228
MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT BERBASIS SEKOLAH LAPANGAN PERTANIAN OLEH WORLD WIDE FUND INDONESIA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Refiandi Riansah NIM 11150541000028 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/ 2020 M

MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI

MASYARAKAT BERBASIS SEKOLAH LAPANGAN PERTANIAN

OLEH WORLD WIDE FUND INDONESIA

DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk

Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Refiandi Riansah

NIM 11150541000028

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/ 2020 M

Page 2: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI

MASYARAKAT BERBASIS SEKOLAH LAPANGAN PERTANIAN

OLEH WORLD WIDE FUND INDONESIA

DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi P ersy ar atan Memperoleh

Gelar Sarj arua Sosial (S. Sos)

Oleh:

Refiandi RiansahNIM : 11150541000028

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIALFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA1442Ht2020

wah bimbingan

Dr. Tan n Hermansah. M. SiNIP. I97 061 7200s01006

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIALFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/ 2020M

Page 3: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini.

Nama : Refiandi Riansah

NIM :11150541000028

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi be{udul MODEL

EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT

BERBASIS SEKOLAH LAPANGAN PERTANIAN OLEH

WORLD WIDE FIJND INDONESIA DI TAMAN NASIONAL

IJJLING KULON BANTEN adalah benar karya saya sendiri dan

tidak rnelakukan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan

yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan

sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan

proses yang semestinya sesuai peraturan perundangan yang

berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan

merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian perny ataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Refiandi Riansah

NrM 11150541000028

Jakarta, 16 Januari 2020

Page 4: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini.

Nama : Refiandi Riansah

NIM :11150541000028

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi be{udul MODEL

EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT

BERBASIS SEKOLAH LAPANGAN PERTANIAN OLEH

WORLD WIDE FIJND INDONESIA DI TAMAN NASIONAL

IJJLING KULON BANTEN adalah benar karya saya sendiri dan

tidak rnelakukan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan

yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan

sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan

proses yang semestinya sesuai peraturan perundangan yang

berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan

merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian perny ataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Refiandi Riansah

NrM 11150541000028

Jakarta, 16 Januari 2020

Page 5: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

i

ABSTRAK

Refiandi Riansah, NIM: 11150541000028

Model Evaluasi Pemberdayaan Ekologi Masyarakat Berbasis

Sekolah Lapangan Pertanian oleh World Wide Fund

Indonesia di Taman Nasional Ujung Kulon Banten

Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis (SLPE) secara

konsep merupakan program pemberdayaan secara bottom-up

melalui pendekatan community development gagasan dari WWF

Indonesia yang mulai diimplementasikan pada tahun 2016

dengan tujuan mendampingi, mengedukasi dan memfasilitasi

masyarakat yang tinggal di kawasan penyangga Taman Nasional

Ujung Kulon tentang pengelolaan pertanian ramah lingkungan

sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat desa

penyangga dan merupakan sebuah program solutif untuk

mengurangi kegiatan eksploitasi sumberdaya alam di kawasan

Taman Nasional.

Penelitian ini menggunakan gabungan pendekatan

kualitatif dan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif.

Sementara teknik pengumpulan data dengan kuesioner,

wawancara, dan observasi. Teori yang digunakan dalam

penelitian ini adalah evaluasi pemberdayaan fujikake, teori

pengembangan masyarakat, dan teori pengorganisasian

masyarakat.

Hasil penelitian menunjukan bahwa program Sekolah

Lapangan Pertanian Ekologis menurut teori community

development merupakan gabungan dari model pengembangan

masyarakat lokal dan model perencanaan sosial. Tingkat

pencapaian keberdayaan masyarakat pasca implementasi

program menurut teori evaluasi pemberdayaan fujikake

tergolong dalam tipe 2 (tipe sedang) dengan indikator : tujuan

program telah tercapai, adanya kepuasan masyarakat sebesar

40% dan adanya peningkatan kapasitas masyarakat dari segi

leadership dan channeling. Sedangkan dari segi ruang lingkup

pemberdayaan, SLPE masuk kategori pemberdayaan masyarakat

dalam skala mikro level (tingkat komunitas atau desa).

Kata kunci: Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis,

Community Development, Evaluasi Pemberdayaan Fujikake

Page 6: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’aalamiin, segala puji serta syukur

kepada Illahi Rabbi yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Sekolah Lapangan

Pertanian oleh World Wide Fund Indonesia di Taman Nasional

Ujung Kelon Banten. Dan tidak lupa sholawat serta salam penulis

sanjungkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah

membawa seluruh umatnya dari zaman kegelapan ilmu hingga

zaman kemudahan mendapatkan sebuah ilmu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak

kekurangan, baik dari segi isi, maupun bentuk penyajiannya.

Oleh karna itu, kritik dan saran yang sangat membangun dari

berbagai pihak akan penulis terima dengan tangan terbuka serta

sangat diharapkannya. Karena sesungguhnya kesempurnaan

hanya milik Allah SWT.

Berkat keridhoan dari Allah SWT, akhirnya skripsi ini dapat

terselesaikan. Serta tak lupa peneleti menyampaikan ungkapan

banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah

memberikan bantuan, motivasi, dan arahan-arahan terhadap

peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skiripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan ucapan

terimakasih kepada:

Page 7: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

iii

1. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc MA. selaku

rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ibu Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW sebagai Wakil

Dekan Bidang Akademik. Bapak Dr. Shihabuddin Noor, MA

sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Bapak

Cecep Castrawijaya, MA sebagai Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan.

3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, sebagai Ketua Program Studi

Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta

Ibu Hj. Nunung Khoiriyah, MA selaku Sekretaris Program

Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Ellies Sukmawati, M.Si sebagai pembimbing akademik.

5. Bapak Dr. Tantan Hermansah, M.Si sebagai dosen

pembimbing skripsi dengan kesabarannya dan rela

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan.

6. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namun tidak

mengurangi rasa hormat penulis, telah banyak memberikan

ilmu dan pengalamannya kepada peneliti, semoga apa yang

diberikan akan bermanfaat di masa yang akan datang.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

dan Civitas Akademika yang telah memberikan sumbangan

wawasan dan keilmuan dan membimbing penulis selama

menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 8: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

iv

8. Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, peneliti ucapkan terimakasih karena telah membantu

dalam memberikan referensi buku, jurnal, maupun skripsi

dari penelitian-penelitian terdahulu.

9. World Wide Fund (WWF) Indonesia dan seluruh jajaran

World Wide Fund (WWF) Indonesia - Ujung Kulon Project

yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan

penelitian dan memberikan bimbingan kepada penulis selama

melakukan penelitian di Kawasan Taman Nasional Ujung

Kulon

10. Balai Taman Nasional Ujung Kulon Banten yang telah

memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di kawasan

Taman Nasional.

11. Kepada Ibu saya tercinta Almarhumah Harpida binti Bustami,

yang wafat pada tangal 6 April 2019. Dimana semasa beliau

hidup, selalu memberikan do’a dan dukungan yang tidak ada

hentinya untuk kelancaran pendidikan penulis. Semoga Allah

SWT menyampaikan salam bahwa Skripsi ini ditulis dan

didedikasikan sepenuhnya untuk Beliau.

12. Kepada Bapak saya Bapak Sahroni, seorang Bapak yang

selalu sabar membimbing, menemani dan berdo’a untuk

penulis. Semoga Allah SWT menjadikan Skripsi ini sebagai

wujud kasih sayang yang teramat dalam dari penulis untuk

kedua Orang Tua yang selama ini telah berkorban segala hal

untuk kelancaran pendidikan Penulis.

Page 9: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

v

13. Kepada Kakak saya Kurnia Haryani dan Ferdian Adam yang

tidak ada hentinya selalu memberikan dukungan, hiburan dan

support untuk menyelesaikan skripsi ini.

14. Kepada sahabat saya Galuh Hari Setiawan, Habib Rachman

Aji, Muhammad Fathin, Alif Shoffan, Alvin Anggara , Sri

Wahyuni, Riska Hariyana, Devi Anggraini yang selalu setia

menjadi sahabat dan selama 4 tahun menemani masa

perkuliahan.

15. Kepada Nida Fairuz Hasanah yang selalu memberikan

hiburan, support dan masukan kepada penulis.

16. Seluruh Teman-teman Kesejahteraan Sosial Angkatan 2015

yang tidak bisa disebutkan satu persatu, telah memberikan

dukungan kepada penulis dalam perkuliahan dan penulisan

skripsi ini.

Depok, Desember 2019

Refiandi Riansah

Page 10: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................ ii

DAFTAR ISI .............................................................................. vi

DAFTAR TABEL ....................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ................................................................... 1

B. Pembatasan masalah.......................................................... 5

C. Perumusan masalah ........................................................... 6

D. Tujuan penelitian ............................................................... 6

E. Manfaat penelitian ............................................................. 6

F. Tinjauan pustaka ............................................................... 7

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis penelitian ............................................................ 9

2. Pendekatan penelitian ................................................. 9

3. Subjek dan objek penelitian ...................................... 10

4. Lokasi penelitian ....................................................... 10

5. Teknis pengumpulan data ......................................... 11

6. Analisis data .............................................................. 14

7. Variabel penelitian .................................................... 17

8. Populasi dan sampel .................................................. 17

9. Teknis keabsahan data............................................... 20

H. Sistematika penulisan ...................................................... 20

Page 11: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

vii

BAB II LANDASAN TEORI

A. Teori Evaluasi

1. Pengertian evaluasi pemberdayaan ........................... 23

2. Model evaluasi pemberdayaan fujikake .................... 24

B. Community Development

1. Pengertian Community Development ........................ 28

2. Model Community Development ............................... 30

3. Tahapan Community development ............................ 31

4. Prinsip Community development ............................... 35

5. Tantangan dalam Community Development.............. 43

C. Pengorganisasian masyarakat

1. Pengertian pengorganisasian masyarakat .................. 44

2. Tujuan pengorganisasian masyarakat ....................... 47

3. Peran pekerja sosial komunitas ................................. 47

4. Langkah pengorganisasian masyarakat ..................... 51

D. Kerangka Berpikir ........................................................ 57

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Program Sekolah Lapangan Pertanian ekologis

1. Konsep sekolah lapangan pertanian ekologis ........... 58

2. Praktik sekolah lapangan pertanian ekologis ............ 61

3. Kepersertaan sekolah lapangan pertanian ekologis ... 70

4. Manajemen dan kurikulum ....................................... 72

5. Tujuan dan arah pendidikan ...................................... 73

B. Taman Nasional Ujung Kulon

1. Kawasan Konservasi Taman Nasional ...................... 74

2. Taman Nasional Ujung Kulon .................................. 77

3. Sistem zonasi dalam pengelolaan kawasan ............... 80

Page 12: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

viii

C. Profil WWF (World Wide Fund) Indonesia

1. Latar belakang WWF Indonesia................................ 83

2. Program Community Development WWF Indonesia -

Ujung Kulon Project ................................................. 86

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi sikap dan cara pandang masyarakat

1. Tingkat partisipasi .................................................... 91

2. Penyampaian opini ................................................... 92

3. Perubahan kesadaran ................................................ 94

4. Pengambilan tindakan .............................................. 95

5. Kepedulian dan kerjasama ....................................... 96

6. Kreativitas ................................................................ 98

7. Kemampuan manajerial ......................................... 100

8. Penyusunan tujuan baru ......................................... 101

9. Negoisasi ................................................................ 102

10. Kepuasan ................................................................ 103

11. Kepercayaan diri .................................................... 105

12. Pengambilan keputusan .......................................... 107

B. Deskripsi elemen-elemen pemberdayaan

1. Pemberdayaan lingkungan ..................................... 109

2. Pemberdayaan sosial .............................................. 111

3. Pemberdayaan ekonomi ......................................... 113

4. Pemberdayaan politik ............................................. 115

BAB V PEMBAHASAN

A. Sikap dan cara pandang masyarakat

1. Tingkat partisipasi .................................................. 121

2. Penyampaian opini ................................................. 124

Page 13: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

ix

3. Perubahan kesadaran .............................................. 124

4. Pengambilan tindakan ............................................ 125

5. Kepedulian dan kerjasama ..................................... 126

6. Kreativitas .............................................................. 127

7. Kemampuan manajerial ......................................... 128

8. Penyusunan tujuan baru ......................................... 130

9. Negoisasi ................................................................ 131

10. Kepuasan ................................................................ 132

11. Kepercayaan diri .................................................... 133

12. Pengambilan keputusan .......................................... 135

B. Elemen-elemen pemberdayaan ................................. 136

C. Tingkatan pencapaian pemberdayaan ..................... 139

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Model program pemberdayaan masyarakat dalam

program Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis. .... 141

2. Kaitan antara program Sekolah Lapang Pertanian

Ekologis oleh WWF Indonesia dan tingkat

kesejahteraan masyarakat desa penyangga di

kawasan konservasi Taman Nasional Ujung

Kulon. ...................................................................... 142

B. Saran ............................................................................ 143

DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 144

LAMPIRAN ............................................................................ 149

Page 14: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Peserta Program SLPE

Tabel 3.2 Jumlah Fasilitator Program SLPE

Tabel 3.3 Jumlah Aplikator Program SLPE

Tabel 3.4 Perbandingan Program SLPE Berdasarkan

Sistem Zonasi

Tabel 3.5 Desa Penyangga Taman Nasional Ujung Kulon

Page 15: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Nomogram populasi dan sampel data

Gambar 2.1 Tahap pertama evaluasi fujikake

Gambar 2.2 Tahap kedua evaluasi fujikake

Gambar 2.3 Tahap ketiga evaluasi fujikake

Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake

Gambar 3.1 Peta zonasi Taman Nasional

Gambar 4.1 Diagram Tingkat Partisipasi Masyarakat

Gambar 4.2 Proses Belajar Mengajar

Gambar 4.3 Diagram Penyampaian opini

Gambar 4.4 Diagram Penyampaian aspirasi masyarakat

diluar forum/Pertemuan

Gambar 4.5 Diagram Kesadaran Masyarakat Mengenai

Akar Masalah Kemiskinan

Gambar 4.6 Diagram Kesadaran Pengambilan Tindakan

Gambar 4.7 Diagram Kepedulian dan Kerjasama

Gambar 4.8 Diagram Kreativitas Masyarakat dalam

Menemukan Ide dan Pemikiran Baru

Gambar 4.9 Diagram Kemampuan Manajerial

Gambar 4.10 Diagram Penyusunan Tujuan Baru

Gambar 4.11 Diagram Negosiasi Masyarakat

Gambar 4.12 Diagram Kepuasan Masyarakat terhadap

Hasil Program

Gambar 4.13 Diagram Pelaksanaan Program Sesuai

Kebutuhan Masyarakat

Gambar 4.14 Diagram Perubahan Tingkat Kepercayaan

Diri

Gambar 4.15 Diagram Keberanian Masyarakat dalam

Mengambil Keputusan

Page 16: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pernyataan Lulus Ujian Seminar Proposal

Lampiran 2 Surat Permohonan Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Taman Nasional Ujung

Kulon

Lampiran 5 Kuesioner Penelitian

Lampiran 6 Analisis Data Hasil Isian Kuesioner

Lampiran 7 Data Isian Kuesioner

Lampiran 8 Analisis Deskriptif dan Frekuensi

Lampiran 9 Data Stastistik Responden

Lampiran 10 Data Statistik Hasil Isian Kuesioner

Lampiran 11 Data Statistik Hasil Isian Kuesioner

Lampiran 12 Analisis Validitas

Lampiran 13 Transkip Wawancara

Lampiran 14 Catatan Lapangan Observasi

Page 17: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara demografi, Taman Nasional Ujung Kulon

dikelilingi sebanyak sembilan belas desa penyangga

dengan luas 22.875 ha yang terletak di dua kecamatan,

yaitu Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu

Kabupaten Pandeglang Banten, dengan jumlah penduduk

sebesar 63.067 jiwa (BPS Kabupaten Pandeglang, 2019).

Desa penyangga di dua kecamatan tersebut berbatasan

langsung dengan kawasan Taman Nasional, sekaligus

merupakan desa yang memiliki peran yang sangat penting

dan bertanggung jawab dalam melestarikan ekosistem

Kawasan Taman Nasional. Taman Nasional Ujung Kulon

sebagai otoritas pengelola kawasan juga memiliki

kewenangan-kewenangan yang diatur oleh Negara

sebagaimana dikatakan di dalam undang-undang nomor 5

tahun 1990, bahwa Taman Nasional adalah suatu kawasan

pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi dan

beberapa zona memang boleh dimanfaatkan sumber daya

alamnya oleh masyarakat di sekitar kawasan Taman

Nasional.

Masyarakat di wilayah Taman Nasional

memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai sumber

kehidupan mereka, seperti bertani, berburu, mengambil

Page 18: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

2

hasil sumber daya alam lainnya. Pola seperti itu telah

dilakukan turun temurun, dan terkadang masyarakat desa

penyangga tidak mempertimbangkan bagaimana

keberlanjutan mereka untuk masa depan. Sebagaimana

diketahui juga bahwa Taman Nasional juga merupakan

lokasi konservasi berbagai jenis flora dan fauna langka

salah satunya populasi badak Jawa yang saat ini sudah

dikategorikan sebagai hewan yang terancam punah.

Dengan adanya kondisi tersebut, dua kepentingan yang

saling bergesekan ini berpotensi menimbulkan konflik

pemanfaatan sumberdaya alam serta dihadapkan dalam

dua kepentingan yaitu pelestarian alam atau pemenuhan

kebutuhan masyarakat.

Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk

mengembangkan kapasitas masyarakat dalam

meningkatkan pengetahuan teknis mengenai pemenuhan

kebutuhan masyarakat yang sejalan dengan konsep

pelestarian lingkungan dengan pendekatan yang sesuai

dengan kondisi sumber daya manusianya. WWF

Indonesia sebagai International Non Government

Organization peduli terhadap permasalahan tersebut, dan

membentuk sebuah program pengembangan masyarakat

berbasis Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis yang

berupaya memadukan metode agro-ekologi, konsep

pendidikan non-formal orang dewasa dan konsep

pengembangan masyarakat untuk menghasilkan sebuah

Page 19: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

3

program solutif yang menjadi sebuah upaya untuk

memecahkan permasalahan sosial tersebut.

Program Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis

mulai dikembangkan tahun 2016. Program ini terinspirasi

dari konsep sekolah lapangan UNFAO (United Nation

Food and Agriculture Organization) yang terlebih dahulu

diakukan di Indonesia pada tahun 1989. Tiga poin utama

yang menjadi tujuan dari implementasi program Sekolah

Lapang Pertanian Ekologis melalui konsep community

development antara lain mendekatkan pengetahuan dan

teknologi kepada masyarakat terkait pola pertanian

organik, Menekan biaya produksi usaha tani dengan

memanfaatkan potensi lingkungan, sehingga petani bisa

mengurangi bahkan tidak tergantung pada sarana produksi

pertanian buatan pabrik dan juga mendorong kesadaran

ekologis agar masyarakat petani di desa paham terhadap

ekosistem di wilayahnya yang notabene adalah kawasan

konservasi Taman Nasional, sehingga output yang

diharapakan adalah masyarakat dapat memanfaatkan

sumber daya alam dengan mempertimbangkan aspek

keberlanjutan. Diharapkan pula terjadi perubahan sikap,

cara pandang dan perilaku masyarakat, sehingga

menjadikannya lebih peduli terhadap sesama dan

lingkungannya. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam

Al-Quran Surat Al-A‘raaf ayat 56 :

Page 20: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

4

Artinya : 56. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka

bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan

Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak

akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).

Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada

orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-A’raaf : 56)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita sebagai

manusia seharusnya menjaga bumi sebagai tempat tinggal

dan tempat hidup beserta makhluk lainnya dengan tujuan

untuk dimanfaatkan demi memenuhi kesejahteraan hidup

dan kemakmuran manusia. Semua hal yang ada di bumi

diciptakan Allah SWT untuk dikelola, dipelihara

,dimanfaatkan dan dilestarikan sebagai bekal beribadah

kepada Allah dan beramal soleh.

Dari permasalahan-permasalahan tersebut, peneliti

tertarik untuk melakukan evaluasi sejauh mana

pencapaian proses pemberdayaan masyarakat melalui

program Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis di Taman

Nasional Ujung Kulon Banten. Dalam melakukan

evaluasi, peneliti mengacu pada teori evaluasi

pemberdayaan fujikake, dimana objek yang akan

dianalisis bukan mengarah kepada output atau hasil

program dari segi fisik dan ekonomi, melainkan Outcome

program yaitu terdiri dari perubahan sikap dan cara

pandang masyarakat terhadap duabelas aspek

pemberdayaan seperti partisipasi, penyampaian opini,

Page 21: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

5

perubahan kesadaran, pengambilan tindakan, kepedulian

dan kerjasama, kreativitas, kemampuan manajerial,

penyusunan tujuan baru, negosiasi, kepuasan,

kepercayaan diri, dan pengambilan keputusan.

Berdasarkan pada penelitian sebelumnya (Mubarak 2009,

132), Outcome yang di maksud juga termasuk dalam

analisis lingkup kegiatan pemberdayaan dalam empat

elemen yaitu Lingkungan, Sosial, Ekonomi dan Politik,

juga menentukan tingkatan program pemberdayaan

masyarakat dari segi cakupan wilayah. Namun masih

adanya ruang untuk diteliti, yang belum diteliti oleh

peneliti-peneliti sebelumnya, yaitu mengevaluasi program

community development dengan teori evaluasi fujikake

dan juga dengan framing ilmu dan teori kesejahteraan

sosial. Oleh karena itu, peneliti akan mengangkat judul

―Evaluasi Program Pemberdayaan Berbasis Sekolah

Lapangan Pertanian Oleh World Wide Fund Indonesia Di

Taman Nasional Ujung Kulon Banten‖.

B. Pembatasan Masalah

Penelitian ini secara sengaja dibatasi :

1. Unit observasi yang diamati adalah pemberdayaan

masyarakat melalui program Sekolah Lapangan

Pertanian Ekologis oleh World Wide Fund Indonesia

2. Masa penelitian dari Bulan September 2019 sampai

bulan Desember 2019

Page 22: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

6

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana model program pemberdayaan

masyarakat yang dilaksanakan dalam program

Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis?

2. Bagaimana kaitan antara program Sekolah Lapang

Pertanian Ekologis yang dibentuk WWF Indonesia

dan tingkat kesejahteraan masyarakat desa penyangga

di kawasan konservasi Taman Nasional Ujung

Kulon?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam

penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan :

1. Mengetahui model program pemberdayaan

masyarakat yang dilaksanakan dalam program

Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis.

2. Menganalisis kaitan antara program Sekolah Lapang

Pertanian Ekologis yang dibentuk WWF Indonesia

dan tingkat kesejahteraan masyarakat desa penyangga

di kawasan konservasi Taman Nasional Ujung Kulon

E. Manfaat Penelitian

Secara spesifik, kegiatan penelitian evaluasi ini

diharapkan memberikan kemanfaatan baik secara

akademis maupun praktis

Page 23: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

7

1. Manfaat Praktis

Penelitian ini dimaksudkan sebagai referensi bagi

pekerja sosial agar tertarik untuk membahas isu

lingkungan hidup dan tidak terpaku pada

permasalahan sosial mainstream saja.

2. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menyumbang

kontribusi ilmu pengetahuan dan manfaat kepustakaan

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya

Program Studi Kesejahteraan Sosial tentang ilmu

kesejahteraan sosial khususnya pada konsentrasi

pemberdayaan masyarakat dalam isu lingkungan

hidup. Disamping itu, hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan cara pandang baru dan referensi

yang dapat ditindak lanjuti (melalui penelitian

replikatif) oleh penelitian berikutnya yang relevan.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan

review terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang

relevan dengan judul skripsi ini, tentunya agar terhindar

dari plagiarism. Antara lain :

1. Zaki Mubarak, Universitas Diponegoro, Tahun

2009, dengan judul Tesis “Evaluasi

Pemberdayaan Masyarakat Ditinjau Dari

Proses Pengembangan Kapasitas pada

Page 24: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

8

Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Desa

Sastrordirjan Kabupaten Pekalongan‖

Dalam hasil penelitian ini bahwa, penelitian ini

berfokus pada proses evaluasi program PNPM Mandiri

Perkotaan menggunakakan teori evaluasi fujikake dengan

menganalisis dua belas aspek sikap dan cara pandang

masyarakat, membuat irisan hubungan antar elemen

pemberdayaan masyarakat, dan menentukan tingkatan

pemberdayaan juga ditinjau dari proses pengembangan

kapasitas.

2. Amir Fadhillah, Tahun 2007, Jurnal Pusat Studi

Kependudukan dan Lingkungan Hidup Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta. “Pemberdayaan

Kesejahteraan Masyarakat Kawasan

Konservasi: Studi Kasus Masyarakat Kawasan

Taman Nasional Komodo “

Dalam jurnal ini mendeskripsikan bentuk

pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di kawasan

konservasi Taman Nasional Komodo baik dalam segi

meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar

kawasan konservasi atau ditinjau dari segi pengelolaan

kawasan Taman Nasional menjadi kawasan pariwisata.

Dari dua kajian literatur diatas, masih ada ruang

untuk diteliti yang belum di teliti oleh peneliti-peneliti

sebelumnya. Dimana dalam penelitian ini, fokus

utamanya adalah mengevaluasi program community

development gagasan dari WWF Indonesia yang notabene

Page 25: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

9

adalah Non-Government Organization (NGO)

internasional, diujikan menggunakan teori evaluasi

fujikake dan juga dengan framing ilmu dan teori

kesejahteraan sosial.

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Di lihat dari jenis penelitian, jenis penelitian

yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian dekriptif

adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk

memecahkan masalah yang dianalisis dengan

menggambarkan keadaan subyek atau objek penelitian

(individu, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada

saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak dan

realitas dilapangan. (Rakhmat 2003, 25)

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini lebih bersifat kualitatif murni dan

juga gabungan dengan data kuantitatif yang

dikualitatifkan. Menurut (Miles and Michael

Huberman 1992, 2), dengan data kualitatif kita dapat

mengikuti dan memahami alur peristiwa secara

kronologis, menilai sebab-akibat dalam lingkup

pikiran orang-orang setempat. Data kualitatif yang

dibutuhkan meliputi data hasil observasi dan

wawancara mendalam. Data tersebut lebih banyak

menggambarkan lingkup dan implementasi proses

program pemberdayaan masyarakat serta pandangan

Page 26: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

10

masyarakat yang tidak bisa diungkapkan melalui

pengumpulan data kuantitatif.

Sedangkan data kuantitatif yang dikualitatifkan

meliputi sikap dan cara pandang masyarakat melalui

duabelas indikator berdasarkan teori evaluasi

pemberdayaan fujikake mengenai keberlanjutan

konsep pembangunan berbasis masyarakat, yang

didapatkan dari hasil kuesioner yang berupa data-data

yang menggunakan skala likert. Skala likert adalah

ukuran yang menyatakan kesetujuan atau

ketidaksetujuan responden terhadap suatu pernyataan

dalam skala intensitas (Miller, 1977).

3. Subjek dan Objek penelitian

a. Subjek penelitian

Pada subjek penelitian adalah Organisasi WWF

Indonesia dan masyarakat desa penyangga di

Taman Nasional Ujung Kulon.

b. Objek penelitian

Objek dari penelitian ini adalah pelaksanaan

Program Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis di

desa penyangga kawasan Taman Nasional Ujung

Kulon

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di 2 lokasi berbeda

yaitu di Kantor Sekretariat WWF Indonesia-Ujung

Kulon Project, Carita, Pandeglang, Banten. Juga di

Page 27: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

11

beberapa desa lokasi implementasi Program di

Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, lokasi

implementasinya program pemberdayaan masyarakat

melalui program Sekolah Lapang Pertanian Ekologis

guna mengetahui realitas lembaga dalam implementasi

program, dan menggali informasi dari narasumber di

lokasi penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer dalam penyusunan

skripsi ini penulis menggunakan tiga teknik

pengumpulan data sebagai berikut :

a. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengambilan

data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner

ini dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup

atau terbuka (Sugiyono 2015, 142) Dalam

penelitian ini kuesioner digunakan untuk

mendapatkan data-data mengenai sikap dan cara

pandang masyarakat mengenai konsep

pemberdayaan masyarakat dan keberlanjutan

proses pembangunan berbasis masyarakat di

wilayahnya.

Kuesioner diberikan kepada responden

(masyarakat yang berperan sebagai kader binaan

program) yang terlibat atau pernah terlibat dalam

Page 28: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

12

kegiatan proses pemberdayaan masyarakat melalui

program Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis.

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode

pengumpulan data dan informasi dari narasumber

secara lisan. Proses wawancara dilakukan dengan

tatap muka secara langsung antara peneliti dengan

narasumber yaitu pelaksana program dalam hal ini

adalah pihak Lembaga World Wide Fund Ujung

Kulon dan juga penerima manfaat dalam hal ini

adalah kader binaan program.

Dalam wawancara, interviewer atau

peneliti mengajukan pertanyaan, baik dengan

meminta jawaban dari pertanyan dan membuat

catatan penting sesuai dengan teori dari hal-hal

yang diungkapkan. Wawancara dalam penelitian

ini dilakukan untuk mendapatkan informasi

tentang penilaian terhadap dua belas aspek

pemberdayaan masyarakat serta lima elemen

pemberdayaan.

c. Observasi / Pengamatan.

Teknik observasi merupakan sebuah teknik

yang bertujuan untuk menghimpun suasana

tentang segala hal yang bisa diamati berdasarkan

semua kemampuan pancaindera manusia. Peneliti

dengan observasi kualitatif tidak dibatasi oleh

Page 29: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

13

kategori-kategori pengukuran (kuantifikasi) dan

tanggapan yang sudah diperkirakan sebelumnya

(Adler and Adler 2009, 524). Teknik pengumpulan

data melalui observasi ini akan membantu peneliti

dalam memahami pola kehidupan masyarakat di

lokasi studi.

Observasi dilakukan melalui pengamatan

secara langsung terhadap objek penelitian,

mengumpulkan data dan informasi mengenai

keadaan di lokasi penelitian yaitu di Kantor

Sekretariat WWF Indonesia-Ujung Kulon Project,

Carita, Pandeglang, Banten. Juga di empat desa

penyangga lokasi implementasi program di

Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon dengan

masing-masing karakter desa yang berbeda yaitu

Desa Cibadak, Desa Rancapinang, Desa Taman

Jaya dan Desa Ujung jaya. Untuk mengetahui

realitas lembaga dalam implementasi program, dan

menghimpun informasi dari narasumber di lokasi

penelitian.

Teknik observasi terdiri dari dua jenis,

yaitu observasi pastisipasi langsung (participant

observation) dan observasi non-partisipan. Dalam

penelitian ini peneliti akan menggunakan observasi

non-partisipan, dimana peneliti tidak terlibat

langsung dalam aktivitas sehari-hari masyarakat

Page 30: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

14

sebagai objek amatan dan bertindak sebagai

pengamat independen (Sugiyono 2009, 145)

6. Analisis Data

Analisis berupa kategorisasi penataan dan

peringkasan data untuk memperolah jawab bagi

pertanyaan penelitian (Kerlinger 2006, 217) oleh

karena itu metode analisis bisa disebut sebagai cara

yang digunakan untuk mengolah dan menguji data

terhadap pertanyaan penelitian dengan menggunakan

prosedur tertentu.

Dalam penelitian ini terdapat dua metode

analisis yang digunakan, yaitu metode analisis

deskriptif kuantitatif dan metode analisis deskriptif

kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk

mendapatkan deskripsi tentang sikap dan cara

pandang masyarakat yang didapatkan dari pengolahan

data hasil kuesioner. Dalam analisis deskriptif

kuantitatif ini, langkah awal setelah didapatkan data

adalah pengolahan komponen data yang terdiri dari

pengkategorian data awal, pengolahan data

menggunakan teknik distribusi frekuensi melalui

perhitungan statistika sederhana, mengukur sebaran

data menggunakan perhitungan varian dan standar.

Hasil perhitungan kuantitatif selanjutnya dianalisis

dengan menggunakan pendekatan deskriptif yang

Page 31: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

15

selanjutnya menjadi bahan masukan bagi analisis

selanjutnya yaitu analisis secara kualitatif.

Model analisis yang digunakan dalam

mengevaluasi program pemberdayaan masyarakat

adalah menggunakan model pendekatan evaluasi

Fujikake. Model Fujikake merupakan salah satu

model evaluasi yang implementatif, dimana indikator

yang digunakan cukup lengkap, dapat diukur dengan

jelas. Deskripsi mengenai model analisis fujikake ini

telah dijelaskan secara jelas dan lengkap dalam

tinjauan pustaka. Hasil dari analisis model Fujikake

ini selanjutnya digunakan sebagai masukan atau akan

dibahas lebih dalam pada metode analisis berikutnya

yaitu analisis deskriptif kualitatif.

Metode analisis kedua yang dipakai adalah

metode analisis deskriptif kualitatif, dimana analisis

ini berfungsi untuk menggambarkan implementasi

pelaksanaan kegiatan pengembangan kapasitas dan

menganalisis penilaian masyarakat mengenai proses

pemberdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan

dalam bentuk deskripsi sehingga segala hal

tergambarkan dan dapat diketahui pencapaian tahapan

pemberdayaan masyarakat di desa penyangga

kawasan Taman Nasional Ujung Kulon telah sampai

pada tahapan yang mana.

Page 32: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

16

Dalam analisis kualitatif, terdapat beberapa

tahapan dan langkah analisis untuk memahami

komponen-komponen data adalah melalui :

a. reduksi data

b. penyajian data

c. menarik kesimpulan/verifikasi. (Miles and

Michael Huberman 1992, 78)

Reduksi data bertujuan untuk menyusun data

agar menjadi lebih ringkas, terstruktur dan sesuai

dengan data yang diperlukan dalam penelitian. Teknik

reduksi data ini meliputi tahapan perangkuman data

(data summary), pengkodean (coding), merumuskan

tema-tema, pengelompokan (clustering) dan penyajian

cerita secara tertulis. Penyajian data merupakan

bagian kedua dari tahap analisis, yang terdiri dari

langkah-langkah penyusunan ringkasan terstruktur dan

sinopsis, deskripsi singkat, dagram-diagram, atau

matriks dengan teks. Tahap ketiga berupa penarikan

kesimpulan dan verifikasi, yaitu proses interpretasi

dan penetapan makna dari data yang tersaji. Tahap

akhir dari analisis adalah penarikan kesimpulan dan

rumusan rekomendasi. Kesimpulan yang diharapkan

muncul dari penelitian ini adalah jawaban atas

pertanyaan penelitian sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya, yaitu sejauh mana tingkat keberdayaan

masyarakat di Taman Nasional Ujung Kulon setelah

Page 33: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

17

dilaksanakan program pemberdayaan masyarakat

melalui Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis.

7. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto,

2010). Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu

Model Pemberdayaan Ekologi Masyarakat dan

Sekolah Lapangan Pertanian oleh World Wide Fund

Indonesia.

8. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan jumlah data secara

keseluruhan yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2009, 80). Populasi

dalam penelitian ini adalah Kader Binaan program

Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis di Taman

Nasional Ujung Kulon.

Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi atau

kondisi sosial penelitian (Sugiyono 2009, 81). Dalam

penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian

dengan teknik pengambilan sampel secara purposive,

yaitu sample dipilih dengan pertimbangan dan tujuan

Page 34: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

18

tertentu. Karena lingkup penelitian adalah

menyangkut pemberdayaan masyarakat, maka sampel

yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kader binaan

program yang sedang terlibat atau pernah mengikuti

agenda program Sekolah Lapangan Pertanian

Ekologis.

Gambar 1.1

Pada nomogram tersebut, posisi sebelah kanan

merupakan jumlah populasi di mana terlihat jumlah

populasi minimal dengan teknik nomogram Harry

King ini adalah minimal 30 orang dan maksimal 2.000

orang. Pada bagian tengah merupakan tingkat

10%

15%

Page 35: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

19

kesalahan yang dikehendaki oleh seorang peneliti.

Tingkat kesalahan pada nomogram Harry King

dimulai dari 0,3% sampai di atas 15%. Pada kiri

nomogram, merupakan persentase populasi yang akan

dijadikan sampel. Di ketahui bahwa jumlah populasi

peserta program yang sedang terlibat dalam program

Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis berjumlah 354

orang. Dan tingkat kesalahan yang di gunakan ada

10%, maka dengan menarik arah panah lurus pada

(kanan ke kiri) dengan melewati garis tingkat

kesalahan 10%, diperoleh jumlah presentase populasi

yang diambil sebagai sampel adalah 15%. Untuk

mengetahui Jumlah sampel melalui rumus sebagai

berikut (Jumlah sampel = Jumlah Populasi x Jumlah

presentase populasi) yaitu 354 x 15% = 53.1, maka

apabila di bulatkan menjadi 54 orang. Maka di ambil

jumlah sampel kuesioner sebanyak 54 orang

responden.

Sedangkan jumlah narasumber untuk

wawancara mendalam menyesuaikan kondisi di

lapangan, karena tujuan wawancara yang dilakukan

adalah untuk mendapatkan data-data yang bersifat

kualitatif, sehingga wawancara dapat dianggap cukup

apabila telah didapatkan data yang mampu menjawab

pertanyaan penelitian yang dikemukakan.

Sampel wawancara ditentukan berdasarkan

kriteria yang dipilih antara lain dari pihak pelaksana

Page 36: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

20

program (Fasilitator lokal pelaksana Program Sekolah

Lapangan Pertanian Ekologis), penerima manfaat

program (kader binaan Program) dan Skateholders

terkait dengan program (Pemerintah desa).

9. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan

menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi

merupakan sebuah proses untuk melakukan

pengecekan dan verifikasi data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara dan dari berbagai waktu sesuai

dengan kebutuhan dari peneliti tersebut.(Sugiyono

2009, 125). Dalam teknik triangulasi data, peneliti

melakukan cek data yang telah diperoleh dari hasil

kuesioner, wawancara dan observasi yang dilakukan

dalam penelitian agar sesuai dengan hasil yang

didapat dan menjadi salah satu bentuk triangulasi

untuk melihat hasil keseluruhan dalam proses

penelitian yang akan dilakukan.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan penelitian ini, penulis

menerapkan sistematika penulisan karya ilmiah sesuai

dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,

Tesis, dan Disertasi) yang di buat oleh UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan telah di perbaharui tahun 2017.

Page 37: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

21

Untuk mengatahui gambaran yang lebih jelas

tentang hal-hal yang diuraikan dan mempermudah

dalam memahami secara menyeluruh mengenai

penelitian ini, maka secara sistematis penulisannya di

bagi menjadi enam bab dan terdiri dari beberapa sub

bab, dan dibuatlah sistematika penulisan sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan Latar Belakang

Masalah, Pembatasan dan Rumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian,

dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini berisikan teori yang melandasi

pemikiran dan menganalisa setiap data

yang sudah terkumpul. Landasan teori

yang digunakan merupakan teori yang

berkaitan dengan Evaluasi Program

Pemberdayaan Masyarakat di Kawasan

Konservasi Taman Nasional.

BAB III GAMBARAN UMUM

Pada bab ini akan dibahas mengenai

gambaran secara umum mengenai

Page 38: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

22

gambaran umum mengenai program

Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis,

Taman Nasional Ujung Kulon dan World

Wide Fund Indonesia

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan hasil temuan

penelitian di lapangan mengenai program

sekolah lapangan pertanian ekologis di

Taman Nasional Ujung Kulon, baik data

kuantitatif hasil dari kuesioner maupun

data kualitatif hasil dari wawancara.

BAB V PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menjelaskan mengenai

uraian pembahasan mengenai

permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini.

BAB VI PENUTUP

Bab terakhir menjelaskan mengenai

kesimpulan dari keseluruhan penelitian

serta evaluasi dan saran untuk pihak-pihak

terkait pelaksanaan program sebagai

bentuk dari hasil penelitian ini.

Page 39: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

23

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori evaluasi

1. Pengertian Evaluasi Pemberdayaan

Menurut (Rietbergen-McCracken and Narayan

1998, 134) menjelaskan bahwa konsep evaluasi partisipatif

sendiri memiliki beberapa perbedaan dengan konsep

evaluasi konvensional, dimana pada evaluasi konvensional

lebih berfungsi untuk menilai akuntabilitas manajemen dan

keuangan, sedangkan evaluasi partisipatif lebih bersifat

terbuka dan berulang serta berfungsi untuk menjawab

kebutuhan terhadap perubahan dalam setiap kegiatan atau

program.

(Rietbergen-McCracken and Narayan 1998) juga

menjelaskan bahwa evaluasi pemberdayaan harus dilakukan

oleh masyarakat itu sendiri melalui rangkaian kegiatan

partisipatif (partisipasi monitoring dan partisipasi evaluasi).

Prinsip dalam partisipasi monitoring dan partisipasi evaluasi

menjelaskan bahwa masyarakat lokal berperan sebagai

partisipan aktif, semua stakeholder bertanggung jawab

untuk mengevaluasi sedangkan pihak luar hanya

memfasilitasi.

Sedangkan menurut (United Nation Development

Programme, 2002) menjelaskan bahwa evaluasi merupakan

sebuah kegiatan selektif yang bertujuan untuk mengkaji

Page 40: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

24

perkembangan dan pencapaian suatu hasil secara sistematis

dan objektif. Dalam sebuah program, evaluasi tidak hanya

dilakukan satu kali namun penilaian dilakukan berulang dan

dilaksanakan berdasarkan lingkup dan kedalaman yang

berbeda pada tahapan waktu yang berbeda pula dengan

tujuan untuk menilai pencapaian pengetahuan dan

pembelajaran dalam upaya pencapaian hasil (outcome).

Dalam evaluasi pemberdayaan ini yang akan dianalisis

bukan mengarah kepada output (keberhasilan program dari

segi fisik dan ekonomi), melainkan outcome program yaitu

terdiri dari perubahan sikap dan cara pandang masyarakat,

lingkup kegiatan pemberdayaan, dan juga peningkatan

perluasan daerah impelemtasi program tersebut.

2. Model Evaluasi Pemberdayaan Fujikake

Model evaluasi pemberdayaan fujikake ini adalah

salah satu bentuk alat analisis yang bisa digunakan untuk

mengukur derajat keberdayaan suatu masyarakat yang akan

di teliti. Pendekatan analisis yang digunakan oleh (Fujikake,

2008) dalam mengevaluasi pemberdayaan adalah dengan

menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu mencoba

memahami pencapaian pemberdayaan dari pandangan

masyarakat sebagai pelaksana program. Pendekatan ini

mencoba memahami hubungan antara tanggapan

masyarakat dengan tujuan pemberdayaan itu sendiri untuk

kemudian dituangkan dalam gambar-gambar dan skema-

skema konsep tertentu. Model evaluasi yang dikembangkan

Page 41: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

25

Fujikake telah dipraktikkan dalam mengevaluasi

pemberdayaan perempuan di negara Paraguay.

Ada empat langkah dalam mengevaluasi

pemberdayaan menurut fujikake. Tahap pertama adalah

melihat perubahan masyarakat dari tingkat keberdayaannya

Hasil dari analisis mengenai perubahan tingkat keberdayaan

ini dituangkan dalam grafik yang menggambarkan tingkat

perubahan keberdayaan yang di kelompokan menjadi tiga

tipe yaitu Tipe 1 ―Rendah‖, Tipe 2 ―Sedang‖, dan Tipe 3

―Tinggi‖.

Gambar 2.1

Dan dalam tahap kedua evaluasi pemberdayaan

yang Fujikake yaitu menilai tanggapan masyarakat dan

praktik pemberdayaan yang didasarkan pada penilaian

terhadap duabelas indikator yang merupakan sub projek dari

proses pemberdayaan itu sendiri. Keduabelas indikator

Page 42: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

26

tersebut yaitu tingkat partisipasi, pengemukaan opini,

perubahan kesadaran, pengambilan tindakan, kepedulian

dan kerjasama, kreativitas, menyusun tujuan baru,

negosiasi, kepuasan, kepercayaan diri, keterampilan

manajerial, dan pengumpulan keputusan.

Gambar 2.2

Tahap ketiga adalah mengklasifikasikan dan

menghubungkan antar indikator yang telah dianalisis pada

model tahap sebelumnya. Hasil analisis pada tahap ini

adalah grafik irisan berupa diagram venn keterkaitan antar

elemen pemberdayaan, yaitu ekonomi, sosial dan budaya,

kesadaran dan mobilitas.

Page 43: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

27

Gambar 2.3

Tahap keempat yaitu mengukur tingkatan

pencapaian pemberdayaan dari segi lingkup wilayah,

apakah proses pemberdayaan itu hanya pada wilayah lokal,

regional atau nasional. Fujikake menggolongkan tingkatan

pemberdayaan menjadi tiga yaitu mikro level (desa), meso

level (kota/wilayah), dan makro level (nasional).

Gambar 2.4

Page 44: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

28

B. Community Development

1. Pengertian Community Development

Community Development atau Pengembangan

masyarakat merupakan model intervensi yang bertujuan

untuk merubah masyarakat di tingkatan yang lebih luas.

Menurut Brokensha dan Hodge dalam (Adi 2001, 168)

pengembangan masyarakat didefinikan sebagai :

A movement design to promote better living for the

whole community with the active participation, and, if

possible, on the iniative of the community. It includes

the whole range of development activities in the district

whether these are undertaken by goverment or

unofficial bodies. Community development must make

use of the cooperative movement and must be put into

effect in the closest association with local goverment

bodies.

Definisi tersebut memberi pernyataan bahwa

pengembangan masyarakat merupakan suatu gerakan untuk

meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui

partisipasi aktif, dan juga berdasarkan inisiatif masyarakat.

Pengembangan masyarakat harus dilakukan melalui gerakan

yang saling terakir satu sama lain. Metode-metode diatas

merupakan metode inti dalam pekerja sosial dan terdapat

metode bantu yaitu aksi sosial, penelitian sosial dan

pelayanan sosial

Page 45: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

29

Tujuan utama pengembangan masyarakat tidak

hanya sekadar pemberian bantuan yang bersifat Top - Down

kepada para penerima bantuan. Tapi merupakan sebuah

usaha agar penerima manfaat memiliki kapasitas atau

kemampuan untuk mampu menolong dirinya sendiri.

Program pelatihan, perluasan akses terhadap pelayanan

sosial, pemberian modal usaha, peningkatan kemandirian

diberikan agar kelompok komunitas yang ―lemah‖ tersebut

memiliki kemampuan atau keberdayaan. (Suharto 2005,

110) berpendapat bahwa keberdayaan tidak hanya dalam

segi fisik dan ekonomi, melainkan pula dalam arti

psikologis dan sosial seperti berikut ini:

1. Memiliki sumber pendapatan yang dapat menopang

kebutuhan diri dan keluarganya.

2. Mampu mengemukakan gagasan di dalam keluarga

maupun di depan umum.

3. Memiliki mobilitas dan relasi yang cukup luas.

4. Berpartisipasi dalam kehidupan sosial

5. Mampu membuat keputusan dan menentukan pilihan-

pilihan hidupnya. Proses pemberdayaan masyarakat

dapat dilakukan melalui beberapa tahapan mulai dari

menentukan populasi atau kelompok sasaran,

mengidentifikasi masalah dan kebutuhan kelompok

sasaran, merancang program kegiatan dan caracara

pelaksanaanya, pendanaanya, mengimplementasikan

kegiatan, hingga memonitor dan mengevaluasi

kegiatan.

Page 46: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

30

2. Model Community Development

Rothman dan Tropman dalam (Suharto 1997, 293–95)

mengemukakan tiga model dalam pengembangan

masyarakat yang meliputi Pengembangan Masyarakat Lokal

(Locality Development), Perencanaan Sosial (Social

Planning), dan model Aksi Sosial (Social Action).

a. Pengembangan Masyarakat Lokal

Pengembangan Masyarakat Lokal adalah proses yang

bertujuan untuk menciptakan kemajuan sosial dan

ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta

inisiatif anggota masyarakat itu sendiri (Suharto 1997,

294) . Masyarakat tidak dipandang sebagai ―klien‖ yang

bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik

dan memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum

sepenuhnya dikembangkan.

b. Perencanaan Sosial

Perencanaan Sosial merupakan proses untuk

menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam

memecahkan suatu masalah sosial. Perencanaan sosial

merupakan proses yang lebih berorientasi pada tujuan

program. Sistem klien pada umumnya adalah

kelompok-kelompok yang kurang beruntung

(disadvantaged groups) atau kelompok rawan sosial

ekonomi, seperti para lanjut usia, orang cacat, wanita

atau pria tunasosial. janda, yatim piatu.

Page 47: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

31

c. Aksi Sosial

Merupakan model pengembangan masyarakat yang

bertujuan untuk melakukan perubahan yang sifatnya

mendasar dalam kelembagaan dan struktur masyarakat

melalui proses pendistribusian kekuasaan (distribution

of power), sumber (distribution of resources) dan

pengambilan keputusan (distribution of decision

making). Model aksi sosial didasari oleh suatu

pandangan bahwa masyarakat merupakan korban dari

adanya ketidak adilan struktur.

3. Tahapan Community Development

Tahapan pengembangan masyarakat yang perlu di

lakukan yaitu :

a. Tahap Persiapan

Di tahap persiapan, seorang community worker

berperan sebagai petugas dan menjadi penentu

kesuksesan sebuah program pengembangan

masyarakat melalui pendekatan non-direktif.

1) Persiapan Petugas

Petugas diperlukan untuk dapat menyamakan

pendapat antar anggota dalam suatu komunitas.

Dapat dikatakan bahwa (community worker)

berperan sebagai fasilitator dalam hal penentuan

pendekatan apa yang akan dipilih.

Page 48: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

32

2) Persiapan Lapangan

Dalam Hal ini seorang petugas (community

worker) harus dapat menentukan daerah mana

yang akan dijadikan lokasi sasaran

pengembangan masyarakat. Setelah menemukan

lokasi yang cocok seorang community worker

harus mendapatkan perizinan dari stakeholders

dan pihak-pihak terkait baik melalui jalan formal

maupun non-formal.

b. Tahap Assesment

Proses Assesment dilakukan untuk mengidentifikasi

masalah dan sumber daya yang di miliki oleh

masyarakat yang menjadi target pemberdayaan.

Dalam proses assesment diterapkan teknik SWOT,

yaitu Strength (kekuatan), weakness (kelemahan),

opportunities (kesempatan), threath (ancaman).

Dalam tahapan assessment, masyarakat harus

dilibatkan dalam proses pengidentifikasian masalah

yang mereka hadapi sendiri agar prioritas masalah

benar-benar terjadi dan dirasakan sendiri oleh

masyarakat. Selain itu seorang community worker

harus menjadi fasilitator untuk membantu dan

memfasilitasi masyarakat untuk menyusun prioritas

masalah yang sudah diidentifikasi.

Page 49: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

33

c. Tahap Perencanaan alternatif Program

Pada Tahap ini community worker berpartisipasi

untuk dapat membantu masayarakat setelah

mengidentifikasi masalah yang mereka hadapi untuk

dapat mencari solusi dari setiap permasalahan yang

sudah diprioritaskan. Setelah itu masyarakat

diharapkan mampu memikirkan program apa yang

tepat untuk dilakukan, program yang dinuat

setidaknya harus disesuasikan dengan tujuan

pemberian bantuan sehingga tidak muncul program-

program yang bersifat amal yang kurang dapat dilihat

manfaat jangka panjangnya dari program tersebut.

d. Tahap Pemformulasian Rencana Aksi

Dalam tahap ini seorang community worker harus

membantu masyarakat memformulasikan rencana

dari program yang sudah ditetapkan, community

worker harus membantu masyarakat untuk dapat

berpartisipasi secara aktif dalam perumusan rencana-

rencana aksi yang akan dilakukan seperti pembuatan

proposal untuk para penyumbang dana, serta

masyarakat dengan community worker harus daoat

merumuskan tujuan jangka pendek yang ingin

mereka capai.

Page 50: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

34

e. Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Program atau

kegiatan.

Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dari

proses pengembangan masyarakat, dikarenakan jika

tidak adanya kerja sama yang baik antara masyarakat

dengan community worker program yang sebelumnya

direncanakan tiba tiba melenceng atau tidak sesuai

rencana. Terlebih lagi jika adanaya pertentangan

antar kelompok yang akan membuat gagalnya

implementasi program ini. Oleh karena itu,

masyarakat harus berpartisipasi aktif dalam

pelaksanaan program ini, serta community worker

harus menjaga kerjasama yang baik dengan

masyarakat.

f. Tahap Evaluasi

Evaluasi adalah proses monitoring ketika program

pengembangan masyarakat sedang berjalan, evaluasi

yang dilakukan juga harus melibatkan masyarakat

dalam hal ini akan membentuk suatu sistem internal.

Sehingga dalam jangka panjang sistem tersebut akan

membantu masayarakat dalam membentuk sebuah

kemandirian. Dan jika setelah dilakukan evaluasi

namun hasil yang ditemukan tidak sesuai dengan apa

yang diharapkan, maka evaluasi proses akan

membantu memberikan timbal balik dalam

menentukan, apakah program yang dilaksanakan

memerlukan perubahan atau perbaikan.

Page 51: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

35

g. Tahap Terminasi

Tahap ini merupakan tahap pemutus hubungan

decara formal dengan komunitas sasaran. Teriminasi

seringkali dilakukan bukan karena masyarakat sudah

mandiri melainkan karena program sudah harus di

hentikan karena sudah melebihi batas waktu yang

ditentukan atau karena anggaran sudah selesai dan

tidak ada penyandang dana yang dapat meneruskan

program tersebut. Meskipun demikian, tidak jarang

community worker tetap melakukan kontak dengan

masyarkat meskipun tidak secara rutin. Apalagi bila

community worker merasa bahwa tugasnya belum di

laksanakan dengan baik (Adi 2001, 173)

4. Prinsip Community Development

Menurut Jim Ife, pengembangan masayarakat

mempunyai dua puluh dua prinsip. Antara satu prinsip

dengan prinsip yang lain saling berkaitan dan saling

melengkapi. Prinsip-prinsip ini diasumsikan menjadi

pertimbangan bagi sukses atau tidaknya suatu kegiatan

pengembangan masyarakat dan dianggap konsisten

dengan semangat keadilan sosial dan sudut pandang

ekologis (Ife and Tesoriero 2016, 178–98). Prinsip-

prinsip ini dimaksudkan sebagai seperangkat prinsip

dasar yang akan mendasari pendekatan pengembangan

masyarakat bagi semua praktik kerja masyarakat, antara

lain :

Page 52: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

36

a. Pembangunan Menyeluruh

Menurut (Ife and Tesoriero 2016, 190) dalam

dalam pengembangan masyarakat ada enam aspek

yang harus diperhatikan agar terciptanya

pembangunan yang menyeluruh. Aspek tersebut

adalah Pembangunan sosial, ekonomi, politik,

budaya lingkungan dan personal/spiritual, semuanya

mencerminkan aspek-aspek penting dari kehidupan

masayarakat

b. Melawan Kesenjangan Stuktural

Community worker harus mencermati praktik-

praktik penindasan yang kemungkinan terjadi dalam

institusi media, sistem sosial, stuktur sosial, struktur

organsisasi, bahasa ekonomi, pasar dan iklan. Di

luar hal itu, perlu juga dicermati adanya praktik

penindasan karena umur, ketidakmampuan fisik dan

keadaan gender. Pengembangan masyarakat harus

memfokuskan programnya kepada penanganan isu-

isu kelas, gender, ras, umur, ketidakmampuan, dan

seksualitas untuk mencegah penindasan dimaksu.

c. Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia perlu memperolah perhatian

secara serius bagi pekerja masyarakat, baik dalam

pandangan negatif (protection of human right)

maupun positif (promotion of human right). Dalam

pandangan negatif, hak asasi manusia adalah penting

bagi pengembangan masyarakat. Dalam pandangan

Page 53: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

37

positif, para aktivis pengembangan masyarakat

menjadi Deklarasi Universal dan Hak-hak asasi

manusia sebagai tujuan pengembangan masyarakat.

d. Berkelanjutan

Pengembangan masyarakat merupakan bagian dari

upaya untuk membangun tatanan sosial, ekonomi,

dan politik baru, yang prosesnya dan strukturnya

secara berkelanjutan. Setiap kegiatan pengembangan

masyarakat harus berjalan dalam kerangka

berkelanjutan, bila tidak ia tidak akan bertahan

dalam waktu yang lama. Keistimewaan dari prinsip

berkelanjutan adalah ia dapat membangun struktur,

organisasi, bisnism dan industri yang dapat tumbuh

dan berkembang dalam berbagai tantangan.

e. Pemberdayaan

Strategi pemberdayaan yang lengkap menuntut

bahwa hambatan-hambatan yang dihadapi oleh

masyarakat dalam menggunakan kekuatan yang

dipahami, diperhatikan, dan dipecahkan. Kendala-

kendala ini berupa struktur yang menindas (kelas,

ras/etnis), Bahasa, Pendidikan, mobilitas pribadi dan

dominasi para elite dalam stuktur kekuasaan

masyarakat.

f. Personal dan Politik

Pengembangan masyarakat memiliki potensi untuk

membangun hubungan antar kepentingan pribadi

dengan kepentingan politik. Keterkaitan antara

Page 54: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

38

personal dan politik, individu dan struktur atau

masalah-masalah pribadi dengan masalah-masalah

publik merupakan komponen yang penting dalam

pembangunan sosial.

g. Kepemilikan Masyarakat

Kepemilikan bisa dipahami dari dua tingkatan yaitu

kepemilikan terhadapat materil serta kepemilikan

struktural dan proses. Kepemilikan barang materil

seperti barang-barang komoditas, tanah, bangunan,

dan sebagainya. Kepemilikan struktur dan proses

seperti kontrol masayarakat, pelayanan kesehatan,

pendidikan, menentukan kebijaksanaan keaktifan

lokal, perumahan, pengembangan lokal dan

sebagainya.

h. Kemandirian

Masyarakat hendaknya mencoba memanfaatkan

secara mandiri terhadap sumber daya yang dimiliki

seperti: keuangan, teknis alam luar. Melalui program

pengembangan masyarakat diupayakan agar para

masyarakat mampu mengidentifikasi dan

memanfaatkan sumber daya yang ada dalam

semaksimal mungkin. Kemandirian ini merupakan

arah realistis yang perlu diwujudkan.

i. Kebebasan dari Negara

Prinsip kemandirian memperingatkan bahwa

pembangunan kegiatan yang di sponsori pemerintah

biasanya melemahkan basis masyarakat, bukan

Page 55: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

39

memperkuat masyarakat. Untuk alasan inilah

masyarakat dan pekerja sosial harus berpikir secara

hati-hati sebelum mengajukan permintaan dana

kepada lembaga pemerintah atau bentuk sumbangan

yang lain.

j. Tujuan Langsung dan Visi yang besar

Dalam pengembangan masyarakat selalu ada

pertentangan antara pencapaian tujuan langsung

seperti penghematan sumber daya alam dan visi

besar berupa penciptaan kondisi masyarakat yang

lebih baik

k. Pembangunan Organik

Cara termudah untuk mempelajari konsep

pembangunan organik sebagai lawan dari

pembangunan mekanistik adalah mengamati

perbedaan anatara kerja sebuah mesin dan

perkembangan sebuah tumbuhan. Masyarakat secara

esensial adalah organisme (seperti tumbuhan) bukan

mekanistik (seperti mesin). Oleh karena itu,

pengembangan masyarakat tidak diarahkan oleh

hukum teknis sebab akibat yang sederhana, namun

merupakan suatu proses yang rumit dan dinamis.

Pembangunan secara organik berarti bahwa

seseorang menghormati dan menghargai sifat-sifat

khusus masyarakat, memberiarkan serta

mendorongnya untuk berkembang dengan caranya

sendiri, melalui sebuah pemahaman terhadap

Page 56: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

40

kompleksitas hubungan antara masyarakat dengan

lingkungannya.

l. Laju Pembangunan Kepakaran Eksternal

Konsekuensi dan pembangunan organik adalah

bahwa masyarakat sendiri menentukan jalannya

proses pembangunan. Berusaha membangun

masyarakat secara tergesa-gesa dapat

mengakibatkan terjadinya kompromi secara fatal.

Bisa jadi, masyarakat akan kehilangan rasa memiliki

proses tersebut dan kehilangan komitmen untuk

terlibat dalam proses pembangunan.

m. Kepakaran eksternal

Prinsip utama pemberdayaan masyarakat tidak harus

selalu mempercayai adanya struktur ataupun solusi

yang datang dari pihak luar walaupun telah di

anggap sangat baik. Hal ini bukan berarti proses

pemberdayaan masyarakat tidak boleh mengambil

keuntungan dari pengalaman pihak luar. Yang jelas

keahlian yang telah dikembangkan melalui praktik

di tempat lain akan menguntungkan bila hal itu di

teliti dahulu apakah hal tersebut cocok dengan

situasi lokal.

n. Pembentukan Masyarakat

Semua pemberdayaan masyarakat harus bertujuan

untuk membentuk sebuah ―masyarakat yang baru‖.

Pemberdayaan masyarakat melibatkan upaya

penguatan interaksi sosial dalam masyarakat,

Page 57: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

41

membangun kebersamaan dan membantu mereka

untuk berkomunikasi dengan sesamanyadalam

rangka menciptakan dialog, saling memahami dan

melahirkan tindakan sosial.

o. Proses dan Hasil

Alternatif lain dari pragmatism Alinsky adalah

pendekatan Gandhi, yang memandang proses dan

hasil sebagai sesuatu yang terintegrasi. Proses harus

merefleksikan tujuan sebagaimana hasil akan

merefleksikan proses tertentu.

p. Integritas Proses

Proses pengembangan masyarakatselalu

membutuhkan penelitian secara lebih dekat untuk

menjamin bahwa integrasi proses tetap terpelihara.

Mereka perlu menjadi subjek yang menekankan

prinsip-prinsip keadilan sosial dan lingkungan.

q. Tanpa Kekerasan

Proses pengembangan masyarakat harus diusahakan

untuk memperkuat bukan menyerang, memasukan

bukan mengesampingkan, bekerja di dalam bukan

bekerja menentang, dan memediasi bukan

berkonfrontasi.

r. Inclusiveness (Keterbukaan)

Penerapan prinsip keterbukaan dalam

pengembangan masayarakat memerlukan proses

yang selalu merangkul bukan menyisihkan, semua

Page 58: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

42

orang harus dihargai secara instrinsik walaupun

mereka memiliki pandangan yang berlawanan.

s. Konsensus

Pendekatan konsensus bekerja menuju persetujuan

Bersama dan bertujuan untuk mencapai pemecahan

yang seluruh anggota masyarakat yang mau

memilikinya.

t. Kooperatif

Menurut (Ife and Tesoriero 2016, 352–56)

Pengembangan masyarakat akan berupaya

membawa kerjasama dalam kegiatan masyarakat,

dengan membawa masyarakat bergabung dan

menemukan cara-cara menghargai kerja sama

individu- individu atau kelompok.

u. Partisipasi

Menurut (Ife and Tesoriero 2016, 527–28)

Pengembangan masyarakat harus selalu

memaksimalkan partisipasi, dengan tujuan agar

setiap orang dalam masyarakat bisa terlibat aktif

dalam proses kegiatan masyarakat.

v. Menentukan Kebutuhan

Menurut (Ife and Tesoriero 2016, 149–50) Ada

2 prinsip penegmbangan masyarakat yang berkatian

dengan kebutuhan. Pertama, pengembangan

masyarakat harus berupaya membuat kesepakatan

antara berbagai pihak yang menentukan kebutuhan,

yaitu: penduduk secara keseluruhan, pemakai,

Page 59: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

43

penyedia layanan, dan para pengamat. Prinsip yang

kedua, meskipun para penentu kebutuhan yang lain

penting, anggota masyarakat sendirilah yang

memegang hak lebih tinggi dalam menentukan

kebutuhan, sepanjang prinsip ekologis dan keadilan

sosial dengan cara ini tidak dikorbankan.

5. Tantangan dalam Community Development

Community Development atau pengembangan

masyarakat pada dasarnya memiliki tujuan untuk

memberikan perubahan atau pembaharuan yang bersifat

positif bagi masyarakat. Namun dalam pelaksanaannya

masih terdapat hambatan dalam proses pelaksanannya

yang di sebabkan oleh banyak aspek, salah satunya

berupa ―penolakan‖ dari masyarakat, kelompok atau

komunitas. Watson, dalam buku Planning of Change

edisi kedua, menggambarkan beberapa tantang yang

dapat menghalangi suatu perubahan, yaitu: (Adi 2001,

122)

1. Kendala yang berasal dari kepribadian individu

a. Kestabilan (Homeostasis)

b. Kebiasaan (Habit)

c. Hal yang utama (Primacy)

d. Seleksi ingatan dan persepsi (Selective

Perception and Retention)

e. Ketergantungan (Dependence)

Page 60: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

44

f. Superego

g. Rasa Tidak percaya Diri (Self-Distrust)

h. Rasa tidak Aman dan Regresi

2. Kendala yang berasal dari sistem sosial

a. Kesepakatan terhadap norma tertentu

b. Kesatuan dan kepaduan sistem dan budaya

c. Kelompok kepentingan

d. Hal yang bersifat sakral

e. Penolakan terhadap orang ―luar‖

Jadi, penolakan dari masyarakat yang muncul

disebabkan oleh beberapa aspek internal dan eksternal.

Pada beberapa kasus, hambatan yang paling sering

ditemui adalah perasaan tidak aman yang dirasakan oleh

masyarakat, karena ketakutan masyarakat terhadap

orang ―luar‖ atau orang asing yang dianggapnya

mempunyai suatu ―kepentingan‖ yang sifatnya

merugikan bagi masyarakat tersebut. Hal itu muncul

karena adanya persepi yang mungkin timbul dari

pengalaman buruk masyarakat sebelumnya dengan

pemerintah atau suatu pihak tertentu, norma yang di

anutnya, atau budaya lokal.

C. Pengorganisasian Masyarakat

1. Pengertian pengorganisasian Masyarakat

Pengorganisasian masyarakat merupakan sebuah

proses dimana masyarakat lokal berada di lingkungan

Page 61: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

45

yang memiliki isu sosial, bertujuan membantu masyarakat

untuk mengidentifikasi permasalahan sosialnya dan

memperjuangkan hak-hak keadilan bagi masyarakat.

Pengorganisasian masyarakat memiliki strategi dan teknik

untuk membawa masyarakat memiliki kemampuan untuk

menemukan solusi yang mereka butuhkan, sehingga dapat

membuat lingkungan yang aman dan lingkungan

masyarakat sosial yang berkelanjutan. Persoalan atau

permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat berkaitan

dengan kebutuhan-kebutuhan dan prioritas-prioritas dari

kebutuhan. Sehingga kebutuhan tersebut perlu

diidentifikasi dan dikembangkan lebih lanjut secara

bersama-sama untuk pemenuhannya. Pemecahan suatu

masalah dilakukan berdasarkan hasil kesepakatan yang

telah ditentukan oleh masyarakat itu sendiri, sehingga

perlu adanya langkah-langkah yang harus dilalui bersama

dengan unit-unit yang ada di dalam masyarakat yang

bersangkutan dengan kegiatan mengatasi masalah

(Bruggemann, 2014)

Selain itu masyarakat seringkali dijadikan objek

pemerintah dan praktik politik untuk suatu kepentingan.

Sehingga menurut Harry Boite dalam praktik makro,

kegiatan Top Down yang dilakukan bukan solusi yang

tepat dalam membangun masyarakat. Solusi untuk

permasalahan masyarakat urban adalah pemerintah

menepati janji dan tidak menghancurkan kepercayaan

masyarakat serta memberdayakan mereka (Bruggemann

Page 62: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

46

2014, 249). Oleh karena itu peran pengorganisasian

sangat penting sebelum seorang Community Worker

melakukan perubahan. Dimana dalam hal ini community

organizing berperan sebagai pemicu awal masyarakat

sebelum melakaukan pengembangan secara fisikal. Dalam

pengorganisasian masyarakat inilah seorang Community

Worker melakukan kegiatan-kegitan penyadaran agar

masyarakat nantinya memiliki kesadaran yang kritis

terhadap masalah social disekitarnya, serta dalam kegiatan

ini melatih masyarakat untuk dapatberpartisipasi aktif,

dan agar pengembangan yang mereka lakukan nanti dapat

berkelanjutan.

Pengorganisasian komunitas adalah

pengembangan masyarakat yang dalam prosesnya

mengutamakan pembangunan kesadaran kritis

pengembangan yang mengutamakan pembangunan

kesadaran kritis dan penggalian potensi lokal yang mereka

miliki. Jadi dalam hal ini pengorganisasian masyarakat

adalah suatu proses pengembangan masyarakat yang

mengutamakan pembangunan kesadaran kritis agar

masyarakat dapat dengan mudah untuk berpartisipasi

dalam mengidentifikasi masalah yang berada disekitar

mereka, serta menemukan solusi yang tepat dari

permasalahan mereka. Dalam proses ini masyarakat akan

dibantu oleh seorang community worker yang akan

menjalani peran-perannya dengan baik.

Page 63: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

47

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian

masyarakat merupakan salah satu proses pengembangan

masyarakat melalui kegiatan penyadaran pola pikir suatu

individu komunitas atau masyarakat dengan tujuan untuk

memunculkan kesadaran kritis atas beberapa hal, mulai

dari menggali permasalahan yang sedang dialami, proses

penggalian potensi lokal yang mereka miliki, hingga

masyarakat mampu menyusun strategi dan menemukan

solusi atas permasalahannya sendiri. Dan tugas dari

community worker disini sebagai fasilitator dan

memberikan arahan kepada masyarakat.

2. Tujuan Pengorganisasian Masyarakat

Secara umum, pengorganisasian masyarakat atau

komunitas menggunakan metode penumbuhan kesadaran

kritis, partisipasi aktif, pendidikan berkelanjutan,

pembentukan dan penguatan organisasi rakyat. Proses

tersebut bertujuan untuk melakukan perubahan sistem

sosial yang baik dan berguna tanpa ada unsur penindasan

(represif). Tujuan pokok dari community organizing

adalah membentuk suatu tatanan masyarakat yang

beradab dan berkemanusiaan (civil society).

3. Peran Pekerja Sosial Komunitas (Community Worker)

Dalam mendukung setiap program pengembangan

masyarakat dan pengorganisasian masyarakat tidak bisa

terlepas dari peran pekerja sosial komunitas atau seorang

community worker. Menurut dalam (Isbandi Rukminto,

2008) dijelaskan bahwa ada empat peran dan

Page 64: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

48

keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang community

worker, yaitu:

a. Peran dan keterampilan fasilitatif (fasilitative roles

and skills);

b. Peran dan keterampilan edukasional (educationals

roles and skills);

c. Peran dan keterampilan perwakilan (representational

roles and skills);

d. Peran dan keterampilan teknis (techincal roles and

skills)

Selain itu diperjelas dengan pendapat Spergel

(1975), Zastrow (1986), dan Adi (1994) dalam (Isbandi,

Rukminto 2008) bahwa ada tujuh peran yang dapat

dikembangkan oleh seorang community worker, yaitu:

a. Pemercepat perubahan

Peran enabler adalah seorang community worker

membantu masyarakat untuk dapat menentukan apa

yang menjadi permasalahan mereka dan membantu

untuk mengembangkan diri mereka agar mampu

memdapatkan solusi yang tepat atas permasalahan

mereka. Dasar filosofis dari peran ini adalah help

people to help themselves. Selain itu adapun empat

fungsi utama yang harus dilakukan community

worker untuk menjadi pemercepat perubahan

(enabler), yaitu:

1. Membantu masyarakat menyadari dan melihat

kondisi mereka

Page 65: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

49

2. Membangkitkan dan mengembangkan

―organisasi‖ dalam masyarakat

3. Mengembangkan relasi interpersonal yang baik

4. Memfasilitasi perencanaan yang efektif.

b. Broker / Perantara

Peran broker yaitu membantu masyarakat untuk

menghubungkan suatu individu ataupun komunitas

yang membutuhkan bantuan berupa suatu pelayanan

masyarakat ke lembaga penyedia layanan

masyarakat terkait. Jadi peran broker ini sangat

membantu masyarakat, dikarenakan kadang kala

masyarakat bingung untuk dapat mengakses

lembaga penyedia layanan yang dibutuhkan.

c. Pendidik

Peran pendidik yang dimaksud disini adalah

membantu masyarakat untuk dapat mendapatkan

informasi-informasi yang dibutuhkan. Oleh sebab

itu seorang community worker harus memiliki

kemampuan menyampaikan informasi dengan baik

dan jelas, sehingga tidak membingungkan

masyarakat yang membutuhkan. Dan community

worker juga dituntut untuk selalu belajar agar selalu

mendapatkan informasi yang baru, sehingga pada

saat masyarakat bertanya hal apapun seorang

community worker dapat menjawab pertanyaan

tersebut dengan baik.

Page 66: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

50

d. Tenaga ahli

Peran sebagai expert yang dimaksud adalah

seorang community worker harus dapat memberikan

masukan, saran, dan dukungan yang dibutuhkan

masyarakat. Seorang expert tidak harus

memaksakan agar saran yang mereka berikan untuk

dijalankan oleh masyarakat/klien, melainkan hanya

dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat suatu

keputusan. Oleh karena itu, peran ini berkaitan erat

dalam suatu perencanaan sosial yang nantinya

berhubungan dengan model intervensi pendekatan

pengembangan layanan masyarakat (community

service approach).

e. Perencana sosial

Seorang perencana sosial mengumpulkan data

mengenai masalah sosial yang terdapat dalam

komunitas, menganalisisnya, dan menyajikan

alternatif tindakan yang rasional untuk mengatasi

masalah tersebut. Setelah itu perencana sosial

mengembangkan program, mencoba mencari

alternatif sumber pendanaan, dan mengembangkan

konsensus dalam kelompok yang mempunyai

berbagai minat ataupun kepentingan. Menurut

Zastrow, peran expert dan social planner saling

tumpang tindih, di mana seorang expert lebih

memfokuskan pada membentuk usulan dan saran

yang berkaitan dengan isu dan permasalahan yang

Page 67: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

51

sedang dibahas. Sedangkan perencana sosial lebih

memfokuskan pada tugas-tugas yang terkait dengan

pengembangan dan pelaksanaan program.

f. Advokat

Peran sebagai advocate mendorong pelaku

perubahan untuk menjalankan fungsi advokasi atau

pembelaan yang mewakili kelompok masyarakat

yang membutuhkan suatu bantuan ataupun layanan,

tetapi institusi yang seharusnya memberikan bantuan

ataupun layanan tersebut tida memedulikan (bersifat

negatif ataupun menolak tuntutan warga).

g. Aktivis

Peran aktivis menurut pelaku perubahan untuk

melakukan perubahhan institusional yang lebih

mendasar dan sering kali tujuannya adalahh

pengalihan sumber daya ataupun kekuasaan pada

kelompok yang kurang mendapatkan keuntungan,

yang dianggap sebagai korban.

4. Langkah – langkah Pengorganisasian Masyarakat

Menurut (Sasongko 1978), langkah-langkah dalam

pengorganisasian masyarakat adalah :

a. Persiapan Sosial

Persiapan sosial bertujuan untuk mengajak

masyarakat berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan

program pengembangan masyarakat mulai dari awal

kegiatan, perencanaan program, pelaksaan program,

sampai dengan evaluasi program yang dilakukan.

Page 68: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

52

Persiapan sosial yang dilakukan lebih mengutamakan

persiapan mulai dari teknis, administratif, sampai

dengan pelaksanaan program.

1) Tahap Pengenalan Masyarakat

Dalam tahap ini seorang community worker

harus mulai datang ke tengah-tengah masyarakat,

dan bersedia untuk melakukan pengenalan dengan

masyarakat, tanpa disertai pemikiran yang buruk

dengan masyarakat. Tahap pengenalan masyarakat

dilakukan dalam dua bentuk yaitu, formal dan

informal. Untuk pengenalan masyarakat secara

formal seorang community worker bisa

memulainya melalui sistem pemerintahan seperti

pemerintah desa, atau camat desa setempat. Dalam

jalur informasl seorang community worker dapat

melakukannya dengan hadir langsung ditengah

masyarakat, seperti guru didesa tersebut, tokoh

agama, hingga pengenalan ke masyarakat biasa.

Pengenalan masyarakat ini dilakukan untuk dapat

memudahkan seorang community worker untuk

menyampaikan maksud dan tujuannya tinggal di

desa tersebut, tujuan dari semua upaya yang

dilakukan ini agar masyarakat dapat menerima

kehadiran community worker dan memudahkan

agar masyarakat dapat mulai percaya dengan

community worker.

Page 69: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

53

2) Tahap Pengenalan Masalah

Pada tahap ini seorang community worker

harus mampu dan menguasai pengenalan masalah-

masalah yang ada disekitar masyarakat, dan

masalah tersebut memang benar-benar menjadi

kebutuhannya. Adapun beberapa pertimbangan

yang dapat digunakan untuk menentukan skala

prioritas penanggulangan masalah menurut Adi

Sasongko (1978), yaitu :

a) Beratnya Masalah. Seberapa jauh masalah

tersebut menimbulkan gangguan terhadap

masyarakat.

b) Mudahnya Mengatasi.

c) Pentingnya Masalah bagi Masyarakat, yang

paling berperan disini adalah subyektivitas

masyarakat sendiri dan sangat dipengaruhi

oleh kultur budaya setempat.

d) Banyaknya masyarakat yang merasakan

masalah tersebut.

3) Tahap Penyadaran Masyarakat

Tujuan dari tahapan ini adalah seorang

commmunity worker mampu membantu

masyarakat untuk menyadarkan mereka terkait

dengan permasalahan yang sedang mereka hadapi,

setelah itu masyarakat diharapkan untuk dapat

berpartisipasi secara aktif dalam menentukan

Page 70: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

54

solusi yang tepat bagi permasalahan mereka,

setelah itu masyarakat mampu untuk memenuhi

kebutuhan hidup yang mereka butuhkan dengan

memanfaatkan sumber daya yang ada disekitar

mereka dengan baik.

b. Pelaksanaan

Setelah melakukan beberapa tahapan di

atas, selanjutnya seorang community worker

membantu masyarakat untuk dapat melaksanakan

program yang sudah direncanakan dengan baik.

Adapun beberapa hal yang harus dipertimbangkan

dalam menentukan sebuah program, yaitu:

1) Memilih kegiatan yang dapat dirasakan

manfaatnya oleh masyarakat.

2) Melibatkan masyarakat secara aktif dalam

upaya penanggulangan masalah.

3) Kegiatan disesuaikan dengan kemampuan,

waktu, sumber daya yang tersedia di

masyarakat.

4) Menumbuhkan rasa percaya diiri masyarakat

bahwa mereka mempunyai ke mampuan

dalam penanggulagan masyarakat.

c. Evaluasi

Sudah dijelaskan dalam beberapa teori

sebelumnya, evaluasi ini dilakukan untuk

Page 71: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

55

melakukan sebuah penilaian terhadap program

yang sudah dilaksanakan. Dalam melakukan

evaluasi ini seorang community worker tetap harus

melibatkan masyarakat agar masyarakat

mengetahui apa yang menjadi kendala dalam

program yang sudah dilaksanakan. Penilaian

tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara

dibawah ini, yaitu:

1) Penilaian selama kegiatan berlangsung.

Disebut juga penilaian formatif, monitoring.

Dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan

kegiatan yang telah dijalankan apakah telah

sesuaI dengan perencanaan penanggulangan

masalah yang telah disusun.

2) Penilaian setelah program selesai dilaksanakan.

Disebut juga penilaian sumatif penilaian akhir

program. Dilakukan setelah melalaui jangka

waktu tertentu dari kegiatan yang dilakukan.

Dapat diketahui apakah tujuan atau target

dalam pelayanan kesehatan telah tercapai atau

belum.

d. Perluasan

Perluasan merupakan pengembangan dari

kegiatan yang dilakukan dan dapat dilaksanakan

dalam dua cara :

Page 72: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

56

a. Perluasan Kuantitatif

Perluasan dengan menambah jumlah

kegiatan yang dilakukan, baik pada wilayah

setempat maupun pada wilayah lainnya sesuai

dengan kebutuhan masyarakat setempat.

b. Perluasan Kualitatif

Perluasan dengan meningkatkan mutu atau

kualitas kegiatan yang telah dilaksankan

sehingga dapat meningkatkan kepuasan dari

masyarakat yang dilayani.

Page 73: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

57

KERANGKA BERPIKIR

Research Question

TINGKAT KEBERDAYAAN

1. Sedang

2. Rendah

3. Sangat rendah

Sikap dan cara pandang

masyarakat pasca

implementasi program

pemberdayaan masyarakat

1. Eksploitasi Kawasan Taman

Nasional Ujung Kulon.

2. Sekolah Lapangan Pertanian

ekologis sebagai program

solutif pemberdayaan

masyarakat

3. Perlunya Evaluasi Program

Sekolah Lapangan Pertanian

ekologis

SEKOLAH LAPANGAN

PERTANIAN

EKOLOGIS

MASYARAKAT LINGKUNGAN

TERAWAT KOMUNITAS DESA

WORLD WIDE FUND

INDONESIA

1. mendekatkan pengetahuan dan

teknologi kepada masyarakat

terkait pola pertanian ekologis/

organik

2. Menekan biaya produksi usaha

tani dengan memanfaatkan

potensi lingkungan

3. Mengurangi ketergantungan

pada sarana produksi pertanian

buatan pabrik

4. mendorong kesadaran ekologis

akan ekosistem lingkungan

KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT

Page 74: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

58

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Program Sekolah Lapangan Pertanian ekologis

1. Konsep Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis

Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis (SLPE)

secara konsep merupakan salah satu program

pemberdayaan melalui pendekatan community

development gagasan dari WWF Indonesia yang di

beberapa kawasan penyangga Taman Nasional ujung

Kulon yang dimulai pada tahun 2016 dengan nama

awal ―Sekolah Lapang Pertanian Organik‖ dengan

tujuan untuk mendampingi, mengedukasi dan

memfasilitasi masyarakat di kawasan penyangga

taman nasional tentang pengelolaan pertanian yang

murah dan ramah lingkungan. Sekolah Lapangan

merupakan sebuah konsep sekolah tanpa dinding yang

memkolaborasikan pendidikan non-formal orang

dewasa dengan metode pembelajaran analisis

agroekosistem.

Program sekolah lapangan pertanian ekologis

dikembangkan dengan tujuan utama yaitu untuk

meningkatkan kemampuan petani di beberapa desa

kawasan penyangga Taman Nasional Ujung Kulon

dalam hal pengembangan pertanian ekologis untuk

padi sawah organik, pengelolaan tanaman pekarangan

(Kawasan Rumah Pangan Lestari/KRPL) atau

Page 75: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

59

sekarang berubah istilah menjadi LPH (Lumbung

Pangan Hidup), dan agroforestri (Perkebunan

Campur).

Adapun konsep

Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis dijelaskan

oleh Yayasan Field Indonesia secara umum sebagai

berikut:

a. Praktek Lapangan

Hampir secara keseluruhan proses belajar

masyarakat melalui leterampilan pertanian

ekologis-organik dan penganekaragaman tanaman

padi adalah ketrampilan terapan. Oleh karena itu

hampir 80% dari waktu keseluruhan digunakan

langsung di sawah, ladang dan kebun, bukan

hanya sebatas pembelajaran teori di kelas saja.

b. Cara Belajar Melalui Diskusi Pengalaman

Masing-masing Peserta

Setiap kegiatan dimulai dengan

pengamatan langsung dilapangan, kemudian

pengungkapan pengalaman masing-masing peserta

berdasarkan teknik pertanian yang pernah mereka

gunakan sebelumnya, setelah itu dilakukan

pengkajian dan penyimpulan hasil, melalui diskusi

dengan tujuan mengetahui teknik pertanian apa

yang lebih tepat dan efisien untuk digunakan.

Page 76: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

60

c. Pengkajian Agro-ekosistem

Sekolah lapangan pertanian ekologis

memiliki sebuah siklus mingguan dimana setiap

unsur agro-ekosistem akan dianalisis secara

mendalam dan sistematis berdasarkan

pertimbangan bahwa, perubahan keadaan agro-

ekosistem sawah cukup berbeda antara minggu

satu dengan minggu lainnya. Setiap akhir minggu,

keadaan agro-ekosistem secara keseluruhan di

analisis untuk pengkajian dan pengambilan

keputusan manajemen lahan minggu

berikutnya. Siklus ini menyerupai prinsip

pantauan mingguan yang akan diterapkan di

tingkat petani dan membiasakan masyarakat

peserta untuk terus mengikuti perkembangan

sawahnya selama satu musim tanam, dari tahapan

persiapan lahan sampai pasca panen.

d. Kurikulum Berdasarkan Ketrampilan yang

Dibutuhkan oleh Masyarakat Petani

Kurikulum disusun atas dasar analisis

keterampilan lapangan yang perlu dimiliki oleh

seorang petani untuk menjadi ahli dalam pertanian

ekologis-organik dan penganekaragaman tanaman

padi, agar para petani memahami dan mampu

menerapkan di lahannya pertaniannya sendiri,

serta meneruskan keerhasilannya kepada para

petani lainnya. Selain pengetahuan yang besifat

Page 77: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

61

ketrampilan dan pengetahuan teknis pertanian,

masyarakat peserta program juga memperoleh

keterampilan dalam perencanaan kegiatan,

kerjasama, dinamika kelompok, serta komunikasi,

dengan tujuan agar masyarakat petani dapat

menjadi fasilitator yang mampu merangsang dan

membantu kelompok-kelompok tani lainnya

secara efektif.

2. Praktik Sekolah Lapang Pertanian Ekologis

a. Tahap Persiapan Sekolah Lapangan

Dalam tahap persiapan, meliputi kontrak

belajar, penentuan kelompok tani, pemilihan

desa lokasi kegiatan dan waktu pertemuan

kelompok tani.

Sekolah lapangan pertanian ekologis

akan berjalan efektif apabila dalam satu kelas

terdiri dari dua puluh lima orang calon peserta

aktif melalui kesepakatan tentang waktu

dimulainya pelaksanaan, hari kegiatan, tempat

belajar, materi pelajaran, lokasi lahan belajar,

dan lain-lain yang berkaitan dengan

pelaksanaan sekolah lapangan pertanian

ekologis.

Page 78: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

62

b. Tahap Pelaksanaan Sekolah Lapangan

Pada tahap ini adalah merupakan proses

belajar peserta yang berlangsung secara

periodik (mingguan) menyesuaikan situasi

dan kondisi musim dan lahan, selama satu

musim tanam penuh (enam belas kali

pertemuan). Proses sekolah lapangan pertanian

ekologis biasanya dilaksanakan pada pagi hari,

minimal selama tiga jam efektif. Di mulai pada

jam sembilan pagi sampai jam dua belas siang.

Berikut adalah pedoman umum jadwal setiap

pertemuan:

1. Pengamatan agro-ekosistem

Sebelum dilakukan pengamatan

agroekosistem, dibuat masing masing

kelompok, setiap kelompok kecil

melakukan kerja lapangan pada petak

lahan praktek masing- masing, misalnya

melakukan sanitasi, pengaturan air,

penyiangan, dan sebagainya.

Pada saat pengamatan agro-

ekosistem, setiap kelompok mengamati

petak lahan praktek yang telah ditentukan.

Ada tiga jenis petak, masing-masing

seluas minimal 500-1000 meter persegi

yang harus diamati, yaitu: petak perlakuan

lokal yaitu perlakuan kebiasaan petani

Page 79: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

63

setempat; petak perlakuan perbaikan (atau

biasanya diistilahkan dengan petak ‗mikir‘

atau petak sekolah lapangan pertanian

ekologis) dan petak studi sebagai lahan

untuk melakukan pembelajaran dan trial

dan error bagi para peserta.

Dengan demikian, setiap kelompok

kecil yang terdiri dari lima orang saling

mengamati ketiga petak lahan praktek.

Dalam diskusi kelompok kecil, yang

dibandingkan adalah hasil pengamatan

petak ‗mikir‘ dan petak perlakuan petani.

Sedangkan petak studi didiskusikan

perkembangan hasilnya.

Unsur-unsur yang diamati meliputi,

serangga hama, serangga musuh alami,

serangga air, serangga terbang, keadaan

tanaman, gejala kerusakan, keadaan tanah,

keadaan air, keadaan cuaca, keadaan

gulma, dan keadaan pertanaman sekitar

yang dapat mempengaruhi kondisi agro-

ekosistem lahan belajar.

2. Menggambar agro-ekosistem.

Gambar agro-ekosistem merupakan

gambaran pertanaman, hama, musuh

alami, dan organisme lain, kondisi

Page 80: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

64

lingkungan fisik pada saat pengamatan

dan perlakuan petani yang pernah

dilakukan sebelumnya. Setiap kelompok

kecil masing-masing membuat dua

gambar keadaan agro-ekosistem dalam

satu kertas, yakni perlakuan petani yang

biasa dilakukan petani pada umumnya dan

perlakuan perbaikan atau cara bertani

yang lebih tepat sesuai hasil diskusi.

Output pada gambar tersebut, peserta

diharapkan memahami perbedaan dari

kedua petak lahan belajar. Penggambaran

meliputi:

a. Gambar tanaman secara lengkap

(dengan rata-rata jumlah batang atau

rumpun), diperjelas dengan

menggunakan warna yang mendekati

keadaan sebenarnya termasuk adanya

kelainan-kelainan warna tanaman.

b. Gambar serangga yang termasuk ke

dalam hama dan populasinya di

sebelah kiri tanaman, dituliskan nama

jenis dan jumlah serangga tersebut.

c. Gambar musuh alami dengan

populasinya di sebelah kanan

tanaman, dituliskan nama jenis dan

jumlah musuh alaminya tersebut.

Page 81: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

65

d. Gambar gejala serangan penyakit dan

kekurangan unsur hara.

e. Gambar kondisi kelembaban tanah

dan cuaca, sebagai contoh bila cuaca

terang maka bisa digambarkan simbol

matahari, bila berawan maka bisa

digambarkan simbol matahari dan

awan, bila kondisi cuaca mendung

maka bisa digambarkan simbol awan

saja (disamping kanan atas), dan juga

kondisi gulma.

f. Gambar perlakuan lokal ,cara bertani

yang biasa dilakukan sebelumnya

seperti cara pemupukan yang biasa

dilakukan, cara penyemprotan yang

biasa dilakukan dll.

3. Diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok kecil bertujuan

untuk mengkaji agro-ekosistem secara

mendalam dan sistematis sehingga dapat

diambil suatu kesimpulan dari kondisi

agro-ekosistem saat itu sebagai dasar

untuk pengambilan keputusan pengelolaan

agro-ekosistem berikutnya. Dalam

diskusi kelompok kecil dilakukan analisis

Page 82: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

66

perbandingan antara petak perlakukan

lokal dan perlakuan perbaikan

Diskusi kelompok kecil biasanya

membutuhkan waktu khusus, terpisah

dengan proses penggambaran. Dalam

setiap kelompok kecil, salah satu anggota

berperan sebagai penanya (bergilir setiap

minggu) dengan menggunakan gambar

agro-ekosistem yang telah dibuat bersama.

Anggota yang lain menjawab setiap

pertanyaan yang diajukan oleh penanya.

Pertanyaan yang diajukan disesuaikan

dengan fase tanaman pada saat itu. Secara

umum diskusi kelompok kecil mencakup

hal-hal sebagai berikut:

a. Apa: Hal apa saja yang ditemukan

dalam pengamatan, baik berupa jenis

dan jumlah serangga hama, musuh

alami, organisme lain, kerusakan atau

kelainan pertumbuhan tanaman, dan

lain-lain.

b. Dimana: Dimana saja tempat

ditemukan, atau di bagian mana saja

hal-hal yang telah ditemukan dalam

pengamatan tadi.

c. Mengapa: Mengapa ada aktivitas ,

musuh alami, serangga hama,

Page 83: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

67

organisme lain saat ditemukan,

mengapa jumlahnya sebanyak itu,

mengapa kerusakan atau kelainan

pertumbuhan tanaman itu terjadi,

mengapa terdapat di bagian tanaman

tertentu, dan lain-lain.

d. Bagaimana: Bagaimana hubungan

hama, musuh alami dan tanaman saat

pengamatan, apa peran organisme

lain, bagaimana cara pelaksanaan

pengambilan keputusan, serta

bagaimana prospeknya pada waktu

mendatang.

4. Diskusi pleno

Diskusi pleno adalah tahapan

kegiatan yang terpisah dengan diskusi

kelompok kecil. Diskusi pleno dilakukan

dalam gabungan kelompok kecil. Dalam

diskusi pleno ini setiap perwakilan dari

kelompok kecil mengutarakan opininya

secara singkat hasil pengamatannya

masing-masing, kesimpulannya, dan

keputusan kelompok kecilnya. Jika ada

perbedaan kesimpulan dan keputusan

antara kelompok-kelompok kecil, perlu

didiskusikan bersama sehingga semua

Page 84: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

68

kelompok kecil memperoleh pemahaman

dari perbedaan tersebut. Selanjutnya

masing-masing kelompok kecil menindak

lanjuti keputusannya. Setelah diskusi

pleno, gambar disimpan sebagai bahan

untuk melihat perkembangan pertemuan

berikutnya.

5. Topik khusus

Topik khusus yang dipelajari dalam

setiap pertemuan bersifat kondisional dan

dipilih berdasarkan permasalahan pokok

setempat yang dihadapi oleh petani saat

itu. Apabila pada waktu pertemuan tidak

menghadapi masalah, maka diberikan

topik khusus yang sesuai dengan fase

pertumbuhan tanaman.

6. Dinamika kelompok

Dalam dinamika kelompok

bertujuan untuk menumbuhkan sikap

kerjasama antar anggota kelompok kecil

dan kelompok belajar secara keseluruhan

peserta dalam belajar.

Page 85: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

69

7. Studi khusus

Dalam tahapan studi khusus

bertujuan agar peserta sekolah lapangan

pertanian ekologis memahami konsep,

prinsip, dan teknologi pertanian secara

organik juga penganekaragaman tanaman

padi secara tepat dan efektif, maka perlu

diberikan materi penunjang berupa studi

khusus yang sifatnya: praktis, sederhana

(dilakukan beberapa rumpun), mudah

dilaksanakan, waktu yang relatif singkat,

dan dapat cepat menjawab permasalahan

petani saat itu. Studi khusus dapat

dilakukan sesuai dengan masalah yang

dihadapi oleh petani didesanya masing-

masing.

8. Pengaplikasian pertanian

Setelah rangkaian proses belajar

selesai, output yang diharapkan adalah

peserta dapat menjadi seorang aplikator

atau orang yang langsung mempraktekkan

pengetahuan dan keterampilannya yang

didapatkan pada sekolah lapangan

pertanian ekologis pada lahan usaha

pertanian miliknya sendiri. (Field

Indonesia, 2013)

Page 86: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

70

3. Kepesertaan Sekolah Lapangan Pertanian

Ekologis

TABEL 3.1

JUMLAH PESERTA SEKOLAH LAPANGAN

PERTANIAN EKOLOGIS

No. Desa Jumlah Partisipan

2017 - 2018 2018 - 2019

1. Ranca Pinang 61 orang -

2. Cibadak 37 orang 27 orang

3. Keramat Jaya 32 orang 35 orang

4. Taman Jaya 60 orang 25 orang

5. Ujung Jaya 25 orang 27 orang

6. Kerta Jaya - -

7. Kertamukti - -

8. Tunggal Jaya - -

9. Cigorondong - -

10. Tugu - -

11. Cimanggu - 25 orang

12 Tangkil sari - -

Jumlah 215 orang 139 orang

Total 354 orang

Sumber : Data WWF Ujung kulon, Maret 2019

Page 87: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

71

TABEL 3.2

JUMLAH FASILITATOR LOKAL

SEKOLAH LAPANGAN PERTANIAN EKOLOGIS

No. Lokasi Jumlah Fasilitator Lokal

2017 - 2019

1. Ranca Pinang 9 orang

2. Cibadak 6 orang

3. Keramat Jaya 4 orang

4. Taman Jaya 3 orang

5. Ujung Jaya 4 orang

6. Kerta Jaya 3 orang

7. Kertamukti 3 orang

8. Tunggal Jaya 3 orang

9. Cigorondong 2 orang

10. Tugu 3 orang

11. Cimanggu 2 orang

12 Tangkil sari 2 orang

Total 44 orang

Sumber : Data WWF Ujung kulon, Maret 2019

Page 88: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

72

TABEL 3.3

JUMLAH APLIKATOR

SEKOLAH LAPANGAN PERTANIAN EKOLOGIS

No. Lokasi Jumlah Aplikator

2017 - 2019

1. Ranca Pinang 32 orang

2. Cibadak 15 orang

3. Keramat Jaya 5 orang

4. Taman Jaya 12 orang

5. Ujung Jaya 9 orang

6. Kerta Jaya 1 orang

7. Kertamukti -

8. Tunggal Jaya -

9. Cigorondong -

10. Tugu -

11. Cimanggu 2 orang

12 Tangkil sari -

Total 76 orang Sumber : Data WWF Ujung kulon, Maret 2019

4. Manajemen Sekolah dan Kurikulum

Kurikulum yang diimplementasikan oleh

WWF dalam sekolah lapang merupakan hasil

output dari tim community development WWF,

juga banyak mengadaptasi dari konsep community

development beberapa lembaga yang menjadi

konsultan untuk WWF, salah satunya adalah

Yayasan Field Indonesia. (Farmer Initiatives for

Ecological Livelihoods and Democracy –

Indonesia) yang dibentuk tahun 2001 dengan

tujuan yang kurang lebih sama yaitu untuk

memberikan pendidikan partisipatif, riset aksi dan

Page 89: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

73

penguatan jaringan organisasi petani. (Wawancara

Penulis, 2019)

Dilakukan pula secara periodik melakukan

ToT (Training of Trainer) bersama fasilitator lokal

guna sharing berdiskusi permasalahan apa yang

terjadi pada desa masing-masing. Juga melakukan

peningkatan kapasitas kepada masing-masing

faslok. ToT dilakukan guna menyamakan

kemajuan kurikulum di setiap pertemuan sekolah

lapang. (Wawancara Penulis, 2019)

5. Tujuan dan Arah Pendidikan di Sekolah

Lapangan.

Beberapa hal yang menjadi visi dan misi

program sekolah lapangan pertanian ekologis

serta tujuan yang perlu di capai. Salah satunya

secara garis besar yaitu membangun sebuah sistem

pengelolaan kawasan Taman Nasional melalui

konservasi populasi satwa dengan menggunakan

pendekatan pemberdayaan (community

development) dan pengorganisasian masyarakat.

Melalui pendekatan pemberdayaan

masyarakat (community development) dengan

konsep pengorganisasian masyarakat diharapkan

masyarakat desa yang tinggal di kawasan

penyangga Taman Nasional dapat menjaga

Page 90: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

74

fungsionalitas kawasan Taman Nasional Ujung

Kulon

Dalam pelaksanaannya, ada tiga poin

utama yang menjadi tujuan dari program sekolah

lapangan pertanian ekologis. Pertama,

mendekatkan pengetahuan dan teknologi kepada

masyarakat terkait pola pertanian ekologis/

organik. Kedua, menekan biaya produksi usaha

tani dengan memanfaatkan potensi lingkungan,

sehingga petani bisa mengurangi bahkan tidak

tergantung pada sarana produksi pertanian buatan

pabrik. Ketiga, mendorong kesadaran ekologis

agar masyarakat petani di desa paham terhadap

ekosistem di wilayahnya, sehingga dapat

memanfaatkan sumber daya dengan

mempertimbangkan aspek keberlanjutan. (WWF

Indonesia, 2017)

B. Taman Nasional Ujung kulon

1. Kawasan Konservasi Taman nasional

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 tahun

1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati

(pasal 1 butir 14) disebutkan pengertian tentang

―taman nasional‖ sebagai:

―….merupakan suatu kawasan pelesatarian alam yang

mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem

Page 91: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

75

zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,

ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,

pariwisata, dan rekreasi.‖

Menurut The International Union for

Conservation of Nature (IUCN), taman nasional

merupakan sebuah area alami di daratan dan/ atau

lautan yang ditunjuk untuk melindungi integritas

ekologis dari satu atau lebih ekosistem untukgenerasi

sekarang dan yang akan datang; melarang ekploitasi

dan okupasi yang bertentangan dengan tujuan

peruntukkan kawasan dan; memberikan keuntungan

untuk kegiatan spiritual, ilmu pengetahuan,

pendidikan, rekreasi dan peluang pengunjung wisata

yang semuanya itu harus sesuai dengan lingkungan

dan budaya setempat. (International Union for

Conservation of Nature, 2008)

Taman nasional masuk kedalam kategori II

kawasan konservasi IUCN yang merupakan area

perlindungan yang dikelola dengan fungsi utama

untuk konservasi spesies dan jenis habitat yang kaya

serta untuk rekreasi. Prinsip pokok pengertian taman

nasional adalah (International Union for Conservation

of Nature 2008) :

1. Suatu area yang memiliki keunikan yang tinggi

nilai keberadaan jenis yang dikonservasi, layanan

ekosistem, tipe habitat, bentangan alam yang

Page 92: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

76

menarik, pemandangan yang indah, budaya/ tradisi

masyarakat yang menarik.

2. Area yang luas cukup untuk menjamin kesendirian

atau dengan dukungan tambahan dari sebuah

jaringan kawasan lindung lainnya yang telah

ditetapkan.

3. Konservasi dari kelangsungan hidup dan dinamika

lingkungan alam dari keanekaragaman hayati yang

sesuai dengan tujuan rancangan keruangan alam

dan skala sementara di atas.

Di Indonesia, Taman nasional dikelola oleh

Unit Pelaksana Teknis Balai/Balai Besar Taman

Nasional yang secara struktur organisasinya di bawah

tujuh belas wewenang Direktorat Jenderal

Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

Kementerian Kehutanan. Dasar pengelolaan taman

nasional di Indonesia berlandaskan Peraturan Menteri

Kehutanan No. P. 03/Menhut-II/2007 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis

Taman Nasional.

Selanjutnya, peraturan Menteri Kehutanan No.

P. 56/Menhut-II/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman

Nasional. Zona taman nasional adalah wilayah di

dalam kawasan taman nasional yang dibedakan

menurut fungsi dan kondisi ekologis, sosial, ekonomi

dan budaya masyarakat. Lebih lanjut, zona dalam

kawasan taman nasional terdiri dari: (a) zona inti, (b)

Page 93: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

77

zona rimba; zona perlindungan bahari untuk wilayah

perairan, (c) zona pemanfaatan, (d) zona lain (zona

tradisional, rehabilitasi, religi, budaya, sejarah dan

zona khusus). Zonasi di dalam kawasan taman

nasional yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan

ekowisata terbatas berada di zona rimba. Sedangkan,

untuk zona yang dapat dilakukan kegiatan pemanfatan

dan pengembangan ekowisata berada di zona

pemanfaatan.

Dari beberapa definisi Taman Nasional di atas,

dapat disimpulkan bahwa tujuan dan fungsi dari taman

nasional ialah untuk melindungi dan melestarikan tipe-

tipe ekosistem tertentu guna menjamin ketersediaan

sumber genetic resources bagi perkembangan flora,

fauna dan ekosistemnya. Dengan kata lain, kawasan

taman nasional bermanafaat bagi manusia sebagai

sarana pendidikan dan penelitian, laboratorium hidup

serta saran pelestarian sumber daya alam.

2. Sistem Zonasi Dalam Pengelolaan Kawasan

Sistem zoning merupakan teknik pengkotak-

kotakan dalam sebuah perencanaan. Dalam sistem

zoning terdapat dua macam pengertian, yaitu (a) zona

dengan makna ―sifat‖, dan (b) zona dengan makna

―peruntukan atau untuk penggunaan‖ (Widyawati,

1999:131). Zona dengan makna sifat adalah penarikan

garis yang ditujukan untuk menyajikan peta wilayah.

Page 94: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

78

Berbeda dengan zona dengan makna peruntukan

ditujukan dengan meletakan suatu kegiatan pada suatu

bidang muka bumi.

Menurut (Salim, 1986) terkait dengan

pengembangan taman nasional dikenal dengan

zonering atau sistem zonasi, taman nasional di bagi

menjadi beberapa wilayah sesuai fungsi ekologisnya,

seperti : wilayah penyangga (buffer zone), wilayah

pengembangan (development zone), wilayah rimba

(wilderness zone) dan wilayah inti (sanctuary zone).

Tabel 3.4

Perbandingan Perwilayahan Kawasan Taman Nasional

Berdasarkan Sistem Zonasi

Sumber : UU No.5/1990, PP No.68/1998, Emil Salim (1986)

Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 68

Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan

UU No.5/1990 PP No.68/1998 Emil salim

1. Zona inti 1. Zona inti 1. Wilayah inti

2. Zona Pemanfaatan 2. Zona Pemanfaatan

3. Zona lain-lain:

3.1 Zona rimba

3.2 Zona rehabilitasi

3.3 Zona Pemanfaat

Tradisional

3.Zona rimba 2. Wilayah rimba

3. Wilayah

Pengembangan

3.4 lain-lain 4. wilayah

pengembangan

4. wilayah penyangga

Page 95: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

79

Kawasan Pelestarian Alam di sebutkan 3 zona dalam

pengelolaan kawasan taman nasional, yaitu :zona inti,

zona pemanfaatan, zona rimba, dan atau zona lain

yang ditetapkan Menteri berdasarkan kebutuhan

pelestarian sumber daya atau hayati dan

ekosistemnya.(pasal 30 ayat 2).

Mengenai zonasi kawasan taman nasional

ujung kulon sebagaimana dikatakan di dalam undang-

undang nomor 5 tahun 1990, bahwa taman nasional

adalah suatu kawasan pelestarian alam yang dikelola

dengan sistem zonasi, maka zonasi Taman Nasional

Ujung Kulon sebagaimana dapat ditunjukkan peta

berikut :

GAMBAR 3.1

PETA ZONASI TAMAN NASIONAL

Sumber : Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2019.

Page 96: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

80

Selain itu, bagian lain dari ketentuan yang

sama disebutkan adanya ―daerah penyangga‖. Daerah

penyangga mempunyai fungsi untuk menjaga

Kawasan Suaka Alam dan atau Kawasan Pelestarian

Alam dari segala bentuk tekanan dan gangguan yang

berasal dari luar dan atau dari dalam kawasan yang

dapat mengakibatkan perubahan keutuhan dan atau

perubahan fungsi kawasan. (pasal 30 ayat 3). Tanah

negara bebas maupun tanah yang dibebani dengan

suatu hak (alas titel) sebagai daerah penyangga,

ditetapkan oleh Menteri setelah mendengar

pertimbangan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang

bersangkutan. (pasal 30 ayat 3)

3. Zona Penyangga Taman Nasional Ujung Kulon.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Pandeglang No. 2 Tahun 2013 tentang kawasan

penyangga Taman Nasional Ujung kulon, disebutkan

dalam pasal 3, bahwa yang termasuk dalam kriteria

zona penyangga di kawasan Taman Nasional Ujung

Kulon adalah :

1. Secara geografis berbatasan dengan kawasan

Taman Nasional Ujung Kulon;

2. Secara ekologis masih mempunyai pengaruh

baik dari dalam maupun dari luar Taman

Nasional Ujung Kulon;

Page 97: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

81

3. Mampu mengangkat segala macam gangguan

baik dari dalam maupun dari luar Taman

Nasional Ujung Kulon.

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang

No. 2 Tahun 2013 pasal 6 ayat (1) dijelaskan bahwa

luas keseluruhan daerah penyangga Taman Nasional

Ujung Kulon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

adalah 22.875 Ha (dua puluh dua ribu delapan ratus

tujuh puluh lima hektar) yang meliputi 19 (sembilan

belas) desa di Kecamatan Sumur dan Kecamatan

Cimanggu. Dan pada ayat (2) dijelaskan bahwa sembilan

belas desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan daerah penyangga yang berbatasan

langsung dan tidak berbatasan langsung dengan hutan

Taman Nasional Ujung Kulon yang terdiri dari :

Page 98: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

82

Tabel 3.5

Desa Penyangga

Taman Nasional Ujung Kulon

Kecamatan Desa Keterangan

Sumur

Ujung Jaya Berbatasan langsung

Taman Jaya Berbatasan langsung

Cigorondong Berbatasan langsung

Tunggal jaya Berbatasan langsung

Kertamukti Berbatasan langsung

Kertajaya Berbatasan langsung

Sumber jaya Tidak Berbatasan

langsung

Cimanggu

Rancapinang Berbatasan langsung

Cibadak Berbatasan langsung

Batuhideung Tidak Berbatasan

langsung

Tugu Berbatasan langsung

Mangku alam Berbatasan langsung

Padasuka Berbatasan langsung

Ciburial Tidak Berbatasan

langsung

Waringinkurung Berbatasan langsung

Caijaralang Tidak Berbatasan

langsung

Cimanggu Tidak Berbatasan

langsung

Tangkilsari Berbatasan langsung

Kramat jaya Berbatasan Langsung

Sumber : Peraturan Daerah Pandeglang, 2013

Page 99: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

83

C. Profil World Wide Fund (WWF) Indonesia

1. Latar Belakang WWF Indonesia

Sepak terjang WWF Indonesia sudah dimulai

sejak tahun 1962. Program yang dijalankan oleh

WWF Indonesia untuk pertama kali adalah

bekerjasama dengan pemerintah Indonesia dalam

pelestarian badak Jawa di Taman Nasional Ujung

Kulon. Program pelestarian yang dianggap berhasil ini

menigkatkan jumlah populoasi badak Jawa yang

diambang kepunahan sebanyak dua ekor menjadi

empat puluh sampai lima puluh ekor, membuat

pemerintah Indonesia pada tahun 1973 melakukan

kerjasama kembali dengan WWF Indonesia. Program

kerjasama yang dilakukan pemerintah Indonesia dan

WWF Indonesia didasarkan pada keputusan

Pemerintah Indonesia dalam meratifikasi Convention

on International Trade in Endangered Species of Wild

Fauna and Flora.

Keberadaaan WWF Indonesia semakin

menjaga eksistensinya dalam konservasi satwa dan

habitatnya dengan dibentuknya WWF Indonesia

menjadi Yayasan atau badan hukum sendiri pada

tahun 1996.. Walaupun menjadi badan hukum sendiri

WWF Indonesia masih menjadi bagian dari jaringan

Global WWF Internasional. Program yang dimiliki

oleh WWF Indonesia diselaraskan dengan Visi dan

misi WWF Internasional. Ini tidak lain karena WWF

Page 100: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

84

Indonesia merupakan bagian dari Jaringan WWF

Internasional.

WWF Indonesia berkantor pusat di jakarta,

dalam segi pendanaan WWF Indonesia juga tidak jauh

berbeda dengan WWF Global yaitu dari sumber dana

yang tidak mengikat dan independen. Selain

penggalangan dana secara lokal, WWF Indonesia

mendapat sumber pendaan langsung dari WWF

Global yang berpusat di Swiss dan kegiatan yang

dilakukanpun telah mendapat dukungan dari beberapa

lembaga donor dan bahkan telah memiliki empat

puluh ribu (40.000) supporter seluruh Indonesia. Awal

berdirinya WWF Indonesia hingga sekarang telah

memiliki beberapa program konservasi satwa maupun

lingkungan hidup satwa. Guna mempermudah dan

memperlancar program-program tersebut WWF

Indonesia membentuk beberapa kantor perwakilan di

seluruh Indonesia. Hingga saat ini WWF Indonesia

telah bekerja di 28 lokasi di 17 propinsi. Mulai dari

Sumatera hinga ke Papua.

Seiring dengan perkembangan visi dan

misinya, selain konservasi flora dan fauna, WWF

Indonesia juga mengembangkan lingkupnya dalam

pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam

memfasilitasi pemberdayaan kelompok-kelompok

yang rentan, membangun koalisi dan bermitra dengan

masyarakat madani, juga bekerja sama dengan sektor

Page 101: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

85

swasta sesuai dengan misi utamanya, yaitu

melestarikan, merestorasi serta mengelola ekosistem

dan keanekaragaman hayati secara berkeadilan, demi

keberlanjutan dan kesejahteraan seluruh rakyat

Indonesia.

Pada hakikatnya konservasi dan pemberdayaan

manusia adalah sebuah ekosistem dimana kedua hal

tesebut adalah hal yang saling berkaitan. Tiga aspek

yang menjadi isu strategis WWF Indonesia – Ujung

Kulon Project antara lain melalui :

1) Peningkatan Kapasitas Organisasi melalui

peningkatan kapasitas staf lapangan, pemantapan

aturan main seta pengadaan dan pemeliharaan

fasilitas dan aset.

2) Membangun Sistem Pengelolaan Kawasan dan

Populasi Satwa berbasis masyarakat melalui

pengorganisasian masyarakat melalui Pendidikan

dan pendampingan, Pendidikan massa melalui

khutbah keagamaan, riset aksi serta penguatan

kelembagaan atau kontrol sosial (budaya, tradisi

dan kearifan lokal)

3) Upaya Kebijakan Memihak Sistem Pengelolaan

Kawasan dan Populasi Satwa berbasis Masyarakat

melalui advokasi, kampanye dan forum (seminar

dan workshop)

Page 102: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

86

2. Program Community Development WWF Indonesia

– Ujung Kulon Project

Fokus perencanaan WWF Indonesia – Ujung

Kulon project adalah konservasi Badak Jawa dan juga

pemberdayaan masyarakat di kawasan penyangga

Taman Nasional Ujung Kulon, yang melibatkan

kelompok-kelompok masyarakat yang ada di dalam

wilayah konservasi Ujung Kulon, khususnya di zona

penyangga. Ada dua divisi di WWF Ujung Kulon,

yaitu spesies dan community development. Kedua divisi

tersebut memiliki tugas, tanggung jawab, dan

kewenangan yang berbeda dalam pelaksanaan

program. Kedua divisi dalam wilayah tertentu memiliki

irisan yang mengharuskan untuk saling berinteraksi

dan saling mendukung menuju outcome program WWF

Indonesia yang telah di tentukan.(WWF Indonesia,

2018)

Salah satu isu strategis yang menjadi fokus dari

WWF Ujung Kulon adalah membangun sistem

pengelolaan kawasan dan populasi satwa berbasis

masyarakat melalui metode Community Development.

Adapun beberapa program yang menjadi strategi antara

lain:

1. Pengorganisasian masryarakat melalui pendidikan

dan pendampingan.

Komitmen konservasi yang dipegang WWF-

Indonesia tidak hanya fokus pada spesies. Namun

Page 103: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

87

juga komitmen terhadap peningkatan kapasitas

masyarakat di sekitar kawasan taman nasional.

Program pemberdayaan masyarakat WWF-

Indonesia dilakukan melalui kegiatan sekolah

lapangan dan kajian penghidupan berkelanjutan.

Karena masyarakat bukan hanya sekedar warga

yang tinggal di kawasan saja, namun juga sebagai

mitra dan pelaku utama konservasi. Melalui

kegiatan Sekolah Lapangan, pesan-pesan

konservasi disampaikan melalui pendekatan

pemberdayaan berkelanjutan menjadi salah satu

metode yang dapat digunakan untuk

memberdayakan masyarakat sekaligus dapat

menjaga kawasan agar tetap lestari.

Pengorganisasian masyarakat di lakukan melalui

beberapa metode, antara lain :

a. Membentuk kelompok pengelola kawasan oleh

masyarakat melalui konsep sekolah lapangan

pertanian ekologis :

1. Sekolah lapangan pertanian ekologis (Padi

Organik).

2. Sekolah lapangan agroforestry

(perkebunan campur).

3. Sekolah lapangan LPH (Lumbung pangan

hidup)

Page 104: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

88

b. Membangun forum komunikasi (Forkom)

Antardesa. Forum komunikasi dibentuk

dengan tujuan memudahkan komunikasi antar

jaringan organisasi petani.

2. Pendidikan Massa melalui khutbah keagamaan

Indonesia adalah salah satu negara dengan 90%

penduduk pemeluk agama islam. WWF memiliki salah

satu terobosan pendekatan yang berbeda, yaitu melalui

sosialisasi atau kampanye tentang konservasi melalui

khutbah keagamaan. Diharapkan dengan syiar

konservasi melalui media syiar agama, dapat menekan

angka keterancaman satwa langka yang ada di

Indonesia dengan meningkatkan kesadaran masyarakat

untuk menjaga satwa dan habitatnya.

Beberapa ulama yang tergabung ke dalam Majelis

Ulama Indonesia (MUI) membangun kerja sama

dengan para mitra dari kalangan aktivis dan akademisi

seperti WWF Indonesia, Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan, Forum Konservasi Harimau

Indonesia (Harimau Kita), serta Alliance of Religion

(ARC) Inggris untuk kemudian merumuskan adanya

fatwa mengenai pelestarian satwa langka yang ada di

Indonesia. Maka dari itu dikeluarkanlah fatwa MUI

No. 4 Tahun 2014 Mengenai Pelestarian Satwa Langka

Untuk Keseimbangan Ekosistem. Fatwa ini bertujuan

bukan hanya untuk memperkuat kebijakan Pemerintah

Page 105: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

89

Indonesia dalam upaya pelestarian satwa langka yang

ada di Indonesia saja, namun, fatwa tersebut juga dapat

memberikan kepastian hukum menurut pandangan

islam terhadap perlindungan satwa. Indonesia

merupakan satu-satunya yang mengeluarkan fatwa

khusus untuk perlindungan satwa langka. Para

pendakwah bertugas untuk menyampaikan syiar-syiar

agama termasuk mengenai pentingnya konservasi

dalam agama islam. Para pendakwah ini melakukan

syiarnya melalui khutbah salat jumat, majelis taklim

dan atau pengajian rutin tahunan pada saat bulan suci

Ramadhan.

Taman Nasional Ujung Kulon, sebagai satu-

satunya habitat bagi Badak Jawa yang juga merupakan

satu-satunya spesies di dunia, juga turut mendukung

adanya Fatwa MUI mengenai pelestarian satwa langka.

Bersama dengan MUI, Universitas Nasional, YABI,

WWF Indonesia-Ujung Kulon Project dan mitra

lainnya, TNUK mengajak para da‘i di sekitar kawasan

penyangga Taman Nasional Ujung Kulon membentuk

suatu kelompok dakwah yang disebut Da‘i Konservasi.

Da‘i konservasi ini dibentuk pada tahun 2014 setelah

sahnya Fatwa MUI No. 4 Tahun 2014. Terdapat

delapanbelas da‘i di tiap-tiap desa yang berada di

Kecamatan Sumur dan Cimanggu. (WWF Indonesia,

2019.)

Page 106: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

90

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Pada bab 2 telah dijelaskan bahwa dalam melakukan

tahapan evaluasi pemberdayaan fujikake terdapat tahapan

pemberdayaan : Tahap pertama adalah menilai sikap dan cara

pandang masyarakat dan praktik pemberdayaan yang didasarkan

pada penilaian terhadap duabelas indikator yang merupakan sub-

projek dari proses pemberdayaan itu sendiri. Keduabelas

indikator tersebut yaitu tingkat partisipasi, pengemukaan opini,

perubahan kesadaran, pengambilan tindakan, kepedulian dan

kerjasama, kreativitas, menyusun tujuan baru, negosiasi,

kepuasan, kepercayaan diri, keterampilan manajerial, dan

pengumpulan keputusan. Tahap selanjutnya adalah menganalisis

elemen-elemen pemberdayaan yang di tinjau dari empat aspek :

lingkungan, sosial, ekonomi, politik. Tahap selanjutnya adalah

mengukur tingkatan pencapaian pemberdayaan itu sendiri,

apakah pengaruh dari proses pemberdayaan itu hanya pada

tataran lokal, regional atau nasional. Fujikake menggolongkan

tingkatan pemberdayaan menjadi tiga yaitu micro level (desa),

mezo level (kota/wilayah), dan macro level (nasional). Melalui

data yang didapatkan melalui pengisian kuesioner yang berisi

tanggapan masyarakat, lalu diperkuat pula dengan penjelasan-

penjelasan yang lebih detail melalui wawancara mendalam,

observasi di lapangan dan studi dokumentasi.

Page 107: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

91

A. Deskripsi sikap dan cara pandang masyarakat

Selain bertujuan pada output (hasil keluaran langsung

dari program), evaluasi pelaksanaan kegiatan sekolah lapangan

pertanian ekologis juga bertujuan untuk menilai outcome (sikap

dan cara pandang masyarakat). Dalam penelitian ini dilakukan

upaya untuk mengetahui sejauh mana kegiatan sekolah lapangan

pertanian ekologis yang dilakukan dapat mempengaruhi sikap

dan cara pandang masyarakat melalui duabelas indikator yang di

jelaskan pada bab dua. Keduabelas indikator tersebut yaitu

tingkat partisipasi, pengemukaan opini, perubahan kesadaran,

pengambilan tindakan, kepedulian dan kerjasama, kreativitas,

menyusun tujuan baru, negosiasi, kepuasan, kepercayaan diri,

keterampilan manajerial, dan pengumpulan keputusan.

1. Tingkat Partisipasi

Tingkat partisipasi masyarakat dalam pertemuan-

pertemuan dalam kegiatan sekolah lapangan pertanian ekologis

tergolong tinggi dengan nilai 4,04 dari skala nilai 5,00

(Pertanyaan Q2, lampiran 8, tabel 8.1). Sebagian besar

responden atau sebanyak 43,4% menyatakan selalu datang untuk

menghadiri setiap pertemuan yang dilaksanakan dalam kegiatan

sekolah lapangan pertanian ekologis, sebanyak 35,8% responden

menyatakan kadang-kadang datang, sebanyak responden 18,9%

responden menyatakan sering datang, sebanyak 1,9% responden

menyatakan kadang-kadang datang.

Page 108: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

92

Gambar 4.1

Diagram Tingkat Partisipasi Masyarakat

Sumber : Hasil analisis peneliti, 2019

Gambar 4.2

Proses Belajar Mengajar

Sumber : Dokumentasi Pribadi

2. Penyampaian Opini

Tingkat keberanian masyarakat dalam menyampaikan

opini, masukan atau usulan dalam kegiatan sekolah lapangan

pertanian ekologis tergolong sedang dengan nilai 3,25 dari nilai

54%

0%

44%

2%

TINGKAT PARTISIPASI

Selalu datang

Sering datang

Kadang-kadang datang

Jarang datang

Page 109: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

93

skala 5,00 (Pertanyaan Q3, lampiran 8, tabel 8.1). Sebagian

besar responden atau sebanyak 43,4% menyatakan Kadang-

kadang dalam memberikan masukan dan usulan pada setiap

pertemuan kegiatan sekolah lapangan pertanian ekologis,

sebanyak 18,9% responden selalu memberikan usul, sebanyak

responden 17% responden menyatakan jarang memberikan

masukan dan usulan, sebanyak 15,1% responden menyatakan

sering memberikan usulan dan masukan, dan sebanyak 5,7%

responden menyatakan tidak pernah memberikan masukan atau

usulan.

Gambar 4.3

Diagram Penyampaian Opini

Sumber : Hasil analisis peneliti, 2019

Tingkat keterbukaan masyarakat dalam bentuk

perbincangan atau pembahasan kegiatan sekolah lapangan

pertanian ekologis di luar forum pertemuan formal tergolong

sedang dengan nilai 3,62 dari nilai skala 5,00 (Pertanyaan Q4,

lampiran 8, tabel 8.1). Sebagian besar responden atau sebanyak

19%

15%

43%

17%

6%

Penyampaian opini

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

Page 110: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

94

37,7% menyatakan kadang-kadang dalam menyampaikan aspirasi

di luar forum/pertemuan sekolah lapangan pertanian ekologis,

sebanyak 37,7% responden juga menyatakan sering

menyampaikan aspirasinya, sebanyak responden 17% responden

menyatakan sering menyampaikan aspirasinya, sebanyak 5,7%

responden menyatakan jarang menyampaikan aspirasinya, dan

sebanyak 1,9% responden menyatakan tidak pernah

menyampaikan aspirasinya di luar forum/pertemuan.

Gambar 4.4

Diagram Penyampaian Aspirasi Masyarakat

Diluar Forum Pertemuan

Sumber : Hasil analisis Peneliti, 2019

3. Perubahan Kesadaran

Tingkat kesadaran masyarakat terhadap akar

permasalahan kemiskinan dalam komunitasnya tergolong tinggi

dengan nilai 4,00 dari nilai skala 5,00 (Pertanyaan Q5,

lampiran 8, tabel 8.1). Sebagian besar responden atau sebanyak

47,2% menyatakan cukup menyadari akar permasalahan

17%

37%

38%

6%

2%

Aspirasi diluar forum/pertemuan

Sangat sering

Sering

Jarang

Kadang-kadang

Tidak pernah

Page 111: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

95

kemiskinan di desa atau lingkup komunitasnya, sebanyak 35,8%

responden sangat menyadari, sebanyak responden 11,3%

responden menyatakan kurang menyadari, sebanyak 3,8%

responden menyatakan sama sekali tidak menyadari, dan

sebanyak 1,9% responden menyatakan biasa-biasa saja.

Gambar 4.5

Diagram Kesadaran Masyarakat Terhadap

Akar Masalah Kemiskinan

Sumber : Hasil analisis peneliti, 2019

4. Pengambilan tindakan

Tingkat kemauan masyarakat untuk berperan aktif dalam

kegiatan pembangunan dalam komunitasnya tergolong tinggi

dengan nilai 4,13 dari nilai skala 5,00 (Pertanyaan Q6,

lampiran 8, tabel 8.1). Sebagian besar responden atau sebanyak

43,4% sangat tergerak untuk berperan aktif dalam pembangunan

dalam kegiatan komunitasnya, sebanyak 35,8% sedikit tergerak,

sebanyak responden 13,2% responden menyatakan biasa-biasa

saja, sebanyak 5,7% responden menyatakan kurang tergerak, dan

36%

47%

2% 11%

4%

Perubahan kesadaran

Sangat menyadari

Cukup menyadari

Biasa saja

Kurang menyadari

Tidak menyadari

Page 112: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

96

sebanyak 1,9% responden menyatakan sama sekali tidak tergerak

berperan aktif dalam kegiatan pembangunan di desanya.

Gambar 4.6

Diagram Pengambilan Tindakan

Sumber : Hasil analisis peneliti, 2019

5. Kepedulian dan kerjasama

Tingkat kepedulian masyarakat serta semangat untuk

mengutamakan prinsip kerjasama dan berkelompok dalam

kegiatan pembangunan dalam kegiatan sekolah lapangan

pertanian ekologis di dalam komunitasnya tergolong tinggi,

dengan nilai 3,81 dari skala nilai 5,00 (Pertanyaan Q7,

lampiran 8, tabel 8.1). Sebagian besar responden atau sebanyak

39,6% responden selalu mengajak orang lain untuk berkelompok

dan bekerja sama dalam setiap kegiatan sekolah lapangan

pertanian ekologis, sebanyak 28,3% sering mengajak orang lain,

sebanyak responden 17% responden menyatakan kadang-kadang,

sebanyak 11,3% responden menyatakan jarang, dan sebanyak

44%

37%

13%

6%

Pengambilan tindakan

Sangat tergerak

Cukup tergerak

Biasa saja

Sedikit tergerak

Tidak tergerak

Page 113: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

97

3,8% responden menyatakan sama sekali tidak pernah mengajak

orang lain untuk berkelompok dan bekerja sama.

Gambar 4.7

Diagram Kepedulian dan Kerjasama

Sumber : Hasil analisis peneliti, 2019

Dalam data temuan dilapangan, terdapat beberapa nama

responden yang sering muncul karena tingkatan sikap dan cara

pandang yang rendah salah satunya dalam aspek kepedulian dan

kerjasama, beberapa responden tersebut antara lain ibu Na‘ah dan

ibu nuriah dari desa Ujung Jaya. Diperkuat dengan pernyataan

hasil wawancara sebagai berikut :

“…Kalau lagi di kelas ya paling apa ya mas hehehe saya

jarang sih mas, paling ibu-ibu yang lain aja itu suka bawa

makanan cemilan. Kalo saya jarang hehehe gapernah

kayanya mas, saya dateng doang sih.” (Na‘ah, Partisipan

program. 2019)

Tingkat kepedulian dan kerjasama yang rendah di juga di

diperkuat oleh pernyataan ibu nuriah sebagai partisipan program di

desa Ujung Jaya :

40%

28%

17%

11%

4%

Kepedulian dan Kerjasama

Selalu mengajak

Sering mengajak

Kadang-kadang

Jarang mengajak

Tidak pernah mengajak

Page 114: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

98

“ Waktu itu saya disini sih mas di Ujung Jaya, itu parah

banget ya gempanya sampai daerah daerah deket laut itu

mas pada hancur itu mas. Alhamdulillah syukur Allah kita

gak kena disini mas. Gak bantu apa-apa sih saya nya, tapi

orang luar banyak yang bantu gitu mas kesini bawa bawa

makanan, baju gitu ya banyak. Beberapa kelompok dari

luar, dari Jakarta juga kan sudah banyak yang bantu mas.”

(Nuriah, Partisipan program desa Ujung Jaya. 2019)

6. Kreativitas

Tingkat kreativitas masyarakat dalam bentuk pemunculan

ide-ide dan pemikiran baru setelah mengikuti kegiatan sekolah

lapangan pertanian ekologis tergolong sedang, dengan nilai 3,21

dari skala nilai 5,00 (Pertanyaan Q8, lampiran 8, tabel 8.1).

Sebagian besar responden atau sebanyak 34% responden kadang-

kadang mempunyai ide dan pemikiran baru dalam komunitasnya

setelah mengikuti kegiatan dalam sekolah lapangan pertanian

ekologis, sebanyak 32,1% sering menemukan ide baru, sebanyak

responden 18,9% responden menyatakan jarang, sebanyak 9,4%

responden menyatakan selalu menemukan ide baru, dan sebanyak

5,7% responden menyatakan sama sekali tidak pernah

menemukan ide-ide dan pemikiran baru.

Page 115: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

99

12%

39% 42%

7%

Kreativitas

Selalu menemukan ide baru

Sering menemukan ide baru

Kadang-kadang

Jarang menemukan ide baru

Tidak pernah menemukan idebaru

Gambar 4.8

Diagram Kreativitas Masyarakat

Dalam Menemukan Ide dan Pemikiran Baru

Sumber : Hasil analisis peneliti, 2019

Berdasarkan data kuantitatif yang di temukan di lapangan,

tingkat kreativitas masyarakat di desa penyangga kawasan Taman

Nasional Ujung Kulon memang tergolong menjadi aspek yang

dengan nilai rata-rata yang paling rendah dengan nilai 3,21 dari

skala nilai 5,00 (Pertanyaan Q8, lampiran 8, tabel 8.1).

Berdasarkan hasil observasi di lapangan juga di perkuat dengan

data wawancara yang dengan pernyataan Bapak Ajat selaku

fasilitator lokal desa Cibadak sebagai berikut :

“…Bukannya kita teman-teman faslok menyimpulkan ya,

tapi benar memang yang kita temui di lapangan itu tingkat

kreativitas masyarakat masih tergolong sangat rendah.

Karena memang pada dasarnya masyarakat desa, ya

khususnya masyarakat desa cibadak terkenal dengan

budaya latahnya, latah yang dimaskud disini itu apabila

ada yang koordinasi gitu ya dari pihak-pihak lainnya ya

kaya Pemdes atau dari pihak WWF gitu ya, masyarakat tuh

baru mau gerak. Rasa kreativitas dan sikap inisiatifnya tuh

masih rendah sekali.” (Ajat, Fasilitator lokal Desa Cibadak.

2019)

Page 116: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

100

Tingkat kreativitas yang masih rendah di masyarakat juga

di diperkuat oleh pernyataan Mbah kiwong selaku fasilitator lokal

desa Ujung Jaya :

“ Ya memang kalau kita lihat di beberapa desa ya mas ya,

memang kita lihat masyarakatnya masih kurang kreatif ,

kreatif yang saya dan mas mungkin maksud adalah

kurangnya kesadaran untuk memulai gitu ya? Ya memulai

apapun , ide-ide, rencana rencana baru yang sifatnya

membangun desa ya tentunya. Memang pendapat saya

pribadi masih sangat rendah di banding peningkatan yang

di rasakan pada aspek-aspek lain.” (Mbah Kiwong,

Fasilitator lokal Desa Ujung Jaya. 2019)

7. Kemampuan manajerial

Tingkat kemampuan masyarakat dalam manajemen

program sekolah lapangan pertanian ekologis dengan komunitas

di desa nya tergolong tinggi, dengan nilai 3,68 dari skala nilai

5,00 (Pertanyaan Q9, lampiran 8, tabel 8.1). Sebagian besar

responden atau sebanyak 41.5% responden menyatakan sering

memikirkan cara menganggulangi kemiskinan dalam

komunitasnya setelah mengikuti kegiatan sekolah lapangan

pertanian ekologis, sebanyak 24,5% menyatakan selalu

memikirkan, sebanyak 17% responden responden menyatakan

kadang-kadang memikirkan, sebanyak 11,3% responden

menyatakan jarang memikirkan, dan sebanyak 5,7% responden

menyatakan sama sekali tidak pernah memikirkan cara

memecahkan masalah kemiskinan setelah mengikuti kegiatan

sekolah lapangan ekologis

Page 117: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

101

Gambar 4.9

Diagram Kemampuan Manajerial

Sumber : Hasil analisis peneliti, 2019

8. Penyusunan Tujuan Baru

Tingkat kapasitas masyarakat dalam penyusunan tujuan

baru setelah mengikuti kegiatan sekolah lapangan pertanian

ekologis, yang direpresentasikan dengan kemauan masyarakat

untuk membangun lingkungannya dengan konsep yang baru,

sebagai contoh apakah masyarakat memiliki visi atau konsep

membangun metode pertanian yang lebih modern dan tidak

tradisional seperti sebelum-sebelumnya tergolong sedang dengan

nilai 3,57 dari skala nilai 5,00 (Pertanyaan Q10, lampiran 8,

tabel 8.1). Sebagian besar responden atau sebanyak 34%

responden menyatakan selalu memikirkan pembangunan desa

dengan konsep yang baru setelah mengikuti kegiatan sekolah

lapangan pertanian ekologis, sebanyak 22,6% menyatakan sering

memikirkan, sebanyak 18,9% responden responden menyatakan

kadang-kadang memikirkan, sebanyak 15,1% responden

menyatakan jarang memikirkan, dan sebanyak 9,4% responden

26%

44%

18%

12%

Kemampuan manajerial

Selalu memikirkan

Sering memikirkan

Kadang-kadang

Jarang memikirkan

Page 118: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

102

menyatakan sama sekali tidak pernah memikirkan untuk

membangun desa dengan konsep yang baru.

Gambar 4.10

Diagram Penyusunan Tujuan Baru

Sumber : Hasil analisis peneliti, 2019

9. Negoisasi

Tingkat negosiasi masyarakat dalam penyampaian suatu

program kegiatan ada suatu program yang di usulkan dapat

terlaksana dalam komunitasya tergolong sedang, dengan nilai

3,40 dari skala nilai 5,00 (Pertanyaan Q11, lampiran 8, tabel

8.1). Sebagian besar responden atau sebanyak 35,8% responden

menyatakan kadang-kadang memberikan usulan suatu program

agar program tersebut dapat dilaksanakan setelah mengikuti

kegiatan sekolah lapangan pertanian ekologis, sebanyak 24,5%

menyatakan sering memberikan usulan program, sebanyak 20,8%

responden menyatakan sangat sering memberikan usulan

program, sebanyak 11,3% responden menyatakan jarang

34%

23%

19%

15%

9%

Penyusunan tujuan baru

Selalu memikirkan konsepbaruSering memikirkan konsepbaruKadang-kadang

Jarang memikirkan

Tidak pernah memikirkan

Page 119: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

103

memberikan usulan program, dan sebanyak 7,5% responden

menyatakan sama sekali tidak pernah memberikan usulan

program agar suatu program dapat dilaksanakan oleh komunitas

dan desa.

Gambar 4.11

Diagram Negosiasi Masyarakat

Sumber : Hasil analisis peneliti, 2019

10. Kepuasan

Tingkat kepuasan masyarakat terhadap hasil kegiatan sekolah

lapangan pertanian ekologis yang dilaksanakan oleh WWF Ujung

Kulon di desa penyangga kawasan Taman Nasional tergolong

sedang dengan nilai 3,55 dari skala nilai 5,00 (Pertanyaan Q12,

lampiran 8, tabel 8.1). Sebagian besar responden atau sebanyak

39,6% responden menyatakan cukup puas dengan hasil kegiatan

sekolah lapangan pertanian ekologis yang dilaksanakan oleh

WWF Ujung Kulon, sebanyak 30,2% menyatakan kurang puas,

sebanyak 24,5% responden menyatakan sangat puas, sebanyak

3,8% responden menyatakan biasa-biasa saja, dan sebanyak 1,9%

22%

27% 39%

12%

Negoisasi

Sangat sering memberikanusulan programSering memberikan usulanprogramKadang-kadang

Jarang memberikan usulanprogramTidak pernah memberikanusulan program

Page 120: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

104

responden menyatakan tidak puas dengan hasil kegiatan sekolah

lapangan pertanian ekologis.

Gambar 4.12

Diagram Kepuasan Masyarakat

Terhadap Hasil Program

Sumber : Hasil analisis peneliti, 2019.

Pandangan masyarakat terhadap program sekolah

lapangan pertanian ekologis yang dilaksanakan oleh WWF

Indonesia di desa penyangga kawasan Taman Nasional sesuai

dengan kebutuhan masyarakat desa, tergolong sangat tinggi dari

rata rata respon pada aspek lain, dengan nilai 4,28 dari skalan

nilai 5,00 (Pertanyaan Q14, lampiran 8, tabel 8.1). Sebagian

besar responden atau sebanyak 47,2% responden menyatakan

program cukup baik dan pelaksanaan program yang dinilai telah

sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa, sebanyak 43,4%

menyatakan program dinilai sangat baik, sebanyak 5,7%

responden menyatakan program dinilai kurang sesuai kebutuhan

masyarakat, sebanyak 3,8% responden menyatakan biasa-biasa

saja.

25%

40% 4%

31%

Kepuasan terhadap hasil program

Sangat Puas

Cukup puas

Biasa saja

Kurang puas

Tidak puas

Page 121: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

105

Gambar 4.13

Diagram Ketepatan Tujuan Program

Sumber : Hasil analisis peneliti, 2019

11. Kepercayaan diri

Tingkat kepercayaan diri masyarakat setelah mengikuti

agenda-agenda kegiatan sekolah lapangan pertanian ekologis

yang dilaksanakan oleh WWF Indonesia, misalnya masyarakat

menjadi lebih berani untuk berpendapat dalam forum-forum

pertemuan dan lebih berani memimpin forum karena telah

memiliki bekal-bekal kepemimpinan selama pelaksanaan

program tergolong sedang, dengan nilai 3,57 dari skala nilai 5,00

(Pertanyaan Q13, lampiran 8, tabel 8.1). Sebagian besar

responden atau sebanyak 35,8% responden menyatakan menjadi

sangat percaya diri setelah mengikuti agenda-agenda kegiatan

kepemimpinan dalam sekolah lapangan pertanian ekologis yang

dilaksanakan oleh WWF Ujung Kulon baik dalam forum ataupun

dalam bermasyarakat, sebanyak 30,2% menyatakan kadang-

kadang percaya diri, sebanyak 15,1% responden menyatakan

cukup percaya diri, sebanyak 11,3% responden menyatakan

masih tidak percaya diri, dan sebanyak 7,5% responden

47%

43%

6%

4%

Pelaksanaan program sesuai kebutuhan

Sangat baik

Cukup baik

Biasa saja

Kurang sesuai

Page 122: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

106

menyatakan masih kurang percaya diri walau sudah mengikuti

agenda kegiatan kepemimpinan dalam sekolah lapangan

pertanian ekologis.

Gambar 4.14

Diagram Perubahan

Tingkat Kepecayaan Diri

Sumber : Hasil analisis peneliti, 2019

Dalam data temuan dilapangan, terdapat beberapa nama

responden yang sering muncul karena tingkatan sikap dan cara

pandang yang rendah salah satunya dalam aspek kepercayaan

diri, beberapa responden tersebut antara lain ibu Idah dari desa

Cibadak dan ibu Nuriah dari desa Ujung Jaya. Diperkuat dengan

pernyataan hasil wawancara sebagai berikut :

“Apa ya mas, saya orangnya kurang berani kalo ngomong-

ngomong di depan orang banyak, saya karena baru baru

ikut (program sekolah lapangan pertanian ekologis) juga,

ya jadi paling ngikutin ibu-ibu yang lain aja gitu hehehe

Jarang saya mas, gimana ya pemalu saya orangnya hehehe

kurang bisa gitu kalo ngomong di depan banyak orang. Ya

mungkin ke depannya kali ya mas, kalo saya sudah sering

bisa jadi berani.” (Idah, Partisipan program desa Cibadak.

2019)

40%

17%

34%

9%

Perubahan tingkat kepercayaan diri

Sangat percaya diri

Cukup percaya diri

Kadang-kadang

Kurang percaya diri

Tidak percaya diri

Page 123: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

107

Tingkat kepercayaan diri yang rendah di juga di diperkuat

oleh pernyataan ibu nuriah sebagai partisipan program di desa

Ujung Jaya :

“Waduh gimana ya mas, saya orangnya gapernah berani

ngomong di depan orang, malu malu saya gitu. Biasanya

sih ibu-ibu yang lain aja gitu pada berani per kelompok itu

apa namanya itu hmmm presentasi ya suka ngomong di

depan, kalo saya ikut ikut aja gitu mas malu saya hehe. Ya

kalo ngomong perubahan sih sampai saat ini belum sih ya,

saya ga menyalahkan pihak mana pun mas, memang dari

saya nya aja memang pemalu mas kalo udah di suruh

ngomong di depan gitu.” (Nuriah, Partisipan program desa

Ujung jaya. 2019)

12. Pengambilan Keputusan

Tingkat keberanian masyarakat untuk bertanggungjawab

dalam setiap pengambilan keputusan, sebagai contoh keberanian

mengambil keputusan untuk menentukan menjadi aplikator

program (dalam program sekolah lapangan pertanian ekologis,

aplikator adalah orang yang mengaplikasikan langsung teknik

pertanian organik dalam lahan yang dimiliki nya sendiri,

tergolong sedang, dengan nilai 3,62 dari skala nilai 5,00

(Pertanyaan Q15, lampiran 8, tabel 8.1). Sebagian besar

responden atau sebanyak 35,8% responden menyatakan sangat

berani mengaplikasikan teknik pertanian organik langsung di

sawahnya setelah mengikuti agenda pembelajaran dalam program

sekolah lapangan pertanian ekologis yang dilaksanakan oleh

WWF Ujung Kulon, sebanyak 30,2% menyatakan cukup berani,

sebanyak 15,1% responden menyatakan tidak berani

mengaplikasikan, sebanyak 9,4% responden menyatakan kurang

berani, dan sebanyak 9,4% responden menyatakan biasa-biasa

saja.

Page 124: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

108

Gambar 4.15

Diagram Pengambilan Keputusan

Sumber : Hasil analisis peneliti, 2019.

B. Deskripsi elemen-elemen Pemberdayaan

Melalui setiap agenda kegiatan pemberdayaan masyarakat

dalam program Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis yang

diimplementasikan oleh WWF Indonesia di 2 kecamatan desa

penyangga Taman Nasional Ujung Kulon dapat dikatakan telah

cukup berhasil menjalankan agenda-agenda pemberdayaan yang

diprogramkan, namun untuk dapat dikatakan berdaya maka perlu

terlebih dahulu dilakukan analisis pada masing-masing elemen

pemberdayaan yang dilaksanakan. Elemen-elemen pemberdayaan

yang dilaksanakan dalam program Sekolah Lapangan Pertanian

Ekologis terdiri dari tiga hal yaitu pemberdayaan lingkungan,

pemberdayaan sosial dan pemberdayaan ekonomi. Peneliti

menambahkan satu elemen lagi yang dapat dijadikan sebagai

tolok ukur tingkat keberdayaan masyarakat yaitu pemberdayaan

politik. Analisis terhadap elemen-elemen pemberdayaan

36%

30%

10%

9%

15%

Keberanian menjadi aplikator program

Sangat berani

Cukup berani

Biasa saja

Kurang berani

Tidak berani

Page 125: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

109

masyarakat disini tidak secara langsung menilai keberhasilan

(dalam sudut pandang tingkat capaian atau keluaran langsung)

masing-masing kegiatan namun lebih mengarah pada perubahan

sikap dan cara pandang masyarakat setelah mengikuti program

terhadap beberapa aspek perubahan lingkungan, sosial, budaya

dan politik.

1. Pemberdayaan Lingkungan

Dalam aspek yang pemberdayaan lingkungan, hal yang

menjadi kajian adalah pendekatan dalam pengelolaan atau

manajemen pembangunan lingkungan dimana masyarakat

diharapkan memiliki keberdayaan untuk merencanakan,

melaksanakan, dan mengevaluasi sendiri kegiatan

pembangunan lingkungan di desa atau dalam komunitasnya.

Pemberdayaan lingkungan merupakan salah satu aspek dalam

pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat melalui

program sekolah lapangan pertanian ekologis yang

menunjukkan hasil cukup baik, hal ini bisa dilihat dari

perencanaan program yang sudah terstruktur, mulai dari

perencanaan agenda program sebagai tindak lanjut dari

Rencana Aksi Masyarakat yang disusun melalui proses

sustainabily livelihood assessment (SLA) oleh pihak WWF

Indonesia, menentukan fasilitator lokal dari masyarakat desa

yang bertugas sebagai pemantik dan koordinator selama

berjalannya kegiatan program, serta pelaksanaan training of

trainer (TOT) dari WWF Indonesia kepada fasilitator lokal

secara periodik dengan tujuan monitoring dan diskusi

Page 126: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

110

bersama hasil kegiatan selama berjalannya program dan pasca

pelaksanaan program.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan dan didukung

oleh hasil wawancara dengan Pak Ajat selaku fasilitator lokal

sebagai berikut :

“Jadi tahun 2016 WWF berkunjung ke desa kami

berkumpul tuh masyarakat, pemerintah desa, forum

komunikasi desa sama tokoh masyarakat melakukan

SLA (sustainabily livelihood assessment) banyak tuh

mas yang di diskusiin mulai dari menentukan

permasalahan dan potensi desa melalui sejarah desa,

peta desa, kalender musim, dll. Setelah beberapa kali

pertemuan untuk diskusi akhirnya kita sama WWF dan

pihak lainnya melakukan RAM (Rencana aksi

masyarakat) ya kurang lebih kita bikin prioritas

masalah berdasarkan metode SLA tadi mas.” (Ajat,

Fasilitator lokal Desa Cibadak. 2019)

Adanya peningkatan dalam elemen lingkungan pasca

dilakukannya program pengembangan masyarakat juga

didukung oleh pernyataan dari hasil wawancara dengan Mbah

Kiwong sebagai Fasilitator lokal, berikut penjelasannya :

“…setelah ditemuin kesepakatan bahwa permasalahan

desa di dominasinya sama permasalahan agraria /

pertanian. Lalu di mulai tuh konsep pemberdayaan

masyarakat sama pengorganisasian masyarakat pakai

pendekatan pertanian yang di beri nama Sekolah

Lapang. WWF juga rutin 3 bulan sekali buat

pertemuan ToT (Training of Trainer) itu kaya agenda

kumpul diskusi antara WWF sama faslok perwakilan

masing-masing desa buat sharing gitu kita diskusi

permasalahan apa yang terjadi di proses pembelajaran

desa masing-masing ToT juga tujuannya buat

menyamakan kemajuan kurikulum di setiap pertemuan

sekolah lapang mas.” (Mbah Kiwong, Fasilitator lokal

Desa Ujung Jaya. 2019)

Page 127: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

111

Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan lingkungan di

kawasan penyangga Taman Nasional Ujung Kulon dilihat

dari sisi praktis memang telah sesuai dengan kebutuhan

masyarakat dan dinilai mampu mengatasi sebagian

permasalahan yang selama ini dirasakan, namun untuk

membangun sebuah lingkungan komunitas agar benar-benar

terstruktur dan sustainable serta menjadi komunitas yang

lebih maju maka diperlukan suatu konsep penataan

lingkungan yang terpadu dan komprehensif. Walaupun dalam

pelaksanaannya, program ini masih memerlukan metode

optimalisasi sumber daya manusia karena pada

pelaksanaannya masih terlihat sebuah kesenjangan gender,

dimana masyarakat desa yang ikut berpartisipasi dengan

program di dominasi oleh kaum perempuan.

2. Pemberdayaan Sosial

Dalam konsep pemberdayaan sosial yang menjadi

sasaran adalah terciptanya kondisi masyarakat yang mampu

mengidentifikasi permasalahan-permasalahan sosial yang

terjadi dalam komunitasnya untuk kemudian dilakukan

pemecahan masalah atau problem solve sesuai dengan

potensi-potensi yang dimiliki serta dengan memanfaatkan

peluang-peluang yang mungkin didapatkan. Permasalahan

sosial yang dimaksud adalah peningkatan kesejahteraan

keluarga, pendidikan, kesetaraan gender.

Sejalan dengan konsep diatas, seluruh rangkaian proses

kegiatan sekolah lapangan pertanian ekologis yang dilakukan

Page 128: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

112

oleh WWF Indonesia selalu melibatkan peran masyarakat

dalam setiap pengidentifikasian permasalahan-permasalahan

sosial dan kemudian pemecahan permasalahan juga dilakukan

bersama dengan melibatkan potensi yang dimiliki oleh

masyarakat. Dengan adanya program sekolah lapangan

pertanian ekologis, fungsi sosial masyarakat meningkat, Pola

paguyuban di desa pun mulai timbul kembali. Masyarakat

juga selalu di asah untuk peka dalam mengidentifikasi

permasalahan hingga di dalam ―kelas‖ sekolah lapangan

pertanian ekologis. Berdasarkan hasil observasi dilapangan

dan diperkuat oleh pernyataan dari hasil wawancara dengan

Bapak Dace selaku Pemerintah desa, sebagai berikut :

“…Karena secara teknis kita ngadain SL itu kan 5 titik,

jadi hampir setiap kampung memang mengadakan SL,

secara tidak langsung masyarakat disana juga yaa yang

dulunya berbicara tentang keguyubannya berkurang ,

tingkat sosialnya berkurang, karena itukan

permasalahan sosial juga ya, setelah mengadakan SL

mereka yaa bergabung, ngobrol bareng. Ya itu kan

salah satu bukti peningkatan sosial ya, disana ada nilai

sosialnya ya, itu satu.” (Dace, Pemerintah Desa

Cibadak. 2019)

Peningkatan dari segi sosial kemasyarakatan juga di

perkuat oleh hasil wawancara dengan Mbah kiwong , berikut

pernyataannya :

“…Kalau dari segi perubahan sikapnya sih yang saya

rasain itu masyarakat jadi guyub lagi, ngumpul

kerjasama bareng. Banyak ibu ibu yang tadinya pemalu

sekarang jadi berani ngutarain pendapatnya kalau lagi

diskusi sama pemerintah desa.” (Mbah Kiwong,

Fasilitator lokal desa Ujung Jaya. 2019)

Page 129: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

113

Karena pada dasarnya dalam sekolah lapangan

pertanian ekologis, fasilitator lokal tidak bertugas sebagai

―guru‖ melainkan hanya sebagai pemantik masyarakat,

masyarakat yang paling dominan perannya, karena

pembelajaran yang di terapkan adalah mereview kembali

teknik pertanian yang pernah dilakukan masyarakat

sebelumnya, lalu masyarakat sendiri lah yang menyimpulkan

apa kesalahan yang menyebabkan kegagalan, metode apa

yang seharusnya dilakukan, sehingga dalam setiap rangkaian

proses mulai dari perencanaan program, pelaksanaan

program, hingga evaluasi. Seluruh identifikasi dan keputusan

ada di tangan masyarakat.

3. Pemberdayaan Ekonomi

Dalam aspek pemberdayaan ekonomi sebagai salah

satu komponen utama dalam agenda sekolah lapangan

pertanian ekologis, dengan tujuan untuk memberikan

stimulus bagi masyarakat berupa bantuan yang sifatnya non-

direktif sehingga masyarakat dapat mengelola desa nya

sendiri, mengelola lahan pertaniannya sendiri, dan tidak

bergantung pada bantuan dari pemerintah yang sifatnya

direktif dan hanya memenuhi kebutuhan yang sifatnya

sementara. Pemberdayaan ekonomi disini juga bertujuan

untuk menjalankan usaha perekonomian sehingga

diharapkan dapat memberi dampak pada peningkatan

kesejahteraan, mengurangi kemiskinan dan tentunya secara

tidak langsung juga menjaga ekosistem kawasan Taman

Page 130: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

114

Nasional Ujung Kulon, dimana apabila kebutuhan

masyarakat desa penyangganya tercukupi maka kecil

kemungkinan masyarakat merambah dan mengeksploitasi

kawasan Taman Nasional. Dan sejalan dengan dengan visi

dan misi WWF Indonesia, yaitu membangun sistem

pengelolaan kawasan dan populasi satwa berbasis

masyarakat dengan metode pengorganisan masyarakat

melalui sistem pendidikan dan pendampingan.

Dari mulai hal yang paling kecil, dalam sekolah

lapangan pertanian ekologis, masyarakat binaan program

diarahkan untuk membuat pupuk organik sendiri dengan

tujuan untuk mengurangi ongkos produksi, dimana apabila

menggunakan pupuk kimia konvensional (buatan parbik),

harga ongkos produksinya lebih mahal dari hasil

produksinya. Dengan perbandingan apabila menggunakan

pupuk kimia buatan pabrik, masyarakat perlu mengeluarkan

biaya Rp.1000.000,- namun apabila menggunakan pupuk

organik produksi sendiri, masyarakat hanya perlu

mengeluarkan biaya kurang dari Rp.250.000. Biaya tersebut

hampir menghemat empat kali lipat biaya produksi yang juga

berpengaruh pada keuntungan produksi masyarakat petani.

Dari segi pola tanam pun masyarakat diarahkan untuk

menggunakan metode tanam SRI, dimana jarak tanam lebih

dangkal, lebih lebar sehingga juga terhindar dari pemborosan

benih. Berdasarkan obervasi di lapangan dan diperkuat oleh

pernyataan beberapa informan melalui hasil wawancara :

Page 131: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

115

“…Banyak banget sih mas sebenarnya, salah satunya

itu biasanya di kami kalau menggunakan pola pertanian

konvensional dengan pupul kimia itu biaya produksi

bisa lebih mahal dari hasil produksi, perbandingannya

itu kalau kita pakai pola pertanian ekologis/organik

bisa menghemat 3 sampai 4 kali lipat biaya produksi.”

(Ajat, Fasilitator lokal Desa Cibadak. 2019)

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pola

pertanian organik membawa keuntungan dari segi ekonomis

kepada masyarakat petani, Pertanyaan Bapak Ajat juga di

perkuat oleh pernyataan Mbah kiwong, berikut

penjelasannya:

“…biaya produksi kita jauh berkali kali lipat lebih

murah kalau pakai pola pertanian ekologis. Secara kita

buat semua pupuknya sendiri, paling yang beli bibitnya

aja.” (Mbah Kiwong, Fasilitaor Lokal Desa Ujung Jaya

2019)

4. Pemberdayaan Politik

Pemberdayaan politik yang dimaksud tidak ada

kaitannya dengan upaya untuk melibatkan masyarakat dalam

konsep perpolitikan negara, terlibat dalam partai politik

tertentu maupun politik yang berkaitan dengan

kepemimpinan kepala daerah. Konsep pemberdayaan politik

disini lebih mengarah pada proses pembentukan dan

pengelolaan kepemimpinan dalam masyarakat, kemampuan

masyarakat memberikan opini dan bernegosiasi untuk

mengimplementasikan pendapatnya, proses pengambilan

keputusan, channeling atau jaringan kerja dengan pihak luar,

juga meningkatkan posisi tawar menawar masyarakat dalam

Page 132: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

116

pembangunan. Berdasarkan hasil observasi dan di dukung

oleh pernyataan dari hasil wawancara dengan Bapak Dace

selaku Pemerintah desa sebagai berikut :

“…karena disini POD ya Pendidikan orang dewasa

mereka kan jadi mau gamau harus bisa

mengungkapkan, mampu bertanya, ya memang

sebagian besar masyarakat kan awalnya cuek, bahkan

kami nih pemerintah desa juga di bantu ya sama

masyarakat, bantu ngajak teman-teman petani yuk ikut

bergabung, secara ga langsung mereka terus

bersosialiasi sampai sekarang anggotanya cukup

banyak. Masyarakat tuh berani beropini sama

masyarakat lainnya, mampu menganalisa. (Dace,

Pemerintah Desa Cibadak. 2019)

Peningkatan kapasitas masyarakat dari segi politis juga

diperkuat oleh pernyataan Bapak Ajat selaku Fasilitator

lokal, berikut pernyataannya :

“… kalo dari segi perubahan sikap juga kelihatan mas,

dulu kita tuh kalo ngomong di depan orang banyak

malu mas, kalau sekarang alhamdulillah jadi percaya

diri karena terbiasa juga mungkin bicara di depan

masyarakat dan pemerintah desa setelah jadi faslok.

Karena di SLPE kita juga ada sesi presentasi kelompok

dalam agro ekosistem, jadi kita (saya dan masyarakat)

terbiasa mengemukakan opini mas. (Ajat, Fasilitator

lokal Desa Cibadak. 2019)

Melihat proses awal program Sekolah lapangan

pertanian ekologis yang meliputi rangkaian kegiatan SLA

(Sustainble Livelihoods Approach) menggunakan metode

sejarah desa, peta desa untuk menentukan modal sosial,

sumber daya manusia, modal alam, dan modal fisik desa.

Juga dalam kegiatan RAM (Rencana aksi masyarakat) untuk

menentukan prioritas permasalahan dari masing masing desa,

Page 133: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

117

yang dalam setiap rangkaian programnya selalu melibatkan

pihak WWF indonesia, perwakilan masyarakat dari seluruh

desa, tokoh-tokoh masyarakat, pemerintah desa, forum

komunikasi desa, maka secara politis masyarakat telah

terlibat dan telah memiliki peran dalam pengelolaan

pembangunan dalam komunitasnya. Dan apabila dilihat lebih

dalam, dalam proses-proses tersebut, peran WWF sebagai

inisiator program sifatnya hanya sebagai pemantik saja,

peran besar yang paling dominan adalah peran community

worker yaitu fasilitator lokal yang notabene juga berasal dari

masyarakat.

Page 134: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

118

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang telah

peneliti lakukan dan akan dikaitkan dengan latar belakang

masalah serta teori yang ditulis pada bab 2. Pembahasan dalam

bab ini dilakukan sebagai kajian untuk menjawab pertanyaan

penelitian yang di ajukan yaitu bagaimana tingkat keberdayaan

masyarakat pasca diimplementasikan program sekolah lapangan

pertanian ekologis di desa-desa penyangga kawasan konservasi

Taman Nasional Ujung Kulon berdasarkan data-data yang

didapatkan selama dilakukannya penelitian dan kajian secara

teoritis.

Seperti yang telah diuraikan, fokus penelitian yang

peneliti lakukan menggunakan teori evaluasi pemberdayaan

fujikake, aspek yang akan dianalisis bukan mengarah kepada

keberhasilan program (output atau keluarannya secara langsung),

melaikann outcome dari program. Outcome yang dimaksud terdiri

dari perubahan kesadaran masyarakat berdasarkan penilaian

terhadap duabelas aspek, elemen-elemen mana yang berpengaruh

dalam kegiatan pemberdayaan, dan menganalisis seberapa besar

tingkat keberdayaan masyarakat setelah mengikuti program

sekolah lapangan pertanian ekologis oleh WWF Indonesia di

beberapa desa kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.

.Pada bab 2 telah dijelaskan bahwa dalam melakukan

tahapan evaluasi pemberdayaan fujikake terdapat tahapan

pemberdayaan : Tahap pertama adalah menilai sikap dan cara

Page 135: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

119

pandang masyarakat dan praktik pemberdayaan yang didasarkan

pada penilaian terhadap duabelas indikator yang merupakan sub-

projek dari proses pemberdayaan itu sendiri. Keduabelas

indikator tersebut yaitu tingkat partisipasi, pengemukaan opini,

perubahan kesadaran, pengambilan tindakan, kepedulian dan

kerjasama, kreativitas, menyusun tujuan baru, negosiasi,

kepuasan, kepercayaan diri, keterampilan manajerial, dan

pengumpulan keputusan. Tahap selanjutnya adalah menganalisis

elemen-elemen pemberdayaan yang di tinjau dari empat aspek :

lingkungan, sosial, ekonomi, politik. Tahap selanjutnya adalah

mengukur tingkatan pencapaian pemberdayaan itu sendiri,

apakah pengaruh dari proses pemberdayaan itu hanya pada

tataran lokal, regional atau nasional. Fujikake menggolongkan

tingkatan pemberdayaan menjadi tiga yaitu micro level (desa),

mezo level (kota/wilayah), dan macro level (nasional).

Program sekolah lapangan pertanian ekologis sendiri

dicanangkan pada tahun 2016. Pada awal periode, program

Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis hanya diimplemetasikan

pada tiga desa penyangga Taman Nasional Ujung Kulon di dua

kecamatan yaitu kecamatan sumur dan kecamatan cimanggu.

Pada kecamatan Cimanggu berlokasi di dua desa. Yaitu Desa

Keramat Jaya (Kampung Trans) dan Desa Ranca Pinang

(Kampung Cegog dan Kampung Air jeruk), Sedangkan lokasi

Sekolah Lapang Pertanian ekologis di Kecamatan Sumur,

berlokasi di Desa Taman Jaya (Kampung Paniis). Tiga poin

utama yang menjadi tujuan dari program Sekolah Lapang

Pertanian Ekologis antara lain adalah mendekatkan pengetahuan

Page 136: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

120

dan teknologi kepada masyarakat terkait pola pertanian ekologis/

organik, Menekan biaya produksi usaha tani dengan

memanfaatkan potensi lingkungan, sehingga petani bisa

mengurangi bahkan tidak tergantung pada sarana produksi

pertanian buatan pabrik dan juga mendorong kesadaran ekologis

agar masyarakat petani di desa paham terhadap ekosistem di

wilayahnya yang notabene adalah kawasan konservasi atau zona

penyangga, sehingga dapat memanfaatkan sumber daya dengan

mempertimbangkan aspek keberlanjutan.

Permasalahan utama yang WWF Indonesia adalah

pelestarian kawasan konservasi flora dan fauna Taman Nasional

Ujung Kulon yang juga berkesinambungan dengan aspek lainnya

terutama aspek ekonomi masyarakat di kawasan penyangga.

Dimana korelasi nya adalah apabila masyarakat di kawasan

penyangga tidak memiliki mata pencaharian atau tidak memiliki

wawasan untuk mengolah lahan pertanian dan perkebunan secara

optimal, maka di dampaknya akan merambah atau

mengeksploitasi kawasan Konservasi Taman Nasional Ujung

Kulon, dimana hal tersebut adalah tindakan yang illegal serta

menganggu keberlangsungan dan kelestarian ekosistem kawasan

konservasi.

A. Sikap dan cara pandang masyarakat.

1. Tingkat Partisipasi

Dalam prinsip pemberdayaan masyarakat yang telah

dijelaskan pada Bab 2, partisipasi adalah salah satu aspek

utama yang harus selalu dimaksimalkan, dengan tujuan agar

Page 137: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

121

setiap orang dalam masyarakat bisa terlibat aktif dalam proses

kegiatan masyarakat.(Ife and Tesoriero, 2016). Dalam

pelaksanaan program sekolah lapangan pertanian ekologis,

disepakati bahwa program berlangsung secara periodik

(mingguan) sesuai dengan situasi dan kondisi lahan, selama

satu musim tanam penuh atau kurang lebih selama enam belas

kali pertemuan. Berdasarkan data kuantitatif pada bab 4,

Tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap pertemuan

kegiatan sekolah lapangan pertanian ekologis tergolong

tinggi. Bahkan pada tahun 2018, di desa Cibadak pernah

melakukan pertemuan program di luar dari yang di targetkan

yaitu hingga 32 kali pertemuan. Karena masyarakat sangat

tertarik dengan pembelajaran pola pertanian organik yang

bisa dikatakan pola dan metode pembelajaran yang baru. Juga

banyak keuntungan yang didapatkan petani, seperti biaya

pupuk organik yang jauh lebih murah dan jarak tanam lebih

lebar di bandingkan pola pertanian konvensional dengan

pupuk kimia.

Dalam hal ini, program sekolah lapangan pertanian

ekologis juga dirasa telah berhasil membagikan peran kepada

masing-masing subjek yang berpartisipasi dalam proses

pemberdayaan masyarakat, setiap subjek memiliki peran dan

fungsinya masing-masing dalam setiap fase pengorganisasian

masyarakat. Berdasarkan pembagian peran pengembangan

masyarakat menurut Spergel (1975), Zastrow (1986), dan

Adi (1994) dalam (Isbandi, Rukminto 2008) yang telah

Page 138: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

122

dijelaskan pada bab 2. Dimana pembagian peran masing-

masing pihak dalam program sebagai berikut :

a. WWF Indonesia sebagai community organizer dan

broker

WWF Indonesia – Ujung Kulon Project dalam

program Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis berperan

sebagai pihak community organizer dan juga sebagai

broker yang berfungsi untuk memfasilitasi masyarakat

untuk menghubungkan suatu individu ataupun komunitas

yang membutuhkan bantuan berupa suatu pelayanan

masyarakat ke lembaga penyedia layanan masyarakat

terkait atau biasa diistilahkan “chanelling”. Peran broker

ini sangat membantu masyarakat, dikarenakan terkadang

masyarakat dan fasilitator program memerlukan

bimbingan, controlling dan arahan untuk dapat mengakses

lembaga penyedia layanan yang dibutuhkan.

b. Fasilitator program sebagai pendidik dan enabler

Fasilitator program Sekolah Lapangan Pertanian

Ekologis juga berperan dominan dalam pemberayaan,

dimana fasilitator program juga berasala dari masyarakat

di masing-masing desa. Fasilitator program juga berperan

sebagai enabler, yaitu community worker yang berfungsi

untuk membantu masyarakat agar dapat menentukan apa

yang menjadi permasalahan mereka dan membantu

mengembangkan potensi yang ada agar mampu

Page 139: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

123

mendapatkan solusi yang tepat atas permasalahan mereka.

Dasar filosofis dari peran ini adalah help people to help

themselves. Selain itu adapun empat fungsi utama yang

harus dilakukan community worker untuk menjadi

pemercepat perubahan (enabler), yaitu membantu

masyarakat menyadari dan melihat kondisi mereka,

membangkitkan dan mengembangkan ―organisasi‖ dalam

masyarakat, mengembangkan relasi interpersonal yang

baik, dan memfasilitasi perencanaan yang efektif.

c. Masyarakat sebagai pelaksana program dan perencana

sosial

Masyarakat penerima manfaat program Sekolah

Lapangan Pertanian Ekologis memiliki peran sebagai

pelaksana sekaligus perencana sosial, dimana lebih lebih

difokuskan pada tugas-tugas yang terkait dengan

pengembangan dan pelaksanaan program pemberdayaan.

Juga diharapkan masyarakat memiliki fungsi program

yang paling dominan dalam pemberdayaan agar tercapai

tujuan pemberdayaan secara bottom-up. Karena indikator

keberhasilan program pemberdayaan masyarakat antara

lain adalah keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi

secara moril atau fisik. Dan juga dilibatkan dalam setiap

pengambilan keputusan.

Page 140: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

124

2. Penyampaian Opini

Berdasarkan pada data kuantitatif di Bab 4, tingkat

penyampaian opini masyarakat masuk dalam kategori sedang.

Dimana pemberdayaan politik memang menjadi salah satu

aspek yang diutamakan dalam pemberdayaan masyarakat.

Konsep pemberdayaan politik disini lebih mengarah pada

proses pembentukan dan pengelolaan kepemimpinan dalam

masyarakat, kemampuan masyarakat memberikan opini, juga

berpengaruh pada proses pengambilan keputusan, channeling

atau jaringan kerja dengan pihak luar, juga meningkatkan

posisi tawar menawar masyarakat dalam pembangunan.

Dalam prosesnya, program sekolah lapangan pertanian

ekologis juga menerapkan prinsip inclusiveness atau

keterbukaan (Ife and Tesoriero, 2016) dimana di dalam forum

pembelajaran selalu di buka sesi diskusi kelompok kecil antar

dalam setiap tahapannya, dalam diskusi tersebut dilakukan

analisis perbandingan antara metode pertanian konvensional

yang biasa dilakukan petani pada umunya dan metode

pertanian organik, masyarakat petani bebas memberikan

pendapatnya, hal ini sesuai dengan prinsip keterbukaan yang

merupakan sebuah proses yang selalu merangkul bukan

menyisihkan, semua opini harus dihargai secara instrinsik

walaupun mereka memiliki pandangan yang berlawanan.

3. Perubahan Kesadaran

Berdasarkan teori pengorganisasian masyarakat

mengutamakan pembangunan kesadaran kritis dan penggalian

potensi lokal yang mereka miliki, juga dapat dengan mudah

Page 141: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

125

untuk berpartisipasi dalam mengidentifikasi masalah yang

berada disekitar mereka, serta menemukan solusi yang tepat

dari permasalahan mereka. Dalam proses ini masyarakat akan

dibantu oleh seorang community worker (Fasilitator lokal) di

masing masing desa. (Bruggemann, 2014). Masyarakat petani

selalu dilibatkan dalam setiap tahapan pemberdayaan

masyarakat mulai dari tahap assessment menggunakan

metode SWOT, Strength (kekuatan), weaknesses

(kelemahan), opportunities (kesempatan), threath (ancaman),

dalam pelaksanaan sekolah lapang dikenal dengan istilah SLA

(sustainable livelihood approach). Pembangunan kesadaran

kritis juga diimplementasikan pada tahap pemformulasian

rencana aksi, tahap implementasi program hingga tahap

evaluasi internal.(Adi 2001, 173).

4. Pengambilan Tindakan

Menurut (Baron dan Byrne, 2008) pengambilan tindakan

adalah sebuah proses melalui kombinasi individu atau

kelompok dan mengintegrasikan informasi yang ada dengan

tujuan memilih satu dari berbagai kemungkinan keputusan.

Dalam pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam program

sekolah lapangan pertanian ekologis, aspek dalam

pengambilan tindakan adalah adanya proses

pengidentifikasian masalah, merumuskan alternatif-alternatif

program ,mempertimbangkan resiko, memilih alternatif dan

evaluasi. Hal ini sesuai dengan konsep sekolah lapangan

pertanian ekologis, dimana proses pengidentifikasian masalah

diterapkan dalam setiap kajian agroekosistem, merumuskan

Page 142: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

126

alternatif program dan pertimbangan resiko diterapkan dalam

diskusi kelompok kecil dan diskusi pleno.

5. Kepedulian dan kerjasama

Menurut (Ife and Tesoriero 2016, 352–56) Pengembangan

masyarakat akan berupaya membawa kerjasama dalam

kegiatan masyarakat, dengan membawa masyarakat

bergabung dan menemukan cara-cara menghargai kerja sama

individu- individu atau kelompok. Sifat kooperatif bahkan

menjadi salah satu dari prinsip pemberdayaan masyarakat

yang perlu di pertimbangkan dalam pelaksanaanya, sehingga

dapat membangun dan memperkuat struktur- struktur dalam

masyarakat secara kooperatif bukan kompetitif. Pendekatan

partisipatif yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan

sekolah lapangan pertanian ekologis dirasakan dapat

menumbuhkan kembali jiwa dan semangat gotong royong

dalam masyarakat yang selama ini berkurang.

Berdasarkan data hasil obervasi di lapangan dan analisis

peneliti, tingkat kepedulian dan kerjasama masyarakat cukup

tinggi, dimana kawasan penyangga taman nasional dengan

letak geografis yang terpusat, di karenakan akses jalan antar

desa yang cukup buruk, sehingga menjadikan interaksi antar

masyarakat masing - masing desa masih guyub. Sebagai

contoh, pembangunan ruang kelas untuk sekolah lapangan di

buat secara kolektif atas inisiatif dan dana kolektif warga,

membangun ―gubuk‖ untuk lokasi pembelajaran sekolah

pertanian organik. Tidak terlihat pembatas usia antara pemuda

Page 143: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

127

dan lansia, tidak terlihat pula kesenjangan gender dalam

aspek kepedulian dan kerjasama. Dimana laki-laki dan

perempuan memiliki porsi yang sama serta saling membantu

terutama dalam proses belajar mengajar.

Kepedulian dan kerjasama juga terlihat dalam hal kecil

pada proses pembelajaran, masyarakat secara sukarela dan

kolektif membawa bekal (snack, teh, dan kopi) secara

bergantian di tiap pertemuan membuktikan bahwa suatu

forum yang dibentuk dengan kesepakatan, maka akan

melahirkan suatu sikap kepedulian dan kerjasama secara tidak

sengaja dalam suatu sistem bermasyarakat.

6. Kreativitas

Menurut (Conny R 2009, 44) kreativitas adalah

modifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru.

Dengan kata lain, terdapat dua konsep lama yang

dikombinasikan menjadi suatu konsep baru. Dalam hal

pemberdayaan masyarakat, kreativitas pada intinya

merupakan kemampuan individu/kelompok untuk melahirkan

sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata,

baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi dari hal-hal

yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan

apa yang telah ada sebelumnya. Berdasarkan data kuantitatif

di lapangan, Tingkat kreativitas masyarakat di desa-desa

penyangga Taman Nasional Ujung Kulon merupakan aspek

yang cenderung memiliki nilai yang paling rendah apabila

dibandingkan dengan aspek pemberdayaan lainnya. Hal ini

Page 144: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

128

juga diakui oleh beberapa fasilitator lokal. Para fasilitator

lokal berpendapat bahwa masyarakat desa cenderung bersifat

pasif atau hanya sekedar berpartisipasi saja dalam program,

namun tidak memberikan opini ataupun pengembangan yang

bersifat membangun pada program yang di jalaninya sendiri.

Dari total 12 desa pelaksana program, hanya desa

Rancapinang yang cenderung memiliki tingkat kreativitas

tinggi. Desa Rancapinang memiliki sebuah sub program

tambahan selain pembelajaran pertanian organik, yaitu

pembuatan kerajinan anyaman limbah daun pandan yang

dalam prosesnya semua di kelola mandiri oleh partisipan

program sekolah lapangan pertanian ekologis.

7. Kemampuan Manajerial

Dalam aspek kemampuan manajerial, hal yang akan di

analisis yaitu proses manajemen secara keseluruhan terkait

program pemberdayaan masyarakat, mulai dari tahapan

perencaan program, hingga hal yang menyangkut teknis dari

pengorganisasian masyarakat. Proses perencanaan dalam

pengorganisasian masyarakat merupakan sebuah proses

penentuan tujuan atau sasaran yang hendak di capai dalam

menetapkan metode dan sumber yang di perlukan untuk

mencapai tujuan itu dengan efisien dan se-efektif mungkin.

Dalam setiap perencanaan terdapat tiga kegiatan, yaitu :

perumusan tujuan yang ingin dicapai, pemilihan program

untuk mencapai tujuan tersebut, dan pengidentifikasian dan

pengerahan sumber daya.

Page 145: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

129

Hal tersebut juga diperjelas dengan pendapat Spergel

(1975), Zastrow (1986), dan Adi (1994) dalam (Isbandi,

Rukminto 2008) mengenai perencana sosial, di kutip bahwa

seorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai

masalah sosial yang terdapat dalam komunitas,

menganalisisnya, dan menyajikan alternatif tindakan yang

rasional untuk mengatasi masalah tersebut. Setelah itu

perencana sosial mengembangkan program, mencoba mencari

alternatif sumber pendanaan, dan mengembangkan konsensus

dalam kelompok yang mempunyai berbagai minat ataupun

kepentingan. Menurut Zastrow, peran expert dan perencana

sosial (social planner) saling tumpang tindih, di mana pihak

expert lebih memfokuskan pada membentuk usulan dan saran

yang berkaitan dengan isu dan permasalahan yang sedang

dibahas. Sedangkan perencana sosial lebih memfokuskan

pada tugas-tugas yang terkait dengan pengembangan dan

pelaksanaan program. Hal tersebut juga terjadi pada program

sekolah lapangan pertanian ekologis, masyarakat bersama

fasilitator sebagai perencana sosial (social planner),

memegang kendali penuh terhadap seluruh kegiatan program

mulai dari perencanaan, pelaksanaan program, evaluasi

hingga pengembangan. Sedangkan World Wide Fund

Indonesia sebagai expert hanya bertugas dalam tahap

monitoring sebagai pembentuk masukan, usulan dan saran

terkait perkembangan program.

Page 146: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

130

8. Penyusunan Tujuan Baru

Semua pemberdayaan masyarakat harus bertujuan untuk

membentuk sebuah ―masyarakat yang baru‖. Pemberdayaan

masyarakat melibatkan upaya penguatan interaksi sosial

dalam masyarakat, membangun kebersamaan dan membantu

mereka untuk berkomunikasi antar masyarakat dalam rangka

menciptakan dialog, saling memahami dan melahirkan

tindakan sosial.(Ife and Tesoriero, 2016).

Penyusunan tujuan baru disini artinya membuat sebuah

strategi baru menggunakan metode pemberdayaan masyarakat

dengan memperhatikan potensi desa guna meningkatkan

kapasitas masyarakat dan meningkatkan perekonomian desa

agar cara yang di gunakan lebih efektif dan optimal.

Berdasarkan pengolahan data kuesioner, obersvasi dan

analisis peneliti, Peran Gender berpengaruh dalam aspek

penyusunan tujuan baru, dimana laki-laki cenderung memiliki

tingkat keinginan yang tinggi dalam hal penyusunan tujuan

baru dan visi pembangunan bagi komunitasnya karena peran

kaum laki-laki dalam hal penyusunan kebijakan

pembangunan di daerah perdesaan masih dominan, dimana

kaum laki-laki biasanya memiliki tingkat mobilitas dan

pengetahuan serta pengalaman dalam hal perencanaan

pembangunan lebih luas dibandingkan dengan kaum

perempuan yang lebih banyak beraktivitas dalam lingkup

spasial yang lebih sempit.

Page 147: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

131

9. Negosiasi

Permasalahan – permasalahan yang telah dipetakan skala

prioritasnya untuk diselesaikan, karena beberapa masalah

sering terkait antara satu masalah dengan masalah yang lain.

Bentuk negosiasi yang dilakukan selama kegiatan sekolah

lapangan pertanian ekologis antara lain seperti masyarakat

ikut berpartisipasi dan ikut berdiskusi dengan para

stakeholders (pihak Taman Nasional, World Wide Fund

Indonesia, Forum komunikasi antar desa dan Pemerintah

desa) untuk duduk bersama dalam satu forum melakukan

sustainabily livelihood assessment (SLA) berdiskusi dua arah,

masyarakat mengemukakan opininya bernegosiasi tentang

apa saja hal yang di butuhkan selama berjalannya program

dan apa yang menjadi target dalam output program sehingga

ditemukan solusi bersama “win win solution”. Dan pada

akhirnya fasilitator lokal sebagai community worker bersama

masyarakatlah yang memainkan perannya secara menyeluruh

dengan mengkaji aspek-aspek yang ada untuk dapat

dinegosiasikan, dengan jalan menysun konseptual dasar dari

permasalahan yang ada. Pemetaan masalah ini

memungkinkan dibuatnya suatu wacana solusi-solusi yang

disusun didalam suatu alternative solusi dengan kajian

tentang kelebihan dan kekurangan dari masing masing solusi

tersebut. Solusi ini kemudian di bawa kembali ke dalam

forum dialog dan disesuaikan dengan training of trainer

(TOT) dari World Wide Fund Indonesia.

Page 148: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

132

Faktor politis masih menjadi elemen pemberdayaan yang

paling dominan dan dalam meningkatan sikap dan cara

pandang masyarakat setelah dilakukannya program

pemberdayaan masyarakat. Salah satu bentuk aksi negosiasi

yang pernah di lakukan yaitu Rencana aksi masyarakat yang

di lakukan oleh masyarakat desa Rancapinang kampung air

jeruk yang membuka sesi forum dengan Pemerintah provinsi

mendesak perbaikan infrastruktur jalan utama desa tahun

2017. Namun Rencana Aksi Masyarakat ini belum

sepenuhnya diimpelementasikan masyarakat desa lainnya,

karena berdasarkan hasil analisis peneliti, tingkat kemandirian

masyarakat masih belum optimal, suatu Rencana Aksi

Masyarakat masih memerlukan suatu ―pemantik‖ dari pihak

lain, karena tingkat inisiatifnya masih rendah.

10. Kepuasan

Kepuasan merupakan sebuah aspek sikap dan cara

pandang masyarakat berupa penilaian terhadap program,

apakah program sudah dapat dikatakan sesuai dan memenuhi

kebutuhan masyarakat, apakah program telah di laksanakan

sesuai dengan tujuan,visi dan misi yang telah di rencanakan di

awal perencanaan program, dan apakah telah tercapai prinsip

help people to help themshelves (Adi, 2008) dalam program

pemberdayaan masyarakat melalui sekolah lapangan

pertanian ekologis ini.

Berdasarkan data temuan observasi serta analisis yang di

lakukan peneliti, sebagian masyarakat sudah merasa cukup

Page 149: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

133

puas dengan terlaksananya program sekolah lapangan

pertanian ekologis, juga di rasa telah sesuai dengan kebutuhan

masyarakat desa penyangga Taman Nasional Ujung Kulon

yaitu pola pertanian dengan ongkos produksi yang murah,

serta minim perawatan dan resiko gagal panen yang minim.

Namun masih ada hal yang menjadi catatan untuk

program sekolah lapangan pertanian ekologis. Di antaranya

belum terlaksananya proses pembelajaran hingga tahapan

distribusi hasil panen dari masyarakat petani hingga ke pasar.

Sehingga masyarakat desa masih belum mengetahui arah

untuk memasarkan hasil panen nya.

11. Kepercayaan diri

Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek penting

sebagai outcome dari pemberdayaan masyarakat.

Kepercayaan diri juga merupakan salah satu bagian dari

elemen politis, dimana perubahan berupa peningkatan

kepercayaan diri merupakan suatu bekal bagi masyarakat

untuk mengutarakan opini dalam suatu forum internal antar

masyarakat atau forum dengan skala yang lebih besar (forum

komunikasi desa atau forum pertemuan dengan pemerintah

desa) yang juga berpengaruh dalam meningkatkan posisi

tawar menawar masyarakat dalam pembangunan.

Tingkat kepercayaan diri setiap individu dalam

masyarakat lebih dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya

dan pembelajaran selama hidupnya. Meskipun semakin tinggi

tingkat pendidikannya atau semakin tua umurnya belum tentu

Page 150: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

134

menjadikan seseorang menjadi lebih percaya diri, namun

lebih banyak ditentukan seberapa jauh pengalaman seseorang

dalam terlibat dalam kegiatan - kegiatan kemasyarakatan.

Namun dalam pelaksanaannya dan sesuai dengan

observasi peneliti di lapangan, program sekolah lapangan

pertanian ekologis telah memberikan pengaruh baik bagi

sebagian masyarakat, dimana tujuan dari outcome program

sekolah lapangan pertanian ekologis salah satunya adalah

meningkatkan kepercayaan diri masyarakat sudah tercapai

dan tergolong tinggi, namun masih ada sebagian kecil

kelompok yang bisa dikatakan belum mengalami peningkatan

dan perubahan. Watson, dalam buku Planning of Change

edisi kedua, menggambarkan beberapa tantangan yang dapat

menghalangi suatu perubahan salah satunya kendala yang

berasal dari kepribadian individu yaitu rasa tidak percaya iri

(Self-Distrust).

Secara teknis, peningkatan kepercayaan diri dalam forum

pembelajaran program sekolah lapangan pertanian ekologis

timbul karena ada proses komunikasi dua arah , antara

masyarakat dengan community worker (fasilitator lokal).

Tugas fasilitator lokal bukan untuk memberikan materi

pembelajaran kepada masyarakat, melainkan sebagai

pemantik agar masyarakat mengevaluasi sendiri pengalaman

bertani nya yang telah di lakukan sebelumnya. Sehingga

dengan mudahnya masyarakat dalam forum mengungkapkan

opini nya dan muncul proses komunikasi dua arah.

Page 151: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

135

12. Pengambilan keputusan.

Dalam aspek pengambilan keputusan, hal yang

dianalisis adalah keberanian masyarakat petani dalam

menerapkan metode pertanian organik langsung di lahannya

sendiri. Dalam program sekolah lapangan pertanian ekologis

di istilahkan dengan ―aplikator‖ program. Dari total

masyarakat yang tergabung dalam program sejumlah 354

orang, total aplikator program dari keseluruhan desa adalah

74 orang. Masing-masing desa memiliki perbedaan jumlah

aplikator program, Desa Rancapinang adalah desa dengan

jumlah aplikator program terbanyak dengan 32 orang.

Perbedaan jumlah aplikator pada masing-masing desa di

sebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya perbedaan kondisi

geografis dan gender. Sedangkan pengaruh gender dalam

pengambilan keputusan antara lain karena partisipan program

sekolah lapangan pertanian ekologis di dominasi oleh

perempuan, sehingga dalam pengaplikasiannya pihak

perempuan terkadang membutuhkan izin dari keluarga atau

suami.

Berdasarkan analisis dari data temuan di bab empat,

juga membuktikan hal lain yakni dalam duabelas aspek sikap

dan cara pandang masyarakat, aspek partisipasi menjadi salah

satu penentu dalam peningkatan pada sebelas aspek lainnya.

Diperkuat dengan beberapa pernyataan dari hasil wawancara

dengan informan, bahwa beberapa informan yang tingkat

partisipasinya rendah (hanya hadir beberapa kali pertemuan),

Page 152: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

136

maka akan berpengaruh pada rendahnya tingkat kepedulian

dan kerjasama, kepercayaan diri dan aspek aspek lainnya.

B. Elemen-elemen pemberdayaan.

Menurut toeri prinsip pembangunan menyeluruh salah

satu dari dua puluh dua prinsip community development, Program

pengembangan masayarakat harus memerhatikan beberapa aspek,

di antaranya : Pembangunan sosial, ekonomi, politik, budaya

,lingkungan dan personal/spiritual, dan semuanya mencerminkan

aspek-aspek penting dari kehidupan masayarakat (Ife and

Tesoriero, 2016).

Melalui rangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat

dalam Program sekolah lapangan pertanian ekologis di Desa

Penyangga Kawasan Taman Nasional dapat dikatakan telah

cukup berhasil menjalankan agenda-agenda pemberdayaan yang

diprogramkan, namun untuk dapat dikatakan berdaya maka perlu

terlebih dahulu dilakukan analisis pada masing-masing elemen

pemberdayaan yang dilaksanakan. Elemen-elemen pemberdayaan

yang dilaksanakan dalam kegiatan Program sekolah lapangan

pertanian ekologis terdiri dari tiga hal yaitu pemberdayaan

lingkungan, pemberdayaan sosial dan pemberdayaan ekonomi.

Dalam analisis ini ditambahkan satu elemen lagi yang dapat

dijadikan sebagai tolok ukur tingkat keberdayaan masyarakat

yaitu pemberdayaan politik. Analisis terhadap elemen-elemen

pemberdayaan masyarakat disini tidak secara langsung menilai

tingkat capaian atau keluaran masing-masing kegiatan namun

lebih mengarah pada dampaknya terhadap perubahan sikap dan

Page 153: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

137

cara pandang masyarakat pada masing-masing elemen

pemberdayaan tersebut.

Dalam teori evaluasi pemberdayaan menurut fujikake

pada tahapan ketiga merupakan tahapan mengelompokkan dan

menghubungkan antar indikator yang telah dianalisis pada tahap

sebelumnya melalui deskripsi dua belas aspek sikap dan cara

pandang masyarakat. Hasil analisis pada tahap ini adalah grafik

(diagram venn), Diagram venn merupakan diagram yang

menunjukkan irisan dan semua kemungkinan

hubungan, logika, hipotesis di antara sekelompok benda/objek.

Diagram venn dalam teori pemberdayaan fujikake mencari

keterkaitan antar elemen dalam pemberdayaan, yaitu lingkungan,

sosial, ekonomi dan politik. (Fujikake, 2008).

Page 154: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

138

GAMBAR 5.1 DIAGRAM VENN ELEMEN

PEMBERDAYAAN

Sumber : Hasil Analisis Peneliti, 2019.

Berdasarkan data observasi di lapangan serta analisis

peneliti melalui metode kualitatif dan kuantitatif, dituangkan

dalam diagram venn diatas, pemberdayaan masyarakat melalui

Sekolah Lapangan Pertanian ekologis, elemen pemberdayaan

ekonomi menjadi tujuan utama atau inti dari program

pemberdayaan masayarakat. Karena tujuan utama dari Sekolah

Lapangan Pertanian Ekologis adalah meningkatkan kesejahteraan

masyarakat desa penyangga melalui efektivitas pertanian organik

sekaligus menjaga dan merawat serta melestarikan sumber-

sumber daya alam yang ada diwilayahnya. Elemen pemberdayaan

politik, sosial dan lingkungan menjadi elemen penunjang untuk

terwujudnya keberhasilan pemberdayaan ekonomi karena

indikator keberhasilan program pemberdayaan masyakat bukan

dinilai hanya dari aspek peningkatan kesejahteraan, namun juga

dilihat dari peningkatakan kapasitas masyarakatnya.

Lingkungan

Sosial

Ekonomi

Politik

Page 155: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

139

C. Tingkatan Pencapaian Pemberdayaan

Tahap terakhir dalam teori (Fujikake, 2008) adalah

mengukur tingkatan pencapaian pemberdayaan itu sendiri,

apakah pengaruh dari proses pemberdayaan itu hanya pada

lingkup lokal, regional atau nasional. Dalam teori Fujikake

tingkatan pemberdayaan di golongkan menjadi tiga yaitu micro

level (desa atau lingkungan), mezzo level (hubungan dengan

pemerintah daerah, kota/wilayah, atau dengan organisasi lain),

dan macro level (dalam skala nasional dan program sudah

menjadi sebuah kebijakan pemerintah).

Program sekolah lapangan pertanian ekologis sendiri telah

berjalan mulai tahun 2016 dan masih berjalan hingga saat ini.

Program sekolah lapangan pertanian ekologis saat ini telah di

implementasikan di dua Kecamatan (Kecamatan Sumur dan

Kecamatan Cimanggu) desa penyangga kawasan Taman Nasional

Ujung Kulon Banten, yang terdiri dari dua belas desa. Namun

dalam pelaksanaan sekolah lapangan pertanian ekologis hanya

berjalan pada enam desa saja, yaitu Rancapinang, Cibadak,

Keramat Jaya, Taman Jaya, Ujung Jaya, dan Cimanggu dengan

jumlah partisipan dari tahun 2016 hingga saat ini sebanyak 354

orang yang terbagi dalam beberapa komunitas dari masing

masing desa.

Berdasarkan data pelaksanaan program dan analisis

peneliti, maka program sekolah lapangan pertanian ekologis

masuk dalam kategori program pemberdayaan dalam lingkup

micro level, karena lingkup pelaksanaannya hanya dalam skala

Page 156: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

140

komunitas desa saja, dimana belum nampak pengaruh atau

kebijakan dari tingkatan desa atau dari tingkatan komunitas yang

mempengaruhi perkembangan pemberdayaan masyarakat secara

lebih luas, mempengaruhi tingkatan wilayah atau kabupaten/kota.

Walaupun dalam pelaksanaannya program sekolah lapangan

pertanian ekologis sendiri bekerjasama dengan pemeritah daerah,

dalam hal ini adalah pemerintah desa (Pemdes), juga bekerja

sama dengan beberapa organisasi lain diantaranya adalah

Yayasan Fields Indonesia sebagai konsultan program.

Page 157: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

141

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan sebelumnya maka, peneliti

dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Model program pemberdayaan masyarakat dalam

program Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis

Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis oleh WWF

Indonesia merupakan sebuah program pemberdayaan

masyarakat telah dilaksanakan sesuai dengan teori

community development. Program sekolah lapangan

pertanian ekologis merupakan gabungan dari dua model

community development yaitu model pengembangan

masyarakat lokal (locality development) dan Perencanaan

Sosial (social Planning). Program sekolah lapangan

pertanian ekologis juga sejalan dengan teori

pengorganisasian masyarakat dimana dalam

pelaksanaannya menggunakan metode penumbuhan

kesadaran kritis, partisipasi aktif, pendidikan

berkelanjutan, pembentukan dan penguatan organisasi

rakyat. Tahapan dan visi program sekolah lapangan

pertanian ekologis itu sendiri telah dilaksanakan sesuai

dengan teori pengorganisasian masyarakat. Dimana mulai

dilaksanakan secara sistematis mulai dari tahap persiapan

hingga tahap evaluasi. Program sekolah lapangan

Page 158: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

142

pertanian ekologis telah dilaksanakan dengan konsep

bottom-up dengan pembagian peran yang sesuai dengan

konsep community development, yaitu peran WWF

Indonesia - Ujung Kulon Project sebagai Community

Organizing dan Broker, Fasilitator program berperan

sebagai Enabler dan Pendidik, serta Masyarakat

partisipan program yang memiliki peran yang dominan

sebagai pihak pelaksana program, perencanaan sosial, dan

pengambilan keputusan dalam setiap tahapan program.

2. Kaitan antara program Sekolah Lapang Pertanian

Ekologis oleh WWF Indonesia dan tingkat

kesejahteraan masyarakat desa penyangga di kawasan

konservasi Taman Nasional Ujung Kulon

Pemberdayaan ekonomi sebagai tujuan utama

program pemberdayaan masyarakat bisa dikatakan sudah

dilaksanakan cukup baik. Tingkat keberdayaan dalam

Sikap dan cara pandang masyarakat Desa Penyangga

Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon menurut teori

evaluasi pemberdayaan fujikake tergolong dalam tipe 2

atau tipe sedang, dengan indikator : tujuan program telah

tercapai, adanya kepuasan masyarakat sebesar 40% dan

adanya peningkatan kapasitas masyarakat dari segi

leadership dan channeling. Hasil ini didasarkan pada data

kuantitatif yang menunjukan delapan dari lima belas

aspek menunjukan bahwa tingkat sikap dan cara pandang

masyarakat seperti aspek pengemukaan opini, aspek

Page 159: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

143

kreativitas, aspek penyusunan tujuan baru, aspek

negosiasi, aspek kepuasan terhadap hasil program, aspek

kepercayaan diri, dan aspek pengambilan keputusan

masuk dalam tingkatan sedang. Program sekolah lapangan

pertanian ekologis termasuk dalam kategori program

pemberdayaan dalam lingkup mikro, karena lingkup

pelaksanaannya hanya dalam skala komunitas desa saja,

dimana belum nampak pengaruh atau kebijakan dari

tingkatan desa atau dari tingkatan komunitas yang

mempengaruhi perkembangan pemberdayaan masyarakat

secara lebih luas, mempengaruhi tingkatan wilayah atau

kabupaten/kota.

B. Saran

Berdasarkan implikasi yang telah diuraikan, terdapat

saran yang akan peneliti berikan untuk Lembaga, Pemerintah

dan stakeholders terkait, dan untuk penelitian selanjutnya

yaitu:

1. Lembaga

Bagi pihak WWF Indonesia, untuk mengembangkan

tahapan pemberdayaan masyarakat bukan terbatas hanya

tahap penanaman sampai tahap panen saja, melainkan

hingga tahap distribusi hasil panen pertanian.

2. Pemerintah dan Stakeholders Terkait

Bagi Pemerintah Kabupaten dan Desa juga bekerja

sama dengan pihak Balai Taman Nasional untuk membuat

kebijakan perluasan wilayah jangkauan program, sehingga

Page 160: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

144

terjadi juga pengembangan wilayah keberhasilan program

di keseluhan desa penyangga kasawan Taman Nasional

Ujung Kulon.

3. Penelitian Selanjutnya

Melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang

evaluasi pemberdayaan program Sekolah Lapangan

Pertanian Ekologis dalam persepektif lain agar program

dapat terus berkembang dan berjalan lebih optimal.

Karena semakin optimal berjalannya program

pemberdayaan masyarakat akan mewujudkan terciptanya

kesejahteran masyarakat di Desa Penyangga dan

mewujudkan keseimbangan ekosistem flora dan fauna

yang ada di kawasan Taman Nasional.

Page 161: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

144

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Adi, Isbandi Rukminto. 2001. Pemberdayaan Pengembangan

Masyarakat Dan Intervensi Komunitas. Cet. Ke-1.

Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

———. 2008. Intervensi Komunitas : Pengembangunan

Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Adler, Patricia, and Peter Adler. 2009. Teknik-Teknik Observasi,

Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Baron dan Byrne. 2008. Psikologi Sosial: Jilid 1 Edisi

Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.

Bruggemann, W.G. 2014. The Practice of Macro Social Work.

4th ed. Belmont, USA: Brooks/Cole.

Conny R, Semiawan. 2009. Kreativitas Dan Keberbakatan.

Jakarta: PT. Indeks.

Fujikake, Yoko. 2008. Qualitative Evaluation: Evaluating

People’s Empowerent. Vol. Vol 8 No 2. Japan Evaluation

Society.

Ife, Jim, and Frank Tesoriero. 2016. Community Development.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 162: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

145

International Union for Conservation of Nature. 2008. The IUCN

Red List of Threatened Species Hylobates Moloch.

http://www.redlist.org.

Kerlinger. 2006. Asas–Asas Penelitian Behaviour. Edisi 3.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Miles, B. Mathew, and Michael Huberman. 1992. Analisis Data

Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru.

Jakarta: UIP.

Miller, Merton.H. 1977. Debt and Taxes.

Rietbergen-McCracken, Jennifer, and Deepa Narayan. 1998.

Participation and Social Assessment: Tools and

Techniques,Washington D.C. : The International Bank for

Reconstruction and Development/The World Bank.

Salim, Emil. 1986. Pembangunan Berwawasan Lingkungan.

Jakarta.

Sasongko, Adi. 1978. Community Organization & Development,

Community Life. Jakarta: BPKM FKM UI.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

———. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Alfabeta.

Suharto, Edi. 1997. Pembangunan, Kebijakan Sosial Dan

Pekerjaan Sosial : Spektrum Pemikiran. Bandung:

Lembaga Studi Pembangunan-STKS.

———. 2005. Membangun Rakyat Memberdayakan Rakyat.

Bandung: PT. Refika Aditama.

Page 163: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

146

United Nation Development Programme. 2002. Handbook on

Monitoring and Evaluating for Result. New York: United

Nation Development Programme.

Jurnal :

Fahdillah, Amir. 2007. “Pemberdayaan Kesejahteraan

Masyarakat Kawasan Konservasi: Studi Kasus

Masyarakat Kawasan Taman Nasional Komodo.” Jurnal

Pusat Studi Kependudukan Dan Lingkungan Hidup Uin

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tesis :

Mubarak, Zaki. 2009. “Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat

Ditinjau Dari Proses Pengembangan Kapasitas Pada

Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan Di Desa Sastrordirjan

Kabupaten Pekalongan.” Semarang.

Website :

World Wide Fund Indonesia. www.wwf.or.id

Taman Nasional Ujung Kulon Banten. www.ujungkulon.org

Yayasan Field Indonesia. www.field-indonesia.or.id

Dokumen dan Undang – Undang :

BPS Kabupaten Pandeglang, 2019. Kecamatan Sumur dalam

angka 2019. Pandeglang : Badan Pusat Statistik

Kabupaten Pandeglang. Dipublikasikan.

Page 164: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

147

BPS Kabupaten Pandeglang, 2019. Kecamatan Cimanggu dalam

angka 2019. Pandeglang : Badan Pusat Statistik

Kabupaten Pandeglang. Dipublikasikan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990

Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistmnya.

Peraturan Daerah Pandeglang. 2013. Nomor 2 Tahun 2013

Tentang Pengelolaan Daerah Penyangga Taman Nasional

Ujung Kulon.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2017.

Nomor P.43 Tahun 2o17 tentang Pemberdayaan

Masyarakat di Sekitar Kawasan Suaka alam dan Kawasan

Pelestarian Alam.

Wawancara :

Ajat. 2019. Fasilitator Lokal Program Sekolah Lapangan

Pertanian Ekologis Desa Cibadak Kecamatan Cimanggu

Diwawancara oleh Refiandi Riansah.

Mbah Kiwong. 2019. Fasilitator Lokal Program Sekolah

Lapangan Pertanian Ekologis Desa Ujung Jaya

Kecamatan Cimanggu Diwawancara oleh Refiandi

Riansah.

Na’ah. 2019. Partisipan Program Sekolah Lapangan Pertanian

Ekologis Desa Ujung Jaya Kecamatan Cimanggu

Diwawancara oleh Refiandi Riansah.

Page 165: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

148

Idah. 2019. Partisipan Program Sekolah Lapangan Pertanian

Ekologis Desa Cibadak Kecamatan Cimanggu

Diwawancara oleh Refiandi Riansah.

Nuriah. 2019. Partisipan Program Sekolah Lapangan Pertanian

Ekologis Desa Ujung Jaya Kecamatan Cimanggu

Diwawancara oleh Refiandi Riansah.

Sakiwan. 209. Partisipan Program Sekolah Lapangan Pertanian

Ekologis Desa Ujung Jaya Kecamatan Cimanggu

Diwawancara oleh Refiandi Riansah.

Dace. 2019. Pemerintah Desa Cibadak Kecamatan Cimanggu

Diwawancara oleh Refiandi Riansah.

Page 166: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

LAMPIRAN

Page 167: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

149

Lampiran 1

Pernyataan Lulus Ujian Seminar Proposal

Page 168: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

150

Lampiran 2

Surat Permohonan Bimbingan Skripsi

Page 169: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

151

Lampiran 3

Surat Izin Penelitian

Page 170: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

152

Lampiran 4

Surat Izin Penelitian Taman Nasional Ujung Kulon

Page 171: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

153

Lampiran 5

KUESIONER PENELITIAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, saya Refiandi Riansah,

mahasiswa S1 Program Studi Kesejahteraan Sosial Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang melakukan penelitian

untuk persyaratan mencapai gelar sarjana. Untuk itu, saya memohon

kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner yang akan diberikan.

Bapak/Ibu/Saudara/i dipersilahkan untuk mengisi kuesioner ini

dengan mengikuti petunjuk pengisian yang diberikan dan TIDAK ADA

JAWABAN SALAH dalam kuesioner ini. Bapak/Ibu/Saudara/i diharapkan

mengisi jawaban sesuai dengan keadaan saat ini. Data diri dan semua jawaban

Bapak/Ibu akan diolah secara general, bukan perorangan. Data dalam

penelitian ini akan dijaga KERAHASIAANNYA dan hanya digunakan

untuk kepentingan penelitian.

Demikian atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i mengisi

kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Hormat Saya,

Refiandi Riansah

Page 172: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

154

PETUNJUK PENGISIAN:

1. Untuk pertanyaan yang bersifat pilihan, silahkan memilih jawaban yang

paling sesuai dengan pandangan dan pengetahuan Bapak/Ibu/Saudara/i,

dengan cara memberikan tanda (X atau √) pada pilihan jawaban yang

di sediakan.

2. Daftar pertanyaan berikut mohon diisi dengan kondisi yang sebenarnya

menurut pengetahuan Bapak/Ibu/Saudara/i.

I. IDENTITAS RESPONDEN

a. Nama/Inisial : ………………..

b. Umur : …………… Tahun

c. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan

*coret yang tidak perlu

d. Pekerjaan :…………………..

e. Pendidikan Terakhir :

Tidak Sekolah

SD / SR

SMP / St / Madrasah Tsanawiyah.

SMA / SMK / Madrasah Aliyah

Diploma / Sarjana

Page 173: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

155

DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER

1. Apakah anda pernah mengikuti pertemuan yang diadakan dalam

kegiatan sekolah lapangan pertanian ekologis?

Ya

Tidak

2. Apakah anda selalu menghadiri setiap undangan pertemuan yang

dilaksanakan dalam sekolah lapangan pertanian ekologis?

Ya, saya selalu datang

Sering datang

Kadang–kadang datang

Jarang datang

Tidak pernah datang

3. Apakah anda selalu memberikan masukan atau usul dalam

pertemuan yang dilaksanakan dalam kegiatan sekolah lapangan

pertanian ekologis?

Ya, saya selalu memberikan usul

Sering memberikan usul

Kadang – kadang

Jarang

Tidak pernah

4. Apakah anda pernah memperbincangkan kegiatan pembangunan

yang dilaksanakan sekolah lapangan pertanian ekologis di luar forum

sekolah lapangan pertanian ekologis (misalkan di rumah, warung,

dsb) bersama teman, saudara atau orang lain?

Ya, sangat sering

Sering

Kadang – kadang

Jarang

Tidak pernah

Page 174: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

156

5. Apakah anda telah menyadari akar permasalahan setiap masalah

kemiskinan dalam pembangunan selama ini?

Ya, sangat menyadari

Cukup menyadari

Biasa saja

Kurang menyadari

Tidak sadar

6. Apakah anda telah tergerak (secara hati nurani) untuk berperan aktif

dalam setiap pembangunan di lingkungan anda?

Ya, sangat tergerak

Sedikit tergerak

Biasa – biasa saja

Kurang tergerak

Belum tergerak

7. Apakah anda selalu mengajak orang lain atau bekerja secara

kelompok dalam kegiatan sekolah lapangan pertanian ekologis?

Ya, selalu

Sering

Kadang – kadang

Jarang

Tidak pernah

8. Apakah anda mempunyai ide‐ide atau pemikiran baru dalam

pembangunan di lingkungan setelah mengikuti proses‐proses atau

pertemuan sekolah lapangan pertanian ekologis?

Ya, selalu

Sering menemukan ide baru

Kadang – kadang

Jarang menemukan ide baru

Tidak pernah menemukan ide baru

Page 175: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

157

9. Apakah anda pernah memikirkan bagaimana memecahkan atau

menanggulangi masalah kemiskinan di lingkungan sekitar anda?

Ya, selalu

Sering

Kadang – kadang

Jarang

Tidak pernah

10. Apakah anda pernah memikirkan untuk membangun desa yang ada

sekarang menjadi bentuk/konsep yang baru?

Ya, selalu

Sering

Kadang – kadang saja

Jarang

Tidak pernah

11. Apakah anda suka memberikan pendapat dalam menyampaikan

suatu program atau usulan kegiatan agar dapat terlaksana?

Ya, sangat sering

Sering

Kadang – kadang

Jarang

Tidak pernah

12. Apakah anda puas terhadap hasil kegiatan yang dilaksanakan dalam

sekolah lapangan pertanian ekologis selama ini?

Ya, sangat puas

Cukup puas

Biasa – biasa saja

Kurang puas

Tidak puas

Page 176: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

158

13. Apakah setelah mengikuti agenda‐agenda kegiatan sekolah lapangan

pertanian ekologis sekarang anda menjadi lebih percaya diri (berani

berpendapat, berani berbicara di depan umum, dsb)

Ya, sangat percaya diri

Sering

Kadang – kadang

Jarang

Tidak pernah

14. Menurut pandangan anda, apakah kegiatan sekolah lapangan

pertanian ekologis telah dilaksanakan dengan baik sesuai kebutuhan

masyarakat?

Ya, sangat baik

Cukup baik

Biasa – biasa saja

Kurang baik

Tidak baik

15. Apakah anda berani bertanggung jawab dalam setiap keputusan yang

diambil yang terkait dengan kepentingan masyarakat

Ya, sangat berani

Cukup berani

Biasa biasa saja

Kurang berani

Tidak berani

Page 177: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

159

Lampiran 6 ANALISIS DATA HASIL ISIAN KUESIONER

DATA RESPONDEN

NO NAMA USIA GENDER JOB PENDIDIKAN DESA

1 MARHAD DONI 29 LAKI-LAKI PETANI SMA TAMAN JAYA

2 SAKIWAN 43 LAKI-LAKI PETANI SMP TAMAN JAYA

3 SAHIM 70 LAKI-LAKI PETANI TIDAK SEKOLAH TAMAN JAYA

4 MARGANA 50 PEREMPUAN IRT SD TAMAN JAYA

5 MASKIAH 22 PEREMPUAN IRT SD TAMAN JAYA

6 NUNU 30 LAKI-LAKI SWASTA SD TAMAN JAYA

7 DUDIH 35 LAKI-LAKI PETANI SD TAMAN JAYA

8 NENI 30 PEREMPUAN IRT SD TAMAN JAYA

9 NUR 39 PEREMPUAN IRT SD TAMAN JAYA

10 SAEPUDIN 35 LAKI-LAKI WIRASWASTA SMA TAMAN JAYA

11 ENCUN SURTIAH 47 PEREMPUAN IRT SD TAMAN JAYA

12 CICIH 31 PEREMPUAN IRT SD TAMAN JAYA

13 SATURA 55 LAKI-LAKI PETANI SD TAMAN JAYA

14 MAS'UD 46 LAKI-LAKI PETANI SD UJUNG JAYA

15 NONI 38 PEREMPUAN PETANI SMP UJUNG JAYA

16 NAAH 50 PEREMPUAN PETANI SD UJUNG JAYA

17 NURIAH 40 PEREMPUAN PETANI SD UJUNG JAYA

18 UKMI 45 PEREMPUAN PETANI SD UJUNG JAYA

19 UNAH 35 PEREMPUAN IRT SMP UJUNG JAYA

20 ISAH 35 PEREMPUAN IRT SD UJUNG JAYA

Page 178: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

160

NO NAMA USIA GENDER JOB PENDIDIKAN DESA

21 IDAH KHODIZAH 30 PEREMPUAN IRT SD UJUNG JAYA

22 TIMAN 38 LAKI-LAKI PETANI SMP UJUNG JAYA

23 EMAN PUJA 36 LAKI-LAKI PETANI SMP UJUNG JAYA

24 ENDANG 42 LAKI-LAKI WIRASWASTA SMA UJUNG JAYA

25 MAMAN 41 LAKI-LAKI PETANI SMA UJUNG JAYA

26 DUDI 30 LAKI-LAKI PETANI SD UJUNG JAYA

27 SITI 30 PEREMPUAN WIRASWASTA SD UJUNG JAYA

28 ADE SURTINI 39 PEREMPUAN WIRASWASTA SMP CIBADAK

29 ARTINA 28 LAKI-LAKI PETANI SMA CIBADAK

30 RATIAH 70 PEREMPUAN PETANI TIDAK SEKOLAH CIBADAK

31 TAWI 45 PEREMPUAN PETANI SD CIBADAK

32 EROS 35 PEREMPUAN IRT SD CIBADAK

33 NIRAH 33 PEREMPUAN PETANI SD CIBADAK

34 RATNA 45 PEREMPUAN IRT SD CIBADAK

35 SUSI 24 PEREMPUAN IRT SD CIBADAK

36 ETI NURKHAYATI 56 PEREMPUAN KADER DESA SD CIBADAK

37 YANTI 39 PEREMPUAN IRT SD CIBADAK

38 RANI 24 PEREMPUAN GURU SARJANA CIBADAK

39 IDAH 38 PEREMPUAN PETANI SD CIBADAK

40 YANDRI 29 LAKI-LAKI WIRASWASTA SARJANA CIBADAK

Page 179: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

161

NO NAMA USIA GENDER JOB PENDIDIKAN DESA

41 DADANG 30 LAKI-LAKI PETANI SMP RANCAPINANG

42 TEDI 51 LAKI-LAKI PETANI SD RANCAPINANG

43 NGATINAH 49 LAKI-LAKI PETANI SMP RANCAPINANG

44 AGUS 37 LAKI-LAKI PETANI SMP RANCAPINANG

45 ASEP 48 LAKI-LAKI PETANI SD RANCAPINANG

46 NENENG 48 PEREMPUAN PETANI SD RANCAPINANG

47 SARAH 30 PEREMPUAN IRT SMP RANCAPINANG

48 RUDIN 35 LAKI-LAKI PETANI SMP RANCAPINANG

49 ELAH 36 PEREMPUAN IRT SD RANCAPINANG

50 HERNI 36 PEREMPUAN IRT SMP RANCAPINANG

51 NASRIP SAEPUDIN 32 LAKI-LAKI WIRASWASTA SMA RANCAPINANG

52 USEP SAEFUL BAHRI 48 LAKI-LAKI WIRASWASTA SMP RANCAPINANG

53 HERMAN 29 LAKI-LAKI PETANI SMA RANCAPINANG

Page 180: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

162

Lampiran 7

DATA ISIAN KUESIONER

NO NAMA Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15

1 MARHAD DONI 5 4 4 4 5 5 3 5 5 4 4 5 5 4

2 SAKIWAN 5 5 3 4 5 4 3 5 3 5 4 5 5 4

3 SAHIM 4 2 3 4 4 3 3 4 4 2 4 2 4 2

4 MARGANA 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3

5 MASKIAH 5 3 3 4 5 3 3 3 5 3 4 3 4 5

6 NUNU 3 3 2 2 4 2 2 1 3 2 4 2 4 3

7 DUDIH 3 3 4 4 5 5 2 4 2 5 4 3 4 2

8 NONI 5 3 4 5 4 5 3 3 3 3 5 5 4 4

9 NUR 3 4 5 4 5 1 3 3 1 3 5 3 5 3

10 SAEPUDIN 3 3 3 4 5 3 4 5 5 3 2 3 4 5

11 ENCUN SURTIAH 5 3 3 5 4 4 3 4 4 4 4 5 5 4

12 CICIH 5 5 1 4 5 4 4 2 2 4 4 5 4 2

13 SATURA 5 3 4 4 5 5 3 4 4 4 5 5 4 2

14 MAS'UD 4 3 3 5 5 3 3 4 3 3 5 4 5 5

15 NENI 5 3 4 5 5 4 4 5 4 4 5 3 4 5

16 NAAH 2 2 4 2 2 1 1 3 3 1 2 1 4 4

17 NURIAH 3 3 4 1 1 1 1 4 4 3 2 1 4 4

18 UKMI 5 3 4 1 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5

19 UNAH 3 3 4 2 5 4 2 4 4 3 2 1 4 4

20 ISAH 4 3 4 5 5 4 4 4 4 3 2 3 5 5

Page 181: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

163

NO NAMA Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15

21 IDAH KHODIZAH 3 3 4 2 4 1 2 4 2 3 1 3 5 5

22 TIMAN 5 5 5 4 5 5 3 5 5 5 4 4 5 4

23 EMAN PUJA 5 5 5 4 5 5 3 5 5 5 2 1 4 4

24 ENDANG 5 5 3 5 2 3 5 4 4 2 4 2 5 2

25 MAMAN 3 3 3 5 4 5 2 2 4 3 2 3 5 5

26 DUDI 3 3 3 5 4 5 2 2 2 3 2 3 5 5

27 SITI 3 3 3 5 4 1 2 2 2 3 2 3 5 5

28 ADE SURTINI 5 5 5 5 4 5 5 3 3 5 4 4 5 3

29 ARTINA 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5

30 RATIAH 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5

31 TAWI 5 5 4 5 4 5 3 5 5 4 2 5 2 5

32 EROS 4 3 3 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5

33 NIRAH 4 1 3 5 4 4 5 4 3 5 4 1 4 3

34 RATNA 4 1 3 5 4 1 2 3 5 3 5 5 5 4

35 SUSI 4 2 2 4 3 3 3 4 3 3 4 5 4 4

36 ETI NURKHAYATI 3 2 4 3 3 5 3 5 5 5 5 5 5 5

37 YANTI 4 3 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5

38 RANI 4 3 4 4 4 5 4 3 3 2 4 4 4 4

39 IDAH 5 1 4 4 3 2 1 4 5 2 3 1 3 1

40 YANDRI 4 3 4 2 5 5 3 3 5 3 2 3 4 4

Page 182: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

164

NO NAMA Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15

41 DADANG 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5

42 TEDI 3 5 3 4 4 5 3 1 2 3 5 5 5 1

43 NGATINAH 3 2 3 4 3 4 4 4 1 1 4 4 3 1

44 AGUS 3 2 3 4 3 4 4 4 1 1 4 3 4 1

45 ASEP 3 2 3 4 3 4 4 4 1 1 2 3 4 1

46 NENENG 3 2 3 4 3 4 4 4 1 4 4 3 4 1

47 SARAH 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5

48 RUDIN 3 4 5 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 1

49 ELAH 3 5 3 4 4 5 3 1 4 3 5 5 5 1

50 HERNI 5 3 3 4 4 3 2 2 2 3 2 3 2 4

51 NASRIP SAEPUDIN 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4

52 USEP SAEFUL BAHRI 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 2 5 4 5

53 HERMAN 5 3 4 5 4 5 3 5 4 3 2 5 5 4

Page 183: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

165

Lampiran 8

ANALISIS DESKRIPTIF DAN FREKUENSI

Data Statistic Hasil Isian Kuesioner

Dari hasil pengisian kuesioner oleh responden terkumpul 53 isian yang

valid, dengan hasil sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini :

TABEL 8.1 HASIL ANALISIS STATISTIK DEKRIPTIF

HASIL PENGISIAN KUESIONER

Statistics

N Mean Mode

Valid Missing

Q2 53 0 4.04 5

Q3 53 0 3.25 3

Q4 53 0 3.62 3

Q5 53 0 4.00 4

Q6 53 0 4.13 5

Q7 53 0 3.81 5

Q8 53 0 3.21 3

Q9 53 0 3.68 4

Q10 53 0 3.57 5

Q11 53 0 3.40 3

Q12 53 0 3.55 4

Q13 53 0 3.57 5

Q14 53 0 4.28 4

Q15 53 0 3.62 5

Page 184: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

166

TABEL 8.2 HASIL ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF

VARIABEL HASIL PENGISIAN KUESIONER

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation Variance

PARTISIPASI 53 2.00 5.00 4.0377 .93977 .883

OPINI 53 2.00 5.00 3.4906 .79958 .639

KESADARAN 53 1.00 5.00 4.0000 1.09193 1.192

TINDAKAN 53 1.00 5.00 4.1321 .98132 .963

KERJASAMA 53 1.00 5.00 3.8113 1.31641 1.733

KREATIVITAS 53 1.00 5.00 3.2075 1.04437 1.091

TUJUAN BARU 53 1.00 5.00 3.5660 1.35177 1.827

NEGOSIASI 53 1.00 5.00 3.3962 1.16585 1.359

KEPUASAN 53 2.00 5.00 3.8113 .86172 .743

KEPERCAYAAN DIRI

53 1.00 5.00 3.5660 1.35177 1.827

MANAJERIAL 53 1.00 5.00 3.6792 1.13973 1.299

KEPUTUSAN 53 1.00 5.00 3.6226 1.44417 2.086

Valid N (listwise) 53

Page 185: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

167

Lampiran 9

Data Statistik Responden

Dalam penelitian ini, subjek yang menjadi responden adalah warga desa

penyangga Taman Nasional Ujung Kulon dari 4 desa di kecamatan Sumur, yaitu

desa Cibadak, Rancapinang, Taman Jaya dan Ujung Jaya, dengan jumlah

responden yang valid sebanyak 53 orang dan keseluruhan responden pernah

terlibat dalam kegiatan sekolah lapangan pertanian ekologis.

Berdasarkan pembagian golongan usia responden, terdapat 14 orang

masuk dalam golongan pemuda (usia di bawah 30 tahun), 34 orang dewasa (usia

31 s.d. 50 tahun), dan 5 orang dalam golongan tua (usia di atas 51 tahun).

Distribusi responden berdasarkan golongan usia tercantum dalam tabel :

TABEL 9.1 DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN

GOLONGAN USIA

GOL_USIA

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid PEMUDA 14 26.4 26.4 26.4

DEWASA 34 64.2 64.2 90.6

TUA 5 9.4 9.4 100.0

Total 53 100.0 100.0

Page 186: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

168

Berdasarkan pengelompokan Jenis Kelamin responden, terdapat 24 orang

laki-laki dan 29 orang perempuan. Distribusi responden berdasarkna golongan

Jenis Kelamin tercantum dalam tabel :

TABEL 9.2 DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN

GOLONGAN JENIS KELAMIN

JENIS_KELAMIN

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid LAKI-LAKI 24 45.3 45.3 45.3

PEREMPUAN 29 54.7 54.7 100.0

Total 53 100.0 100.0

Berdasarkan tingkat Pendidikan responden, terdapat 3 orang sarjana, 7

orang tamat SMA, 13 orang tamat SMP, 29 orang tamat SD dan 2 orang tidak

sekolah. Distribusi responden berdasarkna golongan Tingkat pendidikan

tercantum dalam tabel :

TABEL 9.3 DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN

TINGKAT PENDIDIKAN

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid TIDAK SEKOLAH 2 3.8 3.8 3.8

SD/SR 29 54.7 54.7 58.5

SMP/St/MT 13 24.5 24.5 83.0

SMA/SMK/MA 7 13.2 13.2 96.2

SARJANA 2 3.8 3.8 100.0

Total 53 100.0 100.0

Page 187: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

169

Lampiran 10

Data Statistik Hasil Isian Kuesioner

Pertanyaan Q2

Pertanyaan :

Apakah anda selalu menghadiri setiap undangan pertemuan yang

dilaksanakan dalam sekolah lapangan pertanian ekologis?

Jawaban :

Tidak pernah datang (1)

Jarang datang (2)

Kadang–kadang datang (3)

Sering datang (4)

Sangat sering datang (5)

TABEL 10.1 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN

UNTUK PERTANYAAN Q2

Q2

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid 2 1 1.9 1.9 1.9

3 19 35.8 35.8 37.7

4 10 18.9 18.9 56.6

5 23 43.4 43.4 100.0

Total 53 100.0 100.0

Pertanyaan Q3

Pertanyaan :

Apakah anda selalu memberikan masukan atau usul dalam pertemuan

yang dilaksanakan dalam kegiatan sekolah lapangan pertanian ekologis?

Tidak pernah memberi usul (1)

Jarang (2)

Kadang–kadang (3)

Sering memberi usul(4)

Sangat sering memberi usul (5)

Page 188: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

170

TABEL 10.2 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN

UNTUK PERTANYAAN Q3

Pertanyaan Q4

Pertanyaan :

Apakah anda pernah memperbincangkan kegiatan pembangunan yang

dilaksanakan sekolah lapangan pertanian ekologis di luar forum sekolah

lapangan pertanian ekologis (misalkan di rumah, warung, dsb) bersama

teman, saudara atau orang lain?

Jawaban :

Tidak pernah (1)

Jarang (2)

Kadang–kadang (3)

Sering (4)

Sangat sering (5)

TABEL 10.3 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN

UNTUK PERTANYAAN Q4

Q4

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid 1 1 1.9 1.9 1.9

2 3 5.7 5.7 7.5

3 20 37.7 37.7 45.3

4 20 37.7 37.7 83.0

5 9 17.0 17.0 100.0

Total 53 100.0 100.0

Q3

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid 1 3 5.7 5.7 5.7

2 9 17.0 17.0 22.6

3 23 43.4 43.4 66.0

4 8 15.1 15.1 81.1

5 10 18.9 18.9 100.0

Total 53 100.0 100.0

Page 189: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

171

Pertanyaan Q5

Pertanyaan :

Apakah anda telah menyadari akar permasalahan setiap masalah

kemiskinan dalam pembangunan selama ini?

Jawaban :

Tidak menyadari (1)

Kurang menyadari (2)

Biasa saja (3)

Cukup menyadari (4)

Sangat menyadari (5)

TABEL 10.4 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN

UNTUK PERTANYAAN Q5

Q5

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid 1 2 3.8 3.8 3.8

2 6 11.3 11.3 15.1

3 1 1.9 1.9 17.0

4 25 47.2 47.2 64.2

5 19 35.8 35.8 100.0

Total 53 100.0 100.0

Pertanyaan Q6

Pertanyaan :

Apakah anda telah tergerak (secara hati nurani) untuk berperan aktif

dalam setiap pembangunan di lingkungan anda?

Jawaban :

Belum tergerak (1)

Kurang tergerak (2)

Biasa – biasa saja (3)

Sedikit tergerak (4)

Ya, sangat tergerak (5)

Page 190: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

172

TABEL 10.5 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN

UNTUK PERTANYAAN Q6

Q6

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid 1 1 1.9 1.9 1.9

2 3 5.7 5.7 7.5

3 7 13.2 13.2 20.8

4 19 35.8 35.8 56.6

5 23 43.4 43.4 100.0

Total 53 100.0 100.0

Pertanyaan Q7

Pertanyaan :

Apakah anda selalu mengajak orang lain atau bekerja secara kelompok

dalam kegiatan sekolah lapangan pertanian ekologis?

Jawaban :

Tidak pernah(1)

Jarang (2)

Kadang–kadang (3)

Sering (4)

Sangat sering (5)

TABEL 10.6 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN

UNTUK PERTANYAAN Q7

Q7

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid 1 6 11.3 11.3 11.3

2 2 3.8 3.8 15.1

3 9 17.0 17.0 32.1

4 15 28.3 28.3 60.4

5 21 39.6 39.6 100.0

Total 53 100.0 100.0

Page 191: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

173

Pertanyaan Q8

Pertanyaan :

Apakah anda mempunyai ide‐ide atau pemikiran baru dalam

pembangunan di lingkungan setelah mengikuti proses‐proses atau

pertemuan sekolah lapangan pertanian ekologis?

Jawaban :

Tidak pernah (1)

Jarang (2)

Kadang – kadang (3)

Sering (4)

Sangat sering (5)

TABEL 10.7 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN

UNTUK PERTANYAAN Q8

Pertanyaan Q9

Pertanyaan :

Apakah anda pernah memikirkan bagaimana memecahkan atau

menanggulangi masalah kemiskinan di lingkungan sekitar anda?

Jawaban :

Tidak pernah (1)

Jarang (2)

Kadang – kadang (3)

Sering (4)

Sangat sering (5)

Q8

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid 1 3 5.7 5.7 5.7

2 10 18.9 18.9 24.5

3 18 34.0 34.0 58.5

4 17 32.1 32.1 90.6

5 5 9.4 9.4 100.0

Total 53 100.0 100.0

Page 192: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

174

TABEL 10.8 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN

UNTUK PERTANYAAN Q9

Q9

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid 1 3 5.7 5.7 5.7

2 6 11.3 11.3 17.0

3 9 17.0 17.0 34.0

4 22 41.5 41.5 75.5

5 13 24.5 24.5 100.0

Total 53 100.0 100.0

Pertanyaan Q10

Pertanyaan :

Apakah anda pernah memikirkan untuk membangun desa yang ada

sekarang menjadi bentuk/konsep yang baru?

Jawaban :

Tidak pernah (1)

Jarang (2)

Kadang – kadang (3)

Sering (4)

Sangat sering (5)

TABEL 10.9 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN

UNTUK PERTANYAAN Q10

Q10

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid 1 5 9.4 9.4 9.4

2 8 15.1 15.1 24.5

3 10 18.9 18.9 43.4

4 12 22.6 22.6 66.0

5 18 34.0 34.0 100.0

Total 53 100.0 100.0

Page 193: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

175

Pertanyaan Q11

Pertanyaan :

Apakah anda suka memberikan pendapat dalam menyampaikan suatu

program atau usulan kegiatan agar dapat terlaksana?

Jawaban :

Tidak pernah (1)

Jarang (2)

Kadang – kadang (3)

Sering (4)

Sangat sering (5)

TABEL 10.10 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN

UNTUK PERTANYAAN Q11

Q11

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid 1 4 7.5 7.5 7.5

2 6 11.3 11.3 18.9

3 19 35.8 35.8 54.7

4 13 24.5 24.5 79.2

5 11 20.8 20.8 100.0

Total 53 100.0 100.0

Pertanyaan Q12

Pertanyaan :

Apakah anda puas terhadap hasil kegiatan yang dilaksanakan dalam

sekolah lapangan pertanian ekologis selama ini?

Jawaban :

Tidak puas (1)

Kurang puas (2)

Biasa – biasa saja (3)

Cukup puas (4)

Ya, sangat puas (5)

Page 194: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

176

TABEL 10.11 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN

UNTUK PERTANYAAN Q12

Pertanyaan Q13

Pertanyaan :

Apakah setelah mengikuti agenda‐agenda kegiatan sekolah lapangan

pertanian ekologis sekarang anda menjadi lebih percaya diri (berani

berpendapat, berani berbicara di depan umum, dsb) ?

Tidak berani (1)

Kurang berani (2)

Biasa saja (3)

Cukup percaya diri (4)

Sangat percaya diri (5)

TABEL 10.12 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN

UNTUK PERTANYAAN Q13

Q13

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid 1 6 11.3 11.3 11.3

2 4 7.5 7.5 18.9

3 16 30.2 30.2 49.1

4 8 15.1 15.1 64.2

5 19 35.8 35.8 100.0

Total 53 100.0 100.0

Q12

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid 1 1 1.9 1.9 1.9

2 16 30.2 30.2 32.1

3 2 3.8 3.8 35.8

4 21 39.6 39.6 75.5

5 13 24.5 24.5 100.0

Total 53 100.0 100.0

Page 195: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

177

Pertanyaan Q14

Pertanyaan :

Menurut pandangan anda, apakah kegiatan sekolah lapangan pertanian

ekologis telah dilaksanakan dengan baik sesuai kebutuhan masyarakat?

Jawaban :

Belum sesuai (1)

Kurang sesuai (2)

Biasa – biasa saja (3)

Cukup baik (4)

Ya, sangat baik (5)

TABEL 10.13 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN

UNTUK PERTANYAAN Q14

Pertanyaan Q15

Pertanyaan :

Apakah anda berani bertanggung jawab dalam setiap keputusan yang

diambil yang terkait dengan kepentingan masyarakat

Tidak berani (1)

Kurang berani (2)

Biasa biasa saja (3)

Cukup berani (4)

Ya, sangat berani (5)

Q14

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid 2 3 5.7 5.7 5.7

3 2 3.8 3.8 9.4

4 25 47.2 47.2 56.6

5 23 43.4 43.4 100.0

Total 53 100.0 100.0

Page 196: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

178

TABEL 10.14 DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN

UNTUK PERTANYAAN Q15

Q15

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid 1 8 15.1 15.1 15.1

2 5 9.4 9.4 24.5

3 5 9.4 9.4 34.0

4 16 30.2 30.2 64.2

5 19 35.8 35.8 100.0

Total 53 100.0 100.0

Page 197: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

179

Lampiran 11

Data Statistik Hasil Isian Kuesioner

Kuesioner yang digunakan menggunakan skala likert dengan pilihan

jawaban sebanyak 5 butir. Dalam analisis ini peneliti mengelompokan

jawaaban responden menjadi 3 kelompok yaitu nilai rendah, sedang, dan

tinggi dengan membagi tiga range pilihan jawaban yang tersedia.

Data variabel penelitian perlu dikategorikan dengan langkahlangkah

menurut (Arikunto 2010, 299) sebagai berikut:

a. Kelompok tinggi, semua responden yang mempunyi skor sebanyak

skor rata-rata plus 1 (+1) standar deviasi (X≥Mi + 1 SDi)

b. Kelompok sedang, semua responden yang mempunyai skor antara

skor rata-rata minus 1 standar deviasi dan skor rata-rata plus 1

standar deviasi (antara (Mi – 1SDi ) ≤ X < (Mi + SDi)

c. Kelompok kurang, semua responden yang mempunyai skor lebih

rendah dari skor rata-rata minus 1 standar deviasi (X < Mi- 1 SDi)

Sedangkan harga Mean ideal (Mi) dan Standar Deviasi ideal ( SDi)

diperoleh berdasarkan rumus berikut :

Mean ideal (Mi) = ½ (skor tertinggi + skor terendah)

Standar Deviasi ideal (SDi) = 1/6 (skor tertinggi - skor terendah)

Keterangan :

X ≤ 2,33 : RENDAH

2,33 < x ≤ 3,66 : SEDANG

X > 3,66 : TINGGI

Page 198: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

180

a. Tingkat Partisipasi

Variabel tingkat partisipasi masyarakat diperoleh dari nilai rata-rata

isian kuesioner untuk pertanyaan Q2.

TABEL 11.1

DISTRIBUSI KELOMPOK JAWABAN RESPONDEN

UNTUK VARIABEL TINGKAT PARTISIPASI

PARTISIPASI

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid RENDAH 1 1.9 1.9 1.9

SEDANG 18 34.0 34.0 35.8

TINGGI 34 64.2 64.2 100.0

Total 53 100.0 100.0

Dari 53 responden didapatkan 1 orang masuk dalam kelompok tingkat

partisipasi rendah (R), 18 orang tingkat partisipasi sedang (S) dan 34

orang tingkat partisipasi tinggi (T)

b. Penyampaian opini

Variabel Penyampaian opini diperoleh dari nilai rata-rata isian

kuesioner untuk pertanyaan Q3 dan Q4.

TABEL 11.2

DISTRIBUSI KELOMPOK JAWABAN RESPONDEN

UNTUK VARIABEL PENYAMPAIAN OPINI

OPINI

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid RENDAH 8 15.1 15.1 15.1

SEDANG 26 49.1 49.1 64.2

TINGGI 19 35.8 35.8 100.0

Total 53 100.0 100.0

Page 199: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

181

Dari 53 responden didapatkan 8 orang masuk dalam kelompok tingkat

penyampaian opini rendah (R), 26 orang tingkat penyampaian opini

sedang (S) dan 19 orang tingkat penyampaian opini tinggi (T).

c. Perubahan kesadaran

Variabel Perubahan kesadaran masyarakat diperoleh dari nilai rata-rata

isian kuesioner untuk pertanyaan Q5.

TABEL 11.3

DISTRIBUSI KELOMPOK JAWABAN RESPONDEN

UNTUK VARIABEL PERUBAHAN KESADARAN

KESADARAN

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid RENDAH 7 13.2 13.2 13.2

SEDANG 10 18.9 18.9 32.1

TINGGI 36 67.9 67.9 100.0

Total 53 100.0 100.0

Dari 53 responden didapatkan 7 orang masuk dalam kelompok tingkat

perubahan kesadaran rendah (R), 10 orang tingkat perubahan

kesadaran i sedang (S) dan 36 orang tingkat perubahan kesadaran

tinggi (T).

Page 200: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

182

d. Pengambilan tindakan

Variabel Pengambilan Tindakan diperoleh dari nilai rata-rata isian

kuesioner untuk pertanyaan Q6.

TABEL 11.4

DISTRIBUSI KELOMPOK JAWABAN RESPONDEN

UNTUK VARIABEL PENGAMBILAN TINDAKAN

TINDAKAN

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid RENDAH 6 11.3 11.3 11.3

SEDANG 1 1.9 1.9 13.2

TINGGI 46 86.8 86.8 100.0

Total 53 100.0 100.0

Dari 53 responden didapatkan 6 orang masuk dalam kelompok tingkat

pengambilan tindakan rendah (R), 1 orang tingkat pengambilan

tindakan sedang (S) dan 46 orang tingkat pengambilan tindakan tinggi

(T).

e. Kepedulian dan kerjasama

Variabel Kepedulian dan Kerjasama diperoleh dari nilai rata-rata isian

kuesioner untuk pertanyaan Q7.

TABEL 11.5

DISTRIBUSI KELOMPOK JAWABAN RESPONDEN

UNTUK VARIABEL KEPEDULIAN DAN KERJASAMA

KEPEDULIAN_KERJASAMA

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid RENDAH 8 15.1 15.1 15.1

SEDANG 9 17.0 17.0 32.1

TINGGI 36 67.9 67.9 100.0

Total 53 100.0 100.0

Page 201: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

183

Dari 53 responden didapatkan 8 orang masuk dalam kelompok tingkat

kepedulian dan kerjasama rendah (R), 9 orang tingkat kepedulian dan

kerjasama sedang (S) dan 36 orang tingkat kepedulian dan kerjasama

tinggi (T).

f. Kreativitas

Variabel tingkat Kreativitas diperoleh dari nilai rata-rata isian

kuesioner untuk pertanyaan Q8.

TABEL 11.6

DISTRIBUSI KELOMPOK JAWABAN RESPONDEN

UNTUK VARIABEL TINGKAT KREATIVITAS

Dari 53 responden didapatkan 13 orang masuk dalam kelompok

tingkat kreativitas rendah (R), 18 orang tingkat kreativitas sedang (S)

dan 22 orang tingkat kreativitas tinggi (T).

KREATIVITAS

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid RENDAH 13 24.5 24.5 24.5

SEDANG 18 34.0 34.0 58.5

TINGGI 22 41.5 41.5 100.0

Total 53 100.0 100.0

Page 202: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

184

g. Penyusunan tujuan baru

Variabel Penyusunan Tujuan Baru diperoleh dari nilai rata-rata isian

kuesioner untuk pertanyaan Q10.

TABEL 11.7

DISTRIBUSI KELOMPOK JAWABAN RESPONDEN

UNTUK VARIABEL PENYUSUNAN TUJUAN BARU

MENYUSUN_TUJUAN

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid RENDAH 13 24.5 24.5 24.5

SEDANG 10 18.9 18.9 43.4

TINGGI 30 56.6 56.6 100.0

Total 53 100.0 100.0

Dari 53 responden didapatkan 13 orang masuk dalam kelompok

tingkat penyusunan tujuan baru yang rendah (R), 10 orang tingkat

penyusunan tujuan baru yang sedang (S) dan 30 orang tingkat

penyusunan tujuan baru yang tinggi (T).

h. Negosiasi

Variabel Negosiasi masyarakat diperoleh dari nilai rata-rata isian

kuesioner untuk pertanyaan Q11.

TABEL 11.8

DISTRIBUSI KELOMPOK JAWABAN RESPONDEN

UNTUK VARIABEL NEGOSIASI

NEGOISASI

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid RENDAH 10 18.9 18.9 18.9

SEDANG 20 37.7 37.7 56.6

TINGGI 23 43.4 43.4 100.0

Total 53 100.0 100.0

Page 203: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

185

Dari 53 responden didapatkan 10 orang masuk dalam kelompok

tingkat negosiasi rendah (R), 20 orang tingkat negosiasi sedang (S) dan

23 orang tingkat negosiasi tinggi (T).

i. Kepuasan

Variabel Kepuasan masyarakat diperoleh dari nilai rata-rata isian

kuesioner untuk pertanyaan Q12 dan Q14.

TABEL 11.9

DISTRIBUSI KELOMPOK JAWABAN RESPONDEN

UNTUK VARIABEL KEPUASAN

Dari 53 responden didapatkan 6 orang masuk dalam kelompok tingkat

kepuasan rendah (R), 16 orang tingkat kepuasan sedang (S) dan 31

orang tingkat kepuasan tinggi (T).

KEPUASAN

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid RENDAH 6 11.3 11.3 11.3

SEDANG 16 30.2 30.2 41.5

TINGGI 31 58.5 58.5 100.0

Total 53 100.0 100.0

Page 204: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

186

j. Kepercayaan diri

Variabel tingkat Kepercayaan diri diperoleh dari nilai rata-rata isian

kuesioner untuk pertanyaan Q13.

TABEL 11.10

DISTRIBUSI KELOMPOK JAWABAN RESPONDEN

UNTUK VARIABEL TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI

KEPERCAYAAN_DIRI

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid RENDAH 10 18.9 18.9 18.9

SEDANG 15 28.3 28.3 47.2

TINGGI 28 52.8 52.8 100.0

Total 53 100.0 100.0

Dari 53 responden didapatkan 10 orang masuk dalam kelompok

tingkat kepercayaan diri rendah (R), 15 orang tingkat kepercayaan diri

sedang (S) dan 28 orang tingkat kepercayaan diri tinggi (T).

k. Keterampilan manajerial

Variabel Keterampilan manajerial diperoleh dari nilai rata-rata isian

kuesioner untuk pertanyaan Q9.

TABEL 11.11

DISTRIBUSI KELOMPOK JAWABAN RESPONDEN

UNTUK VARIABEL KETERAMPILAN MANAJERIAL

KEMAMPUAN_MANAJERIAL

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid RENDAH 9 17.0 17.0 17.0

SEDANG 9 17.0 17.0 34.0

TINGGI 35 66.0 66.0 100.0

Total 53 100.0 100.0

Page 205: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

187

Dari 53 responden didapatkan 9 orang masuk dalam kelompok tingkat

kemampuan manajerial rendah (R), 9 orang tingkat kemampuan

manajerial sedang (S) dan 35 orang tingkat kemampuan manajerial

tinggi (T).

l. Pengumpulan keputusan

Variabel Pengumpulan Keputusan diperoleh dari nilai rata-rata isian

kuesioner untuk pertanyaan Q15.

TABEL 11.12

DISTRIBUSI KELOMPOK JAWABAN RESPONDEN

UNTUK VARIABEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN

KEPUTUSAN

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid RENDAH 13 24.5 24.5 24.5

SEDANG 5 9.4 9.4 34.0

TINGGI 35 66.0 66.0 100.0

Total 53 100.0 100.0

Dari 53 responden didapatkan 13 orang masuk dalam kelompok

tingkat pengambilan keputusan rendah (R), 5 orang tingkat

pengambilan keputusan sedang (S) dan 35 orang tingkat pengambilan

keputusan tinggi (T).

Page 206: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

188

Lampiran 12

ANALISIS VALIDITAS

a. Analisis Validitas

Dalam analisis validitas, butir pertanyaan dapat dilihat pada keluaran

uji reliabilitas pada kolom corrected item-total correlation. Dengan

jumlah responden (n) sebanyak 53 orang, maka diperoleh rumus df

(degree of freedom) = n – 2. Jadi df = 53 – 2 = 51. Apabila merujuk

pada r tabel di bawah, df = 51 dengan tingkat signifikansi 5 %, maka

menunjukan nilai r tabel = 0.2706

TABEL 12.1 TABEL R

(KOEFISIEN KORELASI SEDERHANA)

Page 207: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

189

TABEL 12.2 HASIL ANALISIS REABILITAS

(ITEM-TOTAL STATISTIC)

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

Q2 47.6792 70.953 .626 .591 .815

Q3 48.4717 72.331 .426 .476 .826

Q4 48.0943 74.472 .414 .424 .827

Q5 47.7170 73.207 .393 .304 .828

Q6 47.5849 70.440 .628 .457 .814

Q7 47.9057 68.433 .532 .473 .819

Q8 48.5094 72.216 .475 .435 .823

Q9 48.0377 72.114 .430 .517 .826

Q10 48.1509 68.477 .511 .544 .820

Q11 48.3208 66.914 .706 .557 .807

Q12 48.1698 74.759 .361 .505 .837

Q13 48.1509 67.438 .562 .533 .816

Q14 47.4340 76.173 .357 .363 .830

Q15 48.0943 71.472 .335 .535 .835

Ketentuan hasil akhirnya adalah apabila r hitung > r tabel maka item

pertanyaan dapat dikatakan valid dan sebaliknya jika r hitung < r tabel

maka item dapat dikatakan tidak valid. (r hitung didapatkan dari hasil

pengujian spss sedangkan r tabel didapatkan dari tabel …)

Page 208: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

190

Berdasarkan analisis keluaran SPSS dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. pertanyaan Q2, nilai r-hitung 0,626 > r-tabel 0,2706, maka di nyatakan valid.

2. pertanyaan Q3, nilai r-hitung 0,426 > r-tabel 0,2706, maka di nyatakan valid.

3. pertanyaan Q4, nilai r-hitung 0,414 > r-tabel 0,2706, maka di nyatakan valid.

4. pertanyaan Q5, nilai r-hitung 0,393 > r-tabel 0,2706, maka di nyatakan valid.

5. pertanyaan Q6, nilai r-hitung 0,628 > r-tabel 0,2706, maka di nyatakan valid.

6. pertanyaan Q7, nilai r-hitung 0, 532 > r-tabel 0,2706, maka di nyatakan valid.

7. pertanyaan Q8, nilai r-hitung 0,475 > r-tabel 0,2706, maka di nyatakan valid.

8. pertanyaan Q9, nilai r-hitung 0,430 > r-tabel 0,2706, maka di nyatakan valid.

9. pertanyaan Q10, nilai r-hitung 0,511 > r-tabel 0,2706, maka di nyatakan valid.

10. pertanyaan Q11, nilai r-hitung 0,706 > r-tabel 0,2706, maka di nyatakan valid.

11. pertanyaan Q12, nilai r-hitung 0,361 > r-tabel 0,2706, maka di nyatakan valid.

12. pertanyaan Q13, nilai r-hitung 0,562 > r-tabel 0,2706, maka di nyatakan valid.

13. pertanyaan Q14, nilai r-hitung 0,357 > r-tabel 0,2706, maka di nyatakan valid.

14. pertanyaan Q15, nilai r-hitung 0,335 > r-tabel 0,2706, maka di nyatakan valid.

b. Analisis Reliabilitas

Dalam sebuah analisis reabilitas dapat dilihat dari keluaran SPPS

dengan menggunakan tabel reliability statistic. Reabilitas suatu data

dapat dikatakan baik jika memiliki nilai Croanbach’s Alpha > 0,6.

TABEL 12.3

TABEL HASIL ANALISIS REABILITAS

(REABILITY STATISTIC)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of

Items

.834 .839 14

Dari hasil data SPSS didapatkan nilai Croanbach’s Alpha sebesar

0.834 > 0,60. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang dibuat

adalah Reliabel.

Page 209: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

191

Lampiran 13

Transkip Wawancara

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : Partisipan Program

A. Tempat dan waktu wawancara

Tempat Wawancara : Rumah partisipan Desa Ujung Jaya

Hari/Tanggal : Kamis, 28 November 2019

Waktu :09.00 WIB

B. Identitas informan

Nama Narasumber : Na’ah / 50 Tahun

Pekerjaan/Peran : Petani/Partisipan Program

Suasana Wawancara : Informal, Santai.

1. Berapa kali anda hadir mengikuti program sekolah lapangan

pertanian ekologis?

Iya mas andi kebetulan saya baru ikut program SL ini dari akhir

tahun 2018 tapi saya lupa bulannya, karena diajak juga sama ibu

siti, kebetulan teh dia ikut program juga hehehe, katanya bagus

yaudah saya ngikut (Kira kira berapa kali bu hadir di

pertemuan?)Kalau di hitung yaa berapa ya, paling 5 eh 6 kali

paling mas, jarang juga saya ikut pertemuan. Karena umur juga sih

mas, saya kalau jalan agak jauh sakit kakinya. Kadang ngurus

cucu juga sama saya soalnya di rumah.

2. Bagaimana bentuk partisipasi anda terhadap program

sekolah lapangan pertanian ekologis?

Yak karena gimana ya bisa di bilang baru ikut, saya sekedar

dateng aja sih. Kalo ada pelajaran bikin pupuk dari apa itu

namanya kotoran kambing ya saya ikut juga sama ibu ibu sini,

kalo lagi belajar nanam ya saya ikut juga.

3. Hal apa yang menjadi motivasi anda untuk berpartisipasi

dalam program sekolah lapangan pertanian ekologis?

Gimana ya mas saya karena udah tua juga, udah umur, cucu ada

banyak. Ga mungkin minta duit juga sama anak-anak, anak ada 5

tapi udah pada nikah semua, jadi ya belajar belajar lah, dulu punya

Page 210: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

192

dulu saya lahan padi, tapi gagal terus hama nya banyak disini.

Daripada sayang gitu, kata ibu ibu yang lain, programnya bagus,

jadi ya coba belajar dulu pertanian apa eh organik ya. Saya mah

ikut aja dulu coba-coba.

4. Bagaimana bentuk bantuan yang anda berikan kepada

masyarakat (dalam program sekolah lapangan pertanian

ekologis atau saat terjadi bencana alam gempa bumi dan

tsunami beberapa bulan lalu)?

Kalau lagi di kelas ya paling apa ya mas hehehe saya jarang sih

mas, paling ibu-ibu yang lain aja itu suka bawa makanan cemilan.

Kalo saya jarang hehehe gapernah kayanya mas, saya dateng

doang sih. (Saat Tsunami kemarin gimana bu kondisi desa?)

Oh kemarin ya tsunami itu ya, parah disini itu mas karena kita

deket pantai juga, kemarin itu yang di depan pada hancur itu mas

rumah-rumah tuh, saya di rumah waktu itu mas , mana sama cucu-

cucu langsung keluar rumah aja. Gabisa bantu apa-apa juga mas,

penyakit kaki ini jadi gabisa kemana kemana saya, tapi eh banyak

juga itu yang bantu bantu dari luar luar kaya pakaian, makanan

gitu.

Page 211: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

193

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : Partisipan Program

A. Tempat dan waktu wawancara

Tempat Wawancara : Rumah Partisipan Desa Cibadak

Hari/Tanggal : Kamis, 28 November 2019

Waktu : 13.00 WIB

B. Identitas informan

Nama Narasumber : Idah / 38 Tahun

Pekerjaan/Peran : Petani/Partisipan Program

Suasana Wawancara : Informal, Santai.

1. Berapa kali anda hadir mengikuti program sekolah lapangan

pertanian ekologis?

Gak hitung saya mas hehe kayanya lebih dari 5 mas. Jarang saya

ikut juga.

2. Bagaimana bentuk partisipasi anda terhadap program

sekolah lapangan pertanian ekologis?

Saya belum ngelakuin apa-apa sih mas, tapi kalo lagi ada

pertemuan saya hadir terus karena lokasi pertemuan kan cuma 2

rumah dari rumah saya ya. Saya juga suka bantu bantu bawa

makanan gitu kaya gorengan, minum the, kopi itu dari rumah.

Karena memang deket juga ya. Selama ini ya paling baru sekedar

itu aja sih, sekedar dateng dengerin materi sama itu ya diskusi

biasanya ibu-ibu, bapak-bapak sama kang Ajat juga (Faslok).

3. Hal apa yang menjadi motivasi anda untuk berpartisipasi

dalam program sekolah lapangan pertanian ekologis?

Dulu saya di ajak sih mas katanya ada program tani gitu ya dari

WWF, tani organik gitu ya saya ikut aja deh. Ngisi waktu juga

mas.Saya berharap bisa nerapin sih pertanian organik itu katanya

modalnya kecil juga kan ya, pupuk-pupuk nya bikin sendiri.

4. Adakah perubahan yang anda rasakan dari segi kepercayaan

diri setelah mengikuti program sekolah lapangan pertanian

ekologis?

Apa ya mas, saya orangnya kurang berani kalo ngomong-

ngomong di depan orang banyak, saya karena baru baru ikut

Page 212: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

194

(program sekolah lapangan pertanian ekologis) juga, ya jadi paling

ngikutin ibu-ibu yang lain aja gitu hehehe (saat dalam kegiatan

atau saat presentasi apakah ibu sering berbicara di depan

orang lain?) Jarang saya mas, gimana ya pemalu saya orangnya

hehehe kurang bisa gitu kalo ngomong di depan banyak orang. Ya

mungkin ke depannya kali ya mas, kalo saya sudah sering bisa jadi

berani.

Page 213: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

195

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : Partisipan Program

A. Tempat dan waktu wawancara

Tempat Wawancara : Rumah Partisipan Desa Ujung Jaya

Hari/Tanggal : Kamis, 28 November 2019

Waktu : 17.00 WIB

B. Identitas informan

Nama Narasumber : Nuriah / 40 Tahun

Pekerjaan/Peran : Petani/Partisipan Program

Suasana Wawancara : Informal, Santai.

1. Berapa kali anda hadir mengikuti program sekolah lapangan

pertanian ekologis?

Sejak tahun akhir tahun 2018 kalau ga salah, ya tapi gitu mas saya

jarang sekali datang, ini sudah lama banget saya gak kesini.

2. Bagaimana bentuk partisipasi anda terhadap program

sekolah lapangan pertanian ekologis?

Sampai sekarang saya baru ikut dateng pertemuan aja sih, belum

sempat ikut yang lain-lain sih.

3. Hal apa yang menjadi motivasi anda untuk berpartisipasi

dalam program sekolah lapangan pertanian ekologis?

Motivasi tuh gimana mas? Yang ngajak saya gitu? (hal apa yang

mendorong bu Nuriah untuk ikut ke dalam program ini?)

hmm, apa ya mas hehehe kayanya saya pengen tahu gitu mas

program tani organik tuh kaya gimana, saya sama suami juga

bertani, Cuma ya pakai pupuk kimia aja gitu. Kata ibu-ibu yang

lain kalo pertanian organik lebih murah ya pupuknya buat sendiri.

Ya sekedar belajar sih mas, suami saya kan kadang bertani,

kadang nelayan gitu kerjaannya di laut depan.

4. Bagaimana bentuk bantuan yang anda berikan kepada

masyarakat (dalam program sekolah lapangan pertanian

ekologis atau saat terjadi bencana alam gempa bumi dan

tsunami beberapa bulan lalu)?

Waktu itu saya disini sih mas di Ujung Jaya, itu parah banget ya

gempanya sampai daerah daerah deket laut itu mas pada hancur itu

Page 214: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

196

mas. Alhamdulillah syukur Allah kita gak kena disini mas. Gak

bantu apa-apa sih saya nya, tapi orang luar banyak yang bantu gitu

mas kesini bawa bawa makanan, baju gitu ya banyak. Beberapa

kelompok dari luar, dari Jakarta juga kan sudah banyak yang bantu

mas.

5. Adakah perubahan yang anda rasakan dari segi kepercayaan

diri setelah mengikuti program sekolah lapangan pertanian

ekologis?

Waduh gimana ya mas, saya orangnya gapernah berani ngomong

di depan orang, malu malu saya gitu. Biasanya sih ibu-ibu yang

lain aja gitu pada berani per kelompok itu apa namanya itu hmmm

presentasi ya suka ngomong di depan, kalo saya ikut ikut aja gitu

mas malu saya hehe. Ya kalo ngomong perubahan sih sampai saat

ini belum sih ya, saya ga menyalahkan pihak mana pun mas,

memang dari saya nya aja memang pemalu mas kalo udah di suruh

ngomong di depan gitu.

Page 215: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

197

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : Partisipan Program

C. Tempat dan waktu wawancara

Tempat Wawancara : Rumah Partisipan Desa Ujung Jaya

Hari/Tanggal : Kamis, 28 November 2019

Waktu : 17.00 WIB

D. Identitas informan

Nama Narasumber : Sakiwan / 43 Tahun

Pekerjaan/Peran : Petani/Partisipan Program

Suasana Wawancara : Informal, Santai.

1. Berapa kali anda hadir mengikuti program sekolah lapangan

pertanian ekologis?

Wah saya gapernah ga hadir gitu mas kalo pertemuan hehe kalo

memang ga ada halangan, Karena saya tertarik banget sama

programnya, kebetulan saya jadi salah satu aplikator juga di desa

Taman Jaya barengan sama kang doni (Marhad Doni, Faslok

Taman Jaya).

2. Bagaimana bentuk partisipasi anda terhadap program

sekolah lapangan pertanian ekologis?

Selain kehadiran gapernah absen juga, ya itu tadi sih mas saya jadi

salah satu aplikator juga di desa Taman Jaya. Kebetulan saya juga

sering ikut dalam pertemuan sama Pemerintah Desa gitu

contohnya, kalo lagi kumpul buat ToT juga sering ikut saya mas

biasanya berapa bulan sekali gitu terakhir di daerah labuan ya

kalau ga salah. Sempat di ajak sama kang Doni juga mas untuk

jadi faslok pengganti gitu kalo kang Doni tidak bisa hadir

pertemuan, di Taman Jaya banyak juga sih mas fasloknya ada 4

orang kalau gak salah.

3. Hal apa yang menjadi motivasi anda untuk berpartisipasi

dalam program sekolah lapangan pertanian ekologis?

Saya tuh bertani sudah dari 2007 mas, semua pekerjaan sudah saya

kerjain mas, nelayan ke laut apalagi pertanian yaa sudah pernah

saya coba semua padi, pisang segala macam kebun dan yaa

banyak lah. Ya gimana ya, namanya di desa mas, cari pekerjaan

Page 216: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

198

susah, tapi saya lebih pilih hidup di desa di banding cari kerja ke

kota hehehe balik lagi ke motivasi saya ya itu satu karena memang

saya udah lama nekunin pertanian dan hal lain apa yaa, hmm ya

bukan ingin di puji atau gimana ya mas, saya tergerak sih dalam

hati saya gitu ada harapan semoga bisa buat perubahan untuk

Taman Jaya, karena saya lahir dan besar disini juga kan ya saya

taulah ngeliat orang tua juga kalo kerjaan nelayan, bertani itu

susah. Teman-teman WWF datang kesini bareng sama masyarakat

mau bawa perubahan dengan SL ini, masa kita masyarakat gam au

bantu sih hehe ya simple nya gitu mas. Apapun terkait

kepentingan desa sih insyaallah saya bantu mas.

4. Apa manfaat yang anda rasakan setelah mengikuti program

sekolah lapangan pertanian ekologis?

Dari segi apa dulu nih mas? Wahh dalam banyak hal sih saya

kayanya sudah terbantu,contoh lah ya dari segi ekonomi otomatis

kan pertanian organik itu ongkos produksinya lebih murah ya ga

nyampe 300ribu lah ya buat pupuk, paling kita tenaga aja. Terus

pertanian organik juga lebih kuat mas tanamannya , lebih tahan

hama. (Kalau dari segi peningkatan kapasitas gitu pak, apa

yang bapak rasakan setelah mengikuti program? Ya

contohnya seperti peningkatan kepercayaan diri, berani

mengemukakan opini, Perubahan yang bapak rasakan

sebelum dan sesudah megikuti program.) Kalo itu banyak juga

mas, ya kalau kita bicara kepercayaan diri, ya saya rasa sih banyak

peningkatan ya, karena kebetulan saya sering bantu bantu kang

Doni di pertemuan dan diskusi sama Pemdes, saya banyak belajar

sih cara bersikap, cara berbicara di depan orang banyak, menyusun

kata kata, cara meng koordinasi kan masyarakat gimana. Yang

paling penting sih kita di SL itu belajar menganalisa hal apapun,

jadi kita peserta itu di latih untuk peka terhadap hal apapun gitu.

Page 217: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

199

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : Fasilitator lokal

A. Tempat dan waktu wawancara

Tempat Wawancara : Rumah Fasilitator Desa Cibadak

Hari/Tanggal : Senin, 23 September 2019

Waktu : 17.00 WIB

B. Identitas informan

Nama Narasumber : Ajat / 28 Tahun

Pekerjaan/Peran : Petani/Partisipan Program

Suasana Wawancara : Informal, Santai.

1. Kapan anda tergabung sebagai fasilitator lokal program

sekolah lapangan pertanian ekologis?

Sejak awal tahun 2017 , saya lupa bulannya mas. Sudah hampir

jalan 2 tahun.

2. Bagaimana awal mula terbentuknya program sekolah

lapangan pertanian ekologis di desa penyangga Taman

nasional Ujung Kulon?

Jadi tahun 2016 WWF berkunjung ke desa kami berkumpul tuh

masyarakat, pemerintah desa, forum komunikasi desa sama tokoh

masyarakat melakukan SLA (sustainabily livelihood assessment)

banyak tuh mas yang di diskusiin mulai dari menentukan

permasalahan dan potensi desa melalui sejarah desa, peta desa,

kalender musim, dll. Setelah beberapa kali pertemuan untuk

diskusi akhirnya kita sama WWF dan pihak lainnya melakukan

RAM (Rencana aksi masyarakat) ya kurang lebih kita bikin

prioritas masalah berdasarkan metode SLA tadi mas. Nah dan

semua pihak sepakat bahwa permasalahannya adalah pengelolaan

pertanian yang belum optimal. Akhirnya semua sepakat untuk

bentuk program pertanian yang lebih efektif dan efisien salah satu

caranya melalui pertanian organik mas.

3. Menurut anda apa saja manfaat dari program sekolah

lapangan pertanian ekologis?

Banyak banget sih mas sebenarnya, salah satunya itu biasanya di

kami kalau menggunakan pola pertanian konvensional dengan

pupul kimia itu biaya produksi bisa lebih mahal dari hasil

Page 218: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

200

produksi, perbandingannya itu kalau kita pakai pola pertanian

ekologis/organik bisa menghemat 3 sampai 4 kali lipat biaya

produksi. Kalau biasanya kita beli pupuk kimia habis Rp.

1000.000, saat kita pakai pupuk organik cuma habis Rp. 250.000.

Sejak menggunakan pola tanam organik kita juga jarak tanam

lebar,benih lebih irit, kalau dulu kita pakai sistem tanam ombol,

nah tanam ombol itu jarak tanam sempit, kan itu jadi pemborosan

benih, hemat waktu dan tenaga. Terus apalagi ya, itukan lebih ke

segi teknis ya, kalo dari segi perubahan sikap juga kelihatan mas,

dulu kita tuh kalo ngomong di depan orang banyak malu mas,

kalau sekarang alhamdulillah jadi percaya diri karena terbiasa juga

mungkin bicara di depan masyarakat dan pemerintah desa setelah

jadi faslok. Karena di SLPE kita juga ada sesi presentasi kelompok

dalam agro ekosistem, jadi kita (saya dan masyarakat) terbiasa

mengemukakan opini mas.

4. Kreativitas merupakan aspek yang di pertimbangkan dalam

setiap program pemberdayaan masyarakat, Bagaimana

tanggapan anda apabila selama pelaksanaan program, tingkat

kreativitas masyarakat masih tergolong rendah?

Oke mas, jadi memang benar ya dalam konsep pemberdayaan

masyarakat masih banyak kita temui ya hmmm masyarakat yang

dalam tanda kutip gitu sifatnya nurut aja gitu ya, nurut tuh

maksudnya gak kasih opini, gak kasih komentar atau saran untuk

program ini ya, jadi ya manut aja gitu. Kalau kita bicara konsep

pemberdayaan masyarakat itu kan memang seharusnya sifatnya

dari bawah ya, apa namanya hmm bottom up, dan yang pasti tugas

kami dan teman teman pemandu ya, teman teman faslok dari

seluruh desa adalah menggali dan mengembangkan rasa

inisiatifnya. Bukannya kita teman-teman faslok menyimpulkan ya,

tapi benar memang yang kita temui di lapangan itu tingkat

kreativitas masyarakat masih tergolong sangat rendah. Karena

memang pada dasarnya masyarakat desa, ya khususnya

masyarakat desa cibadak terkenal dengan budaya latahnya, latah

yang dimaskud disini itu apabila ada yang koordinasi gitu ya dari

pihak-pihak lainnya ya kaya Pemdes atau dari pihak WWF gitu ya,

masyarakat tuh baru mau gerak. Rasa kreativitas dan sikap

inisiatifnya tuh masih rendah sekali. Maka dari itu pembelajaran

yang selalu di terapkan dalam SL adalah belajar menganalisa,

bukan menyimpulkan, sehingga ya dalam kedepannya, setidaknya

Page 219: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

201

dalam 16 kali pertemuan, masyarakat selalu diasah kemampuan

menganalisa dalam hal apapun , ya permasalahan bertaninya,

permasalahan dalam kelompoknya/organisasi bermasyarakatnya.

Ya kurang lebih seperti itu mas.

(Lalu hal apa yang menjadi pertimbangan anda untuk terus

mengajak masyarakat berpartisipasi dalam program?)

Oke jadi sebenarnya walau bisa kita simpulkan saat ini tingkat

kreativitas masyarakat masih rendah, tapi yang patut kita apresiasi

adalah konsistensi dari masyarakat itu sendiri, kita sangat

menghargai ketekunan masyarakat ,yaa walau ga banyak ya

masyarakat petani yang konsisten selalu hadir dalam pertemuan,

tapi setidaknya mereka hadir dulu dalam pembelajaran, ya

walaupun harapan kita pastinya, ke depannya akan selalu muncul

peningkatan peningkatan cara pandang masyarakat itu sendiri ya

contohnya kreativitas, memang yang seperti saya bilang tadi,

masyarakat desa itu butuh pihak-pihak yang apa ya kita sebut tuh

memantik mereka untuk bersikap kreatif, ya mungkin dalam

pembelajaran juga di terapkan membuat kerajinan atau apapun lah.

Itu juga yang menjadi PR kami, agar tujuan kita tercapai yaitu

munculnya rasa kemandirian dalam masyarakat.

5. Hal apa yang perlu ditingkatkan untuk program

pemberdayaan masyarakat melalui sekolah lapangan

pertanian ekologis?

Kalau menurut saya SL itu kalau diterapkan hanya 1 periode ya

dalam 1 tahun, itu belum maksimal. Karena masih banyak peserta

yang awalnya gitu datang cuma datang iseng. Coba di adakannya

2 periode saja dalam 1 tahun, mungkin ya banyak orang yang

awalnya cuma datang iseng, mungkin bisa jadi fokus lagi gitu

belajarnya,. Harapan kami juga sih yang perlu ditingkatkan itu

jumlah jumlah aplikator program, jadi masyarakat ga hanya

sekedar belajar aja, tapi juga berani nerapin pola pertanian organik

di lahannya, penyebarluasan program ke lokasi lain juga perlu

mengingat di kecamatan cimanggu ini baru beberapa desa aja yang

jalan, dan kita seharusnya diskusi lagi sama WWF untuk bentuk

visi program sampai ke tahap distribusi hasil panen. Karena saat

ini kan kurikulum cuma sampai tahap panen aja.

Page 220: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

202

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : Fasilitator lokal

A. Tempat dan waktu wawancara

Tempat Wawancara : Basecamp Fasilitator Desa Cibadak

Hari/Tanggal : Rabu, 25 September 2019

Waktu : 13.00 WIB

B. Identitas informan

Nama Narasumber : Mbah kiwong / 66 Tahun

Pekerjaan/Peran : Petani/Partisipan Program

Suasana Wawancara : Informal, Santai.

1. Kapan anda tergabung sebagai fasilitator lokal program

sekolah lapangan pertanian ekologis?

Saya dari tahun 2016 mas, sejak awal mulai program SLPE.

Karena program ini dari awal memang dikerjainnya di desa ini

(Taman Jaya).

2. Bagaimana awal mula terbentuknya program sekolah

lapangan pertanian ekologis di desa penyangga Taman

nasional Ujung Kulon?

Jadi dulu tahun 2016 WWF ujung kulon buat pertemuan mas

bareng masyarakat perwakilan dari beberapa desa dan forum

komunikasi desa di kawasan penyangga TNUK melakukan SLA

(Sustainble Livelihoods Approach), kebetulan desa kita juga jadi

desa perdana yang ngejalanin program ini. Duli kita pakai metode

sejarah desa, peta desa untuk nentuin modal sosial, sumber daya

manusia, modal alam, dan modal fisik desa. Setelah itu WWF

bareng masyarakat desa buat RAM (Rencana aksi masyarakat)

mas namanya itu untuk nentuin prioritas permasalahan dari masing

masing desa, setelah ditemuin kesepakatan bahwa permasalahan

desa di dominasinya sama permasalahan agraria / pertanian. Lalu

di mulai tuh konsep pemberdayaan masyarakat sama

pengorganisasian masyarakat pakai pendekatan pertanian yang di

beri nama Sekolah Lapang. WWF juga rutin 3 bulan sekali buat

pertemuan ToT (Training of Trainer) itu kaya agenda kumpul

diskusi antara WWF sama faslok perwakilan masing-masing desa

buat sharing gitu kita diskusi permasalahan apa yang terjadi di

proses pembelajaran desa masing-masing ToT juga tujuannya buat

Page 221: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

203

menyamakan kemajuan kurikulum di setiap pertemuan sekolah

lapang mas.

3. Menurut anda apa saja manfaat dari program sekolah

lapangan pertanian ekologis?

Pertama yang kita rasaian banget dari segi modal mas, biaya

produksi kita jauh berkali kali lipat lebih murah kalau pakai pola

pertanian ekologis. Secara kita buat semua pupuknya sendiri,

paling yang beli bibitnya aja. Terus juga pupuk organik ini lebih

tahan hama, hmmm secara kan disini hama wereng cokelatnya

susah banget di basmi, tapi kalo pakai pupuk organik itu hamanya

terkendali. Kalau dari segi perubahan sikapnya sih yang saya

rasain itu masyarakat jadi guyub lagi, ngumpul kerjasama bareng.

Banyak ibu ibu yang tadinya pemalu sekarang jadi berani

ngutarain pendapatnya kalau lagi diskusi sama pemerintah desa.

4. Kreativitas merupakan aspek yang di pertimbangkan dalam

setiap program pemberdayaan masyarakat, Bagaimana

tanggapan anda apabila selama pelaksanaan program, tingkat

kreativitas masyarakat masih tergolong rendah?

Ya memang kalau kita lihat di beberapa desa ya mas ya, memang

kita lihat masyarakatnya masih kurang kreatif , kreatif yang saya

dan mas mungkin maksud adalah kurangnya kesadaran untuk

memulai gitu ya? Ya memulai apapun , ide-ide, rencana rencana

baru yang sifatnya membangun desa ya tentunya. Memang

pendapat saya pribadi masih sangat rendah di banding peningkatan

yang di rasakan pada aspek-aspek lain. Tapi memang

perbandingannya sedikit ya, tapi ada 1 desa mas rancapinang itu

kreativitasnya lumayan tinggi, disana ada buat kerajinan gitu

anyaman. Dan itu bagus menurut saya, dan yang jadi pertanyaan

adalah mereka bisa buat seperti itu tapi kenapa desa kita dan desa

lain gak bisa? Padahal kapasitas pemandu nya (faslok) sama, di

ToT oleh WWF bareng juga, pertemuan juga sama 16 kali. Tapi

ya itu tadi, masyarakat masih dominan yang sifatnya ngikut aja

deh , pihak-pihak di atas “pemerintah” bikin program ini ya dia

ngikut, ada bantuan dia ngikut, Cuma bisa jadi pengikut tapi gak

bisa jadi pencipta gitu ya kasarnya, ya kita gak nyalahin siapa

siapa sih, karena kami sadar. Kreativitas itu muncul karena sebuah

Page 222: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

204

kebiasaan ya, dan menjadi PR juga bagi kami faslok untuk

membuat kebiasaan tersebut

(Lalu hal apa yang menjadi pertimbangan anda untuk terus

mengajak masyarakat berpartisipasi dalam program?)

Ya memang kita bisa simpukan bahwa misalnya ya ini ada

beberapa orang kok kreativitasnya rendah ya di banding yang lain,

tapi gak bisa memungkiri bahwa orang yang saat ini kreativitasnya

rendah tersebut, 2 atau 3 tahun lagi ya ataupun kapanpun itu lah

ternyata malah bisa jadi faslok kaya saya dan teman teman atau

bahkan bisa bawa perubahan yang baik untuk desa kita. Ya jadi

kami para faslok sangat apa ya namanya, menghargai dulu

partisipasi mereka, ya yang kami bisa cuma terus menggali potensi

potensi yang ada di desa, terutama dalam segi kreativitas. Karena

biasanya kalo kita bicara kreativitas, ibu-ibu ya yang kreatif.

5. Hal apa yang perlu ditingkatkan untuk program

pemberdayaan masyarakat melalui sekolah lapangan

pertanian ekologis?

Kami semua sih masyarakat Taman Jaya berharap ke depannya

program ini berlanjut sampai distribusi hasil panen mas, karena

sekarang kita kita belum dapat pembelajaran gimana caranya jual

hasil panen ke pasar dengan harga yang sesuai, gak kemurahan

seperti jual ke tengkulak.

Page 223: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

205

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : Pemerintah Desa

A. Tempat dan waktu wawancara

Tempat Wawancara : Kantor Desa Cibadak

Hari/Tanggal : Senin, 23 September 2019

Waktu : 13.00 WIB

B. Identitas informan

Nama Narasumber : Dace / 32 Tahun

Pekerjaan/Peran : Sekertaris desa Cibadak/Pemerintah Desa

Suasana Wawancara : Formal, Santai.

1. Bagaimana bentuk support dan bantuan Pemerintah Desa

dalam pelaksanaan program sekolah lapangan pertanian

ekologis?

Kami pemerintah desa sangat mendukung ya program ini,

kebetulan saya kan juga anggota LPMD dan Forkom Desa juga,

mencoba mengkolaborasikan kegiatan Forkom yang di support

oleh WWF dan Desa Cibadak, dan alhamdulillah support dari desa

sudah masuk ya kaya pemberian polybag untuk pembenihan, lalu

dukungan terkait Peraturan desa bahwa masyarakat di wajibkan

megikuti kegiatan SL itu sudah mulai keluar.

2. Bagaimana awal mula terbentuknya program sekolah

lapangan pertanian ekologis di desa penyangga Taman

nasional Ujung Kulon?

Oke, jadi kalo kita berbicara tentang SL di cibadak ini memang SL

ini bisa kita katakan program yang baru ya. Jadi dulu di tahun

2016 itu kita berkumpul mengadakan Namanya SLA (Sustainabily

Livelihood Assesment) bagaimana mengkaji kehidupan desa

secara berkelanjutan, nah setelah adanya SLA itu dalam SLA dari

masing masing instansi ada masyarakat biasa, tokoh masyarakat,

ada dari desa (Pemerintah Desa), petani dan sebagainya sejumlah

30 orang lah kira-kira di kumpulkan untuk menganalisa, menggali

potensi apa aja yang ada didesa dan apa permasalahan, dan semua

sepakat bahwa di desa cibadak, bahkan seluruh desa penyangga itu

memang paling banyak yaaa pertanian , pertaniannya sangat luar

biasa. Kendalanya banyak, baik itu hama, baik itu tanamannya

Page 224: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

206

mati tiba-tiba dan sebagainya. Setelah di kaji ternyata bener mas di

temukan masalahnya itu masyarakat tidak intensif mengurus

lahannya. Sehingga perlu di adakan apa namanya, hmmm program

yang mengatur sawah itu harus seperti apa, masyarakat harus bisa

membedakan itu namanya hama, mana penyakit, mana musuh

alami, nah kenapa makanya program ini di adakan, ya salah

satunya dari SLA itu. Sehingga dari SLA itu ketauan nih ternyata

desa Cibadak itu lahan pertaniannya banyak, cuma pengelolaannya

belum optimal di karenakan mohon maaf sumber daya manusianya

di bidang pertanian masih lemah, gitu. Sehingga ya kurang lebih

program SL ini menjadi jawaban dari permasalahan yang ada di

desa kita.

3. Apa manfaat yang dirasakan Pemerintah Desa setelah di

impelemtasikan program sekolah lapangan pertanian ekologis

di desa penyangga kawasan Taman Nasional?

Menurut saya respon masyarakat sudah cukup bagus ya, setelah

berjalannya program, masyarakat jadi cukup antusias. Karena

secara teknis kita ngadain SL itu kan 5 titik, jadi hampir setiap

kampung memang mengadakan SL, secara tidak langsung

masyarakat disana juga yaa yang dulunya berbicara tentang

keguyubannya berkurang , tingkat sosialnya berkurang, karena

itukan permasalahan sosial juga ya, setelah mengadakan SL

mereka yaa bergabung, ngobrol bareng. Ya itu kan salah satu bukti

peningkatan sosial ya, disana ada nilai sosialnya ya, itu satu.

Kedua, karena disini POD ya Pendidikan orang dewasa mereka

kan jadi mau gamau harus bisa mengungkapkan, mampu bertanya,

ya memang sebagian besar masyarakat kan awalnya cuek, bahkan

kami nih pemerintah desa juga di bantu ya sama masyarakat, bantu

ngajak teman-teman petani yuk ikut bergabung, secara ga

langsung mereka terus bersosialiasi sampai sekarang anggotanya

cukup banyak. Masyarakat tuh berani beropini sama masyarakat

lainnya, mampu menganalisa. Intinya sih mas, dulu sebelum ada

SL, masyarakat lebih sering menyimpulkan daripada menganalisa,

setelah mereka bergabung, ya apapun yang mereka bicarakan ya

mereka analisa dulu, benar tidak nah seperti itu.

Page 225: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

207

4. Hal apa yang perlu ditingkatkan untuk program

pemberdayaan masyarakat melalui sekolah lapangan

pertanian ekologis?

Karena saya juga bagian dari Forkom Desa , harapan saya sih ke

depannya seluruh desa sehingga program ini bisa di terapkan di

Ujung Kulon, dan memang itu tidak bisa serentak, harus bertahap

ya, seperti itu. Juga semoga bisa di kembangkan lagi ya metode

pertanian organiknya. Terus selanjutnya juga yang kami dan

masyarakat butuhkan dari tim WWF adalah terkait riset pasar itu,

sehingga selain bisa mengelola, menanam, memanen, masyarakat

juga punya “wadah” untuk menjual, yah simple nya distribusi nya

juga harus di pertimbangkan sehingga masyarakat petani punya

keuntungan yang lebih besar. Dan juga yang kita pikirkan ya sama

teman-teman Forkom, bagaimana mengubah pola pikir pihak

manapun untuk mensupport, karena berbica tentang program SL

ini kita gabisa selamanya bergantung sama WWF. Kami harap

peningkatan kapasitas juga perlu terus dilakukan buat si Faslok,

sehingga teori yang di miliki juga bisa bertambah dan di

praktekan.

Page 226: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

208

Lampiran 14

Catatan Lapangan Observasi

CATATAN OBSERVASI

Observasi 1

Hari/Tanggal : Senin, 23 September 2019

Lokasi : Desa Cibadak dan Desa Rancapinang

Pada 22 September 2019 perjalanan dari kantor WWF

Ujung Kulon Project menuju Desa Cibadak menempuh waktu

hampir 4 jam, separuh perjalanan saya lalui dan didampingi oleh

pihak WWF Ujung Kulon Project dengan akses jalan beraspal,

namun separuh perjalanan saat memasuki kawasan penyangga

Taman Nasional kecamatan Cimanggu, aksen jalan bisa dikatakan

sangat parah, jalan disana hanya bisa di lalui oleh kendaraan off-

road atau setidaknya mobil pick up. Askes jalan sangat sulit untuk

dilalui motor karena struktur jalan terbuat dari tumpukan batu kali

yang disusun menutupi tanah merah. Saya bermalam di basecamp

fasilitator di Desa Cibadak sekaligus melakukan wawancara

dengan salah seorang fasilitator di Kampung Cilubang Desa

Cibadak, yaitu bapak Ajat. Keesokan harinya di tanggal 23

September 2019, saya diajak Pak Ajat (fasilitator program) dan

Kang Fajri (comunity organizer dari WWF Ujung Kulon) untuk

ikut berpartisipasi dalam program Sekolah Lapangan Pertanian

Ekologis yang hari itu berlokasi di Kampung Cilubang. Pak Ajat

mengatakan bahwa jadwal Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis

disana dimulai pukul 09.00 pagi. Hari itu peserta program yang

hadir berjumlah 18 orang dengan didominasi kaum perempuan.

Hari itu materi yang diimplementasikan terkait agroforestri atau

kebun campur. Pemaparan dilakukan oleh fasilitator program dan

di akhiri praktek membuat pupuk kompos organik dari kotoran

kambing. Selanjutnya saya melakukan penyebaran kuesioner ke 13

peserta program. Selesai mengikuti program, pukul 12.00 saya

langsung berangkat ke Balai Desa Cibadak untuk menyerahkan

surat izin penelitian kepada Bapak Dace selaku Pemerintah Desa

Setempat, sekaligus melakukan wawancara mendalam kepada

Pemerintah Desa terkait dengan program Sekolah Lapangan

Pertanian Ekologis.

Page 227: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

209

CATATAN OBSERVASI

Hari/Tanggal : Rabu, 25 September 2019

Lokasi : Desa Ujung Jaya dan Taman Jaya.

Perjalanan dari desa Cibadak dan Rancapinang menuju

Desa Ujung Jaya dan Taman Jaya ditempuh dalam waktu kurang

lebi 3,5 jam menggunakan mobil. Askes jalan ke daerah selatan

(Desa Ujung Jaya dan Taman Jaya) cukup baik karena masih bisa

dilalui oleh kendaraan motor. 2 desa di daerah selatan ini setting

lokasinya berbatasan dengan laut kawasan Taman Nasional.

Mayoritas penduduknya nelayan. Setelah bermalam di kawasan

Taman Jaya. Saya bersama pihak WWF Ujung Kulon Project

berpartisipasi dalam rapat diskusi pertemuan antara pihak

nelayan, pihak BUMDES ,pihak Taman Nasional membahas

simulasi aplikasi ICS madu hutan Ujung Kulon. Setelah itu saya

melakukan penyebaran kuesioner ke 13 partisipan program SLPE

di Desa Ujung Jaya didampingi fasilitator program Mbah

Kiwong. Desa Ujung Jaya lahan pertaniannya cukup luas, namun

musim tanam belum dilakukan karena kondisi musim pada saat

itu sedang kemarau. Akses jalan menuju Desa Ujung Jaya belum

beraspal, namun mudah dilalui kendaran motor. Setelah selesai,

pukul 14.00 saya menuju Desa Taman Jaya untuk melakukan

penyebaran kuesioner ke 13 partisipan program SLPE didampingi

oleh fasilitator program kang Doni. Taman jaya adalah satu desa

di Kecamatan Sumur yang terdampak Tsunami pada awal Januari

2019. Setelah proses penyebaran kuesioner sudah tercapai dengan

jumlah responden 54 orang yang di sebar ke 4 Desa di 2

Kecamatan, saya kembali ke kantor WWF Indonesia - Ujung

Kulon Project untuk melakukan pengolahan data kuantitatif

menggunakan SPSS.

Page 228: MODEL EVALUASI PEMBERDAYAAN EKOLOGI MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49736... · 2020. 1. 28. · Gambar 2.4 Tahap keempat evaluasi fujikake Gambar

210

CATATAN OBSERVASI

Hari/Tanggal : Kamis, 28 November 2019

Lokasi : Desa Cibadak dan Desa Ujung Jaya

Setelah proses pengolahan dan analisis data kuesioner

yang telah disebar pada bulan September 2019. Di temukan hasil

dari 12 indikator pemberdayaan sikap dan cara pandang

masyarakat yang diteliti, beberapa indikator masuk dalam kategori

tinggi, dominan masuk kategori sedang, dan 1 indikator masuk

dalam kategori rendah. Oleh karena itu saya memperkuat kembali

data kuantitatif yang didapat, dan didalami kembali dengan

wawancara. Pada 28 November 2019 saya kembali lagi ke Desa

Cibadak dan Ujung Jaya untuk melakukan wawancara ke beberapa

informan. Wawancara dilakukan kepada 4 informan, 2 orang dari

Desa Cibadak dan 2 orang dari Desa Ujung Jaya. Informan dipilih

berdasarkan jawaban kuesioner per-individu yang dikategorikan

masuk dalam partisipasi rendah. Selanjutnya dilakukan penggalian

data dengan wawancara untuk mendalami beberapa aspek.

Beberapa informan memang dirasa kurang memahami konsep

program Sekolah Lapangan Pertanian Ekologis secara praktik,

terlihat dari beberapa jawaban informan yang kurang relevan

dengan pertanyaan yang peneliti ajukan. Sehingga hal itu juga

berpengaruh pada antusiasme dan partisipasi informan terhadap

program.