Upload
lamdat
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Klasifikasi Subsektor Pertanian Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu (Pendekatan Tipologi Klassen)
(THE CLASSIFICATION OF AGRICULTURAL SUBSECTORS ON REGENCIES/CITY IN BENGKULU PROVINCE
(Klassen Typology Approach))
Oleh :Nyayu Neti Arianti
Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian FP UNIBEmail : [email protected]
HP : 0813 6774 1511
Abstract
The aim of this research were to identify the classification of agriculture subsectors on ten regencies/city in Bengkulu Province based on Klassen Typology. The data of this research were the time series data of growth and distribution of those agriculture subsectors to total Gross Regional Domestic Products (GRDP) of Bengkulu Province from year 2003 to 2009.
The Klassen Typology analysis was used to know the type or the category of those agriculture subsectors : superior, potential, developing, or inferior subsector. The research result showed that livestock was the dominant superior subsector (on six regencies/city), farm estate crops was the dominant potential subsector (on five regencies), forestry was the dominant developing subsector (on six regencies) and farm food estate crops was the dominant inferior subsector (on five regencies/city).
Keywords : Klassen Typology, agriculture subsectors
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan pertanian sebagai sektor pemimpin dalam pembangunan ekonomi
nasional didukung oleh pembangunan subsektor-subsektor pertanian. Sektor pertanian secara
umum terdiri dari subsektor Tanaman Bahan Pangan, subsektor Tanaman Perkebunan,
subsektor Peternakan, subsektor Kehutanan dan subsektor Perikanan. Di Provinsi Bengkulu,
pada tahun 2009 sektor pertanian masih memberikan sumbangan relatif yang tinggi yaitu
sebesar 39,05 %. dari total PDRB provinsi. Sementara sektor industri hanya menyumbang
2
sebesar 4,11 % dan sektor jasa menyumbang 16,24 % (Badan Pusat Startistik Provinsi
Bengkulu, 2010).
Subsektor-subsektor ini mengalami perubahan atau pertumbuhan serta memberikan
peran masing-masing dalam pembangunan pertanian daerah tergantung kinerja masing-
masing subsektor. Masing-masing daerah memiliki keunggulan sumberdaya pertanian yang
berbeda yang ditunjukkan oleh pertumbuhan dan peran subsektor yang bersangkutan.
Identifikasi dan klasifikasi subsektor pertanian diperlukan untuk memberikan
gambaran subsektor mana yang aktifitasnya menjadi basis perekonomian atau unggulan,
potensial, sedang berkembang dan mana pula yang tertinggal, sehingga dapat dilakukan
penentuan subsektor prioritas. Pemerintah daerah perlu membuat strategi pembangunan
berdasarkan prioritas ini agar kebijakan pembangunan pertanian di daerah dapat berjalan
dengan optimal.
Berdasarkan klasifikasi tersebut pemerintah dapat pula menyusun program
pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang tentunya juga
disesuaikan dengan kebijakan anggaran pembangunan, khususnya pembangunan pertanian.
Dengan demikian pembangunan pertanian dapat berjalan dengan baik dan terarah guna
mencapai kesejahteraan petani khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan klasifikasi subsektor-subsektor pertanian
kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu berdasarkan perbandingan tingkat pertumbuhan dan
kontribusinya terhadap subsektor pertanian di tingkat Provinsi Bengkulu.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai dasar kebijakan
dalam menyusun program-program pembangunan pertanian berdasarkan klasifikasi
subsektor-subsektor pertanian pada masing-masing daerah, dan memungkinkan pemerintah
3
daerah menentukan sektor prioritas untuk dikembangkan dalam jangka pendek, menengah dan
jangka panjang guna menunjang pembangunan pertanian secara keseluruhan.
II. METODE PENELITIAN
Daerah penelitian ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa belum
pernah dilakukan penelitian tentang topik ini sebelumnya di Provinsi Bengkulu.
Data yang digunakan adalah data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Bengkulu. Data-data yang dihimpun meliputi data pertumbuhan dan distribusi Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian beserta subsektor-subsektornya (tanaman
bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan) di Provinsi
Bengkulu dan data PDRB sepuluh kabupaten dan satu kota yang ada di Provinsi Bengkulu.
Data yang digunakan adalah data tahun 2003 sampai 2009 atas harga konstan tahun 2000.
Khusus untuk Kabupaten Bengkulu Tengah digunakan data tahun 2008 dan 2009 karena
kabupaten ini baru dibentuk melalui pemekaran wilayah Kabupaten Bengkulu Utara. Data-
data lain yang terkait dengan penelitian ini juga dihimpun dalam rangka mendukung
pembahasan hasil penelitian.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis Tipologi Klassen
Menurut Tipologi Klassen, masing-masing subsektor dalam sektor pertanian dapat
diklasifikasikan sebagai subsektor yang Prima, Potensial, Berkembang atau Terbelakang.,
dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Subsektor Prima : subsektor pertanian yang memiliki tingkat pertumbuhan dan
kontribusi lebih tinggi dibanding subsektor yang sama di tingkat provinsi.
2. Subsektor Potensial : subsektor pertanian yang memiliki kontribusi lebih tinggi, tetapi
tingkat pertumbuhannya lebih rendah dibanding subsektor yang sama di tingkat provinsi.
4
3. Subsektor Berkembang : subsektor pertanian yang memiliki tingkat pertumbuhan lebih
tinggi, tetapi kontribusinya lebih rendah dibanding subsektor yang sama di tingkat
provinsi.
4. Subsektor Terbelakang : subsektor pertanian yang memiliki tingkat pertumbuhan dan
kontribusi yang lebih rendah dibanding subsektor yang sama di tingkat provinsi.
Klasifikasi subsektor pertanian didasarkan pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Dasar Klasifikasi Subsektor Pertanian menurut Tipologi Klassen
Kontribusi Subsektor thd PDRB
LajuPertumbuhanSubsektor
Kij ≥ Kin Kij < Kin
Rij ≥ Rin Subsektor Prima Subsektor Berkembang
Rij < Rin Subsektor Potensial Subsektor TerbelakangKeterangan :
Rij : Laju pertumbuhan subsektor pertanian ke-i di daerah j (kabupaten/kota)Rin : Laju pertumbuhan subsektor pertanian ke-i di daerah n (provinsi)Kij : Kontribusi subsektor pertanian ke-i di daerah j (kabupaten/kota)Kin : Kontribusi subsektor pertanian ke-i di daerah n (provinsi)
Sumber ; Widodo, 2006
Jika diketahui kategori atau tipe subsektor, maka dapat ditentukan subsektor prioritas
yang akan dikembangkan. Strategi pengembangan yang bisa dilakukan adalah strategi
pengembangan jangka pendek (1-5 tahun), jangka menengah (6 – 10 tahun) dan jangka
panjang (> 10 tahun). Dalam jangka pendek subsektor Prima menjadi prioritas pembangunan.
Dalam jangka menengah yang diprioritaskan adalah subsektor Potensial dan Berkembang
agar menjadi Prima serta subsektor Terbelakang menjadi subsektor Berkembang atau
Potensial. Sedang dalam jangka panjang diharapkan subsektor Terbelakang dapat
5
berkembang menjadi subsektor Prima yang menjadi andalan sebagai penggerak ekonomi
dalam pembangunan pertanian (Widodo, 2006).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Klasifikasi subsektor pertanian kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu menurut Tipologi
Klassen dilakukan dengan cara membandingkan secara sekaligus pertumbuhan ekonomi serta
kontribusi subsektor pertanian di tingkat kabupaten/kota dengan subsektor yang sama di
tingkat provinsi. Sektor pertanian terdiri dari subsektor Tanamanan Bahan Makanan,
Tanaman Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan. Rata-rata pertumbuhan PDRB
subsektor pertanian dan kontribusinya di tingkat kabupaten/kota dan di tingkat provinsi dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan Rata-rata Pertumbuhan PDRB Subsektor Pertanian serta Kontribusinya di Tingkat Kabupaten/Kota dan di Tingkat Provinsi Bengkulu Tahun 2004-2009 (dalam %)
DaerahSubsektor
MAK KEB TER HUT IKN(Rij) (Kij) (Rij) (Kij) (Rij) (Kij) (Rij) (Kij) (Rij) (Kij)
1. Kota Bengkulu 3,17 0,57 8,26 0,01 4,58 0,63 0,00 0,00 5,57 4,742. Kab. B. Utara -0,93 16,00 2,01 8,95 3,06 4,58 -4,29 2,17 -0,20 4,773. Kab. B. Selatan 0,28 10,27 5,55 9,81 10,38 3,78 1,56 1,18 7,27 8,044. Kab. R. Lebong 5,90 32,49 5,27 16,36 7,52 3,10 -0,08 0,27 4,07 2,345. Kab. Mukomuko 5,21 17,15 6,25 7,45 6,62 5,07 2,33 15,11 5,17 5,346. Kab. Seluma 5,44 29,37 6,22 16,57 6,34 4,36 1,81 1,00 5,73 3,047. Kab. Kaur 4,30 16,69 6,54 14,09 5,53 4,89 1,27 3,16 -0,76 10,318. Kab. Lebong 5,54 40,52 5,97 17,73 5,51 3,03 -0,17 0,27 7,40 3,169. Kab. Kepahiang 5,33 31,09 5,57 32,93 4,78 2,56 0,43 0,24 4,27 2,3810. Kab. B. Tengah 0,31 5,17 0,82 1,87 0,57 0,96 -0,05 0,27 0,11 1,35
Daerah (Rin) (Kin) (Rin) (Kin) (Rin) (Kin) (Rin) (Kin) (Rin) (Kin)Propinsi Bengkulu 4,67 17,93 6,83 12,68 4,54 2,94 -0,27 1,62 3,28 4,39
Keterangan : MAK : Tan. Bahan Makanan, KEB : Tan. Perkebunan, TER : Peternakan, HUT : Kehutanan, dan IKN : Perikanan Ri : Pertumbuhan PDRB Subsektor i dan Ki : Kontribusi Subsektor i j : Kab/Kota ke j, n : Provinsi BengkuluSumber : BPS Provinsi Bengkulu, PDRB Kabupaten/Kota dan Provinsi Bengkulu, beberapa terbitan. Diolah. 2011.
Di tingkat provinsi, pertumbuhan ekonomi yang bernilai positif kecuali subsektor
kehutanan yang mengalami penurunan nilai ekonomi. Subsektor tanaman bahan makanan
meningkat 4,67%/tahun yang disebabkan sebagian besar oleh peningkatan produksi tanaman
6
padi dari 413375 ton (tahun 2003) menjadi 510160 ton (tahun 2009). Subsektor tanaman
perkebunan juga mengalami kenaikan produksi dari 137012 ton menjadi 591718 ton.
Subsektor peternakan juga mengalami kenaikan produksi terutama produksi ternak sapi, ayam
ras pedaging dan telur ayam. Subsektor perikanan meningkat produksinya dari 30749 ton
menjadi 57897 ton, yang disumbang dari perikanan laut dan perikanan darat yang meningkat
luasan area sawah yang menjadi area produksi. Sementara subsektor kehutanan mengalami
pertumbuhan negatif karena luas kawasan hutan menurun dari 476930 Ha menjadi 476355
Ha. Luas hutan produksi menurun, akibatnya jumlah produksi kayu bulat, kayu gergajian,
rotan manau dan rotan kesur yang menjadi primadona hasil kehutanan juga menurun.
Klasifikasi subsektor pertanian menurut Tipologi Klassen menghasilkan data kategori
subsektor seperti tersaji dalam Lampiran 1. Selanjutnya data kategori subsektor pada
Lampiran 1 dikelompokkan menurut kabupaten/kota sehingga diketahui tipe-tipe subsektor
pada masing-masing kabupaten/kota (Tabel 3) sehingga pemerintah daerah masing-masing
dapat menentukan subsektor prioritas dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang.
Tabel 3. Klasifikasi Subsektor Pertanian pada Masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu
Daerah Kategori-SubsektorPrima Potensial Berkembang Terbelakang
1. Kota Bengkulu Perikanan Kehutanan Tan. Perkebunan dan Peternakan
Tan. Bahan Makanan
2. Kab. Bengkulu Utara - Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
- Tan. Bahan Makanan dan Tan. Perkebunan
3. Kab. Bengkulu Selatan Peternakan dan Perikanan
- Kehutanan Tan. Bahan Makanan dan Tan. Perkebunan
7
Tabel 3. Lanjutan
Daerah Kategori-SubsektorPrima Potensial Berkembang Terbelakang
4. Kab. Rejang Lebong Tan. Bahan Makanan dan Peternakan
Tan. Perkebunan
Kehutanan dan Perikanan
-
5. Kab. Mukomuko Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
- Tan. Bahan Makanan
Tan. Perkebunan
6. Kab. Seluma Tan. Bahan Makanan dan Peternakan
Tan. Perkebunan
Kehutanan dan Perikanan
-
7. Kab. Kaur Peternakan dan Kehutanan
Tan. Perkebunan dan Perikanan
- Tan. Bahan Makanan
8. Kab. Lebong Tan. Bahan Makanan dan Peternakan
Tan. Perkebunan
Kehutanan dan Perikanan
-
9. Kab. Kepahiang Tan. Bahan Makanan
Tan. Perkebunan
Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
-
10.Kab. Bengkulu Tengah - - Kehutanan Tan. Bahan Makanan, Tan. Perkebunan, Peternakan dan Perikanan
Sumber: Data diolah. 2011. (Lampiran 1)
Selanjutnya berdasarkan data pada Tabel 3 dilakukan pengelompokan daerah yang
didasarkan pada klasifikasi subsektor menurut hasil analisis Tipologi Klassen. Gunanya
adalah untuk mengetahui subsektor kategori apa yang paling dominan terjadi di
kabupaten/kota di Propinsi Bengkulu (Tabel 4).
8
Tabel 4 . Daerah-daerah Kabupaten/Kota menurut Klasifikasi Subsektor Pertanian berdasarkan Tipologi Klassen
Klasifikasi Subsektor Daerah Klasifikasi Subsektor DaerahA. Prima a. MAK 1. Kab. RL C. Berkembang a. MAK Kab. MKO
2. Kab. SEL b. KEB Kota BKL3. Kab. LEB c. TER 1. Kota BKL4. Kab. KPH 2. Kab. KPH
b. KEB Tidak ada d. HUT 1. Kab. BSc. TER 1. Kab. BS 2. Kab. RL
2. Kab. RL 3. Kab. SEL3. Kab. MKO 4. Kab. LEB4. Kab. SEL 5. Kab. KPH5. Kab. KAU 6. Kab. BT6. Kab. LEB e. IKN 1. Kab. RL
d. HUT 1. Kab. MKO 2. Kab. SEL2. Kab. KAU 3. Kab. LEB
e. IKN 1. Kota BKL 4. Kab. KPH2. Kab. BS3. Kab. MKO
B. Potensial a. MAK Tidak ada D. Terbelakang a. MAK 1. Kota BKLb. KEB 1. Kab. RL 2. Kab. BU
2. Kab. SEL 3. Kab. BS3. Kab. KAU 4. Kab. KAU4. Kab. LEB 5. Kab. BT5. Kab. KPH b. KEB 1. Kab. BU
c. TER Kab. BU 2. Kab. BSd. HUT Kab. BU 3. Kab. MKOe. IKN Kab. BU 4. Kab. BT
c. TER Kab. BTd. HUT Tidak adae. IKN Kab. BT
Keterangan : MAK : Tan. Bahan Makanan, KEB : Tan. Perkebunan, TER : Peternakan, HUT : Kehutanan, dan IKN : Perikanan BKL : Bengkulu, BU : Bengkulu Utara, BS : Bengkulu Selatan, RL : Rejang Lebong, MKO : Mukomuko, SEL : Seluma, KAU : Kaur, LEB : Lebong, KPH: Kepahiang, dan BT : Bengkulu TengahSumber : BPS Provinsi Bengkulu, PDRB Kabupaten/Kota dan Provinsi Bengkulu, beberapa terbitan. Diolah. 2011.
Selanjutnya karena keterbatasan ruang, pembahasan akan dibatasi pada subsektor yang
dominan pada masing-masing klasifikasi.
9
1. Subsektor Prima
Subsektor prima adalah subsektor pertanian di tingkat kabupaten/kota yang mempunyai
pertumbuhan dan kontribusi yang lebih tinggi dibanding di tingkat provinsi. Subsektor ini
dapat menjadi prioritas dalam pembangunan daerah melalui strategi pembangunan jangka
pendek (1-5 tahun) karena dapat memberikan nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat
diandalkan dalam memacu kemajuan ekonomi daerah.
Subsektor pertanian yang prima pada kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu adalah
subsektor peternakan. Subsektor peternakan menjadi subsektor prima di enam kabupaten,
yaitu Kabupaten Bengkulu Selatan, Rejang Lebong, Mukomuko, Seluma, Kaur, dan Lebong.
Sehingga subsektor peternakan menjadi subsektor unggulan di enam kabupaten tersebut.
Kondisi ini dimungkinkan karena produksi komoditi-komoditi peternakan yang menjadi
unggulan di daerah tersebut mengalami kenaikan.
Di Kabupaten Bengkulu Selatan komoditi peternakan yang dijadikan andalan karena
pertumbuhan dan kontribusinya selalu meningkat adalah ayam ras pedaging, sapi, kerbau dan
kambing. Di Kabupaten Rejang Lebong komoditi sapi perah, kambing, ayam ras pedaging
dan kelinci. Kabupaten Mukomuko mengandalkan komoditi sapi, kerbau, ayam bukan ras,
dan ayam ras pedaging. Kabupaten Seluma mengandalkan komoditi sapi dan kerbau.
Kabupaten Kaur mengandalkan kambing, sapi, kerbau dan ayam ras pedaging. Sedang
Kabupaten Lebong memiliki komoditi peternakan unggulan kerbau dan ayam ras petelur.
2. Subsektor Potensial
Subsektor pertanian dikatakan potensial jika memiliki kontribusi lebih tinggi, tetapi
tingkat pertumbuhannya lebih rendah dibanding di tingkat provinsi. Subsektor kategori ini
menjadi prioritas pembangunan jangka menengah (6-10 tahun) agar berkembang menjadi
subsektor prima, dengan cara memacu pertumbuhannya. Maka bagi pemerintah daerah yang
10
bersangkutan, strategi pembangunan perlu disusun agar subsektor ini dalam jangka menengah
berkembang menjadi subsektor prima.
Subsektor pertanian potensial yang dominan di kabupaten/kota adalah subsektor
perkebunan yakni di lima kabupaten, yaitu Kabupaten Rejang Lebong, Seluma, Kaur, Lebong
dan Kepahiang. Kabupaten Rejang Lebong nilai PDRB subsektor perkebunan sebagian besar
disumbangkan komoditi jahe, kopi arabika, karet dan kapuk yang senantiasa mengalami
peningkatan produksi. Kabupaten Seluma disumbang dari perkebunan rakyat dari komoditi
cengkeh, kelapa, karet, aren, kapuk, sawit dan pinang, dan komoditi perkebunan swasta
adalah sawit, karet dan kakao. Kabupaten Kaur mengusahakan komoditi sawit, kakao, karet
dan pinang di perkebunan rakyat. Kabupaten Lebong disumbang oleh komoditi kopi robusta,
kopi arabika, karet, aren, kemiri dan lada dari perkebunan rakyat, serta perkebunan swasta
oleh komoditi kopi arabika.
3, Subsektor Berkembang
Subsektor pertanian kategori berkembang adalah subsektor yang memiliki tingkat
pertumbuhan lebih tinggi, tetapi kontribusinya lebih rendah dibanding subsektor yang sama
di tingkat provinsi. Dalam jangka menengah (6-10 tahun) subsektor ini dapat dikembangkan
menjadi sektor unggulan atau prima. Pemerintah daerah diharapkan dapat mengembangkan
strategi pembangunan yang dapat meningkatkan peran atau sumbangan subsektor ini bagi
kesejahteraan masyarakat keseluruhan. Subsektor pertanian kategori berkembang yang
dominan di kabupaten/kota adalah subsektor kehutanan yang meliputi enam kabupaten, yaitu
Kabupaten Bengkulu Selatan, Rejang Lebong, Seluma, Lebong, Kepahiang dan Bengkulu
Tengah.
Di Kabupaten Bengkulu Selatan pertumbuhan yang tinggi terjadi pada produksi kayu
bulat berbagai jenis, kayu gergajian, rotan manau, rotan kesur dan damar. Kabupaten Rejang
Lebong menggantungkan perekonomian subsektor kehutanan dari produksi rotan manau,
11
rotan kesur, rotan jenis lainnya, dan kayu manis. Di Kabupaten Seluma produksi kehutanan
yang meningkat adalah komoditi kayu bulat meranti, kayu karet, kayu gergajian jenis meranti
dan kayu rakyat. Kabupaten Lebong mengandalkan rotan manau, rotan jenis lain, kulit kayu
medang, kayu bulat jenis meranti dan rimba campuran, albasia, rasamala, mahoni, bambu,
kayu bakar dan kayu olahan. Pertumbuhan subsektor kehutanan di Kabupaten Kepahiang
oleh terjadi pada komoditi kayu bulat rimba campuran, madu lebah, kulit kayu manis, kayu
olahan dan kemiri. Untuk Kabupaten Bengkulu Tengah belum tersedia data secara terperinci,
hanya data PDRB subsektor yang tersedia, sehingga tidak dapat diketahui kondisi subsektor
kehutanan di kabupaten tersebut.
4. Subsektor Terbelakang
Subsektor pertanian dikatakan terbelakang jika memiliki tingkat pertumbuhan dan
kontribusi yang lebih rendah dibanding subsektor yang sama di tingkat provinsi. Untuk
mengembangkan subsektor ini menjadi subsektor unggulan dibutuhkan strategi pembangunan
jangka panjang yaitu lebih dari 10 tahun. Namun untuk mewujudkannya menjadi subsektor
potensial atau berkembang digunakan strategi pembangunan jangka menengah (6-10 tahun).
Hasil analisis menunjukkan bahwa subsektor terbelakang yang dominan adalah subsektor
tanaman bahan makanan.
Subsektor tanaman bahan makanan menjadi subsektor terbelakang di lima
kabupaten/kota, yaitu di Kota Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, Kaur,
dan Bengkulu Tengah. Dalam kurun waktu 2003 sampai 2009 kelima kabupaten/kota tersebut
mengalami penurunan luas tanam, luas panen, produksi maupun produktifitas tanaman bahan
makanan terutama komoditi padi sawah maupun padi ladang. Padahal padi merupakan
makanan pokok sebagian besar masyarakat. Di tingkat propinsi luas tanam, luas panen dan
produksi meningkat dengan tingkat produktifitas 3,8 ton GKP/Ha.
12
Di Kota Bengkulu luas tanam, luas panen, dan produksi padi menurun dari tahun ke
tahun walau produktifitas padi lebih tinggi dibanding provinsi, yakni sebesar 4,5 ton GKP/Ha.
Kabupaten Bengkulu Utara mengalami penurunan luas tanam dan produksi padi ladang
dengan produktifitas hanya 3,7 ton GKP/Ha. Di Kabupaten Bengkulu Selatan luas tanam dan
produksi padi meningkat, tetapi produktifitasnya hanya 3,8 ton GKP/Ha. Di Kabupaten Kaur
luas tanam, luas panen dan produksi tanaman padi menurun, dengan produktifitas 3,6 ton
GKP/Ha. Kabupaten Bengkulu Tengah dalam kurun waktu 2008 sampai 2009 luas tanam dan
produksi padi juga berkurang dengan produktifitas 3,4 ton GKP/Ha. Penurunan luas lahan,
produksi dan produktifitas mungkin disebabkan oleh konversi lahan menjadi lahan
pemukiman, industri atau komoditi selain tanaman bahan makanan. Kondisi yang
memprihatinkan ini hendaknya menjadi perhatian serius dari semua pihak, baik pemerintah
maupun masyarakat. Upaya penganekaragaman pangan terutama pangan pokok mungkin bisa
menjadi solusi.
IV. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap daerah
kabupaten/kota memiliki klasifikasi subsektor pertanian berbeda-beda tergantung pada
sumberdaya dan kinerja subsektor tersebut. Subsektor prima yang paling banyak
teridentifikasi adalah subsektor peternakan meliputi enam kabupaten/kota, untuk subsektor
potensial adalah subsektor perkebunan yang meliputi lima kabupaten, untuk subsektor
berkembang adalah subsektor kehutanan yang meliputi enam kabupaten dan subsektor
terbelakang yang paling dominan adalah subsektor tanaman bahan makanan yaitu di lima
kabupaten/kota.
13
Implikasi Kebijakan
1. Perlu kajian lebih lanjut tentang subsektor-subsektor lain yang termasuk ke masing-masing
klasifikasi yang belum dibahas dalam makalah ini,
2. Subsektor peternakan menjadi subsektor prima di sebagian besar kabupaten/kota yang ada
di Provinsi Bengkulu sehingga pemerintah kabupaten/kota maupun provinsi dapat
mempertimbangkan subsektor ini sebagai penggerak ekonomi dalam jangka pendek
dengan mempertahankan atau bahkan meningkatkan pertumbuhan dan kontribusinya
dalam perekonomian, subsektor perkebunan perlu dipacu pertumbuhannya, subsektor
kehutanan perlu ditingkatkan konsribusinya dalam perekonomian daerah dan subsektor
tanaman bahan makanan sangat perlu untuk ditingkatkan pertumbuhan dan kontribusinya
mengingat pentingnya subsektor ini dalam menjamin ketahanan pangan.
3. Pemerintah daerah hendaknya membuat strategi pengembangan pertanian berdasarkan
klasifikasi subsektor pertanian di daerah tersebut, sehingga pembangunan pertanian dapat
berjalan dengan baik. Dalam jangka pendek subsektor prima menjadi prioritas, dalam
jangka menengah subsektor potensial dan berkembang yang menjadi prioritas, sementara
dalam jangka panjang subsektor terbelakang dapat menjadi prioritas pembangunan.
4. Dengan adanya perbedaan klasifikasi subsektor pertanian antar daerah kabupaten/kota ini
perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang kemungkinan adanya spesialisasi ataupun
keterkaitan antar daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Aswandi, Hairul dan Mudrajad Kuncoro. 2002. Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan: Studi Empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 17 No. 1 Hal : 27 – 45. www. mudrajat.com. Diunduh tanggal 10 Februari 2011 Pk. 10.00
BPS Kabupaten/Kota di Propinsi Bengkulu. Berbagai Tahun Penerbitan. Produk Domestik Regional Bruto.
14
____________________________________. Berbagai Tahun Penerbitan. Kabupaten/Kota dalam Angka.
BPS Propinsi Bengkulu. Berbagai Tahun Penerbitan. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Bengkulu.
_____________________. Berbagai Tahun Penerbitan. Bengkulu dalam Angka.
Julianti, Dina Maseli. 2009. Strategi Pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara (Pendekatan Tipologi Klassen).www.skripsi-indonesia.com. Diunduh tanggal 24 April 2011 Pk. 11.30
Mualif, Eye. 2009. Pengembangan Sektor Pertanian di Kota Salatiga dengan Pendekatan Tipologi Klassen. digilib.uns.ac.id. Diunduh tanggal 5 Januari 2011 Pk. 12.10
Nugraha, R. Aga. 2007. Evaluasi Pembangunan Ekonomi Daerah di Provinsi Bali Pasca Tragedi Bom.images.aganugraha.multiply. Diunduh tanggal 5 Januari 2011 Pk. 11.00
Tarigan, Robinson. 2006. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. P.T. Bumi Aksara. Jakarta.
Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah). UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
15
Lampiran 1. Klasifikasi Subsektor Pertanian Kabupaten/Kota di Propinsi Bengkulu berdasarkan Tipologi Klassen
Daerah Subsektor Rij (%) Rin (%) Kij (%) Kin (%) Kategori1. Kota Bengkulu a. Tan. Bahan Makanan 3,17 4,67 0,57 17,93 Terbelakang
b. Tan. Perkebunan 8,26 6,83 0,01 12,68 Berkembangc. Peternakan 4,58 4,54 0,63 2,94 Berkembangd. Kehutanan 0,00 -0,17 0,00 1,62 Potensiale. Perikanan 5,57 3,28 4,74 4,39 Prima
2. Kab. Bengkulu Utara a. Tan. Bahan Makanan -0,93 4,67 16,00 17,93 Terbelakangb. Tan. Perkebunan 2,01 6,83 8,95 12,68 Terbelakangc. Peternakan 3,06 4,54 4,58 2,94 Potensiald. Kehutanan -4,29 -0,17 2,17 1,62 Potensiale. Perikanan -0,20 3,28 4,77 4,39 Potensial
3. Kab. Bengkulu Selatan a. Tan. Bahan Makanan 0,28 4,67 10,27 17,93 Terbelakangb. Tan. Perkebunan 5,55 6,83 9,81 12,68 Terbelakangc. Peternakan 10,38 4,54 3,78 2,94 Primad. Kehutanan 1,56 -0,17 1,18 1,62 Berkembange. Perikanan 7,27 3,28 8,04 4,39 Prima
4. Kab. Rejang Lebong a. Tan. Bahan Makanan 5,90 4,67 32,49 17,93 Primab. Tan. Perkebunan 5,27 6,83 16,36 12,68 Potensialc. Peternakan 7,52 4,54 3,10 2,94 Primad. Kehutanan -0,08 -0,17 0,27 1,62 Berkembange. Perikanan 4,07 3,28 2,34 4,39 Berkembang
5. Kab. Mukomuko a. Tan. Bahan Makanan 5,21 4,67 17,15 17,93 Berkembangb. Tan. Perkebunan 6,25 6,83 7,45 12,68 Terbelakangc. Peternakan 6,62 4,54 5,07 2,94 Primad. Kehutanan 2,33 -0,17 15,11 1,62 Primae. Perikanan 5,17 3,28 5,34 4,39 Prima
16
Lampiran 1. Lanjutan
Daerah Subsektor Rij (%)
Rin (%)
Kij (%)
Kin (%) Kategori
6. Kab. Seluma a. Tan. Bahan Makanan 5,44 4,67 29,37 17,93 Primab. Tan. Perkebunan 6,22 6,83 16,57 12,68 Potensialc. Peternakan 6,34 4,54 4,36 2,94 Primad. Kehutanan 1,81 -0,17 1,00 1,62 Berkembange. Perikanan 5,73 3,28 3,04 4,39 Berkembang
7. Kab. Kaur a. Tan. Bahan Makanan 4,30 4,67 16,69 17,93 Terbelakangb. Tan. Perkebunan 6,54 6,83 14,09 12,68 Potensialc. Peternakan 5,53 4,54 4,89 2,94 Primad. Kehutanan 1,27 -0,17 3,16 1,62 Primae. Perikanan -0,76 3,28 10,31 4,39 Potensial
8. Kab. Lebong a. Tan. Bahan Makanan 5,54 4,67 40,52 17,93 Primab. Tan. Perkebunan 5,97 6,83 17,73 12,68 Potensialc. Peternakan 5,51 4,54 3,03 2,94 Primad. Kehutanan -0,17 -0,17 0,27 1,62 Berkembange. Perikanan 7,40 3,28 3,16 4,39 Berkembang
9. Kab. Kepahiang a. Tan. Bahan Makanan 5,33 4,67 31,09 17,93 Primab. Tan. Perkebunan 5,57 6,83 32,93 12,68 Potensialc. Peternakan 4,78 4,54 2,56 2,94 Berkembangd. Kehutanan 0,43 -0,17 0,24 1,62 Berkembange. Perikanan 4,27 3,28 2,38 4,39 Berkembang
10. Kab. Bengkulu Tengah a. Tan. Bahan Makanan 0,31 4,67 5,17 17,93 Terbelakang
b. Tan. Perkebunan 0,82 6,83 1,87 12,68 Terbelakangc. Peternakan 0,57 4,54 0,96 2,94 Terbelakangd. Kehutanan -0,05 -0,17 0,27 1,62 Berkembange. Perikanan 0,11 3,28 1,35 4,39 Terbelakang