9
Penanganan Limbah Cair pada Proses Pembuatan Tahu dan Pembuatan Nata de Soya Penanganan Limbah Cair pada Proses Pembuatan Tahu dan Pembuatan Nata de Soya created by mahasiswa ITP-FTP UB 2006 Selama ini air limbah tahu belum pernah dimanfaatkan sehingga dapat mencemari lingkungan sekitar khalayak mitra. Air limbah tahu adalah air sisa penggumpalan tahu (whey) yang dihasilkan selama proses pembuatan tahu. Jika ditinjau dari komposisi kimianya, ternyata air limbah tahu mengandung nutrien-nutrien (protein, karbohidrat, dan bahan-bahan lainnya) yang jika dibiarkan dibuang begitu saja ke sungai justru dapat menimbulkan pencemaran. Tetapi jika dimanfaatkan akan menguntungkan pemilik mitra tahu atau masyarakat yang berminat mengolahnya. Whey tahu mempunyai prospek untuk dimanfaatkan sebagai media fermentasi bakteri. Menurut Darsono (2007) Limbah cair yang dihasilkan oleh industri tahu merupakan limbah organik yang degradable atau mudah diuraikan oleh mikroorganisme secara alamiah. Pemanfaatan air limbah industri tahu untuk produk pangan yang digemari masyarakat merupakan alternatif terbaik yang dapat ditawarkan kepada pengusaha tahu. Selama ini mereka hanya

Nata de Soya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Nata de Soya

Penanganan Limbah Cair pada Proses Pembuatan Tahu dan Pembuatan Nata de Soya

Penanganan Limbah Cair pada Proses Pembuatan Tahu dan Pembuatan Nata de Soya

created by mahasiswa ITP-FTP UB 2006

Selama ini air limbah tahu belum pernah dimanfaatkan sehingga dapat mencemari lingkungan

sekitar khalayak mitra. Air limbah tahu adalah air sisa penggumpalan tahu (whey) yang

dihasilkan selama proses pembuatan tahu.

Jika ditinjau dari komposisi kimianya, ternyata air limbah tahu mengandung nutrien-nutrien

(protein, karbohidrat, dan bahan-bahan lainnya) yang jika dibiarkan dibuang begitu saja ke

sungai justru dapat menimbulkan pencemaran. Tetapi jika dimanfaatkan akan menguntungkan

pemilik mitra tahu atau masyarakat yang berminat mengolahnya. Whey tahu mempunyai prospek

untuk dimanfaatkan sebagai media fermentasi bakteri. Menurut Darsono (2007) Limbah cair

yang dihasilkan oleh industri tahu merupakan limbah organik yang degradable atau mudah

diuraikan oleh mikroorganisme secara alamiah.

Pemanfaatan air limbah industri tahu untuk produk pangan yang digemari masyarakat

merupakan alternatif terbaik yang dapat ditawarkan kepada pengusaha tahu. Selama ini mereka

hanya memproses kedelai menjadi tahu dan membuang seluruh limbah pabrik. Pada umumnya

mereka berpendapat bahwa limbah tersebut tidak bernilai ekonomis sama sekali. Padahal

pemanfaatan bisa meningkatkan pendapatan dari khalayak  itu sendiri berupa pemanfaatan

limbah tahu menjadi Nata de Soya.

Proses Pembuatan Nata De Soya

Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna

putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media cair yang

asam dan mengandung gula. Nata dapat dibuat dari bahan baku air kelapa, dan limbah cair

Page 2: Nata de Soya

pengolahan tahu (whey). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut dengan Nata de Coco, dan

yang dari whey tahu disebut dengan Nata de Soya (dapat dilihat pada Gambar 3). Bentuk, warna,

tekstur dan rasa kedua jenis nata tersebut tidak berbeda (Rizka dan Ninda, 2008).

Menurut hasil analisi gizi, Nata de Soya tergolong produk pangan yang bergizi tinggi terutama

pada kandungan karbohidrat, protein dan serat kasar. Data tersebut membuktikan bahwa

bakteriAcetobacter xylinum mampu mengubah air limbah tahu yang tidak bernilai menjadi suatu

produk bernilai gizi tinggi (Basrah Enie & Supriatna, 1993).

Kandungan Gizi Nata de Soya dan Air Limbah Tahu dalam 100 gr (Basrah Enie &

Supriatna, 1993)

Zat Gizi

(satuan) Nata de Soya

Air Limbah

Tahu

Karbohidrat (g) 20 2

Protein (g) 2,35 1,75

Lemak (g) 1,68 1,25

Serat kasar (g) 3,2 0,001

Kalsium (mg) 4,6 4,5

Salah satu produk pangan yang berasal dari air limbah tahu yang mempunyai prospek baik

adalah pembuatan nata. Limbah tahu juga memiliki peluang ekonomis dan potensi gizi yang baik

bila diolah menjadi produk pangan Nata de Soya. Selama ini yang dikenal masyarakat

hanya Nata de Cocotetapi masih belum banyak yang mengetahui tentang produk nata yang

berasal dan air limbah tahu yaitu Nata de Soya. Pengembangan model usaha Nata de Soya perlu

dilakukan guna mengatasi pencemaran lingkungan di wilayah pemukiman sekaligus

meningkatkan pendapatan dari khalayak mitra itu sendiri. Kegiatan ini bertujuan untuk membina

pengusaha tahu dalam masyarakat di sekitar industri tahu dalam hubungannya dengan proses

produksi, pengemasan, dan pemasaran Nata de Soya.

Proses pembuatan Nata de Soya banyak macamnya ada yang menggunakan bahan kimia murni

seperti (NH4)2SO4 (Amonium sulfat); MgSO4 (Magnesium sulfat); K2HPO4 (Kalium

dihidrophosphat) dan ada juga yang menggunakan bahan pengganti bahan kimia seperti ZA

Page 3: Nata de Soya

(Zinc ammonium), NPK ataupun urea. Tujuan bahan pengganti tersebut adalah untuk

meminimalkan biaya produksi sehingga harga jual Nata de Soya lebih murah.

Menurut Wahyudi (2003), Keberhasilan dalam pembuatan nata dipengaruhi

oleh viabilitas(kemampuan hidup) bakteri, kandungan nutrisi media pertumbuhan dan

lingkungannya. Viabilitasbakteri yang baik akan menghasilkan nata yang baik dan cepat.

Kandungan nutrisi yang cukup terutama gula sebagai sumber karbon untuk bahan baku

pembentukan nata sangat diperlukan. Demikian pula ketersediaan sumber nitrogen dan mineral,

walaupun tidak digunakan langsung pembentuk nata, sangat diperlukan untuk pertumbuhan

bakteri Acetobacter xylinum.

Adapun macam dari proses pembuatan Nata de Soya diantaranya:

A. Proses Pembuatan Nata de Soya Menggunakan Bahan Kimia Murni

Bahan yang dibutuhkan untuk membuat Nata de Soya yaitu:

-   Limbah cair tahu, untuk media pertumbuhan bakteri A.xylinum.

-   Starter Nata (Kultur A.xylinum), bakteri yang berperan membentuk nata atau bacterial

cellulose.

-   Gula pasir, sebagai sumber karbohidrat bagi pertumbuhan bakteri nata dan juga digunakan

untuk memenuhi kebutuhan energi metabolisrne sel bakteri tersebut.

-   (NH4)2SO4, sebagai sumber nitrogen (N) akan membantu pertumbuhan bakteri dan

merangsang terbentuknya struktur nata yang tebal kompak.

-   MgSO4, sebagai sumber mineral (Mg) yang akan membantu pertumbuhan bakteri dalam

membentuk nata.

-   K2HPO4, berfungsi sebagai buffer pada medium, sehingga pH akan konstan yaitu sekitar 3-4.

-   Asam asetat glasial, berfungsi untuk menurunkan pH menjadi 3-4.

-   Kertas koran steril, untuk menutup wadah fermentasi karena bakteri A.xylinum aerob dapat

tumbuh baik pada kondisi aerob.

-   Karet, untuk mengikat kertas koran pada wadah fermentasi.

Page 4: Nata de Soya

Sedangkan alat yang digunakan adalah baskom plastik, timbangan, kain saring halus, panci

perebus, sendok pengaduk, pisau, talenan, pipet volume 10 ml, bola hisap, gelas ukur 1 lt, bak

plastik ukuran 23 x 15 cm.

Berikut dijelaskan cara pembuatan Nata De Soya :

1. Pengambilan limbah cair tahu di area produksi sebanyak 1 Liter. Limbah cair tahu

yang diambil sudah mengandung sedikit cuka sisa dari proses pengendapan.

2. Limbah cair yang telah diambil disaring menggunakan kain saring berukuran sedang

yang sudah dipersiapkan dalam keadaan bersih.

3. Limbah cair yang sudah disaring tadi dipindahkan ke dalam panci, kemudian

ditambahkan bahan – bahan tambahan.

4. Campuran cairan tadi kemudian direbus sampai mendidih, setelah itu didinginkan dan

dipindahkan ke dalam wadah plastik kotak dengan ketinggian ± 6 cm.

5. Setelah dingin, ditambahkan asam cuka glasial sebanyak 25 mL. Fungsi dari cuka

glasial disini adalah untuk mengatur pH agar medium ini jadi memiliki pH optimum

untuk kultur bermetabolisme. Setelah pH sudah mencapai pH optimum,

kultur A.xylinum ditambahkan asebanyak 10% atau sebanyak 100 mL dengan

menggunakan pipet volume yang telah di aseptis sebelumnya.

6. Selanjutnya wadah plastik tadi ditutup dengan menggunakan kertas koran yang telah

disterilisasi sebelumnya. Alasan digunakan kertas koran sebagai penutup wadah

adalah sifat dari bakteri  A.xylinum yang anaerob fakultatif atau hanya membutuhkan

sedikit oksigen untuk bermetabolisme.

7. Kemudian dilakukan inkubasi pada suhu ruang yaitu sekitar 24-250C selama 12 hari.

Kondisi ruang inkubasi tidak boleh lembab karena dikhawatirkan akan terjadi

kontaminasi oleh jamur.

8. Setelah 12 hari, nata dipanen. Nata yang sudah jadi harus direndam dalam air matang

selama 3 hari dan air diganti setiap hari. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan

aroma dan rasa asam dari cuka glasial yang digunakan dalam pembuatan.

9. Nata yang sudah bebas dari aroma asam bisa langsung dipotong berukuran kecil.

Kemudian nata tersebut direbus dalam air sirup gula yang ditambah essense untuk

memperkuat aroma dan menambah warna.

Page 5: Nata de Soya

B. Proses Pembuatan Nata de Soya Menggunakan Bahan Kimia Pengganti

Proses pembuatan Nata de Soya yang menggunakan bahan pengganti tidak jauh berbeda dengan

proses pembuatan Nata de Soya yang menggunakan bahan kimia murni. Perbedaannya hanya

pada formula/komposisi bahan yang ditambahkan untuk pertumbuhan bakteri A.xylinum. Adapun

bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat Nata de Soya pada formula ini adalah:

-  Limbah cair tahu, untuk media pertumbuhan bakteri A.xylinum

-  Starter Nata (Kultur A.xylinum), bakteri yang berperan membentuk nata atau bacterial

cellulose.

-  Gula pasir, sebagai sumber karbohidrat bagi pertumbuhan bakteri nata dan juga digunakan

untuk memenuhi kebutuhan energi metabolisrne sel bakteri tersebut.

-  NPK, sebagai bahan pengganti Mg2SO4 dan K2PO4 yang berfungsi sebagai makanan dan

membantu pertumbuhan bakteri A.xylinum karena NPK mengandung unsur Nitrogen (N),

Phosphate (P), dan Kalium (K).

-  ZA, sebagai bahan pengganti (NH4)2SO4 yaitu sebagai sumber nitrogen (N) akan membantu

pertumbuhan bakteri dan merangsang terbentuknya struktur nata yang tebal kompak.

Penggunaan ZA (Zwavelzuur Ammonium) dalam pembuatan nata adalah sebagai sumber nutrisi

bagi pertumbuhan Acetobakter xylinum. Pemakaian ZA dalam pembuatan nata yaitu 0,3 persen

dari volume media. Syarat-syarat ZA dalam pembuatan nata yaitu berbentuk kristal atau butiran,

berwarna putih dan bersih dari kotoran. Pemilihan ZA yaitu dipilih ZA yang berbentuk kristal,

berwarna putih, dan mudah larut dalam air, bergaris tengah kurang lebih 1 mm, mempunyai

kadar nitrogen 45-46 persen (Lingga,1992).

Pupuk ZA dan NPK apabila terkena panas mudah menguap dan cepat larut. Jadi penggunaan

pupuk ZA ini tidak berbahaya untuk kesehatan (Saragih, 2004).

-  Asam sitrat, untuk membantu menurunkan pH dan menghambat pertumbuhan kapang.

Page 6: Nata de Soya

-  Asam asetat glasial, berfungsi untuk menurunkan pH menjadi 3-4.

-  Kertas koran steril, untuk menutup wadah fermentasi karena bakteri A.xylinum aerob dapat

tumbuh baik pada kondisi aerob.

-  Karet, untuk mengikat kertas koran pada wadah fermentasi.

Sedangkan alat yang digunakan adalah baskom plastik, timbangan, kain saring halus, panci

perebus, sendok pengaduk, pisau, talenan, pipet volume 10 ml, bola hisap, gelas ukur 1 lt, bak

plastik ukuran 23 x 15 cm.

Analisis Kandungan Gizi

Nata dari air rebusan kedelai (Nata de Soya) dan Nata de Coco ternyata memiliki kandungan gizi

yang tidak jauh berbeda. Hasil uji proksimat menunjukkan kandungan utamanya adalah air

(98%) dan serat kasar (10%) (dapat dilihat pada Tabel 5). Sebagai makanan, nata memiliki nilai

gizi dan nilai kalori yang rendah. Meskipun demikian, sehubungan dengan kandungan seratnya

maka nata dapat dijadikan sebagai makanan alternatif untuk penderita masalah gizi lebih, untuk

rnencegah terjadinya sembelit atau menghindari konstipasi dan emperlancar pencernaan

(Sutriah dan Sjahriza, 2000).

Hasil Uji Proksimat Nata de Soya dan Nata de Coco (Sutriah dan Sjahriza, 2000).

Analisis Nata de Soya Nata de Coco

Kadar Air 97,25 % 98,27 %

Kadar Abu 0,31 % 0,20 %

Kadar Lemak 1,20 % 1,06 %

Serat Kasar 10,60 % 8,51 %

Kadar Protein 0,00 % 1,53 %

Kadar Karbohidrat 0,09 %0,00 %