4
1 Forewords Mandated Cooking Oil Fortified With Vitamin A Minister of Industry, Government of Indonesia, in 2012 issued a National Standar Indonesia (SNI) 7709:2012 for palm cooking oil with Vitamin A content of 45 IU/gr. Followed by a Minister’s decree no 87/2013 stating that the SNI is mandatory with vitamin A 45 IU/gr at factory level and 40 IU/gr atmarket level, and effective by 27 March 2015. In this issue NL edition no 9 /2014 reports the socialization and training activities to prepare the implementaion of SNI by the cooking oil producers. The activities were carried out several times in Surabaya, Medan, Manado, Banjarmasin, Bogor and Semarang. The following is the outlined of the activities (In bahasa Indonesia), including a field experience of PT Wilmar Group in implementing cooking oil fortified with vitamin A Menteri Perindustrian mengeluarkan SNI 7709:2012 tentang Minyak Goreng Sawit (MGS), disusul dengan Peraturan Menteri Perindustrian no 87/2013 yang memberlakukan SNI MGS sebagai SNI Wajib dengan kadar vitamin 45 IU/gr di pabrik dan 40 IU/gr di pasar, dan berlaku mulai tgl 27 Maret 2015. Dalam nomor NL kali ini, dilaporkan kegiatan sosialisasi dan pelatihan-pelatihan untuk persiapan pelaksanaan SNI wajib. Kegiatan itu dilaksanakan untuk personil produksi dan jaminan mutu di pabrik dan pejabat-pejabat pelaksana pengawasan mutu dari Kementerian-Kementerian yang bersangkutan. Disajikan pula pengalaman PT Wilmar Grup dalam melaksaksanakan fortifikasi vitamin A dalam Minyak Goreng Sawit. Jakarta, Oktober 2014 Prof. Soekirman (Em.), Bogor Agriculture University (IPB), Chairman of KFI Pelatihan Persiapan SNI Nomor 7709 - 2012 Minyak Goreng Sawit dengan Vitamin A (MGS VitA) Sedikit Sejarah Fortifikasi Wajib Sampai tahun 1990an kekurangan vitamin A (KVA) merupakan salah satu masalah kurang gizi utama di Indonesia. Sebagian besar kebutaan di Indonesia disebabkan karena KVA. Demikian juga tingginya angka kesakitan dan angka kematian balita antara lain juga akibat KVA. Karena itu Pemerintah bekerja sama dengan WHO, UNICEF dan HKI, sejak awal tahun 1960an mencoba menanggulangi KVA dengan berbagai cara. Pertama tahun 1960-an dilakukan percobaan dengan membagikan minyak kelapa sawit merah yang mengandung beta karotin tinggi di beberapa desa di Jawa Tengah. Percobaan ini gagal karena minyak sawit merah tidak disukai rakyat karena rasanya yang agak pahit dan menyebabkan makanan berwarna merah. Pada tahun 1980an dilakukan percobaan kedua dengan menambah bumbu penyedap MSG (Mono Sodium Glutamat) dengan vitamin A yang disebut sebagai Fortifikasi MSG dengan vitamin A. Selama kurang lebih 10 tahun, produksi dan pemasaran MSG yang difortifikasi ini berjalan lancar. Dampaknya terhadap perbaikan kadar vitamin A darah anak-anak dan pengurangan prevalensi KVA, secara ilmiah dibuktikan secara bermakna. Pada pertengahan 1990an percobaan ini dihentikan oleh karena ada dua masalah. Pertama terjadi perubahan warna MSG menjadi kecoklatan,sehingga permintaan MSG menurun. Kedua pada waktu itu terjadi kontroversi tentang MSG. Dari satu pihak menyatakan bahwa MSG menyebabkan kanker dan sebagainya sehingga harus dilarang untuk di konsumsi. Dilain pihak pendapat resmi WHO dan jajaran kementerian kesehatan diseluruh dunia menangggap MSG aman utnuk dikonsumsi kecuali untuk bayi dan anak-anak. Namun karena perdebatan terus berlangsung diputuskan untuk menghentikan fortifikasi MSG. Sejak itu dicari “kendaraan” lain untuk vitamin A. Pada awal tahun 1980an ditemukan teknologi kapsul vitamin A untuk balita. Sejak itu dilakukan percobaan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi kepada balita di Aceh tahun 1980-1990an. Dibuktikan bahwa pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi tidak saja menurunkan prevalensi KVA tetapi juga menurunkan angka kematian bayi dan balita. Penemuan penelitian Aceh ini diakui oleh WHO dan dijadikan kebijakan penanggulangan KVA secara global sampai sekarang dengan memberikan kapsul vitamin A dua kali setahun kepada balita Volume 9 Oktober 2014 - Newsletter Fortifikasi Pangan untuk Perbaikan Gizi

Newsletter - KFIndonesiakfindonesia.org/newkfi/wp-content/uploads/2016/04/newsletter-v9... · Berikut ini disajikan laporan singkat dari ... keadaannya, kadar air, Asam lemak bebas,

  • Upload
    vuphuc

  • View
    229

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Newsletter - KFIndonesiakfindonesia.org/newkfi/wp-content/uploads/2016/04/newsletter-v9... · Berikut ini disajikan laporan singkat dari ... keadaannya, kadar air, Asam lemak bebas,

1

Forewords

Mandated Cooking Oil Fortified With Vitamin A

Minister of Industry, Government of Indonesia, in 2012 issued a National Standar Indonesia (SNI) 7709:2012 for palm cooking oil with Vitamin A content of 45 IU/gr. Followed by a Minister’s decree no 87/2013 stating that the SNI is mandatory with vitamin A 45 IU/gr at factory level and 40 IU/gr atmarket level, and

effective by 27 March 2015. In this issue NL edition no 9 /2014 reports the socialization and training activities to prepare the implementaion of SNI by the cooking oil producers. The activities were carried out several times in Surabaya, Medan, Manado, Banjarmasin, Bogor and Semarang. The following is the outlined of the activities (In bahasa Indonesia), including a field experience of PT Wilmar Group in implementing cooking oil fortified with vitamin A

Menteri Perindustrian mengeluarkan SNI 7709:2012 tentang Minyak Goreng Sawit (MGS), disusul dengan Peraturan Menteri Perindustrian no 87/2013 yang memberlakukan SNI MGS sebagai SNI Wajib dengan kadar vitamin 45 IU/gr di pabrik dan 40 IU/gr di pasar, dan berlaku mulai tgl 27 Maret 2015. Dalam nomor NL kali ini, dilaporkan kegiatan sosialisasi dan pelatihan-pelatihan untuk persiapan pelaksanaan SNI wajib. Kegiatan itu dilaksanakan untuk personil produksi dan jaminan mutu di pabrik dan pejabat-pejabat pelaksana pengawasan mutu dari Kementerian-Kementerian yang bersangkutan. Disajikan pula pengalaman PT Wilmar Grup dalam melaksaksanakan fortifikasi vitamin A dalam Minyak Goreng Sawit.

Jakarta, Oktober 2014Prof. Soekirman (Em.), Bogor Agriculture University (IPB), Chairman of KFI

Pelatihan Persiapan SNI Nomor 7709 - 2012 Minyak Goreng Sawit dengan Vitamin A (MGS VitA)

Sedikit Sejarah Fortifikasi Wajib

Sampai tahun 1990an kekurangan vitamin A (KVA) merupakan salah satu masalah kurang gizi utama di Indonesia. Sebagian besar kebutaan di Indonesia disebabkan karena KVA. Demikian juga tingginya angka kesakitan dan angka kematian balita antara lain juga akibat KVA. Karena itu Pemerintah bekerja sama dengan WHO, UNICEF dan HKI, sejak awal tahun 1960an mencoba menanggulangi KVA dengan berbagai cara. Pertama tahun 1960-an dilakukan percobaan dengan membagikan minyak kelapa sawit merah yang mengandung beta karotin tinggi di beberapa desa di Jawa Tengah. Percobaan ini gagal karena minyak sawit merah tidak disukai rakyat karena rasanya yang agak pahit dan menyebabkan makanan berwarna merah. Pada tahun 1980an dilakukan percobaan kedua dengan menambah bumbu penyedap MSG (Mono Sodium Glutamat) dengan vitamin A yang disebut sebagai Fortifikasi MSG dengan vitamin A. Selama kurang lebih 10 tahun, produksi dan pemasaran MSG

yang difortifikasi ini berjalan lancar. Dampaknya terhadap perbaikan kadar vitamin A darah anak-anak dan pengurangan prevalensi KVA, secara ilmiah dibuktikan secara bermakna. Pada pertengahan 1990an percobaan ini dihentikan oleh karena ada dua masalah. Pertama terjadi perubahan warna MSG menjadi kecoklatan,sehingga permintaan MSG menurun. Kedua pada waktu itu terjadi kontroversi tentang MSG. Dari satu pihak menyatakan bahwa MSG menyebabkan kanker dan sebagainya sehingga harus dilarang untuk di konsumsi. Dilain pihak pendapat resmi WHO dan jajaran kementerian kesehatan diseluruh dunia menangggap MSG aman utnuk dikonsumsi kecuali untuk bayi dan anak-anak. Namun karena perdebatan terus berlangsung diputuskan untuk menghentikan fortifikasi MSG. Sejak itu dicari “kendaraan” lain untuk vitamin A. Pada awal tahun 1980an ditemukan teknologi kapsul vitamin A untuk balita. Sejak itu dilakukan percobaan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi kepada balita di Aceh tahun 1980-1990an. Dibuktikan bahwa pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi tidak saja menurunkan prevalensi KVA tetapi juga menurunkan angka kematian bayi dan balita. Penemuan penelitian Aceh ini diakui oleh WHO dan dijadikan kebijakan penanggulangan KVA secara global sampai sekarang dengan memberikan kapsul vitamin A dua kali setahun kepada balita

Volume 9Oktober 2014 -

NewsletterFortifikasi Pangan untuk Perbaikan Gizi

Page 2: Newsletter - KFIndonesiakfindonesia.org/newkfi/wp-content/uploads/2016/04/newsletter-v9... · Berikut ini disajikan laporan singkat dari ... keadaannya, kadar air, Asam lemak bebas,

2

KFI NewsLetter Oktober 2014 - Volume 9

vitamin A terbaik selama proses produksi dan penyimpanan.4. Meningkatkan kemampuan produsen minyak goreng sawit melaksanakan jaminan mutu produk fortifikasi vitamin A di level pabrik sekaligus.

Pelatihan dibuka secara bergantian oleh para Direktur atau Wakilnya dari Kementerian Perindustri, Kesehatan, BPOM dan Perdagangan ,yang bertanggung jawab dalam hal fortifikasi. Mereka memberikan penjelasan kebijakan kementeriannya tentang terbitnya SNI 7709:2012 Minyak Goreng Sawit yang mencantumkan adanya penambahan atau fortifikasi vitamin A. Sebagai contoh, Direktur Bina Gizi, Kementerian Kesehatan, Ir.Doddy Izwardy,MA, menyampaikan masalah kesehatan masyarakat dan masalah kekurangan gizi dan segala akibatnya termasuk kurang vitamin A (KVA). Banyak anak balita dan ibu hamil dan meyusui menderita KVA. Selain untuk kesehatan mata vitamin A juga diperlukan untuk proses pertumbuhan anak dan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Dijelaskan bahwa sejak tahun 1994 dengan beberapa SNI , di Indonesia sudah diberlakukan fortifikasi wajib untuk garam (dengan Yodium), fortifikasi tepung terigu (dengan Fe, Zn, Asam Folat, Vitamin B1 dan B2), dan terakhir fortifikasi minyak goreng sawit dengan vitamin A. Sedang disiapkan fortifikasi beras raskin dengan zat besi (Fe) dan Asam Folat. Fortifikasi wajib merupakan salah satu upaya pemerintah mengatasi masalah kekurangan gizi.

melalui tempat-tempat pelayanan kesehatan terutama Posyandu dan Puskesmas di Indonesia.

Mulai tahun 1980an dibanyak negara diperkenalkan teknologi fortifiksai Vitamin A pada 3 komoditi pangan yaitu gula, tepung terigu dan minyak goreng. Indonesia mulai awal 2000an menjajagi kelayakan fortifikasi vitamin A pada minyak goreng. Setelah melalui berbagai studi dan percobaan di Makassar tahun 2008, tahun 2010 dimulai produksi minyak goreng dengan fortifikasi Vitamin A dalam skala besar secara sukarela, yang dipelopori oleh produsen minyak goreng berskala besar PT. Wilmar Group dan PT Mega Surya Mas. Proyek ini merupakan kerjasama pemerintah (kementerian perindustrian, kesehatan, perdagangan, dan BPOM) , industri minyak, pakar gizi dan teknologi pangan, di koordinasikan dan dikelola oleh KFI dengan bantuan dana dari GAIN (Global Alliance for Improving Nutrition) suatu organisasi internasional non pemerintah yang bergerak dibidang gizi terutama fortifikasi. Kemudian Badan Kerjasama Internasional Pemerintah Jerman GTZ (sekarang menjadi GIZ) SAFO juga membantu pendanaan untuk pelatihan tenaga, monitoring mutu minyak, dan pengembangan media sosial untuk KIE fortifikasi dan gizi pada umumnya.

Dimulai dengan fortifikasi sukarela sejak tahun 2010 tanpa SNI akhirnya ditingkatkan menjadi SNI No.7709:2012 Minyak Goreng Sawit yang mengandung Vitamin A dengan kadar Vitamin A 45IU. Kemudian diikuti denga Peraturan Menteri Perindustrian no 87/2013 yang meberlakukan SNI 7709 sebagai SNI Wajib yang menharuskan mengandung Vitamin A 45IU di pabrik dan 40IU di pasar dan mulai berlaku tgl 27 Maret 2015. Untuk persiapan pelasanaannya, muali tahun 2014 KFI membantu pemerintah melakukan pelatihan tenaga-tenaga tehnis dari berbagai produsen minyak, tenaga-tenaga pengawas mutu dari BPOM, Perindustrian, Perdagngan dan Kesehatan di Jakarta, Surabaya, Medan, Manado, Banjarmasin, Bogor dan Semarang. Berikut ini disajikan laporan singkat dari pelatihan-pelatihan tersebut. Tujuan Pelatihan :

1. Memberikan pemahaman tentang manfaat fortifikasi vitamin A pada minyak goreng terhadap perbaikan gizi masyarakat sekaligus transfer pengalaman fortifikasi dari negara lain (lesson learned).2. Mensosialisasikan Permenperin no.87 tahun 2013 tentang pelaksanaan SNI minyak goreng sawit secara wajib kepada pelaku industri dan mekanisme pengajuan SPPT SNI serta kebijakan wajib kemas sesuai dengan aturan BPOM.3. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang prisip dasar fortifikasi Vitamin A pada minyak goreng mencakup dosing, blending, mixing dan identifikasi faktor kritis serta keterampilan fortifikasi untuk memperoleh homogenitas dan stabilitas

Ir.Doddy Izwardy,MA, Direktur Bina Gizi, Kemkes, danIr.Abdul Rochim, Direktur Industri makanan, Hasil Laut dan Perikanan, Kementerian Perindustrian.

Kemudian Ir.Abdul Rochim, Direktur Industri makanan, Hasil Laut dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, atau wakilnya, menguraikan secara detail tentang isi SNI dan berbagai peraturan yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh produsen pangan, termasuk SNI Minyak Goreng, dengan segala konsekensi hukumnya. Ir.Abdul Rochim juga menjelaskan syarat mutu yang harus dipenuhi oleh industri MGS seperti: keadaannya, kadar air, Asam lemak bebas, Bilangan peroksida, VITAMIN A, minyak pelican, cemaran logam dan Cemaran Arsen, siapa saja yang termasuk pelaku industry, bagaimana proses mengajukan SPPT SNI, Produk MGS yang terkena ketentuan SNI wajib adalah MGS kemasan. Demikian juga Direktur Bahan Pokok Strategis, Kementerian

Page 3: Newsletter - KFIndonesiakfindonesia.org/newkfi/wp-content/uploads/2016/04/newsletter-v9... · Berikut ini disajikan laporan singkat dari ... keadaannya, kadar air, Asam lemak bebas,

3

KFI NewsLetter Oktober 2014 - Volume 9

Pengalaman Fortifikasi Minyak Goreng Sawit dengan Vitamin A oleh Wilmar GroupDisampaikan Ir. Jenny Elisabeth (WILMAR Group)

Wilmar Group mendukung fortifikasi vitamin A ini sejalan dengan konversi minyak goreng curah ke minyak goreng kemasan sederhana. Dengan jumlah kebutuhan minyak goreng di Indonesia sebesar 3.2 juta MT per tahun saat ini hanya sekitar 12% yang dijual dalam bentuk kemasan. Selain faktor vitamin A yang relative stabil dalam minyak goreng sawit, fortifikasi vitamin A juga sangat cost effective.

Sumber : PT WILMAR 2013

Menyadari masalah tersebut maka WILMAR Group merasa perlu berperan dalam fortifikasi vitamin A pada minyak goreng sawit yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sebenarnya Wilmar sudah melakukan fortifikasi vitamin A dalam minyak makan olein sawit sejak tahun 2000 melalui program WFP (World Food Program) PBB untuk negara-negara Afrika, Asia Selatan dan Timur Tengah dengan menambah vitamin A 24-36 IU/g dan vitamin D 3-4 IU/g pada olein. Wilmar juga melakukan fortifikasi untuk semua minyak goreng kemasan yang diekspor ke Filipina. Sudah merupakan program wajib (mandatory) di Filipina untuk menambahkan vitamin A minimum 40 IU/g atau 33% AKG (angka kecukupan gizi) per sajian.

Didalam praktek tambahan harga minyak yang difortifikasi hanya lebih mahal Rp 50-70 per kg. Biaya tambahan 50% untuk biaya fortifikasi vitamin A-nya , 45% biaya proses dan tenaga kerja, 5% biaya pengendalian mutu.

Masalah Beta-KarotenPada saat memutuskan untuk terlibat dalam proyek percontohan fortifikasi vitamin A pada minyak goreng

Perdagangan Dalam Negeri Drs.Robert Bintario, yang menekankan pentingnya kemasan produk minyak goreng sawit .dalam persiapan pelakasanaan SNI wajib MGS, dasar dasar hukum pengawasan, pilar kebijakan perlindungan konsimen dan juga parameter pengawasan SNI MGS, barang impor cukai, pengawasan didalam negri dilakukan PPSP dan barang export dilakukan DN PPSP

Pusat Standarisasi (PUSTAN) Kementerian Perindustrian, menjelaskan juga proses untuk memperoleh izin SNI. Kemenperind no 53 tahun 2014 telah menunjuk16 LS-Pro dan 17 Lab uji. Sesuai dengan UU No.3/2014 tentang Standarisasi Bidang Industri, menyatakan bahwa seluruh produk yang ber-SNI wajib, wajib dilaporkan oleh Kementrian perindustrian, terlepas siapapun yang melakukan pengawasan. Adapun masa berlaku SPPT SNI tersebut selama 4 tahun.

Drs.Robert Bintario , Direktur Bahan Pokok Strategis, Kementerian Perdagangan Dalam Negeri danIr.Tety Helfery Sihombing, Direktur Inspeksi dan Standarisasi Pangan, BPOM.

Peran pengawasan khususnya di pasar dijelaskan oleh BPOM, secara ringkasnya sebagai berikut :Ir.Tety Helfery Sihombing, Direktur Inspeksi dan Standarisasi Pangan menjelaskan pola pengaturan, pembinaan dan pengawsan barang beredar. Pengawasan akan dilakukan sebelum (Pre-market) dan sesudah (post – market) barang beredar. Pada pre- market, BPOM berkewajiban menilai data adminstratif, evaluasi produk dan mengeluarkan ijin edar (md) kemudian pada post market, BPOM akan inspeksi sarana produksi, sampling & pengujian dan monitoring label dan iklan pangan.Pelaku usaha bertanggung jawab terhadapa keamanan, mutu dan gizi produk. Parameter uji MGS setelah SNI wajib harus sesuai dengan kriteria uji syarat mutu pada SNI 7709:2012.

Proses pencampuran vitamin A pada minyak goreng.

(Video KIAS)

25%63%12%

Kemasan/Merk

Drum/Jerrycan

Curah

Page 4: Newsletter - KFIndonesiakfindonesia.org/newkfi/wp-content/uploads/2016/04/newsletter-v9... · Berikut ini disajikan laporan singkat dari ... keadaannya, kadar air, Asam lemak bebas,

4

KFI NewsLetter Oktober 2014 - Volume 9

sawit, beberapa kalangan menyampaikan anggapan bahwa produsen minyak goreng dengan sengaja menghilangkan vitamin A dalam bentuk beta-karoten dan kemudian menambahkan vitamin A kembali. Padahal beta-karoten dalam minyak sawit hilang oleh pemanasan pada proses permurnian minyak sawit (proses deodorisasi), karena sifat beta-karoten yang tidak tahan terhadap suhu tinggi. Sementara jika tidak dilakukan proses pemurnian dengan suhu tinggi, maka minyak sawit akan kurang layak untuk digunakan sebagai minyak goreng karena akan memiliki bau dan rasa yang kurang dapat diterima oleh konsumen serta stabilitas minyak goreng yang rendah yang menyebabkannya menjadi mudah rusak/ tengik.

• Tahun 2014 sebanyak 77.700 ton minyak goreng curah untuk daerah distribusi Jawa Barat dan Kalimantan Barat.Biaya penambahan vitamin A 45 IU/g adalah sekitar Rp 50-70 per kg, dengan komponen biaya sebesar 50% untuk biaya fortifikan vitamin A, 45% biaya proses dan tenaga kerja, 5% biaya pengendalian mutu.

Proses FortifikasiProses penambahan vitamin A dilakukan setelah konsentrat vitamin A dilarutkan terlebih dahulu dengan minyak goreng (1/1000) menjadi premix minyak goreng, untuk kemudian dicampurkan dengan minyak goreng di tangki penyimpanan (storage tank) ataupun didosing di jalur pipa selama transfer ke tanki penyimpanan. Pencampuran dapat juga dilakukan di mobil tanki, namun tingkat homogenitas yang dihasilkan adalah lebih rendah.

Konsentrat vitamin A harus diperhatikan sisa umur simpannya. Disarankan untuk membeli konsentrat vitamin A yang memiliki sisa umur simpan minimal 2/3 dari umur simpan yang ditetapkan oleh produsennya pada saat penerimaan dan masih memiliki sisa umur simpan minimal 3 bulan saat digunakan. Hal ini dilakukan menimbang bahwa konsentrasi vitamin A dalam premix dapat mengalami penurunan, sehingga perlu dilakukan analisa kandungan vitamin A dalam konsentrat dan penghitungan jumlah konsentrat vitamin A yang harus ditambahkan untuk memenuhi spesifikasi standar. Jenis konsentrat vitamin A komersial adalah dengan Konsentrasi 1.0 juta IU/g dan 1.7 juta IU/g.

Kontrol kandungan vitamin A dalam konsentrat vitamin A dan minyak goreng sawit yang difortifikasi dengan vitamin A dapat dilakukan dengan beberapa metode: • Metode Pharmacopoeia 6.0 dengan UV- Spectrophotometer untuk analisa kandungan vitamin A pada konsentrat/premix• Instrument BASF untuk analisa kandungan vitamin A secara semi-kuantitatif dalam minyak goreng• Metode HPLC untuk analisa vitamin A dalam minyak goreng yang menjadi metode SNI dan digunakan untuk verifikasi dan validasi • Instrumen i-Check Chroma untuk rapid test kuantitatif dalam minyak goreng.

Credits:Concept: Prof.(Em.) Soekirman Creative: Habibie Yukezain Writing: Ifrad DDS Picture Editor: Adityo Rachmanto Published By:Indonesian Nutrition Foundation for Food Fortification (KFI), Address: KFI c/o Komplek Bappenas A1, Jl. Siaga Raya Pejaten, Jakarta 12510, Indonesia, Phone: +62 21 7987 130, Fax: +62 21 7918 1016, Website: www.kfindonesia.org, Email: [email protected]

The KFI Newsletter is part of KFI-GAIN project.

Supported by: SAFO - GFP

Beta-karoten dalam minyak sawit hilang oleh pemanasan pada proses permurnian minyak sawit.

mudazine.com

Jumlah Produksi Minyak Goreng Sawit yang Difortifikasi dan Biayanya.Wilmar juga bekerjasama dengan KFI dalam melakukan fortifikasi vitamin A pada minyak goreng curah di beberapa daerah di Indonesia. KFI membantu Wilmar melakukan peningkatan kapasitas teknis melalui pelatihan dan pilot proyek fortifikasi vitamin A pada minyak goreng curah ini. Hasil kerjasama tersebut adalah sebagai berikut :

• Tahun 2011 sebanyak 113.380 ton minyak goreng curah untuk daerah distribusi Jawa Barat dan Jawa Tengah bagian Utara• Tahun 2012 sebanyak 154.720 ton minyak goreng curah untuk daerah distribusi Jawa Barat, Jawa Tengah bagian Utara, dan Jambi• Tahun 2013 sebanyak 50.564 ton minyak goreng curah untuk daerah distribusi Jawa Barat