11
MPKP(MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL ) A. Definisi MPKP Ratna Sitorus & Yulia (2006) Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. B. Tujuan MPKP Tujuan MPKP adalah sebagai berikut : a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan. b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan. c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan. d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan. e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim keperawatan C. Pilar – pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP) Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya adalah a. Pilar I : pendekatan manajemen keperawatan Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari 1) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian,bulanan,dan tahunan) 2) Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi pasien. 3) Pengarahan

MPKP

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sdfs

Citation preview

Page 1: MPKP

MPKP(MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL )A.     Definisi MPKP

Ratna Sitorus & Yulia (2006)

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan

nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian

asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan.

B.     Tujuan MPKP

Tujuan MPKP adalah sebagai berikut :

a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.

b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan

keperawatan oleh tim keperawatan.

c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.

d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.

e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap

tim keperawatan

C.     Pilar – pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)

Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya adalah

a. Pilar I : pendekatan manajemen keperawatan

Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar

praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen

terdiri dari

1) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi

(perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian,bulanan,dan

tahunan)

2) Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi

pasien.

3) Pengarahan

Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi,

manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan

manajemen konflik

4) pengawasan

5) pengendalian.

Page 2: MPKP

b. Pilar II: sistem penghargaan

Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan professional

berfokus pada proses rekruitmen,seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf

perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada

penambahan perawatan baru.

c. Pilar III: hubungan professional

Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata (tim kesehatan) dalam

penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaan nya hubungan

professional secara interal artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan

kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan dan

lain – lain. Sedangkan hubungan professional secara eksternal adalah hubungan antara

pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.

d. Pilar IV : manajemen asuhan keperawatan

Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat dengan

mengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen asuhan

keperawat yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan

proses keperawatan

D.     KOMPONEN-KOPMPONEN MPKP

Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional, yaitu

sebagai berikut :

1. Ketenagaan Keperawatan

2. Metoda pemberian asuhan keperawatan

3. Proses Keperawatan

4. Dokumentasi Keperawatan

1.      Ketenagaan Keperawatan

Menurut Douglas(1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang

diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut

Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3

kategori, yaitu :

a. Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam ang terdiri atas :

         Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.

         Makan dan minum dilakukan sendiri

         Ambulasi dengan pengawasan

Page 3: MPKP

         Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.

         Pengobatan minimal, status psikologis stabil.

         Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.

b. Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam yang terdiri atas :

         Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu

         Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam

         Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali

         Voley kateter/intake output dicatat

         Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan, memerlukan prosedur

c. Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam :

         Segala diberikan/dibantu

         Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam

         Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena

         Pemakaian suction

         Gelisah/disorientasi

Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan perpasien

untuk dinas pagi, sore dan malam.

Waktu

Klasifikasi

Pagi Sore Malam

Minimal

Partial

Total

0,17

0,27

0,36

0,14

0,15

0,30

0,10

0,07

0,20

Sebagai contoh :

Ruang perawatan bedah terdapat 30 pasien, yang terdiri dari 10 pasien minimal, 15 pasien

partial, dan 5 pasien total. Maka jumlah perawat yang diperlukan untuk jaga pagi adalah :

10 x 0,17 = 1,7

15 x 0,27 = 4,05

5 x 0,36 = 1,8

--------------------

Jumlah   = 7,55 dan dibulatkan menjadi 8 orang perawat yang dibutuhkan untuk dinas

pagi.

Untuk mengetahui kebutuhan aktual tenaga keperawatan diruang perawatan sebaiknya

dilakukan setiap hari selama minimal 22 hari, dan dalam waktu yang sama.

Page 4: MPKP

Misalnya rata-rata perawat yang diperlukan di Ruang Bedah menurut perhitungan

Douglas adalah 10 orang perawat, maka jumlah yang diperlukan pada ruang tersebut

adalah

         Perawat shift : 10 orang

         Libur cuti : 5 orang

         Ketua tim : 3 orang

         Kepala Ruangan : 1 orang

Jumlah = 19 orang

Terdapat pula cara lain dalam perhitungan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang

diperlukan yaitu dengan menggunakan rumus yang dikembangkan Arndt dan huckabay,

1975 (Gillies, 1994) yang selanjutnya secara populer disebut Formula Gillies, yaitu

dengan komponen yang dipertimbangkan dalam perhitungan :

A. Penentuan Rata-rata jam perawatan yang diperlukan pasien setiap hari

B. Rata-rata sensus harian pasien.

C. jumlah hari/tahun = 365 hari,

D. Rata-rata hari libur perawat setiap tahun = 140 hari.

E. Jumlah jam kerja perawat setiap hari.

F. Jam perawatan yang dibutuhkan pertahun

G. Jam perawatan yang diberikan oleh masing-masing perawat pertahun

H. Jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat.

Rumus :

A X B X C     F

------------- = ----- = H.

(C-D) E         G

Contoh :

A = 4

B = 20

E = 8

4 x 20 x 365   29.200

--------------- = ---------- = 16.20 dibulatkan 16 Perawat shift (pagi, sore, malam)

(365 – 140) 8  1800

Catatan : penentuan jumlah rata-rata jam perawatan pasien dengan mempertimbangkan :

1. Minimal care : 1-2 jam/24 jam

2. Moderate care/partial care : 3 - 4 jam/24 jam

3. Total care : 5 – 6 jam/24 jam.

Page 5: MPKP

Contoh : Berdasarkan soal pada klasifikasi tingkat ketergantungan pasien pada Ruang

Rawat yaitu terdapat 30 orang pasien, yang terdiri dari 10 minimal care, 15 partial care

dan 5 total care. Maka jumlah rata-rata jam perawatan adalah :

Perawatan minimal : 10 x 2 = 20 jam/10 pasien.

Perawatan partial : 15 x 4 = 60 jam/15 pasien

Perawatan total : 5 x 6 = 30 jam/5 pasien.

= 110 : 30 → 3,66 → 4 jam

Menentukan komposisi tenaga :

Abdellah dan Levine pada tahun 1965 (Gillies, 1994) menyarankan kombinasi tenaga

keperawatan yaitu 55 % tenaga profesional dan 45 % tenaga non profesional. Bila

disesuaikan dengan katagori tenaga keperawatan di Indonesia, maka 55 % minimal

lulusan D III Keperawatan dan 45 % tenaga keperawatan lulusan SPK. Intermountain

Health Care menyarankan bahwa kombinasi tenaga keperawatan adalah : 58 % RN, 26 %

LPN, dan 16 % Aides (perawat pembantu). Apabila dikonversi kategori diatas pada

situasi ketenagaan keperawatan di Indonesia maka 58 % Sarjana Keperawatan/D IV

Keperawatan, 26 % D III Keperawatan dan 16 % Perawat Kesehatan (SPK).

Perbandingan dinas pagi-sore-malam : 47 % Pagi, 36 % Sore, dan 17% Malam.

2.      Metoda pemberian asuhan keperawatan :

Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian asuhan

keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap metoda memiliki

keuntungan dan kerugian masing-masing.

Terdapat 3 pola yang sering digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan, yaitu

penugasan fungsional, penugasan tim , penugasan primer.

a. Penugasan Keperawatan Fungsional :

Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dinama fungsi keperawatan tertentu

ditugaskan pada setiap perawat pelaksana, misalnya seorang perawat ditugaskan khusus

untuk tindakan pemberian obat, perawat yang lain untuk mengganti verband,

penyuntikan, observasi tanda-tanda vital, dan sebagainya. Tindakan ini didistribusikan

berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat pelaksana. Oleh karena itu

kepala Ruangan terlebih dahulu mengidentifikasi tingkat kesulitan tindakan tersebut,

selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang

dimaksudkan. Setiap perawat pelaksana bertanggung jawab langsung kepada kepala

Ruangan. Tidak ada perawat pelaksana yang bertanggung jawab penuh untuk asuhan

keperawatan pada seorang pasien.

Keuntungan :

Page 6: MPKP

• Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.

• Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang tenaga keperawatan

professional.

• Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan selalu berulang-

ulang dikerjakan.

Kerugian :

• Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.

• Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.

• Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.

• Pelayanan tidak professional.

• Pekerjaan monoton, kurang tantangan.

b. Penugasan Keperawatan Tim :

Adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian asuhan keperawatan, dimana

Kepala Ruangan membagi perawat pelaksana dalam beberapa kelompok atau tim, yang

diketuai oleh seorang perawat professional/berpengalaman. Metoda ini digunaklan bila

perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya.

Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan asuhan

keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan anggota tim. Tujuan metoda penugasan

keperawatan tim untuk memberikan keperawatan yang berpusat kepada pasien. Ketua

Tim melakukan pengkajian dan menyusun rencana keperawatan pada setiap pasien, dan

anggota tim bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan rencana

asuhan keperawatan yang telah dibuat. Oleh karena kegiatan dilakukan bersama-sama

dalam kelompok, maka ketua tim seringkali melakukan pertemuan bersama dengan

anggota timnya (konferensi tim) guna membahas kejadian-kejadian yang dihadapi dalam

pemberian asuhan keperawatan.

Keuntungan :

• Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien.

• Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapaty dipertanggung jawabkan.

• Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem penugasan lain.

• Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan professional.

Kerugian :

• Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.

• Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi, karena anggotanya

terbagi-bagi dalam shift.

• Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas, dibandingkan dengan anggota

tim.

c. Penugasan Keperawatan Primer

Page 7: MPKP

Keperawat primer adalah suatu metoda pemberian asuhan keperawatan dimana perawat

perofesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan

pasien selama 24 jam/hari. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan ,

implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk rumah sakit

hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat primer yang

dibantu oleh perawat asosiet.

Keperawat primer ini akan menciptakan kesepakatan untuk memberikan asuhan

keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi kepada pasien.

Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien di bawah tanggung jawab

perawat primer , dan perawat asosiet yang akan mengimplementasikan rencana asuhan

keperawatan dalam timdakan keperawatan.

Keuntungan :

• Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat

meningkat.

• Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.

• Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien.

• Terciptanya kolaborasi yang baik.

• Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan.

• Metoda ini mendukung pelayanan professional.

• Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer.

Kerugian :

• Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus perawat

professional.

• Biaya yang diperlukan banyak.

3.      Proses Keperawatan

Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan perawat

dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien

merupakan titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis

dalam pengambilan keputusan adalah :

1). Identifikasi masalah

2) menyusun alternatif penyelesaikan masalah

3) pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya

4) evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.

Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-langkah proses

keperawatan yaitu:

Page 8: MPKP

1) pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistic

2) diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah keperawatan

3) rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah

4) implementasi rencana dan

5) evaluasi hasil tindakan.

4.      Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan

keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai

keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan. Disamping itu,

dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan. Secara

lebih spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi Kesehatan,

sumber data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai

bahan bukti pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan.

Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi berdasarkan

masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan tindakan

keperawatan, dan catatan perkembangan pasien.

Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart &

Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai – nilai

professional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar professional, metode pemberian

asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan

keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.

a. Nilai – nilai professional

Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga, menjadi partner

dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan dan evaluasi renpra. PP

mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan asuhan yang

diberikan termasuk tindakan yang dilakukan oleh PA. hal ini berarti PP mempunyai

tanggung jawab membina performa PA agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai

profesional

b. Hubungan antar professional

Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling mengetahui

perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu memberi informasi

tentang kondisi klien kepada profesional lain khususnya dokter. Pemberian informasi

yang akurat akan membantu dalam penetapan rencana tindakan medik.

c. Metode pemberian asuhan keperawatan

Page 9: MPKP

Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi keperawatan

primer ehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP, PP akan mengevaluasi

perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan

klien.

d. Pendekatan manajemen

Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi yang jelas

antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP. Dengan

demikian, PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP

harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat

menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.

e. Sistem kompensasi dan panghargaan.

PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan keperawatan

yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi dan penghargaan yang

diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan

penghargaan berdasarkan prosedur