Upload
yanti-wijaya
View
46
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
CASE MULTIPLE FRACTURE
DISUSUN OLEH :SITI ASRIYANI030.07.247 PEMBIMBING :DR.DAVID IDRIAL,SPOT
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Vincent Jenis kelamin : laki - laki Umur : 4 tahun Suku bangsa : WNI Status perkawinan : belum menikah Agama : islam Pekerjaan: - Pendidikan : tk Alamat : jl. Menteng Dalam no 21 Tanggal masuk RS : 4 mei 2013
ANAMNESIS alloanamnesis dengan ibu os pada tanggal 13 Mei 2011 pukul 16:00 WIB.
Keluhan Utama:
Kaki kiri ditabrak mobil sejak 1 hari smrs Keluhan tambahan :
Nyeri pada daerah paha kaki kiri pasien
Riwayat Penyakit Sekarang:
Os datang ke UGD RSUD Budi Asih pada tanggal dengan keluhan kaki kiri ditabrak mobil pada saat sedang bermain di taman dekat rumah sejak 4 jam SMRS .
Setelah kejadian Os menangis kesakitan terus-menerus karena nyeri, nyeri dirasa sama dan tidak makin berkurang maupun bertambah selama perjalanan ke rumah sakit. Os tidak pingsan , tidak mual, tidak muntah , tidak sakit kepala, tidak demam, tidak batuk, tidak pilek , dan tidak ada gangguan BAK maupun BAB .
Penyakit Penyakit Dahulu
Os tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya. Os tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.
Riwayat Keluarga
Keluarga os juga tidak pernah mengalami hal yang sama seperti os
Pemeriksaan fisik
Kondisi umumKeadaan Umum
: Tampak
sakit sedang
Kesadaran:
Compos Mentis
Tanda vital
Tekanan Darah
90/60mmHg
Denyut Nadi
110x/mins
Pernapasan
24x/mins
Suhu 37 ͦC
Pemieriksaan fisik
KEPALA Normosefali, rambut hitam tersebar merata, tidak mudah dicabut, berkeringatMATA Pupil bulat isokor, CA-/-, SI -/-TELINGA Tidak ada deformitas, sekret -/-, nyeri tekan -/-, nyeri tarik -/-HIDUNG Septum deviasi (-), sekret -/-, konka hiperemis -/-, massa -/-MULUT Bibir kering, oral hygiene baik, tonsil T1/T1, arcus faring simetris normal,
dinding posterior faring normal Lidah kotor, tepi hiperemis, tremorLEHER KGB : Tidak teraba pembesaran Tiroid : Tidak teraba pembesaran JVP : 5 – 1 cmH20
thorax
INSPEKSI Bentuk normal, retraksi sela iga (-)
PALPASI Vocal fremitus simetris, Pulsasi ictus cordis di ICS V 1cm medial linea
midklavikula kiri,
PERKUSI Sonor pada seluruh lapang paru Batas Paru – Hepar : ICS 5 linea midklavikula kanan Batas Kanan Jantung : ICS 3-5 linea sternalis kanan Batas Paru – Lambung : ICS 7 linea axillaris anterior Batas Kiri Jantung: ICS 5 1 cm medial line midklavikula kiri Batas Atas Jantung : ICS 3 linea parasternalis kiri
AUSKULTASI BJI-II Reg, M (-) G (-) Snvesikular, Rh -/- Wh -/-
abdomen
INSPEKSI Datar, distensi abdomen (-), dilatasi vena (-)
AUSKULATASI BU (+) 2x/menit
PERKUSI Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
PALPASI Supel, nyeri tekan (-), defence muscular (-), hepar dan lien
tidak teraba membesar, ginjal : ballottement (-)
ekstremitas
++
++
- -
- +
oedemAkral hangat
STATUS LOKALIS REGIO 1/3 DISTAL FEMUR SINISTRA
Inspeksi (Look) : Raut muka Os tampak sakit sedang Cara berjalan Os : Os datang digendong oleh orangtuanya karna
kakinya sakit Cara duduk : Os tidak dapat melakukan ekstensi dan fleksi dengan
sempurna pada kaki karena sakit Warna kulit dan tekstur kulit tampak normal, tidak hiperemis Terdapat oedem pada region genus sinistraPalpasi (Feel) : Teraba hangat pada daerah oedem Nyeri tekan (+), nyeri tidak menyebar pada daerah lain Kekuatan Otot/Power : tidak dapat dinilai karna nyeri Pergerakan (Move) : Os mengeluh kesakitan pada saat ekstensi Tidak ditemukan adanya krepitasi
STATUS LOKALIS REGIO CRURIS SINISTRA
Inspeksi (Look) : Raut muka Os tampak sakit sedang Cara berjalan Os : Os datang digendong oleh orangtuanya karna kakinya sakit Cara duduk : Os tidak dapat melakukan ekstensi dan fleksi dengan sempurna
pada kaki karena sakit Warna kulit dan tekstur kulit tampak normal, tidak hiperemis Tidak terdapat oedem pada region cruris sinistra Ankle dextra : vulnus ecxoriatum Ankle sinistra : vulnus laceratum ankle sinistra dan vulnus ecxoriatum ankle
sinistra Palpasi (Feel) : Teraba hangat pada daerah oedem Nyeri tekan (+), nyeri tidak menyebar pada daerah lain Kekuatan Otot/Power : tidak dapat dinilai karna nyeri Pergerakan (Move) : Os mengeluh kesakitan pada saat ekstensi Tidak ditemukan adanya krepitasi
Pemeriksaan penunjang 4 mei 2013
Fractur pertengahan distal femur sinistra
Struktur tulang baik
Tidak tampak distorsi tulang
Rontgent femur sinistra AP lateral
Pemeriksaan penunjang6 mei 2013
Fractur pertengahan sepertiga os tibia dengan aligment tulang tidak segaris . Struktur tulang baik . Tidak tampak distorsi tulang
os fibula normal
Rontgent cruris Kesan
6 mei 2013
Hilus baik Cor normal Kesimpulan :
thorax dalam batas normal
Rontgent thorax Kesan
Pemeriksaan laboratorium 5 mei 2013
Leukosit 14,6* ribu/µl (5 – 14,5) Eritrosit 3,7* juta/µl (3,7-5,7) Hemoglobin 10,3* g/dl (10,8-12,8) Hematokrit 30* % (31-43) Trombosit 380 ribu/µl (217-497) LED 25*mm/jam(0-10) Basofil 1% (0-1) Eosinofil 1%(1-5) Neutrofil batang 4%(3-6) Neurofil segmen 55%(25-60) Limfosit 29%(25-50) Monosit 10*%(1-6)
Resume
Os datang ke UGD RSUD Budi Asih pada tanggal 4 Mei 2013 pukul 20:35 dengan keluhan kaki kiri ditabrak mobil pada saat sedang bermain di taman dekat rumah sejak satu hari SMRS . Setelah kejadian. Setelah kejadian ditemukan luka robek di kaki kiri dan luka lecet di kedua kaki Os, Os menangis kesakitan namun tidak pingsan , tidak mual, tidak muntah , tidak sakit kepala, tidak demam, tidak batuk, tidak pilek , dan tidak ada gangguan BAK maupun BAB .ada gangguan BAB dan BAK.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tampak sakit sedang. tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 110 x/menit, suhu 37 oc ,pernafasaan 24/menit . Status generalis dalam batas normal. Status lokalis Ekstremitas Bawah di dapatkan vulnus ecxoriatum ankle dextra dan vulnus laceratum ankle sinistra dan vulnus ecxoriatum ankle sinistra
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 14,6 ribu/µl , eritrosit 3,7 juta/µl, hemoglobin 10,3 g/dl,hematokrit 30 %, LED 25 mm/jam, monosit 10 %.
Multiple fracture : Fracture femur sinistra 1/3 tengah tertutup ( fracture sheft femur sinistra) dan fracture tibia sinistra ( isolated tibia sinistra )
Diagnosis kerja
Dislokasi tibia sinistra
Diagnosis banding
Penatalaksanaan (ugd)
Periksa ABC Periksa laboratorium
darah lengkap Rontgent femur sinistra WT HT ( wound toiled
heacting ) Pasang bidai pada tukai
kiri Pasien rawat inap
Injeksi TT ½ cc Injeksi ATS ½ cc Paracetamol syirup 3x1 ½
cth Sporetic syirup 3x1 cth
Medikamentosa Nonmedikamentosa
Penatalaksanaan ( rawat inap )
Pasien dikonsul ke spesialis anak
Direncanakan operasi Bed rest total Minimalkan pergerakan
Pre OP : Sedia darah PRC 300 cc IVFD asering 10 tts/mnt Injeksi novalgin 1amp dalam 500
cc/12 jam Injeksi cefotaxim 2x500 mg Syrup proris 3x1 cth Post OP : IVFD asering 1000 cc/24 jam Injeksi cefotaxim 500 mg/8 jam Injeksi novalgin ampul dalam 500
cc /12 jam Injeksi ketorolac 10 gr/8 jam Syrup proris 3x1 cth k/p Syrup polycilan 3x1 cth Transfusi PRC 300 cc
Non medikamentosa
Medikamentosa
prognosis
Ad vitam : ad bonam Ad functionam : ad bonam Ad sanationam : ad bonam
Follow up tanggal 6 mei 2013
S : pro op orifO : Status lokalis : terpasang bidai pada tungkai kiriA : fractur sheft femur sinistra , isolated tibia sinistra ,
vulnus laceratum ankle sinistra P : persiapan operasi : Rontgent thorax dan rontgent cruris AP lateral Sedia darah PRC 300 cc Konsul spesialis anak untuk rencana operasi IVFD asering 10 tts/mnt Injeksi novalgin 1amp dalam 500 cc/12 jam Injeksi cefotaxim 2x500 mg Syrup proris 3x1 cth
Follow up tanggal 7 Mei 2013
S : pre op orif kamis tanggal 9 mei 2013 jam 09:00O :Status lokalis : terpasang bidai pada tungkai kiri A : fractur sheft femur sinistra , isolated tibia sinistra , vulnus
laceratum ankle sinistraP : - persiapan op lanjut - rawat bersama spesialis anak dan lain-lain lanjut - sedia darah PRC 300 cc - rawat luka
Pemeriksaan laboratorium 7 mei 2013 Waktu perdarahan 4.00 Menit (1-6) Waktu pembekuan 13.00 Menit (5-15)
Follow up tanggal 8 Mei 2013
S : -
O :Status lokalis : terpasang bidai pada tungkai kiri
A : fractur sheft femur sinistra , isolated tibia sinistra , vulnus laceratum ankle sinistra
P : - persiapan op lanjut - rawat bersama spesialis anak dan lain-lain lanjut
Follow up tanggal 9 Mei 2013
S : -O : Status lokalis : terpasang bidai A : fractur sheft femur sinistra , isolated tibia sinistra , vulnus
laceratum ankle sinistraP :lanjutkan pemberian PRC 200 cc
Pemeriksaan laboratorium 9 mei 2013 Leukosit (WBC) 9.9 ribu/µL (5-14.5 ) Hemoglobin (HGB) 8.6 g/Dl (10.8-12.8) Hematokrit 26% (31-43) Trombosit (PLT) 369 ribu/µl (217-497)
Follow up tanggal 10 Mei 2013
S : pasien demamO : S : 39 C. Status lokalis : terpasang bidai A : fractur sheft femur sinistra , isolated tibia sinistra , vulnus
laceratum ankle sinistraP : -
laboratorium 10 mei 2013
Leukosit (WBC) 12.2 ibu/µL (5-14.5) Hemoglobin (HGB) 11.2 g/Dl (10.8-12.8) Hematokrit 33 % (31-43) Trombosit (PLT) 405 ribu/µl (217-497)
Follow up tanggal 11 Mei 2013S : post operasi orif (multiple),debridement ,wound toilet H+1O : Status lokalis : terpasang balutan pada daerah operasiA : multiple fracture femur dan isolated tibia sinistraP : instruksi post operasi : Awasi keadaan umum dan tanda vital IVFD asering 1000 cc/2 jam Injeksi cefotaxim 500 mg/8 jam Injeksi novalgin ampul dalam 500 cc /12 jam Injeksi ketorolac 10 gr/8 jam Foto femur sinistra ap lateral Syrup proris 3x1 cth k/p Syrup polycilan 3x1 cth Transfusi PRC 300 cc Cek laboratorium darah Pertahankan balutan Bila ada keluhan lain ,segera lapor
Post orif femur sinistra (11 mei 2013 )
Kesan : terpasang plate scrup
pada tulang femur aligment tulang baik tidak terjadi destruksi
tulang
Follow up tanggal 13 Mei 2013
S : keluhan nyeri dan demam tidak ada
O : Status lokalis : luka tertutup kasa kering,rembesan tidak ada ,produksi drain minimal.
A :lock orif H+2 fraktur femur sinistra dan tibia sinistra
P : injeksi cefotaxim 3x500 mg Syrup proris 3x1 cth Syrup polysilane 3x1 cth Boleh mobilisasi duduk Pro aff drain , Pro aff DC, dan rawat luka Cek laboratorium darah Rontgen cruris sinistra ap lateral
Post orif cruris AP lat ( 13 mei 2013 )
Kesan : Terpasang plate dan scrup
pada os tibia Kedudukan tulang baik Tidak tampak destruksi
tulang
Laboratorium 13 mei 2013
Leukosit (WBC) 9.9 ribu/µL (5-14.5) Hemoglobin (HGB) 11.5 g/Dl (10.8-12.8) Hematokrit 34 %(31-43) Trombosit (PLT) 484 ribu/µl (217-497)
Follow up tanggal 14 mei 2013
S : post op H+3O : Status lokalis : luka tertutup kasa kering,rembesan tidak
ada ,produksi drain minimal A : fractur femur dan tibia sinistra P : Diit trip Injeksi lanjut sampai dengan besok pagi Syrup cefotaxim 3x1 cth Syrup proris 3x1 cth k/p Syrup osteocare 3x1 cth Syrup polysilane 3x1 cth k/p Rawat luka , GV , aff drain , dan aff DC Boleh mobilisasi duduk tapi tidak boleh sampai mentok Bsok boleh rawat jalan
Tinjauan pustaka FRACTURE
BAB IPendahuluan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang disebabkan oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik).
Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh Internal Fixation).
BAB IIFRACTURE* DEFINISI
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Syamsuhidayat. 2004: 840).
terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Brunner & Suddarth. 2001 : 2357).
terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915).
patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183).
Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.
patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan dari tulang itu sendiri dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap, tidak lengkap. (Arice, 1995 : 1183)
terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan.(Oswari, 2000 : 144)
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Mansjoer, 2000 : 42)
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).
fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan.
ANATOMI EKSTREMITAS INFERIOR
epidemiologi
Menurut data kepolisian Republik Indonesia Tahun 2003, jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kejadian, tahun 2001 jumlah korban mencapai 1717 orang, tahun selanjutnya 2.277 orang, 2003 sebanyak 2.672 orang. Tahun 2004, jumlah ini meningkat menjadi 3.977 orang. Tahun 2005 dari Januari - September, jumlah korban mencapai 3.620 orang
Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke. adalah fraktur (patah tulang).
fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas dan fraktur vertebra.
Dari semua jenis fraktur, fraktur tungkai atas atau lazimnya disebut fraktur femur (tulang paha) memiliki insiden yang cukup tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah.
etiologi Trauma a. Langsung (kecelakaan lalulintas, cedera dan benturan
langsung) b.Tidak langsung (jatuh dari ketinggian dengan posisi
berdiri/duduk sehingga terjadi fraktur tulang belakang )
Patologis : Metastase dari tulang akibat penyakit kanker, osteoporosis
Degenerasi
Spontan : Terjadi tarikan otot yang sangat kuat,gerakan putar mendadak.
Menurut Oswari E, (1993) ; Penyebab Fraktur adalah : 1. Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan
patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
klasifikasi
1.Menurut jumlah garis fraktur
a. Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur)
b. Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur)
c. Comminutive fraktur (banyak garis fraktur/fragmen kecil yang lepas)
2. Menurut luas garis fraktur : a. Fraktur inkomplit
(tulang tidak terpotong secara langsung)
b. Fraktur komplit (tulang terpotong secara total)
c. Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada perubahan bentuk tulang
3. Menurut bentuk fragmen :
a. Fraktur transversal (bentuk fragmen melintang)
b. Fraktur obligue (bentuk fragmen miring)
c. Fraktur spiral (bentuk fragmen melingkar)
4. menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar :
a. Fraktur Terbuka (Compound Fracture). Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam), atau from without (dari luar), terbagi 3 :
1).Pecahan tulang menembus kulit, kerusakan jaringan sedikit, kontaminasi ringan, luka <1 cm.2). Kerusakan jaringan sedang, resiko infeksi lebih besar, luka >1 cm.3).Luka besar sampai ± 8 cm, kehancuran otot, kerusakan neurovaskuler,kontaminasi besar.
b. Fraktur Tertutup (Simple Fracture). Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan / tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar
5. Fraktur dengan komplikasi (Complicated Fracture). Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi : malunion, delayed union, non union, dan infeksi tulang .
patofisiologi
Manifestasi klinis Nyeri terus menerus dan
bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai
fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.
Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan
membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melengketnya obat.
Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5
cm
Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen
satu dengan lainnya.
komplikasi
a. Shock b. Kerusakan organ c. Kerusakan saraf d. Emboli lemak
a. Cedera arteri b. Cedera kulit dan jaringan. c. Cedera partement
syndrom. 3. Lanjut : a. Stiffnes (kaku sendi) b. Degenerasi sendi c. Penyembuhan tulang
terganggu d. Mal union e. Non union f. Delayed union g. Cross union
Umum Dini
Pemeriksaan penunjang
X-Ray dapat dilihat gambaran :- Fraktur- deformitas - Metalikment
Scan tulang:
memperlihatkan fraktur lebih jelas mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak dan mendeteksi struktur fraktur yang kompleks
Radiologi
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
Pemeriksaan peunujang laboratorium
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui :- Hb dan hematokrit sering rendah akibat perdarahan- laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan
lunak sangat luas.- Ca dan P mengikat di dalam darah pada masa penyembuhan Kretinin
- trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal Profil koagulasi
- perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi atau cedera hati.
penataksanaan
Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). untuk mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.
Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan plaster of paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau metal. Metode ini digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan.
Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan local. Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan alat utama pada teknik ini.
Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini mempunyai dua tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan imobilisasi.
a. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire (kawat kirschner)
b. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal Fixation). Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah
Konservatif (non pembedahan )
Pembedahan
Daftar pustaka Apley, A. Graham , Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya Medika, Jakarta,
1995. Edition, W.B. Saunder Company, 1995. Dudley (1992), Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi 11, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. Dunphy & Botsford (1985), Pemeriksaan Fisik Bedah, Yayasan Essentia Medica, Jakarta. Sjamsuhidayat, R. De jong, wim. 1997. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC. Karakat, sumiardi. Bachsinar, bob. 1996. Bedah minor. Trauma termis. Jakarta: hipokrates. http://okditiar.wordpress.com/2010/06/29/laporan-pendahuluan-fraktur-orif/ Rasjad, Chairuddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar : Lintan Imumpasue.
Reeves, Charlene J, 2001. Keperawatan Medikal Bedah (Penerjemah Joko Setyono). Jakarta : Penerbit Salemba Medica.
Pearce, Evelyn. 2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis. Jakarta : PT. Gramedia. Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta : EGC. Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders; 2006. Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5th ed. US: FA Davis Company;
2007. p. 104-34. Van de Graaf KM. Human anatomy. 6th ed. US: The McGraw-Hill Companies; 2001. p. 132-
95. http://poenya-moe.blogsp
Terima kasih ^^