9
MODUL 6 HEMATOPOIESIS LBM 2 STEP 1 Kelainan eritrosit : keadaan dimana bentuk dan jumlah eritrosit abnormal System darah : satu kesatuan dari darah yang meliputi dari fungsi, produksi, dan peredaran Gangguan hematologis : gangguan yang terjadi dalam darah yang mempunyai fungsi yang berhubungan. (gangguan dalam satu kesatuan komponen darah yang mempunyai fungsi yang saling berhubungan) Pemeriksaan laboratorium hemtologi rutin : pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien rawat inap untuk mendapatkan gambaran umum tentang darah pasien tersebut. STEP 2 KELAINAN ERITROSIT 1. Bagaimana proses pembentukan eritrosit 2. Apa saja morfologi eritrosit 3. Apa fungsi dari eritrosit 4. Berapa jumlah normal dari eritrosit 5. Apa saja kelainan dari eritrosit 6. Pemeriksaan apa yang dilakukan untuk mengetahuin kelainan eritrosit tersebut 7. Apa saja penyebab terjadinya kelainan eritrosit 8. Gejala dari kelainan eritrosit STEP 3 KELAINAN ERITROSIT 1. Bagaimana proses pembentukan eritrosit Di bagi menjadi 3 tahap : a. pembelahan : eritroblast -> stadium polikromatik

Modul 6 Hematopoiesis(Lbm 2, Asli)-Anindyakoniek

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aasasas

Citation preview

MODUL 6 HEMATOPOIESISLBM 2

STEP 1

Kelainan eritrosit: keadaan dimana bentuk dan jumlah eritrosit abnormalSystem darah

: satu kesatuan dari darah yang meliputi dari fungsi, produksi, dan peredaran

Gangguan hematologis: gangguan yang terjadi dalam darah yang mempunyai fungsi yang berhubungan. (gangguan dalam satu kesatuan komponen darah yang mempunyai fungsi yang saling berhubungan)

Pemeriksaan laboratorium hemtologi rutin: pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien rawat inap untuk mendapatkan gambaran umum tentang darah pasien tersebut.

STEP 2

KELAINAN ERITROSIT

1. Bagaimana proses pembentukan eritrosit

2. Apa saja morfologi eritrosit

3. Apa fungsi dari eritrosit

4. Berapa jumlah normal dari eritrosit

5. Apa saja kelainan dari eritrosit

6. Pemeriksaan apa yang dilakukan untuk mengetahuin kelainan eritrosit tersebut

7. Apa saja penyebab terjadinya kelainan eritrosit

8. Gejala dari kelainan eritrosit

STEP 3

KELAINAN ERITROSIT

1. Bagaimana proses pembentukan eritrosit

Di bagi menjadi 3 tahap:

a. pembelahan : eritroblast -> stadium polikromatik

b. maturasi: mulai terbentuknya struktur dan fungsi dari eritrosit

c. pembebasan: dilepaskan dari sumsum tulang. Seluruh proses eritropoiesis dilakukan lebih kurang 7 hari

sel induk pluripoten -> sel myeloid -> BFU-e -> CFU -> pronormoblast -> normoblast -> retikulosit -> eritrosit matur

2. Apa saja morfologi eritrosit

Bentuk sel darah merah:

Lempeng bikoncaf ( cekung di dua sisi)

Diameter 7,8 mikrometer

Ketebalan, paling tebal 2,5 mikrometer

Terdapat central pallor

Tidak mempunyai inti

Mengandung Hb

Dan mempunyai daya ikat Co2 dan O2

Ukurannya sama dengan inti limphosit

3. Apa saja kelainan morfologi eritrosit

Kelainan ukuran

Kelainan bentuk

Kelainan warna

Kelainan inclusi

4. Apa fungsi dari eritrosit

Mengikat Hb Mengangkut O2 dari paru-paru ke seluruh organ tubuh

Mengangkut Co2 dari seluruh tubuh ke paru-paru

Mengangkut hasil metabolisme ke seluruh tubuh

Menjaga nsuhu tubuh

Mengatur keseimbangan asam basa

5. Berapa jumlah normal dari eritrosit

Pria normal: 4,5-6,5 juta/ml3

Wanita normal: 3,9-5,6 juta/ml3

12 tahun: 4,0-5,0 juta/ml3

sel dengan sitoplasma biru tua, inti di tengah, nucleoli dan kromatin sedikit menggumpal.

Pronormoblas menyebabkan terbentuknya suatu rangkaian normoblas yang makin kecil melalui pembelahan sel. Normoblas mengandung hemoglobin yang makin banyak (berwarna merah muda) dalam sitoplasma; warna sitoplasma makin biru pucat sejalan dengan hilangnya RNA dan apparatus yang mensintesis protein, sedangkan kromatin inti semakin padat.Inti akhirnya dikeluarkan dari normoblas lanjut di dalam sumsum tulang dan menghasilkan stadium retikulosit yang masih mangandung sedikit RNA ribosom dan mampu mensintesis hemoglobin.

Sel ini sedikit lebih besar daripada eritrosit matur, berada 1-2 hari dalam sumsum tulang dan juga beredar di darah tepi selama 1-2 hari sebelum menjadi matur, terutama berada di limpa, saat RNA hilang seluruhnya.

Eritrosit matur berwarna merah muda seluruhnya, adalah cakram bikonkaf tak berinti. Apabila sel merah tampak berinti, apabila eritropoiesis terjadi di luar sumsum tulang dan juga terdapat pada beberapa penyakit pada sumsum tulang.

(Hoffbrand A. V dan Pettit J. E, Kapita Selekta Hematologi, EGC, Jakarta)

2. Apa saja morfologi eritrosit

SDM mengandung hemoglobin

SDM tidak berinti

Bila dilihat dari satu arah,SDM tampak sebagai lingkaran

Bila dilihat dalam arah yang tegak lurus dari arah yang pertama, akan tampak bentuk penampang dwicekung atau bikonkaf

Diameter SDM sebesar 7,82 mm

Tebal cakramnya adalah 0,81 0,35 mm Volume SDM rata-rata adalah 94 14 fL Luas permukaannya 135 16 mm3 mempunyai daya ikat Co2 dan O2

Sumber : buku biokimia darah Dr.H. Mohamad Sadikin, DSc . widya medika

3. Apa saja kelainan morfologi eritrosit

4. Apa fungsi dari eritrosit

Fungsi utama eritrosit adalah membawa O2 ke jaringan dan mengembalikan dan CO2 dari jaringan ke paru.

(Hoffbrand A. V dan Pettit J. E, Kapita Selekta Hematologi, EGC, Jakarta)

5. Berapa jumlah normal dari eritrosit

6. Apa saja kelainan dari eritrosit

ANEMIA

Anemia dapat didefinisikan sebagai berkurangnya kadar hemoblobin dalam darah.

(Hoffbrand A. V dan Pettit J. E, Kapita Selekta Hematologi, EGC, Jakarta)

Anemia secara fungsional didefinisakan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan kadar oxygen carrying capacity)

(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)Gejala umum anemia diantarannya :a. System kasrdiovaskuler : lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak waktu kerja, gagal jantung

b. System syaraf : sakit kepala, pusing, telinga berdenging, mata berkunang-kunang, kelemahan otot, lesu, perasaan dingin pada ekstremitas

( Bakta, I Made, Prof. Dr, Hematologi Klinik Ringkas, EGC, Jakarta)Secara umum, anemia dibagi menjadi :

1. Anemia mikrositik hipokromika. Anemia defisiensi besi

Anemia defisisnsi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoiesis berkurang, sehingga penyediaan besi berkurang.Klasifikasinya dibagi menjadi 3 tingkatan, berdasarkan berat kekurangan besi dalam tubuh, yaitu :

Deplesi besi (iron depleted state): cadangan besi menurun, tetapi penyediaan besi untuk eritropoiesis belum terganggu

Eritropoiesis defisiensi besi (iron deficient erythropoiesis): cadangan besi kosong, penyediaan besi untuk eritropoiesis terganggu, tetapi belum timbul anemia secara laboratorik

Anemia defisiensi besi : cadangan besi kosong, disertai anemia defisiensi besi

( Bakta, I Made, Prof. Dr, Hematologi Klinik Ringkas, EGC, Jakarta)b. Anemia karena penyakit kronik

c. Thalassemia

d. Anemia sideroblastik

2. Anemia makrositik3. Anemia karena perdarahan

4. Anemia hemolitik

5. Anemia aplastik

7. Pemeriksaan apa yang dilakukan untuk mengetahuin kelainan eritrosit tersebut

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium merupakan penunjang diagnositik pokok dalam diagnosis anemia. Pemeriksaan ini terdiri dari : 1) Pemeriksaan penyaring (screening test); 2) Pemeriksaan darah seri anemia; 3) Pemeriksaan sumsum tulang; 4) Pemeriksaan khusus1) Pemeriksaan Penyaring

Pemeriksaan penyaring untuk kasis anemia terdiri dari pemngukuran kadar hemoglobin, indeks eritrosit dan hapusan darah tepi. Dari sini dapat dipastikan adanya anemia serta jenis morfologin anemia tersebut, yang sangat berguna untuk pengarahan diagnosis lebih lanjut.

2) Pemeriksaan Darah Seri Anemia

Pemeriksaan darah seri anemia meliputi hitung leukosit, trombosit, hitung retikulosit dan laju endao darah. Sekarang sudah banyak dipakai automatic hematology analyzer yang dapat memberikan presisi hasil yang lebih baik

3) Pemeriksaan Sumsum Tulang

Pemeriksaan sumsum tulang memberikan informasi yang sangat berharga mengenai keadaan system hematopoiesis. Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk diagnosis definitive pada beberapa jenis anemia. Pemeriksaan sumsum tulang mutlak diperlukan unutk diagnosis anemia aplastik, anemia megaloblastik, serta pada kelainan hematologik yang dapat mensupresi system eritroid.

4) Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, misalnya pada :

Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC (total iron binding capacity), saturasi transferin, protoporifin eritrosit, feritin serum, reseptor transferin dan pengecatran besi pada sumsum tulang Anemia megaloblastik : folat serum, vitamin B12 serum, tes supresi deoksiuridin dan tes Schiling

Anemia hemolitik : bilirubin serum, tes Coomb, elektroforesis hemoglobin, dll

Anemia aplastik : biopsi sumsum tulang

Juga diperlukan pemeriksaan non-hematologik tertentu seperti misalnya pemeriksaan faal hati, faal ginjal atau faal tiroid.

(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)8. Apa saja penyebab terjadinya kelainan eritrosit