Upload
nellanello-siiladyboyo
View
23
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Fisika statistika
Citation preview
Osilator Harmonik
Osilator harmonik : gerak bolak-balik yang terjadi di sekitar titik kesetimbangan.
Salah satu contoh dari osilator harmonik yang sering kita jumpai adalah dalam sistem
pegas, bandul yang diayunkan dan masih banyak lagi. Untuk lebih mempermudah,
maka pembahasan dari osilator harmonik difokuskan pada sistem pegas.
Misalkan ada sebuah benda bermassa m yang diikatkan pada pegas ideal dengan
konstanta gaya k dan bebas bergerak di atas permukaan horizontal yang licin (tanpa
gesekan), merupakan contoh dari osilator harmonik.
Gaya pemulih pada balok pegas,
F = - k x , Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya disini berlawanan dengan arah
perpanjangan pegas (x)
F = - k x
F = 0
F = - k x
x
x
Titik setimbang (x = 0)
Berdasarkan hukum Newton II, diketahui bahwa F = m a , sehingga :
F = m a
- k x = mx
mx + k x = 0
x+ km
x = 0
x+ω2x = 0 , dimana ω=√ km
Operator pada persamaan fisika kuantum dapat dituliskan sebagai berikut :
Ĥ Ѱ (x ) = E ѱ (x )
Dimana :
Ĥ : (operator energi / Hamiltonian)
Ѱ (x) , ѱ (x ) : fungsi gelombang
E : nilai eigen energi
Tinjau osilator harmonik untuk satu dimensi :
E = 12
m vx2+
12
k x2
Dalam mekanika kuantum, operator Hamiltonian (operator energi total) dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Ĥ = T+ V
H = P2
2m+1
2k x2 , k=ω2m
H = P
2m+1
2mω2 x2 ………………………………………………………………… (1)
E = K + P , K = energi kinetik = 12
m v2
P = energi potensial pegas = 12
k x2
Ĥ = (−iħddx
)2 1
2 m +
12
mω2 x2
Ĥ = (−iħddx
)(−iħddx
) 12m
+ 12
mω2 x2
Ĥ =−ħ2
2m
d2
dx2 + 12
mω2 x2
Ĥ =−ħ2
2m
d2
dx2 + 12
mω2 x2
Ĥ Ѱ (x) = −ħ2
2m
d2
dx2 ѱ (x ) + 12
mω2 x2 ѱ (x ) = E ѱ ( x ) …………………………… (2)
Persamaan (2) ini yang disebut sebagai persamaan Schrӧdinger time-independent
E ѱ (x ) =−ħ2
2m
d2
dx2 Ѱ (x ) + 12
ω2m x2 ѱ (x )………………………………………... (3)
Persamaan Schrӧdinger pada persamaan (3) membutuhkan solusi penyelesaian, yang
mana solusi yang diharapkan ini berupa tingkat energinya. Sehingga persamaan (3)
dapat dituliskan menjadi :
E ѱ (x ) = (−ħ2
2m
d2
dx2 + 12
mω2 x2)ѱ (x )
E ѱ (x ) = 1
2m (−ħ2
d2
dx2 + m2 ω2 x2)ѱ (x ) , jika p=−iħddx
E ѱ (x ) = 1
2m ( p2 + m2 ω2 x2)ѱ (x )
E ѱ (x ) = 1
2m [( p)2+(mω x )2 ] ѱ (x) …………………………………………….. (4)
Dengan menggunakan sifat aljabar yang menyatakan bahwa :
a2+b2 = (ia+b)(−ia+b)
Sehingga persamaan (4) dapat dinyatakan dalam bentuk perkalian dua faktor, yaitu
E ѱ (x ) = 1
2m [(i p+mω x)(−i p+mω x)] ѱ (x) ,
12m
= 12
(√2m)2 = (
1
√2 m¿ (
1
√2 m¿
E ѱ (x ) = (1
√2 m¿ (
1
√2 m¿ [(mω x+i p)(mω x−i p)] ѱ (x )
E ѱ (x ) = [ 1
√2m(mω x+i p) 1
√2 m(mω x−i p)]ѱ (x )……………………………… (5)
Jika diketahui bahwa a−¿¿dan a+¿¿ adalah suatu operator yang didefinisikan sebagai
berikut :
a± ≡1
√2 m(mω x∓ i p )
Maka persamaan (5) akan menjadi :
E ѱ (x ) = ¿ ………………………………………………………... (6)
a−¿ a+¿¿ ¿ adalah operator, bukan bilangan biasa. Pada umumnya operator tidak bersifat
komut (aop bop≠ bop aop) sehingga perlu dicek hasil dari a−¿ a+¿¿ ¿ dan a+¿ a−¿ ¿¿
a−¿ a+¿=¿ ¿¿ [ 1
√2m(mω x+i p ) 1
√2m(mω x−i p )]
a−¿ a+¿=¿ ¿¿ 1
2m[ (m2ω2 x2−imω x p+ imω p x−i2 p2 ) ]
a−¿ a+¿=¿ ¿¿ 1
2m[ (m2ω2 x2−imω x p+ imω p x+ p2 ) ]
a−¿ a+¿=¿ ¿¿ 1
2m¿ …………..……………………… (7)
Pada mekanika kuantum, hubungan komutator antara x dan p ditunjukkan oleh :
[ x , p ]=¿ x p− p x=iħ
Sehingga persamaan (7) menjadi
a−¿ a+¿=¿ ¿¿ 1
2m¿
a−¿ a+¿=¿ ¿¿ 1
2m[ (m2ω2 x2+ p2+ħ mω ) ]
a−¿ a+¿=¿ ¿¿ 12
m ω2 x2+ 12m
p2
+ ħ ω2
12
m ω2 x2+ 12 m
p2
=a−¿ a+¿− ħω
2¿¿ ………………………………………………….. (8)
Diketahui bahwa H = P
2m+1
2mω2 x2 , sehingga akan diperoleh bentuk persamaan
Schrӧdinger baru, yaitu
H Ѱ (x )=¿ …………………………………………………… (9)
Persamaan (9) adalah salah satu bentuk dari operator Hamiltonian untuk osilator
harmonik. Persamaan (9) juga dapat dinyatakan dalam bentuk
E ѱ (x ) = a−¿ a+¿ѱ( x)−
ħ ω2 ѱ( x)¿
¿
a−¿ a+¿ѱ (x )=¿ ¿¿ Eѱ ( x )+ ħω2
ѱ (x)
a−¿ a+¿ѱ (x )=¿ ¿¿ (E+ ħ ω2 )ѱ (x) …………………………………………………... (10)
Dengan cara yang sama untuk mendapatkan hasil dari a−¿ a+¿¿ ¿ , digunakan untuk
mendapatkan hasil dari a+¿ a−¿ ¿¿ yaitu
a+¿ a−¿=[ 1
√ 2m(mω x−i p) 1
√ 2m(mω x+ i p) ]¿¿
a+¿ a−¿=
12 m [ (m2 ω2x2+ imω x p−imω p x−i2p2 ) ] ¿
¿
a+¿ a−¿=¿¿ ¿ 1
2m[ (m2ω2 x2+imω x p−imω p x+ p2 ) ]
a+¿ a−¿=¿¿ ¿ 1
2m¿ , [ x , p ]=¿ x p− p x=iħ
a+¿ a−¿=¿¿ ¿ 1
2m¿
a+¿ a−¿=¿¿ ¿ 1
2m[ (m2ω2 x2+ p2−ħ mω ) ]
a+¿ a−¿=¿¿ ¿ 12
m ω2 x2+ 12m
p2
−ħω2
12
m ω2 x2+ 12 m
p2
=a−¿ a+¿+ħω
2¿¿ ……………………………………………….... (11)
H Ѱ (x )=¿ ………………………………………………….. (12)
Persamaan (12) adalah salah bentuk kedua dari operator Hamiltonian untuk osilator
harmonik. Persamaan (12) juga dapat dinyatakan dalam bentuk
E ѱ (x ) = a+¿ a−¿ ѱ ( x )+
ħω2 ѱ(x) ¿
¿
a+¿ a−¿ ѱ ( x )=¿¿ ¿ E ѱ ( x )−ħω2
ѱ (x)
a+¿ a−¿ ѱ ( x )=¿¿ ¿ (E−ħ ω2 )ѱ (x ) …………………………………………………... (13)
Untuk mengetahui sifat dari operator a−¿¿ jika bekerja pada suatu fungsi eigen ѱ (x ).
Misalkan suatu fungsi Ѱ (x)≡a−¿ѱ (x)¿. Jika H bekerja pada Ѱ (x) , dengan
H=¿ akan menghasilkan
H Ѱ ( x )=H a−¿ѱ (x)¿
H Ѱ ( x )=¿
H Ѱ ( x )=a−¿ a+¿ a−¿ѱ( x )−ħω
2a−¿ѱ( x) ¿ ¿
¿¿
H Ѱ ( x )=a−¿(E−ħ ω
2 ) ѱ ( x )−ħ ω2
a−¿ ѱ(x) ¿¿
H Ѱ ( x )=(E−ħω2
−ħ ω2 ) a−¿ ѱ ( x )¿
H Ѱ ( x )=( E−ħω) a−¿ѱ ( x ) ¿
H Ѱ ( x )=( E−ħ ω) ѱ ( x )………………………………………………………… (14)
Persamaan (14) menunjukkan bahwa operator a−¿¿ akan menurunkan energi sebesar
ħ ω. Demikian juga jika operator a−¿ a−¿¿¿ bekerja pada ѱ ( x ) maka akan menurunkan
energi sebesar 2 ħω , dan seterusnya.
Jika
Ѱ ( x )= a−¿ a−¿ a−¿ a−¿…a−¿ѱ( x ) ¿ ¿ ¿¿¿
Ѱ ( x )= a−¿n ѱ ( x ) ¿
Maka
H Ѱ ( x )=( E−nħ ω) ѱ ( x )……………………………………………...………… (15)
Sifat dari operator a+¿¿ jika bekerja pada suatu fungsi eigen ѱ (x ). Misalkan suatu
fungsi Ѱ (x)≡a+¿ѱ (x)¿. Jika H bekerja pada Ѱ (x) , dengan H=¿ akan menghasilkan
H Ѱ ( x )=H a+¿ ѱ (x)¿
H Ѱ ( x )=¿
H Ѱ ( x )=a+¿ a−¿ a+¿ѱ( x ) + ħω
2a+¿ѱ( x )¿ ¿
¿ ¿
H Ѱ ( x )=a+¿(E+ħ ω
2 )ѱ ( x )+ħ ω2
a−¿ѱ (x) ¿¿
H Ѱ ( x )=(E+ ħ ω2
+ ħ ω2 ) a+¿ ѱ ( x )¿
H Ѱ ( x )=( E+ħ ω) a+¿ ѱ ( x ) ¿
H Ѱ ( x )=( E+ħ ω) ѱ (x )…………………………………………………………. (16)
Persamaan (15) menunjukkan bahwa operator a+¿¿ akan menaikkan energi sebesar ħ ω
. Demikian juga jika operator a+¿ a+¿¿¿ bekerja pada ѱ ( x ) maka akan menaikkan energi
sebesar 2 ħω , dan seterusnya.
Jika
Ѱ ( x )= a+¿ a+¿ a+¿ a+¿… a+¿ѱ ( x ) ¿ ¿¿¿¿
Ѱ ( x )= a+¿n ѱ ( x ) ¿
Maka
H Ѱ ( x )=( E+nħ ω) ѱ (x )…………………………………………………….….. (17)
Jika a−¿¿ dioperasikan berkali-kali pada ѱ ( x ) maka suatu saat akan tercapai suatu
kedaan yang memiliki energi terendah. Keadaan dengan energi terendah biasa disebut
dengan keadaan dasar (ground state). Misalkan ѱ0 ( x ) adalah solusi untuk keadaan
dasar, maka pengoperasian operator a−¿¿ pada ѱ0 ( x ) akan menghasilkan nilai nol
karena tidak ada lagi keadaan dengan energi lebih rendah.
a−¿ѱ 0 ( x )=0¿
Untuk menentukan nilai energi osilator harmonik pada keadaan dasar, persamaan
energi E ѱ (x ) = a+¿ a−¿ ѱ ( x )+
ħω2 ѱ(x) ¿
¿ untuk nilai ѱ ( x )=ѱ 0 ( x ) , maka nilai energinya sama
dengan E0
E0 ѱ0 ( x ) = a+¿ a−¿ ѱ0
( x )+ħ ω
2 ѱ0(x )¿
¿ , a−¿ѱ 0 ( x )=0¿
E0 ѱ0 ( x ) = a+¿(0 )+ħ ω2
ѱ 0 (x )¿
E0 ѱ0 ( x ) = ħ ω2
ѱ0 (x )
E0 = ħ ω2
,
energi pada keadaan dasar dari osilator harmonik tidak sama dengan nol. Untuk
mendapatkan nilai energi pada keadaan tereksitasi ke-n , En dapat diturunkan dari
persamaan En ѱ ( x )= ( E+nħ ω) ѱ (x )
En ¿ E+nħ ω , E = E0
En ¿ħ ω2
+nħ ω
En = ħ ω (n+ 12) …………………………………………………………………… (18)
Persamaan (18) merupakan solusi untuk tingkatan energi dari osilator harmonik.
Fungsi partisi dapat dinyatakan sebagai berikut :
Z = ∑k
exp ¿¿k)
Fungsi partisi untuk osiltor harmonik dapat dinyatakan persamaan berikut :
Z = ∑n=0
exp ¿¿( n + 12
)ħω)
= ∑n=0
exp ¿¿ + (
−β ħω2
))
= ∑n=0
exp ¿¿)exp(−β ħω
2)
=exp(−β ħω
2)∑
n=0
exp ¿¿)…………………...………………………… (19)
Untuk menentukan nilai ∑n=0
exp (−β¿n ħω)¿ , digunakan penjumlahan deret geometri
yaitu
∑n=0
xn= 1
1−x …………………………….…………………………………...… (20)
Berlaku untuk |x| <1
Jika persamaan (20) disubstitusikan ke dalam persamaan (19) , persamaannya menjadi
Z = exp(−β ħω
2)
11−exp (−βn ħω)