11
Jurnal Oseanografi Qurrotu Aini Putri 13 / 350018 / PN / 13331 Budidaya Perikanan ABSTRACT Oceanography practice purpose is to determine the characteristics of coastal areas by observing and studying the correlation parameters of physics, chemistry, and biology. Practice done in the Krakal, Ngestirejo Village, District Tanjung Sari, Gunung Kidul regency, Yogyakarta on Saturday, May 2nd, 2015 until Sunday, May 3, 2015 for 24 hours. The method used is thedirect method. The parameters measured were the parameters of physics, chemistry, and biology. Physical parameters include frequency wave, tidal, wind speed, the slope of the beach, wind direction, air temperature and water temperature were observed directly. Chemical parameters include DO, alkalinity, CO2, pH, salinity. DO determined by Winkler method, whereas CO2 and alkalinity using alkalimetry. Biological parameters include observations of the dominant fish larvae around the coast and plankton observations using the Shannon- wiener. Results obtained by the water temperature range of 22-310C; 22,5-31,40C air temperature; beach slope from 5.980 to 7.40; tidal 0-1,75m; wave frequencies from 0 to 0.91 Hz; Wind speeds from 0 to 3.2 m / s; wind direction to the South-West, Northeast, South, Southeast, North, East; DO range of 3.22 to 8.14 ppm; alkalinity 71-180 ppm; CO2 from 0 to 8.5 ppm; pH 6.8 to 8.1; 30-35 ‰ salinity; 703-12651 plankton density ind / L; diversity of plankton from 0.36 to 3.88. It can be concluded that the characteristics of the region Krakal can be reviewed based on the parameters of physics, chemistry, and biology. The parameters has corelation between each other in created characteristic Krakal. Keywords : Krakal beach, Density, Biology, Physic, Chemical INTISARI Tujuan praktikum oseanografi ini adalah untuk mengetahui karakteristik wilayah pantai dengan mengamati dan mempelajari korelasi parameter fisika, kimia, dan biologinya. Praktikum dilakukan di kawasan Pantai Krakal, Desa Ngestirejo, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta pada hari Sabtu, 2 Mei 2015 hingga Minggu, 3 Mei 2015 selama 24 jam. Metode yang digunakan adalah metode pengamatan langsung. Adapun parameter yang diamati adalah parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter fisika meliputi frekuensi gelombang, pasang-surut, kecepatan angin, kemiringan pantai, arah angin, suhu udara, dan suhu air yang diamati secara langsung. Parameter kimia meliputi DO, alkalinitas, CO 2 , pH, salinitas. DO diketahui dengan metode winkler, sedangkan CO2 dan alkalinitas menggunakan metode alkalimetri. Parameter biologi meliputi pengamatan larva ikan yang dominan di sekitar pantai dan pengamatan plankton menggunakan metode Shannon-wiener. Hasil yang diperoleh yaitu suhu air kisaran 22-31 0 C; suhu udara 22,5-31,4 0 C; pasang surut 0-1,75m; frekuensi gelombang 0- 0,91 Hz; kecepatan angin 0-3,2 m/s; arah angin ke Barat-Daya, Timur Laut, Selatan, Tenggara, Utara, Timur; DO kisaran 3,22-8,14 ppm; alkalinitas 71-180 ppm; CO 2 0-8,5 ppm; pH 6,8-8,1; salinitas 30-35 ‰; densitas plankton 703-12651 ind/L; diversitas plankton 0,36-3,88. Dapat disimpulkan bahwa karakteristik kawasan Pantai Krakal dapat ditinjau berdasarkan parameter fisika, kimia, dan biologinya. Adapun antar parameter saling dalam mebentuk karakteristik Pantai Krakal. Kata Kunci : Hubungan, Kualitas air, Faktor Pembatas, Pantai Krakal, Parameter, PENDAHULUAN Lautan telah memberi manfaat kepada manusia untuk berbagai keperluan meliputi sarana berpergian, perniagaan dan perhubungan. Akhir akhir ini diketahui bahwa lautan banyak mengandung sumberdaya alam yang melimpah dan bernilai ekonomis (Hutabarat dan Evans, 1984). Indonesia merupakan negara maritim

Oseanografi jurnal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan praktikum oseanografi UGM

Citation preview

Page 1: Oseanografi jurnal

Jurnal Oseanografi

Qurrotu A’ini Putri

13 / 350018 / PN / 13331

Budidaya Perikanan

ABSTRACT

Oceanography practice purpose is to determine the characteristics of coastal areas by observing and

studying the correlation parameters of physics, chemistry, and biology. Practice done in the

Krakal, Ngestirejo Village, District Tanjung Sari, Gunung Kidul regency, Yogyakarta on Saturday, May

2nd, 2015 until Sunday, May 3, 2015 for 24 hours. The method used is thedirect method. The parameters

measured were the parameters of physics, chemistry, and biology. Physical parameters include frequency

wave, tidal, wind speed, the slope of the beach, wind direction, air temperature and water temperature

were observed directly. Chemical parameters include DO, alkalinity, CO2, pH, salinity. DO determined

by Winkler method, whereas CO2 and alkalinity using alkalimetry. Biological parameters include

observations of the dominant fish larvae around the coast and plankton observations using the Shannon-

wiener. Results obtained by the water temperature range of 22-310C; 22,5-31,40C air temperature; beach

slope from 5.980 to 7.40; tidal 0-1,75m; wave frequencies from 0 to 0.91 Hz; Wind speeds from 0 to 3.2

m / s; wind direction to the South-West, Northeast, South, Southeast, North, East; DO range of 3.22 to

8.14 ppm; alkalinity 71-180 ppm; CO2 from 0 to 8.5 ppm; pH 6.8 to 8.1; 30-35 ‰ salinity; 703-12651

plankton density ind / L; diversity of plankton from 0.36 to 3.88. It can be concluded that the

characteristics of the region Krakal can be reviewed based on the parameters of physics, chemistry, and

biology. The parameters has corelation between each other in created characteristic Krakal.

Keywords : Krakal beach, Density, Biology, Physic, Chemical

INTISARI

Tujuan praktikum oseanografi ini adalah untuk mengetahui karakteristik wilayah pantai dengan

mengamati dan mempelajari korelasi parameter fisika, kimia, dan biologinya. Praktikum dilakukan di

kawasan Pantai Krakal, Desa Ngestirejo, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

pada hari Sabtu, 2 Mei 2015 hingga Minggu, 3 Mei 2015 selama 24 jam. Metode yang digunakan adalah

metode pengamatan langsung. Adapun parameter yang diamati adalah parameter fisika, kimia, dan

biologi. Parameter fisika meliputi frekuensi gelombang, pasang-surut, kecepatan angin, kemiringan

pantai, arah angin, suhu udara, dan suhu air yang diamati secara langsung. Parameter kimia meliputi DO,

alkalinitas, CO2, pH, salinitas. DO diketahui dengan metode winkler, sedangkan CO2 dan alkalinitas

menggunakan metode alkalimetri. Parameter biologi meliputi pengamatan larva ikan yang dominan di

sekitar pantai dan pengamatan plankton menggunakan metode Shannon-wiener. Hasil yang diperoleh

yaitu suhu air kisaran 22-310C; suhu udara 22,5-31,40C; pasang surut 0-1,75m; frekuensi gelombang 0-

0,91 Hz; kecepatan angin 0-3,2 m/s; arah angin ke Barat-Daya, Timur Laut, Selatan, Tenggara, Utara,

Timur; DO kisaran 3,22-8,14 ppm; alkalinitas 71-180 ppm; CO2 0-8,5 ppm; pH 6,8-8,1; salinitas 30-35

‰; densitas plankton 703-12651 ind/L; diversitas plankton 0,36-3,88. Dapat disimpulkan bahwa

karakteristik kawasan Pantai Krakal dapat ditinjau berdasarkan parameter fisika, kimia, dan biologinya.

Adapun antar parameter saling dalam mebentuk karakteristik Pantai Krakal.

Kata Kunci : Hubungan, Kualitas air, Faktor Pembatas, Pantai Krakal, Parameter,

PENDAHULUAN

Lautan telah memberi manfaat kepada

manusia untuk berbagai keperluan meliputi

sarana berpergian, perniagaan dan perhubungan.

Akhir – akhir ini diketahui bahwa lautan banyak

mengandung sumberdaya alam yang melimpah

dan bernilai ekonomis (Hutabarat dan Evans,

1984). Indonesia merupakan negara maritim

Page 2: Oseanografi jurnal

dengan luas lautan mencapai 70% dari luas

teritorialnya. Keadaan tersebut menjadikan

Indonesia sebagai negara maritim yang memiliki

potensi sumberdaya pesisir tinggi. Pemanfaatan

sumberdaya dan potensi laut yang sangat

berlimpah tersebut tentunya memerlukan suatu

ilmu agar dalam pengelolaannya dapat

berkelanjutan.

Oseanogarfi merupakan ilmu yang

mempelajari tentang lautan. Cakupan ilmu

oseanografi memadukan ilmu-ilmu lain, seperti

ilmu tanah, ilmu bumi, ilmu fisika, ilmu kimia,

dan ilmu hayat (Hutabarat dan Evans,1984).

Dalam oseanografi juga dipelajari keadaan fisik

air laut seperti gelombang, arus, dan pasang

surut. Oseanografi dapat dipublikasikan ke

bidang-bidang lain seperti rekayasa lingkungan,

perikanan, bencana alam dan mitigasi

(pengelolaan dan pencegahan) (Ali, 2007).

Kondisi oseanografi fisik di kawasan laut dapat

digambarkan oleh fenomena alam seperti

terjadinya pasang surut, gelombang, arus,

kemiringan pantai, kondisi suhu dan kecepatan

angin. Fenomena-fenomena tersebut

memberikan kekhasan dan karakteristik pada

kawasan laut sehingga menyebabkan terjadinya

kondisi fisik perairan yang berbeda-beda. Oleh

sebab itu, pembelajaran tentang oseanografi

perlu dilakukan sebab karakteristik tiap kawasan

pantai berbeda. Selain itu, pemanfaatan ilmu

oseanografi sangat luas terutama terkait

pengelolaan wilayah laut dan pesisir.

Pantai Krakal terletak di Desa

Ngestirejo, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten

Gunungkidul, Yogyakarta. Pantai ini merupakan

salah satu pantai dengan wilayah topografi datar

diantara buki-bukit kars disekitarnya. Terdiri

atas bebatuan gamping (penyusun perbukitan)

dan avilum (penyusun daratan). Pantai ini

banyak dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai

keperluan seperti tempat wisata, perdagangan,

penangkapan dan lain sebagainya. Melihat

potensi Pantai Krakal yang besar, maka

pengelolaan lebih lanjut perlu dilakukan. Salah

satu strategi pengelolaan dapat diterapkan

dengan memahami karakteristiknya melalui ilmu

oseanografi.

Tujuan praktikum oseanografi ini adalah

untuk mengetahui karakteristik wilayah pantai

dengan mengamati dan mempelajari korelasi

parameter fisika, kimia, dan biologinya.

Praktikum dilakukan di kawasan Pantai Krakal,

Desa Ngestirejo, Kecamatan Tanjung Sari,

Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta pada hari

Sabtu, 2 Mei 2015 hingga Minggu, 3 Mei 2015

selama 24 jam.

METODOLOGI PENELITIAN

Praktikum ini dilaksanakan di Pantai

Krakal, Desa Ngestirejo, Kecamatan Tanjung

Sari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta pada

hari Sabtu, 2 Mei 2015 hingga Minggu, 3 Mei

2015 selama 24 jam. Pengamatan parameter

fisika setiap 1 jam, parameter kimia tiap 2 jam,

dan parameter biologi tiap 3 jam.

Alat yang digunakan saat praktikum

dibagi menjadi 3 kelompok yaitu peralatan

untuk pengamatan parameter fisika, kimia, dan

biologi. Adapun peralatan pengamatan fisika

meliputi tissue, teropong, senter, rol meter,

tongkat kayu 2m, stopwatch, kompas, tali

pramuka, anemometer, secchi disk, mistar, dan

ember. Parameter kimia menggunakan perlatan

berupa botol oksigen, pipet ukur berbagai

ukuran, pipet tetes, erlenmeyer, gelas ukur, pH

meter, termometer. Selain itu juga digunakan

beberapa bahan kimia seperti larutan MnSO4,

NaOH-NaI, H2SO4 pekat, indikator amilum,

Na2S2O3 1/80N, H2SO4 0,02N, indikator PP,

indikator MO, NaOH 1/44N, dan aquades.

Parameter biologi menggunakan perlatan seperti

botol sampel, plankton net, toples, jraing larva,

dan ember. Sedangkan bahannya formalin 4%.

Metode yang digunakan adalah metode

pengamtan langsung. Adapun parameter yang

diamati adalah parameter fisika, kimia, dan

biologi. Parameter fisika meliputi frekuensi

gelombang diamati menggunakan teropong

dengan melihat banyaknya gelombang yang

terbentuk selama 1 menit. Pasang-surut diamati

dengan menggunakan patok. Kecepatan angin

menggunakan anemometer sedangkan arah

angin menggunakan kompas dan tissue.

Kemiringan pantai menggunakan patok dan rol

meter lalu dihitung menggunakan rumus

trigonometri. Suhu air dan udara diukur dengan

termometer.

Parameter kimia meliputi DO,

alkalinitas, CO2, pH, salinitas. DO diketahui

dengan metode winkler dan dititrasi

menggunakan 1/80 Na2S2O3, rumus : DO =

Page 3: Oseanografi jurnal

x a x f x 0,1 mg/l ; alkalinitas dengan metode

alkalimetri dan dititrasi dengan 0,02N H2SO4,

rumus : CO3- =

x C x 1 mg/l ; pengukuran

kandungan CO2 bebas menggunakan metode

alkalimetri dan dititrasi menggunakan 1/44

NaOH, rumus : CO2 bebas =

x b x f x 0,1

mg/l ; pengukuran pH menggunakan pH meter;

dan salinitas diukur dengan refraktometer.

Parameter biologi meliputi pengamatan

larva ikan yang dominan di sekitar pantai dan

pengamatan plankton. Pengambilan plankton

menggunakan plankton net. Pengamatan

plankton dilakukan di laboratorium dengan

mengamati densitas dan diversitasnya dengan

metode Shannon-wiener , H= -Σ

2log

.

Pengamatan larva ikan juga dilakukan di

laboratorium. Sebelumnya larva ikan yang

terjaring diawetkan dengan formalin 4%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan visual untuk stasiun I,

areanya berupa pantai dengan bukit yang landai.

Dasar pantainya terdiri dari batuan karang yang

ditumbuhi Ulva. Kondisi sekitar cukup ramai

karena banyak dimanfaatkan wisatawan untuk

berselancar dan berenang. Disekitarnya

ditumbuhi beberapa pohon dan perdu.

Secara visual, stasiun II keadaannya

tidak jauh berbeda dengan stasiun I. Yaitu

memiliki bukit pasir yang landai, dasar pantai

berupa batuan karang yang ditumbuhi Ulva, dan

keadaan sekitarnya yang ditumbuhi tanaman dan

perdu. Wisatawan banyak berselancar disini,

walaupun arus dan gelombangnya cukup tenang.

Stasiun III masih sama dengan stasiun

sebelumnya, dasarnya berupa batuan karang

namun jarang ditumbuhi Ulva. Kondisinya

cukup sepi karena lokasi pantainya tertutup

dinding menyerupai tanggul yang sengaja

dibangun untuk menghindari abrasi. Pantai

cukup memiliki kemiringan yang jelas akibat

posisi pantai yang tersembunyi dibalik dinding

tanggul.

Stasiun VI tidak jauh berbeda dengan

stasiun III yaitu posisi pantainya yang miring,

dasar pantainya berupa batuan karang yang

jarang ditumbuhi Ulva, dan kondisi pantai yang

sepi karena tertutup tembok batu seperti tanggul.

Dibandingkan dengan stasiun I dan II,

gelombang dan arus stasiun III dan IV lebih

besar. Selain itu vegetasi di sekitar Stasiun III

dan IV jarang bila disbanding stasiun I dan II. Tabel 1. Hasil pengamatan parameter fisik vs waktu

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

11.00 29 30 29 29 26 26 27 25 0,15 0,8 0,3 0,85 0,08 0,01 0 0 BD TE - - 0,07 0,10 0,13 0,09

12.00 31 31 29 30 22,5 29 26 31,4 0,17 0,4 0 0,26 1,2 0,6 0 0,9 BD TE - T 0,08 0,16 0,08 0,10

13.00 31 31 31 30 29,5 29 28 27 0,1 0,65 0,05 0,25 1,25 1 1,25 0,8 BD TL - TL 0,08 0,13 0,11 0,08

14.00 33 31 30,5 31 29 29,25 26 32,5 0,02 0,39 0,07 0,65 0,6 0,27 0,85 0,5 T TL TL - 0,05 0,15 0,07 0,08

15.00 32 32 30 30 28 29 27 30 0,04 0 0,25 0,2 0,7 0,8 3,2 1,5 TL T T TL 0,09 0,11 0,31 0,08

16.00 29 30 30 30 26 26 25,75 28 0,2 0,13 0,35 0,06 0,5 0,73 0 0,58 TE T TE TE 0,09 0,28 0,11 0,08

17.00 29,5 30,5 30,5 28,5 29 26,5 25 26,5 0,96 0,4 0,33 0,2 0 0,1 0 0,15 - BD - TE 0,14 0,07 0,10 0,09

18.00 29 29 29 29 27 26 25 26 0,5 0,83 0,36 1,2 0 0,26 0 0,1 - T - B 0,12 0,23 0,07 0,10

19.00 29 30 30 29 26 26,5 25 25 1,3 0,9 1 1,3 0 0 0 0 - TE - BD 0,07 0,07 0,13 0,13

20.00 30 30 30 29 25 26 25 26 0,98 0,76 1 1,75 0 0,21 0,75 0 BD S TL BD 0,08 0,10 0,10 0,01

21.00 30 29 23 23 27 26 25 25 1,35 0,1 1,2 1,08 0 0 0 0 - - - - 0,13 0,01 0,10 0,91

22.00 30 26 28 27 25 30 25 25 0,4 0,9 0,54 0,05 0 0 0 0,1 S TE - TE 0,08 0,10 0,13 0,20

23.00 29,5 29 27 29 25 26 24 26 1,28 0,45 0,55 0,55 0,48 0 0 0 S - - S 0,08 0,15 0,10 0,12

24.00 28 29 27,5 29 25 25 24,5 26 0,45 0,3 0,38 0,5 0 0 0 0,1 - - - TE 0,06 0,08 0,14 0,09

01.00 29 29 28,5 29 25 24 24 25,6 0 0,1 0,3 0,13 0 0 0 0 - - - S 0,10 0,10 0,12 0,07

02.00 28,5 29 28 29 25,5 25 24 25 0,02 0 0 0,25 0 0 0 0 - - - - 0,06 0,11 0,05 0,08

03.00 28 29 29 30 25 25 25 25 0,45 0 0,04 0,04 0 0,04 0 0,1 BL S - S 0,12 0,13 0,07 0,08

04.00 28 29 29,5 29 24 25 27,6 25 0,3 0,15 0,33 0,7 0 0 0,1 0,05 - - U TL 0,08 0,15 0,18 0,21

05.00 29,5 29 27 22 25 25 24 24 1,3 0,35 0,85 0,08 0 0 0 0 - B - - 0,11 0,17 0,08 0,08

06.00 28 30 30 29,5 25 24,5 24 25,5 1,2 0,6 1 1,7 0 0 0 0,1 - - - TL 0,09 0,09 0,06 0,18

07.00 29 27,5 29 30 26 29,25 25 26 1,25 1,5 1,25 1,62 0,1 0 0 0 BD - BD - 0,13 0,07 0,10 0,08

08.00 28 31 28,5 29 28 28 26 28 1,4 1,7 1,4 1,25 0 0,2 0 0 - BD - - 0,08 0,10 0,09 0,10

09.00 29,5 29 28,5 29 26,75 27 27 26,5 1,7 1 1,3 1,75 1,12 0,9 1,2 0,2 BL BL BL U 0,08 0,11 0,13 0,09

10.00 28 29 29,5 29 26 27 28,5 28 1,65 1 1 1,43 0,9 0,9 0,7 3,2 U BL TL U 0,07 0,08 0,08 0,09

Keterangan : U ( Utara); TL (Timur Laut); T (Timur); TE (Tenggara); S (Selatan); BD (Barat Daya); B (Barat); BL (Barat Laut).

Pengamatan Parameter Fisik

Waktu

Parameter yang di amati (stasiun)

Suhu Air Suhu Udara Pasang Surut (m) Kecepatan Angin (m/s) Arah Angin Frekuensi Gelombang

Page 4: Oseanografi jurnal

Tabel 2. Hasil pengamatan parameter kimia vs waktu

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

11.00 6,4 6,4 5,34 3,22 0 0 8,5 0 119 96 122 119 34,5 34 33 34 7,2 7,2 7 7,3

13.00 4,44 7,5 7,2 3,8 0 0 0,24 0 112 175 117 106 35 35 35 34 7,35 7,35 7,45 7,3

15.00 6,8 6,9 7,26 5,5 0 0 0 0 112 114 113 101 30 31 32 32 7,2 7,2 7 7,7

17.00 6,17 5,6 5,3 5,7 1,4 9 0 0 116 109 115 138 33 34 31 33 7,2 7,15 7,1 7,05

19.00 5,84 5,05 6,23 0,42 0 0 3,2 0 138 135 71 129 35 34,5 34,5 35 7,15 7,2 7,3 7,3

21.00 7 5,1 7,4 5,4 0 0 0,19 10,2 128 131 124 136 33 32 34,5 35 7 8,1 7,35 7,3

23.00 3,9 7 8,14 3,78 0 12 6,4 0 124 136 127 148 34 34 32 31 7,2 7,2 7,2 7,2

01.00 4,53 6,18 6,9 6,4 0 0 1,8 0,95 123 135 136 194 34 35 34,5 32 7,25 7,3 7,25 6,8

03.00 7,45 6,3 3,95 7,48 5,4 5,2 5,2 4,3 151 143 158 87 35 34 34 32,5 7,25 7,2 7,25 7,25

05.00 3,75 7,3 6,44 6,1 0 0 0 0 149 146 157 180 32 31 34 30 7,3 7,1 7,1 7,5

07.00 5,7 6,3 4,2 6,7 0 0 4,6 0 124 96 133 124 34 33 33 32 7,3 6,8 7,15 7,1

09.00 5,09 5,8 5,93 6,06 0 0 2,5 0 126 117 128 132 33 32 34 34 6,8 7,05 7,2 7,3

Waktu

Parameter yang di amati (stasiun)

Pengamatan Parameter Kimia

DO CO2 Alkalinitas Sanilitas pH

Tabel 3. Hasil pengamatan parameter biologi vs waktu

I II III IV I II III IV

12.00 853 12651 853 753 3,06 1,16 3,41 3,77

15.00 2761 954 803 5020 0,36 3,43 3,88 0,95

18.00 3815 703 1355 2058 2,94 3,81 3,14 2,91

21.00 351 1707 1104 1958 2,81 2,15 3,45 2,56

24.00 1606 2309 1155 3665 1,86 3,11 2,12 3,59

03.00 2410 1857 2962 1355 2,90 3,08 3,30 3,84

06.00 1857 1205 - 1657 1,71 3,54 - 0,97

09.00 1657 904 1958 3213 1,94 3,73 1,85 3,86

Densitas Plankton Diversitas PlanktonWaktu

Parameter yang di amati (stasiun)

Pengamatan Parameter Biologi

Berdasarkan tabel diatas, untuk

parameter fisika meliputi suhu air, suhu udara,

pasang surut, kecepatan angin, arah angin, dan

frekuensi gelombang.

Pada stasiun I suhu air terendah 23oC

pada pukul 17.00 WIB dan tertinggi pada pukul

15.00 WIB sebesar 31oC sedangkan suhu udara

tertinggi 31oC dan terendah 22oC. Suhu air

tertinggi stasiun II 32oC pada pukul 15.00 WIB

dan terendah 26oC pada pukul 22.00 WIB

Sedangkan suhu udara tertinggi 30oC pada pukul

22.00 dan terendah 24oC pada pukul 01.00 WIB.

Stasiun III mempunyai suhu air tertinggi 31oC

pada pukul 13.00 WIB dan terendah 23oC pada

pukul 21.00 WIB sedangkan suhu udara

tertinggi 28,5oC pada pukul 10.00 WIB dan

terendah 24oC pada pukul 23.00, 01.00, 02.00,

05.00, dan 06.00 WIB. Stasiun IV mempunyai

suhu air tertinggi 31oC pada pukul 14.00 WIB

dan terendah 22oC pada pukul 05.00 WIB

sedangkan suhu udara tertinggi 32,5oC pada

pukul 14.00 WIB dan terendah 24oC pada pukul

05.00 WIB.

Rata-rata suhu air 29oC terendah pada

stasiun IV pukul 05.00 WIB yaitu 22oC dan

tertinggi pada stasiun I pukul 14.00 dengan suhu

33oC. Daerah perairan merupakan habitat

organisme perairan yang memiliki suhu

optimum berkisar 26–31°C (Hutabarat dan

Evans, 1985). Maka suhu perairan Pantai Krakal

termasuk normal karena rentangnya masih

berkisar antara 26–31°C. Sedangkan suhu udara

rata-ratanya 26o C dengan yang terendah 22,5o C

pada stasiun I pukul 12.00 WIB dan tertinggi

32,5oC pada stasiun IV pukul 14.00 WIB.

Menurut Odum (1993), suhu udara yang optimal

bagi kehidupan adalah berkisar antara 28oC-

32oC. Maka suhu udara Pantai Krakal juga

termasuk normal. Suhu udara relatif tidak stabil

dibanding suhu air. Terlihat dari nilai terendah

dan tertinggi suhu udara berada pada rentang

waktu yang sama yaitu siang hari. Sebab suhu

udara lebih cepat berubah dari suhu air karena

udara lebih mudah menyerap dan melepaskan

intensitas panas dari matahari (Odum, 1993).

Pada stasiun I, pasang surut tertinggi 1,7

m pada pukul 22.00 WIB dan terendah 0 meter

Page 5: Oseanografi jurnal

pada pukul 22.00 WIB. Gelombang pada stasiun

I berkisar antara 0,05 - 0,14 gel/s dengan

kecepatan angin 0 – 1,25 m/s. Arah angin

cenderung tidak menentu dan frekuensi

gelombangnya rata-rata 0,9 Hz. Stasiun II

memiliki pasang surut tertinggi 1,7 m pada

pukul 08.00 WIB sebesar 1,7 m dan terendah 0

m pukul 15.00, 02.00, dan 03.00 WIB.

Gelombang berkisar antara 0,01 - 0,28 gel/s

dengan kecepatan angin sekitar 0-1 m/s dengan

arah angin tidak menentu, frekuensi

gelombangnya rata-rata 0,12 Hz. Stasiun III

memiliki pasang surut tertinggi pukul 08.00

WIB sebesar 1,4 m dan terendah pukul 12.00

dan 02.00 WIB sebesar 0 m. Gelombang stasiun

III berkisar antara 0,05 – 0,308 gel/s dengan

kecepatan angin sekitar 0-3,2 m/s dengan arah

angin tidak menetu. Frekuensi gelombang rata-

ratanya 0,11 Hz. Stasiun IV memiliki pasang

surut tertinggi pukul 09.00 dan 20.00 WIB

sebesar 1,75 m dan terendah pukul 03.00 WIB

sebesar 0,04 m. Gelombang berkisar antara

0,011 - 0,91 gel/s dengan Kecepatan angin

sekitar 0 m/s dengan arah angin tidak menentu.

Frekuensi gelombang rata-rat 0,13 Hz.

Kecepatan angin rata-rata 0, kecepatan

tertinggi 3,2 m/s di stasiun IV pukul 10.00 WIB.

Pasang-surut rata-ratanya 0,7 m dengan pasang

tertinggi 1,75 m di stasiun IV pukul 20.00 WIB.

Menurut Pariwono (1989), pasang surut

diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara

berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda

angkasa terutama matahari dan bulan terhadap

massa air di bumi. Jadi wajar bila pasang

tertinggi terjadi pada malam hari sebab ada

gravitasi bulan dan benda-benda langit lain yang

mempengaruhi. Angin rata-rata tidak

berhembus, sehingga arahnya tidak diketahui.

Bila ada angin arahnya ke Barat-Daya, Timur

Laut, Selatan, Tenggara, Utara, Timur. Hal

tersebut sejalan dengan kecepatan angin yang

rata-rata bernilai 0 (tidak berhembus). Frekuensi

gelombang rata-rata 0,11 Hz, tertinggi 0,91 Hz

di stasiun IV pukul 21.00 WIB dan terendah

0,01 Hz di stasiun IV pukul 20.00 WIB.

Gelombang dipengaruhi oleh angin, bila angin

yang bertiup lemah maka gelombang yang

terbentukpun tidak akan tinggi.

Parameter kimia meliputi DO, CO2

bebas, alkalinitas, pH, dan salinitas. Pada stasiun

I kadar DO tertinggi pukul 03.00 WIB sebesar

7,45 ppm, CO2 bebas tertinggi pada pukul 08.00

WIB sebesar 5,4 ppm. Alkalinitas berkisar >100

ppm, pH berkisar 6,8-7,35. Salinitasnya berkisar

antara 30-35 ‰. Stasiun II kadar DO tertinggi

pada pukul 13.00 WIB sebesar 7,5 ppm, CO2

bebas tertingginya 12 ppm pukul 23.00.

Alkalinitasnya berkisar 96-175 ppm. pH sekitar

6,8-8,1 dan salinitas berkisar antara 31-35 ‰.

Stasiun III memiliki kadar DO tertinggi pukul

23.00 WIB sebesar 8,14 ppm dengan CO2 bebas

tertingginya 6,4 ppm pukul 23.00 WIB.

Alkalinitasnya berkisar 71-158 ppm. pH sekitar

7-7,7. Salinitasnya sekitar 31-35 ‰. Stasiun IV

kadar DO tertinggi pada pukul 03.00 WIB

sebesar 7,48 ppm dengan CO2 bebas

tertingginya pukul 21.00 WIB sebesar 10,2 ppm.

Alkalinitasnya berkisar 87-175 ppm. pH sekitar

7,05-7,7 dan salinitasnya berkisar 30-35 ‰.

Rata-rata DO adalah 6 ppm dengan yang

tertinggi 8,14 ppm pada stasiun III pukul 23.00

WIB dan terendah 0,42 ppm pada stasiun IV

pukul 19.00 WIB. Sumber DO dalam air berasal

dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer,

arus atau aliran air melalui air hujan serta

aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan

fitoplankton (Novotny and Olem, 1994).

Berdasarkan pernyataan tersebut maka wajar

bila DO terendah pada pukul 19.00 WIB sebab

fitoplankton sudah tidak aktif berfotosintesis.

Sedangkan yang tertinggi pada pukul 23.00

WIB, hal tersebut dapat disebabkan karena

difusi oksigen terjadi intensif akibat gelombang

dan arus. CO2 rata-ratanya rendah yakni 1,68

ppm sedangkan yang tertinggi 12 ppm pada

stasiun II pukul 23.00 WIB. Semenetara nilai

CO2 terendah adalah 0. Nilai 0 hampir dijumpai

di semua stasiun terutama waktu pagi dan siang.

CO2 wajar bila rendah pada pagi dan siang hari

sebab aktivitas fotosinetsis fitoplankton intensif

terjadi pada waktu tersebut. Sehingga kadar CO2

rendah. Alkalinitas rata-ratanya 128 ppm dengan

yang tertinggi 194 ppm di stasiun IV jam 01.00

WIB sedangkan terendahnya 71 ppm di stasiun

III pukul 19.00 WIB. Alkalinitas adalah

kuantitas anion di dalam air yang dapat

menetralkan kation hidrogen atau juga diartikan

sebagai kapasitas penyangga (buffer) terhadap

perubahan pH perairan (Effendi, 2003). Tinggi

rendahnya nilai alkalinitas ini disebabkan oleh

jumlah ion pembentuk alkalinitas dalam

perairan. Salinitas rata-rata adalah 33,29 dengan

Page 6: Oseanografi jurnal

yang tertinggi 35 pada stasiun II pukul 01.00

WIB sedangkan yang terendah 30 pada stasiun

IV pukul 05.00 WIB. Menurut Welch (1952),

kadar salinitas normal perairan laut mencapai

>30 ‰. Maka dapat dikatakan bahwa salinitas

Pantai Krakal masih tergolong normal. pH rata-

rata normal yaitu 7,22 sedangkan yang tertinggi

adalah 8,1 pada stasiun II pukul 09.00 WIB dan

yang terendah 6,8 di stasiun IV pukul 01.00

WIB.

Parameter biologi meliputi densitas

plankton dan diversitas plankton. Densitas

plankton tertinggi pada stasiun 1 3815 indv/L

pada pukul 18.00 dan densitas terendah 351

indv/L pada pukul 21.00 Sedangkan diversitas

tertinggi 3,06 pada pukul 12.00 dan diversitas

terendah 0,36 pada pukul 15.00. Stasiun 2

menunjukan densitas tertinggi 12651 indv/L

pada pukul 12.00 dan densitas terendah 703

indv/L pada pukul 18.00 sedangkan diversitas

tertinggi 3,81 pada pukul 18.00 dan diversitas

terendah 1,16 pada pukul 12.00. Stasiun 3

menunjukan densitas tertinggi 2962 indv/L pada

pukul 03.00 dan densitas terendah 803 indv/L

pada pukul 21.00 sedangkan diversitas tertinggi

3,88 pada pukul 15.00 dan diversitas terendah

1,85 pada pukul 09.00. Stasiun 4 menunjukan

densitas tertinggi 5020 indv/L pada pukul 15.00

dan densitas terendah 753 indv/L pada pukul

12.00 sedangkan diversitas tertinggi 3,8 pada

pukul 24.00dan 09.00 dan diversitas terendah

0,9 pada pukul 15.00 dan 06.00.

Densitas plankton rata-rata dari semua

stasiun 2176,4 ind/L dengan yang terendah 351

ind/L pada stasiun I pukul 21.00 WIB sedangkan

yang tertinggi 12651 ind/L di stasiun II pukul

12.00 WIB. Densitas plankton adalah kepadatan

plankton persatuan luas. Diversitas plankton

rata-rata 2,75 dengan yang terendah 0,36 di

stasiun I pukul 15.00 WIB sedangkan yang

tertinggi 3,88 di stasiun III jam 15.00 WIB.

Diversitas adalah keragaman jenis plankton

dalam suatu area. Plankton merupakan

sekelompok biota akuatik baik berupa tumbuhan

maupun hewan yang hidup melayang maupun

terapung secara pasif di permukaan perairan, dan

pergerakan serta penyebarannya dipengaruhi

oleh gerakan arus walaupun sangat lemah

(Nybakken, 1992). Oleh sebab itu densitas dan

diversitas plankton dipengaruhi oleh parameter

lain terutama arus dan gelombang.

A. Hubungan Parameter antara Suhu Udara,

Suhu Air, dan DO

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat

bahwa suhu udara lebih fluktuatif dibandingkan

suhu air. Hal tersebut dikarenakan udara lebih

mudah menyerap dan melepaskan intensitas

panas dari matahari, sehingga suhu udara

lebih cepat berubah dari suhu air (Odum,

Page 7: Oseanografi jurnal

1993). Bila dibandingkan dengan suhu

udara, maka suhu air lebih stabil sebab air

memiliki kapasitas penyimpan panas yang

besar dibanding udara. Sehingga meskipun

intensitas cahaya matahari terus berkurang,

namun panas yang terserap masih tersimpan

oleh air. Penurunan tajam suhu air terlihat

pada stasiun IV pada pukul 21.00 WIB. dan

05.00 WIB. Wajar bila suhu air menurun

drastis pada malam hari sebab pada saat

tersebut panas matahari yang tersimpan

telah dilepaskan sehingga suhu air menjadi

dingin. Terlebih saat itu hujan turun di

Pantai Krakal, sehingga membuat suhu turun

drastis. Berdasarkan grafik diatas, suhu air pada

setiap stasiun berkisar antara 28oC-33oC

sedangkan suhu udara pada setiap stasiun

berkisar 22,5oC-29,5oC. Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan diatas bahwa suhu air akan

lebih tinggi daripada suhu udara. Selain itu, suhu

udara dipengaruhi oleh vegetasi. Menurut

Pratiwi (2004) apabila vegetasi cukup lebat,

maka suhu udara akan cenderung lebih

kecil. Kadar oksigen cukup berfluktuasi.

Berdasarkan grafik, DO pada tiap stasiun

menurun pada sore hari mulai pukul 17.00 WIB

hingga dini hari. Menurut Novonty dan Olem

(1994) kadar DO dipengaruhi oleh aktifitas

fitoplankton dan difusi oksigen ke perairan.

Maka wajar bila penurunan DO terjadi pada

kisaran waktu tersebut. Sebab pada kisaran

waktu tersebut, fitoplankton tidak berfotosintesis

karena tidak ada cahaya matahari. DO juga

berhubungan dengan suhu, terutama suhu air.

Suhu air berpengaruh besar terhadap kandungan

oksigen terlarut. Air memiliki stratifikasi

berdarakan suhunya. Suhu permukaan akan

lebih tinggi dibandingkan suhu air dibawahnya,

hal ini dapat berpengaruh pada pengadukan air

yang diperlukan dalam penyebaran oksigen

dalam air (Basuki, 1993).

B. Hubunga Hubungan Parameter antara Suhu

Udara, Suhu Air, Salinitas, dan Densitas

Plankton

B. Hubungan Parameter antara Suhu

Udara, Suhu Air, Salinitas, dan Densitas

Plankton

n Parameter antara Suhu Udara, Suhu Air,

Salinitas, dan Densitas Plankton

Berdasarkan grafik diatas, suhu air pada

setiap stasiun rata-ratanya 29oC sedangkan suhu

udaranya 26oC. Suhu udara memang lebih

rendah dari suhu air sebab air lebih mampu

mempertahankan panas yang diserapnya

sehingga suhunya lebih tinggi dari suhu udara.

Berdasarkan grafik salinitas berkisar

30o/oo-35o/oo dengan rata-ratanya 33,29o/oo.

Salinitas dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti curah hujan, pola sirkulasi air,

Page 8: Oseanografi jurnal

penguapan, pasang surut, pergerakan air laut,

suhu udara dan suhu air. Suhu air dan suhu

udara mempengaruhi penguapan. Makin besar

tingkat penguapan, maka salinitasnya tinggi

dan sebaliknya. Salinitas adalah konsentrasi

total ion yang terdapat di perairan (Boyd,

1988). Penguapan akan menyebabkan ion-

ion terurai sehingga meningkatkan

konsentrasi ion dalam perairan. Menurut

Welch (1952), kadar salinitas normal

perairan laut mencapai >30 ‰. Berdasarkan

pustaka tersebut, maka salinitas Pantai

Krakal tergolong normal. Salinitas menjadi

faktor pembatas keberadaan organisme

akuatik sebab tiap organisme memiliki

rentang ketahanan salinitas yang berbeda.

Maka bila salinitas normal, kepadatan

organisme akan tinggi sebab area tersebut

cocok sebagai tempat hidup organisme

akuatik.

C. Hubungan Parameter antara DO, CO2,

dan pH

Berdasarkan grafik, DO pada tiap

stasiun menurun pada sore hari mulai pukul

17.00 WIB hingga dini hari. Sedangkan CO2

bebas rata-rata meningkat pada rentang waktu

tersebut. Pada ekosistem air yang mengalami

laju fotosintesis tinggi akan dibutuhkan

sejumlah karbondioksida yang banyak

(Barus, 2002). Berdasarkan hal tersebut

wajar bila CO2 meningkat pada rentang

waktu tersebut, sebab pada saat itu aktivitas

fotosintesis tidak berlangsung intensif

sehingga CO2 tinggi dan DO rendah. pH

dapat mempengaruhi CO2 bebas dimana

semakin rendah pH maka CO2 bebas akan

semakin tinggi. Hal tersebut berkaitan

dengan sistem penyangga oleh alkalinitas.

D. Hubungan Parameter antara DO dan

Salinitas

Page 9: Oseanografi jurnal

Salinitas dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti curah hujan, pola sirkulasi air,

penguapan, pasang surut, pergerakan air laut,

suhu udara dan suhu air. Suhu air dan suhu

udara mempengaruhi penguapan. Makin besar

tingkat penguapan, maka salinitasnya tinggi

dan sebaliknya. Salinitas adalah konsentrasi

total ion yang terdapat di perairan (Boyd,

1988). Bila suhu tinggi maka ion-ion akan

terurai dan meningkatkan total konsentrasi

ion perairan yang otomatis meningkatkan

salinitas. Suhu perairan juga mempengaruhi

DO, bila suhu tinggi maka DO akan

meningkat. Peningkatan suhu 1oC

meningkatkan oksigen sekitar 10% (Brown,

1987).Maka secara tidak langsung DO dan

salinitas berhubungan. Bila DO tinggi maka

salinitas akan tinggi.

E. Hubungan Parameter antara CO2,

Alkalinitas, dan pH

Alkalinitas adalah kuantitas anion di

dalam air yang dapat menetralkan kation

hidrogen atau juga diartikan sebagai kapasitas

penyangga (buffer) terhadap perubahan pH

perairan (Effendi, 2003). Alkalinitas dan pH

saling berkaitan. Sebab alkinitas berfungsi

sebagai sistem penyangga. Tinggi rendahnya

nilai alkalinitas ini disebabkan oleh banyaknya

ion pembentuk alkalinitas dalam perairan. Ion-

ion tersebut antara lain ion bikarbonat, karbonat,

dan hidroksida. Masing-masing ion terbentuk

akibat reaksi karbondioksida dalam air.

Karbondioksida dalam air akan bereaksi dengan

basa yang terdapat pada batuan dan tanah

membentuk bikarbonat (HCO3-).

CaCO3 + CO2 + H2O Ca2+ + 2HCO3-

Ion bikarbonat inilah yang bertindak sebagai

sistem buffer yang mempertahankan pH tetap.

Sebab ion bikarbonat bersifat alkalis karena

bereaksi dengan ion H+ namun bikarbonat juga

dapat berperan sebagai asam dengan melepaskan

ion H+.

HCO3- + H+ H2O + CO2

HCO3- H+ + CO3

2-

Dengan adanya sistem buffer tersebut, jika ion

H+ meningkat maka ion ini akan bereaksi dengan

HCO3- membentuk CO2 dan H2O sehingga

perubahan pH hanya sedikit. Sebaliknya, bila

Page 10: Oseanografi jurnal

ion OH- meningkat maka CO2 bereaksi dengan

H2O membentuk lebih banyak ion H+ sehingga

perubahan pH hanya sedikit (Effendi, 2003).

Maka antara pH, alkalinitas, dan CO2 saling

berkaitan.

F. Hubungan Parameter antara Diversitas

Plankton dan Nilai Penting Larva

Tabel Larva Ikan Stasiun I

Wakt

u Spesies Larva

Jumla

h

12.00 Stolephorus indicus 1

Stolephorus sp. 8

18.00 Stolephorus indicus 1

24.00

Polyipnus triphanos 2

Stolephorus indicus 3

Stolephorus sp. 14

06.00 - -

Tabel Larva Ikan Stasiun II

Waktu Spesies Larva Jumlah

12.00 Stolephorus indicus 18

Stolephorus sp. 5

18.00 Stolephorus indicus 3

Stolephorus sp. 6

24.00 Stolephorus devisi 1

06.00 - -

Tabel Larva Ikan Stasiun III

Waktu Spesies Larva Jumlah

15.00 - -

21.00 Stolephorus devisi 1

03.00 Stolephorus waitei 1

09.00 Stolephorus devisi 1

Tabel Larva Ikan Stasiun IV

Waktu Spesies Larva Jumlah

15.00 - -

21.00 - -

03.00 - -

09.00 Stolephorus devisi 6

Berdasarkan grafik nilai tertinggi

diversitas plankton ialah pada stasiun IV pukul

09.00 WIB dan terendah pada stasiun I pukul

15.00 WIB. Distribusi plankton banyak

dipengaruhi oleh intensitas matahari. Pada pagi

hari dimana intensitas cahaya masih rendah dan

suhu permukaan air masih relatif dingin

plankton berada tidak jauh dengan permukaan.

Pada siang hari plankton berada cukup jauh dari

pemukaan karena ’menghindari’ cahaya yang

terlalu kuat. Pada sore hingga malam hari

plankton begerak mendekati bahkan berada pada

daerah permukaan (Gross,1988). Plankton

merupakan sekelompok biota akuatik baik

berupa tumbuhan maupun hewan yang hidup

melayang maupun terapung secara pasif di

permukaan perairan, dan pergerakan serta

penyebarannya dipengaruhi oleh gerakan arus

walaupun sangat lemah (Nybakken, 1992).

Maka distribusi plankton selain dipengaruhi

cahaya matahari juga dipengaruhi oleh

gelombang dan arus.

Larva ikan dipengaruhi kandungan DO.

Bila DO tinggi maka larva ikan yang ada cukup

banyak. Larva ikan menggunakan oksigen untuk

metabolisme tubuhnya. Larva ikan yang

terambil diantaranya seperti : Stolephorus devisi,

Stolephorus sp., Stolephorus waitei, Polypipnus

triphanos dan Stolephorus inclicus. Spesies

larva ikan tertinggi yaitu Stolephorus indicus

pada stasiun II pukul 12.00 WIB.

Page 11: Oseanografi jurnal

KESIMPULAN

Pantai Krakal memiliki karakteristik

pantai berbatu (rocky bottom). Suhu air

pada setiap stasiun pasang surut berkisar

0-1,65 m, kecepatan angin berkisar 0-

3,2 m/s, dan frekuensi gelombang

berkisar 0,05-0,91 Hz. DO berkisar

3,22-7,5 ppm, CO2 berkisar 0-12 ppm,

Alkalinitas berkisar >100 ppm, salinitas

berkisar 30-35 o/oo, dan pH berkisar 6,8-

8,1. Densitas plankton berkisar 703-

12651 indv/L, diversitas plankton

berkisar 1,16-3,88, dan larva ikan yang

didapatkan ialah Stolephorus devisi,

Stolephorus sp., Stolephorus waitei,

Polypipnus triphanos dan Stolephorus

inclicu

Hubungan parameter antara suhu dan

DO ialah apabila suhu tinggi maka DO

akan tinggi, suhu berbanding lurus

dengan salinitas dan densitas plankton,

DO berbanding terbalik dengan CO2 dan

pH, DO, diversitas berbanding lurus

dengan salinitas, CO2 berbanding

terbalik dengan alkalinitas dan pH,

diversitas plankton tergolong normal

dan larva ikan yang teridentifikasi

paling banyak yaitu Stolephorus

inclicus.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 2007. Oseanografi. FITB ITB. Bandung.

Barus, T.A. 2002. Pengantar Limnologi.

Universitas Sumatra Utara. Medan.

Basuki, S. 1993. Diktat Ilmu Ukur Tanah.

Jurusan Geodesi Fakultas Teknik

UGM, Yogyakarta

Boyd. 1988. Water Quality In Warm Water Fish

Ponds. Craff Masker Printer. Alabama.

Brown, A. L. 1987. Freshwater Ecology.

Heinemann Educational Books.

London. 163 p.

Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius.

Yogyakarta

Gross, A. J., & Clark, V. A. 1988. Survival

distributions: Reliability applications in

the medical sciences. New York: Wiley.

Hutabarat, S dan Evans, S. M. 1984. Pengantar

Oseanografi. Penerbit UI, Jakarta.

Novotny, V. dan Olem H. 1994. Water Quality:

Prevention, Identification, and

Management of Diffuse Pollution. van

Nostrand Reinhold. New York.

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu

Pendekatan Ekologis. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Gajah

Mada University Press. Yogyakarta.

Pariwono, J.I. 1989. Gaya Penggerak Pasang

Surut. Dalam Pasang Surut. Ed.

Ongkosongo, O.S.R. dan Suyarso. P3O-

LIPI. Jakarta. Hal. 13-23

Pratiwi, et. al. 2004. Panduan Pengukuran

Kualitas Air Sungai. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Welch, P. 1952. Limnology. Mc Graw Hill

Book Company. New York.