30
BAB 1 PENDAHULUAN Otitis media supuratif kronik (OMSK) dahulu disebut otitis media perforate (OMP) atau dalam sebutan sehari-hari congek. ialah infeksi kronik di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret bisa encer atau kental, bening atau berupa nanah. 1 OMSK berawal dari OMA dengan perforasi membrane timpani yang prosesnya berlangsung lebih dari dua bulan. Beberapa factor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk. 1 Kebanyakan penderita OMSK menganggap penyakit ini merupakan penyakit yang biasa yang nantinya akan sembuh sendiri. Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali apabila sudah terjadi komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada penderita OMSK tipe maligna seperti labirinitis, meningitis, abses otak yang dapat menyebabkan kematian. Kadangkala suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe bening pun dapat menyebabkan suatu komplikasi. 2 Menurut data WHO pada tahun 1996 prevalensi OMSK didunia 65330 juta jiwa, berkisar antara 1-46%, dimana 94% terdapat di Negara berkembang. Prevalensi OMSK di Indonesia secara umum 1

Omsk

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Omsk

Citation preview

BAB 1

PENDAHULUAN

Otitis media supuratif kronik (OMSK) dahulu disebut otitis media perforate (OMP) atau

dalam sebutan sehari-hari congek. ialah infeksi kronik di telinga tengah dengan perforasi

membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul.

Sekret bisa encer atau kental, bening atau berupa nanah.1

OMSK berawal dari OMA dengan perforasi membrane timpani yang prosesnya

berlangsung lebih dari dua bulan. Beberapa factor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK

ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya

tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk.1

Kebanyakan penderita OMSK menganggap penyakit ini merupakan penyakit yang biasa

yang nantinya akan sembuh sendiri. Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa sakit

kecuali apabila sudah terjadi komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada penderita OMSK

tipe maligna seperti labirinitis, meningitis, abses otak yang dapat menyebabkan kematian.

Kadangkala suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe bening pun dapat

menyebabkan suatu komplikasi.2

Menurut data WHO pada tahun 1996 prevalensi OMSK didunia 65330 juta jiwa, berkisar

antara 1-46%, dimana 94% terdapat di Negara berkembang. Prevalensi OMSK di Indonesia

secara umum adalah sebesar 3,8%. Dengan kata lain, dari 220 juta penduduk Indonesia

diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK.3

Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam hal definisi

penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia akibat OMSK

melibatkan 65–330 juta orang dengan telinga berair, 60% di antaranya (39–200 juta) menderita

kurang pendengaran yang signifikan. Data poliklinik THT RSUP H. Adam Malik Medan tahun

2006 menunjukkan pasien OMSK merupakan 2,6% dari seluruh kunjungan pasien.4

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Anatomi Telinga

Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar terdiri dari

daun telinga sampai membran timpani. Telinga tengah terdiri dari membran timpani,

kavum timpani, prosesus mastoideus dan tuba eustachius, sedangkan telinga dalam terdiri

dari koklea dan vestinuler. 1

Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas sebagai berikut :1

Batas luar : membran timpani

Batas depan : tuba eustachius

Batas belakang : aditus ad antrum dan kanalis fasialis pars vertikalis.

Batas bawah : vena jugularis

Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)

Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis

horizontalis, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar

(round window) dan promontorium.

Telinga tengah terdiri dari :

1. Membran timpani.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga

dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida

2

(membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah disebut pars tensa (membran

propria). Pars flaksid hanya berlapis dua, bagian luar yang merupakan lanjutan epitel

luar kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia. Pars tensa

memiliki satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan

sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada

bagian dalam.

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut

sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflex cahaya (cone of light) kea rah bawah

pada pukul 7 untuk membrane timpani kiri dna pukul 5 untuk membrane timpani

kanan. Secara klinis reflek cahaya ini dinilai, misalnya bila letak reflek cahaya

mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba eustachius.

Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran untuk menyatakan letak perforasi

membran timpani. Hal ini berpatokan dengan cara menarik garis searah dengan

prosesus longus maleus dan garis tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga

didapatkan bagian supero-anterior, supero-posteroir, infero-anterioir serta infero-

posteroir.

Tulang-tulang pendengaran terdiri dari malleus (hammer/martil), inkus

(anvil/landasan), dan stapes (stirrup/pelana). Tulang-tulang ini saling berhubungan.

Prosesus longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada

inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang

berhubungan dengan koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran

merupakan persendian.1,2,5

3

2. Kavum timpani

Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya

bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm,

sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 dinding

yaitu : bagian atap, lantai, dinding lateral, dinding medial, dinding anterior, d inding

posterior.2

3. Prosesus mastoideus

Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal.

Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa

kranii posterior. Sinus sigmoid terletak dibawah duramater pada daerah ini.2

4. Tuba eustachius

Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani. Bentuknya

seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani

dengan nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke

bawah, depan dan medial dari telinga tengah 13 dan pada anak dibawah 9 bulan

adalah 17,5 mm. Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu bagian tulang terdapat pada bagian

belakang dan pendek (1/3 bagian) dan bagian tulang rawan terdapat pada bagian

depan dan panjang (2/3 bagian).

4

Fungsi tuba eustachius sebagai ventilasi telinga yaitu mempertahankan

keseimbangan tekanan udara didalam kavum timpani dengan tekanan udara luar,

drenase sekret dari kavum timpani ke nasofaring dan menghalangi masuknya sekret

dari nasofaring ke kavum timpani.2

II. Fisiologi pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh dauntelinga dalam

bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut

menggetarkan membrane timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang

pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan

perkalian perbandingan luas membrane timpani dan tingkap lonjong. Energy getar yang telahh

diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga

perilimfe pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang

medorong endolimfe, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membrane basilaris dan

membrane tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya

defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion

bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,

sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi

pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditoruis sampai ke korteks pendengarana

(area 39-40) di lobus temporalis.1

III. Otitis Media Supuratif Kronis

OMSK merupakan infeksi kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan

sekret yang keluar dari telinga tengah secara terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin

encer atau kental, atau bening atau berupa nanah. 1

Ada tiga tipe perforasi membrane timpani berdasarkan letaknya, yaitu :

1. Perforasi sentral

Letak perforasi disentral dan pars tensa membrane timpani. Seluruh tepi perforasi masih

tersisa membrane timpani.

5

2. Perforasi marginal

Sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan annulus atau sulkus timpanikum

3. Perforasi atik

Perforasi yang terjadi di area pars flaksida ini sering menimbulkan komplikasi, seperti

terbentuknya kolesteatoma.

IV. Klasifikasi OMSK

OMSK dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

(1) OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna=tipe tubotimpani=tipe rhinogen) dan

6

(2) OMSK tipe bahaya (tipe tulang= tipe maligna).

Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan

biasanya tidak mengenai tulang. Yang ditemukan pada pemeriksaan adalah secret yang

tidak terlalu banyak, gangguan pendengaran ringan, perforasi terletak disentral dan

mukosa tidak menebal. Umunya OMSK tipe aman jarang menimbulkan komplikasi yang

berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak terdapat kolesteatom.

Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas :

a. Penyakit aktif

Pada jenis ini terdapat secret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh

perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eustachius, atau setelah berenang

dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Secret bervariasi dari mukoid

sampai purulen. Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum sampai perforasi

subtotal pada pars tensa.

b. Penyakit tidak aktif

Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa

telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan.

Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinnitus atau suatu rasa penuh ditelinga.

OMSK tipe maligna dianggap sebagai OMSK yang berbahaya karena bersifat

progresif atau destruktif hingga ke tulang. atau tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe

bahaya letaknya marginal atau atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada

OMSK dengan perforai subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal

timbul pada OMSK tipe bahaya. OMSK maligna memiliki kecendrungan tidak memiliki

masa sembuh walaupun tidak ada infeksi hidung atau faring serta memilki komplikasi

seperti sekret nanah yang berbau busuk, labirinitis, meningitis, paresis nervus fasialis,

abses otak dan lain-lain. Selain itu gangguan pendengaran yang ditimbulkan juga lebih

berat dibandingkan dengan OMSK tipe benigna. Pasien biasanya juga merasakan nyeri

belakangan telinga dan nyeri kepala berat. Pada pemeriksaan dapat ditemukan sekret

yang banyak dan berbau busuk, terbentuknya kolesteatoma, dan jaringan granulasi.

Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar, dibagi menjadi OMSK aktif dan tenang.

Dikatakan aktif jika OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif,

sedangkan dikatakan tenang jika keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering .1,2

7

V. Etiologi

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang

dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis,

rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang

abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan

Down’s syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan

faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor Host yang berkaitan dengan insiden

OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik. Kelainan humoral (seperti

hipogammaglobulinemia) dan cell- mediated ( seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit)

dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis. Penyebab OMSK, antara lain lingkungan, genetik,

otitis media sebelumnya, infeksi, ISPA, autoimun, alergi, dan gangguan fungsi tuba Eustachius. 2

VI. Patogenesis

Disfungsi tuba merupakan penyebab utama terjadinya radang telinga tengah (otitis media,

OM).1

Pada keadaan normal, muara tuba berada dalam keadaan tertutup dan akan membuka bila

kita menelan. Tuba eustachius ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara telinga

tengah dengan tekanan udara luar. Fungsi tuba yang belum sempuran, tuba yang pendek,

penampang relative besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan mengapa suatu

infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah sehingga lebih

sering menimbulkan OM daripada dewasa.

Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring melalui

tuba eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada

saat ini terjadi respon imun ditelinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang

dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrate seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel local seperti

keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah permeabilitas

pembuluh darah dan menambah pengeluaran secret ditelinga tengah. Selain itu, adanya

peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena

stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya akumulasi sel peradangan pada telinga tengah.

8

Mukosa telinga tengah mengalami hyperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu lapisan,

epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory ephitelium dengan banyak

lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang

bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan OM ditandai

dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk lapisan epitel sederhana.

Terjadinya OMSK disebabkan oleh keadaan mukosa telinga tengah yang tidak normal

atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut telinga tengah. Keadaan tuba

eustachius yang tertutup dan adanya penyakit telinga pada waktu bayi.4

OMSK merupakan lanjutan dari OMA dengan perforasi membran timpani yang tidak

mengalami penyembuhan. Ada dua mekanisme utama yang dapat menyebabkan infeksi yang

berulang atau terus menerus pada tengah telinga: (1) Bakteri dari telinga luar dapat menginfeksi

telinga tengah karena adanya perforasi membran timpani. (2) Membran timpani utuh biasanya

menghasilkan "bantal gas," pada telinga tengah yang membantu untuk mencegah refluks sekresi

nasofaring ke telinga tengah melalui tabung eustachius. Hilangnya mekanisme perlindungan ini

memudahkan masuknya bakteri patogen dari nasofaring. 6

OMA dengan perforasi membran timpani menjadi OMSK apabila prosesnya sudah lebih

dari 2 bulan. Apabila prosesnya kurang dari dua bulan disebut otitis media supuratif subakut.

Beberapa faktor yang menyebabkab OMA manjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan,

terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman ynag tinggi, daya tubuh pasien yang rendah (kurang

gizi) atau hiegen yang buruk. 1

VII. Gejala Klinis

1. Telinga berair (otorrhoe)

Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus

dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak,

cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi

mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya

hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau

kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang.

2. Gangguan pendengaran

9

Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya dijumpai tuli

konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan

sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat

menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli

konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan

dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30

db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan

dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. 2

3. Otalgia ( nyeri telinga)

Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti

adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau

dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi

mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi

OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.2

4. Vertigo

Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi

dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara

yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena

perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh

perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo.

Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. 2

VIII. Diagnosis OMSK

Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama

pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana untuk mengetahui

adanya gangguan pendengaran. 1

1. Anamnesis

OMSK biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita sering kali datang dengan gejala-gejala

penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair, tidak

berbau busuk, kadang-kadang disertai dengan pembentukan jaringan granulasi atau polip,

10

maka sekret yang keluar bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan keluhan

gangguan pendengaran atau keluar darah dari telinga.

2. Pemeriksaan otoskopi

Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya perforasi, dari perforasi tersebut dapat

dilihat keadaan mukosa telinga tengah.

3. Pemeriksaan audiologi

Evaluasi audiometri perlu dilakukan pada penderita. Pembuatan audiogram nada murni

untuk menilai hantaran tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan

pendengaran dan untuk menentuka gap udara dan tulang.

4. Pemeriksaan radiologi

Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schuller berguna untuk menilai kasus

kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT-scan dapat lebig efektif menunjukan anatomi

tulang temporal dan kolesteatom.

Pemeriksaan penunjang lain berupa kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga. 1

IX. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan OMSK didasarkan pada tipe klinik penyakit. Terapi konservati atau

dengan medikamentosa ditujukan pada OMSK tipe jinak atau aman, dan tindakan operasi

dikerjakan pada OMSK tipe ganas. 1,6

1. OMSK Tipe tenang

Bila secret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga,

berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah secret berkurang maka terapi

dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan

kortikosteroid. Obat tetes telinga jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1 atau

2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberikan antibiotika dari

golonngan ampisilin, atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap penisilin), sebelum

hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnnya telah

resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.1

Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama dua

bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi bertujuan untk

menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membrane timpani yang perforasi,

11

mencegah komplikasi dan kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki

pendenganran.1

Pada keadaan di mana OMSK tipe aman dalam fase tenang, pengobatan tidaklah

diperlukan, dinasehatkan untuk tidak mengorek telinga, menjaga telinga agar tetap kering

(air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi), tidak berenang dan segera berobat bila

menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan

operasi rekonstruksi (miringoplasti,timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta

gangguan pendengaran. 2

Pada keadaan di mana OMSK tipe aman dalam fase aktif, prinsip pengobatannya adalah:

1.Membersihkan liang telinga dan kavum timpani.

2.Pemberian antibiotika : topikal ataupun sistemik

Pembersihan liang telinga dan kavum timpani (toilet telinga) bertujuan membuat

lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga

merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme.

Untuk pemberian antibiotik topikal terdapat perbedaan pendapat mengenai

manfaat penggunaan antibiotik topikal untuk OMSK. Pemberian antibiotik secara topikal

pada telinga dan sekret yang banyak tanpa dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila

sekret berkurang/tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik

dan kortikosteroid. Sebagian ahli menganjurkan irigasi dengan garam faal agar

lingkungan bersifat asam sehingga menjadi media yang buruk untuk tumbuhnya kuman.

Selain itu dikatakan bahwa tempat infeksi pada OMSK sulit dicapai oleh antibiotika

topikal. Menurut ahli lainnya penggunakan antibiotik topikal sesudah irigasi sekret profus

dengan hasil cukup memuaskan, kecuali kasus dengan jaringan patologis yang menetap

pada telinga tengah dan kavum mastoid. Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan

agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik

misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1 minggu. Cara pemilihan antibiotik

yang paling baik dengan berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistensi.

Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK aktif yang

dikombinasi dengan pembersihan telinga, baik pada anak maupun dewasa.

Pemberian antibiotik sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan kultur

kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai

12

pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan faktor

penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut. Dalam pengunaan antimikroba,

sedikitnya perlu diketahui daya bunuhnya terhadap masing- masing jenis kuman

penyebab, kadar hambat minimal terhadap masing-masing kuman penyebab, daya

penetrasi antimikroba di masing-masing jaringan tubuh, toksisitas obat terhadap kondisi

tubuhnya dengan melihat konsentrasi obat dan daya bunuhnya terhadap mikroba,

antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama daya bunuhnya

tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh, misalnya

golongan aminoglikosida dengan kuinolon. Golongan kedua adalah antimikroba yang

pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik. Peninggian dosis tidak menambah

daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam. 2

2. Prinsip terapi OMSK tipe bahaya

Prinsip terapinya adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa

timpanoplasti. Jika terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses

sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi.

X. Komplikasi

Komplikasi OMSK dapat dibagi atas :1,6

a. Komplikasi intratemporal (komplikasi ektrakranial) terdiri dari parese n. fasialis dan

labirinits

b. Komplikasi ektratemporal ( komplikasi intracranial) terdiri dari abses ekstradural, abses

subdural, tromboflebitis sinus lateral, meningitis, abses otak, hidrosefalus otitis.

Pada radang telinga tengah menahun ini, walaupun telinga berair sudah bertahun-tahun

lamanya telinga tidak merasa sakit, apabila telinga terasa sakit disertai demam, sakit

kepala hebat dan kejang menandakan telah terjadi komplikasi ke intracranial.

13

BAB III

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Tn.R

Umur : 62 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jonggat

Pekerjaan : Pensiunan

II. Anamnesis

Keluhan utama : Kurang pendengaran

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluh kurang pendengaran pada kedua telinga sejak ± 1,5 bulan yang lalu,

pasien juga mengeluhkan adanya cairan kental yang keluar dari kedua telinga, cairan

berwarna bening dan tidak berbau, cairan yang keluar bersifat kambuh-kambuhan. Pasien

juga mengeluhkan adanya telinga berdengung. Pasien menyangkal adanya nyeri telinga,

riwayat telinga gatal (-), riwayat kemasukan air (-), riwayat batuk pilek sebelumnya (-).

riwayat demam (-). Pasien mengaku sering mengorek telinga dengan menggunakan

cotton bud. Pasien menyangkal riwayat trauma pada telinga.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien mengaku pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya sewaktu kecil.

Riwayat Penyakit Keluarga dan Sosial :

Tidak ada keluarga pasien yang pernah mengalami hal serupa dengan pasien.

Riwayat Pengobatan :

Pasien mengaku tidak pernah berobat sebelumnya

Riwayat kebiasaan :

Pasien mengaku rutin membersihkan telinga dengan cotton bud terutama saat cairan

keluar.

14

III. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda vital

TD : 130/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 36ºC

Status Lokalis

Pemeriksaan Telinga

No. Pemeriksaan Telinga Telinga kanan Telinga kiri

1. Tragus Edema (-), hiperemi (-), massa (-)

nyeri tekan (-)

Edema (-), hiperemi (-), massa (-),

nyeri tekan (-)

2. Daun telinga Bentuk dan ukuran dbn,

Edema (-), hiperemi (-),

massa (-), nyeri pergerakan

aurikula (-)

Bentuk dan ukuran dbn,

Edema (-), hiperemi (-),

massa(-), nyeri pergerakan aurikula

(-)

3. Liang telinga Edema (-), hiperemi (-),

sekret mukopurulen (+)

berwarna kuning, furunkel

(-), serumen (-)

Edema (-), hiperemi (+), sekret

mukopurulen (+) berwarna kuning,

furunkel (-), serumen (-)

15

4. Membrane timpani Retraksi (-), bulging (-), hiperemi

(-), edema (-), perforasi sentral

(+)

Retraksi (-), bulging (-), hiperemi (-),

edema (-), perforasi sentral (+)

Pemeriksaan Hidung

Inspeksi Hidung Kanan Hidung Kiri

Hidung luar Bentuk (N), inflamasi (-),

deformitas (-), massa (-)

Bentuk (N), inflamasi (-),

deformitas (-), massa (-)

Rinoskopi Anterior

Vestibulum nasi N, ulkus (-) N, ulkus (-)

Cavum nasi Bentuk (N), mukosa pucat

(-), hiperemi (-)

Bentuk (N), mukosa pucat (-).

hiperemi (-)

Septum nasi Deviasi (-), benda asing(-),

perdarahan (-), ulkus (-),

mukosa normal

Deviasi (-), benda asing (-),

perdarahan (-), ulkus (-),

mukosa normal

Konka nasi media dan

inferior

hipertrofi (-), hiperemi (-) hipertrofi (-), hiperemi (-)

Gambar

16

Pemeriksaan Sinus Paranasal

SinusNyeri tekan Transiluminasi

Kanan Kiri Kanan Kiri

Maksilaris (+) (+) Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Frontalis - - Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukan

Pemeriksaan Tenggorokan

Keterangan

Bukal Warna merah muda, hiperemi (-)

Gigi Warna mukosa merah muda, hiperemi

(-)

Lidah Ulkus (-)

Uvula Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-),

Faring Hiperemi (-), edema (-), ulkus (-),

granul (-), reflex muntah (+)

Tonsil Hiperemi (-), ukuran T1-T1, kripte

melebar (-), detritus (-)

Gambar

17

IV. Diagnosa Kerja

Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Aman Fase Aktif

V. Pemeriksaan Penunjang

- Foto rountgen mastoid

- Kultur sekret dan uji sensitivitas

VI. Penatalaksanaan

1. Terapi medikamentosa

- Obat pencuci telinga : H2O2 3% 3-5 hari

- Antibiotik sistemik : Levofloxacin 1 x 500 mg

- antihistamin : interhistin 2 x 50 mg

2. KIE :

- Menganjurkan pasien untuk tetap menjaga kebersihan telinga dan tidak mengorek-

ngorek liang telinga.

- Menghindari masuknya air ke telinga saat mandi dengan menutupnya menggunakan

kapas

- Antibiotik harus diminum sampai habis

- Datang kembali untuk kontrol setelah 1 minggu untuk mengevaluasi pengobatan.

VII. Prognosis

Baik

18

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis menderita OMSK fase

aktif tipe aman dengan perforasi sentral pada kedua telinga. Berdasarkan anamnesis, Pasien

mengeluh kurang pendengaran pada kedua telinga sejak ± 1,5 bulan yang lalu, pasien juga

mengeluhkan adanya cairan kental yang keluar dari kedua telinga, cairan berwarna bening dan

tidak berbau, cairan yang keluar bersifat kambuh-kambuhan. Pasien juga mengeluhkan adanya

telinga berdenging. Pasien mengaku pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya sewaktu

kecil.

Dari pemeriksaan fisik yang menunjang diagnosis adalah ditemukannya sekret, berwarna

kuning pada kedua liang telinga serta membran timpani yang tak lagi intak, di mana terjadi

perforasi yang letaknya disentral pada kedua telinga.

Keluarnya cairan dari liang telinga sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah

oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul.

Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari

liang telinga luar setelah mandi atau berenang. Penurunan pendengaran bergantung dari derajat

kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula

bersifat campuran. Gangguan pendengaran ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena

daerah yang sakit, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis.

Prinsip pengobatan pada pasien ini adalah membersihkan liang telinga dan pemberian

antibiotik topikal ataupun sistemik. Pembersihan liang telinga dengan menggunakan H2O2

selama 3-5 hari. Kemudian diberikan antibiotik sistemik berupa levofloxacin yang merupakan

terapi lini kedua. Selain itu pasien juga diberi obat untuk mengurangi gatal yakni interhistin.

Selain itu pasien dibekali dengan KIE berupa menganjurkan pasien untuk tetap menjaga

kebersihan telinga dan tidak mengorek-ngorek liang telinga, menghindari masuknya air ke

telinga saat mandi dengan menutupnya menggunakan kapas ,antibiotik harus diminum sampai

habis.

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Djaafar, Zainul A., dkk.2007. Kelainan Telinga Tengah dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher edisi keenam. Balai Penerbit FK UI. Jakarta.

2. Nursiah, Siti. 2003. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap Beberapa

Antibiotika di Bagian THT FK USU/RSUP.H. Adam Malik Medan. Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara. Medan.

3. Christanto, A. et al. 2007. Pendekatan Molekuler (RISA) untuk Membedakan Spesies Bakteri

Otitis Media Supuratif Kronik Benigna Aktif. Cermin Dunia Kedokteran No. 155

4. Aboet, A. 2007. Radang Telinga Tengah Menahun. Universitas Sumatra Utara: Medan

5. Soetirto, Indro, dkk. 2008. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga dalam Buku Ajar

Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher edisi keenam. Balai Penerbit

FK UI. Jakarta.

6. Lalwani, Anil K. 2007. Otitis Media. Dalam: Current Diagnosis dan Treatment

Otolaryngology Head and Neck Surgery Second Edition. New York: Mc Graw-Hill

Companies.

20