Nama

Embed Size (px)

DESCRIPTION

stumel

Citation preview

Nama

: Naomi Putri L.M

NIM

: 1101112126

Mata Kuliah: Studi Masyarakat Melayu

Jurusan: Hubungan Internasional

Dari seluruh Negara di dunia, Indonesia dianggap sebagai negara yang memiliki penduduk beragama Islam terbanyak di dunia. Masuknya agama Islam ke Indonesia dan menjadi agama yang besar di Indonesia, tentunya tidak terjadi begitu saja, namun mengalami proses yang cukup panjang. Proses itu meliputi jasa para dai, mubalig, ulama, dan pemimpin bidang masing-masing dalam proses penyebaran agama Islam di Indonesia.

Kedatangan Islam pada abad ke-7 M ke dunia, dianggap oleh sejarawan sebagai pembangunan dunia baru dengan pemikiran baru, cita-cita baru, kebudayaan serta peradaban baru. Selama lebih dari empat belas abad sejak nabi Muhammad menyebarkan ajaran-ajaran baru dalam bidang teologi monoteistis, bidang kehidupan individu, bidang kehidupan masyarakat, dan kenegaraan, terbentanglah peradaban Islam dari wilayah Spanyol sampai benteng Cina, dari lembah Sungai Wolga di Rusia sampai ke Asia Tenggara, belakangan bahkan sudah hampir keseluruh dunia, yang dirintis oleh Rasul Muhammad, Khulafa al-Rasyidin, Amawiyah, Abbasiyah.

Saat Islam datang ke Indonesia, sebenarnya kepulauan nusantara sudah mempunyai peradaban yang bersumber dari kebudayaan asli pengaruh dari peradaban Hindu-Budha dari India, yang pengaruh penyebarannya tidak merata. Penyebaran Islam di sebagaian daerah di Indonesia berkembang dengan pesat. Hal itu disebabkan Islam yang dibawa oleh pedagang maupun para dai dan ulama, penyebarannya menyiarkan suatu rangkaian ajaran dan cara serta gaya hidup yang secara kualitatif lebih maju dari peradaban yang ada. Dengan kedatangan Islam, masyarakat Indonesia mengalami transformasi dari masyarakat agraris feodal pengaruh Hindu-Budha kearah masyarakat kota pengaruh Islam.

Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman bin Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di kepulauan nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi nusantara sambil berdakwah.

Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari kepulauan nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni kerajaan Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi'i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada zaman Kerajaan Singosari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.

Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada peng-Islaman penduduk pribumi nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti, yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate.

Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda.

Setiap kali para penjajah terutama Belanda menundukkan kerajaan Islam di nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan umat Islam nusantara dengan umat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan umat Islam nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.

Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke Indonesia, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha.

Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Mekkah. Bahkan ikut mempertahankan Mekkah dari serbuan Turki Utsmani.

Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi'i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa, Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).A. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia Melalui Babak- Babak Yang Penting

1. Babak pertama, abad 7 masehi (abad 1 hijriah).Pada abad 7 masehi, Islam sudah sampai ke Nusantara. Para Dai yang datang ke Indonesia berasal dari jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan bangsa India yakni bangsa Gujarat dan ada juga yang telah beradaptasi dengan bangsa Cina, dari berbagai arah yakni dari jalur sutera (jalur perdagangan) dakwah mulai merambah di pesisir-pesisir nusantara. Sampainya dakwah di Indonesia melalui para pelaut-pelaut atau pedagang-pedagang sambil membawa dagangannya juga membawa akhlak Islami sekaligus memperkenalkan nilai-nilai yang Islami. Masyarakat ketika berkenalan dengan Islam terbuka pikirannya, dimuliakan sebagai manusia dan ini yang membedakan masuknya agama lain sesudah maupun sebelum datangnya Islam.2. Babak kedua, abad 13 masehi.Di abad 13 Masehi berdirilah kerajaan-kerajaan Islam diberbagai penjuru di nusantara, yang merupakan moment kebangkitan kekuatan politik umat khususnya di daerah Jawa ketika kerajaan Majapahit berangsur-angsur turun kewibawaannya karena konflik internal. Hal ini dimanfaatkan oleh Sunan Kalijaga yang membina di wilayah tersebut bersama Raden Fatah yang merupaka keturunan raja-raja Majapahit untuk mendirikan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa yaitu kerajaan Demak. Bersamaan dengan itu mulai bermunculan pula kerajaan-kerajaan Islam yang lainnya, walaupun masih bersifat lokal.3. Babak ketiga, masa penjajahan Belanda.Pada abad 17 masehi tepatnya tahun 1601 datanglah kerajaan Hindia Belanda ke daerah nusantara yang awalnya hanya berdagang tetapi akhirnya menjajah. Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya yakni VOC, semejak itu hampir seluruh wilayah nusantara dijajah oleh Hindia Belanda kecuali Aceh. Saat itu antar kerajaan-kerajaan Islam di nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.

Dengan sumuliayatul (kesempurnaan) Islam yang tidak ada pemisahan antara aspek-aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan oleh para Ulama saat itu. Ketika penjajahan datang, mengubah pesantren-pesantren menjadi markas-markas perjuangan, santri-santri (peserta didik pesantren) menjadi jundullah (pasukan Allah) yang siap melawan penjajah sedangkan ulamanya menjadi panglima perangnya. Hampir seluruh wilayah di Indonesia yang melakukan perlawanan terhadap penjajah adalah kaum muslimin beserta ulamanya.

Potensi-potensi tumbuh dan berkembang diabad 13 menjadi kekuatan perlawanan terhadap penjajah. Ini dapat dibuktikan dengan adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan-kerajaan Islam yang syair-syairnya berisikan perjuangan. Ulama-ulama menggelorakan Jihad melawan kaum kafir yaitu penjajah Belanda. Belanda mengalami kewalahan yang akhirnya menggunakan strategi-strategi:

Politik devide et impera, yang pada kenyataannya memecah-belah atau mengadu domba antara kekuatan Ulama dengan adat contohnya perang Padri di Sumatera Barat dan perang Diponegoro di Jawa.

Mendatangkan Prof. Dr. Snouk Cristian Hourgonye alias Abdul Gafar seorang Guru Besar ke Indonesiaan di Universitas Hindia Belanda juga seorang orientalis yang pernah mempelajari Islam di Mekkah, dia berpendapat agar pemerintahan Belanda membiarkan umat Islam hanya melakukan ibadah mahdhoh (khusus) dan dilarang berbicara atau sampai melakukan politik praktis. Gagasan tersebut dijalani oleh pemerintahan Belanda dan salah satunya adalah pembatasan terhadap kaum muslimin yang akan melakukan ibadah Haji karena pada saat itulah terjadi pematangan perjuangan terhadap penjajahan.4. Babak keempat, abad 20 masehiAwal abad 20 masehi, penjajah Belanda mulai melakukan politik etik atau politik balas budi yang sebenarnya adalah hanya membuat lapisan masyarakat yang dapat membantu mereka dalam pemerintahannya di Indonesia. Politik balas budi memberikan pendidikan dan pekerjaan kepada bangsa Indonesia khususnya umat Islam tetapi sebenarnya tujuannya untuk mensosialkan ilmu-ilmu barat yang jauh dari Al-Quran dan akan dijadikannya boneka-boneka penjajah, yang mendapat pendidikanpun tidak seluruh masyarakat melainkan hanya golongan Priyayi (bangsawan), karena itu yang pemimpin-pemimpin pergerakan adalah berasalkan dari golongan bangsawan.

Strategi perlawanan terhadap penjajah pada masa ini lebih kepada bersifat organisasi formal daripada dengan senjata. Berdirilah organisasi Serikat Islam merupakan organisasi pergerakan nasional yang pertama di Indonesia pada tahun 1905 yang mempunyai anggota dari kaum rakyat jelata sampai priyayi dan meliputi wilayah yang luas. Tahun 1908 berdirilah Budi Utomo yang masih bersifat kedaerahan yaitu Jawa, karena itu Serikat Islam dapat disebut organisasi pergerakan Nasional pertama daripada Budi Utomo.

Tokoh Serikat Islam yang terkenal yaitu HOS Tjokroaminoto yang memimpin organisasi tersebut pada usia 25 tahun, seorang kaum priyayi yang karena memegang teguh Islam maka diusir sehingga hanya menjadi rakyat biasa. Ia bekerja sebagai buruh pabrik gula. Ia adalah seorang inspirator utama bagi pergerakan Nasional di Indonesia. Serikat Islam di bawah pimpinannya menjadi suatu kekuatan yang diperhitungkan Belanda. Tokoh-tokoh Serikat Islam lainnya ialah H. Agus Salim dan Abdul Muis, yang membina para pemuda yang tergabung dalam Young Islamitend Bound yang bersifat nasional, yang berkembang sampai pada sumpah pemuda tahun 1928.

Dakwah Islam di Indonesia terus berkembang dalam institusi-institusi seperti lahirnya Nadhatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, dan lain-lain. Lembaga-lembaga ke-Islaman tersebut tergabung dalam MIAI (Majelis Islam Ala Indonesia) yang kemudian berubah namanya menjadi MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia) yang anggotanya adalah para pimpinan institusi-institusi ke-Islaman tersebut.

Di masa pendudukan Jepang, dilakukan strategi untuk memecah-belah kesatuan kekuatan umat oleh pemerintahan Jepang dengan membentuk kementrian Sumubu (Departemen Agama). Jepang meneruskan strategi yang dilakukan Belanda terhadap umat Islam. Ada seorang Jepang yang faham dengan Islam yaitu Kolonel Huri, ia memotong koordinasi ulama-ulama di pusat dengan di daerah, sehingga ulama-ulama di desa yang kurang informasi dan akibatnya membuat umat dapat terbodohi.

Pemerintahan pendudukan Jepang memberikan fasilitas untuk kemerdekaan Indonesia dengan membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan dilanjuti dengan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan lebih mengerucut lagi menjadi Panitia Sembilan, Panitia ini yang merumuskan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945. Piagram Jakarta merupakan konsensus tertinggi untuk menggambarkan adanya keragaman Bangsa Indonesia yang mencari suatu rumusan untuk hidup bersama. Tetapi ada kalimat yang kontroversi dalam piagam ini yaitu penghapusan 7 kata lengkapnya kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluk-pemeluknya yang terletak pada alinea keempat setelah kalimat Negara berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa.5. Babak kelima, abad 20 & 21.Pada babak ini proses dakwah (Islamisasi) di Indonesia mempunyai ciri terjadinya globalisasi informasi dengan pengaruh-pengaruh gerakan Islam internasional secara efektif yang akan membangun kekuatan Islam lebih utuh yang meliputi segala dimensinya. Sebenarnya kalau saja Indonesia tidak terjajah maka proses Islamisasi di Indonesia akan berlangsung dengan damai karena bersifat kultural dan membangun kekuatan secara struktural. Hal ini karena awalnya masuknya Islam yang secara manusiawi, dapat membangun martabat masyarakat yang sebagian besar kaum sudra (kelompok struktur masyarakat terendah pada masa kerajaan) dan membangun ekonomi masyarakat. Sejarah membuktikan bahwa kota-kota pelabuhan (pusat perdagangan) yang merupakan kota-kota yang perekonomiannya berkembang baik adalah kota-kota muslim. Dengan kata lain Islam di Indonesia bila tidak terjadi penjajahan akan merupakan wilayah Islam yang terbesar dan terkuat. Walaupun demikian Allah mentakdirkan di Indonesia merupakan jumlah peduduk muslim terbesar di dunia, tetapi masih menjadi tanda tanya besar apakah kualitasnya sebanding dengan kuantitasnya.

A. Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia.

1. Teori Tentang Masuknya Islam Ke Indonesia

Datangnya Islam ke Indonesia, mula-mula melalui Parsi dan India, dan bukan langsung dari timur tengah. Perubahan-perubahan terjadi mungkin secara lebih hebat dari Eropa, seperti Portugis. Pada abad ke-16, bangsa Belanda pada abad ke-17 sampai pada sebagian abad ke -20 agama Islam muncul dengan kegairahan baru. Kali ini dari timur tengah pada pertengahan abad ke-19 dan sampai pada sebagian abad ke-20. Akhirnya serangan sekali-sekali dari Tiongkok serta invasi militer Jepang pada perang dunia II.

Secara historis maupun sosiologis, masuknya Islam ke Indonesia, mengalami banyak masalah baik tentang sejarahnya, maupun perkembangan awal Islam. Islam dalam batas tertentu disebarkan oleh pedagang, kemudian dilanjutkan oleh para guru agama (dai) dan pengembara sufi. Orang yang terlibat dalam kegiatan dakwah pertama itu tidak bertendensi apapun, selain bertanggung jawab menunaikan kewajiban tanpa pamrih, sehingga nama mereka berlalu begitu saja. Sehingga ada banyak perbedaan pendapat tentang kapan, dari mana, dan dimana pertama kali Islam datang ke Indonesia. Namun, secara garis besar perbedaan pendapat itu dapat dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut.

a. Pendapat pertama dipelopori oleh sarjana-sarjana Belanda, diantaranya Snouck Hurgronje yang berpendapat bahwa Islam datang ke Indonesia pada abad ke-13 M dari Gujarat (bukan dari Arab langsung). Dengan bukti ditemukannya makam Sultan yang beragama Islam pertama Malik as-Sholeh, raja pertama kerajaan Samudra Pasai yang dikatakan berasal dari Gujarat.

b. Pendapat kedua dikemukakan oleh sarjana-sarjana Muslim, diantaranya Prof. Hamka, yang mengadakan Seminar Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia di Medan tahun 1963. Hamka dan teman-temannya berpendapat bahwa Islam sudah datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah( + abad ke-7 sampai ke-8 M) langsung dari Arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional sudah dimulai jauh sebelum abad ke-13.

c. Sarjana Muslim Kontemporer seperti Taufik Abdullah mengatakan, bahwa memang benar Islam sudah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 atau ke-8 Masehi, tetapi baru dianut oleh para pedagang Timur Tengah di pelabuhan-pelabuhan. Dengan berdirinya kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13, barulah Islam masuk secara besar-besaran dan mempunyai kekuatan politik. Hal ini terjadi akibat arus balik kehancuran Baghdad ibukota Abbasiyah oleh Hulagu. Kehancuran Islam menyebabkan pedagang Muslim mengalihkan aktivitas perdagangan ke arah Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia tenggara.

B. Beberapa Pendapat Tentang Awal Masuknya Islam di Indonesia.

1. Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:

1) Seminar masuknya islam di Indonesia (di Aceh), sebagian dasar adalah catatan perjalanan Al masudi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat utusan dari raja Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648 diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera.

2) Dari Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan bahwa kaum Muslimin masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan oleh para pedagang muslim yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke China.

3) Dari Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya menjelaskan bahwa kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia, dan Malaya antara tahun 606-699 M.

4) Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of Islamization of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya mengungkapkan bahwa kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M.

5) Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia mengungkapkan bahwa pada tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke Malaya.

6) Prof. S. Muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnya berjudul Islam di India dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa beberapa sumber tertulis menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada hubungannya dengan kaum Muslimin Indonesia.

7) W.P. Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From Chinese sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti Tang memberitahukan adanya Arab muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab Muslim).

8) T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M).

9) Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:

Satu-satunya sumber ini adalah diketemukannya makam panjang di daerah Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimoon dan rombongannya. Pada makam itu terdapat prasasti huruf Arab Riqah yang berangkat tahun 1802 M.

10) Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:

1) Catatan perjalanan Marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya kerajaan Islam Ferlec (mungkin Peureulack) di Aceh, pada tahun 1292 M.

2) K.F.H. van Langen, berdasarkan berita Cina telah menyebut adanya kerajaan Pase (mungkin Pasai) di Aceh pada 1298 M.

3) J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk Monumenten uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13.

4) Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13, berdasarkan sudah adanya beberapa kerajaaan Islam di kawasan Indonesia.

5) Dengan datangnya para pedagang ke Indonesia, para dai dan musafir juga turut datang. Melalui jalur pelayaran itu pula mereka dapat berhubungan dengan pedagang dari negeri-negeri di ketiga Benua Bagian Asia. Hal ini memungkinkan untuk terjadinya hubungan timbal balik, sehingga terbentuklah perkampungan masyarakat Muslim. Pertumbuhan perkampungan ini tidak hanya bersifat ekonomis, tetapi membentuk struktur pemerintahan dengan mengangkat Meurah Silu, kepala suku Gampung Samudra menjadi Sultan Malik as-Sholeh.

Tersebarnya Islam ke Indonesia dapat dibagi kedalam beberapa saluran, yaitu:

1) Perdagangan, yang mempergunakan sarana pelayaran.

2) Dakwah, yang dilakukan oleh mubalig (sufi pengembara) yang berdatangan bersama para pedagang .

3) Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang Muslim, mubalig dengan anak bangsawan Indonesia. Dengan perkawinan itu, secara tidak langsung orang Muslim tersebut status sosialnya dipertinggi dengan sifat kharisma kebangsawanan. Apalagi jika pedagang Muslim menikah dengan putri raja, maka keturunannya akan menjadi pejabat birokrasi, putra mahkota kerajaan dan sebagainya.

4) Pendidikan, setelah kedudukan para pedagang mantap, mereka menguasai kekuatan ekonomi di bandar-bandar seperti Gresik. Pusat-pusat perekonomian itu berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam. Misalnya, pusat-pusat pendidikan dan dakwah Islam di kerajaan Samudra Pasai berperan sebagai pusat dakwah pertama yang didatangi pelajar-pelajar dan mengirimi mubalig lokal, diantaranya mengirim Maulana Malik Ibrahim ke Jawa.

5) Tasafuf dan tarekat. Datangnya para pedagang bersamaan denga para ulama, daI, dan sufi pengembara mengakibatkan pengangkatan para ulama atau sufi menjadi penasehat dan pejabat agama di kerajaan. Misalnya, di Aceh, ada Syaikh Hamzah Fansuri, Syamsuddin Sumatrani, Nuruddin ar-Raniri, Abd. Rauf Singkel.

Penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh para sufi melalui dua cara, yaitu:

1) Dengan membentuk kader mubalig, agar mampu mengajarkan serta menyebarkan agama Islam di daerah asalnya. Dengan demikian, Abd. Rauf mempunyai murid yang kemudian menyebarkan Islam ditempat asalnya, diantaranya Syaikh Burhanuddin Ulakan, kemudian Syaikh Abd. Muhyi Pamijahan di Jawa Barat, dan sebagainya.

2) Melalui karya-karya tulis yang tersebar dan dibaca diberbagai tempat. Pada abad ke-17, Aceh adalah pusat perkembangan karya-karya keagamaan yang ditulis para ulama dan para sufi.

3) Kesenian. Saluran yang banyak dipakai untuk penyebaran Islam terutama di Jawa adalah seni. Wali Songo, terutama Sunan Kali Jaga, mempergunakan banyak cabang seni untuk Islamisasi, seni arsitektur, gamelan, wayang, nyanyian, dan seni busana.

Secara kasar, penyebaran Islam di Indonesia dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu:

1) Dimulai dengan kedatangan Islam, yang diikuti oleh kemorosostan kemudian keruntuhan Majapahit pada abad ke-14 sampai ke-15.

2) Sejak datang dan mapannya kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia sampai abad ke-19.

3) Bermula pada awal abad ke-20 dengan terjadinya liberalisasi kebijaksanaan pemerintah kolonial Belanda.

Pada tahap pertama, penyebaran Islam masih relatif di kota pelabuhan. Namun, tidak lama kemudian Islam mulai memasuki wilayah pesisir lainnya dan pedesaan. Pada tahap ini pedagang, ulama-ulama guru tarekat (wali di Jawa) dengan murid-murid mereka memegang peranan penting. Mereka memperoleh patronase dari penguasa lokal dan dalam banyak kasus penguasa lokal juga ikut berperan dalam penyebaran Islam. Islamisasi tahap ini sangat diwarnai aspek tasafuf, meskipun aspek hukum (syariah) juga tidak diabaikan, hal ini disebabkan Islam tasafuf dengan segala penafsiran mistiknya terhadap Islam dalam beberapa segi tertentu cocok dengan latar belakang masyarakat setempat yang dipengaruhi asketisme Hindu-Budha dan sinkritisme kepercayaan lokal.

Pada mulanya Islam mendapatkan kubu-kubu terkuatnya di kota-kota pelabuhan sekaligus jadi ibu kota kerajaan, seperti Samudra Pasai, Malaka, dan kota-kota pelabuhan pesisir Jawa. Proses Islamisasi Nusantara berawal dari kota-kota. Di perkotaan itu sendiri Islam adalah fenomena istana. Istana kerajaan menjadi pusat pengembangan intelektual Islam atas perlindungan resmi penguasa yang disusul kemunculan tokoh-tokoh ulama seperti, Hamzah Fansuri, Samsuddin Sumatrani, Naruddin al-Raniri, Abd Rauf Singkel dikerajaan Aceh dan Wali Songo di kerajaan Demak. Tokoh-tokoh ini mempunyai jaringan keilmuan yang luas, baik di dalam maupun di luar negeri, sehingga menjadikan Islam Indonesia bersifat Internasional.

Kota pelabuhan yang juga menjadi istana kerajaan yang kemudian berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam didatangi murid-murid yang nantinya akan menjadi dai yang menyebarkan Islam lebih lanjut ke daerah-daerah lain. Kota pelabuhan juga menjadi pusat penggemblengan kader-kader politik, dan kelak menjadi raja-raja Islam pertama di kerajaan-kerajaan baru.

Tahap kedua, penyebaran Islam terjadi ketika VOC semakin mantap menjadi penguasa di Indonesia. Pada abad ke-17 VOC baru merupakan salah satu kekuatan yang ikut bersaing dalam kompetisi dagang dan politik di kerajaan Islam Nusantara. Akan tetapi pada abad ke-18 VOC berhasil tampil sebagai pemegang hegemoni politik di Jawa dengan terjadinya perjanjian Giyanti tahun 1755 yang memecah Mataram menjadi dua, yaitu Surakarta dan Yogyakarta. Perjanjian tersebut menjadikan raja-raja Jawa tidak mempunyai wibawa karena kekuasaan politik telah jatuh ke tangan penjajah, sehingga raja menjadi sangat tergantung kepada VOC. Campur tangan VOC terhadap keraton makin luas termasuk masalah keagamaan. Peranan ulama di keraton menjadi terpinggirkan. Oleh karena itu, ulama keluar dari keraton dan mengadakan perlawanan sambil memobilisasi petani membentuk pesantren dan melawan kolonial, seperti kasus Syaikh Yusuf al-Makassari.

Tahap ketiga, terjadi pada awal abad ke-20, ketika terjadi liberalisasi kebijaksanaan pemerintah Belanda mengalami defisit yang tinggi akibat menanggulangi tiga perang besar, seperti perang Diponegoro, perang Paderi dan perang Aceh, Belanda mengangkat Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch memperkenalkan sistem tanam paksa (cultuur stelsel) yang mengharuskan petani membayar pajak dalam bentuk hasil pertanian yang dipaksakan. Dari situ, rakyat mulai mengenal berbagai tanaman untuk perdagangan internasional, sehingga terjadi revolusi ekonomi di Jawa.

Pada tahun 1870 terjadi sistem ekonomi liberal, dimana kekuasaan elit lokal merosot hanya sebagai mandor penanaman. Untuk keperluan ekonomi liberal prasarana fisik dibangun, perkebunan diperbesar, irigasi, transportasi kereta api di Jawa dan Sumatera, pengangkutan laut, pelabuhan-pelabuhan baru dibangun di Tanjung Priuk pada tahun 1893.

Namun pada tahun 1963 M di kota Medan, dalam sebuah seminar yang membicarakan tentang masuknya Islam ke Indonesia, menghasilkan hal-hal sebagai berikut:

1) Pertama kali Islam masuk Ke Indonesia pada abad 1 H/7M, yang langsung datang dari negeri Arab.

2) Daerah pertama yang dimasuki Islam adalah daerah pesisir Sumatera Utara. Setelah itu masyarakat Islam membentuk kerajaan Islam pertama, yaitu Kerajaan Aceh.

3) Para dai Islam yang pertama, mayoritas para pedagang. Pada saat itu dakwah disebarkan dengan damai.

Tradisi Dalam Kebudayaan Melayu

1.Tradisi Kelahiran Kelahiran seorang anak telah dipandang oleh orang Melayu sebagai suatu berkah daripada Allah SWT. Anak dipandang sebagai penyambung zuriat. Kelakuan sang anak yang bernada jenaka akan menjadi pelipur hati sedangkan perangainya yang menjunjung akhlak mulia akan menjadi penyejuk pandangan mata. Sebab itu kelahiran anak amatlah diperhatikan. Ketika ibunya sedang mengandung banyak kebaikan yang dianjurkan serta beberapa larangan yang harus dihindarkan. Ini semuanya, agar anak yang lahir kelak, merupakan anak yang sehat rohani dan jasmani. Dan lebih dari itu anak yang tahu berbakti kepada ibu-bapa, taat menjalankan agama islam sehingga menjadi anak yang saleh, yang akan selalu mendoakan kebajikan bagi ibu-bapanya, terlepas dari azab kubur dan siksa pada hari kiamat.

Ibu yang hamil berpantang mencela orang, sebab celaan itu dipercaya dapat pula menimpa anak yang akan dilahirkannya. Dia harus tetap taat beribadah, menjga tingkah laku dan perangainya, termasuk apa-apa yang dimakannya. Jika mengidam, maka idamannya diusahakan dapat dipenuhi oleh suaminya atau kerabatnya. Mengidam dipandang bukan hanya sebatas keinginan ibu yang sedang mengandung, tetapi terlebih-lebih sebagai kiasan terhadap keinginan anak yang dikandungnmya. Sebab itu keinginan itu sedapat mungkin dipenuhi agar perasaan menjadi lega, sehingga jalan kehidupan menjadi lapang.Manusia dipandang oleh orang Melayu berasal dari ciptaan Allah dan akan kembali kepada-Nya. Karena itu, begitu anak manusia lahir maka hendaklah segera diperkenalkan Tuhan itu kepadanya. Setelah anak itu selamat dilahirkan, lalu baringkan di tempat tidur. Kemudian bisikkanlah suara azan pada telinga kanan dan suara iqamah pada telinga sebelah kiri. Bacaan itu memberi kias, bahwa anak yang lahir telah memulai pendengarannya dengan pendengaran yang baik yaitu nama Allah dan panggilan menunaikan ibadah sembahyang, sebagai syariat yang utama dalam agama islam.Upacara turun mandi dapat dilakukan setelah anak berumur seminggu. Anak yang baru lahir ini ada yang menyebutnya bayi, tapi juga ada yang menyebutnya upiang. Dalam upacara turun mandi ibu dan bayi dibawa ke sungai atau perigi. Di situ ibu dan bayi dimandikan oleh bidan. Ada berbagai bahan dari peralatan yang dipakai bidan dalam upacara itu. Diantarnya ada juga yang memandikan ayam setelah ibu dan bayi dimandikan. Ada pula yang menghanyutkan patung, memasukkan lading ke dalam air, menanam keladi pada tepian.Upacara turun mandi di tepian kira-kira berlangsung satu jam. Setelah itu anak diambil oleh bidan, lalu kembali ke rumah bersama dengan ibunya. Di rumah anak ditidurkan di atas buaian. Sementara itu dihidangkan minuman dan makanan kepada hadirin, sebagai tanda suka cita. Dalam hidangan ini sering dihidangkan ketupat. Sesuai minum-makan itu dibacakan doa sebagai tanda bersyukur kepada Allah serta untuk mendapatkan keselamatan selanjutnya.

2. Tradisi Pernikahan Nikah-kawin terjadi tentu saja berawal dari sentuhan pandang memandang. Dalam hal ini besar kemungkinan bermula dari sentuhan pandangan antar lelaki (anak bujang) dengan perempuan (anak gadis). Tapi juga bisa terjadi dari pandangan ibu-bapa atau kaum kerabat yang berminat untuk mencarikan jodoh anaknya. Bila seorang anak bujang memberitahukan gadis pujaannya kepada ibu-bapanya maupun kaum kerabat memandang ada seorang anak gadis yang patut menjadi jodoh anaknya, maka pihak keluarga lelaki mulailah melakukan semacam kegiatan yang bernama merisik.

Merisik Salah satu keluarga atau seseorang diutus oleh pihak calon pengantin pria untuk meneliti atau mencari informasi mengenai salah satu keluarga keluarga lain yang mempunyai anak gadis. Tugas yang diamatkan adalah untuk mengetahui apakah anak gadis tersebut dapat dilamar, atau belum mempunyai ikatan dengan orang lain. Selain itu, utusan akan melakukan pembicaraan tentang kemungkinan pihak pria untuk melamar. Utusan tersebut tentunya menanyakan berapa mas kawin/mahar dan persyaratan apa saja yang diminta oleh keluarga wanita.

Meminang Meminang dalam istilah Melayu sama dengan melamar. Acara ini diselenggarakan pada hari yang telah disepakati bersama, setelah melalui penentuan hari baik menurut perhitungan adat serta orangtua. Pihak keluarga calon pengantin pria yang dipimpin oleh keluarga terdekat akan melaksanakan lamaran secara resmi kepada keluarga calon pengantin wanita. Biasanya acara meminang ini diungkapkan dengan berbalas pantun. Secara tradisi, pihak keluarga pria membawa sejumlah tepak sirih-paling sedikit 5 buah; terdiri dari tepak pembuka kata, tepak merisik, tepak meminang, tepak ikat janji, tepak bertukar tanda dan beberapa tepak pengiring.

Berinai Biasanya berlangsung pada suatu hari atau satu malam sebelum acara akad nikah. Melalui serangkaian adat, calon pengantin wanita didudukan di atas pelaminan. Rangkaian acara ber-inai diawali dengan acara tersendiri yakni khatam Al-Qur'an yang dilaksanakan oleh keluarga-keluarga terdekat. Selanjutnya, calon pengantin wanita akan melaksanakan upacara di-Tepung Tawari. Ritual Tepuk Tepung Tawar adalah suatu upacara adat budaya Melayu peninggalan para raja terdahulu. Pemberian "tepung tawar" kepada calon mempelai biasanya diiringi dengan doa dan harapan dipimpin oleh yang dituakan; dilakukan oleh orangtua, sesepuh dan tokoh-tokoh adat yang dihormati. Selanjutnya, calon pengantin wanita akan diberi daun inai yang telah ditumbuk halus pada kuku-kuku jari tangan dan kakinya. Malam ber-inai lazim dimeriahkan dengan iringan bunyi-bunyian seperti gendang dan nyanyian lagu-lagu Melayu lama, ataupun diadakan tari gambus.

Berandam

Upacara berandam lazim dilakukan setelah malam berinai yaitu keesokan harinya. Tujuannya untuk menghapuskan/membersihkan sang calon pengantin dari "kotoran" dunia sehingga hatinya menjadi putih dan suci. Berandam pada hakikatnya adalah melakukan pencukuran bulu roma pada wajah dan tengkuk calon pengantin wanita sekaligus juga membersihkan mukanya. Menikah ( Akad Nikah ) Pada hari yang telah ditentukan, calon mempelai pria diantar oleh rombongan keluarga menuju ke tempat kediaman calon pengantin wanita. Biasanya calon mempelai pria berpakaian haji (memakai topi haji dan jubah). Kedatangan keluarga mempelai pria sambil membawa mahar atau mas kawin, tepak sirih adat, barang hantaran atau seserahan yang telah disepakati sebelumnya. Selain itu, juga menyertakan barang-barang pengiring lainnya seperti kue-kue dan buah-buahan. Prosesi berikutnya adalah pelaksanaan akad nikah.

Bersanding

Upacara ini dilaksanakan setelah resmi akad nikah. Prosesi bersanding merupakan acara resmi bagi kedua pengantin akan duduk di atas pelaminan yang sudah dipersiapkan. Terlebih dahulu pengantin wanita didudukan di atas pelaminan, dan menunggu kedatangan pengantin pria. Kehadiran pengantin pria diarak dengan upacara penyambutan dan berbalas pantun. Rangkaian prosesi bersanding yakni acara penyambutan pengantin pria, Hampang Pintu, Hampang Kipas, dan Tepung Tawar. Kehadiran pengantin pria beserta rombongan pengiring dalam jumlah cukup banyak, terdiri dari :

- Barisan Pulut Kuning beserta hulubalang pemegang tombak kuning.- Wanita (Ibu) pembawa Tepak Sirih.- Wanita (Ibu) pembawa beras kuning (Penabur).- Pengantin pria berpakaian lengkap- Dua orang pendamping mempelai pria, mengenakan pakaian adat Teluk Belanga.

- Pemegang payung kuning.

- Orang tua mempelai pria.

- Saudara-saudara kandung pengantin pria.

- Kerabat atau sanak famili Kedatangan rombongan disambut pencak silat dan Tarian Penyambutan.

Di pintu gerbang kediaman mempelai wanita, dilaksanakan ritual saling tukar Tepak Sirih dari kedua pihak keluarga mempelai, sambil berbalas menaburkan beras kuning. Selanjutnya, dilakukan acara "Hempang Pintu" (berbalas pantun) oleh kedua juru bicara pengantin. Saat itu, pihak keluarga mempelai perempuan telah menghempang kain sebagai "penghalang" di depan pintu tempat upacara. selendang baru akan dibuka setelah pihak mempelai pria terlebih dulu menyerahkan Uncang (kantong pindit) kepada pihak pengantin wanita. Ritual ini disebut sebagai Hempang Pintu. sesampainya di depan pelaminan, pihak mempelai pria kembali dihadang oleh pihak mempelai wanita. selanjutnu dilaksanakan berbalas pantun, yang intinya pihak pria meminta ijin bersanding dipelaminan bersama pengantin wanita. Setelah menyerahkan uncang (kanong pindit) berisi uang, maka kain penghalang dibuka, dan mempelai pria siap bersanding di pelaminan. Kedua mempelai duduk di pelaminan, selanjutnya dilaksanakan upacara Tepung Tawar.

Tepuk Tepung Tawar Ritual adat ini merupakan ungkapan rasa syukur dan pemberian doa harapan kepada kedua mempelai, yang dilakukan oleh para sesepuh keluarga dan tokoh adat. Dengan cara menepukan daun-daunan (antara lain daun setawar, sedingin, ganda rusa, sirih, hati-hati, sijuang, dan setetusnya) yang diikat jadi satu dan telah dicelup ke air harum serta beras kunyit sangrai, lalu ditepukan kepada kedua mempelai. Kelengkapan pnabur ini biasanya menggunakan bahan seperti beras basuh, beras putih, beras kunyit, ataupun beras kuning serta bunga rampai. Kesemua bahan ini digunakan tentunya mengandung makna mulia. Sesuai tradisi, sesepuh seusai melakukan tepuk tepung tawar akan mendapatkan bingkisan berupa "bunga telur" yakni berupa bunga yang dibuat dari kertas diikatkan pada sebatang lidi yang telah disertai telur diikat benang merah, sebagai ungkapan terimakasih dari pihak pengantin. Namun sesuai perkembangan zaman, ungkapan terimakasih atau souvenir tersebut kini diubah bentuk maupun jenisnya, disesuaikan dengan kemajuan zaman maupun kondisi kelurga mempelai. Makan Nasi Hadap - hadapan Upacara ini dilakukan di depan pelaminan. Hidangan yang disajikan untuk upacara ini dibuat dalam kemasan seindah mungkin. Yang boleh menyantap hidangan ini selain kedua mempelai adalah keluarga terdekat dan orang-orang yang dihormati. Memberi hormat pada Mertua Upacara ini dilakukan apabila di siang harinya kedua mempelai telah disandingkan di pelaminan, maka pada malam harinya dilanjutkan dengan acara memberi hormat pada mertua. Pengantin laki-laki dan wanita dengan diiringi oleh rombongan kerabat pengantin wanita berkunjung ke rumah orangtua pengantin laki-laki dengan membawa beraneka hidangan tertentu.

Berdimbar ( Mandi Taman ) Seusai acara bersanding, keesokan harinya diadakan acara Mandi Berdimbar. Biasanya dilaksanakan pada sore atau malam hari. Mandi Berdimbar ini dilaksanakan di depan halaman rumah yang dipercantik dengan hiasan-hiasan dekoratif khas Melayu. Ritual "memandikan" kedua mempelai ini cukup meriah, karena juga disertai acara saling menyemburkan air. Undangan yang hadir pun bisa ikut basah, karena seusai menyirami pengantin kemudian para undangan biasanya juga akan saling menyiram. Ritual tersebut kini sudah mulai jarang dilakukan.

3. Tradisi Kematian

Sesuai dengan ajaran islam maka orang Melayu memandang kematian sebagai perjalanan menuju hadirat ilahi. Dalam pandangan orang Melayu, sering dibentangkan dalam berbagai karya sastra Melayu, akhirat adalah masa depan yang hakiki. Tanda kematian di perkampungan Melayu ada yang membunyikan tabuh, ada pula naskus (ketuk kayu) bahkan juga dipakai gong. Mayat diselenggarakan sesuai ajaran islam, mula-mula dimandikan, kemudian dikafani lalu disembahyangkan. jika semua telah rampung, maka mayat dipersiapkan untuk berangkat menuju kubur.4. Tradisi Pakaian MelayuTradisi Pakaian Melayu Ungkapan adat Melayu mengatakan : adat memakai pada yang sesuai, adat duduk pada yang elok, adat berdiri tahukan diri. Ungkapan ini mengandung makna yang dalam, yang intinya memberi petunjuk, bahwa setiap orang di tuntut untuk meletakkan sesuatu pada tempatnya, berperilaku menurut alur dan tempatnya.

Di dalam hal ini berpakaian hendaknya mengacu kepada asas sesuai yakni sesuai pakaiannya, sesuai yang memakainya, sesuai cara memakainya, sesuai tempat memakainya, sesuai pula menurut ketentuan adat yang diberlakukan dalam hal ini ihwal berpakaian.

Merujuk kepada ungkapan di atas menyebabkan orng-orang Melayu selalu memilih pakaian yang sesuai dengan diri dan kedudukannya, berusaha memakai pakaian dengan baik dan benar, dan berusaha agar tidak melanggar segala pantang larang dalam berpakaian dan berusaha pula untuk menunjukkan perilaku terpuji dalam kehidupan sehari-harinya.

Umumnya pakaian Melayu terdiri dari dua jenis : Pakaian Harian dan Pakaian Adat. Pakaian Harian ialah pakaian yang lazim dipakai sehari-hari (dalam kehidupan orang Melayu masa silam) atau pakaian yang tidak dipakai di dalam upacara adat dan tradisi. Kelengkapan Pakaian Harian ialah : baju seluar (celana), kopiah dan kain kain samping atau sesampin atau kain samping atau kain sarung biasa.

Jenis dan Bentuk Pakaian MelayuDalam budaya Melayu terdapat tiga jenis pakaian untuk kaum lelaki. A. Baju Gunting Cina

Baju gunting Cina merupakan pakaian lelaki untuk dikenakan sehari-hari, bersifat santai, atau pakaian biasa. Biasanya dipakai di rumah dan boleh dikenakan untuk menerima tamu sehari-hari di rumah. Pakaian ini pun boleh dipakai waktu bertamu ke rumah kerabat terdekat, juga dapat dikenakan untuk pertemuan yang tak resmi. Biasanya baju ini juga dilengkapi dengan celana dan songkok.

B. Baju Cekak Musang Baju cekak musang terdiri atas baju, celana, kain, dan songkok atau tanjak. Bentuk baju hampir sama dengan baju teluk belanga, tetapi leher tak berkerah dan berkancing hanya sebuah serta bagian depan dari leher baju berbelah ke bawah sepanjang lebih kurang lima jari supaya mudah dimasukkan dari atas melalui kepala, berlengan lebar, serta berkocek sebuah di bagian atas kiri dan dua buah di bagian bawah kiri dan kanan.

C. Baju Teluk BelangaBaju teluk belanga terdiri atas baju, kain sampan, dan penutup kepala. Bentuk baju ialah leher berkerah dan berkancing (kancing tap (tep), kancing emas atau permata, dan lain-lain bergantung kepada tingkat sosial dan kemampuan pemakai). Jumlah kancing yang lazim empat buah yang melambangkan sahabat Nabi Muhammad saw.atau lima buah yang melambangkanrukun Islam.Berikut ini adalah jenis pakaian melayu untuk kaum perempuan, yaitu :

A. Baju KurungKelengkapan baju kurung terdiri atas kain, baju, dan selendang. Panjang atau kedalaman baju agak di atas lutut. Ada juga baju kurung untuk sehari-hari di rumah yang kedalamannya sepinggang atau sedikit di bawah pinggang. Bentuk baju berlengan panjang dan ukuran badan longgar, tak boleh ketat (tak boleh menampakkan lekuk-lekuk tubuh pemakai). Bahannya bervariasi: polos, berbunga-bunga, dan sebagainya, tetapi tidak boleh tembus pandang.

B. Baju Kebaya LabuhBaju kebaya labuh, kebaya panjang, belah labuh, atau belah dada terdiri atas baju, kain, dan selendang. Panjang lengan baju kira-kira dua jari dari pergelang an tangan sehingga gelang yang dikenakan kaum perempuan kelihatan. Lebar lengan baju kira-kira tiga jari dari permukaan lengan. Kedalaman baju bervariasi dari sampai batas betis atau sedikit keatas. Bentuk baju agak longgar, tetapi tidak boleh diraut (dikecilkan) di bagian yang dapat menunjukkan ukuran dan bentuk pinggang serta gaya pinggul.IDEOLOGI ISLAM

Ideologi dapat dipecah manjadi 2 kata yaitu : idea dan logos. Yang keduanya scara harfiyah dapat di artikan sebagai aturan atau hukum tentang ide. Plato (abad 3 SM) Menerangkan bahwa Ideologi sebagai kebenaran sejati, yang scara kasar dapat disimpulkan sebagai seperangkat nilai dan aturan atau hukum yang dipercayai dapat membantu manusia dalam menjalani hidupnya. Ada banyak sekali definisi Ideologi, Egelton(1991) dalam bukunya Ideology menyatakan Ideologi sebagai suatu yang kompleks.

Pengertian Ideologi yang selama ini beredar adalah : Proses produksi makna-makna, tanda-tanda dan nilai-nilaidalam kehidupan sosial,Panduan gagasan yang menjadi panduan sekelompok manusia dalam bertingkahlaku mancapai tujuannya, Seperangkat nilai dan aturan tentang kebenaran yang dianggap terberi, alamiyah, universal dan menjadi tujuan bagi tingkahlaku manusia, Sistem Ide yang menyangkut filsafat, ekonomi, politik, kepercayaan, social dan ide-ide, Pemikiran yang mendasar yang tidak dibangun diatas dasar pemikiran lain.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Ideologi diartikan sebagai kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untukkelangsungan hidup. An-Nabhany (1953) mendefinisikan Ideologi sebagai pemikiran yang mendasar(aqidah) yang rasional yang darinya melahirkan sistem peraturan kehidupan. Dari Definisi-definisi diatas ada beberapa kesamaan arti, yaitu Ideologi sebagai Sekumpulan Ide, gagasan, pemikiran yang mendasar atau aqidah yang lahir sebuah sistem, aturan atau nilai untuk dijadikan rujukan atau panduan manusia dalam menjalankan kehidupannya.

Ideologi Islam lahir berdasar akidah Islam. Islam dilahirkan dari proses berfikir yang menghasilkan keyakinan yang teguh terhadap keberadaan (wujud) Allah sebagai Sang Pencipta dan Pengatur Kehidupan, alam semesta dan seluruh isinya, termasuk manusia. Darinya lahir keyakinan akan keadilan dan kekuasaan Allah Yang Maha Tahu dan Maha Pengatur, Allah telah mewahyukan aturan hidup, yaitu syariat Islam yang sempurna dan diperuntukkan bagi manusia.

Syariat Islam tersebut bersumber pada Al Qur'an dan Al Hadist. Dari keyakinan ini tumbuhlah keyakinan akan adanya rasul dari golongan manusia, yang menuntun dan mengajarkan manusia untuk mentaati penciptanya, dan meyakini akan adanya hari perjumpaan dengan Allah SWT. Aturan hidup yang dimaksud merupakan aturan hidup yang bersumber dari wahyu Allah. Aturan ini mengatur berbagai cara hidup manusia yang berlaku dimana saja dan kapan saja, tidak terikat ruang dan waktu. Dari peraturan yang mengikat individu ataupun masyarakat dan bahkan sistem kenegaraan,seluruhnya ada diatur dalam Islam. Jadi agama Islam mempunyai peraturan hidup.Seperti Hukum Muamalah (Sistem Ekonomi Islam, Sistem Pentadbiran, Sistem Sosial, Pendidikan Islam) dan Hukum Uqubat (Hudud, Qisas, Takzir dan Mualafat) merupakan peraturan hidup sesama manusia. Manakala peraturan manusia dengan diri sendiri seperti makan minum dan pakaian serta peraturan manusia dengan Allah mencakupi ibadah dan aqidah. Peraturan ini yang diciptakan oleh Allah biasanya dipanggil syarak. Disamping itu Muhammad itu pesuruh Allah, Al Quran itu kalam Allah dan seperti pembaca sedia maklum tentang Rukun Iman & Rukun Islam.

Ciri ideologi Islam

Sumber

: Wahyu Allah SWT kepada Rasulullah SAW

Dasar Kepemimpinan Ideologi: La ilaha illallah ( menyatukan antara hukum Allah SWT dengan kehidupan )

Kesesuaian dengan fitrah

: Islam menetapkan manusia itu lemah. Jadi, segala aturan ataupun harus berasal dari Allah SWT lewat wahyu-Nya

Pembuat hukum dan aturan

: Allah SWT lewat wahyu-Nya, Akal manusia menggali fakta dan memahami hukum dari wahyu

Fokus

: Individu merupakan salah satu anggota masyarakat Individu diperhatikan demi kebaikan masyarakat dan masyarakat untuk kebaikan individu.

Ikatan perbuatan

: Seluruh perbuatan terikat dengan hukum syaro'. Perbuatan baru bebas dilakukan bila sesuai dengan hukum syaro'.Tujuan tertinggi yang hendak dicapai: Ditetapkan oleh Allah SWT, sebagaimana telah dibahas.Tolok ukur kebahagiaan

: Mencapai ridho Allah SWT, yang terletak dalam ketaatan dalam setiap perbuatan.Kebebasan pribadi dalam berbuat : Distandarisasi oleh hukum syaro'. Bila sesuai, bebas dilakukan. Bila tidak, maka tidak boleh dilakukan.Pandangan terhadap masyarakat : Masyarakat merupakan kumpulan individu yang memiliki perasaan dan pemikiran yang satu serta diatur oleh hukum yang sama.Dasar perekonomian : Setiap orang bebas menjalankan perekonomian dengan membatasi sebab pemilikan dan jenis pemiliknya. Sedangkan jumlah kekayaan yang dimiliki tidak boleh dibatasi.Kemunculan sistem aturan : Allah SWT telah menjadikan bagi manusia sistem aturan untuk dijalankan dalam kehidupan yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW. Manusia hanya memahami permasalahan, lalu menggali hukum dari Al Qur'an dan As Sunnah.Tolok ukur : Halal dan haram.Penerapan hukum: Atas dasar ketakwaan individu, kontrol masyarakat dan penerapan dari masyarakat.

Selain dari ciri-iri diatas, ideologi Islam memiliki beberapa karakteristik. Antara lain:

Ide Aqidah 'aqliyyah

: Rukun imanEtika : Jalan yang LurusPenyelesaian masalah hidup : Identetan hukum dalam ibadah, sosial masyarakat, ekonomi, pemerintah, pendidikan, pengadilan, dan akhlakMetodePenerapan

: Khilafah Islamiyah.Penjagaan : Hukum Islam.Penyebarluasan ideologi : Dakwah dan jihad.

Penganut ideologi Islam percaya jika sebelum kehidupan adalah berasal dari Allah SWT, saat kehidupan bertujuan untuk mendapatkan ridha-Nya, dan setelah meninggal kembali kepada Nya dengan pertanggungjawaban.

Islam sebagai Ideologi

Islam mempunyai keunikan dibanding dengan agama lain, dari segi wilayah ajarannya, Islam tidak hanya mengurusi urusan Ruhiyah (ritual-spiritual), akan tetapi meliputi juga masalah Siyasiyah (politik). Atau dengan kata lain Islam adalah aqidah spiritual dan politik (al-aqidah ar-ruhiyah was-siyasiyah). Al-aqidah ar-ruhiyah adalah aqidah atau ajaran yang mengatur masalah yang berhubungan dengan akhirat, seperti surga, neraka, pahala,dan dosa. Termasuk didalamnya masalah ibadah, seperti shalat, zakat, puasa, dll. Sedangkan al-aqidah as-siyasiyah adalah aqidah atau ajaran yang mengatur urusan kehidupan, seperti politik, ekonomi, social, pemerintahan, pendidikan, layanan kesehatan, persangsian/hukum.

Kedua aqidah atau ajaran tersebuut berasas pada aqidah (pemikiran dasar) yang sama yaitu aqidah Islam. Jadi jika kita melihat pada definisi-definisi ideology diatas jelas Islam adalah sebuah agama sekaligus Ideologi. Islam bukanlah sekadar agama ritual yang mengatur masalah tatacara ibadah saja seperti agama-agama lain. Sebagai agama dan Ideologi, islam adalah ajaran yang mengandung aqidah dan sistem, atau dalam istilah lain Islam adalah ajaran yang yang mengandung aqidah dan Syariah.

Aqidah yang dimaksud disini adalah keimanan kepada Allah, malaikat, Rasul, kitab, Hari Kiamat, serta Qadha dan Qadar. Sedangkan Syariah adalah sekumpulah hukum Syara yang mengatur seluruh masalah manusia. Syariah Islam merupakan hukum yang mencakup semua urusan, dengan sumber utamanya al-Quran dan as-Sunnah.

dan kami turunkan kepada muy kitab ini untuk menerangkan semua perkara(TQS. An-Nahl:89). Hari ini telah ku sempurnakan agama kamu dan telah ku cukupkan nikmat-Ku untukmu, serta aku Ridha Islam sebagai Dien mu(TQS. Al-Maidah: 3). Rasulullah Muhammad SAW. Adalah contoh manusia yang mengemban Islam sebagai Ideologi. Aisyah ra. Menyebutkan bahwa akhlak Rasulullah adalah al-Quran, jadi apasaja yang beliau kerjakan adalah datang dari al-Quran sebagai sumber hukum utama Ideologi Islam.

Penerapan ideologi Islam

Islam memandang masyarakat sebagai individu yang terkait dan tidak dapat dipisahkan dari jamaah ibarat satu bahagian anggota tubuh. Serta jamaah pula tidak dapat dipisahkan dari individu-individu. Masyarakat itu terdiri daripada manusia, pemikiran, perasaan dan peraturan (sistem) yang mengikat perbuatan dan tingkahlaku.

Ideologi Islam mulai dijelmakan dalam sistem pemerintahan Islam sejak tahun 622 Masehi di Madinah oleh Rasulullah Muhammad SAW. Sepanjang riwayatnya, ideologi ini mampu memberikan solusi dan kemakmuran bagi masyarakatnya. Namun, ideologi Islam tidak lagi diterapkan sejak 3 Maret 1924, saat runtuhnya khilafah Turki Utsmani. Sejak saat itu, Islam sebagai ideologi tidak lagi diterapkan secara menyeluruh.

KERAJAAN MELAYU

Pada masa awal (sebelum abad ke IV masehi) berita- berita Cina mengenai daerah ini masih sangat langkah. Menginjak abad ke V keterangan mengenai Asia Tenggara khususnya tentang wilayah sekitar selat Malaka, mulai meningkat dan menunjukan bahwa berita tersebut berasal dari pengunjungnya sendiri. Menurut Lapian hal ini membuktikan bahwa pelayaran orang Cina ke daerah ini semakin banyak, dan mencerminkan pula keramaian pelayaran di kawasan ini yang semakin meningkat. Jika sebelumnya pelayaran Cina dan orang asing lainnya dihubungkan dengan perdagangan antara negeri Cina dengan India dan kawasan Asia Barat, kawasan ini hanya berperan sebagai tempat singgah dalam jalur perdagangan masa kuno yang dikenal sebagai jalur sutra (Lapian, 1992: 4)keberadaan kerajaan Melayu, pertama berasal dari kitab sejarah dinasti Tang didapatkan keterangan adanya utusan dari melayu datang ke Cina pada tahun 644 dan 645, jika ini terjadi dapat dikatakan ketika itu kerajaan Melayu sudah menancapkan kekuatan dan kekuasaan sebagai kerajaan yang telah menjalin hubungan dengan bangsa luar. Kedua, berita yang lebih menarik dan lebih jelas berasal dari kisah perjalanan I-tsing, seorang pendeta Budha dari Cina yang pernah tinggal di Sriwijaya cukup lama. Dalam perjalanannya dari Kanton di Cina ke Nagapattam di India dalam tahun 671/672 ia singgah dulu di She-li-fo- she untuk belajar bahasa sanskerta selama enam bulan. Dari sini ia menuju Mo-lo-yeu, di mana ia tinggal selama dua bulan, untuk kemudian meneruskan perjalanannya ke Chieh-cha (Kedah)dan selanjutnya ke India. Dalam perjalanan pulangnya pada tahun 685 ia singgah lagi di Mo-lo-yeu, yang telah menjadi She-li-fo-she, selama enam bulan. Kisah perjalanan I-tsing ini memberi gambaran bahwa melayu adalah tempat persinggahan yang cukup penting,karena tidak dilewati begitu saja, baik dalam pelayaran dari Cina ke India maupun sebaliknya.

Adapun letaknya dari bandar Melayu itu, kiranya dapat disimpulkan dari keterangan mengenai arah pelayaran yang diceritakan I-tsing. Pelayaran dari Sriwijaya ke melayu memakan waktu lima belashari, dan demikian juga dari Melayu ke Kedah. Hanya saja dari melayu ke Kedah orang harus berganti arah (Soekmono, 1992: 2-3).Menurut Coedes,penentuan letak kerajaan Melayu secara tepat sudah bertahun-tahun lamanya menjadi pokok pembicaraan. I-tsing menjadi petunjuk bahwa letak kerajaan melayu dekat dengan Che-li-fo-che (nama yang dipakai bangsa Cina untuk menyebut kerajaan Palembang sebelum dipakai nama San-fo-tsi). Berkat sebuah pasal dalam tulisan I-tsing, pencaplokan melayu oleh Che-li-fo-che dapat ditentukan waktunya yaitu antara tahun 672-675 (Coedes, 1989: 10).

I-tsing menyinggung adanya kerajaan Melayu, yang kemudian menjadi bagian dari kerajaan Sriwijaya dan terletak antara Sriwijaya dengan Kedah. Selanjutnya I-tsing menuliskan negara-negara di laut selatan yang memeluk agama Budha, terutama aliran Hinayana, di antaranya menurut I-tsing melayu,menyimak dari keterangan I-tsing maupun catatan Cina lainnya, kerajaan Melayu yang dikunjungi I-tsing tahun 672 dalam pelayaraanya ke Nalanda terletak di dekat sungai Batanghari, sama dengan kota Jambi sekarang. Dengan kata lain dalam abad ke-7 kota Jambi bernama Melayu. Nama Jambi baru muncul pada abad ke 9 tepatnya pada tahun 853 masehi (Hanafiah, 1992:1).KESULTANAN1. Di Siak Riau terdapat Kesultanan Siak Sri Inderapura yang merupakan sebuah Kerajaan Melayu Islam yang pernah berdiri di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Indonesia. Kerajaan ini didirikan di Buantan oleh Raja Kecil dari Pagaruyung bergelar Sultan Abdul Jalil pada tahun 1723, setelah sebelumnya terlibat dalam perebutan tahta Johor. Bangunan istana ini memiliki perpaduan arsitektur Melayu-Arab-Eropa. Dijuluki sebagai istana Matahari Timur dan bernama asli Assiyaratul Hasyimiah. Pada dinding istananya dihiasi keramik yang didatangkan dari Perancis.

Selain itu Istana Siak berlantai dua, dimana di lantai bawah terbagi menjadi enam ruangan sidang, ruang tamu kehormatan, ruang tamu untuk laki-laki, ruang tamu untuk perempuan, dan ruang sidang kerajaan sekaligus ruang pesta. Sementara lantai atas meliputi 9 ruangan untuk Sultan dan ruang untuk tamu kerajaan.

Dalam perkembangannya, Kesultanan Siak muncul sebagai sebuah kerajaan bahari yang kuat dan menjadi kekuatan yang diperhitungkan di pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaya di tengah tekanan imperialisme Eropa. Jangkauan terjauh pengaruh kerajaan ini sampai ke Sambas di Kalimantan Barat, sekaligus mengendalikan jalur pelayaran antara Sumatera dan Kalimantan. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II menyatakan kerajaannya bergabung dengan Republik Indonesia.

2. Pulau Penyengat Sejarah Pulau Penyengat dimulai sejak berabad-abad yang lalu. Dahulunya pulau ini merupakan tempat persinggahan para pelaut dikarenakan di pulau ini tersedia banyak air tawar. Penyengat berasal dari kata sengat, karena dulu para pelaut yang sedang mengambil air bersih di pulau itu selalu diserang semacam lebah. Letaknya yang strategis sangat baik bagi pertahanan negeri Riau. Pada tahun 1803 Pulau Penyengat telah dibina dari sebuah pusat pertahanan negeri menjadi tempat kedudukan Yang Dipertuan Muda Kesultanan Riau-Lingga.

Pada tahun 1900 Sultan Riau-Lingga memindahkan pusat kerajaan ke Pulau Penyengat. Di antara Kesultanan Melayu yang pernah berdiri di kawasan Riau, Kesultanan Riau-Lingga menyumbangkan peran terbesar pada perkembangan bahasa Melayu, terutama sebagai bahasa tulis. Salah satu karakter peradaban yang dipengaruhi ajaran Islam adalah menyebarnya kemampuan dan tradisi tulis baca pada semua kalangan, bukan hanya di kalangan kerajaan. Tokoh intelektual yang paling dikenal adalah Raja Ali Haji yang telah melahirkan karya-karya besar seperti Gurindam Dua Belas, Tuhfat al-Nafis, Bustan Al-Katibin dan Kitab Pengetahuan Bahasa yang menjadikan bahasa Melayu sebagai lingua franca (bahasa perhubungan). Maraknya perkembangan dunia tulis menulis di Riau-Lingga juga didukung oleh tersedianya sarana pendukung seperti percetakan dan penerbitan Mathbaah al-Riuwiyahdan kelompok diskusi yang paling terkenal adalah Rusdiyah Club. Peranan Pulau Penyengat berakhir tatkala Sultan Riau-Lingga terakhir Sultan Abdul Rahman Muazam Syah meninggalkan Pulau Penyengat mengungsi ke Singapura karena tidak bersedia menandatangani kontrak yang isinya menghilangkan hak dan kekuasaan raja. Sultan memerintahkan kepada rakyatnya untuk menghancurkan bangunan-bangunan yang ada agar tidak diduduki oleh Belanda. Itulah sebabnya sisa-sisa kebesaran dan keagungan Kerajaan Riau-Lingga sudah pupus hanya tinggal puing-puing. Diantara puing-puing yang ada, masih dapat ditandai, antara lain (Gambar 2 sampai dengan Gambar 6) : Sebuah mesjid yang terawat dengan baik; Empat buah kompleks makam; Dua buah bekas istana dan beberapa buah gedung lama; dan Benteng, sumur, dan sebagainya.

Gambar 1. Mesjid Raya Penyengat

(atas) dan Makam Engku Puteri

Hamidah

Gambar 2. Bekas Istana Raja Ali

Marhum Kantor (kanan) dan Gedung

Tengku Bilik

Gambar 3. Makam Raja Haji Fisabilillah

Gambar 4. Makam Embung Fatimah

Gambar 5. Gedung Mesiu

Gambar 6. Makam Raja Abdurrahman

Gambar 7. Perigi Puteri dan Makam Raja JaafarEngku Puteri Hamidah

Sejarah Riau mencatat, Engku Putri Raja Hamidah adalah Putri Raja Syahid Marhum Teluk Ketapang Yang Dipertuan Muda Riau ke-IV yang termashur sebagai pahlawan Riau dalam menantang penjajahan Belanda. Sebagai putri tokoh ternama, Engku Putri besar peranannya dalam pemerintahan kerajaan Riau sebab selain memegang regalia (alat-alat kebesaran kerajaan)

Beliau juga seorang permaisuri Sultan Mahmud. Sebagai pemegang regalia kerajaan, beliau sangat menentukan dalam penobatan sultan karena penobatan haruslah dengan regalia kerajaan. Engku Putri pernah pula melakukan perjalanan ke beberapa daerah lain seperti Sukadan, Mempawah, dan lain-lain untuk mempererat tali persaudaraan antara kerajaan Riau dengan kerajaan yang dikunjunginya.

Engku Putri mangkat di Pulau Penyengat pada Juli 1884. Makamnya terletak di Pulau Penyengat, terbuat dari beton, dan dikelilingi pagar tembok. Dahulu atap bangunan makam dibuat bertingkat-tingkat dengan hiasan yang indah. Di kompleks ini terdapat pula makam tokoh terkemuka kerajaan Riau seperti makam Raja Haji Abdullah ( Marhum Mursyid), Yang dipertuan muda Riau IX, makam Raja Ali Haji, pujangga Riau yang terkenal dengan Gurindam 12, makam Raja Haji Abdullah, makam-mahkamah Syariah Kerajaan Riau-Lingga, makam Tengku Aisyah Putri Yang Dipertuan Muda Riau IX dan kerabat-kerabat Engku Putri yang lain. Selain makam Engku Putri terdapat juga makam-makam pembesar istana kerajaan yang lain terletak menyebar di Pulau Penyengat seperti makam Raja Jaafar, makam Raja Abdurrahman, bekas istana Sultan Abdurahman Muazzamsyah,dan istana Raja Ali Marhum.

Kompleks makam Raja Jaafar adalah komplek makam yang baik diantara makam lainnya. Dinding-dindingnya dilapisi dengan pilar dan kubah kecil di sampingnya terdapat kolam tempat berwudhu. Raja Jaafar adalah anak Raja Haji Fisabilillah merupakan Yang Dipertuan Muda VI. Dalam kompleks makam Raja Jaafar juga terdapat makam Raja Ali Yang Dipertuan Muda VIII. Merupakan figur yang taat beribadah. Pada masa pemerintahannya, ia mewajibkan kaum laki-laki melaksanakan shalat Jumat dan mewajibkan kaum wanita menggunakan busana muslim.Raja Abdurrahman

Raja Abdurrahman adalah Yang Dipertuan Muda ke VII Kerajaan Riau Lingga, ia yang membangun mesjid. Pada masa pemerintahannya terjadi pengacauan oleh bajak laut dan campur tangan pihak Inggris yang mempersulit kedudukan Raja Abdurrahman.

Beliau wafat pada 1843 dengan gelar Post Humous adalah Marhum Kampung Bulang. Makamnya terletak di atas sebuah bukit yang memaparkan pemandangan pada mesjid yang dibangunnya.

Bangunan bekas istana Sultan Abdurrahman Muazamsyah yang terakhir ini hanya berupa puing-puing belaka, istana ini disebut Kedaton dengan lapangan luas disekitarnya. Istana ini mulai rusak sejak Sultan Abdurrahman (1833-1911). Meninggalkan penyengat karena dimusuhi Belanda akibat sikap beliau menentang pemerintahan Belanda tahun 1911. Beliau pindah ke Daik, kemudian meninggalkan Daik, selanjutnya bermukim di Singapura. Sejak itulah istana ini terlantar dan akhirnya runtuh. Istana Kantor adalah istana Raja Ali Yang Dipertuan Muda Riau VIII (1844-1857) disebut juga Marhum Kantor. Istana ini berada di bagian tengah Pulau Penyengat, sekitar 150 m sebelah barat daya Mesjid Raya Sultan Riau Penyengat.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

: Sejarah Nasional Indonesia III/Marwati Djoened Poesponegoro:Nugroho.2008.Jakarta: Balai Pustaka.Abdullah Taufik 1973Islam di Indonesia , Jakarta: Tinta Mas Indonesia.Sunanto Musyrifah 2005 Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: Rajagarafindo Persada.Lapidus Ira M. 1988. Sejarah Sosial Umat Islam (bagian 3). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.Siti Maryam (Ed.). 2004. Sejarah Peradaban Islam: dari Masa Klasik hinggga Modern. Yogyakarta: LESFI.Soedjatmoko. 1995. Historiografi Indonesia: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Yusuf Abdullah Puai, Masuknya Islam ke Indonesia CV Indra Jaya.

Snouch Hurgronye.1973. Islam di Hindi Belanda,Bhratara Jakarta: Bhratara

Aspirasi Umat Islam Indonesia Buku Pertama, Leppenas ,Jakarta 1983.

Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia, Alfian.1981. Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia.Jakarta : PT. GramediaHM.Mintareja.1976. Islam dan Politik Islam di negara Indonesia.Jakarta: PT.Septenarius.

Drs. Soekarno.1961. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia Jilid III. Jakarta:Trikarya.Jurnal

:

http://umrefjournal.um.edu.my/filebank/articles/2989/02%20Bil%206%20PensejarahanIslamdiAlamMelayu_DrArbaiyah.pdf ( diakses pada tanggal 16-03-2015 Pukul 13:44)http://www.ukm.my/penerbit/syed-naquib-sp.pdf ( diakses pada tanggal 16-03-2015 Pukul 13:48)http://journalarticle.ukm.my/3186/1/1.pdf (diakses pada tanggal 16-03-2015 Pukul 21:30)http://umrefjournal.um.edu.my/filebank/articles/2989/02%20Bil%206%20PensejarahanIslamdiAlamMelayu_DrArbaiyah.pdf (diakses pada tanggal 16-03-2015 Pukul 22:00)

http://www.mushabbinumair-ibs.sch.id/2013/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html (diakses pada tanggal 16-03-2015 Pukul 22:05)

http://eprints.unsri.ac.id/3682/1/3._PERTUMBUHAN_KERAJAAN_MELAYU_SAMPAI_MASA_ADITYAWARMAN.pdf (diakses pada tanggal 16-03-2015 Pukul 22:20)http://www.myjurnal.my/filebank/published_article/24027/Article_5.PDF (diakses pada tanggal 16-03-2015 Pukul 22:30)http://download.portalgaruda.org/article.php?article=255340&val=6913&title=ISLAM%20%20DAN%20%20BUDAYA%20MELAYU:%20DALAM%20MEWUJUDKAN%20VISI%20%20INSTITUT%20SENI%20%20INDONESIA%20%28ISI%29%20PADANGPANJANG (diakses pada tanggal 16-03-2015 Pukul 22:40)http://journalarticle.ukm.my/3186/1/1.pdf (diakses pada tanggal 17-03-2015 Pukul 09:00)Internet :

http://lifestyle.okezone.com/read/2011/08/20/408/494246/susuri-kerajaan-melayu-islam-terbesar-di-riau (diakses pada tanggal 16-03-2015 Pukul 13:45)http://www.sejarah-nusantara.anri.go.id/id/hartakarunmaincategory/1/(diakses pada tanggal 16-03-2015 Pukul 13:50)www. Masuknya Islam ke Indonesia.com (diakses pada tanggal 16-03-2015 Pukul 14:00)

https://www.academia.edu/7015835/Pelestarian_Kawasan_Bersejarah_Kesultanan_Melayu_Riau-Lingga_di_Pulau_Penyengat_Kepulauan_Riau(diakses pada tanggal 17-03-2015 Pukul 09:00)http://www.haluankepri.com/tanjungpinang/63098-jejak-sejarah-kerajaan-riau-lingga-di-pulau-penyengat.html(diakses pada tanggal 17-03-2015 Pukul 09:45) www. masuknya islam ke Indonesia.com

Tgl 20 Februari, 17. 45

Taufik Abdullah (editor), Islam di Indonesia , (Jakarta: Tinta Mas Indonesia, 1973), hlm. 34

Sunanto, Op.cit, hlm. 7-12

HYPERLINK "http://www.masuknya"www.masuknya islam ke Indonesia. com.

Tgl 16 maret 2015 WIB

Sunanto, Op.cit hlm. 13

Sunanto, Op.cit, hlm. 14

Ibid, hlm. 15

Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, ( Jakarta: Akbar, 2004), hlm. 336