143
i NILA-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KEGIATAN MAJELIS TA’LIM MANAQIBAN KITAB MANAQIB JAWAHIRUL MA’ANY DI DESA SRUWEN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018 SKRIPSI Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: SITI AISYAH NIM: 111-14-087 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

NILA-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KEGIATAN MAJELIS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4059/1/SITI AISYAH... · 2018-05-03 · pendidikan Islam memandang materi, atau usaha

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

i

NILA-NILAI PENDIDIKAN ISLAM

DALAM KEGIATAN MAJELIS TA’LIM MANAQIBAN

KITAB MANAQIB JAWAHIRUL MA’ANY

DI DESA SRUWEN KECAMATAN TENGARAN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018

SKRIPSI

Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

SITI AISYAH

NIM: 111-14-087

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

ii

iii

iv

v

MOTTO

"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan

Kuperkenankan bagimu”

(QS.Al-Mukmin 40:60)

vi

PERSEMBAHAN

Teriring rasa syukur yang tiada henti kehadirat Allah

SWT, dan sholawat serta salam teruntuk Baginda Nabi

Muhammad Saw selamanya...

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan

kepada orang-orang yang telah membantu mewujudkan

mimpiku:

1. Almarhumah Ibunda Suliyem malaikat hidupku yang kini

telah tiada lagi bersamaku. Terimakasih selama 21 tahun

telah merawat, menyayangi, menjaga, berjuang, berdoa

tiada hentinya untukku demi mewujudkan cita-citaku,

yang tanpa lantaran dari beliau saya tidak mungkin bisa

merasakan hidup seperti saat ini.

2. Bapak Miharjo Sirep yang senantiasa mencurahkan kasih

sayangnya, memberikan bimbingan, dan doa yang tak

pernah henti-hentinya untuk anaknya.

3. Abah Nur Hanani dan Ibu Bariyah selaku pengasuh TPA

Darul Madani yang senantiasa menuntunku kejalan yang

vii

benar, dan yang telah menyayangiku seperti anaknya

sendiri.

4. Mbak Supinah, Mas Sumeri, Mbak Suparti, Mas Mukholim,

Mbak Taslimah, Mas Zaenal, ke-enam saudaraku yang

telah membantuku dan mensuportku untuk menggapai

mimpiku.

5. Mas Agus Gunawan yang telah memberikan motivasi,

menemani disetiap perjuangan suka maupun duka dan

bantuan untukku.

6. Sahabat-sahabati TPA Darul Madani yang memberikan

semangat dan motivasi untukku.

7. Teman-teman PAI C angkatan 2014 senasib seperjuangan

yang telah memberikan kenangan-kenangan indah dalam

kebersamaan kita.

8. Keluarga besar Biro Tazkia dan SMA N 2 Salatiga yang

telah memberikan banyak pengalaman berharga dalam

menjalankan tanggungjawab.

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum, Wr. Wb.

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya. Sholawat serta salam penulis sanjungkan

kepada Nabi Muhammad saw yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul Akhir

nanti, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul

“NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KEGIATAN MAJELIS

TA‟LIM MANAQIBAN KITAB MANAQIB JAWAHIRUL MA‟ANY DI DESA

SRUWEN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN

2018”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh gelar kesarjanaan SI Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut

Agama Islam Negeri Salatiga.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak

kekurangan didalamnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari

berbagai pihak, tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag., selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.

ix

4. Bapak Muh. Hafidz, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan

waktunya dalam upaya membimbing penulis skripsi ini.

5. Bapak Dr. Saerozi selaku dosen pembimbing akademik yang dengan sabar

membimbing dan mengarahkan penulis dari semester 1 hingga semester akhir.

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta

karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan

S1.

7. Bapak dan ibu serta saudara-saudaraku di rumah yang telah mendoakan dan

memberikan dukungan dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dan

penyusunan skripsi dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

8. Abah Nur Hanani dan Ibu Bariyah serta seluruh jamaah Majelis ta’lim

Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma’anyDesa Sruwen yang telah

meluangkan waktunya dan melancarkan terselesainya skripsi ini.

Tentu masih banyak pihak-pihak yang turut membantu dalam penulisan

skripsi ini namun penulis tidak dapat menyebutkannya secara keseluruhan penulis

ucapkan terima kasih. Jazakallah khairan katsiron.

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan balasan apapun.

Hanya untaian kata terima kasih yang bisa penulis sampaikan, semoga Allah SWT

senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka serta membalas semua amal

kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis.

x

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat

diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

Wassalamu‟alaikum, Wr. Wb.

Salatiga, 15 Maret 2018

Penulis

Siti Aisyah

NIM: 111-14-087

xi

ABSTRAK

Aisyah, Siti. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam kegiatan Majelis Ta‟lim

Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul Ma‟any (di Desa Sruwen Kecamatan

Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2018). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri

Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Ag.

Kata Kunci: Nilai Pendidikan Islam, Majelis Ta‟limManaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul Ma‟any.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui implementasi nilai-nilai

pendidikan Islam dalam kegiatan Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma‟any di Desa Sruwen, Kecamatan Tengaran, Kabupaten

Semarang.Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma‟anymerupakan salah satu wadah kegiatan keagamaan yang berada di Desa

Sruwen, yang diadakan sejak ± satu tahun. Sebagai sarana untuk mengumpulkan

umat Islam, dan diajak bersama-sama untuk berbuat manfaat di dalamnya. Dari

manfaat yang dapat diambil dari kegiatan tersebut, kita juga dianjurkan untuk

mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan tersebut terdapat

hikmah atau manfaat yang baik. antusiasme masyarakat Desa Sruwen yang

berbondong-bondong dari berbagai daerah untuk mengikuti majelis ini

menjadikan hal penting untuk diteliti. Lebih dari itu, terdapat juga nilai-nilai

pendidikan Islam yang tersirat dan penting untuk diteliti.

Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Apa Nilai-

Nilai Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Majelis Ta‟lim Manaqiban kitab

Jawahirul Ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang?

(2) Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam kegiatan Majelis

Ta‟lim Manaqiban kitab Jawahirul Ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran

Kabupaten Semarang?. Penelitian ini menggunakan pendekatan jenis penelitian

kualitatif. Data dikumpulkan melalui metode wawancara (interview), observasi,

dan dokumentasi. Data yang diperoleh dilapangan kemudian disusun dengan

memilih dan menyederhanakan data. Selanjutnya dilakukan penyajian data untuk

ditarik kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dan nilai-nilai pendidikan islam

yang terkandung dalam kegitan tersebut yaitu dari data yang didapatkan oleh

peneliti, seperti adanya Nilai Iman kepada Allah, cinta kepada Rasulullah,

kezuhudan, menjalin tali silaturrahmidan ukhuwah islamiyah, amaliah, dakwah,

dan tolabul ilmi.Nilai-nilai tersebut telah di implementasikan dalam kehidupan

sehari-hari. Beribadah hanya karena Allah, mencintai rosulullah dengan

bersholawat untuknya, menghadirkan hati yang berpaling dari kesenangan dunia,

saling bertegur sapa dan mendoakan, keihlasan dalam bersodaqoh, mengajak

anak-anak untuk mengikuti kegiatan majelis tersebut, memperhatikan mauidhoh

hasanah dengan seksama, dan pengamalan bacaan dalam kegiatan manaqiban

dalam kehidupan sehari-hari.

xii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................. I

Halaman Nota Pembimbing ........................................................................ Ii

Halaman Pengesahan.................................................................................... iii

Deklarasi....................................................................................................... Iv

Motto ........................................................................................................... V

Persembahan ................................................................................................ vi

Kata Pengantar.............................................................................................. viii

Abstrak ........................................................................................................ xi

Daftar Isi....................................................................................................... xii

Daftar Tabel ................................................................................................. xv

Daftar Lmpiran ............................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................... 1-6

B. Fokus Penelitian .................................................................. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................ 7-8

D. Penegasan Istilah................................................................. 8-12

E. Kajian Penelitian Terdahulu................................................ 12-14

F. Sistematika Penulisan......................................................... 14-15

BAB II Kajian Pustaka

A. Nilai-nilai Pendididkan Islam............................................. 16-25

1. Pengertian Nilai....................................................... 16

2. Pengertian Pendidikan Islam................................... 17-20

xiii

3. Tujuan Pendidikan................................................... 20-22

4. Nilai-Nilai Pendidikan Islam................................... 22-25

B. Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma‟any................................................................................ 25-38

1. Pengertian Majelis Ta‟lim....................................... 25-27

2. Pengertian kitab ManaqibJawahirul Ma‟any........ 28-32

3. Sejarah kitab ManaqibJawahirul Ma‟any............. 32-34

4. Maksud dan tujuan Manaqib.................................. 34-38

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian......................................... 39

B. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................. 39-46

C. Sumber Data....................................................................... 46-47

D. Prosedur Pengumpulan Data.............................................. 47-49

E. Analisis Data....................................................................... 49-52

F. Pengecekan Keabsahan Data.............................................. 53-54

G. Tahap-Tahap Penelitian...................................................... 54-55

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Paparan Data....................................................................... 53-79

B. Analisis Data....................................................................... 79-87

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................... 88-89

B. Saran.................................................................................. 89-90

xiv

Daftar Pustaka 91-93

Lampiran-lampiran 94-126

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Batas Wilayah Desa Sruwen ....................................... 40

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin................... 40-41

Tabel 3.3 Data Pemeluk Agama................................................... 41

Tabel 3.4 Data Mata Pencaharian Penduduk............................... 42-43

Tabel 3.5 Daftar Nama Informan................................................. 56

xvi

Daftar Lampiran

1. Daftar Riwayat Hidup Penulis

2. Surat Ijin Penelitian

3. Surat Keterangan Telah Meneliti

4. Lembar Konsultasi

5. Laporan SKK

6. Pernyataan Keaslian Penelitian dan Publikasi

7. Pedoman Wawancara

8. TranskipWawancara

9. Dokumentasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam merupakan agama universal yang mengajarkan kepada

umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik kehidupan duniawi

maupun ukhrawi. Salah satu ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umatnya

untuk melaksanakan pendidikan, karena dengan pendidikan manusia dapat

memperoleh bekal kehidupan yang baik dan terarah (Zuhairini, 1995:98).

Pendidikan Islam merupakan segala usaha untuk memelihara dan

mengembangkan fitrah manusia serta sumberdaya insani yang ada padanya

menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma

Islam. Selanjutnya Achmadi (1992:20) menjelaskan bahwa pendidikan

agama Islam merupakan usaha yang lebih khusus ditekankan untuk

mengembangkan fitrah keberagamaan subjek didik agar lebih mampu

memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.

Menurut al Abrasyi dalam Nata, (2010:28) “Pendidikan Islam tidak

seluruhnya bersifat keagamaan, akhlak, dan spiritual, namun tujuan ini

merupakan landasan bagi tercapainya tujuan yang bermanfaat. Dalam asas

pendidikan Islam tidak terdapat pandangan yang bersifat materialistis, namun

pendidikan Islam memandang materi, atau usaha mencari rezeki sebagai

masalah temporer dalam kehidupan, dan bukan ditujukan untuk mendapatkan

materi semata-mata, melainkan untuk mendapatkan manfaat yang seimbang.

Di dalam pemikiraan al Farabi, Ibnu Sina, Ikhwanul as Shafa terdapat

2

pemikiran, bahwa kesempurnaan seseorang tidak akan tercapai, kecuali

dengan mensinergikan antara agama dan ilmu.”

Dari berbagai pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa

Pendidikan Islam merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk

mengembangkan fitrah keberagamaan pada diri seseorang untuk menuju

terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam

yang memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan yang bersumber dari

al-Qur’an dan hadist.

Pendidikan sebagai institusi sosial memiliki fungsi sebagai proses

perubahan sosial yang mampu mengakomodir karakter sosial yang dimiliki

masyarakat, yang bukan sekedar transfer informasi tentang ilmu pengetahuan

dari guru kepada murid, melainkan suatu proses pembentukan karakter yang

memiliki tiga misi utama yaitu; pewarisan pengetahuan (transfer of

knowledge), pewarisan budaya (transfer of culture), dan pewarisan nilai

(transfer of value). Oleh karena itu pendidikan dipahami sebagai suatu proses

transformasi nilai-nilai dalam rangka pembentukan kepribadian dengan segala

aspek yang dicakupnya (Nugroho, 2016:33)

Manusia adalah makhluk yang berpotensi untuk dididik. Manusia

merupakan makhluk yang mampu mengembangkan diri sejalan dengan

potensi yang dimilikinya (Jalaluddin, 2001:18). Indikator perbedaan

penciptaan manusia dengan makhluk lain terletak pada pemberian iman. Iman

sebagai fitrah manusia merupakan penolong satu-satunya yang dapat

3

menjadikannya sebagai manusia mulia. Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-

Rum ayat 30

.

(03: 03: الروم)Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah

itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi

kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Departemen Agama RI, 2009:

407)

Dari ayat tersebut dapat diambil intisarinya yaitu manusia yang

beriman harus berusaha menyelamatkan dirinya dan anak keturunannya agar

tidak menjadi manusia yang hina di dunia dan di akhirat. Usaha itu yakni

dilakukan melalui pendidikan yang berkesinambungan sejak ia lahir di muka

bumi ini. Upaya itu akan berakhir ketika ia sudah menjadi dewasa, karena

pilihan untuk menjadi manusia yang mulia atau hina telah menjadi tanggung

jawabnya sendiri.

Di sisi lain manusia sebagai makhluk sosial yang hidup di dalam suatu

masyarakat, yang bersifat dinamis atau terus menerus berubah dan

berkembang ke arah kemajuan. Perubahan itu menjadikan masyarakat

semakin komplek, yang berakibat pada semakin beratnya tuntutan untuk

dapat hidup layak secara manusiawi, berupa kehidupan yang selamat dan

terlepas dari keterjerumusan kepada kehinaan di dunia dan di akhirat. Untuk

itu manusia perlu saling tolong menolong dalam mewujudkan hakikat

sosialitasnya. Manusia harus tolong menolong dalam hal kebaikan dan

4

ibadah. Upaya tolong menolong tersebut dapat diaktualisasikan dalam

menyelenggarakan pendidikan baik itu pendidikan jalur formal maupun non

formal.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan itu sangat urgent bagi

manusia. Melalui pendidikan, manusia akan memperoleh pengetahuan

sehingga dapat menggali potensi-potensi yang dimilikinya secara optimal.

Namun, kenyataannya tidak semua manusia mampu memahami dan menggali

potensi yang dimilikinya. Oleh sebab itu, perlu adanya arahan serta

bimbingan dari orang lain sehingga akan tampak dan berkembanglah potensi-

potensinya. Dengan potensi yang dimilikinya, manusia diharapkan mampu

menghadapi seluruh permasalahan hidup baik di dunia maupun di akhirat.

Bagi orang Islam menuntut ilmu itu wajib dari masa buaian sampai

liang lahat. Hal ini mengisyaratkan bahwa menuntut ilmu itu harus

dilaksanakan tidak hanya oleh anak-anak saja melainkan juga oleh para orang

tua (Helmawati, 2013:5). Namun ketika orang tua ingin melanjutkan

pendidikannya, banyak sekali faktor yang menghambatnya sepertihalnya

waktu dan faktor ekonomi, mereka cenderung lebih mengutamakan

pendidikan anaknya.

Para orang tua disibukkan oleh pekerjaannya dan tentunya hal itu

tidak dapat menambah ilmu yang diharapkannya dari lembaga formal. Oleh

karena itu, lembaga pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan orang tua

dalam menambah ilmu pendidikan atau pengetahuan mereka tentulah harus

5

yang tidak terikat waktu, tidak membutuhkan biaya yang banyak, serta dapat

dihadiri kapan saja diwaktu yang senggang.

Untuk tetap memperoleh pendidikan, orang tua tidak hanya dapat

memperoleh melalui jalur formal saja, namun bisa dengan jalur non formal,

salah satunya yaitu dengan majelis ta‟lim. Majelis ta‟lim merupakan

pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh masyarakat dalam rangka

mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Masyarakat Desa Sruwen mengapresiasikan pendidikan melalui

majelis ta‟lim yang mengandung nilai-nilai keagamaan maupun norma-norma

kehidupan yang sangat bermakna dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat

mendidik khususnya bagi jamaah. Di Desa Sruwen terdapat beberapa Majelis

ta‟lim diantaranya yaitu istighotsah, yasinan, maulidan, pengajian Ahad pagi,

semaan al-Qur’an jami‟iyatul qurro‟ walkhufadz, dan Manaqib Jawahirul

Ma‟any.

Di Desa Sruwen yang mayoritas penduduknya beragama Islam, telah

membudaya dan terbentuk kelompok-kelompok majelis ta‟lim, salah satunya

adalah majelis ta‟lim manaqib. Dan manaqib yang banyak digunakan adalah

manaqib jawahirul ma‟any. Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma’any ini biasanya dilakukan di Masjid, Mushola, Aula Darul

Madani atau di rumah warga yang sedang memiliki hajat tertentu. Ritual yang

biasa menyertainya adalah membaca asmaul husna, hadhoroh dan shalawat

Nabi. Secara umum ritual tersebut dimaksudkan sebagai penyampaian hajat

kita (berdoa) dengan bertawassul kepada Syekh Abdul Qadir al-Jailani.

6

Istilah tawasul berasal dari kata yang terdiri dari tiga huruf, yaitu

waw, sin, dan lam yang bermakna menjadikan sesuatu sebagai perantara

untuk mendapatkan sesuatu yang dimaksud (Maimun, 2009:27). Sebagaimana

al-Juraisy yang dikutip Maimun (2009:27) tawasul dalam doa berarti

menyertakan perantara dalam berdoa dengan maksud doanya itu akan

dikabulkan. Sebagaimana Shihab yang dikutip Maimun (2009:27) bahwa

wasilah berarti sesuatu yang menyambung dan mendekatkan sesuatu dengan

yang lain atas dasar keinginan yang kuat dan mendekat.

Pemimpin majelis ini seusai kegiatan terkadang memberikan

penjelasan sedikit demi sedikit tentang apa yang terkandung dalam manaqib

Jawahirul Ma‟any dan juga nasehat-nasehat kehidupan yang sangat bermakna

bagi jamaah dalam menghadapi kehidupan ini.

Dalam kegiatan majelis ta‟lim manaqiban kitab Manaqib Jawahirul

Ma‟anyterdapat nilai-nilai pendidikan Islam yang tersirat dan penting untuk

diteliti serta dipublikasikan. Agar dapat dijadikan motivasi bagi masyarakat

terutama para pemuda agar lebih giat lagi dalam memperdalam ilmu agama

terutama melalui majelis ta‟lim. Dari berbagai manfaat yang bisa diambil dari

majelis tersebut kita dianjurkan untuk dapat mengimplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari. Berdasarkan latar belakang dan sedikit paparan pendek

diatas penulis mengambil judul sebagai berikut, “ NILA-NILAI

PENDIDIKAN ISLAM DALAM KEGIATAN MAJELIS TA’LIM

MANAQIBAN KITAB MANAQIB JAWAHIRUL MA’ANY DI DESA

SRUWEN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG.

7

B. Fokus Penelitian

Penulis akan mengemukakan fokus penelitian lebih lanjut, supaya

dapat mempermudah dalam proses penelitian ini. Dalam penelitian ini, yaitu:

1. Apa Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang Terkandung dalam kegiatan

Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any di Desa

Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang?

2. Bagaimanakah Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islamdalam

kegiatanMajelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any di

Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dari fokus masalah di atas maka peneliti merumuskan tujuan dan

manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan agama Islam yang

terkandung dalam kegiatan Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab

Manaqib Jawahirul ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran

Kabupaten Semarang.

b. Untuk mengetahui Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

kegiatanMajelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang?

2. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan

bagi semua pihak secara teoritis maupun praktis.

8

a. Secara Teoritis

1) Memberikan kejelasan secara teoritis tentang pelaksanaan

Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any di

Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

2) Penelitian ini memiliki relevansi dengan ilmu agama Islam

khususnya program studi agama Islam, sehingga hasil

pembahasannya berguna untuk menambah literatur atau bacaan

tentang nilai-nilai pendidikan dalam majelis ta‟lim Manaqiban

Jawahirul Ma‟any.

b. Manfaat Praktis

Memberikan kontribusi positif untuk dijadikan

pertimbangan berfikir dan bertindak. Secara khusus penelitian ini

dapat dipergunakan sebagai berikut:

1) Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi

motivasi bagi umat Islam untuk mengikuti majelis ta‟lim

Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any.

2) Dengan skripsi ini, juga diharapkan dapat bermanfaat bagi

pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.

D. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul

penelitian ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang

terdapat di dalamnya hingga membentuk suatu pengertian yang utuh sebagai

berikut:

9

1. Nilai

Secara etimologi nilai berasal dari kata value (Inggris) yang berasal

dari kata valere (Latin) yang bermakna kuat, baik, dan berharga.

Sedangkan secara terminologi nilai diartikan sebagai suatu sasaran sosial

atau tujuan sosial yang dianggap pantas dan berharga untuk dicapai

(Sagala, 2006: 237).Nilai berarti sifat-sifat (hal-hal) penting atau berguna

bagi kemanusiaan (Poerwadarminta, 2006:801). Menurut Surayin (2007:

374) nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda

atau hal untuk memuaskan manusia. Nilai juga dapat diartikan sebagai

sesuatu yang dianggap baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan

seseorang tau kelompok orang sehingga prefensinya tercermin dalam

perilaku, sikap, dan perbuatan-perbatannya (Maslikhah, 2009:106).

Dari berbagai pengertian diatas, Penulis mengambil kesimpulan

bahwa nilai merupakan tolok ukur mengenai suatu makna yang

terkandung dalam suatu peristiwa. Tolok ukur ini digunakan sebagai

standar pertimbangan baik-buruk atau benar-salah terhadap suatu masalah.

2. Pendidikan Islam

Menurut Poerwadarminta (2006: 250), istilah pendidikan berasal

dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan”

mengandung arti “perbuatan: (hal, cara, dan sebagainya). Istilah

pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani yaitu “paedagogie”,

yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti

10

pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering

diterjemahkan dengan “Tarbiyah” yang berarti pendidikan.

Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang bertujuan untuk

membentuk pribadi Muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi

manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah,

menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan Allah,

manusia dan alam semesta (Haidar, 2012:3).

Secara umum pendidikan Islam sebagai usaha untuk membimbing

dan mengembangkan potensi manusia secara optimal agar dapat

digunakan dalam memerankan dirinya sebagai pengabdi Allah yang setia

(Jalaluddin, 2001: 76).

Pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi

muslim itu adalah pengamalan sepenuhnya ajaran Allah dan Rasul-Nya

(Daradjat, 2011:17).

Dari berbagai pengertian diatas, penulis mengambil kesimpulan

bahwa pendidikan Islam merupakan proses transformasi ilmu pengetahuan

yang mengarah kepada terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil)

sesuai dengan norma Islam yang memadukan antara agama dan ilmu

pengetahuan yang bersumber dari al-Qur’an dan hadist.

3. Majelis Ta’lim

Majelis ta‟lim berasal dari dua suku kata, yaitu kata majlis dan

kata ta‟līm. Dalam bahasa Arab kata majlis (مجهس) adalah bentuk isim

makan (kata tempat) dari kata kerja jalasa (جهس) yang berarti tempat

11

duduk, tempat sidang, dan dewan (Munawwir, 1997: 202). Dengan

demikian majelis merupakan tempat duduk melaksanakan pengajaran atau

pengajian agama Islam (Redaksi Ensiklopedi, 1994: 120). Sedangkan

kata ta‟līm (تعهم) dalam bahasa Arab merupakan masdardari kata

kerja „allama (عهم) yang mempunyai arti pengajaran (Redaksi

Ensiklopedi, 1994: 1035). Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan

bahwa majelis adalah pertemuan atau perkumpulan orang banyak atau

bangunan tempat orang berkumpul (Depdikbud RI, 1999:615).

Majelis ta‟lim lebih dikenal dengan istilah pengajian-pengajian

atau sering pula berbentuk halaqah (Muliawan, 2005:161). Majelis ta‟lim

juga berarti lembaga pendidikan Islam Non Formal yang memiliki

kurikulum tersendiri yang diselenggarakan secara berkala dan teratur dan

diikuti oleh jamaah yang relatif banyak dan bertujuan untuk membina dan

mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan

Allah SWT, antara manusia dengan sesamanya, dan antara manusia

dengan lingkungannya (Nuryanis, 2003:40).

Dari berbagai pengertian diatas maka penulis mengambil

kesimpulan bahwa majelis ta‟lim merupakan tempat pengajaran atau

pengajian bagi orang-orang yang ingin mendalami ajaran-ajaran Islam,

tidak harus materi yang didapatkan melainkan manfaat yang di dapat itu

sudah merupakan majelis ta‟lim.

12

4. Manaqib Jawahirul Ma’any

Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any

merupakan salah satu wadah kegiatan keagamaan yang berada di Desa

Sruwen, yang diadakan sejak ± satu tahun. Sebagai sarana untuk

mengumpulkan umat Islam, dan diajak bersama-sama untuk berbuat

manfaat di dalamnya. Wadah ini dibentuk agar masyarakat mendapat

tempat yang kondusif untuk berdoa bersama atau bertawassulkepada

Syech Abdul Qadir al-Jailani, menyampaikan segala hajat, keinginan,

kebutuhan, maupun segala permasalahan kehidupan yang dialami oleh

masyarakat.

E. Kajian Penelitian Terdahulu

Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini

difokuskan pada nilai-nilai pendidikan Islam dalam Majelis ta’lim Manaqiban

Kitab Manaqib Jawahirul ma’any yang didasarkan pada studi kasus di Desa

Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun 2017. Untuk

menunjukkan bahwa topik yang diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain

dalam kontek yang sama, maka penulis akan memaparkan beberapa judul

skripsi terdahulu yang berkaitan dengan tema pembahasan penelitian ini.

Diantara skripsi tersebut adalah:

Skripsi Siti Mujayanah mahasiswa IAIN Salatiga dengan tema Nilai-

nilai Pendidikan Dalam Ritual Tawasulan di Pondok Pesantren Al-Huda

Sokopuluhan Puncakwangi Pati. Dalam skripsi ini menjelaskan tentang nilai-

nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam ritual tawasulan di Pondok

13

Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Puncakwangi Pati. Dalam Penelitian ini,

penulis menggunakan metode kualitatif. Dalam menganalisis data penulis

menggunakan metode analisis data kualitatif. Melalui metode tersebut,

penulis menganalisis nilai-nilai pendidikan dalam Ritual Tawasulan di

Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Puncakwangi Pati. Adapun nilai-

nilai pendidikan yang terkandung didalamnya adalah keimanan, akhlaq,

kezuhudan, pendidikan sosial.

Skripsi Dedy Romansyah (2017) mahasiswa jurusan Pendidikan

Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga yang mengangkat judul “Nilai-nilai

Pendidikan Islam Pada Novel Asiyah Sang Mawar Gurun Fir’aun”. Skripsi

ini membahas mengenai nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam

novel Asiyah Sang Mawar Gurun Fir’aun. Penelitian ini tergolong penelitian

yang bertumpu pada study kepustakaan (library reaserc). Untuk mengolah

data dalam penelitian tersebut menggunakan metode analisis isi (conten

analize). Yaitu sebuah analisis yang digunakan untuk menangkap,

memahami, dan menangkap isi karya sastra. Hasil penelitian ini menyebutkan

bahwa nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat pada novel Asiyah Sang

Mawar Gurun Fir’aun adalah aqidah dan akhlaq mulia yang meliputi

(penolong, rendah hati, dermawan, jujur atau benar, dan cinta terhadap

lingkungan).

Skripsi Wahyuning Khlida mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta tahun 2007 jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yang

mengangkat judul penelitian tentang “Manaqib Syaikh Abdul Qadir Jailani Di

14

Kecamatan Gajah Kabupaten Demak”. Metode yang diguanakan dalam

penelitian tersebut adalah metode penelitian budaya, dengan jenis penelitian

kualitatif. Adapun hasil dari penelitian tersebut yakni manaqiban yang

dilaksanakan di kecamatan gajah ini dalam prakteknya telah terjadi akulturasi

Islam dan budaya lokal (jawa). Bentuk dan pola dari akulturasi Islam dan

budaya lokal yaitu adanya pembauran antara nilai-nilai Islam dengan budaya

jawa. Pembauran antara Islam dan budaya Jawa dalam manaqiban ini

memiliki ciri yaitu bagian luarnya menggunakan simbol jawa, tetapi ruh

budayanya adalah Islam sinkretik. Jawa digambarkan sebagai wadah,

sedangkan isinya adalah Islam.

Penelitian tersebut diatas merupakan karya yang bisa dijadikan

referensi dan pendukung penyusunan karya tulis ilmiah ini. Kendati demikian

buku-buku hasil karya tersebut tetap saja berbeda dengan tempat dan latar

belakang penelitian dalam karya tulis ilmiah ini. Dari beberapa penelitian

diatas, penulis belum menemukan judul yang sama dengan skripsi ini.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek

kajiannya. Dengan demikian, penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan

keasliannya.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian ini, maka

penelitian ini disusun dalam lima bab, yang terdiri dari sub-sub bab yang

bersifat saling keterkaitan antara satu bab dengan yang lainnya, yang mana

sistematikanya disusun sebagai berikut:

15

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini penulis akan mengemukakakan

pokok-pokok pikiran yang mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok

tersebut antara lain: latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan dan

manfaat penelitian, penegasan istilah, kajian penelitian terdahulu, dan

sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka, Pada bab ini penulis menguraikan tentang

tentang nilai pendidikan Islam, Majelis Ta‟lim, dan Manaqib Jawahirul

Ma‟any.

Bab III Metode Penelitian, Pada bab ini laporan peneliti tentang

metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini.

Bab IV Paparan dan Analisis Data, penulis menguraikan paparan data

tentang majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa

Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Analisis data mengenai

nilai-nilai pendidikan Islam dalam kegiatan Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab

Manaqib Jawahirul ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten

Semarang, dan implementasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam kegiatan

Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any di Desa Sruwen

Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

Bab V Penutup, meliputi: kesimpulan dan saran-saran yang menjadi

akhir dari penulisan skripsi ini.

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam

1. Pengertian Nilai

Secara etimologi nilai berasal dari kata value (Inggris) yang

berasal dari kata valere (Latin) yang bermakna kuat, baik, dan

berharga. Sedangkan secara terminologi nilai diartikan sebagai suatu

sasaran sosial atau tujuan sosial yang dianggap pantas dan berharga

untuk dicapai (Sagala, 2006: 237). Nilai juga diartikan sebagai sesuatu

yang berharga, yang dianggap bernilai, adil, baik dan indah serta

menjadi pedoman atau pegangan diri (Darmadi, 2009: 27).

Menurut Haryananta (2012:178) nilai dapat berarti harga,

angka, isi, kadar, mutu, sifat atau hal yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan. Nilai merupakan kumpulan dari ukuran-ukuran,

orientasi, dan teladan luhur, yang selaras dengan akidah yang diyakini

seseorang dan tidak bertentangan dengan perilaku masyarakat, dimana

ukuran-ukuran itu menjadi moral bagi seseorang yang tercermin

dalam perilaku, aktivitas, usaha, dan pengalaman-pengalamannya,

baik secara ekplisit maupun implisit (Murshafi, 2006:96).

Dapat diambil kesimpulan bahwa nilai merupakan suatu yang

berharga bagi seseorang, yang mana kriteria berharga atau tidaknya

itu tergantung pada sudut pandang seseorang yang menilai dan

berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku.

17

2. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari

kata didik. Menurut Poerwadarminta (2006: 250), istilah pendidikan

berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran

“kan” mengandung arti “perbuatan: (hal, cara, dan sebagainya). Istilah

pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani yaitu “paedagogie”,

yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini

kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education”

yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab

istilah ini sering diterjemahkan dengan “Tarbiyah” yang berarti

pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu proses penyampaian informasi

yang kemudian diserap oleh masing-masing pribadi, sehingga

menjiwai cara berfikir, bersikap, dan bertindak baik untuk dirinya

sendiri maupun hubungannya dengan Allah dan hubungannya dengan

sesama makhluk hidup dalam alam semesta maupun lingkungan dan

kedudukannya sebagai hamba allah, khalifah Allah di bumi (Kaelany,

2000:240).

Menurut Mudyahardjo (2002:64) Pendidikan diartikan sebagai

segala sesuatu yang mengalami proses perubahan kearah yang lebih

baik. Apa pun bentuknya, selama suatu konsep atas objek itu sendiri

mengalami “proses perbaikan” dalam arti perubahan ke arah yang

lebih “baik”, maka objek atau konsep tersebut berhak disebut sebgai

18

pendidikan. Hal ini juga sejalan dengan konsepnya bahwa pendidikan

merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam kehidupan manusia yang

berawal dari hal-hal yang bersifat aktual menuju kepada hal-hal yang

ideal. Oleh karena itu, wajar apabila pendidikan disebut sebagai

proses pembelajaran yang berlangsung seumur hidup dan di semua

tempat.

Dari berbagai pengertian pendidikan tersebut penulis

menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan proses transformasi

ilmu pengetahuan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi

berikutnya yang mengarahkan manusia kearah kebaikan.

Islam dari segi bahasa bersal dari kata aslama, yuslimu,

Islaman, yang berarti submision (ketundukkan), resignation

(pengunduran), dan reconciliation (perdamaian), (to the will of god)

tunduk kepada kehendak Allah. Kata aslama ini berasal dari kata

salima, berarti peace, yaitu damai, aman, dan sentosa. Jadi Islam yaitu

untuk mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada Tuhan,

sehingga terwujud keselamatan, kedamaian, aman, dan sentosa. Serta

sejalan pula dengan ajaran Islam yaitu menciptakan kedamaian

dimuka bumi dengan cara mengajak manusia untuk patuh dan tunduk

kepada Tuhan (Nata, 1995:32). Karena Islam sebagai “agama dan

sekaligus sebagai sistem peradaban mengisyaratkan pentingnya

pendidikan” (Jalaluddin, 2001:68).

19

Serta “Islam sebagai agama, sebagai jalan hidup, tentunya akan

memberikan jawaban tentang berbagai macam permasalahan hidup

dan kehidupan manusia, dan memberikan petunjuk atau jalan hidup

bagi manusia dalam tujuan hidupnya” (Zuhairini, 1995:34). Dalam

menempuh hidupnya serta selaras dengan alam sekitarnya.

Pendidikan Islam ditunjukkan untuk mencapai keseimbangan

pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-

latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan dan panca indera

(Jalaluddin, 2001:74). Karena pendidikan Islam bertugas

“membimbing seorang manusia agar dapat menjalankan amanat yang

diembankan kepadanya. Amanat ini bersifat individual dan sosial”

(Suharto, 2006:29).

Secara umum pendidikan Islam sebagai usaha untuk

membimbing dan mengembangkan potensi manusia secara optimal

agar dapat digunakan dalam memerankan dirinya sebagai pengabdi

Allah yang setia (Jalaluddin, 2001: 76).

Pendidikan Islam merupakan suatu proses edukatif yang

mengarah kepada pembentukan akhlak atau secara utuh dan

menyeluruh, menyangkut aspek jasmani dan rohani (Gunawan,

2014:8). Pendidikan Islam juga diartikan sebagai pembentukan

pribadi muslim. Isi pribadi muslim itu adalah pengamalan sepenuhnya

ajaran Allah dan Rasul-Nya (Daradjat, 2011:17).

20

Dari satu segi kita melihat, bahwa pendidikan Islam itu lebih

banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud

dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang

lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis

saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman

dan amal saleh. Oleh karena itu, pendidikan Islam adalah sekaligus

pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi

ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju

kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam

adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat (Daradjat,

2011:28).

Penulis mengambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam

merupakan proses transformasi ilmu pengetahuan yang mengarah

kepada terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan

norma Islam yang memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan

yang bersumber dari al-Qur’an dan hadist.

3. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan merupakan sasaran yang hendak dicapai setelah

melakukan sebuah usaha dan sekaligus merupakan pedoman yang

memberi arah bagi segala aktivitas yang dilakukan. Tujuan

pendidikan juga berarti sasaran yang ingin dicapai setelah melalui

proses pendidikan. Tujuan tersebut bukanlah suatu benda yang

21

berbentuk tetap dan statis, akan tetapi ia merupakan suatu keseluruhan

dari kepribadian seseorang, berkenaan seluruh aspek kehidupannya.

Pendidikan Islam bertujuan untuk mengembangkan potensi-

potensi, baik jasmani maupun rohani, emosional maupun intelektual

serta ketrampilan agar manusia mampu mengatasi problema hidup

secara mandiri serta sadar dapat hidup menjadi manusia-manusi yang

berfikir bebas. Sehingga dapat bertanggung jawab terhadap diri

sendiri dan masyarakat serta dapat mempertanggungjawabkan amal

perbuatannya di hadapan Allah SWT. (Thoha, 1996:100).

Pendidikan Islam juga mempunyai tujuan tersendiri sesuai

dengan falsafah dan pandangan hidup yang digariskan dalam al-

Qur’an. Sebagaimana firman Allah QS. Az-zariyat: 56:

.(51:56:الذاريات)

Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku.(Departemen Agama RI, 2009:523 )

Tujuan penciptaan manusia menurut ayat tersebut hanyalah

untuk beribadah kepada Allah. Inilah tujuan utama manusia, yakni

beribadah karena ibadah itu meliputi berbagai sikap dan perbuatan.

Dalam hal ini menuntut ilmu pun suatu hal yang termasuk ibadah

kepada Allah. Tanpa ilmu, manusia tidak akan mengetahui Tuhan,

hakikat, dan keberadaan-Nya.

22

Menurut Mustofa Amin sebagaimana yang dikutip Ramayulis

bahwa tujuan pendidikan Islam yaitu mempersiapkan seseorang bagi

amalan dunia dan akhirat (Ramayulis, :25)

Penulis mengambil kesimpulan bahwa, tujuan pendidikan

Islam ialah untuk mencapai tujuan hidup muslim yakni menumbuhkan

kesadaran manusia sebagai mahluk Allah SWT, agar mereka tumbuh

dan berkembang menjadi manusia yang berahlak mulia dan beribadah

kepada-Nya.

4. Nilai-Nilai Pendidikan Islam

Hakikat pendidikan merupakan proses tranformasi dan

internalisasi nilai, proses pembiasaan terhadap nilai, proses

rekonstruksi nilai, serta penyesuaian nilai. Nilai Pendidikan Islam

bermakna sebagai konsep-konsep pendidikan yang dibangun

berdasarkan ajaran Islam sebagai landasan etis, moral dan operasional

pendidikan (Sarjono, 2005:137).

Nilai religius merupakan sesuatu yang dianggap bermanfaat

ditinjau dari segi keagamaan (Sastrapradja, 2010:339). Nilai

Pendidikan Islam juga bermakna sebagai konsep- konsep pendidikan

yang dibangun berdasarkan ajaran Islam sebagai landasan etis, moral

dan operasional pendidikan (Sarjono, 2005:137).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam merupakan ciri khas,

sifat yang melekat yang terdiri dari aturan dan cara pandang yang

23

dianut oleh agama Islam digunakan sebagai dasar untuk mengabdi

pada Allah SWT.

Nilai pendidikan Islam harus ditanamkan pada anak sejak dini

agar mengetahui nilai-nilai agama dalam kehidupannya. Dalam

pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai Islami yang

mendukung dalam pelaksanaan pendidikan bahkan menjadi suatu

rangkaian atau sistem di dalamnya. Nilai tersebut menjadi dasar

pengembangan jiwa anak sehingga dapat memberi out put bagi

pendidikan yang sesuai dengan harapan masyarakat luas.

Ada tiga tanggung jawab seorang pendidik dalam

menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam, yaitu:

a. Nilai Aqidah

Kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu aqada-yaqidu-

aqdan yang berarti mengumpulkan dan mengokohkan. Aqidah

merupakan sesuatu yang harus dipercayai terlebih dahulu

sebelum yang lainnya. Penanaman aqidah yang baik pada diri

seseorang akan membawa kepada kepribadian yang beriman dan

bertaqwa kepada Allah.

b. Nilai Ibadah

Ibadah merupakan suatu wujud perbuatan yang dilandasi

rasa pengabdian kepada Allah Swt. Ibadah juga merupakan

kewajiban agama Islam yang tidak dapat dipisahkan dari aspek

24

keimanan. Dan keimanan ini merupakan pundamen, sedangkan

ibadah merupakan manifestasi dari keimananan tersebut.

Ibadah memiliki pengaruh yang luar biasa pada diri

seseorang. Pada saat melakukan ibadah makan secara tidak

langsung akan ada dorongan kekuatan yang terjadi dalam

jiwanya, dan jika tidak melakukan ibadah seperti biasanya maka

ia merasa ada sesuatu yang kurang pada dirinya. Hal ini dilatar

belakangi karena kebiasaan tersebut. Oleh karena itu orang tua

dirumah, guru di sekolah, dan siapapun yang berperan pada

pendidikan seseorang haruslah mengusahakan dan membiasakan

agar seseorang dapat melaksanakan ibadah dengan baik.

c. Nilai Akhlaq

Akhlaq berasal dari bahasa arab jama‟ dari khuluqun,

yang secara bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku,

atau tabiat (Ya’qub, 1996:11). Pendidikan akhlaq adalah bagian

yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama, karena yang

baik menurut akhlaq, baik pula menurut agama. Dan yang buruk

menurut ajaran agama buruk juga menurut agama. Akhlaq

merupakan bentuk realisasi dari wujud keimanan yang ada pada

diri seseorang.

Pada dasarnya faktor bimbingan pendidikan agama terhadap

anak yang dilakukan oleh orang tua di rumah dan guru di sekolah

25

akan dapat berpengaruh terhadap pembentukan akidah, ibadah, dan

akhlaq yang baik.

B. Gambaran Umum Majelis ta’limManaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma’any

1. Pengertian MajelisTa’lim

Majelis ta‟lim berasal dari dua suku kata, yaitu

kata majlis dan kata ta‟līm. Dalam bahasa Arab kata majlis (مجهس)

adalah bentuk isim makan (kata tempat) dari kata kerja jalasa (جهس)

yang berarti tempat duduk, tempat sidang, dan dewan (Munawwir,

1997: 202). Dengan demikian majelis merupakan tempat duduk

melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam (Redaksi

Ensiklopedi, 1994: 120). Sedangkan kata ta‟līm (تعهم) dalam bahasa

Arab merupakan masdardari kata kerja „allama (عهم) yang

mempunyai arti pengajaran (Redaksi Ensiklopedi, 1994: 1035).

Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa majelis adalah

pertemuan atau perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat

orang berkumpul (Depdikbud RI, 1999:615).

Dengan demikian majelis ta‟lim dapat dipahami sebagai

suatu institusi dakwah yang menyelenggarakan pendidikan agama

yang bercirikan non-formal, tidak teratur waktu belajarnya, para

pesertanya disebut jamaah, dan bertujuan khusus untuk usaha

memasyarakatkan Islam (Siregar, 2003: 16). Majelis ta‟lim juga

diartikan sebagai sarana dakwah dalam pengajaran agama,

26

sesungguhnya memiliki basis yang kuat yaitu sejak Nabi

Muhammad SAW mensyiarkan agama Islam di awal-awal risalah

beliau. (Helmawati, 2013:76).

Adanya majelis ta‟lim di tengah-tengah masyarakat bertujuan

untuk menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong

pengalaman ajaran agama, sebagai ajang silaturahmi anggota

masyarakat, dan untuk meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan

rumah tangga dan lingkungan jamaahnya (Alawiyah, 1997: 78).

Masih dalam konteks yang sama, majelis ta‟lim juga berguna untuk

membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam rangka

membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT, menjadi

taman rohani, ajang silaturrahim antara sesame muslim, dan

menyampaikan gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi

pembangunan umat dan bangsa (Djaelani, 2007: 237-238).

Sementara itu, maksud diadakannya majelis ta‟lim menurut Chirzin

(2000: 77) adalah:

a. Meletakkan dasar keimanan dalam ketentuan dan semua hal-

hal yang gaib

b. Semangat dan nilai ibadah yang meresapi seluruh kegiatan

hidup manusia dan alam semesta

c. Sebagai inspirasi, motivasi dan stimulasi agar seluruh potensi

jamaah dapat dikembangkan dan diaktifkan secara maksimal

27

dan optimal dengan kegiatan pembinaan pribadi dan kerja

produktif untuk kesejahteraan bersama

d. Segala kegiatan atau aktifitas sehingga menjadi kesatuan

yang padat dan selaras.

Masih dalam konteks yang sama, tujuan majelis ta‟lim yakni

untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran beragama di

kalangan masyarakat Islam, meningkatkan amal ibadah masyarakat,

mempererat tali silaturrahmi di kalangan jamaah, membina kader di

kalangan umat Islam, dan lain sebagainya.

Majelis ta‟lim ini termasuk lembaga pendidikan non- formal,

meskipun demikian namun majelis ta‟lim mempunyai kedudukan

tersendiri di tengah-tengah masyarakat (Redaksi Ensiklopedi, 1994:

121-122). Hal ini karena majelis ta‟lim merupakan wadah untuk

membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam rangka

membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT. Di

samping itu, majelis ta‟lim juga merupakan taman rekreasi

rohaniah, karena penyelenggaraannya dilakukan secara santai.

Faktor lainnya yang membuat majelis ta‟lim cukup diminati

masyarakat, karena lembaga pendidikan non-formal ini adalah

wadah silaturahmi yang menghidup suburkan syiar Islam dan

sebagai media penyampaian gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi

pembangunan umat dan bangsa.

28

2. Pengertian Kitab Manaqib Jawahirul Ma’any

Manaqib berasal dari bahasa arab dari lafadh naqaba,

naqobu,naqban yang artinya menyelidiki, melubangi, memeriksa,

dan menggali.Kata manaqib jamak dari lafadh manaqibun yang

merupakan isim makan dari lafadh naqaba(Syaifullah, 2000:10).

Dalam al- Qur’an lafadznaqaba banyak dijumpai diantaranya

sebagai berikut:

a. Qs. Al-Maidah 6: 12

( 21: 6: المائدة)

Artinya:”Dan Sesungguhnya Allah telah mengambil Perjanjian (dari)

Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang

pemimpin dan Allah berfirman,,,”(Departemen Agama RI, 2009:109)

Berarti pemimpin, ini juga sesuai dengan bentuk manaqibyaitu

berisi riwayat hidup seorang pemimpin yang bisa menjadipanutan

umat.

b. Qs. Al-kahfi 18: 97

.

(18:97: اىلكهف)

Artinya:Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa

(pula) melobanginya.(Departemen Agama RI, 2009: 303)

Berarti menolong, ini juga sejalan dengan pengadaan manaqib

yaitu agar mendapatkan berkah dari Allah SWT, yang dapat

menjadiperantara datangnya pertolongan Allah SWT.

29

c. Qs. Qaff ayat 50 : 36

. (36: 50: ق)

Artinya:Dan berapa banyaknya umat-umat yang telah Kami

binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya

daripada mereka ini, Maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah

pernah menjelajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat

tempat lari (dari kebinasaan)?(Departemen Agama RI, 2009: 520)

Berarti menjelajah, ini berarti seiring dengan salah satu tujuan

munculnya manaqib yaitu menyelidiki, menggali dan meneliti sejarah

kehidupan seseorang untuk selanjutnya dipublikasikan kepada

masyarakat umum agar dijadikan sebagai suri tauladan.

Manaqib juga berarti “riwayat hidup” yang berhubungan

dengan sejarah kehidupan orang-orang besar, atau tokoh-tokoh

penting, seperti biodata tentang kelahirannya, silsilah keturunannya,

langkah perjuangannya, guru-gurunya, sifat-sifatnya, serta akhlak

kepribadiannya.

Kitab manaqib Syech Abdul Qodir al- Jailani sendiri ada

banyak versi atau redaksi meskipun semua isinya hampir mirip,

menurut penulis itu disebabkan oleh jalur sanad ijazah yang

berbeda.Manaqib jawahirul ma‟any merupakan riwayat hidup yang

menceritakan tentang Syech Abdul Qadir Al-Jailani dari

Kelahirannya, perjalanan beliau menuntut ilmu, karomah-

30

karomahnya sampai pada wafatnya. Sosok ulama agung yang

mendedikasikan seluruh hidupnya untuk menghidupkan agama.

Nama lengkapnya ialah Abu Shalih Sayyid Abdul Qadir ibn

Musa ibn Abdullah ibn Yahya az-Zahid ibn Muhammad ibn Dawud

ibn Musa al-Jun ibn Abdullah al-Mahdi ibn al-Hasan al-Mutsana ibn

al-Hasan ibn Ali ibn Abi Tholib. Beliau yang terkenal dengan nama

Abdul Qadir al-Jailani ini lahir pada tahun 470 H.

Ayah beliau beliau dikenal sebagai orang yang tekun

menjalankan syariat agama. Menurut nasabnya, ia masih keturunan

dari Imam Hasan r.a, cucu pertama dari Nabi Muhammad SAW. Ibu

Syeh Abdul Qadir Al- Jaelani juga keturunan dari keluarga sufi.

Oleh karena itu tak heran bila mereka melahirkan seorang Syeh

Abdul Qadir Al- Jaelaniyang jga seorang sufi terkenal.

Jika dilihat dari nasab beliau, maka terlihat bahwa nasab

beliau mutawatir yakni sampai kepada Nabi Muhammad SAW, dan

itu artinya beliau memiliki nasab yang mulia. Beliau juga tergolong

pemuda yang cerdas, pendiam berbudi pekerti yang luhur, penurut

nasehat orang tua, dan cinta akan ilmu pengetahuan. Beliau juga

senang melakukan riyadhah dan mujahadah melawan hawa nafsu,

mencintai fakir miskin dan gemar beramar ma‟ruf nahli mungkar

sesama manusia. Dalam menuntut ilmu beliau tidak hanya kepada

satu guru, namun beliau juga banyak belajar pada beberapa orang

31

guru, sehingga beliau mengembara ke berbagai negara Islam, seperti

Persia, Iraq, Mesir, Jazirah Arab, dan akhirnya menetap di Baghdad.

Syeikh Abdul Qadir Al-jailani adalah seorang tokoh sufi

terbesar dan dikenal luas, termasuk kekeramatan dan ketinggian

derajat kewaliannya. Bahkan telah diakui oleh seluruh ulama Islam

di seluruh dunia. Beliau wafat di Baghdad pada tanggal 11 Robiul

Akhir 561 H atau tahun 1164. Beliau wafat dalam usia 90 tahun dan

dimakamkan di Baghdad.Diantara fatwa dan ajaran beliau adalah :

(Sunarto, 2012:53).

1) Seorang fakir yang bersabar lebih utama dari orang kaya yang

bersyukur, dan orang fakir yang bersyukur, lebih utama dari

keduanya dan orang fakir yang bersabar dan bersyukur, lebih

utama dari semuanya.

2) Ikutilah sunnah Rasulullah saw dan jangan melakukan bid'ah,

berbakti kepada Allah dan Rasul-Nya jangan sampai keluar dari

Islam, bersabarlah dan jangan menggumam, berharaplah untuk

mendapatkan kesejahteraan dan jangan putus asa,

berkumpullah dalam majlis dzikir kepada Allah ta'ala, jangan

bercerai berai, bersihkan dirimu dengan bertaubat dari segala

dosa dan jangan berlumuran noda dan secara rutin menghadap

di pintu Allah untuk mohon ampunanNya.

3) Berserah dirilah segala urusan hanya kepada Allah. Apabila

kenikmatan datang kepadamu, maka sibukkanlah dirimu

32

dengan mengingat Allah dan banyak bersyukur, dan bila

cobaan yang menimpa maka sibukkan lah dirimu dengan

kesabaran dan kesadaran. Sadarilah bahwa cobaan yang

menimpa orang mukmin bukan sebagai malapetaka, melainkan

datang untuk menguji iman.

4) Ketika menghadap Allah swt hendaknya seseorang itu

memberseihkan dirinya dari segala bentuk dosa. dan tidak akan

dibuka hatinya untuk makrifat kepada Allah, kecuali hatinya

dikosongkan dari pengakuan mempunyai perilaku baik.

5) Janganlah mencintai seseorang atau membencinya, kecuali

sudah memperhatikan perbuatanya dengan berdasarkan al-

Qur'an dan sunnah Rasul, agar kamu senang atau benci tidak

sekedar menuruti hawa nafsu.

3. Sejarah Kitab Manaqib Jawahirul Ma’any

Kitab ManaqibJawahirul Ma‟anydi susun oleh seorang

ulama bernama KH. Ahmad Jauhari Umar. Beliau dilahirkan pada

hari Jumat legi tanggal 17 Agustus 1945, yang keesokan harinya

bertepatan dengan hari kemerdekaan Negara Republik Indonesia

yang diproklamirkan oleh Presiden Soekarno dan Dr. Muhammad

Hatta. Tempat kelahiran beliau adalah di Dukuh Nepen Desa Krecek

kecamatan Pare Kediri Jawa Timur. Sebelum berangkat ibadah haji,

nama beliau adalah Muhammad Bahri, putra bungsu dari bapak

Muhammad Ishaq.

33

Meskipun dilahirkan dalam keadaan miskin harta benda,

namun mulia dalam hal keturunan. Dari sang ayah, beliau mengaku

masih keturunan Sultan Hasanudin bin Sunan Gunung Jati, dan dari

sang ibu beliau mengaku masih keturunan KH Hasan Besari Tegal

Sari Ponorogo Jawa Timur yang juga masih keturunan Sunan

Kalijogo.

Orang tua Syaikh Ahmad Jauhari Umar memang terkenal

cinta kepada para alim ulama terutama mereka yang

memiliki barakah dan karamah. Ayah beliau berpesan kepada Syaikh

Ahmad Jauhari Umar agar selalu menghormati para ulama.

Jika sowan (berkunjung) kepada para ulama supaya selalu memberi

uang atau jajan (oleh-oleh). Pesan ayahanda tersebut dilaksanakan

oleh beliau, dan semua ulama yang pernah diambil manfaat ilmunya

mulai dari Kyai Syufa’at Blok Agung Banyuwangi hingga KH.

Dimyathi Pandegelang Banten, semuanya pernah diberi uang

atau jajan oleh Syaikh Ahmad Jauhari Umar.

Dalam menghadapi setiap cobaan yang menimpa, Syaikh

Ahmad Jauhari Umar memilih satu jalan yaitu mendatangi ulama

untuk meminta doa dan berkah dari para ulama yang beliau datangi.

Selesai beliau mendatangi para ulama, maka ilmu yang didapat dari

mereka beliau kumpulkan dalam sebuah kitab “Jawahirul Hikmah”.

Kemudian beliau mengembara ke makam–makam para wali

mulai dari Banyuwangi sampai Banten hingga Madura. Sewaktu

34

beliau berziarah ke makam Syaikh Kholil Bangkalan Madura,

Syaikh Ahmad Jauhari Umar bertemu dengan Sayyid Syarifuddin

yang mengaku masih keturunan Syaikh Abdul Qadir Al-Al-jailani

RA. Kemudian Sayyid Syarifuddin memberikan ijazah kepada

Syaikh Ahmad Jauhari Umar berupa amalan “MANAQIB

JAWAHIRUL MA‟ANY”. Setelah itu Ahmad jauhari umar mulai

mengajarkan dan “mengijazahkan”’ manaqib ini kepada murid-

murid beliau. Dari murid-murid beliau inilah manaqib ini akhirnya

tersebar luas ke seluruh nusantara karena banyak Fadhilahnya,

bahkan sampai ke negara asing seperti Malaysia, Singapura, Brunei

Darussalam, Pakistan, Afrika, Nederland, dll.

4. Maksud dan Tujuan KitabManaqib

Di kalangan nahdliyin dan kelompok Ahlussunah wal

Jamaah membaca manaqibjawahirul ma‟any ataupun

manaqibSyeikh Abdul Qadir Al-jailani merupakan sebuah tradisi.

Dalam kitab manaqib tersebut terdapat banyak hal, diantaranya,

riwayat hidup, kisah teladan, karomah, serta keutamaannya.

Para wali merupakan hamba-hamba yang saleh, dekat dengan

Allah, dan dipilih oleh Allah sendiri. Banyak sejarah hidup para wali

atau yang kita kenal sekarang dengan nama manaqib, yang telah

dibukukan, seperti manaqibjawahirul ma‟any yang didalamnya

memuat riwayat Syaikh Abdul Qadir al-Jailani yang mana beliau

disemati gelar sebagai sulthan al-awliya` atau pemimpin para wali.

35

Kerena beliau adalah hamba-hamba pilihan Allah maka sudah

sewajarnya jika kita harus mencintai mereka.

Sedangkan salah satu hal yang bisa menambah rasa kecintaan

kita kepada para wali adalah dengan membaca manaqibnya. Dengan

membaca manaqibnya kita bisa mengetahui kesalehan dan

kebaikannya, dan hal ini tentunya akan menambah kecintaan kita

kepadanya. Secara umum ritual tersebut dimaksudkan sebagai

penyampaian hajat kita (berdoa) dengan bertawassul kepada Syekh

Abdul Qadir al-Jaelani.

Istilah tawasul berasal dari kata yang terdiri dari tiga huruf,

yaitu waw, sin, dan lam yang bermakna menjadikan sesuatu sebagai

perantara untuk mendapatkan sesuatu yang dimaksud (Maimun,

2009:27). Sebagaimana al-Juraisy yang dikutip Maimun, (2009:27)

tawasul dalam doa berarti menyertakan perantara dalam berdoa

dengan maksud doanya itu akan dikabulkan. Sebagaimana Shihab

yang dikutip Maimun, (2009:27) bahwa wasilah berarti sesuatu yang

menyambung dan mendekatkan sesuatu dengan yang lain atas dasar

keinginan yang kuat dan mendekat.

Adapun pengertian tawassul menurut para tokoh, diantaranya

yaitu:

a. Menurut Abu Luz ibadayah yang dengannya dimaksudkan

tercapainya ridha Allah dan Surga melalui wasilah

36

(perantara) menuju keselamatan dari api neraka dan

kebahagian masuk surga(Luz, 2004:8)

b. Menurut Sirodjuddin Abbas Tawassul merupakan

mengerjakan sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada

Allah (Abbas, 2006:132)

c. Menurut Muslih Tawassul merupakan sesuatu yang menurut

Allah mempunyai nilai, derajat, kedudukan yang tinggi

untuk dijadikan sebuah wasilah (perantara) agar doa dapat

dikabulkan oleh Allah (Muslih, 2011:51)

d. Menurut Nugroho, tawassul meupakan berdoa kepada Allah

dengan melalui wasilah (perantara), dalam arti lain sesuai

yang dijadikan perantara untuk mendekatkan diri kepada

Allah untuk mencapai sesuatu yang diinginkan (Nugroho,

2010:121)

Dari berbagai pengertian diatas, penulis menyimpulkan

bahwa tawassul merupakan ritual yang dilakukan untuk

mengungkapkan segala hajat, kebutuhan, keinginan dengan wasilah

(lantaran) wali Allah yang diyakini kedekatannya dengan Allah

berharap agar segala hajat tersebut dapat dikabulkan oleh-Nya.

Adapun dasar hukum tawassul termaktub dalam QS. Al-

Maidah ayat 35 dan QS. Al-Isra ayat 57 yang berbunyi:

37

.(03: 6: المائدة )

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah

dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan

berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat

keberuntungan.(Departemen Agama RI, 2009: 113)

. (57: 17: االسراء)

Artinya: Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari

jalan kepada Tuhan mereka[857] siapa di antara mereka yang lebih

dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan

azab-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus)

ditakuti.(Departemen Agama RI, 2009: 287)

Penyelenggaraan manaqib yang banyak terjadi di tengah-

tengah masyarakat sekarang ini pada umumnya didasari adanya

maksud dan tujuan tertentu secara khusus yang beragam,

diantaranya, mengharap rahmat dari Allah SWT, keberkahan, serta

pengampunan dosa, agar terwujudnya insan hamba Allah yang

(beriman, bertakwa, beramal sholeh, dan berakhlak yang baik),

untuk memperoleh berkah dari Syaikh Abdul Qadir Al-jailani, untuk

mencintai, menghormati dan memuliakan para ulama, Auliya‟,

Syuhada‟, dan lain-lain. Karena hal ini dianjurkan oleh Rasulullah

38

SAW. Sebagaimana sabdanya yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah

ra, yang artinya :

"Allah berfirman; Siapa yang memusuhi wali-KU, maka Aku

umumkan perang kepadanya, dan hamba-Ku tidak bisa mendekatkan

diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang

telah Aku wajibkan, jika hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri

kepadaKu dengan amalan sunnah, maka Aku mencintai dia, jika Aku

sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang ia jadikan

untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk

memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk memukul, dan

kakinya yang dijadikannya untuk berjalan, jikalau ia meminta-Ku,

pasti Kuberi, dan jika meminta perlindungan kepada-KU, pasti Ku-

lindungi. Dan aku tidak ragu untuk melakukan sesuatu yang Aku

menjadi pelakunya sendiri sebagaimana keragu-raguan-Ku untuk

mencabut nyawa seorang mukmin yang ia (khawatir) terhadap

kematian itu, dan Aku sendiri khawatir ia merasakan kepedihan

sakitnya."

Demikian anjuran Rasulullah SAW, agar kita selalu

memuliakan para ulama’ baik pada saat masih hidup dengan mengaji

ilmu kepadanya, bertawasul kepadanya maupun dengan berziarah

kuburnya untuk mendoakannya, mengenang sejarah perjuangannya

dan berusaha meneladaninya.

Memuliakan dan mencintai dzurriyah Rasulullah SAW Ahlul

bait atau keluarga dan dzurriyah Rasulullah sangat dimuliakan oleh

Allah dengan menghilangkan dosa-dosa mereka sehingga tetap

terpelihara kesuciannya. Dengan demikian, memuliakan

menghormati dan mencintai Syaikh Abdul Qadir Al-jailani adalah

termasuk memuliakan, menghormati dan mencintai keluarga Nabi.

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan danJenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualiatif.

(sugiyono, 2012:9) mengatakan bahwa:

“penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah

dimana peneliti adalah sebagi instrumen kunci, teknik pengumpulan data

yang dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil

penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi.”

Adapun jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian

data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.

Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci

terhadap apa yang sudah diteliti (Moleong, 2009:11).

Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data

untuk memberikan gambaran penyajian laporan secara jelas. Dalam hal ini

penulis akan mengkaji permasalahan secara langsung dengan sepenuhnya

melibatkan diri pada situasi yang diteliti dan mengkaji buku-buku yang

berhubungan dengan permasalahan penelitian.

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

1. Letak Geografis Desa Sruwen

Desa Sruwen merupakan salah satu desa yang terletak di

kecamatan Tengaran, kabupaten Semarang. Jarak dengan kecamatan 7

KM dan jarak dengan kabupaten 45 KM. Adapun jarak batas wilayah

Desa Sruwen sebagai berikut:

40

Tabel 3. 1 Batas Wilayah Desa Sruwen

Batas Wilayah Desa Sruwen

Sebelah Utara Desa Tengaran, Kec. Tengaran Kab. Semarang.

Sebelah Selatan Desa Urutsewu, Kec. Ampel Kab. Boyolali

Sebelah Barat Desa Tegalrejo, Kec. Tengaran Kab. Semarang

Sebelah Timur Desa Sugihan, Kec. Tengaran Kab. Semarang

Berdasarkan data di kantor Kepala Desa Sruwen pada bulan

Desember 2017, desa Sruwen terdiri dari 7 Dusun yaitu Dusun Sruwen 1,

Sruwen II, Sruwen III, Margosuko Putatan, Jembangan, Durensawit,

Krakal Muteran, Gudang Sakti, dan Kebon Batur.

2. Keadaan Demografi

a. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Menurut data statistik tahun 2017, jumlah penduduk Desa

Sruwen, jumlah penduduk Desa Sruwen adalah 7698 jiwa, dan

dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No RW Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 RW. 001 485 468 953

2. RW.002 414 392 806

3. RW. 003 324 333 657

4. RW. 004 215 215 430

41

5. RW. 005 266 256 522

6. RW. 006 316 335 651

6. RW. 007 377 349 726

7. RW. 008 221 243 455

8. RW. 009 311 329 640

9. RW. 010 337 320 657

10. RW. 011 378 428 806

11. RW.012 135 133 268

13. RW.025 1 2 3

14. RW. 029 1 2 3

15. RW. 32 4 2 6

Jumlah 3791 3907 7698

Sumber : Data Monografi Desa Sruwen

b. Agama

Mayoritas Desa Sruwen penganut agama Islam, beberapa

warga ada yang menganut agama lain. Agama yang dianut oleh

masyarakat Desa Sruwen adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Data Pemeluk Agama

No Agama Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Islam 3790 3903 7593

2. Kristen 1 4 5

3. Katholik 0 0 0

4. Hindu 0 0 0

42

5. Budha 0 0 0

6. Konghuchu 0 0 0

Jumlah 7698

c. Keadaan Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

Berdasarkan mata pencaharian penduduk Desa Sruwen,

sebagian besar adalah karyawan swasta

Tabel 3. 4 Data Mata Pencaharian Penduduk

No Mata Pencaharian Jumlah

1. Wiraswasta 997

2. Pedagang 17

3. Guru 51

4. Pembantu Rumah Tangga 15

5. Buruh tani/ perkebunan 6

6. Buruh harian lepas 1.094

7. Karyawan Swasta 1.454

11 Petani/Pekebun 394

9. Perdagangan 126

10. Kepolisian RI 9

11. Pegawai Negeri Sipil 48

12. Pensiunan 33

13. Pelajar/ Mahasiswa 1.138

14. Mengurus Rumah Tangga 775

43

15. Belum/Tidak Bekerja 1.510

16. Akumulasi pekerjaan Lainnya 31

Jumlah 7698

3. Adat Istiadat

Penduduk Desa Sruwen masih menjujung tinggi adat istiadat,

misalnya gotong royong yang masih berjalan dengan baik , peringatan

besar Islam seperti Maulid Nabi, Isra‟ Mi‟raj dan dalam peringatan hari

Nasional seperti, peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia dan

lain-lainnya. Di Desa Sruwen juga terdapat pengajian Yasin khusus

untuk bapak-bapak dan remaja putra bahkan, masing-masing RT sudah

ada jadwalnya sendiri dan berjalan dengan baik. Untuk kegiatan ibu-ibu

ada PKK, pengajian Yasinan, Manaqib, berjanji, dan sebagainya, dan

pertemuan rutin bagi karang taruna juga berjalan dengan baik.

4. Kegiatan Keagamaan Masyarakat

Sebagian besar masyarakat Desa Sruwen beragama Islam.

Sehingga ada banyak kegiatan yang dilaksanakan disisni (Sumber: Data

Masyarakat Desa Sruwen). Kegiatan tersebut adalah:

a. Kegiatan Yasinan (pembacaan Surat Yasin dan tahlil) setiap hari

Kamis atau malam Jumat

Kegiatan ini dihadiri oleh para Bapak dan ibu. Tempat

pelaksanaan kegiatan ini di rumah warga secara bergiliran.

44

b. Kegiatan Yasinan Remaja Masjid

Selain Kegiatan para Bapak dan Ibu, Remaja Masjid juga

melaksanakan Kegiatan membaca Qs.Yasiin dan tahlil. Bedanya

untuk tempat biasanya Remaja Masjid lebih memilih di masjid. Hal

ini dikarenakan para remaja tidak ingin merepotkan tuan rumah

dengan menyiapkan hidangan dan jamuan bagi mereka.

c. Kegiatan Mujahadah Istighotsah

Kegiatan mujahadah Istighotsah ini diikuti oleh orangtua

terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu dan remaja. Kegiatan ini

dilaksanakan pada hari Rabu yaitu malam Kamis Legi dan

bertempat di masjid al-Ikhlas. Kegiatan ini dilaksanakan dari pukul

20.00 – 11.00 WIB.

d. Kegiatan Semaan al-Qur’an

Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada hari Minggu pagi

dan diikuti oleh ibu-ibu, bapak-bapak, dan remaja. Semaan al-

Qur’an di Desa Sruwen ini terdiri dari beberapa kegiatan

diantaranya:

1) Setiap hari Minggu Kliwon, Biasanya bertempat di Masjid

atau Mushola dari satu dusun ke dusun lain, secara bergilir

karena kegiatan ini merupakan kegiatan dalam lingkup

Desa.

45

2) Setiap 2 Minggu sekali, biasanya bertempat dirumah

warga yang mengikuti pengajian semaan al-Qur’an secara

bergilir.

e. Pengajian pada peringatan hari tertentu

Biasanya di Desa Sruwen ini rutin dilaksanakan baik

pengajian lingkup Dusun maupun pengajian akbar untuk

memperingati hari-hari tertentu. Misalnya isra’ mi’raj, Maulud

Nabi dan lain-lain.

f. Kegiatan TPA

Bagi anak-anak yang duduk di SD-SMA, mereka di beri

tambahan pelajaran mengenai agama Islam di TPA setiap sore hari.

Pelaksanaannya dari hari Senin-Sabtu, di berbagai TPA yang ada

di Desa Sruwen. Di sini mereka belajar membaca iqra dan Al-

Qur’an, menghafal bacaan shalat dan doa sehari-hari, belajar ilmu

tajwid dan mendengarkan kisah-kisah teladan dari 25 Nabi.

g. Shalawatan

Setiap hari Senin malam, para remaja bersama bapak-bapak

dan ibu-ibu membaca shalawat bersama-sama dan kegiatan ini

dilaksanakan di masjid.

Penelitian ini dilaksanakan di Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab

Jawahirul Ma‟any, yang dipimpin oleh Ustadz Nur Hanani dan

khususnyabertempat di Aula Darul Madani Desa Sruwen Kecamatan

Tengaran Kabupaten Semarang. Dan waktu penelitiannya dimulai pada

46

bulan Januari 2018. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena melihat

masyarakat di Desa Sruwen lebih antusias dalam majelis ta‟lim

manaqiban kitab Jawahirul Ma‟any dibanding dengan majelis lainnya,

dan juga peneliti ingin mengetahui apa nilai-nilai pendidikan Islam yang

terdapat dalam majelis ta‟lim tersebut.

C. Sumber Data

Data dalam penelitian ini sumber data yang diperoleh, diantaranya

melalui:

1. Sumber Data Primer (Utama)

Sumber data utama adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2006:253).

Sumber data primer dapat diperoleh langsung dari lapangan yang

dapat memberikan gambaran keadaan, mengidentifikasi

permasalahan, dan menjawab semua pertanyaan dalam penelitian.

Pada penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah

Ustadz Nur Hanani (selaku pemimpin Majelis ta‟lim Manaqiban

Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any), dan perwakilan jamaah Majelis

ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any. Dari informan-

informan kunci tersebut akan dilakukan penelusuran lebih lanjut

kepada pihak-pihak terkait.

2. Sumber Data Sekunder (Pendukung)

Sumber data pendukung merupakan serangkaian data yang

digunakan untuk memperkuat sumber data utama atau data yang

47

didapatkan dari sumber bacaan dan berbagai sumber lainnya. Adapun

sumber-sumber data pendukung dalam penelitian ini ialah seluruh

jamaah Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data

primer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh melalui:

1. Wawancara

Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan atau data

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka

antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang

dinamakan panduan wawancara (Syofian, 2010:130). Arikunto (2010:

270) secara garis besar mendefinisikan pedoman wawancara yaitu

sebagai berikut:

a. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara

yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja

kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil

wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari

pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban

responden.

b. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang

disusun secara terperinci sehingga menyerupai checklist

pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan.

48

Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara

terstruktur. Sebelum melakukan wawancara peneliti telah mempersiapkan

Instrumen pertanyaan tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam majelis

ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any. Untuk memperoleh

data tersebut, maka pewawancara akan melakukan wawancara dengan imam

atau pemimpin, dan sebagian jamaah majelis ta‟lim manaqiban jawahirul

ma‟any sebagai respondennya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

metode wawancara terbuka sehingga subjek tahu bahwa mereka sedang

diwawancarai dan mengetahui pula maksud dan tujuan wawancara tersebut.

2. Observasi

Observasi atau pengamatan langsung adalah kegiatan

pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung terhadap

kondisi lingkungan objek penelitian yang mendukung kegiatan

penelitian, sehingga didapat gambaran secara jelas tentang kondisi

objek penelitian tersebut (Syofian, 2010:134).

Teknik observasi dalam penelitian ini yaitu dengan mengamati

secara langsung pelaksanaan Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten

Semarang. Dengan hal tersebut dapat diketahui gambaran tentang

Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any di Desa

Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Hasil observasi

kemudian dapat diambil kesimpulan atas apa yang telah diamati.

49

3. Dokumentasi

Merupakan teknik mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan pribadi, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).

Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, yaitu

dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa arsip-

arsip, dokumen-dokumen, maupun rekaman kegiatan atau aktifitas

pada Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma’any di

Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

E. Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan dalam Moleong (2009: 248)

merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa

yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain.

Kegiatan analisis data selama pengumpulan data dapat dimulai setelah

peneliti memahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah

mengumpulkan data yang dapat dianalisis (Tobroni, 2001:192).

Proses analisis data dalam penelitian ini mengandung tiga komponen

utama yaitu:

50

1. Data reduction (reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan(Moleong,

2009:248)

Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi dari suatu

data yang berasal dari lapangan, sehingga data yang telah direduksi dapat

memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan.

Dengan begitu, dalam reduksi ini ada proses living in dan living out,

maksudnya data yang terpilih adalah living in dan data yang terbuang

(tidak terpakai) adalah living out (Sugiyono, 2013:244)

Kegiatan analisis data biasanya berjalan serempak, artinya hasil

pengumpulan data kemudian ditinjak lanjuti dengan menganalisis data

ulang. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak dan setelah

proses pengumpulan data. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis

yang menajamkan, menggolongkon, mengarahkan, membuang yang tidak

perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga

pada akirnya kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan

diversifikan.

51

2. Penyajian Data (Display Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Display data merupakan proses menampilkan data

secara sederhana dalam bentuk kata-kata, kalimat, naratif, tabel, matrik

dan grafik dengan maksud agar data yang telah dikumpulkan dikuasai

oleh peneliti sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan yang tepat.

Penyajian data ini bertujuan untuk membatasi suatu penyajian

sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Jadi data yang

sudah direduksi dan diklasifikasikan berdasarkan kelompok masalah yang

diteliti, sehingga kemungkinan adanya penarikan kesimpulan atau

verivikasi. Data yang sudah disusun secara sistematis pada tahapan

reduksi data, kemudian peneliti mengelompokkan berdasarkan pokok

permasalahannya hingga peneliti dapat mengambil kesimpulan.

3. Conclusion Drawing/verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal

yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya(Sugiyono, 2006:252).Mengambil simpulan

merupakan proses penarikan intisari dari data-data yang terkumpul dalam

bentuk pernyataan kalimat yang tepat dan memiliki data yang jelas.

Penarikan simpulan bisa jadi diawali dengan simpulan yang masih perlu

52

disempurnakan. Setelah data masuk terus menerus dianalisis dan

diverifikasi tentang kebenarannya, akhirnya didapat simpulan akhir lebih

bermakna dan lebih jelas.

Pada tahap verification dalam teknik analisis data ini peneliti

berusaha menarik kesimpulan berdasarkan tema nilai-nilai pendidikan

Islam dalam majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma’anyuntuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan.

Kesimpulan ini terus diverifikasi selama penelitian berlangsung hingga

mencapai kesimpulan yang lebih mendalam.

Selanjutnya ketiga komponen analisa tersebut yang berupa reduksi,

penyajian data, dan vertifikasi terlibat dalam proses saling berkaitan,

sehingga dapat menemukan hasil akhir dari penelitian data yang disajikan

secara sistematis yang berdasarkan pada tema nilai-nilai pendidikan Islam

dalam majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any yang

dirumuskan. Tampilan data yang dihasilkan digunakan untuk interupsi

data. Kesimpulan yang ditarik setelah diadakan cross chek terhadap

sumber lain melalui wawancara, pengamatan dan observasi. Sehingga

dengan adanya proses analisis data tersebut maka peneliti akan bisa

menjawab fokus masalah yang membutuhkan jawaban dengan jalan

mengadakan penelitian di majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma‟anyDesa Sruwen.

53

F. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini terdapat beberapa kriteria yang

nantinya akan dirumuskan secara tepat, teknik pemeriksaannya yaitu adanya

kredibilitas yang dibuktikan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat,

analisis kasus negatif, dan dimintakan kesepakatan (Sugiyono, 2006:302).

Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam

penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan

pengecekan data yang disebut validitas data. Dalam penelitian ini, untuk

menguji keabsahan data dilakukan dalam beberapa bentuk meliputi:

1. Triangulasi Sumber, Menurut Patton dalam Moleong (2009:330)

“triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan

alat yang berbeda”. Dalam penelitian ini yang peneliti lakukan,

diantaranya:

a. Membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil

pengamatan,

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan yang dikatakan secara pribadi,

c. Membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu

dokumentasi,

d. Data yang diperoleh dilakukan pada data yang

dikategorisasikan mana pandangan yang sama, mana yang

54

berbeda, dan mana yang spesifik dari sumber-sumber tersebut

sehingga dapat dianalisis oleh peneliti yang kemudian

menghasilkan suatu kesimpulan.

2. Triangulasi teknik merupakan pengecekan data kepada sumber yang

sama namun dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2006:307).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengecekan terhadap data

yang telah diperoleh melalui wawancara kemudian membandingkan hasil

wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan dengan demikian akan

menghasilkan data yang valid.

G. Tahap-tahap Penelitian

Tahap penelitian tetang nilai-nilai pendidikan Islam dalam kegiatan

majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any di Desa

Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, dibagi menjadi lima

tahapan. Adapun yang pertama tahapan perencanaan, kedua Persiapan dan

tahap ketiga pelaksanaan.

1. Tahap Perencanaan

Tahap ini peneliti memubuat rencana judul yang akan digunakan

dalam penelitian yaitu dengan mencari berbagai data dan sumber-

sumber buku di perpustakaan.

2. Tahap Pesiapan

Peneliti mengajukan judul skripsi nilai-nilai pendidikan Islam

dalam kegiatan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

55

ketua jurusan pendidikan agama Islam, kemudian menyusun proposal

penelitian.

3. Tahap Pelaksanaan

Merupakan kegiatan inti dari suatu penelitian. Karena pada

tahap pelaksanaan ini peneliti mencari dan mengumpulkan data yang

diperlukan yang berkaitan dengan fokus penelitian dari lokasi penelitian

dengan mengadakan observasi langsung terhadap obyek penelitian

dengan melakukan tehnik dokumentasi dengan obyek penelitian, dan

melakukan wawancara.

4. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini penulis menyusun semua data yang berupa

reduksi data, penyajian data, vertifikasi yang sudah diolah dan disusun,

disimpulkan, divertifikasi dan setelah terkumpul secara sistematis dan

terinci sehingga data tersebut mudah dipahami dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain secara jelas.

5. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian merupakan tahap paling akhir dari sebuah

penelitian. Pada tahap ini, peneliti menyusun data yang telah dianalisis

dan dikumpulkan dalam bentuk skripsi, yaitu berupa laporan penelitian

dengan mengacu pada peraturan penulisan skripsi yang berlaku di FTIK

IAIN Salatiga.

56

BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Paparan Data

Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan majelis ta‟lim manaqiban

kitab Jawahirul Ma‟any, nilai-nilai pendidikan Islam apa saja yang

terkandung dalam kegiatan majelis ta‟lim manaqiban kitab Jawahirul Ma‟any

Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, dapat didasarkan

pada informasi yang berhasil dihimpun melalui beberapa informan yang

penulis rasa dapat mewakili keseluruhan tentang majelis ta‟lim manaqiban

kitab Jawahirul Ma‟any dengan rincian tabel sebagai berikut ini:

Tabel3.5 Daftar Nama Informan

No Nama Informan Kode

Informan

Tanggal

Wawancara

Jabatan

1 Nur Hanani NH 10 Maret 2018 Imam Majelis

2 Jumardi JM 8 Maret 2018 Jamaah

3 Wahyono WH 8 Maret 2018 Jamaah

4 Muqorrobin MQ 9 Maret 2018 Jamaah

5 Eko Fuji Setiawan EF 9 Maret 2018 Jamaah

6 Ihsan Umam IU 9 Maret 2018 Jamaah

7 Yasiroh YS 8 Maret 2018 Jamaah

8 Masiroh MS 8 Maret 2018 Jamaah

9 Isna Nur Bukhoriyati IB 9 Maret 2018 Jamaah

57

Setelah ditemukan beberapa data yang diinginkan, baik dari hasil

penelitian observasi, interview, maupun dokumentasi, maka peneliti akan

menganalisis temuan yang ada dan menjelaskan nilai-nilai pendidikan Islam

dalam kegiatan majelis ta‟lim manaqiban kitab Jawahirul ma‟any. Adapun

data-data yang akan dipaparkan dan dianalisa oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

1. Pengertian Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma’any

Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any

merupakan salah satu wadah kegiatan keagamaan yang berada di Desa

Sruwen, yang diadakan sejak ± satu tahun. Sebagai sarana untuk

mengumpulkan umat Islam, dan diajak bersama-sama untuk berbuat

manfaat di dalamnya. Wadah ini dibentuk agar masyarakat mendapat

tempat yang kondusif untuk berdoa bersama atau bertawassulkepada

Syech Abdul Qadir al-Jailani, menyampaikan segala hajat, keinginan,

kebutuhan, maupun segala permasalahan kehidupan yang dialami oleh

masyarakat. Majelis ini diadakan setiap satu minggu sekali dan tepatnya

pada setiap malam senin di Aula Darul Madani.

2. Sejarah Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma’anydi

Desa Sruwen

Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma’anydi Desa

Sruwen ini dilatar belakangi adanya niat untuk nguri-nguri dan menjaga apa

yang menjadi tradisi sekaligus yang telah ditanamkan oleh para ulama

58

terdahulu. Nguri-nguri ini merupakan kegiatan menanam atau proses

membudidayakan sesuatu dan dilaksanakan dalam rangka menjaga

warisan para ulama‟. Dan juga imam majelis mendapat ijazah dari guru

(Asyhuri Muntaha pengasuh pondok pesantren Nurul Furqon Blibis,

Susukan, Semarang) untuk mengamalkan manaqib Jawahirul Ma‟any.

Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anydi

Desa Sruwen mengalami perkembangan yang sangat pesat, sesuai

pendapat dari narasumber sebagai berikut:

“Yang kita rasakan karena apa namanya,,, a,,, mungkin prosesnya

yang tidak lama, saya katakan praktis tadi dan terutama para

jamaah itu bisa merasakan manfaatnya. Maka praktis semakin

kesini alhamduliallah semakin banyak dan bahkan a,, kita

mengadakan juga di desa Sruwen itu kita memberi jadwal di

masing-masing dusun bertempat di Mushola atau Masjid tiap

lapan. Jadi misalnya Sruwen I hari apa? Kemudian Sruwen II hari

apa? Dan kita rencanakan ini nanti menyeluuruh sedesa Sruwen

bisa diubengi manaqib. Alhamdulillah ini sudah separonya kita

melaksanakan itu, dan a,, kekuatan kita tidak hanya dari jamaah

tapi justru para motor-motor penggerak yaitu dari para anshor

dan banser desa Sruwen. Yang dalam hal ini a,,, apa

mengatasnakan diri rijalul anshornya. Dadi memang rijalul

anshor itu a,,, apa namnya, tugas pokok dan fungsinya adalah

mengadakan semacam jamaah-jamaah diwilayahnya. Jadi bisa

dikatakan alhamdulillah tidak semakin sedikit atau tetap tapi

bahkan semakin hari semakin bertambah jamaahnya.” (NH)

3. Pelaksanaan Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma’anydi Desa Sruwen

Terkait dengan pelaksanaan kegiatan Majelis ta‟lim Manaqiban

Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anyini dilaksanakan melalui berbagai

tahapan sesuai penuturan narasumber NH:

59

“Tahap persiapan yakni memanggil jamaah dengan sholawat dan lagu-

lagu Islami dan setelah jamaah berkumpul kemudian masuk ke tahap

pelaksanaan yang sebelumnya memberikan muqoddimah atau motivasi

dan semangat kepada para jamaah. Membaca asmaul-husna sampai

akhir.Membaca syahadat dan Istighfar. Masuk ke proses pembacaan

manaqib yang sebelumnya didahului dengan hadhoroh. Membaca

sholawat 100X shollollohu. Membaca burdah maulayasholliwasllimdaa

iman abada 11X, Membaca manaqib, Ritual khusus yaitu tawajuhan.

Pembacaan doa, setelah itu pembacaan sholawat sekaligus asyroqolnya.

setelah itu mauidhoh hasanah jika waktu masih longgar. Setelah selesai

kita jagongan sambil ramah tamah, kalau ada yaa sambil makan minum

dan kemudian pulang dengan membawa hasil masing-masing.(wawancara

tgl 10 Maret 2018 pukul 17.00 di Gazebo depan rumah NH)

a. Tahap Persiapan

Penataan tempat atau aula Darul Madani, pemutaran sholawatan

maupun lagu-lagu Islami untuk memanggil jamaah dan juga penataan

hidangan yang akan disajikan untuk jamaah oleh remaja sekitar.

Pemutaran sholawat maupun lagu-lagu Islami ini merupakan sebuah

kreasi dan inofasi dari imam majelis yang disesuaikan dengan

kebutuhan zaman. Persiapan ini dilakukan supaya saat berlangsungnya

kegiatan tidak menganggu jamaah.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Pemberian muqoddimah atau motivasi dan semangat kepada

jamaah.

Motivasi merupakan sebuah dorongan atau alasan yang

mendasari semangat seseorang dalam melakukan sesuatu. Dalam

Pemberian motivasi atau semangat di sini, dimaksudkan untuk

memberikan dorongan maupun motivasi kepada jamaah untuk

lebih antusias dalam mengikuti majelis ta‟lim Manaqiban Kitab

60

Manaqib Jawahirul ma‟any. Dan juga untuk meningkatkan kualitas

beribadah agar lebih khusyuk dan bersungguh-sungguh.

2) Membaca asmaul husna.

Asmaul husna merupakan 99 nama yang dimiliki Allah.

Nama-nama inilah yang melambangkan dan memperlihatkan

betapa besarnya kekuasaan Allah. Dalam majelis ta‟lim Manaqiban

Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any ini diawali dengan membaca

asmaul husna dengan tujuan agar majelis ta‟lim tersebut mendapat

manfaat dan berkah dari bacaaan asmaul-husna.

3) Membaca Syahadat dan Istighfar.

Sebagaimana kita yakini bahwasannya syahadat itu

menjadi sebuah dasar, sebagai suatu pondasi tentang keislaman

seseorang. Rukun islam itu yang pertama pembacaan syahadat.

Dan karena dinamika kehidupan yang demikian keras, kemudian

banyak sekali hal-hal yang menjadikan kita sering khilaf, lupa dari

tujuan hidup itu sendiri. Maka secara otomatis kadar atau nilai dari

pada keislaman kita juga berkurang. Maka dari itu dengan

pembacaan syahadat kita harapkan untuk memperbaiki kualitas

keislaman kita. Dengan menyaksikan. Mengakui, bersaksi

bahwasannya tidak ada tuhan yang wajib disembah kecuali Allah.

Dan sekaligus mengakui, meyakini bahwasannya muhammad

adalah utusan Allah.

61

Kemudian dilanjutkan dengan bacaan istighrfar. Nabi

Muhammad Sawi, beliau itu maksum (terjaga dari maksiat) itu saja

sehari semalam tidak kurang dari 100 X membaca istighfar.

Kemudian bagaimana dengan kita, sebagai umatnya yang tidak

terjaga dari semua itu. Maka sedikit banyak kita mengkikis,

melebur dosa-dosa kita dengan membaca istighfar, sebagai sarana

pertobatan kita. Dan ketika hal itu sudah kita lakukan seberapapun

manfaatnya dalam hal ini adalah yang berkenaan dengan diri kita.

Otomatis karena yang akan kita lakukan adalah ritual yang

kebaikan, memasukinya dengan kondisi yang baik pula.

4) Proses pembacaan manaqib dengan didahului hadhoroh.

Hadhorohini ditujukan kepada Nabi Muhammad, kepada

para auliya, syhada‟,sholihin, dan khusunya kepada Syech Abdul

Qadir al-jaelani, kepada para guru, dan tidak lupa hadhoroh kepada

orang-orang tua kita, dan umumnya kepada kaum muslimin

muslimat. Tujuannya adalah agar tersambung secara ruhaniyah.

Jadi ketika jalinan ruhaniyah itu sudah tersambung, secara

otomatis diibaratkan kabel yang sudah terbentang, kemudian

diujungnya ada lampu bolam. Kemudian sudah dikaitkan dengan

sumber daya listrik tinggal menekan saklar nanti akhirnya hiduplah

lampu itu.

5) Membaca sholawat 100 X, Bacaannya yaitu :

ذ صه هللا عه محم

62

6) Membaca burdah 11 X

صم وسهم دائما اتذا عه حثثك خرانخهق كههم مىال

7) Pembacaan manaqib.

8) Ritual khusus yaitu membaca qasidah tawassul,

Qasidah ini merupakan tawassul dalam memohon

pertolongan Allah melalui para kekasihnya, berikut bacaan qasidah

tawassul beserta artinya (Sunarto: 2012:107)

ثـنـا لجـم هللا عثــاد هللا رجــال هللا أغ

Wahai Hamba hamba Allah, Wahai wali-wali Allah. Tolonglah

kami karena Allah

عـسـ نخـــط تـفضـــــم ل وكـىنـىاأونـنــــا ل

Bantulah kami karena Allah, Semoga tercapai hajat kami karena

anugerah Allah

وـاأحثــاب وـاساد ات وـاأقـــطاب وـاأ نجـــاب

Wahai para wali qutub, wahai para wali yang dermawan, wahai

para sayyid dan habaib (keturunan Rasulullah saw.)

وأنــتم ـــاأن ال نثـــــاب تـعـانـىوانـصـــروا ل

Wahai para wali yang memiliki akal sempurna, engkau adalah

penolong, penyantun, datanglah kemari, tolonglah karena Allah

نــف رجىنكـم ســـأ ننــــاكــم سـأننـــاكــم ونهـز

Dengan perantaraan engkau kami memohon, dengan perantaraan

engkau kami memohon dengan mengharapkan do’amu kami dekat

dengan Allah

أمـرقـصــذ نـاكــم وف وا عـزمـــكــم ل فـشـــذ

Dengan maksud perantaraan engkau, untuk tercapai urusan kami,

karenanya kokohkanlah tujuan kami karena Allah.

تســادات إشــــارت فــــارت ــقــه تحـقـ

63

Wahai tuhan kami, dengan perantaraan tuan-tuan yang menjadi

wali, kokohkanlah petunjuk-Mu kepada kami.

تشـــــــارج تـأ ت عـس وــصـــف وقـــتـــــنا ل

Semoga lekas datang kebahagiaan kami, semoga waktu kami bersih

untuk beribadah karena Allah

ورفــــع انثــــن من تـــن تكشف انحجة عن عــن

Dengan terbukanya tirai penutup dari mata kami dan hilangkan

penghalang antara kami dan Allah.

ــف وانعـن تـنـىرانـىجــه ـا هللا وطـمـس انك

Dan terhapusnya keraguan, bagaimana Allah dan dimana Allah

dengan cahaya Dzat Engkau Ya Allah.

من تـانهـذي جنــاع صــلج هللا مـىنـنـــــا ه

Wahai tuhan kami, semoga kesejahteraan Allah dilimpahkan

kepada orang yang datang dengan membawa petunjuk kepada

kami.

ـــــع انخــهــق عنـــذ هللا ومن تانحـــق أونـنـــــا شـفـ

Yaitu nabi Muhammad, yang memberikan Islam sebagai agma

kami, dan memberi syafaat kepada para makhluk disisi Allah.

9) Tawassulan kepada Syech Abdul Qadir al-Jaelani

Membaca manaqib ini adalah bagaimana kita bisa

bertawasul, membuat wasilah atas semua keinginan, doa, hajat kita

agar diijabahi, dikabulkan oleh Allah. Dan hal ini dilakukan bukan

tanpa dasar, karena memang menjadikan auliya‟ sebagai perantara

doa kita itu diperbolehkan dalam syariat.

10) Pembacaan doa

11) Pembacaan sholawat sekaligus asyroqol (mahalul qiyam)

64

Bacaan sholawat adalah ungkapan yang berisi persembahan

rahmat untuk Rasulullah saw, dan juga merupakan sebuah

refleksikecintaan seorang muslim kepada Nabinya, segbagian

modal dasar untuk mendapatkan syafaat (pertolongan-Nya).

12) Mauidhoh hasanah.

Mauidhoh hasanah ini disampaikan setelah semua ritual

selesai. Dalam mauidhoh hasanah ini imam majelis

menyampaikan hikmah-hikmah, maupun ilmu pengetahuan Islam.

Karena manusia itu memiliki sifat manusiawi seperti sering lupa,

salah kalau tidak diingatkan dan lain sebagainya. Mauidhoh

hasanah ini bertujuan untuk mengingatkan dan menambah

kesadaran jamaah akan arti pentingnya hidup ini.

13) Pembagian air doa sekaligus ramah tamah sambil menikmati

hidangan.

Dalam prosesi majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma’any selalu disediakan air putih, dah bahkan dari

para jamaah juga ada yang membawa sendiri dari rumah. Air

putih itu diletakan didepan imam majelis. Hal itu dimaksudkan

untuk mentransfer energi kebaikan dari pembacaan manaqib ke

dalam air. Karena air itu merupakan objek yang sangat netral

untuk menerima transfer atau menerima energi apapun. Ketika

majelis itu kita yakini sebagai majelis yang baik, maka otomatis

energi yang masuk, yang disalurkan ke air tersebut adalah energi

65

yang positif. Dan diharapkan dengan air itu bisa dijadikan wasilah

untuk kesehatan, dan untuk berbagai macam keinginan,

kebutuhan dari para jamaah.

4. Tujuan Kegiatan Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma’anydi Desa Sruwen

a. Tujuan utama dalam kegiatan majelis ini yaitu memberikan sarana

untuk berdoa bersama bagi umat Islam, khususnya bagi jamaah yang

memiliki hajat, ataupun keinginan-keinginan yang hendak dituju. Dan

juga sebagai sarana mencari pencerahan ataupun soliusi dari segala

problematika kehidupan yang dialami. Dalam majelis ini jamaah

berdoa bersama-sama kepada Allah dengan menjadikan Syekh Abdul

Qadir al-jaelani sebagai wasilah atau perantara hajat mereka agar

dikabulkan oleh Allah.

b. Mengembalikan manusia yang telah kehilangan laku, sepertihalnya

yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu yakni puasa, riyadhoh dan

lain sebagainya. Majelis ini mencoba untuk mengembalikan sisi-sisi

itu agar manusia kembali kepada laku tersebut melalui perantara

riyadhoh dengan amalan manaqib Jawahirul Ma‟any.

c. Memberikan sarana menyambung tali silaturrahmi maupun

memperkuat jalinan ukhuwah Islamiyah bagi jamaah.

5. Motivasi jamaah mengikuti Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma’anydi Desa Sruwen, diantaranya:

66

a. Bermunajah bersama mengungkapkan segala hajat.

Menurut penuturan dari narasumber YS:

“Seng motivasi yoo,,,, bisa bermunajah bersama-sama dan

mengungkapkan segala hajat-hajat kita kepada Allah melalui

bacaan-bacaan manaqib terutama waktu dalam berdoa.”

(wawancara tgl 8 Maret 2018 pukul 14.10 di Rumah YS)

Munajah secara bahasa berarti berbisik atau berbicara

secara rahasia. Secara istilah munajah merupakan melakukan

ibadah baik dalam bentuk perbuatan, ucapan, maupun doa dengan

sepenuh hati, khusyuk dan tawadhuk, dengan suara yang lembut

sehingga terasa dekat sekali kepada Allah swt, untuk mengharap

keridhaan, ampunan, hidayat dan pertolongan-Nya. Usaha tersebut

hanya bisa dicapai dalam posisi antara kedua pihak yang sangat

dekat, inilah yang disebut munajah.

Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma’anyini mengantarkan para jamaah untuk mencapai suatu

kondisi terdekat dengan Allah. Dengan begitu para jamaah dapat

mengungkapkan segala hajat dunia maupun akhirat dengan

sepenuh hati dan penuh pengharapan hanya kepada Allah swt.

b. Mendekatkan diri kepada Allah.

Mendekatkan diri kepada Allah atau dalam istilah bahasa

Arabnya yakni Taqarrub, yang berasal dari kata qurb (dekat), dan

aqriba (kerabat). Kata taqarrub ini dalam bahasa arab artinya

mendekat. Taqarrup merupakan usaha untuk mendekatkan diri

67

kepada Allah dengan menjalankan kewajiban-kewajiban yang telah

ditetapkan-Nya.

Kedekatan manusia dengan Allah disini bukan dalam arti

fisik, karena Allah dengan semua sifat dan perbuatan-Nya tidak

mungkin bisa dibayangkan. Sesuatu yang dapat dibayangkan

adalah materi dan Allah bukan bersifat materi. Antara Allah dan

manusia tidak ada jarak ruang dan waktu dalam arti materi. Antara

Allah dengan manusia yang jaraknya disebut oleh al-Qur’an

dengan qarib (dekat) bermakna abstrak, yaitu jarak yang terjadi

antara rohani (hati) manusia dengan Allah.

Seperti penuturan IB:

“Menjadikan kita selalu ingat Allah SWT, kita jadikan majelis

tersebut untuk berdoa kepada Allah bahwasannya Allah lebih dekat

dari urat nadi kita.”(wawancara tgl 9 Maret 2018 pukul 17.10 di

Aula Darul Madani)

Ini merupakan pernyataan Allah untuk manusia. Allah

mengingatkan bahwasannya Dia sangat dekat dengan hamba-

hamba-Nya. Apabila hamba mendekati-Nya, pasti Allah akan lebih

mendekati si hamba. Dan sebaliknya apabila hamba menjauhkan

diri dari Allah, sudah tentu Allah jauh darinya.

Dengan menekuni bermacam-macam ibadah dan salah

satunya melalui bacaan dalam manaqib Jawahirul Ma‟any ini para

jamaah berupaya untuk taqarrub illallah (mendekatkan diri kepada

Allah).

68

c. Mengharap keberkahan hidup.

Seperti penuturan EF:

“Pertama mengikuti itu belum ada motivasi karena belum tahu apa

itu manaqib Jawahirul Ma‟any. Next pertemuan 2 sampe 3x

motivasi baru ada, aku beranggapan sejarah itu penting, manaqib

kan sejarah atau cerita-cerita terpuji. Dengan sejarah itu, tentunya

memotivasi untuk mencari keberkahan dalam perjuangan

hidupku.”(wawancara tgl 9 Maret 2018 pukul 20.30 di Aula Darul

Madani)

Keberkahan bermakna bertambahnya suatu kebaikan. Dia

adalah puncak dari rasa optimis yang dirasakan manusia. Jadi

berkah itu mengandung makna turunnya kebaikan illahi. Berkah

disini sering kita jadikan tujuan hidup disamping mencari ridho

Allah. Mencari keberkahan hidup pada hakikatnya adalah mencari

kebahagiaan.

Keberkahan tidak akan datang dengan maksiat. Dia juga

tidak bisa tiba sesuka hati manusia. Keberkahan hanya datang dari

sisi Allah, diberikan kepada siapa yang dikehendaki.

Jamaah majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma’any berharap dengan lantaran majelis tersebut, mereka dapat

menemukan keberkahan hidup baik itu keberkahan umur, waktu,

rezeki, ilmu, dan masih banyak keberkahan hidup lainnya.

d. Bertawassul kepada Syech Abdul Qadir al-Jailani.

Sesuai dengan penuturan narasumber IU:

“Seng pertama mendekatkan diri kepada Allah dengan bertawasul

kepada Kanjeng Syech Abdul Qadir al-Jaelani”(wawancara tgl 9

Maret 2018 pukul 16.30 di Aula Apung Darul Madani)

69

Tawassul bermakna berdoa kepada Allah swt melalui

perantara, baik perantara tersebut berupa amal baik kita ataupun

melalui orang sholeh yang kita anggap mempunyai posisi lebih

dekat dengan Allah swt.

Di dalam manaqib Jawahirul Ma‟any ini menjadikan Syech

Abdul Qadir al-Jailani sebagai perantara permohonan hajat,

keinginan, kebutuhan, dan solusi dari segala permasalahan hidup

yang dialami oleh jamaah.

Sepertihalnya yang tertera di dalam manaqib dijelaskan

bahwa,

”dikatakan kepadaku antara malam dan siang tujuh puluh kali:

“Aku memilihmu untuk diriku.” Dan diuacapakan lagi kepadaku

tujuh puluh kali: “Engkau dijadikan atas Pemeliharaan-Ku.” Demi

keagungan Tuhanku, sesungguhnya orang-orang yang beruntung

dan celaka diperlihatkan kepadaku, dan diberhentikan

dihadapankun dan sungguh nur mataku ada yang tinggal di Lauhil

Mahfudz, saya menyelam di dalam lautan ilmu Qadim, saya adalah

hujjah Allah terhadap kalian semua yang pada hari kiamat, saya

sebagai pengganti dan pewaris Rasulullah saw.” Dikatakan

kepadaku: “wahai Abdul Qadir bicaralah, maka dari ucapanmu

akan didengar.” Syakh Abdul Qadir al-Jailani berkata: “Demi

Allah, saya tidak akan minum sehingga dikatakan

kepadaku:”Wahai Abdul Qadir dengan hakku untukku, silahkan

minum.” Dan saya tidak akan makan sehingga dikatakan

kepadaku: “Dengan hakku untukku, silahkan makan, dan aku telah

selamatkan engkau dari segala yang merusak. Maka tahun, bulan,

minggu, dan hari, semuanya memberi salam kepadaku serta

memberitakan kejadian-kejadian yang akan terjadi waktu-waktu

tersebut.” Pada suatu ketika beliau berada di atas kursinya dan

berkata: “Apabila kalian minta kepada Allah, maka mintalah

dengan tawassul kepadaku.”(Sunarto: 2012:94)

70

6. Dampak Positif mengikuti Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma’any.

a. Hati merasa tenang.

Menurut penuturan dari narasumber YS:

“Membuat hati tambah tenang dan tambah mendekatkan diri kepada

Allah. Dan merasakan kekurangan kita”(wawancara tgl 8 Maret

2018 pukul 14.10 di Rumah YS)

Menurut penuturan MS:

“Hatine seneng, ayem, kepenak”. (wawancara tgl 8 Maret 2018

pukul 15.00 di Rumah MS)

Sedangkan menurut penuturan dari IB:

“Hati menjadi lebih tenang, adem, ayem, tentrem”. (wawancara tgl

9 Maret 2018 pukul 17.10 di Aula Darul Madani)

Setiap orang yang beriman kepada Allah swt wajib meyakini

bahwa sumber ketenangan jiwa dan ketentraman hati yang hakiki

adalah dengan berdzikir kepada Allah swt, membaca al-qur’an,

berdoa kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya yang maha

indah, dan mengamalkan ketaatan kepadanya

Kehadiran majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma‟any ini mengajak jamaah untuk sejenak melupakan

kehidupan duniawi dengan mengalihkan segala fokus pemikiran,

perbuatan hanya untuk mengingat Allah semata. Jika jamaah sudah

berhasil melakukan hal tersebut maka yang ada hanyalah Allah. Dan

71

otomatis situasi menjadi sangat kondusif, nyaman, tenang, bahkan

diharapkan kita bisa khusyuk berdoa kepada Allah swt.

b. Terkabulnya hajat.

Setiap orang pasti selalu memiliki keinginan atau cita-cita

atau hajat yang akan terus ada selama hidupnya. Entah itu

menginginkan kesehatan, kesuksesan, jodoh, rezeki atau yang

lainnya. Sudah pasti modal untuk mencapai keinginan tersebut

adalah doa, niat atau tekad yang kuat dan usaha. Usaha itu wajib

namun tidak boleh menomorsatukan usaha kemudian baru berdoa

karena hal itu dinilai sombong oleh Allah. Maka yang harus

dinomorsatukan adalah doa terlebih dahulu kemudian baru berusaha.

Jika sudah demikian maka Allah pasti akan memudahkan,

membantu, mengabulkan apa yang menjadi hajat kita.

Seperti penuturan dari narasumber MQ:

“,,,,insyaAllah yang aku rasain hajat-hajatku dapat terwujud yaa

walaupun ngak seluruhnya dikabulkan oleh Allah,,,,” (wawancara

tgl 9 Maret 2018 pukul 21.15 di Aula Darul Madani)

Jamaah majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma‟any berupaya untuk berdoa kepada Allah dengan menjadikan

Syech Abdul Qadir al-Jailani sebagai perantara doa tersebut. Mereka

berharap supa Allah dapat mengabulkan hajat mereka dan

memberikan pertolongan-Nya untuk mereka yang sedang

dihadapkan dengan segala persoalan hidup lainnya.

72

c. Berhati-hati dalam mengambil tindakan dan keputusan.

Menurut penuturan dari narasumber EF:

“Hidup lebih rekoso, peka situasi dan kondisi. Terutama untuk

masalah-masalah yang saat ini dialami, dan bisa berfikir panjang

untuk mengambil tindakan atau keputusan”. (wawancara tgl 9

Maret 2018 pukul 20.30 di Aula Darul Madani)

Memikirkan setiap keputusan yang diambil adalah tindakan

yang bijaksana. Hal ini akan membuat kita lebih berhati-hati dalam

segala keputusan yang akan diambil. Lebih bijaksana berarti lebih

dewasa dalam segala hal. Yang akan menghindarkan kita dari

kemungkinan resiko-resiko buruk yang akan menimpa dalam hidup

kita.

Dalam majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma‟any ini pernah suatu saat imam majelis memberikan mauidhoh

hasanah untuk para jamaah agar lebih peka dengan kondisi saat ini.

Kondisi dimana zaman ini benar-benar memasuki zaman akhir. Yang

mana tanda-tandanya telah terlihat dengan jelas. Maka jamaah

diingatkan untuk lebih berhati-hati lagi dalam menjalani kehidupan

ini dan selalu mendekatkan diri kepada Allah.

d. Manfaat yang bisa langsung dirasakan.

Menurut penuturan dari narasumber IU:

“Bisa dibilang membaca manaqib ini adalah seperti azimat yang

bisa langsung dirasakan. Seperti contoh, setiap majelisan ini

selalu ngedep air putih yang diasma‟ dengan barakah dari bacaan

manaqib ini untuk kesehatan dan lain-lain”. (wawancara tgl 9

Maret 2018 pukul 16.30 di Aula Apung Darul Madani)

73

Yang dimaksud manfaat yang bisa langsung dirasakan

disini ialah salah satunya dengan meminum air putih yang tadinya

telah diransfer energi kebaikan-kebaikan melalui bacaan manaqib.

Dan diharapkan dengan air itu bisa dijadikan wasilah untuk

kesehatan, dan untuk berbagai macam keinginan, kebutuhan dari

para jamaah.

7. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Majelis ta’lim Manaqiban Kitab

Manaqib Jawahirul ma’anydi Desa Sruwen

a. Nilai Iman Kepada Allah

Dalam manaqib dijelaskan juga beberapa fatwa dan ajaran

Syaikh Abdul Qadir al-Jailani salah satunya yaitu:

“Ikutilah sunnah Rasulullah saw dan jangan melakukan bid'ah,

berbakti kepada Allah dan Rasul-Nya jangan sampai keluar dari

Islam, bersabarlah dan jangan menggumam, berharaplah untuk

mendapatkan kesejahteraan dan jangan putus asa, berkumpullah

dalam majlis dzikir kepada Allah ta'ala, jangan bercerai berai,

bersihkan dirimu dengan bertaubat dari segala dosa dan jangan

berlumuran noda dan secara rutin menghadap di pintu Allah untuk

mohon ampunan-Nya”.(Sunarto: 2012:54)

Merujuk pada fatwa dan ajaran beliau Syech Abdul Qadir al-

Jailani tersebut diatas, bahwasannya pada intinya kita disuruh untuk

beriman kepada Allah dengan menjalankan segala apa yang

diperintahkan-Nya mengikuti Rosulnya dan menjauhi segala larangan-

Nya.

b. Nilai Cinta Kepada Rosulullah

Menurut penuturan dari narasumber MS:

74

“,,,,lan cinta karo kanjeng nabi kanthi sholawatan”. (wawancara tgl 8

Maret 2018 pukul 15.00 di Rumah MS)

Dalam rangkaian majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma‟any Usai pembacaan sholawat dan mahalul qiyam

imam majelis membacakan doa sholawat yang salah satu isi doanya

adalah sebagai berikut:

“Disana ada kubah bermawarna hijau, disanalah beliau

dimaqomkan. Kita berjalan menuju kesana. Yaa Rosulullah kami

datang menuju kesini tujuan kami tidak lain hanyalah engkau. Saya

sudah berada di depan pintu, bukakanlah wahai Rosulullah. Setelah

dibukakan kita langsung mencurahkan segala rasa cinta kita kepada

Rosulullah. Terimalah cintaku wahai Rosulullah. Mengingatmu

adalah sebagai obat bagi kami. Namamu bagaikan cahaya

dimanapun kami berada dan anak-anak kita”.(penjelasan Imam

Majelis, Kamis, 15 Maret 2018)

Pada saat sholawatan berlangsung kita dilatih untuk tidak

hanya sekedar membaca sholawat, namun kita dilatih untuk

menghadirkan Rosulullah dan kita harus meyakini bahwa Rosulullah

hadir dalam majelis tersebut.

c. Nilai Kezuhudan

Di era modern saat ini banyak orang yang terpikat oleh

keduniawian semata dengan segala kenikmatan yang ditawarkannya.

Kesenangan-kesenangan duniawi itu hanyalah bersifat sementara,

jangan sampai kita terpedaya dengan kesenangan tersebut, serta lalai

dari memperhatikan urusan akhirat. Yang sesungguhnya kenikmatan

yang teragung yaitu kenikmatan yang akan dirasakan kelak di yamil

75

akhirat. Kenikmatan akhirat itulah yang akan membawa manusia

kepada kemuliaan yang kekal.

Sepertihalnya dalam manaqib diterangkan bahwa:

“Adabiyah beliau meniru adabiyah Syaikh Mursyidnya yang sudah

sempurna dan senantiasa terpelihara dari inayah Allah. Sehingga

derajat kewaliannya terus meningkat pada kesempurnaan, karena

cita-cita yang luhur dapat mengalahkan sifat yang tercela dan nafsu

syaithoniyah yang menyesatkan. Dan juga secara intensif melakukan

riyadhah dan memerangi nafsu, sehingga beliau meninggalkan apa

yang menjadi kesenangannya dan hal-hal yang diperbolehkan, juga

meninggalkan keramaian dunia, pergi mengembara ke hutan di negeri

Iraq selama dua puluh lima tahun sehingga tidak mengenal orang.

Bahkan banyak orang yang mencemoohkannya dan tidak mau

memperdulikannya, karena keluarga yang menjadi tanggung

jawabnya seakan-akan diabaikan. Pada permulaan beliau melakukan

pengembaraan memang dirasa banyak menghadapi tantangan serta

kekhawatiran, tetapi semua hambatan itu dapat dihadapi dengan

tabah dan tetap melanjutkan pengembaraannya ke hutan

belantara”.(Sunarto: 2012:29)

Ketika jamaah majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma‟any melaksanakan ritualnya. Maka mereka akan

menghadirkan hati yang yang berpaling kepada dunia dan berbakti

kepada Allah swt dengan khusyuk meresapi pelaksanaan majelis

tersebut. Dan seakan-akan semua yang ada di dunia tidaklah penting

karena pada hakikatnya semua hanya akan kembali kepada Allah swt.

Maka mengikuti majelis ini termasuk dalam menjauhkan diri dari

kesenangan dunia dan mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan

kepada mereka, beribadah semata-mata hanya karena Allah. Serta

dalam rangka mempersiapkan kehidupan yang baik kelak diakhirat

nanti.

76

d. Nilai Silaturrahmi dan Ukhuwah Islamiyah

Menurut penuturan dari narasumber YS :

“Mempererat tali persaudaraan, menambah sahabat sing wingi ra

kenal dadi kenal, menambah ilmu pengetahuan, ora ketong sitik yo

aqidahnya tambah”. (wawancara tgl 8 Maret 2018 pukul 14.10 di

Rumah YS)

Menurut Penuturan EF:

“,,,,Menyambung tali silaturrahmi antar sesama karena tidak jarang

aku ketemu orang-orang sik sudah lama tidak ketemu”. (wawancara

tgl 9 Maret 2018 pukul 20.30 di Aula Darul Madani)

Menurut penuturan IB:

“Terjalinnya tali silaturrahmi yang lebih baik,,,,”. (wawancara tgl 9

Maret 2018 pukul 17.10 di Aula Darul Madani)

Menurut penuturan dari Narasumber JM:

“Mempererat tali silaturrahim karo mempererat persatuan umat

islam.”(wawancara tgl 8 Maret 2018 pukul 14.45 di Rumah JM)

Sedangkan menurut penuturan dari EF:

“,,,,Sebagai salah satu pemersatu umat terutama umat Islam yang

ikut.” (wawancara tgl 9 Maret 2018 pukul 20.30 di Aula Darul

Madani)

Menjalain tali silaturrahmi yang baik, dapat mendatangkan

kebaikan pada diri kita. Dengan kita menjalin silaturrahmi yang baik

maka doa-doa yang baik akan berdatangan kepada kita. Seperti

panjang umur, rezeki yang banyak dan barakah, dan keberkahan

dalam hidup lainnya akan kita dapatkan.

Dalam setiap kegiatan, termasuk kegiatan Majelis ta‟lim

Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any, tentunya melibatkan

77

banyak orang dan di dalamnya terjadilah sebuah interaksi antar

individu.Sehingga terwujudlah rasa kebersamaan dan rasa persatuan

seluruh individu yang terlibat. Menjadikan masyarakat Desa Sruwen

sesantiasa hidup rukun, tentram dan bahagia.

e. Nilai Amaliah

Dalam pelaksanaan majelis ta‟lim ini, masyarakat senantiasa

meningkatkan amal kebaikan melalui shadaqah. Seperti penuturan

dari narasumber EF:

“Yaa tentu bisa mbak, itu ibu-ibu juga kalau datang bawa makanan

ringan dll. Yaa mungkin mereka menggunakan kesempatan dalam

majelis ini untuk bersodaqoh”. (wawancara tgl 9 Maret 2018 pukul

20.30 di Aula Darul Madani)

Untuk jamaah yang memiliki kelonggaran rezeki membawa

hidangan makanan ringan untuk disajikan kepada para jamaah seusai

kegiatan manaqiban.

f. Nilai Dakwah

Dalam pelaksanaan majelis ta‟lim ini, dihadiri oleh sanak

saudara, pemuka agama, bapak-bapak, ibu-ibu, dan remaja.

Seringkali para ibu mengajak anak-anaknya untuk ikut serta.

Sehingga secara tidak langsung kegiatan majelis ta‟lim ini

menyampaikan ajaran islam kepada orang-orang yang hadir

termasuk anak-anak. Menjadikan mereka mengetahui bahwaMajelis

ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anytersebut

mengandung nilai-nilai pendidikan Islam.

g. Nilai Tholabul Ilmi

78

Menurut penuturan dari narasumber MS:

“Yo beribadah, menuntut ilmu, lan cinta karo kanjeng nabi kanthi

sholawatan”. (wawancara tgl 8 Maret 2018 pukul 15.00 di Rumah

MS)

Sedangkan menurut penuturan MQ:

“Nguri-nguri tinggalan ulama dahulu di Jawa, beribadah,

mempererat tali silaturrahmi juga, terus menuntut ilmu.” (wawancara

tgl 9 Maret 2018 pukul 21.15 di Aula Darul Madani)

Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma‟anyini merupakan wadah yang di dalamnya berisi kegiatan-

kegiatan positif yang diantaranya: mengagungkan Asma Allah,

berdzikir, bersholawat, menuntut ilmu. Apabila kita senantiasa

mendekatkan diri kepada Allah, maka hati pun akan menjadi tenang,

nyaman, dan tentram.

Seperti yang dituturkan oleh Narasumber NH:

“,,,,setelah itu mauidhoh hasanah jika waktu masih longgar”.

(wawancara tgl 10 Maret 2018 pukul 17.00 di Gazebo depan rumah

NH)

Setelah rangkaian pembacaan manaqib selesai, dalam majelis

ini terkadang jika waktu masih ada. Imam majelis menggunakan

waktu ini untuk menyampaikan hikmah-hikmah agarada manfaat lain

berupa ilmu, pengertian dan lain sebagainya.

Di dalam terjemahan manaqib(Sunarto: 2012:28) dijelaskan

ketika usia Syaikh Abdul Qadir al-Jailani medekati baligh, beliau

79

gemar mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, mengunjungi para

ulama‟ yang mulia derajatnya lagi berpengetahuan tinggi, serta

melaksanakan berbagai keutamaan. Langkah beliau dalam menuntut

ilmu pengetahuan ini perlu kita contoh. Bagaimanapun juga

keberadaan ilmu pengetahuan itu sangatlah penting bagi kehidupan

kita, karena dengan ilmu pengetahuan manusia akan lebih mudah

dalam menjalani kehidupannya, ia juga akan mampu membedakan

mana yang baik dan mana yang buruk. Ilmu pengetahuan juga

merupakan hal yang lebih berharga dari harta, yang tidak bisa dibeli

oleh apapun.

B. Analisis Data

1. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Majelis ta’lim Manaqiban Kitab

Manaqib Jawahirul ma’anydi Desa Sruwen

a. Nilai Iman Kepada Allah

Islam telah menganjurkan kepada umat manusia untuk

berdoa kepada Allah SWT ketika ingin meminta sesuatu. Dalam

majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any ini

mengandung nilai iman kepada Allah dengan mengajarkan kepada

para jamaah untuk berdoa hanya kepada Allah. Adapun Syech

Abdul Qadir al-Jailani disini hanyalah sebuah perantara dari doa

kita

80

b. Nilai Cinta Kepada Rosulullah

Tidak hanya kita saja yang bersholawat untuk Nabi. Allah

swt dan malaikat-malaikat-Nya juga bersholawat untuk nabi. Allah

bersholawat kepada nabi Muhammad saw, untuk memberinya

rahmat, sedangkan para malaikat bersholawat untuk memintakan

ampunan untuk nabi. Dan kita sebagai orang-orang yang beriman

diperintahkan oleh Allah swt untuk bersholawat kepada Nabi

Muhammad saw.

Selayaknya cinta kita yang pertama dan utama sebagai orang

beriman adalah kepada Allah tuhan semesta alam. Cinta yang kedua

adalah cinta kita kepada Rosulullah saw. Mencintai Rosulullah

berarti pula kita mencintai ajaran-ajaran beliau serta

mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

bersholawat kepadanya dan ketaatan menjalankan ajaran-ajarannya

merupakan bukti bahwa kita benar-benar mencintainya.

Pada saat sholawatan berlangsung kita dilatih untuk tidak

hanya sekedar membaca sholawat, namun kita dilatih untuk

menghadirkan Rosulullah dan kita harus meyakini bahwa

Rosulullah hadir dalam majelis tersebut.

c. Nilai Kezuhudan

Di era modern saat ini banyak orang yang terpikat oleh

keduniawian semata dengan segala kenikmatan yang

81

ditawarkannya. Kesenangan-kesenangan duniawi itu hanyalah

bersifat sementara, jangan sampai kita terpedaya dengan

kesenangan tersebut, serta lalai dari memperhatikan urusan akhirat.

Yang sesungguhnya kenikmatan yang teragung yaitu kenikmatan

yang akan dirasakan kelak di yamil akhirat. Kenikmatan akhirat

itulah yang akan membawa manusia kepada kemuliaan yang kekal.

Ketika jamaah majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma‟any melaksanakan ritualnya. Maka mereka akan

menghadirkan hati yang yang berpaling kepada dunia dan berbakti

kepada Allah swt dengan khusyuk meresapi pelaksanaan majelis

tersebut. Dan seakan-akan semua yang ada di dunia tidaklah penting

karena pada hakikatnya semua hanya akan kembali kepada Allah

swt.

d. Nilai Silaturrahmi dan Ukhuwah Islamiyah

Menjalain tali silaturrahmi yang baik, dapat mendatangkan

kebaikan pada diri kita. Dengan kita menjalin silaturrahmi yang

baik maka doa-doa yang baik akan berdatangan kepada kita. Seperti

panjang umur, rezeki yang banyak dan barakah, dan keberkahan

dalam hidup lainnya akan kita dapatkan.

Akan tetapi Orang zaman sekarang rasa individualismenya

itu sangat tinggi. Silaturrohmi sangat jarang dilakukan karena

sekarang sudah ada sarana-sarana berupa hp, berupa media-media

82

lain yang menggantikan silaturrahmi tersebut. Sehingga majelis

ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any ini dirasa

perlu, sebagaimana untuk semakin mendekatkan, menjalin

silaturrohmi, dan sangat efektif sekali. Majelis ini diadakan setiap

satu minggu sekali tepatnya pada malam senin. Dengan begitu

minimal seminggu sekali jamaah bisa saling bertemu, bertegur sapa,

dan lebih dari itu bisa saling mendoakan dan sebagainya.

Dalam setiap kegiatan, termasuk kegiatan Majelis ta‟lim

Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any, tentunya melibatkan

banyak orang dan di dalamnya terjadilah sebuah interaksi antar

individu. Sehingga terwujudlah rasa kebersamaan dan rasa

persatuan seluruh individu yang terlibat. Menjadikan masyarakat

Desa Sruwen sesantiasa hidup rukun, tentram dan bahagia. Dan

yang terjadi semakin lama majelis ta‟lim Manaqiban Kitab

Manaqib Jawahirul ma‟any ini semakin banyak jamaahnya, serta

menjadikan majelis ini sangat kondusif sekali. Jarang sekali terjadi

gesekan-gesekan dimasyarakat, apalagi konflik. Dan hal itu harus

tetap dijaga oleh jamaah karena bagaimanapun juga tantangan

kedepan itu tidak semakin ringan melainkan semakin berat.

e. Nilai Amaliah

Dalam pelaksanaan majelis ta‟lim ini, masyarakat senantiasa

meningkatkan amal kebaikan melalui shadaqah. Untuk jamaah

yang memiliki kelonggaran rezeki membawa hidangan makanan

83

ringan. Seringkali juga terdapat jamaah yang memiliki hajat aqiqah,

khoul orang tua, dan hajat lainnya membawa hidangan makanan

untuk disajikan kepada jamaah. Untuk jamaah lainnya mereka telah

ikhlas membantu menyiapkan hidangan dan perlengkapan untuk

keperluan majelis ta‟lim tersebut. Apabila seseorang mengeluarkan

shadaqah yang dilandasi dengan keikhlasan maka Allah SWT akan

melipat gandakan rezekinya.

f. Nilai Dakwah

Dalam pelaksanaan majelis ta‟lim ini, dihadiri oleh sanak

saudara, pemuka agama, bapak-bapak, ibu-ibu, dan remaja.

Seringkali para ibu mengajak anak-anaknya untuk ikut serta.

Sehingga secara tidak langsung kegiatan majelis ta‟lim ini

menyampaikan ajaran islam kepada orang-orang yang hadir

termasuk anak-anak. Menjadikan mereka mengetahui bahwaMajelis

ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anytersebut

mengandung nilai-nilai pendidikan Islam.

g. Nilai Tholabul Ilmi

Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma‟anyini merupakan wadah yang di dalamnya berisi kegiatan-

kegiatan positif yang diantaranya: mengagungkan Asma Allah,

berdzikir, bersholawat, menuntut ilmu. Apabila kita senantiasa

84

mendekatkan diri kepada Allah, maka hati pun akan menjadi

tenang, nyaman, dan tentram.

Hati yang lembut mudah menerima ilmu dan cahaya dari

Allah. Nasehat-nasehat yang baik mengalir dengan deras dalam

jiwanya. Semangat dalam mencari dan mengamalkan ilmunya

berkobar dalam jiwanya.

Setelah rangkaian pembacaan manaqib selesai, dalam

majelis ini terkadang jika waktu masih ada. Imam majelis

menggunakan waktu ini untuk menyampaikan hikmah-hikmah

agarada manfaat lain berupa ilmu, pengertian dan lain sebagainya.

2. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Kegiatan Majelis Ta‟lim

Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul Ma‟any.

Dari hasil penjabaran di atas, bahwasannya bahwa nilai-nilai

pendidikan Islam yang terkandung dalam kegiatan Majelis ta‟lim

Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anyseperti Iman kepada Allah,

cinta kepada Rasulullah,kezuhudan, menjalin tali silaturrahmidanukhuwah

Islamiyah, ibadah, amaliah, dakwah, dan tolabul ilmi. Ditemukan bahwa

nilai-nilai tersebut sudah diterapkan dalam kegiatan Majelis ta‟lim

Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anymaupun diluar kegiatan

Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any.

Nilai iman kepada Allah terlihat dalam kegiatan majelis ta‟lim

Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any mengajarkan kepada para

85

jamaah untuk berdoa hanya kepada Allah. Adapun Syech Abdul Qadir al-

Jailani disini hanyalah sebuah perantara dari doa kita.

Nilai cinta kepada Rosulullah di ajarkan dalam kegiatan majelis

ta‟lim manaqiban kitab Manaqib Jawahirul Ma‟any dengan cara

bersholawat bersama dengan dilatih untuk tidak hanya sekedar membaca

sholawat, namun kita dilatih untuk menghadirkan Rosulullah dan kita

harus meyakini bahwa Rosulullah hadir dalam majelis tersebut.

Ketika jamaah majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma‟any melaksanakan ritualnya. Maka mereka akan

menghadirkan hati yang yang berpaling kepada dunia dan berbakti kepada

Allah swt dengan khusyuk meresapi pelaksanaan kegiatan majelis

tersebut.

Kehadiran kegiatan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma‟any ini dirasa perlu, sebagaimana untuk semakin

mendekatkan, menjalin silaturrohmi, dan sangat efektif sekali. Majelis ini

diadakan setiap satu minggu sekali tepatnya pada malam senin. Dengan

begitu minimal seminggu sekali jamaah bisa saling bertemu, bertegur

sapa, dan lebih dari itu bisa saling mendoakan dan sebagainya.Sehingga

terwujudlah rasa kebersamaan dan rasa persatuan seluruh individu yang

terlibat. Menjadikan masyarakat Desa Sruwen sesantiasa hidup rukun,

tentram dan bahagia, oleh sebab itu majelis ta‟lim Manaqiban Kitab

Manaqib Jawahirul ma‟any ini semakin bertambahnya jamaahnya, serta

86

menjadikan majelis ini sangat kondusif. Jarang sekali terjadi gesekan-

gesekan dimasyarakat, apalagi konflik.

Dalam pelaksanaan majelis ta‟lim ini, masyarakat senantiasa

meningkatkan amal kebaikan melalui shadaqah. Untuk jamaah yang

memiliki kelonggaran rezeki membawa hidangan makanan ringan.

Seringkali juga terdapat jamaah yang memiliki hajat aqiqah, khoul orang

tua, dan hajat lainnya membawa hidangan makanan untuk disajikan

kepada jamaah. Untuk jamaah lainnya mereka telah ikhlas membantu

menyiapkan hidangan dan perlengkapan untuk keperluan majelis ta‟lim

tersebut.

Majelis ta‟lim ini, dihadiri oleh sanak saudara, pemuka agama,

bapak-bapak, ibu-ibu, dan remaja. Seringkali para ibu mengajak anak-

anaknya untuk ikut serta. Sehingga secara tidak langsung kegiatan majelis

ta‟lim ini menyampaikan ajaran islam kepada orang-orang yang hadir

termasuk anak-anak.

Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any ini

merupakan wadah yang di dalamnya berisi kegiatan-kegiatan positif yang

diantaranya: mengagungkan Asma Allah, berdzikir, bersholawat,

menuntut ilmu. Apabila kita senantiasa mendekatkan diri kepada Allah,

maka hati pun akan menjadi tenang, nyaman, dan tentram.

Setelah rangkaian pembacaan manaqib selesai, dalam majelis ini

terkadang jika waktu masih ada. Imam majelis menggunakan waktu ini

87

untuk menyampaikan hikmah-hikmah agar ada manfaat lain berupa ilmu,

pengertian dan lain sebagainya.

Para jamaah Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma‟any mengalami perubahan dalam hidupnya yang lebih baik, seperti

halnya keimanan mereka kepada Allah semakin meningkat, semakin

bertambah kecintaannya kepada Nabi Muhammad dan para auliya‟, hati

mereka menjadi lebih tenang, lebih berhati-hati dalam mengambil

keputusan.

88

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil paparan dan analisis data yang terkumpul diatas maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam majelis ta‟lim

Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa Sruwen

Dari data yang didapatkan oleh peneliti, bahwa nilai-nilai

pendidikan Islam yang terkandung dalam kegiatan Majelis ta‟lim

Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anyini seperti adanya Nilai

Iman kepada Allah, cinta kepada Rasulullah, kezuhudan, ukhuwah

Islamiyah, menjalin tali silaturrahmi, amaliah, dakwah, dan tolabul ilmi.

2. Implementasi nilai-niai pendidikan Islam dalam kegiatan majelis ta‟lim

manaqiban kitab Manaqib Jawahirul Ma‟any di Desa Sruwen

Dari data yang didapat di atas dapat disimpulkan bahwa dari

konsep nilai-nilai pendidikan Islam yang sudah diterapkan oleh imam

majelis dan jamaah majelis ta‟lim manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

Ma‟any. Penerapan dilakukan baik pada saat majelis tersebut berlangsung

maupun di luar majelis. Terlihat dari saat kegiatan majelis berlangsung

para jamaah menghadirkan perasaan yang berpaling dari kesenangan dunia

untuk beribadah hanya karena Allah, dan menjadikan Syech Abdul Qadir

al-Jailani hanya perantara doa mereka. Berkumpulnya para jamaah majelis

ta‟lim manaqiban kitab Manaqib Jawahirul Ma‟any secara langsung

89

mereka dapat mempererat tali silaturrahmi antar sesama umat Islam dan

juga mempererat ukhuwah islamiyah. Terlihat dari mereka yang tadinya

jarang bertemu bisa bertemu kembali dalam satu majelis, dari yang belum

kenal menjadi kenal, saling bertegur sapa dan lebih dari itu saling

mendoakan. Semakin bertambahnya jamaahnya, serta menjadikan majelis

ini sangat kondusif. Jarang sekali terjadi gesekan-gesekan dimasyarakat,

apalagi konflik. Nilai amaliah para jamaah terlihat dari keihlasan mereka

dalam membawa sodaqah makanan yang akan disajikan untuk para jamaah

lainnya, dan juga kekompakan mereka dalam membantu baik tenaga

maupun materi untuk terlaksananya kegiatan majelis tersebut. Semangat

dakwah dan menuntut ilmu terlihat saat imam majelis menyampaikan

muqoddimah maupun mauidhoh hasanah yang diperhatikan oleh para

jamaah dengan seksama.Kemudian penerapan pengamalan bacaan asmaul

husna, manaqib, dan sholawatan, oleh imam majelis maupun jamaah

terlihattidak hanya saat kegiatan majelis saja, namun juga terlihat dalam

kehidupan sehari-hari mereka.

B. Saran

Berdasarkan permasalahan yang peneliti bahas dalam skripsi ini

yaitu mengenai pelaksanaankegiatan Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab

Manaqib Jawahirul ma‟anyDesa Sruwen, Kecamatan Tengaran, Kabupaten

Semarang, maka peneliti hendak menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk Imam Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma‟anyDesa Sruwen

90

a. Hendaknya pelaksanaan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma‟anyDesa Sruwen dilaksanakan lebih awal, agar

jamaah tidak terlalu lama menunggu dimulainya majelis tersebut.

b. Hendaknya seluruh jamaah dihimbau untuk mempunyai manaqib

jawahirul ma‟any, agar waktu pelaksanaan seluruh jamaah ikut

andil dalam menyimak dan dapat menirukan bacaan di dalam

manaqib tersebut dengan benar.

c. Hendaknya penyampaian isi kandungan maupun hikmah dalam

manaqib jawahirul ma‟any bisa dilakukan secara intens. Agar

jamaah memiliki pengetahuan tentang manaqib tersebut secara

menyeluruh.

2. Untuk masyarakat Desa Sruwen

a. Hendaknya masyarakat turut mendukung dan berpartisipasi aktif

dalam kegiatan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma‟any.

b. Bagi jamaah majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma‟anyhendaknya lebih istiqomah dalam mengikuti majelis

tersebut.

c. Ritual kegiatan majelis ta‟lim manaqiban hanya sebagai sarana

untuk berdoa bersama bertawassul kepada Syech Abdul Qadir al-

Jailani, adapun yang paling utama adalah ibadah mahdhoh harus

diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

91

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Sirodjuddin. 2006. 40 Masalah Agama Jilid I. Jakarta: Pustaka

Tarbiyah

Achmadi. 1992. Islam Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya

Media.

Alawiyah, Tuti. 1997. Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim.

Bandung: Mizan. Cetakan Pertama.

Al-Aziz, Moh Saifulloh. 2000. Terjemahan Manaqib. Surabaya. Terbit

Terang.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Chirzin, M. Habib. 1997. Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES.

Cetakan Ketiga.

Darajat, Zakiah, dkk. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Darmadi, Hamid. 2009. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung:

Alfabeta

Daulay, Haidar Putra & Nurgaya Pasa. 2012. Pendidikan Islam dalam

Mencerdaskan Bangsa. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur‟an dan Terjemahannya. Jakarta:

Sygma Publishing.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (DEKDIKBUD). 1989. Kamus

BesarBahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Dewan Redaksi Ensiklopedi. 1994. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ichtiar

Baru Van Hoeve.

Djaelani, Bisri M. 2007. Ensiklopedi Islam. Yogyakarta: Panji Pustaka

Yogyakarta.

Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

92

Haryananta, Agung Tri. 2012. Kamus Kebahasaan dan Kesastraan.

Jakarta: Aksara Sinergi Media.

HD, Kaelany. 2000. Islam & Aspek-Aspek Kemasyarakatan. Jakarta: Bina

Aksara.

Helmawati. 2013. Pendidikan Nasional dan Optimalis Majelis Ta‟lim

Peran Aktif Majelis Ta‟lim Meningkatkan Mutu Pendidikan.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Jalaludin. 2001. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Luz, Abu Ana Ali Bin Husain. 2004. Ulasan Lengkap Tawassul (Antara

Realita dan Bimbingan Syariat). Jakarta: Darul Haq.

Maimun, Ahmad. 2009. Mengurai kebekuan khilafiyah. Salatiga: IAIN

Salatiga Press.

Maslikhah. 2009. Nilai Pendidikan Akhlaq. Jakarta : Bumi Aksara.

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mudyahardjo, Redja. 2002. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Muliawan, Jasa Ungguh. 2005. Pendidikan Islam Integratif: Upaya

Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Al-Munawir Kamus Arab-Indonesia.

Yogyakarta: Pustaka Progresif.

Murshafi, Muhammad Ali. 2009. Mendidik Anak Agar Cerdas dan

Berbakti. Surakarta: Ziyad Visi Media.

Muslih, Muhammad Hanif. 2011. Kesahihan Dalil Tawasul Menurut

Petunjuk al-Qur‟an dan Hadist. Semarang: PT. Karya Toha

Putra.

Nata, Abudin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Nugroho. 2010. Doa Pasti Diterima. Solo:Al-Qowam.

Nugroho, Muhammad Aji. 2016. Pendidikan Islam Berwawasan

Multikultural: Sebuah Upaya Membangun Pemahaman

93

Keberagamaan Inklusif Pada Umat Muslim, vol.8 No 1,33, dalam

“http://www.mudarrisa.iainsalatiga.ac.id/index.php/mudarrisa/arti

cle/view/489/450, diakses 4 April 2018.

Nuryanis, Romli. 2003. Pendidikan Luar Sekolah Kontribusi Ditpenamas

dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional. Departemen

Poerwadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.

Jakarta: Balai Pustaka..

Ramayulis. 1994. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Sagala, Syaiful. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat.

Jakarta: Nimas Multima.

Sarjono. 2005. Nilai- nilai Dasar Pendidikan Islam. Pendidikan Agama

Islam, Vol. II.

Sastrapradja, M. 1981. Kamus Istilah Pendidikan dan Umum. Surabaya:

usaha nasional.

Siregar, H. Imran dan Moh. Shofiuddin. 2003. Pendidikan Agama Luar

Sekolah (Studi Tentang Majelis Taklim). Jakarta: Puslitbang

Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang Agama dan

Diklat Keagamaan Departemen Agama RI

Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sunarto, Ahmad. 2012. Manaqib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani Makna

Jawa Pegon dan Terjemah Indonesia. Surabaya: Al-Miftah.

Suprayoga, Imam dan Tobroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial

Agama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Surayin. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Yrama

Widya.

Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Ya’qub, Hamzah. 1996. Etika Islam. Bandung: CV Diponegoro.

Zuhairini. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

94

95

LAMPIRAN

96

97

PEDOMAN WAWANCARA

A. Pertanyaan untuk pemimpin majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma‟any

1. Apakah majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anyitu?

2. Apa yang melatar belakangi berdirinya majelis ta‟lim Manaqiban Kitab

Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa Sruwen?

3. Sejak kapan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma‟anydiadakan?

4. Bagaimana perkembangan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma‟anydi Desa Sruwen? Apakah mengalami perkembangan

dengan banyaknya para jamaah atau para jamaah semakin sedikit?

5. Bagaimana pelaksanaan dan apa saja yang dibaca dalam majelis ta‟lim

Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any?

6. Apa tujuan dilaksanakannya majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma‟anydi Desa Sruwen?

7. Apakah kegiatan Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma‟anydapat dijadikan sarana untuk memperkuat ukhuwah islamiyah?

8. Nilai-nilai pendidikan Islam apa saja yang terkandung dalam kegiatan

majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa

Sruwen?

98

B. Pertanyaan untuk Jamaah majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma‟any

1. Apakah anda sering mengikuti kegiatan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab

Manaqib Jawahirul ma‟any?

2. Apa yang memotivasi anda mengikuti majelis ta‟lim Manaqiban Kitab

Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa Sruwen?

3. Siapa saja yang terlibat dalam majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma‟any?

4. Apa dampak positif bagi anda setelah mengikuti majelis ta‟lim

Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa Sruwen?

5. Apakah kegiatan Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma‟anydapat dijadikan sarana untuk bersodaqoh?

6. Menurut anda nilai pendidikan Islam apa saja yang tersurat dalam

kegiatan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any?

99

HASIL WAWANCARA

a. Wawancara dengan Pemimpin Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma‟anyDesa Sruwen

Nama : Ustadz Nur Hanani

Hari/Tanggal : Sabtu, 10 Maret 2018

Waktu : 17.00 wib

Tempat : Gazebo depan rumah pemimpin

Hasil wawancara

1. Apakah majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma‟anyitu?

Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any

itu suatu sarana untuk mengumpulkan umat kemudian diajak

bersama-sama untuk berbuat manfaat di dalamnya, yang antara lain

diadakan dengan secara ritual, kemudian sedikit banyaknya

menyampaikan tentang hikmah-hikmah. Dan Selanjutnya tarjetnya

adalah bagaimana jamaah atau majelis itu bisa merasakan

manfaatnya. maka kedepan bukan kita yang mengumpulkan, tapi

mereka yang butuh untuk kumpul. Bahkan kehadiran majelis ini

bener-bener diharapkan di masyarakat.

2. Apa yang melatar belakangi berdirinya majelis ta‟lim Manaqiban

Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa Sruwen?

Yang melatarbelakangi adalah ini ada koidah almuhafadhoh

alqodimissholih walakhdu jadidil al-aslah, jadi apa yang ditinggalkan

100

oleh orang-orang terdahulu atau para ulama itu kita jaga karena itu

kita yakini itu sesuatu yang baik, nguri-uri istilahe.Nguri-uri,

melestarikan dan kemudian kita juga tidak menutup kemungkinan

untuk berinofasi agar supaya relefansinya itu bisa diterima oleh

masyarakat. Dalam arti orang dulu dengan orang sekarang kan

berbeda, dadi kalau dulu itu tidak pakai pengeras sekarang harus

pakai pengeras. Kemudian untuk memanggil mereka sebelum hadir

dengan sholawatan, lagu-lagu. Nah itu sebagai bentuk apa namanya

kreatifitas inofasi kita, kita sesuaikan dengan a,,,kebutuhan zaman,

atau kebutuhan saat ini. Initine nguri-uri dan njogo apa yang menjadi

tradisi sekaligus yang telah ditanamkan oleh para pendahulu kita

sejauh itu tidak berlawanan dengan syariat. Dalam arti tidak

mengandung unsur-unsur maksiat dan sebagainya. Dan saya juga

mendapat ijazah dari guru (Asyhuri Muntaha pengasuh pondok

pesantren Nurul Furqon Blibis, Susukan, Semarang) untuk

mengamalkannya.

3. Sejak kapan kegiatan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma‟any itu diadakan?

Tepanya kita lupa yaa, yaa,,, sudah sekitar kurang lebih satu

tahun.

4. Bagaimana perkembangan kegiatanmajelis ta‟lim Manaqiban Kitab

Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa Sruwen? Apakah mengalami

101

perkembangan dengan banyaknya para jamaah atau para jamaah

semakin sedikit?

Yang kita rasakan karena apa namanya,,, a,,, mungkin

prosesnya yang tidak lama, saya katakan praktis tadi dan terutama

para jamaah itu bisa merasakan manfaatnya. Maka praktis semakin

kesini alhamduliallah semakin banyak dan bahkan a,, kita

mengadakan juga di desa Sruwen itu kita memberi jadwal di masing-

masing dusun bertempat di Mushola atau Masjid tiap lapan. Jadi

misalnya Sruwen I hari apa? Kemudian Sruwen II hari apa? Dan kita

rencanakan ini nanti menyeleuruh sedesa Sruwen bisa diubengi

manaqib. Alhamdulillah ini sudah separonya kita melaksanakan itu,

dan a,, kekuatan kita tidak hanya dari jamaah tapi justru para motor-

motor penggerak yaitu dari para anshor dan banser desa Sruwen.

Yang dalam hal ini a,,, apa mengatasnakan diri rijalul anshornya.

Dadi memang rijalul anshor itu a,,, apa namnya, tugas pokok dan

fungsinya adalah mengadakan semacam jamaah-jamaah

diwilayahnya. Jadi bisa dikatakan alhamdulillah tidak semakin sedikit

atau tetap tapi bahkan semakin hari semakin bertambah jamaahnya.

5. Bagaimana pelaksanaan dan apa saja yang dibaca dalam kegiatan

majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any?

“Tahap persiapan yakni memanggil jamaah dengan sholawat

dan lagu-lagu Islami dan setelah jamaah berkumpul kemudian masuk

ke tahap pelaksanaan yang sebelumnya memberikan muqoddimah

102

atau motivasi dan semangat kepada para jamaah. Membaca asmaul-

husna sampai akhir.Membaca syahadat dan Istighfar. Masuk ke

proses pembacaan manaqib yang sebelumnya didahului dengan

hadhoroh. Membaca sholawat 100X shollollohu. Membaca burdah

maulayasholliwasllimdaa iman abada 11X, Membaca manaqib, Ritual

khusus yaitu tawajuhan. Pembacaan doa, setelah itu pembacaan

sholawat sekaligus asyroqolnya. setelah itu mauidhoh hasanah jika

waktu masih longgar. Setelah selesai kita jagongan sambil ramah

tamah, kalau ada yaa sambil makan minum dan kemudian pulang

dengan membawa hasil masing-masing.

6. Apa tujuan dilaksanakannya kegiatanmajelis ta‟lim Manaqiban Kitab

Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa Sruwen?

Tujuan utama: karena ini adalah sesuatu yang baik , kita

yakini dengan manaqib ini bisa merekatkan jalinan ukhuwah

kemudian bisa mempererat tali silaturraohmi. Dan kita menangkap

suatu fenomena yang terjadi dimasyarakat itu terlihst beban dari

pada hidup itu semakin berat. Maka ini menjadi salah satu solusi.

Bagaimana kita kalau meminta sendiri dengan berjamaah itu

berbeda. Kita kumpukan kita bersama-sama yaa agar semakin

dekatlah. Tapi nak tujuan secara umum yaa orang sekarang itu sudah

melupakan laku. Laku itu bentuk riyadhoh, bentuk usaha. Dan orang

sekarang itu maunya yang instan-instan. Maka kita coba untuk

mengembalikan sisi-sisi itu. Kita kembali kepada laku, kalau orang

103

dulu itu sering puasa, riyadhoh, dan sebagainya. Agar bagaimana

tujuannya itu bisa tercapai. Dan itu tidak lepas dari keberkahan itu

sendiri, apa yang dicapai oleh laku, disamping tujuannya tercapai

juga ada keberkahan. Tapi ketika orang itu hanya instant-instant saja

sebagaimana makanan dan sebagainya itu. Yaa cepat tapi, pasti ada

madhorotnya, pasti ada efek sampingnya, ada sisi negatifnya.

Berbeda dengan yang menggunakan laku tadi.

7. Apakah kegiatan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma‟anydapat dijadikan sebagai sarana memperkuat ukhuwah

islamiyah?

Tidak hanya bisa tapi memang orang sekarang itu rasa

individualismenya itu sangat tinggi yaa , gengsinya juga sangangat

tinggi. Orang sekarang itu silaturrohminya sangat jarang sekali,

karena sekarang sudah ada sarana-sarana berupa hp, berupa media-

media lain. Sehingga seperti ini itu perlu, sebagaimana untuk semakin

rekat, menjalin silaturrohmi, dan sangat efektif sekali. Kalau disini

setiap malem senin, minimal seminggu sekali kita bisa bertemu, kita

bisa tegur sapa, bisa saling tanya kabar, dan lebih dari itu bisa saling

mendoakan, dan sebagainya. Dan yang terjadi semakin kesini itu

semakin banyak jamaah, menjadikan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab

Manaqib Jawahirul ma‟any ini menjadi sangat kondusif sekali.

Jarang sekali terjadi gesekan-gesekan dimasyarakat, apalagi konflik.

Dan itu harus kita jaga, dan bagaimanapun juga tantangan kedepan

104

itu tidak semakin ringan tetapi semakin berat. Yaa karena manusia

sekarang sudah kehilangan laku tadi.

8. Nilai-nilai pendidikan Islam apa saja yang terkandung dalam kegiatan

majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa

Sruwen?

Nilai-nilai pendidikan Islam itu terutama a,,, bagaimanapun

juga kita tidak bisa lepas dari pendahulu-pendahulu, tidak bisa lepas

dari apa yang ditanamkan, apa yang diajarkan, apa yang

dicontohkan. Dan nilai yang sangat tinggi adalah bagaimana kita

berada di majelis itu, sesaat kita bisa melupakan dunia, sesaat kita

bisa melupakan tentang hiruk pikuknya. Sesaat kita bisa mengalihkan

fokus pemikiran kita, fokus kesadaran kita kepada Allah, kanjeng

Nabi, kepada Kanjeng Syech Abdul Qadir al-Jailani. Dan itu adalah

sarana yang sangat efektif bagaimana kita bisa menentramkan diri

kita. Karena ketentraman itu adalah puncak dari pada tujuan hidup.

Ketentraman adalah ketika kita merasa nyaman dengan keadaan,

ketentraman itu nilai yang tertinggi. Surgapun adalah tempat

ketentraman, kenyamanan, dan bagaimana kita bisa menjadikan

kehidupan di dunia ini menjadi surga yaitu penuh dengan

ketentraman, kedamaian, kenyamanan itu nilai-nilai tertinggi.

Sebetulnya apa yang kita lakukan itu sudah nilai, karena memang kita

itu melakukan sesuai syariat, dan tidak bertentangan dengan

syariat.nah itu sudah nilai tersendiri, belum manfaat-manfaat yang

105

kita dapatkan itu juga nilai seperti: silaturrahimi, menjalin ukhuwah

itu juga nilai. Dan masih banyak lagi nilai-nilai yang kita dapatkan.

b. Wawancara dengan jamaah kegiatan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab

Manaqib Jawahirul ma‟anyDesa Sruwen

Dalam interview ini, peneliti mengambil 8 orang sampel dari

jamaah majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anyDesa

Sruwen. Berikut data interviewnya:

1) Apakah anda sering mengikuti kegiatan majelis ta‟lim Manaqiban

Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any?

Menurut YS :

Iya alhamdulillah.

Menurut JM:

Alhamdulillah sering.

Menurut MS:

Ya sering.

Menurut WY:

Ya alhamdulillah isoh mangkat terus.

Menurut MQ:

Yoo alhamdulillah isoh mangkat terus.

Menurut EF:

Iya alhamdulillah bisa sering berangkat, walaupun terkadang kalau

ada acara ganda saya tidak bisa berangkat.

Menurut IU

106

Alhamdulillah, semoga bisa istiqomah mengikuti majelis ini.

Menurut IB

Alhamdulillah sering mengikuti, dan semoga Allah selalu

meridhoi,,,aminn

2) Apa yang memotivasi anda mengikuti kegiatanmajelis ta‟lim

Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa Sruwen?

Menurut YS :

Seng motivasi yoo,,,, bisa bermunajah bersama-sama dan

mengungkapkan segala hajat-hajat kita kepada Allah melalui bacaan-

bacaan manaqib terutama waktu dalam berdoa.

Menurut JM:

Supaya bisa mendekatkan diri kepada Allah.

Menurut MS:

Ya beribadah kepada Allah, ikut-ikut berdoa, mujahadah, minuwun.

Menurut WY:

Ngalap berkah dari jamaah manaqib.

Menurut MQ:

Motivasi saya mengikuti majelis manaqib jawahirul ma‟any sebenere

semua manaqib semua sama, bahwa membaca manaqib syaikh Abdul

Qadir Jilani itu sangat baik. Karena akan menambah kecintaan kita

kepada beliau, yang kita ketahui adalah salah satu seorang wali

Allah, bahkan beliau disemati gelar sebagai sulthanul auliya‟ atau

pemimpin para wali. Kalau saya cenderung ke manaqib jawahirul

107

ma‟any karena: Durasi waktunya yang pas untuk mujahadah , tidak

kepanjangen atau kependekan jadi kalau ditambah sholawat nabi

waktu tetep pas.Lebih manteb di manaqib ini.Jamaah yang

banyak.Yaa imam dari tokoh masyarakat yang mumpuni juga, yaa itu

salah satu motivasnya. yaa ini dari aku sih.

Menurut EF:

Pertama mengikuti itu belum ada motivasi karena belum tahu apa itu

manaqib Jawahirul Ma‟any. Next pertemuan 2 sampe 3x motivasi

baru ada, aku beranggapan sejarah itu penting, manaqib kan sejarah

atau cerita-cerita terpuji. Dengan sejarah itu, tentunya memotivasi

untuk mencari keberkahan dalam perjuangan hidupku.

Menurut IU:

Seng pertama mendekatkan diri kepada Allah dengan bertawasul

kepada Kanjeng Syech Abdul Qadir al-Jaelani, manaqibnya asyik.dan

rasanya itu berenergi mungkin karena yang memimpin. Seperti janji

Allah, bahwasannya Allah akan membangunkan taman di Surga bagi

orang-orang yang selalu berada atau mau hadir dalem sebuah

majelis ta‟lim ataupun dzikir.

Menurut IB

Menjadikan kita selalu ingat Allah SWT, kita jadikan majelis tersebut

untuk berdoa kepada Allah bahwasannya Allah lebih dekat dari urat

nadi kita.

108

3) Siapa saja yang terlibat dalam kegiatanmajelis ta‟lim Manaqiban

Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any?

Menurut YS :

Imam Manaqib, tetangga dan sahabat baik dekat maupun jauh. Yaa

meskipun ora terlalu adoh.

Menurut JM:

Teman, saudara, tetangga, lan imam majelis manaqib.

Menurut MS:

Pemimpin manaqib, tonggo teparo, lingkungan.

Menurut WY:

Imam manaqib, konco, lan tonggo-tonggo.

Menurut MQ:

Yang terlibat itu imam atau pemimpin manaqib dan jamaah baik yang

sepuh-sepuh, pemuda dan bahkan ada anak-anak juga.

Menurut EF:

Yaa yang terlibat tentunya Abah atau imam manaqib, terus jamaah

dari berbagai daerah di Desa Sruwen.

Menurut IU:

Hampir keseluruhan masyarakat luas, dari bapak-bapak, ibu-ibu,

para remaja, santri, anak-anak, dan juga para ta‟mir masjid/ mushola

karena dari masjid dan mushola se Desa Sruwen sudah diadakan

majelis ini.

Menurut IB

109

Imam majelis, remaja dan masyarakat Desa Sruwen yang berkenan

hadir.

4) Apa dampak positif bagi anda setelah mengikuti kegiatanmajelis

ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any di Desa Sruwen?

Menurut YS :

Membuat hati tambah tenang dan tambah mendekatkan diri kepada

Allah. Dan merasakan kekurangan kita.

Menurut JM:

Ngawe hati luwih tenang.

Menurut MS:

Hatine seneng, ayem, kepenak.

Menurut WY:

Merasa tenang hatinya.

Menutut MQ:

Sering berkumpul dengan orang-orang soleh, punya kegiatan rutinan

untuk urusan agama, merasa ada curahan hati tentang dosa kita,

insyaAllah hati selalu bahagia, insyaAllah yang aku rasain hajat-

hajatku dapat terwujud yaa walaupun ngak seluruhnya dikabulkan

oleh Allah, dan bisa belajar Istiqomah.

Menurut EF:

Hidup lebih rekoso, peka situasi dan kondisi. Terutama untuk

masalah-masalah yang saat ini dialami, dan bisa berfikir panjang

untuk mengambil tindakan atau keputusan.

110

Menurut IU

Bisa dibilang membaca manaqib ini adalah seperti azimat yang bisa

langsung dirasakan. Seperti contoh, setiap majelisan ini selalu ngedep

air putih yang diasma‟ dengan barakah dari bacaan manaqib ini

untuk kesehatan dan lain-lain. Majelis ini kan diadakan satu minggu

sekali di Aula Darul Madani ini, nah kalau sekali saja ngak ikut

majelis ini itu ada sesuatu yang kurang, trus dihati itu rasanya kayak

getun gitu.

Menurut IB

Hati menjadi lebih tenang, adem, ayem, tentrem.

5) Apakah kegiatan Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma’any dapat dijadikan sarana untuk bersodaqoh?

Menurut YS :

Iya isoh.

Menurut JM:

Iya.

Menurut MS:

Nggeh saget, ora ketong opo yo aku kadang nyok ngowo idep-idep

sodaqoh.

Menurut WY:

Iya bisa.

Menurut MQ:

111

Bisa, karena suguhan yang dihidangkan oleh para jamaah itu

sebenarnya juga dari para jamaah sendiri. Jadi ya majelis ta‟lim ini

bisa dijadikan sarana untuk bersodaqoh.

Menurut EF:

Yaa tentu bisa mbak, itu ibu-ibu juga kalau datang bawa makanan

ringan dll. Yaa mungkin mereka menggunakan kesempatan dalam

majelis ini untuk bersodaqoh.

Menurut IU:

Iyaa bisa sih mbak, karena disamping majelis ini ada kotak amal,

terus ada juga ibu-ibu yang membawa makanan ringan untuk

dihidangkan setelah majelis tersebut selesai.

Menurut IB

Ya sangat banyak kesempatan untuk kita bersodaqoh, karena setelah

selesai acara tersebut dilaksanakan jagongan bersama sinambi dahar

unjukan.

6) Menurut anda nilai pendidikan Islam apa saja yang tersurat dalam

kegiatan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma‟any?

Menurut YS :

Mempererat tali persaudaraan, menambah sahabat sing wingi ra

kenal dadi kenal, menambah ilmu pengetahuan, ora ketong sitik yo

aqidahnya tambah.

112

Menurut JM:

Mempererat tali silaturrahim karo mempererat persatuan umat islam.

Menurut MS:

Yo beribadah, menuntut ilmu, lan cinta karo kanjeng nabi kanthi

sholawatan.

Menurut WY:

Keimanan, tali silaturrahim, lan menuntut ilmu.

Menurut MQ:

Nguri-nguri tinggalan ulama dahulu di Jawa, beribadah, mempererat

tali silaturrahmi juga, terus menuntut ilmu.

Menurut EF:

Kalau secara kandungan dalam manaqib aku ngak faham karena aku

ngak bisa ilmu tafsir atau ilmu bahasa Arab, tapi kalau secara kasap

mata ada beberapa hal yang tak terlihat:

1. Sebagai salah satu pemersatu umat terutama umat Islam yang

ikut.

2. Membina solidaritas dan kekompakan para Jamaah.

3. Menyambung tali silaturrahmi antar sesama karena tidak jarang

aku ketemu orang-orang sik sudah lama tidak ketemu.

4. Salah satu jalan untuk menyambungkan batin dengan Allah swt

melalui doa.

113

5. Waktu untuk curhat sama gusti Allah karena sering kan pas saat-

saat tertentu imam menyampaikan “sami krentek hajatipun

piyambak-piyambak”.

Menurut IU

Yang pasti bisa Menjalin tali silaturrahim khususnya bagi

masyarakat Desa Sruwen (yang berangkat, hehehehehe,,,,) bahkan

ada juga yang dari luar wilayah desa Sruwen.

Menurut IB:

Terjalinnya tali silaturrahmi yang lebih baik, memanfaatkan

waktu kita agar hidup lebih berkah.

114

115

116

117

118

119

120

121

122

123

124

125

DOKUMENTASI

Wawancara dengan narasumber NH Wawancara dengan narasumber

YS

Wawancara dengan narasumber MS Wawancara dengan narasumber

JM

Wawancara dengan narasumber IB Wawancara dengan narasumber

MQ

126

Wawancara dengan narasumber EF Wawancara dengan narasumber IU

Imam majelis Kegiatan Manaqib

Sesi berdoa Asyroqol (Mahalul Qiyam)

127

Asyroqol (Mahalul Qiyam) Hidangan Makanan ringan

Membagikan hidangan Ramah tamah sambil menikmati

hidangan

Membagikan air untuk jamaah Menghitung kotak amal