Upload
lamkhanh
View
251
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
i
LAPORAN PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF
MODERNISASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP
TINGKAT PENELANTARAN LANSIA PADA KELUARGA DI
KOTA SURABAYA
OLEH:
Mukhammad Fatkhullah (Ketua) NIM. 071114035
Muhammad Alhada Fuadilah Habib (Anggota) NIM. 071114030
Rafelita Nian Sari (Anggota) NIM. 071114019
Okza Ryandani (Anggota) NIM. 071114063
Citra Puspita (Anggota) NIM. 071114073
Wildana Mahmuda (Anggota) NIM. 071114082
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2013-2014
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir yang
berupa laporan penelitian mata kuliah Metode Penelitian Kuantitatif tepat pada
waktunya. Dalam laporan ini secara universal akan membahas tentang hubungan
antara modernisasi keluarga terhadap tingkat penelantaran lansia di Surabaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab dari adanya realitas
penduduk lanjut usia yang terlantar di Indonesia yang menurut teori dari Ogburn
diakibatkan karena faktor modernisasi keluarga. Laporan penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat kepada pembaca sebagai bahan bacaan untuk
menambah ilmu pengetahuan mengenai hubungan antara modernisasi keluarga
dengan tingkat penelantaran lansia, selain itu laporan penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian setelah ini terkait
tema penelantaran lansia atau modernisasi keluarga.
Berkat kerja keras dan kerjasama antar anggota kelompok, dosen
bembimbing, dan juga pihak-pihak lain yang membantu dalam penelitian ini,
akhirnya penelitian ini dapat selesai dan bisa dikatakan sukses sebagaimana yang
diharapkan. Maka dari itu pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Sutinah, Ibu Tutik Budirahayu,
dan juga kepada Bapak Septi Ariadi yang sudah membimbing kami untuk
menyelesaikan penelitian ini dari awah hingga akhir.
Berkat kerja keras dan kerjasama antar anggota kelompok mengantarkan
pada keberhasilan penyusunan laporan ini. Namun, keberhasilan ini tidak luput
dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak yang bersangkutan yang telah
banyak membantu. Maka dari itu penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Drs. Ignatius Basis Susilo, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Airlangga;
2. Drs. Herwanto, MA. selaku Ketua Jurusan Sosiologi Universitas
Airlangga;
iii
3. Khususnya kepada Ibu Drs. Sutinah, M.Si.,; Ibu Dr. Tuti
Budirahayu,Dra.,Msi; dan Drs. Septi Ariadi, MA. selaku dosen
pembimbing yang tak henti-hentinya memberi kritikan serta masukan
dalam proses pelaksanaan hingga penyusunan laporan penelitian sehingga
laporan penelitian ini bisa terselesaikan dengan baik.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna dalam penyusunan laporan penelitian ini. Oleh sebab itu, peneliti
mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna
kesempurnaan pembuatan laporan penelitian selanjutnya.
Surabaya, 28 Desember 2013
Tim Penyusun
iv
ABSTRAK
Dewasa ini setiap tahunnya jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia
menunjukkan peningkatan yang signifikan. Peningkatan jumlah lansia tersebut
selain merupakan indikator keberhasilan pembangunan dibidang ekonomi dan
terutama kesehatan, juga melahirkan berbagai masalah sosial baru. Masalah sosial
tersebut diantaranya adalah meningkatnya jumlah lansia terlantar di Indonesia.
Menurut teori dari Ogburn, meningkatnya jumlah penelantaran lasia tersebut
diakibatkan karena semakin modernnya keluarga.
Untuk menguji kembali kebenaran dari teori Ogburn tersebut, pada
kesempatan kali ini akan dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara
tingkat penelantaran lansia dengan modernisasi keluarga dengan judul
”Modernisasi dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Penelantaran Lansia pada
Keluarga di Surabaya”. Penelitian menggunakan pendekatan positivistik, dengan
populasi yaitu mahasiswa FISIP UNAIR yang memiliki lansia, kemudian teknik
penarikan sampel menggunakan teknik purpousive cluster sampling, dan
menggunakan analisis statistik product moment.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara modernisasi keluarga (X) dengan tingkat penelantaran lansia (Y)
pada taraf signifikasi sebesar 0,05%, dan tingkat keeratan hubungannya antara ke-
2 variabel tersebut dapat dikatakan kuat/tinggi. Akan tetapi berbeda dengan teori
yang dikemukakan oleh Orburn, arah hubungan antara modernisasi keluarga dan
tingkat penelantaran lansia ditemukan bersifat “negatif”, dalam arti yaitu semakin
tinggi tingkat modernisasi keluarga, maka semakin rendah tingkat penelantaran
lansia.
Keyword: Modernisasi, Penelantaran lansia, Keluarga
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 3
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
1.6 Kerangka Teoritis.................................................................................... 6
1.6.1 Modernisasi dalam Konsepsi Ogburn ......................................... 6
1.6.2 Fungsi Keluarga dalam Konsepsi Friedman ............................... 8
1.6.3 Fungsi AGIL Talcott Parson ....................................................... 9
1.6.4 Definisi Operasional Variabel ..................................................... 10
1.7 Metodologi Penelitian ............................................................................. 12
1.7.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 12
1.7.2 Pendekatan Penelitian ................................................................. 13
1.7.3 Populasi dan Pengambilan Sampel ............................................. 13
1.7.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...................................... 14
vi
1.7.5 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................... 14
1.7.5.1 Validitas, Reliabilitas, dan Normalitas Data ................. 15
1.7.5.2 Analisis Statistik Paramtrik Product Moment ............... 15
BAB 2 GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
2.1 Gambaran Umum Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAIR ......... 17
2.2 Gambaran Program Studi Hubungan Internasional ................................ 19
2.3 Gambaran Program Studi Ilmu Politik ................................................... 20
2.4 Gambaran Program Studi Sosiologi........................................................ 21
2.5 Gambaran Program Studi Antropologi ................................................... 22
2.6 Gambaran Program Studi Komunikasi ................................................... 23
2.7 Gambaran Program Studi Pariwisata ..................................................... 24
2.8 Gambaran Program Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan ................ 25
BAB 3 PEMAPARAN DATA
3.1 Jenis Kelamin ......................................................................................... 26
3.2 Usia Responden ...................................................................................... 26
3.3 Jurusan Responden.................................................................................. 27
3.4 Pekerjaan Ayah ....................................................................................... 28
3.5 Pekerjaan Ibu .......................................................................................... 28
3.6 Penghasilan Perbulan Keluarga .............................................................. 29
3.7 Pengeluaran Perbulan Keluarga .............................................................. 29
3.8 Beban Anak Keluarga Responden .......................................................... 30
3.9 Di Mana Lansia Tinggal ......................................................................... 31
3.10 Intensitas Kunjungan Lansia ................................................................... 31
3.11 Status Sosial Ekonomi ............................................................................ 32
vii
3.12 Modernisasi Keluarga ............................................................................. 33
3.13 Tingkat Penelantaran Lansia ................................................................... 33
BAB 4 REALITAS PENELANTARAN LANSIA
4.1 Validitas Instrumen ................................................................................ 35
4.1.1 Status Sosial Ekonomi ................................................................ 35
4.1.2 Modernisasi Keluarga ................................................................. 37
4.1.3 Tingkat Penelantaran Lansia ....................................................... 38
4.2 Reliabilitas Data ...................................................................................... 38
4.3 Normalitas Distribusi .............................................................................. 40
4.4 Pengaruh Modernisasi Keluarga Terhadap Penelantaran Lansia ............ 41
4.5 Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Penelantaran Lansia ........... 46
4.6 Perbedaan Tingkat Penelantaran Lansia pada Pria dan Wanita .............. 47
4.7 Pengaruh Beban Anak Terhadap Tingkat Penelantaran Lansia .............. 48
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 49
5.2 Saran ....................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... x
LAMRIRAN
Lampiran 1. Normalitas Distribusi Data ............................................................... xii
Lampiran 2. Reliabilitas Data ............................................................................... xiii
Lampiran 3. Korelasi Modernisasi dan Penelantaran Lansia ................................ xivi
Lampiran 4. Korelasi Beban Anak dan Penelantaran Lansia ................................ xv
Lampiran 5. Cross-tab Jenis Kelamin dan Penelantaran Lansia ........................... xv
Lampiran 6. Harga Tabel A .................................................................................. xvi
Lampiran 7. Harga Tabel R Product Moment ....................................................... xvii
Lampiran 8. Kuesioner Penelitian ......................................................................... xviii
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jenis Kelamin ........................................................................................ 26
Tabel 3.2 Usia Responden..................................................................................... 26
Tabel 3.3 Jurusan Responden ................................................................................ 27
Tabel 3.4 Pekerjaan Ayah ..................................................................................... 28
Tabel 3.5 Pekerjaan Ibu......................................................................................... 28
Tabel 3.6 Penghasilan Perbulan Keluarga ............................................................ 29
Tabel 3.7 Pengeluaran Perbulan Keluarga ............................................................ 29
Tabel 3.8 Beban Anak Keluarga Responden ........................................................ 30
Tabel 3.9 Di Mana Lansia Tinggal ....................................................................... 31
Tabel 3.10 Intensitas Kunjungan Lansia ............................................................... 31
Tabel 3.11 Status Sosial Ekonomi ........................................................................ 32
Tabel 3.12 Modernisasi Keluarga ......................................................................... 33
Tabel 3.13 Tingkat Penelantaran Lansia ............................................................... 33
Tabel 4.1.1 Validitas Status Sosial Ekonomi Keluarga ........................................ 35
Tabel 4.1.2 Validitas Modernisasi Keluarga ......................................................... 37
Tabel 4.1.3 Validitas Penelantaran Lansia ............................................................ 38
Tabel 4.2.1 Instrumen Pertanyaan Penelitian ........................................................ 39
Tabel 4.2.2 Reliabilitas Item Pertanyaan .............................................................. 39
Tabel 4.3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test .............................................. 41
Tabel 4.4.1 Korelasi Modernisasi Keluarga dan Penelantaran Lansia .................. 42
Tabel 4.4.2 Keeratan Hubungan............................................................................ 45
Tabel 4.5 Korelasi Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Penelantaran Lansia .... 46
Tabel 4.6 Korelasi Jenis Kelamin dan Penelantaran Lansia ................................. 47
Tabel 4.7 Korelasi Beban Anak dan Penelantaran Lansia .................................... 48
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Hipotesis ................................................................................ 5
Gambar 1.2 Penduduk Lansia dan Modernisasi .................................................... 8
Gambar 2.1. Grafik Prodi Responden ................................................................... 19
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini, akan dipaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan, manfaat, kerangka teoritis dan metode penelitian yang telah dilakukan
untuk mencari pengaruh Modernisasi Keluarga terhadap Penelantaran Lansia di
Surabaya. Pada bab ini juga, akan dipaparkan beberapa pelaksanaan yang tidak
sesuai dengan proposal penelitian yang telah diajukan sebelumnya karena
beberapa hal.
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam beberapa tahun terakhir, kecenderungan bertambahnya jumlah
penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia terlihat sangat signifikan. Hal ini dapat
dipahami sebagai dampak dari semakin meningkatnya angka harapan hidup di
Indonesia sebagai wujud dari keberhasilan pembangunan nasional di bidang
ekonomi, sosial dan terutama di bidang kesehatan (Wirawan dkk., 2010). Data
menunjukkan bahwa pada tahun 1980 penduduk lansia di Indonesia berjumlah 7,7
juta jiwa, kemudian pada tahun 1990 jumlahnya menjadi 11,3 juta jiwa, lalu pada
tahun 2000 jumlahnya meningkat menjadi 15,1 juta jiwa, dan pada tahun 2010
jumlahnya meningkat lagi menjadi 18,1 juta jiwa, bahkan diperkirakan pada tahun
2020 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan semakin meningkat menjadi 29
juta jiwa (BPS, 2010).
Namun, dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia
yang ditunjukkan oleh data-data diatas, setidaknya dapat diketahui permasalahan-
permasalahan yang harus dihadapi oleh pemerintah juga bertambah. Masalah-
masalah tersebut berkaitan dengan masalah kehidupan dan penghidupan seperti
perumahan, ekonomi, kesehatan, mental, sosial, dan pekerjaan (Demartoto, 2006).
Lansia terlantar, dalam hal ini merupakan salah satu dampak yang muncul akibat
pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya angka harapan hidup yang telah
diuraikan sebelumnya. Kerentanan, ketidakmampuan, serta rendahnya mobilitas,
bergaining position, dan stigma lainnya yang ada pada lainsia sedikit banyak
2
memberikan pandangan kepada masyarakat bahwasanya masa-masa lansia adalah
masa-masa yang sangat berat di zaman ini.
Keluarga, merupakan sebuah lembaga yang seharusnya memberi kasih
sayang, dukungan ekonomi, serta perawatan kesehatan seperti yang dikatakan
oleh Friedman (1998: dalam Setiawati & Santun). Namun, dalam kenyataannya
lembaga sering kali mengabaikan tugas-tugas dan fungsi utamanya; fungsi afektif;
fungsi ekonomi; dan fungsi perawatan kesehatan. Keluarga, yang seharusnya
menjadi satu-satunya lembaga yang merawat dan menjaga eksistensi lansia justru
mengabaikannya dan membuangnya ke tempat-tempat penitipan lansia dengan
dalih manajemen yang lebih baik dan lebih terarah. Hal ini lantas menimbulkan
dampak dan gejala ledakan lansia terlantar, belum lagi ketidakmampuan lembaga-
lembaga PLSU (Penanganan Sosial Lanjut Usia) untuk menampung jumlah
penduduk lansia yang tiap harinya mengalami peningkatan, sedangkan banyak
dari lansia yang telah ada tidak menunjukan kecenderungan jumlah penurunan
karena angka harapan hidup yang tinggi. Karena itulah, sering kali banyak lansia-
lansia terlantar, hidup di jalanan dan bekerja serabutan. Dari data yang kami
peroleh menunjukkan bahwa saat ini terdapat 2,4 juta penduduk lansia di
Indonesia yang hidup terlantar (BPS, 2010). Tak hanya itu, dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Yasa (2002) menunjukkan bahwa penelantaran tersebut
terjadi akibat peningkatan pesat jumlah penduduk lansia di Indonesia yang tidak
diimbangi oleh peningkatan jumlah program-program jaminan sosial bagi
penduduk lansia.
Ogburn, menjelaskan bahwa salah satu sebab lunturnya nilai-nilai luhur
keluarga yang kemudian mendorong fenomena penelantaran lainsia dalam hal ini
kemudian dipahami oleh Friedman sebagai fungsi-fungsi keluarga ialah karena
desakan atau pengaruh kekotaan (modernisasi). Hal tersebut ditandai dengan
semakin majunya teknologi akibat adanya inovasi (penemuan-penemuan baru)
sehingga memunculkan suatu suatu pola kehidupan masyarakat baru (kebudayaan
baru). Dengan adanya modernisasi tersebut mengakibatkan fungsi dari keluarga
yang sesungguhnya menjadi hilang (tidak berfungsi lagi), kemudian muncullah
suatu tipe kehidupan keluarga baru yang lebih menekankan fungsi-fungsi
kepribadian (individualis) (Ogburn, 1976).
3
Memahami fenomena lansia terlantar yang telah diuraikan sebelumnya,
maka penelitian ini mempermasalahkan bagaimana pengaruh modernisasi
keluarga terhadap tingkat penelantaran lansia di Surabaya. Penelitian ini akan
dilakukan dengan menggunakan paradigma positivistik untuk melihat hubungan
modernisasi terhadap tingkat penelantaran lansia yang ada di Surabaya. Penelitian
ini sangat menarik, jika dilihat bahwa modernisasi memberikan pengaruh terhadap
lunturnya nilai-nilai luhur keluarga yang kemudian berdampak pada tingkat
penelantaran lansia. Menjadi penting, ketika lansia bukan merupakan usia
produktif dan harus menghabiskan waktu dan usianya di rumah peristirahatannya
sedangkan kebanyakan dari mereka masih bekerja banting tulang hanya demi
sesuap nasi.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah tingkat modernisasi keluarga berpengaruh terhadap Tingkat
Penelantaran Lansia pada keluarga yang tinggal di Surabaya?
2. Apakah ada faktor lainnya yang mempengaruhi Tingkat Penelantaran
Lansia pada keluarga yang tinggal di Surabaya?
1.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau proposisi tentatif mengenai
hubungan antara dua variabel atau lebih (Kerlinger, 1973; dalam Singarimbun,
Sofian Effendi, 1985). Hipotesis penelitian baru diperlukan jika peneliti
mempersoalkan hubungan antarvariabel (Faisal, 2008). Oleh karena itu, tipe
penelitiannya adalah studi eksplanasi, yaitu menjelaskan hubungan antarvariabel.
Menurut Faisal (2008), rumusan hipotesis hendaknya dinyatakan dalam bentuk
pernyataan deklaratif. Pernyataan deklaratif itu dapat menyatakan “arah
hubungan” diantara variabel yang dipermasalahkan (directional hypothesis), atau
“tidak menyatakan arah hubungan” di antara variabel yang dipermasalahkan
keterhubungannya (nondirectional hypothesis).
Dengan bersumber pada hasil mengamati, menjajaki, atau mengalami
sejumlah kasus empiris (Faisal, 2008), hipotesis penelitian ini dirumuskan dengan
4
“tidak menyatakan arah”. Untuk hipotesis penelian yang berusaha mengetahui
pengaruh antar variabel tanpa atau dengan menunjukan arah hubungan
dirumuskan sebagai berikut:
H11: Ada hubungan antara tingkat Modernisasi keluarga dan tingkat
penelantaran lansia pada keluarga yang ada di Surabaya.
H21: Semakin tinggi tingkat modernisasi keluarga semakin tinggi pula
tingkat penelantaran lansia yang ada pada keluarga tersebut.
Untuk menguji hipotesis tersebut secara statistik, dibutuhkan hipotesis
statistik atau hipotesis nol, dengan rumusan:
H10: Tidak ada hubungan antara tingkat Modernisasi keluarga dan tingkat
penelantaran lansia di Surabaya.
H20: Semakin tinggi tingkat modernisasi keluarga semakin rendah tingkat
penelantaran lansia yang ada pada keluarga tersebut.
Hipotesis diatas merupakan rancangan hipotesis dasar yang nantinya dapat
dipecah lagi menjagi beberapa sub-hipotesis sesuai dengan operasionalisasi dan
penjabaran konsep Modernisasi menurut Ogburn. Untuk itu, bagian-bagian dari
skema hipotesis dapat dilihat pada gambar berikut:
5
Gambar 1.1 Skema Hipotesis
Sumber: Tim Peneliti (2013)
Dari gambar diatas, maka setidaknya dapat dituliskan tujuh hipotesis
berkaitan dengan Pengaruh Modernisasi Keluarga terhadap Tingkat Penelantaran
Lansia di Surabaya. Namun, dalam hal ini kami meringkasnya kedalam 1
hipotesis umum yang telah diuraikan sebelumnya.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh tingkat Modernisasi terhadap tingkat penelantaran
lansia di Surabaya
2. Membuktikan kebenaran teoritis sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Ogburn terkait penyebab munculnya fenomena lansia terlantar
3. Memperkaya pengetahuan dan litaratur yang membahas lansia terlantar
berikut solusi dan pemecahannya.
6
1.5 Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti
Sebagai suatu program yang dapat menambah wawasan peneliti
tentang permasalah seputar lansia terlantar, menambah litaratur terkait
penanganan dan solusi lansia terlantar di Indonesia, serta memberikan
pengalaman dalam pelaksanaan metode penelitian kuantitatif.
Bagi Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan dan salah satu literatur yang menjadi
aucan dalam merumuskan kebijakan terkait masalah kependudukan terutama
masalah-masalah terkait lansia dan penanganan lansia terlantar di Indonesia.
Bagi Masyarakat Secara Umum
Sebagai salah satu literatur untuk mengetahui mengapa banyak lansia
terlantar justru singgah di kota-kota besar dan pada keluarga modern yang
kerap dibayangkan sebagai keluarga yang jauh dari kesengsaraan dan
penelantaran.
1.6 Kerangka Teoritis
1.6.1 Modernisasi dalam Konsepsi Ogburn
Secara sederhana, Ogburn melihat Modernisasi sebagai salah satu arah dari
perubahan sosial masyarakat. Perubahan sosial yang dikonsepsikan oleh Ogburn
mencakup unsur-unsur kebudayaan baik yang bersifat materil maupun yang tidak
bersifat materil (inmaterial) dengan menekankan pengaruh yang besar dari unsur-
unsur kebudayaan yang materil terhadap unsur-unsur inmateril.
Ogburn cenderung melihat fenomena perubahan sosial dari sudut pandang
teori struktural fungsional. Ada beberapa asumsi tentang perubahan sosial yang
dikonsepsikan oleh William Ogburn:
1. Penyebab dari perubahan sosial adalah adanya ketidakpuasan
masyarakat karena kondisi sosial yang berlaku pada masa tersebut
mempengaruhi pribadi individu yang terlibat.
7
2. Meskipun dalam perubahan sosial beberapa unsur-unsur sosial
mengalami perubahan dan dalam unsur-unsur tersebut mempunyai
kesinambungan, namun beberapa unsur lainnya masih dalam keadaan
tetap atau dapat dikatakan statis –dalam hal ini, kemudian Ogburn
menyebutnya sebagai cultural lag–.
3. Setiap perubahan sosial tidak selalu berpengaruh pada semua unsur-
unsur sosial, sebab masih ada sebagian yang tidak ikut berubah.
4. Ogburn melihat bahwa perubahan teknologi akan berjalan lebih cepat
dibanding dengan pedubahan pada substansi budaya, pemikiran,
kepercayaan, nilai-nilai dan norma yang menjadi alat untuk mengatur
kehidupan manusia.
Untuk itulah, dalam hal ini Modernisasi dapat dipandang dari empat dimensi,
yaitu; substansi budaya; pemikiran; kepercayaan; nilai dan norma pada
masyarakat itu sendiri. Untuk mengukur dan mengidentifikasi modernisasi dalam
masyarakat, Ogburn kemudian memberikan beberapa variabel yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat Modernisasi suatu masyarakat dalam bentuk
syarat terjadinya modernisasi yang berupa:
1. Cara berfikir yang ilmiah (scientific thinking) yang melembaga dalam
masyarakat.
2. Sistem administrasi yang baik, yang benar-benar mewujudkan
pelaksanaan birokrasi yang tertib dan teratur.
3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur serta terpusat
pada suatu badan atau lembaga tertentu.
4. Penciptaan iklim yang sesuai (favourable) dengan kehendak
masyarakat terhadap modernisasi dengan cara alat-alat komunikasi
massa.
5. Tingkat organisasi yang tinggi.
6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial (social
planning).
8
Gambar 1.2 Penduduk Lansia dan Modernisasi
Sumber: Ogburn (1976)
1.6.2 Fungsi Keluarga dalam Konsepsi Friedman
Menurut Friedman (1998), setidaknya keluarga mempunyai lima fungsi
pokok, yaitu; fungsi afektif; fungsi sosialisasi; fungsi reproduksi; fungsi ekonomi;
dan fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan
1. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu agar anggota siap berhubungan dengan orang lain,
dapat berinteraksi, juga keluarga sebagai sebuah wadah yang dapat
memberikan kasih sayang terhadap anggota keluarga lainnya.
2. Fungsi sosialisasi adalah fungsi keluarga yang dimaksudkan sebagai
sebuah tempat bagi anggota kaluarga untuk memberikan pelatihan
dan kemampuan dasar bagi anggota keluarga sebelum meninggalkan
rumah untuk berhubungan dengan orang lain di dunia luar dan
masyarakat umum.
9
3. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi
dan menjaga kelangsungan garis keturunan keluarga.
4. Fungsi ekonomi keluarga adalah bagaimana keluarga menyokong
kehidupan keluarga lainnya dari segi ekonomi. Bagaimana keluarga
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri maupun anggota
keluarga leinnya.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas yang tiggi dan mampu bertahan hidup lebih
lama lagi.
Terabaikannya fungsi-fungsi keluarga seperti yang dijelaskan oleh
Friedman terkait kehidupan Lansia merupakan representasi dari terlantarnya
kehidupan lansia. Untuk itulah, beberapa indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur terlantarnya lansia jika dikaitkan dengan konsepsi Friedman tentang
fungsi keluarga ialah pada fungsi afektif, resosialisasi, ekonomi, dan fungsi
perawatan atau pemelihataan kesehatan.
1.6.3 Fungsi AGIL Talcott Parson
Keluarga sebagai bagian dari sistem sosial masyarakat dan juga bisa
dikatakan merupakan sebuah subsistem tersendiri, memiliki peran dan fungsi
untuk menjaga keseimbangan (keharmonisan) kehidupan bermasyarakat. Fungsi
dari keluarga tersebut diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dari
sebuah sistem sosial agar bisa berjalan sebagaimana mestinya. Ada empat
persyaratan mutlak yang harus ada supaya sebuah sistem termasuk keluarga bisa
berfungsi. Keempat persyaratan itu disebutnya AGIL. AGIL adalah singkatan dari
Adaption, Goal, Attainment, Integration, dan Latency. Demi keberlangsungan
hidupnya yang harmonis, maka masyarakat termasuk didalamnya adalah keluarga
harus menjalankan fungsi-fungsi tersebut (Rirzer, 2012). Adapun fungsi-fungsi
tersebut yakni;
10
1. Adaptasi (adaptation): supaya masyarakat bisa bertahan dia harus
mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dan
menyesuaikan lingkungan dengan dirinya.
2. Pencapain tujuan (goal attainment): sebuah sistem harus mampu
menentukan tujuannya dan berusaha mencapai tujuan-tujuan yang
telah dirumuskan itu.
3. Integrasi (integration): masyarakat harus mengatur hubungan di
antara komponen-komponennya supaya dia bisa berfungsi secara
maksimal.
4. Latency atau pemeliharaan pola-pola yang sudah ada: setiap
masyarakat harus mempertahankan, memperbaiki, dan membaharui
baik motivasi individu-individu maupun pola-pola budaya yang
menciptakan dan mepertahankan motivasi-motivasi itu.
Dari teori AGIL yang dikemukaan oleh Talcott Parson diatas, jika
dikaitkan dengan masalah penelantaran penduduk lanjut usia di Indonesia, dapat
kita ketahui bahwa banyaknya penduduk lanjut usia yang ditelantarkan tersebut
berkaitan dengan tidak berfungsinya keluarga sebagai bagian dari sistem sosial
masyarakat Indonesia. Ketidakberfungsian keluarga tersebut diakibatkan karena
tidak terpenuhinya sebagian atau seluruh syarat mutlak yang harus dimiliki oleh
sebuah sistem agar bisa berjalan sebagaimana mestinya yaitu Adaption, Goal,
Attainment, Integration, dan Latency. Untuk itu, dalam penelitian ini akan dikaji
pula syarat-syarat mutlak sistem sosial keluarga yang tidak berfungsi yang
menyebabkan mereka cenderung menelantarkan orang tuanya yang sudah lanjut
usia.
1.6.4 Definisi Operasional Variabel
Menurut Umar (2003:63) Variabel independen (bebas) adalah variabel
yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain, sedangkan variabel
dependen (tergantung) adalah variabel yang dijelaskan atau y ang dipengaruhi
variabel independen. Variabel yang mempengaruhi disebut vari abel penyebab,
variabel bebas atau independent variabel (X) , sedangkan variabel akibat disebut
11
variabel tidak bebas atau variabel tergantung, variabel terikat atau dependent
variabel (Y). Variabel bebas penelitian ini adalah Tingkat Keilmiahan Berpikir
(X1), Tingkat Pemanfaatan Relasi Birokrasi (X2), Tingkat Administrasi Keluarga
(X3), Tingkat Iklim Modernisasi Keluarga (X4), Tingkat Organisasi Keluarga
(X5), dan Tingkat Perencanaan Sosial Keluarga (X6), sedangkan variabel tak
bebas penelitian ini adalah Tingkat Penelantaran Lansia dalam Keluarga (Y).
1. Tingkat Keilmiahan Berpikir
Tingkat keilmiahan berpikir dapat diukur dengan menggunakan
indikator apakah keluarga menggunakan cara-cara yang terlembaga
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tingkat Pemanfaatan Relasi Birokrasi
Tingkat pemanfaatan relasi birokrasi dapat dilihat dari seberapa
sering keluarga berinteraksi dan menjalin hubungan dengan
lembaga-lembaga birokrasi/pemerintahan seperti bank, pegadaian,
rumah sakit, dan lain-lain.
3. Tingkat Administrasi Keluarga
Tingkat administrasi keluarga dapat diukur dari pengelolaan surat-
surat berharga, manajemen keuangan, serta pembagian warisan.
4. Tingkat Iklim Modernisasi Keluarga
Iklim Modernisasi keluarga dapat diukur dari penggunaan tekonologi
yang tepat untuk mendukung efektifitas kegiatan sehari-hari.
5. Tingkat Organisasi Keluarga
Tingkat organisasi keluarga dapat diukur dengan apakah dalam
keluarga terdapat pembagian tugas pokok dan fungsi yang jelas dan
terlaksana secara nyata.
6. Tingkat Perencanaan Sosial Keluarga
Tingkat perencanaan sosial keluarga dapat dikur dengan melihat
seberapa besar usaha-usaha yang dilakukan dan dipersiapkan oleh
keluarga untuk menunjang kehidupan keluarganya di masa depan,
12
misalnya dengan pendidikan, investasi, deposito, dan usaha-usaha
lainnya.
7. Tingkat Penelantaran Lansia dalam Keluarga
Tingkat penelantara lansia dalam keluarga dapat diukur melalui
empat dimensi, yaitu dimensi afektif, resosialisasi, ekonomi, dan
fungsi perawatan atau pemelihataan kesehatan. Penelantaran dalam
dimensi afektif dapat diukur melalui apakah lansia masih
mendapatkan kasih sayang dan seberapa sering lansia dikunjungi
oleh keluarga. Penelantaran dalam domensi resosialisasi dapat
diukur melalui apakah keluarga masih memperhatikan asupan
informasi modern pada lansia seperti penggunaan gadget dan lain-
lain. Penelantaran dalam dimensi ekonomi dapat diukur dari apakah
lansia masih mendapatkan kiriman uang dari keluarga dan juga
apakah kiriman tersebut mencukupi. Penelantaran dalam dimensi
perawatan atau pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari apakah
keluarga masih memperhatikan kesehatan dan lingkungan
kebersihan sekitar lainsia, serta pemberian obat-obatan dan antibiotik
untuk lansia, dan juga bagaimana perawatan lansia bila sakit.
1.7 Metodologi Penelitian
1.7.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksplanatori yaitu
penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-
angka, meskipun juga berupa data kualitatif sebagai pendukungnya, seperti kata-
kata atau kalimat yang tersusun dalam angket, kalimat hasil konsultasi atau
wawancara antara peneliti dan responden. Data kuantitatif adalah data yang
berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Data kualitatif yang
diangkakan misalnya terdapat dalam skala pengukuran. Suatu pernyataan/
pertanyaan yang memerlukan alternatif jawaban, di mana masing-masing : sangat
setuju diberi angka 4, setuju 3, kurang setuju 2, dan tidak setuju 1 (Sugiyono,
2002: 7). Penelitian kuantitatif mengambil jarak antara peneliti dengan objek yang
13
diteliti. Penelitian kuantitatif menggunakan instrumen-instrumen formal, standar
dan bersifat mengukur (Sukmadinata,2006: 95).
1.7.2 Pendekatan Penelitian
Sesuai permasalahan yang diangkat yang diangkat pada penelitian ini
adalah permasalahan asosiatif, yaitu suatu pertanyaan peneliti yang bersifat
menghubungkan dua variabel atau lebih. Hubungan variabel dalam penelitian
adalah hubungan kausal, yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat. Ada variabel
independent (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependent (dipengaruhi).
Variabel independent dalam penelitian ini adalah tingkat Modernisasi,
sedangkan variabel dependent dalam penelitian ini adalah pola penanganan lansia.
1.7.3 Populasi dan Pengambilan Sampel
Pada proposal yang telah diajukan sebelumnya, populasi dalam penelitian
ini adalah keluarga yang mempunyai lansia di salah satu PSLU di Surabaya.
Sedangkan, kerangka sample kami dapatkan dari data sekunder berupa data-data
keluarga yang tersimpan di salah satu PLSU yang ada di Surabaya. Dengan
demikian pengambilan sample kami lakukan dengan menggunakan metode
systematic random sampling. Namun, karena terkendala suatu hal pada akhirnya
populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Faktultas Ilmu Sosial
Ilmu Politik Universitas Airlangga yang mempunyai Lansia. Oleh karena itu,
teknik pengambilang sampel ialah dengan purpousive cluster sampling. Artinya,
pengambilang sampel dilakukan dengan secara sengaja mengambil mahasiswa
FISIP UNAIR dari beberapa jurusan yang ada1 yang memiliki lansia.
Jika dalam proses pengumpulan data ditemukan bahwa ada salah satu
responden dalam sampel tidak ada atau tidak berada di tempat sehingga tidak bisa
diwawancarai, resdonden tersebut diganti dengan responden yang lainnya.selama
responden pengganti merupakan responden yang berasal dari daerah cluster atau
jurusan yang sama. Meskipun sampel yang ada terlihat tidak relevan dengan topik
penelitian, namun kami juga mengkhususkan hanya pada responden yang tinggal
1 Pada pengertian ini, jurusan yang ada berarti masing-masing jurusan telah ditentukan
proporsinya pengambilang sampelnya.
14
di kota Surabaya, dengan asumsi mahasiswa yang berasal dari kota Surabaya telah
mendapatkan efek modernisasi lebih daripada yang lainnya.
1.7.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner yang berisi daftar pertanyaan serta pedoman wawancara untuk
kepentingan kelengkapan penjelasan (eksplanasi) data primer, termasuk untuk
kepentingan pengamatan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terbagi
dalam 2 sumber, yaitu data primer dan data sekunder. Data-data tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer, yaitu data mengenai variabel utama yang meliputi beberapa
indikator variabel-variabel yang diteliti. Data atau informasi ini diperoleh
melalui wawancara (kuesioner) dengan responden yaitu mahasiswa FISIP
UNAIR yang mempunyai lansia.
2. Data Sekunder
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi, atau lembaga terkait,
serta hasil penelitian yang telah dipublikasikan. Data data tersebut mencakup:
(1) Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya,
(2) Data-data responden, termasuk tempat asal, (3) Profil masing-masing
program studi sebagai cluster yang ada pada penelitian ini. (4) serta data-data
pendukung lainnya.
1.7.5 Metode dan Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu langkah yang terpenting dalam
suatu kegiatan penelitian. Analisis data ini digunakan untuk memaparkan hasil
tentang bagaimana pengaruh Modernisasi terhadap Tingkat Penelantaran
Lansia pada Keluarga di Surabaya. Data-data yang sudah diperoleh kemudian
diolah terlebih dahulu. Pengolahan data tersebut dilakukan dengan cara,
Pertama memberikan penilaian melalui kode-kode yang telah ditentukan
untuk setiap jawaban yang ada pada kuesioner (koding). Kedua jawaban –
15
jawaban yang sudah dikoding tersebut dimasukkan ke dalam SPSS. Ketiga
setelah semua data masuk kedalam SPSS kemudian barulah dapat dilakukan
analisis.
1.7.5.1. Validitas, Reliabilitas, dan Normalitas Data
Sebelum dilakukan analisis dengan product moment (untuk statistik
paramatrik), dilakukan uji persyaratan analisis terlebih dahulu yaitu validitas,
reliabilitas, dan normalitas distribusi data. Salah satu syarat untuk melakukan
analisis dengan metode Product Moment atau model analisis lainnya adalah
mengetahui tingkat normalitas data, selanjutnya bisa diputuskan apakah data
dapat dianalisis menggunakan analisis Product Moment.
Normalitas data dipenuhi jika hasil uji tidak signifikan untuk suatu
taraf signifikansi α = 0,01 (jika memang memungkinkan, jika tidak maka
digunakan α = 0,05). Sebaliknya, jika hasil uji SPSS menunjukan hasil yang
signifikan maka normalitas data tidak terpenuhi. Cara mengetahui signifikan
atau tidak signifikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan
bilangan pada kolom signifikansi (Sig.) untuk menetapkan kenormalan
dengan cara membandingkan p dengan taraf signifikansi yang berhasil
diperoleh dari proses analisis SPSS. Jika taraf signifikansi yang diperoleh > α
= 0,05%, maka sampel berasal dari populasi dengan distribusi normal.
Sebaliknya, jika taraf signifikansi yang diperoleh < α = 0,05%, maka sampel
bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk itu, dapat
dilakukan analisis dengan metode tabel silang.
1.7.5.2. Analisis Statistik Parametrik Product Moment
Penelitian tentang studi pengaruh Modernisasi keluarga terhadap tingkat
penelantaran lansia di Surabaya ini akan menggunakan uji statistik product
moment karena:
1. Untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel yaitu Modernisasi
keluarga dan tingkat penelantaran lansia di Surabaya
16
2. Untuk mengetahui arah dan bentuk hubungan antara ke-2 variabel
tersebut
3. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara kedua variabel tersebut,
dan
4. Sebagai dasar untuk melakukan prediksi/peramalan hubungan antara
kedua variabel tersebut
Asumsi kami memilih uji statistik product moment dalam menganalisis
hubungan antara Modernisasi keluarga dengan tingkat penelantaran lansia di
Surabaya karena:
1. Berhadapan dengan satu sampel yang diambil secara random
2. Masing-masing unit analisis/elemen sampel memiliki 2 variabel (X
dan Y)
3. Masing-masing variabel yang diukur menghasilkan data berskala
interval
4. Data yang diperoleh mengikuti garis lurus/linier, dan
5. Data diharapkan berdistribusi normal.
Jika dengan pengujian normalitas tidak cukup untuk memenuhi syarat
untuk dilakukan analisis menggunakan Product Moment, maka analisis bisa
dilakukan dengan metode statistik non-parametrik.
17
BAB 2
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Pada BAB sebelumnya telah diuraikan mulai dari latar belakang
permasalahan, pertanyaan penelitian, kerangka teroritis, hingga metodologi dan
teknik analisis data dimana berbagai pembahasan terkait hal tersebut lebih
menekankan pada studi kepustakaan yang bersifat teoritis. Pada BAB ini, fokus
pembahasan akan mulai diruncingkan pada data-data empiris yang berkaitan erat
dengan objek kajian penelitian, yaitu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Airlangga terkait pengaruh Modernisasi Keluarga terhadap
Penelantaran Lansia pada keluarganya.
2.1. Gambaran Umum Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAIR
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik(FISIP) adalah salah satu dari sekian
banyak fakultas yang ada di Universitas Airlangga (UNAIR). FISIP UNAIR di
dirikan oleh seorang guru besar yang bernama Soetandyo Wignjosoebroto pada
tanggal 23 Desember tahun 1977 dengan surat keputusan rektor yang terbit pada
hari itu, bernomor A.II.5685/Rektor/90/UA/77, mengangkat sebuah pesidium
untuk men gelola fakultas baru dengan Soetandyo Wignjosoebroto, MPA sebagai
Ketua, dr. R.Koento, MPH, MA sebagai Sekertaris, dan Prof. Dr. D. Ma’rifin
Husin, Msc. sebagai Anggota. Kuliah perdana semester I tahun akademi 1978
dimulai pada tanggal 21 Februari 1978. Hingga ada tanggal 25 April 1978,
tepatnya setelah dua bulan kegiatan akademis FISIP UNAIR dimulai, Direktur
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen P&K menyatakan persetujuan atas
dibukanya FISIP UNAIR melalui suratnya yang bernomor 267/D/R/78 tentang
pergantian bentuk dari personalia pimpinan Fakultas Ilm Sosial dari Pesidium ke
bentuk Kedekanan. Sebagai dkan pertama diangkat Soetandyo Wignjosoebroto,
MPA; dr. R.Koento, MPH, MA, sebagai pembantu dekan urusan pendidikan dan
penelitian; Drs. J. Dwi Narwoko sebagai pembantu dekan urusan administrasi
umum; Drs. Soedarmaji Harjono sebagai pembantu dekan urusan kemahasiswaan
dan pengabdian masyarakat.
18
Pada awal berdiri, FISIP UNAIR masih bernama Fakultas Ilmu
Sosial(FIS) karena pada awal berdiri FISIP UNAIR hanya mengelola satu
program studi saja, yaitu program studi Sosiologi. Namun, ada saat ini FISIP
UNAIR telah mengelola dua program fokasi(Diploma III), tujuh program sarjana,
dan enam program magister, yaitu:
Program Pendidikan Vkasi (DIII)
Program Studi Kepariwisataan/ Bina Wisata
Program Studi Teknisi Perpustakaan
Program Pendidikan Sarjana (S-1)
Program Studi Sosiologi
Program Studi Ilmu Politik
Program Studi Hubungan Internasional
Program Studi Admistrasi Negara
Program Studi Antropologi
Program Studi Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Program Pendidikan Magister (S-2)
Program Studi Sosiologi
Program Studi Ilmu Politik
Program Studi Media Komunikasi
Program Studi Pengembangan Sumber Daya Manusia
Program Studi Kebijakan Publik
Program Studi Hubungan Internasional
Sejak awal berdiri hingga saat ini seluruh warga FISIP UNAIR masih
memegang teguh VISI dan MISI mereka. VISI mereka yaitu Menjadi fakultas
bermutu tinggi dan terkemuka yang memilii landasan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berdasarkan pada semangat pluralisme, kemanusiaan, demokrasi,
19
keadilan, dan kesejahteraan bersama yang berorientasi pada pengembangan
keilmuan di tingkat nasional maupun internasional sedangkan MISI dari FISIP
UNAIR ialah:
1. Melakukan dan memfasilitasi pengkajan- pengkajian, baik yang
bersifat dasar untuk tujuan pengembangan keilmuan maupun yang
bersifat strategis untuk menyelenggarakan proses belajar secara tertib,
kreatif, termasuk mendayagunakan berbagai metode dan media
pembelajaran efektif dan efisien.
2. Menjadikan kampus sebagai ruang publik dan miniatur Indonesia
yang peka dan responsif terhadap kemajemukan.
3. Pemecahan berbagai masalah sosial secara sistematis, terarah dan
terprogram.
Gambar 2.1. Grafik Prodi Responden
Sumber: pertanyaan a5
2.2. Program Studi Hubungan Internasional
FISIP UNAIR membuka program studi Hubungan Internasional pada
tahun 1982 yang semula di dalam naungan jurusan Ilmu Politik. Prodi ini
berkembang menjadi lebih otonom setelah ditetapkan menjadi departemen pada
tahun 2006 silam. Prodi ini terus berkembang dengan VISI “Menjadi program
20
hugungan internasional yang berkualitas, menghasilkan lulusan berkemampuan
strategis global dan menjadi pusat penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat di bidang strategis global pada tahun 2020.”
Sedangkan misi dari Prodi ini adalah:
1. Menyelenggarakan pendidikan dengan output lulusan yang
berkemampuan strategis global dengan kompetensi analisis
internasional, komunikasi, dan negoisasi dan manajerial global.
2. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan ilmu hubungan
internasional yang interseksi dan indisipliner dengan pengembangan
ilmu-ilmu lain yang terintegrasi dengan paradigma global.
3. Mendharmabaktian keahlian dalam bidang ilmu hubungan
internasional.
Dalam penelitian ini, terdapat enam (6) orang responden yang merupakan
mahasiswa aktif di Program Studi Hubungan Internasional. Enam responden
tersebut terdiri dari dua responden perempuan dan empat responden laki- laki. 4
orang responden Program Studi Hubungan Internasional berusia 20 tahun,
sedangkan 2 orang responden lainnya berumur 21 tahun. Dari 6 orang responden
Program Studi Hubungan Internasional, 3 orang diantaranya memiliki ayah yang
berprofesi sebagai wirausahawan, 2 orang responden memiliki ayah berprofesi
sebagai PNS, dan 1 orang responden memilik ayah yang berprofesi sebagai buruh.
Dan dari 6 orang responden Program Studi Hubungan Internasional, 3 diantaranya
memiliki ibu yang merupakan pensiunan PNS, 1 orang responden memiliki ibu
yang berprofesi sebagai wirausahawan, buruh, dan pensiunan PNS.
2.2. Program Studi Ilmu Politik
Program studi Ilmu Politik FISIP UNAIR dibuka seara resmi dan
menerima mahasiswa pada tahun akademi 1982/1983, ketika kondisi perpolitikan
Indonesia menjelang puncak otoritarian. VISI dari prodi Ilmu Politik adalah
“Menjadi pusat pendidikan keilmuan politik yang produktif, berkualitas tinggi,
handal dan kritis, terbuka, demokratis dan konsisten memajukan keadilan dan
kesejahteraan bersama.” dan MISI dari Prodi Ilmu Politik adalah:
21
1. Menciptakan komunitas belajar yang kreatif, produktif, kritis, dan
bermutu tinggi, baik dalam bentuk lulusan maupun karya ilmiah yang
kompetitif.
2. Menciptakan institusi keilmuan yang unggul dalam pengkajian
strategis, terutama di bidang pemantapan kehidupan berdemokrasi dan
pengembangan masyarakat sipil.
3. Menciptakan institusi pendidikan terbuka yang memiliki jejaring
kerjasama berskala luas, serta sanggup menjadi pelopor perubahan
masyarakat.
4. Menyelenggarakan proses belajar- mengajar Ilmu- Politiksecara tertib,
kreatif (termasuk mendayagunakan berbagai metode dan media
pembelajaran), dan efektif.
5. Menjadikan kampus sebagai ruang publik yang peka dan responsif
terhadap kemajemukan, dan menjujnjung tinggi etika dan moralitas,
serta sebagai sarana belajar dan tempat rujukan bagi masyarakat luas.
Dalam penelitian ini, terdapat 4 responden prodi Ilmu politik. 2 responden
prodi Ilmu politik adalah Laki- laki, dan 2 lainnya adalah perempuan. 3 orang
responden berumur 21 tahun, sedangkan 1 responden berumur 22 tahun. 2 orang
responden memilik ayah yang merupakan pensiunan PNS, 1 orang responden
memiliki ayah berprofesi sebagai wirausahawan, dan 1 reponden yang telah
meninggal. 2 responden prodi Ilmu Politik yang memiliki ibu berprofesi sebagai
buruh, dan 1 orang responden masing- masing memiliki ibu berprofesi sebagai
PNS dan wirausahawan.
2.3. Program Studi Sosiologi
Program Studi Sosiologi merupakan program studi pertama dan tertua di
FISIP UNAIR. Program studi ini didirikan pada tahun 1978 seihingga seumur
dengan fakultas yang mewadahinya. VISI dari Prodi Sosiologi FISIP UNAIR ini
adalah “Program studi Sosiologi sebagai institusi akademik yang inovatif, kritis,
demokratis, analitis dan mampu bersaing di tingkat regional, nasional, dan
internasional berdasarkan moral agama.” Untuk merealissasikan VISI tersebut,
maka dibentukla MISI dari prodi sosiologi, yaitu:
22
1. Menyelenggarakan proses belajar mengajar secara inovatif dan kreatif
secasra dialogis.
2. Menjadikan kampus sebagai ruang publik dan miniatur Indonesia
yang peka dan responif terhadap kemajemukan.
3. Memfasilitasi kajian-kajian baik yang bersifat dasar maupun yang
bersifat strategis untuk tujuan pemecahan berbagai masalah sosial,
terutama ada 4 kompetensi konsentrasi: Community development.
4. Riset dan analisis sosial, Resolusi konflik dan multiculturalism, serta
masalah perkotaan dan kesenjangan antar- wilayah.
5. Menjadikan kampus sebagai sarana belajar serta tempat rujukan bagi
masyarakat luas dengan sarana dan rasarana yang memadai.
Dalam Penelitian ini, terdapat 8 orang responden Prodi Sosiologi. Dari ke 8
responden, 7 diantaranya adalah perempuan. Dan 1 orang laki- laki. 4 orang
responden memiliki ayah yang beprofesi sebagai wirausahawan, 2 orang memiliki
ayah berprofesi sebagai buruh, dan 1 orang telah meninggal. 3 orang responden
memiliki ibu yang berprofesi sebagai buruh, 2 orang memiliki ibu yang berprofesi
sebagai wirausahawan dan 1 orang memiliki ibu yang masing- masing berprofesi
sebagai PNS dan pensiunan PNS.
2.4. Program Studi Antropolgi
Prodi Antropologi didirikan pada tanggal 24 September 1984, dan
memulai perkuliahan pada tahun 1985. Prodi antropologi memiliki VISI “Program
Studi Antropologi Sosial UNAIR mampu menjadi institusi keilmuan yang
Inovatif, terkemuka ditingkat nasional dan internasional, pelopor perkembangan
ilmu pengetahuan, humaniora dan kebudayaan berdasarkan moral keagamaan.”
MISI Prodi Antropologi yaitu:
1. Melaksanakan Tri Darma perguruan tinggi melalui pengembangan
kelembagaan manajemen modern yang berorientasi pada muutu dan
kemampuan bersaing.
23
2. Menyelenggarakan pendidikan yang berbasis metode pembelajaran
inovatif.
3. Menyelenggarakan penelitian dasar dan terapan di bidang Antropologi
untuk menunjang pengembangan dan pengabdian kepada masyarakat.
4. Mendharmabaktikan bidang Antropologi kepada masyarakat.
Dalam penelitian ini terdapat 12 responden dari prodi antropologi. 7
responden dari prodi Antropologi berjenis kelamin laki- laki, sedangkan 5
responden perempuan. 6 responden berumur 19 tahun, 2 responden berumur 18
tahun, 2 responden berumur 20 tahun, dan 2 responden berumur 21 tahun. 8
responden memiliki ayah yang berprofesi sebagai wirausahawan, sedangkan 2
responden sudah tidak memiliki ayah, dan 1 orang responden memiliki ayah yang
berprofesi sebagai buruh dan PNS. 5 orang responden memiliki ibu yang
berprofesi sebagai PNS, 2 orang responden memiliki ibu yang merupakan
pensiunan PNS, 2 orang responden memilii ibu yang berprofesi sebagai buruh,
dan 2 orang responden memilik ibu berprofesi sebagai wirausahawan.
2.5. Program Studi Komunikasi
Program Studi komunikasi dirintis sejak tahun 198, sekarang Prodi ini
berada di departemen Ilmu Komunikasi dalam lingkungan organisasi FISIP
UNAIR. Adapun VISI dan MISI dari Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UNAIR
yaitu, VISI: “institusi terdepan bagi pengembangan Ilmu Komunikasi dan studi
media yang inovatif, mandiri berwawasan tekhnologi komunikasi dan media
terkini, profesional dan humanis dilandasi keinginan untuk mewujudkan reputasi
dan keunggulan kompetetif dikawasan regional Asia.” Sedangkan MISI nya
menyelenggarakan pendidikan akademik di bidang Ilmu Komunikasi dan studi-
studi media yang berbasis kemajuan tekhnologi komunikasi dan media terkini,
mampu bersaing dikawasan regional Asia.
Dalam penelitian ini, 7 orang responden berasal dari prodi Komunikasi. 3
responden berjenis kelamin laki-laki dan 4 responden perempuan. 4 responden
berumur 18 tahun, 2 responden berumur 19 tahun dan 1 responden berumur 21
tahun. 4 responden memiliki ayah yang berprofesi sebagai wirausahawan, 2 orang
responden memiliki ayah yang merupakan pensiunan PNS, 1 responden yang
24
telah tidak memiliki ayah. 6 orang responden memiliki ibu yang berprofesi
sebagai buruh, dan 1 responden memiliki ibu yang merupakan pensiunan PNS
2.6. Program Studi Pariwisata
Sejak tahun 1966 UNAIR telah menyelenggarakan pendidikan diploma
tiga di bidang Kepariwisataan, hingga pada tahun 1998 pendidikan diploma tiga di
bidang Kepariwisataan resmi didirikan melalui surat keputusan nomer
210/DIKTI/Kep/1998. VISI dari program studi diploma tiga Kepariwisataan
adalah “Mencetak sumberdaya manusia di industri jasa dan profesi yang
berkualitas dan bermoral dalam bersikap serta berperilaku.” Serta MISI dari Prodi
ini adalah:
1. Menghasilkan Ahli Madya Pariwisata yang profesional.
2. Menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian di bidang pariwisata
sesuai dengan kebutuhan industri pariwisata.
3. Menghasilkan lulusan yang memiliki sikap profesi, kreatif, mandiri,
inovatif yang mendukung industri pariwisata.
4. Menghasilkan lulusan yang mandiri dan memiliki enterpreneurship.
Dalam penelitian ini, 6 orang responden berasal dari prodi Pariwisata. 3
responden berjenis kelamin laki- laki dan 3 responden berjenis kelamin
perempuan. 3 responden beruumur 20 tahun, 2 reponden berunur 21 tahun, dan 1
responden berumur 22 tahun.. 3 responden memiliki ayah yang berprofesi sebagai
wirausahawan, dan 3 responden memiliki ayah yang merupakan pensiunan PNS. 3
respoonden memiliki ibu yang berprofesi sebagai PNS, 2 orang responden
memiliki ibu yang berprofesi sebagai buruh dan 1 responden memiliki ibu yang
merupakan pensiunan PNS
25
2.7. Program Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Program Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan diawali dengan adanya drogram
diploma dua yang didirikan pada tahun 1981. Pada tahun 1988 program itu
berkembang menjadi prodi diploma tiga Perpustakaan hingga berkembang lagi
menjadi Prodi Ilmu Informasi dan Perpustakaan seperti sekarang ini.
Dalam penelitian ini, 7 responden berasal dari prodi Ilmu Informasi dan
Perpustakaan Semua responden berjenis kelamin perempuan. 5 responden
berumur 19 tahun, dan 2 orang berumur 20 tahun. 4 responden memiliki ayah
yang berprofesi sebagai wirausahawan, 2 responden memiliki ayah yang
berprofesi sebagai PNS, dan 1 responden memiliki ayah yang berprofesi sebagai
buruh. 3 responden memiliki ibu yang berprofesi sebagai buruh, 2 responden
memiliki ibu yang berprofesi sebagai PNS, 1 responden memiliki ibu yang
merupakan pensiunan PNS dan 1 responden yang telah tidak memiliki ibu.
26
BAB 3
PEMAPARAN DATA
BAB sebelumnya telah membahas tentang gambaran umum lokasi
penelitian dan beberapa karakteristik responden yang berhasil didapatkan. Pada
BAB ini, data-data yang telah berhasil didapatkan akan dipaparkan dalam bentuk
tabel frekuensi dan intervalisasi data. Tak hanya menyangkut informasi umum
dan karakteristik responden, tapi juga informasi spesifik terkait variabel yang
akan dianalisis pada BAB berikutnya.
3.1. Jenis Kelamin
Tabel 3.1 Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1. Laki - laki 20 40.0
2. Perempuan 30 60.0
Total 50 100.0
Sumber: pertanyaan no. a3
Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa jumlah dari 50 orang yang
menjadi responden kami, yang menyatakan bahwa jenis kelamin laki – laki
sebanyak 20 orang dengan persentase 40.0, Sedangkan jenis kelamin perempuan
sebanyak 30 orang dengan persentase 60.0 dari jumlah keseluruhan.
3.2. Usia Responden
Tabel 3.2 Usia Responden
No. Usia Responden Frekuensi Persentase
1. 18 6 12.0
2. 19 18 36.0
3. 20 12 24.0
4. 21 12 24.0
5. 22 2 4.0
Total 50 100.0
Sumber: pertanyaan no.a4
27
Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa jumlah dari 50 orang yang
menjadi responden kami, yang menyatakan bahwa usia responden 18 tahun
sebanyak 6 orang dengan persentase 12.0 , responden yang berusia 19 tahun
sebanyak 13 orang dengan persentase 36.0 , responden yang berusia 20 tahun
sebanyak 12 orang dengan persentase 24.0 , sedangkan responden yang berusia 21
tahun sebanyak 12 orang dengan persentase 24.0 , dan responden yang berusia 22
tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 4.0 dari jumlah keseluruhan.
3.3. Jurusan Responden
Tabel 3.3 Jurusan Responden
No. Jurusan Frekuensi Persentase
1. HI 6 12.0
2. Ilmu Politik 4 8.0
3. Sosiologi 8 16.0
4. Antropologi 12 24.0
5. Komunikasi 7 14.0
6. Pariwisata 6 12.0
7. IIP 7 14.0
Total 50 100.0
Sumber: pertanyaan a5
Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa jumlah dari 50 orang yang
menjadi responden kami, yang menyatakan bahwa jurusan HI sebanyak 6 orang
dengan persentase 12.0 , dari jurusan ilmu politik sebanyak 4 orang dengan
persentase 8.0 , dari jurusan sosiologi sebanyak 8 orang dengan persentase 16.0 ,
dari jurusan antropologi sebanyak 12 orang dengan persentase 24.0 , dari jurusan
komunikasi sebanyak 7 orang dengan persentase 14.0 , sedangkan dari jurusan
pariwisata sebanyak 6 orang dengan persentase 12.0 , dan dari jurusan IIP
sebanyak 7 orang dengan persentase 14.0
28
3.4. Pekerjaan Ayah
Tabel 3.4 Pekerjaan Ayah
No. Pekerjaan Ayah Frekuensi Persentase
1. Sudah meninggal / Tidak bekerja 2 4.0
2. Buruh / Sektor pekerja pasar 6 12.0
3. Wirausaha/ Wiraswasta 26 52.0
4. Pensiunan baik swasta / PNS 3 6.0
5. PNS yang masih bekerja 13 26.0
Total 50 100.0
Sumber: pertanyaan no a6
Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa jumlah dari 50 orang yang
menjadi responden kami, yang menyatakan bahwa pekerjaan ayah yang sudah
meninggal / tidak bekerja sebanyak 2 orang dengan persentase 4.0 , yang bekerja
sebagai buruh atau sector pekerja pasar sebanyak 6 orang dengan persentase 12.0 ,
yang bekerja sebagai wirausaha / wiraswasta sebanyak 26 orang dengan
persentase 52.0 , sedangkan yang pensiunan baik swasta / PNS sebanyak 3 orang
dengan persentase 6.0 , dan PNS yang masih bekerja sebanyak 13 orang dengan
persentase 26.0
3.5. Pekerjaan Ibu
Tabel 3.5 Pekerjaan Ibu
No, Pekerjaan Ibu Frekuensi Persentase
1. Sudah meninggal / Tidak bekerja 1 2.0
2. Ibu Rumah Tangga 20 40.0
3. Pekerjaan sektor domestic 7 14.0
4. Wirausaha skala menengah 9 18.0
5. PNS dan sektor public 13 26.0
Total 50 100.0
Sumber: pertanyaan no. a7
Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa jumlah dari 50 orang yang
menjadi responden kami, yang menyatakan bahwa pekerjaan ibu yang sudah
meninggal / tidak mampu berbuat apa – apa sebanyak 1 orang dengan persentase
2.0 , yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 20 orang dengan persetase
40.0 , pekerjaan sector domestic sebanyak 7 orang dengan persentase 14.0,
29
sedangkan yang bekerja sebagai wirausaha skala menengah sebanyak 9 orang
dengan persentase 18.0 , dan yang bekerja sebagai PNS dan sektor publik
sebanyak 13 orang dengan persentase 26.0
3.6. Penghasilan Perbulan Keluarga
Tabel 3.6 Penghasilan Perbulan Keluarga
No Penghasilan perbulan Frekuensi Persentase
1. < 3350000 19 38.0
2. 3360000 – 5510000 13 26.0
3. 5520000 – 7670000 5 10.0
4. 7689999 – 9830000 4 8.0
5. > 9840000 9 18.0
Total 50 100.0
Sumber: pertanyaan no. a8
Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa jumlah dari 50 orang yang
menjadi responden kami, yang menyatakan bahwa penghasilan perbulan <
3350000 sebanyak 19 orang dengan persentase 38.0 , penghasilan perbulan
3360000 – 5510000 sebanyak 13 orang dengan persentase 26.0 , yang
berpenghasilan 5520000 – 7670000 sebanyak 5 orang dengan persentase 10.0 ,
sedangkan yang berpenghasilan 7689999 – 9830000 sebanyak 4 orang dengan
persentase 8.0 , dan yang berpenghasilan > 9840000 sebanyak 9 orang dengan
persentase 18.0
3.7. Pengeluaran Perbulan Keluarga
Tabel 3.7 Pengeluaran Perbulan Keluarga
No. Pengeluaran Perbulan Frekuensi Persentase
1. < 1.750.000 8 16.0
2. 1.760.000-3.510.000 20 40.0
3. 3.520.000-5.270.000 13 26.0
4. 5.280.000-7.030.000 3 6.0
5. >7.040.000 6 12.0
Total 50 100.0
Sumber: pertanyaan no.a9
30
Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa jumlah dari 50 orang yang
menjadi responden kami,yang menyatakan bahwa pengeluaran perbulan sebesar
<1750000 sebanyak 8 orang dengan jumlah persentasi 16.0 persen dari 100
persen,pengeluaran perbulan sebesar 1760000-3510000 sebanyak 20 orang
dengan persentase 40.0 persen dari 100 persen,pengeluaran perbulan 3520000-
5270000 sebanyak 13 orang dengan jumlah presentasi 26.0 persen dari 100
persen, pengeluaran perbulan 5280000-7030000 sebanyak 3 orang dengan jumlah
persentase 6.0 persen dari 100 persen,dan yang berpengelkuaran perbulan
sejumlah >7040000 sebanyak 6 orang dengan jumlah persentase 12.0 persen dari
100 persen.
3.8. Beban Anak Keluarga Responden
Tabel 3.8 Beban Anak Responden
No Kategori Beban Anak Frekuensi Persentase
1. Beban Sangat kecil 6 12.0
2. Beban Kecil 26 52.0
3. Beban Sedang 12 24.0
4. Beban Besar 5 10.0
5. Beban Sangat Besar 1 2.0
Total 50 100.0
Sumber: prtanyaan a10
Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa jumlah dari 50 orang yang
menjadi responden kami,menyatakan bahwa beban sangat kecil sejumlah 6 orang
dengan jumlah persentase 12.0 persen dari 100 persen,beban kecil sejumlah 26
orang dengan jumlah persentase 52.0 persen dari 100 persen, beban sedang
sejumlah 12 orang dengan jumlah persentase 24.0 persen dari 100 persen, beban
besar sejumlah 5 orang dengan jumlah persentase 10.0 persen dari 100 persen, dan
beban yang sangat besar berjumlah 1orang dengan jumlah persentase 2.0 persen
dari 100 persen.
31
3.9. Di mana Lansia Tinggal
Tabel 3.9 Di mana Lansia Tinggal
Sumber: pertanyaan no. a11
Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa dari 50 responden kita
menyatakan bahwa kakek nenek tinggal dipanti jompo sebanyak 1 orang dengan
persentase 2.0 persen dari 100.0 persen, kakek nenek tinggl diluar kota sejumalah
12 orang dengan persentase 24.0 persen dari 100.0 persen,kakek nenek tinggal di
rumah saudara sejumlah 12 orang dengan jumlah persentase 24.0 persen dari 100
persen, rumah berbeda tapi satu desa berjumlah 7 orang dengan persentase 14.0
persen dari 100.0 persen,dan yang tinggal dalam satu rumah sejumlah 18 orang
dengan persentase 36.0 persen dari 100.0 persen.
Jadi berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi
(kecenderungan data) lansia tinggal dalam satu rumah bersama keluarganya.
3.10. Intensitas Kunjungan Lansia
Tabel 3.10 Intensitas Kunjungan Lansia
No. Intensitas Frekuensi Persentase
1. 1-18 18 36
2. 19-36 4 8
3. Lansia Tinggal Dengan Keluarga 28 56
Total 50 100
Sumber: pertanyaan no. a12
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa lansia yang tinggal bersama
keluarganya memiliki frekuensi sebesar 28 dengan presentase sebesar 56%,
sementara itu lansia yang tidak tinggal bersama keluarga namun masih cukup
No. Kategori Lansia Tinggal Frekuensi Persentase
1. Kakek nenek tinggal di panti jompo 1 2.0
2. Kakek nenek tinggal diluar kota 12 24.0
3. Kakek nenek tinggal dirumah saudara 12 24.0
4. Rumahnya berbeda tapi satu desa 7 14.0
5. Tinggal dalam satu rumah 18 36.0
Total 50 100.0
32
sering dikunjungi oleh keluarganya memiliki frekuensi sebesar 18 dengan
presentase sebesar 36%, kemudian lansia yang jarang dikunjungi oleh oleh
keluarganya memiliki frekuensi sebesar 4 dengan presentase sebesar 8%.
Jadi berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi
(kecenderungan data) lansia tinggal dekat dengan keluarganya dalam satu rumah
sehingga secara otomatis lansia tersebut sering dikunjungi keluarganya.
3.11. Status Sosial Ekonomi
Tabel. 3.11. Status Sosial Ekonomi
No. Nilai Frekuensi Persentase
1. 5-8 24 48
2. 9-12 17 34
3. 13-16 9 18
Total 50 100
Sumber: intervalisasi skoring pertanyaan no. a6-a10
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi yang masuk
kategori tinggi dengan nilai 5-8 memiliki frekuensi 24 dengan persentase sebesar
48 persen, sementara itu status sosial ekonomi yang masuk kategori sedang
dengan nilai 9-12 memiliki frekuensi 17 dengan persentase 34 persen, dan status
soaial ekonomi yang masuk kategori rendah dengan nilai 13-16 memiliki
frekuensi 9 dengan persentase 18 persen.
Jadi dari tabel dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi (kecenderungan)
berada pada kategori tinggi.
33
3.12. Modernisasi Keluarga
Tabel 3.12 Modernisasi Keluarga
No. Nilai Frekuensi Persentase
1. 41-49 22 44
2. 50-58 24 48
3. 59-67 4 8
Total 50 100
Sumber: intervalisasi skoring pertanyaan no. b19-b30
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa modernisasi keluarga yang masuk
kategori tinggi dengan nilai 41-49 memiliki frekuensi 22 dengan persentase
sebesar 44 persen, sementara itu modernisasi keluarga yang masuk kategori
sedang dengan nilai 50-58 memiliki frekuensi 24 dengan persentase 48 persen,
dan modernisasi keluarga yang masuk kategori rendah dengan nilai 59-67
memiliki frekuensi 4 dengan persentase 8 persen.
Jadi dari tabel dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi (kecenderungan)
berada pada kategori sedang.
3.13. Tingkat Penelantaran Lansia
Tabel 3.13. Tingkat Penelantaran Lansia
No. Nilai Frekuensi Persentase
1. 33-42 18 36
2. 43-52 28 56
3. 53-62 4 8
Total 50 100
Sumber: intervalisasi skoring pertanyaan no. b1-b18
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat penelantaran lansia yang
masuk kategori tinggi dengan nilai 33-42 memiliki frekuensi 18 dengan
persentase sebesar 36 persen, sementara itu tingkat penelantaran lansia yang
masuk kategori sedang dengan nilai 43-52 memiliki frekuensi 28 dengan
persentase 56 persen, dan tingkat penelantaran lansia yang masuk kategori rendah
dengan nilai 53-62 memiliki frekuensi 4 dengan persentase 8 persen.
34
Jadi dari tabel diatas dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi
(kecenderungan data) berada pada kategori sedang.
35
BAB 4
REALITAS PENELANTARAN LANSIA
Telah diberikan pemaparan dan deskripsi terkait data primer yang berhasil
didapatkan di lapangan pada BAB 3. Namun, pemaparan dan deskripsi yang
diberikan pada BAB sebelumnya belumlah cukup untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Pada BAB ini akan dipaparkan analisis hubungan antar varibel yang
bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan sekaligus berusaha untuk
menguji hipotesis yang telah dipaparkan pada BAB 1. Namun, sebelum
melakukan analisis instrumen berupa pertanyaan penelitian terlebih dahulu kita
akan melihat validitas, reliabilitas, dan normalitas distribusi data. Jika data
berhasil memenuhi, maka selanjutnya akan dilakukan analisis dengan
menggunakan analisis statistik parametrik ataupun non-parametrik.
4.1 Validitas Instrumen
Uji Validitas instrumen penelitian adalah sebuah proses dimana kita
menguji apakah pertanyaan penelitian sesuai untuk mewakili indikator pada
sebuah variabel.2 Pada pengertian ini, uji validitas diperlukan untuk mengukur
apakah penelitian yang dilakukan telah menggunakan alat ukur yang sesuai terkait
pengaruh modernisasi keluarga terhadap penelantaran lansia.
4.1.1 Status Sosial Ekonomi Keluarga
Tabel 4.1.1 Validitas Status Sosial Ekonomi Keluarga
Pekerjaan Ayah Pekerjaan Ibu Penghasilan Perbulan
Koefisien 0,725 0,681 0,818
Valid 0,01 0,01 0,01
Alpha 0,05 0,05 0,05
Sumber: analisis statistik parametrik data primer melalui SPSS 16
Dari serangkaian proses analisis statistik menggunakan program SPSS 16,
didapatkan koefisien korelasi antara ketiga indikator dengan jumlah keseluruhan
2 Menurut Azwar (1986) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
36
skor pada variabel tersebut. Dari 3 pertanyaan yang merupakan indikator untuk
mengukur status sosial ekonomi, hasil pengukuran menunjukkan seluruhnya valid
pada alpha 1%. Maka dari itu dalam analisis pada sub-bab berikutnya seluruh
pertanyaan yang valid tersebut akan diikut sertakan.
37
4.1.2 Modernisasi Keluarga
Tabel 4.1.2 Validitas Modernisasi Keluarga
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q18
Koef. 0,17 0,305 0,337 0,551 0,405 0,429 0,313 0,115 0,282 0,581 0,641 0,364 0,250 0,198 0,423 0,597 0,637 0,436
Valid - 0,05 0,05 0,01 0,01 0,01 0,05 - 0,05 0,01 0,01 0,01 - - 0,01 0,01 0,01 0,01
Alpha - 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 - 0,05 0,05 0,05 0,05 - - 0,05 0,05 0,05 0,05
Sumber: analisis statistik parametrik data primer melalui SPSS 16
Pada tabel diatas, dapat kita lihat dari 18 pertanyaan yang merupakan indikator untuk mengukur modernisasi keluarga terdapat 10
pertanyaan yang valid pada alpha 1%, 4 pertanyaan yang valid pada alpha 5% , sedangkan 4 pertanyaan yang tidak memenuhi standar
validitas pada alpha 1% maupun 5%. Pertanyaan yang tidak valid tersebut diantaranya adalah Q1,Q8,Q13, Q14. Untuk itulah dalam
analisis pada sub bab berikutnya beberapa pertanyaan yang tidak valid tidak akan diikut sertakan. Melihat bahwa 10 pertanyaan valid pada
alpha 1%, sedangkan 4 pertanyaan lainnya valid pada alpha 5%, maka dalam penelitian ini alpha yang digunakan mulai dari sekarang
hingga seterusnya adalah alpha 5%, karena item yang valid pada alpha 1% sudah tentu bisa digunakan pada analisis degan menggunakan
alpha 5%, sedangkan pertanyaan yang valid dengan alpha 5% tentu tidak bisa digunakan dalam menganalisis data dengan alpha 1%.
Dengan asumsi bahwa pilihat tersebut akan memperkaya indikator variabel, maka alpha ditetapkan menjadi 5%.
38
4.1.3 Tingkat Penelantaran Lansia
Tabel 4.1.3 Validitas Penelantaran Lansia
Q19 Q20 Q21 Q22 Q23 Q24 Q25 Q26 Q27 Q28 Q29 Q30
Koefisien 0,561 0,469 0,694 0,634 0,562 0,571 0,484 0,405 0,612 0,634 0,629 0,650
Valid 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
Alpha 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
Sumber: analisis statistik parametrik data primer melalui SPSS 16
Tabel diatas menunjukan hasil pengukuran koefisien korelasi antara tiap-tiap variabel dengan jumlah skor keseluruhan variabel itu
sendiri. Dari 12 pertanyaan yang merupakan indikator untuk mengukur penerlantaran lansia seluruhnya valid dengan alpha 1%. Karena
pada sub-bab sebelumnya (validitas status sosial ekonomi dan modernisasi keluarga) kita telah menetapkan alpha 5% sebagai alpha yang
akan kita gunakan untuk melakukan analisis pada bab selanjutnya, maka dari itu alpha yang digunakan adalah alpha 0,05 dan dalam
analisis pada sub bab berikutnya seluruh pertanyaan yang valid tersebut akan diikut sertakan.
4.2 Reliabilitas Data
Menurut Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali –untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif
konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam
pengukur gejala yang sama. Oleh karena itu, berikut disajikan beberapa unit analisis yang akan diukur reliabilitasnya.
39
Tabel 4.2.1 Instrumen Pertanyaan Penelitian
No. Item/Instrumen Pertanyaan Mean SD N
1. Jenis kelamin 1.60 0.495 50
2. Usia responden 19.72 1.089 50
3. Jurusan 4.38 2.230 50
4. Pekerjaan ayah 3.38 1.123 50
5. Pekerjaan ibu 3.26 1.291 50
6. Penghasilan perbulan 2.42 1.513 50
7. Jumlah anak 2.38 0.901 50
8. Dimana lansia tinggal 3.58 1.263 50
9. Intensitas kunjungan 4.04 7.811 50
10. Tenang jika banyak relasi dengan pejabat pemerintah 3.46 0.994 50
11. Menggunakan cara yang sesuai dengan hukum 3.66 0.939 50
12. Sinergis dengan birokrasi dan lembaga hukum 3.38 0.667 50
13. Menggunakan lembaga publik untuk aktivitas sehari-
hari 4.08 0.665 50
14. Kepercayaan terhadap lembaga pemerintahan 3.14 0.926 50
15. Kelengkapan administrasi keluarga 4.22 0.679 50
16. Pengelolaan warisan dalam keluarga 3.58 0.928 50
17. Ketergantungan terhadap teknologi 3.42 1.052 50
18. Efektifitas penggunaan teknologi 3.32 1.077 50
19. Akses terhadap informasi 3.48 0.863 50
20. Partisipasi pemikiran responden dalam keputusan
keluarga 4.16 0.792 50
21. Investasi keluarga dalam deposito dan keuangan 3.68 0.819 50
22. Investasi keluarga dalam mempersiapkan pendidikan 3.68 0.868 50
23. Keikutsertaan pada program asuransi 3.58 0.928 50
24. Mencukupi seluruh kebutuhan lansia 4.20 0.808 50
25. Apakah benar-benar mencukupi kebutuhan lansia 4.00 0.756 50
26. Lansia tidak pernah kekurangan 3.60 0.969 50
27. Jaminan kenyamanan kepada lansia 3.98 0.845 50
28. Kepedulian jika lansia sakit 4.26 0.723 50
29. Kesigapan ketika lansia sakit 4.06 0.818 50
30. Hasrat untuk menjadi berguna kepada lansia 3.88 0.799 50
31. Resosialisasi kepada lansia 3.46 0.706 50
32. Tidak ingin menitipkannya ke panti jompo 3.42 0.950 50
33. Datang bersama-sama saat mengunjungi panti jompo 3.38 0.855 50
34. Sangat senang jika mengunjungi panti jompo 3.32 0.913 50
35. Lansia selalu terlihat ceria saat dikunjungi 3.30 0.931 50
Sumber: analisis statistik parametrik data primer melalui SPSS 16
40
Tabel diatas menunjukan ke-35 instrumen/item pertanyaan yang akan
diukur reliabilitasnya. Beberapa pertanyaan yang tidak bisa dianalisis seperti
nama dan alamat tidak dicantumkan dalam tabel. Untuk itu, berikut akan disajikan
sebuah tabel tambahan yang merupakan hasil pengukuran reliabilitas data
menggunakan SPSS 16.
Tabel 4.2.2. Reliabilitas Item Pertanyaan
Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha Based On
Standardized Items
N of Items
0,377 0,797 35
Sumber: analisis statistik parametrik data primer melalui SPSS 16
Merujuk pada tabel diatas, Cronbach’s Alpha menunjukan hasil 0,377.
Untuk melihat apakah item pertanyaan kita reliabel, maka kita akan menggunakan
perbandingan dari R Tabel yang menunjukan angka pada nominal 0,344 dengan
DF= 33 (jumlah instrumen yang diukur – 2) dan taraf signifikansi sebesar 95%
atau alpha 5%.
Oleh karena Cronbach’s Alpha lebih besar dari nilai yang ditunjukan oleh R
Tabel (0,377>0,344), maka dapat dikatakan bahwa ke-35 pertanyaan yang diukur
secara keseluruhan reliabel.
4.3 Normalitas Distribusi
Dengan asumsi bahwa data yang berhasil didapat berskala minimal interval,
serta tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat kubungan (asosiasi) antara
dua variabel atau lebih, maka untuk melihat normalitas data digunakan tes One-
Sample KolmogorovSmirnov. Melalui hasil analisis dengan menggunakan
program SPSS 16, didapatkan data berupa taraf signifikansi pada kasus dua sisi
(two tailed test). Selengkapnya bisa dilihat melalui tabel dibawah ini:
41
Tabel 4.3. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Jenis
Kelamin
Beban
Anak
Status
Sosial
Ekonomi
Modernisasi
Keluarga
Penelantaran
Lansia
N 50 50 50 50 50
Mean 1,60 2,38 9,0600 50,8400 44,8600
SD 0,495 0,901 2,93056 5,76888 5,56588
MED.A 0,391 0,303 0,132 0,78 0,78
MED(+) 0,287 0,303 0,132 0,78 0,78
MED(-) -0,391 -0,217 -0,122 -0,55 -0,55
K-S.Z 2,762 2,145 0,932 0,551 0,549
Sig. 0,000 0,000 0,350 0,922 0,924
Sumber: analisis statistik parametrik data primer melalui SPSS 16
Untuk mengukur normalitas data, maka yang perlu diperhatikan adalah
nilai signifikansi pada masing-masing variabel yang dilambangkan dengan tanda
(Sig.) pada baris terakhir. Sebaran data pada suatu variabel dikatakan berdistribusi
normal jika hasil signifikansi (Sig.) yang didapatkan melalui analisis lebih dari
nilai alpha yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena pada bab sebelumnya
telah diggunakan taraf signifikansi sebesar 95%, dan itu berarti nilai alpha yang
dipakai adalah 0,05 maka variabel yang memenuhi persyaratan analisis statistik
parametrik atau berdistribusi normal adalah; Status Sosial Ekonomi (0,350>0,05);
Modernisasi Keluarga (0,922>0,05); dan Penelantaran Lansia (0,924>0,05).
Sedangkan, untuk variabel Jenis Kelamin, Serta Beban Anak tidak memenuhi
persyaratan ini sehingga untuk analisis selanjutnya akan menggunakan statistik
non-parametrik atau bisa juga dengan Cross-Tab.
4.4 Pengaruh Modernisasi Terhadap Penelantaran Lansia
Untuk mengetahui pengaruh variabel Modernisasi Keluarga (X) terhadap
variabel Penelantaran Lansia (Y), maka akan digunakan tes korelasi Pearson
(Product Moment). Pengolahan data dalam analisis kali ini menggunakan program
analisis SPSS 16 untuk mengolah data yang telah berhasil didapatkan melalui
kuesioner. Berikut tabel yang menunjukan hasil analisis yang berhasil didapatkan
melalui program SPSS 16:
42
Tabel 4.4.1. Korelasi Modernisasi Keluarga dan Penelantaran Lansia
Modernisasi
Keluarga
Penelantaran
Lansia
Modernisasi
Keluarga
Pearson corelation 1 0,488
Sig. (2 tailed) 1630,720 0,000
Cross-product 33,280 808,880
Covariance 33,280 16,504
N 50 50
Penelantaran
Lansia
Pearson corelation 0,488 1
Sig. (2 tailed) 0,000 1630,720
Cross-product 808,880 33,280
Covariance 16,504 33,280
N 50 50
Sumber: analisis statistik parametrik data primer melalui SPSS 16
Melalui tabel cross-tab product moment antara variabel Modernisasi
Keluarga (X) dan Penelantaran Lansia (Y) diatas, maka diketahui koefisien
korealasi sebesar 0,488. Untuk melihat apakah kedua variabel mempunyai
hubungan satu sama lain, maka perlu membandingkannya dengan tabel Pearson
atau R product moment. Dengan n=50 dan taraf signifikansi=0,05%, maka
didapatkan niai R tabel sebesar 0,279. Karena nilai rxy/koefisien korelasi antara
Modernisasi Keluarga (X) dan Tingkat Penelantaran Lansia (Y) lebih besar
nilainya dari R tabel (0,488>0,279), maka dapat dikatakan ada hubungan antara
Modernisasi Keluarga (X) dan Tingkat Penelantaran Lansia (Y). Oleh karena itu,
H10 ditolak. Dalam hal ini, modernisasi pada keluarga yang tinggal di Surabaya
setidaknya berpengaruh pada tingkat penelantaran lansia yang terjadi pada
keluarga tersebut. Meskipun koefisien korelasinya 0,488, keberadaan variabel
ketika (Z) juga dimungkinkan mengaburkan hubungan antara dua variabel
tersebut. Pada pengertian ini, hubungan antar kedua variabel tersebut
sesungguhnya bisa lebih kuat atau lebih lemah karena pengaruh variabel lainnya.
Untuk melihat arah atau bentuk hubungan antara Modernisasi Keluarga
(X) dan Tingkat Penelantaran Lansia (Y), maka perlu memperhatikan atribut dari
nilai rxy/koefisien korelasi itu sendiri. Dari tabel diatas, nilai yang berhasil
dihitung sebesar 0,488. Karena nilainya merupakan positif, maka seharusnya arah
atau bentuk hubungan antara variabel Modernisasi Keluarga (X) dan Tingkat
Penelantaran Lansia (Y) adalah positif. Namun, karena dalam pembuatan
43
instrumen penelitian berupa kuesioner nilai tinggi pada variabel Tingkat
Penelantaran Lansia menunjukan tingkat kepedulian lansia yang tinggi, maka arah
atau bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut adalah negatif.3 Dalam hal
ini bisa dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat modernisasi keluarga, maka
semakin rendah tingkat penelantaran lansia. Oleh karena itu, H20 diterima.
Meskipun koefisien korelasi menunjukan ada hubungan antara
modernisasi keluarga dengan penelantaran lansia, namun atribut pada koefisien
korelasi tersebut menunjukan arah yang negatif. Hal ini tentu saja sangat berbeda
dengan konsep dan pandangan Ogburn, modernisasi merupakan penyebab utama
lunturnya nilai-nilai luhur keluarga yang kemudian mendorong fenomena
penelantaran lansia. Modernisasi, bagaimanapun juga akan membuat berbagai
fungsi dalam keluarga tidak berjalan semestinya seperti yang diutarakan oleh
Friedman. Namun, seperti yang bisa kita lihat, arah hubungan yang terbalik
menunjukan bahwa modernisasi yang hadir dalam suatu keluarga justru membuat
keluarga memberikan kasih sayang lebih kepada lansia, bagaimana kemudian
lansia diperhatikan eksistensi dengan memahami berbagai kebutuhan resosialisasi
dan kebutuhan akan informasi, bagaimana kesejahteraan dan kehidupan ekonomi
lansia kemudian dijamin oleh keluarga, bagaimana kesehatan dan perawatan akan
selalu hadir pada lansia jika suatu saat nanti mereka mengalami penurunan
kesehatan dan jatuh sakit, serta bagaimana kepedulian keluarga yang diberikan
lebih daripada mereka yang mempunyai tingkat modernisasi dalam keluarga yang
rendah. Hal ini, tentu saja berlawanan dengan realitas lain yang sering kita
temukan diperkotaan. Banyaknya lansia yang terlantar dan dibuang ke panti
jompo setidaknya cukup memberikan gambaran kepada kita bagaimana
mengerikannya modernisasi pada masyarakat di perkotaan. Oleh karena itu, ada
sesuatu yang berbeda jika kita melihat hasil penelitian atau studi tentang pengaruh
modernisasi terhadap penelantaran lansia pada keluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga yang tinggal di Surabaya.
3 Perhatikan, meskipun nilai analisis SPSS 16 menunjukan atribut positif, namun sebenarnya
hubungannya adalah negatif. Karena proses dalam pengukuran pada kuesioner yang benar seharusnya nilai yang tinggi adalah untuk responden dengan tingkat penelantaran lansia yang tinggi. Jika koding diperbaiki dan dihitung ulang, maka nilai yang ditunjukan oleh SPSS 16 tentu saja akan menunjukan atribut negatif.
44
Menyikapi perbedaan antara apa yang ditemukan melalui hasil penelitian
dan apa yang secara umum bisa di temukan dalam masyarakat modern, hal ini
tentu saja tidak bisa kita lepaskan dari keberadaan variabel ketiga (Z) yang
membuat arah hubungan yang seharusnya positif menjadi negatif. Pertama, ketika
kita melihat obyek penelitian adalah mahasiswa yang merupakan bagian kecil dari
keluarga4 itu sendiri, dan oleh karena itu berbagai jawaban yang dilontarkan
terkait item-item pertanyaan rawan sekali dijawab dengan menggunakan pendapat
pribadi dan bukan atas dasar apa yang benar-benar terjadi di keluarganya. Kedua,
obyek penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh modernisasi
keluarga terhadap penelantaran lansia pada keluarga mahasiswa FISIP UNAIR
yang tinggal di Surabaya erat kaitannya dengan berbagai aktivitas yang dapat
menjadi variabel yang mampu memperlemah atau bahkan membalikkan arah dan
bentuk hubungan antar variabel modernisasi keluarga dan tingkat penelantaran
lansia. Ogburn menandai bahwa salah satu penyebab banyaknya fenomena
penelantaran lansia di kota-kota besar tak lain ialah karena nilai-nilai luhur yang
mulai luntur. Lunturnya nilai-nilai tersebut yang pada gilirannya membuat fungsi
dari lembaga keluarga tidak berjalan semestinya merupakan konsekuensi logis
zaman yang terus berkembang ke arah modernisasi. Oleh karena itu, hal penting
yang harus ditandai pada dalam pemikiran Ogburn ialah pada nilai-nilai yang
menjunjung tinggi kedudukan orang tua dan memperlakukan orang tua sebagai
sosok yang harus dilindungi, disayangi, dan diperlakukan dengan hormat.
Sedangkan, jika kita melihat karakteristik responden yang merupakan Mahasiswa
Universitas Airlangga dengan mottonya “exellence with morality”, tentu nilai-
nilai moralitas yang lebih ditanamkan melalui kurikulum –baik yang nampak
maupun tersembunyi– sedikit banyak berpengaruh pada variabel tingkat
penelantaran lansia. Pada pengertian ini, berbagai bentuk muatan kegiatan dan
kurikulum yang menjadi satu dalam slogan Universitas Airlangga “excellence
4 Pada pengertian ini, dapat dikatakan bahwa responden merupakan obyek penelitian yang
dikatakan kurang sesuai untuk menjadi obyek penelitian. Pasalnya, pengetahuan akan keluarga responden sendiri juga bisa dikatakan kurang apalika kita berbicara tentang hubungan antara orang tua mereka dan kakek nenek atau lansia mereka. Oleh karena itu, pemilihan responden yang kurang tepat dalam penelitian ini juga bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi arah hubungan koefisien korelasi yang berlawanan dengan konsepsi Ogburn tentang penyebab fenomena penelantaran lansia.
45
with morality” memberikan pengaruhnya terhadap sikap mahasiswa dalam
konteks variabel tingkat penelantaran lansia.
Untuk melihat kekuatan atau keeratan variabel Modernisasi Keluarga (X)
terhadap Tingkat Penelantaran Lansia (Y), perlu dilihat dan mencocokkannya
dengan tabel berikut5:
Tabel 4.4.2. Keeratan Hubungan
No. Nilai Koef.Korelasi Keeratan Hubungan
1. KK = 0 Korelasi sangat rendah, lemah sekali
2. 0 < KK < 0,20 Korelasi rendah/lemah
3. 0,20 < KK < 0,40 Korelasi cukup berarti
4. 0,40 < KK < 0,70 Korelasi kuat/tinggi
5. 0,70 < KK < 0,90 Korelasi sangat tinggi/kuat/dapat diandalkan
6. 0,90 < KK 1,00 Korelasi sempurna
Sumber: Abdurahman dkk. (2012)
Jika melihat tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa keeratan hubungan
antara variabel Modernisasi Keluarga (X) dan Tingkat Penelantaran Lansia (Y)
dapat dikategorikan kuat atau tinggi, karena KK berada diantara 0,40 dan 0,70
yaitu 0,488. Sedangkan, 0,512 lainnya dipengaruhi oleh variabel lain.
Jika kita kaitkan dengan teori AGIL Talcott Parson, fenomena
penelantaran lansia tersebut berkaitan erat dengan tidak berfungsinya keluarga
sebagai bagian dari sistem sosial masyarakat Indonesia. Ketidakberfungsian
keluarga tersebut diakibatkan karena tidak terpenuhinya sebagian atau seluruh
syarat mutlak yang harus dimiliki oleh sebuah sistem agar bisa berjalan
sebagaimana mestinya yaitu Adaption, Goal, Attainment, Integration, dan
Latency. Namun data yang didapatkan pada penelitian ini berkata sebaliknya.
Pada pengertian ini, Talcott parson mendefinisikan disintegrasi6 sebagai
konsekuensi nyata dari proses adaptasi yang kurang sesuai, meloncat-loncat dan
berjalan tidak beraturan. Kenyataan bahwa data yang ditemukan berbanding
terbalik dengan apa yang diharapkan harus membuat kita memutar otak kita
kembali. Pada pengertian ini, yang harus diperhatikan adalah pada proses
5 Abdurahman, Maman, Muhidin, Sambas & Somantri, Ating (2012).
6 termasuk didalamnya adalah pengertian tentang nilai yang luntur karena adanya pengaruh
modernisasi seperti yang dikonsepsikan oleh Ogburn
46
adaptasinya, ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Pertama, proses adaptasi
telah berlangsung dengan sangat baik, sehingga disintegrasi berupa penelantaran
lansia yang merupakan tanda lunturnya nilai-nilai luhur masyarakat bisa
diminimalisis atau bahkan menemukan resolusi berupa perbaikan norma dan nilai
itu sendiri. Masyarakat modern lebih care dan aware dengan kelangsungan hidup
dan eksistensi para lansia sebagai orang tua yang telah banyak berjasa baginya.
Kedua, masih terdapat masalah pada proses adaptasi, namun dalam hal ini ketidak
sesuaian dalam proses adaptasi berlangsung lebih ekstrim, sehingga memunculkan
bentuk perubahan yang merupakan disintegrasi dari kebudayaan yang telah
mengalami disintegrasi sebelumnya. Dalam hal ini, bisa dicontohkan bahwa hal
tersebut merupakan suatu kemajuan dalam masyarakat yang telah mengalami
kemunduran secara dramatis pada beberapa tahun terakhir karena pengaruh
modernisasi dan faktor adaptasi7 yang tidak sesuai.
4.5 Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Penelantaran Lansia
Tabel 4.5. Korelasi Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Penelantaran Lansia
Status Sosial
Ekonomi
Penelantaran
Lansia
Status Sosial
Ekonomi
Pearson corelation 1 0,021
Sig. (2 tailed) - 0,887
N 50 50
Penelantaran
Lansia
Pearson corelation 0,021 1
Sig. (2 tailed) 0,887 -
N 50 50
Sumber: analisis statistik parametrik data primer melalui SPSS 16
Seperti halnya pada sub-bab sebelumnya, yaitu pada sub-bab Pengaruh
Modernisasi Terhadap Penelantaran lansia, maka untuk melihat hubungan antara
dua variabel adalah dengan melihat koefisien korelasi yang dilambangkan dengan
(Sig.) diatas. Jika melihat tabel yang menunjukan koefisien korelasi sebesar 0,021,
maka akan didapatkan keputusan bahwa tidak ada hubungan antara variabel Status
Sosial Ekonomi terhadap Penelantaran Lansia. Namun hasil yang berbeda
7 Adaptasi yang dimaksud ialah berbagai upaya dan respon yang ditunjukan oleh masyarakat
perkotaan khususnya terhadap arus modenisasi.
47
didapatkan jika kembali melihat keterangan pada tabel 4.4.2. Keeratan Hubungan,
keeratan hubungan antara variabel Sosial Ekonomi dan Penelantaran Lansia
adalah rendah atau lemah. Meskipun hanya sebesar 0,021 atau 2,1%, setidaknya
ada sedikit pengaruh status sosial ekonomi terhadap tingkat penelantaran lansia.
4.6 Perbedaan Tingkat Penelantaran Lansia pada Pria dan Wanita
Berbeda halnya dengan prosedur analisis pada sub-bab 4.4 dan 4.5, pada
sub-bab ini prosedur analisis akan menggunakan analisis statistik non-parametrik
karena pada sub-bab 4.3 diketahui bahwa distribusi sebaran data tidak normal.
Oleh karena itu, kali ini analisis menggunakan Korelasi Rank Kendall. Dari hasil
analisis yang didapatkan melaqlui program SPSS 16, diketahui tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.6. Korelasi Jenis Kelamin dan Penelantaran Lansia
Jenis Kelamin Penelantaran
Lansia
Jenis Kelamin Pearson corelation 1000 0,044
Sig. (2 tailed) - 0,713
N 50 50
Penelantaran
Lansia
Pearson corelation 0,044 1000
Sig. (2 tailed) 0,713 -
N 50 50
Sumber: analisis statistik parametrik data primer melalui SPSS 16
Jika berdasarkan tabel diatas, maka koefisien korelasi yang berhasil
didapatkan sebesar 0,044. Berbeda dengan analisis product moment, untuk
melihat apakah ada hubungan antara variabel Jenis Kelamin dan Tingkat
Penelantaran Lansia perlu dilihat tabel A sebagai pembanding. Didapatkan nilai Z
sebesar 1,7 . Untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel Jenis Kelamin
dan Tingkat Penelantaran Lansia, maka perlu dibandingkan dengan Z alpha.
Diketahui alhpa sebesar 0,05, karena pada tes ini merupaka tes dua sisi, maka Z
tabel yang didapatkan melalui tabel A adalah 1,96. Oleh karena itu H0 diterima.
Jika melihat prosedur analisis yang ada, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terkait tingkat penelantaran lansia
pada dua jenis kelamin yang berbeda.
48
4.7 Pengaruh Beban Anak Terhadap Tingkat Penelantaran Lansia
Sama halnya pada sub-bab berikutnya, dalam analisis pengaruh beban
anak terhadap tingkat penelantaran lansia, digunakan analisis non-parametrik
Korelasi Rank Kendall. Berikut disajikan tabel hasil analisis korelasional variabel
Pengaruh Beban Anak terhadap Tingkat Penelantaran Lansia:
Tabel 4.7. Korelasi Beban Anak dan Penelantaran Lansia
Beban Anak Penelantaran
Lansia
Beban Anak Koefisien Korelasi 1000 0,059
Sig. (2 tailed) - 0,601
N 50 50
Penelantaran
Lansia
Koefisien Korelasi 0,059 1000
Sig. (2 tailed) 0,601 -
N 50 50
Sumber: analisis statistik parametrik data primer melalui SPSS 16
Dari tabel diatas, diketahui koefisien korelasi sebesar 0,059. Untuk melihat
apakah ada hubungan antara variabel Beban Anak dan Penelantaran Lansia, maka
perlu dibandingkan dengan tabel A. Melihat koefisien korelasi sebesar 0,059,
maka didapatkan nilai Z sebesar 1,56 . Untuk melihat apakah ada hubungan antara
variabel Beban Anak dan Tingkat Penelantaran Lansia, maka perlu dibandingkan
dengan Z alpha. Diketahui alhpa sebesar 0,05, karena pada tes ini merupaka tes
dua sisi, maka Z tabel yang didapatkan melalui tabel A adalah 1,96. Oleh karena
itu H0 diterima.
Jika melihat prosedur analisis yang ada, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terkait tingkat penelantaran lansia
pada sampel dengan beban anak yang berbeda.
49
BAB 5
PENUTUP
Pada bab-bab sebelumnya telah diuraikan secara panjang lebar dan rinci
mulai dari rancangan penelitian, pemaparan data hasil penelitian, sampai analisis
data hubungan antara modernisasi keluarga dengan tingkat penelantaran lansia.
Kemudian pada bab 5 yang merupakan bab terakhir ini, akan dituliskan secara
ringkas jawaban dari rumusan permasalahan yang diajukan yang didasarkan pada
hasil analisis data yang didapatkan. Selain jawaban ringkas dari rumusan
permasalahan yang akan dituliskan pada kesimpulan, pada bagian ini juga akan
dituliskan saran bagi pembaca berkaitan dengan hasil temuan dari penelitian ini.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa terdapat
hubungan antara modernisasi keluarga (X) dengan tingkat penelantaran lansia (Y)
pada taraf signifikasi sebesar 0,05%. Kemudian tingkat keeratan hubungan antara
modernisasi keluarga dan tingkat penelantaran lansia tersebut dapat dikatakan
kuat/sangat erat hubungannya. Namun berbeda dengan teori dari Ogburn, data
hasil analisis menunjukkan bahwa arah hubungan antara variabel (X) dan variabel
(Y) bersifat “negatif” dalam arti yaitu semakin tinggi tingkat modernisasi
keluarga, maka semakin rendah tingkat penelantaran lansia. Ada beberapa asumsi
yang dapat digunakan untuk menjelaskan temuan data yang bersifat terbalik,
Pertama, ketika kita melihat obyek penelitian adalah mahasiswa yang merupakan
bagian kecil dari keluarga itu sendiri, dan oleh karena itu berbagai jawaban yang
dilontarkan terkait item-item pertanyaan rawan sekali dijawab dengan
menggunakan pendapat pribadi dan bukan atas dasar apa yang benar-benar terjadi
di keluarganya. Kedua, obyek penelitian yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh modernisasi keluarga terhadap penelantaran lansia pada keluarga
mahasiswa FISIP UNAIR yang tinggal di Surabaya erat kaitannya dengan
berbagai aktivitas yang dapat menjadi variabel yang mampu memperlemah atau
bahkan membalikkan arah dan bentuk hubungan antar variabel modernisasi
keluarga dan tingkat penelantaran lansia.
50
Menyikapi kekuatan hubungan dan arah/bentuk hubungan yang terbalik,
jika kita kaitkan dengan teori AGIL Talcott Parson; Pertama, proses adaptasi
telah berlangsung dengan sangat baik, sehingga disintegrasi berupa penelantaran
lansia yang merupakan tanda lunturnya nilai-nilai luhur masyarakat bisa
diminimalisis atau bahkan menemukan resolusi berupa perbaikan norma dan nilai
itu sendiri. Masyarakat modern lebih care dan aware dengan kelangsungan hidup
dan eksistensi para lansia sebagai orang tua yang telah banyak berjasa baginya;
Kedua, masih terdapat masalah pada proses adaptasi, namun dalam hal ini ketidak
sesuaian dalam proses adaptasi berlangsung lebih ekstrim, sehingga memunculkan
bentuk perubahan yang merupakan disintegrasi dari kebudayaan yang telah
mengalami disintegrasi sebelumnya.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi tingkat penelantaran lansia yang
tinggal di Surabaya yang ditemukan hanyalah faktor status sosial ekonomi, namun
hubungan yang didapat sangat lemah. Sementara itu untuk faktor lain seperti jenis
kelamin (antara pria dan wanita) dan beban yang ditanggung oleh anak, keduanya
tidak ada hubungannya dengan tingkat penelantaran lansia di Surabaya.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan (pertentangan/gap) antara temuan hasil penelitian dengan teori yang
digunakan. Untuk itu, peneliti menyarankan kepada pembaca untuk mengkaji
ulang penelitian yang serupa dengan penelitian ini namun mempertimbangkan
faktor-faktor “Z” sebagai faktor penghambat atau faktor pengubah arah hubungan
yang mungkin terjadi dalam penelitian ini. Namun jika penelitian-penelitian
sesudah ini juga tetap menunjukkan hasil yang bertentangan dengan teori Ogburn,
maka objektivitas dari teori tersebut saat ini bisa dipertanyakan lagi.
Kemungkinan bahwa teori tersebut sudah kehilangan objektivitasnya saat ini,
ataukah hasil penelitian ini yang terhalang oleh variabel “Z” sehingga arah
hubungannya berubah, mungkin bisa dikaji kembali oleh para pembaca.
x
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Maman, Muhidin, Sambas & Somantri, Ating. 2012. Dasar-Dasar
Metode Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Azwar, Saifuddin. (Edisi Revisi) 2012. Reliabilitas dan Validitas : Interpretasi
dan Komputasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Demartoto, Argyo. 2006. Pelayanan Sosial Non Panti Bagi Lansia Suatu Kajian
Sosiologis, Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Departemen Sosial RI. 1998. Undang-undang RI No. 13 Tahun 1998, Tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia, Jakarta.
Faisal, Sanapiah. 2008. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Friedman, M. Marilyn. 1998. Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta:
EGC
Ogburn, W. F., dan M. F. Nimkoff. 1976. Tecnology and the Changing Family.
Conn: Greenwood Press.
Prayitno, Suhargo. 1999. Penduduk Lanjut Usia: Tinjauan Teori, Masalah, dan
Implikasi Kebijakan. Masyarakat Kebudayaan dan Politik, 4: 45-50.
Rirzer, George. 2012. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai
Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Setiawan, Santun. 2008. Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga.
Jakarta: Trans Info Media.
Singarimbun, Masri; dan Sofian Effendi. 1987. Metode Penelitian Survai. Jakarta:
LP3ES.
Suhargo Prayitno, “Penduduk Lanjut Usia ; Suatu Tinjauan Teori, Masalah, dan
Implikasi Kebijakan,” Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik, Th XII, No
4, Oktober 1999, 45-50.
Wirawan, IB dkk., 2010. Profile Penduduk Lanjut Usia di Jawa Timur 2010.
Surabaya: Komda Lansia Jawa Timur Tahun 2010.
xi
Yasa, Murjana, 2002. Penduduk Usia Lanjut dan Masalah Sosial Ekonomi
Pembangunan Daerah Bali. Yogyakarta: LESFI.
xii
LAMPIRAN
Lampiran 1. Normalitas Distribusi Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Jenis Kelamin
Pengeluaran
Perbulan Jumlah Anak StatusSosialEkX
ModernisasiKelua
rgaX
Penelantaran_Lan
siaY
N 50 50 50 50 50 50
Normal Parametersa Mean 1.60 4246000.00 2.38 9.0600 50.8400 44.8600
Std. Deviation .495 2740267.379 .901 2.93056 5.76888 5.86588
Most Extreme Differences Absolute .391 .196 .303 .132 .078 .078
Positive .287 .196 .303 .132 .078 .078
Negative -.391 -.133 -.217 -.122 -.055 -.055
Kolmogorov-Smirnov Z 2.762 1.384 2.145 .932 .551 .549
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .043 .000 .350 .922 .924
a. Test distribution is Normal.
xiv
Lampiran 2. Reliabilitas Data
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.377 .797 35
Lampiran 3. Korelasi Modernisasi dan Penelantaran Lansia
Correlations
ModernisasiKelu
argaX
Penelantaran_La
nsiaY
ModernisasiKeluargaX Pearson Correlation 1 .488**
Sig. (2-tailed) .000
Sum of Squares and Cross-
products 1630.720 808.880
Covariance 33.280 16.508
N 50 50
Penelantaran_LansiaY Pearson Correlation .488** 1
Sig. (2-tailed) .000
Sum of Squares and Cross-
products 808.880 1686.020
Covariance 16.508 34.409
N 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
xv
Lampiran 4. Korelasi Beban Anak dan Penelantaran Lansia
Correlations
Penelantaran_La
nsiaY Jumlah Anak
Kendall's tau_b Penelantaran_LansiaY Correlation Coefficient 1.000 .059
Sig. (2-tailed) . .601
N 50 50
Jumlah Anak Correlation Coefficient .059 1.000
Sig. (2-tailed) .601 .
N 50 50
Lampiran 5. Cross-tab Jenis Kelamin dan Penelantaran Lansia
Correlations
Penelantaran_La
nsiaY Jumlah Anak
Kendall's tau_b Penelantaran_LansiaY Correlation Coefficient 1.000 .059
Sig. (2-tailed) . .601
N 50 50
Jumlah Anak Correlation Coefficient .059 1.000
Sig. (2-tailed) .601 .
N 50 50
xvi
Lampiran 6. Harga Tabel A
xvii
Lampiran 7. Harga Tabel R Product Moment
xviii
Lampiran 8. Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN
A. Identitas Responden
(*Isilah identitas anda dan pilih salah satu jawaban sesuai dengan kondisi anda atau coret pilihan
yang tidak perlu
1. Nama :
2. Alamat : , Surabaya
3. Jenis Kelamin : (*Laki-laki/Perempuan 1. [ ]
4. Usia : 2. [ ]
5. Jurusan : 3. [ ]
6. Pekerjaan Ayah : 4. [ ]
7. Pekerjaan Ibu : 5. [ ]
8. Penghasilan perbulan :(*Taksiran penghasilan total ayah&ibu 6. [ ]
9. Pengeluaran perbulan :(*Taksiran pengeluaran perbulan 7. [ ]
10. Jumlah Saudara : 8. [ ]
11. Saat kakek dan nenek masih hidup atau hingga saat ini (kakek dan nenek
masih ada), bagaimana mereka tinggal? 9. [ ]
a) Kami tinggal dengan kakek nenek dalam satu rumah
b) Kakek dan nenek kami tinggal di rumah yang berbeda dalam satu
desa yang sama
c) Kakek dan nenek kami tinggal di rumah saudara
d) Kakek dan nenek kami tinggal di luar Kota
e) Kakek dan nenek kami tinggal di panti jompo
Kami adalah mahasiswa jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga saat ini sedang melakukan kuliah
lapangan dengan cara melakukan penelitian (belajar) tentang Modernitas
Keluarga serta pengaruhnya terhadap pengasuhan Lansia.
Kami berharap Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian ini
dan memberikan informasi yang kami butuhkan. Seluruh data dan hasil
penelitian ini akan digunakan bahan kajian dan diskusi sebagai media untuk
xix
12. Jika jawaban no 11 adalah (c),(d), atau (e), berapa kali dalam sebulan anda
sekeluarga
mengunjungi kakek dan nenek anda? ......................... kali. 10. [ ]
(*Berilah tanda centang √ pada pilihan respon yang mewakili kondisi anda dan keluarga anda saat
ini.
(*(SS) untuk Sangat Setuju, (S) untuk Setuju (N) untuk Netral, (TS) untuk Tidak Setuju, dan
(STS) untuk Sangat Tidak Setuju.
No. Pernyataan Pilihan Respon
SS S N TS STS
B. Modernisasi Keluarga
1. Sekolah dan lembaga pendidikan
bukanlah sekedar formalitas untuk
mendapatkan gelar ataupun ijazah.
2. Saya merasa tenang jika banyak saudara
atau kerabat dekat saya yang telah
sukses dan menempati posisi-posisi
tinggi (strategis) di perusahaan atau
pemerintahan. Dengan begitu, masa
depan saya setidaknya akan lebih
terjamin.
3. Jika saya terkena tilang, baik itu sepeda
motor maupun jenis kendaraan lain,
maka kami akan mengurus hal tersebut
ke pengadilan sesuai dengan prosedur
dan proses yang ada. Saya tidak suka
menggunakan uang damai karena itu
menyalahi hukum.
4. Pemerintah dan lembaga birokrasi
seperti halnya polri, lembaga
pengadilan, serta pemerintah daerah
sangat membantu saya dalam
menyelesaikan berbagai masalah.
xx
5. Kami sekeluarga selalu menyimpan
uang tabungan di bank karena kami
percaya bahwa menyimpan uang
tabungan di bank lebih aman dari pada
menyimpannya di rumah.
6. Saya percaya pada kinerja lembaga
hukum dan peradilan seperti kepolisian
dan pengadilan untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan atau
perselisihan yang sedang keluarga
dihadapi oleh masyarakat.
7. Orang tua saya selalu memastikan
sertifikat tanah, rumah, atau surat-surat
berarga yang kami miliki telah lengkap
tak tidak bermasalah, serta
menyimpannya di tempat yang aman.
8. Perencanaan pengeluaran keluarga
perbulannya selalu diperhitungkan oleh
orang tua saya dengan matang. Bahkan,
jika orang tua kami mampu mereka
akan membayar sekertaris keluarga
yang berkompeten untuk mengatur
keuangan keluarga kami.
9. Kejelasan dalam pembagian warisan
keluarga adalah hal terpenting untuk
menjaga situasi keluarga yang tertram
dan harmonis.
10. Saya dan keluarga saya mungkin akan
sangat kesulitan dan bahkan mungkin
tidak bisa berbuat apa tanpa teknologi
mutakhir seperti laptop, mesin cuci,
xxi
microwave, dll. Untuk membantu
kehidupan sehari-hari.
11. Saya dan keluarga saya menggunakan
smartphone dan produk-produk
teknologi mutakhir lainnya dengan
asumsi hal tersebut sangatlah penting
untuk kami dan bukan hanya sekedar
untuk kesenangan belaka.
12. Informasi sangat penting bagi kami
sekeluarga, untuk itu kami rela
berlangganan setidaknya satu jenis
majalah atau koran di rumah agar kami
tak ketinggalan berita terbaru dan info-
info menarik lainnya.
13. Ada pembagian tugas dalam keluarga
Saya. Misalnya, dalam bidang bersih-
bersih rumah saya bertugas untuk
membersihkan rumah bagian belakang,
begitu pula ayah dan ibu mempunyai
tugas dan bagian yang telah disepakati.
14. Saya selalu dilibatkan dalam urusan
rumah tangga. Seperti mengepel,
membersihkan mobil/sepeda motor,
juga berbagai pekerjaan rumah lainnya.
15. Saya selalu dilibatkan untuk
memberikan argumen serta
pertimbangan tentang apa yang ingin
saya lakukan. Misalnya dimana saya
harus kuliah, kapan keluarga akan
berekreasi, dimana tempatnya,
semuanya melibatkan kehadiran saya
didalamnya.
xxii
16. Orang tua Saya memiliki investasi
untuk menunjang kehidupan keluarga
kami di masa depan baik dalam bentuk
deposito, pendidikan anak, dan lainnya
meskipun tidak terlalu besar jumlahnya.
17. Orang tua Saya juga telah menyiapkan
biaya pendidikan Saya sehingga
nantinya kami tak perlu repot untuk
menghitung dan
menyiapkan/mencarikan pinjaman atau
sumber dana lagi.
18. Saya dan sebagian besar keluarga saya
telah mengikuti program asuransi baik
itu kesehatan, pendidikan, dan jenis
asuransi lainnya. Asuransi sangat
bermanfat bagi kami, karena asuransi
dapat memberikan perlindungan dan
jaminan untuk kami.
C. Pengasuhan Lansia
19. Mencukupi seluruh kebutuhan orang tua
kami di masa tua adalah kewajiban
100% kewajiban yang harus Saya
penuhi.
20. Orang tua saya selalu mencukupi
kebutuhan kakek dan nenek saya (pada
saat mereka masih ada dan hingga
sekarang jika mereka masih ada), tak
hanya dari segi finansial, tapi juga dari
fasilitas hidup yang nyaman untuk
xxiii
digunakan oleh orang tua kami.
21. Saat mereka masih hidup (jika kakek
dan nenek sudah meninggal) Orang tua
kami tidak pernah meminta uang lebih
atau meminjam uang dari orang lain
karena merasa kekurangan.
22. Orang tua Saya selalu memberitahu
kakek dan nenek (saat mereka masih
hidup atau hingga sekarang) agar tidak
usah bekerja lagi dan duduk santai di
rumah.
23. Jika kakek dan nenek kami sakit (saat
mereka masih hidup atau hingga
sekarang), maka pada hari yang sama
salah satu dari keluarga Saya akan
langsung datang menjenguknya.
24. Jika kakek dan nenek kami sakit (saat
mereka masih hidup atau hingga
sekarang), Orang tua kami atau
setidaknya salah satu dari mereka akan
selalu berada disampingnya dan
merawatnya sampai kakek nenek
sembuh.
25. Orang tua Saya tidak pernah
membiarkan orang lain untuk merawat
orang tua kami jika sakit (saat mereka
masih hidup atau hingga sekarang),
sebaliknya Orang tua Saya yang akan
merawatnya sendiri.
26. (saat mereka masih hidup atau hingga
sekarang), Jika ada berita terbaru dari
kerabat-kerabat atau tentang fenomena
xxiv
terkini yang sedang ramai dibicarakan
orang, orang tua saya selalu
memberitahukannya pada kakek dan
nenek agar mereka tidak ketinggalan
berita.
Jika keluarga anda pernah menitipkan kakek dan nenek di panti jompo, lanjutkan
wawancara dan jika tidak memiliki orang tua di panti jompo, hentikan wawancara.
Terimakasih
27. Saat kakek dan nenek masih hidup,
orang tua saya sebenarnya tidak ingin
mereka berada di panti jompo.
28. Jika mengunjungi kakek dan nenek
kami di panti jompo, kami sekeluarga
selalu datang bersama-sama tanpa ada
seorangpun yang terlewatkan.
29. Kami sekeluarga sangat senang jika
berada di panti jompo ketika
mengunjungi kakek dan nenek,
termasuk saya dan orang tua Saya.
30. Kakek dan nenek kami selalu terlihat
ceria dan sangat senang jika kami
sekeluarga datang dan mengunjunginya
di panti jompo.
Terimakasih kami ucapkan atas kesediaannya menyisihkan waktu luang
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait penelitian yang kami lakukan.
Sekali lagi, data yang diberikan oleh Saudara sekalian akan Kami Jamin
Kerahasiaannya.