228
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI PUISI DENGAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS X 8 SMA NEGERI 1 SAMARINDA TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI PUISI DENGAN

METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA

KELAS X 8 SMA NEGERI 1 SAMARINDA

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh:Saidah IrianiS 840907014

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA2009

Page 2: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

ii

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI PUISI DENGAN

METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA

KELAS X 8 SMA NEGERI 1 SAMARINDA

Disusun Oleh:

Saidah IrianiS 840907014

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd. ___________ ________NIP 130692078

Pembimbing II Dr. Suyatno Kartodirdjo ___________ ________NIP 130324012

Mengetahui:

Ketua Program Pendidikan Bahasa Indonesia

Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd.NIP 130692078

Page 3: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

iii

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI PUISI DENGAN

METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA

KELAS X 8 SMA NEGERI 1 SAMARINDA

Diajukan oleh:

Saidah IrianiS 840907014

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd. ___________ ________ NIP 131529726

Sekretaris Dr. Budhi Setiawan, M.Pd. ___________ ________ NIP 131809046

Anggota Penguji:

1. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd. ____________ ________NIP 130692078

2. Dr. Suyatno Kartodirdjo ____________ ________NIP 130324012

Mengetahui

Direktur PPs UNS, Ketua Program

Pendidikan Bahasa Indonesia,

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd.

NIP 131472192 NIP 130692078

Page 4: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

iv

PERNYATAAN

Nama : Saidah Iriani

NIM : S 840907014

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Peningkatan

Kemampuan Mengapresiasi Puisi dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping)

pada Siswa Kelas X 8 SMA Negeri 1 Samarinda adalah benar karya saya sendiri.

Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh

dari tesis tersebut.

Surakarta, 5 Januari 2009

Yang membuat pernyataan,

Saidah Iriani

Page 5: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke

hadirat Allah SWT karena limpahan rahmat, dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan tesis ini. Selama penelitian hingga penulisan tesis ini,

penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada

yang terhormat:

1. Prof. Dr. Much. Syamsulhadi, Sp. Kj., Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian;

2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. Direktur PPs UNS yang telah memberikan

izin untuk melaksanakan penelitian;

3. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa

Indonesia dan pembimbing I, yang selalu memberikan bimbingan, bantuan

dan motivasi dalam pelaksanaan penelitian serta penulisan tesis ini;

4. Dr. Suyatno Kartodirdjo, Pembimbing II yang memberikan bimbingan dengan

sabar dan bijaksana dalam penulisan tesis ini;

5. Tim penguji tesis Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang banyak

memberi masukan berharga demi kesempurnaan tesis ini;

6. Suardi, S.Pd., M.M. Kepala SMA Negeri 1 Samarinda yang memberi izin

untuk melakukan penelitian di sekolah yang dipimpin;

7. Suwitoyo, S.Pd. guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia dan teman

sejawat dalam penelitian ini;

Page 6: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

vi

8. Bunda dan ayah tercinta yang menjadi kekuatan batin bagi penulis untuk

menyelesaikan tesis ini;

9. Drs. H. Lamri, suami tercinta dengan penuh kesetiaan dan kesabaran selalu

memberi dukungan moral dan motivasi sehingga tesis ini selesai;

Semoga amal kebaikan yang telah diberikan dengan tulus menjadi jalan

kemudahan dan mendapat pahala dari Allah SWT. Penulis berharap semoga tesis

ini memberi manfaat bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan Bahasa

dan Sastra Indonesia. Amin.

Surakarta, 5 Januari 2009

Penulis

Page 7: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

vii

MOTTO

Tiada kata tua untuk belajar

tetapi jangan tua baru belajar

*

Setiap satu kesulitan,

Allah akan memberikan banyak kemudahan

Page 8: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan untuk

Bunda dan Ayah tercinta dalam denyut nafas dan doa,

H. Lamri, suami terkasih dengan kesabaran dan kesetiaan dalam

meniti hari,

Syahruddin, H. Syafruddin, Salehuddin, dan Muhammaddin kakak

dan adik tercinta yang tiada henti memberi dukungan

Syaiful Bachri, Yudi Irawan, Siti Hariyati, dan Siti Nurhayati anak-

anak tersayang yang selalu memberi semangat

Mas Anwar dan Mbak Widhia sahabat setia dalam suka dan duka

Page 9: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ......................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI TESIS................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

MOTTO ........................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xiv

ABSTRAK ................................................................................................... xvi

ABSTRACT ..................................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. RumusanMasalah ..................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian...................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian.................................................................... 9

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

TINDAKAN

A. Landasan Teori ......................................................................... 12

1. Hakikat Kemampuan Mengapresiasi Puisi .......................... 12

Page 10: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

x

a. Hakikat Kemampuan..................................................... 12

b. Hakikat Apresiasi.......................................................... 15

c. Hakikat Puisi................................................................. 17

1) Struktur Fisik Puisi.................................................. 23

2) Struktur Batin Puisi ................................................. 40

d. Kemampuan Mengapresiasi Puisi.................................. 50

2. Metode Pembelajaran Peta Pikiran (Mind Mapping) ........... 52

a. Metode Pembelajaran.................................................... 52

b. Metode Peta Pikiran (Mind Mapping)............................ 54

c. Langkah-langkah Pembuatan Peta Pikiran

(Mind Mapping) ............................................................ 58

d. Pembelajaran Apresiasi Puisi dengan Metode Peta

Pikiran (Mind Mapping)................................................ 60

e. Penilaian Kemampuan Mengapresiasi Puisi .................. 63

B. Penelitian yang Relevan............................................................ 71

C. Kerangka Berpikir .................................................................... 73

D. Hipotesis Tindakan................................................................... 75

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian...................................................................... 76

1. Tempat Penelitian ............................................................... 76

2. Waktu Penelitian................................................................. 77

B. Subjek Penelitian ...................................................................... 78

C. Sumber Data Penelitian ............................................................ 79

D. Teknik dan Alat Pengumpul Data ............................................. 80

E. Validasi Data ............................................................................ 82

F. Teknik Analisis Data ................................................................ 83

G. Indikator Keberhasilan.............................................................. 83

H. Prosedur Penelitian ................................................................... 83

BAB.IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian......................................................... 94

Page 11: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

xi

1. Kegiatan Pratindakan .......................................................... 94

a. Studi Awal tentang Permasalahan Pembelajaran

Puisi.............................................................................. 94

b. Pembahasan Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran 96

c. Menyusun Rancangan Tindak Pembelajaran

Mengapresiasi Puisi. ..................................................... 97

2. Pelaksanaan Tindakan Kelas ............................................... 98

a. Siklus I.......................................................................... 98

b. Siklus II ........................................................................ 114

c. Siklus III ....................................................................... 126

B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 137

1. Kondisi Awal Kemampuan dan Minat Siswa dalam

Apresiasi Puisi .................................................................... 137

2. Pembelajaran dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping)

Meningkatkan Kemampuan Mengapresiasi Puisi ................ 138

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan .................................................................................. 142

B. Implikasi .................................................................................. 143

C. Saran ........................................................................................ 144

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 145

LAMPIRAN ................................................................................................. 150

Page 12: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian.................................................................... 78

4.1 Hasil Peta Pikiran (Mind Mapping) Kemampuan Mengapresiasi Puisi

Siklus I................................................................................................. 109

4.2 Hasil Tes Apresiasi Puisi Siklus I ......................................................... 110

4.3 Hasil Belajar Apresiasi Puisi Siswa Siklus I ......................................... 111

4.4 Hasil Peta Pikiran (Mind Mapping) Kemampuan Mengapresiasi Puisi

Siklus II ............................................................................................... 122

4.5 Hasil Tes Apresiasi Puisi Siklus II........................................................ 122

4.6 Hasil Belajar Apresiasi Puisi Siswa Siklus II ........................................ 123

4.7 Hasil Peta Pikiran (Mind Mapping) Kemampuan Mengapresiasi Puisi

Siklus III .............................................................................................. 133

4.8 Hasil Tes Apresiasi Puisi Siklus III ...................................................... 133

4.9 Hasil Belajar Apresiasi puisi siswa siklus Siklus III.............................. 134

4.10 Hasil Peta Pikiran (Mind Mapping) Siklus I, II, dan III ........................ 139

4.11 Ketuntasan Hasil Belajar Apresiasi Puisi .............................................. 141

Page 13: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema Kerangka Berpikir ....................................................................... 74

2. Desain Penelitian .................................................................................... 93

3. Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar Siklus I................................... 112

4. Diagram Perolehan Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siklus I ....... 112

5. Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar Siklus II.................................. 124

6. Diagram Perolehan Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siklus II ...... 125

7. Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar Siklus III ................................ 135

8. Diagram Perolehan Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi .................... 136

Page 14: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. a. Wawancara 1..................................................................................... 150

b. Wawancara 2..................................................................................... 153

2. Silabus .................................................................................................... 155

3. Tes Pratindakan....................................................................................... 156

4. Catatan Lapangan Survei Awal ............................................................... 159

5. Dokumentasi Survei Awal....................................................................... 165

6. RPP Siklus I............................................................................................ 167

7. Lembar Kerja Siswa Siklus I ................................................................... 172

8. Peta Pikiran (Mind Mapping) Karya Siswa.............................................. 176

9. Tes Akhir Siklus I ................................................................................... 179

10. Catatan Lapangan Siklus I....................................................................... 182

11. Dokumentasi Siklus I .............................................................................. 184

12. RPP Siklus II .......................................................................................... 186

13. Lembar Kerja Siswa Siklus II.................................................................. 191

14. Peta Pikiran (Mind Mapping) Karya Siswa.............................................. 195

15. Tes Akhir Siklus II.................................................................................. 198

16. Catatan Lapangan Siklus II ..................................................................... 202

17. Dokumentasai Siklus II ........................................................................... 204

18. RPP Siklus III ......................................................................................... 206

19. Lembar Kerja Siswa Siklus III ................................................................ 212

20. Peta Pikiran (Mind Mapping) Karya Siswa III ......................................... 216

Page 15: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

xv

21. Tes Akhir Siklus III................................................................................. 219

22. Catatan Lapangan Siklus III .................................................................... 222

23. Puisi Karya Siswa III .............................................................................. 224

24. Dokumentasi Siklus III............................................................................ 227

25. Instrumen Penelitian ............................................................................... 228

Page 16: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

xvi

ABSTRAK

Saidah Iriani. S 840907014. Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Puisi dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas X 8 SMA Negeri 1 Samarinda. Tesis Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2009.

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran apresiasi puisi dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada siswa kelas X 8 SMA Negeri 1 Samarinda.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakansiklus model Elliot, terdiri dari tiga siklus. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas X 8 SMA Negeri 1 Samarinda. Teknik pengumpulan data melalui pengamatan, wawancara, analisis dokumen, pemberian tugas, tes dan angket. Alat pengumpul data digunakan butir soal tes, lembar observasi, pedoman wawancara, hasil pekerjaan siswa, dan hasil tes apresiasi puisi setiap siklus. Sedangkan validasi data yang digunakan adalah teknik triangulasi yang didasarkan padaproses tindakan dengan metode peta pikiran (Mind Mapping).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode peta pikiran (mind mapping) mampu meningkatkan proses pembelajaran mengapresiasi puisi pada siswa kelas X 8 SMA Negeri 1 Samarinda. Hal ini dapat dilihat dari hasil pretes dan postes yang dilakukan selama tiga siklus. Ada peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM (70,00), yakni dari 17 dari 40 siswa (42,50%) pada pratindakan menjadi 20 siswa (50,00%). Lalu pada Siklus II, didapati sebanyak 26 siswa (65,00%) yang mendapatkan nilai sama atau diatas KKM, atau mengalami peningkatan 6 siswa (15,00%) dari Siklus I. Kemudian pada Siklus III, terjadi peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas batas KKM yakni sebanyak 34 siswa (85,00%), mengalami peningkatan sejumlah 8 siswa (20,00%) dari Siklus II. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa pembelajaran apresiasi puisi dengan metode peta pikiran (mind mapping) mampu mengubah paradigma guru tentang metode pembelajaran. Guru mulai kreatif melakukan inovasi pembelajaran. Guru tidak hanya berorientasi pada pembelajaran dengan metode ceramah semata. Siswa terlatih untuk berpikir secara kritis mengemukakan ide atau gagasannya melalui kata-kata kunci yang dituliskan pada peta pikiran.

Page 17: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

xvii

ABSTRACT

Saidah Iriani. S 840907014. A Research to Increase Capability of the PoemAppreciating of the Students of Class X 8 SMA Negeri I Samarinda by Mind Mapping Method. Thesis for Magister Program Universitas Sebelas Maret Surakarta 2009.

This class action research was aimed at increasing the learning process of Poem Appreciation Capability of the Students of Class X 8 SMA Negeri 1Samarinda by Mind Mapping Method.

This class action research used Elliot’s cycles model, which separately to three cycles. The subjects of this research were the Students of Class X 8 SMA Negeri 1 Samarinda. The techniques used in this research were monitoring, document analysing, giving the homeworks, tests and inquiry. The instruments used in this research were question paper, observation guides, interview guide, student’s work sheet, and student’s result of poem apreciation test every circle. The data validation was done using the triangulation technique based on action process with used mind mapping method.

The result of this study indicated that the implementation of Mind Mapping method was able to increase capability of the poem appreciating of the Students of Class X 8 SMA Negeri 1 Samarinda. Based on pretest and posttest result of three cycles. There was increase number of the students who passed the minimum point (70.00), from 17 of 40 students (42.50%) at preaction to 20 students (50.00%) at first cycle. At second cycle, number of students who passed the minimum point was 26 (65.00%), increase 6 students (15.00%) from first. Then it was be 34 students (85.00%) for third cycle, increase 8 students (20.00%) from second. Futhermore, the research suggests that the application of Mind Mapping method to the lesson of poem appreciation may shift the teacher’s paradigm on instruction metod. A teacher should initiate to apply various learning innovations. Teacher’s orientation was not teacher-centered any longer, but student-centered. The students should be improve their ideas critically through the keywords in the mind-map.

Page 18: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

BAB I

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia memiliki masing-masing empat

aspek keterampilan kebahasaan dan kesastraan. Pengajaran sastra memiliki

bermacam kekhususan karena sastra, manusia, dan pendidikan tidak dapat

dipisahkan. Sastra merupakan hasil aktivitas manusia yang bersifat imajinatif,

namun sarat dengan permasalahan manusia, dan dikembalikan lagi pada manusia

melalui pendidikan dan pengajaran. Disadari atau tidak hal tersebut berpengaruh

pada siswa untuk mengembangkan kemampuan dan sikap dalam mengapresiasi

persoalan-persoalan yang ada di sekitar mereka. Mempelajari sastra dapat

memperhalus budi pekerti, saling menghargai sesama makhluk Tuhan, sehingga

hidup jadi bermakna. Oleh karena itu pengajaran apresiasi sastra semakin penting

peranannya dalam pendidikan. Rahmanto (1993: 15) berpendapat, jika pengajaran

sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka pengajaran sastra dapat juga

memberi sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang

cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat.

Namun pada kenyataannya apresiasi sastra masih dianggap sebagian siswa

kurang menarik, hal ini harus diakui. Penyebab kurang menariknya pelajaran

apresiasi sastra Indonesia, di antaranya kurang terbinanya pengajaran apresiasi

sastra Indonesia dengan baik, cara guru mengajar yang kurang memotivasi siswa,

kurangnya sarana dan prasarana, serta kurang akrabnya siswa dengan karya sastra

Page 19: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

2

sehingga motivasi dan hasil berlajar siswa rendah. Selain tersebut menurut Agus

R. Sarjono (2001: 208) Keberhasilan dan kegagalan pengajaran sastra sudah

barang tentu memiliki sebab yang banyak, karena ia merupakan sebuah sistem

yang meliputi kurikulum di sekolah, sarana dan prasarana seperti pengadaan buku

dan perpustakaan, minat baca masyarakat, iklim bersastra, dan lain-lain. Hal yang

senada diungkapkan oleh Anwarsono bahwa pengajaran sastra di sekolah belum

membanggakan karena kurangnya jam pelajaran, sistem pengajaran yang kurang

pas, kurikulum yang hanya mendorong siswa untuk menghafal angkatan, judul

karya tanpa pernah mengajak siswa memasuki wilayah interpretasi maupun kreasi

karya sastra (dalam Horison edisi Agustus 2003).

Menurut Agus R. Sarjono, pengajaran sastra di sekolah memiliki peluang

besar untuk meningkatkan apresiasi dan minat siswa terhadap sastra (2001: 208).

Namun banyak faktor yang mempengaruhi pembelajaran apresiasi sastra, antara

lain, guru, penggunaan metode, dan pemilihan materi yang tepat. Guru adalah

ujung tombak yang berhadapan langsung dengan siswa pada saat terjadi kegiatan

pembelajaran di kelas. Guru harus memiliki dan mampu menerapkan strategi

pengajaran yang tepat, sesuai dengan kondisi sekolah dan siswa sehingga

diharapkan dapat menimbulkan motivasi pada siswa untuk mengapresiasi sastra.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gunanto Saparie berikut ini:

“Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra paling utama terletak pada guru sastra. Dalam pembelajaran apresiasi sastra, guru harus berusaha agar kegiatan belajar mengajar tetap hidup, menghindari kemonotonan, menimbulkan unsur kejutan, ketakjuban dan kesenangan dari karya sastra yang diajarkan.” (http://www.suarakarya-online.com/news.html?id/

Page 20: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

3

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia bertujuan di antaranya agar

peserta didik memiliki kemampuan menikmati dan memanfaatkan karya sastra

untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan berbahasa; menghargai dan membanggakan sastra

Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (BNSP,

2006: 261). Namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang kurang berminat

dalam pembelajaran apresiasi sastra. Pembelajaran apresiasi sastra sampai saat ini

masih menjadi masalah secara umum karena kegiatan apresiasi sastra dari tingkat

Sekolah Dasar (SD) hingga tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) masih rendah.

Hal demikian juga dialami siswa kelas X 8 SMA Negeri 1 Samarinda,

kemampuan apresiasi sastra khususnya apresiasi puisi masih rendah. Rendahnya

kemampuan apresiasi puisi tersebut mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa

pada sastra. Hasil belajar siswa yang mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal

(KKM) 70 hanya 17 orang dari 40 siswa di kelas tersebut, berarti hanya mencapai

42,5%. Hal tersebut dinyatakan oleh guru bahasa dan sastra Indonesia yang

mengajar di kelas X 8, Suwitoyo, S.Pd. pada wawancara awal tanggal 21 Juli

2008, pukul 10.30 WIT, di ruang guru SMA Negeri 1 Samarinda.

Faktor-faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa tersebut di antaranya

faktor dari siswa, minat belajar siswa untuk sastra masih rendah karena sebagian

besar siswa di kelas tersebut tidak tertarik dengan pembelajaran sastra. Mereka

lebih tertarik dan menyukai mata pelajaran yang bersifat eksak dibandingkan

dengan mata pelajaran yang bersifat sosial. Selain faktor dari siswa faktor dari

guru juga sangat mempengaruhi. Guru lebih sering menggunakan metode

Page 21: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

4

ceramah, pemilihan materi pembelajaran yang kurang tepat, dan kurang

memotivasi siswa untuk memahami sastra dengan baik sehingga minat belajar

siswa rendah.

Untuk mengatasai permasalahan tersebut, guru benar-benar dituntut untuk

memiliki kemampuan atau kompetensi dalam melaksanakan tugasnya secara

profesional. Menurut Kusnandar (2007: 54) Guru adalah pendidik professional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Guru adalah segala-galanya dan paling pandai sementara siswa hanya

menjadi objek merupakan pemikiran yang keliru dan harus ditinggalkan. Seorang

guru dalam proses belajar mengajar terlebih lagi pada pembelajaran apresiasi puisi

harus berorientasi pada siswa. Siswa harus menjadi subjek belajar yang aktif.

Dengan demikian motivasi, minat, kemampuan apresiasi puisi, dan hasil belajar

siswa meningkat. Untuk itulah seorang guru dituntut lebih professional dalam

melaksanakan tugasnya. Menurut Kusnandar (2007: 48) guru professional adalah

guru yang mengenal tentang dirinya, yaitu dirinya adalah pribadi yang dipanggil

untuk mendampingi peserta didik untuk/dalam belajar.

Selain hal tersebut guru harus memiliki kreativitas tinggi, mampu

mengembangkan teknik pembelajaran, menggunakan metode yang tepat, menjadi

motivator, mediator, dan administrator yang baik. Agar semua hal tersebut dapat

terlaksana dengan baik, pembelajaran harus berpedoman pada kurikulum yang

diimplementasikan dalam silabus sesuai tingkat satuan pendidikan. Kurikulum

Page 22: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

5

merupakan acuan dasar atau pedoman guru dalam merencanakan dan

melaksanakan program pengajaran di sekolah. Hal itu sejalan dengan pendapat

Oliva (1982: 20-21) “Curriculum is defined in a variety of ways by theoreticians.

The text follows the concept of curriculum as a plan or program for the leaning

experiences that the leaner encounters under direction of the school.”

Berbagai strategi pembelajaran sastra yang diharapkan mampu

meningkatkan apresiasi sastra terutama apresiasi puisi di antaranya, metode

pembelajaran harus relevan, dinamis, metode pengajaran yang dinamis selain

tidak membosankan juga mampu merangsang siswa kreatif dan inovatif untuk

melahirkan ide-ide cerdas dalam mengapresiasi sesuai dengan pengetahuannya.

Siswa juga merasa memiliki kemampuan dalam mengenal, membaca, memahami,

menikmati, dan menghayati karya sastra berupa puisi. Siswa bebas berapresiasi

sesuai kemampuannya sehingga timbul ketertarikannya pada pembelajaran

apresiasi puisi.

Sikap yang demokratis antara guru dan siswa akan membangun kultur

saling menghargai dan menghormati.Terbangunnya kultur saling menghargai dan

menghormati adalah bagian dari apresiasi itu sendiri. Selain hal tersebut sikap

demokratis dan saling menghargai antara guru dengan siswa akan dapat

meningkatkan motivasi, kreativitas belajar, dan minat siswa sehingga hasil belajar

siswa meningkat. Menurut Wittrock (dalam Paulina Panen, dkk, 2005: 80). Faktor

penting dalam proses belajar adalah perhatian, karena tanpa perhatian, proses

belajar tidak akan pernah terjadi.

Page 23: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

6

Motivasi siswa perlu dikembangkan, karena motivasi merupakan dorongan

yang positif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar. Siswa sebagai

subjek belajar yang harus aktif. Dengan demikian, motivasi, kemampuan apresiasi

puisi, dan hasil belajar siswa meningkat karena motivasi merupakan dorongan

yang mengubah tingkah laku seseorang ke arah suatu tujuan yang ingin dicapai.

Hal tersebut sesuai dengan definisi motivasi yang dikemukakan oleh Morgan

(dalam Toeti Soekamto, 1995: 39) motivasi dapat didefinisikan sebagai tenaga

pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu

tujuan tertentu.

Untuk meningkatkan motivasi, kemampuan mengapresiasi puisi serta hasil

belajar siswa, Guru harus memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang

sesuai dengan prinsip belajar, materi dan tingkat kemampuan siswa. Guru dan

siswa harus mengembangkan kreativitas sehingga proses belajar mengajar

berjalan dengan komunikatif. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2005: 223)

kerelevansian metode mengajar dengan prinsip-prinsip belajar akan dapat

membangkitkan gairah belajar anak didik dalam mencapai tujuan pembalajaran.

Satu di antara banyak metode yang dianggap tepat dalam pembelajaran

apresiasi puisi adalah metode peta pikiran atau yang sering disebut metode mind

mapping. Metode mind mapping membantu siswa menyimpan informasi atau

pengetahuan yang diperolehnya ke dalam otak dan mengambil kembali informasi

tersebut. Siswa bebas memetakan ide-ide yang ada dalam pikirannya dalam

bentuk kata-kata kunci dan menuliskannya di atas garis cabang-cabang peta

tersebut, dengan demikian siswa akan mudah menyerap, memahami, dan

Page 24: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

7

mengembangkan materi pelajaran yang diterimanya. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Buzan (2008: 4) mind map adalah cara termudah untuk menempatkan

informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak.

Metode peta pikiran (mind mapping) memberikan kebebasan pada siswa

memetakan pikiran-pikirannya. Pemahaman siswa terencana dengan baik.

Kebebasan siswa memetakan pikiran-pikirannya terebut berpengaruh dalam

kemampuan siswa dalam belajar sehingga proses pembelajaran berlangsung

efektif dan komunikatif tidak menegangkan, menarik, dan menyenangkan. Metode

peta pikiran (Mind Mapping) membantu siswa mengembangkan kreativitasnya

dalam belajar. Siswa diberi kesempatan merencanakan dan mengembangkan ide-

ide kreativitasnya sendiri. Belajar dengan menggunakan metode peta pikiran

(mind mapping) memberikan kesempatan kepada siswa menyampaikan

gagasannya dengan perencanaan yang baik. Hal tersebut senada dengan pendapat

Silberman (1996: 126) :

“Mind mapping is a creative way for individual students to generate ideas, record learning, or plan a new project. Asking students to create a mind map enables them to identify clearly and creatively what they have learned or what they are planning.”

Berdasarkan pendapat tersebut, maka pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia, pada kompetensi dasar apresiasi puisi perlu digunakan metode peta

pikiran (mind mapping). Metode peta pikiran (mind mapping) dianggap tepat

diterapkan pada siswa kelas X 8 di SMA Negeri 1 Samarinda karena sangat

relevan antara metode, kondisi siswa, dan materi yang diajarkan sesuai dengan

yang dianjurkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) yang diimplementasikan dalam Standar Isi dan

Page 25: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

8

Standar Kompetensi Lulusan berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP) tahun 2006.

Adapun pemilihan materi kemampuan bersastra yang akan diajarkan

sesuai dengan standar kompetensi mendengarkan; 5. Memahami puisi yang

disampaikan secara langsung/tidak langsung, pada kompetensi dasar, 5.1.

Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara

langsung ataupun melalui rekaman, mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia

untuk SMA/MA, kelas X, semester 1 (BNSP, 2006: 262).

Penggunaan metode peta pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran

apresiasi puisi pada siswa kelas X 8 di SMA Negeri 1 Samarinda dianggap tepat

sebagai solusi atau pemecahan masalah yang ada. Pemahaman siswa terhadap

materi pelajaran terencana dan terserap dengan baik. Kebebasan siswa memetakan

pikiran-pikirannya tersebut berpengaruh dalam kemampuan siswa belajar

sehingga dalam proses pembelajaran berlangsung efektif dan komunikatif tidak

menegangkan, menarik, dan menyenangkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses pembelajaran apresiasi puisi dengan penerapan metode

peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas X 8 SMA Negeri 1 Samarinda?

2. Apakah penerapan metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan

kemampuan apresiasi puisi pada siswa kelas X 8 SMA Negeri 1 Samarinda

Page 26: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

9

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah meningkatkan proses pembelajaran

apresiasi puisi dan kemampuan apresiasi puisi melalui metode peta pikiran (mind

mapping) pada siswa kelas X 8 SMA Negeri 1 Samarinda.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan dan menjelaskan pembelajaran apresiasi puisi dengan

penerapan metode peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas X 8 SMA

Negeri 1 Samarinda.

b. Meningkatkan kemampuan apresiasi puisi dengan penerapan metode peta

pikiran (mind mapping) pada siswa kelas X 8 SMA Negeri 1 Samarinda.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang

penerapan metode peta pikiran (mind mapping) pada pembelajaran apresiasi puisi

untuk meningkatkan kemampuan apresiasi puisi dan motivasi belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Penelitian ini bermanfaat bagi siswa untuk:

1) memperoleh informasi tentang manfaat mempelajari apresiasi puisi.

Page 27: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

10

2) tumbuhnya motivasi untuk mempelajari apresiasi puisi karena dalam

pembelajaran siswa diberi kebebasan memetakan pikirannya, sehingga

pembelajaran menjadi bermakna.

3) meningkatnya kemampuan mengapresiasi puisi karena metode peta

pikiran lebih memberdayakan siswa.

4) siswa menjadi aktif dan kreatif dalam pembelajaran.

b.Bagi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia

Dengan penelitian ini guru akan:

1) meningkatkan kemampuannya dalam proses pembelajaran apresiasi puisi.

2) memperoleh pemahaman secara benar tentang pembelajaran apresiasi

sastra yang efektif, sehingga mampu memilih metode pembelajaran

yang tepat.

3) mengetahui metode pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan

meningkatkan pembelajaran..

4) mampu mengatasi permasalahan pembelajaran apresiasi puisi sehingga

hasil belajar siswa meningkat.

5) memperoleh informasi tentang tingkat kemampuan siswa dalam

mempelajari apresiasi puisi untuk menjadi acuan pada pembelajaran

berikutnya.

c. Bagi Sekolah

Sekolah dapat mengambil manfaat dari penelitian ini:

1) sebagai masukan dalam rangka pembinaan peningkatan kinerja guru.

2) meningkatkan iklim kerja sama antarguru

Page 28: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

11

3) untuk mengembangkan pembelajaran apresiasi sastra maupun mata

pelajaran lainya dengan metode peta pikiran (mind mapping)

4) dapat menumbuhkan iklim pembelajaran yang kondisif sehingga tercipta

kualitas pembelajaran yang baik, aktif, efektif dan inovatif.

Page 29: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN

HIPOTESIS TINDAKAN

A. Landasan Teori

1. Hakikat Kemampuan Mengapresiasi Puisi

a. Hakikat Kemampuan

Kemampuan atau kompetensi adalah suatu keterampilan untuk

mengeluarkan sumber daya internal atau bakat dalam diri sesorang yang dapat

memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Kemampuan atau

kompetensi diartikan sebagai suatu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai

dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Depdiknas,

2003: 5). Pada hakikatnya setiap siswa pasti memiliki kemampuan atau

kompetensi yang ada sejak lahir. Kemampuan terus berkembang dan berproses

sesuai dengan bertambahnya usia seseorang. Namun kemampuan ini tidak akan

berkembang dengan baik kalau tidak disertai dengan usaha yang terus menerus.

Sesuai dengan hal tersebut, Mulyasa (2007: 215) menegaskan bahwa

kompetensi yang harus dipelajari dan dimiliki peserta didik perlu dinyatakan

sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar yang mengacu

pada pengalaman langsung.

Kemampuan dapat juga diartikan sebagai suatu kompetensi seseorang

dalam penguasaan suatu aspek keterampilan misalnya aspek keterampilan

mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Menurut Mulyasa (2007:

215) setiap kompetensi harus merupakan perpaduan dari pengetahuan,

Page 30: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

13

keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan

bertindak (thingking skill). Kemampuan apresiasi berarti kemampuan seseorang

yang diwujudkan dalam penguasaan keterampilan seseorang untuk

mengapresiasi. Kemampuan mengapresiasi dapat juga berarti mampu

memahami dan memaknai suatu hal yang dihadapi dalam hidup sesuai dengan

pola pikir dan sikap untuk belajar. Hal itu sesuai dengan pendapat berikut ini:

Ada tiga faktor penting dalam penguasaan keterampilan untuk belajar: pertama adalah pola pikir dan sikap (mindset and attitude) terhadap belajar, harus memiliki hasrat (desire) dan kecintaan terhadap nilai-nilai untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Kedua mendayagunakan kekuatan pikiran bawah sadar (subconscious mind) untuk mempercepat proses belajar (accelerated learning). Ketiga, disiplin diri dan kegigihan (self discipline and persistence) untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan melalui disiplin diri dan kegigihan. (http://budierue.multiply.com/journal /item/19)

Senada dengan pendapat tersebut, Crunkilton sebagaimana dikutip

Mulyasa (2007: 38) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu

tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang

keberhasilan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas,

keterampilan, sikap, dan apresiasi yang harus dimiliki peserta didik untuk dapat

melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis keterampilan

tertentu. Dengan demikian terdapat hubungan antara tugas-tugas yang dipelajari

peserta didik di sekolah dengan kemampuan yang diperlukan oleh dunia kerja.

Menurut Martinis Yamin (2007: 1) Kompetensi adalah kemampuan yang dapat

dilakukan siswa yang mencakup tiga aspek, yaitu; pengetahuan, sikap, dan

keterampilan.

Page 31: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

14

Menurut Nursito (1999:5) pada hakikatnya, manusia mempunyai potensi

untuk menjadi kreatif . Apabila kita melakukan kreativitas self-concept, kita

akan tumbuh dan berkembang. Keadaan ini membuat kita harus lebih kukuh dan

mantap sebagai individu, serta mulai melakukan upaya-upaya hari demi hari.

Upaya tersebut terus dilakukan dengan membuka dan mencari pengalaman-

pengalaman kreatif yang baru. Hal demikian dialami pula oleh siswa,

kemampuan mereka akan terlihat berkembang memerlukan waktu dan proses

latihan-latihan hari demi hari dalam waktu yang lama sehingga menjadi

pengalaman belajar. Untuk mewujudkan semua itu diperlukan motivasi belajar

yang tinggi.

Selain itu, siswa juga harus aktif dan kreatif untuk melahirkan gagasan

dalam mewujudkan kemampuannya. Nursito kembali menegaskan, kenyataan di

lapangan menunjukkan bahwa kemampuan belajar siswa akan lebih baik apabila

kemampuan kreatifnya turut dilibatkan, baik secara formal maupun informal.

Pada dasarnya, semua siswa memiliki potensi kreatif yang harus dikembangkan

agar mereka mampu hidup penuh gairah dan produktif dalam melakukan tugas-

tugasnya (1999: 6-7). Menurut para ahli bahwa motivasi belajar diyakini sebagai

kunci keberhasilan belajar, sehingga motivasi belajar harus dirancang untuk

ditumbuhkan pada setiap siswa (Depdiknas 2003: 23).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

Kemampuan atau kompetensi adalah suatu keterampilan untuk mengeluarkan

sumber daya internal atau bakat dalam diri sesorang yang dapat memberikan

manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.. Selain hal tersebut pada

Page 32: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

15

hakikatnya, manusia mempunyai potensi untuk melakukan kreativitas (self-

concept), yang harus dikembangkan sebagai wujud hasil belajar yang mengacu

pada pengalaman langsung. Setiap kompetensi harus merupakan perpaduan

antara pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam

kebiasaan berpikir dan bertindak (thinking skill).

b. Hakikat Apresiasi

Kata apresiasi mengandung arti tanggapan sensitif terhadap sesuatu

ataupun pemahaman sensitif terhadap sesuatu ( Boen S. Oemarjati, 1978, dalam

Bambang Kaswanti Purwo, 1991: 58). Apresiasi dapat juga berarti mengenal,

memahami, menikmati dan menilai. Menurut Herman J. Waluyo (2002: 44)

apresiasi biasanya dikaitkan dengan seni. Apresiasi Puisi berkaitan dengan

kegiatan yang ada sangkut pautnya dengan puisi, yaitu mendengar atau

membaca puisi dengan penghayatan yang sungguh-sungguh, menulis puisi,

mendeklamasikan, dan menulis resensi puisi. Dalam penerapannya apresiasi

memerlukan aktivitas, kreativitas, dan motivasi, dalam menunjukkan

kemampuan atau potensi seseorang karena apresiasi merupakan sebuah proses.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rozak Zaidan (2001: 21) yang

menyatakan bahwa Apresiasi sastra itu berlangsung dalam sebuah proses yang

mencakup pemahaman, penikmatan, dan penghayatan.

Apresiasi berlangsung melalui proses mengenal, memahami,

menghayati, dan menilai dari suatu hal atau karya yang ada dalam kehidupan.

Menurut Suminto A. Sayuti (2002: 365) apresiasi merupakan hasil usaha

pembaca dalam mencari dan menemukan nilai hakiki puisi lewat pemahaman

Page 33: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

16

dan penafsiran sistematik yang dapat dinyatakan dalam bentuk tertulis. Melalui

kegiatan apresiasi itu diharapkan timbul kegairahan dalam diri pembaca (atau

lebih luas lagi, masyarakat) untuk lebih memasuki dunia puisi, sebagai dunia

yang juga menyediakan alternatif pilihan untuk menghadapi permasalahan

kehidupan yang sebenarnya.

Pendapat tersebut senada dengan pendapat yang dikemukan oleh Disick

(1975, dalam Herman J. Waluyo 2002: 45) menyebutkan adanya empat

tingkatan aprsiasi, yaitu: (1) tingkat menggemari; (2) tingkat menikmati (3)

tingkat mereaksi, dan (4) tingkat produktif. Jika seseorang mengapresiasi puisi,

baru pada tingkat menggemari keterlibatan batinnya belum begitu kuat, karena

pada tingkat ini seseorang hanya senang membaca atau mendengarkan

pembacaan puisi. Pada tingkat menikmati, keterlibatan batin pembaca terhadap

puisi semakin mendalam. Pembaca akan ikut sedih, terharu, bahagia, dan

sebagainya ketika membaca puisi. Kemudian pada tingkat mereaksi, sikap kritis

terhadap puisi lebih menonjol karena ia telah mampu menafsirkan dengan

seksama dan mampu menilai baik-buruknya sebuah puisi. Pembaca mampu

menunjukkan letak keindahan puisi dan kekurangan puisi. Selanjutnya pada

tingkat produktif, seseorang mampu menghasilkan (menulis), mengkritik,

mendeklamasikan, dan membuat resensi puisi.

Dari beberapa batasan tersebut, jelaslah bahwa untuk mengapresiasi

puisi diperlukan empat tahapan yaitu tahap menggemari, tahap menikmati, tahap

mereaksi, dan tahap produktif. Disamping itu kepekaan batin juga sangat

diperlukan dalam mengapresiasi nilai-nilai karya sastra, sehingga seseorang

Page 34: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

17

mampu mengenal, memahami, menghayati, menikmati, menafsirkan, dan

menilai karya sastra serta mampu mengimplementasikan nilai- nilai karya sastra

tersebut dalam kehidupannya di masyarakat.

c. Hakikat Puisi

Puisi adalah bentuk kesusastraan yang paling tua (Herman J. Waluyo,

2008:1). Puisi dikatakan kesusastraan yang paling tua dalam bentuk mantra.

Mantra sudah ada di masyarakat kita sejak zaman dulu hampir di semua daerah.

Kata-kata yang digunakan dalam mantra mengandung unsur keindahan,

mengandung makna tertentu dan mantra adalah termasuk jenis puisi.

Selanjutnya Rachmat Djoko Pradopo (2002: 7) menegaskan bahwa puisi itu

mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang

imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Puisi itu merupakan

rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam

wujud yang paling berkesan.

Menurut Kinayati Djojosuroto (2005: 9) puisi adalah suatu sistem

penulisan yang margin kanan dan penggantian barisnya ditentukan secara

internal dalam suatu mekanisme yang terdapat dalam baris itu sendiri. Dengan

demikian seberapa lebar pun suatu halaman tempat puisi itu ditulis, puisi selalu

tercetak/tertulis dengan cara yang sama. Dalam hal ini, penyair yang

menentukan panjang baris/ ukuran. Berikut ini beberapa pendapat tentang

hakikat puisi dalam Kinayati Djojosuroto (2005: 9-10): (1) William

Wordsworth, puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang

penuh daya; dia memperoleh rasanya dari emosi atau rasa yang dikumpulkan

Page 35: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

18

kembali dalam kedamaian. (2) Byron, puisi adalah lava imajinasi yang

letusannya mencegah timbulnya gempa bumi. (3) Percy Bysche Shelly, puisi

adalah rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling menyenangkan dari

pikiran-pikiran yang paling baik dan paling menyenangkan. (4) Emily

Dickenson, kalau aku membawa sesuatu dan dia membuat tubuhku begitu sejuk

sehingga tiada api yang dapat memanaskan aku, maka aku tahu bahwa itu

adalah puisi. Hanya dengan cara inilah aku mengenal puisi. (5) Watts Dunton,

puisi adala ekspresi yang konkret dan bersifat artistik dari pikiran manusia

secara emosional dan berirama. (6) Lascelles Abercramble, puisi adalah ekspresi

dari pengalaman imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan

/pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa, yang

mempergunakan setiap rencana yang matang dan bermanfaat.

Puisi adalah hasil cipta manusia yang mengandung unsur-unsur

keindahan untuk menyampaikan perasaan dan pikiran penyairnya. Puisi adala

ungkapan pikiran dan perasaan penyair secara implisit dalam bentuk bahasa

yang indah. Hal ini sesuai dengan pendapat Putu Arya Tirtawirya (1982: 9)

yang menjelaskan bahwa puisi adalah pengungkapam secara implisit, samar

dengan makna yang tersirat, dimana kata-kata condong pada artinya yang

konotatif.

Puisi sebagai hasil karya manusia dapat dikaji dari berbagai aspek,

karena puisi sarat dengan makna kehidupan. Puisi dapat dikaji melalui apresiasi

puisi, baik unsur-unsur yang membangun puisi tersebut maupun makna yang

bisa di petik dari puisi tersebut. Banyak hal yang bisa dipetik dari mengapresiasi

Page 36: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

19

puisi. Berbagai permasalahan hidup dan kehidupan dapat dikaji melalui

apresiasi puisi untuk dijadikan pembelajaran dalam hidup ini, dari masalah

individu, religi, cinta , pendidikan, moral, budaya, lingkungan sampai pada

masalah yang ada di masyarakat secara umum. Menutu Rachmat Djoko Pradopo

(2002: 1) puisi sebagai sebuah karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-

macam aspeknya. Pendapat tersebut senada dengan pendapat Moody (1968: 87)

“So much for initial survey of the ‘situation’ and ‘intention’ of the poem. After

the more thorough investigation that our examination of the poem’s technique

involves, we shall have more to say”.

Slametmuljana (dalam Herman J. Waluyo, 2008: 25) menyatakan bahwa

puisi merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan pengulangan suara

sebagai ciri khasnya. Batasan puisi tersebut sama dengan yang dinyatakan oleh

Clive Sansom (1960: 5, dalam Herman J. Waluyo, 2008: 26) yang memberikan

batasan puisi sebagai bentuk pengucapan bahasa yang ritmis, yang

mengungkapkan pengalaman intelektual yang bersifat imajinatif dan emosional.

Seorang penyair harus memiliki perbendaharaan kata yang khas.

Perbendaharaan kata yang khas tersebut sangat penting dimiliki seorang penyair,

karena menjadi ciri dalam memberikan daya sugesti dan kekuatan ekspresinya.

Untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya, seorang penyair akan

mengungkapkannya dalam bentuk bahasa yang indah. Keindahan bahasa puisi

dapat menimbulkan daya magis pada pembaca atau penikmatnya. Ketepatan

pemilihan dan penempatannya dalam puisi, kata-kata itu dapat membangkitkan

emosi pembaca untuk ikut bersedih, terharu, bersemangat, senang, marah, dan

Page 37: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

20

sebagainya. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Herman J. Waluyo (2002: 1)

yang mengungkapkan, bahwa kata-kata betul-betul terpilih agar memiliki

kekuatan pengucapan. Selain itu bahasa puisi adalah bahasa yang bersifat

menyeluruh (universal). Menurut Perrine (1974: 553) “poetry is as universal as

language and almost as ancient”.

Herman J. Waluyo (2002: 1) menyatakan bahwa puisi adalah karya

sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan

bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Menurut Rachmat

Djoko Pradopo (2002: 7) puisi itu mengekspresikan pemikiran yang

membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam

susunan yang berirama. Pendapat tersebut mengungkapkan bahwa puisi tidak

hanya sebagai sarana mengekspresikan pengalaman batin penyair yang paling

berkesan, namun puisi juga kadang mengungkapkan pengalaman batin orang

lain yang paling berkesan tanpa disengaja.

Melalui kata-kata yang sugestif, puisi mampu menggambarkan hal-hal

yang pernah dialami pembaca dan membangkitkan emosi pembaca atau

penikmatnya. Rachmat Djoko Pradopo (2002: 7) menegaskan bahwa, puisi itu

merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting,

digubah dalam wujud yang paling berkesan. Hal tersebut senada dengan

pendapat Perrine (1974: 553) yang mengungkapkan bahwa “poetry might be

defined as akind of language that says more and says it more intensely than

does ordinary language.” Pernyataan ini menegaskan bahwa bahasa puisi

merupakan sejenis bahasa yang berbeda dari bahasa sehari-hari karena puisi

Page 38: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

21

lebih banyak mengatakan dan mengekspresikan dirinya secara intens (padat,

sarat muatan makna).

Bahasa puisi yang padat dan sarat muatan makna tersebut memiliki

kesamaan dengan pernyataan Volpe (dalam Siswantoro, 2005: 3) menurutnya

“poetry is perhaps the most difficult kind of language.” Puisi memiliki jenis

bahasa yang tersulit sebab puisi menghendaki kepadatan (compactness) dalam

pengungkapan. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa bahasa puisi adalah

bahasa yang sulit. Bahasa puisi disebut bahasa yang sulit sebab bahasa puisi

mengakomodasi berbagai dimensi makna kehidupan manusia, misalnya tentang

cinta kasih, lingkungan, pesan moral, kritik sosial, edukatif, relegius dan

sebagainya di balik apa yang tersurat.

Sebuah puisi terdiri dari dua unsur yang membangunnya. Unsur yang

membangun puisi yang berada dalam puisi yang lebih dikenal dengan unsur

intrinsik atau unsur batin dan unsur yang membangun puisi dari luar yang

disebut unsur ekstrinsik atau unsur fisik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

Herman J. Waluyo (1987: 23) bahwa puisi memiliki bentuk fisik dan bentuk

batin yang lazim disebut pula dengan bahasa dan isi atau tema dan struktur atau

bentuk dan isi. Pendapat tersebut senada dengan pendapat Boulton (1979: 9)

“the poem is a combination of physical and mental form”.

Kedua unsur yang membangun puisi tersebut sama pentingnya dalam

membangun atau menciptakan puisi baik unsur-unsur fisik maupun unsur-unsur

batin. Keduanya bersifat padu dan tidak terpisahkan sehingga menciptakan

makna yang utuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Herman J. Waluyo (2008: 33)

Page 39: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

22

bahwa puisi terdiri atas dua unsur pokok yaitu struktur fisik dan struktur batin.

Kedua bagian itu terdiri atas unsur-unsur yang saling mengikat keterjalinan dan

semua unsur itu membentuk totalitas makna yang utuh.

Menurut Rachmat Djoko Pradopo (2002: 1) puisi sebagai salah sebuah

karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat

dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur

yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan.

Selanjutnya Herman J. Waluyo (2008: 29) memberikan definisi puisi sebagai

berikut:

“Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya”

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa puisi

terdiri dari dua unsur yaitu unsur-unsur fisik dan unsur-unsur batin yang disebut

bahasa dan isi atau tema dan struktur atau bentuk dan isi. Struktur fisik adalah

unsur-unsur yang dapat dilihat sedangkan unsur-unsur batin adalah unsur-unsur

yang tidak terlihat. Namun keduanya bersifat padu dan tidak terpisahkan, saling

mengikat keterjalinan dan membentuk totalitas makna yang utuh.

Untuk mengapresiasi puisi diperlukan pemahaman yang mendalam

tentang struktur fisik dan struktur batin puisi. Struktur fisik yaitu bahasa atau

bentuk, yang terdiri atas; (1) diksi (pilihan kata), (2) pengimajian (pencitraan,

imagery), kata konkret, (4) bahasa figuratif (majas), (5) Verifikasi, dan (6) tata

wajah (tipografi). Sedangkan struktur batin terdiri atas; (1) tema puisi, (2)

perasaan (feeling), (3) nada dan suasana, dan (4) amanat (pesan).

Page 40: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

23

1) Struktur Fisik Puisi.

Struktur fisik puisi atau disebut juga struktur lahir puisi dapat dilihat

pada unsur-unsur keindahan yang membangun puisi tersebut. Herman J. Waluyo

(2008: 82) menjelaskan unsur-unsur itu merupakan kesatuan yang utuh. Unsur-

unsur itu ialah: diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas),

verifikasi, dan tata wajah puisi.

a) Diksi (Pemilihan Kata)

Diksi atau pilihan kata-kata yang dipergunakan dalam puisi tidak

seluruhnya bermakna denotatif, tetapi lebih banyak pada makna konotatif

atau konotasi. Konotasi atau nilai tambah makna pada kata yang lebih

banyak memberi efek bagi para penikmatnya. Sedangkan kata-kata

bermakna denotatif digunakan pada tulisan-tulisan ilmiah. Jadi pilihan kata

atau diksi sangat penting karena dapat mencerminkan ruang, waktu, falsafah,

nada, suasana, amanat suatu puisi dengan tepat.

Setiap penyair akan memilih kata-kata yang tepat, sesuai dengan

maksud yang ingin diungkapkan dan efek puitis yang ingin dicapai. Menurut

Herman J. Waluyo (2008: 85) pemilihan kata-kata mempertimbangkan

berbagai aspek estetis, maka kata-kata yang sudah dipilih oleh penyair untuk

puisinya bersifat absolut dan tidak bisa diganti dengan padan katanya,

sekalipun maknanya tidak berbeda. Hal yang sama diungkapkan oleh

Barfield (1952: 41, dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2002: 54) bila kata-kata

dipilih dan disusun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinya

menimbulkan imaginasi estetik, maka hasilnya itu disebut diksi puitis.

Page 41: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

24

Selanjutnya menurut Rachmat Djoko Pradopo (2002: 54) penyair

ingin mengekspresikan dengan ekspresi yang dapat menjelmakan

pengalaman jiwanya tersebut, untuk itu haruslah dipilih kata-kata

setepatnya. Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa seorang penyair akan

memilih kata-kata yang tepat dan khas sebagai cirinya untuk

mengekspresikan pengalaman batinnya sehingga puisi yang dihasilkan dapat

menimbulkan efek puitis dan sugestif pada pembaca atau penikmatnya. Hal

ini sesuai dengan pendapat Wiyatmi (2006: 63) yang menyatakan bahwa

setiap penyair akan memilih kata-kata yang tepat, sesuai dengan maksud

yang ingin diungkapkan dan efek puitis yang ingin dicapai. Tengsoe

Tjahjono (2005: 15) mencontohkan dalam larik-larik berikut ini:

1) Selembar daun jatuh2) Selembar daun gugur3) Selembar daun luruh4) Selembar daun melayang

Kata jatuh, gugur, luruh, melayang memiliki makna yang tidak jauh

berbeda. Kata-kata itu dapat dipilih bergantung kepada perasaan yang ingin

disampaikan. Kata jatuh memberikan kesan perasaan sakit. Kata gugur

memberikan kesan berkorban untuk orang banyak. Kata luruh memberikan

kesan lembut, dan kata melayang memberikan kesan mengalir pelan. Baris

selembar daun jatuh dan selembar daun gugur mungkin memiliki makna

sama, tetapi perasaan yang ditimbulkan berbeda.

b. Pengimajian (Imagery)

Penyair juga menciptakan pengimajian (pencitraan) dalam puisinya.

Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas

Page 42: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

25

atau mengkonkretkan apa yang dinyatakan oleh penyair. Diksi yang dipilih

harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih

konkret. Menurut Herman J. Waluyo (2008: 91), pengimajian dapat dibatasi

dengan pengertian; kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan

pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.

Melalui pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah dapat

dilihat, didengar,dan dirasakan oleh pembaca atau penikmat sastra.

Keindahan, kesedihan, keceriaan dan sebagainya seakan dirasakan sendiri

oleh pembaca. Pengimajian memberi gambaran yang jelas pada pembaca.

Gambaran atau lukisan yang tercipta karena pilihan kata tepat sehingga

mampu membangkitkan daya imaji pembaca. Menurut Siswantoro (2005:

49) Imagery biasa diartikan sebagai mental picture, yaitu gambar, potret,

atau lukisan angan-angan yang tercipta sebagai akibat dari reaksi seorang

pembaca pada saat ia memahami puisi.

Pengimajian melalui pilihan kata-kata atau susunan kata-kata yang

tepat akan memberikan gambaran yang jelas dan dapat membangkitkan

emosi pembaca. Seorang penyair dapat mengungkapkan pengalaman

sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaannya dalam puisi.

Dalam imajinasinya, pembaca akan melihat, mendengar, dan dapat

merasakan pengalaman batin penyairnya. Pernyataan ini sesuai dengan

pendapat Herman J. Waluyo (2008: 91), baris puisi itu seolah mengandung

gema suara (imaji auditif), benda yang nampak (imaji visual), dan sesuatu

yang dapat kita rasakan, raba, atau sentuh (imaji taktil).

Page 43: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

26

Contoh puisi berikut ini adalah puisi yang mengandung citraan

penglihatan (imaji visual), citraaan pendengaran (imaji auditif), citraan

sentuhan perasaan (imaji taktil), dan citraan gerak (imaji kinaesthetik)

DEWA TELAH MATI

Tak ada dewa di rawa-rawa iniHanya gagak yang mengakak malam hariDan siang terbang mengitari bangkaipertapa yang terbunuh dekat kuil

Dewa telah mati di tepi-tepi iniHanya ular yang mendesir dekat sumberLalu minum dari mulutPelacur yang tersenyum dengan bayang sendiri

Bumi ini perempuan jalangyang menarik laki-laki jantan dan pertapake rawa-rawa mesum inidan membunuhnya pagi hari

(dari kumpulan puisi “Simphoni”karya Subagio Sastrowardojo)

Puisi di atas menggunakan bidang keagamaan atau religi sebagai

sumber citraannya. Hal tersebut dapat dilihat pada penggunaan kata-kata:

dewa, kuil, pertapa, dan ular. Citraan penglihatan (imaji visual) tampak

pada saat penyair menggambarkan kehidupan manusia sebagai rawa.

Suasana rawa yang dilambangkan oleh warna hitam gagak dan malam.

Citraan pendengaran (imaji auditif) yang ditimbulkan pada kata mengakak

dan mendesir. Sedangkan citraan sentuhan perasaan (imaji taktil) pada larik

Pelacur yang tersenyum dengan bayang sendiri. Selain citraan penglihatan,

citraan pendengaran, dan citraan perasaan, dalam puisi tersebut terdapat juga

citraan gerak (imaji kinesthetika) pada frase terbang mengitari, pada kata

menarik, dan pada kata membunuhnya.

Page 44: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

27

c) Kata Konkret

Penyair ingin menggambarkan sesuatu secara lebih konkret. Oleh

karena itu, itu kata-kata diperkonkret.Bagi penyair mungkin dirasa lebih

jelas karena lebih konkret, namun bagi pembaca sering lebih sulit ditafsirkan

maknanya. Penyair harus mahir memperkonkret kata-kata, sehingga

pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang

dilukiskan oleh penyair. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Herman J.

Waluyo (2008: 94), dengan kata yang diperkonkret, pembaca dapat

membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh

penyair.

Semakin tepat seorang penyair memilih dan menempatkan kata-kata

dalam puisinya maka semakin baik pula dia menjelmakan imaji. Sehingga

pembaca atau penikmat puisi menganggap bahwa mereka benar-benar

melihat, mendengar, merasakan, dan mengalami segala sesuatu yang dialami

oleh sang penyair. Kata-kata konkret digunakan penyair untuk

menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud

untuk membangkitkan imaji pembaca.

Sebagai contoh kata-kata gadis kecil berkaleng kecil. Lukisan

tersebut lebih konkret jika dibandingkan dengan gadis peminta-minta. Untuk

melukiskan dunia pengemis yang penuh kemayaan, penyair menulis: Hidup

dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan / gembira dari kemayaan

riang. Untuk melukiskan kedukaannya, penyair menulis: bulan di atas itu

tak ada yang punya/ kotaku hidupnya tak punya tanda.

Page 45: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

28

Contoh lain pada puisi karya Chairil Anwar berikut ini:

DoaTuhankuDalam termanguAku masih menyebut namaMuBiar susah sungguhmengingat Kau penuh seluruhcayaMu panas sucitinggal kerdip lilin di kelam sunyiTuhankuAku hilang bentukremukTuhankuAku mengembara di negeri asingTuhankudi pintuMu aku mengetukAku tidak bisa berpaling.

(“Doa”, 1943)

Puisi tersebut melukiskan ungkapan perasaan penyair yang

melukiskan dalam kondisi apapun ia selalu mengingat Tuhan. Penyair

melukiskannya dengan kata-kata: Tuhanku/ dalam termangu/ Aku masih

menyebut namaMu/ biar susah sungguh. Untuk melukiskan kebesaran atau

kekuasaan Tuhan penyair menggunakan kata-kata: mengingat Kau penuh

seluruh/ cayaMu panas suci. Untuk mengkonkretkan gambaran jiwa bahwa

sebenarnya manusia tidak memiliki apa-apa dan sebenarnya manusia adalah

makhluk yang lemah dimata Tuhannya, penyair menggunakan kata-kata:

Aku hilang bentuk/ remuk. Untuk melukiskan bahwa manusia sampai pada

suatu kepastian yang tidak bisa dihindari, yaitu pasti akan kembali

menghadap pada Sang Pencipta, penyair melukiskannya dengan kata-kata:

Tuhanku/ di pintu-Mu aku mengetuk/ aku tidak bisa berpaling.

Page 46: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

29

d) Bahasa Figuratif (Majas)

Bahasa figuratif, majas atau gaya bahasa adalah cara penyair

mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginannya melalui kata-kata yang

dipilihnya. Kata-kata atau bahasa yang digunakan biasanya bermakna kias

atau lambang. Gaya bahasa dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut

pandang. Menurut Herman J. Waluyo (2008: 96) bahasa figuratif

meyebabkan puisi jadi prismatis artinya memancarkan banyak makna, atau

kaya akan makna.

Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa atau majas memungkinkan

pribadi seseorang dapat dinilai, watak dan kemampuan seseorang yang

menggunakan bahasa tersebut. Herman J. Waluyo (2008: 96) menegaskan

bahwa bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk

mengatakan sesuatu dengan cara tidak biasa, yakni secara tidak langsung

mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya bermakna kias atau lambang.

Demikian pula halnya dalam penulisan sebuah puisi, seorang

penyair akan menggunakan gaya bahasa sehingga puisinya memiliki makna

yang dalam. Rachmat Djoko Pradopo (2002: 61) mengungkapkan, adanya

bahasa kiasan (figurative language) menyebabkan sajak menjadi menarik

perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup, dan terutama menimbulkan

kejelasan gambaran angan.

Bahasa kias adalah majas atau gaya bahasa yang mempertautkan

sesuatu dengan cara menghubungkannya dengan sesuatu yang lain. Menurut

Suminto A. Sayuti (2002: 195) bahasa kias dalam puisi berfungsi sebagai

Page 47: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

30

sarana pengedepanan sesuatu yang berdimensi jamak dalam bentuk yang

sesingkat-singkatnya. Ada beberapa macam bahasa kias yaitu, metafora,

perbandingan, personifikasi, hiperbola, sinekdoke, ironi.

(1) Kiasan (Gaya Bahasa)

Kiasan atau gaya bahasa digunakan untuk menciptakan efek lebih

kaya,lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi.

(a) Metafora

Metafora bentuk bahasa figuratif yang memperbandingkan

sesuatu hal dengan hal lainnya yang pada dasarnya tidak serupa.Oleh

karena itu di dalam metafora ada dua hal yang pokok, yaitu al-hal

yang diperbandingkan dan pembandingnya. Pernyataan ini sesuai

dengan pendapat Herman J. Waluyo (2008: 98) metafora adalah

kiasan langsung, artinya benda-benda yang dikiaskan tidak

disebutkan. Pendapat yang sama diungkapkan oleh Altenbernd &

Lewis (dalam Wiyatmi, 2006: 65) metafora adalah kiasan yang

menyatakan sesuatu sebagai hal yang sebanding dengan hal lain,

yang sesungguhnya tidak sama. Jadi ungkapan itu langsung berupa

kiasan.

Contoh dalam puisi “Sebab Dikau” Amir Hamzah mengiaskan

dirinya adalah boneka.

Aku boneka engkau bonekaPenghibur dalang mengatur tembangDi layar kembang bertukar pandangHanya selagu, sepanjang dendang

(“Sebab Dikau”, 1959: 11)

Page 48: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

31

(b) Perbandingan (Simile)

Perbandingan atau simile adalah jenis bahasa figuratif yang

menyamakan satu hal dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama.

Menurut Herman J. Waluyo (2008: 99) Perbandingan adalah kiasan

yang tidak langsung. Benda yang dikiaskan kedua-duanya ada bersama

pengiasnya dan menggunakan kata-kata seperti, laksana, bak, dan

sebagainya. Kadang-kadang juga tidak digunakan kata-kata

pembanding. Rachamat Djoko Pradopo (2002: 62) berpendapat bahwa

perbandingan atau perumpamaan atau simile ialah bahasa kiasaan yang

menyamakan satu hal dengan hal lain dengan menggunakan kata-kata

pembanding seperti : bagai, bagaikan, bak, seperti, misal, seumpama,

dan sebagainya.

Contoh kutipan puisi karya Linus Suryadi A.G. berjudul “Ode

Asia Tenggara.

Bagaikan siluman mereka pun bekerjaBagaikan air di bawah tanah kucintaBagaikan merembes ke dalam bumi….

(”Ode Asia Tenggara”, 1986) (c) Personifikasi

Personifikasi adalah gaya bahasa yang menganggap benda mati

seperti manusia. Menurut Herman J.Waluyo (2008: 99) benda mati

dianggap sebagai manusia atau persona atau di”personifikasikan”. Hal

ini digunakan untuk memperjelas penggambaran peristiwa dan

keadaan. Wiyatmi (2006: 65) berpendapat bahwa personifikasi adalah

Page 49: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

32

kiasan yang menyamakan benda dengan manusia, benda-benda mati

dibuat dapat berbuat, berpikir, dan sebagainya seperti manusia.

Menurut Rachmat Djoko Pradopo (2002: 75) personifikasi ini

membuat hidup lukisan, disamping itu memberi kejelasan beberan,

memberikan bayangan angan yang konkret.

Contoh personifikasi terdapat dalam puisi berikut ini:

Mata pisau itu tak berkejap menatapmu:Kau yang baru saja mengasahnyaBerfikir, ia tajam untuk mengiris apelYang tersedia di atas mejaSehabis makan malamIa berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu.

(Sapardi Djoko Damono, “Mata pisau”, 1982)

Personifikasi pisau yang mampu menatap dan membayangkan.

d. Hiperbola

Hiperbola adalah kiasan yang mengungkapkan suatu hal atau

keadaan secara berlebih-lebihan. Menurut Herman J. Waluyo (2008:

99) hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan. Penyair merasa

perlu melebih-lebihkan hal yang dibandingkan agar mendapat

perhatian lebih seksama dari pembaca.

Contoh hiperbola dalam bait puisi karya Rendra berikut ini:

Politisi dan pegawai tinggiadalah caluk yang rapiKonggres-konggres dan konperensitak pernah berjalan tanpa kalian (“Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta”)

Page 50: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

33

(e) Sinekdoke.

Sinekdoke adalah majas yang menyebutkan satu bagian penting

dari suatu hal atau benda atau hal itu sendiri. Sinekdoke ada dua

macam, yakni pars pro toto dan totem pro parte. Pars pro toto adalah

penyebutan sebagian untuk keseluruhan, sedangkan totem pro parte

adalah penyebutan keseluruhan untuk sebagian. Hal ini sesuai dengan

pendapat Herman J. Waluyo (2008: 100) sinekdoke adalah

menyebutkan sebagian untuk maksud keseluruhan (part pro toto) atau

menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian (totem pro parte).

Untuk menggambarkan sebagai petani yang menderita, Rendra

menulis seolah-olah semua petani itu menderita (pars pro toto). Hal ini

digunakan untuk mempertajam kritiknya.

Para petani bekerjaBerumah di gubuk-gubuk tanpa jendelaMenanam bibit di tanah yang suburMemanen hasil yang berlimpah dan makmur Namun hidup mereka sendiri sengsara.

(“Sajak Burung-burung Kondor”, 1973)

Untuk melukiskan penderitaan sebagai rakyat, Rendra juga

menggunakan totem pro parte sebagai berikut:

Penderitaan mengalirDari parit-parit wajah rakyatkuDari pagi sampai soreRakyat negeriku bergerak dengan lunglaiMenggapai-gapai Menoleh ke kiri, menoleh ke kananDalam usaha tak menentu.

(“Mastodon dan Burung Kondor”,1997)

Page 51: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

34

(f) Ironi

Ironi adalah majas yang menggunakan kata-kata yang halus dengan

maksud menyindir atau mengungkapkan sesuatu dengan hal yang

bertentangan. Menurut Herman J. Waluyo (2008: 101) Ironi yaitu kata-

kata yang bersifat berlawanan untuk memberikan sindiran. Namun tidak

semua ironi menggunakan kat-kata yang halus tetapi dapat juga berupa

sindiran, kritikan yang lebih keras dan kasar. Hal ini senada dengan yang

dikemukakan oleh Herman J. Waluyo (2008: 101) Ironi dapat berubah

menjadi sinisme dan sarkasme yakni penggunaan kata-kata yang keras dan

kasar untuk menyindir atau mengeritik.

Herman J. Waluyo (2008:101) mengungkapkan bahwa nada sinis

dapat kita hayati dalam sajak Rendra berjudul “Sajak Sebotol Bir” berikut:

Kota metropolitan di sini tidak tumbuh dari industriTapi tumbuh dari kebutuhan Negara industri asingAkan pasaran dan sumber pengadaan bahan alamKota metropolitan disiniAdalah sarana penumpukan bagi Eropa, Jepang, Cina,Amerika, Australia, dan Negara industri lainnya.

(“Sajak Sebotol Bir”, 1977)

Untuk menggambarkan secara sinis kemunduran dunia pendidikan,

Rendra menulis:

Apakah gunanya pendidikanBila hanya akan membuat seseorang menjadi asingDi tengah kenyataan persoalannya.Apakah gunanya pendidikan Bila hanya mendorong seseorangMenjadi laying-layang di ibukotaKikuk pulang ke daerahnya?

(“Sajak Seonggok Jagung”, 1975)

Page 52: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

35

(2) Pelambangan

Untuk memperjelas makna, nada dan suasana puisi agar mudah

dipahami pembaca, seorang penyair harus menggunakan lambang-lambang

yang mengandung arti tertentu sehingga menimbulkan daya sugestif pada

puisinya. Menurut Herman J. Waluyo 2008: 102) Pelambangan digunakan

penyair untuk memperjelas makna dan membuat nada dan suasana, sajak

menjadi lebih jelas sehingga dapat menggugah hati pembaca.

Penggunaan lambang dalam puisi akan memberikan kesan tersendiri

dan menambah keindahan dan daya tarik puisi tersebut. Banyak hal yang

dapat dijadikan lambang tergantung pengalaman batin penyair, keadaan atau

peristiwa apa yang akan disampaikannya. Macam-macam lambang ditentukan

oleh keadaan atau peristiwa apa yang digunakan oleh penyair untuk mengganti

keadaan atau peristiwa. Ada lambang warna, lambang benda, lambang bunyi,

lambang suasana dan sebagainya.

(a) Lambang Warna

Warna mempunyai karakteristik watak tertentu. Banyak puisi yang

menggunakan lambang warna untuk mengungkapkan perasaan penyair

(Herman J. Waluyo, 2008: 102). Misalnya pada judul puisi: “Sajak Putih”,

“Serenada Hitam”, “ Serenada Merah Padam”, “Ciliwung yang coklat”,

“Malam Kelabu” dan sebagainya.

Untuk menyatakan bahwa kota Jakarta tidak memberikan harapan

bahkan bersikap kejam pada pengemis kecil, Toto Sudarto Bactiar

melukiskan lambang: “tengadah padaku/ pada bulan merah jambu”.

Page 53: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

36

(b) Lambang Benda

Pelambangan dilakukan dengan menggunakan nama benda untuk

menggantikan sesuatu yang ingin diucapkan oleh penyair (Herman J.

Waluyo, 2008: 103). Untuk memperoleh gambaran tentang manusia

yang tidak terikat oleh manusia lainnya, Chairil Anwar menggambarkan

dirinya sebagai “binatang jalang, dari kumpulannya terbuang”.

Sedangkan kesedihan dan penderitaan dilambangkan dengan “peluru

menembus kulitku”.

(c) Lambang Bunyi

Unsur bunyi tidak dapat dipisahkan dengan puisi, karena

penggunaan bunyi akan menambah keindahan sebuah puisi. Bunyi

mendukung suasan batin penyairnya untuk menciptakan suasana

tertentu. Menurut Harman J.Waluyo (2008: 104) Bunyi yang diciptakan

penyair juga melambangkan perasaan tertentu. Perpaduan bunyi-bunyi

akan menciptakan suasana yang khusus dalam sebuah. Selain hal

tersebut menurut Herman J. Waluyo (2008: 104) penggunaan bunyi

sebagai lambang erat hubungannya dengan rima. Disamping itu,

penggunaan lambang bunyi juga erat hubungannya dengan diksi.

Contoh dominasi bunyi /i/ dalam puisi “Surat Cinta” karya Rendra

yang bernada bahagia:

Kutulis surat inikala hujan gerimisbagai bunyi tabor mainananak peri dunia yang gaib. (“Surat Cinta”, 1959)

Page 54: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

37

(d) Lambang Suasana

Lambang suasana ini biasanya dilukiskan dalam kalimat atau

alenia. Dengan demikian yang diwakili adalah suatu suasana dan bukan

hanya suatu peristiwa sepintas saja (Herman J. Waluyo, 2008: 105).

Untuk menggambarkan suasana peperangan yang penuh

kehancuran, maka digunakan lambang “bharata yudha”. Untuk

menggambarkan suasana penuh kegelisahan, digunakan lambang

“hatinya gemetar bagai permata gemerlapan”. Untuk menggambarkan

semangat para prajurit Diponegoro, Chairil Anwar menggunakan

lambang “ini barisan tak bergenderang, berpalu/ kepercayaan tanda

menyerbu”.

e) Versifikasi (Rima, Ritma, dan Metrum)

(1) Rima

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk

musikalisasi atau orkestra. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi

merdu jika dibaca. (Herman J. Waluyo, 2008: 105). Demikian pula yang

diungkapkan oleh Rachmat Djoko Pradopo (2002: 22) Dalam puisi

bunyi estetik, merupakan unsur puisi untuk mendapatkan keindahan dan

tenaga ekspresif. Pemilihan dan pengulangan bunyi ini sangat membantu

untuk membangkitkan perasaan indah dalam suasana puisi.

Perulangan bunyi dalam pembacaan puisi yang dikenal dengan

istilah musikalisasi menambah keindahan suatu puisi untuk didengar dan

dinikmati. Dengan demikian dapat dikatakan perpaduan dan perulangan

Page 55: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

38

bunyi dapat menghasilkan musik dalam puisi. Hal tersebut senada

dengan pendapat yang diungkapkan oleh Perrine (1974: 753) “rhythm

and sound cooperate to produce what we call the music of poetry” Puisi

memang memerlukan musik, pengertian musik yang dimaksudkan disini

adalah hasil perpaduan dan perulangan bunyi. Musik adalah bagian

terpenting dari sebuah puisi, hal ini sesuai dengan pendapat Paul

Verlaine (1844-1896, dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2002: 22) bahwa

musiklah yang paling utama dalam puisi (De la musique avant tout

chose).

Perulangan bunyi dapat kita lihat pada bait puisi berikut ini:

Mawar di taman kupetik semalamTatkala hujan lalu bersama rinduku

(Tengsoe Tjahjono, 2002: 42)

Pada bait puisi tersebut terdapat perulangan bunyi sedaerah

artikulasi /n/ dan /m/ dalam kata taman dan semalam, serta perulangan

bunyi yang sama /u/ dalam kata lalu dan rinduku. Perulangan semacam

ini menimbulkan irama yang indah.

(2) Ritma

Ritma berasal dari bahasa Yunani rheo yang berarti gerakan-

gerakan air yang teratur, terus menerus, dan tidak putus-putus mengalir

terus (Herman J. Waluyo, 2008: 110). Hal senada diungkapkan

Siswantoro (2005: 62) Rhythm yang dialihbahasakan menjadi ritme di

dalam bahasa Indonesia mengacu kepada pengulangan bunyi sehingga

terjadi alun suara yang teratur. Herman J. Waluyo (2008: 110) kembali

Page 56: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

39

mengemukakan pendapatnya bahwa ritma sangat berhubungan dengan

bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan

kalimat. Berikut ini adalah contoh sebait puisi yang berisis ritma berupa

pemenggalan baris-baris puisi menjadi dua bagian (dua frasa):

Pagiku hilang/ sudah melayangHari mudaku/ sudah pergiKini petang/ datang membayangBatang usiaku/ sudah tinggi. {“Menyesal”, Ali Hasjmy)

(3) Metrum

Metrum adalah pengulangan tekanan kata yang tetap. Metrum

sifatnya statis (Herman J. Waluyo, 2008: 110). Metrum memiliki peran

sangat penting dalam deklamasi atau pembacaan puisi. Herman J.

Waluyo (2008: 112) mengungkapkan bahwa suku kata dalam puisi

biasanya diberi tanda, manakah yang bertekanan keras dan bertekanan

lemah. Namun karena tekanan kata bahasa Indonesia tidak membedakan

arti dan belum dibakukan, maka pembicaraan tentang metrum sulit

dilaksanakan dalam puisi Indonesia.

f. Tata Wajah (Tipografi)

Tipografi adalah bentuk atau ciri penulisan sebuah puisi yang berbeda

dari karya sastra lainnya. Menurut Herman J. Waluyo (2002: 113) tipografi

merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.

Larik-larik puisi tidak membangun periodisitet yang disebut paragraf.

Namun membentuk bait. Luxemburg (dalam Wiyatmi, 2006: 53)

Page 57: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

40

menyebutkan Ciri puisi yang paling menyolok ialah penampilan

tipografinya.

Baris-baris puisi tidak diawali dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan.

Tepi sebelah kiri maupun kanan sebuah baris puisi tidak harus dipenuhi oleh

tulisan. Selain itu awal baris tidak selalu ditulis dengan huruf kapital. Ciri

yang demikian menunjukkan eksistensi sebuah puisi.

Kutipan di bawah ini menunjukkan keunikan puisi mutakhir yang

dipelopori Oleh Sutardji Calzoum Bachri:

POT

pot apa pot pot itu kaukah pot aku pot pot potyang jawab pot pot pot pot kaukah pot ituyang jawab pot pot pot pot kaukah pot itu pot pot pot potapa potitu potkaukah potaku?

POT

( Sutardji Calzoum Bachri, 1970)

2) Struktur Batin Puisi

Selain memiliki unsur-unsur fisik atau lahir, puisi juga memiliki unsur-

unsur batin. Menurut Herman J. Waluyo (2008: 119) struktur batin puisi

mengungkapkan apa yang hendak dikemukakan oleh penyair dengan perasaan

dan nuansa jiwanya. I.A. Richards (1976, dalam Herman J. Waluyo, 2008:

124) menyebut makna atau struktur batin itu dengan istilah hakikat puisi.

Selanjutnya Herman J. Waluyo (2008: 124) menjelaskan ada empat unsur

hakikat puisi, yakni: tema (sence), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap

Page 58: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

41

penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention). Keempat unsur itu

menyatu dalam wujud penyampaian bahasa penyair.

a) Tema Puisi

Tema dalam puisi adalah hasil pemikiran dan perasaan penyair. Hal

ini dapat merupakan hasal tanggapan atau perenungan dari situasi yang

dirasakan, dihayati dan dialami penyair. Menurut Herman J. Waluyo, tema

adalah gagasan pokok (subjeck-matter) yang dikemukakan oleh penyair.

Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa

penyair, sehingga menjadi landasan pengucapannya (2008: 124). Pembaca

sedikit banyak harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah

menafsirkan tema puisi tersebut. Herman J. Waluyo (2008: 124)

menegaskan, dengan latar belakang pengetahuan yang sama, penafsir-

penafsir puisi akan memberikan tafsiran tema yang sama bagi sebuah

puisi, karena tema puisi bersifat lugas, obyektif, dan khusus.

Tema yang banyak terdapat dalam puisi adalah tema ketuhanan

(relegius), tema kemanusiaan, cinta, patriotisme, perjuangan, kegagalan

hidup, alam, keadilan, kritik sosial, demokrasi, dan tema kesetiakawanan.

(Herman J. Waluyo, 2002: 17)

(1) Tema Ketuhanan

Tema ketuhanan yaitu tema puisi yang mampu membawa

manusia untuk meningkatkan keimanan, lebih bertakwa, merenungkan

kekuasaan Tuhan, menghargai sesama makhluk Tuhan, dan alam

seisinya. Menurut Herman J.Waluyo, (2008: 124) puisi-puisi dengan

Page 59: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

42

tema Ketuhanan biasanya akan menunjukkan “religious experience”

atau pengalaman religi penyair.

Tema Ketuhanan dapat kita lihat pada puisi “Doa” karya Amir

Hamzah berikut ini:

Doa

Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasih?

Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik, setelah menghalaukan panas payah terik.

Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan, melambungkan rasa menayang pikir, membawa angan kebawah kursimu.

Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya.

Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedapmalam menyirak kelopak

Aduh kekasihku isi hatiku dengan katamu,Penuhi dadaku dengan cayamu, biar bersinarMataku sendu, biar berbinar gelakku rayu!

Amir Hamzah, Nyanyi Sunyi

(2) Tema Kemanusiaan

Melalui peristiwa atau tragedi yang digambarkan penyair dalam

puisi. Penyair berusaha meyakinkan pembaca tentang ketinggian

martabat manusia karena itu manusia harus dihargai, dihormati,

diperhatikan hak-haknya dan diperlakukan secara adil dan manusiawi.

Menurut Herman J. Waluyo (2008: 130) tema kemanusiaan bermaksud

menunjukkan betapa tingginya martabat manusia dan bermaksud

meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki harkat

(martabat) yang sama.

Page 60: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

43

Toto Sudarto Bactiar membela martabat kemanusiaan gadis

peminta-minta dalam puisinya berikut ini:

Gadis-Peminta-minta

Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecilSenyummu terlalu kekal untuk kenal dukaTengadah padaku pada bulan merah jambuTapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa

Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecilPulang ke bawah jembatan yang melulur sosokHidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapanGembira dari kemayaan riang

Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedralMelintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafalJiwa begitu murni, terlalu murniUntuk dapat membagi duka

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecilBulan di atas itu tak ada yang punyaDan kotaku, oh kotakuHidupnya tak lagi punya tanda.

Toto Sudarto Bachtiar

(3) Tema Patriotisme

Dalam puisi yang bertema patriotisme, penyair mengajak

pembaca untuk meneladani orang-orang yang telah berkorban demi

bangsa dan tanah air, mereka rela mati demi kemerdekaan. Selain itu

penyair juga mengajak pembaca untuk menghargai jasa-jasa para

pahlawan. Menurut Herman J. Waluyo, 2008 133) tema patriotisme

dapat meningkatkan perasaan cinta akan bangsa dan tanah air. Banyak

puisi yang melukiskan perjuangan merebut kemerdekaan dan

mengisahkan riwayat pahlawan yang berjuang melawan penjajah.

Page 61: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

44

Tema patriotisme terdapat pada puisi “Diponegoro” karya Chairil

Anwar berikut ini:

Diponegoro

Dimasa pembangunan ini Tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi apiDi depan sekalituan menantiTak gentar. Lawan banyaknya seratus kali

Pedang di kanan,keris dikiriBerselempang semangat yang tak bisa mati

MAJU

Ini barisan tak bergenderang berpaluKepercayaan tanda menyerbu

Sekali berartiSudah itu mati

MAJUBagimu NegeriMenyediakan api

Punah di atas menghambaBinasa di atas ditinda

Sungguhpun dalam ajal baru tercapaiJika hidup harus merasai

Maju Serbu Serang Terjang

Chairil Anwar, 1943

(4) Tema Kedaulatan Rakyat

Tema kedaulatan rakyat adalah protes terhadap kesewenang-

wenangan pihak yang berkuasa tidak mendengarkan jeritan rakyat atau

Page 62: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

45

dapat juga berupa kritik. terhadap sikap otoriter penguasa. Menurut

Herman J.Waluyo (2008: 126) penyair begitu sensitif perasaannya

untuk memperjuangkan kedaulatan rakyat dan menentang sikap

kesewenang-wenangan pihak yang berkuasa.

Berikut ini adalah contoh puisi bertema kedaulatan rakyat

berjudul “Kemis pagi” karya Taufik Ismail:

Kemis Pagi

Hari ini kita tangkap tangan-tangan kebatilanYang selama ini mengenakan seragam kebesaran Dan menaiki kereta-kereta kencanaDan menggunakan materai kerajaanDengan suara lantang memperatasnamakanKawula dukana yang berpuluh juta

Hari ini kita serahkan merekaUntuk digantung di tiang keadilanPenyebar bisa fitnah dan dusta durjanaBertahun-tahun lamanya

Mereka yang merencanakan seratus mahligai raksasaMembeli benda-benda tanpa harga di manca negaraDan memperoleh uang emas beratus jutaBagi diri sendiri, di bank-bank luar negeriMerekalah pengatur jinah secara terbukaDan menistakan kehormatan wanita, kaum dari ibu kita.

Hari ini kita tangkap tangan-tangan kebatilanKebanyakan anak-anak muda berumur belasanTelah kita naiki gedung-gedung ituMereka semua pucat, tiada lagi berdayaSeorang ketika digiring, terseduMembuka sendiri tanda kebesaran di pundaknyaDan berjalan perlahan dengan lemahnya.

Taufik Ismail, Tirani, 1966

Page 63: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

46

(5) Tema Keadilan Sosial,

Tema keadilan sosial berisi kepincangan sosial dalam

masyarakat, penyair berharap orang yang kaya ingat kepada nasib

orang miskin. Penyair ingin mengetuk nurani pembaca agar keadilan

sosial ditegakkan dan diperjuangkan. Menurut Herman J. Waluyo,

(2008:138). Puisi-puisi demonstrasi yang terbit sekitar tahun 1966

pada hakikatnya adalah puisi yang lebih banyak menyuarakan keadilan

sosial. Selanjutnya Herman J. Waluyo (2008: 139) menjelaskan bahwa

tema keadilan sosial bertujuan agar pembaca turut memikirkan

kesejahteraan guru. Contoh puisi “Dari Seorang Guru kepada Murid-

muridnya” berikut ini:

Dari Seorang guru kepada Murid-muridnya

Apakah yang kupunya anak-anakku selain buku-buku dan sedikit ilmusumber pengabdian kepadamu

Kalau di hari minggu engkau datang ke rumahkuaku takut anak-anakku

kursi-kursi tua yang di sanadan meja tulis sederanadan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnyasemua padamu akan bercerita tentang hidupku di rumah tangga

Ah, tentang ini tak pernah aku berceritadepan kelas, sedang menatap wajah-wajahmu remaja--- horison yang selalu biru bagiku ---karena kutahu, anak-anakkuengkau terlalu bersih dari dosauntuk mengenal ini semua. Solo, 1955

Page 64: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

47

b) Perasaan (Feeling)

Perasaan atau feeling adalah bagian dari unsur-unsur batin sebuah puisi

yang berisi ungkapan batin penyairnya. Penyair mengekspresikan perasaannya

melalui kata-kata yang terpilih dan tersusun dengan tepat agar pembaca dapat

mengahayati dan memaknai puisi-puisinya dengan tepat pula. Hal ini sesuai

dengan pendapat Herman J. Waluyo (2008: 140) dalam menciptakan puisi,

suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati

pembaca. Sebagai contoh berikut ini, penyair Sanusi Pane mengungkapkan

perasaan kagum kepada Ki Hajar Dewantara, yang diumpamakan sebagai

bunga teratai:

Teratai

Kepada Ki Hajar Dewantara

Dalam kebun di tanah airkuTumbuh sekuntum bunga terataiTersembunyi kembang indah permai

Tiada terlihat orang yang lalu.

Akarnya tumbuh di hati duniaDaun berseri, laksmi mengarangBiarpun dia diabaikan orang

Seroja kembang gemilang mulia.

Teruslah, o. Teratai bahagiaBerseri di kebun Indonesia

Biarkan sedikit penjaga taman.

Biarpun engkau tidak dilihat,Biarkan engkau tidak diminat

Engkau turut menjaga jaman.

Sanusi Pane, 1957

Page 65: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

48

c) Nada dan Suasan

Nada adalah unsur batin puisi yang tidak tertulis secara eksplisit,

namun kehadirannya tidak bisa diabaikan. Nada merupakan bagian yang

penting dalam membangun sebuah puisi. Nada adalah sikap penyair terhadap

pembaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Herman J. Waluyo (2008: 144)

dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca,

apakah bersikap menggurui, menasehati, mengejek,menyindir, atau bersikap

lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca.

Melalui nada puisi, penyair mengungkapkan perasaannya dalam

merespons atau menyikapi masalah di sekelilingnya. Nada dalam sebuah

karya satra merupakan sikap penyair terhadap subyek di sekelilingnya yang

diangkat dalam karyanya, untuk pembaca maupun untuk dirinya sendiri.

Menurut Perrine (1974:702, dalam Siswantoro, 2005: 115) “tone in literature

may be defined as the writer’s or speaker’s attitude toward his subject, his

audience or himself”. Hal ini berarti bahwa nada secara definisi adalah sifat

penulis, atau tokoh penutur terhadap subjek yang diangkat dalam karyanya,

terhadap pembaca atau dirinya sendiri.

Jika nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, maka suasana

adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis

yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca (Herman J. Waluyo, 2008: 144).

Jadi nada dan suasana tidak bisa berdiri sendiri karena meyatu dalam sebuah

puisi. Nada puisi saling berhubungan, karena nada puisi dapat menimbulkan

suasana terhadap pembacanya. Misalnya puisi yang bernada relegius dapat

Page 66: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

49

menimbulkan suasana khusyuk. Hal tersebut dapat kita lihat pada puisi

“Sajadah Panjang” karya Taufik Ismail berikut ini:

SAJADAH PANJANG

Ada sajadah panjang terbentangDari kaki buaian Sampai ke tepi kuburan hambaKuburan hamba bila mati

Ada sajadah panjang terbentangHamba tunduk dan sujudDi atas sajadah yang panjang iniDiselingi sekedar interupsi

Mencari rezeki, mencari ilmuMengukur jalanan seharianBegitu terdengar suara azanKembali tersungkur hamba

Ada sajadah panjang terbentangHamba tunduk dan rukukHamba sujud dan tak lepas kening hambaMengingat DikauSepenuhnya.

Taufik Ismail

d) Amanat (Pesan)

Dalam kehidupan ini banyak hal yang kita lihat dan alami. Hal-hal

yang kita lihat dan alami itulah yang menjadi pokok persoalan yang akan

disampaikan penyair melalui amanat dalam puisi-puisinya.Dalam menulis

sebuah puisi, ada hal penting yang akan disampaikan penyair kepada

pembacanya. Hal yang dianggap penting tadi adalah amanat atau pesan.

Menurut Herman J. Waluyo (2008: 151) tujuan/amanat merupakan hal yang

mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-

kata yang disusun dan juga di balik tema yang diungkapkan.

Page 67: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

50

Melalui pilihan kata-kata yang tepat penyair akan mudah

menyampaikan pesannya kepada pembaca. Namun bagi pembaca ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memahami amanat tersebut,

seperti tema, rasa, nada, dan suasana puisi. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Herman J. Waluyo (2008: 151) amanat yang hendak disampaikan

oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi.

Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair secara sadar berada dalam

pikiran penyair, namun banyak penyair tidak menyadari akan amanat yang

diberikan. Bagaimanapun juga, karena penyair adalah manusia yang memiliki

kelebihan dibandingkan dengan manusia biasa dalam hal menghayati

kehidupan ini, maka karyanya pasti mengandung amanat yang berguna bagi

manusia dan kemanusiaan.

d. Kemampuan Apresiasi Puisi

Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berapresiasi diperlukan

kemampuannya dalam menggali kreativitas yang ada dalam dirinya dan memiliki

inisiatif yang tinggi. Oleh karena itu, siswa yang kreatif dan memiliki inisiatif

yang tinggi mudah digerakkan, gampang beradaptasi, cepat bereaksi secara

positif, demikian pula sebaliknya

Kemampuan apresiasi puisi adalah kemampuan atau kompetensi seseorang

dalam mengapresiasi puisi. Kemampuan apresiasi adalah kemampuan seseorang

dalam memaknai sebuah puisi. Kemampuan apresiasi puisi dapat pula disebut

suatu keterampilan seseorang mengimplementasikan hasil dari mengenal,

Page 68: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

51

memahami, dan menghayati serta menilai puisi, baik dari segi bentuk maupun

unsur-unsur yang membangun puisi tersebut.

Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan berikut:

Pengajaran apresiasi sastra juga mengisyaratkan agar guru mengenalkan atau menjelaskan lebih dulu teori-teori sastra secukupnya sesuai yang dibutuhkan untuk mengapresiasi suatu karya sastra. Untuk mengapresiasi puisi, misalnya, siswa perlu dikenalkan lebih dulu pada prinsip-prinsip estetika puisi atau yang juga disebut metode puisi, seperti tipografi sampai pencitraan, sehingga siswa memiliki alat yang cukup untuk mengapresiasi puisi tersebut. (http://www.republika.co.id/pendidikan,sastra/)

Untuk meningkatkan kemampuan apresiasi puisi tersebut, seorang guru

harus mampu mengenalkan atau menjelaskan terlebih dahulu tentang teori sastra

terutama puisi, unsur-unsur pembangun puisi sampai pada pencitraan yang

terdapat dalam puisi. Unsur-unsur itu disebut juga unsur fisik puisi atau metode

puisi. Metode puisi tersebut terdiri dari: Struktur lahir puisi atau disebut juga

struktur fisik puisi dapat dilihat pada unsur-unsur keindahan yang membangun

puisi tersebut. Herman J. Waluyo (2008: 82) menjelaskan bahwa unsur-unsur

bentuk atau struktur fisik puisi yakni unsur estetika yang membangun struktur luar

dari puisi merupakan kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah: diksi,

pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas), verifikasi, dan tata wajah

puisi. Selain itu guru juga harus memberikan contoh yang tepat dalam

mengapresiasi puisi. Jadi tidak hanya teori saja, karena melalui penjelasan guru

tersebut siswa mempunyai pedoman yang jelas untuk memgapresiasi puisi.

Pembelajaran apresiasi puisi menurut Oemarjati (dalam Lies Anggraini

dan C.D. Diem, 2004: 2) menyatakan bahwa hasil yang ingin dicapai melalui

pembelajaran puisi adalah agar siswa mampu memahami, menikmati, menghayati,

Page 69: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

52

dan menerapkan nilai-nilai kehidupan yang ada dalam puisi karena tujuan

pembelajaran puisi adalah memperkaya pengalaman siswa dan menjadikan siswa

lebih tanggap terhadap kejadian yang ada disekelilingnya.

2. Metode Pembelajaran Peta Pikiran (Mind Mapping)

a. Metode Pembelajaran

Pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi yang

telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

menuntut adanya perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran

ke arah yang lebih baik. Perubahan tersebut dikhususkan pada jenis dan

jenjang pendidikan formal. Perubahan paradigma tersebut harus diikuti oleh

guru di antaranya dalam pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran.

Guru adalah yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran di

sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.karena guru sebagai ujung

tombak yang berada langsung di lapangan.

Menurut Komarudin (dalam Trianto, 2007: 2) salah satu perubahan

paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula

berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid (student

centered); metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke

partisipatori; dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual

berubah menjadi kontekstual. Berdasarkan pendapat tersebut, seorang guru

diharapkan mampu mengikuti perubahan dalam proses pembelajaran yang

semula berpusat pada guru (teacher centered) guru yang bersikap aktif

sehingga siswa menjadi pasif menjadi pembelajaran berpusat pada siswa, guru

Page 70: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

53

sebagi motivator. Siswa diajarkan strategi belajar untuk memahami bagaimana

belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri. Selain itu seorang guru juga

harus mampu menerapkan pendekatan pembelajaran yang menghubungkan

antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata siswa (pendekatan

kontekstual) dan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai.

Metode pembelajaran adalah cara kerja yang terencana, teratur,dan

bersistem dalam suatu pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah

dirumuskan. Metode pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan

strategi pengajaran dan membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Syaiful

Bahri Djamarah (2005: 222) menyatakan bahwa penggunaan metode

didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: 1) selalu

berorientasi pada tujuan, 2) tidak hanya terikat pada satu alternatif saja, 3)

kerap dipergunakan sebagai suatu kombinasi dari berbagai metode serta, 4).

kerap dipergunakan berganti-ganti dari satu metode ke metode lainnya.

Berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 260)

dinyatakan bahwa pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dilaksanakan

untuk membantu peserta didik mencapai standar kompetensi dan kompetensi

dasar yang telah ditetapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) tersebut. Agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai diperlukan

strategi pembelajaran di antaranya pemilihan dan penggunaan metode yang

tepat terutama pada pembelajaran apresiasi puisi. Metode pembelajaran yang

digunakan guru harus dinamis, demokratis, berorientasi pada siswa, dan tidak

membosankan juga manpu merangsang siswa untuk kreatif dan inovatif

Page 71: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

54

sehingga siswa merasa memiliki kemampuan dalam berapresiasi dan timbul

ketertarikannya pada pelajaran sastra.

b. Metode Peta Pikiran (Mind Mapping)

Metode peta pikiran (mind mapping) merupakan suatu cara untuk

meringkas suatu tema atau pokok pikiran dengan mudah melalui peta pikiran.

Cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil

kembali informasi tersebut keluar dari otak. Cara tersebut membantu siswa

dalam belajar. Menurut Buzan (2008: 4) mind mapping adalah cara termudah

untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi keluar

dari otak- Mind Mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara

harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita. Hal itu senada dengan pendapat

berikut:

Mind Mapping atau Peta Pikiran adalah metode mempelajari konsep yang ditemukan oleh Tony Buzan. Konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak kita tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan pada sel-sel saraf yang bercabang-cabang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang-cabang pohon (http://pkab.wordpress.com/2008/02/29/peta-pikiran-mind-mapping).

Metode peta pikiran (mind mapping) memiliki langkah yang sistematis.

Otak menyimpan informasi dalam bentuk gambar, symbol, bentuk-bentuk,pola

dan asosiasi seperti pohon dan cabang rantingnya. Peta pikiran (mind mapping)

yang ditemukan oleh Buzan ini merupakan suatu keterampilan paling efektif

dalam proses berpikir kreatif. . Apabila dilihat sekilas sel-sel saraf tersebut akan

tampak seperti cabang-cabang pohon. Pemetaan pikiran didasarkan pada cara

kerja otak menyimpan informasi.

Page 72: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

55

Hal tersebut sesuai dengan pendapat berikut :

Jika otak ingin mengolah informasi secara efisien, informasi itu harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat “menempatkan” diri semudah mungkin. Ini artinya jika otak bekerja utamanya dengan konsep-konsep kunci dalam suatu cara yang saling terhubungkan dan terintegrasikan, catatan-catatan kita dan relasi kata-kata kita harus ditata dengan cara seperti ini ketimbang dalam “baris-baris tradisional (Buzan, 2003: 105-106).

Mind mapping merupakan cara mengembangkan kreativitas. Kreativitas

adalah kunci bagi sukses, baik dalam memunculkan ide-ide yang cemerlang,

menemukan solusi yang inspiratif untuk menyelesaikan masalah maupun

menemukan cara baru untuk menjadi kreatif. Metode ini mampu menggali ide-ide

yang cemerlang dan mampu membebaskan seluruh potensi kreatif siswa.

Metode seperti ini melibatkan penggalian ide utama menjadi ide-ide turunan, atributnya, turunannya, serta ide-ide terkait lainnya, dan lalu dilanjutkan untuk masing-masing turunannya itu dengan cara yang sama: digali ide2 turunannya, atributnya, dan ide terkait lainnya. Untuk teknik yang satu ini, medianya cukup dengan selembar kertas . . . mulai dari kertas tisyu, struk ATM, A4, hingga belakang kertas kalender . . . (http://pkab.wordpress.com/2008/02/29/creativity-mind-mapping/)

Dengan demikian jika informasi disimpan seperti cara kerja otak, maka

informasi yang tersimpan makin baik dan proses belajar semakin mudah. Siswa

melahirkan ide-ide kreatifnya dalam bentuk diagram-diagram. Selain itu siswa

bisa memetakan pikiran-pikiranya dalam bentuk peta. Hal tersebut desuai dengan

pendapat Svantesson (2004: 2) mengatakan bahwa menggunakan peta

pembelajaran adalah sebuah upaya efektif untuk menjadi teratur. Buzan (2008: 4)

mengatakan bahwa Mind Mapping bisa dibandingkan dengan peta kota. Bagian

tengah mind mapping mirip dengan pusat kota dan mewakili gagasan-gagasan;

Page 73: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

56

jalan-jalan protokol mewakili pikiran-pikiran utama dalam proses berpikir dan

seterusnya.

Pendapat tersebut senada dengan pernyataan berikut:

A mind map (or mind map) is a diagram used to represent words, ideas, task or other items linked to and arranged radially around a central key word or idea. It is used to generate, visualize, structure and classify ideas, and as an aid in study, organization, problem solving, and decision making. (http://pkab.wordspress.com/2008/01/28/petakonsep-sastra/)

Metode peta pikiran (mind mapping) teknik atau cara yang mudah dalam

merangkum suatu pelajaran yang memiliki suatu topik dengan cara membuat peta

pikiran, berbentuk diagram pohon, menuliskan tema atau topik di tengah kertas

kemudian menulis kata-kata kunci pada cabang-cabang tema tersebut. Kata kunci

merupakan kata-kata tertentu atau kata-kata inti. Kata kunci bagaikan jalan tol

yang bisa mempercepat informasi sampai ke otak anak. Melalui kata-kata kunci

yang ditulis seperti diagram atau cabang-cabang pohon, informasi akan mudah

diterima otak. Menurut Olivia (2008: 65) Kata kunci merupakan kata-kata

tertentu yang bagaikan ‘jalan tol’ bisa cepat sampai ke otak. Seperti halnya kunci,

kata-kata ini juga bisa membuka pintu langsung ke otak anak. Cara termudah

membuat mind mapping adalah memberikan prinsip dasar kata kunci.

Suroso (2004: 85) berpendapat bahwa peta pikiran merupakan sejenis

teknik merangkum suatu persoalan, sejarah, kejadian, atau sesuatu yang memiliki

suatu topik. Namun peta pikiran ini lebih jelas, mendalam, menarik daripada

rangkuman. Sebab dalam peta pikiran digunakan teknik grafis dan ruang (baik

berupa gambar dan simbol) serta warna untuk menandai ide-ide dalam pikiran.

Senada dengan pendapat tersebut Baeulieu (2008: 17) menegaskan bahwa sebuah

Page 74: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

57

‘gambar’ memiliki kemampuan untuk menyampaikan banyak informasi dengan

ringkas dan dapat lebih mudah diingat daripada penjelasan yang panjang.

Untuk membuat peta pikiran (mind mapping) tidak ada aturan baku. Tidak

ada bentuk baku ketika seseorang menuangkan isi pikirannya melalui peta pikiran

(mind mapping). Penggunaan gambar, symbol, dan warna dapat membantu

memperkuat ingatan seseorang terhadap sesuatu hal. Selain itu pencatatan yang

lebih visual menuntut imajinasi seseorang terhadap apa yang dipelajari. Menurut

Olivia (2008: 7) Peta pikiran dibentuk oleh kata, warna, garis, dan gambar.

Menyusunnya pun tak sulit, bisa dilakukan anak hingga dewasa.

Peta pikiran (mind mapping) mampu mengubah cara belajar lama yang

hanya memanfaatkan otak kiri. Dengan membuat gambar, simbol, dan warna

berarti memanfaatkan kerja otak kanan. Menurut Buzan (dalam Olivia, 2008: 7)

dengan memanfaatkan gambar dan teks ketika seseorang mencatat atau

mengeluarkan suatu ide yang ada dalam pikirannya, maka dia telah menggunakan

dua belahan otak secara sinergis.

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada kompetensi dasar apresiasi

puisi melalui penerapan metode peta pikiran (mind mapping) diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan apresiasi puisi karena sangat relevan antara metode,

kondisi siswa, dan materi yang diajarkan sesuai dengan tingkat kognitif siswa.

Selain hal tersebut metode peta pikiran (mind mapping) juga diharapkan dapat

meningkatkan motivasi dan kreativitas siswa dalam belajar sesuai dengan

perencanaan pembelajaran yang dibuat. Motivasi dan minat belajar siswa yang

Page 75: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

58

tumbuh diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi

puisi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan berikut ini:

Demikianlah, minat siswa terhadap pembelajaran apresiasi sastra akan tumbuh subur jika setiap sekolah memiliki guru yang mempunyai kemampuan mendorong dan membimbing yang disertai kiat-kiat mengajar yang baik. Jika minat siswa membaca dan mengapreisasi karya sastra telah tumbuh, maka minat siswa belajar apresiasi sastra Indonesia dapat dimunculkan dengan baik pula. (http:/www.suarakarya-online.com/news.html?id)

Untuk menerapkan metode peta pikiran (mind mapping) dalam proses

pembelajaran apresiasi puisi adalah kertas kosong tak bergaris pena dan pensil

warna. Pertama-tama siswa menulis tema puisi di tengah kertas. Tema tersebut

dijabarkan dalam bentuk ranting-ranting berupa unsur-unsur puisi yang meliputi

majas, irama, kata-kata konotasi, kata-kata bermakna lambang, nada, suasana

puisi dan amanat puisi.

Unsur-unsur puisi tersebut menjadi kata-kata kunci yang ditulis di atas

garis ranting-ranting tersebut yang dilengkapi dengan gambar berwarna yang

dipetakan sehingga dapat mengoptimalkan fungsi otak kanan. Selain menarik,

metode peta pikiran (mind mapping) tersebut dapat terus berkembang sesuai

keinginan penulisnya. Dengan demikian metode peta pikiran memberikan

kebebasan kepada siswa mengembangkan kreativitasnya dalam mengapresiasi

puisi sehingga meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

c. Langkah-langkah Pembuatan Peta Pikiran (Mind Mapping)

Sebelum membuat peta pikiran (mind mapping) ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan di antarannya: bahan yaitu kertas kosong tak bergaris, pena,

dan pensil warna. Menurut Buzan (2008: 15), Colin Rose and Malcolm J. Nicholl

Page 76: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

59

(http:// budicrue.multiply.com/journal/item/19). ada tujuh langkah untuk

membuat peta pikiran. Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan

mendatar. Mengapa? Karena memulai dari tengah memberi kebebasan kepada

otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan diri dengan

lebih bebas dan alami.

2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Mengapa? Karena sebuah

gambar bermakna seribu kata dan membantu otak menggunakan imajinasi.

Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat otak tetap terfokus,

membantu otak berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak.

3) Gunakan warna. Mengapa? Karena bagi otak, warna sama menariknya dengan

gambar. Warna membuat peta pikiran lebih hidup, menambah energi pada

pemikiran kreatif dan menyenangkan.

4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-

cabng tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Mengapa?

Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (tiga atau

empat) hal sekaligus. Bila cabang-cabang dihubungkan akan lebih mudah

dimengerti dan diingat.

5) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Mengapa? Karena

garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan

organis seperti cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata.

6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Mengapa? Karena kata kunci

tunggal memberi banyak daya dan fleksibilitas kepada peta pikiran.

Page 77: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

60

7) Gunakan gambar. Mengapa? Karena gambar sentral, setiap gambar bermakna

seribu

d.Pembelajaran Apresiasi Puisi dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping)

Pembelajaran apresiasi puisi menurut Rahmanto (1993: 48-52) melalui

beberapa tahapan yaitu: (1) tahap pelacakan pendahuluan, pada tahap ini guru

perlu mempelajari pemahaman awal tentang puisi yang disajikan sebagai bahan.

Pemahaman ini sangat penting terutama untuk dapat menentukan aspek-aspek

yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari siswa dan meneliti fakta-fakta

yang masih perlu; (2) tahap penentuan sikap praktis; hendaklah tidak terlalu

panjang agar dapat dibahas sampai selesai dalam setiap pertemuan. Informasi apa

yang seharusnya dapat diberikan oleh guru untukmempermudah siswa memahami

puisi yang disajikan; (3) tahap introduksi, situasi dan kondisi pada saat materi

disajikan akan sangat berpengaruh dalam penyajian pengantar materi ini; (4) tahap

penyajian; pada dasarnya puisi adalah bentuk sastra lisan. Pesan dan kesan yang

disampaikan benar-benar menyentuh gerak hati apabila puisi itu dibacakan atau

dikutip secara lisan; (5) tahap diskusi, urutan masalah yang dibahas dalam diskusi

kelas ini akan banyak dipengaruhi oleh imajinasi guru, kekhususan puisi yang

dipilih dan tanggapan siswa di kelas. Secara umum urutan diskusi dan jawaban

yang diperbincangkan dapat mengikuti pola sebagai berikut :

Umum (kesan awal) Khusus (rinci) Umum (kesimpulan);

(6) tahap pengukuhan, apabila puisi yang disajikan itu mendapat tanggapan yang

antusias dari siswa, guru hendaknya berusaha agar puisi itu semakin mengesankan

sehingga menambah pengalaman siswa yang tidak mudah terlupakan. Latihan

Page 78: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

61

lanjut untuk pengukuhan ini dapat berupa aktivitas-aktivitas lisan dan tertulis di

luar kelas atau sebagai pekerjaan rumah (tugas siswa).

Pembelajaran apresiasi puisi dengan menggunakan metode peta pikiran

(mind mapping) ini melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pelaksanaan

penerapan metode peta pikiran (mind mapping) ini diharapkan dapat

meningkatkan apresiasi puisi siswa. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah

penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri

dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa

meningkat (Wardhani, dkk, 2007: 1.15). Berdasarkan pendapat tersebut, dapat

dijelaskan bahwa penelitian tindakan kelas atau sering disebut classroom action

research yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat

mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan

proses dalam pembelajaran.

Pembelajaran apresiasi puisi dengan metode peta pikiran (mind mapping)

yang diterapkan melalui penelitian tindakan kelas diharapkan dapat meningkatkan

hasil belajar siswa. Menurut Rochiati Wiriaatmadja (2005: 83) Penelitian

Tindakan Kelasa (PTK) adalah bentuk penelitian yang dilakukan secara

kolaborasi dan partisipasif. Artinya guru atau dosen melakukan penelitian ini tidak

sendiri, ada kemungkinan dibantu dengan teman sejawat. Penelitian tindakan

kelas dapat juga dilakukan melalui kolaborasi sesama guru pengampu mata

pelajaran yang sama.

Selanjutnya Rochiati Wiriaatmadja (2005: 97, 99) menegaskan bahwa

guru sebagai peneliti harus memilih siapa yang akan menjadi mitra dalam

Page 79: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

62

penelitian. Kolaborasi dilakukan oleh guru atau mitra sejawat sebagai pelaksana

pembelajaran, dan melakukan intervensi yang inovatif dalam semangat kemitraan.

Nurrachmat Wirjosutedjo (2006: 87) berpendapat bahwa Classroom Action

Research (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menawarkan peluang

sebagai strategi pengembangan kinerja, sebab pendekatan penelitian ini

menempatkan pendidik sebagai agen perubahan yang pola kerjanya bersifat

kolaboratif (collaborative)

Hal yang sama diungkapkan pula oleh Susilo (2002: 16), PTK adalah

tindakan kelas atau sering disebut dengan classroom action research, yaitu

penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar,

dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses

dalam pembelajaran. Hal tersebut dipertegas oleh Budhi Setiawan (2008: 1) yang

menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas pada hakikatnya adalah upaya

mencari jawaban atas masalah yang telah dirumuskan. Jawaban terhadap masalah

tersebut harus benar dan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, benar.

Artinya dapat dibuktikan secara empiris dalam kenyataan sehari-hari (didukung

data-data konkret dan faktual), bukan sekadar dalam tataran konseptual semata.

Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mengungkap dan sekaligus

memberikan pemecahan terhadap masalah. Menurut Ary, dkk, (1982, dalam

Budhi Setiawan, 2008: 1) mengemukakan bahwa penelitian adalah cara untuk

memperoleh informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan. Kegiatan

penelitian dimaksudkan untuk menemukan kebenaran ilmiah yang sesuai dengan

konsepsi; realitas tersebut harus dilakukan melalui prosedur ilmiah. Dengan

Page 80: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

63

begitu diharapkan hasil-hasil penelitian akan mampu memperkaya khazanah ilmu

dan teknologi serta memberikan sumbangan bagi pemecahan masalah kehidupan.

e. Penilaian Kemampuan Apresiasi Puisi

Untuk mengetahui hasil belajar kemampuan bersastra siswa, melalui

peningkatan kemampuan apresiasi puisi yang menggunakan metode peta

pikiran (mind mapping), maka penilain mutlak dilakukan. Penilaian

merupakan kegiatan yang telah dirumuskan tujuannya dan harus dilakukan

oleh guru sebagai bagian dari sistem pengajaran yang direncanakan dan

diimplementasikan di kelas. Komponen-komponen pokok penilaian meliputi

pengumpulan informasi yang dikumpulkan dalam proses belajar mengajar,

interpretasi terhadap informasi yang telah dikumpulkan, dan pengambilan

keputusan sesuai dengan tujuan penilaian yang ingin dicapai.

Konsep penilaian menurut Abdul Ghafur, dkk (2004: 9) ada empat

istilah yang terkait dengan konsep pengujian dan yang sering digunakan untuk

mengetahui keberhasilan belajar peserta didik, yaitu pengukuran, pengujian,

penilaian, dan evaluasi Pengukuran adalah kegiatan yang sistematik. Sistem

penilaian KTSP, Depdiknas (dalam Sarwiji Suwandi, 2008) menjelaskan

pengertian-pengertian; 1) pengukuran adalah kegiatan yang sistematik untuk

menentukan angka pada objek atau gejala; 2) pengujian terdiri dari sejumlah

pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah; 3) penilaian adalah

penafsiran hasil pengukuran dan penentuan pencapaian hasil belajar; 4)

evaluasi adalah penentuan nilai suatu program dan penentuan pencapaian

tujuan suatu program. Adapun sistem penilaian yaitu : 1) sistem penilaia

Page 81: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

64

mencakup jenis ujian, bentuk soal, dan pelaksanaannya, pengelolaan dan

pelaporan hasil ujian; 2) jenis ujian adalah berbagai tagihan, seperti ulangan

atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.

Penilaian hasil proses belajar-mengajar menurut Nana Sudjana (2008:

3-4) adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai

siswa dengan kreteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang

dinilainya adalah hasil belajar siswa. Sejalan dengan pengertian tersebut maka

penilaian berfungsi sebagai : (a) alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya

tujuan instruksional; (b) umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar;

(c) dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang

tuanya. Sedangkan tujuan penilaian adalah untuk: (a) mendeskripsikan

kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan

kekurangannya dalam berbagai mata pelajaran yang ditempuhnya; (b)

mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah; (c)

menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan

penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi

pelaksanaannya; (d) memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari

pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Penilaian kemampuan apresiasi puisi berarti menilai dalam

kemampuan mengenal, memahami, menikmati dan menilai puisi. Menurut

Herman J. Waluyo (2002: 44) apresiasi puisi berkaitan dengan kegiatan yang

ada sangkut pautnya dengan puisi, yaitu mendengar atau membaca puisi

dengan penghayatan yang sungguh-sungguh, menulis puisi,

Page 82: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

65

mendeklamasikan, dan menulis resensi puisi. Penerapan apresiasi puisi,

memerlukan aktivitas, kreativitas, dan motivasi, dalam menunjukkan

kemampuan atau potensi seseorang karena apresiasi merupakan sebuah proses.

Adapun penilaian kemampuan apresiasi puisi meliputi empat aspek

keterampilan bersastra yaitu; kemampuan mendengarkan, kemampuan

membaca, kemampuan berbicara, dan kemampuan menulis puisi serta menulis

resensi puisi. Menurut Moody (1979) yang dikutip oleh Rahmanto (1993: 128)

yang menyatakan bahwa ada empat aspek penilaian kemampuan apresiasi

puisi meliputi: (1) informasi; (2) konsep; (3) perspektif; dan (5) apresiasi.

Berdasarkan pendapat tersebut, untuk mengetahui tingkat keberhasilan

siswa dalam mengapresiasi puisi diperlukan suatu pedoman penilaian.

Pedoman penialian tersebut menggunakan pedoman penskoran terhadap

aspek-aspek yang dinilai. Untuk lebih memahami tentang unsur-unsur dalam

mengapresiasi dalam dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Pedoman Penilaian Apresiasi Puisi

No. Aspe yang Dinilai Skor Skor Maksimal

1. Informasi2. Konsep3. Perspektif4. Apresiasi

Jumlah Skor Maksimal

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 - 100 adalah sebagai berikut :

Perolehan SkorNilai akhir = ------------------------- X Skor Ideal (100) …………….

Skor maksimum (26)

Page 83: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

66

1. Penilaian Kemampuan Mendengarkan Puisi

Mendengarkan atau menyimak adalah suatu aktivitas yang

menggunakan indera pendengar dengan penuh perhatian. Selain itu

menyimak menuntut kemampuan seseorang dalam mengingat fakta-fakta

yang didengar dan menafsirkan maknanya. Chamdiah, dkk (dalam

Nurhayati, 2004: 167) mengemukakan bahwa siswa harus mampu

mengingat fakta-fakta sederhana, mampu mnghubungkan serangkaian

fakta dari pesan yang didengar, dan menafsirkan makna yang terkandung.

Senada dengan hal tersebut, Tarigan (dalam Nurhayati, 2004: 167)

menegaskan bahwa menyimak bukan hanya sebatas mendengar (hearing)

saja akan tetapi memerlukan kegiatan lainnya yakni memahami

(understanding) isi pembicaraan yang disampaikan oleh si pembicara.

Lebih jauh lagi diharapkan dalam kegiatan menyimak, si penyimak dapat

menginterpretasi atau menafsirkan (interpreting) butir-butir pendapat yang

disimaknya baik tersurat maupun tersirat. Kegiatan selanjutnya adalah

mengevaluasi (evaluating) si penyimak mampu menilai gagasan baik dari

segi keunggulan maupun dari segi kelemahannya. Kegiatan akhir yakni

menanggapi (responding) penyimak meyambut, mencamkan, meyerap,

serta menerima gagasan yang dikemukan oleh si pembicara.

Dalam kurikulum 2004 dijelaskan bahwa kemampuan atau

keterampilan mendengarkan yaitu kemampuan memahami gagasan,

pendapat, perasaan, yang disampaikan melalui suara, baik langsung

maupun tidak langsung melalui media tertentu (Depdiknas, 2004: 7).

Page 84: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

67

Penilaian keterampilan mendengarkan puisi meliputi; 1) tanya jawab

singkat mengenai puisi yang diperdengarkan; 2) mengungkapkan kembali

pemahaman siswa secara lisan terhadap puisi yang didengarnya; 3)

mengungkapkan kembali secara tertulis terhadap puisi yang dibacakan

atau yang diperdengarkan.

2. Penilaian Kemampuan Berbicara Puisi

Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-

bunyi bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta

menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Dengan demikian,

kemampuan berbicara tentang karya sastra adalah kemampuan melisankan

karya sastra yang dapat berupa menuturkan karya sastra (puisi). Menurut

Burhan Nurgiyantoro (2001: 276) berbicara adalah aktivitas berbahasa

kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah

aktivitas mendengarkan.

Dalam berbicara diperlukan penguasaan lambang bunyi baik untuk

keperluan menyampaikan maupun menerima gagasan. Penilaian

kemampuan berbicara sastra (puisi) dilakukan ketika kegiatan

pembelajaran berlangsung dengan cara: melakukan kegiatan diskusi untuk

menentukan tema, nada dan suasana, dan amanat sebuah puisi.

3. Penilaian Kemampuan Membaca Puisi

Membaca merupakan interrelasi total individu dengan informasi

simbolik. Ini biasanya merupakan aspek visual dari belajar (Buzan, 2003:

38). Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 246) kegiatan membaca

Page 85: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

68

merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain

melalui sarana tulisan. Dalam kegiatan membaca diperlukan pengetahuan

tentang sistem penulisan, khususnya yang menyangkut huruf dan ejaan.

Kemampuan membaca adalah kemampuan memahami gagasan,

pendapat,perasaan, dan sebagainya dari pihak lain yang disampaikan lewat

karya sastra (puisi) (Depdiknas, 2004: 8).

Kemampuan membaca puisi adalah kemampuan untuk menangkap

makna sebuah puisi. Kemampuan memaknai puisi dipengaruhi oleh

penguasaan seseorang tentang pengetahuan teori sastra, sejarah sastra dan

kritik sastra. Dengan demikian untuk dapat memiliki kemampuan

membaca sastra (puisi) diperlukan pengetahuan tentang teori puisi, sejarah

puisi, dan kritik puisi.

Penilaian membaca puisi dilakukan pada saat pembelajaran

berlangsungnya, sehingga dapat dilakukan aktivitas-aktivitas membaca

puisi. Penilaian dapat berupa, 1) tanya jawab singkat mengenai puisi yang

dibaca; 2) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan puisi;

3) mengungkapkan kembali secara lisan; dan 4) mengungkapkan kembali

secara tertulis isi puisi. Untuk melaksanakan penilaian membaca puisi

diperlukan pedoman agar penilaian terarah dan konsisten. Pedoman

penilaian tersebut menggunakan pedoman penskoran terhadap aspek-aspek

yang dinilai dalam membaca puisi Pedoman penilaian membaca puisi

dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 86: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

69

Tabel 2. Pedoman Penialaian Membaca Puisi

No. Aspek yang Dinilai Skor Skor Maksimal

1. Kejelasan Vokal2. Mimik3. Intonasi4. Gerak5. Jeda6. Penghayatan

Jumlah Skor Maksimal

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 - 100 adalah sebagai berikut :

Perolehan SkorNilai akhir = ------------------------- X Skor Ideal (100) …………….

Skor maksimum (26)

4. Penilaian Kemampuan Menulis Puisi

Menulis adalah suatu kegiatan meyampaikan informasi, gagasan, ide

kepada orang lain melalui tulisan. Menulis memerlukan waktu dan proses

berpikir kreatif untuk dapat menuangkan ide-ide yang baik dan bermakna.

Hal tersebut senada dengan pendapat berikut ini:

Menulis adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Menulis sangat dibentuk oleh kebudayaan dan merupakan sebuah proses berpikir. Menulis berarti menyampaikan informasi dan gagasan dengan jelas, menemukan ide, memberi makna dan menuangkannya menjadi sebuah tulisan bukanlah hal yang sederhana (lucky Herliawan Yanuarsyah Amalputra, Jurnal Bahtera 2004: 55).

Sesuai dengan pernyataan tersebut, menulis puisi adalah proses

melahirkan pikiran ide-ide atau gagasan dalam bentuk puisi yang padat

makna. Kemampuan atau keterampilan menulis sastra adalah kemampuan

mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan

melalui bahasa tulis dalam bentuk karya sastra (puisi) (Depdikbud, 2004: 9).

Page 87: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

70

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 309) kemampuan menulis merupakan

aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Dalam kegiatan

menulis, terdapat dua masalah pokok, yakni memilih atau menemukan

gagasan dan memilih bahasa untuk mengemukakan gagasan. Prih Adiartanto

(2005: 101) berpendapat bahwa pembelajaran menulis puisi, tentulah berfokus

pada proses penulisan itu sendiri.

Penilaian kemampuan menulis puisi dapat dilaksanakan dalam proses

pembelajaran sastra dan di luar kegiatan jam pembelajaran. Penilaian dapat

dilakukan di antaranya; 1) menulis puisi; 2) memparafrasekan puisi; 3) unsur-

unsur struktu lahir dan struktur batin puisi. Penilaian menulis puisi

menggunakan pedoman penskoran terhadap unsur-unsur puisi yang dinilai.

Untuk lebih memahami penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Penilaian Menulis Puisi

No. Aspek yang Dinilai Skor Skor Maksimal

1. Diksi (pilihan kata)2. Pencitraan (pengimajian) 3. Kata konkret4. Bahasa figuratif (majas)5. Pelambangan6. Versifikasi7. Tema puisi8. Perasaan 9. Nada dan suasana

10. Amanat (pesan) puisiJumlah Skor Maksimal

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 - 100 adalah sebagai berikut :

Perolehan SkorNilai akhir = ------------------------- X Skor Ideal (100) …………….

Skor maksimum (26)

Page 88: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

71

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan tentang penggunaan metode peta pikiran (mind

mapping) dalam Penelitian Tindakan Kelas pernah dilakukan oleh S. Rohana

Hariana Intiana, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang dengan judul “Implementasi

Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Meningkatkan Kreativitas Menulis Cerita

Pendek Siswa Kelas V SD Negeri 16 Mataram Tahun Ajaran 2007/2008”.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah efektivitas penggunaan strategi

pemetaan pikiran dalam pembelajaran menulis cerita baik dari kualifikasi proses

dan hasil menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa meningkat. Peningkatan

tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa. Berdasarkan hasil tes pada siklus I

sebelum tindakan adalah 57, nilai rata-rata sesudah tindakan adalah 64. Pada

siklus II nilai rata-rata sebelum tindakan adalah 69, sedangkan nilai rata-rata

sesudah tindakan adalah 74. Jadi pada siklus II terjadi peningkatan demikian pula

setelah dilaksanakan siklus III nilai rata-rata mengalami peningkatan menjadi 83.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilaksanakan ini

adalah pada variabel terikat dan subjek penelitian yaitu pada penelitian berjudul

“Implementasi Strategi Pemetaan Pikiran Dalam Meningkatkan Kreativitas

Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas V SD Negeri 16 Mataram Tahun Ajaran

2007/2008”. Variabel terikatnya meningkatkan kreativitas menulis cerita pendek,

subjek yang diteliti adalah siswa kelas V SD Negeri 16 Mataram sedangkan pada

penelitian ini variabel terikatnya adalah peningkatan kemampuan apresiasi puisi

dan subjeknya yang diteliti siswa SMA Negeri 1 Samarinda.

Page 89: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

72

Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh Elfia Sukma, dosen

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang, dengan judul

“Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas V SD Negeri

Sumbersari III Malang Dengan Strategi Pemetaan Pikiran”.

Dari hasil penelitian tindakan kelas tersebut dapat disimpulkan bahwa

penggunaan strategi pemetaan pikiran telah mampu meningkatkan kemampuan

siswa menulis puisi di SD Negeri Sumbersari III Malang, dengan hasil berikut: (a)

pada tahap pemunculan gagasan, siswa telah mampumemunculkan gagasan yang

akan dijadikan sebagai gagasan pokok, (b) tahap pengembangan gagasan, siswa

mampu mengembangkan gagasan secara rinci, logis, menggunakan imaji dan

gambar, (c) pada tahap penulisan, siswa telah mampu menulis judul, menyusun

kata, mengembangkan kata, menata kalimat menjadi puisi kesesuaian isi dengan

judul, diksi, dan imaji, serta merevisi puisi, dan (d) tahap penyajian, siswa telah

mampu membaca puisi dengan memperhatikan lafal, intonasi, dan ekspresi.

Perbedaan penelitian berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi

Siswa Kelas V SD Negeri Sumbersari III Malang Dengan Strategi Pemetaan

Pikiran” dengan penelitian yang dilaksaanakan ini terletak pada variabel terikat

dan subjek penelitian. Variabel terikat pada penelitian tersebut adalah peningkatan

kemampuan menulis puisi, subjek penelitian pada siswa kelas V SD Negeri

Sumbersari III Malang. Sedangkan pada penelitian ini variabel terikatnya adalah

peningkatan kemampuan apresiasi puisi dan subjeknya yang diteliti siswa SMA

Negeri 1 Samarinda.

Page 90: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

73

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran apresiasi sastra sekarang ini menjadi bahan pembicaraan

karena kemampuan siswa dalam mengapresiasi sastra terutama puisi terlihat dari

hasil belajar siswa masih rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut, guru harus

bisa menentukan strategi mengajar yang sesuai dengan meteri dan metode yang

relevan untuk meningkatkan hasil belajar. Metode yang dianggap relevan adalah

metode peta pikiran (mind mapping). Metode peta pikiran ini diharapkan mampu

mengoptimalkan fungsi kerja otak kanan sehingga dapat membangkitkan

kreativitas dan imajinasi siswa dalam mengapresiasi puisi. Siswa dapat

mengembangkan ide dari kata-kata kunci yang telah dibuat dalam bentuk peta

pikiran sehingga tidak kehabisan ide. Hal ini akan lebih mengefektifkan waktu

dan tujuan pembelajaran akan tercapai.

Sesuai dengan hal tersebut penerapan metode peta pikiran (mind

mapping) dalam pembelajaran apresiasi puisi dilakukan melalui Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yaitu secara koloborasi antara peneliti dan guru mata

pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Koloborasi dilakukan pada tahap

perencanaan. Tahap pelaksanaan guru sebagai pelaksana tindakan dan peneliti

hanya sebagai partisipan pasif yang mengamati jalannya proses pembelajaran.

Tahap observasi yang dilakukan peneliti saat guru melakukan tindakan. Peneliti

mengamati proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan analisis dan refleksi

dilakukan bersama antara peneliti dan guru terhadap hasil tindakan yang telah

dilakukan pada setiap siklus.

Page 91: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

74

Penerapan metode peta pikiran (mind mapping) ini diharapkan mampu

meningkatkan kemampuan apresiasi puisi. Hal tersebut ditandai dengan

peningkatan kemampuan kreativitas, perhatian, konsentrasi, minat, dan motivasi,

terhadap pembelajaran apresiasi puisi sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Secara garis besar kerangka berpikir penelitian tindakan kelas ini dapat

digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut:

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

Kemampuan Mengapresiasi

Puisi Meningkat

Pembelajaran Apresiasi Puisi Sebelum Ada

tindakan

Kemampuan ApresiasiPuisi Rendah

Pembelajaran Apresiasi dengan Metode Peta

Pikiran (Mind Mapping)

Guru

KTSP/Silabus

SIKLUS III

Page 92: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

75

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan,

maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah: Pembelajaran dengan

menggunakan metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan

kemampuan mengapresiasi puisi pada siswa kelas X 8 SMA Negeri 1

Samarinda.

Page 93: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Samarinda. Dipilihnya

setting penelitian di SMA Negeri 1 Samarinda disebabkan lembaga

pendidikan ini merupakan sekolah negeri yang tertua dan terpaporit di kota

Samarinda. Sekolah ini setiap tahun menghasilkan lulusan-lulusan yang

berkualitas dan merupakan sekolah yang sering memenangkan lomba-lomba

beberapa mata pelajaran bidang IPA, matematik, dan bidang IPS, dari tingkat

kota sampai tingkat nasional. SMA Negeri 1 juga sering menjadi juara

nasional pada mata pelajaran bahasa Indonesia berupa lomba karya tulis

ilmiah, lomba karya tulis perpustakaan, Essai Korea, dan beberapa bidang

studi lainnya. Namun untuk lomba di bidang sastra terutama pada apresiasi

puisi jarang bahkan langka menjadi juara.

SMA Negeri 1 Samarinda berdiri pada tahun 1953, pad tanggal 14

September 1953. Sekolah ini terletak di tengah kota Samarinda tepatnya di

Jalan Bhayangkara, di sebelah kanannya Kantor Polisi Resort Kota Samarinda,

dan di sebelah kirinya SMP Negeri 1 Samarinda. SMA ini memiliki masing-

masing 1 ruang; kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ruang rapat, BK,UKS,

TU, OSIS, guru, musik, perpustkaan, koperasi, laboratorium Biologi, Fisika,

Kimia, Komputer, Bahasa, dan sebuah pendopo untuk pembelajaran seni tari,

serta sebuah Masjid. Sedangkan ruang belajar sebanyak 26 kelas terdiri dari

Page 94: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

77

kelas X sebanyak 8 ruang, kelas XI jurusan IPA sebanyak 7 ruang, jurusan

IPS 1 ruang, kelas XII jurusan IPA sebanyak 7 ruang, jurusan IPS 1 ruang,

serta kelas X akselerasi, dan kelas XI akselerasi masing-masing 1 ruang,

Untuk semua ruang kelas X dan semua kelas XI, masing-masing terpasang

satu TV. TV tersebut digunakan untuk pembelajaran materi yang diajarkan

secara paralel atau ulangan harian ke semua siswa kelas X melalui studio 1,

untuk siswa kelas XI melalui studio 2. Sedangkan pada ruang kelas XII tidak

ada pemasangan TV. Selain hal tersebut tidak kalah pentingnya adalah kantin

sekolah yang berada di belakang kelas.

Berdasarkan kesepakatan dengan guru bahasa dan sastra Indonesia yang

menjadi koloborator dalam penelitian tindakan kelas ini dan berdasarkan hasil

belajar siswa serta pengamatan langsung di lapangan, penelitian dilakukan di

kelas X 8 yang terdiri dari empat puluh siswa. Dipilihnya kelas X 8 karena

motivasi belajar siswa pada apresiasi puisi rendah. Hal tersebut dapat dilihat

dari hasil belajar pada ulangan-ulangan harian, dan tugas-tugas siswa masih

rendah. Nilai Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah ini adalah 70.

Hasil belajar kelas X 8 yang telah mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal

(KKM) pada pembelajaran apresiasi puisi hanya 17 siswa (42,5%).

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan mulai Juli sampai dengan November

2008. Lama waktu penelitian didasarkan pada pertimbangan waktu, biaya, dan

tempat. Adapun jadwal kegiatan penelitian selengkapnya dapat dilihat pada

tabel berikut :

Page 95: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

78

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Tahun 2008

Bulan Juli Agustus September Oktober November

No Kegiatan / Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pengajuan judul x x

2. Persiapan survei awal Sampai penyusunan proposal x x x x

3. Pengajuan surat izin, menyusun instrumen serta seleksi informan x x

4. Pelaksanaan

1. Siklus I x x

2. Siklus II x x

3. Siklus III x x

5. Analisis data x x x x x x x x

6. Penyusunan laporan x x x x x x x x x x x x x

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas X 8 di SMA Negeri 1

Samarinda, semester 1 tahun pelajaran 2008/2009, yang berjumlah empat puluh

orang. Siswa laki-laki sebanyak 18 orang dan perempuan sebanyak 22 orang.

Guru yang mengampu mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas ini

adalah Pak Suwitoyo, S. Pd.

Dilihat dari segi ekonomi orang tua, sekitar 70% berasal dari ekonomi

cukup. Orang tua yang berekonomi cukup tinggi sekitar 20 %, sedangkan orang

tuanya yang berekonomi menengah ke bawah sekitar 10 %. Tempat tinggal

mereka pada umumnya di kota dengan jarak tempuh rata-rata sekitar 4-5 km.

Page 96: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

79

Siswa yang tinggal agak keluar kota sekitar 10%. Untuk berangkat ke sekolah

sebagian besar dari mereka naik kendaraan roda dua, sebagian lagi naik angkot

dan diantar jemput orang tua mereka. Kondisi akhlak siswa sangat baik dan

memiliki semang at belajar relative cukup tinggi, hal ini karena orang tua mereka

tergolong berpendidikan cukup.

C. Sumber Data Penelitian

1. Kegiatan atau proses pembelajaran apresiasi puisi.

Data yang dikumpulkan yaitu data tentang pelaksanaan pembelajaran

apresiasi puisi di kelas X 8 SMA Negeri 1 Samarinda, baik sebelum tindakan

(survei awal) maupun saat dilaksanakan tindakan dan setelah tindakan.

2. Informan yang terdiri dari:

a. Guru pengampu mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Data yang dikumpulkan yaitu, data tentang pelaksanaan pembelajaran

apresiasi puisi yang dilaksanakan oleh guru di kelas X 8 SMA Negeri 1

Samarinda, hambatan-hambatan yang dihadapi serta usaha-usaha yang

ditempuh guru untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

b. Siswa kelas X 8 SMA Negeri 1 Samarinda

Data yang dikumpulkan yaitu, data sebelum tindakan, saat proses

pembelajaran apresiasi puisi serta kesulitan yang dialami siswa ketika

mengapresiasi puisi.

3. Dokumen

Data yang dikumpulkan antara lain, silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), foto kegiatan pembelajaran apresiasi puisi, peta pikiran

Page 97: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

80

yang dibuat siswa, catatan lapangan (fild notes) dan hasil tes siswa berupa

hasil apresiasi puisi, serta hasil angket yang diisi oleh siswa.

D. Teknik dan Alat Pengumpul Data

1. Teknik Pengumpulan Data:

a. Pengamatan (Observasi)

Observasi atau pengamatan terhadap siswa ini dilakukan sebelum

tindakan diberikan, saat tindakan diberikan hingga akhir tindakan yang

dilaksanakan oleh guru. Sedangkan peneliti bertindak sebagai partisipan

pasif. Observasi atau pengamatan sebelum tindakan yaitu mengamati

situasi kelas dan kondisi siswa serta proses pembelajaran yang

dilaksanakan guru sebelum adanya tindakan. Sedangkan pengamatan pada

saat proses pembelajaran, yaitu mengamati terhadap semua tindakan yang

dilakukan oleh guru selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan

terhadap guru difokuskan pada kegiatan guru dalam pembelajaran

apresiasi puisi dengan metode peta pikiran (mind mapping). Pengamatan

terhadap siswa difokuskan pada motivasi, minat, unjuk kerja, dan hasil

kerja siswa.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada guru dan siswa. Wawancara terhadap

guru dilaksanakan di ruang guru, dan dilakukan dengan tidak terstruktur

yaitu dengan pertanyaan yang “open-ended” (terbuka) dan bersifat lentur

untuk hambatan-hambatan yang ditemui guru saat pembelajaran apresiasi

sastra khususnya apresiasi puisi dan menggali pandangan subjek tentang

Page 98: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

81

hal-hal yang sangat bermanfaat bagi penelitian. Wawancara terhadap siswa

dilaksanakan di pendopo yang terletak di depan ruang guru. Wawancara

terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap

metode pembelajaran apresiasi puisi yang digunakan guru.

c. Analisis Dokumen

Analisi dokumen dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip

yang ada, seperti kurikulum dan perangkat pembelajaran, berupa

pengembangan silabus, Rencana Program Pengajaran (RPP) yang dibuat

oleh guru, materi pelajaran, dan hasil mengapresiasi puisi yang dikerjakan

oleh siswa melalui metode peta pikiran (mind mapping) yang dikerjakan

oleh siswa ketika diberi tugas oleh guru selama proses pembelajaran. Hal

tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan apresisi puisi

siswa.

d. Pemberian Tugas dan tes

Pemberian tugas untuk mengetahui seberapa besar hasil yang

diperoleh siswa secara individu dalam pembelajaran apresiasi puisi dengan

metode peta pikiran (mind mapping). Sedangkan pemberian tes untuk

mengetahui peningkatan hasil yang dicapai siswa secara individu, stelah

tes yangdilaksanakan setiap akhir siklus.

e. Angket

Angket berisi daftar pertanyaan yang harus dijawab siswa secara

jujur dan objektif. Angket berisi daftar pertanyaan yang berisi tentang

pembelajaran apresiasi puisi sebelum tindakan dan setelah tindakan yang

Page 99: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

82

menggunakan metode peta pikiran (mind mapping). Angket digunakan

untuk mengetahui sikap dan pendapat siswa terhadap pembelajaran

apresiasi puisi tersebut.

2. Alat Pengumpul Data

a. Butir soal tes

b. Lembar observasi yang berisi hasil pengamatan terhadap pelaksanaan

tindakan. Baik tentang guru maupun siswa.

c. Pedoman wawancara untuk guru dan siswa.

d. Dokumen hasil pekerjaan siswa dalam mengapresiasi puisi.

e. Hasil tes apresiasi puisi setiap siklus.

E. Validasi Data

Data dalam penelitian ini diuji validitasnya dengan teknik triangulasi,

yaitu, triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Dalam penelitian ini,

peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber yang berbeda yaitu dari guru,

siswa dan data dari peristiwa proses pembelajaran sebelum tindakan, dan selama

kegiatan tindakan dilaksanakan. Data yang bersumber dari peristiwa proses

pembelajaran apresiasi puisi diuji keabsahannya dengan dokumen-dokumen

pendukung serta pernyataan-pernyataan informan.

Di samping itu, data yang terkumpul diuji validitasnya dengan cara data

yang terkumpul dari kegiatan observasi dicek kebenarannya melalui kegiatan

wawancara untuk mengungkap minat dan pelaksanaan pembelajaran apresiasi

puisi di kelas serta analisis dokumen-dokumen terkait seperti peta pikiran yang

Page 100: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

83

dibuat siswa dalam mengapresiasi puisi, hasil tes apresiasi puisi, dan angket yang

diberikan pada siswa.

F. Teknik Analisis Data

Data yang ada dianalisis dengan teknik analisi kritis dan deskriptif

komparatif. Teknik analisis kritis tersebut bermaksud mengungkapkan

kekurangan dan kelebihan kinerja guru dan siswa selama proses pembelajaran.

Analisis kritis terhadap kemampuan apresiasi puisi siswa mencakup bentuk dan

unsur-unsur puisi yang diapresiasi. Analisis deskriptif komparatif untuk

membandingkan hasil kemampuan apresiasi puisi siswa antarsiklus sesuai sesuai

dengan indikator kenerja. Hasil analisis dijadikan dasar untuk menyusun rencana

tindakan kelas berikutnya sesuai dengan siklus yang telah direncanakan. Analisis

data dilakukan bersama antara peneliti dan guru pengampu mata pelajaran bahasa

Indonesia.

G. Indikator Keberhasilan Tindakan

Indikator keberhasilan tindakan yang ingin dicapai adalah peningkatan

kemampuan mengapresiasi puisi siswa kelas X 8 SMA Negeri 1 Samarinda.

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan tersebut, digunakan indikator sebagai

berikut:

1. Mampu mengembangkan kretivitas dan imajinasi siswa.

2. Mampu membuat peta pikiran (mind mapping).

3. Mampu mengapresiasi puisi melalui metode peta pikiran (mind mapping).

4. Mampu meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran.

5. Ketuntasan hasil belajar mencapai minimal 70.

Page 101: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

84

H. Prosedur Penelitian:

Penelitian tindakan kelas merupakan proses pembelajaran untuk

memecahkan permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran. Sebagai sebuah proses diperlukan perencanaan pembelajaran yang

baik yang diimplementasikan melalui langkah-langkah yang telah disusun secara

sistematis dan terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Menurut Susilo (2002: 19) empat langkah utama yang saling berkaitan

dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas sering disebut dengan istilah siklus.

Setiap siklus terdiri atas empat langkah yaitu : perencanaan, tindakan, observasi,

dan refleksi. Proses penelitian tindakan kelas ini direncanakan satu siklus.

Prosedur penelitian merupakan rangkaian tahapan dari awal hingga akhir

penelitian. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini sebagai

berikut: (1) persiapan, (2) studi/survei awal, (3) pelaksanaan siklus, dan

penyusunan laporan. Pelaksanaan siklus meliputi (a) perencanaan tindakan

(planning), (b) pelaksanaan tindakan (acting), (c) pengamatan (observasi), (d)

refleksi (reflecation). Banyak siklus yang direncanakan adalah tiga siklus,

mengingat dalam penelitian tindakan kelas penerapan siklus minimal dua. Di

samping itu, melihat situasi dan kondisi penerapan tiga siklus penelitian

dipandang cukup untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Adapun penjelasan

langkah-langkah penelitian tindakan kelas ini, sebagai berikut :

1) Persiapan

Pada tahap ini mempersiapkan perangkat penelitian berupa angket

prapenelitian, instrumen wawancara dan sebagainya. Setelah semua perangkat

Page 102: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

85

selesaidipersiapkan, peneliti menemui Kepala SMA Negeri 1 Samarinda untuk

memberitahukan dan meminta izin melakukan penelitian di sekolah yang

menjadi wewenangnya. Setelah itu, peneliti menemui guru pengampu mata

pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas X 8 untuk mempersiapkan

kegiatan survei awal.

2) Studi/survei awal

Survei awal untuk mengetahui situasi dan kondisi pembelajaran

apresiasi puisi di kelas yang akan dijadikan tempat penelitian, memberikan

angket prapenelitian pada siswa, melakukan wawancara pada guru pengampu

mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengenai pembelajaran apresiasi

puisi yang dilakukan selama ini. melakukan wawancara pada guru pengampu

mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yaitu Pak Suwitoyo, S. Pd.

mengenai pembelajaran apresiasi puisi yang dilakukan selama ini. Dari hasil

survei tersebut ditemukan masalah kurangnya motivasi belajar siswa terhadap

pembelajaran apresiasi puisi sehingga hasil belajar siswa pada apresiasi puisi

rendah.Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti dan guru akan

mengadaaaaaakan kolaborasi dalam pembelajaran apresiasi puisi dengan

metode peta pikiran (mind mapping) melalui penelitian tindakan kelas (PTK).

3) Pelaksanaan siklus

a) Perencanaan (planning)

Perencanaan pengajaran adalah suatu penerapan dari analisis

rasional dan sistematis dalam suatu rancangan yang akan dilaksanakan

dalam bidang pengajaran dengan tujuan agar pengajaran lebih efektif dan

Page 103: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

86

efisien sesuai dengan kebutuhan anak didik dan masyarakat. Agar tujuan

pembelajaran berhasil dengan baik, menurut Sarwiji Suwandi (2006: 52)

pembelajaran hendaknya mampu memfasilitasi siswa untuk

mengkonstruksi pengetuan serta mampu menggunakan pengetahuan dan

keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam

kehidupannya.

Perencanaan pembelajaran adalah hasil pemikiran yang berupa

keputusan yang akan dilaksanakan. Perencanaan pembelajaran dapat juga

dikatakan adalah suatu proses penyusunan berbagai perangkat

pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Sesuai dengan hal tersebut Mulyasa (2005: 74) berpendapat bahwa

perencanaan pembelajaran pada hakikatnya merupakan perencanaan

jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan tentang apa

yang akan dilakukan. Dengan demikian, perencanaan pembelajaran

merupakan upaya memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam

kegiatan pembelajaran.

Dalam kurikulum 2004 (KBK) dan kurikulum revisinya yaitu

kurikulum tingkat satuan pendidikan atau lebih dikenal dengan istilah

KTSP perencanaan pembelajaran dapat diwujudkan dalam (1) penjabaran

kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia meliputi standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator, materi pokok dan mempertimbangkan

penyajian (pengalaman belajar,media/simber belajar, serta penilaiannya),

Page 104: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

87

(2) menyusun program tahunan/ prota, (3) menyusun program

semester/promes, (4) menyusun silabus bahasa dan sastra Indonesia, dan

(5) menysusun rencana pelaksanaa pembelajaran/ RPP bahasa dan sastra

Indonesia.

Perencanaan pembelajaran apresiasi puisi adalah suatu proses

kegiatan yang mempersiapkan perangkat pembelajaran yang dapat

menunjang keberhasilan kegiatan belajar-mengajar antara siswa dengan

guru dalam mengapresiasi puisi untuk mencapai kompetensi dasar yang

telah ditetapkan di dalam kurikulum dan kreteria ketuntasan minimal

(KKM) yang telah ditentukan. Namun dalam kenyataannya masih banyak

hasil belajar siswa pada apresiasi puisi masih rendah.

Berdasarkan survei awal, angket, dan wawancara, peneliti

mengajukan alternatif pemecahan masalah dengan metode peta pikiran

(mind mapping) pada pembelajaran apresiasi puisi. Pada tahap ini, peneliti

bersama guru menyusun skenario pembelajaran yang menerapkan metode

peta pikiran. Susilo (2007: 20) menyatakan bahwa kegiatan perencanaan

(planning) meliputi: identifikasi masalah, menganalisis penyebab adanya

masalah, dan pengembangan bentuk tindakan sebagai pemecahan masalah.

1) Identifikasi Masalah

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mengidentifikasi

masalah dalam penelitian tindakan kelas, yaitu :

(a) masalah harus benar-benar terjadi baik di saat proses pembelajaran

maupun setelah proses pembelajaran dan hal ini dirasakan oleh

Page 105: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

88

guru pada saat melaksanakan tugasnya. Masalah yang ditemukan

dan direncanakan untuk diteliti adalah tingkat kemampuan

apresiasi puisi siswa masih rendah, hal ini ditunjukkan dari hasil

belajar siswa belum mencapai batas Kreteria Ketuntasan Minimal

(KKM), yaitu 70,

(b) porblematik, artinya masalah perlu dipecahkan berkaitan dengan

tanggung jawab, kewenangan dan tugas seorang guru,

(c) memiliki manfaat yang jelas artinya pemecahan masalah yang

dilakukan akan memberikan manfaat yang jelas bagi siswa dan

guru karena ada kemungkinan kalau maslah tidak segera diatasi

akan mengganggu kompetensi berikutnya dalam proses

pembelajaran yang mempunyai sifat berkesinambungan,

(d) masalah dapat dipecahkan oleh guru selaku pelaksanaan penelitian

tindakan kelas.

2) Analisis Penyebab Adanya Masalah

Setelah masalah ditemukan, perlu segera melakukan langkah

identifikasi penyebab munculnya masalah. Kegiatan selanjutnya adalah

melakukan analisis terhadap penyebab adanya masalah yang akan

dijadikan landasan berpikir untuk mencari alternatif suatu tindakan

yang dapat dikembangkan sebagai bentuk solusi atau pemecahan

masalah. Menurut I.G.A.K. Wardani (2007: 2.7) analisis dapat

dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri atau

yang disebut refleksi, dan dapat pula dengan mengkaji ulang berbagai

Page 106: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

89

dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir dan daftar nilai atau

materi pelajaran yang dipersiapkan dan metode yang digunakan.

3). Rencana Bentuk Tindakan

Rencana bentuk tindakan yang akan dilaksanakan pada

permasalahan yang telah diidentifikasi yaitu penggunaan metode peta

pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran apresiasi puisi. Metode

peta pikiran (mind mapping) merupakan metode yang dianggap tepat

di antara banyak metode pembelajaran yang ada.

Penggunaan metode peta pikiran (mind mapping) dianggap tepat

sebagai solusi atau pemecahan masalah yang diidentifikasi tersebut.

Metode peta pikiran (mind mapping) memberikan kebebasan pada

siswa untuk mengeluarkan ide atau gagasannya karena siswa bebas

memetakan pikiran-pikirannya. Pemahaman siswa terencana dengan

baik.

Kebebasan siswa memetakan pikiran-pikirannya terebut

berpengaruh dalam kemampuan siswa dalam belajar sehingga dalam

proses pembelajaran berlangsung efektif dan komunikatif tidak

menegangkan, menarik, dan menyenangkan. Hal tersebut sesuai

dengan pendapat Sarwiji Suwandi, (2006: 46) yang mengungkapkan

bahwa guru perlu mengupayakan agar siswa dapat belajar secara aktif,

efektif,dan meyenangkan (active, joyful and effective learning /AJEL).

Siswa tidak menganggap kegiatan pembelajaran sebagai beban,

Page 107: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

90

sebaliknya melakukannya dan merasakannya sebagai yang

mengasyikkan.

Sesuai perencanaan tindakan yang dilaksanakan, maka pemilihan

materi kemampuan bersastra yang diajarkan adalah apresiasi puisi,

kelas X, semester 1, sesuai dengan standar kompetensi mendengarkan,

5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsung

dan pada kompetensi dasar, 5.1. Mengindentifikasi unsur-unsur bentuk

suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui

rekaman BNSP (2006: 262).

b. Pelaksanaan (Acting)

Untuk mengatasai permasalahan tersebut, guru benar-benar dituntut

untuk memiliki kemampuan atau kompetensi dalam melaksanakan tugasnya

secara profesional. Tindakan yang telah direncanakan diimplementasikan oleh

guru dalam bentuk pembelajaran apresiasi puisi dengan metode peta pikiran

(mind mapping). Pelaksanaan tindakan diwujudkan dalam langkah-langkah

pembelajaran yang sistematis berdasarkan siklus-siklus yang telah ditetapkan.

Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi

dengan metode peta pikiran (mind mapping) tersebut, yang harus dipersiapkan

adalah kertas kosong tak bergaris pena dan pensil warna. Pertama-tama siswa

menulis tema puisi di tengah kertas. Tema tersebut dijabarkan dalam bentuk

ranting-ranting atau cabang-cabang, kemudian menulis kata-kata kunci,

Page 108: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

91

berupa unsur-unsur puisi yang meliputi majas, irama, kata-kata konotasi, kata-

kata bermakna lambang, nada, suasana puisi dan amanat puisi.

Unsur-unsur puisi tersebut menjadi kata-kata kunci yang ditulis di atas

garis ranting-ranting tersebut yang dilengkapi dengan gambar berwarna yang

dipetakan sehingga dapat mengoptimalkan fungsi otak kanan. Selain menarik,

metode peta pikiran (mind mapping) tersebut dapat terus berkembang sesuai

keinginan penulisnya. Dengan demikian metode peta pikiran memberikan

kebebasan kepada siswa mengembangkan kreativitasnya dalam mengapresiasi

puisi sehingga diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar

siswa.

c. Pengamatan (Observing)

Secara umum pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-

bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap penomena yang dijadikan obyek

pengamatan (Djaali, Pudji Muljono, dan Ramly, 2000: 25). Pengamatan

(obesrvasi) yang dilakukan adalah untuk memperoleh gambaran dan data

lengkap secara autentik dalam bentuk catatan lapangan. Susilo (2007: 22)

menegaskan bahwa kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian

tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran

lengkap secara objektif tentang perkembangan proses pembelajaran dan

pengaruh dari tindakan yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data.

Pengamatan atau observasi berupa kegiatan pemantauan, pencatatan,

dan pendokumentasian segala kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran.

Page 109: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

92

Data yang diperoleh digunakan untuk mengetahui hasil dari tindakan yang

telah dilakukan. Rochiati Wiriaatmadja (2005: 78) menyatakan bahwa

observasi yang dilakukan di kelas dicatat seteliti mungkin, karena catatan

lapangan (fild notes) merupakan bahan utama yang mengandung sejumlah

kekayaan data tentang kelas yang diteliti, dan selanjutnya dianalisis.

d. Refleksi (Analisis)

Pada tahap ini, peneliti dan guru menganalisis data yang telah

terkumpul. Dari hasil analisis yang berupa kelemahan-kelemahan dalam

pembelajaran di akhir siklus I maka peneliti dan guru merancang langkah-

langkah perbaikan dilaksanakan pada siklus II. Setelah melihat hasil

pembelajaran pada akhir siklus II, maka peneliti dan guru merancang kembali

tindakan perbaikan pada siklus III. Dari tahapan-tahapan tersebut akan

diketahui berhasil tidaknya tindakan yang telah diberikan. Penelitian tindakan

kelas dalam pembelajaran apresiasi puisi dengan metode peta pikiran (mind

mapping) ini dilaksanakan sebanyak tiga siklus.

Desain penelitian tindakan kelas ini, menggunakan desain penelitian

menurut Elliott 1991 (dalam David Hopkins, 1993: 49), untuk lebih jelas

prosedur penelitian tindakan kelas tersebut dapat dilihat pada skema desain

penelitian sebagai berikut:

Page 110: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

93

Skema desain penelitian

Gambar 2. Skema Desain Penelitian

IDENTIFYINGINITIAL IDEA

RECONNAISSANCE (fact-finding and analysis)

GENERAL PLAN

ACTION STEPS 1

ACTION STEPS 2

ACTION STEPS 3

MONITOR EMPLEMENTATIONand EFFECTS

RECONNAISSANCE(explain any failure to implement, and effects)

IMPLEMENT ACTION STEPS I

REVISE GENERAL IDEA

AMENDED PLAN

ACTION STEPS 1ACTION STEPS 2

ACTION STEPS 3 IMPLEMENT NEXT ACTION STEPS

MONITOR IMPLEMENTATION and EFFECTS

RECONNAISSANCE(explain any failure to implement, and effects)

REVISE GENERAL IDEA

AMENDED PLAN

ACTION STEPS 1

ACTION STEPS 2ACTION STEPS 3

MONITOR IMPLEMENTATION and EFFECTS

RECONNAINSANCE(explain any failure to implement and effects)

IMPLEMENT NEXT ACTION STEPS

Page 111: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian ini merupakan jawaban atas permasalahan yang

diungkapkan pada bab I terdahulu. Secara garis besar dalam bab IV ini akan

diuraikan tiga hal pokok yaitu : (1) Kegiatan Pratindakan, (2) Pelaksanaan

tindakan siklus I sampai dengan siklus III, dan (3) pembahasan hasil penelitian.

1. Kegiatan Sebelum Tindakan Kelas

Kegiatan sebelum tindakan kelas dilaksanakan untuk mengawali penelitian

ini adalah : (a) pembahasan tentang permasalahan yang dihadapi guru dalam

proses pembelajaran puisi, (b) pembahasan tentang upaya peningkatan kualitas

pembelajaran, (c) menyusun rancangan tindakan pembelajaran apresiasi puisi.

a. Studi Awal tentang Permasalahan Pembelajaran Puisi

Sebelum proses penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan

wawancara awal dengan guru pengampu mata pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia kelas X, Pak Suwitoyo, S.Pd. pada tanggal 21 Juli 2008, untuk

membahas permasalahan yang dihadapi selama proses pembelajaran yang

dilaksanakan selama ini. Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa

dalam pembelajaran sastra khususnya apresiasi puisi, siswa mengalami kesulitan,

sehingga hasil belajar mereka rendah.

Selanjutnya Pak Suwitoyo, menjelaskan bahwa dalam mengapresiasi puisi,

kesulitan yang dialami siswa datang dari siswa itu sendiri. Siswa beranggapan

bahwa belajar puisi kurang memberikan manfaat dalam kehidupan nyata sehingga

Page 112: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

95

akan sia-sia. Anggapan siswa yang keliru tersebut harus diluruskan karena kalau

tidak akan berakibat kurangnya minat dan motivasi siswa untuk belajar puisi atau

belajar sastra pada umumnya. Berkurangnya minat dan motivasi dalam

pembelajaran puisi, maka pembelajaran apresiasi puisi bagi siswa semakin sulit

dan asing.

Metode pembelajaran sastra khususnya puisi selama ini yang digunakan

adalah metode ceramah yang berpusat pada guru. Guru lebih banyak memberikan

teori-teori tentang puisi. Guru kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk

lebih banyak membaca, memahami, dan menggauli berbagai bentuk karya sastra.

Padahal membaca merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan

pemahaman terhadap makna sastra itu sendiri. Padahal kalau siswa diberi

kesempatan lebih banyak membaca dan menggauli karya sastra, akan menambah

pengetahuan dan menimbulkan sikap positif siswa terhadap karya sastra

khususnya puisi.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa rendahnya hasil belajar siswa

dalam pembelajaran apresiasi puisi karena metode yang digunakan guru kurang

sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan materi pelajaran. Guru jangan hanya

memberikan teori semata, namun memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memahami dan menggauli sastra secara nyata. Hal tersebut dapat menimbulkan

dan meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar sastra khususnya puisi

sehingga siswa memiliki nilai positif terhadap sastra dan diharapkan hasil belajar

siswa meningkat.

Page 113: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

96

b. Pembahasan tentang Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran

Berdasarkan permasalahan pembelajaran apresiasi puisi yang telah

diuraikan guru, maka peneliti dan guru berusaha untuk menemukan solusinya

sebagai upaya perbaikan kualitas pembelajaran tersebut sehingga kemampuan

apresiasi puisi siswa dapat meningkat secara optimal. Untuk mengatasi

permasalahan tesebut, hal penting yang pertama harus diperhatikan adalah

menganalisis apresiasi puisi tersebut, karena uisi lebih rumit dibandingkan

dibandingkan dengan genre sastra lainnya. Struktur puisi yang terdiri atas dua

bagian besar, yaitu struktur fisik dan struktur batin atau dapat juga disebut unsur

ekstrinsik dan unsur intrinsik sehingga perlu pembahasan yang lebih dalam.

Dari hasil diskusi antara peneliti dan guru pengampu mata pelajaran

bahasa dan sastra Indonesia, maka dalam pembelajaran apresiasi puisi ditemukan

solusinya yaitu melalui perbaikan kualitas pembelajaran apresiasi puisi dengan

metode peta pikiran (mind mapping). Pembelajaran apresiasi puisi dengan metode

peta pikiran (mind mapping) ini merupakan satu metode yang diangap tepat

diantara banyak metode pembelajaran yang lain.

Pembelajaran apresiasi puisi dengan metode peta pikiran (mind mapping)

membantu siswa memetakan pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan hasil

pemahamannya terhadap puisi.ke dalam bentuk peta. Peta pikiran (mind mapping)

memberi kebebasan kepada siswa menyimpan informasi ke dalam otak, dan

dengan mudah mengambil kembali informasi tersebut dari otak. Unsur-unsur atau

struktur pembangun puisi, baik struktur lahir maupun struktur batin dalam bentuk

Page 114: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

97

kata kunci dapat ditulis di atas cabang-cabang atau ranting-ranting peta yang

berwarna, dapat diberi gambar, dan simbol.

Pembelajaran apresiasi puisi dengan metode peta pikiran (mind mapping)

mampu mengubah cara belajar lama yang hanya memanfaatkan otak kira. Melalui

gambar, simbol, dan warna berarti memanfaatkan kerja otak kanan. Dengan

demikian siswa telah menggunakan dua belahan otak secara sinergis.

c. Menyusun Rancangan Tindakan Pembelajaran Apresiasi Puisi

Untuk menyusun rancangan tindakan pembelajaran apresiasi puisi

diperlukan sebuah pedoman yang telah disepakakti bersama antara peneliti dan

guru. Pedoman tersebut yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Kurikulum tersebut memuat tentang perencanaan

pembelajaran yang diwujudkan dalam (1) penjabaran kurikulum bahasa dan sastra

Indonesia meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok

dan mempertimbangkan penyajian (pengalaman belajar, media/ sumber belajar,

serta penilaiannya), (2) menyusun program tahunan/ prota, (3) menyusun program

semester/promes, (4) menyusun silabus bahasa dan sastra Indonesia, dan (5)

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran/RPP bahasa dan sastra Indonesia.

Sesuai pembahasan tentang upaya peningkatan kualitas pembelajaran yang

telah ditentukan yaitu pembelajaran apresiasi puisi dengan metode peta pikiran

(mind mapping), maka peneliti dan guru menyusun suatu rancangan tindakan

pembelajaran tersebut. Rancangan tindakan ini dituangkan ke dalam bentuk

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Page 115: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

98

2. Pelaksanaan Tindakan Kelas

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tersebut diimplementasikan

pada proses pembelajaran dalam bentuk siklus. Setiap siklus terdiri empat tahap

yaitu; (1) tahap perencanaan (planning), (2) tahap pelaksanaan (acting), (3) tahap

observasi (observing), dan (4) tahap refleksi (reflecting). Setelah selesai

pembelajaran pada siklus .Namun hasil belajar siswa masih banyak yang belum

mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM), maka peneliti dan guru

merencanakan kembali tindakan pembelajaran untuk siklus II, demikain pula

halnya pada akhir tindakan pembelajaran siklus II, bila masih banyak siswa yang

belum tuntas, maka akan dilaksanakan kembali siklus III.

a. Siklus I

1) Perencanaan

Pada tahap ini peneliti dan guru berkoloborasi menyusun rencana

pembelajaran apresiasi puisi. Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut melalui

beberapa tahapan yaitu: (a) tahap pelacakan pendahuluan, pada tahap ini peneliti

dan guru perlu mempelajari pemahaman awal tentang puisi yang yang disajikan

sebagai materi pembelajaran. Pemahaman ini sangat penting terutama untuk dapat

menentukan aspek-aspek yang perlu mendapat perhatian khusus dari siswa dan

meneliti fakta-fakta yang masih perlu; (b) tahap penentuan sikap praktis;

hendaklah tidak terlalu panjang agar dapat dibahas sampai selesai dalam setiap

pertemuan. Informasi apa yang seharusnya dapat diberikan oleh guru untuk

mempermudah siswa memahami puisi yang disajikan; (c) tahap introduksi, situasi

dan kondisi pada saat materi disajikan akan sangat berpengaruh dalam penyajian

Page 116: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

99

pengantar materi ini; (d) tahap penyajian; pada dasarnya puisi adalah bentuk sastra

lisan. Pesan dan kesan yang disampaikan benar-benar menyentuh gerak hati

apabila puisi itu dibacakan atau dikutip secara lisan; (e) tahap diskusi, urutan

masalah yang dibahas dalam diskusi kelas ini akan banyak dipengaruhi oleh

imajinasi guru, kekhususan puisi yang dipilih dan tanggapan siswa di kelas.

Secara umum urutan diskusi dan jawaban yang diperbincangkan dapat mengikuti

pola sebagai berikut: Umum (kesan awal) ke khusus (rinci) ke umum

(kesimpulan); (f) tahap pengukuhan, apabila puisi yang disajikan itu mendapat

tanggapan yang antusias dari siswa, guru hendaknya berusaha agar puisi itu

semakin mengesankan sehingga menambah pengalaman siswa yang tidak mudah

terlupakan. Latihan lanjut untuk pengukuhan ini dapat berupa aktivitas-aktivitas

lisan dan tertulis di luar kelas atau sebagai pekerjaan rumah (tugas siswa).

Pada tahap perencanaan ini peneliti berkoloborasi dengan guru menyusun

rencana pelaksanaan pembelajaran dengan materi puisi berjudul “Dengan Puisi,

Aku” karya Taufik Ismail. Dipilihnya puisi tersebut untuk memotivasi siswa

bahwa melalui puisi semua gagasan dan keinginan serta apapun yang ada di dalam

hati dan pikiran kita dapat disampaikan melalui puisi. Melalui puisi semua

masalah hidup dan kehidupan dapat dituangkan atau diekspresikan melalui puisi.

Melalui sastra khususnya puisi, pemahaman seseorang akan tumbuh tentang

hakikat hidup yang bermakna, karena dengan mempelajari sastra khususnya puisi

membentuk budi pekerti yang baik. Selain itu untuk memberikan kesan terhadap

siswa bahwa mengapresiasi puisi tidak sulit seperti yang mereka kira selama ini.

Materi puisi ini digunakan untuk dua kali pertemuan.

Page 117: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

100

2) Pelaksanaan Tindakan

a) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 18 Agustus

2008, jam pelajaran keempat, pukul 09.45 – 10.30 Wita. Kegiatan awal pada

pertemuan pertama kegiatan pembelajaran ini guru mengucapkan salam, dan

siswa serentak menjawab salam tersebut. Guru mengadakan apersepsi apresiasi

puisi. Guru kemudian menjelaskan tentang standar kompetensi yang akan

dipelajari dan kompetensi dasar yang harus dicapai. Pembelajaran difokuskan

pada tanya-jawab tentang unsur-unsur puisi yang meliputi struktur lahir puisi

yaitu tentang; majas, kata-kata bermakna konotasi dan lambang, versifikasi, tata

wajah (tipografi) puisi. Dan struktur batin puisi yang meliputi tema, perasaan

(feeling), nada dan suasana, serta amanat (pesan) puisi.

Kemudian guru memperkenalkan peneliti kepada siswa dan memberi

kesmpatan kepada peneliti untuk menjelaskan tentang metode pembelajaran yang

digunakan yaitu metode peta pikiran (mind mapping), manfaat pembelajaran

dengan metode yang digunakan, dan langkah-langkah pembelajaran dengan

metode peta pikiran (mind mapping) tersebut.

Metode peta pikiran (mind mapping) adalah teknik atau cara yang mudah

dalam merangkum suatu pelajaran yang memiliki suatu topik dengan cara

membuat peta pikiran, berbentuk diagram pohon, menuliskan tema atau topik di

tengah kertas kemudian menulis kata-kata kunci pada cabang-cabang tema

tersebut. Kata-kata kunci dari struktur lahir dan struktur batin puisi.

Page 118: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

101

Kata kunci merupakan kata-kata tertentu atau kata-kata inti. Kata kunci

bagaikan jalan tol yang bisa mempercepat informasi sampai ke otak.. Melalui

kata-kata kunci yang ditulis seperti diagram atau cabang-cabang pohon, informasi

akan mudah diterima otak. Kata kunci merupakan kata-kata tertentu yang

bagaikan ‘jalan tol’ bisa cepat sampai ke otak. Seperti halnya kunci, kata-kata ini

juga bisa membuka pintu langsung ke otak. Selain kata-kata kunci peta tersebut

diberi gambar, simbol, dan warna serta bentuk sesuai keinginan siswa.

Selain digunakan untuk pembelajaran apresiasi puisi, metode peta pikiran

(mind maping) dapat pula digunakan untuk pembelajaran kebahasaan dan mata

pelajaran lain, karena metode peta pikiran (mind mapping) adalah cara termudah

merangkum suatu pelajaran yang memiliki satu topik dengan cara memetakan

kata-kata kunci atau kata-kata inti dari materi pelajaran tersebut.

Cara termudah membuat mind mapping adalah memberikan prinsip dasar

kata kunci. Sebelum membuat peta pikiran (mind mapping) diperlukan beberapa

bahan yaitu kertas kosong tak bergaris, pena, dan pensil warna. Ada tujuh langkah

untuk membuat peta pikiran. Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan

mendatar. Karena memulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk

menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan diri dengan lebih bebas

dan alami.

2. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Karena sebuah gambar

bermakna seribu kata dan membantu otak menggunakan imajinasi. Sebuah

Page 119: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

102

gambar sentral akan lebih menarik, membuat otak tetap terfokus, membantu

otak berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak.

3. Gunakan warna. Karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar.

Warna membuat peta pikiran lebih hidup, menambah energi pada pemikiran

kreatif dan menyenangkan.

4. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-

cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Karena

otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (tiga atau empat)

hal sekaligus. Bila cabang-cabang dihubungkan akan lebih mudah dimengerti

dan diingat.

5. Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Karena garis lurus

akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis

seperti cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata.

6. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Karena kata kunci tunggal

memberi banyak daya dan fleksibilitas kepada peta pikiran.

7. Gunakan gambar. Karena gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu

kata.

Setelah peneliti menjelaskan tentang metode peta pikiran (mind mapping)

dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Kegiatan selanjutnya guru

membagi siswa menjadi delapan kelompok, masing-masing kelompok terdiri lima

orang. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya, masing-masing membuat kerangka

peta pkiran (mind mapping). Setelah semua siswa selesai membuat kerangka peta

pikiran, dan sesuai dengan standar kompetensi; Mendengarkan, 5. Memahami

Page 120: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

103

puisi yang disampaikan secara langsung/ tidak langsung, pada kompetensi dasar

5.1. Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara

langsung ataupun melalui rekaman, guru membacakan puisi yang berjudul

“Dengan Puisi, Aku” karya Taufik Ismail. Siswa mendengarkan dengan seksama

sambil menentukan unsur-unsur struktur bentuk lahir dan struktur bentuk batin

puisi tersebut serta menuliskannya dalam bentuk kata-kata kunci pada kerangka

peta pikiran yang telah dibuat.

Siswa mendiskusikan hasil pemetaan pikiran yang mereka buat dalam

kelompoknya masing-masing, serta mendiskusikan dan menyatukan hasil

pemahaman mereka tentang makna puisi yang mereka dengar tadi, secara lisan

diwakili oleh ketua kelompok masing-masing menyampaikan hasil apresiasi puisi

di depan kelas.

Selanjutnya pada kegiatan penutup, guru merangkum pelajaran sebagai

penguatan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal

yang belum dimengerti tentang materi tersebut. Guru dan siswa merefleksi

kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru mengakhiri pelajaran

dengan mengucapkan salam. Pada pertemuan pertama ini guru dan peneliti

melakukan kegiatan secara bergantian.

b) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 19 Agustus 2008, jam

pelajaran kelima, tepatnya pada pukul 10.30- 11.15 Wita. Kegiatan pada

pertemuan ini merupakan pelatihan ulang dari pertemuan pertama dengan

kegiatan pembelajaran dan materi yang sama yaitu puisi yang berjudul ”Dengan

Page 121: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

104

Puisi, Aku” karya Taufik Ismail. Namun pada pertemuan kedua ini siswa tidak

lagi berkelompok. Kegiatan awal guru melakukan tanya jawab tentang materi

yang telah disampaikan pada kegiatan pembelajaran yang lalu.

Pada kegiatan inti guru menjelaskan kembali tentang unsur-unsur lahir dan

unsur-unsur batin puisi serta menjelaskan tentang pembuatan peta pikiran. Selama

proses ini berjalan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

Pada kesempatan yang diberikan ini ada lima siswa yang bertanya tentang unsur-

unsur puisi dan tiga orang yang bertanya tentang pembuatan peta pikiran. Guru

memberi kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab, namun tidak ada

satupun yang menjawab sehingga semua pertanyaan siswa tadi semua dijawab

oleh guru. Kemudian guru memberi tugas kepada siswa untuk mengerjakan

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah dipersiapkan guru dan peneliti. Pada

kegiatan ini peneliti duduk di belakang sebagai pengamar dan sesekali

mendokumentasikan kegiatan.

c) Pertemuan Ketiga

Pada pertemuan ketiga, hari Senin, 25 Agustus 2008 jam pelajaran

keempat pada pukul 09.45 – 10.30 Wita. Kegiatan tindakan yang dilakukan sama

dengan pertemuan sebelumnya namun materi yang berbeda yakni puisi berjudul

“Hai Laila” karya Tutus Halimatussa’diah. Puisi ini dipilih karena puisi ini

menggambarkan kehidupan remaja dimasa sekolah. Siswa lebih mudah

mengapresiasi karena sesuai dengan situasi dan kondisi kehidupan siswa. Sebelum

kegiatan inti, guru menanyakan pada siswa apakah sudah paham dengan metode

pembelajaran yang digunakan. Siswa secara serentak menjawab paham.

Page 122: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

105

Pada kegiatan inti, pembelajaran difokuskan pada menentukan unsur-unsur

struktur bentuk lahir dan bentuk batin puisi dan memahami makna puisi. Guru

memberi tugas kepada siswa untuk membuat kerangka peta pikiran. Walau siswa

berkelompok namun mereka membuat peta pikiran masing-masing.

Kemudian guru membacakan puisi yang berjudul “Hai Laila” karya Tutus

Halimatussa’diah. Siswa mendengarkan dengan seksama sambil menentukan

unsur-unsur struktur lahir. Guru menjelaskan materi pelajaran tentang unsur-unsur

struktur lahir puisi yaitu; diksi, pengimajian, kata konkret, majas, pelambangan,

versifikasi, dan tata wajah (tipografi). Selanjutnya guru juga menjelaskan tentang

unsur-unsur struktur batin puisi yaitu; tema, perasaan, nada dan suasana, serta

amanat puisi. Struktur batin puisi berupa kata-kata kunci tersebut kemudian

menuliskannya ke atas cabang-cabang atau ranting-ranting peta pikiran yang

berwarna dan sesuai dengan bentuk yang diinginkan siswa.

Selanjutnya pada kegiatan penutup, guru merangkum pelajaran sebagai

penguatan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal

yang belum dimengerti tentang materi tersebut, karena siswa tidak ada lagi yang

bertanya guru menganggap siswa sudah paham. Guru mengakhiri pembelajaran

dengan mengucapkan salam. Pada pertemuan ini peneliti sebagai pengamat

terhadap kegiatan pembelajaran.

d) Pertemuan Keempat

Pertemuan keempat, Selasa, 26 Agustus 2008 Wita. Jam pelajaran kelima

pada pukul 10.30 – 11.15 Wita. Pada siklus I ini materi dan kegiatan sama dengan

kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya, namun pada kegiatan ini

Page 123: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

106

siswa semakin banyak yang bertanya tentang materi dan cara pembuatan peta

pikiran. Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, guru memberi kesempatan

kepada siswa lain yang menjawab. Guru menyimpulkan dari jawaban-jawaban

siswa tersebut. Kemudian guru memberi tugas kepada siswa mengerjakan Lembar

Kerja Siswa yang telah dipersiapkan guru dan peneliti. Setelah selesai siswa

menyerahkannya kepada guru.

Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi,

guru membagikan soal Uji Kompetensi Siklus I. Soal dikerjakan secara individu

selama empat puluh menit. Soal uji kompetensi siklus I ini adalah mengapresiasi

puisi yang berjudul ”Pahlawan Tak Dikenal” karya Toto Sudarto Bachtiar.

Setelah selesai menjawab soal, siswa menyerahkan lembar jawaban kepada guru.

Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. Pada pertemuan ini

peneliti sebagai partisipan pasif duduk di belakang sambil mengamati dan

membuat catatan tentang kegiatan tindakan yang dilakukan guru.

3) Observasi (Pengamatan)

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti selama proses pelaksanaan

pembelajaran pada siklus I, dari pertemuan pertama sampai pada pertemuan

keempat diperoleh gambaran sebagai berikut:

a) Pengamatan terhadap Guru

Pada pertemuan pertama, guru telah berusaha melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan semua kegiatan yang harus

dilakukan siswa disampaikan secara lisan. Guru pun memberikan kesempatan

bertanya kepada siswa mengenai permasalahan yang mereka alami selama proses

Page 124: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

107

pembelajaran berlangsung. Pada pertemuan pertama siklus I, kegiatan guru dalam

proses pembelajaran belum berjalan optimal. Guru lebih banyak berceramah atau

menjelaskan, siswa tidak banyak diberi kesempatan untuk bertanya. Banyak siswa

terlihat tidak antusias mengikuti pembelajaran. Namun hal ini tidak berlangsung

lama. Guru dapat menguasai kelas dan proses pembelajaran berlangsung seperti

biasa.

Pertemuan kedua, guru sudah menguasai metode pembelajaran, guru

bersemangat menjelaskan dan membimbing siswa dalam membuat peta pikiran

(mind mapping). Guru sering memberikan penguatan dengan pujian yang tulus

terhadap hasil kerja siswa. Guru aktif mengontrol setiap kelompok secara

bergiliran sambil bertanya atau menjawab pertanyaan siswa. Pada setiap akhir

pelajaran guru selalu memberi penguatan kepada siswa dan mengadakan refleksi

terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Pertemuan ketiga guru telah berusaha melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan rancangan yang telah ditetapkan, dan semua aturan yang harus dikerjakan

oleh siswa disampaikan secara lisan. Siswa mulai terlihat aktif, pembelajaran

sudah mulai kondusif karena guru dan siswa mulai terbiasa menggunakan metode

peta pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran apresiasi puisi.

Pertemuan keempat pembelajaran pada pertemuan ini mulai terlihat

adanya peningkatan. Guru sudah paham dan sudah mulai terbiasa dengan metode

peta pikiran (mind mapping) yang digunakan dalam pembelajaran apresiasi puisi.

Guru tampak bersemangat membimbing siswa dalam mengerjakan tugas dan

sering memberikan penguatan melalui pujian yang tulus.

Page 125: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

108

b) Pengamatan terhadap Siswa

Pada pembelajaran pertemuan pertama siklus I, beberapa siswa terlihat

tidak begitu aktif dan masih ada yang kurang memperhatikan penjelasan guru.

Guru menjelaskan materi pelajaran tentang unsur-unsur struktur lahir puisi yaitu;

diksi, pengimajian, kata konkret, majas, pelambangan, versifikasi, dan tata wajah

(tipografi). Selanjutnya guru juga menjelaskan tentang unsur-unsur struktur batin

puisi yaitu; tema, perasaan, nada dan suasana, serta amanat puisi. Namun ketika

guru menjelaskan dan memperlihatkan contoh peta pikiran (mind mapping) siswa

mulai aktif dan antusias memperhatikan penjelasan guru. tentang langkah-langkah

pembuatan peta pikiran (mind mapping).

Siswa berkelompok sesuai dengan perintah guru, sambil berdiskusi dengan

kelompoknya dan membuat kerangka peta pikiran masing-masing. Setelah

kerangka peta pikiran selesai siswa mendengarkan dengan seksama puisi yang

dibacakan guru, kemudian berdiskusi untuk menentukan unsur-unsur struktur

lahir dan struktur batin puisi yang ditulis pada kerangka peta pikiran yang telah

dibuat. Dari hasil pemetaan pikiran yang telah dilakukan masing-masing

kelompok diwakili satu orang bergantian menyampaikan hasil apresiasi puisi

mereka secara lisan. dan menyerahkan hasil apresiasi secara tertulis kepada guru.

Pertemuan kedua, siswa terlihat mulai aktif memperhatikan penjelasan

guru dan ada tiga orang siswa yang bertanya tentang unsur-unsur peta pikiran dan

cara membuatnya. Siswa yang lain memperhatikan penjelasan guru dengan

seksama. Kegiatan pembelajaran terlihat mulai kondusif, tenang, dan

menyenangkan. Siswa mengerjakan tugas mengapresiasi puisi dengan seksama.

Page 126: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

109

Pertemuan ketiga, Siswa berkelompok sesuai dengan perintah guru, sambil

berdiskusi dengan kelompoknya dan membuat kerangka peta pikiran masing-

masing. Sisws mendengarkan dengan seksama puisi yang dibacakan guru,

kemudian berdiskusi untuk menentukan unsur-unsur lahir dan struktur batin puisi

yang ditulis pada kerangka peta pikiran yang telah dibuat, satu orang mewakili

kelompok menyampaikan hasil apresiasi puisi mereka secara lisan.

Pertemuan keempat, Siswa pun sudah mulai dapat memahami dan manfaat

dari pembelajaran apresiasi puisi dengan metode peta pikiran (mind mapping).

Siswa terlihat mulai aktif dan antusias dalam pembelajaran ini. Kerja sama dalam

kelompok terlihat kompak, walaupun mereka berdiskusi dalam kelompok namun

setiap siswa membuat peta pikiran (mind mapping) secara individu. Beberapa

siswa sudah berani tampil membaca puisi baik secara individu maupun kelompok.

Adapun hasil peta pikiran (mind mapping) yang dibuat siswa ini, dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1. Hasil Peta Pikiran (Mind Mapping) Mengapresiasi Puisi Siklus I

Jumlah SiswaNo Unsur-unsur peta pikiran yang harus ada

1 2Tercapai

1. Menggunakan gambar atau foto sebagai ide sentral

20 20 50,00%

2. Menggunakan warna minimal tiga warna 22 18 55,00%3. Menghubungkan cabang-cabang utama ke

gambar pusat, dan cabang tingkat dua, tiga dan seterusnya

20 20 50,00%

4. Menggunakan garis hubung yang melengkung

21 19 52,50%

5. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis

22 18 55,00%

Keterangan : 1. ada, 2. tidak

Page 127: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

110

Penilaian kemampuan apresiasi sastra siswa harus memenuhi tiga ranah

penilaian yaitu tingkat pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan. Untuk

mengetahui keberhasilan siswa belajar sastra ada empat tingkatn tes yang bersifat

pengukuran yaitu: (1) tingkat informasi; (2) tingkat konsep; (3) tingkat perspektif;

dan (4) tingkat apresasi. Untuk mengetahui hasil tes tertulis unsur-unsur apresiasi

puisi di akhir siklus I ini, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Hasil Tes Mengapresiasi Puisi Siklus I

No. Judul Puisi Tingkat Aspek yang DinilaiInformasi Konsep Perspektif Apresiasi

1. Gerimis Pagi Ini 20 20 20 20Tercapai 50,00% 50,00% 50,00% 50,00%

Berdasarkan hasil tebel tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat

kemampuan apresiasi siswa terhadap puisi baru mencapai 50,00%. Ada

peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas KKM (70,00) dari

sebelum dilaksanakannya tindakan hanya 17 siswa (42,50%), setelah dilaksanakan

tindakan siklus I menjadi 20 siswa (50,00%) dari 40 siswa. Kenaikan baru

mencapai 7,50% (3 siswa). Siswa yang mendapat nilai dibawah KKM masih

cukup banyak yakni 20 siswa (50,00%). Nilai rata-rata sebelum tindakan 60,25

dan setelah tindakan Siklus I baru mencapai 65,50. Angka tersebut masih berada

dibawah KKM yang ditetapkan. Untuk lebih jelasnya perolehan hasil belajar

apresiasi puisi siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 128: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

111

Tabel 4. 3. Hasil Belajar Mengapresiasi Puisi Siswa Siklus I

NILAINO. NIS NAMA

Pratindakan Siklus I

1 14960 Ahkam Ronny 70* 70*2 14961 Ahmad Firdaus 70* 70*3 14962 Ainun Jariyah 60 654 14963 Ajeng Fajriani N. 70* 75*5 14964 Andry Gojaya 55 656 14965 Anisa Fahrina A. 70* 70*7 14966 Asep Nugraha 60 `70*8 14967 Bagus Baskoro K. 70* 70*9 14968 Bima Baikuni 70* 75*

10 14969 Bryan Tri Gutama 50 6011 14970 Dewi Hardiyanti 50 6012 14971 Donny Setiawan 70* 70*13 14972 Fenny Florencia A. 75* 80*14 14973 Fesilia Isabela Dom 70* 70*15 14974 Gama Aulia Arifin 55 6016 14975 Grace Franita K. 70* 70*17 14976 Halimatus Sa'diyah 55 6018 14977 Imanuel Maryo Somba 50 6019 14978 Jerniah Umayya 70* 70*20 14979 Julio Hadiyono 50 6021 14980 Kartika Ayu Lestari 70* 70*22 14981 Luluk Adilla R. 55 6523 14982 M. Rizki Bachtiar 70* 80* 24 14983 Mira Rinienta Andiani 70* 70*25 14984 Nazla Qonita 70* 80*26 14985 Nenu Maria Ovi Sonia 50 5027 14986 Nick Julio Siahaan 50 6028 14987 Novy Prayogo 55 6529 14988 Prasetyo Putra 70* 70*30 14989 Rheza Giovanni 55 6031 14990 Richard Simak 50 5532 14991 Ridho Ulul Azmi 60 70*33 14992 Sansan Candra 65 70*34 14993 Sari Mayangningrum S. 45 5035 14994 Tjeng Yogi Cenggoro 45 5036 14995 Whenny 45 5037 14996 Wilanda Ayu E. P. 50 6038 14997 Yoas Pratama S. 50 5039 14998 Yosephin Silvia K. P. 75* 85*40 14999 Zelanio Olimpica H. 50 60

Rata-rata60,25 65,50

Pratindakan: Mencapai nilai KKM 70 (15 siswa), di atas KKM (2 siswa)Siklus I: Mencapai nilai KKM 70 (14 siswa), di atas KKM (6 siswa)

Page 129: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

112

Berdasarkan tabel di atas pada Siklus I ini ada peningkatan jumlah siswa

yang memperoleh nilai diatas KKM (70,00) dari 17 siswa (42,50%) menjadi 20

siswa (50,00%) dari 40 siswa. Kenaikan baru mencapai 7,50%. Siswa yang belum

memenuhi nilai KKK 20 siswa (50,00%). Nilai rata-rata sebelum pratindakan

60,25 dan setelah Siklus I baru mencapai 65,50. Angka tersebut masih berada

dibawah KKM yang ditetapkan. Untuk lebih jelasnya nilai kemampuan apresiasi

puisi dan nilai ketuntasan belajar yang diperolehan pada siklus I dapat

digambarkan dalam diagram berikut:

100

57.5

42.5

100

5050

7.50

20

40

60

80

100

Pratindakan Siklus I

Jumlah Siswa

Belum Tuntas

Tuntas

Peningkatan

Gambar 3. Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar Siklus I

75

45

60.25

85

50

65.5

5.250

20

40

60

80

100

Pratindakan Siklus I

Tertinggi

Terendah

Rata-rata

Peningkatan

Gambar 4. Diagram Perolehan Nilai Kemampuan Apresiasi Puisi Siklus I

Page 130: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

113

4) Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan dan uji kompetensi yang dilakukan peneliti

dan guru pada tindakan siklus I ini, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran

belum optimal, karena guru belum sepenuhnya menguasai kelas. Guru agak

kesulitan dalam memberikan bimbingan, karena harus mondar-mandir

menghampiri dan mengatasi hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam

kegiatan pembelajaran. Kesulitan lainnya adalah karena selama ini guru dan siswa

belum pernah menggunakan metode peta pikiran (mind mapping) dalam

pembelajaran apresiasi puisi.

Berdasarkan analisis tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai pada

kegiatan ini belum terpenuhi. Dengan demikian kegiatan pembelajaran ini perlu

dilanjutkan pada siklus berikutnya. Untuk siklus berikutnya perlu dikaji ulang

rancangan pembelajaran apresiasi puisi yang telah dibuat oleh guru sesuai

permasalahan pada siklus I.

Hasil pengamatan dan evaluasi terhadap pelaksanaan skenario

pembelajaran pada siklus I, pada bagian pendahuluan dalam setiap kegiatan

pembelajaran, guru selalu menyampaikan apersepsi berupa pernyataan-pernyataan

dan pertanyaan singkat, sehingga siswa tertarik, termotivasi, siap menerima dan

terlibat dalam aktivitas pembelajaran.

Pada kegiatan inti pembelajaran ini adalah pemberian tugas kelompok dan

individu yang harus dikerjakan dalam kelompok. Dalam kegiatan pembelajaran

ini guru perlu memberikan penghargaan terhadap kelompok atau individu yang

dapat mengerjakan tugas dengan baik sehingga siswa termotivasi dalam

Page 131: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

114

pembelajaran. Sedangkan pada akhir pembelajaran guru selalu merangkum atau

menyimpulkan materi pelajaran sebagai penguatan dan motivasi siswa. Selain hal

tersebut guru dan siswa juga melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

b. Siklus II

1) Perencanaan

Berdasarkan hasil uji kompetensi dan refleksi pada siklus I, disusunlah

rencana tindakan kelas untuk siklus II. Rencana tindakan dimulai dengan

menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tujuan pembelajaran

difokuskan pada menemukan dan memahami fungsi majas, kata-kata bermakna

konotasi, kata-kata lambang, verifikasi, mengetahui tata wajah (tipografi) puisi,

memahami tema, perasaan (feeling), nada dan suasana, serta amanat (pesan) puisi.

Skenarioa pembelajaran sama dengan pembelajaran pada siklus I, namun

pada siklus II pemberian tugas pada siswa adalah tugas individu, jadi siswa tidak

berkelompok. Pada siklus I sebelum membuat kerangka peta pikiran secara

individu, siswa secara berkelompok dan berdiskusi merumuskan unsur-unsur peta

pikiran (mind mapping) dan menyatukan hasil pemahaman mereka terhadap

unsur-unsur puisi dalam satu peta pikiran dan satu kesimpulan hasil apresiasi puisi

tersebut. Jadi pada siklus II semua kegiatan yang ditugaskan kepada siswa adalah

tugas individu.

Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini merupakan tindakan lanjutan dari

siklus I, karena pembelajaran pada siklus I belum mencapai hasil sesuai rencana

yang telah ditetapkan. Pembelajaran pada siklus II ini sama dengan pembelajaran

Page 132: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

115

pada siklus I, dilaksanakan empat kali pertemuan. Materi yang dipilih adala puisi

yang dinyanyikan, pada pertemuan pertama berjudul “Menjaring Matahari” dan

pada pertemuan kedua puisi berjudul “Masih Ada Waktu” kedua puisi tersebut

dinyanyikan sendiri oleh penyairnya Ebiet G. Ade.

2) Pelaksanaan Tindakan

a) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama hari Senin, 6 Oktober 2008, jam pelajaran keempat

pada pukul 09.45 – 10.30 Wita. Kegiatan awal pertemuan pertama siklus II ini

adalah guru melakukan apersepsi untuk menarik minat dan motivasi siswa dengan

memberikan pernyataan dan pertanyaan-pertanyaan singkat tentang materi yang

telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Selain hal tersebut guru juga

menyampaikan standar kompetensi yang dipelajari dan kompetensi dasar yang

harus dimiliki siswa setelah pembelajaran selesai yaitu kemampuan

mendengarkan puisi dan mendiskusikannya. Pada kegiatan awal ini guru

mempersilakan peneliti untuk menjelaskan kembali tentang metode peta pikiran

(mind mapping). Kemudian kesempatan bertanya diberikan kepada siswa.

Pada kegiatan inti siklus II ini, guru menyampaikan tentang tugas yang

dilaksanakan siswa secara individu, baik pembuatan peta pikiran, menemukan

unsur-unsur struktur lahir, dan unsur-unsur struktur batin puisi maupun

menafsirkan makna puisi. Tujuan pembelajaran difokuskan mendengarkan puisi

yang dinyanyikan oleh penyairnya sendiri Ebiet G. Ade yang berjudul

“Menjaring Matahari”. Siswa diberi tugas untuk menemukan dan memahami

fungsi majas, kata-kata bermakna konotasi, kata-kata lambang, versifikasi,

Page 133: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

116

mengetahui tata wajah (tipografi) puisi, memahami tema, perasaan (feeling), nada

dan suasana, serta amanat (pesan) puisi. Sedangkan pada akhir pembelajaran guru

selalu merangkum atau menyimpulkan materi pelajaran sebagai penguatan dan

motivasi siswa. Selain hal tersebut guru dan siswa juga melakukan refleksi

terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.

b) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan hari Selasa, 7 Oktober 2008, jam pelajaran

kelima dan keenam pada pukul 10.30 – 11.15 Wita. Guru mengucapkan salam dan

dijawab siswa secara serentak. Kegiatan pada pertemuan ini merupakan lanjutan

dari pertemuan sebelumnya. Sebelum guru menjelaskan kegiatan yang akan

dilaksanakan, terlebih dahulu guru mengondisikan kelas dengan melakukan

presensi dan melakukan apersepsi dengan memberi pertanyaan kepada siswa

tentang materi pembelajaran pertemuan lalu.

Kegiatan pada tindakan sama dengan kegiatan sebelumnya, namun guru

dan peneliti telah mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk dikerjakan

siswa pada pertemuan ini. Materi puisi pada pertemuan ini sama dengan materi

pertemuan pertama yaitu puisi berjudul ”Menjaring Matahari” karya Ebiet G.

Ade. Pembelajaran berlangsung tertib. Setelah semua siswa meyerahkan hasil

pekerjaannya, guru masih memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

Pada kempatan ini ada enam siswa yang bertanya tentang unsur-unsur puisi.

Untuk memotivasi siswa, guru tidak langsung menjawab tetapi memberi

kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab. Guru memberi pujian kepada

siswa yang bertanya maupun yang menjawab. Setelah beberapa siswa menjawab,

Page 134: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

117

guru menyimpulkan jawabn siswa tersebut. Guru mengakhiri pembelajaran

dengan mengucap salam. Pada pertemuan ini peneliti sebagai partisipan pasif,

duduk di belakang mengamati dan mendokumentasikan kegiatan tindakan.

c) Pertemuan Ketiga

Pada pertemuan kedua pada siklus II ini, dilaksanakan Senin, 13 Oktober

2008, jam pelajaran keempat, pada pukul 09.45 s.d. 10.30 Wita Siswa aktif dan

antusias memperhatikan penjelasan guru. Sebelum kegiatan inti, guru

menanyakan pada siswa apakah sudah paham dengan metode pembelajaran yang

digunakan. Siswa secara serentak menjawab paham. Masing-masing siswa

mempersiapkan kertas putih dan beberapa spidol warna.

Pada kegiatan ini, guru memperdengarkan puisi yang berjudul “Masih Ada

Waktu” karya Ebiet G. Ade. Pembelajaran difokuskan pada siswa mendengarkan,

menemukan unsur-unsur struktur lahir puisi dan unsur-unsur struktur batin puisi

dalam bentuk kata-kata kunci, menuliskannya di atas ranting-ranting atau cabang-

cabang peta pikiran (mind mapping) yang dibuat, memahami fungsi majas, kata-

kata bermakna konotasi, kata-kata lambang, versifikasi, mengetahui tata wajah

(tipografi) puisi, memahami tema, perasaan (feeling), nada, suasana, dan amanat

(pesan) puisi. serta menafsirkan makna puisi secara keseluruhan.

Selanjutnya pada kegiatan penutup, guru merangkum pelajaran sebagai

penguatan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal

yang belum dimengerti tentang materi tersebut, selain itu guru juga memberi

pertanyaan lisan kepada beberapa siswa tentang materi yang telah disampaikan.

Page 135: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

118

Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucap salam. Pada pertemuan ini,

peneliti sebagai pengamat semua kegiatan yang dilakukan pada guru dan siswa.

d) Pertemuan Keempat

Pertemuan keempat Selasa, 14 Oktober 2008, jam pelajaran kelima, pukul

10.30 – 11.15 Wita. Guru dan peneliti memasuki ruang kelas X 8. Guru

mengucapka salam, yang dijawab siswa secara serentak. Pada pertemuan ini, guru

terlihat bersemangat. Sebelum menjelaskan kegiatan dan materi pembelajaran

guru bertanya tentang kehadiran siswa hari itu pada ketua kelas dan bertanya

jawab kegiatan dan materi pembelajaran pertemuan yang lalu. Guru memberikan

motivasi kepada siswa dengan memberi beberapa pertanyaan.

Guru menjelaskan materi pelajaran tentang unsur-unsur struktur lahir puisi

yaitu; diksi, pengimajian, kata konkret, majas, pelambangan, versifikasi, dan tata

wajah (tipografi). Selanjutnya guru juga menjelaskan tentang unsur-unsur struktur

batin puisi yaitu; tema, perasaan, nada dan suasana, serta amanat puisi. Guru

menjelaskan kegiatan yang harus dilakukan siswa yaitu mengapresiasi puisi yang

berjudul ”Masih Ada Waktu” karya Ebiet G. Ade. Kemudian guru membagikaan

Lembar Kerja Siswa (LKS). Siswa diberi tugas untuk mengapresiasi puisi

tersebut. Setelah siswa menyerahkan hasil pekerjaannya, guru dan siswa

merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi,

guru membagikan soal Uji Kompetensi Siklus II. Soal dikerjakan secara individu

selama tiga puluh menit. Setelah semua siswa menerima lembar soal, Guru

membacakan puisi berjudul “Kabar bagi Maida 1” Siswa mendengarkan dengan

Page 136: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

119

seksama, kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah tersedia.

Kemudian siswa menyerahkan lembar jawaban kepada guru. Setelah semua siswa

menyerahkan lembar jawaban. Guru mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan

salam. Pada pertemuan ini, peneliti sebagai partisipan pasif duduk di belakang

mengamati dan sesekali mendokumentasikan kegiatan.

3) Observasi (Pengamatan)

a) Pengamatan terhadap Guru

Pertemuan pertama siklus II ini, guru telah melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan semua kegiatan yang harus

dilakukan siswa disampaikan secara lisan. Guru menyebutkan standar kompetensi

pembelajaran dan menyapaikan kepada siswa tentan kompetensi dasar yang harus

dituntaskan siswa. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa

mengenai materi pembelajaran dan permasalahan yang mereka alami selama

proses pembelajaran berlangsung. Guru selalu memberi motivasi dan penguatan

kepada siswa.

Pertemuan kedua siklus II, Pembelajaran berlangsung sesuai dengan

rencana yang dibuat guru dan peneliti. Kegiatan guru dalam proses pembelajaran

sudah berjalan optimal. Siswa banyak diberi kesempatan untuk bertanya. Siswa

terlihat mulai antusias mengikuti pembelajaran. Guru dapat menguasai kelas dan

proses pembelajaran berlangsung tertib dan lancar.

Pertemuan ketiga, Pembelajaran berlangsung tertib dengan situasi yang

kondusif. Guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai yang telah disepakati antara guru dan peneliti. Guru terlihat bersemangat

Page 137: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

120

dan antusias dalam melaksanakan pembelajaran guru kadang berkeliling kelas

menghampiri dan mengamati pekerjaan siswa serta memberi kesempatan kepada

siswa untuk bertanya. Guru selalu memberi pujian kepada siswa yang bertanya

dan menjawab dengan benar.

Pertemuan keempat, guru sudah menguasai metode pembelajaran dan

bersemangat menjelaskan dan membimbing siswa dalam membuat peta pikiran

(mind mapping). Guru sering memberikan penguatan dengan pujian yang tulus

terhadap hasil kerja siswa. Guru aktif mengontrol setiap siswa secara bergiliran

sambil bertanya atau menjawab pertanyaan siswa. Pada setiap akhir pelajaran guru

selalu memberi penguatan kepada siswa dan mengadakan refleksi terhadap

kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan

b) Pengamatan terhadap Siswa

Pertemuan pertama pada siklus ini, siswa mulai antusias dan memiliki

motivasi yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran. Siswa mendengarkan dengan

santai puisi yang dilagukan oleh Ebiet G. Ade berjudul “Menjaring Matahari”

Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan seksama dan penuh antusias. Siswa

sudah mampu membuat peta pikiran sendiri dan tidak banyak bertanya lagi

tentang pembuatan peta pikiran pada guru. Siswa mendengarkan puisi yang

dibacakan sambil menentukan unsur-unsur struktur lahir dan struktur batin puisi

berupa kata-kata kunci serta menuliskannya ke atas cabang-cabang atau ranting-

ranting peta pikiran yang berwarna dan sesuai dengan bentuk yang diinginkan

siswa.

Page 138: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

121

Pertemuan kedua, Siswa terlihat antusias mendengar penjelasan guru

tentang materi pertemuan lalu dan pembuatan peta pikiran (mind mapping). Pada

pembelajaran ini ada beberapa siswa yang bertanya tentang unsur-unsur puisi dan

manfaat peta pikiran (mind mapping) untuk mata pelajaran lain. Guru menjelaskan

manfaat lain peta pikiran dapat digunakan pada mata pelajaran laian siswa

semakin tertarik pada penjelasan guru.

Pertemuan ketiga, pembelajaran masih difokuskan agar siswa dapat

menentukan dan memahami unsur-unsur bentuk lahir dan bentuk batin puisi

dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping). Pada kegiatan

pembelajaran siklus ini, menunjukkan bahwa pembelajaran sudah dapat

dilaksanakan secara optimal karena siswa mulai terbiasa dengan metode

pembelajaran peta pikiran (mind mapping) dan sudah mulai ada peningkatan

dalam memahami unsur-unsur struktur lair puisi, maupun unsur-unsur struktur

batin puisi.

Pertemuan keempat, siswa sudah mulai mampu menentukan unsur-unsur

struktur puisi menjadi kata-kata kunci dan menuliskannya di atas garis ranting-

ranting atau cabang-cabang peta pikiran sehingga peta pikiran yang dibuat

menunjukkan hasil yang lebih baik dari siklus I. Peningkatan hasil peta pikiran

(mind mapping) apresiasi puisi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 139: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

122

Tabel 4.4. Hasil Peta Pikiran (Mind Mapping) Mengapresiasi Puisi Siklus II

Jawaban SiswaNo Unsur-unsur peta pikiran yang harus ada

1 2Tercapai

1. Menggunakan gambar atau foto sebagai ide sentral

28 12 70,00%

2. Menggunakan warna minimal tiga warna 35 5 87,50%3. Menghubungkan cabang-cabang utama ke

gambar pusat, dan cabang tingkat dua, tiga dan seterusnya

30 10 75,00%

4. Menggunakan garis hubung yang melengkung

33 7 82,50%

5. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis

29 11 72,50%

Keterangan : 1. ada, 2. tidak ada.

Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa peta pikiran (mind

mapping) yang dibuat siswa pada siklus II ini, terlihat sudah banyak yang

memenuhi unsur-unsur peta pikiran (mind mapping) sehingga dapat dikatakan

sudah mengalami peningkatan.

Sedangkan untuk mengetahui peningkatan kemampuan apresiasi puisi

pada akhir Siklus II diadakan tes. Hasil tes menunjukkan adanya peningkatan dari

Siklus I. Untuk mengetahui hasil tes tertulis unsur-unsur apresiasi puisi di akhir

siklus II. ini, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5. Hasil Tes Mengapresiasi Puisi Siklus II

No. Judul Puisi Tingkat Aspek yang DinilaiInformasi Konsep Perspektif Apresiasi

1. Gerimis Pagi Ini 20 20 20 20Tercapai 50,00% 50,00% 50.00% 50,00%

2. Kutuliskan 26 26 26 26Tercapai 65,00% 65,00% 65,00% 65,00%

Dari hasil uji kompetensi yang dilakukan setelah akhir Siklus II, nilai

siswa tambah meningkat, namun masih relatif kecil presentasenya, dan belum

Page 140: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

123

mencapai batas kriteri ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan. Siklus II ini

peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas KKM (70,00) dari siklus

I, 20 siswa (50,00%) menjadi 26 siswa (65,00%) dari 40 siswa.berarti 6 siswa

(15,00%). Siswa yang mendapat nilai dibawah KKM 14 siswa (35,00%). Nilai

rata-rata pada Siklus I baru mencapai 65,50 pada Siklus II menjadi 71,50

mengalami kenaikan 6,0 poin. Peningkatan hasil belajar pada Siklus II tersebut

dalam dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 6. Hasil Belajar Mengapresiasi Puisi Siswa Siklus II

NILAINO. NIS NAMA

Pratindakan Siklus I Siklus II

1 14960 Ahkam Ronny 70* 70* 75*2 14961 Ahmad Firdaus 70* 70* 75*3 14962 Ainun Jariyah 60 65 70*4 14963 Ajeng Fajriani N. 70* 75* 80*5 14964 Andry Gojaya 55 65 70*6 14965 Anisa Fahrina A. 70* 70* 80*7 14966 Asep Nugraha 60 70* 70*8 14967 Bagus Baskoro K. 70* 70* 75*9 14968 Bima Baikuni 70* 75* 80*10 14969 Bryan Tri Gutama 50 60 6511 14970 Dewi Hardiyanti 50 60 6512 14971 Donny Setiawan 70* 70* 75*13 14972 Fenny Florencia A. 75* 80* 90*14 14973 Fesilia Isabela Dom 70* 70* 75*15 14974 Gama Aulia Arifin 55 60 70*16 14975 Grace Franita K. 70* 70* 75*17 14976 Halimatus Sa'diyah 55 60 70*18 14977 Imanuel Maryo S 50 60 6519 14978 Jerniah Umayya 70* 70* 75*20 14979 Julio Hadiyono 50 60 6521 14980 Kartika Ayu Lestari 70* 70* 75*22 14981 Luluk Adilla R. 55 65 70*23 14982 M. Rizki Bachtiar 70* 80* 85*24 14983 Mira Rinienta Andiani 70* 70* 75*25 14984 Nazla Qonita 70* 80* 80*26 14985 Nenu Maria Ovi Sonia 50 50 6027 14986 Nick Julio Siahaan 50 60 6528 14987 Novy Prayogo 55 65 70*29 14988 Prasetyo Putra 70* 70* 75*30 14989 Rheza Giovanni 55 60 65

Page 141: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

124

31 14990 Richard Simak 50 55 6532 14991 Ridho Ulul Azmi 60 70* 70*33 14992 Sansan Candra 65 70* 75*34 14993 Sari Mayangningrum 45 50 6035 14994 Tjeng Yogi Cenggoro 45 50 6036 14995 Whenny 45 50 6037 14996 Wilanda Ayu E. P. 50 60 6538 14997 Yoas Pratama S. 50 50 6539 14998 Yosephin Silvia K. P. 75* 85* 90*40 14999 Zelanio Olimpica H. 50 60 65

Rata-rata 60,25 65,50 71,50

Pratindakan: Mencapai nilai KKM 70 (15 siswa), nilai di atas KKM (2 siswa)Siklus I: Mencapai nilai KKM 70 (14 siswa), nilai di atas KKM (6 siswa)Siklus II: Mencapai nilai KKM 70 (8 siswa), nilai di atas KKM (18 siswa)

Berdasarkan nilai uji kompetensi pada akhir Siklus II tersebut dapat dilihat

hasil yang diperoleh meningkat dari Siklus I, 20 siswa (50,00%) menjadi 26 siswa

(65,00%) yang mendapatkan nilai diatas KKM, mengalami peningkatan 6 siswa

(15,00%). Siswa yang belum tuntas 14 orang (35,00%). Sedangkan nilai rata-rata

yang dicapai 71,50 mengalami peningkatan 6,0 poin. Untuk memberikan

gambaran yang lebih jelas mengenai hasil peningkatan ini dapat dilihat melalui

grafik berikut:

100

57.5

42.5

100

50 50

7.5

100

40

65

15

0

20

40

60

80

100

Pratindakan Siklus I Siklus II

Jumlah Siswa

Belum Tuntas

Tuntas

Peningkatan

Gambar 5. Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar Siklus II

Page 142: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

125

75

45

60.25

85

50

65.5

5.25

90

60

71.5

60

20

40

60

80

100

Pratindakan Siklus I Siklus II

Tertinggi

Terendah

Rata-rata

Peningkatan

Gambar 6. Diagram Perolehan Nilai Kemampuan Apresiasi Puisi Siklus II

4) Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan dan uji kompetensi yang dilakukan peneliti

dan guru pada tindakan siklus II, dapat dikatakan bahwa pembelajaran sudah

tampak adanya peningkatan, karena guru sudah menguasai kelas. Guru tidak

mengalami kesulitan dalam memberikan bimbingan, karena guru dan siswa sudah

mulai memahami tentang metode pembelajaran yang digunakan.dalam

mengapresiasi puisi.

Berdasarkan analisis tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai pada

kegiatan ini sudah mulai ada peningkatan namun tidak terlalu signifikan. Dengan

demikian kegiatan pembelajaran ini perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Untuk siklus berikutnya yaitu siklus III perlu dikaji ulang rancangan pembelajaran

apresiasi puisi yang telah dibuat oleh guru sesuai permasalahan pada siklus II.

Dari hasil pengamatan dan evaluasi terhadap pelaksanaan skenario

pembelajaran pada siklus II, pada bagian pendahuluan dalam setiap kegiatan

pembelajaran, guru selalu menyampaikan apersepsi berupa pernyataan-pernyataan

Page 143: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

126

dan pertanyaan singkat, sehingga siswa tertarik, termotivasi, siap menerima dan

terlibat dalam aktivitas pembelajaran.

Pada kegiatan inti guru memberikan tugas individu kepada siswa. Selain

hal tersebut guru juga selalu memberikan pujian atau penghargaan kepada siswa

yang berhasil menjawab pertanyaan guru dengan benar sehingga siswa lain

termotivasi untuk belajar. Pada akhir pembelajaran guru selalu merangkum atau

menyimpulkan materi pelajaran sebagai penguatan dan motivasi siswa. Selain hal

tersebut guru dan siswa juga melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

b. Siklus III

1) Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan hasil belajara siswa pada siklus II, Guru dan

peneliti menyusun rencana tindakan kelas untuk siklus III. Rencana tindakan

dimulai dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tujuan

pembelajaran difokuskan pada kemampuan apresiasi puisi dengan metode peta

pikiran (mind mapping). Kegiatan pembelajaran yang direncanakan difokuskan

apresiasi puisi meliputi kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan

menulis puisi. Kemampuan mendengarkan melalui aktivitas menemukan dan

memahami fungsi majas, kata-kata bermakna konotasi, kata-kata lambang,

versifikasi, mengetahui tata wajah (tipografi) puisi, memahami tema, perasaan

(feeling), nada dan suasana, serta amanat (pesan) puisi, berbicara melalui kegiatan

berdiskusi, dan meyampaikan hasil diskusi. Selain hal tersebut pada siklus III ini

kegiatan siswa difokuskan pula pada kemampuan membaca dan menulis puisi.

Page 144: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

127

Skenario pembelajaran sama dengan pembelajaran pada siklus II. Pada

siklus III pemberian tugas pada siswa adalah tugas kelompok dan tugas individu.

Pada siklus III ini siswa bergantian secara acak ke depan kelas membaca puisi.

Siswa yang lain mendengarkan, membuat kerangka peta pikiran dan menentukan

unsur-unsur struktur lahir dan struktur batin puisi secara individu. Ada dua puisi

yang dibaca siswa di depan kelas yaitu puisi yang berjudul “Aku Kekasihmu”

karya Kadri Uning dan “Dengan Kasih Sayang” karya Rendra.

2) Pelaksanaan Tindakan

a) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama tindakan pada siklus III ini dilaksanakan pada hari

Senin, 20 Oktober 2008, jam pelajaran keempat, tepatnya pada pukul 09.45 s.d.

10.30 di kelas X 8. Pada kegiatan awal siklus III ini, guru memberikan apersepsi

dan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam pertemuan ini.

Seperti pada kegiatan pembelajaran siklus-siklus sebelumnya, guru membacaan

puisi berjudul “Aku Kekasihmu” karya Kadri Uning. Siswa mendengarkan dengan

seksama sambil memetakan unsur-unsur puisi dalam bentuk kata-kata kunci.

Kemudian siswa setelah selesai siwa menyerahkan hasil pekerjaannya kepada

guru. Guru kemudian memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Setelah

tanya-jawab selesai, guru kemudian membagikan Lembar Kerja Siswa yang telah

dibuat bersama antara guru dan peneliti. Pada kegiatan ini peneliti sebagai

partisipan pasif duduk dibangku paling belakang. Sesekali peneliti berdiri di

antara tempat duduk siswa untuk mendokumentasikan kegiatan tersebut.

Page 145: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

128

b) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua, Selasa, 21 Oktober 2008, Jam pelajaran kelima, pukul

10.30 – 11.15 Wita. Peneliti bersama guru menuju ke kelas X 8, guru

mengucapkan salam, siswa menjawab salam guru secara serentak. Guru melihat

ke seluruh kelas memastikan bahwa kursi siswa telah terisi semua berarti semua

siswa hadir hari itu. Guru kemudian memberi pertanyaan kepada beberapa siswa

tentang pembelajaran pertemuan yang lalu. Kemudian pada kegiatan inti sama

dengan kegiatan pertemuan lalu, namun pada pertemuan kedua materi puisi yang

disampaikan adalah puisi karya Rendra yang berjudul ”Dengan Kasih Sayang”.

Setelah siswa selesai mengerjakan tugas dan menyerahkannya kepada guru.

Kemudian guru menjelaskan tentang teknik membaca puisi. Siswa yang belum

paham diberi kesematan untuk bertanya. Setelah tidak ada lagi yang betanya, guru

menyampaikan rencana kegiatan pada pertemuan yang akan datang yaitu

membaca puisi. Ada beberapa anak yang terlihat ribut Pada pertemuan ini Peneliti

sebagai pertisipan pasif, duduk di bagian belakang sambil mengamati dan

membuat catatan tentang kegiatan tindakan yang dilaksanakan guru.

c) Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga hari Senin, 27 Oktober 2008, jam pelajaran keempat,

pukul 09.45 – 10.30 Wita. Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilaksanakan

padahari itu secara lisan. Guru menjelaskan kembali tentang teknik membaca

puisi. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya.

Pada kegiatan inti dibagi menjadi dua kelompok. Masing-masing

kelompok terdiri dua puluh siswa. Dua puluh siswa yang bernomor urut ganjil

Page 146: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

129

dalam daftar hadir membaca puisi berjudul “Aku Kekasihmu” dan dua puluh siswa

yang bernomor genap membaca puisi berjudul “Dengan Kasih Sayang”. Setiap

siswa wajib membaca satu puisi di depan kelas secara bergantian dengan judul

yang berbeda.

Pada saat seorang siswa membaca puisi di depan kelas, berjudul “Aku

Kekasihmu” guru dan sembilan belas siswa yang mendapat judul yang sama,

diberi tugas untuk mengamati dan menilai pembacaan puisi tersebut dengan cara

mengisi lembar penilaian yang telah disiapkan. Sedangkan siswa lain yang

mendapat judul berbeda yaitu “Dengan Kasih Sayang” sebanyak dua puluh siswa

mendengarkan dan membuat peta pikiran dari puisi yang dibacakan di depan

kelas tersebut yang berjudul “Aku Kekasihmu” Demikian pula sebaliknya jika

siswa membaca puisi yang berjudul “Dengan Kasih Sayang” siswa yang

mendapat judul yang sama akan mengamati dan menilai pembacaan puisi

temannya tersebut. Siswa lainnya sebanyak dua puluh orang yang mendapat judul

“Aku Kekasihmu” mendengarkan pembacaan puisi di depan kelas berjudul

“Dengan Kasih Sayang.” dan membuat pemetaan pikiran puisi tersebut.

Pada akhir pembelajaran guru menyampaikan tanggapannya terhadap

sepulu siswa yang kurang memperhatikan teknik membaca puisi sehingga terdapat

kesalahan dalam membaca puisi. Selain hal tersebut guru juga menyimpulkan

secara umum penilaian hasil pembacaan puisi yang telah dilaksanakan dan

memberikan motivasi kepada semua siswa. Sebelum pembelajaran diakhiri guru

dan siswa juga melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah

dilaksanakan. Pada kegiatan pembelajaran perteman ketiga ini, peneliti dan guru

Page 147: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

130

berpartisipasi aktif memberikan penilaian pada kegiatan pembacaan puisi yang

dilakukan siswa.

b) Pertemuan Keempat

Pertemuan keempat pada siklus III, dilaksanakan pada hari Selasa 28

Oktober 2008, jam pelajaran kelima, pukul 10.30 – 11.15 Wita. Pembelajaran

difokuskan pada kemampuan siswa menulis puisi melalui metode peta pikiran

(mind mapping). Pada kegiatan awal seperti biasa, guru mengadakan apersepsi

pembelajaran yang lalu berupa pernyataan dan pertanyaan tentang apresiasi puisi

dan metode pembelajaran yang digunakan serta menyampaikan kepada siswa

bahwa kompetensi yang akan dicapai adalah kemampuan menulis puisi melalui

metode peta pikiran (mind mapping).

Kegiatan inti pada pertemuan keempat, siklus III ini adalah guru memberi

tugas kepada siswa untuk mengemukakan perasaan atau pikirannya dalam bentuk

kata-kata kunci yang dituliskan dalam bentuk peta pikiran (mind mapping).

Kemudian siswa diberi tugas mengembangkan peta pikiran tersebut ke dalam

bentuk puisi. Setelah selesai hasil pekerjaan siswa diserahkan kepada guru.

Pada akhir pembelajaran guru selalu menyampaikan dan menyimpulkan

secara umum penilaian puisi yang telah dibuat dan memberikan motivasi pada

siswa. Selain hal tersebut guru dan siswa juga melakukan refleksi terhadap

pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada pertemuan ini peneliti duduk di

bagian belakang, mengamati kegiatan tindakan yang dilakukan guru.

Kemudian untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam

mengapresiasi puisi, guru membagikan soal Uji Kompetensi Siklus III. Soal

Page 148: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

131

dikerjakan secara individu selama tiga puluh menit. Setelah semua siswa

menerima lembar soal, Guru membacakan puisi berjudul “Perempuan-Perempuan

Perkasa” karya Hartoyo Andangjaya. Siswa mendengarkan dengan seksama,

kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah tersedia. Kemudian siswa

menyerahkan lembar jawaban kepada guru. Setelah semua siswa menyerahkan

lembar jawaban. Sebelum pembelajaran berakhir guru memberi kesempatan

kepada peneliti untuk menyampaikan pesan dan kesan kepada siswa. Setelah itu

guru mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan salam

3) Observasi (Pengamatan)

a) Pengamatan terhadap Guru

Pertemuan pertama dan kedua siklus III ini, guru telah melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan semua kegiatan

yang harus dilakukan siswa disampaikan secara lisan. Guru menyebutkan standar

kompetensi pembelajaran dan menyapaikan kepada siswa tentang kompetensi

dasar yang harus dituntaskan siswa. Guru memberikan kesempatan bertanya

kepada siswa mengenai materi pembelajaran dan permasalahan yang mereka

alami selama proses pembelajaran berlangsung.

Pertemuan ketiga dan keempat, guru sudah menguasai metode

pembelajaran. menjelaskan dan membimbing siswa dalam membuat peta pikiran

(mind mapping). Guru sering memberikan penguatan dengan pujian yang tulus

terhadap hasil kerja siswa. Guru aktif mengontrol setiap siswa secara bergiliran

sambil bertanya atau menjawab pertanyaan siswa. Pada setiap akhir pelajaran guru

Page 149: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

132

selalu memberi penguatan kepada siswa dan mengadakan refleksi terhadap

kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan

b) Pengamatan terhadap Siswa

Pada siklus III ini, siswa terlihat antusias sekali dan memiliki motivasi

yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran. Siswa mendengarkan penjelasan guru

dengan seksama dan penuh antusias. Siswa sudah mampu membuat peta pikiran

sendiri dan tidak banyak bertanya lagi tentang pembuatan peta pikiran pada guru.

Siswa mengeluarkan gagasannya atau meyampaikan apa yang ada dipikirannya

dalam bentuk kata-kata kunci serta menuliskannya ke atas cabang-cabang atau

ranting-ranting peta pikiran yang berwarna dan sesuai dengan bentuk yang

diinginkannya. Selain hal tersebut motivasi siswa belajar aprsiasi puisi telah

meningkat. Siswa berani mengekspresikan puisi melalui pembacaan puisi dengan

penuh penghayatan.

Pembelajaran pada siklus III masih difokuskan agar siswa memiliki

kemampuan menuangkan ide atau gagasannya ke dalam peta pikiran (mind

mapping) kemudian mengembangkannya ke dalam bentuk puisi yang indah. Pada

siklus ini pembelajaran sudah dapat dilaksanakan secara optimal karena siswa

mulai terbiasa dan memahami metode pembelajaran peta pikiran (mind mapping).

Pada siklus III ini kemampuan siswa mengalami peningkatan. Peta pikiran yang

dibuat menunjukkan hasil yang lebih baik dari siklus II. Selain hal tersebut siswa

juga sudah mampu menulis puisi. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Page 150: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

133

Tabel 4.7. Hasil Peta Pikiran (Mind Mapping) Mengapresiasi Puisi Siklus III

No Unsur-unsur peta pikiran yang harus ada Jawaban siswa Jumlah1 2

1. Menggunakan gambar atau foto sebagai ide sentral

34 6 40

2. Menggunakan warna minimal tiga warna 35 5 403. Menghubungkan cabang-cabang utama ke

gambar pusat, dan cabang tingkat dua, tiga dan seterusnya

37 3 40

4. Menggunakan garis hubung yang melengkung

34 6 40

5. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis

36 4 40

Keterangan : 1. ada, 2. tidak ada.

Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa peta pikiran (mind

mapping) yang dibuat siswa pada siklus III ini sudah dapat dikatakan berhasil.

Kemampuan siswa dalam memetakan pikiran-pikirannya sudah banyak

peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari tabel tersebut.

Meningkatnya kemampuan siswa dalam membuat peta pikiran (mind

mapping) diikuti pula peningkatan kemampuan apresiasi puisi. Setelah diadakan

tes setiap akhir siklus. Siklus III diadakan tes hasilnya menunjukkan adanya

peningkatan dari Siklus II. Untuk mengetahui hasil tes tertulis unsur-unsur

apresiasi puisi di akhir siklus III ini, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8. Hasil Tes Mengapresiasi Puisi Siklus III

No. Judul Puisi Tingkat Aspek yang DinilaiInformasi Konsep Perspektif Apresiasi

1. Gerimis Pagi Ini 20 20 20 20Tercapai 50,00% 50,00% 50,00% 50,00%

2. Kutuliskan 26 26 26 26Tercapai 65,00% 65,00% 65,00% 65,00%

3. Senja Di Pelabuhan Kecil 34 34 34 34Tercapai 85.00% 85,00% 85,00% 85,00%

Page 151: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

134

Hasil yang diperoleh pada Siklus III ini menunjukkan adanya peningkatan

jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas batas KKM yakni sebanyak 34 siswa

(85,00%) dari siklus sebelumnya hanya 26 siswa (65,00%). Peningkatan terebut

dalam dilihat dari hasil belajar siswa pada siklus III ini. Kondisi tersebut dapat

digambarkan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 4. 9. Hasil Belajar Mengapresiasi Puisi Siswa

SiklusNO. NIS Nama Pratindakan

I II III1 14960 Ahkam Ronny 70* 70* 75* 75*2 14961 Ahmad Firdaus 70* 70* 75* 85*3 14962 Ainun Jariyah 60 65 70* 75*4 14963 Ajeng Fajriani N. 70* 75* 80* 85*5 14964 Andry Gojaya 55 65 70* 75*6 14965 Anisa Fahrina A. 70* 70* 80* 85*7 14966 Asep Nugraha 60 `70* 70* 75*8 14967 Bagus Baskoro K. 70* 70* 75* 80*9 14968 Bima Baikuni 70* 75* 80* 85*

10 14969 Bryan Tri Gutama 50 60 65 70*11 14970 Dewi Hardiyanti 50 60 65 70*12 14971 Donny Setiawan 70* 70* 75* 80*13 14972 Fenny Florencia A. 75* 80* 90* 90*14 14973 Fesilia Isabela Dom 70* 70* 75* 80*15 14974 Gama Aulia Arifin 55 60 70* 75*16 14975 Grace Franita K. 70* 70* 75* 85*17 14976 Halimatus Sa'diyah 55 60 70* 75*18 14977 Imanuel Maryo Somba 50 60 65 70*19 14978 Jerniah Umayya 70* 70* 75* 80*20 14979 Julio Hadiyono 50 60 65 70*21 14980 Kartika Ayu Lestari 70* 70* 75* 80*22 14981 Luluk Adilla R. 55 65 70* 75*23 14982 M. Rizki Bachtiar 70* 80* 85* 90*24 14983 Mira Rinienta Andiani 70* 70* 75* 80*25 14984 Nazla Qonita 70* 80* 80* 90*26 14985 Nenu Maria Ovi Sonia 50 50 60 6527 14986 Nick Julio Siahaan 50 60 65 70*28 14987 Novy Prayogo 55 65 70* 75*29 14988 Prasetyo Putra 70* 70* 75* 80*30 14989 Rheza Giovanni 55 60 65 75*31 14990 Richard Simak 50 55 65 6532 14991 Ridho Ulul Azmi 60 70* 70* 75*33 14992 Sansan Candra 65 70* 75* 75*34 14993 Sari Mayangningrum S. 45 50 60 6535 14994 Tjeng Yogi Cenggoro 45 50 60 6536 14995 Whenny 45 50 60 6537 14996 Wilanda Ayu E. P. 50 60 65 70*

Page 152: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

135

38 14997 Yoas Pratama S. 50 50 65 6539 14998 Yosephin Silvia K. P. 75* 85* 90* 90*40 14999 Zelanio Olimpica H. 50 60 65 70*

Rata-rata 60,25 65,50 71,50 76,25

Pratindakan: Mencapai nilai KKM 70 (15 siswa), nilai di atas KKM (2 siswa)Siklus I: Mencapai nilai KKM 70 (14 siswa), nilai di atas KKM (6 siswa)Siklus II: Mencapai nilai KKM 70 (8 siswa), nilai di atas KKM (18 siswa)Siklus III: Mencapai nilai KKM 70 (7 siswa), nilai di atas KKM (27 siswa)

Berdasarkan tabel perolehan hasil belajar siswa pada siklus III ini, terlihat

dengan jelas adanya peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran apresiasi

puisi dengan metode peta pikiran (mind mapping), nilai terendah 6,5 sebanyak 6

siswa, sedangkan nilai tertinggi 90, adapun nilai rata-ratanya 76,25. Berarti ada 6

siswa yang tidak tuntas dalam pembelajran. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

diagram ketuntasan belajar dan hasil belajar berikut:

100

57.5

42.5

100

50 50

7.5

100

40

65

15

100

15

85

20

0

20

40

60

80

100

Pratindakan Siklus I Siklus II Siklus III

Jumlah Siswa

Belum Tuntas

Tuntas

Peningkatan

Gambar 7. Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar Siklus III

Page 153: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

136

75

45

60.25

85

50

65.5

5.25

90

60

71.5

6

90

6576.25

4.750

20

40

60

80

100

Pratindakan Siklus I Siklus II Siklus III

Tertinggi

Terendah

Rata-rata

Peningkatan

Gambar 8. Diagram Perolehan Nilai Kemampuan Apresiasi Puisi Siklus III

4) Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dan guru pada

tindakan siklus III ini, baik pertemuan pertama maupun kedua pembelajaran sudah

berjalan efektif, lancar, dan lebih baik dibandingkan pada siklus-siklus

sebelumnya. Pembelajaran mengalamai peningkatan, karena guru sudah

menguasai kelas. Pembelajaran terliat menarik dan menyenangkan karena guru

dan siswa sudah mampu menerapkan metode pembelajaran peta pikiran (mind

mapping) dalam mengapresiasi puisi.

Peningkatan hasil belajar terlihat sugnifikan dari siklus sebelumnya. Hal

ini dapat dibuktikan dari pengamatan dan evaluasi terhadap pelaksanaan skenario

pembelajaran pada siklus III, pada bagian pendahuluan dalam setiap kegiatan

pembelajaran, guru selalu menyampaikan apersepsi berupa pernyataan-pernyataan

dan pertanyaan singkat, sehingga siswa tertarik, termotivasi, siap menerima dan

terlibat dalam aktivitas pembelajaran.

Page 154: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

137

Pada kegiatan inti guru memberikan tugas individu kepada siswa untuk

membaca puisi dan mendengarkan pembacaan puisi serta membuat peta pikiran

dari puisi yang didenga. Selain itu pada pertemuan kedua siklus III, guru juga

memberi tugas kepada siswa untuk mengeluarkan atau meyampaikan ide-idenya

melalui pemetaan pikiran (mind mapping) dan mengembangkannya menjadi

sebuah puisi. Guru juga selalu memberikan pujian atau penghargaan kepada siswa

yang berhasil menjawab pertanyaan guru dengan benar sehingga siswa lain

termotivasi untuk belajar.

Pada akhir pembelajaran guru mengulas tentang kegiatan membaca puisi

yang dilakukan siswa. Guru juga masih memberi kesempatan kepada siswa untuk

bertanya tentang hal-hal yang dianggap belum jelas. Kemudian guru merangkum

atau menyimpulkan materi pelajaran sebagai penguatan dan motivasi siswa.

Selain hal tersebut guru dan siswa juga melakukan refleksi terhadap pembelajaran

yang telah dilaksanakan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Kondisi Awal Kemampuan dan Minat Siswa dalam Apresiasi Puisi

Berdasarkan hasil survei awal, diperoleh gambaran bahwa minat dan

motivasi siswa kelas X 8 SMA Negeri 1 Samarinda dalam pembelajaran apresiasi

puisi sangat rendah. Sebagian besar siswa di kelas tersebut kurang tertarik

terhadap pembelajaran puisi sehingga hasil belajar siswa pada puisi rendah.

Rendahnya hasil belajar siswa terhadap puisi merupakan akibat dari pembelajaran

puisi yang selama ini dilaksanakan kurang memberi motivasi pada siswa. Hasil

Page 155: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

138

belajar siswa yang rendah terlihat dari Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

telah ditentukan sekolah untuk mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yaitu

70. Berdasarkan hasil tes pratindakan, siswa yang mencapai KKM 70, hanya tujuh

belas siswa dari jumlah siswa empat puluh orang, berarti hanya 42,5%.

Dalam pembelajaran puisi banyak faktor yang mempengaruhi di

antaranya; pembelajaran dilaksanakan lebih berpusat pada guru, siswa dianggap

sebagai objek belajar. Pembelajaran merupakan proses transfer ilmu dari guru

kepada siswa. Siswa tidak diberi kesempatan menemukan dan mengkonstruksi

pengetahuan yang diperolehnya. Cara guru mengajar yang kurang memotivasi

siswa, lebih banyak mengajarkan tentang teori sastra daripada mengajak siswa

langsung menggauli dan memahami karya sastra. Penggunaan metode yang

kurang tepat, guru sering menggunakan metode ceramah dibandingkan metode

lain, dan pemilihan materi yang kurang tepat

2. Pembelajaran dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping)

Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Puisi

Untuk mengatasi permasalahan pembelajaran apresiasi puisi yang terjadi

di kelas X 8 SMA Negeri 1 Samarinda, maka pembelajaran apresiasi puisi di kelas

tersebut digunakan metode peta pikiran (mind mapping). Penerapan pembelajaran

apresiasi puisi dengan metode peta pikiran (mind mapping) melalui penelitian

tindakan kelas (PTK).

Penerapan peta pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran apresiasi

puisi merupakan metode yang tepat, karena metode tersebut memberikan

kebebasan pada siswa untuk mengeluarkan ide-ide atau gagasannya dengan cara

Page 156: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

139

memetakan pikiran-pikirannya. Metode peta pikiran (mind mapping) mampu

mengubah cara belajar lama yang hanya memanfaatkan otak kiri. Metode peta

pikiran (mind mapping) mampu meningkatkelajar siswa, karena metode tersebut

menggunakan gambar, garis-garis cabang-cabang ranting yang berwarna, dan

kata-kata kunci, ini berate memanfaatkan kerja otak kanan. Dengan

memanfaatkan gambar dan teks ketika siswa mengeluarkan ide yang ada dalam

pikirannya, maka siswa telah menggunakan dua belahan otaknya secara sinergis.

Pembelajaran dengan metode peta pikiran (mind mapping) mampu

meningkatkan memotivasi siswa dalam belajar, karena siswa tertarik dengan

pembuatan peta pikiran tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil peta pikiran yang

dibuat siswa mengalami peningkatan dari siklus I, siklus II siklus III.

Tabel 4.10. Hasil Peta Pikiran (Mind Mapping) Mengapresiasi Puisi Siklus I,

II, dan III

No Unsur-unsur peta pikiran (mind mapping) Siklus1 2 3

1. Menggunakan gambar atau foto sebagai ide sentral

20 28 34

2. Menggunakan warna minimal tiga warna 22 29 353. Menghubungkan cabang-cabang utama ke

gambar pusat, dan cabang tingkat dua, tiga dan seterusnya

20 25 37

4. Menggunakan garis hubung yang melengkung

21 25 34

5. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis

22 29 36

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan metode peta

pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran puisi mampu meningkatkan

kemampuan apresiasi puisi pada siswa. Peningkatan kemampuan apresiasi puisi

Page 157: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

140

tersebut dapat dilihat hasil belajar siswa melalui uji kompetensi pratindakan dan

uji kompetensi setelah tindakan setiap akhir siklus, dari siklus I, siklus II, dan

siklus III.

Siklus I peningkatan kemampuan apresiasi siswa terhadap puisi baru

mencapai 50,00%. Ada peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas

KKM (70,00) dari sebelum dilaksanakannya tindakan hanya 17 siswa (42,50%),

setelah dilaksanakan tindakan siklus I menjadi 20 siswa (50,00%) dari 40 siswa.

Kenaikan baru mencapai 7,50% (3 siswa). Siswa yang mendapat nilai dibawah

KKM masih cukup banyak yakni 20 siswa (50,00%). Nilai rata-rata sebelum

tindakan 60,25 dan setelah tindakan Siklus I baru mencapai 65,50. Angka tersebut

masih berada dibawah KKM yang ditetapkan.

Hasil tes yang dilakukan setelah akhir Siklus II, menunjukkan nilai siswa

tambah meningkat, namun masih relatif kecil presentasenya, dan belum mencapai

batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan. Siklus II ini

peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas KKM (70,00) dari siklus

I, 20 siswa (50,00%) menjadi 26 siswa (65,00%) dari 40 siswa.berarti 6 siswa

(15,00%). Siswa yang mendapat nilai dibawah KKM 14 siswa (35,00%). Nilai

rata-rata pada Siklus I baru mencapai 65,50 pada Siklus II menjadi 71,50

mengalami kenaikan 6,0 poin.

Kemudian pada Siklus III, terjadi peningkatan jumlah siswa yang

memperoleh nilai diatas batas KKM yakni sebanyak 34 siswa (85,00%) dari

sebelumnya hanya 26 siswa (65,00%). Peningkatan pada siklus III sejumlah 8

siswa (20,00%). Sedangkan nilai rata-rata yang dicapai pun mengalami

Page 158: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

141

peningkatan hingga melebihi nilai batas KKM yakni 76,25 poin dari sebelumnya

pada Siklus II yang hanya 71,50. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa 90, nilai

terendah 65. Siswa yang tidak memenuhi KKM ada 6 siswa. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 11. Ketuntasan Hasil Belajar Mengapresiasi Puisi

Siklus I, II, dan III

Nilai KetuntasanNo Uraian KKM Di atas

KKMTer-

tinggiTe-

rendahRata-rata

Siswa(Persentase)

1. Pra-tindakan

15siswa

2siswa

752 siswa

453 siswa

60,25 17 siswa(42,50%)

2. Siklus I 14siswa

6siswa

851 siswa

505 siswa

65,50 20 siswa(50,00%)

3 Siklus II 8siswa

18siswa

902 siswa

6514 siswa

71,50 26 siswa(65,00%)

4. Siklus III

7siswa

27siswa

904 siswa

656 siswa

76,25 34 siswa(85,00%)

Berdasarkan tabel tersebut dapat terlihat peningkatan ketuntasan hasil

belajar siswa dari sebelum tindakan dilakukan 42,50% kemudian pada tindakan

Siklus I meningkat menjadi 50.00% peningkatan hanya 7,50%, dilanjutkan pada

tindakan Siklus II menjadi 65,00%, peningkatan lebih tinggi dari sebelumnya

yaitu 15,00%, kemudian tindakan Siklus III peningkatan menjadi semakin

signifikan 85.00% atau meningkat 20,00%. Peningkatan tersebut karena keaktifan,

perhatian, minat, dan motivasi siswa juga meningkat.

Page 159: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari penelitian tindakan kelas ini adalah

sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pembelajaran apresiasi puisi di kelas X 8 SMA Negeri I

Samarinda dapat berjalan efektif dengan diterapkannya metode pembelajaran

yang tepat, yaitu metode peta pikiran (mind mapping). Pada awalnya memang

mengalami kesulitan dan belum berjalan dengan optimal karena guru dan

siswa belum menguasai sepenuhnya metode tersebut, namun setelah berjalan

dua kali pertemuan pada Siklus I pembelajaran mulai meningkat. Pada Siklus

II pembelajaran lebih meningkat lagi. Aktivitas dan keterlibatan siswa dalam

kegiatan pembelajaran sudah mulai tampak. Pembelajaran semakin meningkat

pada Siklus III. Siswa sudah memahami tentang metode peta pikiran (mind

mapping). Siswa mampu memahami, menemukan dan menentukan unsur-

unsur struktur lahir maupun struktur puisi, dalam bentuk kata-kata kunci yang

dituliskan diatas garis ranting-ranting atau cabang-cabang peta pikiran. Hal

tersebut dapat terlihat dari hasil peta pikiran apresiasi puisi dari Siklus I

sampai Siklus III.

2. Penerapan metode peta pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran apresiasi

puisi mampu meningkatkan kemampuan apresiasi puisi siswa. Peningkatan

tersebut dapat dilihat dari hasil tes apresiasi dan ketuntasan belajar siswa. Pada

Siklus I ini ada peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas KKM

Page 160: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

143

(70,00) dari 17 siswa (42,50%) dai 40 siswa pada pratindakan menjadi 20

siswa (50,00%). Lalu pada Siklus II, didapati sebanyak 26 siswa (65,00%)

yang mendapatkan nilai sama atau diatas KKM, mengalami peningkatan 6

siswa (15,00%) dari Siklus I. Kemudian pada Siklus III, terjadi peningkatan

jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas batas KKM yakni sebanyak 34

siswa (85,00%), mengalami peningkatan sejumlah 8 siswa (20,00%) dari

Siklus II.

B. Implikasi

Implikasi pelaksanaan pembelajaran apresiasi puisi dengan metode peta

pikiran (mind mapping) yang diterapkan pada siswa kelas X 8 SMA Negeri 1

Samarinda dapat meningkatkan kemampuan apresiasi puisi siswa. Hal tersebut

dapat dibuktikan dengan peningkatan kemampuan siswa mengapresiasi puisi dan

peningkatan jumlah siswa yang dapat memenuhi kreteria ketuntasan minimal

berdasarkan hasil tes setiap akhir siklus. Siswa mampu mengembangkan

kreativitas dan imajinasi, mampu membuat peta pikiran (mind mapping) dan

menggunakannya dalam mengapresiasi puisi. Pembelajaran mengapresiasi puisi

dengan metode peta pikiran (mind mapping) mampu meningkatkan motivasi

siswa sehingga ada 27 siswa hasil belajanyarnya di atas nilai KKM dan telah

mencapai ketuntasan klasikal 85%.

Page 161: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

144

C. Saran

1. Kepada guru bahasa dan sastra Indonesia agar memiliki pemahaman secara

benar tentang pembelajaran apresiasi sastra yang efektif sehingga mampu

memilih strategi pembelajaran yang tepat.

2. Guru bahasa dan sastra Indonesia harus mengetahui permasalahan

pembelajaran apresiasi puisi, memilih metode yang bervariasi sesuai dengan

materi puisi untuk meningkatkan pembelajaran apresiasi puisi sehingga hasil

belajar siswa meningkat.

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini merupakan masukan dalam rangka

pembinaan peningkatan kinerja guru untuk memperoleh pemahaman secara

benar tentang pembelajaran apresiasi puisi.

4. Selain hal itu, penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan iklim

pembelajaran yang kondusif sehingga tercipta kualitas pembelajaran yang

baik, aktif, efektif dan inovatif.

Page 162: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

145

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghafor, Djemari Mardapi. 2004. Pedoman Umum Pengembangan Penilaian. Jakarta: Depdinas.

Agus R. Sarjono. 2001. Sastra dalam Empat Orba. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Ahmadun Yosi Herfanda. 2007.Wacana: Pengajaran Sastra Berpusat pada Karya Sastra (Bagian Kedua dari Tiga Tulisan).(http://www.republika.co.id/pendidikan.sastra/) diakses 21 Januari 2008.

Anwarsono, L. 2003. Pembelajaran Sastra di SMU Sangat Minim” dalam Horison edisi Agustus 2003.

Anton. 2008. Peta Konsep Anak Bangsa. Peta Pikiran : Mind Mapping. (htpp://pkab.wordpress.com/2008/02/29/peta-pikiran-mind-mapping) diakses 29 Maret 2008.

Bambang Kaswanti Purwo. 1991. Bulir-Bulir Sastra dan Bahasa. Yogyakarta: Kanisius.

Baeulieu, Danie. 2008. Teknik-Teknik yang Berpengaruh di Ruang Kelas (Edisi Terjemahan oleh Ida Kusuma Dewi). Jakarta: PT Indeks

BNSP. 2006. Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.

Boulton, Marjorie. 1979. The Anatomy of Poetry. London: Routledge and Kogan Paul.

Burhan Nurgiyantoro. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE

Buzan, Tony. 2003. Use Both Sides of Your Brain: Teknik Pemetaan Kecerdasan dan Kreativitas Pikiran, Temuan Terkini tentang Otak Manusis (Edisi terjemahan oleh A.Asnawi) Surabaya: Ikon Teralita.

__________. 2004. Mind Map untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

__________. 2008. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Budi Prasetya. 2007. Membaca yang Efektif.(http://budicrue.multiply.com/journal/item/19) diakses 4 April 2008.

Page 163: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

146

Budhi Setiawan. 2008. “Beberapa Komponen dalam Proposal Penelitian Tindakan Kelas”. Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional Peningkatan Profesionalisme Guru melalui Penelitian Tindakan Kelas, diselenggararakan oleh DHC 45 Kabupaten Banjarnegara, 28 Juni 2008.

Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Guru Sekolah Menengah Umum. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Direktorat Tenaga Kependidikan..

Djaali, H, Pudji Mulyono, dan Ramly. 2000. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: UNJ.

Femi Olivia. 2008. Gembira Belajar dengan Mind Mapping. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Gunanto Saparie. 2008. Pengajaran Sastra Masih “Diomprengkan” (http://www.suarakarya-online.com/news.html?id) diakses 26 Februari 2008.

Herman J. Waluyo. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

__________. 2002. Apresiai Puisi Untuk Pelajar Dan Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

__________. 2008. Pengkajian dan Apresiasi Puisi. Salatiga: Widya Sari Press.

Hopkins, David. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham: Open University Press.

Kang Bayu. 2008. Creativity: Mind Mapping.(htpp://www.pkab.wordpress.com/2008/01/28/petakonsep-sastra)diakses 29 Maret 2008.

Kusnandar. 2007. Guru Profesional. Implementasi KTSP dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Lies Anggraini dan C.D. Diem. 2004. “Keefektifan Penerapan Metode Lapis Makna Puisi dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi” dalam Jurnal Bahasa

Lucky Heriawan Yanuarsyah Amalputra. 2004. ”Keterampilan Menulis Argumentasi Bahasa Jerman” Dalam Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya “Bahtera” Tahun ke-3, No. 6, Juli 2004. Jakarta: UNJ.

Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.

Moody, H.L.B. 1968. Literary Appreciation. Longman Grup Ltd.

Page 164: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

147

Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Sebuah Panduan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Nurhayati. 2004. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak dengan Model Dictogloss. Dalam Jurnal Bahasa dan Sastra “Lingua”. Volume 5, Nomor 2, Juni 2004. Palembang: Unsri.

Nurrachmat Wirjosutedjo, M. 2006. Classroom Action Research (CAR) Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Cerita Pendek. Dalam Jurnal Ilmiah “Sagasitas”. Vol. 2, No. 3, Desember 2006. Yogyakarta.

Nursito. 1999. Kiat Menggali Kreativitas. Yogyakarta: PT Mitra Gama Widya.

Oliva, Peter F. 1982. Develoving The Curriculum. Canada: Little, Brown & Compeny.

Paulina Pannen, Dina Mustafa, dan Mestika Sekarwahyu. 2005. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Perrine, Laurence. 1974. Literatur Structure, Sound, and Sense. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Prih Adiartanto, Ag. 2005. Merangkai Kata Merangkai Ide (Inovasi Pembelajaran Menulis Puisi). Dalam Jurnal Karya Ilmiah Dinas Pendidikan Yogyakarta “Scientific Journal”.Yogyakarta: Jurnal Ilmiah Yogya.

Putu Arya Tirtawirya. 1982. Apresiasi Puisi dan Prosa.Ende- Flores: Nusa Indah..Rachmat Djoko Pradopo. 2002. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Rahmanto, B. 1993. Metode Pengajaran Sastra. Pegangan Guru Pengajar Sastra.Yogyakarta: Kanisius.

Rendra. 2005. Empat Kumpulan Sajak. Jakarata: Pustaka Jaya

Rochiati Wiriaatmadja. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rose, Colin and Nicoll, M.J. 2008. Accelerated Learning for the 21st Century.(http://budicrue.multiply.com/journal/item/19) diakses 4 April 2008.

Page 165: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

148

Rozak Zaidan, A. 2001. Pedoman Penyuluhan Apresiasi Sastra. Jakarta: Depdiknas.

Sarwiji Suwandi. 2006. Kurikulum dan Pengembangan Materi Ajar. Program Pascasarjana UNS.

___________. 2008. Rancangan Penilaian Hasil Belajar. Modul Perkuliahan Evaluasi Pengajaran Bahasa dan Sastra. Program Pascasarjana UNS.

Silberman, Melvin L. 1996. Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject. Boston: Allyn and Bacon.

Siswantoro. 2005. Apresiasi Puisi-Puisi Sastra Inggris. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Suminto A. Sayuti. 2002. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media.

Suroso. 2004. Smart Brain Metode Menghafal Cepat dan Meningkatkan Ketajaman Memori. Surabaya: Penerbit SIC.

Sutardji Calzoum Bachri. 2002. O Amuk Kapak, Tiga Kumpulan Sajak. Jakarta: Yayasan Indonesia dan Majalah Horison.

Svantesson, Ingemar. 2004. Teknik-Teknik Andal Untuk Memaksimalkan Kinerja Otak Anda (Edisi Terjemahan oleh Bambang Prajoko). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Syaiful Bahri Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Taufik Ismail. 1993. Tirani dan Benteng. Jakarta: Yayasan Ananda.

Tim Broad Based Education. 2002. Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup. (Life Skill Education). Jakarta: Depdiknas.

Toeti Soekamto dan Udin Saripudin Winataputra. 1995. Teori Belajar Dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas..

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher.

Wardhani, IGAK., dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.

Page 166: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Lampiran SILABUS

Nama Sekolah : SMA Negeri I SamarindaMata Pelajaran : Bahasa IndonesiaKelas : XSemester : 1Standar Kompetensi : Mendengarkan

5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/ tidak langsung

Kompetensi Dasar

Materi Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Indikator Penilaian AlokasiWaktu

Sumber/Bahan/Alat

5.1 Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman

Rekaman puisi atau pembacaan langsung majas, irama kata-kata

konotasi Kata-kata

bermakna lambang

Mendengarkan puisi Mendiskusikan unsur-

unsur bentuk puisi tersebut

Melaporkan hasil diskusi

Mengidentifikasi (majas, rima, kata-kata berkonotasi dan bermakna lambang)

Menanggapi unsur-unsur puisi yang ditemukan

Mengartikan kata-kata berkonotasi dan makna lambang

Jenis Tagihan: praktik tugas kelompok tugas individu laporan ulangan

Bentuk instrumen: uraian bebas pilihan ganda

4 rekaman puisi/ tape

puisi yang dibacakan

5.2 Mengungkap- kan isi suatu

puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman

Rekaman puisi yang berjenis tertentu atau yang dibacakan jenis puisi isi puisi tema maksud puisi

Mendengarkan puisi Mengidentifikasi jenis puisi Mendiskusikan isi puisi Melaporkan hasil diskusi

Menyebutkan tema puisi yang didengar

Menyebutkan jenis puisi yang didengar (balada, elegi, roman, ode, himne, satire, dll.)

Menjelaskan maksud puisi

Mengungkapkan isi puisi dengan kata-kata sendiri

Jenis Tagihan: praktik tugas Kelompok laporan ulangan

Bentuk instrumen: uraian bebas pilihan ganda

4 rekaman puisi/ tape

puisi yang dibacakan

Page 167: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1

Sekolah : SMA Negeri 1 Samarinda Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas /Semester : X / 1 Alokasi Waktu : 4 x 45 menit ( 4 x pertemuan )

Standar Kompetensi : Mendengarkan 5. Memahami puisi yang disampaikan secara

langsung/ tidak langsungKompetensi Dasar : 5.1. Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi

yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman.

Indikator Mampu mengidentifikasi (majas, rima, kata-kata berkonotasi dan bermakna

lambang). Mampu menanggapi unsur-unsur puisi yang ditemukan. Mampu mengartikan kata-kata berkonotasi dan makna lambang. Mampu mengapreisasi puisi yang didengar, melalui peta konsep (mind

mapping)

1. Tujuan Pembelajaran :Siswa mampu: Mengidentifikasi unsur-unsur ekstrinsik puisi (majas, rima, kata-kata

berkonotasi dan bermakna lambang). Menanggapi unsur-unsur intrinsik puisi yang ditemukan. Mengartikan kata-kata bermakna konotasi dan makna lambang Mengapresiasi puisi yang didengar, melalui peta konsep (mind mapping)

2. Materi Pembelajarana) Identifikasi unsur-unsur ekstrinsik puisi majas, rima, kata-kata berkonotasi

dan bermakna lambang.b) Mengartikan kata-kata bermakna konotasi dan bermakna lambang.c) Unsur-unsur intrinsik puisi; tema, perasaan, nada dan suasana serta amanat d) Membuat peta konsep (mind mapping)e) Mendengar rekaman puisi atau pembacaan langsung puisi yang berjudul

“Dengan Puisi, Aku” karya Taufik Ismail dan “Hai Laila” karya Tutus Halimatusass’diah.

Page 168: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Dengan Puisi, Aku

Dengan puisi aku bernyanyiSampai senja umurku nantiDengan puisi aku bercintaBerbatas cakrawalaDengan puisi aku mengenangKeabadian Yang Akan Datang

Dengan puisi aku menangisJarum waktu bila kejam mengirisDengan puisi aku mengutukNafas zaman yang busukDengan puisi aku berdoaPerkenankanlah kiranya Taufik Ismail

Hai Laila

Hai Laila, sudah lama kita menunggumuSudah satu jam, berdering bel untuk satu jam pelajaranmuBukumu sudah kau baca tapi sudahkah ia masuk di kepalamu?Otakmu kosong melompong, di atas kepalamu ada si tampan ituUlangan untukmu Rafi’ah… 9,5Semua bersorak, bersiul-siulUntukmu Laila … 4,5Tercengang, dan nampak buku-buku cekakak-cekikik melihat LailaTermenung kaku

Sementara,Kursi dan meja-meja menatap begitu garingBuatkan ngilu karena maluBuatkan pilu yang terasa menyayat kalbu“Sedang buatkan apa di kepalamu, hai Laila?”Suara itu begitu nyaring menghentakkanDegup-degup jantung yang berdenyut ituJangan kau pasangkan es krim, bakso, jalan-jalan dan pancaran diKepalamu!

Jangan kau jatuhkan air asin ituDari kelopak mata indahmuTak ada guna, dan …Bukan itu yang mereka mau“Terus, teruslah kau kutip ilmu-ilmu itu

Page 169: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Dengan secarik kertas dan tinta hitamLalu masukkanlah ke berangkas otakmuTanpa menangis dan basa-basiAgar kau ambil di hari nanti!”

(Dikutip dari Buku Panduan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA /MA Kelas X)

3. Metode PembelajaranMetode Peta konsep (mind mapping) digunakan untuk membantu siswa mengoptimalkan otak kanan dan mengkonstruksi pengetahuan yang dimilikinya, menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam mengapresiasi puisi yang didengar.

a) Teknik Tanya-jawab, dilakukan untuk membantu siswa mengidentifikasi dan memahami unsur-unsur puisi, mengartikan kata-kata bermakna konotasi dan bermakna lambang agar siswa memperoleh penguatan atas informasi yang di dengarnya.

b) Teknik Unjuk Kerja, untuk membantu siswa memetakan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi yang didengar dalam mengapresiasi puisi.membantu siswa mengartikan kata-kata konotasi dan bermakna lambang.

4. Langkah-langkah Kegiatan PembelajaranPertemuan Pertama dan Kedua.a. Kegiatan Awal

a. Siswa dan guru bertanya -jawab tentang unsur-unsur ekstrinsik puisi, b. Siswa dan guru membahas arti kata-kata bermakna konotasi dan makna

lambang.c. Siswa menemukan unsur-unsur intrinsik puisi, tema, perasaan, nada dan

suasana serta amanat.d. Siswa dan guru bertanya-jawab tentang tema, perasaan, nada dan

suasana serta amanat puisi.5). Guru memberikan contoh dan menjelaskaskan peta konsep (mind

mapping) b) Kegiatan Inti

1) Siswa dan guru mendengarkan puisi melalui rekaman atau pembacaan langsung puisi “Dengan Puisi, Aku” karya Taufik Ismail.

2) Siswa mendengarkan pembacaan puisi sambil membuat peta konsep (mind Mapping)

3) Siswa menemukan unsur-unsur ekstrinsik puisi. majas, rima, kata-kata berkonotasi dan bermakna lambang.

4) Siswa dan guru membahas tentang majas, rima, kata-kata bermakna konotasi dan bermakna lambang.

5) Siswa dan guru membahas unsur-unsur intrinsik puisi yang ditemukan.6) Ke dalam peta pikiran (mind mapping) yang telah dibuat.

Page 170: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

7) Siswa secara bergantian menyampaikan hasil apresiasinya terhadap puisi yang didengar.

c. Kegiatan Akhir1) Siswa mendapat tugas membuat kerangka peta konsep sesuai dengan

bentuk dan warna yang diinginkannya.2) Siswa dan guru melakukan refleksi atas apa yang telah dilakukan bersama

dalam pembelajaran.

Pertemuan Ketiga dan Keempata. Kegiatan Awal

1) Siswa dan guru bertanya-jawab tentang materi pertemuan lalu.2) Siswa mempersiapkan kerangka peta konsep yang dibuat sesuai dengan

bentuk dan warna yang diinginkannya.b. Kegiatan Inti

1) Siswa dan guru mendengarkan pembacaan puisi atau lagu dari rekaman atau pembacaan langsung, yang berjudul “Dengan Puisi, Aku” karya Taufik Ismail.

2) Sambil mendengarkan pembacaan puisi, siswa menemukan unsur-unsur ekstrinsik puisi. majas, rima, kata-kata berkonotasi dan bermakna lambang.

3) Siswa menulis majas, rima, kata-kata bermakna konotasi dan bermakna lambang pada kerangka peta yang telah dibuatnya.

4) Siswa menulis unsur-unsur intrinsik puisi yang ditemukan, pada kerangka peta yang telah dibuatnya.

5) Siswa mengapresiasi puisi yang didengar, melalui peta konsep (mind mapping) yang telah dibuat.

6) Siswa secara bergantian menyampaikan hasil apresiasinya terhadap puisi yang didengar.

c. Kegiatan Akhir1) Siswa memeriksa kembali hasil pekerjaannya sebelum diserahkan kepada

guru.2) Siswa dan guru melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah

dilakukan selama pembelajaran.

5. Sumber Belajara) Puisi yang dibacakan.b) Buku Kompetensi Berbahasa dan Sastra Indonesia, Erlangga, Jakarta.c) Buku Pintar “Mind Map” oleh Tony Buzan

6. PenilaianJenis Tagihan Praktik Tugas individu Laporan lisan/tulis/LKS Ulangan

Page 171: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Bentuk Instrumen Uraian bebas Pilihan gandSoal Instrumena. Pertemuan PertamaJawablah pertanyaan berikut :1. Apakah tema puisi tersebut?2. Sebutkan penggunaan gaya bahasa apa yang terdapat dalam puisi?3. Apa yang ingin disampaikan penyair dalam puisi “Dengan Puisi, Aku”?

4. Jelaskan makna kata-kata berikut ini: “Dengan puisi aku mengenang keabadian yang akan datang”!

5. Pesan apa yang disampaikan penyair dalam puisi tersebut!b. Pertemuan Kedua

Jawablah pertanyaan berikut : 1. Apakah tema puisi tersebut? 2. Sebutkan penggunaan gaya bahasa apa yang terdapat dalam puisi? 3. Apa yang ingin disampaikan penyair dalam puisi “Hai Laila”?

4. Imaji apa yang terdapat dalam puisi tersebut? 5. Nada dan suasana apa yang terdapat dalam puisi tersebut?

Samarinda, Agustus 2008

Peneliti, Guru Mata Pelajaran,

Saidah Iriani Drs. Suwitoyo NIP. 132121188

Mengetahuia.n. Kepala Sekolah,Asisten Waka Kurikulum,

I. Putu Suberata, S. Pd., M.Si.NIP. 131786476

Page 172: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 2

Sekolah : SMA Negeri 1 Samarinda Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas /Semester : X / 1 Alokasi Waktu : 4 x 45 menit ( 4 x pertemuan )

Standar Kompetensi : Mendengarkan5. Memahami puisi yang disampaikan secara

langsung/ tidak langsungKompetensi Dasar : 5.1. Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi

yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman.

Indikator Mampu mengidentifikasi (majas, rima, kata-kata berkonotasi dan bermakna

lambang). Mampu menanggapi unsur-unsur puisi yang ditemukan. Mampu mengartikan kata-kata berkonotasi dan makna lambang. Mampu mengapreisasi puisi yang didengar, melalui peta konsep (mind

mapping)

1. Tujuan Pembelajaran :Siswa mampu: Mengidentifikasi unsur-unsur ekstrinsik puisi (majas, rima, kata-kata

berkonotasi dan bermakna lambang). Menanggapi unsur-unsur intrinsik puisi yang ditemukan. Mengartikan kata-kata bermakna konotasi dan makna lambang Mengapresiasi puisi yang didengar, melalui peta konsep (mind mapping)

2. Materi Pembelajarana) Identifikasi unsur-unsur ekstrinsik puisi majas, rima, kata-kata berkonotasi

dan bermakna lambang. b) Mengartikan kata-kata bermakna konotasi dan bermakna lambang. c) Unsur-unsur intrinsik puisi; tema, perasaan, nada dan suasana serta amanat d) Membuat peta konsep (mind mapping) e) Mendengar rekaman puisi yang dilagukan berjudul “Menjaring

Matahari”dan “Masih Ada Waktu” karya Abdul Gafar Abdullah atau yang lebih dikenal dengan nama Ebiet G. Ade.

Page 173: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Menjaring Matahari

Kabut…Sengajakah engkau mewakili pikirankuPekat, hitam berarak menyelimuti matahariAku dan semua yang ada di sekelilingkuMerangkak menggapai dalam gelap

Mendung …benarkah pertanda akan segera turun hujanDeras agar semua basah yang ada di muka bumiSiramilah juga jiwa kami semua Yang tengah dirundung kegalauan

Roda zaman menggilas kita terseret tertatih-tatihSungguh hidup terus diburu berpacu dengan waktuTak ada yang dapat menolongSelain yang di sanaTak ada yang dapat membantuSelain yang di sanaDialah Tuhan… Dialah TuhanOooh … Tuhan. Oooh … Tuhan. Oooh … Tuhan Ebiet G. Ade

Masih Ada Waktu

Bila masih mungkin kita menorehkan baktiAtas nama jiwa dan hati tulus ikhlasMumpung masih ada kesempatan buat kitaMengumpulkan bekal perjalanan abadiHo …… ho…… ho……Du …….du……. du…….2xKita masih ingat tragedi yang memilukanKenapa harus mereka yang terpilih menghadapTentu ada hikmah yang harus kita petikAtas nama jiwa mari heningkan cipta

Kita mesti bersyukur bahwa kitaMasih diberi waktuEntah sampai kapan Tak ada yang bakal dapat menghitungHanya atas kasihnyaHanya atas kehendaknyaKita masih bertemu matahariKepada rumpun ilalangKepada bintang gemintangKita dapat mencoba meminjam catatannya.

Page 174: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Sampai kapankah geranganWaktu yang masih tersisaSemuanya menggelengSemuanya terdiamSemuanya menjawab tak mengertiYang terbaik hanyalah segera bersujudMumpung kita masih diberi waktu. Ebiet G. Ade

3. Metode PembelajaranMetode Peta konsep (mind mapping) digunakan untuk membantu siswa mengoptimalkan otak kanan dan mengkonstruksi pengetahuan yang dimilikinya, menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam mengapresiasi puisi yang didengar. a) Teknik Tanya-jawab, dilakukan untuk membantu siswa mengidentifikasi

dan memahami unsur-unsur puisi, mengartikan kata-kata bermakna konotasi dan bermakna lambang agar siswa memperoleh penguatan atas informasi yang di dengarnya.

b) Teknik Unjuk Kerja, untuk membantu siswa memetakan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi yang didengar dalam mengapresiasi puisi.membantu siswa mengartikan kata-kata konotasi dan bermakna lambang.

4. Langkah-langkah Kegiatan PembelajaranPertemuan Pertama dan Keduaa. Kegiatan Awal

1) Siswa dan guru bertanya -jawab tentang unsur-unsur ekstrinsik puisi, 2) Siswa dan guru membahas arti kata-kata bermakna konotasi dan makna

lambang.3) Siswa menemukan unsur-unsur intrinsik puisi, tema, perasaan, nada dan

suasana serta amanat.4) Siswa dan guru bertanya-jawab tentang tema, perasaan, nada dan suasana

serta amanat puisi.5). Guru memberikan contoh dan menjelaskaskan peta konsep (mind

mapping) b) Kegiatan Inti

1) Siswa dan guru mendengarkan puisi melalui rekaman atau pembacaan langsung puisi “Menjaring Matahari” karya Ebiet G. Ade.

2) Siswa mendengarkan pembacaan puisi sambil membuat peta konsep (mind Mapping)

3) Siswa menemukan unsur-unsur ekstrinsik puisi. majas, rima, kata-kata berkonotasi dan bermakna lambang.

4) Siswa dan guru membahas tentang majas, rima, kata-kata bermakna konotasi dan bermakna lambang.

5) Siswa dan guru membahas unsur-unsur intrinsik puisi yang ditemukan.6) Siswa secara bergantian menyerahkan hasil apresiasinya.

Page 175: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

c. Kegiatan Akhir1) Siswa mendapat tugas membuat kerangka peta konsep sesuai dengan

bentuk dan warna yang diinginkannya untuk pertemuan berikutnya.2) Siswa dan guru melakukan refleksi atas apa yang telah dilakukan bersama

dalam pembelajaran.

Pertemuan Ketiga dan Keempata. Kegiatan Awal

1) Siswa dan guru bertanya-jawab tentang materi pertemuan lalu.2) Siswa mempersiapkan kerangka peta konsep yang dibuat sesuai dengan

bentuk dan warna yang diinginkannya.b. Kegiatan Inti

1) Siswa dan guru mendengarkan pembacaan puisi yang dilagukan berjudul “Masih Ada Waktu” karya Ebiet G. Ade.

2) Sambil mendengarkan pembacaan puisi, siswa menemukan unsur-unsur ekstrinsik puisi. majas, rima, kata-kata berkonotasi dan bermakna lambang.

3) Siswa menulis majas, rima, kata-kata bermakna konotasi dan bermakna lambang pada kerangka peta yang telah dibuatnya.

4) Siswa menulis unsur-unsur intrinsik puisi yang ditemukan, pada kerangka peta yang telah dibuatnya.

5) Siswa mengapresiasi puisi yang didengar, melalui peta konsep (mind mapping) yang telah dibuat.

b. Kegiatan Akhir1) Siswa memeriksa kembali hasil pekerjaannya sebelum diserahkan kepada

guru.2) Siswa dan guru melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah

dilakukan selama pembelajaran.

5. Sumber Belajara) Rekaman puisi / tape, puisi yang dibacakan.b) Buku Kompetensi Berbahasa dan Sastra Indonesia, Erlangga, Jakarta.c) Buku Pintar “Mind Map” oleh Tony Buzan

6. PenilaianJenis Tagihan Praktik Tugas individu Laporan lisan/tulis/LKS UlanganBentuk Instrumen Uraian bebas Pilihan ganda

Page 176: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Bentuk Instrumen Uraian bebas Pilihan gand

Soal Instrumena. Pertemuan Pertama Jawablah pertanyaan berikut : 1. Apakah tema puisi tersebut? 2. Sebutkan penggunaan gaya bahasa apa yang terdapat dalam puisi? 3. Apa yang ingin disampaikan penyair dalam puisi “Menjaring Matahari”?

4. Jelaskan imaji apa yang terdapat dalam puisi tersebut! 5. Pesan apa yang disampaikan penyair dalam puisi tersebut!b. Pertemuan Kedua Jawablah pertanyaan berikut 1. Apakah tema puisi tersebut? 2. Jelaskan suasana apa yang tergambar dalam puisi “Masih Ada Waktu”? 3. Jelaskan keadaan apa yang dipaparkan dalam puisi tersebut? 4 Menurut penyair, apa kemungkinan penyebab terjadinya peristiwa

tersebut?5. Sebutkan penggunaan gaya bahasa apa yang terdapat dalam puisi dan

jelaskan tujuannya?6. Pesan apa yang disampaikan penulis terhadap pembacanya

Samarinda, Oktober 2008

Page 177: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 3

Sekolah : SMA Negeri 1 Samarinda Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas /Semester : X / 1 Alokasi Waktu : 8 x 45 menit ( 4 x pertemuan )

Standar Kompetensi : Mendengarkan5. Memahami puisi yang disampaikan secara

langsung/ tidak langsungKompetensi Dasar : 5.1. Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi

yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman.

Indikator Mampu mengidentifikasi (majas, rima, kata-kata berkonotasi dan bermakna

lambang). Mampu menanggapi unsur-unsur puisi yang ditemukan. Mampu mengartikan kata-kata berkonotasi dan makna lambang. Mampu mengapreisasi puisi yang didengar, melalui peta konsep (mind

mapping)

1. Tujuan Pembelajaran :Siswa mampu: Mengidentifikasi unsur-unsur ekstrinsik puisi (majas, rima, kata-kata

berkonotasi dan bermakna lambang). Menanggapi unsur-unsur intrinsik puisi yang ditemukan. Mengartikan kata-kata bermakna konotasi dan makna lambang Mengapresiasi puisi yang didengar, melalui peta konsep (mind mapping)

2. Materi Pembelajarana) Identifikasi unsur-unsur ekstrinsik puisi majas, rima, kata-kata berkonotasi

dan bermakna lambang. b) Mengartikan kata-kata bermakna konotasi dan bermakna lambang. c) Unsur-unsur intrinsik puisi; tema, perasaan, nada dan suasana serta amanat d) Membuat peta konsep (mind mapping)

e) Mendengar pembacaan puisi yang berjudul “Aku Kekasihmu” karya Kadri Uning dan “Dengan Kasih Sayang” karya Rendra.

Page 178: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Aku Kekasihmu

Jikalau aku kuasaku ingin kembali ke awal duniasampai mengenal yang muliaagar lepas dari siksa neraka

Kuhadapkan wajahkuku pandang wakahmuku lepas pendengarankuku dengar suara kalammu

Betapa semula dakumeninggalkanmutapi demi kasihmukurasakan selalu pandanganmu

Kurasakan dikaumenjelajah tibuhkupatutkah aku kianataku kekasihmu Kadri Uning

Dengan Kasih Sayang

Dengan kasi sayangKita simpan bedil dan kelewang.Punahlah gairah pada darah Jangan!Jangan dibunuh para lintah daratCiumlah mesra anak jadah tak berayahDan sumbatkan jarimu pada mulut peletupanKerna darah para bajak dan perompakAkan mudah mendidi oleh pelor.Mereka bukan tapir atau badakHatinya pun berurusan cinta kasihSeperti jendela terbuka bagi angin sejuk!

Kita yang sering kehabisan cinta untuk merekaCuma membenci yang nampak rompak.Hati tak bisa berpelukan dengan hati mereka.Terlampau terbatas pada lahiriah masing pihak.Lahiriah yang terlalu banyak meminta!

Page 179: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Terhadap sajak yang paling utopisBacalah dengan senyum yang sabarJangan dibenci kaum pembunuh.Jangan biarkan anak bayi mati sendiri.Kere-kere jangan mengemis lagi.Dan terhadap penjahat yang paling laknatPandanglah dari jendela hati yang bersih.

Rendra

3. Metode Pembelajaran

Metode Peta konsep (mind mapping) digunakan untuk membantu siswa mengoptimalkan otak kanan dan mengkonstruksi pengetahuan yang dimilikinya, menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam mengapresiasi puisi yang didengar.

a) Teknik Tanya-jawab, dilakukan untuk membantu siswa mengidentifikasi dan memahami unsur-unsur puisi, mengartikan kata-kata bermakna konotasi dan bermakna lambang agar siswa memperoleh penguatan atas informasi yang di dengarnya.

b) Teknik Unjuk Kerja, untuk membantu siswa memetakan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi yang didengar dalam mengapresiasi puisi.membantu siswa mengartikan kata-kata konotasi dan bermakna lambang.

4. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran5.

Pertemuan Pertama dan Kedua

a. Kegiatan Awal 1) Siswa dan guru bertanya -jawab tentang unsur-unsur ekstrinsik puisi,

2) Siswa dan guru membahas arti kata-kata bermakna konotasi dan makna lambang.

3) Siswa menemukan unsur-unsur intrinsik puisi, tema, perasaan, nada dan suasana serta amanat.

4) Siswa dan guru bertanya-jawab tentang tema, perasaan, nada dan suasana serta amanat puisi.

5). Guru menjelaskan kegiatan inti yang akan dilaksanakan

b) Kegiatan Inti1) Siswa yang memiliki nomor ganjil dalam daftar hadir mendapat tugas

membaca puisi berjudul “Aku Kekasihmu” karya Kadri Uning secara bergantian dan memberikan penilaian terhadap cara membaca temannya.

2) Siswa yang memiliki nomor genap dalam daftar hadir mendengarkan pembacaan puisi sambil membuat peta pikiran (mind Mapping).

Page 180: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

3) Siswa yang memiliki nomor genap dalam daftar hadir mendapat tugas membaca puisi berjudul “Dengan Kasih Sayang” karya Rendra, secara bergantian dan memberikan penilaian terhadap cara membaca temannya.

4) Siswa yang memiliki nomor genap dalam daftar hadir mendengarkan pembacaan puisi sambil membuat peta pikiran (mind Mapping).

5) Siswa menemukan unsur-unsur ekstrinsik puisi. majas, rima, kata-kata berkonotasi dan bermakna lambang.

6) Siswa menemukan unsur-unsur struktur instrinsik puisi yang didengar.7) Siswa menuliskan unsur-unsur ekstrinsik puisi berupa kata-kata kunci ke

dalam peta pikiran (mind mapping) yang telah dibuat.8) Siswa menuliskan unsur-unsur struktur intrinsik puisi berupa kata-kata

kunci ke dalam peta pikiran (mind mapping) yang telah dibuat.

c. Kegiatan Akhir1) Siswa mendapat tugas membuat kerangka peta konsep sesuai dengan

bentuk dan warna yang diinginkannya.2) Siswa dan guru melakukan refleksi atas apa yang telah dilakukan bersama

dalam pembelajaran.

Pertemuan Ketiga dan Keempat

a. Kegiatan Awal1) Siswa dan guru bertanya-jawab tentang materi pertemuan lalu.2) Siswa mempersiapkan kerangka peta konsep yang dibuat sesuai dengan

bentuk dan warna yang diinginkannya.

b. Kegiatan Inti1) Siswa mengemukakan ide-ide atau gagasannya dalam bentuk kata-kata

kunci ke atas garis ranting-ranting atau cabang-cabang pada peta pikiran.2) Siswa menulis unsur-unsur ekstrinsik puisi. majas, rima, kata-kata

berkonotasi dan bermakna lambang pada peta pikiran (mind mapping).3) Siswa menulis unsur-unsur intrinsik puisi pada peta pikiran (mind

mapping) yang telah dibuat..4) Siswa menulis puisi berdasarkan peta pikiran (mind mapping) yang telah

dibuat.

c. Kegiatan Akhir1) Siswa memeriksa kembali hasil pekerjaannya sebelum diserahkan kepada

guru.2) Siswa dan guru melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah

dilakukan selama pembelajaran.

5. Sumber Belajara) puisi yang dibacakan.b) Buku Kompetensi Berbahasa dan Sastra Indonesia, Erlangga, Jakarta.c) Buku Pintar “Mind Map” oleh Tony Buzan

Page 181: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

6. PenilaianJenis Tagihan Praktik Tugas individu Laporan lisan/tulis/LKS UlanganBentuk Instrumen Uraian bebas Pilihan gandaBentuk Instrumen Uraian bebas Pilihan gandaSoal Instrumena. Pertemuan PertamaJawablah pertanyaan berikut:1. Apakah tema puisi tersebut?2. Jelaskan rima apakah yang terdapat dalam puisi tersebut?3, Jelaskan nada dan suasana puisi tersebut!4. Sebutkan penggunaan majas apa saja yang terdapat dalam puisi!

5. Pesan apa yang disampaikan penulis terhadap pembacanya?b. Pertemuan Kedua1. Apakah tema puisi “Dengan Kasih Sayang” tersebut?2. Majas apakah yang terdapat pada puisi tersebut?3. Sebutkan kata-kata bermakna konotasi yang terdapat pada puisi tersebut!4. Bagaimana sikap penyair terhadap pembacanya?5. Pesan apa yang disampaikan penulis terhadap pembacanya?

Pedoman Penilaian

a. Penilaian Membaca Puisi

No. Aspek yang Dinilai Skor Skor Maksimal

1. Kejelasan Vokal 1 – 5 52. Mimik 1 – 5 53. Intonasi 1 – 5 54. Gerak 1 – 5 55. Jeda 1 – 5 56. Penghayatan 1 - 5 5

Jumlah Skor Maksimal 30

Page 182: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

b. Penilaian Menulis Puisi

No. Aspek yang Dinilai Skor Skor Maksimal

1. Diksi (pilihan kata) 1 – 5 52. Pencitraan (pengimajian) 1 – 5 53. Kata konkret 1 – 5 54. Bahasa figuratif (majas) 1 – 5 55. Pelambangan 1 – 5 56. Verifikasi 1 – 5 57. Tema puisi 1 – 5 58. Perasaan 1 – 5 59. Nada dan suasana 1 – 5 510. Amanat (pesan) puisi 1 - 5 5

Jumlah Skor Maksimal 50

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 - 100 adalah sebagai berikut :

Perolehan SkorNilai akhir = ------------------------- X Skor Ideal (100) = ……………. Skor maksimum (26)

Samarinda, Oktober 2008

Page 183: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

172

Lampiran Lembar Kerja Siswa Siklus I

LEMBAR KERJA SISWA 1

Nama Siswa : ……………………………..Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra IndonesiaKelas /Semester : X 8 / 1Standar Kompetensi : Mendengarkan

5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsung

Kompetensi Dasar : 5. 1. Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman

A. Materi Pembelajaran

Dengan Puisi, Aku

Dengan puisi aku bernyanyiSampai senja umurku nantiDengan puisi aku bercintaBerbatas cakrawalaDengan puisi aku mengenangKeabadian Yang Akan DatangDengan puisi aku menangisJarum waktu bila kejam mengirisDengan puisi aku mengutukNafas zaman yang busukDengan puisi aku berdoaPerkenankanlah kiranya. Taufik Ismail

B. Langkah-langkah Kegiatan

1. Sebutkan penggunaan gaya bahasa apa yang terdapat dalam puisi dan jelaskan tujuannya?

Jawab ……………………………………………………………………… . …………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………... ……………………………………………………………………………... 2. Apa yang ingin disampaikan penyair dalam puisi “Dengan Puisi, Aku”? Jawab ……………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………

Page 184: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

173

3. Jelaskan makna kata-kata berikut ini: “Dengan puisi aku mengenang keabadian yang akan datang”!

Jawab ……………………………………………………………………… …………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………………..

4. Tentukan kata-kata bermakna konotasi dalam puisi tersebut! Jawab …………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………5. Pesan apa yang disampaikan penyair dalam puisi tersebut!

Jawab………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………

Page 185: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Lampiran Lembar Kerja Siswa Siklus I

LEMBAR KERJA SISWA 2

Nama Siswa : ………………………………. Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra IndonesiaKelas /Semester : X / 1Standar Kompetensi : Mendengarkan

5. Memahami puisi yang disampaikan secaralangsung/tidak langsung

Kompetensi Dasar : 5. 1. Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman

A. Materi Pembelajaran

Hai Laila

Hai Laila, sudah lama kita menunggumuSudah satu jam, berdering bel untuk satu jam pelajaranmuBukumu sudah kau baca tapi sudahkah ia masuk di kepalamu?Otakmu kosong melompong, di atas kepalamu ada si tampan ituUlangan untukmu Rafi’ah… 9,5Semua bersorak, bersiul-siulUntukmu Laila … 4,5Tercengang, dan nampak buku-buku cekakak-cekikik melihat LailaTermenung kaku

Sementara,Kursi dan meja-meja menatap begitu garingBuatkan ngilu karena maluBuatkan pilu yang terasa menyayat kalbu“Sedang buatkan apa di kepalamu, hai Laila?”Suara itu begitu nyaring menghentakkanDegup-degup jantung yang berdenyut ituJangan kau pasangkan es krim, bakso, jalan-jalan dan pancaran diKepalamu!

Jangan kau jatuhkan air asin ituDari kelopak mata indahmuTak ada guna, dan …Bukan itu yang mereka mau

Page 186: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

“Terus, teruslah kau kutip ilmu-ilmu ituDengan secarik kertas dan tinta hitamLalu masukkanlah ke berangkas otakmuTanpa menangis dan basa-basiAgar kau ambil di hari nanti!”

Tutus Halimatussa’diah

B. Langkah-langkah Kegiatan

Jawablah pertanyaan berikut 1. Apakah tema puisi tersebut?

Jawab ……………………………………………………………………… …………………………………………………………………………….. 2. Jelaskan suasana apa yang tergambar dalam puisi “Hai Laila”? Jawab ……………………………………………………………………… …………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………………..3. Pengimajinasian apa yang terdapat dalam puisi tersebut? Jelaskan ! Jawab ……………………………………………………………………… …………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………………..4. Sebutkan penggunaan gaya bahasa apa yang terdapat dalam puisi tersebut! Jawab ……………………………………………………………………… …………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………………...5. Pesan apa yang disampaikan penulis terhadap pembacanya?

Jawab ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………..…………………………………………………………………………….

Page 187: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Lampiran Lembar Kerja Siswa Siklus II

LEMBAR KERJA SISWA 3

Nama Siswa : ………………………………. Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra IndonesiaKelas /Semester : X / 1Standar Kompetensi : Mendengarkan 5. Memahami puisi yang disampaikan secara

langsung/tidak langsungKompetensi Dasar : 5. 1. Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang

disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman

A. Materi Pembelajaran

Menjaring Matahari

Kabut…Sengajakah engkau mewakili pikirankuPekat, hitam berarak menyelimuti matahariAku dan semua yang ada di sekelilingkuMerangkak menggapai dalam gelap

Mendung …benarkah pertanda akan segera turun hujanDeras agar semua basah yang ada di muka bumiSiramilah juga jiwa kami semua Yang tengah dirundung kegalauan

Roda zaman menggilas kita terseret tertatih-tatihSungguh hidup terus diburu berpacu dengan waktuTak ada yang dapat menolongSelain yang di sanaTak ada yang dapat membantuSelain yang di sanaDialah Tuhan… Dialah TuhanOooh … Tuhan. Oooh … Tuhan. Oooh … Tuhan

Ebiet G. Ade

Page 188: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

B. Langkah-langkah Kegiatan

Jawablah pertanyaan berikut

1. Apakah tema puisi “Menjaring Matahari”?Jawab ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………...……………………………………………………………………………..

2. Jelaskan suasana apa yang tergambar dalam puisi “Menjaringa Matahari”? Jawab ………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………..

3. Pengimajinasian apa yang terdapat dalam puisi tersebut!Jawab ……………………………………………………………………..……………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………..

4. Sebutkan gaya bahasa apa yang terdapat dalam puisi tersebut? Jawab ………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………...……………………………………………………………………………...……………………………………………………………………………...

5. Apa yang hendak disampaikan pengarang dalam puisi tersebut?Jawab ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………...……………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………...

Page 189: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Lampiran Lembar Kerja Siswa Siklus II

LEMBAR KERJA SISWA 4

Nama Siswa : ………………………………. Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra IndonesiaKelas /Semeste : X / 1Standar Kompetensi : Mendengarkan 5. Memahami puisi yang disampaikan secara

langsung/tidak langsungKompetensi Dasar : 5. 1. Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang

disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman

A. Materi Pembelajaran

Masih Ada Waktu

Bila masih mungkin kita menorehkan baktiAtas nama jiwa dan hati tulus ikhlasMumpung masih ada kesempatan buat kitaMengumpulkan bekal perjalanan abadiHo …… ho…… ho……Du …….du……. du…….2xKita masih ingat tragedi yang memilukanKenapa harus mereka yang terpilih menghadapTentu ada hikmah yang harus kita petikAtas nama jiwa mari heningkan cipta

Kita mesti bersyukur bahwa kitaMasih diberi waktuEntah sampai kapan Tak ada yang bakal dapat menghitungHanya atas kasihnyaHanya atas kehendaknyaKita masih bertemu matahariKepada rumpun ilalangKepada bintang gemintangKita dapat mencoba meminjam catatannya.

Sampai kapankah geranganWaktu yang masih tersisaSemuanya menggelengSemuanya terdiam

Page 190: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Semuanya menjawab tak mengertiYang terbaik hanyalah segera bersujudMumpung kita masih diberi waktu.

Ebiet G. Ade

b. Langkah-langkah Kegiatan

Jawablah pertanyaan berikut !

1. Apakah tema puisi “Masih Ada Waktu”?

Jawab: ………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………...

2. Jelaskan suasana apa yang tergambar dalam puisi “Masih Ada Waktu”?

Jawab: ………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………..

3. Jelaskan keadaan apa yang dipaparkan dalam berjudul “Masih Ada Waktu”

Jawab: ………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………...

4. Menurut penyair, apa kemungkinan penyebab terjadinya peristiwa dalam

puisi berjudul “Masih Ada Waktu”?

Jawab: ………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………..

5. Sebutkan penggunaan gaya bahasa apa yang terdapat dalam puisi “Masih

Ada Waktu”?

Jawab: ………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………...

6. Apa yang ingin disampaikan pengarang dalam puisi “Masih Ada Waktu”

Jawab: ………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………….

Page 191: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Lampiran Lembar Kerja Siswa Siklus III

LEMBAR KERJA SISWA 5

Nama Siswa : ………………………………. Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra IndonesiaKelas /Semester : X / 1Standar Kompetensi : Mendengarkan

5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/ tidak langsung

Kompetensi Dasar : 5. 1. Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman

A. Materi Pembelajaran

Aku Kekasihmu

Jikalau aku kuasaku ingin kembali ke awal duniasampai mengenal yang muliaagar lepas dari siksa neraka

Kuhadapkan wajahkuku pandang wakahmuku lepas pendengarankuku dengar suara kalammu

Betapa semula dakumeninggalkanmutapi demi kasihmukurasakan selalu pandanganmu

Kurasakan dikaumenjelajah tibuhkupatutkah aku kianataku kekasihmu

Kadri Uning

Page 192: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

B. Langkah-langkah Kegiatan

Jawablah pertanyaan berikut:

1. Apa yang ingin digambarkan penyair pada pembaca dalam puisi tersebut?

Jawab ………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………..

2. Jelaskan rima apakah yang terdapat dalam puisi tersebut?

Jawab ………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………..

3. Jelaskan nada dan suasana puisi tersebut!

Jawab ………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………..

4. Sebutkan penggunaan majas apa yang terdapat dalam puisi tersebut!

Jawab ………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………….

5. Pesan apa yang disampaikan penulis terhadap pembacanya?

Jawab ………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………...

……………………………………………………………………………...

……………………………………………………………………………...

……………………………………………………………………………

Page 193: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Lampiran Lembar Kerja Siswa Siklus III

LEMBAR KERJA SISWA 6

Nama Siswa : ………………………………. Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra IndonesiaKelas /Semester : X / 1Standar Kompetensi : Mendengarkan 5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/

tidak langsungKompetensi Dasar : 5.1. Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan

sataupun melalui rekaman

A. Materi Pembelajaran

Dengan Kasih Sayang Dengan kasi sayangKita simpan bedil dan kelewang.Punahlah gairah pada darah

Jangan!Jangan dibunuh para lintah daratCiumlah mesra anak jadah tak berayahDan sumbatkan jarimu pada mulut peletupanKerna darah para bajak dan perompakAkan mudah mendidi oleh pelor.Mereka bukan tapir atau badakHatinya pun berurusan cinta kasihSeperti jendela terbuka bagi angin sejuk!

Kita yang sering kehabisan cinta untuk merekaCuma membenci yang nampak rompak.Hati tak bisa berpelukan dengan hati mereka.Terlampau terbatas pada lahiriah masing pihak.Lahiriah yang terlalu banyak meminta!

Terhadap puisi yang utopisBacalah dengan senyum yang sabarJangan dibenci kaum pembunuh.Jangan biarkan anak bayi mati sendiri.Kere-kere jangan mengemis lagi.Dan terhadap penjahat yang paling laknatPandanglah dari jendela hati yang bersih. Rendra

Page 194: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

B. Jawablah pertanyaan berikut:

1. Apakah tema puisi “Dengan Kasih Sayang” tersebut?

Jawab …………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………..

2. Sebutkan majas yang terdapat pada puisi tersebut?

Jawab ………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………..

3. Sebutkan kata-kata bermakna konotasi yang terdapat pada puisi tersebut!

Jawab ………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………….

4. Bagaimana sikap penyair terhadap pembacanya?

Jawab ……………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………….

5. Pesan apa yang disampaikan penulis terhadap pembacanya?

Jawab ……………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

Page 195: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Lampiran Tes Pratindakan

Tes Pratindakan

Bacalah puisi berikut dan jawablah pertanyaan yang tersedia!

Surat dari Ibu

Pergi ke dunia luas anakku sayangPergi ke laut bebas!Selama angin masih angin buritanDan matahari pagi menyinar daun-daunanDalam rimba dan padang hijau

Pergi ke laut lepas anakku sayangPergi ke alam bebas!Selama hari belum petangDan warna senja belum kemerah-merahanMenutup pintu waktu lampau

Jika bayang telah pudarDan elang laut pulang ke sarangAngin bertiup ke benuaTiang-tiang akan kering sendiriDan nakhoda sudah tahu pedomanBoleh engkau datang padaku

Kembali pulang anakku sayangKembali ke balik malam!Jika kapal telah rapat ke tepiKita akan bercerita“Tentang cinta dan kehidupan pagi hari” Asrul Sani

Soal /Instrumen

Jawablah pertanyaan berikut

1. Apakah tema puisi tersebut?

Jawab …………………………………………………………………………....

……………………………………………………………………………………

2. Jelaskan suasana dan nada apa yang tergambar dalam puisi ?

Jawab …………………………………………………………………………..

Page 196: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

3. Jelaskan suasana dan nada apa yang tergambar dalam puisi ?

Jawab .....................................................................................................................

4. Jelaskan kata-kata berkonotasi dan bermakna lambang dalam puisi tersebut!

Jawab .......................................................................................................................

5. Sebutkan penggunaan gaya bahasa apa yang terdapat dalam puisi dan jelaskan

tujuannya!

Jawab .....................................................................................................................

6. Pesan apa yang disampaikan penulis terhadap pembacanya?

Jawab ....................................................................................................................

Pedoman Penskoran

No. Aspek yang dinilai Skor Skor Maksimun

1. Kesesuaian tema dengan judula. Sesuaib. Kurang sesuaic. Tidak sesuai

531

5

2. Menemukan penggambaran suasana dan nada puisia. Penggambaran suasana dan nada lengkap b. Penggambaran suasana dan nada kurang lengkap c. Penggambaran suasana dan nada tidak lengkap

421

4

3. Menemukan peristiwa yang menjadi latar penulisan puisia. Peristiwa/ latar puisi lengkapb. Peristiwa/ latar puisi kurang lengkapc. Peristiwa/latar puisi tidak ada

321

3

4. Menemukan kata-kata berkonotasi atau lambanga. Menemukan 5 kata-kata berkonotasai atau lambangb. Menemukan 3 kata-kata berkonotasi atau lambangc. Menemukan 1 kata-katan berkonotasi atau lambang

421

4

5, Menemukan dan memahami majas dalam puisia. Menemukan 3 .majasb. Menemukan 2 majasc. Menemukan 1 majas

531

5

6. Menentukan amanat dan ketepatan dengan tema puisia. Amanat dan tema puisi tepatb. Amanat dan tema puisi kurang tepatc. Amanat dan tema puisi tidak tepat

531

5

Jumlah Skor Maksimum 26

Page 197: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 - 100 adalah sebagai berikut :

Perolehan SkorNilai akhir = ------------------------- X Skor Ideal (100) = ……………. Skor maksimum (26)

Samarinda, 26 Juli 2008

Page 198: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Lampiran Tes Siklus I

Tes Siklus I

A. Materi untuk soal mendengarkan puisi

Pahlawan Tak Dikenal

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaringTetapi bukan tidur, sayangSebuah lubang peluru bundar di dadanyaSenyum bekunya mau berkata, kita sedang perang.

Dia tidak ingat bilamana dia datangKedua lengannya memeluk senapanDia tidak tahu untuk siapa dia datangKemudian dia terbaring, tetapi bukan tidur, sayang.

Wajah sunyi setengah tengadahMenangkap sepi pandang senjaDunia tambah beku di tengah derap dan suara menderuDia masih sangat muda.

Hari itu 10 November, hujan pun mulai turunOrang-orang kembali ingin memandangnyaSambil merangkai karangan bungaTapi yang nampak wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya.

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaringTetapi bukan tidur sayangSebuah lubang peluru bundar di dadanyaSenyum bekunya mau berkata aku sangat muda.

Toto Sudarto BachtiarB. Materi untuk tes tertulis apresiasi puisi

Gerimis Pagi Ini

Gerimis pagi iniAdalah gerimis tangan zamanKetika sekawanan burung lukaEncakar tangkai jantung derita

Page 199: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Gerimis pagi iniAdalah gerimis tangis insaniKarena rahang-rahang kemerdekaanDisekap moncong-moncong pertikaianDan tersumpal luka yang tak kunjung tersembuhkan

Gerimis pagi iniAdalah gerimis tangis kitaKarena di tengah keluh dan borok duniaTuhan tetap mengulurkan berjuta sauh cinta. Korrie Layun Rampan

Soal untuk tes mendengarkan dan tes tertulis

1. Jelaskan apa yang diungkapkan dalam puisi berjudul ”Gerimis Pagi Ini”?

Jawab …………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

2. Suasana apa yang tergambar pada keseluruhan puisi ”Gerimis Pagi Ini”

Jawab …………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

3. Gaya bahasa apa yang terdapat dalam puisi tersebut?

Jawab …………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

4. Sebutkan kata-kata yang bermakna konotasi dan bermakna lambang dalam puisi

tersebut!

Jawab …………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………

5. Pencitraan apa saja yang terdapat dalam puisi tersebut dan tulislah bait-bait

yang mendukung pernyataan Anda?

Jawab ………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………

6. Pesan apa yang ingin disampaikan penyair dalam puisi tersebut?

Jawab …………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

Page 200: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Pedoman Penskoran

No. Aspek yang Dinilai Skor Skor Maksimun

1. Kesesuaian tema dengan judula. Sesuaib. Kurang sesuaic. Tidak sesuai

531

5

2. Menemukan penggambaran suasana dan nada puisia. Penggambaran suasana dan nada lengkap b. Penggambaran suasana dan nada kurang lengkap c. Penggambaran suasana dan nada tidak lengkap

421

4

3. Menemukan peristiwa yang menjadi latar penulisan puisia. Peristiwa/ latar puisi lengkapb. Peristiwa/ latar puisi kurang lengkapc. Peristiwa/latar puisi tidak ada

321

3

4. Menemukan kata-kata berkonotasi atau lambanga. Menemukan 5 kata-kata berkonotasai atau lambangb. Menemukan 3 kata-kata berkonotasi atau lambangc. Menemukan 1 kata-katan berkonotasi atau lambang

421

4

5, Menemukan pencitraan puisi dan bait-bait yangmendukunga. Menemukan pencitraan dan bait yang mendukungb. Menemukan pencitraannya sajac. Tidak menemukan

531

5

6. Menentukan amanat dan ketepatan dengan tema puisia. Amanat dan tema puisi tepatb. Amanat dan tema puisi kurang tepatc. Amanat dan tema puisi tidak tepat

531

5

Jumlah Skor Maksimun 26

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 - 100 adalah sebagai berikut :

Perolehan SkorNilai akhir = ------------------------- X Skor Ideal (100) = ……………. Skor maksimum (26)

Samarinda, Agustus 2008 Peneliti, Guru Mata Pelajaran,

Page 201: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Lampiran Tes Siklus II

Tes Siklus II A. Materi untuk soal mendengarkan puisi

Kabar bagi Maida 1

Aku terlukan di tempat gempa, Maidabukan oleh puing atau reruntuhan dindingtapi oleh derita yang tertangkap matatelah mencabik-cabik batinku, aku melihatrumah rebah ke tanah, kota yang dulu cantikkini telah jadi kota puing

di sepanjang jalan mata seakan dicucuk duri ikankepedihan mereka menyusup ke dadaaku tak berpikir ini salah siapa, saut pun berpuisi.“bencana alam bukan dosa!”

dari desa mancingan sampai ujung imogiriaku tak melihat ada wajah ceriasemua terlipat oleh duka dan tak ada kesan memintabelum lagi situs-situs yang seakan diperhangusya Allah, selamatkan sejarah dan tabahkan hati mereka

Aku terluka di tempat gempa, Maidabukan oleh rasa sakit di pipiku yang tergorespisau milikmu, atau oleh tajam alismu

yang menancap di hatiku, tapi oleh tangan initangan yang masih ingin memberi dan membantunamun terhenti dibatas oleh waktu. Yogyakarta, 11 Juni 2006 Endang Supriadi

B. Materi untuk tes tertulis apresiasi puisi

Kutuliskan

Kutuliskan lagi kata-kata sepikutuliskan tak henti-hentiwalau tak berarti

(Kala burung pergi mencari matahari)

Page 202: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Kutuliskan lagi kenangan-kenangan matihingga bagai apimembara dalam mimpi

(Kala daun gugur dan dahan tertidur)

Kutuliskan lagi harapan-harapan abadi hingga bagai duri melindungi sekeping hati

(Kala angin lirih menghibur alam sedih)

Wing Kardjo

Soal untuk tes mendengarkan dan tes tertulis

1. Apakah yang diungkapkan dalam puisi ?

Jawab …………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………….

2. Bagamanakah penggambaran suasana dan nada puisi?

Jawab ......................................................................................................................

.................................................................................................................................

.................................................................................................................................

3. Peristiwa apakah yang melatarbelakangi puisi “Kabar bagi Maida 1”?

Jawab ……………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………….

4. Sebutkan kata-kata yang bermakna konotasi atau lambang dalam puisi tersebut!

Jawab …………………………………………………………………………......

………………………………………………………………………………….....

.................................................................................................................................

Page 203: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

5. Pencitraan apa yang anda temukan dalam puisi tersebut?

Jawab ......................................................................................................................

.................................................................................................................................

.................................................................................................................................

6. Jelaskan makna larik puisi ini “bencana alam bukan dosa”!

Jawab ……………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………….

7. Majas apakah yang terdapat dalam puisi tersebut?

Jawab

…………………………………………………………………………….............

…………………………………………………………………………………….

8. Pesan apa yang ingin disampaikan penyair kepada pembacanya?

Jawab ......................................................................................................................

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

Pedoman Penilaian

No. Uraian Skor Skor

Maksimal

1. Kesesuaian tema dengan judula. Sesuaib. Kurang sesuaic. Tidak sesuai

531

5

2. Menemukan penggambaran suasana dan nada puisia. Penggambaran suasana dan nada lengkap b. Penggambaran suasana dan nada kurang lengkap c. Penggambaran suasana dan nada tidak lengkap

421

4

3. Menemukan peristiwa yang menjadi latar penulisan puisia. Peristiwa/ latar puisi lengkapb. Peristiwa/ latar puisi kurang lengkapc. Peristiwa/latar puisi tidak ada

321

3

4. Menemukan kata-kata berkonotasi atau lambanga. Menemukan 5 kata-kata berkonotasai atau lambangb. Menemukan 3 kata-kata berkonotasi atau lambangc. Menemukan 1 kata-katan berkonotasi atau lambang

421

4

Page 204: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

5. Menemukan pencitraan puisi dan bait yangmendukunga. Menemukan pencitraan dan bait yang mendukungb. Menemukan pencitraannya sajac. Tidak menemukan

531

5

6. Menjelaskan makna larik puisia. Tepatb. Kurang tepatc. Tidak tepat

421

4

7. Menemukan majas dalam puisi dan larik pendukungnyaa. Menemukan lima majasb. Menemukan tiga majasc. Menemukan satu majas

531

5

8. Mengungkapkan pesan puisia. Pengungkapan tepatb. Pengungkapan kurang tepatc. Pengungkapan tidak tepat

531

5

Jumlah Skor Maksimal 35

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 - 100 adalah sebagai berikut :

Perolehan SkorNilai akhir = ------------------------- X Skor Ideal (100) = ……………. Skor maksimum (35)

Samarinda, Oktober 2008

Peneliti, Guru mata pelajaran,

Page 205: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Lampiran Tes Siklus III

Tes Siklus III

A. Materi untuk soal mendengarkan puisi

Perempuan-Perempuan Perkasa Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta

Dari manakah merekaKe stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desaSebelum pluit kereta api terjagaSebelum hari bermula dalam pesta kerja

Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta,Ke manakah merekaDi atas roda-roda baja mereka berkendaraMereka berlomba dengan surya menuju gerbang kotaMereka hidup di pasar-pasar kota

Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta,Siapakah mereka?Akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kotaMereka cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa.

Hartoyo Andangjaya

B. Materi untuk tes mendengarkan dan tes tertulis

Senja Di Pelabuhan Kecil

Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada ceritatiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut mengehmbuskan diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elangmenyingung muram, desir hari lari berenangmenemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerakDan kini, tanah, air tidur hilang ombak

Tida lai. Aku sendiri. BerjalanMenyisir semenanjung, masih pengapharapSekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalanDari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap Chairil Anwar

Page 206: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Soal untuk tes mendengarkan dan tes tertulis

1. Apakah tema puisi “Perempuan-Perempuan Perkasa” tersebut?

Jawab …………………………………………………………………………..

2. Sebutkan pencitraan (pengimajian) yang terdapat pada puisi “Perempuan-

Perempuan Perkasa” tersebut!

Jawab …………………………………………………………………………….

3. Siapakah tokoh yang digambarkan dalam puisi tersebut?

Jawab ………………………………………………………………………….

4. Bagaimana watak tokoh dalam puisi tersebut?

Jawab …………………………………………………………………………..

5. Sebutkan kata-kata yang bermakna konotasi dan lambang dalam puisi tersebut!

Jawab …………………………………………………………………………..

6. Sebutkan majas yang terdapat dalam puisi tersebut!

Jawab ………………………………………………………………………….

7. Tulislah larik puisi yang menggunakan majas tersebut!

Jawab …………………………………………………………………………...

8. Pesan apakah yang disampaikan penyair kepada pembaca?

Jawab …………………………………………………………………………..

9. Ungkapkanlah isi puisi dengan kata-kata Anda sendiri!

Jawab …………………………………………………………………………….

Pedoman Penilaian

No. Aspek yang Dinilai Skor Skor Maksimal

1. Kesesuaian tema dengan judula. Sesuaib. Kurang sesuaic. Tidak sesuai

531

5

2. Menemukan pencitraan puisi dan bait yangmendukunga. Menemukan pencitraan dan bait yang mendukungb. Menemukan pencitraannya sajac. Tidak menemukan

531

5

3. Menjelaskan tokoh yang digambarkan dalam puisia. Penggambaran tepatb. Penggambaran kurang tepatc. Penggambaran tidak tepat

531

5

Page 207: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

4. Menjelaskan watak tokoh dalam puisia. Penjelasan tepatb. Penjelasan kurang tepatc. Penjelasan tidak tepat

531

5

5. Menemukan kata-kata yang bermakna konotasi dalam puisi tersebuta. Menemukan 5 kata-kata berkonotasai atau lambangb. Menemukan 3 kata-kata berkonotasi atau lambangc. Menemukan 1 kata-katan berkonotasi atau lambang

531

5

6 Menjelaskan Versifikasi yang terdapat dalam puisia. Tepatb. Kurang tepatc. Tidak tepat

531

5

7. Menemukan majas dalam puisi dan larik pendukungnyaa. Menemukan lima majasb. Menemukan tiga majasc. Menemukan satu majas

531

5

8. Menjelaskan makna larik puisia. Tepatb. Kurang tepatc. Tidak tepat

531

5

9. Mengungkapkan pesan puisia. Pengungkapan tepatb. Pengungkapan kurang tepatc. Pengungkapan tidak tepat

531

5

10 Mengungkapkan isi puisi dengan kata-kata sendiria. Pengungkapan tepatb. Pengungkapan kurang tepatc. Pengungkapan tidak tepat

531

5

Jumlah Skor Maksimal 50

Samarinda, Oktober 2008

Page 208: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Lampiran 1. a. Wawancara Survei Awal

Wawancara 1

1. Tempat : Ruang Guru SMA Negeri 1 Samarinda2. Hari, tanggal : Senin, 21 Juli 20083. Tujuan : Ingin mengetahui gambaran awal pembelajaran puisi4. Pelaku : Peneliti dan Guru Bahasa Indonesia, kelas X 8

Hari Senin, 21 Juli 2008, peneliti datang di SMA Negeri 1 Samarinda sekitar pukul 07.00 WIT. Maksud kedatangan peneliti untuk menemui Pak Suwitoyo, selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia kelas X 8 dalam rangka membicarakan tentang pembelajaran puisi.

Peneliti langsung menuju ke ruang guru, di ruang guru sudah banyak guru yang hadir. Sebenarnya semua guru sudah hadir, namun tidak terlihat di ruang guru. Guru-guru yang tidak terlihat di ruang guru adalah wali kelas, pada saat seperti ini masuk kelas untuk mendata kehadiran siswa di kelas masing-masing. Peneliti langsung menghampiri Pak Suwitoyo dan memulai wawancara:Peneliti : “Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh”Guru : “Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh. Bagaimana

kabarnya, Bu Saidah?”Peneliti : “Alhamdulillah, baik dan sehat, Pak.”Guru : “Kapan Bu dari Solo?”Peneliti : “Kemarin Pak Minggu, 20 Juli.”Guru : “Bagaimana rencana penelitian, Ibu?”Peneliti : “Iya Pak, rencana penelitian yang sudah kita bicarakan, Insya Allah

akan saya laksanakan.”Guru : “Oh ya, tentang penelitian tindakan kelas itu ya, Bu?”Peneliti : “Iya Pak, sesuai rencana penelitian tindakan kelas tentang materi

apresiasi puisi yang dulu pernah kita bicarakan.” Sy berharap Bapak dapat membantu saya!”

Guru : “Insya Allah, Bu, sebisa saya.”Peneliti : “Ketika Bapak melaksanakan pembelajaran apresiasi sastra,

kesulitan yang dihadapi siswa tentang apa, Pak?”Guru : “Kesulitan yang dihadapi siswa tentang apresiasi puisi, Bu.”Peneliti : “Bapak bisa menjelaskan sedikit, mengapa siswa merasa kesulitan

mempelajari puisi?”Guru : “Karena Puisi kaya makna, sehingga siswa mengalami kesulitan

menafsirkannya.”Peneliti : “Mungkin ada hal lain, Pak?”Guru : “Benar Bu, kata-kata dalam puisi memiliki makna bermacam-

macam.”Peneliti : “Benar Pak, selain hal itu mungkin masih ada hal lain, Pak?”Guru : “Ada Bu, yaitu tentang unsur-unsur pembangun puisi, gaya bahasa,

tema, dan amanat.”

Page 209: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Peneliti : “Oh ya Pak, saya juga ingin mengetahui tentang strategi atau metode yang sering Bapak gunakan?”

Guru : “Metode yang saya gunakan tergantung situasi dan kondisi.”Peneliti : “Yang sering Bapak gunakan dalam pembelajaran apresiasi sastra,

khususnya pada apresiasi puisi?”Guru : “Kadang ceramah, tanya- jawab, kadang diskusi.”Peneliti : “Diantara metode-metode yang Bapak sebutkan, yang mana paling

efektif menurut Bapak?”Guru : “Sebenarnya menurut saya yang paling baik adalah metode diskusi,

Bu tapi kadang situasi kelas menjadi ramai, selain itu banyak waktu terbuang, dan kadang ada beberapa siswa yang tidak aktif.”

Peneliti : “ Bagaimana cara Bapak mengatasinya?”Guru : “Akhirnya, saya kembali dengan metode pembelajaran yang biasa

saya lakukan.”Peneliti : “Bagaimana caranya, Pak?”Guru : “Materi yang sudah saya persiapkan, saya jelaskan dan diselingi

tanya jawab.”Peneliti : “Maaf, masih ada lagi yang ingin saya ketahui dari Bapak tentang

belajar kelompok atau diskusi. Pernahkah Bapak membentuk kelompok permanen selama satu semester atau satu tahun?”

Guru : “Saya tidak pernah membentuk kelompok permanen, jadi kalau membentuk kelompok seketika itu, dan pada pertemuan berikutnya kelompok tersebut sudah berubah.”

Peneliti : “Bagaimana caranya Bapak membagi anggota kelompok itu?”Guru : “Kadang saya bagi menurut nomor presensi, kadang siswa saya

suruh membentuk sendiri anggota kelompoknya.”Peneliti : “Bagaimana hasil belajar siswa pada materi apresiasi puisi dengan

metode dan strategi yang telah Bapak terapkan tersebut?”Guru : “Hasil belajar siswa kurang memuaskan. Hampir enam puluh persen

belum mencapai KKM.”Peneliti : “Apakah Bapak pernah mencoba metode lain untuk meningkatkan

pembelajaran dan kemampuan apresiasi puisi siswa?”Guru : “Belum pernah. Sebenarnya saya ingin mencobanya, tapi masih

terbentur dengan waktu.”Peneliti : “Maaf Pak, Bagaimana kalau penelitian tindakan kelas yang

akan kita laksanakan nanti kita coba dengan metode peta pikiran (mind mapping)?”

Guru : “Saya setuju Bu, tapi jujur saja, saya tidak begitu paham tentang metode peta pikiran tersebut dan bagaimana penerapannya dalam pembelajaran apresiasi puisi?”

Peneliti : “Disinilah perlunya kerja sama antara kita untuk menerapkan metode tersebut dalam pembelajaran apresiasi puisi.”

Guru : “Dengan senang hati Bu, hal ini sangat saya harapkan, semoga kerja sama kita dalam penelitian ini mampu meningkatkan apresiasi puisi pada siswa.

Page 210: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Peneliti : “Terima kasih Pak, Semoga kerja sama dalam penelitian ini membuahkan hasil yang bermanfaat untuk para siswa dan guru-guru bahasa dan sastra Indonesia, serta menjadi amal kebaikan untuk kita. Amin.”

Guru : “Semoga ya Bu. Amin.”Peneliti : “Sekali lagi terima kasih Pak. Saya pamit dulu. Assalamu alaikumGuru : “Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.

Page 211: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Lampiran 1. b. Wawancara Survei Awal

Wawancara 2

1. Tempat : Ruang Perpustakaan SMA Negeri 1 Samarinda2. Hari, tanggal : Senin, 21 Juli 20083. Tujuan : Ingin mengetahui gambaran awal pembelajaran puisi4. Pelaku : Peneliti dan siswa kelas X 8

Senin, 21 Juli 2008, tepatnya sekitar pukul 08.45 WIT, setelah pergantian mata pelajaran pertama peneliti mengadakan wawancara dengan seorang siswa kelas X 8 dalam rangka untuk mengetahui gambaran awal tentang pelaksanaan pembelajaran puisi yang dilaksanakan di kelasnya. Peneliti diajak Pak Suwitoyo menuju ke Pendopo, kemudian Pak Suwitoyo menyuruh seorang siswa, agar memanggil ketua kelas dan teman sekelas X 8 sementara itu kami menunggu di Penopo. Sesaat kemudian datang satu orang siswa putra dan seorang siswa wanita, ia kemudian mengucapkan salam, mengulurkan tangan untuk berjabatan dengan peneliti. Pak Suwitoyo pamit karena akan mengajar, namun sebelumnya beliau menjelaskan maksud kedatangan peneliti yang akan mengadakan wawancara kepada siswa tersebut.Peneliti : “Silakan duduk, Nak!”Siswa : “Iya Bu, terima kasih.”Peneliti : “Siapa namamu, Nak?”Siswa : “Ahmad Firdaus, Bu.”Peneliti : “Dan kamu, siapa namamu?”Siswa : “Saya Wilanda Ayu, Bu”Peneliti : “Saya ingin bertanya tentang pembelajaran apresiasi puisi yang

dilaksankan di kelas, semoga Nak Firdaus tidak berkeberatan untuk menjawabnya?”

Siswa : “Tidak, Bu.”Peneliti : “Ketika dalam proses pembelajaran apresiasi puisi, bagaimana

perasaan Anda, senang atau tidak senang?”Siswa : “Kadang-kadang senang, kadang-kadang ya tidak senang.”Peneliti : “Kapan Anda merasa senang, dan kapan merasa tidak senang?”Siswa : “Saya senang mendengarkan pembacaan puisi, Bu. Tapi kalau

disuruh menafsirkan isinya, saya merasa kesulitan. Hal itulah, Bu yang membuat saya tidak senang.”

Peneliti : “Kalau ada kesulitan Anda bertanya kepada siapa?”Siswa : “Ya bertanya kepada Pak Guru, kadang bertanya pada teman

yang saya anggap mengerti.”Peneliti : “Apaka guru sering memberi kesempatan pada siswanya untuk

bertanya?”Siswa : “Iya, Bu. Tapi kami jarang bertanya.”Peneliti : “Biasanya, Pak guru mengajar lebih banyak menjelaskan, atau

tanya-jawab, atau yang lainnya?”

Page 212: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Siswa : “Pak guru mengajar banyak memberi penjelasan.”Peneliti : “Anda lebih suka yang mana, Pak guru berceramah, berdiskusi

atau mendapat tugas?”Siswa : “Berdiskusi, Pak.”Peneliti : “Mengapa Anda lebih suka berdiskusi?”Siswa : “Karena dengan berdiskusi kami tidak mengantuk dan suasana

kelas jadi hidup.”Peneliti : “Selain itu ada lagi?”Siswa : “Kami bisa saling bertanya sesama teman.”Peneliti : “Bagaimana pemilihan anggota kelompok untuk berdiskusi?”Siswa : “Kadang guru yang menentukan, kadang kami memilih sendiri.”Peneliti : “Jadi dalam satu semester kelompok Anda pasti berubah-ubah

anggotanya setiap ada tugas?”Siswa : “Iya Bu, sering berubah-ubah.”Peneliti : “Selain itu, apakah guru Anda pernah mengajar dengan metode atau

cara lain?”Siswa : “ Belum, Bu.”Peneliti : “Apakah dalam pembelajaran puisi, misalnya menulis puisi, guru

memberi kebebasan kepada siswa ke luar kelas, ke taman, ke perpustakaan atau ke teras masjid?”

Siswa : “Belum penah, Bu.”Peneliti : “Materi puisi biasanya diambilkan dari mana, buku paket, buku

kumpulan puisi atau dari buku lain?”Siswa : “Biasanya dari buku paket, Bu”Peneliti : “Pernahkah Anda mendengarkan pembacaan puisi melalui

rekaman kaset atau VCD?”Siswa : “Pernah, Bu, tapi jarang sekali.”Peneliti : “Pernahkah dalam pembelajaran puisi, Anda diperdengarkan

lagu?”Siswa : “Pernah juga, tapi jarang sekali.”Peneliti : “Saya kira cukup dulu, terima kasih atas bantuan Anda, semoga

informasi ini bermanfaat bagi kita. Silakan Anda kembali ke kelas.Siswa : “Iya, Bu, sama-sama. Assalamu alaikum.”Peneliti : “Waalaikum salam.”

Page 213: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Lampiran Catatan Lapangan Pratindakan

Catatan Lapangan Pratindakan

A. Situasi Latar

Ruang kelas X 8, terletak di lantai dua, sebelah timur ruang kepala sekolah.

Ruang kelas tersebut berukuran 8 x 8 meter. Di sebelah kanan dan kiri ruangan

terdapat jendela kaca sepanjang ruangan dan pentilasi sekitar setengah meter di

atasnya terbuat dari kayu. Di sebelah kanan lebar kaca sekitar satu meter sedangkan

di sebelah kiri lebar kaca sekita setengah meter. Kelas menghadap ke barat dan

pintunya langsung menghadap koridor kelas-kelas lain.

Meja dan kursi siswa ditata menghadap ke depan satu arah. Jumlah meja dan

kursi sesuai dengan jumlah siswa ada 40 orang. Siswa laki-laki 18 orang dan

perempuan 22 orang. Meja dan kursi siswa ditata empat deret ke belakang. Setiap

deret terdiri dari dua meja dan dua kursi dengan jarak antarderet sekitar 80 cm.

Sedangkan Di bagian depan sebelah kiri dekat pintu terdapat satu meja dan kursi

yang agak tinggi dan lebar sekitar 50 cm yang menyerupai podium, di sebelah

kanan terdapat meja dan kursi guru yang dialasi taplak dan di atasnya tersusun

piagam-piagam kejuaraan kelas dan diletakkan kaca seukuran meja tersebut. Di

atas kaca meja tertata pula dengan rapi vas bunga, buku jurnal pembelajaran, dan

alat-alat tulis. Di sebelah kanan meja guru tersebut terpasang bendera merah putih

pada sebuah tiang setinggi dua meter dan di dekat tiang ada sebuah almari kayu

selebar 120 cm, yang berisi peralatan pembelajaran dan perlengkapan kelas.

Selain itu terdapat sebuah papan tulis putih berukuran 120 x 300 cm. Pada

bagian atas papan tulis terdapat gambar Burung Garuda dengan posisi lebih tinggi,

Page 214: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

di tengah antara gambar Presiden dan Wakil Presiden, Agak ke bawah dari gambar

Presiden dan Wakil Presiden tersebut tepat di tengah ada TV berukuran 21 Inci.

Untuk semua kelas X dan semua kelas XI, masing-masing terpasang satu TV. TV

tersebut digunakan untuk pembelajaran materi yang diajarkan secara paralel atau

ulangan harian ke semua siswa kelas X melalui studio 1. Sedangkan untuk materi

yang diajarkan secara paralel atau ulangan harian pada siswa kelas XI melalui

studio 2. Sedangkan pada kelas XII tidak ada TV. Pembelajaran melalui media TV

hanya dapat berkomunikasi lisan dua arah, artinya bisa dilakukan tanya jawab

secara langsung, sedangkan untuk visualnya hanya siswa yang dapat melihat guru

secara langsung di layar TV tersebut sedangkan guru dari studio tidak bisa melihat

siswanya. Hal tersebut sengaja diprogram sekolah sedikian rupa untuk menghindari

hal-hal yang tidak diinginkan.

Di sebelah kiri papan tulis terdapat papan data yang berisi jadwal pelajaran,

jadwal ulangan harian, jadwal piket, dan presensi siswa. Sedangkan di bagian

belakang kelas terpampang majalah dinding yang berisi informasi tentang kegiatan

kelas selama seminggu, ilmu pengetahuan umum, teknologi, informasi terbaru

tentang seni, hiburan dan tempat mengungkapkan pikiran dan perasaan siswa yang

ada di kelas tersebut.

B. Kegiatan Pembelajaran

Jadwal mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada kelas X 8 adalah

hari Senin dan Selasa. Pada hari Senin jam pelajaran ke-4 dan ke-5 yaitu pada pukul

09.45 – 11.15. Hari Selasa setelah istirahat pertama pukul 10.15 – 10.30 WIT, pada

jam pelajaran ke -5 dan ke-6 yaitu pukul 10.30 – 12.00.

Page 215: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

C. Kegiatan Pratindakan

Kegiatan Pratindakan dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Juli 2008, pukul

10.30, Peneliti bersama guru memasuki ruang kelas X 8. Guru mengucapkan

salam, siswa pun secara serentak menjawab salam gurunya “Selamat pagi, Pak”.

Guru meminta seorang siswa yang duduk pada kursi bagian belakang untuk

mengosongkan kursinya dan bergabung duduk dengan teman di depannya. Guru

kemudian mempersilakan peneliti untuk menduduki kursi siswa tersebut. Sebelum

memulai pembelajaran guru melakukan presensi dan menanyakan apakah siswa

sudah siap mengikuti pembelajaran. Tindakan ini dilakukan untuk mengondisikan

suasana kelas dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Pukul 10.40 WIT, mulailah guru menerangkan materi pelajaran tentang

apresiasi puisi. Namun sebelum menjelaskan tentang materi. Guru menjelaskan

terlebih dahulu tujuan pembelajaran secara umum kepada siswa. Setelah itu guru

menjelaskan tentang puisi dengan lancar sambil sesekali membaca buku paket atau

buku sumber lain yang menjadi pegangannya.

Penjelasan guru diperhatikan dengan seksama oleh para siswa. Siswa

tampak serius dan tegang sehingga hanya gurulah yang mendominasi pembicaraan.

Interaksi antara guru dan siswa hanya berjalan satu arah. Guru lebih banyak

memberikan informasi dengan ceramah , jarang sekali siswa diberi kesempatan

untuk bertanya.

Pukul 11.30, guru mengakhiri penjelasannya, kemudian guru menanyakan

kepada siwa tentang hal-hal yang dirasa belum jelas terhadap materi yang sudah

Page 216: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

disampaikan. Kesempatan bertanya yang disediakan oleh guru tampaknya tidak

direspon dengan baik oleh siswa. Dari semua siswa yang hadir di kelas itu hanya

dua orang siswa laki-laki dan tiga orang siswa perempuan yang bertanya.

Sebelum menjawab pertanyaan setiap siswa, guru melontarkan pertanyaan

siswa tersebut kepada siswa lain untuk membangkitkan motivasi siswa lain dan

sebagai umpan balik mengetahui kemampuan siswa menyerap materi pelajaran

yang telah dijelaskan. Karena tidak ada siswa yang berinisiatif mengacungkan jari

untuk menjawab, guru yang menunjuk beberapa siswa untuk menjawab setiap

pertanyaan tersebut, namun tidak semua siswa yang ditunjuk memberikan jawaban

yang tepat sehingga guru menjelaskan kembali beberapa hal yang ditanyakan

tersebut.

Pukul 11.50, berarti masih ada sisa waktu 10 menit. Sisa waktu itu

digunakan guru untuk meginformasikan materi pelajaran pada pertemuan

berikutnya. Tepat pukul 12.00 WIT terdengar bel tanda berakhirnya pelajaran dan

tanda waktu istirahat kedua. Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan

salam.

Adapun hasil observasi yang dapat dicatat pada kegiatan pratindakan ini adalah:

a. Dalam kegiatan pembelajaran, tampaknya realisasi pencapaian tujuan

pembelajaran kurang karena hanya disampaikan secara umum, sehingga

indikator pencapaiannya sulit diukur keberasilannya. Oleh karena itu, tujuan

pembelajaran perlu dirumuskan secara spesifik, terukut dan teramati.

b. Pokok-pokok bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak disebutkan oleh guru

baik secara lisan maupun tertulis. Hal ini membuat siswa mengalami kesulitan

Page 217: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

untuk memahami secara runtut penjelasan guru. Oleh arena itu penjelasan yang

disampaikan guru perlu dibuat sistematikanya.

c. Guru lebih banyak memberikan materi puisi yang bersifat teoritis. Materi puisi

yang dibicarakan tampak sedikit sekali. Informasi lebih banyak tentang

pengertian puisi dan ciri-cirinya. Pembelajaran apresiasi tidak tampak dalam

pembelajaran tersebut. Aktivitas siswa sangat rendah. Mereka hanya duduk

diam dan mendengarkan. Hal ini harus dihindari, karena hakikat sastra adalah

karya imanjinatif yang bersentuhan langsung dengan ranah afektif atau

perasaan. Oleh karena itu, pembelajaran hendaknya diarahkan langsung pada

pengalaman siswa berapresiasi dan berkreasi melalui karya sastra tersebut.

d. Kegiatan belajar siswa hanya mendengarkan penjelasan guru. Kegiatan belajar

tersebut hanya memposisikan siswa sebagai objek didik akan mempengaruhi

kedewasaan siswa dalam berpikir dan bertindak. Hal ini dapat berarti tidak

memberikan kesempatan pada siswa untuk mengatualisasikan dirinya melalui

kesempatan berekspresi atau berapresiasi mengungkapkan kemampuan yang

dimilikinya.

e. Kegiatan guru selama mengajar lebih banyak memberikan informasi secara

lisan. Guru lebih senang menggunakan metode ceramah. Pembelajaran yang

hanya menggunakan metode ceramah membuat interaksi belajar mengajar

kurang hidup. Pada posisi ini gurulah yang serba tahu tanpa memperhatikan

siswa. Siswa dianggap sebagai objek belajar yang harus menerima semua

penjelasan guru.

Page 218: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

f. Guru tidak menggunakan alat peraga atau media pembelajaran lain. Sebaiknya

dalam pembelajaran diperlukan alat peraga atau media pembelajaran yang

inovatif atau variatif Agar pembelajaran berlangsung menarik dan tidak

membosankan sehingga motivasi siswa akan meningkat dan hasil belajar siswa

juga meningkat.

g. Guru jarang bertanya kepada siswa untuk mengukur apakah materi yang telah

disampaikan dipahami siswa atau tidak. Tindakan ini sebaiknya dihindari,

karena dengan bertanya dapat membuat siswa selalu siap belajar.

h. Guru dan siswa tidak berusaha untuk menyimpulkan pelajaran, sebelum

pembelajaran berakhir. Seharusnya guru bersama siswa membuat kesimpulan

dari materi yang telah dibicarakan.

Page 219: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Lampiran G-1

Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar

(Untuk Siswa)

No. Aspek yang Dinilai Indikator Nomor

1. Keinginan mencapai

hasil yang optimal

1. Dorongan untuk selalu maju

dalam mempelajari bahasa dan

sastra Indonesia

2. Dorongan untuk selalu ingin

mendapat nilai yang baik

3. Dorongan untuk mengerjakan

tugas-tugas bahasa dan sastra

Indonesia

4. Kesungguhan siswa dalam

merespon pelajaran bahasa dan

sastra Indonesia

1, 2, 5,

7, 9,

3, 4,

6, 8, 10

2. Keinginan untuk

meningkatkan

pengetahuan

1.Dorongan untuk membaca/

mengerjakan soal-soal bahasa

dan sastra Indonesia

2. Dorongan untuk bertanya

mengenai pelajaran yang belum

jelas

3. Dorongan untuk membaca

buku-buku baru

4. Dorngan untuk meningkatkan

kemampuan berapresiasi sastra

11, 12, 13

15, 14,

18, 17,

18, 19, 20

Jumlah 30

Page 220: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Lampiran G-2

Angket Pembelajaran Apresiasi Puisi

Petunjuk

1. Bacalah pertanyaan- pertanyaan berikut dengan cermat

2. Jawablah semua pertanyaan berikut

3. Berilah tanda (X) pada huruf di depan jawaban yang dianggap paling tepat

____________________________________________________________________

1. Apakah Anda membicarakan dengan teman-teman tentang hal-hal yang belum

jelas, yang disampaikan guru bahasa dan sastra Indonesia pada waktu pelajaran

tersebut sedang berlangsung?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

2. Apakah Anda berbuat lebih baik, jika Anda merasa khawatir akan gagal dalam

pelajaran bahasa dan sastra Indonesia?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d.Tidak pernah

3. Jika diberi tugas menulis puisi yang sulit, Apakah Anda berusaha mengerjakannya

dengan baik?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

Page 221: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

4. Apakah Anda mengerjakan setiap tugas apresiasi puisi yang diberikan guru?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

5. Apakah Anda berusaha untuk menanyakan tugas-tugas yang kurang jelas yang

diberikan guru?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

6. Apakah Anda lebih giat belajar pada waktu ulangan bahasa dan sastra Indonesia

karena khawatir akan gagal?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

7. Apakah Anda ingin mendapat nilai yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugas

bahasa dan sastra Indonesia?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

8. Apakah Anda membaca buku-buku sastra untuk menambah pengetahuan tentang

apresiasi puisi?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

Page 222: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

9. Hasil Ulangan Harian bahasa dan Sastra Indonesia Anda mendapat nilai 70, apakah

Anda merasa puas?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d.Tidak pernah

10. Apakah Anda termotivasi untuk bersaing dengan teman-teman yang memperoleh

nilai tingga?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

11. Pada waktu guru menjelaskan tentang apresiasi puisi, Apakah Anda membuat catatan

penting dari pelajaran tersebut?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

12. Pada waktu guru memberikan kesempatan untuk bertanya, Apakah Anda

memanfaatkan waktu tersebut untuk bertanya?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

13. Apakah Anda memanfaatkan waktu luang untuk membaca buku-buku bacaan baru di

rumah/ di perpustakaan?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

Page 223: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

14. Apakah Anda memusatkan perhatian terhadap materi apresiasi puisi yang

disampaikan pada pelajaran bahasa Indonesia?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

15. Apakah Anda tetap mengerjakan tugas-tugas bahasa dan sastra Indonesia, khususnya

tentang puisi, walaupun sulit?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

16. Apakah Anda berinisiatif untuk mempelajari kembali materi yang baru tentang puisi

di rumah?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

17. Tanpa harus disuruh, Apakah Anda berusaha mengerjakan soal-soal bahasa dan sastra

Indonesia dari buku paket atau dari buku lain?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

18. Jika buku bahasa dan sastra Indonesia dari sekolah tidak ada, apakah Anda juga

membaca dari buku-buku karangan lainnya?

a. Selalu

b Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

Page 224: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

19. Untuk dapat memahami hal-hal yang kurang jelas, apakah Anda bertanya pada

teman-teman kelompok diskusi?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

20. Dalam belajar bahasa dan sastra Indonesia, apakah Anda ingin bersaing dengan

teman-teman sekelas Anda dalam mengerjakan soal-soal bahasa dan Sastra

Indonesia?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

Page 225: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

Lapiran G-3

Angket Pembelajaran Apresiasi Puisi

Dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping)

1. Apakah materi apresiasi puisi sesuai dengan buku sumber belajar yang tersedia di

sekolah?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

2. Apakah Anda membaca buku-buku bahasa dan sastra Indonesia waktu istirahat?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

3. Apakah Anda tetap berusaha mengerjakan tugas-tugas bahasa dan sastra Indonesia

yang diberikan guru dengan teliti?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

4. Apakah metode peta pikiran (mind mapping) yang digunakan dalam pembelajaran

apresiasi puisi dapat mencakup keempat kemampuan bersastra?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

5. Dalam diskusi kelompok apakah Anda aktif mengemukakan pendapat?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

Page 226: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

6. Apakah guru memberi tugas pekerjaan rumah menulis puisi?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

7. Apakah Anda membaca catatan pelajaran bila ada waktu luang?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

8. Bagaimana pendapat Anda bahwa belajar itu tidak hanya mencari perhatian dari

orang tua atau guru?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Tidak setuju

9. Sebelum materi pelajaran disampaikan guru di sekolah, apakah Anda telah

membaca di rumah?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

10. Apakah Anda akan tetap belajar dengan sungguh-sungguh, walaupun nilai raport

Anda sudah bagus?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

11. Apakah kegiatan apresiasi puisi lebih sulit dibandingkan karya sastra lainnya

seperti drama, dan novel?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

Page 227: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

12. Apakah materi apresiasi puisi yang diajarkan sesuai dengan metode pembelajaran

yang digunakan?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

13. Apakah metode pembelajaran apresiasi puisi dengan metode peta pikiran (mind

mapping) dapat membantu Anda dalam mengapresiasi puisi?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

14. Apakah metode peta pikiran (mind mapping) yang digunakan dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

15. Apakah penerapan metode peta pikiran (mind mapping) sesuai dengan pendekatan

kontekstual?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

16. Apakah Anda merasa lebih mudah dalam mengapresiasi puisi melalui metode peta

pikiran (mind mapping)?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

Page 228: Oleh: Saidah Iriani S 840907014 PROGRAM PASCASARJANA

17. Apakah Anda merasa lebih senang dalam mengikuti proses belajar mengajar

setelah diterapkannya peta pikiran (mind mapping)?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

18. Apakah metode peta pikiran (mind mapping) dapat membantu siswa dalam

pembelajaran mata pelajaran lain?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

19. Apakah penerapan metode peta pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran

apresiasi puisi dapat meningkatkan kemampuan apresiasi puisi siswa?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

20. Apakah penerapan metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan hasil

belajar siswa?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah