Upload
tebongede
View
15
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
rules bki for non metalic
Citation preview
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 1/59
BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
PERATURAN UNTUK MATERIAL – NON
METAL FINAL DRAFT
BAGIAN – 1 PLASTIK DIPERKUAT SERAT DAN PEREKATANNYA
BAGIAN – 2 KAYU
BAGIAN – 3 PETUNJUK UNTUK ADHESIF ELASTOMER DAN
SAMBUNGAN ADHESIF
EDISI 2006
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 2/59
BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
PERATURAN UNTUK MATERIAL – NON
METAL_26/07/2005
BAGIAN – 1
PLASTIK DIPERKUAT SERAT DAN PEREKATANNYA
EDISI 2006
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 4/59
Daftar Isi iii
Daftar Isi
Bab 1 Persyaratan Material and Produksi
A. Definisi .......................................................................…........................................................ 1- 1
B. Bahan .…….................................................................................................................................. 1- 1
C. Persetujuan Bahan .........................…...….................................................................................... 1- 3
D. Persyaratan Pabrik Pembuat ………............................................................................................. 1- 3
E. Ketentuan Pemrosesan ......................................................................................................... 1- 4
F. Pengawasan Proses Pembuatan .....................................................……...................................... 1- 6
Bab 2 Pemeriksaan dan Pengujian Material Komposit Serat
A. Persyaratan .....................................................................................................…........................ 2- 1 ..
Bab 3 Perbaikan Komponen
A. Umum ....................................................................................................................................... 3- 1
B. Prosedur .........................................................................................................................…......... 3- 2
C. Dokumentasi .............................................................................................................….............. 3- 3
D. Lampiran ....................................................................................................................…............. 3- 3
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 5/59
Bab 1 - Persyaratan Bahan dan Produksi A, B 1–1
Bab 1
Persyaratan Bahan dan Produksi
A. Definisi
1. Plastik diperkuat serat (FRP)
Bahan heterogen yang terdiri dari resin termoset
sebagai matriks dan bahan penguat yang diisikan.
2. Resin termoset
Campuran dua-komponen yang terdiri dari resin dan
pengeras serta bahan tambahan (aditif) yang mungkin.
3. Bahan penguat
Bahan biasanya berbentuk produk serat yang diisikan
dalam matrik untuk meningkatkan sifat tertentu.
Dalam pengerjaannya, serat dari bahan yang berbeda
yang menunjukkan sifat isotropik atau anisotropik
diproses dalam bentuk produk tekstil semi-jadi (mat,
roving, fabric, non-woven). Untuk persyaratan khusus,
campuran bahan serat yang berbeda juga digunakan
(hibrid).
4. Prepreg
Bahan penguat yang sebelumnya telah direndam
dengan resin termoset yang dapat diproses tanpa
penambahan resin atau pengeras lagi.
5. Laminasi
Bagian yang dicetak yang dibuat dengan meletakkan
lapisan-lapisan bahan penguat diatas satu sama lain bersama dengan resin termoset.
6. Laminasi sandwich
Dua lapisan laminasi yang digabungkan dengan
memakai inti tengah dari bahan yang lebih ringan.
B. Bahan
1. Resin termoset
Tergantung pada penggunaan, dan tentunya
persyaratannya, dibuat perbedaan antara resin laminasi
dan resin pelindung. Kesepadanan dari kombinasi antara
resin gelcoat dan resin laminasi harus ditunjukkan jika
formulasi dasar resin tidak sama.
1.1 Resin gelcoat dan resin lapisan atas
Resin gelcoat dan resin lapisan atas harus melindungi
permukaan laminasi dari pengaruh kerusakan mekanis
dan lingkungan. Oleh karena itu, pada kondisi kering,
resin harus mempunyai ketahanan yang tinggiterhadap media yang ada (misalnya bahan bakar, air
sungai dan air laut), terhadap lingkungan laut dan
industri, dan terhadap abrasi, selain kemampuan
penyerapan air yang rendah. Zat thixotropic dan
pigmen pewarna adalah satu-satunya aditif yang
diperbolehkan untuk resin gelcoat. Pada resin lapisan
atas, aditif untuk penguapan styrene yang rendah juga
diperbolehkan.
1.2 Resin laminasi
Resin laminasi harus mempunyai karakteristik
peresapan yang baik ketika diproses. Pada kondisi
kering, resin harus tahan terhadap bahan bakar, air
sungai dan air laut, dan harus dapat menunjukkan
ketahanan yang tinggi terhadap penuaan. Selanjutnya,
ketahanan yang cukup terhadap hidrolisa harus
dijamin jika digunakan bersama dengan aditif dan
bahan pengisi yang diizinkan. Jika menggunakan
polyester tak jenuh (UP) sebagai resin, maka
ketahanan terhadap hidrolisa harus lebih tinggi dari
pada resin UP standar (sebagai contoh penggunaan
resin dengan bahan dasar asam isophtalic).
1.3 Aditif
1.3.1 Semua aditif (katalis, akselerator, bahan
pengisi, pigmen pewarna dll.) harus cocok untuk resin
termoset dan harus sesuai dengan resin tersebut serta
aditif lain, sehingga dapat dipastikan pengeringan resin
yang sempurna. Aditif harus disebarkan dengan hati-
hati ke seluruh resin, sesuai dengan petunjuk pabrik.
1.3.2 Katalis, yang memulai proses pengerasan, dan
akselerator, yang mengontrol waktu pengerjaan (umur
pakai, masa pengentalan) dan waktu pengeringan,
harus digunakan sesuai dengan petunjuk pemrosesanyang diberikan oleh pabrik. Untuk sistem proses-
dingin (cold-setting systems), katalis harus diatur
sedemikian rupa sehingga pengeringan menyeluruh
dipastikan terjadi diantara suhu 16°C sampai 25°C.
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 6/59
1-2 Bab 1 - Persyaratan Bahan dan Produksi B
Sistem proses-dingin yang suhu pengeringannya diluar
rentang suhu tersebut demikian juga sistem
pengeringan-hangat, dapat digunakan setelah
berkonsultasi dengan BKI Pusat.
1.3.3 Bahan pengisi harus nyata-nyata tidak bolehmempengaruhi sifat resin yang telah kering. Jenis dan
jumlah bahan pengisi harus disetujui BKI Pusat dan
tidak boleh menunjukkan ketidakmampuan memenuhi
sifat minimum resin (lihat Bab 2). Pada umumnya,
jumlah bahan pengisi dalam senyawa resin laminasi
tidak boleh melebihi 12% berat (termasuk maksimum
1.5% berat zat thixotropic). Jika pabrik menetapkan
angka yang lebih kecil, maka angka tersebut yang harus
digunakan. Jumlah zat thixotropic dalam senyawa resin
gelcoat tidak boleh melebihi 3% berat. Laminasi yang
digunakan untuk tangki bahan bakar dan tangki air tidak
boleh mengandung bahan pengisi.
1.3.4 Pigmen pewarna harus tahan cuaca dan terdiri
dari bahan celup anorganik atau organik yang tidak
luntur. Jumlah maksimum yang diizinkan tidak boleh
melebihi angka yang ditentukan oleh pabrik pembuat;
jika tidak ada angka yang ditentukan oleh pabrik
pembuat, maka pigmen pewarna tidak boleh melebihi 5
% berat.
2. Bahan penguat
2.1 Tersedia berbagai jenis bahan penguat dengan
filamen dari gelas, karbon dan aramid:
Roving: filamen paralel dalam jumlah banyak yang
ditempatkan bersama dengan atau tanpa
pemuntiran.
Mat: lapisan filamen menerus yang tak beraturan
( fleeces), atau roving yang dipotong-potong
(panjang minimum 50 mm) yang dihubungkan
dengan menggunakan perekat.
Fabric: Roving yang dianyam bersama dengan teknik
penganyaman yang digunakan dalam industri
tekstil. Bahan dan/atau filamen yang berbeda
ketebalan yang berbeda dimungkinkan untuk
digulung.
Fabric tak dianyam: Lapisan - lapisan serat searah yang
dirajut secara selang seling. Lapisan tersebut
dilekatkan dengan helai serat tipis, baik
bersama maupun pada mat. Bahan yang
berbeda dan/atau filamen yang berbeda
ketebalan dimungkinkan dalam masing-masing
lapisan.
2.2 Perlakuan permukaan serat dengan senyawa
perekat, zat penggabung atau bahan pelapis harus
disesuaikan dengan resin termoset, guna memastikan
sifat bahan yang memadai, dan terhadap pengaruh dari
media.
2.3 Hanya gelas aluminium boron silicate dengan
alkali rendah yang dapat digunakan sebagai serat gelas
(kadar oksida alkali ≤ 1%), misalnya. E-glass sesuai
dengan VDE 0334/ Bagian 1, 9.72, Bab 4.
3. Bahan inti konstruksi sandwich
3.1 Harus ditunjukkan bahwa bahan inti yang
digunakan sesuai untuk tujuan penggunaannya. Bahan
tersebut tidak boleh menghalangi pengeringan resin
laminasi.
3.2 Permukaan sambungan dari penguatan lokal
yang terbuat dari bahan logam (misalnya saluran
masuk, penghubung) harus dibersihkan dengan cara
yang sama seperti pada proses pengeleman, guna
menjamin pengikatan yang optimal (lihat. DIN 53281,
Part 1).
3.3 Bahan inti selain dari yang disebutkan
dibawah ini dapat dipakai, asalkan bahan inti tersebut
sesuai dengan tujuan penggunaannya dan disetujui
terlebih dahulu oleh BKI Pusat.
3.4 Bahan busa padat
Bahan busa padat yang digunakan sebagai bahan inti
untuk laminasi sandwich, atau sebagai konstruksi
utama (shear webs), harus dari tipe sel tertutup
(closed-cell type) dan mempunyai ketahanan yang
tinggi terhadap resin laminasi atau adhesif, sertaterhadap kerapuhan, bahan bakar, air sungai dan laut.
Kemampuan penyerapan air yang rendah diperlukan,
bersama dengan densitas semu minimum 60 kg/m³.
Harus dipastikan bahwa suhu izin bahan busa tidak
terlewati selama reaksi pengeringan (reaksi
eksotermik).
3.5 Kayu balsa
Kayu balsa yang digunakan sebagai bahan inti
laminasi sandwich harus memenuhi persyaratan
berikut. Kayu tersebut harus :− segera diolah setelah penebangan untuk mencegah
serangan jamur dan serangga.
− dibersihkan dan dihomogenkan.
− dikeringkan dalam tungku selama 10 hari setelah
penebangan, dan
− mempunyai kandungan uap air rata-rata maksimum
12 %.
4. Prepreg
Serat penguat yang telah direndam sebelumnyadengan resin laminasi harus memenuhi persyaratan
yang ditetapkan pada komponen dimana serat
digunakan. Sebagai tambahan, kandungan volume
resin sebesar minimum 35% volume harus dipastikan,
serta perekatan yang cukup pada suhu proses.
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 7/59
Bab 1 - Persyaratan Bahan dan Produksi B, C, D 1–3
5. Adhesif
5.1 Ketika merekatkan FRP bersama-sama, atau
dengan bahan lain, hanya adhesif yang bebas pelarut
(solvent-free) yang boleh digunakan. Pertimbangan
harus diberikan pada adhesif reaksi dua komponen, jikamemungkinkan dengan bahan dasar yang sama seperti
resin laminasi.
5.2 Laminasi hanya boleh direkatkan pada
kondisi kering. Adhesif proses-panas (hot-setting
adhesives) umumnya mempunyai kekuatan yang lebih
tinggi; akan tetapi, suhu izin maksimum yang diizinkan
dari bahan yang akan direkatkan tidak boleh dilebihi.
Hal ini berlaku khususnya bila menggunakan adhesif
leleh-panas (hot-melt adhesive) komponen tunggal.
5.3 Adhesif harus digunakan sesuai dengan petunjuk proses yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
Adhesif tidak boleh mempengaruhi bahan yang akan
direkatkan dan harus menunjukkan ketahanan yang
tinggi terhadap kelembaban dan kerapuhan. Pengaruh
suhu operasi pada kekuatan adhesif harus rendah.
5.4 Adhesif harus dapat digunakan dalam rentang
suhu – 20 ° s/d + 60 °C.
C. Persetujuan Bahan
1. Semua bahan yang akan digunakan pada
waktu pembuatan komponen FRP harus terlebih dahulu
diperiksa dan disetujui BKI. Persetujuan oleh organisasi
lain dapat diakui setelah kesepakatan dengan BKI,
dengan catatan pengujian yang disyaratkan untuk
persetujuan sesuai dengan persyaratan BKI.
2. Pabrik pembuat dan/atau pemasok bahan
harus mengajukan permohonan persetujuan ke BKI
Pusat.
3. Persetujuan diberikan jika bahan memenuhi persyaratan BKI. Untuk tujuan ini, diperlukan
pengujian khusus yang dilakukan dibawah pengawasan
BKI atau hasil pengujian harus didokumentasikan
dalam laporan lembaga pengujian yang diakui. Kriteria
pengujian tersebut diatas diberikan dalam Lampiran.
4. Sebelum produksi dimulai, persetujuan bahan
yang disyaratkan harus dikirim ke BKI Pusat dan/atau
kantor cabang BKI. Jika tidak ada persetujuan, atau
tidak semua persetujuan yang disyaratkan diperoleh,
maka sebagai pengecualian dan setelah kesepakatan
dengan BKI Pusat, bukti dari sifat - sifat bahan dasar dapat ditunjukkan sebagai bagian dari pengujian bahan
komponen laminasi.
5. Pengemasan atau pembungkusan bahan harus
memuat informasi tentang persetujuan.
D. Persyaratan Pabrik Pembuat
1. Umum
1.1 Semua fasilitas produksi, ruang penyimpanan
dan peralatan operasionalnya harus memenuhi
persyaratan pihak berwenang yang bertanggung jawab
terhadap keselamatan kerja dan asosiasi asuransi
kecelakaan kerja yang profesional. Pabrik pembuat
sepenuhnya bertanggung-jawab untuk memenuhi
persyaratan ini.
1.2 Bahaya kontaminasi dari bahan laminasi
harus diminimalkan melalui pemisahan fasilitas
produksi dari ruang penyimpanan.
1.3 Selama proses laminasi dan perekatan di
bengkel laminasi, mesin yang dapat menimbulkan
debu tidak boleh dioperasikan demikian juga operasi pengecatan atau penyemprotan tidak boleh
dilaksanakan. Prinsipnya, pekerjaan tersebut harus
dilaksanakan di ruang terpisah.
2. Bengkel laminasi
2.1 Bengkel laminasi harus ruangan tertutup yang
dapat dipanasi dan mempunyai ventilasi masuk dan
keluar. Selama proses laminasi dan pengeringan, suhu
ruangan harus dipertahankan antara 16°C s/d 25°C dan
kelembaban nisbi maksimum 70%, dengan catatan
pabrik pembuat senyawa resin laminasi tidak
menetapkan lain.
2.2 Untuk mengontrol kondisi cuaca, alat
termograf dan hydrograf dapat dipasang. Peralatan
tersebut harus disetel setelah mendapatkan persetujuan
BKI, jumlah dan penempatannya tergantung pada
kondisi operasional. Peralatan tersebut harus
dikalibrasi sesuai dengan peraturan pemerintah.
Rekaman alat tersebut harus disimpan selama minimal
10 tahun dan diserahkan ke BKI bila diminta.
2.3 Fasilitas ventilasi harus ditempatkan
sedemikian rupa sehingga tidak ada sejumlah bahan
pelarut yang tidak diizinkan lepas dari laminasi, dan juga tidak terjadi konsentrasi tempat kerja yang tidak
diizinkan ( MAC values).
2.4 Tempat kerja harus diberi penerangan yang
cukup dan sesuai, tetapi pada waktu yang sama
tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin
bahwa proses pengeringan terkontrol dari senyawa
resin laminasi tidak terganggu oleh sinar matahari
maupun peralatan penerangan.
3. Ruang penyimpanan
3.1 Resin laminasi harus disimpan sesuai denganinstruksi pabrik pembuat. Jika instruksi tersebut tidak
diberikan, maka resin harus disimpan dalam ruang
yang gelap dan kering pada suhu antara 10°C s/d
18°C. Suhu ruang penyimpanan harus dicatat terus
menerus dengan menggunakan alat termograf.
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 8/59
1-4 Bab 1 - Persyaratan Bahan dan Produksi D, E
3.2 Bahan prepreg harus disimpan dalam ruang
pendingin khusus sesuai dengan instruksi pabrik
pembuat. Suhu umumnya tidak boleh melebihi – 22 °C.
3.3 Bahan pengeras, katalis dan akselerator harus
disimpan secara terpisah dalam ruang berventilasi cukupsesuai dengan instruksi pabrik pembuat. Jika instruksi
tersebut tidak diberikan, bahan pengeras, katalis dan
akselerator harus disimpan dalam ruang gelap dan
kering dengan suhu antara 10 °C s/d 18 °C.
3.4 Bahan penguat, bahan pengisi dan aditif harus
disimpan dalam wadah tertutup, dalam kondisi kering
dan bebas debu.
3.5 Penyimpanan harus diatur sedemikian rupa
sehingga identifikasi bahan, kondisi penyimpanan dan
periode maksimum penyimpanan (tanggal kadaluarsa)sesuai yang ditentukan oleh pabrik pembuat dapat
dilihat dengan jelas. Bahan yang masa penyimpanannya
melebihi tanggal kadaluarsa harus segera dikeluarkan
dari ruang penyimpanan.
3.6 Jumlah bahan yang diperlukan dalam proses
pembuatan harus dibawa ke bengkel produksi secepat
mungkin dengan wadah yang tetap tertutup untuk
menjamin penyesuaian yang sempurna terhadap suhu
proses (∆T ≤ 2° C),.
3.7 Dalam hal khusus, bahan yang diambil dari
gudang dan telah dipergunakan sebagian boleh
dikembalikan ke gudang (misalnya bahan prepreg
pengeringan panas) dan dengan persetujuan BKI.
E. Ketentuan Pemrosesan
1. Umum
1.1 Pada prinsipnya, hanya bahan yang disetujui
BKI yang harus digunakan. Sebagai tambahan terhadap
pemilihan bahan yang tepat dan telah disetujui,
perhatian khusus harus diberikan saat memproses bahantersebut karena akan berpengaruh besar pada sifat
produk.
1.2 Untuk persiapan dan pemrosesan senyawa resin
dan bahan penguat, Peraturan ini, instruksi yang
dikeluarkan oleh pabrik pembuat bahan dan ketentuan
dari pihak berwenang setempat juga harus diperhatikan.
1.3 Resin, bahan pengeras dan aditif resin harus
dicampur sedemikian rupa untuk memastikan penyebaran
yang merata dan sedapat mungkin meminimalkan jumlah
udara yang masuk dalam campuran. Pengeluaran udaradari senyawa resin mungkin diperlukan dalam kondisi
tertentu.
1.4 Selama proses laminasi, waktu pemrosesan yang
ditetapkan oleh pabrik pembuat untuk senyawa resin
yang disiapkan tidak boleh dilewati. Jika waktu tersebut
tidak ditetapkan, maka umur pakai harus ditetapkan
melalui pengujian pendahuluan dan waktu pemrosesan
kemudian ditetapkan setelah konsultasi dengan BKI.
1.5 Adalah tidak mungkin untuk mencakupsemua jenis cetakan dan metode pemrosesan secara
rinci. Oleh karena itu, dalam hal khusus penyimpangan
dimungkinkan dengan persetujuan BKI.
2. Persyaratan cetakan
2.1 Cetakan harus terbuat dari bahan yang cocok,
mempunyai kekakuan yang cukup untuk mencegah
deformasi yang tidak diizinkan selama proses laminasi
atau pengeringan, dan sebaliknya tidak berpengaruh
pada proses pengeringan laminasi. Cetakan yang
terbuat dari FRP hanya boleh digunakan setelahmengering sempurna dan dilakukan proses pemanasan
(temper).
2.2 Dalam hal cetakan untuk produk dibuat
dengan menggunakan kantong vakum, maka sebagai
tambahan, kekedapan udara yang mutlak dari cetakan
harus dijamin.
2.3 Permukaan cetakan harus sehalus mungkin
dan tidak boleh mempunyai tepi yang tajam. Cetakan
harus dirancang sedemikian rupa agar dapat
mengeluarkan produk dari cetakan tanpa terjadi cacat.
2.4 Sebelum proses laminasi dimulai, permukaan
komponen harus diproses dengan zat pemisah yang
sesuai dalam jumlah yang cukup dan dipanasi sampai
suhu yang diperlukan untuk laminasi. Permukaan
harus kering dan bebas debu. Tidak diperbolehkan
menggunakan zat pemisah dengan bahan silikon.
3. Pembentukan laminasi
3.1 Jika perlindungan permukaan ingin dicapai
dengan memberikan gelcoat, maka senyawa resin
gelcoat harus diberikan dengan ketebalan yang samaantara 0.4 s/d 0.6 mm, dengan menggunakan proses
yang tepat.
3.2 Lapisan laminasi pertama harus diberikan
sesegera mungkin setelah pemakaian gelcoat. Serat
mat atau fabric dengan berat per satuan luas yang kecil
dan kadar resin yang tinggi harus digunakan (misalnya
untuk serat gelas: maksimum 450 g/m² dan gelas
maksimum 30 % berat).
3.3 Laminasi harus dibuat sesuai dengan
dokumentasi teknis yang disetujui dan berkonsultasidengan BKI berkenaan dengan metode yang
digunakan. Udara harus dikeluarkan dari lapisan
penguat dan lapisan tersebut harus dipadatkan
sedemikian rupa untuk memastikan bahwa jumlah
resin yang disyaratkan dapat dicapai. Pertambahan
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 9/59
Bab 1 - Persyaratan Bahan dan Produksi E 1–5
kadar resin harus dihindarkan.
3.4 Tebal maksimum bahan yang dapat
dikeringkan pada satu kali proses ditentukan dengan
peningkatan panas maksimum yang diizinkan. Dalam
hal kantong vakum, lazimnya faktor yang menentukanadalah jumlah maksimum lapisan yang kandungan
udaranya masih dapat dihilangkan seluruhnya.
3.5 Jika proses laminasi terhenti selama waktu
tertentu yang mengakibatkan resin laminasi dasar
melebihi titik pengentalan (gelation), maka harus
dilaksanakan pengujian untuk memverifikasi tingkat
kerekatan antara laminasi dasar dan laminasi atas.
Untuk tiap-tiap sistem resin, pada kondisi pemrosesan
yang diberikan, periode penghentian proses laminasi
yang diizinkan harus ditentukan. Bila periode ini
dilewati, laminasi harus digerinda seluruhnya guna
mendapatkan permukaan yang menunjukkan sifat
adhesi yang memadai setelah debu dihilangkan. Untuk
resin UP pada asam orthophthalic dan standard glycol
basis yang tidak mengandung zat pembentuk kulit (skin-
forming agents) proses laminasi dapat dihentikan
selama 48 jam, tanpa menyerahkan bukti lebih lanjut,
dianggap tidak kritis berkaitan dengan laminasi.
3.6 Ketika menggerinda laminasi yang
mengandung resin dengan penguapan styrene yang
rendah sebagai sistem matriks, permukaan laminasi
harus dibersihkan sampai ke lapisan mat. Untuk
menjamin bahwa tidak ada elemen zat pembentuk kulit(misalnya parafin) yang tertinggal pada permukaan,
maka permukaan harus dipoles dengan menggunakan
kertas amplas baru. Prosedur yang sama harus
diterapkan saat memperlakukan permukaan bahan yang
akan direkatkan (lihat E.6.2.3).
3.7 Peralihan antara laminasi yang berbeda
ketebalan harus dibuat secara bertahap. Nilai minimum
25 mm per 600 g/m² bahan penguat (untuk fabric gelas
pada arah serat) dapat digunakan. Pada daerah transisi
dari konstruksi sandwich ke laminasi padat, bahan inti
harus ditirus dengan kemiringan tidak lebih dari 1: 2.
3.8 Jika pemotongan lapisan penguat tidak dapat
dihindari, dalam hal cetakan yang rumit, maka tepi
potongan harus berhimpit, atau harus diberi potongan
penguat. Pada daerah ujung atau sambungan
laminasi, setiap lapisan penguat harus ditumpangkan
minimal 25 mm per 600 g/m².
3.9 Komponen yang berbeda hanya boleh
dilaminasi bersama-sama selama komponen tersebut
belum kering seluruhnya. Perhatian khusus harus
diberikan pada bagian perpotongan laminasi.
3.10 Bahan sisipan atau tambahan harus bebas dari
uap air dan pencemaran (kotoran). Permukaan
perekatannya dengan laminasi harus disiapkan dengan
cara yang sesuai (pengasaran, zat penggabung atau yang
serupa).
4. Penyemprotan resin serat-gelas
Penyemprotan resin serat-gelas, metode laminasi
mekanis secara manual, mensyaratkan pemenuhan
terhadap persyaratan khusus berikut:
4.1 Peralatan yang akan digunakan harus dicoba
sebelum digunakan dan ketepatannya harus terjamin.
4.2 Kualifikasi ahli penyemprot resin-serat, dan
bila perlu pembantunya, harus dibuktikan ke BKI
melalui prosedur pengujian.
4.3 Peralatan harus dikalibrasi sesuai dengan
petunjuk pabrik pembuat. Kalibrasi harus diperiksa
secara teratur sebelum penyemprotan resin-serat,
paling lambat pada awal setiap hari produksi.
4.4 Panjang potongan roving harus diantara
25 mm s/d 50 mm.
4.5 Powder-bound textile glass mat sebesar
maksimum 450 g/m² harus digunakan untuk lapisan
laminasi pertama. Bagian serat gelas dari lapisan
tersebut (yang harus digunakan secara manual) harus
kurang dari 30 % berat.
4.6 Berat serat gelas per satuan luas dari lapisan
laminasi yang disemprot pada laminasi gabungan tidak
boleh melebihi 1150 g/m².
4.7 Udara harus dibuang dan komposit harus
dipadatkan, setelah serat gelas disemprotkan s/d
maksimum 1150 g/m².
4.8 Pengujian harus dilaksanakan secara teratur
untuk memeriksa apakah penempatan lapisan yang
diperkuat telah merata serta prosentase penyebaran
berat gelas yang merata telah dicapai. BKI berhak
untuk meminta dibuatkan benda uji untuk memeriksa
sifat mekanis yang dihasilkan.
5. Pengeringan dan pemanasan
5.1 Komponen yang sudah jadi hanya boleh
diambil dari cetakan setelah pengeringan yang cukup
dari senyawa resin termoset. Waktu pengeringan yang
disyaratkan biasanya tergantung pada instruksi pabrik
pembuat. Bila tidak, waktu pengeringan selama
minimum 12 jam harus dipenuhi untuk sistem proses-
dingin.
5.2 Sistem resin yang mengering dibawah
tekanan, radiasi UV dan/atau peningkatan suhu harusdiperlakukan sesuai dengan instruksi pabrik pembuat.
5.3 Segera setelah pengeringan, komponen
harus diberi perlakuan akhir pada suhu yang lebih
tinggi (tempering). Waktu pemanasan tergantung pada
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 10/59
1-6 Bab 1 - Persyaratan Bahan dan Produksi E, F
resin yang digunakan dan suhu yang dicapai dalam
komponen selama pemanasan, dimana suhu tersebut
harus dibawah suhu kestabilan ukuran pada kondisi
panas dan harus disepakati dengan BKI. Sistem proses-
dingin yang tidak diberikan pemanasan harus di simpan
selama 30 hari pada suhu 16 °C, dan pada waktu yanglebih singkat pada suhu s/d 25 °C. Periode penyimpanan
dapat diperpendek dengan persetujuan BKI, dengan
syarat spesifikasi pabrik pembuat perihal pengeringan
akhir tersedia, atau nilai pengeringan akhir tersedia yang
didukung dengan hasil percobaan. Jika nilai tersebut
tidak tersedia, maka pada umumnya kondisi pemanasan
berikut dapat digunakan (resin polyester/epoxy):
paling sedikit 16 jam pada 40°C/ 50°C atau
paling sedikit 9 jam pada 50°C/ 60°C
6. Perekatan
6.1 Umum
6.1.1 Sambungan pada komponen penahan beban
pada umumnya harus diverifikasi menggunakan suatu
prosedur pengujian yang disetujui untuk setiap kasus.
Lingkup pengujian yang disyaratkan harus ditentukan
dengan persetujuan BKI.
6.1.2 Untuk perekatan bahan serat komposit, hanya
adhesif yang disetujui oleh BKI yang boleh digunakan.
6.1.3 Adhesif tidak boleh mempunyai pengaruh
negatif pada bahan yang akan direkatkan.
6.1.4 Batasan penggunaan bahan adhesif, seperti
yang ditentukan oleh pabrik pembuat, harus dipatuhi.
Rancangan perekatan yang sesuai yang sedapat
mungkin menghindari momen dan gaya yang
menyebabkan pengelupasan harus digunakan, dan tebal
lapisan adhesif harus dibuat setipis mungkin.
Permukaan sambungan harus dibuat seluas mungkin,
dan gaya-gaya harus diberikan pada daerah yang luas.
6.2 Perlakuan awal permukaan
6.2.1 Berbagai perlakuan awal permukaan terdapat
dalam petunjuk VDI (Asosiasi Insinyur Jerman) 2229
dan 3821 atau standar lain yang setara.
6.2.2 Permukaan bahan yang akan direkatkan harus
kering dan bebas dari gemuk, debu dan bahan pelarut.
Khususnya pada saat pembersihan gemuk, perhatian
harus diberikan pada kesesuaian pelarut dengan bahan.
6.2.3 Untuk permukaan yang halus, permukaan
tersebut harus dikasarkan misalnya secara mekanis
dengan penggerindaan atau semprot pasir (sand
blasting), atau secara kimia dengan cara pickling. Hal
ini mutlak diperlukan bila ada lapisan pada permukaan
bahan yang akan direkatkan yang dapat merusak daya
adhesi (misalnya zat pembentuk kulit pada resin
polyester; lihat E.3.6).
6.2.4 Dalam banyak kasus, peningkatan kekuatan
adhesif dapat dicapai dengan penggunaan pelapisdasar yang sesuai, utamanya, penggunaan pelapis
dasar yang direkomendasikan untuk perekatan yang
akan menerima pengaruh lingkungan yang negatif.
6.3 Proses
6.3.1 Adhesif harus digunakan sesuai dengan
instruksi yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat,
dimana jumlah bahan pengisi tidak boleh melebihi
nilai yang diizinkan.
6.3.2 Adhesif harus digunakan secara merata pada bahan yang akan direkatkan, bebas dari pori dan tidak
terlalu tebal.
6.3.3 Jika, karena alasan khusus, sambungan lem
setebal 5 mm atau lebih tidak dapat dihindari, maka
bahan yang akan direkatkan harus terlebih dahulu
diberi lapisan tipis dari resin adhesif murni.
6.3.4 Tidak diperbolehkan memberikan beban pada
sambungan lem sebelum adhesif kering dengan
sempurna.
6.3.5 Dalam hal adhesif untuk resin termoset
proses-dingin, direkomendasikan untuk dilakukan
proses pemanasan lanjutan pada lem.
6.3.6 Bagian tepi dari daerah yang diberi adhesif
harus dilindungi dengan cara yang tepat terhadap
penetrasi media asing (misalnya uap air).
7. Pengedap
7.1 Permukaan laminasi tanpa perlindungan
permukaan harus dikedapkan setelah pengeringan atau
pemanasan, dengan menggunakan bahan yang sesuai.Terutama, bagian tepi potongan dan perekatan harus
dilindungi terhadap penembusan media asing (uap air).
7.2 Bahan pengedap yang digunakan tidak boleh
merusak sifat laminasi atau perekatan. Disamping itu,
bahan pengedap harus sesuai untuk komponen
tersebut.
F. Pengawasan Proses Pembuatan
1. Umum
1.1 Untuk komponen yang terbuat dari FRP,
pengawasan proses pembuatan meliputi pengawasan
mutu bahan dasar, pengawasan produksi dan
pemeriksaan mutu komponen yang sudah jadi.
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 11/59
Bab 1 - Persyaratan Bahan dan Produksi E, F 1–7
1.2 Dalam hal pengawasan proses pembuatan,
dibuat perbedaan antara pengawasan internal dan
pengawasan eksternal (pihak ketiga). Menurut peraturan
ini, pengawasan pihak ketiga adalah pemeriksaan secara
berkala dan secara acak oleh BKI terhadap pengawasan
internal termasuk mutu komponen.
1.3 BKI berhak untuk melaksanakan pemeriksaan
terhadap fasilitas produksi tanpa pemberitahuan
sebelumnya. Pabrik pembuat harus memberikan akses
bagi Surveyor ke semua lokasi yang digunakan untuk
produksi, penyimpanan dan pengujian dan harus
menunjukkan semua dokumen yang berkaitan dengan
catatan dan pengujian yang telah dilaksanakan.
1.4 Lingkup pengawasan pihak ketiga dapat
dikurangi bila fasilitas produksi mempunyai sistem
manajemen mutu yang bersertifikat.
2. Pemeriksaan bahan yang baru datang
2.1 Nilai karakteristik dan sifat mekanis yang
ditetapkan dalam persetujuan bahan harus
dikonfirmasikan oleh pabrik pembuat, minimal dengan
laporan pengujian (DIN EN 10204-2.2). Pada saat
produk tiba, pemeriksaan harus dilaksanakan untuk
memastikan apakah produk telah sesuai dengan
persyaratan. Sifat bahan harus diperiksa dengan
pengambilan sampel secara acak.
2.2 Produk harus dicatat dalam arsip inventaris danharus disimpan sesuai dengan persyaratan Peraturan ini.
3. Pengawasan produksi
3.1 Rincian produksi harus dicantumkan dalam
daftar isian dan kartu urutan yang menyertai masing-
masing tahap produksi dan ditanda-tangani oleh
karyawan yang bertugas.
3.2 Pengawasan produksi harus dilaksanakan
secara berkesinambungan oleh bagian mutu internal.
Lingkup pengawasan harus diuraikan dalam suatu
rencana pemeriksaan dan pengujian dan ditanda-tangani
oleh karyawan yang bertugas.
3.3 Karyawan yang terlibat dalam produksi harus
diberi pelatihan yang sesuai dan harus bekerja dalam
supervisi yang berkualifikasi dan profesional.
3.4 Bahan yang digunakan dalam produksi harus
didokumentasikan secara menyeluruh dan jelas.
Parameter yang berkaitan dengan mutu (suhu,
kelembaban dll.) harus dicatat dalam dokumentasi
produksi.
3.5 Rincian (termasuk arah) dari lapisan penguat
dalam laminasi harus segera diperiksa selama proses produksi.
3.6 Sampel harus diambil dari setiap kumpulan
senyawa resin termoset yang telah dicampur, dan
sampel produksi ini harus diberi label, dikeringkan
dan disimpan. Sampel tersebut secara acak harus diuji
kadar pengeringannya dan hasilnya harus
didokumentasikan.
3.7 Pada saat produksi, sampel laminasi harus
disiapkan dan harus digunakan untuk memeriksa nilai
karakteristik dan sifat mekanis. Nilai kekuatan bahan
harus memenuhi nilai yang ditetapkan. Jika dari
potongan atau bagian laminasi tidak dapat diperoleh
sampel laminasi dengan ukuran yang cukup, maka
laminasi contoh yang dibuat dengan ukuran kira-kira
50x50cm2 harus disiapkan. Jumlahnya tergantung
pada jumlah komponen, atau jumlah hari produksi
(jumlah yang lebih sedikit dapat dipilih).
4. Pengujian konstruksi
4.1 Pada saat produksi dan setelah produksi
selesai, komponen harus diperiksa visual. Utamanya, perhatian harus ditujukan pada pori-pori, delaminasi,
pengerutan, perubahan warna, kerusakan dll. Sebagai
tambahan, mutu produksi secara umum, misalnya
mutu permukaan akhir, harus diperiksa.
4.2 Dengan menggunakan prosedur pengujian
yang sesuai, mutu komponen harus ditentukan, jika
mungkin pada saat produksi, dan paling lambat pada
saat produksi selesai. Perhatian khusus harus diberikan
pada perekatan dan mutu pengeringan komponen.
4.3 Setelah kesepakatan dengan BKI, pengujianterpisah atau acak harus dilakukan terhadap komponen
yang sudah jadi dengan beban statis dan/atau dinamis.
4.4 BKI harus diberitahu berkenaan dengan
perbaikan atas setiap cacat yang terkait dengan
kekuatan komponen, dan prosedur yang digunakan
untuk melaksanakan perbaikan harus sesuai dengan
Bab 3.
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 12/59
Bab 2 - Pemeriksaan dan Pengujian Bahan Komposit Serat A 2–1
Bab 2
Pemeriksaan dan Pengujian Bahan Komposit Serat
A. Persyaratan
1. Umum
1.1 Sesuai dengan Peraturan dan Regulasi Biro
Klasifikasi Indonesia (BKI), bahan yang digunakan
untuk pembuatan komponen yang terbuat dari FRP
dibawah pengawasan BKI harus disetujui oleh BKI.Persetujuan diberikan untuk bahan berikut:
− Gelcoat dan/atau resin laminasi
− Bahan penguat
− Prepreg
− Bahan inti
− Adhesif
1.2 Permohonan untuk mendapat persetujuan BKI
harus dibuat oleh pabrik pembuat bahan atau
perwakilannya. Bersama dengan permohonan, dokumen
berikut harus diserahkan kepada BKI - Pusat:
− Keterangan produk − Lembar data keselamatan
− Instruksi penyimpanan dan proses
− Pernyataan tertulis dari pemohon yang
menyatakan bahwa bahan yang diuji memenuhi
semua persyaratan persetujuan yang diminta,
dan bahwa sampel dibuat sesuai dengan
Peraturan Biro Klasifikasi Indonesia.
− Salinan sertifikat uji dari lembaga pengujian
yang diakui, misalnya laboratorium pengujian
yang terakreditasi atau lembaga pengujian yang
tercatat.
1.3 Pengujian harus dilaksanakan sesuai dengan
standar yang disebutkan dalam peraturan ini. Namun
demikian, standar pembanding dari negara lain juga
dapat diterima setelah persetujuan dengan BKI - Pusat
secara kasus per kasus.
1.4 Sifat minimum yang disyaratkan oleh BKI
untuk pengujian harus dipenuhi oleh semua benda uji.
1.5 Dalam hal hasil pengujian masing-masing
batang uji tidak memadai, perhatian harus diberikan
pada hal berikut (jumlah untuk 6 pengujian):
− Jika satu atau dua batang uji menghasilkan nilaiyang tidak memadai, pengujian harus diulang
dengan jumlah batang uji dua kali lipat.
− Jika hasil pengujian tiga atau lebih batang uji
tidak memadai, pengujian dapat diulang pada
batang uji baru, dengan syarat BKI
menyetujui hal ini.
− Jika pada saat pengujian ulang diperoleh nilai
yang tidak memadai meski hanya satu
sampel, maka persetujuan tidak dapat
diberikan.
1.6 Jika bahan memenuhi persyaratan BKI, maka
BKI Pusat akan menerbitkan sertifikat persetujuan
bahan. Sertifikat ini umumnya berlaku selama 4 tahun,
dimana dimungkinkan dilakukan perpanjangan.
1.7 BKI - Pusat harus segera diberitahu bila ada
modifikasi atau perubahan yang lain, terhadap bahan.
Keputusan mengenai kelanjutan masa berlaku
persetujuan bahan dapat dibuat untuk setiap kasus.
1.8 Mutu bahan yang konstan harus dihasilkan
oleh pabrik pembuat melalui langkah – langkah
manajemen mutu yang tepat. Jika mutu bahan tidak dapat dijamin, maka BKI berhak untuk menangguhkan
atau mencabut persetujuan.
1.9 BKI berhak untuk meminta dan/atau
melaksanakan pengujian di tempat terhadap sifat
bahan selama periode yang disyaratkan dalam
persetujuan bahan. Jika, dalam pelaksanaan pengujian
tersebut, tidak ada pembanding yang cukup dengan
nilai yang disyaratkan, persetujuan bahan dapat
ditangguhkan atau dicabut oleh BKI.
1.10 Persetujuan hanya ditujukan/ berlaku untuk
bahan yang disetujui. Kemampuan penggunaan bahanini dengan bahan lain yang disetujui harus dibuktikan
secara terpisah oleh pabrik pembuat, atau pengguna,
dengan cara yang tepat. Bila terdapat keraguan, BKI
berhak untuk mensyaratkan pemeriksaan terhadap
sifat dari kombinasi bahan tersebut.
2. Resin termoset
2.1 Umum
2.1.1 Persyaratan dasar yang terdapat pada butir 1
berlaku untuk persetujuan bahan.
2.1.2 Uraian umum dari resin termoset, kondisi
prosesnya serta sifat resin pada tahapan
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 13/59
2-2 Bab 2 - Pemeriksaan dan Pengujian Bahan Komposit Serat A
proses harus diserahkan. Sifat dasar dari resin termoset
kering harus diverifikasi dengan sertifikat uji dari
lembaga pengujian yang diakui. Nilai tersebut harus
memenuhi persyaratan minimum yang ditetapkan.
2.1.3 Resin polyester tak jenuh (UP) proses-dingin
dan resin epoxy (EP) proses-dingin diuraikan secara
khusus dibawah ini. Jenis resin lain dapat juga disetujui
setelah berkonsultasi dengan BKI Pusat, dimana sifat
minimum yang disyaratkan ditetapkan oleh BKI Pusat
untuk masing – masing kasus. Namun demikian, sifat
minimum resin tersebut paling tidak harus memenuhi
sifat minimum resin UP.
2.2 Uraian
2.2.1 Uraian resin termoset harus diserahkan guna
memudahkan identifikasi secara jelas:
− Jenis dan kondisi resin
− Penggunaan
− Pabrik pembuat
− Nama dagang
2.2.2 Sebagai tambahan, data berikut ini harus
disebutkan:
− Kondisi penyimpanan
− Kondisi lingkungan untuk proses
− Jenis dan jumlah aditif yang diizinkan
− Kondisi pengeringan, pemanasan
2.3 Sifat pada tahap proses dan saat
pengeringan
Sifat resin harus ditentukan sesuai dengan standar
berikut:
− Densitas (DIN EN ISO 1675)
− Viskositas (DIN 53015 - ISO 2555)
− Reaktifitas:
resin UP: Nomor asam (DIN 53402 - ISO
2114)
resin EP: Epoxy equivalent (DIN 16945 - ISO
DIS 3001)
− Resin WP: Jumlah monomer (ISO 3251)
− Masa pengentalan (peningkatan suhu) (DIN
16945, section 6.2, 6.3 - ISO 2535)
− Penyusutan pengeringan (DIN 16945, section
6.5)
2.4 Sifat pada kondisi kering
2.4.1 Sifat berikut harus diserahkan untuk semua
resin termoset pada kondisi kering:
− Densitas
− Daya serap air
− Kekuatan, modulus elastisitas tarik, dan
regangan patah tarik
− Kekuatan dan modulus elastisitas tekuk
− Stabilitas ukuran pada kondisi panas
2.4.2 Untuk gelcoat dan resin lapisan atas,
informasi tambahan berikut harus diserahkan:
− Ketahanan abrasi (DIN 53754 - ISO 9352),3 sampel
− ketahanan terhadap air laut, bahan bakar,
minyak hidrolik, asam dan alkali lemah (DIN
ISO 175)
2.4.3 Berkaitan dengan sifat resin, data berikut ini
harus diverifikasi dengan sertifikat uji dari lembaga
pengujian yang diakui. Untuk tujuan tersebut, harus
digunakan batang uji yang dibuat sesuai dengan
petunjuk proses yang diserahkan. Batang uji harus
dikeringkan dan dipanaskan selama 16 jam pada suhu
40°C (untuk resin polyester) atau 16 jam pada suhu50°C (untuk resin epoxy). Untuk gelcoat dan resin
lapisan atas, hanya empat sifat pertama yang harus
diverifikasi:
− Densitas (DIN 53479 - ISO 1183, metode
A), 3 batang uji
− Daya serap air (DIN ISO 175, batang uji
50 mm x 50 mm x 4mm), 3 batang uji
− Stabilitas ukuran pada kondisi panas (DIN
53461 - ISO 75, metoda A), 3 batang uji
− Kuat tarik, regangan patah, modulus
elastisitas tarik (DIN EN ISO 527-2, batang
uji 1 B), 6 batang uji
− Kekuatan tekuk (DIN EN ISO 178), 3 batang
uji
− Modulus elastisitas tekuk (DIN EN ISO 178),
3 batang uji
2.4.4 Sifat mekanis biasanya ditentukan pada cuaca
standar 23/50 (suhu 23°C/kelembaban nisbi 50%).
Jika rentang suhu operasi resin yang diharapkan tidak
berada diantara -20°C s/d +50°C, maka suhu
pengujian harus ditetapkan dengan persetujuan BKI -
Pusat.
2.4.5 Dalam hal uji tarik dan uji tekuk, kecepatan
pengujian harus dipilih sedemikian rupa sehingga
regangan batang uji atau regangan serat tepi sebesar
sekitar 1% per menit dapat diperoleh. Kecepatan
pengujian harus didokumentasikan dalam laporan uji.
Modulus elastisitas ditentukan sebagai modulus
perpotongan antara regangan 0.05% s/d 0.25%. Daya
serap air ditentukan secara khusus pada suhu 23°C
setelah 24 ± 1 jam dan 168 ± 2 jam.
2.5 Sifat minimum
2.5.1 Untuk produk resin yang terdiri dari resin UP,
sifat minimum berikut ditetapkan untuk penggunaan
sebagai resin laminasi (nilai di dalam kurung untuk
resin gelcoat):
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 14/59
Bab 2 - Pemeriksaan dan Pengujian Bahan Komposit Serat A 2–3
Kekuatan tarik: 40 MPa (––)
Regangan patah: 2.0 % (3.0%)
Modulus elastisitas:
(tarik) 2700 MPa (––)
Kekuatan tekuk: 80 MPa (––)
Stabilitas ukuran
pada kondisi panas: 60 °C (60°C)
Daya serap air
24 jam / 168 jam ––/70 mg (––/60 mg)
2.5.2 Sifat minimum berikut berlaku untuk produk
resin yang terdiri dari resin EP:
Kekuatan tarik: 55 MPa (––)
Regangan patah: 2.5 % (3.5%)
Modulus elastisitas:
(tarik) 2700 Mpa (––)Kekuatan tekuk: 100 Mpa (––)
Stabilitas ukuran
pada kondisi panas: 70 °C (70°C)
Daya serap air:
24 jam / 168 jam – mg / 50 mg (–mg/50 mg)
2.5.3 Dalam hal resin gelcoat, sifat tahan abrasi dan
sifat tahan terhadap media disekitarnya, dapat
ditentukan oleh pemohon.
− Ketahanan abrasi yang ditentukan dalam
pengujian (laju abrasi akibat gesekan) harus
mencukupi.
− Sifat yang ditetapkan dalam DIN 53476 pada
butir 7.4 a - c harus ditentukan setelah 24 jam
dan 168 jam pada suhu 23°C. Dengan
memperhitungkan sifat tersebut dan setelah
kesepakatan antara BKI- Pusat dan pemohon,
dibuat klasifikasi berikut:
− Tahan,
− Rentan
− Tidak tahan
3. Bahan penguat
3.1 Umum
3.1.1 Persyaratan dasar yang terdapat pada butir 1
berlaku untuk persetujuan bahan.
3.1.2 Uraian umum tentang bahan penguat dan
filamen harus disediakan. Sifat dasar batang uji laminasi
yang diambil dari bahan penguat harus diverifikasi
dengan sertifikat uji dari lembaga pengujian yang
diakui. Nilai tersebut harus memenuhi persyaratan
minimum yang ditetapkan.
3.1.3 Hal berikut berlaku untuk serat penguat yang
terbuat dari gelas, karbon dan aramid. Produk dengan
serat penguat lain dapat juga disetujui, setelah
kesepakatan dengan BKI-Pusat, dengan catatan sifat
minimum akan ditetapkan untuk tiap-tiap kasus.
3.1.4 Karena jumlah produk serat penguat sangat
banyak di pasaran, maka hanya produk yang paling
umum yang dapat dicantumkan. Produk yang tidak
tercakup (misalnya complexes, hybrids), dapat juga
disetujui, setelah kesepakatan dengan BKI - Pusat.
3.2 Uraian
3.2.1 Uraian diperlukan guna memudahkan
identifikasi bahan penguat secara jelas:
− Bahan serat
− Jenis penguatan (mat, fabric dll.)
− Pabrik pembuat
− Nama dagang
3.2.2 Sebagai tambahan, data berikut diperlukan:
− Bentuk pengiriman
− Kondisi penyimpanan
− Instruksi proses
3.2.3 Filamen dan perlakuan/perekatnya harus
diserahkan:
− Diameter filamen (DIN 53811 - ISO R 137)
− Zat penggabung yang telah disetujui atau
perekat
− Kesesuaian resin
Untuk produk serat gelas, diameter filamen rata-rata
tidak boleh melebihi 19 µm.
3.2.4 Untuk produk penguat yang terdiri dari
kombinasi bahan serat dan/atau filamen yang berbeda,semua jenis serat harus disebutkan.
3.2.5 Jika, untuk produk penguat gelas tekstil, tidak
digunakan E-glass atau R-glass yang sesuai dengan
DIN 1259-1, maka kandungan oksida alkali (DIN ISO
719) yang lebih kecil dari 1% harus diverifikasi
dengan sertifikat uji dari lembaga pengujian yang
diakui.
3.3 Sifat produk penguat
3.3.1 Roving
− jumlah filamen dalam roving− kehalusan roving (DIN 53830-1 - ISO 4602)
Bila roving digunakan sebagai gun roving (DIN
52316 - ISO DIS 3375), maka harus dilakukan
verifikasi tambahan terhadap kekakuannya dengan
sertifikat dari lembaga pengujian yang diakui.
3.3.2 Mat (mat menerus dan mat dengan serat
yang terpotong-potong)
− Panjang serat (untuk mat dengan serat yang
terpotong-potong)
− Densitas linear serat (DIN 53830-T1 - ISO
1889)− Berat per satuan luas (DIN 53854 - ISO 3374)
− Tebal lapisan (DIN 53855-T1 - ISO DIS
3616)
− Perekat (lihat 3.3.5)
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 15/59
2-4 Bab 2 - Pemeriksaan dan Pengujian Bahan Komposit Serat A
3.3.3 Fabric
− Densitas linear serat, arah warp dan arah weft
(DIN 53830-T3 - ISO 1889)
− Jumlah , arah warp dan arah weft (DIN 53853)
− Berat per satuan luas (DIN 53854 - ISO 4605)
− Tebal fabric (DIN 53855-T1 - ISO 4603)
− Anyaman (DIN 61101-T2)
3.3.4 Fabric yang tak dianyam
− Susunan lapisan penguat
− Densitas linear serat pada semua arah
− Berat per satuan luas tiap lapisan fabric tak
dianyam (DIN 53854 - ISO 4605)
− Tebal fabric tak dianyam (DIN 53855-T1 - ISO
4603)
− Perekat (lihat 3.3.5)
Sebagai tambahan, jika fabric yang tak dianyam terdiri
dari lapisan mat atau fabric, maka densitas linear dan,
bila sesuai, panjang seratnya harus disebutkan.
3.3.5 Perbedaan harus dibuat antara jenis ikatan
kimia dan mekanis. Untuk jenis ikatan kimia, perekat,
prosentase berat (gelas ISO 1887, karbon DIN 29965)
dan kemampuan larutnya (DIN 52332) harus
disebutkan. Untuk jenis ikatan mekanis, jenis
anyamannya harus disebutkan.
3.3.6 Untuk produk penguat dengan bahan serat
yang berbeda, prosentase bahan yang digunakan pada
arah masing-masing penguat harus disebutkan.
3.4 Sifat laminasi dari produk penguat
3.4.1 Untuk pembuatan laminasi, sangat
direkomendasikan untuk menggunakan resin UP proses
dingin yang telah disetujui oleh BKI. Setelah
pengeringan, batang uji harus dipanaskan selama 16 jam
pada suhu 40°C. Jika, karena alasan tertentu, harus
digunakan resin termoset (proses-hangat) lain, maka hal
tersebut harus disetujui terlebih dahulu oleh BKI- Pusat.
3.4.2 Untuk roving, batang uji tarik harus disiapkan
untuk semua bahan serat sesuai dengan DIN 29965,
Seksi 4.1.3.5. Sertifikat uji dari lembaga pengujian
yang diakui harus diserahkan untuk memverifikasi
kekuatan tarik, regangan patah dan modulus elastisitas
yang merupakan nilai rata-rata dari 6 pengujian yang
dilaksanakan sesuai dengan DIN 65382. Selanjutnya,
kekuatan tarik dan modulus elastisitas harus ditentukan
sesuai dengan DIN 65469 pada batang uji rata yang
disiapkan untuk pengujian tarik.
3.4.3 Untuk semua produk penguat lainnya, panel
uji laminasi harus disiapkan sesuai dengan DIN EN
2374, Seksi 5.3 (Metode C). Dalam menyiapkan panel
uji, produk penguat harus disusun dengan kelurusan
yang sama. Tergantung pada jumlah arah penguat,
laminasi harus mempunyai ketebalan berikut: laminasi
searah 2 mm, laminasi dua arah 4 mm dan laminasi
banyak arah 5 mm.
3.4.4 Untuk penggunaan gun roving, panel uji yang
sesuai harus disiapkan dengan penyemprotan resin
serat. Dalam hal ini panjang dari gun roving harus 35
mm.
3.4.5 Jumlah batang uji yang ditentukan
berdasarkan spesifikasi alat (gun) harus dipotong dari
panel uji untuk setiap pengujian. Dalam
pelaksanaannya, batang uji harus diambil dari setiap
arah penguat laminasi untuk menguji sifat mekanisnya.
Untuk produk dengan arah penguat yang terdistribusisecara acak, batang uji harus diambil dari setiap dua
arah dengan sudut yang tegak lurus satu sama lain.
3.4.6 Batang uji harus diuji sesuai dengan DIN EN
ISO 291 setelah berada pada kondisi cuaca standar
selama paling kurang 16 jam.
Jika serat aramid digunakan sebagai bahan penguat,
maka uji tambahan harus dilaksanakan pada batang uji
yang sebelumnya telah menjalani pengkondisian
selama 720 ± 8 jam pada suhu 23°C dalam air suling.
Waktu pengkondisian dapat dikurangi 50% untuk setiap peningkatan temperatur sebesar 10°C. Selama
pengkondisian, suhu kestabilan ukuran resin termoset
tidak boleh dilewati.
3.4.7 Sifat bahan berikut harus diverifikasi dengan
sertifikat uji dari lembaga pengujian yang diakui:
− kandungan serat (gelas EN 60-ISO 1887,
karbon DIN EN 2564, aramid DIN 65356-2),
3 batang uji
− kekuatan tarik, regangan patah, modulus
elastisitas tarik (DIN EN ISO 527-4, benda uji
III), 6 batang uji− kekuatan tekuk, modulus elastisitas tekuk
(DIN EN ISO 14125, metode A), 6 batang uji
Sebagai tambahan, untuk serat karbon dan aramid,
kekuatan tekan dan modulus elastisitas tekan harus
dibuktikan (karbon, Draft DIN EN 2850, batang uji A1
dengan panjang ukur 8 mm, sama untuk aramid).
3.4.8 Kecepatan pengujian harus dipilih sedemikian
rupa untuk memastikan laju regangan benda uji atau
serat tepi 1% per menit. Kecepatan pengujian harus
disebutkan. Modulus elastisitas tarik ditentukansebagai modulus perpotongan pada regangan patah
antara 10% dan 50%.
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 16/59
Bab 2 - Pemeriksaan dan Pengujian Bahan Komposit Serat A 2–5
3.4.9 Pengujian harus dilaksanakan pada cuaca
standar 23/50 (suhu 23°C/kelembaban nisbi 50%). Jika
suhu operasi serat tidak berada diantara –20°C s/d
+50°C, maka suhu pengujian tambahan harus disepakati
dengan BKI - Pusat.
3.5 Sifat minimum
3.5.1 Untuk persetujuan, produk yang diperkuat
dengan serat harus memenuhi nilai minimum yang telah
ditetapkan untuk sifat mekanis. Pengaruh kandungan
volume serat pada sifat bahan telah diperhitungkan saat
penetapan nilai tersebut. Untuk susunan serat penguat
yang seragam nilai mengacu pada arah 0°. Jika
diperlukan, koreksi terhadap susunan yang sebenarnya
harus dilakukan.
3.5.2 Nilai minimum dari semua sifat mekanis yangharus diverifikasi ditentukan dengan rumus berikut
bersama dengan nilai yang diberikan dalam Tabel 2.1:
X min =
dimana:
Xmin = nilai minimum yang disyaratkan
Xref = nilai acuan untuk kandungan volume serat
φ = 0.4
α = faktor untuk susunan serat penguat
φ = kandungan volume serat 0.2 ≤ φ ≤ 0.6
penyimpangan dari spesifikasi tersebut di atas
diperbolehkan untuk laminasi dengan mat gelas atau
roving gun; dalam hal ini, nilai minimum untuk
prosentase kandungan berat serat 0.25 ≤ φ ≤ 0.35
adalah:
− Kekuatan tarik:
Rz = 1278 φ 2 – 510 φ + 123 [MPa]
− Modulus Young (tarik]:
E = [37 φ – 4.75]x 103
[MPa]− Kekuatan tekuk:
RB = 502 φ 2 + 106.8 [Mpa]
3.5.3 Dalam hal produk penguat dengan susunan
lapisan penguat ke berbagai arah, nilai tersebut harus
dibuktikan paling sedikit untuk satu arah (lebih
diutamakan arah 0°).
3.5.4 Untuk produk penguat dengan bahan serat
berlainan dalam satu arah, nilai bahan dengan sifat
minimum yang lebih rendah harus dipenuhi.
3.5.5 Nilai minimum untuk fabric adalah 95% dari
nilai yang ditentukan untuk susunan serat arah 0°/90°.
3.5.6 Nilai minimum untuk batang uji yang
dikondisikan yang terbuat dari serat aramid adalah 90%
dari nilai kekuatan tarik yang ditetapkan dan 80% dari
nilai kekuatan tekan dan tekuk yang ditetapkan.
3.5.7 Kekakuan dari roving gun yang akan
diverifikasi sesuai dengan DIN 52316 tidak boleh
dibawah 130 mm.
3.5.8 Hubungan linier antara sifat dan kandunganvolume serat yang diasumsikan saat penentuan nilai
minimum tidak berlaku untuk semua sifat bahan, dan
oleh karena itu tidak boleh digunakan untuk
mengekstrapolasi nilai yang diukur.
Tabel 2.1: Koefisien untuk penentuan sifat minimum
α Serat Sifat Xref
[Mpa] 0° 0°/90° 0°/ ± 45° 0°/90°/±45°
Gelas Kekuatan Tarik 500 1.00 0.55 0.50 0.45
Modulus Elastisitas Young 26000 1.00 0.71 0.57 0.55
Kekuatan Tekuk 650 1.00 0.55 0.45 0.40
Carbon Kekuatan Tarik 800 1.00 0.55 0.50 0.45
Modulus Elastisitas 80000 1.00 0.55 0.45 0.42
Kekuatan Tekuk 725 1.00 0.55 0.45 0.40
Kekuatan Tekan 600 1.00 0.55 0.50 0.45
Modulus Elastisitas Tekan 80000 1.00 0.55 0.50 0.45
Aramid Kekuatan Tarik 650 1.00 0.55 - -
Modulus Elastisitas 40000 1.00 0.55 - -
Kekuatan Tekuk 400 1.00 0.55 - -
Kekuatan Tekan 170 1.00 0.50 - -
Modulus Elastisitas Tekan 38000 1.00 0.50 - -
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡)
4.0(φ
α ref X
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 17/59
2-6 Bab 2 - Pemeriksaan dan Pengujian Bahan Komposit Serat A
4. Prepreg
4.1 Umum
4.1.1 Persyaratan dasar yang terdapat pada butir 1
berlaku untuk persetujuan bahan.
4.1.2 Karena prepreg didasarkan pada sistem resin
yang mengering dalam pemanasan, maka disyaratkan
untuk berkonsultasi dengan BKI Pusat menyangkut
proses pengeringan resinnya.
4.1.3 Pengujian laminasi prepreg kering identik
dengan pengujian laminasi dari produk yang diperkuat
dengan serat. Dengan memperhitungkan sistem resin,
nilai karakteristik minimum harus disepakati dengan
BKI - Pusat.
4.1.4 Prepreg bukan tenun dan prepreg tenun satu
arah dianggap termasuk dalam lingkup Peraturan ini.
Prepreg lain dapat juga disetujui setelah kesepakatan
dengan BKI - Pusat.
4.2 Sifat bahan Prepreg
4.2.1 Uraian diperlukan guna memudahkan
identifikasi prepreg dengan jelas:
− Bahan serat
−
Sistem resin− Jenis penguatan
− Nama dagang
− Pembuat
− Kondisi penyimpanan, petunjuk pemrosesan
4.2.2 Sifat bahan berikut harus diserahkan untuk
bahan prepreg yang tidak dikeringkan:
− Berat per satuan luas (DIN 53854)
− Prosentase berat resin (DIN 29971, Section
5.1.1.4)
− Tebal lapisan (DIN 53855-1)
− Prosentase berat fluks resin (DIN 65090,
Section 5.1.1)
4.2.3 Data berikut ini diperlukan untuk bahan
penguat:
− Diameter filamen (DIN 53811 - ISO 137)
− Jumlah (DIN 53853)
− Jenis perekat (hanya untuk prepreg tenun)
5. Bahan inti
5.1 Umum
5.1.1 Persyaratan dasar yang terdapat pada butir 1
berlaku untuk persetujuan bahan.
5.1.2 Gambaran umum tentang bahan inti
harus diserahkan. Sifat dasar bahan harus
diverifikasi dengan sertifikat uji dari lembaga
pengujian yang diakui.
5.1.3 Bahan busa kaku dan kayu balsa butir
melintang secara khusus dianggap sebagai bahan
inti dalam lingkup Regulasi ini. Inti yang terbuat
dari bahan lain dapat juga disetujui setelah
kesepakatan dengan BKI Pusat.
5.2 Busa padat
5.2.1 Informasi berikut diperlukan untuk
gambaran umum:
− Bahan dasar dan aditif − Nama dagang
− Pembuat
− Sistim resin yang sesuai untuk
pengikatan/ pelapisan
− Kondisi penyimpanan
5.2.2 Pabrik pembuat harus menyediakan
rincian suhu pemrosesan maksimum yang
diizinkan dan batasan suhu operasi. Suhu operasi
jangka panjang paling tidak harus mencakup
rentang temperature –20°C hingga +50°C.
5.2.3 Sertifikat uji dari lembaga pengujian yang
diakui yang memverifikasi sifat berikut harus
diserahkan:
− Densitas semu (DIN 53420 - ISO R
845); tebal sampel ≥ 25 mm, 3 batang uji
− Daya serap air (DIN53433 - ISO 2896),
3 batang uji
− Kekuatan tekan (DIN 53421 - ISO 844),
6 batang uji, tegak lurus terhadap bidang
panel uji
− Modulus elastisitas tekan (DIN53457) 3
batang uji, benda uji III, tegak lurus
terhadap bidang panel uji
− Kekuatan geser (DIN 53294), 6 batang uji
− Modulus geser (DIN 53294), 6 batang uji
5.2.4 Batang uji harus diuji tanpa kulit busa.
Pengujian harus dilakukan pada cuaca standar
23/50 (suhu 23°C/ kelembaban nisbi 50%).
Prosedur pengujian diberikan utamanya untuk busa
kaku, sedangkan untuk busa ulet harus
berkonsultasi dengan BKI - Pusat jika terdapat
keraguan.
5.2.5 Sifat minimum berikut ditetapkan untuk
densitas semu 60 kg/m³ dan 200 kg/m³:
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 18/59
Bab 2 - Pemeriksaan dan Pengujian Bahan Komposit Serat A 2–7
60 kg/m3 200 kg/m3
Kekuatan tekan [MPa]
0.6 3.5
Modulus elastisitas (tekan)
[MPa]
40 200
Kekuatan geser [MPa] 0.5 2.6
Modulus geser [MPa] 15 65
Daya serap air [vol.-%] (setelah 28 hari)
2 2
5.2.6 Untuk densitas semu lainnya, harus dilakukan
interpolasi linier dari densitas tersebut untuk
menentukan kekuatan dan modulus.
5.3 Kayu balsa butir melintang
5.3.1 Persyaratan untuk kayu balsa butir melintangditetapkan dalam Peraturan kayu “Persyaratan untuk
Bahan Inti Laminasi Sandwich” (Bab 2).
6. Adhesif
6.1 Umum
6.1.1 Persyaratan dasar yang terdapat pada butir 1
berlaku untuk persetujuan bahan.
6.1.2 Penjelasan umum adhesif harus disediakan.
Sifat dasar dari adhesif kering harus diverifikasi dengan
sertifikat uji dari lembaga pengujian yang diakui.
6.1.3 Peraturan berikut khusus adhesif thermoset
proses-dingin dan proses-panas serta adhesif leleh-
panas. Adhesif lain, asalkan adhesif tersebut dapat
digunakan untuk pemrosesan FRP (misalnya adhesif
ekspansi) dapat juga digunakan, setelah kesepakatan
dengan BKI - Pusat.
6.2 Penjelasan
6.2.1 Penjelasan tentang adhesif harus diserahkan
guna memungkinkan dilakukan identifikasi dengan jelas:
− Jenis adhesif
− Pabrik pembuat
− Nama dagang
− Kondisi penyimpanan
− Petunjuk pemrosesan dan pengeringan
− Penyusutan volume setelah melewati titik
pengentalan
− Suhu transisi gelas (ASTM E 1356-91)
6.2.2 Untuk lapisan adhesif dengan bahan
pendukung, bahan pendukung harus ditentukan.
6.3 Sifat adhesif
6.3.1 Pada tahap pemrosesan, informasi berikut
harus diberikan:
− Berat jenis (DIN EN ISO 1675)
− Kekentalan (DIN 53019)
6.3.2 Dalam hal resin termoset dua komponen
yang mengering pada suhu kamar, umur pakai (DIN
16945, Section 6.3) juga harus disebutkan.
6.4 Sifat pada kondisi kering
6.4.1 Sifat mekanis berikut harus diverifikasi
dengan sertifikat dari lembaga pengujian yang diakui
(masing-masing pada 6 batang uji):
− Kekuatan tarik geser (DIN EN 1465)
− Ketahanan kelupas (DIN 53282)
Sebagai tambahan, uji tarik geser dengan kurun waktu
yang lama (long-duration shear tension test ) harus
dilaksanakan sesuai DIN 53283. Dalam pelaksanaannya, sampel dibebani pada cuaca standar
23°C / kelembaban nisbi 50 % pada 60 % dari
kekuatan tarik geser rata-rata selama 192 ± 2 jam.
6.4.2 Pengujian harus dilakukan pada tiga tahap
pengkondisian batang uji yang berbeda:
− 24 ± 1 jam setelah pengeringan pada suhu
23°C dan penyimpanan pada kelembaban
nisbi 50%.
− 1000 ± 12 jam penyimpanan pada suhu 60°C
dan kelembaban nisbi maksimum 20% .
− 1000 ± 12 jam penyimpanan dalam air suling
pada suhu 23°C
6.4.3 Untuk setiap pengujian dan tahap
pengkondisian, batang uji dengan tebal lapisan adhesif
0.5 mm dan 3 mm harus digunakan.
6.4.4 Semua pengujian harus dilakukan pada cuaca
standar 23°C/kelembaban nisbi 50%. Sebagai
tambahan, kekuatan tarik geser harus diverifikasi pada
suhu 60°C pada batang uji dengan tebal lapisan
adhesif 3 mm dan dikenakan pengkondisian cuaca
pada suhu 60°C dan kelembaban nisbi maksimum
20% selama 1000 ± 12 jam sebelum pengujian.
6.5 Sifat minimum
6.5.1 Sifat-sifat berikut harus dicapai untuk batang
uji yang diuji langsung serta batang uji yang diuji
setelah penyimpanan basah:
− Kekuatan tarik geser : 9 MPa
− Ketahanan kelupas : 2 N/mm
6.5.2 Untuk batang uji yang disimpan pada suhu
tinggi, sifat minimum tersebut diatas harus dikurangi
sebesar 15%.
6.5.3 Regangan mulur (creep) harus di bawah 0.35
mm pada pengujian tarik geser dengan kurun waktu
panjang.
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 19/59
Bab 3 - Perbaikan komponen A 3–1
Bab 3
Perbaikan Komponen
A. Umum
1. Persyaratan untuk operasi dan personil
1.1 Perbaikan komponen yang dibuat dari resin
termoset yang diperkuat serat hanya boleh dilaksanakan
oleh bengkel yang telah mendapatkan persetujuan BKI.
1.2 Persetujuan bengkel untuk pembuatan
komponen yang terbuat dari plastik yang diperkuat serat
(FRP) yang menggunakan metode penyusunan manual
meliputi persetujuan untuk memperbaiki komponen
didalam fasilitas produksi tersebut. Untuk perbaikan
yang dilakukan diluar fasilitas produksi (misalnya di
lapangan), maka disyaratkan perluasan lingkup
persetujuan bengkel.
1.3 Perbaikan hanya boleh dilakukan oleh orang
yang mempunyai pengetahuan profesional yang
memadai. Pengetahuan profesional tersebut, pada
umumnya harus diverifikasi dengan sertifikat darikursus pelatihan terkait. Jika sertifikat tersebut tidak
tersedia, persyaratan minimum harus terdiri dari
pelatihan untuk pekerjaan teknis, bersama dengan
pelatihan internal dan beberapa bulan pengalaman.
1.4 Kepala tim perbaikan bertanggung-jawab atas
pengerjaan perbaikan dengan benar dan namanya harus
disebutkan secara eksplisit dalam persetujuan bengkel.
Pengetahuan profesionalnya harus diverifikasi dengan
sertifikat dari kursus pelatihan yang terkait dan
pengalaman profesional selama beberapa tahun. Sebagai
tambahan, uji prosedur disyaratkan untuk dilaksanakandi bengkel dibawah pengawasan BKI.
1.5 Persetujuan bengkel diberikan oleh BKI Pusat
berdasarkan pada informasi yang diserahkan oleh
bengkel dan laporan yang diserahkan oleh surveyor
BKI.
Pelaporan berisi hal-hal sebagai berikut:
− Informasi umum tentang bengkel
− Personil
− Manajemen mutu internal
− Pemeriksaan bahan yang baru datang
− Penyimpanan material untuk perbaikan di
bengkel dan selama pekerjaan lapangan
− Kemampuan proses mekanis
− Peralatan produksi.
2. Prasyarat
2.1 Untuk perbaikan yang mempengaruhi
integritas konstruksi dari komponen, maka rencana
perbaikan harus dibuat dan disetujui oleh BKI sebelum
memulai pekerjaan perbaikan. Jika perbaikan yang
sama dilaksanakan beberapa kali, rencana perbaikan
umum dapat dibuat dan diserahkan ke BKI untuk
persetujuan.
2.2 Perbaikan terhadap resin gelcoat dan
perbaikan (kecil) yang tidak termasuk dalam butir 2.1
harus distandarisasi dan disetujui oleh BKI sesuai
dengan prosedur standarisasi.
2.3 Untuk persetujuan perbaikan sesuai butir 2.1,
semua gambar rancangan dan perbaikan yang
diperlukan untuk menilai perbaikan komponen harus
dimasukkan ke BKI. Rencana perbaikan akan diperiksa
oleh BKI-Pusat dan disetujui jika memenuhi syarat.
2.4 Laporan disyaratkan untuk setiap perbaikan
dan harus ditandatangani oleh kepala tim perbaikan.
2.5 Hanya bahan yang disetujui oleh BKI yang
boleh digunakan dalam perbaikan.
2.6 Resin termoset yang digunakan untuk
perbaikan paling tidak harus sama dengan resin
termoset awal yang digunakan untuk produksi. Untuk
memastikan tegangan sisa yang rendah pada daerah
yang diperbaiki, penggunaan resin termoset yang
mudah bereaksi dengan cepat harus dihindarkan.
Elongasi patah dari resin termoset yang digunakan
untuk perbaikan sekurang-kurangnya harus 2.5 %.
2.7 Jika bahan dan laminasi yang digunakan untuk
perbaikan tidak sama dengan yang dipakai saat
komponen dibuat, maka kesesuaian dan kesetaraan darikombinasi bahan tersebut terhadap material asli harus
diverifikasi.
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 20/59
3-2 Bab 3 - Perbaikan komponen B
B. Prosedur
1. Persiapan
1.1 Bahan yang rusak, atau bahan yang tidak
menunjukkan ikatan yang sempurna lagi, harus dibuangdari daerah yang diperbaiki.
1.2 Daerah yang berdekatan dengan daerah yang
rusak harus ditirus. Perbandingan penirusan (panjang
penirusan ls terhadap tebal penirusan ts) tergantung pada
kuat tarik bahan yang diperbaiki, σMat, pada arah
penirusan, dan tegangan geser yang diizinkan τ.
Perbandingan penirusan minimum harus dihitung
dengan rumus berikut :
s
smat
t
l=
τ
σ
Tegangan geser yang dizinkan harus 10 N/mm2 untuk
perbaikan yang dilaksanakan di bengkel dan 7 N/mm2
untuk perbaikan di lapangan.
1.3 Panjang minimum himpitan untuk setiap
lapisan tidak boleh lebih kecil dari 10 mm pada semua
sisi.
1.4 Karena diperlukannya kemampuan
penyesuaian yang disyaratkan (untuk permukaan
melengkung dan pada daerah sambungan yang ditirus;
lihat gambar. 3.1), maka berat per satuan luas dari bahan
penguat yang digunakan untuk pekerjaan perbaikan,sejauh memungkinkan, tidak boleh melebihi 600 g/m
2
per lapisan (makin banyak lapisan dengan berat per
satuan luas yang rendah lebih baik dari pada hanya
beberapa lapisan dengan berat persatuan luas yang
tinggi).
Gambar. 3.1 Daerah sambungan yang ditirus
untuk perbaikan (Skema)
1.5 Agar supaya peningkatan tegangan yang terkait
dengan sambungan yang ditirus serendah mungkin,
maka paling sedikit tiga lapisan penguat harus
digunakan untuk setiap daerah yang akan diperbaiki.
1.6 Daerah yang akan diperbaiki seluruhnya harus
dibersihkan dan digerinda, misalnya dengan
menggunakan kertas amplas dengan kekasaran butir 80
atau 120.
1.7 Jika laminasi telah mengalami kontak langsung
dengan air untuk waktu yang lama, laminasi harusdikeringkan dengan benar sebelum pekerjaan perbaikan
dimulai.
1.8 Sejauh memungkinkan, daerah yang akan
diperbaiki harus dibebaskan dari tegangan yang
disebabkan oleh beratnya sendiri. Dalam hal perbaikan
dilaksanakan di lapangan, pengaturan khusus harus
dilakukan jika perlu untuk mencegah terjadinya beban
eksternal (misalnya yang disebabkan oleh getaran).
1.9 Untuk perbaikan di lapangan, tempat kerjaharus diatur sedemikian hingga keleluasaan
menjangkau daerah yang diperbaiki dan penerangan
yang cukup dapat dijamin.
1.10 Untuk perbaikan di lapangan, langkah-langkah
pengamanan harus diambil berkaitan dengan
kelembaban serta radiasi langsung UV.
1.11 Suhu komponen, sekurangnya pada daerah
perbaikan, harus dijaga agar berada dalam rentang
yang diizinkan pada butir 2.1.
1.12 Perbandingan pencampuran resin terhadap
pengeras harus dipertahankan setepat mungkin (dalam
hal resin epoxy, deviasi relatif dari perbandingan
pencampuran tidak boleh melebihi 3%). Perbandingan
pencampuran yang sebenarnya dan jumlah yang
digunakan harus dicatat dalam laporan takaran.
2. Pengerjaan
2.1 Selama pekerjaan perbaikan dan waktu
pengeringan, suhu udara sekitar dan suhu komponen
harus dijaga diantara 16o
dan 25°C serta kelembaban
nisbi maksimum 70%. Jika pabrik pembuat resin atauadhesif tidak menetapkan nilai izin yang lain, maka
nilai tersebut harus digunakan.
2.2 Termometer dan hygrometer yang sudah
dikalibrasi harus digunakan untuk memonitor daerah
disekitar perbaikan atau pada lokasi yang disetujui
BKI.
2.3 Harus dipastikan bahwa tidak ada perubahan
panjang yang terjadi pada laminasi selama perbaikan.
2.4 Susunan lapisan penguat pada daerah yang
disiapkan untuk diperbaiki harus dilaksanakan denganmetode manual, sejauh memungkinkan, dalam urutan
yang sama dengan urutan yang digunakan untuk
laminasi aslinya. Arah serat harus sama.
2.5 Perhatian harus diberikan agar bahan penguat
mendapatkan peresapan yang baik. Kekosongan harus
dihindari.
2.6 Mat atau fabric dengan berat per satuan luas
sekitar 225 g/m2 (maksimum 450 g/m2 untuk kapal)
dan presentase kandungan berat serat yang rendah
(sekitar 30%) harus digunakan sebagai lapisan akhir.
2.7 Laminasi harus diberi perlindungan
permukaan yang cukup dengan resin pelindung. Jika
daerah perbaikan mengalami peningkatan kandungan
uap air, maka resin pelindung disyaratkan memiliki
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 21/59
Bab 3 - Perbaikan komponen B, C, D 3–3
ketahanan yang tinggi terhadap hidrolisa.
2.8 Jika resin polyester tak jenuh atau resin vinyl
digunakan untuk lapisan atas, maka masalah hambatan
harus dihindari dengan mengeluarkan kandungan
oksigen (misalnya dengan menambah parafin ataumenggunakan penutup kertas timah).
3. Pengeringan
3.1 Selama proses pengeringan, harus dipastikan
bahwa tidak terjadi perubahan panjang pada laminasi.
3.2 Komponen yang diperbaiki hanya boleh
dikenai beban atau digunakan dalam operasi selanjutnya
setelah resin termoset telah cukup kering.
3.3 Jika tidak ada nilai eksplisit yang dinyatakanuntuk proses pengeringan oleh pabrik pembuat sistem
resin termoset, periode waktu berikut harus digunakan
untuk sistem resin proses-dingin:
− Untuk suhu tetap 16 °C:
paling sedikit 72 jam,
− Untuk suhu tetap 25 °C:
paling sedikit 38 jam.
3.4 Jika komponen yang diperbaiki dipanasi
(temper) pada waktu pembuatan, daerah yang diperbaiki
juga harus dipanasi setelah pengerjaan, jika tidak ada
bukti untuk menunjukkan bahwa pemanasan ini tidak
diperlukan lagi.
C. Dokumentasi
1. Laporan perbaikan
1.1 Laporan perbaikan paling tidak harus berisi
hal-hal berikut:
− Penandaan komponen dan, jika ada, nomor
identifikasinya
− Tanggal dan lokasi perbaikan (alamat
bengkel atau lokasi lapangan)
− Waktu dimulainya perbaikan
− Posisi dan jenis kerusakan
− Rencana perbaikan dan nomor persetujuan
− Kondisi cuaca selama perbaikan dan waktu
pengeringan (dan kecepatan angin, dalam hal
pekerjaan tidak dilaksanakan didalam ruang
tertutup)
− Bahan yang digunakan (dengan nomor batch)
− Rasio pencampuran untuk sistem resin
termoset; laporan takaran
− Susunan lapisan penguat (jumlah lapisan dan
arah)
− Penyimpangan dari rencana perbaikan− Kurun waktu perbaikan
− Waktu pengeringan
− Tanda tangan kepala tim perbaikan
Catatan :
Untuk membantu dalam menguraikan dan menjelaskan
perbaikan, sketsa atau gambar boleh ditambahkan pada
laporan perbaikan.
D. Lampiran
1. Contoh laporan berikut dilampirkan:
– Contoh laporan perbaikan
– Contoh laporan survey
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 22/59
3-4 Bab 3 - Perbaikan komponen D
Biro Klasifikasi Indonesia
Laporan Survey Perbaikan Komponen - FRPSurvey Report for Repair of FRP-Components
Komponen/ Pembuat :Component/ (Manufacturer)
Lokasi (WEC) :Site (WEC)
No. Identifikasi Lainnya :Other Identification No.
No. Reg. Reg. No
Nama KapalShip Name
Lokasi PerbaikanSite of Repair
Tgl. Perbaikan Date of Repair
Tgl. SurveySurvey Date
Pemilik :Owner
Pemeriksaan terhadap kelayakan bengkel kerja Examination of suitability of workshop
• Pengakuan bengkel oleh BKI Shop approval by BKI
• Nama kepala tim perbaikan
Name of head of the repair team
• Kepala tim disebutkan namanya dengan jelas dalam (sertifikat)
pengakuan bengkel Head of repair team named explicitly in the shop approval
• Tim Perbaikan mengetahui Peraturan Perbaikan Komponen
Repair team familiar with Rules of Perbaikan komponen
Pengawasan Perbaikan Repair Surveillance
• Rencana perbaikan telah disetujui oleh BKI
Repair plan approved by BKI
• Penyimpangan dari Peraturan BKI atau dari rencana perbaikan(misalnya: bahan, kondisi cuaca, pengerjaan) ?
Deviation from BKI rules or from the repair plan (e.g. materials, climatic
conditions, execution) ?
Uraian : Description
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
• Laporan Perbaikan disertakan
Repair report enclosed
Tempat/ Tanggal Tanda TanganPlace/ Date : Signature
………………………..………… BKI - Surveyor
1 : Ya/ Yes 2 : Tidak/ No
Form. F.304.- 2006
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 23/59
Bab 3 - Perbaikan komponen D 3–5
Biro Klasifikasi Indonesia
Laporan Perbaikan Komponen - FRP Repair Report for FRP-Components
Data KomponenComponent Data
Penandaan : ………………………………………….. Designation
No. Register (untuk Kapal) :………………………… Register No.
No. Identifikasi lainnya : …………………………….Other Identification No.
Pemilik : ……………………………………………..Owner
…………... …………………………………………..
Lokasi (untuk WEC) :………………………………..Site (for WEC)
Rincian Perbaikan : Details of Repair
Lokasi yang diperbaiki :……...………………………Site (of the repair)
Tanggal :…………….……………………………….. Dated
Kondisi cuaca pada saat perbaikan (setiap 3 jam)Climatic conditions during repair (every 3 h)
WaktuTime
Temperatur Temperature
Kelembaban relatif Relative Humadity
Kecepatan AnginWind speed
Mulai :
Begin
Selesai : End
Bahan yang digunakan Materials used
No. Kelompok Batch number
Pengakuan BKI BKI Approval
Sistem resin Resin system ……………………………..
Ya
Yes
Tidak
No
Lapisan atasTopcoat ……………………………..
YaYes
Tidak No
Adhesif Adhesive ……………………………..
YaYes
Tidak No
……………………………..YaYes
Tidak No
……………………………..YaYes
Tidak No
Material Penguat Reinforcement material
……………………………..YaYes
Tidak No
Laporan Takaran Dosing Report
No. Lot Lot – No.
Resin Resin
Bahan PengeringCuring Agent
Akselerator Accelerator
WaktuTime.
1/2
LOGO PERUSAHAANCOMPANY SYMBOL
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 24/59
3-6 Bab 3 - Perbaikan komponen D
Posisi dan tipe kerusakan (jika perlu sketsa atau gambar pada lembar/ halaman terpisah)
Position and type of damage (if necessary sketches or pictures on separate page(s))
Uraian Penyimpangan dari rencana perbaikan (bila ada)
Description of deviations from the repair plan (if any)
Suhu maksimum dan minimum antara mulainya perbaikan dan penggunaan kembali komponen yang
diperbaiki
Maximum and minimum temperature between start of the repair and commissioning of the repaired component
Maks : [oC] Min : [oC]
Max. Min.
Penggunaan kembali komponen yang diperbaiki
Comissioning of the repaired component
Tanggal : Waktu : .
Date Time
Tempat/ Tanggal
Place/Date Cap Perusahaan
Stamp of Company
.
Tanda Tangan Kepala Tim Perbaikan
Signature of the head of the repair team
2/2
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 25/59
BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
PERATURAN UNTUK MATERIAL – NON
METAL FINAL DRAFT
Bagian – 2
KAYU
EDISI 2006
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 27/59
Daftar Isi iii
Daftar isi
Bab 1 Persyaratan Material, Metode Pengeleman dan Perlindungan kayu A. Umum ........................................................................................................................................ 1- 1 B. Jenis kayu dan Klasifikasi ............................................................................................ 1- 1 C. Kayu Lapis Bangunan Kapal .………........................................................................................... 1- 3 D. Kayu Lapis untuk Pesawat Udara ................................................................................................ 1- 9 E. Menyambung Bahan Kayu .......................................................................................................... 1- 14 F. Perlindungan Kayu ....................................................................................................................... 1- 15
Bab 2 Persyaratan Bahan Inti Laminasi Sandwich
A. Kayu Balsa ….................................................................................................................................... 2- 1
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 28/59
Bab 1 - Persyaratan Material, Metode Pengeleman dan A, B 1–1Perlindungan kayu
Bab 1
Persyaratan Material, Metode Pengeleman dan Perlindungan kayu
A. Umum
1. Klasifikasi sesuai dengan jenis pemakaian
1.1 Hanya kayu bangunan kapal yang telah terbukti
mendapatkan persetujuan untuk pembangunan kapal
yang boleh digunakan untuk semua komponen dari kayu
yang ekspos ke air dan cuaca, yaitu kayu denganketahanan yang baik terhadap air dan cuaca, serangan
jamur dan serangga, serta dengan sifat mekanis yang
baik yang juga cocok untuk penggunaan khusus.
Disamping itu kayu harus mempunyai sifat muai dan
kerut yang rendah.
1.2 Untuk komponen yang terbuka ke air atau
cuaca, dan tidak memerlukan kekuatan, kayu yang
mempunyai tingkat keawetan yang rendah boleh
digunakan.
2. Mutu
Kayu yang digunakan dalam pembuatan kapal harus
berbutir yang panjang dan dari mutu terbaik, yaitu bebas
dari getah, tonjolan, mata kayu yang tidak diizinkan dan
cacat-cacat yang lain. Kayu yang tumbuhnya melingkar
- lingkar atau kayu yang sulit digergaji tidak boleh
digunakan.
3. Pengeringan
3.1 Kayu yang digunakan harus dikeringkan
dengan baik dan cukup, atau harus dikeringkan dengan
benar dalam tungku pengeringan yang tepat.
3.2 Untuk maksud tersebut, kayu harus ditumpuk
dalam tumpukan yang sekecil mungkin, sehingga
pengeringan yang merata dapat terjamin.
3.3 Untuk pengeringan dengan bantuan energi,
kadar uap air sisa tidak boleh lebih dari 10%. Saat
memproses, kadar tersebut tidak boleh melebihi
maksimum 15% sebagai akibat dari sifat penyerapan air
(higroskopis).
3.4 Kadar uap air harus ditentukan denganmenghitung berat sampel yang hilang antara berat pada
waktu pengasapan dan berat setelah pengeringan,
berdasarkan pada berat tetap pada suhu 103±2°C dan
perhitungan berat yang hilang sebagai prosentase dari
berat kering. Perhitungan ini harus dilakukan sesuai
dengan DIN 52375 atau ISO 9425.
B. Jenis kayu dan Klasifikasi
1. Kayu padat
1.1 Kayu yang digergaji secara melingkar
umumnya digunakan untuk pembuatan kapal. Sudut
lingkar tahunan terhadap tepi gergaji bagian bawah
tidak boleh lebih kecil dari 45°.
1.2 Tabel 1.2 menunjukkan sejumlah kayu
dengan jenis yang berbeda dan sifatnya yang paling
penting, seperti keawetan, berat jenis, serta kekuatan
lengkung, tarik dan tekuk. Karena sifat – sifat tersebut
dapat bervariasi untuk kayu dengan jenis yang sama,
atau bahkan dalam batang kayu yang sama, maka tidak
ada nilai mutlak yang ditunjukkan dalam tabel tersebut,
tetapi lebih sebagai nilai acuan saja. Kayu dalam tabel
tersebut dibagi dalam kelompok keawetan dari Isampai V, dimana:
I = sangat baik
II = baik
III = rata-rata
IV = rentan
V = buruk
1.3 Kayu yang digunakan dalam pembuatan kapal
paling tidak harus termasuk dalam kelompok keawetan
III, jika terbuka ke cuaca atau digunakan untuk
komponen konstruksi utama kapal.
1.4 Sebagai pengganti kayu yang terdapat pada
Tabel 1.2, kayu jenis lain dapat digunakan jika
keawetan dan sifat teknisnya diverifikasi dan hasilnya
sama. Pabrik pembuat selalu bertanggung-jawab
terhadap pemilihan mutu dan jenis kayu yang tepat.
1.5 Karena kayu mempunyai sifat an-isotropik,
maka hal ini harus diperhitungkan pada saat merancang
komponen. Harus dipastikan bahwa arah utama
tegangan terletak pada arah kekuatan terbesar dari
kayu, dan tidak terjadi gangguan terhadap fungsikomponen karena arah koefisien ekspansi uap air.
1.6 Faktor keselamatan yang digunakan dalam
perhitungan kekuatan harus disetujui BKI untuk setiap
kasus.
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 29/59
1–2 Bab 1 - Persyaratan Material, Metode Pengeleman dan B
Perlindungan kayu
2. Kayu lapis (Plywood)
2.1 Umum
2.1.1 Kayu lapis (plywood) terdiri dari lapisan -
lapisan terpisah yang direkatkan bersama-sama. Padaumumnya, lapisan - lapisan tersebut dapat terdiri dari
veneer, papan kayu atau potongan papan kecil. Panel
yang dijelaskan dalam Regulasi ini sebagai kayu lapis
harus terdiri dari lapisan veneer seluruhnya.
2.1.2 Panel kayu lapis terdiri dari paling sedikit tiga
veneer yang direkatkan dengan cara melintang satu
dengan yang lain (Tabel 1.1 atau 1.3) dengan
menggunakan adhesif resin sintetis yang dapat
mengering. Ketahanan adhesif terhadap air dan cuaca
harus dibuktikan dengan pengujian jangka panjang dan
di ruang terbuka. Jumlah lapisan veneer tergantung padaketebalan dan ditentukan dalam sub-bagian C. "Kayu
lapis bangunan kapal "dan D. "Kayu lapis untuk
pesawat udara".
2.2 Kualitas
2.2.1 Panel kayu lapis dibagi menjadi dua kualitas
KI I dan KI II.
2.2.2 Kedua kualitas identik dalam hal kekuatan
yang disyaratkan, termasuk ketahanan terhadap adhesif.
Perbedaannya hanyalah bahwa panel kualitas KI I cocok
untuk digunakan secara utuh, sedangkan kualitas KI II,
disebabkan cacat yang tidak diizinkan dalam lapisan
tengah dan lapisan terluar hanya dapat digunakan secara
terpisah setelah cacat tersebut dihilangkan.
2.3 Ukuran panel
2.3.1 Ukuran panel kayu lapis ditentukan oleh
pemakai, jika ukuran standar sesuai dengan DIN 4078
tidak digunakan.
2.3.2 Panjang panel diukur sejajar dengan butir
lapisan terluar, dan selalu ditentukan terlebih dahulu.Toleransi memanjang dan melintang adalah ± 5 mm.
2.3.3 Penyimpangan tebal yang diizinkan adalah
sampai dengan 3 mm ± 10%
melebihi 3 mm ± 5%, tetapi maksimum
± 0.5 mm
2.4 Pengeleman
2.4.1 Panel kayu lapis harus dilem tanpa cacat (BFU
100 sesuai dengan DIN 68705). Untuk maksud tersebut,
pemenuhan terhadap semua faktor yang menentukan
seperti kandungan uap air kayu, kekuatan penekanan,suhu penekanan, lama penekanan, karakteristik lem,
pengisian, dll harus dipenuhi secara terus menerus dan
hati-hati. Pada saat ini, adhesif berbasis sintetis berikut
disetujui oleh BKI untuk produksi kayu lapis:
− Adhesif phenol (termasuk lapisan adhesif
phenolic)
− Adhesif resin melamin
− Adhesif resin resorcinol
2.4.2 Jika lem baru digunakan, maka penanganan
dan pengeleman yang sempurna dan bebas kesalahan
harus ditunjukkan kepada BKI demikian juga
ketahanan yang mutlak terhadap air dan pendidihan.
2.5 Konstruksi dan persyaratan
Regulasi yang berbeda berlaku untuk konstruksi dan
panel kayu lapis yang digunakan pada pembuatan kapal
dan pesawat terbang, sebagaimana tertera dalam bagian
C. dan D.
2.6 Sertifikat
2.6.1 Biro Klasifikasi Indonesia menerbitkan
sertifikat untuk panel kayu lapis yang telah diuji dan
disetujui, dan sertifikat tersebut diserahkan kepada
pabrik pembuat dan atau pemakai.
2.6.2 Sertifikat tersebut menjelaskan, antara lain,
jenis kayu lapis, jumlah panel kayu lapis yang
diperiksa, stempel dan, jika diminta, nilai rata-rata dari
hasil uji.
2.6.3 Terpisah dari pengujian yang dilakukan olehBiro Klasifikasi Indonesia, pabrik pembuat diwajibkan
untuk secara terus menerus melaksanakan kendali mutu
internal pada semua tahap pekerjaan, pemilihan kayu
dan pemrosesannya selama produksi panel kayu lapis.
2.7 Penyimpanan panel kayu lapis
2.7.1 Panel kayu lapis yang sudah jadi yang
diletakkan didalam gudang harus disimpan dalam
ruang tertutup dan disimpan secara horizontal.
2.7.2 Panel kayu lapis jika berada hanya boleh
disimpan secara horizontal paling sedikit 30 cm diataslantai dan dari dinding, untuk menghindari pengaruh
uap air.
2.7.3 Masing-masing tumpukan harus dilindungi
terhadap uap air dari satu sisi dengan menutupi panel.
2.7.4 Tidak terpenuhinya regulasi penyimpanan
tersebut, dapat mengakibatkan pengujian yang
dilakukan sebelumnya dinyatakan batal.
2.8 Perhitungan kekuatan
Faktor keselamatan yang digunakan dalam perhitungankekuatan harus disepakati dengan BKI untuk masing –
masing kasus.
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 30/59
Bab 1 - Persyaratan Material, Metode Pengeleman dan C 1–3Perlindungan kayu
C. Kayu Lapis Bangunan Kapal
1. Umum
1.1 Semua komponen kayu lapis yang terbuka ke
air dan cuaca, atau yang digunakan dalam komponen
konstruksi utama (seperti geladak, kulit kapal dan
sekat), harus dibuat dari kayu lapis bangunan kapal
yang telah diuji dan memenuhi 10.6.
1.2 Kayu lapis bangunan kapal terdiri dari paling
sedikit tiga veneer yang dilem dengan bersilangan
bersama sama secara diagonal (Tabel 1.1) dengan
menggunakan adhesif resin sintetis yang dapat
mengering. Ketahanan dari adhesif ini terhadap air dan
cuaca harus ditunjukkan dengan pengujian jangka
panjang dan diluar ruangan.
1.3 Karena kayu lapis dapat juga dirusak pada
kondisi tertentu oleh binatang atau hama tumbuh-
tumbuhan, kayu yang digunakan harus memiliki sifat
tahan terhadap alam.
1.4 Terpisah pengujian yang dilakukan oleh Biro
Klasifikasi Indonesia, pabrik pembuat diwajibkan untuk
secara terus menerus melaksanakan pengawasan mutu
internal pada semua tahap pekerjaannya, pemilihan
kayu dan prosesnya selama produksi panel kayu lapis.
1.5 Ketentuan yang terdapat pada B.2 harus
diperhatikan.
2. Konstruksi
2.1 Pemilihan kayu dan konstruksi panel (jumlah
lapisan veneer) harus sesuai untuk jenis aplikasinya.
Tergantung pada aplikasinya, kayu yang kuat & awet -
misalnya makoré dan jenis mahoni keras dan awet dari
kelompok kekuatan F1 (Tabel 1.2) - dengan beberapa
lapisan veener dalam yang tipis harus dipilih untuk
komponen pemikul beban yang menerima tegangan
yang tinggi. Sebaliknya, panel kayu lapis dari kayu
yang lebih ringan, kurang kuat, dan kurang awet dari
kelompok kekuatan F2 - misalnya khaya mahogany,
okumé - dengan lapisan veneer dalam yang lebih tebal
dan lebih sedikit dan perlindungan permukaan yang
baik cocok digunakan untuk pelapis.
2.2 Pada umumnya, veneer dengan tebal 1,5 mm
digunakan untuk lapisan terluar. Akan tetapi, upaya
harus dilakukan untuk menggunakan lapisan terluar
yang lebih tebal disebabkan pengerjaan kembali yang
diperlukan dalam pembuatan kapal. Namun,
ketebalannya tidak boleh melebihi 2,6 mm disebabkan bahaya tonjolan yang meningkat dalam veneer. Untuk
lapisan bagian dalam, lapisan veneer dalam panel kayu
lapis yang ketebalannya sampai 15 mm tidak boleh
memiliki ketebalan melebihi 2,6 mm karena berpotensi
terjadi cacat. Untuk panel kayu lapis yang lebih tebal
dari 15 mm, lapisan veneer yang lebih tebal dari 3,8
mm tidak boleh digunakan.
2.3 Hanya dalam kasus tertentu dan dengan izintertulis dari Biro Klasifikasi Indonesia pembatasan ini
dapat diabaikan. Panel kayu lapis tersebut kemudian
ditetapkan sebagai kelompok kekuatan F2 dan diberi
tanda dengan stempel BKI
2.4 Tabel berikut menunjukkan daftar jumlah dan
tebal lapisan veneer minimum yang disyaratkan:
Tabel 1.1: Jumlah dan tebal minimum lapisan veneer
Tebal Kayu lapis
[mm]
Jumlah
minimum
lapisan
veneer
Tebal
minimum
lapisan
terluar
Tebal
terbesar
Lapisan
dalam
Sampai dengan 6
Diatas 6 s/d 10Diatas 10 s/d 15
3
57
1.5 mm 2.6 mm
Diatas 15 s/d 20Diatas 20 s/d 26
Diatas 26 s/d 34Diatas 34 s/d 40
Diatas 40 s/d 48Diatas 48 s/d 55
79
1113
1517
1.5 mm 3.8 mm
2.5 Lapisan veneer harus simetris pada lapisan
tengah, baik dalam hal butiran maupun tebal lapisan.
2.6 Kekuatan panel kayu lapis dapat ditingkatkan,
atau sifatnya disesuaikan dengan persyaratan tertentu,
melalui penambahan jumlah lapisan veneer,
penambahan lem ekstra dan peningkatan tenaga
pengepresan, serta melalui penyisipan lapisan fabric.
2.7 Untuk produksi panel kayu lapis bangunan
kapal, hanya kayu yang mempunyai mutu terbaik,
sempurna, tanpa cacat, sehat, bebas dari getah dan kayu
yang rusak harus digunakan untuk lapisan luar dan
dalam.
3. Sambungan veneer
3.1 Sambungan harus dirapatkan dengan
sempurna dan harus merekatkan veneer satu dengan
yang lain dengan sambungan rata. Sambungan harus
dilem dengan mesin perekat sambungan yang sesuai.
3.2 Lembaran veneer dari lapisan terluar harus di
tempatkan bersama-sama sehingga lembaran lembaran
tersebut cocok dalam hal kayu dan warnanya.
3.3 Sambungan yang dirapatkan diantara semualapisan adalah tahap awal untuk pembuatan kapal panel
kayu lapis.
3.4 Lembaran kertas atau plastik adhesif tidak
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 31/59
1–4 Bab 1 - Persyaratan Material, Metode Pengeleman dan C
Perlindungan kayu
boleh digunakan untuk mengamankan atau
memperbaiki veneer lapisan dalam.
3.5 Sambungan dari lapisan veneer yang berbeda
harus dibuat zig-zag.
3.6 Penjepit logam yang digunakan untuk tujuan
pengamanan hanya boleh diletakkan pada tepi panel.
Penjepit tersebut tidak boleh berada di panel saat panel
dipotong menjadi ukuran standar.
4. Kelompok kekuatan
4.1 Berkaitan dengan kecocokannya untuk
diproduksi menjadi kayu lapis bangunan kapal, jenis
kayu yang terdapat pada Tabel 1.2 saat ini disetujui.
Kayu dibagi dalam dua kelompok kekuatan. Juga
ditunjukkan didalam tabel tingkat keawetan dan
ketahanan terhadap cuaca dari jenis kayu yangdisebutkan.
4.2 Panel kayu lapis dapat dibuat dari satu atau
beberapa jenis kayu yang disetujui. Jika panel terdiri
dari jenis kayu yang berbeda dari kedua kelompok
kekuatan, maka semua panel dimasukkan dalam
kelompok dengan kekuatan yang lebih rendah dan
dibubuhi stempel kelompok kekuatan F2.
4.3 Semua panel kayu lapis bangunan kapal yang
diproduksi sesuai dengan spesifikasi tertentu dan
persyaratan pembeli, atau berbeda dari persyaratan BKI,
dimasukkan dalam kelompok yang sesuai dan distempel
sesuai dengan jenis kayu lapis.
4.4 Kayu jenis lain hanya dapat digunakan untuk
pembuatan panel kayu lapis setelah mendapat
persetujuan BKI. Pabrik pembuat harus selalu
bertanggung jawab untuk pemilihan mutu dan jenis
kayu yang benar.
5. Kualitas Kayu lapis
5.1 Kayu lapis bangunan kapal dari dua kelompok
kekuatan dibagi menjadi dua kualitas setelah
memeriksa mutu eksternal dan internalnya. Dalam
kaitan dengan kelompoknya, Kualitas I dan II memiliki
kesamaan dalam hal jenis kayu, kekuatan, produksi dan
pengeleman. Perbedaan kualitas I dan II adalah bahwa
panel kualitas I dapat digunakan seutuhnya, sementara
panel kualitas II dibatasi untuk penggunaan parsial
disebabkan oleh cacat selama pembuatan lokal atau
cacat kayu.
5.2 Cacat dari kualitas II harus di batasi sampai
sepertiga dari luas panel. Duapertiga dari panel harus
bebas dari cacat dan layak untuk digunakan. Cacat
diidentifikasi selama pemeriksaan dengan diberi tanda.
5.3 Sisi panel kayu lapis yang terlihat harus dibuat
benar benar tanpa cacat dan, selanjutnya, mutu,
warna dan butiran harus dikombinasikan sedemikian
rupa sehingga terlihat sesuai. Permukaan yang tidak
terlihat boleh sedikit mempunyai perbedaan warna
atau cacat kecil yang tidak mempengaruhi kekuatan
panel.
Tabel 1.2 Kelompok kekuatan kayu lapis
Kuat tarik rata-rata kayu
lapisJenis kayu Nama tumbuhan
Berat jenis ,
udara kering
kira-kira[g/cmPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP
3P]
Keawetan
Memanjang
[N/mmP
2P]
Melintang
[N/mmP
2P]
Kelompok kekuatan : F1 (untuk komponen yang berbeban)
Jati
Makore
Douka
Mahoni Afrika
Mahoni Sapele
Oak
Tectona grandis
Dumoria hekelii
Dumoria Afrilapisana
Entandrophragma utile
Entandrophragma cylindricum
Quercus sp.
0.64
0.62
0.62
0.57
0.59
0.63
I,I
I,II
III
II
≥ 40
≥ 40
≥ 40
≥ 40
≥ 40
≥ 40
≥ 30
≥ 30
≥ 30
≥ 30
≥ 30
≥ 30
Kelompok kekuatan: F2 P
1P
Mahoni daun lebar
Mahoni Khaya
Okume (Gaboon)
Switenia macrophylla
Khaya ivorensis
Aucoumea klaineana
0.49
0.45
0.41
II
II – III
IV - V
≥ 40
≥ 40
≥ 40
≥ 30
≥ 30
≥ 30 P
1P
P
1P Hanya untuk komponen yang tidak memikul beban
P
2P Untuk bahan kayu yang lain kecuali mempunyai kekuatan yang sama
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 32/59
Bab 1 - Persyaratan Material, Metode Pengeleman dan C 1–5Perlindungan kayu
6. Cacat
6.1 Cacat kayu dan cacat produksi berikut tidak
diperbolehkan pada lapisan veneer luar dan dalam:
a) semua cacat pengeleman
b) lepasan kayu tersayat, seratnya sangat keriting,
kayu berserat pendek tumbuh tegak lurus
terhadap arah butir, kayu dipotong melintang
c) perubahan warna kayu atau noda jamur yang
besar dan mencolok yang cenderung
menyebabkan pembusukan dan semua cacat
lain yang secara nyata mempengaruhi kekuatan
panel
d) perubahan warna kayu pada kedua sisi, ataulelehan lem yang berlebihan pada kedua sisi
e) mata kayu (mati) yang goyang, lubang,
sambungan yang lepas atau retak pada lapisan
veener
f) tumpang tindih lapisan veneer (berlipat)
Cacat berikut dapat diizinkan:
a) sampai dengan tiga mata kayu yang sehat
dengan diameter maksimum 15 mm untuk
masing-masing sisi panel
b) sampai dengan tiga mata kayu dengan diameter
maksimum 25 mm pada masing-masing sisi
dari panel yang telah diperbaiki secara
sempurna
c) sampai dengan tiga retakan pada tepi veneer
yang telah diperbaiki dengan sempurna. Retak
tersebut dapat sampai dengan 1/10 dari panjang
panel dan pada masing-masing panel.
d) cacat yang local dan kecil dengan panjang 3cm tidak perlu dipertimbangkan.
Hanya satu jenis dari cacat yang diizinkan yang terdapat
pada a) sampai c) yang boleh ada.
7. Perbaikan
7.1 Perbaikan dapat dilaksanakan pada panel kayu
lapis bangunan kapal yang sudah jadi yang dipres
sampai batasan tertentu, dengan syarat mutu panel kayu
tidak terpengaruh dalam hal apapun. Perbaikan harus
dilaksanakan pada suhu yang tepat dibawah tenaga pengepresan dengan lem yang tahan terhadap air dan
cuaca.
7.2 Tonjolan (shake) sampai 1/10 dari panjang
panel dan lebar 1 mm, dan lubang mata kayu kecil
dengan diameter sampai 5 mm dapat diperbaiki dengan
dempul kayu yang berwarna sama.
7.3 Tonjolan dan cacat yang lebih lebar sampai
1/10 dari panjang panel harus direkatkan sedemikianrupa sehingga tahan terhadap cuaca. Dalam
mengerjakannya, perhatian harus diberikan saat
memasang dan memilih lembaran sehingga lembaran
berasal dari kayu yang sesuai dan mempunyai warna
yang sama. Pekerjaan perbaikan harus dilaksanakan
dibawah tekanan sesuai dengan DIN 68705 BFU 100.
8. Perlakuan permukaan
8.1 Setelah pengepresan, panel kayu lapis harus
menjalani perendaman yang cukup untuk menjamin
bahwa kandungan uap airnya naik kembali menjadi 6 –
12%. Panel kayu lapis dapat dibiarkan tidak diampelasatau sedikit diampelas.
8.2 Lapisan luar panel kayu lapis yang dipotong
menjadi ukuran akhir tebal pada titik paling tipis
(setelah pengepresan dan pengampelasan) minimal
harus 1,0 mm. Saat mengampelas panel, perhatian
khusus harus diberikan untuk menjamin bahwa
persyaratan tersebut dipenuhi.
9. Ukuran panel
9.1 Jika tidak digunakan ukuran standar maka
ukuran dari panel kayu lapis ditentukan oleh pemakai.
10. Pengujian
10.1 Umum
10.1.1 Pada umumnya, panel kayu lapis bangunan
kapal yang sudah jadi diuji dan disetujui ditempat
pembuatan oleh Surveyor Biro Klasifikasi Indonesia.
10.1.2 Pemeriksaan panel kayu lapis yang sudah jadi
diluar bengkel pembuatan dilaksanakan oleh BKIhanya dengan pengecualian dan untuk kondisi
pengujian yang lebih ketat.
10.1.3 BKI juga berhak untuk memonitor produksi
panel kayu lapis di bengkel pembuatan.
10.2 Pemeriksaan panel kayu lapis
10.2.1 Kondisi semua panel kayu lapis bangunan
kapal setelah selesai dibuat diperiksa dan diuji oleh
Surveyor BKI. Perhatian ditujukan, utamanya pada
pengeleman. Panel dikelompokkan pada kelompok
kekuatan dan kualitas kayu lapis yang sesuai, yangtergantung pada jenis dan mutu dari kayu lapis dan
dicap.
10.2.2 Panel kayu lapis yang dikirimkan ke BKI
untuk pemeriksaan harus diuji, ditetapkan kualitas
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 33/59
1–6 Bab 1 - Persyaratan Material, Metode Pengeleman dan C
Perlindungan kayu
awalnya, sudah jadi dan kemudian dibagi dalam
kelompok uji atau pesanan oleh pabrik pembuat
sebelum diperiksa oleh Surveyor BKI. Panel dengan
pengeleman yang salah harus diperiksa lebih teliti untuk
menentukan apakah kesalahan tersebut bersifat lokal
atau terjadi pada seluruh panel. Jika terjadi pada seluruh panel, maka seluruh kelompok uji harus diuji dengan
perhatian khusus. Jika ada beberapa panel seperti itu
dalam suatu kelompok uji, maka seluruh kelompok
tersebut harus ditolak. Jika ditemukan sambungan yang
bocor atau retak pada tepi kayu lapis dari lapisan dalam,
maka cacat tersebut tidak boleh ditutup sebelum
dilakukan pemeriksaan oleh BKI. Surveyor BKI akan
menentukan apakah cacat tersebut dapat diperbaiki, atau
apakah panel tersebut harus ditolak atau dimasukkan
dalam kualitas II.
10.3 Penentuan kualitas panel kayu lapis
10.3.1 Penentuan kualitas panel harus sesuai dengan
perbedaan antara kualitas I dan II yang ditetapkan dalam
sub-bab C.6. Panel ditandai dengan stempel kualitas
yang sesuai.
10.4 Pengambilan sampel
10.4.1 Untuk pemeriksaan panel kayu lapis bangunan
kapal, panel sampel diambil dari kelompok uji
dimaksudkan untuk pemeriksaan dan dilengkapi nomor
sampel.
10.4.2 Benda uji dengan panjang sekitar 25 cm dan
lebar 100 cm diambil dari panel sampel tersebut dan
diberi nomor sampel panel uji.
10.4.3 Sampel yang diperlukan dipersiapkan dari
potongan sampel tersebut, dan kembali diberi nomor
sampel panel uji.
10.4.4 Jika hanya sedikit panel dari jenis kayu lapis
tertentu, atau panel yang sangat tebal dan besar,
dikirimkan untuk keperluan pemeriksaan, dan jika
upaya yang diperlukan dalam pemotongan panel
tersebut terlalu besar, maka sampel dapat juga diambildari potongan yang dipotong dari tepi panel tersebut.
Untuk maksud tersebut, maka perlu untuk menaruh
potongan potongan tepi tersebut terpisah, saat
memotong panel tersebut.
10.4.5 Jumlah panel uji ditentukan sesuai dengan
faktor berikut:
10.4.5.1 Jika pemeriksaan kontinyu oleh BKI pada
bengkel pembuatan menunjukkan bahwa produksi panel
kayu lapis bangunan kapal dilakukan secara andal dan
jika produksi diawasi secara terus menerus dengan
sarana otomatis atau supervisi yang sesuai, maka tidak perlu untuk mengambil panel uji dari setiap kelompok
uji.
10.4.5.2 Cukup untuk memilih sekitar 2% dari jumlah
panel dari produksi yang ada saat itu untuk digunakan
sebagai sampel.
10.4.5.3 Harus dipastikan bahwa panel uji mencakup
semua ketebalan dan jenis kayu lapis.
10.4.5.4 Jika persoalan produksi timbul, atau jikaSurveyor BKI mendapat kesan bahwa produksi tidak
selalu dapat dipercaya, maka surveyor dapat meminta
jumlah panel uji yang lebih banyak.
10.4.5.5 Jika satu atau beberapa panel uji
menunjukkan hasil yang tidak mencukupi pada waktu
pemeriksaan, maka dua panel tambahan dari kelompok
uji yang sama harus diuji. Jika, sekali lagi, persyaratan
minimum tidak dipenuhi pada waktu pemeriksaan ini,
maka seluruh kelompok uji harus ditolak.
10.5 Jenis dan jumlah sampel
Dari setiap panel uji (atau kepingan uji) yang akan
diuji, sampel berikut harus diambil dan dipersiapkan:
10.5.1 Dua sampel untuk uji delaminasi sesuai
dengan DIN 53255 guna menentukan kekuatan rekat
dari lem.
10.5.2 Delapan sampel sesuai dengan DIN 53255
untuk uji tarik - geser adhesif untuk memeriksa uji
delaminasi. Sampel uji tarik - geser sederhana harus
digunakan sesuai Gb. 1.1.
10.5.3 Enam sampel untuk uji kekuatan memanjang
dan enam sampel untuk uji kekuatan melintang untuk
menentukan kekuatan tarik kayu lapis sesuai dengan
DIN 52377.
10.5.4 Dua sampel yang dikeringkan dengan oven
untuk penentuan kandungan uap air lapis dan berat
jenis (densitas semu) sesuai dengan DIN 52375.
10.6 Perlakuan awal dan pengujian sampel
10.6.1 Sampel kekuatan rekat lem
10.6.1.1 Dua sampel delaminasi dan delapan sampel
tarik geser digunakan untuk uji kekuatan perekatan dari
lem.
10.6.1.2 Sebelum pengujian, sampel tersebut harus uji
perebusan/pengeringan bergantian dan uji singkat BFU
100 sesuai dengan DIN 68705 dan harus memenuhi
kondisi pengujian 10.6.1.3.
10.6.1.3 Penyimpanan sampel dalam air mendidih
dengan pengeringan antara pada suhu 60°C dalam
siklus berikut:
4 jam perebusan
16 jam pengeringan
4 jam perebusan
2 jam pendinginan diair pada suhu 20°C
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 34/59
Bab 1 - Persyaratan Material, Metode Pengeleman dan C 1–7Perlindungan kayu
Gambar 1.1 Tipikal yang mennggambarkan
sampel uji tarik – geser memanjang
3-lapisan dan melintang 5 lapis
10.6.1.4 Dua sampel delaminasi harus menjalani uji
delaminasi setelah perlakuan awal ini. Perekatan harus
memberikan ketahanan yang memadai terhadap
delaminasi yang kuat dari veener dengan alat
delaminasi, dan daerah per patahan harus menunjukkan
patahan kayu dan perekatan yang tanpa cacat (lihat
diagram per patahan DIN 53255).
10.6.1.5 Delapan sampel uji tarik geser harus diuji pada
kondisi basah pada mesin uji dan memenuhi nilai
minimum berikut:
Untuk kayu dari kelompok kekuatan F1:
paling sedikit 1,5 N/mmP
2P
Untuk kayu dari kelompok kekuatan F2:
paling sedikit 1,2 N/mmP
2P
10.6.2 Uji kekuatan kayu lapis
10.6.2.1 Enam sampel kekuatan tarik memanjang dan
enam sampel kekuatan tarik melintang harus menjalani
penyesuaian sebelum pengujian pada peralatan uji dan
kandungan uap air harus diatur 12 – 15%.
10.6.2.2 Dari setiap keenam sampel, tiga sampel
memanjang dan tiga sampel melintang harus diuji pada
mesin uji dan nilai kekuatan rata-rata ditentukan untuk 3 sampel tersebut.
10.6.2.3 Dua kelompok dari tiga sampel yang lain
digunakan sebagai sampel pengganti untuk sampel
yang menunjukkan perpatahan pada alat penjepit
dengan nilai yang tidak memadai. Sampel yang patah
selanjutnya tidak digunakan untuk tujuan evaluasi.
10.6.2.4 Sampel harus memiliki kekuatan minimum
kayu lapis seperti yang ditetapkan pada Tabel 1.2.
10.6.2.5 Kayu lapis yang terbuat dari jenis kayu yang
lain harus dimasukkan dalam kelompok kekuatan yang
memenuhi sifat materialnya.
10.6.2.6 Jika produksi dan kekuatan kayu lapis pada
bengkel pembuatan dimonitor secara kontinyu oleh
BKI dan jika penentuan kekuatan kayu lapis dari setiap
kelompok uji dianggap tidak sesuai, maka pemeriksaan
dan penentuan kekuatan kayu lapis dari kelompok uji
tersebut dapat diabaikan.
10.6.2.7 Jika panel kayu lapis dari kayu dan kelompok
kekuatan F1 tidak mencapai nilai kekuatan kayu lapis
minimum yang disyaratkan dari kelompok ini, maka panel tersebut dapat dimasukkan dalam kelompok
kekuatan kayu lapis F2 dan selanjutnya diberi stempel.
10.6.2.8 Semua panel kayu lapis bangunan kapal
yang dibuat sesuai dengan spesifikasi khusus dan
persyaratan pemakai, atau yang berbeda dari regulasi
BKI, distempel sesuai dengan jenis kayu lapis dan
kelompok kekuatannya. Penyimpangan atau spesifikasi
khusus dari panel kayu lapis tersebut harus dicatat
dalam sertifikat uji.
10.6.3 Uji kandungan air
10.6.3.1 Dua sampel yang dikeringkan dengan oven
digunakan untuk menentukan kandungan uap air kayu
lapis. Sampel tersebut harus diuji sesuai dengan DIN
52375. Kandungan uap air kayu lapis setelah
pembuatan harus 5–12%.
10.6.3.2 Pengukuran kandungan uap air kayu lapis
dengan menggunakan peralatan pengukuran elektrik
hanya dapat disetujui jika tes pengukuran dengan
menggunakan sampel yang dikeringkan dengan oven
menunjukkan nilai yang kurang lebih sama.
10.6.4 Penentuan berat jenis
10.6.4.1 Untuk penentuan berat jenis panel
Sampel 3 lapisan memanjang
Sampel 5 lapisan melintang
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 35/59
1–8 Bab 1 - Persyaratan Material, Metode Pengeleman dan C
Perlindungan kayu
kayu lapis, dua sampel yang dikeringkan dengan oven
harus diukur dan ditimbang setepat mungkin pada
kondisi udara kering sebelum dikeringkan dengan oven.
10.6.5 Pemeriksaan sambungan tirus kayu lapis
10.6.5.1 Penyambungan kayu lapis secara tirus harus
dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ditentukan
pada E.2. dan direkatkan dengan lem yang disetujui oleh
BKI (B.2.) pada tenaga dan suhu pengepresan tanpa ada
cacat. Ikatan sambungan tirus harus diperiksa dengan
membengkokkan panel melalui mal uji atau rol. Jika
sambungan tirus ditemukan mutunya terlihat
meragukan, maka uji lengkung harus dilaksanakan
untuk kedua sisi panel.
10.6.6 Pengujian tambahan
10.6.6.1 Jika karena alasan tertentu surveyor BKI
mempunyai keragu-raguan berkaitan dengan produksi
dan khususnya ikatan panel kayu lapis dan sambungan
tirusnya, maka surveyor berhak menetapkan uji
tambahan pada kelompok uji berdasar pilihannya,
misalnya uji membuka dengan paksa ( prising-open
test), uji pukul, uji lengkung, uji bengkok, uji rendam
dll.
11. Penandaan dan stempel
11.1 Semua panel kayu lapis bangunan kapal yang
diperiksa oleh surveyor BKI dan memenuhi persyaratan
harus dibubuhi stempel berikut untuk jenis kayu lapis,
kualitas dan produksi:
− penyetempelan oleh pabrik:
− Simbol atau tanda bengkel pembuat
− Ukuran dan tebal panel
Tebal kayu lapis dinyatakan dalam mm,
panjang dan lebar panel dalam cm.
Dimensi pertama menunjukkan panjang
panel pada arah serat memanjang dari
lapisan luar.
− Kayu yang digunakan untuk lapisan luar
dan dalam (dipisahkan dengan tanda stripdatar).
− Jenis pengeleman: "BFU 100"
Panel dapat distempel secara netral, yaitu tanpa rincian
pabrik pembuat, jika secara khusus diminta oleh
pemakai.
− penyetempelan oleh Biro Klasifikasi Indonesia:
− Stempel BKI persegi panjang, dengan
rincian sebagai berikut:
− Kayu lapis bangunan kapal
− Kualitas kayu lapis I (atau II)
− Biro Klasifikasi Indonesia
− Tanggal uji
− Stempel gelinding BKI disepanjang ujung
panel dengan identitas kualitas I atau II
dan tanggal uji.
Kelompok kekuatan F1 atau F2
dibubuhkan dengan stempel gelinding
yang sama, namun dengan tambahan
"F1" atau "F2" dibawah tanggal.
Lazimnya, stempel harus dibubuhkan
pada sebelah kanan bawah dari bagian panel yang kualitasnya lebih rendah (al.
yaitu pada bagian belakang).
11.2 Dalam hal panel dengan sambungan tirus yang
panjang, stempel BKI harus dibubuhkan pada kedua
ujung panel.
11.3 Karena pemeriksaan hanya dilakukan secara
acak, surveyor berhak menolak panel yang telah
distempel, jika terbukti panel tersebut cacat.
11.4 Stempel mempunyai tampilan sebagai berikut,sebagai contoh:
Stempel pabrik pembuat: Stempel BKI:
12. Sertifikat
12.1 Biro Klasifikasi Indonesia menerbitkansertifikat panel kayu lapis bangunan kapal yang telah
diuji dan disetujui, dan sertifikat tersebut diberikan
kepada pabrik pembuat atau pemakai.
Tanda Pabrik Pembuat
250 × 122 × 6
Macoré – Macoré
Rotary veneer Rotary veneer
BFU 100
Kayu lapis Bangunan Kapal
Kualitas I (atau II)
Biro Klasifikasi Indonesia
15.01.2006
I I
I I
I I
1 5 . 0
1 . 2
0 0 6
1 5 . 0
1 . 2
0 0 6
1 5 . 0
1 . 2
0 0 6
Stempel gelinding untuk menyatakan Kualitas
Stempel gelinding untuk menyatakan
kelom ok kekuatan
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 36/59
Bab 1 - Persyaratan Material, Metode Pengeleman dan C, D 1–9Perlindungan kayu
12.2 Sertifikat menunjukkan, antara lain, jenis kayu
lapis, jumlah, panel kayu lapis yang diperiksa, stempel
dan, jika diminta, nilai rata-rata hasil pengujian.
13. Penyimpanan panel kayu lapis
13.1 Panel kayu lapis yang sudah jadi yang
ditempatkan dalam gudang harus disimpan dalam ruang
tertutup dan disimpan secara horizontal.
13.2 Panel kayu lapis hanya boleh ditempatkan
dalam posisi horizontal yaitu paling sedikit 30 cm diatas
lantai dan dari dinding, untuk menghindari pengaruh
uap air.
13.3 Masing-masing tumpukan harus dilindungi
terhadap uap air dari satu sisi dengan menutupi panel.
13.4 Penyimpangan dari regulasi penyimpanan ini
dapat menyebabkan pengujian yang dilaksanakan
sebelumnya dinyatakan tidak berlaku.
D. Kayu lapis untuk Pesawat Udara
1. Umum
1.1 Pengujian kayu lapis untuk pesawat udara telah
dilaksanakan oleh Biro Klasifikasi Indonesia dan
berlaku untuk kayu lapis tahan air dan tahan didih yangakan digunakan untuk tujuan penerbangan.
1.2 Kayu lapis sekurang kurangnya terdiri dari 3
lapisan veneer melintang (Tabel 1.3). Pengeleman
menggunakan adhesif resin sintetis yang dapat
mengering. Ketahanan adhesif terhadap air dan cuaca
harus dibuktikan melalui pengujian dengan jangka yang
lama dan di ruang terbuka.
1.3 Terpisah dengan pengujian yang dilakukan
oleh Biro Klasifikasi Indonesia, pabrik pembuat
diwajibkan untuk secara terus menerus melaksanakan pengawasan mutu internal atas semua tahap pekerjaan,
pemilihan kayu dan prosesnya selama produksi panel
kayu lapis.
1.4 Ketentuan butir butir yang terdapat pada B.2
harus diperhatikan.
2. Konstruksi
2.1 Pemilihan kayu dan konstruksi panel (jumlah
lapisan veneer) harus sesuai dengan bidang aplikasinya.
2.2 Lapisan veneer harus simetris disekitar lapisantengah, baik yang berkaitan dengan butir maupun
ketebalan lapisan.
2.3 Ketebalan harus dipilih dengan cara
sedemikian rupa sehingga, sejauh memungkinkan
kekuatan yang sama dipastikan pada arah memanjang
dan melintang. BKI berhak untuk mengeluarkan setiap
panel dengan konstruksi yang tidak sesuai dari
pengujian.
2.4 Tabel berikut memberikan daftar jumlah dan
tebal lapisan veneer minimum yang disyaratkan:
Tabel 1.3: Jumlah dan tebal minimum l apisan
veneer
Tebal kayu lapis
[mm]
Jumlah
minimum
lapisan veneer
Keterangan
s/d 2
dari 2 sampai 6
dari 6 sampai 14lebih sampai 14
3
5
7≥ 9
Lapisan tidak boleh
lebih tebal dari 2 mm
2.5 Kayu birch, beech, alder, okumé (gaboon)
atau kayu lain dapat digunakan, dengan catatan sifat
dari kelompok kekuatan masing-masing kayu dipenuhi.
2.6 Hanya bahan pengikat (adhesif) yang disetujui
oleh BKI yang boleh digunakan.
2.7 Perlakuan permukaan
2.7.1 Panel dapat diproduksi dalam kondisi tanpa
diampelas, diampelas sedikit, digosok, dihaluskan,diberi atau tanpa diberi resin.
2.7.2 Lapisan luar harus masih cukup tebal setelah
pemrosesan sehingga pemrosesan berikutnya yang
dapat dipercaya dapat dipastikan.
3. Sambungan Veneer
3.1 Kecuali telah disepakati lain antara kontraktor
dan pabrik pembuat, panel yang dilem dengan adhesif
resin sintetis boleh memiliki sambungan veneer yang
sejajar dengan arah serat pada lapisan tengah danlapisan luar.
3.2 Sambungan harus dirapatkan dengan
sempurna dan harus merekatkan veneer satu dengan
yang lain dengan sambungan datar. Sambungan harus
dilem pada mesin perekat sambungan yang sesuai.
3.3 Sambungan dari berbagai lapisan veneer
harus dibuat zig-zag/ selang seling.
3.4 Lembaran veneer dari lapisan terluar harus di
tempatkan bersama-sama sehingga veneer tersebut
sesuai dalam hal kayu dan warnanya.
3.5 Lembar adhesif kertas atau plastik tidak boleh
digunakan untuk mengamankan atau memperbaiki
lapisan veneer bagian dalam.
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 37/59
1–10 Bab 1 - Persyaratan Material, Metode Pengeleman dan D
Perlindungan kayu
3.6 Penjepit baja yang digunakan untuk tujuan
hanya boleh ditempatkan pada tepi-tepi panel. Penjepit
tersebut tidak boleh tetap berada di panel ketika panel
dipotong menjadi ukuran standar.
4. Kelompok kekuatan
4.1 Berkaitan dengan kecocokannya untuk
diproduksi sebagai kayu lapis untuk pesawat terbang,
kayu yang tercantum dibawah ini dapat disetujui; kayu
ini yang dibagi menjadi dua kelompok kekuatan.
Tabel 1.4: Kelompok kekuatan
Kekuatan tarik rata-rata kayu
lapis MPaJenis
Kayu
Kelompok
KekuatanMemanjang
Melintang
Memanjang +
Melintang
(tambahan)
Birch
Beech
Alder
F1
≥ 70
≥ 70
≥ 70
≥ 45
≥ 45
≥ 45
≥ 140
≥ 140
≥ 140
Okume
(Gaboon)
Poplar
F2
≥ 45
≥ 45
≥ 30
≥ 30
≥ 90
≥ 90
4.2 Untuk panel yang dengan tebal diatas 3 mm,
nilai dalam tabel tersebut dapat dikurangi sampaimaksimum 10%.
4.3 Jenis kayu lain hanya dapat digunakan untuk
pembuatan panel kayu lapis setelah mendapat
persetujuan BKI. Pabrik pembuat harus selalu
bertanggung jawab atas pemilihan mutu dan jenis kayu
yang tepat.
5. Kualitas Kayu lapis
5.1 Kayu lapis dari kedua kelompok kekuatan
dibagi menjadi dua kualitas setelah memeriksa mutu
eksternal dan internalnya. Dalam kaitan dengankelompoknya masing- masing, kualitas I dan II
memiliki kesamaan dalam hal jenis kayu, kekuatan,
produksi dan pengeleman. Perbedaan kualitas I & II
adalah bahwa panel kualitas I dapat digunakan
seluruhnya, sementara panel kualitas II dibatasi untuk
penggunaan sebagian akibat cacat pembuatan atau cacat
kayu.
5.2 Cacat dari kualitas II harus dibatasi sampai 1/3
dari luas panel. 2/3 panel harus bebas dari cacat dan
layak untuk digunakan. Cacat diidentifikasi selama
pemeriksaan dengan diberi tanda.
5.3 Sisi panel kayu lapis yang terlihat harus dibuat
benar- benar tanpa cacat dan, selanjutnya, mutu, warna
dan butiran harus dikombinasikan sedemikian rupa
sehingga terlihat sesuai. Permukaan yang tidak terlihat
boleh mempunyai perbedaan warna sedikit atau cacat
kecil yang tidak mempengaruhi kekuatan panel.
6. Cacat
6.1 Cacat kayu dan cacat produksi berikut tidak
diizinkan pada lapisan veneer lapisan luar dan dalam:
– Goyah, mata kayu berjamur, mata kayu
membusuk, lubang pada lapisan tengah
– Mata kayu keras dengan diameter lebih dari 6
mm
– Untuk panel 3 lapis, lebih dari 4 mata kayu
dalam 1 lapisan dari 100 x 100 cm panel
besar.
– Jarak yang kurang dari 200 mm diantara mata
kayu tersebut.
− Untuk panel 5 lapis atau lebih banyak, lebih
dari 6 mata kayu dalam 1 lapisan dan jarak
kurang dari 150 mm jarak antara mata kayutersebut.
Jika ukuran panel berbeda dari yang
ditentukan diatas, jumlah mata kayu yang
diizinkan berubah sesuai dengan luasnya.
Mata kayu dengan jarak sampai dengan 30
mm dari tepi tidak harus dipertimbangkan.
− Kayu dengan butiran yang pendek, butiran
yang bergelombang dan butiran yang
melintang, tampilan yang beraneka warna dan
pembentukan warna dan noda jamur jika
menurunkan kekuatan dan kemampuan
lengkung secara signifikan. Tanda noda jamur yang kecil demikian juga kelupasan yang
kecil tidak harus dipertimbangkan.
Kayu dengan butiran pendek atau butiran
bergelombang meliputi kayu yang butirannya
terpotong dan yang memiliki arah
pertumbuhan yang berbeda (lihat foto, DIN
68256).
– Mata kayu dan goresan dari cabang kayu dan
mata kayu yang tumbuh kedalam (lihat foto,
DIN 68256).
Disamping itu, kesalahan pembuatan berikut tidak
diizinkan: – Sambungan yang merusak jenis tertentu, dan
bagian yang disisipkan (shims)
– Tidak merekat, membuka dan sambungan
tertutup yang buruk
– Cacat berupa lipatan dan tonjolan, pecah serta
mengelupas dan menggelembung demikian
juga cacat tertentu yang menurunkan kekuatan
panel. Sampai dengan tiga jenis kerusakan,
lipatan atau tonjolan yang lebih kecil dari 30
mm dari tepi panel dapat diabaikan jika tidak
berada dibalik panel.
– Panel yang bergelombang atau bengkok
– Daerah tanpa bahan perekat misalnya.
kerusakan pada lapisan lem sehingga luasan
tersebut tidak tertutup
– Kebocoran lem yang deras pada lebih dari satu
sisi panel.
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 38/59
Bab 1 - Persyaratan Material, Metode Pengeleman dan D 1–11Perlindungan kayu
7. Pengujian
7.1 Umum
7.1.1 Pada umumnya, panel kayu lapis yang sudah jadi diuji dan disetujui pada bengkel pembuatan oleh
surveyor Biro Klasifikasi Indonesia.
7.1.2 Pemeriksaan panel kayu lapis yang sudah jadi
diluar bengkel pembuatan dapat dilaksanakan oleh BKI
hanya dengan pengecualian dan dilakukan pada kondisi
pengujian yang lebih ketat.
7.1.3 BKI berhak untuk juga memantau produksi
panel kayu lapis di bengkel pembuatan.
7.2
Pemeriksaan panel kayu lapis
7.2.1 Berkaitan dengan konstruksi, dan khususnya
pengeleman, semua panel kayu lapis diperiksa oleh BKI
dan diuji secara hati- hati setelah selesai dibuat oleh
Surveyor BKI. Panel dimasukkan dalam kelompok
kekuatan dan kualitas kayu lapis yang sesuai tergantung
pada jenis dan mutu kayu lapis. Kemudian panel
dikelompokkan dalam kualitas dan dibubuhi stempel
kualitas dan kelompok yang sesuai.
7.2.2 Panel kayu lapis yang dikirimkan ke BKI untuk
pemeriksaan harus diuji, diselesaikan dan kemudian
dibagi dalam kelompok uji atau pesanan oleh pabrik pembuat sebelum diperiksa BKI. Panel dengan
pengeleman yang salah harus diperiksa lebih seksama
untuk menentukan apakah kesalahan tersebut terbatas
hanya setempat atau terjadi pada keseluruhan panel. Jika
terjadi pada keseluruhan panel, maka seluruh kelompok
uji harus diuji dengan penanganan khusus. Jika terdapat
beberapa panel seperti ini dalam satu kelompok uji,
maka seluruh kelompok uji harus ditolak. Jika
ditemukan sambungan yang bocor atau retak kayu pada
tepi kayu lapis dari lapisan dalam, maka cacat tersebut
tidak boleh ditambal sebelum diperiksa BKI dan
diputuskan Surveyor BKI apakah cacat tersebut dapatdiperbaiki, atau apakah panel harus ditolak atau
dimasukkan dalam kualitas II.
7.3 Pemeringkatan panel kayu lapis
7.3.1 Pemeringkatan panel harus sesuai dengan
perbedaan antara kualitas I dan II yang ditentukan pada
D.6. Panel diberi tanda dengan stempel kualitas yang
sesuai.
7.4 Penentuan Sampel
7.4.1 Untuk pemeriksaan panel kayu lapis, panel uji
diambil dari kelompok uji yang dikirimkan untuk
pemeriksaan dan diberi nomor sampel.
7.4.2 Benda uji dengan panjang kira-kira 25 cm dan
lebar 100 cm diambil dari sampel panel ini dan diberi
nomor sampel dari panel uji.
7.4.3 Dari benda uji ini, sampel yang diperlukan
dipersiapkan dan diberi nomor sampel dari panel uji.
7.4.4 Jika hanya beberapa panel dari jenis kayu
lapis tertentu, atau panel yang sangat tebal dan besar,
yang dikirimkan untuk pemeriksaan, dan jika upaya
memotong panel tersebut terlalu besar, maka sampel
dapat juga diambil dari potongan – potongan tepi panel
tersebut. Untuk maksud tersebut, maka perlu saat
memotong panel tersebut, untuk memisahkan potongan
– potongan tepi tersebut.
7.4.5 Jumlah panel uji ditentukan sesuai dengan
faktor berikut :
7.4.5.1 Jika pemeriksaan berkelanjutan oleh BKI pada
bengkel pembuatan menunjukkan bahwa produksi
panel kayu lapis terlihat dapat dipercaya, dan jika
produksi dipantau secara terus menerus dengan fasilitas
atau supervise otomatis yang sesuai, maka tidak perlu
untuk mengambil panel uji dari setiap kelompok uji.
7.4.5.2 Cukup untuk memilih sekitar 2% (dari jumlah)
panel dari produksi saat itu untuk digunakan sebagai
sampel.
7.4.5.3 Harus dipastikan bahwa panel uji meliputi
semua ketebalan dan jenis kayu lapis.
7.4.5.4 Jika masalah produksi terjadi, atau jika
Surveyor BKI mempunyai kesan bahwa produksi tidak
selalu dapat dipercaya, maka Surveyor dapat meminta
pemilihan panel uji dalam jumlah yang lebih banyak.
7.4.6 Jika satu atau beberapa panel uji menunjukkan
nilai yang tidak mencukupi pada saat pemeriksaan,
maka dua panel tambahan dari kelompok uji yang samaharus diuji. Jika, sekali lagi, persyaratan minimum
tidak dipenuhi pada saat pemeriksaan ini, maka seluruh
kelompok uji seluruhnya harus ditolak.
7.5 Mutu umum panel
7.5.1 Mutu umum pada panel harus ditentukan
dengan pengujian eksternal.
7.5.2 Mutu internal harus diperiksa dengan cahaya
yang berasal dari sumber penerangan dengan intensitas
yang memadai dalam ruang yang digelapkan dengan
baik.
7.5.3 Semua panel sampai suatu ketebalan yang
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 39/59
1–12 Bab 1 - Persyaratan Material, Metode Pengeleman dan D
Perlindungan kayu
memungkinkan pemeriksaaan dengan cahaya harus
dikenakan pemeriksaan ini:
– Kayu terang, misalnya birch: sampai ketebalan
3.0 mm,
– Kayu yang lebih gelap, seperti beech atauokumé (gaboon): sampai ketebalan 1.5 mm.
7.6 Penyimpangan ketebalan
Penyimpangan dalam produksi, khususnya yang
berkaitan dengan ketebalan, harus memenuhi
persyaratan pemakai. Jika tidak ada spesifikasi lain,
maka nilai yang terdapat pada B.2 harus digunakan.
7.7 Uji kadar uap air
7.7.1 Dua sampel yang dikeringkan dengan oven
digunakan untuk menentukan kandungan uap air kayu
lapis. Hal ini harus dilakukan sesuai dengan DIN 52375.
Kadar uap air kayu lapis pasca pengerjaan harus
5 – 12 %.
7.7.2 Pengukuran kadar uap air kayu lapis dengan
menggunakan alat ukur elektrik hanya dapat disetujui
jika tes pengukuran dengan menggunakan sampel yang
dikeringkan dengan oven menunjukkan nilai yang
mendekati sama.
7.8 Kekuatan tarik
7.8.1 Kekuatan tarik dari paling sedikit tiga sampel
yang sejajar dan tiga sampel yang tegak lurus terhadap
arah serat lapisan terluar dari setiap panel uji harus
ditentukan melalui pengujian tarik pada mesin uji yang
terkalibrasi.
7.8.2 Kekuatan tarik harus ditentukan sesuai dengan
DIN 52377, menggunakan benda uji yang ditetapkan
dalam standar tersebut.
7.8.3 Nilai rata-rata dari hasil uji untuk panel uji
yang sama diambil sebagai hasil pengujian.
7.9 Uji tarik - geser (Tensile lap-shear test)
7.9.1 Uji tarik - geser harus dilaksanakan sesuai
dengan DIN 53255.
7.9.2 Kekuatan tarik - geser harus ditentukan dengan
paling sedikit lima sampel dari tiap panel uji dalam
kondisi basah dengan memotong daerah yang dilem
pada mesin uji terkalibrasi, serta dengan dua sampel
yang dididihkan dengan ukuran 10 cm × 10 cm:
– Sampel untuk panel 3-lapis sesuai dengan
Gambar. 1.2
– Sampel untuk panel 5-lapis sesuai dengan
Gambar 1.3 dan 1.6
– Sampel untuk panel 7-lapis sesuai dengan
Gambar 1.4 dan 1.7
– Sampel untuk panel 9-lapis sesuai dengan
Gambar 1.5.
Gambar 1.2 Sampel memanjang untuk panel
kayu lapis 3-lapisan
Gambar 1.3 Sampel melintang untuk panel
kayu lapis 5-lapisan
Gambar 1.4 Sampel memanjang untuk panel
kayu lapis 7-lapisan
Panjang pemotongan
+
Panjang pemotongan
+
Panjang pemotongan
+
T e b a l p a n e l
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 40/59
Bab 1 - Persyaratan Material, Metode Pengeleman dan D 1–13Perlindungan kayu
Gambar 1.5 Sampel melintang untuk panel kayu
lapis 9-lapisan
Gambar 1.6 Sampel memanjang untuk panel
kayu lapis 5-lapisan
Gambar 1.7 Sampel melintang sampel untuk
panel kayu lapis 7-lapisan
7.9.3 Nilai rujukan untuk panjang dari sampeladhesif
Daerah pengeleman yang diuji harus cukup kecil
sehingga tidak terjadi retak kayu, dan pada sisi lain
harus cukup besar sehingga lapisan – lapisan tidak
terlalu mudah terlepas. Lihat Tabel 1.5 untuk panjang
yang direkomendasikan.
7.9.4 Sampel adhesif panel 5 lapisan dan panel
banyak lapisan yang mempunyai ketebalan veneer yang
tipis yang tidak dapat atau tidak mudah ditembus sesuai
dengan Gambar 1.6 dan 1.7, harus dipersiapkan sesuai
dengan Gambar. 1.3, 1.4 dan 1.6; namun, serat dari
lapisan terluar harus dalam arah melintang untuk panel5 lapisan, dan sejajar dengan arah memanjang sampel
untuk panel 7 lapisan. Tiga atau 4 lapisan harus
dilaksanakan tiap sisi.
7.9.5 Sampel harus dicelupkan dalam air sebelum
pengujian selama periode waktu yang cukup untuk
memastikan perendaman yang menyeluruh.
Nilai yang direkomendasikan untuk perendaman pada
suhu kamar (15 – 20°C):
− 24 jam untuk sampel dengan tebal sampai
dengan 2 mm
− untuk tebal lebih besar dari 2 mm, waktu yangdiperlukan ditentukan dengan ekstrapolasi
linier.
Perendaman sampel dapat diganti dengan tiga jam
pendidihan (dicelup selama tiga-jam dalam air
mendidih).
7.9.6 Kekuatan setelah perendaman atau setelah
pendidihan sampel harus ditentukan dalam keadaan
basah dan paling sedikit harus 2 N/mmP
2P.
7.9.7 Nilai yang terisolasi boleh sampai dengan
10% dibawah persyaratan ini.
7.9.8 Sebagai tambahan, uji pendidihan selama 3
jam harus dilaksanakan dua kali pada dua sampel 10
cm x 10 cm dari tiap panel uji. Sampel pertama kali
harus dididihkan selama 3 jam dalam air dan kemudian
dikeringkan pada suhu 60°C. Setelah itu, dididihkan
lagi selama 3 jam, didinginkan dalam air hangat selama
dua jam pada suhu 20°C dan kemudian, dalam kondisi
basah, baik dengan manual atau dengan peralatan yang
tepat dibengkokkan beberapa kali ke belakang dan
kedepan sampai patah. Dalam pelaksanaannya, tidak
boleh ada tanda pelanggaran dari masing-masing
lapisan veneer, tidak ada penggetasan atau penampilan
dari sambungan lem yang tidak baik.
7.9.9 Jika Surveyor BKI menemukan ada
kejanggalan dalam hal tersebut, maka surveyor harus
menambah jumlah pengujian dan melaksanakan
pengujian pada panel tersebut.
7.9.10 Untuk pengeleman dengan resin phenolic, uji
pendidihan dapat diabaikan sesuai dengan penilaian
Surveyor BKI.
7.10 Pengujian tambahan
7.10.1 Jika Surveyor BKI memiliki keraguan
berkaitan dengan produksi dan, terutama menyangkut
pengeleman yang benar dari panel kayu lapis dan
sambungan tirusnya, maka surveyor BKI berhak
meminta dilakukan pengujian tambahan pada
kelompok uji tersebut. Sebagai contoh: uji buka -
paksa, uji pukulan, uji lengkung, uji bengkok, uji
perendaman, dll.
Tabel 1.5
Tebal panel = s (mm) s/d 0.8 1 - 2 2.5 3 4 5 6 8 10-14 16-20
Panjang potongan = l
(mm) 3 4 5 5 6 7 8 9 10 12
Permukaan lem untuk sampel sesuai dengan. Gambar.1.2, 1.3, 1.4 dan 1.5 = panjang potongan 1 x lebar sampel,
Permukaan lem untuk sampel sesuai dengan. Gambar.1.6 dan 1.7 = 2 x panjang potongan 1 x lebar sampel,
+
lubang
lubang
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 41/59
1–14 Bab 1 - Persyaratan Material, Metode Pengeleman dan D, E
Perlindungan kayu
8. Penandaan dan pemberian stempel
8.1 Tiap panel yang memenuhi Peraturan ini dan
disetujui harus dibubuhi stempel berikut:
8.1.1 Penyetempelan oleh pabrik pembuat:
− Tanda atau simbol pabrik pembuat
− Tebal panel dalam mm dan kayu yang
digunakan
− Huruf yang mengidentifikasi jenis pengeleman
misalnya:
T = dilem dengan lapisan Tego
PH = dilem dengan resin phenolic
M = dilem dengan resin melamine
R = dilem dengan resin resorcinol
Sebagai alternatif, jenis pengeleman dapat ditandai
dengan "BFU 100".
8.1.2 Penyetempelan oleh Biro Klasifikasi Indonesia:
− Stempel yang menandai mutu KI I atau II,
jumlah kelompok uji, tahun pengujian,
misalnya "2 - 26/06" (kelompok uji 2 pada
minggu ke-26 tahun 2006).
− Stempel harus dibubuhkan dengan
menggunakan stempel gulung melintang panel
pada sisi dengan kualitas mutu yang lebih
rendah.
8.2 Karena pemeriksaan hanya dilaksanakan secara
acak, surveyor berhak menolak panel yang telah
distempel, jika panel tersebut terbukti ada cacat.
8.3 BKI berhak menghentikan pemberian stempel
jika cacat produksi terjadi secara terus-menerus.
9. Sertifikat
9.1 Biro Klasifikasi Indonesia menerbitkan
sertifikat untuk panel kayu lapis yang telah diuji dandisetujui, dan sertifikat tersebut diserahkan kepada
pabrik pembuat atau pemakai.
9.2 Sertifikat menjelaskan antara lain, jenis kayu
lapis, jumlah panel kayu lapis yang diperiksa, stempel
dan, jika diminta, nilai rata – rata hasil pengujian.
10. Penyimpanan panel kayu lapis
10.1 Panel kayu lapis yang sudah jadi yang
diletakkan dalam tempat penyimpanan harus disimpan
dalam ruang tertutup.
10.2 Panel kayu lapis hanya boleh diletakkan dalam
penyimpanan horizontal yang berada paling sedikit 30
cm diatas lantai dan dari dinding, guna menghindari
pengaruh uap air.
10.3 Masing-masing tumpukan harus dilindungi
terhadap uap air dari satu sisi dengan menutupi panel.
10.4 Penyimpangan dari regulasi penyimpanan ini
dapat membuat pengujian sebelumnya dinyatakan tidak berlaku.
E. Menyambung Bahan Kayu
1. Komponen laminasi dan komponen lapis
banyak.
1.1 Guna mengurangi keragaman pada nilai
karakteristik kayu dan oleh karena itu untuk mencapai
faktor keselamatan yang realistis yang akan
diberlakukan dalam merancang elemen konstruksi,
kayu dihomogenkan dengan menggunakan laminasi.
Komponen laminasi adalah komponen yang direkatkan
yang terdiri dari lapisan – lapisan terpisah (paling
sedikit 3) dari kayu gergajian yang mempunyai arah
butiran yang sama.
1.2 Komponen berlapis banyak adalah komponent
yang direkatkan yang masing - masing lapisannya
(paling sedikit 3) terdiri dari kayu gergajian dan
mempunyai arah butiran yang berbeda. Tebal dari
masing - masing laminasi tergantung pada bentuk
komponen yang dilaminasi. Namun, tebal laminasitidak boleh, jika mungkin, lebih kecil dari 5 mm dan
tidak boleh melebihi 25 mm untuk bagian yang
melengkung. Untuk bagian yang lurus, tebal laminasi
tidak boleh lebih dari 40 mm.
1.3 Adhesif hanya dapat digunakan yang tahan
terhadap air dingin dan air mendidih dan yang
disambungan lemnya mempunyai kekuatan yang sama
seperti pada kayu (lihat juga C. dan D.). Pengkondisian
pendahuluan untuk pelaksanaan prosedur pengeleman
adalah ketersediaan alat kontrol suhu dan kelembaban
serta fasilitas penjepitan pada bengkel kerja.
1.4 Kandungan uap air kayu harus 12–15% pada
saat pengeleman; tetapi tidak boleh melebihi 18%.
Upaya harus dilakukan untuk menjaga sambungan
yang dilem setipis mungkin (0.1 – 0.2 mm).
1.5 Karena tegangan tekan melintang pada waktu
kayu mengembang kurang merusak dibandingkan
dengan tegangan tarik melintang yang ditimbulkan
kontraksi volume maka, direkomendasikan kayu
dikeringkan sampai kandungan uap air rata-rata sama
dengan, atau sedikit dibawah kandungan uap air rata-
rata komponen.
1.6 Jika adhesif dengan basis formaldehyde
digunakan (misalnya untuk kayu bangunan kapal),
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 42/59
Bab 1 - Persyaratan Material, Metode Pengeleman dan E, F 1–15Perlindungan kayu
maka waktu pengeringan awal untuk permukaan
sambungan yang lembab selama 5 – 10 menit
diperlukan guna mengeluarkan zat dengan molekul
rendah.
1.7 Waktu penjepitan yang cukup lama harus
ditambahkan, tergantung pada suhu pengeleman. Untuk
bagian yang dilengkungkan atau dilas, waktu penjepitan
harus diperpanjang.
2. Sambungan tirus
2.1 Ujung-ujung sambungan harus digabungkan
secara presisi untuk menghindari kesalahan pengeleman
atau cacat yang lain.
Gambar 1.8 Sambungan tirus melintang tebal
2.2 Gambar A melukiskan cara yang benar.
Gambar B menggambarkan cara yang tidak benar; cara
tersebut tidak sesuai, karena kesalahan pengeleman
terjadi sering kali dikarenakan tenaga pengepresan yang
tidak cukup. Cara yang digambarkan pada Gambar C
juga salah dan menyebabkan bermacam-macam cacat.
Dalam hal ini, khususnya saat mengampelas panel
kayu lapis sampai halus, lapisan terluar akan
terampelas secara berlebihan.
2.3 Tenaga pengepresan minimum tidak bolehkurang dari 4 kg/cm².
2.4 Sambungan tirus kayu padat yang dilem harus
mempunyai panjang ketirusan 8 kali tebal panel.
2.5 Untuk sambungan tirus kayu lapis yang dilem,
perbandingan tebal kayu lapis dengan panjang
ketirusan harus sebagai berikut :
− untuk panel sampai dengan 10 mm:
paling sedikit 1:10
− untuk panel lebih dari 10 mm: paling sedikit 1:8
2.6 Informasi lebih lanjut diberikan pada standar
VG 81243 (Perekatan kayu dalam Pembuatan kapal
kayu).
F. Perlindungan Kayu
1. Semua kayu (dengan pengecualian kayu
kelompok keawetan I, Tabel 1.2) harus dilindungi
terhadap gangguan jamur dan serangga dengan beberapa lapisan cat pelindung yang sesuai, atau
dengan cara perendaman dengan bahan pengawet kayu
yang terbukti bagus. Perendaman adalah cara yang
diutamakan untuk permukaan interior komponen kapal
yang terbuka ke air atau cuaca (misalnya; kulit,
geladak, bangunan atas) dan yang telah diberi lapisan
cat yang tahan terhadap tekanan penguapan.
2. Semua bagian kayu lapis harus dilindungi
dengan beberapa lapisan cat atau pernis. Perhatian
khusus harus diberikan pada tepi kayu lapis dan lubang
bor dengan memberikan perlakuan awal dengan lapisan pelindung tepi yang telah terbukti bagus dan diakui.
Panjang ketirusan
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 43/59
Bab 2 - Persyaratan Bahan Inti Laminasi Sandwich A 2–1
Bab 2
Persyaratan Bahan Inti Laminasi Sandwich
A. Kayu Balsa 1)
1. Umum
1.1 Untuk persetujuan bahan material, persyaratan
dasar pada sub-item A.1 dalam Peraturan Lambung,
Volume II, Section 2 harus diberlakukan.
1.2 Gambaran umum dari bahan inti harus
diberikan. Sifat dasar harus diverifikasi dengan
sertifikat uji dari lembaga pengujian yang diakui.
2. Spesifikasi
2.1 Rincian berikut diperlukan untuk gambaran
umum:
− Nama dagang− Perlakuan kayu
− Kondisi penyimpanan
2.2 Melalui sertifikat uji dari lembaga pengujian
yang diakui, nilai berikut harus diverifikasi :
− Densitas dasar (DIN 52182), 3 benda uji
− Kandungan uap air (DIN 52183), 3 benda uji
− Kekuatan kompresi II, (DIN 52185), 6 benda
uji
− Modulus elastisitas (tekan) II, (DIN 52185), 6
benda uji− Kekuatan geser (DIN 53294), 6 benda uji
− Modulus geser (DIN 53294), 6 benda uji
(dimana: II sejajar terhadap butiran, dan tegak lurus
terhadap butir kayu)
2.3 Hal berikut ini berlaku sebagai sifat minimum:
− Densitas semu 96 kg/m3
− Kekuatan tekani II 5.0 MPa
− Kekuatan tekan 0.4 MPa
1) Potongan melintang atau potongan butiran kayu melintangadalah kayu yang dipotong butirannya secara melintang.
− Modulus elastisitas
(tekan) II 2275 MPa
− Modulus elastisitas
(tekan) 35 MPa
− kekuatan geser 1.1 MPa
− modulus geser 105 MPa
2.4 Kandungan uap air harus 12 ±2 %.
2.5 Pengujian harus dilaksanakan pada benda uji
yang tidak menunjukkan adanya cacat yang masih
diizinkan untuk pemrosesan. Permukaan harus datar
dan diamplas. Untuk kondisi lingkungan pengujian,
cuaca standard 23/50 (suhu 23°C / kelembaban nisbi
50 %) harus digunakan.
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 44/59
BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
PERATURAN UNTUK MATERIAL – NON
METAL FINAL DRAFT
BAGIAN – 3PETUNJUK UNTUK ADHESIF ELASTOMER DAN SAMBUNGAN
ADHESIF
EDISI 2006
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 45/59
Petunjuk berikut ini mulai berlaku pada Agustus 2005
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 46/59
Daftar Isi iii
Daftar Isi
Bab 1 Persyaratan Untuk Adhesif dan Sambungan Adhesif
A Umum ........................................................................................................................................ 1- 1
B. Persetujuan Adhesif .................................................................................................................... 1- 1
C. Persyaratan Untuk Bengkel Pemroses Adhesif dan Personil ................................................... 1- 2
D. Pengerjaan Penyambungan …………….................................................................................... 1- 2
E. Pengawasan Pembuatan pada Pemakai ..................................................................................... 1- 4
Bab 2 Persetujuan Adhesif Elastomer
A. Persyaratan ….............................................................................................................................. 2- 1
Lampiran A Standar dan Petunjuk yang Berlaku
A. Standar dan Petunjuk yang Berlaku untuk Bab 1 ................................................................... A- 1
B. Standar dan Petunjuk yang Berlaku untuk Bab 2 ................................................................... A- 1
Lampiran B Contoh Dokumentasi yang Menyertai Setiap Tahapan Produksi/ Uji Prosedur
A. Dokumentasi ........................................................................................................................... B- 1
B. Pemeriksaan Sambungan Ikat (dalam hal Dokumentasi yang Menyertai setiap Tahapan Produksi)
......................................................................................................................................................... B- 3
C. Pengujian Sambungan Ikat (dalam Kasus Uji Prosedur) …….................................................. B- 5
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 47/59
Bab 1 Persyaratan untuk Adhesif dan Sambungan Adhesif A, B 1–1
Bab 1
Persyaratan untuk Adhesif dan Sambungan Adhesif
A. Umum
1. Bagian dan komponen dari logam, plastik dan bahan lain dapat diikat menggunakan adhesif elastomer.Persyaratan yang berkaitan dengan perlindungankebakaran harus selalu terjaga untuk masing-masingkasus.
2. Sambungan adhesif elastomer dalam lingkupPetunjuk ini adalah sambungan adhesif yang, pada uji
tarik geser, dapat menahan sudut geser lebih dari 100%secara statis selama beberapa saat pada temperatur kamar. Oleh karena itu adhesif elastomer yangdigunakan harus memiliki sifat elastomer dalam
keadaan kering.
3. Adhesif elastomer tidak memberikan perlindungan permanen terhadap korosi.
4. Adhesif dan perlakuan permukaan dari
permukaan ikatan tidak boleh memberikan pengaruhyang merusak terhadap sifat bahan dari bagian yang
akan disambung, yaitu fungsi dari bagian setelahdisambung dan sambungan ikat itu sendiri tidak bolehrusak.
5. Tergantung pada penggunaannya, adhesif harus menunjukkan ketahanan yang tinggi, misalnya
ketahanan terhadap uap/kelembaban udara (termasuk air laut), asam, alkali, bahan bakar, gemuk dan radiasi UV.
6. Harus dimungkinkan untuk menggunakanadhesif secara permanen dalam rentang temperatur dari
-20oC sampai dengan + 60oC.
7. Untuk penyambungan elastis dari komponenkonstruksi dan komponen yang terintegrasi didalamkonstruksi, maka hanya adhesif yang telah disetujuioleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) yang boleh
digunakan.
8. Lingkup penerapan dari Petunjuk ini dibatasi pada penyambungan komponen konstruksi dankomponen penerima beban yang terintergrasi padakonstruksi, dan juga komponen yang terkait dengan
keselamatan kapal. Tergantung pada lingkup penerapan, persetujuan adhesif untuk kelas A atau kelas B
disyaratkan. Untuk pemahaman yang lebih baik,lingkup penerapan untuk kelas A dan B diberikandengan contoh dibawah ini :
Kelas A:
Sambungan ikat pada tegangan mekanis yang tinggi
(kekuatan tinggi dengan pemenuhan tingkat medium) :
– panel dari gelas isolasi, panel tunggal gelas pengaman atau gelas pengaman berlaminasi
– rel untuk mengencangkan tempat duduk
– bingkai pintu
Kelas B:
Sambungan ikat pada tegangan mekanis menengah(pemenuhan tingkat tinggi dengan kekuatan
menengah):
– lembaran plastik transparan (panel tunggal
dengan ukuran dibawah 0,5 m × 0,5 m) – dinding pemecah angin
Pembagian kelas A atau B harus dilakukan dengan berkonsultasi kepada BKI.
Untuk sambungan ikat yang menerima tegangandinamis yang sedemikian tinggi sehingga hal inimenjadi parameter yang menentukan bagi ikatantersebut, maka uji bahan yang lebih dari uji persetujuanharus dilakukan (Bab 2).
B. Persetujuan Adhesif
1. Pembuat adhesif, atau perwakilan yang diakui,
harus mengajukan persetujuan ke Biro KlasifikasiIndonesia. Dalam permohonan harus disebutkanapakah permohonan diajukan untuk persetujuanmenurut kelas A atau kelas B.
2. Persetujuan diberikan jika adhesif memenuhi
persyaratan yang tercantum pada Bab 2. Bukti bahwa persyaratan telah dipenuhi harus dibuktikan oleh
sertifikat uji yang diterbitkan oleh laboratorium ujiyang diakui.
3. Pengujian yang diakui oleh badan klasifikasi
lain dapat juga disetujui setelah berkonsultasi, dengansyarat pengujian tersebut memenuhi persyaratan dari
Petunjuk ini.
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 48/59
1–2 Bab 1 Persyaratan untuk Adhesif dan Sambungan Adhesif C, D
C. Persyaratan untuk Bengkel PemrosesAdhesif dan Personil
1. Umum
1.1 Semua fasilitas produksi, ruang penyimpanandan perlengkapan operasional harus memenuhi
persyaratan pihak penanggung jawab keselamatan danasosiasi asuransi kecelakaan karyawan. Pabrik pembuatharus bertanggung jawab atas pemenuhan persyaratanini.
2. Penyimpanan
2.1 Adhesif harus disimpan sesuai denganspesifikasi pembuat. Temperatur ruang penyimpananharus dicatat secara terus menerus oleh alat pencatat
suhu udara (termograf).
2.2 Penyimpanan harus diatur sedemikian rupasehingga identifikasi bahan, kondisi penyimpanannyadan periode penyimpanan maksimum (tanggal
kadaluarsa) sebagaimana ditentukan oleh pembuatterlihat dengan jelas. Adhesif yang kurun waktu penyimpanannya telah melewati tanggal kadaluarsaharus segera dikeluarkan dari tempat penyimpanan.
3. Fasilitas produksi
3.1 Fasilitas produksi harus ditata sedemikian rupasehingga persyaratan untuk pemrosesan dan pengeringan sistem adhesif yang terkait denganlingkungan, kebersihan dan kesehatan dapat terpenuhi.
3.2 Fasilitas ventilasi harus ditata sedemikian rupa
sehingga uap bahan pelarut (misalnya bahan pelapisdasar) dapat dihilangkan dengan baik dan dikeluarkan,serta tidak terjadi konsentrasi yang tidak diizinkan di
tempat kerja (nilai MAC).
3.3 Tempat kerja harus diberi penerangan secara
memadai dan sesuai, namun langkah-langkah pencegahan harus diambil untuk menjamin bahwa proses pengeringan tidak dirusak oleh sinar matahariatau peralatan penerangan.
4. Personil
4.1 Perlakuan awal dari permukaan sambungandan ikatan komponen konstruksi hanya boleh dilakukan
oleh orang dengan keterampilan dan pengetahuan profesional yang memadai. Pengetahuan profesional ini
harus dibuktikan dengan sertifikat dari kursus pelatihanyang terkait.
D. Pengerjaan Penyambungan
1. Umum
1.1 Karakteristik sambungan ikatan yangdisyaratkan untuk bagian penahan beban harusdiverifikasi, menggunakan prosedur uji yang harusdisetujui untuk tiap-tiap kasus. Lingkup dari pengujianyang disyaratkan harus ditentukan dengan
berkonsultasi dengan BKI. Contoh uji prosedur diberikan pada Lampiran B.
1.2 Untuk pemrosesan adhesif, instruksi dari pembuat adhesif dan juga persyaratan dari pihak penanggung jawab keselamatan dan asosiasi asuransi
kecelakaan karyawan harus diperhatikan sebagai
tambahan dari Petunjuk ini. Dalam hal terjadi konflik dari persyaratan, BKI harus dihubungi untuk berkonsultasi.
1.3 Selama proses penyambungan, waktu pemrosesan adhesif sebagaimana ditentukan oleh
pembuat tidak boleh dilampaui. Jika waktu pemrosesantidak disebutkan, maka uji kualifikasi harusdilaksanakan untuk menentukan waktu tunggu yangdiizinkan (dalam hal adhesif resin thermoset) atauwaktu pembentukan kulit (dalam hal sistem satukomponen) untuk lingkungan terkait dan jumlah bahan.
Berdasarkan nilai-nilai ini, kemudian waktu
pemrosesan harus ditentukan dengan persetujuan dariBKI.
1.4 Peralatan untuk penyambungan komponenharus dirancang sehingga batas deformasi yangdiizinkan dari komponen, sebagaimana ditentukan oleh
pembuat adhesif dan perancang, tidak terlewati padasaat proses pengeringan.
1.5 Plastik berpenguat serat (FRP), resinthermoset dan komponen yang dicat hanya bolehdisambung ketika telah kering secara keseluruhan.
1.6 Untuk penyambungan elastis plastik dengan plastik lainnya atau bahan lainnya, harus digunakanadhesif dengan kadar solvent yang rendah.
2. Rancangan konstruksi
2.1 Suatu rancangan yang cocok untuk penyambungan harus digunakan yang sejauh
memungkinkan, menghindari momen dan gaya pengelupasan dan untuk mana, dibawah beban statis
jangka panjang, tidak terjadi mulur yang dapat merusak fungsi dari sambungan lem.
2.2 Jika disyaratkan tegangan yang rendah, pada bagian, yang terkait dengan deformasi dari bagian yangakan disambung, maka lapisan penyambungan harustebal.
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 49/59
Bab 1 Persyaratan untuk Adhesif dan Sambungan Adhesif D 1–3
Tegangan untuk deformasi yang besar harus dijaga
rendah diseluruh tebal lapisan sambungan. Jika tebalkurang dari 3 mm dimungkinkan, harus disetujui
dengan BKI secara kasus per kasus. Untuk memastikan
bahwa lapisan penyambungan memiliki tebal yangsama, pemisah yang fleksibel (jika mungkin dengankekerasan Shore A yang sama seperti adhesif yang telah
kering) harus dipasang.
2.3 Batasan penggunaan untuk adhesif yang
berkaitan dengan ketahanannya terhadap temperatur danmedia tertentu harus diperhatikan, sebagaimanaditentukan oleh pembuat adhesif.
2.4 Jika perlu, langkah-langkah yang tepat harusdiambil untuk melindungi tepi dari ikatan terhadap pengaruh langsung dari media yang agresif (misalnyaminyak/oli hidrolik), embun/uap dan radiasi UV.
2.5 Rancangan harus memberikan kemungkinanuntuk menjangkau lapisan ikat dengan baik untuk
pemeriksaan dan kemungkinan pekerjaan perbaikan.
3. Perlakuan awal permukaan
3.1 Perlakuan awal permukaan harus dilakukan
sehingga diperoleh permukaan yang bersih.
3.2 Prosedur perlakuan permukaan harus
diterapkan, memungkinkan untuk disambung dengancara yang efektif untuk sistem adhesif dan untuk bagian
yang akan dilem. Selanjutnya, langkah-langkah harusdiambil untuk memastikan bahwa sifat permukaan tidak
rusak sebelum proses penyambungan dimulai.
3.3 Jika terdapat lapisan cat pada permukaan bahanyang akan diikat yang merusak proses adhesi (misalnyazat pembentuk kulit pada resin UP), lapisan ini harusdihilangkan dengan menggunakan prosedur yang sesuai.
3.4 Jika sambungan ikat digunakan pada
lingkungan dengan media yang korosif, bagian yangakan disambung dan permukaan sambungan harusdiperlakukan dengan sistem pelindung korosi.
Kesesuaian pelindung korosi dengan sistem adhesif harus diverifikasi dalam uji prosedur.
3.5 Dalam banyak kasus, peningkatan kekuatanantar muka dapat dicapai melalui penggunaaan lapisandasar yang sangat cocok dengan adhesif. Untuk masing-masing obyek, penggunaan pelapis dasar harusdikoordinasikan dengan pemasok adhesif.
3.6 Jika pelapis dasar atau zat penghilang gemuk digunakan, perhatian harus diberikan untuk memastikankesesuaiannya dengan bagian yang akan diikat.Spesifikasi pembuat tentang waktu penguapan harus
diperhatikan.
3.7 Kesesuaian perlakuan permukaan untuk jenisadhesif yang dipilih harus diverifikasi dengan pengujianyang sesuai dengan menggunakan bahan dasar yang
asli. Contoh untuk penilaian perlakuan permukaan
adalah uji kelupas setelah diberikan pengkondisianiklim.
3.8 Berbagai perlakuan awal permukaan untuk logam dan plastik tercantum dalam VDI (AsosiasiInsinyur Jerman) Petunjuk 2229 dan 3821.
4. Pemrosesan
4.1 Adhesif yang digunakan untuk pemrosesandan bagian yang akan disambung harus dibawa ke
bengkel produksi pada waktu yang tepat untuk menjamin penyesuaian iklim yang tepat ke temperatur
pemrosesan (∆T ≤ 2 °C).
4.2 Selama penyambungan, temperatur kamar antara 10°C s/d 30°C dan kelembaban relatif maksimum 70% harus dipertahankan. Pada waktu proses pengeringan, hanya batas temperatur yang perludiperhatikan. Jika kondisi lingkungan ini tidak dapat
diadakan, kondisi pemrosesan harus dikoordinasikandengan pembuat adhesif dan BKI.
4.3 Ketika menggunakan sistem lapisan dasar,waktu penguapan yang ditentukan oleh pembuat harusdiperhatikan. Demikian pula, antara perlakuan awal
mekanis dari aluminium dan pemakaian adhesif ataulapisan dasar, penundaan dari 20 sampai 120 menit
(tergantung pada jenis paduan) harus diperhatikan.
4.4 Jika mungkin, adhesif harus dipakai pada permukaan sambungan segera setelah perlakuan awal
permukaan selesai dilakukan.
4.5 Adhesif harus digunakan secara seragam dan bebas dari pori pada bagian yang akan disambung.Perhatian harus diberikan untuk menjamin pembasahanyang baik terhadap permukaan yang disambung.
5. Pengeringan
5.1 Waktu pengeringan yang diperlukantergantung pada kondisi lingkungan(temperatur/kelembaban, dan perbandingan dari luas
permukaan terhadap volume dari sambungan adhesif,atau arah difusi untuk adhesif satu komponen). Dengan
bertambah panjangnya arah difusi, kecepatan pengeringan menurun secara cepat. Dokumentasi pembuat harus diperiksa untuk nilai-nilai referensi.
5.2 Untuk pengeringan sistem satu komponen,
langkah-langkah harus diambil untuk memastikankelembaban relatif sekurangnya 30%, karena adhesif ini memerlukan air untuk mengering dengan baik. Jika
hal ini tidak dapat dipastikan, adhesif harus dibasahisetelah terbentuk kulit, misalnya dengan membuatkabut air yang tipis pada kurun waktu yang teratur
disekitar sambungan adhesif dengan menggunakan botol penyemprot.
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 50/59
1–4 Bab 1 Persyaratan untuk Adhesif dan Sambungan Adhesif D, E
5.3 Bagian yang telah diikat harus dibebani dengan berat mereka sendiri atau beban tambahan setelah
adhesif mengalami pengeringan yang cukup.
E. Pengawasan Pembuatan pada Pemakai
1. Umum
1.1 Untuk penyambungan komponen, pengawasan
pembuatan yang terdiri dari kontrol mutu dari bahanyang digunakan pada penyambungan, pengawasan prosedur penyambungan dan pemeriksaan mutukomponen akhir.
1.2 Dalam hal pengawasan pembuatan, perbedaan
dibuat antara pengawasan internal dan pengawasan pihak ketiga. Pengertian dari Petunjuk ini, pengawasan
pihak ketiga berarti pemeriksaan periodik dan acak terhadap pengawasan internal dan juga mutu komponen.
1.3 Dalam lingkup pengawasan pembuatan, BKI
memiliki hak untuk melakukan pemeriksaan padafasilitas produksi tanpa memberitahukan dahulusebelumnya. Pembuat harus memberikan kepada pemeriksa akses ke semua daerah produksi, penyimpanan dan pengujian, dan harus memperlihatkan
semua dokumentasi yang menyangkut catatan dan pengujian yang dilakukan.
1.4 Untuk fasilitas produksi yang memiliki sistem
manajemen mutu yang telah disertifikasi menurut ISO9000, lingkup pengawasan pihak ketiga dapat dikurangi.
2. Pemeriksaan yang akan datang
2.1 Sebagai bagian dari pemeriksaan yang akandatang, pemeriksaan harus dilakukan untuk meyakinkanapakah adhesif yang dikirim memiliki persetujuan dari
BKI yang masih berlaku.
2.2 Barang-barang harus disimpan sesuai dengan persyaratan pabrik pembuat.
3. Pengawasan produksi
3.1 Rincian dari urutan kerja yang diperlukan
untuk pengerjaan sambungan adhesif harus diuraikandalam instruksi kerja yang dilengkapi setiap tahapan produksi dan ditandatangani oleh orang yang berwenang. Pemenuhan terhadap urutan kerja yang
disyaratkan harus didokumentasikan pada setiap tahap produksi (Lampiran B).
3.2 Pengawasan produksi penyambungankomponen harus dilakukan secara terus menerus oleh bagian mutu internal. Ruang lingkup harus ditentukan
dalam rencana pemeriksaan dan pengujian, danditandatangani oleh orang yang berwenang.
3.3 Bahan yang digunakan dalam produksi harusdidokumentasikan. Parameter yang berkaitan dengan
mutu (misalnya temperatur dan kelembaban) harus juga dicatat dalam dokumen produksi.
3.4 Sampel yang ditangguhkan harus diambil dari
tiap kumpulan adhesif termoset dua komponen yang
dicampur, dan sampel ini harus diberi label,dikeringkan dan disimpan selama minimal 2 tahun.Jika banyak kumpulan kecil diambil dari satu satuan
kemasan pada satu hari, maka diizinkan untuk menggunakan laporan takaran dari kumpulan kedua
dan mengabaikan sampel yang ditangguhkan. Sampelyang ditangguhkan harus dikenai pengujian acak berdasarkan tingkat pengeringan mereka, hasilnyaharus didokumentasikan. Sampel yang ditangguhkan
dan laporan takaran digunakan untuk menemukankesalahan dalam pencampuran dan untuk mendeteksi
ketidakcukupan dalam siklus pengeringan.
3.5 Bersamaan dengan proses penyambungan,sampel acuan harus diproduksi yang akan dilakukan ujikelupas. Sampel referensi harus sama dengan bagianyang akan disambung dalam hal bahan dasar, struktur
permukaan, adhesif, dan perlakuan awal permukaanikatan. Sampel acuan digunakan untuk memeriksakesesuaian struktur permukaan yang disyaratkan danmutu perlakuan awal, sebagaimana yang ditetapkanoleh uji kualifikasi. Jumlah sampel acuan harusdisetujui oleh BKI secara kasus per kasus. Melalui
penggunaan sampel acuan, lingkup pengujianstruktural dapat dikurangi.
3.6 Dokumentasi yang menyertai setiap tahapan produksi harus disimpan selama minimal 10 tahun.
4. Pengujian
4.1 Selama dan pada akhir proses penyambungan, bagian yang akan disambung, permukaan sambungandan adhesif harus menjalani pemeriksaan visual. Disini perhatian khusus harus diberikan pada pembasahan
yang baik dari permukaan sambungan dengan adhesif,dan juga pada rongga, perubahan warna, retak akibattegangan, kerusakan atau cacat yang serupa.
4.2 Mutu dari sambungan harus ditentukandengan metode pengujian tak merusak, jika mungkin.
Uji ultrasonik dapat digunakan untuk menentukankeberadaan adhesif, tebal lapisan ikat, rongga yang besar, dan celah antara adhesif serta permukaansambungan. Dengan memukul (ketukan) pada
sambungan lem, inspektor yang sudah berpengalamandapat menemukan cacat dalam kasus tertentu. Metode
uji lain termasuk pemeriksaan radiografi dan analisagelombang suara. Namun demikian, dengan metode ujitak merusak tidak mungkin untuk mendeteksi perbedaan dalam proses adhesi antara adhesif dan
bagian yang disambung.
4.3 Dalam hal produksi seri, pengujian acak darisambungan komponen yang telah selesai harusdilakukan berkoordinasi dengan BKI.
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 51/59
Bab 2 Persetujuan Adhesif Elastomer A 2–1
Bab 2
Persetujuan Adhesif Elastomer
A. Persyaratan
1. Umum
1.1 Pabrik pembuat adhesif, atau perwakilan yang
ditunjuk, harus mengajukan persetujuan adhesif
elastomer kepada Biro Klasifikasi Indonesia. Hal-hal berikut harus dilampirkan dalam permohonan:
– uraian produk
– lembar data keselamatan
– petunjuk penyimpanan dan pemrosesan
– Salinan dari sertifikat uji yang diterbitkan olehlaboratorium uji yang telah diakreditasi
– Bukti dari sistem manajemen mutu sesuai ISO
9000, jika sistem tersebut ada.
– konfirmasi tertulis dari pembuat yangmenyatakan bahwa adhesif contoh adalahidentik dengan adhesif yang digunakan untuk
mendapatkan persetujuan, dan bahwa Petunjuk ini telah diperhatikan pada waktu pembuatansampel.
1.2 Sifat minimum yang disyaratkan oleh BKIuntuk pengujian harus dipenuhi oleh semua sampel.
1.3 Jika hasil uji dari masing-masing sampel tidak
memuaskan, kondisi berikut harus diperhatikan (untuk jumlah dasar atas 6 pengujian):
– Jika satu atau dua sampel menunjukkan hasil
uji yang tidak mencukupi, pengujian harusdiulang dengan jumlah sampel dua kali lipat.
– Jika tiga atau lebih sampel menunjukkan hasiluji yang tidak mencukupi, pengujian dapatdiulang pada sampel yang baru dibuat, dengansyarat BKI setuju untuk mengulangi pengujian
– Bila hanya satu sampel menunjukkan hasilyang tidak mencukupi pada waktu pengujianulang, maka persetujuan tidak akan diberikan.
1.4 Jika bahan memenuhi persyaratan Petunjuk ini, persetujuan adhesif menurut kelas A atau B akan
diberikan. Persetujuan ini dibatasi selama kurun waktu
5 tahun, dengan catatan perpanjangan masa berlakumungkin dapat dilakukan.
1.5 Modifikasi atau perubahan lainnya pada bahanharus dilaporkan kepada BKI tanpa ditunda. Keputusan
tentang kelanjutan masa berlaku persetujuan bahanakan diputuskan kemudian secara kasus per kasus.
1.6 Dengan menggunakan langkah-langkah jaminan mutu yang sesuai, pembuat harus memastikan bahwa sifat yang ditetapkan pada butir 2 dan sifatminimum yang disyaratkan pada butir 3 diperhatikan.
Jika hal ini tidak dapat dipenuhi, maka BKI memilikihak untuk menangguhkan atau menarik kembali
persetujuan.
1.7 Selama kurun waktu masa berlaku persetujuan
adhesif, BKI berhak untuk meminta atau melaksanakan pemeriksaan terhadap sifat bahan. Jika diperoleh hasilyang tidak mencukupi dibandingkan nilai yang
diserahkan, maka persetujuan bahan akan kehilanganmasa berlakunya.
2. Persyaratan
2.1 Umum
2.1.1 Untuk persetujuan adhesif, berlaku ketentuan
dasar yang tercantum pada butir 1.
2.1.2 Penjelasan umum adhesif harus diberikan.
Sifat dasar dari adhesif yang telah dikeringkan harusdiverifikasi oleh sertifikat uji dari laboratorium ujiyang telah diakreditasi.
2.1.3 Pengujian harus dilaksanakan sesuai standar yang tercantum dibawah ini. Dalam kasus tertentu,standar yang setara dari negara lain dapat jugadigunakan.
2.1.4 Atas permintaan pemohon, pengujian lebihlanjut (misalnya uji kelelahan) dapat dimasukkandalam persetujuan. Pengujian ini kemudian akandicantumkan secara terpisah pada sertifikat.
2.2 Deskripsi
2.2.1 Untuk memudahkan identifikasi yang jelasdari adhesif diperlukan:
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 52/59
2–2 Bab 2 Persetujuan Adhesif Elastomer A
– jenis adhesif
– pembuat
– nama dagang
– kondisi penyimpanan
– petunjuk pemrosesan dan pengeringan
– volume penyusutan pada waktu pengeringan
2.3 Sifat dari adhesif
2.3.1 Hal berikut harus dinyatakan untuk kondisisiap pakai
– berat jenis, misalnya DIN EN ISO 1675
– waktu tunggu untuk produk dua komponen(campuran 100 gr dalam gelas kimia) pada10°C dan 30% kelembaban relatif (RH) dan juga pada 30 °C dan 70 RH
– waktu pembentukan kulit pada 10°C dan 30%RH dan juga pada 30°C dan 70% RH
2.3.2 Untuk proses pengeringan, hal berikut harusdiberikan:
– jarak pengeringan pada 10°C / 30% RH dan30°C / 70% RH setelah 24 jam, dan jugasetelah 3, 7 dan 28 hari, untuk sistem satu
komponen.
– tegangan tarik pada hasil/produk menurut DIN53504, diukur setelah 24 jam, dan 2, 4, dan 7hari, untuk sistem dua komponen. Untuk satu
seri, penyimpanan harus dilakukan pada 10°Cdan untuk yang lain pada 30°C. Iklim pengujian : 23°C / 50% RH
– volume penyusutan, misalnya menurut DIN52451
2.3.3 Untuk kondisi kering, sifat berikut harusdinyatakan:
2.3.3.1 Hal berikut harus ditentukan untuk adhesif (oleh pembuat)
– kekerasan shore A menurut DIN 53505
– penilaian kualitatif dari ketahanan terhadapmedia tertentu, misalnya terhadap : – air laut – radiasi UV – bahan bakar
– minyak mineral – cairan hidrolik – gemuk
– larutan asam dan alkali
2.3.3.2 Untuk adhesif, sifat-sifat berikut harusdiverifikasi dengan sertifikat yang diterbitkan oleh badan pengujian yang telah terakreditasi:
– modulus geser puntir menurut DIN EN ISO
6721-2B (minimal rentang temperatur – 30 °Csampai dengan + 80 °C)
– tegangan tarik pada regangan luluh dan patahmenurut DIN 53504 pada - 20°C, ditambah60 °C dan iklim standard (23 °C dan 50% RH)
– ketahanan perambatan retak menurut DIN
53515 untuk iklim standard
2.3.3.3 Hal-hal berikut harus ditentukan padasambungan ikat dengan tebal lapisan adhesif 3 mmuntuk iklim standar (menyimpang dari DIN EN 1465,sampel uji dengan tebal sampel uji minimal 10 mm
harus digunakan, dengan panjang yang bertumpuk 20
mm dan kecepatan pengujian 5 mm/menit):
– uji tarik geser menurut DIN EN 1465 – selanjutnya, uji tarik geser dengan masa pakai
yang lama (berdasarkan DIN EN 1465) harus
dilakukan untuk menentukan regangan mulur.Disini sampel harus dibebani dengan tegangantarik geser rata-rata 0,25 Mpa (kelas A) dalamiklim yang standard dan dengan 0,15 Mpa(kelas A) pada 60 °C selama minimal tiga bulan. Pengukuran ini dapat dilakukan dilaboratorium milik pembuat sendiri, jika
deformasi yang terjadi pada waktu uji tarik
geser pada 0,25 Mpa (kelas A) ditentukan olehlaboratorium uji yang telah diakreditasi dan jika hal ini berhubungan dengan pengukuranyang dilakukan oleh pembuat. Dalam haladhesif jika persetujuan menurut kelas B
diminta, pembuat harus menetapkan sifatminimum untuk 23 °C dan 60 °C, danmemverifikasi mereka pada uji tarik geser dengan durasi yang lama.
– Sebagai bagian dari uji relaksasi (berdasarkan pada DIN EN 1465), sampel harus disimpan
selama 90 hari dengan penambahan panjangyang konstan sebesar 30% (kelas B pada
temperatur ruang) dengan kondisi menurutDIN 50017-KFW. Perubahan yang berkaitandengan temperatur pada penambahan panjangdapat diizinkan. Dalam hal adhesif jika
persetujuan menurut kelas A diminta, sifatminimum harus ditetapkan oleh pembuat dandiverifikasi pada pengujian relaksasi.
3. Sifat minimum
3.1 Untuk persetujuan adhesif, sifat minimum
berikut menurut Tabel 2.1 harus dicapai:
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 53/59
Bab 2 Persetujuan Adhesif Elastomer A 2–3
Tabel 2.1 Sifat minimum yang harus dicapai
Standard Kelas A Kelas B
Shore A DIN 53505 ≥ 45 ≥ 30
Regangan patah pada – 20 °C DIN 53504 ≥ 50 % ≥ 100 %
Tegangan tarik pada luluh untuk + 60 °C DIN 53504 ≥ 1.5 MPa ≥ 0.6 Mpa
Ketahanan perambatan retak DIN 53515 ≥ 4 N/mm ≥ 4 N/mm
Kekuatan tarik geser DIN EN 1465 ≥ 2 MPa ≥ 0.7 Mpa
Nilai untuk uji tarik geser jangka lama pada 23 oC/50% kelembaban relatif pada 60 oC
BerdasarkanDIN EN 1465
0.25 MPa 1 0.15 MPa 1
ditentukan oleh pembuat
Uji relaksasi setelah pengkondisian selama 90 hari Berdasarkan DIN EN
1465 dan DIN 50017
ditentukan oleh
pembuat
30% ± 1 %
1 Tidak boleh terjadi kegagalan dalam uji tarik geser kurun waktu lama. Nilai regangan mulur yang ditentukan harus ditetapkan
terhadap waktu.
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 54/59
Lampiran A – Standar dan Petunjuk yang Berlaku A, B A–1
Lampiran A
Standar dan Petunjuk yang Berlaku
A. Standar dan Petunjuk yang Berlaku untuk Bab 1
Tabel A.1 Standar dan petunjuk yang berlaku untuk Bab 1
Standar Bab Judul Edisi
DIN EN 10204 Metallic products - Types of inspection documents 08.95
VDI 2229 Metal bonded joints – Instructions for design and production 06.79VDI 3821 Adhesive bonding of plastics 09.78
B. Standar dan Petunjuk yang Berlaku untuk Bab 2
Tabel A.2 Standar dan petunjuk yang berlaku untuk Bab 2
Standar Bab Judul EdisiDIN EN 1465 Determination of tensile lap-shear strength of rigid-to-rigid
bonded assemblies01.95
DIN EN ISO 1625 Plastics ; liquid resins; Determination of density by the
pyknometer method
02.98
DIN EN ISO 6324 2 Plastics ; liquid resins; Determination of density by the pyknometer method
12.96
DIN 50017 Climates and their technical application; condesated water containing climates
10.82
DIN 52451 1 Prüfung von Dichtstoffen für das Bauwesen; Bestimmung der Volumenänderung; Pyknometer-Verfahren
05.91
DIN 53504 Testing of rubber; determination of tensile strength at break,tensile stress at yield, elongation at break and stress values in atensile test
05.94
DIN 53505 Prüfung von Kautschuk, Elastomeren und Kunststoffen;Härteprüfung nach Shore A und Shore D
06.87
DIN 53515 Testing of rubber; tear test using the Graves angle test piece withincision
01.90
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 55/59
Lampiran B – Contoh Dokumentasi yang Menyertai Setiap Tahapan A B–1 Produksi/ Uji Prosedur
Lampiran B
Contoh Dokumentasi yang Menyertai Setiap Tahapan Produksi/ Uji Prosedur
A. Dokumentasi Documentation
1. Bahan yang akan digunakan Materials used
1.1 Bagian sambungan No.1 Pabrik pembuat ______________________________________________________ Joining part no. 1 Manufacturer
Penandaan bahan :_____________ No. Kelompok__________________________ Material designation: Batch No.
Kondisi permukaan :__________________________________________________
Surface condition
Bagian sambungan No.2 Pabrik pembuat ______________________________________________________ Joining part no. 2 Manufacturer
Penandaan bahan :_____________ No. Kelompok__________________________ Material designation: Batch No.
Kondisi permukaan :__________________________________________________ Surface condition
1.2 Bahan pembersih Pabrik pembuat ______________________________________________________ Cleaning agent Manufacturer
Nama dagang : ________________No. Kelompok__________________________ Trade name: Batch No.
Dasar :_______________________Tanggal Kadaluarsa______________________ Basis: Expiry date:
1.3 Bahan perlakuan permukaan mekanis Mechanical surface treatment agents
Amplas: Kualitas kertas amplas : _______________________________________________ Sanding Sandpaper grade
Semprot: Bahan semprot pasir: _________________________________________________ Blasting Grit-blasting agent
Mutu : _____________________________________________________________ Grade
1.4 Lapisan Dasar / Pabrik pembuat ________________________________________________________________ Primer / Manufacturer
Bahan pengikat / Nama dagang : __________________________No. Kelompok_________________________ Coupling agent / Trade name Batch No.
Pengaktif Dasar : _______________________Tanggal Kadaluarsa______________________ Activators Basis Expiry date
1.5 Adhesif/ Pabrik pembuat: _____________________________________________________________________
Adhesive / Manufacturer
Bahan pengikat / Nama dagang : __________________________No. Kelompok_________________________ Coupling agent / Trade name Batch No.
Pengaktif Dasar : _______________________Tanggal Kadaluarsa______________________ Activators Basis Expiry date
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 56/59
B-2 Lampiran B – Contoh Dokumentasi yang Menyertai Setiap Tahapan A
Produksi/ Uji Prosedur
2. Proses penyambungan Bonding process
2.1 Persiapan permukaanSurface preparation
Personil penanggung jawab : ____________________________________ Person responsible
_________________________ Tanda tangan (Signature)
2.1.1 Pembersihan permukaanCleaning of the surface
Tanggal :______________________________lokasi________________________waktu___________________ Date location time
2.1.2 Perlakuan awal secara mekanis Mechanical surface pre-treatment
tidak dilakukan (misalnya. dalam kasus permukaan yang dianodisasi)
not performed (e. g. in case of an anodised surface)
semprot pasir grit-blasting
Tanggal : ________________________lokasi________________________waktu__________________ Date location time
Tingkat kontaminasi media penyemprot: rendahContamination level of blasting medium low
seperti baruas new
baru
new
AmplasSanding
dengan mesinby machine
dengan tanganby hand
Tanggal : ________________________lokasi________________________waktu__________________ Date location time
2.1.3 Pembersihan atau perlakuan akhir permukaan
Cleaning or post-treatment of the surface
Tanggal :______________________________tipe_________________________________________________ Date type
Lokasi : _______________________________waktu:______________________________________________ Location time
2.1.4 Diberi lapisan dasar Application of primer
tidak dilakukannot performed
dilakukan performed
Tanggal : _____________________________lokasi________________________waktu__________________ Date location time
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 57/59
Lampiran B – Contoh Dokumentasi yang Menyertai Setiap Tahapan A, B B–3 Produksi/ Uji Prosedur
2.2 Penyambungan antar bagian Joining of the parts
Personil penanggung jawab : _____________________________________ Person responsible
_________________________ Tanda tangan (Signature)
2.2.1 Kondisi cuacaClimatic conditions
Temperatur bagian yang disambung: ___________________temperatur adhesif___________________________ Temperature of the joining parts temperature of the adhesive
Temperatur ruang : _________________________________kelembaban relatif__________________________ Ambient temperature relative humidity
2.2.2 Waktu penyambunganTime of bonding
Tanggal : _____________________________lokasi________________________waktu____________________
Date location time
2.2.3 Ukuran celah adhesif Dimensions of the adhesive gap
Sasaran : ___________________________________________________________________________________ Target
Ukuran terkecil : _____________________________________________________________________________ Smallest dimension is
Ukuran terbesar : ____________________________________________________________________________ Largest dimension is
2.3 Pengeringan sambunganCuring of the bonded joints
Cuaca yang diperlukan (temperatur dan kelembaban relatif) Required climate (temperature and relative humidity)
Alat pencatat temperatur dan kelembaban relatif tersedia dan diaktifkan ? Recording device for temperature and relative humidity was available and switched on ?
ya yes
tidak no
B. Pemeriksaan Sambungan Ikat (dalam hal Dokumentasi yang Menyertai setiap Tahapan Produksi)Check of the Bonded Joints (in the Case of Documentation Accompanying each Stage of Production)
Personil penanggung jawab : _____________________________________ Person responsible
_________________________ Tanda tangan (Signature)
1. Pemeriksaan visualVisual inspection
Tampilan yang mencolok : ya tidak Conspicuous features yes no
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 58/59
B-4 Lampiran B – Contoh Dokumentasi yang Menyertai Setiap Tahapan B
Produksi/ Uji Prosedur
Jika “ya”, jelaskan jenis penyimpangan dan tindakan yang dilakukan. If "yes", please describe the type of deviation(s) and what measures were taken.
2. Uji kelupas pada sampel acuan dengan atau tanpa pengkondisian cuaca Peeling test on reference sample with and without climatic conditioning
• Tipe kegagalan : terdiri dari % kegagalan penyambungan tanpa pengkondisianType of failure:comprising % adhesion failure without conditioning
• Tipe kegagalan : terdiri dari % kegagalan penyambungan tanpa pengkondisianType of failure:comprising % adhesion failure without conditioning
3. Catatan : Remarks
4. Pemeriksaan oleh ahli pengelemanCheck by adhesive bonding specialist
Personil penanggung jawab : _____________________________________ Person responsible
_________________________ Tanda tangan (Signature)
7/14/2019 non_ina12
http://slidepdf.com/reader/full/nonina12 59/59
Lampiran B – Contoh Dokumentasi yang Menyertai Setiap Tahapan C B–5 Produksi/ Uji Prosedur
C. Pengujian Sambungan Ikat (dalam Kasus Uji Prosedur)
1. Uji kelupas dengan dan tanpa pengkondisian
Tiga lapis manik adhesif, dengan diameter 10 mm dan panjang kira-kira 200 mm, harus dioleskan pada permukaan
yang akan diikat. Setelah pengeringan adhesif secara menyeluruh pada cuaca yang standar (23oC dan kelembabanrelatif 50%), uji adhesi pertama harus dilakukan. Kemudian spesimen harus disimpan selama 7 hari pada temperatur 23oC dalam air destilasi dan selama 2 jam dalam cuaca standar. Setelah pengkondisian ini, uji adhesi kedua harusdilakukan. Bersamaan dengan itu, pengkondisian cuaca dengan objek khusus harus dilakukan. Tipe pengkondisiancuaca berikut direkomendasikan:• Untuk pengikatan pada panel gelas:
Uji kataplasma (pengkondisian 7 hari pada temperatur 70oC dan kelembaban relatif 100% ditambah 1 hari pada
temperatur -30oC dan 1 hari pada temperatur 23oC dan kelembaban relatif 50%), diikuti dengan uji adhesi.• Untuk pengikatan interior:
ASTM D 1183 metode B, diikuti dengan uji adhesi, pengulangan pengkondisian menurut metode B dan uji adhesilagi.
• Untuk pengikatan luar atau dalam daerah muatan:ASTM D 1183 metode D (tergantung pada jenis muatan kapal, temperatur uji minimum – 57
oC dapat dinaikkan
setelah persetujuan dengan BKI Pusat), diikuti dengan uji adhesi, pengulangan pengkondisian menurut metode Ddan uji adhesi lagi.
Untuk evaluasi perpatahan, suatu pernyataan pada hubungan antara kegagalan adhesi dan kegagalan kohesi harusdibuat, dan ini harus dibandingkan dengan hasil dari sampel uji yang belum mengalami pengkondisian cuaca.
Jika telah diketahui sebelumnya bahwa sambungan ikat/lem akan dikenakan pada media khusus (misalnya asam, alkaliatau zat pembersih untuk industri, spesimen harus juga disimpan dalam media ini dan kemudian dikenakan uji adhesi.
2. Penuaan dari sampel uji dengan uji tarik geser menurut Bab 2, A.2.3.3.3.