13
NILAI OBJEKTIVITAS ILMU DALAM PSIKOLOGI HUMANISTIK [AKSIOLOGI ILMU 2015]

Nilai Objektivitas Ilmu Dalam Psikologi Humanistik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aksiologi ilmu

Citation preview

Nilai Objektivitas Ilmu dalam Psikologi Humanistik

Nilai Objektivitas Ilmu dalam Psikologi Humanistik

[Aksiologi Ilmu 2015]

Pokok kajianLatar belakangNilai epistemik dan value-LadennessMetodologi Psikologi HumanistikObjektivitas Psikologi humanistikkesimpulanDaftar pustakaReaksi atas behaviorisme dan psikoanalisis

PENGkondisian bayi albert di laboratorium,Watson membuat psikologi ilmiah,Freud dan konsep bawah sadar,Pandangan pesimistis atas manusiaPsikologi humanistik

Memandang manusia secara keseluruhanLebih optimis, menekankan aspek positif manusia, kebebasan, dan tanggung jawabBerbeda dengan behaviorisme yang menggunakan metode ilmiah secara ketatSehingga riset-riset psikologi humanistik dianggap tidak ilmiah, tidak objektif, bad scienceDiskusi ini berusaha mengeksplorasi hubungan ilmu dan nilai secara umum. Secara khusus saya memberi tempat pada psikologi humanistik (ilmu) dan objektivitasnya (nilai), lalu memberi evaluasi kaitan keduanya. Psikologi humanistik baik dalam tataran metodologinya maupun penerapannya pada terapi klien, mengikuti prosedur yang ilmiah. Berangkat dari gagasan epistemic value dan value ladenness, saya menjustifikasi ilmu yang hermeneutis-fenomenologis, khususnya psikologi humanistik sebagai ilmu sosial yang ilmiah dan bukanlah pseudo-science. Sehingga dapat dikatakan sebagai pengetahuan ilmiah.

Nilai epistemik menjadi bagian yang dapat diterima di dalam ilmu sebagai penunjuk arah untuk pemilihan teori. Nilai epistemik sah sebagai bagian penalaran ilmiah atau dapat mengeser bahaya nilai non-epistemik. Ilmu bebas nilai makna sesungguhnya berupa ilmu bebas dari nilai nonepistemik (Douglas, dalam Kincaid, 2007:121).McMullin berpendapat, nilai epistemik mencirikan kebenaran ilmu, ciri tersebut sebagai jaminan pengetahuan yang memungkinkan kita memahami dunia. Nilai epistemik jika dikejar, sangat membantu pencapain ilmu itu sendiri (Boersema, 2009:426).

Ilmu syarat akan nilai

Bagaimana dengan nilai nonepistemik? Secara khusus, Nicholas Rescher berpendapat bahwa nilai moral (nonepistemik) inheren dalam banyak aspek penelitian ilmiah, seperti pilihan tujuan penelitian, standart bukti, rekruitmen person, alokasi penghargaan, dll (Boersema, 2009:411-420).Menurut saya, McMullin, Doppelt maupun Recher mengklaim bahwa nilai tidak dapat dilepaskan sebagai bagian dari ilmu, jika tidak demikian, ilmu inkonsisten dengan praktik dan penilaian good science. Bagaimana pengertian value-free Scince dalam arti proposional? John T. Roberts (Roberts, dalam Kincaid, 2007:147-148) menawarkan dua pandangan:the commonsensical view: ilmu hanya melayani nilai epistemik, nonepistemik tidak lngsungthe sophisticated commonsensial: melibatkan nilai nonepistemik, dalam tanda kurung (kecuali sejauh memiliki konsekuensi praktis dari putusan moral dan signifikansi sosial yang butuh untuk dipertimbangkan).

Ijika ilmu value laden, bagaimana nilai objektivitasnya?tiga bentuk objektivitas dalam konteks value-laden terkait riset ilmu sosial. (1) objektivitas dalam arti bebas dari prasangka (2) objektivitas dalam arti intersubjektif (3) objektivitas dalam arti reliabilitas (Risjord, 2014:23)

Metodologi psikologi humanistikPsikologi humanistik secara mendasar satu jalur dengan pemikiran fenomenologi. Metode riset yang berbasis fenomenologi dapat diaplikasikan secara langsung dalam psikologi humanistik. Disamping berfungsi secara praktis, bentuk esensial pengalaman, seperti dunia-kehidupan, intensionalitas, intuisi, pra-refleksi, dan epoche bertindak sebagai pemandu konsep-konsep psikologi (Chung & Ashworth, 2006:3-5). Hubungan ini utamanya terkait dengan metodologi dan kenampakan konsep psikologi humanistik seperti aktualisasi diri dan kebebasan. Contoh dalam penerapan psikoterapi, psikolog bertemu dengan klien dan saling menggali pengalaman di mana keduanya dalam satu-dunia-kehidupan (Giotgi, 2006:73-85) . Secara simpel, inilah jawaban atas bagaimana konsep-konsep fenomenologi memandu riset psikologi.

Psikologi humanistik menggunakan metode yang fenomenologis untuk mengadakan penelitian-penelitian tentang potensi manusia. Metode ini menggambarkan dan menjelaskan pengalaman dengan bahasa pengalaman. Kosa katanya diambil dari bahasa sehari-hari, konkret, bukan kata-kata teknis atau kosa kata baru. Analisis fenomenologis menolak metode intropeksi klasik yang digunakan oleh para psikolog eksperimental awal untuk meneliti unsur-unsur kesadaran. Fenomenolog (psikolog yang memakai metode fenomenologis) tidak mencari unsur-unsur, mereka berusaha menggambarkan dan memahami pengalaman yang langsung timbul dari kesadaran.

Freedom from biasIntersubjectivityreliabilityKonsep objektivitas dalam arti intersubjektivitas dan proses sosial yang diusulkan, tepat untuk pembuktian objektivitas psikologi humanistik dalam tataran metodologis dan praktik. Dalam tataran metodologis, dimana konsep fenomenologi yang mengedepandakan pengalaman langsung, intersubjektif dan dunia-kehidupan jadi memungkin bagi sebuah teori untuk diuji dan dibuktikan. Ladang pengujian tersebut ialah dunia-kehidupan tadi, melalui intersubjektivitas individu-individu.

Nilai Objektivitas psikologi humanistikDalam metode terapi klien pun, saat terapis menggali pengalaman klien atau narasumber melalui wawancara, metode tersebut dapat diaplikasikan. Dan tentu saja sudah diujikan melalui sampel yang luas, sehingga dapat diklaim metode tersebut reliabel. Atas beberapa alasan ini, memungkinkan sekali psikologi humanistik objektif. Sebab, uji reliabilitas tidak memerlukan nilai non-epistemik. Sudah teruji sendiri di dunia-kehidupan. Meskipun value-laden, psikologi humanistik dapat objektif dan dapat dikatakan pengetahuan ilmiah serta good science.

kesimpulan