27
PEMERIKSAAN KELENJAR GETAH BENING PADA LEHER I. PENDAHULUAN Sistem aliran getah bening leher penting untuk dipelajari, karena hampir semua bentuk radang atau keganasan kepala dan leher akan terlihat dan bermanifestasi ke kelenjar getah bening leher. Kelenjar getah bening terdapat di beberapa tempat di tubuh kita. Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh. [1] Kelenjar getah bening terdapat pada setiap sisi leher yaitu sekitar 75 buah. Kebanyakan berada pada rangkaian jugularis interna dan spinalis assesorius. Kelenjar getah bening yang selalu terlibat dalam metastasis tumor adalah kelenjar getah bening pada rangkaian jugularis interna, yang terbentang antara klavikula sampai dasar tengkorak. Rangkaian jugularis interna ini dibagi dalam kelompok superior, media dan inferior. Kelompok kelenjar getah bening yang lain adalah submental, submandibula, servikalis superficial, retrofaring, paratrakeal, spinalis assesorius, skalenus anterior dan supraklavikula. [1] Kelenjar getah bening terbungkus oleh kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan tubuh dan merupakan tempat penyaringan antigen (protein asing) dari pembuluh-pembuluh getah bening yang melewatinya. Pembuluh-

NAJWA2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

journal

Citation preview

Page 1: NAJWA2

PEMERIKSAAN KELENJAR GETAH BENING PADA LEHER

I. PENDAHULUAN

Sistem aliran getah bening leher penting untuk dipelajari, karena hampir semua

bentuk radang atau keganasan kepala dan leher akan terlihat dan bermanifestasi ke

kelenjar getah bening leher. Kelenjar getah bening terdapat di beberapa tempat di tubuh

kita. Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh. [1]

Kelenjar getah bening terdapat pada setiap sisi leher yaitu sekitar 75 buah.

Kebanyakan berada pada rangkaian jugularis interna dan spinalis assesorius. Kelenjar

getah bening yang selalu terlibat dalam metastasis tumor adalah kelenjar getah bening

pada rangkaian jugularis interna, yang terbentang antara klavikula sampai dasar

tengkorak. Rangkaian jugularis interna ini dibagi dalam kelompok superior, media dan

inferior. Kelompok kelenjar getah bening yang lain adalah submental, submandibula,

servikalis superficial, retrofaring, paratrakeal, spinalis assesorius, skalenus anterior dan

supraklavikula. [1]

Kelenjar getah bening terbungkus oleh kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-

sel pembentuk pertahanan tubuh dan merupakan tempat penyaringan antigen (protein

asing) dari pembuluh-pembuluh getah bening yang melewatinya. Pembuluh-pembuluh

getah bening akan mengalir ke kelenjar getah bening sehingga dari lokasi kelenjar getah

bening tersebut akan diketahui aliran pembuluh getah bening yang melewatinya. Oleh

karena dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa antigen

(mikroba, zat asing) dan memiliki sel pertahanan tubuh, maka apabila ada antigen yang

menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh

yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar membesar.

Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel pertahanan

tubuh yang berasal dari kelenjar getah bening itu sendiri, seperti limfosit, sel plasma,

monosit dan histiosit, atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk

mengatasi infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi sel-sel ganas atau

penyakit metabolik. [2]

Page 2: NAJWA2

Pembesaran kelenjar getah bening 55% berada di daerah kepala dan leher, 1%

pada supraklavikula, 5% pada bagian axilla, dan sekitar 14% di inguinal. Penyebab yang

paling sering adalah infeksi yang biasanya terjadi adalah infeksi oleh virus pada saluran

pernapasan bagian atas (rinovirus, virus parainfluenza, coronavirus). Virus lainnya adalah

virus Ebstein Barr, cytomegalovirus, rubela, varicella zooster, herpes simpleks,

coxsackievirus dan human immunodeficiency virus (HIV). Bakteri yang menyebabkan

peradangan pada kelenjar getah bening adalah bakteri streptokokus beta hemolitikus grup

A dan stafilokokus aureus. Selain itu, dapat disebabkan oleh bakteri anaerob bila

berhubungan dengan karies dan penyakit gusi. Keganasan seperti leukemia,

neuroblastoma, rhabdomyosarkoma dan limfoma juga dapat menyebabkan limfadenopati.

Obat-obatan juga menyebabkan limfadenopati. [1,2]

Masing-masing penyebab tidak dapat ditentukan hanya dari pembesaran kelenjar

getah bening saja, melainkan dari gejala-gejala lainnya yang menyertai pembesaran

kelenjar getah bening. [2]

Page 3: NAJWA2

II. ANATOMI LEHER DAN KELENJAR GETAH BENING

A. Leher

Leher adalah penghubung antara kepala dan badan. Leher terdiri dari beberapa

struktur neurovaskular vital (arteri, vena, saraf dan saluran getah bening) yang tersusun

dalam sebuah ruang yang terbatas. Sistem muskuloskeletal di leher, berfungsi untuk

melindung leher, menggerakkan leher secara maksimal, mengatur proses ventilasi,

menelan dan berbicara. Leher juga terdiri dari banyak kelenjar getah bening dan saluran

getah bening yang berdensitas tinggi [3]

Leher pada bagian atas dibatasi oleh inferior mandibula, ujung dari prossesus

mastoid, dan tonjolan oksipital. Batas lateral leher terdiri dari otot

sternokleidomastoideuseus yang dapat teraba dan otot trapezius. Struktur di medial yang

dapat teraba adalah tulang hyoid, kartilago tiroid, kartilago krikoid dan kelenjar tiroid,

bila kelenjar tiroid mengalami pembesaran. Otot leher, organ di leher (laring, trakea,

faring, kerongkongan, dan lain-lain) dan struktur neurovaskular di leher terbungkus oleh

lembaran jaringan ikat, yaitu fascial plane. Fascia ini terdiri dari lapisan luar, tengah dan

dalam. [3]

Nomenklatur tradisional untuk anatomi pada permukaan leher dibagi menjadi

trigonum anterior dan trigonum posterior. Trigonum anterior kemudian berbatas medial

pada garis tengah leher dan berbatas superior pada mandibula inferior. Sebaliknya,

trigonum posterior dimulai pada otot sternokleidomastoideus dan berbatas posterior pada

otot trapezius dan inferior pada klavikula. [4]

Trigonum anterior diklasifikasikan sebagai berikut: [4]

1. Trigonum Submental

Trigonum submental berbatas lateral pada otot-otot digastrik pars anterior dan

berbatas inferior pada tulang hyoid, dengan apex pada tonjolan mental dan basis di

tulang hyoid. Trigonum ini adalah struktur yang berada di garis tengah yang

berfungsi sebagai cekungan drainase limfatik untuk bibir bawah, dasar mulut, dan

mental. Di dalam praktek, trigonum submental dikelompokkan bersama trigonum

submandibula menjadi kelenjar getah bening level 1.

Page 4: NAJWA2

2. Trigonum Submandibular

Trigonum submandibula berbatas superior pada mandibula dan berbatas inferior

pada otot digastrik pars anterior dan posterior. Pada trigonum ini terdapat kelenjar

submandibular, arteri dan vena wajah, saraf mandibular marginal, dan jaringan

limfatik.

3. Trigonum Karotis

Trigonum karotis adalah komponen superior dari trigonum anterior leher.

Trigonum ini berbatas superior pada otot digastrik pars posterior, berbatas posterior

pada pada otot sternokleidomastoideus, dan berbatas inferior pada omohyoid

superior.

Trigonum posterior berbatas anterior pada otot sternokleidomastoideus, berbatas

inferior pada klavikula dan berbatas posterior pada otot trapezius. Trigonum ini terdiri

dari saraf spinal assesori, kelenjar getah bening, dan jaringan fibrofatty. [4]

Vaskularisasi leher bersal dari arteri karotid. Arteri karotid terbagi menjadi dua

cabang utama yaitu arteri karotid internal dan arteri karotid eksternal, yang terletak pada

perbatasan superior dari kartilago tiroid. Arteri karotid komunis berasal dari cabang

Gambar 1. Trigonum pada leher (Dikutip dari kepustakaan 4 )

Page 5: NAJWA2

lengkung aorta di sisi kiri sedangkan trunkus brachiosefalika berasal dari cabang

lengkung aorta di sisi kanan. Bagian bawah leher menerima sebagian besar suplai darah

dari trunkus tiroservikalis, yang berasal dari arteri subklavia. Cabang dari arteri karotid

eksternal mensuplai darah ke daerah leher dan wajah sedangkan arteri karotid internal

tidak mempunyai cabang di leher. [3]

Drainase vena dari kepala dan leher diterima oleh vena superfisial kulit yang

terbuka langsung ke dalam vena subklavia (vena jugularis eksternal dan vena jugularis

anterior) dan khususnya oleh vena jugularis internal, yang memiliki lumen yang jauh

lebih besar. Pembuluh darah vena vertebral dan pleksus vena dalam kanalis servikal

spinal biasanya menangani sekitar 30% dari aliran balik vena serebral. [3]

B. Kelenjar getah bening

Struktur pembuluh getah bening serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih

banyak katup sehingga pembuluh getah bening tampaknya seperti rangkaian petasan atau

tasbih. Pembuluh getah bening yang terkecil atau kapiler getah bening lebih besar

daripada kapiler darah dan terdiri dari hanya atas selapis endotelium. Pembuluh getah

bening bermula sebagai jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga-

rongga getah bening di dalam jaringan berbagai organ. Kapiler-kapiler getah bening pada

jaringan membawa cairan menuju saluran limfatik kemudian akan menuju ke kelenjar

getah bening regional atau kelompok kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening di

leher berfungsi sebagai 'stasiun penyaringan' biologis yang merupakan gabungan dari

kapiler dan pembuluh limfatik. Dari sekitar 1000 kelenjar getah bening dalam tubuh

manusia, sekitar 300 kelenjar getah bening terletak di daerah kepala dan leher. Ia

ditemukan diantara lapisan tengah dan lapisan dalam dari fascia servikal. Berdasarkan

susunan saluran limfatik, kelenjar getah bening di persimpangan antara vena jugularis

fascialis dan vena jugularis internal menerima drainase dari hampir seluruh bagian kepala

dan leher dan merupakan tempat predileksi untuk metastasis lymphogenous dalam

persentase yang besar terhadap tumor ganas kepala dan tumor leher. [3,5]

Page 6: NAJWA2

Di sisi kiri leher, getah bening mengalir ke subklavia internal sinistra dan vena

jugularis pada ujung duktus thorasikus sinistra. Getah bening di sisi kanan leher mengalir

ke pertemuan antara subklavia internal sinistra dan vena jugularis pada ujung duktus

thoracicus kanan. Organ–organ limfatik di nasofaring dan orofaring (Waldeyer’s ring)

termasuk portal of entry pada sistem ini. Kelenjar getah bening leher yang normal tidak

terlihat atau teraba. Kelenjar getah bening yang membesar dengan diameter 1 cm atau

lebih dapat diraba. [3]

Drainase limfatik regional dari mukosa saluran aerodigestif atas, kelenjar ludah,

dan kelenjar tiroid terjadi pada kelompok kelenjar getah bening regional yang spesifik.

Kelenjar getah bening leher pada aspek lateral menerima aliran cairan limfatik dari

saluran aerodigestif bagian atas. Ini termasuk kelompok kelenjar getah bening submental

dan submandibular yang terletak di trigonum submental dan submandibular leher.

Kelenjar getah bening jugularis bagian dalam meliputi kelenjar getah bening

jugulodigastrik, jugulo-omohyoid, dan supraklavikula yang berdekatan dengan vena

jugularis interna. Kelenjar getah bening di trigonum posterior leher termasuk rantai

assesori kelenjar getah bening yang terletak di sepanjang saraf assesori tulang belakang

Gambar 2. Kelompok kelenjar getah bening kepala dan leher yang utama (Dikutip dari kepustakaan 6)

Page 7: NAJWA2

dan rantai servikalis transversal dari kelenjar getah bening di dasar trigonum posterior

leher. Kelenjar getah bening retrofaring berada pada resiko penyebaran metastasis dari

tumor faring. Pada kompartemen sentral leher terdapat kelenjar getah bening Delphian

yang ditutupi oleh kartilago tiroid pada garis tengah laring. Kelenjar getah bening

peritiroid berdekatan dengan kelenjar tiroid. [6]

Lokasi dari metastasis kelenjar yang teraba sering menunjukkan potensi sumber

primer tumor. Dalam rangka membangun konsistensi dan menyediakan bahasa umum

antara dokter, ahli patologi, ahli radiologi, bagian pelayanan kepala dan leher di

Memorial Sloan- Kettering Cancer Center telah menjelaskan sistem level pada kelenjar

getah bening leher. Sistem ini membagi kelenjar getah bening pada aspek lateral leher

Gambar 3. Anatomi saluran dan kelenjar getah bening pada leher dan kepala. (Dikutip dari kepustakaan 7)

Page 8: NAJWA2

menjadi lima kelompok nodal atau level. Selain itu, kelenjar getah bening di

kompartemen sentral leher adalah level VI dan VII. [6]

Level I: Kelompok submental dan submandibular. Kelenjar getah bening di

daerah trigonum dibatasi dengan posterior dari otot digastrik, yang batas inferior

korpus mandibula, dan tulang hyoid.

Level II: Kelompok jugularis superior. Kelenjar getah bening sekitar bagian atas

dari vena jugularis interna dan bagian superior dari saraf spinal assesori,

memanjang dari dasar tengkorak sampai dengan bifurkasi dari arteri karotis atau

tulang hyoid.

Level III: Kelompok Mid-jugularis. Kelenjar getah bening di sekitar sepertiga

tengah vena jugularis internal.

Level IV: Kelompok jugularis inferior. Kelenjar getah bening sekitar sepertiga

bagian bawah jugularis internal.

Level V: Kelompok trigonum posterior. Kelenjar getah bening sekitar bagian

bawah saraf spinal assesori dan sepanjang pembuluh servikalis transversal serta

dibatasi oleh trigonum yang dibentuk oleh klavikula, batas posterior dari otot

sternokleidomastoideus, dan perbatasan anterior dari otot trapezius.

Level VI: Kelompok kompartemen sentral. Kelenjar getah bening dalam

prelaryngeal, pretracheal, (Delphian), paratrakeal, dan sulcus tracheoesophageal.

Level VII: Kelompok mediastinum Superior. Kelenjar getah bening pada

mediastinum superior anterior dan sulcus trakeoesophageal. [6]

Page 9: NAJWA2

III. FISIOLOGI SISTEM LIMFATIK

Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi

mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Getah bening berasal dari plasma

darah yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini

kemudian dikumpulkan oleh sistem limfatik melalui proses difusi ke dalam kelenjar

getah bening dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi. Aliran darah yang dipompa

oleh jantung diedarkan di seluruh tubuh dan dibersihkan serta disaring oleh ginjal. [8]

Pembuluh getah bening sama seperti vena, mempunyai katup yang mencegah

aliran balik cairan menuju kapiler. Kontraksi ritmik (berirama) dinding pembuluh

tersebut membantu mengalirkan cairan ke dalam kelenjar getah bening. Pembuluh getah

bening juga sangat bergantung pada pergerakan otot rangka untuk mengalirkan cairan ke

arah jantung. Di sepanjang pembuluh getah bening terdapat organ yang disebut nodus

(simpul) limfe atau nodus getah bening yang menyaring getah bening. Di dalam nodus

getah bening terdapat jaringan ikat yang berbentuk seperti sarang lebah dengan ruang-

ruang yang penuh dengan sel darah putih. Sel-sel darah putih tersebut berfungsi untuk

menyerang virus dan bakteri. [8]

Organ-organ limfoid diantanya adalah kelenjar getah bening (limfonodus), tonsil,

tymus, limpa (spleen atau lien), limfonodulus. Sistem limfatik terdiri dari pembuluh getah

bening, nodus getah bening, organ limfatik, nodul limfatik, sel limfatik. Pembuluh getah

bening merupakan muara kapiler getah bening, menyerupai vena kecil yang terdiri atas 3

lapisan dan mempunyai katup pada lumen yang mencegah cairan getah bening kembali

Gambar 4. Daerah kelenjar getah bening menurut

Memorial Sloan- Kettering Cancer Center (Dikutip dari kepustakaan 6)

Gambar 5. Skematik daerah kelenjar getah bening leher (Dikutip dari kepustakaan 3)

Page 10: NAJWA2

ke jaringan. Kontraksi otot yang berdekatan juga mencegah cairan getah bening keluar

dari pembuluh darah. [8,9]

Secara garis besar, sistem limfatik mempunyai 4 fungsi : [2,9]

1. Mengembalikan cairan ke dalam pembuluh darah

Ketika darah mengalir ke seluruh tubuh, sebagian cairan keluar dari pembuluh darah

dan masuk ke dalam jaringan tubuh. Cairan ini sangat penting sebagai pembawa

nutrisi untuk sel dan membawa sisa metabolisme balik ke pembuluh darah. Cairan

tersebut dialirkan melalui pembuluh getah bening menuju pembuluh darah yang

berada di dasar leher.

2. Menyaring getah bening

Kelenjar getah bening menyaring cairan getah bening yang melewatinya. Sel darah

putih menyerang bakteri atau virus yang ditemukan di dalam cairan getah bening di

kelenjar getah bening. Apabila sel-sel kanker menyebar dari tumor primernya,

biasanya akan terperangkap kelenjar getah bening sekitarnya. Oleh karena itu dokter

melakukan pemeriksaaan pada kelenjar getah bening terlebih dahulu untuk

mengetahui pertumbuhan dan penyebaran dari sel kanker tersebut.

3. Menyaring darah

Limpa bekerja sebagai penyaring darah. Limpa menyaring darah untuk mengeluarkan

sel darah merah yang sudah tua dan menghancurkannya. Sel darah merah tersebut

digantikan dengan sel darah merah baru yang diproduksi di sum-sum tulang. Limpa

hanya menyaring bakteri, virus dan benda-benda asing di dalam darah sedangakan sel

darah putih menyerang bakteri dan virus.

4. Mencegah infeksi

Sistem limfatik membantu melawan infeksi dalam beberapa cara seperti:

a. membantu pembentukan sel darah putih (limfosit) yang menghasilkan antibodi

b. memiliki makrofag di dalam kelenjar getah bening yang akan memfagosit dan

membunuh benda asing

IV. PEMERIKSAAN FISIS KELENJAR GETAH BENING

Page 11: NAJWA2

Langkah- langkah dalam pemeriksaan kelenjar getah bening leher: [10]

1. Ucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien

2. Menanyakan identitas lengkap penderita dan keluhan umumnya dan menciptakan

suasana yang menyenangkan

3. Menjelaskan kepada pasien tentang prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan

4. Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air mengalir

5. Meminta pasien untuk duduk tegak menghadap pemeriksa

6. Pemeriksa berdiri di depan atau di belakang penderita

7. Inspeksi

Kelenjar getah bening leher terletak di sepanjang bagian anterior dan posterior dari

leher dan tepat di bagian bawah dagu. Jika kelenjar getah bening cukup besar, dapat

terlihat adanya pembengkakan di bawah kulit dan lebih mudah lagi jika pembesarannya

asimetris.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada inspeksi:

Pembesaran kelenjar getah bening

Skar bekas operasi (cancer exision)

Massa yang jelas

8. Palpasi

Palpasi dilakukan secara sistematis, dimulai pada daerah yang diindikasikan oleh

pemeriksaan inspeksi. Palpasi kelenjar getah bening submental dan submandibular

yaitu pemeriksa berada di belakang penderita kemudian palpasi dilakukan dengan

kepala penderita condong ke depan sehingga ujung-ujung jari-jari meraba di bawah

tepi mandibula. Kepala dapat dimiringkan dari satu sisi ke sisi yang lain sehingga

palpasi dapat dilakukan pada kelenjar yang superfisial maupun yang profunda. Juga

dapat dilakukan dengan palpasi bimanual.

Page 12: NAJWA2

Palpasi rantai kelenjar jugularis dapat dimulai di superfisial dengan melakukan

penekanan ringan dengan menggerakkan jari-jari sepanjang muskulus

sternokleidomastoideus. Pada palpasi yang lebih dalam, dengan menggunakan ibu

jari, dilakukan penekanan di bawah muskulus sternokleidomastoideus pada kedua sisi

sehingga dapat dilakukan palpasi pada kelenjar yang terdapat di sub atau retro dari

muskulus ini. Bila pemeriksaan ini negatif atau meragukan, maka pemeriksa harus

berdiri di belakang penderita kemudian ibu jari digunakan untuk menggeser muskulus

sternokleidomastoideus ke depan sementara jari yang lain meraba pada tepi anterior

muskular tersebut. Perabaan secara bilateral dan simultan selalu dianjurkan untuk

menilai perabaan antara kedua sisi. Palpasi kelenjar leher ini agak sulit pada orang

gemuk, leher pendek dan leher yang berotot terutama bila kelenjarnya masih kecil.

Gambar 6. Palpasi kelenjar getah bening submental dan submandibular (Dikutip dari kepustakaan 10)

Page 13: NAJWA2

Palpasi kelenjar getah bening asessorius dilakukan dengan menekan menggunakan ibu

jari pada tepi posterior m. Trapezius ke depan dan jari-jari ditempatkan pada

permukaan anterior muskulus ini.

Palpasi kelenjar getah bening supraklavikular dapat dilakukan dengan duduk di

depan atau berdiri dibelakang penderita dimana jari-jari digunakan untuk palpasi fossa

supraklavikular.

Gambar 7. Palpasi kelenjar getah bening rantai kelenjar jugularis (Dikutip dari kepustakaan 10)

Gambar 8. Palpasi kelenjar getah bening asessorius (Dikutip dari kepustakaan 10)

Page 14: NAJWA2

9. Setelah selesai pemeriksaan, pemeriksa menjelaskan hasil pemeriksaan kepada

penderita

10. Mengucapkan terima kasih dan salam kepada penderita

11. Mencuci tangan dengan air dan sabun cair.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Biopsi jarum

Biopsi dilakukan, sesuai dengan kebutuhan pasien. Biopsi kelenjar getah bening

yang paling sederhana dikenal sebagai biopsi jarum atau fine needle aspiration (FNA).

Prosedur biopsi ini biasanya memakan waktu kurang dari 10 menit. Pasien berbaring di

atas meja, kemudian dilakukan disinfeksi dan anestesi pada daerah yang akan dibiopsi.

Kemudian dimasukkan jarum ke dalam kelenjar getah bening dan diambil sampel untuk

diperiksa. Kemudian ditekan pada tempat pengambilan sampel untuk menghentikan

perdarahan dan diperban untuk menutup luka dan mencegahan infeksi bakteri. [11]

Gambar 9. Palpasi kelenjar getah bening supraklavikular (Dikutip dari kepustakaan 10)

Page 15: NAJWA2

B. Biopsi terbuka

Biopsi kelenjar getah bening yang lebih komprehensif dikenal sebagai biopsi

terbuka. Seperti pada biopsi jarum, pasien berbaring di atas meja, dibawah general

anestesi. Kemudian diberikan disinfeksi pada daerah biopsi lalu insisi dan diambil

potongan-potongan jaringan. Kemudian daerah biopsi tersebut dijahit dan diperban.

Prosedur ini berlangsung sedikit lebih lama daripada biopsi jarum, biasanya sekitar 45-60

menit total. [11]

C. Biopsi sentinel

 Ketika kanker dicurigai sebagai penyebab peradangan, maka biopsi dilakukan

dengan cara yang berbeda. Biopsi ini merupakan prosedur khusus, yang dikenal sebagai

biopsi kelenjar getah bening sentinel. Dalam prosedur ini, sejumlah kecil cairan pelacak

berwarna biru atau isotop radioaktif disuntikkan ke dalam daerah biopsi. Pelacak ini

kemudian akan mengalir ke sumber yang dicurigai kanker, atau yang disebut sebagai

sentinel node. Sentinel node ini umumnya merupakan lokasi pertama di mana kanker

pertama kali ditemukan.  Setelah kelenjar getah bening sentinel diambil, massa sampel

dikirim ke laboratorium untuk dianalisa. Satu atau dua kelenjar getah bening lainnya

dapat diambil pada saat yang sama sebagai sampel perbandingan. [11]

Gambar 10. Biopsi jarum dilakukan dengan memasukkan jarum ke dalam kelenjar getah bening (Dikutip dari kepustakaan 11)

Page 16: NAJWA2

VII. KESIMPULAN

Pemeriksaan kelenjar getah bening pada leher penting untuk mengetahui adanya

pembesaran kelenjar getah bening atau tidak. Kelenjar getah bening pada leher yang

normal tidak terlihat dan tidak teraba. Kelenjar getah bening dikatakan membesar

apabila diameternya 1 cm atau lebih. Pemeriksaan penunjang yang digunakan pada

kelenjar getah bening leher, yaitu biopsi jarum, biopsi terbuka, biopsi sentinel.

DAFTAR PUSTAKA

1.Roezin, Eferdi. Sistem Aliran Limfe Leher dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,

Hidung, Tenggorok, Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 2008. p. 174-77

2.Anonym. Nucleus Precise Newsletter : Kelenjar Getah Bening. Jakarta. 2010. p. 1-6

3.Probst, Rudolf. Basic Otorhino-laryngology, A Step-by-step Learning Guide. Germany.

Apply Wemding; 2006. P. 312-19

4.Smith, Richard. Frenz, Dorothy. Surgical Anatomu of The Neck and Classification of

Dissections; 2000. p. 598-609

5.Suparyanto. Fisiologi Sistem Limfatik. [online]2010 [cited 2013 August 22] Available

from: http: //dr-suparyanto.blogspot.com

6.Delaere, Pierrre. Clinical and Endoscopic Examination of the Head and Neck. Berlin.

Springer-Verlag. 2012. p. 19-32

7.Netter, Frank. Atlas of Human Anatomy. 4th Edition. Pennsylvania. Saunders Elsevier.

Gambar 11. Langkah-langkah biopsi sentinel (Dikutip dari kepustakaan 12)

Page 17: NAJWA2

2006. p. 72

8.Asih, Retno. Pamungkas, Sigit. Makalah Sistem Limfatik. Semarang. Universitas Negeri

Semarang. 2010. p. 1-3

9.Cancer Research UK. The Lymphatic System. [online]2011 [cited 2013 August 22]

Available from: http://www.cancerresearchuk.org/cancer-help/about-cancer/what-is-

cancer/body/the-lymphatic-system

10. Kuhuwael F. Penuntun Pembelajaran Keterampilan Palpasi Kelenjar Limfe Leher dalam

Buku Panduan Kerja Keterampilan Klinik Pemeriksaan Palpasi Kelenjar limfe. Makassar:

Fakultas Kedokteran UH; 2008

11. Shannon, Jake. Lymph System : Lymph Node Biopsi. [online]2012 [cited 2013 August

28] Available from : http://www.lymphsystem.net/lymphnode-biopsi

12. Anonym. National Cancer Institute : Sentinel Lymph Node Biopsi. [online] 2011 [cited

2013 August 28] Available from : http://www.cancer.gov

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL ___REFERAT ___ FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2013UNIVERSITAS HASANUDDIN

PEMERIKSAAN KELENJAR GETAH BENING

PADA LEHER

Page 18: NAJWA2

Disusun Oleh :Nur Najwa Saroni C11109777Rezky Astarini T C11109299

Pembimbing :dr. Natalia Idam Sumule

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini , menyatakan bahwa :

Nama : Nur Najwa Saroni (C111 09 777)

Rezky Astarini T (C111 09 299)

Judul Referat : Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening pada Leher

Page 19: NAJWA2

Telah menyelesaikan referat dan laporan kasus tersebut dalam rangka

meyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, September 2013

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

II. ANATOMI LEHER DAN KELENJAR GETAH BENING

A. Leher ...................................................................................................... 3

B. Kelenjar Getah Bening ...................................................................... .... 5

Mengetahui,

dr. Natalia Idam Sumule

Page 20: NAJWA2

III. FISIOLOGI SISTEM LIMFATIK ............................................................. 9

IV. PEMERIKSAAN FISIS KELENJAR GETAH BENING ......................... 11

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG ............................................................... 15