13
.' . N BUDIDAYA PERA IRAN Volume 5, Nomor 1, Desember 2007 Fakultas Perlkanan Universitas PGRI Palembang /

N BUDIDAYA PERAIRAN - IPB University

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: N BUDIDAYA PERAIRAN - IPB University

.' .

• N BUDIDAYA PERAIRAN

Volume 5, Nomor 1, Desember 2007

Fakultas Perlkanan Universitas PGRI Palembang

/

Page 2: N BUDIDAYA PERAIRAN - IPB University

JURNAL ILMU-ILMU PERIKANAN DAN BUD IDA Y A PERAlRAN

Volume 5, Nomor I , Desemher 2007

DAFTAR lSI

MAKANAN DAN KEBIASAAN MAKANAN IKAN SELUANG (RlIsbora lIrgyrotllellill Blkr) DI BAGIAN HILIR SUNGAI MUSI Food andfeeding habit of Rasbora (Rasbora argyrotaenia Blkr) in the lower part of Musi River Mischrik Nasyiruddin, Ar dan Akbar Saefuddin

PEMBENIHA N IKAN BETUTU (Oxyleotris mtumorll/(I) SECARA SEMI BUATAN DI KOLAM PETA I KAB UPAT EN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN Semi artificial breeding of sand goby (Oxyleotris marmorata) inflshfarmer pond located in Musi Rawas regency of South Sumatera . Rupawan

PENGELOLAAN LINGKUNGAN WILA V AH PESISIR DAN LAUT TELUK BANTEN BERKELANJUTAN Sustainable Environmental Management of Ban/en Bay Coastal and Marine Zone

jaifuddin , M.Syamsul Ma'.rif , Etty Riani dan Set ia Hadi ,

PENGEMBANGAN KEB IJAKAN PEMBANGUNAN DAE RAH DALAM PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DI TELUK JAKARTA Sustainable Environmental Management of Ban/en Bay Coastal and Marine Zone Inda r Parawansa , Hadi S Alikodra, M Sri Saeni, Dedi Soed harma,dan Dudung Darusman

PE RTUMB UHA N DAN KELANGSUNGAN HIDUP lKAN KOAN (Ctellop!ltlrYlIgotloll itlelltl Val) PADA PEM ELI HARAAN POLIKULTUR DENGAN IKAN TAMBAKAN (Helostollltl temmillcki C.V) PADA BEBERAPA LEV ELrrlNGKAT PADAT TEBAR Growth and Survival Rete of Grass carp (Ctenopharyngodon idella Val) for polyeiliture Supriyadi

1-10

11-18

19-29

30-42

43-52

BENDUNGAN PERJA VA (U PPER KOMERING): PERAN DAN 53-63 MASALAHNVA TERHADAP SUMBERDA V A lKAN DI SUNGAI KOMERING Perjaya Dam (Upper Komering Irrigation Dam): lIs Role and constrains to

fish resources of Komering River Husnah , Danu Wijaya dan M. Nasyiruddin Arsyad

Page 3: N BUDIDAYA PERAIRAN - IPB University

PENGELOLAAN LINGKUNGAN WILA Y AH PESISIR DAN LAUT TELUK BANTEN BERKELANJ1JT AN'

Sustainable Environmental Management of Banten Bay Coastal and Marine Zone

Sjaifuddin" M.SyamsuJ Ma'arif'" Etty Riani .... dan Setia Hadi .....

ABSTRAK

Wi layah pesisir dan laut teluk Santen merupakan ekosistem yang khas yang merniliki berbagai potensi dan ah berkaitan dengan pemanfaaran sumberdaya aJamnya khususnya kontlik kepentingan aolaTa penumbuhan

!t.QOomi dan kelestarian lingkungan. Untuk itu dilakukan penelitian perancangan model pcngelblaan lingkungan ) ah pesisir dan laut (eluk Santen berkelanjutan dengan menginteraksikan berbagai variable bio· fisik, ekonomi sosial daJam rangka peningkatan sumber pendapatan dengan memperhatikan keberlanjulan pemanfaatan

berdaya alam. Penelitian dirancang dalam bentuk sistim yang dinamis. Hasil penelitian menunjukkanmodel ~gelolaan lingkungan yang di rancang dalam integrasi kebijakan yang akurat melalui pengembangan industri,

tif investasi, preteksi habitat fisik, pengeJolaan sumber·sumber dampak, dan pemberdayaan sosial merupakan el yang sesuai yang dapat diimplementasikan dalam rangka peningkatan sumber pendapatan dan keberianjuran

~faatan sumberdaya alam.

KATA KUNCI: Keberianjutan, pengelolaan lingkungan, wilayah pesisir,laut, sistim dinamis

ABSTRACT

Banten bay coastal and marine zone is a unique ecosystem which has a variety potencies and problems of Jrg some natural resources, especially in the trade off between economic growth and ecological preservation. ~d on Ihese conditions, this research aimed 10 design an interaction model among variables in the bio·physic, taNWmy and social subsystems in order 10 increase sources of earning and sustainable used of nOlllral resources.

research was designed in a dynamic system. The result of this research showed that the environmental gement model which was deSigned in an accurate policy integration through industrial development, incentives

lInoestment, physically habitat protection, sources of impact management and social empowerment was a suitable -odel lhar could be implemented in order to increase sources of earning and sustainable used of natural resources.

KEY\VORDS: Sustainable, environmental managemenl. coastal. marine zone, dynamic system.

iDAHULUAN

Pesisir merupakan wilayah tempat manus ia paling ban yak dilakukan;

=:..311 menurut MacDonald (2005), sekitar :Jenduduk dunia tinggal di wilayah

Berbagai tipe pemanfaatan wilayah =-= engkap dengan konflik kepentingan

~ sering terjadi (French, 2004) dapat ukan di Teluk Banten . Skala dan

-itas kegiatan di Teluk Banten ingkat dengan cepat se iring dengan

dari disertasi penulis pertama swa S3 PSL IPB

- """'" komisi pembimbing, PSL IPB Rota komisi pembimbing, PSL IPB

- IIlggota komisi pembimbing, PSL IPB

perkembangan kependudukan dan perekonomian baik regional maupun global. Proses-proses ini berpotensi menyebabkan terjadinya perubahan ekosistem teluk sedemikian rupa, sehingga memberikan dampak yang besar bagi masyarakat yang bergantung baik secara langsung maupun tidak pada sumberdaya pesisir.

Terdapat sejumlah besar aktivitas manus ia yang mengancam keberlanjutan ekosistem Teluk Banten (Douven, 1999). Beberapa di antaranya adalah ekspansi

Page 4: N BUDIDAYA PERAIRAN - IPB University

Jurtlalllmu-i1mu Perikanan dan Budidaya Perairall/Desemi?er }007j, VoL V, No. l:ll-3}

ekos istem Teluk Banten (Douven, 1999). Beberapa di antaranya adalah ekspansi besar-besaran kawasan permukiman, industri dan transportasi yang berdampak pada perubahan pemanfaatan lahan dan pergeseran garis pantai. Land-based pollution yang berasal dari permukiman dan industri yang berkembang di sepanjang kaki Gunung Karang (Kota Serang dan sekitarnya) dan erosi dari lahan pertanian yang terbawa oleh aliran permukaan berdampak pada pengurangan kapasitas asimilasi dan penurunan derajat kesehatan penduduk. Eksploitasi sumberdaya pesisir dan laut seeara berlebih (misalnya penambangall karang dan pasir laut, konversi hutan mangrove dan penggunaan eara-eara penangkapan ikan yang merusak) berdampak pad a terjadinya degradasi dan deplesi sumberdaya alam (Glimmerveen, 2001 ).

Kompleksitas permasalahan dalam pengelolaall lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten semakin diperparah oleh beberapa fakto r penghambat (Douven el al., 2000) seperti pereneanaan wilayah pesisir yang masih bersifat sektoral, pereneanaan dan pengelolaan wilayah darat dan laut yang masih terpisah, dan rendahnya kesadaran para stakeholders pad a masalah­masalah lingkungan . Pemberlakuan UU No. 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pes isir dan pulau-pulau keeil, diharapkan mampu memperbaiki mekanisme serta memperkuat kapasitas kelembagaan pemerintah dan masyarakat dalam tnengelola sumberdaya pesisir dan laut seeara adil, berimbang dan berkelanjutan. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah diharapkan akall semakin membawa perubahan institusional di bidang pengelolaan sumberdaya alam milik daerah, sehingga berbagai hambatan seperti disebutkan di atas dapat segera diatasi .

Penelitian 1111 betujuan untuk meraneang model interaksi di antara berbagai variabel dalam subsistem biofisik,

20

ekonomi dan sosial di wilayah pesisir dan laut Teluk Banten dalam kaitannya dengan upaya peningkatan pendapatan masyarakat dan pemanfaatan sumberdaya alam seeara berkelanjutan

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah

pesisir dan laut Teluk Banten pada bulan Juli 2006-Maret 2007. Batas wilayah pesisir dan laut ditetapkan menurut batas wilayah pereneanaan (Dahuri, et al., 2004). Batas ini meliputi seluruh wi layah daratan (hulu) dan lautan (hilir), tempat berlangsungnya aktivitas antropogenik yang berpotensi menimbulkan dampak seeara nyata terhadap lingkungan, sumberdaya pesisir dan laut. Meskipun demikian, karena dampak terbesar dari berbagai aktivitas pembangunan terse but langsung dirasakan oleh masyarakat yang tinggal berbatasan dengan laut, maka fokus penelitian ini diarahkan pada keeamatan-kecamatan pesisir di sekeliling Teluk Banten.

Sistem Dinamik Pengelolaan Iingkungan wilayah

pesis ir dan laut Teluk Banten merupakan multi-stakeholder processes dengan kepentingan yang beragam. Kondisi ini menuntut penggunaan pendekatan holistik untuk mencapai tujuan yang ditetapkan . Untuk kepentingan tersebut, penelitian ini menggunakan sistetn dinamik (Eriyatno, 2003). Model dinamik diraneang menggunakan software powersim studio 2005 enterprise berdasarkan causal loop diagram (Bellinger, 2004) yang ditetapkan sebelumnya.

Teknik Pengumpulan dan JeRi! Data Jenis data yang diperlukan pada

penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara observasi ke lokasi/objek penelitian serta pengisian kuesioner, diskusi dan wawancara langsung dengan pakar dan

Page 5: N BUDIDAYA PERAIRAN - IPB University

PENGELOLAAN LlNGKUNGAN WILAYAH PES/SIR DAN LA UT.. . [SjaifuddinJ

stakeholders di lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dengan cara menelusuri berbaga i sumber sepeni hasil penelitian dan dokumen ilmiah dari instansi terkait. Model dirancang dengan input utama berupa prospek pengelolaan lingkungan.

Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pada tekn ik mi. sampel diambil berdasarkan penimbangan­penimbangan yang didasarkan pad a ebutuhan penelitian. Sebanyak 7 orang

pakar yang berasal dari kalangan akademisi. birokrasi dan lembaga swadaya masyarakat dengan latar belakang kom petensi keilmuan dan pengalaman di bidang regional planning, ekonomi sumberdaya, konservasi , penambangan, pencemaran lingkungan dan teknologi kel autan merupakan narasumber yang memberikan pandangan yang sangat berarti bagi pengelolaan lingkungan wilayah pesisi r dan laut Teluk Banten di masa depan .

HASlL DAN PEMBAHASAN

Prospek Pengelolaan Lingkungan Hasil penelitian menunjukkan, bahwa

terdapat 10 faktor penentu keberhasilan pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten di masa depan, meliputi industri , wisata bahari , sylva fisheries, pengelolaan sumber dampak, perlindungan fisik habitat, pemberdayaan masyarakat, insentif investasi , keamanan investasi, konsistensi kebijakan dan ketersediaan infrastruktur. Analisis terhadap 10 faktor tersebut menghasilkan 5 key jaclors, yakni pengelolaan sumber dampak, insentif investasi, industri , perlindungan fisik habitat dan pemberdayaan masyarakat. Key jaclors yang diperoleh dari hasil anal isis digunakan untuk merancang prospek dan skenario pengelolaan lingkungan. Tiga skenario yang dirancang adalah skenario konvens ional (business as usual) yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi ,

skenario konservasi (conservalionism) yang berorientasi pad a keberlanjutan ekologi dan skenario new urbanism yang berorientasi pad a keseimbangan aspek ekonomi dan ekologi. Untuk setiap skenario, dilakukan intervensi kebijakan berdasarkan key jaclOrs sesuai dengan ori entasi mas ing­mas ing. Pen ilaian terhadap kemungkinan implementasi ketiga skenario terse but di masa depan (melalui expert j udgment) . menunjukkan bahwa new urbanism (55,0'10) merupakan skenario paling implementat if (peringkat I), disusul oleh skenari o konservasi (35,00'lo) pada peringkat 2 dan skenario konvensional (b usiness as usual) (I O.OO'lo) pad a peringkat 3.

Causal Loop Diagram Hubungan antar variabel pada sistem

pengelolaan lingkungan wilayah pesisi r dan laut Teluk Banten berkelanjutan ditunjukkan melalui causal loop diagram pad a Gambar I.

Permodelan Sistem Dalam penelitian 101 , sistem

pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten berkelanjutan airepresentasikan melalui model yang menggambarkan interaksi di antara variabel-variabel di dalam submodel biofisik, ekonomi dan sosial (Gambar 2). Dengan demikian, mode l pengelolaan lingkungan yang dirancang merupakan integrasi di antara ketiga submodel terse but. Submodel biofisik merupakan main model yang memberikan ilustrasi tentang interaksi yang terjadi di antara variabel-variabel di dalam komponen submodel (ekosistem alami, tata guna lahan, pasir laut dan pencemaran).

Submodel ekonomi merupakan co­model yang memberikan ilustrasi tentang inter'aksi yang terjadi di antara variabel­variabel di dalam komponen submodel (i ndustri dan SDA hayati).

Submodel sosial merupakan co-model yang memberikan ilustrasi

21

Page 6: N BUDIDAYA PERAIRAN - IPB University

JUrl/all/mu-if",u Perikall!lII dall Bu(liduya Perairall/Desember 2007/, Vol. V, No. 1:21-32

tentang interaksi yang terjadi di antara variabel-variabel di dalam komponen

C>ou~., p.~y"",'"

J ....... n w ... lOw'"

"

submodel (penduduk dan kOllnik sosial) .

~ CI''''''h 1>'"'''''''''''' I>erwl'l>.c.n

" ,,, . . ..

\

~h' ... .

Gambar I. Hubungan antar variabel dalam subsistem biofisik (biru), ekonomi (hitam) dan soslal (merah) pada slstem pengelo laan lillgkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten berkelanjutan.

Simulasi Model Simulasi dilakukan untuk mengetahui

dan membandingkan perilaku model antar skenario. Pada skenario kOllvensional, kebijakan insentif investasi telah berhasil meneiptakan iklim investas i yang kOlldusif sehingga mendorong peningkatan volume investas i seeara eksponensial (exponential growth) (Gam bar 3a). Peningkatan volume investasi sebenarnya juga terjadi pad a skenario new urbanism, tetapi dalam vol ume yang sedikit lebih keeil. Pad a skenario konservasi, meskipun kebijakan insentif investasi tidak diberlakukan , tetapi peningkatan volume investasi tetap terjadi (dalam volume yang jauh lebih keeil). Hal ini terka it dengan asumsi tingkat keamanan

22

investasi yang tinggi dan kemudahan berinvestasi lai nnya yang memimg sudah terkondisi dengan baik jauh sebelum skenario pengelolaan lingkungan 1111

ditetapkan. Peningkatall volume investasi seeara

eksponensial mendorong peningkatan j um lah industri melalui pola yang sarna (Gambar 3b). Kondisi ini didukung oleh kebijakan pengembangan illdustri yang genear digalakkan, sehingga peran sal ing melengkapi antara investasi dan pengembangan industri mendorong terei ptanya sinergi pertumbuhan yang tinggi . Pada skenario new urbanism, peran sa ling melengkapi antara investasi dan pengembangan industri juga begitu nyata terlihat, tetapi dalam ska la yang lebih kee il

Page 7: N BUDIDAYA PERAIRAN - IPB University

PENGELOLAAN LlNGKUNGAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT... [SjaifuddinJ

dibandingkan dengan skenario konvensional. Pad a skenario konservasi,

terjadi (dalam skala yang jauh lebih kecil), tetapi ternyata justru diikuti oleh penurunan jumlah industri . Kondisi ini terjadi, mengingat grand design pengelolaan lingkungan yang memang berorientasi pad a domain konservasi , sehingga investasi sekecil apapun selalu dicurigai untuk kepentingan pengembangan industri . Pada sisi lain, industri dipandang tidak sejalan dengan kaidah-kaidah konservasi, karena limbah yang dihasilkan bersifat merusak lingkungan.

Pad a skenario konvensiona l, peningkatan industri dan jumlah penduduk mendorong peningkatan produksi limbah secara eksponensial (Gam bar 3c). Kondisi ini terjadi , mengingat skenario ini memang

walaupun peningkatan investasi juga masih

hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi saja, sedangkan pengendalian produksi limbah tidak dilakukan sam a sekali. Dari Gambar 3c diketahui, bahwa peningkatan produksi limbah pad a skenario new urbanism dan konservasi jauh lebih terkenda li . Hal 1111 terkait dengan implementas i kebijakan pengelolaan sumber dampak yang berhasil menekan produksi limbah secara signifikan .

Perilaku model pada level pendapatan masyarakat pesisir untuk ketiga skenario diilustrasikan pad a Gambar 4. Pendapatan masyarakat peslSJr pad a skenario konvensional membentuk pola peluruhan secara eksponensial (exponential decay)

. .;: . .' .•.. :::=;;:::: _r:.~:::::.=-_ ' ~".'Z~:~:'

:.~,-.

, , .:0 ••..•

LJ~~~~~---=~

-" ~ ---..£.-~ -.:.~~.< •... - =~::'-:;' -~" .!;::-::..<;;:.=:.. ~---f-

" ~,::"';;;:'-­

-::::.:..-;:~ ..

~:.. .~~- -:;~:..- . '-'0 -- ' ~-. ~ ~ (~=;:.-=_6 ~=:=~~oC> -'=7 --.~ Q..--=.,_'- J:" . ...,"~--- -~~~,-~--

::::; ,":i~-:£~:~;;:::-.-~:~-- -'i:~=t=~~~)£;~:;~~:~ __ _ o . ...".-.=- _,_~-:"-~ ) - - ---,_=- .-~_~",_. __ o.....

1 j~~ ~.~~ -r<£r~:=~~~;~l· I) D_ --:;;~ ~~~o-c -- -r-- _ . . - . ,. -:.-,-- " ~-~--'-.-~

2"':c: :;~- ~ ---;:~-"'~ -~~;~~;:~~-l'~' .-:~_~~;:. -2~~ ~ ~:=c; _ ~ . ..,.:---==::- .------ _·_-c \-.----::-~ .. -: - --M ~--

'---'- ..::::,. __ ~ ==.__ --t,->--:-- -:::=::.':;".- L--===- 0 -.:~.--~ ''>-- -<>~ -~- ____ .,:-:.: - 0--::::;: - -.... -::.~-.

---"---' "'--=-_. <> -----0--- .--j..--- ~-.,Lr----

?,~ '" -;;;r .=~",;..ci ~~ ~·~·: !i __ .2.~_f~ "; ,-~--~,=, - ~:? ____ ---::~i I_;'.~ __ ----~_,,;:~;-~~<>_ '~~~-~:=,;;~,-_

Gambar 2_ Struktur model pengelotaan lingkungan wi layah pesisir dan taut Teluk Banten berketanjutan (biru untuk submodel biofi sik, hitam untuk ekonomi, merah untuk sosial dan ungu untuk intervensi kebijakan).

23

Page 8: N BUDIDAYA PERAIRAN - IPB University

lurnallfmll-ilmu Perikanan dan But/Maya Perairan IDeSl!mber 10071. Vol. V, No. 1:21-32

I" ./

- 1!;11.(il

] I¥Il.1O

~ I:«\[\I ; 1· .... '1lj

~ Ifol.OO ~ fo/,1fI

:; 111.00

'; moL- =-0 .•

,,.1 )1.\)1

I .I ~) "

"I:t')l l :; I!I~I:JI

~ " I!I) )I

:= 101 ) 1)1

~ ItI)il ].1

~ 8 1) 1)1

ltllil )l l ~ I)\ )I

"1)')1 1

I

) ~

aiflul nlolll PI~111 llIal!2 olalll

••• ~1I)l(il 1lI~ 1 1 : 010111 OIQ1:: OI~I :l ... 1'011 •

(a) (b) (e)

Gambar 3. Pola penumbuhan investasi (a) industri (b) peningkatan volume limbah (e) pada tiga skenario; konvensional (merah), new urbanism (biru), konservasi (hijau).

Pola ini terbentuk mengikuti pola peluruhan seeara eksponensial produksi ikan laut, ikan tambak dan rum put laut (Gambar Sa). Peluruhan produksi berhubungan erat dengan akumulasi limbah yang meningkat seeara eksponensial (Gambar 3e), sehingga menurunkan daya dukung perikanan seeara tajam (Gam bar 6). Kondisi illl menunjukkan, bahwa meningkatnya kinerja sektor industri dan investasi, ternyata justru diikuti oleh melemahnya kinerja sektor kelautan. Tidak adanya sinergi di antara sektor-sektor tersebut, diperburuk oleh kegagalan kebijakan (policy failure) pemberdayaan masyarakat, sehingga berdampak pad a semakin terpuruknya komunitas pesisir karena pendapatan yang makin rendah. Pendapatan masyarakat pesisir pad a skenario konservasi dan new urbanism mengikuti limit to success archetype. Kondisi 1111 dimungkinkan , mengingat produksi ikan laut, ikan tambak dan rumput laut yang mulai meningkat (Gam bar 5b dan 5e), sejalan dengan akumulasi limbah yang minimal (Gambar 3e), sehingga daya dukung perikanan juga meningkat (Gambar 6). Kebijakan pemberdayaan masyarakat yang diimplementasikan seeara efektif memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan masyarakat pesisir seeara nyata.

Perilaku model pada level frekuensi konflik untuk ketiga skenario diilustrasikan

24

pad a Gambar 7. Terdapat perbedaan pola frekuensi konflik yang mendasar antara skenario konvensional dengan skenario konservasi dan new urbanism. Pad a skenario konvensional, frekuensi konflik membentuk pola exponential growth, sedangkan pad a skenario konservas i dan new urbanism, frekuensi konflik membentuk pola exponential decay. Perbedaan mendasar ini disebabkan karen a pada skenario konvensional , tingginya kinerja sektor investasi dan industri (Gambar 3a dan b), justru diikuti oleh penurunan produksi ikan laut, ikan tam bak dan rum put laut (Gam bar Sa). Hal ini terjadi karena produksi limbah yang tinggi (Gam bar 3e) dan tingkat kerusakan habitat yang serius akibat penambangan pasir laut. Penurunan produksi ikan laut, ikan tambak dan rum put laut berdampak pad a penurunan pendapatan masyarakat pesisir seeara nyata (Gambar 4). Kondisi ini menunjukkan adanya kegagalan pengelolaan konflik kepentingan antar stakeholders (antara pihak industri, penambangan pasir laut dan masyarakat pesisir) sehingga frekuensi fonflik di kalangan masyarakat meningkat seeara tajam. Pada skenario new urbanism, peningkatan kinerja sektor investasi dan industri (Gam bar 3a dan b) bersinergi dengan peningkatan kinerja sektor kelautan (Gam bar 5b). Pada skenario konservasi, kinerja sektor industri justru sedikit menurun (Gambar 3b) walaupun investasi

Page 9: N BUDIDAYA PERAIRAN - IPB University

PENGELOLAA N LlNGKUNGAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT.. . [SjaifuddinJ

masih meningkat (Gam bar 3a), Efektivitas kebijakan pengelolaan sumber dampak mendorong rendahnya produksi limbah (Gambar 3c), Regulasi pertambangan yang diberlakukan secara ketat mampll menekan tingkat kerusakan habitat. Daya dukllng yang terjaga secara baik (Gam bar 6) mampu meningkatkan produksi ikan laut, ikan tambak dan rumput laut (Gambar 5c) sehingga mendorong peningkatan pendapatan masyarakat pesisir secara nyata (Gambar 4), Kondisi ini menunjukkan adanya keberhasilan pengelolaan konflik kepentingan antar stakeholders, sehingga frekuensi konflik di kalangan masyarakat menurun tajam,

Validasi Model Validasi model dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana model dapat menirukan kondisi yang sesungguhnya, Teknik validasi yang digunakan adalah validasi struktur model, dilakukan melalui uji validitas konstruksi dan kestabilan struktur. Validitas konstruksi menllnjukkan konstruksi model yang dapat diterima secara ilmiah; sedangkan kestabilan struktur menunjllkkan kekuatan struktur (robustness) dalam dimensi waktu,

ll lOlJII

~ ~ W1.Qj .

;lO~.(I'j ,

" .; sa ._ f'

! " "

/ ,

- •• <------110101 011111 010117 0101 n OIOI17

•••

.: HIli \

,: I

, ..

Validasi konstruksi dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana struktur model yang dirancang sesuai dengan aturan berpikir logis dari objek yang diteliti, Peningkatan vo lume investasi secara eksponensial (Gambar 3a), yang diikuti oleh peningkatan jumlah industri (Gambar 3b) dan volume limbah (Gambar 3c) melalui pola yang sarna, merupakan fenomena umum yang terjadi pada sistem yang sedang berkembang, Pad a fase ini, semua potensi sumberdaya dikondisikan untuk mendukung kinerja pertumbuhan, Peningkatan volume investasi juga didukung oleh iklim investasi yang kondusif dan insentif investasi yang menarik. Investasi dan industri merupakan dua sektor terkait yang memiliki peran saling melengkapi dalam rangka menciptakan sinergi pertumbuhan yang tinggi, Peningkatan volume limbah merupakan resiko lingkungan yang harus dibayar manakala industri menjadi pilihan untuk dikembangkan, Meskipun demikian, resiko ini sebenarnya dapat diminimasi melailli pemilihan industri ramah lingkungan dan pengelolaan sumber dampak secara konsisten (Gam bar 3c pada skenario new urbanism dan konservasi),

.. I ...

...

' 1112111 IIlll1ll 0101 ZIlIl 0101 :!C1T 01 011l~1 0101 »17

u,

Gambar 4 Gambar 5a Gambar 5b

25

Page 10: N BUDIDAYA PERAIRAN - IPB University

Jllrno/llmu-ilmu Perikanan t/on BIIt/itlaya Perairan /Desember 2007/, Val. V, No. 1:21-32

... 100 00000

~ .. oo :::-1000000

! 10000oo ~ 60000oo

U',.

~"· I : 1IIt,III

:'SOOOOOO / ~ 16,110 l

.:: 100011

]:::I-Z 10000.00

O.DD -

.'" ~ 40,00

..:: !II 00 1

.LOLlIL: OLO!)!!7 ' L'I '102:! OIOI;,ll'l 010107 01011 2 010111 olom 0lt121 0101111 0111111 'lflll 011)112 Dlol17 ... . ... Gambar 5e Gambar 6 Gambar 7

Gambar 4, Pola pertumbuhan pendapatan masyarakat peslslr pada tiga skenario; konvensional (merah), new urbanism (biru) dan konservasi (hijau),

Gambar 5a-e, Pola produksi ikan laut (eoklat), ikan tambak (hijau) dan rumput laut (ungu) pad a tiga skenario; Sa, konvensional , 5b, new urbanism dan 5e, konservasi,

Gambar 6, Pola daya dukung perikanan pada tiga skenario; konvensional (merah), new urbanism (biru) dan konservasi (hijau),

Gambar 7, Pola frekllensi konflik pada tiga skenario; konvensional (merah), new urbanism (biru) dan konservasi (hijau),

Kestabilan struktur model diketahui melalui perbandingan hasil simulasi antara main model dengan co-model, Strllktllr model dinyatakan stabil apabila terdapat keserupaan hasil simulasi antara keduanya, Pad a skenario new urbanism, dengan meneermati hasil simulasi variabel daya dukung perikanan pada main model dan pendapatan nelayan serta jumlah penduduk pad a co-model (Gam bar 8), diketahui bahwa terdapat keserupaan kinerja daya dukllng perikanan pad a main model dengan pendapatan nelayan dan jllmlah penduduk pada co-model (ketiga variabel tersebut eenderung membentuk limit to success archtype) , Dengan demikian, model yang diraneang telah memenuhi kriteria kestabilan struktur.

Validasi konsistensi dilakukan untuk mengetahui konsistensi unit anal isis, Pada sektor pen dud uk, level jumlah penduduk yang memiliki unit anal isis jiwa, terhubung oleh rate kelahiran yang unit analisisnya jiwaitahun, Karena angka kelahiran memiliki unit analisis %/tahun, maka agar

26

unit anal isis pad a sisi reinforcing process ini memenuhi kriteria va liditas konsistensi, antara level jumlah penduduk dengan rate kelahiran dihubungkan oleh auxiliary pembatas kelahiran yang bersifat dimensionless, karen a merupakan fungsi graphcurve (polynomial graph with linear asymptotes) yang tidak memiliki unit anal isis, Graphcurve mendapat inplll value dari auxiliQly pengganda kepadatan pendudllk (dimensionless), karena merupakan hasil multiplikasi dari constant lahan tersedia (km'), kepadatan penduduk (jiwaikm'), dan level jumlah penduduk (j iwa), Pada sisi balancing process, level jumlah penduduk (jiwa) dikontrol oleh rate kernatian (jiwaitahun); oleh karena itu, agar unit anal isis pada sisi ini memenuhi kriteria validitas konsistensi, hanya diperlukan sebuah constant umur harapan hidup yang memiliki unit anal isis tahun,

Penjelasan serupa digunakan pula untuk melakukan validasi konsistensi pada keseluruhan model yang diraneang

Page 11: N BUDIDAYA PERAIRAN - IPB University

PENGELOLAAN L1NGKUNGAN WILAYAH PESISIR DAN LA UT ... [SjaifilddinJ

... _ SJU(l11 o

• : S2jll _1 , j OIlUI

~, SIS lUI

• , ::i $IIIIUJ

! $SIn) :

I'U ..... 11100

IIUIIlXI

01 01 mi l 01011017 01 01 ~m 0101 2ml 11111121112111111 20170111111.122 111111 M7 01011012 III 012017 III 01 2022 01 O! 2027

WtLlli

(a) (b) (c)

Gambar 8. Keserupaan kinerja daya dukung perikanan (a) pad a main model dengan pendapatan masyarakat pesisir (b) danjumlah penduduk (c) pada co-model.

validasi kinerja dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kinerja model compatible dengan kinerja sistem. Perbandingan perilaku model dengan perilaku data aktual (direpresentasikan oleh pola kecenderungan data aktual) pad a variabel jumlah penduduk (Gambar 9), menunjukkan bahwa terdapat keserupaan kinerja model dengan kinerja sistem. Nilai AME (absolute means error) dan AVE (absolute variation error) pada variabel jumlah penduduk (masing-masing 5,96% dan 4,32%) juga masih berada pada batas penyimpangan (error) yang masih dapat diterima (5-10%) Dengan demikian, model yang dirancang telah memenuhi kriteria validitas kinerja. Secara keseluruhan, model yang telah memenuhi kriteria validitas konstruksi, kestabilan struktur, validitas , konsistensi dan validitas kinerja dinilai sebagai model yang logis dan objektif serta memenuhi kriteria kebenaran ilmiah.

Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk

mengetahui sensitivitas/kepekaan parameter, varia bel dan hubungan antar variabel di dalam model. Analisis sensitivitas menghasilkan perllbahan

perilakll model dan digunakan untuk menganal isis pengaruh intervensi terhadap kinerja model. Dalam penelitian 1111,

dilakukan anal isis sensltlvltas melalui intervensi fungsional, yaitu intervensi terhadap parameter tertentu dengan menggunakan fasilitas STEP (step function) dan PULSE (periodic pulse). Pemanfaatan fasilitas STEP untuk mengetahui pengaruh intervensi kebijakan perlindungan fisik habitat terhadap penutupan mangrove, misalnya, telah menyebabkan kurva penutupan mangrove yang membentuk pola exponential decay pad a skenario konvensional (Gam bar lOa, berubah menjadi limit to success pada skenario konservasi dan new urbanism (Gam bar I Db dan I Dc). Pemanfaatan fasilitas PULSE untuk mengetahui pengaruh intervensi kebijakan pengembangan industri terhadap jumlah industri, juga telah menyebabkan kurva jumlah industri yang membentuk pola exponential growth pad a skenario konvensional, berubah menjadi exponential decay pad a skenario konservasi dan exponential growth kembali pada skenario new urbanism (Gambar 3b).

27

Page 12: N BUDIDAYA PERAIRAN - IPB University

lurnaillmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan /Desember 2007/, Vol. V, No. J:2 /-32

IIUI" Ol~l!l 01'111 0lUI22 uloll7

TO.

Gambar 9

I.'

I.' ,.

.. . '" "" 19S

... '-~-~-~-~ 01 01 ~I l 0101201 1 0101 XIll m tll1Ol1

u.,L-~-~-~-~ 0101'2(112 01012017 010121'122 OIUI2Cl1 01 J~2Il1l 01 .. 2011 01 J"Jl2l 01 m:!ll17

I\ '~

Gambar 10 a Gambar 10 b Gambar 10 c

Gambar 9. Keserupaan kinerja model (biru) dengan kinerja sistem (merah) pada level jumlah penduduk.

Gambar lOa-c. Perubahan perilaku level penutupan mangrove sebagai efek dari pemanfaatan fasilitas STEP dalam intervensi kebijakan perlindungan fisik habitat. Skenario konvensional (a), new urbanism (b) dan konservasi (c).

Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan hasil anal isis terhadap

tiga skenario di atas dan peru bah an kinerja model menurut skenario yang ditetapkan, maka kebijakan yang direkomendasi kan untuk mendukung keberhasilan pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten di masa depan diuraikan sebagai berikut: a. Pengelolaan sumber dampak.

Kebijakan 1111 diarahkan untuk menjamin kelestarian fungsi ekosistem pesisir dan laut Teluk Banten.

b. Insentif investasi.

28

Kebijakan ini diperlukan selain untuk menekan tingginya biaya investasi di berbagai kegiatan ekonomi sektor kelautan, juga untuk merangsang

pertumbuhan kegiatan ekonomi baru di wilayah pesisir dan laut Teluk Banten.

c. Pengembangan industri. Perlu dibangun sebuah grand strategy pengembangan industri nasional yang didukung oleh aspek hukum yang jelas dan dituangkan secara nyata dalam program pembangunan di daerah, khususnya di wilayah pesisir dan laut Teluk Banten.

d. Perlindungan fisik habitat. Kebijakan ini dapat dilakukan melalui pengamanan kawasan ekosistem mangrove, terumbu karang dan padang lamun serta koordinasi lintas sektoral.

e. Pemberdayaan masyarakat. Kebijakan lI1i diimplementasikan melalui penataan sistem sosial-ekonomi

---

Page 13: N BUDIDAYA PERAIRAN - IPB University

PENGELOLAAN LlNGKUNGAN WILAYAH PESISIR DAN LA UT ... [SjaifuddinJ

dan pemberdayaan mental secara terpadu .

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Model pengelolaan lingkungan

wilayah pesisir dan laut Teluk Banten yang dirancang dengan mengintegrasikan kebijakan yang tepat melalui pengembangan industri , insentif investasi, perlindungan fisik habitat, pengelolaan sumber dampak dan pemberdayaan masyarakat, merupakan model yang implementatif dalam kaitannya dengan upaya peningkatan pendapatan masyarakat dan pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan.

Saran Untuk mengetahui kinerja sistem

secara lebih dalam, perlu dirancang model pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten dalam konteks yang lebih mikro (melibatkan komponen submodel secara lebih terbatas tetapi dengan tinjauan yang lebih detaiT) . Dengan model yang lebih mikro, alternatif kebijakan yang diimplementasikan bisa lebih spesifik.

DAFTAR PUSTAKA

Bellinger, G. 2004. Archetypes interaction structures of the universe. http://www.systems-thinking.orglarch/arch.htm. 24 jul 2006.

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, dan MJ. Sitepu. 2004. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Param ita. Jakarta.

Douven, W.J.A.M. 1999. Human pressure on marine ecosystems in the Teluk Banten coastal zone: present situation and future prospects. Teluk Banten Research Program Report Series 3: 1-38.

Douven W.J .A.M., Tiwi, D.A. and Heun, J . 2000. Integrated research to support coastal zone management in Banten Bay. Indonesian Journal of Coastal and Marine Resource Management.3 : I.

Eriyatno. 2003 . lImu Sistem Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manalemen .

. IPB Press. Bogar. French, P. W. 2004. The changing nature of,

and approaches to, UK coastal management at the start of the twenty-first centur~ . The Geographical Journal (\ 70).

Glimmerveen, M. 2001. Modelling interactions between natural and socio-economic systems : the catch and trade of live fish for food in Teluk Banten, West Java, Indonesia. Teluk Banten Research Program Report Series 5: 1-45 .

MacDonald, R.B. 2005 . Managing marine misbehavior: good sc ience, good

. pol icy, bad human . Journal of International Affairs (59).

29