10
Jurnal Lepa-lepa Open https: //ojs.unm.ac.id/JLLO/index Volume 1 Nomor 2, 2021 e-ISSN 2776-4176 email : [email protected] 263 halaman 263-272 Submitted : 12/12/2020 Reviewed : 12/01/2021 Accepted : 16/02/2021 Published : 28/02/2021 Mural sebagai Media Edukasi dan Perbaikan Visual Sekolah di SMA Negeri 4 Jeneponto Nurdin. S 1 , St. Hatijah 2 , Yani M 3 , Sugiati 4 , Rhian Maulana Hilal Attawab 5 , Sri Yurdilawati 6 1 Pendidikan Jasmani dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolaragaan, Universitas Negeri Makassar. 2 Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Negeri Makassar 3 Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Makassar 4 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar. 5 Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Negeri Makassar. 6 Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Makassar. 1 [email protected] , 2 [email protected], 3 [email protected], 4 [email protected], 5 [email protected], 6 [email protected] ABSTRAK Tujuan pengabdian yang akan dilakukan adalah pembuatan mural dengan menggambarkan corak kebudayaan Jeneponto dan kata-kata motivasi untuk penguatan program sekolah SMAN 4 Jeneponto dan sebagai media pembelajaran seni rupa. Selain dapat dijadikan sebagai media belajar, mural juga memperindah tampilan lingkungan sekolah. Metode yang dilakukan pada pembuatan mural ini adalah dengan melakukan diskusi dengan pihak sekolah terkait tema yang akan digambarkan pada mural tersebut. Pelaksanaan kegiatan ini berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan program Pengalaman Lapangan (PPL) berupa pembuatan mural ini memberi tampilan baru bagi sekolah sekaligus menjadi media belajar untuk siswa mengembangkan pengetahuan pendidikan karakter. Kata kunci: Mural, Budaya, Pendidikan, Karakter ABSTRACT The purpose of the dedication to be carried out is making a mural depicting the Jeneponto cultural style and motivational words to strengthen the school program of SMAN 4 Jeneponto and as a medium for learning fine arts. Apart from being used as a learning medium, murals also estetic the appearance of the school environment. The method used in making this mural is to hold discussions with school-related parties that will be depicted on the mural. The implementation of this activity went well as planned. The Field Experience Program (PPL) activity in the form of making this mural gives a new look to the school as well as a learning medium to develop character education knowledge. Keywords: Mural, Cultur, Education, Character PENDAHULUAN Dalam Dunia Pendidikan secara umum adalah menciptakan individu atau peserta didik yang berkualitas, berbudipekerti luhur, serta berbakti terhadap nusa dan bangsa. Mural dalam konteks pendidikan di sekolah memiliki peran aktif sebagai media pembelajaran dengan metode visual untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan peserta didik tentang nilai-nilai sosial-budaya. Dalam perkembangan mutakhirnya, pendidikan di sekolah-sekolah khususnya di Indonesia, bukan lagi hanya sebatas memberi materi melalui ceramah di dalam ruang kelas, akan tetapi dengan metode visual di luar ruang kelas pun telah diterapkan. Demikian, maka mural (lukisan dinding) mengambil peran aktifnya sebagai media pembelajaran. Melalui mural di sekolah-sekolah, pendidikan konservasi tampil sebagai sesuatu yang berbeda dari yang sebelumnya. Mural sebagai bentuk karya seni rupa yang representatif dan sarat dengan unsur-unsur komunikasi, hidup dalam lingkungan sekolah pada beberapa dekeade terakhir. Mural sering dijadikan sarana yang efektif dalam pendidikan konservasi di sekolah, yaitu sebagai model pembelajaran dengan metode visual. Dalam hal ini berfokus pada arsitektur sekolah, ruang nonmengajar.

Mural sebagai Media Edukasi dan Perbaikan Visual Sekolah

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mural sebagai Media Edukasi dan Perbaikan Visual Sekolah

JurnalLepa-lepaOpenhttps://ojs.unm.ac.id/JLLO/indexVolume1Nomor2,2021 e-ISSN2776-4176

email:[email protected] 263 halaman263-272

Submitted : 12/12/2020 Reviewed : 12/01/2021 Accepted : 16/02/2021 Published : 28/02/2021

Mural sebagai Media Edukasi dan Perbaikan Visual Sekolah di SMA Negeri 4

Jeneponto

Nurdin. S1, St. Hatijah2, Yani M3, Sugiati4, Rhian Maulana Hilal Attawab5, Sri Yurdilawati6

1Pendidikan Jasmani dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolaragaan, Universitas Negeri Makassar. 2Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Negeri Makassar

3Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Makassar 4Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar.

5Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Negeri Makassar. 6Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Makassar.

[email protected] , [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Tujuan pengabdian yang akan dilakukan adalah pembuatan mural dengan menggambarkan corak kebudayaan Jeneponto dan kata-kata motivasi untuk penguatan program sekolah SMAN 4 Jeneponto dan sebagai media pembelajaran seni rupa. Selain dapat dijadikan sebagai media belajar, mural juga memperindah tampilan lingkungan sekolah. Metode yang dilakukan pada pembuatan mural ini adalah dengan melakukan diskusi dengan pihak sekolah terkait tema yang akan digambarkan pada mural tersebut. Pelaksanaan kegiatan ini berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan program Pengalaman Lapangan (PPL) berupa pembuatan mural ini memberi tampilan baru bagi sekolah sekaligus menjadi media belajar untuk siswa mengembangkan pengetahuan pendidikan karakter.

Kata kunci: Mural, Budaya, Pendidikan, Karakter

ABSTRACT The purpose of the dedication to be carried out is making a mural depicting the Jeneponto

cultural style and motivational words to strengthen the school program of SMAN 4 Jeneponto and as a medium for learning fine arts. Apart from being used as a learning medium, murals also estetic the appearance of the school environment. The method used in making this mural is to hold discussions with school-related parties that will be depicted on the mural. The implementation of this activity went well as planned. The Field Experience Program (PPL) activity in the form of making this mural gives a new look to the school as well as a learning medium to develop character education knowledge.

Keywords: Mural, Cultur, Education, Character

PENDAHULUAN Dalam Dunia Pendidikan secara umum adalah menciptakan individu atau peserta didik yang

berkualitas, berbudipekerti luhur, serta berbakti terhadap nusa dan bangsa. Mural dalam konteks pendidikan di sekolah memiliki peran aktif sebagai media pembelajaran dengan metode visual untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan peserta didik tentang nilai-nilai sosial-budaya. Dalam perkembangan mutakhirnya, pendidikan di sekolah-sekolah khususnya di Indonesia, bukan lagi hanya sebatas memberi materi melalui ceramah di dalam ruang kelas, akan tetapi dengan metode visual di luar ruang kelas pun telah diterapkan. Demikian, maka mural (lukisan dinding) mengambil peran aktifnya sebagai media pembelajaran. Melalui mural di sekolah-sekolah, pendidikan konservasi tampil sebagai sesuatu yang berbeda dari yang sebelumnya. Mural sebagai bentuk karya seni rupa yang representatif dan sarat dengan unsur-unsur komunikasi, hidup dalam lingkungan sekolah pada beberapa dekeade terakhir. Mural sering dijadikan sarana yang efektif dalam pendidikan konservasi di sekolah, yaitu sebagai model pembelajaran dengan metode visual. Dalam hal ini berfokus pada arsitektur sekolah, ruang nonmengajar.

Page 2: Mural sebagai Media Edukasi dan Perbaikan Visual Sekolah

Jurnal Lepa-lepa Open | Volume 1 Nomor 2, 2021| 264

email:[email protected] halaman263-272

Mural sebagai sarana pendidikan di sekolah-sekolah, memang disarankan agar para murid atau peserta didik ketika melihat lukisan dinding yang dibuat, selain menjadi ‘terhibur’, sekaligus mendapatkan pesan-pesan dari lukisan dinding atau mural yang dilihatnya. Demikian, karena pembuatan mural di lingkungan sekolah, memang tidak hanya memikirkan unsur estetiknya saja, melainkan, dan yang paling utama adalah kandungankandungan pesan yang ingin disampaikan kepada peserta didik melalui mural tersebut. Dengan demikian, boleh dikata mural dalam lingkungan sekolah menjadi penting dan sangat mendidik. Tidak jarang ditemukan mural di lingkungan sekolah dengan pesan-pesan yang hanya berupa tulisan-tulisan formal saja (grafity). Metode seperti ini, kini dianggap kurang efektif, karena hanya berupa tulisan saja sehingga kurang mendapat perhatian dari murid. Dengan demikian, maka tidak heran saat ini ketika kita memasuki beberapa lingkungan sekolah, kita akan melihat beberapa lukisan yang terpajang di dinding-dinding gedung sekolah, seolah-olah ada suatu kegiatan pameran lukisan yang diadakan dalam lingkungan sekolah itu. Padahal, ini merupakan metode yang baru dalam konteks pendidikan konservasi melalui metode visual, yaitu mural.

SMA Negeri 4 Jeneponto adalah salah satu sekolah yang berada di Jl. Poros Makassar-Jeneponto KM.60 desa Banrimanurung Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto. Sejak berdirinya tahun 1993/1994 SMAN 1 Bangkala Barat cukup berkembang pesat dengan berbagai prestasi murid dan para guru-gurunya. Dalam perjalanannya sekolah Menengah Atas kelembagaannya berpindah ke provinsi pada tahun 2010 lewat Peraturan Pemerintah Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, dan lewat Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Tahun 2017 tentang Organisasi Data Kerja Unit Pelaksana Sekolah Menengah Atas Negeri pada Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan, SMAN 1 Bangkala Barat berubah menjadi SMA Negeri 4 Jeneponto. Salah satu alasan pembuatan mural yaitu melihat kondisi fisik sekolah yang masih minim akan estetik pada dinding sekolah, dan sebagai syarat penunjang sebagai sekolah berAkreditasi A. Dari hasil analisis sementara Mahasiswa PPL melihat kondisi sekolah yang masih kurang estetik dan ingin memberikan solusi untuk menampilkan wajah baru sekolah dengan konsep seni/art yang dituagkan dalam bentuk mural edukasi. Selain memperbaiki visual pada sekolah diharapkan mural tersebut dapat bermanfaat bagi guru dan siswa untuk menambah minat belajar. Di sini kita sebagai mahasiswa PPL merasa tergerak untuk memanfaatkan seni visual mural, Seni visual merupakan salah satu dari sifat seni yang artinya hasil cipta seni yang penghayatannya dengan mengunakan indra penglihatan, oleh karena itu seni tersebut mempunyai wujud yang kongkrit. Hasil dari seni rupa yang bersifat visual seperti seni lukis, seni lustrasi, dan seni rupa tri matra (Edy Tri Sulistyo, 2005: 89). Mural adalah bagian dari seni lukis yang mengunakan media dinding untuk mengenalkan budaya dan kata-kata motivasi kepada peserta didik dan untuk memberikan kesan estetik pada sekolah.

Hasil analisis yang telah dijabarkan, diketahui bahwa permasalahan yang ada di sekolah ini sebagai berikut: (1) pengelolah atau pengurus sekolah belum memiliki ide khusus untuk memperindah tampilan fisik bangunan, dan perawatan sebatas mengecet bangunan setiap tahunnya; (2) kondisi sekolah yang minim edukasi seperti mural edukasi. Solusi yang ditawarkan mahasiswa PPL kepada pihak sekolah yaitu pembuatan mural pada dinding yang telah di tentukan yaitu pada gerbang dan beberapa dinding sekolah sebagai upaya perbaikan visual sekolah.

Sifat mural yang penuh ketelitian dalam pengerjaan sehingga memunculkan kesan sempurna tentu berbeda dengan graffiti maupun bentuk street art lain yang sifatnya cepat digoreskan pada tembok. Seni mural sendiri umumnya dibuat untuk memperindah kota, meski begitu fungsi dari seni yang ditampilkan pada ruang publik akan dimaknai beragam oleh para penikmat ditengah perdebatan masyarakat mengenai mural sebagai aksi illegal dan legal. Sekilas aksi seni mural yang dilakukan asal-asalan erat hubungannya dengan aksi geng jalanan atau vandalisme, namun bila aksi mural dibuat dengan tujuan yang jelas serta memiliki makna dan nilai estetika yang benar hasil mural pun akan terlihat nilai seni yang tinggi.

METODE KEGIATAN

Mural merupakan salah satu karya seni elemen ruang yang ditunjukkan dalam bentuk lukisan ukuran besar mengisi dinding, langit-langit dan permukaan datar lainnya. Pembuatan mural disekolah dapat dijadikan sebagai media pendidikan apabila isinya memuat nilai-nilai edukasi dan syarat akan pesan-pesan moral. Selain itu mural juga dapat dijadikan sebagai media belajar untuk mengembangkan pendidikan karakter di sekolah sekaligus untuk memperindah lingkungan sekitar sekolah. Kegiatan ini dilaksanakan pada Bulan Desember 2020 bertempat di SMAN 4 Jeneponto Jl. Poros Makassar-Jeneponto KM.60 Desa Banrimanurung. Adapun biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan mural

Page 3: Mural sebagai Media Edukasi dan Perbaikan Visual Sekolah

Jurnal Lepa-lepa Open | Volume 1 Nomor 2, 2021| 265

email:[email protected] halaman263-272

yaitu : Rp. 1.400.000,00 Adapun alat dan bahan dalam pembuatan mural edukasi di SMAN 4 jeneponto yaitu:

A. Alat • Kuas • Palet • Pengadut Cat • Meteran • Lakban

B. Bahan • Cat • Air • Krayon

Program PPL ini dibuat untuk memberikan nilai estetik dan sebagai baha edukasi untuk SMAN 4 Jeneponto. Kegiatan pembuatan mural ini diawali dengan diskusi dengan pihk sekolah yaitu kepala sekolah SMAN 4 Jeneponto tentang tema yang diinginkan dan tempat pelukisan mural di sekolah. Pelaksanaan kegiatan pembuatan mural ini terdiri dari beberapa tahap yaitu sebagai berikut: 1. Pengadaan Bahan dan Alat.

Alat adalah suatu barang, peralatan yang diperlukan di dalam proses karya seni rupa( Edy Tri Sulistyo, 2005: 107 ). Sedangkan dalam pembuatan seni visual mural ini tembok merupakan media yang di butuhkan dalam proses karya seni rupa.Pada tahap ini adalah tahap permulaan. Persiapan bahan dan alat sangat penting sehingga tidak menghambat pengerjaan. Pemilihan bahan dan alat mempengaruhi kualitas gambar yang dihasilkan. Bahan yang harus dipersiapkan adalah : cat tembok warna putih, pigmen warna primer (biru, merah, kuning, hitam), binder, kapur, dan pensil. Untuk pemilihan cat tembok dipilih cat tembok yang mudah kering, permukaan yang dihasilkan dari hasil pengecatan halus serta dapat menutup pori pori dinding dengan cepat. Pigmen warna yang dipilih adalah warna primer (pokok. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi pemborosan bahan. Binder adalah bahan yang dipakai untuk lapisan terakhir dari hasil pengecatan, dioleskan ketika cat sudah mengering. Hal ini dilakukan supaya gambar yang dihasilkan tidak mudah kusam, rusak terutama tahan terhadap cuaca. Alat yang digunakan adalah skrap, dan amplas untuk membersihkan media dari debu, dan cat yang lama, kuas untuk mengoleskan cat pada dinding, ember untuk menampung cat, pensil, kertas dan penghapus untuk sketsa, tangga lipat untuk menjangkau dinding yang tinggi, deklit untuk melindungi dinding dimana catnya masih basah dari air hujan ketika terjadi hujan. 2. Pembersihan Media

Setelah pengadaan dahan dan alat maka selanjutnya adalah pembersihan media,Medi adalah sesuatu bahan baku yang di butuhkan dalam proses karya seni rupa(Edy Tri Sulistyo, 2005: 109). Tahap pembersihan dinding dari cat lama, coretan, debu, dan kotoran lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara penyekrapan. Kemudian pengelupasan cat tembok terakhir digosok dengan amplas supaya permukaam dinding benar benar rata. Setelah penyekrapan dan pengamplasan selesai maka dinding dibersihkan dengan kain yang basah agar sisa sisa kotoran yang menutupi pori pori tembok bisa bersih, sehingga cat yang baru dapat menyatu dengan dinding dan cat yang baru tidak mudah mengelupas. 3. Pembuatan Sketsa

Tahap sketsa di mulai dari sketsa yang di lakukan di atas kertas, setelah di atas kertas disetujui maka sketsa langsung dapat di transfer ke media dinding. 4. Pewarnaan

Setelah sketsa jadi, selanjutnya adalah percampuran cat olah menjadi warna warna yang sesuai dengan yang diinginkan. Cat tembok dicampur dengan seperlima binder dari masa cat tembok. Hal ini bertujuan agar warna tidak mudah pudar serta dapat merekat kuat pada dinding. Setelah percampuran warna selesai maka pewarnaan yang pertama adalah pengeblokan yaitu warna dasar. Kedua pewarnaan dengan mendetailkan objek yaitu pewarnaan agar mengesankan gelap terang objek. Ketiga pewarnaan dengan memberi kontur hitam atau garis pinggir objek agar gambar terkesan lebih hidup dan tegas.

Page 4: Mural sebagai Media Edukasi dan Perbaikan Visual Sekolah

Jurnal Lepa-lepa Open | Volume 1 Nomor 2, 2021| 266

email:[email protected] halaman263-272

5. Finishing Tahap finishing adalah pemberian lapisan terakhir pada dinding yang telah di cat, setelah cat

mengering maka selanjutnya memberikan lapisan binder agar warna tetap cemerlang dan awet. Cara pengolesannya dengan cara dikuaskan. Pelaksanaan program PPL ini mengalami beberapa hambatan dalam pengerjaanya, hambatan tersebut adalah : cuaca yang sering terjadi hujan sehingga pengerjaan agak terganggu, yaitu mengingat cat tidak dapat langsung kering jila terkena air akan luruh. Adapun solusi yang dilakukan pada hambatan ini adalah dengan memasang deklit untuk melindungi dinding dengan cat yang masih basah tersebut agar tidak terkena air. Solusi terhadap permasalahan ini adalah dengan melakukan percampuran warna sendiri, sehingga lebih efisien dalam pengunaan bahan.

HASIL & PEMBAHASAN

Mural merupakan salah satu karya seni elemen ruang yang diwujudkan dalam bentuk lukisan ukuran besar mengisi dinding, langit-langit dan permukaan datar lainnya. Mural dapat digunakan sebagai media Pendidikan apabila konten isinya memuat nilai-nilai edukasi dan sarat akan pesan pesan moral (Thamrin & Noviana, 2020). Mural juga dapat dijadikan sebagai petanda atau penanda identitas suatu tempat. (Ramadani & Sabiruddin, 2018). Hal ini menunjukan bahwa mural dapat dijadikan sebagai media belajar untuk mengembangkan pendidikan karakter di sekolah sekaligus untuk mempercantik lingkungan sekitar sekolah (Sapentri, 2017). Mural dan Perkembangannya Mural merupakan sebuah lukisan yang besar pada sebuah dinding, namun mural tidak sama dengan karya lukis. Terdapat syarat khusus sebuah karya dapat dikatakan sebagai sebuah karya mural, yaitu kaitannya dengan arsitektur/bangunan, baik dari sisi desain (mempunyai unsur estetika), maupun usia serta perawatannya dan juga dari sisi kenyamanan dalam pengamatannya. Mural dapat diproduksi baik di dalam maupun luar ruangan. Sejarah mencatat bahwa mural sudah ada sejak jaman prasejarah, yaitu 31.500 tahun silam, yang terdapat di lukisan gua di Lascaux, di selatan Perancis. Di Indonesia sendiri tercatat bahwa lukisan dinding juga sudah ada sejak jaman prasejarah, yaitu di jaman Mesolitikum. Pada saat itu lukisan dinding digunakan sebagai tanda bahwa pernah ada manusia yang telah menghuni dan melangsungkan kehidupan di gua tersebut. l]. Sejarah seni rupa juga mencatat, lukisan mural yang terkenal adalah Guernica atau Guernica y Luno karya Pablo Picasso, yang dibuat saat perang sipil Spanyol di tahun 1937. Mural ini dibuat dalam rangka memperingati pengeboman tentara Jerman di sebuah desa kecil. Sementara di Indonesia sendiri juga tercatat bahwa ketika perang untuk meraih kemerdekaan, banyak para pahlawan dan masyarakat menggunakan media mural untuk mengobarkan semangat dalam meraih kemerdekaan. (Nababan, 2019). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas visual sebuah kawasan adalah dengan seni mural. Selain dianggap memperindah tampilan kawasan, keberadaan gambar-gambar dan warna ini juga dapat memperkuat karakter sebuah kawasan. Oleh sebab itu, keberadaan bangunan sebagai media mural berupa dinding sangat diperlukan. Dinding tidak hanya berfungsi sebagai pembatas ruang namun juga dapat digunakan sebagai media untuk memperindah ruangan. Mural juga dapat dijadikan sebagai petanda atau penanda identitas suatu tempat. (Ramadani & Sabiruddin, 2018).

Seni mural sebenarnya sudah ada sejak jaman dahulu kala. Bahkan jika ditilik dari sejarah mural, mural sudah ada sejak 31.500 tahun yang lalu tepatnya pada masa prasejarah. Pada masa itu terdapat sebuah lukisan yang menggambarkan sebuah gua di Lascaux yaitu daerah Selatan Prancis. Mural yang dibuat pada masa prasejarah tersebut menggunakan sari buah sebagai cat air (karena pada masa prasejarah belum ada cat). Pada masa prasejarah, negara yang paling banyak memiliki lukisan dinding atau mural tidak lain yaitu Prancis. Salah satu mural atau lukisan dinding yang paling terkenal pada saat itu yaitu mural karya Pablo Picasso. Pablo Picasso membuat sebuah mural yang dinamakan Guernica atau Guernica y Luno. Mural art ini dibuat pada saat terjadinya peristiwa perang sipil di Spanyol pada tahun 1937. Tujuan dibuatnya mural ini yaitu untuk memperingati peristiwa pengeboman oleh tentara Jerman yang terjadi di sebuah desa kecil dimana kebanyakan diantara mereka yaitu masyarakat Spanyol.

Page 5: Mural sebagai Media Edukasi dan Perbaikan Visual Sekolah

Jurnal Lepa-lepa Open | Volume 1 Nomor 2, 2021| 267

email:[email protected] halaman263-272

Mural seperti halnya keberadaan media seni rupa lainnya, yaitu lukisan, patung, seni ukir yang belakangan ini semakin mendapatkan perhatian dari masyarakat luas yang awam terhadap perkembangan maupun keberlangsungan hidup senirupa. Mural merupakan salah satu media yang efektif dan akhir-akhir ini dijadikan media penyampai pesan secara visual. Mural menurut Susanto (2002:167), memberikan definisi sebagai lukisan besar yang dibuat untuk mendukung ruang arsitektur. Mural ini bisa peneliti temukan di tembok-tembok kota, bisa berupa gambar kartun, manusia ataupun hewan. Mural ini pada dasarnya merupakan salah satu bentuk seni rupa, namun terdapat pesan-pesan yang terkandung di dalamnya, yang ditujukan kepada khalayak umum. Mural tidak hanya berdiri sendiri tanpa kehadiran ribuan makna. Bagi pembuatnya ada pesanpesan yang ingin disampaikan melalui mural.

Mural menurut Susanto (2002:76) memberikan definisi sebagai lukisan besar yang dibuat untuk mendukung ruang arsitektur. Definisi tersebut bila diterjemahkan lebih lanjut, maka mural sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari bangunan dalam hal ini dinding. Dinding dipandang tidak hanya sebagai pembatas ruang maupun sekedar unsur yang harus ada dalam bangunan rumah atau gedung, namun dinding juga dipandang sebagai medium untuk memperindah ruangan. Kesan melengkapi arsitektur bisa dilihat pada bangunan gereja Katolik yang bercorak Barok yang melukis atap gereja yang biasanya berupa kubah dengan lukisan awan dan cerita di Alkitab. Mural juga berarti lukisan yang dibuat langsung maupun tidak langsung pada permukaan dinding suatu bangunan, yang tidak langsung memiliki kesamaan dengan lukisan. Perbedaannya terletak pada persyaratan khusus yang harus dipenuhi oleh lukisan dinding, yaitu keterkaitannya dengan arsitektur/ bangunan, baik dari segi desain (memenuhi unsur estetika), maupun usia serta perawatan dan juga dari segi kenyamanan pengamatannya (2002: 76).

Manfaat dalam menggunakan seni mural, sebagai berikut: 1) Meningkatkan Kreativitas. Bukan hanya membuat ruang tampak indah, namun juga memberi nilai lebih pada ruangan tersebut. Dapat merangsang daya seni dan imajinasi pada orang yang melihatnya. 2) Memberi Kesan dinding yang luas. Melalui gambar, pola dan warna tertentu yang ditampilkan oleh lukisan mural di dinding, dapat membuat dinding rumah terkesan lebih luas dan lapang. 3) Media Edukasi. Sering kali lukisan mural juga digunakan sebagai sarana edukasi. Misalnya dengan memberi penyuluhan untuk melakukan sesuatu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Mural dengan kepentingan estetik disamping sudah pernah dilakukan untuk kebutuhan desain interior misalnya untuk menampilkan kesan segar maupun kesan berada dalam alam untuk menimbulkan kenyaman dari sang pemilik rumah maupun ruangan, namun mural dengan estetik sebagai tampilan utamanya juga dapat dilakukan di luar ruang. Mural seperti ini biasanya merepresentasikan dari gaya visual, seperti komik, simbolik, espressionisme hingga realisme.

Beberapa teknik dalam mebuat seni mural sebagai berikut: 1) Teknik Proyektor. Cara melukisnya ialah dengan memanfaatkan gambar yang keluar dari proyektor dan melukisnya. Dengan hanya mengikuti bentuk bayangan dan mewarnainya, lukisan mural dapat diselesaikan. Untuk menggunakan teknik ini, juga harus memperhatikan pencahayaan yang ada dalam ruangan. Usahakan cahaya yang ada di buat seminim mungin, agar gambar yang keluar dari proyektor terlihat dengan jelas. 2) Teknik Kertas Karbon.Teknik kedua ini masih dapat dikategorikan sebagai teknik yang mudah, karena hanya cukup meniru gambar aslinya menggunakan kertas karbon, kertas transfer, atau kertas kopi. Teknik ini sangat direkomendasikan bagi pemula yang masih ragu untuk membuat mural dengan goresan tangan sendiri. Tetapi, dalam menggunakan teknik ini juga harus berhati-hati karena kertas tidak boleh goyah sedikitpun. 3) Teknik Skala. Dengan menggunakan perbandingan dalam skala tertentu agar gambar dapat diperbesar. Rancanglah terlebih dahulu konsep dinding kamar melalui software desain menggunakan skala yang tepat. Selanjtunya berikan garis-garis vertikal dan horizontl sebagai skalannya. Dan cetak hasil olahan desain tersebut. 4) Teknik Langsung. Teknik yang terakhir adalah teknik yang digunakan oleh pemural profeisonal dengan alasan menghemat waktu pengerjaan. Karena sudah terbiasa membuat mural, tidak ada kesulitan berarti saat membuat mural dengan konsep yang rumit sekalipun. Hasillnya, tentu saja terlihat indah dan tidak miring. Tetapi bagi yang merasa dirinya masih terbilang pemula, disarankan untuk menghindari teknik ini kalau tidak ingin membuang-buang waktu, biaya dan tenaga yang sudah dikeluarkan dengan percuma.

Proses memunculkan citraan atau imaji terbentuk dari gambar. Melukis adalah memvisualkan atau mengeksekusi secara estetik kaidah-kaidah dalam seni rupa. Melukis di dinding (mural) secara prinsip berbeda halnya dengan melukis di kanvas. Lukisan di atas kanvas, sejak pertama mulai dipraktekkan di masa Renaisans dianggap membawa serta semangat pembaharuan dan cita-cita modern. Berbeda dengan tradisi mural yang sarat dengan pesan dan nilai keyakinan adat bersama

Page 6: Mural sebagai Media Edukasi dan Perbaikan Visual Sekolah

Jurnal Lepa-lepa Open | Volume 1 Nomor 2, 2021| 268

email:[email protected] halaman263-272

maupun pemahaman karakteristik sosial, melukis pada kanvas lebih mencirikan semangat individual. Sejak saat itu pula nama pembuatnya (sang pelukis) jadi dikenal, nama itu dianggap penting: sebagai pencipta. Lukisanpun punya 'tempat' khusus dan mandiri (yaitu kanvas), jadi 'objek', hingga bisa bergerak dipindahkan dari satu tempat ketempat lain; lukisan tak lagi terikat pada tempat yang sudah punya cerita dan pesan (misalnya, gereja). Lukisan tercipta mandiri. Maka arti yang bisa dikandung sebuah lukisan pun dianggap mandiri, berhubungan dengan kebebasan sang senimannya (Zaelani, 2004). Hal lainnya adalah pada kerjasama tim yang ada dalam proyek mural. Hampir tidak ada karya mural hasil dari satu orang seniman, hal demikian tidak hanya melibatkan orang lain dalam mempersiapkan kerja kasar saja, namun juga melibatkan orang lain dalam melakukan brainstorming serta sekaligus mengeksekusi.

Dalam perspektif seni rupa populer atau seni rupa massa, maka mural mampu membentuk masyarakat homogen yang bisa dengan cukup memiliki solidaritas bersama hingga bisa memiliki cita rasa dominan. Dinding yang dipakai sebagai media dalam mural yang biasa dipakai adalah dinding penyangga jembatan layang, tembok sisi sungai dan tembok rumah pinggir jalan yang dibiarkan tidak terawat. Sedangkan di Jogja, dinding yang dipakai adalah tembok di gang-gang kampung yang dikerjakan dengan cara beramai-ramai oleh masyarakat setempat. Sebelum ada mural tembok-tembok tersebut terlihat kotor, meskipun bersih pun warna putih terlihat mencolok mata terutama pada siang hari dan terkesan

Kegiatan Program Pengalaman Lapangan di sekolah dibuat untuk memberikan pemahaman kepada pengelola sekolah dalam pembuatan mural. Kegiatan ini di awali dengan pemberian materi dalam sebuah sosialisasi mengenai pengetahuan umum mengenai teknik dan seni mural, potensi mural, serta fungsi mural sebagai unsur estetika yang dapat memperindah bangunan dan menjadikan lingkungan kawasan memiliki daya tarik yang berbeda. Selain memberikan pengetahuan sesuai pada materi yang telah dibagikan, tim pengabdian juga memberi motivasi kepada pengelola dan guru-guru untuk mempelajari pembuatan mural dan manfaat apa yang didapat dari kegiatan PKM ini. Partisipasi warga sekolah dalam kegiatan mural dilingkungan sekolah, menjadi salah satu media pengenalan warga sekolah terhadap pemeliharaan dan menjaga lingkungan menjadi lebih indah dan sehat (Chotib, 2012).

Tahap-tahap dalam pembuatan mural yaitu: 1. Mencari referensi sesuai ide yang diusulkan pihak sekolah

Tahap awal yang dilakukan dalam pembuatan mural yaitu mencari referensi atau gambaran yang akan dibuat sesuai dengan ide yang di ususlkan oleh pihak sekolah (kepala sekolah).

2. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan mural Menyiapkan alat dan bahan merupakan hal yang paling penting dan utama dalam pembuatan mural. Pelukis perlu menyiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang dibutuhkan seperti cat, kuas, kapur, lakban, dan alat pengukur atau meteran.

3. Membersihkan dinding yang akan dimural Agar menciptakan mural yang bagus, terlebih dahulu perlu membersihkan atau memperhalus permukaan dinding yang akan dimural.

4. Memberi cat dasar (blok) pada dinding yang akan dimural Sebelum memulai sketsa pada dinding, hal selanjutnya yang dilakukan yaitu dengan memberikan cat dasar pada dinding yang akan dimural. hal ini dilakukan untuk memperkecil pori-pori dinding sehingga cat mudah menyerap. Dinding yang akan dilukis harus benar-benar bersih dari debu atau kotoran lain yang akan mengganggu tampilan mural. Jika ada dinding yang lubang maka harus ditambal terlebih dahulu. Setelah seluruh dinding bersih, lapisi dinding dengan warna dasar. Tujuannya adalah untuk memperkuat daya lekat cat berikutnya.

5. Membuat sketsa sesuai dengan referensi yang ditentukan Setelah dinding diberi cat dasar (blok) selanjutnya yaitu pembuatan sketsa atau gambaran dari referensi yang telah ditentukan. Tahap selanjutnya adalah melukis, dimulai dengan membuat pola gambar di dinding sesuai dengan sketsa desain yang sudah dibuat sebelumnya dengan menggunakan pensil/kapur tulis, untuk menghindari kesalahan sehingga mudah diperbaiki.

6. Membuat warna sesuai referensi Pada tahap ini hal yag dilakukan sebelum mengaplikasikan cat pada sketsa di dinding yaitu membuat campuran warna sesuai dengan warna yang akan digunakan seperti campuran warna primer.

Page 7: Mural sebagai Media Edukasi dan Perbaikan Visual Sekolah

Jurnal Lepa-lepa Open | Volume 1 Nomor 2, 2021| 269

email:[email protected] halaman263-272

7. Mengaplikasikan cat yang sudah di buat ke sketsa di dinding Batasi bidang dinding dengan plester/lakban kertas agar lukisan rapi dan mencegah cipratan cat. Mulai sapukan cat tembok secara bertahap, mengikut desain yang sudah dibuat. Selesaikan lukisan pada bagian background lebih dulu, kerjakan objek depan (forward) di proses akhir (finishing).

8. Melakukan finishing Tahap finishing yaitu suatu proses penyelesaian atau penyempurnaan akhir pada mural, memperhatikan kekurangan objek pada mural tersebut. Tahap akhir dari pembuatan mural ini adalah melapisi hasil gambar/lukisan dengan finishing vernis jenis doff agar tidak mengkilap saat terkena sinar lampu pada malam hari

Gambar 1. Kondisi dinding sebelum dimural Gambar 2. Proses memberi cat dasar (blok)

Gambar 3. Pembuatan Sketsa Gambar 4. Proses pengaplikasian cat ke sketsa

Gambar 5. Kondisi dinding sebelum di mural Gambar 6. Pengecetan dasar mural

Page 8: Mural sebagai Media Edukasi dan Perbaikan Visual Sekolah

Jurnal Lepa-lepa Open | Volume 1 Nomor 2, 2021| 270

email:[email protected] halaman263-272

Gambar 7. Kondisi setelah di mural Gambar 8. Setelah di mural

Dengan adanya program PPL pembuatan mural ini diperoleh hasil yaitu dinding sekolah

SMAN 4 Jeneponto terlihat lebih menarik dari pada sebelum adanya program PPL ini, dinding tersebut masih polos bahkan ada beberapa cat yang mengelupas. Visualisasi mural ini menjadikan peserta didik lebih senang dalam belajar serta lebih terlihat estetik. Sehingga hal ini merupakan peluang emas bagi sekolah dalam penilaian akreditasi sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut Visualisasi mural yang dibuat merupakan salah satu media pembelajaran bagi para peserta didik dalam hal ini lebih memotivasi siswa untuk belajar sesuai dengan kata-kata-kata motivasi yang ditampilkan pada mural.

Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan tidak lepas dari metode yang telah ditentukan sebelumnya. Dari pelaksanaan program PPL ini diperoleh model pengerjaan visualisasi mural, yang terbagi menjadi beberapa tahapan. Adapun tahapan tahapan tersebut adalah : 1. Pengadaan Bahan dan Alat.

Alat adalah suatu barang, peralatan yang diperlukan di dalam proses karya seni rupa( Edy Tri Sulistyo, 2005: 107 ). Sedangkan dalam pembuatan seni visual mural ini tembok merupakan media yang di butuhkan dalam proses karya seni rupa.Pada tahap ini adalah tahap permulaan. Persiapan bahan dan alat sangat penting sehingga tidak menghambat pengerjaan. Pemilihan bahan dan alat mempengaruhi kualitas gambar yang dihasilkan. Bahan yang harus dipersiapkan adalah : cat tembok warna putih, pigmen warna primer (biru, merah, kuning, hitam), binder, kapur, dan pensil. Untuk pemilihan cat tembok dipilih cat tembok yang mudah kering, permukaan yang dihasilkan dari hasil pengecatan halus serta dapat menutup pori pori dinding dengan cepat. Pigmen warna yang dipilih adalah warna primer (pokok. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi pemborosan bahan. Binder adalah bahan yang dipakai untuk lapisan terakhir dari hasil pengecatan, dioleskan ketika cat sudah mengering. Hal ini dilakukan supaya gambar yang dihasilkan tidak mudah kusam, rusak terutama tahan terhadap cuaca. Alat yang digunakan adalah skrap, dan amplas untuk membersihkan media dari debu, dan cat yang lama, kuas untuk mengoleskan cat pada dinding, ember untuk menampung cat, pensil, kertas dan penghapus untuk sketsa, tangga lipat untuk menjangkau dinding yang tinggi, deklit untuk melindungi dinding dimana catnya masih basah dari air hujan ketika terjadi hujan.

2. Pembersihan Media Setelah pengadaan dahan dan alat maka selanjutnya adalah pembersihan media,Medi adalah sesuatu bahan baku yang di butuhkan dalam proses karya seni rupa(Edy Tri Sulistyo, 2005: 109). Tahap pembersihan dinding dari cat lama, coretan, debu, dan kotoran lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara penyekrapan. Kemudian pengelupasan cat tembok terakhir digosok dengan amplas supaya permukaam dinding benar benar rata. Setelah penyekrapan dan pengamplasan selesai maka dinding dibersihkan dengan kain yang basah agar sisa kotoran yang menutupi pori pori tembok bisa bersih, sehingga cat yang baru dapat menyatu dengan dinding dan cat yang baru tidak mudah mengelupas.

3. Pembuatan Sketsa Tahap sketsa di mulai dari sketsa yang di lakukan di atas kertas, setelah di atas kertas disetujui maka sketsa langsung dapat di transfer ke media dinding.

Page 9: Mural sebagai Media Edukasi dan Perbaikan Visual Sekolah

Jurnal Lepa-lepa Open | Volume 1 Nomor 2, 2021| 271

email:[email protected] halaman263-272

4. Pewarnaan

Setelah sketsa jadi, selanjutnya adalah percampuran cat olah menjadi warna warna yang sesuai dengan yang diinginkan. Cat tembok dicampur dengan seperlima binder dari masa cat tembok. Hal ini bertujuan agar warna tidak mudah pudar serta dapat merekat kuat pada dinding. Setelah percampuran warna selesai maka pewarnaan yang pertama adalah pengeblokan yaitu warna dasar. Kedua pewarnaan dengan mendetailkan objek yaitu pewarnaan agar mengesankan gelap terang objek. Ketiga pewarnaan dengan memberi kontur hitam atau garis pinggir objek agar gambar terkesan lebih hidup dan tegas.

5. Finishing Tahap finishing adalah pemberian lapisan terakhir pada dinding yang telah di cat, setelah cat mengering maka selanjutnya memberikan lapisan binder agar warna tetap cemerlang dan awet. Cara pengolesannya dengan cara dikuaskan. Pelaksanaan program PPL ini mengalami beberapa hambatan dalam pengerjaanya, hambatan tersebut adalah : cuaca yang sering terjadi hujan sehingga pengerjaan agak terganggu, yaitu mengingat cat tidak dapat langsung kering jila terkena air akan luruh. Adapun solusi yang dilakukan pada hambatan ini adalah dengan memasang deklit untuk melindungi dinding dengan cat yang masih basah tersebut agar tidak terkena air. Solusi terhadap permasalahan ini adalah dengan melakukan percampuran warna sendiri, sehingga lebih efisien dalam pengunaan bahan.

KESIMPULAN & SARAN

Komunikasi visual tidak serta merta hanya mampu memberikan pemecahan terhadap permasalahan yang ada dan hanya berkaitan dengan eksekusi visual, namun juga mampu memilih media yang tepat dan relevan untuk membangun komunikasi dengan masyarakat. Mural adalah salah satu media yang efektif dan akhir-akhir ini dijadikan media penyampai pesan secara visual. Mural selain dilihat sebagai produk budaya massa, yang dikerjakan secara team work kemudian berkembang kepada penggerakan massa untuk menyampaikan pesan secara bersama-sama, juga dilihat dari konteks ekspresi budaya. Sekarang, mural berkembang tidak hanya menyampaikan pesan secara sosial namun juga ada yang ke arah komersial (seperti mural iklan A-Mild, Flexi, Rinso, dll). Budayakonsumerisme inilah yang mendorong terciptanya media yang tidak konvensional dan lebih mengena kepada target market. Munculnya berbagai gerakan budaya pada era ’60-an di Barat, seperti gerakan anak muda, gerakan feminisme, gerakan subkultur (hippies, punk dan sebagainya), gerakan komunal, gerakan lingkungan dapat dilihat dalam kerangka bangkitnya ‘narasinarasi kecil’ sebagaimana yang dikatakan Lyotard (Piliang, 2002:10). Sebagai sebuah reaksi atau penolakan terhadap berbagai kemapanan, otoritas, dan kekuasaan yang membentuk masyarakat sebelumnya, gerakan narasi-narasi kecil ini merupakan upaya untuk mendefinisikan kembali ‘ideologi’ sebagai bingkai pembentuk identitas individu dan masyarakat dalam bentuknya yang baru.

Mural dalam kehidupan masyarakat Jeneponto terkhusus SMAN 4 Jeneponto yang notabene hidup dalam semangat kebudayaan yang tinggi serta terbuka pada semua kehidupan seni diterima sebagai gerakan budaya yang berupaya menggeser peran ideologi sebagai sebuah bingkai kehidupan sosial menjadi bingkai kehidupan kultural, artinya ideologi yang terdapat dalam seni mural kini menjadi acuan dalam melakukan berbagai ekspresi budaya. Sekolah sebagai salah satu tujuan dalam seni mural berupaya dihidupkan lagi setelah ‘dimatikan’ oleh perkembangan industri dan berbagai dampak yang mengikutinya. Kerusakan ekologi yang dimunculkan dalam bentuk kepulan asap kendaraan bermotor, panasnya cuaca akibat tidak adanya lagi pohonpohonan, dinding sekolah yang tak terawat serta segala bentuk kebisingan ‘disegarkan’ kembali oleh mural yang kaya warna dan kaya interpretasi dalam segala aspek visualnya. Seni mural menjadi salah satu alternatif yang dapat dijadikan sebagai penyeimbang lingkungan ketika lingkungan kota tidak memberi lagi kesegaran bagi panca indera secara lengkap, namun dengan kehadiran mural, minimal mata sudah menjadi indera yang dapat menikmati keindahan sekolah yang dihiasi dengan segala macam imajinasi yang tergambar dalam mural. Pembuatan mural ini nantinya dapat diterapkan peserta oleh pihak sekolah pada dinding lainnya baik eksterior maupun interior dengan tema gambar yang berbeda sesuai keinginan. Mural yang dihasilkan pada Program Pengalaman Lapangan (PPL) ini terlihat sedikit banyak dapat memperbaiki kualitas visual sekolah SMAN 4 Jeneponto. Pembuatan mural sebagai pengetahuan yang baru dan juga bekal keterampilan dimasa yang akan datang. Kemudian, pembuatan mural dapat

Page 10: Mural sebagai Media Edukasi dan Perbaikan Visual Sekolah

Jurnal Lepa-lepa Open | Volume 1 Nomor 2, 2021| 272

email:[email protected] halaman263-272

digunakan sebagai alternatif media penyaluran aspirasi karena tampilannya yang menarik dan komunikatif, sehingga dapat menyampaikan pesan yang terkandung dalam mural.

Selain itu mural bisa mempengaruhi komponen-komponen sikap sosial individu antara lain: komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen psikomotorik. Keberadaan gambar-gambar dan warna juga dapat memperkuat karakter sebuah kawasan. Mural yang selama ini dianggap sebagai coretan kreativitas anak muda belaka ternyata memiliki sisi inovatif lain yang dapat dikembangkan secara maksimal sehingga mural tidak hanya terlihat dari sisi visualnya saja namun juga memiliki makna didalamnya. Sejauh pembuatan mural tidak ada kendala yang spesifik, semua berjalan dengan lancar dan teratur, hanya saja dalam proses pelukisan dinding ada beberapa kendala yaitu, cuaca yang kurang mendukung seperti turunnya hujan sehingga mengakibatkan jadwal yang ditunda-tunda dalam tahap pelukisan.

DAFTAR PUSTAKA

Althaf, M.A., Dimas, K.A. 2017. Mural sebagai media edukasi mengenai kebudayaan kecamatan Bojongsoang dengan memanfaatkan ruang dua dimensi yang Terbengkalai. E Proceeding of Art & Design. Vol. 4, No. 3 Desember 2017. Hal: 438.

Rayindra, R.A., I Kentut, S., I Gusti, M.B. 2020. Analisis Pembelajaran Mural di Smp Negeri 1 Rogojampi. Jurnal Pendidikan Seni Rupa Undiksha. Vol. 10, No. 1. p-ISSN : 2613-960x ; e-ISSN : 2613-9596

Suherman, Suherman, dkk. 2019. Mural Di Lingkungan Sekolah Dalam Konteks Pendidikan Konservasi. Jurnal Ilmiah Kependidikan. Vol 9, No. 2.

Hamid, Ali. 2018. Proses Pembelajaran Ekstrakurikuler Mural di SMA Negeri 3 Boyolali. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta. Program Studi Pendidikan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret.

Saputra, Jaid Iksan. 2013. Mural & pemanfaatan ruang publik (Studi Kasus Penilaian Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Ruang Publik Melalui Mural di Kota Yogyakarta). Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta. Jurusan Ilmu Komunikasi. Universitas Sebelas Maret.

Purbawa Putra, I Nyoman. 2017. Eksistensi Komunitas Street Art Djamur. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja. Jurusan Pendidikan Seni Rupa. Universitas Pendidikan Ganesha.

Cahyanto, B., dkk. 2020. Pendampingan Pembuatan Mural Sebagai Upaya Peningkatan Pendidikan Karakter. Jurnal Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat. Vol. 1, No. 2 April 2020. Hal: 73-78