Upload
lamquynh
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IV
ANALISIS
Pada bab ini, akan dibahas mengenai analisis dari berbagai aspek untuk
mendukung perancangan gedung rawat inap baru RS.Puri Indah. Analisa terhadap
aspek-aspek perancangan (manusia, bangunan, dan lingkungan) akan membahas pula
mengenai bangunan gedung RS.Puri Indah lama, termasuk di dalamnya mengenai
tapak, massa bangunan, fasilitas dari gedung yang lama, karena perancangan gedung
Rawat Inap Baru harus terintegrasi dan terkoneksi dengan dengan gedung Rumah Sakit
yang lama, agar dapat memenuhi kenyamanan dan kebutuhan dari pengguna keduanya.
Aspek perancangan yang akan dibahas meliputi 9 aspek, diambil dari Buku:
“DESIGN JURIES ON TRIAL, The RENAISSANCE OF The DESIGN STUDIO”,
karangan: Katharina H Anthony, Penerbit: Van Nostrand Reinhold, New York, Th
1991. mengenai: Block plan, Site development, Functional planning, Spatial Quality,
Building Form, Aesthetic design, Structural system, Use of Materials, Environmental
control system.
Kesembilan aspek perancangan tersebut akan ditinjau dalam 3 aspek,yaitu
manusia, lingkungan dan bangunan. Dari aspek manusia akan menghasilkan, Functional
planning, Spatial quality. Dari aspek lingkungan akan menghasilkan, Block plan, Site
development, Sedangkan dari aspek bangunan akan menghasilkan, Building Form,
Aesthetic design, Structural system, Use of Materials, Environmental control system.
IV.1 Analisa Aspek Manusia
IV.1.1 Analisa Pelaku Kegiatan
Berdasarkan survei yang dilakukan di beberapa rumah sakit, dapat dilihat
pengguna kegiatan gedung rawat inap sebuah rumah sakit, tidak lepas
hubungannya dengan kegiatan timbal balik dari 2 kelompok pengguna utama,
yaitu pasien dan tenaga kesehatan. Selain pasien dan tenaga kesehatan, terdapat
kelompok pengguna utama lain yaitu pengunjung, dan staff operasional rawat
inap, yang dapat dibuat dalam bentuk list sebagai berikut:
55
Gambar15 . Skema Pelaku Kegiatan
Keterangan :
1. Pasien
Gedung Rawat Inap baru terpisah dari bangunan lama, sehingga
pasien yang datang berasal dari Poli klinik maupun UGD (Unit
Gawat Darurat) rumah sakit, kemudian setelah menjalani konsultasi
dan diagnosa baru dipindahkan ke kamar perawatan, baik pasien usia
dewasa maupun anak ( 0-16 tahun)
2. Tenaga Kesehatan, meliputi:
a. Dokter
b. Perawat
3. Pengunjung
a. Keluarga pasien.
b. Masyarakat luar.
4. Staff Operasional
a. Keamanan – satpam
b. Kebersihan – petugas cleanning service
c. Administrasi – Reseptionis, billing officers Administrasi RS
( HRD, Keuangan, IT ).
d. Penunjang klinik – staff apotek
e. Buillding Management
f. Penunjang operasional – cafetaria, salon, retail shop (leasing
area), ATM Centre.
56
IV.1.2 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang
Dari masing-masing pelaku kegiatan disebuah rumah sakit dapat dibuat
Flowchart kegiatan masing-masing pelaku, dan menghasilkan kebutuhan ruang,
sebagai berikut:
1. Pasien
Pasien yang datang berasal dari Poli klinik maupun UGD (Unit Gawat
Darurat) rumah sakit, kemudian setelah menjalani konsultasi dan
diagnosa baru dipindahkan ke kamar perawatan.
Pemisahan kamar pasien dilakukan berdasarkan:
Jenis Penyakit : Infeksi dan Non Infeksi
Usia : Anak ( 0-16 tahun) dan Dewasa.
Jenis Kelamin : Pria dan Wanita
Gambar16 . Flow Chart Kegiatan Pasien
57
No Kegiatan Kebutuhan Ruang Elemen Interior1 Datang Enterance 2 Parkir Tempat Parkir
3* Administrasi Rawat Jalan Rg. Adm
4 * Konsultasi Poli Klinik 5 * Periksa Lab Laboratorium 6 * Konsultasi hasil Lab Ruang Dokter
7* Persetujuan Rawat Inap Rg. Adm
8Menuju Gedung Rawat Inap
Enterance (side) -Connector Brige
9Administrasi Rawat (Masuk & Pulang) Rg. Administrasi
Meja, Kursi, Lemari, Komputer
10 Menunggu Kamar Rg. Tunggu Kursi, Meja
11 Dirawat :Rg. Perawatan(Kamar)
Tempat Tidur, Lemari Obat
.- Ganti Baju * Kamar .- Istrirahat / Tidur * Kamar .- Makan Minum * Kamar .- Menonton Tv * Kamar TV .- Santai Taman / Balkon Kursi .- Buang Air WC Wastafel, Kloset
12 Tindakan Darurat *Kamar Emergency Troley(peralatan & obat)
13 Menebus Resep Obat Apotek
Rg. Kasir, Lemari Obat, Kulkas Meja Kursi
14 Pulang (Sembuh) Ent IP
15 Pulang (Meninggal)Jalur Service * Kamar Jenasah
Tabel 8 . Kebutuhan Ruang Pasien
2. Tenaga Kesehatan
58
Tenaga Kesehatan, dalam hal ini adalah dokter jaga dan perawat
(perawat senior/kepala perawat dan perawat junior) yang bertugas di
ruang rawat inap pasien.
Gambar17 . Flow Chart Kegiatan Tenaga Kesehatan
No Kegiatan Kebutuhan Ruang Elemen Interior1 Datang Enterance IP 2 Parkir Tempat Parkir
3 Ganti Baju Rg. Ganti / LockerLoker Barang, Cermin, Wastafel
4 Dokter Bekerja
.-Catat Rekam Medis Rg. Dokter
Meja, Kursi, Komputer, Lemari Catatan Pasien
.-Konsultasi dg Keluarga Pasien Rg. Dokter
Meja, Kursi, Komputer
4 Perawat Bekerja
59
.-Periksa Catatan Pasien
Rg. Perawat ( Nurse Station)
Meja, Kursi, Komputer
.-Periksa Pasien di Kamar *Berkeliling
.- Bagi ObatRg. Simpan Obat Alkes
Lemari Obat, Kulkas.
.- Ganti LinenRr. Simpan Linen Bersih dan Kotor
Lemari Penyimpanan, Troli
5 Tindakan Darurat *Kamar Emergency Troley(peralatan & obat)
6 Istirahat Pantry Kulkas, Meja kursi 7 Buang Air WC Wastafel, Kloset
8 Makan Minum Kantin KaryawanMeja Kursi, Area Antri, *WC
9 Rapat Internal Bagian Rg. RapatMeja Kursi, LCD Proyektor
10 Sholat MusholaRg. Whudu, Lemari Sepatu
11 Penyuluhan / Seminar Rg. SerbagunaGudang Peralatan, Rg.Audio, WC
Tabel 9 . Kebutuhan Ruang Tenaga Kesehatan
3. Pengelola
Kegiatan pengelola operasional dalam sebuah gedung rawat inap, adalah
meliputi berbagai divisi, dan dapat dibuat dalam sebuah skema kegiatan.
1. Keamanan – satpam
2. Kebersihan – petugas cleanning service
3. Administrasi – Reseptionis, billing officers
– Administrasi RS ( HRD, Keuangan, IT ).
4. Penunjang klinik – staff apotek
5. Buillding Management
6. Penunjang operasional – Cafetaria, salon,
– Retail shop (leasing area),
– ATM Centre.
60
Pengelola Operasional
:
Gambar18 . Flow Chart Kegiatan Pengelola
No Kegiatan Kebutuhan Ruang Elemen Interior1 Datang Enterance
Dengan Kendaraaan Pribadi Jalur Kendaraan
Dengan Kendaraan Umum Jalur Padestrian
2 Parkir Tempat Parkir 3 Ganti Baju Rg. Ganti / Locker Loker Barang,
Cermin, Wastafel4 Bekerja 1 Menjaga
KeamananPos Satpam Ruang Satpam,
Meja Kursi, CCTV,
61
Pantry
2Menjaga Kebersihan Rg. Kebersihan
Kantor, Gudang Peralatan, Pantry
.Mengecek Kebersihan Rg. STP -
33Mengecek Fasilitas Gedung Rg. BM-FPE
Kantor, Gudang Peralatan, Pantry
Mengecek Fasilitas Gedung Rg. Panel
Generator, Panel Listrik
4 Jual Beli Obat Apotek
Rg. Kasir, Lemari Obat, Kulkas, Pantry, Meja Kursi
5 Berjualan di
RetailCafetaria Dapur, Ruang
Makan (Meja Kursi)
Retail Shop (Leasing-tergantung
peruntukan)
ATM Centre Mesin ATM, Aera
Antri.5 Buang Air WC Washtafel, Kloset,
Cermin6 Makan Minum Kantin Karyawan Meja Kursi, Area
Antri, *WC7 Sholat Mushola Rg. Whudu, Lemari
Sepatu8 Pulang Ent.IP
Tabel 10 . Kebutuhan Ruang Pengelola
62
4. Pengunjung
Pengunjung, berasal dari keluarga / kerabat pasien yang ingin
menjenguk, serta masyarakat luar yang ingin menggunakan fasilitas yang
disediakan oleh Gedung Rawat Inap.
Gambar 19. Flow Chart Kegiatan Pengunjung
No Kegiatan Kebutuhan Ruang Elemen Interior1 Datang Enterance 2 Parkir Tempat Parkir 3 Mencari Kamar Pasien Rg. Informasi Lobby Meja Kursi
4 Membeli Buah Retail Shop (Buah)Kulkas, Kasir. Display
5 Menjenguk Pasien * Kamar Perawatan
6 Makan Minum CafetariaDapur, Ruang Makan (Meja Kursi)
7Menunggu Keluarga yg Dirawat
Rg. Tunggu dalam Kamar Sofa Lipat
8Menunggu Keluarga yg Dirawat
Rg. Tunggu diluar Kamar
Kursi Santai - Taman
9 Pulang
Tabel 11. Kebutuhan Ruang Pengunjung
63
IV.1.3 Analisa Kebutuhan dan Dimensi Ruang
Dari pelaku kegiatan dan kebutuhan ruang, dapat dibuat program
ruang untuk gedung rawat inap rumah sakit ini, seperti telah disebutkan
dalam latar belakang, bahwa jumlah tempat tidur rumah sakit, tergantung
pada fasilitas pelayanan medik (umum dan spesialis) yang dimiliki oleh
sebuah rumah sakit.
Dengan Asumsi peningkatan pelayanan dari kelas B ke rumah
sakit kelas A, maka dilakukan peningkatan fasilitas medis pada
bangunan lama, dan kamar perawatan yang ada di fokuskan untuk
mathernity dan kamar perawatan umum kelas III di pusatkan gedung
baru dengan jumlah tempat tidur sebanyak 400 tempat tidur.
1. Analisa Kebutuhan Parkir Kendaraan
Menurut Peraturan Dirjen Perhubungan Darat No.72/HK.105/DRJD/96,
Tentang Pedoman teknis penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Satuan Ruang
Parkir (SRP) sebuah rumah sakit menurut jumlah tempat tidur yang
tersedia adalah:
Jumlah Tempat Tidur (Bed) 50 75 100 150 200 300 400 500 1000Kebutuhan (SRP) 97 100 104 111 118 132 146 160 230
Tabel 12. Kebutuhan SRP (Pedoman Teknis Fasilitas Parkir)
Perencanaan gedung Rawat Inap dengan jumlah 300 tempat tidur,
membutuhkan 132 SRP, dengan didukung kenyataan dilapangan di
beberapa RS.Swasta Kelas B, jurnal (PILAR : Volume 15, Nomor 1,
April 2006: halaman 51 – 59. Teknik Sipil Universitas Diponegoro)
kebutuhan parkir yang cukup tinggi. Yang menyatakan bahwa kebutuhan
parkir di sebuah rumah sakit swasta (RS.Elisabeth) memiliki rasio
kebutuhan tempat parkir kendaraan pribadi lebih tinggi dibanding rumah
sakit pemerintah (RS.Karyadi) sebagai berikut:
64
Tabel 13. Analisa Parkir Kendaraan di Rumah Sakit (Jurnal)
2. Kebutuhan Lahan Parkir
Maka dari tabel diatas, asumsi jumlah parkir motor adalah 1.5x parkir
mobil, dan jumlah parkir yang disediakan adalah sbb:
1. Mobil 146 mobil
2. Motor 219 motor
3. Service (Truk Barang) 2 Truk Barang
4. Service ( Truk sampah) 1 Truk Sampah
3. Luas Lahan Parkir
Lahan parkir direncanakan berada di lantai semi basement untuk
memenuhi kebutuhan parkir serta penggunaan semi basement sebagai
pondasi bangunan.
65
4. Kebutuhan Nurse Station
Kebutuhan Nurse Station, berdasarkan jumlah perawat yang
ada, Menurut Peraturan Men. Kes. RI No.262/Men.Kes/Per/VII/1979
:Perhitungan tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk kebutuhan
seluruh RS. Perbandingan antara jumlah tempat tidur RS dibanding
dengan jumlah perawat.,sbb:
RS Kelas A = 4 perawat : 2 tempat tidur
RS Kelas B = 3 perawat : 2 tempat tidur
RS Kelas C = 1 perawat : 1 tempat tidur
Dari Peraturan tersebut dapat diperkirakan jumlah perawat
jaga yaitu : 4/2 x 400bed = 800orang Perawat. Dengan pembagian
jadwal 3 shift makan, masing2 shift terdapat 200 orang perawat yang
tersebar di seluruh rawat inap, dan bekerja di masing-masing nurse
station. (jumlah perawat jaga tergantung pada jumlah pasien).
Perancangan layout nurse staion dilakukan dengan
menggunakan acuan dari hasil survei di sebuah rumah sakit swasta,
yaitu jumlah tenaga kesehatan di tiap nurse station adalah 1dokter
jaga dan 4perawat (Survei).
Untuk pengawasan, jarak capai maksimum di pos perawat ke
tempat tidur pasien adalah 24-30 m atau jarak dari satu pos ke pos
perawat yang lain maksimum 40 pasien.
Satu nurse station dapat melayani maksimum 30 tempat tidur,
serta untuk 40 tempat tidur keatas harus ditambah dengan sub nurse
station. Sehingga dalam perancangan letak pos perawat harus
strategis dan sentral terhadap keseluruhan unit perawatan, sehingga
memiliki kontrol visual yang maksimum, disamping jumlah perawat
yang harus sesuai dengan jumlah pasien yang dirawat untuk dapat
memberi pelayanan yang optimal pada pasien
5. Kebutuhan Kamar Perawatan
Sesuai program pemerintah berupa program Dedicated Bidang
Kesehatan, yaitu: Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat
66
khususnya bagi pasien kelas III, maka perencanaan kamar rawat inap
ini hanya terdiri dari 1 tipe yaitu Kelas III.
Berdasarkan usia pasien, unit perawatan dibedakan menjadi
2bagian yaitu : pasien dewasa, dan anak-anak, dengan jumlah bagian
perawatan anak sebesar 40% dari total tempat tidur.
- Anak : 40% x 400 = 160 tempat tidur,
- Dewasa : 60% x 400 = 240 tempat tidur.
Kamar perawatan anak diletakan di lantai yang terpisah dari
ruang perawatan dewasa untuk memberi kenyamanan bagi pasien
anak, dengan perbedaan berupa interior yang lebih ceria, dan
disesuaikan dengan usia pasien.
Kamar Kelas III direncanakan berjumlah 400bed, dengan
jumlah 5bed/kamar, disesuaikan dengan kamar perawatan kelas III di
rumah sakit eksisting. Perancangan layout ruang dilakukan dengan
sistem modular, dengan material prefabrikasi untuk menghemat
waktu pengerjaan dibandingkan cara konvensional.
Gambar 20. Sketsa Kamar Perawatan Kelas III
6. Luas Kamar Perawatan
Untuk menentukan luasan kamar pasien dilakukan perbandingan
antara pedoman dengan, standart (buku)
Tabel 14. Kebutuhan Ruang Minimal (PTIRI)
67
Panero dan Zelnik (1979) menetapkan lebar minimum area
tempat tidur pasien 251,5 cm, sehingga kedua sisi di samping tempat
tidur pasien memiliki lebar masing-masing 76,2 cm
Gambar 21. Luasan Tempat Tidur Pasien (Panero dan Zelnik )
Perlengkapan yang perlu dimiliki sebuah unit tempat tidur,
yaitu panel kontrol. Reznikoff (1986) menetapkan standar peletakan
beberapa panel kontrol untuk ruang pasien. Panel-panel tersebut
meliputi katub gas atau oksigen, bell untuk panggilan perawat, jam
digital, tombol tanda alarm, stop kontak bawah, papan monitor
dengan perlengkapan outlet, lampu atas tempat tidur dan lampu tarik-
ulur. Perancangan kamar rawat inap ini akan, menggunakan panel
kontrol untuk memberikan pelayanan yang memadai bagi pasien,
seperti penggunaan bell untuk panggilan perawat, oksigen jam
digital.
Gambar 22. Standar Panel Kontrol dan Peletakannya
68
IV.1.4 Hubungan Ruang
Kemudian dari kebutuhan ruang teresebut dapat dibuat dalam bentuk
buble diagram hubungan ruang masing Ruang yang ada, dimulai dari unit ruang
terkecil (kamar) sampai dengan ruang makro (rumah sakit).
1. Kamar Perawatan
Memperlihatkan hubungan antara Tempat tidur pasien dengan
fasilitas yang dibutuhkan.
Gambar 23. Satu Unit Kamar Rawat Inap
2. Rawat Inap
Memperlihatkan hubungan antara Unit Kamar dengan penunjang
operasional kamar rawat inap.
Gambar 24 . Bubble Diagram Massa Rawat Inap
69
3. Gedung Rawat Inap
Memperlihatkan hubungan antara ruang Rawat Inap dengan fasilitas
penunjang operasional .
Gambar 25. Bubble Diagram Gedung Rawat Inap
4. Rumah Sakit
Memperlihatkan hubungan antara Keseluruhan Rumah Sakit yang
ada dengan Gedung Rawat Inap
Gambar 26. Hubungan Ruang Makro( Rumah Sakit)
IV.1.5 Program Ruang
Dari analisa yang dilakukan terhadap aspek manusia, meliputi
kegiatan dan kebutuhan ruang, maka dapat dibuat program ruang dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
70
Penghubung
71
72
73
74
75
76
IV.2 Analisa Aspek Lingkungan
IV.2.1 Kondisi Eksisting Tapak
Kondisi bangunan di sekeliling tapak, dari dalam tapak, maupun
dari sekitar tapak ke dalam tapak, berikut dengan fungsi bangunan
Foto 4. Bangunan di sekitar tapak (dokumentasi pribadi)
Dari Kondisi bangunan sekitar kita dapat melihat bahwa lokasi
tapak sangat strategis karena tidak berbatasan langsung dengan bangunan
lainnya, ditambah pada sisi sebelah timur terdapat kanal saluran air yang
penting untuk akses pembuangan limbah.
IV.2.1 Analisa Tapak
Analisa tapak dilakukan untuk memperoleh Block plan, Site
development yang mencakup penentuan Enterance dan Orientasi massa
bangunan terhadap aspek lingkungan seperti matahari, arah angin,
bangunan disekitar dan pembayangan, view dari dalam keluar/luar
kedalam tapak.
77
Aspek Sirkulasi kendaraan, Kebisingan dan Best View
Dari sirkulasi kendaraan, yang merupakan jalan utama dapat
terlihat, best view kedalam tapak berada di area yang memiliki tanda
bintang, karena merupakan sudut tapak yang paling terlihat dari segala
arah, sehingga pada area tersebut dapat di jadikan Main Enterance dan
penempatan sign (penanda) dari bangunan.
Kebisingan terutama berasal dari kendaraan yang melintas,
sehingga jalan utama (merah) relatif lebih bising, untuk mengantisipasi
kebisingan yang terjadi, perletakan antara bangunan rawat inap dan dan
jalan utama diberi jarak dan buffer berupa pepohonan untuk menyaring
suara bising. Serta untuk kamar perawatan diletakan di bagian atas, dan
bagian bawah bangunan digunakan sebagai kantor dan fasilitas
penunjang..
Aspek Sirkulasi Kendaraan
Dari Sirkulasi kendaraan dan best view dapat terlihat posisi
yang dapat digunakan sebagai main enterance dan side enterance.
Alternatif 1 Alternatif 2
Main Ent
Side Ent
78
Kelebihan:
- Berada di jalur yang dapat di
lalui oleh kendaraan umum, unuk
memudahkan akses pencapaian
pengunjung yang menggunkan
kendaraan umum.
- Berada di jalan utama sehingga
lebih terlihat, dan mudah untuk di
akses.
Kekurangan:
-Berada dekat dengan Enterance
UGD.
Kelebihan:
Tidak menggangu akses
pencapaian UGD yang berada di
bangunan sebelah.
Kekurangan :
- Tidak di lalui kendaraan umum,
sehingga sulit diakses oleh
pengunjung yang datang dengan
kendaraan umum.
Aspek Orientasi Tapak dan Massa Bangunan
Alternatif 1 Alternatif 2
Kelebihan :
- Orientasi tapak memanjang ke
Barat dan Timur .
- Bentuk masaa memudahkan
dalam penyusunan layout ruang
- Bentuk massa memudahkan
dalam sirkulasi dalam tapak.
Kekurangan:
- Orientasi tapak memanjang ke
Barat dan Timur sehingga
menyulitkan penempataan bukaan
untuk pencahayaan dan
Kelebihan :
- Orientasi bangunan ke uatara
dan selatan.
- Memudahkan dalam perletakan
bukaan untuk pencahayaan dan
penghawaan alami.
Kekurangan:
- Massa bangunan menjadi
terpisah.
- Lebih boros dalam sirkulasi.
79
penghawaan alami.
Aspek Arah Matahari dan Angin
Alternatif 1 Alternatif 2
Kelebihan :
- Bentuk masaa memudahkan
dalam penyusunan layout ruang.
Kekurangan:
- Bangunan memanjang ke arah
Barat dan timur.
- Ruang kamar menghadap ke
barat (panas)
- Bukaan Mengarah ke barat dan
timur, kurang dapat
mengoptimalkan penghawaan
alami.
Kelebihan :
- Orientasi bangunan ke uatara
dan selatan.
- Memudahkan dalam perletakan
bukaan untuk pencahayaan dan
penghawaan alami.
- Kamar dapat memperoleh sinar
matahari alami.
Kekurangan:
- Massa bangunan menjadi
terpisah.
- Lebih boros dalam sirkulasi.
Arah angin kebanyakan berasal dari utara, sehingga bukaan
bukaan diletakan mengarah ke utara, dan selatan (inlet dan outlet) agar
terjadi cross ventilation di dalam bangunan.
Sehingga diperoleh kesimpulan Alternatif kedua merupakan
pilihan yang paling sesuai untuk optimalisasi penghawaan dan
pencahayaan alami dalam bangunan.
80
Zoning Horisontal Tapak
81
IV.3 Analisa Aspek Bangunan
IV.3.1. Analisa Pola Sirkulasi Bangunan
Sistem sirkulasi dalam bangunan dapat dibedakan menjadi
sirkulasi horizontal dan sirkulasi vertikal. Sirkulasi horizontal berguna
untuk menghubungkan ruangan yang masih berada dalam satu level
sedangkan horzontal untuk menghubungkan ruangan antar level.
Sirkulasi Horizontal
82
Tabel 16. Pola Sirkulasi Horisontal
Pola sirkulasi yang akan digunakan ruang rawat inap adalah
linear, sesuai dengan thema perancangan, untuk efektifitas pencapaian
dan kemudahan dalam pelayanan kesehatan oleh perawat pada pasien.
Sedangkan untuk sistem koridor yang digunakan adalah double
loaded. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengaturan kamar dan
pencapaian kamar, serta memberi keuntungan dalam hal bukaan untuk
pencahayaan alami kamar perawatan bangunan.
Sirkulasi Vertikal
Jenis sirkulasi
Kelebihan Kekurangan
Tangga
Eskalator
tidak menggunakan listrik fleksibel dan murah Harus ada, untuk keadaan
darurat
fleksibel diletakkan di mana saja
perjalanan arsitektur lebih baik
Dapat digunakan antar lapis lantai podium
melelahkan bagi pengguna
butuh listrik dan space besar
tidak efisien untuk sirkulasi lapis lantai kamar perawatan
butuh listrik dan waktu tunggu
83
Lift
Ramp
efisien daya angkut yang besar tidak melelahkan, cocok
untuk rawat inap dimana pasien sakit akan lebih nyaman.
bernilai estetika efisien bagi trolley dan
penyandang cacat
butuh space besar, tidak efisien dan melelahkan
Tabel 17. Pola Sirkulasi Vertikal
Mengingat bangunan ini berfungsi sebagai rawat inap rumah
sakit, maka sirkulasi vertikal yang digunakan adalah tangga, ramp dan
lift. Penggunaan tangga hanya digunakan untuk askses darurat
(kebakaran, gempa bumi, dll). Penggunaan ramp bertujuan untuk
aksebilitas pengguna serta tujuan keamanan apabila terjadi keadaan
darurat, sedangkan penggunan lift menjadi sirkulasi vertikal utama,
dikarenakan bangunan ini harus dapat mengakomodasi kebutuhan akan
kenyamanan aksebilitas pasien, terutama yang sedang dalam kondisi
fisik tidak prima, serta akses cepat untuk membawa barang (bersih &
kotor), yang diangkut menggunakan trolley.
IV.3.2. Analisa Bentuk Massa Bangunan
Bentuk Dasar Bangunan
Kelebihan Kekurangan
Lebih fungsional Layout ruang lebih
mudah & baik Dapat
memaksimalkan ruang yang ada
Bentuk cenderung statis dan kaku
Bangunan stabil secara konstruksi / tahan gempa
Kurang efisien pada bagian sudut, dan bentuk tapak yg ada.
Sulit dipadukan dengan bentuk lain.
84
Bentuk bangunan tidak kaku
Relatif lebih indah secara estetik
Sulit dalam penataan layout
Sulit dipadukan dengan bentuk lain
Kurang cocok terhadap bentuk tapak yang memanjang
Tabel 18. Bentuk Massa Bangunan
Dari bentuk massa yang ada, bentuk massa pipih memanjang
menjadi pilihan utama, mengingat pola sirkulasi linear yang akan
diterapkan, bentuk pipih memanjang memiliki kelebihan dalam
perancangan layout rawat inap yang serta dari sesuai dengan bentuk
tapak dalam penerapan thema hemat energi.
Bentuk massa bangunan yang pipih memanjang disesuaikan
dengan bentuk tapak,namun karena bentuk tapak yang memanjang ke
Timur dan Barat maka, digunakan alternatif ke 2.
85
IV.3.3 Analisa Sistem Struktur Bangunan
Sistem struktur dapat mempengaruhi ketahanan dan lamanya
massa bangunan dan ketahanannya terhadap elemen-elemen perusak
bangunan seperti gempa bumi, bencana angin topan, faktor biologis
(hewan perusak), dan sebagainya. Sistem struktur bangunan dapat dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu :
Sub Structure (Struktur bawah)
Merupakan bagian struktur bawah yang menahan beban yang bekerja
dari atas kebawah. Berikut tabel perbandingan beberapa jenis pondasi :
Jenis Pondasi Kelebihan KekuranganTiang Pancang waktu pelaksanaan
cepat
Relatif murah
cocok untuk
menahan beban
vertikal
memerlukan banyak
sambungan dan
ketelitian yang
tinggi
menimbulkan bising
dan getaran
Bored Pile memiliki kekuatan
yang cukup untuk
bangunan bertingkat
tinggi
cocok untuk segala
jenis tanah
waktu pelaksanaan
lebih lama
jika kadar air tinggi
pengecoran akan
beresiko.
Pondasi Rakit
(basement)
tahan gempa
ruang pada pondasi
dapat difungsikan
sebagai basement
/efisiensi lahan
boros dalam
pemakaian bahan,
pelaksanaan sulit
Tabel 19. Sub Structure
86
Berdasarkan keadaan di lapangan, pondasi Rakit, paling cocok,
dikarenakan, keterbatasan lebar lahan dan bentuk lahan memanjang yang
kurang menguntungkan dalam perancangan, ditambah akses pencapaian
dan penghubung antar massa bangunan, RS lama yang telah memiliki
basement, serta kebutuhan untuk akses jalan private (bukan jalur umum
pasien) penggunaan basement akan lebih menguntungkan .
Upper Structure (Struktur atas)
Upper-structure merupakan struktur utama yang bertugas untuk
menerima seluruh beban hidup atau beban lateral yang diterimanya
untuk diterukan pada pondasi. Berikut tabel perbandingan beberapa jenis
sistem upper structure :
Jenis Struktur Kelebihan KekuranganPortal
(kolom dan balok)
kekakuan cukup
fleksibel dalam
penataan interior
unit wisma atlet
struktur sederhana
dan ringan
dimensi relatif
besar untuk
bentang lebar
trafe kolom relatif
kecil
Dinding pemikul kekakuan tinggi
material beton pada
bidang datar dapat
mereduksi suara
Memipih sesuai
ruang (efisiensi)
Waktu pemasangan
cepat
penampilan masif
Biaya yang cukup
besar
Harus terjadi
banyak
penyesuaian
dengan barang dari
pabrik
87
Struktur baja
(balok, rangka,
grid, dan slab)
waktu pengerjaan
cepat
dapat digunakan
untuk bentang lebar
bahan baja kuat
gaya tarik.
Korosi
Tabel 20. Upper Structure
Untuk struktur atas, penggunaan sistem struktur portal. Struktur
portal dipilih karena bentangan antar kamar pasien relatif kecil. Struktur
portal juga tergolong sederhana dan mudah dalam pengerjaan.
Sedangkan Struktur Dinding pemikul dipilih untuk sistem core pada
rawat inap yang membutuhkan core yang kuat untuk lift dan tangga
kebakaran dan sentralisasi shaff utilitas.
IV.3.4 Analisa Material Bangunan
Material bangunan meliputi seluruh bagian bangunan, termasuk
Clading Fasade. Berikut merupakan tabel perbandingan beberapa
material, yang termasuk dalam perancangan bangunan:
Lantai Kelebihan Kekurangan
Keramik - harga ekonomis- Mudah didapat- Pilihan banyak
- Mudah pecah- Terdapat nat yg
sulit dibersihkan
Marmer - Kuat/keras - Elegant
- Harga relatif mahal- Pemasangan
cenderung sulit
Epoxy Flooring / Linoleum
- Kedap air- Tahan Panas- Mudah dibersihkan- Tidak terdapat nat
- Harga relatif mahal
Dinding Kelebihan KekuranganBatu bata - Tahan panas
- Kuat - Harga ekonomis
- Pemasangan lama- Boros bahan baku
seperti semen.
88
Batako - harga ekonomis- Mudah didapat- Ringan
- Kurang kuat- Mudah rusak
Beton RinganPrefab
- Mudah didapat- Hemat bahan baku- Pemasangan cepat- Kedap air, - Nilai transmitter
Ressitance tinggi
- Harga relatif mahal
Pelapis Dinding Kelebihan KekuranganCat - harga ekonomis
- Mudah didapat- Banyak pilihan
warna
- Mudah pudar/rontok
- Tidak tahan lama- Tidak mudah
dibersihkan, kurang cocok untuk kamar perawatan.
Wallpaper - Banyak corak - Pemasangan cepat
- Sulit diperbaiki jika rusak
- Harga relatif mahal
Plafond Kelebihan KekuranganTriplek - Pemasangan cepat
- Ringan - Mudah didapat
- Tidak tahan cuaca- Bahaya rayap- Kurang menarik
Gypsum - Kedap suara - Lebih hemat bahan - Elegant
- Harga mahal- Pemasangan lama
GRC Board - harga ekonomis- Kedap suara- Tahan cuaca
- Berat- Kurang menarik
Tabel 21. Material Bangunan
Pemilihan material diutamakan terhadap thema yaitu hemat
energi listrik, kemudahan dalam maintenance, (low maintenance) dan
syarat rumah sakit dalam aspek kebersihan, maka pengunaan material
adalah sebagai berikut:
Lantai : Vinil Flooring
Dinding : Beton Ringan Prefab
Pelapis Dinding : Wallpaper
Plafond : Gypsum
89
IV.3.5 Analisa Warna
Pemilihan warna yang tepat dalam bangunan rumah sakit sangat
penting dimana, faktor lingkungan menjadi salah faktor yang
mempengaruhi kesembuhan pasien. Secara psikologis, warna dapat
mempengaruhi kelakuan (Mansyur dan Linschoten dalam Swasty, 2010).
Penggunaan warna pada dinding, lantai, plafond pintu-jendela,
dan perabot adalah unsur yang perlu diperhatikan dalam perancangan.
Perancangan bangunan akan dominan menggunakan warna putih dan
hijau, selain untuk menyesuaikan dengan bangunan yang telah ada,
Warna putih sesuai dengan teori Birren (1982) yang menyatakan bahwa
penggunaan warna pada dinding rumah sakit sebaiknya tidak
menggunakan warna.
Selain itu menurut Verner - Bonds (1989) warna hijau muda
sangat membantu menenangkan syaraf dan membantu penyakit-penyakit
fisik maupun emosional. Warna ini membantu mengatasi shock dan
kelelahan, mabuk udara, meringankan sakit kepala, dan meringankan
kalustrafobia. Sehingga perancangan bangunan rawat inap sesuai bila
menggunakan warna putih dan hijau muda.
Gambar 28. Skema warna banngunan rawat inap
Selain kamar perawatan dewasa, kamar perawatan anak perlu
diperhatikan, pemilihan warna kamar anak berbeda dengan kamar
perawatan dewasa. Dari hasil kajian (MODUL Vol.11 No.2 Agustus
2011) diperoleh kesimpulan bahwa warna warna yang disukai oleh anak-
anak sekaligus dapat memberikan pengaruh baik jika diaplikasikan pada
rumah sakit adalah :
Gambar 29. Skema warna kamar anak
90
Biru, sebaiknya menggunakan warna biru pastel karena dapat
memberi suasana yang sejuk pada ruangan. Selain itu warna ini dapat
membantu mengatasi demam, membantu tidur nyenyak dan
sebagainya.
Pink / Merah muda, warna ini memberi efek menghilangkan rasa
takut karena membuat orang merasa dicintai.
Peach / Salem, kuning cerah dan muda serta krem yang dapat member
efek menenangkan.
Hijau muda, mempunyai efek mengurangi rasa agresif dan kemarahan
anak - anak.
IV.3.6 Analisa Utilitas Bangunan
Utilitas bangunan meliputi pencahayaan, penghawaan, proteksi
kebakaran, instalasi listrik, pengelolaan limbah:
1. Analisa Sistem Proteksi Kebakaran
Bangunan harus menggunakan konstruksi yang tahan api
untuk melindungi penghuninya jika terjadi kebakaran minimal dalam
waktu 6 jam. Setiap bagian bangunan dapat menggunakan sistem ini
dan biasanya sistem ini digunakan pada tangga dan lift.
Berdasarkan peraturan bangunan tinggi jarak jangkauan
tangga tidak boleh lebih dari 30 meter. Pada jalan buntu tangga harus
di tempatkan pada jarak 12 meter dari pintu paling ujung. Dan pintu
tangga darurat yang tahan api.
Gambar 30. Tangga Darurat (Panduan sistem bangunan tinggi)
Selain itu bangunan harus dilengkapi sarana pencegahan
kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang
91
mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai
harus dilengkapi ARD (Automatic Rexserve Divide) yaitu alat yang
dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati.
Sistem deteksi asap seperti smoke detector dan sprinkler di
tempatkan pada setiap unit kamar dan koridor gedung untuk
mengantisipasi apabila terjadi kebakaran.
Gambar 31. sprinkler dan smoke detector (google)
Hidran dan APAR (Alat pemadam Api Ringan) juga
merupakan syarat dalam perancangan bangunan umun, khususnya
rumah sakit. Hidran dalam biasanya ditempatkan di dekat atau di
dalam tangga darurat, dan biasanya dilengkapi dengan selang, katup,
tabung pemadam, serta alarm atau tombol panggil. Air yang
digunakan diambil dari menara air, yang memang sebagian isinya
dicadangkan untuk keperluan darurat. Hidran luar berupa kepala
hidran dan selang. Sumber airnya dari sistem hidran kota.
Gambar 32. Perletakan Hidran dan APAR (dok.pribadi)
92
2. Analisa Instalasi Listrik
Instalasi listrik di salurkan dari PLN ke gardu dan dari gardu
di salurkan lagi ke panel-panel pada bangunan. Selain listrik dari
PLN, pada bangunan juga disiapkan generator yang berfungsi
sebagai listrik cadangan apabila terjadi pemadaman lampu dari PLN.
Peletakan ruang panel dan generator atau genset diletakan
pada basement atau di ruang-ruang yang jauh dari aktivitas manusia,
terutama unit hunian. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
kebisingan yang terjadi akibat suara mesin genset.
Gambar 33. Rg.Panel dan Genset (Panduan sistem bangunan tinggi)
Pada perancangan bangunan rawat inap rumah sakit, genset
akan diletakan di basement agar tidak menggangu kegiatan pengguna
baik didalam maupun di sekitar bangunan akibat suara yang
ditimbulkan.
3. Analisa Pengelolaan Air Bersih, Air Kotor-Kotoran, & Limbah
Air Bersih
Tingkat kualitas air bersih untuk Rumah sakit terdiri dari 3 jenis:
Air baku (Un Treated Water) yaitu : Air yang digunakan
untuk pembilasan, penyiraman, dan hidran.
Air dengan kualitas air minum yaitu : Air yang digunakan
untuk air minum, pencucian dan mandi.
• Air dengan persyaratan khusus yaitu :Unluk kegiatan
medis seperti untuk : Peralatan slerilisasi, boiler,
peralalan khusus lainnya (mis: laboratorium)
93
Pemilihan system distribusi air bersih didasarkan
pertimbangan : kelancaran distribusi air bersih, kemudahan dalam
pemeliharaan jaringan pipa, pemakaian pipa sependek mungkin.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka dilentukan
system distribusi air bersihnya menggunakan system Down Feed :
Sistem air bersih dapat berasal dari PAM dan air tanah, ditampung di
reservoir bawah yang kemudian akan di tarik/sedot ke reservoir atas,
kemudian di distribusikan ke seluruh bangunan.
Kebutuhan Air Bersih
Air yang dibutuhan untuk bangunan umum adalah:Air bersih
dan Hydran,Menurut Menurut buku SISTEM BANGUNAN TINGGI
(Ir.Jimmy S Juwana,MSAE) halaman 196 (Tabel 8.2 dan Tabel 8.3)
Air Bersih (dingin) Kebutuhan Sehari, untuk Rumah Sakit
adalah: 280-470 liter/tempat tidur/hari, dengan jumlah tempat
tidur sebanyak 400 tempat tidur. Kebutuhan air untuk rawat inap
ini diambil 300 liter/tempat tidur/hari.
o Maka, 400 bed x 300 liter = 12.000 liter/ hari ~ 120 m3/hari.
Air Bersih (panas) Kebutuhan Sehari, untuk pasien adalah 180
liter /orang /hari.
o Maka, 400 pasien x 180 liter = 72.000 liter/hari ~ 72 m3/hari.
Kebutuhan Air Hydran
Menurut Menurut buku SISTEM BANGUNAN TINGGI
(Ir.Jimmy S Juwana,MSAE) halaman 153.
Tangki (hydran) dengan kapasitas 25 m3,dapat memasok
Kebutuhan 2 hidran yg beroperasi selama sekitar 30 menit, untuk
rawat inap ini ditempatkan 4 buah hydran masing-masing di
dekat tangga dan koridor ruang perawatan.
o Maka, 25 m3 x 4 = 100 m3 air untuk hydran
94
Kebutuhan Tangki Reservoir
Total kebutuhan air untuk rawat inap ini adalah 120 + 72 + 100
m3 = 292 m3
Maka tangki yang dibutuhkan untuk penampungan air bersih:
Volume Tangki Bawah Tanah : 40 % x 292 m3 = 116.8 m3
Volume Tangki Atas : 15 % x 292 m3 = 43.8 m3
Air Kotor dan Kotoran
Sistem Pembuangan limbah dari Rumah sakit harus
ditangani secara benar. Limbah ini harus diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang ke saluran pembuangan umum, agar tidak
mencemari lingkungan, selain itu untuk menghindari adanya
"cross infection" ke pasien lain, pengunjung Rumah sakit, staff
Rumah sakit, dan penduduk disekitar rumah sakit.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan system
pembuangan, Sifat limbah dan tingkat pencemaran limbah, Volume
limbah, Keadaan tanah yang dipergunakan untuk pembuangan
limbah, Sistem pengolahan limbah, Pengamanan sumber air bersih
yang ada disekitarnya.
Penanganan pembuangan air kotor dan kotoran di sebuah
rumah sakit dibagi menjadi beberapa cara, dengan pemisahan limbah
berdasarkan jenisnya ,yaitu:
Air buangan nontoksik / apatogen.
Disalurkan melalui pipa langsung ke saluran kola, khusus unluk
buangan dapur sebelum disalurkan ke pipa pembuangan harus
dilewatkan perangkap lemak, atau dapat di Reuse dengan biopori.
Air buangan toksik dan patogen
Disalurkan ke bak treatment untuk dinetralisir dan sesudah
memenuhi syarat pembuangan, dapat dialirkan ke saluran kota.
Kotoran
Termasuk dalam buangan patogen, pembuangannya dilakukan
dengan menyalurkan ke STP yang menampung sebagian besar
buangan atau bisa juga di buang dalam septictank
95
Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah mengacu pada peraturan mentri
kesehatan tentang syarat kesehatan rumah sakit dimana, pengelolaan
Limbah RS dipisahkan berdasarkan jenisnya yaitu: Limbah Medis
dan Non Medis, Limbah Medis Padat, Semi Padat dan Limbah Medis
Cair. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari
limbah yang tidak dimanfaatkan kembali. Limbah infeksius
dipisahkan, untuk dimusnahkan (incinerator) sesuai peraturan.
(terlampir)
4. Analisa Pengelolaan Air Hujan
Air hujan sebaiknya di tampung ke dalam tangki-tangki atau
bak yang dibuat untuk menampung air hujan (rainwater harvesting).
Hasil tampungan dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman, dan
kebutuhan air kamar mandi.
Penggunaan sistem sumur resapan dan biopori dimaksudkan
untuk menjaga kesuburan tanah dan kelestarian air tanah, air hasil
pengolahan limbah cair, dapat ditampung di sumur-sumur resapan.
Gambar 34. Biopori dan Sumur Resapan (google)
5. Analisa Keamanan ( Penangkal Petir)
Bangunan yang memiliki fungsi publik, harus memiliki
sistem keamanan gedung. Tidak hanya di dalam gedung saja, bagian
luar gedung juga harus memiliki sistem keamanan bagi orang-orang
yang berada di luar gedung. Salah satu sistem keamanan luar gedung
adalah penangkal petir.
96
Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem
Thomas. Sistem ini mempunyai jangkauan perlindungan yang luas,
daerah bangunan yang terlindungi dalam radius 60 m dan luas lahan
yang terlindungi dalam kerucut perlindungannya dalam radius 125m.
Gambar 35. Skema Penangkal Petir (Panduan sistem bangunan tinggi)
IV.3.7 Analisa Hemat Energi Listrik
Penghematan energi listrik pada perancangan bangunan terutama
dilakukan untuk pencahayaan dan penghawaan alami, desain
perancangan, orientasi dan selubung bangunan berperan terhadap radiasi
panas matahari yang masuk kedalam bangunan (dinding masif dan
dinding transparan).
Pencahayaan
Pada iklim tropis, radiasi matahari cukup tinggi. Pemanfaatan
cahaya matahari alami harus dioptimalkan pada siang hari untuk
menghemat penggunaan lampu yang dapat memboroskan energi listrik.
Pemanfaatan itu dapat berupa bukaan-bukaan jendela, skylight.
Pemanfaatan overstek dapat menghindari radiasi matahari langsung,
yang dapat meningkatan suhu dalam ruangan.
Hasil analisa yang dilakukan menggunakan software ecotect
menunjukan pada ruangan kamar berukuran 12m x 6,6m x 2,7m dengan
orientasi bukaan yang menghadap selatan, pencahayaan cukup optimal
pada siang hari dengan rata-rata 163.57lux, dimana kamar perawatan
membutuhkan pencahayaan antara 100-200lux (saat tidak tidur) dan
maksimal 50lux (saat tidur). Sehingga dengan bukaan berupa jendela,
97
kamar perawatan tidak membutuhkan penerangan buatan pada siang
hari.
Tabel 22. Index pencahayaan rumah sakit
Gambar 36 . Analisa pencahayaan alami kamar
Pada koridor kamar perawatan juga dapat terlihat pemanfaatan
pencahayaan alami pada siang hari, dimana kebutuhan pencahayaan
alami pada koridor minimal adalah 100lux (Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit No: 1204/MENKES/SK/X/2004) dengan
98
menerapkan jendela di sepanjang koridor kamar. Karena jika
dibandingkan dengan koridor tanpa jendela tersebut, pencahayaan pada
koridor tidak tercapai (81lux)
Gambar 37 . Analisa pencahayaan alami koridor
Gambar 38. Konsep Pencahayaan koridor
Penghawaan
Penghawaan Alami, berupa pemanfatan ventilasi silang, pada
bangunan rawat inap dapat diterapkan di beberapa bagian yang bukan
merupakan unit perawatan, sepert fasilitas penunjang retail shop. Pada
99
81
119
ruang perawatan ventilasi silang digunakan sebagai pertukaran udara,
bila persyaratan suhu ruang perawatan (22-24°C) tidak tercapai.
Penggunaan penghawaan buatan dalam hal ini pendingin udara
diutamakan untuk unit perawatan. AC split duct digunakan pada ruang-
ruang kamar perawatan dengan pertimbangan, suhu udara dapat diatur
per masing- masing kamar dan ruangan yang sedang tidak digunakan
dapat menggunakan ventilasi alami untuk pertukaran udara dalam
ruangan. Hal ini dimaksudkan untuk penghematan penggunaan energi
listrik yang dikonsumsi oleh AC.
Gambar 39. Skema AC Splt Duct (website)
Kebutuhan Penyejuk Ruangan (AC)
Penggunaan AC untuk ruang kamar perawatan dan ruang
lain,selain WC ,Tangga dan Koridor. Menurut Buku Sistem Bangunan
Tinggi (Jimmy) halaman 123 (Tabel 6.2 Beban Pendingin). Kebutuhan
AC untuk Fungsi Rumah Sakit adalah : 1.0 - 1.5 TR/ 100 m3
Maka Untuk Ruang Kamar Dengan ukuran 6 x 12 x 2.7 meter
= 6 x 12 x 2.7 x 1.0 = 194.4 m3
= 194.4 / 100 = 1.944 TR
= 1.944 (TR) x 1.5 = 2.916 HP
= 2.916 (HP) x 1.5 = 4.37 PK
Maka indoor unit yang digunakan dalam 1kamar perawatan
adalah 5 unit dengan masing-masing sebesar 1 PK, dan tiap 2 kamar
perwatan terdapat 1 outdoor unit yang diletakan di lantai atap.
Analisa beban energi pendingin ruangan dilakukan menggunakan
software dengan modeling ruangan kamar berbentuk persegi, dengan
bukaan jendela tanpa modifikasi apapun.
100
Pengukuran hemat energi listrik dilakukan dengan menggunakan
software Ecotect untuk mengetahui beban energi listrik pada ruang
kamar. Modeling ruang berukuran 12m x 6,6m x 2,7m dengan orientasi
bukaan yang menghadap barat. Selubung bangunan yang tidak tepat,
dapat meningkatkan beban pemakaian energi listrik di dalam bangunan.
Pemilihan material menjadi salah satu faktor dalam penghematan energi,
beban energi listrik untuk pendingin ruangan pada modeling ruangan
software, menunjukan perbedaan yang cukup besar, sebesar 298890Wh
antara material batu bata dan beton (concerate).
Gambar 40 . Analisa material & beban energi listrik.
Penggunaan material beton aerasi yang memiliki nilai thermal
resistance lebih tinggi dapat menahan radiasi panas matahari lebih baik
dibandingkan batu bata.
Material perfabrikasi dengan modul bertujuan untuk menghemat
waktu dan biaya pengerjaan (pembangunan) dibandingkan cara
101
konvensional, tidak memerlukan bekesting, mutu lebih terjamin
dibanding beton konvensional, permukaan sudah rata, dapat langsung
dilakukan pemasangan finising.
Modul yang digunakan adalah 30x30cm, dengan dasar
perencanaan dari, international modul 10x10cm, human modul 30x60cm
dan material yang tersedia (keramik 60x60cm, pintu 90x210cm).
Penggunaan penangkal radiasi panas berupa sun shading dapat
membantu mengurangi radiasi langsung matahari pada bangunan rawat
inap. Berikut ini merupakan beberapa variasi sun shading.
Gambar 41. Variasi Sun Shading (Norbert Lechner)
102