188
BUKU AJAR METODOLOGI PENELITIAN BUKU AJAR METODOLOGI PENELITIAN Tim Penyusun: Blacius Dedi, Dr.Kep.,SKM.,M.Kep

METODOLOGI PENELITIANeprints.stikesyahoedsmg.ac.id/292/1/BUKU MATA AJAR... · 2020. 5. 29. · METODOLOGI PENELITIAN Tim Penyusun: Blacius Dedi, Dr.Kep.,SKM.,M.Kep . KATA PENGANTAR

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • BUKU AJAR

    METODOLOGI PENELITIAN

    BUKU AJAR

    METODOLOGI PENELITIAN

    Tim Penyusun:

    Blacius Dedi, Dr.Kep.,SKM.,M.Kep

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah Bapak yang maha kuasa atas berkat rahmat dan kasihnya buku ini dapat tersusun. Buku ini disusun supaya dapat memberikan panduan bagi para dosen dan mahasiswa dalam mempelajari dan memahami dan melakukan penelit ian dalam lingkup keilmuan keperawatan. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu. Tentu saja penyusun menyadari buku ini t idaklah sempurna, oleh sebab itu masukan, saran dan usulan sangat diharapkan demi perbaikan konten buku ajar ini dimasa datang.

    Semarang, Juni 2019

    Blacius Dedi, Dr. ,Keep.,M.Kep

  • D A FT A R I S I

    KATA PENGANTAR

    BAB I KAJIAN ILMIAH: BERFIKIR LOGIS DAN ILMIAH

    PENDAHULUAN

    BERFIKIR LOGIS

    KAJIAN TENTANG ILMU DAN METODE ILMIAH

    Ilmu

    Penggolongan ilmu

    Syarat Ilmu

    DAFTAR PUSTAKA

    BAB II KAJIAN ILMU KEPERAWATAN

    PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEPERAWATAN

    ILMU KEPERAWATAN: TEORI ADAPTASI

    KOMPONEN ILMU KEPERAWATAN: TEORI ADAPTASI

    Manusia

    Keperawatan

    Konsep Sehat-Sakit

    Konsep Lingkungan

    Aplikasi pada asuhan keperawatan: Proses Keperawatan

    DAFTAR PUSTAKA

    BAB III MASALAH, RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN

    PENELITIAN

    MASALAH

    Menyeleksi masalah

    Lingkup masalah penelitian keperawatan menurut Nursalam

    (2016)

    Kajian masalah /sumber masalah penelitian keperawatan

    RUMUSAN MASALAH ATAU PERTANYAAN PENELITIAN

    Faktor-faktor yang mendasari perumusan masalah penelitian

  • MENYUSUN RUMUSAN DAN TUJUAN PENELITIAN

    LAMPIRAN :

    Rumusan Masalah: Masalah dan pertanyaan penelitian

    Contoh : penelusuran masalah atau topic penelitian

    Spider web

    Keaslian penulisan

    DAFTAR PUSTAKA

    BAB IV KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

    PENELITIAN

    MENYUSUN KERANGKA TEORI

    Penyusunan kerangka teori dalam penelitian

    MENYUSUN KERANGKA KONSEP

    Penyusunan erangka konseptual dalam penelitian

    MENYUSUN HIPOTESIS PENELITIAN

    Langkah-langkah penyusunan

    Syarat Hipotesis

    Tujuan Hipotesis

    Sumber Hipotesis

    Tipe Hipotesis

    KONSEP SELF CARE

    KONSEP SELF CARE AGENCY

    Pengukuran Self Care Agency

    Contoh Kerangka Konsep Berbasis Self Care Agency (Orem)

    Self Care Agency.

    (Kemandirian Orem) penerapan pada Ibu Nifas dengan

    menggunakan pendekatan Teori Self Care Model

    DAFTAR PUSTAKA

    KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING)

    Konsep Interaksi manusia Imogene M. King (Fadilah, 2009)

  • Sistem Interpersonal

    DAFTAR PUSTAKA

    FAMILY CENTERED NURSING (FRIEDMAN, 2003)

    DAFTAR PUSTAKA

    TEORI TRANSCULTURAL IN NURSING DARI LEININGER

    DAFTAR PUSTAKA

    HEALTH PROMOTION MODEL (HPM)

    DAFTAR PUSTAKA

    PRECED-PROCEED MODEL

    Perilaku Kesehatan Bererdasarkan teori Lawrence W. Green

    Kualitas hidup (quality of Life)

    DAFTAR PUSTAKA

    TEORI PERILAKU TERENCANA (THEORI OF PLANNED

    BEHAVIOR)

    Sejarah teori perilaku terencana (Theory of planned Behavior)

    DAFTAR PUSTAKA

    SELF REGULATION MODEL

    DAFTAR PUSTAKA

    THEORI MODEL

    DAFTAR PUSTAKA

    THEORI MODEL PENCEGAHAN PRIMER (CAPLAN, 2001)

    PENGEMBANGAN MUTU PELAYANAN / PRODUKTIVITAS

    (KOPELMEN)

    DAFTAR PUSTAKA

    MODEL MAKP (METODE ASUHAN KEPERAWATAN

    PROFESIONAL) DAN ATAU MPKP

    Kepuasan Perawatan

    Model Kesenjangan (The Expectancy-Disconfirmation Model)

    (Woodruff & Gardial, 2002)

    Theory of Servqual

    DAFTAR PUSTAKA

    KONSEP KERJA DAN TEAMWORK

  • Definisi Kinerja

    Team Work

    Semangat Kerja

    DAFTAR PUSTAKA

    TEORI MOTIVASI McCLELLAND

    BERNOUT SYNDROME TEORI MASLACH

    Konsep Dasar Burnout Syndrome

    DAFTAR PUSTAKA

    CONTOH KERANGKA KONSEPTUAL BERBASIS INTEGRAL

    MODEL

    (LAWRENCE GREEN)

    DAFTAR PUSTAKA

    STRES, APPRAISAL, AND COPING STRATEGY IN

    TRANSACTIONAL THEORY (LAZARUS & FOLKMAN, 1984)

    DAFTAR PUSTAKA

    MATERNAL ROLE ATTAINMENT AND BECOMING MOTHER

    (MERCER)

    Pencapaian Peran Ibu : Marcer’s Original Model

    Becoming a Mother : Model Revisi

    DAFTAR PUSTAKA

    MODEL STRUCTURE OF CARING (SWANSON, 1993)

    DAFTAR PUSTAKA

    BAB V LINGKUP MASALAH PENELITIAN ILMU KEPERAWATAN

    ILMU KEPERAWATAN DASAR DAN MANAJEMEN

    KEPERAWATAN

    ILMU KEPERAWATAN ANAK

    ILMU KEPERAWATAN MATERNITAS

    ILMU KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DAN GAWAT

    DARURAT

    Ilmu Keperawatan Medikal Bedah

    Ilmu Keperawatan Gawat Darurat

  • ILMU KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

    ILMU KEPERAWATAN KOMUNITAS, KELUARGA, DAN

    GERONTIK

    Komunitas

    Keluarga

    Gerontik

    DAFTAR PUSTAKA

    BAGIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN

    BAB VI RANCANGAN PENELITIAN

    PENDAHULUAN

    PEMILIHAN RANCANGAN PENELITIAN

    JENIS RANCANGAN PENELITIAN

    Rancangan penelitian Non-Eksperimen

    Rancangan Penelitian Eksperimental

    DAFTAR PUSTAKA

    BAB VII POPULASI, SAMPEL, SAMPLING, DAN BESAR SAMPEL

    POPULASI

    Pembagian Pupulasi

    Kriteria Populasi

    SAMPEL

    Sampel

    Sampling

    DAFTAR PUSTAKA

    BAB VIII VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

    VARIABEL

    Definisi

    Jenis Variabel

    DEFINISI OPERASIONAL

  • Konsep Pengertian dan Definisi

    DAFTAR PUSTAKA

    BAB IX PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN PENGUMPULAN DATA

    PENYUSUNAN INSTRUMEN

    Prinsip : Validitas dan Reliabilitas

    Jenis – jenis Instrumen

    PENGUMPULAN DATA

    Tugas Peneliti dalam Pengumpulan Data

    Karakteristik Metode Pengumpulan Data

    Masalah-masalah pada Pengumpulan Data

    Prinsip Etis dalam Penelitian (Pengumpulan Data)

    DAFTAR PUSTAKA

    BAB X ANALISIS DATA PENELITIAN KUANTITATIF

    PENDAHULUAN

    Ciri – ciri Pokok Statistik

    Janis Landasan Kerja Pokok yang Digunakan oleh Statistik

    PERAN STATISTIK DALAM TAHAPAN PENELITIAN

    ANALISIS DATA

    Klasifikasi Skala Pengukuran

    Langkah – langkah Analisis Data

    INTERPRETASI HASIL ANALISIS DATA

    DAFTAR PUSTAKA

    BAB XI PENULISAN HASIL PENELITIAN

    PENDAHULUAN

    PENULISAN ISI HASIL PENELITIAN

    Bagian Pendahuluan

    Bagian Metodologi

    Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

    Penulisan Analisis Data

  • Bagian Penulisan Hasil Penelitian

    DAFTAR PUSTAKA

    BAGIAN 4 CONTOH PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN

    BAGIAN 5 PEDOMAN PENULISAN USULAN PENELITIAN DAN

    SKRIPSI

    PENDAHULUAN

    PEDOMAN PENULISAN

    PEDOMAN PENULISAN USULAN PENELITIAN (PROPOSAL)

    PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI DAN TESIS

    PENULISAN DAFTAR PUSTAKA

    Lampiran

    Indeks

  • BAGIAN 1

    TREN PENELITIAN

    KEPERAWATAN

    Bab 1 Kajian Ilmiah : Berpikir Logis

    dan Metode Ilmiah

    Bab 2 Kajian Ilmu keperawatan

  • Bab 1

    Kajian Ilmiah : Berpikir Logis

    dan Metode Ilmiah

    PENDAHULUAN

    Kajian ilmiah tentang ilmu keperawatan merupakan suatu keharusan bagi

    para perawat Indonesia saat ini. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa belum

    terdapat kejelasan tentang ilmu yang secara empiris dapat diterima secara ilmiah

    oleh masyarakat nonkeperawatan. Realitasnya, suatu ilmu dapat dibedakan

    menjadi tiga, yaitu: proses, produk, dan paradigma etis. Proses merupakan suatu

    kegiatan untuk memahami alam semesta dan isinya didasarkan pada tuntutan

    metode keilmuan (rasionalitas dan objektif).

    Produk adalah segala proses keilmuan yang harus menjadi milik umum dan

    selalu terbuka untuk dikaji oleh orang lain. Paradigma etis artinya ilmu harus

    mengandung nilai-nilai moral dan etika yang tidak bertentangan dengan nilai-

    nilai moral yang ada di masyarakat.

    Pada bab ini, penulis hanya akan memfokuskan bahasan pada kajian ilmiah

    ilmu keperawatan dengan penekanan dalam pembahasan berpikir logis dan

    ilmiah. Berpikir logis adalah berpikir lurus dan teratur terhadap suatu hal yang

    diyakini dari suatu objek atau fenomena. Objek atau fenomena tersebut berupa

    suatu pokok permasalahan yang dikaji untuk membedakan antara benar dan

    salah. Berpikir ilmiah adalah cara berpikir dengan didasarkan pada pendekatan

    ilmiah, yaitu melalui metode ilmiah yang merupakan alat/sarana penjelasan

    dalam mempelajari prosedur tertentu untuk mendapatkan ilmu. Metode ilmiah

    mempelajari cara identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan, hipotesis,

    metode, hasil, dan kesimpulan yang berdasarkan atas kaidah ilmiah.

    BERPIKIR LOGIS

  • Berpikir logis merupakan proses berpikir yang didasari oleh konsistensi

    terhadap keyakinan-keyakinan yang didukung oleh argumen yang valid.

    Pengertian lain dari berpikir logis adalah berpikir lurus, tepat, dan teratur sebagai

    objek formal logika. Suatu pemikiran disebut lurus, tepat, dan teratur apabila

    pemikiran itu sesuai dengan hukum, aturan, dan kaidah yang sudah ditetapkan

    dalam logika. Mematuhi hukum, aturan, dan kaidah logika berguna untuk

    menghindari pelbagai kesalahan dan penyimpangan (bias) dalam mencari

    kebenaran ilmiah. Pada hakikatnya, pikiran manusia terdiri atas tiga unsur

    berikut.

    1. Pengertian (informasi tentang fakta)

    2. Keputusan (pernyataan benar-tidak benar)

    3. Kesimpulan (pembuktian-silogisme)

    Dalam logika ilmiah, tiga unsur pikiran manusia tersebut harus dinyatakan

    dalam kata (kalimat tulisan). Tiga pokok kegiatan akal budi manusia antara lain

    sebagai berikut :

    1. Menangkap sesuatu sebagaimana adanya, yang berarti menangkap sesuatu

    tanpa mengakui atau memungkiri (pengertian atau pangkal pikir, disebut

    juga premis)

    2. Memberikan keputusan, yang berarti menghubungkan pengertian yang satu

    dengan pengertian yang lain atau memungkiri hubungan tersebut.

    3. Merundingkan, yang berarti menghubungkan keputusan satu dengan

    keputusan yang lain sehingga sampai pada satu kesimpulan (pernyataan

    baru yang diturunkan).

    KAJIAN TENTANG ILMU DAN METODE ILMIAH

    ILMU

    Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode

    ilmiah. Makna ilmu menunjukkan sekurang-kurangnya tiga hal (Gambar 1.1).

    1. Kumpulan pengetahuan (produk).

  • Metode Produk

    2. Aktivitas ilmiah dan proses berpikir ilmiah (proses).

    3. Metode ilmiah (metode).

    Gambar 1.1 Makna Ilmu

    1. Ilmu sebagai produk

    Ilmu sebagai produk merupakan kumpulan informasi yang telah teruji

    kebenarannya dan dikembangkan berdasarkan metode imiah dan pemikiran

    logis (Kemeny, 1961).

    Struktur ilmu adalah sebagai berikut:

    a. Paradigma

    b. Teori

    c. Konsep dan asumsi

    d. Variabel dan parameter

    2. Ilmu sebagai proses

    Ilmu sebagai proses, merupakan cara mempelajari suatu realitas (kejadian) dan

    upaya memberi penjelasan tentang suatu mekanisme (jawaban terhadap

    pertanyaan mengapa dan bagaimana) (Adib, 2011).

    Karakteristik ilmu adalah sebagai berikut.

    1) Dapat dibuktikan secara logika (logico-emperical-verifikatif)

    2) Dapat dipahami secara umum/luas (generalized understanding)

    3) Ditegakkan secara teoretis (theoritical construction)

    ILMU

    Proses

  • 4) Menjawab pertanyaan mengapa (why) dan bagaimana (how)

    3. Ilmu sebagai metode

    Ilmu sebagai metode, merupakan metode untuk memperoleh pengetahuan yang

    objektif dan dapat diuji kebenarannya (Adib, 2011). Metode adalah rangkaian

    cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan,

    sering kali disebut metode ilmiah. Metode Ilmiah berkaitan erat dengan logika,

    metode penelitian, metode pengambilan sampel, pengukuran, analisis,

    penulisan hasil, dan kesimpulan. Pendekatan adalah pemilihan area kajian.

    PENGGOLONGAN ILMU

    Pendapat mengenai pengelompokan ilmu sangat banyak, bergantung pada

    kriteria penggolongannya. Secara umum, ilmu hampir selalu dikelompokkan

    menjadi dua yaitu ilmu nomotetik dan ilmu idiografik (Putra, 2010).

    1) Ilmu Nomotetik (Deduktif)

    Ilmu Nomotetik merupakan suatu ilmu yang didasarkan pada kajian-

    kajian makro (kasus-kasus) yang luas dan banyak terjadi, kemudian

    dijabarkan pada hal-hal yang khusus. Pendekatan penelitian dapat

    digolongkan pada metode kuantitatif. Misalnya, semua klien yang masuk

    rumah sakit akan mengalami stres hospitalisasi. Klien anak, klien remaja,

    dan klien dewasa yang masuk rumah sakit akan mengalami stres.

    2) Ilmu Idiografik (Induktif)

    Ilmu Idiografik merupakan suatu kajian ilmu yang didasarkan pada hal-

    hal yang mikro, unik, khusus, dan bersifat individual, kemudian ditarik

    suatu kesimpulan secara umum. Pendekatan penelitian digolongkan pada

    metode kualitatif. Contoh, penyanyi A berambut keriting, penyanyi B

    rambutnya keriting, penyanyi C dan penyanyi lainnya juga berambut

    keriting, semuanya pandai bernyanyi. Jadi dapat ditarik kesimpulan

    bahwa orang yang memiliki rambut keriting pandai bernyanyi.

    SYARAT ILMU

  • Terdapat beberapa persyaratan bahwa suatu pengetahuan dianggap sebagai ilmu:

    1) Memenuhi Syarat sebagai Ilmu Pengetahuan Ilmiah

    a. Logis: Dapat dinalar dan masuk akal.

    Misalnya, pada ilmu keperawatan. Klien yang masuk rumah sakit

    mengalami stress di samping keadaan sakitnya, klien harus

    beradaptasi terhadap lingkungan baru (orang perawat, peraturan-

    peraturan, dan lain-lain).

    b. Empiris. Data dapat diamati dan diukur.

    Misalnya, data tentang respons klien yang mengalami stres, dapat

    diamati dan diukur dari ketidakmampaan klien untuk beradaptasi

    terhadap stresnya. Secara psikologis (kognator), klien stres

    mengalami gangguan afek dan emosi (cemas, marah-marah depresi,

    dan menolak peraturan baru). Hal ini karena klien tidak mampu

    beradaptasi terhadap lingkungan baru. Secara fisik (regulator),

    kondisi klien dapat diukur dengan terdinya peningkatan tanda-tanda

    vital klien dan peningkatan hormon-hormon stres (kortisol dan

    katekolamin)

    c. Diperoleh melalui metode ilmiah

    Pendekatan yang diganakan berdasarkan langkah-langkah dalam

    metode ilmiah penjelasam lehih luniut dagat dilihat dalam

    pembahasan tentang metode sains).

    2) Memenuhi Komponen Ilmu (Science Balding Blocks)

    TEORI ADAPTASI

    Konsep Stres konsep : manusia proposisi

    Proposisi konsep : sakit

    Konsep Koping konsep : Lingkungan Konsep : keoerawatan (regulator & Cognator) (rumah sakit)

  • Gambar 1.2. Science building blocks pada ilmu keperawatan (Teori Adaptasi)

    Keterangan :

    Teori adaptasi terdiri atas komponen-komponen ilmu, yaitu terbentuk dari

    beberapa konsep:

    1) Konsep stres akibat masuk rumah sakit (stres hospitalisasi)

    2) Konsep koping (regulator dan kognator)

    3) Konsep manusia

    4) Konsep keperawatan

    5) Konsep sakit

    6) Konsep lingkungan

    Adanya sekelompok pengetahuan yang dirangkai dengan penambahan

    pernyataan lain sehingga terbentuk suatu informasi tentang hubungan

    antarpengetahuan. Minimal pada penelitian ini akan menghasilkan suatu

    proposisi-proposisi.

    3. Memenuhi metode ilmiah : mekanisme stimulus-Respon

    HIPOTESIS FAKTA EMPIRIS :

    Belum diterapkannya model asuhan keperawatan di rumah sakit.

    Perawat belum menunjukkan kinerja yang optimal

    Klien sering mengalami stress hospitalisasi

    HUKUM, PRINSIP: HUMANISTIK

    HOLISTIK CARE

    Stimulasi

  • Respons Logika

    Gambar 1.3 Metode stimulus-respon pada kajian ilmu

    1. Stimulus

    a) Masalah.

    Fakta/empiris yang dapat diamati dan diukur berdasarkan hasil suatu

    pengamatan yang cermat dan teliti.

    b) Perumusan masalah penelitian

    Masalah yang sudah ditemukan kemudian dirumuskan dalam suatu

    masalah penelitian, perumusan masalah. Di dalam penelitian

    dituliskan sebagai pertanyaan penelitian.

    2. Logika

    a. Kajian teoretis / konseptual

    Misalnya dalam ilmu keperawatan, sakit pada manusia disebabkan

    oleh ketidakmampuan manusia untuk beradaptasi yang melibatkan

    unsur fisik, psikis, dan sosial yang merupakan perwujudan

    terimplikasi adanya integrasi satu dengan yang lain. Objek utama

    dalam ilmu keperawatan, yaitu:

    1) Manusia (individu yang mendapatkan stimulus/asuhan

    keperawatan),

    2) konsep lingkungan,

    3) konsep sehat, dan

    4) keperawatan.

    1) Stimulus/Asuhan Keperawatan

  • Stimulus yang diberikan perawat berupa intervensi/asuhan

    keperawatan dalam meningkatkan respons adaptasi

    berhubungan dengan empat mode respons adaptasi.

    Kegiatan yang dilaksanakan meliputi:

    a) Membantu memenuhi kebutuhan klien dengan gangguan

    dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis dan

    ketergantungan.

    b) Memperlakukan klien secara manusiawi.

    c) Melaksanakan komunikasi terapeutik.

    d) Mengembangkan hubungan terapeutik

    2) Konsep lingkungan

    Lingkungan merupakan semua kondisi internal dan eksternal

    yang memengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan

    perilaku seseorang atau kelompok. Lingkungan internal adalah

    keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa

    pengalaman, kemampuan emosional, dan kepribadian) serta

    proses pemicu stres biologis (sel maupun molekul) yang berasal

    dari dalam tubuh individu. Lingkungan eksternal dapat berupa

    keadaan/faktor fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima

    individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman.

    3) Konsep sehat

    Sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya

    menjadikan dirinya terintegrasi secara keseluruhan, fisik,

    mental, dan sosial. Integritas adaptasi individu dimanifestasikan

    oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan dalam

    mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi. Sakit adalah

    suatu keadaan ketidakmampuan individu untuk beradaptasi

    terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu.

    Kondisi sehat dan sakit dipersepsikan secara berbeda-beda oleh

    individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping)

  • bergantung dari latar belakang individu tersebut dalam

    mengartikan dan mempersepsikan sehat/sakit, misalnya tingkat

    pendidikan, pekerjaan, usia, budaya, dan lain-lain.

    4) Keperawatan

    Keperawatan adalah model pelayanan profesional dalam

    memenuhi kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu

    baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis,

    sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.

    Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa

    meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah,

    memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan

    yang dipersepsikan sakit oleh individu.

    b. Perumusan Hipotesis

    Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu

    pertanyaan atau tujuan penelitían. Syarat hipotesis yang baik adalah

    sebagai berikut.

    1) Berupa pernyataan.

    2) Layak uji.

    3) Berdasarkan teori konsep

    4) Adanya hubungan antarvariabel (proposisi antara konsep

    adaptasi dan kinerja).

    c. Identifikasi dan operasionalisasi variable

    Berikut ini merupakan contoh dalam penjelasan variabel dan definisi

    operasional ilmu keperawatan (adaptasi).

    Variabel Dimensi Indikator/Definisi Operasional

    Tingkat adaptasi Regulator Suatu proses fisiologis:

  • (proses Peningkatan hormon-hormon stres: kortisol dan

    katekolamin.

    Peningkatan tanda-tanda vital: denyut jantung

    dan laju pernapasan.

    Kognator Tingkat koping psikologis klien yang konstruktif:

    Learning (imitasi, reinforcement, dan pemahaman

    diri).

    Judgement (penyelesaian masalah dan

    pengambilan keputusan) terhadap lingkungan

    baru.

    Emotion: Suatu tindakan klien dalam merespons

    keputusan yang telah dibuat. Klien diharapkan

    dapat menggunakan koping yang konstruktif:

    1) Menerima kenyataan sakitnya.

    2) Berhubungan dengan orang lain.

    3) Kooperatif terhadap tindakan yang diberikan.

    Tingkat efektor Fisiologis

    Psikologis

    Peran

    Ketergantungan

    Tingkat fisiologis

    Tingkat kebutuhan oksigen, nutrisi. cairan, serta

    istirahat dan tidur

    Tingkat psikologis

    1) Pandangan terhadap fisik

    i. Penurunan konsep seksual

    ii. Agresi, kehilangan

    2) Pandangan terhadap personal

    i. Cemas

    ii. Tidak berdaya

    iii. Merasa bersalah

    iv. Harga diri rendah

    Tingkat peran

    Transisi peran, peran berbeda, konflik peran,

    kegagalan peran.

    Tingkat ketergantungan

    Kecemasan berpisah, merasa ditinggalkan/

    terisolasi.

    Adaptif

    Maladaptif

    (koping tidak

    efektif)

    Adaptif : Koping konstruktif (menerima,

    berhubungan dengan orang lain, melakukan

    aktivitas sehari-hari; dan terpenuhi

    kebutuhan fisik).

    Koping tidak efektif: Marah-marah,

    menyendiri, merasa tidak berguna, sedih,

    dan peningkatan hormon-hormon stres

    (kortisol, katekolamin)

    Tingkat Stimulus:

    kinerja perawat

    (Berdasarkan

    paradigma

    Membantu

    Memenuhi

    gangguan

    pemenuhan

    Terpenuhinya kebutuhan fisiologis:

    Makan dan minum

    Oksigenasi

    Cairan

  • keperawatan:

    humanistik,

    holistik,

    dan care

    kebutuhan

    fisiologis dan

    ketergantungan

    Istirahat dan tidur

    Nutrisi

    Perawatan diri

    Memperlakukan

    klien secara

    manusiawi:

    Memperlakukan klien sebagai mitra/manusiawi:

    Sopan

    Tidak diskriminasi

    Melibatkan klien dan keluarga secara aktif

    Sabar

    Tanggap dan cepat dalam bertindak

    Melaksanakan

    komunikasi

    terapeutik

    Komunikasi terapeutik:

    Memanggil nama klien

    Menggunakan bahasa yang mudah

    dimengerti

    Komunikasi secara tepat dan benar (sesuai

    kontrak)

    Mendengarkan dan menampung

    Mendorong klien untuk mengungkapkan

    perasaan dan pandangannya

    Meluangkan waktu untuk bicara, setiap ada

    kesempatan

    Mengembangkan

    Hubungan

    terapeutik

    dengan klien:

    Hubungan terapeutik dengan klien:

    Menciptakan hubungan timbal balik

    Memelihara hubungan yang harmonis

    Mencegah konflik dengan klien

    Mencegah sikap pilih kasih

    Menilai dampak dari tindakan

    Berpenampilan rapi dan tenang

    Menepati janji

    Jujur dan terbuka

    d. Penyusunan penelitian

    Nonekaperimental (bersifat observasi) dan eksperimental True-

    eksperimental; quasi-eksperimentals; pre-eksperimental. Contoh

  • Bandingkan apakah sama

    Penerapan teori adaptasi

    Bandingkan apakah sama

    Variabel independen

    rancangan quasi-eksperimental; peran teori adaptasi terhadap perbaikan

    kinerja perawat.

    Gambar 1.4 Diagram Quasi-Eksperimental

    3. Respons

    Respons dalam kajian ilmiah dapat digolongkan sebagai berikut.

    a. Penyusunan instrumen penelitian (validitas dan reliabilitas).

    b. Melakukan sampling (randomisasi) dan estimasi ukuran sampel.

    c. Analisis data dan pengujian hipotesis (regresi).

    d. Mengambil kesimpulan dan memberikan saran

    DAFTAR PUSTAKA

    Perlakuan

    Pengukuran variable dependen : indicator

    kinerja (pra)

    Kontrol

    Pengukuran variable dependen : indicator

    kinerja (pra)

    Pengukuran ulang variable dependen : indicator

    kinerja (Pasca)

    Pengukuran ulang variable dependen : indicator

    kinerja (Pasca)

  • Adib, M. 2011. Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika limiu

    Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

    Alligood, MR, & Tomey, AM, 2006, Nursing 'Theorists and Their Work, 7h ed.

    Missouri: Mosby.

    Babbie, E. 1999. The Basics of Social Research. Belmont: Wadsworth Pub. Co.

    Nursalam. 2002. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta: Sagung

    Seto.

    Nursalam & Kurniawati, ND. 2007. Asuhan Keperawatan Pasien Terinfeksi

    HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.

    Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan. Metodologi Penelitian limu Keperawatan.

    Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

    Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence

    for Nursing Practice. 9 ed. Philadelphia: JB. Lippincott.

    Polit, D.E. dan B.P. Hungler. 1993. Essential of Nursing Research. Methods,

    Appraisal, and Utilization. 3d ed. Philadelphia: J.B. Lippincott Co.

    Putera, S.T. 2010. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: Pusat Penerbitan dan

    Percetakan Unair.

    Sastroasmoro, S. dan S. Ismail. 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.

    Jakarta: Binarupa Aksara.

    Soeparto, O., S.T. Putra, dan Haryanto. 2000. Filsafat Imu Kedokteran. Surabaya:

    GRAMIK dan RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

    Bab 2

  • Kajian Ilmu Keperawatan

    PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEPERAWATAN

    Filsafat ilmu merupakan telaah secara filsafat yang ingin menjawab pertanyaan

    hakikat ilmu (Adib, 2011). Hakikat ilmu dapat dibedakan menjadi tiga; yaitu

    ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Semua pengetahuan-ilmu (sains), seni,

    atau pengetahuan apa saja- pada dasarnya mempunyai ketiga landasan tersebut.

    Ketiga hakikat tersebut saling berkaitan, yang berbeda adalah materi

    perwujudannya serta sejauh mana landasan-landasan ketiga hakikat ini

    dikembangkan dan dilaksanakan.

    Batas lingkup ilmu menjadi karakteristik objek ontologis ilmu yang

    membedakan ilmu (sains) dari pengetahuan-pengetahuan lain. Dapat dikatakan

    bahwa ilmu hanya membatasi hal-hal yang berbeda dalam batas pengalaman

    karena fungsi ilmu dalam kehidupan (seperti memerangi penyakit) dan

    menyusun indikator kebenaran karena telah teruji secara empiris. Ilmu juga

    perlu bimbingan moral (agama) karena kebutaan moral dari ilmu dapat

    membawa manusia ke jurang malapetaka.

    Pada praktiknya, harus ada kejelasan batas disiplin ilmu, misalnya batas

    disiplin ilmu antara perawat dan dokter. Tanpa kejelasan batas, maka pendekatan

    multidisiplin tidak akan bersifat konstruktif tetapi berubah menjadi sengketa

    kapling (Alligood & Tomey, 2012). Ciri khas yang paling menyol yaitu manusia

    yang dilihat bukan hanya sebagai benda jasmani saja tetapi manusia secara

    keseluruhan. Sementara itu manusia sebagai subjek penyelidikan ilmu

    kemanusiaan dilihat dalam dua arti. Pertama dalam arti bahwa secara hakiki

    manusia melampaui status objek benda-benda sekitarnya, kedua dalam arti

    bahwa si penyelidik subjek berada pada taraf yang sama dengan objeknya. Arti

    pertama agak berbau filsafat. Arti kedua secara khas berasal dari suatu uraian

    empiris mengenai ilmu-ilmu kemanusiaan, jika dibandingkan dengan ilmu-ilmu

    lainnya.

  • Bagaimana dengan halnya makhluk hidup termasuk sendiri? Hal ini

    terutama terjadi di tatanan klinik yang objeknya adalah manusia. Fenomena-

    fenomena klinik yang kita amati adalah aspek fisik berupa gejala-gejala penyakit

    dengan tingkat biomolekuler yang mendasarinya; aspek psikis; dan aspek sosial.

    Ketiga aspek tersebut merupakan fokus kajian objek ilmu keperawatan, yang

    mempunyai empat komponen, yaitu manusia sebagai makhluk yang unik;

    keperawatan; konsep sehat-sakit; dan lingkungan yang memengaruhi keadaan

    manusia.

    Banyak pengertian yang membahas tentang ilmu keperawatan,

    sebagaimana Nursalam (2008) menjabarkan tentang ilmu keperawatan

    adalah"……..suatu ilmu yang mencakup ilmu-ilmu dasar, perilaku, biomedik,

    sosial, dan ilmu keperawatan sendiri (dasar, anak, maternitas, medikal bedah,

    jiwa, dan komunitas). Aplikasi ilmu keperawatan yang menggunakan

    pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah ditujukan untuk

    mempertahankan, menopang, memelihara, dan meningkatkan integritas seluruh

    kebutuhan dasar manusia". Pengertian tersebut membawa dampak terhadap isi

    kurikulum program pendidikan tinggi keperawatan. Institusi pendidikan tinggi

    keperawatan sejauh ini belum mampu mengenalkan ilmu keperawatan secara

    jelas kepada peserta didik. Dengan demikian, peserta didik mendapatkan

    orientasi ilmu dasar yang hampir sama dengan yang diajarkan pada program

    pendidikan kesehatan lain (kedokteran umum, dokter gigi, dan kesehatan

    masyarakat). Hal ini mengakibatkan ketidakjelasan peran perawat dalam

    memberikan asuhan kesehatan kepada klien. Pertanyaan yang muncul adalah

    apakah isi kurikulum ilmu-ilmu dasar yang diajarkan kepada mahasiswa

    keperawatan sama yang diajarkan kepada mahasiswa kedokteran, kedokteran

    gigi, dan kesehatan masyarakat. Hal ini perlu dipertanyakan mengingat: 1)

    belum jelasnya perbedaan ilmu keperawatan dan kedokteran dan 2) dosen sering

    mengajarkan materi yang sama dengan kedokteran kepada mahasiswa

    keperawatan. Dengan perkataan lain, tidak adanya focus penekanan kompetensi

    wajib yang dimiliki lulusan keperawatan (Nursalam, 2008b).

    Tujuan ilmu keperawatan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: 1) sebaga

    dasar dalam praktik keperawatan; 2) komitmen dalam praktik keperawatan

  • terhadap pengembangan ilmu keperawatan; 3) sebagai dasar penyelesaian

    masalah keperawat yang kompleks agar kebutuhan dasar klien terpenuhi; dan 4)

    dapat diterimanya intervensi keperawatan secara ilmiah dan rasional oleh profesi

    kesehatan lain serta masyarakat. Tujuan yang terakhir disebutkan akan dapat

    diterima oleh masyarakat jika perawat mampu menjelaskan objek ilmu

    keperawatan (Chitty, 1997).

    Berdasarkan tujuan ilmu keperawatan tersebut, Chitty (1997)

    menerjemahkan ilmu keperawatan sebagai suatu ilmu yang aplikasinya dapat

    dipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai dengan kaidah dan nilai-nilai

    keperawatan. Chitty (1997) menekankan nilai-nilai ilmu keperawatan pada tiga

    unsur utama, yaitu: holistik, humanistik, dan care dengan menekankan pada

    upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang sehat maupun sakit.

    Pemenuhan kebutuhan manusia merupakan objek ilmu keperawatan yang

    meliputi membantu meningkatkan, mencegah, dan mengembalikan fungsi

    kesehatan yang terganggu akibat sakit yang diderita.

    Peran utama professional perawat adalah memberikan asuhan keperawatan

    kepada manusia (sebagai objek utama kajian filsafat ilmu keperawatan :

    Ontologis) yang meliputi :

    1. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan dan kebutuhan

    klien.

    2. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi

    masalah keperawatan, mulai dari pemeriksaan fisik, psikis, sosial, dan

    spiritual.

    3. Memberikan asuhan keperawatan kepada klien (klien, keluarga, dan

    masyarakat) mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks.

    Pelayanan yang diberikan oleh perawat harus dapat mengatasi masalah-masalah

    fisik, psikis, dan sosial-spiritual pada klien dengan fokus utama mengubah

    perilaku klien (pengetahuan, sikap, dan keterampilannya) dalam mengatasi

    masalah kesehatan sehingga klien dapat mandiri.

    Misalnya, jika klien anak dengan asma bronkial dirawat di rumah sakit

    dengan kondisi sedang diberi infus dan tidak boleh bergerak ke mana-mana,

  • maka anak tersebut akan mengalami stres fisik akibat keluhan sakitnya dan

    psikis akibat dari tindakan pemasangan infus serta larangan untuk bergerak.

    Stres psikis yang terjadi akan berdampak terhadap koping anak tersebut sehingga

    menurunkan imunitasnya. Keadaan tersebut justru akan memperlambat

    kesembuhan klien. Ilmu keperawatan yang ada harus dapat memfasilitasi

    bagaimana anak tersebut dapat merasa "at home" (tidak seperti di rumah sakit),

    tidak merasa tertekan, dan merasa diperhatikan oleh orang terdekat. Bukan justru

    menambah stres psikologis dengan suasana lingkungan yang menakutkan dan

    petugas yang bersikap kurang ramah serta memaksakan setiap melakukan

    tindakan keperawatan/medis (misalnya menyuntik). Keadaan yang demikian

    akan berdampak dalam proses penyembuhan klien.

    Hasil penelitian yang dilaksanakan di Amerika menyebutkan bahwa

    memperlakukan anak anak yang dirawat di rumah sakit seperti di rumah sendiri,

    memberi kebebasan bagi anak untuk bermain sebatas kemampuannya, dan

    merasa diperhatikan menunjukkan angka yang signifikan dalam percepatan

    penyembuhan klien dibandingkan dengan anak yang mengalami stres psikologis

    akibat suasana/lingkungan yang tidak kondusif.

    ILMU KEPERAWATAN : TEORI ADAPTASI

    Dalam disiplin biologi yang merupakan induk utama dari filsafat ilmu

    kedokteran dan ilmu keperawatan, terdapat 4 doktrin biologi organisme yang

    mencerminkan upaya para ahli biologi dalam mengatasi realitas biologi, yaitu

    (1) doktrin pendekatan holistik; (2) doktrin teleologik; (3) doktrin kesejajaran

    historis dalam perkembangan organisme; serta (4) doktrin otonomi (Soeparto

    Putra, Haryanto, 2000). Doktrin pertama tampak pada pendekatan holistik

    yang digunakan oleh ahli biologi dalam memersepsikan organisme. Artinya,

    meskipun tubuh organisme tersusun dari komponen-komponen yang

    mencerminkan tingkat agregasi bahan kimia pembentuknya dengan ciri-ciri

    fisikokimia yang bervariasi, para ahli biologi memandang wujud organisme

    sebagai yang terintegrasi. Doktrin kedua tampak pada sifat deskriptif

  • penjelasan biologi yang berorientasi tujuan. Penjelasan biologi yang

    menekankan pentingnya hubungan antara struktur dengan fungsi dan penjelasan

    pelestarian fungsi reproduksi, adaptasi, dan evolusi dalam organisme biologi

    dipengaruhi oleh doktrin ini. Doktrin ketiga menegaskan

    bahwa ciri-ciri perkembangan organisme menimbulkan permasalahan

    metodologi khas dalam perkembangan teori biologi. Doktrin keempat

    merupakan konsekuensi logis dari ketiga doktrin sebelumnya. Doktrin ini

    menegaskan bahwa organisme harus diteliti tanpa prasangka, peranggapan, dan

    bias yang tak disadari, sehingga informasi yang terhimpun memberikan realitas

    apa adanya. Sistem biologi memperlihatkan ciri-ciri perwujudan dirinya sebagai

    saatu totalitas (holistik). Dalam totalitas perwajudannya terimplikasi

    adanya integrasi yaing engendalikan interelasi antara ciri satu dengan lainnya

    (Soparmo,1984).

    Keempat doknin tersebut mempunyai kesamaan dalam filsafat ilmu

    keperawatan, yaitu terjadinya suata sakit pada manusia karena adanya

    ketidakmampuan beradaptasi antara unsur fisik, psikis dan sosial karena unsur –

    unsur tersebut merupakan perwujudan terimplikasi integrasi satu dengan yang

    lain. Misalnya jika manusia mengalami nyeri dada (pada kasus infark miokard

    akut) maka akan berdampak terhadap stress psikis karena ketakutan tehadap

    kematian, dan terjadi ganggaan sosialisasi dengan individu lainnya.

    Salama individu mampu menjaga integrasi antara unsur- unsur tersebut, maka

    gejala sakit tidak akan tormanifestasikan dan individu akan bertahan.

    KOMPONEN ILMU KEPERAWATAN: TEORI ADAPTASI

    Menurut Roy terdapat lima objek utama dalam ilma keperawatan, yaitu (1)

    Manusia (individu yang medapatkan asuhan keparwatan) (2) Keperawatan: (3)

    Konsep sehat: (4) konsep lingkungan; dan (5) Aplikasi : tindakan keparwatan.

    (Nursalam & Kurniawan, 2007).

    Input Proses Efektor Output Stimulus

    adaptasi Primer (mekanisme Koping)

    Model adaptif

  • Stimulus tingkat adaptasi

    Gambar 2.1. Diagram model adaptasi dari Roy (dikutip oleh Nursalam, 2007)

    MANUSIA

    Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan adalah individu,

    keluarga kelompok, komunitas, atau sosial. Masing-masing diperlakukan oleh

    perawat sebagai system adaptasi yang holistik dan terbuka. Sistem terbuka

    tersebut berdampak terhadap perubahan yang konstan terhadap informasi,

    kejadian, dan energi antarsistem dan lingkungan.

    Interaksi yang konstan antara individu dan lingkungan dicirikan oleh perubahan

    internal dan eksternal. Dengan perubahan tersebut, individu harus

    mempertahankan integritas dirinya yaitu beradaptasi secara kontinu

    1. Input. Sistem adaptasi mempunyai input yang berasal dari internal

    individu. Roy mengidentifikasi input sebagai suatu stimulus. Stimulus

    merupakan suatu unit informasi, kejadian, atau energi yang berasal dari

    lingkungan. Sejalan dengan adanya stimulus, tingkat adaptasi individu

    direspons sebagai suatu input dalam sistem adaptasi. Tingkat adaptasi

    tersebut bergantung dari stimulus yang didapat berdasarkan kemampuan

    individu. Tingkat respons antara individu sangat unik dan bervariasi

    Kognator (intelektual dan sebagainya)

    Regulator (system saraf otonom)

    Integritas fisiologi

    Integritas Psikologi

    (konsep diri)

    Integritas Sosiologi

    (mungsi peran)

    ketergantungan

    Zona maladaptif

    Zona Maladaptif

    Fokal

    Konteks tual

    Residual

  • bergantung pada pengalaman yang didapatkan sebelumnya, status

    kesehatan individu, dan stresor yang diberikan.

    2. Proses.

    a. Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk menjelaskan

    proses kontrol dari individu sebagai suatu sistem adaptasi.

    Beberapa mekanisme koping dipengaruhi oleh faktor

    kemampuan genetik, misalnya sel-sel darah putih masuk dalam

    tubuh. Mekanisme lainnya adalah dengan penggunaan antiseptik

    untuk mengobati luka. Roy menekankan ilmu keperawatan yang

    unik untuk mengontrol mekanisme koping. Mekanisme tersebut

    dinamakan regulator dan cognator.

    b. Subsistem regulator mempunyai sistem komponen input, proses

    internal, dan output.Stimulus input berasal dari dalam atau luar

    individu. Perantara sistem regulator berupa kimiawi, saraf, atau

    endokrin. Refleks otonomi sebagai respons neural berasal dari

    batang otak dan korda spinalis, diartikan sebagai suatu perilaku

    output dari sistem regulasi. Organ target (endoterin) dan jaringan

    di bawah kontrol endokrin juga memproduksi perilaku output

    regulator, yaitu terjadinya peningkatan Andreno Corticaltyroid

    Hormone (ACTH) kemudian diikuti peningkatan kadar kortisol

    darah.

    Banyak proses fisiologis yang dapat diartikan sebagai perilaku

    subsistem regulator. Misalnya, regulator tentang respirasi. Pada

    sistem respirasi akan terjadi peningkatan oksigen, yang

    menginisiasi metabolisme agar dapat merangsang kemoreseptor

    pada medula untuk meningkatkan laju pernapasan. Stimulasi

    yang kuat pada pusat tersebut akan meningkatkan ventilasi lebih

    dari 6-7 kali.

    c. Contoh proses regulator tersebut terjadi ketika stimulus eksternal

    divisualisasikan dan ditransfer melalui saraf mata menuju pusat

    saraf otak dan bagian bawah pusat saraf otonomi. Saraf

    simpatetik dari bagian ini mempunyai dampak yang bervariasi

  • pada viseral, termasuk peningkatan tekanan darah dan denyut

    jantung

    d. Stimulus terhadap subsistem kognator juga berasal dari faktor

    internal dan eksternal. Perilaku output subsistem regulator dapat

    menjadi umpan balik terhadap stimulus subsistem kognator.

    Proses kontrol kognator berhubungan dengan fungsi otak yang

    tinggi terhadap persepsi atau proses informasi, pengambilan

    keputusan, dan emosi. Persepsi proses informasi juga

    berhubungan dengan seleksi perhatian, kode, dan ingatan. Belajar

    berhubungan dengan proses imitasi dan penguatan

    (reinforcement). Penyelesaian masalah dan pengambilan

    keputusan merupakan proses internal yang berhubungan dengan

    keputusan dan khususnya emosi untuk mencari kesembuhan

    dukungan yang efektif, dan kebersamaan.

    e. Dalam mempertahankan integritas seseorang, kognator dan

    regulator bekerja secara bersamaan. Sebagai suatu sistem

    adaptasi, tingkat adaptasi seseorang dipengaruhi oleh

    perkembangan individu dan penggunaan mekanisme koping.

    Penggunaan mekanisme koping yang maksimal akan berdampak

    baik terhadap tingkat adaptasi individu dan meningkatkan tingkat

    rangsangan sehingga individu dapat merespons secara positif

    3. Efector

    Sistem adaptasi proses internal yang terjadi pada individu didefinisikan

    Roy sebagai sistem efektor. Empat efektor atau model adaptasi tersebut

    meliputi (1) fisiologis; (2) konsep diri; (3) fungsi peran; dan (4)

    ketergantungan (interdepeden). Mekanisme regulator dan kognator

    bekerja pada model adaptasi. Perilaku yang berhubungan dengan mode

    adaptasi merupakan manifestasi dari tingkat adaptasi individu dan

    mengakibatkan digunakannya mekanisme koping. Saat mengobservasi

    perilaku seseorang dan menghubungkannya dengan model adaptasi,

  • perawat dapal mengidentifikasi adaptif atau ketidakefektifan respons

    sehat dan sakit.

    a. Fisiologis

    Efektor secara fisiologis dapat dilihat dari beberapa hal berikut

    Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen yang

    berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi.

    Nutrisi: menggambarkan pola penggunaan nutrisi untuk

    memperbaiki kondisi dan perkembangan tubuh klien.

    Eliminasi: menggambarkan pola eliminasi.

    Aktivitas dan istirahat: menggambarkan pola aktivitas,

    latihan, istirahat, dan tidur

    Integritas kulit: menggambarkan fungsi fisiologis kulit.

    Rasa: menggambarkan fungsi sensori perseptual yang

    berhubungan dengan pancaindra: penglihatan, penciuman,

    perabaan, pengecapan, dan pendengaran.

    Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fisiologis

    penggunaan cairan dan elektrolit.

    Fungsi neurologis: menggambarkan pola kontrol neurologis,

    pengaturan, dan intelektual.

    Fungsi endokrin: menggambarkan pola kontrol dan

    pengaturan, termasuk respons stres dan sistem reproduksi.

    Masalah-masalah keperawatan yang dapat diidentifikasi pada

    keempat mode dijabarkan pada Tabel 2.1.

    b. Konsep Diri (Psikis)

    Konsep diri mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan, dan emosi

    yang berhubungan dengan ide diri sendiri. Perhatian ditujukan pada

    kenyataan keadaan diri sendi tentang fisik, individual, dan moral-

    etik.

  • Table 2.1. masalah gangguan adaptasi (George, 1990: 247 dikutif dari Roy, S.C.)

    MASALAH

    FISIOLOGIS KONSEP DIRI FUNGSI PERAN INTERDEPENDEN

    1. Oksigenisasi

    Hipoksia

    Syok

    Overload

    Pandangan terhadap

    fisik :

    Penurunan konsep

    seksual

    Agresi

    Kehilangan

    Transisi parah

    Peran berbeda

    Konflik peran

    Kegagalan peran

    Kecemasan

    berpisah

    Merasa

    ditinggalkan/

    isolasi

    2. Nutrisi

    Malnutrisi

    Mual

    Muntah

    Pandangan terhadap

    personal

    Cemas .

    Tidak berdaya

    Merasa bersalah

    Harga diri rendah

    3. Eliminasi

    Konstipasi

    Diare

    Kembung

    Inkontinen

    Retensi Urine

    4. Aktivitas dan istirahat

    Aktivitas fisik yang

    tidak adekuat

    Risiko kesalahan

    aktivitas

    Istirahat yang tidak

    adekuat

    Insomnia

    Gangguan tidur

    Kelebihan istirahat

    5. Integritas kulit

    Gatal – gatal

    Kekeringan

    Decubitus

    c. Fungsi Peran (Sosial)

    Fungsi peran mengidentifikasi tentang pola interaksi sesial

    seseorang yang berhubungan dengan orang lain akibat dar peran

    ganda yang dijalankannya.

  • d. Ketergantungan (Independen)

    Interdependen mengidentifikasi pola nilai-nilai manusia,

    kehangatan, cinta, dan memiliki Proses tersebut terjadi melalui

    hubungan interpersonal terhadap individu maupun kelompok

    2. Output

    Perilaku seseorang berhubungan dengan metode adaptasi. Koping yang

    tidak efektif berdampak terhadap respons sakit (maladaptif). Jika klien

    masuk pada zona maladaptif maka klien mempunyai masalah

    keperawatan (adaptasi).

    KEPERAWATAN

    Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan

    kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang

    mengalami gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan

    yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan

    kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan

    rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu (Alligood &

    Tomey, 2006).

    Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respons

    adaptasi yang berhubungan dengan empat model respons adaptasi. Perubahan internal,

    eksternal, dan stimulus input bergantung dari kondisi koping individu. Kondisi koping

    menggambarkan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi ditentukan oleh stimulus

    fokal, kontekstual, dan residual. Stimulus fokal adalah suatu respons yang diberikan

    secara langsung terhadap input yang masuk. Penggunaan fokal pada umumnya

    bergantung pada tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus

    kontekstual adalah semua stimulus lain yang merangsang seseorang baik internal

    maupun eksternal serta memengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara

    subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat

    seseorang dan timbul secara relevan sesuai dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit

    diukur secara objektif.

  • Kasus: Klien Tn. Sigit mengalami nyeri dada. Stimulus yang secara langsung

    pada klien dinamakan fokal, yaitu kekurangan oksigen pada otot jantungnya.

    Stimulus kontekstual meliputi: suhu 40° C, sensasi nyeri, penurunan berat badan,

    kadar gula darah, dan derajat kerusakan arteri. Stimulus residual meliputi

    riwayat merokok dan stres yang dialaminya.

    Tindakan keperawatan yang diberikan adalah meningkatkan respons adaptasi pada

    situasi sehat dan sakit. Tindakan tersebut dilaksanakan oleh perawat dalan

    memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, atau residual pada individu. Dengan

    memanipulasi semua stimulus tersebut, diharapkan individu akan berada pada zona

    adaptasi. Jika memungkinkan, stimulus fokal yang dapat mewakili semua stimulus

    harus dirangsang dengan baik. Misalnya klien dengan nyeri dada, stimulus fokalnya

    adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen tubuh dan persediaan oksigen

    yang dapat disediakan oleh jantung. Untuk mengubah stimulus fokal, perawat perlu

    memanipulai stimulus kebutuhan agar respons adaptif dapat terpenuhi. Jika stimulus

    fokal tidak dapat diubah, perawat harus meningkatkan respons adaptif dengan

    memanipulasi stimulus kontekstual dan residual.

    Perawat perlu mengantisipasi bahwaklien mempunyai risiko adanya

    ketidakefektifan respons pada situasi tertentu. Oleh karena itu perawat harus

    mempersiapkan individu untuk mengantisipasi perubahan melalui penguatan

    mekanisme kognator, regulator atau koping yang lainnya. Tindakan keperawatan yang

    diberikan pada teori ini meliputi mempertahankan respons yang adaptif dengan

    mendukung upaya klien secara kreatif menggunakan mekanisme koping yang sesuai.

    KONSEP SEHAT-SAKIT

    Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu kontinum dari meninggal sampai dengan

    tingkat tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan dan

    proses dalam upaya menjadikan dirinya terintegrasi secara keseluruhan, yaitu fisik,

    mental, dan sosial.

    Integritas adaptasi individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk

    memenuhi tujuan mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.

  • Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradaptasi

    terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan sakit

    sangat relatif dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi

    (koping) bergantung pada latar belakang individu tersebut dalam mengartikan dan

    mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya,

    dan lain-lain.

    KONSEP LINGKUNGAN

    Stimulus dari individu dan stimulus sekitarnya merupakan unsur penting dalam

    lingkungan. Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari

    internal dan eksternal, yang memengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan serta

    perilaku seseorang dan kelompok. Lingkungan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi,

    ataupun psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman.

    Sementara lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu

    (berupa pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian) dan proses stressor (sel

    maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu. Manifestasi yang tampak

    akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons. Pemahaman klien yang

    baik tentang lingkungan akan membantu perawat meningkatkan adaptasi klien tersebut

    dalam mengubah dan mengurangi risiko akibat dari lingkungan sekitarnya.

    APLIKASI PADA ASUHAN KEPERAWATAN:

    PROSES KEPERAWATAN

    Model ilmu keperawatan dari adaptasi Roy memberikan pedoman kepada perawat

    dalam mengembangkan asuhan keperawatan melalui proses keperawatan. Unsur

    proses keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, intervensi,

    dan evaluasi seperti yang digambarkan berikut ini (Nursalam, 2008a)

    Pengkajian

    Diagnosis

    Intervensi

  • Gambar 2.2 Diagram hubungan antara tahap proses keperawatan (Nursalam, 2001).

    1. Pengkajian

    Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang perilaku klien sebagai

    suatu system adaptif yang berhubungan dengan masing-masing model adaptasi:

    fisiologis, konsep diri fungsi peran, dan ketergantungan. Oleh karena itu,

    pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku, yaitu pengkajian klien

    terhadap masing-masing model adaptasi sistematis dan holistik. Pelaksanaan

    pengkajian dan pencatatan pada empat model adaptif tersebut akan memberikan

    gambaran keadaan klien kepada tim kesehatan lainnya.

    Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisis pola perubahan perilaku

    klien tentang ketidakefektifan respons atau respons adaptif yang memerlukan

    dukungan perawat. Jika ditemukan ketidakefektifan respons (maladaptif), perawat

    melaksanakan pengkajian tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan

    data tentang stimulus fokal, kontekstual, dan residual yang berdampak terhadap

    klien. Proses ini bertujuan untuk mengklarifikasi penyebab dari masalah dan

    mengidentifikasi faktor kontekstual dan residual yang sesuai. Menurut Martinez,

    faktor yang memengaruhi respons adaptif meliputi genetik; jenis kelamin, tahap

    perkembangan, obat-obatan, alkohol, merokok konsep diri, fungsi peran,

    ketergantungan, dan pola interaksi sosial; mekanisme koping dan gaya; stres fisik

    dan emosi; budaya; serta secara lingkungan fisik.

    2. Perumusan Diagnosis Keperawatan

    Diagnosis keperawatan adalah respons individu terhadap rangsangan yang timbul

    dan diri sendiri maupun luar (lingkungan). Sifat diagnosis keperawatan adalah (1)

    Perencanaan

    Pelaksanaan

    Evaluasi

  • berorientasi pada kebutuhan dasar manusia; (2) menggambarkan respons individu

    terhadap proses kondisi dan situasi sakit; dan (3) berubah bila respons individu

    juga berubah (Nursalam 2001). Unsur dalam diagnosis keperawatan meliputi

    problem/respons (P); etiologi (E) dan signs/symptom (S), dengan rumus diagnosis

    = P + E + S. Diagnosis keperawatan dan diagnosis medis mempunyai beberapa

    perbedaan, sebagaimana tersebut pada tabel di bawah ini.

    Tabel 2.2 Perbedaan diagnosis medis dan keperawatan

    DIAGNOSIS MEDIS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

    1. Fokus: faktor-faktor pengobatan

    penyakit

    1. Fokus: respons klien, tindakan

    medis, dan faktor lain

    2. Orientasi: keadaan patologis 2. Orientasi: kebutuhan dasar

    manusia (KDM)

    3. Cenderung tetap mulai masuk

    sampai pulang

    3. Berubah sesuai perubahan respons

    klien

    4. Mengarah tindakan medis

    (pengobatan) yang sebagian

    dilimpahkan kepada perawat

    4. Mengarah pada fungsi mandiri

    perawat

    5. Diagnosis medis melengkapi

    diagnosis keperawatan

    5. Diagnosis keperawatan melengkapi

    diagnosis

    medis

    Roy mendefinisikan tiga metode untuk menyusun diagnosis keperawatan:

    a. Menggunakan tipologi diagnosis yang dikembangkan oleh Roy dan

    berhubungan dengan 4 model adaptasi (tabel masalah gangguan adaptasi).

    Dalam mengaplikasikan metode diagnosis ini, diagnosis pada kasus Tn.

    Sigit adalah "hipoksia.

    Tabel 2.3 Kriteria standar intervensi keperawatan menurut teori adaptasi

    (Nursalam, 2002)

    STANDAR TINDAKAN GANGGUAN FISIOLOGIS

    1. Memenuhi kebutuhan oksigen

  • Kriteria:

    a. Menyiapkan tabung oksigen dan flowmeter

    b. Menyiapkan humidifier berisi air

    c. Menyiapkan slang nasal/masker

    d. Memberikan penjelasan kepada klien

    e. Mengatur posisi klien

    f. Memasang slang nasal/masker

    g. Memerhatikan reaksi klien

    2. Memenuhi kebutuhan nutrisi, cairan, dan elektrolit

    Kriteria:

    a. Menyiapkan peralatan dalam dressing car

    b. Menyiapkan cairan infus/makanan/darah

    c. Memberikan penjelasan pada klien

    d. Mencocokkan jenis cairan/darah/diet makanan

    e. Mengatur posisi klien

    f. Melakukan pemasangan infus/darah/makanan

    g. Mengobservasi reaksi klien

    3. Memenuhi kebutuhan eliminasi

    Kriteria:

    a. Menyiapkan alat pemberian huknah/gliserin/dulcolax dan peralatan

    pemasangan kateter

    b. Memerhatikan suhu cairan/ukuran kateter

    c. Menutup pintu dan memasang selimut

    d. Mengobservasi keadaan feses/urine

    e. Mengobservasi reaksi klien

    4. Memenuhi kebutuhan aktivitas dan istirahat/tidur

    Kriteria:

    a. Melakukan latihan gerak pada klien tidak sadar

    b. Melakukan mobilisasi pada klien pascaoperasi

    5. Memenuhi kebutuhan integritas kulit (kebersihan dan kenyamanan fisik)

    Kriteria:

    a. Memandikan klien yang tidak sadar/kondisinya lemah

    b. Mengganti alat-alat tenun sesuai kebutuhan/kotor

    c. Merapikan alat-alat klien

    6. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis

    Kriteria:

    a. Mengobservasi tanda-tanda vital sesuai kebutuhan

    b. Melakukan tes alergi pada pemberian obat baru

  • c. Mengobservasi reaksi klien

    b. Menggunakan pernyataan dari perilaku yang tampak dan berpengaruh

    terhadap stimulusnya. Dengan menggunakan metode diagnosis ini maka

    diagnosisnya adalah "nyeri dada disebabkan oleh kekurangan oksigen pada

    otot jantung berhubungan dengan lingkungan cuaca yang panas.

    Tabel 2.3 Kriteria standar intervensi keperawatan menurut teori adaptasi

    (Nursalam, 2002), (lanjutan).

    STANDAR TINDAKAN GANGGUAN KONSEP DIRI (PSIKIS)

    Memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual

    Kriteria:

    1. Melaksanakan orientasi pada klien baru

    2. Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

    3. Memberikan penjelasan dengan bahasa sederhana

    4. Memerhatikan setiap keluhan klien

    5. Memotivasi klien untuk berdoa

    6. Membantu klien beribadah

    7. Memerhatikan pesan-pesan klien

    STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN PERAN (SOSIAL)

    1. Meyakinkan klien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna bagi

    keluarga dan masyarakat

    2. Mendukung upaya kegiatan atau kreativitas klien

    3. Melibatkan klien dalam setiap kegiatan terutama dalam pengobatan pada oinn

    4. Melibatkan klien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri klien

    5. Bersifat terbuka dan komunikatif kepada klien

    6. Mengizinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien

    7. Perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap klien yang positif dalam

    perawatan

    8. Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan menerima jika ada sikap klien yang

    negatif

    STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN INTERDEPENDENCE (KETERGANTUNGAN

    1. Membantu klien memenuhi kebutuhan makan dan minum

    2. Membantu klien memenuhi kebutuhan eliminasi (urine dan alvi)

    3. Membantu klien memenuhi kebutuhan kebersihan diri (mandi)

    4. Membantu klien berhias atau berdandan

  • c. Berhubungan dengan stimulus yang sama. Misalnya jika seorang petani

    mengalami nyeri dada saat ia bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada

    kasus ini, diagnosis yang sesuai adalah "Kegagalan peran berhubungan

    dengan keterbatasan fisik (miokardial) untuk bekerja saat cuaca yang

    panas".

    3. Interfensi Keperawatan

    Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan mengubah atau

    memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga

    ditujukan kepada kemampuan klien dalam menggunakan koping secara luas, supaya

    stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien.

    Tujuan intervensi keperawatan adalah mencapai kondisi yang optimal dengan

    menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat

    menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk

    memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan, pertumbuhan, dan reproduksi).

    Tujuan jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi

    stimulus fokal, kontekstual, dan residual.

    Pengembangan kriteria standar intervensi keperawatan menurut adaptasi akan

    digunakan oleh peneliti sebagai instrumen untuk mengukur kinerja perawat dalam

    menerapkan teori adaptasi pada asuhan keperawatan anak.

    4. Evaluasi

    Penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada tujuan keperawatan yang

    ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada

    perubahan perilaku dari kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi

    pada individu.

    DAFTAR PUSTAKA

    Adib, M. 2011. Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu

    Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

  • Alligood, MR, & Tomey. AM. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 7h ed. St.

    Louis, Missouri: Mosby

    Chitty, K.K. 1997. Professional Nursing. Concepts & Challenges. 2nd ed.

    Philadelphia: W.B Saunders Company.

    Nursalam & Kurniawati, ND. 2007. Asuhan Keperawatan Pasien Terinfeksi HIV/

    AIDS. Jakarta: Salemba Medika.

    Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan

    Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

    ____________2008a. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktis.

    Edisi 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

    ____________.2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

    Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba

    Medika.

    Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence

    for Nursing Practice. 9th ed. Philadelphia: JB. Lippincott.

    Putera, S.T. 2010. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: Pusat Penerbitan dan

    Percetakan Unair.

    Soeparmo HA. (1984) Struktur Keilmuan dan Teori Ilmu Pengetahuan Alam.

    Surabaya: Airlangga University Press.

    BAGIAN 2

  • MASALAH PENELITIAN DAN

    KERANGKA KONSEP

    Bab 3 Masalah, Rumusan Masalah, Dan

    Tujuan Penelitian

    Lampiran Contoh Rumusan Masalah

    Bab 4 Kerangka Konsep hipotesis penelitian

    Bab 5 Lingkup masalah penelitian ilmu

    keperawatan

  • Harapan

    BAB 3 MASALAH, RUMUSAN MASALAH

    DAN TUJUAN PENELITIAN

    MASALAH

    Masalah penelitian merupakan langkah awal yang harus dipikirkan dan disusun

    berdasarkan suatu fakta empiris di lapangan. Pada tahap awal pelaksanaan penelitian,

    kegiatan yang perlu dilakukan adalah memahami konsep masalah berdasarkan kajian

    kepustakaan yang dapat dipercaya. Kegiatan tersebut meliputi berpikir, membaca

    teori, dan review dengan teman perlu memahami pelaksanaan deductive reasoning dan

    memilih topik yang diminati dari hasil riset yang telah dilaksanakan orang lain.

    Gambar 3.1. Bagan alur piker ilmiah sekonsep (Soeparto, Putra, Haryanto, 2000)

    TOPIK

    MASALAH

    RUMUSAN MASALAH

    TUJUAN PENELITIAN

    MANFAAT

    Fakta

    JUDUL

    Kesenjangan berdasar pada konsep masalah (K.I)

    Konsep yang digunakan dalam paradigm penelitian/konsep paradigm penelitian/konsep paradigma (konsep I dan II) sebagai sumber variable untuk menjawab rumusan masalah.

  • Masalah penelitian adalah suatu kondisi yang memerlukan pemecahan atau alternatif

    Pemecahan. Baik burukya suatu penelitian sangat ditentukan oleh masalah penelitian

    (Research problem) (Polit & Hungler, 1999). Masalah penelitian biasanya didapat dari

    topic yang secara luas berhubungan dengan keperawatan. Mengingat dalam topik

    sudah terdapat suatu masalah, maka dalam melakukan identinkasi masalah hendaknya

    tidak keluar dari area masalah yang telah dicantumkan dalam topik. Masalah penelitian

    diupayakan yang orisin, mempunyai kontribusi terhadap perkembangan ilmu, urgensi

    dan baru.

    Menyelesaikan Masalah Riset Keperawatan

    Saat memilih masalah penelitian keperawatan peneliti dituntut untuk menguasai

    lingkap masalah dan konsep keperawatan. Gambar berikut ini menjelaskan alur pikir

    tentanglangkah-langkah memilih masalah penelitian keperawatan.

    Gambar 3.2. Penentuan masalah riset keperawatan (Nursalam, 2002 & Nursalam,

    2008)

    NANDA (9 Pola perubahan) GORDON (11 pola fungsi kesehatan)

    P : Problem E ; ? (factor independen) S: Sign/ Simptons

    Proses keperawatan Diagnosis Keperawatan

    Sumber : - Klinik/

    komunitas - Literature/

    buku/ jurnal

    - Diskusi/ seminar

    Syarat - F: Feasibility - I: Interseting - N: novel - E: Ethics - R: relevant

    MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH

    Pengembangan kerangka konseptual (Teori/ ilmu

    keperawatan) : ROY, OREM, KING, dll)

  • Keterangan:

    Alur perumusan masalah penelitian keperawatan tersebut berdasar pada masalah-

    masalah keperawatan yang berasal dari diagnosis keperawatan, yang terdiri atas rumus

    PES. P (problem adalah respons/masalah yang dirasakan oleh klien, baik fisik, psikis,

    maupun sosio-spiritual. Dalam menentukan R merujuklah pada masalah keperawatan

    yang dikemukakan oleh North American Nurses Diagnosis (NANDA), sebagai acuan

    penentuan masalah keperawatan di dunia. E (Etiology) adalah penyebab dari masalah,

    dapat berupa patofisiologi suatu penyakit, situasi lingkungan atau tempat tinggal. S

    (Sign & Symptoms) adalah tanda dan gejala yang biasanya memberikan kontribusi

    terhadap timbulnya masalah. Keterangan tersebut dapat dianalogikan, bahwa PES

    dapat dipergunakan sebagai variabel dependen; E sebagai variabel independen; dan S

    dapat berperan sebagai variabel independen, dependen, moderator, atau variabel

    lainnya.

    Masalah riset keperawatan harus mengandung unsur "FINER", yaitu feasible,

    interesting, novel, ethical, dan relevant (Sastroasmoro dan Ismail, 1995).

    F = Bisa dijalankan (Feasible)

    Tersedia subjek penelitian

    Tersedia dana

    Tersedia waktu, alat, dan keahlian

    I = Menarik (Interesting)

    Masalah hendaknya menarik untuk diteliti

    N = Hal baru (Novel)

    Membantah atau mengonfirmasikan penemuan terdahulu

    Melengkapi dan mengembangkan hasil penelitian terdahulu

    Menemukan sesuatu yang baru

    E = Etika (Ethical)

    Tidak bertentangan dengan etika, khususnya etika keperawatan

    R = Relevan (Relevant)

    Bermanfaat bagi perkembangan Iptek

    Dapat digunakan untuk meningkatkan asuhan keperawatan dan

    kebijakan kesehatan

    Sebagai dasar penelitian selanjutnya

    Contoh lingkup riset keperawatan terlampir (diambil dari hasil riset peneliti dan

    mahasiswa)

  • Lingkup Masalah Penelitian Keperawatan

    menurut Nursalam (2002)

    Prioritas/lingkup riset keperawatan berdasarkan kelompok ilmu keperawatan

    dikembangkan menjadi:

    1. Prioritas kesehatan dan pencegahan penyakit pada masyarakat.

    2. Pencegahan perilaku dan lingkungan yang berakibat buruk pada masalah

    kesehatan.

    3. Menguji model praktik keperawatan di komunitas.

    4. Menentukan efektivitas intervensi keperawatan pada infeksi HIV-AIDS

    5. Mengkaji pendekatan yang efektif pada gangguan perilaku.

    6. Evaluasi intervensi keperawatan yang efektif pada penyakit kronis.

    7. Identifikasi faktor-faktor bioperilaku yang berhubungan dengan kemampuan

    koping.

    8. Mendokumentasikan efektivitas pelayanan kesehatan/keperawatan.

    9. Mengembangkan masalah dan metodologi riset pelayanan

    kesehatan/keperawatan.

    10. Menentukan efektivitas biaya perawatan klien.

    Kajian Masalah/Sumber Masalah Penelitian Keperawatan

    Masalah riset bisa didapatkan dari berbagai sumber. Akan tetapi pemilihan sumber

    harus selektif, aktif, dan imajinatif dalam penggunaannya.

    Praktik Keperawatan

    Praktik keperawatan harus berdasarkan pada ilmu yang diperoleh dari suatu hasil

    penelitian, karenapraktik tersebut sangat penting untuk mengetahui sumber

    permasalahan (Polit & Back, 2012). Pormasalahan atau topik riset dapat diperoleh

    dari observasi klinik (perilaku klien dan keluarga dalam situasi krisis dan bagaimana

    perawat mengatasi masalah tersebut; review status klien: proses keperawatan; dan

    prosedur atau tindakan perawatan yang mungkin menimbalkan masalah atau

  • pertanyaan dalam pelaksanaannya). Misalnya, prosodur apakah yang bisa diberikan

    dalam perawatan mulut pada klien kanker mulut atau klien dengan pemasangan

    endotrakeal? Tindakan efektif apa yang dilakukan untuk mengobati luka? Tindakan

    keperawatan apa yang berhubungan dengan komunikasi klien dengan stroke? Apakah

    dampak kunjungan rumah dan pelaksanaannya setelah klien pulang dari rumah sakit?

    Beherana mahasiswa perawat dan perawat mengumpulkan suatu jurnal atau data

    mengenai permasalahan yang berhubungan dengan pengalaman praktiknya (Burns &

    Grove 1999) mereka mencatat pengalaman, ide, dan observasinya dalam

    melaksanakan asuhan keperawatan. Analisis dalam hal tersebut sering kali membantu

    penyusunan suatu pola dalan memgidentifikasi peran perawat. Mengapa pemberian

    asuhan keperawatan pada emosional dan spiritual klien lebih sedikit dibandingkan

    dengan perawatan fisik? Apakah anggota keluarga perlu dilibatkan atau tidak dalam

    pemberian asuhan keperawatan kepada klien?

    RUMUSAN MASALAH ATAU PERTANYAAN PENELITIAN

    Burns dan Grove (1999) mengemukakan lima pertanyaan yang perlu dijawab sebelum

    merumuskan masalah penelitian: (1) Apa yang salah atau yang perlu diperhatikan pada

    Situasi ini?; (2) Di mana letak kesenjangannya?: (3) Informasi apa yang dibutuhkan

    untuk mencari masalah ini?; (4) Perlukah melakukan tindakan pelayanan di klinik?;

    dan (5) Perubahan apa yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut?

    Sementara menurut Polit dan Hungler (1993) pertanyaan yang perlu dijawab

    sebelum merumuskan masalah penelitian: (1) Apakah pertanyaan penelitian ini

    berhubungan dengan teori atau praktik? (Substansi); (2) Bagaimana pertanyaan akan

    bisa dijawab? (Metodologis); (3) Apakah tersedia sarana dan prasarana yang memadai

    (practical dimensions); dan (4) Dapatkah pertanyaan ini dijelaskan secara konsisten

    yang berdasarkan pada isu etik? (Ethical Dimensions).

    Riset keperawatan terutama ditujukan pada masalah-masalah keperawatan di

    klinik dan komunitas atau keluarga (misalnya, sesuai 11 pola fungsi kesehatan dari

    Gordon; 9 pola respons kesehatan dari NANDA; dan lain-lain); masalah keperawatan

    pada bidang pendidikan; dan masalah pada sistem pelayanan kesehatan lain

    (Nursalam, 2008).

  • Pertanyaan suatu penelitian adalah suatu pernyataan yang singkat, jelas, dan

    interogatif, yang ditulis dalam bentuk saat sekarang dan melibatkan satu atau lebih

    variabel. Pertanyaan penelitian berguna untuk menjelaskan suatu variabel, menguji

    hubungan antarvariabel, dan menentukan perbedaan antara dua atau lebih kelompok

    sehubungan dengan variabel tertentu.

    Contoh:

    1. Bagaimana peran orang tua dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir?

    (deskriptif)

    2. Adakah hubungan antara variabel x dan variabel y? (crossectional ; asosiasi/

    korelasi)

    3. Adakah pengaruh pemberian terapi bermain pada anak prasekolah selama

    masuk rumah sakit terhadap penerimaan selama tindakan invasif? (pengaruh

    experiment)

    Faktor-Faktor yang Mendasari Perumusan Masalah

    Penyusunan rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada pemahaman yang

    dimiliki peneliti tentang masalah yang ada dan berkembang saat itu. Hal-hal yang

    harus diperhatikan oleh peneliti meliputi faktor-faktor tersebut di bawah ini.

    1. Mendefinisikan permasalahan/topik (fakta empiris-induktif)

    Seorang peneliti biasanya memulai pencarian topik secara umum, misalnya

    asuhan keperawatan (askep) klien dengan nyeri, pola komunikasi keluarga

    pada perawatan Nien lanjut usia (lansia), atau asuhan keperawatan klien

    dengan inkontinensia urine? Kemudian timbul suatu pertanyaan: Mengapa

    perlu dilakukan tindakan? Apa yang akan teriadi seandainya diberikan

    tindakan? atau, Ciri-ciri khas apakah yang ada hubungannya dengan masalah

    tersebut?

    2. Mulai mencari sumber kepustakaan (kajian teori-deduksi) Kepustakaan dapat

    memberikan gambaran kepada seorang peneliti pemula terhadap suatu akan

    mampu mengidentifikasi apa yang sudah diketahui dan belum diketahui pada

  • suatu topik. Perbedaan pendapat akan membantu penentuan permasalahan di

    masa mendatang.

    Teori merupakan sumber yang sangat penting dalam mendapatkan

    suatu permasalahan karena disusun berdasarkan ide atau dan bersifat nyata

    serta telah dilakukan suatu pengujian mengenai kebenarannya.

    Permasalahan/topik dapat disusun untuk menjelaskan tentang konsep,

    misalnya topik yang diminati. Dengan melakukan kajian masalah, peneliti

    gambaran situasi sekarang teori perawatan diri dari Orem.

    Replikasi meliputi suatu prosedur atau pengulangan riset untuk

    menentukan apakah hasil penemuan akan sama atau berbeda. Beberapa peneliti

    melakukan replikasi pada penelitiannya karena mereka setuju dengan

    penemuan tersebut dan ingin menguji apa yang akan terjadi jika penelitian

    tersebut dilaksanakan pada desain, tempat, dan subjek yang berbeda. Berikut

    ini adalah contoh penyusunan rumusan masalah berdasarkan kajían teori,

    dimulai adanya suatu ide/pendapat yang ada pada pikiran peneliti.

    3. Interaksi antarteman sejawat atau anggola tim Interaksi dengan peneliti atau

    anggota tim sangat bermanfaat untuk menentukan permasalahan penelitian.

    Seorang peneliti yang berpengalaman memberikan pengalamannya kepada

    pemula ataupun seorang dosen memberikan pengalaman kepada

    mahasiswanya dalam menyeleksi dan menyusun suatu permasalahan. Jika

    memungkinkan, seorang mahasiswa melakukan penelitian pada topik yang

    sama dengan dosennya. Dosen dapat memberikan keahliannya berhubungan

    dengan program penelitian dan mahasiswa dapat mengembangkan

    pengetahuannya pada topik tertentu (Polit & Back, 2012). Tipe hubungan ini

    bisa dikembangkan antara ahli peneliti dengan perawat di rumah sakit ataupun

    klinik.

    4. Layak dijabarkan (feasibility) Kelayakan suatu penelitian untuk dilakukan

    ditentukan oleh berbagai pertimbangan, yaitu (a) waktu; (b) dana; (c) keahlian

    peneliti; (d) tersedianya responden; (e) fasilitas dan alat; (f) kerja sama dengan

    tim lain; dan (g) pertimbangan etika (Nursalam, 4. 2008).

    a. Waktu

  • Suatu penelitian sering kali memerlukan waktu yang lebih lama dari yang

    telah ditentukan, sehingga menjadi kendala bagi semua peneliti terutama

    peneliti pemula untuk memperkirakan waktu yang diperlukan.

    Pertimbangan perkiraan penentuan waktu dapat ditentukan oleh berbagai

    faktor:

    1) Tipe responden yang diperlukan

    2) Jumlah dan kompleksnya variabel yang akan digunakan

    3) Metode pengukuran variabel (apakah instrumen sudah tersedia

    ataukah harus mengembangkan sendiri)

    4) Metode pengumpulan data

    5) Proses analisis data

    Seorang peneliti sering memperkirakan waktu yang diperlukan tiap

    selesainya tahap proses penelitian.

    b. Dana Perumusan masalah dan tujuan yang dipilih sangat dipengaruhi oleh

    alokasi dana yang tersedia. Potensial sumber dana harus dipertimbangkan

    pada saat penyusunan masalah atau tujuan. Untuk memperkirakan dana

    yang diperlukan, beberapa pertanyaan berikut ini perlu dipertimbangkan:

    1) Literatur: Apakah akan diperlukan komputer, fotokopi artikel, atau

    pembelian buku?

    2) Subjek: Apakah subjek/responden perlu diberi biaya dalam

    partisipasinya?

    3) Peralatan: Alat-alat apakah yang diperlukan untuk penelitian?

    Apakah alat- alat tersebut bisa diperoleh dengan ataukah

    disediakan oleh donatur? Apakah bisa menggunakan alat-alat yang

    tersedia, ataukah perlu membangun/membuat sendiri? Berapakah

    biaya untuk pengukuran instrumen?

    4) Personel: Apakah asisten/konsultan perlu diberikan biaya

    pengetikan dan analisis data? cara meminjam, menyewa, membeli,

    5) Komputer: Apakah pemakaian komputer diperlukan saat

    menganalisis data? Jika ya, berapa biaya yang diperlukan?

  • 6) Transportasi: Berapa biaya transportasi untuk melakukan

    penelitian dan menyajikan hasil?

    7) Pendukung: Apakah akan diperlukan alat-alat seperti amplop,

    prangko, pena, kertas, dan fotokopi? Apakah perlu biaya telepon

    untuk jarak jauh (interlokal)?

    c. Keahlian Peneliti

    Permasalahan/topik dan tujuan penelitian harus diseleksi berdasarkan

    kemampuan peneliti. Hal ini biasanya menuntut seorang peneliti untuk

    memahami suatu proses penelitian baru kemudian melakukan penelitian

    berdasarkan pengalamannya. Memilih permasalahan yang sulit dan

    kompleks akan mengakibatkan frustrasi bagi peneliti pemula.

    d. Ketersediaan responden

    Dalam menentukan suatu tujuan penelitian, yang perlu dipertimbangkan

    adalah tipe dan jumlah responden yang diperlukan. Sampel biasanya sulit

    jika penelitian meliputi populasi yang unik dan jarang. Misalnya

    quadriplegic yang hidup sendirian. Semakin spesifik suatu populasi,

    semakin sulit mendapatkannya. Dana dan waktu yang tersedia akan

    berakibat terhadap responden yang dipilih. Dengan keterbatasan waktu

    dan dana, seorang peneliti perlu menentukan responden yang tersedia yang

    tidak memerlukan biaya (upah).

    e. Ketersediaan fasilitas dan peralatan

    Peneliti perlu mempertimbangkan apakah riset memerlukan fasilitas

    tertentu. Apakah ruangan khusus diperlukan untuk program pendidikan,

    wawancara, atau observasi? Tika riset dilaksanakan di rumah sakit, klinik,

    atau sekolah perawat, apakah diperlukan seorang agen? Tindakan atau tes

    di laboratorium akan sangat mahal dan mungkin membutuhkan dana dari

    sumber lain. Riset perawatan biasanya dilaksanakan di rumah sakit, klinik,

    rumah klien, dan tempat lainnya.

    f. Kerja sama dengan tim lain

  • Suatu penelitian tidak akan dapat berjalan dengan lancar tanpa kerja sama

    dengan tim yang lain. Hampir semua riset keperawatan melibatkan subjek

    manusia dan dilaksanakan di rumah sakit, klinik, sekolah perawat, kantor,

    atau rumah. Adanya hubungan yang haik dengan individu di tempat

    penelitian akan sangat membantu. Orang sering berharap dapat terlibat

    dalam suatu penelitian jika permasalahan dan tujuan penelitian ada

    hubungannya dengan permasalahan yang ada atau mereka tertarik secara

    individu terhadap permasalahannya. Misalnya seorang perawat di rumah

    sakit mungkin tertarik dengan penelitian yang ada hubungannya dengan

    efeltivitas penggunaan biaya institusi terhadap program kesejahteraan

    perawat.

    g. Pertimbangan etika

    penelitian harus etis, dalam arti hak responden dan yang lainnya

    dilindungi. Jika suatu tujuan penelitian akan berakibat jelek terhadap hak

    reponden, maka penelitian tersebut harus dievaluasi ulang dan mungkin

    harus dihindari.

    MENYUSUN RUMUSAN DAN TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan penelitian diperoleh dari rumusan masalah penelitian yang telah

    ditetapkan sebagai indikator terhadap hasil yang diharapkan. Tujuan dari

    penelitian berguna untuk mengidentifikasi, menjelaskan, mempelajari,

    membuktikan, mengkaji, dan memprediksi alternatif pemecahan masalah

    terhadap masalah penelitian. Tujuan tersebut biasanya menandakan tipe dari

    riset, misalnya deskriptif: studi kasus, cross sectional, kohort, dan case control;

    serta eksperimen: trust-experiment, quasi-experiment, dan praexperiment.

    Dengan adanya tujuan tersebut akan mempermudah untuk mencapai hasil yang

    diharapkan.

    Tujuan penelitian, pertanyaan penelitian (rumusan masalah), dan

    hipotesis disusun untuk menjembatani kesenjangan antara permasalahan

  • penelitian yang masih abstrak. Kejelasan dari objektivitas biasanya difokuskan

    pada kadang fokusnya untuk mengidentifikasi suatu hubungan diantara dua atau

    lebih variable atau untuk menentukan perbedaan di antara dua kelompok dari

    suatu variabel (Polit & Back, 2012).

    Tujuan penelitian harus jelas, ringkas, dan berupa pernyataan yang

    deklaratif, yang biasanya dituliskan dalam bentuk kalimat aktif. Agar tujuan

    menjadi jelas, biasanya tujuan penelitian difokuskan pada satu atau dua variabel

    dan mengidentifikasi apakah variable perlu dijabarkan lebih lanjut. Fokus

    tersebut bisa dalam bentuk identifikasi hubungan atau asosiasi di antara variabel

    atau untuk menentukan perbedaan di antara dua dengan variabel.

    Agar lebih jelas, cermati contoh berikut ini.

    Rumus Penulisan Tujuan Penelitian

    Bloom

    +

    C2-CS

    Contoh

    Menjelaskan

    Mengidentifikasikan

    Menganalisis

    Membuktikan

    (diupayakan tidak

    menggunakan mengetahui)

    Tujuan Penelitian +

    Contoh

    Gambaran/deskripsi

    Perbedaan

    Hubungan

    Pengaruh/dampak

    Sebab akibat

    Variabel-variabel

    1. Mengidentifikasi karakteristik variabel X (identification).

    2. Menjelaskan keberadaan variabel X (description).

    3. Menentukan atau mengidentifikasi hubungan antara variabel X dengan

    variabel Y (relational)

    4. Menentukan perbedaan antara kelompok 1 dan kelompok 2 sehubungan

    dengan variabel X (diffierences)

    Masalah/Kajiian Masalah

    Dari hasil studi yang dilakukan peneliti pada 15 orang mahasiswa reguler

    Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan pada tanggal 2-9 Maret 2013 dapat

  • diketahui bahwa dia dimensi kelelahan emosional: 26.7%% mahasiswa

    mengalami kelelahan emosional ditingkat rendah: 40% menengah dan 33,3%

    pada rentang berat. Dimensi yang kedua depersonalisasi S87% mahasiswa

    mengalami depersonalisasi di tingkat rendah dan sekitar 13.3% di tingkat

    menengah. Kemudian dimensi penurunan prestasi diri; 33,3% mengalami

    penurunan prestasi diri di tingkat rendah; 46,7% menengah; dan 20% mengalami

    penurunan prestasi diri tingkat berat. Hal ini didukung dengan data penelitian

    sebelumnya oleh Irawati (2012) yang menyebutkan bahwa mahasiswa regular

    angkatan genap 2011/2012 program profesi Ners Fakultas Keperawatan dari

    jumlah 63 orang responden penelitian terdapat 61,9% mahasiswa mengalami

    kelelahan emosional di level sedang. Sekitar 60,3% mengalami depersonalisasi

    tingkat menengah dan 71,4 % mengalami penurunan prestasi level rendah.

    Rumusan Masalah

    1. Apakah ada hubungan antara sumber stres (stresor) personal terhadap

    burnout syndrome yang dialami oleh mahasiswa regular program Profesi

    Ners?

    2. Apakah ada hubungan antara sumber stres (stresor) lingkungan terhadap

    burnout sydrome yang dialami oleh mahasiswa regular program Profesi

    Ners?

    3. Apakah ada hubungan antara relational meaning terhadap Burnout

    Syndrome yang dialami oleh mahasiswa regular program Profesi Ners?

    4. Apakah ada hubungan antara Coping Strategy terhadap Burnout

    Syndrome yang dialami oleh mahasiswa regular program Profesi Ners?

    Tujuan Penelitian

    Tujuan Umum

    Menganalisis hubungan antara sumber stres (stresor): personal dan lingkungan,

    relational meaning dan coping strategy terhadap kejadian Burnout Syndrome

    pada mahasiswa regular Program Profesi Ners berdasarkan Transactional

    Theory Lazarus & Folkman dan konsep Maslach Burnout Inventory

  • Tujuan Khusus

    1. Menganalisis hubungan sumber stes (stressor) personal dengan burnonud

    syndrome

    2. Menganalisis hubungan sumber stres (stresor) lingkungan dengan

    burnout syndrome pada mahasiswa reguler Program Profesi Ners

    berdasarkan Transactional Lararus & Folkman dan Konsep Maslach

    Burnout Inventory.

    3. Menganalisis hubungan relatiomal meaning dengan burnout syndrome

    pada mahasiswa reguler Program Profesi Ners berdasarkan Transactional

    Theory Lazarus & Folknar dan Konsep Maslach Burnout Inventory.

    4. Menganalisis hubungan coping strategy dengan burnout syndromepada

    mahasissa reguier Program Profesi Ners berdasarkan Transactional

    Theory Lazarus & Folkmr dan Konsep Masiach Burnout Inventory.

    LAMPIRAN

    Rumusan Masalah : Masalah dan Pertanyaan Penelitian

    Keperawatan

    Penelitian Judul Penelitian Masalah dan Rumusan Masalah (Pertanyaan

    Penelitian)

    Maternitas

    (Penelitian

    dasar)

    Pengaruh

    pendampingan suami

    terhadap percepatan

    pembukaan KALA I

    Masalah

    Keterlambatan pembukaan pada KALA I

    sering ditemukan pada proses persalinan.

    Percepatan KALA I merupakan unsur utama

  • persalinan

    (quasi-eksperimental di

    RS Adi Husada)

    Peneliti:

    1. Nursalam, M.Nurs

    (Honours).

    2. Sumiati, S. Kep.

    dalam proses persalinan pada ibu in partu.

    Keterlambatan dalam pembukaan

    merupakan ancaman bagi nyawa ibu

    maupun bayinya. Wanita yang mengalami

    keterlambatan pembukaan pada KALA I

    berdampak juga terhadap psikologisnya.

    Penyebab dari keterlambatan dipengaruhi

    oleh banyak faktor. Faktor yang penting

    adalah kecemasan dan kurangnya rasa

    nyaman klien (nyeri) karena tidak didampingi

    oleh keluarganya khususnya suaminya.

    Pendampingan saja ternyata tidak cukup,

    tetapi peran suami saat mendampingi

    merupakan kunci sukses yang utama.

    Beberapa sumber telah menetapkan bahwa

    kehadiran suami berpengaruh terhadap

    percepatan KALA I, tetapi di Indonesia belum

    pernah dilaksanakan penelitian bagaimana

    pendampingan yang efektif dapat

    mempercepat pembukaan persalinan pada

    KALA I

    Rumusan masalah/pertanyaan penelitian

    Adakah pengaruh pendampingan suami

    terhadap percepatan pembukaan pada KALA

    I?

    Maternitas

    (Kajian wanita)

    Motivasi ibu untuk

    tetap

    menyusui pada saat

    nyeri pascasalin (studi

    cross-sectional di RSUD

    OR. Soetomo)

    Masalah

    Sebagian ibu sering berhenti menyusui

    bayinya karena nyeri saat menyusui

    pascasalin, tetapi ibu yang lain tetap

    menyusui meskipun nyeri yang dirasakan

    terasa berat. Nyeri saat

    menyusui pada ibu setelah melahirkan

    merupakan masalah utama yang perlu

    mendapatkan perhatian serius. Keadaan

    tersebut akan berdampak terhadap

    kesehatan ibu dan bayinya, ibu-ibu akan

    mengalami gangguan proses fisiologis

    setelah melahirkan dan hal ini berdampak

    terhadap kesehatan bayinya. Bayi akan

    menjadi mudah terkena penyakit karena

    penurunan

    kekebalan dan masalah-masalah lain berupa

    pertumbuhan dan perkembangan.

    Belum ada data-data yang pasti tentang

    faktor apa saja yang berpengaruh secara

    signifikan dalam mendorong ibu-ibu untuk

  • tetap menyusui bayinya pada saat

    "afterpain" pascasalin. Faktor paritas

    menurut Soetjiningsih (1997) sebagai faktor

    pendorong utama, yaitu ibu-ibu yang baru

    mempunyai anak pertama akan tetap

    menyusui bayinya. Hal ini dilakukan sebagai

    bukti kasih sayang ibu dan rasa tanggung

    jawab wanita terhadap perkembangan

    anaknya. Wanita sering diposisikan sebagai

    orang yang paling bertanggung jawab dan

    disalahkan apabila tidak bisa menyusui

    bayinya, di lain pihak mereka tidak tahan

    terhadap nyeri yang dirasakan. Di satu sisi

    masih ditemukan suami melarang istrinya

    untuk menyusui karena alasan feminisme