Upload
yuan-sidarta-leupeut
View
214
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Nikah Yang Baik
Citation preview
1. Wanita mana yang paling baik?
Rasulullah Shalallahu ”alaihi wa sallam ditanya : Wanita mana yang paling baik? Beliau
menjawab : (Yaitu) wanita yang menyenangkan (suami) nya bila dipandang, mematuhinya
bila diperintah, dan tidak menyalahinya pada sesuatu yang dibenci pada dirinya dan
hartanya. (Diriwayatkan oleh Ahmad) 2. Harta apa yang harus diambil?
Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam ditanya : harta apa yang harus diambil? Beliau
menjawab : hendaklah diantara kalian ada yang menjadikan hatinya bersyukur, lidahnya
berdzikir, serta isterinya yang beriman yang membantunya dalam urusan akherat.
(diceritakan Oleh Ahmad dan Tirmidzi dan dihasankannya)
3. Mengawini wanita yang tidak melahirkan
Seseorang bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam, katanya : Aku
menemukan seorang wanita yang memiliki keturunan dan kecantikan, hanya saja ia tidak
melahirkan, bolehkah aku mengawininya? Beliau menjawab : Tidak. Kemudian oranng itu
menghadap lagi pada kali yang lain dan kembali menanyakan hal tersebut, tapi beliau tetap
melarangnya. Lalu pada kali yang ketiga beliau menegaskan, kawinilah wanita yang subur
dan punya rasa sayang, sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya jumlah kallian
pada umat-umat yang lain.
4. Persetubuhan salah seorang kalian adalah sedekah
Beberapa orang diantara para sahabat berkata kepada Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam
: Orang-orang berharta berlalu dengan beberapa pahala, mereka shalat sebagaimana kami
shalat, berpuasa sebagaimana kami berpuasa dan bersedekah dengan kelebihan harta
mereka. Mendengar hal itu beliau mengatakan, tidaklah Allah Subhanahu Wa Ta”ala
menjadikan untuk kalian sesuatu yang dapat kamu sedekahkan dengannya? Setiap tasbih
adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setap tahmid adalah sedekah setiap tahlil
adalah sedekah, amar ma”ruf adalah sedekah, bahkan persetubuhan salah seseorang kalian
pun adalah sedekah. Mereka bertanya: Wahai Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam seorang
diantara kami melampiaskan nafsu syahwatnya lalu dia mendapatkan pahala? Beliau balik
bertanya: Bagaimana menurut kalian bila ia menempatkan pada sesuatu yang haram,
bukankah ia akan mendapat dosa? Maka demikian pula sekiranya meletakannya pada
sesuatu yang halal, tentu untuknya ada pahala. (diriwayatkan oleh Muslim)
5. Apakah pria harus melihat wanita yang akan dinikahinya?
Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam telah mengeluarkan fatwa bagi orang yang ingin
mengawini seorang wanita supaya ia melihatnya.
Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam ditanya Al Mughirah bin Syu”bah radhiyallahu ”anhu
tentang seorang wanita yang dilamarnya. Maka belau mengatakan kepadanya, lihatlah
kepadanya karena hal itu lebih layak untuk menciptakan kelanggengan di antara kalian
berdua. Lalu Mughirah mendatangi calon mertuanya dan memberitahukan kepada mereka
akan ucapkan Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam, akan tetapi kelihatannya mereka
kurang senang dalm menanggapi hal itu. Dan ternyata pembicaraan mereka sempat
didengar oleh putri mereka yang berada di balik tempat pingitannya, maka ia pun ikut
berbicara. Jika memang Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam telah menyuruhmu untuk
melihat, maka lihatlah, dan jika tidak maka aku akan menyumpahimu, seakan-akan
merasakan keberatannya. Mughirah berkata : lalu aku pun melihat dan menikahinya. Dalam
kisah ini tidak lupa Mughirah menyebutkan tentang persetujuan wanita itu dengannya
(diriwayatkan oleh Ahmad ).
6. Pandangan secara tiba-tiba
Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam ditanya tentang pandangan secara kebetulan. Beliau
mengatakan, palingkan pandanganmu. (Diriwayatkan oleh Muslim).
7. Tidak ada pernikahan tanpa ada mas kawin (mahar)
Seorang pria minta Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam agar menikahkannya dengan
seorang wanita. Maka beliau memerintahkan kepadanya agar memberikan sesuatu sebagai
mahar sekalipun cincin dari besi, tetapi pria tidak mendapatkannya. Beliau bertanya : Apa
saja yang engkau miliki dari Al-Qur”an? Pria itu menjawab : Surat ini dan surat itu. Beliau
menegaskan : Bisakah engkau menghafalnya dengan hatimu? Pria menjawab : Ya. Beliau
melanjutkan : Pergilah, engkau telah memilikinya dengan sesuatu yang ada padamu dari
ayat-ayat Al Qur”an. (Hadist disepakati)
8. Hal menutup diri bagi wanita dari pandangan laki-laki sekalipun salah seorang
di antara mereka ada yang buta.
Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam memerintahkan Ummu Salamah dan Maimunah untuk
behijab dari Ibnu Ummi Maktum. Lantas keduanya berkata : Bukankah dia sorang yanng buta
tidak melihat dan tidak mengenal kami? Beliau menjelaskan : Apakah kalian berdua juga
buta, bukankah kalian melihat kepadanya? (Hadist dishahihkan oleh Tirmidzi), Sekelompok
ulama menganut fatwa ini mengharamkan wanita melihat laki-laki. Namun pendapat ini
ditentang oleh kelompok lain yang berpegang pada hadist Aisyah radhiyallahu ”anha : Bahwa
dia melihat orang-orang Habsyi yang sedang bermain di masjid. Hanya saja pertentangan ini
perlu dipertimbangkan, karena sangat besar kemungkinan bahwa kisah ini terjadi
sebelumnya ayat hijab. Sementara kelompok yang lain megkhususkan masalah ini untuk
isteri-isteri Nabi.
9. Pernikahan perawan dan janda
Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam ditanya Aisyah radhiyallahu ”anha tentang seorang
gadis yang dinikahkan oleh keluarganya, apakh harus dikonsultasikan kepadanya atau tidak?
Beliau menjawab : Ya, harus dikonsultasikan kepadanya. Aisyah mengatakan, tentu ia akan
merasa malu. Beliau menjawab : itulah izinnya apabila dia diam (tidak berkata apa-apa).
(Hadist disepakati)
Fatwa inilah yang kami pegang, bahwa seorang gadis harus dimintai izinnya. Telah sahih dari
Rasulullah Saw sebuah hadist yang berbunyi Janda lebih berhak terhadap dirinya dari pada
walinya; sedangkan gadis harus diajak berunding tentang dirinya dan izinnya adalah
diamnya.
Dalam riwayat lain dikatakan, perawan dimintai izin oleh bapaknya mengenai dirinya dan
izinnya adlah diamnya. Di dalam dua kitab sahih disebutkan: Tidak boleh dinikahkan seorang
gadis sebelum dimintai izinnya. Para sahabat bertanya bentuk izinnya ? Beliau menjawab :
Bahwa dia diam saja. Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam ditanya oleh seorang gadis yang
masih perawan, katanya : Ayahku telah mengawinkan aku, padahal aku tidak suka. Lalu
Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam menyuruhnya untuk memilih. Rasulullah Shalallahu
”alaihi wasallam telah memrintahkan untuk meminta izin kepada perawan; melarang
menikahkannya tanpa izinnya; dan juga menyuruh wanita yang dinikahkan tanpa izin terlebih
dahulu tersebut untuk memilih, nah, kenapa harus meninggalkan fatwa ini dan meyalahinya
hanya berdasarkan pemahaman dari ucapan beliau berbunyi: Janda lebih berhak terhadap
dirinya daripada walinya?. Jadi bagaimana, padahal bunyi hadist ini dengan jelas menyatakan
bahwa pengertian yang dipahami oleh orang yang berpendapat : Ia boleh dinikahkan tanpa
pilhannya, bukanlah yang dimaksud ? Karena setelah itu Rasulullah Shalallahu ”alaihi
wasallam berkata: Perawan harus dimintai izin tentang dirinya. Bahkan ucapan ini
merupakan bentuk prokteksi dari Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam dari tindakan
menghbungkan ucapannya dengan pemahaman tadi.
10. Mahar seorang wanita
Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam ditanya tentang mahar seorang wanita. Beliau
menjawab; (Yaitu) apa yang disepakati oleh keluarga mereka. (diriwayatkan oleh
DaruQuthni). Kemudian masih riwayat DaruQuthni dalam sebuah hadist marfu” disebutkan :
Nikahkanlah anak-anak yatim. Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah Shalallahu ”alaihi
wasallam apakah pertalian di antara mereka ? Beliau menjawab: Yang diterima oleh masing-
masing keluarga sekalipun sepotong kayu arok (kayu siwak).
11. Mengawini perempuan yang berzina
Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam ditanya oleh Marqod Al Gonawi, katanya: Wahai
Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam bolehkah aku menikahi Inaq? Wanita ini adlah seorang
pelacur di Mekah. Mendengar pertanyaan beliau diam saja, maka turunlah ayat yang
berbunyi: Lelaki yang berzina tidak menikahi kecuali perempuan yang berzina atau musyrik
dan perempuan yang berzina idak dinikahi kecuali oleh laki-laki yang berzina atau musyrik
(An-nur : 3) Lalu beliau memanggil Marqod dan membacakan ayat ini kepadanya dan
berkata: Jangan engkau nikahi dia.
Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam juga ditanya oleh pria lain tentang menikahi wanita
yang dipanggil dengan Ummu Mahjul, yaitu seorang wanita yang melcurkan diri. Maka beliau
pun membacakan kepadanya ayat ini ( diriwayatkan Oleh Ahmad).
12. Tidak boleh menghimpun lebih dari empat orang wanita
Qois bin Harits memeluk Islam dan mempunyai delapan isteri lalu bertanya kepada
Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam tentang hal tersebut. Beliau mengatakan, pilih empat
diantara mereka. Sementara Ghoilan memeluk Islam dan mempunyai sepuluh isteri, lalu
Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam memerintahkannya agar memilih empat orang saja di
antara mereka (kedua hadist diriwayatkan oleh Ahmad)
13. Tidak boleh memadukan dua wanita yang bersaudara
Fairuz Ad dailami bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam, katanya : Aku
telah memeluk Islam dan memiliki dua isteri bersaudara, Maka beliau berkata: ceraikan yang
mana yang engkau kehendaki ( HR Ahmad).
14. Seseorang mengawini wanita yang masih dalam pingitannya, dan ternyata
wanita itu telah hamil
Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam ditanya oleh Basroh bin Aktam, katanya: Aku telah
mengawini seorang wanita yang masih perawan di dalam pingitannya, Tetapi ketika aku
menggaulinya, ternyata ia sedang hamil. Beliau mengatakan, ia berhak mendapatkan
maskawin terhadap apa yang telah engkau halalkan dari farajnya, sementara anaknya
menjadi budak untukmu. Maka jika ia telah melahirkan cambuklah ia. Dan beliau pun
memisahkan antara mereka berdua. (HR Abu Daud).
15. isteri yang kematian suaminya namun belum diberikan kepadanya maharnya
Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam ditanya tentang seorang pria yang mengawini wanita,
tapi belum memberikan mahar kepada isterinya sampai ia meninggal dunia. Maka beliau
memutuskan untuknya sesuai dengan nilai mahar para wanita dari kalangan keluarganya,
dan juga memiliki iddah serta hak waris (HR Ahmad di hasankan oleh Tirmidzi).
16. wanita yang menyambung rambutnya dan yang meminta disambungkan
Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam ditanya tentang wanita yang telah menikah kemudian
jatuh sakit sehingga rambutnya rontok, maka mereka pun hendak menyambungnya. Beliau
menjawab, Allah mengutuki wanita yang menyambung (rambutnya) dan yang minta
disambungkan (Hadist disepakati).
17. Hak isteri dari suaminya
Rasulullah Shalallahu ”alaihi wasallam ditanya : apa hak isteri dari suaminya? Beliau
menjelaskan: memberi pakaian bila ia berpakaian, tidak memukul mukanya dan tidak
menjelekan, tidak berpisah dengannya kecuali di dalam rumah. (HR Ahmad ).
Disadur dari Fatawa Rasulullah pengarang Ibn Qoyyim Al jauziyah penerjemah
saifuddin Zuhri. Pustaka Azzam. Jakarta. 2000