Upload
zaim-yoky-syazwan
View
4
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Ika punya gue
Citation preview
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
MORBILI
DEFINISI
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu : a. stadium kataral, b. stadium erupsi, c. stadium konvalesensi.
ETIOLOGI
Penyebabnya adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili Paramycovirus
yaitu genus virus morbili. Virus ini terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama
masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak.
Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada
suhu 30°C dan -20°C, sinar ultraviolet, eter, tripsin dan betapropiolakton. Cara penularan
penyakit ini dengan droplet dan kontak langsung dengan penderita.
EPIDEMIOLOGI
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan
kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili
akan mendapatkan kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan
setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita
morbili.
Bila si ibu belum pernah menderita morbili, maka bayi yang dilahirkannya tidak
memiliki kekebalan terhadap morbili dan dapat menderia penyakit ini setelah ia
dilahirkan. Bila ibunya menderita morbili pada usia kehamilan 1-2 bulan, 50%
kemungkinan akan mengalami abortus.
Sejak tahun 1970 penyakit campak di Indonesia telah mendapat perhatian khusus,
yaitu sejak terjadinya wabah campak yang cukup serius di pulau Lombok, dengan
kematian 330 diantara 12.107 kasus dan di pulau Bangka terdapat 65 kematian diantara
407 kasus.
1
Beberapa kasus campak di Indonesia masih ditemukan di tahun 2004. Meskipun
sudah dilakukan imunisasi, namun serangan virus yang bisa menyebabkan kematian ini
masih menyerang di beberapa wilayah di Indonesia.
PATOLOGI
Sebagai reaksi terhadap virus, maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel
mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini terjadi
pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva.
GEJALA KLINIS
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang dapat sembuh sendiri yang
memiliki masa tunas 10-20 hari dan dibagi dalam 3 stadium, yaitu :
1. Stadium kataral (prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4 – 5 hari disertai panas, malaise, batuk,
fotofobia, konjungtivitis, dan koriza
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantem, timbul
bercak Koplik’s yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang di jumpai.
Bercak Koplik’s berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh
eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.
Jarang ditemukan di bibir tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat makula
halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi
ialah limfositosis dan leukopenia.
Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering di
diagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada
bercak Koplik’s dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam
waktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum
durum dan palatum molle. Kadang-kadang terlihat pula bercak Koplik’s.
Terjadinya eritema yang berupa makula-papula disertai meningkatnya suhu
2
badan. Diantara makula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul di
belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan dibagian
belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa
gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan
menghilang dengan urutan seperti terjadinya.
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah
leher belakang. Kadang dapat ditemukan splenomegali. Tidak jarang disertai diare
dan muntah.
3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang dan meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik.
Hiperpigmentasi ini merupakan gejala yang patognomonik untuk morbili. Pada
penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema, ruam kulit menghilang
tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada
komplikasi.
Panas
Panas dapat meningkat hingga hari kelima atau keenam yaitu pada saat puncak
timbulnya erupsi. Kadang-kadang temperatur dapat bifasis dengan peningkatan awal
yang cepat dalam 24-48 jam pertama diikuti dengan periode normal selama 1 hari dan
selanjutnya terjadi peningkatan yang cepat sampai 39°C-40,6°C pada saat erupsi ruam
mencapai puncaknya.
Pada morbili yang tidak mengalami komplikasi, temperatur turun diantara hari ke
2-3, sehingga timbulnya eksantema. Bila tidak disertai komplikasi, maka 2 hari setelah
timbul ruam yang lengkap, panas biasanya turun. Bila panas menetap, maka
kemungkinan penderita mengalami komplikasi.
3
Coryza
Tidak dapat dibedakan dengan pilek biasa. Batuk dan bersin diikuti dengan
hidung tersumbat dan sekret yang mukopurulen dan menjadi profus pada saat erupsi
mencapai puncaknya serta menghilang bersamaan dengan menghilangnya panas.
Konjungtivitis
Pada stadium awal periode prodromal dapat ditemukan garis injeksi marjinal yang
melintang pada palpebra inferior. Gambaran ini sering dihubungkan dengan adanya
inflamasi konjungtiva yang luas dengan disertai adanya edema palpebra. Keadaan ini
dapat disertai dengan peningkatan lakrimasi dan fotofobia. Konjungtivitis akan
menghilang setelah demam turun.
Batuk
Batuk disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluran pernafasan. Intensitas
batuk meningkat dan mencapai puncaknya pada saat erupsi. Namun demikian batuk dapat
bertahan lebih lama dan menghilang secara bertahap dalam waktu 5-10 hari.
Bercak Koplik’s
Merupakan gambaran bercak-bercak kecil yang ireguler sebesar ujung jarum/
pasir yang berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih kelabu.
Gambaran ini merupakan salah satu tanda patognomonik morbili. Pada hari
pertama timbulnya ruam sudah dapat ditemukan adanya bercak Koplik’s dan menghilang
hari ketiga timbulnya ruam.
Ruam
Timbul setelah 3-4 hari panas. Ruam mulai sebagai eritema makulo-papuler,
mulai timbul dari belakang telinga pada batas rambut, kemudian menyebar kedaerah pipi,
leher, seluruh wajah dan dada serta biasanya dalam waktu 24 jam sudah menyebar
sampai ke lengan atas dan selanjutnya ke seluruh tubuh, mencapai kaki pada hari ketiga.
Pada saat ruam sudah sampai ke kaki, maka ruam yang timbul lebih dulu mulai
berangsur-angsur menghilang.
4
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinik yang khas dan pemeriksaan
laboratorium. Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan adanya limfositosis dan
leukopeni. Dalam sputum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan sel raksasa
multinukleus yang khas.
DIAGNOSIS BANDING
1. German measles (Rubela)
Gejala lebih ringan dari morbili, umumnya terjadi pada anak usia 5-14 tahun.
Terdiri dari gejala infeksi saluran nafas bagian atas, demam ringan, tidak ada
bercak Koplik’s namun terdapat pembesaran kelenjar regional di daerah
suboccipital, servikal bagian posterior dan post aurikuler. Bercak merah pada
rubela tidak timbul terlalu banyak dan tidak separah morbili, ruam lebih halus
yang mula-mula timbul pada daerah wajah lalu menyebar ke batang tubuh dan
menghilang dalam waktu 3 hari. Gejala lain, umumnya selera makan anak akan
menurun karena terjadi pembengkakan pada limpa.
2. Eksantema subitum
Penyakit ini juga disebabkan oleh virus, biasanya timbul pada bayi berumur 6-36
bulan. Perjalanan penyakitnya mirip morbili, namun bedanya ruam akan timbul
pada saat panas turun.
KOMPLIKASI
Pada penyakit morbili terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat
terjadi anergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini
menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti bronkopneumonia,
gastroenteritis, ensefalitis, otitis media akut, dan gangguan gizi.
Pneumonia
Merupakan penyebab kematian utama dari morbili dengan insiden berkisar antara
30-85%. Hal ini dapat terjadi oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi
5
sekunder. Secara klinis manifestasinya dapat berupa bronkiolitis, bronkopneumoni, dan
lobar pneumoni.
Bakteri yang sering menimbulkan pneumoni pada morbili adalah Pneumococcus,
Streptococcus, Staphylococcus, Hemofilus influenzae, dan kadang disebabkan oleh
Pseudomonas dan Klebsiella.
Komplikasi ini harus dicurigai bila anak dengan morbili menunjukkan adanya
gangguan pernafasan disertai panas yang menetap. Pemeriksaan foto toraks dapat
memperkuat diagnosis.
Gastroenteritis
Merupakan komplikasi yang banyak ditemukan, dengan insiden berkisar antara
19,1-30,4%.
Ensefalitis
Merupakan komplikasi yang berat dan sering menyebabkan kematian. Insiden
komplikasi ini berkisar antara 0,1-2% dan biasanya timbul pada hari 2-6 setelah timbul
ruam.
Patogenesis komplikasi ini belum diketahui secara pasti. Gejala-gejalanya berupa
panas, sakit kepala, muntah, lemah, kejang-kejang, koma, atau kelemahan umum.
Perjalanan penyakit ini bervariasi dari yang ringan sampai berat dan berakhir dengan
kematian dalam 24 jam.
Ensefalitis morbili dapat terjadi sebagai komlikasi pada anak yang sedang
menderita morbili atau dalam satu bulan setelah mendapat imunisasi dengan vaksin virus
morbili hidup dan pada penderita yang sedang mendapat pengibatan imunosupresif.
Radang telinga tengah
Merupakan komplikasi yang sering ditemukan.
Gangguan gizi
Terjadi akibat intake yang kurang (anoreksia dan muntah)
6
PENGOBATAN
Morbili merupakan suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri, sehingga
pengobatannya hanya bersifat simptomatis yaitu ; memperbaiki keadaan umum,
antipiretik bila suhu tinggi, sedativum, dan obat batuk. Antibiotika diberikan bila ternyata
terdapat infeksi sekunder. Tindakan lain adalah pengobatan segera terhadap komplikasi
yang timbul.
Indikasi masuk Rumah Sakit dianjurkan bila :
- Morbili yang disertai komplikasi
- Morbili dengan kemungkinan komplikasi yang berat, yaitu bila ditemukan :
Bercak/ eksantema merah kehitaman yang menimbulkan desquamasi
dengan squama yang lebar dan tebal.
Suara parau terutama disertai tanda penyumbatan seperti laringitis dan
pneumonia
Dehidrasi berat
Kejang dengan penurunan kesadaran
PEM berat
PENCEGAHAN
Morbili dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Imunisasi yang diberikan
dapat berupa imunisasi aktif dan pasif.
Imunisasi aktif
Vaksin yang diberikan ialah vaksin virus morbili hidup. Mula-mula diberikan
strain Edmonson B, tetapi strain ini dapat menimbulkan panas tinggi dan eksantema pada
hari ke 7-12 post vaksinasi, sehingga strain vaksin ini sering diberikan bersama-sama
dengan gamma globulin di lengan lain.
Sekarang digunakan strain Schwarz dan Moraten dan tidak diberikan bersama
gamma globulin. Di Indonesia digunakan vaksin virus morbili hidup yang telah
dilemahkan yaitu strain Schwarz. Vaksin ini diberikan sebanyak 0,5 ml secara subkutan
dan dapat menimbulkan kekebalan yang berlangsung lama.
7
Pada penyelidikan serologis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang
8-10 tahun setelah vaksinasi. Pada negara maju dianjurkan untuk memberikan vaksin
morbili tersebut pada anak berumur 15 bulan yaitu karena sebelum umur 15 bulan
diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi dengan baik karena masih ada
antibodi dari ibu. Tetapi dianjurkan pula agar anak yang tinggal di daerah endemis
morbili dan terdapat banyak tuberkulosis diberikan vaksinasi pada umur 6 bulan dan
revaksinasi dilakukan pada umur 15 bulan.
Pada saat ini di Indonesia dan negara berkembang lainnya, angka kejadian morbili
masih tinggi dan seringkali dijumpai penyulit maka WHO menganjurkan pemberian
vaksin morbili dilakukan pada umur 9 bulan keatas. Pada anak dibawah umur 9 bulan
umumnya tidak dapat memberikan kekebalan yang baik, karena gangguan antibodi yang
dibawa sejak lahir.
Pemberian imunisasi ini akan menyebabkan anergi terhadap tuberkulin selam 2
bulan setelah vaksinasi. Bila anak telah mendapat imunoglobulin atau tranfusi darah
sebelumnya, maka vaksinasi ini harus ditangguhkan sekurang-kurangnya 3 bulan.
Vaksinasi dapat juga diberikan pada :
- Orang dengan alergi telur
- Penderita TB yang sedang mendapat tuberkulostatika
Vaksinasi tidak boleh dilakukan bila :
- Menderita infeksi saluran nafas akut atau infeksi akut lainnya yang disertai
dengan demam lebih dari 38°C
- Memiliki riwayat kejang demam
- Terdapat defisiensi imunologik
- Penderita leukimia, dalam pengobatan kortikosteroid dan imunosupresif
- Memiliki riwayat alergi (ditunda sampai dengan 2 minggu sembuh)
- Dalam masa kehamilan
- Anak dengan tuberkulosis yang tidak diobati
8
Imunisasi pasif
Dengan pemberian gamma globulin namun tidak banyak dianjurkan karena
terdapat risiko terjadinya ensefalitis dan penyebaran proses tuberkulosis
PROGNOSIS
Morbili merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri dan berlangsung 7-10
hari, sehingga bila tanpa disertai dengan komplikasi maka prognosisnya baik.
9
KEPUSTAKAAN
1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak,
Jilid 2 – Jakarta: Infomedika, 2002.
2. Rampengan, T.H. Laurentz, I.R. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak – Jakarta:
EGC, 1997.
3. Ranuh, I.G.N, et al. Pedoman Imunisasi di Indonesia, Satgas Imunisasi-Ikatan
Dokter Anak Indonesia – Jakarta: BP3 IDAI, 2011.
4. FKUI-RSCM. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak –
Jakarta: FKUI, 2005.
10