Upload
ratnah-kurniati
View
107
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
Miskonsepsi Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam
Bilangan Bulat, Operasi dan Sifat-sifatnya
Ratnah Kurniati M.A.
Pendidikan Matematika Bilingual, Matematika
Universitas Negeri Makassar, Makassar, [email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) miskonsepsi yang dialami
siswa SMP Negeri 2 Sungguminasa terkait dengan bilangan bulat, operasi dan
sifat-sifatnya, dan 2) faktor-faktor yang menyebabkan miskonsepsi-miskonsepsi
tersebut. Adapun hasil penelitian ini adalah: (1) Miskonsepsi-miskonsepsi yang
dialami siswa SMP Negeri 2 Sungguminasa dalam menyelesaikan soal bilangan
bulat, operasi dan sifat-sifatnnya adalah a) dalam membandingkan nilai bilangan
bulat, b) dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, c) dalam perkalian
dan pembagian bilangan bulat, d) dalam operasi campuran, e) dalam
menyederhanakan persamaan linear satu variabel, dan f) dalam memahami sifat
distributif. (2) Penyebab miskonsepsi ini adalah: a) kecenderungan beberapa siswa
yang mengartikan bilangan yang bernilai lebih besar akan berada lebih jauh dari
nol, b) kesalahpahaman beberapa siswa dalam memahami aturan “bilangan
negatif dikali bilangan negatif hasilnya bilangan positif”, c) kesalahpahaman
beberapa siswa dalam memahami fungsi tanda negatif, d) kecenderungan
beberapa siswa yang menyamakan operasi pembagian sebagai pengurangan atau
operasi operasi penjumlahan sebagai perkalian, d) kesalahpahaman beberapa
siswa dalam mengaplikasikan sifat komutatif, dan e) kesalahan beberapa siswa
dalam memahami aturan distributif, dimana siswa mengalikan semua bilangan
yang ada tanpa memperhatikan letak tanda kurung.
Kata Kunci: miskonsepsi, bilangan bulat, operasi, matematika, SMP.
I. Pendahuluan
Sebelum memasuki dunia sekolah, setiap siswa sebenarnya telah memiliki
pengetahuan dasar yang diperoleh dari lingkungan keluarganya. Hal inilah yang
kemudian membedakan kemampuan setiap siswa dalam menerima pelajaran di
sekolah, sehingga terkadang ada beberapa konsep/materi belajar dimana sebagian
siswa cepat memahami materi sedangkan yang lain membutuhkan waktu yang
relatif lebih lama. Saat siswa yang cenderung lebih lambat ini masih mencerna
pelajaran, guru sudah melangkah ke materi selanjutnya karena menganggap
semua siswa sudah mengerti betul konsep yang dijelaskan. Kurangnya
pemahaman siswa inilah yang kadang membuat mereka “membuat konsep
sendiri” menurut pengetahuannya yang terbatas sehingga menimbulkan
kesalahpahaman konsep atau disebut miskonsepsi.
Miskonsepsi dalam matematika dapat menjadi masalah serius jika tidak
segera diperbaiki, sebab kesalahan satu konsep dasar saja dapat menuntun
seseorang pada kesalahan yang terus menerus. Karena sebuah konsep dasar dalam
matematika akan terus diaplikasikan ke materi selanjutnya. Sehingga miskonsepsi
dapat membuat mereka terus menerus salah dalam menyelesaikan masalah, bukan
karena mereka tidak mengerti cara menyelesaikan masalah tersebut, melainkan
mereka mempercayai dan menerapkan sebuah konsep dasar yang salah.
Menemukan letak miskonsepsi siswa di kelas merupakan cara yang bijak untuk
memperbaiki miskonsepsi, karena dengan demikian akan diketahui pula penyebab
miskonsepsi serta cara memperbaikinya.
Beberapa miskonsepsi yang diungkapkan Allen (2007) adalah:
1. Siswa akan menjawab bahwa hasil dari 4 + 3x2 = 7x
2, atau 4 + 3x = 7x.
2. Siswa akan menjawab �� − 2(��– �3) �= � ���– �2��– �6.
3. Atau dalam hal perpangkatan. Siswa akan menjawab −4� = 16.
Dari beberapa contoh miskonsepsi yang diungkapkan di atas, dapat diketahui
bahwa banyak miskonsepsi yang diakibatkan oleh operasi bilangan bulat dan
tanda negatif (-).
Inilah mengapa penelitian ini fokus untuk:
1. Mendeskripsikan miskonsepsi yang dialami siswa dalam pemahaman
bilangan bulat, operasi serta sifat-sifatnya.
2. Mendeskripsikan penyebab terjadinya miskonsepsi pada bilangan bulat,
operasi dan sifat-sifatnya
II. Metode Penelitian
A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII.4 SMP Negeri 2
Sungguminasa tahun ajaran 2012/2013.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan menggunakan triangulasi data dan triangulasi
waktu.
1. Reduksi data
Tahapan reduksi data dalam penelitian ini meliputi:
a. Mengelompokkan pekerjaan siswa menjadi 3 bagian, yaitu mengerti, tidak
mengerti dan miskonsepsi.
Dengan criteria berdasarkan pengelompokan derajat pemahaman konsep
oleh Renner dan Brumby (in Purtadi & Permana, n.d.: 5), yaitu:
1) Siswa dikatakan tidak mengerti atau tidak memahami jika:
a) Tidak ada jawaban/kosong/menjawab ‘saya tidak tahu’.
b) Mengulang pertanyaan/menjawab tapi tidak berhubungan dengan
pertanyaan atau tidak jelas.
2) Siswa dikatakan mengalami miskonsepsi jika:
a) Menjawab dengan penjelasan tidak logis.
b) Jawaban menunjukkan ada konsep yang dikuasai tetapi ada
pernyataan dalam jawaban yang menunjukkan miskonsepsi.
3) Siswa dikatakan mengerti/memahami jika
a) Jawaban menunjukkan hanya sebagian konsep dikuasai tanpa ada
miskonsepsi
b) Jawaban menunjukkan konsep dipahami dengan semua penjelasan
benar.
b. Melakukan wawancara terhadap 4-5 orang siswa yang memiliki jenis
miskonsepsi yang berbeda.
2. Penyajian data
Tahap penyajian data dalam penelitian ini meliputi:
a. Menyajikan hasil pekerjaan siswa yang telah terpilih sebagai subjek
penelitian.
b. Menyajikan hasil wawancara yang telah direkam.
Dari hasil pekerjaan siswa dan hasil wawancara dilakukan analisis kemudian
disimpulkan yang berupa data temuan sehingga mampu menjawab
permasalahan dalam penelitian.
III. Hasil dan Pembahasan
Setelah dilakukan tes kepada semua siswa kelas VII.4, maka terpilih beberapa
nama untuk diwawancarai. Mereka adalah:
1. Arifah Aryani Putri/AP (persentase miskonsepsi 25% dan pemahaman 50%)
Berdasarkan hasil tes dan dua kali wawancara diketahui:
a. AP mengalami kesalahan dalam menentukan besarnya nilai suatu bilangan
karena menurutnya bilangan yang bernilai lebih besar berada lebih jauh
dari 0. Alasan inilah yang menyebabkan AP kesulitan dalam
membandingkan besarnya nilai bilangan bulat positif dengan bilangan
bulat negatif.
b. AP mengalami kesalahan dalam memahami operasi campuran karena
menurutnya apabila tanda negatif (−) sudah berfungsi sebagai tanda
‘kurang’, maka tanda tersebut sudah tidak dapat berfungsi sebagai negatif.
c. AP mengalami kesalahan dalam menyederhanakan persamaan linear satu
variabel karena AP sengaja mengubah operasi “+” menjadi “×” dan
berdalih ada rumus yang mengatakan demikian.
d. AP mengalami kesalahan dalam memahami sifat distributif karena sengaja
mengabaikan tanda “+” dan menganggapnya sebagai “×”.
e. Siswa AP mengalami kesalahan dalam perkalian karena menganggap
� × � = �.
2. Nur Syamsi R./NS (persentase miskonsepsi 65% dan pemahaman 35%)
Berdasarkan hasil tes dan dua kali wawancara diketahui:
a. NS melakukan kesalahan dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat karena salah memahami aturan “negatif kali negatif hasilnya positif”.
Dia mengingat aturan ini sebagai “negatif ketemu negatif hasilnya positif”.
Perlu ditekankan, kesalahan NS terjadi karena menggunakan kata ‘ketemu’
(seharusnya menggunakan ‘kali’).
b. NS mengalami kesalahan dalam perkalian karena menganggap � × � = ��.
c. NS mengalami kesalahan dalam penulisan jawabannya karena salah
pengertian terhadap makna tanda ‘=’. Dia memaknai ‘=’ sebagai pengganti
kata ‘kemudian’ atau ‘selanjutnya’.
d. NS mengalami kesalahan dalam operasi campuran karena menganggap
sifat komutatif juga berlaku pada pengurangan.
e. NS mengalami kesalahan dalam operasi campuran karena menganggap
2 ÷ 2 = 0.
f. NS mengalami kesalahan dalam menyederhanakan persamaan linear
karena mengalikan soal yang seharusnya merupakan operasi penjumlahan.
3. Rismawati/RM (persentase miskonsepsi 10% dan pemahaman 40%)
Berdasarkan hasil tes dan dua kali wawancara diketahui:
a. RM mengalami kesalahan dalam menyederhanakan persamaan linear
karena menganggap hasil akhir dari penyederhanaan suatu persamaan
adalah bilangan konstan.
4. David Wong/DW (persentase miskonsepsi 20% dan pemahaman 70%)
Berdasarkan hasil tes dan dua kali wawancara diketahui:
a. Siswa DW mengalami kesalahan dalam penjumlahan bilangan bulat
karena menganggap jika tanda ‘-‘ sudah berfungsi sebagai tanda kurang,
maka, tanda tersebut sudah tidak lagi berfungsi sebagai negatif.
5. Zaida Ayu Sarah/ZA (persentase miskonsepsi 20% dan pemahaman 75%)
Berdasarkan hasil tes dan dua kali wawancara diketahui:
a. Siswa ZA mengalami kesalahan dalam menyederhanakan persamaan
linear karena menjumlahkan bilangan yang bervariabel dengan yang tidak
bervariabel, walau kemudian menyisipkan variabel dihasil akhir.
IV. Kesimpulan
Berdasarkan hasil tes bilangan bulat dan wawancara kepada siswa, maka dapat
diperoleh:
1. Miskonsepsi yang dialami beberapa siswa SMP Negeri 2 Sungguminasa
dalam menyelesaikan soal bilangan bulat, operasi dan sifat-sifatnya adalah:
a. Miskonsepsi dalam membandingkan nilai bilangan bulat. Penyebabnya
adalah ada siswa yang menganggap bahwa sebuah bilangan akan bernilai
lebih besar jika terletak lebih jauh dari 0 pada garis bilangan.
b. Miskonsepsi dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Penyebabnya adalah ada siswa yang miskonsepsi dalam memahami
aturan “bilangan negatif kali bilangan negatif hasilnya adalah positif”,
selain itu, ada siswa yang mengalami miskonsepsi karena kurang
memahami fungsi tanda negatif.
c. Miskonsepsi dalam perkalian dan pembagian bilangan bulat.
Penyebabnya adalah ada siswa yang cenderung menyamakan operasi
pengurangan dengan operasi pembagian atau menyamakan operasi
penjumlahan dengan operasi perkalian.
d. Miskonsepsi dalam operasi campuran. Penyebabnya adalah siswa
mengalami miskonsepsi dalam memahami fungsi tanda negatif
(negativity), selain itu, miskonsepsi ini, oleh siswa lainnya, timbul karena
kesalahan pengaplikasian sifat komutatif.
e. Miskonsepsi dalam menyederhanakan persamaan linear satu variabel
disebabkan karena sebagian siswa yang menganggap operasi ‘+’ sebagai
‘×’ serta pengabaian variabel.
f. Miskonsepsi dalam memahami sifat distributif. Penyebabnya adalah
sebagian siswa cenderung menganggap dalam mengaplikasikan sifat
distributif mereka harus mengalikan semua bilangan yang ada dalam
operasi.
g. Miskonsepsi dalam memaknai tanda ‘sama dengan’ (=).
DAFTAR RUJUKAN
Allen, G. D. (2007). Student Thinking: Lesson 1. Misconceptions in Mathematics.
Departement of Mathematics: Texas A&M University. Diakses pada 4
April 2012 dari http://www.math.tamu.edu/~snite/MisMath.pdf
Allen, G.D. (2006). Student Thinking. Diakses pada 6 Februari 2013 dari
http://mtc.tamu.edu/9-12/M2_9-12.pdf
Purtadi, S. & Permana, L.S. (n.d.). Analisis Miskonsepsi Konsep Laju dan
Kesetimbangan Kimia pada Siswa SMA. FMIPA : UNY. Diakses pada 18
Oktober 2012, dari situs
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Makalah%20Semnas%20MIPA%20
-
%20Analisis%20Miskonsepsi%20Konsep%20laju%20dan%20Kesetimban
gan%20Kimia_0.pdf