11
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kasus HPAI pada ayam petelur komersial telah diketahui keberadaannya sejak bulan Juli tahun 2003, meskipun pada saat itu terjadi perdebatan yang alot dalam peneguhan diagnosanya sampai kemudian Direktur Jenderal Peternakan pada tanggal 25 Januari 2004 dan diperkuat dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor 96/KPTS/PP.620/2/2004 tanggal 3 Februari 2004, menetapkan Indonesia telah terjangkit wabah penyakit Avian Influenza pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A subtipe H5N1. Setelah terjadi kematian manusia oleh virus HPAI H5N1 pada bulan Juli tahun 2005 di Tanggerang dan virus HPAI subtipe H5N1 berpotensi menimbulkan pandemi influenza pada manusia maka ditetapkan adanya Komite Nasional Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (Komnas FBPI) dengan Peraturan Presiden no 7 tahun 2006. Kekhawatiran dunia akan terjadinya pandemi Avian Influenza (AI) pada manusia dan dugaan bahwa Indonesia sebagai episentrumnya menempatkan Indonesia sebagai negara yang harus dicermati. Berbagai upaya pengendalian telah banyak dilakukan oleh pemerintah Indonesia dari tingkat pusat sampai daerah melalui koordinasi Komnas FBPI. Dampak wabah AI pada unggas mempengaruhi suplai, impor dan ekspor day old chick (DOC) ayam pedaging (broiler) dan ayam petelur (layer) dan harga input-output usaha perunggasan. Kendala yang dihadapi 1

nekropsi AI.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: nekropsi AI.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kasus HPAI pada ayam petelur komersial telah diketahui keberadaannya sejak bulan Juli

tahun 2003, meskipun pada saat itu terjadi perdebatan yang alot dalam peneguhan

diagnosanya sampai kemudian Direktur Jenderal Peternakan pada tanggal 25 Januari 2004

dan diperkuat dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor

96/KPTS/PP.620/2/2004 tanggal 3 Februari 2004, menetapkan Indonesia telah terjangkit

wabah penyakit Avian Influenza pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A

subtipe H5N1.

Setelah terjadi kematian manusia oleh virus HPAI H5N1 pada bulan Juli tahun 2005 di

Tanggerang dan virus HPAI subtipe H5N1 berpotensi menimbulkan pandemi influenza pada

manusia maka ditetapkan adanya Komite Nasional Flu Burung dan Kesiapsiagaan

Menghadapi Pandemi Influenza (Komnas FBPI) dengan Peraturan Presiden no 7 tahun 2006.

Kekhawatiran dunia akan terjadinya pandemi Avian Influenza (AI) pada manusia dan dugaan

bahwa Indonesia sebagai episentrumnya menempatkan Indonesia sebagai negara yang harus

dicermati. Berbagai upaya pengendalian telah banyak dilakukan oleh pemerintah Indonesia

dari tingkat pusat sampai daerah melalui koordinasi Komnas FBPI.

Dampak wabah AI pada unggas mempengaruhi suplai, impor dan ekspor day old chick

(DOC) ayam pedaging (broiler) dan ayam petelur (layer) dan harga input-output usaha

perunggasan. Kendala yang dihadapi pemerintah dalam penanganan AI adalah rendahnya

kesadaran masyarakat dan terbatasnya lahan realokasi untuk ayam kampung. Indonesia

sebagai negara yang korban manusianya paling tinggi di dunia serta rumit dan kompleksnya

sistem pemeliharaan unggas menarik perhatian peneliti di seluruh dunia untuk turut

berpartisipasi. Kabupaten/kota yang telah dinyatakan terjangkit virus HPAI H5N1 terberat

adalah Jawa, menyusul Sumatera, Bali dan Sulawesi dengan kerugian tidak kurang dari 4.3

Triliyun di luar kehilangan kesempatan kerja dan berkurangnya konsumsi protein hewani asal

ayam dan telur. Berbagai penelitian telah dilakukan oleh berbagai instansi berkaitan dengan

wabah AI dan berbagai aspek terkait, untuk mencari solusi penanganan dan pengendalian

wabah AI agar pandemi influenza bisa dicegah dan tidak akan pernah terjadi.

1

Page 2: nekropsi AI.doc

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana prosedur nekropsi dan gambaran patologi anatomi pada penyakit Avian

Influenza ?

1.3. Tujuan

Mengetahui prosedur nekropsi , gejala klinis, gambaran patologi, diagnosis, dan

nekropsi pada unggas yang terserang Avian Influenza

1.4. Manfaat

Memahami dan mampu mengaplikasikan pengetahuan tentang prosedur nekropsi ,

gejala klinis, gambaran patologi, diagnosis, dan nekropsi pada unggas yang terserang

Avian Influenza

2

Page 3: nekropsi AI.doc

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Prosedur Nekropsi pada Unggas

Pemeriksaan dilakukan secara patologi anatomi tanpa bantuan pemeriksaan laboratorium.

Sebelum melakukan nekropsi, diperiksa keadaan umum kadaver, status gizi, kulit, leleran

dari lubang tubuh, adanya tumor / bentukan abnormal lainnya, keadaan mata, pial, keadaan

daerah kloaka (kotor, berdarah, luka).

Prosedur nekropsi / otopsi:

1. Kadaver dibasahi dengan air terlebih dahulu untuk menghindari bulu tidak

keterbangan, karena hal tersebut dapat menyebabkan pencemaran.

2. Melakukan pembedahan diutamakan pada organ yang biasanya mengalami perubahan

menciri.

3 Membuat irisan melintang pada kulit daerah abdomen, lalu kulit ditarik ke bagian

anterior dan irisan tersebut diteruskan ke daerah thorakssampai mandibula. Irisan pada

kulit juga diteruskan ke bagian posterior di daerah abdomen.

4. Memperhatikan warna, kualitas, dan derajat dehidrasi dari jaringan sub-kutan dan otot-

otot dada.

5. Membuat irisan melintang pada dinding peritoneum, di daerah ujung sternum

(procesus xyphoideus) ke arah lateral. Membuat suatu irisan longitudinal di daerah

abdomen melalui linea mediana ke arah posterior sampai daerah kloaka, untuk membuka

cavum abdominalis.

6. Memeriksa kantung udara di daerah abdominalis dan thorakalis. Dan memeriksa letak

berbagai organ di dalam cavum thorax dan abdominalis sesuai posisinya tanpa

menyentuh organ tersebut.

7. Memperhatikan kemungkinan terhadap adanya cairan, eksudat, transudat atau darah di

dalam rongga perut dan rongga dada.

8. Saluran pencernaan dikeluarkan dengan memotong oesophagus pada bagian proksimal

proventrikulus. menarik seluruh saluran pencernaan ke arah posterior dengan memotong

3

Page 4: nekropsi AI.doc

mesenterium sampai pada daerah kloaka. memeriksa bursa fabrisius terhadap

abnormalitas tertentu.

9. Mengeluarkan hati, kantung empedu, limpa dan melakukan pemeriksaan.

10.Membuat irisan secara longitudinal pada proventrikulus, ventrikulus, intestinum

tenue, coecum, colon dan cloaka.Periksa terhadap kemungkinan adanya lesi dan

penyakit.

11. Kadaver dibalik hingga kepala menghadap operator.

12. Membuat irisan pada sisi kiri sudut mulut, diteruskan ke pharynx, oesophagus dan

ingluvies. Memeriksa terhadap adanya abnormalitas pada organ tersebut.

13. Mengamati dan mencatat semua perubahan patologik yang ditemukan.

2.2. Penyakit Avian Influenza

1. Gejala Klinis

Gejala klinis yang terlihat pada ayam penderita HPAI antara lain adalah, jenger, pial,

kelopak mata, telapak kaki dan perut yang tidak ditumbuhi bulu terlihat berwarna biru

keunguan. Adanya perdarahan pada kaki berupa bintik-bintik merah (ptekhie) atau biasa

disebut kerokan kaki. Keluarnya cairan dari mata dan hidung, pembengkakan pada muka dan

kepala, diare, batuk, bersin dan ngorok. Nafsu makan menurun, penurunan produksi telur,

kerabang telur lembek. Adanya ganguan syaraf, tortikolis, lumpuh dan gemetaran. Kematian

terjadi dengan cepat. Sementara itu pada LPAI, kadang gejala klinis tidak terlihat dengan

jelas.

Gambar. Gejala klinis pada ayam.a) cyanosis pada kepala, b) perdarahan pada aki, c)

keluarnya cairan dari hidung dan paruh, d) pebengkakan pada kepala

4

Page 5: nekropsi AI.doc

2. Patologi

Pada nekropsi (bedah bangkai) yang terlihat adalah perdarahan umum, edema, hiperemi

atau ptekhie pada hampir seluruh bagian tubuh, kondisi ini sangat sulit dibedakan dari ND

ganas. Selain itu ditemukan edema subkutan. Perubahan pada nekropsi mungkin sangat

bervariasi sejalan dengan umur, spesies, dan patogenisitas virus. Beberapa ciri lesi tipikal

dapat berupa, edema subkutan pada daerah kepala dan leher, kongesti dan ptekhie

konjunctiva, trakea dilapisi mukus atau hemoragik, kongesti dan timbunan urat dalam ginjal,

ptekhie pada proventrikulus, tembolok, usus, lemak abdominal dan peritoneum. Ovarium

pada ayam petelur terlihat hemoragik atau nekrotik, kantung telur terisi dengan kuning telur

yang rupture sehinga sering terlihat adanya peritonits dan peradangan pada kantung udara.

Sering pada ayam muda yang mati perakut terlihat adanya dehidrasi dan kongesti otot yang

parah.

Bentuk Ringan. Terjadi radang nekrotik pada proventikulus dekat perbatasan dengan

ventrikulus, pankreas bewarna merah tua dan kuning muda, terdapat eksudat (kataralis,

fibrinous, serofibrinous, mukopurulen atau kaseus) pada trachea, penebalan kantong udara

berisi eksudat fibrinous atau kaseus, peritonits fibrinous dan peritonits, enterits kataralis

sampai fibrinous dan terdapat eksudat di dalam oviduct.Bentuk Akut. Bila mati dalam waktu

singkat tidak akan ditemukan perubahan makroskopik tertentu. Pada stadium awal terlihat

edema kepala yang disertai dengan pembengkakan sinus, sianosis, kongesti dan hemoragik

pada pial dan jenger, kongesti dan haemorhagi pada kaki, dan nekrosis pada hati, limpa,

ginjal serta paru- paru.

A menunjukkan perdarahan dan cyanosis pada jengger dan pial; B menunjukkan perdarahan

pada lapisan subkutan telapak kaki

5

Page 6: nekropsi AI.doc

Ket : A menunjukkan perdarahan pada lapisan sub kutan bagian ventral tubuh; B

menunjukkan petekhi pada otot paha; C menunjukkan perdarahan dan nekrosis pada hati; D

menunjukkan perdarahan pada ovarium

Pedoman Gambaran PA AI

Avian Influenza 1. Terjadi radang pada proventrikulus

2. pada daerah dekat perbatasan dengan

ventrikulus.

3. Pankreas berwarna merah dan kuning

muda.

4. Sinusitis.

5. Trakea terdapat lendir serous sampai

kaseus.

6. Kantong udara menebal mengandung

lendir.

7. Pembengkakan ginjal

6

Page 7: nekropsi AI.doc

3. Diagnosa

Diagnosa lapangan dengan melihat gejala klinis dan patologi anatomi. Secara

laboratorium diagnosa dapat ditegakan secara virologis dengan cara inokulasi suspensi

spesimen (suspensi swab hidung dan trakea, swab kloaka dan feses atau organ berupa trakea,

paru, limpa, pankreas dan otak) pada telur berembrio umur 9 – 1 hari (3 telur per spesimen).

Identifkasi dapat dilakukan secara serologis, antara lain dengan uji Agar Gel Immunodifusion

(AGID), uji Haemaglutination Inhibiton (HI). Penentuan patogenisitas virus dilakukan

dengan cara menyuntikan isolat virus dari cairan alantois secara intravena (IV) pada 10 ekor

anak ayam umur 6 mingu atau 4 – 8 minggu. Jika mati 6 ekor atau lebih dalam 10 hari, atau

Intravena patogenicity index (IVPI) > 1,2 diangap HPAI. Secara molekuler keberadan virus

AI dapat dideteksi dengan reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT- PCR), real

time RT-PCR atau sekuensing genetik.

4. Diagnosa Banding

Avian Influenza sering dikelirukan dengan Newcastle Disease (ND), Infectious

Laryngotrachaetis (ILT), Infectious Bronchits (IB), Fowl cholera dan infeksi Escherichia coli.

5. Pengambilan dan Pengiriman Spesimen Spesimen yang diambil untuk uji serologi

adalah serum, sedangkan untuk uji virology adalah swab hidung dan trakea, swab kloaka dan

feses, paru, limpa, pankreas dan otak. Baik jaringan organ segar maupun spesimen swab

harus dikirm dalam media transpor ke laboratorium. Pengirman specimen harus dijaga dalam

keadaan dingin dan dikirmkan ke Laboratorium Veteriner setempat .

7

Page 8: nekropsi AI.doc

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan nekropsi dilakukan secara patologi anatomi

tanpa bantuan pemeriksaan laboratorium. Sebelum melakukan nekropsi, diperiksa

keadaan umum kadaver, status gizi, kulit, leleran dari lubang tubuh, adanya tumor /

bentukan abnormal lainnya, keadaan mata, pial, keadaan daerah kloaka (kotor, berdarah,

luka). Pada nekropsi (bedah bangkai) yang terlihat adalah perdarahan umum, edema,

hiperemi atau ptekhie pada hampir seluruh bagian tubuh, kondisi ini sangat sulit

dibedakan dari ND ganas. Beberapa ciri lesi tipikal dapat berupa, edema subkutan pada

daerah kepala dan leher, kongesti dan ptekhie konjunctiva, trakea dilapisi mukus atau

hemoragik, kongesti dan timbunan urat dalam ginjal, ptekhie pada proventrikulus,

tembolok, usus, lemak abdominal dan peritoneum. Ovarium pada ayam petelur terlihat

hemoragik atau nekrotik, kantung telur terisi dengan kuning telur yang rupture sehinga

sering terlihat adanya peritonits dan peradangan pada kantung udara.

8

Page 9: nekropsi AI.doc

DAFTAR PUSTAKA

DAMAYANTI et al. 2004.: Gambaran klinis dan patologis pada ayam yang terserang

flu burung sangat patogenik (HPAI) di beberapa peternakan.Bogor.Balai Penelitian

Veteriner.

Damayanti.Yunny et al. 2012. Evaluasi Penyakit Virus pada Kadaver Broiler

Berdasarkan Pengamatan Patologi Anatomi di Rumah Pemotongan Unggas. Denpasar.

Indicus Medicus Veteriner.

Wibawan IWT. 2012. Manifestasi Subklinik Avian Influenza pada Unggas: Ancaman

Kesehatan dan Penanggulangannya. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Fakultas

Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Indi Dharmayanti, R. Indriani, R.M.A. Adjid. 2006. Identifikasi Virus Avian Influenza

Pada Beberapa Jenis Unggas di Taman Margasatwa Ragunan dan Upaya Eradikasinya.

Media Kedokteran Hewan Unair, Balai Penelitian Veteriner, Bogor.

9