102

Click here to load reader

METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

1

Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

Taliziduhu Ndraha, Kybernolog

Page 2: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

Tulisan ini merupakan versi elektronik dari versi cetaknya. Tidak untuk diperjual-belikan Hak cipta atas setiap tulisan tersebut dilindungi oleh Undang-undang. Pengutipan atas setiap tulisan harus dengan menyebutkan sumbernya

Page 3: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

DENGAN KATA SAMBUTAN REKTOR IPDN PROF. DR Drs H. I NYOMAN SUMARYADI, MSi

DITERBITKAN UNTUK INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI (IPDN)

OLEH SIRAO CREDENTIA CENTER (SCC) BEKERJASAMA DENGAN

YAYASAN KYBERNOLOGI INDONESIA (YKI)

Page 4: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan sejauh ini merupakan himpunan tulisan paling tipis di antara seri Kybernologi sebelumnya. Bab I Metodologi Ilmu Pemerintahan ditulis memenuhi permintaan Direktur Program Pascasarjana (PPs) Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Prof. DR Tjahya Supriatna, SU, melalui surat tgl 17 Desember 2009 No. 4235/256/AK/PPS/09 tentang Kesediaan Menyusun Silabi Mata Kuliah Program S3, S2, dan Profesi Kepamongprajaan IPDN. Silabi dua matakuliah lainnya, yaitu Kybernologi dan Kepamongprajaan, telah terbit dengan judul GBPP Kybernologi dan Kepamongprajaan (2009). Dalam draft kurikulum di lingkungan PPs IPDN, matakuliah Ilmu Pemerintahan sebagai core curriculum program, ditulis Ilmu Pemerintahan (Kybernologi), mengingat nama Kybernologi belum dikenal di lingkungan birokrasi Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Dengan penghadiran Kybernologi seperti itu terlihat posisi Ilmu Pemerintahan yang diajarkan di PPs IPDN pada dua hal: 1. Ilmu Pemerintahan yang diajarkan pada PPs IPDN adalah Ilmu Pemerintahan yang body-of-knowledge (BOK)-nya Kybernologi, bukan Ilmu Pemerintahan yang merupakan bagian BOK Ilmu Politik 2. Derajat akademik BOK Kybernologi berkualitas akademik utuh dan bulat, yaitu berderajat S1 (Sarjana), S2 (Magister), dan S3 (Doktor) Oleh sebab itu, buku Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan ini diterbitkan untuk IPDN oleh Sirao Credentia Center (SCC), sebuah penerbit nirlaba yang berkedudukan di Tangerang, bekerjasama dengan Yayasan Kybernologi Indonesia (YKI) Jakarta, yayasan yang bertujuan mengembangkan Kybernologi menjadi “ilmu bagi semua orang.” Yayasan itu sendiri berdiri berdasarkan Akte Notaris Rr Idayu Kartika, SH, tgl 23 Desember 2006 No. 01, disahkan dengan Keputusan MENHUKHAM RI No. C-1318.HT.01.02.TH.2007 tgl 20 April 2007 (Tambahan Berita Negara RI tgl 24/7 – 2007 No. 59). Dalam hubungan itu disampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Rektor IPDN Prof. DR Drs H. I Nyoman Sumaryadi, MSi,.atas sambutan beliau terhadap penerbitan buku ini, dan kepada Ketua Umum YKI Jakarta

Page 5: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

DR Ir A. Asri Harahap, SE, MM, atas kerjasama yang baik dengan Direktur SCC Pdt Pramudianto, STh, SE, MMin. “Bertemu Prometheus” merupakan bab penutup Metodologi Ilmu Pemerintahan (Rineka Cipta, 1997). Prometheus adalah seorang tokoh mitologi Junani. Menurut Edith Hamilton dalam Mythology (1957), istri Uranus (Heaven) bernama Gaea (Earth) melahirkan beberapa anak, salah seorang bernama Ocean. Istri Ocean bernama Tethya melahirkan Iapetus. Iapetus mempunyai tiga anak, Prometheus (Forethought), Atlas, dan Epimetheus (Afterthought) yang tanpa berpikir panjang menikahi Pandora. Di zaman itu, Zeus (terhitung paman Prometheus) berkuasa di Olympia, tempat bersemayam para Dewi dan Dewa. Zeus beristri duabelas. Dari Maia istrinya yang kedelapan, yang tinggal di gua Gunung Cyllene di Arcadia, Zeus memperoleh bayi ajaib, licik, cerdik, kuat dan dalam hal musik, berbakat, Hermes namanya. Zeus terlihat memerintah dengan “baik.” Populer. Lihat saja. Suatu saat dia memanggil Hermes dan mengeluarkan titah: “Turunlah ke bumi, bawa dan anugerahkanlah kehormatan (reverence) dan keadilan (justice) kepada manusia untuk digunakan sebagai asas kehidupan di bawah Olympia.” Hermes yang memang cerdas bertanya: “Bagaimana cara mendistribusi kedua nilai itu kepada manusia, apakah misalnya sebagaimana halnya seni, hanya kepada beberapa orang yang berbakat, derajat hanya kepada kaum ningrat, atau keterampilan hanya kepada kalangan cerdik cendekia? Atau kuberikan kepada semua orang?” “Kepada setiap orang!” Zeus tegas. “Aku berkenan melihat setiap orang memiliki kedua nilai luhur tersebut.” Mendengar berita tentang anugerah itu manusia bersukacita, gempar di mana-mana, gemuruh bertempik sorak. Baliho-baliho raksasa terpampang dengan tulisan: “Hidup Olympia, Zeus Demokrat Sejati, Zeus pemimpin besar!” Namun apa sesungguhnya yang terjadi? Sambil makan ambrosia dan minum nectar, dewi dan dewa keluarga Olympia “joking, feasting, warring, playing tricks on humans,” demikian W. H. D. Rouse dalam Gods, Heroes and Men of Ancient Greece (1957). Olympia punya api, tanah manusia hanya punya lumpurnya. Prometheus tidak nyaman dengan, dan tidak percaya terhadap pemerintahan despotik a la Olympia itu. Kehormatan dan keadilan, menurut Prometheus, sama seperti hidup dan kehidupan, bukan pemberian, bukan anugerah siapa-siapa, tetapi nilai dasar bawaan manusia yang harus diakui, dihormati, dilindungi, dan dipenuhi oleh Zeus dan para punggawanya. Kemerdekaan untuk memilih dan menentukan sendiri masadepan jauh, jauh lebih terhormat dan adil ketimbang hidup dari kemurahan hati dan belas kasihan rezim-rezim korup, Setiap orang, betapapun ia dianggap tidak santun dan jahat, hina dan jelata, tetap memiliki kehidupan,

Page 6: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

kehormatan dan berhak mengejari keadilan, dan oleh sebab itu, layak didengar. Keinginan Prometheus untuk berbagi api, sumber kehidupan, dengan Zeus, tidak digubris. “Tidak ada aturannya,” sahut Hermes. “Zeus tidak punya agenda untuk membahas hal itu,” lanjutnya sambil mencibir. Maka suatu ketika di musim hujan seperti ini (140110), kendatipun sadar bahwa sepandai-pandai tupai meloncat, sesekali terpelesat jua, suatu waktu ulahnya ketahuan karena mata-mata Zeus mengintai di mana-mana, telefon siapa saja disadap, facebook dibungkam, bisa-bisa ia ditangkap dan dihilangkan tanpa bekas, Prometheus sudah tunggang tak tertahankan dan beraksilah dia. Bumi kembali gempar, bukan oleh Hermes tetapi oleh Prometheus: “Prometheus stealing heavenly fire, Theseus slaying the Minotaur, Hercules straining under his Twelve Labors, Jason seeking the Golden Fleece,” demikian Rouse kembali memberi kesaksian di sampul belakang bukunya. Separatis! Pelanggaran! Tangkap! Hilangkan! Sebuah jeritan panjang memilukan disertai erangan menyayat jiwa dari mulut Prometheus yang dipaku di pegunungan batu bernama Caucasos, dan kepakan dahsyat sayap burung rajawali yang mengoyak isi perut Prometheus dengan paruhnya yang tajam sehingga memburai di angkasa, menyentakkan penulis dari lamunannya, kembali di dunia nyata. Rasa-rasanya Indonesia sekarang mirip Olympia dengan Zeus dan jaringan hermesiannya. Oleh sebab itu Prometheus dijadikan gambar halaman depan buku Kybernologi ini, Generasi promethean, bangkitlah! Jakarta, 14 Januari 2010 Taliziduhu Ndraha, Kybernolog

Page 7: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

KATA SAMBUTAN REKTOR INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

Pada tgl 22 Mei 2003, Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) meluncurkan satu produk akademik bernama Kybernologi. Kybernologi adalah sebuah bangunan pengetahuan (body-of-knowledge, BOK) pemerintahan (governance). Secara formal, Kybernologi adalah bangunan pengetahuan (body-of-knowledge) hasil rekonstruksi buah pendaratan Bestuurskunde, Bestuurswetenschap, dan Bestuurswetenschappen di bumi Indonesia pada sudutpandang kemanusiaan, tidak pada sudutpandang kekuasaan, dan pengaitannya dengan sudutpandang lain yang berbeda, misalnya sudutpandang kekuasaan Bestuurskunde (Belanda besturen) yang kemudian berkembang menjadi Bestuurswetenschap dan Bestuurswetenschappen, di negeri asalnya yaitu Belanda, didefinisikan sebagai “. . . . . ilmupengetahuan yang bertujuan memimpin hidupbersama manusia ke arah kebahagiaan yang sebesar-besarnya, tanpa merugikan orang lain secara tidak sah,” demikian van de Spiegel sebagaimana dikutip oleh G. A. Van Poelje dalam bukunya Algemene Inleiding tot de Bestuurskunde (1953). Bangunan BOK Bestuurswetenschap di masa itu di negeri asalnya berderajat akademik tertinggi sehingga kepada lulusan program pendidikannya dianugerahi gelar Doktor.

Melalui proses pembelajaran Program S1, S2 dan S3 sejak tahun 1994 (antara lain bekerjasama dengan Universitas Padjadjaran), BOK tersebut kini di Indonesia telah mencapai derajat keilmuan tertinggi yang utuh dan lengkap, seperti terlihat dalam buku GBPP Kybernologi dan Kepamongprajaan yang terbit tahun lalu. Esensi sisi Ontologi dan Epistemologi Kybernologi adalah Metodologi Ilmu Pemerintahan, sementara sisi Axiologinya berkembang menjadi satu bidangkajian dan program diklat baru bernama Kepamongprajaan. Perkembangan akademik ini langsung mendukung kebijakan baru Pemerintah yang menetapkan IPDN sebagai Penyelenggara Sistem Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2009. Dengan demikian Kybernologi bukan hanya judul seri buku yang terbit sejak tahun 2003, melainkan sebuah BOK yang terus berkembang. Penerbitan buku ini memperkaya khazanah pustaka Ilmu Pemerintahan yang masih terhitung langka di Indonesia. Buku ini diharapkan menjadi pegangan bagi segenap Masyarakat Akademik di lembaga-lembaga perguruan tinggi, khususnya di lingkungan IPDN, dalam menjalankan proses belajar-mengajar di bidang Ilmu

Page 8: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

Pemerintahan (Kybernologi) melalui Tridharma Perguruan Tinggi: pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, dalam rangka membangun pemerintahan Indonesia yang maju dan berkelanjutan. Jakarta, 5 Januari 2010 Prof. DR Drs H. I Nyoman Sumaryadi, MSi

Page 9: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

DAFTAR ISI

I METODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN 1 Pengertian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 2 Hubungan Metodologi Dengan Filsafat Ilmu . . . . . . 6 3 Bahan Baku BOK: Data . . . . . . . . . . . . . . . . 8 4 Bahan BOK: Konsep. . . . . . . . . . . . . . . . . 10 5 Jarak Konseptual . . . . . . . . . . . . . . . . . 14 6 Hubungan Antar Konsep. . . . . . . . . . . . . . . 16 7 Bahan BOK: Teori . . . . . . . . . . . . . . . . . 18 8 Bahan BOK: Objek Materia dan Objek Forma . . . . . 28 9 Bahan BOK: Verstehen . . . . . . . . . . . . . . . 36 10 Bahan BOK: Objek dan Subjek, Waktu dan Ruang . . . 49 11 Konstruksi BOK: Roh dan Raga . . . . . . . . . . . 52 12 Konstruksi BOK: Beberapa Pertimbangan. . . . . . . 59 13 Konstruksi BOK: Pertanyaan . . . . . . . . . . . . 63 14 Konstruksi BOK: Jawaban Kualitatif . . . . . . . . 72 15 Konstruksi BOK: Jawaban Kuantitatif. . . . . . . . 80 16 Konstruksi BOK: Jawaban Kombinatif . . . . . . . . 85 17 Konstruksi BOK: Jawaban Normatif . . . . . . . . . 89 18 Every Science Begins as Philosophy . . . . . . . . 90a II PEMERINTAHAN YANG BERKELANJUTAN DAN KEKUATAN OPOSISIONAL 1 Pemerintahan Yang Berkelanjutan. . . . . . . . . . 91 2 Kekuatan Oposisional . . . . . . . . . . . . . . . 92 3 Mengembangkan Loyal Opposition . . . . . . . . . . 96 4 Dampak Akademik Gagasan Pemerintahan Berkelanjutan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 96 5 Ringkasan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 97 III PERANAN CAMAT DALAM MANAJEMEN SUMBERDAYA DAERAH 1 Otonomi Daerah . . . . . . . . . . . . . . . . . . 99 2 Kebijakan Pemerintahan Daerah. . . . . . . . . . . 101 3 Hubungan Antar Sumberdaya. . . . . . . . . . . . . 102 4 Tugas Camat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 105 5 Manajemen Sumberdaya . . . . . . . . . . . . . . . 105 6 Wilayahkerja Camat: Garisdepan Pemerintahan. . . . 106

Page 10: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

IV TEORI SOSIAL 1 Kurikulum Program Pascasarjana IPDN Berbasis Apa?. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 108 2 Basis Sistem (Bangunan) Kurikulum. . . . . . . . . 109 3 Teori Sosial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 111 V LAGI-LAGI FAKTOR DAN DIMENSI 1 Indicators and Dimensions. . . . . . . . . . . . . 113 2 Faktor dan Dimensi . . . . . . . . . . . . . . . . 113 VI PENYELENGGARAAN LABORATORIUM LAPANGAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (DI) KABUPATEN WONOSOBO 1 Dasar Pemikiran. . . . . . . . . . . . . . . . . . 116 2 Desain Penyelenggaraan . . . . . . . . . . . . . . 117 3 Formulir Ujicoba . . . . . . . . . . . . . . . . . 118

Page 11: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

1

METODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN (MIP)

Taliziduhu Ndraha, Kybernolog

1 PENGERTIAN

Yang dimaksud dengan Ilmu Pemerintahan di sini adalah Kybernologi. Kybernologi disebut juga Ilmu Pemerintahan Baru. Apakah Kybernologi itu? Menurut Pasal 3 Deklarasi Umum Tentang Hak-Hak Asasi Manusia, “Setiap Orang Berhak Atas Kehidupan, Kebebasan, dan Keselamatan Sebagai Individu” warga suatu masyarakat. Untuk bisa hidup, manusia membutuhkan alat atau bahan yang mendukung kehidupannya, seperti makanan, minuman, udara segar, ketertiban, keadilan, kedamaian, dan sebagainya. Alat atau bahan itu disebut bernilai (bermanfaat, berguna, bermakna). Pada zaman dahulu kala, nilai diperoleh langsung dari alam, tetapi lama-kelamaan harus melalui usaha pengolahan sumberdaya, penggunaan teknologi, dan penciptaan. Usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan nilai di dalam suatu masyarakat membangun subkultur masyarakat yang disebut subkultur ekonomi (SKE). SKE berfungsi membentuk, menambah dan mencipta nilai melalui kerja. Sayang sekali, timbul masalah. Kualitas sumberdaya, distribusi (pemilikan), kesempatan, dan kemampuan mengolahnya berbeda-beda dan tidak merata, sehingga pada suatu saat di mana-mana terdapat ketimpangan (kesenjangan). Ada masyarakat yang memiliki nilai dalam jumlah besar (sangat kaya) dan ada yang nyaris tidak memilikinya (sangat miskin). Kondisi ini oleh naluri kemanusiaan dan persaudaraan dianggap tidak adil. Konflik sosial yang berlarut-larut yang merusak masyarakat itu sendiri sering terjadi. Untunglah, masyarakat memiliki naluri penyesuaian dan penyelamatan diri melalui berbagai cara untuk mengatasi masalah di atas, antara lain dengan membuat dan menyepakati norma-norma sosial yang mengatur perilaku warga masyarakat sehingga ketimpangan nilai semakin berkurang dan rasa keadilan sosial antar warga masyarakat meningkat. Tetapi rupanya kesepakatan saja tidak cukup. Norma-norma sosial perlu ditaati, ditegakkan, dan jika perlu dipaksakan dengan kekuatan bahkan kekerasan. Upaya penegakan sebagian norma-norma sosial tersebut melahirkan subkultur lain yang disebut subkultur kekuasaan (SKK). Pelaku atau pemeran SKK adalah pemerintah (government). Pada dasarnya, SKK berperan (berfungsi) mengontrol sumber-sumber dan pengelolaannya, agar bisa menghasilkan nilai maksimal tanpa merusak sumber-sumber itu sendiri, untuk kemudian diredistribusi kepada warga masyarakat berdasarkan asas keadilan sosial. Tetapi karena kekuasaan itu hanya

Page 12: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

2

alat, ia pada hakikatnya tidak dapat dan tidak mau mengontrol dirinya sendiri. Pemangku kekuasaan cenderung menempuh jalan pintas yang disebut korupsi, mudah menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan kekuasaan dan dirinya sendiri. Oleh sebab itu, kekuasaan harus dikontrol. Siapa atau lembaga apa yang berfungsi mengontrol kekuasaan? “Jangan beli kucing dalam karung,” demikian kearifan sosial kita. “Pembeli kucing” yang membuka karung pada saat transaksi terjadi (di hilir) adalah masyarakat dalam kualitasnya sebagai pelanggan. Sudah barang tentu, jauh sebelum ada larangan itu, ada aturan (di hulu) yang menyatakan bahwa penjual harus membuka karungnya dan memberi kesempatan kepada pelanggan untuk memeriksa isinya. Pembuat aturan itu adalah masyarakat juga tetapi dalam kualitasnya sebagai konstituen. Jadi masyarakat berfungsi mengontrol SKK di hulu melalui pembuatan peraturan, dan di hilir melalui pemantauan dan evaluasi (monev). Konsekuensinya, masyarakat menuntut pertanggungjawaban SKK atas penyelenggaraan fungsi-fungsinya. Kepercayaan masyarakat kepada SKK bergantung pada pertanggungjawaban tersebut. Usaha masyarakat untuk berperan mengontrol SKK di hulu dan di hilir, yang berdampak pada tingkat kepercayaannya kepada pemerintah, membentuk subkultur sosial (SKS) di dalam masyarakat. Interaksi antar tiga subkultur itu disebut pemerintahan (governance), bukan “kepemerintahan.” Interaksi itu menghasilkan kinerja pemerintahan. Jika kinerja pemerintahan itu berkualitas good, maka pemerintahan yang bersangkutan disebut good governance. Jika tidak, bad governance. Interaksi berulang dan terjadi di mana-mana antar subkultur masyarakat membentuk fenomena pemerintahan. Fenomena itu merupakan kancah pengkajian bersama (common platform, landasan bersama, objek materia bersama) berbagai ilmupengetahuan. Landasan bersama itu mempunyai banyak sudut (sudutpandang). Setiap pengkajian (penelitian) mendarat pada sudut yang berbeda-beda yang disebut objek forma pengkajian. Ilmu Politik misalnya mendarat pada sudut kekuasaan. Bestuurskunde yang masuk di Indonesia sejak awal abad ke-20, sekitar medio abad yang sama didaratkan pada sudut Ilmu Politik, sehingga sampai sekarang apa yang disebut “Ilmu Pemerintahan” oleh banyak kalangan dianggap (hanya) merupakan salah satu kajian Ilmu Politik, atau sebagian aksiologinya. Bestuurskunde (Belanda besturen) yang kemudian berkembang menjadi Bestuurswetenschap dan Bestuurswetenschappen, di negeri asalnya yaitu Belanda, tidak mendarati fenomena pemerintahan pada sudut kekuasaan, tetapi pada sudut manusia: “Ilmu Pemerintahan adalah ilmupengetahuan yang bertujuan memimpin hidupbersama manusia ke arah kebahagiaan yang sebesar-

Page 13: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

3

besarnya, tanpa merugikan orang lain secara tidak sah,” demikian van de Spiegel sebagaimana dikutip oleh G. A. Van Poelje dalam bukunya Algemene Inleiding tot de Bestuurskunde (1953). Jadi sejak awal, Bestuurswetenschap itu lahir di sudut (ke)manusia(an), bukan di sudut kekuasaan. Bangunan (body-of-knowledge, BOK) Bestuurswetenschap di masa itu di negeri asalnya berderajat akademik tertinggi sehingga kepada lulusan program pendidikannya dianugerahi gelar Doktor. -------------------------------------------------------------------------------- | | | janji vote,trust,hope monev kinerja | | ---------------- ---------------- ---------------- | | | penepatan | | mandat,ke- | | SKK | | | | 2 | | hormatan | | 5 | | | SUMBER- | | 1 | | | | | SUMBER | | DPR DPD | | | | | | MEWAKILI MEWAKILI | | | | | | KONSTITUEN PELANGGAN | | | berva- | | | | | | | riasi | | PEMILU | | | | | | | | | | | | | | | SUBKULTUR SUBKULTUR SUBKULTUR SUBKULTUR | | EKONOMI-------- KEKUASAAN-------- SOSIAL-------- KEKUASAAN------| | (SKE) (SKK) (SKS) (SKK) | | | | | | | | | | | | pemba- | | | | | | | ngunan | | | | | | | | | | | | | | | | nilai | | redistribusi | | pertanggung- | | | ---------------- ---------------- ---------------- | | 3 nilai jawaban | | 4 6 | | | -----------------------------------MASYARAKAT-----------------------------------

Gambar 1 Pemerintahan (Governance): Interaksi Antar SKE, SKK, dan SKS Angka-angka Menunjukkan Rute Pemerintahan

Bencana nasional yang terjadi pada tahun 1965 membawa kesadaran baru bahwa ada yang tidak beres dalam penyelenggaraan negara. Kesadaran baru ini mendorong usaha pendaratan-kembali Bestuurswetenschap, Bestuurswetenschap, dan Bestuurswetenschappen di Indonesia pada sudutpandang yang berbeda, tidak pada kekuasaan seperti di masa lalu tetapi pada (ke-) manusia (-an), yaitu habitat yang melahirkannya di negeri asalnya, dan merekonstruksi hasil-hasilnya. Rekonstruksi tersebut berlangsung senyap, tidak gegap, tetapi pasti, terlebih setelah bencana nasional tahun 1998, disusul bencana nasional 2004-2005. Hasil rekonstruksi buah pendaratan itu pada tgl 8 Mei 2000 diberi nama Kybernologi (dari bahasa Greek kybernán, Inggeris steering, Belanda besturen, mengemudi,

Page 14: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

4

diberi akhiran –logy, -logi) dan diluncurkan oleh Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) di Jakarta pada tgl 22 Mei 2003. Secara formal, Kybernologi adalah bangunan pengetahuan (body-of-knowledge) hasil rekonstruksi buah pendaratan Bestuurskunde, Bestuurswetenschap, dan Bestuurswetenschappen di bumi Indonesia pada sudutpandang kemanusiaan, tidak pada sudutpandang kekuasaan, dan pengaitannya dengan sudutpandang lain yang berbeda, misalnya sudutpandang kekuasaan (Gambar 2). PENDEKATAN MENGGUNAKAN KACAMATA KEKUASAAN/ KEWENANGAN sudut pendekatan PENDARATAN BANGUNAN UTUH, BESTUURSKUNDE, LENGKAP,BERDERAJAT BESTUURSWETENSCHAP & su- FENOMENA AKADEMIK STRATA BESTUURSWETENSCHAPPEN dut PEMERINTAHAN SATU, DUA, & TIGA, DENGAN MENGGUNAKAN pen- RUANG PENDA- HASIL REKON- KACAMATA KEMANUSIAAN da- RATAN BERSAMA STRUKSI BUAH PEN- HAK ASASI MANUSIA (HAM) ratan SEMUA PENELI- DARATAN, DAN DAN LINGKUNGAN TIAN DIBERI NAMA DI BUMI INDONESIA KYBERNOLOGI KONSTRUKSI HASIL PENDEKATAN KACAMATA KEKUASAAN/KEWENANGAN TERHADAP FENOMENA PEMERINTAHAN DISEBUT “ILMU PEMERINTAHAN” SEBAGAI BAGIAN ILMU POLITIK

Gambar 2 Dua Cara Pendekatan Terhadap, dan Pendaratan Pada Fenomena Pemerintahan

Perbedaan antara Ilmu Pemerintahan sebagai bagian Ilmu Politik dengan Kybernologi, dapat dibaca dalam Bab I dan Bab II Kybernologi: Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan, 2005. Body-of-knowledge (BOK) Kybernologi dengan sisi Ontologi, Epistemologi, dan Axiologi, terdapat dalam Garis-Garis Besar Program Pembelajaran Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2009.

Page 15: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

5

Istilah methodology terdiri dari methodos dan logos. Methodos berasal dari meta dan hodos. Meta berarti beyond, “di luar sana,” yang belum diketahui (unknown), sedangkan hodos berarti jalan, cara, atau alat. Jadi metodologi adalah jalan (cara, alat) yang ada (known) yang perlu ditempuh (digunakan) oleh seseorang (knower) untuk mengetahui (knowing) sesuatu yang belum diketahui. Knowing menghasilkan pengetahuan (knowledge). Menurut Fred N. Kerlinger dalam Bab I Foundations of Behavioral Research (1973), ada empat cara (methods of) knowing, yaitu the method of tenacity, the method of authority, the method of intuition (a priori method), dan the method of science. Dilihat dari sudut the method of science, Metodologi Ilmu adalah metodologi yang didasarkan pada hipotesis-dasar berbunyi: “There are real things, whose characters are entirely independent of our opinion about them.” Bagian sesuatu yang belum diketahui yang bisa diketahui disebut sesuatu yang dapat diketahui (knowable), sedangkan bagian yang selebihnya meliputi bagian yang belum diketahui dan bagian yang tidak dapat diketahui (unknowable). Hubungan antara bagian yang diketahui dengan bagian yang tidak diketahui itu ialah, semakin diketahui, semakin tidak diketahui. KNOWER | | KNOWN---------->KNOWING----------->KNOWABLE---------->UNKNOWABLE--------->? | | | | ------------KNOWLEDGE<--------------

Gambar 3 Metodologi Ilmu

Metodologi meliputi tiga komponen, yaitu Metodologi Penelitian, Metodologi Ilmu, dan Metodologi Pengajaran. Walaupun masih dapat diperdebatkan, Metodologi Penelitian terdiri dari Metodologi Penelitian Kualitatif dan Metodologi Penelitian Kuantitatif. Setiap disiplin ilmu memiliki metodologinya sendiri. Jadi ada Metodologi Ilmu Politik, Metodologi Ilmu Sosial, dan Metodologi Ilmu Hukum, dan seterusnya. Ilmu Pemerintahan memiliki Metodologi Ilmu Pemerintahan. Metodologi Pengajaran menyangkut dua hal pokok, Didaktik Pengajaran tentang bahan-ajar, dan Metodik Pengajaran tentang cara-ajar.

Page 16: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

6

2 HUBUNGAN METODOLOGI DENGAN FILSAFAT ILMU

“Every science begins as philosophy and ends as art, it arises in hypothesis and flows into achievement. Philosophy is a hypothetical interpretation of the unknown (as in metaphysics), or of the inexactly known (as in ethics or political philosophy); it is the front trench in the siege of truth. Science is the captured territory; and behind it are those secure regions in which knowledge and art build our imperfect and marvelous world,” demikian Will Durant dalam The Story of Philosophy (1956). Filsafat Ilmu meliputi tiga hal. Pertama Ontologi (ontologia, cabang Metafisika; Metafisika sendiri mempelajari the nature of existence), yaitu sistem pemikiran tentang hakikat sesuatu objek pengetahuan. Sutan Takdir Alisjahbana (STA) dalam Pembimbing Ke Filsafat I Metafisika (1952) menggambarkan hakikat itu sebagai Serbatunggal dan Serbaganda (Bab IV), Serbazat (Bab V) dan Serbaroh (Bab VI), Serbadua dan Serba(e)sa Bab VII), Serbasawat dan Serbatuju (Bab IX), Serbatentu dan Serbataktentu (Bab X). Hakikat lainnya terlihat pada Bab VIII berjudul Perhubungan Sebabakibat. Dalam bab itu STA berpendapat segala sesuatu serbahubung, khususnya hubungan kausal. Pada suatu saat suatu hal merupakan akibat dari sesuatu, pada saat lain hal yang sama menjadi sebab terjadinya sesuatu yang lain pula. Kedua, Epistemologi (epistēmē, pengetahuan). Epistemologi di sini meliputi apa yang oleh M. J. Langeveld dalam Menuju Ke Pemikiran Filsafat (1957) disebut Logika (Bab IV) dan Teori Pengetahuan (Bab V). Ia memasukkan Metodologi dalam Logika. Epistemologi adalah sistem pemikiran tentang “tau,” “mungkin tau,” “tidak tau,” dan “bagaimana mengetahui sesuatu.” Kebenaran sebagai carian Epistemologi dibahas oleh Langeveld dalam Bab III bukunya. Ketiga, Axiologi (dari áxio, bernilai, berharga) yaitu Teori Nilai meliputi Etika, Estetika, Kepercayaan, dan sebagainya (Bab VII Langeveld). Oleh sebab itu, sementara Epistemologi membentuk faktor “tau,” Epistemologi membangun kekuatan “mau” dan “mampu” dalam diri manusia. Gambar 4 menunjukkan hubungan antara tiga liputan Filsafat Ilmu tersebut. Gambar 4 juga menunjukkan bahwa Metodologi meliputi Metodologi Penelitian, Metodologi Ilmu, dan Metodologi Pengajaran, dengan ruang lingkup masing-masing. Metodologi Penelitian (Research) mempelajari bagaimana menemukan pengetahuan dari hasil pengamatan terhadap fakta melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif, Metodologi Ilmu mempelajari bagaimana mengonstruksi (merekonstruksi) pengetahuan menjadi bangunan pengetahuan (body-of-knowledge, BOK), dan memfungsikannya sehingga BOK yang bersangkuitan berkualitas ilmu (science). Metodologi Pengajaran mempelajari bagaimana

Page 17: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

7

--KUALITATIF--- PENE | | --ONTOLOGI --LI-----| |-- | | TIAN | | | | | --KUANTITATIF-- | | | | | | --BAHAN BAKU<----- FIL- | EPIS- METO- | | | keber- -->SAFAT--|--TEMO---DO- ---|--ILMU---| |--BOK---------ILMU | ILMU | LOGI LOGI | | | fungsian | | | | --KONSTRUKSI--- | | | | | | | | --DIDAKTIK----- | | | | PENGA- | | SCIENTIFIC | --AXIOLOGI --JA- ---| |<-------------ENTER- | | RAN | | PRISE | | --METODIK------| | | | | ----------->NILAI------------------ | | | | -------------FEEDBACK-----------

Gambar 4 Filsafat Ilmu dengan Metodologi Ilmu

mengusahakan ilmupengetahuan (scientific enterprise) sehingga bermanfaat membangun hidup-bersama manusia dalam damai sejahtera. Hubungan antar tiga <--METODOLOGI PENELITIAN--><---------------METODOLOGI ILMU----------------->

identifikasi deskripsi diolah diuji dikons- BODY OF eksplanasi ILMU -->DATA----->INFO----->PENGE- --------->KNOWLEDGE----konstruksi-->PENGE--- | TAHUAN truksi (BOK) prediksi TAHUAN | | diagnosis | | kontrol | | direkam dengan concept (kuanti) | |--direkam peneliti sebgmn adanya saat digunakan--| | ”keluar” dari sumbernya (kuali) | | | | | | scientific | ---FAKTA<-----PENERAPAN<-----KEBIJAKAN<-----PEMASARAN<-------enterprise--- diklat

<------------------------METODOLOGI PENGAJARAN----------------------------->

Gambar 5 Hubungan Antar Metodologi Penelitian, Metodologi Ilmu, dan Metodologi Pengajaran Pemerintahan

Page 18: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

8

metodologi itu lebih lanjut ditunjukkan dalam Gambar 5.

3 BAHAN BAKU BOK: DATA

Data berasal dari kata datum (tunggal) dan data (jamak), dari dare, a thing given, individual fact. Fact adalah the quality of existing, or of being real. Factum, facere, to do. Fakta adalah kualitas keberadaan sesuatu, misalnya fenomena, kejadian, peristiwa, atau keadaan. Data berfungsi sebagai: 1. Bahan baku dan juga sebagai bahan bangunan. Tanah liat adalah bahan baku pembuatan batubata, sementara batubata merupakan bahan bangunan. 2. Bahan baku untuk diolah menjadi informasi. Salah satu bentuk informasi adalah masalah pemikiran. Masalah pemikiran adalah sesuatu yang mendorong atau membuat orang berfikir, yaitu keingintahuan (curiosity). 3. Jawaban faktual terhadap masalah pemikiran, terutama pemikiran berpendekatan kualitatif 4. Bahan mentah pengujian empirik terhadap hipotesis 5. Alat untuk memaparkan suatu hal secara deskriptif 6. Alat pendukung permasalahan pemikiran (dari dalamnya dimunculkan masalah pemikiran) 7. Temuan penelitian 8. Bahan mentah untuk analisis statistik Gambar 5 menunjukkan bahwa fakta direkam (ditangkap) dengan alat yang disebut konsep (concept). Perekaman fakta dapat dilakukan dalam beberapa cara: 1. Perekaman suatu fakta begitu terjadi (begitu “keluar dari sembernya”) tanpa menggunakan konsep tertentu (belum diketahui atau belum ada konsepnya) melainkan merekam apa adanya dengan alat (bahasa, simbol, gambar, ungkapan, dsb) yang ada, sedalam-dalamnya, kualitas serinci-rincinya dikenal. Supaya hal itu terjadi, fakta yang direkam haruslah terarah (focused) dan seterbatas mungkin (kasus). Hasilnya adalah data kualitatif “murni” 2. Perekaman fakta dengan menggunakan konsep tertentu yang sudah ada. Penggunaan konsep tertentu untuk merekam suatu fakta dimungkinan bila fakta keluar dari sumber yang terjadi berulang-ulang atau terdapat di mana- mana, sehingga leluasa untuk mendeduksi konsepnya dari konsep yang sudah ada. Hasilnya adalah data semi-kualitatif 3. Perekaman fakta dengan menggunakan konsep sebagai alat ukur tertentu. Sebagai alat ukur, konsep yang digunakan harus valid dan reliable. Valid

Page 19: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

9

artinya alat itu mengukur apa yang dapat diukurnya: kunci roda untuk membuka roda dan bukan tang, gram untuk mengukur berat dan bukan liter. Reliable artinya penggunaan alat ukur valid yang sama memberikan hasil yang sama walau digunakan untuk objek, waktu, dan tempat yang berbeda- beda. Hasilnya adalah data kuantitatif. Dari keterangan di atas diketahui bahwa akurasi data bergantung pada 1. Kemampuan untuk merekam suatu fakta sedalam-dalamnya sebagaimana adanya pada saat “keluar dari sumbernya” 2. Validitas dan reliabilitas konsep sebagai alat perekaman dan pengukuran fakta 3. Kelengkapan atau kebulatan data tentang suatu hal. Setiap fakta harus dapat direkam dan diukur pada dan dari segala segi sepanjang waktu tertentu (time series) sehingga perubahan-perubahannya diketahui Dimensi-dimensi data: 1. Waktu, kemutakhiran, urutan data menurut waktu, dan periode data (time series) 2. Lokasi atau setting terjadinya fakta yang hendak direkam 3. Kejelasan sumbernya 4. Kejelasan substansi fakta (tentang apa) 5. Relevansi data dengan pokok pemikiran 6. Kompatibilitas data dengan data lainnya 7. Faktualitas (factuality) 8. Akurasi, reliability 9. “Bersih,” “kebersihan” data, artinya bebas-cacad, bebas salah-ketik, salah ejaan, salah bahasa, dsb) 10. Keamanan data 11. Kemudahan (aksesibilitas, servabilitas) untuk pelanggan 12. Validitas data 13. Status data (database, dokumen, rahasia, terbatas, dsb) Jenis-jenis data sebagai berikut: 1. Data Orisinal, yaitu data hasil rekaman terhadap suatu fakta buat pertama kalinya. Di satu fihak, data orisinal bernilai tinggi, mengingat orisinalitasnya, tetapi di fihak lain bernilai rendah karena belum teruji benar-tidaknya. Oleh sebab itu, data orisinal perlu diuji aatau dibuktikan 2. Data Derivatif, yaitu data yang sama tetapi tangan kedua, ketiga, dan seterusnya. Data Derivatif di satu fihak bernilai tinggi karena sudah teruji,

Page 20: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

10

tetapi di fihak lain bernilai rendah, karena biasa ketinggalan zaman (out-of- date) 3. Data Primer yaitu data “kasar” (raw data) yang belum diolah 4. Data Sekunder adalah data olahan dari data primer. 5. Data Kualitatif adalah data hasil perekaman sekenal dan sebulat mungkin seluruh kualitas suatu fakta sebagaimana adanya pada saat “keluar dari sumbernya,” dengan alat rekam yang ada, terutama pengamatan dan pengalaman 6. Data Kuantitatif adalah data hasil rekaman fakta dengan menggunakan konsep atau konsep-konsep tertentu sebagai alat rekam dan alat ukur. 7. Data Berulang adalah hasil rekaman kejadian atau peristiwa pada sisi keulangannya, misalnya upacara ulang tahun kemerdekaan 8. Data Sekalilalu, yaitu hasil rekaman kejadian atau peristiwa pada sisi kesekalilaluannya, misalnya upacara ulang tahun kesepuluh 9. Data Kontinyu (continuous data). Disebut demikian jika di antara dua nilai dapat disisipkan nilai lain, Misalnya usia. Di antara usia 14 dan 15 tahun secara teoretik dapat disisipkan usia 14⅛ tahun 10. Data Diskrit (discrete data). Disebut demikian jika di antara dua nilai tidak bisa disisipkan nilai lain. Misalnya jumlah anak. Jumlah anak dalam sebuah keluarga bisa 2 dan bisa 3, tetapi tidak mungkin 2⅓ anak Database bukan sekedar bahan baku tetapi bisa jadi bahan bangunan. Data berkualitas database jika data itu definitif, terstandardisasi, dan merupakan referensi buat data lainnya. Misalnya data kependudukan.

4

BAHAN BOK: KONSEP (CONCEPT) Konsep bukan konsepsi dan bukan draft. Konsep adalah pengertian. Sebuah pengertian bisa terdiri dari beberapa kata atau kalimat. Di satu fihak, konsep adalah satuan pengetahuan, dan di fihak lain konsep adalah alat untuk merekam, “menangkap” atau “menjaring” suatu fakta (Gambar 5) pada suatu saat. Menurut kamus, konsep (concept) adalah “an idea or something formed by mentally combining all its characteristics or particulars; a construct.” “Basic building blocks of theory,” demikian Turner sebagaimana dikutip oleh Earl Babbie dalam The Practice of Social Research (1983, h. 37). “A concept expresses an abstraction formed by generalization from particulars,” demikian Kerlinger. Contoh abstraksi (ladder of abstraction) terdapat dalam Djadja Saefullah, Pemikiran Kontemporer Administrasi Publik (2007, h. 13). Contoh lain terdapat dalam Taliziduhu Ndraha,

Page 21: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

11

Research: Teori, Metodologi, Administrasi I (1985, h. 22). Tiap konsep memiliki kualitas (characteristic, property, attribute) tertentu, yang dapat diukur atau dapat diamati. Kualitas adalah isi suatu konsep. Dalam buku-buku tentang metodologi biasanya nilai (value) yang dianggap sebagai isi suatu konsep. Dalam Kybernologi, kualitas dibedakan dengan nilai dan norma. Tiap konsep mengandung minimal satu kualitas. Konsep “buku” berkualitas satu bersifat abstrak, tidak terukur atau tidak dapat diidentifikasi dengan tepat. Contoh, FAKTA -------------------------------------------observasi----------------------- | | | | khusus | | | | | BUKU TULIS | | | | | ---------- | | | | | | ------ ------- | | BUKU TULIS ----------| BUKU | | TULIS |------- | | | | ------ ------- | | | | | | | | | | | | per- per- | | |---BUKU LAIN-----BUKU---konsep---umum---sama beda---diabstraksikan | | | | an an | | | | | | | | | | | | ------ -------- | | | BUKU GAMBAR ----------| BUKU | | GAMBAR |------ | | ------ -------- | | | | | | ---------- | | | | | BUKU GAMBAR | | | | | khusus | | | | -------------------------------------------observasi----------------------- FAKTA

Gambar 6 Proses Abstraksi

jika di atas meja terletak sebuah buku tulis dan sebuah buku gambar yang tentu saja berbeda, dan seseorang disuruh mengambil buku, maka ia tentu saja sedikit banyak ragu-ragu, buku mana yang dimaksud di antara dua buku yang ada. Berbeda halnya jika yang bersangkutan disuruh mengambil buku gambar (konsep berkualitas dua), keragu-raguan itu hilang. Semakin lengkap kualitas suatu konsep, semakin kualitatif konsep, dan semakin definitif konsep itu.

Page 22: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

12

perilaku ditimbang disepakati -->KONSEP--------->KUALITAS--------->NILAI-------------->NORMA | bisa dipaksakan (N) | | | | | feedback N<H dimonitor ditegakkan | ---------------N=H<--------------HASIL--------------------- feedforward N>H dievaluasi (H) diterapkan

Gambar 7 Hubungan Antar Kualitas, Nilai dan Norma

Definisi konsep diambil dari teori atau sumber tertentu, dan sedapat-dapatnya tidak dari kombinasi berbagai teori atau sumber. Sebab pengombinasian definisi dari berbagai sumber tidak bisa langsung digunakan, harus diuji dulu. Juga tidak dari suatu kebijakan, undang-undang, atau peraturan, karena ketiganya bukan teori. Yang menyatakan sesuatu itu definisi konsep(tual) seharusnya penulis sumbernya, bukan peneliti. Formula sebuah definisi tidak boleh tautologik seperti A = A yang B, melainkan A = B yang C (ref. Irving M. Copi, Introduction to Logic, 1959, Chapter Four). A disebut definiendum dan B yang C adalah definiens. Misalnya “segitiga (definiendum) adalah bidang yang dibatasi oleh tiga garislurus (definiens).” Bagaimana jika fenomena yang diteliti merupakan fenomena baru atau langka, belum diteliti secara akademik, atau belum ada definisinya? Misalnya fenomena kepemimpinan kepala desa pantai rawan tsunami. Katakanlah, konsep “kepemimpinan kepala desa pantai rawan tsunami” itu belum ada. Jika konsep yang ada hanya definisi konsep “kepemimpinan,” maka harus dibentuk (dirumuskan) definisi konsep “kepemimpinan kepala desa,” dan selanjutnya definisi konsep “kepemimpinan kepala desa pantai rawan tsunami.” Proses pembentukan konsep baru ini disebut conceptualization (konseptualisasi). Konseptualisasi adalah proses pembentukan konsep (baru) dengan memasukkan kualitas (karakteristik) yang baru ke dalam konsep yang ada bersama karakteristiknya, sehingga definisi konsep yang baru dapat dirumuskan. Jadi dalam definisi konsep kepemimpinan dimasukkan (ditambahkan) karakteristik kepemimpinan kepala desa, karakteristik kepemimpinan kepala desa pantai, dan karakteristik kepemimpinan kepala desa pantai rawan tsunami, melalui analisis berbagai teori yang relevan. Dengan demikian, kualitas konsep terlengkapi dan diperkaya.

Page 23: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

13

Kerlinger menarik perbedaan dan hubungan antara concept dengan construct. Jika concept diumpamakan unsur bangunan tertentu, sebuah komoditi, misalnya sebuah kipas angin, maka construct adalah kipas angin yang sama yang telah dipasang di dinding atau langit-langit sebuah kamar dan menjadi bagian integral seluruh bangunan. Jadi construct adalah concept yang telah digunakan menjadi bagian integral bangunan yang lebih besar. Dalam hubungan ini BOK. Besar kemungkinan, komoditi itu dimodifikasi atau dipesan khusus hanya untuk bangunan terkait. Bisa juga, konsep yang terbentuk di lingkungan sebuah bangunan dengan fungsi tertentu, digunakan untuk bangunan lain dengan fungsi yang berbeda. Konsep yang nilai kualitasnya bervariasi, disebut variabel (variable). Misalnya salah satu kualitas konsep PNS adalah kesetiaan. Nilainya bervariasi, berkisar antara 0 dengan 100. Jadi setelah ditimbang, diberi nilai 50 atau 80. Namun demikian yang disepakati dan ditetapkan sebagai nilai minimal (norma) untuk dapat dijadikan sebagai bahan pengusulan promosi adalah 91 (“passing grade”). Variabel adalah hasil operasionalisasi konsep dengan memasukkan satu lagi atau lebih nilai ke dalam konsep itu (jadi setiap variable mengandung minimal dua nilai, satu nilai saja tidak bervariasi). Rumusan pernyataan hubungan antara atau antar dua atau lebih variable, disebut hipotesis. Hipotesis selalu bersifat teoretik. Kerlinger mendefinisikan hipotesis sebagai “. . . . . a conjectural statement of the relation between two or more variables. Hypotheses are always in declarative sentence form, and they relate, either generally or specifically, variables to variables.” Kriteria hipotesis yang baik adalah, “One, hypotheses are statements about the relations between variables. Two, hypotheses carry clear implications for testing the stated relations.”

Page 24: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

14

5 JARAK KONSEPTUAL

Definisi konsep berfungsi menunjukkan dimensi-dimensi konsep. Pada gilirannya definisi operasional dibuat berdasarkan definisi konsep. Definisi suatu variable X Z Y

Gambar 8 Interface antara X dengan Y

menunjukkan dimensi-dimensi variabel yang bersangkutan. Fungsi definisi konsep yang lebih pelik adalah fungsinya dalam menemukan jarak konseptual. Misalnya jarak konseptual antara kepemimpinan (X) dengan komunikasi (Y). Semakin banyak dimensi komunikasi yang bersentuhan atau sama dengan dimensi X----------<-----Z----->-----------Y

Gambar 9 XY Jarak Konseptual; Z minimal Nol

kepemimpinan (Z), semakin dekat jarak antara kedua konsep itu (Gambar 9). Pada suatu kondisi, bisa saja X konsentrik dengan Y. Jika itu terjadi, maka X = Y. Jarak

Page 25: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

15

konseptual = nol. Pada kondisi itu, konstruksi hubungan eksternal antar konsep tidak valid. Pemikiran dianggap valid jika Z minimal lebih besar daripada nol (Gambar 9), tetapi tidak “tidak terhingga.” “Tidak terhingga” sama dengan nol. X1 goals---------- | X2 standards------| | X3 feedback-------| | VARIABEL X X4 opportunity----|------->performance VARIABEL Y | X5 means----------| | X6 competence-----| | X7 motive---------

Gambar 10 Model Performance Dengan Sufficient Factors Lengkap Menurut Clay Carr (1994)

Konsep “jarak konseptual” dibentuk seperti konstruksi konsep “jarak social” dalam Sosiologi atau “jarak kekuasaan” dalam Ilmu Politik. Jarak konseptual menunjukkan tingkat atau derajat (variabilitas) keeratan hubungan antara dua atau lebih konsep, dekat atau jauh. Jika hubungan itu bersifat kausal atau pengaruh, ---contingent factors--- | | | X------------Z1-----------Z2----------Z3-----------Y | | | | | --->X1 GOAL------>ACTIVITY--->OPPORTUNITY-->STANDARD-->PERFORMANCE | X7 MOTIVE TIME, SPACE PROCEDURE | | X6 COMPETENCE X4 X2 | | X5 MEANS | | | ---------FEEDBACK<---------EVALUASI<---------PELANGGAN<----- X3 = Z4 X--->Y jembatan, objek penelitian; Z1, Z2, Z3, Z4, contingent factors (necessary factors), tiang penyangga yang menerangkan bagaimana X mempengaruhi Y atau bagaimana Y bergantung pada X. Untuk menjadikannya model sirkuler, ditambahkan activity, pelanggan, dan evaluasi sebagai contingent factors baru. Dalam hubungan itu, feedback adalah Z4. Factor Z tidak bisa diepsilonkan semuanya; jika X1 dan X7 diteliti, yang bisa dijadikan epsilon hanya X5 dan X6. Jadi “epsilonisasi” variable itu tidak boleh sembarangan atau suka-suka!

Gambar 11 Model Performance Clay Carr Setelah Dielaborasi

Sufficient Factors dan Contingent Factors

Page 26: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

16

maka semakin dekat hubungan (semakin pendek jarak) antara X dengan Y, maka semakin langsung pengaruh X terhadap Y, semakin pendek “jembatan” antara X dengan Y, dan semakin tidak diperlukan tiang penyangga (Z) antara keduanya. Sudah barang tentu, semakin ringan pula masalahnya. Antara “makan” dengan “kenyang,” tidak ada yang perlu dipertanyaan, karena jika makan cukup, pasti kenyang, lihat Gambar 10. Sebaliknyalah yang terjadi bilamana hubungan itu semakin jauh (Gambar 11). Untuk menemukan jarak konseptual, diperlukan definisi konsep, dan dari definisi konsep dapat diketahui dimensi-dimensi, baik dimensi X maupun dimensi Y. Derajat kedekatan antara dimensi X dengan dimensi Y itulah yang menunjukkan hubungan antar konsep sebagai dasar rekonstruksi teori. Baca Bab XIII Kybernologi Sebuah Profesi (2007) dan Bab IX Kybernologi Sebuah Metamorphosis, 2008

6 HUBUNGAN ANTAR KONSEP

Hubungan antar fenomena sejajar dengan hubungan antar konsep X dengan Y beserta model-modelnya (beberapa di antaranya, ref. Peter Hagul, Chris Manning, dan Masri Singarimbul, “Penentuan Variabel Penelitian dan Hubungan Antar Variabel,” dalam Masri Singarimbul dan Sofian Effendi, peny. Metode Penelitian Survai, 1982). Hubungan itulah yang harus diamati, diuji atau dibuktikan. Hubungan itu memiliki sifat-sifat atau karakteristik, antara lain sebagai berikut: Pertama, hubungan eksklusif dengan hubungan inklusif. Hubungan ini terkait erat dengan jarak konseptual di atas. Hubungan itu disebut eksklusif, jika konsep yang satu tidak berada di dalam konsep yang lain, jarak konseptual Z harus lebih besar daripada nol. Dalam hubungan itu, X tidak berada di dalam Y dan sebaliknya, Y tidak berada di dalam X. Disebut inklusif jika konsep yang satu berada di dalam konsep yang lain. Jika hal itu terjadi, katahubung antara yang satu dengan yang lain adalah “dalam” (peran X dalam Y).

Kedua, hubungan kausal dengan hubungan korelasional. Hubungan kausal (sebab-akibat, cause and effect) adalah hubungan yang terpenting (Gambar 10 dan 11). Babbie menjelaskan hal ini panjang lebar dalam Bab 3 bukunya. Model dasarnya adalah X---->Y. Jika factor didefinisikan sebagai “one of the elements contributing to a particular result or situation,” maka X adalah faktor (penyebab) dan Y adalah akibat (result). Penyebab (sebab) atau faktor itu selalu

Page 27: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

17

berada di luar (eksternal) akibat. Dilihat dari sisi ini, tidak ada faktor internal sebagaimana disangkakan banyak orang. Di dalam organisasi ada uang dan SDM. Uang (faktor) terhadap SDM (result) di dalam (internal) organisasi, tetapi uang bukan faktor internal organisasi melainkan dimensi organisasi. “Ada tiga kriteria hubungan kausal,” demikian Babbie. 1. Yang satu (cause) persis (in time) mendahului yang lain (effect) 2. Yang satu dengan yang lain secara empirik berkorelasi 3. Korelasi empirik antara yang satu dengan yang lain tidak dipengaruhi oleh fihak ketiga Menurut Babbie lebih lanjut, ada dua macam causes, yaitu necessary cause dan sufficient cause (Gambar 11). “A necessary cause represents a condition that must be present for the effect to follow,” woman---->pregnant. “A sufficient cause represents a condition which, if it is present, inevitably results in in the effect,” army---->uniform. Yang satu “must,” yang lain “if.” Katahubung antara satu dengan yang lain adalah “terhadap,” “Pengaruh X terhadap Y,” “Apakah X berpengaruh terhadap Y?” “Jika. . . . . , maka. . . . . .” Cause dan effect disebut terminal dan simbol ----> menunjukkan rute antar terminal. Yang menjadi persoalan sekarang ialah, hubungan itu deterministik atau tidak? Di dalam ruang perilaku manusia, akibat yang sama ditimbulkan oleh sebab yang berbeda-beda. Derajat kepastian hubungan pengaruh antara X dengan Y dalam lingkungan sosial, lebih rendah ketimbang lingkungan fisikal. Kinerja (performance) pada Gambar 11 memang secara sufficient dipengaruhi oleh tujuh faktor (Gambar 10), tetapi performance itu sendiri contingent pada Z1Z2Z3 (contingent, necessary factors). Faktor-faktor itulah yang memastikan kadar kinerja. Dengan demikian, pemikiran Ilmu-Ilmu Sosial tidak berhenti pada penemuan faktor-faktor sufficient saja, tetapi harus mengejar faktor-faktor contingent-nya. Dengan perkataan lain, dalam Kybernologi, implementasi kebijakan merupakan contingent faktor keberhasuilan kebijakan itu sendiri. Konsekuensinya ialah, implementasi kebijakan tidak boleh diposisikan sebagai cek kosong yang bebas diisi oleh implementor sesuka-suka hatinya. Selanjutnya, jika korelasi empirik antara yang satu dengan yang lain dipengaruhi oleh fihak ketiga, maka hubungan antara yang satu dengan yang lain disebut korelasional. “Semakin meningkat pendidikan, semakin semakin meningkat jumlah mobil.” Faktor ketiga adalah “Semakin meningkat pendapatan.” Yang satu tidak langsung mempengaruhi yang lain, faktor ketigalah yang melakukannya. Katahubung antara yang satu dengan yang lain adalah “dengan” (hubungan X dengan Y) dan rumus hipotesisnya “Semakin. . . . . , semakin. . . . . .”

Page 28: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

18

Ketiga, hubungan positif dengan hubungan negatif. Hubungan antara X dengan Y disebut positif jika secara empirik nilai yang satu naik diiringi kenaikan nilai yang lain, atau sebaliknya jika secara empirik nilai yang satu turun, nilai yang lain juga turun. Hubungan itu disebut negatif, jika secara empirik nilai yang satu naik sementara nilai yang lain turun, atau sebaliknya. Keempat, hubungan langsung dengan hubungan tidak langsung. Hubungan ini erat terkait dengan debat tentang determinisme perilaku manusia. Di lingkungan fenomena fisikal, hubungan langsung X---->Y itu dengan derajat kepastian tinggi. Tetapi mengingat sifat ketergantungan perilaku manusia pada berbagai hal yang tak terduga, maka nyaris mustahil model perilaku sosial serta-merta bersifat langsung. Selalu saja diperlukan contingent factor-nya. Derajat kepastian hubungan antara X dengan Y bergantung pada contingent factor-nya yang paling individual, kasus demi kasus. Jadi model pemikiran Ilmu-Ilmu Sosial tidak X---->Y tetapi X---Z--->Y. Kelima, hubungan searah dengan hubungan timbalbalik (bukan dua arah) Hubungan searah misalnya hujan--->jalan licin. Tidak mungkin jalan licin--->hujan. Hubungan timbal-balik misalnya investasi--->laba. Tetapi bisa juga laba--->investasi. Keenam, hubungan linier dengan hubungan siklik atau sirkuler. Hubungan kelima di atas berkaitan dengan hubungan keenam ini. Pada umumnya hubungan input--->output bersifat linier. Hubungan timbal-balik antar lebih dari dua konsep menjadi sirkuler atau siklik. Dalam hubungan itu salah satu rute adalah feedback (feedforward). Hubungan linier disebut juga hubungan fungsional, misalnya input--->output di atas. Model hubungan sirkuler atau siklik menjadi dasar bagi pemikiran beranalisis jalur (path analysis). Contoh klasik tentang hal ini adalah Model Lingkaran Setan Kemuskinan (the vicious circle of poverty, lihat Taliziduhu Ndraha dalam Desain Riset, 1987).

7

BAHAN BOK: TEORI (THEORY) Earl Babbie mendefinisikan teori sebagai “a systematic explanation for the observed facts and laws that relate to a particular aspect of life. . . . ,” sementara Lawrence Neuman (Social Research Methods, 2003) berpendapat, “Theories tell us whether concepts are related and, if they are, how they relate to each other.. . . . . .

Page 29: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

19

Many theories make a causal statements, or a proposition, about the expected relation among variables.” “A theory is a set of interrelated constructs (concepts), definitions and propositions that present a systematic view of phenomena by specifying relations among variables, with the purpose of explaining and predicting the phenomena,” demikian Kerlinger. Donald R. Cooper dan C. William Emori dalam Business Research Methods (1995), menjelaskan perbedaan dan --------TEORI--------- | | abstraksi | | DATA------------------>KONSEP KONSEP | | | | | | |<-------direkam |---operasionalisasi---| | | | | | | FAKTA----------------->VARIABEL VARIABEL nilai | | | | ------HIPOTESIS-------

Gambar 12 Hubungan Antar Konsep, Teori, Variabel, dan Hipotsis

hubungan antara propositions dengan hypotheses. “We define a proposition as a statement about concepts that may be judged as true or false if it refers to observable phenomena. When a proposition is formulated for empirical testing, we call it a hypothesis. As a declarative statement, a hypothesis is of a tentative and conjectural nature.” Menurut Babbie, teori terdiri dari beberapa pernyataan (statements). Pertama asas-asas atau dalil-dalil (laws). Kedua axioma, yaitu “fundamental assertions,” kebenaran yang dengan sendirinya benar tanpa perlu diuji atau dibuktikan. Axioma berfungsi sebagai sebagai fondasi bangunan teori. Ketiga, proposisi, yaitu “conclusions drawn about the relationship among concepts, based on the logical interrelationships among the axioms.” Gustav Bergmann dalam Philosophy of Science (1958) berpendapat bahwa “Theory is a group of laws. The laws that serve as the premises of these deductions are called the axioms of the theory; these which appear as conclusions are called theorems.” Lebih lanjut Babbie menunjukkan hubungan timbal-balik antara teori dengan fakta (observations) seperti Gambar 13. Gambar itu juga sekaligus menunjukkan perbedaan dan hubungan antara pendekatan kualitatif dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif berjalan dari observasi (fakta) ke teori melalui

Page 30: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

20

generalisasi empirik (empirical generalization) yang bersifat induktif, dan pendekatan kuantitatif yang berjalan dari teori ke observasi melalui pengujian hipotesis dan bersifat deduktif. ------------->THEORIES-------------- | | | | | | EMPIRICAL HYPOTHESES GENERALIZATIONS | | | | | | | ------------OBSERVATIONS<-----------

Gambar 13 Hubungan Antara Teori Dengan Fakta

Inti dinamik suatu teori adalah hipotesis. Pemikiran bermula dari keingintahuan (curiosity). Keingintahuan itu dirumuskan dalam bentuk pertanyaan (question). Kerlinger menyatakan bahwa masalah penelitian “should express a relation between two or more variables. It asks, in effect, questions like: “Is A related to B?” How are A and B related to C?” How is A related to B under condition C and D?” Ada yang cenderung mengambil jalan pintas yang lebih mudah, yaitu mengutip “temuan” (sebenarnya hipotesis) penelitian orang lain sebelumnya yang berbunyi: “X mempengaruhi Y,” sehingga yang bersangkutan tinggal melanjutkan dengan pertanyaan: “Seberapa besar pengaruh X terhadap Y?” Pertanyaan pemikiran dijawab dengan dua cara. Langsung merekam fakta empirik yang dipertanyakan (ingin diketahui), yaitu melalui pendekatan kualitatif, atau berkonsultasi dengan teori yang ada. Pertanyaan dijawab dengan teori berdasarkan alasan, bahwa teori yang ada merupakan jawaban yang telah teruji dalam masyarakat, bahkan dalam sejarah. Menurut Earl Babbie dalam The Practice of Social Research, (Bab 2, 1983), dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan metodologi deduktif, masalah (pertanyaan) penelitian dijawab dengan teori dan hasil deduksi teori berakhir pada hipotesis. Jadi hipotesis adalah jawaban teoretik terhadap pertanyaan pemikiran. Hipotesis disebut juga jawaban sementara karena hipotesis perlu diamati, diuji, atau dibuktikan dengan fakta (secara empirik), agar kualitasnya sebagai “hipō-” “sub-” (under), “supposition,” (“ponere,” to put under) berubah meningkat menjadi “tithenai,” yang kemudian menjadi thesis (pernyataan, dalil, proposisi). Berbagai pertanyaan dengan bermacam-macam hipotesis sebagai jawabannya muncul di lingkungan dunia akademik di Indonesia.

Page 31: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

21

body-of-knowledge (BOK) | | theory | --------------------- | | concept concept | | |---operasionalisasi--| | | variable variable | | |------hypotesis------| | | | dimensions | dimensions | | | | | | indicators | indicators | | | | | | items-----testing-----items | | | | ------alat ukur------

Gambar 14 Hipotesis

Adakah jawaban teoretik (hipotesis) terhadap pertanyaan “Seberapa besar. . . . .?” Tidak ada! Besarnya pengaruh X terhadap Y yang besarannya dinyatakan dengan koefisien determinasi itu dengan sendirinya keluar dari komputer pada saat hipotesis “X mempengaruhi Y,” diuji. Jika demikian, pertanyaan “Seberapa besar pengaruh X terhadap Y?” bukan (tidak layak dijadikan) pertanyaan penelitian.

Apakah “Besarnya pengaruh X terhadap Y diukur pada dimensi-dimensi X,” memenuhi syarat sebagai sebuah hipotesis? Kerlinger (kemudian dikutip oleh sejumlah penulis metodologi seperti John W. Creswell dalam Research Design, 1994, dan relatif sama dengan Donald R. Cooper dan C. William Emory dalam Business Research Methodes, 1995) mendefinisikan hipotesis sebagai “conjectural statement of the relation between two or more variables,” yang perlu diuji secara empirik. Sudah barang tentu, sifat “conjectural” di sini tidak berarti terkaan

Page 32: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

22

sembarangan, melainkan perkiraan berdasarkan analisis teoretik yang relevan dan kuat. “Besarnya pengaruh. . . . . .” tidak menjelaskan apakah ada, dan jika ada, bagaimana sifat hubungan antara X dengan Y. Ia hanya menyatakan bahwa “ini” diukur pada “itu.” Oleh sebab itu, kalimat “Besarnya pengaruh X terhadap Y diukur pada dimensi-dimensi X” bukanlah hipotesis penelitian, melainkan proposisi penelitian (Cooper dan Emory, op. cit., h. 39), yaitu sekedar “a statement about concept,” bahwa “besarnya pengaruh. . . . “ (concept), “diukur pada atau ditentukan oleh. . . . .” (statement). Dalam kalimat itu tidak ada sesuatu yang diuji atau dibuktikan. Hubungan antara variable dengan dimensinya menurut teori terkait, sudah pasti. Lagi pula fungsi dimensi dan indikator pada Gambar 14 tidak untuk mengukur, melainkan langkah yang harus ditempuh untuk mendeduksi dan mengonstruksi alat-ukur yang sesungguhnya (alat untuk mengukur variabel) yaitu items pertanyaan (rating scale) atau pernyataan (Likert). Apakah kalimat yang berbunyi: “Besarnya pengaruh X terhadap Y bergantung pada dimensi-dimensi X,” sebuah hipotesis?” Kalimat itu bukan hipotesis, karena keseluruhan dimensi-dimensi X = X. Jawaban itu sama saja dengan: “Besarnya pengaruh X terhadap Y bergantung pada X.” Jawaban tersebut bersifat tautological, tidak reliable. Bagaimana dengan kalimat “Besarnya pengaruh X terhadap Y ditentukan oleh dimensi-dimensi X,” Pernyataan “ditentukan oleh” dalam kalimat hipotetik itu berarti “besarnya” pengaruh X terhadap Y “bergantung pada” dimensi-dimensi X. Pernyataan ini mengubah posisi dimensi-dimensi itu, dari dimensi X menjadi faktor yang menentukan (mempengaruhi) X. Di sini X bergantung pada faktor-faktor itu. Dengan sendirinya variabel yang tadinya X, berubah menjadi Y atau Z, dan dimensi-dimensinya menjadi X baru. Model X----------------->Y | -----|----- | | | D1 D2 Dn D = dimensi

Gambar 15 Dimensi-Dimensi X

berubah menjadi

Page 33: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

23

D1 (X1)----- | D2 (X2)-----|------------>Y | Dn (Xn)-----

Gambar 16 Dimensi X (D1, D2, Dn)

Berubah Posisi dari Dimensi Menjadi Faktor (X)

Model Gambar 16 harus dianalisis lebih lanjut, artinya dimensi-dimensi X1, X2, Xn harus diidentifikasi, kemudian dimensi baru itu berubah lagi menjadi variable bebas, demikian terus-menerus. Kapan berakhirnya? Oleh sebab itu harus diingat bahwa faktor berbeda dengan dimensi dan dimensi tidak boleh diperlakukan sebagai faktor atau variable bebas. Kesalahfahaman tentang faktor dengan dimensi ini sering terjadi. Misalnya pada hari Sabtu 12 November 2005, di gedung Program Pascasarjana sebuah universitas besar di Bandung, Ujian Disertasi (biasa juga disebut Ujian Terbuka, promosi Doktor) mahasiswa Program Doktor atas nama L3G03810 dan L3G03855, berlangsung. Inilah promosi Doktor ke 5 dan 6 Program tersebut yang dibuka sejak tahun 2000. Keduanya berhasil mempertahankan naskah disertasi masing-masing dalam Ujian Naskah Disertasi (Ujian Tertutup) sekitar tiga bulan sebelumnya. Judul kedua disertasi (sebutlah berturut-turut disertasi promovendus 5 atau D5 dan disertasi promovendus 6 atau D6) menunjukkan perbedaan dan persamaan. D5 berjudul Pengaruh Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi, dan Struktur Birokrasi Terhadap Kemandirian Kelompok Tani, sedangkan D6 berjudul Pengaruh Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi, dan Struktur Birokrasi Terhadap Implementasi Kebijakan Perberasan dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Petani. Dalam judul kedua disertasi terdapat kata “pengaruh.” Hal itu berarti promovendi hendak mempelajari hubungan kausal antara dua atau lebih variabel, antara variabel pengaruh (X) dengan variabel yang dipengaruhi (Y). Ada empat variabel pengaruh yang diteliti oleh kedua promovendi, berturut-turut komunikasi (X1), sumberdaya (X2), disposisi (X3) dan struktur birokrasi (X4). Variabel terpengaruh (Y) berbeda. Y penelitian D5 adalah kemandirian kelompok tani, sedangkan Y penelitian D6 (dalam naskah disebut Z) adalah pendapatan petani, sedangkan implementasi kebijakan perberasan variabel antara Z (yang disebutnya Y). Konstruksi kerangka pemikiran D5 adalah:

Page 34: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

24

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ---------------------> KEMANDIRIAN PENYULUHAN PERTANIAN KELOMPOK TANI | | komunikasi sumberdaya disposisi struktur birokrasi

Gambar 17 Model Penltian D5 (h.98 Disertasi) Komunikasi dsb Adalah Dimensi Implementasi

Konstruksi teoretik D6 sebagai berikut: KOMUNIKASI-------------- | SUMBERDAYA--------------| IMPLEMENTASI PENDA- |------>KEBIJAKAN --------->PATAN DISPOSISI---------------| PERBERASAN PETANI | | STRUKTUR BIROKRASI------ | | harga dasar

Gambar 18 Model Penelitian D6 (h. 121 dan 127 Disertasi) Komunikasi dsb Adalah Faktor Implementasi

Teori dikonstruksi seperti Gambar 17 untuk menjawab empat pertanyaan masalah penelitian D5 yang semuanya dimulai dengan pertanyaan: “Bagaimana pengaruh X terhadap Y?” yang dijawab dengan empat hipotesis “X berpengaruh terhadap Y,” dan Gambar 18 untuk menjawab enam pertanyaan yang semuanya dirumuskan dengan “Apakah X berpengaruh terhadap Y?” dan dijawab dengan enam hipotesis: “X berpengaruh terhadap Y.” Jadi pertanyaan yang berbeda dijawab dengan jawaban yang sama (Tabel 1).

Tabel 1 Masalah Penelitian Disertasi dan Hipotesis

---------------------------------------------------------------------- DISERTASI PERTANYAAN JAWABAN TEORETIK ---------------------------------------------------------------------- D5 Bagaimana Pengaruh X X Berpengaruh Terhadap Y Terhadap Y? D6 Apakah X Berpengaruh X Berpengaruh Terhadap Y Terhadap Y? ------------------------------------------------------------------

Page 35: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

25

Segera terlihat bahwa terdapat inkonsistensi antara pertanyaan dengan jawaban pada D5. Pertanyaan “bagaimana” (“how”) dalam bahasa Indonesia menunjukkan beberapa makna (arti), yaitu sebagai proses yaitu contingent atau necessary factors yang diperlukan untuk menghasilkan suatu output, dan sebagai kualitas, misalnya “baik,” “lancar,” dan sebagainya. Jadi pertanyaan “bagaimana” dalam arti pertama, sangat penting, dan berkaitan erat dengan pertanyaan “mengapa.” Jika “mengapa” bertanya tentang penyebab penyakit, “bagaimana” bertanyan tentang cara mencegah dan mengobatinya. Sudah barang tentu, pertanyaan “bagaimana” dalam arti kedua hanya layak untuk penelitian kualitatif yang langsung dapat menjawab dengan fakta empirik. Jawaban “berpengaruh” pada Tabel 1 menunjukkan output, bukan proses atau kualitas. “Apakah X berpengaruh terhadap Y,” merupakan pertanyaan yang di dalam metodologi diibaratkan pesawat yang sedang mengalami gangguan di udara dan sibuk mencari lapangan untuk pendaratan darurat. Atau laksana seorang penjual suatu obat (X) yang lagi ingin mengetahui penyakit apa (Y) yang bisa disembuhkan dengan obat itu. Inilah “logika” birokrasi! Birokrasi memiliki kekuasaan atau alat, dan ingin tau, dengan kekuasaan atau alat itu ia bisa apa. Seharusnya, seorang peneliti Kybernologi ibarat pesawat yang hendak take off. Dari FOR (frame-of-reference) fihak yang diperintah, yaitu pelanggan, korban, dan mangsa pemerintahan ia berangkat. Penyakit apa yang sedang diderita masyarakat? “Mengapa. . . .” (diagnosis) itulah pertanyaan yang diibaratkan sebagai “take off.” Pertanyaan itulah yang membawa peneliti ke arah hubungan kausal antara Y dengan X. Jika terjawab “Disebabkan oleh. . . . . ,” atau “Karena. . . . .” maka terapinya dengan tepat dapat didefinisikan. Jadi pertanyaan yang jauh lebih tepat ialah “Faktor apa sajakah yang mempengaruhi Y?” D5 mengutip Edwards III yang menyatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan, yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi. Kata “factor” berarti “a maker,” “doer,” “performer,” yang memfaktakan sesuatu, yang membuat sesuatu menjadi fakta (faktual). Variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi (berpengaruh, X) adalah faktor. Dalam deduksi teoretik disertasinya, D5 memosisikan komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi sebagai variabel X, tetapi pada kerangka pemikiran, sebagai dimensi variabel implementasi kebijakan. Jadi seharusnya, model penelitian D5 seperti model penelitian D6 (Gambar 18). Tetapi dengan demikian timbul persoalan baru. Mana variabel-antara (intervening variable sekaligus contingent factors) D5? Andaikata baik D5 maupun D6 memosisikan implementasi kebijakan sebagai variabel-antara Z, mana dimensi-dimensi variabel, yaitu aspek-aspek variabel yang hendak diukur? Dimensi implementasi kebijakan perberasan D6

Page 36: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

26

hanya satu yaitu harga dasar beras. Apakah harga dasar beras dapat diposisikan sebagai dimensi implementasi kebijakan perberasan? X Z Y

KOMUNIKASI-------------- | SUMBERDAYA--------------| IMPLEMENTASI KESEJAH- |------>KEBIJAKAN --------->TERAAN DISPOSISI---------------| PERBERASAN PETANI | | | STRUKTUR BIROKRASI------ | | | | (dengan dimensinya masing- manajemen dan ope- HDI masing) rasi perberasan

Gambar 19 Model Penelitian D5 (disarankan)

X Z Y

KOMUNIKASI------------ | SUMBERDAYA------------| IMPLEMENTASI KE- KEMANDIRIAN |---->BIJAKAN PENYULUH- ---> KELOMPOK DISPOSISI-------------| AN PERTANIAN TANI | | | STRUKTUR BIROKRASI---- | | | | (dengan dimensinya manajemen dan operasi HDI masing-masing) penyuluhan pertanian

Gambar 20 Model Penelitian D6 (disarankan)

Dengan demikian, kerangka pemikiran penelitian D5 dan D6 disarankan seperti Gambar 19 dan Gambar 20. Oleh sebab itu, kalimat “Besarnya pengaruh X terhadap Y ditentukan oleh. . .” bukan hipotesis penelitian. Ada juga yang berusaha menjawab pertanyaan “seberapa besar” itu dengan hipotesis berbunyi: “Semakin tinggi X, semakin tinggi Y” (hubungan positif) atau “Semakin tinggi X, semakin rendah Y” (hubungan negatif). Jawaban yang berbunyi demikian bukanlah jawaban terhadap pertanyaan “seberapa besar,” tetapi jawaban terhadap pertanyaan “bagaimana sifat hubungan antara X dengan Y.” Pertanyaan ini didahului dengan pertanyaan “Adakah hubungan teoretik antara Y dengan X?” Barulah kemudian: “jika ada, bagaimana sifat hubungan itu?”

Page 37: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

27

“Besarnya pengaruh,” yang ditunjukkan oleh koefisien hubungan (r) atau pengaruh R) pada hipotesis berepsilon, bias, tidak sesuai dengan fakta. Lebih-lebih di bidang Ilmu Sosial, akurasi temuan penelitian, dalam hal ini “besarnya pengaruh,” relative. Penyebabnya antara lain faktor “science is not portable,” “sufficient factors” yang tidak lengkap, “contingent factors” yang sulit diidentifikasi mengingat proses social bersifat culture bound, dan contingent factor diwarnai oleh cultural lag, hubungan antar faktors yang berbeda-beda dan berubah-ubah, sehingga selalu saja ada faktor yang belum diketahui. Jika diketahui sekalipun, mungkin sulit diteliti. Hal-hal itu membuka ruang abu-abu yang disebut factor epsilon. Mengingat epsilon itu, pertanyaan “Bagaimana X mempengaruhi Y,” atau “Di bawah kondisi apa X mempengaruhi Y,” jauh lebih penting ketimbang pertanyaan “Seberapa besar” itu, demikian Kerlinger dan Babbie di atas. Sebab, walaupun koefisien hubungan itu diketahui, selalu saja koefisien itu bias. X GRAND THEORY | | | tingkat abstractness MID-RANGE THEORIES konsep | | | | LOWER RANGE THEORIES | X-----------------------JARAK KONSEPTUAL-----------------------Y

Gambar 21 Abstractness dan Conceptual Distance

Jarak konseptual antara X dengan Y menunjukkan bobot masalah pemikiran, dan pada gilirannya hal itu menunjukkan tingkat kebutuhan akan eksplanasi atau prediksi hubungan antar keduanya. Semakin jauh jarak konseptual antara X dengan Y, semakin tidak pasti hubungan, semakin berat bobot masalah, semakin besar teori yang diperlukan., pengaruh X terhadap Y (Gambar 21). Adapun abstractness konsep diukur dengan tingkat operasionalitasnya. Semakin operasional konsep, semakin berkurang abstractness-nya. Dalam hubungan itu, tingkat abstractness X sebaiknya setara dengan tingkat abstractness Y, agar “jembatan” (hubungan antara keduanya) tidak “nungging” atau timpang, tetapi relatif rata (setara). Semakin abstrak konsep atau variable, semakin jauh jarak konseptual antar konsep atau variabel, semakin besar teori yang diperlukan untuk menerangkan atau meramalkan hubungan antara X dengan Y. Semakin banyak konsep yang direkonstruksi, semakin rumit hubungan yang

Page 38: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

28

terjadi, semakin besar teori. Pada tingkat tertentu, teori seperti itu disebut Teori Besar (Grand Theory). Selanjutnya, semakin besar atau kuat dukungan variable penyangga (variable antara, contingent factor), kemerosotan pengaruh X terhadap Y semakin kecil atau semakin lemah, dan explanatory power pemikiran semakin kuat (masalah pemikiranpun semakin jelas).

8

BAHAN (BOK): OBJEK MATERIA DAN OBJEK FORMA

Berbagai pendekatan diperlukan untuk menemukan ruang sasaran atau objek.pemikiran ilmiah. Suatu pendekatan (pendaratan, approaching) menunjukkan titikpandang terpandang (Y, fenomena, unknown) dari sebuah sudutpandang pemandang (X, knower), alat yang digunakan untuk memandang- nya (Z, knowledge, teori), dan proses (-------> knowing), Gambar 22. TITIK TERPANDANG (Y) ALAT MEMANDANG (Z)

SUDUT PANDANG (X) ------------------------------->

Gambar 22 Pendekatan

Pendekatan awal Kybernologi bertolak dari sebuah dalil Filsafat Ilmu berbunyi credo et intelligam (percaya baru tau). Pendekatan ini disebut pendekatan metadisiplin, karena pada saat Y dipandang, alat memandang bukanlah pengetahuan (teori Kybernologi), karena Kybernologi pada saat itu secara formal belum ada, melainkan credo. Kalaupun pemandang X menggunakan alat Z, alat itu bukanlah Kybernologi, melainkan kompleks disiplin lain, misalnya Teologi, Filsafat, Fisika, Biologi, Demografi, Sosiologi, Politik, dan sebagainya. Kompleks inilah sumber bangunan Ontologi Kybernologi (Gambar 23).

Dengan pendekatan metadisiplin itu, terlihat hubungan pemerintahan (Gambar 23. Hubungan pemerintahan itu terdapat dalam setiap masyarakat. Dalam hubungan pemerintahan itu berlangsung interaksi antar subkultur masyarakat (Gambar 1).

Page 39: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

29

ALLAH mencipta CIPTAAN<---------------------HUBUNGAN PEMERINTAHAN---------------------> MAKHLUK MANUSIA-->MEMBUMI 1 CIPTAAN | MANUSIA | PENDUDUK-->BERMASYARAKAT | 2 CIPTAAN | MANUSIA | PENDUDUK | WARGAMA- | SYARAKAT-->BERBANGSA | 3 CIPTAAN | MANUSIA | PENDUDUK KUALITAS MASYARAKAT MANUSIA WARGABANGSA-->BERNEGARA | 4 CIPTAAN | MANUSIA | PENDUDUK | MASYARAKAT | BANGSA | WARGANE- | GARA----->BERPEMERINTAHAN 5 CIPTAAN MANUSIA 7 PENDUDUK YANG DI- MASYARAKAT PERINTAH BANGSA konstituen NEGARA pelanggan<------------hubungan pemerintahan------------>PEMERINTAH konsumer (peran) korban 6 mangsa

Gambar 23 Ontologi Kybernologi dengan 7 Terminal

Dari interaksi itu terbentuk fenomena pemerintahan yang merupakan objek materia semua disiplin ilmu pengetahuan, dan common platform Ilmu-Ilmu Sosial. Selanjutnya lihat Gambar 24. Objek forma Kybernologi mulai terkuak tatkala pemandang mendaratkan pandangannya pada sudut manusia dengan HAM dan kebutuhan dasarnya, lingkungan dengan keberlanjutannya (Gambar 2). Objek forma semakin jelas manakala pengakuan, perlindungan, dan pemenuhan kebutuhan itu tidak diletakkan di ruang peran Ilmu Ekonomi (pasar bebas) tetapi pada peran Negara (Gambar 25).

Page 40: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

30

ONTOLOGI | BASIC PLATFORM | metadisiplin | ------------------------|------------------------ | | | TITIKPANDANG | | fenomena pemerintahan (objek materia) | | COMMON PLATFORM | | ILMUPENGETAHUAN | | KHUSUSNYA ILMU-ILMU SOSIAL (ALATPANDANG) | | | | | | | | SUDUTPANDANG (MANUSIA DAN LINGKUNGAN) | | GOVERNANCE | | objek forma | | | | | | | | ANGGAPAN DASAR* | | rekonstruksi | | | | | | | | KYBERNOLOGI | | perbedaannya dengan ilmu-ilmu lain | | | | ------------------------|------------------------ | monodisiplin, dst

Gambar 24 Pendekatan Metasisiplin Mengantar Pemikiran Ke Arah Objek Materia dan Objek Forma Kybernologi

Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan lama dan pembangunan BOK baru bernama Kybernologi berlangsung di bawah sejumlah anggapan dasar (Bab 1 Kybernologi 2003). Misalnya anggapan dasar berbunyi: “Pemerintahan Sejajar Dengan Proses Produksi Dengan Konsumsi,” atau “Jangan Beli Kucing Dalam Karung.” Setelah konsep-konsep ditemukan dan hubungan antar konsep direkonstruksi, terbentuklah BOK Kybernologi dalam wujud monodisiplin (Gambar 24). Kybernologipun mengembangkan dirinya melalui pendekatan-pendekatan lanjutan seperti di bawah ini (Gambar 26).

Page 41: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

31

------------------------------------------------------------------------- | | | 7 | | PENGORBANAN | | CIVIL SERVANT | | | | | | | | 4 5 6 9 | | ----INDI- -----CIVIL-–----acting---------CIVIL------- | | | VIDU RIGHTS action SERVICES | | | | | | | | | | | | | | 8 | | | | KESEMPATAN dan HARAPAN (HOPE) | | | | PELANGGAN UNTUK MENJADI KONSUMER, | | | | KORBAN dan MANGSA untuk SELAMAT | | | | | | 2 | | | 1 HUMAN 3 12 14 20 | MANU- ----RIGHTS-----HUMAN PUBLIC PUBLIC kontrol,-----| SIA & INS- NEEDS POLICY ACTOR monev | TINCTS | | | | | | | 13 | | | | 11 | POLICY | 16 | | | -----PUBLIC---------IMPLE----------PUBLIC----- | | | CHOICE MENTATION | SERVICES | | | | | | | | | | | | | | 10 | | 15 | ----MASYA- | | penggunaan oleh pelanggan | RAKAT | | HAK HIDUP KORBAN atau HAK MANGSA | | | | UNTUK MEMPERTAHANKAN DIRI | | | | KEPERCAYAAN (TRUST) terhadap PEMERINTAH | | | | PENGHARAPAN (HOPE) DI MASA DEPAN | | | | | | | --------------------------------------------- | | | 17 18 19 ----PRIVATE------ --BARANG---------MARKET CHOICE JASA (SATISFACTION) ---> 7pembentukan civil service --->14pembentukan public actor --->12pembuatan kebijakan publik --->15pemberdayaan (enabling, emp.*) --->13pengadaan public goods --->17privatisasi vs statalisasi *empowering

Gambar 25 Pemenuhan Kebutuhan Manusia Melalui Peran Negara Kebutuhan

Model c Gambar 26 menunjukkan pendekatan multidisiplin. Pendekatan ini digunakan untuk merekam dan mempelajari suatu masalah dari berbagai sudut yang berbeda guna menemukan objektivitas pengetahuan dan keseimbangan kebijakan. Model d digunakan oleh suatu disiplin dalam berinteraksi dengan disiplin lainnya yang berbeda dalam rangka mengembangkan diri agar tetap dalam paradigma normal science. Model ini adalah lanjutan model c. Interaksi itu berlangsung dalam bentuk saling meminjam konsep atau metode. Sudah barang tentu berdasarkan norma, kode etik, dan dengan teknik yang lazim di dunia akademik. Sebagai contoh adalah scientific movement berjudul reinventing government akhir abad yang lalu. Gerakan ini meminjam konsep entrepreneurship

Page 42: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

32

X1--- eureka! cūriōsitās | ?--------->X X--------->Y X2---|--->Y X<----->Y Z<---X<--->Y--->Z a b | d e X3--- c metadisiplin monodisiplin multidisiplin interdisiplin lintasdisiplin ? credo X disiplin X disiplin X disiplin X disiplin X disiplin Y masalah Y masalah Y disiplin Y disiplin Z hibrida

Gambar 26 Berbagai Pendekatan

dari ruang Ekonomi-Bisnis, sehingga di Indonesia banyak menimbulkan salah-faham: “Apa pemerintahan dijual-beli?” Model e adalah pengembangan dan lanjutan model d. Model e digunakan untuk memupuk kerjasama maupun kerjabersama antar disiplin secara sistematik. Dengan pendekatan itu, antara Ilmu Politik dengan Kybernologi, misalnya, muncul kajian hibridal bernama Politik Pemerintahan yang digunakan oleh IPDN sebagai nama salah satu fakultasnya. Pendekatan sentripetal dari luar ke dalam ruang Kybernologi itulah yang terlihat pada Pohon Kybernologi. Bab II Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama, 2005) menunjukkan Pohon Kybernologi yang tertanam, berakar, tumbuh dan berbuah melalui berbagai pendekatan: metadisiplin, monodisiplin, multidisiplin, inter-disiplin, dan lintasdisiplin (transdisiplin). Kekuatan sentripetal melahirkan hibrida dari luar (Politik) ke dalam pemerintahan, misalnya Politik Pemerintahan. Baca juga Bab 35 Kybernologi, 2003. Dalam perkembangan lebih lanjut, melalui pendekatan yang sama, antar disiplin misalnya Kybernologi dengan Ilmu Politik, didorong oleh kekuatan sentrifugal dari dalam Kybernologi, lahir hibrida sebaliknya, yaitu Kybernologi Politik. Kekuatan sentrifugal tersebut menggerakkan pengkajian lain ke arah berbagai disiplin di luar Kybernologi: Kybernologi Pertanian dengan Agro-Pemerintahan, Kybernologi Administrasi dengan Administrasi Pemerintahan, dan seterusnya. Perkembangan ini direkam dalam Kata Pengantar buku Menuju Ke Pemikiran Kybernologi Pertanian dan Agro-Pemerintahan (2009). Sebagian Kata Pengantar itu dikutip sebagai berikut. Seri Kybernologi yang sekarang berada di tangan Pembaca berjudul Menuju Ke Pemikiran Kybernologi Pertanian dan Agro-Pemerintahan. Bab I sampai dengan bab V berisi dua hibrida bangunan rekonstruksi buah kajian dengan pendekatan lintasdisiplin antara Kybernologi dengan Agronomi atau Agronomics. Hibrida pertama disebut Kybernologi Pertanian dan hibrida kedua oleh Dr Ir A. H.

Page 43: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

33

Rahadian, MSi dan Dr Ir Abdul Samad Melleng, MM, co-writers buku ini, diberi nama kajian Agro-Pemerintahan, dapat dibaca dalam Bab III, IV, dan V buku ini. Bab III dan Bab IV pernah dimuat dalam Bab VI dan VII Kybernologi dan Pengharapan (2009), Bab I terdapat dalam Bab IX Kybernologi Sebuah Metamorphosis (2008), sedangkan Bab II berasal dari Bab Bab IV Kybernologi Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan (2005). Kajian Agro-Pemerintahan adalah kajian tentang kebijakan pemerintahan dilihat dari sudut Agronomi (Agronomics) guna mengimbangi kajian tentang kebijakan pertanian dilihat dari sudut kepentingan politik dan birokrasi yang dalam kondisi sekarang sangat mendominasi pemerintahan. Bangunan rekonstruksi buah pendekatan lintasdisiplin lainnya terdapat di dalam Kybernologi Politik dan Kybernologi Administrasi (2009). Penggunaan pendekatan lintasdisiplin didorong oleh dua kebutuhan. Pertama adalah kebutuhan akan sebuah metodologi yang mampu mengoordinasikan sisi aksiologi semua disiplin menjadi masukan ilmiah yang memiliki scientific power yang kuat dalam proses kebijakan publik yang memihak manusia, masyarakat, dan pelanggan. Nama Max Weber (1864-1920) disebut-sebut berkaitan dengan kebutuhan yang pertama beserta jawabannya. Hampir seratus tahun yang lalu kebutuhan kedua telah dirasakan oleh para pelopor Bestuurskunde, Regeerkunde dan Bestuurswetenschap (ref. Bab I GBPP Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2009). Tentang hal ini, van Poelje dalam Pengantar Umum Ilmu Pemerintahan (1959) menyatakan: . . . . . . bahwa berbagai ilmu pengetahuan yang bertalian dengan salah satu bagian dari penguasaan (beheer) perusahaan partikelir pada akhirnya bermuara pada suatu ajaran perusahaan umum (algemene bedrijfsleer) yang meliputi kesemuanya dan bahwa ajaran tentang penguasaan perusahaan- perusahaan partikelir ini setidak-tidaknya untuk sebagian merupakan syarat bagi adanya ilmu pengetahuan yang lebih tinggi daripadanya, ialah Ilmu Pemerintahan (Bestuurskunde, Bestuurswetenschap, dan Bestuurswetenschappen, TN). Gambar 27 menunjukkan carakerja metodologi lintasdisiplin. Agronomi (Agronomics) dan Teknologi Civil mewakili berbagai disiplin yang sisi aksiologinya jadi masukan ke dalam proses kebijakan. Metodologi itu bekerja pada 9 terminal dan 9 rute. Dari terminal 1 Agronomi melalui rute 1 yaitu pendidikan (pengajaran), keilmuan (pengetahuan) di bidang pertanian (terminal 2) ditanamkan kepada peserta diklat. Dari terminal 2 melalui rute 2 pelatihan pertanian terbentuk profesi bidang pertanian (terminal 3). Dari terminal 3 melalui rute recruitment (rute 3), profesional pertanian diangkat menjadi pegawai Dinas Pertanian (terminal

Page 44: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

34

4). Sebagai pegawai pemerintahan, PNS Dinas Pertanian wajib memahami proses kebijakan pemerintahan daerah sebagai dasar implementasi dan monev kebijakan pemerintahan daerah di bidang pertanian. Melalui rute 4 diklat profesional 9 -------------------------------KYBERNOLOGI------------------------------- | | (ILMU PEMERINTAHAN BARU) | | | | | | | 8 8 | | KEAHLIAN KEAHLIAN | | DI BIDANG----------GENERALIS----------DI BIDANG | | PEMERINTAHAN | PEMERINTAHAN | | | | | | | | | | | | 7 | 7 | | PROFESI KOMPONEN PROFESI | | BIDANG PE- --10---PENDIDIKAN---10-----BIDANG PE- | | MERINTAHAN DIPLOMA MERINTAHAN | | | | | | | | | | | | | --------------------- | | | 6 | vooruitzien | 6 | AGRO- PEMERINTAHAN | conducting | PEMERINTAHAN TEKNOLOGI PEMERINTAHAN DAERAH | coordinating | DAERAH PEMERINTAHAN | | | peace-making | | | | | | residue-caring | | | | 5 | turbulence-serving | 5 | | KEBIJAKAN | | KEBIJAKAN | |--------------BIDANG-----|---KEPAMONGPRAJAAN---|-----BIDANG--------------| | PERTANIAN | | PEKERJAAN UMUM | | | | Freies Ermessen | | | | | | gen&spec function* | | | | 4 | omnipresence | 4 | KYBERNOLOGI PNS DINAS | responsibility | PNS DINAS KYBERNOLOGI PERTANIAN PERTANIAN |magnanimous-thinking | PEK.UMUM PEK.UMUM | | | statesmanship | | | | | --------------------- | | | | | | | | 3 | 3 | | PROFESI KOMPONEN DIKLAT PROFESI | | BIDANG----11------PROFSIONAL----11----BIDANG | | PERTANIAN KEPAMONGPRAJAAN PEK. UMUM | | | | | | | | | | | | 2 | 2 | | KEAHLIAN | KEAHLIAN | | DI BIDANG----------SPESIALIS----------DI BIDANG | | PERTANIAN PEK. UMUM | | | | | | | | | | 1 1 | -------------AGRONOMI TEKNOLOGI------------- AGRONOMICS CIVIL gen&spec function, generalist & specialist function

Gambar 27 Metodologi Lintasdisiplin

Page 45: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

35

pemerintahan, ia diharapkan mampu memahami kebijakan pemerintahan daerah tersebut (terminal 5). Dari terminal 5 melalui competence building workshop (atau apapun namanya, rute 5), terbentuk kompetensi PNS Dinas Pertanian sebagai aparat pemerintahan daerah (terminal 6). Oleh setiap orang yang berdiri di terminal 5 dan memandang sekeliling, terlihat bahwa pertanian, profesi pertanian, pegawai Dinas Pertanian, dan sebagainya, hanya sebuah matarantai antar berbagai matarantai pemerintahan lainnya. Satu dengan yang lain berhubungan interdependen. Kinerja yang satu ditentukan oleh dan atau bergantung pada kinerja yang lain. Sementara itu lingkungan berubah dan masa depan tidak menentu. Konstruksi pemikiran tersebut berakhir pada pertanyaan, apakah pemerintahan itu? Apakah nilai-nilai dasar pemerintahan? Pertanyaan pertama dijawab dengan definisi: Pemerintahan adalah proses interaksi antar subkultur ekonomi (SKE), subkultur kekuasaan (SKK), dan subkultur sosial (SKS dengan dua kualitasnya yaitu sebagai konstituen dan sebagai pelanggan), di dalam masyarakat, dalam upaya mengejar kebahagiaan rohani dan jasmani yang sebesar-besarnya tanpa merugikan orang lain secara tidak sah). Definisi tersebut adalah kombinasi Teori Governance dengan ide yang terkandung dalam definisi Regeerkunde menurut van de Spiegel. Dari definisi itulah Kybernologi yang dalam Gambar 27 terletak pada terminal 9, bermula. Melalui sistem pendidikan akademik (rute 9), keahlian di bidang pemerintahan ditanamkan di dalam diri pesertadidik (terminal 8), dan selanjutnya melalui pendidikan diploma (rute 7) dibentuk profesi pemerintahan (terminal 7). Antara terminal 7 dengan terminal 5, yaitu pada terminal 6, timbul pertanyaan kedua, yang dijawab dengan definisi: Sistem nilai dasar pemerintahan adalah Kepamongprajaan. Oleh sebab itu, isi the governance competence building workshop adalah Kepamongprajaan itu (ref Garis-Garis Besar Program Pembelajaran Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2009). Kedua adalah penggunaan pendekatan lintasbudaya dengan menggunakan sebuah teknik pemahaman kualitatif antar budaya yang berbeda yang lazim disebut triangulasi, guna menemukan bukan hanya pengertian tetapi lebih daripada itu, saling-pengertian antar budaya yang berbeda itu, bertolak dari serenity, melalui jembatan yang disebut empathy. Pengertian yang dicapai melalui jembatan itu disebut Verstehen (empathic understanding), seperti termuat dalam Bab 14 Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama (2005) dan dalam Bab V Kybernologi Politik dan Kybernologi Administrasi (2009). Demikian pentingnya Verstehen dalam metodologi sehingga konsep itu ianggap sebagai puncak bahan bangunan Kybernologi.

Page 46: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

36

9 BAHAN BOK: VERSTEHEN

Ada tiga hal yang melatarbelakangi pentingnya pendekatan ini. Dua di antaranya berkaitan dengan praktik politik, dan satu yang berkaitan dengan metodologi. Pertama artikel Sofyan A. Djalil “Harga BBM dan Masa Depan Indonesia,” (Kompas, 121005) “Kali ini saya amat sedih, Pak Effendi, logika opposisi Anda tanpa berempati sedikit pun pada kesulitan negara yang begitu parah: . . . . . . ,“ kedua, pernyataan Alwi Shihab “Pasti ada kendala, tetapi persentasenya sangat kecil,” (sehingga dapat diabaikan) ujar Alwi di Jakarta kemarin (Kompas, 181005), dan ketiga penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian pemerintahan pada tingkat pascasarjana di lingkungan UNPAD (S2 sejak 1996 dan S3 sejak 2000). Empathy vs Sympathy. Kata empathy berasal dari bahasa Gerik empátheia, affection (em-, in- dan pathy, pátheia, suffering, feeling), berarti “intellectual identification with or vicarious experiencing of the feelings, thoughts, or attitudes of another person,” dan “the imaginative ascribing to an object, as a natural object or work of art, feeling or attitudes present in oneself.” Makna empathy kemudian dipengaruhi oleh konsep Jerman Einfühlung. Kata tersebut berkaitan dengan kata sympathy (Latin sympathīa, Gerik sympátheia, dari sym-, before, syn, co-, with, dan páth(os), suffering, feeling), berarti “harmony of or agreement in feeling, as between persons or on the part of one person with respect to another,” dan “a quality of mutual relations between people or things whereby whatever affects one also affects the other.” Arti kedua ini mirip sekali dengan ungkapan tat twam asi, semboyan Kementerian Sosial dahulu kala, yang berarti “aku adalah engkau,” “engkau adalah dia,” dan “dia adalah aku.” Apa yang dirasakan oleh yang satu, dirasakan juga oleh yang lain. Simpati timbul karena adanya kesamaan atau ketertarikan. Apakah hubungan empati dengan simpati? W. Lawrence Neuman dalam Social Research Methods (1997, 356) menyatakan bahwa “Empathy does not necessarily mean sympathy, agreement or approval; it means feeling things as another does.” Thomas A. Schwandt, “Constructivist, Interpretivist Approaches to Human Inquiry,” dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, (eds), Handbook of Qualitative Research (1994, 120) menggambarkan empati itu sebagai “getting inside the head of another,” didukung oleh sikap etik dan emik (amïc). Berdasarakan analisis hermeneutic (hermeneutics, Teori Pengertian, “a theory of meaning,” Ilmu Penafsiran, “making the obscure plain,” (lihat Neuman, 1997, 68) dapat dikatakan bahwa empati adalah konsep metodologi, yaitu cara memahami perasaan, sikap, dan tindakan subjek yang diamati dengan menggunakan

Page 47: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

37

“intellectual identification,” didorong oleh keingintahuan yang dalam (curiosity), untuk menafsirkan fenomena sosial sehingga terlihat perbedaan, uniqueness, kualitas, karakteristik, antara yang satu dengan yang lain sebagaimana adanya, sedangkan simpati merupakan konsep yang digunakan untuk memahami proses sosial yang terjadi antar pelaku yang berbeda-beda, yang terjadi berdasarkan adanya ketertarikan atau kesamaan. Jadi seseorang bisa bersimpati melalui empati, dan bisa juga bersimpati tanpa melalui empati melainkan melalui kesamaan atau ketertarikan satu dengan yang lain. Dalam Gambar 28, A menggunakan FOR B. Dalam Gambar 29, simpati A terhadap B terbentuk karena adanya ketertarikan atau kesamaan antara keduanya. A ------- berempati ------> B FOR FOR | | ------------------- | | | | empati A thd B simpati A thd B | | | | ------------------> FOR, frame of reference

Gambar 28 Hubungan antara Empati dengan Simpati

Yang Satu Menggunakan FOR Yang Lain

Membangun kebersamaan dan kesepakatan bisa melalui pendekatan kuantitatif dan bisa juga melalui pendekatan kualitatif. Dengan pendekatan kuantitatif orang berbicara tentang dan memihak (ke)pada dominasi, mayoritas, kuorum, A -------- bersimpati-------> B --------> SIMPATI hobi X hobi X tertarik menarik turut berduka berduka kepentingan Y kepentingan Y

Gambar 29 Terbentuknya Simpati Via Kemersamaan dan Ketertarikan

Page 48: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

38

pembenaran, voting, kurva normal, rata-rata, generalisasi, statistik, exchange, bargaining, kekuasaan, dan sebangsanya. Alwi Shihab dalam pernyataannya di atas, menggunakan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan pendekatan kuantitatif, maka yang kalah, minoritas, yang tidak terdaftar, powerless, tontonan, korban, mangsa, dianggap tidak ada, atau dapat diabaikan. Pendekatan kualitatif adalah kebalikannya. Pendekatan ini telah dibahas dalam, Kybernologi (2003), Bab 36, Melalui pendekatan kualitatif yang dijadikan pegangan oleh peneliti dalam mereproduksi dalam pikirannya “the feelings, motives, and thoughts behind the action of others,” adalah frame-of-reference (FOR) subjek yang diamatinya, sedangkan dengan pendekatan kuantitatif, peneliti menggunakan FORnya sendiri. Dengan pendekatan kualitatif, sekecil apapun hal yang diamati, ia mempunyai kualitas dan nilai, dan oleh sebab itu ia tidak pernah dianggap tidak ada, dan kehadirannya tidak pernah terabaikan. Sama seperti tubuh manusia. Komponennya yang kelihatannya terkecil, terlemah, ternyata memberi sumbangan vital terhadap keseluruhan. Terlepas dari persoalan, pendekatan mana yang digunakan, hubungan antara nilai empati dan simpati dengan kedua pendekatan (kuantitatif dan kualitatif), dapat digambarkan sebagai berikut (Gambar 30). Gambar 30 menunjukkan hubungan jalur antara empati dengan simpati. Simpati dapat terbentuk melalui empati (sel 4 melalui sel 3). Yang dimaksud oleh Sofyan A. Djalil dengan empati adalah empati dalam sel 1, sedangkan simpati yang diharapkan terbentuk melalui pernyataan Alwi Shihab adalah simpati dalam sel 2. --------------------------------- | NILAI | |---------------------------------| | EMPATI | SIMPATI | | Keberbedaan | kebersamaan | --------------------------|----------------|----------------| | | KUANTITATIF | yg berbeda 1 | mayoritas yg 2| | | (FOR pene- | dan kecil | dijadikan da- | | | liti) | diabaikan | sar kebersamaan| | PENDEKATAN |-------------|----------------|----------------| | | KUALITATIF | setiap kom- 3 | keberadaan 4| | | (FOR subjek | ponen ber- | yg menjadi da- | | | yg diamati) | nilai | sar kebersamaan| ------------------------------------------------------------

Gambar 30 Model Hubungan Nilai dengan Pendekatan

Page 49: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

39

Alwi Shihab membenarkan kebijakan pemberian kompensasi BBM langsung tunai kepada orang terdaftar miskin, kendatipun banyak yang sesungguhnya tidak berhak tetapi terdaftar, dan sebaliknya banyak yang berhak tetapi tidak terjangkau pendaftaran, sementara banyak pula orang melarat lanjut usia setelah menempuh perjalanan yang jauh, antri berjam-jam, berdesakan, bahkan ada mati terinjak-injak, tetapi itu semua, dianggap tidak apa-apa, karena “persentasenya sangat kecil.” Jika seorang yang usil bertanya: “Jika orang tua miskin yang terinjak itu, Anda sendiri, bagaimana?” Dia diam, tidak menjawab, atau dia menjawab dengan ketus: “Boro-boro saya miskin, bahkan sayalah yang membuat orang miskin dan terinjak. Anda tau, kan, saya tidak miskin, oleh sebab itu saya tidak bisa me-‘reproduce in my own mind the feelings, motives, and thoughts behind the action of other’” (“feelings” dibaca “sufferings,” “misery”). Apakah melalui perbedaan (sel 3, Gambar 30) orang bisa tiba pada kebersamaan (sel 4)? Bisa, “through diversity toward unity,” atau E Pluribus Unum, demikian proposisi satu Eduard C. Lindeman dalam T. V. Smith dan Eduard C. Lindeman, The Democratic Way of Life (1955, 112), dan demikian juga makna Bhinneka Tunggal Ika. Bisa, jika sikap terhadap perbedaan bahkan heterogenitas, bertolak dari serenity: “Menerima secara sadar dan ikhlas apa adanya.” Seperti tajuk doa Reinhold Niebuhr (1892-1971):

God,

Give us grace to accept with serenity The things that cannot be changed

Courage to change the things Which should be changed

And the wisdom to distinguish The one from the other

Konsep empati dan simpati tidak terpisahkan dengan konsep pengertian (understanding). Salah satu bentuk understanding adalah empathic understanding yang dalam bahasa Jerman disebut Verstehen. “It (Verstehen) must mean an act of sympathetic imagination or empathic identification on the part of inquirers that allowed them to grasp the psychological state (i.e. motivation, belief, intention, or the like) of an individual actor,” demikian Schwandt. Bisa saja peneliti bermaksud mengenal seorang aktor dengan motif ketertarikan (sympathetic imagination) dan bukan karena ingin mengenalnya sebagaimana adanya. Menurut Max Weber, Verstehen adalah “empathic understanding or an ability to reproduce in one’s own mind the feelings, motives, ang thoughts behind the action of others.” Konsep Verstehen terkenal di lingkungan Humaniora, Sosiologi, Antropologi, dan Ilmu

Page 50: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

40

Sosial lainnya, dan dijadikan dasar pendekatan kualitatif Metodologi Penelitian Sosial. Adalah Wilhelm Dilthey yang mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi Naturwissenschaft yang tersusun berdasarkan abstract explanation (Erklärung) dan Geisteswissenschaft yang berakar dalam “an empathetic understanding, or Verstehen, of the everyday lived experience of people in specific historical settings” (Neuman, 1997, 68). Tujuan Naturwissenschaft adalah scientific explanation, sedangkan Geisteswissenschaft “the grasping or understanding (Verstehen) of the “meaning” of social phenomena” (Denzin dan Lincoln, 1994, 119). Menurut Schwandt ada dua pendekatan yang digunakan dalam human inquiry. Pertama, pendekatan constructivist yang berpendapat bahwa “knowledge and truth are created, not discovered by mind,” dan kedua pendekatan interpretivist, yang menyatakan “. . . the facts of the world are essentially there for study. They exist independently of us as observers, and if we are rational we will come to know the facts as they are.” Lepas dari persoalan tersebut, diperlukan adanya intersubjective, common meanings---“ways of experiencing action in society which are expressed in the language and descriptions of institutions and practices.” Oleh sebab itu, “Accordingly, constructivists and interpretivists in general focus on the processes by which these meanings are created, negotiated, sustained, and modified within a specific context of human action. The means or process by which the inquirer SETTING | | menerangkan FENOMENA SOSIAL <----------- TEORI | meramal | | | SUBJEK | PENELITI --- berempati --> YG DIAMATI -----------> VERSTEHEN | FOR the meaning | | | | | | |------- menafsir-------> DATA | | | | | | | --- mengonstruksi ---> KATEGORI ------------------ properties FOR frame-of-reference

Gambar 31 Sebuah Pola Pikir Kualitatif

Page 51: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

41

arrives of this kind of interpretation of human action (as well as the ends or aim of the process), is called Verstehen (understanding)” (Denzin dan Lincoln, 1994, 120). Jadi jelaslah, Verstehen adalah proses dan temuan proses penafsiran fenomena sosial dan perilaku manusia melalui pendekatan kualitatif penelitian. Pentingnya Verstehen itu dijelaskan oleh Max Weber sebagaimana dikutip oleh Neuman (1997, 68): “Weber argued that social science needed to study meaningful social action, or social action with a purpose,” karena mengerti tidaknya seseorang akan suatu hal pada akhirnya menentukan pola perilaku yang bersangkutan. Untuk Indonesia, konsep Verstehen sebagai metode sangat penting, mengingat budaya Indonesia adalah budaya yang sangat kaya, sangat beragam, purba, unik, tetapi minat untuk mengungkapkannya semakin lemah, sementara FOR generasi sekarang jauh berbeda dengan FOR generasi pelaku budaya pada zamannya. Menurut Metodologi Sejarah, nilai-nilai purba dapat diungkapkan melalui Verstehen, bilamana peneliti mampu berempati dengan masa lampau, menempatkan diri seolah-olah berada di masa silam itu. Hanya saja, biaya penelitian dan pelestariannya mahal. Belum lagi pola perilaku sosial yang bersifat covert, tertutup, tidak jelas (wayang), “lain di mulut, lain di hati,” lain yang tersurat, lain yang tersirat. Melalui Verstehen, ada apa di belakang perilaku manusia, bahkan mungkin di bawah sadarnya sebagaimana adanya, bisa terungkap, bisa difahami. Verstehen bisa menggambarkan perilaku teror dan menyawab pertanyaan mengapa seseorang menjadi teroris, tetapi dengan Verstehen orang tidak bisa membenarkan terorisme. Dilihat dari sudut ini, Metodologi Kualitatif unggul dalam pengungkapan nilai dan sistem nilai, sementara Metodologi Kuantitatif dapat digunakan untuk memproses norma. Teknik dan prosedur yang harus ditempuh guna menemukan Verstehen di belakang dan teori tentang fenomena yang diamati, diuraikan oleh Anselm Strauss dan Juliet Corbin dalam SERENITY----->EMPATHY----->UNDERSTANDING | | | | --------------- | | membangkitkan empati MUTUAL EMPATHIC UNDERSTANDING----------------------->EMPATHIC (VERSTEHEN) fihak yang lain UNDERSTANDING | | | | | A tdk hrs berubah menjadi B | ------dan B tdk hrs berubah------------- menjadi A, saling menghargai

Gambar 32 Empat Langkah Menuju Mutual Empathic Understanding

Page 52: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

42

Basics of Qualitative Research (1990) dan Joseph A. Maxwell dalam Qualitative Research Design (1996). Aplikasi langkah-langkah tersebut pada Gambar 32, diawali dengan pertanyaan tentang manusia sebagai fihak ketiga: “Manusia, yang diingat apanya?” Sekarang manusia jadi rebutan. Bahkan penyandang tuna sekalipun. Yang sehari-harinya dipandang sampah! Kabarnya menjelang pemilu 2009 KPU telah menyiapkan alat dan cara buat para penyandang tuna dan onggokan sampah ini suatu saat bagi orang lain tahun depan. Sebenarnya metodologi ini sudah lama digunakan oleh sektor bisnis. Terutama marketing. Sebuah keluarga kumuh sekali-sekalinya seperti mendadak (padahal sudah direkayasa sebelumnya) dikunjungi seorang selebriti TV biasanya perempuan didampingi seorang kamerawan lelaki yang membawa sebuah bingkisan yang berharga disertai ucapan selamat dan pelukan mesra dari siperempuan. Tentu saja itu bingkisan apa segepok uang diterima bak jatuh dari langit dengan syukur dan cium tangan oleh keluarga yang ketiban. Apakah dengan memberikan sebingkis hadiah kepada keluarga kumuh itu, kemiskinan berkurang? Andalah yang menjawab. Yang penting adalah udang di balik batunya: guna menaikkan rating TV doang. Siasat partai politik (parpol) demikian jualah. Parpol lantas menirunya dengan menggunakan label kepedulian kiri kanan. Itulah yang terbaca tgl 7 Oktober 09 di halaman 8 Kompas, “Narasi Baru Partai bla bla bla.” Atau label “kemanusiaan,” seperti yang terbaca --- lagi-lagi --- dalam Kompas, 8 Oktober 09, juga di halaman 8, “Amien Rais Beri Nasihat. . . . ,” agar kampanye “. . . memunculkan sisi kemanusiaan, tokoh politik bisa berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dicerna oleh masyarakat.” Bukan hanya parpol, perseorangan juga yang merasa terpanggil untuk dipilih, menggunakan komunikasi politik dalam bentuk iklan. Bahasa gaulnya taktik tebarpesona. Foto diri berpakaian rapi dengan senyuman manis, memikat ratusan ribu pemudik. Atau melancarkan “Surat Buat Semua” (Kompas 5 Agustus 08, halaman 11). Mula-mula ia menyapa sini-sana, memperkenalkan diri siapa dia, mengidentifikasi dirinya dengan simbol-simbol tertentu guna menarik simpati, mengapa dia dan bukan orang lain, maunya supaya bla bla bla, dan bahwa “bersama kita bisa!” mewujudkannya. Memperkenalkan diri saja menggunakan berbagai cara. Ada yang memperkenalkan diri sebagai “Generasi Baru,” pembawa “Harapan Baru,” bintang tunggal di angkasa dua nol nol sembilan, ada yang memromosikan partainya, yang satu dengan semboyan “Berjuang Untuk Rakyat,” sedangkan yang lain dengan semboyan “Hidup adalah Perbuatan.” Nampaknya, menjelang setiap pemilihan umum (pemilu), baik nasional maupun lokal (pilkada), legislatif maupun eksekutif, manusia yang sehari-harinya dianggap sampah, terlunta-lunta, wuih bau dan joroknya!, mendadak sontak diburu, dicari,

Page 53: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

43

dirayu dan diiming-iming oleh Tim Kampanye atau Tim Sukses yang tersebar di mana-mana. Juga oleh wartawan dan tim konsultan pemilu. Rupanya jasad yang tinggal kulit pembalut tulang itu semasih bisa nyoblos (nyontreng) atau memberi tanda bahwa ia masih bernyawa, pasti dikejar, dibutuhkan. Apa pasal? Rupanya ia mempunyai sesuatu yang setara dengan “Vox Dei,” suara Tuhan. Luarbiasa! Bahwa kendatipun demikian, sesudah itu kemudian “Vox Populi” hanya dihargai seikatkepala, sebaju kaosoblong, atau limasepuluh-ribuan buat nyeterik mentari seharian sembari berteriak “Hidup!!!” dan mendengar slogan-slogan, siapa yang mempersoalkannya? Cacing yang terinjak, membelalak dibohongi, menggeliat lalu mati, siapa yang peduli? Anti klimaks memang. Itulah sisi rakyat sebagai pelanggan. Rupanya pada saat-saat menjelang pemilu seperti sekarang manusia diingat karena butuh suaranya, di waktu sesudahnya manusia diingat karena butuh telinganya untuk mendengar kebohongan, sementara itu mata manusia selamanya tidak dibutuhkan supaya ia tidak melihat kenyataan lalu pasrah belaka. Itulah yang terjadi di ruang politik, dipanggung sandiwara. Disusul dengan pertanyaan: “Apatah salah Ibu mengandung?” Apakah di masa lebih tiga dasawarsa Soeharto berkuasa, manusia seutuhnya tidak diperhatikan? Diperhatikan! Itu termasuk ritual Pancasila, UUD45, dan GBHN. Masih teringat tiap kali Soeharto “turun kebawah,” berdialog dengan rakyat. Rakyat bertanya, Soeharto menjawab, rakyat mencurahkan uneg-unegnya, Soeharto menyimak dengan senyumnya yang memikat. Semuanya lancar sesuai skenario dan arahan sutradara. Semuanya bertepuk tangan. Tetapi mengapa Mei sembilan-puluhdelapan rakyat yang sama meng-“impeach”-nya? Sekarangpun begitu. Tidak kurang dari Kementerian Negara Daerah Tertinggal menetapkan lima prinsip pembangunan daerah tertinggal, yaitu “berorientasi pada masyarakat,” “sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” “sesuai dengan adatistiadat dan budaya setempat,” “berwawasan lingkungan,” dan “tidak diskriminatif.” Tetapi mengapa, mengapa golput semakin membadai, Syamsuddin Haris menulis tentang korupsi dan delegitimasi DPR (Kompas 5 Agustus 08), dan Adrianus Meliala berbicara tentang kejahatan Negara (Kompas 23 November 06), sementara Budiarto Shambazy menyatakan: “Saya janji mau ‘nyoblos’ capres yang punya resep mengurangi jumlah orang miskin?” (Kompas 7 Oktober 08, halaman 15. Sebenarnya, pak Budi, gampang. Dengan sebuah tandatangan diubah saja tolokukur, dan dimainkan statistiknya, jumlah orang miskinpun jamin bisa naik bisa turun dalam sekejap, walau kemiskinan tetap bahkan semakin berkualitas, hehehe). Jadi ada yang tidak beres! Rupanya “bukan salah Ibu mengandung (rakyat begitulah adanya) melainkan Salah Bapa memandang (menggunakan kacamata kekuasaan).”

Page 54: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

44

Pemerintah ingin supaya mereka yang-diperintah berperilaku tertib, teratur, bersih, indah, seragam, bila diperintah bergerak serentak, disatukan oleh kepatuhan dan kesetiaan pada rezim yang berkuasa, ibarat sapulidi yang terikat dengan tali di pangkalnya. Tetapi sabda alam lain. Kenyataan selalu bersifat jamak dan serbadua, kapan saja dan di mana saja. Siang dan malam, terang dan gelap, pria dan wanita, benar dan salah. Setiap eksistensi terdiri dari dua sisi ini. Pemerintah tidak eksis tanpa yang-diperintah. Hubungan ini merupakan salah satu anggap dasar Teori Governance. Dalam bahasa Teori Governance, kekuasaan (Negara, Pemerintah) dan kemasyarakatan adalah dua subkultur yang berbeda yang hadir di dalam setiap masyarakat. Dalam sejarah, di samping hubungan eksistensial, antara keduanya terbentuk perlahan tapi pasti hubungan lain yang bersifat kategorial. Dalam kondisi kategorial itu, masing-masing memiliki referensi yang berbeda tentang hal yang sama. Misalnya “janji” dalam kampanye. Menurut fihak yang berkampanye, “janji” yang dijualnya kepada pelanggan adalah “janji,” yang dianggap sudah terpenuhi pada saat “janji” itu dipercaya (dibayar). Tetapi menurut fihak pelanggan, “janji” adalah “apa yang dijanjikan,” dan oleh sebab itu ditagih pada suatu saat. Frame-of-reference (FOR) subkultur yang satu tidak sah untuk digunakan buat mengukur dan mengevaluasi subkultur yang lain yang FOR-nya berbeda. Menurut Teori Budaya, bahasa yang digunakan subkultur kekuasaan (SKK) adalah bahasa authority, force, coercion, violence, sedangkan bahasa subkultur sosial (SKS, pelanggan) adalah bahasa cacing (diam, elusdada, tutupmulut, jahitmulut, sindiran, kiasan, dan jika tidak mempan, jika sudah melampaui ambang batas kesabarannya, dia bisa juga murka tidak alang kepalang

dia adalah semar

dia badai dan topan itu yang menggeliat karena gencetan yang bergerak karena penindasan

yang menggilas karena hinaan yang sanggup mengubah roda zaman

rakyat jelata di mana saja. . . . (Riantiarno dalam Semar Gugat, 1995). Oleh perbedaan budaya itu, norma yang dianut oleh satu fihak tidak kompatibel dengan norma-normanya yang dianut oleh fihak lain yang budayanya berbeda, demikian sebaliknya, dan bilaman digunakan begitu saja, dipaksakan, timbullah konflik. Jadi harus digunakan pendekatan empirik lintasbudaya. Demikian juga penelitian antardisiplin seperti telah dikemukakan dalam pengantar tulisan ini,

Page 55: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

45

misalnya antara ruang Ilmu Politik dengan ruang Ilmu Pemerintahan. Masing-masing ilmu memiliki metodologinya sendiri. Jadi harus digunakan pendekatan lintasdisiplin. Sesuai dengan judul, yang ditelusuri dalam tulisan ini adalah Metodologi Ilmu Pemerintahan (Kybernologi) yang digunakan dalam mempelajari fenomena politik. Di ruang politik terdapat Pemerintah (A) dengan FORnya sendiri, yang disoroti dengan menggunakan Metodologi Ilmu Pemerintahan (Gambar 33) oleh yang diperintah (B), dengan subkultur (FOR) yang berbeda. Sementara fihak A dapat dianggap homogen, fihak B yaitu masyarakat, heterogen (beragam). FOR fihak A dapat dianggap seragam, FOR fihak B, beragam, terdiri dari berbagai subkultur. A1 B1 A3 (+) 90° 90° A B (-) A2

Gambar 33 Pendekatan Lintaskultural Antara A dengan B yang FORnya Berbeda

Gambar 33 menunjukkan A dan B dengan sikap kategorial masing-masing yang tidak akan memiliki titiktemu. Sikap digambarkan dengan sudut (Gambar 33). Hal itu terjadi bilamana sudut A = sudut B = 90°. Andaikata salah satu sudut lebih besar daripada 90°, keduanya pasti ketemu pada suatu titik negatif (titiktemu garis A3A2 dengan garis B1B) dan itu berarti konflik. Bilamana salah satu sudut A atau B < 90°.keduanya pasti bertemu pada suatu titiktemu positif. Hal itu terjadi manakala salah satu fihak mencondongkan sikap ke arah fihak lainnya. Dalam bahasa metodologi disebut: “A berempati terhadap B,” sebaliknya, atau sama-sama. Semakin majemuk FOR, semakin berbeda besaran sudut A ketimbang sudut B, semakin sulit menemukan titiktemu X positif. Semakin berbeda besaran sudut A ketimbang besaran sudut B, semakin jauh jalan dan jarak yang ditempuh untuk menemukan titiktemu X positif. Titik temu terjadi entah kapan, entah di mana, jika besaran sudut (A + B) < 180°. Titik temu positif itu jadi mustahil manakala besaran sudut (A + B) = 180° atau (A + B) > 180°. Artinya tidak ada kompromi, 100% kategorial. Kondisi itu terjadi, manakala salah satu mensakralisasi

Page 56: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

46

X

X1 X2 A1 ---------------- B1 jembatan Y sudut A sudut B A <----------------------------->B berempati Verstehen

Gambar 34 Triangulasi Antara A Dengan B Guna Menemukan Titiktemu X atau Garistemu A1B1

Sudut = Sikap

ideologinya sehingga baginya dua terdiri dari putih dan hitam belaka. Adakah kemungkin terjadinya “temu” dalam kondisi besaran sudut (A + B) = 180° atau (A + B) > 180°? Jawabannya ialah “ada,” dengan syarat, yang dicari bukan “titiktemu” X melainkan “garistemu” Y yang pada Gambar 34 disebut “jembatan.” Jembatan itu bisa dibangun pada setiap titik yang berseberangan pada garis AX1 dan garis BX2, yaitu titik-titik A1B1. Satu-satunya jembatan antar(a) berbagai fihak yang FOR-nya berbeda-beda yang dapat dilalui oleh suatu fihak tanpa berubah menjadi seperti yang lain, adalah salingpengertian (mutual understanding). Misalnya ungkapan Jawa yang diucapkan hari ini Jumat tgl 10, berbunyi “. . . besok. . . ,” jika oleh orang Melayu “besok” disimak “Sabtu tgl 11,” maka dunia bisa kiamat. Si Melayu murka karena merasa ditipu mentah-mentah. Padahal sebenarnya yang dimaksudkan oleh si Jawa adalah “kapan-kapan.” Konflik dapat dihindarkan jika orang Melayu mengerti ungkapan Jawa tersebut tanpa berubah menjadi orang Jawa, identitasnya tetap orang Melayu. Demikian juga sebaliknya. Fihak-fihak yang terhubung dengan (berjembatan) suatu pengertian, disebut saling-mengerti. Pengertian dan saling-mengerti, cepat atau lambat dapat terbentuk dan tercapai melalui pelbagai cara di dalam masyarakat. Salah satu cara yang dikenal dalam metodologi adalah pembentukan pengertian dan pencapaian saling-mengerti melalui empati (empathy, bukan emphaty). Konsep empati tidak terpisahkan

Page 57: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

47

dengan konsep pengertian (understanding). Salah satu bentuk understanding adalah empathic understanding yang dalam bahasa Jerman disebut Verstehen. “It (Verstehen) must mean an act of sympathetic imagination or empathic identification on the part of inquirers that allowed them to grasp the psychological state (i.e. motivation, belief, intention, or the like) of an individual actor,” demikian Schwandt. Bisa saja peneliti bermaksud mengenal seorang aktor dengan motif ketertarikan (sympathetic imagination) dan bukan karena ingin mengenalnya sebagaimana adanya. Menurut Max Weber, Verstehen adalah “empathic understanding or an ability to reproduce in one’s own mind the feelings, motives, and thoughts behind the action of others.” Dengan menggunakan FOR pemerintah (FOR politik), seorang pejabat atau peneliti politik dari sebuah universitas besar di Bandung bertanya (berdasarkan laporan bahwa para PKL kembali mengais di KL semula, lokasi lama, bukan di lokasi baru): “Seberapa besar pengaruh implementasi kebijakan relokasi terhadap perilaku PKL,” dan bukan “Mengapa PKL kembali mengais di lokasi lama?” Oleh karena pertanyaan itu terkait dengan implementasi kebijakan maka perhatian pemikiran terpusat pada kebijakan dan birokrasi. Peneliti tidak perlu mengenal dan mengerti kondisi pelanggan, karena bukankah perilaku PKL sudah diketahui, yaitu membangkang, dan pembangkangan melawan hukum! Tidak kualitatif tetapi kuantitatif. Jembatan antara A1 dengan B1 tidak terbangun. Angka-angka, persentase, dan grafik, sudah cukup baginya. Mudah-mudahan melalui penelitian pesanan berbentuk projek dengan konsultan rekanan yang beken dapat ditemukan alasan pembenaran bahwa biaya kurang, tenaga kurang, mobil kurang, dsb, sehingga ada dasar untuk meminta semakin banyak anggaran. . . . . Oleh sebab itu, pertanyaan tersebutlah yang paling disukai. Tetapi seorang pejabat atau peneliti yang menggunakan FOR pelanggan (FOR Kybernologi), bertanya “Mengapa PKL kembali mengais di lokasi lama?” Jawaban terhadap dua macam pertanyaan itu sangat berbeda. Jika fokus perhatian penelitian berFOR pemerintah terarah pada implementor kebijakan, fokus perhatian penelitian berFOR pelanggan bertolak dari pengenalan dan pengertian terhadap PKL. Sudah barang tentu, perhatian terhadap PKL harus jernih dan cerah. PKL jangan dilihat sebagai pelanggar UU/Perda yang harus diusir dan digelandang oleh satuan PPP, melainkan sebagai manusia yang ingin hidup meski melarat, dan dilindungi oleh Pasal 27 (2) dan Pasal 34 UUD1945. Jawaban teoretik terhadap pertanyaan “Mengapa PKL kembali mengais di lokasi lama?” tentu saja menyentuh si implementor: “Karena kebijakan relokasi PKL tidak diimplementasikan. . . . . . . ” Jawaban hipotetik ini membangun jembatan yang kokoh antara A1 dengan B1.

Page 58: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

48

Persoalannya, bagaimana membangun jembatan? Siapa mengempati siapa? Verstehen tentang apa atau siapa yang perlu ditemukan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Kybernologi meminjam konstruksi Ilmu Politik yang menggambarkan body-of-knowledge (BOK) dengan model atas-bawah (below), struktursupra dengan strukturinfra, dengan menempatkan kekuasaan di atas dan rakyat di bawah. Rakyat yang di bawah itu berlapis-lapis. Lapis tengah dan lapis atas ke atas biasanya kekasih kesayangan kekuasaan, karena bisa menyumbang pajak besar, mudah dirayu dan gampang diajak bertepuktangan. Sedangkan lapis bawah ke bawah boro-boro menyumbang, bahkan menjadi beban bagi struktursupra, dan oleh sebab itu dianggap sampah masyarakat (tapi nyontreng atawa nyoblos sih bisa, mangkanya sudah barang tentu kecuali menjelang pemilu! Iya nggak?). Seorang gembala yang kehilangan seekor di antara 100 domba peliharaannya dalam perjalanan kembali ke kandang pada suatu saat bisa menggunakan metodologi kuantitatif dan bisa kualitatif. Ia menggunakan metodologi kuantitatif jika ia berargumentasi: “Domba yang hilang hanya satu persen, masih ada 99% lagi.” Tetapi ia menggunakan metodologi kualitatif jika ia mengambil keputusan untuk berhenti sebentar dan mencari seekor yang hilang sampai dapat. A A A turun secara pribadi (personally) serendah mungkin da- ri posisinya, menempatkan diri seutuhnya setara dgn kon- disi B dgn tulus, emik & etik, sehingga oleh B ia dite- rima sebagai seorang sesama di antara mereka, berbuka diri mengamati, mendengar & merekam isyarat, prilaku & perkataan B sebagaimana adanya begitu keluar dari B tan- pa dipengaruhi oleh A. Mengingat B heterogen, katakanlah terdiri dari 10 sub-B, maka jika waktu yg digunakan A = utk berbicara 10 menit, waktu yg harus disediakannya utk mendengar, sambil merekam, 10 x 10 = 100 menit, belum terhitung waktu yang diperlukannya untuk bersosialisasi, membangun rapport, membangun kebersamaan melalui peri- laku etik & emik, mengamati & merekam amatannya. A mela- wan arus? Ya, ia tdk populer di kalangan politisi dan birokrasi, bahkan oleh parpol ia dituduh pengkhianat. Tetapi percayalah, 99% rakyat ada di didepannya dan se- jarah bertinta emas terbentang di belakangnya. Ialah Semar, ialah Nelson Mandela B B

Gambar 35 Membentuk (Membangun) Saling-Pengertian Yang Empatik

Ini hanya ilustrasi, Tidak dipersoalkan apakah hilangnya si domba karena kesalahannya sendiri, tidak menaati peraturan. Yang penting ialah maknanya.

Page 59: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

49

Makna ilustrasi di atas ialah, memang keduabelah fihak bisa memulai pemasangan jembatan dari fihaknya (B1) ke fihak lain (A1), dan sebaliknya. Namun kenyataannya, manakah yang lebih terbuka, kemungkinan bagi seorang PKL naik ke atas, naik dan naik lagi untuk memasuki kawasan istana negara atau halaman balaikota untuk menyampaikan isi hatinya, ketimbang kemudahan bagi presiden atau walikota turun, turun dan turun lagi untuk mengenal, memahami, dan menyelamatkan manusia terhilang di liang terbawah?

Mengapa ALLAH peduli terhadap alam semesta

dan Turun melalui FirmanNYA untuk Menyelamatkan bumi renta

dan manusia berdosa?

Peneliti bisa menggunakan Metodologi Ilmu Pemerintahan berdesain kualitatif seperti Gambar 35. Melalui metodologi itu, mutual empathic understanding yang sejati tentang apa saja, kemiskinan, misalnya, dapat terbentuk di dalam benak seorang pemikir. Jika pejabat atau peneliti menempuh prosedur seperti itu, definisi kekuasaan pasti lain. Lakukanlah!

10 BAHAN BOK: OBJEK DAN SUBJEK,

WAKTU DAN RUANG, Pengetahuan manusia terbatas dan tergantung pada objek (sasaran yang ingin diketahui) dan subjek (fihak yang ingin tau), waktu (time), dan ruang (space). Objek pengetahuan dipandang dari aras abstrak (lepas dari waktu dan ruang), ADA ADA ADANYA BERADA KEADAAN KEBERADAAN KEADAANNYA KEBERADAANNYA | | | | terdapat terjadi di mana saja kapan saja | | ------fenomena------

Gambar 36 Keadaan dengan Keberadaan

Aras Teoretik dan Aras Empirik

Page 60: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

50

(teoretik) adalah keadaan sesuatu (keadaannya) yang ada dan bagaimana adanya, Ada berarti exist secara objektif lepas dari kesadaran manusia. Pada aras empirik dalam dimensi waktu dan ruang objek pengetahuan adalah keberadaan sesuatu (keberadaannya) yang ada dan berada. Berada berarti hadir di dalam waktu dan ruang. Walau ada jika tidak berada, mustahil diketahui secara empirik. Adanya sesuatu dalam wujud keadaan (kualitatif dan kuantitatif), sedangkan sesuatu berada dalam bentuk peristiwa atau kejadian. Peristiwa adalah keberadaan melalui proses berulang, sedangkan kejadian adalah keberadaan melalui proses sekalilalu, tidak berulang, unik, khas, kasus, satu-satunya. HUT Kemerdekaan RI berulang setiap tanggal 17 Agustus tiap tahun (peristiwa), tetapi HUT Kemerdekaan RI tahun 2009 tidak berulang, hanya sekali itu saja (kejadian). --------------------------------------- | BENTUK | |---------------------------------------| | PERISTIWA | KEJADIAN | ----------------------------------|------------------|--------------------| | | | 1 | 2| | | TEORETIK | berulangtetap | ---- | | | KEADAAN | kuantitatif | | | ARAS |--------------------|------------------|--------------------| | | | 3 | 4| | | EMPIRIK | ---- | sekalilalu | | | KEBERADAAN | | kualitatif | --------------------------------------------------------------------------

Gambar 37 Peristiwa dan Kejadian

Setiap orang yang ada di dalam keadaan tertentu (sel 1 Gambar 37) berpeluang untuk berada dalam situasi tertentu (sel 4). Situasi tertentu itu pada gilirannya berfungsi sebagai variabel dependen (X) yang menimbulkan suasana (Y) tertentu. Suatu situasi ditandai dengan titikpusat yang disebut S. Misalnya dalam situasi S1 ada mahasiswa M merasa terlempar ke dalam situasi tidak lulus ujian, namun beroleh kesempatan mengulang dengan biaya besar. Dalam situasi lain, Sn, ada orang (N) yang jangankan beroleh kesempatan mengulang, kuliah saja tidak. Jika M hanya menempatkan dirinya pada situasi S1, ia mungkin gantung diri karena kecewa atau putusasa, Tetapi andaikata M mampu menempatkan dirinya dalam situasi Sn, ia bisa berkata kepada dirinya sendiri: “Dibanding dengan mereka, aku masih beruntung. . . . .” Orientasi ke Sn mengubah suasana hati M dari negatif menjadi positif. Seseorang sadar mengenal situasi di dalam mana ia berada. Kesadaran senyaris apapun membawa terang bagi pikiran untuk melihat sesuatu walau masih samar

Page 61: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

51

atau tidak utuh. Melalui kesadaran, orang mengenal sesuatu, berada di dalam waktu dan ruang. Setiap orang pada suatu waktu berada di dalam sebuah ruang bersituasi. Itu berarti pada saat itu kesadaran manusia terisi dengan pengalaman. Jika ia merasa sebagai bagian situasi itu, ia disebut mengalaminya. Dalam hubungan itu, pada saat subjek mengalami objeknya, jarak antara subjek dengan objek memendek mendekati nol, dan seiring dengan itu, subjektivitas membesar dan objektivitas mengecil. Subjektivitas membuat pengetahuan serba relatif, daya generalisasi pengetahuan semakin terbatas. Suasana “samar dan tidak utuh” dan serba relatif seperti dikemukakan di atas menggerakkan pikiran untuk melakukan penyelidikan (inquiry). Menurut John Dewey (Logics, The Theory of Inquiry, 1955), Inquiry is the controlled or directed transformation of an indeterminate situation into one that is so determinate in its constituent distinctions and relations as to convert the elements of the original situation into a unified whole Jika inquiry ditafsirkan sebagai proses pemikiran, maka pemikiran adalah transformasi terkendali suatu situasi yang masih tidak menentu menjadi situasi yang susunan dan hubungan antar bagiannya jelas, dengan mengubah unsur-unsur situasi awal menjadi sebuah kesatuan yang menyeluruh. Proses tersebut semakin sulit jika disadari bahwa pada suatu saat hanya sebagian kecil objek (sasaran) pengetahuan yang terlihat dari sudut tertentu (sudut A) dengan menggunakan alat dan cara tertentu. Katakanlah pengetahuan tentang sesuatu (objek) yang dapat direkam oleh seseorang (subjek) dari sudut A itu, Y. Yang lain “tersembunyi,” sangat jauh sehingga tak terlihat, bahkan menurut metodologi objek pengetahuan tertentu hanya bisa diketahui bilamana objek itu “berkenan menampakkan dirinya kepada manusia” (Gambar 2 dan Gambar 3). “Ada” itu bukan hanya “ada” dalam kesadaran, tetapi juga “ada” di luar kesadaran. Apakah “ada” di dalam kesadaran itu sama dengan “ada” yang sesungguhnya di luar kesadaran? Di samping itu muncul kesulitan lain. Pengamatan terhadap objek yang sama ke sudut yang lain (A1), memerlukan waktu, dan seiring dengan waktu yang digunakan untuk itu, Y pun berubah menjadi Y1. Hal itu menunjukkan bahwa perubahan-perubahan lingkungan eksternal dan kelemahan, keterbatasan, dan kekurangan internal manusia, menyebabkan bahan pengetahuan yang pada suatu saat dianggap baru, valid dan reliable, pada saat lain sudah menjadi basi, tidak sahih, tidak dapat dipercaya, dan metode yang berhasil di lingkungan sebuah masyarakat, ternyata gagal diterapkan di dalam masyarakat lain. Dimensi waktu mengandung makna ya ng luas sekali. Waktu bisa berarti time (pukul berapa?), duration (lamanya berapa menit?), kesempatan, urutan, perasaan (30 menit terasa lama jika menunggu, terasa cepat jika sibuk), kekuatan (terhitung.mulai kapan, sampai kapan?). Dimensi waktu sangat penting di lingkungan Ilmu Hukum. Di

Page 62: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

52

lingkungan ini, sikap presiden SBY terhadap rekomendasi Tim 8 Kasus Bibit-Chandra “Cicak Lawan Buaya,” merupakan antiklimaks: jurang yang sangat curam di celah batukarang yang sangat tajam (VIVANews Rabu 25November09). Pemikiran ilmiah tentang pemerintahan sangat rawan kekeliruan karena kebijakan apapun yang ditetapkan, pertimbangan akademik yang melatarbelakanginya selalu saja culture bound (David Easton, The Political System, 1953, 31) dan implementasinya culture lag (G. A. Lundberg, Foundations of Sociology, 1956, 521; dan Emory S. Bogardus, Sociology, 1957, 576). Inilah dimensi ruang. Salah satu spesi dimensi ini adalah bahasa pemerintahan (Bab 34 Kybernologi, 2003). Dalam hubungan itu, jika bahasa Indonesia sekarang, di pasar maupun di gedongan, diibaratkan sebuah rawa, maka rawa yang penuh buaya adalah bahasa politik, bahasa pemerintah, dan bahasa peraturan, baik yang tertulis di kantor-kantor megah, maupun yang keluar dari mulut pejabat. . Dengan demikian, untuk sementara selesailah sudah pembicaraan tentang bahan bangunan BOK. Di bawah ini dalam beberapa pokok bahasan, diuraikan proses rekonstruksi bahan-bahan tersebut menjadi sebuah bangunan BOK dalam berbagai bentuk, dari yang paling sederhana, sampai pada bentuk yang kompleks.

11 KONSTRUKSI BOK: ROH DAN RAGA

Pengetahuan berwujud roh, bukan jiwa. Jiwa terkait dengan hidup dan mati, tetapi roh abadi. Wujud pengetahuan telah diuraikan dalam bagian 1 sd 10 di atas. Roh itu ada dan hadir (berada, terlihat, terbaca) dalam raga yang disebut bahasa. Bahasa adalah salah satu wujud budaya manusia (ref. Bab VIII dan Bab IX Menuju Ke Pemikiran Kybernologi Pertanian dan Agro-Pemerintahan, 2009). Ada tiga macam bahasa: 1. Bahasa Isyarat 2. Bahasa Tutur, dan 3 Bahasa Tulis Bahasa Tulis berbentuk tulisan. Berdasarkan tujuan penulisannya, tulisan dapat dikelompokkan menjadi 1. Tulisan Ilmiah, yaitu tulisan yang bertujuan menyebarkan, mengembangkan dan mewariskan (BOK) pengetahuan dari generasi ke generasi, dan disusun menurut bentuk dan cara tertentu 2. Tulisan Nonilmiah, yaitu tulisan lainnya . Tulisan Ilmiah meliputi:

Page 63: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

53

1. Tulisan Ilmiah Formal, yaitu tulisan ilmiah yang oleh suatu institusi ilmiah (akademik) ditetapkan sebagai syarat untuk dapat memperoleh suatu nilai akademik. Oleh sebab itu, isi, bentuk, prosedur, cara penyusunan, teknik penulisan, pengujian, penilaian, dan sebagainya, ditetapkan oleh institusi akademik yang bersangkutan. 2. Tulisan Ilmiah Nonformal Tulisan Ilmiah Formal pada hakikatnya merupakan laporan pertanggungjawaban ilmiah (akademik) 1. Warga institusi akademik yang bersangkutan terhadap institusinya untuk dapat memperoleh nilai dan atau status akademik tertentu 2. Institusi yang bersangkutan terhadap masyarakat pelanggan dan lingkungan hidupnya. Tulisan ini disusun secara mandiri (bukan pesanan) oleh institusi yang bersangkutan untuk dapat dinyatakan berhasil (Invention and Innovation, Movement and Reforms) menyelesaikan tugas atau program akademik tertentu (Research and Development, Public & Civil Service): Tridharma Perguruan Tinggi Tulisan Ilmiah Formal yang diwajibkan bagi warga atau bakal warga institusi akademik berdasarkan tujuan penulisannya adalah Tulisan Ilmiah Formal yang diwajibkan 1. Untuk dapat dianugerahi status atau derajat akademik tertentu, 2. Untuk dapat dinyatakan berhasil menyelesaikan tugas atau program institusional tertentu yang bersifat internal institusi (Laporan Pertanggungjawaban Penyelesaian Tugas) 3. Sebagai bukti kelayakan untuk memangku jabatan akademik tertentu (misalnya jabatan akademik tertinggi GuruBesar). Tulisan ini (Orasi) diucapkan pada saat upacara pengukuhan jabatan yang diperoleh tenaga yang bersangkutan dalam Rapat Senat Terbuka Tulisan Ilmiah Formal untuk dapat dianugerahi status atau derajat akademik tertentu meliputi: 1. Term Paper, yaitu tulisan yang diwajibkan kepada seorang atau sekelompok mahasiswa sebagai bagian kurikulum, untuk dapat lulus matakuliah tertentu 2. Status Report (Laporan Akhir Studi) yaitu tulisan yang diwajibkan kepada seorang atau sekelompok mahasiswa untuik dapat dinyatakan berhasil menyelesaikan suatu program akademik tertentu 3. Tulisan yang diwajibkan kepada seorang mahasiswa sebagai syarat untuk dapat dianugerahi derajat (gelar) akademik tertentu. Di Indonesia saat ini tulisan itu disebut Skripsi untuk gelar Sarjana (Program Stratum 1), Tesis untuk gelar Magister atau Master (Program Stratum 2), dan Disertasi untuk gelar Doktor (Program Stratum 3)

Page 64: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

54

4. Termasuk dalam konsep Disertasi adalah Naskah Orasi (atau apapun namanya) yang disusun oleh tim promotor yang dibentuk oleh suatu institusi akademik untuk diucapkan oleh seseorang tenaga akademik atau yang dianggap layak dipromosikan dan dianugerahi kehormatan akademik tertinggi (Doktor Kehormatan) oleh institusi akademik yang bersangkutan, mengingat nilai besar yang telah disumbangannya bagi pengembangan dunia akademik dan atau kesejahteraan umat manusia Tulisan formal butir 1, 2, dan 3, dimaksudkan sebagai matarantai proses belajar-mengajar guna membentuk pola perilaku akademik warga yang bersangkutan

Tabel 2 Bobot Tulisan Ilmiah Formal ----------------------------------------------- | BOBOT LAPORAN |----------------------------------------------- | LA | SKRIPSI | TESIS | DISERTASI --------------------------|-----------|-----------|-----------|----------- | | MEMBANGUN | | | | | | DAN MEMPER- | XX | --- | --- | --- | | KAYA JOB | | | | | |--------------|-----------|-----------|-----------|----------- | | MENCARI & | | | | | TEORI | MENEMUKAN | -- | XXX | XXX | XXX | BERFUNGSI | INFORMASI | | | | | SEBAGAI |--------------|-----------|-----------|-----------|----------- | ALAT | MENEMUKAN | | | | | UNTUK | SOLUSI THD | -- | --- | XXX | XXX | | MASALAH | | | | | |--------------|-----------|-----------|-----------|----------- | | MENEMUKAN | | | | | | NILAITAMBAH | -- | --- | --- | XXX | | IPSTEK | | | | --------------------------------------------------------------------------

tatkala ia bekerja sebagai ilmuwan dan profesional kelak di dalam masyarakat selesai dari bangku sekolah. Tiga macam tulisan ilmiah formal itu mengandung substansi yang sama, namun intensitasnya berbeda (Tabel 2). Mengingat kandidat Doktor telah menempuh pendidikan strata sebelumnya, maka kualitas akademik Doktor bersifat kumulatif. Kebijakan pendidikan yang secara bertahap mengarah-kan pendidikan strata tersebut secara linier (Gambar 38), sejalan dengan Tabel 2. Tulisan Ilmiah Nonformal adalah komoditi intelektual. Sama seperti komoditi lainnya, baik Tulisan Ilmiah Formal maupun Tulisan Ilmiah Nonformal disusun, diproduksi, dipasarkan, dan diwariskan berdasarkan kebutuhan dan tuntutan masa depan, dengan tetap menjunjung tinggi Kode Etik Profesional Kybernologi

Page 65: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

55

jangan begini: apalagi beini: tetapi begini: (ordinal) (nominal, zig-zag) (interval) S3 ------>S3 S3 | | ilmu X | | | | | | | | | S2 | | | S2 ------>S2 | | | ilmu Y | S1 S1 S1 ilmu X ilmu Z ilmu X

Gambar 38 Skala DM Program Strata Ilmu Pemerintahan

sebagai berikut: ----------------------------------------------------------------------------------------------------

KODE ETIK PROFESIONAL KYBERNOLOGI

KAMI, PEMBELAJAR KYBERNOLOGI, PROFESIONAL PEMERINTAHAN,

PERCAYA BAHWA 1

Seperti halnya cabang ilmu pengetahuan lainnya, Kybernologi bersumber dari Kuasa dan diamalkan untuk menyatakan

Kasih ALLAH, TUHAN YANG MAHAESA, bagi sesama Manusia dan Lingkungan, melalui Profesi Pemerintahan

2

Ilmu Pemerintahan (Bestuurskunde yang kemudian hari berkembang menjadi Bestuurswetenschap dan Bestuurswetenschappen) adalah “ilmupengetahuan

yang bertujuan memimpin hidupbersama berkelanjutan manusia ke arah kebahagiaan yang sebesar-besarnya, tanpa merugikan orang lain secara tidak sah”

3

Secara formal, Kybernologi adalah bangunan pengetahuan (body-of-knowledge) hasil rekonstruksi buah pendaratan Ilmu Pemerintahan

yang semula tersebut di bumi Indonesia pada sudutpandang kemanusiaan, tidak pada sudutpandang kekuasaan,

dan pengaitannya dengan berbagai sudutpandang lain yang berbeda

Page 66: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

56

OLEH SEBAB ITU, KAMI, PEMBELAJAR KYBERNOLOGI, PROFESIONAL PEMERINTAHAN

BERIKRAR 1

Menegakkan kemerdekaan berpikir dalam belajar Kybernologi dan senantiasa menggunakan pertimbangan hatinurani

dalam menjalankan profesi pemerintahan dengan penuh rasa tanggungjawab

2

Mengabdikan profesi pemerintahan bagi terwujudnya Bangsa Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika

3

Mengajarkan Kybernologi guna menanamkan sistem nilai dan membentuk tenaga-tenaga profesional pemerintahan di dalam masyarakat

4

Melakukan penelitian Kybernologi untuk mengejar kebenaran ilmiah dan tidak untuk mencari alasan pembenaran (atas) suatu hal

5

Mengembangkan dan mewariskan Kybernologi, tanpa pengrahasiaan, pemalsuan, dan penyalahgunaan,

dalam rangka menjawab tuntutan perubahan zaman 6

Menjunjung tinggi keluhuran profesi pemerintahan, kebenaran ilmiah, dan kehormatan diri selaku profesional pemerintahan

Jakarta, 11 Desember 2009

HUT III YKI

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Perbandingan tentatif antara Tulisan Ilmiah Formal dengan Tulisan Ilmiah Nonformal sebagai berikut (Tabel 3).

Page 67: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

57

Tabel 3 Tulisan Ilmiah Formal dan Nonformal

----------------------------------------------------------------------------- DIMENSI TULISAN ILMIAH FORMAL TULISAN ILMIAH NONFORMAL ----------------------------------------------------------------------------- 1 Status Syarat utk dianugerahi Komoditi pasar status akademik atau bukti kelayakan jabatan akademik 2 Peran Pembelajaran, masukan bagi Dapat langsung digunakan/ proses kebijakan publik/ diterapkan bisnis 3 Kekuatan Hukum Tidak dapat dijadikan alat Dapat dijadikan alat bukti bukti di Pengadilan di Pengadilan 4 Fihak terlibat Tiga fihak: Warga, Lembaga Tiga fihak: Penulis (Penga- dan Pelanggan lembaga rang), Penerbit, dan Pembaca 5 Pengatur Institusi Akademik terkait Tradisi akademik dan pasar 6 Penulis Warga, Kelompok Warga, Ilmuwan, otodidak Institusi terkait profesional 7 Sumber bahan Penelitian (Research) Hasil studi pada umumnya 8 Nilai Akademik Ekonomi bisnis 9 Publikasi Sangat terbatas Umum, pasar 10 Penguji Institusi, Masyarakat Masyarakat 11 Sifat Terbuka untuk kritik Bergantung pasar akademik 12 Pemegang HAKI Institusi terkait Penulis dan atau Penerbit -----------------------------------------------------------------------------

Genealogi tulisan dapat diringkas demikian:

Page 68: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

58

--isyarat --nonformal | | instan- bukti bahasa--|--tutur --ilmiah--| --sional --kela- | | | | ke luar | yakan --tulis--| --formal--| | | | warga | bukti --term --nonilmiah --ke ------|--keber- | paper dalam | hasilan | | |--status | syarat | report --penganu- -| gerahan |--skripsi, | tesis | disertasi | --orasi

Gambar 39 Genealogi Tulisan

Fungsi tulisan. Tulisan berfungsi, baik bagi penulis maupun bagi pembacanya. Khusus bagi penulisnya, tulisan berfungsi sebagai: 1. Satu di antara tiga matarantai utama yang terlihat pada (raga) proses belajar-mengajar (learning process) adalah membaca, menulis, dan menerangkan, dengan model membaca----->menulis----->menerangkan 2. Cermin: setiap orang berkaca (“ngaca”) pada tulisannya 3. Alat komunikasi ilmiah antar pelaku dan institusi akademik 4. Informasi ilmiah 5. Warisan ilmiah 6. Sumber akademik antar generasi 7. Produk dan komoditas intelektual 8. Karya seni: produk artistik dan kreatif dengan kualitas mandiri, orisinal, langka, inovatif, dan unik 9. Rekaman (bukti) perkembangan intelektual masyarakat dan perubahan kondisi pribadi penulis (misalnya, ketikan yang salah menunjukkan kekurangtelitian atau ketergesa-gesaan) 10. Laporan pertanggungjawaban penulis kepada atasan atau masyarakat 11. Sasaran dan alat penilaian tentang kualitas akademik seseorang 12. Alat sosialisasi penulis dengan lingkungannya 13. Bahan ajaran (teaching material) 14. Bahan publikasi. Semboyan “Publish or Perish!” menunjukkan betapa pentingnya publikasi karya tulis sendiri. Nilai akademik publikasi jauh lebih tinggi ketimbang nilai ekonomibisnisnya

Page 69: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

59

12 KONSTRUKSI BOK: BEBERAPA PERTIMBANGAN

Konstruksi BOK disebut juga desain BOK. Sama seperti bangunan fisik, konstruksi bangunan pengetahuan (BOK) ditentukan oleh beberapa pertimbangan: 1. Hakikat BOK 2. Fungsi BOK (untuk apa dan untuk siapa bangunan didirikan, tujuan), 3. Hubungan antar BOK Hakikat BOK terdiri dari lima pilar: 1. BOK sebagai representasi (sampel) dunia yang diketahui (populasi, universe, the known). 2. BOK merupakan ekspresi (pernyataan diri, ekspresi tentang sesuatu), dengan menggunakan cara/alat tertentu) 3. BOK adalah seperangkat alat menghadapi (memecahkan, mengatasi, dan menyelesaikan masalah) 4. BOK sebagai simbol sesuatu di belakang atau di dalamnya, mungkin sebuah rahasia, sebuah misteri, atau sebuah maksud yang tersembunyi (udang di balik batu) 5. BOK tidak lain dan tidak bukan, adalah tanda yang disepakati bersama dan ditaati, untuk membedakan satu dengan yang lain, atau sebuah isyarat guna menunjukkan sesuatu Rekonstruksi pengetahuan menjadi BOK bertujuan meningkatkan kualitas pengetahuan (knowledge) menjadi ilmu (ilmupengetahuan, science). Pengetahuan berkualitas ilmu manakala BOK mampu berfungsi sebagai alat/cara untuk 1. Mengidentifikasi suatu objek. Semakin tua dunia, semakin aneh perilakunya. Semakin jauh orang berjalan, semakin banyak yang dilihat. Semakin sering keluar pertanyaan “Apa ini,” “apa itu?” kemampuan mengidentifikasi sesuatu objek keingintahuan (curiosity), semakin penting. Alat untuk mengidentifikasi sesuatu adalah konsep (concept). Semakin definitif konsep, semakin tajam ia mengidentifikasi. Formula umum hasil identifikasi berbunyi “A adalah B yang C.” Definisi itu menunjukkan keadaan A. “Spidol (A) adalah alat tulis (B) buat whiteboard (C).” Dari sini objek yang satu dengan objek yang lain mulai dapat dibandingkan dan dibedakan 2. Mendeskripsi sesuatu objek. Orang tidak cukup hanya mengetahui bahwa suatu A, ada. Lebih jauh perlu dikenal keberadaannya (Gambar 36). Pengenalan keberadaan (karakteristik) A itu bermula pada penggalian kualitasnya (Gambar 7), sampai pada nilai dan norma. Semakin terungkap karakteristik suatu objek, semakin kualitatif pengenalan terhadap objek

Page 70: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

60

itu. Dalam bahasa kualitatif, kualitas itu ditimbang guna diberi nilai, sedangkan dalam bahasa kuantitatif disebut dimensi yang akan diukur baik langsung ataupun tidak. Sebagaimana halnya definisi, kualitas juga bisa berubah dari waktu ke waktu dan berbeda yang satu dibanding dengan yang lain 3. Menjelaskan hubungan antar objek. Penjelasan hubungan antar konsep merupakan inti Teori Hubungan, sementara Teori Hubungan adalah nyawa konstruksi BOK. Itulah sebabnya pertanyaan pemikiran “Apa ini,” “apa itu?” disusul dengan pertanyaan “Adakah hubungan antara. . . . . dengan . . . . . .?” baru kemudian pertanyaan “Jika ada, bagaimana sifat hubungan itu?” Korelasional? Kausal? 4. Meramal (memprediksi) apa yang akan terjadi atau apa yang dapat terjadi. Terjadinya sesuatu merupakan sebuah proses. Proses dalam 1 a 2 b 3 c 4 d 5 ---> LK ------------> IP ------------> TP ------------> OP ------------> LK --- | info kebijakan implementasi “marketing” | | distribusi | | | j -- komunikasi penggunaan -- e | | | | | b<g pembandingan pemantauan manfaat, guna | ---- FB <----b=g---- HEV <------------ EV -------------MON <-------------OC --- 10 b>g 9 h 8 g 7 f 6 i

Gambar 40 Proses Pemerintahan (Sistem Terbuka). 1LK lingkungan sebagai sumber, IP input, TP throughput, proses OP output, 5LK lingkungan sebagai pelanggan,

OC outcome, MON monitor, EV evaluasi, HEV hasil evaluasi, FB feedback

Kybernologi tidak linier (input-throughput-output saja) tetapi sirkuler atau siklik. Circle atau cycle (cyclic) itu menurut hukum sistem (Gambar 40). Sesuatu disebut “akan terjadi” jika terjadinya pasti, tinggal menunggu waktu. Semua variabel terkendali (misalnya di dalam laboratorium), termasuk waktu. Sistem tertutup. Disebut “dapat terjadi” bilamana X ---------> ? Apa yang akan terjadi X ----- X1 -----> ? Apa yang dapat terjadi

Gambar 41 Peramalan (ke Depan) X1 adalah Conditio Sine Qua Non

Page 71: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

61

berbagai contingent factors, termasuk waktu dan conditio sine qua non lainnya tersedia dan bekerja. Peramalan harus memeperhatikan dan memperhitungkan setiap terminal dan rute sistem (Gambar 40). Model peramalan seperti Gambar 41 5. Mendiagnosis penyebab terjadinya sesuatu. Bagi banyak orang, terutama lapisan elit yang hidupnya senang dan gemerlap, sesuatu yang ada dan berada, dipandang sebagai sesuatu yang “given,” yang hak, tidak perlu dipertanyaakan, yang diterima sebagai keistimewaan. Mereka tidak perlu bertanya “Mengapa? Bagi sebagian lagi, walau tidak terucapkan karena takut, malu, atau pasrah, pertanyaan itu selalu mendera. Ingin keluar dari dinanestapa. Diagnosis bermula dari anggapan bahwa dunia yang diketahui (the known, Y) adalah akibat (konsekuensi, dampak) sesuatu penyebab (faktor) yang belum diketahui. Bukan hanya sekedar bertanya “Mengapa. . . . .?” atau “Faktor apa. . . . . . . ?” tetapi lebih daripada itu, ingin tau penyebab dengan harapan, pengetahuan tentang penyebab mengarahkan pemikiran pada solusi atau terapinya. Dengan perkataan lain, pertanyaan “Mengapa. . . . .” mengarahkan pemikiran pada hubungan kausal. ? ---------> Y faktor apa yang menyebabkan Y ? ---------- ? ---------- Y Y yang sama disebabkan oleh faktor yang berbeda-beda

Gambar 42 Diagnosis (ke Belakang)

Kombinasi Gambar 40 dengan Gambar 41 menunjukkan model kausal eksplanatori lengkap sebagai berikut: X -----X1-----> Y

Gambar 43 Model Kausal Lengkap

6. Mengujicoba suatu gagasan, kebijakan atau rencana berisi sistem nilai tertentu, berdasarkan desain yang lazim disebut desain eksperimental. Campbell dan Stanley dalam Experimental and Quasi- Experimental Designs for Research (1966) mendefinisikan desain itu sebagai “. . . . portion of research in which variables are manipulated and their effects upon other variables observed.” Pada garisbesarnya, unsur

Page 72: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

62

desain eksperimental mirip desain kausal di atas (Gambar 41). Perbedaannya terletak pada variabel bebas. Pada model kausal, X diteliti sebagaimana adanya, given, sedangkan pada model eksperimental, variabel tersebut dimanipulasi (direkayasa dengan sengaja), diberlakukan secara sadar, untuk kemudian efeknya terhadap variabel tergantung diamati dengan teliti. Ada empat unsur khusus desain eksperimenntal. a. Perlakuan (treatment), yaitu variabel bebas yang hendak diujicobakan, diberi simbol X b. Rancangan waktu, yaitu waktu yang ditetapkan dan diperlukan untuk perlakuan, diberi simbol T c, Kelompok Tes (yang diberi treatment) dan Kelompok Kontrol (yang tidak diberi treatment), diberi simbol Rt dan Rk (R = responden). Kelompok Kontrol berfungsi sebagai tolok ukur d. Observasi (sebelum, sepanjang, dan sesudah treatment) diberi simbol Ob, Oc, dan Oa Ujicoba tidak diberitahukan kepada responden, dan dijalankan seolah-olah kegiatan rutin, supaya perilaku responden serealistik mungkin, tidak terpengaruh, namun bisa juga diberitahukan atau disosialisasi, jika lingkungan hendak diubah (ref Taliziduhu Ndraha, Bab V Desain Riset, 1987) 7. BOK harus mampu membangun dirinya sendiri secara heuristik. Kekuatan sentripetal dari luar (Politik---->Pemerintahan ----> Politik Pemerintahan) diimbangi dengan kekuatan sentrifugal dari dalam (Kybernologi---->Politik ----> Kybernologi Politik) Dengan demikian, pada suatu waktu di depan, Pohon Kybernologi ada dua batang. Pohon pertama yang ada sekarang seperti tertera di h. xxxvi Kybernologi (2003) dan Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama (2005, h. 19) yang tumbuh dan berbuah oleh kekuatan sentripetal (Politik Pemerintahan), dan pohon kedua yang tumbuh dan mulai berbuah oleh kekuatan sentrifugal (Kybernologi Politik). Buah kedua pohon itulah yang pada suatu saat menunjukkan Kybernologi berada pada paradigma normal di dalam masyarakat ilmupengetahuan 8. Sama seperti manusia, BOK harus siap mengontrol dirinya (“check-up”) secara menyeluruh, agar BOK tetap sehat, kuat, dan tetap berperan dalam menghadapi perubahan pesat dan tidak menentu (selalu pada posisi normal science) di depan. Jika perlu, BOK merekonstruksi durinya, seperti halnya Ilmu Pemerintahan, dari BOK yang bagian Ilmu Politik menjadi Kybernologi. Memang, seperti halnya semua “makhluk hidup,” terkadang grafik kehidupan fluktuatif (turun-naik), maju-mundur, dan

Page 73: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

63

timbul tenggelam, tak terhindarkan. Yang penting adalah kesiapan mengantisipanya: BOK serba-cuaca. Keseluruhan ilmupengetahuan membentuk sebuah masyarakat: masyarakat ilmupengetahuan. Di dalamnya termasuk Seni dan Teknologi. Hubungan antar BOK analog dengan hubungan antar warga (hubungan antar BOK) di dalam sebuah masyarakat. Dalam hubungan itu, setiap BOK perlu membangun hubungan (akses) dengan BOK lainnya, ebagai wadah dan jalur bekerjasama dan saling kontrol antar BOK. Sudah barang tentu, dalam praktik, kerjasama antar BOK berarti kerjasama antar institusi, komunitas ilmuwan, dan pelaku BOK terkait dalam masyarakat ilmupengetahuan

13 KONSTRUKSI BOK: PERTANYAAN

Konstruksi BOK bermula pada kesadaran. Suatu saat pojok yang sebelumnya bagi seseorang gelap, apakah secara berangsur ataupun mendadak, terang-benderang. Itu membuatnya berteriak “Eureka!” Ia melihat sesuatu: ia sadar, ia mengetahui, namun ia bimbang. Prosesnya sebagai berikut: 1. Dari gelap (tidak tau) menjadi terang (tau) 2. Dalam terang ia melihat sesuatu hal (John Dewey, How We Think, 1933) 3. Ia melihat adanya sesuatu yang lain 4. Ia dapat membedakan sesuatu itu dengan sesuatu yang lain (the sense of discrimination); ia melihat perbedaan antara keduanya 5. Dapat saja ia membiarkan pengalamannya itu berlalu, tetapi ia memilih untuk mengamatinya: ia tertarik, ia ingin tau (curious). Max Black “Observation and Experiment,” dalam Maurice Mandelbaum, Francis W. Grammlich, dan Alan Ross Anderson, eds, Philosophic Problems (1958) menyatakan: “. . . . If one trait, more than any other, is characteristik of the scientific attitude, it ia reliance upon the data of experience.” Inilah dasar sikap ilmiah (scientific attitude). Sikap ilmiah berlanjut pada sikap ragu- ragu (skeptis, skeptic, skepticism), namun yang ditempuh adalah sikap positif (positive thinking, “setiap celaka ada gunanya), yang berbuahkan skeptisisme positif, bukan skeptisisme negatif pesimistik. Mengapa skeptis? Karena seringkali kenampakan (appearance, kedua rel keretaapi di kejauhan terlihat bertemu kedua ujungnya) tidak sesuai dengan realitas (reality, yang sesungguhnya), demikian Bertrand Russell, “Philosophy and Common Sense,” dalam Mandelbaum di atas 6. Ia mengamati apa yang terjadi pada yang lain jika yang satu berubah

Page 74: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

64

7. Ternyata yang satu berkaitan dengan yang lain 8. Ia mengamati sifat hubungan tersebut, di bawah kondisi mana sifat itu terlihat, dalam hal apa saja hubungan itu berlangsung, sejauh mana kebenarannya? Skeptisisme positif berubah menjadi sikap kritis (Greek krinein, Ingg. to judge, discern, menimbang; lalu kritikos, criticus, critique, dan critisism). Dengan kesadaran, keingintahuan, ketidakpastian, ketidakjelasan, keragu-raguan untuk menerima begitu saja apa yang dianggap diketahui, dan kesenjangan antara das Sollen dengan das Sein, membentuk sebuah jaringan pertanyaan demi pertanyaan yang pada gilirannya menuntut jawaban demi jawaban. Boleh dikatakan, tanya-jawab yang tak berkesudahan itulah yang menggerakkan dan mendorong proses knowing manusia, memperluas dan memperdalam ruang the known. Setiap hal yang mengandung, menunjukkan, atau membangkitkan keingintahuan, ketidakpastian, ketidakjelasan, keragu-raguan, dan kesenjangan, disebut bermasalah. Proses yang perlu ditempuh guna menemukan masalah, disebut permasalahan: ---WHAT--- ---KEINGINTAHUAN---- | | | | |---WHY----| |---KETIDAKPASTIAN---| | | | | YANG DI- |---WHERE--| DATA--->INFO---|---KETIDAKJELASAN---|--->PERTA- ----|----------|--->MASALAH | | NYAKAN |---WHEN---| |---KERAGU-RAGUAN----| | | | | |---WHO----| ---KESENJANGAN------ | | ---HOW---- pernyataan pertanyaan --------------------------------PERMASALAHAN--------------------------------> input throughput output

Gambar 44 Permasalahan

Jika pemikiran didasarkan pada pendakat Max Black di atas, maka permasalahan adalah infrastruktur setiap BOK. Permasalahan yang menjadi pertimbangan utama, bangunan seperti apa yang dapat atau perlu dibangun di atasnya. Sudah barang tentu, berbeda halnya jika pemikiran didasarkan pada pendekatan spekulatif seperti Will Durant yang telah dikutip di atas, yang menyatakan bahwa setiap ilmu berawal dari Filsafat dan berakhir sebagai Seni. Atau seperti Gustav Bergmann

Page 75: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

65

dalam Philosophy of Science (1958, 31, 35). Bagi para pemikir spekulatif, fondasi bangunan adalah dalil, scientific laws, axioma, theorema (a sight, theorein, to look at, theoria, pegangan, dan anggapan-dasar). Masalah ada dalam bentuk pernyataan, dan berada (hadir) dalam bentuk pertanyaan (Gambar 44). Pertanyaan hadir untuk dijawab. Dengan menggunakan model Gambar 44, maka menjawab pertanyaan melalui pemikiran berarti pemikiran bertujuan: 1. Mencari, mengejar, dan berupaya mengetahui sesuatu yang dapat menjawab pertanyaan yang bersangkutan: memenuhi rasa ingin tau 2. Memastikan, menepatkan, dan meningkatkan akurasi jawaban: mengurangi ketidakpastian 3. Menjelaskan, menerangkan: mengurangi ketidakjelasan 4. Memilih yang terbaik: mengurangi keragu-raguan 5. Merancang langkah-langkah pengurangan kesenjangan Tidak setiap pertanyaan memerlukan jawaban yang ditemukan melalui pemikiran metodologikal. Tingkat kebutuhan akan jawaban metodologikal bergantung pada dua hal, yaitu jarak konseptual (horizontal) dan tingkat abstractness konsep (vertikal), lihat Gambar 21. Semakin jauh jarak konseptual antar konsep, semakin berat masalah yang dihadapi, dan semakin layak untuk dipikirkan. Semakin tinggi tingkat abstractness konsep terkait, semakin sulit mengejar, memastikan, dan menjelaskannya. Semakin abstrak konsep dan semakin jauh jarak konseptual, semakin besar jawaban yang dibutuhkan. “Dahaga” dengan “minum” (air) adalah konsep yang tingkat abstractness-nya rendah. Tidak diperlukan pemikiran mjendalam untuk menerangkan bahwa dengan minum air, dahaga hilang. Jarak konseptual antara dua konsep itu juga sangat dekat dengan derajat kepastian yang tinggi. Tetapi “dahaga” akan pengetahuan dengan “minum” dari proses belajar-mengajar, adalah dua konsep dengan tingkat abstractness tinggi dan jarak konseptual yang jauh. Belum lagi kemungkinan bahwa semakin seseorang merasa tau, semakin ragu dia bahwa dia tau, semakin tau dia bahwa semakin banyak yang dia tidak tau. Di antara enam pertanyaan pada Gambar 44 (“5W1H”), ada tiga yang terpenting, yaitu “apa,” “mengapa,” dan “bagaimana.” Pertanyaan “apa” mengarahkan pemikiran pada fenomena (objek) yang mengandung kegelapan (ketidaktahuan), ketidakpastian, ketidakjelasan, keragu-raguan, dan kesenjangan, dan pada aspek fenomena yang dipertanyakan, “apa yang terjadi atau terlihat.” Katakanlah,

Page 76: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

66

Tabel 4 Beberapa Model Bangunan Masalah --------------------------------------------------------------------------- MODEL DESAIN DEFINISI MASALAH HIPOTESIS --------------------------------------------------------------------------- ? eksplo- menemukan sesua- apakah ? itu? --- ratif tu yg baru/lain ? disebut Y Y deskrip- mengamati Y pada bagaimana Y --- tif suatu saat T pd saat T? YYY deskrip- mengamati peru- bagaimana Y berubah tif long- bahan Y selama perubahan Y Y tidak ber- itudinal periode T selama T? bah Y : A evalua- mengukur Y de- sejauh mana Y Y = A; Y < A; tif ngan A diukur dgn A? Y > A X,Y kompa- mencari persamaan/ adakah/apakah persamaan/per- --- = Z ratif perbedaan antara persamaan dan bedaan adalah A X dgn Y, atau idem perbedaan an- Z; atau idem berdasarkan A tara X dg Y?, berdasarkan A atau idem ber adalah Z dasarkan A? ? ---- Y kasus merekonstruksi bagaimana ter --- (Y amat- kejadian/gejala ? jadinya ? se- an per- yg indikasinya Y cara utuh? tama) secara utuh X ---- Y korela- X berubah, Y ber- adakah hubu- ada hubungan sional ubah pd periode ngan antara X antara X dgn Y: yang sama dgn Y?; jika semakin. . . X, ada bgmn si- semakin. . . Y fat hubungan jika X berubah itu? Y pun berubah X ---> Y kausal mencari X lain adakah X lain, X mempengaruhi yg mempengaruhi Y seberapa kuat Y dgn cara ter- (sufficient, con- pengaruh X tentu; tingent, dan pro- thd Y; dan jika X = C, ses pengaruhnya dgn cara apa? maka Y = D ? ---> Y diagno- sesuatu menyebab- mengapa Y ter Y terjadi kare- stik kan terjadinya Y jadi?; bagai- na X; Y terben- (mencari X) mana memben- tuk jika X di- tuk Y? lakukan X ---> ? predik- X menghasilkan apa dampak X? jika X dilaku- tif, ex- (membawa) suatu jika X dila- kan, Y terjadi peri- dampak (akibat, kukan, apa yg (if. . . , mental konsekuensi, dsb; terjadi? then. . . ) mencari Y)

Page 77: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

67

X1- kausal X1 dan Xn ber- seberapa kuat X mempengaruhi | multi- sama mempengaruhi pengaruh to- Y secara lini- |-->Y variat Y dgn cara apa; tal dan tiap er, linier ber | X + Xn = total X thd Y, dan ganda atau ja- Xn- faktor dgn cara apa? lur X--?-->Y kausal X tak langsung apakah Z itu? X mempengaruhi inter- mempengaruhi Y; adakah Zn? bg- Y melalui Z vened mencari Z mn X mempenga- ruhi Y? --------------------------------------------------------------------------- Lihat Bab VII Kybernologi Sebuah Metamorphosis (2008)

jawaban terhadap pertanyaan “apa” itu adalah “Y.” Terhadap “Y” pada gilirannya dapat diajukan “5W1H.” Misalnya “Hal apa yang berhubungan dengan “Y,” “adakah hubungan antara “Y” dengan sesuatu hal lain, dan jika ada “bagaimana sifat hubungan itu,” “seberapa kuat” hubungan itu,” “hubungan itu signifikan di bawah kondisi seperti apa,” dan seterusnya. Modelnya -----Y----- . Pertanyaan “mengapa” membawa pemikiran terarah ke hubungan kausal antara “Y” dengan satu atau beberapa “hal yang menyebabkan, melatarbelakangi atau melatardepani keberadaan atau terjadinya “Y” itu. Penyebab (faktor) kejadian atau latar keberadaan “Y” itu disebut saja “X.” Jadi modelnya X----->Y. Pertanyaan “bagaimana” diajukan untuk mengetahui “proses atau perihal kejadian atau keberadaannya,” “lokasi,” “waktu,” dan “pelaku,” dengan model: X---?--->Y. Tabel 4 menunjukkan beberapa model bangunan masalah. Model X----->Y dalam arti dengan alasan tertentu memasangkan Y dengan suatu X tertentu, oleh Herman Soewardi dalam Prapasca S3 Ilmu-Ilmu Sosial (Bandung, Agustus 2005, ref. Bab XV Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama, 2005) disebut spurious: Adapun kesalahan metodologi yang paling fatal adalah level pemikiran yang tak meningkat, ialah tetap pada level pemikiran S2, dengan studi-studi yang bersifat verifikatif tanpa dasar. (Oleh mahasiswa) Diupayakan agar ditemukan hubungan antara 2 dan tiga variabel, secara signifikan, berlandaskan uji statistikal tertentu. Ini adalah variabel-variabel yang dipasang-pasangkan tanpa landasan teori yang benar. Maka bila ada suatu hubungan kausalitas yang signifikan, karena tanpa landasan teori yang “sound,” kajian itu bersifat spurious atau kosong. ……. (h. 11) Dengan uraian ini, mudah-mudahan tidak lagi terjadi “asal pasang” saja, yang biasanya kini terjadi pada tingkatan S2, bahkan terus terjadi pada tingkat S3. “Asal pasang,” suatu hubungan antara X dengan Y tanpa dilandasi dengan teori hanya akan menghasilkan hubungan yang spurious,

Page 78: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

68

atau suatu signifikansi tanpa dasar logika (h. 12) Yang dimaksud oleh pakar Filsafat Ilmu dan Sosiologi Pertanian ini dengan hubungan yang spurious adalah bangunan pertanyaan antara X dengan Y tanpa teori yang menjelaskan mengapa X yang dihubungkan dengan Ydan bukan X1, adakah hubungan (kausal) antara X dengan Y, dan jika ada, bagaimana X mempengaruhi Y atau bagaimana Y dipengaruhi oleh X, yaitu faktor-faktor yang oleh gurubesar senior UNPAD tersebut diberi nama contingent factors (variabel Z). Pemasang-masangan sembarangan itu di beberapa kalangan akademik diikuti dengan pertanyaan: “Seberapa besar pengaruh X terhadap Y,” dan seterusnya, seperti telah diuraikan di atas. Hubungan kausal itu kemudian memang teruji, koefisien dan signifikansinya dapat dihitung menurut analisis statistik. Setiap konstruksi teoretik yang dimulai dari pemasang-masangan secara sembarangan dua atau lebih konsep atau variabel sebagai dasar bagi konstruksi kerangka pemikiran: X----->Y adalah spurious. Sifat spurious berarti 1. not genuine, authentic, or true; 3. having a similar appearance but a different structure. –synonim false, sham. Teruji, tetapi kosong, tidak sesuai dengan fakta. Kepalsuan itu terlihat jika pemikiran mengikuti alurpikir yang genuine. Alurpikir disebut genuine jika penemuan Y disusul dengan pertanyaan berkerangka ?----->Y atau X----->? dan dijawab dengan teori. Teorilah yang menjelaskan apa saja (X1X2X3Xn) yang menyebabkan Y atau apa saja yang dapat disebabkan oleh Y jika fungsinya berubah dari variabel tergantung menjadi variabel bebas (X): X----->Y1. Ada kemungkinan, dengan menggunakan teori tertentu model yang ditemukan adalah kerangka yang berbeda ketimbangan model spurious. Dengan alurpikir yang spurious ditemukan X----->Y, sedangkan dengan alurpikir yang genuine ditemukan pertama, X1---->Y atau kedua, X----->Y1. Sudah barang tentu, dalam kemungkinan kedua Y berubah menjadi X yang dapat menyebabkan apa saja (Y1Y2Y3Yn). Penggunaan alurpikir spurious sebagai instrumen pembelajaran, dapat difahami, tetapi tidak dalam proses kebijakan! Seperti telah dikemukakan di atas, “bertanya” adalah dasar ajar, fondasi pembelajaran. Filsafat bermula dari dan pada “tanya.” “Gayung (harus) bersambut,” demikian peribahasa, dalam arti “penyambutan” bergantung pada “gayung” dan “pelemparannya.” Ketepatan merumuskan pertanyaan (soal) dan teknik penyampaiannya menunjukkan kadar intelektualitas, sementara ketepatan merumuskan jawaban dan teknik penanggapannya menunjukkan tingkat kearifan. Bukan hanya bentuk tetapi juga isi, motif dan tujuan tanya-jawab, agar tidak

Page 79: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

69

terjerumus ke debat kusir belaka. Tanya-jawab yang berputar-putar tanpa ujungpangkal seperti alurpikir lingkaran-setan-kemiskinan (the vicious circle of poverty) tidak bermanfaat, walau dari panggung kedengarannya keren. Tanya- jawab harus terkendali; dikendalikan oleh kebutuhan akan konklusi yang tepat. Dialogues of Plato seperti “Apology,” “Crito,” “Phaedo,” “Symposium,” dan “Republic,” adalah contoh dialog yang sehat. Sudah barang tentu, dalam suatu batas, pada suatu tingkat, semakin sukar suatu pertanyaan dijawab (diterangkan), semakin layak pertanyaan itu dipelajari menurut Metodologi. Perlu dikemukakan di sini bahwa semua pertanyaan layak diajukan, baik melalui pendekatan kualitatif, maupun kuantitatif. Pertanyaan “mengapa” misalnya, dapat dijawab melalui Metodologi Kualitatif dan juga Metodologi Kuantitatif. Perbedaan utamanya ialah, temuan kualitatif hanya berlaku untuk kasus yang bersangkutan, sedangkan temuan kuantitatif pada sampel, di bawah kondisi tertentu, berlaku untuk populasinya. JAWABAN bangunan struktursupra PERTANYAAN fondasi,bangunan strukturinfra

Gambar 45 Bangunan Pertanyaan dan Jawaban

Unit BOK terkecil adalah tulisan ilmiah formal (Gambar 39). Disertasi diambil sebagai contoh, berdasarkan anggapan bahwa rekonstruksi Disertasi adalah model yang merupakan bekal bagi seorang ilmuwan profesional dalam menjalankan fungsi pengembangan BOK sebagai ilmu, maupun pengusahaan BOK sebagai komoditi ilmiah. Seperti telah disinggung, ada dua cara pendekatan rekonstruksi tulisan ilmiah formal: kualitatif dan kuantitatif (Gambar 37). Dua pendekatan itu terhubung pada fungsi fakta (empirik, “the quality of existing or of being real,” Babbie: “some phenomenon that has been observed”) dalam proses pemikiran manusia. Jika fakta difungsikan sebagai bahan baku atau bahan bangunan (pembentukan) teori, maka pendekatan yang ditempuh adalah kualitatif. Manakala fakta difungsikan sebagai alat untuk menguji (membuktikan) teori, maka pendekatannya adalah kuantitatif. Kedua pendekatan itu bergulir ibarat sebuah roda yang oleh Babbie disebut “the wheel of science:”

Page 80: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

70

THEORIES EMPIRICAL GENERAL- HYPOTHESES IZATIONS OBSERVATIONS

Gambar 46 The Wheel of Science (Sumber: Earl Babbie)

Roda Babbie ini digunakan di sini sebagai model pemikiran. Pendekatan kuantitatif berawal pada pertanyaan yang terungkap dari dalam fakta, dijawab dengan teori, melalui hipotesis teori diuji dengan fakta pada sampel. Hasil analisis data pada sampel kemudian digeneralisasikan pada populasi. Dari sini teori terlihat, didukung (sesuai dengan) atau tidak (tidak sesuai) oleh fakta. Pendekatan kualitatif bermula pada pertanyaan dan langsung dijawab dengan fakta hasil observasi. Melalui metodologi yang bervariasi dan rumit, antara lain adalah yang lazim disebut “grounded,” fakta diinterpretasi (reduksi, kategorisasi, dan triangulasi), direkonstruksi (induktif), --- empirical generalization --- sehingga terbentuklah konsep (baru) dan teori (baru). Contoh klasik tentang hal ini terdapat dalam Barney G. Glaser dan Anselm L. Strauss, The Discovery of Grounded Theory: Strategies for Qualitative Research (1974), lihat Bab 36 Kybernologi (2003). Ada juga yang tidak langsung menjawabnya dengan fakta, melainkan dengan teori yang ada, seadanya. Inilah yang model kualitatif yang menggunakan hipotesis kerja (working hypothesis). Pemikiran Kybernologi yang bertujuan membangun empathic understanding, mutual understanding (Verstehen) antar manusia, mengembangkan model “single-wheel of science” tersebut menjadi “double-wheel of science” (Gambar 47). Hubungan antar Verstehen kemudian diobservasi dari waktu ke waktu, dari ruang ke ruang, dengan menggunakan “working hypotheses,” (desain observasi) ditafsirkan, direkonstruksi, dan terbentuklah konsep atau teori baru. Gambar 47 menunjukkan bahwa pada gilirannya roda kuantitatif bergerak dari F1 ke Verstehen, sedangkan pada giliran lain roda kualitatif bergerak dari F2 ke teori.

Page 81: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

71

THEORIES

EMPIRICAL GENERAL- HYPOTHESES IZATIONS F1 FAKTA F2

INTERPRETASI WORKING REKONSTRUKSI HYPOTHESES GAMBAR 32 DESAIN OBSERVASI

VERSTEHEN

Gambar 47 Double-wheel of Science (Proses Angka-8)

(lihat tanda panah). Sudah barang tentu gaya perjalanan yang satu dibanding dengan yang lain, berbeda. Hal itu akan diuraikan di bawah. Cukuplah bila ditandaskan di sini bahwa pertanyaan apapun tidak boleh dan tidak bisa dikonstruksi berdasarkan (di atas) dugaan dan atau asumsi sebagaimana dilakukan oleh banyak kandidat yang menggunakan metodologi kuantitatif. Misalnya: “Y belum berhasil.” “Diduga, Y belum berhasil karena X lemah.” Dugaan itu berangkat dari asumsi bahwa “Jika X ditingkatkan, maka Y berhasil” (dari naskah Disertasi kandidat NPM 170 730067 XXX, dan diluluskan). Dalam metodologi kuantitatif, teori yang menerangkan adanya hubungan kausal antara X dengan Y. Dengan demikian, setiap pertanyaan mempunyai dua macam jawaban dasar: jawaban kualitatif dan jawaban kuantitatif. Derivat dari dua jawaban tersebut adalah jawaban kuantitatif-kualitatif atau jawaban kualitatif-kuantitatif. Gambar 46 dan 47 menunjukkan hubungan antara dua pendekatan itu.

Page 82: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

72

14 KONSTRUKSI BOK: JAWABAN KUALITATIF

Konstruksi BOK berpendekatan kualitatif bermula pada konsep kualitas (Gambar 7), Semakin terungkap kualitas (karakteristik, perilaku) suatu hal atau sebuah fenomena, semakin kualitatif konsep yang ditemukan. Pengungkapan itu dilakukan melalui pendalaman, mulai dari perilaku yang terlihat ke nilai dan norma, sampai pada hakikat (Gambar 32). ---------------------------------------- | JAWABAN | | bangunan struktursupra | | JAWABAN KUALITATIF | | | | | | | | | | PERTANYAAN | | fondasi,bangunan strukturinfra | ----------------------------------------

Gambar 48 BOK Kualitatif

(Lihat juga Gambar 44 dan Gambar 45)

Seperti dikemukakan di atas, jawaban terhadap pertanyaan yang dijadikan fondasi BOK kualitatif bisa (langsung) berupa fakta, dan bisa juga berupa teori yang relevan dan aktual. Baik fakta maupun teori telah diuraikan di atas. Di bawah ini beberapa isu tentang fakta disinggung lagi sepanjang berkaitan dengan BOK kualitatif. 1. Fakta tentang apa 2. Bagaimana (sebagai apa) fakta itu terlihat 3. Fakta menurut FOR siapa 4. Fakta ditangkap menurut alat apa 5. Fungsi fakta Fakta Tentang Apa? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut terdapat dalam Gambar 23 tentang Ontologi Kybernologi. Gambar 23 itu menunjukkan bahwa basis Program Studi Ilmu-Ilmu Politik terletak pada terminal 5, yang dihuni oleh sejumlah disiplin, seperti 1. Ilmu Administrasi Publik 2. Ilmu Hubungan Internasional

Page 83: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

73

3. Ilmu Perbandingan Politik 4. Teori Politik, dan menurut versi Universitas Gadjah Mada 5. Ilmu Pemerintahan adalah Political Sciences, sementara basis Program Studi Ilmu-Ilmu Sosial terletak pada terminal 3, yang dihuni oleh berbagai cabang ilmu seperti 1. Sociology 2. Social Psychology 3. Anthropology 4. Social Anthropology dan seterusnya, seperti UNESCO, The University Teaching of Social Sciences (1954). yang disebut Social Sciences, lepas dari perdebatan tentang isi konsep Social Sciences itu apakah meluas ke Ilmu Ekonomi, Ilmu Hukum, dan sebagainya, atau tidak. Terminal 4 membentuk linkage antara terminal 3 dengan terminal 4. Dalam analisis ini, konstruksi pemikiran G. A Lundberg dalam Foundations of Sociology (1956), sangat menarik. Berbicara tentang “foundations” suatu cabang ilmu pengetahuan, adalah juga berbicara tentang “foundations” semua ilmu pengetahuan. Artinya kerangka “foundations” semua ilmu pengetahuan, sama. Jika demikian, basis setiap program pembelajaran suatu cabang ilmu pengetahuan adalah Filsafat Ilmu disiplin yang bersangkutan, dalam hal ini Filsafat Ilmu (di bidang) Ilmu Pemerintahan (Kybernologi). Lihat juga Karl Pearson, The Grammar of Science, (1951). Berdasarkan kerangka pemikiran itu, pemikiran Kybernologi dipusatkan pada masyarakat dalam hubungannya dengan Ontologi Ilmu Pemerintahan berBOK Kybernologi itu (tidak berBOK Ilmu-Ilmu Politik), lihat GBPP Kybernologi dan Kepamongprajaan (2009). Menurut perkembangan pemikiran terakhir, Kybernologi dikembalikan pada definisi asli ketika dilahirkan (definisi materia), yaitu “ilmu yang bertujuan menuntun hidup bersama manusia dalam upaya mengejar kebahagiaan rohani dan jasmani yang sebesar-besarnya tanpa merugikan orang lain secara tidak sah” (G. A. van Poelje, Algemene Inleiding tot de Bestuurskunde, 1953), sedangkan secara formal Kybernologi didefinisikan sebagai bangunan pengetahuan (body-of-knowledge) hasil rekonstruksi buah pendaratan Bestuurskunde, Bestuurswetenschap, dan Bestuurswetenschappen di bumi Indonesia pada sudutpandang kemanusiaan dan lingkungannya, dan pengaitannya dengan berbagai sudutpandang yang berbeda, antara lain sudutpandang kekuasaan. Oleh sebab itu, fakta BOK Kybernologi adalah fakta tentang masyarakat, yang bermula pada terminal 1 dan 2, pada manusia dan lingkungannya, berdasarkan credo bahwa manusia itu adalah ciptaan ALLAH, TUHAN YANG MAHAESA, yang didudukkan di bumi menjadi penduduk dunia.

Page 84: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

74

Bagaimana (Sebagai Apa) Fakta itu Terlihat? Jawaban kualitatif bersumber pada masyarakat dan lingkungan hidupnya sebagaimana berakar dari kualitasnya sebagai manusia. Sasaran observasi adalah manusia atau sepotong alam. Apakah yang terlihat pada sasaran (fenomenon) itu dapat disebut fakta? Berdasarkan Max Black yang menyatakan bahwa “if one trait, more than any other, is charakteristic of the scientific attitude, it is reliance upon the data of experience,” arti fakta sebagai “the quality of existing or of being real,” dan Babbie yang mendefinisikan fakta sebagai “some phenomenon that has been observed,” maka jawabannya adalah tidak atau belum tentu. Gambar 5 menunjukkan bahwa rekaman “fakta sebagaimana terlihat di permukaan” yaitu data, harus diolah dulu, dan info yaitu hasil pengolahannya harus diuji terus-menerus, agar “fakta yang sesungguhnya di dalam” atau “di seberang sana,” yaitu “kuman di seberang lautan,” dan bukan hanya “gajah di pelupuk mata,” terungkap. Seperti kata pepatah: “Dalam laut dapat diduga, dalam hati siapa tau.” Yang menjadi pertanyaan dalam hubungan itu ialah, rekaman seperti apa (sejauh mana) di permukaan yang dapat menunjukkan fakta yang sesungguhnya, mengingat waktu, kesempatan dan keterbatasan manusia? Dengan pertanyaan lain: “Apakah induksi tak lengkap bisa menunjukkan fakta yang sesungguhnya?” Apakah jawabannya, ibarat eksplorasi minyak bumi, “sampai sumber minyaknya INDUKSI

Y X A Z B C D OBSERVATIONS

Gambar 49 Induksi Tidak lengkap Namun Efektif (AB) Y Adalah Fakta Yang Sesungguhnya Di Dalam Atau Di Seberang Sana

CD Induksi Tak Lengkap. Apakah Z Dapat Dianggap Sebagai Y? X Fakta Sebagaimana Terlihat Di Permukaan

Page 85: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

75

ditemukan?” Gambar 49 menunjukkan bahwa dengan segala kelemahan, kekurangan dan keterbatasannya, subjek tidak mampu atau tidak sempat melakukan perekaman induktif lengkap (sempurna, 360°), melainkan induksi taklengkap. Induksi taklengkap itu dianggap mampu mencapai Y manakala proses pemikiran (baca: rekonstruksi BOK) mengikuti disiplin yang ketat, sebagaiamana terlihat pada Gambar 32 dan yang berikutnya. Jika tidak, rekonstruksi hanya sampai di Z dan tidak menjawab pertanyaan. Fakta sebagaimana terlihat adalah fakta sebagaimana objek memperlihatkan dirinya yang “transendental,” atau semampu subjek menerobos kabut antara subjek dengan objek untuk bisa mencapai fakta yang sesungguhnya? Mampukan subjek dengan segala keterbatasan, kelemahan dan kekurangannya mengetahui fakta yang benar? Bagaimana supaya objek bersedia membuka dirinya dan memperlihatkan kualitasnya sebagaimana adanya? Dunia bisnis mengenal konsep yang disebut perilaku komoditi. Konsep ini mengandung arti, bahwa barangpun --- sepotong lingkungan --- walau tak bernyawa, mempunyai perilaku, yaitu kenampakannya, dayatariknya, warna, aroma, cahaya, getaran, gerakan, harga, ukuran, bobot, sifat, jarak, dan sebagainya. Fakta yang direkam adalah perilaku komoditi, yang dianggap mewakili karakteristik atau kualitasnya (penjelasan mengenai karakter dan karakteristik, lihat Bab XI Kybernologi Sebuah Metamorphosis (2008). Fakta Menurut FOR Siapa? Pertanyaan ini erat berkaitan dengan upaya mendaratkan pemikiran pada Kybernologi (lihat juga Bab XV Kybernologi Sebuah Metamorphosis, 2008). Menurut Gambar 2, pemikiran mendarat pada Kybernologi bilamana kualitas yang dipertanyakan adalah kualitas manusia (Gambar 23), bukan kualitas kekuasaan. Itupun masih abstrak. Di antara tiga subkultur, SKS itulah yang lebih penting, dan di antara dua kualitas SKS, yaitu masyarakat sebagai konstituen dan masyarakat selaku pelanggan, masyarakat sebagai pelanggan itulah yang terpenting. Jadi pemikiran disebut mendarat pada Kybernologi jika yang dipermasalahkan adalah kualitas masyarakat sebagai pelanggan, dan bukan kualitas pemerintah sebagai provider layanan pemberdayaan. Misalnya “taraf kehidupam masyarakat A rendah” dan bukan “efektivitas program pemberdayaan masyarakat rendah,” sehingga yang dipertanyakan adalah “mengapa taraf kehidupan masyarakat A rendah?” dan bukan “mengapa efektivitas program pemberdayaan masyarakat rendah?” “Taraf kehidupan masyarakat rendah,” menurut siapa? Setiap subkultur dalam masyarakat memiliki frame-of-references (FOR) yang berbeda satu dengan yang lain. FOR masyarakat selaku pelanggan berbeda dengan FOR masyarakat selaku

Page 86: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

76

konstituen. Kekuatan yang membentuk FOR suatu subkultur bermacam-macam, misalnya kepentingan, kebutuhan, pengalaman, pendidikan, perbedaan, perbandingan, sejarah, kepercayaan, dan seterusnya. Kualitas SKS terlihat oleh sipemikir sebagaimana SKS mengungkapkan dirinya yang “transendental,” menurut FOR-nya dan direkam pada saat SKS memperagakannya (memperagakannya kembali). Oleh sebab itu persoalan yang menentukan seperti telah disebut di atas ialah bagaimana supaya objek bersedia membuka dirinya dan memperlihatkan kualitasnya (kembali) sebagaimana adanya? Jawabannya, dengan berempati itulah (Gambar 32 dan yang berikutnya). Fakta Ditangkap dan Direkam Menurut (Dengan) Alat Apa? Mengingat “lain padang lain belalangnya, lain lubuk lain ikannya,” apakah alat/cara yang berhasil digunakan terhadap objek yang satu ternyata berhasil untuk objek lainnya yang berbeda? Jika tidak, diperlukan kreativitas tinggi dan persediaan peralatan yang memadai dalam menghampiri sasaran yang berlain-lainan. Ada dua sikap ekstrim yang dapat ditempuh oleh subjek dan objek 1. Subjek membiarkan dirinya terbuka penuh, kosong, ibarat tabula rasa (meja lilin) yang siap ditulisi apa saja oleh siapa saja kapan dan di mana saja. “Siapa saja” di sini adalah objek yang dalam hal ini berubah peran menjadi subjek yang memancarkan rangsangan terhadap subjek yang pada gilirannya berubah peran menjadi objek. Seperti papan ingatan (fieldnotes) seorang pengunjung sebuah rumahadat di Tanah Karo tahun 50-an sebagaimana ditulisi oleh perilaku dua orang, seorang tuarenta dan seorang perempuan usia 30-an: “Seorang lelaki tuarenta di ruang depan berkata dengan lirih: ‘meja aku haus.’ Seorang perempuan usia 30-an datang dari ruang belakang membawa sepotong ruas bambu dan meletakkannya di sebuah bangku kecil, lalu pergi, tanpa kata, tanpa menoleh ke situarenta. Lelaki tuarenta minum dari ruas bambu itu, juga tanpa kata. O ya, saya ditemani oleh seorang Karo, teman kelas.” Di sini diri subjek sendiri yang ditulisi (menjadi alat perekam) oleh objeknya 2. Subjek sekuat tenaga membangun citra, menebar pesona, mengalunkan janji yang memukau, melancarkan hipnotisme politik, dan melambaikan simbol yang indah, agar objek merasa terbuai, tanpa sadar berubah dan memberikan respons atau reaksi yang sesuai dengan keinginan subjek. Di sini, diri objek diubah oleh pengaruh subjek, sehingga objek menunjukkan fakta yang sesuai dengan keinginan subjek. Fakta difungsikan sebagai alat pembenaran, bukan kebenaran

Page 87: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

77

Apakah Fungsi Fakta Dalam BOK Kualitatif? Ada dua macam fakta. Fakta sebagai sebagai pemuncul pertanyaan dan fakta sebagai jawaban terhadap pertanyaan. Fakta memenuhi seluruh bangunan (BOK, Gambar 48). Seperti dikemukakan di atas, jawaban terhadap pertanyaan yang dijadikan fondasi BOK kualitatif bisa (langsung) berupa fakta, dan bisa juga berupa teori yang relevan dan aktual. Baik fakta maupun teori telah diuraikan di atas. Di Bawah Kondisi Apa Pertanyaan Dijawab Langsung Dengan Fakta dan Di Bawah Kondisi Apa Dengan Teori? Pertanyaan dijawab langsung dengan fakta, manakala masyarakat sasaran eksplorasi pemikiran adalah masyarakat atau kasus yang belum dikenal (terra incognita) sehingga belum ada teori yang menjelaskan fenomenanya. Oleh karena teorinya belum ada, maka tidak ada hipotesis sebagai masukan (input), melainkan hipotesis sebagai keluaran (produk) pemikiran. Pertanyaan dijawab dulu dengan teori, bilamana masyarakat atau kasus yang bersangkutan telah dikenal sehingga sudah ada teori yang menjelaskannya. Jika demikian, hipotesis sebagai masukan dapat dirumuskan, dan hipotesis sebagai keluaran juga dapat dihasilkan. Dengan demikian model BOK kualitatif sebagai berikut (Gambar 50): --------------------------- | JAWABAN | ---------------------------------------------|---------------------------| | | | BELUM | | | | | MASYA- | DIKENAL | ? | LANGSUNG FAKTA | | PERTANYAAN | RAKAT, |---------|-------------|---------------------------| | | KASUS | SUDAH | FAKTA | TEORI DULU | BARU FAKTA | | | | DIKENAL | | | | -------------------------------------------------------------------------

Gambar 50 Model BOK Kualitatif ----------------------------------------------------------- | JAWABAN | -------------|-----------------------------------------------------------| | | | | | ? | LANGSUNG FAKTA | VERSTEHEN | |-------------|-----------------------------| HIPOTESIS | | FAKTA | TEORI DULU | BARU FAKTA | GROUNDED THEORIES | | | | | | -------------------------------------------------------------------------

Gambar 51 Model BOK Kualitatif (Lanjutan)

Page 88: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

78

Jawaban teoretik (Gambar 50 dan Gambar 51), yang disebut juga hipotesis kerja, tidak seperti hipotesis statistik yang dirumuskan untuk diuji dengan data empirik, melainkan “disimpan” untuk kemudian pada gilirannya digunakan sebagai bahan pembahasan dan penafsiran data empirik. Yang dimaksud dengan data empirik di sini adalah buah pengamatan lapangan terhadap fokus (objek) pemikiran, dan bukan hasil observasi terhadap hipotesis kerja. Pencarian dan penggunaan data tentang hipotesis kerja untuk diolah menjadi bahan bangunan BKO kualitatif, sama saja dengan upaya mengujinya di lapangan. PERTA- --JAWABAN----KE LAPANGAN----JAWABAN <---------temuan-------> JAWABAN NYAAN TEORETIK | EMPIRIK | TEORETIK | input metodologi | | output | | | | | | | | | | | | | | ------> data ten- penafsiran Verstehen fokus ------|-------------------> tang fokus ------rekonstruk- ---->grounded | si data | theories | | hipo- tidak | tesis --------------untuk------------------ ------------ kerja diuji

Gambar 52 BOK Kualitatif

Oleh sebab itu pemahaman tentang fokus pemikiran dan metodologi yang tepat guna menemukan faktanya, merupakan kunci keberhasilan rekonstruksi BOK kualitatif. Sebuah Disertasi yang menggunakan bahan bangunan dari Teori George communi- cation resour- ces implementa- tion dispo- sitions bureau- cratic structure

Gambar 53 Faktor-faktor Implementasi Kebijakan Sumber Figure 6.1 Edwards III (1980)

Page 89: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

79

C. Edwards III dalam Implementing Public Policy (1980), diambil sebagai contoh. Berbicara tentang “approach to studying implementation,” terhadap pertanyaan “What are the preconditions for successful policy implementation,” Edwards menyampaikan jawaban, bahwa ada “four critical factors or variables in implementing public policy: communication, resources, dispositions or attitudes, and bureaucratic strukture,” seperti Gambar 1 di atas. Empat faktor itulah yang oleh penulisnya dalam Preface disebut sebagai “four critical factors affecting policy implementation. . . . .” Sayang sekali, Edwards membahas empat faktor tersebut lengkap dengan dimensi-dimensi dan indikator-indikator masing-masing, dalam Bab 2, 3, 4, 5, dan hubungan antar faktor di Bab 6, tetapi tidak menjelaskan secara eksplisit dimensi dan indikator implementasi kebijakan yang justru merupakan fokus perhatian. Para mahasiswa terpaksa menggunakan teori lain di luar Edwards, seperti teori yang menyatakan bahwa dimensi-dimensi implementasi kebijakan adalah organization, interpretation, dan application (OIA). Yang menjadi persoalan metodologikal di sini adalah validitas penjelasan hubungan antara variabel X dengan variabel Y beserta pengukurannya, pada model X----->Y, jika tiap variabel dijelaskan oleh teori dari sumber yang berbeda (misalnya X diterangkan dengan teori Edwards, sedangkan Y oleh teori Jones). Apakah definisi, dimensi, indikator, dan hubungan antar variabel sebuah model harus dijelaskan dengan teori dari sumber yang sama (misalnya Edwards)? Memang, Edwards tidak menjelaskan dimensi dan indikator implementasi kebijakan secara eksplisit, tetapi bila diperhatikan sungguh-sungguh, hal itu secara implisit terdapat di Bab 1 bukunya. Di sana dinyatakan bahwa Policy implementation. . . . . is the stage of policymaking between the establishment of a policy --- such as the passage of a legislative act, the issuing of an executive order, the handling down of a judicial decision, or the promulgation of a regulatory rule --- and the consequences of the policy for the people whom it affects Definisi implementasi kebijakan tersebut menunjukkan bahwa dimensi-dimensi implementasi adalah keseluruhan langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh semua fihak terkait, sejak penetapan kebijakan (policy adoption) sampai efek yang diharapkan dari kebijakan itu (policy outcomes) dirasakan oleh masyarakat yang bersangkutan. Penggunaan Metodologi Kualitatif dalam penelitian terhadap langkah-langkah tersebut di dalam masyarakat setempat, sangat tepat. Joseph A. Maxwell dalam Qualitative Research Design (1996, 17) berpendapat bahwa dengan metodologi kualitatif, “causal explanations” dapat dikembangkan. Analisis data yang terekam melalui observasi dan eksplorasi terhadap hubungan antar langkah, menunjukkan ada-tidaknya faktor-faktor empirik setempat di Indonesia, yang mungkin sama tetapi kemungkinan besar berbeda dengan faktor-faktor

Page 90: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

80

teoretik yang ditemukan oleh Edwards di masyarakat Amerika. Bukankah faktor yang berbeda ini merupakan temuan akademik yang berharga? Jadi yang perlu diobservasi dan direkam pada implementasi kebijakan tersebut adalah keseluruhan langkah-langkah, proses dan urutannya, yang perlu (dalam hal ini yang sedang atau sudah) ditempuh oleh semua fihak terkait, sejak penetapan kebijakan (policy adoption) sampai efek yang diharapkan dari kebijakan itu (policy outcomes) dirasakan oleh masyarakat yang bersangkutan. Hipotesis yang menjadi dasar pembuatan grounded theory direkonstruksi dari hasil pengamatan terfokus terhadap urutan kejadian yang terlihat dari waktu ke waktu. Jika urutan kejadian empirik itu memenuhi syarat “X precede Y in time,” maka antara Y dengan X terdapat hubungan kausal: Y adalah effect dan X adalah cause, dengan model X---->Y, demikian Babbie (1983, 57). Selanjutnya lihat John W. Creswell, Research Design Qualitative and Quantitative Approaches (1994), dan Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Basics of Qualitative Research: Grounded Theory Procedures and Techniques (1990). Ringkasan Barney G. Glaser dan Anselm L. Strauss, The Discovery of Grounded Theory: Strategies for Qualitative Research (1974) terdapat dalam Bab 36 Kybernologi (2003).

XV KONSTRUKSI BOK: JAWABAN KUANTITATIF

Pada dasarnya tidak ada pertanyaan yang khas kualitatif atau kuantitatif. Pada (di atas) fondasi yang sama dapat dibentuk BOK kualitatif dan kuantitatif. Setiap pertanyaan yang dapat dijawab dengan suatu teori, layak dijadikan fondasi BOK kuantitatif. ---------------------------------------- | JAWABAN | | bangunan struktursupra | | JAWABAN KUANTITATIF | | | | | | | | | | PERTANYAAN | | fondasi,bangunan strukturinfra | ----------------------------------------

Gambar 54 BOK Kuantitatif

(Lihat juga Gambar 44, 45, dan 48)

Page 91: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

81

Perbedaannya terdapat pada bangunan struktursupranya seperti terlihat pada Gambar 55 dan 56. ----------------------------------------- | JAWABAN TEORETIK TENTATIF | -------------------------------|-----------------------------------------| | | | | | | | | | MASYA- | SUDAH | EKSPLO- | KERANGKA | | | PERTANYAAN | RAKAT, | DIKE- | RASI | PEMI- | HIPOTESIS | | |UNIVERSE| NAL | PUSTAKA | KIRAN | | | | | | | | | -------------------------------------------------------------------------

Gambar 55 Model BOK Kuantitatif

------------------------------------------------------------------------- | JAWABAN |JAWABAN TEORTIK,|KE LAPANG-| | | TEORETIK | DIKETAHUI,TAPI |AN UTK UJI| JAWABAN TEORETIK KRITIS | | TENTATIF | UNASPIRATED* |HIPOTESIS | | |------------------------------|----------|-------------------------------| | | | | | PENGUJI- | | | | | | | DATA | AN HIPO | |IM- | | HIPOTESIS | EPSILON* |METODOLOGI| EMPI-| TESIS & | TEMUAN |PLI-| | | | | RIK | PEMBA- | |KASI| | | | | | HASAN | | | -------------------------------------------------------------------------

Gambar 56 Model BOK Kuantitatif (Lanjutan)

Apakah epsilon itu? Epsilon (*Gambar 56) adalah huruf kelima abjad bahasa Latin (Greek) ê psilon, artinya bare, simple ê, unaspirated; lawannya aspirate, articulate, desired. Eksplorasi pustaka (Gambar 55) yang kaya dengan teknologi informasi yang semakin canggih, membuka cakrawala pengetahuan yang luas dan dalam sebagai sumber jawaban yang seolah tak terbatas. Dalam hubungan itu, ada beberapa kemungkinan: 1. Katakanlah dari eksplorasi pustaka diketahui bahwa Y bergantung pada faktor-faktor X1, X2, dan X3, entah itu sufficient factors atau necessary (contingent) factors, atau dua-duanya.. Mengingat keterbatasan, kekurangan dan kelemahan subjek, sifat objek (sosial dan humaniora yang padat-nilai), dan kondisi lingkungan yang berubah-ubah, diperkirakan masih ada faktor lain yang tidak diketahui, tidak dapat diketahui, atau tidak sempat diketahui, yaitu Xn. Di sini Xn bukanlah epsilon. 2. Dari kajian pustaka diketahui bahwa Y dipengaruhi oleh X1, X2, dan X3, tetapi dengan alasan akademik-metodologik yang sah, hanya X1 dan

Page 92: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

82

X2 yang digunakan sebagai bahan bangunan. Di sini X3 dijadikan (adalah) epsilon Adanya epsilon dalam arti ini membawa konsekuensi metodologik yang serius. Konsekuensinya ialah, sekuat dan sesignifikan apapun pengaruh X1 dan X2, baik masing-masing maupun bersama-sama terhadap Y (koefisien determinasi), koefisien itu mengandung bias, baik kuantitas (tidak sesuai dengan fakta yang sesungguhnya, menurut statistik besar padahal sesungguhnya kecil), maupun kualitasnya (dianggap kuat atau efektif, padahal ternyata lemah atau gagal). Respons seorang responden terhadap X1 dan X2, misalnya berbeda dengan responsnya bilamana kepadanya ditawarkan X1, X2, dan X3, baik sufficient maupun contingent factors. Semakin banyak pilihan, perhatian responden semakin terbagi dan tersebar. Kendatipun sufficient factors lengkap, tidak biased, atau semua variabel bebasnya di bawah kontrol (misalnya di laboratorium), contingent (necessary) factornya (variabel antara, intervening) culture bound, sehingga pada gilirannya mengalami culture lag. Ini lebih buruk ketimbang bias! Mengenai culture-bound lihat David Easton, The Political System (1953), dan culture-lag lihat Emory S. Bogardus, Sociology (1954) dan G. A. Lundberg, Foundations of Sociology (1956). Hipotesis dalam Gambar 55 dan Gambar 56 bisa terlihat bagai sebuah bangunan yang keren dengan dua ruangan di dalamnya yaitu ruangan X dan ruangan Y. Hubungan antara dua ruangan ini dinyatakan dengan “Semakin . . . , semakin. . . . ” Pernyataan tersebut membawa kesan seolah-olah terdapat hubungan kausal antara Y dengan X. Sesungguhnya menurut Babbie, hubungan yang memberi kesan seperti itu “not genuine, authentic, or true,” melainkan spurious (spurious relationship). Di suatu daerah terlihat angka kelahiran bayi tinggi dan banyak burung bangau beterbangan. Pengamatan ini dijadikan dasar untuk membangun hipotesis berbunyi “Semakin banyak burung bangau, semakin tinggi angka kelahiran bayi,” disusul dengan jawaban terhadap pertanyaan “Dari mana datangnya bayi,” yaitu “Dibawa burung bangau.” Jadi banyaknya burung bangau menyebabkan banyaknya bayi. Setelah diamati ternyata, faktor lingkunganlah yang menyebabkan X dan Y. Hubungan antara lingkungan pedesaan dengan banyaknya burung bangau dan banyaknya bayi, disebut “hubungan yang genuine.” Bukankah ruang politik dan ruang bisnis dipenuhi oleh anggapan-anggapan yang spurious tersebut? Oleh sebab itu, setiap pernyataan tentang hubungan antara X dengan Y harus disertai dengan penjelasan (explanations) yang terbuka dan teruji (testable) guna mencegah pernyataan yang spurious dan membangun pernyataan yang genuine.

Page 93: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

83

Oleh sebab itu, pernyataan memerlukan penjelasan. Menurut Babbie, ada dua model penjelasan. Penjelasan dengan model ideografik (ideographic model of explanation) adalah penjelasan yang “probe the multiplicity of reasons that would account for a specific behavior,” “aims at explanation through the enumeration of very many, perhaps unique, considerations that lie behind a given action.” BOK kualitatif, terlebih yang menggunakan model interpretivist, berisi penjelasan ideografik ini. Selanjutnya, penjelasan dengan model nomotetik (nomothetic model) adalah penjelasan yang “consciously seeks to discover those considerations that are most important in explaining general classes of actions or events.” Istilah nomothetic berasal dari bahasa Greek, nomothetikόs, artinya “pertaining or involving the study or formulation of general or universal law.” Dengan mudah dapat ditebak bahwa BOK kuantitatif bersifat nometetik. Sebagaimana BOK kuantitatif terdiri dari bahan bangunan bernama teori, setiap teori mengandung pernyataan tentang hubungan antar konsep, dan hipotesis mengandung hubungan antar variabel, demikian juga setiap konsep dan variabel harus definitif. Hal itu penting guna membedakannya sekaligus menggambarkan hubungannya dengan sesuatu yang lain di dalam himpunan (kelas) yang sama. Jauh di atas telah dikemukakan bahwa formula sebuah definisi tidak boleh tautologik seperti A = A yang B, “spidol adalah spidol untuk white board,” melainkan A = B yang C, “spidol adalah alattulis untuk white board,” guna membedakannya dengan kapurtulis yang sehimpunan dengan spidol (himpunan alattulis) untuk black board (ref. Irving M. Copi, Introduction to Logic, 1959, Chapter Four), dengan catatan bahwa B adalah sebuah himpunan yang berisi A dan anggota lainnya. A disebut definiendum dan B yang C adalah definiens. Contoh lain “segitiga (definiendum) adalah bidang yang dibatasi oleh tiga garislurus (definiens).” Perulangan penjelasan dalam bentuk A = A itu dalam metodologi disebut tautology atau redundancy. Biasanya, Pasal 1 tiap Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), dan Peraturan Daerah (Perda) penuh batasan-batasan atau ketentuan. Ketentuan Pasal 1 butir 10 UU 32/04 berbunyi: “Peraturan daerah selanjutnya disebut Perda adalah peraturan daerah provinsi dan atau peraturan daerah kabupaten/kota,” bentuknya tautologik dan bukanlah definisi konsep Perda. Dengan demikian, epsilon, pernyataan spurious, dan tautologi, membatasi keberlakuan, validitas dan reliabilitas bangunan BOK. Untuk menjaga kualitas BOK --- Kebebasan Akademik dan Etika Ilmu Pengetahuan ---, epsilon hubungan spurious, dan tautologi, harus dijadikan masukan terbuka dalam ruang pembahasan bangunan (baca: marketing, penawaran, servicing) dan diberi label “keterbatasan bangunan.” Konsekuensinya ialah, bangunan BOK tidak bisa langsung ditawarkan kepada pelanggan tanpa pilihan. Namun demikian, dalam

Page 94: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

84

learning process, seterbatas apapun sebuah BOK, ada gunanya. Anggapan dasarnya ialah, seseorang yang ternyata mampu membangun BOK X----->Y, ia diharapkan mampu membangun BOK lainnya. Ruang bagi temuan akademik tersedia di Gambar 56. Yang dimaksud dengan temuan akademik adalah hasil proses penjawaban teoretik terhadap pertanyaan mulai dari hipotesis dan pengujiannya dengan data empirik, sampai pada pembahasan. Bahan yang dibahaa dalam proses pembahasan adalah hasil uji hipotesis. Jadi proses uji hipotesis belum dapat disebut pembahasan. Pembahasan itu sendiri meliputi: 1. Identifikasi keterbatasan penelitian dari sudut metodologi (politik, birokrasi, teori, responden, komunikasi dan teknologi informasi, dsb) 2. Epsilon (apa yang terjadi bila epsilon dijadikan bahan bangunan) 3. Penafsiran (interpretasi) 4. Reformulasi konsep (conceptualization) dan hipotesis 5. Rekonstruksi teori yang digunakan 6. Apakah hipotesis teruji? 7. Apakah BOK berfungsi? Konstruksi sebuah BOK sejajar dengan pembangunan sebuah rumah, terdiri dari beberapa tahap:

Tabel 5 Tahapan Rekonstruksi BOK ---------------------------------------------------------------- TAHAPAN PEMBANGUNAN RUMAH TAHAPAN REKONSTRUKSI BOK ---------------------------------------------------------------- 1 Perancangan (designing) 1 Hipotesis dan Epsilon 2 Penyediaan Bahan Bangunan 2 Pengumpulan dan Pengolahan Data 3 Konstruksi dan Evaluasi 3 Pengujian Hipotesis Bangunan dan Pembahasan 4 Evaluasi Bangunan 4 Temuan: BOK 5 Penggunaan Bangunan 5 Implikasi ----------------------------------------------------------------

Sudah barang tentu, dilihat dari sudut BOK sebagai bangunan penjelasan, BOK kuantitatif lebih nomotetik ketimbang ideografik, sementara BOK kualitatif, sebaliknya. Konsekuensinya ialah, kemungkinan sejumlah BOK nomotetik dibangun seragam dalam periode yang sama, terbuka lebar. Ibarat ribuan rumah yang dibangun dengan tipe, konstruksi, dan bahan bangunan yang sama! Inilah malapetak BOK kuantitatif, jika boleh disebut demikian. Himpunan Disertasi

Page 95: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

85

berpendekatan kuantitatif, misalnya, dengan variabel yang sama “implementasi kebijakan. . . . ,” pertanyaan yang seragam “seberapa besar,” dan teori yang itu-itu saja, “Edwards III,” terlihat seperti barang cetakan yang dijual dipasar swalayan yang megah. BOK dewasa ini cenderung berubah dari BOK akademik menjadi barang komoditi bisnis. Jika demikian, mana nilai tambah akademik, orisinalitas, kreativitas, pembaharuan, dan kemajuan ilmupengetahuan? Upaya apa yang perlu ditempuh guna mencegah kecenderungan inflastag itu di depan?

16 REKONSTRUKSI BOK: JAWABAN KOMBINATIF

Kybernologi memandang proses kebijakan tidak dari sudut Politik tetapi dari sudut Teori Governance. Dari sudut ini proses kebijakan itu ibarat naik gunung, sesudah tiba di puncak, harus turun lagi, demikian terus-menerus. Atau seperti naik pesawat terbang tinggi. Di awang-awang, apapun di bawah tidak terlihat. Saat turun pada ketinggian tertentu, bumi di bawah memang terlihat, tetapi sama terlihat jauh, sangat jauh, tidak jelas, sama semua, seragam, hijau pekat. Barulah ketika mendarat semuanya nampak, semakin dekat semakin jelas. Bukan hanya jelas, tetapi berbeda-beda. Bukan hanya berbeda-beda dari pandangan mata, tetapi dilihat dari nilai dan rasa, ada ketimpangan, ada kesenjangan antara yang sini dibanding dengan yang sana. Bahkan ada yang merosot dan terhilang jika yang kemarin dibanding dengan yang sekarang. Sudah barang tentu, pengalaman penerbangan yang lalu dijadikan masukan bagi persiapan penerbangan berikutnya. Proses kebijakan seperti take-off dan landing pesawat. Dari policy agenda (identifikasi masalah) sampai pada policy adoption (penetapan kebijakan) itulah take-off mengudara setinggi-tingginya (ketok palu dan tepuk tangan, tandatangani daftar hadir dan terima uang), dan dari policy adoption sampai pada policy outcome melalui policy implementation itulah landingnya. Sudah barang tentu pula, hasil evaluasi policy terhadap policy outcome, dijadikan masukan bagi policy agenda berikutnya. Take-off itu penetapan das Sollen bagi semua orang, landing adalah realisasinya menjadi fakta (das Sein) bagi setiap orang, yang kondisi kebutuhan, dan kepentingannya berbeda. Sebagaimana halnya pesawat tidak cukup hanya take-off tetapi harus landing, demikian juga kebijakan (harapan semua orang) yang telah ditetapkan, harus diimplementasikan sehingga outcomenya mencapai setiap orang yang kondisi kebutuhan, dan kepentingannya berbeda. Sementara sebuah pertanyaan tentang suatu peristiwa khusus, kasus baru, atau sesuatu yang unik, cukup dijawab dengan

Page 96: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

86

BOK kualitatif, yang bersifat ideografik, pertanyaan lain yang bersifat umum tidak cukup hanya dijawab dengan BOK kuantitatif, yang nomotetik, tetapi perlu dilengkapi dengan BOK ideografik yaitu BOK kualitatif. Kebijakan itu bersifat nomotetik. Supaya implementasinya bisa mencapai setiap orang yang kondisi kebutuhan, dan kepentingannya berbeda, maka mau tidak mau perlu digunakan BOK kualitatif. Seperti diketahui, demi efisiensi dan penghematan ruang, rekayasa bangunan sejak puluhan tahun terakhir menggunakan konstruksi kombinatif, dengan menggabung beberapa fungsi sekaligus ke dalam lingkungan sebuah bangunan. Misalnya fungsi rumah dikombinasikan dengan fungsi kantor atau fungsi toko, sehingga terbentuklah bangunan rukan atau ruko. Pembahasan kuantitatif sehebat apapun, jika temuan akademik disandarkan pada uji hipotesis belaka, terlebih jika hipotesisnya direkonstruksi dari fenomena sosial masyarakat yang budayanya berbeda, hasilnya tidak mendarat, dan tidak sekaya rekonstruksi BOK kuantitatif yang pembahasannya dikombinasikan dengan bahan bangunan kualitatif setempat. BOK juga demikian. BOK kualitatif diibaratkan fungsi rumah, sedangkan BOK kuantitatif fungsi kantor atau toko, sehingga BOK kuantitatif dapat dikombinasikan dengan BOK kualitatif sehingga terbentuklah BOK-Kuantitatif-Kualitatif atau BOK Kualitatif-Kuantitatif. Pilihan bergantung pada pertimbangan mana yang dominan. Pilihan itu pada gilirannya menentukan di mana letak ruang kualitatif dan di mana ruang kuantitatif di dalam BOK yang sama. Dengan perkataan lain, di dalam BOK yang sama, komponen kuantitatif masuk di mana dan komponen kualitatif masuk di mana. . pesawat tinggi di angkasa di bawah tak terlihat apa-apa | | | | pada ketinggian pesawat ini yg di bawah pesawat membumbung terlihat samar, menurun sama, dan seragam | | di sini semakin jelas, ter- semua take-off lihat perbedaan dan kesenjangan landing evaluation and feedback utk penerbangan berikutnya

Gambar 57 Pesawat Take-off dan Landing

Page 97: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

87

policy adoption | | | | | formulasi | implementasi kebijakan | kebijakan | | | | policy agenda | policy outcome policy evaluation and feedback

Gambar 58 Tiga Tahap Proses Kebijakan Gambar 57 menunjukkan bahwa kendatipun policy adoption (Gambar 58) yang oleh sementara kalangan dianggap sebagai bukti keberhasilan politik kekuasaan (SKK), terletak di puncak dengan segala kemegahannya, dilihat dari sudut governance belum apa-apa. Hasil akhir proses kebijakan bukanlah output yang berbentuk kebijakan, peraturan, rencana atau pidato, melainkan outcome sebagaimana dirasakan atau dialami oleh setiap orang terutama warga lapisan “sampah masyarakat.” BOK explanation BOK Nomotetik | | | pada tingkat penjelasan abstractness ini penjelasan nomotetik yg terlihat adalah ideografik prediktif kecenderungan,rerata deskriptif yang umum dan seragaman | | pertanyaan dari di sini baru semakin jelas, ter- BOK Ideografik yg terpenting lihat perbedaan dan kesenjangan memperdalam yg khusus evaluation and feedback utk pemikiran selanjutnya

Gambar 59 BOK Nomotetik dan BOK Ideografik

Penjelasan nomotetik yang bermula dari fenomena umum, berorientasi kepentingan, atau bertujuan mencari kecenderungan dan rata-rata untuk

Page 98: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

88

digeneralisasikan (pembenaran), sengaja atau tidak, bisa membawa bias yang sangat besar, seolah-olah keberhasilan itu adalah kinerja pembuat kebijakan (SKK), dan jika gagal adalah kesalahan pelanggan kebijakan (SKS, mana ada kekuasaan yang menyalahkan dirinya sendiri dan secara otonom bersedia menanggung risikonya? Paling-paling minta maaf!). BOK explanation BOK Nomotetik: Uji Hipotesis | | | pada tingkat penjelasan abstractness ini penjelasan nomotetik yg terlihat adalah ideografik prediktif kecenderungan,rerata deskriptif yang umum dan seragaman | | pertanyaan dari di sini baru semakin jelas, ter- BOK Ideografik yg terpenting lihat perbedaan dan kesenjangan memperdalam yg khusus* evaluation and feedback utk pemikiran selanjutnya

Gambar 60 Unified (Combined) BOK: BOK Nomotetik dan BOK Ideografik BOK Quantitative Dominant

Gambar 60 pendalaman terhadap hal yang khusus (*) mengacu pada komponen BOK Kuantitatif (Tabel 5) yang memerlukan bantuan BOK Kualitatif untuk membahasnya: 1. Identifikasi keterbatasan penelitian dari sudut metodologi (politik, birokrasi, teori, responden, komunikasi dan teknologi informasi, dsb) 2. Epsilon (apa yang terjadi bila epsilon dijadikan bahan bangunan) 3. Penafsiran (interpretasi) 4. Reformulasi konsep (conceptualization) dan hipotesis 5. Rekonstruksi teori yang digunakan 6. Apakah hipotesis teruji? 7. Apakah BOK berfungsi? Dengan demikian, pada BOK Kuantitatif (quantitative dominant), komponen kualitatif masuk ke dalam BOK pada tahap (ruang) identifikasi masalah dan pada tahap (ruang) pembahasan (Gambar 60). Telah dikemukakan juga bahwa pada BOK Kualitatif (qualitative dominant), komponen kuantitatif berfungsi sebagai jawaban teoretik, dan kemudian melalui penafsiran serta rekonstruksi data, hadir sebagai temuan melalui proses conceptualization dan dalam bentuk grounded theory. Maka terbentuklah BOK gabungan antara keduanya (combined BOK) ,

Page 99: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

89

Gambar 60. Bagaimana halnya dengan sisi evaluasi dan feedback pada segitiga kebijakan pada Gambar 58? Jika sisi ini direkonstruksi menjadi BOK ketiga, terdiri dari komponen apa saja? Input buat sisi ini adalah buah pendaratan kualitatif dan penjelasan ideografik. Outputnya adalah pertanyaan seputar pelanggan yang nyata, yang paling membutuhkan, pada dukungan hidup yang paling dibutuhkan, aspirasi setiap orang yang kondisi, kebutuhan, dan kepentingannya satu dibanding dengan yang lain yang berbeda-beda. BOK ini didasarkan pada faham demokrasi dan ajaran HAM dan lingkungan hidupnya. Output ini pada gilirannya menjadi masukan bagi policy agenda berikutnya. Untuk evaluasi pada proses (throughput) diperlukan tolokukur dan tolakukur yang disepakati bersama yang disebut norma. Oleh sebab itu BOK ketiga ini disebut BOK Normatif.

17 REKONSTRUKSI BOK: JAWABAN NORMATIF

Gambar 61 menunjukkan BOK kombinatif, meliputi BOK kuantitatif, BOK kualitatif. BOK, dan BOK normatif. Ini bermula pada Gambar 58, 59, dan 60. dan yang sebelumnya, pada sisi evaluasi dan feedback. BOK normatif berawal pada BOK Nomotetik: Uji Hipotesis | | | pada tingkat penjelasan abstractness ini penjelasan nomotetik yg terlihat adalah ideografik prediktif kecenderungan,rerata deskriptif yang umum dan seragaman | | pertanyaan dari di sini baru semakin jelas, ter- BOK Ideografik hal yg umum lihat perbedaan dan kesenjangan memperdalam yg khusus* evaluation and feedback utk pemikiran selanjutnya BOK Normatif: Pola Perilaku Manusia di Dalam Masyarakat dan Lingkungan Hidupnya. Fenomena dan Pertanyaan

Gambar 61 Unified (Triple BOK): BOK Kuantitatif, BOK Kualitatif, dan BOK Normatif kualitas, hasil observasi atau eksplorasi terhadap keberadaan dan perilaku suatu living organism, outward (masyarakat) dan inward (hatinurani)-nya, ke luar dan di

Page 100: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

90

dalamnya. Kualitas itu kemudian diolah, ditimbang, dipilah dan dipilih, diberi nilai. Nilai-nilai yang berguna bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan bersama manusia di dalam masyarakat (governance), baik nilai sosial maupun nilai hatinurani, diidentifikasi. Nilai-nilai tersebut kemudian disepakati menjadi pola perilaku setiap orang di dalam masyarakat pada setiap lingkungan. Nilai yang disepakati itu disebut norma. Dengan demikian, pola perilaku setiap orang dalam ruang SKE, SKK, dan SKS adalah nilai yang disepakati bersama itu, dan bukan hanya norma aturan hukum positif yang dibuat oleh SKK. Nilai-nilai sisa yang belum atau tidak disepakati pada masyarakat-masyarakat lokal, menjadi isu dan agenda bagi proses kebijakan pada tingkat nasional. Pada tingkat inilah bermula BOK kuantitatif seperti telah diuraikan di atas. Baik BOK kuantitatif maupun BOK kualitatif, tidak menjawab “bagaimana seharusnya sesuatu,” melainkan “bagaimana kenyataannya, faktanya,” yang satu menjawab pada tingkat abstrak teoretik, sedangkan yang lain menjawab sebagaimana adanya pada tingkat praktik, BOK normatiflah yang berkompeten menjawabnya. ---------------------------------------- | JAWABAN | | bangunan struktursupra | | JAWABAN NORMATIF | | | | | | | | | | PERTANYAAN | | fondasi,bangunan strukturinfra | ----------------------------------------

Gambar 62 BOK Normatif

(Lihat juga Gambar 44, 45, 48, dan 54)

Pentingnya BOK normatif ini bahkan menjadi bahan pertanyaan fundamental bagi Babbie, dengan meletakkannya pada ruang “social regularities,” setara dengan natural law atau axioms. Sosial regularities itulah yang kemudian menjadi dasar pembangunan BOK Sosiologi modern yang mampu menerangkan perilaku sosial dan melakukan prediksi ke depan dengan menggunakan ketiga BOK, kuantitatif, kualitatif, dan normatif. .

Page 101: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

91

18 EVERY SCIENCE BEGINS AS PHILOSOPHY AND ENDS AS ART

Pernyataan Will Durant yang mengawali bagian 2, mengakhiri bab I buku ini. Jika Filsafat diibaratkan fondasi bangunan yang tidak kelihatan namun menentukan tingkat kekokohan bangunan, maka Seni terlihat melalui seluruh penampakan bangunan. Seni menentukan seperti apa bangunan itu terlihat oleh, dan apa makna bangunan itu bagi pelanggannya (Seni Pemerintahan, lihat Bab 19, kaitkan dengan Teknologi Pemerintahan Bab 30 Kybernologi 2003). BOK itu sendiri hanya merupakan sebuah matarantai bangunan yang lebih besar sebagaimana ditunjukkan melalui Gambar 4 dan Gambar 5. Seni Pemerintahan terajut oleh proses penggunaan Ilmu dalam hal ini Kybernologi: titik-titik yang membentuk proses empirik pemerintahan dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat. seni

seni seni BAHAN DAN KONSTRUKSI seni seni filsafat

Gambar 63 (dalam dua dimensi) Every Science Begins as Philosophy

And Ends as Art---Will Durant

0212101649SDG 1101101132SDG File METODOLOGI PEMERINTAHAN

Page 102: METODOLOGI PEMERINTAHAN eBook - Institut …kybernologi.org/Pemikiran_/METODOLOGI_PEMERINTAHAN_eBook.pdf · PENGANTAR Buku berjudul Kybernologi dan Metodologi: Metodologi Ilmu Pemerintahan

92