Upload
vankhue
View
245
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
NASKAH AKADEMIK
IKAN GABUS HARUAN
(Channa striata Bloch 1793)
HASIL DOMESTIKASI
BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR MANDIANGIN
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2014
iii
RINGKASAN
Ikan gabus (Channa striata Bloch 1793) adalah salah satu ikan spesifik
lokal perairan Indonesia yang habitatnya di rawa-rawa, sawah, genangan dan
daerah aliran sungai arus tenang yang membawa emulsi lumpur, dan bisa juga di
perairan payau. Ikan gabus tersebar di seluruh Indonesia, terutama di Sumatera,
Jawa, dan Kalimantan (Courtenay et al., 2004). Ikan gabus dikenal dengan
berbagai nama daerah, di antaranya: ikan kutuk (Jawa), ikan gabus (Betawi dan
Sunda), ikan haruan (Kalimantan Selatan), ikan behau (Kalimantan Tengah), ikan
deleg (Sumatra), bale salo (Sulawesi), dan ikan gastor (Papua). Untuk selanjutnya
penyebutan dan penamaan ikan gabus dalam makalah ini menggunakan nama
“GABUS HARUAN”. Di dunia sebaran ikan gabus haruan meliputi India,
Myanmar, Banglades, Laos, Vietnam, Thailand, Kamboja, dan Malaysia. Ikan
gabus pascaintroduksi terdapat di Madagaskar, Filipina, Indonesia bagian timur,
Caledonia baru, dan Fuji.
Ikan gabus haruan sangat disukai masyarakat Kalimantan karena rasanya
gurih, permintaan pasar tinggi dan kontinyu, bernilai ekonomis tinggi dan
harganya meningkat drastis pada saat musim tertentu. Harga ikan gabus haruan di
pasar Kalimantan Selatan mencapai kisaran Rp. 30.000,- sampai Rp. 60.000,- per
kilogram, sedangkan di Kalimantan Tengah dapat mencapai harga lebih dari
Rp. 60.000,- per kilogram. Selain itu, tingginya kandungan albumin dalam daging
ikan gabus haruan bermanfaat untuk mempercepat proses penyembuhan luka
pasien pascaoperasi membuat ikan gabus haruan semakin dicari. Berdasarkan data
BPS Provinsi Kalsel tahun 2012, peningkatan inflasi volatile food pada triwulan
laporan terutama dipengaruhi oleh komoditas ikan gabus. Komoditas ini
mengalami inflasi tertinggi dibandingkan komoditas lainnya yakni sebesar
91,94% (yoy) jauh lebih tinggi dari inflasi triwulan sebelumnya sebesar 3,21%
(yoy). Berdasarkan data SPH, harga ikan gabus telah menembus Rp. 54.000/kg.
Berkurangnya areal rawa di Kalsel menyebabkan komoditas ini makin langka
khususnya di musim penghujan (Bank Indonesia, 2012).
iv
Menurut data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2012,
jumlah produksi perikanan budidaya kolam di wilayah Kalimantan untuk ikan
gabus haruan sebesar 420 ton dan budidaya karamba sebesar 5.895 ton, sedangkan
produksi perikanan tangkap sebesar 18.269 ton. Jumlah penangkapan ikan gabus
haruan di alam yang tinggi mendorong dilakukannya upaya pelestarian ikan gabus
haruan melalui usaha budidaya ikan gabus haruan. Sebagai tanggung jawab
terhadap pelestarian ikan spesifik lokal, Balai Perikanan Budidaya Air Tawar
(BPBAT) Mandiangin telah melakukan kegiatan domestikasi melalui
pengembangan teknologi budidaya ikan gabus haruan sejak tahun 2011. Kegiatan
tersebut bertujuan untuk menghasilkan ikan gabus haruan yang lebih adaptif
daripada ikan gabus haruan alam, lebih mudah dibudidayakan, mendapatkan
teknologi budidaya ikan gabus haruan yang bisa diadopsi dan diterapkan oleh
masyarakat, serta meningkatkan jumlah komoditas budidaya dan pelestarian
sumberdaya hayati perikanan Indonesia.
Tahap awal kegiatan domestikasi dimulai pada tahun 2011 dengan
mengoleksi benih ikan gabus haruan dari alam yang dikumpulkan secara berulang
dengan ukuran panjang 1-3 cm sebanyak 3.000 ekor pada 3 titik lokasi
pengumpulan benih ikan (rawa, saluran, kanal) dengan habitat rawa gambut di
Desa Garung Kec. Jabiren Raya Kab. Pulang Pisau Kalteng. Selanjutnya benih
ikan gabus haruan tersebut diadaptasikan pada lingkungan budidaya dengan cara
dipelihara dalam hapa yang dipasang di kolam dan diberi pakan buatan berupa
pelet apung dengan kadar protein 30-40% sampai menjadi induk pada tahun 2012.
Induk ikan gabus haruan hasil koleksi ini disebut sebagai induk awal (G0).
Selama kegiatan koleksi juga dilakukan uji coba pembenihan. Hingga tahun 2012
diperoleh teknologi pembenihan ikan gabus haruan secara alami dan semi-buatan,
dan menghasilkan benih ikan gabus haruan ukuran 1-3 cm, umur 30 hari.
Distribusi hasil uji coba pemijahan induk awal (G0) pada tahun 2012 adalah
10.000 ekor benih. Pada tahun 2013 telah diperoleh induk ikan gabus haruan
generasi satu (G1) hasil pembesaran selama 10 bulan di Instalasi Budidaya Ikan
Lahan Gambut (IBILAGA) Pulang Pisau. Pada tahun 2014 telah dihasilkan benih
ikan gabus haruan generasi dua (G2). Sampai saat ini benih ikan gabus haruan G2
v
telah dibesarkan hingga menjadi calon induk dengan bobot rerata sebesar
86,60±19,39 g/ekor.
Kelebihan dari benih ikan gabus haruan hasil domestikasi ini adalah lebih
mudah diproduksi secara alami dan semi-buatan, dapat diproduksi sepanjang
tahun, adaptif terhadap pakan buatan (pelet apung, kadar protein 32-40%) dan
adaptif terhadap lingkungan budidaya khususnya kondisi pH asam (>4) dan
oksigen terlarut (DO) rendah (>0,2 mg/L). Berdasarkan hasil kegiatan domestikasi
diketahui bahwa ikan gabus haruan dapat bertoleransi dengan baik pada kisaran
pH 4-7, suhu 26,8-32,5 oC, dan oksigen terlarut (DO) 0,2-8,6 mg/L. Pemeliharaan
benih ikan gabus haruan ukuran 5-8 cm pada salinitas 0-10 g/L tidak
mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup secara signifikan, sehingga
dapat dikatakan bahwa ikan gabus haruan memiliki toleransi sampai dengan
salinitas 10 g/L. Pemeliharaan pada salinitas menjadi 12 g/L menunjukkan
kematian ikan gabus haruan sangat tinggi dengan kelangsungan hidup rerata
sebesar 8,89±15,39%.
Hasil uji tantang menunjukkan bahwa kelangsungan hidup rerata ikan
gabus haruan yang tidak diinjeksi bakteri Aeromonas hydrophila mempunyai
kelangsungan hidup 100%, sedangkan kelangsungan hidup ikan gabus haruan
yang diinjeksi bakteri A. hydrophila bervariasi antara 5-100% tergantung pada
kepadatan bakteri Aeromonas hydrophila yang dinjeksikan sebanyak 0,2 ml/ekor.
Pada perlakuan injeksi dengan kepadatan bakteri 105, 106, 107 sel/ml dihasilkan
kelangsungan hidup ikan gabus haruan sebesar 100%. Kelangsungan hidup ikan
gabus haruan menurun menjadi 90% bila disuntik A. hydrophila dengan
kepadatan 108 sel/ml, menjadi 40% bila disuntik A. hydrophila 109 sel/ml, dan
menjadi 5% bila disuntik A. hydrophila 1010 sel/ml.
Pada bulan Januari hingga Agustus 2012 dilakukan pembesaran ikan gabus
haruan induk awal (G0) selama 7 bulan pada hapa yang dipasang dalam kolam
tanah di IBILAGA Pulang Pisau. Hapa yang digunakan berukuran 3x2x1,5 m3
sebanyak enam buah dengan jumlah tebar masing-masing jaring 120 ekor
(3 hapa), dan 180 ekor (3 hapa) benih ikan gabus haruan G0. Bobot rerata benih
yang ditebar 6,83±1,92 g dengan panjang rerata 7,94±0,80 cm. Ikan diberi pakan
vi
pelet apung (protein minimal 30%, lemak minimal 6%) dengan dosis 3-5% dari
bobot bimassa dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari. Setelah dipelihara selama
7 bulan, bobot rerata ikan gabus haruan adalah 152,78±30,03 g, panjang total
20,98±1,62 cm, laju pertumbuhan spesifik bobot 1,48±0,09%, kelangsungan
hidup rerata 77,76±5,08 %, dan konversi pakan rerata 2,20±0,12. Biomassa
pembesaran ikan gabus haruan G0 ini adalah 98,96 kg.
Pada bulan Mei hingga Desember 2013 dilakukan pembesaran ikan gabus
haruan G1 selama 7 bulan di IBILAGA Pulang Pisau dengan dua wadah
pemeliharaan berupa kolam dan hapa. Pembesaran yang dilakukan di kolam tanah
berukuran 8x4x1,5 m3 sebanyak 3 unit kolam. Setiap kolam ditebar ikan gabus
haruan sebanyak 1.000 ekor. Bobot rerata benih yang ditebar 7,18±3,14 g dengan
panjang rerata 7,03±1,22 cm. Ikan diberi pakan pelet apung (protein minimal
30%, lemak minimal 6%) dengan dosis 3-5% dari bobot biomassa dengan
frekuensi pemberian 2 kali/hari. Bobot tubuh akhir adalah 190,52±6,61 g, panjang
akhir 0,75 ± 0,66 cm/ekor, laju pertumbuhan spesifik bobot 1,56±0,22%,
kelangsungan hidup 80,93±2,21%, dan konversi pakan 1,91±0,17. Biomassa hasil
pembesaran benih ikan gabus haruan G1 adalah 461,3 kg.
Pembesaran ikan gabus haruan di hapa dengan kepadatan 120 ekor dan
180 ekor masing-masing sebanyak 3 hapa. Hapa yang dipasang dalam kolam
sebanyak 6 buah berukuran 3x2x1,5 m3. Bobot rerata benih yang ditebar
6,64±1,18 g dengan panjang rerata 7,73±0,93 cm. Jenis dan metode pemberian
pakan seperti pada percobaan sebelumnya. Hasil pembesaran ikan gabus haruan
(G1) selama 7 bulan yang dipelihara pada hapa di kolam tanah lahan gambut
diperoleh bobot rerata akhir 166,54±16,35 g, panjang akhir 20,82±1,16 cm, laju
pertumbuhan spesifik bobot 1,53±0,19%, kelangsungan hidup 79,81±3,16%, dan
konversi pakan rerata 2,06±0,15. Biomassa yang diperoleh adalah 133,5 kg.
Pada bulan April 2014 dilakukan pembesaran benih ikan gabus haruan G2
untuk mendapatkan calon induk G2. Pembesaran dilakukan di kolam tanah
berukuran 8x4x1,5 m3 sebanyak 2 unit di IBILAGA Pulang Pisau. Setiap kolam
ditebar sebanyak 1.000 ekor ikan, dengan bobot rerata 1,70±1,25 g dan panjang
rerata 4,76±1,00 cm. Ikan diberi pakan pelet apung (protein minimal 30%, lemak
vii
minimal 6%) dengan dosis 3-5% dari bobot bimassa dengan frekuensi pemberian
2 kali/hari. Hasil pembesaran ikan gabus haruan G2 yang sudah berlangsung
selama 5 bulan adalah bobot rerata 86,60±19,39 g, panjang rerata 17,52±1,12 cm,
dan laju pertumbuhan spesifik bobot 2,62±0,10%.
Kegiatan domestikasi ikan gabus haruan telah memberikan manfaat bagi
masyarakat dalam berbagai aspek teknologi, aspek ekonomi, aspek sosial, dan
aspek lingkungan. Aspek teknologi dari pembenihan ikan gabus haruan secara
alami dan semi-buatan, ditambah dengan keberhasilan adaptasi ikan gabus haruan
untuk memakan pelet apung telah memicu maraknya pembudidayaan ikan gabus
haruan karena teknologinya mudah untuk diadopsi dan diterapkan oleh
masyarakat. Aspek ekonomi dari harga jual ikan gabus haruan yang tinggi sebagai
makanan kesukaan masyarakat memberikan peluang usaha budidaya yang
menguntungkan bagi masyarakat. Berdasarkan harga jual tersebut, teknologi
pembenihan maupun pembesaran ikan gabus haruan dapat diatur sedemikian rupa
sehingga nilai biaya produksi dapat disesuaikan untuk mencapai keuntungan
semaksimal mungkin. Aspek sosial dari usaha budidaya ikan gabus
haruan dapat menjadi sebuah lapangan kerja baru dan memberikan peluang usaha
bagi masyarakat. Usaha budidaya ikan gabus haruan juga ikut berperan dalam
mendukung ketahanan pangan di daerah, karena ketersediaan ikan gabus haruan
hasil budidaya tidak tergantung dari musim seperti halnya ikan gabus haruan hasil
tangkapan di alam. Selain itu, kandungan protein ikan gabus memberikan
kecukupan gizi bagi masyarakat dan kandungan albumin pada ikan gabus haruan
bermanfaat untuk kesehatan manusia. Aspek lingkungan dari teknologi budidaya
ikan gabus haruan yang dikenalkan pada masyarakat diharapkan akan mengurangi
kebiasaan masyarakat untuk menangkap ikan gabus haruan di alam dan beralih
untuk melakukan usaha budidaya ikan gabus haruan. Hal ini akan mengurangi
terjadinya penangkapan ikan gabus haruan di alam dan dapat menjaga kelestarian
populasi ikan gabus haruan di habitatnya sehingga keseimbangan ekosistem tetap
terjaga.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Tujuan .......................................................................................................... 4
1.3. Sasaran ......................................................................................................... 4
II. BAHAN DAN PELAKSANAAN .......................................................................... 5
2.1. Bahan atau Material Awal ........................................................................... 5
2.1.1. Informasi Sumber Induk .............................................................................. 5
2.1.2. Klasifikasi .................................................................................................... 7
2.2. Pelaksanaan Kegiatan .................................................................................. 8
III. METODE DAN HASIL PENGUJIAN JENIS IKAN BARU
YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN .....................................................................
10
3.1. Karakter Hasil Uji Fenotipe ......................................................................... 10
3.1.1. Morfometrik ................................................................................................. 10
3.1.2. Meristik ........................................................................................................ 11
3.1.3. Warna ........................................................................................................... 12
3.1.4. Pertumbuhan ................................................................................................ 14
3.1.5. Nilai Toleransi Lingkungan ......................................................................... 18
3.1.6. Kualitas Daging ........................................................................................... 20
3.1.7. Jenis Pakan dan Kebiasaan Makan .............................................................. 22
3.1.8. Reproduksi ................................................................................................... 23
3.1.9. Ketahanan terhadap Penyakit ....................................................................... 36
3.2.0. Produktivitas ................................................................................................ 40
3.2. Karakter Hasil Uji Genotipe ........................................................................ 51
3.2.1. Keragaman Genetik ..................................................................................... 51
3.3. Ketersediaan Induk ...................................................................................... 54
IV. MANFAAT ATAU BENEFIT .............................................................................. 55
4.1. Aspek Teknologi .......................................................................................... 55
4.2. Aspek Ekonomi ........................................................................................... 56
4.3. Aspek Sosial ................................................................................................ 57
4.4. Aspek Lingkungan ....................................................................................... 58
V. DESKRIPSI RINGKAS ........................................................................................ 60
VI. PENUTUP .............................................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 68
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... 71
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
1 Koleksi ikan gabus haruan (Channa striata) di Instalasi Budidaya
Ikan Lahan Gambut Pulang Pisau (IBILAGA) - BPBAT
Mandiangin ................................................................................................
5
2 Roadmap kegiatan domestikasi ikan gabus haruan ................................... 9
3 Deskripsi morfometrik ikan gabus haruan asal lokasi dari Pulang
Pisau (Kalimantan Tengah) .......................................................................
10
4 Deskripsi meristik ikan gabus haruan asal lokasi dari Pulang Pisau
(Kalimantan Tengah) .................................................................................
11
5 Deskripsi warna ikan gabus haruan asal lokasi dari Pulang Pisau
(Kalimantan Tengah) .................................................................................
13
6 Deskripsi pertumbuhan ikan gabus haruan asal lokasi dari Pulang
Pisau (Kalimantan Tengah) .......................................................................
14
7 Data uji toleransi salinitas pada benih ikan gabus haruan selama
masa pemeliharaan 30 hari ........................................................................
19
8 Persentase karkas dan fillet ikan gabus haruan ......................................... 21
9 Proksimat ikan gabus haruan berdasarkan bobot basah (%) ..................... .............................. 21
10 Proksimat ikan gabus haruan berdasarkan bobot kering (%) .................... 21
11 Hasil analisis kadar albumin ikan gabus haruan ........................................ 22
12 Parameter sifat kimia dan fisika air di Instalasi Budidaya Ikan
Lahan Gambut Pulang Pisau, Kalimantan Tengah ....................................
27
13 Pengamatan perkembangan gonad induk ikan gabus haruan .................... 28
14 Data hasil pemijahan alami induk ikan gabus haruan ............................... 32
15 Data hasil pemijahan semi-buatan induk ikan gabus haruan ..................... 33
16 Data fekunditas dan derajat penetasan telur dari hasil pemijahan
alami ..........................................................................................................
35
17 Data fekunditas dan derajat penetasan telur dari hasil pemijahan
semi-buatan ................................................................................................
35
18 Data identifikasi penyakit pada ikan gabus haruan ................................... 37
19 Data kelangsungan hidup ikan gabus haruan selama uji tantang .............. 39
20 Data hasil pendederan III di hapa .............................................................. 41
21 Data pemijahan induk ikan gabus haruan G0 dan G1 ............................... 46
22 Data pendederan benih ikan gabus haruan G1 dan G2 .............................. 46
23 Data pembesaran benih ikan gabus haruan G0, G1, dan G2 ..................... 47
24 Data pemijahan induk ikan gabus haruan (G1) ......................................... 48
25 Kegiatan diseminasi budidaya ikan gabus haruan yang telah
dilakukan BPBAT Mandiangin .................................................................
48
26 Produksi dan pemasaran ikan gabus haruan di Kalimantan ...................... 51
27 Pola pemotongan produk amplifikasi PCR gen COI-mtDNA dan
haplotipe ikan gabus haruan ......................................................................
53
28 Data induk dan benih ikan gabus haruan G0, G1, dan G2 sampai
bulan Oktober 2014 ...................................................................................
54
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
1 Lokasi awal koleksi ikan gabus haruan (Channa striata) ....................... 6
2 Distribusi ikan gabus haruan (Channa striata). (Sumber:
Courtenay et al., 2004) ............................................................................
7
3 Morfologi ikan gabus haruan (Channa striata) ....................................... 11
4 Pertumbuhan larva ikan gabus haruan ..................................................... 16
5 Pertumbuhan benih ikan gabus haruan .................................................... 17
6 Warna tubuh induk jantan lebih gelap ..................................................... 25
7 Warna tubuh induk betina lebih terang ................................................... 25
8 Bentuk tubuh induk jantan lebih ramping ............................................... 26
9 Bentuk tubuh induk betina lebih membulat dan lebar ............................. 26
10 Bagian urogenital induk jantan, terdapat tonjolan kecil (genital
papilla) ....................................................................................................
26
11 Bagian urogenital induk betina, genital pore oval dan melebar .............. 26
12 Hapa pemeliharaan induk ikan gabus haruan yang dipasang di
kolam .......................................................................................................
27
13 Induk jantan matang gonad ..................................................................... 29
14 Induk betina matang gonad ..................................................................... 29
15 Tagging plastik ........................................................................................ 29
16 Pemberian tanda (tagging) pada ikan gabus haruan ................................ 29
17 Gonad induk setelah memijah pada hari kelima ...................................... 31
18 Gonad induk setelah memijah pada hari ketujuh .................................... 31
19 Histologi gonad bagian belakang induk pada hari kelima pasca
memijah ...................................................................................................
31
20 Histologi gonad bagian belakang induk pada hari ketujuh pasca
memijah ...................................................................................................
31
21 Bak pemijahan ikan gabus haruan ........................................................... 32
22 Telur ikan gabus haruan yang terbuahi dan tidak terbuahi ...................... 34
23 Perkembangan telur ikan gabus haruan ................................................... 35
24 Penyakit tumor yang ditemukan pada ikan gabus haruan 38
25 Histologi tumor pada permukaan tubuh ikan gabus haruan pada
skala 1 : 500 µm dan skala 1 : 50 µm ......................................................
38
26 Hapa pemeliharaan benih ikan gabus haruan .......................................... 40
27 Benih ikan gabus haruan berumur 90 hari (panjang 5-8 cm) .................. 41
28 Benih ikan gabus haruan hasil pendederan III berumur 4 bulan
(panjang 8-12 cm) ....................................................................................
42
29 Hapa pembesaran ikan gabus haruan ...................................................... 43
30 Grafik Pertumbuhan bobot ikan gabus haruan G0 dan G1 yang
dipelihara di hapa selama 7 bulan ...........................................................
44
31 Ikan gabus haruan hasil pembesaran (bobot rerata 190,52 ± 6,61 g) ...... 45
32 Situs pemotongan produk amplifikasi PCR dengan target gen COI-
mtDNA, menggunakan enzim AvaII, HaeIII, TaqI, dan MspI ................
52
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1 Hasil identifikasi klasifikasi sampel ikan gabus haruan G1 yang
dilakukan oleh LIPI .................................................................................
71
2 Gambar Ikan Gabus Haruan Hasil Domestikasi BPBAT
Mandiangin ..............................................................................................
73
3 Deskripsi meristik ikan gabus haruan yang telah diamati ....................... 74
4 Data Pengukuran Morfometrik Ikan Gabus Haruan Jantan .................... 75
5 Data Pengukuran Morfometrik Ikan Gabus Haruan Betina .................... 76
6 Data Pengukuran Meristik Ikan Gabus Haruan Jantan ............................ 77
7 Data Pengukuran Meristik Ikan Gabus Haruan Betina ........................... 78
8 Data perhitungan truss morfometrik ikan gabus haruan .......................... 79
9 Jenis pakan buatan yang digunakan untuk ikan gabus haruan ................ 81
10 Data perhitungan edible portion ikan gabus haruan ................................ 82
11 Data mortalitas dan kelangsungan hidup dalam penentuan LD 50
Selama 14 hari dengan penyuntikan bakteri Aeromonas hydrophila
pada ikan gabus haruan yang dipelihara di akuarium .............................
83
12 Hasil analisis proksimat ikan gabus haruan ............................................. 84
13 Kegiatan dalam penghitungan edible portion ikan gabus haruan............ 85
14 Hasil analisis albumin sampel ikan gabus haruan yang dilakukan
oleh Laboratorium Lingkungan Jurusan Kimia Universitas
Brawijaya Malang ...................................................................................
86
15 Data perhitungan analisa usaha pembesaran ikan gabus haruan ............. 87
16 Data perhitungan analisa usaha pembesaran ikan gabus haruan ............. 88
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 5
II. BAHAN DAN PELAKSANAAN
2.1. Bahan atau Material Awal
2.1.1. Informasi Sumber Induk
Kegiatan domestikasi ikan gabus haruan diawali dengan mengumpulkan
ikan uji yang berasal dari tangkapan alam (rawa gambut) di daerah Kab. Pulang
Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2011.
Ikan-ikan tersebut selanjutnya dipelihara dan diadaptasikan di kolam
IBILAGA Pulang Pisau - BPBAT Mandiangin dan disebut sebagai induk G0 yang
digunakan untuk produksi benih dan induk generasi pertama (G1). Secara lengkap
data jumlah dan ukuran ikan gabus haruan hasil koleksi tertera dalam Tabel 1.
Tabel 1. Koleksi ikan gabus haruan (Channa striata Bloch 1793) di Instalasi
Budidaya Ikan Lahan Gambut Pulang Pisau (IBILAGA) - BPBAT
Mandiangin.
Waktu Asal Habitat Jumlah
(ekor) Ukuran Kolektor
11/09/2011 Desa Garung, Kab. Pulang
Pisau, Kalimantan Tengah
(3 titik lokasi : saluran, rawa,
kanal)
Rawa 3.000 1 – 3 cm Wahyutomo
& Tulus
05/01/2012 Desa Sungai Bakung, Kab.
Banjar, Kalimantan Selatan
(2 titik lokasi : rawa dan kanal)
Sungai 4.000 2 – 3 cm Wahyutomo
& Syafrudin
12/11/2013 Desa Basarang, Kab. Kapuas,
Kalimantan Tengah (2 titik
lokasi : saluran dan sungai)
Sungai Jantan 72;
Betina 110
0,3 – 1 kg Tulus &
Yodesi
Lokasi pengumpulan ikan gabus haruan yang telah dilakukan tertera pada
Gambar 1. Koleksi awal ikan gabus haruan dilakukan secara berulang di
beberapa titik lokasi yang terletak pada saluran, rawa, dan kanal. Kemudian ikan
gabus haruan ini diadaptasikan dan dipelihara dalam hapa yang dipasang di kolam
dengan pemberian pakan buatan sampai menjadi induk dan dilakukan ujicoba
pembenihannya. Selama proses adaptasi dan pemeliharaan dalam hapa di kolam
terjadi kematian ikan yang diduga disebabkan antara lain sifat kanibal pada benih
ikan, luka pada saat pengangkutan, perbedaan lingkungan pada saat sebelum dan
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 6
sesudah dipindahkan ke dalam hapa, kemampuan adaptasi terhadap pakan buatan
yang diberikan, dan adanya serangan penyakit.
Keterangan : : Desa Garung Kab. Pulang Pisau Provinsi Kalimantan
Tengah
: Desa Basarang Kab. Kapuas Provinsi Kalimantan
Tengah
: Desa Sungai Bakung Kab. Banjar Provinsi Kalimantan
Selatan
Gambar 1. Lokasi awal koleksi ikan gabus haruan (Channa striata)
Ikan gabus merupakan jenis ikan perairan umum dengan habitat utama di
sungai, danau, kolam, bendungan, rawa, banjiran, sawah bahkan parit dan air
payau (Allington, 2002). Ikan gabus bahkan dapat hidup dalam kondisi air kotor
dan kekeringan karena memiliki alat pernafasan yang disebut labyrinth. Menurut
Courtenay et al. (2004) disebutkan bahwa ikan gabus tersebar di seluruh
Indonesia, terutama di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Di dunia sebaran ikan
gabus haruan meliputi India, Myanmar, Banglades, Laos, Vietnam, Thailand,
Kamboja, dan Malaysia. Daerah sebaran ikan gabus pascaintroduksi meliputi
Madagaskar, Philipina, Indonesia bagian timur, Caledonia baru, dan Fuji
(Gambar 2).
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 7
Gambar 2. Distribusi ikan gabus haruan (Channa striata Bloch 1793). Sumber :
Courtenay et al. (2004).
2.1.2. Klasifikasi
Berdasarkan Kottelat et al. (1993), ikan gabus haruan dikelompokkan ke
dalam ordo Pleuronectiformes dan famili Channidae. Ikan ini mempunyai ciri-ciri
seluruh tubuh dan kepala ditutupi sisik sikloid dan stenoid. Bentuk badan hampir
bundar di bagian depan dan pipih tegak ke arah belakang sehingga disebut ikan
berkepala ular (snake head). Karakteristik taksonomi adalah D.41-43; P1 16-76;
P2, i, 5; A.26-27. TL 57-58. Ikan gabus termasuk dalam golongan ikan yang
memiliki sirip mengkilat/bersinar (Actinopterygii), menyerupai jenis ikan perch
(perciformes) dan berkepala ular (channidae). Taksonomi ikan gabus haruan
Channa striata (Bloch 1793) menurut Kotellat et al. (1993) dan Courtenay et al.
(2004) dalam www.fishwise.co.za adalah:
Domain
Kingdom
Filum
Sub filum
Super kelas
Grade
Kelas
Sub kelas
Divisi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Eukaryota
Animalia
Chordata
Vertebrata
Gnathostomata
Teleostomi
Actinopterygii
Neopterygii
Teleostei
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 8
Sub divisi
Super ordo
Seri
Ordo
Sub ordo
Family
Sub Family
Genus
Spesies
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Euteleostei
Acanthopterygii
Percomorpha
Perciformes
Channoidei
Channidae
Channiae
Channa
Channa striata Bloch, 1793
Hasil identifikasi yang telah dilakukan dengan mengirimkan sampel ikan
gabus haruan G1 dari hasil domestikasi ke LIPI, Pusat Penelitian Biologi di Bogor
diketahui bahwa sampel ikan gabus haruan tersebut termasuk dalam spesies
Channa striata (Bloch 1793). Secara lengkap hasil identifikasi dari LIPI disajikan
pada Lampiran 1.
2.2. Pelaksanaan Kegiatan
2.2.1. Lokasi
Lokasi kegiatan domestikasi ikan gabus haruan bertempat di Instalasi
Budidaya Ikan Lahan Gambut BPBAT Mandiangin di Desa Garung, Kecamatan
Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah dan Balai
Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin di Desa Mandiangin Kabupaten
Banjar Provinsi Kalimantan Selatan.
2.2.2. Waktu
Kegiatan domestikasi ikan gabus haruan dimulai sejak tahun 2011 sampai
sekarang, dari koleksi ikan gabus haruan dari alam (G0) sampai menjadi induk G2
pada tahun 2014. Secara lengkap roadmap pelaksanaan kegiatan domestikasi ikan
gabus haruan disajikan pada Tabel 2.
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 9
Tabel 2. Roadmap pelaksanaan kegiatan domestikasi ikan gabus haruan
(Channa striata Bloch 1793)
TOLAK UKUR TAHUN
2011 2012 2013 2014
Kegiatan Koleksi Ikan
dari Alam,
Adaptasi, dan
Pemeliharaan
ke dalam
Lingkungan
Budidaya
Pembesaran
Benih dari
Alam
Produksi
Calin/Induk
(G0)
Pemijahan Induk
(G0)
Produksi Benih
(G1)
Pembesaran
Benih (G1)
Produksi
Calin/Induk (G1)
Persiapan Rilis
Domestikasi
Pemijahan Induk (G1)
Produksi Benih (G2)
Pembesaran Benih (G2)
Produksi Calon Induk
(G2)
Kelengkapan Data dan
Penyusunan Dokumen
Rilis
Pengajuan Permohonan
Rilis Domestikasi
Target Diperoleh
ikan gabus
haruan dari
berbagai
lokasi
Mampu
beradaptasi
pada
lingkungan
budidaya
(kolam) dan
memakan
pelet
Diperoleh
induk (G0)
yang
matang
gonad/siap
pijah
Induk (G0) dapat
memijah secara
alami dan semi-
buatan dengan
HR >50%
Diperoleh benih
(G1) hingga
ukuran siap tebar
dengan SR >30%
Diperoleh calon
induk (G1)
dengan berat
>100 g/ekor
sebanyak 1.000
ekor
Diperoleh induk
(G1) yang matang
gonad/siap pijah
dengan berat
>150 g/ekor
sebanyak 500
ekor
Induk (G1) dapat
memijah secara alami
dan semi-buatan dengan
HR >60%
Diperoleh benih (G2)
hingga ukuran siap
tebar dengan SR >40%
Diperoleh calon induk
(G2) dengan berat >100
g/ekor sebanyak 1.000
ekor
Diperoleh induk (G2)
yang matang gonad/siap
pijah dengan berat >200
g/ekor sebanyak 500
ekor
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 10
III. METODE DAN HASIL PENGUJIAN JENIS IKAN BARU
YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN
3.1. Karakteristik Fenotipe
3.1.1. Morfometrik
Karakter morfometrik dievaluasi menggunakan analisis komponen utama
dilakukan untuk memperoleh korelasi antar karakter serta pengelompokan
individu berdasarkan karakter morfometrik (Effendie, 2002). Pengujian
morfometrik dilakukan pada induk yang telah mengalami matang gonad pertama
kali. Jumlah ikan yang diukur paling sedikit 30 ekor, terdiri atas 15 ekor jantan
dan 15 ekor betina. Hasil pengamatan karakter morfometrik disajikan dalam
Tabel 3. Data pengukuran morfometrik ikan gabus haruan dapat dilihat pada
Lampiran 4 dan 5. Sedangkan perhitungan data truss morfometrik ikan gabus
haruan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8.
Tabel 3. Deskripsi morfometrik ikan gabus haruan asal lokasi dari Pulang Pisau
(Kalimantan Tengah)
No Karakter Rerata ± SD
1 Bobot total badan (g) 178,07±42,77
2 Panjang total (PT) (cm) 26,95±2,31
3 Panjang standar/ baku (PS) (cm) 22,55±1,90
4 Panjang badan (PB) (cm) 16,21±1,29
5 Tinggi badan (TB) (cm) 4,36±0,39
6 Panjang kepala (PK) (cm) 6,46±0,68
7 Tinggi kepala (TK) (cm) 3,22±0,33
8 Lebar kepala (LK) (cm) 4,15±0,39 Jumlah ikan yang digunakan untuk deskripsi morfometrik sebanyak 30 ekor
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa ikan gabus haruan memiliki kepala
berukuran besar dan agak gepeng mirip kepala ular, sehingga dinamai snakehead
(Gambar 3). Terdapat sisik-sisik besar di atas kepala. Ikan gabus haruan
mempunyai bibir bawah tanpa cuping. Mata terletak di bagian depan dari kepala.
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 11
Mulut ikan gabus haruan besar dengan gigi-gigi besar dan tajam. Hanya gigi yang
kecil di langit-langit mulut.
PS
TK TB
PK
PB
PT
Gambar 3. Morfologi ikan gabus haruan (Channa striata Bloch 1793).
Menurut Talwar and Jhingran (1992) dalam Courtenay et al. (2004)
dikatakan bahwa karakteristik ikan gabus antara lain bagian bawah kepala tanpa
sisik; ukuran mulut besar; rahang lebih rendah dengan 4-7 gigi taring di belakang
sederet gigi villiform yang melebar menjadi 6 baris rahang symphysis; gigi
villiform pada bagian prevomer dan palatines. Sirip dada kira-kira setengah
panjang kepala.
3.1.2. Meristik
Pengujian meristik dilakukan pada induk yang telah mengalami matang
gonad pertama kali. Jumlah ikan yang diukur paling sedikit 30 ekor, terdiri atas 15
ekor jantan dan 15 ekor betina. Hasil pengamatan karakter meristik disajikan
dalam Tabel 4. Data pengukuran morfometrik ikan gabus haruan dapat dilihat
pada Lampiran 6 dan 7.
Tabel 4. Deskripsi meristik ikan gabus haruan asal lokasi dari Pulang Pisau
(Kalimantan Tengah)
No Karakter Deskripsi Keterangan
1 Sirip punggung (Dorsal fin) 40-42 Lampiran 3
2 Sirip dada (Pectoral fin) 13-17 Lampiran 3
3 Sirip perut (Ventral fin) 5-7 Lampiran 3
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 12
No Karakter Deskripsi Keterangan
4 Sirip dubur (Anal fin) 23-26 Lampiran 3
5 Sirip ekor (Caudal fin) 13-16 Lampiran 3
6 Sungut 1 pasang Lampiran 3
7 Jumlah sisik linea lateralis (LL) 50-55 -
8 Bentuk badan Bentuk badan bulat
memanjang ke belakang
makin pipih
-
9 Ruas tulang belakang 48- 49 -
10 Tulang tapis insang 4 -
Jumlah ikan yang digunakan untuk deskripsi meristik sebanyak 30 ekor
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa ikan gabus haruan memiliki
panjang sirip anal lebih pendek dari pada sirip dorsal. Tubuh berbentuk bulat
memanjang (subsilinder), seperti peluru kendali atau torpedo. Sirip punggung
memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya.
Djuhanda (1981) mendeskripsikan ikan gabus (Channa striata) sebagai
berikut: memiliki bentuk tubuh hampir bulat panjang, makin ke belakang makin
menjadi gepeng. Punggungnya cembung, perutnya rata, sirip punggung lebih
panjang dari sirip dubur, sirip yang pertama disokong oleh 38-45 jari-jari lunak,
sirip yang disebut belakangan disokong oleh 23-27 jari-jari sirip dada lebar
dengan ujung membulat disokong oleh 15-17 jari-jari lunak. Gurat sisi ada 52-57
keping, panjang tubuhnya dapat mencapai 100 cm.
Menurut Talwar and Jhingran (1992) dalam Courtenay et al. (2004)
dikatakan bahwa karakteristik ikan gabus antara lain sirip punggung dengan
jumlah jari-jari 37-46; jari-jari sirip anus 23-29; sirip dada dengan jari-jari 15-17;
jari-jari sirip perut 6; sirip ekor membulat. Sisik diatas kepala besar dengan
sebuah lingkaran mengelilingi pada sisik kepala, dengan sisik kepala depan
membentuk lapisan setengah lingkaran; 9 baris sisik antara sudut preopercular
dan posterior border of orbit; sisik predorsal 18-20; sisik linea lateralis berjumlah
50-57.
3.1.3. Warna
Pengujian warna dilakukan pada induk yang telah mengalami matang
gonad pertama kali. Jumlah ikan yang diukur paling sedikit 10 ekor, terdiri atas
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 13
5 ekor jantan dan 5 ekor betina. Penentuan warna dominan dengan menggunakan
toca colour finder. Warna ikan diamati oleh 3 panelis yang tidak buta warna,
kemudian penentuan skor warna menggunakan kertas toca colour finder yang
sudah dimodifikasi pada setiap ikan. Hasil pengamatan karakter warna disajikan
dalam Tabel 5.
Tabel 5. Deskripsi warna ikan gabus haruan asal lokasi dari Pulang Pisau
(Kalimantan Tengah)
No Karakter Deskripsi Keterangan
1. Warna pipi/operculum Abu-abu cokelat putih Lampiran 2
2. Warna perut Putih Lampiran 2
3. Warna badan
Warna tubuh bagian atas abu
kehitaman dan bagian bawah
berwarna keputihan, pada sisi
tubuh terdapat garis-garis miring
vertikal membentang dari bagian
atas ke bawah berpola
menyerupai bentuk “<”
Lampiran 2
4. Warna punggung Cokelat gelap kehitaman Lampiran 2 Jumlah ikan yang digunakan untuk deskripsi warna sebanyak 10 ekor
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa sisi atas
tubuh ikan gabus dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap, hitam kecokelatan
atau kehijauan. Sisi bawah tubuh berwarna putih. Sisi samping bercoret-coret
tebal (striata) berpola menyerupai bentuk “<”. Warna ini sering kali menyerupai
lingkungan sekitarnya.
Menurut Talwar and Jhingran (1992) dalam Courtenay et al. (2004)
dikatakan bahwa warna tubuh bervariasi pada spesies ini atau spesies yang rumit.
Bagian punggung seringkali berwarna cokelat gelap sampai hitam, biasanya
mengaburkan garis miring seperti tanda pada punggung. Sebuah tanda khusus
yaitu garis gelap membentang dari atas maxillary posteroventrally ke arah
opercular curvature.
Kottelat et al. (1993) menyebutkan bahwa ikan gabus mempunyai warna
gelap dan seluruh tubuhnya ditutupi dengan sisik. Kulit tubuh di bagian dadanya
berwarna putih.
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 14
3.1.4. Pertumbuhan
Uji pertumbuhan dilakukan pada ikan gabus haruan mulai ukuran larva
sampai ikan yang telah mengalami matang gonad. Pengujian pertumbuhan
dilakukan dengan mengukur panjang larva ikan setelah menetas (D1-D30) melalui
pengamatan menggunakan mikroskop, kemudian mengukur panjang dan bobot
benih ikan dan induk matang gonad menggunakan penggaris dan timbangan
elektrik. Hasil pengukuran pertumbuhan ikan dari saat menetas sampai dewasa
matang gonad disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Deskripsi pertumbuhan ikan gabus haruan asal lokasi dari Pulang Pisau
(Kalimantan Tengah)
No Ikan gabus Umur Deskripsi
Keterangan Panjang (cm) Bobot (g)
1. Larva 1 jam 0,33 - Gambar 4
2. Benih 3 hari 0,7 - Gambar 4
3. Benih 31 hari 1,6 - Gambar 4
4. Benih 60 hari 3-5 - Gambar 5
5. Benih 90 hari 5-8 - Gambar 5
6. Benih 120 hari 8-12 - Gambar 5
7. Jantan matang
gonad
300 hari 22,7±2,44 177,67±57,70 Gambar 5
8. Betina matang
gonad
300 hari 22,4±1,21 178,47±21,46 Gambar 5
Jumlah ikan yang digunakan untuk deskripsi pertumbuhan sebanyak 30 ekor
1. Pertumbuhan Larva
Telur yang dibuahi setelah 8 jam dari pembuahan akan tampak bening,
sementara yang tidak dibuahi, atau telur mati dicirikan dengan warna putih pekat
segera dikeluarkan dari tempat penetasan dengan cara disipon. Telur akan menetas
dalam interval waktu antara 24-38 jam masa inkubasi. Larva ikan gabus haruan
dipelihara dalam bak pemijahan bersama dengan induknya, karena induk ikan
gabus haruan bersifat mengasuh anak ikan.
Kuning telur (yolk sack) larva ikan gabus haruan akan habis pada hari
ketiga setelah telur menetas, sehingga pemberian pakan untuk larva mulai
diberikan pada hari ketiga. Pemberian pakan untuk induk dengan pelet apung
sebanyak 1 kali perhari, sedangkan larva diberi pakan alami berupa plankton
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 15
artemia atau daphnia dan pakan buatan berbentuk tepung dengan kandungan
protein 40%. Pemeliharaan larva berlangsung selama 1 bulan sampai masa asuh
induk gabus haruan berakhir dan induk dipindahkan ke tempat pemeliharaan
induk. Gambar 4 menyajikan pertumbuhan larva dan benih ikan gabus haruan
selama 1 bulan.
Larva umur 1 jam
(panjang tubuh 3,826 mm)
Larva umur 3 jam
Larva umur 10 jam Larva umur 17 jam
Benih umur 1 hari Benih umur 3 hari
(panjang kotak 0,7 cm)
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 16
Benih umur 10 hari
Benih umur 17 hari
Benih umur 24 hari Benih umur 31 hari
Gambar 4. Pertumbuhan larva dan benih ikan gabus haruan
2. Pertumbuhan Benih
Larva dipelihara di bak terpal bersama dengan induknya yang bersifat
mengasuh anaknya sampai menjadi benih berukuran 1-3 cm selama 1 bulan
dengan diberi pakan pelet tepung dengan kandungan protein 40%. Setelah itu,
dilakukan pendederan benih ukuran 1-3 cm dengan menggunakan wadah hapa
ukuran 2x1x1 m3 yang dipasang di kolam. Pertumbuhan ikan gabus haruan relatif
lambat di mana pada pendederan benih ukuran 1-3 cm memerlukan waktu selama
1 bulan untuk mencapai ukuran panjang 3-5 cm dan pendederan benih ukuran
3-5 cm memerlukan waktu selama 1 bulan untuk mencapai ukuran 5-8 cm.
Pembesaran ikan gabus haruan ukuran 5-8 cm di kolam selama 7 bulan dapat
mencapai ukuran induk jantan dengan panjang 22,7±2,44 cm dan bobot
177,67±57,70 g, sedangkan ukuran induk betina dengan panjang 22,4±1,21 cm
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 17
dan bobot 178,47±21,46 g. Berikut ini gambar pertumbuhan benih ikan gabus
haruan sampai menjadi induk yang dihitung mulai saat menetas.
Benih umur 30 hari
(panjang tubuh 1-3 cm)
Benih umur 60 hari
(panjang tubuh 3-5 cm)
Benih umur 90 hari
(panjang tubuh 5-8 cm)
Benih umur 120 hari
(panjang tubuh 8-12 cm)
Induk jantan umur 300 hari
(berat 177,67±57,70 g)
Induk betina umur 300 hari
(berat 178,47±21,46 g)
Gambar 5. Pertumbuhan benih ikan gabus haruan dihitung mulai saat menetas
hingga mencapai ukuran induk
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 18
3.1.5. Nilai Toleransi Lingkungan
Uji toleransi terhadap lingkungan dilakukan pada ikan gabus haruan dari
tahap pemijahan, pendederan, dan pembesaran. Pengujian dilakukan dengan
mengukur suhu, pH, dan oksigen terlarut media pemeliharaan ikan menggunakan
peralatan termometer, pH indikator/kertas lakmus, dan DO meter sebanyak 2 kali
setiap minggu pada waktu pagi, siang, dan sore selama periode satu tahun.
Pengujian toleransi salinitas dilakukan pada skala percobaan di laboratorium
selama 1 bulan.
1. Salinitas
Hasil uji toleransi salinitas pada ikan gabus haruan disajikan pada Tabel 7.
Ikan gabus haruan merupakan termasuk ikan yang bersifat stenohaline, yaitu jenis
organisme air yang kurang dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan budidaya
yang bersalinitas. Ikan gabus haruan hanya mampu beradaptasi sampai salinitas
12 g/L. Berdasarkan uji coba perubahan salinitas terhadap kelangsungan hidup
benih ikan gabus haruan ukuran 5-8 cm yang dipelihara dalam akuarium selama
1 bulan dari kondisi salinitas 0 g/L kemudian dinaikkan secara bertahap setiap
satu minggu menjadi salinitas 5 g/L; 10 g/L hingga mencapai 12 g/L, terlihat
bahwa pada kondisi salinitas 12 g/L ikan gabus haruan mengalami kematian.
Selain itu, tingkat salinitas yang diberikan dalam perlakuan kemungkinan terlalu
tinggi di luar batas toleransi ikan gabus haruan. Mansuri et al. (1979) melaporkan
bahwa toleransi salinitas dan periode kematian pada ikan stenohaline air tawar
ikan gabus Channa punctatus dengan ukuran kecil (6-8 cm) dan besar (20-30 cm),
kematian akibat stres osmotik disebabkan adanya kenaikan salinitas lebih dari
6 g/L.
Uji coba pemeliharaan benih ikan gabus haruan ukuran 5-8 cm selama
1 bulan dengan perlakuan penambahan salinitas secara bertahap hingga mencapai
salinitas yang berbeda menunjukkan bahwa kelangsungan hidup ikan gabus
haruan pada perlakuan kontrol sebesar 78,0±26,94%; salinitas maksimal 5 g/L
sebesar 46,67±29,05 %; salinitas maksimal 10 g/L sebesar 48,89±3,84%; dan
salinitas maksimal 12 g/L sebesar 8,89±15,39 %. Hal tersebut memperlihatkan
pola kecenderungan kelangsungan hidup menurun dengan bertambahnya salinitas.
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 19
Pemeliharaan ikan gabus haruan pada salinitas 5 g/L tidak mempengaruhi
pertumbuhan ikan gabus haruan secara signifikan sehingga dapat dikatakan bahwa
ikan gabus haruan pada kegiatan ini mampu bertoleransi dengan baik sampai
dengan salinitas 5 g/L. Namun demikian, pada kondisi pemeliharaan dengan
salinitas 10 g/L pengaruh terhadap pertumbuhan ikan gabus haruan terlihat nyata
dengan ditandai kurangnya nafsu makan ikan sehingga tubuh ikan terlihat kurus,
dan pada pemeliharaan ikan gabus haruan pada salinitas 12 g/L menyebabkan ikan
gabus mengalami kematian yang sangat tinggi.
Tabel 7. Data uji toleransi salinitas pada benih ikan gabus haruan selama masa
pemeliharaan 30 hari
No. Perlakuan
Salinitas (g/L)
Pertumbuhan
panjang relatif (%)
Pertumbuhan
bobot relatif (%)
Kelangsungan
hidup (%) Keterangan
1. 0 (Kontrol) 48,62±11,69 356,10±94,27 78,00±26,94 -
2. 5 30,22±27,59 229,79±203,64 46,67±29,05 -
3. 10 26,11±20,53 139,54±118,89 48,89±3,84 -
4. 12 2,68 11,37 8,89±15,39 Benih ikan
gabus pada
ulangan ke-1
dan ke-2 mati
total pada
percobaan
hari ke-18
2. Suhu
Hasil pengamatan dan pengukuran suhu di lapangan menunjukkan bahwa
pada tahap pemijahan ikan gabus haruan dapat memijah dengan kisaran suhu
27,9-31,2 ˚C. Tahap pendederan benih ikan gabus haruan selama 60 hari hingga
mencapai ukuran 8-12 cm menghasilkan pertumbuhan yang baik dengan kisaran
suhu 27,8-32,5 ˚C, sedangkan pada tahap pembesaran, ikan gabus haruan mampu
hidup dan tumbuh dengan baik dengan kisaran suhu 26,8-32,1 ˚C.
3. Oksigen
Hasil pengamatan dan pengukuran oksigen terlarut di lapangan
menunjukkan bahwa pada tahap pemijahan ikan gabus haruan dapat memijah
dengan kisaran kisaran oksigen terlarut 0,6-8,7 mg/L. Tahap pendederan benih
ikan gabus haruan selama 60 hari hingga mencapai ukuran 8-12 cm menghasilkan
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 20
pertumbuhan yang baik dengan kisaran oksigen terlarut 0,5-7,4 mg/L, sedangkan
pada tahap pembesaran, ikan gabus haruan mampu hidup dan tumbuh dengan baik
dengan kisaran oksigen terlarut 0,2-8,6 mg/L.
4. pH
Hasil pengamatan dan pengukuran pH di lapangan menunjukkan bahwa
pada tahap pemijahan ikan gabus haruan dapat memijah dengan kisaran pH 5,3-7.
Tahap pendederan benih ikan gabus haruan selama 60 hari hingga mencapai
ukuran 8-12 cm menghasilkan pertumbuhan yang baik dengan kisaran pH 4-6,3.
Pada tahap pembesaran, ikan gabus haruan mampu hidup dan tumbuh dengan baik
dengan kisaran pH 4,4-6,1.
3.1.6. Kualitas Daging
Uji kualitas daging dilakukan pada ikan gabus haruan ukuran konsumsi
dari hasil budidaya pembesaran. Jumlah ikan yang diukur sebanyak 10 ekor.
Pengujian dilakukan dengan menghitung berat karkas dan fillet ikan gabus haruan
serta dengan melakukan analisis proksimat.
1. Bagian Edible
Edible portion adalah suatu bagian ikan yang dapat kita makan mulai dari
ujung insang terluar sampai pangkal sirip ekor. Bagian tubuh ikan yang utama
untuk kita makan adalah otot atau urat yang disebut sebagai daging ikan.
Penghitungan bagian edible pada ikan gabus haruan yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa ikan gabus haruan memiliki bagian fillet sebesar
39,47±3,35 % dan total daging, kulit, tulang, tanpa kepala (karkas) sebesar
52,04±2,32 %. Bagian daging (fillet) ikan gabus haruan cukup besar dikarenakan
bentuk tubuh ikan memanjang dan ukuran tulang lebih kecil sehingga lebih
banyak terdapat daging dibandingkan tulang. Secara lengkap mengenai bagian
edible ikan gabus haruan disajikan dalam Tabel 8. Data perhitungan bagian edible
ikan gabus haruan dapat dilihat pada Lampiran 10.
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 21
Tabel 8. Persentase karkas dan fillet ikan gabus haruan
Jenis Kelamin
Bobot ikan Karkas
(Daging+Tulang+Kulit)
Fillet (Daging)
g g % g %
Rerata Jantan 174,75±11,22 94,43± 9,23 53,97±2,25 71,40 ± 9,91 40,74±3,26
Rerata Betina 172,23±38,04 87,58±20,27 50,76±1,30 67,30±19,57 38,62±3,41
Rerata 173,24±29,11 90,32±16,40 52,04±2,32 68,94±15,81 39,47±3,35
2. Analisis Proksimat
Analisis proksimat juga dilakukan terhadap sampel ikan yang telah
dilakukan perhitungan bagian edible. Hasil analisis proksimat menunjukkan
bahwa nilai rerata kadar protein ikan gabus sebesar 18,14±0,94 % berdasarkan
bobot basah, dan 77,41±2,23% berdasarkan bobot kering. Hasil analisis proksimat
ikan gabus haruan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10.
Tabel 9. Kadar proksimat ikan gabus haruan berdasarkan bobot basah (%)
Jenis
Kelamin Protein Lemak Air Abu Serat BETN
Rerata Jantan 17,86±1,50 0,98±0,19 77,12±1,62 1,95±0,43 0,50±0,32 1,57±0,34
Rerata Betina 18,34±0,38 1,49±0,36 76,14±0,87 2,26±0,37 0,38±0,26 1,39±0,36
Rerata 18,14±0,94 1,28±0,39 76,56± 1,23 2,13±0,39 0,43±0,27 1,46±0,33
Tabel 10. Kadar proksimat ikan gabus haruan berdasarkan bobot kering (%)
Jenis Kelamin Protein Lemak Abu Serat BETN
Rerata Jantan 78,05±1,95 4,31±0,79 8,56±1,76 2,18±1,33 6,88±1,64
Rerata Betina 76,91±2,58 6,24±1,41 9,43±1,32 1,59±1,04 5,80±1,41
Rerata 77.41±2.23 5,41±1,50 9,06±1,46 1,85±1,11 6,27±1,49
3. Analisis Albumin
Analisis albumin dilakukan terhadap sampel ikan gabus haruan hasil
budidaya dan ikan gabus haruan hasil tangkapan dari alam. Sampel ikan gabus
haruan dibuang isi perut dan sisiknya kemudian diblender dan dimasukkan dalam
oven dengan suhu 50-60 ºC selama 2 hari. Setelah kering kemudian sampel ikan
diblender lagi dan disaring dengan saringan tepung. Hasil saringan berupa tepung
ikan gabus haruan yang akan digunakan dalam analisis albumin. Analisis albumin
dilakukan dengan mengirimkan sampel ikan gabus haruan hasil domestikasi
dalam bentuk tepung ke Laboratorium Lingkungan Jurusan Kimia Universitas
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 22
Brawijaya di Malang. Dari hasil analisis diketahui bahwa nilai rerata kadar
albumin ikan gabus haruan hasil budidaya sebesar 6,36±0,00% dari sampel, dan
kadar albumin ikan gabus haruan hasil tangkapan dari alam sebesar 7,02±0,01%
dari sampel. Hasil analisis albumin ikan gabus haruan secara lengkap dapat dilihat
pada Tabel 11. Laporan hasil analisis albumin secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 14.
Tabel 11. Hasil analisis kadar albumin ikan gabus haruan
Sampel ikan Kadar albumin
(% dari sampel)
Metode analisis
Satuan Pereaksi Metode
Hasil budidaya 6,36 ± 0,00 % Reagen Biuret Spektrofotometri Tangkapan
alam 7,02 ± 0,01 % Reagen Biuret Spektrofotometri
Sumber : Data hasil analisis albumin Laboratorium Lingkungan Unibraw Malang
3.1.7. Jenis Pakan dan Kebiasaan Makan (Food and Feeding Habits)
Pengujian terhadap jenis pakan dan kebiasaan makan dilakukan pada ikan
gabus haruan mulai ukuran larva sampai ikan dewasa dari tahap pemijahan,
pendederan, dan pembesaran. Pengujian dilakukan dengan mengamati respons
ikan terhadap pakan yang diberikan serta dengan mengamati isi lambung ikan
gabus haruan yang dipelihara dengan menggunakan mikroskop.
Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa ikan gabus haruan
bersifat karnivora di mana ikan gabus haruan memakan ikan lain yang berukuran
lebih kecil, juga memangsa serangga dan katak. Ikan gabus haruan cenderung
memangsa makanannya yang aktif bergerak dengan cara menyambar mangsanya
yang berada di atas permukaan air. Hasil pengamatan di lapangan yang telah
dilakukan mulai tahun 2011 sampai 2014 diketahui bahwa ikan gabus haruan
yang dipelihara dalam kolam dapat mengonsumsi pakan buatan berupa pelet
apung (protein minimal 32%, lemak minimal 6%, serat kasar maksimal 4,3%, abu
maksimal 11%, kadar air maksimal 12%). Pemberian pakan buatan yang dipilih
berupa pelet apung dikarenakan ikan gabus haruan lebih merespons pakan apung
yang diberikan dibandingkan dengan pakan tenggelam (protein minimal 30%,
lemak minimal 6%, serat kasar maksimal 5%, abu maksimal 10%, kadar air
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 23
maksimal 12%). Ikan gabus haruan yang dipelihara dalam kolam lebih aktif
memakan pelet apung pada pagi dan sore hari.
Hasil pengamatan di lapangan mengenai jenis makanan ikan gabus haruan
diketahui bahwa benih ikan gabus haruan selain memakan pelet juga memakan
pakan alami berupa serangga air dan plankton. Dari hasil pengamatan isi lambung
benih ikan gabus haruan ukuran 3-5 cm yang berasal dari kolam budidaya dapat
diketahui makanan benih ikan gabus haruan berupa pelet, serangga air, daphnia,
moina, cyclop, chironomus, dan rotifer.
Ikan gabus haruan bersifat karnivora, kebiasaan makan/feeding habits
adalah memakan cacing, udang, katak, dan ikan lain (Mohsin & Ambak, 1983).
Ikan gabus haruan dilaporkan sebagai ikan yang suka menyendiri (kecuali selama
musim pemijahan), memiliki daerah teritorial, dan memangsa dengan cara
menyergap mangsanya (Lee & Ng, 1991). Jhingran (1984) menyatakan bahwa
larva ikan gabus haruan memakan serangga dan kutu air; juvenil ikan gabus
haruan lebih suka memakan larva diptera, zooplankton, dan benih ikan lain; dan
ikan dewasa bersifat karnivora. Mahan et al. (1978) melaporkan hasil
penelitiannya di sebuah danau di waduk Kedungombo Jawa Tengah bahwa dari
32 individu ikan gabus haruan berukuran panjang antara 3,5-36,7 cm yang
diperiksa 47% isi ususnya adalah udang. Selanjutnya, Dasgupta (2000)
melaporkan dari penelitian di perairan barat Bengal, India bahwa ikan gabus
mengonsumsi terutama serangga (40 %), ikan (30 %) dan krustasea (10 %).
3.1.8. Reproduksi
Uji reproduksi dilakukan pada ikan yang telah mencapai umur ikan
dewasa pertama kali (bulan). Pengujian reproduksi dilakukan pada ikan gabus
haruan yang telah mencapai ukuran dewasa pertama kali atau berumur 10 bulan
yang dihitung sejak telur menetas dengan melalui proses kegiatan adaptasi
terhadap pakan buatan, pengamatan karakter induk, pemeliharaan dan pematangan
induk, pemilihan induk matang gonad, pemijahan, pengamatan perkembangan
telur, dan penghitungan fekunditas.
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 24
1. Adaptasi terhadap Pakan Buatan
Pada tahun 2011 dilakukan koleksi ikan gabus haruan yang diperoleh dari
tangkapan alam di sekitar lokasi Instalasi budidaya ikan lahan gambut Pulang
Pisau. Ikan gabus haruan yang dikumpulkan berukuran benih dengan panjang
1-3 cm sebanyak 3.000 ekor. Setelah itu benih ikan tersebut diadaptasikan dengan
pakan buatan pelet tepung crumble (protein minimal 40%, lemak minimal 6%,
serat kasar maksimal 3%, abu maksimal 15%, kadar air maksimal 10%) selama
1 bulan sampai mencapai ukuran 3-5 cm, kemudian benih ikan dipelihara dalam
hapa selama 1 bulan sampai mencapai ukuran 5-8 cm, dan dilanjutkan lagi
dipelihara dalam hapa selama 1 bulan sampai mencapai ukuran 8-12 cm dengan
pemberian pakan pelet apung crumble (protein 39%-41%, lemak minimal 5%,
serat kasar maksimal 6%, abu maksimal 16%, kadar air maksimal 10%).
Selanjutnya benih ikan gabus haruan dipelihara dalam hapha yang dipasang di
kolam IBILAGA Pulang Pisau selama 7 bulan dengan pemberian pakan pelet
apung no. 2 (protein minimal 32%) sampai menjadi induk (Lampiran 9).
Ikan gabus haruan termasuk kelompok ikan karnivora sehingga dari
beberapa jenis pakan buatan berupa pelet komersial yang bersumber dari bahan
nabati dan hewani diujicobakan. Pemberian pakan dilakukan sekenyangnya
(satiasi), diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore). Pada pengamatan awal digunakan
ikan gabus haruan dewasa yang berasal dari tangkapan alam, namun terlihat ikan
gabus haruan tidak memberikan respon terhadap pakan buatan berupa pelet apung
(protein sekitar 30%). Oleh karena itu, adaptasi pakan buatan dalam pemeliharaan
ikan gabus haruan diganti dengan menggunakan benih ikan gabus haruan
berukuran 1-3 cm dengan pemberian pakan pelet berbentuk tepung (protein 40%)
sampai akhirnya menjadi ukuran induk (G0) yang sudah terbiasa memakan pakan
buatan berupa pelet apung (protein 32%). Adaptasi tersebut membuat ikan gabus
haruan terbiasa memakan pakan buatan. Hasil pengamatan di lapangan diketahui
adanya peningkatan jumlah pakan yang dikonsumsi benih ikan gabus haruan
setiap hari dari 5% bobot badan hingga meningkat sampai 10% dari bobot badan
per hari. Dengan demikian bahwa tingkat adaptasi terhadap pakan buatan telah
berhasil dilakukan.
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 25
2. Pengamatan Karakter Induk
Ketersediaan induk matang gonad adalah salah faktor utama dalam proses
pemijahan. Agar didapat induk yang matang gonad, maka perlu dilakukan
manajemen induk, meliputi: pemeliharaan induk, pematangan induk, penanganan
adaptasi terhadap pakan buatan, observasi perkembangan gonad dan pemilihan
induk matang. Perbedaan yang menonjol antara induk ikan gabus haruan jantan
dan induk betina, yaitu warna tubuh induk jantan (Gambar 6) lebih gelap
dibanding induk betina (Gambar 7). Induk jantan memiliki bentuk tubuh yang
ramping dan memanjang (Gambar 8), ciri pada bagian genital papilla terlihat
adanya tonjolan kecil dengan lubang urogenital memanjang (Gambar 10),
sedangkan induk betina memiliki bentuk tubuh yang membulat dan lebar
(Gambar 9), ciri pada bagian genital pore terlihat oval dengan lubang urogenital
melebar (Gambar 11). Selain itu, induk gabus haruan jantan ditandai dengan
lubang kelamin memerah dan apabila diurut keluar cairan putih bening. Induk
betina ditandai dengan warna tubuh lebih terang, perut membesar dan lembek, bila
diurut keluar telur. Semakin besar ukuran induk maka perbedaan lubang kelamin
akan terlihat jelas sehingga semakin mudah dalam membedakan induk jantan dan
induk betina. Deskripsi karakter induk ikan gabus haruan yang telah diamati
disajikan pada Gambar 6-11.
Gambar 6. Warna tubuh induk jantan
lebih gelap
Gambar 7. Warna tubuh induk betina
lebih terang
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 26
Gambar 8. Bentuk tubuh induk jantan
lebih ramping
Gambar 9. Bentuk tubuh induk betina
lebih membulat dan lebar
Gambar 10. Bagian urogenital induk
jantan, terdapat tonjolan kecil (genital
papilla)
Gambar 11. Bagian urogenital induk
betina, genital pore oval dan melebar
3. Pemeliharaan dan Pematangan Induk
Pemeliharaan induk ikan gabus haruan dilakukan di hapa yang dipasang
dalam kolam yang kondisi lingkungannya disesuaikan seperti habitat aslinya.
Hapa yang digunakan berukuran 4x2x1 m3 dengan kepadatan ikan 120-180
ekor/hapa (Gambar 12). Pada bagian atas hapa dilengkapi dengan tutup untuk
mencegah agar ikan gabus haruan tidak melompat keluar dan ikan-ikan liar tidak
masuk ke dalam hapa induk. Induk diberi pakan pelet apung (protein 32%) dosis
3% dari bomassa perhari pada pagi dan sore hari.
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 27
Gambar 12. Hapa pemeliharaan induk ikan gabus haruan yang dipasang di kolam.
Sumber air yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan induk,
pemijahan, pendederan, dan penetasan telur berasal dari air resapan dalam tanah.
Adapun parameter kualitas air kimia dan fisika dapat dilihat dalam Tabel 12.
Tabel 12. Parameter sifat kimia dan fisika air di Instalasi Budidaya Ikan Lahan
Gambut Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.
Parameter Nilai
Suhu
Kecerahan
Oksigen terlarut
pH air
Amonia
NO2
26,8-32,5 ˚C
25-30 cm
0,2-8,6 mg/L
4 – 7
0,0 – 0,02 mg/L max
<1 mg/L
Jumlah induk ikan gabus haruan yang digunakan dalam kegiatan
perekayasaan pematangan induk ikan gabus sebanyak 60 ekor, terdiri atas 30 ekor
jantan dengan kisaran bobot 114,5 – 225 gram per ekor dan 30 ekor betina dengan
kisaran bobot 128,2 – 330 gram per ekor. Dalam kegiatan budidaya, keberhasilan
suatu spesies ikan ditentukan oleh kemampuan ikan tersebut untuk bereproduksi
dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan kemampuan untuk
mempertahankan populasinya. Setiap spesies ikan mempunyai strategi reproduksi
tersendiri sehingga dapat melakukan reproduksinya dengan baik.
Percobaan pematangan induk yang dipelihara di hapa dalam kolam
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 28
sebanyak 30 ekor induk betina dengan menggunakan pakan pelet apung (kadar
protein 30-32%, lemak 6%) sebanyak 3% dari bobot biomassa dengan pemberian
2 kali sehari dapat memberikan hasil tingkat kematangan gonad induk betina
berkisar antara 8,3-26,7%.
Setiap bulan sekali dilakukan pengamatan perkembangan gonad dengan
cara memilih induk yang telah matang gonad untuk persiapan pemijahan dari total
60 ekor induk yang digunakan. Selanjutnya induk hasil seleksi yang matang
gonad akan dipijahkan dalam hapa pada bak terpal dengan perbandingan 1 jantan :
1 betina. Hasil pemilihan induk matang gonad dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Pengamatan perkembangan gonad induk ikan gabus haruan
(Channa striata Bloch 1793)
Waktu
(bulan)
Induk Jumlah
(ekor)
Keterangan
Februari Jantan 30 12 ekor TKG III, 10 TKG IV, 8 TKG II
Betina 30 8 ekor TKG III, 12 TKG IV, 10 TKG II
Maret Jantan 28 10 ekor TKG III, 11 TKG IV, 7 TKG II
Betina 28 4 ekor TKG III , 16 TKG IV, 8 TKG II
April Jantan 26 6 ekor TKG III, 10 TKG IV, 10 TKG II
Betina 26 4ekor TKG III, 10 TKG IV, 12 TKG II
Juli Jantan 24 2 ekor TKG III, 9 TKG IV, 13 TKG II
Betina 24 2 ekor TKG III, 7 TKG IV, 15 TKG II Tingkat Kematangan Gonad terdiri atas TKG I : Dara, TKG II : Berkembang, TKG III : Mijah,
TKG IV : Salin.
Dari hasil seleksi diperoleh induk yang siap pijah dengan TKG III yang
digunakan untuk pemijahan alami dan semi-buatan. Pemijahan ikan gabus haruan
secara alami dan semi-buatan masing-masing menggunakan sepasang induk
dengan perbandingan 1 ekor induk jantan dan 1 ekor induk betina. Pemijahan ikan
gabus haruan dilakukan selama bulan Februari, Maret, April dan Juli. Hasil
pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa ikan gabus haruan mencapai puncak
musim pemijahan pada awal musim hujan sampai akhir musim hujan, dan saat
musim kemarau ikan gabus haruan yang matang gonad mulai berkurang namun
masih dapat dipijahkan. Pada awal musim kemarau ikan gabus haruan yang
matang gonad lebih sedikit namun ikan gabus haruan dapat memijah sepanjang
tahun di mana dalam tiap tahun dapat memijah 2 atau 3 kali bahkan lebih.
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 29
4. Pemilihan Induk Matang Gonad
Ciri-ciri visual pada ikan gabus haruan yang sudah matang gonad adalah
induk jantan yang matang ditandai dengan adanya titik pada lubang kelamin yang
agak kemerahan dan apabila ditekan keluar cairan bening (Gambar 13). Induk
betina yang matang gonad ditandai dengan bagian perut membesar (buncit)
lembek dan lubang kelamin kemerah-merahan (Gambar 14).
Gambar 13. Induk jantan matang
gonad
Gambar 14. Induk betina matang
gonad
Induk-induk yang terpilih untuk kegiatan pemijahan diberi nomor dengan
cara memasang tag/nomor yang ditempatkan pada bagian depan sirip punggung,
agar tagging tidak mudah terlepas, tidak mengganggu pergerakan ikan, serta
mudah dalam pembacaan pada saat sampling (Gambar 15 dan 16).
Gambar 15. Tagging plastik Gambar 16. Pemberian tanda (tagging)
pada ikan gabus haruan
Tagging
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 30
5. Pemijahan
Perilaku Pemijahan
Hasil pengamatan perilaku pemijahan (mating behavior) induk ikan gabus
haruan dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Perilaku pemijahan ditandai induk jantan bergerak mendekati dan mengelilingi
induk betina sebagai tanda mulai terjadi ovulasi
• Saat terjadi pemijahan induk jantan melengkungkan tubuh pada tubuh induk
betina
• Kemudian induk betina mengeluarkan telur diikuti induk jantan mengeluarkan
sperma untuk membuahi telur
• Telur-telur yang mengandung lemak mengapung pada permukaan air dan
setelah pemijahan selesai maka kedua induk ikan gabus haruan menjaga telur
dengan cara bergerak berputar di bawah permukaan air
• Ikan gabus haruan bersifat partial spawning yaitu memijah sebagian dimana
seluruh telur tidak dikeluarkan semua sehingga induk ikan akan memijah lagi
hingga 2-3 kali dengan interval waktu yang tidak menentu.
Untuk membuktikan bahwa ikan gabus haruan
bersifat partial spawning, maka dilakukan pembedahan induk ikan gabus haruan
betina yang telah memijah. Induk ikan gabus haruan setelah memijah pada hari
kelima dan ketujuh dibedah dan diamati secara visual kondisi gonadnya kemudian
dilakukan pengamatan histologi gonad untuk mengetahui lebih jelas
perkembangan gonad induk ikan gabus haruan.
Hasil pengamatan terhadap gonad induk betina ikan gabus haruan
menunjukkan bahwa telur ikan gabus haruan masih terdapat dalam gonad induk
ikan gabus haruan yang telah memijah. Berdasarkan pengamatan histologi
diketahui bahwa tahap perkembangan gonad induk ikan gabus haruan yang
terlihat masuk pada stadium 3, stadium 4, stadium 5, dan 6 dimana pada
pengamatan bagian anterior telur didominasi telur pada stadium 3 dan 4, bagian
tengah didominasi telur pada stadium 5, bagian posterior masuk pada stadium 6
dimana terlihat oosit atresia (Lawson, et. al, 2010). Hal ini membuktikan bahwa
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 31
ikan gabus haruan bersifat partial spawning atau memijah sebagian. Gambaran
gonad induk ikan gabus haruan ditampilkan pada Gambar 17-20.
Gambar 17. Gonad induk setelah
memijah pada hari kelima Gambar 18. Gonad induk setelah memijah
pada hari ketujuh
Gambar 19. Histologi gonad bagian
belakang induk pada hari kelima pasca
memijah (Skala 1 : 500 µm).
Gambar 20. Histologi gonad bagian
belakang induk pada hari ketujuh
pasca memijah (Skala 1 : 500 µm).
Pemijahan Secara Alami
Data hasil pemijahan alami induk ikan gabus haruan disajikan pada
Tabel 13. Pemijahan alami meliputi kegiatan pemilihan induk matang gonad,
pencampuran induk, proses pemijahan, dan penetasan telur. Pemilihan induk
dilakukan dengan melihat ciri-ciri visual induk jantan dan betina yang telah
matang gonad, kemudian induk yang matang gonad dikumpulkan dalam
baskom. Pencampuran induk dilakukan dengan memasukkan induk pada tiap
bak pemijahan sebanyak satu pasang induk jantan dan betina (Gambar 21).
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 32
Gambar 21. Bak pemijahan ikan gabus haruan
Selanjutnya ditambahkan tanaman enceng gondok untuk tempat
berlindung bagi telur yang akan dikeluarkan induk ikan gabus. Proses
pemijahan alami biasanya akan terjadi selama 1-2 minggu. Setiap hari
dilakukan pemeriksaan di bak pemijahan, apabila induk telah memijah akan
ditandai dengan banyaknya tanaman air (enceng gondok) yang patah dan
terdapat telur di permukaan air. Selanjutnya telur ikan gabus haruan dibiarkan
sampai menetas di bak pemijahan selama 24-38 jam. Data hasil pemijahan alami
induk ikan gabus haruan disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Data hasil pemijahan alami induk ikan gabus haruan
No
Hapa.
Jumlah induk
(ekor)
Bobot induk
(g) Keterangan
Interval
Waktu
Pemijahan Jantan Betina Jantan Betina
1 1 1 144,5 236,6 memijah 14 hari
2 1 1 200 220 memijah 6 hari 3 1 1 175 225 memijah 10 hari 4 1 1 140 215,5 memijah 8 hari
Pemijahan Secara Semi-buatan
Pemijahan semi-buatan meliputi kegiatan pemilihan induk matang gonad,
penyuntikan hormon, pencampuran induk, proses pemijahan, dan penetasan telur.
Pemilihan induk dilakukan dengan melihat ciri-ciri visual induk jantan dan betina
yang telah matang gonad, kemudian induk yang matang gonad dikumpulkan
dalam baskom. Penyuntikan ovaprim dilakukan secara intramuskuler terhadap
Tempat pemijahan ikan gabus haruan
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 33
induk jantan dan betina sebanyak 1 kali penyuntikan dengan dosis 0,5 ml/kg.
Selanjutnya dilakukan pencampuran induk dengan memasukkan induk
jantan dan betina hasil seleksi pada tiap bak pemijahan sebanyak satu pasang
induk jantan dan betina. Proses pemijahan biasanya akan terjadi selama 1-7 hari.
Setiap hari dilakukan pemeriksaan di bak pemijahan apabila induk telah memijah
akan terdapat telur dipermukaan air. Selanjutnya telur ikan gabus haruan yang
telah keluar dibiarkan sampai menetas di bak pemijahan selama 24-38 jam. Data
hasil pemijahan semi-buatan induk ikan gabus haruan disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Data hasil pemijahan semi-buatan induk ikan gabus haruan
No
Hapa.
Jumlah Induk
(ekor)
Bobot Induk
(g) Keterangan
Interval
Waktu
Pemijahan Jantan Betina Jantan Betina
1 1 1 120,9 173,4 memijah 1 hari
2 1 1 215,0 151,9 memijah 3 hari 3 1 1 139,5 157,0 memijah 2 hari 4 1 1 150,5 270,0 memijah 5 hari
5. Pengamatan Perkembangan Telur
Telur ikan gabus haruan mempunyai sifat tidak lengket dan mengapung
dipermukaan air. Telur yang telah dibuahi berwarna bening, sedangkan telur yang
tidak dibuahi berwarna putih (Gambar 22). Telur yang belum dibuahi
mempunyai diameter 0,9-1,5 mm. Setelah dibuahi, ukuran diameter telur akan
berkembang menjadi 1,7-2,3 mm. Evaluasi keberhasilan pembuahan dapat diamati
secara visual setelah terjadinya fase pembelahan sel kutub anima. Kecepatan
perkembangan embrio selama proses inkubasi telur dipengaruhi oleh fisika dan
kimia air khususnya suhu air. Proses perkembangan embrio pada suhu 27-30 ˚C
sampai menetas memerlukan waktu 24-38 jam (Gambar 23).
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 34
Gambar 22. Telur ikan gabus haruan yang terbuahi dan tidak terbuahi.
Telur ikan gabus haruan setelah
ovulasi terlihat rongga peritelin
berkembang (1652,4 µm)
Telur setelah 6-8 jam (diameter 1722,6
µm), fase morula
Fase gastrula (11-13 jam setelah
pembuahan)
Fase blastophore (16-18 jam setelah
pembuahan)
TELUR TIDAK DIBUAHI
TELUR DIBUAHI
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 35
Telur menetas antara 24-38 jam
setelah pembuahan menjadi larva
(panjang tubuh 3,826 mm)
Gambar 23. Perkembangan telur ikan gabus haruan
6. Penghitungan Fekunditas, Derajat Pembuahan, dan Derajat Penetasan
Data fekunditas, derajat pembuahan, dan derajat penetasan telur dari hasil
pemijahan alami dan semi-buatan ikan gabus haruan masing-masing disajikan
pada Tabel 16 dan 17.
Tabel 16. Data fekunditas, derajat pembuahan, dan derajat penetasan telur dari
hasil pemijahan alami
No Hapa.
Bobot Induk (g) Fekunditas
(butir)
Derajat
Pembuahan
(%)
Derajat
Penetasan
(%) Jantan Betina
1 144,5 236,6 3250 86 54
2 200,0 220,0 2660 82 41
3 175,0 225,0 4970 79 42
4 140,0 215,5 2790 93 83
Tabel 17. Data fekunditas dan derajat penetasan telur dari hasil pemijahan semi-
buatan
No Hapa. Bobot Induk (g) Fekunditas
(butir)
Derajat
Pembuahan
(%)
Derajat
penetasan
(%) Jantan Betina
1 120,9 173,4 5350 80 45
2 215,o 151,9 3460 75 50
3 139,5 157,0 5200 78 52
4 150,5 270,0 7140 89 71
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 36
Hasil pengamatan fekunditas pada pemijahan alami dan semi buatan
memperlihatkan bahwa telur yang dihasilkan bervariasi tergantung bobot induk
betinanya. Dari hasil kegiatan pemijahan alami dan semi buatan telur yang
dihasilkan bervariasi tergantung bobot induk betinanya. Nilai fekunditas ikan
gabus dari pemijahan secara semi buatan lebih besar dari nilai fekunditas ikan
dengan pemijahan secara alami diduga karena metode rangsangan hormon melalui
penyuntikan menyebabkan induk ikan lebih mudah mengeluarkan telur
dibandingkan dengan pemijahan secara alami. Induk ikan gabus haruan dapat
memijah beberapa kali dalam 1 tahun pemijahan, di mana telur yang besar akan
dikeluarkan lebih dahulu sesuai dengan yang dikemukakan Bijaksana (2006)
bahwa ikan gabus memijah secara partial spawner di mana dalam satu musim
pemijahan ikan gabus dapat memijah 2-3 kali pada induk yang sama. Hasil
pengamatan fekunditas yang dilakukan dengan cara membedah dan menghitung
jumlah total telur diperoleh jumlah telur antara 8.140 – 10.085 butir dengan bobot
induk betina berkisar antara 270 – 360 gram/ekor. Dari hasil penghitungan derajat
pembuahan telur ikan gabus haruan tergolong baik berkisar antara 75-93%,
sedangkan derajat penetasan telur ikan masih tergolong rendah antara 41-83%.
Menurut Nikolsky (1969) bahwa jumlah telur masak sebelum dikeluarkan
pada saat ikan itu akan memijah dinamakan fekunditas individu atau fekunditas
mutlak. Dalam hal ini ia memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan.
Nikolsky (1969) selanjutnya menyatakan bahwa fekunditas individu adalah
jumlah telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula. Dalam
ovari biasanya ada dua macam ukuran telur, yang besar dan yang kecil. Telur yang
besar akan dikeluarkan pada tahun itu dan yang kecil akan dikeluarkan pada tahun
berikutnya. Namun apabila kondisi baik, telur yang kecilpun akan dikeluarkan
menyusul telur yang besar. Sehubungan dengan hal ini maka perlu menentukan
fekunditas ikan apabila ovari ikan itu sedang dalam tahap kematangan yang ke-IV
dan yang paling baik sesaat sebelum terjadi pemijahan.
3.1.9. Ketahanan terhadap Penyakit
Uji ketahanan terhadap penyakit dilakukan pada ikan gabus haruan dengan
cara pengamatan dan pemeriksaan ikan yang terserang penyakit selama tahap
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 37
pemijahan, pendederan, dan pembesaran. Pengujian dilakukan dengan mengambil
sampel ikan hidup yang menunjukkan gejala serangan penyakit, kemudian
dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan metode pemeriksaan parasit, jamur,
dan bakteri. Uji tantang dilakukan pada penyakit bakteri Aeromonas hydrophila
yang dijumpai menyerang ikan gabus haruan.
Identifikasi atau pemeriksaan penyakit pada ikan gabus haruan hasil
budidaya telah dilakukan selama tahun 2013-2014. Penyakit yang dijumpai
menyerang ikan gabus haruan selama dalam kegiatan pemeriksaan penyakit
adalah jenis parasit, jamur, dan bakteri yang secara lengkap dapat dilihat pada
Tabel 18.
Tabel 18. Data identifikasi penyakit pada ikan gabus haruan
(Channa striata Bloch 1793)
No. Jenis
Sampel Asal Sampel
Jenis penyakit yang ditemukan
Parasit Jamur Bakteri
1. Benih Mandiangin,
Pulang Pisau - Ichthyoptirius
multifilis/ White
spot. - Trichodina sp.
- Oodinium sp. - Achlya sp.
Aeromonas
hydrophila
2. Calon
induk Pulang Pisau,
Mandiangin - - - Acinetobacter sp.
- Bordetella sp.
3. Induk Pulang Pisau - - - Aeromonas
hydrophila. - Enterobacter sp.
Sedangkan jenis penyakit lainnya yang sering menyerang ikan gabus
haruan adalah tumor. Penyakit ini dapat menyerang ikan gabus haruan dalam
ukuran benih dan calon induk/induk. Secara visual penyakit ini terlihat seperti
tonjolan jaringan lunak pada permukaan tubuh, terkadang dapat menyebar ke
seluruh permukaan tubuh. Dari pemeriksaan secara histopatologi menunjukkan
abnormalitas pertumbuhan jaringan yang mengarah pada neoplasia. Penyakit
tumor pada ikan gabus haruan dapat dilihat pada Gambar 24.
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 38
Gambar 24. Penyakit tumor yang ditemukan pada ikan gabus haruan
Gambar 25. Histologi tumor pada permukaan tubuh ikan gabus haruan pada
skala 1 : 500 µm dan skala 1 : 50 µm.
Pengujian ketahanan ikan gabus haruan terhadap penyakit bakterial
dilakukan dengan metode uji tentang dengan menggunakan bakteri Aeromonas
hydrophila. Isolasi bakteri A. hydrophila diambil dari organ ginjal, hati, dan luka
pada permukaan tubuh ikan gabus haruan hasil budidaya yang mengalami
serangan penyakit dengan gejala klinis A. hydrophila. Kemudian dilakukan
pengujian biokimia serta pengamatan makroskopis dan mikroskopis. Hasil
pengujian menunjukkan ikan gabus haruan positif (+) terinfeksi A. hydrophila.
Isolat murni disimpan di media cair TSB + gliserol, pada suhu -80o C. Selanjutnya
dilakukan infeksi ulang yang pertama dengan cara memindahkan isolat murni ke
media NA yang baru kemudian diperbanyak untuk menginfeksi ikan gabus haruan
yang sehat. Kepadatan bakteri 109 sel/ml dengan dosis penyuntikan 0,2 ml/ekor.
Dari 10 ekor ikan gabus haruan yang diinfeksi, terdapat 3 ekor yang menunjukkan
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 39
gejala klinis terinfeksi A. hydrophila, kemudian dilakukan isolasi bakteri pada
media NA. Selanjutnya dilakukan pengujian biokimia serta pengamatan
makroskopis dan mikroskopis. Hasil pengujian menunjukkan ikan gabus haruan
positif (+) terinfeksi A. hydrophila.
Setelah itu dilakukan infeksi ulang sampai 3 kali ulangan dengan hasil
pemeriksaan positif (+) terinfeksi A. hydrophila, maka dilanjutkan dengan uji
tantang. Uji tantang ketahanan ikan gabus haruan terhadap bakteri A. hydrophila
dilakukan sebanyak 0,2 ml/ekor dengan berbagai tingkat kepadatan yaitu 105, 106,
107, 108, 109, dan 1010 sel/ml diinfeksikan secara intraperitoneum pada ikan gabus
haruan berukuran panjang rerata 16,83±1,82 cm dan bobot rerata 68,06±19,55 g,
untuk kontrol disuntik dengan NaCl 0,9% sebanyak 0,2 ml/ekor.
Perlakuan uji tantang dan kontrol ini dilakukan dengan ulangan 3 kali,
masing-masing perlakuan menggunakan ikan gabus haruan sebanyak 10 ekor
yang dipelihara dalam akuarium berkapasitas 80 L dengan volume air 20 L dan
dilakukan pengamatan terhadap perkembangan gejala penyakit dan mortalitas
ikan uji selama 14 hari. Data mortalitas dan kelangsungan hidup ikan gabus
haruan selama kegiatan uji tantang disajikan pada Tabel 19. Data kelangsungan
hidup ikan gabus haruan selama kegiatan uji tantang secara lengkap dapat dilihat
pada Lampiran 11.
Tabel 19. Data kelangsungan hidup ikan gabus haruan selama uji tantang
Perlakuan kepadatan (sel/mL) Kelangsungan hidup (%)
0 (Kontrol) 100
105 100
106 100
107 100
108 95
109 40
1010 3,3
Peningkatan kepadatan bakteri yang diinfeksikan pada ikan gabus haruan
mengakibatkan tingkat kematian yang semakin tinggi dan waktu kematian yang
semakin singkat. Dari pengamatan terlihat bahwa kematian ikan uji pada tingkat
kepadatan bakteri A. hydrophila sebesar 1010 sel/ml terjadi pada hari ke-2
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 40
(±34 jam), kematian ikan uji pada tingkat kepadatan bakteri A. hydrophila sebesar
109 sel/ml terjadi pada hari ke-3 (±60 jam), sedangkan pada ikan kontrol tidak
terjadi kematian.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kematian ikan setelah diinfeksi
bakteri A. hydrophila terjadi cukup cepat dan mengakibatkan kematian total pada
ikan uji dengan tingkat kepadatan bakteri A. hydrophila sebesar 1010 sel/ml
berkisar antara 2–4 hari. Berdasarkan hasil perhitungan dari persamaan regresi
y = 2,062ln(x)-38,08 maka diketahui dosis lethal yang dapat mematikan ikan
gabus haruan sebesar 50% (LD 50 96 jam) adalah pada tingkat kepadatan bakteri
1,184 x 109 sel/ml.
3.1.10. Produktivitas
1. Pendederan Benih
Larva dipelihara sampai menjadi benih berukuran 1-3 cm di bak terpal
bersama dengan induknya yang bersifat mengasuh anaknya selama 1 bulan
dengan diberi pakan pelet tepung dengan kandungan protein 40%. Setelah itu
dilakukan pendederan dengan menggunakan wadah hapa ukuran 2x1x1 m3 yang
dipasang di kolam (Gambar 26).
Gambar 26. Hapa pemeliharaan benih ikan gabus
Padat tebar benih yang digunakan pada pendederan benih sebesar 400
ekor/hapa dan 600 ekor/hapa dengan ukuran awal 1-3 cm. Setiap seminggu
dilakukan penjarangan (grading) dengan cara menyeleksi benih yang berukuran
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 41
besar dan kecil, kemudian dipisahkan dalam hapa yang berbeda. Pertumbuhan
ikan gabus relatif lambat dimana tahap pendederan I memerlukan waktu selama 1
bulan dari ukuran 1-3 cm untuk mencapai ukuran panjang 3-5 cm dan tahap
pendederan II memerlukan waktu selama 1 bulan dari ukuran 3-5 cm sampai
mencapai ukuran panjang 5-8 cm (Gambar 27).
Gambar 27. Benih ikan gabus berumur 90 hari (panjang 5-8 cm)
Sedangkan tahap pendederan III memerlukan waktu selama 1 bulan dari
ukuran 5-8 cm sampai mencapai ukuran panjang 8-12 cm (Gambar 28). Secara
lengkap data hasil pendederan III dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Data hasil pendederan III di hapa
No Hapa Jumlah
Tebar/
hapa
Bobot rerata
awal tebar
(g)
Panjang
awal tebar
(cm)
Bobot rerata
akhir
(g)
Panjang
akhir (cm)
Kelangsungan
hidup (%)
1 I 600 0,51 ± 0,16 3,3 – 4,7 4,8 ± 0,26 8,7 – 11,5 45,5
2 II 600 0,45 ± 0,18 3,2 – 4,6 7,4 ± 0,23 8 – 10,5 32
3 II 600 0,59 ± 0,25 3,4 – 6 6,03 ± 0,27 7,6 – 11,5 35,7
4 IV 600 0,4 ± 0,22 3 – 5,2 5,1 ± 0,24 7,5 – 10,7 60,5
5 V 400 0,7 ± 0,21 4,5 – 5,5 6,4 ± 0,28 7,7 – 11,8 68
6 VI 400 0,84 ± 0,23 4,7 – 6 6,8 ± 0,30 7,8 – 12 78
Pada tahap pendederan III dengan penebaran benih 600 ekor/hapa
diperoleh kelangsungan hidup benih ikan gabus sebesar 43,42 ± 3,62%,
sedangkan pada penebaran benih 400 ekor/hapa kelangsungan hidup rata-rata
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 42
73,0 ± 3,15%. Perbedaan kelangsungan hidup ini, diduga akibat perbedaan padat
tebar yang mengakibatkan pertumbuhan yang tidak seragam (perbedaan ukuran
tubuh), sehingga memungkinkan terjadinya kanibalisme. Karenanya, perlu
dilakukan penyortiran dan penjarangan padat tebar pada umur 1 sampai 2 bulan
pemeliharaan untuk menghindari kanibalisme pada ikan gabus karena ukuran
yang berbeda.
Gambar 28. Benih ikan gabus hasil pendederan III berumur 4 bulan (panjang
8-12 cm)
2. Pembesaran Ikan Gabus Haruan
Selanjutnya benih ikan gabus haruan yang diperoleh dari hasil pendederan
dibesarkan dengan menggunakan wadah pembesaran berupa hapa dan kolam.
Pembesaran ikan gabus haruan dilakukan sampai menjadi calon induk maupun
induk di mana induk nantinya akan dipijahkan kembali untuk mendapatkan benih.
3. Pembesaran di hapa
Pada bulan Januari hingga Agustus 2012 dilakukan pembesaran ikan
gabus haruan induk awal (G0) selama 7 bulan pada hapha yang dipasang dalam
kolam tanah di Instalasi Budidaya Ikan Lahan Gambut (IBILAGA) (Gambar 29).
Hapha yang digunakan berukuran 3 m x 2 m x 1,5 m3 sebanyak enam buah
dengan jumlah tebar masing-masing jaring 120 ekor (3 hapa) dan 180 ekor
(3 hapa) benih ikan gabus haruan G0. Bobot rerata benih yang ditebar 6,83±1,92 g
dengan panjang rerata 7,94±0,80 cm diberi pakan pelet apung dengan dosis 3-5%
dari bobot bimassa dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari dengan nilai gizi pakan
yang berkadar air maksimal 12%, protein minimal 30%, lemak minimal 6%, abu
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 43
maksimal 10%, serat kasar maksimal 5%. Hasil kegiatan pembesaran ikan gabus
haruan G0 selama 7 bulan yang dipelihara di wadah hapa dalam kolam tanah
lahan gambut diperoleh data bobot rerata akhir 152,78±30,03 g, panjang rerata
akhir 20,98±1,62 cm, rerata laju pertumbuhan spesifik bobot 1,48±0,09%,
kelangsungan hidup 77,76±5,08%, dan rerata konversi pakan 2,20±0,12.
Pembesaran benih ikan gabus haruan G0 ini diperoleh total bobot hasil panen
98,96 kg.
Gambar 29. Hapa pembesaran ikan gabus haruan
Pada bulan Mei hingga Desember 2013 dilakukan pembesaran ikan gabus
haruan G1 selama 7 bulan telah dilakukan di kolam tanah 8x4x1,5 m3 sebanyak 3
unit dan hapha yang dipasang dalam kolam tanah sebanyak 6 buah ukuran
3x2x1,5 m3 dengan lokasi di Instalasi Budidaya Ikan Lahan Gambut (IBILAGA).
Pembesaran ikan gabus haruan pada hapha yang dipasang di kolam dengan
jumlah benih tebar masing-masing hapha sebanyak 120 ekor (3 hapa) dan 180
ekor (3 hapa) benih ikan gabus haruan G1 (Gambar 26). Bobot rerata benih yang
ditebar 6,64±1,18 g dengan panjang rerata 7,73±0,93 cm diberi pakan pelet apung
(protein minimal 30%, lemak minimal 6%,) dengan dosis 3-5% dari bobot
bimassa dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari. Hasil pembesaran ikan gabus
haruan G1 selama 7 bulan yang dipelihara pada hapa di kolam tanah lahan gambut
diperoleh data bobot akhir 166,54±16,35 g, panjang akhir 20,82±1,16 cm, rerata
laju pertumbuhan spesifik 1,53±0,19%, kelangsungan hidup 79,81±3,16%, dan
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 44
konversi pakan 2,06±0,15. Pembesaran benih ikan gabus G1 ini diperoleh total
bobot hasil panen 133,5 kg.
Gambar 30. Grafik pertumbuhan bobot ikan gabus haruan G0 dan G1 yang
dipelihara di hapa selama 7 bulan
Dari grafik pertumbuhan diatas, dapat diketahui bahwa pertumbuhan bobot
rerata ikan gabus haruan cenderung mengalami peningkatan antar generasi
meskipun nilai peningkatannya masih relatif kecil. Pertumbuhan ikan gabus
haruan G0 selama 7 bulan pemeliharaan mencapai bobot rerata akhir
152,78±30,03 g/ekor, sedangkan pertumbuhan bobot pada ikan gabus haruan G1
mencapai bobot rerata akhir 166,54±16,35 g/ekor.
4. Pembesaran di kolam
Pada bulan Mei hingga Desember 2013 dilakukan pembesaran ikan gabus
haruan G1 selama 7 bulan telah dilakukan di kolam tanah 8x4x1,5 m3 sebanyak 3
unit dengan lokasi di IBILAGA. Pembesaran ikan gabus haruan di kolam dengan
jumlah benih tebar masing-masing kolam sebanyak 1.000 ekor benih ikan gabus
haruan G1. Bobot rerata benih yang ditebar 7,18±3,14 g dengan panjang rerata
7,03±1,22 cm diberi pakan pelet apung (protein minimal 30%, lemak minimal
6%) dengan dosis 3-5% dari bobot bimassa dengan frekuensi pemberian
2 kali/hari. Hasil pembesaran ikan gabus haruan G1 selama 7 bulan yang
dipelihara di kolam tanah lahan gambut diperoleh data bobot rerata akhir
190,52±6,61 g, panjang rerata akhir 20,75±0,66 cm, laju pertumbuhan spesifik
1,56±0,22%, kelangsungan hidup 80,93±2,21%, dan konversi pakan 1,91±0,17.
0 1 2 3 4 5 6 7
Benih G0 6,82 25,66 46 72,22 88,64 110,36 113,31 152,78
Benih G1 6,64 26,2 48,4 83,5 107 124,8 149 166,54
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Be
rat
rera
ta (
g)Grafik Pertumbuhan Bobot Ikan Gabus G0
dan G1 Selama Pemeliharaan di Hapa
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 45
Pembesaran benih ikan gabus haruan G1 ini diperoleh total bobot hasil panen
461,3 kg.
Gambar 31. Ikan gabus haruan hasil pembesaran (bobot rerata
190,52±6,61 g/ekor)
5. Kondisi Perkembangan Ikan Gabus Haruan G0, G1, dan G2
Domestikasi ikan gabus haruan yang telah dilakukan BPBAT Mandiangin
dimulai pada tahun 2011 dengan mengumpulkan benih gabus haruan dari alam
berukuran panjang 1-3 cm sebanyak 3.000 ekor dengan habitat rawa gambut di
Desa Garung Kec. Jabiren Raya Kab. Pulang Pisau Kalteng. Selanjutnya benih
ikan gabus haruan tersebut diadaptasikan pada lingkungan budidaya dengan cara
dipelihara dalam hapa yang dipasang di kolam dengan diberi pakan buatan berupa
pelet apung sampai menjadi induk awal G0 pada tahun 2012.
Induk awal G0 telah dipijahkan pada tahun 2012 dan pada tahun 2013
menghasilkan benih ikan G1 yang selanjutnya dibesarkan sampai menjadi induk
(G1). Pada tahun 2014 dilakukan pemijahan induk G1 untuk memperoleh benih
ikan G2 yang akan dibesarkan sampai menjadi induk G2.
Pemijahan induk ikan gabus haruan dimulai dari induk G0 pada tahun
2013 dan pemijahan induk G1 pada tahun 2014 secara lengkap dapat dilihat pada
Tabel 21.
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 46
Tabel 21. Data pemijahan induk ikan gabus haruan G0 dan G1
PARAMETER SATUAN INDUK G0 INDUK G1
Lokasi IBILAGA PULANG
PISAU
IBILAGA PULANG
PISAU
Waktu Pemijahan Februari 2013 Februari 2014
Jumlah Induk Jantan ekor 8 8
Rerata Bobot Induk Jantan g/ekor 238,7 ± 3,57 242 ± 3,41
Total Bobot Induk Jantan g 1982,5 2152,6
Jumlah Induk Betina ekor 8 8
Rerata Bobot Induk Betina g/ekor 302,4 ± 3,93 337,3 ± 4,19
Total Bobot Induk Betina g 2664,5 2826
Fekunditas butir/gram 29 ± 2 30 ± 2
Hatching rate % 41 – 83 50 – 87
Diameter telur µ m 1722,6 ± 0,13 1736,4 ± 0,17
Inkubasi telur jam 24 – 38 24 – 38
Suhu Inkubasi OC 26 – 32 26 – 31
HASIL PEMIJAHAN LARVA GENERASI 1
(G1)
LARVA GENERASI 2
(G2)
Pendederan benih ikan gabus haruan G1 dari hasil pemijahan induk G0
pada tahun 2013 dan pendederan benih G2 dari hasil pemijahan induk G1 pada
tahun 2014 secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Data pendederan benih ikan gabus haruan G1 dan G2
PARAMETER SATUAN HASIL
PENDEDERAN G1
HASIL
PENDEDERAN G2
Lokasi
IBILAGA PULANG
PISAU
IBILAGA PULANG
PISAU
Waktu tebar larva tanggal Maret 2013 Februari 2014
Wadah Hapa Hapa
Ukuran wadah m 2 x 2 x 1,5 2 x 2 x 1,5
Jumlah wadah buah 6 6
Masa Pendederan hari 60 60
Jumlah total tebar ekor 2800 2800
Umur larva tebar hari 30 30
Masa habis Yolksack hari 3 3
Panjang larva saat yolksac habis mm 7,21 – 7,46 7,34 – 7,52
Panjang benih tebar cm 3,2 – 6,3 3,0 – 5,7
Berat benih tebar g 0,4 – 0,84 0,3 – 0,75
Jumlah benih panen ekor 1626 1732
Kisaran panjang akhir panen cm 7,5 – 12,0 7,3 – 12,4
Kisaran berat akhir panen g 4,8 – 7,4 4,7 – 8,3
Kelangsungan hidup % 32– 78 37,6 – 80
Laju pertumbuhan spesifik
bobot % bb/hari 3,88 ± 0,36 3,94 ± 0,25
HASIL PENDEDERAN
BENIH GENERASI
1 (G1)
BENIH GENERASI 2
(G2)
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 47
Pembesaran benih ikan gabus haruan G0 pada tahun 2011, pembesaran
benih ikan G1 pada tahun 2013, dan pembesaran benih ikan G2 pada tahun 2014
secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Data pembesaran benih ikan gabus haruan G0, G1, dan G2.
PARAMETER SATUAN BENIH G0 BENIH G1 BENIH G1 BENIH G2
Lokasi IBILAGA
PULANG PISAU
IBILAGA
PULANG PISAU
IBILAGA
PULANG PISAU
IBILAGA
PULANG PISAU
Waktu tebar tanggal Januari 2012 Mei 2013 Mei 2013 April 2014
Masa budidaya bulan 7 7 7 4
Wadah Hapa Hapa Kolam Kolam
Ukuran wadah m 3 x 2 x 1,5 3 x 2 x 1,5 4 x 8 x 1,5 4 x 8 x 1,5
Jumlah wadah buah 6 6 3 buah 2 buah
Jumlah benih ekor/wadah 120 – 180 120 – 180 1.000 ekor/kolam 1.000 ekor/kolam
Jumlah total tebar
ekor 900 900 3.000 ekor 2.000 ekor
Padat tebar ekor/m2 20 – 30 20 – 30 30 – 40 30 – 40
Panjang Rerata
benih tebar
cm 7,94 ± 0,80 7,73 ± 0,93 7,03 ± 1,22 4,76 ± 1,00
Bobot Rerata
benih tebar
g/ekor 6,82 ± 1,92 6,64 ± 1,18 7,18 ± 3,14 1,70 ± 1,25
Panjang Rerata
ikan akhir
cm 20,98 ± 1,62 20,82 ± 1,16 20,75 ± 0,66 16,13 ± 1,40
Bobot Rerata
ikan akhir
g/ekor 152,78 ± 30,03 166,54 ± 16,35 190,52 ± 6,61 70,31 ± 16,96
Total bobot panen
kg 98,96 133,5 461,30 -
Kelangsungan hidup
% 77,76 ± 5,08 79,81 ± 3,16 80,9 ± 2,21 -
% bb/hari 1,48 ± 0,09 1,53 ± 0,19 1,59 ± 0,22 3,10 ± 0,1
Konversi pakan 2,20 ± 0,12 2,06 ± 0,15 1,91 ± 0,17 -
Jumlah Stok
Induk Jantan
ekor 54 80 128 -
Kisaran Bobot
Induk Jantan
g/ekor 114,5 – 325 225 – 300 245 – 320 -
Jumlah Stok
Induk Betina
ekor 205 230 277 -
Kisaran Bobot
Induk Betina
g/ekor 128,2 – 530 220 – 400 238 – 435 -
HASIL
PEMBESARAN
INDUK G0 INDUK G1 INDUK G1 INDUK G2
Pemijahan induk ikan gabus haruan G1 yang telah dilakukan untuk
memperoleh benih ikan G2 pada tahun 2014 secara lengkap dapat dilihat pada
Tabel 24.
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 48
Tabel 24. Data pemijahan induk ikan gabus haruan (G1)
No Interval Waktu
Pemijahan (hari)
Bobot induk (g) Panjang Induk
(cm)
Jumlah
Benih
(ekor)
Bobot
Benih
(gram)
Panjang benih
(cm); warna
Jantan Betina Jantan Betina
1 17-20 Feb; 3 hari
(alami); 1:1
300 400 31 32,5 280 0,5-1,2 3-5; hitam
2 17-22 Feb; 5 hari
(alami); 1:1
175 400 27 32,3 270 0,3- 0,55 2-4; hitam
3 6-7 Mar;
1 hari (suntik); 1:2
450 250 36 29,5 500 0,1- 0,2 1-2; orange
260 30
4 17-24 Feb; 7 hari (alami); 1:1
350 300 34 30 500 0,2- 0,5 2-3; hitam
6. Diseminasi Teknologi Budidaya Ikan Gabus Haruan
Kegiatan diseminasi budidaya ikan gabus haruan yang telah dilakukan
meliputi kegiatan pelatihan budidaya ikan gabus haruan, pendampingan teknis
budidaya ikan gabus haruan, demplot percontohan pembesaran ikan gabus haruan
di kolam, dan distribusi benih ikan gabus haruan kepada pembudidaya. Secara
lengkap kegiatan diseminasi budidaya ikan gabus haruan yang telah dilakukan
BPBAT Mandiangin dapat dilihat dalam Tabel 25.
Tabel 25. Kegiatan diseminasi budidaya ikan gabus haruan yang telah dilakukan
BPBAT Mandiangin
No Waktu Jenis Kegiatan Lokasi Keterangan
1. Desember 2012 - Distribusi benih ikan gabus
haruan sebanyak 2.000 ekor
ukuran 3-5 cm
- Distribusi benih ikan gabus
haruan sebanyak 3.000 ekor
ukuran 3-5 cm
- Kab. Tapin
- Kab. Barito
Selatan
Pembudidaya
pembesaran
ikan gabus
2. Desember 2012 Distribusi benih ikan gabus
haruan sebanyak 3.000 ekor
ukuran 5-8 cm
Kota
Palangkaraya
BBI Lokal Kota
Palangkaraya
3. Maret 2013 Distribusi benih ikan gabus
haruan sebanyak 3.000 ekor
ukuran 3-5 cm
Kota
Banjarbaru
Pembudidaya
pembesaran
ikan gabus
4. November 2013 Pelatihan budidaya ikan gabus
haruan bagi pembudidaya dan
petugas teknis di Provinsi
Kalimantan Tengah
Kota
Palangkaraya
Peserta
sebanyak 25
orang
pembudidaya
dan petugas
5. Januari 2014 Pelatihan budidaya ikan gabus
haruan bagi pembudidaya dan
petugas teknis di Provinsi
Kalimantan Tengah
Kab. Pulang
Pisau
Peserta
sebanyak 25
orang
pembudidaya
dan petugas
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 49
No Waktu Jenis Kegiatan Lokasi Keterangan
6. Mei 2014 - Distribusi benih ikan gabus
haruan sebanyak 8.660 ekor
ukuran 3-5 cm
- Distribusi benih ikan gabus
haruan sebanyak 10.000
ekor ukuran 3-5 cm
- Kab. Kapuas
- Kab. Barito
Selatan
Pembudidaya
pembesaran
ikan gabus
7. Juli 2014 Distribusi benih ikan gabus
haruan ke pembudidaya di
Desa Basarang Kab. Kapuas
sebanyak 6.000 ekor ukuran
5-8 cm untuk kegiatan
pembesaran ikan gabus
Kab. Kapuas Pembudidaya
sebanyak 12
orang
8. Juli 2014 Kegiatan diseminasi
pembesaran ikan gabus
haruan di kolam
Kab. Kapuas Pembudidaya
sebanyak 12
orang
9. 2013 - 2014 Pendampingan teknologi
budidaya ikan gabus haruan
kepada pembudidaya binaan
BPBAT Mandiangin antara
lain Suwihowidodo di Desa
Tambun Raya Kecamatan
Basarang, Erisman di Desa
Basarang, Kecamatan
Basarang, Dodi di Desa
Maluen Kecamatan Basarang
Desa Basarang,
Desa Maluen,
Kab. Kapuas
Pembudidaya
sebanyak 3
orang
10. 2013 - 2014 Pendampingan teknologi
pembenihan ikan gabus
haruan kepada BBI Sungai
Batang Kab. Kapuas
Kab. Kapuas Sudah berhasil
memproduksi
benih ikan
gabus haruan
7. Produksi dan Pemasaran
Ikan gabus haruan sudah lama dibudidayakan di beberapa negara seperti
Pakistan, India, Banglades, Vietnam, Cina, Thailand, Filipina dan Indonesia.
Produksi ikan gabus haruan di Indonesia sampai saat ini masih mengandalkan dari
tangkapan di alam, sedangkan produksi dari hasil budidaya masih terbatas karena
jumlah pembudidaya ikan gabus haruan masih sedikit dan teknologi budidaya
belum banyak berkembang. Hal ini disebabkan karena jumlah ikan gabus haruan
di alam masih relatif banyak dan keuntungan usaha budidaya ikan gabus haruan
masih kalah menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan usaha ikan
introduksi lainnya seperti ikan nila, ikan mas, ikan patin dan ikan lele. Selain itu,
pakan komersial khusus untuk ikan gabus haruan belum ada sehingga penggunaan
pakan komersial yang ada tidak dapat mendukung pertumbuhan yang optimal bagi
ikan gabus haruan.
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 50
Menurut data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2012,
jumlah produksi perikanan nasional ikan gabus haruan untuk budidaya kolam
sebesar 556 ton dan budidaya karamba sebesar 5.898 ton, sedangkan produksi
perikanan tangkap sebesar 40.790 ton.
Setiap tahun Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan survei terhadap
pengeluaran rumah tangga untuk mengetahui tingkat konsumsi masyarakat yang
dikenal dengan nama Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Dalam
SUSENAS pengeluaran untuk ikan gabus haruan dibedakan menjadi gabus haruan
segar dan gabus haruan asin/diawetkan.
Berdasarkan data SUSENAS Tahun 2008 dalam Warta Pasar Ikan (2010),
menyebutkan bahwa provinsi yang memiliki tingkat tertinggi konsumsi ikan
gabus segar adalah Kalimantan Tengah dengan angka konsumsi sebesar 5,21
kg/kap. Provinsi yang memiliki konsumsi ikan gabus tertinggi berikutnya adalah
Kalimantan Selatan (5,06 kg/kap), Papua (2,02 kg/kap), Papua Barat (1,95
kg/kap), Kalimantan Timur (1,86 kg/kap), Sumatra Selatan (1,65 kg/kap), Riau
(1,32 kg/kap), Kalimantan Barat (1,08 kg/kap), Lampung (0,90 kg/kap), dan
Jambi (0,88 kg/kap).
Kabupaten yang memiliki konsumsi ikan gabus segar terbanyak di
Kalimantan Tengah adalah Kab. Sukamara dan Kab. Seruyan menjadi
pengkonsumsi ikan gabus segar tertinggi masing-masing sebesar 11,51 kg/kap dan
10,98 kg/kap, sedangkan untuk ikan gabus asin adalah Kab. Katingan dengan
tingkat konsumsi sebesar 4,02 kg/kap. Pada tahun 2008 serapan konsumsi ikan
gabus segar terbesar adalah Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 16.423 ton.
Sedangkan serapan ikan gabus asin/diawetkan adalah Jawa Barat, sebesar 3.193
ton. Tingkat serapan ikan menggambarkan besarnya pasar yang ada di suatu
wilayah.
Pemasaran ikan gabus haruan di dalam dan luar negeri sangat baik.
Biasanya pemasaran ikan gabus haruan dalam kondisi hidup maupun sudah mati.
Ikan gabus haruan memiliki nilai ekonomis tinggi; di Jawa harga per kg berkisar
antara Rp 20.000,- s.d Rp. 40.000,- sedangkan di daerah Sumatera berkisar antara
Rp 20.000,- s.d Rp 30.000,- sementara di Kalimantan Tengah dan Kalimantan
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 51
Selatan antara Rp 30.000,- s.d Rp 40.000,-. Harga ikan gabus di pasar swalayan
Jakarta dihargai Rp 40.000,- per kg (Tabloid Kontan, 2012). Bard (1991)
menyatakan bahwa Channa striata dibudidayakan di Vietnam dan sangat
diinginkan dan harganya mahal di pasar Hanoi, dengan harga/kg sama dengan
harga daging sapi. Di India, ikan gabus merupakan ikan populer dan berharga
mahal, penyebarannya luas, dan spesies yang paling penting secara ekonomi
dalam genusnya (Talwar and Jhingran, 1992). China membudidayakan ikan gabus
dan dari beberapa produk dikalengkan untuk dipasarkan di Malaysia
(Wan Ahmad, Personal Commun., 2001) dalam Courtenay et al. (2004).
Tabel 26. Produksi dan pemasaran ikan gabus haruan di Kalimantan
No. Jenis Produk Ukuran Harga Distribusi
1. Benih ikan 1 – 3 cm
3 – 5 cm
5 – 8 cm
Rp. 200,-
Rp. 500,-
Rp. 800,-
Area Kalsel, Kalteng
2. Ikan Konsumsi 1-2
ekor/kg
3-4
ekor/kg
5-6
ekor/kg
Rp. 50.000,- s/d
Rp 60.000,-
Rp. 40.000,- s/d
Rp 50.000,-
Rp. 30.000,- s/d
Rp 40.000,-
Area Nasional (Pasar
tradisional, Rumah
makan)
3. Ikan
kering/asin
1 pack/kg Rp. 40.000,- s/d
Rp 70.000,-
Area Nasional (Pasar
tradisional, toko, kios)
4. Kerupuk 1 pack/kg Rp. 15.000,- s/d
Rp 35.000,-
Area Nasional (Pasar
tradisional, toko, kios)
5. Abon 1 pack/kg Rp. 25.000,- s/d
Rp 50.000,-
Area Nasional (Pasar
tradisional, toko, kios)
6. Ekstrak
albumin
1 botol/30
kapsul
Rp. 200.000,- s/d
Rp 250.000,-
Area Nasional dan
Internasional
3.2. Karakteristik Hasil Uji Genotipe
3.2.1. Keragaman Genetik
Analisis keragaman genetik ikan gabus haruan dilakukan di Laboratorium
Pengembangan Teknologi Industri-Agro dan Bio-Medika (LAPTIAB) – BPPT di
PUSPIPTEK Serpong. Sampel yang digunakan untuk analisis genetik ikan gabus
haruan adalah 36 ekor ikan gabus haruan asal Pulang Pisau yang terdiri atas
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 52
sampel ikan gabus haruan G0 sebanyak 12 ekor, ikan G1 sebanyak 12 ekor, dan
ikan G2 sebanyak 12 ekor.
Keragaman genetik ikan gabus haruan dianalisis metode PCR dengan
target amplifikasi gen COI mtDNA, berukuran 575 bp. Primer yang digunakan
adalah FcyCS2 5’-CACAGCCTCAGCCTTCTAA-3’ dan RcyCS2 5’- GGTCG-
AAGAAGGTGGTGTTG-3’. Produk PCR dipotong menggunakan enzim restriksi
AvaII, HaeIII, TaqI dan MspI.
Jumlah sampel ikan gabus haruan yang dapat dianalisis lanjut adalah 5
ekor G0, 2 ekor G1, dan 12 ekor G2. Situs restriksi gen COI ikan gabus haruan
ditampilkan pada Gambar 32. Sedangkan pola genotipe ikan gabus haruan G0,
G1, dan G2 disajikan pada Tabel 27.
Gambar 32. Situs pemotongan produk amplifikasi PCR dengan target gen COI-
mtDNA, menggunakan enzim AvaII, HaeIII, TaqI, dan MspI.
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 53
Tabel 27. Pola pemotongan produk amplifikasi PCR gen COI-mtDNA dan
haplotipe ikan gabus haruan
Sampel AvaII HaeIII TaqI MspI Haplotipe
G0-1 A A B A AABA
G0-2 A A B A AABA
G0-3 A A B A AABA
G0-4 A A B A AABA
G0-5 A A B A AABA
G1-1 A A B A AABA
G1-2 A A B A AABA
G2-1 A A B A AABA
G2-2 A A B A AABA
G2-3 A A B A AABA
G2-4 A A B A AABA
G2-5 A A B A AABA
G2-6 A A B A AABA
G2-7 A A B A AABA
G2-8 A A B A AABA
G2-9 A A B A AABA
G2-10 A A B A AABA
G2-11 A A B A AABA
G2-12 A A A A
Kelima sampel G0 yang diperiksa semuanya memiliki haplotipe yang
sama, yaitu AABA. Pada G1 kedua sampel yang diperiksa memiliki haplotipe
sama, yaitu AABA. Haplotipe G1 sama dengan G0. Sementara itu, dari 12 sampel
G2 yang dianalisis, 11 sampel memiliki haplotipe AABA, dan 1 sampel memiliki
haplotipe AAAA.
Sebagai kesimpulan adalah keragaman sangat rendah karena hanya 2
haplotipe yang terdeteksi, dan ini membuktikan bahwa induk betina G0 yang
memijah untuk menghasilkan G1 kemungkinkan besar adalah satu keturunan.
Keragaman genetik yang rendah dapat menjadi acuan dilakukan perbaikan mutu
melalui pemuliaan ikan gabus haruan. Untuk kebutuhan pemuliaan disarankan
mengoleksi ikan gabus haruan dari daerah lain, antara lain Sumatra, Kalimantan
Timur, dan Sulawesi.
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 54
3.3. Ketersediaan induk
Induk awal G0 telah dipijahkan pada tahun 2012 dan pada tahun 2013
menghasilkan benih ikan G1 yang selanjutnya dibesarkan sampai menjadi induk
(G1). Pada tahun 2014 dilakukan pemijahan induk G1 untuk memperoleh benih
ikan G2 yang akan dibesarkan sampai menjadi induk G2. Secara lengkap kondisi
induk dan benih ikan gabus haruan G0, G1, dan G2 dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Data induk dan benih ikan gabus haruan G0, G1, dan G2 sampai bulan
Oktober 2014
Generasi
Ikan Ukuran Bobot (g) PS (cm) PT (cm)
Jumlah
(ekor)
Domestikasi
Tahun
G0 Induk Jantan 114,5 – 325 16– 25,5 20– 30 25 2011-2012
Induk Betina 320 – 530 20 – 27,5 25 – 33 30 2011-2012
G1 Induk Jantan 225 – 300 19,5 – 25 25 – 29 250 2013
Induk Betina 220 – 400 23 – 26 27 – 33 400 2013
Benih 0,1 – 0,4 0,8 – 4 1 – 5 2500 2013
G2 Benih 1 – 3 4 – 6 5 – 8 1000 2014
Benih 1 – 2 2 – 3 3 – 5 3000 2014
Calon induk 40 – 100 14 – 18 17 – 21 2000 2014
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 55
IV. MANFAAT ATAU BENEFIT
4.1. Aspek Teknologi
Pembudidaya ikan gabus haruan di Kalimantan Selatan pada masa awal
telah menerapkan teknologi ekstensif (tradisional) dalam pemeliharaan ikan gabus
haruan, dalam hal ini pembudidaya selalu mengandalkan benih hasil tangkapan
dari alam dan menerapkan penggunaan pakan alami/ikan rucah selama
pemeliharaan. Penerapanan budidaya ikan gabus haruan secara tradisional
berdampak pada ketidakefisienan lahan dan pemeliharaan ikan tanpa manajemen
budidaya ikan yang baik.
Budidaya ikan gabus haruan secara semi intensif mulai dilakukan
masyarakat setelah ditemukan teknologi produksi benih ikan gabus haruan di
BPBAT Mandiangin. Sumber ketersediaan benih yang berkesinambungan
mempermudah masyarakat untuk melakukan kegiatan budidaya. Selain itu,
teknologi pembenihan ikan gabus haruan merupakan teknologi aplikatif dan
sangat mudah untuk diintroduksikan ke masyarakat karena pemijahan ikan gabus
haruan dapat dilakukan secara alami dan semi-buatan. Penerapanan teknologi
budidaya ikan gabus haruan yang sudah diterapkan oleh masyarakat terdiri dari
teknologi pembenihan dan pembesaran. Hingga saat ini terdapat Unit Pembenihan
Rakyat, pembudidaya, dan Balai Benih Ikan yang memproduksi benih maupun
ikan gabus haruan konsumsi yang tersebar di wilayah Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Tengah.
Seiring dengan tersebarnya panti benih tersebut maka kegiatan
pembesaran ikan gabus haruan juga ikut berkembang di masyarakat dengan
menerapkan padat tebar 30-40 ekor/m2. Wadah budidaya yang digunakan
masyarakat sangat bervariasi, misalnya dengan menggunakan kolam tanah, jaring
tancap, dan kolam terpal. Aspek teknologi dari pembenihan ikan gabus haruan
secara alami dan semi buatan, ditambah dengan keberhasilan adaptasi ikan gabus
haruan untuk memakan pelet apung telah memicu maraknya pembudidayaan ikan
gabus haruan karena teknologinya mudah untuk diadopsi dan diterapkan oleh
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 56
masyarakat. Balai Benih Ikan Lokal Sungai Batang di Kabupaten Kapuas telah
berhasil memproduksi benih ikan gabus haruan dengan menerapkan teknik
pembenihan secara alami maupun semi-buatan. Benih hasil produksi budidaya
dari BBIL Sungai Batang telah digunakan oleh pembudidaya pembesaran ikan
gabus haruan di wilayah Kabupaten Kapuas. Budidaya pembesaran ikan gabus
haruan yang banyak diterapkan oleh pembudidaya adalah pembesaran ikan gabus
haruan di kolam dengan pemberian pakan buatan (pelet apung).
4.2. Aspek Ekonomi
Ikan gabus haruan merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting bagi
masyarakat Kalimantan. Sebagai makanan atau lauk yang diperlukan setiap hari
serta menjadi makanan khas dan eksklusif di daerahnya, ikan gabus haruan
banyak diminati masyarakat Kalimantan sebagai menu makanan dalam pertemuan
penting maupun hanya sebagai nilai prestis untuk mengkonsumsinya. Biasanya
ikan gabus haruan dijual dalam bentuk ikan segar dan produk olahan seperti ikan
asin. Menurut data survei sosial ekonomi nasional dari BPS tahun 2008
disebutkan bahwa konsumsi ikan gabus haruan segar tertinggi adalah Provinsi
Kalimantan Tengah dengan angka konsumsi sebesar 5,21 kg/kap, disusul Provinsi
Kalimantan Selatan sebesar 5,06 kg/kap, dan Provinsi Papua sebesar 2,02 kg/kap.
Nilai ekonomis ikan gabus haruan tergantung pada ukuran (size) ikannya,
semakin besar bobot ikan maka semakin mahal harga jualnya. Sebagai contoh,
harga jual ikan gabus haruan isi 1 – 2 ekor/kg mencapai Rp. 50.000,- hingga Rp.
60.000,-/kg, isi 3 – 4 ekor/kg mencapai Rp. 40.000,- hingga Rp. 50.000,-/kg, dan
harga jual ikan gabus haruan isi 5 – 6 ekor/kg berkisar antara Rp. 30.000,- hingga
Rp. 40.000,-/kg.
Berdasarkan harga jual tersebut, teknologi pembenihan maupun
pembesaran ikan gabus haruan dapat diatur sedemikian rupa sehingga nilai biaya
produksi dapat disesuaikan untuk mencapai keuntungan semaksimal mungkin.
Hal tersebut sangat berkaitan dengan manajemen produksi benih maupun
budidaya. Dari hasil perhitungan analisa usaha diketahui bahwa usaha
pembenihan ikan gabus haruan layak dan menguntungkan (nilai rasio R/C 2,29)
dengan modal sebesar Rp. 3.950.000,- mendapatkan keuntungan sebesar
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 57
Rp. 3.150.000,- dari pemijahan 2 ekor induk betina selama 2 bulan diperoleh
panen benih 5.000 ekor/induk ukuran 5-8 cm dengan harga Rp. 800,-/ekor.
Sedangkan usaha budidaya pembesaran ikan gabus haruan di kolam layak dan
menguntungkan (nilai rasio R/C 1,56) dengan modal sebesar Rp. 11.000.000,-
mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 5.000.000,- dari tebar benih 2.000 ekor
ukuran 5-8 cm di kolam seluas 80 m2 selama 7 bulan diperoleh panen 350 kg
dengan jumlah sekitar 1.400 ekor ukuran 0,2 – 0,3 kg perekor dengan harga
Rp. 40.000,-/kg. Analisis usaha untuk kegiatan pembenihan dan pembesaran ikan
gabus haruan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 15 dan 16.
4.3. Aspek Sosial
Bermula dari pengembangan teknologi pembenihan maupun pembesaran
ikan gabus di BPBAT Mandiangin, kini masyarakat telah mengadopsinya hingga
menjadi sebuah lapangan pekerjaan baru. Sebagai contoh pembudidaya ikan
gabus di Desa Basarang Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah telah
berhasil melakukan usaha pembenihan dan pembesaran ikan gabus sebagai
komoditas alternatif yang lebih menguntungkan. Kelebihan komoditas ikan gabus
dibanding komoditas ikan yang lain diantaranya adalah kemudahan dalam
memijahkan, pakan yang diberikan tidak terlalu banyak, permintaan ikan secara
kontinyu, dan tingginya harga jual ikan di pasaran. Hal ini memicu banyaknya
pembudidaya yang tertarik untuk melakukan budidaya ikan gabus di Kabupaten
Kapuas, belum termasuk dari sejumlah pembudidaya yang tersebar di wilayah lain
di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
Adanya jenis lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat ini memberikan
dampak positif terhadap produktifitas masyarakat yang semakin meningkat.
Hampir tidak didapati kendala yang berarti karena produksi benih ikan gabus
dapat dilakukan sepanjang musim, kecuali jika tidak didapati air sebagai sarana
pokok pembenihan maupun budidaya. Kesinambungan produksi benih tersebut
telah memberikan jaminan bagi kalangan pedagang benih yang memasarkan benih
ikan gabus ke pembudidaya, sehingga secara tidak langsung teknologi
pembenihan maupun budidaya ikan gabus secara sosial memberikan keuntungan
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 58
dalam bentuk pendapatan bagi pelaku budidaya maupun pedagang yang terlibat di
dalamnya.
Pada segmen pembesaran, budidaya ikan gabus memberikan andil dalam
penyediaan ikan gabus ukuran konsumsi di sepanjang musim bagi masyarakat.
Masyarakat pembudidaya ikan gabus ini memiliki latar belakang motivasi yang
berbeda – beda, misalnya sebagai usaha pokok, usaha sampingan, dan banyak
juga masyarakat yang membudidayakannya karena hobi. Kegemaran masyarakat
Kalimantan untuk memelihara ikan gabus merupakan menjadi sebuah kearifan
lokal yang selama ini terlupakan karena maraknya jenis – jenis ikan introduksi
yang masuk di wilayah Kalimantan. Usaha budidaya ikan gabus juga ikut
berperan dalam mendukung ketahanan pangan di daerah dimana ketersediaan ikan
gabus hasil budidaya tidak tergantung dari musim seperti halnya ikan gabus hasil
tangkapan di alam.
Selain itu semua, akhir-akhir ini ikan gabus haruan banyak dicari dan
diminati masyarakat tidak hanya yang berasal dari Kalimantan saja namun banyak
juga yang berasal dari luar Kalimantan. Hal ini tidak lain disebabkan karena
manfaat ikan gabus haruan dengan kandungan protein yang tinggi berguna bagi
peningkatan gizi masyarakat juga berguna bagi kesehatan tubuh manusia.
Berdasarkan beberapa penelitian para ahli diketahui bahwa ikan gabus
mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar yang
lain, terlebih lagi adanya kandungan albumin dalam tubuh ikan gabus yang
berguna dalam proses penyembuhan penyakit degeneratif pada manusia seperti
dalam penyembuhan luka pasca operasi.
4.4. Aspek Lingkungan
Manfaat budidaya ikan gabus haruan terhadap lingkungan adalah
terciptanya kelestarian ikan gabus haruan di habitat alamnya. Banyaknya
penangkapan ikan gabus haruan di alam menyebabkan penurunan jumlah populasi
ikan gabus haruan di alam sehingga cepat atau lambat akan berpengaruh terhadap
keseimbangan alam mengingat ikan gabus haruan termasuk dalam ikan predator
atau ikan carnivora yang menjaga keseimbangan jumlah ikan-ikan herbivora yang
terdapat di alam. Teknologi budidaya ikan gabus haruan yang dikenalkan pada
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 59
masyarakat diharapkan akan mengurangi kebiasaan masyarakat untuk menangkap
ikan gabus haruan di alam dan beralih untuk melakukan usaha budidaya ikan
gabus haruan. Hal ini akan mengurangi terjadinya penangkapan ikan gabus haruan
di alam dan dapat menjaga kelestarian populasi ikan gabus haruan di habitatnya
sehingga keseimbangan ekosistem tetap terjaga. Keberhasilan produksi benih ikan
gabus haruan secara massal menjadi penopang pelestarian ikan ini di
lingkungannya, misalnya dalam bentuk kegiatan restocking di alam atau habitat
asli ikan gabus haruan yang mengalami jumlah penangkapan tertinggi.
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 60
V. DESKRIPSI RINGKAS
Deskripsi Ringkas Jenis Ikan Baru Hasil Domestikasi
No. Deskripsi Keterangan / Nilai
1. Informasi Sumber Ikan
1.1 Waktu awal Tahun 2011
1.2 Daerah asal Desa Garung Kec. Jabiren Raya Kab. Pulang
Pisau (Rawa gambut), Provinsi Kalimantan
Tengah
1.3 Keunggulan jenis
dan/atau varietas
Merupakan ikan spesifik lokal, lebih mudah
diproduksi, dapat dipijahkan secara alami
dan semi-buatan, dapat dipijahkan sepanjang
tahun, dapat memakan pakan buatan (pelet
apung), dan adaptif terhadap lingkungan
budidaya terutama kondisi pH dan oksigen
terlarut rendah
2. Klasifikasi
- Famili Channidae
- Nama Latin Channa striata (Bloch 1793)
- Nama Dagang Striped Snakehead; Snakehead murrel
- Nama Indonesia Gabus haruan
- Nama Lokal Haruan (Kalimantan); Kutuk (Jawa); Deleg
(Sumatra); Bale salo (Sulawesi); Gastor
(Papua)
3. Uji Fenotipe
1) Morfometrik
- Bobot Total Badan (g) 178,07±42,77
- Panjang Total (cm) 26,95±2,31
- Panjang Standar (cm) 22,55±1,90
- Panjang Badan (cm) 16,21±1,29
- Tinggi Badan (cm) 4,36±0,39
- Panjang Kepala (cm) 6,46±0,68
- Tinggi Kepala (cm) 3,22±0,33
- Lebar Kepala (cm) 4,15±0,39
2) Meristik
- Rumus jari-jari sirip ikan gabus haruan
D.40-42, P.13-17, V.5-7, A. 23-26, C.13-16.
- Data meristik lainnya Sungut 1 pasang; Linea lateralis (Ll) 50-55;
Tulang tapis insang 4; Ruas tulang belakang
48-49
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 61
Deskripsi Keterangan / Nilai
3) Warna
- Pola warna Warna tubuh bagian atas abu kehitaman dan
bagian bawah berwarna keputihan, pada sisi
tubuh terdapat garis-garis miring vertikal
membentang dari bagian atas ke bawah
berpola menyerupai bentuk “<” dan bentuk
tubuh bulat memanjang ke belakang makin
pipih
4) Pertumbuhan
- Ukuran ikan Larva umur 1 jam : 3,286 mm;
Benih umur 3 hari : 7 mm
Benih umur 31 hari : 1,6 cm
Jantan matang gonad umur 10 bulan
panjang 22,70±2,44 cm; bobot
177,67±57,70 g
Betina matang gonad umur 10 bulan
panjang 22,40 ± 1,21 cm; bobot
178,47±21,46 g
- Pertumbuhan bobot harian
Laju pertumbuhan spesifik (LPS) bobot
ikan G0 sebesar 1,48±0,09% bobot
badan/hari
LPS ikan G1 sebesar 1,53±0,19% bobot
badan/hari
LPS ikan G2 sebesar 2,62±0,10% bobot
badan/hari
- Pertumbuhan panjang harian
LPS panjang ikan G0 sebesar 1,48±0,09%
panjang badan/hari
LPS panjang ikan G1 sebesar 1,53±0,19%
panjang badan/hari
LPS panjang ikan G2 sebesar 0,87±0,08%
panjang badan/hari
5) Nilai toleransi
lingkungan
- Salinitas < 10 g/L
- Suhu Pemijahan : 27,9-31,2 ˚C
Pendederan : 27,8-32,5 ˚C
Pembesaran : 26,8-32,1 ˚C
- Oksigen > 0,2 mg/L
- pH 4-7
6) Kualitas daging
- Karkas (%) Jantan : 53,97±2,32 %;
Betina : 50,76±2,32 %.
- Fillet (%) Jantan : 40,74±3,35 %;
Betina : 38,62±3,35 %.
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 62
Deskripsi Keterangan / Nilai
- Analisis proksimat Protein 18,14%, Lemak 1,28%, Serat
0,43%, Abu 2,13%, Air 76,56%, BETN
1,46% (bobot basah)
Protein 77,41%, Lemak 5,41%, Serat
1,85%, Abu 9,06%, BETN 6,27% (bobot
kering)
- Analisis albumin (% dari sampel)
Kadar albumin ikan gabus haruan asal
Pulang Pisau hasil domestikasi :
6,36±0,00%
Kadar albumin ikan gabus haruan
tangkapan alam : 7,02±0,01%
7) Jenis pakan dan
kebiasaan makan
- Jenis pakan (Food habit)
Karnivor, dapat diadaptasikan memakan
pelet apung dengan cara menyambar
- Kebiasaan makan (Feeding habit)
Respons makan pada pagi dan sore hari,
pengambilan pakan dengan mengambil
pakan ke permukaan
8) Reproduksi
- Umur ikan awal dewasa (bulan)
Jantan berumur 10 bulan
Betina berumur 10 bulan
- Fekunditas (butir/g) 29±2 (bobot induk 300 g)
- Derajat Pembuahan 79-93%
- Derajat Penetasan 41-83%
- Lama inkubasi sampai menetas (jam)
24-38
- Jenis pemijahan Pemijahan parsial (partial spawning)
- Musim pemijahan Dapat dipijahkan sepanjang tahun
(puncaknya awal musim hujan)
- Ukuran diameter telur (mm)
1,723±0,03
- Rematurasi induk (bulan)
3-4
9) Ketahanan penyakit
- Bakteri patogen Kelangsungan hidup rerata sebesar 100%
pada injeksi bakteri Aeromonas
hydrophila kepadatan 105, 106, 107 sel/ml
Kelangsungan hidup rerata sebesar 95%
pada injeksi bakteri Aeromonas
hydrophila kepadatan 108 sel/ml
Kelangsungan hidup rerata sebesar 40%
pada injeksi bakteri Aeromonas
hydrophila kepadatan 109 sel/ml
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 63
Deskripsi Keterangan / Nilai
Kelangsungan hidup rerata sebesar 3,3%
pada injeksi bakteri Aeromonas
hydrophila kepadatan 1010 sel/ml
LD 50 96 jam pada tingkat kepadatan
bakteri 1,184 x 109 sel/ml.
- Jamur Jenis jamur yang menyerang benih :
Oodinium sp; Achlya sp.
- Parasit Jenis parasit yang menyerang benih :
Ichthyoptirius multifilis /White spot;
Trichodina sp.
10) Produktivitas
- Pembenihan Panjang akhir 7,3-12,4 cm
Kelangsungan hidup 37,60-80,00%
Jumlah benih 1.732 ekor
- Pembesaran di kolam Bobot akhir 190,52±6,61 g/ekor
Bobot biomassa 461,30 kg
FCR 1,91±0,17
Kelangsungan hidup 80,90±2,21%
- Produktivitas pada teknologi non-intensif
Hasil panen sebesar 4,81 kg/m2
- Pemasaran ikan konsumsi
Marketable pada pasar tradisional, warung makan, dan restoran dalam bentuk ikan hidup segar dan produk olahan
4. Uji Genotipe - Keragaman genetik Keragaman genetik ikan gabus haruan
dianalisis metode PCR dengan target
amplifikasi gen COI mtDNA
Produk PCR dipotong menggunakan
enzim restriksi AvaII, HaeIII, TaqI dan
MspI.
Jumlah sampel ikan gabus haruan yang
dapat dianalisis lanjut adalah 5 ekor G0,
2 ekor G1, dan 12 ekor G2.
Sampel G0 hanya memiliki 1 haplotype,
yaitu AABA.
Sampel G1 hanya memiliki 1 haplotype ,
sama dengan haplotype pada sampel G0,
yaitu AABA.
Sementara itu, dari 12 sampel G2 yang
dianalisis, 11 sampel memiliki haplotype
AABA, dan 1 sampel memiliki haplotype
AAAA
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 64
Deskripsi Keterangan / Nilai
5. Ketersediaan induk
- Induk G0 Jantan 25 ekor
Betina 30 ekor
- Induk G1 Jantan 250 ekor
Betina 400 ekor
- Calon Induk G2 Jantan 1.000 ekor
Betina 1.000 ekor
6. Manfaat
Aspek Teknologi (Mudah diterapkan di masyarakat)
Teknologi pembenihan ikan gabus haruan
aplikatif dan sangat mudah untuk
diintroduksikan dan diterapkan
masyarakat, telah dibuktikan di
Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Tengah.
Teknologi budidaya ikan gabus haruan
mendukung ketersediaan benih dan ikan
gabus secara berkelanjutan karena tidak
tergantung musim.
Teknik budidaya ikan gabus haruan
sangat mudah diadopsi oleh masyarakat
Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Tengah.
Wadah budidaya yang mudah dan
aplikatif sangat bervariasi (hapa, kolam,
bak terpal, kolam terpal, dan karamba).
Pemijahan dapat dilakukan secara alami
dan semi-buatan, dapat dipijahkan
sepanjang tahun, dapat memakan pakan
buatan (pelet apung), wadah pemeliharaan
yang bervariasi dan ketahanan ikan
terhadap pH dan oksigen terlarut menarik
minat masyarakat untuk melakukan usaha
budidaya ikan gabus haruan.
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 65
Deskripsi Keterangan / Nilai
Aspek Ekonomi (memberikan keuntungan yang optimal)
Nilai ekonomis tergantung pada ukuran
(size) ikan konsumsi, harga jual ikan
gabus haruan segar ukuran 5-8 ekor/kg
mencapai Rp. 30.000,- s/d Rp. 40.000,-
per kg, harga jual untuk ukuran 1-3
ekor/kg antara Rp. 50.000,- s/d
Rp. 60.000,- per kg; dan harga ikan gabus
haruan olahan (ikan asin/kering) antara
Rp. 30.000,- s/d Rp. 70.000,- per kg.
Harga benih ikan gabus haruan hasil
budidaya sangat menguntungkan. Harga
benih ukuran 1-3 cm Rp. 200,- s/d
Rp. 300,-; ukuran 3-5 cm Rp. 500,- s/d
Rp. 700,-; dan ukuran 5-8 cm 800,- s/d
Rp. 1.000,-
Usaha pembenihan ikan gabus haruan
layak dan menguntungkan (rasio R/C
sebesar 2,29) dengan modal sebesar
Rp. 3.950.000,- mendapatkan keuntungan
sebesar Rp. 3.150.000,- dari tebar benih
10.000 ekor ukuran 1-3 cm dalam hapa
yang dipasang di kolam selama 2 bulan
diperoleh panen benih dengan jumlah
sekitar 7.000 ekor ukuran 5-8 cm perekor
dengan harga Rp. 800,-/ekor.
Usaha budidaya pembesaran ikan gabus
haruan layak dan menguntungkan (rasio
R/C sebesar 1,56) dengan modal sebesar
Rp. 11.000.000,- mendapatkan
keuntungan sebesar Rp. 5.000.000,- dari
tebar benih 2.000 ekor ukuran 5-8 cm di
kolam seluas 80 m2 selama 7 bulan
diperoleh panen 350 kg dengan jumlah
sekitar 1.400 ekor ukuran 0,2-0,3 kg
perekor dengan harga Rp. 40.000,-/kg.
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 66
Deskripsi Keterangan / Nilai
Aspek Sosial (dapat diterima oleh masyarakat)
Budidaya ikan gabus haruan sebagai
lapangan pekerjaan baru.
Kegiatan pembenihan sudah dilakukan
UPR dan BBI di Kab. Kapuas dan
pembesaran ikan gabus haruan sudah
banyak dilakukan pembudidaya di
wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Tengah.
Benih G1 hasil domestikasi telah
terdistribusi di masyarakat sejak tahun
2012, meliputi Kab. Pulang Pisau dan
Kota Palangka Raya.
Telah memasyarakat di wilayah
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
dan Kalimantan Timur sebagai ikan khas
yang banyak diminati.
Usaha budidaya ikan gabus haruan juga
ikut berperan dalam mendukung
ketahanan pangan di daerah dimana
ketersediaan ikan gabus haruan hasil
budidaya tidak tergantung dari musim
seperti halnya ikan gabus haruan hasil
tangkapan di alam.
Dalam bidang kesehatan kandungan
albumin dalam daging ikan gabus haruan
menjadi makanan yang bermanfaat
sebagai obat untuk mempercepat
kesembuhan luka pascaoperasi.
Aspek Lingkungan
(memberikan kontribusi
terhadap kelestarian alam)
Ikan gabus haruan hasil domestikasi dapat
dibudidayakan dan diminati masyarakat
sehingga mengurangi kegiatan
penangkapan di alam.
Benih ikan gabus haruan hasil budidaya
dapat digunakan untuk kegiatan
restocking di daerah habitat asli ikan
gabus haruan yang mendapatkan
penangkapan tertinggi sehingga dapat
menjaga kelestarian ikan gabus haruan di
alam dan keseimbangan ekositem.
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin 67
VI. PENUTUP
Persiapan pelepasan ikan gabus haruan hasil domestikasi ini dilakukan
atas kerjasama Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin, BPPT (Badan
Penelitian dan Pengembangan Teknologi), dan Departemen Budidaya Perairan
Institut Pertanian Bogor. Proses domestikasi ikan gabus haruan ini berlangsung
sejak tahun 2011 sampai dapat diselesaikan untuk permohonan ujian rilis pada
tahun 2014 berkat adanya bantuan dan dukungan yang tak terhingga dari berbagai
pihak baik secara lisan, tulisan, spirituil, maupun materiil.
Domestikasi ikan gabus haruan yang dilakukan BPBAT Mandiangin telah
menghasilkan induk ikan gabus haruan yang lebih adaptif dan mudah
dibudidayakan. Ujicoba, penerapan, dan pengembangan teknologi budidaya ikan
gabus haruan baik pembenihan maupun pembesaran telah menghasilkan teknologi
budidaya aplikatif serta produk biologis berupa induk dan benih ikan gabus
haruan dari keturunan induk GO, G1, dan G2 yang telah dikembangkan di dalam
maupun di luar lingkungan BPBAT Mandiangin dan dimanfaatkan oleh
masyarakat di wilayah Kalimantan.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Alm. Prof. Dr. Komar Sumadinata, Dr. Alimuddin, M.Sc., dan Dr. Ir. Ratu
Siti Aliah, M.Sc. atas segala bimbingan dan bantuannya dalam proses domestikasi
ikan gabus haruan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya dan Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya atas dukungannya untuk melaksanakan kegiatan
domestikasi ikan gabus haruan hingga dapat mengikuti penilaian pelepasan ikan
gabus haruan hasil domestikasi ini. Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
- Tim rilis ikan gabus haruan hasil domestikasi Balai Perikanan Budidaya Air
Tawar (BPBAT) Mandiangin;
- Teman-teman dan seluruh karyawan BPBAT Mandiangin;
- Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan untuk
menyelesaikan kegiatan domestikasi ikan gabus haruan.