Upload
lycong
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MUSEUM SEJARAH NANGRO ACEH DARUSSALAM
Rully Irvansyah
20304051
ABSTRAKSI
Aceh adalah kota yang sedang dalam tahap rekonstruksi dan rehabilitasi setelah
terkena musibah tsunami yang menghancurkan hampir dari separuh kota tersebut.
Pentingnya pembangunan kembali tempat tempat atau kawasan bersejarah di aceh dinilai
sangatlah penting.
Dengan merevitalisasi Museum Aceh fungsi bangunan tersebut akan berfungsi
kembali sebagaimana semestinya serta ikut mendukung 2 landmark bangunan di N.A.D (
Masjid Baiturahman dan Museum Tsunami ) menjadi satu kesatuan. Disamping itu,
mengubah pandangan masyarakat tentang keadaan Museum yang membosankan menjadi
sarana hiburan yang edukatif.
Kata Kunci : Nangroe Aceh Darussalam, Sejarah, Museum
PENDAHULUAN
Indonesia adalah sebuah
Negara yang besar memiliki banyak
propinsi dan mempunyai banyak
budaya didalamnya, hal itu di
karenakan Indonesia terdiri dari banyak
suku bangsa. Setiap daerah memiliki
ke khasan sejarah dan budaya
tersendiri salah satunya adalah Aceh
sebagai propinsi paling barat indonesia.
Aceh adalah kota yang sedang
dalam tahap rekonstruksi dan
rehabilitasi setelah terkena musibah
tsunami yang menghancurkan hampir
dari separuh kota tersebut. Pentingnya
pembangunan kembali tempat tempat
atau kawasan bersejarah di aceh dinilai
sangatlah penting. Jika dilihat dari
sejarah dan budayanya, aceh adalah
daerah pertama tempat masuknya
agama islam sehingga diberi nama
Serambi Mekah.. Hal itu dapat terjadi
dikarenakan letak geografis aceh yang
strategis yaitu di selat malaka, dan
sering dijadikan tempat peristirahatan
para pedagang yang lelah berlayar.
Sehingga budaya-budaya para
pedagang yang singgah seperti arab,
India, turki ikut tertinggal di aceh dan
membentuk budaya aceh seperti
sekarang ini.
Pada tahun 2004 bencana
tsunami melanda propinsi paling barat
Indonesia ini dan menghancurkan
aceh, banyak hal-hal yang berbau
sejarah dan budaya rakyat aceh
terhilangkan. Dokumentasi sejarah
1
serta informasi mengenai budaya dan
sejarah masyarakat aceh
membutuhkan tempat yang mampu
mengakomodir segala macam
keinginan masyarakat akan kebutuhan
informasi mengenai sejarah dan
budaya masyarakat aceh. Adanya
museum aceh tidak dapat memberikan
pelayanan secara maksimal,
dikarenakan keadaan bangunan yang
kurang mendukung dan kurang
terawatnya bangunan sehingga daya
tarik dari bangunan tersebut menjadi
kurang. Dengan program pemerintah
yang akan merevitalisasi Museum
aceh yang dikutip dari konsep
perancangan B.R.R untuk N.A.D yang
diharapkan dapat menarik minat
masyarakat untuk datang ke museum
aceh.
N.A.D
Aceh merupakan kota yang
sedang dalam pembangunan kembali
setelah di landa musibah tsunami,
acehpun mempunyai keinginan untung
bangkit kembali baik dari segi moril
maupun materil. Dengan kembali
merancang tataguna lahan, maka
pemerintah dapat mengantisipasi jika
ada bencana yang sama.
Perencanaan tersebut memberikan
peluang untuk pembangunan di
berbagai hal berjalan sesuai dengan
perencanaan. Site yang telah ada
yaitu di jalan Sultan Alaidin
Mahmudsyah no: 12 di kecamatan
baiturahman ini menjadi salah satu
tempat pembangunan kawasan
bersejarah. Museum negri aceh
sendiri dibangun di daerah ini
dikarenakan site tersebut adalah
bagian dari wilayah kesultanan,
sehingga pemerintah memutuskan
untuk membuat museum aceh di
daerah tersebut.
Bar -Barat site berbatasan dengan Jalan
Sultan Alaidin Mahmudsyah dan
Kreung Daroy
Gambar 1.1 Gambar Peta Aceh
Site Berbatasan Dengan
- Utara site berbatasan dengan
Rumah Rakyat.
-Selatan site berbatasan dengan
Rumah rakyat.
-Timur site: berbatasan dengan
Pendopo dan Gedung Juang
Sejarah Site berada di
lingkungan keraton, lahan dimana
pendopo yang sekarang berdiri
dulunya adalah tempat dari istana
2
kesultanan Samudra. Sungai yang
berada di depan site ini merupakan
bagian sejarah juga, dimana dahulu
sultan menginginkan adanya sungai
yang mengalir di dalam istanya. Lalu
di buatlah sungai ini yang di ambil
pangkalnya dari Sungai kreung aceh
yang kemudian dijadikan tempat
pemandian sang sultan dan sebagai
tempat menjamu tamu yang datang ke
istana beliau.
TEMA JEJAK MENUJU SEJARAH Tema yang digunakan dalam
mendisain museum sejarah ini adalah
jejak menuju sejarah. Pengertian tema
ini adalah:
Jejak bekas tapak kaki / bekas
langkah, tingkah laku (perbuatan) yg
telah dilakukan; perbuatan (kelakuan)
yg jadi teladan atau bekas yg
menunjukkan adanya perbuatan yg
telah dilakukan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia). Jejak identik dengan
sebuah tanda / sign yang dapat
memberikan petunjuk dan arah
kepada sesuatu sehingga orang yang
melihat mendapatkan informasi
dengan adanya tanda tersebut.
Sejarah adalah riwayat kejadian
masa lampau yang benar-benar terjadi
atau riwayat asal usul keturunan
(terutama untuk raja-raja yang
memerintah). Kata Sejarah berasal
dari kata Syajaratun atau Syajarah
dalam bahsa arab yang artinya pohon
atau silsilah. Umumnya sejarah atau
ilmu sejarah diartikan sebagai
informasi mengenai kejadian yang
sudah lampau.(Kamus Besar Bahasa
Indonesia). Sejarah adalah kejadian
yang telah terjadi di masa lampau,
sejarah identik dengan waktu dimana
waktu terus berjalan.
Maksud dari tema Jejak Menuju
Sejarah ini saya angkat untuk
memperlihatkan kembali hal-hal yang
mempengaruhi sejarah aceh, baik
yang disengaja atau pun tidak. Dalam
hal ini saya akan menggunakan hal-
hal yang mempengaruhi sejarah aceh
sebagai ide dari bentuk bangunan /
fasade, penataan ruang, landscape,
dll. Sehingga bangunan ini dapat
tercipta dari adanya jalan dan sejarah
yang di pilih oleh aceh dalam
menentukan masa depannya.
KONSEP PERANCANGAN Konsep desain bangunan ini
adalah Time Circle dimana konsep
ini didapat dari pendalaman makna
dari jejak menuju sejarah yang
dipahami oleh penulis. Bangunan
dasar dari Museum ini adalah
lingkaran, dimana pada bangunan inti
lingkaran didapat dari filosofi waktu
dan pada bangunan pendukung
lingkaran diambil dari garis axis
imajiner yang menghubungkan antara
Masjid Baiturrahman dengan
Museum Tsunami.
3
Pendalaman makna jejak menuju
sejarah tidak hanya sebatas pada
peninggalan peninggalan saja,
tetapi juga pada penanda budaya.
Dimana bentuk dari rimah aceh
sebagai bentuk awal bangunan dan
kemudian penggunaan ornament
ornament nya akan diterapkan
kedalam bangunan sehingga
unsure budayanyapun tidak hilang
begitu saja walaupun bentuk
bangunan di desain dengan
modern.
Ornament yang di gunakan pada
bangunan Rumoh Aceh memiliki 3
macam ukiran 1. Ukiran tumbuhan
yang melambangkan alam 2. Ukiran
anyaman yang melambangkan
persatuan 3. Ukiran anyaman
berbentuk simbol simbol islam. Ukiran
islam di gunakan dikarenakan aceh
memiliki sejarah yang cukup kuat
terhadap islam, ornament ini akan
diterapkan di dalam facade bangunan.
Gambar 1.2 Gambar Titik Sejarah
Gambar 1.4 Ornament Islam
BENTUK BANGUNAN
Bentuk banguna merupakan
perwujudan dari garis imajiner
menghubungkan antara Museum
Aceh, Masjid Baiturrahman dan
Museum Tsunami yang berbentuk
sebuah lingkaran sesuai dengan
analogi waktu yang berputar.
Kemudian ditarik garis yang
menghubungkan ketiganya sehingga
menemukan sebuah perpotongan
pada site.
Gambar 1.3 Gambar Rumoh Aceh
4
Gambar 1.5 Garis Imajiner
Transformasi bentuk bangunan
utama datang sebuah titik dimana titik
ini sebagai permulaan dari sejarah
kejayaan Aceh yang kemudian di
kembangkan menjadi sebuah
lingkaran, lingkaran ini juga sebagai
analogi waktu yang terus berputar.
Pada gubahan fasade kedua
mengambil dari perpotongan dari garis
imajiner yang menghubungkan antara
Museum Aceh, Masjid Baiturrahman
dan Museum Tsunami. Hasil
pperpotongan ini kemudian di jadikan
3 dimensi, bentuk yang panjang dan
membelok menandakan bahwa
museum ini berorientasi pada Masjid
Baiturrahman yang berperan penting
pada sejarah N.A.D.
Setelah mengalami
penggabungan bentuk, maka
didapatlah bentuk gubahan seperti
berikut ini.
Gambar 1.7 Transformasi Bentuk Bangunan
POLA SIRKULASI DIDALAM BANGUNAN
Pola sirkulasi yang diterapkan
di dalam bangunan ini adalah sirkulasi
memutar, dimana pada bagian
bangunan utama sirkulasi diberikan
ram. Konsep yang digunakan pada
sirkulasi ini masih dari analogi waktu
dimana waktu itu terus berulang dan
terus bertambah juga tidak dapat kita.
Gambar 1.6 Proses Gubahan Bentuk 1
Gambar 1.8 Pola Sirkulasi Bangunan Utama Gambar 1.7 Proses Gubahan Bentuk 2
5
Pemberian ram bertujuan agar
setiap pengunjung yang sedang
melihat lihat pameran di dalamnya
tidak akan mengikuti alur / segment
yang telah di tentukan. Selain itu ram
pemberian ram sendiri bertujuan agar
pengunjung yang berjalan di ruang
pamer tidak akan terasa bahwa dirinya
berjalan manaiki lantai 2, sehingga
pada saat sampai pada akhir cerita di
segment 1 ia akan brada di lantai 2
tanpa harus melalui tangga.
POLA BUKAAN PADA BANGUNAN
Bukaan yang terdapat pada
bangunan utama lebih di fokuskan
pada void ruang pamer yang bertujuan
untuk memberikan pencahayaan alami
dan sebagai pencahayaan sklupture
rumoh aceh yang ada di dalam ruang
pamer tersebut. Bukaan tersebut
berbentuk lingkaran yang di berikan
kerucut sebagai penutup kaca,
kerucut tersebut didapat dari garis
garis imajiner pada konsep bentuk
bangunan yang diaplikasikan
mengikuti entuk viod yaitu linkaran
sehingga menjadi kerucut. Disekitar
kerucut tersebut diberikan bukaan
memutar untuk menerangi lantai 3
sebagai lantai paling atas.
Gambar 1.10 Pola Bukaan Void
Gambar 1.11 Hasil Pencahayaan Alami Terhadap Ruang Pamer
Gambar 1.9 Pola Sirkulasi Keseluruhan Bukaan lainnya terdapat di bagian
fasad bangunan utama yang
melingkari bangunan tersebut.,
bukaan ini kelanjutan dari bukaan
pada gedung pendukung sehingga
dapat menjadi satu kesatuan. Bukaan
ini tidak mempengaruhi terhadap
pencahayaan ke dalam bangunan, hal
ini ditujukan agar prngunjung dapat
lebih berorientasi keldalam bangunan.
Untuk bangunan pendukung
peletekan bukaan berada di bagian
tengah mengikuti dari tipologi
bangunan adat daerah setempat
dimana pada bagian tengah fasade
lebih kepada bukaan.
6
HASIL RANCANGAN
Gambar 1.15 Exterior 3
Gambar 1.12 Exterior 1
Gambar 1.15 Exterior 4
Gambar 1.13 Exterior 2
Gambar 1.16 Exterior 5 Gambar 1.14 Perpektif View 1
Gambar 1.15 Perpektif View 2
Gambar 1.16 Exterior 6
7
Gambar 1.17 Interior Ruang Pamer 1 Gambar 1.21 Interior Ruang Pamer 5
Gambar 1.18 Interior Ruang Pamer 2 Gambar 1.22 Interior Auditorium 1
Gambar 1.23 Interior Auditorium 2 Gambar 1.19 Interior Ruang Pamer 3
Gambar 1.24 Interior Ruang Rapat
Gambar 1.20 Interior Ruang Pamer 4
8
DAFTAR PUSTAKA
Amril, Sjamsu. Data Arsitek Jilid 1 Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga 1995.
Badan Rekonstruksi Dan Rehabilitasi
Aceh-Nias: RTRW 2010 ; NAD, 2007
De Chiara, Joseph; Callender, John
Hancock. Time Saver Standards
for Building Types 3rd Editions.
Singapore: Mc Graw-Hill Inc, 1990.
Ernst, N. (2002). Data Arsitek (Jilid 2).
Jakarta: Erlangga.
http:/www.wikipedia.com
http:/www.kamusbesarbahasaindonesiaon
line.com
http:/www.archdaily.com
http:/www.melayu-online.com
http:/www.forumaceh.com
http:/www.wordpress.com
http:/www.danielibeskind.com
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2nd ed).
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta: Balai
Pustaka, 1991.
Pemerintah Daerah N.A.D: QANUN 2010
; NAD, 2007.
9