59
i MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I TIM PENYUSUN Dr. HANY PUSPITA, dr., M.Kes., M.M ELLY RUSTANTI, S. Si., M. Sc

MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

i

MODUL PEMBELAJARAN

ILMU DASAR KEPERAWATAN I

TIM PENYUSUN

Dr. HANY PUSPITA, dr., M.Kes., M.M

ELLY RUSTANTI, S. Si., M. Sc

Page 2: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

ii

MODUL PEMBELAJARAN

ILMU DASAR KEPERAWATAN I

Tim Penyusun:

Dr. HANY PUSPITA, dr., M.Kes., M.M

ELLY RUSTANTI, S. Si., M. Sc

Penerbit: SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG

Page 3: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

berkat dan karunia dan hidayahNya akhirnya Penulis mampu menyelesaikan penyusunan

modul Ilmu Dasar Keperawatan I ( IDK I ) dengan metode pembelajaran Kurikulum

Berbasis KKNI 2015. Modul ini disusun sebagai salah satu media pembelajaran bagi

mahasiswa dalam mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan I ( IDK I ) yang menjelaskan

kepada mahasiswa tentang metode pembelajaran, penilain selama pembelajaran dan materi

pembelajaran. Dengan adanya modul ini diharapkan mahasiswa dapat belajar secara

mandiri dan mengerti akan tujuan pembelajaran.

Penyusunan modul ini belum sempurna, penulis dengan kerendahan hati penulis

mengharapkan kritikan dan saran yang dapat menyempurnakan modul pembelajaran ini.

Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan memberikan perkembangan

positif dalam pendidikan keperawatan.

Jombang, Agustus 2019

Penulis

Page 4: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

iv

Daftar isi

Halaman judul ............................................................................................... i

Kata pengantar ............................................................................................... ii

Daftar isi ........................................................................................................ iii

Bab I Pendahuluan ......................................................................................... 1

Deskripsi modul dan tujuan modul ................................................................ 1

Informasi mata kuliah .................................................................................... 1

Rancangan Program Pembelajaran ................................................................ 3

Bab II Materi Perkuliahan ............................................................................. 11

Daftar Pustaka ............................................................................................... 55

Page 5: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Modul

Modul ini sebagai panduan mahasiswa dalam materi Ilmu Dasar Keperawatan I ( IDK I

) yang berisi tentang teori dan model keperawatan mahasiswa mampu memahami

tentang konsep profesi keperawatan, paradigma keperawatan, teori keperawatan dan

kebutuhan dasar manusia serta mengintegrasikannya ke dalam cabang ilmu keperawatan

lain dan memodifikasikan sesuai dengan perkembangan IPTEK keperawatan dengan

metode pembelajaran Kurikulum disesuaikan dengan KKNI 2015.

B. Tujuan Modul

Setelah menggunakan modul ini mahasiswa mampu menjelaskan tentang teori dan

model keperawatan mahasiswa mampu memahami tentang konsep profesi keperawatan,

paradigma keperawatan, teori keperawatan dan kebutuhan dasar manusia serta

mengintegrasikannya ke dalam cabang ilmu keperawatan lain dan memodifikasikan

sesuai dengan perkembangan IPTEK keperawatandengan metode pembelajaran

Kurikulum disesuaikan dengan KKNI 2015.

C. INFORMASI MATA KULIAH

Materi : Ilmu Dasar Keperawatan I ( IDK I )

Sasaran : Mahasiswa keperawatan semester I

DESKRIPSI MATA KULIAH

Fokus pada pemahaman teori dan model keperawatan mahasiswa mampu memahami

tentang konsep profesi keperawatan, paradigma keperawatan, teori keperawatan dan

kebutuhan dasar manusia serta mengintegrasikannya ke dalam cabang ilmu keperawatan

lain dan memodifikasikan sesuai dengan perkembangan IPTEK keperawatan. Dengan

pendekatan proses keperawatan sebagai dasar pemecahan masalah keperawatan, dalam

menjalankan peran perawat sebagai care provider, advocacy dan educator dan

berlandaskan pada wawasan budaya.

STANDART KOMPETENSI :

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ilmu keperawatan dasar I mahasiswa mampu :

1. Menjelaskan konsep paradigma keperawatan

2. Menjelaskan perkembangan keperawatan profesional, keperawatan sebagai profesi

dan profil perawat profesional

Page 6: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

2

3. Menjelaskan konsep caring

4. Menjelaskan konsep kebutuhan dasar manusia

5. Menjelaskan konsep perawatan diri (Personal Hygiene)

Page 7: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

3

RANCANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN

Minggu Kemampuan akhir

yang diharapkan

Bahan kajian Strategi

pembelaja

ran

Waktu Refrensi

I Hard skill

Mahasiswa mampu

menjelaskan konsep

paradigma

keperawatan.

Soft Skill

Mahasiswa memiliki

Tanggung jawab,

antusias,

Komunikasi,

menghargai

pendapat, kerjasama

kelompok, serta

mampu

1. Paradigma keperawatan

2. Konsep Manusia

3. Konsep Lingkungan

4. Konsep sehat sakit

5. Konsep keperawatan

6. Asuhan keperawatan

7. Teori dan Konsep Asuhan

keperawatan

Discovery

learning

2x50

menit

1. Aziz Alimul Hidayat , 2002.

Pengantar Dokumentasi

Proses Keperawatan. EGC :

Jakarta

2. Hidayat A. Aziz Alimul.

(2007). Pengantar Konsep

Dasar Keperawatan Eds 2.

Jakarta: Salemba Medika

3. Asmadi.(2008). Konsep Dasar

Keperawatan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran

EGC

4. Potter A. Patricia and Anne

G. Perry. 2009. Fundamental

Page 8: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

4

mengaplikasikan

konsep–konsep dasar

keperawatan yang

telah diberikan dan

menunjukkan sikap

yang sesuai dengan

sikap perawatan

profesional.

of Nursing 7th Edition.

Singapore: Elsevier

5. BPPSDM Depkes RI. 2013.

Konsep Dasar Keperawatan

Kegiatan Belajar 2: Falsafah

dan Paradigma Keperawatan.

Jakarta: Depkes RI

6. DeLaune, Sue C, Ladner, K.

Patricia. 2002. Fundamental

of Nursing: Standard and

Practice 2nd Edition. Delmar.

New York: Delmar

II Hard Skill

Mahasiswa mampu

menjelaskan

perkembangan

keperawatan

profesional,

keperawatan sebagai

1. Perkembangan keperawatan

profesional

Sejarah perkembangan

keperawatan di dunia

Perkembangan keperawatan

di Indonesia

Perkembangan organisasi

profesi keperawatan

2. Keperawatan sebagai profesi

Pengertian perawat dan

Discovery

learning

2x50

menit

1. Aziz Alimul Hidayat , 2002.

Pengantar Dokumentasi

Proses Keperawatan. EGC :

Jakarta

2. Hidayat A. Aziz Alimul.

(2007). Pengantar Konsep

Dasar Keperawatan Eds 2.

Page 9: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

5

profesi dan profil

perawat profesional

Soft Skill

Mahasiswa memiliki

Tanggung jawab,

antusias,

Komunikasi,

menghargai

pendapat, kerjasama

kelompok, serta

mampu

mengaplikasikan

konsep–konsep dasar

keperawatan yang

telah diberikan dan

menunjukkan sikap

yang sesuai dengan

sikap perawatan

profesional.

profesi

Ciri – ciri dan karateristik

profesi

Jakarta: Salemba Medika

3. Asmadi.(2008). Konsep

Dasar Keperawatan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran

EGC

4. Potter A. Patricia and Anne

G. Perry. 2009. Fundamental

of Nursing 7th Edition.

Singapore: Elsevier

5. BPPSDM Depkes RI. 2013.

Konsep Dasar Keperawatan

Kegiatan Belajar 2: Falsafah

dan Paradigma Keperawatan.

Jakarta: Depkes RI

6. DeLaune, Sue C, Ladner, K.

Patricia. 2002. Fundamental

of Nursing: Standard and

Practice 2nd Edition. Delmar.

New York: Delmar

Page 10: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

6

III Hard Skill

Mahasiswa mampu

menjelaskan konsep

caring

Soft Skill

Mahasiswa memiliki

Tanggung jawab,

antusias,

Komunikasi,

menghargai

pendapat, kerjasama

kelompok, serta

mampu

mengaplikasikan

konsep–konsep dasar

keperawatan yang

telah diberikan dan

menunjukkan sikap

yang sesuai dengan

1. Definisi Konsep Caring

2. Teori caring dalam keperawatan

3. Konsep caring menurut para

ahli

4. Cara membangun caring

5. Penerpan teori caring pada

tatanan pelayanan kesehatan

Discovery

learning

2x50

menit

7. Aziz Alimul Hidayat , 2002.

Pengantar Dokumentasi

Proses Keperawatan. EGC :

Jakarta

8. Hidayat A. Aziz Alimul.

(2007). Pengantar Konsep

Dasar Keperawatan Eds 2.

Jakarta: Salemba Medika

9. Asmadi.(2008). Konsep

Dasar Keperawatan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran

EGC

10. Potter A. Patricia and Anne

G. Perry. 2009. Fundamental

of Nursing 7th Edition.

Singapore: Elsevier

11. BPPSDM Depkes RI. 2013.

Konsep Dasar Keperawatan

Kegiatan Belajar 2: Falsafah

Page 11: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

7

sikap perawatan

profesional.

dan Paradigma Keperawatan.

Jakarta: Depkes RI

12. DeLaune, Sue C, Ladner, K.

Patricia. 2002. Fundamental

of Nursing: Standard and

Practice 2nd Edition. Delmar.

New York: Delmar

IV Hard Skill

Mahasiswa mampu

menjelaskan Konsep

Kebutuhan Manusia

Maslow

Soft Skill

Tanggung jawab,

antusias,

Komunikasi,

menghargai

pendapat, kerjasama

kelompok, serta

Konsep Kebutuhan Manusia

Maslow :

Lima (5) kebutuhan dasar

Maslow

- Kebutuhan Fisiologis

- Kebutuhan Keamanan dan

Keselamatan

- Kebutuhan Sosial

- Kebutuhan Penghargaan

- Kebutuhan Aktualisasi Diri

Discovery

learning

2x50

menit

1. Aziz Alimul Hidayat , 2002.

Pengantar Dokumentasi

Proses Keperawatan. EGC :

Jakarta

2. Hidayat A. Aziz Alimul.

(2007). Pengantar Konsep

Dasar Keperawatan Eds 2.

Jakarta: Salemba Medika

3. Asmadi.(2008). Konsep

Dasar Keperawatan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran

EGC

Page 12: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

8

mampu

mengaplikasikan

konsep–konsep dasar

keperawatan yang

telah diberikan dan

menunjukkan sikap

yang sesuai dengan

sikap perawatan

profesional.

4. Potter A. Patricia and Anne

G. Perry. 2009. Fundamental

of Nursing 7th Edition.

Singapore: Elsevier

5. BPPSDM Depkes RI. 2013.

Konsep Dasar Keperawatan

Kegiatan Belajar 2: Falsafah

dan Paradigma Keperawatan.

Jakarta: Depkes RI

6. DeLaune, Sue C, Ladner, K.

Patricia. 2002. Fundamental

of Nursing: Standard and

Practice 2nd Edition. Delmar.

New York: Delmar

V Hard Skill

Mahasiswa mampu

menjelaskan

kebutuhan perawatan

diri (personal

Kebutuhan perawatan diri

(personal hygiene):

- Faktor yang mempengaruhi

praktik hygiene

- Tipe perawatan hygienis

- Perawatan kulit, kuku &

rambut

Discovery

learning

1. Aziz Alimul Hidayat , 2002.

Pengantar Dokumentasi

Proses Keperawatan. EGC :

Jakarta

2. Hidayat A. Aziz Alimul.

Page 13: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

9

hygiene)

Soft Skill

Tanggung jawab,

antusias,

Komunikasi,

menghargai

pendapat, kerjasama

kelompok, serta

mampu

mengaplikasikan

konsep–konsep dasar

keperawatan yang

telah diberikan dan

menunjukkan sikap

yang sesuai dengan

sikap perawatan

profesional.

- Proses keperawatan &

perawatan kulit:

a. Pengkajian fisik kulit

b. Resiko kerusakan kulit

c. Dx. Keperawatan

d. Rencana tindakan:

Memandikan

Perawatan perineum

Massage

Perawatan kaki & kuku

Hygiene mulut

Perawatan rambut

Perawatan dasar mata

Membersihkan telingan

Perawatan hidung

Mempertahankan

kenyamanan (kebersihan &

penataan lingkungan sekitar

pasien ex. Bedmaking)

(2007). Pengantar Konsep

Dasar Keperawatan Eds 2.

Jakarta: Salemba Medika

3. Asmadi.(2008). Konsep

Dasar Keperawatan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran

EGC

4. Potter A. Patricia and Anne

G. Perry. 2009. Fundamental

of Nursing 7th Edition.

Singapore: Elsevier

5. BPPSDM Depkes RI. 2013.

Konsep Dasar Keperawatan

Kegiatan Belajar 2: Falsafah

dan Paradigma Keperawatan.

Jakarta: Depkes RI

6. DeLaune, Sue C, Ladner, K.

Patricia. 2002. Fundamental

of Nursing: Standard and

Page 14: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

10

Practice 2nd Edition. Delmar.

New York: Delmar

Page 15: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

11

BAB II

MATERI PERTEMUAN PERTAMA

PARADIGMA KEPERAWATAN

1. Pengertian keperawatan

Cara pandang yang mendasar/cara kita melihat, memikirkan, memberi

makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada

dalam keperawatan.

2. Konsep Dasar Paradigma Keperawatan

Paradigma keperawatan terdiri atas 4 konsep dasar, yaitu sebagai berikut :

Manusia

Makhluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual

unik dan utuh

mempunyai kebutuhan dasar : keseimbangan bio-psiko-sosio-

kultural dan spiritual.

Mempunyai siklus hidup : tumbuh, kembang dan memberi

keturunan

Memiliki kemampuan mengatasi perubahan dunia

mempunyai kapasitas berpikir, belajar, bernalar, berkomunikasi

dan mengembangkan budaya dan nilai-nilai.

Berorientasi terhadap waktu

mampu berjuang untuk mencapai tujuan

Page 16: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

12

mempunyai keingainan untuk mewujudkan diri

Berusaha mempertahankan keseimbangan melalui interaksi dengan

lingkungannya

berespon positif terhadap perubahan lingkungan melalui adaptasi

dan memperbesar potensi.

selalu mencoba mempertahankan kebutuhannya melalui

serangkaian peristiwa : belajar, menggali serta menggunakan

sumber-sumber yang diperlukan berdasarkan potensi dan

keterbatasannya

sebagai sasaran pelayanan keperawatan adalah manusia yang

berpotensi secara aktif terlibat dalam pemenuhan kebutuhan

dasarnya.

Dalam keperawatan disebut sebagai klien yang mencakup

individu, keluarga, kelompok dan komunitas.

Lingkungan

lingkungan dalam keperawatan adalah faktor yang bisa

mempengaruhi kesehatan manusia yang mencakup lingkungan internal dan

eksternal.

Lingkungan Internal adalah yang berasal dari dalam manusia itu

sendiri yang mencakup faktor genetik, mutasi biologi, jenis kelamin, emosi

(psikologis) dan predisposisi terhadap penyakit dan faktor perilaku.

Lingkungan Eksternal adalah lingkungan di sekitar manusia,

mencakup lingkungan fisik dan biologis, sosial, kultural dan spiritual.

Dapat juga diartikan sebagai lingkungan masyarakat :kumpulan individu

yang terbentuk karena interaksi antara manusia, budaya dan aspek spiritual

yang dinamis, mempunyai tujuan dan sistem nilai, serta berada dalam

suatu hubungan yang bersifat saling bergantung yang terorganisir.

Page 17: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

13

Masyarakat

Masyarakat adalah sistem sosial dimana semua orang bersatu untuk

saling melindungi dan untuk kepentingan bersama, serta dalam

hubungannya dengan lingkungan atau mencapai tingkat pemenuhan

kebutuhan dasar yang optimal.

Keluarga

Keluarga merupakan unit pelayanan dasar di masyarakat. Unit -

unit di masyarakat terbagi menjadi individu, keluarga, kelompok, dan

komunitas.

3. Konsep Sehat Sakit

Sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dalam rentang sehat sakit

yang dapat diartikan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang tidak

hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan.

Kesehatan Diyakini sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan

sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomi sesuai UU no 23/1992 tentang kesehatan.

Sehat berarti bukan hanya bebas dari penyakit tetapi meliputi

seluruh kehidupan manusia termasuk aspek, sosial, psikologis, spiritual,

faktor- faktor lingkungan, ekonomi, pendidikan dan rekreasi.

Sakit berarti kegagalan atau gangguan dalam proses tum- bang,

gangguan fungsi tubuh, dan penyelesaian diri manusia secara keseluruhan

atau gangguan salah satu fungsi tubuh.

Rentang sehat sakit merupakan skala hipotesa yang berjenjang

untuk mengukur keadaan seseorang. Tingkat sehat seseorang berada pada

skala yang bersifat dinamis, individualis, dan tergantung pada faktor-faktor

yang mempengaruhi kesehatan . Konsep sehat di gunakan sebagai

landasan untuk mencapai sasaran keperawatan.

Hal-hal yang mempengaruhi keyakinan dan praktek sehat :

a Variabel internal

Page 18: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

14

– Tingkat perkembangan

– Latar belakang pendidikan

– Persepsi fungsional

– Faktor emosi dan spiritual

b Variabel eksternal

– Kebiasaan keluarga

– Faktor sosial ekonomi

– Latar belakang budaya

4. Pengertian Keperawatan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu

dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang

komprehansif ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik

sakit maupun sehat.

Keperawatan mencakup seluruh siklus kehidupan manusia berupa

bantuan, yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan/atau mental,

keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan melaksanakan

kegiatan sehari-hari secara mandiri. Bantuan juga ditujukan kepada

penyediaan pelayanan kesehatan utama dalam usaha mengadakan

perbaikan sistem pelayanan kesehatan sehingga memungkinkan setiap

orang mencapai hidup sehat dan produktif.

5. Tujuan Asuhan Keperawatan

Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mencapai kemandirian

klien dalam meningkatkan status kesehatan secara optimal. Dimana tujuan

Asuhan keperawatan untuk pencegahan penyakit serta peningkatan

keadaan sehat.

Keperawatan memberikan pelayanan dan asuhan kesehatan yang

ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan

menolong individu untuk mengatasi secara tepat masalah yang

Page 19: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

15

dihadapinya berupa tidak terpenuhinya KDM sbagai akibat

ketidakmampuan, ketidaktahuan dan ketidakmauan.

6. Teori dan konsep keperawatan

Diimplemantasikan secara terpadu dalam tahapan yang

terorganisasikan dalam bentuk proses keperawatan. Dimana proses

keperawatan menggunakan metode penyelesaian masalah secara ilmiah,

meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan

tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi hasil tindakan

keperawatan.

Page 20: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

16

MATERI PERTEMUAN KE DUA

SEJARAH KEPERAWATAN

1. Sejarah Keperawatan Internasional

Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada

di bumi ini, keperawatan terus berkembang sesuai dengan kemajuan

peradaban teknologi dan kebudayaan. Konsep keperawatan dari abad ke

abad terus berkembang, berikut adalah perkembangan keperawatan di

dunia.

1. Sejak zaman manusia itu diciptakan (manusia itu ada)/Zaman Purba

Di mana pada dasarnya manusia diciptakan telah memiliki naluri

untuk merawat diri sendiri sebagaimana tercermin pada seorang ibu.

Naluri yang sederhana adalah memelihara kesehatan dalam hal ini

adalah menyusui anaknva sehingga harapan pada awal perkembangan

keperawatan, perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother Instinc)

kemudian bergeser ke zaman purba di mana pada zaman ini orang

masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistis yang

dapat mempengaruhi kehidupan manusia, kepercayaan ini dikenal

dengan nama animisme, di mana seseorang yang sakit dapat

disebabkan karena kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib

sehingga timbul keyakinan bahwa jiwa yang jahat akan dapat

menimbulkan kesakitan dan jiwa yang sehat dapat menimbulkan

kesehatan atau kesejahteraan. Pada saat itu peran perawat sebagai ibu

yang merawat keluarganya yang sakit dengan memberikan perawatan

fisik serta mengobati penyakit dengan menghilangkan pengaruh jahat.

Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa di

mana pada masa itu penyakit dianggap disebabkan karena kemarahan

dewa sehingga kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang

yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut dengan bantuan priest

Page 21: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

17

physician. Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah

dengan adanya diakones dan philantrop yang merupakan suatu

kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam

merawat orang sakit serta kelompok kasih sayang yang anggotanya

menjauhkan diri dari keramaian dunia dan hidupnya ditujukan pada

perawatan orang yang sakit sehingga akhirnya berkembanglah rumah-

rumah perawatan dan akhirnya mulailah awal perkembangan ilmu

keperawatan.

2. Zaman keagamaan

Perkembangan keperawatan ini mulai bergeser ke arah spiritual di

mana seseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya dosa atau

kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah,

sehingga pada waktu itu pemimpin agama dapat disebut sebagai. tabib

yang mengobati pasien karena ada anggapan yang mampu mengobati

adalah pemimpin agama sedangkan pada waktu itu perawat dianggap

sebagai budak yang hanya membantu dan bekerja atas perintah

pemimpin agama.

3. Zaman Masehi

Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, di

mana pada saat itu banyak membentuk diakones (deaconesses), suatu

organisasi wanita yang bertujuan mengunjungi orang sakit sedangkan

orang laki-laki di berikan tugas dalam membrikan perawatan untuk

mengubur bagi orang yang meninggal, sehingga pada saat itu

berdirilah rumah sakit di Roma seperti Monastic Hospital. Pada saat itu

rumah sakit di gunakan sebagai tempat merawat orang sakit,orang

cacat,miskin dan yatim piatu. Pada saat itu pula di daratan benua Asia,

khususnya di Timur Tengah, perkembangan keperawatan mulai maju

seiring dengan perkembangan agama Islam.

Page 22: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

18

Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama

islam di ikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

seperti ilmu pasti, kimia, kesehatan dan obat-obatan. Sebagaimana

dalam AlQuran di tuliskan pentingnya menjaga kebersihan diri,

makanan, lingkungan dan lain-lain. Perkembangan tersebut melahirkan

tokoh Islam dalam keperawatan yang di kenal dengan nama Rufaidah.

4. Zaman permulaan abad 21

Pada permulaan abad ini perkembangan keperawatan berubah,

tidak lagi dikaitkan dengan faktor keagamaan akan tetapi berubah

kepada faktor kekuasaan, mengingat pada masa itu adalah masa perang

dan terjadi eksplorasi alam sehingga pesatlah perkembangan

pengetahuan. Pada masa itu tempat ibadah yang dahulu digunakan

untuk merawat sakit tidak lagi digunakan.

5. Zaman sebelum perang dunia kedua

Pada masa perang dunia kedua ini timbal prinsip rasa cinta sesama

manusia di mana saling membantu sesama manusia yang

membutuhkan. Pada masa sebelum perang dunia kedua ini tokoh

keperawatan Florence Nightingale (1820-1910) menyadari adanya

pentingnya suatu sekolah untuk mendidik para perawat, Florence

Nightingale mempunyai pandangan bahwa dalam mengembangkan

keperawatan perlu dipersiapkan pendidikan bagi perawat, ketentuan

jam kerja perawat dan mempertimbangkan pendapat perawat. Usaha

Florence adalah dengan menetapkan struktur dasar di pendidikan

perawat diantaranya mendirikan sekolah perawat mnetapkan tujuan

pendidikan perawat serta menetapkan pengetahuan yang harus di

miliki para calon perawat.

Florence dalam merintis profesi keperawatan diawali dengan

membantu para korban akibat perang krim (1854 - 1856) antara Roma

dan Turki yang dirawat di sebuah barak rumah sakit (scutori)

Page 23: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

19

yang akhirnya mendirikan sebuah rumah sakit dengan nama rumah

sakit Thomas di London dan juga mendirikan sekolah perawatan

dengan nama Nightingale Nursing School.

6. Masa selama perang dunia kedua

Selama masa selama perang ini timbal tekanan bagi dunia

pengetahuan dalam penerapan teknologi akibat penderitaan yang

panjang sehingga perlu meningkatkan diri dalam tindakan perawat

mengingat penyakit dan korban perang yang beraneka ragam.

7. Masa pascaperang dunia dua

Masa ini masih berdampak bagi masyarakat seperti adanya

penderitaan yang panjang akibat perang dunia kedua, dan tuntutan

perawat untuk meningkatkan masyarakat sejahtera semakin pesat.

Sebagai contoh di Amerika, perkembangan keperawatan pada masa itu

diawali adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan,

pertambahan penduduk yang relatif tinggi sehingga menimbulkan

masalah baru dalam pelayanan kesehatan, pertumbuhan ekonomi yang

mempengaruhi pola tingkah laku individu, adanya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi kedokteran dengan diawali adanya

penemuan-penemuan obat-obatan atau cara-cara untuk memberikan

penyembuhan bagi pasien, upaya-upaya dalam tindakan pelayanan

kesehatan seperti pelayanan kuratif, preventif dan promotif dan juga

terdapat kebijakan Negara tentang peraturan sekolah perawat.

Pada masa itu perekembangan perawat di mulai adanya sifat

pekerjaan yang semula bersifat individu bergeser ke arah pekerjaan

yang bersifat tim. Pada tahun 1948 perawat di akui sebagai profesi

sehingga pada saat itu pula terjadi perhatian dalam pemberian

penghargaan pada perawat atas tangung jawabnya dalam tugas.

8. Periode tahun 1950

Page 24: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

20

Pada masa itu keperawatan sudah mulai menunjukkan perkembangan

khususnya penataan pada sistem pendidikan. Hal tersebut terbukti di

negara Amerika sudah dimulai pendidikan setingkat master dan

doktoral. Kemudian penerapan proses keperawatan sudah mulai

dikembangkan dengan memberikan pengertian bahwa perawatan

adalah suatu proses, yang dimulai dari pengkajian, diagnosis

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2. Sejarah Keperawatan Nasional

Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia telah banyak

dipengaruhi oleh kolonial penjajah diantaranya Jepang, Belanda dan

Inggris. Dalam perkembangannya di Indonesia dibagi menjadi dua masa

diantaranya:

A. Masa sebelum kemerdekaan,

Pada masa itu negara Indonesia masih dalam penjajahan Belanda.

Perawat berasal dari Indonesia disebut sebagai Verpleger dengan

dibantu oleh zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit, perawat

tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit Binnen Hospital yang

terletak di Jakarta pada tahun 1799 yang ditugaskan untuk memelihara

kesehatan staf dan tentara Belanda, sehingga akhirnya pada masa

Belanda terbentuklah dinas kesehatan tentara dan dinas kesehatan

rakyat. Mengingat tujuan pendirian rumah sakit hanya untuk

kepentingan Belanda, maka tidak diikuti perkembangan dalam

keperawatan.

Kemudian pada masa penjajahan Inggris yaitu Rafless, mereka

memperhatikan kesehatan rakyat dengan moto kesehatan adalah milik

manusia dan pada saat itu pula telah diadakan berbagai usaha dalam

memelihara kesehatan diantaranya usaha pengadaan pencacaran

Page 25: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

21

secara umum, membenahi cara perawatan pasien dangan gangguan

jiwa dan memperhatikan kesehatan pada para tawanan.

Beberapa rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta yaitu pada

tahun 1819, didirikan rumah sakit Stadsverband, kemudian pada tahun

1919 rumah sakit tersebut pindah ke Salemba dan sekarang dikenal

dengan nama RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), kemudian

diikuti rumah sakit milik swasta. Pada tahun 1942-1945 terjadi

kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara Jepang.

Perkembangan keperawatan mengalami kemunduran.

B. Masa setelah kemerdekaan

Pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit yang didirikan serta

balai pengobatan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga

kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat, kemudian pada

tahun 1962 telah dibuka pendidikan keperawatan setara dengan

diploma. Pada tahun 1985 untuk pertama kalinya dibuka pendidikan

keperawatan setingkat dengan sarjana yang dilaksanakan di

Universitas Indonesia dengan nama Program Studi Ilmu Keperawatan

dan akhirnya dengan berkembangnya Ilmu Keperawatan, maka

menjadi sebuah Fakultas Ilmu keperawatan dan beberapa tahun

kemudian diikuti berdirinya pendidikan keperawatan setingkat S1 di

berbagai univeisitas di Indonesia seperti di Bandung, Yogyakarta,

Surabaya dan lain-lain.

Page 26: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

22

MATERI PERTEMUAN KE TIGA

KONSEP CARING

1. Definisi

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk berdediksi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan

empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Dalam

keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam

praktik keperawatan.

Rubenfeld (1999), mendefinisikan caring: memberikan asuhan ,

dukungan emosional pada klien, keluarga dan kerabatnya secara verbal

maupun non verbal. Jean Watson (1985), caring merupakan komitmen

moral untuk melindungi, mempertahankan dan meningkatkan martabat

manusia.

2. Teori Caring Dalam Keperawatan

Perawat merupakan salah satu profesi yang mulia. Betapa tidak, merawat

pasien yang sedang sakit adalah pekerjaan yang tidak mudah. Tak semua

orang bisa memiliki kesabaran dalam melayani orang yang tengah menderita

penyakit. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan

khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat

memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup

ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam

perilaku caring atau kasih sayang/cinta (Johnson, 1989).

Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang

berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain.

Caring dalam keperawatan dipelajari dari berbagai macam filosofi dan

perspektif etik .

Human care merupakan hal yang mendasar dalam teori caring. Menurut

Pasquali dan Arnold (1989) serta Watson (1979), human care terdiri dari

Page 27: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

23

upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga atau mengabdikan rasa

kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit,

penderitaan, dan keberadaannya serta membantu orang lain untuk

meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri .

Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Care,

mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang

diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan

melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi

kesanggupan pasien untuk sembuh .

Lebih lanjut Mayerhoff memandang caring sebagai suatu proses yang

berorientasi pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan

mengaktualisasikan diri. Mayerhoff juga memperkenalkan sifat-sifat caring

seperti sabar, jujur, rendah hati. Sedangkan Sobel mendefinisikan caring

sebagai suatu rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain. Artinya

memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan

bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan berperasaan. Caring sebagai

suatu moral imperative (bentuk moral) sehingga perawat harus terdiri dari

orang-orang yang bermoral baik dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan

pasien, yang mempertahankan martabat dan menghargai pasien sebagai

seorang manusia, bukan malah melakukan tindakan amoral pada saat

melakukan tugas pendampingan perawatan. Caring juga sebagai suatu affect

yang digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati

terhadap pasien yang mendorong perawat untuk memberikan asuhan

keperawatan bagi pasien. Dengan demikian perasaan tersebut harus ada

dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa merawat pasien .

Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan

pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik

dan filosofikal. Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang

memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai

tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi

sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999)

Page 28: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

24

Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring

menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik,

psikologis, spiritual, dan sosial. Bersikap caring untuk klien dan bekerja

bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi

keperawatan. Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian,

kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada

disamping klien, dan bersikap caring sebagai media pemberi asuhan

(Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Para

perawat dapat diminta untuk merawat, namun tidak dapat diperintah untuk

memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring .

Spirit caring seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan

berasal dari hati perawat yang terdalam. Spirit caring bukan hanya

memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat yang bersifat tindakan fisik,

tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat dapat

memperlihatkan cara yang berbeda ketika memberikan asuhan kepada klien.

3. Konsep Caring Menurut Para Ahli

Beberapa ahli merumuskan konsep caring dalam beberapa teori. Menurut

Watson, ada tujuh asumsi yang mendasari konsep caring. Ketujuh asumsi

tersebut adalah;

1. caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktekkan secara

interpersonal,

2. caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam

membantu memenuhi kebutuhan manusia atau klien,

3. caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan

keluarga,

4. caring merupakan respon yang diterima oleh seseorang tidak hanya

saat itu saja namun juga mempengaruhi akan seperti apakah seseorang

tersebut nantinya,

Page 29: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

25

5. lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung

perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam

memilih tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri,

6. caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan

antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku

manusia yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dan

membantu klien yang sakit,

7. caring merupakan inti dari keperawatan (Julia,1995).

Watson juga menekankan dalam sikap caring ini harus tercermin sepuluh

faktor karatif yang berasal dari perpaduan nilai-nilai humanistik dengan ilmu

pengetahuan dasar. Faktor karatif membantu perawat untuk menghargai

manusia dari dimensi pekerjaan perawat, kehidupan, dan dari pengalaman

nyata berinteraksi dengan orang lain sehingga tercapai kepuasan dalam

melayani dan membantu klien. Sepuluh faktor karatif tersebut adalah;

1. Forming a humanistic – altruistic

Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu

kepada klien. Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemampuan

diri dengan memberikan pendidikan kesehatan pada klien,

2. Instilling faith & hope

Memberikan kepercayaan-harapan dengan cara memfasilitasi dan

meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Di samping itu,

perawat meningkatkan perilaku klien dalam mencari pertolongan

kesehatan,

3. Cultivating sensitivity to one’s self

Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien, sehingga

ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada

orang lain.

4. Developing a helping – trust relation

Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan

sikap empati yaitu turut merasakan apa yang dialami klien. Sehingga

Page 30: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

26

karakter yang diperlukan dalam faktor ini antara lain adalah kongruen,

empati, dan kehangatan.

5. Expressing & feeling

Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif

klien. Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua

keluhan dan perasaan klien.

6. Using creative problem-solving caring process

Penggunaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk

pengambilan keputusan. Perawat menggunakan metoda proses

keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien.

7. Promoting interpersonal teaching – learning

Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan

asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan

kesempatan untuk pertumbuhan personal klien.

8. Providing a supportive, protective, or corrective mental-phisical

sociocultural & spiritual environment

Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang

mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal

dan eksternal klien terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien.

9. Assisting with the gratification of human needs

Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif diri dan klien.

Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke

tingkat selanjutnya.

10. Allowing for existential-phenomenologic forces

Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomenologis agar

pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-

kadang seorang klien perlu dihadapkan pada pengalaman/pemikiran

yang bersifat profokatif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan

pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri (Julia, 1995).

Page 31: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

27

Dari kesepuluh faktor karatif tersebut, Watson merumuskan tiga faktor

karatif yang menjadi filosofi dasar dari konsep caring. Tiga faktor karatif

tersebut adalah: pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik,

memberikan harapan dan kepercayaan, serta menumbuhkan sensitifitas

terhadap diri sendiri dan orang lain (Julia, 1995).

Kesepuluh faktor karatif di atas perlu selalu dilakukan oleh perawat agar

semua aspek dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan

profesional dan bermutu dapat diwujudkan. Selain itu, melalui penerapan

faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami diri

sebelum memahami orang lain (Nurahmah, 2006).

Pembahasan di atas telah menunjukkan bahwa teori caring yang

dikemukakan oleh Watson menekankan akan kebutuhan klien secara jasmani

dan kebutuhan pendekatan spiritual bagi iman klien. Dengan demikian,

perawat dituntut untuk mengenal dirinya sendiri secara spiritual dan

menerapkannya dalam profesi keperawatan dalam memberikan perawatan

dengan cinta dan caring. Jadi, dari teori caring menurut Watson dapat

disimpulkan bahwa adanya keseimbangan antara aspek jasmani dan spiritual

dalam asuhan keperawatan. (Sujana, 2008)

Lima C dari caring, Roach (1984) :

1. Compassion (Kasih sayang)

2. Competence (Kompetensi)

3. Conscience (Kesadaran)

4. Confidence (Kepercayaan)

5. Commitment (Komitmen)

Dalam mewujudkan asuhan keperawatan bermutu diperlukan beberapa

komponen yang harus dilaksanakan oleh tim keperwatan yaitu :

1. Terlihat sikap caring ketika harus memberikan asuhan keperawatan

kepada klien

2. Adanya hubungan perawat - klien yang terapeutik,

Page 32: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

28

3. Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain,

4. Kemampun dalam memenuhi kebutuhan klien,

5. Kegiatan jaminan mutu (quality assurance).

Sikap Caring

Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai

apabila perawat dapat memperlihatkan sikap caring kepada klien. Dalam

memberikan asuhan, perawat menggunakan;

1. Keahlian,

2. kata-kata yang lemah lembut,

3. Sentuhan,

4. Memberikan harapan,

5. Selalu berada disamping klien,

6. Bersikap “caring” sebagai media pemberi asuhan.

Spirit Caring

Para perawat dapat diminta untuk merawat, namun meraka tidak dapat

diperintah untuk memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring.

Spirit caring seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal

dari hati perawat yang terdalam. Spirit caring bukan hanya memperlihatkan

apa yang dikerjakan perawat yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga

mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat dapat

memperlihatkan cara yang berada ketika memberikan asuhan kepada klien.

Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan

asuhan fisik dan perhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan

keselamatan klien (Carruth et all, 1999). Sikap ini diberikan memalui

kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Prilaku caring menolong klien

meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan

sosial. Diyakini, bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan

klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan.

Page 33: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

29

Karakteristik “caring” (menurut Wolf dan Barnum, 1998);

1. Mendengar dengan perhatian,

2. Memberi rasa nyaman,

3. Berkata Jujur,

4. Memiliki kesabaran,

5. Bertanggung jawab,

6. Memberi informasi sehingga klien dapat mengambil keputusan,

7. Memberi sentuhan,

8. Memajukan sensitifitas,

9. Menunjukan rasa hormat pada klien,

10. Memanggil klien dengan namanya.

Komponen utama “caring” (menurut Mayer, 1971);

1. Pengetahuan,

2. Kesabaran,

3. Kejujuran,

4. Kepercayaan,

5. Kerendahan Hati,

6. Harapan,

7. Keberanian.

Leininger (1991) mengemukakan teori “culture care diversity and

universality”, beberapa konsep yang didefinisikan antara lain;

1. kultural berkenaan dengan pembelajaran dan berbagi sistem nilai,

kepercayaan, norma, dan gaya hidup antar kelompok yang dapat

mempengaruhi cara berpikir, mengambil keputusan, dan bertindak

dalam pola-pola tertentu,

2. keanekaragaman kultural dalam caring menunjukkan adanya variasi

dan perbedaan dalam arti, pola, nilai, cara hidup, atau simbol care

Page 34: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

30

antara sekelompok orang yang berhubungan, mendukung, atau

perbedaan dalam mengekspresikan human care,

3. cultural care didefinisikan sebagai subjektivitas dan objektivitas

dalam pembelajaran dan pertukaran nilai, kepercayaan, dan pola hidup

yang mendukung dan memfasilitasi individu atau kelompok dalam

upaya mempertahankan kesehatan, meningkatkan kondisi sejahtera,

mencegah penyakit dan meminimalkan kesakitan,

4. dimensi struktur sosial dan budaya terdiri dari keyakinan/agama,

aspek sosial, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi, budaya, sejarah

dan bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi perilaku manusia

dalam lingkungan yang berbeda,

5. care sebagai kata benda diartikan sebagai fenomena abstrak dan

konkrit yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan atau

perilaku lain yang berkaitan untuk orang lain dalam meningkatkan

kondisi kehidupannya,

6. care sebagai kata kerja diartikan sebagai suatu tindakan dan kegiatan

untuk membimbing, mendukung, dan ada untuk orang lain guna

meningkatkan kondisi kehidupan atau dalam menghadapi kematian,

7. caring dalam profesionalisme perawat diartikan sebagai pendidikan

kognitif dan formal mengenai pengetahuan care serta keterampilan

dan keahlian untuk mendampingi, mendukung, membimbing, dan

memfasilitasi individu secara langsung dalam rangka meningkatkan

kondisi kehidupannya, mengatasi ketidakmampuan/kecacatan atau

dalam bekerja dengan klien (Julia, 1995, Madeline,1991).

Sebagai seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus

dipadukan secara seimbang sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang

optimal untuk klien. Lydia Hall mengemukakan perpaduan tiga aspek

tersebut dalam teorinya. Care merupakan komponen penting yang berasal

dari naluri seorang ibu. Core merupakan dasar dari ilmu sosial yang terdiri

dari kemampuan terapeutik, dan kemampuan bekerja sama dengan tenaga

Page 35: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

31

kesehatan lain. Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan

terapeutik. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien,

maka ketiga unsur ini harus dipadukan (Julia, 1995).

Menurut Boykin dan Schoenhofer, pandangan seseorang terhadap caring

dipengaruhi oleh dua hal yaitu persepsi tentang caring dan konsep perawat

sebagai disiplin ilmu dan profesi. Kemampuan caring tumbuh di sepanjang

hidup individu, namun tidak semua perilaku manusia mencerminkan caring

(Julia, 1995).

Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan

signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adalah

hubungan perawat-klien yang bersifat profesional dengan penekanan pada

bentuk interaksi aktif antara perawat dan klien. Hubungan ini diharapkan

dapat memfasilitasi partisipasi klien dengan memotivasi keinginan klien

untuk bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.

4. Care sebagai sebuah ide moral

Care adalah semangat, tindakan penting dari inti keperawatan, kekuatan

yang menyatakan, proses dinamik dan intisari struktural. Care adalah nilai,

caring adalah sebuah kebaikan. Mayerhoff (1971) memberikan informasi

yang berhubungan dengan nilai care. Dalam konteks kehidupan manusia,

caring sebagai salah satu cara mengatur nilai-nilainya yang lain dan aktivitas

sekitarnya. Bila pengaturan ini komprehensif, karena keterlibatan caring-nya

terdapat stabilitas dasar dalam kehidupannya. Dengan melayani caring,

seseorang manusia hidup dalam kehidupan sendiri yang berarti.

Carper (1979) “caring” sebagai nilai profesional dan nilai pribadi adalah

pusat penting dalam memberikan standar normatif yang mengatur tindakan

dan sikap kita untuk care kepada siapa. Dalam suatu dunia ketika ada

kesepakatan yang besar tentang kesendirian, nyeri, penderitaan, kesakitan,

dan tragedi ketika itu pula kebutuhan care menjadi penting.

Kita harus secara serius bercermin pada apa yang kita inginkan dan apa

yang kita cari. Dan ini adalah dasar dari caring kita. Berdasarkan Greene

Page 36: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

32

(1990) caring adalah dasar keberadaan etik. Ia menyatakan bahwa “Praktek

yang digambarkan dalam pelayanan manusia harus dimulai dari kesadaran

terhadap situasi, khususnya perasaan dan kepedulia. Harapannya adalah

bahwa makin dan makin banyak praktisi akan berespons terhadap pentingnya

caring imperatif dan berpikir apa artinya memilih diri mereka sendiri dalam

kaitannya dengan kebutuhannya.

Olsen (1993) “baik caring dan keadilan berbicara tentang rasa moral

kebaikan kita”. Mungkin saja tidak ada kebaikan yang tidak dapat

mensintesis kedua konsep tersebut, memahami dan menghormati orang lain

adalah penting dalam tugas ini. Ini mengikuti bahwa faktor yang lebih luas

atau dasar seorang menggunakan care terhadap orang lain, orang lain akan

lebih care.

5. Membangun Pribadi Caring

Untuk membangun pribadi caring, perawat dituntut memiliki pengetahuan

tentang manusia, aspek tumbuh kembang, respon terhadap lingkungan yang

terus berubah, keterbatasan dan kekuatan serta kebutuhan-kebutuhan

manusia. Bukan berarti kalau pengetahuan perawat tentang caring meningkat

akan menyokong perubahan perilaku perawat.

Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja

perawat dalam merawat pasien. Secara teoritik ada tiga kelokmpok variabel

yang mempengaruhi kinerja tenaga kesehatan diantaranya;

a) Variabel Individu

b) Variabel Psikologis

c) Variabel Organisasi.

Menurut Gibson(1987) yang termasuk variabel individu adalah

kemampuan dan ketrampilan, latar belakang dan demografi. Variable

psikologi merupakan persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Dan

variabel organisasi adalah kepemimpinan, sumber daya, imbalan struktur dan

desain pekerjaan. Dengan demikian membangun pribadi caring perawat harus

Page 37: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

33

menggunakan tiga pendekatan. Pendekatan individu melalui peningkatan

pengetahuan dan ketrampilan caring. Pendekatan organisasi dapat dilakukan

melalui perencanaan pengembangan, imbalan atau yang terkait dengan

kepuasan kerja perawat dan serta adanya effektive leadership dalam

keperawatan. Peran organisasi (rumah sakit) adalah menciptakan iklim kerja

yang kondusif dalam keperawatan melalui kepemmpinan yang efektif,

perencanaan jenjang karir perawat yang terstruktur, pengembangan system

remunerasi yang seimbang dan berbagai bentuk pencapaian kepuasan kerja

perawat. Karena itu semua dapat berdampak pada meningkatnya motivasi dan

kinerja perawat dalam caring.

Akan tetapi tidak mudah merubah perilaku seseorang dalam waktu yang

singkat. Bukan pekerjaan yang mudah untuk merubah perilaku seseorang.

Yang terbaik adalah membentuk caring perawat sejak dini, yaitu sejak berada

dalam pendidikan. Artinya peran pendidikan dalam membangun caring

perawat sangat penting. Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan

harus selalu memasukkan unsur caring dalam setiap mata kuliah. Penekanan

pada humansitik, kepedulian dan kepercayaan, komitmen membantu orang

lain dan berbagai unsur caring yang lain harus ada dalam pendidikan

perawatan. Andaikata pada saat rekruitmen sudah ada system yang bisa

menemukan bagaimana sikap caring calon mahasiswa keperawatan itu akan

membuat perbedaan yang mendasar antara perawat sekarang dan yang akan

datang dalam perilaku caring – nya.

Page 38: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

34

PERTEMUAN KE EMPAT

KONSEP KEBUTUHAN MANUSIA MASLOW

I. PENGERTIAN

Kebutuhan Dasar Manusia adalah kebutuhan yang diburuhkan oleh semua

manusia dan kebutuhan tersebut essensial agar seseorang itu dapat bertahan hidup.

Dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, manusia dapat memenuhi secara mandiri

ataupun dengan bantuan orang lain. Terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan

dasar sseoraang menentukan tingkat kesehatan seseorang dan posisinya dalam

rentang sehat-sakit.

II. HIRARKI MASLOW

Dalam memberikan asuhan keperawatan hams memperhatikan kebutuhan

bio-psiko-sosio-kultural klien. Abraham Maslow (1968) mengembangkan sebuah

hirarki kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk menentukan prioritas

kebutuhan klien. Kebutuhan tertentu dapat lebih penting daripada kebutuhan dasar

yang lain. Hirarki Maslow disusun berdasarkan teori bahwa sesuatu dikatakan

kebutuhan dasar bila :

Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi dapat menimbulkan sakit

Jika kebutuhan tersebut terpenuhi dapat mencegah sakit

Kebutuhan tersebut merapakan indikator seseorang dikatakan sehat

Ada perasaan kehilangan jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi

Ada kepuasan jika kebutuhan tersebut terpenuhi

Dengan adanya hirarki Maslow membantu dalam memahami hubungan di

antara kebutuhan dasar manusia dan menentukan prioritas diantara kebutuhan-

kebutuhan dasar tersebut. Seseorang berusaha memenuhi kebutuhan tersebut,

minimal kebutuhan yang paling utama sebelum memenuhi kebutuhan yang berada

di tingkat berikutnya.

Hirarki Maslow menggambarkan lima tingkat kebutuhan dasar manusia,

yairu :

Page 39: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

35

Tingkat I: Kebutuhan fisiologi

Tingkat II: Kebutuhan keamanan dan keselamatan

Tingkat III: Kebutuhan mencintai dan memiliki

Tingkat IV : Kebutuhan harga diri

Tingkat V : Kebutuhan aktualisasi diri

Secara ilustrasi hirarki Maslow dapat digambarkan sebagai berikut :

Kebutuhan aktualisasi diri

Kebutuhan harga diri

Kebutuhan mencintai dan memiliki

Higher level needs

Kebutuhan keamanan dan keselamatan

Kebutuhan fisiologi

Lower level needs

Hirarki Maslow memberikan kerangka dalam pengkajian keperawatan dan

memahami kebutuhan klien pada semua tingkatkebutuhan sehingga dalam

mengembangkan rencana keperawatan, perawat harus memasukkan intervensi

untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Contoh : pada saat perawat dinas di UGD dan merawat pasien AMI, selain

perawat memperhatikan kebutuhan fisiologi klien (misal memasang O2),perawat

juga memperhatikan kebutuhan mencintai dan memiliki klien (dengan

membiarkan klien ditunggu keluarga)

KEBUTUHAN FISIOLOGI

Kebutuhan fisiologi berada pada tingkat yang pahng dasar dalam hirarki

Maslow. Kebutuhan fisiologi adalah kebutuhan yang paling essensial, penting

agar seseorang dapat bertahan hidup sehingga menempati prioritas yang tertinggi.

Kebutuhan fisiologi meliputi:

- Oksigenasi

Page 40: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

36

- Cairan

- Nutrisi

- Temperatur

- Ehminasi

- Tempat tinggal/perlindungan

- Istirahat

- Seksualitas

Kebutuhan fisiologi tersebut minimal harus terpenuhi untuk mempertahankan

Hidup.

KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN

Kebutuhan keamanan dan keselamatan menempati tingkat kebutuhan yang

kedua dalam hirarki Maslow. Kebutuahn keamanan dan keselamatan meliputi

keamanan dan keselamatan fisik dan emosi. Keselamatan fisik berarti melindungi

seseorang dari bahaya yang aktual maupun potensial.

Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan perawat untuk menjamin keamanan

dan keselamatan klien, diantaranya:

- Cuci tangan dan penggunaan tehnik steril yang benar

- Memberikan pengobatan dengan prinsip 5 benar

- Menggunakan skill yang tepat saat memindahkan klien

Keamanan dan keselamatan emosi ditunjukkkan dengan adanya rasa

percaya kepada orang lain,adanya perasaan bebas dari rasa takut dan cemas.

Seringkali klien niasuk ke rumah sakit merasa ketakutan ataupun kecemasan

karena banyak hal-hal yang tidak ia ketahui baik tentang penyakitnya, prosedur

yang akan dijalani, dan sebagaianya sehingga akan membutuhkan keamanan dan

keselamatan secara emosi. Perawat yang selama 24 jam bersama klien dapat

membantu memenuhi kebutuhan klien tersebut denagn mengajak klien berdoa

sebagai cara untuk memberikan kekuatan dan support pada klien.

Page 41: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

37

KEBUTUHAN MENCINTAI DAN MEMILIKI

Kebutuhan mencintai dan memiliki merapakan kebutuhan dasar yang

berada pada level yang lebih tinggi. Kebutuhan mencintai dan memiliki meliputi

adanya bagaimana kita memahami dan menerima orang lain, bagaimana

seseorang ingin dimengerti dan diterima oleh orang lain, termasuk juga adanya

perasaan memiliki orang yang berarti seperti teman, keluarga, tetangga dan

lingkungan masyarakat.

Orang yang kebutuhan mencintai dan memilikinya tidak terpenuhi akan

mersakan kesepian dan merasa terisolasi. Sehingga mereka akan menarik diri

secara fisik dan emosi, atau mungkin saja mereka menjadi pribadi yang sensitif

dan sering mengkritik.

Berikut ini adalah tindakan-tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan

mencintai dan memiliki :

melibatkan keluarga maupaun teman klien dalam asuhan kepearwatan

klien

Membina hubungan perawat-klien berdasarkan saling memahami dan

saling percaya

KEBUTUHAN HARGA DIRI

Tingkat kebutuhan selanjutnya dari hirarki Maslow adalah kebutuhan

harga diri. Kebutuhan harga diri adalah keinginan seseorang untuk dihargai.

Seseorang yang terepenuhi kebutuhan harga dirinya akan merasa percayaan diri

dan mandiri. Jika tidak terpenuhi makan seseorang akan merasa helpless dan

rendah diri Banyak faktor yang mempengamhi harga diri seseorang diantaranya

perubahan peran, perubahan gambaran diri.

Perawat dapat memenuhi kebutuhan harga diri klien dengan cara

menerima nilainilai dan keyakinan klien, memberikan support pada klien untuk

mencapai apa yang diinginkannnya dan memfasilitasi agar keluarga ataupun

orang-orang yang berarti bagi klien senantiasa mendukung klien.

Page 42: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

38

KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI

Tingkat kebutuhan yang menempati tingkat yang paling tinggi adalah

kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisai diri adalah kebutuhan individu

untuk dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai kemampuan yang

dimilikinya.

Proses aktualisasi diri berjalan sepanjang kehidupan. Untuk dapat

memenuhi kebutuhan aktualisai diri klien, perawat harus berfokus pada

kemampuan dan kesempatan yang dimiliki klien.

Berikut ini adalah ciri-ciri kebutuhan aktualisasi diri terpenuhi:

- Memecahkan masalah sendiri

- Membantu orang lain memecahkan masalah

- Menerima saran orang lain

- Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik sebagai pendengar dan

komunikator

- Menikmati privacy

- Mencari pengalaman dan pengetahuan baru

- Memiliki kepercayaan dalam kemampuan dan mengambil keputusan

- Mengantisipasi masalah dan berhasil Menyenangi diri sendiri

PENERAPAN TEORI MASLOW

Hirarki kebutuhan dasar menurut Masloow dapat diterapkan dalam proses

keperawatan baik itu dalam pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Hiraraki Maslow juga dapat diterapkan pada berbagai usia, di berbagai tempat

pelayanan kesehatan, dapat diterapkan baik dalam kondisi sehat maupaun sakit.

Dalam mengaplikasikan teori kebutuhan dasar menurut Maslow, perawat harus

memahami bahwa setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda, sehingga

bisa saja pada satu klien kebutuhan fisiologi menempati kebutuhan prioritas

dibandingkan kebutuhan keamanan dan keselamatan tetapi pada klien yang lain

sebaliknya. Hal ini menjadi dasar mengapa kita harus melibatkan klien dan

keluarga dalam menentukan prioritas masalah.

Page 43: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

39

Dalam memenuhi kebutuhan dasar khen, perawat tidak hanya

memperhatikan kebutuhan yang paling dasar, tetapi juga menmenuhi kebutuhan

yang ada di tingkat berikutnnya.Jadai bisa saja, pereawat memenuhi dua

kebutuhan dasar atau lebih dalam satu waktu. Contoh : saat merawat klien dengan

sesak nafas, perawat memberikan oksigen untuk memenuhi kebutuhan

fisiologinya tetapi juga memasaang pengaman tempat tidur untuk memenuhi

kebutuhan keaman dan keselamatnnya.

Ada beberapa hal yang peri diperhatikan dalam menerapan teori kebutuhan

dasar menurut Maslow yaitu :

a Hubungan diantam kebutuhan

Adakalanya dalam memenuhi kebutuhan dasar seseorang, kita tidak mengikuti

sesuai urutan hirarki Maslow, karena pada individu yang berbeda pendapatan

atau perbedaan tingkat kebutuhan. Sehingga pada saat melakukan asuhan

keperawtan , perawat jangan berasusi bahwa kebutuhan tingkat yang lebih

bawah selalu menjadi prioritas. Jelaslah bahwa asuhan keperawatn yang

diberikan bersifat individu. Contoh : seorang janda yang tinggal sendiri di

kawasan rawan kejahatan dirawat di rumah sakit karena tidak dapat bauang air

kecil. Dia mengealuh kahwatir dengan keamanan rumahanya. Pada saat itu,

kebutuhan eliminasi tidak menjadi prioritas tetapi kebutuhan kealaman dan

keselamatan yang menjado lenbih prioritas untk menghilangkan rasa cmas

klien tersebut.

b Simultan dalam memenuhi kebutuhan

Dalam memenuhi kebutuhan dasar klien, setelah mengindentifikasi kebutuhan

klien, prawat bersama klien menyususn prioritas.Menyususn prioritsa bukan

berarti perawat hanya memenuhi satu kebutuhan pada satu waktu, teteapi

kebutuhan yang lain juga dipenuhi secara simuoltan. Pada contoh kasus diatas,

pada saat yang bersamaan selain perawat memeberikan ketenanagn pada janda

tersebut, perawat juga memasang kateter untuk menagatasimsalah tidak dapat

buang air kecilnya .

c Faktor yang mempengaruhiprioritas kebutuhan dasar

Page 44: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

40

Adanya berbagai macam tingkat kebutuhan dasar manusia, mengharuskan

perawat menyusun prioritas agar asuhahn keperawatan yang diberikan lebih

fokus dan lebih efektif. Situasi yang mengancam kehidupan tentunya

menempati prioritas yang tertinggi. Dalam menentukan prioritas kebutuhan,

perawat harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini:

- Kepribadian dan mood

- Persepsi klien

- Struktut keluarga

- Pertimbangkan hubungan di antara kebutuhan dasar

Satu hal yang penting adalah dalam menyusun prioritas dan perencamnaan

kebutuhan dasar manusia, perawat harus melibatkan klien dan keluarga.

PENUTUP

Hirarki Maslow merapakan penuntun dalam menentukan prioritas kebutuhan

dasar seseorang. Asuhan keperawatan klien yang holistik mempertimbangkan

semua dimensi yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia dalam rentang

sehat sakit.

Page 45: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

41

PERTEMUAN KE LIMA

PERAWATAN DIRI

( PERSONAL HYGIENE )

I. PENGERTIAN PERSONAL HYGIENE

Personal Hygiene berasal dari bahasaYunani yaitu personal yang artinya

perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihanseseorang adalah suatu tindakan

untuk memelihara kebersihandan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik

dan psikis.

Menurut beberapa ahli :

a. Sjarifuddin

Personal hygiene adalah kesehatan pada seseorang atau perseorangan.

Sjarifudin. 1979 (dalam Basyar.2005)

b. Efendy

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan halyang sangat penting

dan harus diperhatikan karena kebersihanakan mempengaruhi kesehatan dan

psikis seseorang. Kebersihanitu sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu

dan kebiasaan.Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya

kebudayaan,sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap

kesehatan, serta tingkat perkembangan. (dalam Astutiningsih, 2006)

c. Depkes

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalammemenuhi

kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya,kesehatan dan

kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, kliendinyatakan terganggu

keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes

2000).

d. Nurjannah

Defisit perawatan diri adalah gangguankemampuan untuk melakukan aktifitas

perawatan diri (mandi, berhias,makan, toileting)

e. Poter. Perry

Page 46: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

42

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatutindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik

dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisidimana seseorang tidak

mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (dalam Tarwoto dan

Wartonah 2006 )

Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal

ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah

sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi

kesehatan secara umum. Karena itu hendaknya setiap orang selalu berusaha

supayapersonal hygiennya dipelihara dan ditingkatkan. Kebersihan

dankerapian sangat penting dan diperlukan agar seseorang disenangidan

diterima dalam pergaulan, tetapi juga karena kebersihan diperlukan agar

seseorang dapat hidup secara sehat.

II. Faktor yang mempengaruhi personal hygiene

a. Citra tubuh

Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentinya hygiene pada

orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang

penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat sering berubah. Citra tubuh

mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Jika seorang klien rapi sekali

maka perawat mempertimbaagkan rincian kerapian ketika merencanakan

keperawatan dan berkonsultasi pada klien sebelum membuat keputusan

tentang bagaimana memberikan peraatan hygienis. Karena citra tubuh klien

dapat berubah akibat pembedahan atau penyakit fisik maka perawat harus

membuat suatu usaha ekstra untuk meningkatkan hygiene.

b. Praktik social.

Kelompok-kelompok social wadah seorang klien berhubungan dapat

mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, kanak-

kanak mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan

keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas dan atau air

Page 47: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

43

mengalir hanya merupakan beberapa faktok yang mempengaruhi perawatan

kebersihan.

c. Status sosio-ekonomi

sumber daya ekonomi seeorang mempengruhi jenis dan tingkat praktik

kebersihan yang digunakan. Perawat hrus menentukan apakah klien dapat

menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi

dan kometik. Perawat juga harus menentukan jika penggunaan produk-

produk ini merupakan bagian dari kebiasaan social yang dipraktikkan oleh

kelompok social klien.

d. Pengetahuan

Pengtahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan

mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri

tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan-

diri. Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong klien

untuk meningkatkan hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan

dan menguntungkan dalam mngurangi resiko kesehatan dapat memotifasi

seeorang untuk memenuhi perawatan yang perlu.

e. kebudayaan

Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan

hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik

keperawatan diri yang berbeda pula. Di asia kebersihan dipandang penting

bagi kesehatan. Di Negara-negara eropa, bagaimanapun, hal ini biasa untuk

mandi secara penuh hanya sekali dalam seminggu.

f. Pilihan pribadi

Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk

mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut . klien memilih produk

yang berbeda (mis. Sabun, sampo, deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan

pribadi.

g. kondisi fisik.

Page 48: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

44

Orang yang menderita penyakit tertentu (mis. Kanker tahap lanjut) atau

menjalani operasi sering kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk

melakukan hygiene pribadi.

III. Tipe personal hygiene

a Kesehatan Gigi dan Mulut

Mulut beserta lidah dan gigi merupakan sebagian dari alat pencerna

makanan. Mulut berupa suatu rongga yangdibatasi oleh jaringan lunak,

dibagian belakang berhubungandengan tengggorokan dan didepan ditutup

oleh bibir. Lidahterdapat didasar rongga mulut terdiri dari jaringan yang

lunakdan ujung-ujung syaraf pengecap. Gigi terdiri dari jaringan kerasyang

terdapat di rahang atas dan bawah yang tersusun rapidalam lengkungan

(Depdikbud, 1986:33).

Makanan sebelum masuk ke dalam perut, perludihaluskan, maka

makanan tersebut dihaluskan oleh gigi dalam rongga mulut. Lidah berperan

sebagai pencampur makanan,penempatan makanan agar dapat dikunyah

dengan baik danberperan sebagai indera perasa dan pengecap.

Penampilanwajah sebagian ditentukan oleh tata letak gigi. Disamping itu juga

sebagai pembantu pengucapan kata-kata dengan jelas danterang (Soenarko,

1984: 28).Seperti halnya dengan bagian tubuh yang lain, makamulut dan gigi

juga perlu perawatan yang teratur danseyogyanya sudah dilakukan sejak

kecil. Untuk pertumbuhangigi yang sehat diperlukan sayur-sayuran yang

cukup mineralseperti zat kapur, makanan dalam bentuk buah-buahan

yangmengandung vitamin A atau C sangat baik untuk kesehatan gigidan

mulut. Gosok gigi merupakan upaya atau cara yang terbaikuntuk perawatan

gigi dan dilakukan paling sedikit dua kali dalamsehari yaitu pagi dan pada

waktu akan tidur. Denganmenggosok gigi yang teratur dan benar maka plak

yang adapada gigi akan hilang. Hindari kebiasaan menggigit benda-benda

yang keras dan makan makanan yang dingin dan terlalupanas (Depdikbud,

1986: 30).Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, bercahaya,gigi tidak

Page 49: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

45

berlubang dan didukung oleh gusi yang kencang danberwarna merah muda.

Pada kondisi normal, dari gigi dan mulut.

b Kesehatan Rambut dan kulit rambut

Rambut berbentuk bulat panjang, makin ke ujung makinkecil dan

ujungnya makin kecil. Pada bagian dalam berlubangdan berisi zat warna.

Warna rambut setiap orang tidak samatergantung zat warna yang ada

didalamnaya.

Rambut dapattumbuh dari pembuluh darah yang ada disekitar

rambut(Depdikbud, 1986:23).

Rambut merupakan pelindung bagi kulit kepala dari sengatan matahari

dan hawa dingin. Dalam kehidupan sehari-hari sering nampak pemakaian alat

perlindungan lain sepertitopi, kain kerudung dan masih banyak lagi yang

lain.Penampilan akan lebih rapi dan menarik apabila rambutdalam keadaan

bersih dan sehat. Sebaliknya rambut yangdalam keadaan kotor, kusam dan

tidak terawat akan terkesan jorok dan penampilan tidak menarik.

Rambut dan kulit kepala harus selalu sehat dan bersih,sehingga perlu

perawatan yang baik. Untuk perawatan rambutdapat ditempuh dengan

berbagai cara namun demikian carayang dilakukan adalah cara pencucian

rambut.

Rambut adalah bagian tubuh yang paling banyak mengandung minyak.

Karenaitu kotoran, debu, asap mudah melekat dengan demikian

makapencucian rambut adalah suatu keharusan. Pencucian rambutdengan

shampoo dipandang cukup apabila dilakukan dua kalidalam seminggu

(Depdikbud, 1986:12).

Rambut yang sehat yaitu tidak mudah rontok dan patah,tidak terlalu

berminyak dan terlalu kering serta tidak berketombedan berkutu.

Tujuan bagi klien yang membutuhkan perawatan rambut dan kulit

kepala meliputi sebagai berikut:

1. Pola kebersihan diri klien normal

2. Klien akan memiliki rambut dan kulit kepala bersih yang sehat

Page 50: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

46

3. Klien akan mencapai rasa nyaman dan harga diri

4. Klien dapat mandiri dalam kebersihan diri sendiri

5. Klien akan berpartisipasi dalam praktik perawatan rambut.

c Kesehatan kulit

Kulit terletak diseluruh permukaan luar tubuh. Secara garis besar kulit

dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian luar yang disebut kulit ari dan

bagian dalam yang disebut kulit jangat. Kulit ari berlapis-lapis dan secara

garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu lapisan luar

yangdisebut lapisan tanduk dan lapisan dalam yang disebut lapisanmalpighi.

Kulit jangat terletak disebelah bawah atau sebelahdalam dari kulit ari

(Depdikbud, 1986:16).Kulit merupakan pelindung bagi tubuh dan jaringan

dibawahnya. Perlindungan kulit terhadap segala rangsangan dariluar, dan

perlindungan tubuh dari bahaya kuman penyakit. Sebagai pelindung kulitpun

sebagai pelindung cairan-cairantubuh sehingga tubuh tidak kekeringan dari

cairan. Melaluikulitlah rasa panas, dingin dan nyeri dapat dirasakan. Guna

kulit yang lain sebagai alat pengeluaran ampas-amps berupa zatyang tidak

terpakai melalui keringat yang keluar lewat pori-pori(Soenarko, 1984:4).Kulit

yang baik akan dapat menjalankan fungsinyadengan baik sehingga perlu

dirawat. Pada masa yang modernsekarang ini tersedia berbagai cara modern

pula berbagai perawatan kulit. Namun cara paling utama bagi kulit,

yaitupembersihan badan dengan cara mandi. Perawatan kulitdilakukan

dengan cara mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore.Tentu saja dengan air

yang bersih. Perawatan kulit merupakankeharusan yang mendasar

(Depdikbud, 1986:23).Kulit yang sehat yaitu kulit yang selalu bersih, halus,

tidak ada bercak-bercak merah, tidak kaku tetapi lentur (fleksibel)

d Kesehatan Telinga

Telinga dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu bagianpaling luar, bagian

tengah, dan daun telinga. Telinga bagian luar terdiri dari lubang telinga dan

daun telinga. Telinga bagiantengah terdiri dari ruang yang terdiri dari tiga

Page 51: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

47

buah ruang tulangpendengaran. Ditelinga bagian dalam terdapat

alatkeseimbangan tubuh yang terletak dalam rumah siput(Depdikbud, 1986 :

30).Telinga merupakan alat pendengaran, sehingga berbagaimacam bunyi-

bunyi suara dapat didengar. Disamping sebagai alat pendengaran telinga juga

dapat berguna sebagai alatkeseimbangan tubuh. Menjaga kesehatan telinga

dapat dilakukan dengan pembersihan yang berguna untuk mencegah

kerusakan dan infeksi telinga. Telinga yang sehat yaitu lubang telinga selalu

bersih,untuk mendengar jelas dan telinga bagian luar selalu bersih.

e Kesehatan Kuku

Kuku terdapat di ujung jari bagian yang melekat pada kulit yang terdiri

dari sel-sel yang masih hidup. Bentuk kuku bermacam-macam tergantung

dari kegunaannya ada yangpipih, bulat panjang, tebal dan tumpul

(Depdikbud, 1986:21).Guna kuku adalah sebagai pelindung jari,

alatkecantikan, senjata , pengais dan pemegang (Depdikbud ,1986:22). Bila

untuk keindahan bagi wanita karena kuku harusrelatif panjang, maka harus

dirawat terutama dalam halkebersihannya. Kuku jari tangan maupun kuku jari

kaki harus selalu terjaga kebersihannya karena kuku yang kotor dapat

menjadisarang kuman penyakit yang selanjutnya akan ditularkan kebagian

tubuh yang lain.

f Kesehatan Mata

Perawatan Mata :

Pembersihan mata biasanya dilakukan selama mandi dan melibatkan

pembersihan dengan washlap bersih yang dilembabkan kedalam air. Sabun

yang menyebabkan panas dan iritasi biasanya dihindari. Perawat menyeka

dari dalam ke luar kantus mata untuk mencegah sekresi dari pengeluaran ke

dalam kantong lakrimal. Bagian yang terpisah dari washlap digunakan sekali

waktu untuk mencegah penyebaran infeksi. Jika klien memiliki sekresi kering

yang tidak dapat diangkat dengan mudah dengan menyeka, maka perawat

dapat meletakkan kain yang lembab atau kapas pada margin kelopak mata

Page 52: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

48

pertama kali untuk melunakkan sekresi. Tekanan langsung jangan digunakan

diatas bola mata karena dapat meyebabkan cedera serius.

Klien yang tidak sadar memerlukan perawatan mata yang lebih sering.

Sekresi bisa berkumpul sepanjang margin kelopak mata dan kantus sebelah

dalam bila refleks berkedip tidak ada atau ketika mata tidak dapat menutup

total. Mata dapat dibersihkan dengan kapas steril yang diberi pelembab

normal salin steril. Air mata buatan bisa diperlukan, dan pesanan untuk itu

harus diperoleh dai dokter. Tindakan pencegahan harus digunakan jika

potongan kecil digunakan pada mata karena dapat meyebabkan cedera

kornea.

g Kesehatan Hidung

Klien biasanya mengangkat sekresi hidung secara lembut dengan

membersihkan ke dalam dengan tisu lembut. Hal ini menjadi hygiene harian

yang diperlukan. Perawat mencegah klien jangan mengeluarkan kotoran

dengan kasar karena mengakibatkan tekanan yang dapat mencenderai

gendang telinga, mukosa hidung, dan bahkan struktur mata yang sensitif.

Perdarahan hidung adalah tanda kunci dari pengeluaran yang kasar, iritasi

mukosa, atau kekeringan.

Jika klien tidak dapat membuang sekresi nasal, perawat membantu

dengan menggunakan washlap basah atau aplikator kapas bertangkai yang

dilembabkan dalam air atau salin. Aplikator seharusnya jangan dimasukkan

melebihi panjang ujung kapas. Sekresi nasal yang berlebihan dapat juga

dibuang dengan pengisap. Pengisap nasal merupakan kontraindikasi dalam

pembedahan nasal atau otak.

h Jenis personal hygiene

Berdasarkan waktu pelaksanaannya :

Menurut Alimul (2006) personal hygiene berdasarkan waktu

pelaksanaannyadibagi menjadi empat yaitu:

1) Perawatan dini hari

Page 53: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

49

Merupakan personal hygiene yang dilakukan pada waktubangun tidur,

untuk melakukan tindakan untuk tes yang terjadwal seperti dalam

pengambilan bahan pemeriksaan (urine atau feses), memberikan

pertolongan seperti menawarkan bedpan atau urinal jika pasien tidak

mampu ambulasi, mempersiap kanpasien dalam melakukan sarapan atau

makan pagi dengan melakukan tindakan personal hygiene, seperti

mencuci muka, tangan, menjaga kebersihan mulut,

2) Perawatan pagi hari

merupakan personal hygiene yang dilakukan setelah melakukan sarapan

atau makan pagi seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan

kebutuhan eliminasi (BAB / BAK), mandi atau mencuci rambut,

melakukan perawatan kulit, melakukan pijatan pada punggung,

membersihkan mulut, kuku, rambut, serta merapikan tempat tidur pasien.

Hal ini sering disebut sebagai perawatan pagi yang lengkap.

3) Perawatan siang hari

Merupakan personal hygiene yang dilakukan setelahmelakukan berbagai

tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siangdimana

pasien yang dirawat di rumah sakit seringkali menjalani banyak tes

diagnostik yang melelahkan atau prosedur di pagi hari. Berbagai tindakan

personal hygiene yang dapat dilakukan, antara lain mencuci muka dan

tangan, membersihkanmulut, merapikan tempat tidur, dan melakukan

pemeliharaan kebersihan lingkungankesehatan pasien.

4) Perawatan menjelang tidur

Merupakan personal hygiene yang dilakukanpada saat menjelang tidur

agar pasien relaks sehingga dapat tidur atau istirahat dengantenang.

Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain pemenuhan

kebutuhaneliminasi (BAB / BAK), mencuci tangan dan muka,

membersihkan mulut, danmemijat daerah punggung.

Page 54: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

50

IV. Tujuan Personal Hygiene

Tujuan perawatan personal hygiene adalah

Menghilangkan minyak yang menumpuk , keringat , sel-sel kulit yang

mati dan bakteri

Menghilangkan bau badan yang berlebihan

Memelihara integritas permukaan kulit

Menstimulasi sirkulasi / peredaran darah

Meningkatkan perasaan sembuh bagi klien

Memberikan kesempatan pada perawatan untuk mengkaji kondisi kulit

klien.

Meningkatkan percaya diri seseorang

Menciptakan keindahan

Meningkatkan derajat kesehatan sesorang

V. Dampak yang sering ditimbulkan

1. Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yangsering

terjadi adalah:Gangguan intergritas kulit,gangguan membranemukosa mulut,

infeksi pada mata dan telinga,dan gangguan fisik padakuku.

2.Dampak Psikososial

Masalah social yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan

kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga

diri, aktualisasi diri,dan gangguan interaksisosial.

VI. Askep personal hygiene

1 Pengkajian

a. Riwayat keperawatan

1) Pola kebersihan tubuh

2) Perlengkapan personal hygiene yang dipakai

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene

b. Pemeriksaan fisik

Page 55: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

51

1) Rambut

a) Keadaan kesuburan rambut

b) Keadaan rambut yang mudah rontok

c) Keadaan rambut yang kusam

d) Keadaan tekstur

2) Kepala

a) Botak/alopesia

b) Ketombe

c) Berkutu

d) Adakah Eritema

e) Kebersihan

3) Mata

a) Apakah sklera ikterik

b) Apakah kunjungtiva pucat

c) Kebersihan mata

d) Apakah gatal/mata merah

4) Hidung

a) Adakah pilek

b) Adakah elergi

c) Adakah pendarahan

d) Adakah perubahan penciuman

e) Kebersihan hidung

f) Bagaimana membran mukosa

g) Adakah septum deviasi

5) Mulut

a) Keadaan mukosa mulut

b) Kelembapannya

c) Adakah lesi

d) Kebersihan

6) Gigi

a) Adakah karang gigi

Page 56: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

52

b) Adakah karies

c) Kelengkapan gigi

d) Pertumbuhan

e) Kebersihan

7) Telinga

a) Adakah kotoran

b) Adakah lesi

c) Bagaimana bentuk telinga

d) Adakah infeksi

8) Kulit

a) Kebersihan

b) Adakah lesi

c) Keadaan turgor

d) Warna kulit

e) Suhu

f) Teksturnya

g) Pertumbuhan bulu

9) Kuku tangan dan kaki

a) Bentuknya bagaimana

b) Warnanya

c) Adakah lesi

d) Pertumbuhannya

10) Genetalia

a) Kebersihan

b) Pertumbuhan rambut pubis

c) Keadaan kulit

d) Keadaan lubang uretra

e) Keadaan skrotum, testis pada pria

f) Cairan yang dikeluarkan

11) Tubuh secara umum

a) Kebarsihan

Page 57: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

53

b) Normal

c) Keadaan postur

2. Diagnosa keperawatan

a. Gangguan integritas kulit

Definisi : keadaan di mana kulit seseorang tidak utuh.Kemungkinan berhubungan

dengan :

1) Bagian tubuh yang lama tertekan

2) Imobilitasi

3) Terpapar zat kimia

Kemungkinan data yang ditemukan

1) Kerusakan jaringan kulit

2) Gangrene

3) Dekubitus

4) Kelemahan fisik

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :

1) Stroke

2) Fraktur femur

3) Koma

4) Trauma medulla spinalis

Tujuan yang diharapkan

1) Pola kebersihan diri pasien normal

2) Keadaan kulit, rambut kepala bersih

3) Klien dapat mandiri dalam kebersihan diri sendiri

b. Gangguan membrane mukosa mulut

Definisi : kondisi dimana mukosa mulut pasien mengalami luka

Kemungkinan berhubungan dengan :

1) Trauma oral

2) Pembatasan intake cairan

3) Pemberian kemoterapi dan radiasi pada kepala dan leher

Kemungkinan data yang ditemukan

Page 58: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

54

1) Iritasi atau luka pada mukosa mulut

2) Peradangan atau infeksi

3) Kesulitan dalam makan dan menelan

4) Keadaan mulut yang kotor

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada

1) Stroke

2) Stomatitis

3) Koma

Tujuan yang diharapkan

1) Keadaan mukosa mulut, lidah dalam keadaan utuh, warnamerah muda

2) Inflamasi tidak terjadi

3) Klien mengatakan rasa nyaman

4) Keadaan mulut bersih

c. Kurangnya perawatan diri / kebersihan diri

Definisi : kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan

kebersihan untuk dirinya.

Kemungkinan berhubungan dengan :

a. Kelelahan fisik

b. Penurunan kesadaran

Kemungkinan data yang ditemukan.

a. Badan kotor dan berbaub.

b. Rambut kotor

c. Kuku panjang dan kotor

d. Bau mulut dan motor

Page 59: MODUL PEMBELAJARAN ILMU DASAR KEPERAWATAN I

55

DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul Hidayat , 2002. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. EGC :

Jakarta

Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2.

Jakarta: Salemba Medika

Asmadi.(2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC

Potter A. Patricia and Anne G. Perry. 2009. Fundamental of Nursing 7th Edition.

Singapore: Elsevier

BPPSDM Depkes RI. 2013. Konsep Dasar Keperawatan Kegiatan Belajar 2:

Falsafah dan Paradigma Keperawatan. Jakarta: Depkes RI

DeLaune, Sue C, Ladner, K. Patricia. 2002. Fundamental of Nursing: Standard

and Practice 2nd Edition. Delmar. New York: Delmar