Upload
gtcxtrem
View
241
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
case
Citation preview
CASE REPORT MATA
KATARAK SENILIS MATUR ODS
Disusun Oleh:
Nadya Eka Putri
110.2011.190
Pembimbing:
Dr. Diantinia, Sp.M
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOREANG
DESEMBER 2015
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. W
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Rancagadog-Tribaktimulya RT 3/8Kec. Pangalengan
Bandung
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMP
Status Perkawinan : Menikah
No. RM : 537112
Tanggal Masuk : 23/12/2015
II. Anamnesis : Autoanamnesa pada tanggal 23/12/2015
Keluhan Utama : Penglihatan kedua mata kabur
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli Mata RSUD Soreang dengan keluhan, +/- 11 bulan yang
lalu penglihatan mata kanan kabur seperti tertutup asap dan +/- 2 bulan yll
penglihatan mata kiri kabur seperti tertutup asap, perlahan-lahan, semakin lama
dirasakan semakin kabur. Penglihatan kabur dimulai dari kesulitan membaca,
sehingga mata dirasa lelah setelah membaca. Penglihatan kabur dirasakan terus
menerus sepanjang hari, saat melihat dekat maupun jauh. Pasien mengeluh silau jika
melihat cahaya, mata merah (-), nyeri (-), cekot-cekot (-), mata berair (-), gatal (-),
keluar kotoran air mata (-), melihat ganda (-), melihat pelangi disekitar sumber
cahaya (-).
+ 1 bulan yang lalu sebelum periksa ke rumah sakit, penglihatan kedua mata
semakin kabur hingga mengganggu aktivitas. Pasien belum mengobati kedua
matanya. Keluhan dirasa semakin memberat hingga pasien merasa terganggu untuk
beraktivitas. Oleh karena itu, pasien berobat ke RSUD Soreang.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat trauma pada mata : disangkal
Riwayat operasi mata sebelumnya : disangkal
Riwayat penyakit mata lain sebelumnya : disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat penyakit kencing manis : disangkal
Riwayat menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu lama disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga pasien tidak ada mengeluhkan hal yang sama
Tidak ada anggota keluarga pasien yang sakit seperti ini
Riwayat Diabetes Mellitus dalam keluarga disangkal
Riwayat Hipertensi dalam keluarga disangkal
Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah mengobati keluhan matanya
III. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Kesan Gizi : Gizi kurang
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/80 mmhg Pernafasan : 20 x/m
Nadi : 84 x/m Suhu : 36, 50 C
I. Status Generalis :
Kepala : Normochepali
Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-), pupil isokor d 3mm,
refleks pupil (+/+), katarak matur(+/+)
Telinga : Normotia, sekret (-), perdarahan (-)
Hidung : PCH (-), Krepitasi (-), sekret (-), perdarahan (-)
OD
Lensa keruh merata Lensa keruh merata
OS
Mulut : Bibir tampak kering, sianosis (-)
Leher : KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat
Thorax :
- Paru- paru :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus vokal dan fremitus taktil simetris kanan kiri
Perkusi : Suara sonor dikedua lapang paru, peranjakan paru (+)
Auskultasi : Vbs kanan= kiri, Rhonki (-), wheezing (-)
- Jantung :
Inspeksi : Iktus cordis idak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS 5, 2 jari linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung kiri 2 jari medial linea midclavicula sinistra
: Batas jantung kanan di ICS 5, linea sternalis dekstra
: Batas pinggang jantung di ICS 3 linea parasternalis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, reguler, S1, S2 (+), Gallop -, murmur -
Abdomen :
Inspeksi : Abdomen datar, soepel, defans muskular (-)
Auskultasi : Bising usus (+) N
Palpasi : Massa (-), Nyeri tekan (-), Hepar/Lien (-/-).
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
Ekstremitas :
Atas : Akral hangat +/+, turgor baik, edema (-), capillary refill time <2”
Bawah : Akral hangat +/+, turgor baik, edema (-), capillary refill time <2”
II. Status Opthalmologi :
Oculus Dexter Oculus Sinister1/300 VISUS 1/300
Tidak Dilakukan KOREKSI Tidak dilakukan
Tidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan
Gerak bola mata ke segala
arah baikPARASE/PARALYSE
Gerak bola mata ke segala
arah baik
Tidak ada kelainan SUPERCILIA Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-) PALPEBRA Edema (-), spasme (-)
Injeksi (-), sekret (-) CONJUNGTIVA Injeksi (-), sekret (-)
Tidak ada kelainan SCLERA Tidak ada kelainan
Jernih CORNEA Jernih
Kedalaman cukup,
Tyndall Effect (-)
CAMERA OCULI
ANTERIOR
Kedalaman cukup,
Tyndall Effect (-)
Kripte (+), sinekia
posterior (-)IRIS Kripte (+), sinekia posterior (-)
Bulat, sentral, regular,
Ø 3mm, Refleks pupil (+)
N
PUPILBulat, sentral, regular,
Ø 3mm, Refleks pupil (+) N
Keruh merata, ST - LENSA Keruh merata, ST -
(-) FUNDUS REFLEKS (-)
T(digital) normal TENSIO OCULI T(digital) normal
Tidak dilakukanSISTEM CANALIS
LACRIMALISTidak dilakukan
IV. Pemeriksaan Penunjang :
Kimia Klinik
Glukosa Darah Sewaktu
EKG
V. Resume :
Seorang wanita 61 tahun datang ke RSUD Soreang dengan keluhan penglihatan
kedua mata kabur + 11 bulan yang lalu pasien mengeluh penglihatan mata kanan
kabur seperti tertutup asap dan mata kiri + 2 bulan yll berkabut, perlahan-lahan,
semakin lama dirasakan semakin kabur. Penglihatan kabur dirasakan terus menerus
sepanjang hari, saat melihat dekat maupun jauh. + 1 bulan yang lalu sebelum periksa
ke rumah sakit, penglihatan kedua mata semakin kabur hingga mengganggu aktivitas.
Pasien belum mengobati kedua matanya dan keluhan dirasa semakin memberat
hingga pasien merasa terganggu untuk beraktivitas.
Pada pemeriksaan Okuli Dextra didapatkan : Visus : 1/300, sclera hiperemis (-),
arcus senilis (+), lensa keruh padat, dan shadow test (-). Adapun pada pemeriksaan
Okuli Sinistra didapatkan : Visus 1/300, arcus senilis (+), lensa keruh padat, dan
shadow test (-).
VI. Diagnosa Banding :
ODS katarak senilis Matur
ODS katarak Hipermatur
VII. Diagnosa Kerja :
ODS katarak senilis matur
VIII. Penatalaksanaan :
Rencana OD ekstraksi katarak ekstra kapsular dan pemasangan Intra Ocular Lens
(IOL)
XI. Prognosis :
OD OS
Quo ad visam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad sanam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad vitam Ad bonam
Quo ad cosmeticam Ad bonam
I. SARAN
Pemeriksaan pre-operasi
Pemeriksaan mata : retinometri, keratometri, tonometri, USG B Scan, USG
Biometri, spoeling test, pemeriksaan sekret mata
II. EDUKASI
1. Menjelaskan pada pasien bahwa pandangan kedua mata yang kabur disebabkan
katarak pada kedua lensa mata
2. Menjelaskan pada pasien bahwa katarak tidak dapat diobati dengan obat tetapi
dapat disembuhkan dengan operasi dan pemberian lensa tanam pada mata,
3. Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya operasi ekstraksi katarak, jenis
tindakan, persiapan, kelebihan dan kekurangan,
4. Menjelaskan tentang komplikasi yang akan terjadi apabila tidak dioperasi,
kemungkinan lensa akan mencair, isi lensa akan keluar, menimbulkan reaksi
peradangan dan peningkatan tekanan bola mata,
5. Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin timbul selama operasi dan
pascaoperasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
Mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek
yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera
dihantarkan ke otak. Mata memiliki struktur sebagai berikut :
1. Sklera (bagian putih mata) : Lapisan luar mata yang bewarna putih dan relatif kuat.
2. Konjungtiva : Selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata
3. Kornea : Struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari
iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
4. Pupil : Daerah hitam ditengah-tengah iris.
5. Iris : Jaringan bewarna yag berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan
didepan lensa, berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara
merubah ukuran pupil.
6. Lensa : Struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aquos dan vitreus,
berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
7. Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak dibagian belakang bola mata,
berfungsi mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus ke otak.
8. Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visual ke otak.
9. Humor aqueus : caian jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea
(mengisi segmen anterior bola mata) serta merupakan sumber makanan bagi lensa
dan kornea, dihasilkan oleh processus ciliaris.
10. Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina
(mengisi segmen posterior mata)
Pada manusia, lensa mata bikonveks, tidak mengandung pembuluh darah
(avaskular), tembus pandang, dengan diameter 9 mm dan tebal 5 mm. Ke depan
berhubungan dengan cairan bilik mata, ke belakang berhubungan dengan badan kaca.
Digantung oleh Zunula zinii (Ligamentum suspensorium lentis), yang
menghubungkannya dengan korpus siliaris. Permukaan posterior lebih cembung daripada
permukaan anterior. Lensa diliputi oleh kapsula lentis, yang bekerja sebagai membran
yang sempermiabel, yang akan memperoleh air dan elktrolit untuk masuk.
Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras
daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus
diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik.
Nukleus dan korteks terbentuk dengan persambungan lamellae ini ujung ke ujung
berbentuk ( Y ) bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk ( Y ) ini tegak di anterior dan terbalik
di posterior. Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamen yang dikenal zonula zinii, yang
tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliaris dan menyisip ke dalam ekuator
lensa.
Lensa terdiri atas 65% air dan 35% protein (kandungan tertinggi diantara jaringan-
jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa berada di dalam jaringan tubuh
lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada dikebanyakan jaringan lain.
Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak
ada serat nyeri, pembuluh darah atau saraf di lensa.
FISIOLOGI LENSA
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Utuk
memfokuskan cahaya datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat
zonula zinii dan memperkecil diamter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang
terkecil, dalam posisi ini daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel
akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris
berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian
mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya.
Kerjasama fisiologis antar zonula, korpus siliaris, dan lensa untuk memfokuskan benda
dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi.
Pada orang dewasa lensanya lebih padat dan bagaian posterior lebih konveks. Proses
sklerosis bagian sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung
perlahan-perlahan sampai dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat, dimana nukleus
menjadi besar dan korteks bertambah tipis. Pada orang tua lensa lebih besar, lebih
gepeng, warnanya kekuningan, kurang jernih dan tampak seperti “ gray reflek “ atau
“senil reflek”, yang sering disangka katarak. Karna proses sklerosis ini lensa menjadi
kurang elastis dan daya akomodasinya berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia, dimana
pada orang Indonesia dimulai pada usia 40 tahun.
PEMERIKSAAN LENSA
Pemeriksaan yang dilakukan pada penyakit lensa adalah pemeriksaan tajam
penglihatan dan dengan melihat lensa melalui slit lamp, oftalmoskop, penlight, loop,
sebaiknya dengan pupil dilatasi.
METABOLISME LENSA NORMAL
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan
kalium). Kedua kation berasal dari humor aqueus dan vitreus. Kadar kalium dibagian
anterior lensa lebih tinggi dibandingkan posterior, sedangkan kadar Natrium lebih tinggi
dibagian posterior lensa. Ion kalium bergerak ke bagian posterior dan keluar ke humor
aqueus, dari luar ion natrium masuk secara difusi bergerak ke bagian anterior untuk
menggantikan ion kalium dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar
kalsium tetap dipertahankan didalam oleh Ca-ATPase
Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur
HMP-shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk
aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktase adalah enzim yang
merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fruktosa oleh enzim
sorbitol dehidrogenase.
II. DEFINISI
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Kekeuruhan menyebabkan sulitnya
cahaya untuk mencapai retina, sehingga penderita katarak mengalami gangguan
penglihatan dimana objek terlihat kabur. Katarak lebih sering dijumpai pada orang tua,
dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Penuaan merupakan
penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga factor lain yang mungkin terlibat,
antara lain : trauma, toksin, penyakit sistemik seperti diabetes, merokok, dan herediter.
Gangguan penglihatan yang dirasakan oleh penderita katarak tidak terjadi secara
instan, melainkan terjadi berangsur-angsur, sehingga penglihatan penderita terganggu
secara tetap atau penderita mengalami kebutaan.
EPIDEMIOLOGI
Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60
tahun ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa.
Sedangkan pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi katarak
kongenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-
laki dan perempuan sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan
akibat katarak.
ETIOLOGI
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas.
Penyebab katarak lainnya meliputi:
1. Faktor keturunan
2. Cacat bawaan sejak lahir
3. Masalah esehatan, misalnya diabetes
4. Pengguanaan obat tertentu, khususnya steroid
5. Gangguan pertumbuhan
6. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama
7. Asap rokok
8. Operasi mata sebelumnya
9. Trauma (kecelakaan) pada mata
10. Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui
PATOFISIOLOGI
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan
sklerosis:
1. Teori hidrasi dimana terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa
yang berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa. Air
yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yangmenyebabkan
kekeruhan lensa.
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabutkolagen terus
bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagendi tengah. Makin lama serabut
tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:
1. Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
b. Mulai presbiopiac
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
2. Epitel-makin tipis
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
a. Serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleu, sinar UV lama kelamaan merubah proteinnukelus lensa,
sedang warna coklat protein lensa nucleusmengandung histidin dan triptofan
di banding normal
d. Korteks tidak berwarna karenai kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi
foto oksidasi.
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik dan
kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan pada
serabut halus multipel yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar
lensa, misalnya menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa
menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan penghambatan
jalannya cahaya ke retina.
KLASIFIKASI KATARAK
A. Menurut kejadian
1. Katarak Developmental
2. Katarak Degeneratif
B. Menurut Umur
1. Katarak kongenital
2. katarak juvenil
3. katarak senilis
C. Menurut Konsistensi
1. Katarak cair
2. Katarak lunak
3. Katarak keras
D. Menurut lokasi kekeruhannya
1. Katarak nukleus
2. Katarak kortikal
3. Katarak subskapular
E. Menurut warna
1. Katarak nigra ( Hitam)
2. Katarak rubra (Merah)
3. Katarak Brusnesecent (coklat)
F. Menurut bentuk kekeruhan
1. Katarak pungtata
2. Katarak stelata
3. Katarak linier
1. KATARAK DEVELOPMENTAL
1.1 Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (atau
beberapa saat kemudian) dan berkembang pada tahun pertama dalam hidupnya. Katarak
kongenital bisa merupakan penyakit keturunan (diwariskan secara autosomal dominan)
atau bisa disebabkan oleh infeksi kongenital, seperti campak Jerman, berhubungan
dengan penyakit anabolik, seperti galaktosemia.
Katarak kongenital dianggap sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-
ibu yang menderita penyakit misalnya Diabetes Melitus. Jenis katarak ini jarang sering
terjadi. Faktor risiko terjadinya katarak kongenital adalah penyakit metabolik yang
diturunkan, riwayat katarak dalam keluarga, infeksi virus pada ibu ketika bayi masih
dalam kandungan.
Kekeruhan pada katarak kongenital dijumpai dalam berbagai bentuk, antara lain :
a. Katarak Hialoidea yang persisten
Arteri hialoidea merupakan cabang dari arteri retina sentral yang memberi makan
pada lensa. Pada usia 6 bulan dalam kandungan, arteri hialoidea mulai diserap sehingga
pada keadaan normal, pada waktu bayi lahir sudah tidak nampak lagi. Kadang-kadang
penyerapan tidak berlangsung sempurna, sehingga masih tertinggal sebagai bercak putih
dibelakang lensa, berbentuk ekor yang dimulai di posterior lensa. Gangguan terhada visus
tidak begitu banyak. Visus biasanya 5/5, kekeruhannya statisioner, sehingga tidak
memerlukan tindakan.
b. Katarak Polaris Anterior
Berbentuk piramid yang mempunyai dasar dan puncak, karena itu disebut juga katarak
piramidalis anterior. Puncaknya dapat kedalam atau keluar. Keluhan terutama mengenai
penglihatan yang kabur waktu terkena sinar, karena pada waktu ini pupil mengecil,
sehingga sinar terhalang oleh kekeruhan di polus anterior. Sinar yang redup tidak terlalu
mengganggu, karena pada cahaya redup, pupil melebar, sehingga lebih banyak cahaya
yang dapat masuk. Pada umumnya tiddak menimbulkan gangguan stationer, sehingga
tidak memerlukan tinakan operatif. Dengan pemberiann midriatika, seperti sulfas atropin
1% atau homatropin 2% dapat memperbaiki visus, karena pupil menjadi lebih lebar,
tetapi terjadi pula kelumpuhan dari Mm. Siliaris, sehingga tidak dapat berakomodasi
c. Katarak Polaris Posterior
Kekeruhan terletak di polus posterior. Sifat-sifatnya sama dengan katarak polaris
anterior. Juga stationer, tidak menimbulkan banyak ganggan visus, sehingga tidak
memerlukan tindakan operasi. Tindakan yang lain sama dengan katarak polaris anterior.
d. Katarak Aksialis
Kekeruhan terletak pada aksis pada lensa. Kelainan dan tindakan sama dengan katarak
polaris posterior
e. Katarak Zonularis
Mengenai daerah tertentu, biasanya disertai kekeruhan yang lebih padat, tersusun
sebagai garia-garis yang mengelilingi bagian yang keruh dan disebut riders , merupakan
tanda khas untuk katarak zonularis. Paling sering terjadi pada anak-anak, kadang
herediter dan sering disertai anamnesa kejang-kejang. Kekeruhannya berupa cakram
(diskus), mengelilingi bagian tengah yang jernih.
f. Katarak Stelata
Kekeruhan terjadi pada sutura, dimana serat-serat dari substansi lensa bertemu, yang
merupakan huruf Y yang tegak di depan dan huruf Y terbalik di belakang. Biasanya tidak
banyak mengganggu visus, sehingga tidak memerlukan pengobatan.
g. Katarak kongenital membranasea
Terjadi kerusakan dai kapsul lensa, sehingga substansi lensa dapat keluar dan di serap,
maka lensa semakin menadi tipis dan akhirnya timbul kekeruhan seperti membran.
h. Katarak kongenital total
Katarak kongenital total disebabkan gangguan pertumbuhan akibat peradangan
intrauterin. Katarak ini mungkin herediter atau timbul tanpa diketahui sebabnya. Lensa
tampak putih, rata, keabu-abuan seperti mutiara.
Pengobatan pada katarak kongenital
Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah opersai.
Operasi katarak kongenital dilakukan bila reflek fundus tidak tampak.
Biasanya bila katarak bersifat total, opersi dapat dilakukan pada usia 2 bulan atau lebih
muda bila telah dapat dilakukan pembiusan.
Pengobatan katarak bergantung pada :
1. Katarak total bilateral, dimana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya segera
katarak terlihat.
2. Katarak total unilateral, dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau segera
sebelum terjadinya juling, bila terlalu muda akan mudah terjadi ambliopia bila tidak
dilakukan tindakan segera.
3. Katarak total atau katarak unilateral, mempunyai prognosis yang buruk, karena mudah
sekali terjadinya ambliopia, karena itu sebaiknya dilakukan pembedahan secepat
mungkin, dan diberikan kacamata segera.
4. Katarak bilateral partial, biasanya pengobatan lebih konservatif sehingga sementara
dapat dicoba dengan kacamata atau midriatika, bila terjadi kekeruhan yang progresif
disertai dengan mulainya tanda-tanda juling dan ambliopia maka dilakukan
pembedahan, biasanya prognosis yang lebih baik.
Tindakan pengobatan pada katarak kngenital yang umum dikenal :
1. Disisio lensa
2. Ekstraksi linier
3. Ekstraksi degan aspirasi
2. KATARAK DEGENERATIF
Katarak degeneratif dibagi menjadi dua, yaitu primer dan komplikata.
1.Katarak Primer
Katarak Juvenil
Katarak presenile, usia 40-50 tahun
Katarak senilis, usia lebih dari 50 tahun.
1. Katarak Juvenil
Katarak juvenil terjadi pada anak-anak sesudah lahir, termasuk kedalam katarak
Developmental, karena terjadi pada waktu masih terjadinya perkembangan serat-serat
lensa. Konsistensinya lembek seperi bubur disebut juga “soft cataract” . katarak juvenil
biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.
Pada katarak kongenital bilateral yang lengkap, operasi harus dikerjakan pada bulan
pertama, sejarak katarak itu diketahui pada kedua mata. Katarak unilateral lengkap
biasanya akibat trauma. Tindakan pembedahan harus dilakukan jangan melebihi 6 bulan
setelah katarak itu diketahui, untuk menghindari ambliopia dan terjadinya strabismus.
2. Katarak Senilis
Definisi
Katarak Senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia di atas 50 tahun. Pada katarak senilis terjadi penurunan penglihatan secara bertahap
dan lensa mengalami penebalan secara progresif. Katarak senilis menjadi salah satu
penybeab kebutaan di dunia saat ini.
Epidemiologi
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh belas juta
populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan dijangka menjelang
tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi empat puluh juta. Katarak senilis
merupakan bentuk katarak yang paling sering ditemukan. 90% dari seluruh kasus katarak
adalah katarak senilis. Sekitar 5% dari golongan usia 70 tahun dan 10% dari golongan
usia 80 tahun harus menjalani operasi katarak.
Etiologi
Penyebab katarak senilis belum diketahui secara pasti. Diduga terjadi karena :
1. Proses pada nucleus
Oleh karena serabut- serabut yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong kearah
tengah, maka serabut-serabut lensa bagian tengah menjadi lebih padat (nukleus),
mengalami dehidrasi, penimbunan ion calcium dan sclerosis. Pada nucleus ini kemudian
terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi lebih hipermetrop. Lama-
kelamaan nucleus lensa yang pada mulanya bewarna putih, menjadi kekuning-kuningan
2. Proses pada korteks
Timbulnya celah-celah diantara serabut-serabut lensa, yang berisi air dan
penimbunan calcium, sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung, dan
membengkak, menjadi lebih miop.berhubung adanya perubahan refraksi kea rah myopia
pada katarak kortikal, penderita seolah-olah mendapatkan kekuatan baru untuk melihat
dekat pada usia yang bertambah
Patofisiologi
Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya diketahui.
Diduga adanya interaksi antara berbagai proses fisiologis berperan dalam terjadinya
katarak senilis dan belum sepenuhnya diketahui.
Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan menjadi tuanya
seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan
menjadi padat di bagian tengahnya, sehingga kemampuan fokus untuk melihat benda
dekat berkurang. Pada usia tua akan terjadi pembentukan lapisan kortikal yang baru pada
lensa yang mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan mengeras (sklerosis nuklear). Pada
saat ini terjadi perubahan protein lensa yaitu terbentukanya protein dengan berat molekul
yang tinggi dan mengakibatkan perubahan indeks refraksi lensa sehingga memantulkan
sinar masuk dan mengurangi transparansi lensa. Perubahan kimia ini juga diikut dengan
pembentukan pigmen pada nuklear lensa.
Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia
lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh.
Proses ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan kabur/buram) pada
seseorang. Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil
berwarna putih dan abu-abu. Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai
lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat
seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa bahkan reaksi fundus bisa hilang sama
sekali.
Klasifikasi Katarak Senilis
Berdasarkan morfologinya katarak senilis dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Katarak Nuklear
Pada katarak Nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan menjadikan nukleus
lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak yang lokasinya terletak pada bagian
tengah lensa atau nukleus. Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis),
berubah dari jernih menjadi kuning sampai coklat. Progresivitasnya lambat. Bentuk ini
merupakan bentuk yang paling banyak terjadi.Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada
pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik.
2. Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa serta
komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa.Katarak menyerang lapisan yang
mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan
progresivitasnya lambat, tetapi lebih cepat dibandingkan katarak nuklear. Terdapat
wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji. Keluhan yang biasa
terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa silau.
3. Katarak Subkapsular Posterior
Pada katarak subkapsular posterior terjadi peningkatan opasitas pada bagian lensa
belakang secara perlahan. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan
progresivitasnya lebih cepat. Bentuk ini lebih sering menyerang orang dengan diabetes,
obesitas atau pemakaian steroid jangka panjang. Katarak ini menyebabkan kesulitan
membaca, silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang.
Berdasarkan stadium klinisnya, katarak senilis dibagi dalam 4 stadium yaitu insipien,
imatur, matur, dan hipermatur.
Perbedaan stadium katarak senilis:
Insipien Imatur Matur HipermaturKekeruhan Ringan Sebagian Seluruh MasifCairan Lensa
Normal Bertambah (air masuk)
Normal Berkurang (air+masa lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal TremulansBilik Mata Depan
Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut Bilik Mata
Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow Test
Negatif Positif Negatif Pseudopos
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaukoma
1. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak yang
membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya. Kekeruhan
biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada awalnya hanya
nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang
disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini
kadang menetap untuk waktu yang lama.
2. Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai
seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa
yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan
hambatan pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga
terjadi glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahadaw test, maka
akan terlihat bayangn iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).
3. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi yang
berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi melalui
kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan berukuran
kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga
uji bayangan iris negatif.
4. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami
degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi mengecil dan
berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka
korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan
ini disebut sebagai katarak Morgagni.Uji bayangan iris memberikan gambaran
pseudopositif. Cairan/protein lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi
inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai benda asing. Akibatnya dapat timbul
komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran melalui COA kembali terhambat akibat
terdapatnya sel-sel radang dan cairan/protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran
cairan bola mata.
Diagnosis Katarak
Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang lengkap. Keluhan yang membawa pasien datang antara lain
1. Pandangan kabur
Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif atau
berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan dengan pin-hole.
2. Penglihatan silau
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau, dimana tigkat
kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras yang menurun dengan
latar belakang yang terang hingga merasa silau di siang hari atau merasa silau
terhadap lampu mobil yang berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang mirip
pada malam hari. Keluhan ini sering kali muncul pada penderita katarak kortikal.
3. Sensitifitas terhadap kontras
Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam mengetahui
perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda warna, penerangan dan
tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata sebagai optik dan uji ini
diketahui lebih bagus daripada menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui
kepastuian fungsi penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator spesifik hilangnya
penglihatan yang disebabkan oleh adanya katarak.
4. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,
biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan
pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien ini
mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan
memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti
dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris
pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi,
dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.
5. Variasi Diurnal Penglihatan
Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan penglihatan
menurun pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada senja hari,
sebaliknya paenderita katarak kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan
pengelihatan lebih baik pada sinar terang dibanding pada sinar redup.
6. Distorsi
Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak
tumpul atau bergelombang.
7. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat
disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada penderita
glaucoma.
8. Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa
yang keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan diplopia
binocular dengan cover test dan pin hole.
9. Perubahan persepsi warna
Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan perubahan
persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau kecoklatan
dibanding warna sebenarnya.
10. Bintik hitam
Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-gerak
pada lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau badan vitreous
yang sering bergerak-gerak.
Anamnesis
Gejala utama: penurunan ketajaman penglihatan secara progresif
Berkabut, berasap, penglihatan seperti tertutup film
Merasa silau terhadap sinar matahari
Seperti ada titik gelap di depan mata
Penglihatan ganda
Perubahan daya lihat warna
Lampu dan matahari sangat mengganggu
Sering meminta ganti resep kaca mata
Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain.
Halo, warna disekitar sumber sinar
Warna manik mata berubah atau putih
Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari
Penglihatan dimalam hari lebih berkurang
Sukar mngendarai kendaraan dimalam hari
Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah
Penglihatan menguning
Pemeriksaan Fisik
Untuk menegakkan diagnosa katarak dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan refleks pupil .
Pemeriksaan oftalmoskop.
Pemeriksaan Slit Lamp
Pemeriksaan Tekanan Intra Okuler.
Tatalaksana Katarak
a. MedikaMentosa
Penghambat aldose reduktase bekerja dengan menghambat konversi glukosa menjadi
sorbitol. Agen antikatarak lainnya termasuk sorbitol-lowering agent, aspirin, glutathion-
raising agent dan antioksidan vitamin C dan E. Obat yang dikenal di pasaran dapat
memperlambat proses pengeruhan antara lain Catalin®, Quinax®, Catarlen®.
Obat-obatan yang digunakan pada saat pre dan post operasi katarak, adalah:13
Midriasil
Phenylephrin ophthalmic (Neo-Synephrine). Bekerja secara langsung sebagai
vasokonstriktor dan midriatik dengan mengkontriksi pembuluh darah oftalmika dan otot
radial iris. Biasanya digunakan pada konsentrasi 2,5%-10% karna mengurangi efek
sistemik. Onset kerjanya 30-60 menit dan diulang setiap 3-5jam.
Biasanya diberikan pada saat preoperasi katarak
Kortikosteroid
Prednisolon asetat 1%, dexametason 0,1%, dll. Membantu menurunkan dan
mengontrol inflamasi khususnya pada saat postoperasi katarak.
Antibiotik
Ciprofloxasin, Eritromisin. Digunakan sebagai profilaksis postoperasi katarak
Anti Inflamasi Non Steroid . Nepafenac, dll
b. Pembedahan
Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:
1. Indikasi Sosial
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan tajam
penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari, maka
operasi katarak bisa dilakukan.
2. Indikasi Medis
Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera, bahkan jika
prognosis kembalinya penglihatan kurang baik:
- Katarak matur/hipermatur
- Glaukoma sekunder
- Uveitis sekunder
- Dislokasi/Subluksasio lensa
- Benda asing intra-lentikuler
- Retinopati diabetika
- Ablasio retina
3. Indikasi Kosmetik
Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus optikus,
namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya pada
pasien muda, maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuat pupil
tampak hitam meskipun pengelihatan tidak akan kembali.
Kontraindikasi dan hati-hati untuk operasi katarak:
1. Infeksi sekitar mata Anel test.
2. Tekanan bola mata cukup tinggi--> TIO
3. Fungsi retina harus baikà light perception
4. Keadaan umum harus baik.. ( hipertensi, diabetes, batuk kronis,
5. Adanya nystagmus,.
6. Anevia gravis
Teknik-teknik pembedahan katarak
Teknik pembedahan katarak yang dikenal saat ini adalah:
Discisio Lentis
Extra Capsuler Cataract Extraction (ECCE)
Intra Capsuler Cataractextraction (ICCE)
Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Phacoemulcification
Ekstraksi Linier
Afakia
Setelah ekstraksi katarak mata tak mempunyai lensa lagi yang disebut afakia. Tanda-
tandanya adalah bilik mata depan dalam, iris tremulans dan pupil hitam. Pada keadaan ini
mata kehilangan daya akomodasinya (hipermetropia tinggi absolut), terjadi gangguan
penglihatan warna, sinar UV yang sampai ke retina lebih banyak, dan dapat terjadi
astigmatisme akibat tarikan dari luka operasi. Keadaan ini harus dikoreksi dengan lensa
sferis +10.0 Dioptri supaya dapat melihat jauh dan ditambah dengan S +3.0 D untuk
penglihatan dekatnya. Ada tiga cara untuk mengatasi gangguan visus ini, yaitu:3,9
Insersi lensa intraokuler/IOL (pseudofakia)
Menggunakan lensa kontak
Menggunakan kacamata afakia, kacamata ini tebal, berat dan tidak nyaman.
Kacamata untuk penglihatan jauh dan dekat sebaiknya diberikan dalam dua kacamata
untuk menghindarkan aberasi sferis dan aberasi khromatis.
Intraokular Lens (IOL)/Pseudofakia
Setelah pembedahan, pasien akan mengalami hipermetropi karena kahilangan
kemampuan akomodasi. Maka dari itu dilakukan penggantian dengan lensa buatan
(berupa lensa yang ditanam dalam mata, lensa kontak maupun kacamata). IOL dapat
terbuat dari bahan plastik, silikon maupun akrilik.
Komplikasi yang dapat terjadi pada saat intra dan pasca operasi
• Komplikasi Intraoperasi
- Perdarahan
- Prolaps iris
- Edema kornea
- Kerusakan endotel kornea
- Ruptur kapsula posterior
- Prolaps vitreus
- COA dangkal
• Komplikasi pascabedah dini
- Peradangan
- Hifema
- Edema kornea
- Kebocoran luka
- Prolaps iris
- Glaukoma sekunder
- Dislokasi IOL
- Endoftalmitis
• Komplikasi pascabedah lanjut
- Ablasio retina
- Posterior Capsular Opacification (PCO)
- Cystoid Macular Edema (CME)
- Vitreous touch syndrome
- Bullous Keratopathy
- Glaukoma sekunder
Komplikasi Katarak
1. Glaukoma
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena
proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik
• Fakolitik
Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa akan keluar
yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul
lensa. Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior
akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi
merabsorbsi substansi lensa tersebut. Tumpukan akan menutup sudut kamera
okuli anterior sehingga timbul glaukoma.
• Fakotopik
Berdasarkan posisi lensa. Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke
depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor
aqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan
intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma
• Fakotoksik
Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata
sendiri (auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis,
yang kemudian akan menjadi glaukoma.
2. lens induced uveitis
3. subluksasi lensa
4. dislokasi lensa
Prognosis
Apabila pada katarak dilakukan penanganan yang tepat sehingga tidak menimbulkan
komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang tepat maka prognosis
pada katarak senilis umumnya baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-tiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004. Hal:200-7
World Health Organization and International Agency for the Prevention of Blindness.
Developing an Action Plan to Prevent Blindness. 2004
Wijaya, Nana, Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-6. Jakarta: Abaditegal. 1993. Hal: 190-212
Vaughan DG, Asbury T, riordan-Eva P. Oftalmology Umum. Edisi 14. Jakarta: Penerbit
Widya medika. 2000
Lang,G. Glaukoma. In: Ophtalmology A Pocket Textbook Atlas. 2ed ed. New
York:Thieme Stuttgart. 2007. p: 174-189
American Academi of Ophthalmology. Basic clinical science; Lens and Cataract. Section
11. 1999-2000. p.7-21, 40-43, 64-76, 140-150
Augestein CR. On the growth and internal structure of the human lens. In: NIH Publis
Access. 2010
Danysh BP, Duncan MK. The Lens Capsule. In: NIH Publis Access. 2009
Allen D. Cataract. In: BMJ Publishing Group Ltd. 2008
Kohnen T, et al. Cataract Surgery with Implantation IOL. In: Dtsch Arztebl Int. 2009
Victor VD, et al. Senile Cataract. In: Medscape Referance. 2012. Downloaded from:
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview
Sinha, et al. Etiopathogenesis of cataract: Journal review. In: Indian Journal of
Opthalmology. 2009.
American Academi of Ophthalmology. Basic clinical science; Optic, Refraction, and
Contact Lens. Section 3. 1997-1998. p.145