Upload
abel-yuki-edwar
View
92
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Proposal PKP PT.ADARO INDONESIAKATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah memberikan kemampuan dan pengetahuan sehingga proposal Praktek Kerja Profesi (PKP) ini dapat terselesaikan. Proposal ini berisi tentang rencana kegiatan PKP yang terdiri dari materi umum dan khusus. Kedua materi tersebut mencakup aspek perencanaan, sistem silvikultur, pembinaan hutan, perlindungan hutan, dan pemberdayaan masyarakat.Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menambah dan memperkaya pemahaman materi-materi yang telah diperoleh di bangku kuliah, maka mahasiswa diwajibkan menempuh Praktek Kerja Profesi (PKP) sebagai sarana untuk menghubungkan teori yang telah diperoleh di ruang kuliah dengan aplikasi di lapangan. Di satu pihak teori merupakan hal yang obyektif dan tidak mengenal dimensi waktu dan tempat, sedangkan aplikasi bersifat subyektif dan kondisional, yakni terikat dan sangat dipengaruhi oleh waktu dan tempat. Selain itu, praktek juga berguna untuk membekali mahasiswa sebagai calon rimbawan dengan pengetahuan serta keterampilan teknis dalam pengelolaan serta perencanaan hutan.Sebagai sarana evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman dan penguasaan materi praktek tersebut, maka dilakukan penilaian melalui diskusi dan penyusunan laporan. Mahasiswa PKP dibekali dengan teori dan pengetahuan, namun disadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan rencana pelaksanaan PKP ini. Oleh karena itu, diharapkan masukkan, koreksi dan kritik yang membangun demi kelancaran pelaksanaan Praktek Kerja Profesi (PKP) mendatang.
Bogor, 25 Mei 2010
Tim Penyusun
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangSebagai sebuah institusi pendidikan yang akan menghasilkan sarjana-sarjana yang berkualitas, selain memberikan ilmu pengetahuan perguruan tinggi juga harus melengkapi mahasiswa dengan pengalaman Praktek Kerja Profesi. Institut Pertanian Bogor memiliki misi pendidikan yaitu mendukung terciptanya lulusan berkualitas yang mampu mengembangkan dan menerapkan IPTEK. Salah satu langkah yang ditempuh IPB adalah menyeimbangkan antara teori yang diberikan
di bangku kuliah dengan aspek praktek melalui kegiatan Praktek Kerja Profesi (PKP).Praktek Kerja Profesi (PKP) bagi mahasiswa Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB adalah suatu rangkaian kegiatan penerapan ilmu pengetahuan kehutanan secara umum dan ilmu silvikultur secara khusus langsung di lapangan. Dalam PKP ini mahasiswa melaksanakan pengamatan, pengukuran, wawancara, analisis, peragaan, perancangan dan uji coba yang mencakup seluruh aspek pengelolaan hutan.Di Indonesia banyak perusahaan pertambangan yang areal konsesinya mencakup kawasan hutan yang diberi izin oleh pemerintah untuk diusahakan, diantaranya adalah dalam bidang pertambangan minyak bumi, batubara, emas, timah, nikel, dll. Usaha penambangannya ada yang berupa penambangan tertutup dan banyak juga yang berupa penambangan terbuka. Pada setiap areal bekas penambangan harus dilakukan kegiatan reklamasi/revegetasi lahan. Dalam reklamasi lahan bekas penambangan ini mahasiswa program studi silvikultur yang melaksanakan PKP dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam reklamasi lahan di “areal khusus” ini, sekaligus dapat berpartisipasi dalam upaya menerapkan ilmu dan teknologi kehutanan, khususnya silvikultur yang telah diperolehnya. Dalam melaksanakan PKP mahasiswa dapat membantu perusahaan dalam menyelesaikan masalah-masalah rehabilitasi lahan bekas tambang, khususnya yang berkaitan dengan budidaya tanaman hutan (revegetasi).
B. Tujuan Praktek Kerja ProfesiTujuan dari kegiatan Praktek Kerja Profesi (PKP) di areal penambangan secara umum adalah :1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh aktivitas penambangan terhadap lingkungan2. Mahasiswa mampu menjelaskan sistem dan unsur reklamasi lahan bekas penambangan secara menyeluruh, yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan, mencakup perencanaan reklamasi (luas areal, kondisi lahan, teknik reklamasi), pembinaan hutan (penyediaan bibit, pengelolaan/perlakuan lahan, penanaman, pemeliharaan/perlindungan tanaman dari gangguan/perlindungan hutan, administrasi/tata usaha reklamasi3. Mahasiswa mampu melakukan pengambilan keputusan dalam kegiatan reklamasi lahan berdasarkan ilmu pengetahuan silvikultur mencakup identifikasi masalah, perumusan masalah, pengumpulan data, analisis dan sintesis.
BAB IIMATERI DAN PELAKSANAAN PRAKTEK
1. Lokasi dan Waktu Praktek
Kegiatan Praktik Kerja Profesi akan dilaksanakan selama 2 bulan (60 hari) pada periode II (Juli-Agustus) di Perusahaan tambang PT. Adaro Indonesia Tanjung Tabalong Kalmantan Selatan..2. Rencana Kegiatan PraktekA. Evaluasi legalitas aspek pelaksanaan reklamasi hutanMemahami serta mengevaluasi kegiatan reklamasi hutan di areal lahan bekas tambang berdasarkan peraturan-peraturan pemerintah sebagai berikut :1. UU No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan2. PP No. 76 tahun 2008 tentang rehabilitasi dan reklamasi hutan3. PP No. 2 tahun 2008 tentang jenis dan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berasal dari penggunaan kawasan hutan4. Kepmenhut No. 146 /Kpts-II/1999 tentang pedoman reklamasi bekas tambang dalam kawasan hutan5. PP No. 60 tahun 2009 tentang keberhasilan evaluasi tambangB. Pembinaan Hutan1. Pemilihan jenis tanamanPemilihan jenis-jenis tanaman potensial untuk kepentingan revegetasi lahan bekas tambang berdasarkan kriteria pemilihan jenis. Output dari kegiatan ini berupa list spesies-spesies tanaman potensial untuk kegiatan revegetasi lahan bekas tambang.2. Pengadaan dan perbanyakan beniha) Pengambilan bahan tanaman/benih spesies terpilihb) Teknik perbanyakan tanaman3. Persemaiana) Pembangunan persemaian1. Pemilihan lokasi dan tipe persemaian2. Penentuan luas areal dan pemancangan batas3. Pengukuran luas persemaian dan pembuatan peta4. Lay out persemaian5. Sarana prasarana persemaian (jenis, ukuran, jumlah)b) Pengadaan bibit dari benih1. Media (jenis, teknik penyiapan media) dan wadah media2. Perlakuan benih, daya kecambah benih3. Teknik penyemaian4. Teknik pemeliharaan bibita. Penyiraman (cara, waktu, frekuensi)b. Pemupukan (cara, jenis, pupuk, dosis, waktu dan frekuensi)c. Pengendalian gulma (cara, waktu, frekuensi)5. Seleksi bibit (kriteria bibit berkualitas)6. Produksi bibit 5 tahun terakhir (rencana, realisasi)a. Pengadaan bibit dari stek1) Pemilihan pohon induk
2) “Propagation house” (tipe, luas, jumlah)3) Teknik pembuatan stek : media stek, persyaratan bahan stek, cara pembuatan stek, zat pengatur tumbuh, penanaman stek, pemeliharaan dan penyapihan stel4) Teknik pemeliharaan bibit5) Persentase stek berakar, lamanya proses berakar6) Seleksi bibit (criteria bibit berkualitas)7) Produksi bibit 5 tahun terakhir (rencana, realisasi)b. Pengadaan bibit : alat angkut, kapasitas angkut, cara dan waktu pengangkutanc. Manajemen persemaian1) Struktur oragnisasi persemaian2) Jumlah dan kualifikasi SDM, sistem upah3) Prestasi kerja setiap kegiatan di persemaian4) Administrasi persemaian : jadwal kegiatan, bak/bedeng perkecambahan, bedeng penyapihan, dan daftar mutasi bibit, dsb.d. Permasalahan yang dihadapi dalam teknik dan manajemen persemaian.C. Kegiatan reklamasi1) Pengumpulan data areal yang akan di reklamasi (kondisi tanah, lereng, jenis vegetasi yang ada)2) Rencana luas areal yang di reklamasi (pengukuran areal yang akan di reklamasi)3) Penentuan jenis vegetasi yang akan di tanam4) Rencana teknik reklamasi yang diterapkan (hydroseeding, penanaman langsung, dll)5) Evaluasi dan monitoring kegiatan reklamasiD. Persiapan lahan1) Mengidentifikasi kondisi tanah2) Penentuan teknik persiapan lahan (re-countoring, stabilitasi lahan, saluran drainase)3) Penggunaan pupuk, bioremedyE. Penanaman1) Persiapan lapangana. Penentuan luas areal penanamanb. Pembuatan lay out penanaman (pengaturan jarak tanam)c. Pembuatan larikan tanaman dan pemasangan ajird. Pembuatan lubang tanam2) Sistem penanaman (bayar harian, borongan, tumpang sari, distribusi bibit)3) Teknik penanaman (cara, waktu, aplikasi pupuk inorganic, kompos, dll)4) Teknik pemeliharaan tanaman reklamasi5) Pengamatan keberhasilan tanaman (teknik sampling, persen tumbuh)6) Rencana dan realisasi penanaman 5 tahun terakhirF. Pemeliharaan
1) Penyulaman tanaman (waktu, frekuensi, intensitas, %tumbuh, cara penyulaman)2) Penyiangan tanaman (pengendalian gulma)3) Pemupukan (waktu, pemupukan, frekuensi, jenis pupuk, dosis, cara pemupukanG. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Pertambangan1) Kondisi sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat2) Permasalahan dan kendala dalam pemberdayaan masyarakat3) Perencanaan dan peleksanaan program4) Pendampingan masyarakat5) Monitoring dan evaluasi programH. Perlindungan Hutan1. Mengidentifikasi dan pengendalian hama dan penyakit2. Pengendalian kebakaran3. Pencegahan penggembalaanI. Monitoring1. Waktu dan frekuensi monitoring2. Evaluator3. Hasil kegiatan monitoring/evaluasi3. Pelaksana KegiatanPelaksana Praktik : Surahman (E44060960)Helga Sugiarti (E44061576)Departemen : SilvikulturFakultas : KehutananPerguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor* Biodata lengkap pelaksana tercantum pada Lampiran 3.
4. PembimbingDalam pelaksanaan praktik kerja profesi ini mahasiswa dibimbing oleh Pembimbing Lapang (PL) dari pihak PT. Adaro Indonesia Tanjung Tabalong Kalmantan Selatan.
5. Jurnal HarianSebagai catatan kegiatan selama pelaksanaan praktek akan disusun jurnal kegiatan yang berisi jenis-jenis kegiatan yang dilakukan dalam satu hari kerja. Pengisian jurnal harian harus diketahui dan disetujui Pembimbing Lapang (PL) yang dibuktikan dengan tanda tangan.* Jurnal kegiatan harian tercantum pada Lampiran 4.6. PenilaianKelulusan peserta Praktik Kerja Profesi (PKP) dinyatakan dengan huruf mutu sebagaimana yang berlaku di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB). Unsur penilaian terdiri dari :1. Nilai Pembekalan.
2. Nilai Lapangan.3. Nilai Laporan.4. Nilai Ujian.Adapun nilai lapangan di tentukan oleh pembimbing lapangan.* Format Nilai Lapangan tercantum di Lampiran 5.7. Komisi PelaksanaSusunan Pelaksana Praktik Kerja Profesi (PKP) pada Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor adalah :Penanggung Jawab : Dekan Fakultas Kehutanan.Ketua Pelaksana : Ketua Departemen Silvikultur.Pelaksana : 1. Komisi Pendidikan dan Praktik Kerja Profesi2. Komisi Kemahasiswaan Departemen SilvikulturPENUTUP
Rencana Praktek Kerja Profesi (PKP) yang telah disusun penulis dalam prakteknya yang meliputi perencaanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta administrasi kegiatan rehabilitasi dan pemberdayaan masyarakat disekitar areal pertambangan. Diharapkan dari penyusunan Rencana Kerja PKP ini penulis mampu menyelaraskan PKP dengan tujuan yang ingin dicapai sehingga penulis tanggap dalam pengaruh aktivitas pertambangan terhadap kerusakan hutan dan lingkungan. Dalam hal ini penulis dapat mempelajari dan memahami proses perbaikan hutan atau reklamasi dari perusahaan tambang dimana penulis melaksanakan PKP.Kegiatan PKP ini akan berjalan dengan baik apabila ada kerjasama antara pelaksana praktek (mahasiswa), perusahaan tempat dilaksanakannya praktek dan pihak perguruan tinggi. Melalui kegiatan ini diharapkan tercipta hubungan yang baik antara ketiga komponen tersebut sehingga dapat diambil manfaat yang saling menguntungkan bagi semua pihak.
Lampiran 1. Tabel Materi Praktek dan Cara Pengambilan DataNo. Aspek Sub-aspek Data Informasi Sumber Alokasi Waktu1. Perencanaan Kondisi umum lokasi Letak dan posisi geografis Wawancara 4 hariJenis tanah dan topografi WawancaraIklim WawancaraStatus kawasan WawancaraLuas areal pertambangan WawancaraKegiatan umum pertambangan PraktekLokasi dan luas areal penanaman (revegetasi) WawancaraLokasi dan luas areal pemeliharaan WawancaraKesimpulan kondisi lahan WawancaraPenataan batas kawasan Tujuan penataan batas kawasan Wawancara 4 hariMetode penataan batas kawasan Wawancara
Tanda batas yang digunakan WawancaraPeta/citra satelit WawancaraPenataan areal kerja (PAK) Tujuan reklamasi Wawancara 4 hariPembagian blok/peta kerja reklamasi PraktekCara pembagian blok/petak kerja Praktek2. Reklamasi Lahan Pelaksana-an rehabilitasi lahan bekas tambang Penyiapan lahan PraktekPengaturan bentuk lahan Praktek 5 hariPengendalian erosi dan sedimentasi PraktekPengelolaan overburden PraktekPengelolaan lapisan olah PraktekPembuatan saluran drainase PraktekRencana Pengelola-an Jenis-jenis rencana pengelolaan Praktek 4 hariNama rencanaPenyusunPelaksanaPenilaiPihak yang mengesahkanSyarat penyusunanDasar hukumJangka waktu3. Revegetasi Penyedia-an benih Sumber benih/pengadaan benih Wawancara 4 hariKelas sumber benih WawancaraJenis pohon WawancaraLokasi WawancaraProduksi WawancaraManajemen WawancaraTeknologi benih WawancaraProduksi bibit generatif (persemai-an) Tipe Persemaian Wawancara 5 hariLokasi dan Luas persemaian WawancaraJenis yang dikembangkan WawancaraLay-out persemaian WawancaraSarana prasarana WawancaraSumber Daya manusia WawancaraStruktur organisasi (manajemen) persemaian WawancaraKebutuhan bibit/tahun WawancaraKapasitas produksi bibit/jenis/tahun WawancaraAdministrasi persemaian WawancaraPra perlakuan benih Praktek 5 hariTeknik penaburan benih (media, waktu dan % kecambah) PraktekTeknik penyapihan (media, waktu) Praktek
Pemeliharaan, meliputi penyiraman, pemupukan, pengendalian hama penyakit PraktekSeleksi bibit (kriteria) PraktekTeknik pengepakan WawancaraTeknik pengangkutan biji WawancaraTeknik pengaturan suhu dan kelembaban lingkungan WawancaraProduksi bibit vegetatif (kebun pangkas) Teknik pemilihan bahan stek Praktek 5 hariTeknik pembuatan stek PraktekMedia yang digunakan PraktekTeknik pengaturan suhu dan kelembaban lingkungan PraktekTeknik penyapihan (media,waku) PraktekTeknik aklimatisasi PraktekTeknik pemeliharaan bibit PraktekSeleksi Bibit PraktekPengepakan bibit PraktekPenanam-an Tujuan penanaman Wawancara 4 hariRencana penanaman dan target penanaman /tahun WawancaraJenis yang ditanamManajemen penanaman WawancaraSistem penanaman WawancaraPengaturan bentuk lahan WawancaraTeknik penyiapan lahan PraktekKonservasi tanah dan air (pengelolaan lapisan tanah dan pengendalian erosi sedimentasi)Pola tanam PraktekJarak tanam dan pemasangan ajir PraktekTeknik pembuatan lubang tanam PraktekPengangkutan bibit ke lokasi penanaman (alat angkut, cara dan waktu distribusi bibit) PraktekTeknik penanaman (waktu, cara) PraktekStruktur organisasi (manajemen) penanaman WawancaraSumber daya manusia (jumlah dan kualifikasi) WawancaraAdministrasi penanaman WawancaraPemeliha-raan tanaman Penyulaman (kapan harus disulam, frekuensi, intensitas, % tumbuh, cara penyulaman Praktek 4 hariPenyiangan (pengendalian gulma) Praktek 4 hariPemupukan (waktu, pemupukan, frekuensi, jenis pupuk, dosis, cara pemupukan Praktek 4 hariPerlindu-ngan hutan Macam-macam gangguan hutan meliputi Praktek 4 harifrekuensi gangguan Wawancaraluas areal yang mendapat gangguan Wawancaralatar belakang terjadinya gangguan Wawancara
pengaruh gangguan Praktekupaya yang telah dilakukan untuk mengatasi gangguan Praktek4. Monitoring dan evaluasi Tanaman reklamasi Pertumbuhan bibit pohon (tinggi, diameter, lebar dan kedalaman tajuk); pertumbuhan cover crops (% penutupan tanah) Praktek 4 hari5. Pemberdayaan Masyarakat Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyara-kat Mata pencaharian utama dan sampingan Praktek 4 hariTingkat pendidikan PraktekTingkat penghasilan PraktekKelembagaan ekonomi masyarakat PraktekKelembagaan sosial masyarakatProgram pemberdayaan masyara-kat Contoh program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Praktek 4 hariPelaksanaan program PraktekHasil yang dicapai PraktekPermasalahan & upaya untuk mengatasinya PraktekMonito-ring dan evaluasi monitoring Waktu dan frekuensi Praktek 4 hariEvaluator PraktekHasil kegiatan monitoring/evaluasi PraktekKeterangan :• Wawancara meliputi wawancara dengan staf, penduduk sekitar, dan pengumpulan data perusahaan• Praktek meliputi observasi lapang dan pengerjaan secara langsung dilapangan.Lampiran 2. Format Laporan
KATA PENGANTARDAFTAR ISIDAFTAR GAMBARDAFTAR LAMPIRANBAB I. PENDAHULUANA. Latar BelakangB. Tujuan
BAB II. KEADAAN UMUM PT. ADAROA. Sejarah PerusahaanB. Luas dan Status ArealC. TopografiD. Kondisi TanahE. Kondisi IklimF. Proses PenambanganG. Reklamasi1. Macam/Tipe reklamasi2. Luas yang telah direklamasi
3. Teknik reklamasiH. Struktur Organisasi Kegiatan Reklamasi
BAB III. METODE PELAKSANAANBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil dan Pembahasan Materi UmumB. Hasil dan Pembahasan Materi Khusus
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASIDAFTAR PUSTAKALAMPIRAN-LAMPIRA
Lampiran 3. Biodata Lengkap Peserta PKP
Biodata PesertaNama Lengkap : SurahmanNRP : E44060960Fakultas : KehutananDepartemen : SilvikulturPerguruan Tinggi : Institut Pertanian BogorSemester : 8 (Delapan)Tempat, tanggal lahir : Siak Sri Indrapura ,10 Agustus 1988Agama : IslamAlamat di Bogor : Jl. Raya Darmaga. Kostan Fatahillah No.113, RT 03/07Bogor, Jawa Barat.Kode Pos :16680Alamat Rumah : Tuah Indra Pura RT.01/RW.02, Kec. Bungaraya, Kab.Siak Sri Indrapura, Riau.Kode Pos : 28763Telepon/HP : 08561511544E-mail : [email protected]@gmail.com
Riwayat PendidikanInstitusi Pendidikan Alamat TahunSDN 001 Siak Kab. Siak 1993-1999SMPN 9 Siak Kab. Siak 1999-2003SMAN 8 Siak Kab. Siak 2003-2006Departemen SilvikulturFakultas KehutananIPB Darmaga, Bogor 2006-sekarang
Pengalaman Organisasi• Ketua OSIS SMPN 9 Siak (2001-2002)• Ketua OSIS SMAN 8 Siak (2003-2004)• Pengurus KWARAN Bungaraya (2003-2004)• Pengurus KWARCAB SIAK (2004-2005)• Anggota PASKIBRA (2003-2006)• Anggota IKPMR (Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Riau)-Bogor (2006-sekarang)• Ketua Kelompok Pecinta Alam Tuanku Tambusai IKPMR (Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Riau)-Bogor (2007-2008)• Staff. Divisi Advokasi PC. SYLVA IPB BEM FAHUTAN (2008-2009)• Staf. Project Division Himpro Mahasiswa Silvikultur Tree Grower Community 2009 – 2010.Prestasi yang Pernah Diraih• Juara umum SMPN 9 Siak dari tahun 2000-2003• Juara umum SMAN 8 Siak 2003-2005• Mengikuti Jambore Pramuka Se-Asia Tenggara, di Malaka Malaysia 2002• Diterima di PTN Institut Pertanian Bogor 2006• Juara 1 Tari Melayu diacara “GEMA NUSANTARA” IPB 2008• Rakernas Sylva Indonesia di Bandar Lampung 2009.
Biodata PesertaNama : Helga SugiartiNRP : E44061576Tempat/Tanggal Lahir : Bogor/25 Juni 1988Jenis kelamin : PerempuanAlamat Asal : Kp. Jeletreng No. 74 Rt 03/Rw 01 Desa WaruInduk Parung-16330No. HP : 085959872776E-mail : [email protected] yang pernah diderita : Asma, Maag, AnemiaAlamat di Bogor : Jl. Perwira no. 51, Kecamatan Darmaga Bogor16680No. Darurat : Maryanti (0816717581)Utri (081317383909)
Lampiran 4. Jurnal Kegiatan Harian
Bantu Blog ini dengan satu klik saja :
.:[Close]:.
PRINSIP-PRINSIP REKLAMASI TAMBANG9:16 AM Pertambangan 4 comments
1. UMUM
Sumber daya alam yang meliputi vegetasi, tanah, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan
nasional, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan
rakyat dan kepentingan pembangunan nasional dengan memperhatikan kelestariannya.
Salah satu kegiatan dalam memanfaatkan sumberdaya alam tersebut alah kegiatan
pertambangan bahan galian yang hingga saat ini merupakan salah satu sektor
penyumbangan devisa negara yang terbesar. Akan tetapi kegiatan pertambangan
apabila tidak dilaksanakan secara tepat dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan yang cukup besar antara lain berupa :
Penurunan produktivitas tanah.
Terjadinya erosi dan sedimentasi.
Terjadinya gerakan tanah/ longsoran.
Gangguan terhadap flora dan fauna.
Perubahan iklim mikro.
Permasalahan sosial.
Dampak negatif usaha pertambangan terhadap lingkungan tersebut perlu dikendalikan
untuk mencegah kerusakan lingkungan di luar batas kewajaran.
Prinsip dasar kegiatan reklamasi adalah bahwa :
a. Kegiatan reklamasi harus dianggap sebagai kesatuan yang utuh (“holistic”) dari
kegiatan penambangan.
b.Kegiatan reklamasi harus dilakukan sedini mungkin dan tidak harus menunggu proses
penambangan secara keseluruhan selesai dilakukan.
2. DEFINISI
a. Penambangan ialah kegiatan untuk menghasilkan bahan galian yang dilakukan baik
secara manual maupun mekanis yang meliputi pemberaian, pemuatan, pengangkutan
dan penimbunan.
b. Tambang permukaan ialah usaha penambangan dan penggalian bahan galian yang
kegiatannya dilakukan langsung berhubungan dengan udara terbuka.
c. Reklamasi ialah usaha memperbaiki (memulihkan kembali) lahan yang rusak sebagai
akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi secara optimal sesuai
dengan kemampuan.
d. Restorasi lahan bekas tambang ialah upaya mengembalikan fungsi lahan bekas
tambang menjadi seperti keadaan semula.
e. Rehabilitas lahan ialah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan
kondisi lahan yang rusak (kritis), agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai
unsur produksi, media pengatur tata air, maupun sebagai unsur perlindungan alam
lingkungan.
f. Rehabilitas lahan dan konservasi tanah (RLKT) ialah usaha memperbaiki
(memulihkan), meningkatkan dan mempertahankan kondisi lahan agar dapat berfungsi
secara optimal, baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air maupun sebagai
unsur perlindungan alam lingkungan.
g. Batuan limbah adalah batuan yang tergali dalam proses panambangan tetapi tidak
diolah karena tidak atau sedikit mengandung mineral yang dikehendaki.
h. Tailing adalah bahan hasil dari proses pengolahan bahan galian yang tidak
mengandung nilai ekonomis lagi.
i. Bahan pembentuk asam ialah bahan yang jika berhubungan dengan air dan udara
dapat membentuk asam.
j. Revegetasi ialah usaha /kegiatan penanaman kembali pada lahan bekas tambang.
k. Kerusakan lingkungan ialah penurunan kualitas lingkungan sebagai akibat kegiatan
yang memanfaatkan sumberdaya alam, melebihi kemampuan tanpa memperhatikan
kelestariannya.
l. Pencemaran lingkungan ialah perubahan kualitas lingkungan sebagai akibat adanya
zat beracun baik beru[pa bahan padat, cair maupun gas.
3. DASAR HUKUM
Upaya pengendalian dampak negatif kegiatan pertambangan terhadap lingkungan
hidup dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagai berikut :
a. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertambangan.
b. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pengolahan Lingkungan Hidup.
c. Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tantang Penataan Ruang.
d. Mijn Politie Reglement (MPR Stbl 1930 No. 341).
e. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan.
f. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
g. Intruksi Presiden R.I No. 1 Tahun 1976 tentang Sinkronisasi Pelaksanaan Tugas
Bidang Keagrariaan dengan Bidang Kehutanan, Pertambangan, Transmigrasi dan
Pekerjaan Umum.
h. SKB Menteri Pertambangan dan Energi dan Menteri kehutanan Nomor : 996 K/05/M.
PE/1969 tentang Pedoman Pengaturan Pelaksanaan Undang-undang No. 429/K.pts.
II/1939 Pertambangan dan Energi dalam Kawasan Hutan.
i. SKB menteri Pertambangan dan Energi dan Menteri Kehutanan Nomor : 1101.
K/702/M. PE/1991 tentang Pembentukan Team koordinasi 36/Kpts.II/1991
Tetap Departemen Pertambangan dan Energi dan Departemen Kehutanan dan
perubahan Tatacara Pengajuan Izin Usaha Pertambangan dan Energi dalam Kawasan
Hutan.
j. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.0185.K/008/M.PE/1988 tentang
Pedomanan Teknis Penyusunan Penyajian Informasi Lingkungan, Analisis Dampak
Lingkungan untuk Kegiatan di Bidang Pertambangan Umum dan Bidang Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi dan Sumberdaya Panas Bumi.
k. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1158.K/008/M.PE/1989 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Analsis Dampak Lingkungan dalam Usaha Pertambangan dan
Energi.
l. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1211.K/008/M/PE/1995 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan pada
Kegiatan Usaha Pertambangan Umum.
4. PERENCANAAN REKLAMASI
Untuk melaksanakan reklamasi diperlukan perencanaan yang baik, agar dalam
pelaksanaannyadapat tercapai sasaran sesuai yang dikehendaki. Dalam hal ini
reklamasi harus disesuaikan dengan tata ruang. Perencanaan reklamasi harus sudah
disiapkan sebelum melakukan operasi penambangan dan merupakan program yang
terpadu dalam kegiatan operasi penambangan. Hal-hal yang harus diperhatikan di
dalam perencanaan reklamasi adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan rencana reklamasi sebelum pelaksanaan penambangan.
b. Luas areal yang direklamasi sama dengan luas areal penambangan.
c. Memeindahkan dan menempatkantanah pucuk pada tempat tertentu dan mengatur
sedemikian rupa untuk keperluan vegetasi.
d. Mengembalikan/memperbaiki kandungan (kadar) bahan beracun sampai tingkat yang
aman sebelum dapat dibuang ke suatu tempat pembuangan.
e. Mengembalikan lahan seperti keadaan semula dan/atau sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
f. Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi.
g. Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktivitas
penambangan.
h. Permukaan yang padat harus digemburkan namun bila tidak memungkinkan untuk
agar ditanami dengan tanaman pionir yang akarnya mampu menembus tanah yang
keras.
i. Setelah penambangan maka pada lahan bekas tambang yang diperuntukan bagi
vegetasi, segera dilakukan penanaman kembali dengan jenis tanaman yang sesuai
dengan rencana rehabilitasi.
j. Mencegah masuknya hama dan gulma berbahaya, dan
k. Memeantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
4.1 PEMERIAN LAHAN
Pemerian lahan pertambangan merupakan hal yang terpenting untuk merencanakan
jenis perlakuan dalam kegiatan reklamasi. Jenis perlakuan reklamasi dipengaruhi oleh
berbagai faktor utama :
1. Kondisi Iklim,
2. Geologi,
3. Jenis Tanah,
4. Bentuk Alam,
5. Air permukaan dan air tanah,
6. Flora dan Fauna,
7. Penggunaan lahan,
8. Tata ruang dan lain-lain.
Untuk memperoleh data dimaksud diperlukan suatu penelitian lapangan. Dari berbagai
faktor tersebut di atas, kondisi iklim terutama curah hujan dan jenis tanah merupakan
faktor yang terpenting.
4.2 PEMETAAN
Rencana operasi penambangan yang sudah memperhatikan upaya reklamasi atau
sebaliknya dengan sendirinya akan saling mendukung dalam pelaksanaan kedua
kegiatan tersebut. Rencana (tahapan pelaksanaan) tapak reklamasi ditetapkan sesuai
dengan kondisi setempat dan rencana kemajuan penambangan. Rencana tahap
reklamasi tersebut dilengkapi degan peta skala 1 : 1000 atau skala lainnya yang
disetujui, disertai gambar-gambar teknis bangunan reklamasi. Selanjutnya peta tersebut
dilengkapi dengan peta indeks dengan skala memadai.
Di dalam peta tersebut digambarkan situasi penambangan dan lingkungan, misalnya
kemajuan penambangan, timbunan tanah penutup, timbunan terak (slag), penyimpanan
sementara tanah pucuk, kolam pengendap, kolam persediaan air, pemukiman, sungai
jembatan, jalan, revegetasi, dan sebagainya serta mencantumkan tanggal situasi/
pembuatannya.
4.3 PERALTAN YANG DIGUNAKAN
Untuk menunjang keberhasilan reklamasi biasanya digunakan peralatan dan sarana
prasarana, antara lain :”Dump Truck”, Bulldozer, excavator, traktor, tugal, back hoe,
sekop, cangkul, bangunan pengendali erosi (a.l : susunan karung pasir, tanggul,
susunan jerami, bronjong, pagar keliling), beton pelat baja untuk menghindari
kecelakaan dan lain-lain.
5. PELAKSANAAN REKLAMASI
Kegiatan pelaksanaan reklamasi harus segera dimulai sesuai dengan rencana tahunan
pengelolaan lingkungan (RTKL) yang telah disetujui dan harus sudah selesai pada
waktu yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan kegiatan reklamasi, perusahaan
pertambangan bertanggung jawab sampai kondisi/rona akhir yang telah disepakati
tercapai.
Setiap lokasi penambangan mempunyai kondisi tertentu yang mempengaruhi
pelaksanaan reklamasi. Pelaksanaan reklamasi umumnya merupakan gabungan dari
pekerjaan teknik sipil dan teknik vegetasi. Pekerjaan teknik sipil meliputi : pembuatan
teras, saluran pembuangan akhir (SPA), bangunan pengendali lereng, check dam,
penengkap oli bekas (“oil cather”) dan lain-lain yang disesuaikan dengan kondisi
setempat.
Pekerjaan teknik vegetasi meliputi : pola tanam, sistem penanaman (“monokultur,
multiple croping”), jenis tanaman yang disesuaikan kondisi setempat, “cover crop”
(tanaman penutup) dan lain-lain. Pelaksanaan reklamasi lahan meliputi kegiatan
sebagai berikut :
a) Persiapan lahan yang berupa pengamanan lahan bekas tambang, pengaturan
bentuk tambang (“landscaping”), pengaturan/penempatan bahan tambang kadar rendah
(“low Grade”) yang belum dimanfaatkan.
b) Pengendalian erosi dan sedimentasi.
c) Pengelolaan tanah pucuk (“top soil”)
d) Revegatasi (penanaman kembali) dan/atau pemanfaatan lahan bekas tambang untuk
tujuan lainnya.
Mengingat sifat lahannya dan kegaitannya yang memerlukan penjelasan rinci, maka
kegiatan pelaksanaan reklamasi di atas, dalam Bab III ini juga dijelaskan mengenai
pelaksanaan reklamasi khusus, reklamasi pada infrastruktur dan reklamasi lahan bekas
tambang.
5.1 PERSIAPAN LAHAN
1. Pengamatan Lahan Bekas Tambang
Kegiatan ini meliputi :
a. Pemindahan/pembersihan seluruh peralatan dan prasarana yang tidak digunakan di
lahan yang akan direklamasi,
b. Perencanaan secara tepat lokasi pembuangan sampah/limbah beracun dan
berbahaya dengan perlakuan khusus agar tidak mencemari lingkungan,
c. Pembuangan atau penguburan potongan beton dan “scrap” pada tempat khusus,
d. Penutupan lubang bukaan tambang secara aman dan permanen,
e. Melarang atau menutup jalan masuk ke lahan bekas tambang yang akan direklamasi.
2. Pengaturan Bentuk Lahan
Pengaturan bentuk lahan disesuaikan dengan kondisi topografi dan hidrologi setempat.
Krgiatan ini meliputi :
a. Pengaturan bentuk lereng
Pengaturan bentuk lereng dimaksud untuk mengurangi kecepatan air limpasan
(“run off”), erosi dan sedimentasi serta longsor,s
Lereng jangan terlalu tinggi atau terjal dan dibentuk berters-teras sebagaimana
terlihat pada gambar 3.1. Bentuk teras lainnya dapat dilihat pada gambar 3.2, 3.3,
3.4, 3.5, 3.6, 3.7, 3.8, 3.9, dan 3.10.
b. Pengaturan saluran pembuangan air
Pengaturan saluran pembuangan air (SPA) dimaksudkan untuk mengatur air agar
mengalir pada tempat tertentu dan dapat mengurangi kerusakan lahan akibat erosi.
Jumlah/kerapatan dan bentuk SPA tergantung dari bentuk lahan (topografi) dan
luas areal yang direklamasi. Macam dan bentuk SPA digambarkan pada gambar
3.11, sedangkan penampang SPA digambarkan pada gambar 3.12.
3. Pengaturan/Penempatan Low Grade
Maksud pengaturan dan penempatan “low garde” (bahan tambang yang mempunyai
nilai ekonomis rendah) adalah agar bahan tambang tersebut tidak tererosi/hilang
apabila ditimbun dalam waktu yang lama karena dapat dimanfaatkan. Pengaturan
bentuk timbunan low grade terlihat pada gambar 3.13.
5.2 PENGENDALIAN EROSI DAN SEDIMENTASI
Pengendalian erosi meruoakan hal yang mutlak dilakukan selama kegiatan
penambangan dan setelah penambangan. Erosi dapat mengakibatkan berkurangnya
kesuburan tanah, terjadinya endapan lumpur dan sedimentasi di alur-alur sungai.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya erosi oleh air adalah : curah hujan,
kemiringan lereng (topografi), jenis tanah, tata guna tanah (perlakuan terhadap tanah)
dan tanaman penutup tanah.
Beberapa cara untuk mengendalikan erosi dan air limpasan adalah sebagai berikut :
1. Meminimasikan areal terganggu dengan ;
Membuat rencana detail kegiatan penambangan dan rekalmasi,
Membuat batas-batas yang jelas areal tahapan penambangan,
Penebangan pohon sebatas areal yang akan dilakukan penambangan,
Pengawasan yang ketat pada pelaksanaan penebangan pepohonan
2. Membatasi/mengurangi kecepatan air limpasan dengan :
Pembuatan teras-teras (gambar 3.2, 3.3, 3.4, 3.5, 3.6, 3.7, 3.8, 3.9)
Pembuatan saluran diversi (pengelak)
Pembuatan SPA (gambar 3.11, 3.12)
Dam pengendali (gambar 3.18, 3.19, 3.20, 3.21)
3. Meningkatkan infiltrasi (peresapan air tanah)
Dengan penggaruan tanah searah kontur,
Akibat penggaruan, tanah menjadi gembur dan volume tanah meningkat sebagai
media perakaran tanah,
Pembuatan lubang-lubang tanaman, pendangiran, dll.
4. Pengelolaan air yang keluar dari lokasi penambangan
Penyaluran air dari lokasi tambang ke perairan umum harus sesuai dengan
perlakuan yang berlaku dan harus di dalam wilayah Kuasa Tambang,
Membuat bendungan sedimen untuk menampung air yang banyak mengandu8ng
sedimen,
Bila curah hujan tinggi perlu dibuat bendungan yang kuat dan permanen yang
dilengkapi dengan saluran pengelak,
Letak bendungan ditempatkan sedemikian sehingga aliran air mudah ditampung
dan dibelokkan serta kemiringan saluran air (SPA) jangan terlalu curam,
Bila endapan sedimen telah mencapai setengah dari badan bendungansebaiknya
sedimen dikeruk dan dapat dipakai sebagai lapisan atas tanah,
Dalam membuat bendungan permanen harus dilengkapi dengan saluran pelimpah
(“Spillways”) untuk menangani keadaan darurat dan saluran pembuatan (“decant”,
“syohon”), dan lainnya yang dianggap perlu,
Kurangi kecepatan aliran permukaan dengan membuat teras, check dam dari beton,
kayu atau dalam bentuk lain seperti pada gambar 3.21.
Pengendalian erosi selengkapnya supaya mengacu pada pedoman teknis yang telah
ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jendral Pertambangan Umum No.
693.K/008/DJP/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Erosi Pada Kegiatan
Pertambangan Umum.
5.3 PENGELOLAAN TANAH PUCUK
Maksud dari pengelolaan ini untuk mengatur dan memisahkan tanah pucuk dengan
lapisan tanah lain. Hal ini karena tanah pucuk merupakan media tumbuh bagi tanaman
dan merupakan salah satu faktor penting untuk keberhasilan pertumbuhan tanaman
pada kegiatan reklamasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan tanah pucuk adalah :
1. Penggunaan profil tanah dan identifikasi pelapisan tanah tersebut sampai endapan
bahan galian,
2. Pengupasan tanah berdasarkan atas lapisan-lapisan tanah dan ditempatkan pada
tempat tertentu sesuai tingkat lapisannya dan timbunan tanah pucuk tidak melebihi dari
2 meter,
3. Pembentukan lahan sesuai dengan susunan lapisan tanah semula dengan tanah
pucuk ditempatkan paling atas dengan ketebalan minimal 0.15 m,
4. Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang mengadung racun dianjurkan
lebih tebal dari yang tidak beracun atau dilakukan perlakuan khusus dengan cara
mengisolasi dan memisahkannya,
5. Pengupasan tanah sebaiknya jangan dilakukan dalam keadaan basah untuk
menghindari pemadatan dan rusaknya struktur tanah,
6. Bila lapisan tanah pucuk tipis (terbatas/sedikit) dipertimbangkan :
7. Penentuan daerah prioritas yaitu daerah yang sangat peka terhadap erosi sehingga
perlu penanganan konservasi tanah dan pertumbuhan tanaman dengan segera,
Penempatan tanah pucuk pada jalur penanaman (jenis tanah yang peka terhadap
erosi dapat dilihat pada tabel 3.1),
Jumlah tanah pucuk yang terbatas (sangat tipis) dapat dicampur dengan tanah
bawah (sub soil),
Dilakukan penanaman langsung dengan tanaman penutup (“cover crop”) yang
cepat tumbuh dan menutup permukaan.
8. Yang perlu dihindari dalam memanfaatkan tanah pucuk adalah apabila :
Sangat berpasir (70% pasir atau kerikil),
Sangat berlempung (60% lempung),
Mempunyai pH < 5.00 atau > 8.00,
Mengandung khlorida 3%, dan
Mempunyai elctrikal conductivity (ec) 400 miliseimens/meter.
Pengelolaan tanah pucuk pada areal yang akan direklamasi terlihat pada gambar
3.22, 3.23, 3.24, .3.25.
5.4 REVEGASI
Revegetasi dilakukan melalui tahapan kegiatan penyusunan rancangan teknis tanaman,
persiapan lapangan, pengadaan bibit/persemaian, pelaksanaan penanaman dan
pemeliharaan tanaman.
1. Penyusunan Rancangan Teknis tanaman
Rancangan teknis tanaman adalah rencana detail kegiatan revegetasi yang
menggambarkan kondisi lokasi, jenis tanaman yang akan ditanam, uraian jenis
pekerjaan, kebutuhan bahan dan alat, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan biaya dan
tata waktu pelaksanaan kegiatan.
Rancangan tersebut disusun berdasarkan hasil analisis kondisi biofisik dan sosial
ekonomi setempat. Kondisi geofisik meliputi topografi atau bentuk lahan, iklim, hidrologi,
kondisi vegetasi awal dan vegetasu asli. Sedangkan data sosial ekonomi yang perlu
mendapat perhatian antara lain demografi, sarana, prasaran, dan eksesbilitas yang
ada.
Jenis tanaman yang dipilih kalau dapat diarahkan pada penanaman jenis tumbuhan
asli. Sebaiknya dipilih jenis tumbuhan lokal yang sesuai dengan iklim dan kondisi tanah
setempat saat ini. Sehingga, perlu selalu mengikuti perkembangan pengetahuan
mengenai jenis-jenis tanaman yang cocok untuk keperluan revegetasi lokasi bekas
tambang. Perlu konsultasi dengan instansi yang berwenang di dalam pemilihan jenis
tanaman yang cocok.
2. Persiapan Lapangan
Pada umumnya persiapan lapangan meliputi pekerjaan pembersihan lahan,
pengolahan tanah dan kegiatan perbaikan tanah. Kegiatan tersebut sangat penting agar
keberhasilan tanaman dapat tercapai.
a. Pembersihan lahan
Kegiatan pembersihan lahan merupakan salah satu penentu dalam persiapan
lapangan. Kegiatan ini antara lain : pembersihan lahan dari tanaman pengganggu
(alang-alang, liliana, dll), dengan tujuan agar tanaman pokok dapat tumbuh baik tanpa
ada persaingan dengan tanaman pengganggu dalam hal mendapatkan unsur hara,
sinat matahari, dll.
b. Pengolahan lahan
Tanah diolah supaya gembur agar perakaran tanaman dapat dengan mudah
menembus tanah dan mendapatkan unsur hara yang diperlukan dengan baik,
diharapkan pertumbuhan tanaman sesuai dengan yang diinginkan.
c. Perbaikan tanah
Kualitas tanah yang kurang bagus bagi pertumbuhan tanaman perlu mendapat
perhatian khusus melalui perbaikan tanah seperti penggunaan gypsum, kapur, mulsa,
pupuk (organik maupun anorganik). Dengan perlakuan tersebut diharapkan dapat
memperbaiki persyaratan tumbu tanaman.
1) Penggunaan Gypsum
a) Gypsum digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah yang mengandung banyak
lempung dan untuk mengurangi pembentukan kerak tanah (“crusting”) pada tanah
padat (“hard-setting soil”). Penggunaan gypsum akan menggantikan ion sodium dengan
ion kalsium, sehingga dapat meningkatkan struktur tanah, meningkatkan daya resap
tanah terhadap air, aerasi (udara), pengurangan kerak tanah dan dengan pelindian
(“leaching”) akan mengurangi kadar garam.
b) Bila lapisan tanah bagian bawah (sun soil) yang diperbaiki, maka dibuat alur garukan
yang dalam agar gypsum dapat diserap, jika tanah kerak yang diperbaiki, sebarkan
gypsum pada lapisan permukaan saja.
c) Pengguanaan gypsum sebanyak 5 ton/ha biasanya cukup untuk memperbaiki tanah
kerak. Penggunaan 110 ton/ha diperlukan untuk mengolah lapisan bagian bawah yang
bersifat lempung.
d) Pengolahan biasanya dilakukan sekali saja. Pengaruh pengolahan tanah dengan
gypsum akan tahan selama beberapa tahun, pada saat mana tumbuh-tumbuhan sudah
mampu menghasilkan bahan-bahan organik yang memberikan dampak positif bagi
pertumbuhan.
2) Penggunaan kapur
a) Kapur digunakan khsusunya untuk mengatur pH, akan tetapi dapat juga memperbaiki
struktur tanah.
b) Pengaturan pH dapat merangsang tersedianya zat hara untuk tanaman dan
mengatur zat-zat racun.
c) Kapur biasanya digunakan dalam bentuk tepung batu gamping, kapur dolomit. Kapur
tohor (“hydrated lime”) jarang digunakan.
d) Kapur atau batu kapur giling kasar (“coarsely crushed”) dan kapur dolomit
mempunyai daya kerja yang lebih lambat, akan tetapi pengaruhnya dalam menetralisir
pH lebih lama dibandingkan dengan kapur tohor.
e) Penggunaan gamping secara bertahap mungkin diperlukan jika kesinambungan
kenaikan pH dibutuhkan.
f) Kapur tohor akan berpengaruh menrurunkan kemampuan jenis pupuk yang
mengandung nitrogen. Karena itu penggunaanya harus terpisah.
g) Tingkat penyesuaian pH akan bergantung dari tingkat keasaman, jenis tanah dan
kualitas batu gamping. Sebagai contoh, penggunaan kapur sebanyak 2,5 – 3,5 ton/ha
pada tahun yang memiliki pH > 5,0 akan menaikan pH kurang lebih 0,5.
3) Penggunaan Mulsa, Jerami dan Bahan Organik lainnya
a) Mulsa adalah bahan yang disebarkan dipermukaan tanah sebagai upaya perbaikan
kondisi tanah. Tanaman penutup berumur pendek dapat juga dipergunakan sebagi
mulsa.
b) Mulsa berfungsi mengendalikan erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan
mengatur suhu permukaan tanah.
c) Pada umumnya penggunaan mulsa terbatas pada lokasi yang memerlukan
revegetasi yang cepat, perlindungan tempat-tempat tertentu (seperti tanggul) atau jika
perbaikan tanah atau media akan dibutuhkan.
d) Jerami jenis batang padi umumnya digunakan sebagai mulsa atau lokasi yang luas.
Tingkat penggunaan bervariasi antara 2,5 – 5,0 ton/ha.
e) Berbagai jenis bahan-bahan organik atau limbah pertanian digunakan sebagai mulsa
yang penggunaannya bergantung dari ketersediaan dan harganya. Bahan-bahan baik
digunakan sebagai mulsa, antara lain tumbuh-tumbuhan yang tergusur pada waktu
pengupasan tanah, potongan-potongan kayu dan serbuk gergaji, limbah pabrik
pengolahan dan penggergajian kayu, ampas pabrik gula tebu dan berbagai kulit jenis
kacang-kacangan.
f) Nitrogen mungkin perlu ditambahkan untuk memenuhi kekurangan nitrogen yang
terjadi pada saat mulsa segar mulai membusuk/terurai.
g) Penyebaran mulsa secara mekanis dapat menggunakan alat pertanian (misalnya
penyebar pupuk kandang) atau dengan alat khusus.
h) Alat khusus penyebar mulsa digunakan untuk penyebaran bahan-bahan mulsa
(Biasanya jerami atau batang padi) yang dicampur dengan bijih tumbuhan.
4. Pupuk
a) Persyaratan penggunaan pupuk akan sangat bervariasi sesuai dengan kondisi dan
maksud peruntukan lahan sesudah selesai penambangannya.
b) Meskipun jenis tumbuhan asli beradaptasi dengan tingkat nutrisi yang rendah namun
dengan pemberian pupuk yang cukup dapat meningkatkan pertumbuhannya.
c) Reaksi setiap tumbuhan bervariasi, anggota dari rumpun “proteseae”sensitif terhadap
peningkatan kandungan fosfor dan kemungkinan menimbulkan efek yang kurang baik.
d) Pupuk organik (lumpur kotoran, pupuk alami atau kompos, darah dan tulang dan
sebagainya) umumnya bermanfaat sebagai pengubah sifat tanah.
e) Jenis, dosis dan waktu pemberian pupuk anorganik sebaiknya dilakukan sesuai
dengan hasil analisis tanah.
f) Pupuk anorganik komersial selalu mengandung satu atau lebih nutrisi makro (yaitu
nitrogen, fosfor, kalium). Selain itu juga mengandung belerang, kalsium, dan
magnesium.
g) Apabila terdapat tanda-tanda tumbuhan kekurangan unsur atau keracunan, harus
meminta saran dari ahli tanah.
h) Waspada terhadap kemungkinan penggunaan pupuk yang berlebihan yang dapat
mengakibatkan pencemaran air, khususnya pada daera tanah pasiran.
i) Pemberian pupuk dalam bentuk butir atau tablet dapat dilakukan pada jarak 10 – 15
cm di bawah atau di sebelah tiap lubang semaian pada waktu penanaman. Harus
dicegah kontak langsung antara pupuk dengan akar semaian.
3. Pengadaan Bibit/Persemaian
Bibit yang dibutuhkan untuk revegetasi dapat memenuhi melalui pembelian bibit siap
tanam, atau melalui pengadaan bibit. Apabila melalui pengadaan bibit harus mengikuti
ketentuan sebagai berikut :
a. Pengadaan benih
Benih adalah tanaman atau bagian yang digunakan untuk memperbanyak dan atau
mengembangkan tanaman (UU No. 12 Tahun 1992).
Benih yang akan dipergunakan untuk keperluan revegetasi diperoleh dengan cara
mengeumpulkan dari sumber benih yang ada atau membeli dari perusahaan
pengada/pengedar yang telah ditunjuk secara resmi.
Benih tersebut harus memenuhi syarat :
1) Diketahui secara jelas asal-usulnya
2) Bermutu tinggi/benih unggul
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengumpulkan benih/biji antara lain:
1) Menentukan daerah pengumpulan dan spesies yang diinginkan sebelum biji tersebut
matang.
2) Menghindari buah yang menunjukan adanya tanda serangan serangga atau
gangguan jamur.
3) Mengumpulkan biji yang sudah matang :
a. Kelompok biji berkulit keras (contoh casurinas, eucaliptus dan lain-lain) Menunjukan
kematangan bila warnanya berubah hijau kecoklatan.
b. Kelompok buah yang berdaging seperti mangga menjadi lebih lunak dan berubah
warna bila sudah matang.
c. Polong (akasia dan tumbuhan polong lainnya) berubah warna dari hijau ke coklat,
jadi rapuh dan biji (khususnya akasia) akan menjadi hitam dan mengkilat.
4) Hindarkan penempatan biji atau kelompok biji di dalam kantong plastik, gunakan
kantong kain atau kertas.
Apabila membeli biji perlu diperhatikan :
a. Penjual biji mempunyai reputasi baik/penyalur resmi.
b. Biji komersil dan yang dibeli harus terbungkus dalam kemasan berlabel sehingga
terjamin tingkat perkembangannya dan jelas asal serta tanggal pengambilan biji.
Pengambilan biji dilakukan dengan cara :
a. Memeberikan tanda pengenal secara jelas dengan mencantumkan jenis biji, tanggal
pengumpulan, lokasi dan sebagainya.
b. Simpan biji di dalam wadah kering, bebas serangga dan kutu dan bubuhi dengan
serbuk anti serangga dan jamur.
c. Biji disimpan pada temperatur di bawah 20o C dan kelembaban yang rendah. Biji
tumbuhan tropis mungkin mati pada temperatur di bawah 10o C.
b. Pembuatan persemaian.
1) Pemilihan lokasi persemaian
Lokasi persemaian yang dipilih harus memenuhi persyaratan yang ada/dekat dengan
sumber air, tanahnya datar dan mudah dicapai serta cukup mendapat cahaya matahari.
Kondisi ekologisnya mendekati calon areal penanaman.
2) Tahapan dan Kegiatan Pembuatan Persemaian
a) Perlakuan pendahuluan
Untuk benih yang mempunyai umur panjang (benih ortodoks) beri diberi perlakuan
khusus sebelum disemaikan.
b) Penaburan benih
Benih yang berukuran halus sebelum ditabur terlebih dahulu dicampur dengan pasir
halus, tanah halus atau yang telah dihancurkan, sedangkan benih yang berukuran lebih
besar dapat ditabur langsung di bedeng tabur atau dalam kantong semai.
c) Penyapihan
Penyapihan dilakukan untuk memindahkan bibit siap sapih dari bak perkecambahan ke
dalam pot yang telah diisi media sapih dan di laksanakan di rumah pertumbuhan.
d) Pemeliharaan bibit
Untuk memperoleh bibit yang baik perlu dilakukan penyiraman, pemupukan,
penyulaman, penyiangan rumput, pemotongan akar serta pemberantasan hama dan
penyakit.
e) Permanenan dan Pengangkutan Bibit
Bibit yang dipanen adalah bibit yang telah memenuhi persyaratan
�� pertumbuhan normal (batang lurus, daun lebar/hijau dan telah mencapai tinggi
minimal 20 cm)
�� Kaya perakaran dan telah membentuk gumpalan dengan media pertumbuhannya
�� Tidak terserang hama penyakit
4. Pelaksanaan Penanaman
Tahapan pelaksanaan penanaman meliputi pengaturan arah larikan tanaman,
pemasangan ajir, distribusi bibit, pembuatan lubang tanaman dan penanaman.
a. Pemasangan arah larikan
Arah larikan tanaman biasanya sejajar kontur atau pada daerah relatif datar mengikuti
arah Timur – Barat.
b. Pemasangan Ajir
Pemasangan ajir mengikuti arah larikan tanaman. Pemasangan ajir tanaman mengikuti
jarak tanam yang ditetapkan 2 x 3 m.
c. Distribusi Bibit
Dilakukan setelah kegiatan pembuatan lubang tanam atau dilakukan setelah
penanaman ajir.
d. Pembuatan Lubang dan Penanaman Tanaman
Lubang tanaman dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm, sedangkan teknik
penanamannyadengan terlebih dahulu melepas plastik (pot/poolybag) pada bibit yang
tersedia. Sebelum bibit ditanam diamati dahulu apakah bibit yang tersedia cukup baik
(memenuhi syarat) umpamanya daun-daunnya segar/sehat dan tidak rusak, demikian
pula keadaan media tanamnya.
Penanaman harus dilakukan dan selesai sore hari.
Tanamkan bibit secara tegak lurus dan cukup padat, untuk memastikan tekan dengan
kaki pada sekitar tanaman.
5. Pemeliharaan
Tingkat keberhasilan dari semua metode penanaman akan berkurang bila tidak
dilakukan pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan tanaman dimaksudkan untuk
memacu pertumbuhan tanaman sedemikian rupa sehingga dapat diwujudkan keadaan
optimum bagi pertumbuhan tanaman.
Pemeliharaan tanaman pada tahun pertama yang dilakukan yaitu kegiatan :
Penyulaman, pengendalian gulma, penyiangan, pendangiran, dan pemupukan.
Sedangkan pada tahun kedua dilakukan pberupa penyiangan, pengendalian gulma,
pendangiran dan pemupukan.
a. Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau rusak, tidak sehat/merana untuk
memperoleh prosentase tumbuh tanaman > 95% dan harus dilakukan 15 – 30 hari
sesudah penanaman.
b. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma, bertujuan untuk mengurangi atau ememperkecil persaingan akar
antara tanaman pokok dengan tanaman pengganggu. Pengendalian gulma dapat
dilakukan secara manual berupa penyiangan dan pendangiran atau kimiawi berupa
penyemprotan bahan kimia/herbisida, tergantung pada kondisi lapangan, keadaan
tanah, jenis gulma dan jenis tanaman.
c. Pemupukan
Dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tanaman dan peningkatan riap. Dalam
menentukan jenis, dosis dan waktu pemupukan perlu pertimbangan jenis tanaman dan
kesuburan tanahnya serta terlebih dahulu dilakukan analisa tanah.
d. Pengendalian Hama dan Penyakit
1) Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara kimiawi hanya dilakukan pada
keadaan yang sangat mendesak, yang cenderung menggagal