Upload
dinhthien
View
241
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF
PESANTREN AL-ISTIQLALIYYAH DALAM MEMPERTAHANKAN
NGAHOL SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
ROHIMA
NIM : 1112051000024
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
i
ABSTRAK
Nama : Rohima
NIM : 1112051000024
Judul : Strategi Komunikasi Persuasif Pesantren Al-Istiqlaliyyah Dalam
Mempertahankan Ngahol Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Islam merupakan salah satu agama di Indonesia yang memiliki beberapa
Perayaan Hari Besar Islam (PHBI), di antaranya Tahun Baru Hijriah, Maulid
Nabi, Isra Mi’raj, Nuzulul Quran, Idul Fitri dan Idul Adha. PHBI biasanya
dilakukan umat Islam di lingkungannya masing-masing, tidak terkecuali di
lingkungan pondok pesantren al-Istiqlaliyyah. Selain PHBI di atas, Pesantren al-
Istiqlaliyyah juga mengadakan ngahol Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Meski masih
menjadi kontroversi, namun pesantren telah mempertahankan perayaan ini sejak
57 tahun yang lalu, dan menjadikan ngahol sebagai salah satu perayaan tahunan
yang menarik minat masyarakat.
Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan penelitian ini untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana
strategi komunikasi persuasif pesantren al-Istiqlaliyyah dalam mempertahankan
ngahol Syekh Abdul Qadir al-Jailani? Apa saja faktor pendukung dan faktor
penghambat pesantren al-Istiqlaliyyah dalam pelaksaan ngahol Syekh Abdul
Qadir al-Jailani?
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
menggunakan teknik analisis data deskriptif. Di mana data yang diperoleh melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi penulis kumpulkan, olah serta sajikan
dengan cara melaporkan data yang telah terkumpul secara apa adanya lalu
disimpulkan. Sedangkan teori yang digunakan penulis sebagai pisau analisis
dalam penelitian ini adalah konsep strategi yang dikemukan oleh Fred R. David
dalam Manajemen Strategis Konsep. Dalam konsep tersebut, Fred mengemukakan
bahwa strategi memiliki tiga tahapan. Pertama perumusan strategi, kedua
implementasi strategi, dan ketiga evalusi strategi.
Strategi yang dilakukan oleh pesantren al-Istiqlaliyyah diawali dengan
perumusan strategi berupa menanamkan keyakinan kepada masyarakat akan
keuntungan atau ganjaran yang didapat jika mengikuti ngahol secara khusuk dan
melakukan berbagai persiapan. Kemudian untuk mengimplementasikannya,
pesantren menyusun berbagai runtutan acara saat ngahol berlangsung. Terakhir
melakukan evaluasi mengenai jalannya acara ngahol.
Salah satu faktor pendukung dalam pelaksanaan ngahol ini adalah adanya
dukungan dari berbagai lapisan masyarakat. Mulai dari pejabat pemerintahan,
hingga masyarakat biasa. Sedangkan faktor penghambat pelaksanaan ngahol
karena masih kurangnya koordinasi antar panitia acara.
Secara garis besar, strategi dalam mempertahankan ngahol ini ada pada
saat pesantren melakukan perumusan strategi dengan memberikan informasi
kepada masyarakat mengenai keuntungan dan ganjaran yang akan diperoleh.
Informasi tersebut yang meyakinkan masyarakat untuk turut andil dalam acara
tersebut.
Kata kunci: strategi, ngahol, pesantren, komunikasi persuasif, al-
Istiqlaliyyah.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim . Alhamdulillahirabbil ‘alamiin
Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan karuni yang telah
diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Strategi Komunikasi Persuasif Pesantren Al-
Istiqlaliyyah Dalam Mempertahankan Ngahol Syekh Abdul Qadir al-Jailnai”.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw,
teladan bagi seluruh umat manusia.
Alhamdulillah, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik,
Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi
Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran, MA dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Prof. Dr. M. Yunan Yusuf selaku Dosen Pembimbing Akademik.
4. Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
bersedia membimbing dan memberikan banyak masukan serta saran selama
penyusunan skripsi ini.
iii
5. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah mendidik serta memberi ilmu kepada penulis selama menempuh
pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah membantu penulis dalam urusan administrasi untuk keperluan penelitian
yang penulis lakukan.
7. Seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani dalam peminjaman
referensi untuk keperluan penelitian yang penulis lakukan.
8. Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah, Pengurus Pesantren Al-Istiqlaliyyah,
Abah H. Entoh, Wakil Lurah „am, Ahmad Humadi, serta Pengurus
Kepanitiaan Ngahol, Abah H. Masuri.
9. Ayahanda H. Usup dan Ibunda Hj. Marhunah, terimakasih atas segala doa,
semangat serta dukungan moral maupun materi yang telah diberikan kepada
penulis selama ini. Semoga rahmat dan karunia Allah SWT senantiasa
bersama kalian.
10. Seluruh anggota keluarga, Dedi Heriyanto, Sri Wahyuni, Yunus, Warsiati,
Masta, Siti Rohmah, Siti Fatimah, Ridhwan Wardhani, Raihan Septian,
Mahirah Shadiqah, dan Navia Shakira, terimakasih atas segala doa dan
dukungan semangat yang telah diberikan kepada penulis.
11. Teman-temah KPI A angkatan 2012 yang telah memberi motivasi dan
semangat.
iv
12. Kepada Ratih Pratiwi, Mia Kartikasari, Sitty Annisaa, Rizkika Utami, Faizah,
dan Aisyah terimakasih telah memberikan saran, masukan, semangat serta
doa kepada penulis.
13. Kepada teman-teman PBB, terimakasih telah memberi semangat selama ini.
14. Kepada rekan-rekan RDK FM dan Organisasi Penimbang Hukum,
terimakasih atas segala dukungan yang diberikan.
15. Kepada teman-teman KKN KEBINGS yang telah memberi dukungan dan
semangat.
16. Semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan kepada penulis
selama proses penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu.
Dengan segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, penulis
berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca,
baik di bidang akademis maupun praktis.
Jakarta, 09 September 2016
Rohima
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ....................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 9
D. Metodologi Penelitian ..................................................................... 10
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 13
F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 17
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Strategi ............................................................................................. 19
1. Pengertian Strategi ..................................................................... 19
2. Tahapan-Tahapan Strategi ......................................................... 21
B. Komunikasi Persuasif ...................................................................... 22
1. Pengertian Komunikasi Persuasif .............................................. 22
2. Unsur-Unsur Komunikasi Persuasif .......................................... 24
3. Metode Komunikasi Persuasif ................................................... 26
4. Pentahapan Komunikasi Persuasif ............................................ 29
C. Ngahol atau Haul ............................................................................. 30
1. Pengertian Ngahol atau Haul ..................................................... 30
vi
2. Dasar Hukum Haul .................................................................... 31
3. Rangkaian Acara Haul ............................................................... 33
BAB III GAMBARAN UMUM PESANTREN DAN TRADISI HAUL
A. Profil Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah ........................................ 35
1. Sejarah Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah ............................... 35
2. Kegiatan Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah ............................. 37
3. Struktur Organisasi .................................................................... 41
B. Syekh Abdul Qadir al-Jailani .......................................................... 43
C. Sejarah Ngahol Di Pesantren Al-Istiqlaliyyah ................................ 48
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Strategi Komunikasi Persuasif Pesantren Al-Istiqlaliyyah .............. 51
1. Perumusan Strategi .................................................................... 51
2. Implementasi Strategi ................................................................ 60
3. Evaluasi Strategi ........................................................................ 67
B. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pesantren Al-
Istiqlaliyyah dalam Mempertahankan Ngahol Syekh Abdul
Qadir al-Jailani ................................................................................ 70
1. Faktor Pendukung ...................................................................... 70
2. Faktor Penghambat .................................................................... 71
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .......................................................................................... 76
B. Saran ................................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur organisasi Pondok Pesantren al-Istiqlaliyyah................. 42
Gambar 4.1 KH. Uci Turtusi saat memimpin zikir bersama............................ 62
Gambar 4.2 Suasana saat tamu undangan memberi sambutan ........................ 64
Gambar 4.3 Pembacaan ayat suci al-Quran ..................................................... 64
Gambar 4.4 Pembacaan munaqib Syekh Abdul Qadir al-Jailani ..................... 65
Gambar 4.5 Suasana saat para ulama memberikan tausiah .............................. 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara dengan masyarakat yang memiliki
keanekaragaman budaya dan agama. Dalam hal kebudayaan, Indonesia memiliki
berbagai macam suku, di mana setiap suku memiliki budayanya masing-masing.
Begitu pula dengan agama, Indonesia selama ini mengakui adanya enam agama,
yakni Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghuchu.1 Masyarakat
bebas untuk memilih dan mempraktikan kepercayaan yang dianut. Hal ini
tertuang dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Bab XI tentang agama,
pada Pasal 29 ayat (2) disebutkan bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaan itu”.2
Agama menjadi salah satu peranan yang penting dalam kehidupan.
Agama menuntut seseorang untuk mendasarkan diri pada wahtu3 Tuhan dan
ajaran agama.4 Agama identik dengan seperangkat simbol kebudayaan dan
gagasan yang memusatkan perhatian dan memberikan makna pada kehidupan
manusia dan alam yang tidak diketahui.5 Keberagamaan pada hakikatnya adalah
penerimaan atas nilai-nilai bahkan institusi yang diyakini secara mutlak. Tetapi,
1 Astrid Ivonna, “Sebutkan Kitab Suci, Tempat Ibadah dan Hari Besar Agama Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Budha dan konghucu”, artikel diakses pada 30 Mei 2016 dari http://www.astalog.c
om/4255/sebutkan-kitab-ssuci-tempat-ibadah-dan-hari-besar-agama-islam-kristen-katolik-hindu-b
uddha-dan-konghucu.htm
2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (Solo: Giri Ilmu, t.t), h. 22.
3 Wahtu Tuhan menurut penulis Wahyu Tuhan.
4 Muhamad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2010), h. 180.
5 Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya (Yogyakarta: Pusat Pelajar, 2007), h.
194.
2
agama hadir tidak dalam ruang hampa budaya dan agama. Sehingga
keberagamaan sebagian besar penganut agama tidak bermula dari pilihan bebas,
ia hadir dari proses pewarisan atau penuturan dari generasi ke generasi. Artinya,
tidak terelakkan setiap penganut agama memiliki tradisi kebudayaan dengan
sudut pandang yang berbeda-beda dalam praktik keagamaannya, tidak terkecuali
dalam serumpun penganut agama itu sendiri.6
Dalam agama Islam, selain ada ritual keagamaan yang sudah ditetapkan
seperti shalat, puasa, dan lainnya sebagaimana yang telah tercantum dalam Al-
Quran dan Hadits, umat Islam juga memiliki kecenderungan untuk melakukan
Perayaan Hari Besar Islam (PHBI).
Ada beberapa PHBI yang biasa dirayakan, seperti tanggal 1 Muharram,
yakni perayaan tahun baru Hijriah atau tahun baru Islam, tanggal 12 Rabiul
Awal, ini merupakan hari lahir Nabi Muhammad SAW atau masyarakat sering
menyebutnya dengan Maulid Nabi. Kemudian tanggal 27 Rajab, yakni hari Isra‟
Mi‟raj, tanggal 17 Ramadhan sebagai hari Nuzulul Qur’an, tanggal 1 Syawal
(Idul Fitri) serta tanggal 10 Zulhijjah (Idul Adha). Saat PHBI, umat Islam
biasanya memiliki agenda tersendiri dilingkungan tempat tinggalnya, tidak
terkecuali dengan pondok pesantren.
Pondok pesantren menurut Didin Hafiduddin sebagai salah satu lembaga
di antara lembaga-lembaga iqamatuddin lainnya yang memiliki dua fungsi
utama, yaitu fungsi kegiatan Tafaqquh fi ad-din (pengajaran, pemahaman dan
pendalaman ajaran agama Islam) dan fungsi Indzar (menyampaikan, dan
6 Kholis Ridho, Otoritas Keagamaan dalam Islam, Dakwah, Vol. XIV, No. 2, (Desember,
2010), h. 310.
3
mendakwahkan ajaran agama Islam pada masyarakat).7 Sebagai suatu lembaga
yang memiliki fungsi untuk pendalaman ajaran agama, agenda PHBI juga tidak
luput menjadi kegiatan yang sering dilakukan di setiap pesantren, begitu pula
dengan Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah.
Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyan berada di Kampung Cilongok, Desa
Sukamantri RT 02 RW 02, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang.
Pesantren ini didirikan oleh KH. Dimiyati (almarhum) pada tahun 1955. KH.
Dimiyati adalah seorang ulama yang memiliki komitmen kuat dalam menjaga
tradisi kepesantrenan. Sepeninggal KH. Dimiyati pada tahun 2001, saat ini
pesantren salafiyah tersebut dipimpin oleh KH. Uci Turtusi yang merupakan
putra dari KH. Dimiyati.8
Di Pesantren Al-Istiqlaliyyah, melakukan perayaan hari besar Islam telah
menjadi agenda yang rutin dilakukan setiap tahunnya. Selain perayaan yang
penulis sebutkan di atas, ada satu perayaan lain yang rutin dilakukan setiap
minggu kedua di bulan Silih Maulid atau Rabiul Akhir yakni, ngahol atau haulan
Syekh Abdul Qadir al-Jailani.9
Syekh Abdul Qadir al-Jailani memiliki nama asli Abu Muhammad Abdul
Qadir bin Abu Shalih Abdullah bin Janki Duts bin Yahya bin Muhammad bin
Daud bin Musa bin Abdullah bin Al-Hasan bin Al-Hasin bin Ali bin Abu
Thalib.10
Beliau dilahirkan di kota Gilan, Jailan atau Jaily wilayah terpencil di
Thabaristan Bagdad pada awal Ramadhan tahun 471 H, ada juga yang
7 Ade Kamaluddin, Pesan Komunikasi K.H. M. Chaedar Dalam Pembinaan Santri Di
Pondok Pesantren Nurul Falah Pandeglang (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h. 33. 8 Wawancara Pribadi dengan H. Entoh, Cilongok, 20 Mei 2016. 9 Wawancara Pribadi dengan H. Entoh, Cilongok, 20 Mei 2016.
10 Ahmad Sunarto, Ensiklopedia Biografi Nabi Muhammad saw dan Tokoh-Tokoh Besar
Islam (Jakarta: Widya Cahaya, 2013), h. 235.
4
menyatakan tahun 470 H.11
Syekh Abdul Qadir al-Jailani, seorang guru sufi,
ulama, zahid, arif, panutan, Syekh al-Islam, seorang yang menonjol di antara
para wali. Begitu banyak riwayat yang menyebutkan karamah atau keluarbiasaan
yang dimiliki beliau. Salah satu karamahnya adalah memberi petunjuk. Melalui
pembicaraannya, ia dapat menggiring ribuan orang untuk memeluk Islam atau
bertobat.12
Munculnya berbagai karamah yang dianugerahkan padanya, mungkin
karena berkaitan erat dengan tugas yang diembannya sebagai pembina umat,
terutama dalam pemeliharaan aspek-aspek ruhaniyah Islam.13
Kepercayaan
terhadap karamah yang dimiliki Syekh Abdul Qadir ini juga menjadi alasan yang
membuat Pesantren al-Istiqlaliyyah melaksanakan ngahol.14
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Haul berarti peringatan
hari wafat seseorang yang diadakan setahun sekali (biasanya disertai selamatan
arwah).15
Sedangkan dalam bahasa Arab kata haul semakna dengan sanah, yaitu
tahun. Karena haul mempunyai arti setahun, maka peringatan haul juga diartikan
sebagai peringatan genap satu tahun.16
Atau dalam hal ini penulis mengambil
pengertian bahwa haul merupakan peringatan hari wafat seseorang yang
11
Ajid Thohir, ed., Historisitas Dan Signifikansi Kitab Manaqib Syekh Abdul Qadir al-Jilani
Dalam Historigrafi Islam (Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang
dan Diklat Kementrian Agama RI, 2011), h. 94. 12
Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf dan Ihsan: Antivirus Kebatilan dan Kezaliman.
Penerjemah Zaimul Am (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2007), h. 120. 13
Ajid Thohir, ed., Historisitas Dan Signifikansi Kitab Manaqib Syekh Abdul Qadir al-Jilani
Dalam Historigrafi Islam, h. 125. 14 Wawancara Pribadi dengan H. Entoh, Cilongok, 20 Mei 2016 dan 25 Juni 2016. 15
Departemen Pendidikan Nasional, Tim Penyusun Kamus, Pusat Bahasa, Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 393. 16
Ghundar Muhamad Al-Hasan, Tradisi Haul dan Terbentuknya Solidaritas Sosial: Studi
Kasus Peringatan Haul KH. Abdul Fattah Pada Masyarakat Desa Siman Kabupaten Lamongan
(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013), h. 30-
31.
5
diadakan setahun sekali. Peringatan haul ini, masyarakat sekitar lingkungan
Pesantren al-Istiqlaliyyah biasa menyebutnya dengan ngahol.17
Menurut penelitian Martin van Bruinessen, masyarakat Asia dan Afrika
memiliki persepsi yang kuat terhadap keberadaan dan popularitas dari Syekh
Abdul Qadir al-Jailani.18
Snouck Hurgronye dalam bukunya Mekka menyatakan
bahwa Syekh sangat dikenal di kalangan penganut ajaran tarekatnya. Penganut
ajarannya setiap tanggal 11 bulan Rabiul Akhir, hari-hari yang disebut kelahiran
dan wafatnya kanjeng syekh, merupakan hari-hari pertemuan akbar para ikhwan
yang biasa disebut “hawl” kecil dan “hawl” besar, dalam pertemuan itu guru-
guru spiritual membacakan kisah-kisah keagungannya.19
Pelaksanaan ngahol atau haul ini juga dilakukan sebagai wujud untuk
mengenang sejarah atau biografi seseorang yang ditokohkan sehingga dapat
meneladani jejak perjuangan orang yang diperingati hari wafatnya.20
Haul juga
mendatangkan banyak manfaat, baik bagi orang-orang yang sudah meninggal
dunia maupun yang masih hidup. orang yang telah meninggal dunia mendapat
doa dari jamaah yang hadir. Sedangkan jamaah atau orang-orang yang masih
hidup memperoleh berkah dengan mengikuti haul.21
Selain itu, pelaksanaan
ngahol juga dapat menjadi pengingat akan kematian sehingga orang-orang yang
masih hidup selalu berbuat baik, siap siaga, dan selalu memperbaiki keadaannya.
17
Wawancara Pribadi dengan H. Entoh, Cilongok, 20 Mei 2016. 18 Ajid Thohir, ed., Historisitas Dan Signifikansi Kitab Manaqib Syekh Abdul Qadir al-Jilani
Dalam Historigrafi Islam, h.7. 19
Ajid Thohir, ed., Historisitas Dan Signifikansi Kitab Manaqib Syekh Abdul Qadir al-Jilani
Dalam Historigrafi Islam, h.7-8. 20
Wawancara Pribadi dengan H. Entoh, Cilongok, 20 Mei 2016. 21
Al-Hamid Al Husaini, Liku-Liku Bid‟ah dan Masalah Khilafiyah (Singapore: JBW Printers
& Binders, 1998), h. 245.
6
Sebagimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Munafiiqun ayat 11:
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang
apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa
yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Munafiqun 63: 11)
Meski sudah banyak yang mengetahui tentang adanya ngahol atau haul
Syekh Abdul Qadir al-Jailani, namun tidak semua umat Islam terbiasa untuk
memperingatinya. Kehadiran ajaran tasawuf yang dibawa oleh kaum sufi di
dalam tradisi Islam masih kontrovesial, karena masih banyak perbedaan
pandangan atau teori dari para ilmuwan Islam dan non-Islam (khususnya
kalangan orientasi Barat).22
Bahkan, sampai saat ini para ulama juga masih
berbeda pendapat tentang hukum merayakan maulid Nabi Muhammad SAW.23
Walaupun masih menjadi kontroversi, namun nyatanya Pondok Pesantren Al-
Istiqlaliyyah telah melakukan ngahol Syekh Abdul Qadir al-Jailani sejak 57
tahun yang lalu, dan hingga kini masih dilakukan setiap tahunnya.
Sebelum ngahol ini diikuti oleh masyarakat, tujuan utamanya adalah untuk
melanjutkan mandat yang diberikan secara estafet. Sampai akhirnya pihak
pesantren mengajak masyarakat untuk ikut serta karena pihak pesantren juga
ingin mengenalkan ajaran-ajaran Tuan Syekh Abdul Qadir. Di sisi lain, pihak
pesantren juga memiliki keyakinan bahwa siapa saja yang mengikuti perayaan
ini dengan khusuk, maka akan mendapat keberkahan dan keselamatan dalam
hidup.24
22
Study Rizal LK, Tasawuf: Sebuah Kajian Awal tentang Pengertian dan Kehadirannya
dalam Tradisi Islam, Dakwah, Vol. XIV, No. 2, (Desember, 2010), h. 224. 23
Suhaimi, Maulid Rasulullah SAW. Dalam Perspektif Dakwah Islam Analisis Teks Tarikh
Al-Rusul wa Al-Mulk Karya Abu Ja’far Muhammad ibn Jaris Al-Thabari (224 H/ 639 M – 310 H/
923 M), Dakwah Vol. XIV, No. 1, (Juni, 2010), h. 149. 24
Wawancara Pribadi dengan H. Entoh, Cilongok, 20 Mei 2016 dan 25 Juni 2016.
7
Bukan hal yang mudah untuk mengajak dan mempertahankan masyarakat
agar tetap ikut serta dalam perayaan tahunan tersebut. Akan tetapi, Pesantren Al-
Istiqlaliyyah dapat terus melaksanakannya, bahkan antusias masyarakat tidak
berkurang. Setiap tahunnya, pihak pesantren selaku penyelenggara merasakan
adanya peningkatan dari jumlah jamaah dan masyarakat umum yang hadir.25
Kini ngahol tidak hanya diikuti oleh para santri dan masyarakat yang tinggal di
sekitar lingkungan pesantren, tapi masyarakat umum di luar pulau Jawa dan
ulama dari luar negeri juga sering ikut serta dalam haulan.26
Perayaan haul di
Pesantren Al-Istiqlaliyyah ini menjadi haulan terbesar di Jawa Barat dan
Banten.27
Dalam mempertahankan perayaan ngahol tersebut, tentu pihak pesantren
memiliki strategi atau cara komunikasi untuk mengajak masyarakat agar tetap
konsisten melaksanakan ngahol Syekh Abdul Qadir al-Jailani setiap tahunnya.
Dalam hal ini komunikasi yang penulis maksudkan adalah komunikasi persuasif.
Strategi menurut Onong Uchjana Effendy merupakan perencanaan untuk
mencapai tujuan, di mana untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidak
berfungsi sebagai jalan yang hanya memberikan arah saja, melainkan harus
mampu menunjukan taktik operasionalnya.28
Sedangkan komunikasi persuasif
dapat dipahami sebagai suatu pesan mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku
orang lain secara verbal maupun non-verbal. Proses tersebut adalah gejala atau
fenomena yang menunjukan suatu perubahan sikap atau perlakuan secara terus
25 Wawancara Pribadi dengan H. Entoh, Cilongok, 20 Mei 2016. 26 Wawancara Pribadi dengan H. Masuri, Cilongok, 25 Juni 2016. 27
Wawancara Pribadi dengan H. Masuri, Cilongok, 25 Juni 2016. 28
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 32.
8
menerus.29
Nortstine menjelaskan bahwa komunikasi persuasif bukanlah hal
yang mudah. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan agar komunikan mau
mengubah sikap, pendapat dan perilakunya. Di antara faktor-faktor tersebut
seperti kejelasan tujuan, memikirkan secara cermat orang-orang yang dihadapi
dan memilih strategi yang tepat sehubungan dengan komunikasi.30
Jadi yang dimaksudkan penulis dengan strategi komunikasi persuasif
adalah adalah upaya yang dilakukan pesantren untuk membentuk, menguatkan
dan mengubah pengetahuan, sikap san perilaku agar sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan. Di mana upaya-upaya tersebut akan penulis bagi ke dalam tiga
tahapan strategi sesuai dengan yang dikemukakan oleh Fred R. David yakni,
Perumusan Strategi, Implementasi Strategi dan Evaluasi Strategi.31
Pelaksanaan ngahol yang telah terjaga selama puluhan tahun ini menjadi
daya tarik tersendiri bagi penulis untuk meneliti lebih dalam mengenai hal
tersebut. Bukan pada tata cara ngahol, tapi penulis tertarik untuk mengetahui
bagaimana strategi komunikasi persuasif yang dilakukan Pesantren Al-
Istiqlaliyyah dalam mengajak masyarakat sekitar untuk terus ikut serta dalam
perayaan tersebut. Selain itu, penulis juga ingin mengetahui faktor pendukung
dan faktor penghambat apa yang dialami pesantren dalam pelaksanaan ngahol.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis akan melakukan
sebuah penelitian dengan judul “Strategi Komunikasi Persuasif Pesantren Al-
Istiqlaliyyah Dalam Mempertahankan Ngahol Syekh Abdul Qadir al-
Jailani”.
29
Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: Atma Kencana Publishing, 2013), h. 164. 30
Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 1.27. 31
Fred R. David, Strategic Management Concepts and Cases Thirteenth Edition (New
Jersey: Pearson Education Inc, 2007), h.37.
9
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan penelitian pada strategi
yang dilakukan oleh pengurus dari Pesantren Al-Istiqlaliyyah dalam
mengajak masyarakat di Kecamatan Pasar Kemis dan sekitarnya untuk
mempertahankan perayaan ngahol Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana strategi komunikasi persuasif pesantren Al-Istiqlaliyyah
dalam mempertahankan ngahol Syekh Abdul Qadir al-Jailani?
b. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat yang dialami pesantren
al-Istiqlaliyyah dalam pelaksanaan ngahol Syekh Abdul Qadir al-
Jailani?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui
strategi atau cara seperti apa yang dilakukan oleh pengurus Pesantren Al-
Istiqlaliyyah hingga bisa membuat masyarakat bersedia mengikuti dan
mempertahankan perayaan ngahol Syekh Abdul Qadir al-Jailani yang
dilakukan oleh pesantren tersebut. Serta meneliti apa saja yang menjadi faktor
pendukung dan faktor penghambat pesantren dalam pelaksanaan ngahol
Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
10
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Secara akademis, penulis berharap jika penelitian ini dapat menambah
literatur di bidang strategi komunikasi persuasif dan dapat dijadikan sebagai
referensi oleh para akademisi, khususnya di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat
memberikan inspirasi kepada pembaca untuk mengetahui strategi komunikasi
yang tepat untuk mengajak masyarakat dalam hal yang dianggap dapat
membawa kebaikan bagi umat.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut
Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari subjek
penelitian yang dapat diamati. Definisi lain penelitian kualitatif adalah
merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk
menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku individu
atau sekelompok orang.32
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
pemecahan masalahnya dengan menggunakan data empiris yang bertujuan
32
Lexy J. Moleong, Metodoogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005), h. 4
11
mengembangkan pengertian tentang individu dan kejadian dengan
memperhitungkan konteks yang relevan.33
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Pesantren Al-Istiqlaliyyah di
Kecamatan Pasar Kemis, sedangkan objek dari penelitian ini adalah strategi
komunikasi persuasif pengurus Pesantren Al-Istiqlaliyyah dalam
mempertahankan perayaan ngahol Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah yang
berada di Kp. Cilongok, Desa Sukamantri RT 02 RW 02, Kecamatan Pasar
Kemis, Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Adapun waktu penelitian
guna mendapatkan data yang akurat dari subjek penelitian dilakukan pada
bulan Mei hingga Juli 2016.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara
secara garis besar dibagi dua yakni, wawancara tak terstruktur dan wawancara
terstruktur.34
Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik wawancara tak terstruktur
atau wawancara secara mendalam dengan pengurus Pondok Pesantren Al-
33
Mashuri dan M. Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif
(Malang: Reflika Aditama, 2008), h. 13-14. 34
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), Cet. Ke-7, h. 180.
12
Istiqlaliyyah. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara dan
informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.35
Dalam
penelitian ini, penulis mewawancarai Abah H. Entoh selaku pengurus
pesantren, Abah H. Masuri selaku panitia dan tokoh masyarakat, serta Ahmad
Humadi selaku Wakil Lurah „am.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan.36
Dalam penelitian ini penulis melakukan pengamatan
langsung ke Pesantren al-Istiqlaliyyah, dan penulis juga pernah beberapa kali
menghadiri ngahol Syekh Abdul Qadir al-Jailani yang dilaksanakan setiap
minggu kedua di bulan Rabiul Akhir.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data atau informasi yang telah
diperoleh dari dokumentasi yang ada dan berkaitan dengan penelitian. Teknik
ini digunakan untuk menelusuri data historis, sejumlah besar fakta dan data
sosial tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi.37
Dalam
35
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik, dan Ilmu
Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2009), h. 108. 36
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik, dan Ilmu
Sosial Lainnya, h. 115. 37
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik, dan Ilmu
Sosial Lainnya, h. 121.
13
penelitian ini penulis menelusuri dokumen-dokumen berupa buku, video
dokumentasi serta artikel yang berhubungan dengan ngahol.
5. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data, penulis menggunakan teknik analisis data
deskriptif yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci
dengan melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah dari tiap
kondisi dan praktik-praktik yang berlaku, membuat perbandingan atau
evaluasi, menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi
masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menerapkan
rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.38
Secara singkat, hasil penelitian yang bersumber dari berbagai sumber
data yang didapatkan dari hasil wawancara dan dokumen akan dikumpulkan,
diolah serta disajikan dengan cara melaporkan data yang telah terkumpul
secara apa adanya lalu disimpulkan.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan sumber buku
sebagai literature dalam menyelesaikan penelitian ini, antara lain:
Buku Strategic Management Concept and Cases, Thirteenth Edition,
karya Fred R. David. Buku ini membahas mengenai pembagian konsep
manajemen strategi dan juga beberapa kasus yang berhubungan dengan
konsep tersebut.39
38
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2006), Cet. Ke.2, h. 25. 39 Fred R. David, Strategic Management Concepts and Cases Thirteenth Edition (New
Jersey: Pearson Education Inc, 2007).
14
Buku Komunikasi Persuasif yang ditulis oleh Soleh Soemirat, H.
Hidayat Satari, dan Asep Suryana. Buku ini yang terbit tahun 2007 ini
menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan komunikasi persuasif. Mulai
dari falsafah dan konsep dasar komunikasi, proses dasar komunikasi
persuasif, unsur-unsur dalam komunikasi persuasif, teknik komunikasi
persuasif, hingga analisis masalah dari komunikasi persuasif.40
Buku Historisitas dan Signifikansi Kitab Munaqib Syekh Abdul Qadir
al-Jilani Dalam Historiografi Islam, penulis Ajid Thohir. Buku ini merupakan
hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Ajid Thohir yang berusaha untuk
menengahi akademik posisi Kitab Manaqib Syekh Abdul Qadir al-Jailani
dalam historiografi Islam yang selama ini menjadi perdebatan. Buku ini tidak
terlalu banyak memaparkan teori, tetapi lebih pada mengungkapkan data dan
deskripsi historitas dan signifikansi Kitab Manaqib Syekh Abdul Qadir al-
Jailani.41
Penulis juga melakukan tinjauan pustaka untuk mengkaji skripsi-skripsi
terdahulu yang mempunyai judul hampir sama dengan penelitian yang
dilakukan. Maksud pengkajian ini adalah agar dapat diketahui apakah yang
diteliti penulis saat ini memiliki kesamaan dengan penelitian dari skripsi-
skripsi terdahulu. Adapun beberapa skripsi yang memiliki judul hampir sama
dengan yang penulis teliti antara lain:
Indra Bayu, “Strategi Komunikasi Persuasif Sanggar Seni Wanda
Banten Dalam Menarik Minat Remaja Untuk Melestarikan Kebudayaan
40
Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007). 41
Ajid Thohir, ed., Historisitas Dan Signifikansi Kitab Manaqib Syekh Abdul Qadir al-Jilani
Dalam Historigrafi Islam (Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang
dan Diklat Kementrian Agama RI, 2011).
15
Daerah”, Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa, tahun 2014. Penelitian ini menggunakan teori yang sama dengan
penulis. Namun fokus dari penelitian ini lebih pada strategi untuk
melestarikan kebudayaan di masyarakat, sedangkan penelitian yang dilakukan
penulis tidak bersangkutan dengan kebudayaan di masyarakat. Meskipun
penelitiannya fokus terhadap strategi komunikasi persuasif, skripsi ini masih
kurang dalam penjelasan mengenai komunikasi persuasif.42
Skripsi Ghundar Muhamad Al-Hasan, “Tradisi Haul dan Terbentuknya
Solidaritas Sosial (Studi Kasus: Peringatan Haul KH. Abdul Fattah Pada
Masyarakat Desan Siman Kabupaten Lamongan)”, Program Studi Sosiologi,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2013. Penelitian ini memiliki
kesamaan dari segi pembahasan, yakni mengenai haul. Akan tetapi fokus dari
penelitian ini pada solidaritas yang terbentuk di masyarakat dari adanya
tradisi haul, sedangkan penulis memfokuskan strategi komunikasi persuasif
yang dilakukan pesantren dalam mempertahankan haul. Dalam skripsi ini
masih kurang dalam penjelasan mengenai haul.43
Skripsi Aspuri, “Pengaruh Tradisi Haul KH. Abdulrahman Terhadap
Keberagamaan Masyarakat Mranggen Demak”, Program Studi Aqidah
Filsafat, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, tahun 2009.
Skripsi ini memfokuskan penelitian pada proses pelaksanaan haul dan
perkembangan tradisi haul KH. Abdulrahman serta pengaruhnya terhadap
42
Indra Bayu, Strategi Komunikasi Persuasif Sanggar Seni Wanda Banten Dalam Menarik
Minat Remaja Untuk Melestarikan Kebudayaan Daerah, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2014). 43
Ghundar Muhamad Al-Hasan, Tradisi Haul dan Terbentuknya Solidaritas Sosial: Studi
Kasus Peringatan Haul KH. Abdul Fattah Pada Masyarakat Desa Siman Kabupaten Lamongan
(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013).
16
bidang keagamaan yang meliputi bidang ibadah, akhlak, aqidah dan
muamalah. Skripsi ini menjelaskan secara detail mengenai pelaksanaan haul
mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan. Gambaran
mengenai pengaruh terhadap bidang keagamaan juga disajikan dengan
lengkap.44
Skripsi Fathor, “Mempertahankan Tradisi Di Tengah Industrialisasi
(Studi Kasus Pelestarian Tradisi Haul Mbah Sayyid Mahmud Di Desa
Karangbong Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo)”, Program Studi
Sosiologi, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, tahun 2012.
Skripsi ini meneliti mengenai faktor-faktor yang membuat masayarakat di
Desa Karangbong tetap mempertahankan tradisi haul serta pandangan
masyarakat terhadap sosok Mbah Sayyid Mahmud. Meski fokus penelitian
pada pelaksanaan haul, namun penelitian ini tidak menjelaskan secara detail
mengenai dasar-dasar hukum mengenai perayaan haul itu sendiri.45
Skripsi Aen Istianah Afiati, “Komunikasi Persuasif Dalam
Pembentukan Sikap (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Pelatihan Pendidikan
Militer Tamtama TNI AD Di Sekolah Calon Tamtama Rindam IV Diponegoro
Kebumen)”, Program Studi Ilmu Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, tahun 2015. Skripsi ini meneliti proses komunikasi persuasif
yang dilakukan oleh pelatih terhadap siswa dalam proses pendidikan militer
Tamtama TNI AD. Skripsi ini akan lebih baik jika metode-metode
44
Aspuri, Pengaruh Tradisi Haul KH. Abdulrahman Terhadap Keberagamaan Masyarakat
Mranggen Demak (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, IAIN Walisongo Semarang, 2009). 45
Fathor, Mempertahankan Tradisi Di Tengah Industrialisasi (Studi Kasus Pelestarian
Tradisi Haul Mbah Sayyid Mahmud Di Desa Karangbong Kecamatan Gedangan Kabupaten
Sidoarjo (Skripsi S1 Fakultas Dakwah, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2012).
17
komunikasi persuasif juga dijelaskan secara menyeluruh, tidak hanya pada
metode pelatihan yang digunakan dalam pendidikan militer tersebut. 46
F. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, penulis membagi penulisannya ke dalam lima bab
dan setiap bab terdiri atas beberapa sub bab. Adapun sistematika
penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan Latar Belakang Masalah, Rumusan dan
Batasan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika
Penulisan.
BAB II KAJIAN TEORITIS
Bab ini menjelaskan teori-teori yang digunakan oleh penulis, antara
lain teori mengenai Startegi, Komunikasi Persuasif, dan Ngahol.
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini membahas Profil Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah, Syekh
Abdul Qadir al-Jailani, dan Sejarah Ngahol di Pesantren Al-
Istiqlaliyyah.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Bab ini menguraikan hasil dari penelitian berupa strategi
komunikasi persuasif yang dilakukan Pesantren Al-Istiqaliyyah
46
Aen Istianah Afiati, Komunikasi Persuasif Dalam Pembentukan Sikap (Studi Deskriptif
Kualitatif Pada Pelatihan Pendidikan Militer Tamtama TNI AD Di Sekolah Calon Tamtama
Rindam IV Diponegoro Kebumen (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2015).
18
dalam mempertahankan ngahol Syekh Abdul Qadir Al-Jailani,
serta faktor pendukung dan faktor penghambat yang di alami.
BAB V PENUTUP
Bab ini memuat tentang Simpulan dan Saran dari penelitian yang
telah dilakukan penulis.
19
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Strategi diambil dari kata Yunani Strategia, (Stratos: militer, dan
memimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral.
Konsep ini relevan pada situasi pada waktu itu yang sering diwarnai perang.
Strategi juga bisa diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan
penggunaan kekuatan militer dan material pada dearah-daerah tertentu untuk
mencapai tujuan tertentu.1
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, strategi berarti ilmu siasat perang;
siasat perang; akal atau tipu muslihat untuk mencapai sesuatu maksud dan
tujuan yang telah direncanakan.2
Dari uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa kata
strategi pada awalnya merujuk pada seni atau ilmu untuk mengatur siasat
perang untuk mencapai maksud tertentu. Pengertian kata strategi ini merujuk
pada situasi perang yang memang sedang terjadi pada waktu itu. Namun
seiring berkembangnya zaman, pengertian strategi pun berubah.
Berikut ini beberapa pengertian strategi menurut para ahli:
1 Zianuddin Sardar, Tantangan Dunia Islam Abd 21, Terjemahan A. E Priyono dan Ilyas
Hasan, (Bandung: Mizan, 1996), h. Prakata. 2 Desi Anwar, Kamus Bahasa Indonesia, (Surabaya: Penerbit Amelia Surabaya, 2002), Cet.
Ke.1, h.49.
20
a. Menurut Alfred Chandler strategi merupakan penetapan sasaran dan
tujuan jangka panjang suatu perusahaan atau organisasi dan alokasi
sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut.
b. Menurut Kenichi Ohmae, strategi adalah keunggulan bersaing guna
mengubah kekuatan perusahaan atau organisasi sehingga menjadi
sebanding atau melebihi kekuatan pesaing dengan yang paling efisien.3
c. Onong Uchjana Efendy berpendapat bahwa strategi adalah perencanaan
untuk mencapai tujuan, namun untuk mencapai tujuan tersebut strategi
tidak berfungsi sebagai jalan yang hanya memberikan arah saja,
melainkan harus mampu menunjukan taktik operasionalnya.4
d. Joseph A. Ilardo mendefinisikan strategi sebagai a carefully chosen plan
or series of maneuvers designed to achieve a specific goal. Dengan kata
lain strategi adalah rencana terpilih yang bersifat teliti dan hati-hati atau
serangkaian maneuver yang telah dirancang untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
e. Sedangkan dalam suatu organisasi strategi diartikan sebagai kiat, cara
dan taktik utama yang dirancang sebagai sistematik dalam melaksanakan
fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi organisasi.5
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk
mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang
3 Senja Nilasari, Manajemen Strategi Itu Gampang, (Jakarta: Dunia Cerdas, 2014) Cet. 1, h.
2. 4 Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), h.32. 5 Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan,
(Yogyakarta: Gajah Mada Press, 2000), h. 147.
21
hanya menunjukan arah saja, melainkan harus menunjukan bagaimana taktik
operasionalnya.6
Dari berbagai pengertian di atas, maka penulis menarik kesimpulan
bahwa strategi merupakan kiat atau cara yang telah direncanakan sebelumnya
untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Tahapan-Tahapan Strategi
Fred R. David mengemukakan konsep bahwa manajemen strategis
terbagi atas tiga tahapan strategi,7 yakni:
a. Perumusan Strategi
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan strategi yang
akan dilakukan, dalam tahap ini para pencipta, perumus dan pengkonsep
harus berpikir matang mengenai misi atau pengembangan tujuan karena misi
atau tujuan merupakan dasar dari perumusan strategi itu sendiri, lalu
mengidentifikasi peluang dan juga ancaman lingkungan eksternal dan
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan lingkungan internal, menetapkan
tujuan jangka panjang, menentukan strategi alternatif dan pemilihan strategi
untuk dilaksanakan.8
b. Implementasi Strategi
Implementasi strategi merupakan tahapan pelaksanaan strategi yang
telah ditetapkan, atau disebut juga dengan tahap aksi dalam manajemen
strategis. Tahapan ini untuk menggerakkan strategi yang telah dirumuskan
6 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2007), Cet. Ke-3, h. 300. 7 Fred R. David, Strategic Management Concepts and Cases Thirteenth Edition (New Jersey:
Pearson Education Inc, 2007), h.37. 8 Fred R. David, Strategic Management Concepts and Cases Thirteenth Edition, h. 38.
22
menjadi aksi. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat
membutuhkan komitmen dan kerjasama dalam pelaksanaan strategi yang
tertuang dalam budaya organisasi atau perusahaan, jika tidak maka proses
formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang jauh dari
kenyataan.9
c. Evaluasi Strategi
Tahap akhir dalam strategi adalah evalusi strategi. Tiga macam aktivitas
mendasar untuk mengevaluasi strategi, pertama meninjau faktor-faktor
eksternal berupa peluang dan ancaman, dan faktor-faktor internal berupa
kekuatan dan kelemahan. Kedua mengukur prestasi yakni membandingkan
hasil yang diharapkan dengan kenyataan. Dan yang terakhir mengambil
tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana.10
Pada intinya tahapan strategi diawali dengan perumusan strategi yang
akan digunakan, kemudian melaksanakan strategi yang telah ditentukan dan
kemudian melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilaksanakan.
B. Komunikasi Persuasif
1. Pengertian Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif terdiri dari dua kata, yakni komunikasi dan
persuasif. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin communicare yang
artinya memberitahukan. Kata tersebut kemudian berkembang dalam bahasa
Inggris communication yang artinya proses pertukaran informasi, konsep, ide,
9 Fred R. David, Strategic Management Concepts and Cases Thirteenth Edition, h. 38.
10 Kusnadi, Pengantar Manajemen Strategi, (Malang: Universitas Brawijaya, 2001), Cet.
Ke.2, h. 104 .
23
gagasan, perasaan, dan lain-lain antara dua orang atau lebih.11
Menurut
Onong Uchjana Efendy, hakikat komunikasi adalah proses pernyataan
antarmanusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alatnya.12
Sedangkan istilah persuasi bersumber dari perkataan latin Persuasio.
Kata kerjanya adalah Persuadere yang dalam bahasa Inggris berarti to
persuade, to induce, to believe atau dalam bahasa Indonesia berarti
membujuk, merayu.13
Brembeck dan Howell mendefinisikan persuasi sebagai
usaha sadar untuk mengubah pikiran dan tindakan dengan memanipulasikan
motif orang ke arah tujuan yang sudah ditetapkan. Sedangkan Ilardo
mendefinisikan persuasi sebagai communicative prosess of altering the
beliefs, attitudes, intention, or behavior of another by the conscious or
unconscious use of words and nonverbal messages (Persuasi adalah proses
komunikatif untuk mengubah kepercayaan, sikap, perhatian atau perilaku
baik secara dasar maupun tidak dengan menggunakan kata-kata dan pesan
non-verbal).14
Nortstine menjelaskan bahwa komunikasi persuasif bukanlah hal yang
mudah. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan agar komunikan mau
mengubah sikap, pendapat dan perilakunya. Di antara faktor-faktor tersebut
11
Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.2. 12
Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT
Citra Aditya Bakti, 2003) h. 28. 13
Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: Atma Kencana Publishing, 2013), h. 163. 14
Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 1.24-
1.25.
24
seperti kejelasan tujuan, memikirkan secara cermat orang-orang yang
dihadapi dan memilih strategi yang tepat sehubungan dengan komunikasi.15
Jadi, komunikasi persuasif dapat dipahami sebagai suatu pesan
mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku orang lain secara verbal maupun
nonverbal. Proses tersebut adalah gejala atau fenomena yang menunjukan
suatu perubahan sikap atau perlakuan secara terus menerus.16
2. Unsur-Unsur Komunikasi Persuasif
Adapun unsur-unsur dalam komunikasi persuasif yang dikutip dari
buku Komunikasi Pesuasif adalah sebagai berikut:
a. Persuader
Persuader adalah orang dan atau sekelompok orang yang
menyampaikan pesan dengan tujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat,
dan perilaku orang lain, baik secara verbal maupun non verbal. Dalam
komunikasi persuasif , eksistensi persuader benar-benar dipertaruhkan.
Eksistensi persuader tersebut, oleh Aristoteles disebut dengan ethos. Menurut
Effendi, ethos adalah nilai diri seseorang yang merupakan paduan dari
kognisi (cognition), afeksi (affection) dan konasi (conation). Seorang
persuader akan memiliki ethos yang tinggi apabila ia:
1) Memiliki kesiapan untuk melakukan persuasi.
2) Memiliki kesungguhan dalam melakukan komunikasi persuasi.
3) Ketulusan persuader dalam menyampaikan pesan kepada persuade, juga
merupakan faktor yang penting dalam komunikasi persuasif .
15
Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif, h. 1.27. 16
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 164.
25
4) Memiliki kepercayaan atau confidence, yakni rasa percaya diri yang
memancar dari wajah persuader namun tidak bersikap sombong atau
takabur.
5) Memiliki ketenangan atau poise sehingga dengan bersikap demikian,
kesan yang muncul adalah bahwa persuder merupakan orang yang
berpengalaman, serta menguasai persoalan yang disampaikannya.
6) Memiliki keramahan atau friendship, di mana hal tersebut dapat
menimbulkan simpati.
7) Memiliki kesederhanaan (moderation), dalam arti mampu berbuat
sederhana dalam hal penampilan, penggunaan bahasa dan gaya
berbicara.17
b. Persuade
Persuade adalah orang dan atau kelompok orang yang menjadi tujuan
pesan itu disampaikan atau disalurkan oleh persuader atau komunikan baik
secara verbal maupun nonverbal. Studi-studi tentang perubahan sikap
menunjukan bahwa terdapat banyak faktor yang berkaitan dengan penerima,
yang berpengaruh terhadap persuasi. Aspek-aspek tersebut dapat
dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu variabel kepribadian (personality
variables) seperti aktualisasi diri, kepercayaan diri kecemasan dan ego
defensive. Aspek yang kedua adalah ego yang rumit (ego involved).18
c. Pesan Persuasi
Menurut Simons, secara sederhana dapat dikatakan bahwa pesan adalah
apa yang diucapkan oleh komunikator melalui kata-kata, gerak tubuh dan
17
Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif, h. 2.29-2.31. 18
Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif, h. 2.35.
26
nada suara. Dalam konsep yang luas, pesan adalah sesuatu yang memberikan
pengetahuan kepada penerima. Jadi, dalam hal ini termasuk kata-kata, gerak
tubuh, nada suara, reaksi penerima tterhadap isi pesan, media, sumber sebagai
pribadi, terhadap tindakan dan atau non tindakan yang terjadi di dalam
masyarakat. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam bukunya Human
Communication menjelaskan bahwa ada dua bentuk pesan, yakni verbal dan
nonverbal. Dan dalam tujuannya, bisa bersifat disengaja atau tidak
disengaja.19
d. Saluran Persuasif
Saluran dipergunakan oleh persuader untuk berkomunikasi dengan
berbagai orang, secara formal maupun nonformal, secara tatap muka ataupun
bermedia. Sebagaimana halnya dalam komunikasi secara umum, komunikasi
persuasif pun dalam mekanismenya menggunakan berbagai saluran. Menurut
Tubbs dan Moss, saluran komunikasi yang digunakan tergantung pada bentuk
komunikasi yang digunakan.20
Rao menjelaskan bahwa saluran komunikasi
merupakan jaringan yang efektif, yang menghubungkan sumber dan penerima
dalam struktur komunikasi, di mana pesan mengalir. Saluran merangkai
sumber dan penerima, yang memungkinkan keduanya berkomunikasi.21
3. Metode Komunikasi Persuasif
Dalam komunikasi persuasif terdapat beberapa teori yang dapat
digunakan sebagai dasar kegiatan, yang kemudian dikembangkan menjadi
beberapa metode, di antaranya sebagai berikut:22
19
Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif, h. 2.38-2.39. 20
Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif, h. 2.40-2.4. 21
Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif, h. 6.3. 22
Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: Atma Kencana Publishing, 2013), h. 176-181.
27
a. Metode Asosiasi
Metode asosiasi adalah penyajian pesan komunikasi dengan jalan
menumpangkannya pada suatu objek atau peristiwa yang sedang menarik
perhatian khalayak. Metode ini banyak dilakukan oleh orang-orang politik
dan juga mereka yang bergerak di bidang bisnis.
b. Metode Integrasi
Metode integrasi adalah kemampuan seseorang untuk menyatukan diri
dengan komunikan, dalam arti menyatukan diri secara komunikatif. Ini berarti
bahwa, melalui kata-kata verbal atau nirverbal, komunikator menggambarkan
bahwa ia “senasib” dan karena itu menjadi satu dengan komunikan.23
c. Metode Pay Off and Fear Arousing
Metode Pay Off (Rewarding) adalah mengiming-iming dengan hal yang
menguntungkan atau memberikan harapan-harapan yang baik. Sedangkan
Fear Arousing (Punishment) adalah menakut-nakuti atau menggambarkan
konsekwensi yang buruk. Di antara kedua tektik tersebut, teknik rewarding
lebih baik karena berdaya upaya menumbuhkan kegairahan emosional,
sedangkan teknik punishment menimbulkan ketegangan emosional.
Metode Pay Off and Fear Arousing memiliki kesamaan dengan kata
-yang terdapat dalam surat al (peringatan) نذ يرا dan (kabar gembira) بشرا
Ahzab ayat 45 dan ayat 46.
“Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi,
pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan untuk jadi penyeru
23
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarta, 2008),
Cet. Ke-7, h. 23.
28
kepada (agama) Allah dengan izin-Nya dan sebagai cahaya yang
menerangi.” (Q.S. al-Ahzab 33: 45-46)24
Pada ayat 45 Allah menjelaskan kepada Nabi Muhammad bahwa ia
diutus untuk menjadi saksi terhadap orang-orang (umat) yang pernah
mendapat risalahnya. Allah mengutusnya sebagai pembawa kabar gembira
bagi orang-orang yang membenarkan risalahnya dan mengamalkan petunjuk-
petunjuk yang dibawanya bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam surga. Ia
juga sebagai pemberi peringatan kepada mereka yang mengingkari
risalahnya, bahwa mereka akan diazab dengan siksa api neraka. Sedangkan
dalam ayat 46 menjelaskan bahwa nabi juga berperan sebagai juru dakwah
agama Allah untuk seluruh umat manusia agar mengakui keesaan dan segala
sifat-sifat kesempurnaan-Nya .25
d. Metode Icing
Istilah icing berasal dari perkataan to ice yang berarti menabur kue yang
baru dikeluarkan dari pembakaran dengan lapisan gula warna-warni, sehingga
kue yang awalnya tidak menarik menjadi indah dan menarik perhatian siapa
saja yang melihatnya. Teknik tataan atau teknik icing dalam kegiatan
persuasive ialah seni menata pesan dengan imbauan emosional (emotional
appeal) sedemikian rupa sehingga komunikan menjadi tertarik perhatiannya.
e. Metode Red Herring
Dalam metode ini, seorang persuader mengelakkan argumentasi yang
lemah untuk kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit ke segi yang
dikuasainya guna dijadikan senjata ampuh dalam menyerang lawan. Metode
24
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), h. 19. 25
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, h. 19-20.
29
ini biasanya dilakukan pada posisi yang terdesak oleh lawan bicara. Dan
biasanya digunakan oleh para diplomat.
Dari kelima metode komunikasi persuasif yang penulis jelaskan di atas,
Pesantren al-Istiqlaliyyah menggunakan Metode Pay Off (Rewarding).
Metode komunikasi persuasif tersebut digunakan oleh pengurus pesantren
saat menyampaikan informasi mengenai adanya pelaksaan ngahol di
pesantren.
4. Pentahapan Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif perlu dilakukan secara sistematis agar tujuan
dapat tercapai. Tahapan dalam komunikasi persuasif biasa disebut dengan “A-
A Prosedure” atau “Form Anttention to Action Prosedure”.26
Formula yang
dapat dijadikan landasan pelaksanaanya adalah AIDDA.27
Formula AIDDA
ini kesatuan dari tahapan-tahapan komunikasi persuasif, yakni:
A = Attention (Perhatian)
I = Interest (Minat)
D = Desire (Hasrat)
D = Decision (Keputusan)
A = Action (Kegiatan)
Tahapan komunikasi persuasif didahului dengan upaya membangkitkan
perhatian. Upaya ini dilakukan melalui gaya bicara, dengan kata-kata yang
merangsang, penampilan ketika menghadapi khalayak. Setelah itu
menumbuhkan minat pada komunikan, yakni dengan mengutarakan hal-hal
yang menyangkut kepentingan komunikan. Karena itu komunikator harus
26
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 164. 27
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset,
2008), h. 25.
30
mengetahui komunikan. Tahap selanjutnya adalah memunculkan hasrat pada
komunikan untuk melakukan ajakan, bujukan atau rayuan komunikator.
Dalam tahap ini, komunikator dapat menyampaikan imbauan emosional
sehingga komunikan dapat berlanjut ketahap berikutnya, yakni mengambil
keputusan dan melakukan kegiatan yang diharapkan oleh komunikator.28
C. Ngahol atau Haul
1. Pengertian Haul
Kata haul berasal dari bahasa Arab yang artinya satu tahun atau genap
setahun. Kata haul ini adalah mufrad dari jama “ahwal” atau “hu-ul” yang
artinya beberapa tahun.29
Dalam bahasa Arab, kata haul juga semakna dengan
sanah, yaitu tahun.30
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) haul berarti peringatan hari wafat seseorang yang diadakan setahun
sekali (biasanya disertai selamatan arwah).31
Di tengah masyarakat Indonesia khususnya di Jawa, istilah haul
biasanya diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan upacara yang bersifat
peringatan yang diselenggarakan pada tiap-tiap tahun (setahun sekali) atas
wafatnya seseorang yang sudah dikenal sebagai pemuka agama, wali, ulama
dan para pejuang Islam serta yang lain-lain.32
28
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 25. 29
Imron Aba, Peringatan Khaul Bukan Dari Ajaran Islam Adalah Pendapat Yang Sesat
(Kudus: Menara, 1980), Cet. Ke-2, h. 9. 30
Ghundar Muhamad Al-Hasan, Tradisi Haul dan Terbentuknya Solidaritas Sosial: Studi
Kasus Peringatan Haul KH. Abdul Fattah Pada Masyarakat Desa Siman Kabupaten Lamongan
(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013), h. 30-
31. 31
Departemen Pendidikan Nasional, Tim Penyusun Kamus, Pusat Bahasa, Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 393. 32
Imron Aba, Peringatan Khaul Bukan Dari Ajaran Islam Adalah Pendapat Yang Sesat, h. 9
31
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis mengambil pengertian
bahwa haul merupakan peringatan hari wafat seseorang yang diadakan
setahun sekali.
2. Dasar Hukum Haul
Secara khusus, haul hukumnya mubah (boleh), dan tidak ada larangan
sebagaimana hadits Nabi saw. Riwayat al-Baihaqi dari al-Waqidi,33
beliau
berkata:
هقي ف الشعب, عن الو اقدي, قال: كان النب صلى اهلل عليه و وروى البي سلالم عليكم سلم ي زور الشهدا ءبأ حد ف كل حول. وإذا ب لغ رفع صو ته ف ي قول:
ر. ث أب و بكر كل حول ي فعل مثل ذلك, ث عمر ث ت فنعم عقب الد با صب ر ها تأتيه و تد عو. و كان سعد ابن أب وقاص عثمان. وكانت فا طمة رضي اهلل عن
أال تسلمون على ق وم ي ردون عليكم يسلم عليهم ث ي قبل على أصحابه, ف ي قول الم . بالس
“Al-Baihaqi meriwayatkan dari al-Waqidi mengenai kematian
bahwa Nabi saw senantiasa berziarah kemakam para syuhada di bukit
Uhud setiap tahun. Dan sesampainya di sana beliau mengucapkan salam
dengan mengeraskan suaranya, “Salamun alaikum bima shabartum
fani’ma uqbad daar”-QS. Ar-Ra‟d: 24- Keselamatan atasmu berkat
kesabaranmu. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. Abu Bakar
juga melakukan hal itu setiap tahun, kemudian Umar, lalu Utsman.
Fatimah juga pernah berziarah ke bukit Uhud dan berdoa. Saad nin Abi
Waqqash mengucapkan salam kepada para syuhada tersebut kemudian ia
menghadap kepada para sahabatnya lalu berkata, “Mengapa kalian tidak
mengucapkan salam kepada orang-orang yang akan menjawab salam
kalian?” (HR. Baihaqi) 34
Berdasarkan hadits di atas, perayaan haul pada dasarnya belum
dilakukan dimasa Rasulullah. Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa
33
Rijal Barokah, “Haul: Dasar Hukum (Bag. II Selesai)”, artikel diakses pada 05 Juni 2016
dari http://www.nuruliman.or.id/haul-dasar-hukum-bag-ii-selesai. 34
Aziz Mashuri, “Hidith dalil Haul dan Ziarah ke makam orang shalih”, artikel diakses pada
23 Agustus 2016 dari http://myquran.or.id/forum/showthread.php/66057-Hadith-dalil-Haul-dan-
ziarah-ke-makam-orang-shalih?s=62edad3355ef19fe169352366a096f36.
32
Rasulullah dan para sahabat melakukan ziarah kubur setiap satu tahun sekali
ke makam para syuhada di bukit Uhud.
Dalam agama Islam, hukum perayaan haul berdasarkan al-Qur‟an tidak
secara formal (manthuq = bunyi lafadhnya) menyebutkan perkataan “haul”.
Akan tetapi, berdasarkan kepada mahfum (pengertian yang dapat dipahami)
dari maksud manthuq suatu ayat, pikiran menjadi terbuka untuk
berkesimpulan bahwa sebenarnya peringatan haul sudah ada petunjuknya
yang tersirat di dalam firman Allah:35
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena peringatan itu dapat
bermanfaat bagi orang-orang yang beriman”. (Q.S. Adz-Dzariyat 51: 55)
Mahfum ayat ini menjelaskan tentang perintah Allah kepada sekalian
orang beriman untuk tetap selalu memberi peringatan kepada sesamanya.
Peringatan yang dimaksud di sini adalah yang dapat berakibat membawa
manfaat dan kebaikan terhadap diri mukmin, bukan membawa kejelekan.
Ibnu Hajar al-„Asqaiany dalam kitab Syarah Ihya „Ulumu al-Din
menyatakan bahwa
“Memperingati hari wafat para Wali dan para Ulama termasuk amal
yang tidak dilarang agama. Ini tiada lain karena peringatan itu biasanya
mengandung sedikitnya tiga hal: ziarah kubur, sedekah makanan dan
minuman, keduanya tidak dilarang agama, sedangkan unsur ketiga
adalah karena ada acara baca al-Quran dan nasihat keagamaan, kadang
dituturkan juga manaqib (biografi) orang yang telah meninggal, cara ini
baik untuk mendorong orang lain agar mengikuti jalan terpuji yang
telah dilakukan mayit.”36
35
Imron Aba, Peringatan Khaul Bukan Dari Ajaran Islam Adalah Pendapat Yang Sesat, h.
14. 36
Rijal Barokah, “Haul: Dasar Hukum (Bag. II Selesai)”, artikel diakses pada 05 Juni 2016
dari http://www.nuruliman.or.id/haul-dasar-hukum-bag-ii-selesai.
33
Haul termasuk dalam satu bentuk peringatan yang di dalamnya terdapat
amalan-amalan ibadah yang dapat berakibat membawa kebaikan dan
kemanfaatan bagi mukmin. Bagi orang-orang yang telah meninggal dunia,
mendapat doa dari jamaah dan fadhilah atau pahala pembacaan al-Qur‟an
atau Surah Yasin, atau tahlil, atau doa wahbiyah, yakni doa yang ganjarannya
dihadiahkan kepada wali yang diperingati tahun wafatnya. Sedangkan jamaah
beroleh berkah.37
Hikmah lain dari haul juga dapat mempererat tali silaturahmi antar umat
Islam secara umum dan khususnya masyarakat sekitar. Karena untuk
mempersiapkan haulan, masyarakat menjadi saling tolong menolong serta
bergotong royong demi kesuksesan acara.
3. Rangkaian Acara Haul
Dalam perayaan haul, ada beberapa rangkaian acara yang biasanya
dilakukan, antara lain:
a. Pembacaan Manaqib
Pembacaan manaqib ini sering disebut dengan manaqiban. Kata
manaqiban ini berasal dari kata manaqib yang berarti biografi ditambah
dengan akhiran –an yang berarti kegiataan pembacaan manaqib (biografi).38
Cerita-cerita mengenai keramatan wali-wali biasanya dapat didengar pada
penunggu-penunggu kuburan, pada keluarga dan muridnya, atau dibaca
dalam sejarah-sejarah hidupnya yang biasa disebut manaqib.39
Isi kandungan
kitab manaqib itu meliputi sejarah hidup, akhlaq dan karamah-karamah,
37
Al-Hamid Al-Husaini, Liku-Liku Bid’ah dan Masalah Khilafiyah (Singapore: JBW Printers
& Binders, 1998), h. 245. 38
Kharisudin Aqib, Al Hikmah: Memahami Teosofi Tarekat Qodriyah wa Naqsyabandiyah
(Surabaya: Dunia Ilmu Offset, 1998), h. 106. 39
Abubakar Aceh, Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf (Solo: Ramdhani, 1985), h. 355.
34
disamping adanya doa-doa bersajak (nadaman, bahr dan rajaz) yang
bermuatan pujian dan tawassul melalui dirinya.40
b. Pembacaan Tahlil dan Ayat-Ayat al-Quran
Tahlilan telah diamalkan secara turun temurun oleh mayoritas umat
Islam di Indonesia. meskipun tidak pernah dilakukan pada masa Rasulullah,
namun perkumpulan untuk tahlilan tersebut dibolehkan karena tidak satu pun
ada unsur-unsur yang bertentangan dengan ajaran Islam. Tahil hanyalah
sebuah format, sedangkan hakikatnya adalah pembacaan ayat-ayat al-Qur‟an,
dzikir dan doa. Imam Jalaluddin al-Sayuti dalam kitabnya Al-Hawi Lil Fatawi
jilid II menyatakan bahwa disunahkan selama tujuh hari mengadakan tahlil
dan selama tujuh hari itu disunahkan membaca al-Qur‟an.41
c. Sedekah
Dalam Islam, bersedekah merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan.
Disamping bernilai pada disisi Allah SWT, didalamnya juga terdapat rasa
kepedulian dan penghargaan kepada sesama. Ibnu Qoyyim al-Jauziyah dalam
kitab al-Ruh mengatakan bahwa sebaik-baik amal perbuatan yang
dihadiahkan kepada mayit adalah memerdekakan budak, bersedekah,
beristigfar, berdoa dan haji.
40
Kharisudin Aqib, Al Hikmah: Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah,
h. 107. 41
Jalaluddin al-Sayuti, Al-Hawi Lil Fatawi (Beirut: Dar- Al-Kotob Al-Ilmiyah, 2010), h.
183.
35
BAB III
PESANTREN DAN TRADISI HAUL
A. Profil Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah
1. Sejarah Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah
Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah merupakan salah satu pesantren salaf
yang berada di Kampung Cilongok, Desa Sukamantri, RT 02 RW 02
Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Pesantren
tersebut didirikan oleh KH. Dimiyati (alm) sekitar tahun 1955. Beliau adalah
putra dari KH. Romli, seorang tokoh agama yang berasal dari Doyong
kemudian menetap di Cilongok. KH. Dimiyati lahir pada tahun 1930 di
Cilongok, dan meninggal pada tahun 2001.
Semasa hidupnya, KH. Dimiyati senang menghabiskan waktunya untuk
mengaji dan belajar ilmu agama diberbagai tempat. Tempat pertama beliau
menimba ilmu ialah pada H. Mahali di Pasar Kemis. Kemudian selanjutnya
pada Abuya Rasam seorang ahli fiqih dari Caringin. Dilanjutkan kepada ahli
fiqih lainnya, seperti Abuya Dahlan di Tanjakan daerah Rajeg, Abuya
Parawira di Pandeglang, dan Abuya Muhidin di Kosambi Sepatan. Selain
belajar pada ahli fiqih, KH. Dimiyati juga belajar tentang tarekat pada KH.
Arsyad, KH. Ardani dan masih banyak yang lainnya.
Ditengah kegiatan belajar di pesantren, KH. Dimiyati diminta kembali
ke kampung halamannya ke Cilongok oleh sang ayah karna pada saat itu
masyarakat Cilongok membutuhkan figur da‟i. Mulai saat itulah, KH.
Dimiyati mulai menjadi seorang da‟i yang kemudian mengikuti jejak sang
ayah untuk mendirikan pesantren.
36
Pada awalnya, pesantren ini dikenal dengan nama Pesantren Cilongok,
merujuk pada lokasi pesantren. Kemudian pada tahun 1970 pesantren diberi
nama Al-Istiqlaliyyah, yang berarti kemandirian. Maksud dari nama tersebut
adalah untuk mencerminkan kehidupan santri maupun pesantren agar
mandiri. Adapaun visi misi dari pesantren ini adalah menjaga keutuhan ajaran
yang dibawa Rasulullah, serta mendidik masyarakat supaya memahami nilai-
nilai agama. Setelah wafatnya KH. Dimiyati, kepemimpinan pondok
pesantren dilanjutkan oleh sang putra, yakni KH. Uci Turtusi. KH. Uci
Turtusi adalah putra ketiga dari KH. Dimiyati. Semenjak kecil, KH. Uci
dididik langsung oleh sang ayah, kemudian pendidikan selanjutnya dilakukan
diberbagai pesantren.
Pesantren Al-Istiqlaliyyah berdiri di tanah seluas ± 5 ha, terdiri dari 11
buah kobong (tempat tinggal untuk santri) yang terbagi dalam 17 Darul , tiga
buah masjid, satu dapur umum, kantin, toko kitab dan majlis pengajian
disetiap depan rumah keluarga pesantren. Pesantren Al-Istiqlaliyyah ini
memang dibangun disekitar lingkungan keluarga dari KH. Romli. Jadi selain
bangunan untuk menunjang kegiatan santri, ada pula kediaman atau tempat
tinggal dari keluarga pendiri pesantren. Sedangkan untuk jumlah santri, saat
ini ada sekitar 600 orang yang mondok dipesantren tersebut.1
Pesantren membuka pendaftaran untuk santri baru setiap satu tahun
sekali. Jadwal ini disesuaikan dengan jadwal penerimaan siswa di sekolah
umum. Saat pendaftaran, santri baru dikenakan biaya administrasi sebesar Rp.
100.000,00.- (Seratus Ribu Rupiah), ini sudah termasuk dengan uang listrik
1 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Humadi, Cilongok 18 Juli 2016.
37
selama satu bulan. Sedangkan untuk biaya selanjutnya, santri hanya
dikenakan biaya listrik, yakni sebesar Rp. 15.000,00.- (Lima Belas Ribu
Rupiah) per bulannya.2
2. Kegiatan Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah
Dalam sistem pengajarannya, pesantren ini menggunakan metode
sorogan dan metode bandungan. Metode sorogan adalah suatu metode di
mana saat proses belajar mengajar berlangsung, sang murid/ santri yang
membaca dan guru yang mendengarkan. Jika ada kesalahan, sang guru
langsung menasehati. Sedangkan metode bandungan, guru yang membacakan
dan para murid/ santri yang mendengarkan dan menghayati pelajaran yang
diberikan.3 Karena pesantren ini merupakan pesantren salaf, maka dalam
pendidikannya menggunakan paham Ahlisunnah waljamaah. Adapun mahzab
yang diterapkan yakni Mahzab Imam Syafi‟i. Dalam mendidik para santrinya,
pihak pesantren juga memberikan paham kesufian yang tentu saja mengacu
pada sosok Tuan Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
Kegiatan santri di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah sudah dimulai dari
sebelum subuh hingga menjelang tengah malam. Proses belajar-mengajar
dalam pesantren ini dilakukan dirumah guru masing-masing yang memang
berada disekitar pesantren. Di setiap rumah guru dilingkungan pesantren ini
memang memiliki majlis untuk mengaji. Peantren ini hanya memfokuskan
santrinya untuk belajar ilmu agama, maka dari itu tidak ada kegiatan lain
diluar dari belajar ilmu agama dan mengaji.
2 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Humadi, Cilongok 18 Juli 2016. 3 Wawancara Pribadi dengan H. Entoh, Cilongok, 20 Mei 2016.
38
Dan berikut ini adalah jadwal kegiatan santri di Pesantren Al-
Istiqlaliyyah:
Tabel 3.1
Jadwal kegiatan santri di Pesantren al-Istiqlaliyyah
No. Jam Kegiatan
1. 03.30 – 04.00 Bangun pagi dan persiapan ke Masjid untuk shalat
subuh berjamaah
2. 04.00 – 05.00 Shalat subuh berjamaah di masjid
3. 05.30 – 06.15 Ngaji Kitab
4. 06.15 – 06.30 Istirahat
5. 06.30 – 07.00 Ngaji Kitab
6. 07.00 – 08.00 Istirahat
7. 08.00 – 10.30 Ngaji Kitab
8. 10.30 – 12.00 Istirahat dan persiapan shalat dzuhur
9. 12.00 – 13.00 Shalat dzuhur berjamaah dan makan siang
10. 13.00 – 14.00 Ngaji Kitab (Nahwu)
11. 14.00 – 15.30 Istirahat
12. 15.30 – 16.00 Shalat ashar berjamaah
13. 16.00 – 17.00 Ngaji Kitab
14. 17.00 – 18.00 Piket
15. 18.00 – 19.30 Shalat maghrib berjamaah dan ngaji
16. 19.30 – 20.00 Shalat isya berjamaah
17. 20.00 – 22.00 Ngaji Kitab
18. 22.00 – 03.30 Tidur
39
Secara keseluruhan, pengajar di Pesantren Al-Istiqlaliyyah berjumlah
tujuh (7) orang, yang semuanya masih memiliki hubungan kekerabatan
dengan kyai. Adapun kitab yang diajarkan di pesantren ini adalah kitab-kitab
yang membahasa masalah ilmu fiqih, ushul fiqih, nahwu, shorof, tafsir,
hadits, tasawuf, adab, aud (not lagu/ lagam), dan bayan/ ma’ani (pemahaman
al-Quran). Berikut ini adalah nama pengajar kitab yang diajarkan di Pondok
Pesantren Al-Istiqlaliyyah
Tabel 3.2
Daftar nama pengajar dan kitab yang diajarkan di Pesantren al-
Istiqlaliyyah
No. Pengajar Kitab yang
diajarkan
Keterangan
Kitab
1.
KH. Uci
Turtusi
Irsyadul ibad
Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Fiqih dan
Tasawuf
Alfiyah ibnu Malik
Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Nahwu dan
Ilmu Shorof
Shohih Bukhori Kitab tentang hadits
Mau‟idotul Mu‟minin
Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Fiqih dan
Tasawuf yang diringkas dari
Kitab Ihliyaul Mudir
Shohih Muslim Kitab tentang hadits
Sulam Munawwarok
Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Bilagah (Ilmu
Logika)
Bughiyatul
Musytarsyidin
Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Fiqih
Tafsir Nawawi Kitab yang menjelaskan
penerangan Ilmu Tafsir.
Risalatul Qusyairiyah Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Tasawuf
Majalisutsaniyah
Kitab yang menjelaskan
tentang riwayat-riwayat
hadits Kitab Arba’un
Nawawi
40
No. Pengajar Kitab yang
diajarkan
Keterangan
Kitab
2. H. Thohawi
Tafsir Jalalain
Kitab yang menjelaskan
tentang riwayat-riwayat
hadits dari Kitab Arba’un
Nawawi
Fathul Mu‟in Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Fiqih
Muroqil Ubudiyah
Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Fiqih
3. H. Sofwan
Riyadul Badi‟ah Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Fiqih
Safinah Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Fiqih
Kifayatul Akhyar Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Fiqih
Tasrifan Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Shorof
Nashoihuddiniyah
Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Tasawuf
berikut hadits dan
riwayatnya
Tanbihul Mugtarin Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Tasawuf
Fathul Qarib Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Fiqih
Fathul Mu‟in Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Fiqih
Pengajian al-Quran -
4. Ust. Solahudin
Mukhtashor Syafi
Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Arad (Ilmu
Syair)
Fathul Qarib Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Fiqih
Alfiyah Ibnu Malik
Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Nahwu dan
Ilmu Shorof
Tafsir Jalalain
Kitab yang menjelaskan
tentang riwayat-riwayat
hadits dari Kitab Arba’un
Nawawi
41
Kitab yang
diajarkan
Keterangan
Kitab
Kifayatul Azkiyah Kitab yang menjelaskan
tentang Tasawuf
Jouhar Maknun
Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Bilagah (Ilmu
Logika)
5.
H.
Muhasinudin
Riyadusholihin
Kitab yang menjelaskan
tentang hadits yang dikarang
oleh Imam Nawawi
Alfiyah Ibnu Malik
Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Nahwu dan
Ilmu Shorof
Fathul Qarib Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Fiqih
6.
H. Husni
Makki
Jalalain
Kitab yang menjelaskan
tentang riwayat-riwayat
hadits dari Kitab Arba’un
Nawawi
Jurumiyah Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Nahwu
Awamil Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Nahwu (Amil)
7. H. Yasin Pengajian al-Quran
(qira‟at)
-
3. Struktur Organisasi
Pesantren Al-Istiqlaliyyah ini memiliki pola organisasi yang skupnya
kecil. Dari awal berdirinya pesantren ini, segala kegiatan pesantren berada di
bawah naungan kyai yang menjadi pemimpin dipesantren, kemudian dibantu
oleh kyai-kyai atau ustadz-ustadz yang bertugas mengajar atau memonitor
santri. Karena jumlah santri yang sudah banyak, kemudian untuk
memudahkan tugas dari para kyai dan ustadz, maka pihak pesantren memilih
pemimpin tertinggi dari seorang santri yang disebut dengan Lurah „am.
Pemilihan ini didasarkan pada penilaian kedewasaan, waktu lamanya
No. Pengajar
42
mondok, kemampuan dalam mengaji, dan tentu sikap serta perilaku yang taat
dan patuh terhadap kyai.
Tugas dari seorang lurah „am adalah menetapkan posisi santri ke
komplek, membimbing mengaji, menjaga kestabilan dan bertanggung jawab
penuh atas kebutuhan pesantren. Lurah „am ini juga tugas-tugasnya akan
dibantu oleh Lurah Khos, di mana lurah khos ini akan ada disetiap kobong.
Lurah khos ini dipilih langsung oleh lurah „am.
Sedangkan untuk masa jabatan, baik Lurah „am maupun Lurah Khos
tidak ditentukan, sesuai dengan kesanggupan dari orang yang terpilih. Namun
secara maksimal biasanya Lurah „am menjabat selama empat tahun,
sedangkan Lurah Khos selama dua tahun.4 Berikut ini adalah susunan
kepengurusan Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah:
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Pondok Pesantren al-Istiqlaliyyah5
4 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Humadi, Cilongok 18 Juli 2016.
5 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Humadi, Cilongok, 18 Juli 2016.
43
B. Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Syekh Abdul Qadir al-Jailani memiliki nama asli Abu Muhammad Abdul
Qadir bin Abu Shalih Abdullah bin Janki Duts bin Yahya bin Muhammad bin
Daud bin Musa bin Abdullah bin Al-Hasan bin Al-Hasin bin Ali bin Abu
Thalib.6
Ayahnya bernama Abu Sholeh bin Musa bin Abdullah bin Yahya al-
Zahid bin Muhammad bin Daud bin Musa al-Juwany bin Abdullah al-Makhdli
bin Hasan al-Mutsanna bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. Ibunya bernama
Syarifah Fathimah biti Abdullah al-Shoma‟I bin Abu Jamaluddin bin Mahmud
bin Thohir bin Abu Atho Abdillah bin Kamaluddin Isa bin Alauddin Muhammad
al-Jawwad bin „Ali al-Ridlo bin Musa Kadzim bin Ja‟far al-Shadiq bin
Muhammad al-Bariq bin Zainal „Abidin bin al-Husain al-Syahid binti Fathimah
al-Zahra ra.7
Syekh Abdul Qadir al-Jailani hidup antara tahun 470 – 561 H/ 1077 –
1166 M, dilahirkan di kota Gilan, Jailan atau Jaily wilayah terpencil di
Thabaristan Bagdad.8 Wilayah yang terdiri dari desa-desa yang posisinya berada
di padang rumput antara pegunungan dan laut. Beliau tinggal di sana hingga
6 Ahmad Sunarto, Ensiklopedia Biografi Nabi Muhammad saw dan Tokoh-Tokoh Besar
Islam (Jakarta: Widya Cahaya, 2013), h. 235. 7 Ajid Thohir, ed., Historisitas Dan Signifikansi Kitab Manaqib Syekh Abdul Qadir al-Jilani
Dalam Historigrafi Islam, h. 93-94. 8 Ajid Thohir, ed., Historisitas Dan Signifikansi Kitab Manaqib Syekh Abdul Qadir al-Jilani
Dalam Historigrafi Islam (Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang
dan Diklat Kementrian Agama RI, 2011), h. 94.
44
berusia 18 tahun lalu pindah ke Bagdad pada tahun 488 H dan tinggal di sana
hingga akhir hayatnya.9
Syekh Abdul Qadir al-Jailani memiliki tubuh yang kurus. Perawakannya
sedang dan berdada bidang. Jenggotnya tebal dan panjang. Kulitnya hitam.
Alisnya bersambung. Beliau memiliki suara yang keras. Meski demikian,
pembawaannya tenang, berwibawa tinggi dan memiliki ilmu yang luas.10
Menurut kebanyakan penulis biografi Syekh Abdul Qadir al-Jailani,
watak keilmuan dalam diri beliau telah dimulai dari dalam keluarga. Ayahnya
adalah ulama besar di Jilan dan ibunya adalah putri dari seorang sufi besar,
yakni Abu Abdullah al-Shoma‟i al-„Arif al-„Abid al-Zahid. Dalam usia muda,
beliau belajar berbagai disiplin ilmu dari para ulama yang mempuni di
zamannya. Memulai belajar al-Qur‟an di bawah bimbingan Abu al-Wafa „Ali
bin „Uqail al-Hanbali, Abu al-Khattab Mahfuz al-Kalwazani al-Hanbali dan
ulama lainnya. Belajar hadits melalui para ahli hadits, seperti Abu Galib
Muhammd bin Hasan al-Balaqalani dan ulama lainnya. Mempelajari fiqih
melalui Abu „Said al-Muhrimi yang daripadanya mengambil hirqah yang mulia.
Bahasa dan sastra dipelajari beliau antara lain dari Abu Zakariya Yahya bin „Ali
at-Tibrizi, Sahib Hammad ad-Dabbas.11
Dari latar belakang studinya tersebut,
yang mengantarkan sosok Syekh Abdul Qadir al-Jailani ke posisi yang amat
tinggi, yang membuat beliau mumpuni dalam berbagai ilmu. Beliau menjadi
sosok yang terkemuka di antara para wali agung, dan digelari al-Ghawts al-
9 Ahmad Sunarto, Ensiklopedia Biografi Nabi Muhammad saw dan Tokoh-Tokoh Besar
Islam, h. 235. 10 Ahmad Sunarto, Ensiklopedia Biografi Nabi Muhammad saw dan Tokoh-Tokoh Besar
Islam, h. 235. 11
Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat: Dimensi Esoteris Ajaran Islam (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), Cet. Ke-2, h. 47-48.
45
A‟zham atau penolong terbesar, selain itu beliau juga dikenal sebagai seorang
fiqih yang menonjol dari Mahzab Hanbali.12
Selain beribadah dan mengajar, sosok Syekh Abdul Qadir al-Jailani juga
banyak menulis dan melakukan penelitian dalam bidang keagamaan. Berikut ini
beberapa karya dari Sultan al-Auliya:13
1. Igasat al-‘Arifin wa Gayat Mina al-Wasilin, menjelaskan tentang zikir dan
istigosah menurut Ilmu Tasawuf dan ahli tariqoh.
2. Aurad al-Jilani, khusus menjelaskan tentang wirid Syekh Abdul Qadir al-
Jailani.
3. Adab as-Suluk wa at-Tawassul ila Manazil al-Muluk, membahas mengenai
adab-adab para wali yang mendapatkan pangkat tertinggi di hadapan Allah.
4. Tuhfat al-Muttaqin wa Sabil al’Arifin, menjelaskan tentang jalan taqwa
untuk mencapai kewalian.
5. Jala al-Khatir fi al-Batin wa az-Zahir, buku ini membahas tentang kesucian
zahir dan batin.
6. Hizb ar-Raja wa al-Intihak, buku ini menjelaskan tentang Hizb (wirid) yang
dibuat oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
7. Al-Hizb al-Kabir, buku ini menjelaskan tentang Hizb (wirid) yang dibuat
oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
8. Du’a Aurad al-Fathiyah, buku khusus menjelaskan tentang doa.
9. Du’a al-Basmalah, buku khusus menjelaskan tentang doa.
10. Ar-Risalah al-Gausiyyah, buku ini berisi tentang Wali Gaus (Wali Qutub).
12
Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf dan Ihsan, Penerjemah Zaimul Am (Jakarta: PT
Serambi Ilmu Semesta, 2007), h. 119. 13
Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat: Dimensi Esoteris Ajaran Islam, h. 48-49.
46
11. Risalah fi al-Asma al-‘Azimah littariq ilallah, buku ini berisi tentang azimah
(hukum yang telah diisyaratkan oleh Allah kepada seluruh hamba-Nya sejak
semula/ hukum-hukum umum) dan asma-asma Allah untuk menuju kepada
Allah.
12. Al-Gunyah li Talibi Tariq al-Haq, buku ini membahas tentang wali yang
mencari jalan Allah.
13. Al-Fath ar-Rabbani wa al-Faid ar-Rahmani, menjelaskan tentang
perjalanan Ilmu Tasawuf dan suluk (jalan/ cara) menuju Allah.
14. Futuh al-Gaib, buku ini menjelaskan mengenai dibukanya hijab untuk
menuju Allah.
15. Al-Fuyudat ar-Rabbaniyyah, buku ini membahas tentang kebebasan di jalan
Allah.
16. Mi’raj Latif al-Ma’ani, buku ini menjelaskan tentang perjalanan menuju
Allah.
17. Yawaqit al-Hikam, buku ini berisi tentang derajat para wali.
18. Tafsir al-Jilani, menjelaskan mengenai kesimpulan dari Ilmu Tasawuf yang
dikarang Syekh Abdul Qadir al-Jailani di dalam tafsirnya.
19. Al-Mukhtasor fi Ulum ad-Din, buku ini menjelaskan tentang ringkasan Ilmu
Agama di jalan tariqoh.
20. Sirrul Asror, buku ini membahas mengenai Ilmu Rahasia dan pembuka
hijab untuk menuju Allah.
Selain dari karya-karya beliau, Syekh Abdul Qadir al-Jailani juga dikenal
sebagai sosok yang memiliki banya karamah. Begitu banyak riwayat yang
menyebutkan karamah atau keluarbiasaan yang dimiliki beliau. Sehingga tidak
47
sedikit para sejarawan, murid-murid beliau atau para pengagum beliau, telah
menjadikan kenyataan serta sifat-sifat istimewa dituliskan pada berbagai bentuk
“kitab munaqib”. Di antara karamah Syekh Abdul Qadir al-Jailani adalah:14
1. Menurut Syekh Kamaluddin bin Syekh Abdul lathif al-Baghdady al-Syahy
al-Ghiyatsy dalam karyanya Lathaif al-Lathifah, bahwa ruh Syekh Abdul
Qadir al-Jailani sebelum turun kedunia telah mengenal Rasulullah SAW,
bahkan berdialog secara spiritual dengan Rasulullah SAW saat beliau mi‟raj
ke langit ke tujuh.
2. Lahir pada malam awal Ramadhan, siangnya tidak mau menyusu kecuali
pada malam harinya.
3. Derajat keilmuannya melingkupi dan mengatasi seluruh wali AllahSWT.
4. Allah SWT mengistimewakan namanya dengan menghancurkan orang-
orang yang menghinakannya, dan namanya disebut sepanjang zaman.
5. Menghidupkan orang dalam kubur untuk memberi kesaksian.
6. Beri‟tikaf tiap hari dengan hati yang terus wushul pada Allah SWT.
7. Memberi hidayah pada jalan Allah terhadap seorang pencuri.
8. Berguru spiritual pada Nabi Khidir as.
9. Murid Syekh Abdul Qadir al-Jailani diampuni raja jin karena melihat
kewibawaan gurunya.
10. Air dari madrasah Syekh Abdul Qadir al-Jailani menjadi obat terhadap
wabah yang berkecamuk di Baghdad.
11. Menyelamatkan murid wanitanya dari jarak jauh yang diperkosa penjahat.
12. Mencukupi menjamu buka puasa 70 orang dengan makanan yang sedikit.
14
Ajid Thohir, ed., Historisitas Dan Signifikansi Kitab Manaqib Syekh Abdul Qadir al-Jilani
Dalam Historigrafi Islam, h.
48
13. Imam Ahmad bin Hanbal bermohon kepadanya untuk mengembangkan dan
melanjutkan madzhab fiqihnya.
14. Pernyataan Jin „ifrit untuk takluk pada Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Dan
masih banyak karamah yang lainnya yang dianugerahkan Allah SWT
kepada Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
C. Sejarah Ngahol Di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah
Tradisi ngahol di Pesantren Al-Istiqaliyyah dimulai sejak tahun 1953.
Tradisi yang dilakukan di setiap minggu kedua di bulan Rabiul Akhir ini pada
awalnya hanya dilakukan di lingkungan keluarga dari Abuya Dimiyati. Keluarga
dari Abuya Dimiyati mulai melaksanakan ngahol ini setelah abuya mendapatkan
mandat dari sang guru untuk melakukan ngahol Tuan Syekh Abdul Qadir al-
Jailani. Saat mendapat mandat tersebut beliau (Abuya Dimiyati) masih berusia
25 tahun.
Pelaksanaan ngahol ini merupakan sebuah mandat yang diberikan secara
estafet oleh guru kepada murid. Di mana, guru yang memberi mandat kepada
muridnya tersebut juga sebelumnya diberi mandat oleh gurunya untuk
melakukan ngahol dan begitu seterusnya. Guru-guru yang memberi mandat
tersebut, adalah orang-orang yang telah belajar kepada seorang guru yang
menurut silsilahnya merupakan orang yang menjadi murid dari Syekh Abdul
Qadir al-Jailani. Guru memberikan mandat kepada murid yang dianggap
mempuni dan mampu untuk melanjutkan estafet dalam pelaksanaanya.
Saat ini, estafet pelaksaan ngahol ini diberikan kepada KH. Uci Turtusi
yang merupakan putra dari KH. Abuya Dimiyati. Pemilihan KH. Uci ini bukan
49
berdasarkan pada adanya ikatan darah, namun saat itu memang posisi dari KH.
Uci adalah murid dari KH. Abuya Dimiyati yang dianggap mampu dan
mempuni untuk melanjutkan tradisi tersebut. sebelumnya, KH. Abuya Dimiyati
juga mendapatkan mandat dari sang guru, yakni KH. Arsyad (Cilongok). KH.
Arsyad mendapat mandat dari sang guru, KH. Dahlan (Tanjakan). KH. Dahlan
mendapat mandat dari sang guru, KH. Husein (Carita). KH. Husein mendapat
mandat dari sang guru, KH. Syekh Agung Asnawi (Caringin). KH. Syekh Agung
Asnawi juga mendapat mandat dari sang guru, yakni KH. Abdul Karim
(Banten). KH. Abdul Karim mendapat mandat dari sang guru, yakni KH. Ahmad
Khotib Sambas (Kalimantan). Dan KH. Ahmad Khotib Sambas ini mendapat
mandat dari gurunya, gurunya mendapat mandat dari gurunya, dan begitu
seterusnya hingga pada Tuan Syekh Abdul Qadir al-Jailani.15
Pada awal pelaksanaan ngahol, KH. Abuya Dimiyati tidak melibatkan
orang lain selain sanak saudara. Kemudian setelah beberapa tahun berlangsung,
barulah masyarakat luar juga turut merayakan ngahol. Keikutsertaan masyarakat
luar ini berawal dari adanya informasi yang diberikan oleh keluarga Abuya
Dimiyati melalui pengajian rutin yang digelar oleh keluarga Abuya Dimiyati.
Hanya masyarakat yang rutin mengikuti pengajian itulah yang mengetahui
adanya perayaan ngahol tersebut. akan tetapi, semakin berjalannya waktu,
semakin banyak masyarakat yang mengikuti pengajian rutin tersebut, sehingga
semakin banyak pulalah masyarakat sekitar yang mengetahui tentang adanya
tradisi tersebut.
15 Wawancara Pribadi dengan H. Entoh, Cilongok, 20 Mei 2016.
50
Perayaan yang awalnya hanya diikuti oleh beberapa orang dari jamaah
pengajian tersebut mulai diikuti secara umum sekitar tahun 1987 atau 1988 saat
pelaksanaan ngahol dipindahkan ke masjid yang baru di bangun. Di mana
pelaksanaan ngahol dilakukan secara berbarengan dengan peresmian masjid.
Saat itulah masyarakat mulai mengetahui adanya ngahol atau haul Syekh Abdul
Qadir al-Jailani, dan itu menjadi awal mula masyarakat luas ikut bergabung
dalam pelaksanaan ngahol.
Jadi, pelaksanaan ngahol di Pesantren al-Istiqlaliyyah pada awalnya
hanya bertujuan untuk melanjutkan mandat. yang diberikan kepada KH.
Dimiyati. Setelah beberapa tahun berjalan, pihak pesantren yang meyakini
banyaknya manfaat yang bisa didapatkan dengan mengikuti perayaan ini,
kemudian mengajak para jamaah pengajian untuk turut serta dalam perayaan
tersebut. Perayaan yang dilakukan setahun sekali itu ternyata setiap tahunnya
mendapat perhatian dari masyarakat hingga akhirnya perayaan ini menjadi acara
ngahol yang terbesar di daerah Banten dan Jawa.
51
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Strategi Komunikasi Persuasif Pesantren Al-Istiqlaliyyah
Dalam mempertahankan ngahol Syekh Abdul Qadir al-Jailani Pesantren
al-Istiqlaliyyah juga melakukan beberapa strategi. Strategi yang digunakan
dibagi dalam tahapan strategi sesuai dengan yang dikemukakan oleh Fred R.
David yakni, Perumusan Strategi, Implementasi Strategi dan Evaluasi Strategi.1
1. Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi ini, untuk mencapai tujuan yang diharapkan,
Pesantren Al-Istiqlaliyyah melakukan berbagai persiapan yang berkaitan
dengan pelaksanaan ngahol atau haul. Berbagai persiapan ini dilakukan agar
para jamaah yang hadir merasa nyaman dan khusuk saat mengikuti perayaan
tersebut. Adapun berbagai persiapan yang dilakukan antara lain:
a. Memberi Informasi
Informasi mengenai pelaksanaan ngahol dilakukan oleh pihak pesantren
tiga bulan sebelumnya. Dalam penyampaian informasi kepada masyarakat,
pihak pesantren tidak menggunakan media komunikasi. Informasi hanya
disampaikan secara langsung oleh Kyai melalui pengajian mingguan. Dalam
penyampain informasi ini, penulis menemukan adanya pentahapan komunikasi
persuasif. Adapun pentahapan komunikasi persuasif yang dilakukan pesantren
ialah sebagai berikut:
1 Fred R. David, Strategic Management Concepts and Cases Thirteenth Edition (New Jersey:
Pearson Education Inc, 2007), h.37.
52
1.) Pentahapan pertama ialah dengan membangkitkan perhatian masyarakat.
Di awal pelaksanaan ngahol, informasi mengenai adanya acara tersebut
disampaikan langsung oleh Kyai Dimiyati. Hal ini dilakukan karena Kyai
Dimiyati adalah ulama yang diberi mandat secara langsung oleh gurunya
untuk meneruskan perayaan ngahol. Selain itu, KH. Dimiyati juga seorang
ulama yang disegani dilingkungan masyarakat sekitar. Berkat ilmu agama
yang dimiliki beliau, maka masyarakat merasa segan dan hormat. Tidak
hanya kepada KH. Dimiyati, namun juga kepada seluruh anggota keluarga
beliau.2 Pada proses ini, masyarakat menilai KH. Dimiyati yang berperan
sebagai persuader dari segi kredibilitas yang beliau miliki. Kredibilitas
berarti seperangkat persepsi komunikan tentang diri komunikator.3
Hovland, Janis dan Kelly menyebutkan bahwa paling tidak terdapat dua
komponen kredibilitas sumber, yakni keahlian (expertness) dan dapat
dipercaya (trustworthiness). Keahlian merupakan kesan yang dibentuk
penerima tentang kemampuan sumber komunikasi persuasi berkaitan
dengan topik yang dibicarakan. Sedangkan dapat dipercaya kesan
penerima tentang sumber komunikasi yang berkaitan dengan wataknya,
seperti kejujuran, ketulusan, bersikap sopan, bermoral dan sebagainya.4
Dalam hal keahlian sudah dapat dipastikan bahwa KH. Dimiyati adalah
sosok ulama yang tahu secara detail mengenai perayaan ngahol tersebut,
karena beliau secara langsung mendapat mandat dari gurunya untuk
melakukan perayaan ngahol. KH. Dimiyati juga menjadi sosok yang dapat
2 Wawancara pribadi dengan H. Masuri, Cilongok, 19 Juli 2016.
3 Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), Cet. Ke-5,
h. 4.2. 4 Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif, h. 4.4.
53
dipercaya oleh masyarakat karena beliau memiliki image yang baik dimata
masyarakat. Hal ini terbukti dengan sikap hormat dan segan yang
masyarakat tunjukkan kepada beliau.
2.) Setelah menarik perhatian masyarakat, kemudian dilanjutkan dengan
proses untuk menumbuhkan minat dan hasrat dari masyarakat untuk
mengikuti ngahol melalui pesan komunikasi yang disampaikan. Adapun
dalam penyampaian pesan ini, sang komunikator menyampaikan dengan
metode Pay Off (Rewarding). Metode komunikasi persuasif ini
memberikan iming-iming atau harapan yang baik kepada komunikan.
Dalam hal ini, pesan yang disampaikan oleh pihak pesantren kepada
masyarakat berisi mengenai keyakinan bahwa siapa saja yang mengikuti
dan larut dalam acara haul, maka ia akan dianggap sebagai murid dari
Tuan Syekh Abdul Qadir. Dan siapa pun yang menjadi murid Tuan Syekh,
maka ia akan mendapat syafaat berupa pembelaan dari Tuan Syekh.
“Salah satu yang terpenting adanya haulan adalah siapa yang ikut
serta dalam haulan ini sama dengan berziarah kemakam tuan syekh,
siapa yang ziarah ke makam syekh itu sudah di anggap muridnya, siapa
yang menjadi muridnya tuan syekh, tuan syekh berjanji untuk membela
dan memberi syafaatnya. Dan siapa yang dibela dan disyafaati tuan
syekh, pasti akan diterima pembelaannya.”5
Syafaat berarti memberikan bantuan, pertolongan atau perlindungan
kepada sesama muslim. Pada hakikatnya, syafaat itu adalah hak Allah SWT.
Syafaat juga merupakan karamah yang diberikan oleh Allah kepada hamba-
Nya setelah memperoleh izin dan ridho-Nya.6 Orang-orang yang akan memberi
syafaat adalah setiap orang yang beriman, bertaqwa dan beramal sholeh. Baik
5 Wawancara pribadi dengan H. Entoh, Cilongok, 20 Mei 2016.
6 Imron Aba, Peringatan Khaul Bukan Dari Ajaran Islam Adalah Pendapat Yang Sesat
(Kudus: Menara, 1980), Cet. Ke-2, h. 63-64.
54
itu para nabi, sahabat, syuhada, maupun ulama selama mereka mendapat izin
dari Allah. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Dan betapa banyak malaikat di langit , syafa’at (pertolongan) mereka
sedikit pun tidak berguna kecuali apabila Allah telah mengizinkan (dan
hanya) bagi siapa yang Dia Kehendaki dan Dia Ridai.”
Selain itu, pihak pesantren juga menyatakan bahwa masyarakat akan
mendapat keberkahan dengan mengikuti haulan. Keberkahan ini didapatkan
karena pada saat mengikuti haul, banyak orang-orang sholeh berkumpul dan
saling bertemu. Berjumpa dan berkumpul dengan orang-orang sholeh tersebut,
akan membawa keberkahan.7
Ganjaran dan harapan-harapan baik yang disampaikan ternyata mampu
menggerakkan masyarakat pada keputusan untuk mengikuti, berpartisipasi
serta turut andil dalam acara ngahol. Hal-hal yang diyakini pesantren juga
diyakini oleh masyarakat. Bahwa dengan mengikuti haul, mereka berharap
menjadi bagian dari murid Tuan Syekh dan melalui zikir bersama, mereka
berharap mendapat keselamatan dunia akhirat.
“Kitakan muslim, kita mengharapka ridho Allah, tidak ada lagi.
Mungkin masyarakat juga yang dari jauh datang karena ingin selamat.
Sebetulnya ini momen yang paling tepat, yang paling utama umat
muslim bisa berdzikir bersama, yang kedua mungkin tidak ada tujuan
lebih dari selamat, ingin selamat dunia akhirat, makanya antusias.
Antusias masyarakat itu saja, karena mereka takut mati, ini momen kita,
mudah-mudahan kita dapat juga tujuan utamanya ingin diakui menjadi
muridnya Tuan Syekh Abdul Qadir.”8
7 Wawancara pribadi dengan H. Entoh, Cilongok, 20 Mei 2016.
8 Wawancara pribadi dengan H. Masuri, Cilongok 19 Juli 2016.
55
Awalnya acara ngahol tersebut hanya diikuti oleh beberapa orang dari
jamaah pengajian mingguan. Namun, semenjak ngahol diperkenalkan kepada
masyarakat luas di tahun 1987/1988 pihak pesantren merasa jumlah jamaah
yang hadir selalu bertambah setiap tahunnya.
“Kalau secara umum, kita merasakan tahun ini sangat luar biasa
ramai, kemudian tahun berikutnya terasakan dua kali lipat dari tahun
kemarin. Setiap tahun merasakan ada kelipatan-kelipatan. Masyarakat
larut dalam kegiatan haulan. Kecintaanya kepada haulan, sehingga
terjadilah pergerakan alamiah tanpa ada pemaksaan, tanpa ada tekanan,
Karena manusia pada hakekatnya butuh pencerahan, maka manusia
mencari sendiri pencerahan tersebut.”9
Peningkatan jumlah jamaah yang hadir dalam pelaksanaan ngahol ini
tidak tercatat secara pasti, akan tetapi hal ini dapat dilihat dari semakin luasnya
daerah yang digunakan pesantren untuk menampung para jamaah dan tempat
untuk parkir, semakin banyaknya tenda yang dibuat oleh panitia. Kemudian,
jika sebelumnya panitia hanya mengandalkan sound system saat pelaksanaan,
kini pihak panitia juga bekerja sama dengan Radio Sukamatri untuk
menyiarkan saat pelaksanaan ngahol. Hal ini dilakukan agar jamaah yang
menempati posisi yang cukup jauh dari masjid utama tetap dapat mendengar
dengan jelas apa yang disampaikan, baik itu saat zikir bersama maupun
tausiah.10
Selain dari informasi yang diberikan menjelang pelaksanaan ngahol,
pihak pesantren juga sering memberikan materi tentang Syekh Abdul Qadir al-
Jailani, baik itu mengenai biografi beliau, nasihat-nasihat, ajaran-ajaran yang
dibawa beliau kepada masyarakat melalui pengajian mingguan. Dan untuk para
9 Wawancara pribadi dengan H. Entoh, Cilongok 20 Mei 2016.
10 Wawancara Pribadi dengan H. Masuri, Cilongok, 19 Juli 2016.
56
santri, pihak pesantren juga mengajarkan kitab-kitab yang berhubungan dengan
syekh. Ini juga menjadi cara pesantren untuk mengenalkan sosok Syekh Abdul
Qadir kepada masyarakat.
b. Membentuk Panitia Acara
Pembentukan panitia dalam perayaan ngahol dilakukan satu bulan
sebelumnya. Pembentukan panitia ini dilakukan secara musyarawah di
kediaman KH. Uci Turtusi selaku pimpinan pesantren. Dalam proses
pembentukan panitia, tidak hanya melibatkan pengurus pesantren, tapi juga
melibatkan masyarakat sekitar. Kepanitiaan yang dibentuk ini ada panitia
dalam dan ada panitia luar. Panitia dalam ini diisi oleh para pengurus
pesantren, sedangkan bagian luar diisi oleh masyarakat.
“Acara haul ini acara yang besar, jadi kita melibatkan masyarakat.
Dan biasanya ada musyawarah yang melibatkan pesantren dan
masyarakat untuk membentuk kepanitiaan. Ada bagian dalam dan ada
bagian luar. Kepanitiaan ini adalah semuanya wewenang bagian luar.
Adapun bagian dalam, ini adalah hak prerogatif dari pesantren, dan
orang luar tidak bisa juga dan memang tidak akan paham dalam
konteks dalam.”11
Pihak pesantren yang mengisi panitia bagian dalam sepenuhnya
bertanggung jawab terhadap bidang kerohanian dan keperluan konsumsi.
Selain itu, panitia dalam juga memegang tanggung jawab dalam acara inti haul.
Adapun acara inti haul itu terbagi menjadi dua, pertama ialah zikir bersama,
dan kedua ialah pembacaan munaqib atau biografi dari Tuan Syekh Abdul
Qadia al-Jailani. Pembacaan munaqib dapat dilakukan oleh guru atau seseorang
yang telah ditunjuk secara langsung oleh guru. Hal ini menjadi tanggung jawab
11
Wawancara pribadi dengan H. Entoh, Cilongok, 25 Juni 2016.
57
panitia bagian dalam karena runtutan ritual-ritual tersebut hanya diketahui oleh
murid yang diberi mandat langsung oleh sang guru.12
“Haulan inti yakni berzikir bersama sesuai dengan kepemimpinan
guru, sesuai dengan apa yang telah diperintahkan guru sebelumnya.
Dan membacakan munaqib juga termasuk ke dalam haulan inti.
Awalnya zikiran terlebih dahulu, sesuai dengan kalimat-kalimat yang
diperintahkan oleh guru. Kalau guru memerintahkan kita baca yaa syafi
al amrod 1000 kali, padahal pada realitanya misalnya baru 50 kali sang
guru sudah menyetop, itu adalah hak prerogatif. Kemudian setelah itu
berzikir, mengikuti alur dan gaya dan sebagainya dari guru. Kalau guru
pelan, murid pun pelan. Bacaan pada inti pertama ini baku, bacaan itu
tidak bisa dilakukan sehari-hari. Kemudian baru berdoa. Setelah selesai
inti pertama dari ngahol, masuk ke inti kedua yaitu pembacaan
munaqib. Kenapa disebut inti yang kedua, karena pembacaan munaqib
ini bisa dilakukan oleh guru sendiri, bisa juga dilakukan murid yang
ditunjuk oleh guru.”13
Adapun untuk susunan kepanitiaan bagian luar yang dibentuk dalam
musyawarah tersebut meliputi Penanggung Jawab, Penasehat, Pembina, Ketua,
Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, Koordinator, Penanggung Jawab
Keamanan, Seksi Rohani, Seksi Perlengkapan, Seksi Tamu, Seksi Kelistrikan,
Seksi Kotak, Seksi Dokumentasi, Seksi Dekorasi, Seksi Konsumsi, Seksi
Keamanan, Seksi Usaha, Seksi Kebersihan, Seksi Kepemudaan, Seksi Dapur
Umum, Seksi Sound Sistem, Seksi Kesehatan, dan Seksi Radio.14
Satu minggu setelah musyawarah pemilihan anggota kepanitiaan,
kemudian diadakan rapat kerja. Rapat kerja yang dilakukan di masjid setempat
dihadiri oleh panitia yang sudah dipilih. Tujuan rapat kerja ini adalah untuk
melakukan pembagian tugas kepada anggota panitia.
12
Wawancara pribadi dengan H. Entoh, Cilongok, 25 Juni 2016. 13
Wawancara pribadi dengan H. Entoh, Cilongok, 20 Mei 2016. 14
Wawancara pribadi dengan H. Masuri, Cilongok, 19 Juli 2016.
58
Setelah rapat kerja dilakukan, maka informasi mengenai perayaan
ngahol ini dilakukan oleh pihak panitia luar. Informasi yang diberikan kepada
masyarakat biasanya hal-hal yang bersangkutan dengan hasil dari pengumpulan
dana yang dilakukan oleh panitia, masalah konsumsi, khususnya konsumsi
yang disumbangkan oleh masyarakat sekitar. Selain itu, panitia juga
menginformasikan tamu-tamu yang akan hadir dalam perayaan tersebut.
Berbagai informasi tersebut disampaikan melalui speaker masjid. Kemudian,
satu minggu sebelum acara dilaksanakan, panitia menggelar rapat pemantapan.
Dalam rapat ini, penitia melakukan evaluasi terhadap hasil kinerja dari masing-
masing seksi dan memantau kesiapan dari masing-masing seksi. 15
c. Menggalang Dana
Persiapan selanjutnya yang dilakukan adalah menggalang dana.
Penggalangan dana untuk keperluan acara dilakukan melalui empat cara. Dua
cara dilakukan oleh pihak pesantren, yakni pertama dengan meminta
sumbangan dari santri, kedua dengan meminta sumbangan dari jamaah
pengajian. Kemudian dua cara lainnya dilakukan oleh pihak panitia luar
melalui seksi usaha dan seksi kotak.
1.) Sumbangan dari santri
Sebelum acara berlangsung, santri diminta sumbangan dalam acara ini
sebesar Rp. 100.000,00.- (Seratus Ribu Rupiah) per orang. Sumbangan ini
dapat dicicil oleh santri. Pengumpulan dana ini dilakukan oleh Rois Khos (RT
dalam setiap darul). Dana ini nantinya akan digunakan untuk kegiatan yang
15
Wawancara Pribadi dengan H. Masuri, Cilongok, 19 Juli 2016.
59
bersangkutan dengan kerapihan lingkungan, pembuatan kaligrafi dan tulisan
Tuan Syekh Abdul Qadir al-Jailani.16
2.) Sumbangan dari jamaah pengajian
Sumbangan dari jamaah pengajian ini dilakukan selama tujuh minggu
menjelang perayaan haul. Seperti yang telah penulis jelaskan di awal, bahwa
dipesantren al-Istiqlaliyyah ini setiap hari minggu rutin menggelar pengajian
untuk masyarakat umum. Pengumpulan sumbangan dari jamaah pengajian ini
dilakukan oleh para santri.17
3.) Menggalang dana melalui seksi usaha
Penggalangan dana melalui seksi usaha ini dilaksanakan setelah
kepanitian terpilih. Setiap tahunnya, yang bertanggung jawab dalam
penggalangan dana di seksi usaha adalah RT dan RW. Mekanisme dalam seksi
usaha ini adalah di hari sabtu dan minggu setiap RT dan RW datang ke rumah
masyarakat. Hal ini dilakukan sampai seminggu sebelum perayaan. Seksi usaha
ini melibatkan khususnya 22 RT, dan dibantu oleh seluruh RW yang ada di
Sukamantri.18
4.) Menggalang dana melalui seksi kotak
Jika penggalangan dana sebelumnya dilakukan sebelum perayaan, seksi
kotak ini melakukan penggalangan dana saat ngahol berlangsung, melalui
kotak-kotak amal yang tersebar di tempat berlangsungnya acara. Menurut
informasi dari Abah H. Masuri, seksi kotak pada ngahol Tuan Syekh Abdul
Qadir yang ke-57, melibatkan hampir 700 orang. Dimana orang-orang yang
16
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Humadi, Cilongok, 18 Juli 2016. 17
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Humadi, Cilongok, 18 Juli 2016. 18
Wawancara Pribadi dengan H. Masuri, Cilongok, 25 Juni 2016.
60
teribat di seksi kotak ini biasanya anak-anak muda dan anak-anak sekolah yang
bersedia menjadi volunteer dalam acara tersebut. Pendaftaran untuk menjadi
volunteer dilakukan oleh seksi kotak, dan setiap pendaftar akan diberikan name
tag. Hal ini dilakukan agar tidak ada orang yang memanfaatkan momen ngahol
ini untuk mencari keuntungan sendiri.
d. Menyebar Undangan
Penyebaran undangan dilakukan oleh panitia 10 hari sebelum perayaan.
Undangan ini hanya diberikan kepada instansi pemerintahan, seperti
kepolisian, bupati dan gubernur. Akan tetapi, undangan untuk bupati dan
gubernur disampaikan melalui camat. Penyebaran undangan ini hanya
dilakukan sebatas di Instansi Pemerintahan. Panitia tidak menyebar undangan
kepada alim ulama dan sebagainya, karena hal tersebut tidak diperbolehkan
oleh pihak pesantren.
2. Implementasi Strategi
Pada tahap implementasi ini, penulis akan menguraikan berjalannya
acara ngahol Syekh Abdul Qadir al-Jailani di Pondok Pesantren al-
Istiqlaliyyah. Ngahol dimulai pukul 07.00 WIB hingga menjelang sholat
dzuhur yang bertempat di masjid utama pesantren. Persiapan berlangsung
hingga H-3. Para jamaah yang datang dari luar kota biasanya sudah hadir di
lokasi tiga hari sebelumnya dan menempati masjid pesantren.
Dalam ngahol ada dua acara inti, yakni berzikir bersama dan
pembacaan munaqib. Adapun pelaksanaan ngahol secara lengkap adalah
sebagai berikut:
61
a. Pembukaan Acara
Saat pembukaan acara ini, pertama-tama pembawa acara
menyampaikan kepada jamaah mengenai susunan acara dan pengisinya.
Setelah itu, barulah kemudian secara bersama-sama membaca surat al-Fatihah
sebagai tanda pembukaan acara.
b. Zikir Bersama
Setalah pembukaan, acara dilanjutkan dengan melakukan zikir bersama.
Zikir bersama ini dipimpin langsung oleh KH. Uci Turtusi selaku pimpinan
pondok pesantren sekaligus sebagai seseorang yang telah dipilih untuk
melanjutkan estafet perayaan ngahol. Acara zikir bersama ini biasanya
dilakukan selama satu jam. Adapun tahapan bacaan saat zikir bersama adalah
sebagai berikut:19
حيم بسم اهلل الرمحن الر ر ـ تـهليل ـ دعاء ذك
شيخ عبد القادر أليالن ألبـغدادي قدس اهلل سره العزيز تـواصل
سورة اإلنشراح أللهم ياقاضي احلا جات
أللهم يا رفيع الدرجات أللهم يا ميب الدعوت
الت أللهم يا مل المشك أللهم يا كاف المهمات
19
Wawancara Pribadi dengan KH. Turmuzi, Pasir Awi, 24 Agustus 2016.
62
أللهم يا دافع البليات أللهم يا شاف األمراض اللهم ياأرحم الرامحي
ر حسبـنا اهلل ونعم الوكيل نعم المول ونعم النصيـ تـهليل }آلإلو إاهلل {
ألفاتة ـ آمل ـ أية الكرسي إخالص ـ ألفلق ـ ألناس ـ دعاء
قصة كتان مناقب شيخ عبد القادر أليالن ألبـغدادي قدس اهلل سره العزيز إنـتـهى : ألفقري حاخ أمحدان أحلسىن
Gambar 4.1
KH. Uci Turtusi saat memimpin zikir bersama20
Dari serangkaian acara ngahol, zikir bersama merupakan kegiatan yang
paling mendapat perhatian dari jamaah yang hadir. Melalui zikir bersama,
jamaah berharap akan mendapatkan keberkahan dan keselamatan dunia akhirat.
Keutamaan zikir bersama juga disampaikan dalam hadits Rasulullah saw.
20
Di ambil dari Video Dokumentasi Haul Tuan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Ke-57 karya
Jaya Optima Studio.
63
Diriwayatkan dari Abu Hurairah dan Abu Said al-Khudri, mereka bersaksi
bahwa:
اهلل عليو وسلم على النب صلى وعن أب ىريـرة وأب سعيد الدري أنـهما شهدا هم ك قال ال يقعد قـوم يذ انو هم المال ئكة وغشيتـ رون اهلل عز وجل إال حفتـ
نة وذكر ىم اهلل فيمن عنده )رواه مسلم( الرمحة ونزلت عليهم السكيـ “Rasulullah saw bersabda: Tidak ada sekelompok kaum pun yang
berzikir kepada Allah, kecuali malaikat akan mengelilingi mereka, rahmat
akan menyelimuti mereka, ketenangan akan datang pada mereka, dan
Allah akan menyebutnya di dalam orang-orang dekatnya.” (HR. Muslim)21
Berkumpul dalam satu majlis untuk berzikir sangat dianjurkan dalam
Islam. Dalam hadits di atas juga dijelaskan bahwa orang-orang yang berzikir
bersama akan mendapat banyak manfaat, seperti majlis tempat zikir bersama
itu akan dikelilingi oleh malaikat dan orang-orang yang membaca zikir dimajlis
tersebut akan mendapat rahmat dari Allah.
c. Sambutan-Sambutan
Setelah zikir bersama selesai dilakukan, acara selanjutnya dalam ngahol
ialah sambutan-sambutan. Sambutan dilakukan oleh pejabat instansi
pemerintah yang telah diundang oleh panitia. Adapun sambutan pada
peringatan ngahol ke 57 disampaikan oleh Camat Pasar Kemis, H. Asep
Saepudin, Sumari, S.H, yang datang untuk mewakili gubernur Banten serta H.
Wahidin Halim selaku tokoh Banten.
21
Muhammad Makruf, “Keutamaan Berkumpul Untuk Berdzikir Kepada Allah”, artikel
diakses pada 11 September 2016 dari www.hujjahnu.com/2013/02/keutamaan-berkumpul-untuk-
berdzikir.html?m=1
64
Gambar 4.2
Suasana saat tamu undangan memberi sambutan22
d. Pembacaan Ayat Suci al-Quran
Dalam pelaksanaan mgahol ke 57, pembacaan ayat suci al-Quran
dilakukan dua kali oleh qori yang diundang oleh panitia acara. Yang
bertanggung jawab untuk mengundang qori adalah seksi rohani. Qori yang
diundang dalam ngahol ke 57 yakni Ust. Tubagus Vikri dari Banten dan Ust.
Abdullah Singkang dari Papua.
Gambar 4.3
Pembacaan Ayat Suci al-Quran23
e. Pembacaan Manaqib
Pembacaan munaqib saat acara ngahol dilakukan oleh KH. Turmuzi.
Beliau adalah tokoh keagamaan yang setiap tahunnya selalu mendapat amanah
22 Di ambil dari Video Dokumentasi Haul Tuan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Ke-57 karya
Jaya Optima Studio. 23 Di ambil dari Video Dokumentasi Haul Tuan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Ke-57 karya
Jaya Optima Studio.
65
untuk membacakan munaqib Syekh Abdul Qadir al-Jailani.24
Seseorang yang
dipilih untuk membacakan munaqib memiliki persyaratan. Pertama, munaqib
yang akan dibacakan, harus dikaji terlebih dahulu kepada sang guru (orang
yang diberi mandat). Dan kedua, orang yang akan membacakan munaqib,
harus berwudhu terlebih dahulu.25
Gambar 4.4
Pembacaan Munaqib Syekh Abdul Qadri al-Jailani26
f. Tausiah
Setelah pembacaan manaqib Syekh Abdul Qadir al-Jailani, acara
selanjutnya adalah tausiah atau ceramah keagamaan. Untuk tausih ini, panitia
tidak pernah menentukan ulama-ulama yang akan memberikan tausiah. Hal ini
karena panitia tidak memberikan undangan kepada ulama tertentu. Tausiah
dilakukan secara acak atau sesuai dengan ulama yang datang pada hari H.
“Sebetulnya dalam konteks haul yang intinya itu berzkir bersama
kemudian membaca bacaan-bacaan yang ditentukan. Adapun untuk
qory atau penceramah itu semacam acara maulid, tidak ada konteks
dengan acara haul. Jadi sebenarnya inti acara haul hanya memakan
waktu satu jam. Adapun selebihnya kita hanya memanfaatkan dengan
banyaknya orang untuk kita isi dengan mauidzoh-mauidzoh dan
sebagainya. Maka dengan adanya pengajian itu, biasanya kita tentukan
dengan ulama yang sudah hadir atau bagaimana kebetulan ulama yang
24
Bacaan Manaqib terlampir. 25 Wawancara Pribadi dengan H. Entoh, Cilongok, 20 Mei 2016. 26 Di ambil dari Video Dokumentasi Haul Tuan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Ke-57 karya
Jaya Optima Studio.
66
hadir saja. Karena saat acara haul itu sulit diduga ulama yang hadir,
tanpa ada kontak awal lagi. Tiba-tiba datang saja, jadi kita beri
penghormatan, dan memang kita juga butuh pencerahan”.27
Tausiah menjadi kesempatan bagi para ulama untuk berdakwah
mengajak jamaah yang berkumpul untuk tetap taat dan bertakwa kepada Allah.
Dalam tausiahnya, para ulama biasanya mengingatkan masyarakat dan
memberi dorongan untuk banyak beramal sholeh, berperilaku baik, taat kepada
Allah dan Rasul-Nya dan nasihat keagamaan lainnya.
Adapun pemberi tausiah saat perayaan ngahol ke 57 adalah KH. Uci
Turtusi selaku Pimpinan Pondok Pesantren, Habib Umar al-Mutthohar dari
Surabaya, Syekh Abdul Aziz dari California, Amerika Serikat serta Syekh
Fadil al-Jailani, beliau ialah seorang ulama dari Istambul, Turki yang juga
masih memiliki garis keturunan dengan Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
Saat itu, Syekh Fadil al-Jailani tidak hanya memberikan tausiahnya,
beliau juga memberikan kenang-kenangan berupa ijazah yang berisi silsilah
Tarekat Qodriyah dengan sanad yang bersambung kepada Rasulullah saw.
Mulai dari beliau hingga turun temurun kepada Syekh Abdul Qadir al-Jailani
hingga kepada Syekh Fadil al-Jailani. Tarekat Qadriyah merupakan nama
tarekat yang didirikan oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Tarekat ini
berkembang dan berpusat di Iraq dan Syria yang diikuti oleh jutaan umat yang
tersebar di Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika dan Asia. Meski telah
berkembang sejak abad ke-13, namun tarekat ini baru terkenal di dunia pada
abad ke-15 M.28
27
Wawancara Pribadi dengan H. Entoh, Cilongok, 25 Juni 2016. 28
Khotimah, Studi Sufisme Thariqah Qadariyah Wa Naqsabandiyah Di Desa Madani Pulau
Kijang Reteh Indragiri Hilir Riau, An-Nida, Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 39, No. 2, (Juli-
Desember, 2014), h. 204.
67
Gambar 4.5
Suasana saat para ulama memberika tausiah29
g. Penutup (Doa)
Runtutan acara yang terakhir adalah penutupan dengan melakukan doa.
Untuk pembacaan doa, tidak selalu harus dipimpin oleh KH. Uci Turtusi,
namun bisa juga dipimpin oleh ulama yang hadir dalam acara tersebut. Setelah
pembacaan doa selesai, tamu undangan dan para ulama yang hadir
meninggalkan tempat acara dan biasanya para jamaah melakukan shalawatan
setelah doa selesai.
3. Evaluasi Strategi
Pada tahapan strategi yang ketiga ini, pihak yang sering melakukan
evaluasi ialah panitia luar. Dalam pelaksanaanya, evaluasi perayaan ngahol ini
dilakukan satu sampai dua minggu setelah berlangsungnya ngahol. Evaluasi
dilakukan sekaligus dengan pembubaran panitia.30
Evaluasi yang dilakukan ini
bersifat menyeluruh, mencakup segala seksi yang ada di dalam kepanitiaan.
Dalam pelaksanaan evaluasi ini, koordinator memiliki peran penting, karena
29
Di ambil dari Video Dokumentasi Haul Tuan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Ke-57 karya
Jaya Optima Studio. 30
Wawancara Pribadi dengan H. Masuri, Cilongok, 25 Juni 2016.
68
sebelum, selama dan setelah pelaksanaan, koordinatorlah yang aktif memantau
dan mengawasi segala aktifitas setiap anggota kepanitiaan.
“Pak haji yang selalu mengontrol secara keseluruhan. Baik nanti
pada hari H, tamu sejauh mana, kendaraannya sampai mana parkirnya,
kita harus tahu dan dievaluasikan. Jadi waktu ada pembubaran panitia
kita melaporkan seluruh kinerja. Yang mana yang jadi juara, mana yang
bertanggung jawab, mana yang abal-abal kalau jadi panitia kurang
bertanggung jawab, kita tahu semua dan itu kita laporkan. Kita hantam
aja kalau itu tidak beres. Kita tidak pernah menyalahkan siapa pun,
hanya kita koreksi mana yang kurang baik supaya diperbaiki. Kita tidak
menyalahkan kerjanya kurang bagus, tidak, tapi kita berikan pandangan
ini kurang efektif. Misalnya seksi tamu, kamu kurang dari segi ini,
sehingga tamu banyak yang hilang sandal dan segala macam saat
malam, terus konsumsi juga kurang terarah, itu nanti diberitahu. Abah
itu kalau habis zikir itu keluar, muter terus pakai motor. Nanti kalau
sudah dikontrol sejauh mana parkir, baru turun kemana-mana, jalan
kaki. Mengawasi kotak, semuanya diawasi.”31
Evaluasi juga menjadi kegiatan yang penting bagi panitia ngahol,
karena dengan diadakannya evalusi ini panitia dapat melakukan pembaharuan-
pembaharuan demi kelangsungan acara ngahol tersebut. salah satunya dari
mekanisme persiapan sarana berupa tenda. Panitia mengizinkan bagi sejumlah
rombongan jamaah dari berbagai daerah yang berniat membangun tenda untuk
keperluan jamaah daerah masing-masing. Panitia hanya akan mengarahkan
pada lokasi yang nantinya bisa digunakan untuk membangun tenda.
Pembaharuan ini ternyata cukup efektif meringankan beban panitia untuk
mempersiapkan tenda-tenda yang bisa digunakan para jamaah saat acara
ngahol berlangsung.32
Selain dari segi pembaharuan dalam mekanisme
pembuatan tenda, melalui tahapan evaluasi panitia juga mendapat ide untuk
menambah beberapa seksi dalam susunan kepanitiaan, yakni seksi radio dan
seksi kepemudaan.
31
Wawancara Pribadi dengan H. Masuri, Cilongok, 19 Juli 2016. 32
Wawancara Pribadi dengan H. Masuri, Cilongok, 25 Juni 2016.
69
Seksi radio ditambahkan sekitar lima tahun yang lalu. Penambahan
seksi radio ini dilakukan untuk mensiasati sound system/ speaker yang sulit
menjangkau seluruh jamaah yang hadir. Banyaknya jamaah yang hadir dalam
perayaan tersebut, kadang membuat jamaah menempati tempat yang tidak
terjangkau dengan suara dari sound system yang telah disediakan panitia. Hal
inilah yang kemudian membuat panitia mencetuskan ide untuk melakukan
kerja sama dengan salah satu stasiun radio yang berada di Sukamantri. Siaran
perayaan ngahol ini sudah disiarkan sejak satu hari sebelum acara dimulai.33
Meskipun selama perayaan ngahol berlangsung sudah disiarkan melalui
radio, pihak panitia tidak menggunakan radio sebagai media untuk memberikan
informasi kepada masyarakat tentang pelaksanaan ngahol.
“Tidak ada. Kita tidak boleh ada informasi (melalui media).
Seadanya saja. Dari orang yang ngaji saja, kan orang yang ngaji datang
dari mana-mana, memberi informasi-informasi. Dari sebulan sebelum
hari H itu sudah diinformasikan dipengajian kalau haul tanggal sekian.
Kita tidak ada dari media, jadi dari ngaji saja, tidak ada lagi…. Tujuan
dari radio ini bukan untuk menginformasikan, tujuannya agar hari H
jangan sampai tidak terdengar oleh yang jauh. Kan percuma datang
jauh-jauh. Karena tidak terjangkau oleh sound yang ada.”34
Sedangkan untuk seksi kepemudaan, baru ditambahkan sejak dua tahun
yang lalu. Penambahan seksi kepemudaan ini dilakukan karena panitia
menganggap perlu ada regenerasi dalam kepanitiaan perayaan ngahol. Panitia
juga khawatir, pemuda akan memiliki sikap acuh jika tidak dilibatkan dalam
kepanitiaan sejak dini.35
Dan dengan adanya seksi kepemudaan ini, pihak
panitia juga merasakan adanya perubahan dari segi kecepatan kerja. Waktu
33
Wawancara Pribadi dengan H. Masuri, Cilongok, 19 Juli 2016. 34
Wawancara Pribadi dengan H. Masuri, Cilongok, 19 Juli 2016. 35
Wawancara Pribadi dengan H. Masuri, Cilongok, 19 Juli 2016.
70
yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai persiapan lebih cepat dari
sebelumnya.
“Ada, seperti kecepatan kerja. Seperti kemarin pemuda dikerahkan
untuk mengiris daging, yang luar biasa banyak. Dulu mungkin bisa dari
jam 10 malam sampai subuh, kalau sekarang dari jam 10 malam, jam 12
malem sudah selesai. Itu kecepatan berbedakan. Jadi mereka punya rasa
tanggung jawab.”36
Selain mengevaluasi hasil kinerja para panitia yang terlibat, dalam
pembubaran panitia ini juga dilakukan transparansi keuangan berupa
pemasukan dan pengeluaran selama perayaan ngahol berlangsung.
Transparansi ini dilakukan oleh Bendahara.
B. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Ngahol
Syekh Abdul Qadir al-Jailani
1. Faktor Pendukung
Dalam pelaksanaannya, ada beberapa faktor pendukung yang membuat
ngahol ini dapat terlaksana dengan baik setiap tahunnya. Di antara faktor
pendukung tersebut adalah sebagai berikut:
a. Adanya dukungan dari pihak instansi pemerintahan
Instansi pemerintahan seperti kecamatan, kepolisian dan koramil ikut
berpartisipasi dan memberi dukungan selama proses persiapan dan selama
kegiatan ngahol berlangsung. Misalnya pihak kecamatan ikut ambil dalam
penyebaran undangan. Di mana undangan yang dipersiapkan untuk bupati dan
gubernur Tangerang diserahkan oleh camat. Camat juga masuk dalam susunan
kepanitiaan sebagai penasehat II. Selain itu, pihak kepala desa juga masuk
36
Wawancara Pribadi dengan H. Masuri, Cilongok, 19 Juli 2016.
71
dalam susunan kepanitiaan sebagai Pembina. Sedangkan pihak kepolisian dan
koramil juga masuk dalam kepanitiaan sebagai pihak yang bertanggung jawab
dalam hal keamanan.
b. Masyarakat yang antusias
Tidak bisa dipungkiri, kelangsungan ngahol juga didukung dengan
adanya masyarakat yang antusias mengikuti acara tersebut. Antusias
masyarakat ini tidak hanya terlihat saat acara berlangsung, namun juga saat
panitia melakukan persiapan. Masyarakat juga turut andil dalam memberikan
bantuan, baik bantuan tenaga maupun bantuan dana.
c. Kesiapan pesantren dalam pelaksanaan ngahol
Kesuksesan acara ngahol juga tidak terlepas dari berbagai kesiapan
yang telah dilakukan pihak pesantren menjelang ngahol. Persiapan yang
dilakukan pesantren dan panitia mencakup dari berbagai aspek, mulai dari
sarana dan prasaran, meliputi tenda, sound system, tempat parkir, posko
kesehatan dan lain sebagainya hingga konsumsi untuk para jamaah yang hadir.
Berbagai sarana prasarana dan konsumsi yang disiapkan panitia merupakan
hasil dari penggalangan dana yang telah dilakukan sebelumnya.
2. Faktor Penghambat
a. Panitia Dalam
Selama persiapan hingga pelasanaan ngahol Syekh Abdul Qadir al-
Jailani, panitia bagaian dalam tidak mengalami banyak hambatan dalam
mengerjakan tugasnya. Seperti yang telah disampaikan, panitia bagian dalam
ini bertanggung jawab dalam seksi rohani, konsumsi, dan acara inti dari
72
haulan. Secara keseluruhan panitia bagian dalam tidak terlalu merasakan
hambatan-hambatan yang terjadi.
“Tidak ada hambatan-hambatan, yah intinya yang dirasakan
masalah hambatan atau tidaknya itu masalah kesiapan hati kita.... Jadi
sempurna atau tidaknya haul itu dari pandangan diri kita masing-
masing.”37
Adapun komentar-komentar ataupun pertanyaan yang sering dihadapi
oleh pihak pesantren ialah mengenai kesan bahwa pesantren lebih membesar-
besarkan perayaan haul dibandingkan dengan perayaan hari besan umat islam
lainnya. Menganggap hal ini, pesantren merasa tidak ada hal yang salah
dengan hal tersebut. Haul merupakan perayaan yang dilakukan secara khusus,
karena tidak sembarang orang yang dapat menyelenggarakannya. Hanya
orang-orang terpilih atau orang-orang yang diberi mandat secara langsung
oleh gurunya yang dapat menyelenggarakan acara haulan. Sedangkan untuk
perayaan hari besar Islam lainnya, tidak ada persyaratan bahwa diharuskan
ada mandat terlebih dahulu. Artinya setiap umat Islam berhak untuk
merayakan dan mengisinya dengan berbagai acara. Karena kekhususan inilah
maka perayaan haul ini hanya ada di satu tempat saja. Hal inilah yang
kemudian membuat perayaan haul terlihat lebih besar dibandingkan dengan
perayaan lainnya.38
b. Panitia Luar
Panitia bagian luar juga merasa hanya mengalami sedikit hambatan
selama persiapan dan pelaksanaan haul. Adapun hambatan yang dihadapi
antara lain:
37
Wawancara Pribadi dengan H. Entoh, Cilongok, 25 Juni 2016. 38
Wawancara Pribadi dengan H. Entoh, Cilongok, 20 Mei 2016.
73
a. Kurangnya Koordinasi Antar Panitia
Kurangnya koordinasi yang terjadi selama perayaan haulan ini
sering dirasakan oleh panitia luar terhadap panitia dalam. Hal ini
dikarenakan panitia dalam yang bertanggungjawab dalam Seksi Rohani
tidak aktif dalam memberikan informasi mengenai progres yang terjadi
dalam seksi tersebut. Untuk mengetahui pengisi acara dan tamu ulama
yang hadir panitia luar harus lebih ekstra dan sering bertanya kepada
pihak pesantren. Hal ini juga terkadang dikarenakan untuk pengisi acara
dan tamu yang hadir tidak bisa dipastikan, bahkan sampai seminggu
sebelum perayaan.
b. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia juga menjadi salah satu penghambat
dalam proses persiapan haul. Hal ini dikarenakan memang masyarakat
sekitar juga memiliki kesibukan masing-masing di luar dari
mempersiapkan untuk perayaan haul. Untuk mensiasati kurangnya SDM
ini, pihak panitia kemudian membentuk Seksi Kepemudaan untuk
merekrut pemuda-pemuda di sekitar agar turut membantu dalam proses
persiapan.
c. Pengumpulan Dana
Hambatan dalam pengumpulan dana ini biasanya terjadi pada
seksi usaha. RT dan RW yang bertugas untuk mengumpulkan dana sering
kali terlambat dari jadwal yang ditentukan. Pengumpulan dana
diharuskan selesai setidaknya 10 hari sebelum hari H, namun hal ini tidak
74
tercapai. Biasanya pengumpulan dana ini baru selesai empat sampai tiga
hari menjelang perayaan.
d. Kurangnya Perhatian Akan Kebersihan
Hambatan lain yang dirasakan oleh panitia luar adalah kurangnya
perhatian masyarakat sekitar untuk menjaga kebersihan. Hal ini
disayangkan oleh pihak panitia karena akan membuat panitia bekerja
lebih ekstra dalam melakukan persiapan, terutama seksi kebersihan.
“Hambatan pasti ada, tapi tidak banyak. Ya paling kita suka
kesulitan untuk melakukan persiapan, misalnya membuat tenda tadi,
karenakan orang pasti punya kesibukan masing-masing. Dan semakin
lamakan orang-orang yang sering membantu itu sudah tua, dan banyak
juga yang sudah meninggal, jadi ya begitu. Terus paling juga dari
kesadaran masyarakat tentang kebersihan. Karenakan kalau ngahol itu
kita menyambut orang banyak, kita inginnya lingkungan sekitar itu
bersih supaya jamaah yang hadir itu nyaman, tapi kadang masyarakat
kurang sadar. Dan yang paling ada mis komunikasi dengan pihak
pesantren terkait dengan pengisi acara dan tamu ulama yang hadir,
karenakan memang itu yang mengurus pihak pesantren. Jadi panitia luar
harus lebih ekstra dan sering bertanya kepada pihak pesantren, agar
persiapanannya lebih matang. Karena secara organisasi belum mantap.
Tapi kita sudah mulai berbenah. Pembelajaran dari tahun ketahun,
kekurangan apa, ya nanti kita hantamnya saat pembubaran panitia itu. Ya
paling itu aja sih.”39
Sedangkan untuk masalah pro dan kontra mengenai haul, baik itu
dari segi perayaannya maupun dalam pembacaan munaqibnya, pihak
pesantren tidak menjadikan hal tersebut sebagai suatu hambatan dalam
melaksanakan perayaan haulan. Menurut pihak pesantren, pihak yang
kontra dalam hal tersebut merupakan pihak-pihak yang pada hakikatnya
tidak meyakini adanya karamah para wali. Menanggapi hal ini, pihak
pesantren mengaku hanya berupaya untuk sekedar mendorong orang-
orang yang kontra untuk memahami tentang keistimewaan yang
39
Wawancara Pribadi dengan H. Masuri, Cilongok, 25 Juni 2016.
75
diberikan kepada hamba-hamba yang telah dipilih Allah.40
Masalah pro
kontra perayaan haul ini juga ditanggapi dengan biasa oleh panitia acara.
Hal ini dianggap sebagai hilafiyah atau masalah kecil.41
40
Wawancara Pribadi dengan H. Entoh, Cilongok, 20 Mei 2016. 41
Wawancara Pribadi dengan H. Masuri, Cilongok, 19 Juli 2016.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan analisis data dalam penelitian ini, maka
penulis dapat menarik kesimpulan dalam penelitian Strategi Komunikasi
Persuasif Pesantren Al-Istiqlaliyyah Dalam Mempertahankan Ngahol Syekh
Abdul Qadir al-Jailani, yakni:
1. Strategi Komunikasi Persuasif Pesantren Al-Istiqlaliyyah
Dalam melakukan strategi, seperti yang dikemukan Fred R. David
pihak pesantren juga melakukan tiga tahapan yakni, perumusan strategi,
implementasi strategi dan evaluasi strategi.
a. Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi ini, dimulai dengan pihak pesantren yang
memberikan informasi melalui tahapan komunikasi persuasif untuk mengajak
masyarakat mengikuti ngahol. Adapun tahapan yang dilakukan pertama
adalah membangkitkan perhatian masyarakat melalui sosok Kyai Dimyati,
tokoh ulama yang disegani masyarakat. Kemudian dilanjutkan dengan tahap
menumbuhkan minat dan hasrat kepada masyarakat untuk mengikuti ngahol
melalui pesan komunikasi yang disampaikan. Pesan tersebut disampaikan
dengan metode Pay Off (Rewardingi). Metode komunikasi persuasif ini
memberikan iming-iming atau harapan yang baik kepada komunikan. Pesan
yang disampaikan kepada masyarakat ternyata membawa masyarakat
bersedia untuk mengikuti ngahol.
77
Selain memberikan informasi, pihak pesantren juga melakukan berbagai
persiapan. Adapun persiapan yang dilakukan pesantren adalah pertama
dengan membentuk susunan kepanatiaan, di mana susunan kepanitiaan ini
terbagi atas panitia dalam dan panitia luar. Panitia dalam yang bertanggung
jawab atas seksi rohani dan seksi konsumsi diisi oleh pengurus pesantren,
sedangkan panitia luar yang bertanggung jawab atas 16 seksi kepanitiaan
diisi oleh masyarakat sekitar. Kedua menggalang dana. Proses penggalangan
dana ini dilakukan melalui meminta sumbangan dari santri, sumbangan dari
jamaah pengajian, seksi usaha dan seksi kotak. Persiapan ketiga adalah
menyebar undangan yang dilakukan 10 hari sebelum ngahol berlangsung.
Penyebaran undangan ini hanya dilakukan ke instansi pemerintahan.
b. Implementasi Strategi
Acara ngahol Syekh Abdul Qadir al-Jailani mulai pukul 07.00 pagi
hingga menjelang sholat dzuhur atau sekitar jam 12.00 siang. Adapun
runtutan acara dimulai dengan melakukan pembukaan ditandai pembacaan
surat al-Fatihah secara bersama-sama dipimpin oleh pembawa acara.
Kemudian acara dilanjutkan dengan zikir bersama yang dipimpin langsung
oleh KH. Uci Turtusi. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian sambutan
yang diisi oleh pejabat pemerintahan yang telah diundang oleh panitia.
Setelah sambutan selesai dilakukan, dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci
al-Qur’an. Pembacaan ayat suci al-Quran ini dilakukan dua kali. Kemudian
acara dilanjutkan dengan pembacaan munaqib atau biografi dari Syekh Abdul
Qadir al-Jailani. Setelah pembacaan munaqib selesai, acara dilanjutkan
dengan pemberian tausiah atau ceramah keagaamaan yang dilakukan oleh
78
beberapa ulama yang hadir dalam acara tersebut. setelah tausiah, acara
diakhiri dengan pembacaan doa.
c. Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi yang dilakukan pihak kepanitiaan dilakukan satu
sampai dua minggu setelah ngahol. Evaluasi dilakukan bersamaan dengan
pembubaran panitia. Dengan adanya evaluasi, panitia dapat memberikan
pembaharuan-pembaharuan untuk kelangsungan acara ngahol.
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Ngahol Syekh
Abdul Qadir al-Jailani
Selama pelaksanaan ngahol, ada beberapa faktor pendukung dan faktor
penghambat yang dialami oleh pesantren al-Istiqlaliyyah. Adapun faktor
pendukungnya adalah adanya dukungan dari pihak instansi pemerintahan,
adanya masyarakat yang antusias, serta kesiapan pesantren dalam
pelaksanaan ngahol. Sedangkan faktor penghambatnya adalah kurangnya
koordinasi antar panitia, kurangnya sumber daya manusia, lambatnya proses
pengumpulan dana, serta kurangnya perhatian akan kebersihan dari
masyarakat sekitar.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian ini, peneliti mencoba memberikan
beberapa saran, sebagai berikut:
1. Kepada Pengurus Pesantren Al-istiqlaliyyah, karena ngahol Syekh Abdul
Qadir al-Jailani ini sudah 57 tahun berjalan, sebaiknya segala dokumentasi
79
yang berhubungan dengan kegiatan tersebut diarsipkan dengan baik. Hal ini
tentu dapat menjadi bahan pembelajaran untuk tahun-tahun selanjutnya.
Selain itu, ada baiknya jika kedepannya Pesantren al-Istiqlaliyyah juga
memberikan kegiatan tambahan untuk para santri diluar dari kegiatan harian
mengaji kitab. Hal ini juga berguna untuk menambah wawasan dan
pengalaman para santri.
2. Kepada Panitia Ngahol, meski acara ngahol ini sudah dikenal banyak orang,
tidak ada salahnya jika kedepannya panitia menggunakan media komunikasi
untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Media komunikasi tentu
akan lebih membantu panitia dalam mempublikasikan kegiatan ngahol ini.
Bagaimanapun, kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan positif yang bisa
diikuti masyarakat luas. Selain itu, mungkin ke depannya panitia dapat
meningkatkan koordinasi antar panitia, agar segala persiapan yang dilakukan
dapat berjalan sesuai target yang telah disepakati.
3. Kepada Masyarakat, meski mempercayai akan hikmah dan ganjaran yang
akan didapat dengan mengikuti acara ngahol, semoga tidak membuat
masyarakat menjadi lalai akan kewajiban lainnya sebagai seorang muslim.
80
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Aba, Imron. Peringatan Khaul Bukan Dari Ajaran Islam Adalah Pendapat Yang
Sesat. Kudus: Menara, 1980.
Aceh, Abubakar. Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf . Solo: Ramdhani, 1985.
Alba, Cecep. Tasawuf dan Tarekat: Dimensi Esoteris Ajaran Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014.
Al-Husaini, Al-Hamid. Liku-Liku Bid’ah dan Masalah Khilafiyah. Singapore:
JBW Printers & Binders, 1998.
Al-Sayuti, Jalaluddin. Al-Hawi Lil Fatawi. Beirut: Dar- Al-Kotob Al-Ilmiyah,
2010.
Aqib, Kharisudin. Al Hikmah: Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah. Surabaya: Dunia Ilmu Offset, 1998.
Aw, Suranto. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2009.
David, Fred. R. Strategic Management Concepts and Cases, Thirteenth Edition.
New Jersey: PEARSON Education,, Inc, 2007.
Effendy, Onong Uchjana. , Ilmu Komunikasi, Teori dan Filsafat Komunikasi.
Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003.
--------------------. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarta, 2008.
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba
Humanika, 2012.
Kabbani, Muhammas Hisyam. Tasawuf dan Ihsan: Antivirus Kebatilan dan
Kezaliman. Penerjemah Zaimul Am. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,
2007.
Liliweri, Alo. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pusat Pelajar,
2007.
Mashuri dan M. Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan
Aplikatif. Malang: Reflika Aditama, 2008.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penenlitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005.
81
Mufid, Muhamad. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2010.
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010.
Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2006.
Roudhonah, Ilmu Komunikasi. Jakarta: Atma Kencana Publishing, 2013.
Santoso, Ananda dan A.R. Al Hanif. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.
Surabaya: Alumni.
Soemirat, Soleh dkk. Komunikasi Persuasif . Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
Sunarto, Ahmad. Ensiklopedia Biografi Nabi Muhammad saw dan Tokoh-Tokoh
Besar Islam. Jakarta: Widya Cahaya, 2013.
Thohir, Ajid. ed., Historisitas Dan Signifikansi Kitab Manaqib Syekh Abdul
Qadir al-Jilani Dalam Historigrafi Islam. Jakarta: Puslitbang Lektur dan
Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI,
2011.
Tim Penyusun Kamus. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
2003.
Yin, Robert K. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2012.
JURNAL
LK, Study Rizal. “Tasawuf: Sebuah Kajian Awal tentang Pengertian dan
Kehadirannya dalam Tradisi Islam” Dakwah, Vol. XIV, No.2 (Desember
2010): h. 223-245.
Ridho, Kholis. “Otoritas Keagamaan dalam Islam” Dakwah, Vol. XIV, No.2
(Desember 2010): h. 309-325.
Suhaimi. “Maulid Rasulullah SAW. Dalam Perspektif Dakwah Islam Analisis
Teks Tarikh Al-Rusul wa Al-Mulk Karya Abu Ja’far Muhammad ibn
Jaris Al-Thabari (224 H/ 639 M – 310 H/ 923 M)” Dakwah, Vol. XIV,
No.1 (Juni 2010): h. 131-151.
Khotimah. “Studi Sufisme Thariqah Qadariyah Wa Naqsabandiyah Di Desa
Madani Pulau Kijang Reteh Indragiri Hilir Riau” An-Nida, Jurnal
Pemikiran Islam, Vol. 39, No. 2, (Juli-Desember, 2014): h. 199-214.
82
INTERNET
Barokah, Rijal. “Haul: Dasar Hukum (Bag. II Selesai).” artikel diakses pada 05
Juni 2016 dari http://www.nuruliman.or.id/haul-dasar-hukum-bag-ii-
selesai.
Ivonna, Astrid. “Sebutkan Kitab Suci, Tempat Ibadah dan Hari Besar Agama
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan konghucu.” artikel diakses
pada 30 Mei 2016 dari http://www.astalog.com/4255/sebutkan-kitab-
ssuci-tempat-ibadah-dan-hari-besar-agama-islam-kristen-katolik-hindu-
buddha-dan-konghucu.htm
Makruf, Muhammad. “Keutamaan Berkumpul Untuk Berdzikir Kepada Allah.”
artikel diakses pada 11 September 2016 dari
www.hujjahnu.com/2013/02/keutamaan-berkumpul-untuk-
berdzikir.html?m=1
Muzakki, Ahmad. “Perayaan Haul Dalam Islam.” artikel diakses pada 05 Juni
2016 dari http://cyberdakwah.com/2013/11/perayaan-haul-dalam-islam/.
SKRIPSI
Ade Kamaluddin. “Pesan Komunikasi K.H. M. Chaedar Dalam Pembinaan Santri
Di Pondok Pesantren Nurul Falah Pandeglang.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008.
Ghundar Muhamad Al-Hasan. “Tradisi Haul dan Terbentuknya Solidaritas Sosial:
Studi Kasus Peringatan Haul KH. Abdul Fattah Pada Masyarakat Desa
Siman Kabupaten Lamongan.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013.
LAMPIRAN
1
Hasil Wawancara
Narsum : H. Entoh (Pengurus Pesantren Al-Istiqlaliyyah)
Hari/Tgl : Jumat, 20 Mei 2016
Lokasi : Kediaman H. Entoh
1. Q: Setiap tanggal berapa ngahol diadakan?
A: Tanggalnya tidak pasti, kalau di sini itu setiap minggu kedua dibulan
Rabiul Sani. Dihari minggu kedua.
2. Q: Kenapa memilih diminggu kedua?
A: Karena Rabiul Sani itu bulan wafatnya Syekh. Kita tidak mengambil
ketepatan tanggal, hanya bulannya saja. Kenapa minggu kedua karena
tanggal belasan-belasan
3. Q: Dari tahun berapa sudah mulai dirayakan ngahol?
A: Kemarin itu yang ke 57. Berarti sudah 57 tahun, itu dimulai semenjak
diberikan mandat alm. abah oleh gurunya. Di situ mulai dilakukan ngahol
secara estafet. Dalam tradisi ngahol itu tidak ada istilah estafet turun ke
anak, tapi namanya turun ke murid, yang dianggap murid itu mempuni.
Tapi anak-anaknya itu berposisikan sebagai murid. Kebetulan di sini, yang
dianggap mempuni sendiri adalah anak sendiri. Sehingga terjadilah estafet,
tapi jika anaknya tidak ada yang mempuni, bisa jadi terpilih muridnya
yang lain. Jadi ngahol itu tidak mesti turun temurun ke anak, turun
temurunnya kemurid, salah satunya contohnya ya alm. Abah. Itukan bukan
dari orangtuanya, tapi dari gurunya, Karna saat itu dari anaknya sendiri
tidak ada yang mempuni makanya terputus. Dan sekarang KH. Uci
misalnya ke siapa, apakah ke anaknya atau ke adiknya apa yang lain yang
berposisikan sebagai murid. Tidak perlu ada hubungan darah. Andai dari
sekarang dalam kepemimpinan KH. Uci dianggap tidak ada murid yang
mempuni, dianggaplah putus haulan di ponpes ini. Dan jika KH. Uci
melihat ada murid orang lain yang mempuni, maka estafet kelanjutannya
akan diberikan kepada murid tersebut. Ngahol ini dilaksanakan sejak awal-
awal berdirinya pesantren., dimulai tahun 1953. Dan beliau (alm. KH.
Dimyati) memulai ngahol di usia 25 tahun.
4. Q: Bagaimana sejarah awal ngahol?
A: Itu berawal dari estafet. Dari gurunya, bukan dari orangtuanya, tapi
memang kebetulan untuk KH. Uci, gurunya itu adalah orangtuanya sendiri.
Silsilahnya sendiri itu KH. Uci mendapat mandat dari KH. Dimyati, terus
KH. Dimyati dari gurunya KH. Arsyad, KH. Arsyad dari gurunya KH.
Dahlan, KH. Dahlan dari gurunya KH. Husein, KH. Husein dari gurunya
Syekh Agung Asnawi, Syekh Agung Asnawi dari gurunya KH. Abdul
2
Karim, KH. Abdul Karim dari gurunya KH. Ahmad Khotib Sambas, dan
terus dari gurunya, dari gurunya sampai kepada Tuan Syekh Abdul Qadir
Al-Jailani.
5. Q: Dari awal pelaksanaan ngahol, apakah memang sudah melibatkan
masyarakat dalam perayaannya?
A: Tidak, dalam haul tidak diperkanankan untuk mengundang, tapi
memberikan informasi boleh. Untuk mengundang tidak diperkenankan.
Awal-awal di tahun 1953 itu hanya keluarga saja. Lalu jamaah pengajian
diberikan informasi tentang ngahol. Dan semakin tahun terus banyak yang
ikut sampai detik ini. Tidak pernah ada undangan resmi.
6. Q: Lalu mulai tahun berapa masyarakat di informasikan adanya ngahol?
A: Sebenarnya informasi ngahol ini diberikan hanya dalam pengajian umum,
jadi yang ikut hanya jamaah pengajian umum. Kalau yang ikut hanya 10
orang, berarti yang ikut ngahol ya hanya 10 orang, itu sekitar tahun 1953.
Kemudian tahun berikutnya, ya kalau ada 20 orang jamaah berarti 20
orang yang ikut. Kemudian mulai secara umum ketika kebetulan haulan
dipindahkan ke masjid yang baru, kurang lebih tahun 1987-1988, dan
kebetulan masjid yang baru ini sekalian peresmian, otomatis diikuti
seluruh masyarakat, maka mulai disitulah masyarakat ikut serta dalam
ngahol. Untuk informasi pesantren tidak menggunakan media apapun,
selain informasi melaui pengajian mingguan.
7. Q: Apakah ada teknologi informasi yang digunakan dipesantren untuk
memberi informasi kepada masyarakat?
A; tidak ada, dan pesantren merasa tidak perlu.
8. Q: Apa yang membuat abah haji menginformasikan kepada masyarakat kalau
akan diadakan ngahol?
A: Salah satu yang terpenting adanya haulan adalah siapa yang ikut serta
dalam haulan ini sama dengan berziarah kemakam tuan syekh, siapa yang
ziarah ke makam syekh itu sudah dianggap muridnya, siapa yang menjadi
muridnya tuan syekh, tuan syekh berjanji untuk membela dan memberi
syafaatnya. Dan siapa yang dibela dan disyafaati tuan syekh, pasti akan
diterima pembelaannya. Maka disitulah, memberikan informasi tentang
ngahol, tapi tidak secara mengajak khusus. Etika dalam ngahol itu tidak
boleh.
9. Q: Bagaimana reaksi masyarakat tentang ngahol di awal-awal?
A: Kalau masyarakat itu menyikapi haul, tidak ada istilah antusia atau tidak
antusian, karena memang di awali adanya informasi, sehingga yang ikut
itu yang memang hatinya terketuk, sehingga terjadinya step by step. Tidak
tiba-tiba langsung di tarik. Maka diawali step by step tersebut sehingga
yang ada itu kepositifan-kepositifan dari masyarakat karena yang larut
dalam ngahol itu adalah hatinya yang menginginkan adanya pencerahan.
3
Kalau memang kita bergerak dengan ketulusan hati, semuanya tidak ada
yang merasakan berat.
10. Q: Selama 57 tahun berlangsung, apakah ada peningkatan dari jumlah jamaah
yang hadir atau mengikut ngahol?
A: Kalau secara umum, kita merasakan tahun ini sangat luar biasa ramai,
kemudian tahun berikutnya terasakan dua kali lipat dari tahun kemarin.
Setiap tahun merasakan ada kelipatan-kelipatan. Masyarakat larut dalam
kegiatan haulan, Kecintaanya kepada haulan, sehingga terjadilah
pergerakan alamiah tanpa ada pemaksaan, tanpa ada tekanan. Karena
manusia pada hakikatnya butuh pencerahan, maka manusia mencari
sendiri pencerahan tersebut.
11. Q: Apa saja partisipasi dari masyarakat selain hadir dalam ngahol? Apa ada
partisipasi dari bentuk materi atau non-materi?
A: Partisipasi dari masyarakat itu tergantung dari masyarakat itu sendiri,
kalau yang melakukan haulan itu hanya memberikan informasi haulan.
Adapun yang memberi materi atau apapun baik itu berupa air, makanan,
kue dan sebagainya itu pergerakan masyarakat sendiri tanpa ada
permintaan.
12. Q: Bagaimana dengan pembiayaan dari ngahol?
A: pembiayaannya itu, tidak ada istilah kita menganggarkan menghabiskan
uang sekian. Kembali lagi pergerakan alamiah, keluarga dan pesantren
mempersiapkan dana itu tidak terpatok, alamiah saja tergantung dari uang
yang dimiliki. Misalnya ada satu juta, yang kita gunakan uang satu juta
yang ada, kalau ada dua juta yang kita gunakan yang ada, walaupun pada
akhirnya misalkan sampai menghabiskan dana 1 milyar atau 2 milyar
itulah kebesaran Allah melalui karamah Tuan Syekh.
13. Q: Bagaimana memberi informasi kepada masyarakat?
A: memberi informasi hanya dalam pengajian mingguan. Sekitar tahun 90an
mulai adanya masyarakat yang larut dalam acara ngahol.
14. Q: Apa landasan dilaksanakannya ngahol, selain dari mandat yang turun
temurun, adakah landasan hadits yang memperkuat pesantren melaksanakan
ngahol?
A: Di dalam hadits, di awali dengan bahasa kanjeng Rasul, “siapa yang
berziarah setelah aku meninggal, sama dengan berziarak kepadaku di
masaku” bahasa rasul tersebut diikuti oleh para petinggi-petinggi para
sahabat, kemudian diikuti juga oleh para petinggi-petinggi pengikutnya,
terus turun temurun. Keduanya karna adanya ilmu. Sahabat pun memberi
ilmu kepada muridnya yang secara umum dan secara khusus. Akan ada
estafet seperti itu. Yang secara khsuus itu tidak dimiliki oleh masyarakat
secara umum, berarti hanya diberikan kepada murid yang mempuni.
Sehingga ada etika khusus dalam pelaksanaannya. Nah dalam haulan, ini
4
adalah etika khusus, maka tidak sembarang orang bisa melakukan haulan
tanpa adanya perintah khusus dari sang guru.
15. Q: Apa yang ingin ditularkan kepada masyarakat melalui ngahol ini, terutama
pada sosok Syekh Abdul Qadir al-Jailani?
A: Sangat ada. Kita salah satunya, menjelaskan tentang biografi syekh, dan
orang yang menjelaskan tentang biografi syekh itu juga memiliki
persyaratan, diantara persayaratanya itu, biografi yang disampikan itu
harus dikajikan dulu kepada sang guru, dan diantara yang membacakannya
diharuskan untuk mempunyai wudhu. Maka yang menjelaskan biografi
tidak bisa sembarangan orang, harus ada penunjukan khusus dari sang
guru.
16. Q: Selain melalui ngahol, adakah cara lain yang dilakukan pesantren untuk
mengajak masyarakat meneladani sosok Syekh Abdul Qadir al-Jailani?
A: Sangat banyak, yang intinya secara keseluruhan, di dalam ajaran-ajaran
tuan syekh adalah kebersihan hati. Sehingga kebersihan hati ini akan
memberi efek pada segala aspek kehidupan, baik itu masyarakat maupun
keluarga. Tanpa ada dasar itu, maka akan sia-sia. Selain itu dalam
pengajian juga menjelaskan tentang biografi beliau, menjelaskan tentang
nasihat-nasihat beliau, sewaktu-waktu bisa menjelaskan juga tentang
ajaran-ajaran secara umum atau khusus. Kemudian, ada juga kitab-kitab
khusus yang kita ajarkan kepada santri. Dimana pengajaran tersebut akan
memberi efek juga kepada masyarakat.
17. Q: Apa sih arti dari sosok Syekh Abdul Qadir al-Jailani bagi pesantren?
A: Di dalam kehidupan ini, ada kerajaan jahirian dan batin, sesuai dengan
tubuh kita ada jasad juga ada ruh, maka dalam jasad kita ada
kepemimpinan-kepemimpinan yang dibutuhkan oleh jasad kita dan juga
dalam ruh kita ada kepemimpinan-kepemimpinan yang dibutuhkan oleh
ruh kita, sehingga kepemimpinan dari ruh itu, pilihannya adalah hamba-
hamba pilihan Allah yang mampu memimpin dalam kepemimpinan-
kepemimpinan dalam ruh. Tuan Syekh adalah sosok kepemimpinan ruh
yang secara internasional.
18. Q: Manfaat apa yang ingin dicapai pesantren melalui ngahol?
A: Masyarakat yang benar-benar Islami pasti akan meyakini yang namanya
keberkahan, maka kalau kita bisa berjumpa dengan orang-orang soleh pasti
disitu akan turun keberkahan itu. Perjumpaan dengan orang soleh itu ada
secara jahirian atau maknaiyah. Ada orang soleh yang masih hidup kita
berkunjung, itu adalah perjumpaan jahiriah, sedang kan dengan orang yang
sudah meninggal, diyakini ketika kita membacakan sesuatu tentang orang
soleh itu, orang soleh itu akan hadir, maka itupun dikatakan sebuah
perjumpaan. Dengan adanya perjumpaan itu akan turunlah keberkahan.
Kalau sudah ada keberkahan, disitulah keyakinan kita sebagai umat Islam
kita butuh keberkahan dalam hidup kita baik di dunia maupun diakhirat.
5
Kita juga merujuk kepada perkataan kanjeng rasul, dengan kita
memperbanyak berbicara tentang orang soleh disitulah ada keberkahan.
19. Q: Bagaimana tata cara ngahol?
A: Jadi, sang guru akan melakukan bacaan-bacaan, zikiran-zikiran sesuai
dengan yang diperintahkan gurunya. Kalau gurunya memerintahkan harus
pertama membaca ini, kedua membaca ini, ketiga membaca ini, tidak
mungkin sang murid itu melakukan di luar dari yang diperintahkan guru.
Jadi etika dalam haulan, adalah hak prerogatif dari sang guru, yang juga
berasal dari gurunya. Dan itu juga tidak bisa diberikan secara umum,
bahwa ini harus dibaca begini-begini. Masyarakat itu hanya mengikuti
saja. Sebetulnya rututan acara ada yang memang haulan, yakni ada inti
haulan dan selanjutnya seperti acara-acara lain. Setelah haulan inti boleh
ada acara lain, seperti qory, ceramah dll. Haulan inti yakni berzikir
bersama sesuai dengan kepemimpinan guru, sesuai dengan apa yang telah
diperintahkan guru sebelumnya. Dan membacakan munaqib juga termasuk
ke dalam haulan inti. Awalnya zikiran terlebih dahulu, sesuai dengan
kalimat-kalimat yang diperintahkan oleh guru. Kalau guru memerintahkan
kita baca yaa syafi al amrod 1000 kali, padahal pada realitanya misalnya
baru 50 kali sang guru sudah menyetop. itu adalah hak prerogatif.
Kemudian setelah itu berzikir, mengikuti alur dan gaya dan sebagainya
dari guru. Kalau guru pelan, murid pun pelan. Bacaan pada inti pertama ini
baku, Cuma bacaan itu tidak bisa dilakukan sehari-hari. Kemudian baru
berdoa. Setelah selesai inti pertama dari ngahol, masuk ke inti kedua yaitu
pembacaan munaqib. Kenapa disebut inti yang kedua, karena pembacaan
munaqib ini bisa dilakukan oleh guru sendiri, bisa juga dilakukan murid
yang ditunjuk oleh guru.
20. Q: Adakah persyaratan khusus dalam merayakan ngahol?
A: tidak ada persyarakatan khusus, yang penting hati kita larut. Sangat
terbuka untuk siapapun. Karena tuan Syekh membuka untuk umum siapa
saja yang ingin menjadi muridnya, yang penting hatinya larut dalam
sebuah keyakinan.
21. Q: Adakah perubahan di masyarakat setelah mengikuti ngahol?
A: Perubahan yang dirasakan oleh siapapun yang mengikuti ngahol. Ada
semacam kepuasan hati. Kalau bicara soal kepuasan hati, itu akan
mengefek kepada seluruh aspek kehidupan. Artinya ada kenikmatan-
kenikmatan yang dirasakan dalam segala aspek kehidupan. Orang yang
mengorbankan pikiran, tenaga, materi, semakin banyak pengorbanan yang
dilakukan dengan dorongan keikhlasan, akan merasa ketenangan.
Sehingga dalam acara ngahol tidak ada istilah keuntungan materi atau
kerugian materi, yang ada itu ketenangan jiwa, artinya siapa yang bisa
semakain besar larutnya, mereka akan merasakan ketenangannya.
22. Q: Bagaimana sikap masyarakat terhadap acara haul?
6
A: masyarakat tidak merasakan sebagai tamu, melainkan sebagai tuan rumah.
23. Q: Bagaimana dengan persiapan yang dilakukan ?
A: Satu bulan sebelum acara masyarakat sudah ada mulai pergerakan, mulai
dari pembuatan tenda yang manual dari bambu. Kemudian secara
ekstranya itu satu minggu sebelum. Sedangkan untuk informasi, tiga bulan
sebelum acara sudah dilakukan informasi, dan masyarakat sudah mulai
memahami adanya acara tersebut, dan satu bulan sebelum acara tersebut
masyarakat mulai ada pergerakan.
24. Q: Berapa jumlah santri yang ada saat ini?
A: 600 org
25. Q: Apa saja fasilitas yang ada disini?
A: 11 kobong, 3 masjid, dapur, toko kitab, majlis, dapur umum, ada juga toko
kitab
26. Q: Bagaimana sistem pendidikan santri disini?
A: Sistemnya itu ada sorogan dan bandungan. Kalau sorogan itu, si murid
yang membaca dan sang guru yang mendengarkan. Ketika ada kalimat-
kalimat yang salah, sang guru akan langsung menasehati. Kalau
bandungan,sang guru yang memebacakan, sang murid yang mendengarkan
, meghayati pelajaran yang diberikan guru.
27. Q: Adakah haulan selain Syekh Abdul Qadir al-Jailani?
A: Ada, jadi di dalam tarekat itukan ada berbagai macam tarekat itu. Jadi
tergantung dari pengikut tariqoh yang mana. Dan ada perbedaan dari setiap
ngahol, dari segi yang dilakukan terutama dari segi bacaan-bacaan dan
zikiran. Tapi tetap ada manaqibnya masing-masing. Tariqoh yang lain
boleh untuk melakukan ngahol syekh yang lain, tapi hanya sebatas pada
ikut serta bukan menjadi penyelenggara.
28. Q: Kenapa pesantren lebih membesarkan perayaan ngahol dibandingkan
dengan perayaan hari besar islam lainnya?
A: Kalau kita melihat jahiriah akan terjadi pertanyaan seperti itu, tapi kalau
secara batiniah tidak akan seperti itu. Karena mauled nabi itu bisa
sdilakukan oleh setiap orang, bisa dilakukan di musholah-musholah, di
masjid-masjid, maka kalau kita hitung, di cilongok saja tidak kurang dari
10 musholah yang semuanya mengadakan mauled nabi, kemudian di
pesantren juga mengadakan. Kalau di satu cilongok saja digabungkan itu
jadi besar belum diluar kampung cilongok kalau digabungkan akan
menjadi lebih besar, inikan secara umum. Sedangkan ini (ngahol) secara
khusus, di masjid mana yang mengadakan tidak ada, dimosholah mana
yang mengadakan tidak ada. Maka mereka terlarut disatu titik, maka
terlihat besar, kalau dipecah tidak akan terlibat besar. Karna ada syarat
7
khusus (dalam ngahol) sedangkan dalam maulid tidak ada, semua orang
bisa.
29. Q: Bagaimana pesantren menghadapi masalah pro kontra tentang pelaksanaan
ngahol dan pembacaan munaqib?
A; yang kontra, yang tidak memahami tentang hakikatnya karamah yang ada
di wali, kalo yang pro yang meyakini adanya karamah. Allah memilih
hamba-hambanya, ada yang dijadikan ulama, sehingga ulama tersebut
diberikan keutamaan oleh Allah. Allah memilih hambanya ada yang
dijadikan wali, sehingga Allah memberikan keistimewaan yang disebut
karamah, Allah memilih hambanya yang dijadikan nabi dan rasul dan
diberi keistimewaan oleh Allah yang disebut mukjizat. Semuanya, baik itu
mukjizat nabi, karamah wali, kyai atau ulama itu diluar nalar kebiasaan
manusia. maka terjadilah dianggap sebagi sebuah keanehan-keanehan.
Tapi yang meyakini mukjizat, karamah , dan amanah tidak sesuatu yang
aneh, karena itu dianggap pemberian dari Allah. Nabi Musa dapat
membelah lautan dengan tongkat itu tidak aneh, melihat tuan Syekh ada 40
di masing-masing rumah muridnya , itu adalah sebuah karamah yang
diberikan oleh Allah, ini tidak aneh bagi orang yang mempercayai. Bagi
orang yang tidak mempercayai, itulah yang kontra.
30. Q: Adakah upaya yang dilakukan untuk orang-orang yang tidak percaya?
A: upaya hanya sekedar mendorong mereka untuk memahami tentang
keistimewaan yang diberikan kepada hamba-hamba Allah. Mestinya tidak
menutup mata, karena ini sebuah realita. Nabi dan rasul yang jumlahnya
124ribu yang dianggat menjadi rasul 313, semuanya tidak ada yang tidak
diberi keistimewaan dan itu dinyatakn dalam al-Quran. Jika kita tidak
mempercayai Nabi Musa membelah lautan dengan tongkat, berarti murtad,
karena itu ada dalam al-Quran. Allah memberikan keistimewaan. Seperti
kanjeng rasul yang mampu menjelajah lintas alam. Kita percaya karna itu
merupakan keistimewaan. Kemudian Allah memilih hamba-hamba untuk
menjadi wali-Nya diberikan juga keistimewaan-keistimewaannya, banyak
sekali sahabat-sahabat yang diberi keistimewaan. Ketika Umar sedang
melakukan khutbah di masjid kemudian ada pasukan yang sedang
berperang melawan musuh, di intailah oleh pasukan musuh tersebuh
sehingga lengah, tapi Umar mampu memberi komando saat memberikan
khutbah untuk mundur, itu komando saidina Umar terdengar oleh tentara-
tentara Islam yang sedang diintai di gunung, maka mundur dan selamat.
Secara jahir itu tidak mungkin, tapi itu realita, dan banyak sekali realita-
realita yang Allah berikan kepada hamba-hamba Allah. Kita tidak boleh
menutup mata. Dan banyak karamah yang Allah berikan kepada syekh,
diantaranya ada seorang wanita yang menangis karena suaminya
meninggal dan meminta supaya suaminya dihidupakan kembali, dan syekh
berkomunikasi dengan malaikat izroil supaya melepas ruh tersebut, itu
realita. Mereka yang tidak percaya tentang karamah, ya sudah mau apa.
Kalau kita tidak bisa tidak percaya, realitanya begitu. Jangankan
8
1
Hasil Wawancara
Narsum : H. Entoh (Pengurus Pesantren Al-Istiqlaliyyah)
Hari/Tgl : Sabtu, 25 Juni 2016
Lokasi : Kediaman H. Entoh
1. Q: Sebelum perayaan ngahol apakah ada persiapan-persiapan khusus?
A: Dalam acara haul itu, sebetulnya persiapan dalam konteks materi itu tidak
terlalu dipentingkan, artinya berjalan secara alamiah. Hanya sekedar
mempersiapkan. Dan secara undangan-undangan pun tidak terlalu
dipentingkan, hanya bagian daripada Allah mentakdirkan ditahun ini ada
keturunan dari tuan syekh. Andai kata tidak ya tidak menjadi masalah. jadi
atau tidaknya ulama-ulama dari luar itu tidak menjadi masalah. Tapi
karena acara haul ini acara yang besar, jadi kita melibatkan masyarakat.
Dan biasanya ada musyawarah yang melibatkan pesantren dan masyarakat
untuk membentuk kepanitiaan. Ada bagian dalam dan ada bagian luar.
Nah ini kepanitiaan ini adalah semuanya wewenang bagian luar. Adapun
bagian dalam, ini adalah hak prerogatif dari pesantren, dan orang luar tidak
bisa juga dan memang tidak akan paham dalam konteks dalam.
2. Q: Apa yang membedakan panitia bagian luar dan dalam?
A: Ya itu, konteks haul itu ada urusannya dengan kita apa namanya ritual-
ritual yang khusus, itulah yang dinamakan konteks dalam. Kalau kita
berbicara konteks dalam, yang sudah dibicarakan bahwa haul itu adalah
sebuah keterpimipinan seorang guru. Keterpimpinan seorang guru yang
memimpin acara tersebut, maka bagian dalam itu, inipun tergantung
daripada instrukisnya (guru). Jadi tidak seperti acara-acara biasa. Adapun
bagian luar, itu adalah sebuah kepanitiaan yang mengatur karena
banyaknya orang.
3. Q: Lalu kemudian bagaimana keturunan dari syekh tersebut bisa hadir?
A: Ada dua konteks ya, memang ulama tersebut ada konteks secara batin dan
ada juga memang kebetulan beliau ingin datang, sehingga ya kita adakan
penyambutan. Ada yang memang dihadirkan artinya tidak ada kontek batin
sebelumnya, memang itu bagian daripada perayaan supaya kita lebih
hikmat dengan mendatangkan ulama-ulama ini.
4. Q: Kalau untuk yang dihadirkan itu prosesnya bagaimana?
A: Kalau ulama-ulama yang khusus dari luar negeri, disamping memang di
Indonesia itu hubungan ulama-ulama di Indonesia dengan luar itu memang
2
dekat. Banyak sekali jalur-jalur yang membuat kita bisa mendatangkan
ulama dari sana. Ada berbagai cara, artinya disamping memang kita secara
langsung, dimana saja intinya ulama itu terbuka, artinya bisa menerima
dengan siapa saja. Kemudian jika memang tidak secara langsung dan tidak
ada link, paling kita meminta bantuan ke orang-orang yang ada link
disana. Atau yang ketiganya, memang banyak wadah atau organisasi-
organisasi di Indonesia yang bisa mendatangkan para ulama tersebut.
adapun yang dilakuakan di sini tidak melalui oraganisasi atau tidak melalui
orang-orang dekat, kebanyakan seara kontak batin kemudian sang ulama
itu menyambungkan dengan orang terdekatnya, dan kita menyambut.
5. Q: Dalam pengisis acara ngahol, untuk mengisi penceramah, itu ditentukan
terlebih dahulu atau tidak?
A: Sebetulnya dalam konteks haul yang intinya itu berzkir bersama kemudian
membaca bacaan-bacaan yang ditentukan. Adapun untuk qory atau
penceramah itu semacam acara mauled, tidak ada konteks dengan acara
haul. Jadi sebetulnya inti acara haul paling memakan waktu satu jam.
Adapun selebihnya kita hanya memanfaatkan dengan banyaknya orang
untuk kita isi dengan mauidzoh-mauidzoh dan sebagainya. Maka dengan
adanya pengajian itu, biasanya kita tentukan dengan ulama yang sudah
hadir atau bagaimana kebetulan ulama yang hadir saja. Karena saat acara
haul itu sulit diduga ulama yang hadir, tanpa ada kontak awal lagi. Tiba-
tiba datang saja, jadi kita beri penghormatan, dan memang kita juga butuh
pencerahan.
6. Q: Apa persiapan utama yang dilakukan sebelum acara ngahol?
A: Persiapan yang paling inti sebenarnya hanya persiapan hati kita.
Mempersiapkan semurni-murninya dan setulus-tulusnya hati. Semakin hati
kita murni, tulus, semakin kita mantep untuk menghadiri haul. Karena
diyakini saat acara haul tersebut orang-orang suci itu hadir yang tidak bisa
dilihat dengan kasat mata. Jadi itulah inti dari persiapan haul.
7. Q: Setelah acara haul itu ada evaluasi tidak?
A: Untuk secara evaluasi secara khusus tidak ada, paling hal-hal kecil. Itupun
tidak terlalu penting. Keterlibatan masyarakat dalam pengaturan parkir dan
sebagainya itu paling evalusi dari situ, itupun dilakukan oleh masyarakat.
8. Q: Ada tidak hambatan untuk melaksanakan ngahol yang sudah berjalan
selama 57 tahun ini?
A: Tidak ada hambatan-hambatan, ya intinya yang dirasakan masalah
hambatan atau tidaknya itu masalah kesiapan hati kita. Kalau misalnya
ditahun ini hati kita siap banget, enjoy dan sebagainya merasa mulus
3
1
Hasil Wawancara
Narsum : H. Masuri (Panitia Acara Ngahol/ Tokoh Masyarakat)
Hari/ Tgl : Sabtu, 25 Juni 2016
Lokasi : Kediaman H. Masuri
1. Q: Sudah berapa lama abah terlibat dalam kepanitiaan ngahol ini?
A: Bapak sudah dari muda, mungkin sudah mencapai 30 tahun. Dari zaman
sepi sampai sekarang
2. Q: Persiapan untuk acara ngahol biasa berapa lama sebelum hari H?
A: Satu bulan sebelum acara itu ada pembentukan panitia, bertempat di
kediaman KH. Uci. Seminggu setelah terbentuk panitia, ada rapat kerja
panitia di masjid.
3. Q: Rapat kerjanya hanya seminggu setelah pembentukan panitia, atau
berkelanjutan?
A: Tidak, paling hanya pemantauan dari ketua menanyakan kepada
koordinator. Nanti ada rapat lagi seminggu sebelum acara, melakukan
pemantauan-pemantauan dari hasil kerja panitia atau kontrol.
4. Q: Pembentukan panitianya itu bagaimana?
A: Pemilihan secara aklamasi, satu orang ditunjuk dan forum yang
menyetujui. Melibatkan jajaran masyarakat dan aparatur pemerintah.
Penentuan ketua panitia itu ditentuakan secara musyawarah, dan atas
persetujuan KH. Uci.
5. Q: Apa aja sih susunan kepanitiaan yang dibentuk?
A: Ya biasalah kaya ketua, penanggung jawab.
6. Q: Untuk pemilihan devisi siapa yang menentukan?
A: Kalau di sini kita menyebutnya seksi. Dan itu abah yang menentukan.
Karna kita juga melihat satu mungkin kreatifitas orangnya, keagresifan
orang di masyarakat. Kalau itu sudah terpilih mereka punya pertanggung
jawaban. Kalau sepilih-pilihnya nanti tidak akan jalan. Pemilihan
disesuaikan dengan kualitas yang sesuai dengan job mereka.
7. Q: Apa saja sih yang menjadi tanggung jawab panitia?
A: Yang diurus terutama pembenahan lokasi. Baik itu sarana pra sarana yang
dibutuhkan untuk kenyamana jamaah, masalahnya perlengkapan, tenda,
2
sound system, terus juga dekorasi kita semuanya. Mengundang jajaran
pemerintahan hanya sampai tingkat kabupaten saja. Undangan ini hanya
sebatas pada jajaran pemerintahan saja, tidak kepada ulama-ulama. Ulama
itu tidak ada undangan. Mengatur keamanan. Mengatur parkiran.
Kebersihan.
8. Q: Pembiayaan untuk melakukan kegiatan panitia itu dari mana? Apa dari
pesantren?
A: Bukan (dari pesantren) dari jamaah yang hadir dan dari masyarakat.
9. Q: Jadi masyarakat juga berpartisispasi?
A: Iya masyarakat ikut andil. Jadi masyarakat itu berpartisispasi dari tenaga
dan juga finansialnya.
10. Q: Kapan masyarakat memberi bantuan?
A: Masyarakat memberi bantuan sebelum acara, mungkin kira-kira seminggu
sebelum pelaksanaan sudah kumpul. Bantuannya seikhlasnya, namun
karna ini ibadah yang kita berikan support aja. Karna mereka juga
mengerti tentang kebutuhan akhirat mereka nanti. Kesadaran tapi kita
support. Kalo tidak di support, tanpa doktrin kadang-kadang mereka itu
menganggap indahnya hidup ya sekarang aja.
11. Q: Sebelum ada penggalangan dana, apa ada informasi terlebih dahulu
kemasyarakat?
A: Ada diinformaskan dari seksi usaha ini RT dan RW.
12. Q: Bagaimana sistem dari seksi usaha ini?
A: Seksi usaha ini yang ditunjuknya RT dan RW yang deket dengan
masyarakat. Informasi dilakukan melalui speaker masjid, nanti yang
melaksanakannya RT dan RW. Ya intinya kerjasamalah. RT dan RWnya
yang datang kesetiap rumah. Berapa kalinya tidak bisa ditentukan. Karna
kita waktunya mepet, ya minimal sabtu minggu tapi tergantung
masyarakat. Koordinator seksi usaha inikan RW, nah kita tanyakan
bagaimana kinerja seksi usaha di masyarakat. Kalau belum apa alasannya
dan apa hambatannya. Dalam seksi ini melibatkan khususnya 22 RT tapi
dibantu oleh seluruh RW yang ada di sukamantri.
13. Q: Saat hari H, panitia melakukan persiapan dari jam berapa?
A: Persiapannya sih udah dari hari jumat, karena kan menyambut orang
banyak. Karena memang jamaah yang datang dari jauh itu biasanya datang
sampai dua hari sebelum acara dimulai. Untuk acara di hari H itu selalu
3
dimulai dari jam 7 pagi sampai jam 12 siang. Hanya saja untuk acara inti,
itu panitia tidak ikut campur, itu sepenuhnya diatur oleh pihak pesantren.
14. Q: Setelah acara, apakah panitia melakukan evaluasi?
A: Iya tentu, karena evaluasi ini sangat penting. Tapi biasanya evaluasi itu 15
hari setelah acara selesai, evaluasi ini sekaligus acara pembubaran panitia.
Karena biasanya beres-beres setelah acara itu waktunya lama. Apalagi
untuk pembongkaran tenda, karna kitakan biasanya bikin dari bambu gitu.
Kita mengadakan evaluasi dari semua bidang sih, keamanan, parkir,
kesehatan, finansial juga. Dari hasil evaluasi yang dilakukan ini kita bisa
menjadi lebih baik. Misalnya kan dalam pembuatan tenda, itu biasanya
kita makan waktu yang sangat lama, nah dari hasil evaluasi kemudian kita
bisa mengeluarkan saran untuk masalah itu. Jadi sekarang itu untuk
memasang tenda kita mengadakan lomba dan kita mempersilakan
misalkan dari daerah pasar kemis warganya ada yang mau bangun tenda
yang nanti digunakan jamaah dari pasar kemis, ya silakan. Kita nanti akan
menyediakan dan mengatur tempatnya. Kemudian kita juga melakukan
evalusi di seksi kesehatan, ya karena kadang itu kinerja seksi kesehatan
agak kurang, karena kadang masih ada orang-orang yang pingsan itu tidak
tertangani, dan biasanya orang-orang yang bertugas itu tidak ada di posko.
15. Q: Selama 30 tahun menjadi bagian dari kepanitiaan perayaan ngahol, ada ga
hambatan yang dirasakan?
A: Hambatan pasti ada, tapi tidak banyak. Ya paling kita suka kesulitan untuk
melakukan persiapan, misalnya membuat tenda tadi, karenakan orang pasti
punya kesibukan masing-masing. Dan semakin lamakan orang-orang yang
sering membantu itu sudah tua, dan banyak juga yang sudah meninggal,
jadi ya gitu. Terus paling juga dari kesadaran masyarakat tentang
kebersihan. Karenakan kalau ngahol itu kita menyambut orang banyak,
kita pengennya lingkungan sekitar itu bersih biar jamaah yang hadir itu
nyaman, tapi kadang masyarakat kurang sadar. Dan yang paling ada miss
komunikasi dengan pihak pesantren terkait dengan pengisi acara dan tamu
ulama yang hadir, karenakan memang itu yang mengurus pihak pesantren.
Jadi ya panitia luar harus lebih ekstra dan sering bertanya kepada pihak
pesantren, agar persiapanannya lebih matang. Karena memang secara
organisasi belum mantap. Tapi ya kita sudah mulai berbenah.
Pembelajaran dari tahun ketahun, kekurangan apa, ya nanti kita hantamnya
saat pembubaran panitia itu. Ya paling itu aja sih.
4
1
Hasil Wawancara
Narsum : H. Masuri (Panitia Acara Ngahol/ Tokoh Masyarakat)
Hari/ Tgl : Selasa, 19 Juli 2016
Lokasi : Kediaman H. Masuri
1. Q: Apa saja susunan kepanitian yang dibentuk dalam acara Ngahol?
A: Pertama seksi rohani yang pegang orang pesantren, yakni H. Muhsinudin dan
H. Agus Salim beliau ini adiknya Kyai Uci (H. Muhasinudin), kalau H. Agus
Salim dia orang cikarang tapi donator disini. Tugasnya mencari Kori dan
Mubaligh. Seksi perlengkapan (H. Marna dan H. Sobari), seksi tamu (H.
Maulana dan Bazari) tugasnya menjemput tamu dan mengatur tamu, pengaturan
tempat. Seksi kelistrikan (Epul dan Adang), tugasnya memasang listriklah. Seksi
kotak (Drs. Bohari dan Safe’i), seksi dokumentasi (Uus dan Suhaepi), seksi
dekorasi (H. Ulum dan Epul Dano), seksi konsumsi (H. Marda’I dan H. Basuni),
seksi keamanaan (Kepolisian dan Aparat Desa), seksi usaha (RT dan RW), seksi
kebersihan (Uding dan Su’eb), ketua (H. Patin), wakil ketua (Ust. Opung),
sekretaris (Rusdi dan Agung), bendahara (H. Yasin dan H. Opang), Penanggung
jawab dan penasehat (KH. Uci Turtusi), penasehat II (Asep Saepudin yang juga
menjabat sebagai camat), Pembina (H. Nana Ibnu Kholdun yang juga menjabat
sebagai kepala desa), koordinator (H. Masuri), Penanggung Jawab Keamanan
(Kapolsek dan Koramil), ada lagi seksi kepemudaan ini tugasnya untuk merekrut
pemuda untuk membenahi, nanti kalau seksi-seksi kurang anggota minta sama
seksi kepemudaan (Adnani Anwar Fauzi S.E dan Natsir), seksi dapur umum (Ibu
Ros dibantu oleh ibu-ibu masyarakat sini), seksi sound sistem (H. Maman dan H.
Eman), seksi kesehatan (H. Mujiona dan Bahrudin) dan ada seksi radio (Sartama)
ini kerjasama sama pemancar, radio sukamantri. Ini on dari hari sebelumnya.
Dulu ga pake radio, orangkan masih kejangkau speaker, jamaahnya masih
terjangkau sama sound yang ada kalau sekarang sudah tidak terjangkau. Ini kita
bayar, tapi ya ga seberapalah, kan dia juga ibadah aja.
2. Q: Apakah ada pembaharuan atau penambahan seksi dalam kepanitiaan acara
ngahol?
A: oh itu kepemudaan itu baru ada dua tahun. Karena kita tidak ada unsur yang
lain, hanya ingin ada generasi. Ini harus ada generasi. Kalau pemuda tidak
dilibatkan, tidak mempunyai wewenang dan tanggung jawab, nanti mereka masa
bodoh (tidak peduli). Bagaimana kalau kita sudah meninggal dunia. Pemuda
harus punya pembelajaran, untuk meregenarisasikan. Kalau dulukan dibiarkan
saja. Danseksi radio baru 5 tahun.
3. Q: Apakah ada perbedaan dengan penambahan kepanitiaan ini?
2
A: Ada, seperti kecepatan kerja. Seperti kemarin pemuda dikerahkan untuk
mengiris daging, yang luar biasa banyak. Cepat. Dulu mungkin bisa dari jam 10
malam sampai subuh, kalau sekarang dari jam 10 malam, jam 12 malam udah
selesai. Itu kecepatan berbedakan. Jadi mereka punya rasa tanggung jawab.
4. Q: Dalam rapat kerja, siapa saja yang diundang?
A: Setelah penyusunan panitia ada rapat kerja, biasanya seminggu setelahnya.
Pokoknya semua para seksi yang telah terpilih, koordinatornya. Pokoknya semua
yang tercantum disitu diundang. Terus ada lagi seminggu sebelum hari H, rapat
pemantapan. Jadi kita evaluasi, hasil kerjanya. Di evaluasi untuk pemantapan
kerja. Seperti keuangannya sudah terkumpul belum, terus seksi perlegkapan
sejauh mana, semua ditanyakan dari hasil kerja mereka, apa kekurangan mereka
baik dari kebersihan baik apanya semua ditanyakan. Untuk memantapkan sesuai
harapan, saran prasarana udah beres belum, terus tentang tamu berapa yang
hadir. Seksi kotak berapa yang akan dipakai.
5. Q: Setelah rapat kerja, adakah informasi yang diberikan kepada masyarakat?
A: oh ada. Satu tentang masalah keuangan, sejauh mana pengumpulan dana di
masyarakat, ditanyakan kepada seksi usaha. Itu makanya seminggu sebelumnya
kita evalusi, udah mantap belum. Kedua konsumsi ya, tapi konsumsinya berupa
makanan ringan roti segala macam. Bentuknya sumbangan, ini dikumpulin sama
RT lagi. Terus kita juga memberitahu hasil rapat seminggu itu, informasi tamu-
tamu yang datang dan harus dijemput. Bagaimana seksi tamu koordinasi dengan
kepolisian dan koramil, khususnya yang tergolong VIP. Karna ini ada tamu
seperti bupati, gubernur, atau mungkin tamu-tamu dari luar negeri, itu kita
informasikan.
6. Q: Apakah ada informasi yang diberikan kepada masyarakat melalui media. Kan
panitia bekerja sama dengan radio?
A: tidak ada. Kita tidak boleh ada informasi (melalui media). Seadanya saja. Dari
orang yang ngaji saja, kan orang yang ngaji datang dari mana-mana, memberi
informasi-informasi. Dari sebulan sebelum hari H itu sudah diinformasikan
dipengajian kalau haul tanggal sekian. Kita tidak ada dari media, jadi dari ngaji
saja, tidak ada lagi. Bikin undangan aja, kalau bukan ke bupati, gubernur, tidak
ada lagi. Itu aja yang diundang, yang lain tidak ada yang diundang. Dan ini tidak
diperbolehkan. Tujuan dari radio ini bukan untuk menginformasikan, tujuannya
agar hari H jangan sampai tidak terdengar oleh yang jauh. Kan percuma datang
jauh-jauh. Karena tidak terjangkau oleh sound yang ada.
7. Q: Ada ketakutan tidak kalau nanti masyarakat lebih memilih mengikuti lewat
radio dibandingkan datang langsung ketempat acara?
A: Oh kita tidak ada, karena orang yakin setiap langkah orang yang berdatangan
ketampat haul itu diganjar oleh Allah. Dia punya keyakinan seperti itu. Tidak
terbatas terbendung oleh radio itu. Karena ingin khitmat. Khitmat itu yang utama,
3
karena khitmat itukan kepuasan batin. Kehidmatan itu berbeda, kepuasan batin
itu berbeda.
8. Q: Lalu bagaimana proses penyebaran undangan untuk instansi pemerintahan?
A: Itu biasanya 10 hari sebelum hari H, yang ngundang panitia tapi yang
menyampaikannya kalau bupati melalui camat. Kecuali yang deket-deket kaya
kepolisian. Kalau bupati, gubernur itu melalui camat.
9. Q: Lalu bagaimana koordinasi antar panitia, terutama panitia bagian dalam dan
luar?
A: iya, terutama kordinasi dengan koordinator, menyampaikan kalau ada ini.
Makanya kita suka nanya terus, siapa ini yang diundang, siapa yang akan datang
korinya dan lain sebagainya atau pencerahnya siapa yang akan datang. Dan dia
juga belum memutuskan siapa yang akan datang, 10 hari sebelumnya kita tegur
terus kita tanyakan. Kita yang nanyai terus, dia juga tergolong panitia luar juga
sebenernya, Cuma dipilihnya orang dalem aja, Cuma dia dipilih aja oleh kita-kita
sebagai panitia, kita bisa aja nunjuk orang luar, cumakan kayanya lebih efektif
ya kalau mereka, mereka lebih tau dimana-mana, apalagikan kalau tamu luar
negeri, mereka lebih tau. H. Agus seharusnya, soalnya H. Aguskan donatur dia,
bisa dia kemana-mana.
10. Q: H min berapa persiapan harus sudah selesai?
A: Minimal empat hari sebelum sudah selesai. Tinggal kita sebagai koordinator
melihat kebersihan sejauh mana, tenda, semuanya. Pak haji yang selalu
mengontrol secara keseluruhan. Baik nanti pada hari H, tamu sejauh mana,
kendaraannya sampai mana parkirnya, kita harus tau dan evaluasikan. Jadi waktu
ada pembubaran panitia kita melaporkan seluruh kinerja. Yang mana yang jadi
juara, mana yang bertanggung jawab, mana yang abal-abal kalau jadi panitia
kurang bertanggung jawab, kita tahu semua dan itu kita laporkan. Kita hantam
aja kalau itu ga beres. Kita tidak pernah menyalahkan siapa pun, hanya kita
koreksi mana yang kurang baik supaya diperbaiki. Kita tidak menyalahkan
kerjanya kurang bagus, tidak, cuma kita berikan pandangan ini kurang efektif.
Misalnya seksi tamu, kamu kurang dari segi ini, sehingga tamu banyak yang
hilang sandal dan segala macam saat malam, terus konsumsi juga kurang terarah,
itu nanti diberitahu. Abah itu kalau habis zikir itu keluar, muter terus pake motor.
Nanti kalau sudah dikontrol sejauh mana parkir, baru turun kemana-mana, jalan
kaki. Mengawasi kotak, semuanya diawasi.
11. Q: Apa yang membuat masyarakat antusias untuk mengikuti acara ngahol ini?
A: Kitakan muslim, kita mengharapka ridho Allah, tidak ada lagi. Mungkin
masyarakat juga yang dari jauh datang karena ingin selamat. Sebetulnya ini
momen yang paling tepat, yang paling utama umat muslim bisa berdzikir
bersama, yang kedua mungkin tidak ada tujuan lebih dari selamat, ingin selamat
dunia akhirat, makanya antusias. Antusias masyarakat itu aja, karena mereka
takut mati, ini momen kita, mudah-mudahan kita dapet juga yang tujuan
4
utamanya kalau Tuan Syekh Abdul Qadir itu ingin diakui menjadi muridnya.
Kalau kita dekat pada waliyullah, apalagi dia Wali Qutub, rajanya wali sedunia
ini ingin, apalagi denger dari ulama kalau kita mengalami alam kubur, ga usah
man rabbuka ga usah, kalau kita cinta kepada Tuan Syekh, dengan jawaban Tuan
Syekh Abdul Qadir aja beres. Jadi itulah yang orang seneng, tertarik, bahwa ini
sangat luar biasa. Bahwa Tuan Syekh Abdul Qadir itu kita ditanya dalam kubur,
jawab Tuan Syekh kita selamat. Karena kita tau, bahwa Tuan Syekh Abdul Qadir
itukan menghidupkan orang tanpa bi idznillah , kalau Nabi Musa, Nabi Isakan bi
idznillah, Nabi Musakan itu menghidupkan orang hum bi idznillah , hidup kamu
atas izin Allah. Tapi kalau Tuan Syekh Abdul Qadir tidak, hum bi idzni hiduplah
kamu atas izin aku sendiri. Hebatnya Tuan Syekh Abdul Qadir, makanya orang
berduyun-duyun, inget kehebatan mereka. Mereka juga dapat memberika syafaat
kelak, atas izin Rasulullah.
12. Q: Apakah abah mengenal sosok Syekh Abdul Qadir setelah mengikuti acara
ngahol?
A: oh iya, pertama kita terkesan, terpatri di batin, bahwa ini momen pertama
dalam hidup. misalnya kita melakukan ibadah sehari-hari yang dilaksanakan.
Karena kita yakin, dan kita sudah tau ibadah kita sebatas ini, ilmu juga serba
kekurangan, bacaannya juga kurang fasih dan sebagainya, tapi kita ibadah. Inilah
kemampuan kita, mudah-mudahan dengan dekat kepada rasul dan dekat wali-
waliyullah kita akan mendapatkan syafaat di yaumil akhir. Itu aja sebenarnya
tidak ada lagi.
13. Q: Adakah kontribusi dari pesantren untuk mengenalkan sosok Syekh Abdul
Qadir kapada masyarakat?
A: Dari dulu orang-orang sudah tahu (tentang haul), nanti masyarakat yang sudah
tahu menyampaikan kepada anak-anak, menyampaikan kepada cucu-cucunya,
tentang figure dari seorang waliyullah, wali qutub yang sangat luar biasa, ia
orang yang terkaya, luar biasa. Mereka kalau dipinta benda apa aja, tidak pernah
nolak. Tapi Tuan Syekh menampakkan kekayaan bukan untuk kepribadian, tapi
untuk menampakkan loyalitas dan memberikan contoh tidak boleh saying
terhadap apa yang kita sayangi. Makanya kita terkesan, bisakah kita seperti itu.
Kita ikuti aja peringatan ini, semoga kita tergolong kedalam muridnya.
14. Q: Apa yang dirasakan setelah mengikuti acara Ngahol?
A: yang pertama kita merasa puas sebagai umat muslim, bahwa muslim dimana-
mana masih ada, kalau muslim masih mau beribadah kepada Allah. Yang kedua
kita merasa hidup tidak sendiri, dan patut sewajarnya kalau muslim bisa bersatu,
sehingga kekuatan dari muslim bisa terus berjalan. yang ketiga kita merasa bisa
tawadhu, bisa rendah hati. Kadang berfikir, bisa ga nanti saya sama anak-anak
saya di hauli oleh keluarga aja, dengan jasa-jasa saya kepada anak-anak saya,
keturunan saya.
15. Q: Bagaimana abah menaggapi pro kontra peyaan haul?
5
1
Hasil Wawancara
Narsum :Ahmad Humadi (Wakil Lurah ‘am)
Hari/ Tgl : Senin, 18 Juli 2016
Lokasi : Kantor Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah
1. Q: Apakah santri terlibat dalam persiapan acara Ngahol?
A: Iya terlibat, kalau masyarakat dari parkir, lokasi, terus kalau santri terlibat
dalam konsumsi terutama sama pengumpulan dana.
2. Q: Siapa yang mengkoordinasikan santri dalam acara Ngahol?
A; Oh itu Lurah ‘am. Paling rapat para santri itumah.
3. Q: Saat pembentukan panitia, apakah para santri terlibat?
A: Santri sih tidak, cuma perwakilan. Lurah ‘am. Nanti Lurah ‘am nya ada
rapat lagi khusus santri.
4. Q: Sebelum hari H, apa saja yang dipersiapkan?
A: Persiapan, ya terutama kebersihan lingkungan, terus siaga takut ada hal-
hal yang tidak diinginkan gitukan, sedia obat-obatan sama dokter.
5. Q: Kapan persiapan mulai dilakukan?
A: Itu satu bulan sebelum hari H
6. Q: Apa sih peran dari santri dalam perayaan ini?
A: Ya intinya menjaga kebersihan pesantren, terus selalu memantau
konsumsi, soalnya konsumsi terbagi disemua rumah guru, berarti santri
memantau dirumah kyai masing-masing yang sudah ditugaskan.
7. Q: Untuk dana acara Ngahol, apakah santri terlibat?
A: Kalau masalah dana santri, bisa dikatakan ada. Tapi buat kerapihan
lingkungan juga, mungkin taman, tulisan Tuan Syekh Abdul Qadir, kaligrafi.
Itu dari santri, iuran menjelang haul, dicicil. Seratus ribu per orang.
Pengumpulannya ke Rois Khos. Untuk haul juga dari Jamaah pas hari minggu
pengajian. Itu perkiraan tujuh kali minta ke para jamaah pengajiaan, sedekah
dari jamaah. Berarti hampir dua bulan. Itu santri yang mengumpulkan.
8. Q: Kalau di hari H, persiapan dilakukan mulai jam berapa?
A: Udah bener-bener yang sibuk bangetnya kali yah, tiga hari sebelum haul.
9. Q: Apakah ada Rundown acara dalam pelaksanaan ngahol?
A: Ada, ya kaya PHBI, tapi tidak diarsipkan. Mulai dari jam tujuh sampai jam
delapan, dzikir bersama yang memimpin langsung abuya. Baru mulai acara,
MC pembukaan, terus sambutan dari kabupaten tangerang, tokoh masyarakat,
terus qori (yang bertanggung jawab mengundang itu KH. Entoh dan KH.
Muhasinudin). Terus penceramah (kalau penceramah kadang ngundang,
2
kadang ulama itu sendiri yang datang), setelah ceramah itu penutup, doa.
Acara sampai jam 12.
10. Q: Setelah acara apakah panitia melakukan evaluasi?
A: iya kumpul lagi, disebut pembubaran panitia haul sekitar seminggu
(setelah acara). Ya hasil kinerja panitia, dari mulai segi seksi konsumsi,
kekurangan dari segi nasi atau lauknya, terus keamanan, faktor parkir. Acara
jelas ada, terutama kemaren sempet mati lampukan, terus gimana
antisipasinya, buat tahun depan.
11. Q: Sejauh ini bagaimana respon dari masyarakat?
A: Ya alhamdulillahlah, mempererat silaturahmi, terus pesantren juga tambah
dikenal. Terus para ulama-ulama dari Timur Tengah sudah berapa kali kesini
silaturahmi sama pa kyai.
12. Q: Hikmah atau manfaat apa yang diharapkan oleh pesantren dengan adanya
perayaan haul ini baik untuk santri maupun masyarakat?
A: karena disebut ilmu kewalian, sebab manusia batin harus diuruslah, jangan
cuma dzahir. Harus mensucikan diri secara lahir dan batin. Mencintai
waliyullah itu hikmahnya. Ya Alhamdulillah, contohnya bang Bohar. Dia
kesini cerita, yang tadinya suka malakin, suka tindak kriminallah. Dia suka
pengajian, ikut ngahol kesini, ya alhamdulillahlah, udah menjauh gitu dari
dunia hitam. Beliau bukan masyarakat disini, diluar.
13. Q: Bagaimana sistem penerimaan santri baru di Pesantren Al-Istiqlaliyyah?
A: iya ikut jadwal sekolah. Setahun sekali.
14. Q: Apakah ada batas dalam penerimaan santri?
A: Tidak ditetapkan.
15. Q: Santri yang baru dalam pembelajarannya dipisah atau gabung dengan
santri lama?
A: Ya bareng aja sama santri senior. Belajarnya bareng, ya tapi nanti diajarin
dulu sama santri senior, ya belum bisa baca qur’an diajarin dulu sama santri
senior tidak langsung ke pa kyai. Jadi kalau langsung sama pak kyai tidak
mengerti, soalnya dasarnya juga belum mengerti.
16. Q: Haul Syekh Abdul Qadir al-Jailani kan merupakan perayaan yang estafet,
apakah ada hal-hal khusus yang dilakukan pesantren agar santri disini dapat
melanjutkan estafet haul ini?
A: Iya, punya sanad atau silsilah. Iya itu bisa dikatakan benar harus ada, itu
kalau sudah ada disebut santri pilihan, disebut udah punya mandat atau SK,
kalau jalur tariqoh harus bener-bener udah punya sanad, terus dari ilmunya
juga udah disebut luar biasalah punya ilmunya. Kita liat dia dari segi
berjamaah sholat lima waktu, dari dia ngaji kitab. Ya, saling
memperhatikanlah dari para santri dan guru. Paling minta saran gurulah,
kalau kita merasa sudah cukup disini, mau nyari pengalaman lain, mau
kemana lagi diterusin.
3
Dokumentasi Saat Melakukan Wawancara
1. Wawancara dengan Abah H. Entoh, Cilongok, 20 Mei 2016
2. Wawancara dengan Abah H. Masuri, Cilongok, 25 Juni 2016
3. Wawancara dengan Abah H. Masuri, Cilongok, 19 Juli 2016
4. Wawancara dengan Ahmad Humadi, Cilongok, 18 Juli 2016
Persiapan Menjelang Ngahol Syekh Abdul Qadir al-Jailani
1. Pembuatan tenda
2. Persiapan Konsumsi
3. Persiapan Sound System
4. Dekorasi
5. Persiapan Kotak Amal
Suasana Ngahol Syekh Abdul Qadir al-Jailani Ke-57
Minggu, 24 Januari 2016
Pesantren Al-Istiqlaliyyah
1. Masjid Pesantren Al-Istiqlaliyyah
2. Salah satu kobong di Pesantren Al-Istiqlaliyyah
3. Kantor Pesantren Al-Istiqlaliyyah
4. Undang-Undang atau Tata Tertib Pesantren Al-Istiqlaliyyah