105
MATA AJAR ILMU KEPERAWATAN DASAR – I (IKD-I) DISUSUN OLEH SERI RAYANI B., SKP. STIKES SANTA ELISABETH MEDAN

Modul IKD

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Modul IKD

MATA AJAR ILMU KEPERAWATAN DASAR – I

(IKD-I)

DISUSUN OLEH SERI RAYANI B., SKP.

STIKES SANTA ELISABETHMEDAN

2011

Page 2: Modul IKD

69

KATA PENGANTAR

Modul mata ajar Ilmu Keperawatan Dasar – I (IKD-1) dimaksudkan untuk membantu mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran teori dan praktikum. Dengan adanya modul ini, bukan berarti mahasiswa tidak perlu membaca buku-buku lainnya, karena untuk dapat mencapai mahasiswa berkembang dalam pemanfatan IT dengan baik diperlukan pengetahuan yang up to date sehingga perlu mengikuti perkembangan IPTEK harus dicari dari buku-buku di perpustakaan atau layanan Internet.

Modul ini disusun oleh staf pengajar Ilmu Keperawatan Dasar Program Studi S1 Keperawatan Stikes Santa Elisabeth Medan. Sebelum mahasiswa mendapat materi tentang IDK maka diawal semester modul ini telah dibagikan kepada mahasiswa masing-masing satu per orang. cetakan ini akan diadakan perbaikan/penambahan dan penyempurnaan meteri teori dan praktik.

Semoga modul ini bagi mahasiswa. Taklupa kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku ini, kami ucapkan terima kasih.

Medan Februari2011 Penyusun1. Sr. Felicitas br Karo FSE, S.Kep., Ns., M.Kep. 2. Seri Rayani B. SKp. 3. Lindawati S., S.Kep., Ns.4. Helena S.Kep., Ns5. Herlina S.Kep., Ns.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 3: Modul IKD

69

JADUAL TUTORIAL

Minggu

Pertemuan

Case/LBM

Waktu Fasilitator

1 1 Lecture Senin/07.20-09.50 Seri Rayani 1 1 lecture Senin/10.00-11.40 Seri Rayani1 2 Lecture Selasa /08.00-10.30 Seri Rayani1 2 Tutorial Selasa /12.30-14.10 TIM1 3 Lecture Jumat/ 09.30-12.00 Linda S1 3 Tutorial Jumat/ 13.00-14.40 TIM1 4 Lecture Sabtu / 08.00-10.30 Linda S1 4 Tutorial Sabtu/ 12.30-14.10 TIM2 5 Tutorial Senin/07.20-09.50 Sr Felic2 5 lecture Senin/10.00-11.40 TIM2 6 Lecture Selasa /08.00-10.30 Sr Felic2 6 Tutorial Selasa /12.30-14.10 TIM2 7 Lecture Jumat/ 09.30-12.00 Sr Felic2 7 Tutorial Jumat/ 13.00-14.40 TIM2 8 Lecture Sabtu / 08.00-10.30 Seri R2 8 Tutorial Sabtu/ 12.30-14.10 TIM3 UJIAN TENGAH

SEMESTER3 9 Lecture Selasa /08.00-10.30 Herlina 3 9 Tutorial Selasa /12.30-14.10 TIM3 10 Lecture Jumat/ 09.30-12.00 Sr. Imelda3 10 Tutorial Jumat/ 13.00-14.40 TIM3 11 Lecture Sabtu / 08.00-10.30 Seri3 11 Tutorial Sabtu/ 12.30-14.10 TIM4 12 Refleksi4 12 Refleksi4 13 Kuliah pakar4 13 Kuliah pakar4 14 UJIAN AKHIR SEMESTER

Koord. IKD-I,

Seri Rayani B., S.Kp.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 4: Modul IKD

69

ALUR PEMBELAJARAN

Keterangan:Pertemuan pertama adalah persamaan persepsi dan selanjutnya

Modul IKD-I TIM 2011

Pertemuan Ke-1 Minggu Ke-1

LANGKAH 1 – 5

Pertemuan Ke-2 Minggu Ke-2

LANGKAH 6 – 7

LAPORAN HASIL

Page 5: Modul IKD

69

BAB IPENDAHULUAN

1.1. IDENTITAS MATA AJAR 1.1.1. MATA AJAR : IKD-I (ILMU KEPERAWATAN DASAR-I) 1.1.2. JUMLAH SKS : 4 SKS (3 T, 1P)1.1.3. WAKTU : 80 JAM

1.2. DESKRIPSI MATA KULIAH

Mata ajar ini membahas tentang (1) konsep dasar keperawatan, meliputi : sejarah dan perkembangan keperawatan, perkembangan praktik keperawatan, perkembangan pendidikan dan riset dalam keperawatan, Aspek legal, tata nilai, etika dan advocacy. (2) Pelayanan kesehatan saat ini , meliputi system pelayanan kesehatan, promosi kesehatan, dan nursing informatics. (3) keyakinan tentang kesehatan dan praktik, meliputi : konsep sehat sakit, kesehatan pada tingkat individu, keluarga dan kesehatan komunitas, kultur dan warisan budaya, terapi alternative dan komplementer.

1.3. PRASYARAT

Terdaftar sebagai mahasisawa Prodi S1 Keperawatan Stikes Santa Elisabeth Medan.

1.4. PETUNJUNK PENGGUNAAN MODUL

1.4.1. Modul dimulai dari daftar isi, indikator pencapaian setiap rencana pembelajaran, uraian materi. Setelah dijelaskan materi setiap kegiatan rencana pembelajaran dilanjutkan dengan evaluasi.

1.4.2. Setiap selesai penjelasan materi oleh dosen maka ada lembar kerja yang diisi oleh mahasiswa tentang penugasan mandiri.

1.4.3. Pelajarilah peta konsep yang ada pada setiap modul dengan teliti.

1.4.4. Pastikan bila Anda membuka modul ini, Anda siap mempelajarinya minimal satu kegiatan pembelajaran hingga tuntas. Jangan terputus-putus atau berhenti di tengah-tengah kegiatan pembelajaran.

1.4.5. Pahamilah tujuan pembelajaran yang ada pada setiap modul atau kegiatan belajar dalam modul anda.

1.4.6. Bacalah materi pada modul dengan cermat dan berikan tanda pada setiap kata kunci pada setiap konsep yang dijelaskan

1.4.7. Kerjakanlah latihan soal yang ada, jika mengalami kesulitan bertanyalah kepada teman atau dosen anda

1.4.8. Kerjakan tes formatif pada setiap kegaiatan belajar sesuai kemampuan anda.

1.4.9. Cocokan jawaban anda dengan kunci jawaban yang tersedia pada modul dan jika perlu lakukan penghitungan skor hasil belajar anda.

1.4.10. Ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 pada setiap kegiatan pembelajar hingga selesai.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 6: Modul IKD

69

1.4.11. Kerjakanlah Soal – soal Evaluasi Akhir

1.5. STANDAR KOMPETENSI

Setelah menyelesaikan proses pembelajaran pada IKD I mahasiswa mampu :1.5.1. Menjelaskan konsep sehat sakit dalam perspektif keperawatan (C2)1.5.2. Membedakan kondisi kesehatan pada tingkat kesehatan pada tingkat individu,

keluarga dan kesehatan komunitas (C4)1.5.3. Menganalisis system pelayanan kesehatan di Indonesia (C4)1.5.4. Menjelaskan promosi kesehatan (C2)1.5.5. Menganalisis perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang

akan datang (C4)1.5.6. Menganalisis perkembangan pendidikan dan riset keperawatan pada masa lalu,

masa kini dan masa yang akan datang (C4)1.5.7. Membedakan praktik keperawatan vokasional dan professional (C4)1.5.8. Menjelaskan aspek legal, tata nilai, etika dan advocacy dalam keperawatan

(C2)1.5.9. Membuktikan nursing informatics (C3)1.5.10. Menjelaskan kultur dan warisan budaya terkait keperawatan (C2)1.5.11. Menjelaskan terapi alternative dan komplementer dalam keperawatan (C2)

1.6. POKOK BAHASAN

1.6.1. konsep sehat sakit dalam perspektif keperawatan (C2)

1.6.2. kondisi kesehatan pada tingkat kesehatan pada tingkat individu, keluarga dan kesehatan komunitas (C4)

1.6.3. sistem pelayanan kesehatan di Indonesia (C4)

1.6.4. promosi kesehatan (C2)

1.6.5. Perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang (C4)

1.6.6. Perkembangan pendidikan dan riset keperawatan pada masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang (C4)

1.6.7. Praktik keperawatan vokasional dan professional (C4)

1.6.8. Aspek legal, tata nilai, etika dan advocacy dalam keperawatan (C2)

1.6.9. Nursing informatics (C3)

1.6.10. Kultur dan warisan budaya terkait keperawatan (C2)

1.6.11. Terapi alternative dan komplementer dalam keperawatan (C2)

1.7. TUJUAN PENYUSUNAN MODUL

Memberikan wawasan kepada para mahasiswa lebih efektif dalam belajar mandiri sehingga berkesempatan mengungkapkan terlebih dahulu sesuai bidang ilmunya.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 7: Modul IKD

69

1.8. ALAT DAN BAHAN

1.8.1. Alat

1) Laptop dan LCD

2) Media pembelajaran sesuai materi (alat praktikum, kertas kerja)

3) Whitboard

1.8.2. Bahan

1) Kurikulum program studi

2) Silabus dan SAP yang telah dimiliki

1.9. CEK KEMAMPUAN AWAL

Sebelum memulai perkuliahan terlebih dahulu sebarkan quisioner untuk mengecek batas pengetahuan mahasiswa berhubungan dengan materi pembelajaran yang akan diberikan

1.10. SUMBER

1.10.1. N.K. Roestiyah. 1991 . StrategiBelajarMengajar . Jakarta : Rineka Cipta1.10.2. Sujana Nana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka

Cipta1.10.3. http://sutisna.com/pendidikan/strategi-belajar-mengajar/macam-macam-

metodemengajar1.10.4. Drs. Syaiful Bahri Djamarah dan Drs.Aswan Zain.1997.Strategi belajar

mengajar.Jakarta :Rineka Cipta.halaman108-1091.10.5. Green L (1996). Creatives Silde/Tape Programs. Colorado: Libraries

Unlimited, Inc. Littleton.1.10.6. Hackbarth S. (1996). The Educational Technology Hanbook. New Jersey:

Educational Technology Publication,1.10.7. Englewood Cliffs. Hannafin, M. J., Peck, L. L. (1998). The Design

Development and Education of Instructional Software. New York: Mc. Millan Publ., Co.

1.10.8. Heinich, R., et. al. (1996) Instructional Media and Technologies for Learning. New Jersey: Prentice Hall, Englewood

1.10.9. Cliffs. E. Dale, Audiovisual Method in Teaching, 1969, NY: Dyden Press Bloom, S. Benyamin (1956). Taxonomy of Educational Objective The Classification of Educational Goal.

1.10.10. Ali, Mohammad, 2007. Teori & Praktek Pembelajaran Pendidikan Dasar.1.10.11. Brown, H. Douglas. 1994. Principles of Language Learning and Teaching,

Prentice Hall Regents: New Jersey.1.10.12. Davis, Ben. 1991. Teaching with Media, a paper presented at Technology

and Education Conference in Athens, Greece.1.10.13. Elliot, Stephen N. et al,. 1996. Educational Psychology. Brown and

Benchmark: Dubuque, lowa.1.10.14. Hubbard, Peter et al. 1983. A Training Course for TEFL, Oxford University

Press: Oxford. Hunter, Lawrence. 1996.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 8: Modul IKD

69

BAB IIKEGIATAN PEMBELAJARAN-I

KEGIATAN PEMBELAJARAN LECTURE-I

2.1. POKOK BAHASANKonsep sehat sakit dalam perspektif keperawatan

2.2. KOMPETENSI DASAR :Mahasiswa mampu memahami konsep sehat dan sakit dasar dan prinsip-prinsip pendidikan keperawatan.

2.3. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI2.3.1. Menjelaskan pengertian konsep sehat sakit (C2)2.3.2. Menjelaskan Masalah sehat sakit (C2)2.3.3. Mengklasifikasikan Konsep sehat sakit menurut budaya (C3)2.3.4. Menjelaskan Kejadian penyakit (C2)2.3.5. Membedakan Perilaku sehat dan perilaku sakit (C3)2.3.6. Menganalisis Persepsi masyarakat tentang sehat, sakit dan penyakit (C4)

2.4. URAIAN MATERI

MASALAH SEHAT DAN SAKITMasalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, g enetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante dari faktor(3)yaitu:1. Environment atau lingkungan.2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua d ihubungkan dengan

ecological balance.3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan

sebagainya.4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif,

kuratif, dan rehabilitatif.Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilakumerupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas sosial, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variabel-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien. Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia. Pernyataan tentang pengetahuan ini dalam tradisi klasik Yunani, India, Cina, menunjukkan model keseimbangan (equilibrium model) seseorang dianggap sehat apabila unsur - unsur utama yaitu panas dingin dalam tubuhnya berada dalam keadaan yang seimbang. Unsur-unsur utama ini tercakup dalam konsep tentang humors, ayurveda dosha, yin dan yang. Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan kebijakan baru berdasarkan paradigma sehat (4).

Modul IKD-I TIM 2011

Page 9: Modul IKD

69

Paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan per - lindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit.Pada intinya paradigma sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang bersifat pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan dukungan dan alokasi sumber daya untukmenjaga agar yang sehat tetap sehat namun tetap mengupayakanyang sakit segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan kegiatan kesehatan daripada mengobati penyakit. Telah dikembangkan pengertian tentang penyakit yang mempunyai konotasi biomedik dan sosio kultural(5). Dalam bahasa Inggris dikenal kata disease dan illness sedangkan dalam bahasa Indonesia, kedua pengertian itu dinamakan penyakit. Dilihat dari segi sosio kultural terdapat perbedaan besar antara kedua pengertian tersebut. Dengan disease dimaksudkan gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada seorang individu, dengan illness dimaksud reaksi personal, interpersonal, dan kultural terhadap penyakit atau perasaan kurang nyaman (1).Para dokter mendiagnosis dan mengobati disease, sedangkan pasien mengalami illness yang dapat disebabkan oleh disease illness tidak selalu disertai kelainan organik maupun fungsional tubuh. Tulisan ini merupakan tinjauan pustaka yang membahas pengetahuan sehat-sakit pada aspek sosial budaya dan perilaku manusia; serta khusus pada interaksi antara beberapa aspek ini yang mempunyai pengaruh pada kesehatan dan penyakit.Dalam konteks kultural, apa yang disebut sehat dalam suatu kebudayaan belum tentu disebut sehat pula d alam kebudayaanlain. Di sini tidak dapat diabaikan adanya faktor penilaianatau faktor yang erat hubungannya dengan sistem nilai.

KONSEP SEHAT SAKIT MENURUT BUDAYA MASYARAKATIstilah sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial dan pengertian profesional yang beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus dilihat dari berbagai aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek Definisi WHO (1981): Health is a state of complete physical, mental and social well -being, and not merely the absence of disease or infirmity. WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang. Sebatas mana seseorang dapat dianggap sempurna jasmaninya ?Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit.Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu: Naturalistik dan Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), ke

Modul IKD-I TIM 2011

Page 10: Modul IKD

69

biasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubu h, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan.Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari –hari dengan gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat. Sedangkan konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung). Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai pengenalan kusta dan cara perawatannya. Kusta telah dik enaloleh etnik Makasar sejak lama. Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala massolong (kusta yang lumer), merupakan ungkapan yang mendukung bahwa kusta secara endemik telah berada dalam waktu yang lama di tengah-tengah masyarakat tersebut. Hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif atas nilai - nilai budaya di Kabupaten Soppeng, dalam kaitannya dengan penyakit kusta (Kaddala,Bgs.) di masyarakat Bugis menunjukkan bahwa timbul dan diamalkannya leprophobia secara ketat karena menurut salah seorang tokoh budaya, dalam nasehat perkawinan orang-orang tua di sana, kata kaddala ikut tercakup di dalamnya.Disebutkan bahwa bila terjadi pelanggaran melakukan hubunganintim saat istri sedang haid, mereka (kedua mempelai) akan terkutuk dan menderita kusta/kaddala. Ide yang bertujuan guna terciptanya moral yang agung di keluarga baru, berkembang menuruti proses komunikasi dalam masyarakat dan menjadi konsep penderita kusta sebagai penanggung dosa. Pengertian penderita sebagai akibat dosa dari ibu-bapak merupakan awal derita akibat leprophobia. Rasa rendah diri penderita dimulai dari rasa rendah diri keluarga yang merasa tercemar bila salah seorang anggota keluarganya menderita kusta. Dituduh berbuat dosa melakukan hubungan intim saat istri sedang haid bagi seorang fanatik Islam dirasakan sebagai beban trauma psikosomatik yang sangat berat. Orang tua, keluarga sangat menolak anaknya didiagnosis kusta. Pada penelitian Penggunaan Pelayanan Kesehatan Di Propinsi Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat (1990), hasil diskusi kelompok di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa anak dinyatakan sakit jika menangis terus, badan berkeringat, tidak mau makan, tidak mau tidur, rewel, kurus kering. Bagi orang dewasa, seseorang dinyatakan sakit kalau sudah tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, tidak enak badan, panas dingin, pusing, lemas, kurang darah, batuk - batuk, mual, diare. Sedangkan hasil diskusi kelompok di Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa anak sakit dilihat dari keadaan fisik tubuh dan tingkah lakunya yaitu jika menunjukkan gejala misalnya panas, batuk pilek, mencret, muntah -muntah, gatal, luka, gigi bengkak, badan kuning, kaki dan perut bengkak. Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan kedokteran modern, mempunyai pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti panas tinggi, penglihatanlemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur tergan ggu, dan badan lemah atau sakit, maunya tiduran atau istirahat saja. Pada penyakit batin tidak ada tanda -tanda di badannya, tetapi bisa diketahui dengan menanyakan pada yang gaib. Pada orang yang sehat, gerakannya lincah, kuat bekerja, suhu badan normal, makan dan tidur normal, penglihatan terang, sorot mata cerah, tidak mengeluh lesu, lemah, atau sakit - sakit badan.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 11: Modul IKD

69

Sudarti (1987) menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan penyakit; masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan. Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau "kantong kering" (tidak punya uang).Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu : 1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin. 3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.)

Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan ke dua, dapat digunakan obat -obatan, ramuanramuan, pijat, kerok, pantangan m akan, dan bantuan tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain. Dengan demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit. Beberapa contoh penyakit pada bayi dan anak sebagai berikut :a. Sakit demam dan panas.

Penyebabnya adalah perubahan cuaca, kena hujan, salah makan, atau masuk angin. Pengobatannya adalah dengan cara mengompres dengan es, oyong, labu putih yang dingin atau beli obat influensa. Di Indramayu dikatakan penyakit adem meskipun gejalanya panas tinggi, supaya panasnya turun. Penyakit tampek (campak) disebut juga sakit adem karena gejalanya badan panas.

b. Sakit mencret (diare). Penyebabnya adalah salah makan, makan kacang terlalu banyak, makan makanan pedas, makan udang, ikan, anak meningkat kepandaiannya, susu ibu basi, encer, dan lain-lain. Penanggulangannya dengan obat tradisional misalkan dengan pucuk daun jambu dikunyah ibunya lalu diberikan kepada anaknya (Bima Nusa Tenggara Barat) obat lainnya adalah Larutan Gula Garam (LGG), Oralit, pil Ciba dan lain -lain. Larutan Gula Garam sudah dikenal hanya proporsi campurannya tidak tepat.

c. Sakit kejang-kejang Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-kejang disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di Sumatra Barat disebabkan hantu jahat. Di Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke dukun atau memasukkan bayi ke bawah tempat tidur yang ditutupi jaring.

d. Sakit tampek (campak)Penyebabnya adalah karena anak terkena panas dalam, anak dimandikan saat panas terik, atau kesambet. Di Indramayu ibu-ibu mengobatinya dengan membalur anak dengan asam kawak, meminumkan madu dan jeruk nipis atau memberikan daun suwuk, yang menurut kepercayaan dapat mengisap penyakit.

KEJADIAN PENYAKITPenyakit merupakan suatu fenomena kompleks yang berpengaruh negatif terhadap kehidupan manusia. Perilaku dan cara hidup manusia dapat merupakan penyebab bermacam-macam penyakit baik di zaman primitif maupun di masyarakat yang sudah sangat maju peradaban dan kebudayaannya. Ditinjau dari segi biologis penyakit merupakan kelainan berbagai organ tubuh manusia, sedangkan dari segi kemasyarakatan keadaan sakit dianggap sebagai peny impangan perilaku dari keadaan sosial yang normatif. Penyimpangan itu dapat disebabkan oleh kelainan biomedis organ tubuh atau lingkungan manusia, tetapi juga dapat disebabkan oleh kelainan emosional dan psikososial individu

Modul IKD-I TIM 2011

Page 12: Modul IKD

69

bersangkutan. Faktor emosional dan psikososial ini pada dasarnya merupakan akibat dari lingkungan hidup atau ekosistem manusia dan adat kebiasaan manusia atau kebudayaan Konsep kejadian penyakit menurut ilmu kesehatan bergantung jenis penyakit. Secara umum konsepsi ini ditentukan oleh berbagai faktor antara lain parasit, vektor, manusia dan lingkungannya. Para ahli antropologi kesehatan yang dari definisinya dapat disebutkan berorientasi ke ekologi, menaruh perhatian pada hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan alamnya, tingkah laku penyakitnya dan cara -cara tingkah laku penyakitnya mempengaruhi evolusi kebudayaannya melalui proses umpan balik (Foster, Anderson, 1978. Penyakit dapat dipandang sebagai suatu unsur dalam lingkungan manusia, seperti tampak pada ciri sel-sabit (sickle-cell) di kalangan penduduk Afrika Barat, suatu perubahan evolusi yang adaptif, yang memberikan imunitas relatif terhadap malaria. Ciri sel sabit sama sekali bukan ancaman, bahkan merupakan karakteristik yang diing inkan karena memberikan proteksi yang tinggi terhadap gigitan nyamuk Anopheles. Bagi masyarakat Dani di Papua, penyakit dapat merupakan simbol sosial positif, yang diberi nilai -nilai tertentu. Etiologi penyakit dapat dijelaskan melalui sihir, tetapi juga sebagai akibat dosa. Simbol sosial juga dapat merupakan sumber penyakit. Dalam peradaban modern, keterkaitan antara simbol-simbol sosial dan risiko kesehatan sering tampak jelas, misalnya remaja merokok. Suatu kajian hubungan antara psikiatri dan ant ropologi dalam konteks perubahan sosial ditulis oleh Rudi Salan (1994) berdasarkan pengalaman sendiri sebagai psikiater; salah satu kasusnya sebagai berikut: Seorang perempuan yang sudah cukup umur reumatiknya diobati hanya dengan vitamin dan minyak ikan saja dan percaya penyakitnya akan sembuh. Menurut pasien penyakitnya disebabkan karena "darah kotor" oleh karena itu satu-satunya jalan penyembuhan adalah dengan makan makanan yang bersih , yaitu `mutih' (ditambah vitamin seperlunya agar tidak kekurang an vitamin) sampai darahnya menjadi bersih kembali. Bagi seorang dokter pendapat itu tidak masuk akal, tetapi begitulah kenyataan yang ada dalam masyarakat.

PERILAKU SEHAT DAN PERILAKU SAKITPenelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog seperti perilaku sehat (health behavior), perilaku sakit (illness behavior) perbedaan antara illness dan disease, model penjelasan penyakit (explanatory model ), peran dan karir seorang yang sakit (sick role), interaksi dokter-perawat, dokter-pasien, perawat-pasien, penyakit dilihat dari sudut pasien, membuka mata para dokter bahwa kebenaran ilmu kedokteran modern tidak lagi dapat dianggap kebenaran absolut dalam proses penyembuhan. Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tin dakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan bergizi.Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Sesuai dengan persepsi tentang sakit dan penyakit maka perilaku sakit dan perilaku sehat pun subyektif sifatnya. Persepsi masyarakat tentang sehat sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu di samping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kreter ia medis yang obyektif berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosis kondisi fisik individu.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 13: Modul IKD

69

PERSEPSI MASYARAKATPersepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada dimasyarakat; dapat turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas. Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih ada di beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh dari mereka tinggal terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya. Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian, dan lain-lain akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan muntah. Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk di minum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam beberapa hari penderita akan sembuh. Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah, makhluk gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang, dan sebagainya. Pada sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara menyiram air di malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi –jampi oleh dukun dan pemuka masyarakat yang disegani digunakan sebagai obat malaria.

RANGKUMANCara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan bahkan seluruh peradaban manusia dan lingkungannya berpengaruh terhadap penyakit. Secara fisiologis dan biologis tubuh manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah, yang sering membawa serta penyakit baru yang belum dikenal atau perkembangan/perubahan penyakit yang sudah ada. Kajian mengenai konsekuensi kesehatan perlu memperhatikan konteks budaya dan sosial masyarakat.

KEPUSTAKAAN

1. Biro Pusat Statistik. Profil Statistik Wanita, Ibu dan Anak di Indonesia. Jakarta, 1994.2. Blum HL. Planning for Health; Developme nt Application of Social Change Theory. ,

New York: Human Science Press, 1972. p.3. 3. Paradigma Sehat, Pola Hidup Sehat, dan Kaidah Sehat. Pusat Penyuluhan Kesehatan

Masyarakat. Departemen Kesehatan RI, 1998. 4. Arie Walukow. Dari Pendidikan Kesehatan ke Promosi Kesehatan. Interaksi 2004; VI

(XVII):4 5. Profil Pengobat Tradisional di Indonesia. Dir. Bina Peran Serta Masy., DirJen.

Pembinaan Kes.Mas.. Departemen Kesehatan RI. 1997. 6. Ngatimin, HM.Rusli. Dari Nilai Budaya Bugi s di Sulawesi Selatan. Apakah kusta

ditakuti atau dibenci?. Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang. 1992.

7. Nizar Zainal Abidin. Laporan Penelitian Pengobatan Tradisional Daerah Bandung. Disajikan pada Lokakarya II tentan g Penelitian Pengobatan Tradisional. Ciawi, 22-24 Februari 1993. 10. Sudarti, 1987

Modul IKD-I TIM 2011

Page 14: Modul IKD

69

8. Loedin AA. Dalam:Lumenta B.Penyakit, Citra Alam dan Budaya. Tinjauan Fenomena Sosial. Cet.pertama Penerbit Kanisius,1989. hal.

9. Priyanti Pakan, MF.Hatta Swa sono. Antropologi Kesehatan. Jakarta: Percetakan Universitas Indonesia, 1986.

2.5. RANGKUMANPenelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog seperti perilaku sehat (health behavior), perilaku sakit (illness behavior) perbedaan antara illness dan disease, model penjelasan penyakit (explanatory model ), peran dan karir seorang yang sakit (sick role), interaksi dokter-perawat, dokter-pasien, perawat-pasien, penyakit dilihat dari sudut pasien, membuka mata para dokter bahwa kebenaran ilmu kedokteran modern tidak lagi dapat dianggap kebenaran absolut dalam proses penyembuhan. Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tin dakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan bergizi. Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Sesuai dengan persepsi tentang sakit dan penyakit maka perilaku sakit dan perilaku sehat pun subyektif sifatnya. Persepsi masyarakat tentang sehat sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu di samping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kreter ia medis yang obyektif berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosis kondisi fisik individu

2.6. EVALUASI 1) Tugas terstruktur

Mahasiswa membuat resume tentang konsep sehat dan sakit 2) Tugas mandiri

Membuat makalah tentang konsep sehat dan sakit3) Lembar Kerja

KEGIATAN PEMBELAJARAN TUTORIAL-I

Triger caseScenario Pembelajaran (Trigercase Study)Pak Aman, umur 35 thn sebagai kepala lurah datang kekantor camat dengan membawa berkas laporan tentang masyarakat kelurahan Aek Godang. Pak Aman melaporkan: 3 bulan terakhir 40 orang masyarakat kec klenteng mengalami diare sedang sampai dengan berat, meninggal 5 orang, masyarakat sudah dihimbau membuat tempat saluran air, jamban, memasak air minum, membersihkan lingkungan berobat kepuskesma terdekat, namun masyarakat kurang perduli, masyarakat menganggap hukuman dari penunggu kampung karena mereka tidak membersihkan batu persembahan yang ada ditengah kampung. penderita diare semakin meningkat namun pada umumnya masyarakat hanya meeracik obat sendiri. Petugas kesehatan sudah memberikan pengobatan dan penyuluhan terhadap masyarakat, individu dan keluarga. Kunjungan rumah dilakukan setiap minggu. Petugas kesehatan membimbing kader untuk pelayanan pencehagan dini terhadap accidental kematian dan meningkatkan harapan hidup.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 15: Modul IKD

69

Learning Objective1. Menjelaskan pengetahuan sehat-sakit dengan pengembangan konotasi biomedik

dan sosio kultural, aspek sosial budaya dan perilaku manusia; serta khusus pada interaksi antara beberapa aspek ini yang mempunyai pengaruh pada kesehatan dan penyakit, dengan pendekatan sistem nilai.

2. Menganalisis persepsi masyarakat terhadap kejadian luar biasa3. Membedakan penyebab sakit, yaitu: Naturalistik dan Personalistik terhadap

masyarakat.4. Menjelaskan pentingnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat5. Membuat skema pelayanan terhadap individu, keluarga dan masyarakat6. Menentukan lingkup pelayanan kesehatan terhadap indivisu, keluarga dan

masyarakat

Klarifikasi istilah Budaya

1. Sosial

2. Kultural

3. Naturalistik

4. Personalistik

Identifikasi Masalah1. Diare karena dipengaruhi lingkungan dan kepercayaan masyarakat terhadap nenek

moyang

Analisis Masalah2. Bagaimana terjadinya sehat-sakit

3. Bagaimana hubungan penyakit terhadap budaya, kepercayaan masyarakat

4. Bagaimana hubungan petugas kesehatan dan pengetahuan masyarakat

5. Bagaimana hubungan pelayanan kesehatan dan faktor yang mempengaruhi.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 16: Modul IKD

69

KEGIATAN PEMBELAJARAN LECTURE-2

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA (Ibu Linda W)

Konsep Dan Prinsip Promosi Kesehatan1. Pengertian promosi kesehatan2. Tujuan promosi kesehatan3. Sasaran promosi kesehatan4. Prinsip-prinsip promosi kesehatan5. Medai promosi kesehatan

Lingkup Promosi Kesehatan Dalam Praktek Keperawatan Menurut Sasarannya1. Bayi2. Anak balita3. Remaja4. Ibu hamil5. Ibu nifas6. Ibu menyusui7. PUS/WUS8. Manopouse

Five Level Of Prevention Leavell Clark1. Masa sebelum sakit2. Health promotion3. Specific protection4. Masa sakit5. Early diagnosis and prompt treatment6. Disability limitation7. Rehabilitation

Faktor-Faktor Yang MempengaruhiDerajat kesehatan masyarakat (HL. Bloem)

1. Derajat kesehatan2. Faktor pelayanan kesehatan3. Keturunan (terkecil)4. Faktor lingkungan (pengaruh terbesar)5. Faktor perilakuPendidikan kesehatan menurut Wood (1926) Adalah sejumlah pengalaman yang

berpengaruh secara menguntungkan terhdp kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan, perorangan, masyarakat dan bangsa.Menurut Nyswander (1947) adalah Suatu proses perubahan pada diri manusia yg ada hubungan nya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat. Sedangkan menurut Dewi 2002 adalah Pemberian informasi mengenai perubahan perilaku hidup sehat.Promosi Kesehatan menurut Ottawa Charter 1986 Proses memandirikan masyarakat. Agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Pada tahun 1986 di Ottawa, Kanada, berlangsung Konferensi lnternasional Promosi Kesehatan yang menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Piagam ini menjadi acuan bagi penyelenggaraan promosi kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Aktivitas utama promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa adalah Advokasi (Advocating), Pemberdayaan (Enabling) dan Mediasi (Mediating).

Modul IKD-I TIM 2011

Page 17: Modul IKD

69

Piagam Ottawa merumuskan lima komponen utama promosi kesehatan :1. Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (build healthy public policy).Mengupayakan agar para penentu kebijakan di berbagai sektor dan tingkatan administrasi mempertimbangkan dampak kesehatan dari setiap kebijakan yang dibuatnya2. Menciptakan lingkungan yang mendukung (create supportive environments).Menciptakan suasana lingkungan (baik fisik maupun sosial-politik) yang mendukung (kondusif), sehingga masyarakat termotivasi untuk melakukan upaya-upaya yang positif bagi kesehatan. Memperkuat gerakan masyarakat (strengthen community action). Artinya memberikan dukungan terhadap kegiatan masyarakat agar lebih berdaya dalam upaya mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan.3. Memperkuat gerakan masyarakat (strengthen community action).4. Mengembangkan keterampilan individu (develop personal skill).Mengupayakan agar masyarakat mampu membuat keputusan yang efektif dalam upaya kesehatan, melalui pemberian informasi, pendidikan dan pelatihan yang memadai. Upaya ini akan lebih efektif dan efisien bila dilakukan melalui pendekatan tatanan (setting).Tatanan dibagi 2 kelompok : tatanan berdasarkan interaksi manusia dantatanan berdasarkan wilayah.manusia adalah tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat-tempat umum, dan tatanan sarana kesehatan.wilayah adalah tatanan kota/kabupaten, tatanan kepulauan dan Iain-lain.5. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services).Menciptakan lingkungan yang mendukung (create supportive environments). Mengubah orientasi pelayanan kesehatan agar lebih mengutamakan upaya promotif dan préventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DI INDONESIA

Strategi dalam promosi kesehatan dikenal dengan Istilah ABG:1. Advokasi ( advocation )2. Bina suasana ( Social Support )3. Gerakan Masyarakat ( Empowerment )1. Advokasi dalam konteks promosi kesehatan adalah suatu upaya yang sistematik dan terorganisir untuk kelancaran suatu aksi dengan tujuan adanya dukungan kebijaksanaan dalam suatu program/kegiatan oleh pengambil keputusan dan berbagai pihak terkait secara konsisten dan terus menerus.Metode dan cara yang dilakukan :1. Sarasehan2. Seminar3. Lobby4. Dialog interaktif melalui media masa, radio dan TV5. Lokakarya.6. Rapat Koordinasi7. Demonstrasi8. Negosiasi9. Kunjungan lapangan10.Study banding

Modul IKD-I TIM 2011

Page 18: Modul IKD

69

TUJUAN1. Tersosialisasi program-pogram kesehatan . dan terwujudnya masyarakat.2. Indonesia baru yang berbudaya hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam

gerakan kesehatanSASARAN

1. Perorangan/keluarga2. Masyarakat/LSM3. Lembaga pemerintah/Lintas sektor/Politisi/Swasta4. Petugas program/Institusi

MEDIA PROMOSI KESEHATAN1. Alat bantu visual (Visual Aids)2. Alat bantu dengar (Audio Aids)3. AVA4. Media cetak5. Booklet, leaflet6. Media elektronik7. TV, Radio, Video, Slide8. Media papan (billboard)

PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN 1. Medikal2. Perubahan perilaku3. Edukasional4. Berpusat pada klien

MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN HBM (Health Belief Model )Health Belief Model, Rosenstok, 1974 Ada 5 variabel kunci yang terlibat dalam mencegah atau mengobati penyakit individu dan hal-hal yang memotivasi tindakan tersebut, yaitu:a. Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility)b. Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness)c. Besarnya ancaman penyakit yang dirasakan (perceivedthreat of disease)d. Manfaat dan rintangan yang dirasakan (perceived benefits barriers)e. Faktor pemicu (cues to action)model

Salah satu model yang secara fokus keperubahan perilaku secara permanen Penting dibahas karena selalu terjadi kepatuhan perilaku sesaat. itu tergantung kepada reward dan punishmentTingkatan kesiapan individu:

1. PrecontemplationIndividu tidak mempunyai kesadaran/niatan untuk perubahan perilaku. Sehingga apapun intervensi untuk mengubah perilaku tidak akan direspon dengan maksimal. Tindakan pada tahap ini efektif adalah menumbuhkan kesadaran, meningkatkan kesiapan individu ke tingkat contemplations.

2. ContemplationIndividu sudah mulai menyadari permasalahan yang ada, dan ada niat untuk melaksanakan sesuatu perubahan perilaku

3. PreparationMulai ada sedikit perubahan perilaku yang dimunculkan

4. ActionKetika inividu benar-benar melakukan perubahan perilaku

5. Maintenance

Modul IKD-I TIM 2011

Page 19: Modul IKD

69

Ketika individu tersebur menjaga agar perilakunya tidak kembali ke titik awal lagiSYARAT penerapan TEORI:

1. Perubahan Perilaku akan efektif bila didukung oleh lingkungan yang kondusif.2. Lingkungan kondusif mencakup : dirumah, sekolah dan lingkugan lain terkontrol.3. Cocok diterapkan pada lingkungan sekolah4. Teori ini juga cocok dijadikan wawasan dalam sosialisasi program masyarakat luas.5. Untuk memahami kesiapan target kampanye dilapangan.

PERILAKU SEHAT1 Memelihara dan meningkatkan kesehatan.2. Melindungi diri dari ancaman penyakit3. Peran aktif dlm gerakan kes.4. Mencegah resiko terjadinya penyakit

Diharapkan Lingkungan Sehat yaitu KAB/ KOTA SEHATPerilaku Sehat pelayan kesehatan adalah bermutu, adil dan merata

Peninjauan Lapangan Dengan Melihat Langsung Situasi Kondusif Dan Sukses Antara Petugas, Tokoh Masyarakat Dan Kader Penyuluh Lapangan•Sasaran advokasi :1. Gubernur/Bupati/Wali kota dengan jajarannya, lintas sektor terkait.2. DPRD3. Bappeda4. Pengelola media massa cetak dan elektronik5. Akademisi/Perguruan Tinggi/LSM6. Tokoh masyarakat/Agama7. Tokoh masyarakat/Agama8. Dunia usaha/swasta9. Penyandang danaHasil yang diharapkan :1. Adanya pengelola program pencegahan untuk isu yang akan ditanggulangi diberbagai tingkat dan sektor sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.2. Adanya forum komunikasi antara lembaga pemerintah, LSM, Donor agency, Swasta dan stakeholder terkait untuk membahas dan menelorkan solusi untuk isu-isu yang akan ditanggulangi3. Ada lembaga pemerintah yang berperan mengkoordinir lintas sektor/institusi terkait denganisu yang akan ditanggulangi4. Adanya dukungan kebijaksanaan dalam program dan sumber daya yang dibutuhkan2. Bina Suasana ( Social Support ) Adalah suatu upaya yang sistematik dan terorganisir untuk menjalin kemitraan dalam pembentukan opini yang positif tentang pencegahan masalah-masalahkesehatan yang akan ditanggulangi dari berbagai kelompok yang ada dimasyarakat.Sasaran :1. Pengelola media massa dan elektronik2. Organisasi keagamaan3. Organisasi kepemudaan4. LSM5. Profesi6. Publik figure7. Selebritis8. Kelompok swasta

Modul IKD-I TIM 2011

Page 20: Modul IKD

69

Metode dan cara yang dapat digunakan :1. Orientasi2. Pelatihan3. Seminar4. Kunjungan lapangan5. Jumpa pers6. Dialog terbuka/interaktif di media radio/TV7. Lokakarya8. Penulisan artikel di media cetak9. Khotbah ditempat-tempat keagamaan10. Tekanan dalam penegakan hukumHasil yang diharapkan :1. Opini yang positif berkembang dimasyarakat tentang akibat buruk dari masalah kesehatan sehingga mampu menumbuhkan kesadaran kolektif2. Semua kelompok potensi di masyarakat sudah menyuarakan dan menyatakan perang terhadap masalah kesehatan yang akan ditanggulangi3. Adanya dukungan sumberdaya dari kelompok potensial karena sentuhan media ataupun dari faktor-faktor keyakinannya.3. Gerakan Masyarakat ( Empowerment ) Adanya suatu upaya yang sistematis dan terorganisir untuk menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat berdaya dan mandiri berprilaku sehat yaitu tidak ingin mendapatkan masalah kesehatan tsbMetode dan cara yang digunakan :1. Penyuluhan individu2. Penyuluhan kelompok3. Konseling4. Penyuluhan kelompok sebaya5. Orientasi6. Life skill education ( Pendidikan Ketrampilan Hidup Sehat )7. Partisipasi masyarakat.Sasaran :1. Generasi muda/remaja2. Keluarga3. RT/RW4. Pengunjung tempat hiburan5. Pengelola tempat hiburan6. Pengelola perkantoran7. Pengelola industri8. Pengelola tempat-tempat umum9. Sekolah dan anak didik (termasuk sekolah agama)Hasil yang diharapkan :1. Tumbuh kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan secaramandiri dan Swadaya2. Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam pencegahan terjadinya masalah kesehatan tsbTiga strategi pokok tersebut dalam pelaksanaan tidak terpisah, Saling terkait dan MEMPENGARUHI satu Sama lainnya, serta memerlukan dukungan pemikiran dan pengembangan sesuai dengan Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK )Segmentasi Sasaran Dalam Promkes :

Modul IKD-I TIM 2011

Page 21: Modul IKD

69

Sasaran Primer : adalah kelompok, keluarga atau individu yang menjadi inti perubahan perilaku dapat warga masyarakat dan atau provider/petugasSasaran Sekunder : adalah kelompok atau perorangan yang mempunyai pengaruh, akses langsung dan kredibilitas bagi sasaran primer dapat warga, LSM, tokoh masyarakat dan atau petugasSasaran Tersier : adalah intitusi, kelompok dan atau perorangan yang secara spesifik mempunyai kekuatan dalam kebijakanSasaran Strategi Tujuan PendekatanPrimer Pemberdayaan/ EmpowermentMeningkatkan Pengetahuan, Kesadaran dan Kemampuan untuk berperilaku posisit terhadap kesehatan (PHBS)Penyuluhanperorangan,kelompok danmassal,Melalui media(cetak, film/ elektronika) Simulasi,dllSekunder Dukungan sosial/ pembinaan suasanaTerciptanya suasana yang mendukung•Memberikan opini• Pendekatan perorangan•Media luar ruang•Pembentukan forum•Penyuluhan kelompokTersier Advocacy/Pendekatan Pimpinan• Dukungan• Persetujuan•Arahan• Peraturan, dsb•Audiensi• Konsultasi• Seminar• Laporan, dsbSasaran & Strategi Pendekatan (metode & tehnik)Waktu & tempat Pelaksana & anggaranAdvokasi-Camat-Kades-BPD-Kadus-Kapuskesm•Audiensi• Konsultasi• Seminar• Lobi• laporanBina Suasana-LSM-Tokoh Masyarakat

Modul IKD-I TIM 2011

Page 22: Modul IKD

69

-Petugas-Kepala Keluarga• Pendekatan perorangan•Media luar ruang•Pembentukan forum•Penyuluhan kelompokPemberdayaan-KK-warga RT-warga RW•Penyuluhan perorangan, kelompok & massal•Melalui media (cetak, film/elektronika)• Simulasi, demonstrasi, dllPerilaku ialah respon individu terhadap stmulasi, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya

Jenis perilaku Perilaku ideal Perilaku sekarang Perilaku diharapkan

Perubahan perilaku Rangsangan fisik Rangsangan rasional Rangasangan emosional Ketrampilan Jaringan perorangan dan keluarga Struktur social Cost Perilaku bersaing

PROSES PERUBAHAN PERILAKU 5 KARAKTERISTIK PERUBAHAN PERILAKU1. Pengetahuan2. Disetujui3. Niat4. Praktek5. Advocacy

MENGEMBANGKAN STRATEGY PENYULUHAN1. Analisa masalah kesehatan dan perilaku2. Menetapkan sasaran3. Menetapkan sasaran primernya dan tatanan serta analisanya4. Menetapkan sasaran sekunder dan tatanan serta analisanya5. Menetapkan sasaran tertiernya dan tatanan serta analisanya.6. Menetapkan tujuan7. Tujuan umum8. Tujuan khusus9. Menetapkan strategi10. Advocacy11. Pemberdayaan12. Dukungan social

SASARAN

Modul IKD-I TIM 2011

Page 23: Modul IKD

69

PrimerIndividu/kelmpk yang terkena masalahDiharapakan akan berperilaku seperti yang diharapkanAkan memperoleh manfaat paling besar dari hasil perubahan perilaku SekunderIndividu/kel individu yang berpengaruh atau disegani oleh sasaran primer. Tersier Mencakup para pengambil keputusan para penyandang dana ,dll yang berpengaruh. Tingkatan nasional : nasional, propinsi, kabupaten Bidang pengaruhnya : agama, politik, profesi dsb.

DAFTAR PUSTAKABuku Saku Promosi Kesehatan, Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI,

Jakarta, 2006

Green, L, (1991) Health Promotion Planning and Education and Environtment Approach, Institue of Health Promotion Research University of British Colombia

Notoadmodjo S., Promosi Kesehatan ; Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta, 2005

Notoadmodjo S., Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003

KEGIATAN PEMBELAJARAN LECTURE-3

SISTEM KESEHATAN NASIONAL (Ibu Linda S)Menurut Zastrow (1982 : 319 – 322) : Pelayanan kesehatan diorganisasi dalam komponen :1) Praktek dokter sendiri, kurang disupervisi, hanya bertanggungjawab kepada pasien, relatif terisolasi.2) Setting pelayanan rawat jalan berkelompok, seperti balai-balai pengobatan atau klinik-klinik khusus (seperti klinik ginjal, balai pengobatan gigi) atau yang diselenggarakan di perguruan tinggi atau sekolah-sekolah, di pabrik-pabrik, di perusahaanperusahaan atau tempat-tempat kerja lain.3) Setting Rumah sakit4) Perawatan dalam rumah5) Pelayanan kesehatan masyarakat yang diorganisir dalam berbagai tingkatan : lokal, regional, oleh pemerintah pusat atau nasional, dan internasional.Umumnya pelayanan kesehatan masyarakat disediakan melalui program-program kesehatan secara lokal, lebih fokus pada promotif dan pencegahan atau upaya perubahan masyarakat dalam mengatasi suatu masalah kesehatan, seperti memberantas penyakit menular.Menurut Johntson, M. (1988: 7 - 18) Sistem kesehatan terbagi ke dalam subsitem:1) Yang menitikberatkan pada pelayanan kuratif2) Yang menitikberatkan pada pelayanan promotif dan preventifVisi Pembangunan Kesehatan _ Gambaran keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau Visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan dirumuskan dalam INDONESIA SEHAT 2010_ Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan

Modul IKD-I TIM 2011

Page 24: Modul IKD

69

kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa._ Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat_ Kemampuan masyarakat yang diharapkan pada masa depan adalah yang mampu menjangkau pelayang kesehatan yang bermutu tanpa adanya hambatan, baik yang bersifat ekonomi, maupun non ekonomi.Pelayanan kesehatan bermutu yang dimaksudkan disini adalah pelayanan kesehatan yang memuaskan pemakai jasa pelayanan serta yang diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika pelayanan profesi.Untuk mewujudkan INDONESIA SEHAT 2010, ada empat misi pembangunan kesehatanMenggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatanMendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehatMemelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannyaSistem Kesehatan Nasional_ Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan dukungan Sistem Kesehatan Nasional yang tangguh._ Di Indonesia, Sistem Kesehatan Nasional (SKN) telah ditetapkan pada tahun 1982._ SKN secara terus menerus mengalami perubahan sesuai dengan dinamika masyarakatPengertian SKN_ Suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjami derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945._ Dari rumusan pengertian di atas, jelaslah SKN tidak hanya menghimpun upaya sektor kesehatan saja melainkan juga upaya dari berbagai sector lainnya termasuk masyarakat dan swasta. Sesungguhnyalah keberhasilan pembangunan kesehatan tidak ditentukan hanya oleh sektor kesehatan saja.Tujuan SKN _ Terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil-guna dan berdaya-guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.Maksud dan Kegunaan Sistem Kesehatan Nasional_ Penyusunan SKN dimaksudkan untuk dapat dipergunakan sebagai landasan, arah dan pedoman penyelenggaraan pembangunan kesehatan baik oleh masyarakat, swasta maupun oleh pemerintah (pusat, provinsi, kabupaten/kota) serta pihak pihak terkait lainnya.Indikator pencapaian SKN ditentukan oleh dua determinan_ Pertama, status kesehatan yakni yang menunjuk pada tingkat kesehatan yang berhasil dicapai oleh SKN yang dihitung dengan menggunakan disability adjusted life expectancy (DALE)._ Kedua, tingkat ketanggapan (responsiveness) system kesehatan yakni yang menunjuk pada kemampuan SKN dalam memenuhi harapan masyarakat tentang bagaimana mereka ingin diperlakukan dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Hasil yang diperoleh untuk indikator ini menempatkan Indonesia pada urutan ke 106 dari 191 negara anggota WHO yang dinilai.Indikator kinerja SKN ditentukan oleh tiga determinan_ Pertama, distribusi tingkat kesehatan di suatu negara ditinjau dari kematian Balita.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 25: Modul IKD

69

_ Kedua, distribusi ketanggapan (responsiveness) sistem kesehatan ditinjau dari harapan masyarakat._ Ketiga, distribusi pembiayaan kesehatan ditinjau dari penghasilan keluarga. Hasil yang diperoleh untuk indikator ini menempatkan Indonesia pada urutan ke 92 dari 191 negara anggota WHO yang dinilaiPrinsip-Prinsip SKN_ Perikemanusiaan_ Hak Asasi Manusia_ Adil dan Merata_ Pemberdayaan dan Kemandirian Masyarakat_ Kemitraan_ Pengutamaan dan Manfaat_ Tata kepemerintahan yang baikSKN terdiri dari enam subsistem, yakni:_ Subsistem Upaya Kesehatan (kuratif/rehabilitatif, promotif dan pencegahan)_ Subsistem Pembiayaan Kesehatan Subsistem Sumberdaya Manusia_ Kesehatan_ Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan_ Subsistem Pemberdayaan Masyarakat_ Subsistem Manajemen KesehatanSubsistem Upaya Kesehatan1) Praktek partikelir seorang dokter dan praktek dokterdokter dalam klinik spesialis yang memiliki laboratorium, alat-alat rotgen dan sebagainya serta melakukan konsultasi bersama.2) Perawatan kesehatan kelompok, seperti yayasan kesehatan, perawatan kesehatan atau pengobatan yang disediakan perusahaan, pabrik, instansi pemerintah, sekolah atau persatuan perburuhan.3) Rumah sakit, klinik termasuk balai pengobatan dalam puskesmas dan lembaga-lembaga kesehatan besar.4) Ahli-ahli farmasi. Pelayanan kuratif diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.Subsistem Upaya Kesehatan_ Subsistem promotif dan preventif (di Indonesia) : Upaya promotif dan preventif yang dilakukan pemerintah antara lain :1) Program Kesehatan Masyarakat Desa, seperti latihan kader kesehatan, pembentukan dana sehat, penyuluhan kesehatan, penyediaan air bersih, peningkatan kesehatan lingkungan, taman gizi, pemanfaatan pekarangan, pemugaran rumah.2) Upaya perbaikan gizi keluarga3) Posyandu yang memberikan pelayanan ; keluarga berencana, gizi, kesehatan ibu dan anak, immunisasi.4) Usaha promotif dan preventif yang diselenggarakan dalam pusat kesehatan masyarakat meliputi : pemeliharaan kesehatan ibu dan anak, Keluarga Berencana, pencegahan dan penanggulangan bencana penyakit menular, penyuluhan kesehatan, kebersihan dan kesehatan lingkungan, usaha kesehatan sekolah, perawatan kesehatan jiwa.5) Usaha promotif dan preventif yang dilakukan rumah sakit melalui program kesehatan masyarakat. Pelayanan promotif dan preventif juga dilakukan oleh badan-badan swasta/organisasi masyarakat.KEBIJAKAN TENTANG PERAN PEKERJAAN SOSIALKeputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik No. YM 00.03.2.4.603 tentang Penerapan buku Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit : tim rehabilitasi medik terdiri atas dokter, psikolog, fisioterapi, ortotik prostetik, okupasi terapis, terapis wicara,

Modul IKD-I TIM 2011

Page 26: Modul IKD

69

pekerja sosial medik dan perawat masing-masing dipimpin oleh seseorang kepala pelayanan sesuai dengan profesinyaKebutuhan tenaga pekerja sosial medik : Klasifikasi RS : Ideal MinimalRumah Sakit Umum Kelas A 12 3Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan 8 4Rumah Sakit Umum Kelas BNon Pendidikan 6 3Rumah Sakit Umum Kelas C 3 1KEBIJAKAN TENTANG PERAN PEKERJAAN SOSIAL_ Tugas pekerja sosial medik1) Memantau keadaan sosial ekonomi pasien dengan cara : wawancara dengan pasien, keluarga pasien, atau atasan pasien.2) Memberikan bimbingan sosial kepada pasien dan keluarganya : memberikan motivasi/dorongan moril, memberikan alternatif pemecahan masalah, mengurangi tekanan mental.3) Mengadakan kunjungan rumah.4) Membuat studi kasus bila diperlukan.5) Membuat laporan berkala.6) Menyiapakan kelengkapan administrasi untuk klaim asuransi/bantuan jaminan kesehatan.7) Bekerjasama dengan badan-badan sosial untuk memecahkan masalah yang dihadapi pasien dan keluarganya.8) Menyiapkan rencana pemulangan pasien baik bagi pasien maupun lingkungan.9) Menyiapkan tempat untuk latihan kerja/keterampilan bagi penderita yang disiapkan pulang.PEKERJAAN SOSIAL DI RS JIWA_ Tenaga-tenaga pokok (baku) yang seharusnya ada di setiap unit Rehabilitasi Pasien mental adalah : Psikiater/dokter, Psikolog, Perawat Psikiatri, Social Worker, Occupational Therapist (Okupasiterapis), Instruktur kerja, Pembantu Instruktur (Tukang), serta ahli lain yang dapat membantu kelancaran upaya rehabilitasi._ Kebutuhan tenaga Social Worker : minimal : 1/unit optimal ; 1 : 50_ Peran Social Worker :Pekerja sosial berperan dalam melaksanakan resosialisasi dan memecahkan masalah-masalah social pada diri rehabilitan, keluarga dan masyarakat.Disamping itu hendaknya menjadi penghubung dan pelaksana dalam kerjasama lintas sektoral.

Kebijakan Kesehatan Level Internasional _ Kesehatan bagi semua orang ( health for all)_ Kesehatan merupakan Hak Asasi ManusiaPrinsip-Prinsip Deklarasi Kesehatan Dunia_ Kesempatan untuk mencapai taraf kesehatan dan kesejahteraan yang setinggi-tingginya merupakan hak asazi manusia yang mendasar, tanpa membeda-bedakan menurut ras, latar belakang etnis, agama, jenis kelamin, usia, kemampuan, orientasi seksual maupun golongan._ Prinsip Pelayanan Kesehatan Primer yang terpadu dan universal, seperti yang digambarkan dalam Deklarasi Alma Ata tahun 1978, seharusnya menjadi dasar untuk merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan kesehatan. Kini, kebutuhan akan pendekatan yang menyetarakan, partisipatif, dan lintas sektoral terhadap masalah kesehatan semakin meningkat.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 27: Modul IKD

69

_ Pemerintah memiliki tanggung jawab yang penting dalam memastikan bahwa pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan sosial lainnya dapat terjangkau oleh semua orang dan sesuai dengan kebutuhan mereka, bukan berdasarkan kemampuan mereka untuk membayar._ Partisipasi rakyat dan organisasi kemasyarakatan sangat penting dalam penyusunan, penerapan dan pengkajian ulang semua kebijakan dan program kesehatan dan sosial._ Kesehatan terutama ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi dan politik, dan seharusnya,bersama-sama dengan pembangunan yang berkesinambungan dan merata, menjadi prioritasutama dalam pengambilan kebijakan daerah, negara, maupun internasional._ Untuk mengatasi krisis kesehatan dunia, kita perlu mengambil langkah-langkah pada setiap tingkatan – perorangan, wilayah, nasional, regional dan global – dan di setiap sektor.

DAFTARA PUSTAKADEPKES RI, 2009, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta

KEGIATAN PEMBELAJARAN LECTURE-4

PERKEMBANGAN KEPERAWATAN MASA LALU, MASA KINI DAN MASA YANG AKAN DATANG

4.1. POKOK BAHASANPerkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang

4.2. KOMPETENSI DASAR :Mahasiswa mampu memahami konsep Perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang

4.3. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI4.3.1. Menjelaskan pengertian Perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan

masa yang akan datang (C2)4.3.2. Menjelaskan Masalah Perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan

masa yang akan datang (C2)4.3.3. Mengklasifikasikan Konsep Perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini

dan masa yang akan datang (C3)4.3.4. Menjelaskan Perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang

akan datang (C2)4.3.5. Membedakan Perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang

akan datang (C3)4.3.6. Menganalisis Persepsi Perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan

masa yang akan datang (C4)

4.4. URAIAN MATERIA. Sejarah Keperawatan Internasional

Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada di bumi ini, keperawatan terus berkembang sesuai dengan kemajuan peradaban teknologi dan kebudayaan. Konsep keperawatan dari abad ke abad terus berkembang, berikut adalah perkembangan keperawatan di dunia.

B. Sejak zaman manusia itu diciptakan (manusia itu ada)/Zaman Purba

Modul IKD-I TIM 2011

Page 28: Modul IKD

69

Di mana pada dasarnya manusia diciptakan telah memiliki naluri untuk merawat diri sendiri sebagaimana tercermin pada seorang ibu.Naluri yang sederhana adalah memelihara kesehatan dalam hal ini adalah menyusuianaknva sehingga harapan pada awal perkembangan keperawatan,perawat harus memiliki naluri keibuan(mother instinct) kemudian bergeser ke zaman purba di mana pada zaman ini orang masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistis yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, kepercayaan ini dikenal dengan nama animisme, di mana seseorang yang sakit dapat disebabkan karena kekuatanalam atau pengaruh kekuatan gaib sehinggatimbul keyakinan bahwa jiwa yang jahat akan dapatmenimbulkan kesakitan dan jiwayang sehat dapat menimbulkan kesehatan atau kesejahteraan. Pada saat itu peran perawat sebagai ibu yang merawat keluarganya yang sakitdengan memberikan perawatan fisikserta mengobati penyakit dengan menghilangkan pengaruh jahat. Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa di mana pada masaitu penyakitdianggap disebabkan karena kemarahan dewa sehinggakuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaandan orang yang sakit meminta kesembuhan di kuiltersebut dengan bantuanpriest physician.Setelah itu perkembangan keperawatan terusberubah dengan adanya diakones dan philantrop yang merupakan suatu kelompok wanita tua dan jandayang membantu pendetadalam merawatorang sakit serta kelompok kasih sayang yanganggotanya menjauhkandiri dari keramaian dunia dan hidupnya ditujukan pada perawatan orangyang sakit sehingga akhirnya berkembanglahrumah-rumah perawatan dan akhirnya mulailahawal perkembangan ilmu keperawatan.

C. Zaman keagamaan

Perkembangan keperawatanini mulai bergeser ke arahspiritual di manaseseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanyadosa atau kutukanTuhan.Pusat perawatan adalahtempat-tempat ibadah, sehingga pada waktuitu pemimpin agama dapatdisebut sebagai.tabibyang mengobati pasien karena ada anggapanyang mampu mengobati adalahpemimpin agama sedangkan pada waktu itu perawat dianggapsebagai budakyang hanya membantu dan bekerja atasperintah pemimpin agama.

D. Zaman masehi

Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, di mana pada saatitu banyak membentuk diakones(deaconesses), suatu organisasiwanita yang bertujuan mengunjungi orang sakit sedangkan orang laki-laki di berikan tugas dalam membrikan perawatan untuk mengubur bagi orang yang meninggal, sehingga pada saat itu berdirilah rumah sakit di Roma seperti Monastic Hospital. Pada saat itu rumah sakit di gunakan sebagai tempat merawat orang sakit,orang cacat,miskin dan yatim piatu, di ikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti ilmu pasti, kimia, kesehatan dan obat-obatan.

E. Permulaan abad XVI

Modul IKD-I TIM 2011

Page 29: Modul IKD

69

Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat orang sakit. Dengan adanya perubahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga perawat. Untuk memenuhi kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat.

Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :

1. Mulai dikenal konsep P3K2. Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang kerja bagi

perawat dibidang sosial.

Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan keperawatan :

1. Hotel Dieu di LionAwalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat. Selanjutnya pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui pendidikan keperawatan di RS ini.

2. Hotel Dieu di ParisPekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi Perancis, orde agama dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS ini adalah Genevieve Bouquet.

3. ST. Thomas Hospital (1123 M)

Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa ini perawat mulai dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Florence ditunjuk oleh negara Inggris untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut memberi peluang bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus meningkatkan status perawat. Kemudian Florence dijuluki dengan nama “ The Lady of the Lamp”.

F. Zaman permulaan abad 21

Pada permulaan abad ini perkembangankeperawatan berubah, tidak lagi dikaitkan dengan faktor keagamaan akan tetapi berubah kepada faktor kekuasaan, mengingat pada masa itu adalah masa perang dan terjadieksplorasi alam sehingga pesatlah perkembangan pengetahuan. Pada masa itu tempat ibadah yang dahulu digunakan untuk merawat sakit tidak lagi digunakan.

G. Zaman sebelum perang dunia kedua

Modul IKD-I TIM 2011

Page 30: Modul IKD

69

Pada masa perang dunia kedua ini timbalprinsip rasa cinta sesama manusia di mana saling membantu sesama manusia yangmembutuhkan. Pada masa sebelum perang dunia kedua ini tokoh keperawatan Florence Nightingale (1820-1910) menyadari adanya pentingnya suatu sekolah untuk mendidikpara perawat, Florence Nightingale mempunyai pandangan bahwa dalammengembangkan keperawatan perlu dipersiapkan pendidikan bagi perawat, ketentuanjam kerja perawat dan mempertimbangkan pendapat perawat. Usaha Florence adalah dengan menetapkan struktur dasar di pendidikan perawat diantaranya mendirikan sekolah perawat mnetapkan tujuan pendidikan perawat serta menetapkan pengetahuan yang harus di miliki para calon perawat. Florence dalam merintis profesi keperawatan diawali dengan membantu para korban akibat perang krim (1854 - 1856) antara Roma dan Turki yang dirawat di sebuah barak rumah sakit(scutori) yang akhirnya mendirikan sebuah rumah sakit dengan nama rumah sakit Thomas di London dan juga mendirikan sekolahperawatan dengan nama Nightingale Nursing School.

Kontribusi Florence bagi perkembangan keperawatan a. l :

a. Nutrisi merupakan bagian terpenting dari asuhan keperawatan.

b. Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang sakit

c. Manajemen RS

d. Mengembangkan pendidikan keperawatan

e. Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi kedokteran

f. Pendidikan berlanjut bagi perawat.

H. Masa selama perang dunia kedua

Selama masa selama perang ini timbaltekanan bagi dunia pengetahuan dalam penerapan teknologi akibat penderitaan yangpanjang sehingga perlu meningkatkan diri dalam tindakan perawat mengingat penyakitdan korban perang yang beraneka ragam.

I. Masa pascaperang dunia dua

Masa ini masih berdampak bagi masyarakatseperti adanya penderitaan yang panjang akibat perang dunia kedua, dan tuntutan perawatuntuk meningkatkan masyarakat sejahtera semakin pesat. Sebagai contoh di Amerika,perkembangan keperawatan pada masa itu diawali adanya kesadaran masyarakat akanpentingnya kesehatan, pertambahan penduduk yang relatif tinggi sehingga menimbulkanmasalah baru dalam pelayanan kesehatan, pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhipola tingkah laku individu, adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologikedokteran dengan diawali adanya penemuan-penemuan obat-obatan atau cara-cara untuk memberikan penyembuhan bagi pasien, upaya-upaya dalam tindakan pelayanan kesehatan seperti pelayanan kuratif, preventif dan promotif dan juga

Modul IKD-I TIM 2011

Page 31: Modul IKD

69

terdapat kebijakan Negara tentang peraturan sekolah perawat. Pada masa itu perekembangan perawat di mulai adanya sifat pekerjaan yang semula bersifat individu bergeser ke arah pekerjaan yang bersifat tim. Pada tahun 1948 perawat di akui sebagai profesi sehingga pada saat itu pula terjadi perhatian dalam pemberian penghargaan pada perawat atas tangung jawabnya dalam tugas.

J. Periode tahun 1950

Pada masa itu keperawatan sudah mulai menunjukkanperkembangan khususnya penataan pada sistem pendidikan. Hal tersebut terbukti di negara Amerika sudah dimulai pendidikan setingkat master dan doktoral. Kemudianpenerapan proses keperawatan sudah mulai dikembangkan dengan memberikanpengertian bahwa perawatan adalah suatu proses, yang dimulai dari pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

K. Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia

Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia telah banyak dipengaruhi oleh kolonialpenjajah diantaranya Jepang, Belanda dan Inggris. Dalam perkembangannya di Indonesiadibagi menjadi dua masa diantaranya:Pertama, masa sebelum kemerdekaan, pada masa itu negara Indonesia masih dalampenjajahan Belanda. Perawat berasal dari Indonesia disebut sebagaiverpleger dengandibantu olehzieken oppaser sebagai penjaga orang sakit, perawat tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit Binnen Hospital yang terletak di Jakarta pada tahun 1799 yang ditugaskan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda, sehingga akhirnya padamasa Belanda terbentuklah dinas kesehatan tentara dan dinas kesehatan rakyat. Mengingattujuan pendirian rumah sakit hanya untuk kepentingan Belanda, maka tidak diikutiperkembangan dalam keperawatan. Kemudian pada masa penjajahan Inggris yaitu Rafless,mereka memperhatikan kesehatan rakyat dengan moto kesehatan adalah milik manusiadan pada saat itu pula telah diadakan berbagai usaha dalam memelihara kesehatandiantaranya usaha pengadaan pencacaran secara umum, membenahi cara perawatanpasien dangan gangguan jiwa dan memperhatikan kesehatan pada para tawanan. Beberapa rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta yaitu pada tahun 1819, didirikan rumah sakit Stadsverband, kemudian pada tahun 1919 rumah sakit tersebut pindah ke Salemba dan sekarang dikenal dengan nama RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo),kemudian diikuti rumah sakit milik swasta. Pada tahun 1942-1945 terjadi kekalahan tentarasekutu dan kedatangan tentara Jepang.Perkembangan keperawatan mengalamikemunduran.Kedua, masa setelah kemerdekaan, pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit yangdidirikan serta balai pengobatan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatanpada tahun 1952 didirikan sekolah perawat, kemudian pada tahun 1962 telah dibukapendidikan keperawatan setara dengan diploma. Pada tahun 1985 untuk pertama kalinyadibuka pendidikan keperawatan setingkat dengan sarjana yang dilaksanakan diUniversitas Indonesia dengan nama Program Studi Ilmu Keperawatan dan akhirnya dengan berkembangnya Ilmu Keperawatan, maka menjadi sebuah Fakultas Ilmukeperawatan dan beberapa tahun kemudian diikuti berdirinya pendidikan keperawatansetingkat S1 di berbagai univeisitas di Indonesia seperti di Bandung, Yogyakarta, Surabayadan lain-lain.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 32: Modul IKD

69

L. Dampak Sejarah Terhadap Profil Perawat Indonesia

Sejarah adalah setiap peristiwa atau kejadian di masa lampau yang menyenangkan maupun memilukan.Sejarah bukan sebatas cerita untuk generasi mendatang yang ditulis sekadar untuk dihafalkan.Setiap manusia memiliki sejarah masing-masing, baik yang bersifat individual, komunal, maupun nasional.Sama halnya dengan sejarah perjuangan bangsa.Kemerdekaan yang diraih bukan hanya melibatkan tentara, tetapi juga seluruh elemen bangsa.Mulai dari pemimpin sampai rakyat jelata, orang tua sampai anak-anak.Semuanya bahu-membahu berjuang dengan semangat patriotisme. Sejarah akan mewarnai masa depan. Apa yang terjadi di masa sekarang dipengaruhi oleh sejarah pada masa sebelumnya. Kesuksesan yang diraih seseorang dalam hidupnya merupakan hasil atau buah dari keuletan dan perjuangannya di masa lalu.Contohnya adalah negara Jepang.Negara tersebut menjadi salah satu negara yang pesat perekonomiannya.Keberhasilan ini salah satunya dipengaruhi oleh semangat bangsa ini untuk terus maju dan meningkatkan produktivitasnya. Teori yang sama berlaku pula di negara kita. Keterpurukan yang dialami bangsa Indonesia di hampir segala bidang disebabkan oleh perilaku korup yang telah mendarah daging di negara ini sejak dulu. Sistem hegemoni yang diterapkan oleh bangsa Eropa selama menjajah Indonesia telah memberi dampak yang sangat besar pada seluruh lini kehidupan, termasuk profesi perawat.Posisi Indonesia sebagai negara yang terjajah (subaltern) menyebabkan kita selalu berada pada kondisi yang tertekan, lemah, dan tidak berdaya. Kita cenderung menuruti apa saja yang menjadi keinginan penjajah. Situasi ini terus berlanjut dalam kurun waktu yang lama sehingga terbentuk suatu formasi kultural.Kultur di dalamnya mencakup pola perilaku, pola pikir, dan pola bertindak.Formasi kultural ini terus terpelihara dari generasi ke generasi sehingga menjadi sesuatu yang superorganic.Sejarah keperawatan di Indonesia pun tidak lepas dari pengaruh penjajahan.Kali ini, penulis mencoba menganalisis mengapa masyarakat menganggap perawat sebagai pembantu profesi kesehatan lain—dalam hal ini profesi dokter.Ini ada kaitannya dengan konsep hegemoni. Seperti dijelaskan di awal, perawat awalnya direkrut dari Boemi Putera yang tidak lain adalah kaum terjajah, sedangkan dokter didatangkan dari negara Belanda—sebab pada saat itu di Indonesia belum ada sekolah kedokteran. Sesuai dengankonsep hegemoni, posisi perawat di sini adalah sebagaisubaltern yang terus-menerus berada dalam cengkeraman kekuasaan dokter Belanda (penjajah).Kondisi ini menyebabkan perawat berada pada posisi yang termarjinalkan.Keadaan ini berlangsung selama berabad-abad sampai akhirnya terbentuk formasi kultural pada tubuh perawat.

Posisi perawat sebagai subaltern yang tunduk dan patuh mengikuti apa keinginan penjajah lama-kelamaan menjadi bagian dari karakter pribadi perawat. Akibatnya, muncul stigma di masyarakat yang menyebut perawat sebagai pembantu dokter.Karena stigma tersebut, peran dan posisi perawat di masyarakat semakin termarjinalkan.Kondisi semacam ini telah membentuk karakter dalam diri perawat yang pada akhirnya berpengaruh pada profesi keperawatan secara umum.Perawat menjadi sosok tenaga kesehatan yang tidak mempunyai kejelasan wewenang atau ruang lingkup.Orientasi tugas perawat dalam hal ini bukan untuk membantu klien mencapai derajat kesehatan yang optimal, melainkan membantu pekerjaan dokter.Perawat tidak diakui sebagai suatu profesi, melainkan pekerjaan di bidang kesehatan yang aktivitasnya bukan didasarkan atas ilmu, tetapi atas perintah/instruksi dokter—sebuah rutinitas belaka.Pada akhirnya, timbul sikap ma-nut perawat terhadap dokter.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 33: Modul IKD

69

Dampak lain yang tidak kalah penting adalah berkembangnya perilaku profesional yang keliru dari diri perawat. Ada sebagian perawat yang menjalankan praktik pengobatan yang sebenarnyamerupakan kewenangan dokter.Realitas seperti ini sering kita temui di masyarakat.Uniknya, sebutan untuk perawat pun beragam.Perawat laki-laki biasa disebutmantri, sedangkanperawatperempuan disebutsuster.Ketimpanganini terjadi karena perawat sering kali diposisikan sebagai pembantu dokter.Akibatnya, pe rawat terbiasa bekerja layaknya seorang dokter, padahal lingkup kewenangan kedua profesi ini berbeda.

Tidak menutup kemungkinan, fenomena seperti ini masih terus berlangsung hingga kini. Hal ini tentunya akan menghambatupaya pengembangan keperawatan menjadi profesi kesehatan yangprofesional. Seperti kita ketahui, kultur yang sudah terinternalisasiakan sulit untuk diubah. Dibutuhkan persamaan persepsi dan cita-cita antar-perawat serta kemauanprofesi lain untuk menerima dan mengakui perawat sebagai sebuah profesi kesehatan yang profesional. Tentunya kita berharap pengakuan ini bukan sekedar wacana, tetapi harus terealisasikan dalam kehidupan profesional. Paradigma yang kemudian terbentuk karena kondisi ini adalah pandangan bahwa perawat merupakan bagian dari dokter.Dengan demikian, dokter berhak "mengendalikan" aktivitas perawat terhadap klien.Perawat menjadi perpanjangan tangan dokterdan berada pada posisisubmisif.Kondisi seperti ini sering kali temuidalam pelayanan kesehatan di rumah sakit.Salah satu penyebabnya adalah masih belum berfungsinya sistem kolaborasi antaradokter dan perawat dengan benar. Jika kita cermati lebih jauh, hal yang berlaku justru sebalik nya.Dokter seharusnya merupakan bagian dari perawatan klien.Seperti kita ketahui, perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling sering dan paling lama berinteraksi dengan klien.Asuhan keperawatan yang diberikan pun sepanjang rentang sehat-sakit. Dengan demikian, perawat adalah pihak yang paling mengetahuiperkembangan kondisi kesehatan klien secara menyeluruh danbertanggung jawab atas klien. Sudah selayaknya jika profesi kesehatan lain meminta "izin" terlebih dahulu kepada perawat sebelum berinteraksi dengan klien. Hal yang sama juga berlaku untukkeputusan memulangkan klien. Klien baru boleh pulang setelah perawat menyatakan kondisinya memungkinkan.

4.5. RANGKUMAN

4.6. EVALUASI 1) Tugas terstruktur

Mahasiswa membuat resume Sejarah perekembangan keperawatan 2) Tugas mandiri

Membuat makalah tentang Sejarah perekembangan keperawatan3) Lembar Kerja

KEGIATAN PEMBELAJARAN TUTORIAL-II

Scenario Pembelajaran (Trigercase Study)Tuntutan masyarakat dan profesi keperawatan kita semakin hari semakin meningkat hal ini sejalan dengan perkembangan yang ada. Pada zaman dulu perawat tidak dibekali dengan pendidikan yang memadai, namun pada dekade saat ini penataan pendidikan diarahkan

Modul IKD-I TIM 2011

Page 34: Modul IKD

69

pada pendidikan tinggi jenjang S1, S2, spesialis dan S3 dan kedepan perawat dituntut memiliki kompetensi global yang lebih memadai, yang ditempuh melalui proses pendidikan tinggi dengan harapan seorang perawat mampu memberikan asuhan keperawatan secara profesional, mandiri dan akontable.Diskusikan dalam kelompok kasus diatas terkait perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang & trend isu keperawatan saat ini dan kedepan

Learning Objective1. Menjelaskan perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang akan

datang & trend isu keperawatan saat ini dan kedepan 2. Menganalisis persepsi terhadap perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini

dan masa yang akan datang & trend isu keperawatan saat ini dan kedepan3. Membedakan perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang

akan datang & trend isu keperawatan saat ini dan kedepanAnalisis Masalah

1. Bagaimana perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang & trend isu keperawatan saat ini dan kedepan

2. Bagaimana hubungan perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang & trend isu keperawatan saat ini dan kedepan

3. Bagaimana hubungan perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang & trend isu keperawatan saat ini dan kedepan terhadap visi, misi program Studi S1 Keperawatan STIKes Santa Elisabeth Medan

4. Bagaimana perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang & trend isu kepe rawatan saat ini dan kedepan sehubungan dengan isu global dan belum diakuinya perawatan diindonesia terhadap kemandiriannya.

TREND DAN ISU KEPERAWATAN SAAT INI DAN KEDEPAN

1. ISU ASPEK LEGAL

Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan kerahasiaan pasien sama seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara, dan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online sebagai koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan pasien yang menerima telecare harus bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat antar negara bagian. Isu legal aspek seperti akontabilitas dan malprakatek, dsb dalam kaitan telenursing masih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan. Kegiatan telenursing mesti terintegrasi dengan startegi dan kebijakan pengembangan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan yang menggunakan model informasi kesehatan/berbasis internet.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 35: Modul IKD

69

Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam merawat pasien adalah :

1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan harus tetap terjaga

2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan keuntungannya

3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email

4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.

2. Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di IndonesiaPerkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai bidang yang meliputi:a. Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)

Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan, jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari rawat, meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam menjalin hubungan terapieutik sehingga konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah Sakit Internasional. Hal ini disebabkan karena kurang meratanya penguasaan teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta sarana prasarana yang masih belum memadai.

b. Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan tehnologi komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Yang menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik) dalam menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau komputer . Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth, dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non-medis, seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring.

c. elenursing is defined as the practice of nursing over distance using telecommunications technology (National Council of State Boards of Nursing).elenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini,

Modul IKD-I TIM 2011

Page 36: Modul IKD

69

menggunakan teknologi satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai peralatan video conference (bagian integral dari telemedicine atau telehealth)

Bagaimana aplikasi dan keuntungan telenursing

Aplikasi telenursing tersedia di rumah, rumah sakit, melalui telenursingcentre dan melalui unit mobile. Telepon triage dan home care saat ini merupakan aplikasi yang tumbuh yang paling cepat. Perawat home care menggunakan sistem yang memberikan ijin untuk melakukan monitoring parameter fisiologi di rumah, seperti tekanan darah, glukosa darah, pernapasan, dan menimbang berat badan, via internet. Melalui sistem video interaktif, pasien menghubungi perawat bertugas dan menyusun suatu konsultasi melalui video untuk menunjukkan permasalahan yang dihadapi; sebagai contoh, bagaimana cara mengganti balutan luka, memberi suntikan hormon insulin atau mendiskusikan peningkatan nafas pendek (sesak nafas). Hal ini sangat membantu orang dewasa dan anak-anak dengan kondisi-kondisi kronis dan macam-macam penyakit yang melemahkan, terutama sekali mereka yang mempunyai cardiopulmonary diseases. Telenursing membantu pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan, terutama sekali untuk self management pada penyakit kronis. Hal itu memungkinkan perawat untuk menyediakan informasi secara akurat dan tepat waktu dan memberikan dukungan secara langsung (online). Kesinambungan pelayanan ditingkatkan dengan memberi kesempatan kontak yang sering antara penyedia pelayanan kesehatan dan pasien dan keluarga-keluarga merek Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak negara, terkait dengan beberapa faktor seperti mahalnya biaya pelayanan kesehatan, banyak kasus penyakit kronik dan lansia, sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, rural, dan daerah yang penyebaran pelayanan kesehatan belum merata. Dan keuntungannya, telenursing dapat menjadi jalan keluar kurangnya jumlah perawat (terutama di negara maju), mengurangi jarak tempuh, menghemat waktu tempuh menuju pelayanan kesehatan, mengurangi jumlah hari rawat dan jumlah pasien di RS, serta menghambat infeksi nosokomial. Sama seperti telemedicine yang saat ini berkembang sangat luas yang telah diaplikasikan di Amerika, Yunani, Israel, Jepang, Italia, Denmark , Belanda, Norwegia, Jordania dan India bahkan Malaysia. Telenursing telah lama diaplikasikan di Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Inggris. Di Amerika Serikat sendiri ANA (American Nurses Association) dalam dialog nasional telemedicine/telehealth Agustus 1999, telah menganjurkan pengembangan analisa komprehensif penggunaaan telehealth/telemedicine termasuk didalamnya telenursing.

Di Amerika Serikat 36% peningkatan kebutuhan perawat home care dalam 7 tahun mendatang, dapat ditanggulangi oleh telenursing. Sedangkan di Inggris sendiri 15% pasien yang dirawat di rumah (home care) dilaporkan memerlukan tehnologi telekomunikasi, dan sejumlah studi di Eropa memperlihatkan sejumlah besar pasien mendapatkan pelayanan telekomunikasi di rumah dengan telenursing . Pasien tirah baring, pasien dengan penyakit kronik seperti COPD/PPOM, DM, gagal jantung kongestif, cacat bawaan, penyakit degeneratif persyarafan (Parkinson, Alzheimer, Amyothropic lateral sclerosis) dll, yang dirawat di rumah dapat berkunjung dan dirawat secara rutin oleh perawat melalui videoconference, internet, videophone, dsb. Atau pasien post op yang memerlukan perawatan luka, ostomi, dan pasien keterbelakangan mental. Yang dalam keadaan normal seorang perawat home care hanya dapat berkunjung maksimal 5 – 7 pasien perhari, maka dengan menggunakan telenursing dapat ditingkatkan menjadi 12 – 16 pasien seharinya.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 37: Modul IKD

69

Telenursing dapat mengurangi biaya perawatan, mengurangi hari rawat di RS, peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan merata, dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care). Aplikasi telenursing di Denmark pada perawat yang bekerja di poliklinik (OPD – outpatient) yang mempertahankan kontak dengan pasien melalui telepon, maka jumlah kunjungan ke RS, dan hari rawat berkurang setengahnya. Di Islandia, dengan penduduk yang terpencar, pelayanan asuhan keperawatan berbasis telepon dapat mensuport ibu yang kelelahan dan stress merawat bayinya. Dan beberapa program telenursing dapat membantu mengurangi hipertensi pada ibu bersalin dengan eklamsia. Bahkan di Irlandia utara telenursing untuk perawatan luka diabetik telah menjadi alternatif pelayanan keperawatan untuk pasien penderita diabetik ulcer.

Aplikasi telenursing juga dapat diterapkan dalam model hotline/call centre yang dikelola organisasi keperawatan, untuk melakukan triage pasien, dengan memberikan informasi dan konseling dalam mengatur kunjungan RS dan mengurangi kedatangan pasien di ruang gawat darurat. Telenursing juga dapat digunakan dalam aktifitas penyuluhan kesehatan, telekonsultasi keperawatan, pemeriksaan hasil lab dan uji diagnostik, dan membantu dokter dalam mengimplementasikan protokol penanganan medis. Telenursing melalui telepon triage dan home care merupakan bentuk aplikasi yang berkembang pesat saat ini. Dalam perawatan pasien di rumah, maka perawat dapat memonitor tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah, gula darah, berat badan, peak flow pernapasan pasien melalui internet. Dengan melakukan video conference, pasien dapat berkonsultasi dalam perawatan luka, injeksi insulin dan penatalaksanaan sesak napas. Pada akhirnya telenursing dapat meningkatkan partisipasi aktif pasien dan keluarga, terutama dalam manajemen pribadi penyakit kronik. Dapat memberikan pelayanan akurat, cepat dan dukungan online, perawatan yang berkelanjutan dan kontak antara perawat dan pasien yang tidak terbatas.

Menurut Britton, Keehner, Still & Walden 1999 ada beberapa keuntungan telenursing adalah yaitu :

1. Efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi kunjungan ke pelayanan kesehatan (dokter praktek, ruang gawat darurat, RS dan nursing home)

2. Dengan sumber daya minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan keperawatan tanpa batas geografis

3. Telenursing dapat mengurangi jumlah kunjungan dan masa hari rawat di RS4. Dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis, tanpa memerlukan biaya dan

meningkatkan pemanfaatan tehnologi5. Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance learning)

dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan. Telenursing dapat pula digunakan dalam pembelajaran di kampus, video conference, pembelajaran online dan multimedia distance learning. Ketrampilan klinik keperawatan dapat dipelajari dan dipraktekkan melalui model simulasi lewat secara interaktif.

KEUNTUNGAN

Telenursing dapat mengurangi biaya perawatan, mengurangi hari rawat di RS, peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan merata, dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care).

Modul IKD-I TIM 2011

Page 38: Modul IKD

69

KEGIATAN PEMBELAJARAN TUTORIAL Scenario Pembelajaran (Trigercase Study)Tuntutan masyarakat dan profesi keperawatan kita semakin hari semakin meningkat hal ini sejalan dengan perkembangan yang ada. Pada zaman dulu perawat tidak dibekali dengan pendidikan yang memadai, namun pada dekade saat ini penataan pendidikan diarahkan pada pendidikan tinggi jenjang S1, S2, spesialis dan S3 dan kedepan perawat dituntut memiliki kompetensi global yang lebih memadai, yang ditempuh melalui proses pendidikan tinggi dengan harapan seorang perawat mampu memberikan asuhan keperawatan secara profesional, mandiri dan akontable. Diskusikan dalam kelompok kasus diatas terkait perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang & trend isu keperawatan saat ini dan kedepan

Learning Objective1. Menjelaskan perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang akan

datang & trend isu keperawatan saat ini dan kedepan 2. Menganalisis persepsi terhadap perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini

dan masa yang akan datang & trend isu keperawatan saat ini dan kedepan3. Membedakan perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang

akan datang & trend isu keperawatan saat ini dan kedepanAnalisis Masalah

1. Bagaimana perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang & trend isu keperawatan saat ini dan kedepan

2. Bagaimana hubungan perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang & trend isu keperawatan saat ini dan kedepan

3. Bagaimana hubungan perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang & trend isu keperawatan saat ini dan kedepan terhadap visi, misi program Studi S1 Keperawatan STIKes Santa Elisabeth Medan

4. Bagaimana perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang & trend isu keperawatan saat ini dan kedepan sehubungan dengan isu global dan belum diakuinya perawatan diindonesia terhadap kemandiriannya.

KEGIATAN PEMBELAJARAN V5.1. POKOK BAHASAN

Perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang 5.2. KOMPETENSI DASAR :

Modul IKD-I TIM 2011

Page 39: Modul IKD

69

Mahasiswa mampu memahami konsep Perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang

5.3. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI5.3.1. Menjelaskan pengertian Perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan

masa yang akan datang (C2)5.3.2. Menjelaskan Masalah Perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan

masa yang akan datang (C2)5.3.3. Mengklasifikasikan Konsep Perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini

dan masa yang akan datang (C3)5.3.4. Menjelaskan Perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang

akan datang (C2)5.3.5. Membedakan Perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan masa yang

akan datang (C3)5.3.6. Menganalisis Persepsi Perkembangan keperawatan masa lalu, masa kini dan

masa yang akan datang (C4)

URAIAN MATERI

Laporan tugas1. Laporan diketik dengan Ms. Word (ukuran kertas A4 margin Left: 3; Right: Top:

2.5; Bottom 2, 5).2. Susunan penulisan:

Halaman depan/cover: Judul, logo umm, nama kelas dan kelompok, daftar nama dan NIM anggota kelompok, nama program studi, fakultas dan universitas).

Isi: A. Kasus B. Kata-kata sulit dari kasus.C. Definisikan masalah D. Daftar pertanyaan jawaban dari hasil referenceE. Daftar pustakaF. Membuat 10 soal multiple choice dan jawabanya dari laporan yang telah

dikerjakan.3. Tugas dikumpulkan paling lambat 4 hari setelah diskusi melalui email dikirim

EVALUASI1. Penilaian Formatif

Penilaian ini terdiri dari:a. Nilai pelaksanaan diskusi tutorial

Pada diskusi tutorial mahasiswa akan dinilai berdasarkan kehadiran, aktifitas dan kreativitas, sikap dan interaksi serta relevansi.

b. Nilai laporan Laporan hasil diskusi

c. Nilai UTS/UAS Ujian tengah/akhir semester

Modul IKD-I TIM 2011

Page 40: Modul IKD

69

2. Penilaian SumatifProsentase penilaian adalah sebagai berikut:a. Diskusi (keaktifan dan kecakapan) %b. Laporan %c. UTS dan UAS %

Total %

KEGIATAN PEMBELAJARAN LECTURE 5; Praktik keperawatan vokasional dan profesionalPERTEMUAN VIIHARI : JUMAT/23 SEPTEMBER 2011

PRAKTIK KEPERAWATAN VOKASIONALDAN PROFESSIONAL

Kompetensi pencapaian1. Menjelaskan pengertian praktik keperawatan (C2)2. Menganalisis Legal aspek praktik keperawatan (C4)3. Menganalisis Karakteristik praktik keperawatan (C4)4. Menjelaskan Kewenangan perawat dalam praktik (C2)5. Membuktikan Legal aspek praktik keperawatan profesional (C4)6. Manganalisis Nilai dan etik dalam keperawatan profesional (C4)

7. Pengertian praktik kepw Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses. Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat melalui kolaborasi dengan sistem klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk praktik keperawatan individual dan berkelompok. Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan baik langsung atau tidak langsung diberikan kepada system klien di sarana dan tatanan kesehatan lainnya, dengan menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan berdasarkan kode etik dan standar praktik keperawatan. Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundangundangan. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tentang praktik Keperawatan)

Selama ini masyarakat mengenal perawat dari pelayanan keperawatan yang diberikan dalam tatanan pelayanan seperti puskesmas, rumah sakit, dan klinik pengobatan. Faktanya, perawat ada dan diperlukan dalam tatanan pelayanan masyarakat lainnya seperti Lembaga Pemasyarakatan, sekolah-sekolah, perkantoran, dan perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan orang dalam jumlah yang besar. Dari pengertian yang ada, perawat dapat

Modul IKD-I TIM 2011

Page 41: Modul IKD

69

melakukan praktik secara mandiri sebagaimana yang dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional lainnya. Hanya saja karena payung hukum yang belum kuat, Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten belum dapat memberikan ijin praktik mandiri. Karenanya, perawat yanng melakukan praktik mandiri diberi ijin Balai Pengobatan dibawah tanggung jawab seorang dokter, sehingga otonomi perawat sebagai tenaga profesional tidak dapat dijalankan sebagaimana mesti

Adapun karakteristik keperawatan adalah sebagai berikut :1. Otoritas (autority) mempengaruhi proses asuhan melalui peran professional.2. Akotabilitas (accountability) tanggung jawab kepada klien, diri sendiri dan profesi

serta mengambil keputusan yang berhubungan dengan asuhan.3. Kolaborasi (collaboration) mengadakan hubungan kerja dan berbagai disiplin dalam

mengakses masalah klien dan membantu klien menyelesaikannya.4. Mengambil keputusan yang mandiri (independen dicicion making) membuat

keperawatan pada tiap tahap proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah klien.5. Pembelaan/dukungan (advocacy) mengadakan intervensi untuk kepentingan klien.6. Fasilitas (facilitation) mendesimalkan profesi demi organisasi dan system klien-

keluarga dalam asuhan.7. Keperawatan mendahulukan kepentingan kesehatan dari masyarakat yang bersifat

humanistatik, yaitu :1. Menggunakan pendekatan holistic2. Dilaksanakan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan3. Berpegang pada standar pelayanan asuhan keperawatan4. Menggunakan kode etik keperawatan sebagai tuntutan utama dalam pelayanan

keperawatan.

Profesia. Winsley (1964). Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan

ilmu sebagai dasar untuk pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyak tantangan baru, memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus utama pada pelayanan.

b. Schein E. H (1962); Profesi merupakan suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di masyarakat.

c. Hughes,E.C ( 1963 ); Profesi merupakan suatu keahlian dalam mengetahui segala sesuatu dengan lebih baik dibandingkan orang lain (pasien).Ciri-ciri profesi menurut Winsley,(1964 ): 1. Didukung oleh badan ilmu ( body of knowledge ) yang sesuai dengan

bidangnya, jelas wilayah kerja keilmuannya dan aplikasinya.2. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus

menerus dan bertahap3. Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal

melalui perundang-undangan4. Peraturan dan ketentuan yag mengatur hidup dan kehidupan profesi

(standar pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan dan kode etik) serta pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi

5. Dikatakan juga oleh Shortridge,L.M ( 1985 ),Ciri-ciri profesi esensial suatu profesi adalah sbb:

Modul IKD-I TIM 2011

Page 42: Modul IKD

69

a. Berorientasi pada pelayanan masyarakat Pelayanan keperawatan yang diberikan didasarkan pada ilmu pengetahuan

b. Adanya otonomic. Memiliki kode etikd. Adanya organisasi profesi.e. Keperawatan Sebagai Profesi

Mempunyai body of knowledge, Tubuh pengetahuan yang dimiliki keperawatan adalah ilmu keperawatan (nursing science ) yang mencakup ilmu–ilmu dasar (alam, sosial, perilaku), ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu keperawatan dasar, ilmu keperawatan klinis dan ilmu keperawatan komunitas.

Pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggiDi Indonesia berbagai jenjang pendidikan telah dikembangkan dengan mempunyai standar kompetensi yang berbeda-beda mulai D III Keperawatan sampai dengan S3 akan dikembangkan.

Memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik dalam bidang profesi Keperawatan dikembangkan sebagai bagian integral dari Sistem Kesehatan Nasional. Oleh karena itu sistem pemberian askep dikembangkan sebagai bagian integral dari sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang terdapat di setiap tatanan pelayanan kesehatan. Pelayanan/askep yang dikembangkan bersifat humanistik/menyeluruh didasarkan pada kebutuhan klien, berpedoman pada standar asuhan keperawatan dan etika keperawatan.

Memiliki perhimpunan/organisasi profesiKeperawatan harus memiliki organisasi profesi, organisasi profesi ini sangat menentukan keberhasilan dalam upaya pengembangan citra keperawatan sebagai profesi serta mampu berperan aktif dalam upaya membangun keperawatan profesional dan berada di garda depan dalam inovasi keperawatan di Indonesia.

Pemberlakuan kode etik keperawatanDalam pelaksanaan asuhan keperawatan, perawat profesional selalu menunjukkan sikap dan tingkah laku profesional keperawatan sesuai kode etik keperawatan.

OtonomiKeperawatan memiliki kemandirian, wewenang, dan tanggung jawab untuk mengatur kehidupan profesi, mencakup otonomi dalam memberikan askep dan menetapkan standar asuhan keperawatan melalui proses keperawatan, penyelenggaraan pendidikan, riset keperawatan dan praktik keperawatan dalam bentuk legislasi keperawatan. ( KepMenKes No.1239 Tahun 2001 )

Motivasi bersifat altruistik; Masyarakat profesional keperawatan Indonesia bertanggung jawab membina dan mendudukkan peran dan fungsi keperawatan sebagai pelayanan profesional dalam pembangunan kesehatan serta tetap berpegang pada sifat dan hakikat keperawatan sebagai profesi serta selalu berorientasi kepada kepentingan masyarakat.

Nilai dan etik dlm praktik kepw. professional

Modul IKD-I TIM 2011

Page 43: Modul IKD

69

Ada dua kategori tenaga keperawatan menurut RUU Praktik Keperawatan, yaitu perawat vokasional dan perawat profesional. Perawat vokasional adalah seseorang yang telah menyelesaikan endidikan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dan lulusan Program Diploma 3 Keperawatan. Perawat profesional adalah seseorang yang lulus dari pendidikan tinggi keperawatan dan terakreditasi, terdiri dari ners generalis, ners spesialis dan ners konsultan. Setiap perawat yang akan melaksanakan praktik Keperawatan harus memiliki sertifikat kompetensi, yaitu surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang perawat untuk menjalankan praktik keperawatan di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi oleh konsil keperawatan. Dengan sertifikat kompetensi, seorang perawat dapat melakukan registrasi dan mengurus surat ijin praktik perawat dari Dinas Kesehatan setelah memenuhi persyaratan. Dengan demikian pelayanan yang diberikan dapat memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima dan pemberi jasa pelayanan keperawatan serta mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat.

Lingkup praktik keperawatan yang diatur dalam RUU Praktik keperawatan meliputi:1) memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

dalam menyelesaikan masalah kesehatan sederhana dan kompleks 2) memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan, nasehat, konseling, dalam

rangka penyelesaian masalah kesehatan melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam upaya memandirikan sistem klien

3) memberikan pelayanan keperawatan di sarana kesehatan dan tatanan lainnya 4) memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi,

pertolongan persalinan normal dan menulis permintaan obat/resep, dan 5) Melaksanakan program pengobatan dan atau tindakan medik secara tertulis dari

dokter.6) Melaksanakan Program Pemerintah dalam bidang kesehatan

Perawat terdiri dari dua, yaitu perawat vokasional dan perawat profesional.1. Perawat Vokasional

Perawat vokasional adalah seseorang yang telah lulus pendidikan Diploma III Keperawatan dan Sekolah Perawat Kesehatan yang terakreditasi dan diakui oleh pejabat yang berwenang Perawat vokasional sangat bebrbeda dengan perawat profesional. Dalam pekerjaannya, perawat profesional ini banyak menyalurkan ketrampilannya kepada klien/pasien. Mereka sering melakukan praktik langsung kepada klien/pasien, sedangkan teori yang didapat itu sedikit, tidak terlalu menjiwai teorinya. Mereka hanya mengerti bagaimana cara melakukannya, dan juga mereka melakukannya setelah mendapat perintah dari atasannya bukan karena inisiatif sendiri. Seorang perawat vokasional juga melaksanakan berbagai kegiatan terkait pemberian asuhan, pendidik, komunikator asuhan keperawatan (As-Kep) dan bekerja di bawah supevisi Ners Generalis.

2. Peran Perawat Vokasional Perawat sebagai seorang anggota tim kesehatan, dalam memberikan askep (asuhan keperawatan) terhadap klien haruslah dapat memberikan informasi tentang klien yang dirawatnya secara akurat dan komplit dan dalam waktu dan cara yang memungkinkan. Seorang klien tergantung pada pemberi perawatan untuk mengkomunikasikan kepada

Modul IKD-I TIM 2011

Page 44: Modul IKD

69

yang lainnya untuk memastikan mutu terbaik dari perawatan. Selain itu perawat merupakan media komunikasi klien, peran perawat sebagai komunikator sangatlah urgent. Pada perawat vokasional terdapat peran sebagai pendidik dalam pemberian asuhan keperawatan, namun hal ini masih berada dalam bimbingan ners generalis. Sebagai perawat, perawat vokasional pun memiliki peran sabagai anggota riset keperawatan. Oleh karena itu peran-peran perawat yang kompleks ini perlu dilakukan dengan sebaik mungkin agar terciptanya dunia kesehatan yang berkompeten. Tetapi hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh perawat vokasional karena tubuh pengetahuan yang dimiliki keperawatan vokasional sangatlah sedikt dan perannya dalam dunia kesehatan hanya pada karatif saja, tidak sampai memenuhi semua peran yang harus dilakukannya.

3. Fungsi Perawat Vokasional Pelaksanaan Asuhan KeperawatanDalam proses keperawatan pelaksanaan asuhan merupakan tugas semua perawat, baik itu perawat professional maupun perawat vokasional. Dan dalam pemberian asuhan ini perlu adanya pendokumentasian. Pendokumentasian sangat penting dalam perawatan kesehatan saat ini. Edelstein (1990) mendefinisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang ditulis atau dicetak yang dipercaya sebagai data untuk disahkan orang. Rekam medis haruslah menggambarkan secara komprehensif dari status kesehatan dan kebutuhan klien, boleh dikatakan seluruh tindakan yang diberikan untuk perawatan klien. Pendokumentasian yang baik harus menggambarkan tidak hanya kualitas dari perawatan tetapi juga data dari setiap pertanggung jawaban anggota tim kesehatan lain dalam pemberian perawatan. Dokumentasi keperawatan adalah informasi tertulis tentang status dan perkembangan kondisi kesehatan pasien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Fischbach, 1991). Beberapa jenis catatan digunakan sebagai alat komunikasi untuk menginformasikan keadaan klien. Meskipun setiap perusahaan menggunakan format yang berbeda, seluruh catatan mengandung informasi yang mendasar, yaitu:

1. Identifikasi klien dan data demografis2. Informed Consent untuk tindakan3. Riwayat keperawatan4. Diagnosa atau masalah keperawatan5. Rencana keperawatan (Nursing Care Plan)6. Catatan tindakan keperawatan dan evaluasi7. Riwayat medis8. Diagnosa medis9. Pesanan terapi10. Catatan perkembangan medis dan kesehatan11. Laporan pengkajian fisik12. Laporan diagnostik studi13. Rangkuman prosedur operasi14. Rencana pulang dan rangkumanMemberikan pendidikan kesehatan (di bawah supervisi Ners Generalis) dalam pemberian askep. Peran yang harus dilakukan merupakan fungsi dari perawat itu sendiri. Pendidikan tentang kesehatan harus diberikan oleh perawat vokasional dan harus di bawah pengawasan atau bimbingan supervise Ners Generalis.Memberikan informasi tentang perkembangan kesehatan pasien kepada atasannya. Dalam praktik asuhan keperawatan, evaluasi tentang perkembang klien harus sangat diperhatikan. Oleh sebab itu fungsi perawat vokasional memberikan informasi kepada atasannya tentang perkembangan kliennya.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 45: Modul IKD

69

Menjadi anggota pelaksana dalam riset keperawatan Dalam hal ini perawat vokasional merupakan anggota pelaksana riset dan riset ini dilakukan masih di bawah supervisi ners generalis. Karena peran yang dilakukan perawat vokasional tidaklah terlalu kompleks dalam melakukan riset ini. Riset adalah Proses pencarian kebenaran yang belum terungkap secara sistematis meliputi pengumpulan dan analisis informasi (data). Sedangkan Riset Keperawatan adalah Proses pencarian kebenaran secara sistematis yang didesain untuk meningkatkan pemahaman kita tentang isu-isu yang terkait dengan keperawatan, antara lain: praktik keperawatan, pendidikan keperawatan, dan administrasi keperawatan.

Manfaat riset dalam keperawatan adalah:1. Memperkuat dasar-dasar keilmuan yang nantinya akan menjadi landasan dalam

kegiatan praktik klinik, pendidikan, dan menejemen keperawatan2. Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan melalui pemanfaatan hasil penelitian

ilmiah3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembiayaan pelayanan keperawatan4. Memahami fenomena secara profesional sehingga dapat menyusun perencanaan,

memprediksi hasil, pengambilan keputusan, dan meningkatkan perilaku sehat klien.Ruang lingkup riset keperawatan:

1. Keperawatan medikal bedah2. Keperawatan maternitas3. Keperawatan anak4. Keperawatan jiwa5. Keperawatan gerontik6. Keperawatan keluarga7. Keperawatan komunitas8. Manajemen Keperawatan9. Pendidikan Keperawatan

Etika Riset Keperawatan (Loiselle et al., 2004) :1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy and

confidentiality)3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and

benefits).Didalam melaksanakan semua peran maupun fungsinya sebagai perawat,

perawat vokasional memiliki wewenang dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang menjadi lingkup tanggung jawabnya masih berada dibawah bimbingan supervisi Ners Generalis, namun dalam praktik keperawatan di Indonesia kebanyakan perawat vokasional melaksanakan wewenang dan tugasnya tanpa bimbingan dari ners generalis sehingga para perawat vokasional hanya memberikan asuhan keperawatan tanpa adanya pengetahuan ilmiah yang cukup untuk memberikan asuhan kepada klien tersebut. Serta perawat vokasional melakukan tugasnya berdasarkan perintah dokter saja.

4. Kompetensi Perawat VokasionalSebagai perawat, perawat vokasional pun harus memiliki beberapa kompetensi untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien, berikut adalah beberapa kompetensi yang perlu dimiliki perawat vokasional:

Modul IKD-I TIM 2011

Page 46: Modul IKD

69

Berkomunikasi Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi atau proses pemberian arti sesuatu antara dua atau lebih orang dan lingkungannya bisa melalui simbol, tanda atau perilaku yang umum, dan biasanya terjadi dua arah. Komunikasi menjadi penting dan perlu dipahami oleh perawat karena merupakan tolak ukur dalam mutu pelayanan keperawatan. Rendahnya komunikasi yang baik dan efektif dapat menyebabkan kesalahpahaman dalam mempersepsikan yang berdampak pada tingginya konflik antar tenaga kesehatan dan ketidakpuasan dari pelanggan baik internal (pemberi pelayanan) maupun eksternal (penerima pelayanan). Yang pada akhirnya menyebabkan rendahnya mutu pelayanan keperawatan yang diberikan.

Melakukan Prosedur/Teknik KeperawatanDalam pendidikan perawat vokasional, ketrampilan untuk melakukan

prosedur keperawatan sangat ditekankan. Sehingga perawat vokasional lebih diperlukan terhadap prosedur keperawatan saja, tanpa perlu adanya pengetahuan yang banyak terhadap prosedur yang dilakukan.

Melaksanakan Instruksi/Program Keperawatan Tertentu (Sederahana)Perawat vokasional di dalam melaksanakan tugasnya, hanya melakukan tugas-tugas keperawatan yang sederhana saja. Seperti melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien yang tingkat sakitnya tidak kronis atau darurat.

Mengumpulkan Data RisetSebelum membahas kompetensi, kita telah membahas peran maupun fungsi

perawat yang sabagai anggota pelaksana dalam riset keperawatan. Kempetensi yang harus dimiliki perawat vokasional hanya mengumpulkan data riset saja, sedangkan pengolahan datanya dilakukan oleh Ners Generalis.

Dalam dunia kesehatan banyak perbedaan penempatan kerja, khususnya keperawatan. Perawat vokasional biasanya bekerja di institusi pelayanan kesehatan yang sederhana saja, seperti Rumah Sakit yang sederhana, puskesmas, atau lain sebagainya yang membutuhkan pelayanan keperawatan primer maupun sekunder, sedangkan perawat professional mencakup seluruh aspek pelayanan keperawatan

PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONALPraktik keperawatan professional yang dikembangkan antara lain :1. Praktik keperawatan di institusi rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lain.2. Praktik keperawatan di luar institusi rumah sakit (praktik mandiri keperawatan )

dengan berbagai bentuk antara lain:3. Praktik kesehatan di rumah (Home Health Care, Home Care)4. Praktik keperawatan yang di lakukan secara berkelompok5. Praktik keperawatan yang di lakukan secara individu /perorangan

Praktik keperawatan kesehatan kesehatan di rumah dapat dilakukan oleh seorang perawat professional baik secara mandiri maupun berkelompok setelah Mendapatkan surat ijin praktik perawat (SIPP). Praktik keperawatan dapat melalui suatu agensi (misalnya balai asuhan /pelayanan keperawatan), atau secara perorangan.

 

SOAL KELOMPOK 1. Jelaskan dan analisis pengertian praktik keperawatan sesuai peraturan pemerintah

(C2)

Modul IKD-I TIM 2011

Page 47: Modul IKD

69

2. elaskan dan analisis Kewenangan perawat dalam praktik sesuai aturan organisasi profesi (PPNI & AIPNI) (C2)

3. Jelaskan perbedaan perawat vokasional dan profesional dan bagimana hubungannya (C2)

4. analisis Legal aspek praktik keperawatan menurut undang-undang RI no 20 ( C4)

5. nalisis Karakteristik praktik keperawatan menurut undang-undang RI no 20 (C4)

6. Bagaimana hubungan Legal aspek praktik keperawatan profesional terrhadap pelaksanaan tugas perawat (C4)

7. Manganalisis Nilai dan etik dalam keperawatan profesional dengan pendekatan praktik klinik (C4)

8. Bagaimana tentang asuhan keperawatan diindonesia dengan asuhan telenursing (C3)

KEGIATAN PEMBELAJARAN LECTURE-6Aspek legal, tata nilai, etika dan advocacy dalam keperawatanPERTEMUAN VIIIHARI/TGL: SABTU 24 SEPTEMBERT

ETIK DAN MORAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN KOMPETENSI DASAR

Soal Mahasiswa mampu 1. Menjelaskan penerapan Kode etik keperawatan diindonesia (C2)2. Membedakan Etika dan hukum keperawatan (C3)3. Menjelaskan Prinsip-prinsip etika keperawatan (otonomi, beneficience, non-

maleficience, justice, moral right, nilai dan norma masyarakat) (C2)4. Menjelaskan etical issue dalam praktik keperawatan (euthanasia, transplantasi organ,

supporting devices, aborsi, dll) (C2)5. Menjelaskan Prinsip-prinsip legal dalam praktik keperawatan (malpraktik, neglected,

pertanggunggugatan (mandiri & limpahan), pertanggungjawaban, dll. (C2)6. Analisa Bagaimanakah Perlindungan 47hukum dalam praktik keperawatan (C4)7. Menganalisa pengambilan keputusan legal etis (C4)

ETIKA, MORAL DAN NILAI-NILAI

Pengertian Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku benar atau salah, kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 48: Modul IKD

69

Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia berpikir dan bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak yang menggunakan istilah etik untuk mengambarkan etika suatu profesi dalam hubungannya dengan kode etik profesional. Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu standar atau pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku seseorang. Sistem nilai dalam suatu organisasi adalah rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai perilaku personal. Moral hampir sama dengan etika, biasanya merujuk pada standar personal tentang benar atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama, hukum, adat dan praktek profesional

NILAI-NILAI ESENSIAL DALAM PROFESI Pada tahun 1985, “The American Association Colleges of Nursing” melaksanakan suatu proyek termasuk didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai esensial dalam praktek keperawatan profesional. Perkumpulan ini mengidentifikasikan 7 nilai-nilai esensial dalam kehidupan profesional, yaitu: 1. Aesthetics (keindahan): Kualitas obyek suatu peristiwa atau kejadian, seseorang

memberikan kepuasan termasuk penghargaan, kreatifitas, imajinasi, sensitifitas dan kepedulian.

2. Altruism (mengutamakan orang lain): Kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang lain termasuk keperawatan atau kebidanan, komitmen, arahan, kedermawanan atau kemurahan hati serta ketekunan.

3. Equality (kesetaraan): Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan dengan sikap asertif, kejujuran, harga diri dan toleransi

4. Freedom (Kebebasan): memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk percaya diri, harapan, disiplin serta kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.

5. Human dignity (Martabat manusia): Berhubungan dengan penghargaan yang lekat terhadap martabat manusia sebagai individu termasuk didalamnya kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan dan penghargaan penuh terhadap kepercayaan.

6. Justice (Keadilan): Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk objektifitas, moralitas, integritas, dorongan dan keadilan serta kewajaran

7. Truth (Kebenaran): Menerima kenyataan dan realita, termasuk akontabilitas, kejujuran, keunikan dan reflektifitas yang rasional. PENGEMBANGAN DAN TRANSMISI NILAI-NILAI Individu tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values). Nilai-nilai ini diperoleh dan berkembang melalui informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang perjalanan hidupnya. Mereka belajar dari keseharian dan menentukan tentang nilai-nilai mana yang benar dan mana yang salah. Untuk memahami perbedaan nilai-nilai kehidupan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dimana mereka tumbuh dan berkembang. Nilai-nilai tersebut diambil dengan berbagai cara antara lain:

1) Model atau contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau buruk melalui observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat lingkungannya dimana dia bergaul

2) Moralitas diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan institusi tempatnya bekerja dan memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang berbeda

Modul IKD-I TIM 2011

Page 49: Modul IKD

69

3) Sesuka hati adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan sangat tergantung kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan memilih serta mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri. Hal ini lebih sering disebabkan karena kurangnya pendekatan, atau tidak adanya bimbingan atau pembinaan sehingga dapat menimbulkan kebingungan, dan konflik internal bagi individu tersebut

4) Penghargaan dan Sanksi; Perlakuan yang biasa diterima seperti: mendapatkan penghargaan bila menunjukkan perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapat sanksi atau hukuman bila menunjukkan perilaku yang tidak baik

5) Tanggung jawab untuk memilih; adanya dorongan internal untuk menggali nilai-nilai tertentu dan mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping itu, adanya dukungan dan bimbingan dari seseorang yang akan menyempurnakan perkembangan sistem nilai dirinya sendiri.

KLARIFIKASI NILAI-NILAI (VALUES) Klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana seseorang dapat mengerti sistem nilai-nilai yang melekat pada dirinya sendiri. Hal ini merupakan proses yang memungkinkan seseorang menemukan sistem perilakunya sendiri melalui perasaan dan analisis yang dipilihnya dan muncul alternatif-alternatif, apakah pilihan–pilihan ini yang sudah dianalisis secara rasional atau merupakan hasil dari suatu kondisi sebelumnya (Steele&Harmon, 1983). Klarifikasi nilai-nilai mempunyai manfaat yang sangat besar didalam aplikasi keperawatan dan kebidanan. Ada tiga fase dalam klarifikasi nilai-nilai individu yang perlu dipahami oleh perawat dan bidan. Pilihan: (1) Kebebasan memilih kepercayaan serta menghargai keunikan bagi setiap individu; (2) Perbedaan dalam kenyataan hidup selalu ada perbedaan-perbedaan, asuhan yang diberikan bukan hanya karena martabat seseorang tetapi hendaknya perlakuan yang diberikan mempertimbangkan sebagaimana kita ingin diperlakukan. (3) Keyakinan bahwa penghormatan terhadap martabat seseorang akan merupakan konsekuensi terbaik bagi semua masyarakat. Penghargaan: (1) Merasa bangga dan bahagia dengan pilihannya sendiri (anda akan merasa senang bila mengetahui bahwa asuhan yang anda berikan dihargai pasen atau klien serta sejawat) atau supervisor memberikan pujian atas keterampilan hubungan interpersonal yang dilakukan; (2) Dapat mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada seseorang yang tidak bersedia memperhatikan martabat manusia sebagaimana mestinya.

Tindakan (1) Gabungkan nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan atau pekerjaan sehari-hari; (2) Upayakan selalu konsisten untuk menghargai martabat manusia dalam kehidupan pribadi dan profesional, sehingga timbul rasa sensitif atas tindakan yang dilakukan.Semakin disadari nilai-nilai profesional maka semakin timbul nilai-nilai moral yang dilakukan serta selalu konsisten untuk mempertahankannya. Bila dibicarakan dengan sejawat atau pasen dan ternyata tidak sejalan, maka seseorang merasa terjadi sesuatu yang kontradiktif dengan prinsip-prinsip yang dianutnya yaitu; penghargaan terhadap martabat manusia yang tidak terakomodasi dan sangat mungkin kita tidak lagi merasa nyaman. Oleh karena itu, klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana kita perlu meningkatkan serta konsisten bahwa keputusan yang diambil secara khusus dalam kehidupan ini untuk menghormati martabat manusia. Hal ini merupakan nilai-nilai positif yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari dan dalam masyarakat luas.PELAKSANAAN ETIK DAN MORAL DALAM PELAYANAN KLINIS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 50: Modul IKD

69

Aplikasi dalam praktek klinis bagi perawat/bidan diperlukan untuk menempatkan nilai-nilai dan perilaku kesehatan pada posisinya. Perawat/bidan bisa menjadi sangat frustrasi bila membimbing atau memberikan konsultasi kepada pasen yang mempunyai nilai-nilai dan perilaku kesehatan yang sangat rendah. Hal ini disebabkan karena pasen kurang memperhatikan status kesehatannya. Pertama-tama yang dilakukan oleh perawat/bidan adalah berusaha membantu pasen untuk mengidentifikasi nilai-nilai dasar kehidupannya sendiri. Sebagai ilustrasi dapat dicontohkan kasus sebagai berikut: Seorang pengusaha yang sangat sukses dan mempunyai akses di luar dan dalam negeri sehingga dia menjadi sibuk sekali dalam mengelola usahanya. Akibat kesibukannya dia sering lupa makan sehingga terjadi perdarahan lambung yang menyebabkan dia perlu dirawat di rumah sakit. Selain itu dia juga perokok berat sebelumnya. Ketika kondisinya telah mulai pulih perawat berusaha mengadakan pendekatan untuk mempersiapkannya untuk pulang. Namun perawat menjadi kecewa, karena pembicaraan akhirnya mengarah pada keberhasilan serta kesuksesannya dalam bisnis.Langkah berikutnya adalah mengajaknya untuk mendiskusikan prioritas yang dibuat berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya, dengan mengikuti klarifikasi nilai-nilai sebagai berikut:

1. Memilih: Setelah menggali aspek-aspek berdampak terhadap kesehatan pasen, misalnya stress yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan dan mengganggu aktifitasnya, maka sarankan kepadanya memilih secara bebas nilai-nilai kunci yang dianutnya. Bila dia memilih masalah kesehatannya, maka hal ini menunjukkan tanda positif.

2. Penghargaan: Berikan dukungan untuk memperkuat keinginan pasen dan promosikan nilai-nilai tersebut dan bila memungkinkan dapatkan dukungan dari keluarganya. Contoh: istri dan anak anda pasti akan merasa senang bila anda memutuskan untuk berhenti merokok serta mengurangi kegiatan bisnis anda, karena dia sangat menghargai kesehatan anda.

3. Tindakan: Berikan bantuan kepada pasen untuk merencanakan kebiasaan baru yang konsisten setelah memahami nilai-nilai pilihannya. Minta kepada pasen untuk memikirkan suatu cara bagaimana nilai tersebut dapat masuk dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata yang perlu diucapkan perawat/bidan kepada pasennya: “Bila anda pulang, anda akan menemukan cara kehidupan yang berbeda, dan anda menyatakan ingin mulai menggunakan waktu demi kesehatan anda”.

PERILAKU ETIS PROFESIONAL Perawat atau bidan memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan profesional. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat atau bidan, dan berlanjut pada diskusi formal maupun informal dengan sejawat atau teman. Perilaku yang etis mencapai puncaknya bila perawat atau bidan mencoba dan mencontoh perilaku pengambilan keputusan yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika. Dalam hal ini, perawat atau bidan seringkali menggunakan dua pendekatan: yaitu pendekatan berdasarkan prinsip dan pendekatan berdasarkan asuhan keperawatan /kebidanan.

Pendekatan Berdasarkan Prinsip Pendekatan berdasarkan prinsip, sering dilakukan dalam bio etika untuk menawarkan bimbingan untuk tindakan khusus. Beauchamp Childress (1994) menyatakan empat pendekatan prinsip dalam etika biomedik antara lain; (1)

Modul IKD-I TIM 2011

Page 51: Modul IKD

69

Sebaiknya mengarah langsung untuk bertindak sebagai penghargaan terhadap kapasitas otonomi setiap orang: (2) Menghindarkan berbuat suatu kesalahan; (3) Bersedia dengan murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan segala konsekuensinya; (4) Keadilan menjelaskan tentang manfaat dan resiko yang dihadapi.Dilema etik muncul ketika ketaatan terhadap prinsip menimbulkan penyebab konflik dalam bertindak. Contoh; seorang ibu yang memerlukan biaya untuk pengobatan progresif bagi bayinya yang lahir tanpa otak dan secara medis dinyatakan tidak akan pernah menikmati kehidupan bahagia yang paling sederhana sekalipun. Di sini terlihat adanya kebutuhan untuk tetap menghargai otonomi si ibu akan pilihan pengobatan bayinya, tetapi dilain pihak masyarakat berpendapat akan lebih adil bila pengobatan diberikan kepada bayi yang masih memungkinkan mempunyai harapan hidup yang besar. Hal ini tentu sangat mengecewakan karena tidak ada satu metoda pun yang mudah dan aman untuk menetapkan prinsip-prinsip mana yang lebih penting, bila terjadi konflik diantara kedua prinsip yang berlawanan. Umumnya, pendekatan berdasarkan prinsip dalam bioetik, hasilnya terkadang lebih membingungkan. Hal ini dapat mengurangi perhatian perawat atau bidan terhadap sesuatu yang penting dalam etika.

Pendekatan Berdasarkan Asuhan Ketidakpuasan yang timbul dalam pendekatan berdasarkan prinsip dalam bioetik mengarahkan banyak perawat atau bidan untuk memandang “care” atau asuhan sebagai fondasi dan kewajiban moral. Hubungan perawat dengan pasen merupakan pusat pendekatan berdasarkan asuhan, dimana memberikan langsung perhatian khusus kepada pasen, sebagaimana dilakukan sepanjang kehidupannya sebagai perawat atau bidan. Perspektif asuhan memberikan arah dengan cara bagaimana perawat dapat membagi waktu untuk dapat duduk bersama dengan pasen atau sejawat, merupakan suatu kewajaran yang dapat membahagiakan bila diterapkan berdasarkan etika. Karakteristik perspektif dari asuhan meliputi : (1) Berpusat pada hubungan interpersonal dalam asuhan; (2) Meningkatkan penghormatan dan penghargaan terhadap martabat klien atau pasen sebagai manusia; (3) Mau mendengarkan dan mengolah saran-saran dari orang lain sebagai dasar yang mengarah pada tanggung-jawab profesional; (4) Mengingat kembali arti tanggung-jawab moral yang meliputi kebajikan seperti: kebaikan, kepedulian, empati, perasaan kasih-sayang, dan menerima kenyataan. (Taylor,1993). Asuhan juga memiliki tradisi memberikan komitmen utamanya terhadap pasen dan belakangan ini mengklaim bahwa advokasi terhadap pasen merupakan salah satu peran yang sudah dilegimitasi sebagai peran dalam memberikan asuhan keperawatan/kebidanan.

Advokasi adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan mendukung hak-hak pasen. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral bagi perawat atau bidan, dalam menemukan kepastian tentang dua sistem pendekatan etika yang dilakukan yaitu pendekatan berdasarkan prinsip dan asuhan. Perawat atau bidan yang memiliki komitmen tinggi dalam mempraktekkan keperawatan profesional dan tradisi tersebut perlu mengingat hal-hal sbb: (1) Pastikan bahwa loyalitas staf atau kolega agar tetap memegang teguh komitmen utamanya terhadap pasen; (2) berikan prioritas utama terhadap pasen dan masyarakat pada umumnya; (3) Kepedulian

Modul IKD-I TIM 2011

Page 52: Modul IKD

69

mengevaluasi terhadap kemungkinan adanya klaim otonomi dalam kesembuhan pasen. Bila menghargai otonomi, perawat atau bidan harus memberikan informasi yang akurat, menghormati dan mendukung hak pasien dalam mengambil keputusan.

Etika berkenaan dengan pengkajian kehidupan moral secara sistematis dan dirancang untuk melihat apa yang harus dikerjakan, apa yang harus dipertimbangkan sebelum tindakan tsb dilakukan, dan ini menjadi acuan untuk melihat suatu tindakan benar atau salah secara moral. Terdapat beberapa prinsip etik dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan yaitu : 1. Autonomy (penentu pilihan) Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai

hak klien untuk mengambil keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan induvidu secara holistik.

2. Non Maleficence (do no harm)Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya bagi kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan. Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja.

3. Beneficence (do good) Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk melakukan dengan baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan klien dan keluarga.

4. Justice (perlakuan adil) Perawat sering mengambil keputusan dengan menggunakan rasa keadilan.

5. Fidelity (setia)Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh seseorang.

6. Veracity (kebenaran)Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Sebagian besar anak-anak diajarkan untuk selalu berkata jujur, tetapi bagi orang dewasa, pilihannya sering kali kurang jelas.

Keenam prinsip terebut harus senantiasa menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan dengan klien yang skabies : apakah otonomi klien dihargai,bila klien Nn T menginginkan perawatan dilakukan oleh keluarganya, maka kita izinkan asalakan sebelumnya keluarga klien harus diberikan pengarahan tentang perawatan klien skabies. Apakah keputusan ini mencegah konsekuensi bahaya. apakah tindakan ini bermanfaat,untuk siapa; apakah keputusan ini adil dalam pemberian perawatan, perawat tidak boleh membeda-bedakan klien dari status sosialnya tetapi melihat dari penting atau tidaknya pemberian perawatan untuk klien tersebut. Untuk alasan moral, hak-hak klien harus dihargai dan dilindungi. Hak-hak tersebut menyangkut kehidupan, kebahagiaan, kebebasan, privacy, self-determination, perlakuan adil dan integritas diri

Masalah-masalah “Etik Keperawatan” di Indonesia1. Dasar-dasar moral makin memudar2. Dasar dan sengi Agama

Modul IKD-I TIM 2011

Page 53: Modul IKD

69

3. Perkembangan ilmu, penelitian dan teknologi kedokteran serta keperawatan semakin berkembang sangat pesat.

4. Dokter dan tenaga perawat tidak mungkin menguasai semua kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran dan keperawatan yang berkembang pesat. Hal tersebut menyebabkan terjadinya peminatan khusus, spesialisasi terhadap satu bidang dan penggusaan terhadap alat-alat khusus yang canggih serta mutakhir.

5. Globalisasi yang ditandai dengan persaingan dan perang ekonomi di segala bidang. Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan telah berubah orientasinya dari kegiatan social kesehatan menjadi kegiatan social ekonomi dan kemudian mengarah ke kegaiatan bisnis dalam industry kesehatan.

6. Berbagai kemajuan dan perkembangan masyarakat sebagai pengguna jasa kesehatan, antara lain : Kesadaran masyarakat dan klien mengenai hak-haknya di bidang kedokteran dan

pelayanan kesehatan yang semakin meningkat. Tingkat kesehjateraan dan ekonomi masyarakat yang meningkat yang

memungkinkan mereka menuntut perawatan yang lebih baik. Teknologi informasi dan komunikasi makin canggih.

7. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat perawat itu sendiri, seperti Kurangnya tenaga perawat Masuknya tenaga perawat asing dan perawat lulusan dari luar negeri yang tentu

saja membawa budaya dan pengetahuan lain sehingga menambah persaingan antar perawat itu sendiri

Asuransi kesehatan yang semakin dirasakan kebutuhannya baik oleh tenaga perawat maupun klien itu sendiri

8. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam menggunakan jasa pengacara untuk menuntut hak-hak mereka untuk mendapatkan pelayanan prima di bidang kesehatan

TANGGUNG JAWAB (RESPONSIBILITY) DAN TANGGUNG GUGAT (ACCOUNTABILITY) PERAWAT DALAM SUDUT PANDANG ETIK TANGGUNG JAWAB (RESPONSIBILITY)

Pengertian Responsibility (Barbara kozier dalam Fundamental of nursing 1983:25)Responsibility means : Reliability and thrustworthiness. This attribute indicates that theprofessional nurse carries out required nursing activities conscientiously and that nurse’sactions are honestly reported (Koziers, 1983:25) Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini menunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati-hati, teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur. Klien merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya. Kepercayaan tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila klien merasa tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya tidak memadai dan kurang berpengalaman. Klien tidak yakin bahwa perawat memiliki integritas dalam sikap, keterampilan, pengetahuan (integrity) dan kompetensi.Beberapa cara dimana perawat dapat mengkomunikasikan tanggung jawabnya :

Modul IKD-I TIM 2011

Page 54: Modul IKD

69

1. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere intereset)Contoh : “Mohon maaf bu demi kenyamanan ibu dan kesehatan ibu saya akan mengganti balutan atau mengganti spreinya”.

2. Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia memberikan penjelasan dengan ramah kepada kliennya (explanantion about the delay). Misalnya ; “Mohon maaf pak saya memprioritaskan dulu klien yang gawat dan darurat sehingga harus meninggalkan bapak sejenak”.

3. Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect) yang ditunjukkan dengan perilaku perawat. misalnya mengucapkan salam, tersenyum, membungkuk, bersalaman dsb.

4. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjects the patiens desires) bukan pada kepentingan atau keinginan perawat misalnya “Coba ibu jelaskan bagaimana perasaan ibu saat ini”. Sedangkan apabila perawat berorientasi pada kepentingan perawat ; “ Apakah bapak tidak paham bahwa pekerjaan saya itu banyak, dari pagi sampai siang, mohon pengertiannya pak, jangan mau dilayani terus”

5. Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina (derogatory misalnya “ pasien yang ini mungkin harapan sembuhnya lebih kecil dibanding pasien yang tadi”

6. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut pandang klien (see the patient point of view). Misalnya perawat tetap bersikap bijaksana saat klien menyatakan bahwa obatnya tidak cocok atau diagnosanya mungkin salah.

Pengertian Tanggung jawab perawat menurut ANAResponsibility adalah : Penerapan ketentuan hukum (eksekusi) terhadap tugas-tugas yangberhubungan dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap kompeten dalam Pengetahuan, Sikap dan bekerja sesuai kode etik (ANA, 1985). Menurut pengertian tersebut, agar memiliki tanggung jawab maka perawat diberikan ketentuan hukum dengan maksud agar pelayanan perawatannya tetap sesuai standar. Misalnya: hukum mengatur apabila perawat melakukan kegiatan kriminalitas, memalsukan ijazah, melakukan pungutan liar dsb. Tanggung jawab perawat ditunjukan dengan cara siap menerima hukuman (punishment) secara hukum kalau perawat terbukti bersalah atau melanggar hukum.Tanggung jawab diartikan sebagai kesiapan memberikan jawaban atas tindakan-tindakan yang sudah dilakukan perawat pada masa lalu atau tindakan yang akan berakibat di masa yang akan datang. Misalnya bila perawat dengan sengaja memasang alat kontrasepsi tanpa persetujuan klien maka akan berdampak pada masa depan klien. Klien tidak akan punya keturunan padahal memiliki keturunan adalah hak semua manusia. Perawat secara retrospektif harus bisa mempertanggung-

Modul IKD-I TIM 2011

Page 55: Modul IKD

69

jawabkan meskipun tindakan perawat tersebut diangap benar menurut pertimbangan medis.

Jenis tanggung jawab perawatTanggung jawab (Responsibility) perawat dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Responsibility to God (tanggung jawab utama terhadap Tuhannya)2. Responsibility to Client and Society (tanggung jawab terhadap

klien dan masyarakat)3. Responsibility to Colleague and Supervisor (tanggung jawab

terhadap rekan sejawat dan atasan)Tanggung jawab perawat terhadap Tuhannya saat merawat klienDalam sudut pandang etika Normatif, tanggung jawab perawat yang paling utama adalahtanggung jawab di hadapan Tuhannya. Sesungguhnya penglihatan, pendengaran dan hati akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Tuhan. Dalam sudut pandang Etik pertanggung jawaban perawat terhadap Tuhannya terutama yang menyangkut hal-hal berikut ini ;1. Apakah perawat berangkat menuju tugasnya dengan niat ikhlas karena Allah ?2. Apakah perawat mendo’akan klien selama dirawat dan memohon kepada Allah untukkesembuhannya ?3. Apakah perawat mengajarkan kepada klien hikmah dari sakit ?4. Apakah perawat menjelaskan mafaat do’a untuk kesembuhannya ?5. Apakah perawat memfasilitasi klien untuk beribadah selama di RS?6. Apakah perawat melakukan kolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien?7. Apakah perawat mengantarkan klien dalam sakaratul maut menuju Khusnul khotimah?

Tanggung Jawab (Responsibility)perawat terhadap klien.Tanggung jawab merupakan aspek penting dalam etika perawat. Tanggung jawab adalahkesediaan seseorang untuk menyiapkan diri dalam menghadapi resiko terburuk sekalipun,memberikan kompensasi atau informasi terhadap apa-apa yang sudah dilakukannya dalammelaksanakan tugas. Tanggung jawab seringkali bersipat retrospektif, artinya selalu berorientasi pada perilaku perawat di masa lalu atau sesuatu yang sudah dilakukan. Tanggung jawab perawat terhadap klien berfokus pada apa-apa yang sudah dilakukan perawat terhadap kliennya. Perawat dituntut untuk bertanggung jawab dalam setiap tindakannya khususnya selama melaksanakan tugas di rumah sakit, puskesmas, panti, klinik atau masyarakat. Meskipun tidak dalam rangka tugas atau tidak sedang meklaksanakan dinas, perawat dituntut untuk bertangung jawab dalam tugas-tugas yang melekat dalam diri perawat.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 56: Modul IKD

69

Perawat memiliki peran dan fungsi yang sudah disepakati. Perawat sudah berjanji dengan sumpah perawat bahwa ia akan senantiasa melaksanakan tugas-tugasnya.Contoh bentuk tanggung jawab perawat selama dinas; mengenal kondisi kliennya,melakukan operan, memberikan perawatan selama jam dinas, tanggung jawab dalammendokumentasikan, bertanggung jawab dalam menjaga keselamatan klien, jumlah klien yang sesuai dengan catatan dan pengawasannya, kadang-kadang ada klien pulang paksa atau pulang tanpa pemberitahuan, bertanggung jawab bila ada klien tiba-tiba tensinya drop tanpasepengetahuan perawat. dsb. Tanggung jawab perawat erat kaitanya dengan tugas-tugas perawat. Tugas perawat secara umum adalah memenuhi kebutuhan dasar. Peran penting perawat adalah memberikan pelayanan perawatan (care) atau memberikan perawatan (caring). Tugas perawat bukan untuk mengobati (cure). Dalam pelaksanaan tugas di lapangan adakalanya perawat melakukan tugas dari profesi lain seperti dokter, farmasi, ahli gizi, atau fisioterapi. Untuk tugas-tugas yang bukan tugas perwat seperti pemberian obat maka tanggung jawab tersebut seringkali dikaitkan dengan siapa yang memberikan tugas tersebut atau dengan siapa ia berkolaborasi. Dalam kasus kesalahan pemberian obat maka perawat harus turut bertanggung-jawab, meskipun tanggung jawab utama ada pada pemberi tugas atau atasan perawat, dalam istilah etika dikenal dengan Respondeath Superior.Istilah tersebut merujuk pada tanggung jawab atasan terhadap perilaku salah yang dibuat bawahannya sebagai akibat dari kesalahan dalam pendelegasian. Sebelum melakukan pendelegasian seorang pimpinan atau ketua tim yang ditunjuk misalnya dokter harus melihatpendidikan, skill, loyalitas, pengalaman dan kompetensi perawat agar tidak melakukan kesalahan dan bisa bertanggung jawab bila salah melaksanakan pendelegasian. Dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat agar mampu memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep kebutuhan dasar manusia. Konsep Kebutuhan dasar yang paling terkenal salah satunya menurut Maslow sebagai berikut :

Berdasarkan konsep kebutuhan dasar, perawat memegang tanggung jawab dalammemenuhi kebutuhan dasar klien. Perawat diharapkan memandang klien sebagai mahluk unikyang komprehensif dalam memberikan perawatan. Komprehensif artinya dalam memenuhikebutuhan dasar klien, tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisiknya atau psikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggung jawab perawat. sebagai contoh ketika merawat klien fraktur perawat tidak hanya memenuhi kebutuhan istirahat, rasa nyaman dan terhindar dari nyeri (sleep and comport need), tetapi memandang klien

Modul IKD-I TIM 2011

Page 57: Modul IKD

69

sebagai mahluk utuh yang berdampak pada gangguan psikologisnya seperti cemas, takut, sedih, terasing sebagai dampak dari fraktur, atau masalah-masalah sosial seperti (tidak bisa bekerja, rindu pada keluarga, terpisah dari teman, sampai masalah) Etika perawat melandasi perawat dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dalampandangan etika keperawatan perawat memilki tanggung jawab (responsibility) terhadap-tugas tugasnya terutama keharusan memandang manusia sebagai mahluk yang utuh dan unik. Utuh artinya memiliki kebutuhan dasar yang kompleks dan saling berkaitan antara kebutuhan satu dengan lainnya, unik artinya setiap individu bersipat khas dan tidak bisa disamakan dengan individu lainnya sehingga memerlukan pendekatan khusus kasus per kasus, karena klien memiliki riwayat kelahiran, riwayat masa anak, pendidikan, hobby, pola asuh, lingkungan, pengalaman traumatik, dan cita-cita yang berbeda. Kemampuan perawat memahami riwayat hidup klien yang berbeda-beda dikenal dengan Ability to know Life span History dan kemampuan perawat dalam memandang individu dalam rentang yang panjang dan berlainan dikenal dengan Holistic.

Tanggung jawab perawat terhadap rekan sejawat dan atasanAda beberapa hal yang berkaitan dengan tanggung jawab perawat terhadap rekan sejawat atau atasan. Diantaranya adalah sebagai berikut :1. Membuat pencatatan yang lengkap (pendokumentasian) tentang

kapan melakukan tindakan keperawatan, berapa kali, dimana dengan cara apa dan siapa yang melakukan. Misalnya perawat A melakuan pemasangan infus pada lengan kanan vena brchialis, dan pemberian cairan RL sebanyak 5 labu, infus dicabut malam senin tanggal 30 juni 2007 jam 21.00. keadaan umum klien Compos Mentis, T=120/80 mmHg, N=80x/m, R=28x/m S=37C.kemudian dibubuhi tanda tangan dan nama jelas perawat.

2. Mengajarkan pengetahuan perawat terhadap perawat lain yang belum mampu atau belum mahir melakukannya. Misalnya perawat belum mahir memasang EKG diajar oleh perawat yang sudah mahir. Untuk melindungi masyarakat dari kesalahan, perawat baru dilatih oleh perawat senior yang sudah mahir, meskipun secara akademik sudah dinyatakan kompeten tetapi kondisi lingkungan dan lapangan seringkali menuntut adaptasi khusus.

3. Memberikan teguran bila rekan sejawat melakukan kesalahan atau menyalahi standar. Perawat bertanggung jawab bila perawat lain merokok di ruangan, memalsukan obat, mengambil barang klien yang bukan haknya, memalsukan tanda tangan, memungut uang di luar prosedur resmi, melakukan tindakan keperawatan di luar standar, misalnya memasang NGT tanpa menjaga sterilitas.

4. Memberikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus yang dialami klien. Bila terjadi gugatan akibat kasus-kasus malpraktek seperti aborsi, infeski nosokomial, kesalahan diagnostik, kesalahan pemberian obat, klien terjatuh, overhidrasi, keracunan obat, over

Modul IKD-I TIM 2011

Page 58: Modul IKD

69

dosis dsb. Perawat berkewajiban untuk menjadi saksi dengan menyertakan bukti-bukti yang memadai.

TANGGUNG GUGAT (ACCOUNTABILITY)Acountability : The Nurse participates in making decisions and learns to live with these decisions(Barbara Kozier, Fundamental of Nursing 1983:7, 25, ). Means being answerable Nurses have to be answerable for all their professional activities. They must be able to explain their professional action and accept responsibility for them. Three question naturally arise1. To whom the nurse accountable?2. For what the nurse accountable?3. By what criteria is accountable measured ?Akontabiliti dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu Keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-konsekunsinya. Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan berani menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan profesinya. Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau tindakan yang dilakukannya. Hal ini bisa dijelaskan dengan mengajukan tiga pertanyaan berikut :

1. Kepada siapa tanggung gugat itu ditujukan

Sebagai tenaga perawat kesehatan prawat memiliki tanggung gugat terhadap klien, sedangkan sebagai pekerja atau karyawan perawat memilki tanggung jawab terhadap direktur, sebagai profesional perawat memilki tanggung gugat terhadap ikatan profesi dan sebagai anggota team kesehatan perawat memiliki tanggung gugat terhadap ketua tim biasanya dokter sebagai contoh perawat memberikan injeksi terhadap klien. Injeksi ditentukan berdasarkan advis dan kolaborasi dengan dokter, perawat membuat daftar biaya dari tindakan dan pengobatan yang diberikan yang harus dibayarkan ke pihak rumah sakit. Dalam contoh tersebut perawat memiliki tanggung gugat terhadap klien, dokter, RS dan profesinya.

2. Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat? Perawat memilki tanggung gugat dari seluruh kegitan professional yang dilakukannya mulai dari mengganti laken, pemberian obat sampai persiapan pulang. Hal ini bisa diobservasi atau diukur kinerjanya.

3. Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya? Ikatan perawat, PPNI atau Asosiasi perawat atau Asosiasi Rumah sakit telah menyusun standar yang memiliki krirteria-kriteria tertentu dengan cara membandingkan apa-apa yang dikerjakan perawat dengan standar yang tercantum.baik itu dalam input, proses atau outputnya. Misalnya apakah perawat mencuci tangan sesuai standar melalui 5 tahap yaitu. Mencuci kuku, telapak tangan, punggung tangan, pakai sabun di air mengalir selama 3 kali dsb.

MASALAH ETIK DAN MORAL DALAM KEPERAWATAN

Modul IKD-I TIM 2011

Page 59: Modul IKD

69

Menurut Rosdahal, 1999: 45-46, masalah isu etik dan moral yang sering terjadi dalam praktek keperawatan professional meliputi :1. Organ transplantation (transplantasi organ).

Banyak sekali kasus dimana tim kesehatan berhasil mencangkokan organ terhadap klien yang membutuhkan. Dalam kasus tumor ginjal, truma ginjal atau gagal ginjal CRF (chronic Renal Failure), ginjal dari donor ditransplantasikan kepada ginjal penerima (recipient). Masalah etik yang muncul adalah apakah organ donor bisa diperjual-belikan?, bagaimana dengan hak donor untuk hidup sehat dan sempurna, apakah kita tidak berkewajiban untuk menolong orang yang membutuhkan padahal kita bisa bertahan dengan satu ginjal. Apakah si penerima berhak untuk mendapatkan organ orang lain, bagaiman dengan tim operasi yang melakukanya apakah sesuai dengan kode etik profesi?, bagaimana dengan organ orang yang sudah meninggal, apakah diperbolehkan orang mati diambil organnya?. Semua penelaahan donor organ harus diteliti dengan kajian majelis etik yang terdiri dari para ahli di bidangnya. Majelis etik bisa terdiri atas pakar terdiri dari dokter, pakar keperawatan, pakar agama, pakar hukum atau pakar ilmu sosial. Secara medis ada persyaratan yang harus dipenuhi untuk melakukan donor organ tersebut. Diantaranya adalah memiliki DNA, golongan darah, jenis antigen yang cocok anatara Donor dan resipien, tidak terjadi reaksi penolakan secara antigen dan antibodi oleh resipien, harus dipastikan apakah sirkulasi, perfusi dan metabolisme organ masih berjalan dengan baik dan belum mengalami kematian (nekrosis). Hal ini akan berkaitan dengan isu mati klinis dan informed consent. Perlu adanya saksi yang disahkan secara hukum bahwa organ seseorang atau keluarganya didonorkan pada keluarga lain agar dikemudian hari tidak ada masalah hukum. Biasanya ada sertifikat yang menyertai bahwa organ tersebut sah dan legal. Pada kenyataannya perangkat hokum dan undang-undang mengenai donor organ di Indonesia belum selengkap di luar negeri sehingga operasi donor organ untuk klien Indonesia lebih banyak dilakukan di Singapur, China atau Hongkong. Menurut Cholil Uman (1994), Pencangkokan adalah pemindhan organ tubuh yang mempunyai daya hidup yang sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsidengan baik, yangapabila apabila diobati dengan prosedur medis biasa. Harapan klien untuk bertahan hidupnya tidak ada lagi.

Ada 3 tipe donor organ tubuh ;a. Donor dalam keadaan hidup sehat : tipe ini memrlukan seleksi yang

cermat dan pemeriksaan kesahatan yang lengkap, baik terhadap donor maupun resipien untuk menghindari kegagalan karena penolakan trubuh oleh resipien dan untk mencegah resiko bagi donor.

b. Donor dalam keadaan koma atau diduga akan meninggal dengan sege: Untuk tipe ini pengambilan organ donor memrlukan alat control kehidupan misalnya alat Bantu pernafasan khusus . Alat Bantu akan dicabut setelah pengambilan organselesai. Penentuan criteria mat secra yuridis dan medis harus jelas. Apakah criteria mati itu ditandai

Modul IKD-I TIM 2011

Page 60: Modul IKD

69

dengan berhentinya denyut jantung dan pernafasan atau berhentinya fungsi otak?, masalah etik ini gharus jelas menjadi pegangan dokter agar di kemudian hari dokter tidak digugat ssebagi pembunuh berencana oleh keluarga bersangkitan sehubugan dengan praktek transplantasi itu.

c. Donor dalam keadaan mati; Tipe ini merupakan tipe yang ideal , sebab secra medis tinggal menunggu penentuan kapan donor dianggap meninggal secra medis dan yuridis.

Apabila pencangkokan mata, ginjal atau jantung dari donor yang telah meninggal atautipe 3, secara yuridis dan klinis, maka Islam membolehkan dengan syarat : Resipien (penerima organ) berada dalam keadaan darurat yang

mengancam dirinya setelah menmpuh berbagai upaya pengobatan yang lama

Pencangkokan tidak akan menimbulkan akibat atau komplikasi yang lebih gawat

Telah disetujui oleh wali atau keluarga korban dengan niat untuk menolong bukan untuk memperjual-belikan

2. Determination of clinical death (perkiraan kematian klinis) Masalah etik yang sering terjadi adalah penentuan meninggalnya seseorang secara klinis. Banyak kontroversi ciri- ciri dalam menentukan mati klinis. Hal ini berkaitan dengan pemanfaatan organorgan klien yang dianggap sudah meninggal secra klinis. Menurut rosdahl (1999), criteria kematian klinis (brain death) di beberapa Negara Amerika ditentukan sebagai berikut : Penghentian nafas setlah berhentinya pernafasan

artifisalselama 3 menit (inspirasi-ekspiorsai) Berhentinya denyut jantung tanpa stikulus eksternal Tidak ada respon verbal dan non verbal terhadap sti,ulus

eksternal Hilangnya refleks-refleks (cephalic reflexes) Pupil dilatasi Hilangnya fungsi seluruh otak yang bisa dibuktikan dengan EEG

3. Quality of Life (kualitas dalam kehidupan) Masalah kulitas kehidupan sering kali menjadi masalah etik. Hal ini mendasari tim kesehtan untuk mengambil keputusan etis. Apakah seorang klien harus mendapatkan intervensi atau tidak. Sebagai contoh bagaiamana bila di suatu tempat tidak ada donor yang bersedia dan tidak ada tenaga ahli yang dapat memberikan tindakan tertentu?. Siapa yang berhak memutuskan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami koma. Siapa boleh memutuskan untuk menghentikan resusitasi?, Beberapa hal berikut dapat dijadikan pertimbngan misalnya apabila klien sudah memapu untk bekerja, apabila klien sudah berfungsi secra fisik, berdasarkan usia, berdasarkan mafaat terhadap masyarakat, berdasarkan kepuasaan atau kegembiraan klien, kemaampuan untyuk menolong

Modul IKD-I TIM 2011

Page 61: Modul IKD

69

dirinya sendiri, pendapat keluarga klien terdekat atau penaggung jawab klien.

4. Ethical issues in treatment (isu masalah etik dalam tindakan keperawatan)Apabila ada tindakan yang membutuhkan biaya besar apakah tindakan tersebut tetap dilakukan meslipun klien tersebut tidak mampu dan tidak mau ?, apabila tim kesehatan yang memutuskan maka hal ini dikenal dengan mencari keuntungan atau berbuat kerusakan (Beneficience), Apabila klien yang memutuskan maka hal ini mungkin termasuk hak otonomi klien (autonomy), dapatkah klien menolak sesuatu. Masalah-masalah etik yang sering muncul seperti : Klien menolak pengobatan atau tindakan yang

direkomendasikan (refusal of treatment) misalnya menolak fototerapi, menolak operasi, menolak NGT, menolak dipasang kateter

Klien menghentikan pengobatan yang sedang berlangsung (withdrawl of treatment)misalnya DO berobat pada TBC, DO kemoterapi pada kanker

Witholding treatment misalnya menunda pengobatan karena tidak akada donor atau keluarga menolak misalnya transplantasi ginjal aatau cangkok jantung.

5. Euthanasia (masalah mengakhiri kehidupan dengan maksud menolong)Euthanasia sering disebut dengan “Mercy Killing” yang diartikan sebagai sutu cara mengambil kehidupan klien untuk menghentikan penderitaan yang dihadapi klien tersebut. Hal ini dapat pula diartikan sebagai proses pengunduran diri atau menghentikan intervensi tertentu dalan keadan kritis dengan maksud untuk mengurangi penderitaan klien. Terminology lain yang digunakan adalah “assited suicide” dimana pandangan hukum di Negara barat terhadap kasus ini berbedabeda. Di Indonesia euthanasia Killing mutlak tidak diperbolehkan dengan alas an apapun.

Masalah etik secara umumMenurut Taylor (1997), masalah etik yang sering terjadi secara umum dapat dibagai menjadi tiga kelompok1. Masalah etik perawat-klien (nurses and clients) Paternalism (masalah

budaya paternal) Masalah etik perawat klien sering terjadi karena faktor paternalism. Misalnya pada saat klien harus diisolasi atau dilakukan restrain terjadi konflik karena klien lansia menolak untuk didampingi perawat. padahal keluarnya klien dari kamar dianggap mengancam jiwa dan dan keselamatan fisiknya. Tetapi dalam hal ini perawat menganggap penghormatan kepada klien sebagai orang tua adalah lebih utama terutama dalam budaya paternalistik.

2. Deception (membohongi klien) Misalnya pada saat klien post op bertanya kepada siwa tentang siapa yang akan memberikan injeksi intramuscular penghilang sakit, maka siswa menjadi cemas karena

Modul IKD-I TIM 2011

Page 62: Modul IKD

69

hal ini pertama kali ia lakukan. Tepai perawat mengatakan bahwa siswa tersebut sering melakukan injeksi pada klien post op.

3. Confidentiality (masalah kepercayaan klien) Klien menangis dan menyatakan bahwa ia sudah tidak punya uang untuk membayar pengobatan karena ia masuk RS dibawa polisi, apabila perawat percaya dan menolong klien untuk membebaskan dari biaya pengobatan apakah ini sesuai dengan kaidah etik?, kalau perawat membiarkan tidak menolong apapakah sesuai dengan kaidah etik ? Allocation of Scarce Nursing resources (masalah membagi perhatian perawat) Saat dinas malam jam 13.00 perawat sedang sibuk memasang infus klien dehidrasi berat dan memberikan injeksi Sulfas atropine tiap 15 menit kepada klien keracunan pestisida. Saat bersamaan datang klien Ca mammae kesakitan dank lien serangan jantung kepada klien manakah tenaga dan pikiran perawat di fokuskan? informed consent (masalah pemberian informasi pada klien) Seorang dokter res diden menganjurkan perawat untuk segera menyuntikan analgetik pada pada spinal klien karena klien sangat kesakitan, sementara dokter tersebut sedang sibuk melakukan punksi pada tulang belakang klien, apakah perawat akan melakukan ini tanpa memberikan informed consent terlebih dahulu ? Conflicts betweent the client’s and nurses’s interest (Masalah konflik klien dan tata nilai perawat) Saat perawat melakukan test HIV AIDs pada klien, perawat menolak karena ia sedang hamil dan takut bayinya tertular HIV AIDs.

4. Masalah etik perawat-dokter (nurses and physicians) Disagreement about proposed medical regiment (Tidak setuju dengan pengobatan yang disanakan dokter) Dalam pengalaman klien bahwa obat penicillin yang diresepkean dokter seringkali menimbiulkan alergi pada sebagaian besar klien, saat dokter memebrikan terapi yang sama maka perawat menolak memberikan karena biasanya klien akan komplain kepada perawat (The nurse Role conflicts) Konflik masalah peran dan fungsi perawat Dib alai pengobatan perawat biasa melakukan sirkumsisi, operasi kecil dan pemberian cairan infuse, padahal menurut undang-undang kesehatan dokter memklaim bahwa tibdakan tersebut hanya boleh dilakukan oleh dokter. Padahal dokter jarng ada di tempat saat terapi harus diberikan

5. Physician incompetence (Dokter yang tidak kompeten) Dalam suatu Rumah Sakit ditempatkan seprang dokter yang belum mahir mengambil darah dan memasang infus, hal ini menyebabkab ketidaknyamanan pada klien. Dalam kasus lain dokter bedah baru menyebabkan lambanya proses operasi sehingga klien mengajukan komplain kepada perawat.

6. perawat dengan institusi dan kebijakan public (nurses and institusional, public policy) short staffing (terbatasnya tenaga perawat) Terbatasnya tenaga perawat di puskesmas pembantu atau di wilayah terpencil menyebabkan perawat melakukan semua aktivitas sendirian, mulai dari anamnesa, diagnosa, pengobatan, perawatan, rehabilitasi sampai penyuluhan.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 63: Modul IKD

69

7. healthcare rationing (rasio tenaga keshatan) terbatasnya tenaga kesehatan menyebabkan ternbatasnya pelayanan perawat kepada masyarakat daerha terpencil, terutama bila terjadi wabah atau bencana alam, di sisi lain peran perawat untuk menjamin kesehatan masyarakat harus dilaksanakan secra optimal

8. Masalah etik perawat dengan komisi etik (nuses and Ethics Committees) Fungsi komisi etik adalah untuk pendidikan, membuat keputusan, melakukan peninjauan kasus, dan sebagai konsultasi atau rujukan akhir. Komisi ini sangat penrting sebab beranggotakan para ahli dari berbagai disiplin ilmu dan ahli di bidangnya masingmasing. mereka memilki kemampuan untuk berdiskusi dan melakukan sharing. Banyak peran perawat sebagai client advocate bersuara secra unik dalam forum ini dengan maksud untuk membela kepentingan klien.

Referensi :Barbara kozier, 1983, Fundamental of nursingBertens, 1993, EtikaLucie Young Kelly, 1981, Dimension of professional Nursing, fourth edition, Macmillanpublishing LondonCaroline Bunker Rosdahal, 1999, Text Book of Basic Nursing, Lippincot, Philadelphia,Newyork, BaltimoreCholil Uman, 1994, Agama menjawab tentang berbagai masalah Abad modern, Ampel SuciSurabayaTaylor, Lilis, LeMone, 1997, fundamental of nursing the Art and Sciences of Nursing care,Lippincott Philadelphia Newyork

Soal1. TBC tetap penderita, dibantu untuk minum obat padahal ia masih mampu untuk

bekerja?, kalau ada dua klien bersamaan yang membutuhkan satu alat siapa yang didahulukan ?, Apabila banyak klien lain membutuhkan alat tetapi alat tersebut sedang digunakan oleh klien orang kaya yang tidak ada harapan sembuh apa yang harus dilakukan perawat ?, aapabila klien kanker merasa gembira untuk tidak meneruskan pengobatan bagaiaman sikap perawat?, Bila klien harus segera amputasi tetapi klien tidak sadar siapakah yang harus memutuskan?

2. Jelaskan dan analisa penerapan Kode etik keperawatan diindonesia 3. Sebutkan perbedaan Etika dan hukum keperawatan4. Jelaskan dan analisa Prinsip-prinsip etika keperawatan (otonomi, beneficience, non-

maleficience, justice, moral right, nilai dan norma masyarakat)

Modul IKD-I TIM 2011

Page 64: Modul IKD

69

5. Jelaskan dan analisa etical issue dalam praktik keperawatan (euthanasia, transplantasi organ, supporting devices, aborsi, dll)

6. Prinsip-prinsip legal dalam praktik keperawatan (malpraktik, neglected, pertanggunggugatan (mandiri & limpahan), pertanggungjawaban, dll.

7. Bagaimanakah Perlindungan 64hukum dalam praktik keperawatan8. Jelaskan dan analisa pengambilan keputusan legal etis9. Klasifikasi dan analisa Nursing advocacy :

a. pendekatan moral right dalam pengambilan keputusanb. pendekatan etik dalam pengambilan keputusanc. hak pasienn dan keluarga dlm pely kesh.

10. Analisa dan Telaah etis dalam keputusan manajemen

Kasus untuk soal no 1 s/d 4 Tn. S bekerja di perusahaan sigale-gale, setiap hari menghabiskan waktu dikantor minimal 12 jam, Tn. S selalu dibekali makanan oleh istrinya namun Tn S. Sering lupa makan siang hingga makanan yang disiapkan oleh istri sering dibawa pulang kembali kerumah. 3 hari yg lalu Tn S tiba-tiba menjerit kesakitan sambil memanggil-manggil angi bapak kesakitan.... setelah diperiksa oleh dokter Tn S, dinyatakan menderita iritasi lambung. 1. Klarifiksilah 3 nilai-nilai priorits yang dianut oleh Tn S.... (memilih, penghargaan, dan

tindakan)2. Supaya Tn S menunjukkan tanda positif terhadap masalah kesehatannya maka

klarifikasi nilai yang dimiliki oleh Tn S adalah ..... (memilih)3. Memberi dukungan untuk memperkuat keinginan Tn S merupakan klarifikasi nilai

pada tahap.... (pengahargaan)4. Merencanakan kebiasaan baru pada Tn S setelah mamahami nilai-nilai, merupakan

tahap.... (tindakan) 5. Memberikan saran dalam upaya melindungi dan mendukung hak-hak pasien

merupakan tugas perawat dalam hal.... (advokasi)6. Jelaskan pengertian prinsip etik dalam pelayanan kesehatan ditinjau dari fidelity....

(setia/setia terhadap kesepakatan dan tanggunjawab yg dimiliki oleh seseorang)

KEGIATAN PEMBELAJARAN LECTURE-7Nursing informatics

KEGIATAN PEMBELAJARAN LECTURE-8Kultur dan warisan budaya terkait keperawatan

KEGIATAN PEMBELAJARAN LECTURE-9Terapi alternativ dan komplementer dalam keperawatan

Apa itu terapi komplementerPerawatan kesehatan yang tidak termasuk dalam standar praktek pengobatan barat disebut "alternatif" atau "komplementer". Ini termasuk berbagai jenis terapi:

Praktek-praktek penyembukan tradisional seperti ayurweda dan akupuntur. Terapi fisik seperti chiropractic, pijat, dan yoga.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 65: Modul IKD

69

Homeopati atau jamu-jamuan. Pemanfaatan energi seperti terapi polaritas atau reiki Teknik-teknik relaksasi, termasuk meditasi dan visualisasi. Suplemen diet, seperti vitamin dan mineral

Beberapa penyedia layanan kesehatan suka menggunakan terapi alternatif bersamaan dengan pengobatan barat. Mereka berpendapat terapi alternatif dapat mengurangi stress, meringankan beberapa efek samping obat antiretroviral (ARV), atau memiliki manfaat lainnya.

Beberapa penyedia layanan kesehatan tidak suka terapi alternatif. Mereka berpendapat bahwa belum ada penelitian yang cukup terhadap terapi alternatif. Mereka berpendapat obat-obatan barat selalu memberi hasil yang lebih baik kepada para pasien.

 

Apakah terapi komplementer aman?

Terapi komplementer dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya. Kata-kata "alami" atau "bukan bahan kimia" tidak menjamin keamanan. Beberapa jenis jamu dapat menurunkan kadar darah ARV. Konsumen harus berhati-hati dalam menggunakan terapi komplementer.

 

Apakah terapi komplementer efektif?

Sangatlah sulit untuk memperoleh informasi yang tepat mengenai terapi komplementer. Cari informasi sebanyak-banyaknya sebelum menggunakan terapi komplementer. Cari tahu mengenai:

Kapan dan bagaimana terapi ini dikembangkan? Bagaimana cara kerjanya? Apakah ada artikel atau penelitian mengenai terapi ini? Apakah para terapis terlatih, bersertifikat, atau memiliki lisensi? Apakah diketahui mengenai efek samping atau risiko lain?

Terkadang informasi ini benar-benar tidak tersedia. Namun berhati-hatilah bila sepertinya orang tidak ingin menjawab pertanyaaan anda. Anda mungkin berhadapan dengan penipu kesehatan.

 

Mengapa tidak ada penelitian mengenai terapi komplementer?

Kebanyakan penelitian menguji pengobatan bagi penyakit atau kondisi tertentu. Tiap pasien memperoleh pengobatan yang sama. Terkadang terapi kompletenter tidak memiliki standar, sehingga membuatnya sulit untuk diteliti.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 66: Modul IKD

69

Terapi alternatif tidak selalu dirancang untuk mengobati penyakit tertentu: Beberapa terapi alternatif merawat orang secara keseluruhan, bukan suatu penyakit tertentu. Terapi ini mungkin dapat mengembalikan keselarasan, keseimbangan, atau menormalkan aliran energi. Misalnya, ahli akupuntur memanfaatkan denyut nadi untuk menentukan apakah energi tubuh anda tidak seimbang. Akupuntur bagi orang dengan HIV dilakukan berdasarkan pola energi individu, dan tidak berdasarkan HIVnya. Para terapis seperti ini mungkin dapat membantu orang dengan HIV, namun tidak untuk mengobati HIV.

Sangat sedikit terapi komplementer memiliki standar: Jamu-jamuan dengan merek yang berbeda dapat memiliki jumlah kandungan aktif yang berbeda pula. Chiropractic, akupuntur, dan terapi lainnya tidak memiliki standar. Mereka dirancang berdasarkan kondisi tiap pasien. Penelitian akan sangat sulit bila pengobatan tidak berdasarkan suatu standar.

Penelitian sangat mahal: penelitian ilmiah sangat mahal biayanya. Pembuat terapi alternatif seringkali tidak mampu untuk membayar untuk sebuah penelitian ilmiah. Pemerintah lebih cenderung untuk mendanai penelitian obat-obatan barat karena sepertinya lebih efektif. Dengan hak paten, para produsen dapat memperoleh keuntungan yang membantu mendanai penelitian. Sedangkan kebanyakan terapi komplementer tidak dapat dipatenkan.

Halangan-halangan ini bukan berarti tidak ada terapi komplementer yang secara sukses diteliti.

 

Bekerjasama dengan penyedia layanan kesehatan anda

Diskusikan dengan penyedia layanan kesehatan anda mengenai bagaimana anda ingin menangani infeksi HIV anda. Informasikan mengenai segala jenis terapi yang anda lakukan. Hal ini sangat penting bila anda mengalami reaksi buruk dari pengobatan yang anda konsumsi. Mungkin ada terapi komplementer yang tidak boleh digunakan bersamaan dengan ARV. Misalnya, beberapa jenis jamu dapat menurunkan tingkat ARV.

Teliti mengenai sikap dan pengetahuan penyedia layanan kesehatan anda mengenai terapi komplementer. Idealnya, penyedia layanan kesehatan memiliki pikiran yang terbuka dan bersedia membantu anda mempertimbangkan terapi alternatif yang menarik perhatian anda.

 

KEGIATAN PEMBELAJARAN LECTURE-10KEGIATAN PEMBELAJARAN LECTURE-11

Langkah-langkah pembelajaran Lecturediskusi:/Pertemuan Ke-1

Modul IKD-I TIM 2011

Page 67: Modul IKD

69

1. Identifikasi dan mencari kata-kata sulit dari kasus (mahasiswa mendaftar/menuliskan kata-kata sulit atau pertanyaan tanpa diskusi)

2. Definisikan masalah yang akan didiskusikan (mahasiswa mungkin memiliki pandangan/pendapat yang beragam dari kasus, mahasiswa menuliskan daftar masalah yang disetujui kelompok)

3. Sesi ‘brainstorming’ untuk mendiskusikan masalah. (mahasiswa memberikan penjelasan berdasar pada pengetahuan dasar, dan menuliskan jawaban atas permasalahan yang ditemukan)

4. Penyusunan penjelasan menjadi solusi yang bersifat tentative/belum pasti (mahasiswa menuliskan dan mengorganisasikan penjelasan)

5. Menyusun tujuan pembelajaran (tutor mengarahkan tujuan pembelajaran yang terfokus, dapat dicapai, komprehensif dan sesuai)

Pertemuan Ke-22. Belajar mandiri (mahasiswa menggabungkan informasi dari berbagai macam

sumber yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Buku teks, jurnal, artikel, internet, dll)

3. ‘Group sharing’ (mahasiswa mengidentifikasi semua referensi yang dimiliki dan berbagi hasil dengan anggota kelompok lainnya, tutor mengevaluasi proses pembelajaran baik perorangan maupun kelompok)

Peran Dan Tugas MahasiswaDalam proses pembelajaran ini masing-masing mahasiswa mempunyai peran sebagai:

1. Ketua, bertugas:a. Memimpin kelompok dalam proses diskusib. Mempertahankan dinamika kelompokc. Memotivasi partisipasi anggota kelompokd. Memastikan agar laporan selesai dan menjadi catatan yang akurat

2. Sekretaris, bertugas:a. Berpartisipasi dalam diskusib. Mencatat sumber-sumber belajar pada kelompokc. Mencatat hasil diskusi kelompok

3. Anggota, bertugas:a. Mengikuti dan berpartisipasi proses diskusib. Mendengar aktif dan menghormati anggota lain yang mengutarakan

pendapatc. Menanyakan pertanyaan terbukad. Mencari semua tujuan pembelajarane. Berbagi informasi dengan anggota kelompok yang lain

Laporan tugas4. Laporan diketik dengan Ms. Word (ukuran kertas A4 margin Left: 3; Right: Top:

2.5; Bottom 2, 5).5. Susunan penulisan:

Halaman depan/cover: Judul, logo umm, nama kelas dan kelompok, daftar nama dan NIM anggota kelompok, nama program studi, fakultas dan universitas).

Isi: G. Kasus H. Kata-kata sulit dari kasus.

Modul IKD-I TIM 2011

Page 68: Modul IKD

69

I. Definisikan masalah J. Daftar pertanyaan jawaban dari hasil referenceK. Daftar pustakaL. Membuat 10 soal multiple choice dan jawabanya dari laporan yang telah

dikerjakan.6. Tugas dikumpulkan paling lambat 4 hari setelah diskusi melalui email dikirim ke

[email protected]

EVALUASI3. Penilaian Formatif

Penilaian ini terdiri dari:a. Nilai pelaksanaan diskusi tutorial

Pada diskusi tutorial mahasiswa akan dinilai berdasarkan kehadiran, aktifitas dan kreativitas, sikap dan interaksi serta relevansi.

b. Nilai laporan Laporan hasil diskusi

c. Nilai UTS/UAS Ujian tengah/akhir semester

4. Penilaian SumatifProsentase penilaian adalah sebagai berikut:d. Diskusi (keaktifan dan kecakapan) 20 %e. Laporan 20 %f. UTS dan UAS 60 %

Total 100 %

Modul IKD-I TIM 2011

Page 69: Modul IKD

69

LATAR BELAKANG MASALAH 01

Nn. N usia 20 tahun harus pindah kuliah karena orang tuanya pidah tugas ke Kota Malang. Nn. N pada saat ini mengalami beberapa masalah yaitu merasa cemas, takut, tidak nyaman karena harus menyesuaikan pada lingkunan baru. Sebelumnya Nn. N memiliki prestasi yang bagus di perkuliahan, tetapi pada saat ini Nn. N motivasinya berkurang, sering sakit perut sehingga menggangu perkuliahanya.

TUGAS MAHASISWAMembuat sebanyak mungkin daftar pertanyaan yang muncul setelah membaca kasus diatas………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..

Modul IKD-I TIM 2011

Page 70: Modul IKD

69

………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..

PERTANYAAN TEORITIS DAN ALTERNATIF JAWABAN

………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..

Modul IKD-I TIM 2011

Page 71: Modul IKD

69

CARA BELAJAR1. Diskusi kelompok untuk mengidentifikasi pertanyaan teori, sumber belajar dan

pertanyaan praktek2. Diskusi kelompok dengan tutor untuk mengkonfirmasikan sumber belajar dan

alternatif jawaban.3. Konsultasi untuk memperdalam pemahaman mahasiswa4. Hand out / kuliah

SUMBER BELAJAR Doengoes, ME, et all. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Panduan untuk

Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Pasien. Philadelphia: Davis Company Perry and Potter. 2003. Fundamental of Nursing: Concepts, Process & Practice.

Toronto: Mosby Year Book. Cannon WB, SW Britton, JT Lewis, dan A Goeneveld (1927). The influence of motion

and emotion in medulloadrenal secretion. The American Journal of Physiology 79,433-465

Cohen S (1991). Stress and the common cold. New England Journal of Medicine 325,654-656

Corwin, Elizaberth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC Guyton AC (1993). Textbook of Medical Physiology (ed ke-8). Philadelphia, WB

Saunders Hosoi J, GF Murphy, CL Egan, EA L,erner, S Grabbe, A Asahina, dan RD Granstein

(1993). Regulation of Langerhans' cell function by nerves containing calcitonin gene-related peptide. Nature 363,159-162

Selye H (1946). The general adaptation syndrome and the diseases of adaptation. Journal of Clinical Endocrinology 6,117-230

Delmar. 2000. Taylor’s Clinical Nursing Skill. Philadelpia: Lippincott Timby, B. 2003. Fundamental Nursing Skills and Concepts, Ninth Edition.

Philadelpia: Lippincott Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa:

Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta Departemen Kesehatan, 1989, Standar Praktek Keperawatan bagi Perawat Kesehatan,

Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat Jakarta Departemen Kesehatan, 1993, Standar Asuhan Keperawatan, Dirjen Pelayanan Medik

Depkes, Jakarta Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan

untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta

Gaffar, L.J., 1999, Pengantar Keperawatan Profesional, Editor Yasmin Asih, EGC: Jakarta

NANDA, 2005-2006, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA

McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By Mosby-Year book.Inc,Newyork

Nursalam, 2001, Proses dan Dokumentasi Keperawatan (Konsep&Praktik), Salemba Medika, Jakarta

Nursalam, 2002, Manajemen Keperawatan (Aplikasi dalam Praktek Keperawatan

Modul IKD-I TIM 2011