14
 ORIF (OPEN REDUKSI INTERNAL FIKSASI) A. Definisi ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi) adalah sebuah prosedur bedah medis  , yang tindakannya mengacu pada operasi terbuka untuk mengatur tulang, seperti yang diperlukan untuk beberapa patah tulang, fiksasi internal mengacu pada fiksasi sekrup dan piring untuk mengaktifkan atau memfasilitasi penyembuhan. (Brunner&Suddart, 2003)  ORIF adalah suatu tindakan untuk melihat  fraktur  langsung dengan tehnik pembedahan yang mencakup di dalamnya pemasangan pen, skrup, logam atau protesa untuk memobilisasi  fraktur  selama penyembuhan. (Depkes,1995) B. Tujuan Ada beberapa tujuan dilakukannya ORIF (Open Reduksi Fiksasi Internal), antara lain: 1. Memperbaiki fungsi dengan mengembalikan gerakan dan stabilitas. 2. Mengurangi nyeri. 3. Klien dapat melakukan ADL dengan bantuan yang minimal dan dalam lingkup keterbatasan klien. 4. Sirkulasi yang adekuat dipertahankan pada ekstremitas yang terkena 5. Tidak ada kerusakan kulit (T.M.Marrelli, 2007) C. Indikasi / Kontraindikas i Indikasi ORIF (Open Reduksi Fiksasi Internal) meliputi : 1. Fraktur yang tidak stabil dan jenis fraktur yang apabila ditangani dengan metode terapi lain, terbukti tidak memberi hasil yang memuaskan. 2. Fraktur leher femoralis, fraktur lengan bawah distal, dan fraktur intra- artikular disertai pergeseran.

Orif

Embed Size (px)

DESCRIPTION

open reduction internal

Citation preview

ORIF (OPEN REDUKSI INTERNAL FIKSASI)

A. DefinisiORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi) adalah sebuah prosedur bedah medis, yang tindakannya mengacu pada operasi terbuka untuk mengatur tulang, seperti yang diperlukan untuk beberapa patah tulang, fiksasi internal mengacu pada fiksasi sekrup dan piring untuk mengaktifkan atau memfasilitasi penyembuhan. (Brunner&Suddart, 2003)ORIF adalah suatu tindakan untuk melihat fraktur langsung dengan tehnik pembedahan yang mencakup di dalamnya pemasangan pen, skrup, logam atau protesa untuk memobilisasi fraktur selama penyembuhan. (Depkes,1995)

B. TujuanAda beberapa tujuan dilakukannya ORIF (Open Reduksi Fiksasi Internal), antara lain:1. Memperbaiki fungsi dengan mengembalikan gerakan dan stabilitas.2. Mengurangi nyeri.3. Klien dapat melakukan ADL dengan bantuan yang minimal dan dalam lingkup keterbatasan klien.4. Sirkulasi yang adekuat dipertahankan pada ekstremitas yang terkena5. Tidak ada kerusakan kulit(T.M.Marrelli, 2007)

C. Indikasi / KontraindikasiIndikasi ORIF (Open Reduksi Fiksasi Internal) meliputi :1. Fraktur yang tidak stabil dan jenis fraktur yang apabila ditangani dengan metode terapi lain, terbukti tidak memberi hasil yang memuaskan.2. Fraktur leher femoralis, fraktur lengan bawah distal, dan fraktur intra-artikular disertai pergeseran. 3. Fraktur avulsi mayor yang disertai oleh gangguan signifikan pada struktur otot tendon.Kontraindikasi ORIF (Open Reduksi Fiksasi Internal) meliputi :1. Tulang osteoporotik terlalu rapuh menerima implan2. Jaringan lunak diatasnya berkualitas buruk3. Terdapat infeksi4. Adanya fraktur comminuted yang parah yang menghambat rekonstruksi.(Barbara J. Gruendemann dan Billie Fernsebner, 2005)

D. PenatalaksanaanPenatalaksanaan menurut Muttaqin (2008) ada 2 yaitu :1. Penatalaksanaan konservatifa) Proteksi adalah proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.b) Imobilisasi dengan bidai eksterna. Imobilisasi pada fraktur dengan bidai eksterna hanya memberikan imobilisasi. Biasanya menggunakan Gips atau dengan macam-macam bidai dari plastik atau metal.c) Reduksi tertutup dengan menggunakan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan lokal.d) Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini mempunyai tujuan utama, yaitu beberapa reduksi yang bertahap dan imobilisasi.2. Penatalaksanaan pembedahanOpen Reduction and Internal Fixation (ORIF) atau Reduksi terbuka dengan Fiksasi Internal akan mengimobilisasi fraktur dengan melakukan pembedahan untuk memasukan paku, sekrup atau pen kedalam tempat fraktur untuk memfiksasi bagian-bagian tulang pada fraktur secara bersamaan. Fiksasi internal sering digunakan untuk merawat fraktur pada tulang pinggul yang sering terjadi pada orang tua. Metode Fiksasi InternalTerdapat 5 metode fiksasi internal yang digunakan, antara lain:1. Pemasangan kawat antartuangBiasanya digunakan untuk fraktur yang relatif stabil, terlokalisasi dan tidak bergeser pada kranium. Kawat kurang bermanfaat pada fraktur parah tak stabil karena kemampuan tulang berputar mengelilingi kawat, sehingga fiksasi yang dihasilkan kurang kuat.2. Lag screwMenghasilkan fiksasi dengan mengikatkan dua tulang bertumpuk satu sama lain. Dibuat lubang-lubang ditulang bagian dalam dan luar untuk menyamai garis tengah luar dan dalam sekrup. Teknik yang menggunakan lag screw kadang-kadag disebut sebagai kompresi antarfragmen tulang. Karena metode ini juga dapat menyebabkan rotasi tulang, biasanya digunakan lebih dari satu sekrup untuk menghasilkan fiksasi tulang yang adekuat. Lag screw biasanya digunakan pada fraktur bagian tengan wajah dan mandibula serta dapat digunakan bersama dengan lempeng mini dan lempeng rekonstruktif3. Lempeng mini dan sekrupDigunakan terutama untuk cedera wajah bagian tengah dan atas. Metode ini menghasilkan stabilitas tiga dimensi yaitu tidak terjadi rotasi tulang. Lempeng mini (miniplate) difiksasi diujung-ujungnya untuk menstabilkan secara relatif segmen-segmen tulang dengan sekrup mini dan segmen-segmen tulang dijangkarkan kebagian tengah lempeng juga dengan sekrup mini4. Lempeng kompresiKarena lebih kuat dari lempeng mini, maka lempeng ini serring digunakan untuk fratur mandibula. Lempeng ini menghasilkan kompresi di tempat fraktur.5. Lempeng konstruksiLempeng yang dirancang khusus dan dapat dilekuk serta menyerupai bentuk mandibula. Lempeng ini sering digunakan bersama dengan lempeng mini. Lag screw dan lempeng kompresi.(Barbara J. Gruendemann dan Billi Fernsebner,2005)Keuntungan ORIF (Open Reduction and Internal Fixation) yaitu :1. Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.2. Ketelitian reposisi fragmen-fragmen fraktur.3. Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf di sekitarnya.4. Stabilitas fiksasi yang cukup memadai dapat dicapai5. Perawatan di RS yang relatif singkat pada kasus tanpa komplikasi.6. Potensi untuk mempertahankan fungsi sendi yang mendekati normal serta kekuatan otot selama perawatan fraktur.Kerugian ORIF (Open Reduction and Internal Fixation) yaitu :1. Setiap anastesi dan operasi mempunyai resiko komplikasi bahkan kematian akibat dari tindakan tersebut.2. Penanganan operatif memperbesar kemungkinan infeksi dibandingkan pemasangan gips atau traksi.3. Penggunaan stabilisasi logam interna memungkinkan kegagalan alat itu sendiri.4. Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak, dan struktur yang sebelumnya tak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi.

E. Perawatan Post OperatifDilakukan utnuk meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan pada bagian yang sakit. Dapat dilakukan dengan cara:1. Mempertahankan reduksi dan imobilisasi.2. Meninggikan bagian yang sakit untuk meminimalkan pembengkak.3. Mengontrol kecemasan dan nyeri (biasanya orang yang tingkat kecemasannya tinggi, akan merespon nyeri dengan berlebihan)4. Latihan ototPergerakan harus tetap dilakukan selama masa imobilisasi tulang, tujuannya agar otot tidak kaku dan terhindar dari pengecilan massa otot akibat latihan yang kurang.5. Memotivasi klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap dan menyarankan keluarga untuk selalu memberikan dukungan kepada klien

F. Diagnosa Keperawatan PerioperatifPra-operatif :1. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur, masalah ortopedik, pembengkakan atau inflamasi.2. Ansietas berhubungan dengan diagnosis dan rencana pembedahanPost-operatif1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tindakan anestesi, kelemahan dan penurunan sirkulasi3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif dan pembedahan4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tindakan pembedahan

G. Rencana Asuhan KeperawatanPre operasi1. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur, masalah ortopedik, pembengkakan atau inflamasi.Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ..... x24 jam diharapkan nyeri klien berkurangKriteria hasil : Mampu mengontrol nyeri Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda vital dalam rentang normal (TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80-100 x/menit, RR : 18-20 x/menit dan Term : 36,5C-37,5C)Intervensi : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Ajarkan menggunakan teknik nonanalgetik (relaksasi, latihan napas dalam, sentuhan terapeutik dan distraksi) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri2. Ansietas b/d diagnosis dan rencana pembedahanTujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .... x 24 jam diharapakan cemas klien terkontrolKriteria hasil : Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas Vital sign dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80-100 x/menit, RR : 18-20 x/menit dan Term : 36,5C-37,5C) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasanIntervensi : Kaji tanda-tanda vital Ajarkan kepada klien teknik relaksasi untuk dilakukan sekurang-kurangnya setiap 4 jam ketika terjaga, untuk memperbaiki keseimbangan fisik dan psikologis. Jelaskan semua prosedur tindakan yang akan dilakukan yang bertujuan untuk mengurangi tingkat kecemasan klien Dengarkan dengan penuh perhatian setiap keluh kesah klien Identifikasi tingkat kecemasan Bila memungkinkan, libatkan klien dan anggota keluarga dalam mengambil keputusan tentang perawatan untuk membangun kepercayaan diri klien dan menumbuhkan rasa percaya. Post operasi1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisikTujuan: Dalam waktu .... x 24 jam setelah diberi tindakan nyeri klien berkurang / terkontrolKriteria Hasil : Skala nyeri 0-1 (dari 0-10) TTV dalam btas normal : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80-100 x/menit, RR : 18-20 x/menit dan Term : 36,5C-37,5C Wajah tidak tampak meringis Klien tampak rileksIntervensi Lakukan pengkajian secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,, intensitas nyeri dan faktor presipitaasi Observasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan (misalnya meringis) terutama ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif Minta klien untuk menggunakan sebuah skla 1 sampai 10 untuk menjelaskan tingkat nyerinya (dengan nilai 10 menandakan tingkat nyeri paling berat) Ajarkan menggunakan teknik nonanalgetik (relaksasi, latihan napas dalam, sentuhan terapeutik dan distraksi)2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tindakan anestesi, kelemahan dan penurunan sirkulasiTujuan : Dalam waktu ..... x 24 jam setelah diberi tindakan klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasiKriteria Hasil : Klien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri Klien menyatakan rasa puas dengan setiap tingkat aktivitas baru yang dapat dicapai TD, N, RR dan T tetap dalam batas normal selama aktivitasIntervensi Diskusikan dengan klien tentang perlunya beraktivitas Instruksikan dan bantu klien untuk beraktivitas diselingi istirahat Identifikasi aktivitas-aktivitas klien yang diinginkan dan sangat berarti baginya Identifikasi dan minimalkan faktor-faktor yang dapat menurunkan toleransi latihan klien Ajarkan kepada klien cara menghemat energi ketika melakukan aktivitas sehari-hari. Misalnya duduk di kursi ketika berpakaian, memakai baju ringan yang mudah digunakan. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif dan pembedahanTujuan : Dalam waktu .... x 24 jam setelah diberi tindakan diharapkan klien tidak mengalami infeksiKriteria Hasil : Tidak terjadi tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor dan fungsi laesea) Suhu dan nadi dalam batas normal (suhu : 36,5C-37,5C. Nadi : 80-100 x/menit)Intervensi Tinjau ulang kondisi dasar / faktor risiko yang ada sebelumnya. Catat waktu pecah ketuban Kaji tanda adanya infeksi (kalor, rubor, tumor, dolor, fungsi lasea) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik Anjurkan klien dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum/sesudah menyentuh luka Pantau peningkatan suhu, nadi dan pemeriksaan laboratorium Anjurkan intake nutrisi yang cukup Kolaborasi penggunaan antibiotik sesuai indikasi4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tindakan pembedahanTujuan : Dalam waktu .... x 24 jam setelah diberi tindakan diharapkan integritas kulit dan proteksi jaringan membaikKriteria Hasil : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit Kulit tetap lembab dan bersihIntervensi Berikan perhatian dan perawatan pada kulit Lakukan latihan gerak pasif Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinanan maserasi Anjurkan untuk menjaga kelembaban kulit Anjurkan untuk tetap menjaga kebersihan kulit

H. Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan Radiologia) Sinar Rontgen Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pencitraan menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit. Hal yang harus dibaca pada x-ray adalah bayangan jaringan lunak, tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau juga rotasi, trobukulasi ada tidaknya rare fraction, sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.b) TomografiSelain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti tomografi yang menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya.c) MyelografiMenggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.d) Computed Tomografi-ScanningMenggambarkan potongan secara transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.2. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan laboraorium yang diperrluakan amtar lain pemeikssaan Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang, Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang, Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang (Ignatavicius, Donna D, 1995)

I. Pathway

Trauma langsung, trauma tidak langsung

Konservatif Operatif Prosedur pembedahanIskemikSirkulasi perifer berkurangImobilitas TindakanKeterbatasan gerakKehilangan fungsi kerusakan jaringan sarafPerubahan letak fragmen kerusakan bagian-bagian lunakFRAKTUR Jaringan tidak kuat atau tidak dapat menahankekuatan dari luar

Nekrosis jaringan Luka

Gips,Traksi, OREF, ORIF

J. Gambar

K. Daftar Pustaka

Gruendemann, Barbara J. dan Billie Fernsebner. 2005. Keperawatan Perioperatif. Jakarta : EGCMarrelli, T.M. 2007. Buku saku Dokemtasi Keperawatan. Jakarta : EGCNurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta : Moca MediaTaylor, Cynthia M. Taylor. 2002. Diagnosa keperawatan dengan Rencana Asuhan. Jakarta : EGC