Upload
irfan-kohaa
View
127
Download
17
Embed Size (px)
Citation preview
1
Raih Prestasi
Dengan Ibadah Hati
Materi Kultum 30 Hari Ramadan
Oleh: Umarulfaruq Abubakar, Lc.
2
ل ون ا ل ي ي ي ميي ال يي ى ما الص ام ي آمنو ال يي أي ها يا
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan kepada kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kalian bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 181)
أ ا ي رمضان شهر م ارك، ف رض هلل : ال رسول هلل : ي أيب ىريرة رضي هلل نو ال
ح ي ، غل ف يو ح ف يو أبو ب اسلماء، و غي ق ف يو أب يو ب لي زل وجلل ي ي ص امو، في
ر، مي حرم خريىا ف دي حرم ر ميي أايف شهي ة خ ي ، ا لو ف يو ا ي رو ه أمحد )مردة اشل اطيي
.(و انسائى
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda "Telah datang kepada
kalian bulan Ramadhan. Bulan keberkahan yang Allah wajibkan kepada kalian puasa
di dalamnya. Dalam bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup,
setan-setan dibelenggu. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu
bulan. Barangsiapa yang tidak mendapat kebaikan di dalamnya, maka ia telah luput
dari banyak kebaikan." (HR. Ahmad dan An-Nasâ’i)
3
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah Swt.. Shalawat beserta salam semoga tercurah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Semoga kita bisa setia untuk selalu berada di
jalannya.
Tamu agung Ramadhan kembali menyapa kita semua dan segenap kaum
muslimin di seluruh dunia. Sangat berharap semoga Allah memberi kita semua
kekuatan lahir dan batin untuk memaksimalkan ibadah yang penuh berkah ini. Saat
semua kebaikan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah Swt. dengan pahala dan
karunia tidak terbatas.
Di bulan suci ini, hati kita menjadi jauh lebih lembut dari biasanya, pikiran
lebih terang benderang, dan jiwa kita lebih subur siap disemai dengan berbagai sifat-
sifat yang baik. Di bulan suci ini, nasehat-nasehat yang baik selalu dirindukan. Semilir
angin kebaikan membawa berita gembira kepada jiwa yang merindu surga.
Buku kecil ini semoga bisa memberikan sentuhan kebaikan di hati, sekaligus
bisa menjadi inspirasi bahan ceramah yang biasanya permintaan semakin tinggi di
bulan ini.
Saya ucapkan terimakasih kepada para asatidz di Pondok Pesantren Tahfizul
Qur'an Ibnu Abbas , Klaten-Jawa Tengah atas segala bantuan dan dukungannya,
terutama kepada Ust. Mukhlis Wibowo selaku Direktur ProZis yang bersedia
menerbitkan buku ini.
Demikian. Semoga bermanfaat. Walhamdulillahi Rabbil ‘Alamin.
Klaten, 06 Juli 13
Umarulfaruq Abubakar
4
Daftar Isi
Kata Pengantar
Malam ke 1 :
Keutamaan Ramadhan
Malam ke 2 :
Keutamaan Tilawah Al-Qur’an
Malam ke 3 :
Memenuhi Panggilan Ilahi
Malam ke 4 :
Dahsyatnya Pengaruh Ikhlas
Malam ke 5 :
Penyakit Riya Meruntuhkan Amal
Malam ke 6 :
Menyandarkan Diri Kepada Allah
Malam ke 7 :
Tawakkal Sumber Kekuatan
Malam ke 8 :
Puasa Membentuk Takwa
Malam ke 9 :
Buah Ketakwaan
5
Malam ke 10 :
Jalan Menuju Takqwa
Malam ke 11 :
Cinta Kepada Allah
Malam ke 12 :
Agar Dicintai Allah
Malam ke 13 :
Membentengi Diri Dengan Wara’
Malam ke 14 :
Tiga Hadits Tentang Wara
Malam ke 15 :
Takut Kepada Allah
Malam ke 16 :
Menumbuhkan Rasa Takut Kepada Allah
Malam ke 17 :
Mengatasi Gelisah Hati
Malam ke 18 :
Keajaiban Zikir
Malam ke 19 :
Mengharapkan Rahmat Allah
Malam ke 20 :
Dahsyatnya Kalimat Tauhid
6
Malam ke 21 :
Dahsyatnya Tasbih
Malam ke 22 :
Hidup Bahagia Dengan Rasa Syukur
Malam ke 23 :
Menumbuhkan Rasa Syukur
Malam ke 24 :
Meraih Akhir Hidup Yang Bahagia
Malam ke 25 :
Membangun Kesabaran , Meraih Kemenangan
Malam ke 26 :
Membaca Aib Diri Sendiri
Malam ke 27 :
Hikmah Ibadah Zakat
Malam ke 28 :
Menikmati Hidup Dengan Qan’ah
Malam ke 29 :
Selamat Jalan Ramadhan
Malam ke 30 :
Kembali Kepada Allah
7
Malam Pertama
Keutamaan Ramadan
أ ا رمضان شهر م ارك، فرض هلل : ال رسول هلل : ي أيب ىريرة رضي هلل نو ال
ح ف و أبو ب اسماء، و غي ق ف و أبو ب لح ، غل ف و ز وجل ص امو، في
م ر، مي حرم خريىا ف دي حر رو ه أمحد )مردة اش اطي، هلل ف و ا ة خري ميي أايف شهي
.(و انسائى
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda "Telah datang kepada
kalian bulan Ramadhan. Bulan keberkahan yang Allah wajibkan kepada kalian puasa
di dalamnya. Dalam bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup,
setan-setan dibelenggu. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu
bulan. Barangsiapa yang tidak mendapat kebaikan di dalamnya, maka ia telah luput
dari banyak kebaikan." (HR. Ahmad dan An-Nasâ’i)
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Syukur kepada Allah kita masih dipertemukan dengan bulan yang sangat mulia dan berharga
untuk meraih pundi pahala yang tak terbatas. Kita semua sangat membutuhkan datangnya
bulan penyucian diri ini. Ramadan datang dengan membawa kebaikan dan keberkahan. Ia
datang membawa berita gembira untuk seluruh alam. Ramadan datang untuk mencuci hati
hamba-hamba yang berdosa. Ia juga datang untuk mengangkat derajat para hamba yang
berbakti semakin tinggi dari sebelumnya.
Ramadan adalah bulan yang Allah pilih untuk menjadi saat turunnya kitab dan risalah-Nya. Ia
adalah bulan penghubung antara langit dan bumi. Saat rahmat tercurah dengan lebat,
maghfirah mengucur bagai air bah, cahaya terpancar berpendar-pendar ke segala penjuru,
dan kebaikan memancar di setiap menit dan detiknya.
Dalam bulan ini, disyariatkan ibadah puasa yang mempunyai banyak sekali keutamaan.
Puasa mempunyai pengaruh yang menakjubkan dalam menjaga anggota tubuh luar dan
8
kekuatan batin di dalam. Puasa juga menjaga dipengaruhi hal-hal yang buruk yang dapat
merusak jiwa. Puasa dapat mengangkasakan jiwa menuju ketinggian akhlak, kehalusan budi,
keindahan pekerti, kematangan pribadi, kepekaan rasa, dan penghambaan yang seutuhnya
kepada Sang Pencipta.
Puasa membebaskan diri dari gurita nafsu yang mengajak kepada hal-hal yang rendah. Ia
juga menjadikan jiwanya merdeka dari lilitan nafsu syahwat dan kebinatangan yang bercokol
kuat dalam diri. Dengan berpuasa seorang hamba dapat memperkecil jalannya setan dalam
aliran darah, mengubah rasa ego menjadi cinta dan kasih sayang, rakus menjadi ridha dan
qana’ah, liar menjadi sabar, tenang dan terarah.
Maka jadilah kebahagiaan dirinya tidak lagi terbatas pada pemuasan syahwat semata. Tidak
sekedar memuaskan kebutuhan jasmaninya yang tak pernah berujung. Namun lebih dari itu,
ia menikmati kenikmatan yang tiada tara dalam dirinya. Ketenangan dan kedamaian jiwa
yang luar biasa dan selalu bersamanya kemanapun ia berada. Itulah kelezatan iman yang
dapat membawanya kepada bahagia abadi sepanjang masa. Ibnu Abdil Barr berkata:
"Cukuplah pernyataan Allah "Ash-Shaumu Li" menjadi keutamaan puasa dibanding ibadah-
ibadah lainnya."
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Tentang puasa ini , Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa : "Puasa itu ada tiga macam:
Tingkatan Pertama adalah menahan dari makan, minum dan melakukan hal-hal yang
membatalkan.
Tingkatan Kedua, menahan diri dan anggota tubuh dari melakukan dosa
Dan Tingkatakan Ketiga, menahan hati dan pikiran dari bisikan-bisikan nafsu.
Untuk mencapai kesempurnaan puasa ramadan ini, maka sudah seharusnya bagi kita untuk
tidak sekedar menahan diri dari makan dan minum saja, tapi juga menahan anggota tubuh
kita serta hati dan pikiran dari melakukan pelanggaran-pelanggaran.
Ramadan adalah waktu terapi intensif memperbaiki dan menjernihkan hati. Ibadah puasa,
shalat tarawih, infak dan sedekah serta segenap ibadah yang diperintahkan disyariatkan
didalamnya merupakan rangkaian program perbaikan diri dan masyarakat.
9
Saat-saat ramadan ini juga adalah waktu yang tepat untuk membuktikan kekuatan menahan
keinginan dan perasaan, kesetiaan dalam ucapan, kesejatian dalam sikap, dan ketabahan
dalam melaksanakan komitmen yang sudah diputuskan. Bila saat Ramadan kita kalah, maka
bersiaplah untuk kalah di bulan-bulan selanjutnya. Maka kita harus terus berjuang
menundukkan nafsu dan melaksanakan amal-amal kebaikan agar kelak kita nanti bisa keluar
dari madrasah Ramadhan sebagai pemenang.
10
Malam Ke-2
Keutamaan Tilawah Al-Qur’an
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Salah satu ibadah yang paling utama di Bulan Ramadhan adalah tilawah Al-Qur’an. Dalam
sejarah kehidupan umat manusia, Al-Qur’an telah memberikan banyak pengaruh dalam
mengubah individu dan masyarakat menjadi jauh lebih baik dari sebelumya.
Generasi sahabat dapat menjadi generasi terbaik karena mereka memiliki ihtimam yang
sangat besar terhadap Al-Qur’an. Tilawah Al-Qr’an adalah kunci utama kesuksesan mereka.
Mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai bacaan utama dan pegangan hidup mereka.
Kemukjizatan Al-Qur’an masih terus bertahan hingga kini sampai hari kiamat nanti. Yaitu
jaminan dari Allah bahwa siapa yang membaca dan mengamalkannya ia akan sukses dunia
akhirat.
Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi memaparkan hadits-hadits yang berkenaan
dengan keutamaan membaca Al-Qur’an. Di antaranya:
1. Akan menjadi syafaat bagi pembacanya di hari kiamat.
Dari Abu Amamah ra, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Bacalah Al-Qur’an, karena
sesungguhnya ia akan menjadi syafaat bagi para pembacanya di hari kiamat.” (HR. Muslim)
2. Mendapatkan predikat insan terbaik.
Dari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang
mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. At-Tirmidzi)
3. Mendapatkan pahala akan bersama malaikat di akhirat, bagi yang mahir mambacanya.
Dari Aisyah ra, berkata; bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang membaca Al-Qur’an
dan ia mahir membacanya, maka kelak ia akan bersama para malaikat yang mulia lagi taat
kepada Allah.” (HR. Bukhari Muslim)
4. Mendapatkan pahala dua kali lipat, bagi yang belum lancar.
“Dan orang yang membaca Al-Qur’an, sedang ia masih terbata-bata lagi berat dalam
membacanya, maka ia akan mendapatkan dua pahala.” (HR. Bukhari Muslim)
11
5. Akan diangkat derajatnya oleh Allah
Dari Umar bin Khatab ra. Rasulullah saw. bersabda,: “Sesungguhnya Allahswt. akan
mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur’an), dengan dengannya pula Allah
akan merendahkan kaum yang lain.” (HR. Muslim)
6. Mendapatkan sakinah, rahmat, dikelilingi malaikat, dan dipuji Allah di hadapan makhluk-
Nya.
Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah
satu rumah-rumah Allah untuk melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan mempelajarinya,
melainkan akan turun kepada mereka ketengangan, akan dilingkupi pada diri mereka
dengan rahmat, akan dilingkari oleh para malaikat, dan Allah pun akan menyebut (memuji)
mereka di hadapan makhluk yang ada di dekat-Nya.” (HR. Muslim)
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Sementara itu, ada keutamaan lain bagi yang punya kebiasaan mengkhatamkan Al-Qur’an.
Diantara keutamaan mengkhatamkan al-Qur’an adalah:
a. Merupakan amalan yang paling dicintai Allah
Dari Ibnu Abbas ra, beliau mengatakan ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah saw.,
“Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Al-hal wal
murtahal.” Orang ini bertanya lagi, “Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Yaitu yang membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir. Setiap kali selesai ia
mengulanginya lagi dari awal.” (HR. At-Tirmidzi)
b. Orang yang mengikuti khataman Al-Qur’an, seperti mengikuti pembagian ghanimah
Dari Abu Qilabah, Rasulullah saw. mengatakan, “Barangsiapa yang menyaksikan (mengikuti)
bacaan Al-Qur’an ketika dibuka (dimulai), maka seakan-akan ia mengikuti kemenangan
(futuh) fi sabilillah. Dan barangsiapa yang mengikuti pengkhataman Al-Qur’an maka seakan-
akan ia mengikuti pembagian ghanimah.” (HR. Ad-Darimi)
c. Mendapatkan doa/shalawat dari malaikat
Dari Mus’ab bin Sa’d, dari Sa’d bin Abi Waqas, beliau mengatakan, “Apabila Al-Qur’an
dikhatamkan bertepatan pada permulaan malam, maka malaikat akan bersalawat (berdoa)
12
untuknya hingga subuh. Dan apabila khatam bertepatan pada akhir malam, maka malaikat
akan bershalawat/ berdoa untuknya hingga sore hati.” (HR. Ad-Darimi.)
d. Mengikuti sunnah Rasulullah saw.
Mengkhatamkan Al-Qur’an merupakan sunnah Rasulullah saw. Hal ini tergambar dari hadits
berikut: Dari Abdullah bin Amru bin Ash, beliau berkata, “Wahai Rasulullah saw., berapa
lama aku sebaiknya membaca Al-Qur’an?” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam satu
bulan.” Aku berkata lagi, “Sungguh aku mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Khatamkanlah dalam dua puluh hari.” Aku berkata lagi, “Aku masih mampu
lebih dari itu, wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam lima belas hari.”
“Aku masih lebih mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Khatamkanlah
dalam sepuluh hari.” Aku menjawab, “Aku masih lebih mampu lagi, wahai Rasulullah.” Beliau
menjawab, “Khatamkanlah dalam lima hari.” Aku menjawab, “Aku masih lebih mampu lagi,
wahai Rasulullah.” Namun beliau tidak memberikan izin bagiku. (HR. At-Tirmidzi)
13
Malam Ke-3
Memenuhi Panggilan Ilahi
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Suara azan membelah kesunyian dan menggema dari berbagai penjuru. Bersahut-
sahutan dari satu ke mesjid ke mesjid yang lain. Alunan merdu lantunan azan menjadi
pertanda waktu shalat telah tiba. Itulah saatnya seorang hamba mengistirahatkan dirinya
dari kepenatan duniawi, hiruk pikuk pekerjaan yang tidak berujung, dan kesibukan-
kesibukan lain yang menuntut banyak tenaga, waktu dan pikiran.
Panggilan itu bukan panggilan biasa. Itu adalah undangan dari Allah Swt, Sang Pemilik
alam semesta. Susunan kalimatnya mengandung makna yang sangat mendalam dan
seharusnya mengingatkan seseorang tentang prinsip kehidupannya. Panggilan itu bukan
sekedar untaian kata yang dikumandangkan dari mesjid-mesjid tanpa makna arti. Mungkin
karena terlalu sering mendengar, maka setiap kali suara azan itu terdengar ucapan yang
terdengar adalah "Oh sudah azan.." lalu berhenti sampai disitu.
Sungguh itu adalah panggilan cinta dari Ilahi kepada hamba-hambanya untuk sejenak
menghadap-Nya. Adzan adalah media luar biasa untuk mengumandangkan tauhid terhadap
yang Maha Kuasa dan risalah Nabi Muhammad saw.
Secara pengetahuan, barangkali setiap kita tahu bahwa azan itu adalah panggilan
untuk shalat. Namun hati ini tidak bisa dibohongi kadang-kadang dalam hati terbetik
perasaan jengkel dan kesal saat azan berkumandang sementara ada pekerjaan yang belum
selesai. Kekesalan itu bukan karena suara azan, tapi kesal kepada diri sendiri kenapa
pekerjaan belum diselesaikan saat waktu shalat sudah masuk.
Seharusnya rentang waktu shalat menjadi waktu kerja produktif. Batasan waktu kerja
itu adalah ketika azan berkumandang. Kumandang azan adalah saat untuk berhenti dari
berbagai kesibukan dan bersiap menghadap Ilahi Rabbi. Bukannya menjadikan azan sebagai
alasan untuk berhenti dari pekerjaan dan memperbanyak istirahat, namun berusaha
mengefektifkan waktu dengan baik agar ketika waktu shalat tiba seluruh tugas itu sudah bisa
diselesaikan seluruhnya atau sebagian besarnya.
Jadi dalam hal ini, gema suara azan bisa menjadi pengontrol kegiatan dan
mendongkrak produktifitas. Ada hasil yang harus dikejar sebelum waktu shalat berikutnya
14
datang. Ada pekerjaan yang mesti diselesaikan dan target yang sudah tercapai ketika azan
sudah berkumandang.
Ucapan alhamdulillah keluar dengan puas saat terdengar suara Muazzin dari mikrofon
mesjid. Akhirnya pekerjaan ini selesai dan tidak mengganggu pelaksanaan waktu shalat.
Kalau pun ada pekerjaan belum selesai, maka istirahatlah terlebih dahulu. Penuhi
panggilan Ilahi untuk menghadap-Nya, sebab itulah panggilan kesuksesan yang
sesungguhnya...
Hayya 'alal Falaah
Hayya 'alal Falaah
Marilah menuju kesuksesan
Marilah menuju kesuksesan...
Itulah kesuksesan sesungguhnya yaitu ketika seorang hamba telah memiliki kedekatan
dengan Tuhannya..
Shalat adalah cara sukses dunia akhirat. Di sanalah seorang hamba mendapatkan
kembali ketenangan jiwanya, semangat hidupnya, keyakinannya, dan kekuatan spiritualnya.
Kalau pun pekerjaan belum selesai, utamakanlah menyambut seruan Ilahi. Sebab ia
lebih mulia dari apapun juga.
Imam Hasan Al-Banna pernah berpesan:
ما انصد ء ي م الل ة ي الروي ي مهي
"Berdirilah melaksanakan shalat kapan engkau mendengar suara azan dalam
keadaan bagaimanapun"
***
Makna Kalimat-Kalimat Azan
Di tengah-tengah lautan kesibukan, luangkanlah waktu anda sejenak untuk
mendengar untaian kalimat yang dahsyat dan memiliki kandungan makna yang sangat
mendalam itu. Sebuah panggilan yang paling banyak dikumandangkan dalam sejarah
kehidupan manusia hingga kini.
Allahu Akbar Allahu Akbar....
Allah Maha Besar Allah Maha Besar
15
Allah lebih besar dari apapun juga, lebih patut diutamakan dari apa dan siapa saja.
Allah lebih besar dari harta dan jabatan. Kekuasaan Allah lebih besar daripada kekuasaan
pemerintah, bos atau atasan. Ketentuan Allah akan berlaku dan pasti terjadi daripada
rencana dan planning jangka panjang yang sangat diinginkan seorang manusia dan sudah
dipersiapkannya dengan matang. Maka patutlah untuk menghadapkan pinta dan
menggantungkan harapan hanya kepada-Nya semata.
Asyhadu An La Ilaha illallah
Asyhadu An La Ilaha illallah
Tidak ada tuhan selain Allah. Ungkapan ini adalah pengakuan tauhid bahwa Allah
adalah satu-satunya zat yang berhak untuk disembah. Dialah Tuhan Pencipta semesta alam
dan Pengatur segala ciptaan-Nya. Kita mengakui bahwa Allah adalah tumpuan hidup. Dari
sini tumbuhlah sikap-sikap uluhiyyah (mengesakan Allah) yang menyandarkan semua
tindakan kita kepada kekuasaan Allah semata. Ketika kita telah menjadikan Allah sebagai
tumpuan hidup, itu berarti kita mengikrarkan diri:
Bahwa hanya kepada Allah kita menyembah
Bahwa hanya kepada Allah kita memohon pertolongan
Bahwa Allah adalah sumber kekayaan kita
Bahwa Allah adalah sumber harapan kita
Bahwa Allah adalah sumber kemenangan kita
Bahwa Allah adalah sumber kekuatan kita
Dan Bahwa Allah adalah sumber segala sesuatu dalam hidup kita
Kesadaran dengan makna syahadat ini dapat mengubah wajah kehidupan: yang
pesimis jadi optimis, yang lemah jadi kuat, yang miskin jadi kaya, yang sedih jadi bahagia,
yang gelisah jadi tenang, yang kalah jadi menang, dan segala sikap hidup negatif berubah
menjadi positif dalam arti yang sebenarnya. Itu karena semuanya dikembalikan lagi kepada
Allah dan tidak bergantung kepada diri sendiri ataupun orang lain yang serba kekurangan.
Asyhadu Anna Muhammadarrasulullah
Asyhadu Anna Muhammadarrasulullah
Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
16
Ungkapan ini berisi penegasan bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah utusan Allah.
Sebagai utusan, maka beliau hanya menyampaikan apa yang beliau terima dari Allah Swt.
Segala perbuatan yang beliau lakukan dan perkataan yang beliau ucapkan semata-mata
berdasarkan wahyu dari Allah Swt. atau apa yang beliau pahami dari ayat-ayat Allah yang
beliau terima. Beliau adalah orang yang paling tepat dan sempurna dalam menjalankan
syariat-syariat Allah. Beliau yang menerjemahkan perintah-perintah Allah dalam Al-Qur'an
ke dalam kehidupan nyata sehari-hari. Akhlak beliau indah dan kehidupan beliau amat
sangat terpuji. Peri hidup beliau adalah gambaran yang utuh dan nyata bagaimana menjadi
sosok qur'ani.
Ucapan ini senantiasa mengingatkan kita dengan keagungan sang Nabi. Dialah
pemimpin kita sepanjang zaman dan teladan sepanjang masa.
Hayya 'Alashhalah
Hayya 'Alashhalah
Marilah Shalat...
Marilah Shalat...
Inilah isi undangan itu.
Setelah kita mengakui kebesaran Allah Swt., bertauhid dengan mengesakan Allah dan
mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah saja, mengakui bahwa Nabi Muhammad
Saw. adalah utusan Allah, maka kita diajak untuk melaksanakan shalat sebagai sarana dan
cara kita untuk menghadap-Nya.
Ini adalah panggilan suci yang berisi undangan dari Allah untuk menghadap-Nya.
Sebuah undangan yang sangat istimewa sebab Allah Swt. sendiri yang meminta kita untuk
menghadapnya. Kita yang perlu kepada Allah untuk mengadukan segala permasalahan,
mengajukan berbagai pinta, dan meminta ampun dari berbagai dosa, namun Allah yang
justru mengundang kita untuk menghadapNya.
ا ل صى نلربلو مناا يمل
"Sesungguhnya seorang yang shalat itu ia sedang bermunajat kepada Tuhannya"
Hayya 'Alal Falah
Hayya 'Alal Falah
17
Marilah menuju kesuksesan.
Bila ingin sukses kita mesti mendekat kepada Allah yang Maha Mengatur segala
urusan. Bila ingin meminta, mintalah kepada pemilik alam semesta dan segala-galanya. Bila
ingin meraih hasil yang tak terhingga maka sudah sepantasnyalah kita meminta kepadaNya.
Saat shalat, saat itulah kita menenangkan diri dan menghadap Ilahi Rabbi dengan sepenuh
hati.
Allahu Akbar Allahu Akbar
La Ilaha illallah
***
Kaum Muslimin Rahimakumullah..
Ketika Allah sudah memanggil kita untuk menghadap-Nya, maka tidak ada alasan
untuk menolak. Inilah panggilan yang agung dari zat yang Maha Agung kepada para
hambaNya. Sebuah panggilan kemuliaan bagi seorang hamba karena pada saat itu ia akan
bertemu dengan Tuhannya.
Dalam hadits yang riwayat Muslim kita bisa melihat dengan jelas betapa pentingnya
menyambut seruan ini.
Seorang sahabat bernama Ibnu Ummi Maktum adalah sahabat yang tidak bisa
melihat. Ia buta. Rumahnya jauh dari mesjid. Sementara tak ada yang bisa menuntunnya.
Jalanan Madinah kadang tidak aman karena banyak ular dan binatang lainnya yang
berkeliaran. Maka Ibnu Ummi Maktum pun meminta izin kepada Rasulullah agar diberikan
keringanan untuk shalat lima waktu di rumah saja. Awalnya Rasulullah mengizinkan. Tapi
ketika hendak pergi, Rasulullah memanggilnya dan bertanya: “Apakah kamu mendengar
panggilan untuk shalat?”
“Iya, Rasulullah, saya mendengarnya” jawabnya.
“Kalau begitu penuhilah panggilan itu" tegas Rasulullah
Artinya, Rasulullah tidak memberikan dispensasi untuk orang-orang yang secara syar'i
memiliki kesulitan. Lantas bagaimana dengan orang yang sehat dan leluasa?
18
Malam Ke-4
Dahsyatnya Pengaruh Ikhlas
Allah berfirman:
مة كاة وذلك دن الق إتوا الز لة و قموا الص ن حنفاء و مخلصن له الد عبدوا للا وما أمروا إل ل
"” Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan
ketaatan kepada-Nya...." (QS Al-Bayyinah [98]: 5 )
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ahmad, sebagai
berikut :
Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkana
gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para
malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya
Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?"
Allah menjawab, "Ada, yaitu besi"
(Kita paham bahwa gunung batu pun bisa hancur ketika dipukul dengan palu, menjadi rata
ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).
Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang
lebih kuat dari pada besi?"
Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api"
(Besi mencair, mendidih dan menjadi lebih lunak setelah dibakar bara api).
Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih
kuat dari pada api?"
Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air"
(Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).
19
"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" tanya malaikat
lagi.
Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di samudera
luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang
raksasa yang dahsyat, menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan
perahu yang tengah berlayar, karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki
kekuatan yang teramat dahsyat mengalahkan air).
Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu
yang lebih dari semua itu?"
Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu amal anak
Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak
mengetahuinya."
Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang
bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya
bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang
lain.
Kaum Muslimin Rahimakumullah...
Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata
mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi
ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan,
penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu tergelitik untuk
memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan.
Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi dalam kitab Minhajul Qashidin menerangkan bahwa hanya ada
dua cara untuk mencapai kebahagiaan yaitu dengan ilmu dan ibadah. Semua orang bisa saja
celaka kecuali orang-orang yang berilmu. Orang yang berilmu bisa saja celaka kecuali orang-
orang mengamalkan ilmunya. Orang-orang mengamalkan ilmunya bisa saja celaka kecuali
orang-orang yang ikhlas dalam beramal. Dan Orang-orang yang ikhlas berada dalam posisi
yang sangat agung.
Amal tanpa niat hanyalah berakhir kelelahan. Niat tanpa keikhlasan adalah riya.
Keikhlasan tanpa kesungguhan adalah sia-sia.
20
Malam Ke-5
Penyakit Riya Meruntuhkan Amal
Kaum Muslimin Rahimakumullah...
Lawan dari keikhlasan adalah Riya’ atau pamer. Penyakit riya’ mempunyai daya rusak yang
sangat tinggi terhadap amal. Orang yang riya’ amalannya menjadi tidak berharga, sebesar
apapun amal yang ia lakukan. Allah Swt. sudah menegaskan tidak akan menerima amalan
yang terselip riya’ di dalamnya. Dalam sebuah hadis qudsi Allah menyatakan:
"Aku tidak perlu dengan sekutu apa pun. Apabila seseorang menyekutukanku, maka Aku
tinggalkan ia dengan sekutunya"
Dalam beraktivitas dan bersinggungan dengan orang lain, sering kali kita terpeleset ke
jurang riya’. Atau malah sebaliknya, gara-gara takut riya’, kita menjadi ragu dan
meninggalkan pekerjaan yang sebenarnya tergolong amal ibadah. Memang, jarak antara
ikhlas dan riya’ sangatlah tipis, bagai batas pemisah antara hitam dan putih. Riya’ yang
merupakan salah satu bentuk kesyirikan amat sangat tersembunyi, sebagaimana dijelaskan
dalam sebuah hadis riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah Saw bersabda:
مل قه وهو أخفى من دبب الن ؾ نت قول وك أن مل فقال له من شاء للا ه أخفى من دبب الن رك فإن قوا هذا الش اس ات ها الن أ
ئا نعلمه ونستؽفرك لما ل نعلم ا نعوذ بك من أن نشرك بك ش قال قولوا اللهم إن ا رسول للا
“Wahai sekalian manusia, berhati-hatilah kalian dari syirik ini, karena sesungguhnya dia
lebih tersembunyi dari suara tapak kaki semut.” Kemudian seseorang bertanya kepada
beliau: “Bagaimana kita berlindung darinya jika dia lebih tersembunyi dari suara tapak kaki
semut?” Rasulullah menjawab: “Katakanlah, Wahai Allah, sesungguhnya kami berlindung
kepada-Mu dari perbuatan syirik yang kami ketahui dan kami memohon ampun dari syirik
yang tidak ketahui.” (HR Ahmad)
Imam Al-Junaid pernah berkata:
21
فسده طان ف كتبه، ول ش علمه ملك ف ن العبد، ل ن للا وب الخلص سر ب
“Ikhlas adalah rahasia antara Allah dan hamba-Nya. Malaikat tidak mengetahuinya
sehingga dia bisa mencatatnya, dan setan tidak mengetahuinya sehingga dia bisa
merusaknya.”
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Agar dapat memahami hakikat keikhlasan, marilah sejenak kita melihat teladan salah
seorang tabiin, yaitu Zainul Abidin bin Ali bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a., Selama
puluhan tahun, para fakir di daerahnya mendapati makanan di depan pintu rumah mereka
tanpa mengetahui siapa yang mengantarkan makanan. Fenomena yang mengundang tanda
tanya itu baru terungkap pada hari beliau wafat. Karena pada hari itu para fakir merasa
kehilangan, karena kiriman makanan itu berhenti. Akhirnya mereka mengetahui bahwa yang
selama ini memberikan mereka makan adalah Zainul Abidin. Tatkala mereka mau
memandikan mayatnya, mereka menemukan warna hitam di bagian punggungnya. Mereka
menyadari bahwa warna hitam itu adalah bekas membawa makanan di pundaknya untuk
diantarkan ke rumah-rumah orang fakir miskin selama puluhan tahun.
Para ulama berpendapat bahwa boleh amal kebajikan diperlihatkan dengan syarat,
dilakukan sebagai contoh dan teladan bagi murid, atau orang lain yang memang perlu
mengetahuinya. Ibadah-ibadah wajib sendiri memang harus diperlihatkan, seperti shalat
wajib, zakat wajib, jihad, haji, dan sebagainya. Karena jika tidak demikian, maka akan
hilanglah syiar-syiar Islam. Namun kita harus tetap menjaga hati agar semuanya dilakukan
atas dasar ikhlas karena Allah Swt., sesuai dengan perintah-Nya dan sunnah Rasul-Nya.
Ibadah yang utama dilakukan tanpa dilihat orang lain adalah ibadah-ibadah sunnah. Namun
tidak berarti tidak boleh memperlihatkannya kepada orang lain dengan tujuan mengajar
atau menganjurkan mereka untuk ikut rajin melaksanakan ibadah sunnah.
Marilah kita berlindung kepada Allah dari penyakit ini sehingga apa yang kita lakukan tidak
menjadi sia-sia di hadapan Allah.
***
22
Malam Ke-6
Menyandarkan Diri Kepada Allah
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Tawakal adalah salah satu ibadah hati yang paling penting, karena ia adalah kewajiban
terbesar yang merupakan konsekuensi keimanan. Tawakal merupakan bentuk penyerahan
diri secara total, memohon pertolongan, dan ridha kepada Allah.
Para ulama mengatakan bahwa tawakal hukumnya wajib, bahkan termasuk kewajiban
terbesar di antara kewajiban yang lain, seperti halnya ikhlas. Menurut istilah syariah tawakal
adalah kesungguhan hati dalam bergantung secara penuh kepada Allah Swt. dibarengi
dengan usaha nyata dengan keyakinan penuh bahwa Allah adalah Maha Pemberi rezeki,
Maha Pencipta, Maha Menghidupkan dan Mematikan, Maha Pemberi dan Penghalang, tidak
ada Tuhan selain Dia.
Allah memerintahkan Rasul-Nya dan sekalian hamba-Nya untuk beribadah dan
bertawakal kepada-Nya. Sebagaimana firman-Nya:
ا تعملون ه وما ربك بؽافل عم ل عل فاعبده وتوك
“Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya, dan sekali-kali Rabb-mu tidak lalai
dari apa yang kamu kerjakan.” (QS Hûd [11]: 23)
وكل وكفى بالل ل على للا وتوك
“Dan bertawakallah kepada Allah, dan cukuplah Allah sebagai pemelihara.” (QS Al-Ahzab
[33]: 3)
23
Lalu Kapankah Kita Bertawakkal? Dalam segala hal, kita perlu menyandarkan diri kepada
Allah, sebab Dialah yang mengatur segala hal. Kita perlu bertawakkal antara lain pada hal-hal
berikut:
1. Tawakal dalam berdakwah.
Banyak kisah para nabi yang menggambarkan ketawakalan yang maksimal ketika
menyebarkan dakwahnya. Perjalanan dakwah mereka tidak pernah mulus dari ancaman dan
penentangan kaumnya. Ketika dakwah mereka tidak diterima oleh kaumnya, para rasul
senantiasa bertawakal kepada Allah. Karena mereka paham bahwa tugas mereka hanya
menyampaikan risalah kenabian. Perkara hidayah bukanlah di tangan mereka. Allah Swt.
berfirman:
علم ما تبدون وما تكتمون سول إل البلغ وللا ماعلى الر
“Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allah mengetahui apa yang kamu
lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.” (QS Al-Maidah [5]: 99)
2. Tawakal ketika memutuskan hukum
Rasulullah Saw. menyerahkan segala urusan dan senantiasa bertawakal kepada
Allah. Sebagian orang, tatkala berbeda pendapat dengan orang lain dalam suatu urusan,
mereka mengembalikan urusan itu kepada selain Allah dan rasul-Nya. Ketika sekelompok
masyarakat telah bermusyawarah dan sepakat untuk melakukan kebaikan, maka kewajiban
mereka setelah itu adalah bertawakal, menyerahkan hasil kesepakatan itu kepada Allah,
kemudian menjalankannya, pantang surut ke belakang selama berada dalam kebenaran.
ه أنب لت وإل ه توك رب عل ذلكم للا ء فحكمه إلى للا وما اختلفتم فه من ش
“Tentang sesuatu apa pun kamu berselisih, maka putusannya adalah kepada Allah. Dialah
Allah Tuhanku, kepada-Nya lah aku bertawakal dan kepada-Nya lah aku kembali.” (QS Asy-
Syura [42]: 10)
3. Tawakal ketika berjihad memerangi musuh.
Meskipun dengan kemampuan persenjataan dan pasukan yang memadai serta
dilengkapi dengan strategi perang yang jitu, tawakal tidak boleh dilupakan. Karena
24
kemenangan tetaplah karena pertolongan Allah Swt. Firman Allah Swt. dalam Surah Ali
Imran:
ل المإمنون توك فل هما وعلى للا ول ت طائفتان منكم أن تفشل وللا (122)إذ هم قوا للا ببدر وأنتم أذلة فات ولقد نصركم للا
لعلكم تشكرون
“Dan (ingatlah), ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal
Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah kepada Allah saja
orang-orang mukmin bertawakal. Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan
Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah
kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.” (QS Ali Imran [3]: 121-122)
4. Tawakal dalam mengais rezeki.
Rezeki yang dikaruniakan kepada manusia hanyalah jatah yang telah ditetapkan oleh
Allah Swt. Setiap makhluk tidak akan mati sebelum dia menghabiskan jatah rezekinya.
Manusia hanya ditugaskan untuk berusaha dan dilarang berpangku tangan. Setelah
berusaha, kewajibannya tinggal tawakal. Kalau dia mendapat rezeki, tugas selanjutnya
adalah bersyukur dan kalau tidak dia harus bersabar. Dan, dalam keadaan mendapat rezeki
atau tidak, dia harus tetap bertawakal kepada Allah Swt. Allah berfirman:
لون توك هم ر وأبقى للذن آمنوا وعلى رب خ ا وما عند للا ن اة الد ء فمتاع الح فما أوتتم من ش
“Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang
ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya
kepada Tuhan mereka, mereka bertawakal. (QS Asy-Syura [42]: 36)
Dan dalam mencari rezeki, tawakal adalah senjata yang ampuh. Sebab Allah berjanji,
siapa pun yang bertawakal penuh kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya. Allah
berfirman:
ء قدرا لكل ش بالػ أمره قد جعل للا فهو حسبه إن للا ل على للا توك ومن
25
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS At-Talaq [65]:
3)
5. Tawakal tatkala berjanji.
Allah Swt. menceritakan tentang Nabi Yakub ketika anak-anaknya meminta
membawa pergi Yusuf. Yakub kemudian menjawab sebagaimana yang terdapat dalam Surah
Yusuf ayat 66-67, yang artinya:
“Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah milik Allah; kepada-Nya lah aku bertawakal dan
hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri." (QS Yusuf [12]: 66-
67)
Manusia bisa merencanakan sesuatu, atau berjanji untuk melakukan sesuatu,
namun tetap saja rencana atau janji itu akan terlaksana atas izin Allah Swt. Ketika seseorang
telah berazam untuk melakukan sesuatu, maka tugas berikutnya adalah bertawakal kepada
Allah. Allah Swt. Berfirman:
لن حب المتوك إن للا ل على للا فإذا عزمت فتوك
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS Ali Imran [3]:
159)
***
26
Malam Ke-7
Kehebatan Tawakkal
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Ibnul Qayyim menyatakan hakikat tawakal adalah ketika hati bergantung penuh
kepada Allah Swt. disertai dengan usaha nyata tetapi hati tidak boleh bergantung kepada
usaha tersebut. Usaha nyata tidak menafikan tawakal kepada Allah, karena usaha adalah
bukti dari tawakal itu sendiri.
Dalam hal ini, Rasulullah Saw. pernah bermunajat dalam sebuah doanya:
ن أصلح ل شؤن كله ل إله إل أنت اللهم رحمتك أرجو فل تكلن إلى نفس طرفة ع
“Ya Allah, aku sangat mengharap rahmat-Mu, maka janganlah engkau membiarkan diri ini
bergantung pada diriku sendiri walau sekejap mata, perbaikilah semua keadaanku, tiada
Tuhan selain Engkau.” (HR Ahmad dan Abu Dawud)
Jika kita menyerahkan segala urusan kepada Allah Swt., maka Dia akan menolong
kita. Siapa pun yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan menerima amalannya,
mencukupi kebutuhannya, menanggung segala urusannya, menjauhkannya dari segala
kejelekan, memberikan apa yang diinginkan, dan menyelamatkannya dari bahaya di dunia
dan akhirat. Allah berfirman dalam Surah At-Taubah ayat 59:
راؼبون ا إلى للا من فضله ورسوله إن إتنا للا س ورسوله وقالوا حسبنا للا هم رضوا ما آتاهم للا ولو أن
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya
kepada mereka, dan berkata: 'Cukuplah Allah bagi kami, niscaya Allah akan memberikan
sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah
27
orang-orang yang berharap kepada Allah,' (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi
mereka).” (QS At-Taubah [9]: 59)
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Rezeki yang dikaruniakan kepada manusia hanyalah jatah yang telah ditetapkan oleh Allah
Swt. Setiap makhluk tidak akan mati sebelum dia menghabiskan jatah rezekinya. Manusia
hanya ditugaskan untuk berusaha dan dilarang berpangku tangan. Setelah berusaha,
kewajibannya tinggal tawakal. Kalau dia mendapat rezeki, tugas selanjutnya adalah
bersyukur dan kalau tidak dia harus bersabar. Dan, dalam keadaan mendapat rezeki atau
tidak, dia harus tetap bertawakal kepada Allah Swt. Allah berfirman:
لون توك هم ر وأبقى للذن آمنوا وعلى رب خ ا وما عند للا ن اة الد ء فمتاع الح فما أوتتم من ش
“Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang
ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya
kepada Tuhan mereka, mereka bertawakal. (QS Asy-Syura [42]: 36)
Dalam mencari rezeki, tawakal menjadi pembuka pintu-pintu rezeki yang banyak.
Sebab Allah berjanji, siapa pun yang bertawakal penuh kepada Allah, maka Allah akan
mencukupinya. Allah berfirman:
ء قدرا لكل ش بالػ أمره قد جعل للا فهو حسبه إن للا ل على للا توك ومن
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS At-Talaq
[65]:3)
28
Malam Ke-8
Menjadi Pribadi yang Takwa
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Dengan ibadah puasa, Allah ingin mendidik kita agar menjadi hamba yang bertakwa.
Kenapa harus takwa?
Sebab takwa merupakan kebutuhan hidup manusia yang paling penting. Ia adalah pokok
keberagamaan yang akan menjadikan kehidupan manusia mulia di dunia dan akhirat. Tidak
ada kebaikan hidup bagi manusia tanpanya. Seluruh kebaikan dunia dan akhirat terhimpun
di bawah kata takwa ini. Kata inilah yang sering kali menjadi wasiat para khatib Jumat.
Bahkan takwa adalah wasiat Allah langsung kepada manusia, dan tidak ada wasiat yang lebih
berharga dari pada wasiat Allah.
Jika kita merenungkan kembali ayat-ayat Al-Quran, betapa banyak kebaikan yang
selalu dihubungkan dengan takwa ini, betapa banyak pahala, ganjaran dan kebahagian yang
dijanjikan oleh Allah bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tentunya sangat penting bagi
kita untuk mengetahui hakikat takwa ini, bagaimana mewujudkannya dalam diri, apa saja
manfaat dan keuntungan bertakwa, apa saja wasilah yang dapat membantu seseorang untuk
meningkatkan ketakwaannya, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan takwa ini, agar kita
tergerak untuk selalu meningkatkan kualitas ketakwaan kita terhadap Allah Swt.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Secara bahasa, takwa berasal dari kata waqâ-wiqâyah, yang berarti sesuatu yang digunakan
oleh seseorang untuk menjaga dirinya. Seperti menjaga kebersihan adalah sarana untuk
menjaga kesehatan dan melindungi diri dari penyakit. Begitu pula menjalankan perintah
Allah dan menjauhi larangan-Nya adalah sarana untuk menjaga diri dari murka dan azab
Allah Swt.
Definisi lain yang diungkapkan oleh Imam Ali r.a. Adalah:
ل ح وم الر ل والستعداد ل ل والقناعة بالقل نز ل والعمل بالت الخوؾ من الجل
29
"Takut kepada Allah, mengamalkan Al-Quran, qana'ah (merasa cukup) dengan yang sedikit,
dan mempersiapkan diri untuk hari kepergian (kematian)."
Umar bin Khatthab r.a. pernah bertanya kepada Ubay bin Ka'ab r.a.: "Apakah arti
takwa? Ubay r.a. menjawab, “Wahai Amîr al-Mu'minîn, pernahkah Anda berjalan di jalanan
yang banyak durinya?” “Ya, pernah,” jawab Umar r.a. Ubay r.a. bertanya lagi, “Apa yang
Anda lakukan kemudian?” Umar r.a. menjawab: “Aku segera mengangkat kainku sampai
betis, lalu melihat tempat berpijak kedua kakiku, kemudian memajukan kaki yang satu dan
mengakhirkan yang lain, takut terkena duri.” Kemudian Ubai bin Ka'ab berkata, “Itulah
takwa.”
Artinya bahwa seorang yang bertakwa selalu berhati-hati dalam hidupnya. Dia akan
berupaya melaksanakan segala sesuatu yang menyelamatkannya dari bahaya (melaksanakan
perintah Allah) dan menjaga dirinya dari segala yang membahayakannya (meninggalkan
larangan Allah), baik bahaya di dunia maupun di akhirat, mirip seperti kehati-hatian orang
yang berjalan di jalanan penuh onak dan duri.
Takwa merupakan ukuran penilaian di sisi Allah. Allah Swt. telah menetapkan takwa sebagai
ukuran derajat kemuliaan di sisi-Nya sebagaimana firman-Nya:
علم خبر أتقاكم إن للا ا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا إن أكرمكم عند للا اس إن ها الن ا أ
"Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal." (QS Al-Hujurat [49]: 13)
Rasulullah Saw bersabda:
ول لحمر على على عرب ول لعجم على أعجم كم واحد وإن أباكم واحد أل ل فضل لعرب اس أل إن رب ها الن ا أ
قوى أسود ول أسود على أحمر إل بالت
"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu, bapak kalian juga satu,
sungguh tidak ada kelebihan orang Arab atas yang bukan Arab atau orang bukan Arab atas
Arab, tidak juga orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, atau orang berkulit hitam
atas orang berkulit merah, melainkan karena takwa." (HR Ahmad)
30
Malam Ke-9
Buah Ketakwaan
Ibadah puasa ditetapkan oleh Allah Swt. kepada kita agar kita menjadi pribadi yang
bertakwa. Lalu apakah manfaatnya bila kita telah mendapatkan ketakwaan ini? Ini berikut ini
ada buah dari ketakwaan:
1. Takwa akan melapangkan setiap kesempitan dan jalan keluar dari setiap masalah, serta
dengannya seseorang akan mendapatkan rezeki dari arah yang tidak terduga. Zaman
sekarang adalah zaman yang penuh dengan fitnah dalam pekerjaan. Hendaknya kita
meninggalkan segala perkara yang diharamkan, dan berhati-hati dalam perkara
syubhat. Tetaplah bertakwa walaupun tidak mendapatkan sesuatu dari makhluk.
Tetaplah jujur walaupun harus menerima cemoohan dari manusia. Sedikit tetapi berkah
akan membahagiakan hidup kita di dunia dan akhirat. Sebaliknya walaupun banyak tapi
tidak berkah, akan menyesakkan dada dan mendatangkan kesengsaraan di dunia dan
akhirat. Allah Swt. berfirman:
جعل له مخرجا ... ق للا ت حتسب . ومن ل رزقه من ح ... و
"...Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan menjadikan baginya jalan keluar.
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangkanya...." (QS At-Thalaq [65]: 2-3)
Dikisahkan bahwa seorang pedagang yang bekerja di sebuah toko barang-barang
elektronik, sering kali menghadapi transaksi yang dipenuhi riba dan sogokan. Namun karena
dia mengetahui bahwa semua itu adalah perbuatan haram, dia tidak pernah mau
menerimanya karena takut kepada Allah Swt. Akhirnya, setelah lama dia mengalami
keadaan ini, datanglah janji Allah, barang-barangnya laris terjual. Banyak orang berdatangan
kepadanya untuk membeli, karena mereka tahu kejujuran dan ketakwaannya.
Ternyata bermuamalah dengan jujur tidak akan mengurangi rezeki bahkan akan
menambah keberkahannya. Sebaliknya bermuamalah dengan riba, korupsi, dan sogokan
tidak akan menambah rezeki, malah akan menghilangkan keberkahannya. Rezeki adalah
jatah pasti yang telah ditetapkan oleh Allah untuk setiap makhluk-Nya. Seorang hamba tidak
akan mati sebelum menghabiskan jatah rezeki yang telah ditentukan baginya.
31
2. Allah berjanji akan memudahkan urusan orang-orang yang bertakwa, baik
urusan duniawi maupun urusan ukhrawi. Dan, jika Allah berjanji, Dia tidak akan
mengingkari janji-Nya. Allah berfirman:
سرا جعل له من أمره ق للا ت ومن
"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya." (QS At-Talaq [65]: 4)
3. Bashîrah, adalah salah satu nikmat terbesar yang diberikan oleh Allah bagi
orang-orang yang bertakwa. Bashîrah merupakan pengetahuan yang mendalam
berupa pencerahan dari Allah di dalam hati orang yang bertakwa, untuk
menerangi jalan hidupnya, dan menjadikannya dapat mengetahui mana
kebaikan dan mana keburukan. Atau disebut juga dengan furqân, yang berarti
kemampuan untuk membedakan antara yang haq (benar) dan yang bathil
(salah). Allah berfirman:
ذو الفضل العظم ؽفر لكم وللا ئاتكم و كفر عنكم س جعل لكم فرقانا و قوا للا ها الذن آمنوا إن تت ا أ
"Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Dia akan memberikan
kepadamu furqân, menutupi kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu.
Dan sungguh Allah mempunyai karunia yang besar." (QS Al-Anfal [8]: 29)
4. Takwa adalah sumber dari segala fadhilah dan akhlak mulia. Kasih sayang,
menepati janji, kejujuran, keadilan, wara', suka berderma, dan akhlak terpuji
lainnya merupakan buah dari pohon ketakwaan ini. Maka agar pohon yang baik
menghasilkan buah yang baik, perlu menanam benih yang baik, dan
memeliharanya dengan baik. Rasulullah Saw bersabda:
ر ه جماع كل خ ك بتقوى للا فإن عل
32
"Hendaknya engkau bertakwa kepada Allah, Karena takwa adalah induk setiap kebaikan."
(HR . Ahmad)
5. Takwa akan menjadikan seseorang dicintai oleh Allah Swt., para malaikat, dan
manusia di dunia. Allah Swt. Berfirman:
قن حب المت قى فإن للا بلى من أوفى بعهده وات
”(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janjinya dan bertakwa, maka
sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa." (QS Ali Imran [3]: 76)
Kemudian dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa
Rasulullah Saw bersabda:
ماء إن نادي جبرل ف الس ه جبرل ثم حب ه ف قد أحب فلنا فؤحب تبارك وتعالى إذا أحب عبدا نادى جبرل إن للا إن للا
وضع له القبول ف أهل الرض ماء و ه أهل الس حب قد أحب فلنا فؤحبوه ف للا
"Sesungguhnya Allah Swt. mencintai seorang hamba maka Dia memanggil Jibril:
'Sesungguhnya Allah telah mencintai seorang hamba, maka cintailah ia. Maka Jibril pun
mencintainya. Kemudian Jibril menyeru penghuni langit, bahwa Allah telah mencintai
seseorang, maka mereka pun mencintainya, kemudian dijadikan hamba itu diterima
(dicintai) di muka bumi."
6. Orang-orang yang bertakwa akan diberikan keberkahan rezeki dari langit.
Keberkahan berarti, memperbanyak yang sedikit, banyak, bertambah,
bermanfaat, luasnya kebaikan dan keselamatan. Allah Swt. berfirman:
كسبون بوا فؤخذناهم بما كانوا ماء والرض ولكن كذ هم بركات من الس قوا لفتحنا عل ولو أن أهل القرى آمنوا وات
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…." (QS Al-A'raf [7]: 96)
33
Malam Ke-10
Jalan Menuju Takwa
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan sebagai sarana meningkatkan ketakwaan
kepada Allah beberapa hal di bawah ini terlihat mudah diucapkan, tetapi sulit diterapkan
dan jarang sekali yang mampu istikamah menjaganya.
Pertama, Mencintai Allah dan rasul-Nya lebih dari yang lain. Hal ini dapat dicapai
melalui interaksi yang banyak dengan Allah dengan pola interaksi yang telah diajarkan
melalui sunnah Rasulullah Saw. Seperti memperbanyak ibadah dan berzikir kepada Allah.
Ibadah merupakan gabungan dari puncak ketundukan dan kecintaan kepada Yang Disembah
(Allah). Tunduk dan pasrah di hadapan keAgungan dan keMahaBesaran-Nya, serta
mempersembahkan diri atas dasar cinta kepada Dzat Yang Mahaindah yang memiliki segala
sifat kesempurnaan, bukan atas dasar keterpaksaan dan ketidaksukaan.
Kedua, (merasakan kehadiran-Nya dalam setiap situasi dan kondisi). Jika seseorang
yang melakukan perbuatan selalu merasa diperhatikan dan dikontrol oleh orang yang dia
takuti, niscaya dia akan berbuat dengan sangat hati-hati agar tidak menimbulkan kemarahan
orang yang ditakutinya, dan berusaha bagaimana agar orang itu senang kepadanya.
Tentunya orang yang merasakan kehadiran Allah, yang mengetahui segala yang tersembunyi
dari dirinya, yang lebih dekat dari urat lehernya, akan sangat berhati-hati dalam berbuat. Dia
akan berusaha sebisa mungkin mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangannya, demi
mencapai keridaan-Nya dan terhindar dari murka-Nya. Namun sering kali hal ini diremehkan
sehingga tidak jarang membuat seseorang meninggalkan perintah Allah dan bahkan
terjerumus ke lembah maksiat.
Ketiga, Mengetahui balasan kebaikan bagi orang-orang yang bertakwa di dunia dan
akhirat. Hal ini akan memotivasi seseorang untuk berbuat kebajikan. Karena telah menjadi
tabiat manusia, melakukan sesuatu dengan mengharap imbalan. Oleh karena itu Allah
menyiapkan segala bentuk pahala kebajikan, puncak kenikmatan dan kemuliaan berupa
surga dan rida-Nya bagi mereka yang bertakwa, taat menjalankan perintah dan menjauhi
larang-Nya. Tetapi Allah mengajarkan manusia agar tidak mengharap imbalan dari sesama
makhluk, akan tetapi hendaklah dia mengharap kepada Sang Khaliq, yang di tangannya
kerajaan langit dan bumi, kemuliaan dunia dan akhirat. Itu sebabnya kita diperintah untuk
mengikhlaskan segala amal kebajikan hanya untuk-Nya.
34
Keempat, Mengetahui akibat buruk perbuatan maksiat baik di dunia maupun di
akhirat. Sebagaimana imbalan kebaikan merupakan motivasi dalam berbuat baik, tentunya
balasan keburukan berupa siksa dan murka adalah pencegah dan penghalang bagi sesorang
untuk berbuat keburukan dan kejahatan. Sebab, tidak ada seorang pun di dunia ini yang
menghendaki penderitaan walaupun sesaat, apalagi penderitaan akhirat yang abadi tanpa
batas. Walaupun banyak orang yang tidak sadar akan hal ini, baik karena ketidaktahuannya
akan penderitaan yang tiada berakhir itu, atau karena kelengahan yang disebabkan oleh tipu
daya setan dan nafsu syahwat duniawi. Maka, mengetahui akibat buruk perbuatan maksiat
merupakan keharusan bagi setiap mereka yang ingin selamat di dunia dan akhirat.
Kelima berusaha memerangi dan mengalahkan hawa nafsu, meninggalkan perkara
haram, makruh, dan syubhat, memperbanyak ibadah ketaatan berupa ibadah wajib dan
sunnah, serta tidak berlebihan dalam perkara mubah. Ulama mengatakan bahwa sifat wara'
adalah sifat yang bisa dilatih dan dibiasakan. Dalam latihan tentu akan mengalami banyak
kesulitan dan hambatan. Maka diperlukan bimbingan dan nasihat dari ulama dan sahabat.
Itu sebabnya di dalam Surah Al-'Ashr, kita diperintah untuk saling menasihati dalam
kebenaran dan kesabaran. Agar bisa memosisikan diri pada kebenaran serta istiqamah dan
sabar dalam jalan kebenaran itu, dan yang kedua ini tentu lebih berat dari sebelumnya.
Keenam, Mengetahui bentuk-bentuk makar dan tipu muslihat setan yang tidak pernah
berhenti memperdaya manusia. Hal ini penting karena dengan demikian orang akan
terhindar dari keburukan tersebut. Dengan syarat dia memang berniat untuk menghindari
keburukan, bukan mengetahui keburukan untuk dilakukan. Dalam sebuah hikmah dikatakan,
"Araftusy syarra lâ lisy syarri." Artinya, aku mengetahui keburukan bukan untuk melakukan
keburukan itu, tetapi untuk menghindarkan diri darinya. Dalam sebuah pepatah juga
disebutkan, "Man fahima lughata qaumin, amina min syarrihi." Artinya, orang yang
mengerti bahasa suatu kaum, dia akan selamat dari keburukan yang datang dari kaum itu.
Tentunya orang yang mengerti dan mengetahui dengan baik segala bentuk tipu daya dan
makar setan, dia akan selamat dari keburukan akibat mengikuti langkah-langkah setan.
Ketujuh, Memohon kepada Allah agar diberikan taufik untuk bertakwa kepada-Nya,
karena tidak ada daya upaya dari manusia kecuali atas izin Allah. Doa adalah senjata orang
Mukmin, yang tidak boleh diremehkan, karena dia mempunyai kekuatan yang dahsyat dan
pengaruh yang besar. Dengan doa, Allah akan memberikan seseorang segala permintaannya
sebagaimana janji-Nya. Dengan doa dia akan diberi taufik untuk berbuat baik dan
meninggalkan maksiat dan kejahatan. Doa adalah lambang ketundukan, kepasrahan, dan
ketidakberdayaan manusia di hadapan Rabb-nya. Oleh karena itu doa adalah otak dari
segala ibadah.
35
Malam Ke-11
Cinta Kepada Allah
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Mengapa alam semesta diciptakan oleh Allah Swt? Bukankah Dia adalah Al-Ghaniy, Sang
Mahakaya yang tidak membutuhkan makhluk-Nya sedikit pun? Lalu, buat apa mencipta
kalau tidak perlu? Bukankah hal itu merupakan perbuatan sia-sia? Padahal Allah Swt. Maha
Suci dari perbuatan yang sia-sia. Semua perbuatannya bijak dan penuh hikmah karena Dialah
Al-Hakîm (Sang Mahabijaksana). Jika demikian bagaimana menjawab pertanyaan-
pertanyaan di atas? Rahasia jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas adalah mahabbah
(cinta). Mengapa cinta? Karena cintalah Allah mencipta makhluk-Nya, karena cintalah Allah
mencipta alam semesta beserta isinya. Dialah Al-Wadûd, Sang Maha Mencinta. Kalau
demikian, berarti Allah bukan Al-Ghaniy karena membutuhkan cinta? Cinta bukanlah
kebutuhan Allah, tetapi merupakan salah satu sifat-sifat kemuliaan yang dimiliki Allah,
sebagaimana sifat-sifat-Nya yang lain.
Ibnu Al-Qayyim berkata dalam sebuah puisinya
: "Dan karena cintalah diciptakan langit dan bumi, karena cinta pula alam semesta
bergerak, dan karena cinta gerakan-gerakan tersebut sampai kepada tujuannya..."
Rasa cinta kepada Allah bagaikan sebuah pohon yang akarnya menghunjam kokoh ke
dalam tanah, pohonnya tinggi dan menghasilkan buah yang bermanfaat. Demikianlah
perumpamaan seorang hamba Muslim yang mencintai Rabb-nya. Kesalehan lahirnya
menunjukkan kesalehan batinnya. Kebaikan pasti menelurkan kebaikan pula. Maka tidak
tepat pernyataan yang mengatakan bahwa orang yang melakukan ritual ibadah lahir dan
dilihat oleh orang lain belum tentu mahabbah-nya lebih sempurna dari pada orang yang
tidak mau berbuat dan beramal dengan alasan takut riya’ karena dilihat orang.
Mahabbatullah pasti memiliki bukti nyata baik berupa perkataan atau perbuatan. Allah Swt.
Berfirman:
ؼفور رحم ؽفر لكم ذنوبكم وللا و حببكم للا بعون فات . قل إن كنتم تحبون للا سول فإن تولوا فإن للا والر قل أطعوا للا
حب الكافرن ل
36
"Katakanlah, 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu.' Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah,
'Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang kafir." (QS Ali Imran [3]: 31-32)
Allah Swt. berfirman:
قل إن كان آباإكم وأبناإكم وإخوانكم وأزواجكم وعشرتكم وأموال اقترفتموها وتجارة تخشون كسادها ومساكن ترضونها
هدي القوم الفاسقن ل بؤمره وللا للا ؤت ورسوله وجهاد ف سبله فتربصوا حتى كم من للا أحب إل
“Katakanlah: "Jika orangtuamu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum
kerabatmu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan
Rasul-Nya dan dari jihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS At-
Taubah [9]: 24)
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Dalam ayat di atas Allah Swt. menyebutkan delapan hal yang paling dicintai oleh manusia
yaitu orang tua, anak, saudara, istri, karib kerabat, harta benda, bisnis, dan tempat tinggal.
Cinta terhadap hal-hal tersebut di atas tidak tercela, selama dia diposisikan setelah
cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena Allah Swt. yang telah menganugerahi perasaan
cinta dalam diri kita, dan Dia juga yang memerintahkan kita untuk mencintai mereka.
Mencintai sesuatu yang diperintah Allah untuk dicintai sama dengan menjalankan perintah-
Nya, dan menjalankan perintah-Nya adalah bukti cinta terhadap Allah. Namun cinta
terhadap hal-hal tersebut hendaknya disalurkan sesuai dengan perintah-Nya juga.
Mencintai orang tua misalnya dengan berbakti kepadanya menghormati dan
menyayanginya, mencintai istri dengan menyayanginya dan menunaikan haknya, saling
mencintai sesama kaum Muslimin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah, mencintai harta dengan
menginfakkannya di jalan Allah dan seterusnya. Tetapi ketika cinta duniawi didahulukan dari
cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, seperti mencari harta sebanyak-banyaknya, tidak peduli
halal atau haram, lengah terhadap hak-hak Allah dan Rasul-Nya, atau menuruti perintah
orangtua, atau istri untuk bermaksiat kepada Allah dan sebagainya.
37
Malam Ke-12
Agar Kita Dicintai oleh Allah
Sungguh sangatlah berbahagia bila kita bisa mendapatkan kecintaan dari Allah Swt.
Sungguh kita sangat beruntung bila kita dicintai oleh Allah. Apakah yang perlu kita lakukan
agar mendapatkan kecintaan dari Allah itu?
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Ada beberapa amal ibadah praktis yang dapat dilakukan demi mencapai
mahabbatullah yaitu.
Pertama, Membaca Al-Quran dengan memahami dan mentadaburi maknanya. Allah Swt.
berfirman:
ر أولو اللباب تذك اته ول روا آ ب د ك مبارك ل كتاب أنزلناه إل
"Ini adalah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
mentadabburi ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
pikiran. (QS Shad [38]: 29)
Kedua, Melaksanakan farîdhah (ibadah wajib) dengan sempurna dan memperbanyak ibadah
nawafil (amalan-amalan sunah), sebagaimana firman Allah Swt. dalam sebuah hadis Qudsi:
ب إل ا فقد آذنته بالحرب وما تقر قال من عادى ل ول ه وسلم إن للا عل صلى للا رة قال قال رسول للا عن أب هر
ه فإذا أحببته كنت سمعه الذي وافل حتى أحب بالن ب إل تقر زال عبدي ه وما ا افترضت عل مم ء أحب إل عبدي بش
ه ه ولئن استعاذن لعذن ن مش بها وإن سؤلن لعط بطش بها ورجله الت ده الت بصر به و سمع به وبصره الذي
...
Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah
berfirman: Barang siapa yang memusuhi seorang wali-Ku, maka Aku mengumumkan perang
kepadanya, dan Aku tidak mencintai sesuatu dari seorang hamba lebih dari apa-apa yang
telah Kuwajibkan kepadanya. HambaKu akan selalu mendekatiKu dengan amalan-amalan
nawafil sehingga Aku mencintainya, dan apabila Aku mencintainya, Aku menjadi
pendengarannya yang dengannya dia mendengar, Aku menjadi penglihatannya yang
dengannya dia melihat, Aku menjadi tangannya yang dengannya dia memegang, Aku
menjadi kakinya yang dengannya dia berjalan. Dan jika mereka meminta-Ku pasti Aku akan
mengabulkannya, dan jika dia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya…" (HR
Bukhari)
38
Memaknai bahwa Allah sebagai pendengaran, penglihatan, tangan dan kaki bagi para
wali Allah dalam hadis Qudsi di atas, Imam Ibnu Hajar menukilkan setidaknya enam
pendapat ulama dalam Fath Al-Bârî yang intinya hal tersebut merupakan perumpamaan atas
pertolongan Allah terhadap para wali-Nya untuk selalu berada dalam ketaatan kepada-Nya.
Ketiga, Memperbanyak zikir kepada Allah Swt. dengan lisan, hati dan perbuatan. Ukuran
mahabbah-nya kepada Allah adalah sesuai dengan ukuran zikir hati, lisan, dan
perbuatannya. Orang yang mencintai sesuatu, pasti akan sering menyebut sesuatu yang
dicintainya itu, baik menyebutnya dengan lisan, atau perbuatan (menaati yang dicintainya).
Keempat, Mendahulukan cinta kepada Allah ketika hawa nafsu cinta kepada yang lain
bergolak walau terasa berat. Hal ini dapat dilihat dari dua sisi:
- Menjalankan segala yang diperintah Allah walaupun diri merasa tidak suka.
- Meninggalkan segala yang tidak disukai Allah walaupun diri menyukainya.
Beban mengedepankan mahabbatullah ini akan terasa berat sesuai dengan beratnya
tekanan hawa nafsu pada diri seseorang. Tetapi jalan ini harus ditempuh oleh siapa saja yang
ingin sampai kepada maqâm mahabbatullah. Semakin berat ujian yang dia rasakan semakin
tinggi pula maqâm yang dia raih jika dia lulus ujian.
Ibnu Al-Qayyim berkata: "Allah Swt. tidak menguji seorang hamba yang beriman dengan
nafsu syahwat dan maksiat kecuali untuk menggiringnya menuju mahabbah yang lebih
utama dari sebelumnya, lebih bermanfaat, lebih baik, lebih lama, dan agar dia
bermujahadah terhadap dirinya untuk meninggalkan nafsu maksiat tersebut, sehingga
mujahadah ini akan mewariskan mahabbatullah, sampai kepada mahbûb (Dzat yang dicintai)
yang paling tinggi. Setiap kali nafsunya menggiringnya kepada syahwat semakin memuncak,
maka kerinduan yang lebih besar dan agung akan menariknya menuju mahabbatullah azza
wajaal."
Kelima, kita harus banyak bertafakkur tentang nikmat-nikmat Allah, berserah diri dan
bertawakal kepada-Nya, menyiapkan waktu yang cukup untuk ber-khalwat (berduaan
dengan Allah yang dicintainya). Allah berfirman:
أشد وطئا وأقوم قل ل ه هار سبحا طول . إن ناشئة الل ه تبتل . إن لك ف الن ل إل ك وتبت واذكر اسم رب
"Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di
waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang
39
panjang (banyak). Sebutlah nama Rabb-mu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh
ketekunan." (QS Al-Muzzammil [73]: 6-8)
Dalam ayat-ayat yang agung ini Allah Swt. mengajarkankan kepada hamba-Nya bahwa
waktu tengah malam adalah saat yang paling tepat untuk beribadah, mendirikan salat
malam, membaca dan mentadabburi Al-Quran. Karena hal itu akan menambah kekhusyukan
kepada-Nya, dan bacaannya akan lebih mengena dan berkesan. Sehingga ketika siang hari
yang merupakan waktu yang panjang untuk bekerja, dia bekerja dengan semangat ibadah
malam yang dia lakukan. Dia bekerja secara jujur dan amanah. Selesai bekerja, pada malam
hari dia diperintah lagi untuk tabattal. Makna tabattal dalam ayat di atas adalah,
memutuskan diri dari segala urusan duniawi untuk menghadap kepada Allah dengan
beribadah.
Semoga Allah Swt. memilih kita untuk menjadi orang-orang yang mencintai-Nya dan
dicintai oleh-Nya. Amiin
40
Malam Ke-13
Membentengi Diri Dengan Sifat Wara’
Kaum Muslimin Rahimakumullah
ALLAH Swt. telah menciptakan manusia dan melebihkannya di antara makhluk-makhluk
yang lain dengan memberinya fitrah, akal, dan hawa nafsu. Fitrah dan akal cenderung
mendorongnya menuju tujuan penciptaannya yaitu menyembah Allah Swt. Adapun hawa
nafsu cenderung menggiringnya untuk memaksiati Allah Swt. dan mengikuti perintah setan.
Manusia bukanlah makhluk suci seperti malaikat, sehingga sangat wajar jika dia adalah
tempat segala dosa dan kesalahan.
Akan tetapi, wujud manusia dengan segala kekurangan dan keterbatasannya,
ditambah lagi nafsu dan setan yang selalu menghalanginya taat kepada Allah Swt., tidak
menjadikannya bebas tugas di muka bumi. Dia tetap diperintah untuk beribadah dan
beramal saleh. Karena kekurangan bukanlah alasan untuk tidak berbuat baik. Justru dengan
kekurangan itu, manusia diperintah untuk menutupinya dengan amal saleh. Jika tidak, dia
akan tetap berada dalam kekurangan. Begitu juga dengan wujud hawa nafsu dan setan,
keduanya merupakan tantangan dan ujian bagi manusia. Jika dia lulus menghadapinya,
derajatnya ditinggikan, pahalanya dilipatgandakan dan dosanya diampuni.
Hawa nafsu merupakan ciptaan Allah Swt. Keberadaannya dalam diri manusia bukan
untuk dihilangkan, melainkan untuk dikendalikan dengan baik. Manusia bagaikan
penunggang kuda, dan nafsu adalah kuda itu sendiri. Jika manusia berhasil mengendalikan
kudanya dengan baik, maka dia akan sampai ke tujuan dengan selamat. Malaikat dan setan
adalah pelatih kudanya. Jika ia membiarkan kudanya dilatih oleh setan, maka ia akan
kesulitan mengendalikan kudanya, bahkan bisa dicelakai oleh kudanya sendiri, sehingga ia
tidak dapat sampai ke tujuan dengan selamat. Oleh karena itu, walaupun pada bulan
Ramadan setan dibelenggu, tetap saja ada orang yang bermaksiat. Hal ini karena hawa
nafsunya sudah terlatih untuk mengikuti ajaran setan.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Salah satu cara membersihkan diri dari dosa dan kesalahan serta melatih diri
mengendalikan hawa nafsu adalah mewujudkan sifat wara' di dalam diri. Wara' adalah salah
41
satu mata rantai amalan hati yang akan mengantar kita menuju derajat ketakwaan yang
tinggi.
Secara bahasa, wara' berasal dari kata wa-ra-'a yang berarti mencegah diri. Ia juga berarti
'iffah yaitu mencegah diri melakukan sesuatu yang tidak pantas dikerjakan. Adapun menurut
istilah syariah sebagaimana yang dipaparkan oleh Syaikh Saleh Al-Munjid adalah:
فس على الحوط بك والخذ بالوثق وحمل الن ع بك وترك ما ر ترك ما
"Meninggalkan hal-hal yang meragukan, membuang perkara yang dapat menjadi aib pada
diri, mengerjakan hal-hal yang paling diyakini dan yang paling hati-hati."
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah mendefinisikan wara' sebagai berikut:
خشى ضرره فى الخرة ترك ما
"Meninggalkan sesuatu yang dikhawatirkan akan berbahaya di akhirat."
Ibrahim bin Adham berkata:
ك وترك الفضلت عن الورع ترك شبهة وترك ما ل
"Wara' adalah meninggalkan syubhat, perkara-perkara yang tidak bermanfaat dan segala
sesuatu yang sifatnya lebih (dari mencukupi)."
Sebagai contoh, mayoritas ulama kontemporer mengharamkan bunga bank. Namun
sebagian yang lain menghalalkannya dengan alasan-alasan tertentu. Seseorang yang akan
mengambil bunga bank akan dihadapkan dengan harta yang hukumnya antara halal dan
haram (syubhat), menurut kedua pendapat ulama tadi. Jika orang tersebut memiliki sifat
42
wara' yang tinggi, dia tidak akan mengambil bunga uang tersebut, karena dia lebih memilih
untuk berhati-hati. Sebab jika dia mengambilnya, dan ternyata pendapat yang
mengharamkan benar, maka di akhirat dia akan rugi besar karena telah mengambil barang
haram. Jika pendapat yang menghalalkan benar, tidak mengambilnya bukanlah sebuah
kerugian bagi dirinya, karena uangnya tetap terjaga dan tidak berkurang. Kalaupun
dikatakan sebagai kerugian, hanya sebatas kerugian duniawi yang tidak berimplikasi pada
kerugian ukhrawi.
Sebenarnya, Rasulullah Saw. jauh-jauh sebelumnya telah menjelaskan definisi wara'
dan merangkumnya dalam hadis beliau yang berbunyi:
ه عن من حسن إسلم المرء تركه ما ل
"Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak
bermanfaat baginya." (HR Tirmidzi)
Hadis ini mencakup segala hal yang tidak bermanfaat, seperti berbicara, melihat,
mendengar, memegang, berjalan, berpikir, dan semua perbuatan, baik yang lahir maupun
yang batin. Jika hal yang tidak bermanfaat harus ditinggalkan, maka perkara yang sudah jelas
keharamannya tentu lebih utama untuk ditinggalkan.
43
Malam Ke-14
Tiga Hadits Tentang Wara’
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Setiap Muslim diharuskan untuk berlaku wara' dalam menyikapi setiap perbuatan
yang dapat menjerumuskannya ke dalam lembah kehancuran, baik yang datang melalui
mata, lidah, telinga, perut, kemaluan, tangan, kaki, pikiran, hati, dan sebagainya. Supaya
dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang menjerumuskan itu, dia perlu mengetahui
beberapa kaidah dan aturan yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. seperti hadis-hadis di
bawah ini:
Hadis pertama:
الثم ما حاك فى صدرك وإن أفتاك الناس
"Dosa adalah sesuatu yang terasa (bahwa perbuatan itu adalah dosa) di dalam hatimu,
walaupun orang-orang memfatwakan kebolehannya." (HR Ahmad)
Hadis yang agung ini mengajarkan bahwa perbuatan dosa memiliki pengaruh-
pengaruh tertentu yang dapat dirasakan oleh hati. Jika dikerjakan akan menimbulkan hal-hal
seperti: perasaan bersalah, sedih, gelisah dan tidak tenang. Bahkan sebelum dikerjakan
dhamîr (hati kecil) akan selalu berupaya mencegah diri melakukan perbuatan itu. Dalam
hadis lain juga dijelaskan bahwa di antara ciri perbuatan dosa adalah, ketika perbuatan itu
dilihat oleh orang lain, si pelaku merasa malu dan benci.
ه الناس لع عل ط البر حسن الخلق والثم ما حاك ف نفسك وكرهت أن
"Al-Birr (Kebaikan) adalah kemuliaan akhlak, dan dosa adalah sesuatu yang terasa (bahwa
perbuatan itu adalah dosa) di dalam hatimu dan kamu tidak suka orang lain
mengetahuinya." (HR Muslim)
44
Hadis kedua:
بك ر بك إلى ما ل ر دع ما ل
"Tinggalkan apa-apa yang meragukan bagimu dan kerjakan apa yang tidak meragukanmu."
(Hadis Tirmidzi)
Hadis yang mulia ini juga mengajarkan bahwa dalam menyikapi setiap perbuatan,
seorang Muslim harus mengukurnya dengan hadis ini. Jika perbuatan itu mengandung
keraguan, maka untuk menjaga ke-wara'-an, perbuatan itu lebih baik ditinggalkan dan
beralih mengerjakan perbuatan yang sudah jelas kebolehan dan kehalalannya. Tindakan
seperti ini lebih selamat dan menenangkan. Ketika seseorang meragukan perbuatan ini
dibolehkan atau tidak, maka dia lebih baik meninggalkannya. Ketika dia hendak membeli
daging, yang satu disembelih orang Hindu dan yang lain disembelih orang Islam, namun dia
tidak tahu mana hasil sembelihan masing-masing, maka dia lebih baik meninggalkannya.
Ketika seseorang ingin menikahi salah satu dari dua perempuan bersaudara,
kemudian datang seorang wanita tua yang dapat dipercaya mengatakan, "Aku pernah
menyusuimu ketika kecil dengan salah satu dari perempuan yang ingin kaunikahi itu, tetapi
aku tidak bisa membedakan mereka berdua." Maka, yang merupakan sikap wara' adalah
tidak menikahi kedua perempuan yang bersaudara itu. Apabila dia ragu dalam salat zuhur
apakah dia telah salat tiga rekaat atau empat rekaat, maka dia harus meninggalkan keadaan
yang diragukan yaitu bahwa dia telah salat empat rakaat, dan menetapkan yang diyakini
yaitu tiga rakaat, kemudian menambah rakaatnya yang keempat.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Hadis ketiga:
بهات فقداستبرأ لدنه وعرضه اس فمن اتقى الش علمهن كثر من الن نهما مشتبهات ل ن وب ن وإن الحرام ب إن الحلل ب
رتع فه أل وإن لكل ملك حمى أل وإن وشك أن رعى حول الحمى اع بهات وقع ف الحرام كالر ومن وقع ف الش
القلب محارمه أل وإن ف الجسد مضؽة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسد الجسد كله أل وه حمى للا
"Sesungguhnya perkara halal sangat jelas dan perkara haram juga sangat jelas, dan di
antara keduanya terdapat perkara-perkara syubhat yang tidak diketahui oleh banyak orang.
Barang siapa yang menjaga dirinya dari perkara-perkara syubhat, maka dia telah menjaga
45
kehormatan dirinya dan agamanya. Barang siapa yang terjatuh kepada syubhat maka dia
telah mendekatkan dirinya kepada perbuatan haram, seperti seorang gembala yang
menggembalakan piaraannya di sekitar tanah (ladang) yang terjaga, hampir dipastikan
piaraannya akan memakan tanaman (milik orang) di tanah itu. Sesungguhnya setiap pemilik
mempunyai batas kepemilikan (yang tidak boleh dilampaui orang lain), sesungguhnya
batasan-batasan (hukum) Allah adalah perkara-perkara haram, dan sesungguhnya di dalam
jasad ini ada gumpalan, apabila dia bagus maka baguslah seluruh jasad, dan apabila dia
rusak maka rusaklah seluruh jasad, ketahuilah bawa dia adalah hati." (HR Bukhari dan
Muslim)
Hadis yang agung ini menerangkan bahwa di dalam agama kita ada perkara yang
sudah jelas kehalalannya dan tidak diragukan lagi kebolehannya. Ada juga yang sudah jelas
keharamannya dan tentu tidak boleh dilakukan. Namun, di antara perkara yang sudah jelas
kehalalan dan keharamannya itu banyak hal yang syubhat. Dalam hal ini seorang Muslim
dituntut untuk berlaku wara', dalam menyikapi hal-hal syubhat. Karena perkara-perkara
syubhat lebih mendekatkan seseorang kepada keharaman daripada kehalalan. Apalagi
melakukan perkara syubhat dapat menjauhkan seseorang dari perilaku wara' yang
merupakan salah satu amalan hati yang sangat mulia.
46
Malam Ke-7
Takut Kepada Allah
اس واخشون ... ... فل تخشوا الن
"..Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, tetapi takutlah kamu kepada-Ku...."
(QS Al-Maidah: 44).
Ayat di atas sangat jelas memerintahkan kita agar takut kepada Allah Swt. dan
melarang kita takut kepada manusia. Karena takut adalah di antara makna ibadah, sehingga
orang yang takut kepada selain Allah berarti mempersembahkan kepadanya makna
penyembahan atau peribadatan. Takut kepada selain Allah adalah salah satu bentuk syirik
kecil yang menunjukkan ketidaksempurnaan tauhid, sebagaimana akan dijelaskan di bawah
ini. Manusia memang sangat susah dan berat meninggalkan rasa takutnya terhadap
makhluk. Karena itu Rasulullah Saw. mengajarkan umatnya untuk selalu bertobat dan
beristigfar dari segala dosa syirik baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui:
ئا أعلمه وأستؽفرك لما ل أعلمه اللهم إنى اعوذبك من أن أشرك بك ش
"Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari kesyirikan yang aku ketahui dan aku
mohon ampun dari kesyirikan yang tidak kuketahui."
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Allah Swt. memuji ahli khauf di dalam Al-Quran, dan berjanji akan menyegerakan
kebaikan bagi mereka di dunia dan akhirat. Allah Swt. berfirman:
هم مشفقون ة رب إمنون . إن الذن هم من خش هم ات رب شركون . والذن هم بآ هم ل إتون ما . والذن هم برب والذن
هم راجعون هم إلى رب رات وهم لها سابقون . آتوا وقلوبهم وجلة أن سارعون ف الخ . أولئك
"Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut terhadap Rabb mereka, orang-
orang yang beriman terhadap ayat-ayat Rabb mereka, orang-orang yang tidak
mempersekutukan Rabb mereka (dengan sesuatu apa pun), orang-orang yang
mempersembahkan segala yang mereka miliki, dengan hati yang takut, (karena mengetahui
bahwa) mereka pasti akan kembali kepada Rabb mereka, mereka itu orang-orang yang
47
disegerakan untuk mendapat kebaikan-kebaikan (di dunia), dan merekalah orang-orang
yang segera menerimanya (di akhirat)." (QS Al-Mukminun [23]: 57-61)
Khauf adalah cambuk yang dengannya Allah Swt. mendorong hamba-Nya untuk tekun
dan disiplin dalam menunaikan ibadah dalam segala bentuknya. Mencari nafkah, menuntut
ilmu untuk diamalkan, supaya mereka meraih kedekatan di sisi Allah Swt. Anak akan taat
berbakti kepada orangtuanya lantaran khauf kepada Allah Swt. Ahli ibadah akan selalu
menangis karena khauf kepada-Nya. Orang yang sedang musafir kepada Allah Swt. akan
selalu ditemani khauf kepada-Nya dalam perjalanannya. Khauf adalah pelita hati yang
dengannya seseorang dapat melihat baik dan buruknya sesuatu. Seseorang takut kepada
sesuatu akan lari menjauhinya, kecuali takut kepada Allah Swt., dia akan berusaha
mendekati-Nya, memohon agar dikasihani, diampuni, dan diridai, karena tak satu pun
makhluk yang mampu berlari dari-Nya.
Khauf kepada Allah yang tertancap dalam hati seorang hamba akan membakar bibit-
bibit maksiat yang ada di dalamnya, serta mengurangi cinta yang berlebih terhadap dunia.
Menuruti hawa nafsu terasa manis semanis madu, namun orang yang khauf kepada Allah
mengerti bahwa manisnya syahwat bagaikan manisnya madu yang mengandung racun. Dia
tidak ingin dan takut meminumnya. Karena di belakang kenikmatan sementara menuruti
nafsu dan syahwat duniawi, terdapat azab yang dahsyat tak terhingga.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Imam Abu al-Laits al-Samarqandi mengatakan: "Tanda-tanda khauf kepada Allah Swt.
tampak pada tujuh hal:
1. Menjaga lisannya. Orang yang takut kepada Allah Swt. akan mencegah lidahnya
berbohong, ghibah, dan banyak membicarakan hal-hal yang tidak bermanfaat. Dia
menjadikan lisannya sibuk berzikir kepada Allah Swt., membaca Al-Quran serta untuk
mudzkarah ilmu.
2. Menjaga perutnya, dengan tidak memasukkan makanan ke dalam perutnya kecuali
yang yang halal dan baik, dan juga tidak makan makanan yang halal kecuali secukupnya dan
sesuai keperluannya.
3. Menjaga pandangannya, dengan tidak melihat perkara-perkara yang diharamkan,
tidak pula memandang dunia dengan hasrat ingin meraupnya, melainkan dengan pandangan
'ibrah (memerhatikan dan mengambil pelajaran).
48
4. Menjaga tangannya, dengan tidak mengulurkannya untuk berbuat sesuatu yang
diharamkan, tetapi mengulurkannya ke tempat-tempat di mana ada ketaatan dan
ketakwaan kepada Allah Swt.
5. Menjaga kakinya, dengan tidak melangkahkannya untuk melakukan maksiat kepada
Allah Swt.
6. Menjaga hatinya, dengan menghilangkan segala permusuhan, kebencian dan
kedengkian terhadap saudara-saudaranya, dan menanamkan sifat menerima nasihat dan
simpati terhadap saudara-saudaranya sesama Muslim.
7. Menjaga seluruh perbuatan ketaatannya agar semuanya ditujukan hanya untuk
Allah dan takut terhadap sifat riya dan nifaq (munafik).
Rasa takut kepada Allah Swt. adalah benteng keimanan, dalam arti bahwa orang yang tidak
mempunyai rasa khauf, tidak ada yang menghalanginya dari melalaikan kewajiban sebagai
hamba dan melakukan kemaksiatan, bahkan pada keadaan tertentu dia bisa dengan mudah
mengubah keimanannya—na'ûdzubillâhi min dzâlik.
Kita berdoa kepada Allah semoga Dia menggolongkan kita ke dalam orang-orang dianugerahi
khauf yang istimewa, sehingga kita mendapatkan apa yang telah dijanjikan Allah Swt. di
akhirat kelak. Dan, digolongkan ke dalam golongan orang-orang yang didekatkan pada Allah
Swt. Amin. Wallahu a'lam bis showab
49
Malam Ke-16
Menumbuhkan Rasa Takut Kepada Allah
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Imam Ibnu Qudâmah menjelaskan bahwa terdapat dua tingkatan rasa takut seorang hamba
kepada Allah Swt. Pertama, takut terhadap azab-Nya, dan ini adalah khauf umumnya
makhluk. Hal ini akan terwujud dengan keimanan terhadap surga dan neraka yang
merupakan dua balasan bagi pelaku ketaatan atau kemaksiatan. Khauf ini dapat melemah
karena lemahnya iman atau kuatnya kelalaian. Kelalaian ini dapat dihilangkan dengan
banyak berzikir dan bertafakkur tentang azab akhirat, dan bertambah dengan melihat
kehidupan orang-orang yang khauf kepada Allah, bermuamalah dengan mereka atau
mendengarkan kabar tentang mereka.
Kedua, takut terhadap Allah Swt. sendiri. Rasa takut ini adalah perasaan orang-orang yang
memiliki makrifat dan kedekatan dengan Allah Swt. Nama-nama dan sifat-sifat Allah Swt.
mengandung kehebatan, keagungan, dan kemuliaan yang menjadikan hati mereka kecut,
sehingga mereka takut jauh dari-Nya.
Mengingat betapa lemahnya kita, dan betapa Allah Maha Perkasa
Sadarlah betapa kita ini kecil, lemah, hina di hadapan Allah. Sedangkan Allah adalah Al
Aziz (Maha Perkasa), Al Qawiy (Maha Besar Kekuatannya), Al Matiin (Maha Perkasa), Al
Khaliq (Maha Pencipta), Al Ghaniy (Maha Kaya dan tidak butuh kepada hamba).
Betapa lemahnya hamba sehingga ketika hamba tertimpa keburukan tidak ada yang
bisa menghilangkannya kecuali Allah. Ia berfirman (yang artinya) : “Jika Allah menimpakan
suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia
sendiri” (QS. Al An’am: 17)
Betapa Maha Besarnya Allah, hingga andai kita durhaka kepada Allah, sama sekali
tidak berkurang kemuliaan Allah. “Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di
bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab
sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir,
maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah
kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (QS. An Nisa: 131)
Dengan semua kenyataan ini masihkah kita tidak takut kepada Allah?
50
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Mengingat pedihnya azab Allah yang disiapkan bagi orang-orang yang melanggar
aturan agama Allah akan menimbulkan rasa takut di dalam hati. Allah Ta’ala berfirman:
“hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau
ditimpa azab yang pedih” (QS. An Nuur: 63)
Pedihnya adzab Allah sampai-sampai dikabarkan dalam Al Qur’an bahwa setan
berkata: “Sesungguhnya aku takut kepada Allah. Dan Allah sangat keras siksa-Nya” (QS. Al
Anfal: 48)
Dan hendaknya kita takut pada neraka Allah yang tidak bisa terbayangkan
kengeriannya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya) : “Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan” (QS. At Tahrim: 6)
Kebiasaan lain yang dapat menghadirkan khauf adalah mentadabburi ayat-ayat
penggugah hati seperti ayat-ayat azab dan takdir di dalam Al-Quran. Misalnya adalah Surah
Al-'Ashr. Surat mulia yang sering kali dibaca oleh generasi Salaf Al-Shâlih setiap kali selesai
pertemuan, sebagai muhasabah terhadap amalan yang telah dilakukan sekaligus motivasi
meniti umur agar lebih semangat beramal saleh. Surat yang senantiasa mengingatkan
manusia bahwa hidupnya hanyalah kumpulan detik-detik, di mana setiap detik yang hilang
berarti kehilangan bagian dari hidupnya. Detik-detik yang jika tidak dimanfaatkan dalam
kebaikan, akan lenyap dalam kesia-siaan, apalagi jika dihabiskan dalam kemaksiatan, tentu
merupakan kerugian yang tiada terhingga.
Detik-detik yang mustahil kembali, yang memustahilkan harapan untuk memperbaiki
kesalahan, detik-detik yang pasti berakhir pada batas termaktub, untuk kemudian
dipertanggungjawabkan di hadapan mahkamah Allah Swt. Surat yang mengingatkan
manusia, bahwa mereka hidup benar-benar dalam kerugian, jika tidak menghiasi diri dengan
empat perkara yaitu, iman, amal saleh, nasihat-menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Memikirkan ayat-ayat Allah dapat menimbulkan perasaan takut di dalam hati. Semakin
mendalam rasa takut kita kepada Allah, maka diri ini akan semakin terjaga dari melakukan
perbuatan maksiat
51
Malam Ke-17
Mengatasi Gelisah Hati
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Ketika hati galau, resah, gelisah dan tidak tenang, berarti ada yang kurang dalam hidup kita.
Ada hal-hal yang mesti diperbaiki lebih lanjut lagi. Sebelum mendapatkan obatnya,
seharusnya kita mengetahui penyebab yang menyebabkan hidup terasa gelisah.
Diantaranya:
Pertama, hidup gelisah karena banyak dosa. Semakin banyak dosa yang dilakukan, semakin
gelisah seseorang. Kalau di bilang tenang dengan dosa, itu bohong! Seakan saja wajahnya
dan penampilannya tenang, tetapi hatinya terus dalam keraguan, kegelisahan dan tidak
nyaman.
Orang banyak dosa itu banyak gelisahnya, banyak sialnya. Kalaupun di beri kesenangan
hanya soal waktu. Akibat dosa ditunda sesaat, lalu tanpa disangka-sangka bencana itu pun
datang. Penangguhan akibat dosa itu namanya Istidraj. Allah tidak lupa, hanya memberi
tangguh saja. Ketika seseorang bertanya kepada Rasulullah , “Apa itu dosa wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab, “Dosa ialah sesuatu yang membuat gelisah, dan engkau takut
sekali orang tahu apa yang ada di hatimu.”
Kedua, hati gelisah karena banyak menuntut, kurang bersyukur atas nikmat-nikmat Allah
Swt. Ibarat telur yang ada di tangan kita lepaskan untuk mendapatkan burung yang di udara
yang belum pasti. Berharap hujan dari langit, air di tempayan ditumpahkan.
Kadang kita ini terlalu banyak menuntut kepada Allah Swt. Padahal terlalu banyak nikmat
yag Allah Swt. berikan kepada kita. Mata sedikit sakit saja, kita sudah gelisah luar biasa
padahal telinga, tangan, jantung, paru-paru semuanya sehat. Bersyukur pada Allah Swt.
Kehilangan uang seribu rupiah, kita sudah panik. Padahal di tangan masih ada sisa seratus
ribu untuk membeli keperluan.
Satu doa saja tidak diijabah sama Allah Swt. kita melupakan semua kebaikan Allah Swt. pada
diri kita. Padahal 99,9% nikmat hanya 0,1% ujian dari Allah Swt. Ketika musibah yang Allah
Swt. datangkan kita lupa semua nikmat itu, merasa diri paling sengsara, padahal di kemudian
hari baru terbukti ternyata sengsara di masa lalu membawa nikmati di hari kemudian.
52
Ketiga, hati gelisah karena terlalu cinta kepada dunia. Kalau dalam hati sudah ada bibit rakus
kepada dunia, maka bersiaplah gelisah dam menderita di hari hari selanjutnya. Mengejar
popularitas, uang yang banyak atau pangkat dan jabatan. Berangkat gelap, pulang gelap.
Keluarga berantakan, diri sendiri tidak terurus. Begitulah aktifitasnya menunggu kematian.
Kosong! Tidak jelas apa tujuan hidupnya.
Semua yang kita kumpulkan sebanyak apapun di dunia, pada akhirnya kita tinggalkan. Ingat
sekali lagi, sebanyak apapun yang kita kumpulkan, pada akhirnya kita tinggalkan juga. Karena
itulah orang-orang yang beriman sangat memperhatikan rezekinya. Karena ia sadar bahwa ia
akan menghadap Allah Swt.
Keempat, hati gelisah akibat dari makan-makanan yang haram. Baik itu haram karena zatnya
anjing, babi, khmar, narkoba dan lain sebaginya. Ataukah haram karena sebabnya, misalnya
makanan hasil korupsi, menipu, mencuri, judi, dan sebagainya.
Boleh jadi makanan itu aslinya halal, tapi cara mendapatkannya salah maka ia menjadi
haram. Ia makan nasi tempe, ayam, sayur-sayuran dan buah, tapi dengan mencuri atau
korupsi. Maka masuklah barang-barang yang haram ke dalam tubuhnya, mengalir dalam
aliran darahnya.
Dalam tubuhnya ia membangun ruangan untuk setan. Setan masuk melalui darah-darah
yang haram itu. Lalu ia bisikkan kesesatan. Karena itulah orang yang banyak memakan
makanan haram hidupnya gelisah, hampa, bête, walapun duitnya banyak. Ia mudah
terserang stress, depresi, mudah marah, temperamental, sombong dan berbagai macam
penyakit ruhaniah.
Sudah begitu, ia menjadi ketagihan untuk melakukan maksiat lagi. Sebab dosa dapat
melahirkan dosa, dosa lagi dan dosa lagi. Makanan haram yang masuk ke darah dagingnya
akan mendorongnya untuk melakukan yang haram lagi. Setelah korupsi, ia merampok, ia
berzina, mengambil hak orang lain tanpa belas kasihan, lalu ingin korupsi lagi, dan begitu
seterusnya.
Parahnya, harta haram ini tak hanya ia yang menikmati. Seorang ayah mencari duit dari jalan
yang haram lalu ia bawa pulang. Harta kehilangan berkahnya, makanan kehilangan
berkahnya. Sungguh keluarga yang mengalir darah yang haram dari tubuhnya sulit
menghafal Al-qur’an.
53
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Lalu bagimana cara mengatasi rasa gelisah itu? Caranya adalah segera bertobat kepada
Allah. Hindarilah makan-makanan haram. Hendaknya selalu berzikir kepada Allah, Ingat mati
yang datang menjelang. Kalau tidak segera taubat dan istighfar, niscaya tak akan ada habis-
habisnya, tak akan pernah ada ujung dari kedurhakaan, sehingga akhirnya meninggal dengan
su'ul khatimah. Setan menang. Ia berhasil mengantarkan satu orang manusia lagi ke jurang
kesengsaraan yang tiada tara.
Sering-seringlah berinteraksi dengan Al-Qur’an. Sebab Al-Qur’an adalah obat jiwa dan
penawar dari segala kesedihan. Saat diri kita ditimpa galau yang tiada tara, maka duduk
bersimpuhlah di hadapan Allah. Ucaplah istighfar dan taubat atas segala kesalahan.
Kemudian bacalah Al-Qur’an. Semakin lama kita berinteraksi dengan Al-Qur’an semakin baik.
Bacaan Al-Qur’an dapat memberikan pengaruh yang luar biasa di dalam hati kita
menggantikan kesedihan dengan kegembiraan.
Cara berikutnya adalah mendatangi orang alim. Mintalah nasehat dari para ulama. Insya
Allah dengan kebijaksanaan mereka, para ulama dapat memberikan solusi dan nasehat yang
berarti untuk kita. Sebab berkumpul bersama orang-orang shaleh dapat menenangkan hati
dan memberikan pencerahan.
***
54
Malam Ke-18
Keajaiban Zikir
أكبر للا ولذكر علم وللا تصنعون ما
“Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah
yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Ankabut: 45)
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Suatu hari terjadi perbincangan antara Rasulullah Saw. dan sahabatnya.
“Maukah kalian aku beritahu tentang amalan yang paling baik, paling suci di hadapan Rabb
kalian, paling tinggi derajatnya, lebih baik dibandingkan dengan menginfakkan emas dan
perak, dan lebih daripada kalian bertemu musuh kalian, lalu kalian menebas leher mereka
dan mereka pun menebas leher kalian?” tanya Rasulullah Saw.
Para sahabat menimpali, “Mau..”
Rasulullah Saw. bersabda, “Zikir kepada Allah”
Mengingat Allah adalah cara paling baik untuk menjernihkan pikiran dan mendamaikan
perasaan. Berzikir kepada Allah adalah surga Allah di bumi-Nya. Siapa yang tak pernah
memasukinya, ia tidak akan dapat memasuki surga-Nya di akhirat kelak.
Berzikir kepada Allah merupakan upaya penyelamatan jiwa dari berbagi kerisauan,
kegundahan, kekesalan dan goncangan. Zikir adalah jalan pintas paling mudah untuk meraih
kemenangan dan kebahagiaan hakiki.
Dengan berzikir, awan ketakutan, kegalauan, kecemasan, dan kesedihan akan sirna. Bahkan
dengan berzikir kepada Allah, segunung tumpukan beban kehidupan dan permasalahan akan
runtuh dengan sendirinya. Maka tidaklah mengherankan bila mereka yang selalu mengingat
Allah senantiasa bahagia dan tentram hidupnya.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Semakin banyak kita mengingat Allah, pikiran kita akan semakin terbuka, hati semakin
tentram, jiwa semakin bahagia, dan nurani semakin damai sentosa. Itu karena dalam
mengingat Allah terkandung nilai-nilai tawakkal kepada-Nya, keyakinan penuh kepada-Nya,
55
ketergantungan diri hanya kepada-Nya, kepasrahan kepada-Nya, berbaik sangka dan
berharap kebaikan dari-Nya. Semakin sering berzikir, ada banyak manfaat yang bisa kita
dapatkan. Antara lain:
Pertama, Zikir adalah Nutrisi Hati dan Pikiran
Hati manusia pada hakikatnya membutuhkan nutrisi. Dan nutrisi atau makanan hati itu tidak
lain adalah zikir.
Rapi dan tidaknya hidup seseorang bergantung pada hatinya. Sebab hati adalah sumber
segala inspirasi kebaikan, sekaligus sarang dari berbagai macam penyakit. Pembersihnya
adalah dengan banyak mendekatkan diri pada Allah Swt. dengan banyak sujud dengan
banyak mensucikan nama Allah Swt. dengan banyak menyebut asma-Nya yang indah.
Ada tiga potensi yang dimiliki manusia: potensi jasad, potensi akal dan potensi hati. Nah, ini
tidak bisa dipisah pisakan. Potensi akal kalau mau cerdas mau tidak mau harus banyak
belajar, banyak membaca, banyak observasi, dan lain sebagainya.
Kalau mau sehat secara fisik, harus makan makanan yang halal dan thayyib. Berolahraga
yang teratur dan istirahat yang cukup. Ada keberkahan dalam setiap gerak.
Lalu apa makanan hati itu? Makanannya adalah zikir kepada Allah Swt.
Tidak salah jika hati orang yang bedzkir itu tenang, damai dan bahagia. Ketika pikiran tenang,
berfikir lebih nyaman, bicara jadi hikmah, gerak-gerik gesit dan lincah, hidup pun hidup lebih
terarah. Setiap persoalan dapat diselesaikan dengan baik.
Siapa yang melazimkan zikir, istghfar, shalawat kepada nabi Muhammad SAW maka Allah
akan memudahkan saat ia sulit, Allah akan menggembirakan saat ia sedih dan Allah beri
rezeki dari jalan yang tidak ia duga.
***
Kedua, Orang yang Berzikir Selalu Bersama Allah
Kita adalah makhluk yang lemah dan penuh kekurangan. Selalu memerlukan pertolongan
dan bimbingan dari Allah setiap saat. Alangkah indahnya bila hubungan kita dengan Allah
terjalin dengan baik.
Zikir adalah pintu paling agung yang menghubungkan antara Allah Swt. dengan hambaNya.
Pintu yang selalu terbuka selama tidak ditutup oleh hamba itu sendiri dengan kelalaiannya.
56
Hasan Al-Bashri pernah berkata, “Carilah kemanisan dalam tiga saat: ketika shalat, ketika
berzikir dan ketika membaca Al-Qur’an. Jika kalian menemukannya berarti pintu (kepada
Allah) sedang terbuka. Jika tidak, ketahuilah bahwa pintu itu telah tertutup"
Sebuah cerita keteladanan yang baik pernah disampaikan oleh Siti Aisyah Ra. “
Sesungguhnya Nabi Muhammad saw senantiasa berzikir kepada Allah Swt. dalam setiap
keadaan.” baik ketika suci, ataupun sedang junub.
Rasulullah Bersabda:
ي فإنبله , أ ي ب ا ل ، ا ل ل ا ، ا ل اي ي ، ا ي ا ي . رقبه الل ط ، ايخ ي
“Hendaklah engkau membiasakannya membaca Subhanallah, alhamdulillah, lâilâha illallâh,
Allâhu akbar, sesungguhnya ia dapat menggugurkan dosa seperti pohon yang menggugurkan
daunnya” (HR. Baihaqi)
57
Malam Ke-19
Mengharapkan Rahmat Allah
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Harapan adalah ruh dan penyemangat hidup setiap insan. Orang yang bersemangat
mengerjakan sesuatu, tentu karena dia memiliki harapan di balik pekerjaannya itu. Tanpa
harapan, seseorang tidak akan memiliki semangat dan kesungguhan dalam bekerja. Tanpa
harapan, hidup hanyalah keputusasaan, ketersiksaan, penyesalan, dan kehampaan.
Ar-rajâ' atau “harapan”, ada yang bersifat duniawi atau ukhrawi. Dalam
pembahasan kali ini kita akan mencoba menggali makna rajâ' yang bukan sekadar harapan
duniawi semata. Melainkan rajâ' yang berdimensi ukhrawi, rajâ' yang merupakan ibadah.
Rajâ' yang merupakan salah satu maqâm dari maqâm ibadah hati. Rajâ' adalah kebutuhan
hidup seorang Mukmin yang sangat penting. Karena itu, Allah Swt. menjadikannya salah satu
bentuk ibadah hati yang harus dilaksanakan oleh setiap orang yang beriman.
Orang yang beramal saleh di dunia dengan ikhlas, kemudian mengharapkan pahala,
rahmat dan ampunan Allah Swt., dialah orang yang benar-benar telah menunaikan ibadah
rajâ'. Dialah orang yang selalu berdisiplin dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Swt.,
sebagai bukti keimanannya. Dia mengharap kepada Allah Swt., untuk memberikannya taufik
agar tidak melenceng dari kebenaran, memohon agar amal ibadahnya diterima dan
mendapat rahmat-Nya. Bukan orang yang hanya bermalas-malasan, enggan beramal saleh,
mengisi hidupnya dengan amalan yang tidak bermanfaat, bahkan selalu bermaksiat kepada
Allah Swt., kemudian setelah itu mengharap ampunan dan pahala yang besar.
Adapun jika seseorang berharap sesuatu tanpa berusaha melakukan amalan yang
dapat mengantarnya menuju harapannya, maka harapan itu bukanlah rajâ', melainkan
tamanni atau angan-angan dan khayalan belaka. Seperti orang yang berharap dapat
memanen buah tanpa mau bercocok tanam. Orang yang melakukan ibadah rajâ' secara
hakiki perumpamaannya seperti seorang petani yang berharap mendapat hasil panen yang
baik setelah sebelumnya bersusah payah mencangkul sawah, mengairinya, menabur benih
kemudian memberi tanamannya pupuk, merawat dan menjaganya dari hama penyakit dan
seterusnya.
Allah Swt. mencela orang-orang yang hanya ber-tamanni sebagaimana tertera
dalam firmannya:
58
ؽفر لنا قولون س ؤخذون عرض هذا الدنى و ... فخلؾ من بعدهم خلؾ ورثوا الكتاب
"Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang
mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata: "Kami akan diberi ampun...."
(QS Al-A'raf [7]: 169)
Ibadah rajâ' adalah sebuah maqâm ibadah hati berupa keyakinan—bahwa Allah Swt.
akan menerima semua ketaatan dan mengampuni segala kesalahan karena kemurahan dan
keluasan rahmat-Nya—yang mendorong hati untuk selalu mengharap kebaikan hidup di
negeri akhirat dengan disertai amalan yang dapat mengantarkan seorang menuju
harapannya. Jika seseorang telah menghabiskan waktunya untuk melaksanakan ketaatan
kepada Allah dan banyak melakukan amal saleh, maka baginya tiada yang tertinggal kecuali
mengharap ganjaran yang berada di luar kemampuannya yaitu turunnya rahmat, ampunan,
anugerah, pahala, dan rida Allah Swt.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Ibadah rajâ' ini merupakan salah satu wasilah utama yang dapat membantu manusia dalam
perjalanannya menuju Allah Swt., memantapkan hatinya dalam menjalankan ajaran agama
Islam, terutama di zaman modern yang bergelimang fitnah, syubhat, dan syahwat. Rajâ'
merupakan salah satu ibadah yang diperintahkan oleh Allah Swt. Kebalikannya yaitu Al-
Ya'su, salah satu hal yang dilarang Allah. Ya's adalah berputus asa dari rahmat Allah Swt.
Karena ya's merupakan hal yang dilarang, maka ia tergolong maksiat. Allah Swt. melarang
manusia berputus asa dari rahmat-Nya, karena hal ini merupakan perbuatan orang-orang
kafir. Allah Swt. berfirman dengan wasiat Nabi Yakub a.s. kepada putra-putranya:
إل القوم الكافرون ئس من روح للا ه ل إن ئسوا من روح للا ول ت
"Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidaklah berputus asa dari
rahmat Allah kecuali orang-orang kafir." (QS Yusuf [11]: 87)
***
59
Malam Ke-20
Dahsyatnya Kalimat Tauhid
Allah Swt. berfirman:
لف ع ف ن ه ف إاف ف إ ن الن ه ف اع
“Ketahuilah tidak ada Tuhan selain Allah” (QS. Muhammad: 19)
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Tauhid dan pengesaan Allah Swt. adalah mata air kehidupan, sumber kebahagiaan dan
produkifitas. Bila keyakinan ini semakin mendalam, maka kebahagiaan dalam hati akan
semakin mengkristal, damai dalam jiwa dalam keadaan apapun jua, hidup semakin produktif
dan mengalirkan amal-amal dahsyat yang tak putus-putusnya.
Keyakinan seperti apa...?
Yaitu keyakinan bahwa Allah Swt. adalah Rabbunnâs dan Ilâhunnâs. Rabb manusia dan
Tuhan sesembahan manusia.
Rabb itu berarti pengatur alam semesta. Dialah yang memberi kita makanan dan minuman,
mengatur kehidupan setiap makhluk, membagi rezeki, yang memberi kekuatan, yang
mengatur bumi dan seisinya, dan mengatur alam semesta.
Sementara Ilâhunnâs adalah Tuhan sesembahan manusia. Yaitu keyakinan bahwa hanyalah
Allah Swt. sesembahan yang benar. Hanya kepada-Nya kita hadapkan hati sepenuhnya.
Pengakuan sebenarnya dari La ilaaha illallah bahwa tidak ada yang disembah selain Allah,
menghapuskan sesembahan lainnya. Pengakuan yang menghapuskan penghambaan kepada
sesama manusia, membawa diri ke puncak kemanusiaannya, menghapuskan perbudakan
dalam bentuk apapun. Tidak menghamba kepada harta, jabatan, kedudukan, wanita, nafsu
syahwat.
La ilaaha illallah. Ungkapan ini adalah pengakuan tauhid bahwa Allah adalah satu-satunya
Zat yang berhak untuk disembah. Dialah Tuhan Pencipta semesta alam dan Pengatur segala
ciptaan-Nya. Kita mengakui bahwa Allah adalah tumpuan hidup.
60
Dari sini tumbuhlah sikap-sikap uluhiyyah (mengesakan Allah) yang menyandarkan semua
tindakan kita kepada kekuasaan Allah semata.
Ketika kita telah menjadikan Allah sebagai tumpuan hidup, itu berarti kita mengikrarkan diri:
Bahwa hanya kepada Allah kita menyembah
Bahwa hanya kepada Allah kita memohon pertolongan
Bahwa Allah adalah sumber kekayaan kita
Bahwa adalah sumber harapan kita
Bahwa Allah adalah sumber kemenangan kita
Bahwa Allah adalah sumber kekuatan kita
Dan Bahwa Allah adalah sumber segala sesuatu dalam hidup kita
Pengakuan yang diiring keyakinan yang kuat ini pada gilirannya akan melahirkan berbagai
sifat positif dalam kehidupan. Keyakinan inilah yang nantinya akan melahirkan sifat-sifat
terpuji yang tak terpendung pengaruh dahsyatnya. Dari mata air ketauhidan lahirlah
keikhlasan dalam setiap perbuatan. Mengalirlah kemulian sifat sabar, berfikir positif, syukur,
tawakkal, ridho dan lain-lain sebagianya.
Dari mata air tauhid muncul rasa syukur terhadap segala nikmat yang ada. Dia yakin bahwa
semuanya adalah Allah Swt. untuk kesyukuran tidak akan putus dari lidahnya.
Dari mata air tauhid mengalir sifat tawakkal, menyerahkan diri kepada Allah Swt. Ia
menjalani kehidupan dengan penuh semangat, senyum bahagia, karena ia yakin bahwa tidak
akan ada yang sia-sia dalam kehidupan ini; bahwa segala sesuatu yang ada dalam kehidupan
telah diatur oleh Allah Swt. dan manusia tinggal menjalaninya; bahwa Allah Swt. telah
menuliskan takdir setiap makhluk sebelum ia diciptakan.
Mengalir pula rasa tunduk dan patuh kepada Allah Swt. Sebab dialah Allah Swt. Tuhan satu-
satunya yang patut disembah kemudian, akan memudahkan seseorang untuk mengerjakan
shalat menunaikan segala kewajiban sebagai hambaNya. Aqidah yang baik juga akan
mencegah seseorang melakukan hal-hal yang buruk.
Kesadaran dengan makna syahadat ini dapat mengubah wajah kehidupan: yang pesimis jadi
optimis, yang lemah jadi kuat, yang miskin jadi kaya, yang sedih jadi bahagia, yang gelisah
61
jadi tenang, yang kalah jadi menang, dan segala sikap hidup negatif berubah menjadi positif
dalam arti yang sebenarnya. Itu karena semuanya dikembalikan lagi kepada Allah dan tidak
bergantung kepada diri sendiri ataupun orang lain yang serba kekurangan.
Ketenangan hati dan jiwa, perasaan syukur dan ridha, pikiran positif dan rasa optimis, selalu
terbit dari tauhid yang benar. Maka orang yang paling bahagia dalam hidup ini
sesungguhnya adalah yang paling benar tauhidnya.
اوي وي ا ل ا قبوي بفي
“Katakanlah tidak ada tuhan selain Allah, kalian pasti beruntung” (HR. Ahmad)
Keyakinan kepada La ilaaha illalllah ini akan membuat hati terasa lebih tenang dan damai,
sebab kita menyadari bahwa tidak usaha kita selama ini tidak ada satupun yang sia-sia.
Semua ada ganjarannya, semua ada hasil dan konsekwensinya..
***
62
Malam Ke-21
Dahsyatnya Tasbih
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak
ada suatu apapun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak
mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”
(Al-Isrâ’: 44)
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Sejak matahari terbit sampai terbenam kemudian terbit lagi di hari berikutnya, lalu
terbenam dan kembali terbit lagi, tidak putus-putusnya seluruh makhluk alam semesta ini
bertasbih kepada Allah Swt. Mereka bertasbih kepada Allah dengan bahasa masing-masing.
Burung-burung bertasbih dalam kicauannya, angin bertasbih dalam hembusannya, matahari,
bulan, bintang-bintang dan semesta galaksi bertasbih dan memuji Allah Swt.
Sungguh banyak hal-hal gaib di luar diri kita yang tidak dapat ditangkap oleh panca
indera, padahal semuanya terjadi dan terus berlangsung dalam kehidupan kita sehari-hari,
sejak bumi ini diciptakan hingga saat kiamat terjadi nanti. Diantaranya adalah tasbih para
makhluk Allah itu.
Kadang-kadang sebagian pintu kegaiban ini dibukakan oleh Allah Swt. kepada beberapa
orang, sehingga mereka bisa menyaksikan langsung betapa benar apa yang telah Allah
sampaikan dalam Al-Qur’an; bahwa seluruh makhluk senantiasa bertasbih.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Imam Ath-Thabrani pernah meriwayatkan sebuah hadits sahih dari sahabat Abu Darda. Ia
pernah mengisahkan bahwa suatu hari Rasulullah Saw. pernah mengambil tujuah buah
kerikil. Maka kerikil-kerikil itu bertasbih di tangan Rasulullah Saw. Abu Darda mendengar
sendiri dengungannya.
Kemudian Nabi meletakkan kerikil-kerikil itu di tangan Abu Bakar, maka kerikil-kerikil itu
pun bertasbih lagi. Kemudian beliau meletakannya di tangan Umar dan mereka masih
bertasbih. Lalu beliau meletakannya di tangan Utsmân maka mereka bertasbih lagi. Dalam
riwayat lain dikatakan, bahwa semua orang yang ada dalam perkumpulan itu mendengar
tasbih kerikil-kerikil itu”
Ada banyak keutamaan yang bisa kita dapatkan dari tasbih. Antara lain:
63
Pertama, Tasbih Adalah Penyebab Datangnya Pertolongan
Ungkapan tasbih Nabi Yunus adalah tasbih yang paling utama. Demikian kata Rasulullah
Saw. dalam sebuah sabdnya. Inilah ucapan tasbih yang diiringi oleh persaksian keesan Allah
dan pengakuan diri sebagai orang yang zalim..
ا أني ي ن نن ي الل ا
“Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang
yang zalim”
Dalam tiga kegelapan itu, yaitu gelap di dalam perut ikan, gelap di dalam lautan dan
gelap malam hari, Nabi Yunus terus bertasbih mensucikan Tuhannya dan mengakui
kesalahan yang ia perbuat. Sesungguhnya hanya Allah yang Mahabersih dan Mahasuci dari
segala dosa, Dialah pemilik segala kesempurnaan dan terbebas dan berbagai macam
kekurangan. Sementara manusia masih terus diliputi oleh dosa dan salah, khilaf dan alpa,
lalai dan lupa, sampai kapanpun. Sungguh diri ini termasuk orang-orang yang zalim...
Bila untuk masalah tingkat tinggi itu seperti itu saja Allah memberikan jalan keluar, maka
bagaimanakah lagi dengan masalah-masalah yang sebetulnya sepele saja. Sesungguhnya
kekuasaan Allah lebih besar daripada masalah apapun. Allah pasti bisa menuntun kita
mendapatkan jalan keluar.
Tidak ada masalah yang tidak bisa terselesaikan. Semua hanya perlu waktu. Hanya satu
tempat meminta tolong, yaitu hanya kepada Allah. Sesama manusia statusnya masih sama,
yaitu sebagai seorang hamba. Kekuasan mutlak dan tak terbatas berada di tangan Allah Swt.
Hati dan pikiran manusia berada dalam genggaman-Nya. Dia pun sangat-sangat penyayang.
Maka saat kita berada di tengah kedua sifat ini, yaitu kemahakuasaan yang terbatas dan rasa
sayang kepada hamba yang luar biasa, apalagi yang menghalangi kita untuk meminta?
Yang kita perlukan adalah yakin dan berusaha membersihkan diri.....
Subhana Rabbiyal A’la.... Maha Suci Rabb-ku yang Maha Tinggi
Kedua, Untaian Kata Paling Utama
Saudaraku, pernah engkau menghitung jumlah kata yang pernah engkau ucapkan?
Kalau belum, mungkin kita bisa mencoba bersama-sama seperti yang sering dilakukan oleh
Yahya bin Mua’adz, seorang ulama dari kalangan tabi’in.
Sampai kini, entah berapa ratus ribu jumlah kata yang kita keluarkan sejak bangun
pagi sampai tidur lagi. Begitu mudah lisan ini berucap, bahkan seringkali tanpa dipikirkan
terlebih dahulu. Ketika kata belum keluar, ia masih menjadi tawanan kita. Tapi setelah kata
itu keluar, kitalah yang menjadi tawanannya. Kita akan menjadi tawanan kata-kata buruk
64
yang kita ucap tanpa sadar, bahkan kata-kata itu akan menjadi penyebab celaka.
Kita tidak tau, diantara puluhan juta kata yang sudah terlompat dari lisan kita selama
hidup ini, mana diantara kata itu yang akan membawa kita ke puncak surga, atau justru
diantara kata itu ada yang menyebabkan kita tercampakkan ke jurang neraka. Apalagi kalau
sampai berbohong atau menceritakan kejelakan orang lain dengan maksud agar kawan-
kawannya tertawa; menyegarkan suasana, atau memancing perhatian orang lain.
Semakin banyak kata-kata yang buruk, semakin buruk pula citra pemilik kata-kata itu
di hadapan manusia, semakin berat pertanggungjawabannya di hadapan Allah Swt. Habis
usia hanya untuk menumpuk omong kosong yang tidak bermanfaat. Kenapa kita tidak
memilih untuk diam, saat-saat kata-kata ternyata itu tak berguna dan berpeluang
mengundang petaka.
“Sesungguhnya seseorang dapat saja berbicara untuk membuat orang-orang di
sekitarnya tertawa, namun dengan kata-katanya itu Allah melemparkannya ke dalam
neraka yang jaraknya lebih jauh daripada langit dan bumi, dan sesungguhnya tergelincir
lidah itu lebih besar akibatnya daripada tergelincir kaki” (HR. Al-Baihaqi)
Hanya ada dua pilihan: berkata-kata yang baik, atau lebih baik diam. Kata-kata yang
baik itupun perlu memperhatikan kapan dan dimana kita mengucapkannnya. Sebab tidak
semua kata-kata yang baik bisa diucapkan kapan dan dimana saja semau-mau kita.
Bila kata-kata yang buruk itu hasilnya adalah penyebab bencana, maka kata-kata
yang baik dapat mengundang rahmat dan berkah. Kata yang baik mengundang simpati,
menarik hati, menumbuhkan rasa sayang dan kedamaian.
Kata-kata dzikir adalah jaminan keuntungan. Hanya dalam waktu 5 menit, seseorang
dapat meraih berton-ton pahala, mendapatkan keridhaan dan kecintaan Allah, menjaga
waktu agar tak terbuang sia-sia.
Rasulullah tercinta pernah memberikan sebuah pesan singkat yang sangat berharga:
ه " ي ا ا ي فت ا ى ا ن ا ثق ت ا ف ا ز ا ح ت ا اى ا لحي ت ا خف بي
" ي ا ا يالل ي
“Dua kata yang mudah diucapkan oleh lisan, berat dalam timbangan, sangat dicintai oleh
Dzat yang Maha Penyayang,: Subhanallahi wa bihamdihi Subhanallahil ‘Azhim” (HR. Bukhari
dan Muslim). Untuk mengucapkan dua kata agung itu kita perlu waktu tak lebih dari tiga
detik. Dalam 1 satu menit kita bisa membaca paling kurang 20 kali. Sangat ringan diucapkan
oleh lidah, namun sangat berat dalam timbangan amal.
65
Malam Ke-22
Hidup Bahagia Dengan Bersyukur
Hidup Bahagia Dengan Rasa Syukur
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Menurut bahasa, syukur berarti mengakui perbuatan baik, seperti dalam perkataan, "Aku
bersyukur kepada Allah", yang berarti bahwa aku mengakui dengan sepenuh hati bahwa
segala nikmat yang aku dapatkan ini semata-mata adalah pemberian dan kemurahan Allah
Swt.
Orang Mukmin menyadari bahwa tak sedetik pun dari hidupnya terlepas dari nikmat
Allah Swt. Bahkan perasaan bersyukur terhadap nikmat itu sendiri juga merupakan nikmat
lain yang sangat besar dan harus disyukuri kembali. Sebab, betapa banyak orang di dunia
ini yang tidak tahu atau tidak mau bersyukur terhadap nikmat Allah Swt.
Musibah dan cobaan baginya adalah bagian dari nikmat yang besar. Sebab musibah
hanya dapat merusak badannya atau hal-hal yang bersifat fisik dan tidak dapat merusak
jiwa dan keimanannya. Hal ini karena dia menyadari bahwa di balik cobaan dan bencana
tersebut terdapat ganjaran yang besar.
Rasulullah Saw bersabda:
شاكها إل كفر وكة صب المسلم من نصب ول وصب ول هم ول حزن ول أذى ول ؼم حتى الش ما
اه بها من خطا للا
"Tidak satu pun yang menimpa seorang Muslim, dari kepenatan, penyakit, keresahan,
kesedihan, perasaan disakiti, kesusahan, sampai duri yang menusuknya, kecuali
dengannya Allah mengampuni dosa-dosanya. " (HR Bukhari dan Muslim)
Melalui musibah, Allah Swt. akan mengampuni dosa hamba, memberi pahala yang
banyak, meninggikan derajatnya, dan akan mencintainya.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Syukur itu ada kita lalukan dengan tiga hal, yaitu dengan hati, lisan dan anggota tubuh.
Pertama, Syukur Hati
66
Syukur hati adalah dengan mengetahui bahwa yang memberikan nikmat ini adalah
Allah Swt. Pengetahuan ini bukan sekadar pengetahuan akal saja, melainkan juga
pengetahuan hati berupa perasaan dan keyakinan. Dan, ini sangat penting untuk
didakwahkan terutama dalam mendidik anak-anak. Darimana semua nikmat ini datang?
Allah berfirman:
ماء والرض ل إله إل هو رزقكم من الس ر للا كم هل من خالق ؼ عل ها الناس اذكروا نعمة للا ا أ
فؤنى تإفكون
"Wahai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah
yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain
Dia; Maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)? (QS Fathir [35]: 3)
Kedua, Syukur Lisan
Lidah manusia merupakan pengungkap kesyukuran hati. Apabila hati dipenuhi oleh
kesyukuran kepada Allah, niscaya lisan tak akan berhenti memuji, bertahmid, dan berucap
syukur. Coba kita renungkan ucapan Rasulullah Saw. setiap harinya untuk mengungkapkan
kesyukuran kepada Allah Swt.
- Ketika bangun dari tidur beliau berucap:
ه النشور انا بعدما أماتنا وإل الذي أح الحمد لل
- Ketika akan kembali tidur beliau berucap:
له ول مإوي الذي أطعمنا وسقانا وآوانا فكم ممن ل كاف الحمد لل
Dan banyak zikir lainnya yang isinya adalah puji-pujian kepada Allah Swt.
Ketiga, Syukur Aggota Badan
Yaitu syukur yang dilakukan selain oleh hati dan lisan. Syukur dengan lisan saja
tidaklah cukup hingga dilengkapi dengan syukur anggota badan. Semua ibadah yang
dilakukan oleh anggota badan manusia sebenarnya merupakan bentuk kesyukurannya
terhadap Rabb-nya. Dalam Surah Al-Naml Allah Swt. Berfirman:
وعلى والدي وأن أعمل صالحا ترضاه وأدخلن ... وقال رب أوزعن أن أشكر نعمتك الت أنعمت عل
الحن برحمتك ف عبادك الص
67
"…Dan dia berdoa: Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang
telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada orang tuaku, dan untuk mengerjakan
amal saleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam
golongan hamba-hamba-Mu yang saleh." (QS Al-Naml [27]: 19)
Ayat di tersebut mengisyaratkan bahwa bersyukur dengan lisan saja tidak cukup,
tetapi harus diungkapkan juga dengan amal perbuatan. Karena setelah memohon untuk
dapat mensyukuri nikmat, Nabi Sulaiman memohon untuk diberi taufik untuk beramal
saleh yang Allah ridhai. Tentunya amal saleh yang di maksud adalah ibadah badaniah dan
ibadah sosial lainnya.
Di antara cara bersyukur dengan anggota badan adalah membantu orang lain,
bersedekah, memanfaatkan kepandaian dan pengalaman untuk mengajar ilmu yang
bermanfaat, meluangkan waktu kesempatan untuk memerhatikan orang lain.
Di antara bentuk bersyukur juga adalah, bersyukur (berterima kasih) kepada manusia.
Berterima kasih kepada manusia tidak bertentangan dengan syukur kepada Allah Swt.,
karena Allah yang memerintahkan untuk berterimakasih kepada manusia.
***
68
Malam Ke-23
Menumbuhkan Rasa Syukur
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Syukur adalah jaminan penambahan nikmat. Semakin kita bersyukur, maka semakin
banyak nikmat yang bisa kita dapatkan. Ada beberapa perkara yang mendorong kita untuk
bersyukur
Pertama, Melihat kepada orang yang diberi nikmat lebih sedikit. Melihat orang yang di
bawah akan mendorong seseorang untuk bersyukur dan mengingat nikmat-nikmat Allah
yang ada pada dirinya, sedangkan melihat ke atas akan menjadikan orang lupa dengan
nikmat Allah yang diberikan kepada diri sendiri, sehingga tidak bersyukur dan tidak rida
dengan apa yang dibagi oleh Allah kepadanya. Rasulullah Saw. bersabda dalam sebuah
hadis shahih:
ه فوقكم هو من إلى تنظروا ول منكم أسفل هو من إلى انظروا نعمة تزدروا ل أن أجدر فإن كم للا عل
"Lihatlah kepada orang yang berada di bawah kamu, dan jangan melihat kepada
orang yang di atas kamu, karena hal ini akan membantumu untuk tidak
meremehkan dan mendustakan nikmat Allah kepadamu." (HR Ahmad, Tirmizi, dan
Ibnu Majah)
Kedua, menyadari bahwa segala nikmat, besar atau kecil, akan dihisab oleh Allah Swt. Jika
berbentuk harta, di Hari Kiamat akan ditanya dari mana mendapatkannya dan di mana
dipergunakan. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata menyifati harta duniawi: "Halâluhâ hisâb
harâmuhâ 'iqâb" (Yang halal akan dihisab dan yang haram akan menyebabkan azab). Jika
berbentuk waktu, maka akan ditanya seperti dalam hadis Nabi Saw. "Wa 'an al-'umri fî mâ
afnâhâ (ditanyakan tentang umurnya, lalu di mana dihabiskan). Dengan merenungkan hal
ini maka kita akan berusaha mensyukuri nikmat Allah, apa pun bentuknya, sedikit atau
banyak. Karena boleh jadi dengan kesyukuran ini Allah akan meringankan hisab dan
menghalangi kita dari neraka, karena Dia meridai kita dengan kesyukuran itu. Rasulullah
Saw. bersabda:
69
رسول قال قال مالك بن أنس عن صلى للا ه للا إن وسلم عل رضى للا ؤكل أن العبد عن ل الكلة
حمده ها ف شرب أو عل ربة حمده الش ها ف عل
“Dari Anas bin Malik r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah
sangat meridhai seorang hamba yang memuji Allah dengan sesuap makanan yang
dia makan atau seteguk minuman yang dia minum." (HR Muslim)
Ketiga, Memohon kepada Allah untuk menolong kita dalam bersyukur kepada-Nya seperti
sabda Rasulullah Saw.:
رسول أن جبل بن معاذ عن صلى للا ه للا ده أخذ وسلم عل ا وقال ب معاذ لحبك إن وللا إن وللا
ا أوصك فقال لحبك وحسن وشكرك ذكرك على أعن اللهم تقول صلة كل دبر ف تدعن ل معاذ
عبادتك
Dari Muadz bin Jabal r.a., bahwa Rasulullah Saw. mengambil tangannya dan
bersabda: "Wahai Muadz, sungguh aku mencintaimu, demi Allah aku sangat
mencintaimu," kemudian beliau berkata, "Aku mewasiatkan kepadamu wahai
Muadz, jangan sampai engkau meninggalkan di pengujung setiap shalatmu untuk
berdoa, 'Ya, Allah, tolonglah aku untuk berzikir kepada-Mu dan mensyukuri-Mu,
dan kebaikan ibadahku kepada-Mu." (HR Abu Dâwûd)
***
70
Malam Ke-24
Meraih Akhir Hidup Yang Bahagia
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Kalau diberi kesempatan untuk menentukan usia, Anda mau hidup sampai usia berapa?
60 tahun? 70 tahun? 85 tahun? 100 tahun? 120 tahun? Berapapun.....
Setelah mencapai usia itu lalu apa lagi? Ujung-ujungnya hidup tetap akan berakhir. Kematian
menanti setiap insan. Sebuah kepastian yang tak dapat dipungkiri. Gerbang akhir kehidupan
itu akan terus terbuka dan semua orang pasti akan memasukinya.
Lihatlah anggota keluarga kita yang ada saat ini? Diantara mereka siapakah yang setahun
yang lalu, beberapa bulan yang lalu atau beberapa hari yang lalu masih bersama kita, namun
kini telah tiada. Entah itu ayah, ibu, anak, suami, istri, ataupun sanak saudara. Masih
terbayang senyum manis mereka saat bercengkrama, obrolan akrab penuh canda,
melakukan sesuatu bersama dalam suasana penuh kekeluargaan. Tapi kini dimanakah
mereka? Hanya kenangan yang tersisa. Batu pusara menjadi saksi bahwa mereka pernah
menjadi penduduk dunia.
Kita pun akan seperti itu. Kematian bukan hanya milik orang lain. Suatu ketika ia akan datang
menjelang, mengambil nyawa, dan itulah akhir kehidupan kita.
Di suatu waktu, yang menjemput kita di sekolah bukan lagi ayah atau ibu, mungkin saja
paman atau keluarga yang lain. Sebab mereka berdua telah dipanggil pulang oleh Allah.
Di suatu waktu, tak ada lagi hidangan masakan istimewa dari istri tercinta, tak ada lagi canda
tawa penuh bahagia. Tak ada lagi saat-saat bercengkrama yang sangat mengesankan. Sebab
sang istri telah kembali pulang ke negeri asal.
Di suatu waktu, tak terdengar lagi suara anak-anak kita yang tersayang. Tak terlihat lagi
senyum ceria mereka, aktifitas yang menggemaskan, atau rengekan penuh kemanjaan.
Tempat tidurnya telah kosong. Sebab malaikati Izrail telah datang menjemputnya.
Di suatu waktu, tak ada lagi suara ibu yang penuh kasih sayang dan terdengar sedikit
berubah seiring usianya yang semakin menua. Tidak ada lagi belaian yang tulus dari tangan
penuh kerja keras, menjaga kita sejak belia. Tak ada lagi tatapan cinta yang tampak dari
71
kedua mata, yang senantiasa begadang, sangat perhatian, dan sering mencucurkan air mata
untuk kesuksesan hidup kita.
Di suatu waktu, kita pasti akan mendengar suara sanak saudara, keluarga dan masyarakat
sekitar yang datang melayat, melaksanakan shalat jenazah, memanjatkan doa-doa,
menyampaikan pesan-kesan dan kenangan tentang almarhum yang kini telah terbujur kaku
terbungkus kain kafan, yaitu diri kita.
Mereka membawa kita ke liang lahat, menimbuni kita dengan tanah, kemudian
meninggalkan diri kita sendirian di tanah pekuburan. Mungkin akan terdengar sedikit isak
tangis, tapi lama kelamaan, kesedihan itu mulai hilang. Dan akhirnya kita pun dilupakan.
Beruntung kalau ada yang mau memandikan, mengkafani, menyalatkan, menguburkan, atau
mendoakan kita. Sebab saat itu kita tidak bisa apa-apa lagi. Kalau tidak, maka jasad kita
hanya akan terbuang begitu saja, menjadi bangkai, santapan burung-burung dan hewan liar.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Kematian bukan persoalan menjaga kesehatan, makan-makanan bergizi, konsumsi vitamin
dan suplemen, olahraga yang teratur, dan istirahat yang cukup. mati adalah mati. Tak bisa
dijinakkan oleh apapun juga. Bila waktunya telah tiba, maka cerita hidup di dunia pun
berakhir sudah.
Api kebencian akan dibawa mati jika tidak segera diselesikan. Dendam kesumat membara
tersimpan di dalam hati. Asap letupannya terwariskan sampaik ke anak cucu, mewariskan
keburukan jariyah, menjadi investasi dosa yang terus mengalir walaupun ia sudah berada di
alam barzakh.
Penyesalan tak lagi berguna.. Derita dan nestapa sepanjang masa...
Kalau kita yang salah, kenapa tidak mulai meminta maaf? Kalaupun kawan kita yang salah,
kenapa tidak mau memaafkan? Sungguh, orang yang terbaik adalah yang paling awal
berinisiatif untuk memperbaiki hubungan, memperkokoh tali silaturrahmi, menjaga
hubungan yang ada agar tetap harmonis.
Selamat, bila Anda adalah orang yang seperti itu...! Sungguh banyak kebaikan yang telah
Anda dapatkan dengan menjaga silaturrahmi.
***
72
Saudaraku, pernahkah engkau berpikir tentang persoalan besar ini? Itu pasti dan kelak kita
pun akan menemui.
Sejak nafar terakhir berhembus sampai ke akhirat nanti, harta kekayaan tak akan berguna.
Jabatan sosial hanya menjadi kenangan semata. Semua akan berdampak buruk bagi kita bila
ternyata kita memanfaatkannya untuk keburukan, begitupula sebaliknya.
Satu hal yang paling berharga dan menjamin keselamatan kita dalam kehidupan selanjutnya
adalah keyakinan tidak ada Tuhan selain Allah. Bila ini bisa kita pertahankan sampai akhir
hayat, maka itu adalah alamat bahagia. Namun jika tidak, maka di sana menanti kehidupan
yang sengsara.
Perhatikan benar persoalan Lailaaha illallah ini, sebab ia akan menjadi modal kita yang
utama. Ucapan ini adalah jaminan utama agar kita dibebaskan dari neraka dan diberikan
karunia masuk surga. Rasulullah Saw. bersabda:
اي ل خ ل ا ى ا ثيل ا ل ل ا : ق ا ي ي
“Sesugguhnya setiap hamba yang mengucapkan Lailaaha illallah kemudian meninggal
dalam keadaan tersebut maka ia akan masuk surga” (HR. Al-Bukhari).
73
Malam Ke-25
Membangun Kesabaran, Meraih Kemenangan
Membangun Kesabaran Meraih Kemenangan
Rasulullah Bersabda;
بر مع النصر أن واعلم سرا العسر مع وأن , الكرب مع الفر وأن , الص
“Ketahuilah, sesungguhnya kemenangan itu bersama kesabaran, ada jalan keluaran dalam
setiap persoalan, dan ada kemudahan dalam setiap kesusahan” (HR. Al-Baihaqi)
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Sabar itu benar-benar ajaib dan sudah terbukti pada kehidupan banyak orang. Bila kita
memperhatikan kisah hidup orang-orang sukses, maka akan kita dapati bahwa kehidupan
mereka penuh dengan keuletan dan kerja keras dalam waktu yang lama. Sebab tak ada
kesuksesan yang datang begitu saja tanpa diusahakan dengan sungguh-sungguh. Semua
butuh proses.
Seoarang pengusaha sukses tidak meraih kesuksesan begitu saja. Dibalik kesuksesannya
ada kerja keras yang ia lakukan dengan sungguh-sungguh, bahkan dihiasi oleh kisah jatuh
bangun dan kemudian bangun lagi dan terus bekerja. Seorang pelajar yang sukses juga
melalui masa-masa perjuangan dalam belajar dan menempuh pendidikannya. Hidupnya diisi
oleh ketekunan untuk membaca, menulis, menambah ilmu, meningkatkan pengetahuan,
dan mengasah keterampilan.
Kekuatan untuk bertahan dan melakukan yang terbaik dalam keadaan apapun itulah
kesabaran. Atau dalam pengertian lain, sabar adalah kemampuan menahan diri dan
mengendalikan emosi. Siapa yang sabar dialah yang sukses. Apapun yang kita inginkan pasti
akan bisa dicapai asal diusahakan dengan sungguh-sungguh. Tanpa kesabaran, maka apapun
yang diinginkan tidak akan pernah tercapai.
Kesabaran itu tidak hanya diperlukan ketika mendapatkan musibah; saat ada keluarga
meninggal, terkena sakit, tertimpa musibah, atau terkena hal-hal lain yang tidak
mengenakkan. Namun ia juga dapat menjadi bahan bakar utama untuk bergerak dan
mendapatkan berbagai harapan dan cita-cita.
74
Dari kesabaranlah ini kemudian lahir aneka sifat terpuji lainnya. Sabar adalah mesin
produksi akhlakul karimah. Kesabaran untuk menghargai waktu akan melahirkan
kedisiplinan. Kesabaran meletakkan sesuatu pada tempatnya dan sesuai dengan susunannya
melahirkan kerapian dan ketertiban. Kesabaran dalam bekerja keras dengan giat melahirkan
keuletan dan kegigihan. Kesabaran untuk menjaga sikap, berbuat baik kepada orang lain,
selalu tersenyum dan senantiasa mengulurkan tangan melahirkan keramahan dan
kesopanan. Kesabaran untuk bertahan dan terus berusaha dengan keras melahirkan
keberanian.
Sabar dan menjaga diri dari hal-hal yang haram melahirkan kezuhudan. Sabar dalam
berkata dan bersikap melahirkan kelembutan dan kesantunan. Sabar dan menahan diri
untuk tenggelam dalam keduniaan melahirkan sifat wara'. Sabar untuk terus memberi dalam
kondisi apapun melahirkan kedermawanan. Maka sabar menjadi sebuah karunia yang luar
biasa dan tiada bandingannya.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah menyatakan:
"…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada
kesabaran." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan bermodalkan kesabaran seseorang bisa mendapatkan kesuksesan dan mencapai
derajat yang mulia. Kesabaran untuk terus gigih menghadapi hidup mengantarkan seseorang
menjadi lebih baik dari hari ke hari.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Dalam hidup ini ada beberapa kondisi di mana seorang Mukmin dituntut untuk bersabar.
Kondisi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ketika ditimpa musibah dan bencana
Sudah menjadi ketetapan Allah Swt., bahwa Dia mencipta manusia dan akan
mengujinya dengan ketakutan, kelaparan, kepayahan, kepenatan, dan kesusahan. Tidak
peduli orang beriman atau tidak. Masing-masing akan bersusah payah untuk mendapatkan
keinginannya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus bersusah payah demi
mencapai targetnya, dia harus bekerja sekuatnya untuk menjaga kepentingannya, dia harus
berlelah-lelah mengurusnya. Bagi orang yang beriman, dia harus tahan ujian baik lahir
maupun batin demi menjaga dan membela keimanannya. Begitu juga dengan orang kafir
yang hendak menghalangi orang beriman menyembah Rabb-nya, mereka harus bersusah
75
payah siang dan malam, dengan menggunakan segala cara. Intinya bahwa, susah payah,
beban hidup, dan bencana memang telah menjadi ketentuan yang harus dijalani manusia,
dan semuanya akan berjalan sesuai dengan kehendak dan ketentuan Allah Swt. Dia
berfirman:
كبد ف النسان خلقنا لقد
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah." (QS Al-Balad:
4)
2. Ketika nafsu membara
Pada hakikatnya nafsu syahwat adalah fitrah yang diletakkan Allah dalam setiap
jiwa. Dia bukan untuk dihilangkan melainkan untuk dikendalikan, dilatih dan disalurkan pada
tempatnya dengan benar. Oleh karena itu Islam melarang pengebirian dan mensyariahkan
pernikahan. Nafsu memiliki potensi positif jika digunakan pada tempatnya. Artinya bahwa
seseorang akan mendapat pahala besar ketika dia mampu menahan nafsunya dengan tidak
menyalurkannya pada hal-hal yang haram. Kalau dia tidak punya nafsu, maka maksiat yang
dia tinggalkan tidak akan mendatangkan pahala yang besar, karena tidak ada ujian bagi
dirinya ketika itu, dan tidak ada nilai lebih karena memang tidak ada tantangan.
Sebaliknya nafsu memiliki potensi negatif ketika dia selalu diperturutkan dan tidak
disalurkan pada tempatnya. Dapat diilustrasikan bahwa nafsu bagaikan kuda tunggangan
bagi manusia. Jika si penunggang kuda tidak mengekang dan melatih kudanya dengan baik,
maka akan membahayakan dirinya sendiri. Sebab menunggang kuda liar akan
mengakibatkan seseorang terombang-ambing, bahkan terpental dan akhirnya terjerumus ke
dalam jurang kehancuran. Tetapi kalau dia dapat dikendalikan dengan baik dan telah
terlatih, maka dia akan membantu manusia dalam perjalanan hidupnya menuju Allah Swt.
3. Ketika mendapatkan kenikmatan
Allah Swt. menyatakan:
ا ها فعل ومن للا ذكر عن أولدكم ول أموالكم تلهكم ل آمنوا الذن أ الخاسرون هم فؤولئك ذلك
76
"Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang
yang merugi.” (QS Al-Munafiqun: 9)
Manusia terkadang mampu bersabar ketika ditimpa musiabah. Akan tetapi dia takluk dan
tidak mampu menahan diri untuk bersabar ketika mendapat kenikmatan besar. Sebagian
orang ketika diuji dengan penjara mampu bersabar. Tapi ketika dia diuji setelah itu dengan
kesenangan, dibukakan kepadanya dunia berupa harta, keturunan yang banyak, jabatan
yang tinggi, posisi yang terhormat, dia malah tidak mampu bersabar. Cara bersabar dalam
kenikmatan adalah dengan menjaga kesyukuran dan memanfaatkan nikmat-nikmat tersebut
sesuai apa yang diridhai oleh Allah.
***
77
Malam Ke-26
Membaca Aib Diri Sendiri
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Dalam sebuah kesempatan, Umar bin Khattab pernah berpesan:
وم ه أهون فى الحساب ؼدا أن تحاسبوا أنفسكم ال حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا وزنوا أعمالكم قبل أن توزنوا فإن
"Hisablah diri kalian sebelum kelak dihisab di akhirat dan timbanglah amalan kalian sebelum
nantinya ditimbang di Hari Kiamat. Sungguh lebih mudah kamu menghisab dirimu sekarang
daripada nanti besok dihisab di padang mahsyar."
Selain sifat manusia yang lemah, mudah lupa, khilaf, kikir, dan berkeluh kesah,
penyebab terjerumusnya manusia ke dalam lembah kenistaan dan kemaksiatan adalah
godaan setan yang gencar dari segala penjuru. Menyadari begitu rentan dan lemahnya kita
sebagai manusia dari godaan setan yang menyesatkan dan menghalangi kita dari ajaran
Allah serta melalaikan kita dari mengingat-Nya, maka jelas pemahaman dan kesadaran
untuk selalu murâqabah dan muhâsabah adalah satu kemestian.
Sungguh orang yang sangat beruntung adalah orang yang sibuk memperbaiki aib diri
sendiri daripada mencari-cari aib orang lain. Sesungguhnya bila Allah menginginkan kebaikan
bagi seorang hamba, maka Allah akan memberikan kesempatan kepada hamba tersebut
untuk mengetahui aib dan kekurangannya untuk diperbaiki di kemudian hari. Dalam kitab
Ihya 'Ulum Ad-dîn, Imam Al-Ghazali menyebutkan empat cara yang bisa digunakan untuk
mengetahui kekurangan diri sendiri:
Pertama; duduk di hadapan seorang guru yang bisa melihat aib dan kekurangan diri
kita. Mintalah pengarahan darinya untuk menunjukkan kekurangan yang ada sekaligus
meminta solusi bagaimana menutupi kekurangan-kekurangan tersebut.
Kedua; meminta kepada kawan yang jujur dan baik dalam beragama untuk
mengawasi dan mengingatkannya serta menunjukkan kepadanya kekurangan dirinya.
Demikianlah kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang shaleh dan para ulama. Umar bin
Khattab pernah berkata; "Semoga Allah merahmati orang-orang yang mau menunjukkan
kepadaku akan aib dan kekuranganku." Dalam sebuah pepatah dikatakan; temanmu adalah
orang yang berkata benar tentangmu, bukan orang yang selalu membenarkanmu.
78
Ketiga; memanfaatkah lidah para musuh. Orang yang di hatinya ada kedengkian dan
permusuhan akan selalu mencari-cari kekurangan orang yang dimusuhinya. Hal ini ini bisa
dimanfaatkan untuk mengetahui celah-celah diri dan kemudian memperbaikinya. Musuh
yang selalu dapat menunjukkan dan memberikan masukan tentang kekurangan diri jauh
lebih bermanfaat daripada kawan yang hanya bisa memuji dan membenarkan kita dalam
setiap tindakan.
Keempat; memperluas pergaulan dan interaksi. Seorang Mukmin adalah cermin dari
saudaranya. Dia dapat memerhatikan tingkah laku orang-orang yang ada di sekitarnya untuk
memperbaiki dirinya. Apa yang baik dicontohnya dan apa yang buruk dari perilaku mereka
segera ditinggalkannya. Nabi Isa a.s. pernah ditanya; siapakah yang mendidikmu (sehingga
engkau bisa memiliki akhlak yang mulia)? Nabi Isa menjawab; "Tidak seorang pun yang
mendidikku. Hanya saja bila aku melihat perbuatan yang tidak terpuji dari seseorang, maka
aku menjauhi perbuatan itu.”
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Seseorang yang rajin ber-muhâsabah akan mudah melakukan perbaikan pada
dirinya. Dia juga akan rajin meneliti, mengintrospeksi, mengoreksi dan menganalisa baik dan
buruk dirinya. Sehingga dia mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi faktor kekuatan
dirinya yang harus disyukuri dan dioptimalkan, serta kekurangan yang harus diperbaiki,
ditutupi dengan kebaikan atau dihilangkan. Lalu bahaya-bahaya apa yang mengancam diri
dan aqidahnya sehingga harus diantisipasi, dan akhirnya peluang-peluang kebajikan apa saja
yang dimilikinya yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Waktu yang terus berlalu hendakanya bisa kita manfaatkan untuk terus
memperbaiki diri ini dari hari ke hari. Semoga Allah terus membimbing kita semua. Amin.
***
79
Malam Ke-27
Hikmah Zakat dan Sedekah
خى : للا رسول قال ب الس ن قر ب للا م ن قر ب الناس م ن قر د الجنة م ن بع ار م ل الن والبخ
د ن بع د للا م ن بع د الناس م ن بع ب الجنة م ن قر ار م خى والجاهل الن ن للا إلى أحب الس م
ل عابد .}الترمذى رواه }بخ
Rasulullah Saw. bersabda: “Orang yang pemurah itu dekat dengan Allah, dekat dengan
manusia, dekah dengan syurga, dan jauh dari neraka. Dan orang yang bakhil itu jauh dari
Allah, jauh dari manusia, jauh dari syurga, dan dekat dengan neraka. Orang yang jahil
(bodoh) tapi pemurah, itu lebih dicintai Allah daripada ahli ibadah tapi bakhil”. (HR. At-
Tirmidzi).
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Kedermawanan adalah salah satu akhlak yang mulia. Rasulullah Saw. terkenal sebagai
seorang yang sangat dermawan, terlebih lagi di Bulan Ramadan. Setiap kebaikan yang kita
lakukan akan dibalas berlipat ganda dan sama sekali tidak akan mengurangi harta.
Sementara sifat kikir hanyalah akan menghancurkan harta yang kita miliki.
Setiap pagi di pintu rumah kita ada Malaikat yang mendo’akan:
تلفا ممسكا وائت خلفا منفقا ائت اللهم .
“Ya Allah berilah orang yang berinfaq itu pengganti, dan orang yang menahan diri (dari
berzakat/berinfaq) kehancuran”.
Kebiasaan senang memberi akan memberikan dampak yang sangat baik dalam kehidupan.
Seorang yagn senang memberi, maka hartanya akan semakin bertambah, berkah dan
melimpah. Dari sisi pembangunan kesejahteraan ummat, zakat merupakan salah satu
instrumen pemerataan pendapatan, dengan zakat yang dikelola dengan baik, dimungkinkan
membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan.
Ajaran zakat, infaq dan shadaqah sesungguhnya mendorong kaum muslimin untuk memiliki
etos kerja dan usaha yang tinggi, sehingga memiliki harta kekayaan yang disamping dapat
memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya juga bisa memberi kepada orang yang
berhak menerimanya.
80
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Zakat berarti mengeluarkan sebagian harta dengan persyaratan tertentu untuk diberikan
kepada kelompok tertentu (mustahiq) dengan persyaratan tertentu pula
Infaq dan shadaqah mempunyai makna mengeluarkan harta untuk kepentingan-kepentingan
yang diperintahkan Allah SWT di luar zakat. Shadaqah kadangkala dipergunakan untuk
sesuatu yang bersifat non materi
Zakat adalah bagian dari keimanan kepada Allah SWT dan keyakinan akan kebenaran ajaran-
Nya, perwujudan syukur nikmat, terutama nikmat benda dan meminimalisir sifat kikir,
materialistik, egoistik dan hanya mementingkan diri sendiri. Sifat bakhil adalah sifat yang
tercela yang akan menjauhkan manusia dari rahmat Allah SWT.
Kecemburuan orang-orang miskin kepada orang kaya akan berkurang. Tindak kejahatan
banyak terlahir dari kecemburuan akibat perbedaan yang mencolok, dan adanya jurang yang
mendalam antara kehidupan si miskin dan si kaya. Zakat sangat berpengaruh dalam
menciptakan ketenangan dan ketentraman dalam kehidupan sosial.
Lebih dari itu, zakat dapat menyucikan diri dan harta dari berbagai hal yang mengotorinya.
Dalam Al-Qur’an Allah telah menegaskan,
هم تطهرهم صدقة أموالهم من خذ هم وصل بها وتزك لهم سكن صلتك إن عل علم سمع وللا
“Ambillah zakat dari harta mereka, untuk menyucikan dan membersihkan mereka dan
doakanlah mereka. Sesungguhnya doamu akan memberikan ketenangan kepada mereka.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. At-Taubah: 103)
81
Malam Ke-28
Menikmati Hidup Dengan Qana’ah
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Salah satu pendidikan Ramadan adalah melatih kita agar menjadi hamba yang qana’ah
atau merasa cukup atas nikmat yang ada. Sebenarnya kita semua ini bergelimang dalam
nikmat bila kita menyadarinya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar dan
At-Thabarani, bahwa Rasulullah Saw..pernah bersabda:
ي " » - ، قوا ي ه ي ، ف آ ن ، ف ل فى أ ي نبي ا ح زاي فكأنل بوي ر ه « ". ا ط
ا ل ب ن ط
“Barang siapa yang berpagi-pagi ; badannya sehat walafiat, kehidupannya aman, ada
makanan untuk hari itu, maka sungguh telah diberikan padanya kehidupan dunia”
(HR. Ath-Thabrani).
Ketiga hal inilah yang menjadi inti kehidupan dunia; kesehatan, keamanan dan
ketersediaan makanan. Inilah pokok kenikmatan kita di dunia. Tiga unsur inilah yang menjadi
inti kebahagiaan, bukan pada uang dan harta benda yang banyak. Kekayaan menjadi terasa
berarti apabila dibarengi oleh ketiga hal ini. Tanpa itu yang ada hanyalah kesusahan. Sebab
kesehatan, keamanan, dan ketersediaan makanan langsung berhubungan dengan kita,
sementara uang dan harta itu lebih banyak berhubungan dengan orang lain.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Saya ingin bertanya:
Maukah Bapak-ibu; bila ada datang ingin membeli mata bapak-ibu seharga 100 juta
rupiah, dan sebagai gantinya bapak-ibu tidak bisa melihat?
Maukah Bapak-ibu; bila ada datang ingin membeli telinga bapak-ibu seharga 100
juta rupiah, dan sebagai gantinya bapak-ibu tidak bisa mendengar?
Maukah Bapak-ibu; bila ada datang ingin member bapak-ibu uang 100 juta rupiah,
dan sebagai gantinya ia ingin mengambil kaki dan tangan bapak-ibu?
82
Atau tidak usah kaki dan tangan, yang diambil hanyalah jari telunjuk bapak-ibu
tangan kanan bapak-ibu, dipotong dengan pisau, dan sebagai gantinya bapak-ibu diberi 100
juta rupiah?
Kalau saya, pasti tidak akan mau. Mau dibeli dengan harga bermilyar-milyar pun
saya tidak akan mau memberikan anggota tubuh ini untuk dijual. Saya yakin bapak-ibu pun
begitu.
Anggota tubuh adalah fasilitas hidup paling berharga yang kita punyai. Dengan
anggota tubuh ini kita bisa berbuat lebih banyak, melakukan apa yang kita sukai, dan
menikmati setiap jengkal kehidupan ini dengan nikmat. Kalau misalnya, setiap anggota
tubuh ini kita beri harga 100 juta rupiah misalnya, maka dengan kelengkapan jumlah
anggota tubuh yang ada kemana-mana kita kita ini menenteng uang milyaran rupiah.
Maka apa artinya uang dan kekayaan dibandingkan dengan nikmat anggota tubuh
yang sehat. Ketika mata sakit, kita harus membayar puluhan ribu bahkan ratusan ribu untuk
membuatnya sehat. Ketika mata kurang awas dan perlu kaca mata, berapa lagi uang yang
harus kita keluarkan. Apalagi ketika mata kita sampai buta dan tidak bisa melihat, maka akan
banyak sekali aktifitas kita yang harus terhenti.
Beratus ribu bahkan berjuta orang yang terbaring lemah dan menderita karena
berbagai penyakit di dunia ini, namun hingga kita masih tetap diberikan keafiatan. Atau pun
kalau kita sendiri sakit, maka masih banyak lagi yang kondisinya lebih buruk dengan apa
yang kita alami saat ini.
Hingga kini kita diberikan kesempatan menghirup udara dengan bebas, menikmati
semilir angin yang membelai tubuh, merasakan segarnya air yang membasahi kerongkongan.
Kita pun masih diberikan kesempatan merebahkan diri dan tidur dengan nyenyak. Semua ini
adalah karunia tak dapat nilai oleh uang berapa pun jumlahnya.
Nikmat Kedua, Keamanan
Alhamdulillah sampai saat ini kita masih bisa makan dengan enak, tidur dengan
nyenyak. Pergi bekerja dengan tenang, pulang kerja dengan hati yang lapang. Mau ke
sekolah, ke toko, ke pasar, kemana saja, kita pergi dengan sesuka hati.
Tapi tidak demikian di tempat-tempat yang lain. Kita mungkin pernah mendengar di
banyak tempat terjadi banyak kekacauan, perampokan, pencurian, penodongan, atau
83
pengrusakan akibat tawuran dan perkelahian. Anda sendiri mungkin pernah mengalami.
Betapa tidak enaknya hidup dalam ketakutan seperti itu.
Kita bisa membayangkan betapa sengsara kondisi negara-negara lain yang tidak
mengalami keamanan selama bertahun-tahun lamanya. Terutama kondisi negara-negara
muslim yang didera konflik dalam negeri, seperti Irak, Darfur, Libya, dan terutama Palestina.
Mereka merasakan duka nestapa yang berpanjangan. Perasaan takut selalu menyelinap.
Alam semesta turut berduka dengan apa yang menimpa saudara-saudara kita di sana.
Nikmat ketiga: Ketersediaan Makanan
Akibat konflik itu, kadang berpengaruh kepada kekurangan bahan makanan. Kita
sering menyaksikan betapa penyakit busung lapar mewabah dengan luas di Afrika. Baik
karena ketiadaan makan dan obat-obatan, atau karena makanan yang sudah tercampur
racun atau unsur kimia yang tidak baik bagi kesehatan. Kedinginan tanpa selimut, kedinginan
tanpa tempat bernaung.
Air minum pun tidak ada. Kalau pun ada, ia bersumber dari tempat yang kotor.
Bahkan ada yang mengatakan bahwa air yang ada di kamar mandi di rumah kita, jauh lebih
bersih dari air yang dijadikan sumber minum banyak orang yang ada di Afrika sana.
Ada pula yang kekurangan makanan karena tidak mampu membeli. Hidup dengan
serba kekurangan. Tidak punya uang walau hanya untuk membeli sesuap nasi yang
membuatnya bertahan untuk hidup. Sementara kita saat ini masih ada makanan yang bisa
kita nikmati. Bentuknya beraneka macam, dengan berbagai warna dan rasa. Mulai dari
makanan yang ringan sampai makanan berat. Semua ini menggerakkan kita untuk bersyukur,
berterima kasih kepada Allah atas segala nikmat yang terkira.
Ketiga nikmat ini; kesehatan, keamanan, dan ketersediaan makanan adalah unsur
utama dalam menjaga keutuhan hidup. Saat ini memilikinya, maka sekan-akan kita telah
memiliki dunia lengkap dengan segala isinya. Sebab kenikmatan yang lain hanyalah
pelengkap. Ketika kita memiliki unsur ini, ditambah lagi dengan kenikmatan yang lain, maka
kita sudah mendapatkan anugerah yang luar biasa.
Suatu ketika datang seseorang datang kepada sahabat Amr bin Ash mengadukan
kesusahan dan kefakiran hidupnya.
“Apakah saat ini kamu merasa sehat?” tanya Amr.
84
“Ya, saya merasakan kesehatan” jawab orang ini
“Apakah kamu merasa aman?”
“Ya, saya merasa aman”
“Apakah kamu punya persediaan makanan?”
“Ya saya punya”
“Kalau begitu kamu telah memiliki dunia “
“Saya juga masih memiliki pembantu”
“Kalau begitu kamu adalah raja” kata Amr bin Ash.
***
85
Malam Ke-29
Selamat Jalan Ramadhan
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Hari-hari Ramadan terus berlalu bergabung ke satuan waktu masa silam. Masa perawatan
intensif hati ini tidak lama lagi berakhir. Kelak bilangan hari-hari ini akan dihamparkan di
pengadilan Rabbul Izzati untuk diperhitungkan setiap menit dan detiknya. Hari-hari kita saat
ini adalah waktu yang tepat untuk membuktikan kekuatan menahan keinginan dan
perasaan, kesetiaan dalam ucapan, kesejatian dalam sikap, dan ketabahan dalam
melaksanakan komitmen yang sudah diputuskan.
Bila saat ini kalah, maka alangkah susahnya mengharap kemenangan sejati di bulan-bulan
lainnya. Sebab "Barang siapa yang luput mendapat kebaikan di bulan ini, sungguh benar-
benar ia luput dari mendapatkan kebaikan."
Keinginan utama diri ini memang untuk menjalankan tugas sebagai hamba Allah dengan
sebaik-baiknya. Namun dunia ini masih saja indah di depan mata. Setan tak henti-hentinya
berusaha menggelincirkan anak cucu Adam, sesuai dengan komitmen yang ia ikrarkan di
hadapan Allah
تن بما رب قال نن أؼو هم الرض ف لهم لز ن المخلصن منهم عبادك إل . أجمعن ولؼو
"Iblis berkata: Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku
akan menjadikan mereka memandang baik perbuatan ma’siat di muka bumi, dan pasti aku
akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang beroleh taufiq di
antara mereka" (QS. Al-Hijr: 39-40)
Adalah sebuah hal yang pasti kita termasuk dalam lingkup "Ajma’in" yang akan digelincirkan
oleh setan, dan sama sekali belum ada jaminan untuk masuk dalam golongan mereka yang
"mukhlashin’ (yang mendapat taufiq untuk selalu melaksanakan ketaatan). Sehingga diri
inipun masih jatuh-bangun melawan keinginan nafsu yang tak pernah berhenti menggoda.
Di saat diri bergelimang dosa, ketaataan pun jarang dilakukan. Hidup dipenuhi hal-hal yang
tidak bermanfaat untuk hari esok di akhirat. Sekali melakukan kebaikan, diri ini tidak ikhlas:
full riya dan mengharapkan sesuatu yang lain. Sehingga tidak ada lagi yang bisa diharapkan.
Padahal masa beramal itu terbatas. Hidup ini ada ujungnya.
86
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Hidup kita suatu saat akan berakhir. Harapan yang paling besar bagi kita adalah kita
dimasukkan Allah ke dalam surga dan dijauhkan dari api neraka. Sungguh itulah
keberuntungan kita yang sejati.
Allah menyatakan:
ة وأدخل النار عن زحزح فمن اة وما فاز فقد الجن ا الح ن الؽرور متاع إل الد
"Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh ia telah
beruntung." (QS. Ali Imran: 185)
Ketika dibangkitkan di hari kiamat nanti, kita akan mengurus diri masing-masing. Di hari itu
suasananya sangat berbeda. Semua ditentukan amalnya.
" Dan apabila datang suara yang memekakkan [tiupan sangkakala yang kedua], pada hari
ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya.
Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.
Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan gembira ria, dan banyak [pula] muka
pada hari itu tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan . Mereka itulah orang-orang
kafir lagi durhaka.." (QS. ‘Abasa: 34-42)
Entah kita termasuk golongan yang berseri-seri ataukah yang diliputi kegelapan.
Sungguh, sejak awal Ramadan kesempatan untuk menjadi orang yang paling beruntung
sangat besar. Peluang terbebas dari neraka jahannam terbentang luas. Dalam hadis shahih,
Rasulullah sudah menyatakan "Sesungguhnya Allah membebaskan sejumlah hamba-
hambanya dari api neraka setiap siang dan malam di Bulan Ramadan." Hadits Riwayat Al-
Bazzar.
Maka tak ada rasa putus asa bagi jiwa-jiwa yang merasa berdosa. Masih ada beberapa jam
waktu tersisa untuk berlomba menuju surga. Pintu maghfirah terbuka lebar, terutama di
malam-malam terakhir bulan Ramadan ini. Malam-malamnya menjadi malam yang terbaik di
sepanjang kehidupan umat Nabi Muhammad Saw.
Saatnya untuk sejenak mengistirahatkan diri dari kepenatan duniawi. Saatnya melepaskan
beban-beban dosa yang semakin tak tertanggungkan lagi. Saatnya untuk bersimpuh khusyu
di haribaan Ilahi, mengejar rahmat dan mengemis ampunan dari Sang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang. Rabbi Inni zhalamtu nafsi, faghfirli…
87
Malam Ke-30
Kembali Kepada Allah
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Setelah melalui pendidikan Ramadan, semoga kita benar-benar bisa menjadi hamba Allah
yang sejati. Yaitu hamba yang selalu menyerahkan diri kepada-Nya, tunduk kepada
ketentuan-Nya, dan sepenuh keikhlasan dalam melaksanakan segala ibadah dan pengadian
kepada-Nya sepanjang hayat.
Salah satu yang penjadi penghalang dan merusak hubungan kita dengan Allah Swt. adalah
dosa. Maka sudah sepantasnya kita berusaha untuk selalu beristighfar dan meminta ampun
kepada Allah atas segala dosa yang telah kita lakukan. Dalam sebuah hadits Rasulullah
bersabda,
جعل الستؽفار لزم من » من ورزقه فرجا هم كل ومن مخرجا ضق كل من له للا ح
حتسب ل ».
“Barangsiapa yang membiasakan beristighfar, maka Allah akan memberikan jalan keluar
dalam setiap kesempitan, memberikan kemudahan dalam setiap kesusahan, dan
memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka" (HR. Abu Daud)
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Dulu selama beberapa waktu lamanya Bani Israil pernah dilanda bencana yang teramat
sangat. Hujan lama tak turun, kelaparan melanda rakyat di seluruh negeri. Mereka pun
meminta kepada Nabi Musa untuk memohon kepada Allah agar menurunkan hujan.
Nabi Musa kemudian mengumpulkan semua penduduk di tanah lapang dan mengajak
mereka berdoa bersama. Sepenuh harap mereka meminta agar Allah menurukan hujan.
Namun hujan tidak turun juga. Mereka terus berdoa, "Ya Allah, turunkanlah hujan" Hujan
masih tetap tak kunjung turun juga.
88
Allah berfirman kepada Nabi Musa, "Musa, hujan tidak turun karena di antara kalian orang
yang bermaksiat kepada-Ku selama 40 tahun. Karena keburukan maksiatnya, aku
mengharamkan hujan dari langit untuk kalian semua"
Allah kemudian memerintahkan supaya orang itu dikeluarkan dari daerah tersebut.
Musa pun berkata kepada kaumnya, "Wahai Bani Israil, aku bersumpah bahwa di antara kita
ada orang yang bermaksiat kepada Allah selama 40 tahun. Akibat perbuatannya itu, Allah
tidak menurunkan hujan untuk kita. Hujan tidak akan turun hingga orang itu pergi. Demi
Allah, wahai pelaku maksiat, engkau harus pergi dari sini..!"
Orang yang ahli maksiat itu pun sadar. Ia melihat sekelilingnya, berharap ada orang lain yang
melangkah pergi. Namun tak seorang pun yang pergi. Ia lantas berdoa, "Ya Allah, aku telah
bermaksiat kepda-Mu selama 40 tahun. Aku mohon Engkau menutupi aibku. Jika aku pergi,
pasti aku dilecehkan dan dipermalukan. Aku berjanji tidak akan mengulangi perbuatanku
lagi. Terimalah taubatku dan tutupi aibku ini"
Belum sempat ia meninggalkan tempat, hujan langsung turun dengan deras. Nabi Musa
terkejut, "Ya Allah, hujan telah turun padahal tak seorang pun dari kami yang pergi." Allah
berfirman, "Musa, hujan turun karena aku gembira. Hamba-Ku yang bermaksiat kepada-Ku
selama 40 tahun itu telah bertaubat."
Atas hal ini, Musa pun memohon kepada Allah agar menunjukkan orang yang dimaksud itu
kepadanya, sehingga dia bisa menyampaikan kabar gembira tersebut. Allah
menjawab,"Musa, ia bermaksiat kepada-Ku selama 40 tahun, dan semua Kurahasiakan.
Mungkinkah setelah sekarang ia bertaubat, Aku akan mempermalukannya?"
Kisah tersebut memberikan pelajaran berharga kepada kita bahwa kemaksiatan dan dosa
dapat menghalangi terkabulnya doa, dan turunnya hujan dari langit. Begitula pengaruh
buruk maksiat.
***
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Pengaruh buruk itu, kata Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, antara lain dapat menghalangi turunnya
rezeki, menjauhkan pelakunya dengan orang baik, menyulitkan urusan, melemahkan hati,
memperpendek umur, merusak akal, hilangnya rasa malu, berkurangnya nikmat, dan
mendatangkan azab.
89
Dosa akan memberi dampak buruk bagi kehidupan. Ketika suatu hari anak kita rewel, istri di
rumah marah-marah, sikap teman-teman kerja tidak menyenangkan, rezeki sempit, sulit
memahami pelajaran, semua pintu peluang tertutup, hati susah, pikiran pun runyam, maka
berhentilah sejenak. Bisa jadi ini semua terjadi karena dosa yang dilakukan sebelumnya.
Rasulullah menyatakan bahwa pengaruh dosa akan kehidupan seseorang sampai-sampai
pada hewan tunggangannya. Hewannya itu akan bereaksi tidak sebagaimana biasa ketika
sebelumnya sang pemiliknya berbuat dosa.
Maka pada masalah rezeki yang sempit, hubungan dengan masyarakat yang rumit, roda
kerja usaha yang terseok-seok, semata-mata bukan karena persoalan manajerial, koordinasi,
dan lain sebagainya. Perlu evaluasi kembali, jangan-jangan ini karena tumpukan dosa-dosa
yang membuat hati kelam dan tertutup melihat peluang dan petunjuk-petunjuk yang
semestinya sudah berada di depan mata.
Dosa itu menutup mata hati. Kalau dulu ia bersinar, bercak-bercak dosa itulah yang menutup
hati sehingga tidak bisa melihat apa-apa lagi.
Dosa itulah yang membuat usaha kita tidak berkah, menjadikan pekerjaan kita tidak
menghasilkan apa-apa. Uang oleh banyak, tapi kalau tanpa berkah hanya akan membawa
celaka dan mengundang malapetaka. Atau suatu ketika akan hilang dan entah lari kemana.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Sebulan penuh kita telah melaksanakan ibadah puasa. Kita sangat berharap, semoga Allah
menerima segala amal kebaikan yang telah kita lakukan. Kita juga bermohon, semoga Allah
mengampuni dosa-dosa kita dan membebaskan kita dari api neraka.
Kita berusaha untuk selalu meramadhankan hati dalam menghadapi sebelas bulan
mendatang. Kita berusaha untuk tetap istiqamah dalam shalat lima waktu, tilawah Al-
Qur’an, dan berbagai amal kebaikan lainnya. Semoga rahmat Allah terus menghampiri kita
kapan dan dimana pun kita berada. Amin.
90
Suplemen Hadits-hadits Shahih Seputar Ramadan
Tarhib Bulan Ramadhan
Tarhib artinya: sambutan. Bagaimana Rasulullah saw men-tarhib Ramadhan? Inilah
hadits shahih tentang itu:
ي أ بي ق ا ق ا ر وا ا ل لى ا ل ي لي أ يي ر ض ا شهي
ت ف أ بيو ب ا ل ء بغي ق ف ر فب ض ا ل زل ج ل يكيي بفي
ي الل ا بغ ط ف اي ي أ بيو ب خ بي ي أاي شهي ا ل ف ا بي
فبق ي ح ح خ بي
Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Ramadhan
telah datang kepada kalian, -ia adalah- bulan berkah, Allâh –‘Azza wa Jalla- telah mewajibkan
kepada kalian bershaum. Di bulan itu pintu langit dibuka, dan pintu neraka Jahim ditutup
dan syetan pembangkang dibelenggu. Demi Allâh di bulan itu ada satu malam yang lebih
baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapat kebaikannya, maka sungguh ia
tidak terhalang (dari kebaikan)." HR Nasa`i 2079, shahih.
Fadhilah Ramadhan
Dalam setahun terdapat 12 bulan. Yang paling utama adalah bulan Ramadhan, karena
mengandung beberapa fadhilah berikut:
أال أ بي رض ا ل ي ق ا ر وا ا ل لى ا ل ي لي خ .1
ر ض ا فبتن ي أ بيو ب ا ل ء غ نق ي أ بيو ب الل ا ي ي جه لي شهي
Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Apabila bulan Ramadhah datang, maka pintu-pintu langit dibuka sedangkan pintu-pintu
jahannam ditutup dan syaitan-syaitan dibelenggu". HR Bukhari 1766. Dalam riwayat Muslim
disebutkan pintu-pintu rahmat, yaitu:
91
ا ر ض ا فبتن ي غ نق ي أ بيو ب جه لي ي ي أ بيو ب ا لحي
الل ا
"Apabila Ramadhan telah tiba, maka pintu-pintu rahmat dibuka, dan pintu-pintu Jahannam
ditutup, dan syetan-syetan pun dirantai." HR Muslim 1794.
Fadhilah Qiyam Ramadhan
Qiyam artinya: berdiri. Qiyam Ramadhan maksudnya: shalat tahajjud di bulan
Ramadhan, baik sendiri-sendiri atau dengan berjamaah.
ر ض ا ن ق أال ر وا ا ل لى ا ل ي لي ق ا ي ي أ بي .2
ت ي ني حي غف ا بق ل
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa
melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, pasti diampuni apapun
dosanya yang telah lalu". HR Bukhari 36.
Ramadhan Bulan Maghfirah
Ramadhan bulan penuh ampunan dari Alloh Swt. Maka siapapun tidak mendapat
ampunan Alloh di bulan Ramadhan, sungguh ia merugi besar.
ق ا ر وا ا ل لى ا ل ي لي رغي أني رج يا ي أ بي ق ا .3
ي ه فب يي ص ن ل رغي أني رج خ ي ر ض ا ثيل ني خ قب ي أاي
ا بغيف
Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Celakalah
seseorang yang aku disebut di depannya dan ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku, dan
celakalah seseorang yang Ramadhan menemuinya kemudian keluar sebelum mendapatkan
ampunan.” HR Tarmidzi 3468, shahih.
92
أال ر وا ا ل لى ا ل ي لي ا بقوا اصل و ا ي أ بي .4
ل ر ض ا اى ر ض ا كفن ا ب بي به ل ل اى اي ي س اي ي ايخ ي
تب ب ايك ا جي
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Shalat lima
waktu dan shalat Jum'at ke Jum'at berikutnya, dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya
adalah penghapus untuk dosa antara keduanya apabila dia menjauhi dosa besar." HR
Muslim 344.
ق ا ر وا ا ل لى ا ل ي لي ي ي أ ي أ بي ق ا .5
ي ني ت غف ا بق ل ر ض ا ن حي
Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa
yang bershaum karena iman dan mengharap pahala, pasti diampuni dosa-dosanya yang
telah lalu". HR Bukhari 37.
Ramadhan Bulan Anti Berkurang
Ramadhan (bulan ke-9) & Dzul Hijjah (bulan ke-12) memiliki keistimewaan:
رض ا ل ي .6 ا ي أ كي ي ا ل ن لى ا ل ي لي ق ا شهي
قص ا ب بي ر ض ا اي ل شهي
Dari Abu Bakrah radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Ada dua
bulan yang tidak akan kurang yaitu bulan Ramadhan dan Dzul Hijjah". HR Bukhari 1779.
Apa maksudnya?
Ibnu Hajar menjelaskan 3 kemungkinan makna, yaitu:
1. Keduanya tak mungkin kurang dari 30 hari secara bersamaan dalam 1 tahun.
2. Pahalanya tidak berkurang meskipun jumlah harinya tidak genap 30 hari.
3. Tiap satu dari keduanya tidak akan kurang dari lainnya.
Makna ketiga ini adalah yang paling lemah. (fathul Bari 1/198)
93
Ramadhan Bulan Kesabaran
Syahrus shabr. Demikianlah nama lain bulan Ramadhan, berdasarkan hadits shahih
bahwa Mujibah (seorang yang sudah lanjut usia dari Bahilah) menceritakan dari ayahnya
atau dari pamannya, dia berkata; "Suatu kali, aku pernah datang kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam untuk suatu keperluan. Beliau kemudian bersabda: "Siapakah
kamu?." Dia berkata, 'Tidakkah Anda mengenal saya? ' Beliau bersabda lagi: "Siapakah
kamu?." Dia berkata; 'Saya adalah orang Bahili yang mendatangi Anda pada tahun pertama.'
Beliau bersabda: "Sesungguhnya kamu dulu mendatangiku dengan badan, warna kulit, dan
penampilan yang bagus. Lantas apa yang menyebabkanmu menjadi sebagaimana yang
kulihat ini?." Dia menjawab; 'Demi Allâh, saya tidak pernah makan setelah (aku berpisah
dengan) anda kecuali di malam hari.' Sabda beliau:
ي أ أاي بلذنب نبفي ي أ أاي بلذنب نبفي ي أ أاي بلذنب .7
اصل ي ر ض ا نبفي ث ل ا يي شهي
"Siapakah yang memerintahkanmu menyiksa diri? 'Siapakah yang memerintahkanmu
menyiksa diri? 'Siapakah yang memerintahkanmu menyiksa diri?." (beliau mengulanginya
hingga tiga kali), Bershaumlah pada bulan kesabaran, yaitu Ramadhan." HR Ahmad 19435,
diriwayatkan juga oleh Abu Dawud dengan redaksi sedikit berbeda; shahih.
Sebulan Ramadhan = 10 Bulan
Satu kebajikan dilipatgandakan menjadi 10 kebajikan. Demikianlah kaidah asal
dalam amal kebajikan. Dalam hal ini, termasuk juga shaum sebulan Ramadhan, berdasarkan
hadits shahih:
لل .8 ي ثبوي ا ي ا ل ن لى ا ل ي لي ق ا ي ر ض ا فلهي
ه تل أ ل بلي ايف ي فذا ا ل أشي
Dari Tsauban dari Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda; "Barangsiapa shaum Ramadhan
maka itu sebulan dikali 10 bulan, dan shaum 6 hari setelah ramadhan itulah penggenap
shaum setahun." HR Ahmad 21378, shahih.
94
Rahasia Ramadhan
Sebagai bulan paling utama, tentu Ramadhan memiliki rahasia yang menjadi
keistimewaannya. Inilah salah satunya:
أ لا بي ي أنيزا ي :ق ا لي، ي ا ل لى ا ل ن ث ، ي .9
ر أنيزا ر ض ا، شهي ي ا بي اني أنيزا ر ض ا ي ض ي ا ت اتبلوي
ا ا ا ازل ور أنيزا ر ض ا، ي ض ي لي ر ض ا، ي خ ي لي
ري ايق يآا أنيزا (ح ). ر ض ا ي خ ي لي
Dari Watsilah, dari Nabi saw bersabda, “Shuhuf Ibrahim diturunkan di awal malam bulan
Ramadhan, dan Taurat diturunkan setelah 6 hari awal Ramadhan, dan Injil diturunkan
setelah 13 hari awal Ramadhan, dan Zabur diturunkan setelah 18 hari awal Ramadhan, dan
Al-Qur’an diturunkan setelah 14 hari awal Ramadhan.” HR Thabarani 15/450; hadits hasan.
Rahasia Malam Pertama Ramadhan
Malam pertama Ramadhan memiliki kedahsyatan yang penting, yaitu:
ي أ بي ق ا .10 ق ا ر وا ا ل لى ا ل ي لي ا أ لا ا بي
ت ي ر ض ا فن اي الل ا اي ن غ نق ي أ بيو ب ا ل ر فب يي بفي ي شهي
ه ب ب ي غ ه ب فبتن ي أ بيو ب اي ل فب يي بغي قي بي بي
ايخ ي أقي ي غ الل ن أقيص ي ا ل تبق ء ي ا ل ر ا ط ا بي
Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Pada
malam pertama bulan Ramadhan syetan-syetan dan jin-jin pembangkang dibelenggu, pintu-
pintu neraka ditutup hingga tidak ada satupun pintu yang terbuka, dan pintu-pintu Jannah
95
dibuka hingga tidak ada satupun pintunya yang tertutup, serta seorang penyeru menyeru:
“Wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang
mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah!” Dan Allâh memiliki hamba-hamba yang
dimerdekakan dari api neraka pada setiap malam di bulan Ramadhan". HR Tarmidzi 618,
shahih.
Rahasia Lailatul Qadr
Selain lebih utama daripada 1.000 bulan, adakah rahasia lainnya ?
ق ث ي .11 :ق ا لي ي ا ل لى ا ل ر وا ي ي ر ا بي ايق ي
ف ه ب ي ى ر ، ، ف ه ، ب ر ، ح رل ب ي ،
ي، ه ي ي . اه شل ا الل يس ي بويDari Watsilah bin Asqa` dari Rasulullah saw bersabda, “Lailatul Qadr itu sejuk, yaitu tidak
panas dan tidak dingin, juga tak ada mendung, tak ada hujan dan angin (kencang), serta tak
ada bintang yang dilemparkan. Termasuk tanda pagi harinya adalah: matahari terbit tanpa
sinar yang menyengat.” HR Thabarani 17605; hadits hasan.
ر نبله أ بي ي .12 ايق ي أال ر وا ا ل لى ا ل ي لي ق ا ف ا بي
ريض أ ي ب ي ف ي ل أ ي ل لي ال اي اك ي ا ل بي ا بي
اي صى
Dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang
Lailatul Qadr; "Sesungguhnya itu adalah malam ke-27/ke-29. Sungguh pada malam itu
jumlah malaikat di bumi lebih banyak dari jumlah pasir." HR Ahmad 10316, shahih.
Waktu Lailatul Qadr
Ulama berselisih seputar Lailatul Qadr hingga 40 pendapat lebih (Fathul Bari juz 4 hlm. 262).
Yang benar, Lailatul Qadr tidak diketahui secara pasti:
96
رين رض ا ل ي ق ا .13 أ بطه ا ل س نبله ن ي أ ي ا ي أ ل ايخ ي
تبقل ا له الل ي ا يي ه ف ء رج ا ي خي ر نن خ جي ايق ي ا بي
خ ي ر ض ا ايت و ف اتل ل ي فب ن تبه ف ايت و ف ايللي
ا ل ل ايخ
Dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu ‘anhu, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: "Wahai sekalian manusia, sungguh, telah dijelaskan kepadaku tentang Lailatul
Qadr, dan kau keluar untuk memberitahukan kepada kalian tentang hal itu. Namun
kemudian datang dua orang yang saling menuntut hak (bertengkar) sedangkan mereka
ditemani oleh syetan. Sehingga Lailatul Qadr terlupakan olehku. Maka carilah Lailatul Qadr
pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, carilah Lailatul Qadr pada malam ke-9, ke-
7 dan ke-5 (dalam sepuluh malam terakhir itu)." HR Muslim 1996.
Apa maksud malam ke-9, ke-7, dan ke-5? Lanjutan hadits menjelaskan:
أحقط ذا يكيي ق ا قب ي أ ل نلكيي أ ي ي ايل ل ق ا أج ي ن ي
ا ف الت ق ا قب ي اتل ل ا ل ل ايخ ق ا ض ي ح لي
ا ف الت ه ه ث يتب ي لي اتل ل فإ ض ي ث لي
ا ف الت ه ايخ س لي ا ل ل فإ ضى خ ي
Seseorang berkata, "Wahai Abu Sa'id! Kamu tentu lebih tahu bilangan itu dari pada kami."
Abu Sa'id menjawab, "Tentu, kami lebih mengetahui tentang hal itu daripada kalian."1 Orang
itu bertanya lagi, "Apa yang dimaksud dengan malam ke sembilan, ketujuh dan kelima?" Ia
menjawab, "Jika malam ke-21 telah lewat, maka yang berikutnya adalah malam ke-22, dan
itulah yang dimaksud dengan malam ke-9. Dan apabila malam ke-23 telah berlalu, maka
berikutnya adalah malam ke-7 (malam ke-24), dan jika malam ke-25 telah berlalu, maka
berikutnya adalah malam ke-5 (malam ke-26)." HR Muslim 1996.
1 Sebuah kaidah ilmiah: الراوي أدرى بما روى (Rawi lebih paham terhadap maksud riwayatnya).
97
ه .14 أال ا ل ل لى ا ل ي لي ق ا ي ي ل س رض ا ل بي
قى ف ل ر ف ل ب بي ايق ي خ ي ر ض ا ا بي ي ايت و ف ايللي
قى قى ف خ ب بي ب بي
Dari Ibnu 'Abbas radliallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam yang akhir dari Ramadhan, pada malam ke-9
yang tersisa, pada malam ke-7 yang tersisa, pada malam ke-5 yang tersisa". HR Bukhari
1881.
Pelipatgandaan Pahala Pada Ramadhan
Ibnu Abbas berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada seorang wanita
dari kalangan Anshar -Ibnu Abbas menyebutkan namnya, tetapi aku lupa: "Apa yang
menghalangimu untuk melaksanakan haji bersama kami?" wanita itu menjawab, "Kami tidak
mempunyai apa-apa kecuali dua ekor Unta, yang satu ekor dipakai suamiku pergi haji
bersama anaknya sedangkan yang satu lagi ia tinggalkan agar dipakai menyiram kebun."
Beliau bersabda:
ف بلي ا ح ل .15 فإ ج ء ر ض ا ف يت ي فإال ي
"Kalau bulan Ramadhan tiba, maka tunaikanlah umrah, sebab umrah di bulan Ramadhan
menyamai ibadah haji2." HR Muslim 2201.
Memperbanyak Tilawah Al-Qur’an
Bila pahala amal di bulan Ramadhan dilipatgandakan, marilah kita semangat memperbanyak
tilawah Al-Qur’an, karena amal ini memunculkan cinta dalam hati kita kepada Alloh & Rasul-
Nya, juga cinta dari Alloh dan Rasul-Nya kepada kita, berdasarkan hadits shahih:
ف ف ق أ ر وا ا ب أا ه : ا ر وا ق ا: ق ا ا
. ا ص
2 Dalam riwayat lain yang juga shahih disebutkan: “menyamai ibadah haji bersamaku.”
98
Dari ‘Abdullah berkata, Rasulullah saw bersabda, “Siapapun senang untuk dapat mencintai
Alloh dan Rasul-Nya, hendaklah membaca mushaf Al-Qur’an.” HR Ibnul Muqri` dalam
Mu’jamnya no. 498, shahih. (Bisa juga diartikan: “Siapa senang untuk dicintai Alloh dan
Rasul-Nya.”)
Inilah kebiasaan Rasulullah saw di bulan Ramadhan:
ه ق ا ي .16 ف ا أ ل ا ل ال ج ي ا بل رض ي ال رض ا ل بي
ايق يآا ل ل نل رض ايل ل ب ي أر ه ل حض أج نل
ب يت ا ق أ لا أ ي
Dari 'Aisyah radliallahu ‘anha berkata; 'Fathimah berkata: Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
berbisik kepadaku bahwa: "Jibril ‘alaihis salam datang membacakan Al Qur'an satu kali
dalam setiap satu tahun lalu dia ‘alaihis salam membacakan kepadaku dua kali untuk tahun
ini dan aku tidak melihatnya melainkan sebagai isyarat bahwa ajalku sudah akan dating, dan
sesungguhnya kamu (Fathimah) adalah orang yang pertama yang akan menyusul aku
diantara ahlu baitku". HR Bukhari 3353.
Memperbanyak Sedekah
Sedekah adalah tanda iman dalam hati. Karena manusia diciptakan memiliki sifat cinta
kepada harta. Maka jika cintanya kepada Alloh mengalahkan cintanya kepada harta, ia pun
tak enggan untuk menafkahkan hartanya sebagaimana diminta oleh Alloh Swt.
Selain memperbanyak tilawah di bulan Ramadhan, Rasulullah saw juga memperbanyak
sedekah padanya, berdasarkan hadits shahih:
و ا ل س ا ي ي ل س ق ا .17 ا ر وا ا ل لى ا ل ي لي أجي
ي و كوا ف ر ض ا ح ب يق ه ج ي ا ب يق ه ف ن ا بي أجي
و ايخ ي ي ر ض ا فب ر ايق يآا فب وا ا ل لى ا ل ي لي أجي
ا ن اي ي
99
Dari Ibnu 'Abbas berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang
paling dermawan terutama pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril ‘alaihis salam
menemuinya, dan adalah Jibril ‘alaihis salam mendatanginya setiap malam di bulan
Ramadhan, dimana Jibril ‘alaihis salam mentadarus Al Qur'an kepada beliau. Maka sungguh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih dermawan daripada angin yang berhembus.”
Bukhari 5.
I’TIKAF 10 HARI AKHIR RAMADHAN
I’tikaf termasuk amalan sunnah mu`akkadah, karena dilakukan oleh Rasulullah saw secara
kontinyu. Lalu dilakukan oleh istri-istri Rasulullah saw sepeninggal beliau.
ه ي ا ل ن لى ا ل ي لي .18 أال ا ل ل لى ي ال رض ا ل بي
خ ي ر ض ا حتلى بوفل ه ا ل ثيل ي ا ل ي لي ا بليتك ايللي
يتك أ ي ج ي بلي ه
Dari 'Aisyah radliallahu ‘anha, isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam biasa beri'tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga
wafatnya kemudian isteri-isteri Beliau beri'tikaf setelah kepergian Beliau.” HR Bukhari 1886.
MENGQADHA` I’TIKAF
Rasulullah saw tak pernah absen dari i’tikaf. Jika pun terpaksa absen karena suatu hal
(misalnya perang), niscaya beliau menggantinya di waktu lain.
ي أنس ق ا .19 ا ا ل ط لى ا ل ي لي ا ق يتك ايللي
لي خ ي ر ض ا فب يتك ي ايل اي قي ي
Dari Anas ia berkata; "Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila tidak dalam
perjalanan, beliau beri'tikaf selama sepuluh hari pada hari terakhir di bulan Ramadhan, tapi
apabila beliau sedang melaksanakan perjalanan, beliau melaksanakan i'tikafnya 20 hari pada
tahun berikutnya." (Bapakku berkata; "Aku tidak mendengar hadits ini kecuali dari Ibnu Abu
‘Adi, dari Humaid dari Anas.") HR Ahmad 11579, shahih.
100
7 Hari Akhir Ramadhan
Jika tak mampu memperdahsyat ibadah pada 10 akhir Ramadhan, hendaklah kita tidak
lemah untuk melakukannya di 7 hari terakhir, berdasarkan hadits:
ه ق ا ر وا ا ل لى ا ل ي لي ايت و ف .20 ي رض ا ل بي
ر فإاي ضل أح يي أ ي ز ف بغي ل ى ا ل ي ايق ي خ بلي ا بي ي ايللي
اي بو ق
Ibnu Umar radliallahu ‘anhuma berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Carilah ia pada sepuluh terakhir (Ramadhan), yakni Lailatul Qadr. Maka jika salah seorang dari kalian lemah atau tidak mampu, maka benar-benar jangan sampai terlewatkan 7 malam terakhir." HR Muslim 1989.
Berapa Hari Shaum Ramadhan
Pada asalnya shaum Ramadhan adalah 30 hari, kecuali jika:
ب ى أاي ث ث فصيي ر ض ا، ج ء " : ا ل ر وا ق ا ح ي ين ي .21
." ا قب ي ايه ا
Dari ‘Adi bin Hatim berkata, Rasulullah saw bersabda kepadaku, “Jika telah datang
Ramadhan maka shaumlah 30 hari, kecuali Anda melihat hilal (bulan sabit) sebelum itu.” HR
Thabarani 13635, shahih.
Makan Saat Shaum Karena Lupa
Manusia tempat salah dan lupa. Maka dalam Islam, orang lupa dimaafkan.
Termasuk lupa makan saat shaum, berdasarkan hadits shahih:
ن ر ض ا ف أفي ي : ق ا لي ي ا ل لى ا ل ل أال بي أ ي .22
. فل ر ي قض ء ف
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda, “Siapapun buka pada Ramadhan karena lupa,
maka tiada kewajiban qadha` atasnya, dan juga tiada kaffarah.” HR Hakim 1569, hadits
hasan.
101
Tentang Penulis
Penulis yang akrab dengan sapaat Ust. Umar atau Kak Muma saat ini aktif di Pondok
Pesantren Tahfizul Qur'an Ibnu Abbas Klaten-Jawa Tengah sebagai Ketua Unit Tahfizul
Qur’an.
Aktif menulis di Majalah Nida’ul Qur’an dan website hapalalquran.com. Sudah
menerbitkan beberapa karya, antara lain: Islam dan Khilafiyyah, (Penerbit Hikmat Press),
Amerika di Balik Konspirasi Global (Penerbit Sinai Press), Ada Cinta di Mata Aba (Penerbit
Buana Cita Media) dan Rasulullah Sang Penyayang-karya terjemah (Penerbit Aqwam Media
Profetika), Dahsyatnya Ikhlas, Sabar, Qana’ah (Ziyad Visi Media), Nikmatnya Shalat Khusyu;
Rahasia Hidup Sukses & Bahagia (Shahih, kelompok Penerbit Ziyad Visi Media) dan
Dahsyatnya 7 Kalimat Thayyibah (Shahih, kelompok Penerbit Ziyad Visi Media).
Kini penulis tinggal di PPTQ Ibnu Abbas Klaten Jawa Tengah bersama keluarga.
Untuk kontak person, bisa menghubungi di:
Hp : 0812 866 889 25
Email :[email protected]
Twittter: @kakmuma
Facebook: www.facebook.com/kakmuma
Web Site: www.hapalalquran.com