9
MUSEUM SEJARAH NANGRO ACEH DARUSSALAM Rully Irvansyah 20304051 ABSTRAKSI Aceh adalah kota yang sedang dalam tahap rekonstruksi dan rehabilitasi setelah terkena musibah tsunami yang menghancurkan hampir dari separuh kota tersebut. Pentingnya pembangunan kembali tempat tempat atau kawasan bersejarah di aceh dinilai sangatlah penting. Dengan merevitalisasi Museum Aceh fungsi bangunan tersebut akan berfungsi kembali sebagaimana semestinya serta ikut mendukung 2 landmark bangunan di N.A.D ( Masjid Baiturahman dan Museum Tsunami ) menjadi satu kesatuan. Disamping itu, mengubah pandangan masyarakat tentang keadaan Museum yang membosankan menjadi sarana hiburan yang edukatif. Kata Kunci : Nangroe Aceh Darussalam, Sejarah, Museum PENDAHULUAN Indonesia adalah sebuah Negara yang besar memiliki banyak propinsi dan mempunyai banyak budaya didalamnya, hal itu di karenakan Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa. Setiap daerah memiliki ke khasan sejarah dan budaya tersendiri salah satunya adalah Aceh sebagai propinsi paling barat indonesia. Aceh adalah kota yang sedang dalam tahap rekonstruksi dan rehabilitasi setelah terkena musibah tsunami yang menghancurkan hampir dari separuh kota tersebut. Pentingnya pembangunan kembali tempat tempat atau kawasan bersejarah di aceh dinilai sangatlah penting. Jika dilihat dari sejarah dan budayanya, aceh adalah daerah pertama tempat masuknya agama islam sehingga diberi nama Serambi Mekah.. Hal itu dapat terjadi dikarenakan letak geografis aceh yang strategis yaitu di selat malaka, dan sering dijadikan tempat peristirahatan para pedagang yang lelah berlayar. Sehingga budaya-budaya para pedagang yang singgah seperti arab, India, turki ikut tertinggal di aceh dan membentuk budaya aceh seperti sekarang ini. Pada tahun 2004 bencana tsunami melanda propinsi paling barat Indonesia ini dan menghancurkan aceh, banyak hal-hal yang berbau sejarah dan budaya rakyat aceh terhilangkan. Dokumentasi sejarah 1

MUSEUM SEJARAH NANGRO ACEH DARUSSALAM Rully …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1283/1/20304051.pdf · mempengaruhi sejarah aceh, baik yang disengaja atau pun tidak

  • Upload
    lycong

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

MUSEUM SEJARAH NANGRO ACEH DARUSSALAM

Rully Irvansyah

20304051

ABSTRAKSI

Aceh adalah kota yang sedang dalam tahap rekonstruksi dan rehabilitasi setelah

terkena musibah tsunami yang menghancurkan hampir dari separuh kota tersebut.

Pentingnya pembangunan kembali tempat tempat atau kawasan bersejarah di aceh dinilai

sangatlah penting.

Dengan merevitalisasi Museum Aceh fungsi bangunan tersebut akan berfungsi

kembali sebagaimana semestinya serta ikut mendukung 2 landmark bangunan di N.A.D (

Masjid Baiturahman dan Museum Tsunami ) menjadi satu kesatuan. Disamping itu,

mengubah pandangan masyarakat tentang keadaan Museum yang membosankan menjadi

sarana hiburan yang edukatif.

Kata Kunci : Nangroe Aceh Darussalam, Sejarah, Museum

PENDAHULUAN

Indonesia adalah sebuah

Negara yang besar memiliki banyak

propinsi dan mempunyai banyak

budaya didalamnya, hal itu di

karenakan Indonesia terdiri dari banyak

suku bangsa. Setiap daerah memiliki

ke khasan sejarah dan budaya

tersendiri salah satunya adalah Aceh

sebagai propinsi paling barat indonesia.

Aceh adalah kota yang sedang

dalam tahap rekonstruksi dan

rehabilitasi setelah terkena musibah

tsunami yang menghancurkan hampir

dari separuh kota tersebut. Pentingnya

pembangunan kembali tempat tempat

atau kawasan bersejarah di aceh dinilai

sangatlah penting. Jika dilihat dari

sejarah dan budayanya, aceh adalah

daerah pertama tempat masuknya

agama islam sehingga diberi nama

Serambi Mekah.. Hal itu dapat terjadi

dikarenakan letak geografis aceh yang

strategis yaitu di selat malaka, dan

sering dijadikan tempat peristirahatan

para pedagang yang lelah berlayar.

Sehingga budaya-budaya para

pedagang yang singgah seperti arab,

India, turki ikut tertinggal di aceh dan

membentuk budaya aceh seperti

sekarang ini.

Pada tahun 2004 bencana

tsunami melanda propinsi paling barat

Indonesia ini dan menghancurkan

aceh, banyak hal-hal yang berbau

sejarah dan budaya rakyat aceh

terhilangkan. Dokumentasi sejarah

1

serta informasi mengenai budaya dan

sejarah masyarakat aceh

membutuhkan tempat yang mampu

mengakomodir segala macam

keinginan masyarakat akan kebutuhan

informasi mengenai sejarah dan

budaya masyarakat aceh. Adanya

museum aceh tidak dapat memberikan

pelayanan secara maksimal,

dikarenakan keadaan bangunan yang

kurang mendukung dan kurang

terawatnya bangunan sehingga daya

tarik dari bangunan tersebut menjadi

kurang. Dengan program pemerintah

yang akan merevitalisasi Museum

aceh yang dikutip dari konsep

perancangan B.R.R untuk N.A.D yang

diharapkan dapat menarik minat

masyarakat untuk datang ke museum

aceh.

N.A.D

Aceh merupakan kota yang

sedang dalam pembangunan kembali

setelah di landa musibah tsunami,

acehpun mempunyai keinginan untung

bangkit kembali baik dari segi moril

maupun materil. Dengan kembali

merancang tataguna lahan, maka

pemerintah dapat mengantisipasi jika

ada bencana yang sama.

Perencanaan tersebut memberikan

peluang untuk pembangunan di

berbagai hal berjalan sesuai dengan

perencanaan. Site yang telah ada

yaitu di jalan Sultan Alaidin

Mahmudsyah no: 12 di kecamatan

baiturahman ini menjadi salah satu

tempat pembangunan kawasan

bersejarah. Museum negri aceh

sendiri dibangun di daerah ini

dikarenakan site tersebut adalah

bagian dari wilayah kesultanan,

sehingga pemerintah memutuskan

untuk membuat museum aceh di

daerah tersebut.

Bar -Barat site berbatasan dengan Jalan

Sultan Alaidin Mahmudsyah dan

Kreung Daroy

Gambar 1.1 Gambar Peta Aceh

Site Berbatasan Dengan

- Utara site berbatasan dengan

Rumah Rakyat.

-Selatan site berbatasan dengan

Rumah rakyat.

-Timur site: berbatasan dengan

Pendopo dan Gedung Juang

Sejarah Site berada di

lingkungan keraton, lahan dimana

pendopo yang sekarang berdiri

dulunya adalah tempat dari istana

2

kesultanan Samudra. Sungai yang

berada di depan site ini merupakan

bagian sejarah juga, dimana dahulu

sultan menginginkan adanya sungai

yang mengalir di dalam istanya. Lalu

di buatlah sungai ini yang di ambil

pangkalnya dari Sungai kreung aceh

yang kemudian dijadikan tempat

pemandian sang sultan dan sebagai

tempat menjamu tamu yang datang ke

istana beliau.

TEMA JEJAK MENUJU SEJARAH Tema yang digunakan dalam

mendisain museum sejarah ini adalah

jejak menuju sejarah. Pengertian tema

ini adalah:

Jejak bekas tapak kaki / bekas

langkah, tingkah laku (perbuatan) yg

telah dilakukan; perbuatan (kelakuan)

yg jadi teladan atau bekas yg

menunjukkan adanya perbuatan yg

telah dilakukan (Kamus Besar Bahasa

Indonesia). Jejak identik dengan

sebuah tanda / sign yang dapat

memberikan petunjuk dan arah

kepada sesuatu sehingga orang yang

melihat mendapatkan informasi

dengan adanya tanda tersebut.

Sejarah adalah riwayat kejadian

masa lampau yang benar-benar terjadi

atau riwayat asal usul keturunan

(terutama untuk raja-raja yang

memerintah). Kata Sejarah berasal

dari kata Syajaratun atau Syajarah

dalam bahsa arab yang artinya pohon

atau silsilah. Umumnya sejarah atau

ilmu sejarah diartikan sebagai

informasi mengenai kejadian yang

sudah lampau.(Kamus Besar Bahasa

Indonesia). Sejarah adalah kejadian

yang telah terjadi di masa lampau,

sejarah identik dengan waktu dimana

waktu terus berjalan.

Maksud dari tema Jejak Menuju

Sejarah ini saya angkat untuk

memperlihatkan kembali hal-hal yang

mempengaruhi sejarah aceh, baik

yang disengaja atau pun tidak. Dalam

hal ini saya akan menggunakan hal-

hal yang mempengaruhi sejarah aceh

sebagai ide dari bentuk bangunan /

fasade, penataan ruang, landscape,

dll. Sehingga bangunan ini dapat

tercipta dari adanya jalan dan sejarah

yang di pilih oleh aceh dalam

menentukan masa depannya.

KONSEP PERANCANGAN Konsep desain bangunan ini

adalah Time Circle dimana konsep

ini didapat dari pendalaman makna

dari jejak menuju sejarah yang

dipahami oleh penulis. Bangunan

dasar dari Museum ini adalah

lingkaran, dimana pada bangunan inti

lingkaran didapat dari filosofi waktu

dan pada bangunan pendukung

lingkaran diambil dari garis axis

imajiner yang menghubungkan antara

Masjid Baiturrahman dengan

Museum Tsunami.

3

Pendalaman makna jejak menuju

sejarah tidak hanya sebatas pada

peninggalan peninggalan saja,

tetapi juga pada penanda budaya.

Dimana bentuk dari rimah aceh

sebagai bentuk awal bangunan dan

kemudian penggunaan ornament

ornament nya akan diterapkan

kedalam bangunan sehingga

unsure budayanyapun tidak hilang

begitu saja walaupun bentuk

bangunan di desain dengan

modern.

Ornament yang di gunakan pada

bangunan Rumoh Aceh memiliki 3

macam ukiran 1. Ukiran tumbuhan

yang melambangkan alam 2. Ukiran

anyaman yang melambangkan

persatuan 3. Ukiran anyaman

berbentuk simbol simbol islam. Ukiran

islam di gunakan dikarenakan aceh

memiliki sejarah yang cukup kuat

terhadap islam, ornament ini akan

diterapkan di dalam facade bangunan.

Gambar 1.2 Gambar Titik Sejarah

Gambar 1.4 Ornament Islam

BENTUK BANGUNAN

Bentuk banguna merupakan

perwujudan dari garis imajiner

menghubungkan antara Museum

Aceh, Masjid Baiturrahman dan

Museum Tsunami yang berbentuk

sebuah lingkaran sesuai dengan

analogi waktu yang berputar.

Kemudian ditarik garis yang

menghubungkan ketiganya sehingga

menemukan sebuah perpotongan

pada site.

Gambar 1.3 Gambar Rumoh Aceh

4

Gambar 1.5 Garis Imajiner

Transformasi bentuk bangunan

utama datang sebuah titik dimana titik

ini sebagai permulaan dari sejarah

kejayaan Aceh yang kemudian di

kembangkan menjadi sebuah

lingkaran, lingkaran ini juga sebagai

analogi waktu yang terus berputar.

Pada gubahan fasade kedua

mengambil dari perpotongan dari garis

imajiner yang menghubungkan antara

Museum Aceh, Masjid Baiturrahman

dan Museum Tsunami. Hasil

pperpotongan ini kemudian di jadikan

3 dimensi, bentuk yang panjang dan

membelok menandakan bahwa

museum ini berorientasi pada Masjid

Baiturrahman yang berperan penting

pada sejarah N.A.D.

Setelah mengalami

penggabungan bentuk, maka

didapatlah bentuk gubahan seperti

berikut ini.

Gambar 1.7 Transformasi Bentuk Bangunan

POLA SIRKULASI DIDALAM BANGUNAN

Pola sirkulasi yang diterapkan

di dalam bangunan ini adalah sirkulasi

memutar, dimana pada bagian

bangunan utama sirkulasi diberikan

ram. Konsep yang digunakan pada

sirkulasi ini masih dari analogi waktu

dimana waktu itu terus berulang dan

terus bertambah juga tidak dapat kita.

Gambar 1.6 Proses Gubahan Bentuk 1

Gambar 1.8 Pola Sirkulasi Bangunan Utama Gambar 1.7 Proses Gubahan Bentuk 2

5

Pemberian ram bertujuan agar

setiap pengunjung yang sedang

melihat lihat pameran di dalamnya

tidak akan mengikuti alur / segment

yang telah di tentukan. Selain itu ram

pemberian ram sendiri bertujuan agar

pengunjung yang berjalan di ruang

pamer tidak akan terasa bahwa dirinya

berjalan manaiki lantai 2, sehingga

pada saat sampai pada akhir cerita di

segment 1 ia akan brada di lantai 2

tanpa harus melalui tangga.

POLA BUKAAN PADA BANGUNAN

Bukaan yang terdapat pada

bangunan utama lebih di fokuskan

pada void ruang pamer yang bertujuan

untuk memberikan pencahayaan alami

dan sebagai pencahayaan sklupture

rumoh aceh yang ada di dalam ruang

pamer tersebut. Bukaan tersebut

berbentuk lingkaran yang di berikan

kerucut sebagai penutup kaca,

kerucut tersebut didapat dari garis

garis imajiner pada konsep bentuk

bangunan yang diaplikasikan

mengikuti entuk viod yaitu linkaran

sehingga menjadi kerucut. Disekitar

kerucut tersebut diberikan bukaan

memutar untuk menerangi lantai 3

sebagai lantai paling atas.

Gambar 1.10 Pola Bukaan Void

Gambar 1.11 Hasil Pencahayaan Alami Terhadap Ruang Pamer

Gambar 1.9 Pola Sirkulasi Keseluruhan Bukaan lainnya terdapat di bagian

fasad bangunan utama yang

melingkari bangunan tersebut.,

bukaan ini kelanjutan dari bukaan

pada gedung pendukung sehingga

dapat menjadi satu kesatuan. Bukaan

ini tidak mempengaruhi terhadap

pencahayaan ke dalam bangunan, hal

ini ditujukan agar prngunjung dapat

lebih berorientasi keldalam bangunan.

Untuk bangunan pendukung

peletekan bukaan berada di bagian

tengah mengikuti dari tipologi

bangunan adat daerah setempat

dimana pada bagian tengah fasade

lebih kepada bukaan.

6

HASIL RANCANGAN

Gambar 1.15 Exterior 3

Gambar 1.12 Exterior 1

Gambar 1.15 Exterior 4

Gambar 1.13 Exterior 2

Gambar 1.16 Exterior 5 Gambar 1.14 Perpektif View 1

Gambar 1.15 Perpektif View 2

Gambar 1.16 Exterior 6

7

Gambar 1.17 Interior Ruang Pamer 1 Gambar 1.21 Interior Ruang Pamer 5

Gambar 1.18 Interior Ruang Pamer 2 Gambar 1.22 Interior Auditorium 1

Gambar 1.23 Interior Auditorium 2 Gambar 1.19 Interior Ruang Pamer 3

Gambar 1.24 Interior Ruang Rapat

Gambar 1.20 Interior Ruang Pamer 4

8

DAFTAR PUSTAKA

Amril, Sjamsu. Data Arsitek Jilid 1 Edisi

Kedua. Jakarta: Erlangga 1995.

Badan Rekonstruksi Dan Rehabilitasi

Aceh-Nias: RTRW 2010 ; NAD, 2007

De Chiara, Joseph; Callender, John

Hancock. Time Saver Standards

for Building Types 3rd Editions.

Singapore: Mc Graw-Hill Inc, 1990.

Ernst, N. (2002). Data Arsitek (Jilid 2).

Jakarta: Erlangga.

http:/www.wikipedia.com

http:/www.kamusbesarbahasaindonesiaon

line.com

http:/www.archdaily.com

http:/www.melayu-online.com

http:/www.forumaceh.com

http:/www.wordpress.com

http:/www.danielibeskind.com

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2nd ed).

Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Jakarta: Balai

Pustaka, 1991.

Pemerintah Daerah N.A.D: QANUN 2010

; NAD, 2007.

9