9
Budaya Musik dan Pertunjukan Budaya – Suwarmin - 2008 BUDAYA MUSIK DAN PERTUNJUKAN BUDAYA*) Oleh: Suwarmin Dasar Pemikiran Tulisan ini pernah disajikan pada acara Temu Temu-Teman Theater se Nusantara ke IV tanggal: 27 Juli 2008 di Surabaya. Tema yang dipilih dalam kegiatan tersebut cukup menarik yaitu: „Selamatkan Budaya Kita”. Tema tersebut digunakan sebagai pancadan judul tulisan ini dengan harapan dapat digunakan sebagai acuan untuk membangun tingkat kesadaran berbudaya. Tingkat kesadaran merupakan faktor utama dalam menentukan gerak ke depan budaya dan peradaban masyarakat. Tulisan ini penulis anggap perlu untuk diketahui, menambah wawasan serta mendapat tanggapan seperlunya. Kalimat “Selamatkan Budaya Kita” tersebut terkandung beberapa pengertian yaitu: pertama bahwa keadaan budaya kita sekarang dalam kondisi tertentu (tidak selamat) dan perlu diselamatkan, dan kedua ada hal yang salah dari pelaku budaya masa lalu yang perlu dibenarkan. Dari pemahaman tersebut maka timbul pemikiran apa yang salah dan bagai mana budaya yang benar untuk masa sekarang dan yang akan datang, serta bamana cara menyelamatkan. Sebagai penyelamat perlu modal, piranti, konsep, strategi serta arah dab tujuan yang jelas. Bila tidak punya hal tersebut, akan mengulangi kesalahan yang lalu. Perjalanan budaya suatu masyarakat atau bangsa ditentukan oleh berbagai faktor. Sumber daya manusia; tokoh sebagai penentu kebijakan, nara sumber sebagai patron, pelaku, masyarakat pengguna, situasi politik, serta sumber daya alam sebagai lingkung budaya, semua berperan dalam membentuk budaya tertentu. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengajak teman-teman yang berkecimpung dalam dunia theater dan seni pertunjukan yang lain dalam kapasitas sebagai pelaku-budaya untuk merenungkan kembali, dengan modal pengalaman dari masing-masing daerah untuk menjawab ajakan „menyelamatkan budaya” demi peradaban bangsa masa yang akan datang. Pemikiran tersebut relevan dengan apa yang dinyatakan Ignas Kleden (1996), masa lalu adalah milik generasi masa lalu, masa sekarang dan akan datang milik generasi sekarang. *) Disajikan pada Seminar Temu Teater se-Nusantara Tgl. 27 Juli 2008 di Gedung Kampus STIKOM Surabaya 2

Msk Tt Theater

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Artikel IlmiahBUDAYA MUSIK DAN PERTUNJUKAN BUDAYAOleh : Suwarmin, M.Sn

Citation preview

  • Budaya Musik dan Pertunjukan Budaya Suwarmin - 2008

    BUDAYA MUSIK DAN PERTUNJUKAN BUDAYA*)

    Oleh: Suwarmin

    Dasar Pemikiran

    Tulisan ini pernah disajikan pada acara Temu Temu-Teman Theater se Nusantara

    ke IV tanggal: 27 Juli 2008 di Surabaya. Tema yang dipilih dalam kegiatan tersebut

    cukup menarik yaitu: Selamatkan Budaya Kita. Tema tersebut digunakan sebagai

    pancadan judul tulisan ini dengan harapan dapat digunakan sebagai acuan untuk

    membangun tingkat kesadaran berbudaya. Tingkat kesadaran merupakan faktor utama

    dalam menentukan gerak ke depan budaya dan peradaban masyarakat. Tulisan ini penulis

    anggap perlu untuk diketahui, menambah wawasan serta mendapat tanggapan seperlunya.

    Kalimat Selamatkan Budaya Kita tersebut terkandung beberapa pengertian

    yaitu: pertama bahwa keadaan budaya kita sekarang dalam kondisi tertentu (tidak

    selamat) dan perlu diselamatkan, dan kedua ada hal yang salah dari pelaku budaya masa

    lalu yang perlu dibenarkan. Dari pemahaman tersebut maka timbul pemikiran apa yang

    salah dan bagai mana budaya yang benar untuk masa sekarang dan yang akan datang,

    serta bamana cara menyelamatkan. Sebagai penyelamat perlu modal, piranti, konsep,

    strategi serta arah dab tujuan yang jelas. Bila tidak punya hal tersebut, akan mengulangi

    kesalahan yang lalu.

    Perjalanan budaya suatu masyarakat atau bangsa ditentukan oleh berbagai faktor.

    Sumber daya manusia; tokoh sebagai penentu kebijakan, nara sumber sebagai patron,

    pelaku, masyarakat pengguna, situasi politik, serta sumber daya alam sebagai lingkung

    budaya, semua berperan dalam membentuk budaya tertentu. Untuk itu, dalam kesempatan

    ini penulis ingin mengajak teman-teman yang berkecimpung dalam dunia theater dan seni

    pertunjukan yang lain dalam kapasitas sebagai pelaku-budaya untuk merenungkan

    kembali, dengan modal pengalaman dari masing-masing daerah untuk menjawab ajakan

    menyelamatkan budaya demi peradaban bangsa masa yang akan datang. Pemikiran

    tersebut relevan dengan apa yang dinyatakan Ignas Kleden (1996), masa lalu adalah milik

    generasi masa lalu, masa sekarang dan akan datang milik generasi sekarang.

    *) Disajikan pada Seminar Temu Teater se-Nusantara Tgl. 27 Juli 2008 di Gedung Kampus STIKOM Surabaya

    2

  • Budaya Musik dan Pertunjukan Budaya Suwarmin - 2008

    Untuk acuan dalam membahas pemasalahan keterkaitan musik dan pertunjukan

    dalam budaya, berikut penulis paparkan sekilas tentang Pertunjukan Budaya, Budaya

    Musik dan hubungan musik dan pertunjukan. Pemahaman tentang hal tersebut diharapkan

    dapat membangun tingkat kesadaran budaya yang pada akhirnya dapat menjawab ajakan

    untuk menyelamatkan budaya bangsa kita.

    Pertunjukan Budaya

    Aktifitas Pertunjukan budaya meliputi aktifitas atau kegiatan dalam kehidupan

    sosial-budaya masyarakat sehari-hari dalam keluarga di rumah, kantor, pasar, perjalanan,

    serta tempat kerja, hingga kegiatan yang mempunyai sifat khusus dan nilai yang lebih

    tinggi. (Murgiyanto, 1996). Seperti apa yang diungkapkan Shakespeare, Dunia ini

    panggung sandiwara, dapat dikatakan bahwa setiap interaksi manusia kapanpun,

    dimanapun baik antar individu maupun kelompok manusia, terjadi komunikasi antar

    manusia. Di sana tingkah laku pertunjukan baik disengaja atau tidak selalu hadir. Masing-

    masing pihak akan berusaha mengekspresikan apa yang dikehendaki dan berusaha untuk

    mengerti atau menginterpretasi penampilan serta sikap lawan bicaranya.

    Klifford Geertz (1980) seorang antropolog yang banyak mengkaji tentang budaya

    Indonesia menyatakan bahwa kerajaan Bali pada abad ke-19 merupakan sebuah negara-

    panggung (theatre-state). Anggapan tersebut didasarkan seorang raja di Bali merupakan

    pemimpin negara-adat, masyarakat Bali merupakan kumpulan umat, sehingga kepe-

    mimpinan tidak berorientasi politis. Tugas raja dan para Bupati adalah menyelamatkan

    kekayaan desa dengan cara melaksanakan upacara agung. Berbagai kegiatan upacara

    keagamaan maupun adat akan memelihara dan memperkokoh kehidupan sosial-budaya,

    kedewataan raja semua menjadi kasatuan yang integral menjadi kemakmuran negara.

    Berkenaan dengan pertunjukan budaya, Milton Singer seorang antropolog dalam

    bukunya When A Great Tradition Modernizes (1972) menyatakan bahwa pertunjukan

    Wayang Wong di Kraton Yogyakarta pada tahun 1877-1921 adalah pertunjukan-seni dan

    sekaligus sebuah kegiatan ritual kerajaan merupakan contoh pertunjukan budaya. Yang

    menarik dalam kajian Singer adalah modernisasi budaya tradisi. Dalam proses moderni-

    sasi di mana muatan budaya, nilai-nilai yang terkandung dalam budaya tradisi ditata dan

    ditransformasikan lewat media budaya yaitu organisasi-organisasi budaya masyarakatnya.

    3

  • Budaya Musik dan Pertunjukan Budaya Suwarmin - 2008

    Organisasi-organisasi budaya itulah pertunjukan budaya meliputi; upacara adat, perka-

    winan, upacara religi, resitasi, pertunjukan tari, musik, dan drama.

    Pada dasarnya pertunjukan budaya dapat digolongkan menjadi 4 yaitu:

    1. Bermain (play), yaitu kegiatan yang tujuan untuk kesenangan bersama, aturannya

    relatif bebas, orang yang terlibat bisa menentukan aturan untuk disepakti dalam

    permainan. Tempat pelaksanaan tidak tentu menurut kebutuhan dan situasi.

    2. Upacara (Ritual), yaitu kegiatan yang berkaitan dengan sistem religi, aturan

    pelaksanaan sangat ketat dan sakral, para pelaku seriuas dan kitmat, tempat

    pelaksanaan tertentu.

    3. Permainan, Olah-raga, yaitu kegiatan dengan tujuan praktis, aturan pelaksanaan

    terorganisir, semua pelaku mengikuti aturan secara disiplin. Tempat pelaksaan

    ditentukan sesuai dengan kebutuhan.

    4. Pertunjukan Kesenian, yaitu suatu kegiatan yang sifatnya ditengah antara bermain dan

    upacara di mana realitas dan kenikmatan ditata seimbang.

    Dalam perkembangan kehidupan masyarakat modern, dengan kemajuan tehnologi

    dan ilmupengetahuan, kebutuhan hidup semakin kompleks, semua segi budaya dipisahkan

    menjadi disiplin-disiplin, sub-disiplin sub-disiplin bidang budaya secara tegas. Bentuk-

    bentuk pertunjukan budaya lama cenderung ditinggalkan, dan bermunculan barbagai

    macam pertunjukan budaya baru: pertunjukan seni, hiburan, rekreasi, play, games, olah

    raga, theater, baca puisi yang dapat dilakukan secara terbuka atau untuk kalangan terbatas

    oleh amatir atau profesional.

    Budaya Musik

    Budaya Musik Bangsa-Bangsa

    Budaya musik telah dimiliki sejak awal peradapan manusia diseluruh belahan

    dunia. Musik disebut sebagai awal dan akhir kehidupan, bahkan kehidupan itu sendiri

    berjalan mengikuti hukum musik. Dalam mitos tentang bagai mana Tuhan menciptakan

    manusia dengan tanah citra-Nya sendiri, dan meminta ruh untuk masuk kedalamnya. Ruh

    menolak masuk ke dalam tubuh sebagai sangkar belenggu, dan ingin bebas tanpa sangkar.

    4

  • Budaya Musik dan Pertunjukan Budaya Suwarmin - 2008

    Tuhan memerintahkan para malaikat untuk memainkan musik, dan pada saat mendengar

    musik itulah Ruh mengalami ekstase. Melalui akstase itulah dalam rangka memperjelas

    musik baginya sendiri Ruh memasuki tubuhNya. Konon akhir kehidupan atau hari

    kiamat ditmanusiai dengan ditiupnya terompet sangkakala oleh malaekat. Hal ini

    menunjukkan bahwa musik dikaitkan dengan awal penciptaan, dengan kesinambungan-

    nya dan dengan akhir kehidupan (Inayat-Khan, 1996).

    Berbagai bangsa mengagungkan musik, bangsa Kaledonia dan Mesir musik

    dijadikan sesembahan, mereka bersujud layaknya di hadapan dewa. Bangsa Yunani

    Romawi mengagungkan musik bagaikan Dewa Agung. Mereka membangun altar yang

    indah, berbagai pengorbanan, wewangian sebagai persembahan Dewa Musik Apollo.

    Kepala dewa tegak terangkat gagah, kedua mata jauh kedepan memmanusiang bagaikan

    menembus batas rahasia alam. Mereka menyatakan bahwa suara senar dawai Dewa

    Apollo adalah gema suara alam dan melambangkan duka cita yang terpantul dari kicau

    burung, gemercik air, desah angin dan desiran lembut dahan pepohonan.

    Dalam khasanah warisan bangsa Assyria disebutkan bahwa musik yang ditampilkan

    dalam berbagai upacara adalah lambang kebahagiaan dan kemuliaan. Semua pujian

    disucikan dengan lagu-lagu alunan nada-nada indah yang didasari kehalusan perasaan

    jiwa. Musik adalah nafas kebebasan yang dijadikan perantara kata-kata lisan, ucapan

    merupakan pelengkap dari alunan nada musik (Gibran, 2002).

    Dalam budaya India musik disebut Sangita, dibagi tiga bagian: gayan menyanyi,

    vadan bermain, dan nirtan menari, yaitu ekspresi yang mengandung tiga unsur; suara

    ketika menyanyi, bunyi ketika memainkan alat musik dan gerak ketika menari, namun

    menyanyi dianggap bagian utama dalam Sangita. Tiga bagian dalam Sangita ini memben-

    tuk bagian ibadah Hindu, dan surga Hindu terdiri dari beberapa penyanyi, pemain, dan

    penari. Sistem musik dibagi menjadi mode-mode yang disebut raga untuk dinyanyikan

    atau dimainkan untuk keperluan tertentu, pada waktu tertentu, siang, malam atau musim

    tertentu. Ada anggapan bila sebuah Raga dinyanyikan pada saat yang tidak tepat,

    bagaikan makan makanan yang tidak sesuai dengan keperluan dan waktunya akan terasa

    hambar.

    Sebuah riwayat tentang seorang Tansen diminta oleh sang Raja Agung untuk

    menyanyikan Dipak-Raga yang memiliki pengaruh api. Tansen menolak dan sang raja

    mendesak, Tansen terpaksa menyanyikan dan terbakarlah ia. Ketika seluruh tubuhnya

    5

  • Budaya Musik dan Pertunjukan Budaya Suwarmin - 2008

    berkobar, berlarilah ke sebuah desa. Seorang wanita yang mengetahui merasa iba Tansen

    terbakar karena Dipak-Raga, maka wanita tersebut segera menyanyikan Malhar yaitu

    Raga air terjun. Seketika datang awan bergumpal-gumpal dan turun hujan meskipun pada

    saat musim panas. Api yang membakar Tansen terpadamkan dan sehat kembali. Banyak

    cerita yang menunjukkan tetang adanya kekuatan kebatinan musik.

    Di Indonesia pertama kali diciptakan alat musik Gamelan, diriwayatkan dalam buku

    Wedapradangga oleh R. Ng. Prajapangrawit (1990) diciptakan oleh dewa Sang Hyang

    Guru pada saat menjelma menjadi raja pulau Jawa. Gamelan itu diberi nama Gamelan

    Lokananta yang mengandung arti musik dari Kayangan tempat para dewa. Gamelan

    berikutnya diciptakan oleh Dewa Endra atau Sura Endra, yang sekarang menjadi istilah

    gamelan Slendro. Gamelan ciptaan para Dewa itu dilestarikan dan dijadikan sarana

    berbagai ritual raja-raja dan masyarakat di Jawa. Dalam riwayat tersebut menunjukkan

    anggapan masyarakat Jawa bahwa musik (Gamelan) adalah suara Tuhan pencipta alam.

    Berbagai pikiran filosofis para empu, pujangga dan raja diungkapkan atau ditulis dalam

    bentuk puisi tembang, dibaca dengan alunan nada.

    Musik Dalam Masyarakat

    Dapat dikatakan kehidupan dimanapun tidak terlepas dari musik, baik secara

    individu maupun secara kolektif, baik untuk keperluan sekuler sehari-hari (profan)

    maupun yang bersifat religius transendental (sakral). Masyarakat pedesaan dengan

    lingkungan pertanian agraris, masyarakat dilingkungan hutan, pantai, perkotaan mempu-

    nyai musiknya dengan cirinya serta karakternya sendiri-sendiri. Hal tersebut tampak

    dalam penggolongan musik berdasar daerah atau etnik; musik Batak, musik Sunda, musik

    Madura, musik Banyuwangi, musik Betawi dan seterusnya.

    Ashley Turner (1993), meneliti budaya musik masyarakat Melayu Petalangan Riau

    yang memiliki lingkungan alam hutan tanah. Terdapat hubungan timbal balik antara

    budaya musik dengan alam sosial serta alam lingkungannya. Alam lingkungan sebagai

    suatu sistem sebagai sumber daya kehidupan fisik, tercermin dalam budaya musik

    mereka. Alat-alat musik merupakan lambang persebatian manusia dengan alam.

    Masyarakat Melayu Petalangan di Riau beranggapan alam adalah machluk hidup yang

    suci, alam adalah diri sendiri dan sebaliknya, maka tidak boleh disakiti dan dirusak. Hal

    tersebut tercermin dalam musik mereka. Demikian juga dalam masyarakat perkotaan

    6

  • Budaya Musik dan Pertunjukan Budaya Suwarmin - 2008

    yang penduduknya beragam tingkat sosial serta mempunyai kehidupan yang lebih

    kompleks akan tercermin dalam budaya musiknya (Nakagawa, 2001).

    Musik digunakan sebagai media penyembuhan penyakit (sound healer). Menurut

    Radon ( 2001) dunia ini ada malaikat suara (Angles of Sound) dan kita selalu bekerja

    sama dengan mereka namun pilihan tetap pada mereka. Setiap orang memiliki malaikat

    penyembuhan sendiri-sendiri yang sudah ada bersama mereka saat lahir dan membimbing

    mereka dalam menjalani kehidupannya. Dengan berlatih dan belajar menyelaraskan diri

    dengan mereka secara intuitif, dan merasakan bimbingan lembut mereka yang memberi

    manusia nada-nada yang tepat, memberi tahu manusia kapan bergerak kemana serta

    menuntun tangan manusia dari satu bagian tubuh ke bagian satu tubuh yang lain (Radon,

    2001:46).

    Apa bila manusia benar-benar mengabdikan diri menjadi menjadi seorang sound

    healer, manusia akan mendengar suara malaikat saat bergabung dengan suara manusia,

    saat manusia membuka mulut untuk menyanyi, seolah-olah suara manusia lenyap,

    sedangkan suara murni mengalir bagaikan sebuah energi berwarna yang berputar.

    Begitulah ketika manusia merasakan dan mengetahui para malaikat suara bernyanyi

    dalam diri manusia. Manusia dapat bekerja dengan para malaikat suara solah-olah

    mereka adalah pembantu-pembantu manusia dalam penyembuhan, dengan memberi

    energi yang telah manusia pindahkan melalui suara dan menerima pemberian mereka

    seperti benih cinta yang ditanam di berbagai cakra bagaikan berkat yang siap tumbuh

    menjadi bunga-bunga mekar. Suara manusia adalah sesuatu yang berharga, ia menangkap

    getaran energi jantung manusia dan bergema beresonansi dengan apapun disekitar

    manusia berada. Suara manusia selalu siap setiap saat bila ingin dipergunakan, manusia

    dapat mengirim getaran-getaran suara manusia secara diam-diam dari dalam diri manusia

    ke pada orang lain dan memiliki efek yang kuat.

    Dalam kegiatan upacara ritual dalam berbagai tempat peribadatan masyarakat,

    musik sebagai ungkapan untuk mengagungkan, berkomunikasi, hingga menyatukan diri

    dengan Sang Pencipta. Hampir semua kalangan ahli kebatinan, di bagian dunia manapun

    berada, musik menjadi pusat kultus atau upacara. Mereka dapat mencapai kedamaian

    sempurna yang disebut nirvana, dalam bahasa Hindu samadhi lebih mudah melalui

    musik. Para Sufi zaman kuno menganggap musik sebagai sumber meditasi.

    7

  • Budaya Musik dan Pertunjukan Budaya Suwarmin - 2008

    Musik dalam Pertunjukan

    Musik dalam pertunjukan (seni) mengandung pengertian, musik tidak saja

    dipahami sebagai iringan atau ilustrasi dalam sebuah pertunjukan. Kalau dilihat suatu

    pertunjukan semua unsur sudah lebur menjadi satu kesatuan integral dan masing-masing

    mempunyai derajat yang sama. salah satu unsur kurang sempurna berarti suatu

    pertunjukan juga tidak sempurna. Dengan demikian unsur musik bukan sekedar sebagai

    iringan atau ilustrasi, namun sebagai unsur atau bagian yang derajat sama dengan unsur

    yang lain. Hal ini perlu perlu mendapat perhatian, karena kalau musik dianggap hanya

    sebagai ilustrasi akan di nomor dua-kan dan kurang mendapatkan perhatian, maka suatu

    pertunjukan tidak akan sempurna. Justru bila penataan atau penggarapan musik dalam

    pertunjukan sempurna akan dapat menutup kekurangan unsur yang lain. Berikut akan

    dibahas sejauh mana peranan, pengaruh musik dalam suatu pertunjukan.

    Sebuah pertunjukan memerlukan proses dalam ruang dan waktu dengan struktur

    awal, tengah dan akhir. Menurut Richard Schechner tahapan-tahapan tersebut adalah:

    a. Persiapan ; semua kegiatan dari latihan pemain, crew mempersiapkan

    peralatan, dalam mempersiapkan pentas.

    b. Pementasan ; saat pementasan dilaksanakan, pemain melakukan pertunjukan

    dan penonton menyaksikan.

    c. Sesudah ; selesai pementasan, mengemas busana, evaluasi dsb.

    Dalam struktur tersebut tahap pementasan merupakan tahap atau bagian utama

    sebuah pertunjukan dimana saat terjadinya komunikasi antara pemain dan penonton.

    Bagian pementasan juga dapat dibagai menjadi tiga bagian; pra-lakon (cerita) atau

    pembukaan, jalannya cerita, dan penutup. Mulai dari pra-lakon hingga penutup

    pementasan unsur musik berperan aktif.

    1. Pra-lakon, dalam pertunjukan drama tradisi hadirnya musik pada pra-lakon digunakan

    sebagai pembuka yang berfungsi menghadirkan penonton, menghibur penonton yang

    sudah hadir, dan membangun suasana tertentu mempersiapkan penonton untuk

    mengapresiasi lakon yang dipentaskan.

    2. Jalannya Cerita yang terdiri dari alur suasana atau adegan, musik memberi kesan

    tempat tertentu (pedesaan, kraton, pura, pasar perang dan sebagainya). Musik

    memberi jembatan perlihan dari adegan satu ke adegan berikutnya. Tentang tokoh

    8

  • Budaya Musik dan Pertunjukan Budaya Suwarmin - 2008

    musik dapat memberi kesan karakter tertentu (gagah, alus, wibawa). Tingkah laku

    (lucu, lincah), suasana tertentu (susah, gembira, marah, angkuh, agung, sakral).

    3. Penutup atau akhir penementasan musik tertentu (selesai, bertanya, lega, lepas).

    Dalam pertunjukan theater tradisi yang memiliki durasi hingga 8 jam, musik

    digunakan sebagai selingan yang bersifat hiburan, namun alur cerita dalam lakon tidak

    terputus. Penonton tidak mungkin selalu serius dalam waktu 8 jam. Musik tidak saja

    memberi kesan suasana, karakter, tetapi juga memberi makna lambang tertentu. Musik

    tidak hanya dapat memperkuat kesan yang disampaikan lewat adegan, gerak, dialog

    pemain, bahkan apa yang tidak dapat disampaikan unsur lain musik mampu (Suwarmin,

    1993). Untuk itu penataan musik dalam sebuah pertunjukan perlu ditangani secara serius

    oleh ahlinya. Beberapa film populer lewat musik atau lagunya, hal tersebut menunjukkan

    bahwa terdapat kesesuaian antara musik dan suasana filmnya.

    Penutup

    Dalam budaya masyarakat (tradisi dan non tradisi) kita, keberadaan musik dan seni

    pertunjukan secara kontekstual mempunyai peranan yang penting. Masyarakat tradisi

    tidak pernah memandang musik dan seni pertunjukan sekedar sebagai tontonan atau

    hiburan. Musik dan seni pertunjukan mempunyai makna yang begitu kompleks penuh

    dengan lambang-lambang dan simbol-simbol bagi masyarakat pemiliknya. Di dalamnya

    terkandung nilai-nilai kearifan lokal (local genius) budaya masyakatnya. Budaya dan

    karakter serta kepribadian suatu masyarakat dapat dikenali melalui musik dan seni

    pertunjukan.

    Dalam pembangunan budaya yang mengarah pada modernisasi, agar tidak

    kehilangan nilai-nilai kearifan lokal sebagai identintas serta kepribadian masyarakat, perlu

    adanya tingkat kesadaran, pemahaman yang cukup bagi pelaku serta pemangku budaya.

    Perkembangan masyarakat yang cenderung sekuler, materialistik, rasional, indiviadu-

    alistik merupakan tantangan bagi ketahanan budaya bangsa. Tingginya tingkat kesadaran

    dan pemahaman tentang nilai-nilai kearifan lokal merupakan ketahanan budaya bangsa.

    9

  • Budaya Musik dan Pertunjukan Budaya Suwarmin - 2008

    10

    Kepustakaan: Inayat-Khan, Hazrat

    2002 Dimensi Mistik Musik dan Bunyi, Pustaka Sufi, Yogyakarta. Murgianto, Sal

    1995 Cakrawala Pertujukan Budaya, (dalam) Seni Petunjukan Indonesia, Jurnal MSPI Tahun VII 1996

    Nakagawa, Shin

    2001 Soundscape Kota Berlin, (dalam) Salonding, Jurnal Etnomusikologi Indonesia, Vol. 1, No.1 September 2001.

    Prajapangrawit, R. Ng.

    1990 Wedhapradangga, Serat Utawi Riwayating Gamelan, penerbit STSI Surakarta kerja sama The Ford Foundation.

    Radon, Shirlie

    2001 Terapi lewat Suara, Prestasi Pustaka, Jakarta. Suwarmin

    1993 Dasar-Dasar Penyusunan Karawitan Iringan, kertas kerja ceramah Temu Seniman se Jawa Timur di Surabaya.

    1994 Garap Karawitan Pakeliran, kertas kerja ceramah Pembinaan Daalang Se

    Jawa Timur di Surabaya. Turner, Ashley

    1993 Ekologi Kebudayaan Musik Masyarakat Melayu Petalangan di Riau, (dalam) Seni Pertunjuan Indonesia, Jurnal MSPI

    BUDAYA MUSIK DAN PERTUNJUKAN BUDAYA*)Oleh: Suwarmin Dasar Pemikiran

    Radon, Shirlie