27
18 MODEL–MODEL DESAIN PEMBELAJARAN Model desain pembelajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran. Beberapa model pengembangan pembalajaran antara lain : Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional), Model Jerold E.Kemp, Glasser,Bella Banathy, Rogers dan model- model pembelajaran lainnya. Adapun model- model pembelajaran yang akan dikaji pada buku ini adalah: Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional), Model Glasser. Model Gerlach & Elly dan Model Jerold E. Kemp. A. MODEL PPSI (PROSEDUR PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL) Munculnya model PPSI dilatarbelakangi oleh beberapa hal berikut : 1. Pemberlakuan Kurikulum 1975, metode penyampaian adalah “Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) “untuk Pengembangan Satuan Pembelajaran (RPP). 2. Berkembangnya paradigma “pendidikan sebagai suatu sistem”, maka pembelajaran menggunakan pendekatan sistem (PPSI).

Model-model Desain Pembelajaran (Rusman)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Model-model Desain Pembelajaran (Rusman)

18

MODEL–MODEL DESAIN PEMBELAJARAN

Model desain pembelajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan

pengembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran.

Beberapa model pengembangan pembalajaran antara lain : Model PPSI (Prosedur

Pengembangan Sistem Instruksional), Model Jerold E.Kemp, Glasser,Bella

Banathy, Rogers dan model- model pembelajaran lainnya. Adapun model- model

pembelajaran yang akan dikaji pada buku ini adalah: Model PPSI (Prosedur

Pengembangan Sistem Instruksional), Model Glasser. Model Gerlach & Elly dan

Model Jerold E. Kemp.

A. MODEL PPSI (PROSEDUR PENGEMBANGAN SISTEM

INSTRUKSIONAL)

Munculnya model PPSI dilatarbelakangi oleh beberapa hal berikut :

1. Pemberlakuan Kurikulum 1975, metode penyampaian adalah “Prosedur

Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) “untuk Pengembangan Satuan

Pembelajaran (RPP).

2. Berkembangnya paradigma “pendidikan sebagai suatu sistem”, maka

pembelajaran menggunakan pendekatan sistem (PPSI).

3. Pendidik/guru masih menggunakan paradigma “Transfer of Knowledge”

belum pada pembelajaran yang profesional.

4. Tuntutan Kurikulum 1975 yang berorientasi pada tujuan, relevansi,

efisiensi, efektivitas, dan kontinuitas.

5. Sistem Semester pada Kurikulum 1975 menuntut Perencanaan Pengajaran

sampai satuan materi terkecil.

Konsep dari PPSI ini adalah bahwa sistem instruksional yang

menggunakan pendekatan sistem, yaitu satu kesatuan yang terorganisasi, yang

terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam

rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan fungsi PPSI adalah untuk

mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara

Page 2: Model-model Desain Pembelajaran (Rusman)

19

sistematik dan sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam

melaksanakan proses belajar – mengajar.

Ada lima langkah – langkah pokok dari pengembangan model PPSI ini yaitu :

1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran (menggunakan istilah yang

operasional, berbentuk hasil belajar, berbentuk tingkah laku dan hanya

satu kemampuan/ tujuan).

2. Pengembangan Alat Evakuasi (menentukan jenis tes yang akan digunakan,

menyusun item soal untuk setiap tujuan).

3. Menentukan Kegiatan Belajar Mengajar, (merumuskan semua

kemungkinan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan, menetapkan

kegiatan pembelajaran yang akan ditempuh).

4. Merencanakan Program Kegiatan Belajar Mengajar, (merumuskan materi

pelajaran, menetapkan metode yang digunakan, memilih alat dan sumber

yang digunakan dan menyusun program kegiatan/jadwal).

5. Pelaksanaan, (mengadakan pretest, menyampaikan materi pelajaran,

mrngadakan posttest dan revisi).

B. MODEL GLASSER

1. Pendahuluan

Model desain pembelajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan

pengembangan yang dilakukan terhadap komponen–komponen pembelajaran.

Adapun model pembelajaran yang akan dipaparkan adalah Model Glasser adalah

model yang paling sederhana.

2. Langkah–langkah Model R. Glasser

Langkah–langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan desain

pembelajaran Model Glasser adalah sebagai berikut :

a. Instructional Goals (Sistem Objektif)

Pembelajaran dilakukan dengan cara langsung melihat atau menggunakan

objek sesuai dengan materei pelajaran dan tujuan pembelajaran. Jadi, seorang

Page 3: Model-model Desain Pembelajaran (Rusman)

20

siswa diharapkan langsung bersentuhan dengan objek pelajaran. Dalam hal ini

siswa lebih ditekankan pada praktik.

b. Entering Behavior (Sistem Input)

Pelajaran yang diberikan pada siswa dapat diperlihatkan dalam bentuk

tingkah laku, misalnya siswa terjun langsung ke lapangan.

c. Instructional Procedures (Sistem Operator)

Membuat prosedur pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

dan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa, sehingga pembelajaran

sesuai dengan prosedurnya.

d. Performance Assessment (Output Monitor)

Pembelajaran diharapkan dapat mengubah penampilan atau perilaku siswa

secara tetap atau perilaku siswa yang menetap. Model Glasser adalah model yang

paling sederhana. Ia menggambarkan suatu desain atau pengembangan

pembelajaran ke dalam empat komponen, yaitu dapat digambarkan sebagai

berikut:

C. MODEL GERLACH DAN ELY

1. Pendahuluan

Ada beberapa model pembelajaran yang digunakan, salah satunya adalah

model pembelajaran Gerland dan Ely (1971). Gerlach dan Ely mendesain sebuah

model pembelajaran yang cocok digunakan untuk segala kalangan termasuk untuk

pendidikan tingkat tinggi, karena didalamnya terdapat penentuan strategi yang

cocok digunakan oleh peserta didik dalam menerima materi yang akan

disampaikan. Di samping itu, model Gerlach dan Ely menetapkan pemaikaian

produk teknologi pendidikan sebagai media dalam menyampaikan materi.

Model ini merupakan suatu upaya untuk menggambarkan secara grafis,

suatu metode perencanaan pembelajaran yang sistematis. Model ini

merupakansuatu pedoman atau suatu peta perjalanan dan hendaknya digunakan

sebagai checklist dalam menbuat sebuah rencana untuk kegiatan pembelajaran.

2. Komponen – komponen Model Pembelajaran Gerlach dan Ely

a. Merumuskan Tujuan Pembelajaran (Specification of Objectives)

Berikut petunjuk praktis merumuskan tujuan pembelajaran.

Page 4: Model-model Desain Pembelajaran (Rusman)

21

1) Formulasikan dalam bentuk yang operasional (mudah diukur).

2) Rumuskan dalam bentuk produk belajar.

3) Rumuskan dalam tingkah laku siswa, bukan tingkah laku guru.

4) Rumuskan sedemikian rupa sehingga menunjukkan dengan jelas tingkah

laku yang dituju.

5) Usahakan hanya mengandung satu tujuan belajar (satu kemampuan).

6) Rumuskan tujuan dalam tingkah laku yang dikehendaki.

7) Rumuskan kondisi dari tingkah laku yang dikehendaki.

8) Catumkan standar tingkah laku yang dapat diterima.

b. Menentukan Isi Materi (Specification of Content)

Bahan / materi pada dasarnya adalah “isi/konten” dari kurikulum, yakni

berupa pengalaman belajar dalam bentuk topik/subtopik dan rinciannya.

Isi materi berbeda–beda menurut bidang studi, sekolah, tingkatan, dan

kelasnya. Namun, isi materi harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Oleh karena itu, apa yang akan diajarkan pada siswa hendaknya dipilih

pokok bahasan yang lebih spesifik. Gunanya, selain untuk membatasi

ruang lingkupnya juga apa yang akan diajarkan dapat lebih jelas dan

mudah dibandingkan atau dipisahkan dengan pokok bahasan lain dalam

satu mata pelajaran yang sama.

c. Penilaian Kemampuan Awal Siswa (Assessment of Entering

Behaviors)

Pengumpulan data siswa dilakukan dengan dua cara :

1) Pretest. Dilakukan untuk mengetahui student achievement, yaitu apa yang

sudah diketahui dan apa yang belum diketahui tentang rencana pokok

bahasan yang akan diajarkan. Misalnya, dengan mengukur sampai di mana

pengetahuan siswa tentang:

Definisi: sampai dimana siswa dapat menerangkan istilah–istilah

pokok dalam pokok bahasan yang akan diajarkan;

Konsep: apakah siswa mengerti dan dapat menerangkan konsep–

konsep dasar dari pokok bahasan yang akan diajarkan;

Page 5: Model-model Desain Pembelajaran (Rusman)

22

2) Mengumpulkan data pribadi siswa (personal data) untuk mengukur potensi

siswa dan mengelompokkannya ke dalam kategori siapa–siapa yang

termasuk slow learners. Caranya dapat dengan mengadakan intelligency

test. Misalnya, mengukur kesanggupan siswa dalam :

Membuat alasan/ sanggahan;

Kemampuan mengungkapkan kembali;

Keterampilan mengolah data, dan sebagainya.

d. Menetukan Strategi (Determination of Strategy)

Strategi pembelajaran merupakan pendekatan ynag dipakai pengajar

dalam memanipulasi informasi, memilih sumber – sumber dan menentukan

tugas / peranan siswa dalam kegiatan belajar – mengajar (Gerlach dan Ely).

1) Bentuk ekspose (expository) yang lazim dipergunakan dalam kuliah – kuliah

tradisional, biasanya lebih bersifat komunikasi satu arah. Pada expository,

pengajar lebih besar peranannya. Biasanya guru berdiri di depan kelas dan

menerangkan dengan metode ceramah. Siswa diharapkan memperoleh

informasi dari ceramah pengajar di deapan kelas. Metode lain yang biasanya

diguanakan adalah metode diskusi.

2) Bentuk inquiry lebih mengutamakan partisipasi siswa dalam proses belajar

mengajar. Pengajar hanya menampilkan demontrasi.

e. Pengelompokan Belajar (organization of groups)

Pendekatan yang menghendaki kegiatan belajar secara mandiri dan bebas

memerlukan pengorganisasian yang berbeda dengan pendekatan yang

memerlukan banyak diskusi dan partisipasi aktif siswa dalam ruangan kecil,

untuk mendengarkan ceramah dalam ruang kelas. Beberapa pengelompokan

siswa antara lain:

1. Pengelompokan berdasarkan jumlah siswa (groping by size) yaitu belajar

mandiri, kelompok kecil dan kelompok besar

2. Pengelompokan campuran (ungraded grouping) yaitu pengelompokan

yang tidak memandang kelas (tingkat) maupun usia, tetapi mereka

mempunyai tingkat pengetahuan yang sama dalam satu mata pelajaran.

Page 6: Model-model Desain Pembelajaran (Rusman)

23

3. Gabungan beberapa kelas (multiclass grouping), yaitu gabungan dari

beberapa kelas yang sama dalam satu ruangan besar. Mereka mendapat

pelajaran dengan bermacam-macam kegiatan pada saat yang bersamaan

dalam satu ruangan yang sama.

4. Sekolah dalam sekolah (school within school), yaitu satu kompleks yang

besar yang terdiri dari beberapa gedung sekolah. Pengelompokan ini

berdasarkan atas pengelompokan kemapuan maupun hasil-hasilyang

dicapai oleh siswa, tetapi hanya untuk memudahkan pengaturan

administrative karena besarnya jumlah siswa yang mendaftar.

5. Taman kependidikan (educational park), yaitu kampus yang terdiri dari

TK samapai perguruan tinggi dengan pemusatan sarana, pelayanan, dan

informasi.

f. Pembagian Waktu (allocation of time)

Pemilihan strategi dan teknik untuk ukuran kelomok yang ada berbeda-

beda tersebut mau tidak mau akan memaksa pengajar memikirkan penggunaan

waktu. Apakah sebagaian besar waktunya akan dialokasikan untuk persentasi

atau pemberian informasi, untuk praktik laboratorium atau untuk diskusi.

Rencana penggunaan waktu akan berbeda berdasarkan pokok permasalahan,

tujuan-tujuan yang dirumuskan, ruangan yang tersedia, pola-pola administrasi

serta abilitas dan minat-minat para siswa.

g. Menentukan Ruangan (allocation of space)

Ada tiga alternative ruangan belajar, agar proses belajar mengajar dapat

terkondisikan, yaitu:

1. Ruangan-ruangan kelompok besar

2. Ruangan-ruangan kelompok kecil

3. Ruangan untuk belajar mandiri.

h. Memilih Media (allocation of resources)

Memilih media ditentukan menurut tanggapan siswa yang disepakati,

sehingga fungsinya tidak hanya sebagai stimulus rangsangan belajar siswa

semata. Gerlach dan Ely membagi media sebagai sumber belajar ini ke dalam

lima kategoro yaitu:

Page 7: Model-model Desain Pembelajaran (Rusman)

24

1. Manusia dan benda nyata

2. Media visual proyeksi

3. Media audio

4. Media cetak

5. Media display

i. Evaluasi hasil belajar (evaluation of permance)

Yang dievalusi dalam proses belajar mengajar sebenarnya bukan hanya

siswa, tetapi justru system pengajarannya. Oleh karena itu dalam proses

belajar mengajar terdapat rangkaian tes yang dimulai dari tes awal untuk

mengetahui mutu/isi pelajaran apa yang sudah diketahui oleh siswa dan apa

yang belum, terhadap rencana yang akan diajarkan. Entering behavior untuk

mengukur kemampuan siswa dan mengelompokan ke dalam kelompok

kemampuan yang kurang, sedang dan pandai.

j. Menganilis Umpan Balik (Analysis Of Feedback)

Umpan balik merupakan tahap terakhir dari pengembangan system

instruksional ini. Data umpak balik yang diperoleh dari evaluasi, tes, observasi

maupun tanggapan-tanggapan tentang usaha-usaha intruksional ini

menentukan apakah system, metode, maupun media yang dipakai dalam

kegiatan instruksional tersebut sudah sesuai untuk tujuan ynag ingin dicapai

atau masih perlu disempurnakan.

3. Kelebihan Model Belajar Gerlach Dan Ely

Model pembelajaran gerlach dan ely memiliki perbedaan tersendiri

dibandingkan dengan model pembejaran yang lainnya. Perbedaan yang paling

kentara adalah diadakannya pre test (tes awal) sebelum kegiatan belajar

mengajar dilaksanakan. Di samping itu model Gerlach dan Ely sangat teliti

sekali dalam melaksanakan atau merencanakan pembelajaran, terbukti dengan

diadakannya tahapan pengelompokan belajar, penghitungan pembagian waktu,

serta peraturan ruanagn belajar. Hal ini merupakan kelebihan tersendiri dari

model gerlach dan ely yang telah dikenal dan dikembangkan sejak 1971.

4. Kekurangan Model Belajar Gerlach Dan Ely

Page 8: Model-model Desain Pembelajaran (Rusman)

25

Model pembelajaran gerlach dan ely memiliki sedikit kekurangan di

antaranya tidak adanya tahapan pengenalan karakteristiksiswa sehingga

sedikitnya akan membuat guru kewalahan dalam menganalisis kebutuhan

belajar siswa selam proses pembelajaran. Bahkan mungkin lebih jauhnya akan

membuat guru salah dalam memberikan dosis pelajaran karena tidak mengenal

latar belakang keluarga, psikologis, pendidikan social serta budaya dari siswa

tersebut.

D. MODEL JEROLD E. KEMP

1. Pendahuluan

Model Kemp memberikan bimbingan kepada para siswanya untuk berpikir

tentang masalah-masalah umum dan tujuan-tujuan pembelajaran. Model ini

juga mengarahkan para pengembang desain instruksional untuk melihat

karakteristik para siswa serta menentukan tujuan-tujuan belajar yang tepat.

Langkah berikutnya adalah spesifikasi isi pelajaran dan mengembangkan

pretes dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya adalah

menetapkan strategi dan langkah-langkah dalam kegiatan belajar-mengajar

serta sumber-sumber belajar yang akan digunakan. Selanjutnya materi/isu

kemudian dievaluasi atas dasar-dasar tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.

Langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi dan revisi didasarkan atas

hasil-hasil evaluasi.

Desain pembelajaran model Kemp ini dirancang untuk menjawab tiga

pertanyaan yakni:

1. Apa yang harus dipelajari siswa

2. Apa/bagaimana prosedur, dan sumber-sumber belajar apa yang tepat untuk

mencapai hasil belajar yang diinginkan (kegiatan, media, dan sumber

belajar yang digunakan.

3. Bagaimana kita tahu bahwa hasil belajar yang diharapkan telah tercapai

(evaluasi)

Langkah-langkah pengembangan desain pembelajaran model Kemp terdiri

dari delapan langkah yakni:

Page 9: Model-model Desain Pembelajaran (Rusman)

26

a. Menentukan tujuan instruksional umum (TIU) atau kompetensi dasar,

yaitu tujuan umum yang ingin dicapai dalam mengajarkan masing-masing

pokok bahasan

b. Membuat analisis tentang karateristik siswa. Analisis ini diperlukan antara

lain untuk mengetahui apakah latar belakang pendidikan dan social budaya

siswa memungkinkan untuk mengikuti program, serta langkah-langkah

apa yang perlu diambil.

c. Menentukan tujuan instruksional spesifik, operasional dan terukur (dalam

KTSP adalah indicator). Dengan demikian, siswa akan tahu apa yang

harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya dan apa ukurannya bahwa ia

telah berhasil. Bagi guru, rumusan itu akan bergunu dalam menyusun tes

kemampuan/keberhasilan dan pemilihan materi/bahan belajar yang sesuai

d. Menentukan materi/bahan ajar yang sesuai dengan tujuan instrusional

khusus (indicator) yang telah dirumuskan. Masalah yang seringkali

dihadapi guru-guru adalah begitu banyaknya materi pelajaran yang harus

diajarkan dengan waktu yang terbatas. Demikian juga, timbuk kesulitan

dalam mengorganisasikan materi/bahan ajar yang akan disajikan kepada

para siswa. Dalam hal ini diperlukan ketepatan guru dalam memilih dan

memilah sumber belajar, materi, media dan prosedur pembelajaran yang

akan digunakan.

e. Menetapkan penjajagan atau tes awal. Ini diperlukan untuk mengetahui

sejauh mana pengetahuan awal siswa dalam memenuhi prasyarat belajar

yang dituntut untuk megikuti program pembelajaran yang akan

dilaksanakan. Dengan demikian, guru dapat memilih materi yang

diperlukan tanpa harus menyajikan yang tidak perlu, sehingga siswa tidak

menjadi bosan.

f. Menentukan strategi belajar mengajar, media dan sumber belajar.

g. Mengoordinasikan sarana penunjang yang diperlukan meliputi biaya,

fasilitas, peralatan, waktu dan tenaga.

h. Mengadakan evaluasi.

Page 10: Model-model Desain Pembelajaran (Rusman)

27

2. Pokok Bahasan Dan Tujuan Umum (Goals, Topics, And General

Purposes)

a. Pokok bahasan

Pokok bahasan menjadi dasar dalam pembelajaran dan menggambarkan

ruang lingkup pembelajaran itu sendiri. Pada sekolah dasar kelas tendah,

tema/topic bahasan biasanya lebih sederhana umum nyta pada pengalaman

kehidupan siswa sehari-hari, sedangkan di SD kelas tinggi sampai SMA

biasanya pokok bahasan disesuaikan dengan SK/KD yang telah dikeluarkan

oleh BNSP.

b. Tujuan Pembelajaran Umum

Tujuan pembelajaran umum adalah tujuan pembelajaran yang sifatnya

masih umum dan belum dapat menggambarkan tingkah laku yang lebih

spesifik. Tujuan pembelajaran umum ini dapat dilihat dari tujuan setiap pokok

bahasan suatu mata pelajaran yang ada di dalam silabus atau kurikulum.

3. Karakteristik Siswa (Learner Characteristic)

Tujuan mengetahui karateristik siswa adalah untuk mengukur apakah

siswa akan mampu mencapai tujuan belajar atau tidak. Hal-hal yang perlu

diketahui dari siswa bukan hanya dari factor akademisnya, tetapi juga dilihat

factor-faktor sosialnya, sebab kedua hal tersebut mempengaruhi proses

belajar.

4. Tujuan Pembelajaran Khusus (Learning Objegtive)

Tujuan pembelajaran khusus merupakan penjabaran dari tujuan

pembelajaran umum. Tujuan ini dirumuskan oleh guru dengan maksid agar

tujuan pembelajaran umum tersebut dapat lebih dispesifikasikan dan mudah

diukur tingkat ketercapaiannya.

a. Klasifikasi Tujuan Pembelajaran

Menurut Bloom dan Krathwohl dan Bloom dan Maria (dalam Rusman,

2009:24-25) klasifikasi tujuan terdiri dari tiga domain atau schemata, yaitu:

1. Domain kognitif

2. Domain afektif

3. Domain psikomotorik

Page 11: Model-model Desain Pembelajaran (Rusman)

28

b. Pemisahan dan Penggabungan Tujuan

Dengan adanya pemisahan tujuan menjadi tiga domain tersebut,

pertanyaan yang mungkin timbul adalah apakah dalam merumuskan saja atau

tujuan afektif saja secara terpisah, rasanya lebih mudah, tetapi tujuan kognitif

dan kedua tujuan yang lainnya tampak sukar dipisahkan.

c. Tahapan-tahapan Tujuan

Tujuan itu bertahap dari yang mudah, sedang dan sulit. Menurut Gagne,

tahap-tahap atau tingkatan belajar itu adalah pertama, belajar tentang fakta,

kemudian konsep, dilanjutkan dengan belajar prinsip dan akhirnya pemecahan

masalah. Fakta digunakan untuk mengindentifikasi suatu konsep, kemudian

menggabungkan beberapa konsep untuk mengindentifikasi prinsip dan

akhirnya prinsip dipergunakan untuk memecahkan masalah.

d. Kelebihan dan Keterbatasan tujuan

1. Kelebihan

a. Membentuk kerangkan tiap program instruksional yang dibangun atas

kompetensi dasar.

b. Member tahu siswa tentang apa yang diharapkan daripadanya.

c. Menolong guru (penyusun desain pembelajaran) untuk berpikir lebih

spesifik, mempermudah, mengatur dan menyusun sistematika pelajaran.

d. Menunjukkan macam dan ragam dari kegiatan yang diharapkan dari

keberhasilan belajar.

e. Menjadi dasar evaluasi, baik terhadap hasil belajar siswa maupun untuk

mengukur keefektifan program instruksional.

f. Merupakan sarana komunikasi yang terbaik terhadap sesama pengajar,

wali murid, maupun pihak lain dari apa yang diajarkan dan apa yang harus

dipelajari.

2. Keterbatasan

a. Kebanyakan tujuan hanya bertujuan untuk tingkat penguasaan

pengetahuan saja (tingkat kognitif) yang rendah.

Page 12: Model-model Desain Pembelajaran (Rusman)

29

b. Menyusun struktur (tahap-tahap) pelajaran tertentu seperti matematika,

ilmu pengetahuan alam dan pelajaran bahasa lebih mudah dibandingkan

seni, ilmu-ilmu social dan humanities.

c. Bila tujuan belajar hanya diarahkan khusus untuk tujuan yang telah

ditentukan (pada tujuan instruksional khusus) saja, tampak program akan

berjalan sangat kaku.

d. Dengan menetapkan ukuran suatu tujuan, rasanya pendekatan belajar

kurang manusisawi, dan menganggap bahwa prosedur pendidikan teralu

mekanis dan tidak personal.

5. Materi/Bahan Pelajaran (subject content)

Subject content adalah materi atau isis pokok bahasan. Ini harus spesifik

dan erat hubungannya dengan tujuan (learning objectives) yang telah

ditetapkan. Jadi, bila kepada siswa diajarkan fakta dan konsep, tentu tidak

hanya berhenti sampai prinsip, tetapi harus diadakan pula penerapan prinsip

tersebut.

Untuk menyusun materi pokok bahan biasanya kita buat pertanyaan-

pertanyaan seperti berikut ini:

a. Apakah spesifik pokok bahasan?

b. Fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip apa yang berhubungan

dengan pokok bahasan?

c. Langkah-langkah apa yang ditempuh dari prosedur yang berkaitan dengan

pokok bahasan?

d. Teknik apa yang diperlukan dalam melakukan suatu keterampilan?

6. Penjajakan Terhadap Siswa (preassessment)

Tujuan dari kegiatan penjajakan terhadap kemampuan siswa adalah untuk

menguji, apakah kepercayaan yang telah disusun pada empat langkah

sebelumnya dapat diteruskan ke langkah selanjutnya, yaitu kegiatan

pembelajaran (teaching/learning activities and resource. Apakah siswa sudah

siap dan mampu mempelajari pokok bahasan yang akan diajarkan.

Jadi, preassesment adalah menguji coba rencana pokok bahasan, tujuan

belajar dari rencana isi. Tidak dipergunakan untuk mengukur kemampuan

Page 13: Model-model Desain Pembelajaran (Rusman)

30

siswa dilakukan pada assessment of entering behavios dalam systematic

approach to instruction (ely, 1957), sebab kemampuan segala sesuatu yang

menjadi latar belakang siswa yang berlaku untuk system perencanaan desain

instruksional ini.

7. Kegiatan Belajar-Mengajar Dan Media (Teachin/Learning Activities

And Recource)

Prinsip-Prinsip Belajar

Menurut B.F. Skinner dan kawan-kawan ada sepuluh prinsip sebagai berikut:

1. Persiapan belajar (prelearning preparation) minimal sebelum belajar kita

tahu tujuan belajar itu apa, apa yang akan menjadi pendahuluan belajar

atau syarat-syarat sehingga nanti akan dicapai tujuan maksimal

2. Motivasi (motivasion) berdasarkan pengalaman siswa, mana yang disukai

siswa agar perhatian belajar dapat meningkat.

3. Perbedaan individual (individual differences), membuat desain

berdasarkan pengalaman belajar siswa yang menyangkut empat segi, yaitu

penentuan kecepatan belajar, penentuan tingkat, penentuan kemampuan,

bahan pelajaram apa (materi) yang paling tepat.

4. Kondisi pembelajaran (instructional condition), belajar akan berhasil

apabila tujuan belajar sudah jelas, dan belajar juga akan lebih mudah

apabila materi yang dipelajari juga teratur mulai dari yang mudah

dipelajari hingga ke hal yang kompleks.

5. Keaktifan sepenuhnya ada pada siswa dan guruhanya menyediakan bahan

dan menunjukkan cara belajar yang baik.

6. Penyampaian hasil belajar siswa (successful achievement), perlu diatur

sedemikian rupa sehingga tetap meransang siswa belajar dan

menyenangkan mereka sehingga ma uterus mengikuti kegiatan belajar

karena setiap usaha diberikan penghargaan yang proporsional.

7. Hasil yang sudah diperoleh (knowledge of result)

8. Latihan (practice)

9. Kadar bahan yang diberikan (rate of presenting material)

10. Sikap mengajar (intructor’s attitude)

Page 14: Model-model Desain Pembelajaran (Rusman)

31

Kegiatan belajar-mengajar

Tiga jenis kegiatan belajar-mengajar adalah:

1. Pembelajaran klasikal (group presentation)

Pembelajaran klasikal adalah kegiatan penyampaian pelajaran kepada

sejumlah siswa. Kegaiatan ini akan dianggap baik apabila siswa aktif

berpartisipasi selama pengajaran berlangsung. Partisipasi dimaksudkan

digolongkan dalam tiga kategori yakni:

a. Active interaction with the instructor yaitu siswa bertanya dan pengajae

menjawab atau siswa lebih berkonsultasi sesuadah pengajaran.

b. Working at the student’s seat yaitu siswa mencatat apa yang diajarkan atau

mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

c. Other mental participation yaitu siswa juga berpikir tentang apa yang

dikemukakan dan mempersiapkan bahan pertanyaan yang akan

ditanyakan.

2. Belajar mandiri (individual learning)

Bentuk-bentuk belajar mandiri yang kita kenal adalah self instruction

(semacam modul), independent study, individual prescribed instruction (IPI),

dan self paced learning. Selain itu, ada pula bentuk-bentuk program belajar

mandiri, seperti student contracts, textbook/workshett, self-learning module

(SLM) atau minicourse.

3. Pertemuan tatap muka

Pertemuan tatap muka antara beberapa siswa dalam satu kelompok dan

pengajar menjadi tekanan di sini, seperti berdiskusi, tukar menukar,

pengajaran klasikal, memecahkan masalah bersama tentang hasil belajar dari

pengajaran klasikal, dan belajar mandiri. Semuanya dapat diperbincangkan

bersama dalam kegiatan belajar-mengajar.

Kegiatan Pembelajaran

1. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awaldalam suatu pertemuan

pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan

Page 15: Model-model Desain Pembelajaran (Rusman)

32

menfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam

proses pembelajaran.

2. Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi

dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interakti, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi

aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis melalui

proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

3. Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktrivitas

pembelajaran yang dapat dialkukan dalam bentuk rangkuman atau

kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

Kesimpulan dari hal di atas adalah:

Hal-hal apa saja yang perlu diajarkan kepada sekelompok siswa.

Hal-hal apa saja yang perlu dipelajari oleh siswa untuk belajar mandiri

sesuai kemampuan siswa

Media Pembelajaran (Instruksional Resource)

Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media yaitu:

Apakah media itu akan dipergunakan klasikal atau belajar sendiri?

Apakah media yang dibuat memerlukan presentasi grafis, seperti desai,

flowcart, atau caption?

Apakah medial visual yang akan ditampilkan diam atau bergerak ?

Jika media visual diam, apakah di display atau diproyeksikan?

Jika bergerak, apakah berupa film 16mm, 8mm, tau video tape?

Apakah media visual akan dilengkapi dengan rekaman suara yang terpisah

atau terpadu tetapi dalam bentuk variasi?

Jika mempergunakan lebih dari satu media sekaligus bagaiman cara

mempergunakan?

Apakah media tersebut akan dipergunakan oleh pengajar atau oleh siswa?

Page 16: Model-model Desain Pembelajaran (Rusman)

33

Jika akan memutar film, proyektor yang akan dipergunakan film 8mm atau

16mm?

Juga perhatikan biaya?

8. Pelayanan Penunjang (support Service)

Adapun petugas yang menunjang mulai dari peencanaan desain sampai

dengan tuntasnya pelaksanaan program secara menyeluruh dan lengkap adalah:

a. Tenaga ahli dan pembantu

Tenaga ahli seperti 1 orang pengajar, 1 orang perancang

(instructional designer), 1 orang ahli media.

Tenaga pembantu seperti asisten pengajar, juru foto, graphic artist,

kepala bagian perpustakaan, teknisi, asisten laboratorium, tenaga

administrasi, pesuruh.

b. Pengadaan bahan, bahan-bahan tersebut berupa bahan untuk grafis,

rekaman suara, cetak, pratikum laboratorium, buku teks, fotografi, dan

lain-lain.

c. Ruangan

d. Peralatan, pemilihan peralatan hendaknya berdasarkan efisiensi dan

diusahakan semurah-murahnya. Peralatan bias berupa proyektor, tape

recorder, kamera, alat-alat laboratorium, alat-alat tulis kantor, dan lain-

lain.

e. Penjadwalan waktu

Jadwal pengajaran atau jadwal belajar termasuk asisten

Jadwal pemakaian ruangan

Jadwal dan daftar/pemesanan/peminjaman alat-alat dan buku teks,

untuk melayani pengajar atau siswa.

Pemasangan atau instalasi peralatan, display, dan lain-lain.

9. Ukuran Pencapaian (Standard of Achievement)

Ada dua macam cara mengukur pencapaian hasil belajar siswa, yaitu dengan:

Norm referenced testing, yaitu dikategorikan orang sebagai cara lama

karena pencapaian siswa ukurannya sangat relative, kurang ada alasan

yang kuat untuk dikatakan baku karena hasil belajar seorang siswa hanya

Page 17: Model-model Desain Pembelajaran (Rusman)

34

dibedakan dengan hasil yang dicapai oleh teman sekelasnya atau rata-rata

pada satu sekolah dibandingkan dengan hasil rata-rata sekolah lain.

Criterion referenced testing, yaitu cara yang dikehendaki dalam rangka

proses belajar mengajar dengan menggunakan desain system instruksional.

Penguasaan belajar tuntas pada dasarnya adalah demikian, yaitu tiap siswa

diharapkan dapat mencapai seluruh tujuan belajar yang telah ditentukan

sebelumnya dengan jelas dan rinci.

Menilai tujuan belajar kognitif

Tes tertulis bias berbentuk tes objektif dan esay. Macam tes objektif

biasanya berupa: benar salah, menjodohkan, mengisi jawaban pendek, dan

multiple choice.

Menilai tujuan belajar psikomotor

Tujuan belajar psikomotorik bersifat keterampilan (motor skill). Jadi

tujuan belajarnya adalah siswa dapat/terampil mengerjakan sesuatu.

Menilai tujuan belajar afektif

Menilai tujuan belajar siswa yang berhubungan dengan sikap dan nilai,

perlu dikumpulkan data siswa dengan berbagai cara, misalnya dengan:

Meneliti tingkah laku siswa

Mendengarkan pendapat dan komentar siswa

Mengajukan pertanyaan tertulis dengan jawaban rentangan