Upload
others
View
32
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS VIII SMPN MUARA KULAM
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh Ummul Fitrati
1, Tri Ariani
2, Wahyu Arini
3
Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau
Program Study Pendidikan Fisika
Email : [email protected]
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
pada Pembelajaran Fisika Kelas VIII SMP Negeri Muara Kulam Tahun Pelajaran
2015/2016”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar fisika
siswa kelas VIII di SMP Negeri Muara Kulam tahun pelajaran 2015/2016 setelah
diterapkan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). Metode yang
digunakan adalah Quasi eksperimen dengan desain penelitian one group pretest-posttest
design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Muara
Kulam tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 102 siswa dan sampel penelitian
adalah siswa kelas VIII.A yang berjumlah 34 siswa, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki
dan 21 siswa perempuan yang diambil secara acak. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik tes. Data skor tes siswa dianalisis dengan menggunakan uji t.
Berdasarkan hasil analisis data post-test dengan taraf kepercayaan 5% α = 0,05 didapat
thitung 11,03 dan ttabel 1,697 karena thitung> ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak. Maka
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Kulam
Tahun Pelajaran 2015/2016 signifikan tuntas.
Kata Kunci : Teams Games Tournament (TGT), Hasil Belajar, Fisika.
ABSTRACT
This thesis entlited “Application of Teams Games Tournament Learning Model (TGT) on
Physics Learning Class VIII in SMP Negeri Muara Kulam Lesson 2015/2016”. The
purpose of this research is to know the completeness of physics learning result of class
VIII student at Muara Kulam Junior High School of 2015/2016 after applied Teams
Games Tournament (TGT) learning model. The method used is Quasi experiment with
one group pretest-posttest design. The population in this study were all students of class
VII SMP Negeri Muara Kulam lesson 2015/2016 academic year which amounted to 102
students, consisting of 13 male and 21 female students taken at random. Technique of
collecting data using test technique. Student test score data were analyzed by using t test.
Based on the results of post-test data analysis with a level of 5% confidence α = 0,05
obtained tcount 11,03 and ttabel 1,697 becouse tcount > ttabel then Ha accepted and Ho rejected.
So it can be concluded that the result of physics learning class VIII SMP Negeri Muara
Kulam Lesson 2015/2016 significantly significant.
Keyword : Teams Games Tournament (TGT), Learning Outcomes, Physics.
I. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu
faktor utama untuk mewujudkan
masyarakat yang berkualitas. Berbagai
upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan telah dilakukan walaupun
hasilnya belum memenuhi harapan.
Salah satu cerminan kualitas pendidikan
di sekolah adalah hasil belajar yang
dicapai oleh siswa. Dengan demikian
hasil belajar siswa pada mata pelajaran
tertentu merupakan salah satu indikator
kualitas pendidikan di sekolah yang
bersangkutan.
Fisika adalah ilmu pengetahuan
yang paling mendasar, karena
berhubungan dengan perilaku dan
struktur benda dan juga fisika menjadi
dasar berbagai pengembangan ilmu dan
teknologi. Sekarang ini seluruh guru
dihadapkan dengan tantangan bagaimana
cara mengajar dengan baik dan bisa
diterima oleh para muridnya. Tentu saja
ini bukan tantangan ringan, karena tiap
guru dari tiap daerah mempunyai
kelebihan dan kekurangan dari berbagai
aspek pendidikan, entah itu
fasilitasnya, jenis muridnya, dan lain-
lain.
Guru juga harus mempunyai
strategi yang tepat membuat pengajaran
menjadi mudah dan bisa diterima oleh
siswa. Sehingga pada akhirnya siswa
menanamkan di pemahaman mereka
bahwa mata pelajaran Fisika bukan mata
pelajaran yang dianggap sulit untuk
dipahami. Proses pembelajaran
dikatakan baik, apabila proses tersebut
dapat menimbulkan kegiatan belajar
yang efektif dan adanya komponen guru
yang saling mendukung untuk mencapai
tingkat pencapaian siswa. Komponen-
komponen tersebut meliputi: (a) tujuan,
(b) materi pelajaran, (c) metode
pembelajaran, (d) media, dan (e)
evaluasi. Jika komponen-komponen
tersebut sudah saling mendukung maka
keberhasilan siswa dalam pembelajaran
bisa tercapai secara optimal. Penggunaan
model pembelajaran yang tepat, relevan,
dan bervariasi adalah salah satu faktor
penentu dalam mencapai keberhasilan
belajar.
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan peneliti dengan salah satu
guru mata pelajaran fisika kelas VIII di
SMP Negeri Muara Kulam, beliau
mengatakan bahwa hasil belajar siswa di
kelas VIII masih tergolong rendah. Hal
ini dapat dilihat dari nilai ulangan
harian, rata-rata nilai ulangan harian
tersebut sebagian besar masih di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu
65, sehingga mereka harus mengikuti
remedial.
Salah satu upaya yang diharapkan
agar dapat mengatasi masalah tersebut
adalah dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran tersebut merupakan srategi
pembelajaran kelompok yang akhir-
akhir ini menjadi perhatian dan
dianjurkan dalam bidang pendidikan.
Aktivitas dalam pembelajaran kooperatif
melatih kesadaran siswa akan
pentingnya berkomunikasi untuk
memahami dan mengaplikasikan
pengetahuan, konsep, keterampilan
kepada siswa yang membutuhkan atau
anggota lain dalam kelompoknya,
sehingga belajar kooperatif dapat saling
menguntungkan antara siswa
berkemampuan rendah dan siswa
berkemampuan tinggi. Menurut Jhonson
(dalam Trianto 2009:57) menyatakan
bahwa tujuan pokok belajar kooperatif
adalah memaksimalkan belajar siswa
untuk peningkatan prestasi akedemik
dan pemahaman baik secara individu
maupaun secara kelompok. Ada
berbagai macam jenis pembelajaran
kooperatif, salah satunya adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT).
Teams Games Tournament (TGT)
merupakan Pertandingan Permainan Tim
yang dikembangkan oleh David De
Vries dan Keath Edward pada tahun
1995. TGT telah digunakan dalam
berbagai macam mata pelajaran, dan
paling cocok digunakan untuk mengajar
perhitungan dan penerapan berciri
matematika, dan fakta-fakta serta konsep
IPA (Trianto, 2009:83).
Menurut Slavin (2010: 160),
bahwa Teams Games Tournament (TGT)
menempatkan siswa dalam kelompok –
kelompok belajar yang beranggotakan 5
sampai 6 orang siswa yang memiliki
kemampuan yang berbeda. Dalam
permainan akademik siswa akan dibagi
dalam meja – meja turnamen yang telah
diatur meja yang berkemampuan tinggi,
sedang, dan kemampuan rendah. dimana
setiap meja turnamen terdiri dari 5
sampai 6 orang yang merupakan wakil
dari kelompoknya masing – masing yang
dituntut untuk mampu menyumbangkan
point bagi kelompok masing-masing
mereka.
Berdasarkan permasalahan yang
telah diuraikan di atas, maka peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament (TGT) Pada
Pembelajaran Fisika Siswa Kelas VIII di
SMP Negeri Muara Kulam Tahun
Pelajaran 2015/2016”.
II. LANDASAN TEORI
Slameto (2010:2), mendefinisikan
belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Menurut Abdurrahman (2009:28),
mendefinisikan belajar merupakan suatu
proses dari seorang individu yang
berupaya mencapai tujuan belajar atau
yang biasa disebut hasil belajar, yaitu
suatu bentuk perubahan perilaku yang
relatif menetap. Morgan (dalam Sagala,
2008:13) mendefinisikan bahwa belajar
adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.
Suprijono (2009:5),
mengemukakan bahwa hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan.
Menurut Dimiyanti dan Mujiono
(2006:250), hasil belajar merupakan hal
yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu
siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik
dibandingkan pada saat sebelum belajar.
Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar
merupakan saat terselesainya bahan
pelajaran.
Hasil belajar dapat dilihat melalui
kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk
mendapatkan data pembuktian yang
akan menunjukkan tingkat kemampuan
siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam sistem pendidikan
nasional rumusan tujuan pendidikan,
baik tujuan kurikuler maupun tujuan
instruksional, menggunakan klasifikasi
hasil belajar dari Bloom (dalam Yamin,
2012:41) yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah, yakni
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik. Dalam penelitian ini hasil
belajar yang diukur yaitu pada ranah
kognitif.
1. Ranah Kognitif
Jihad dan Haris (2012:16)
mendefinisikan bahwa ranah kognitif
adalah aspek yang mencakup kegiatan
mental (otak). Hasil belajar pada aspek
kognitif meliputi:
a. Pengetahuan (C1)
Jenjang C1 kognitif meliputi pola
ingat atau pengingatan dari seseorang
tentang hal-hal yang bersifat khusus
atau universal, mengetahui metode
dan proses, pengingatan terhadap
suatu pola, struktur atau seting.
Dalam hal ini tekanan utama pada
pengenalan kembali fakta, prinsif.
Kata-kata yang dipakai meliputi
definisi, ulang, laporkan, ingat, garis
bawahi, sebutkan.
b. Pemahaman (C2)
Jenjang C2 meliputi penerimaan
dalam komunikasi secara akurat,
menempatkan hasil komunikasi
dalam bentuk penyajian yang
berbeda, mengorganisasikannya
secara setingkat tanpa merubah
pengertian dan dapat
mengeksplorasikan. Kata-kata yang
dipakai adalah menterjemahkan,
nyatakan kembali, diskusikan,
gambarkan, organisasikan, jelaskan,
identifikasi, tempatkan, review,
ceritakan, paparkan.
c. Penerapan (C3)
Penggunaan prinsip atau metode
pada situasi baru. Kata-kata yang
dapat dipakai antara lain
interprestasikan, terapkan, hitunglah,
gunakan, demontrasi, praktekkan,
ilistrasikan, operasikan, jadwalkan,
sketsa, kerjakan.
d. Analisis (C4)
Jenjang yang keempat ini akan
menyangkut kemampuan terutama
kemampuan anak dalam memisah-
misah terhadap suatu materi menjadi
bagian-bagian yang membentuknya,
mendeteksi hubungan diantara
bagian-bagian dan cara materi itu
diorganisir, kata-kata yang digunakan
adalah pisahkan, analisa, bedakan,
hitung, cobakan, tes bandingkan,
kritik, teliti, debatkan,
inventarisasikan, hubungkan,
pecahkan, ketegorikan.
e. Sintesis (C5)
Jenjang yang sudah satu tingkat
lebih sulit dari analisis ini adalah
meliputi anak untuk menaruhkan atau
menempatkan bagian-bagian atau
elemen satu sehingga membentuk
satu keseluruhan yang koheren. Kata-
kata yang dipakai meliputi komposisi,
desain, formulasi, atur, rakit,
kumpulkan, ciptakan, susun,
organisasikan, siapkan, rancang,
sederhanakan.
f. Evaluasi (C6)
Jenjang ini adalah yang paling
atas atau yang dianggap paling sulit
dalam kemampuan pengetahuan anak
didik. Disini akan meliputi
kemampuan anak didik dalam
pengambilan keputusan, atau dalam
menyatakan pendapat tentang nilai
suatu tujuan, ide, pekerjaan,
pemecahan masalah, metode, materi
dan lain-lain. Kata-kata yang dipakai
adalah putuskan, hargai, nilai, skala,
bandingkan, revisi, skor, perkiraan.
Menurut Trianto (2009:81),
mengemukakan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) atau
Pertandingan Permainan Tim
dikembangkan secara asli oleh David De
Vries dan Keath Edward tahun 1995.
Model pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT) merupakan
salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan,
melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status, melibatkan
peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan
reinforcement (Mahmuddin, 2011:50).
Frederick dalam (Slavin,
2010:167), menyatakan bahwa TGT
memberikan peraturan untuk bersaing
sebagai individu setelah menerima
bantuan dari teman mereka. Mereka
membangun kepercayaan dalam tim asal
mereka yang memberikan kesempatan
kepada mereka untuk percaya diri ketika
bersaing dalam turnamen. Turmanen
menciptakan warna positif didalam kelas
karena kesenangan para siswa terhadap
permainan tersebut.
a. Tahapan-tahapan Model
Pembelajaran Teams Games
Tournament
Menurut Slavin (2010:168-
170), langkah-langkah model
pembelajaran TGT ada lima tahap,
yaitu: tahap presentasi di kelas, tim,
game, turnamen, dan rekognisi tim,
adapun tahapan-tahapan tersebut
yaitu pada tabel sebagai berikut :
Tabel
Tahapan Model Teams Games
Turnament
Tahapan Model Kegiatan
1. Presentasi di
kelas
Guru menyampaikan
materi kepada siswa
terlebih dahulu yang
biasanya dilakukan
dengan pengajaran
langsung melalui
ceramah, menyampaikan
tujuan, tugas, atau
kegiatan yang harus
dilakukan siswa, serta
memberikan motivasi.
2. Tim/Kelompok Guru membentuk siswa
kedalam kelompok yang
heterogen, selanjutnya
peserta didik diberikan
LKS pada masing-masing
kelompok.
3. Games
(Permainan)
Game dimainkan oleh
perwakilan dari masing-
masing kelompok pada
meja yang telah
dipersiapkan serta guru
mengkoordinasikan
jalannya game.
4. Tournament Membagi siswa kedalam
beberapa meja turnamen.
Tiga siswa tertinggi
prestasinya pada meja I,
tiga siswa selanjutnya
pada meja II dan
seterusnya.
5. Penghargaan
(Teams
Recognize)
Memberikan penghargaan
terhadap usaha-usaha
yang telah dilakukan oleh
individu maupun oleh
kelompok.
b. Kelebihan dan kelemahan Model
Pembelajaran Teams Games
Tournament
1. Kelebihannya adalah
meningkatkan perasaan/persepsi
siswa bahwa hasil yang mereka
peroleh tergantung dari kinerja
dan bukannya pada
keberuntungan, model TGT
meningkatkan kekooperatifan
terhadap yang lain, TGT
memungkinkan siswa dapat
belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tanggung jawab,
kejujuran, kerja sama, persaingan
sehat dan keterlibatan belajar,
keterlibatan siswa lebih tinggi
dalam belajar bersama.
2. Kelemahannya yaitu
Menggunakan waktu yang lebih
banyak karena adanya permainan
dan turnamen, TGT tidak secara
otomatis menghasilkan skor yang
dapat digunakan untuk
menghitung nilai individual.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMP
Negeri Muara Kulam dari tanggal 18
Februari 2016 sampai 18 Maret 2016.
Uji coba instrumen dilakukan dikelas
IX.A pada tanggal 23 Februari 2016
dengan jumlah siswa yang mengikuti uji
instrumen soal tes sebanyak 24 siswa.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh kelas VIII SMP Negeri Muara
Kulam yang terdiri dari 3 kelas. Peneliti
mengambil sampel sebanyak satu kelas
eksperimen yang diambil secara acak
dengan teknik Simple Random Sampling,
yaitu pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu, sampel yang diambil yakni
kelas VIII.A. Desain penelitian pada
penelitian ini berbentuk quasi
eksperimen (eksperimen semu). Quasi
eksperimen yang melibatkan satu
kelompok sampel, dimana peneliti
memberikan perlakuan pada kelas
eksperimen tanpa adanya kelas
pembanding. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah soal test yang
gterdiri dari 8 soal uraian yang
sebelumnya telah di uji cobakan terlebih
dahulu dan divalidasi.
a. Langkah-langkah Penelitian
Tahapan-tahapan pelaksanaan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Melakukan Uji Coba instrumen
- Melakukan uji validitas soal
- Melakukan uji reliabilitas soal
- Melakukan uji daya pembeda
- Melakukan uji tingkat
kesukaran
2. Melakukan Pre-test
3. Memberikan perlakuan dengan
model Teams Games Tournament
(TGT)
4. Melakukan Post-test
5. Melakukan analisis data Pre-test
dan Post-test
Hipotesis yang di uji berbentuk :
Ha = Rata-rata hasil belajar siswa setelah
diterapkan model Teams Games
Tournament (TGT) lebih dari atau
sama dengan 65. {𝐻𝑎 ∶ 𝜇0 ≥ 65 }
Ho = Rata-rata hasil belajar siswa setelah
diterapkan model Teams Games
Tournament (TGT) kurang dari 65.
{𝐻𝑜 ∶ 𝜇0 < 65 }
Untuk mengetahui validitas butir
soal, maka rumus yang digunakan adalah
korelasi product moment adalah sebagai
berikut:
rxy = 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋) (∑𝑌)
√(𝑁 ∑ 𝑋 2−(∑ 𝑋)2) (𝑁∑𝑌2−(∑𝑌)2)
Dimana rxy adalah koefisien
korelasi antara variabel X dan variabel
Y, N adalah banyak peserta tes (subjek),
X adalah skor butir soal masing-masing
responden dan Y adalah skor total dari
keseluruhan butir masing-masing
responden.
Interpretasi terhadap nilai
koefisien korelasi rxy digunakan kriteria
Nurgana (dalam Jihad dan Haris,
2012:180) adalah sebagai berikut:
Interverensi untuk Validitas
Nilai rxy Keterangan
0,80 < rxy ≤ 1,00
Sangat Tinggi
0,60 < rxy ≤ 0,80
Tinggi
0,40 < rxy ≤ 0,60
Cukup
0,20 < rxy ≤ 0,40
Rendah
0,00 < rxy ≤ 0,20
Sangat Rendah
Distribusi (tabel t) untuk taraf
signifikan (α = 0,05) dan derajat
kebebasan (dk = n – 1). Kriteria
pengujiannya adalah jika thitung > ttabel ,
maka soal tersebut valid. Selanjutnya
untuk menghitung signifikan dari
validitas instrumen digunakan rumus uji-
t berikut :
𝑡 = �̅� − 𝜇0
𝑠
√𝑛
(Sugiyono,
2014:96)
Dimana n adalah jumlah
responden, r adalah koefisien korelasi
hasil thitung dan t adalah nilai thitung.
IV. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di
SMP Negeri Muara Kulam dari
tanggal 18 Februari 2016 sampai 18
Maret 2016. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh kelas
VIII yang terdiri dari 3 kelas yaitu
VIII.A, VIII.B, VIII.C, dengan
jumlah 102 siswa, sedangkan
sampel dalam penelitian ini adalah
kelas VIII.A yang berjumlah 34
siswa yang akan diberikan
perlakuan dengan model Teams
Games Tournament (TGT).
Sebelum penelitian ini dilaksanakan,
terlebih dahulu dilakukan uji coba
instrumen yang bertujuan untuk
mengetahui kualitas soal yang akan
digunakan dalam penelitian. Uji
coba instrumen dilaksanakan pada
tanggal 23 Februari 2016 di kelas
IX.A. dengan jumlah 24 siswa.
Hasil uji coba instrumen dianalisis
untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran dan
daya pembeda. Berdasarkan hasil
analisis dari uji instrumen yang
berjumlah 10 soal hanya 7 soal yang
bisa digunakan untuk pre-test dan
post-test.
Tahapan dalam penelitian ini
ada tiga, yang pertama memberikan
pre-test, yang kedua memberikan
perlakuan dengan model TGT dan
yang ketiga memberikan post-test.
Pre-test ini diberikan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa
tentang materi yang akan diajarkan.
Pret-test ini dilaksanakan pada
tanggal 7 Maret 2017 di kelas
VIII.A yang diikuti oleh 30 siswa.
Setelah diberikan pre-test
dan perlakuan maka siswa diberikan
post-test. Post-test ini berupa soal-
soal tentang materi yang telah
diajarkan. Post-test diberikan untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa
dalam memahami materi yang telah
diajarkan. Post-test dilaksanakan
pada tanggal 14 Maret 2016 yang
diikuti oleh 30 siswa.
Hasil pre-test dan post-test
dianalisis, kemudian dibandingkan
untuk mengetahui adakah pengaruh
model pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) terhadap hasil
belajar.
a. Nilai rata-rata dan simpangan
baku Pre-test
Rekapitulasi hasil tes awal pre-test
No Uraian Nilai
1 Nilai rata-rata 43
2 Nilai terkecil 32
3 Nilai terbesar 61
4 Rentang nilai 29
5 Simpangan
baku
7,74
Berdasarkan tabel diatas
dapat dilihat bahwa siswa yang
mendapat nilai rata-rata 43,
simpangan baku 8,40, nilai
tertinggi 61, nilai terendah 33, dan
selisih nilai sebesar 28, artinya
rata-rata hasil belajar siswa
sebelum menerapkan model
pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) secara
signifikan belum tuntas.
b. Uji normalitas Pre-test
Uji normalitas dilakukan
untuk melihat atau untuk
mengetahui apakah data hasil tes
siswa berdistribusi normal atau
tidak. Berdasarkan ketentuan
perhitungan statistik mengenai uji
normalitas dengan taraf
kepercayaan 𝛼 = 0,05. jika 𝜒2
hitung< 𝜒2tabel. Maka data
berdistribusi normal, hasil uji
normalitas data pre-test dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel
Hasil uji normalitas pre-test
Tes 𝝌𝟐hitung Dk 𝝌𝟐
tabel Kesimpulan
Awal 6,513 5 11,070 Normal
Dari tabel 4.2 menunjukkan
bahwa nilai tes awal atau pre-test
diperoleh 𝜒2 hitung = 6,513 .
selanjutnya 𝜒2 hitung dibandingkan
𝜒2tabel dengan derajat kebebasan (dk)=
n-1. Jika 𝜒2 hitung < 𝜒2
tabel maka dapat
dinyatakan data terdistribusi normal.
Nilai 𝜒2tabel dengan ∝= 0,05% dan
dk= 5 adalah 11,070. Dengan
demikian 𝜒2 hitung < 𝜒2
tabel, maka data
berdistribusi normal.
c. Rata-rata dan simpangan baku
Post-test
Rekapitulasi rata-rata dan
simpangan baku dari post-test
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel
Rekapitulasi hasil tes akhir
post-test
No Uraian Nilai
1 Nilai rata-rata 69,8
2 Nilai terkecil 56
3 Nilai terbesar 85
4 Rentang nilai 29
5 Simpangan
baku
8,42
Berdasarkan tabel diatas
dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
69,8, simpangan baku 8,42, nilai
tertinggi siswa 85, nilai terendah
56 dan selisih nilai sebesar 29,
artinya rata-rata hasil belajar siswa
setelah menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT)
secara signifikan tuntas.
d. Uji normalitas Post-test
Uji normalitas dilakukan
untuk melihat apakah data hasil tes
siswa berdistribusi normal atau
tidak.. Berdasarkan ketentuan
perhitungan statistik mengenai uji
normalitas dengan taraf
kepercayaan 𝛼 = 0,05. jika 𝜒2
hitung< 𝜒2tabel. Maka data
berdistribusi normal, hasil uji
normalitas data post-test dapat
dilihat pada tabel :
Tabel
Hasil uji normalitas post-test Tes 𝝌𝟐
hitung Dk < 𝝌𝟐tabel Kesimpulan
Akhir 7,569 5 11,070 Normal
Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa
nilai tes akhir atau post-test diperoleh 𝜒2
hitung = 7,569 . selanjutnya 𝜒2 hitung
dibandingkan 𝜒2tabel dengan derajat
kebebasan (dk)= k-1. Jika 𝜒2 hitung <
𝜒2tabel maka dapat dinyatakan data
terdistribusi normal. Nilai 𝜒2tabel dengan
∝= 0,05% dan dk= 5 adalah 11,070.
Dengan demikian 𝜒2 hitung < 𝜒2
tabel, maka
data berdistribusi normal.
Berdasarkan analisis hasil post-test
dapat dilihat perbedaan hasil belajar
antara kemampuan awal siswa dengan
kemampuan akhir siswa terdapat
peningkatan hasil belajar setelah
diberikan perlakuan dengan model
pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT). Peningkatan hasil belajar
tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai
pre-test adalah 43 dan nilai rata-rata
post-test adalah 69,8. Simpangan baku
pre-test adalah 7,74 sedangkan
simpangan baku post-test adalah 8,42.
Hasil rekapitulasi post-test
memperlihatkan bahwa siswa yang tidak
tuntas sebanyak 9 siswa (30%) dan siswa
yang tuntas sebanyak 21 siswa (70%).
Jadi dapat dikatakan bahwa hasil belajar
siswa setelah mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT) meningkat
dan mencapai KKM.
Gambaran tentang data
peningkatan nilai rata-rata siswa pre-test
dan post-test untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada grafik sebagai berikut :
Grafik 4.1 Perbedaan hasil belajar pre-
test dan post-test
e. Uji Hipotesis
Berdasarkan tabel uji
normalitas Pre-test dan Post-test
dapat dilihat bahwa hasil uji
hipotesis untuk post-test
menunjukkan bahwa kemampuan
akhir siswa lebih besar dari ttabel (
thitung > ttabel). Maka Ho ditolak dan
Ha diterima dengan taraf
kepercayaan 𝛼 = 0,05 karena thitung
> ttabel yaitu thitung = 3,20 > ttabel
1,699. Rekapitulasi hasil uji
hipotesis dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel
Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis
No Uraian Data
Hasil
Kesimpulan
1 Derajat 30 Ha : diterima
Kebebasan
(dk)
Ho : ditolak
thitung > ttabel
2
Taraf
Kepercayaan
95%
dan 𝛼
5%
3 thitung
3,20
4 ttabel
1,699
Berdasarkan uraian di atas,
maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini dapat diterima
kebenarannya sehingga dapat
disimpulkan bahwa Penerapan
Model Teams Games Tournament
(TGT) pada Pembelajaran Fisika
Siswa Kelas VIII SMP Negeri
Muara Kulam Tahun Pembelajaran
2015/2016 Signifikan Tuntas.
2. PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, peneliti
mengajar di kelas VIII.A, sebagai kelas
sampel. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui ketuntasan hasil belajar
fisika siswa kelas VIII.A SMP Negeri
Muara Kulam tahun pelajaran 2015/2016
setelah diterapkan moodel pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT).
Sebelum penelitian dilaksanakan,
peneliti terlebih dahulu memberikan soal
uji coba instrumen di kelas IX.A.
Sebelum proses pembelajaran dimulai,
peneliti memberikan pre-test di kelas
VIII.A dengan jumlah siswa yang
mengikuti tes sebanyak 30 siswa pada
tanggal 07 Maret 2016, Setelah
dilakukan tes awal, kemudian
dilanjutkan dengan pembelajaran
menggunakan model Teams Games
Tornament (TGT). Kemudian
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Pre-test
Post-test
TidakTuntas
Tuntas
dilanjutkan dengan memberikan post-
test pada tanggal 14 Maret 2016.
Model pembelajaran Teams Games
Tournamnet (TGT) adalah suatu model
pembelajaran dengan cara pertandingan
permainan tim, siswa memainkan
permainan dengan anggota-anggota tim
lain untuk memperoleh tambahan poin
untuk skor tim mereka. Fase-fase model
TGT, yaitu:
Fase pertama yaitu presentasi kelas
, dimana guru menyampaikan materi
kepada siswa terlebih dahulu yang
biasanya dilakukan dengan pengajaran
langsung melalui ceramah. Selain
menyajikan materi, pada tahap ini guru
juga menyampaikan tujuan, tugas, atau
kegiatan yang harus dilakukan siswa,
serta memberikan motivasi. Selain itu,
siswa dituntut berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran seperti mengajukan
pertanyaan, menjawab pertanyaan yang
diajukan guru, dan mempresentasikan
jawaban di depan kelas.
Fase kedua yaitu mengorganisasi
siswa untuk membentuk tim/kelompok,
siswa mulai berinteraksi aktif untuk
menyelesaikan masalah tersebut, guru
mengorganisasikan kegiatan kelompok,
guru membagikan LKS yang berisi
permasalah yang perlu diselidiki. Guru
menginstruksikan kepada siswa untuk
bertanya tentang kejelasan isi LKS.
Dalam kelompoknya siswa berusaha
mendalami materi yang telah diberikan
guru agar dapat bekerja dengan baik dan
optimal saat turnamen.
Fase ketiga Game (permainan)
Game dimainkan oleh perwakilan
masing-masing dari tiap-tiap kelompok
pada meja-meja yang telah dipersiapkan.
Di meja tersebut terdapat kartu
bernomor yang berhubungan dengan
nomor pertanyaan-pertanyaan pada
lembar permainan (kartu soal) yang
harus dikerjakan oleh peserta. Siswa-
siswa yang belum bermainpun berhak
juga ikut mengerjakan soal tersebut
bersama teman kelompok masing-
masing.
Fase keempat Tournament
(turnamen), turnamen diikuti oleh
seluruh siswa yang di tempatkan pada
meja-meja yang telah diurutkan sesuai
dengan tingkat kemampuan masing-
masing siswa dari masing-masing
kelompok. Meja 1 untuk siswa dengan
kemampuan tinggi, meja 2 untuk siswa
dengan kemampuan sedang, dan meja 3
untuk siswa dengan kemampuan cukup.
Pada saat turnamen berlangsung ketika
siswa dengan kemampuan tinggi tidak
mampu menjawab, maka otomatis dia
akan turun satu meja ke meja 2
begitupun seterusnya. Ketika siswa
tersebut mampu menjawab sesuai tingkat
kesukaran soal maka mereka pun akan
naik satu meja bahkan kembali pada
meja awal masing-masing mereka.
Fase kelima Rekognisi tim
(penghargaan tim), guru memberikan
penghargaan berupa nilai untuk maing-
masing tim. Untuk menghitung nilai
rata-rata skor kelompok adalah dengan
menambahkan skor seluruh anggota tim
(kelompok) kemudian dibagi dengan
jumlah anggota tim (kelompok) yang
bersangkutan.
Rekapitulasi penilaian kelompok
atau rata-rata skor kelompok masing-
masing pada pertemuan pertama yaitu,
kelompok satu dengan nilai rata-rata 35
(tim baik), kelompok dua dengan nilai
rata-rata 31,8 (tim baik), kelompok tiga
dengan nilai rata-rata 37 (tim baik),
kelompok empat dengan nilai rata-rata
48,8 (tim super), kelompok lima dengan
nilai rata-rata 40 (tim sangat baik),
kelompok enam dengan nilai rata-rata 45
(tim sangat baik). Rekapitulasi penilaian
kelompok pada pertemuan kedua yaitu
kelompok satu dengan nilai rata-rata 45
(tim sangat baik), kelompok dua dengan
nilai rata-rata 46 (tim super), kelompok
tiga dengan nilai rata-rata 33,2 (tim
baik), kelompok empat dengan nilai rata-
rata 37,8 (tim baik) dan kelompok lima
dengan nilai rata-rata 35,8 (tim baik),
kelompok enam dengan nilai rata-rata
48,4 (tim super).
Berdasarkan hasil penelitian, maka
kelebihan model TGT yang
dikemukakan oleh Huda (2013:206)
menyatakan kelebihan/manfaat model
TGT, yaitu:
1. Meningkatkan
perasaan/persepsi sisa bahwa
hasil yang mereka peroleh
tergantungt dari kinerja dan
bukannya pada keberuntungan.
2. TGT mampu meningkatkan
kekooperatifan terhadap yang
lain.
3. TGT memungkinkan siswa
dapat belajar rileks disamping
menumbuhkan rasa tanggung
jawab, kejujuran, kerja sama,
persaingan ehat dan
keterlibatan belajar.
4. Keterlibatan siswa dalam
belajar lebih tinggi.
Selama pembelajaran dilakukan,
peneliti juga dapat melihat kekurangan
dan kelemahan dari model TGT, yaitu :
1. Menggunakan waktu yang
lebih banyak karena adanya
permainan dan turnamen
2. TGT tidak secara otomatis
menghasilkan skor yang dapat
digunakan untuk menghitung
nilai individual.
Berdasarkan analisis hasil post-
test, nilai rata-rata post-test adalah 69,8
dan nilai yang dihipotesiskan atau KKM
adalah 65, maka nilai post-test 69,8 >
nilai KKM 65, sehingga dapat
dinyatakan Ha diterima dan Ho ditolak.
Dari uraian di atas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar
fisika siswa tuntas setelah penerapan
model pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) kelas VIII.A SMP
Negeri Muara Kulam Tahun Pelajaran
2015/2016.
3. KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian ini hanya dilakukan
pada materi usaha dan energi dalam
waktu yang relatif singkat, diharapkan
pada penelitian selanjutnya untuk dapat
melaksanakan penelitian pada materi
lainnya dalam ruang lingkup yang luas
dan waktu yang relatif lama, tidak semua
kegiatan siswa dapat diamati dengan
baik. Hal ini dikarenakan jumlah siswa
yang banyak dalam kelas dan kegiatan
siswa tidak dapat diamati dalam waktu
yang begitu singkat, kemampuan peneliti
yang masih dalam tahap pembelajaran
baik dalam melakukan penelitian dan
analisis data penelitian, sehingga
membutuhkan waktu yang relatif lama
dalam mengolah data.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan pada bagian
sebelumnya, didapatkan nilai rata-rata
tes akhir (post-test) setelah diterapkan
model pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) sebesar 69.8.
Presentase jumlah siswa yang tuntas
mencapai 67%. thitung 3,20 ≥ ttabel
1,699, berarti Ha diterima dan Ho
ditolak. Maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar fisika siswa tuntas
setelah diterapkan model
pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) di kelas VIII.A
SMP Negeri Muara Kulam Tahun
Pelajaran 2015/2016.
2. Saran
Dari hasil penelitian yang telah
dilaksanakn oleh peneliti maka
dapat disampaikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi guru fisika
dalam menentukan model
pembelajaran yang tepat
diterapkan sebagai solusi untuk
meningkatkan hasil belajar
fisika.
2. Guru diharapkan mempunyai
pengetahuan dan kemampuan
yang cukup untuk memilih
metode pembelajaran yang tepat
dan sesuai dengan materi yang
akan diajarkan.
3. Bagi siswa diharapkan dapat
lebih aktif dan bertanggung
jawab, dalam mengambil suatu
keputusan, aktif, kreatif, berpikir
kritis dan termotivasi untuk
belajar fisika
4. Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran hendaknya
menerapkan model-model
pembelajaran yang inovatif serta
mengupayakan kelengkapan
sarana dan prasarana sekolah
untuk meningkatkan kreativitas
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2009.
Pendidikan Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT
Asdi Mahasatya.
Amir, M. Taufiq. 2010. Inovasi
Pendidikan Melalui Problem
Based Learning. Jakarta:
Kencana.
Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi
Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Bungel, M. Fikri. 2014. Penerapan
Model Pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4
Palu Pada Materi Prisma”.
Jurnal Elektronik Pendidikan
Matematika Tadulako. Vol: 2,
No: 1. 45-54. .[online].[23 Juli
2017].
Darmadi, Hamid. 2013. Dimensi-dimensi
Metode Penelitian Pendidikan
dan Sosial. Bandung: Alfabeta.
Daryanto. 2012. Evaluasi Pendidikan
Komponen MKDK. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Fathurrohman, Muhammad. 2015.
Model-model Pembelajaran
Inovatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana.
2010. Konsep Strategi
Pembelajaran. Bandung: PT
Refika Aditama.
Ishaq, Mohammad. 2007. Fisika Dasar.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2012.
Evaluasi Pembelajaran.
Yogyakarta: Multi Pressindo.
Kanginan, Marthen. 2016. Fisika Dasar
Untuk SMA/MA Kelas X
Kurikulum 2013. Bandung:
Erlangga.
Paloloang, B, F. 2014. Penerapan Model
Pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Materi Panjang
Garis Singgung Persekutuan Dua
Lingkaran di Kelas VIII SMP
Negeri 19 Palu”. Jurnal
Elektronik Pendidian Matematika
Tadulako. Vol: 2, No: 1. 67-77.
.[online].[23 Juli 2017].
Permendikbud. 2014. Penilaian
Kurikulum 2013.
http://www.kabarguru.com. html.
[24 September 2016].
Rosidah, Ratna dkk. 2014. Penerapan
Model Pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT) Pada
Pembelajaran Hukum-hukum
Dasar Kimia di Tinjau dari
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa
Kelas X IPA SMA Negeri 2
Surakarta T.P 2013/2014. Jurnal
Pendidikan Kimia (JPK). Vol: 3,
No: 3. 66-75. .[online].[22 mei
2017].
Rusman. 2011. Model-model
Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada.
Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan
Makna Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-
faktor yang Mempengaruhi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi
Pembelajaran. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika.
Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
2014. Statistika Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suprijono, A. 2009. Cooperative
Learning. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Tim Penyusun Pedoman Karya Ilmiah
STKIP-PGRI Lubuklinggau.
2016. Pedoman Penulisan
Makalah dan Skripsi STKIP-
PGRI Lubuklinggau.
Lubuklinggau: Percetakan
STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran
Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
2011. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana.
Utrifani, Ajeng dan Betty M. Turnip.
2014. Pengaruh Model
Pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Pokok Kinematika Gerak Lurus
Kelas X SMA Negeri 14 Medan
T.P 2013/2014”. Jurnal Inpafi.
Vol: 2,No: 2.09-16.[online].[23
juli 2017].