5. Mempertahankan kekuatan otot yang
punggung dan perubahan posisi
7. Dorong menggunakan teknik
manajemen stress contohnya tarik nafas
dalam dan relaksasi
sakit
6. Meningkatkan sirkulasi umum :
menurunkan area tekan local dan
kelelahan otot
7. Dapat meningkatkan rasa kping dalam
manajemen nyeri.
Diagnosa keperawatan 2
Infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakan kulit, trauma
jaringan, terpajan pada lingkungan.
Tujuan :
Infeksi tidak menyebar ke organ lain
KH :
- Demam hilang, suhu tubuh normal 37 C
- Tanda tanda infeksi hilang
- Infeksi tidak menyebar
intervensi rasional
1. Awasi tanda tanda vital tiap 30 menit
2. Obeservasi luka untuk pembentukan
pus, bula, perubahan warna kulit, bau
drainase yang tak enak atau asam
3. Kaji tonus otot
4. Selidiki nyeri tiba tiba atau
keterbatasan gerak dengan edema local
atau eritema ekstremitas cedera
5. Lakukan prosedur isolasi
1. Tanda tanda vital yang abnormal
merupakan salah satu indicator infeksi.
2. Tanda perkiraan infeksi gangrene
3. Mengkaji derajat kekakuan otot
4. Dapat mengindikasikan osteomilitis
5. Untuk mencegah kontaminasi silang.
Diagnosa keperawatan 3
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal
Tujuan :
Klien mampu melakukan mobilitas sesuai batas toleransinya untuk mencegah atropi otot
KH :
- Klien mampu mempertahankan mobilitas yang maksimal
- Klien mampu mempertahankan posisi yang fungsional
- Menunjukan teknik yang memampukan melakukan aktifitas
intervensi rasional
1. Kaji derajat imobilitas yang di hasilkan
oleh cidera
2. Dorong partisipasi pada aktifitas
terapeutik/ rekreasi. Pertahankan
rangsang lingkungan contohnya
menonton televisi dan bermain sesuai
dengan batas kemampuannya
3. Dorong penggunaan latihan isometric
mulai dengan tungkai yang tak
sakitberikan papan kaki, bebat
pergelangan,
4. Bantu dalam mobilisasi dengan kursi
roda
5. Awasi tekanan darah saat melakukan
mobilisasi. Perhatikan keluhan pusing
6. Ubah posisi secara periodic dan dorong
untuk latihan nafas dalam
7. Auskultasi bising usus. Awasi
kebiasaan eliminasi
1. Derajat imobilisasi yang di ketahui oleh
perawat dapat memaksimalkan
intervensi yang akan di lakukan
2. Memberikan kesempatan untuk
memenuhi kebutuhan bermainnya dan
mencegah isolasi social
3. Membantu mempertahakan kekuatan
dan masa otot
4. Mobilisasi dini menurunkan komplikasi
tirah baring
5. Mendeteksi dini kemungkinan
hipotensi postural
6. Mencegah komplikasi kulit
7. Tirah baring, penggunaan anlgetik
dapat memperlambat peristaltic dan
menghasilkan konstipasi.
Diagnosa keperawatan 4
Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan :
Orang tua klien dapat mengetahui proses penyakit yang dialami klien
KH :
- Orang tua klien dapat memahami tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan
intervensi rasional
1. Kaji ulang tingkat pengetahuan orang
tua klien
2. Jelaskan tentang proses penyakit,
prognosis dan tindakan pengobatan
yang akan di berikan pada An. B
3. Dorong orang tua klien untuk aktif
terlibat dalam prosedur yang akan di
berikan kepada An. B
1. Dengan mengetahui derajat
pengetahuan klien, perawat dapat
mengetahui hal hal apa saja yang perlu
di jelaskan sesuai dengan tingkat
pemahaman yang di miliki.
2. Pengetahuan yang adekuat tentang
penyakit dapat menurunkan ansietas
dan membantu keberhasilan
pengobatan
3. Keterlibatan orang tua dapat
menurunkan ansietas anak dan
membuat anak kooperatif.
Diagnosa keperawatan 5
Resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia sekunder akibat proses infeksi.
Tujuan :
- Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi secara adekuat
KH :
- Nafsu makan An. B baik
- Mual muntah hilang
- Tanda tanda malnutrisi tidak muncul
intervensi rasional
1. Kaji frekuensi makan klien
2. Berikan makanan sedikit tapi sering
3. Hindari makanan yang mengandung
bau menyengat
4. Anjurkan klien makan dengan
mengkombinasikan dengan terapi
bermain.
1. Untuk mengetahui tingkat keparahan
anoreksia
2. Makanan sedikit tapi sering dapat
mengurangi kontraksi lambung yang
berlebih hingga merangsang muntah
3. Bau menyengat dapat merangsang mual
dan muntah
4. Terapi bermain dapat membuat anak
antusias terhadap makanan
Sumber :
Buku keperawatan pediatric????? Dapus lum ada
Brunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3,EGC :
Jakarta
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan,
EGC ; Jakarta.
Carpenito, Linda jual. 2003. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 10. EGC: Jakarta.
Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah
Penanganan osteomielitis, termasuk perawatan luka dan terapi antibiotika intravena,
dapat dilakukan di rumah. Pasien harus dalam keadaan stabil secara medis dan telah termotivasi
serta keluarga mendukung. Lingkungan rumah harus bersifat kondusif terhadap promosi
kesehatan dan sesuai dengan program pengobatan terapeutik. Pasien dan keluarganya harus
memahami benar antibiotika. Selain itu, penggantian balutan secara stesil dan teknik kompres
hangat harus diajarkan. Pendidikan pasien sebelum pemulangan dari rumah sakit dan supervise
serta dukungan yang memadai dari perawatan di rumah sangat penting dalam keberhasilan
penatalaksanaan osteomielitis di rumah. Pasein tersebut harus dipantau dengan cermat mengenai
bertambahnya daerah nyeri atau peningkatan suhu yang mendadak. Pasien diminta untuk
melakukan obsevasi dan melaporkan bila terjadi peningkatan suhu, keluar pus, bau, dan
bertambahnya inflamasi.
Pencegahan
Pencegahan Osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksi fokal dapat
menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol
erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatikan terhadap lingkungan operasi dan
teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi. Antibioika profilaksis,
diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan Selama 24 sampai
48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptic akan
menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial terjadinya osteomielitis.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilyn E, et all. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien). Jakarta: EGC.
Editor MIMS. 2008/2009. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 8 2008/2009.
Jakarta: CMPMedica.
Kumala, Poppy, dkk. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. Jakarta:EGC.
Price, Silvia A dan Lorraine M. Wilson. 2006. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Volume 2. Jakarta: EGC
htpp://www.childrenallergyclinic.wordpress.com/
http://dokterkulitku.com/artikel/?p=28
http://www.kuliah-keperawatan.co.cc/2009/11/askep-eritroderma_12.html
http://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/11/askep-eritroderma.html
http://medicastore.com/penyakit/76/Dermatitis_Atopik.html
http://jurnaldokter.com/2011/04/03/osteomielitis-akut