74
1 HANDOUT Nama Mata Kuliah : Pendidikan IPS (3 SKS) Nomor Kode : SOA 170 Program Studi : Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan : Sosiologi Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial Dosen Mata Kuliah : Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd Drs. Gusraredi Pertemuan : 2-3 I. Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) II. Materi Pokok: 1. Konsep Dasar IPS a. Sejarah Perkembangan IPS b. Kedudukan IPS dalam Struktur Ilmu Pengetahuan c. Hubungan Ilmu-Ilmu Sosial dengan IPS d. Ruang Lingkup IPS III. Uraian Materi A. Sejarah Perkembangan IPS Dilhat secara historis epistemologis, sulit menelusuri bagaimana perkembangan IPS di Indonesia karena terdapat dua alas an esensial: 1. Di Indonesia tidk ada lembaga profesional bidang Pendidikan IPS (PIPS) seperti NCSS, lembaga serupa yang dimiliki Indonesia yaitu HISPISI (Himpunan Serjana Pendidikan IPS Indonesia) yang usianya masih sangat muda dan produktivitas akademisnya masih sangat terbatas. 2. Selanjutnya perkembangan kurikulum dan pembelajaran IPS sebagai ontologi ilmu pendidikan (disiplin) IPS sampai saat ini masih sangat bergantung pada pemikiran Mahasiswa mampu menjelaskan hakekat Ilmu Penegtahuan Sosial (IPS)

Nama Mata Kuliah : Pendidikan IPS (3 SKS)sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/ILMU...2 individual atau kelompok pakar yang ditugasi secara insidental untuk mengembangkan perangkat

  • Upload
    ledan

  • View
    230

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

HANDOUT

Nama Mata Kuliah : Pendidikan IPS (3 SKS)

Nomor Kode : SOA 170

Program Studi : Pendidikan Sosiologi Antropologi

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial

Dosen Mata Kuliah : Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si

Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si

Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd

Drs. Gusraredi

Pertemuan : 2-3

I. Learning Outcome (Capaian Pembelajaran)

II. Materi Pokok:

1. Konsep Dasar IPS

a. Sejarah Perkembangan IPS

b. Kedudukan IPS dalam Struktur Ilmu Pengetahuan

c. Hubungan Ilmu-Ilmu Sosial dengan IPS

d. Ruang Lingkup IPS

III. Uraian Materi

A. Sejarah Perkembangan IPS

Dilhat secara historis epistemologis, sulit menelusuri bagaimana perkembangan IPS di

Indonesia karena terdapat dua alas an esensial:

1. Di Indonesia tidk ada lembaga profesional bidang Pendidikan IPS (PIPS) seperti NCSS,

lembaga serupa yang dimiliki Indonesia yaitu HISPISI (Himpunan Serjana Pendidikan

IPS Indonesia) yang usianya masih sangat muda dan produktivitas akademisnya masih

sangat terbatas.

2. Selanjutnya perkembangan kurikulum dan pembelajaran IPS sebagai ontologi ilmu

pendidikan (disiplin) IPS sampai saat ini masih sangat bergantung pada pemikiran

Mahasiswa mampu menjelaskan hakekat Ilmu Penegtahuan

Sosial (IPS)

2

individual atau kelompok pakar yang ditugasi secara insidental untuk mengembangkan

perangkat kurikulum IPS melalui Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarjana

Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang Diknas) dan Pusat

Kurikulum dan Buku (Puskurbuk Diknas).

Mengenai Istilah IPS pertama kali muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic

Education tahun 1972 di Tawamangu, Solo. Terdapat 3 istilah yang muncul dari Seminar

Nasional di Tawamangu dan selanjutnya digunakan secara bertukar, yaitu:

1. Pengetahuan Sosial/ Social Science

2. Studi Sosial/ Social Studies

3. Ilmu Pengetahuan Sosial/ Social Education

Di samping itu Penggunaan Konsep IPS pertama kali muncul dalam dunia persekolahan

terjadi pada tahun 1973 dalam kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP

Bandung. Dalam kurikulum PPSP ini IPS menggunakan beberapaistilah, yakni:

1. Studi Sosial

2. Pendidikan Kewarganegaraan

3. Civic dan Hukum

Dalam pandangan ahli Barr pada tahap ini kurikulum PPSP mengenai Konsep

Pendidikan IPS diwujudkan dalam 3 bentuk:

1. PIPS terintegrasi dengan nama PKN/ Studi Sosial

2. PIPS terpisah, dimana istilah IPS hanya digunakan sebagai konsep payung untuk mata

pelajaran Geografi, Sejarah dan Ekonomi

3. PKN sebagai suatu bentuk PIPS khusus, yang dalam konsep Social Studies

termasuk "Citizenship Transmission."

Selanjutnya pada kurikulum 1975 PIPS menampilkan 4 profil, yaitu:

1. PMP menggantikan PKN sebagai suatu bentuk PIPS khusus yang mewadahi Citizenship

Transmission

2. PIPS terpadu untuk SD

3. PIPS terkonfederasi untuk menempatkan IPS sebagai konsep payung pelajaran Geografi,

Sejarah dan Ekonomi Koperasi

3

4. PIPS terpisah yang mencakup mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi untuk

SMA atau Sejarah dan Geografi untuk SPG.

Pada kurikulum PIPS tahun 1984 masih sama dengan tahun 1975, tetapi pada kurikulum

tahun 1984 mengalami penyempurnaan. Dalam Kurikulum tahun 1994 mata pelajaran PPKn

merupakan mata pelajaran sosial khusus yang wajib diikuti oleh semua siswa dalam setiap

jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA). Mata pelajaran IPS dapat diwujudkan dalam:

1. PIPS terpadu di SD kelas 3 sampai dengan kelas 6

2. PIPS terkonfederasi di SLTP mencakup mata pelajaran Geografi, Sejarah dan Ekonomi

Koperasi

3. PIPS terpisah pada jenjang SMU, hampir mirip dengan "Social Studies" tetapi merupakan

bagian Ilmu Pengetahuan Sosial

Sedangkan Kurikulum PIPS tahun 2004, mata pelajaran IPS hampir sama dengan yang

terdapat pada kurikulum 1994. Tetapi perbedaannya terletak pada jenjang SMA, mata pelajaran

Sosiologi yang tadinya hanya diperoleh siswa kelas 3 saja sekarang sudah diberikan pada siswa

kelas 2. Maka terdapapat 2 versi mengenai PIPS tersebut, yaitu:

1. PIPS untuk pendidikan dasar dan menengah

2. PIPS untuk jurusan Pendidikan IPS di Perguruan Tinggi

Titik tolak pemikiran mengenai kedudukan konseptual PDIPS atau objek telaah dari

sistem pengetahuan PDIPS tersebut, adalah:

1. Karakteristik potensi perilaku belajar siswa SD, SLTP, dan SMA.

2. Karakteristik potensi dan perilaku belajar mahasiswa FPIPS-IKIP atau JPIPS-STKIP

3. Kurikulum dan bahan ajar IPS SD, SLTP dan SMA

4. Disiplin ilmu-ilmu sosial, humaniora dan disiplin ilmu lain yang relevan

5. Teori, prinsip, strategi, media dan evaluasi pembelajaran IPS

6. Masalah-masalah sosial dan masalah ilmu dan teknologi yang berdampak sosial

7. Norma Agama yang melandasi dan memperkuat profesionalisme

4

B. Kedudukan IPS dalam Struktur Ilmu Pengetahuan

Pendidikan IPS dipandang sebagai sebuah pendidikan disiplin ilmu dengan menggunakan

identitas bidang kajian bersifat ekletik yang dikenal dengan “an intregrated system of knowledge

“, “synthetic disclipine”, “multidimensional”, dan “kajian konseptual sistemik” merupakan

kajian (baru), hal iniberbeda dari bidang kajian monodisiplin atau disiplin ilmu “tradisional.

Pendekatan Monodisiplin atau sering disebut juga sebagai pendekatan struktural, yaitu suatu

bentuk atau model pendekatan yang hanya memperhatikan satu disiplin ilmu saja, tanpa

menghubungkan dengan struktur ilmu yang lain. Jadi, pengembangan materi berdasarkan ciri

dan karakteristik dari bidang studi yang bersangkutan.

Karena adanya pertimbangan semakin kompleksnya permasalahan kehidupan berbangsa

dan bernegara di Indonesia maka pada tahun 1970an mulai diperkenalkan Pendidikan IPS (PIPS)

sebagai sebuah pendidikan disiplin ilmu(penggunaan istilah Pendidikan disiplin ilmu pertama

kali dikemukakan oleh Numan Somantri dalam berbagai karya tulis). Gagasan tentang PIPS ini

membawa implikasi bahwa PIPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain

sebagai pendidikan disiplin ilmu, yakni kajian yang bersifat terpadu (integrated), interdisipliner,

multidimensional bahkan cross-disipliner. Karakteristik ini mulai nampak dari perkembangan

PIPS sebagai salah satu mata pelajaran disekolah yang cakupan materinya sudah semakin meluas

seiring dengan semakin kompleks dan semakin rumitnya permasalahan sosial yang memerlukan

banyak kajian secara terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam,

teknologi, humaniora, lingkungan bahkan sistem kepercayaan.

Keberadaan IPS sebagai sebuah program pendidikan disiplin ilmu dalam beberapa

konteks pendidikan Nasional Indonesiadapat diharapkan akan memberikan pemikiran-pemikiran

yang mendasar berkaitan dengan perkembangan struktur, metodologi, dan pemanfaatan PIPS

sebagai pendidikan disiplin ilmu yang dibangun dan dikembangkan, serta ke mana arah / ruang

lingkup, tujuan, dan sasaran pengembangan yang dilakukan oleh masyarakat.

Salah satu yang menjadi dasar pertimbangan dengan dimasukkannya social studies ke

dalam kurikulum sekolah adalah mengingat kemampuan siswa sangat menentukan dalam

pemilihan dan pengorganisasian materi pembelajaran IPS. Agar materi pelajaran IPS lebih

menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa sekolah dasar dan menengah, bahan-bahannya

diambil dari kehidupan nyata di lingkungan masyarakat sekitar di mana IPS diajarkan.

Selanjutnya bahan atau materi ajar yang diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman sebaya,

5

serta lingkungan alam, dan masyarakat sekitarnya. Hal ini dipandang bahwa IPSakan lebih

mudah untuk dipahami karena dapat memberikan makna yang lebih besar bagi para siswa dari

pada bahan pengajaran yang cenderung abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial tertentu.

C. Hubungan Imu-ilmu Sosial dengan IPS

Terdapat beberapa hubungan ilmu-ilmu sosial dengan IPS, yaitu:

1. IPS bukan sebagai disiplin ilmu seperti IIS, tetapi IPS lebih tepat sebagai suatu bidang

kajian.

2. Pendekatan dalam IPS adalah pendekatan multidisipliner atau interdisipliner. Tetapijustru

IIS menggunakan pendekatan disiplin ilmu atau monodisiplin.

3. IPS senagaja dirancang untuk kepentingan pendidikan, oleh karena itu keberasaan IPS

lebih memfokuskan pada dunia persekolahan. Sedangkan IIS keberadaannya bisa di

dunia persekolahan, PT, atau bahkan dipelajari di masyarakat umum sekalipun.

4. IPS disamping menggunakan IIS sebagai bahan pengembangan materi pembelajaran

dilengkapi dengan mempertimbangkan aspek psikologis-pedagogis

Perbedaan mendasar antara ilmu-ilmu sosial dengan pengetahuan sosial terletak pada

tujuan masing-masing.Dimana Ilmu sosial lebih bertujuan memajukan dan mengembangkan

konsep dan generalisasi melalui penelitian ilmiah, dengan melakukan hipotesis untuk

menghasilkan teori atau teknologi baru. Di sampingitu, tujuan ilmu pengetahuan sosial lebih

bersifat pendidikan, bukan penemuan teori ilmu sosial. Saah satu orientasi inti studi ini adalah

diupayakanuntuk keberhasilannya mendidik dan membuat siswa mampu

untukmengoperasionalisasikan ilmu pengetahuan sosial, berupa terciptanya tujuan instruksional.

Maka mengacu pada uraian tersebut ilmu pengetahuan sosial menggunakan bagian-bagian ilmu-

ilmu sosial untuk kepentingan pengajaran. Maka, berbagi konsep dan generalisasi ilmu sosial

harus disederhanakan agar lebih mudah dipahami oleh murid-murid yang umumnya belum

matang untuk membelajari ilmu-ilmu tersebut. Hal ini akanmenempatkan pentingnya keberadaan

IPS secara metodologis dan keilmuan dapat dikatakan belum adanya setara dengan ilmu sosial.

Jika kita mendiskusikan persamaan antara social studies dengan social sciencesyaitu

terletak pada sasaran yang diselidiki yaitu manusia dan kehidupan bermasyarakat. Keduanya

membahas masalah yang timbul akibat hubungan (interrelationship) manusia. Dengan kata lain,

6

keduanya mempelajari tentang masyarakat manusia, dan segala aspek kehidupan sosial

masyarakat dan problem-problem yang muncul dalam masyarakat.

D. Ruang Lingkup IPS

Mengenai ruang lingkup dan bagaiman cakupan konsep dasar dari IPS dapat dikemukakan

sebagi berikut

1.Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin

bidang akademis, tetapi lebih merupakan sebuah bidang pengkajian yang fokus pada

gejala dan masalah sosial dalam masyarakat.Dalam kerangka kerja pengkajian Ilmu

Pngetahuan Sosial (IPS) mengunakan bidang-bidang keilmuan yang termasuk bidang-

bidang ilmu sosial

2.Kerangka kerja Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tidak menekankan pada bidang teoretis,

tetapi lebih pada bidang-bidang praktis dalam mempelajari gejala dan masalah-masalah

sosial yang terdapat di lingkungan masyarakat. Studi Sosial tidak perlu akademis teoretis,

namun merupakan satu pengetahuan praktis yang dapat di ajarkan pada tingkat

persekolahan,yaitu mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi.

Demikian pula pendekatan yang digunakan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat

berbeda dengan pendekatan yang biasa digunakan dalam Ilmu Sosial.Pendekatan Ilmu

Pengetahuan Sosial bersifat interdisipliner atau bersifat multidisiplinerdengan

menggunakan berbagai bidang keilmuan, sedangkan pendekatan yang digunakan Ilmu

Sosial (Sosial Sciences) bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing-masing.Demikian

pula pada tingkat yang taraf yang lebih rendah pendekatan studi Sosial lebih bersifat

multidimensional, yaitu meninjau satu gejala atau masalah sosial dari berbagai dimensi

atau aspek kehidupan.

7

3.Bidang studi IPS, pada hakikatnya merupakan suatuperpaduan pengetahuan sosial. Untuk

tingkat Sekolah Dasar (SD) intinya merupakan perpaduan antara geografi dan

sejarah.Untuk Sekolah Lanjut Menengah Pertama (SLTP) intinya merupakan perpaduan

antara geografi, sejarah dan ekonomi koperasi.Sedangkan untuk Sekolah Lanjut Tingkat

Atas (SLTA) intinya adalah perpaduan antara geografi, sejarah dan ekonomi koperasi dan

Antropologi.di tingkat perguruan tinggi, bidang studi IPS ini dikenal sebagai studi

sosial.IPS atau studi Sosial ini, merupakan perpaduan dari berbagai bidang keilmuan

Ilmu Sosial.Studi Sosial memiliki perbedaan yang prinsipil dengan ilmu-ilmu sosial.

Proses pembelajaran pendidikan IPS dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan

sesuai dengan kebutuhan dan tingkat usia peserta didik masing-masing. Ragam pembelajarannya

pun harus disesuaikan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan. Secara formal, proses

pembelajaran dan membelajarkan itu terjadi di sekolah, baik di dalam kelas maupun diluar kelas.

Kedudukan IPS sebagai salah satu program pendidikan tidak hanya menyajikan tentang

konsep-konsep pengetahuan sematasaja, namun harus pula mampu membina peserta didik

menjadi warga negara dan warga masyarakat yang tahu akan hak dan kewajibannya, yang juga

memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama seluas-luasnya.Sebagaibidang

pengetahuan, ruang lingkup IPS dapat terlihat nyata dari tujuannya. Disepanjang sejarah

perkembangannyasebagai sebuah kajian IPS memiliki lima tujuan yakni:

(a) IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang social sciences jika nantinya masuk ke

perguruan tinggi. (b) IPS yang tujuannya mendidik kewarganegaraan yang baik. (c) IPS yang

hakikatnya merupakan suatu kompromi antara 1 dan 2 tersebut di atas. (d) IPS yang mempelajari

closed areas atau masalah-masalah sosial yang pantang untuk dibicarakan di muka umum.

Menurut pedoman khusus bidang studi IPS, tujuan bidang studi tersebut, yaitu dengan materi

8

yang dipilih, disaring dan disingkronkan kembali maka sasaran seluruh kegiatan belajar dan

pembelajaran pada bidang IPS yang lebih mengarah kepada 2 (dua) hal,

(a) Pembinaan warga negara Indonesia atas dasar moral Pancasila/ UUD 1945.

dan (b) Sikap sosial yang rasional dalam kehidupan.

9

HANDOUT

Nama Mata Kuliah : Pendidikan IPS (3 SKS)

Nomor Kode : SOA 170

Program Studi : Pendidikan Sosiologi Antropologi

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial

Dosen Mata Kuliah : Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si

Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si

Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd

Drs. Gusraredi

Pertemuan : 4

I. Learning Outcome (Capaian Pembelajaran)

II. Materi Pokok:

a. Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia

b. Sifat dan Karakteristik IPS

c. Tujuan Pendidikan IPS

III. Uraian Materi:

A. Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan

keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa

tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul

Menelaah Eksistensi IPS dalam Dunia Pendidikan di Indonesia

10

dalam diri seseorang untuk berlomba-lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam

segala aspek kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan

pemrintah ini, maka usahakan pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pendidikan di tingkat

Universitas.

Pada intinya pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi disini pendidikan hanya menekankan

pada intelektual saja, dengan bukti bahwa adanya UN sebagai tolak ukur keberhasilan

pendidikan tanpa melihat proses pembentukan karakter dan budi pekerti anak. Sedanglan Tujuan

Pendidikan(Kemdiknas):"Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

B. Sifat dan Karakteristik IPS

Menurut Sapriya (2009: 7), mengemukakan bahwa: “Salah satu karakteristik social

studies adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan

masyarakat”. Perubahan dapat dalam aspek materi, pendekatan, bahkan tujuan sesuai dengan

tingkat perkembangan masyarakat.

Ada beberapa karakteristik pembelajaran IPS yang dikaji bersama ciri dan sifat pembelajaran IPS

menurut A Kosasih Djahiri (Sapriya, 2007: 19) adalah sebagai berikut:

a. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari

segi ilmu).

11

b. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja melainkan

bersifat komrehensif (meluas) dari berbagai ilmu sosial dan lainnya sehingga berbagai konsep

ilmu secara terintegrasi terpadu digunakan untuk menelaah satu masalah/tema/topik.

c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu

mengembangkan berfikir kritis, rasional dan analitis.

d. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan bahan-bahan dari

berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman,

permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepada kehidupan di masa yang akan

datang baik dari lingkungan fisik maupun budayanya.

e. IPS dihadapkan pada konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah)

sehingga titik berat pembelajaran adalah proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri

siswa agar memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata

pada masyarakat.

f. IPS mengutamakan hal-hal arti dan penghayatan hubungan antar manusia yang bersifat

manusiawi.

g. Pembelajaran IPS tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata juga nilai dan

keterampilannya.

h. Pembelajaran IPS berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program

dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat

dengan kehidupannya.

i. Dalam pengembangan program pembelajaran IPS senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip,

karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang terjadi ciri IPS itu sendiri.

12

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran IPS adalah bersifat dinamis, artinya

selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat.Perubahan dapat dalam aspek

materi, pendekatan, bahkan tujuan sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat.

Tujuan Pembelajaran IPS

Menurut Rudy Gunawan (2011: 37) mengemukakan bahwa: Pembelajaran IPS

bertujuan membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya

sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga

negara yang baik dan bertanggung jawab, sedangkan ilmu sosial bertujuan menciptakan tenaga

ahli dalam bidang ilmu sosial

Banyak pendapat yang mengemukakan tentang tujuan pendidikan IPS, diantaranya

oleh The Multi Consortium Of Performance Based Teacher Education di AS pada tahun 1973

Djahiri dan Ma’mun (Rudy gunawan, 2011: 20) menyatakan bahwa sebagai berikut :

1 Mengetahui dan mampu menerapkan konsep-konsep ilmu sosial yang penting, generalisasi

(konsep dasar) dan teori-teori kepada situasi data yang baru.

2. Memahami dan mampu menggunakan beberapa struktur dari suatu disiplin atau antar disiplin

untuk digunakan sebagai bahan analisis data baru.

3. Mengetahui teknik-teknik penyelidikan dan metode-metode penjelasan yang dipergunakan

dalam studi sosial secara bervariasi serta mampu menerapkannya sebagai teknik penelitian dan

evaluasi suatu informasi.

4. Mampu mempergunakan cara berpikir yang lebih tinggi sesuai dengan tujuan dan tugas yang

didapatnya.

5. Memiliki keterampilan dalam memecahkan permasalahan (Problem Solving).

13

6. Memiliki self concept (konsep atau prinsip sendiri) yang positif.

7. Menghargai nilai-nilai kemanusiaan.

8. Kemampuan mendukung nilai-nilai demokrasi.

9. Adanya keinginan untuk belajar dan berpikir secara rasional.

10.Kemampuan berbuat berdasarkan sistem nilai yang rasional dan mantap

Menurut Isjoni (2007: 50-51) tujuan pendidikan IPS dapat dikelompokkan menjadi

empat (4) kategori sebagai berikut :

1. Knowledge, yang merupakan tujuan utama pendidikan IPS, yaitu membantu para siswa

belajar tentang diri mereka sendiri dan lingkungannya.

2. Skills, yang berhubungan denga tujuan IPS dalam hal ini mencakup keterampilan berpikir

(thinking skills).

3. Attitudes, dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok sikap yang diperlukan untuk tingkah

laku berpikir (intelektual behavior) dan tingkah laku sosial (social behavior).

4. Value, dalam hubungan ini adalah nilai yang terkandung dalam masyarakat sekitar didapatkan

dari lingkungan masyarakat sekitar maupun lembaga pemerintah (falsafah bangsa).

Di samping itu menurut Wahab dlam Rudy Gunawan(2011: 21) ia menyatakan

bahwa: Tujuan Pengajaran IPS disekolah tidak lagi semata-mata untuk memberi pengetahuan

dan menghapal sejumlah fakta dan informasi akan tetapi lebih dari itu. Para siswa selain

diharapkan mampu memiliki pengetahuan mereka juga dapat mengembangkan

berbagaiketerampilan dalam segi-segi kehidupan dimulai dari keterampilan akademiknya sampai

pada keterampilan sosialnya.

Sementara itu menurut Chapin dan Messick dalam (Isjoni, 2007: 39) secara khusus tujuan

pengajaran IPS di sekolah dasar dapat dikelompokkan ke dalam empat komponen, yaitu:

14

1. Memberikan kepada siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam kehidupan

bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.

2. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk mencari dan

mengolah/memproses informasi.

3. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/sikap demokrasi dalam kehidupan

bermasyarakat.

4. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian/berperan serta dalam

kehidupan sosial

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembelajaran IPS adalah untuk membantu tumbuhnya warga negara yang baik dan dapat

mengembangkan keterampilannya dalam berbagai segi kehidupan yang dimulai dari

keterampilan akademiknya sampai pada keterampilan sosialnya.Akan tetapi secara lebih khusus

pada tujuan yang tertera pada KTSP, bahwa salah satunya adalah mengenal konsep-konsep yang

berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.

Mengenal konsep-konsep memerlukan pemahaman yang mendalam, oleh karena itu

pemahaman suatu konsep dengan baik sangatlah penting bagi siswa, agar dapat mamahami suatu

konsep, siswa harus membentuk konsep sesuai dengan stimulus yang diterimanya dari

lingkungan atau sesuai dengan pengalaman yang diperoleh dalam perjalanan

hidupnya.Pengalaman-pengalaman yang harus dilalui oleh siswa merupakan serangkaian kegitan

pembelajaran yang dapat menunjang terbentuknya konsep-konsep tersebut. Karena itu guru

harus bisa menyusun pembelajaran yang didalamnya berisi kegiatan-kegiatan belajar siswa yang

sesuai dengan konsep-konsep yang akan dibentuknya

15

HANDOUT

Nama Mata Kuliah : Pendidikan IPS (3 SKS)

Nomor Kode : SOA 170

Program Studi : Pendidikan Sosiologi Antropologi

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial

Dosen Mata Kuliah : Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si

Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si

Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd

Drs. Gusraredi

Pertemuan : 5

I. Learning Outcome (Capaian Pembelajaran)

II. Materi Pokok:

1. Dimensi-dimensi IPS

2. Sruktur Materi IPS

III. Uraian Materi :

A. Dimensi-dimensi IPS

Proses penguasaan dan pengembangan dimensi dan struktur pembelajaran dalam

PIPSsangat penting bagi jiwa pendidik karena dalam menhadapi siswa harus berfikir abstrak dan

parsialuntuk memfasilitasi kebutuhan ini mahasiswa atau calon guru perlu mempersiapkan model

pembelajaran yang tepat yang didukung oleh kemampuan penguasaan terhadap dimensi-dimensi

PIPS dan strukturnya. Dimensi PIPS Meliputi: (1). Dimensi pengetahuan (knowledge) (2).

Dmensi keterampilan (skill) (3).Dimensi Nilai (Value and Attitudes) (4).Dimensi tindakan

(Action).

Mahasiswa mampu menelaah Dimensi dan Struktur IPS

16

1. Dimensi Pengetahuan (Knowledge) Setiap manusia tentunya memiliki kelebihan dan

wawasan tentang pengetahuan sosial yang berbeda-beda,baik yang berfikir sebatas lingkungan

dan ada juga yang berpendapat mencakup dengan keyakinan-keyakinan sosial,tentunya hal

tersebut mencakup alasan-alasan yang sesuai dengan: Fakta,konsep baik Generalisasi yang

dipahami oleh individu atau siswa,dan hal yang terpenting adalah Fakta yang mana merupakan

data yang spesifikasi tentang peristiwa,objek,orang dan hal-hal yang terjadi yang harus dikenal

terutama dalam kehidupan sehari-hari dan yang terjadi dalam lingkungan sekitar. Konsep dasar

yang relevan untuk pembelajaran IPS diambil terutama dari disiplin ilmu-ilmu sosial. Konsep-

konsep tersebut juga tergantung pula pada jenjang dan kelas sekolah,misalnya konsep “sejarah,

antropologi, sosiologi bahkan ekonomi, juga dari ilmu pariwisata, geografi, sosiologi, sejarah

maupun politik. Pengembangan dan generalisasi adalah proses mengorganisir dan memaknai

sejumlah dan cara hidup bermasayarakat.merumuskan generalisasi merupakan rumusan dan

pengembangan konsep merupakan tujuan pembelajaran IPS yang harus dicapai oleh siswa

dengan tentunya bimbingan guru.

2. Dimensi Keterampilan (skill) Dalam pendidikan IPS sangat diperlukan dan

memperhatikan juga dimensi keterampilan disamping pemahaman dalam dimensi

pengetahuan.kecakapan mengolah dan menerapkan informasi merupakan keterampilan yang

sangat penting guna mempersiapkan untuk menghadapi dunia di masyarakat sehingga siswa

menjadi terampil dan siap menjadi warga negara yang berpartisipasi secara aktif dan secara

cerdas dalam lingkungan masyarakat yang demokratis. Keterampilan Meneliti Dalam hal ini

diharapkan mengidentifikasi,mengumpulkan,menafsirkan dan menganalisis suatu data yang

terjadi dalam lingkungan masyarakat sekitar atau sosial. (1) Keterampilan berfikir Dalam hal ini

tentunya bagaimana cara berkontribusi untuk pemecahan suatu masalah yang terjadi secara

17

akurat dan dan kreatif baik dalam menciptakan suatu hal atau proses pembelajaran dalam

lingkungan kelas. (2)Keterampilan partisipasi sosial Dalam belajar IPS juga sisawa diharafkan

bahwa siswa dapat berkomunikasi dengan baik dan bekerjasama baik secara perorangan ataupun

secara kelompok. (3) Keterampilan Berkomunikasi Pembelajaran pada akhirnya adalah

mendewasakan seorang manusia agar menjadi dewasa,karena tandanya orang dewasa ialah

mampu berkomunikasi dengan orang lain dengan baik dan benar,serta mengungkapkan pemahan

dan perasaan dengan jelas,efektif san kreatif.

3. Dimensi Nilai dan Sikap (Value and attitudes) Pada hakikatnya sebuah nilai dipelajari

dari hasil pergaulan dan komunikasi antara individu dalam kelompok baik dilingkungan keluarga

maupun lingkungan sosial,yaitu: (a). Nilai Subtantif Merupakan nilai yang dipegang atau

diyakini oleh seseorang da umumnya hasil belajar,terutama siswa bisa memahami bahwa dalam

masyarakat terdapat keberagaman nilai. (b). Nilai Prosedural Peran guru sangat besar karena

siswa harus diarahkan dan dilatih sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran di kelas dan nilai

prosedural diantaranya: Nilai kemerdekaan, toleransi,kejujuran menghormati kebenaran dan

pendapat orang lain.

4. Dimensi Tindakan (Action) Tindakan sosial merupakan hal ayang sangat penting

karena dapat memungkinkan siswa dapat menjadi siswa yang aktif,dan merekapun harus berlatih

secara kongkrit dan praktis.agar menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupan masyarakat.

Fokus utama dari program IPS adalah membentuk individu-individu yang memahami kehidupan

sosialnya dunia manusia,aktivitas dan interaksinya yang ditunjukan untuk menghasilkan anggota

masyarakat yang bebas,yang mempunyai rasa tanggungjawab untuk melestarikan,melanjutkan

dan memperluas nilai-nilai dan ide-ide masyarakat bagi generasi masa depan.

18

B. Struktur IPS

Dalam suatu struktur pengetahuan, termasuk didalamnya Ilmu sosial tersusun atas 3

tingkatan yaitu:

1) Fakta

Fakta dapat diartikan sebagai suatu informasi atau data yang ada/terjadi dalam kehidupan

sehari-hari dan dikumpulkan dan dikaji oleh para ahli ilmu sosial yang terjamin kebenarannya.

2) Konsep

Konsep adalah sebuah kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat

intelektual yang membangun kegiatan berfikir, dan memecahkan masalah.

3) Generalisasi

Generalisasi berasal dari kata general yang berarti umum atau menyeluuruh. Oleh

karena itu generalisasi merupakan pengambilan kesimpulan secara umum dari suatu gejala atau

informasi yang kita terima yang didukung oleh data dan fakta yang ada

19

HANDOUT

Nama Mata Kuliah : Pendidikan IPS (3 SKS)

Nomor Kode : SOA 170

Program Studi : Pendidikan Sosiologi Antropologi

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial

Dosen Mata Kuliah : Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si

Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si

Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd

Drs. Gusraredi

Pertemuan : 6

I. Learning Outcome (Capaian Pembelajaran)

II. Materi Pokok:

a. Realitas dan problem sosial sebagai Fokus IPS

b. Fungsi Teori dalam pembelajaran IPS

III. Uraian Materi :

A. Realitas Sosial dan Masalah Sosial sebagai Fokus IPS

Ilmu pengetahuan sosial adalah bidang pengetahuan yang digali dari kehidupan praktis

sehari hari di masyarakat. Pengajaran IPS bukan hanya sekedar menyajikan materi yang akan

memenuhi ingatan para siswa melainkan kebutuhannya sesuai dengan tuntutan yang dirasakan

sebagai suatu ketimpangan ata kecanggungan dapat dijadikan bahan untuk dibahas dengan para

siswa. Gejala gejala yang ada diluar jendela kelas dan diluar halaman sekolah seperti

persampahan,kemacetan lalu lintas,kekurangan air bersih,kekurangan gizi,penganguran dan lain

lain merupakan materi IPS yang dapat merangsang pemikiran siswa. Gejala-gejala tadi kita

Mahasiswa mampu menggali fakta, konsep, generalisasi dan

prosedur untuk merancang pembelajaran IPS

20

tinjau dari berrbagai dimensi(Multidimensional) yaitu dari dimensi atau segi ekonomi,dari segi

tradisi,dari segi hubungan antar manusia,dari sikap mental dan dari segi pemerintahan. Atas

gejala gejala yang ada para siswa dilatih untuk menyusun alternatif pemecahan masalah.

Melalui proses seperti yang dikemukan diatas guru dan siswa telah berhasil memberikan

fungsi yang praktis kepada masyarakat sebagai sumber dan materi IPS. Selanjutnya masyarakat

itu selain sumber dan materi IPS juga menjadi laboraturiumnya. Pengetahuan,konsep dan teori

teori IPS yang telah diperolaeh siswa dalam kelas selain dapat dicocokan juga dapat diterapkan

dalam masyarakat. Masyarakat sebagai tempat laoraturium nyata bagi pelajaran IPS karna

disitulah tempat yang cocok bagi masyarakat untuk mempraktekan pelajaran IPS.Secara wajar

pada pelaksanan pengjaran IPS kita harus menggunakan masyrakat sebagai sumbernya karena

disinilah ada kenyataan hidup sebenarnya yang dapat dihayati,ditanggapi,dianalisis dan pada

akhirnya dapat dapat membina sikap kepekaan mental yang sasaran dan tujuan pelajran IPS

Melalui pengajaran IPS seperti yang digambarkan diatas diharapkan kelak terbinanya warga

negara yang peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat yang memiliki sikap mental

positif terhadap segala ketimpangan yang terjadi dan terampil menatasi segala masalah terjadi

sehari baik menimpa diri sendiri maupun kehidupan masyarakat.

Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu dan masyarakat

dengan lingkungan (fisik dan sosial-budaya).Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan

praktis sehari-hari di masyarakat.Oleh karena itu, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat

sebagai sumber dan objeknya merupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada

kenyataan.(Menurut Mulyono Tjokrodikaryo, 1986:21).Ada 5 macam sumber materi IPS antara

lain:

21

a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah,

desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai

permasalahannya.

b. Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi,

transportasi.

c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat

sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.

d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah

lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang

besar.

e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan,

keluarga.

B. Fungsi Teori dalam Pembelajaran IPS

Mengingat keluasan cakupan materi dalam pembelajaran IPS, maka tidak ada satu teori

belajar pun yang paling ideal untuk segala situasi dan untuk semua bidang keilmuan yang

tercakup dalam IPS.Teori pembelajaran adalah teori yang menawarkan panduan ekplisit

bagaimana membantu orang belajar dan berkembang lebih baik.Jenis belajar dan pengembangan

mencakup aspek kognitif, emosional, sosial, fisikal, dan spiritual. Aplikasi teori belajar dalam

kegiatan pembelajaran IPS tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat

materi pelajaran, karakteristik pelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.

Pengaplikasian teori belajar dalam kegiatan pembelajaran IPS pada prakteknya

merupakan perpaduan dari beberapa aplikasi teori belajar. Pembelajaran yang baik adalah

pembelajaran yang tidak hanya out come-oriented, tepai pembelajaran yang menekankan pada

proses. Berpedoman pada pembelajaran yang menekankan proses sama artinya dengan

memastikan agar proses berjalan secara maksimal, dengan mengoptimalkan peranan guru

22

sebagai fasilitator dan mengoptimalkan kemampuan peserta didik. Penekanan pada proses justru

akan memberikan hasil yang diharapkan. Hasil pembelajaran akan sesuai yang diharapkan,

disamping tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya.

Teori belajar erat kaitannya dengan model pembelajaran.aplikasi teori belajar dapat

digunakan untuk merancang dan menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi

dan situasi belajar. Kondisi dan situasi belajar ini tentu memiliki indikator sebagai aspek-aspek

utama pembelajaran, seperti jenis pembelajaran IPS yang hendak dipelajari, materi

pembelajaran, tujuan pembelajaran, karakter kelas, dan lain sebagainya.

Model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS sebaiknya

mampu mencakup lima unsur pembelajaran berikut ini:

1) problem-centered, artinya pembelajaran dilaksanakan dalam rangka memecahkan

permasalahan dunia nyata di sekitar pembelajar;

2) activation, artinya pembelajaran dikembangkan relevan dengan pengalaman dan

mengaktifkan pengetahuan mahasiswa yang telah dimiliki sebelumnya;

3) demonstration, artinya pembelajaran yang dikembangkan untuk mempertunjukkan apa

yang akan dipelajari bukannya melulu menceritakan informasi tentang apa yang akan

dipelajari;

4) application, artinya pembelajaran yang dikembangkan untuk menggunakan ketrampilan

atau pengetahuan yang baru mereka untuk memecahkan permasalahan; dan

5) integration, pembelajaran yang dikembangkan mengintegrasikan ketrampilan atau

pengetahuan yang baru ke dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

Berdasarkan lima unsur cakupan pembelajaran yang sebaiknya ada dalam proses

pembelajaran IPS, maka penggunaan model pembelajaran yang relevan dan inovatif perlu

dipraktekan di kelas. Namun demikian, mengingat adanya batasan waktu dalam pembelajaran di

kelas, proses pembelajaran perlu dirancang sedemikian rupa agar mampu memasukkan unsur-

unsur tersebut. Bilamana kelima unsur tersebut tidak dapat diaplikasikan dalam satu kali tatap

muka pembelajaran, guru bisa membuat perancangan pembelajaran yang memasukkan unsur-

unsur tersebut secara parsial. Cara lain agar kelima unsur tersebut dapat menjadi bagian dari

pengalaman belajar peserta didik adalah merancang pembelajaran sedemikian rupa agar

pengalaman belajar yang diperoleh siswa saat pembelajaran di kelas dapat diaplikasikan atau

memiliki andil positif dalam kehidupan siswa sehari-hari. Merencanakan, menyusun, dan

23

mempraktekkan model pembelajaran di kelas tentu tidak lepas dari aplikasi teori belajar sebagai

fondasinya

24

HANDOUT

Nama Mata Kuliah : Pendidikan IPS (3 SKS)

Nomor Kode : SOA 170

Program Studi : Pendidikan Sosiologi Antropologi

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial

Dosen Mata Kuliah : Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si

Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si

Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd

Drs. Gusraredi

Pertemuan : 7

I. Learning Outcome (Capaian Pembelajaran)

II. Materi Pokok:

1. Konsep Dasar Materi IPS

2. Kurikulum dan Kompetensi Mata Pelajaran IPS

III. Uraian Materi

.

A. Konsep Dasar Materi IPS

a) Sejarah

Kata sejarah berasal dari beberapa bahasa di antaranya bahasa Arab (syajarotun) yaitu

pohon, keturunan, asal-usul atau silsilah.Dalam bahasa Inggris (history), bahasa Yunani (istoria),

bahasa Jerman (geschicht).Sejarah dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa

lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal-usul keturunan (terutama untuk raja-raja yang

memerintah).Menurut Moh. Yamin,Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil

penyelidikan beberapa peristiwa yang dibuktikan dengan kenyataan.

Mahasiswa mampu mengidentifkasi konsep dasar materi IPS

25

Konsep Dasar Sejarah :

1. Waktu

2. Dokumen

3. Alur peristiwa

4. Kronologis

5. Peta

6. Tahap-tahap peradaban

7. Ruang

8. Evolusi

9. Revolusi

b) Geografi

Perkataan geografi berasal dari bahasa Yunani : ‘geo’ berarti bumi dan ‘grafhein’ berarti

tulisan. Jadi secara harfiah, geografi berarti tulisan tentang bumi.Menurut para pakar :Geografi

adalah ilmu kausal yang mempelajari gejala-gejala di muka bumi beresta permasalahannya

melalui pendekatan geografis (spatial approach), pendekatan ekologi (ecology approach),

pendekatan terhadap manusia (human approach) untuk program pembangunan jangka panjang,

proses pembangunan dan menunjang pembangunan(Bintaro, 1981)

Konsep Dasar Geografi :

1. Lokasi: Konsep lokasi ini terbagi dua yaitu lokasi absolute dan lokasi relatif. Lokasi absolute

terkait dengan garis lintang dan garis bujur. Lokasi relatif yaitu lokasi yang dilihat

dari wilayah lain.

2. Jarak: Konsep ini mempunyai arti penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, ataupun

kepentingan pertahanan.

3. Keterjangkauan: Keterjangkauan (accessibility) tidak selalu berkaitan dengan jarak, namun

juga medan.

4. Pola: Pola ini berkaitan dengan susunan, bentuk atau persebaran fenomena dalam ruang

muka Bumi.

5. Morfologi: Konsep ini terkait dengan pembentukan morfologi muka Bumi.

6. Aglomerasi: Konsep aglomerasi menjelaskan mengapa suatu fenomena geografi cenderung

mengelompok.

26

7. Nilai kegunaan; Konsep ini berkaitan dengan nilai guna suatu wilayah. Tiap wilayah

mempunyai potensi yang bisa dikembangkan sehingga nilai kegunaannya optimal.

8. Interelasi/interpedensi; Interaksi merupakan hubungan timbale balik antar beberapa hal.

9. Diferensiasi areal; Konsep ini mempertegas bahwa tempat yang satu dengan yang lainnya

memiliki perbadaan.

10. Keterkaitan ruangan;Perbedaan potensi wilayah yang satu dengan yang lainnya akan

mengakibatkan atau mendorong terjadinya interaksi berupa pertukaran barang,

manusia ataupun budaya.

c) Ekonomi

Istilah “ekonomi” sendiri berasal dari bahasa Yunani (oikos) yang berarti “keluarga,

rumah tangga” dan (nomos) yang berarti “peraturan, aturan, hukum” maka secara garis besar

diartikan sebagai “aturan rumah tangga”.

Konsep Dasar Ekonomi :

1. Keterbatasan sumber daya

2. Kebutuhan yang tidak terbatas

3. Keuntungan ekonomi

4. Kekeluargaan

5. Tenaga kerja

6. Modal

d) Sosiologi

Sosiologi adalah istilah yang berasal dari kata latin ‘socius’ yang artinya ‘teman’, dan

‘logos dari kata Yunani yang bertarti ‘cerita’, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang

berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Menurut Pitirin

Sorokin, Sosiologi adalah ilmu yangmempelajari hubungan dan pengaruh timbale balik antara

aneka macam gejala sosial (misalnya gelaja ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), gejala

non-sosial, serta ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala social lain.

Konsep Dasar Sosiologi :

27

1. Interaksi sosial

2. Sosialisasi

3. Kelompok sosial

4. Pelapisan sosial

5. Proses sosial

B. Kurikulum dan Kompetensi Mata Pelajaran IPS

A. Kompetensi Inti

Kompetensi Inti Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) merupakan

tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki

seorang peserta didik SMP/MTs pada setiap tingkat kelas.Kompetensi inti dirancang untuk setiap

kelas. Melalui kompetensi inti, sinkronisasi horisontal berbagai kompetensi dasar antarmata

pelajaran pada kelas yang sama dapat dijaga. Selain itu sinkronisasi vertikal berbagai kompetensi

dasar pada mata pelajaran yang sama pada kelas yang berbeda dapat dijaga pula.

Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:

1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;

2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;

3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan

4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang SMP/MTs dapat dilihat pada Tabel

berikut.

Tabel 1: Kompetensi Inti SMP/MTs

KOMPETENSI INTI

KELAS VII

KOMPETENSI INTI

KELAS VIII

KOMPETENSI INTI

KELAS IX

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama

yang dianutnya

1. Menghargai dan menghayati ajaran

agama yang dianutnya

1. Menghargai dan menghayati ajaran

agama yang dianutnya

28

KOMPETENSI INTI

KELAS VII

KOMPETENSI INTI

KELAS VIII

KOMPETENSI INTI

KELAS IX

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur,

disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong

royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan keberadaannya

2. Menghargai dan menghayati perilaku

jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli

(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam

berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan

keberadaannya

2. Menghargai dan menghayati

perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong),

santun, percaya diri, dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial

dan alam dalam jangkauan pergaulan dan

keberadaannya

3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan

prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian

tampak mata

3. Memahami dan menerapkan

pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan

kejadian tampak mata

3. Memahami dan menerapkan

pengetahuan (faktual, konseptual, dan

prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya

tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan

kejadian tampak mata

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan

membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,

menggambar, dan

4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan

membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,

menggambar, dan

4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret

(menggunakan, mengurai,

merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan

ranah abstrak

29

KOMPETENSI INTI

KELAS VII

KOMPETENSI INTI

KELAS VIII

KOMPETENSI INTI

KELAS IX

mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah

dan sumber lain yang sama dalam sudut

pandang/teori

mengarang) sesuai dengan yang dipelajari

di sekolah dan sumber lain yang sama dalam

sudut pandang/teori

(menulis, membaca,

menghitung, menggambar, dan

mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di

sekolah dan sumber lain yang

sama dalam sudut pandang/teori

B. Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar dirumuskan untuk mencapai Kompetensi Inti.Rumusan Kompetensi

Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik dan kemampuan peserta didik, dan

kekhasan masing-masing mata pelajaran. Kompetensi Dasar meliputi empat kelompok sesuai

dengan pengelompokan Kompetensi Inti sebagai berikut:

1. kelompok 1 : kelompok Kompetensi Dasar sikap spiritual dalam rangka

menjabarkan KI-1;

2. kelompok 2 : kelompok Kompetensi Dasar sikap sosial dalam rangka

menjabarkan KI-2;

3. kelompok 3 : kelompok Kompetensi Dasar pengetahuan dalam rangka

menjabarkan KI-3; dan

4. kelompok 4 : kelompok Kompetensi Dasar keterampilan dalam rangka

menjabarkan KI-4.

30

HANDOUT

Nama Mata Kuliah : Pendidikan IPS (3 SKS)

Nomor Kode : SOA 170

Program Studi : Pendidikan Sosiologi Antropologi

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial

Dosen Mata Kuliah : Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si

Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si

Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd

Drs. Gusraredi

Pertemuan : 9

PENDEKATAN, MODEL-MODEL, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN IPS

A. Learning Outcome:

1. Mahasiswa dapat menganalisis pendekatan pembelajaran IPS

2. Mahasiswa dapat menganalisis model-model pembelajaran IPS

3. Mahasiswa dapat menganalisis teknik-teknik pembelajaran IPS

B. Uraian Materi

1. Pendekatan Pembelajaran IPS

a. Pengertian

Menurut Wina Sanjaya (2009: 127), pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak

atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. istilah pendekatan merujuk

kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.

Oleh karena itu strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau

tergantung dari pendekatan tertentu.

Roy Killen (1998) mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu

pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan pendekatan

yangberpusat pada siswa (student-centered approaches). Pendekatan pembelajaran yang

31

berpusat pada guru menurunkan startegi pembelajaran langsung (direct instruction),

pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan

pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan

inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.

Menurut Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi

Kurikulum proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok, yaitu

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

Kelima kegiatan proses pembelajaran ini di sebut dengan istilah pendekatan saintifik

(scientific approach).

Proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah atau saintifik lebih

mengutamakan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan

tentang suatu kebenaran.

Adapun kriteria pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:

1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan

logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau

dongeng semata.

2) Penjelasan guru, sesppon siswa, dan interaksi edukatif guru – siswa terbatas dari

prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang

dari alur berfikir logis.

3) Mendorong dan menginspirasi siswa berfikir secara kritis, analisis, dan tepat dalam

mengidentifikasi, memahami memecahkan masalah, dan mengapplikasikan materi

pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berfikir hipotetik dalam melihat

32

perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran

5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan

mengembangkan pola berfikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi

pembelajaran

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem

penyajiannya.

Tabel 1. Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan

Kompetensi yang Dikembangkan

Langkah

Pembelajaran

Kegiatan Belajar Kompetensi Yang

Dikembangkan

Mengamati Membaca, mendengar,

menyimak, melihat (tanpa

atau dengan alat)

Melatih

kesungguhan,

ketelitian, mencari

informasi

Menanya Mengajukan pertanyaan

tentang informasi yang

tidak dipahami dari apa

yang diamati atau

pertanyaan untuk

mendapatkan informasi

tambahan tentang apa

yang diamati ((dimulai

dari pertanyaan faktual

sampai ke pertanyaan

yang bersifat hipotetik)

Mengembangkan

kreativitas, rasa ingin

tahu, kemampuan

merumuskan

pertanyaan untuk

membentuk pikiran

kritis yang perlu

untuk hidup cerdas

dan belajar sepanjang

hayat

33

Mengumpulkan

informasi/eksperimen

- Melakukan eksperimen

- Membaca sumber lain

selain buku teks

- Mengamati

objek/kejadian

- Aktivitas

- Wawancara dengan

nara sumber

Mengembangkan

sikap teliti, jujur,

sopan, menghargai

pendapat orang lain,

kemampuan

berkomunikasi,

menerapkan

kemampuan

mengumpulkan

informasi melalui

berbagai cara yang

dipelajari,

mengembangkan

kebiasaan belajar dan

belajar sepanjang

hayat

34

Mengasosiasikan/

mengolah informasi

- Mengolah informasi

yang usdah ada

dikumpulkan baik

terbatas dari hasil dari

kegiatan mengamati

dan kegiatan

mmengumpulkan

informasi.

- Pengolahan informasi

yang dikumpuikan dari

yang bersifat

menambah keluasan

dan kedalaman sampai

kepda pengolahan

infomrasi yang bersifat

mencari solusi dari

berbagai sumber yang

memiliki pendapat yang

berbeda sam[ai pada

yang bertentngan.

Mengembangkan

sikap jujur, teliti,

disiplin, taat aturan,

kerja keras,

kemampuan

menerapkan prosedur

dan kemampuan

berfikir induktif serta

deduktif dalam

menyimpulkan.

35

Mengkomunikasikan Menyampaikan hasi

pengamatan, kesimpulan

berdsarkan hasil analisis

secara lisan, tertulis, atau

media lainnya.

Mengembangkan

sikap jujur, teliti,

toleransi keammpuan

berfikir sistematis,

mengungkapkan

pendapat dengan

singkat dan jelas dan

mengembangkan

kemampuan

berbahasa yang baik

dan benar.

2. Model-Model Pembelajaran IPS

a. Pengertian

Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan

untuk merangsang pembelajaran tatap muka di dalam kelas atau dalam latar tutorial dan

dalam membentuk materiil-materiil pembelajaran termasuk buku-buku, film-film, pita

kaset, dan program media komputern dan kurikulum.

Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (1986), mengatakan bahwa setiap model

membimbing kita ketika kita merancang pembelajaran untuk membantu para siswa

mencapai berbagai tujuan. Tim MKDP (2011: 199) menyatakan bahwa model

pembelajaran memuat antara lain:

1) Syntax, yaitu serangkaian tahapan langkah-langkakh yang kongret atau lebih khusus

yang harus diperankan oleh guru dan siswa

2) Sistem sosial yang diharapkan

36

3) Prinsip-prinsip reaksi siswa dan guru

4) Sistem penunjang yang diisyaratkan.

b. Jenis-Jenis Model Pembelajaran

Kurikulum 2013 memiliki empat standar model pembelajaran yang digunakan

dalam penyampaian materi kepada peserta didik, yaitu model inkuri, model diskoveri,

model pemecahan masalah, dan model pembelajaran projek.

1) Model Pembelajaran Inkuiri (Inqury Learning)

Secara umum istilah “inqury” berkaitan dengan masalah dan penelitian untuk

menjawab suatu masalah. Menurut Roger (1969), inkuiri merupakan suatu proses

untuk mengajukan pertanyaan dan mendorong semangat belajar siswa pada jenjang

pendidikan dasar dan menegah.

Beyer ( 1971) menyatakan “inqury isone way of knowing” yang diartikan

sebagai suatu cara untuk mengetahui. Istilah inkuiri digunakan dalam aktivitas

penelitian, khususnya pada proses melakukan investigasi. Inkuiri dibutuhkan dalam

proses penelitian sebagai metode untuk mengkaji fenomena.

Para ahli pengajaran Ilmu-Ilmu sosial khususnya di Amerika Serikat dan

Australia memilih pendekatan inkuiri yang lebih menekankan pada belajar secara

individual sebagai alternatif untuk mengembangkan kemampuan belajar.

Menurut Banks (1990) pendekatan mengajar dalam IPS dengan menggunakan

inkuiri sosial untuk menghasilkan fakta, konsep, generalisasi, dan teori. Tujuan inkuiri

sosial adalah dapat membantu masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah sosial

sehingga mereka dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik.

37

a) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Inkuiri

Pertama, merumuskan masalah. Sebelum peserta didik melakukan penelitian, terlebih

dulu harus memiliki ide yang jelas atau masalah yang akan dipecahkan.

Kedua, perumusan hipotesis. Setelah speserta didik merumuskan masalah atau

pertanyaan yang tepat dan dapat diteliti selanjutnya ia harus berusaha merumuskan

dugaan atau jawaban sementara untuk mengarahkan proses penelitian.

Ketiga, definisi istilah atau Konseptualisasi. Pada awal proses inkuiri peneliti harus

membuat definisi istilah atau konsep yang jelas tentang masalah penelitiannya.

Keempat, Pengumpulan data. Pertanyaan dijawab dan hipotesis diuji dengan data dan

informasi yang dikumpulkan oleh peneliti.

Kelima, pengujian dan analisis data. Seorang peneliti dalam proses inkuiri harus

berusaha menentukan kredibilitas dan kebermaknaan informasi yang sedang

dikumpulkan.

Keenam, menguji hipotesis dan memperoleh generalisasi dan teori. Seorang siswa

calon ilmua sosial memulai rangkaian proses penelitian dengan sebuah pertanyaan,

biasanya berkaitan dengan teori atau pengetahuan yang telah ada. Namun,

pertanyaan-pertanyaan itu sendiri dapat diuji secara langsung. Ketika data

dikumpulkan dan dianalisis, peneliti berusaha menguji apakah hipotesisnya dapat

dibuktikan dengan berdasarkan pada informasi yang telah terkumpul.

Ketujuh, memulai inkuiri lagi.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri:

a) Kelebihan

Ada beberapa kelebihan dari penggunaan model inkuiri dalam pembelajaran yaitu:

38

Dapat meningkatkan potensi intelektual siswa

Ketergenatungan siswa terhadap kepuasan ekstrinsik bergeser ke arah

kepuasan intrinsik.

Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan karena terlibat

langsung dalam penemuan

Dapat memperpanjang proses ingatan

Pengajaran menjadi terpusat pada siswa

Dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri siswa

Dapat mengembangan bakat

Dapat menghindari dari belajar dengan hafalan

Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencerna dan mengatur

informasi yang didapatkan.

b) Kekurangan

Adapun kekurangan dari pelaksanaan model pembelajaran innkuiri adalah sebagai

berikut:

Mengandalkan kesiapan berfikir, sehingga siswa yang mempunyai

kemampuan berfikir lambat bisa kebingunan dalam berfikir secara luas,

membuat abstraksi, menemukan hubungan antarkonsep dalam suatu

matapelajaran, atau menyusun sesuatu yang telah diperoleh secara tertulis

maupun lisan.

Tidak efisien, khususnya bila jumlah siswa terlalu banyak sehingga akan

menghabiiskan waktu yang lebih banyak.

Lebih menekankan pada penguasaan kognitif serta mengabaikan aspek sikap

39

dan keterampilan.

Memerlukan sarana dan fasilitas.

2) Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan)

Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses

pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk

finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.

Tahapan perencanaan dalam pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:

a) Menentukan tujuan pembelajaran

b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya

belajar, dan sebagainya)

c) Memilih materi pelajaran.

d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-

contoh generalisasi)

e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas

dan sebagainya untuk dipelajari siswa

f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang

konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik

g) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Adapun Langkah-langkah dalam Pemeblajaran discovery adalah sebagai

berikut:

a) Stimulasi

40

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang

menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi

generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.

Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan

pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah

pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk

menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu

siswa dalam mengeksplorasi bahan.

b) Problem statemen

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-

agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya

dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas

pertanyaan masalah)

c) Data collection

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para

siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini

berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya

hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan

(collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati

objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan

sebagainya

41

d) Data processing

Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan

mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui

wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil

bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,

diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta

ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu

e) Verification

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan

alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244).

Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan

baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh

yang ia jumpai dalam kehidupannya.

f) Generalization

Tahap generalisasi atau menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah

kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian

atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah,

2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang

mendasari generalisasi

42

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Penemuan adalah sebagai

berikut:

Kelebihan:

Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan

dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini,

seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena

menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan

berhasil.

Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan

kecepatannya sendiri.

Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan

akalnya dan motivasi sendiri.

Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh

kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-

gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam

situasi diskusi.

Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada

kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;

Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar

43

yang baru.

Kekurangan:

Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi

siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau

mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan,

sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.

Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena

membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau

pemecahan masalah lainnya.

Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan

dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.

Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan

mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan

kurang mendapat perhatian.

Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan

oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

3) Model Pembelajaran berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang

menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.

Menurut Woods (1989), cara mengembangkan keterampilan problem solving

siswa adalah membuat mereka senang belajar, membuat mereka belajar terbaik,

belajar terarah sendiri, mengembangkan keterampilan kelompok, mewawancarai

siswa setelah melakuakn aktivitas, mengembangkan dan mengukur kepercayaan diri.

44

Adapun ciri-ciri dari pembelajaran pemecahan masalah adalah objektif,

rasional, kritis, evolusioner, realistis, dan pluralistik. Tahapan-tahapan pembelajaran

problem based learning adalah seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

4) Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based learning)

Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model belajar yang menggunakan

masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan

pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.

Adapun kriteria pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut:

a) peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,

b) adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik,

c) peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau

tantangan yang diajukan,

d) peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan

45

mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan,

e) proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,

f) peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah

dijalankan,

g) produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif.

Peran guru pada Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai berikut:

a) Merencanakan dan mendesain pembelajaran,

b) Membuat strategi pembelajaran,

c) Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan peserta didik,

d) Mencari keunikan peserta didik,

e) Menilai peserta didik dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian dan

f) Membuat portofolio pekerjaan peserta didik.

Peran Peserta Didik pada Pembelajaran Berbasis Proyek adalah:

a) Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir

b) Melakukan riset sederhana

c) Mempelajari ide dan konsep baru

d) Belajar mengatur waktu dengan baik

e) Melakukan kegiatan belajar sendiri atau kelompok

f) Mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakan

g) Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dan lain-lain)

46

Langkah-langkah Pembelajaran berbasis Proyek adalah seperti pada gambar

dibawah ini:

Gambar 2. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Proyek

Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai berikut:

a) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan

mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.

b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

c) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-

problem yang kompleks.

d) Meningkatkan kolaborasi.

e) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan

komunikasi.

f) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.

Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam

mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti

perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

g) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks

47

dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

h) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan

pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.

i) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun

pendidik menikmati proses pembelajaran.

Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek adalah:

a) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.

b) Membutuhkan biaya yang cukup banyak

c) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur

memegang peran utama di kelas.

d) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

e) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi

akan mengalami kesulitan.

f) Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.

g) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,

dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan

3. Teknik-Teknik Pembelajaran IPS

Menurut Robin Fogarly (1991), ada sepuluh cara atau model dalam merencanakan

pembelajaran terpadu (IPS) yaitu: fragmented, connected, nested, sequenced, shared,

webbed, threaded, integrated, immersed, dan networked.

a) Model Penggalan (Fragmented) seperti pembelajaran tradisional yang memisah-

misahkan disiplin ilmu atas beberapa, seperti matematika, sains, bahasa, studi sosial, serta

48

humoniora. Model ini mengajarkan disiplin-displin ilmu secara terpisah tanpa adanya

usaha untuk mengaitkan atau memadukan.

b) Model Keterhubungan (Connected) dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir

pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu.

c) Model Sarang (Nested) merupakan pemaduan berbagai bentuk keterampilan penguasaan

konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran.

d) Model Urutan atau Rangkaian (Sequenced) merupakan model pemanduan topik-topik

antarmata pelajaran yang berbeda secara paralel.

e) Model berbagi (Shared) merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya

:overlapping” konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih.

f) Model Jaring Laba-laba (Webbed) merupakan pendekatan tematis yang sebagai pemadu

bahan dan kegiatan pembelajaran. pembelajaran terpadu jejaring merupakan model

pembelajaran yang dipergunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang

berkecenderungan dapat disampaikan melalui beberapa bidang studi lain.

g) Model Galur (Threaded) merupakan pendekatan pembellajaran yang ditempuh dengan

cara mengembangkan gagasan pokok yang merupkan benang merah (galur) yang berasal

dari konsep yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu.

h) Model Keterpaduan (Integrated) merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata

pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Dalam model

ini perlu ada satu tema sentral yang akan dibahas yang dapat ditinjau dari berbagai

disiplin ilmu.

i) Model Celupan (Immersed) merupakan model yang dirancang untuk membantu peserta

didik dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan

49

dihubungkan dengan medan pemakaiannya.

j) Model Jejaring (Networked) merupakan pemaduan pembelajaran yang mengandaikan

kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah maupun tuntutan bentuk

keterampilan baru setelah peserta didik mengadakan studi lapangan dalam situasi,

kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda.

Sumber Bacaan:

Abdul Azis Wahab. 2007. Materi Pokok Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tim MKDP. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Sapriya. 2000. Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Martimis Yamin. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Referensi.

Rudi Hartono. 2013. Ragam Model mengajar yang Mudah Diterima Murid. Jogjakarta: Diva

Press.

Hamzah B. Uno. 2009. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang

Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Wina Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cetakan

Keenam. Jakarta Kencana.

50

HANDOUT

Nama Mata Kuliah : Pendidikan IPS (3 SKS)

Nomor Kode : SOA 170

Program Studi : Pendidikan Sosiologi Antropologi

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial

Dosen Mata Kuliah : Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si

Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si

Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd

Drs. Gusraredi

Pertemuan : 10-11

SUMBER, MEDIA DAN EVALUASI PEMBELAJARAN IPS

A. Learning Outcome:

1. Mahasiswa dapat menganalisis sumber-sumber pembelajaran IPS

2. Mahasiswa dapat menganalisis media-media pembelajaran IPS

3. Mahasiswa dapat menganalisis evaluasi pembelajaran IPS

B. Uraian Materi

1. Sumber-Sumber Pembelajaran IPS

a. Pengertian

Menurut Abdul Majid (2006: 170) sumber belajar diartikan segala tempat atau

lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan

sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.

Sumber belajar dapat dikategorikan sebagai berikut:

1) Tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat melakukan

belajar atau proses perubahan tingkah laku. Seperti, perpustakaan, pasar, museum,

51

sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan, dan sebagainya.

2) Benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku

bagi peserta didik.

3) Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu dimana peserta didik dapat

belajar sesuatu.

4) Buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik.

5) Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, peristiwa

bencana, dan peristiwa lainnya yang guru dapat menjadikan peristiwa atau fakta

sebagai sumber belajar.

Menurut Cece Wijaya (1992: 36) ada lima jenis fungsi dalam pengembangan

sumber belajar yaitu:

1) Fungsi riset dan teori

Tujuan fungsi riset dan teori ialah menghasilkan dan mengetes pengetahuan yang

bertalian dengan sumber-sumber belajar, pelajar, dan fungsi tugas.

2) Fungsi desain

Tujuan fungsi desain ialah menjabarkan secara garis besar teori teknologi pendidikan

berikut isi mata-mata pelajarannya ke dalam spesifikasinya untuk dipakai sebagai

sumber belajar.

Output dari fungsi desain ialah berupa: produksi sumber-sumber khusus dan

identifikasi sumber-sumber yang ada,

3) Fungsi Produksi dan Penempatan

52

Tujuan fungsi ini ialah menjabarkan secara khusus sumber-sumber ke dalam sumber-

sumber kongret. Output dari fungsi produksi dan penempatan ialah produk kongret

dalam bentuk prototip atau bahan-bahan produk untuk sumber belajar.

4) Fungsi Evaluasi dan Seleksi

Tujuan fungsi ini ialah untuk menentukan atau menilai penerimaan sumber-sumber

belajar oleh fungsi lain. Tujuan penilaian adalah:

a) Keefektifan sumber dalam mencapai tujuan

b) Kemampuan-sumber-sumber dalam mencapai standar produksi

c) Kemampuan sumber-sumber untuk dipahami

d) Kemampuan sumber-sumber dalam memenuhi kebutuhan khusus

5) Fungsi Organisasi dan Pelayanan

Tujuan fungsi ini ialah untuk membuat atau menjadikan sumber-sumber dan

informasi mudah diperoleh bagi kegunaan fungsi lain serta pelayanan bagi para siswa

2. Media Pembelajaran IPS

a. Pengertian

Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata

medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Briggs, media

adalah alat untuk memberi perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan oleh guru untuk

mengirimkan pesan-pesan materi pelajaran yang dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, minat, dan kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga terjadi suatu

proses pembelajaran yang efektif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

53

Pengertian media pengajaran yang lainnya dalam Wina Sanjaya (2008: 205)

meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Hardware adalah

alat-alat yang dapat mengantar pesan seperti Over Head Projector, radio, televisi, dan

sebagainya. Sedangkan software adalah isi program yang mengandung pesan seperti

informasi yang terdapat pada transparansi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya,

cerita yang terkandung dalam film atau materi yang disuguhkan dalam bentuk bagan,

grafik, diagram, dan lain sebagainya.

b. Fungsi Media pembelajaran

1) Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu

Peristiwa-peristiwa pentiing atau objek yang langka dapat diabadikan dengan

foto, film atau direkam melalui video atau audio kemudian peristiwa itu dapat

disimpan dan dapat digunakan menakala diperlukan. Misalnya, guru dapat

menjelaskan proses interaksi penjual dengan pembeli di pasar melalui hasil rekaman

video.

2) Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu

Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang

bersifat abstrak menjadi kongret sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan

verbalisme.

3) Menambah gairah dan motivasi belajar peserta didik

Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar peserta didik sehingga

perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.

4) Memiliki nilai praktis

54

Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman peserta didik dan media dapat

mengatasi batas ruang kelas.

c. Prinsip-Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam penggunaannya,

yaitu:

1) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran

2) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran

3) Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi peserta didik.

4) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan efektivitas dan efisien.

d. Media Memiliki Kontribusi Yang Penting Dalam Pembelajaran

Menurut Kemp and Dayton (1985), kontribusi media dalam pembelajaran adalah

sebagai berikut:

1) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar

2) Pembelajaran dapat lebih menarik

3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif

4) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek

5) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan

6) Proses pembelajaran dapat berlangsung kapan pun dan di mana pun diperlukan

7) Sikap positif peserta didik terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran

dapat ditingkatkan

8) Peran guru berubah ke arah yang positif, artinya guru tidak memastikan dirinya

sebagai satu-satunya sumber belajar.

e. Klasifikasi dan Macam-Macam Media Pembelajaran

55

Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung

dari sudut mana melihatnya, yaitu:

1) Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam:

a) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau media yang hanya

memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.

b) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur

suara. Seperti, film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar.

c) Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga

mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video.

2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi kedalam:

a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan televisi.

b) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti

film slide, video dan sebagainya.

3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam:

a) Media yang diproyeksikan, seperti film, slide, film scrip, transparansi dan

sebagainya.

4) Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto, lukisan, radio dan sebagainya.

5) Multimedia yaitu penggabungan atau pengintegrasian dua atau lebih format media

yang berpadu seperti teks, grafik, animasi, dan video untuk membentuk aturan

informasi ke dalam sistem komputer.

56

3. Evaluasi Pembelajaran IPS

a. Pengertian

Menurut Ralph Tyler dalam Suharsimi Arikunto (2012:3), evaluasi merupakan

sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauhmana, dalam hal apa, dan

bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan

apa sebabnya. Definisi lain menyatakan bahwa proses evaluasi bukan sekadar mengukur

sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.

Menurut Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian

Pendidikan, Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi

untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik,

penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah

semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat

kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut:

1) Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif

untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output)

pembelajaran.

2) Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara

reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah

ditetapkan.

3) Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk

menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk

penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar

kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan.

57

4) Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian

kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran,

untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.

5) Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menilai

kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD)

atau lebih.

6) Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk

mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu

kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator

yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.

7) Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk

mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan

ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester

tersebut.

8) Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan

pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian

tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang

merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.

9) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan

kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapaian

tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang

merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.

10) Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan pengukuran

58

kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai pencapaian

Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional.

11) Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi di

luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan.

b. Makna Melakukan Penilaian

Ada bebarapa makna melakukan penilaian yang dilakukan oleh guru, bagi peserta

didik, dan bagi sekolah, yaitu:

1) Makna bagi peserta didik

Dengan dilakukannya penilaian, peserta didik dapat mengetahui sejauhmana

telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru.

2) Makna bagi guru

a) Dengan hasil penilaian yang diperoleh, guru dapat mengetahui peserta didik yang

bisa melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai materi, maupun

peserta didik yang belum menguasai materi. Berdasarkan petunjuk tersebut,

pendidik dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada peserta didik yang belum

berhasil.

b) Guru dapat mengetahui materi yang diajarkan sudah tepat bagi peserta didik atau

belum. Apabila ditemukan permasalahan dalam menyampaikan materi maka akan

dilakukan perubahan atau perbaikan pada pengajaran berikutnya.

c) Guru mengetahui apakah metode yang digunakan apakah sudah tepat atau belum,

maka guru harus mawas diri dan mencari metode lain dalam mengajar.

3) Makna bagi sekolah

a) Dapat diketahui kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan

59

harapan atau belum. Hasil belajar merupakan cerminan kualitas sesuatu sekolah.

b) Informasi dari guru tentang tepat atau tidaknya kurikulum untuk sekolah dapat

menjadi bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang

akan datang.

c) Informasi penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat digunakan sebagai

pedoman bagi sekolah. Pemenuhan standar akan terlihat pada bagusnya angka-

angka yang diperoleh peserta didik.

c. Tujuan dan Fungsi Penilaian

Ada beberapa tujuan dan fungsi dari penilaian yang dilakukan, yaitu:

1) Penilaian berfungsi selektif

Guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap

peserta didiknya. Penilaian itu mempunyai berbagai tujuan yaitu:

a) Untuk memilih peserta didik yang dapat diterima di sekolah tertentu

b) Untuk memilih peserta didik yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya

c) Untuk memilih peserta didik yang seharusnya mendapat beasiswa

d) Untuk memilih peserta didik yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan

sebagainya.

2) Penialian berfungsi diagnostik

Dengan melakukan penilaian yang tepat, maka guru dapat mengetahui

kelemahan peserta didik. Disamping itu diketahui pula penyebabnya. Dengan

diketahu sebab-sebab kelemahan ini, maka akan memudahkan guru untuk mencari

cara untuk mengatasinya.

3) Penilaian berfungsi sebagai penempatan

60

Setiap peserta didik sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri

sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang

ada. Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaaan kemampuan adalah

pengajaran secara berkelompok.

Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang peserta didik

harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok peserta didik yang

mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama

dalam belajar.

4) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan

Penilaian yang dimaksudkan adalah untuk mengetahui sejauh mana suatu

program berhasil diterapkan. Keberhasilan sutau program ditentukan oleh beberapa

faktor yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem

administrasi.

d. Prinsip-Prinsip dan Pendekatan Penilaian

Prinsip-Prinsip Penilaian yang harus diperhatikan dalam guru dalam

pelaksanaannya adalah:

1) Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi faktor

subjektivitas penilai.

2) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan

kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.

3) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan,

dan pelaporannya.

4) Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan

61

keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

5) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal

sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.

6) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK).

PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria

ketuntasan minimal (KKM).

KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh

satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang

akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik.

e. Teknik dan Instrumen Penilaian

Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut:

1) Penilaian kompetensi sikap

Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian

diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal.

Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian

antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai

rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

a) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan

dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung

dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator

perilaku yang diamati.

62

b) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik

untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks

pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

c) Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta

peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi.

Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.

d) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi

informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang

berkaitan dengan sikap dan perilaku.

2) Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan

penugasan.

a) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah,

menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.

b) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.

c) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan

secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

3) Penilaian Kompetensi Keterampilan

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu

penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi

tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.

Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang

dilengkapi rubrik.

63

a) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan

melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.

b) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan

perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam

waktu tertentu.

c) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai

kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang

bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan,

prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya

tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta

didik terhadap lingkungannya.

Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:

1) substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;

2) konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang

digunakan; dan

3) penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik.

Sumber Bacaan:

Abdul Majid. 2006. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.

Cetakan Kedua. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wina Sanjaya. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Cetakan Ketiga. Jakarta:

Kencana.

64

-----------------. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cetakan

Keenam. Jakarta Kencana

Robert M. Gagne. 1988. Prinsip-Prinsip Belajar untuk Pengajaran. Alih Bahasa Abdillah

Hanafi dkk. Surabaya: Usaha Nasional.

Rayandra Asyhar. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi.

Hamzah B. Uno. 2010. Perencanaan Pembelajaran. Cetakan Keenam. Jakarta: Sinar Grafika.

A. Muri Yusuf. 2005. Dasar-Dasar dan Teknik Evaluasi Pendidikan. Padang: UNP.

Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Husamah dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi:

Panduang dalam Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum

2013. Cetakan Pertama. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Suharsimi Arikunto. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Cetakan Pertama. Jakarta: Bumi

Aksara.

65

HANDOUT

Nama Mata Kuliah : Pendidikan IPS (3 SKS)

Nomor Kode : SOA 170

Program Studi : Pendidikan Sosiologi Antropologi

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial

Dosen Mata Kuliah : Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si

Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si

Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd

Drs. Gusraredi

Pertemuan : 12-15

RANCANGAN PEMBELAJARAN IPS DAN MICRO TEACHING

A. Learning Outcome:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian RPP.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip pengembangan RPP.

3. Mahasiswa dapat menjelaskan komponen RPP.

4. Mahasiswa dapat menjelaskan langkah-langkah pengembangan RPP.

5. Mahasiswa dapat menyusun RPP.

6. Mahasiswa dapat mempraktekkan pembelajaran IPS di dalam Kelas

B. Uraian Materi

1. Pengertian RPP

RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) merupakan seperangkat rencana yang

menggambarkan proses dan prosedur pengorganisasian kegiatan pembelajaran untuk

mencapai satu kompetensi dasar (KD). RPP dapat juga dikatakan sebagai

rencanakegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP

dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik

66

dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).

Setiap guru wajib menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar

pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,

perkembangan peserta didik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD

atau subtopik yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih Permendikbud

Nomor 65 Tahun .

2. Prinsip-Prinsip Penyusunan RPP

Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Memperhatikan perbedaan individual peserta didik dantara lain kemampuan awal,

tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi,

gaya belajar, kebutuhan khusus, kecakapan belajar, latar belakang budaya, norma,

nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran.

c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat,

kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.

d. Mengembangkan budaya membaca dan menulis peserta didik yang dirancang untuk

mengembangkan kemgemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan

berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

e. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP, menbuat rancangan program

pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remidi.

f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan KD, materi pembelajaran, kegiatan

67

pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam

satu keutuhan pengalaman belajar.

g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran,

lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

h. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan

efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

3. Komponen RPP

RPP paling sedikit memuat: Komponen RPP adalah sebagai berikut: 1) tujuan

pembelajaran, 2) materi pembelajaran, 3) metode pembelajaran, 4) sumber belajar, 5)

penilaian. Menurut Permendikbud 81A Tahun 2014 komponen-komponen RPP secara

operasional diwujudkan dalam bentuk format berikut ini:

Komponen RPP terdiri atas:

a. identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan

b. identitas mata pelajaran atau tema atau subtema

c. kelas/semester

d. materi pokok

e. alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapian KD dan beban belajar

dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD

yang harus dicapai

f. tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja

operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap pengetahuan, dan

keterampilan

68

g. kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi

h. materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan

ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian

kompetensi

i. metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan

karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai

j. media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi

pelajaran;

k. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau

sumber belajar lain yang relevan;

l. langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan

penutup; dan

m. penilaian hasil pembelajaran.

4. Langkah-Langkah Penyusunan RPP

a. Mencantumkan Identitas

b. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

c. Menentukan Materi Pembelajaran

d. Menentukan Metode Pembelajaran

e. Menetapkan Kegiatan Pembelajaran

1) Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

69

a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses

pembelajaran;

b. memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi

materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan

perbandingan lokal, nasional dan internasional;

c. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya

dengan materi yang akan dipelajari;

d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan

e. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media

pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik

dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/ atau

saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/ atau pembelajaran yang

menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan

dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.

a. Sikap

Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih

adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati,

hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan

kompetensi yang mendorong siswa untuk melakuan aktivitas tersebut.

b. Pengetahuan

70

Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan,

menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam

domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas

belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik

terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis

penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik

menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun

kelompok, disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan

karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).

c. Keterampilan

Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba,

menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan subtopik) mata

pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong siswa untuk

melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan

tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis

penyingkapan/penelitian (discovery/inquirylearning)dan pembelajaran yang

menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual maupun

kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:

a. seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk

selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung

dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;

71

b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

c. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas

individual maupun kelompok; dan

d. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

Berikut ini contoh format RPP dan cara pengisiannya.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan :

Kelas :

Semester :

Program Keahlian :

Mata Pelajaran :

Jumlah Pertemuan :

Kompetensi Inti :

Kompetensi Dasar :

Indikator Pencapaian :

Tujuan Pembelajaran :

Materi Ajar

Fakta :

Konsep :

Prinsip : :

Prosedur :

72

Alokasi Waktu

Beban

Belajar

Waktu Bentuk Kegiatan/Tugas

TM

PT

KMTT

Metode Pembelajaran :

Kegiatan Pembelajaran

A. Pendahuluan B. Kegiatan Inti C. Penutup

Penilaian

A. Penilaian Proses : B. Penilaian Hasil :

Sumber Belajar :

..........., ........2014

Mengetahui

Kepala Sekolah Guru Matapelajaran

Sosiologi

............................ ...........................

Praktek Pembelajaran IPS di Dalam Kelas

Adapun aspek-aspek yang akan menjadi indikator penilaian dalam praktek atau micro

teaching sesuai dengan materi-materi kegiatan pembelajaran IPS yang telah dipelajari.

Indikator-indikator penilaian dalam praktek pembelajaran IPS adalah mulai dari kegiatan

pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

73

Format Penilaian Praktek atau Micro Teaching Pembelajaran IPS

Nama Mahasiswa :

Materi : Hari/Tanggal

No Komponen Yang Dinilai Skor Penilaian Nilai Ket

1 2 3 4 5

1 Kegiatan Pendahuluan

Mengkondisikan kelas

Melakukan apersepsi

2 Kegiatan Inti

Penguasaan Materi

Penyampaian materi jelas dan

sesuai dengan hirarki belajar

dengan mengkaitkan dengan

realitas kehidupan

Penerapan pendekatan saintifik

dalam pembelajaran

Model Pembelajaran yang relevan

Relevansi metode pembelajaran

yang digunakan

Relevansi media pembelajaran yang

digunakan

Kesesuian alokasi waktu

Menumbuhkan partisipasi peserta

didik dalam pembelajaran

Melakukan penilaian akhir sesuai

dengan kompetensi

Menggunakan bahasa lisan dan

tulisan secara jelas, baik, dan benar

3 Kegiatan Penutup

Melibatkan peserta didik

74

merangkup pembelajaran

Melakuakn refleksi terhadap

pembelajaran yang dilakukan

Melakukan tindak lanjut dengan

memberi arahan atau tugas sebagai

bahan remedi/pengayaan.

Keterangan skor tertinggi dari penilaian Praktek atau Micro teaching adalah 100.

5 = sangat baik

4 = baik

3 = kurang baik

2 = tidak baik

1 = sangat tidak baik

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah B. Uno. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Harjanto. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Wina Sanjaya. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar Proses

Husamah dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi:

Panduang dalam Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum

2013. Cetakan Pertama. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Zainal Asril. 2013. Micro Teaching: Disertasi dengan Pedoman Pengalaman Lapangan. Jakarta:

Rajawali Pers.

Skor yang Diperoleh

Nilai = X 100

Jumlah Skor Ideal