Upload
anggita
View
1.030
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
menurut saya,,cara saya mengarang kata2 sangat konyol..
Citation preview
Nama : Anggita Khusnur Rizqi
NIM : 0807015
Mata Kuliah : Perubahan Sosial Budaya
Dalam suatu masyarakat, seringkali terjadi perubahan. Wajar saja bila hal tersebut
terjadi karena seiring berjalannya waktu, muncul banyak hal yang baru sehingga
berpengaruh terhadap terjadinya perubahan sosial dan/atau budaya.
Bicara tentang perubahan sosial budaya, saya sendiri pun memiliki pengalaman kecil
mengenai perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar. Sejak kecil, saya tinggal di Kota
Bandung, tepatnya di Jalan Mochammad Toha Komplek PLN Tegallega. Lingkungan tempat
saya tinggal memang agak terpencil, dan hanya terdiri dari 11 kepala keluarga. Ternyata,
dalam lingkungan kecil pun perubahan tetap tidak dapat dihindari
Dari banyaknya perubahan yang terjadi, yang selalu saya rasakan sangat berubah
adalah ketika saat-saat bulan Ramadhan. Ketika saya kecil, Ramadhan selalu memiliki
pesona tersendiri untuk saya. Selama bulan Ramadhan saya menunggu adzan maghrib
dengan memainkan berbagai permainan tradisional bersama teman-teman. Dimulai dari
bermain bekel, congklak, ludo, monopoli, ular tangga, sampai berbagai macam permainan
kartu. Kami juga senang bermain ‘anyang-anyangan’ dan game elektronik yang sudah agak
modern yang dulu kami sebut ‘gemot’. Setelah buka puasa, setiap anak akan mengajak
temannya pergi ke masjid untuk shalat tarawih. Selesai shalat tarawih, biasanya anak-anak
bermain ‘kucing-kucingan’ hingga agak larut, atau jajan baso dan kerupuk mie bersama-
sama, atau juga bermain kembang api dan petasan. Tetapi melihat anak-anak sekarang yang
mungkin sudah mulai tersentuh teknologi, permainan-permainan tradisional sudah tidak
pernah dimainkan lagi di lingkungan rumah saya. Bahkan ‘gemot’ yang sewaktu dulu sudah
cukup modern pun sudah tak pernah dimainkan. Dengan dibangunnya warnet (warung
internet) di dalam komplek, kini mereka bermain game online di sana dan jarang bermain
bersama dengan teman sesamanya. Setelah berbuka, sebagian mereka ke masjid, sebagian
lagi tidak. Dan tidak terlalu terlihat kepedulian terhadap sesama mereka, tidak ada ajakan
untuk pergi ke masjid bersama-sama. Lalu setelah shalat tarawih selesai, tidak ada lagi anak-
anak yang bermain hingga larut. Tukang baso pun tidak pernah datang lagi karena komplek
sepi, tidak ada anak yang bermain dan itu berarti tidak ada pembeli. Kini, Komplek PLN
Mochammad Toha telah kehilangan pesona Ramadhan-nya. Setidaknya, begitulah menurut
saya.