Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA TARI
SRANDUL DI DESA KEDUNGOMBO BATURETNO
KABUPATEN WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH TH.
2014
NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
Zakiyatun Muflikhah
NIM: G000100120
NIRM: 10/X/02.2.1/T/4434
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
iv
ABSTRAK
Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Budaya Tari Srandul
di Desa Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi
Jawa Tengah Th. 2014
ZAKIYATUN MUFLIKHAH
G000100120
Kesenian srandul termasuk jenis drama tari yang berasal dari
Wonogiri. Kesenian ini berbasis pada drama tradisional kerakyatan dan
memberikan tekanan pada unsur kesakralan ritual dan hiburan. Desa
Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa
Tengah, merupakan desa yang masih melestarikan tarian tersebut. Setiap
pementasan tari Srandul, terbukti selalu mendapatkan perhatian masyarakat,
hal ini dapat dimaklumi karena masyarakat Desa Kedungombo merupakan
daerah yang letaknya berada di pinggiran wilayah Kecamatan Baturetno
sehingga jauh dari berbagai macam bentuk hiburan. Melihat hal tersebut,
penulis tertarik untuk meneliti nilai-nilai pendidikan islam yang ada dalam
tari Srandul.
Permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah apa
saja nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam budaya tari Srandul
di Desa Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi
Jawa Tengah th. 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai-
nilai pendidikan yang terkandung dalam budaya tari Srandul. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Yang menjadi
subyek penelitian yaitu kepala desa, pemilik dan penari tari Srandul.
Metode penelitian dikumpulkan melalui metode observasi,
wawancara mendalam, dokumentasi. Metode analisis data menggunakan
metode analisis data tertata dalam situs untuk diskripsi. Data yang diperoleh
dari lapangan akan diolah dengan cara mengumpulkan semua data yang ada.
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, mendapatkan
data bahwa nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Budaya Tari
Srandul di Desa Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
Provinsi Jawa Tengah antara lain tentang ajaran hormat menghormati orang
lain, kewajiban memohon kepada Allah SWT, kewajiban menikah bagi yang
sudah dewasa, larangan hubungan di luar pernikahan, larangan perbuatan
merusak diri, ajaran hidup rukun, larangan perselingkuhan dan poligami,
larangan perbuatan mengejek dan mencemooh, hukuman bagi orang yang
berbuat dosa, pertobatan, dan kebebasan hidup.
Kata kunci: Nilai Pendidikan, Tari Srandul
1
PENDAHULUAN
Perkembangan kesenian
Islam mengalami proses
penyesuaian atau percampuran
dengan kesenian setempat yang
telah dimiliki oleh masyarakat
Indonesia sebelum kedatangan
Islam. Kesenian yang
berkembang yaitu seni
bangunan, seni pahat, kaligrafi,
seni musik, seni sastra, dan
lain-lain. Seni bangunan dapat
kita lihat pada bentuk bangunan
keraton dan bangunan masjid.
Seni musik merupakan
salah satu bidang kesenian yang
tidak luput dari pengaruh
budaya Islam. Hal ini dapat kita
lihat dari munculnya kesenian
musik seperti terbangan,
qasidah, gambus, yang
berkembang di daerah Jawa dan
Sumatra. Jelas sekali bahwa
jenis-jenis musik yang
disebutkan di atas tidak pernah
dikenal sebelumnya pada masa
pra-Islam.
Hal ini dapat kita lihat
dari seni tembang terutama
dalam jenis Laras Madya yang
meskipun menggunakan teks-
teks Jawa tetapi berisi
shalawatan atau semacam puji-
pujian kepada Nabi Muhammad
saw. Bidang seni lainnya yang
berkembang pada masa Islam
adalah seni tari. Beberapa
contoh seni tari yang
dipengaruhi oleh budaya Islam
di antaranya adalah Tari
Srandul, Kuntulan, Emprak,
serta Seudati. Di beberapa
daerah terdapat seni tari yang
diiringi dengan pembacaan
shalawat dan bacaaan lainnya
dari Al-Qur an, seperti
2
permainan debus dan Seudati
(Aceh).
Dalam berbagai sudut
pandang masyarakat, Srandul
dapat diartikan dengan berbagai
pengertian yang berbeda namun
pada umumnya intinya sama.
Kesenian ini berbasis pada
drama tradisional kerakyatan
yang menampilkan kisah-kisah
yang berhubungan dengan
persoalan-persoalan pertanian,
persoalan kesuburan,
kemakmuran, wabah, dan
bencana. Srandul dapat
dimanfaatkan di berbagai
kesempatan, antara lain:
pementasan, upacara-upacara
yang berkenaan dengan
pertanian dengan durasi waktu
sampai semalam suntuk dalam
beberapa episode. Kesenian ini
memberikan tekanan pada
unsur kesakralan ritual dan
hiburan.
Di Kabupaten Wonogiri
tepatnya di Desa Kedungombo
Kecamatan Baturetno
Kabupaten Wonogiri Provinsi
Jawa Tengah, tari Srandul
merupakan yang masih tetap
dilestarikan, setiap pementasan
tari Srandul, terbukti selalu
mendapatkan perhatian
masyarakat, hal ini dapat
dimaklumi karena masyarakat
Desa Kedungombo merupakan
daerah yang letaknya berada di
pinggiran wilayah Kecamatan
Baturetno sehingga jauh dari
berbagai macam bentuk
hiburan.
Untuk itu dalam
kesempatan ini peneliti ingin
mengkaji lebih dalam tentang
nilai-nilai pendidikan dalam
3
budaya tari srandul di Desa
Kedungombo Kecamatan
Baturetno Kabupaten Wonogiri
Provinsi Jawa Tengah.
Adapun rumusan
masalah dalam penelitian ini
adalah “Apa saja nilai-nilai
pendidikan Islam yang
terkandung dalam budaya tari
Srandul di Desa
Kedungombo Kecamatan
Baturetno Kabupaten
Wonogiri Provinsi Jawa
Tengah?”. Sedangkan tujuan
dari penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi nilai-
nilai pendidikan Islam yang
terkandung dalam budaya tari
Srandul di Desa
Kedungombo Kecamatan
Baturetno Kabupaten
Wonogiri Provinsi Jawa
Tengah.
Ada beberapa
penelitian terdahulu yang
pernah ditulis peneliti
sebelumnya yang ada
hubungannya dengan
penelitian ini antara lain:
1. Jurnal Istiqro’ volume 06,
oleh Ahidul Asror tentang
Ritual Islam Tradisional
Rekonstruksi Nilai Lokal
dan Proses
Pembentukannya. Di
dalam bukunya tulisannya
beliau menguraikan
tentang interaksi Islam
dengan budaya lokal,
bahwasanya Islam datang
pun juga tidak pada ruang
yang hampa, sehingga
melahirkan rumusan
Islam kreatif yang
menjadi produk dari pola
keberislaman masyarakat
4
Islam santri tradisional.
Ini sebagai pluralisme
Islam dalam skala mikro
yang tentu tidak boleh
dikonotasikan,
direndahkan/sebagau
sesuatu yang mengada-
ada.
2. Jurnal Kependidikan
Islam volume 1, nomor 2,
Agustus 2003-Januari
2004 oleh Abdul Munir
Mulkhar tentang
Kecerdasan Ma’rifat dan
Revolusi Spiritual dalam
Tradisi Sufi yang berisi
tentang model pendekatan
pendidikan Islam
menggunakan maqomat
sebagai tahapan-tahapan
pengembangan
kepribadian dan
kecerdasan. Dengan
model ini pendidikan bisa
dipahami secara
menyeluruh, artinya
pendidikan dapat tercapai
dari 3 aspek: kognitif,
afektif dan psikomotorik.
3. Purwadi. (2005), dalam
bukunya yang berjudul
Upacara Tradisional
Jawa mengatakan bahwa
disamping pendidikan
formal dan nonformal
tersebut, ada suatu bentuk
sarana sosialisasi bagi
warga masyarakat
tradisional khususnya,
yang disebut upacara
tradisional.
Penyelenggaraan upacara
itu penting bagi
pembinaan sosial budaya
masyarakat yang
bersangkutan. Antara lain
5
salah satu fungsinya
adalah penguat norma-
norma, serta nilai-nilai
budaya yang telah berlaku
turun temurun.
4. Hadi, Sumandyo. (2006),
dalam bukunya yang
berjudul Seni dalam
Ritual Agama
mengatakan bahwa
kebudayaan sendiri dari
pandangan antropologi
dideskripsikan sebagai
keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan
masyarakat yang
dijadikan milik dari
manusia dengan belajar.
Dari beberapa
penelitian diatas, penulis
menyimpulkan bahwa
belum ada yang
membahas tentang judul
yang penulis gunakan,
dan ini membuat penulis
menjadikan budaya tari
Srandul di Desa
Kedungombo Kecamatan
Baturetno Kabupaten
Wonogiri Provinsi Jawa
Tengah sebagai lokasi
penelitian dan pengurus
Tari Srandul sebagai
objek penelitian ini
merupakan penelitian asli.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini
adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menggunakan
pendekatan naturalistik untuk
mencari dan menemukan
pengertian atau pemahaman
tentang fenomena dalam
6
suatu latar yang berkonteks
khusus.
Digunakan pendekatan
kualitatif karena peneliti ingin
mendeskripsikan karakteristik nilai-
nilai pendidikan dalam budaya tari
srandul dan berusaha menganalisis
data dengan semua kekayaan
wataknya yang penuh nuansa,
sedekat mungkin dengan bentuk
aslinya seperti pada waktu dicatat.
Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi:
1. Observasi
Teknik observasi digunakan
untuk menggali data dari sumber
yang berupa peristiwa, tempat
atau lokasi, dan benda, serta
bagan gambar.
Dalam penelitian ini dilakukan
observasi berperan serta, yaitu
dengan cara mendatangi
peristiwanya, kehadiran peneliti
di lokasi sudah menunjukkan
peran yang paling pasif. Kegiatan
observasi dimaksudkan untuk
mengamati dan mencatat semua
peristiwa terkait dengan nilai-
nilai pendidikan dalam budaya
Tari Srandul di Desa
Kedungombo Kecamatan
Baturetno Kabupaten Wonogiri
Provinsi Jawa Tengah.
2. Wawancara Mendalam
Wawancara merupakan alat
pengumpul informasi dengan
cara mengajukan sejumlah
pertanyaan secara lisan untuk
dijawab secara lisan pula.
Metode ini ditujukan untuk
mencari informasi, tanggapan
dan penilaian dari pengurus
serta pengelola Tari Srandul
7
di Desa Kedungombo secara
langsung.
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data
yang berupa dokumentasi
bisa berbentuk pencatatan,
gambar atau film. Pencatatan
yang dilakukan bukan
sekedar mencatat isi penting
yang tersurat dalam dokumen
atau arsip, tetapi juga tentang
maknanya yang tersirat.1
Adapun data dokumentasi
yang penulis dapatkan
diantaranya: catatan
pengurus, foto-foto, dan lain-
lain.
Setelah data
terkumpul, maka langkah
selanjutnya adalah
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2008) hlm. 72
menganalisis data untuk
memperoleh kesimpulan.
Dalam menganalisis data
tersebut, penulis
menggunakan metode analisis
data deduktif. Deduktif
merupakan metode yang
menggunakan logika untuk
menarik kesimpulan
berdasarkan seperangkat
premis yang diberikan.
Dalam sistem deduktif yang
kompleks, peneliti dapat
menarik lebih dari satu
kesimpulan. Metode deduktif
sering digambarkan sebagai
pengambilan kesimpulan dari
sesuatu yang umum ke
sesuatu yang khusus.
Adapun proses analisa
data yang penulis lakukan
yaitu dimulai dengan
menelaah seluruh data yang
8
tersedia dari berbagai sumber,
setelah data terkumpul dan
dipelajari maka langkah
selanjutnya adalah mereduksi
data atau memilah-milah data
dan membuang yang tidak
perlu. Yang selanjutnya
adalah penyajian data.
Penyajian data adalah
kegiatan berupa menyajikan
berbagai informasi yang
diperoleh dari reduksi data,
disusun secara sistematis
sehingga memberikan
kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Penggambaran Tari
Srandul di Desa
Kedungombo
Srandul sebagai salah
satu kesenian tradisional
rakyat, bentuk
pertunjukkannya merupakan
perpaduan antara gerak,
tembang, gendhing dan
dialog. Gerak yang digunakan
dalam Srandul sederhana,
cenderung spontanitas dan
ada unsur gevulan. Pemain
Srandul berjumlah 30 orang,
yaitu 13 orang sebagai penari.
Adapun penabuh iringan
berjumlah 11 orang dan 5
orang sebagai pengerong dan
1 orang wanita sebagai
penyanyi Campur Sari.
a. Tahap Persiapan
Sebelum pementasan
Srandul dilaksanakan, para
pengurus dan para anggota
kesenian Srandul melakukan
musyawarah dengan tujuan
9
untuk membicarakan rencana
pementasan serta pembagian
tugas dalam pelaksanaan
pentas. Musyawarah
dilakukan kurang lebih satu
minggu sebelum pementasan.
Dalam pelaksanaan tugas
tersebut, para pengurus dan
anggota kesenian srandul
juga dibantu oleh masyarakat
Kedungombo, Kecamatan
Baturetno. Pernyataan
tersebut dibenarkan oleh
Marsih2 mengemukakan
sebagai berikut:
Sebelum pementasan para
pengurus mengadakan
musyawarah dengan para
pemain untuk menjadwalkan
persiapan-persiapan yang
diperlukan dan rencana
latihan. Selain itu karena
persiapan cukup banyak,
maka ketua kelompok tani
melakukan koordinasi dengan
warga masyarakat, sehingga
2 Wawancara dengan Marsih, 4 Maret 2014
pertunjukan tari nantinya
dapat berjalan dengan lancar.
Persiapan untuk
pementasan dimulai terlebih
dahulu diadakan kegiatan
antara lain: penataan alat
musik dan penempatan sesaji
di atas meja yang
ditempatkan di tengah
panggung pertunjukan.
Pemain Srandul melakukan
persiapan seperti merias
wajah dan memakai busana
menurut peran masing-
masing. Kemudian setelah
semua anggota sudah siap
pentas, maka acara dapat
dimulai. Pertunjukan ini
dimulai pukul 20.00 WIB
diawali dengan doa yang
dilakukan oleh pimpinan
kesenian Srandul bersamaan
dengan membakar dupa atau
kemenyan, kemudian
10
dilanjutkan pementasan
Srandul.
b. Tahap Pementasan
Pelaksanaan
pementasan tari srandul
selalu diiringi dengan musik.
Musik iringan mempunyai
peranan penting dalam
kesenian Srandul karena
musik iringan merupakan
kesatuan yang tidak
dipisahkan pada sebuah
sajian atau pertunjukan.
Musik iringan yang
digunakan pada pementasan
kesenian Srandul berasal dari
dua sumber suara yaitu, suara
yang dihasilkan oleh alat
musik dan suara yang
dihasilkan oleh manusia
(vokal).
Menurut Sanusi3 diketahui bahwa
kesenian Srandul dalam
mengawali pertunjukan
menggunakan tetabuhan dengan
tujuan mengundang perhatian
masyarakat di sekitar dan sebagai
pertanda bahwa pertunjukan
Srandul akan segera dimulai.
Tabuhan tersebut menggunakan
gendhing dolanan seperti lir-ilir.
Setelah semua persiapan
dianggap cukup, pementasan
dilakukan. Pementasan kesenian
Srandul dilakukan dalam 12
adegan yang dalam setiap
adegannya memiliki arti
tersendiri.
Sebagai contoh penulis akan
menuliskan beberapa adegan
sebagai berikut.
Pada adegan I, semua
penari naik ke atas panggung
3 Wawancara dengan Sanusi, 5 Maret 2014
11
diperkenalkan satu persatu
dilanjutkan dengan memberikan
penghormatan kepada setiap
penonton dengan
membungkukkan badan pada
penonton sambil kedua tangan
seperti menyembah. Hal ini
dimaksudkan agar kita sama-
sama menghormati orang lain,
walaupun orang lain itu terdiri
dari berbagai macam karakter.
Pada adegan I ini di
tampilkan para penari tentang
menghormati penonton, hal
demikian merupakan tindakan
yang dilakukan sebagai
kebiasaan penari. Sementara itu
nilai-nilai pendidikan Islam yang
di paparkan pada bab II hal. 7
yang menjelaskan tentang
pengertian Syariah. Syariah
merupakan sistem (norma) yang
mengatur hubungan manusia
dengan Allah swt dengan sesama
manusia dan makhluk lainnya.
Dalam Islam menghormati
oranglain tidak harus dengan
membungkukkan badan, tetapi
dengan menghargai eksistensi
oranglain sudah menunjukkan
bahwa kita menghormatinya.
Oleh karena itu apa yang
dilakukan para penari Srandul
tidak sesuai dengan syariat Islam.
Pada adegan II,
menggambarkan kebersamaan
dalam satu keluarga, bersama
memuja yang Maha Kuasa,
memohon kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa agar setiap pemain
diberikan kekuatan. Pada adegan
II ditampilkan tentang
kebersamaan keluarga memuja
yang Maha Kuasa. Pernyataan
tentang kebersamaan keluarga
merupakan syariah yang berarti
12
hubungan yang mengatur
manusia dengan Allah swt
dengan sesama manusia dan
makhluk lainnya seperti yang
sudah di jelaskan pada bab II hal.
7. Sedangkan pernyataan
“memuja yang Maha Kuasa” itu
menyimpang dari ajaran Islam,
karena kita umat Islam di
wajibkan menyembah hanya
kepada Allah swt. Jika di kaitkan
dengan teori bab II hal. 7 yang
menjelaskan tentang rukun iman,
maka pada adegan II ini tidak
ditemukan nilai-nilai pendidikan
Islam.
Adegan III, yaitu adegan
Semut Rambut, sesuai dengan
namanya Semut Rambut
memiliki karakter yang mau
menang sendiri, pada adegan III
ini menurut Rejo Darmanto
mempunyai makna bahwa di
dunia ini, walaupun satu bapak
satu itu tetapi ada pula di antara
keluarga yang mau menang
sendiri, hal ini seperti
digambarkan pada karakter
Semut Rambut, yang tentunya
dalam ajaran Islam hal ini tidak
dibenarkan.
Pada adegan ini
ditampilkan tentang karakter
yang mau menang sendiri. Pada
pernyataan bab II hal. 8 yang
menjelaskan bahwa Akhlak
Mahmudah (akhlak terpuji)
antara lain ridha kepada Allah,
taat beribadah, menepati janji,
melaksanakan amanah, dan
segala perbuatan yang baik
menurut pandangan Islam.
Menurut pernyataan di atas maka
adegan III tidak sesuai dengan
syariat Islam tetapi adegan ini
13
lebih menonjolkan pada nilai
kemanusiaan.
Adegan IV, adegan
Duhsimak yang menggambarkan
anak yang sedang menginjak
dewasa, yang minta dinikahkan,
dalam ajaran Islam menikahkan
anak yang sudah menginjak
dewasa adalah merupakan suatu
kewajiban. Pada adegan IV ini
ditampilkan tentang anak yang
menginjak dewasa yang minta
dinikahkan. Pada adegan ini
ditampilkan anak yang
menginjak dewasa yang minta
dinikahkan. Hal demikian
memang dibenarkan dalam Islam
tetapi penggambaran dalam
adegan IV ini tidak ditemukan
nilai-nilai pendidikan Islam yang
sesuai dengan teori pada bab II
tentang mendidik anak yang
terdapat pada hal. 8 dan hal. 10
yang tercantum dalam surat
Luqman ayat 13-19.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari deskripsi yang
sudah di jelaskan, tari srandul
adalah suatu tarian yang
muncul dari masyarakat
khususnya para petani yang
kemudian di jadikan sebuah
tontonan masyarakat.
Tembangnya berisi tentang
gambaran kehidupan
masyarakat yang di dalamnya
mengandung suatu amanah.
Dengan teori dan
analisis yang sudah ada, jadi
dapat disimpulkan bahwa tari
srandul kebanyakan
mengandung nilai-nilai
kemanusiaan yang relevan
dengan nilai-nilai pendidikan
Islam. Antara lain tentang
14
ajaran hormat menghormati
orang lain, kewajiban
memohon kepada Allah
SWT, kewajiban menikah
bagi yang sudah dewasa,
larangan hubungan di luar
pernikahan, larangan
perbuatan merusak diri,
ajaran hidup rukun, larangan
perselingkuhan dan poligami,
larangan perbuatan suka
mengejek dan mencemooh,
hukuman bagi orang yang
berbuat dosa, pertobatan, dan
kebebasan hidup.
B. Saran
Karena kurangnya
nilai-nilai pendidikan Islam
yang terkandung dalam tari
Srandul, disarankan agar tari
Srandul khususnya di daerah
Kabupaten Wonogiri agar
lebih diperhatikan.
Kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten Wonogiri
disarankan untuk
memprakarsai pelestarian tari
Srandul dengan memberikan
kemudahan dan berbagai
fasilitas untuk perkembangan
tari Srandul dan menghindari
kepunahan regenerasi tari
Srandul.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman An Nahlawi. 2004.
Pendidikan Islam di Rumah,
Sekolah, dan Masyarakat.
Jakarta: Gema Insani.
Arifin Muzayyin. 2011. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta:
Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Edisi Revisi IV.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
BAPPEDA (Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah
Kabupaten Wonogiri). 2013.
15
Wonogiri Dalam Angka 2013.
Wonigiri: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Wonogiri.
Hadi, Sumandyo. 2006. Seni Dalam
Ritual Agama. Yogyakarta:
Buku Pustaka.
Hafid. 2009. Pendidikan Islam
Antara Tradisi dan
Modernitas. Salatiga: STAIN
Prss.
Iwan. 2010. Srandul. (http://wazana-
wazana.blogspot.com/2010/12/
srandul.html), diakses pada
tanggal 31 Maret 2014
M. Anis Matta. 2006. Membentuk
Karakter Cara Islam. Jakarta:
Al-I’tison Cahaya Umat.
Muhaimin. 2002. Paradigma
Pendidikan Islam: Upaya
mengefektifkan pendidikan
agama Islam di sekolah.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Darajat, Zakiah. 2011. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta:
Bumi Aksara