32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Malnutrisi (gizi buruk) atau Kurang Energi Protein (KEP) dan defisiensi mikronutrien merupakan masalah yang membutuhkan perhatian khusus terutama dinegara-negara berkembang, yang merupakanfaktor resiko penting terjadinya kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita. Di Indonesia Kurangnya Energi Protein dan defisiensi mikronutrien juga menjadi masalah kesehatan penting dan darurat di masyarakat terutama anak balita.Kasus kematian balita akibat gizi buruk kembali berulang. terjadi secara pasif dengan wilayah yang hampir merata di seluruh tanah air.Sejauh pemantauan yang telah dilakukan temuan kasus tersebut terjadi setelah anak-anak mengalami fase kritis. Sementara itu, perawatan.

olvita

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ok

Citation preview

Page 1: olvita

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Malnutrisi (gizi buruk) atau Kurang Energi Protein (KEP) dan defisiensi

mikronutrien merupakan masalah yang membutuhkan perhatian khusus terutama

dinegara-negara berkembang, yang merupakanfaktor resiko penting terjadinya

kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita.

Di Indonesia Kurangnya Energi Protein dan defisiensi mikronutrien juga

menjadi masalah kesehatan penting dan darurat di masyarakat terutama anak

balita.Kasus kematian balita akibat gizi buruk kembali berulang. terjadi secara pasif

dengan wilayah yang hampir merata di seluruh tanah air.Sejauh pemantauan yang

telah dilakukan temuan kasus tersebut terjadi setelah anak-anak mengalami fase

kritis. Sementara itu, perawatan.

intensif baru dilakukan setelah anak-anak itu benar-benar tidak berdaya.

Berarti sebelum anak-anak itu memasuki fase kritis, perhatian terhadap hak hidup dan

kepentingan terbaiknya terabaikan(Yayasan Pemantau Hak Anak

(YPHA),2009).Badan kesehatan dunia WHO dan UNICEF menyatakan terjadinya

gagal tumbuh akibat kurang gizi pada masa bayi mengakibatkan terjadinya

penurunan IQ 11 point lebih rendah dibanding anak yang tidak kurang gizi.

Gizi kurang dan gizi buruk saat ini terjadi hampir di semua Kabupaten dan

Kota di Indonesia yaitu 110 Kabupaten/Kota dari 440 Kabupaten/Kota di Indonesia

dengan prevalensi di atas 30%. Kondisi gizi buruk berpotensi terhadap angka

Page 2: olvita

kematian. Hal ini dilihat dari tingginya jumlah kasus gizi buruk yang meninggal di

Indonesia selama tahun 2005 yaitu 286 balita. Angka ini diperkirakan lebih tinggi

dari yang sebenarnya karena data ini berdasarkan laporan yang terdata dari 7 propinsi.

Kasus-kasus kematian balita akibat gizi buruk yang tidak dilaporkan ternyata masih

banyak.

Dinas Kesehatan (Dinkes) mempunyai peranan penting dalam masalah

gizi,seperti pengaturan dan monitoring gizi masyarakat. Selain itu Dinkes juga

mempunyai peran penting dalam pengumpulan bahan dan penyebar luasan informasi

mengenai penyelenggaraan usaha pelaksanaan dan pembinaan kesehatan anak

melalui Rumah Sakit, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas),Puskemas pembantu,

dan Poliklinik Desa (Polindes) (Dinkes, 2009).

Pemberian Makanan Tambahan adalah program intervensi bagi balita yang

menderita kurang gizi dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan status gizi anak

serta untuk mencukupi kebutuhan zat gizi anak agar tercapainya status gizi dan

kondisi gizi yang baik sesuai dengan umur anak tersebut. Sedangkan pengertian

makanan untuk pemulihan gizi adalah makanan padat energi yang diperkaya dengan

vitamin dan mineral, diberikan kepada balita gizi buruk selama masa pemulihan

(Kemenkes RI, 2011).

Menurut Persagi (2009), pemberian tambahan makanan di samping makanan

yang dimakan sehari – hari dengan tujuan memulihkan keadaan gizi dan kesehatan.

PMT dapat berupa makanan lokal atau makanan pabrik. Program Makanan

Tambahan Pemulihan (PMT– P) diberikan kepada anak gizi buruk dan gizi kurang

yang jumlah harinya tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan status gizi anak. Ibu

Page 3: olvita

yang memiliki anak di bawah lima tahun yang menderita gizi kurang / gizi buruk

diberikan satu paket PMT Pemulihan.

Menurut Marpaung dalam Lestrina (2009) gizi buruk dipengaruhi banyak

faktor yang saling terkait. Secara langsung dan tidak langsung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis mengajukan rumusan

masalah yang akan diteliti : Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu

terhadap malnutrisi

C.Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap malnutrisi

di

1.Tujuan umum

mengetahui pengetahuan dan sikap ibu terhadap malnutrisi Di

D.Manfaat Penelitian

a. Institusi Pendidikan

Penelitian ini di harapakan akan menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam

bidang keperawatan dan menjadi bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut yang

terkait dengan pelayanan keperawatan dan tingkat pengetahuan ibu terhadap

Malnutrisi.

b. Lokasi Penelitian

Sebagai bahan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan terhadap

pasien sehingg tingkat pengetahuan lebih tercapai

Page 4: olvita

c. Peneliti

Penelitian ini dapat menjadi bahan informasi tentang pelayan keperawatan dengan

tingkat kepuasaanpasien,sehingga peneliti yang lain lebih tertarik lagi dalam meneliti

tentang pelayanan keperawatn dengan tingkat kepuasaan pasien institusi manapun

dan khususnya dalam bidang kesehatan

Page 5: olvita

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan proses tahu yang terjadi setelah orang lain melakukan

penginderaan mata,hidung,telinga,dan sebagainya yang dimiliki dan dengan

sendirinya akan mengahasilkan pengetahuan seseorang yang mempunyai intensitas

yang berbeda (Notoadmodjo,2005)

Secara garis besar ada 6 tingkat pengetahuan yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah

mengamati sesuatu atau rangsangan yang telah diterima untuk mengetahui dan

mengukur bahwa orang tahu sesuatu dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan kemampuan untuk menjelaskan atau menginterprestasikan

secara benar tentang objek yang telah diketahui.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan atau mengaplikasikan prinsip

yang telah diketahui tersebut pada situasi yang lain.

Page 6: olvita

d. Analisa (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan kemauan

mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu

masalah/objek yang diketahui.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesi diartikan kemampuan seseorang untuk merangkum.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu

objek tertentu yang didasarkan pada kriteria yang telah ditentukan sendiri.

B. Tinjauan Umum Tentang Sikap

1. Definisi Sikap

Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui

pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon

individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya (Widayatun, 1999).

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak

dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku

yang tertutup. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Page 7: olvita

Beberapa batasan tentang sikap yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) antara

lain, menurut Campbell (1950) mengemukakan batasan tentang sikap yaitu tingkah

laku sosial seseorang merupakan sebuah syndrom atau gejala dari konsistensi reseptor

dengan nilai objek sosialnya. Dari batasan diatas dapat disimpulkan bahwa

manifestasi dari sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan

atau aktivitas, akan tetapi merupakan suatu predisposisi tindakan suatu perilaku.

Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah

laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek

dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo,

2003).

2. Komponen pokok Sikap

Menurut Alport (1954) yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) ada tiga

komponen pokok sikap yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Kecenderungan untuk bertindak laki-laki dan perempuan berbeda. Hal ini

dikarenakan, perempuan lebih banyak menggunakan intuisinya dalam bertindak

dibanding laki-laki. Perempuan lebih banyak memilih dalam setiap tindakannya dan

selalu memikirkan faktor resiko dari perbuatannya sehingga kecenderungan untuk

bertindakpun tidak seagresif kaum lelaki. Laki-laki lebih banyak menggunakan

emosionalnya dibanding intuisinya tanpa memikirkan resiko dari tindakannya,

Page 8: olvita

sehingga kaum lelaki paling sering terkena resiko tindakannya dibanding perempuan

(Smartpsikologi, 2007).

Tiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).

Dalam pembentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi

memegang peranan penting.

3. Pembentukan Sikap

Menurut Azwar (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara

lain :

a. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi

penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Middlebrook (1974) mengatakan bahwa

tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psokologis cenderung akan

membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau

searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Keinginan ini antara lain

dimotifasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik

dengan orang yang dianggap penting tersebut. Di antara orang yang biasanya

dianggap penting oleh individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih

tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri, suami, dll.

c. Pengaruh kebudayaan

Page 9: olvita

Kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah

karena kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita.

d. Media massa

Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa

pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Pesan-

pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan memberi

dasar afektif dalam menilai sesuatu.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam individu

sehingga kedua lembaga ini merupakan suatu sistem yang mempunyai pengaruh

dalam pembentukan sikap.

f. Pengaruh faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi

sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan

ego. Peran gender sangat mempengaruhi keadaan emosional, perempuan menekankan

pada tanggung Jawab sosial dalam emosinya. Perempuan lebih merasa bertanggung

Jawab terhadap emosi orang lain. Mereka sangat memperhatikan keadaan emosi

orang lain sehingga lebih mampu untuk memahami perubahan emosional. Oleh sebab

itu kaum perempuan biasanya jauh lebih memiliki empati terhadap penderitaan orang

lain ketimbang laki-laki. Masyarakat memiliki stereotip bahwa laki-laki kurang

mampu menghayati perasaan emosionalnya. Adapun perempuan sangat menghayati

Page 10: olvita

emosinya. Laki-laki mudah menyembunyikan emosi yang dialaminya, sedangkan

perempuan sulit menyembunyikannya. Oleh sebab itu maka perempuan cenderung

dilihat lebih emosional ketimbang laki-laki. Masyarakat cenderung menganggap

bahwa perempuan lebih mudah merasakan takut, cemas dan sedih daripada laki-laki.

Sedangkan laki-laki dianggap lebih mudah untuk marah (Smartpsikologi, 2007).

4. Berbagai tingkatan Sikap

Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo

(2003) adalah sebagai berikut :

a. Menerima (receiving)

Menerima dapat diartikan bahwa orang (subjek) mau dan mempertahankan stimulus

yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan

itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Indikasi sikap ketiga adalah mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala resiko.

Page 11: olvita

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara

langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap

suatu objek. Sedangkan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-

pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden. Dan biasanya

jawaban berada dalam rentang antara sangat setuju sampai sangat tidak setuju.

C.Tinjauan Umum Malnutrisi

1. Pengertian

Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan dalam

penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas. Malnutrisi

dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan maupun adanya gangguan

terhadap absorbsi, pencernaan dan penggunaan zat gizi dalam tubuh.

Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta

memiliki berbagai sebab yang saling berkaitan. Penyebab malnutrisi menurut

kerangka konseptual UNICEF dapat dibedakan menjadi penyebab langsung

(immediate cause), penyebab tidak langsung (underlying cause) dan penyebab dasar

(basic cause ) kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian

makanan yang salah.

Kurangnya asupan makanan dan adanya penyakit merupakan penyebab

langsung malnutrisi yang paling penting. Penyakit, terutama penyakit infeksi,

mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.

Kurangnya asupan makanan sendiri dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah

Page 12: olvita

makanan yang diberikan kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara

pemberian makanan yang salah. Kurangnya asupan makanan dan adanya penyakit

merupakan penyebab langsung malnutrisi yang paling penting. Penyakit, terutama

penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrien

oleh tubuh. Kurangnya asupan makanan sendiri dapat disebabkan oleh kurangnya

jumlah makanan yang diberikan.

Di Indonesia, angka kebutuhan energi untuk kelompok umur 0-6 bulan adalah

550 kkal/hari, kelompok umur 7-12 bulan 650 kkal/hari,  kelompok umur 1-3 tahun

1000 kkal/hari, dan  kelompok umur 4-6 tahun 1550 kkal/hari.Pemberian makanan

tambahan sebagai pendamping ASI dimulai saat anak berusia 6 bulan dengan tetap

memberikan ASI.

Pemberian makanan tambahan ASI dinaikkan bertahap dari segi jumlah,

frekuensi pemberian, dan jenis dan konsistensi makanan yang diberikan. Untuk anak

yang mendapatkan ASI, rata-rata makanan tambahan yang harus diberikan 2-3

kali/hari untuk usia 6-8 bulan, 3-4 kali/hari untuk usia 9-11 bulan dan 4-5 kali/hari

usia 12-24 bulan. Jika densitas dalam makanan rendah atau anak tidak lagi

mendapatkan ASI mungkin diperlukan frekuensi makan yang lebih sering. Variasi

makanan diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrien. Daging, ayam, ikan atau telur

harus diberikan setiap hari atau sesering mungkin. Demikian pula buah dan sayuran,

sebaiknya diberikan setiap hari. Kegagalan untuk menyediakan asupan makanan

sesuai angka kebutuhan ini secara terus-menerus akan menyebabkan gangguan

pertumbuhan dan perkembangan.

Page 13: olvita

Cara pemberian makanan yang salah dapat dapat disebabkan karena ibu tidak

memiliki pengetahuan yang cukup, misalnya mengenai pemberian ASI eksklusif

maupun cara pemberian makanan pendamping ASI. Ibu seharusnya mendapatkan

informasi yang lengkap dan obyektif mengenai cara pemberian makanan yang bebas

dari pengaruh komersial. Mereka perlu mengetahui masa pemberian ASI yang

dianjurkan; waktu dimulainya pemberian makanan tambahan; jenis makanan apa

yang harus diberikan, berapa banyak dan berapa sering makanan diberikan, dan

bagaimana cara memberikan makanan dengan aman.

Kematian akibat penyakit dapat disebabkan salah satu atau kombinasi dari

berbagai penyebab lain seperti rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan,

kurangnya suplai air bersih dan fasilitas sanitasi, kurangnya kebersihan makanan serta

pengasuhan anak yang tidak memadai. Pengasuhan anak yang tidak memadai sendiri

dapat dikarenakan ibu bekerja sehingga ibu juga memiliki lebih sedikit waktu untuk

memberi makan anaknya.

Penyebab tidak langsung yang dapat menyebabkan malnutrisi kurangnya

ketahanan pangan keluarga, kualitas perawatan ibu dan anak, pelayanan kesehatan

serta sanitasi lingkungan. Ketahanan pangan dapat dijabarkan sebagai kemampuan

keluarga untuk menghasilkan atau mendapatkan makanan. Sebagai tambahan, perlu

diperhatikan pengaruh produksi bahan makanan keluarga terhadap beban kerja ibu

dan distribusi makanan untuk anggota keluarga. Sanitasi lingkungan berpengaruh

terhadap kesehatan, produksi serta persiapan makanan untuk dikonsumsi serta

kebersihan

Page 14: olvita

Pelayanan kesehatan bukan hanya harus tersedia, namun juga harus dapat

diakses dengan mudah oleh ibu dan anak. Status pendidikan dan ekonomi perempuan

yang rendah menyebabkan kurangnya kemampuan untuk memperbaiki status gizi

keluarga. Adapun penyebab dasar berupa kondisi sosial, politik dan ekonomi negara.

Malnutrisi yang dapat berupa gizi kurang atau gizi buruk, dapat

bermanifestasi bukan hanya di tingkat individual namun juga di tingkat rumah

tangga, masyarakat, nasional dan internasional sehingga upaya untuk mengatasinya

perlu dilaksanakan secara berkesinambungan di berbagai tingkatan dengan

melibatkan berbagai sektor.Dengan demikian, penting untuk mengenali penyebab gizi

kurang dan gizi buruk di tingkat individu, masyarakat, maupun negara agar

selanjutnya dapat dilakukan tindakan yang sesuai untuk mengatasinya.

UNICEF memperkenalkan pendekatan “Assessment, Analysis and Action”

dalam penanganan malnutrisi. Setelah adanya penilaian (assessment) mengenai

adanya malnutrisi, selanjutnya perlu dilakukan analisis mengenai penyebabnya.

Berdasarkan analisis penyebab dan penilaian sumber daya yang tersedia, tindakan

(action) dirancang dan dilaksanakan untuk mengatasi masalah. Malnutrisi merupakan

manifestasi dari serangkaian penyebab yang saling berkaitan. Namun demikian,

identifikasi penyebab langsung malnutrisi pada kasus-kasus individual ataupun pada

masyarakat dengan prevalensi malnutrisi yang tinggi tetap relevan untuk dilakukan

agar dapat dilakukan penanganan yang sesuai konteks kasus maupun masyarakat.

Secara klinis malnutrisi dinyatakan sebagai gizi kurang dan gizi buruk. Gizi

kurang belum menunjukkan gejala khas, belum ada kelainan biokimia, hanya

dijumpai gangguan pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan dapat terjadi dalam waktu

Page 15: olvita

singkat dan dapat terjadi dalam waktu yang cukup lama. Gangguan pertumbuhan

dalam waktu yang singkat sering terjadi pada perubahan berat badan sebagai akibat

menurunnya nafsu makan, sakit seperti diare dan ISPA, atau karena kurang cukupnya

makanan yang dikonsumsi. Sedangkan gangguan pertumbuhan yang berlangsung

lama dapat terlihat pada hambatan pertambahan panjang badan.

Pada gizi buruk disamping gejala klinis didapatkan pula kelainan biokimia

yang khas sesuai bentuk klinis. Pada gizi buruk didapatkan 3 bentuk klinis yaitu

kwashiorkor, marasmus,dan marasmus kwashiorkor. Kwashiorkor adalah gangguan

gizi karena kekurangan protein biasa sering disebut busung lapar. Gejala yang timbul

diantaranya adalah edema di seluruh tubuh terutama punggung kaki, wajah membulat

dan sembab, perubahan status mental: rewel kadang apatis, menolak segala jenis

makanan (anoreksia), pembesaran jaringan hati, rambut kusam dan mudah dicabut,

gangguan kulit yang disebut crazy pavement,pandangan mata tampak sayu. Pada

umumnya penderita sering rewel dan banyak menangis. Pada stadium lanjut anak

tampak apatis atau kesadaran yang menurun.

Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang

timbul diantaranya tampak sangat kurus (tinggal tulang terbungkus kulit), muka

seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit, perut cekung,

kulit keriput, rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan pencernaan (sering

diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak

menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Pada stadium lanjut

yang lebih berat anak tampak apatis atau kesadaran yang menurun.

Page 16: olvita

D.Kejadian Malnutrisi

F.Ciri-Ciri Malnutrisi

Ciri-ciri dari malnutrisi yaitu antara lain :

1. Wajah seperti orang tua

2. Cengeng dan rewel

3. Tampak kurus

4. Rambut tipis

5. Wajah membulat

6. Kelaianan kulit

G.Faktor Yang Mempengaruhi Malnutrisi

Faktor mempengaruhui malnutrisi yaitu :

1. Umur

2. Jumlah anak

Page 17: olvita

3. Faktor ekonomi

4. Pendapatan

5. Pekerjaan

Page 18: olvita

BAB III

KERANGKA KONSEP

A.Kerangka Konsep

Pengetahuan

Sikap

Malnutrisi

Page 19: olvita

VariabelDefinisi Operasional Parameter Alat ukur Skala

Skor

Independen :

l

DEPENDEN :

Page 20: olvita

B.Hipotesis

C.Definisi Operasional

Page 21: olvita

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu untuk

memperoleh hubungan pengetahuan dan sikap terhadap Malnutrisi.

B.Lokasi Dan Waktu Penelitian

1.Lokasi :

Lokasi penelitian di Puskesmas Paniki

2.Waktu Penelitian

Waktu :

C.Populasi dan Sampel

Populasi

1. Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Nursalam,2008)

Sampel

2. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti yang

dianggap mewakili populasi (Notoadmodjo,2002).

Page 22: olvita

D.Kriteria Inklusi dan Ekslusi

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi

2. Kriteria ekslusi