14
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MINYAK ATSIRI Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau minyak terbang. Pengertian atau definisi minyak atsiri yang ditulis dalam Encyclopedia of Chemical Technology menyebutkan bahwa minyak atsiri merupakan senyawa yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, dan biji maupun dari bunga dengan cara ekstraksi (Sastrohamidjojo 2002). Tanaman penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies tanaman yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu, dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar atau rizhome. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman, dapat juga terbentuk dari hasil degradasi trigliserida oleh enzim atau dapat dibuat secara sintetis (Ketaren 1985). Minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 cara yaitu, penyulingan (distillation), pengepresan (pressing), ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent extraction), dan ekstraksi dengan lemak padat (enfleurasi). Umumnya, metode yang paling sering digunakan adalah penyulingan. Minyak atsiri dalam industri digunakan untuk pembuatan kosmetik, parfum, antiseptik, obat-obatan, flavoring agent dalam bahan pangan atau minuman dan sebagai pencampur rokok kretek (Ketaren 1985). Minyak atsiri merupakan komoditas ekspor non migas yang dibutuhkan oleh berbagai negara. Aplikasi banyak digunakan pada berbagai industri antara lain, 1) industri makanan sebagai bahan penyedap dan penambah cita rasa, 2) industri farmasi sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, dan anti bakteri, 3) industri bahan pengawet sebagai insektisida, 4) industri kosmetik dan personal care product seperti sabun, pasta gigi, lotion, skin care, produk-produk kecantikan, dan sebagainya, 5) industri parfum. Penggunaan minyak atsiri dapat melalui konsumsi langsung melalui mulut atau dengan pemakain luar. Minyak atsiri yang dikonsumsi secara langsung dapat berupa makanan atau minuman seperti jamu yang mengandung minyak atsiri, penyedap, flavor ice cream, permen, dan pasta gigi. Pemakaian luar minyak atsiri antara lain pemijatan, lulur, obat luka, pewangi (parfum), pewangi ruangan, lotion, dan sebagainya. Minyak atsiri mempunyai sifat-sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri akan mengabsorpsi oksigen dari udara sehingga akan berubah warna, aroma, dan kekentalan sehingga sifat kimia minyak atsiri tersebut akan berubah (Ketaren 1985). Minyak atsiri secara umum di bagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri yang komponen penyusunnya sukar untuk dipisahkan, seperti minyak nilam dan minyak akar wangi. Minyak atsiri kelompok ini lazimnya langsung digunakan tanpa diisolasi komponen-komponen penyusunnya sebagai pewangi berbagai produk. Kedua, minyak atsiri yang komponen-komponen senyawa penyusunnya dapat dengan mudah dipisahkan menjadi senyawa murni, seperti minyak sereh wangi, minyak daun cengkeh, minyak permen dan minyak terpentin. Senyawa murni hasil pemisahan biasanya digunakan sebagai bahan dasar untuk diproses menjadi produk yang lebih berguna.

minyak atsiri.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: minyak atsiri.pdf

3

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MINYAK ATSIRI

Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau minyak terbang.

Pengertian atau definisi minyak atsiri yang ditulis dalam Encyclopedia of Chemical Technology

menyebutkan bahwa minyak atsiri merupakan senyawa yang pada umumnya berwujud cairan, yang

diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, dan biji maupun dari bunga dengan

cara ekstraksi (Sastrohamidjojo 2002).

Tanaman penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies tanaman yang

termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae dan Umbelliferaceae.

Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu, dari daun, bunga, buah, biji, batang

atau kulit dan akar atau rizhome. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman, dapat juga terbentuk

dari hasil degradasi trigliserida oleh enzim atau dapat dibuat secara sintetis (Ketaren 1985).

Minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 cara yaitu, penyulingan (distillation), pengepresan

(pressing), ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent extraction), dan ekstraksi dengan lemak padat

(enfleurasi). Umumnya, metode yang paling sering digunakan adalah penyulingan. Minyak atsiri

dalam industri digunakan untuk pembuatan kosmetik, parfum, antiseptik, obat-obatan, flavoring agent

dalam bahan pangan atau minuman dan sebagai pencampur rokok kretek (Ketaren 1985).

Minyak atsiri merupakan komoditas ekspor non migas yang dibutuhkan oleh berbagai negara.

Aplikasi banyak digunakan pada berbagai industri antara lain, 1) industri makanan sebagai bahan

penyedap dan penambah cita rasa, 2) industri farmasi sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, dan anti

bakteri, 3) industri bahan pengawet sebagai insektisida, 4) industri kosmetik dan personal care

product seperti sabun, pasta gigi, lotion, skin care, produk-produk kecantikan, dan sebagainya,

5) industri parfum.

Penggunaan minyak atsiri dapat melalui konsumsi langsung melalui mulut atau dengan

pemakain luar. Minyak atsiri yang dikonsumsi secara langsung dapat berupa makanan atau minuman

seperti jamu yang mengandung minyak atsiri, penyedap, flavor ice cream, permen, dan pasta gigi.

Pemakaian luar minyak atsiri antara lain pemijatan, lulur, obat luka, pewangi (parfum), pewangi

ruangan, lotion, dan sebagainya.

Minyak atsiri mempunyai sifat-sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami

dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai tanaman penghasilnya, umumnya larut

dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri akan mengabsorpsi oksigen dari udara

sehingga akan berubah warna, aroma, dan kekentalan sehingga sifat kimia minyak atsiri tersebut akan

berubah (Ketaren 1985).

Minyak atsiri secara umum di bagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri yang

komponen penyusunnya sukar untuk dipisahkan, seperti minyak nilam dan minyak akar wangi.

Minyak atsiri kelompok ini lazimnya langsung digunakan tanpa diisolasi komponen-komponen

penyusunnya sebagai pewangi berbagai produk. Kedua, minyak atsiri yang komponen-komponen

senyawa penyusunnya dapat dengan mudah dipisahkan menjadi senyawa murni, seperti minyak sereh

wangi, minyak daun cengkeh, minyak permen dan minyak terpentin. Senyawa murni hasil pemisahan

biasanya digunakan sebagai bahan dasar untuk diproses menjadi produk yang lebih berguna.

Page 2: minyak atsiri.pdf

4

Dalam buku The Encyclopedia of Complementary Medicine, The Complete Family Guide to

Alternative Health Care disebutkan bahwa minyak atsiri merupakan zat serbaguna. Molekul yang

dilepaskan ke udara adalah sebagai uap yang dibawa oleh uap air. Ketika uap air yang mengandung

komponen kimia tersebut dihirup, akan diserap tubuh melalui hidung dan paru-paru yang kemudian

masuk ke aliran darah. Bersamaan saat dihirup itu, uap air akan berjalan dengan segera ke sistem

limbik otak yang bertanggung jawab dalam sistem integrasi dan ekspresi perasaan, belajar, ingatan,

emosi, serta rangsangan fisik. Jika digunakan sebagai aplikasi di luar tubuh, minyak atsiri bermanfaat

dalam menyeimbangkan kondisi kulit, seperti juga otot dan organ bagian dalam (Ichad 2011).

Minyak atsiri berfungsi sebagai peyaring udara yang baik. Jika disimpan dalam ruangan, dapat

menghilangkan partikel logam racun dari udara, menaikkan oksigen atmosfer, serta menaikkan ozon

dan ion negatif dalam rumah. Dengan begitu minyak atsiri menghalangi perkembangan bakteri

sekaligus menghilangkan bau pengap. Karena itu, meletakkan atau menyemprotkan miyak atsiri di

ruangan bisa membuat udara dalam ruangan lebih segar. Pelepasan minyak atsiri di ruangan dapat

dilihat pada Gambar 1.

(1) Sebelum pelepasan minyak atsiri (2) Sesudah pelepasan minyak atsiri

Gambar 1. Pelepasan minyak atsiri di ruangan (Sumber: Trubus Info Kit)

2.1.1 Minyak Nilam

Minyak nilam diperoleh dari hasil penyulingan daun, batang, dan cabang tanaman nilam. Kadar

minyak tertinggi terdapat pada daun dengan kandungan utamanya adalah patchouli alkohol yang

berkisar antara 30-50%. Aromanya segar dan khas serta mempunyai daya fiksasi yang kuat, sulit

digantikan oleh bahan sintetis (Rusli 1991).

Minyak nilam memiliki wangi yang khas sehingga banyak digunakan sebagai pewangi parfum

dan zat fiksatif (pengikat). Selain itu, minyak nilam digunakan pula sebagai pelembab kulit, pewangi

masakan dengan proses oksidasi dan dihidrolisis dengan isogeunolasetat, dan untuk obat anti infeksi

(Santoso 1990). Fungsi minyak nilam yang lain adalah sebagai bahan utama pengusir serangga

perusak pakaian. Aroma minyak nilam dianggap mewah menurut persepsi orang Eropa, tetapi orang

sepakat bahwa aromanya bersifat menenangkan.

Minyak nilam terdiri atas persenyawaan terpen dengan alkohol. Aldehid dan ester-ester

memberikan bau khas misalnya patchouli alkohol. Patchouli alkohol merupakan senyawa yang

menentukan bau minyak nilam dan merupakan komponen yang terbesar. Komponen penyusun dari

minyak nilam adalah benzaldehid, karyofilen, patchoulena, bulnesen, dan patchouli alkohol (Ketaren

1985).

Komponen utama yang menentukan mutu minyak nilam adalah patchouli alkohol (Walker

1968). Minyak nilam merupakan bahan utama untuk mengikat bahan pewangi pada industri parfum

dan kosmetik. Selain itu, minyak nilam dapat digunakan untuk mengendalikan hama (Yusron dan

Page 3: minyak atsiri.pdf

5

Wiratno 2001). Minyak nilam merupakan minyak eksotik yang dapat meningkatkan gairah dan

semangat serta mepunyai sifat meningkatkan sensualitas. Biasanya digunakan untuk mengharumkan

kamar tidur untuk memberi efek menenangkan dan membuat tidur lebih nyenyak (anti insomia).

Menurut Grainge dan Ahmed (1987) bagian akar, batang, dan daun tanaman nilam dapat

membunuh ulat “Crocidolomia binotalis” dan “Spodotera litura” yang merupakan hama penting pada

tanaman, sedangkan daun dan pucuk nilam dapat membasmi semut (Formicida) dan kecoa (Blattidae)

di dalam rumah. Menurut Grainge dan Ahmed (1987) minyak nilam juga bersifat menolak kutu daun

dan nyamuk.

Minyak nilam mengandung komponen kimiawi, seperti patchouli alkohol, patchouli camphor,

eugenol, benzaldehyde, cinnamic aldehyde, dan cadinene (Santoso 1990). Komponen kimia penyusun

minyak nilam ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komponen kimia penyusun minyak nilam

Komponen Jumlah

(%)

Titik didih

(0C)

Seskwiterpene 40-45

Patchoyly alkohol 55-60

Benzoldehida 214

Eugenol benzoate 69-70

Sinnamat aldehida 208

Alkohol 54-95

Semikarbozome 134-135

Sumber: Ketaren, 1985

2.1.2 Minyak Sereh Wangi

Minyak sereh wangi merupakan minyak atsiri yang diperoleh dengan cara distilasi uap daun

tanaman sereh wangi. Dalam perdagangan dikenal dua tipe minyak sereh wangi, yaitu tipe Ceylon dan

tipe Jawa. Minyak sereh wangi tipe Ceylon diperoleh dari distilasi daun Cymbopogon nardus Rendle

atau Lenabatu, sedangkan minyak sereh tipe Jawa diperoleh dari Cymbopogon winterianus Jowitt atau

Mahapengiri. Minyak sereh wangi dalam kehidupan sehari-hari dapat digunakan untuk menolak

serangga, seperti nyamuk dan semut.

Senyawa utama minyak sereh wangi adalah sitronellal, geraniol, dan sitronellol. Senyawa-

senyawa tersebut merupakan bahan volatil. Sitronellal adalah senyawa berbentuk cairan yang tak

berwarna dan berbau wangi seperti Mellisa officinalis. Sitronellal memiliki gugus aldehida dan ikatan

etilenik yang reaktif. Oleh sebab itu, sitronellal mudah sekali teroksidasi karena pengaruh sinar

matahari dan udara menjadi ikatan kompleks, keton, asam metiladipik, isopulegol, dan menthon

(Guenther 1949 dalam Ketaren et al. 1986).

Geraniol adalah senyawa alkohol yang tidak berwarna (kuning pucat), seperti minyak, berbau

menyenangkan, bersifat larut dalam alkohol dan eter tapi tidak larut dalam air. Geraniol adalah

senyawa reaktif karena memiliki dua ikatan etilenik. Sitronellol adalah senyawa berbentuk cairan

seperti minyak, tidak berwarna dan harum mawar, mudah larut dalam alkohol dan eter tapi sedikit

larut dalam air. Sitronellol memiliki gugus hidroksil dan merupakan senyawa yang relatif lebih stabil

daripada geraniol (Guenther 1949 dalam Ketaren et al. 1986).

Page 4: minyak atsiri.pdf

6

Sitronelol dan geraniol, serta ester geraniol dan ester sitronelol banyak digunakan sebagai

bahan pengharum ruangan, tisu, sabun, dan kosmetik. Komponen kimia dalam minyak sereh wangi

cukup komplek, namun komponen yang terpenting adalah sitronellal dan geraniol. Kedua komponen

tersebut menentukan intensitas bau, harum, serta nilai harga minyak sereh wangi. Kadar komponen

kimia penyusun utama minyak sereh wangi tidak tetap, dan tergantung pada beberapa faktor. Biasanya

jika kadar geraniol tinggi maka kadar sitronellal juga tinggi (Harris 1994).

Sitronelol dan geraniol merupakan bahan aktif yang tidak disukai dan sangat dihindari

serangga, termasuk nyamuk sehingga penggunaan bahan-bahan ini sangat bermanfaat sebagai bahan

pengusir serangga. Susunan kimia dari minyak sereh wangi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Susunan kimia minyak sereh wangi

Senyawa penyusun Kadar (%)

Sitronellal

Geraniol

Sitronellol

Geraniol asetat

Sitronellol asetat

L-Limonene

Elemol dan terpen lain

Elemene dan cadinen

32-45

12-18

12-15

3-8

2-4

2-5

2-5

2-5

Sumber: Utomo et al., 2008

Minyak sereh wangi merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang cukup berperan dalam

kehidupan sehari-hari. Minyak sereh wangi banyak digunakan dalam industri, terutama sebagai

pewangi sabun, sprays, desinfektan, bahan pengilap, aneka ragam preparasi teknis, dan kosmetik

(Lutony dan Rahmayati 1999).

Selain itu, minyak sereh juga digunakan pada bidang pertanian sebagai pestisida alami

(insektisida dan fungisida) yang bersifat sebagai racun kontak. Racun kontak merupakan racun yang

masuk dalam tubuh organisme melalui kulit dan menyebabkan serangga kehilangan cairan dalam

tubuh secara terus-menerus kemudian mati (Djojosumarto 2008).

2.1.3 Minyak Lavender

Minyak lavender adalah minyak atsiri yang diperoleh dari bunga lavender (Lavandula

latiofola). Minyak lavender banyak digunakan dalam produksi dari parfum dan dapat digunakan

dalam aromaterapi. Wangi lavender memiliki efek menenangkan yang dapat membantu relaksasi. Hal

ini juga dapat membantu untuk mengurangi rasa sakit dari sakit kepala ketegangan saat menghirup

sebagai uap atau diencerkan dan digosok pada kulit.

Komposisi utama dalam minyak lavender adalah linalool yang mampu mengendorkan dan

melemaskan sistem kerja urat-urat syaraf dan otot-otot yang tegang. Karena kandungan atau

komposisi utama inilah bunga lavender sering digunakan sebagai bahan lotion antinyamuk,

aromaterapi, parfum, minyak gosok, ramuan untuk mandi, dan obat-obatan. Selain itu, lavender

meningkatkan sirkulasi darah dan memiliki kemampuan untuk mengobati masalah pernapasan.

Page 5: minyak atsiri.pdf

7

Komponen utama minyak lavender adalah linalool (51%) dan asetat linalyl (35%).

Tabel 3 menunjukkan komposisi dari minyak lavender yang diperoleh dari analisis gas

chromotography.

Tabel 3. Komposisi penyusun minyak lavender

Keluarga Komposisi Lavandula

latifolia

Terpene /

Monoterpenols

Linalool 49,47%

α - terpineol 1,08%

γ - terpineol 0,09%

Borneol 1,43%

Iso-borneol 0,82%

Terpinen-4-ol

Nerol

Lavandulol

Terpene /

Terpena ester

Linalyl asetat

Geranyl asetat

Octene-3-il asetat

Lavandulyl asetat

Terpene /

Monoterpen

Myrcene 0,41%

α-pinene 0,54%

β-pinene 0,33%

Camphene 0,30%

E-β - ocimene

Z-β-ocimene

β - phellandrene

Terpene /

Terpenoid oksida

Ekaliptol

(1,8-sineol) 25,91%

Terpene /

Seskuiterpen

β - caryophyllene 2,10%

β - farnesene

Germacrene

α - humulene 0,28%

Keton Kapur barus 13,00%

Octanone-3

Cryptone

Sumber: Anonim, 2010

Page 6: minyak atsiri.pdf

8

2.1.4 Minyak Lemon

Minyak lemon diambil dari bagian kulit buahnya dengan cara pengepresan dingin maupun

penyulingan uap. Tetapi jika digunakan penyulingan uap akan menghasilkan minyak dengan kualitas

rendah. Rendemen minyak berkisar antara 0.35% - 0.65% (berdasarkan berat buah lemon). Minyak

lemon termasuk ke dalam genus Citrus. Komposisi senyawa yang terdapat di dalam minyak atsiri

yang dihasilkan dari kulit buah tanaman genus Citrus berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di

antaranya adalah limonen, sitronelal, geraniol, linalol, α-pinen, mirsen, β-pinen, sabinen, geranil

asetat, nonanal, geranial, β-kariofilen, dan α-terpineol (Chutia dkk. 2009).

Komponen penyusun minyak lemon berdasarkan hasil GCMS adalah limonene dengan jumlah

76.28%, mirsen 1.33%, osimen 1.37%, linalool 0.56%, nonanal 0.54%, geraniol 0.98%, α-sitral

5.58%, dan z-sitral 7.70% (Sukmawaty 2002). Menurut Oktovina (2006), minyak jeruk lemon (Citrus

limon) dihasilkan dengan teknik ekstraksi dari bagian kulit buah. Komponen kimia bahan aktifnya

meliputi senyawa limonene, sitral, dan sitronellal. Warna cairannya hijau kekuningan hingga

kecoklatan. Wewangiannya beraroma jeruk asam yang segar dan khas.

Minyak atsiri lemon dapat digunakan sebagai pengharum ruangan, bahan parfum, dan

penambah cita rasa pada makanan. Minyak atsiri jeruk lemon juga bermanfaat bagi kesehatan, yaitu

untuk aromaterapi. Aroma jeruk lemon dapat menstabilkan sistem syaraf, menimbulkan perasaan

senang dan tenang, meningkatkan nafsu makan, dan menyembuhkan penyakit. Manfaat bagi

kesehatan tersebut karena minyak atsiri jeruk lemon mengandung senyawa limonen. Minyak atsiri

jeruk lemon juga mengandung linalool, linalil, dan terpineol yang memiliki fungsi sebagai penenang

(sedatif), serta sitronela sebagai penenang dan pengusir nyamuk (Anonim 2008).

2.1.5 Minyak Jeruk Purut

Minyak atsiri ini dihasilkan dari penyulingan daun jeruk lime (Citrus hystrix) dan dalam

perdagangan disebut kaffir lime oil. Daun jeruk purut sehari-hari diperdagangkan dan digunakan

sebagai bumbu atau penyedap dalam berbagai masakan. Bila dilihat dari aspek kimia, komponen

utama dari minyak ini adalah senyawa sitral, menyerupai minyak sereh dapur atau lemon grass oil.

Flavor minyak daun jeruk purut agak berbeda dari flavor minyak sereh dapur, minyak daun jeruk

purut lebih segar dan lebih lembut, sehingga banyak digunakan dalam pengolahan makanan,

sementara minyak sereh dapur banyak digunakan dalam formula parfum. Manfaat minyak jeruk purut

adalah sebagai sedatif, pengusir nyamuk, pereda flu, dan tonik (Ma’mun 2009).

Penyulingan minyak daun jeruk purut belum banyak dilakukan, namun dengan berkembang-

nya industri makanan, minuman dan flavor, minyak daun jeruk purut merupakan salah satu alternatif

yang potensial. Hasil penyulingan yang dilakukan di Balittro, rendemen minyak daun jeruk purut

berkisar antara 1.0-1.5% (Ma’mun 2009).

Minyak daun jeruk purut mengandung senyawa-senyawa sitral, mirsen, limonene, simen, 2,6-

dimetilheptenal, sitronellal, linalool, betakaryofilen, geranil asetat, sikloheksana, karyofillen oksida,

dan lain-lain (Lawless 2002). Hasil GCMS diketahui bahwa minyak jeruk purut mengandung

senyawa-senyawa antara lain, sitronellal sebesar 70.3%, linallol 4.6%, sabinene 2.7%, sitronellol

6.3%, sitronellyl acetate 1.9%, dan karyopyllene 1.9% (PT. Indesso Indonesia 2011).

Page 7: minyak atsiri.pdf

9

2.1.6 Minyak Kenanga

Minyak kenanga adalah minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan bunga tanaman

Cananga odorata (Ketaren 1985). Minyak kenanga diperoleh dengan penyulingan sederhana yaitu,

penyulingan dengan uap dan air (water and steam destilation). Kandungan kimia minyak atsiri bunga

kenanga ini adalah golongan aldehid, keton aseton, furfural, benzaldehid, komponen bersifat basa

(metilantranilat), golongan terpen (d-terpen), golongan fenol dan fenol eter (fenol, eugenol,

isoeugenol, metil salisilat, benzilsalisilat), alkohol dan ester (metilbenzoat, l-linalool, terpineol, benzil

alkohol, feni-etil alkohol, geraniol, fernesol), dan sesquisterpen (d-caryophyllen, sesquisterpen-

alifatis, l sesquisterpen, dsesquisterpen) (Guenther 1972). Komposisi kimia fraksi ekstra minyak

kenanga dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi kimia fraksi ekstra minyak kenanga

No. Komponen Jumlah

(%)

1. Golongan aldehid dan keton aseton, furfural, benzaldehid 0.1 - 0.2

2. Komponen bersifat basa (Metilantranilat) 0.1

3. Golongan terpen (d-pinene) 0.3 - 0.6

4. Golongan fenol dan fenol eter (- Cresol, p-Cresol - metil - eter,

A, fenol, eugenol, isoeugenol, metil-salisilat, benzilsalisilat, dan

fenol tingkat tinggi)

3

5. Alkohol dan ester

Metil - benzoate, l-linalool, terpineol, benzil alkohol, fenil-etil

alkohol, geraniol, nerol, fersenol, nerolidol, l-cadinol,

sesquiterpen alkohol

52 - 64

6. Sesquiterpen

d-Caryophyllen, sesquiterpen-alifatis, l-sesquiterpen, d-

sesquiterpen, l/d-sesquiterpen bisiklis

33 - 38

Sumber: Guenther, 1972.

Komponen utama minyak kenanga berdasarkan analisa yang dilakukan oleh Balitro adalah

-kariofilen (36%), α-terpineol (10%), benzil asetat (9%), dan benzil alkohol (2%) (Ketaren dkk.

2000). Kandungan terbesar minyak atsiri bunga kenanga terdiri atas linalool, geraniol, dan eugenol,

dengan aroma yang khas menyengat yang tidak disukai serangga (Ketaren 1985).

Di bawah ini adalah penjelasan masing-masing senyawa kandungan dari minyak kenanga yang

memiliki kemampuan untuk menolak serangga.

a. Linalool

Linalool adalah racun kontak yang meningkatkan aktivitas saraf sensorik pada serangga, lebih-

besar menyebabkan stimulasi saraf motor yang menyebabkan kejang dan kelumpuhan beberapa

serangga, seperti kutu dewasa. Zat ini dapat ditemukan juga di minyak cengkeh dan minyak jeruk

(Nurdjannah 2004).

Page 8: minyak atsiri.pdf

10

b. Eugenol

Eugenol merupakan cairan tak berwarna atau kuning pucat, bila kena cahaya matahari berubah

menjadi coklat kehitaman, dan berbau spesifik. Sumber alaminya dari minyak cengkeh. Terdapat pula

pada pala, kulit manis, dan salam. Eugenol sedikit larut dalam air namun mudah larut pada pelarut

organik (Nurdjannah 2004). Komponen eugenol dalam jumlah besar (70-80%) yang mempunyai sifat

sebagai stimulan, anestetik lokal, karminatif, antiemetik, antiseptik, dan antispasmodik. Selain rasanya

hangat, juga bersifat antiseptik dan yang paling penting dapat terhindar dari gangguan nyamuk,

meskipun mekanisme yang pasti dari proses ini belum diketahui (Kardinan 2009).

c. Geraniol

Geraniol berupa cairan berwarna kuning pucat, terdapat di minyak mawar, minyak palmarosa,

minyak serai. Kandungan minyak tanaman sereh wangi meliputi geraniol dalam minyak sebesar

44.01-51% dan sitronella sebesar 0.5-1.3%. Bahan-bahan ini kemungkinan merupakan sisa

metabolisme tumbuh-tumbuhan dan digunakan untuk menjalankan peran ganda, seperti menarik

serangga atau mengusir serangga. Senyawa-senyawa tersebut diduga mempunyai daya tarik terhadap

lalat buah tetapi aplikasi cairan ini ternyata tidak mematikan lalat buah sehingga dalam perangkap

masih perlu ditambahkan larutan deterjen (Sudarmo 1991).

Geraniol dapat mengakibatkan kematian 65% pada larva ulat kubis diduga geraniol bersifat

racun lambung, karena pada hari pertama terjadi kontak belum memperlihatkan gejala keracunan,

tetapi setelah larva-larva tersebut makan sehingga mengakibatkan gejala keracunan bagi larva tersebut

(Anonim 2007).

2.2 GEL PENGHARUM RUANGAN

Gel pengharum ruangan merupakan produk rumah tangga dalam bentuk sediaan gel yang

melepaskan wangi ke ruangan melalui udara. Gel adalah sistem padat atau setengah padat dari paling

sedikit dua konstituen yang terdiri atas massa seperti pagar yang rapat dan diselusupi oleh cairan

(Ansel 1989). Pengharum ruangan dalam bentuk sedian gel dalam penggunaannya lebih praktis dan

mudah dibandingkan dengan pengharum ruangan dalam bentuk cair karena harus disemprot ke

ruangan terlebih dahulu. Selain itu, pengharum ruangan dalam bentuk sediaan gel ini lebih mudah

dalam hal penyimpanan dan pengemasannya.

Tiga tipe pengharum berasal dari pertimbangan bahwa aroma penutup atau pelindung

mempunyai bau yang lebih lembut, kadang-kadang membuat inaktif atau bersifat membius syaraf

olfaktori, menurunkan sensitifitas terhadap bau tidak enak, dan bereaksi jika berpasangan dengan bau

tidak enak yang spesifik untuk melemahkan gabungan pengharum dan intensitas bau. Sebagian besar

parfum yang digunakan dalam praktek adalah parfum kategori pertama. Sebagian kecil seperti

formaldehid, asetaldehid dan sebagainya ditemukan dalam kategori kedua. Grup ketiga dibatasi oleh

spesifikasi keaktifan parfum itu sendiri dan terbatas juga dalam jumlahnya.

Empat elemen (notes) parfum yaitu, base, middle, top dan bridge. Elemen base akan melekat

lebih lama di kulit dan harumnya lebih kuat, seperti vanili, cengkih, dan minyak nilam. Wangi middle

notes biasanya baru terasa setelah setengah jam parfum disemprotkan, contohnya geranium dan

kenanga. Top notes yang terdapat dalam citrus dan floral akan tercium saat pertama kali di

semprotkan. Sementara bridge notes dipakai untuk menyatukan ketiga elemen lainya.

Parfum dideskripsikan dengan perumpamaan musik yang memiliki tiga “not/notes” yang

membentuk harmoni wangian. Masing-masing note tercium seiring waktu dengan dimulai dari impresi

pertama dari top note diikuti oleh middle note yang telah mendalam dan base note yang sedikit demi

Page 9: minyak atsiri.pdf

11

sedikit muncul di akhir. Note-note ini dibuat dengan seteliti mungkin berdasarkan pengetahuan proses

evaporasi dari wangian. Di bawah ini adalah penjelasan dari masing-masing notes.

1. Top notes

Wangi yang langsung tercium ketika parfum disemprotkan. Top notes mengandung molekul

yang ringan dan kecil yang dapat berevaporasi cepat. Top note membentuk impresi pertama dari

parfum. Minyak lemon adalah salah satu minyak atsiri yang termasuk top notes.

2. Middle notes

Wangi yang muncul setelah top notes mulai memudar. Middle note mengandung “inti” dari

parfum dan juga bertindak sebagai topeng bagi base note yang sering kali tidak tercium enak pada

pertama kalinya, namun menjadi enak seiring waktu. Notes ini juga sering disebut heart note. Minyak

atsiri yang termasuk dalam kategori middle notes adalah minyak lavender, minyak sereh wangi, dan

minyak kenanga.

3. Base notes

Wangi dari sebuah parfum yang muncul seiring memudarnya middle notes. Base dan middle

notes adalah tema wangian utama dari sebuah parfum. Base notes memberikan kedalaman yang solid

dari parfum. Kandungan dari notes ini biasanya kaya dan dalam, dan tidak tercium setidaknya sampai

30 menit pemakaian. Wangi top dan middle notes terpengaruhi oleh wangi dari base notes. Minyak

nilam termasuk dalam kategori base note (Sabini 2006).

Gel pengharum ruangan anti serangga disusun oleh beberapa macam bahan di antaranya adalah

bahan pembentuk gel, bahan tambahan, bahan pewangi, bahan pengikat wangi, dan bahan aktif

penolak serangga. Bahan pembentuk gel yang digunakan dalam penelitian ini adalah karagenan,

kemudian bahan tambahan yang digunakan adalah propilen glikol dan sodium benzoat. Bahan

pewangi yang digunakan adalah minyak lemon, minyak jeruk purut, dan minyak kenanga. Bahan

pengikat wangi yang digunakan adalah minyak nilam. Bahan aktif penolak serangga yang digunakan

adalah minyak sereh wangi dan minyak lavender.

2.2.1 Karagenan sebagai Bahan Pembentuk Gel

Bahan pembentuk gel yang digunakan adalah karagenan. Karagenan merupakan campuran dari

polisakarida yang mengandung sulfat yang diekstrak dari alga merah atau Rhodopyceae (Aidsinfo

2003). Karagenan adalah nama umum dari golongan polisakarida pembentuk gel dan pengental yang

diperoleh secara komersial melalui proses ekstraksi dari spesies alga merah (Rhodopyceae) tertentu.

Beberapa spesies utama yang saat ini digunakan untuk memproduksi karagenan berasal dari genera-

genera seperti Gigartina, Chondrus crispus, Iridaea, dan Euchema (Velde dan Ruiter 2005).

Agroindustri karagenan Indonesia memperkirakan bahwa untuk produk olahan rumput laut yaitu,

karagenan, Indonesia mampu menguasai pasar dunia sekitar 13% (tahun 2007); 13.7% pada tahun

2008; 14% pada tahun 2009; dan sekitar 15% pada tahun 2010 (Sulaeman 2006).

Karagenan mempunyai sifat unik yang tidak dapat digantikan dengan jenis gum lainnya.

Kegunaan karagenan dinilai dari dua kunci utama, yakni kemampuannya untuk membentuk gel yang

kuat dengan garam tertentu atau jenis gum lain dan kemampuannya untuk berinteraksi dengan protein

tertentu (Fardiaz 1989). Karagenan terutama digunakan dalam industri makanan dengan beberapa

aplikasi dalam industri toiletries (Anonim 2004). Penggunaan karagenan dalam pembuatan

pengharum ruangan berbentuk gel umumnya menggunakan konsentrasi antara 1-3% (Hargreaves

2003).

Page 10: minyak atsiri.pdf

12

Saat ini, pemanfaatan karagenan tidak hanya terbatas pada industri makanan saja, tetapi juga

pada industri-industri lain seperti farmasi, kosmetika, bioteknologi, tekstil, dan lain sebagainya. Pada

industri farmasi, karagenan digunakan sebagai bahan pengental (suspensi), emulsi, dan stabilizer pada

proses pembuatan pasta gigi, obat-obatan, minyak mineral, dan lain-lain. Selain itu, karagenan juga

digunakan dalam industri tekstil, cat, dan keramik. Industri pasta gigi merupakan industri terbesar di

Indonesia yang menggunakan karagenan (FMC 1977 dalam Juwita 2007). Hal ini dikarenakan

kemampuan karagenan sebagai pengental dalam pasta gigi untuk mengikat air secara efektif dan

membentuk gel yang lunak yang sangat stabil terhadap degradasi enzimatis (Skensved 2005).

Dalam industri kosmetik karagenan dapat digunakan pada gel, cream, lotion, hair care, skin

and body product. Gel karagenan meningkatkan kestabilan emulsi dengan menjaga droplet minyak

dan mencegah pemisahan bahan yang tidak larut (non soluble), seperti pigmen (Velde dan Ruiter

2005). Diperkirakan sekitar 200 ton per tahun karagenan digunakan pada produk nonpangan seperti

pada air freshner gel (McHugh 2003).

Gel dari karagenan berfungsi sebagai pengemulsi minyak pengharum pada bahan hidrofobik.

Karagenan yang dijadikan bahan pembuat gel pengharum ruangan berfungsi melepaskan minyak

aroma secara perlahan (slow release) (Hargreaves 2003). Pada produk pengharum ruangan berbentuk

gel dibuat dengan menggunakan karagenan yang dikombinasikan dengan gum jenis lain serta garam

pembentuk gel (hingga 2.5 % b/b dari gum). Kombinasi tersebut mengikat minyak pengharum

sehingga pelepasan terjadi secara bersamaan dari permukaan gel hingga gel mengering (Van de Velde

dan De Ruiter 2005).

2.2.2 Bahan Tambahan Gel Pengharum Ruangan Anti Serangga

Pembuatan gel pengharum ruangan diperlukan bahan tambahan di antaranya adalah propilen

glikol yang berperan sebagai pelarut dan sodium benzoat yang berperan sebagai bahan pengawet.

Propilen glikol adalah propana-1,2-diol dengan rumus molekul C3H8O2 dan berat molekul 76,10

(Depkes RI 1995). Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak

manis, dan higroskopik. Propilen glikol dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) dan dengan

kloroform, larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah dan dengan

minyak lemak (Depkes RI 1979).

Propilen glikol dapat berfungsi sebagai pengawet, antimikroba,disinfektan, humektan, solven,

stabilizer untuk vitamin, dan kosolven yang dapat bercampur dengan air. Sebagai pelarut atau

kosolven, propilen glikol digunakan dalam konsentrasi 10-30% larutan aerosol, 10-25% larutan oral,

10-60% larutan parenteral dan 0-80% larutan topikal. Propilen glikol digunakan secara luas dalam

formulasi sediaan farmasi, industri makanan maupun kosmetik, dan dapat dikatakan relatif non toksik.

Dalam formulasi atau teknologi farmasi, propilen glikol secara luas digunakan sebagai pelarut,

pengekstrak dan pengawet makanan dalam berbagai sediaan farmasi parenteral dan non parenteral

(Rowe et al. 2003). Karakteristik propilen glikol dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Karakteristik propilen glikol

Karakteristik Propilen Glikol Keterangan

Kandungan C3H8O8

Pemerian

Tidak kurang dari 99,5%.

Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak

berbau, menyerap air pada udara lembab.

Page 11: minyak atsiri.pdf

13

Karakteristik Propilen Glikol Keterangan

Kelarutan

Kegunaan

Dapat bercampur dengan air, dengan aseton,

dan dengan kloroform, larut dalam eter dan

beberapa minyak esensial, tetapi tidak dapat

bercampur dengan minyak lemak.

Pelarut, pembasah (konsentrasi untuk sediaan

topical = 15%), pengawet untuk sediaan

parenteral dan non parenteral, humektan,

plastisizer, zat penstabil untuk vitamin dan

kosolven yang dapat campur dengan air.

Sumber: (Rowe et al. 2003)

Sifat propilen glikol hampir sama dengan gliserin hanya saja propilen glikol lebih mudah

melarutkan berbagai jenis zat. Sama seperti gliserin fungsi propilen glikol adalah sebagai humektan,

namun fungsi dalam formula krim adalah sebagai pembawa emulsifier sehingga emulsi menjadi lebih

stabil. Propilen glikol dapat berfungsi sebagai humektan pada sediaan salep, propilen glikol digunakan

pada konsentrasi 15%, sedangkan sebagai preservatif digunakan pada konsentrasi 15-30% (Rowe et

al. 2003).

Sodium benzoat (E211) adalah garam sodium dari asam benzoat dan ada dalam bentuk ini

ketika dilarutkan dalam air dengan rumus kimia NaC6H5CO2. Sodium benzoat dikenal juga dengan

nama natrium benzoat. Fungsi sodium benzoat adalah sebagai bahan pengawet untuk menekan

pertumbuhan mikroorganisme (jamur) yang merugikan (Faisal 2010). Batas atas penggunaan sodium

benzoat yang diijinkan adalah sebesar 0,1% di Amerika Serikat, sedangkan untuk negara-negara lain

berkisar antara 0,15-0,25%. Untuk negara-negara Eropa batas benzoat berkisar antara 0,015-0,5%.

Sodium benzoat lebih disukai dalam penggunaannya karena 200 kali lebih mudah larut dibandingkan

asam benzoat. Sekitar 0,1% umumnya cukup untuk pengawetan pada produk yang telah dipersiapkan

untuk diawetkan.

2.2.3 Bahan Pewangi

Bahan pewangi terdiri atas persenyawaan kimia yang menghasilkan bau wangi yang diperoleh

dari minyak atsiri atau dihasilkan secara sintetis. Persenyawaan tersebut terdiri atas alkohol, ester,

aldehida, keton, asam organik, lakton, amin, dan oksida yang berbau wangi atau menyenangkan. Pada

umumnya parfum mengandung komponen zat pewangi berjumlah 2% (weak parfum) sampai dengan

10% (strong parfum) dan selebihnya adalah bahan pengencer (diluent) dan zat pengikat (Ketaren

1985).

2.2.4 Bahan Pengikat Wangi

Pada umumnya larutan zat pewangi dalam alkohol lebih cepat menguap dari alkohol, sehingga

bau wangi parfum cepat hilang. Untuk menghindari kejadian ini maka ke dalam larutan parfum perlu

ditambahkan zat pengikat (fiksatif). Zat pengikat adalah suatu persenyawaan yang memiliki daya

Page 12: minyak atsiri.pdf

14

menguap yang lebih rendah dari zat pewangi atau minyak atsiri dan dapat menghambat atau

mengurangi kecepatan penguapan dari zat pewangi (Ketaren 1975).

Zat pengikat yang baik digunakan dalam parfum adalah zat pengikat yang mempunyai titik uap

lebih tinggi dari titik uap zat pewangi, tidak berbau atau berbau wangi. Penambahan zat pengikat

bertujuan untuk memfiksasi bau dan mencegah agar komponen yang dapat menguap terutama zat

pewangi jangan terlalu cepat menguap dan dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang lebih lama

(Ketaren 1975).

Pada umumnya zat pengikat yang digunakan dapat berasal dari bahan nabati, bahan hewani,

dan sintetis. Zat pengikat nabati yang digunakan umumnya berasal dari golongan gum, resin, lilin atau

beberapa jenis minyak atsiri yang bertitik didih tinggi, misalnya minyak akar wangi, minyak kayu

cendana, minyak “boise de rose”, dan minyak nilam (Ketaren 1985).

2.2.5 Bahan Aktif Penolak Nyamuk

Berbagai cara diupayakan orang untuk menghindari gigitan nyamuk baik secara fisik dengan

menggunakan kelambu hingga secara kimiawi di antaranya dengan insektisida. Secara harfiah

insektisida diartikan sebagai bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan

serangga hama. Seiring dengan perkembangan teknologi, insektisida diartikan sebagai semua bahan

atau campuran bahan yang digunakan untuk mencegah, menolak, atau mengurangi serangga hama

baik berupa sintetis maupun alami (Sigit et al. 2006).

Cara kerja insektisida di antaranya adalah sebagai repelen (penolak). Repelen dibagi menjadi

dua jenis yakni, natural repellent dan synthetic repellent (Djojosumarto 2008). Bahan aktif penolak

nyamuk yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sereh wangi dan minyak lavender.

Komponen minyak sereh wangi yang berperan sebagai bahan aktif penolak nyamuk adalah sitronellal

(Utomo et al. 2008). Komponen utama minyak lavender adalah linalool yang berperan sebagai bahan

aktif penolak serangga (Anonim 2010).

2.3 NYAMUK CULEX QUINQUEFASCIATUS

Nyamuk adalah golongan serangga yang merugikan manusia, baik karena berperan sebagai

penular beberapa penyakit maupun sebagai pengganggu kenyamanan. Nyamuk terdiri atas beragam

jenis, antara lain nyamuk vector malaria Anopheles sp, nyamuk demam berdarah seperti Aedes

aegypti, nyamuk rawa-rawa Mansonia uniformes, nyamuk kebun Armigeres subalbatus, nyamuk

rumah Culex quinquefasciatus, dan nyamuk gajah Toxorhynchites (Sigit et al. 2006).

Cara nyamuk mencari inang adalah melalui saraf sensoris, yakni merasakan rangsangan visual,

rangsangan suhu dan rangsangan bau. Rangsangan visual terutama pada manusia yang menggunakan

pakaian gelap, rangsangan suhu misalnya nyamuk dapat menemukan keberadaan manusia melalui

suhunya karena suhu tubuh manusia lebih tinggi bila dibandingkan suhu lingkungan. Melalui

rangsangan bau, yaitu nyamuk mampu membedakan bau keringat, bau tubuh, dan bahkan bau parfum

yang dipakai manusia, dan cara paling efektif bagi nyamuk untuk menemukan mangsanya adalah

dengan rangsangan bau (Rossel 2003 dalam Wahyuningtyas 2004).

Jenis nyamuk yang sering terdapat di daerah pemukiman dan dapat dijumpai dimana-mana

adalah nyamuk Culex quinquefasciatus karena dapat berkembang biak dalam genangan air di sekitar

pemukiman. Nyamuk ini biasanya mulai aktif ketika hari mulai malam hingga menjelang pagi.

Page 13: minyak atsiri.pdf

15

Nyamuk Culex ini diketahui berperan sebagai vektor filariasis limfatik (Wuchereria bancrofti, Brugia

malayi, dan Brugia timori) atau penular penyakit kaki gajah (Gandahusada et al. 2000).

Spesies nyamuk Cx. quinquefasciatus adalah spesies nyamuk yang paling cepat resisten

terhadap insektisida daripada spesies nyamuk lain. Hal ini disebabkan oleh keberadaan nyamuk jenis

ini yang paling sering ada di sekitar pemukiman sehingga seringkali terpapar dengan insektisida

pemukiman yang telah banyak digunakan untuk mengurangi gangguan nyamuk (Bulletin WHO 1967

dalam Daniel 2008).

2.4 PENELITIAN TERDAHULU

Berdasarkan hasil penelitian Mardiningsih dkk (1994), diketahui bahwa minyak nilam bersifat

menolak beberapa jenis serangga seperti ngegat kain, kumbang jagung, dan kumbang buah kering.

Hasil penelitian Dummond (1960), menunjukkan bahwa minyak nilam dapat digunakan sebagai

pengendali populasi serangga karena sifatnya sebagai bahan penolak dan penghambat pertumbuhan

serangga. Hal ini dikarenakan minyak nilam mengandung komponen zat yang tidak disukai oleh

serangga, seperti α-pinen dan β-pinen.

Minyak sereh juga sering digunakan sebagai penolak serangga alami. Kemampuan menolak

nyamuk telah dibuktikan melalui penelitian terhadap nyamuk Aedes aegypti maupun Culex

quinquefasciatus dengan cara mengoleskan formula penolak nyamuk yang mengandung minyak sereh

di kulit selama 60 menit uji. Hasil pengujian mengindikasikan bahwa minyak sereh efektif digunakan

sebagai penolak nyamuk (Kim et al. 2005). Konsentrasi minyak sereh yang umum digunakan dalam

produk penolak serangga berkisar antara 0,05 % hingga 15 % baik secara tunggal maupun

dikombinasikan dengan minyak lavender, cengkeh, bawang putih, ataupun minyak cedar (Barnard

2000).

Kandungan minyak atsiri bunga kenanga yang komponen terbesarnya terdiri atas linalool,

geraniol dan eugenol yang menyebabkan bunga kenanga mempunyai aroma yang khas menyengat

yang tidak disukai serangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri bunga kenanga

mempunyai kemampuan untuk menolak nyamuk Aedes aegypti ketika diujikan pada tangan manusia.

Hal ini dapat dilihat dari adanya penurunan rata-rata jumlah nyamuk yang hinggap pada tangan

manusia seiring dengan naiknya konsentrasi minyak atsiri yang digunakan (Nugraheni 2009). Minyak

atsiri, yang dikenal dengan nama minyak kenanga, yang mempunyai khasiat dan bau yang khas. Hasil

penelitian mereka menunjukkan, ekstrak bunga kenanga memiliki kemampuan menolak nyamuk

karena adanya kandungan linalool, geraniol, dan eugenol (Anonim 2008).

Berdasarkan hasil penelitian Kiswanti (2009), produk gel pengharum ruangan tanpa minyak

sereh tidak memiliki kemampuan menolak ataupun membunuh nyamuk. Produk dengan konsentrasi

minyak sereh 10% mampu menjatuhkan dan membunuh nyamuk sebesar 26,67% dan 53,33%. Produk

dengan konsentrasi minyak sereh 15% mampu menjatuhkan dan membunuh nyamuk sebesar 52% dan

69,33%. Produk dengan konsentrasi minyak sereh 20% mampu menjatuhkan dan membunuh nyamuk

sebesar 60% dan 85,33%.

Kardinan (2007) mencoba ekstrak beberapa jenis tanaman selasih sebagai pengusir nyamuk.

Peneliti tersebut berupaya memilih selasih yang mengandung bahan aktif eugenol, tymol, cyneol, atau

estragole sebagai bahan-bahan aktif pengusir serangga. Daya proteksinya yang tertinggi adalah

sebesar 79,7% yang dicapai selama satu jam (Supartha 2008).

Page 14: minyak atsiri.pdf

16

Zodia (Evodia suaveolens) yang termasuk ke dalam keluarga Rutaceae, dikatakan mengandung

evodiamine dan rutaecarpine. Menurut hasil analisa yang dilakukan di Balai Penelitian Tanaman

Rempah dan Obat (Balittro) dengan gas kromatografi, minyak yang disuling dari daun tanaman ini

mengandung linalool (46%) dan a-pinene (13,26%) di mana linalool sudah sangat dikenal sebagai

pengusir (repellent) nyamuk.

Dari pengujian yang dilakukan terhadap nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti) yang sering

membuat heboh masyarakat, yaitu dengan cara menggosokkan daun zodia ke lengan, lalu lengannya

dimasukkan ke kotak yang berisi nyamuk demam berdarah dan dibandingkan dengan lengan yang

tanpa digosok dengan daun zodia, menunjukkan bahwa daun zodia mampu menghalau nyamuk

selama enam jam dengan daya halau (daya proteksi) sebesar lebih dari 70% (Kardinan 2007).

Selain dapat digunakan sebagai pengusir serangga, ekstrak tanaman anti nyamuk juga dapat

dimanfaatkan sebagai pembunuh larva (larvasida) Aedes aegypti. Penelitian yang dilakukan oleh Dias

Kusuma Utari dari IPB pada tahun 2007 membuktikan bahwa pemberian ekstrak zodia pada larva

Aedes aegypti menyebabkan kematian pada larva tersebut (Utari 2007).