Upload
ayumardewi
View
57
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Paper
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Tubuh manusia terdiri atas banyak sel yang membelah dengan cepat selama pertumbuhannya.
Setelah manusia dewasa, sel membelah dengan tujuan mengganti sel-sel yang mati atau
memperbaiki sel yang rusak. Kanker terjadi jika sel dalam tubuh mengalami pembelahan
yang tidak terkontrol. Ada banyak jenis kanker, dan salah satu kanker yang membahayakan
adalah multipel mieloma.1
Multipel mieloma adalah kanker yang disebabkan oleh malignansi sel plasma. Penyebab dari
multipel mieloma yaitu kelainan genetik yang menyebabkan proliferasi sel plasma. Faktor
risikonya adalah usia, ras, jenis kelamin, radiasi, riwayat keluarga, paparan di tempat kerja,
obesitas, dan kelainan sel plasma lainnya.1
Gambaran klinis multipel mieloma dari pemeriksaan fisik biasanya tidak terlalu spesifik,
yaitu nyeri pada tulang, gejala anemia, nefropati atau gangguan ginjal, perdarahan abnormal,
carpal turner syndrome, sindroma hiper viskositas, dan neuropati. Sejauh ini penyakit
multipel mieloma belum dapat disembuhkan namun dapat dikontrol dengan baik jika
dilakukan pengobatan sedini mungkin. 1
Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk mengangkat topik mengenai multipel mieloma.
Topik yang diangkat dimaksudkan agar kita lebih memahami mengenai multipel mieloma
dari berbagai segi yakni etiologi dan patofisiologi, manifestasiklinis, menegakan diagnosis
hingga memberikan treatment pada pasien ini.
NOTE : Gunakan bahasa Indonesia baku (EYD) dan matikan autocorrect,
Pendahuluan berisi paparan singkat alasan/background mengangkat tema MM
ini, cukup 1 halaman dan perhatikan penggunaan simbol (., dll) pada ketikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Multipel Mieloma
Multipel Mieloma (MM) adalah salah satu jenis gamopati monoclonal yang sejauh ini
dikatakan paling sering terjadi, dimana multipel mieloma adalah ploriferasi neoplastik sel B
plasma di sumsum tulang yang memproduksi protein immunoglobulin monoklonal disertai
dengan adanya lesi litik tulang, dan adanya serum protein monoclonal dalam serum dan urin. 2,3 Manifestasi klinis dari multipel mieloma disebabkan karena adanya massa tumor,
pelepasan sitokin secara langsung dari tumor atau secara tidak langsung dari stroma sumsum
tulang atau sel-sel tulang, produksi immunoglobulin monoklonal, penurunan sekresi
immunoglobulin oleh sel plasma normal menyebabkan terjadinya hipogammaglobulinemia,
gangguan hematopoisis, dan penyakit osteolitik pada tulang, hiperkalsemia, disfungsi ginjal,
dan karena penyakit deposisi protein pada multipel mieloma atau oleh karena kelainan
autoimun seperti koagulopati.2
2.2 Epidemiologi
Di seluruh dunia, kira-kira terdapat 102.000 kasus baru yang didiagnosa multipel mieloma,
dimana ini mewakili 0,8% dari semua diagnosa kanker dan 72.000 pasien multipel mieloma
akan meninggal yang merupakan 1,0% dari semua kematian akibat kanker per tahun.
Meskipun tidak dapat dipahami dengan baik, insiden dan kematian tertinggi muncul di negara
industri termasuk Amerika Utara, Australia, Selandia Baru, serta Eropa dan insiden ini
cenderung meningkat pada wilayah tersebut namun insidennya relative stabil pada negara
negara di Asia.4Perbandingan etnis dalam populasi Amerika Serikat menunjukkan hampir
dua kali lipat terjadinya multipel mieloma di antara orang kulit hitam dibandingkan dengan
kulit putih, sementara orang berasal dari Asia, terutama Cina dan Jepang, mengalami
kejadian yang jauh lebih rendah.5Etnik Afrika-Amerika (AA) memiliki insiden tertinggi
multipel mieloma yaitu sekitar dua kali lipat dibandingkan etnik yang lain.4
Multipel mieloma adalah kanker yang paling sering kedua dari darah di Amerika Serikat
setelah non-Hodgkin limfoma.Penyakit ini menyebabkan sekitar 1% dari penyakit neoplastik
dan 13% dari keganasan hematologi. Median usia saat diagnosis adalah sekitar 62 tahun
untuk pria dan 61 tahun untuk wanita, hanya 2% dari pasien yang lebih muda dari 40 tahun.
Sekitar 20 000 kasus terjadi setiap tahun di Amerika Serikat, kejadian disesuaikan dengan
usia dan kelompok etnis adalah 7,1 per 100 000 pada pria dan 4,6 per 100 000 pada wanita.
Kejadian tersebut bervariasi secara global dari 1 per 100 000 orang di Cina, untuk sekitar 4
per 100 000 orang di sebagian besar di negara berkembang. Kejadian penyakit ini lebih
sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Median kelangsungan hidup setelah
perawatan konvensional adalah 3-4 tahun, perawatan dosis tinggi diikuti oleh transplantasi sel
induk autologous dapat memperpanjang angka harapan hidup sampai 5-7 tahun.6
Kejadian di Indonesia atau di Bali??? Kalau boleh dalam bentuk tabel/diagram
2.3 Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui pasti penyebab dari multipel mieloma. Namun, peneliti telah
membuat kemajuan dengan mengetahui bagaimana perubahan tertentu dalam DNA dapat
menyebabkan sel-sel plasma berubah menjadi kanker. Sel-sel mieloma juga menunjukkan
kelainan pada kromosom mereka. Manusia normal sel mengandung 46 kromosom-potongan
DNA dan protein yang mengontrol pertumbuhan sel dan metabolisme. Satu hal yang cukup
umum menemukan dalam sel mieloma adalah bahwa bagian-bagian dari kromosom angka 13
hilang. Hal tersebut membuat mieloma yang lebih agresif dan resisten terhadap pengobatan.1
Sekitar setengah dari pasien multipel myloma mengalami abnornal translokasi pada sel
mieloma. Rata-rata bagian dari salah satu kromosom berpindah ke kromosom lain.
Para peneliti telah menemukan bahwa pasien dengan tumor sel plasma memiliki kelainan
pada sel-sel sumsum tulang lain dan bahwa kelainan ini juga dapat menyebabkan
plasma kelebihan pertumbuhan sel. Sel-sel tertentu dalam sumsum tulang yang disebut sel
dendritik melepaskan hormon yang disebut interleukin-6 (IL-6), yang merangsang sel-sel
plasma normal untuk tumbuh. Kelebihan produksi IL-6 tampaknya menjadi faktor penting
dalam pengembangan tumor plasma sel.1
2.4 Patofisiologi
Pada MM terjadi kerusakan genetik dari perkembangan limfosit B pada saat perubahan
isotipe, sehingga terjadi perubahan bentuk sel plasma normal menjadi sel MM yang ganas.
Sel-sel ini berasal dari klonal tunggal, bermultiplikasi dalam sumsum tulang dan
mengerumuni sel-sel normal sumsum tulang kemudian memproduksi sejumlah besar
immunoglobulin monoklonal (M). Sel-sel plasma ganas ini menstimulasi osteoklast yang
menyebabkan resorpsi dan menghambat osteoblas (yang fungsinya membentuk tulang baru)
dan menyebabkan lesi-lesi lisis tulang. Lesi ini merupakan tanda khas MM dan hiperkalsemia
diduga terjadi karena peningkatan aktifitas osteoklas.7
Patogenetik awal dalam perkembangan mieloma adalah terbatasnya jumlah klonal sel plasma
dan secara klinik dikenal dengan Monoclonal Gammopathy of Undetermined Significance
(MGUS), yang ditandai dengan level serum M protein < 3 gram/dl, klonal sel plasma dalam
sumsum tulang < 10% dan tidak ada kelainan sel B, tidak ada kerusakan organ tapi
mempunyai risiko 1% pertahun progresif menjadi MM. MGUS bukan merupakan suatu
keganasan tapi diperkirakan merupakan prekursor untuk MM, berkembang sampai mencapai
20% individu.7
Kategori kedua adalah asimtomatik atau Smoldering Multipel Mieloma, dengan karakteristik
protein M 3 gram/dl dan atau sel plasma dalam sumsum tulang 10%. Rata-rata waktu untuk
berkembang menjadi MM yang simtomatik adalah 2-3 tahun.7
2.4 Diagnosis
Investigasi awal yang perlu dilakukan terhadap pasien yang diduga menderita
multipelmielomamencakup beberapa tes skrining yang kemudian dilanjutlan dengan tes-tes
lebih lanjut untuk menegakan diagnosis.9
Pemeriksaan darah lengkap perlu dilakukan sebagai inisiasi diagnosis multipel-mieloma.
Hasilnya, jika sel mieloma menempati sumsum tulang terlalu banyak maka kadar RBC, WBC
dan platelet akan menurun. Jenis anemia yang di jumpai adalah normokromik normositer,
laju endap darah meningkat, kadang di jumpai sel plasma di darah tepi.1
Elektroforesis serum dan urin sebaiknya dilakukan, diikuti dengan imunofiksasi untuk
memastikan dan menentukan tipe dari monoklonal protein (M-protein/paraprotein) yang ada.
Imunofiksasi uga disarankan untuk dilakukan pada pasien yang diduga kuat menderita
multipel mielomanamum elektroforesis rutin menunjukan hasil negatif.9
Tes kimia darah, tingkat nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin, albumin, kalsium, dan
lainnya elektrolit akan diperiksa. BUN dan (Cr) kreatinin tingkat menunjukkan seberapa baik
ginjal bekerja. Jika kandungannya tinggi kadarnya dalam darah berarti bahwa fungsi ginjal
terganggu. Hal ini biasa terjadi pada orang dengan mieloma. Albumin adalah protein yang
ditemukan dalam darah. Tingkat rendah dapat menjadi tanda lebih maju mieloma. Tingkat
kalsium mungkin lebih tinggi pada orang dengan mieloma. Tinggi kadar kalsium dapat
menyebabkan gejala parah kelelahan, kelemahan, dan kebingungan.1
Aspirasi sumsum tulang sendiri cukup untuk menegakan diagnosis (menunjukan lebih dari
10% sel plasma), biopsi trephine bisa menyediakan hasil pemeriksaan infiltrasi sel plasma
yang lebih bagus. Saat mendiagnosis, biopsi trephine sumsum tulang sebaiknya dilakukan,
jika memungkinkan. Ini akan digunakan sebagai dasar perbandingan ketika nanti dilakukan
pemereksaan kembali setelah terapi. Hasil ini akan menentukan respon terhadap terapi yang
diberikan.9
2.4.1 Penggunaan Radiologi dalam Multipel-Mieloma
Peran radiologi dalam penatalaksanaan multipel mieloma mencakup penilaian seberapa
parah penyakit tersebut, indentifikasi dan karakterisasi dari komplikasi yang timbul. Foto
polos, CT, dan MRI adalah teknik pemeriksaan yang biasa dilaukan pada kasus multipel-
mieloma. Positron emission tomography (PET)-scan adalah teknik penggambaran baru
yang menjanjikan sejauh ini. Penggunaan dual energy X-ray absorbtiometry (DEXA)
scanning belum sepenuhnya dievaluasi pada kasus-kasus multipel-mieloma.9
Dengan meningkatnya ketersediaan teknologi penggambaran yang semakin canggih,
penting untuk berhati-hati menentukan pemeriksaan apa yang benar-benar tepat dan
diperlukan oleh pasien.9
2.4.1.1 Radiograf Polos
Survei tulang merupakan metode standar untuk skrining radiologi pada saat
mendiagnosis. Radiograf polos tersedia secara luas, menunukan area yang luas pada
tulang kerangka dan dapat mengidentifikasi tualng panjang yang beresiko terjadinya
fraktur.Meskipun demikian, radiograf polos mamiliki sensitivitas yang rendah untuk
menunjukan penyakit lytic.9
2.4.1.2 CT Scan
CT mempunyai sensitivitas yang lebih tinggi dari radiograf polos dalam mendeteksi jeas
lytic yang kecildan dapat dengan akurat menemukan adanya penyakit jaringan lunak dan
juga membantu mengarahkan arum biopsi untuk analisis histologi.9
2.4.1.3 MRI
MRI sangat berguna dalam pemeriksaan penyakit jaringan lunak. MRI adalah
pemeriksaan yang esensial dalam mendiagniosis multipel mieloma. MRI dapat
memberikan informasi tentang sumsum tulang. Hasil MRI tulang belakang yang
abnormal pada pasien mieloma stadium lanjut memiliki resiko fraktur yang lebih tinggi,
namun tidak bisa memprediksi dimana letak frakturnya.9
MRI adalah pemeriksaan yang esnsial untuk mendiferensial diagnosis antara multipel-
mielomadan solitary plasmacytoma. Pada kasus solitary plasmacytoma, hasil MRI
tulang belakang dan pelvis menunjukan jejas, hal ini terjadi pada hampir 80% pasien.9
2.4.1.4 Positron Emission Tomography (PET) Scan
Beberapa laporan engindikasikan PET scan berguna untuk menentukan loaksi dari
penyakit mieloma.9
Diagnosis multipel mielomabiasanya ditegakan dengan pemeriksaan monoklonal protein
(M-preotein/paraprotein) dalam serum atau urin dan juga lytic lesions pada X-ray,
bersamaan dengan meningkatnya jumlah sel plasma pada sumsum tulang.9
Diagnosis untuk multipel mielomaseharusnya ditegakan sedini mungkin. Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Kariyawasan,dkk di sebuah rumah sakit Royal Free
Mieloma Clinic pada tahun 2001 dan 2006 menunjukan perbedaan yang cukup
signifikan antara pasien yang terdiagnosis dini dan pasien yang terdiagnosis setelah
cukup lama.10
Penelitian tersebut dilakukan dengan membagi pasien multipel mieloma enjadi tiga
kategori, yaitu pasien yang terdiagnosis dalam kurun waktu kurang dari 3 bulan, 3-6
bulan, dan lebih dari 6 bulan. Hasilnya, terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal
komplikasi yang muncul (p=0.04), namun dalam hasil akhir tidak terdapat efek yang
signifikan. Mungkin ini dikarenakansebagian besar pasien yang terdiagnosis penyakit ini
masih belum bisa disembuhkan dan selalu berujung apda kematian.10
Grafik 1. Komplikasi pada
pasien akibat penundaan
diagnosis10
Grafik 2. Jenis komplikasi
yang muncul akibat
oenundaan diagnosis10
Tabel 1. Status apsien saat
akhir penelitian10
2.5 Gejala
Multipel mieloma ditandai dengan ekspansi klonal dari sel plasma sehingga kadar
imunoglobulin tinggi, hiperkalsemia, imunodefisiensi, insufisiensi ginjal, dan penyakit tulang
litik. Penyakit ini menyebabkan gejala anemia, respon kekebalan yang menyebabkan
peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan sakit parah sebagai akibat dari lesi osteolitik.
Penghancuran tulang terjadi pada 90% pasien MM dan merupakan hasil dari beberapa faktor.
Kerusakan tulang dapat mengakibatkan komplikasi skeletal seperti nyeri tulang, fraktur
patologis yang memerlukan pembedahan dan/atau radiasi ke tulang, kompresi saraf tulang
belakang, dan hiperkalsemia keganasan.11
Baru-baru ini, dampak dari aktifitas reasorbsi tulang telah dikonfirmasi sebagai faktor resiko
independen dalam kelangsungan hidup secara keseluruhan pada pasien dengan MM aktif.
Banyak dari komplikasi yang berhubungan dengan morbiditas yang signifikan dan dapat
berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup. Selain itu, kerangka peristiwa kompromi
mobilitas dan sehari-hari kemerdekaan, menurunkan kualitas hidup (kualitas hidup), dan
meningkatkan biaya pengobatan. Untuk mengurangi dan menunda morbiditas tulang
disebabkan oleh MM, bifosfonat (BP) pengobatan telah menjadi standar perawatan.11
Pada gejala lainnya berupa klonal sel-sel plasma >10% pada sumsum tulang atau biopsi
(dalam jumlah apapun) di biopsi dari jaringan lain (plasmacytoma). Sebuah protein
monoklonal (paraprotein) baik dalam serum atau urin (kecuali dalam kasus non-sekretori
mieloma), bukti kerusakan akhir organ merasa terkait dengan gangguan sel plasma (organ
terkait atau gangguan jaringan) sering disebut dengan "CRAB" :12
C : Hypercalcemia (kalsium dikoreksi> 2,75 mmol / L)
R : Disebabkan mieloma ginjal insufisiensi
A : Anemia (hemoglobin <10 g / dL)
B : Tulang lesi (lesi litik atau osteoporosis dengan fraktur kompresi)
Selain itu, ada pula penderita multipel mieloma yang tidak menampakan gejala klinis. Jika
dilakukan pemeriksaan maka akan didapatkan serum paraprotein > 30 g/L dan/atau klonal
sel-sel plasma >10% pada sumsum tulang biopsy.12
2.6 Faktor Resiko
Faktor resiko adalah apapun yang dapat mengubah kesempatan seseorang untuk mendapatkan
penyakit seperti kanker. Jenis kanker yang berbeda memiliki faktor resiko yang berbeda juga.
Pada kenyataannya, kebanyakan orang dengan penyakit MM tidak memiliki faktor resiko
yang diketahui sama sekali. Para ilmuwan telah menemukan beberapa faktor resiko yang
dapat mempengaruhi kesempatan seseorang untuk mendapatkan multipel mieloma.1
1. Tingkat lanjut usia
Semakin bertambah usia, peluang untuk menderita mulitipel mieloma lebih besar.
Kebanyakan orang didiagnosis setelah usia 65 tahun dan orang – orang jarang
didiagnosis dengan mieloma sebelum usia 40 tahun.13
2. Jenis kelamin (Pria)
Pria lebih beresiko untuk menderita multipel mieloma dari pada wanita. Tidak
diketahui mengapa lebih banyak pria yang didiagnosis dengan penyakit ini. 13
3. Ras Afrika-Amerika
Multipel mieloma yang paling umum terjadi pada ras Afrika-Amerika dan jarang
terjadi di Asia. 13
4. Riwayat (personal) dengan Monoclonal Gammopathy of Undetermined Significance
(MGUS)
MGUS adalah kondisi jinak dimana sel – sel plasma abnormal yang membuat protein
M. Biasanya, tidak ada gejala dan tingkat abnormal protein M ditemukan dengan
pemeriksaan tes darah. Kadang – kadang, orang dengan MGUS mengembangkan
kanke rtertentu, seperti multipel mieloma. Tidak ad apengobatan, tetapi orang – orang
dengan MGUS mendapatkan tes laboraturium rutin (setiap 1-2 tahun) untuk
memeriksa peningkatan lebih lanjut dalam tingkat protein M. 13
5. Riwayatkeluarga
Seseorang yang memiliki saudara kandung atau orang tua dengan mieloma 4 kali
lebih mungkin untuk mendapatkannya dari yang diharapkan. Tapi dalam sebagian
besar kasus mieloma tidak ada latar belakang genetik yang jelas. Namun, kebanyakan
pasien tidak memiliki kerabat yang terkena dampak, jadi ini hanya menyumbang
sejumlah kasus kecil. 13
6. Radiasi
Paparan radiasi dapat meningkatkan kasus resiko multipel mieloma, namun ini hanya
sebagian kecil dari beberapa kasus. 13
7. Paparan tempat bekerja dan bahan kimia berbahaya
Petani dan pekerja minyak terpapar bahan kimia tertentu juga tampaknya memiliki
kesempatan lebih tinggi dari rata – rata untuk mendapatkan multipel mieloma. Faktor
– faktor ini dapa tmenambah resiko akibat paparan kerja terhadap radiasi pengion. 13
8. Obesitas
Sebuah studi oleh American Cancer Society menemukan bahwa kelebihan berat
badan atau obesitas meningkatkan resiko seseorang terkena mieloma. 13
2.7 Penatalaksanaan
Pada Penatalaksaan untuk pasien multipel mieloma harus dilihat dari gejala awal, statifikasi,
dan diagnostiknya. Apabila pada pasien masih di temukan gejala asimptomatik, tidak perlu di
obati karena tidak menguntungkan, tetapi pada pasien tersebut harus tetap di monitor
progrevitasnya penyakitnya dengan mengevaluasi selama kurang lebih 3-6 bulan. Pada
penderita yang simtomatik membutuhkan pengobatan yang berupa transplantasi sumsum
tulang Hemotopoietic Stem Cell Transplantation (HSCT) dan kemoterapi.14
Pada 35 tahun sudah pernah dilakukan pengobatan yaitu mephalan dan prednison yang
menghasilkan respon rate 50% tapi complete response rate kurang dari 10%, jadi angka
rata-rata hidupnya 3 tahun, bila dengan HSCT rata-rata kehidupannya 5 tahun. Adapula
pengobatan dengan VBMCP (vincristine, carmustine, mephalan,cyclophosphamide,
prednisone) dan VAD (vincristin, doxorubisin, dexamethasone) yang menghasilkan respon
rate 60-70%, tetapi angka harapan hidup tak jauh berbeda dengan MP. Ada 2 tipe
transplantasi sel sumsum tulang yaitu autologous dan allogeneic. Autologous stem cell
transplant menggunakan sel sumsum tulang penderita sendiri, cukup aman dan risiko rendah
untuk timbulnya komplikasi serius.8,14
Disamping pengobatan di atas sudah ada obat baru, yang pembagiannya dan penjelasannya
akan di jabarkan di bawah ini.8
a. Thalidomide
Pengobatan yang sudah dikenal sejak tahun 1960, namun pada tahun 1961 di tarik
karena terkena kasus teratogenik. Setelah itu kembali digunakan pada pengobatan
AIDS, Aphotous ulcer dan berbagai penyakit solid tumor serta tumor darah. Pada
tahun 1999, peneliti Singnal, et al memperkenalkan Thalidomide sebagai obat MM
yang mengandung angiogenik dan di berikan secara oral. Namun ada juga peneliti
yang mengembangkan asumsinya bahwa apabila di campur dengan dexamethason
maka akan meningkatkan harapan hidup pasien.8
Pada MM masih tidak begitu jelas, diduga sebagai imunomodulator, anti inß amasi
dan anti angiogenik. Thalidomide ini mempengaruhi baik langsung maupun tidak
langsung dalam mencegah adhesi dan proliferasi sel-sel mieloma, diduga
menghambat angiogenesis dengan cara mencegah pembentukan pembuluh darah kecil
dengan menghambat pelepasan faktor-faktor pertumbuhan (hepatic growth factor,
vascular endothelial growth factor, basic " broblast growth factor) yang mana
semuanya ini mempunyaiperan penting dalam angiogenesis dari sel-sel
plasma.Pengaruh secara langsung merangsang apoptosis atau kematian G1 selama
siklus sel, yang diaktifasioleh sitotoxic T (CD8) dan NK sel dan menyebabkanlisisnya
sel plasma, menghambat interaksi sel ke sel danmenghambat pelepasan IL-6 (yang
merupakan faktorpertumbuhan mayor yang menyebabkan proliferasi
dankelangsungan hidup sel plasma). 8
Pada pengobatan ini efek samping yang paling sering dijumpai adalah nausea,
konstipasi, ruam, fatigue, somnolen dan neuropati perifer (bila penggunaan jangka
panjang), kelemahan otot dan mempunyai kecendrungan meningkatkan risiko
terjadinya Deep Venous Thrombosis (DVT) bila dikombinasi dengan
dexamethasone,6 efek samping yang lain, edema, bradikardia, netropeni, impoten,
hipotiroid, tremor. Dosis tinggi thalidomide dapat menyebabkan edema pulmonal,
atelektasis, aspirasi pneumonia dan hipotensi yang refrakter.8
b. Bortezomib
Dahulu dikenal dengan PS-341 dan merupakan penghambat proteasome pertama
dalam penelitian. Obat ini telah disetujui oleh FDA untuk pengobatan MM stadium
lanjut sejak bulan Mei 2003. Bortezomib adalah asam boronat dipeptida yang
merupakan penghambat spesiÞ k dari proteasome 26S yang reversibel, yang
mempunyai aktifitas sebagai antiproliferatif, proapoptotik (yang berkaitan dengan
aktifasi caspase-8/9 dan caspase-3), anti angiogenik, anti tumor.30 Proteasome
adalah kompleks enzim ubiquitous yang berfungsi dalam degradasi protein (dikatalase
oleh 3 enzim E1, E2, E3) dan berguna untuk regulasi siklus sel dan menyebabkan
proteolisis IkB (suatu inhibitor faktor nuclear kappa beta yang dapat meningkatkan
kelangsungan hidup sel, merangsang pertumbuhan, menghambat apoptosis). Pada
penelitian terakhir menyebutkan bortezomib mencegah aktiÞ tas dari caveolin-1 sel
MM. Caveolin -1 adalah suatu protein yang berfungsi dalam pergerakan sel atau
perpindahan sel MM dalam jaringan dan membutuhkan posporilasi, dalam hal ini
bortezomib menghambat posporilasi caveolin-1 oleh Vascular Endothelial Growth
Factor (VEGF) yang merupakan sitokin proangiogenik dan traskripsi NF-kB
sehingga dengan demikian bortezomib menghambat migrasi selsel kanker maupun
angiogenesis tumor, menghambat nuclear factor kappa B (NF-kB) yang berimplikasi
terhadap resisten terapi.8
Efek samping yang muncul pada pengobatan ini yang tersering gejala gastrointestinal
(nausea, anoreksia, muntah diare, konstipasi) trombositopenia yang sifatnya
sementara, bila obatdihentikan nilai trombosit akan kembali normal, fatigue, malaise
dan neuropati perifer, efek samping lain yang jarang yakni demam, ruam, sakit
kepala,dan dizziness.8
c. Lenalidomide
Pada awalnya dikenal dengan CC-5013 dan merupakan suatu derivat thalidomide
yang diperkenalkan pada tahun 2004, dan merupakan golongan
imunomodulator,25,33,36 baru disetujui oleh FDA sejak 29 Juni 2006. Meskipun
belum jelas, lenalidomide mempunyai efek antiangiogenik, menghambat sekresi
sitokin proinß amasi dan meningkatkan sekresi sitokin anti inß amasi dari sel-sel
mononuklear darah tepi, menghambat prolifersi sel, menghambat ekspresi
cyclooxigenase-2(COX-2), menyebabkan apoptosis dan menurunkan ikatan sel
mieloma degan sel-sel stroma dalam sumsum tulang, meningkatkan efek sitotoksik
melalui sel-sel Natural Killer (NK). Diduga mekanisme kerja dari lenalidomide pada
MM adalah sitotoksisitas melalui apoptosis(A); menghambat adhesi molekul sel
seperti Intercellular Adhesion Molecule 1 (ICAM-1) dan Vascular Cell Adhesion
Molecule 1 (VCAM-1) yang menurunkan signal pertumbuhan dari sel-sel MM (B);
menghambat signal pertumbuhan untuk meningkatkan angiogenesis sumsum tulang
seperti VEGF, TNF-#, dan IL-6. Menstimulasi sel T helper yang meningkatkan
produksi IL-2 dan IFN-$ dan dengan demikian memperbaiki aktifasi sel NK dan sel
NK yang tergantung pada sitotoksisitas.8
Efek samping dari lenalidomide antara lain menyebabkan Venous Thromboembolism
(VTE), menurut Bennet, et al. penderita MM yang mendapat terapi thalidomide atau
lenalidomide yang dikombinasi dengan dexametason, mephalan atau doxorubisin
mempunyai risiko tinggi untuk timbul VTE (dengan median 14%, rerata 3 ! 75%),
penderita tersebut dianjurkan untuk diberikan proÞ laksis dengan aspirin, dan ternyata
dijumpai risiko untuk terjadi VTE lebih rendah.8
2.8 Prevention
Tidak ada rekomendasi tes skrining yang tersedia untuk multipel mieloma, dan dari
kebanyakan kasus tidak tahu bagaimana cara mencegahnya. Untuk mengetahui tanda dan
gejala dari multipel mieloma dan dapat didiskusikan dengan dokter bagaimana cara terbaik
untuk mendeteksi kanker di fase dini.15
Pada multipel mieloma sulit untuk didiagnosis lebih awal. Karena pada multipel mieloma
tidak menimbulkan gejala sampai telah stadium lanjut. Dalam beberapa kasus, gejala dari
multipel mieloma tidak jelas, sehingga tampaknya disebabkan oleh penyakit lain. Jarang,
multipel mieloma ditemukan di awal tes darah rutin yang menunjukkan tingginya jumlah
abnormal protein dalam darah.16
Terdapat penelitian lain menemukan bahwa dengan makan-makanan bergizi dapat mencegah
kanker, yang salah satunya multipel mieloma. Namun peneliti belum menemukan hubungan
yang kuat antara makanan yang kita makan dengan multipel mieloma. Kata ahli gizi Kristen
Trukova, RD, LDN, yang bekerja dengan pasien dengan penyakit tersebut di Pusat
Pengobatan Kanker Amerika di Pusat Midwestern Regional Medical di Zion, Illinois
Multipel mieloma adalah jenis kanker yang berkembang di sel-sel dalam sistem kekebalan
tubuh dan tumor dalam bentuk sumsum tulang. Kanker ini relatif jarang, dengan sekitar
10.700 orang Amerika diperkirakan mati dari itu pada tahun 2008. Para peneliti juga
menemukan bahwa ada beberapa jenis makanan yang dapat mencegah berkembangnya
multipel mieloma dan dapat melindungi tubuh dari penyakit. Seperti makan buah-buahan,
sayuran (seperti brokoli dan kubis brussel), kacang-kacangan, ikan dan vitamin A. 16
Studi lain yang berhubungan dengan makanan untuk multipel mieloma mungkin melibatkan
jumlah makanan yang kita makan pada umumnya. Beberapa studi telah melaporkan resiko
yang lebih tinggi dari multipel mieloma pada orang kelebihan berat badan dan obesitas.
Dalam salah satu penelitian terhadap lebih dari 37.000 wanita pasca-menopause, mereka
yang memiliki lingkar pinggang lebih dari 36 inci memiliki resiko ganda. Sebuah studi di
Kanada menemukan bahwa orang gemuk memiliki risiko 50 persen lebih tinggi dan orang
gemuk memiliki lebih dari dua kali lipat risiko.16
BAB III
KESIMPULAN
Mutipel mieloma (MM) adalah ploriferasi neoplastik sel B plasma di sumsum tulang
yang memproduksi protein immunoglobulin monoklonal disertai dengan adanya lesi litik
tulang, dan adanya serum protein monoclonal dalam serum dan urin. Gejala dari MM
yaitu nyeri pada tulang, gejala anemia, nefropati atau gangguan ginjal, perdarahan
abnormal, carpal turner syndrome, sindroma hiper viskositas, dan neuropati. Mulitipel
mieloma dapat didiagnosis dengan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan urin, aspirasi
sumsum tulang dan beberapa pemeriksaan radiologi seperti CT Scan, MRI, pemeriksaan
radiologi polos, dan Positron Emission Tomography (PET) Scan. Terapi untuk multipel
mieloma sendiri dilakukan berdasarkan gejala awal, statifikasi dan diagnostiknya, untuk
pencegahannya belum ada skrining yang spesisifik untuk mendeteksi secara dini
multipel mieloma tersebut. Namun hal umum yang dapat kita lakukan adalah dengan
pola hidup sehat dan menghindari beberapa faktor resiko yang mungkin untuk dihindari
seperti paparan radiasi, dan obesitas.