11
Hasi/ Pene/itian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979 KONSEP PERENCANAAN PENDANAAN DEKOMISIONING PLTN 1000 MW PWR DIINDONESIA Mulyono Daryoko Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, BAT AN ABSTRAK KONSEP PERENCANAAN PENDANAAN DEKOMISIONING PLTN 1000 MW PWR DI INDONESIA. Telah dilakukan pengkajian konsep perencanaan biaya dekomisioning PLTN 1000 MW di Indonesia. Data-data biaya dekomisioning diperoleh dari pustaka, kemudian dilakukan perhitungan-perhitungan dan analisis terhadap kondisi Indonesia pada masa-masa mendatang. Besarnya biaya dekomisioning PLTN secara umum tergantung pada faktor interna: jenis, kapasitas dan waktu safe storage serta faktor-faktor eksternal kebijakan, sumber daya manusia serta kesiapan teknologi, sedangkan pendanaannya tergantung kepada laju inflasi, suku bunga dan kestabilan mata uang. Secara interna, besarnya biaya dekomisioning di Indonesia dibanding di dunia pada umumnya saat ini tidak ada perbedaan yang berarti, sedangkan secara eksternal untuk Indonesia, besarnya ratio biaya dekomisioning dengan biaya modal, diyakinkan akan jauh lebih rendah. Perencanaan pendanaan dekomisioning PLTN 1000 MW di Indonesia berdasarkan sinking fund methods pad a kondisi normal diperkirakan relatif sangat kecil, yaitu lebih rendah dari 0,94% pada safe storage 50 tahun dan suku bunga 3%, atau lebih rendah dari 0,09% pada safe storage 50 tahun dan suku bunga 6%. ABSTRACT THE PLANNING CONCEPT OF FUNDING FOR DECOMMISSIONING NPP 1000 MW TYPE PWR IN INDONESIA. The planning concept of funding for decommissioning NPP 1000 MW type PWR in Indonesia have been assessed. The data of decommissioning cost was obtained from literature, then the calculation and analyzing were done for the future of Indonesian condition. Generally, the cost for NPP decommissioning depend on the internal factors such as type, capacity and the time of safe storage, and the external factors such as policy, manpower and the technology preparation. The successfulness of funding, depend on the rate of inflation, discount rate of interest and the currency fluctuation. For the internal factor, the comparison of decommissioning cost between in Indonesia and different countries in the world is not significantly defferent, but in the external factor for Indonesia, the ratio of decommissioning cost and capital cost will be for lower. The planning fund of decommissioning NPP 1000 MW in Indonesia by sinking fund methods in the normal conditions is estimated relatively very low, it is lower than 0.94% for 50 years of safe storage, and discount rate of interest 3% it is lower than 0.09% for 50 years of safe storage, and discount rate of interest 6%. PENDAHULUAN Dekomisioning adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengamanan terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja maupun masyarakat terhadap pemberhentian operasionalnya suatu instalasi nuklir [1,2]. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain ialah mothballing (penutupan fasilitas nuklir selama kurun waktu tertentu sampai tingkat radiasinya aman), dekontaminasi sebelum dan sesudah dismantling, pengelolaan limbah, termasuk penyimpanan lestari limbah radioaktif (waste disposal). Keputusan tentang pelaksanaan dekomisioning dapat ditinjau dari beberapa segi: 29

Mulyono Daryoko

  • Upload
    hathuy

  • View
    252

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mulyono Daryoko

Hasi/ Pene/itian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

KONSEP PERENCANAAN PENDANAAN DEKOMISIONING PLTN 1000 MWPWR DIINDONESIA

Mulyono DaryokoPusat Teknologi Limbah Radioaktif, BATAN

ABSTRAK

KONSEP PERENCANAAN PENDANAAN DEKOMISIONING PLTN 1000 MW PWR DI

INDONESIA. Telah dilakukan pengkajian konsep perencanaan biaya dekomisioning PLTN 1000MW di Indonesia. Data-data biaya dekomisioning diperoleh dari pustaka, kemudian dilakukanperhitungan-perhitungan dan analisis terhadap kondisi Indonesia pada masa-masa mendatang.Besarnya biaya dekomisioning PLTN secara umum tergantung pada faktor interna: jenis,kapasitas dan waktu safe storage serta faktor-faktor eksternal kebijakan, sumber daya manusiaserta kesiapan teknologi, sedangkan pendanaannya tergantung kepada laju inflasi, suku bungadan kestabilan mata uang. Secara interna, besarnya biaya dekomisioning di Indonesia dibandingdi dunia pada umumnya saat ini tidak ada perbedaan yang berarti, sedangkan secara eksternaluntuk Indonesia, besarnya ratio biaya dekomisioning dengan biaya modal, diyakinkan akan jauhlebih rendah. Perencanaan pendanaan dekomisioning PLTN 1000 MW di Indonesiaberdasarkan sinking fund methods pad a kondisi normal diperkirakan relatif sangat kecil, yaitulebih rendah dari 0,94% pada safe storage 50 tahun dan suku bunga 3%, atau lebih rendah dari0,09% pada safe storage 50 tahun dan suku bunga 6%.

ABSTRACT

THE PLANNING CONCEPT OF FUNDING FOR DECOMMISSIONING NPP 1000 MW

TYPE PWR IN INDONESIA. The planning concept of funding for decommissioning NPP 1000MW type PWR in Indonesia have been assessed. The data of decommissioning cost wasobtained from literature, then the calculation and analyzing were done for the future of Indonesiancondition. Generally, the cost for NPP decommissioning depend on the internal factors such astype, capacity and the time of safe storage, and the external factors such as policy, manpowerand the technology preparation. The successfulness of funding, depend on the rate of inflation,discount rate of interest and the currency fluctuation. For the internal factor, the comparison ofdecommissioning cost between in Indonesia and different countries in the world is not

significantly defferent, but in the external factor for Indonesia, the ratio of decommissioning costand capital cost will be for lower. The planning fund of decommissioning NPP 1000 MW inIndonesia by sinking fund methods in the normal conditions is estimated relatively very low, it islower than 0.94% for 50 years of safe storage, and discount rate of interest 3% it is lower than0.09% for 50 years of safe storage, and discount rate of interest 6%.

PENDAHULUAN

Dekomisioning adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengamanan

terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja maupun masyarakat terhadap

pemberhentian operasionalnya suatu instalasi nuklir [1,2]. Kegiatan-kegiatan tersebut

antara lain ialah mothballing (penutupan fasilitas nuklir selama kurun waktu tertentu

sampai tingkat radiasinya aman), dekontaminasi sebelum dan sesudah dismantling,

pengelolaan limbah, termasuk penyimpanan lestari limbah radioaktif (waste disposal).

Keputusan tentang pelaksanaan dekomisioning dapat ditinjau dari beberapa

segi:

29

Page 2: Mulyono Daryoko

1. Yang bersifat strategis: yaitu keputusan mengenai skedul waktu untuk sampai

pada tahapan (stages) dekomisioning yang lengkap; dan tahapan dekomisioning

yang akan dilalui sebelum sampai tahap dekomisioning yang lengkap. Seperti

diketahui untuk keputusan yang bersifat strategis: ada 3 tahapan dekomisoning,

yaitu tahap 1 (tahap penyimpanan disertai pengawasan atau mothbaling),

tahap 2 (tahap penggunaan situs secara terbatas atau entombment) dan tahap

3 (penggunaan situs tanpa batasan atau dismantling). Pada pelaksanaan tahap­

tahap tersebut dapat dilakukan secara berurutan atau tidak berurutan, misalnya

dari tahap 1 langsung tahap 3 . Demikian pula berapa waktu yang diperlukan

untuk masing-masing tahap, yaitu 5 hingga 100 tahun(1.2.3).Kegiatan-kegiatan

tersebut dapat dilihat pada TabeI1(1,2.3,4).

2. Yang bersifat taktis: yaitu keputusan mengenai inventori aktivitas dekomisioning;

managemen aktivitas dekomisioning; optimasi keseimbangan biaya, waktu dan

dosis terhadap pekerja; serta pendekatan teknik untuk dekontaminasi,

pengambilan peralatan besar atau reduksi ukuran, pemotongan peralatan dalam

air atau udara; penanganan limbah di lokasi tapak atau sentralisasi; akses dan

rute limbah; peralatan handling dan manipulating, metode proteksi, keselamatan,

keamanan, skedul kerja, dll.

3.·Yang bersifat teknis implementatif: yaitu fasilitas teknik yang lebih tepat, sistem

perangkat pemotongan dan kontrol jarak jauh, proses dekontaminasi,

managemen limbah radioaktif, dll.

Tabel1. Ke eker"aan Dekomisionin [1,2,3,4]ITEM HAL

Skope Peralatan dan gedung

Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006

Pekerjaan

ISSN 0852 - 2979

KEGIATAN

1. Gedung reaktor dan peralatannya2. Gedung turbin dan peralatannya3. Gedung-gedung lain dan

peralatannya4. Gedung pengelolaan limbah dan

peralatannya5. Peralatan yang terkontaminasi di

luar gedun1. Pekerjaan persiapan2. Dekontaminasi sistem3. Mothballing4. Dismantling peralatan dan gedung5. Penguburan untuk limbah non

radioaktif6. Penaelolaan untuk limbah radioaktif

30

Page 3: Mulyono Daryoko

Hasi/ Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

Dekontaminasi Teknik Terutama dekontaminasi kimia(didukung oleh dekontaminasi mekanik)Faktor dekontaminasi

30Skope

Laju paparan > 10 mR/jamMothballing

Persiapan Fasilitas ditutup. kondisi peralatan dangedung dimonitorManagement fasilitas

1. Radiasi di dalam dan di luar gedungselama mothbaling

selalu dikontrol.2. Perawatan peralatan untukmothbaling.3. Perawatan peralatan untukdismantling.Dismantling

Metoda dan teknikTeknologi yang sudah tersedia dandismantling untuk peralatan

memungkinkandan gedungPengelolaan

Radioaktif 1. Limbah padatLimbah

2. Limbah cair3. Limbah gasTidak aktif

Dilakukan penQuburanBatasan Limbah

Tidak aktif <10-4 Ci/tonAktif

> 10-4Ci/ton

Waste disposal

Radioaktif Pengangkutan ke penyimpanan(penyimpanan

sementara(interim storage)lestari)

Tidak aktif 1. Concrete. pengangkutan ke disposal2. Logam. pengangkutan ke tempattertentu.

Pada makalah ini akan diberikan suatu batasan-batasan untuk dapat

memberikan konsep perencanaan pendanaan dekomisioning pembangkit listrik tenaga

nuklir PLTN. Tipe reaktor air ringan bertekanan (PWR = Pressurized Water Reactor)

dengan kapasitas daya 100 MW (termal)

METODOLOGI

Untuk maksud tersebut di atas, beberapa asumsi dan data-data yang perlu

dipersiapkan adalah :

1. PLTN yang akan dibangun adalah jenis PWR dengan daya 1000 MW

2. Dekomisioning dianggap hanya 2 tahap: yaitu tahap 1 ( mothballing) dan dilanjutkan

ke tahap 3 (dismantling), dan waktu antara mothballing dan dismantling (safe

storage) adalah 50 tahun

3. Biaya-biaya yang diperlukan pada mothballing diabaikan terhadap biaya

dekomisoning secara keseluruhan

4. Perencanaan pendanaan dekomisioning berdasarkan sinking fund methods

31

Page 4: Mulyono Daryoko

Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

5. PLTN dianggap beroperasi secara ekonomis selama 30 tahun

6. Tidak ada inflasi atau eskalasi (dalam US $) selama kurun waktu perhitungan

7. Bunga bank (dalam US $) dianggap 3%.

Untuk memperkirakan dana yang harus dipersiapkan pada dekomisioning

PLTN yang berupa prosentase dari electricity generation cost (biaya pembangkitan

listrik), perlu diketahui data-data perkiraan biaya dekomisioning dari pustaka.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Biaya dekomisioning

Beberapa faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap biaya

dekomisioning adalah jenis fasilitas nuklir, langkah-Iangkah dekomisioning yang dipilih

dan waktu penyimpanan sementara secara aman (safe storage) yang ditentukan oleh

kebijakan dari negara yang melakukan dekomisioning tersebut. Termasuk di dalamnya

adalah laju inflasi, bunga bank dan nilai depresiasi mata uang negara yang

bersangkutan. Adanya variable-variabel tersebut, maka biaya dekomisioning akan

berbeda antara suatu negara dengan negara lain. Lebih-Iebih lagi jika diperhatikan pula

hal-hal yang berkaitan dengan ongkos buruh, kesiapan teknologi dan kebijakan­

kebijakan pemerintah.

Badan Tenaga Atom Internasioanl (IAEA) telah mengkatagorikan biaya

dekomisioning yang berasal dari aktivitas-aktivitas seperti berikut:

1. Aktivitas langsung, yaitu biaya-biaya yang timbul dari pelaksanaan dismantling,

dekontaminasi, pengangkutan dan waste disposal

2. Aktivitas managemen, yaitu biaya-biaya yang berhubungan dengan managemen

proyek, managemen konstruksi, kesehatan, keselamatan dan keamanan, lisensi

dan jaminan kualitas.

3. Hal-hal khusus, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan pembelian peralatan

khusus, pajak-pajak, perijinan dan lain-lain.

Banyak cara yang dipakai untuk memperhitungkan besarnya biaya dekomisioning.

diantaranya adalah :

1. Dengan menggunakan program computer(1,3,5,6).

Sebagai data input dari program ini adalah komponen kegiatan hasil dismantling,

komponen aktivitas, dan sebagainya yang masing-masing diketahui dengan "Unit

Cost Factors", sehingga akhirnya di dapatkan output data, diantaranya adalah

biaya. Program komputer berupa perangkat lunak ini telah dikembangkan oleh

32

Page 5: Mulyono Daryoko

Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

Jepang (dengan nama COSMARD), dan Canada (dengan nama DECOM CODE).

COSMARD dan DECOM CODE ini telah diuji ketepatannya dengan biaya

dekomisoning yang sebenarnya.

2. Perhitungan berdasarkan berat limbah(1,2.4).

Biaya dekomisioning dapat juga diperkirakan dengan pendekatan linier dari berat

limbah dengan parameter-parameter sebagai berikut:

o harga managemen safe storage vs waktu

o harga dismantling vs berat dari limbah radioaktif bentuk logam dan cO,ncrete

(beton) aktivitas rendah,

o harga dismantling vs berat dari limbah radioaktif bentuk logam dan concrete

(beton) aktivitas rendah dan logam tidak aktif.

o harga dismantling dan disposal vs limbah concrete tidak aktif.

Dari pendekatan-pendekatan terse but maka harga dekomisioning total dari PLTN

tipe PWR dan BWR adalah sebagai berikut:[5]

Y(PWR) = 1,4 x T +6,84x1 0-3xQ1+2,24x1 0-3 x Q2 +1,46 x10-3 x Q'2 + 2,57 x10-4 x Q' 3

+ 1,64x 10-4XQ3" + 75,5 (1)

Y(BWR)= 1,4 x T + 6,84 x 10-3X Q1 + 3,24 x10-3 x Q2 + 2,07 x 10-4X Q3 + 62,6 ..(2)

dimana

Y = biaya dekomisoning total (milyar ¥)

Q1= waktu safe storage (tahun)

Q2=berat radioaktif logam dan concrete aktivitas rendah (BWR dan PWR) dan

be rat logam tidak aktif diluar gedung turbin PWR (ton)

Q2'= berat logam pada gedung turbin untuk PWR(ton)

Q3= berat concrete tidak radioaktif untuk BWR(ton)

Q3'= berat concrete tidak aktif diluar gedung turbin untukPWR (ton)

Q3"= berat concrete pada gedung turbin untuk PWR (ton)

3. Berdasarkan rasio biaya dekomisioning terhadap biaya konstruksi atau harga

modal.

Berdasarkan pengalaman perhitungan-perhitungan biaya dekomisioning seperti

telah diuraikan diatas, ternyata ada hubungannya dengan biaya konstruksi atau

harga modal PLTN.

Ketiga cara di atas, telah diuji ketepatannya dengan biaya dekomisioning yang

sebenarnya. Ternyata tidak ada perbedaan yang berarti. Pada Tabe! 2 dapat dilihat

33

Page 6: Mulyono Daryoko

Hasil Penelitian don Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

besarnya biaya dekomisioning dari beberapa negara(2,4), yang merupakan gabungan

pengalaman sebenarnya serta perkiraan berdasarkan ketiga cara di atas. Data yang

lain dapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan Tabel 2 (yang kebanyakannya adalah PWR sekitar 1000 MW),

prosentase antara biaya dekomisioning dan biaya modal adalah sekitar 10%. Hal ini

terlihat juga pada Tabel 3, jika dipilih safe storage 30 tahun. Walaupun kondisi serta

penerapannya di Indonesia akan lain, namun dapat dianggap bahwa parameter­

parameter yang bersifat lebih positif (filosofi, teknologi, industri-industri, ongkos buruh

murah dan lain-lain pendukung pada tahun-tahun yang akan datang akan lebih maju),

akan seimbang dengan parameter-parameter yang bersifat lebih negatif

(ketertinggalan, kolusi dan sebagainya). Disamping itu seperti terlihat pada Tabel 3,

pada safe storage 30 tahun, biaya dekomisioning per biaya pembangkitan listriksebesar

0,1 atau 10% akan jauh berbeda dibanding jika dismantling dilaksanakan secara singkat

stage and immidiately 0,2 atau 20%. Oleh karena itu jika biaya dekomisioning per biaya

pembangkitan listrik untuk PLTN tipe PWR 1000 MW diambil 10% adalah harga yang

sangat aman.

Perencanaan Pendanaan

Metode pendanaan akan bervariasi juga antara suatu negara dengan negara

lain. Beberapa cara perencanaan pendanaan dekomisioning adalah sebagai berikut(2).:

1. Pembayaran di muka (prepayment), dimana uang untuk dekomisioning

dibayarkan pada awal atau bahkan sebelum operasi PLTN berjalan.

Pembukuan deposito ini dipisahkan, sehingga pencairannya hanya dapat

dilakukan bila akan benar-benar digunakan untuk dekomisioning.

2. Pembayaran cicilan tahunan (sinking fund methods), dilakukan selama tahun­

tahun operasi fasilitas, sehingga pada saat dekomisioning akan telah terkumpul

sejumlah uang untuk pembiayaan

3. Pembayaran melalui asuransi, yaitu suatu metode pembiayaan yang menjamin

bahwa biaya dekomisioning pasti tersedia, baik dalam bentuk kontrak maupun

letter of credit oleh pihak ketiga.

Berikut ini akan diperhitungkan cara perencanaan pendanaan dekomisioning

berdasarkan sinking fund methods yang pembayarannya berdasarkan prosentase dari

harga electricity generation cost. Dana tersebut harus disisihkan, dan kelak akan

dipakai bila sudah diperlukan. Dalam hal ini prinsip time value of money sangat

34

Page 7: Mulyono Daryoko

Hasi/ Pene/itian don Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

memegang peranan, karena pekerjaan dekomisioning baru akan dimulai setelah PLTN

tidak dioperasikan lagi. Disamping itu waktu antara dismantling (tahap 3) dan

mothballing (tahap 1) sangat berpengaruh. Pada perhitungan-perhitungan sederhana

yang dimuat pada Tabel 3 dan Tabel 4, biaya dekomisioning sebesar 10% dari biaya

modal didasarkan pada biaya yang diperlukan pada saat mulai dismantling, dan

kemudian digeser ke saat dimana PLTN mulai dihentikan, dan berikutnya digeser lagi

ke saat PLTN mulai dioperasikan. Perhitungan-perhitungan pada saat PLTN beroperasi

mengikuti biaya-biaya yang diperlukan PLTN untuk operasi dan maintenance

(perawatan) maupun depresiasi. Oleh karena itu dalam perhitungan ini anuitas

(pembayaran bulanan I tahunan) tidak diperlukan. Rumus yang dipakai adalah[7] :

Tabel 2. Biaya dekomisioning PLTN dari beberapa Negara [2,4]

Negara Type, UkuranBiaya DekomisioningBiaya modalPresentas

(Mwe)

($US/kW)($US/kw)e

BelQia

PWR(1 x 1390)159154310Kanada

Candu (4 x151131210881)

126153910Candu (1 x 1000)Finland

PWR (1 x 1000)14516159Perancis

PWR 2 x 1390)160126413Jerman

PWR ( 1 x2152154101256) Italia

PWR 2 x 945)347230318JepanQ

LWR (4x1100) 17020258Belanda

PWR1 x 1175) 246163315Spanyol

PWR1 x 950) 206248010InQQris(U.K)

PWR (1 x 1175)292224813Amerika Serikat

PWR (1 x 1144)10016626(U.S.A)

35

Page 8: Mulyono Daryoko

Hasi/ Pene/itian don Kegiatan PTLR Tahun 2006 /SSN 0852 - 2979

Tabel 3. Biaya dekomisioning per biaya pembangkitan listrik (electricitygeneration cost) umur PLTN 30 tahun [2,4]

Tipe ReactorBiaya Dekomisioning per biayapembangkitan listrikStage 3

Stage1/30 yearsimmediately

storage! stage 3Amerika Serikat

PWR0.20.1BWR

0.20.1Jerman

PWR0.20.1BWR

0.30.1Swedia

PWR0.2BWR

0.2Finlandia

PWR0.2BWR

0.1Kanada

PHWR0.20.1

M1=P1(1+it1

M2=P2(1+1)"2

...................................................................................................... (3)

......................................................................................................... (4)

dim ana:

M1= harga uang ( prosentase dari biaya modal) pada tahap dismantling

M2 = harga uang ( prosentase dari biaya modal) pada saat PLTN dihentikan.

M2 = P1

P2= harga uang (prosentase biaya modal) pada saat PLTN mulai beroperasi.

i = bung a =tingkat diskonto = opportunity rate = 3% dan 6%

n1 = waktu antara mothballing dan dismantling

n2 = umur ekonomis PLTN 30 tahun.

Berdasarkan persamaan 3 dan 4 diperolah hasil perhitungan pada table 4 dan table 5

Tabel4 menunjukkan time value of money (biaya dekomisioning terhadap biaya modal)

antara sa at dismantling dengan saat PLTN mulai berhenti beroperasi. Tabel 5

menunjukkan hal yang sarna setelah digeser ke pada saat PLTN mulai beroperasi.

Gambar 1 memberi gambaran tentang pengaruh waktu antara mothballing-dismantling

tehadap pendanaan dekomisioning. Oari gambar terlihat bahwa prosentase pendanaan

dekomisioning terhadap "electricity generation cosf' relatif kecil, mulai dari 3,55 % (5

tahun waktu antara) sampai dengan 0,21 % ( 100 tahun waktu antara) untuk i = 3%

serta dari 1,30 % (umur PLTN 5 tahun) sampai dengan 0,005% (umur PLTN 100 tahun)

36

Page 9: Mulyono Daryoko

Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

untuk i 6%. Memang sesudah PLTN mulai dihentikan (mothballing) sampai dengan

dilakukan dismantling diperlukan dana untuk pemonitoran situs reaktor.

Tabel 4. Hasil perhitungan prosentase biaya dekomisioning terhadapomodal pada saatdismantling

No

Waktu antara mothballing% biaya dekomisioning%biayamodalsaat

- dismantling (tahun)

terhadap biaya modalPL TN berhenti

saat dismantling

i-3%j-6%

1

5 10

2

8,62

7,47

10

10

3

7,44

5,58

15

10

4

6,42

4,17

25

104,782,33

5

30 10

6

4,19

1,74

50

102,280,54

7

100 100,520,03

Tabel 5. HasH Perhitungan Dana dekomisioning berdasarkan % electricity generationcost

No waktu antara mothballing-% biaya modal saatdana dekomisioningdismantling (tahun)

dismantling(%electricitygenerationcost)i=3%

i=6%i=3%i=6%1

52,280,541,960,42

102,280,541,690,33

152,280,541,460,224

252,280,541,080,135

302,280,540,940,096

502,280,540,520,037

1002,280,540,0050,016

37

Page 10: Mulyono Daryoko

Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

Pengaruh waktu dismantling terhadap biaya dekomisioning

Waktu Mothballing - dismantling (tahun)

413.550- 0>Q)

~3

0>

s='20 2'Ci)

'E011.3~ Q)"0ass=asCI

05

Gambar 1 .

10 15 25 30 50 100

el. gen. cost

Namun jarak waktu antara mothballing-dismantling yang semakain lama, aktivitas

radionuklida-radionuklida pada sistem dan penunjang reaktor juga semakin berkurang,

akibatnya dana riil yang dibutuhkan untuk dekomisioning juga semakin kecil. Pada

uraian ini pengaruh tersebut dianggap seimbang, sehingga dapat diabaikan.

Untuk lebih memperjelas uraian-uraian di atas, dapat dilihat pada Gambar 2.

Pada gambar tersebut terlihat bahwa cara pendanaan untuk biaya dekomisioning

dimasukkan pada pendanaan untuk operasi. Tanpa memperhatikan besarnya

keuntungan, dengan adanya pendanaan untuk dekomisioning maka brek event point

(BEP) akan menggeser ke kanan. Namun jika prosentase biaya dekomisoning

terhadap electricity generation cost relatif kecil, maka kedudukan BEP juga relatif tidak

berubah.

keuntungan

US$

dana dekom

beaya modal

tahun

Gambar 2. BEP pengoperasian PLTN

38

Page 11: Mulyono Daryoko

Has;/ Penelit;an don Keg;atan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

Akhirnya dapat dikemukakan bahwa dekomisioning PLTN hanya memerlukan

dana yang relatif kecil, tidak seperti yang diperkirakan banyak orang. Besarnya dana

tersebut tergantung dari lamanya waktu antara mothballing dan dismantling (tahap 1

dan tahap 3) dan berkisar antara 1,966 sampai dengan 0,118 % ( bunga 3%) dan 1,30

sampai dengan 0,005 % (bunga 6%) untuk waktu safe storage 50 tahun

KESIMPULAN

Dekomisioning PLTN memerlukan dana yang harus dipersiapkan. Cara

pendanaan diperoleh dari pembayaran electricity generation yang dihasilkan. Terhadap

biaya modal, prosentase biaya dekomisioning PLTN PWR 1000 MW nampaknya

cukup besar (10%), tetapi jika lebih dicermati bahwa dana ini diperlukan kelak pada

saat pengerjaan dismantling, maka berdasarkan time value of money, dana ini hanya

merupakan prosentase yang relatif kecil dari electricity generation cost. Besarnya

prosentase dana yang disimpan untuk dekommissioning terhadap electricaly generation

cost, tergantung dari lamanya waktu antara mothballing dan dismantling (tahap 1 dan

tahap 3). Untuk waktu safe storage 50 tahun dan suku bunga 3%, besarnya prosentase

sekitar electricaly generation cost 0,520%, sedangkan untuk suku bunga 6%, besarnya

prosentase sekitar 0,029%.

DAFTAR PUST AKA

1. IAEA: "Methodology and Technology of Decommissioning Nuclear Facilities", Technical Report Series

No. 267 (1986)

2. IAEA: "Decommissioning of Nuclear Facilities: Decontamination, Disassembly and Waste

Management", Technical Report Series no. 230 (1983)

3. YANAGIHARA, S,: "Cosmard: The Code System for Management of JPDR Decommissioning", Journal

of Nuclear Science and Technology Vol. 30 no. 9 pp.890-899 (1993)

4. TACHIBANA,M., SHIMADA, T.,YANAGIHARA, S.,: "Computer Simulation System for Analyzing

Optimum Dismantling Procedures on Nuclear Facilities", ICEM, Singapore (1997)

5. NEWJEC INC:" Feasibility Study of the First Nuclear Power Plant at Muria Peninsula Region", Part 6

Vol. 1 (1993)

6. JAERI:" Progress of JPDR Decommissioning Program", Firs Progress Report (1988).

7. MARTIN, J.D.: "Dasar-dasar Management Keuangan", terjemahan PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

(1994).

8. IAEA, "Decommissioning Nuclear Facilities ", International Overview, IAEA News Features, number 6

(1990)

39