Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
BUKU AJAR
METODOLOGI PENELITIAN
BUKU AJAR
METODOLOGI PENELITIAN
Tim Penyusun:
Blacius Dedi, Dr.Kep.,SKM.,M.Kep
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Bapak yang maha kuasa atas berkat rahmat dan kasihnya buku ini dapat tersusun. Buku ini disusun supaya dapat memberikan panduan bagi para dosen dan mahasiswa dalam mempelajari dan memahami dan melakukan penelit ian dalam lingkup keilmuan keperawatan. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu. Tentu saja penyusun menyadari buku ini t idaklah sempurna, oleh sebab itu masukan, saran dan usulan sangat diharapkan demi perbaikan konten buku ajar ini dimasa datang.
Semarang, Juni 2019
Blacius Dedi, Dr. ,Keep.,M.Kep
D A FT A R I S I
KATA PENGANTAR
BAB I KAJIAN ILMIAH: BERFIKIR LOGIS DAN ILMIAH
PENDAHULUAN
BERFIKIR LOGIS
KAJIAN TENTANG ILMU DAN METODE ILMIAH
Ilmu
Penggolongan ilmu
Syarat Ilmu
DAFTAR PUSTAKA
BAB II KAJIAN ILMU KEPERAWATAN
PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEPERAWATAN
ILMU KEPERAWATAN: TEORI ADAPTASI
KOMPONEN ILMU KEPERAWATAN: TEORI ADAPTASI
Manusia
Keperawatan
Konsep Sehat-Sakit
Konsep Lingkungan
Aplikasi pada asuhan keperawatan: Proses Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
BAB III MASALAH, RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN
PENELITIAN
MASALAH
Menyeleksi masalah
Lingkup masalah penelitian keperawatan menurut Nursalam
(2016)
Kajian masalah /sumber masalah penelitian keperawatan
RUMUSAN MASALAH ATAU PERTANYAAN PENELITIAN
Faktor-faktor yang mendasari perumusan masalah penelitian
MENYUSUN RUMUSAN DAN TUJUAN PENELITIAN
LAMPIRAN :
Rumusan Masalah: Masalah dan pertanyaan penelitian
Contoh : penelusuran masalah atau topic penelitian
Spider web
Keaslian penulisan
DAFTAR PUSTAKA
BAB IV KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
MENYUSUN KERANGKA TEORI
Penyusunan kerangka teori dalam penelitian
MENYUSUN KERANGKA KONSEP
Penyusunan erangka konseptual dalam penelitian
MENYUSUN HIPOTESIS PENELITIAN
Langkah-langkah penyusunan
Syarat Hipotesis
Tujuan Hipotesis
Sumber Hipotesis
Tipe Hipotesis
KONSEP SELF CARE
KONSEP SELF CARE AGENCY
Pengukuran Self Care Agency
Contoh Kerangka Konsep Berbasis Self Care Agency (Orem)
Self Care Agency.
(Kemandirian Orem) penerapan pada Ibu Nifas dengan
menggunakan pendekatan Teori Self Care Model
DAFTAR PUSTAKA
KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M.KING)
Konsep Interaksi manusia Imogene M. King (Fadilah, 2009)
Sistem Interpersonal
DAFTAR PUSTAKA
FAMILY CENTERED NURSING (FRIEDMAN, 2003)
DAFTAR PUSTAKA
TEORI TRANSCULTURAL IN NURSING DARI LEININGER
DAFTAR PUSTAKA
HEALTH PROMOTION MODEL (HPM)
DAFTAR PUSTAKA
PRECED-PROCEED MODEL
Perilaku Kesehatan Bererdasarkan teori Lawrence W. Green
Kualitas hidup (quality of Life)
DAFTAR PUSTAKA
TEORI PERILAKU TERENCANA (THEORI OF PLANNED
BEHAVIOR)
Sejarah teori perilaku terencana (Theory of planned Behavior)
DAFTAR PUSTAKA
SELF REGULATION MODEL
DAFTAR PUSTAKA
THEORI MODEL
DAFTAR PUSTAKA
THEORI MODEL PENCEGAHAN PRIMER (CAPLAN, 2001)
PENGEMBANGAN MUTU PELAYANAN / PRODUKTIVITAS
(KOPELMEN)
DAFTAR PUSTAKA
MODEL MAKP (METODE ASUHAN KEPERAWATAN
PROFESIONAL) DAN ATAU MPKP
Kepuasan Perawatan
Model Kesenjangan (The Expectancy-Disconfirmation Model)
(Woodruff & Gardial, 2002)
Theory of Servqual
DAFTAR PUSTAKA
KONSEP KERJA DAN TEAMWORK
Definisi Kinerja
Team Work
Semangat Kerja
DAFTAR PUSTAKA
TEORI MOTIVASI McCLELLAND
BERNOUT SYNDROME TEORI MASLACH
Konsep Dasar Burnout Syndrome
DAFTAR PUSTAKA
CONTOH KERANGKA KONSEPTUAL BERBASIS INTEGRAL
MODEL
(LAWRENCE GREEN)
DAFTAR PUSTAKA
STRES, APPRAISAL, AND COPING STRATEGY IN
TRANSACTIONAL THEORY (LAZARUS & FOLKMAN, 1984)
DAFTAR PUSTAKA
MATERNAL ROLE ATTAINMENT AND BECOMING MOTHER
(MERCER)
Pencapaian Peran Ibu : Marcer’s Original Model
Becoming a Mother : Model Revisi
DAFTAR PUSTAKA
MODEL STRUCTURE OF CARING (SWANSON, 1993)
DAFTAR PUSTAKA
BAB V LINGKUP MASALAH PENELITIAN ILMU KEPERAWATAN
ILMU KEPERAWATAN DASAR DAN MANAJEMEN
KEPERAWATAN
ILMU KEPERAWATAN ANAK
ILMU KEPERAWATAN MATERNITAS
ILMU KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DAN GAWAT
DARURAT
Ilmu Keperawatan Medikal Bedah
Ilmu Keperawatan Gawat Darurat
ILMU KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
ILMU KEPERAWATAN KOMUNITAS, KELUARGA, DAN
GERONTIK
Komunitas
Keluarga
Gerontik
DAFTAR PUSTAKA
BAGIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB VI RANCANGAN PENELITIAN
PENDAHULUAN
PEMILIHAN RANCANGAN PENELITIAN
JENIS RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan penelitian Non-Eksperimen
Rancangan Penelitian Eksperimental
DAFTAR PUSTAKA
BAB VII POPULASI, SAMPEL, SAMPLING, DAN BESAR SAMPEL
POPULASI
Pembagian Pupulasi
Kriteria Populasi
SAMPEL
Sampel
Sampling
DAFTAR PUSTAKA
BAB VIII VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
VARIABEL
Definisi
Jenis Variabel
DEFINISI OPERASIONAL
Konsep Pengertian dan Definisi
DAFTAR PUSTAKA
BAB IX PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN PENGUMPULAN DATA
PENYUSUNAN INSTRUMEN
Prinsip : Validitas dan Reliabilitas
Jenis – jenis Instrumen
PENGUMPULAN DATA
Tugas Peneliti dalam Pengumpulan Data
Karakteristik Metode Pengumpulan Data
Masalah-masalah pada Pengumpulan Data
Prinsip Etis dalam Penelitian (Pengumpulan Data)
DAFTAR PUSTAKA
BAB X ANALISIS DATA PENELITIAN KUANTITATIF
PENDAHULUAN
Ciri – ciri Pokok Statistik
Janis Landasan Kerja Pokok yang Digunakan oleh Statistik
PERAN STATISTIK DALAM TAHAPAN PENELITIAN
ANALISIS DATA
Klasifikasi Skala Pengukuran
Langkah – langkah Analisis Data
INTERPRETASI HASIL ANALISIS DATA
DAFTAR PUSTAKA
BAB XI PENULISAN HASIL PENELITIAN
PENDAHULUAN
PENULISAN ISI HASIL PENELITIAN
Bagian Pendahuluan
Bagian Metodologi
Instrumen dan Metode Pengumpulan Data
Penulisan Analisis Data
Bagian Penulisan Hasil Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
BAGIAN 4 CONTOH PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN
BAGIAN 5 PEDOMAN PENULISAN USULAN PENELITIAN DAN
SKRIPSI
PENDAHULUAN
PEDOMAN PENULISAN
PEDOMAN PENULISAN USULAN PENELITIAN (PROPOSAL)
PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI DAN TESIS
PENULISAN DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
Indeks
BAGIAN 1
TREN PENELITIAN
KEPERAWATAN
Bab 1 Kajian Ilmiah : Berpikir Logis
dan Metode Ilmiah
Bab 2 Kajian Ilmu keperawatan
Bab 1
Kajian Ilmiah : Berpikir Logis
dan Metode Ilmiah
PENDAHULUAN
Kajian ilmiah tentang ilmu keperawatan merupakan suatu keharusan bagi
para perawat Indonesia saat ini. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa belum
terdapat kejelasan tentang ilmu yang secara empiris dapat diterima secara ilmiah
oleh masyarakat nonkeperawatan. Realitasnya, suatu ilmu dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu: proses, produk, dan paradigma etis. Proses merupakan suatu
kegiatan untuk memahami alam semesta dan isinya didasarkan pada tuntutan
metode keilmuan (rasionalitas dan objektif).
Produk adalah segala proses keilmuan yang harus menjadi milik umum dan
selalu terbuka untuk dikaji oleh orang lain. Paradigma etis artinya ilmu harus
mengandung nilai-nilai moral dan etika yang tidak bertentangan dengan nilai-
nilai moral yang ada di masyarakat.
Pada bab ini, penulis hanya akan memfokuskan bahasan pada kajian ilmiah
ilmu keperawatan dengan penekanan dalam pembahasan berpikir logis dan
ilmiah. Berpikir logis adalah berpikir lurus dan teratur terhadap suatu hal yang
diyakini dari suatu objek atau fenomena. Objek atau fenomena tersebut berupa
suatu pokok permasalahan yang dikaji untuk membedakan antara benar dan
salah. Berpikir ilmiah adalah cara berpikir dengan didasarkan pada pendekatan
ilmiah, yaitu melalui metode ilmiah yang merupakan alat/sarana penjelasan
dalam mempelajari prosedur tertentu untuk mendapatkan ilmu. Metode ilmiah
mempelajari cara identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan, hipotesis,
metode, hasil, dan kesimpulan yang berdasarkan atas kaidah ilmiah.
BERPIKIR LOGIS
Berpikir logis merupakan proses berpikir yang didasari oleh konsistensi
terhadap keyakinan-keyakinan yang didukung oleh argumen yang valid.
Pengertian lain dari berpikir logis adalah berpikir lurus, tepat, dan teratur sebagai
objek formal logika. Suatu pemikiran disebut lurus, tepat, dan teratur apabila
pemikiran itu sesuai dengan hukum, aturan, dan kaidah yang sudah ditetapkan
dalam logika. Mematuhi hukum, aturan, dan kaidah logika berguna untuk
menghindari pelbagai kesalahan dan penyimpangan (bias) dalam mencari
kebenaran ilmiah. Pada hakikatnya, pikiran manusia terdiri atas tiga unsur
berikut.
1. Pengertian (informasi tentang fakta)
2. Keputusan (pernyataan benar-tidak benar)
3. Kesimpulan (pembuktian-silogisme)
Dalam logika ilmiah, tiga unsur pikiran manusia tersebut harus dinyatakan
dalam kata (kalimat tulisan). Tiga pokok kegiatan akal budi manusia antara lain
sebagai berikut :
1. Menangkap sesuatu sebagaimana adanya, yang berarti menangkap sesuatu
tanpa mengakui atau memungkiri (pengertian atau pangkal pikir, disebut
juga premis)
2. Memberikan keputusan, yang berarti menghubungkan pengertian yang satu
dengan pengertian yang lain atau memungkiri hubungan tersebut.
3. Merundingkan, yang berarti menghubungkan keputusan satu dengan
keputusan yang lain sehingga sampai pada satu kesimpulan (pernyataan
baru yang diturunkan).
KAJIAN TENTANG ILMU DAN METODE ILMIAH
ILMU
Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode
ilmiah. Makna ilmu menunjukkan sekurang-kurangnya tiga hal (Gambar 1.1).
1. Kumpulan pengetahuan (produk).
Metode Produk
2. Aktivitas ilmiah dan proses berpikir ilmiah (proses).
3. Metode ilmiah (metode).
Gambar 1.1 Makna Ilmu
1. Ilmu sebagai produk
Ilmu sebagai produk merupakan kumpulan informasi yang telah teruji
kebenarannya dan dikembangkan berdasarkan metode imiah dan pemikiran
logis (Kemeny, 1961).
Struktur ilmu adalah sebagai berikut:
a. Paradigma
b. Teori
c. Konsep dan asumsi
d. Variabel dan parameter
2. Ilmu sebagai proses
Ilmu sebagai proses, merupakan cara mempelajari suatu realitas (kejadian) dan
upaya memberi penjelasan tentang suatu mekanisme (jawaban terhadap
pertanyaan mengapa dan bagaimana) (Adib, 2011).
Karakteristik ilmu adalah sebagai berikut.
1) Dapat dibuktikan secara logika (logico-emperical-verifikatif)
2) Dapat dipahami secara umum/luas (generalized understanding)
3) Ditegakkan secara teoretis (theoritical construction)
ILMU
Proses
4) Menjawab pertanyaan mengapa (why) dan bagaimana (how)
3. Ilmu sebagai metode
Ilmu sebagai metode, merupakan metode untuk memperoleh pengetahuan yang
objektif dan dapat diuji kebenarannya (Adib, 2011). Metode adalah rangkaian
cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan,
sering kali disebut metode ilmiah. Metode Ilmiah berkaitan erat dengan logika,
metode penelitian, metode pengambilan sampel, pengukuran, analisis,
penulisan hasil, dan kesimpulan. Pendekatan adalah pemilihan area kajian.
PENGGOLONGAN ILMU
Pendapat mengenai pengelompokan ilmu sangat banyak, bergantung pada
kriteria penggolongannya. Secara umum, ilmu hampir selalu dikelompokkan
menjadi dua yaitu ilmu nomotetik dan ilmu idiografik (Putra, 2010).
1) Ilmu Nomotetik (Deduktif)
Ilmu Nomotetik merupakan suatu ilmu yang didasarkan pada kajian-
kajian makro (kasus-kasus) yang luas dan banyak terjadi, kemudian
dijabarkan pada hal-hal yang khusus. Pendekatan penelitian dapat
digolongkan pada metode kuantitatif. Misalnya, semua klien yang masuk
rumah sakit akan mengalami stres hospitalisasi. Klien anak, klien remaja,
dan klien dewasa yang masuk rumah sakit akan mengalami stres.
2) Ilmu Idiografik (Induktif)
Ilmu Idiografik merupakan suatu kajian ilmu yang didasarkan pada hal-
hal yang mikro, unik, khusus, dan bersifat individual, kemudian ditarik
suatu kesimpulan secara umum. Pendekatan penelitian digolongkan pada
metode kualitatif. Contoh, penyanyi A berambut keriting, penyanyi B
rambutnya keriting, penyanyi C dan penyanyi lainnya juga berambut
keriting, semuanya pandai bernyanyi. Jadi dapat ditarik kesimpulan
bahwa orang yang memiliki rambut keriting pandai bernyanyi.
SYARAT ILMU
Terdapat beberapa persyaratan bahwa suatu pengetahuan dianggap sebagai ilmu:
1) Memenuhi Syarat sebagai Ilmu Pengetahuan Ilmiah
a. Logis: Dapat dinalar dan masuk akal.
Misalnya, pada ilmu keperawatan. Klien yang masuk rumah sakit
mengalami stress di samping keadaan sakitnya, klien harus
beradaptasi terhadap lingkungan baru (orang perawat, peraturan-
peraturan, dan lain-lain).
b. Empiris. Data dapat diamati dan diukur.
Misalnya, data tentang respons klien yang mengalami stres, dapat
diamati dan diukur dari ketidakmampaan klien untuk beradaptasi
terhadap stresnya. Secara psikologis (kognator), klien stres
mengalami gangguan afek dan emosi (cemas, marah-marah depresi,
dan menolak peraturan baru). Hal ini karena klien tidak mampu
beradaptasi terhadap lingkungan baru. Secara fisik (regulator),
kondisi klien dapat diukur dengan terdinya peningkatan tanda-tanda
vital klien dan peningkatan hormon-hormon stres (kortisol dan
katekolamin)
c. Diperoleh melalui metode ilmiah
Pendekatan yang diganakan berdasarkan langkah-langkah dalam
metode ilmiah penjelasam lehih luniut dagat dilihat dalam
pembahasan tentang metode sains).
2) Memenuhi Komponen Ilmu (Science Balding Blocks)
TEORI ADAPTASI
Konsep Stres konsep : manusia proposisi
Proposisi konsep : sakit
Konsep Koping konsep : Lingkungan Konsep : keoerawatan (regulator & Cognator) (rumah sakit)
Gambar 1.2. Science building blocks pada ilmu keperawatan (Teori Adaptasi)
Keterangan :
Teori adaptasi terdiri atas komponen-komponen ilmu, yaitu terbentuk dari
beberapa konsep:
1) Konsep stres akibat masuk rumah sakit (stres hospitalisasi)
2) Konsep koping (regulator dan kognator)
3) Konsep manusia
4) Konsep keperawatan
5) Konsep sakit
6) Konsep lingkungan
Adanya sekelompok pengetahuan yang dirangkai dengan penambahan
pernyataan lain sehingga terbentuk suatu informasi tentang hubungan
antarpengetahuan. Minimal pada penelitian ini akan menghasilkan suatu
proposisi-proposisi.
3. Memenuhi metode ilmiah : mekanisme stimulus-Respon
HIPOTESIS FAKTA EMPIRIS :
Belum diterapkannya model asuhan keperawatan di rumah sakit.
Perawat belum menunjukkan kinerja yang optimal
Klien sering mengalami stress hospitalisasi
HUKUM, PRINSIP: HUMANISTIK
HOLISTIK CARE
Stimulasi
Respons Logika
Gambar 1.3 Metode stimulus-respon pada kajian ilmu
1. Stimulus
a) Masalah.
Fakta/empiris yang dapat diamati dan diukur berdasarkan hasil suatu
pengamatan yang cermat dan teliti.
b) Perumusan masalah penelitian
Masalah yang sudah ditemukan kemudian dirumuskan dalam suatu
masalah penelitian, perumusan masalah. Di dalam penelitian
dituliskan sebagai pertanyaan penelitian.
2. Logika
a. Kajian teoretis / konseptual
Misalnya dalam ilmu keperawatan, sakit pada manusia disebabkan
oleh ketidakmampuan manusia untuk beradaptasi yang melibatkan
unsur fisik, psikis, dan sosial yang merupakan perwujudan
terimplikasi adanya integrasi satu dengan yang lain. Objek utama
dalam ilmu keperawatan, yaitu:
1) Manusia (individu yang mendapatkan stimulus/asuhan
keperawatan),
2) konsep lingkungan,
3) konsep sehat, dan
4) keperawatan.
1) Stimulus/Asuhan Keperawatan
Stimulus yang diberikan perawat berupa intervensi/asuhan
keperawatan dalam meningkatkan respons adaptasi
berhubungan dengan empat mode respons adaptasi.
Kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
a) Membantu memenuhi kebutuhan klien dengan gangguan
dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis dan
ketergantungan.
b) Memperlakukan klien secara manusiawi.
c) Melaksanakan komunikasi terapeutik.
d) Mengembangkan hubungan terapeutik
2) Konsep lingkungan
Lingkungan merupakan semua kondisi internal dan eksternal
yang memengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan
perilaku seseorang atau kelompok. Lingkungan internal adalah
keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa
pengalaman, kemampuan emosional, dan kepribadian) serta
proses pemicu stres biologis (sel maupun molekul) yang berasal
dari dalam tubuh individu. Lingkungan eksternal dapat berupa
keadaan/faktor fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima
individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman.
3) Konsep sehat
Sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya
menjadikan dirinya terintegrasi secara keseluruhan, fisik,
mental, dan sosial. Integritas adaptasi individu dimanifestasikan
oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan dalam
mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi. Sakit adalah
suatu keadaan ketidakmampuan individu untuk beradaptasi
terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu.
Kondisi sehat dan sakit dipersepsikan secara berbeda-beda oleh
individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping)
bergantung dari latar belakang individu tersebut dalam
mengartikan dan mempersepsikan sehat/sakit, misalnya tingkat
pendidikan, pekerjaan, usia, budaya, dan lain-lain.
4) Keperawatan
Keperawatan adalah model pelayanan profesional dalam
memenuhi kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu
baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis,
sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa
meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah,
memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan
yang dipersepsikan sakit oleh individu.
b. Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu
pertanyaan atau tujuan penelitían. Syarat hipotesis yang baik adalah
sebagai berikut.
1) Berupa pernyataan.
2) Layak uji.
3) Berdasarkan teori konsep
4) Adanya hubungan antarvariabel (proposisi antara konsep
adaptasi dan kinerja).
c. Identifikasi dan operasionalisasi variable
Berikut ini merupakan contoh dalam penjelasan variabel dan definisi
operasional ilmu keperawatan (adaptasi).
Variabel Dimensi Indikator/Definisi Operasional
Tingkat adaptasi Regulator Suatu proses fisiologis:
(proses Peningkatan hormon-hormon stres: kortisol dan
katekolamin.
Peningkatan tanda-tanda vital: denyut jantung
dan laju pernapasan.
Kognator Tingkat koping psikologis klien yang konstruktif:
Learning (imitasi, reinforcement, dan pemahaman
diri).
Judgement (penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan) terhadap lingkungan
baru.
Emotion: Suatu tindakan klien dalam merespons
keputusan yang telah dibuat. Klien diharapkan
dapat menggunakan koping yang konstruktif:
1) Menerima kenyataan sakitnya.
2) Berhubungan dengan orang lain.
3) Kooperatif terhadap tindakan yang diberikan.
Tingkat efektor Fisiologis
Psikologis
Peran
Ketergantungan
Tingkat fisiologis
Tingkat kebutuhan oksigen, nutrisi. cairan, serta
istirahat dan tidur
Tingkat psikologis
1) Pandangan terhadap fisik
i. Penurunan konsep seksual
ii. Agresi, kehilangan
2) Pandangan terhadap personal
i. Cemas
ii. Tidak berdaya
iii. Merasa bersalah
iv. Harga diri rendah
Tingkat peran
Transisi peran, peran berbeda, konflik peran,
kegagalan peran.
Tingkat ketergantungan
Kecemasan berpisah, merasa ditinggalkan/
terisolasi.
Adaptif
Maladaptif
(koping tidak
efektif)
Adaptif : Koping konstruktif (menerima,
berhubungan dengan orang lain, melakukan
aktivitas sehari-hari; dan terpenuhi
kebutuhan fisik).
Koping tidak efektif: Marah-marah,
menyendiri, merasa tidak berguna, sedih,
dan peningkatan hormon-hormon stres
(kortisol, katekolamin)
Tingkat Stimulus:
kinerja perawat
(Berdasarkan
paradigma
Membantu
Memenuhi
gangguan
pemenuhan
Terpenuhinya kebutuhan fisiologis:
Makan dan minum
Oksigenasi
Cairan
keperawatan:
humanistik,
holistik,
dan care
kebutuhan
fisiologis dan
ketergantungan
Istirahat dan tidur
Nutrisi
Perawatan diri
Memperlakukan
klien secara
manusiawi:
Memperlakukan klien sebagai mitra/manusiawi:
Sopan
Tidak diskriminasi
Melibatkan klien dan keluarga secara aktif
Sabar
Tanggap dan cepat dalam bertindak
Melaksanakan
komunikasi
terapeutik
Komunikasi terapeutik:
Memanggil nama klien
Menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti
Komunikasi secara tepat dan benar (sesuai
kontrak)
Mendengarkan dan menampung
Mendorong klien untuk mengungkapkan
perasaan dan pandangannya
Meluangkan waktu untuk bicara, setiap ada
kesempatan
Mengembangkan
Hubungan
terapeutik
dengan klien:
Hubungan terapeutik dengan klien:
Menciptakan hubungan timbal balik
Memelihara hubungan yang harmonis
Mencegah konflik dengan klien
Mencegah sikap pilih kasih
Menilai dampak dari tindakan
Berpenampilan rapi dan tenang
Menepati janji
Jujur dan terbuka
d. Penyusunan penelitian
Nonekaperimental (bersifat observasi) dan eksperimental True-
eksperimental; quasi-eksperimentals; pre-eksperimental. Contoh
Bandingkan apakah sama
Penerapan teori adaptasi
Bandingkan apakah sama
Variabel independen
rancangan quasi-eksperimental; peran teori adaptasi terhadap perbaikan
kinerja perawat.
Gambar 1.4 Diagram Quasi-Eksperimental
3. Respons
Respons dalam kajian ilmiah dapat digolongkan sebagai berikut.
a. Penyusunan instrumen penelitian (validitas dan reliabilitas).
b. Melakukan sampling (randomisasi) dan estimasi ukuran sampel.
c. Analisis data dan pengujian hipotesis (regresi).
d. Mengambil kesimpulan dan memberikan saran
DAFTAR PUSTAKA
Perlakuan
Pengukuran variable dependen : indicator
kinerja (pra)
Kontrol
Pengukuran variable dependen : indicator
kinerja (pra)
Pengukuran ulang variable dependen : indicator
kinerja (Pasca)
Pengukuran ulang variable dependen : indicator
kinerja (Pasca)
Adib, M. 2011. Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika limiu
Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Alligood, MR, & Tomey, AM, 2006, Nursing 'Theorists and Their Work, 7h ed.
Missouri: Mosby.
Babbie, E. 1999. The Basics of Social Research. Belmont: Wadsworth Pub. Co.
Nursalam. 2002. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta: Sagung
Seto.
Nursalam & Kurniawati, ND. 2007. Asuhan Keperawatan Pasien Terinfeksi
HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan. Metodologi Penelitian limu Keperawatan.
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence
for Nursing Practice. 9 ed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Polit, D.E. dan B.P. Hungler. 1993. Essential of Nursing Research. Methods,
Appraisal, and Utilization. 3d ed. Philadelphia: J.B. Lippincott Co.
Putera, S.T. 2010. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: Pusat Penerbitan dan
Percetakan Unair.
Sastroasmoro, S. dan S. Ismail. 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Soeparto, O., S.T. Putra, dan Haryanto. 2000. Filsafat Imu Kedokteran. Surabaya:
GRAMIK dan RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Bab 2
Kajian Ilmu Keperawatan
PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEPERAWATAN
Filsafat ilmu merupakan telaah secara filsafat yang ingin menjawab pertanyaan
hakikat ilmu (Adib, 2011). Hakikat ilmu dapat dibedakan menjadi tiga; yaitu
ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Semua pengetahuan-ilmu (sains), seni,
atau pengetahuan apa saja- pada dasarnya mempunyai ketiga landasan tersebut.
Ketiga hakikat tersebut saling berkaitan, yang berbeda adalah materi
perwujudannya serta sejauh mana landasan-landasan ketiga hakikat ini
dikembangkan dan dilaksanakan.
Batas lingkup ilmu menjadi karakteristik objek ontologis ilmu yang
membedakan ilmu (sains) dari pengetahuan-pengetahuan lain. Dapat dikatakan
bahwa ilmu hanya membatasi hal-hal yang berbeda dalam batas pengalaman
karena fungsi ilmu dalam kehidupan (seperti memerangi penyakit) dan
menyusun indikator kebenaran karena telah teruji secara empiris. Ilmu juga
perlu bimbingan moral (agama) karena kebutaan moral dari ilmu dapat
membawa manusia ke jurang malapetaka.
Pada praktiknya, harus ada kejelasan batas disiplin ilmu, misalnya batas
disiplin ilmu antara perawat dan dokter. Tanpa kejelasan batas, maka pendekatan
multidisiplin tidak akan bersifat konstruktif tetapi berubah menjadi sengketa
kapling (Alligood & Tomey, 2012). Ciri khas yang paling menyol yaitu manusia
yang dilihat bukan hanya sebagai benda jasmani saja tetapi manusia secara
keseluruhan. Sementara itu manusia sebagai subjek penyelidikan ilmu
kemanusiaan dilihat dalam dua arti. Pertama dalam arti bahwa secara hakiki
manusia melampaui status objek benda-benda sekitarnya, kedua dalam arti
bahwa si penyelidik subjek berada pada taraf yang sama dengan objeknya. Arti
pertama agak berbau filsafat. Arti kedua secara khas berasal dari suatu uraian
empiris mengenai ilmu-ilmu kemanusiaan, jika dibandingkan dengan ilmu-ilmu
lainnya.
Bagaimana dengan halnya makhluk hidup termasuk sendiri? Hal ini
terutama terjadi di tatanan klinik yang objeknya adalah manusia. Fenomena-
fenomena klinik yang kita amati adalah aspek fisik berupa gejala-gejala penyakit
dengan tingkat biomolekuler yang mendasarinya; aspek psikis; dan aspek sosial.
Ketiga aspek tersebut merupakan fokus kajian objek ilmu keperawatan, yang
mempunyai empat komponen, yaitu manusia sebagai makhluk yang unik;
keperawatan; konsep sehat-sakit; dan lingkungan yang memengaruhi keadaan
manusia.
Banyak pengertian yang membahas tentang ilmu keperawatan,
sebagaimana Nursalam (2008) menjabarkan tentang ilmu keperawatan
adalah"……..suatu ilmu yang mencakup ilmu-ilmu dasar, perilaku, biomedik,
sosial, dan ilmu keperawatan sendiri (dasar, anak, maternitas, medikal bedah,
jiwa, dan komunitas). Aplikasi ilmu keperawatan yang menggunakan
pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah ditujukan untuk
mempertahankan, menopang, memelihara, dan meningkatkan integritas seluruh
kebutuhan dasar manusia". Pengertian tersebut membawa dampak terhadap isi
kurikulum program pendidikan tinggi keperawatan. Institusi pendidikan tinggi
keperawatan sejauh ini belum mampu mengenalkan ilmu keperawatan secara
jelas kepada peserta didik. Dengan demikian, peserta didik mendapatkan
orientasi ilmu dasar yang hampir sama dengan yang diajarkan pada program
pendidikan kesehatan lain (kedokteran umum, dokter gigi, dan kesehatan
masyarakat). Hal ini mengakibatkan ketidakjelasan peran perawat dalam
memberikan asuhan kesehatan kepada klien. Pertanyaan yang muncul adalah
apakah isi kurikulum ilmu-ilmu dasar yang diajarkan kepada mahasiswa
keperawatan sama yang diajarkan kepada mahasiswa kedokteran, kedokteran
gigi, dan kesehatan masyarakat. Hal ini perlu dipertanyakan mengingat: 1)
belum jelasnya perbedaan ilmu keperawatan dan kedokteran dan 2) dosen sering
mengajarkan materi yang sama dengan kedokteran kepada mahasiswa
keperawatan. Dengan perkataan lain, tidak adanya focus penekanan kompetensi
wajib yang dimiliki lulusan keperawatan (Nursalam, 2008b).
Tujuan ilmu keperawatan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: 1) sebaga
dasar dalam praktik keperawatan; 2) komitmen dalam praktik keperawatan
terhadap pengembangan ilmu keperawatan; 3) sebagai dasar penyelesaian
masalah keperawat yang kompleks agar kebutuhan dasar klien terpenuhi; dan 4)
dapat diterimanya intervensi keperawatan secara ilmiah dan rasional oleh profesi
kesehatan lain serta masyarakat. Tujuan yang terakhir disebutkan akan dapat
diterima oleh masyarakat jika perawat mampu menjelaskan objek ilmu
keperawatan (Chitty, 1997).
Berdasarkan tujuan ilmu keperawatan tersebut, Chitty (1997)
menerjemahkan ilmu keperawatan sebagai suatu ilmu yang aplikasinya dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai dengan kaidah dan nilai-nilai
keperawatan. Chitty (1997) menekankan nilai-nilai ilmu keperawatan pada tiga
unsur utama, yaitu: holistik, humanistik, dan care dengan menekankan pada
upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang sehat maupun sakit.
Pemenuhan kebutuhan manusia merupakan objek ilmu keperawatan yang
meliputi membantu meningkatkan, mencegah, dan mengembalikan fungsi
kesehatan yang terganggu akibat sakit yang diderita.
Peran utama professional perawat adalah memberikan asuhan keperawatan
kepada manusia (sebagai objek utama kajian filsafat ilmu keperawatan :
Ontologis) yang meliputi :
1. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan dan kebutuhan
klien.
2. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi
masalah keperawatan, mulai dari pemeriksaan fisik, psikis, sosial, dan
spiritual.
3. Memberikan asuhan keperawatan kepada klien (klien, keluarga, dan
masyarakat) mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks.
Pelayanan yang diberikan oleh perawat harus dapat mengatasi masalah-masalah
fisik, psikis, dan sosial-spiritual pada klien dengan fokus utama mengubah
perilaku klien (pengetahuan, sikap, dan keterampilannya) dalam mengatasi
masalah kesehatan sehingga klien dapat mandiri.
Misalnya, jika klien anak dengan asma bronkial dirawat di rumah sakit
dengan kondisi sedang diberi infus dan tidak boleh bergerak ke mana-mana,
maka anak tersebut akan mengalami stres fisik akibat keluhan sakitnya dan
psikis akibat dari tindakan pemasangan infus serta larangan untuk bergerak.
Stres psikis yang terjadi akan berdampak terhadap koping anak tersebut sehingga
menurunkan imunitasnya. Keadaan tersebut justru akan memperlambat
kesembuhan klien. Ilmu keperawatan yang ada harus dapat memfasilitasi
bagaimana anak tersebut dapat merasa "at home" (tidak seperti di rumah sakit),
tidak merasa tertekan, dan merasa diperhatikan oleh orang terdekat. Bukan justru
menambah stres psikologis dengan suasana lingkungan yang menakutkan dan
petugas yang bersikap kurang ramah serta memaksakan setiap melakukan
tindakan keperawatan/medis (misalnya menyuntik). Keadaan yang demikian
akan berdampak dalam proses penyembuhan klien.
Hasil penelitian yang dilaksanakan di Amerika menyebutkan bahwa
memperlakukan anak anak yang dirawat di rumah sakit seperti di rumah sendiri,
memberi kebebasan bagi anak untuk bermain sebatas kemampuannya, dan
merasa diperhatikan menunjukkan angka yang signifikan dalam percepatan
penyembuhan klien dibandingkan dengan anak yang mengalami stres psikologis
akibat suasana/lingkungan yang tidak kondusif.
ILMU KEPERAWATAN : TEORI ADAPTASI
Dalam disiplin biologi yang merupakan induk utama dari filsafat ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan, terdapat 4 doktrin biologi organisme yang
mencerminkan upaya para ahli biologi dalam mengatasi realitas biologi, yaitu
(1) doktrin pendekatan holistik; (2) doktrin teleologik; (3) doktrin kesejajaran
historis dalam perkembangan organisme; serta (4) doktrin otonomi (Soeparto
Putra, Haryanto, 2000). Doktrin pertama tampak pada pendekatan holistik
yang digunakan oleh ahli biologi dalam memersepsikan organisme. Artinya,
meskipun tubuh organisme tersusun dari komponen-komponen yang
mencerminkan tingkat agregasi bahan kimia pembentuknya dengan ciri-ciri
fisikokimia yang bervariasi, para ahli biologi memandang wujud organisme
sebagai yang terintegrasi. Doktrin kedua tampak pada sifat deskriptif
penjelasan biologi yang berorientasi tujuan. Penjelasan biologi yang
menekankan pentingnya hubungan antara struktur dengan fungsi dan penjelasan
pelestarian fungsi reproduksi, adaptasi, dan evolusi dalam organisme biologi
dipengaruhi oleh doktrin ini. Doktrin ketiga menegaskan
bahwa ciri-ciri perkembangan organisme menimbulkan permasalahan
metodologi khas dalam perkembangan teori biologi. Doktrin keempat
merupakan konsekuensi logis dari ketiga doktrin sebelumnya. Doktrin ini
menegaskan bahwa organisme harus diteliti tanpa prasangka, peranggapan, dan
bias yang tak disadari, sehingga informasi yang terhimpun memberikan realitas
apa adanya. Sistem biologi memperlihatkan ciri-ciri perwujudan dirinya sebagai
saatu totalitas (holistik). Dalam totalitas perwajudannya terimplikasi
adanya integrasi yaing engendalikan interelasi antara ciri satu dengan lainnya
(Soparmo,1984).
Keempat doknin tersebut mempunyai kesamaan dalam filsafat ilmu
keperawatan, yaitu terjadinya suata sakit pada manusia karena adanya
ketidakmampuan beradaptasi antara unsur fisik, psikis dan sosial karena unsur –
unsur tersebut merupakan perwujudan terimplikasi integrasi satu dengan yang
lain. Misalnya jika manusia mengalami nyeri dada (pada kasus infark miokard
akut) maka akan berdampak terhadap stress psikis karena ketakutan tehadap
kematian, dan terjadi ganggaan sosialisasi dengan individu lainnya.
Salama individu mampu menjaga integrasi antara unsur- unsur tersebut, maka
gejala sakit tidak akan tormanifestasikan dan individu akan bertahan.
KOMPONEN ILMU KEPERAWATAN: TEORI ADAPTASI
Menurut Roy terdapat lima objek utama dalam ilma keperawatan, yaitu (1)
Manusia (individu yang medapatkan asuhan keparwatan) (2) Keperawatan: (3)
Konsep sehat: (4) konsep lingkungan; dan (5) Aplikasi : tindakan keparwatan.
(Nursalam & Kurniawan, 2007).
Input Proses Efektor Output Stimulus
adaptasi Primer (mekanisme Koping)
Model adaptif
Stimulus tingkat adaptasi
Gambar 2.1. Diagram model adaptasi dari Roy (dikutip oleh Nursalam, 2007)
MANUSIA
Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan adalah individu,
keluarga kelompok, komunitas, atau sosial. Masing-masing diperlakukan oleh
perawat sebagai system adaptasi yang holistik dan terbuka. Sistem terbuka
tersebut berdampak terhadap perubahan yang konstan terhadap informasi,
kejadian, dan energi antarsistem dan lingkungan.
Interaksi yang konstan antara individu dan lingkungan dicirikan oleh perubahan
internal dan eksternal. Dengan perubahan tersebut, individu harus
mempertahankan integritas dirinya yaitu beradaptasi secara kontinu
1. Input. Sistem adaptasi mempunyai input yang berasal dari internal
individu. Roy mengidentifikasi input sebagai suatu stimulus. Stimulus
merupakan suatu unit informasi, kejadian, atau energi yang berasal dari
lingkungan. Sejalan dengan adanya stimulus, tingkat adaptasi individu
direspons sebagai suatu input dalam sistem adaptasi. Tingkat adaptasi
tersebut bergantung dari stimulus yang didapat berdasarkan kemampuan
individu. Tingkat respons antara individu sangat unik dan bervariasi
Kognator (intelektual dan sebagainya)
Regulator (system saraf otonom)
Integritas fisiologi
Integritas Psikologi
(konsep diri)
Integritas Sosiologi
(mungsi peran)
ketergantungan
Zona maladaptif
Zona Maladaptif
Fokal
Konteks tual
Residual
bergantung pada pengalaman yang didapatkan sebelumnya, status
kesehatan individu, dan stresor yang diberikan.
2. Proses.
a. Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk menjelaskan
proses kontrol dari individu sebagai suatu sistem adaptasi.
Beberapa mekanisme koping dipengaruhi oleh faktor
kemampuan genetik, misalnya sel-sel darah putih masuk dalam
tubuh. Mekanisme lainnya adalah dengan penggunaan antiseptik
untuk mengobati luka. Roy menekankan ilmu keperawatan yang
unik untuk mengontrol mekanisme koping. Mekanisme tersebut
dinamakan regulator dan cognator.
b. Subsistem regulator mempunyai sistem komponen input, proses
internal, dan output.Stimulus input berasal dari dalam atau luar
individu. Perantara sistem regulator berupa kimiawi, saraf, atau
endokrin. Refleks otonomi sebagai respons neural berasal dari
batang otak dan korda spinalis, diartikan sebagai suatu perilaku
output dari sistem regulasi. Organ target (endoterin) dan jaringan
di bawah kontrol endokrin juga memproduksi perilaku output
regulator, yaitu terjadinya peningkatan Andreno Corticaltyroid
Hormone (ACTH) kemudian diikuti peningkatan kadar kortisol
darah.
Banyak proses fisiologis yang dapat diartikan sebagai perilaku
subsistem regulator. Misalnya, regulator tentang respirasi. Pada
sistem respirasi akan terjadi peningkatan oksigen, yang
menginisiasi metabolisme agar dapat merangsang kemoreseptor
pada medula untuk meningkatkan laju pernapasan. Stimulasi
yang kuat pada pusat tersebut akan meningkatkan ventilasi lebih
dari 6-7 kali.
c. Contoh proses regulator tersebut terjadi ketika stimulus eksternal
divisualisasikan dan ditransfer melalui saraf mata menuju pusat
saraf otak dan bagian bawah pusat saraf otonomi. Saraf
simpatetik dari bagian ini mempunyai dampak yang bervariasi
pada viseral, termasuk peningkatan tekanan darah dan denyut
jantung
d. Stimulus terhadap subsistem kognator juga berasal dari faktor
internal dan eksternal. Perilaku output subsistem regulator dapat
menjadi umpan balik terhadap stimulus subsistem kognator.
Proses kontrol kognator berhubungan dengan fungsi otak yang
tinggi terhadap persepsi atau proses informasi, pengambilan
keputusan, dan emosi. Persepsi proses informasi juga
berhubungan dengan seleksi perhatian, kode, dan ingatan. Belajar
berhubungan dengan proses imitasi dan penguatan
(reinforcement). Penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan merupakan proses internal yang berhubungan dengan
keputusan dan khususnya emosi untuk mencari kesembuhan
dukungan yang efektif, dan kebersamaan.
e. Dalam mempertahankan integritas seseorang, kognator dan
regulator bekerja secara bersamaan. Sebagai suatu sistem
adaptasi, tingkat adaptasi seseorang dipengaruhi oleh
perkembangan individu dan penggunaan mekanisme koping.
Penggunaan mekanisme koping yang maksimal akan berdampak
baik terhadap tingkat adaptasi individu dan meningkatkan tingkat
rangsangan sehingga individu dapat merespons secara positif
3. Efector
Sistem adaptasi proses internal yang terjadi pada individu didefinisikan
Roy sebagai sistem efektor. Empat efektor atau model adaptasi tersebut
meliputi (1) fisiologis; (2) konsep diri; (3) fungsi peran; dan (4)
ketergantungan (interdepeden). Mekanisme regulator dan kognator
bekerja pada model adaptasi. Perilaku yang berhubungan dengan mode
adaptasi merupakan manifestasi dari tingkat adaptasi individu dan
mengakibatkan digunakannya mekanisme koping. Saat mengobservasi
perilaku seseorang dan menghubungkannya dengan model adaptasi,
perawat dapal mengidentifikasi adaptif atau ketidakefektifan respons
sehat dan sakit.
a. Fisiologis
Efektor secara fisiologis dapat dilihat dari beberapa hal berikut
Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen yang
berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi.
Nutrisi: menggambarkan pola penggunaan nutrisi untuk
memperbaiki kondisi dan perkembangan tubuh klien.
Eliminasi: menggambarkan pola eliminasi.
Aktivitas dan istirahat: menggambarkan pola aktivitas,
latihan, istirahat, dan tidur
Integritas kulit: menggambarkan fungsi fisiologis kulit.
Rasa: menggambarkan fungsi sensori perseptual yang
berhubungan dengan pancaindra: penglihatan, penciuman,
perabaan, pengecapan, dan pendengaran.
Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fisiologis
penggunaan cairan dan elektrolit.
Fungsi neurologis: menggambarkan pola kontrol neurologis,
pengaturan, dan intelektual.
Fungsi endokrin: menggambarkan pola kontrol dan
pengaturan, termasuk respons stres dan sistem reproduksi.
Masalah-masalah keperawatan yang dapat diidentifikasi pada
keempat mode dijabarkan pada Tabel 2.1.
b. Konsep Diri (Psikis)
Konsep diri mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan, dan emosi
yang berhubungan dengan ide diri sendiri. Perhatian ditujukan pada
kenyataan keadaan diri sendi tentang fisik, individual, dan moral-
etik.
Table 2.1. masalah gangguan adaptasi (George, 1990: 247 dikutif dari Roy, S.C.)
MASALAH
FISIOLOGIS KONSEP DIRI FUNGSI PERAN INTERDEPENDEN
1. Oksigenisasi
Hipoksia
Syok
Overload
Pandangan terhadap
fisik :
Penurunan konsep
seksual
Agresi
Kehilangan
Transisi parah
Peran berbeda
Konflik peran
Kegagalan peran
Kecemasan
berpisah
Merasa
ditinggalkan/
isolasi
2. Nutrisi
Malnutrisi
Mual
Muntah
Pandangan terhadap
personal
Cemas .
Tidak berdaya
Merasa bersalah
Harga diri rendah
3. Eliminasi
Konstipasi
Diare
Kembung
Inkontinen
Retensi Urine
4. Aktivitas dan istirahat
Aktivitas fisik yang
tidak adekuat
Risiko kesalahan
aktivitas
Istirahat yang tidak
adekuat
Insomnia
Gangguan tidur
Kelebihan istirahat
5. Integritas kulit
Gatal – gatal
Kekeringan
Decubitus
c. Fungsi Peran (Sosial)
Fungsi peran mengidentifikasi tentang pola interaksi sesial
seseorang yang berhubungan dengan orang lain akibat dar peran
ganda yang dijalankannya.
d. Ketergantungan (Independen)
Interdependen mengidentifikasi pola nilai-nilai manusia,
kehangatan, cinta, dan memiliki Proses tersebut terjadi melalui
hubungan interpersonal terhadap individu maupun kelompok
2. Output
Perilaku seseorang berhubungan dengan metode adaptasi. Koping yang
tidak efektif berdampak terhadap respons sakit (maladaptif). Jika klien
masuk pada zona maladaptif maka klien mempunyai masalah
keperawatan (adaptasi).
KEPERAWATAN
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan
kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang
mengalami gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan
yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan
kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan
rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu (Alligood &
Tomey, 2006).
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respons
adaptasi yang berhubungan dengan empat model respons adaptasi. Perubahan internal,
eksternal, dan stimulus input bergantung dari kondisi koping individu. Kondisi koping
menggambarkan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi ditentukan oleh stimulus
fokal, kontekstual, dan residual. Stimulus fokal adalah suatu respons yang diberikan
secara langsung terhadap input yang masuk. Penggunaan fokal pada umumnya
bergantung pada tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus
kontekstual adalah semua stimulus lain yang merangsang seseorang baik internal
maupun eksternal serta memengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara
subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat
seseorang dan timbul secara relevan sesuai dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit
diukur secara objektif.
Kasus: Klien Tn. Sigit mengalami nyeri dada. Stimulus yang secara langsung
pada klien dinamakan fokal, yaitu kekurangan oksigen pada otot jantungnya.
Stimulus kontekstual meliputi: suhu 40° C, sensasi nyeri, penurunan berat badan,
kadar gula darah, dan derajat kerusakan arteri. Stimulus residual meliputi
riwayat merokok dan stres yang dialaminya.
Tindakan keperawatan yang diberikan adalah meningkatkan respons adaptasi pada
situasi sehat dan sakit. Tindakan tersebut dilaksanakan oleh perawat dalan
memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, atau residual pada individu. Dengan
memanipulasi semua stimulus tersebut, diharapkan individu akan berada pada zona
adaptasi. Jika memungkinkan, stimulus fokal yang dapat mewakili semua stimulus
harus dirangsang dengan baik. Misalnya klien dengan nyeri dada, stimulus fokalnya
adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen tubuh dan persediaan oksigen
yang dapat disediakan oleh jantung. Untuk mengubah stimulus fokal, perawat perlu
memanipulai stimulus kebutuhan agar respons adaptif dapat terpenuhi. Jika stimulus
fokal tidak dapat diubah, perawat harus meningkatkan respons adaptif dengan
memanipulasi stimulus kontekstual dan residual.
Perawat perlu mengantisipasi bahwaklien mempunyai risiko adanya
ketidakefektifan respons pada situasi tertentu. Oleh karena itu perawat harus
mempersiapkan individu untuk mengantisipasi perubahan melalui penguatan
mekanisme kognator, regulator atau koping yang lainnya. Tindakan keperawatan yang
diberikan pada teori ini meliputi mempertahankan respons yang adaptif dengan
mendukung upaya klien secara kreatif menggunakan mekanisme koping yang sesuai.
KONSEP SEHAT-SAKIT
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu kontinum dari meninggal sampai dengan
tingkat tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan dan
proses dalam upaya menjadikan dirinya terintegrasi secara keseluruhan, yaitu fisik,
mental, dan sosial.
Integritas adaptasi individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk
memenuhi tujuan mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradaptasi
terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan sakit
sangat relatif dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi
(koping) bergantung pada latar belakang individu tersebut dalam mengartikan dan
mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya,
dan lain-lain.
KONSEP LINGKUNGAN
Stimulus dari individu dan stimulus sekitarnya merupakan unsur penting dalam
lingkungan. Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari
internal dan eksternal, yang memengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan serta
perilaku seseorang dan kelompok. Lingkungan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi,
ataupun psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman.
Sementara lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu
(berupa pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian) dan proses stressor (sel
maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu. Manifestasi yang tampak
akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons. Pemahaman klien yang
baik tentang lingkungan akan membantu perawat meningkatkan adaptasi klien tersebut
dalam mengubah dan mengurangi risiko akibat dari lingkungan sekitarnya.
APLIKASI PADA ASUHAN KEPERAWATAN:
PROSES KEPERAWATAN
Model ilmu keperawatan dari adaptasi Roy memberikan pedoman kepada perawat
dalam mengembangkan asuhan keperawatan melalui proses keperawatan. Unsur
proses keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, intervensi,
dan evaluasi seperti yang digambarkan berikut ini (Nursalam, 2008a)
Pengkajian
Diagnosis
Intervensi
Gambar 2.2 Diagram hubungan antara tahap proses keperawatan (Nursalam, 2001).
1. Pengkajian
Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang perilaku klien sebagai
suatu system adaptif yang berhubungan dengan masing-masing model adaptasi:
fisiologis, konsep diri fungsi peran, dan ketergantungan. Oleh karena itu,
pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku, yaitu pengkajian klien
terhadap masing-masing model adaptasi sistematis dan holistik. Pelaksanaan
pengkajian dan pencatatan pada empat model adaptif tersebut akan memberikan
gambaran keadaan klien kepada tim kesehatan lainnya.
Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisis pola perubahan perilaku
klien tentang ketidakefektifan respons atau respons adaptif yang memerlukan
dukungan perawat. Jika ditemukan ketidakefektifan respons (maladaptif), perawat
melaksanakan pengkajian tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan
data tentang stimulus fokal, kontekstual, dan residual yang berdampak terhadap
klien. Proses ini bertujuan untuk mengklarifikasi penyebab dari masalah dan
mengidentifikasi faktor kontekstual dan residual yang sesuai. Menurut Martinez,
faktor yang memengaruhi respons adaptif meliputi genetik; jenis kelamin, tahap
perkembangan, obat-obatan, alkohol, merokok konsep diri, fungsi peran,
ketergantungan, dan pola interaksi sosial; mekanisme koping dan gaya; stres fisik
dan emosi; budaya; serta secara lingkungan fisik.
2. Perumusan Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respons individu terhadap rangsangan yang timbul
dan diri sendiri maupun luar (lingkungan). Sifat diagnosis keperawatan adalah (1)
Perencanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
berorientasi pada kebutuhan dasar manusia; (2) menggambarkan respons individu
terhadap proses kondisi dan situasi sakit; dan (3) berubah bila respons individu
juga berubah (Nursalam 2001). Unsur dalam diagnosis keperawatan meliputi
problem/respons (P); etiologi (E) dan signs/symptom (S), dengan rumus diagnosis
= P + E + S. Diagnosis keperawatan dan diagnosis medis mempunyai beberapa
perbedaan, sebagaimana tersebut pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2 Perbedaan diagnosis medis dan keperawatan
DIAGNOSIS MEDIS DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Fokus: faktor-faktor pengobatan
penyakit
1. Fokus: respons klien, tindakan
medis, dan faktor lain
2. Orientasi: keadaan patologis 2. Orientasi: kebutuhan dasar
manusia (KDM)
3. Cenderung tetap mulai masuk
sampai pulang
3. Berubah sesuai perubahan respons
klien
4. Mengarah tindakan medis
(pengobatan) yang sebagian
dilimpahkan kepada perawat
4. Mengarah pada fungsi mandiri
perawat
5. Diagnosis medis melengkapi
diagnosis keperawatan
5. Diagnosis keperawatan melengkapi
diagnosis
medis
Roy mendefinisikan tiga metode untuk menyusun diagnosis keperawatan:
a. Menggunakan tipologi diagnosis yang dikembangkan oleh Roy dan
berhubungan dengan 4 model adaptasi (tabel masalah gangguan adaptasi).
Dalam mengaplikasikan metode diagnosis ini, diagnosis pada kasus Tn.
Sigit adalah "hipoksia.
Tabel 2.3 Kriteria standar intervensi keperawatan menurut teori adaptasi
(Nursalam, 2002)
STANDAR TINDAKAN GANGGUAN FISIOLOGIS
1. Memenuhi kebutuhan oksigen
Kriteria:
a. Menyiapkan tabung oksigen dan flowmeter
b. Menyiapkan humidifier berisi air
c. Menyiapkan slang nasal/masker
d. Memberikan penjelasan kepada klien
e. Mengatur posisi klien
f. Memasang slang nasal/masker
g. Memerhatikan reaksi klien
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi, cairan, dan elektrolit
Kriteria:
a. Menyiapkan peralatan dalam dressing car
b. Menyiapkan cairan infus/makanan/darah
c. Memberikan penjelasan pada klien
d. Mencocokkan jenis cairan/darah/diet makanan
e. Mengatur posisi klien
f. Melakukan pemasangan infus/darah/makanan
g. Mengobservasi reaksi klien
3. Memenuhi kebutuhan eliminasi
Kriteria:
a. Menyiapkan alat pemberian huknah/gliserin/dulcolax dan peralatan
pemasangan kateter
b. Memerhatikan suhu cairan/ukuran kateter
c. Menutup pintu dan memasang selimut
d. Mengobservasi keadaan feses/urine
e. Mengobservasi reaksi klien
4. Memenuhi kebutuhan aktivitas dan istirahat/tidur
Kriteria:
a. Melakukan latihan gerak pada klien tidak sadar
b. Melakukan mobilisasi pada klien pascaoperasi
5. Memenuhi kebutuhan integritas kulit (kebersihan dan kenyamanan fisik)
Kriteria:
a. Memandikan klien yang tidak sadar/kondisinya lemah
b. Mengganti alat-alat tenun sesuai kebutuhan/kotor
c. Merapikan alat-alat klien
6. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis
Kriteria:
a. Mengobservasi tanda-tanda vital sesuai kebutuhan
b. Melakukan tes alergi pada pemberian obat baru
c. Mengobservasi reaksi klien
b. Menggunakan pernyataan dari perilaku yang tampak dan berpengaruh
terhadap stimulusnya. Dengan menggunakan metode diagnosis ini maka
diagnosisnya adalah "nyeri dada disebabkan oleh kekurangan oksigen pada
otot jantung berhubungan dengan lingkungan cuaca yang panas.
Tabel 2.3 Kriteria standar intervensi keperawatan menurut teori adaptasi
(Nursalam, 2002), (lanjutan).
STANDAR TINDAKAN GANGGUAN KONSEP DIRI (PSIKIS)
Memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual
Kriteria:
1. Melaksanakan orientasi pada klien baru
2. Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
3. Memberikan penjelasan dengan bahasa sederhana
4. Memerhatikan setiap keluhan klien
5. Memotivasi klien untuk berdoa
6. Membantu klien beribadah
7. Memerhatikan pesan-pesan klien
STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN PERAN (SOSIAL)
1. Meyakinkan klien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna bagi
keluarga dan masyarakat
2. Mendukung upaya kegiatan atau kreativitas klien
3. Melibatkan klien dalam setiap kegiatan terutama dalam pengobatan pada oinn
4. Melibatkan klien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri klien
5. Bersifat terbuka dan komunikatif kepada klien
6. Mengizinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien
7. Perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap klien yang positif dalam
perawatan
8. Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan menerima jika ada sikap klien yang
negatif
STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN INTERDEPENDENCE (KETERGANTUNGAN
1. Membantu klien memenuhi kebutuhan makan dan minum
2. Membantu klien memenuhi kebutuhan eliminasi (urine dan alvi)
3. Membantu klien memenuhi kebutuhan kebersihan diri (mandi)
4. Membantu klien berhias atau berdandan
c. Berhubungan dengan stimulus yang sama. Misalnya jika seorang petani
mengalami nyeri dada saat ia bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada
kasus ini, diagnosis yang sesuai adalah "Kegagalan peran berhubungan
dengan keterbatasan fisik (miokardial) untuk bekerja saat cuaca yang
panas".
3. Interfensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan mengubah atau
memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga
ditujukan kepada kemampuan klien dalam menggunakan koping secara luas, supaya
stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien.
Tujuan intervensi keperawatan adalah mencapai kondisi yang optimal dengan
menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat
menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan, pertumbuhan, dan reproduksi).
Tujuan jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi
stimulus fokal, kontekstual, dan residual.
Pengembangan kriteria standar intervensi keperawatan menurut adaptasi akan
digunakan oleh peneliti sebagai instrumen untuk mengukur kinerja perawat dalam
menerapkan teori adaptasi pada asuhan keperawatan anak.
4. Evaluasi
Penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada tujuan keperawatan yang
ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada
perubahan perilaku dari kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi
pada individu.
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. 2011. Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Alligood, MR, & Tomey. AM. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 7h ed. St.
Louis, Missouri: Mosby
Chitty, K.K. 1997. Professional Nursing. Concepts & Challenges. 2nd ed.
Philadelphia: W.B Saunders Company.
Nursalam & Kurniawati, ND. 2007. Asuhan Keperawatan Pasien Terinfeksi HIV/
AIDS. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
____________2008a. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktis.
Edisi 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
____________.2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika.
Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence
for Nursing Practice. 9th ed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Putera, S.T. 2010. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: Pusat Penerbitan dan
Percetakan Unair.
Soeparmo HA. (1984) Struktur Keilmuan dan Teori Ilmu Pengetahuan Alam.
Surabaya: Airlangga University Press.
BAGIAN 2
MASALAH PENELITIAN DAN
KERANGKA KONSEP
Bab 3 Masalah, Rumusan Masalah, Dan
Tujuan Penelitian
Lampiran Contoh Rumusan Masalah
Bab 4 Kerangka Konsep hipotesis penelitian
Bab 5 Lingkup masalah penelitian ilmu
keperawatan
Harapan
BAB 3 MASALAH, RUMUSAN MASALAH
DAN TUJUAN PENELITIAN
MASALAH
Masalah penelitian merupakan langkah awal yang harus dipikirkan dan disusun
berdasarkan suatu fakta empiris di lapangan. Pada tahap awal pelaksanaan penelitian,
kegiatan yang perlu dilakukan adalah memahami konsep masalah berdasarkan kajian
kepustakaan yang dapat dipercaya. Kegiatan tersebut meliputi berpikir, membaca
teori, dan review dengan teman perlu memahami pelaksanaan deductive reasoning dan
memilih topik yang diminati dari hasil riset yang telah dilaksanakan orang lain.
Gambar 3.1. Bagan alur piker ilmiah sekonsep (Soeparto, Putra, Haryanto, 2000)
TOPIK
MASALAH
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENELITIAN
MANFAAT
Fakta
JUDUL
Kesenjangan berdasar pada konsep masalah (K.I)
Konsep yang digunakan dalam paradigm penelitian/konsep paradigm penelitian/konsep paradigma (konsep I dan II) sebagai sumber variable untuk menjawab rumusan masalah.
Masalah penelitian adalah suatu kondisi yang memerlukan pemecahan atau alternatif
Pemecahan. Baik burukya suatu penelitian sangat ditentukan oleh masalah penelitian
(Research problem) (Polit & Hungler, 1999). Masalah penelitian biasanya didapat dari
topic yang secara luas berhubungan dengan keperawatan. Mengingat dalam topik
sudah terdapat suatu masalah, maka dalam melakukan identinkasi masalah hendaknya
tidak keluar dari area masalah yang telah dicantumkan dalam topik. Masalah penelitian
diupayakan yang orisin, mempunyai kontribusi terhadap perkembangan ilmu, urgensi
dan baru.
Menyelesaikan Masalah Riset Keperawatan
Saat memilih masalah penelitian keperawatan peneliti dituntut untuk menguasai
lingkap masalah dan konsep keperawatan. Gambar berikut ini menjelaskan alur pikir
tentanglangkah-langkah memilih masalah penelitian keperawatan.
Gambar 3.2. Penentuan masalah riset keperawatan (Nursalam, 2002 & Nursalam,
2008)
NANDA (9 Pola perubahan) GORDON (11 pola fungsi kesehatan)
P : Problem E ; ? (factor independen) S: Sign/ Simptons
Proses keperawatan Diagnosis Keperawatan
Sumber : - Klinik/
komunitas - Literature/
buku/ jurnal
- Diskusi/ seminar
Syarat - F: Feasibility - I: Interseting - N: novel - E: Ethics - R: relevant
MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH
Pengembangan kerangka konseptual (Teori/ ilmu
keperawatan) : ROY, OREM, KING, dll)
Keterangan:
Alur perumusan masalah penelitian keperawatan tersebut berdasar pada masalah-
masalah keperawatan yang berasal dari diagnosis keperawatan, yang terdiri atas rumus
PES. P (problem adalah respons/masalah yang dirasakan oleh klien, baik fisik, psikis,
maupun sosio-spiritual. Dalam menentukan R merujuklah pada masalah keperawatan
yang dikemukakan oleh North American Nurses Diagnosis (NANDA), sebagai acuan
penentuan masalah keperawatan di dunia. E (Etiology) adalah penyebab dari masalah,
dapat berupa patofisiologi suatu penyakit, situasi lingkungan atau tempat tinggal. S
(Sign & Symptoms) adalah tanda dan gejala yang biasanya memberikan kontribusi
terhadap timbulnya masalah. Keterangan tersebut dapat dianalogikan, bahwa PES
dapat dipergunakan sebagai variabel dependen; E sebagai variabel independen; dan S
dapat berperan sebagai variabel independen, dependen, moderator, atau variabel
lainnya.
Masalah riset keperawatan harus mengandung unsur "FINER", yaitu feasible,
interesting, novel, ethical, dan relevant (Sastroasmoro dan Ismail, 1995).
F = Bisa dijalankan (Feasible)
Tersedia subjek penelitian
Tersedia dana
Tersedia waktu, alat, dan keahlian
I = Menarik (Interesting)
Masalah hendaknya menarik untuk diteliti
N = Hal baru (Novel)
Membantah atau mengonfirmasikan penemuan terdahulu
Melengkapi dan mengembangkan hasil penelitian terdahulu
Menemukan sesuatu yang baru
E = Etika (Ethical)
Tidak bertentangan dengan etika, khususnya etika keperawatan
R = Relevan (Relevant)
Bermanfaat bagi perkembangan Iptek
Dapat digunakan untuk meningkatkan asuhan keperawatan dan
kebijakan kesehatan
Sebagai dasar penelitian selanjutnya
Contoh lingkup riset keperawatan terlampir (diambil dari hasil riset peneliti dan
mahasiswa)
Lingkup Masalah Penelitian Keperawatan
menurut Nursalam (2002)
Prioritas/lingkup riset keperawatan berdasarkan kelompok ilmu keperawatan
dikembangkan menjadi:
1. Prioritas kesehatan dan pencegahan penyakit pada masyarakat.
2. Pencegahan perilaku dan lingkungan yang berakibat buruk pada masalah
kesehatan.
3. Menguji model praktik keperawatan di komunitas.
4. Menentukan efektivitas intervensi keperawatan pada infeksi HIV-AIDS
5. Mengkaji pendekatan yang efektif pada gangguan perilaku.
6. Evaluasi intervensi keperawatan yang efektif pada penyakit kronis.
7. Identifikasi faktor-faktor bioperilaku yang berhubungan dengan kemampuan
koping.
8. Mendokumentasikan efektivitas pelayanan kesehatan/keperawatan.
9. Mengembangkan masalah dan metodologi riset pelayanan
kesehatan/keperawatan.
10. Menentukan efektivitas biaya perawatan klien.
Kajian Masalah/Sumber Masalah Penelitian Keperawatan
Masalah riset bisa didapatkan dari berbagai sumber. Akan tetapi pemilihan sumber
harus selektif, aktif, dan imajinatif dalam penggunaannya.
Praktik Keperawatan
Praktik keperawatan harus berdasarkan pada ilmu yang diperoleh dari suatu hasil
penelitian, karenapraktik tersebut sangat penting untuk mengetahui sumber
permasalahan (Polit & Back, 2012). Pormasalahan atau topik riset dapat diperoleh
dari observasi klinik (perilaku klien dan keluarga dalam situasi krisis dan bagaimana
perawat mengatasi masalah tersebut; review status klien: proses keperawatan; dan
prosedur atau tindakan perawatan yang mungkin menimbalkan masalah atau
pertanyaan dalam pelaksanaannya). Misalnya, prosodur apakah yang bisa diberikan
dalam perawatan mulut pada klien kanker mulut atau klien dengan pemasangan
endotrakeal? Tindakan efektif apa yang dilakukan untuk mengobati luka? Tindakan
keperawatan apa yang berhubungan dengan komunikasi klien dengan stroke? Apakah
dampak kunjungan rumah dan pelaksanaannya setelah klien pulang dari rumah sakit?
Beherana mahasiswa perawat dan perawat mengumpulkan suatu jurnal atau data
mengenai permasalahan yang berhubungan dengan pengalaman praktiknya (Burns &
Grove 1999) mereka mencatat pengalaman, ide, dan observasinya dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Analisis dalam hal tersebut sering kali membantu
penyusunan suatu pola dalan memgidentifikasi peran perawat. Mengapa pemberian
asuhan keperawatan pada emosional dan spiritual klien lebih sedikit dibandingkan
dengan perawatan fisik? Apakah anggota keluarga perlu dilibatkan atau tidak dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada klien?
RUMUSAN MASALAH ATAU PERTANYAAN PENELITIAN
Burns dan Grove (1999) mengemukakan lima pertanyaan yang perlu dijawab sebelum
merumuskan masalah penelitian: (1) Apa yang salah atau yang perlu diperhatikan pada
Situasi ini?; (2) Di mana letak kesenjangannya?: (3) Informasi apa yang dibutuhkan
untuk mencari masalah ini?; (4) Perlukah melakukan tindakan pelayanan di klinik?;
dan (5) Perubahan apa yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut?
Sementara menurut Polit dan Hungler (1993) pertanyaan yang perlu dijawab
sebelum merumuskan masalah penelitian: (1) Apakah pertanyaan penelitian ini
berhubungan dengan teori atau praktik? (Substansi); (2) Bagaimana pertanyaan akan
bisa dijawab? (Metodologis); (3) Apakah tersedia sarana dan prasarana yang memadai
(practical dimensions); dan (4) Dapatkah pertanyaan ini dijelaskan secara konsisten
yang berdasarkan pada isu etik? (Ethical Dimensions).
Riset keperawatan terutama ditujukan pada masalah-masalah keperawatan di
klinik dan komunitas atau keluarga (misalnya, sesuai 11 pola fungsi kesehatan dari
Gordon; 9 pola respons kesehatan dari NANDA; dan lain-lain); masalah keperawatan
pada bidang pendidikan; dan masalah pada sistem pelayanan kesehatan lain
(Nursalam, 2008).
Pertanyaan suatu penelitian adalah suatu pernyataan yang singkat, jelas, dan
interogatif, yang ditulis dalam bentuk saat sekarang dan melibatkan satu atau lebih
variabel. Pertanyaan penelitian berguna untuk menjelaskan suatu variabel, menguji
hubungan antarvariabel, dan menentukan perbedaan antara dua atau lebih kelompok
sehubungan dengan variabel tertentu.
Contoh:
1. Bagaimana peran orang tua dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir?
(deskriptif)
2. Adakah hubungan antara variabel x dan variabel y? (crossectional ; asosiasi/
korelasi)
3. Adakah pengaruh pemberian terapi bermain pada anak prasekolah selama
masuk rumah sakit terhadap penerimaan selama tindakan invasif? (pengaruh
experiment)
Faktor-Faktor yang Mendasari Perumusan Masalah
Penyusunan rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada pemahaman yang
dimiliki peneliti tentang masalah yang ada dan berkembang saat itu. Hal-hal yang
harus diperhatikan oleh peneliti meliputi faktor-faktor tersebut di bawah ini.
1. Mendefinisikan permasalahan/topik (fakta empiris-induktif)
Seorang peneliti biasanya memulai pencarian topik secara umum, misalnya
asuhan keperawatan (askep) klien dengan nyeri, pola komunikasi keluarga
pada perawatan Nien lanjut usia (lansia), atau asuhan keperawatan klien
dengan inkontinensia urine? Kemudian timbul suatu pertanyaan: Mengapa
perlu dilakukan tindakan? Apa yang akan teriadi seandainya diberikan
tindakan? atau, Ciri-ciri khas apakah yang ada hubungannya dengan masalah
tersebut?
2. Mulai mencari sumber kepustakaan (kajian teori-deduksi) Kepustakaan dapat
memberikan gambaran kepada seorang peneliti pemula terhadap suatu akan
mampu mengidentifikasi apa yang sudah diketahui dan belum diketahui pada
suatu topik. Perbedaan pendapat akan membantu penentuan permasalahan di
masa mendatang.
Teori merupakan sumber yang sangat penting dalam mendapatkan
suatu permasalahan karena disusun berdasarkan ide atau dan bersifat nyata
serta telah dilakukan suatu pengujian mengenai kebenarannya.
Permasalahan/topik dapat disusun untuk menjelaskan tentang konsep,
misalnya topik yang diminati. Dengan melakukan kajian masalah, peneliti
gambaran situasi sekarang teori perawatan diri dari Orem.
Replikasi meliputi suatu prosedur atau pengulangan riset untuk
menentukan apakah hasil penemuan akan sama atau berbeda. Beberapa peneliti
melakukan replikasi pada penelitiannya karena mereka setuju dengan
penemuan tersebut dan ingin menguji apa yang akan terjadi jika penelitian
tersebut dilaksanakan pada desain, tempat, dan subjek yang berbeda. Berikut
ini adalah contoh penyusunan rumusan masalah berdasarkan kajían teori,
dimulai adanya suatu ide/pendapat yang ada pada pikiran peneliti.
3. Interaksi antarteman sejawat atau anggola tim Interaksi dengan peneliti atau
anggota tim sangat bermanfaat untuk menentukan permasalahan penelitian.
Seorang peneliti yang berpengalaman memberikan pengalamannya kepada
pemula ataupun seorang dosen memberikan pengalaman kepada
mahasiswanya dalam menyeleksi dan menyusun suatu permasalahan. Jika
memungkinkan, seorang mahasiswa melakukan penelitian pada topik yang
sama dengan dosennya. Dosen dapat memberikan keahliannya berhubungan
dengan program penelitian dan mahasiswa dapat mengembangkan
pengetahuannya pada topik tertentu (Polit & Back, 2012). Tipe hubungan ini
bisa dikembangkan antara ahli peneliti dengan perawat di rumah sakit ataupun
klinik.
4. Layak dijabarkan (feasibility) Kelayakan suatu penelitian untuk dilakukan
ditentukan oleh berbagai pertimbangan, yaitu (a) waktu; (b) dana; (c) keahlian
peneliti; (d) tersedianya responden; (e) fasilitas dan alat; (f) kerja sama dengan
tim lain; dan (g) pertimbangan etika (Nursalam, 4. 2008).
a. Waktu
Suatu penelitian sering kali memerlukan waktu yang lebih lama dari yang
telah ditentukan, sehingga menjadi kendala bagi semua peneliti terutama
peneliti pemula untuk memperkirakan waktu yang diperlukan.
Pertimbangan perkiraan penentuan waktu dapat ditentukan oleh berbagai
faktor:
1) Tipe responden yang diperlukan
2) Jumlah dan kompleksnya variabel yang akan digunakan
3) Metode pengukuran variabel (apakah instrumen sudah tersedia
ataukah harus mengembangkan sendiri)
4) Metode pengumpulan data
5) Proses analisis data
Seorang peneliti sering memperkirakan waktu yang diperlukan tiap
selesainya tahap proses penelitian.
b. Dana Perumusan masalah dan tujuan yang dipilih sangat dipengaruhi oleh
alokasi dana yang tersedia. Potensial sumber dana harus dipertimbangkan
pada saat penyusunan masalah atau tujuan. Untuk memperkirakan dana
yang diperlukan, beberapa pertanyaan berikut ini perlu dipertimbangkan:
1) Literatur: Apakah akan diperlukan komputer, fotokopi artikel, atau
pembelian buku?
2) Subjek: Apakah subjek/responden perlu diberi biaya dalam
partisipasinya?
3) Peralatan: Alat-alat apakah yang diperlukan untuk penelitian?
Apakah alat- alat tersebut bisa diperoleh dengan ataukah
disediakan oleh donatur? Apakah bisa menggunakan alat-alat yang
tersedia, ataukah perlu membangun/membuat sendiri? Berapakah
biaya untuk pengukuran instrumen?
4) Personel: Apakah asisten/konsultan perlu diberikan biaya
pengetikan dan analisis data? cara meminjam, menyewa, membeli,
5) Komputer: Apakah pemakaian komputer diperlukan saat
menganalisis data? Jika ya, berapa biaya yang diperlukan?
6) Transportasi: Berapa biaya transportasi untuk melakukan
penelitian dan menyajikan hasil?
7) Pendukung: Apakah akan diperlukan alat-alat seperti amplop,
prangko, pena, kertas, dan fotokopi? Apakah perlu biaya telepon
untuk jarak jauh (interlokal)?
c. Keahlian Peneliti
Permasalahan/topik dan tujuan penelitian harus diseleksi berdasarkan
kemampuan peneliti. Hal ini biasanya menuntut seorang peneliti untuk
memahami suatu proses penelitian baru kemudian melakukan penelitian
berdasarkan pengalamannya. Memilih permasalahan yang sulit dan
kompleks akan mengakibatkan frustrasi bagi peneliti pemula.
d. Ketersediaan responden
Dalam menentukan suatu tujuan penelitian, yang perlu dipertimbangkan
adalah tipe dan jumlah responden yang diperlukan. Sampel biasanya sulit
jika penelitian meliputi populasi yang unik dan jarang. Misalnya
quadriplegic yang hidup sendirian. Semakin spesifik suatu populasi,
semakin sulit mendapatkannya. Dana dan waktu yang tersedia akan
berakibat terhadap responden yang dipilih. Dengan keterbatasan waktu
dan dana, seorang peneliti perlu menentukan responden yang tersedia yang
tidak memerlukan biaya (upah).
e. Ketersediaan fasilitas dan peralatan
Peneliti perlu mempertimbangkan apakah riset memerlukan fasilitas
tertentu. Apakah ruangan khusus diperlukan untuk program pendidikan,
wawancara, atau observasi? Tika riset dilaksanakan di rumah sakit, klinik,
atau sekolah perawat, apakah diperlukan seorang agen? Tindakan atau tes
di laboratorium akan sangat mahal dan mungkin membutuhkan dana dari
sumber lain. Riset perawatan biasanya dilaksanakan di rumah sakit, klinik,
rumah klien, dan tempat lainnya.
f. Kerja sama dengan tim lain
Suatu penelitian tidak akan dapat berjalan dengan lancar tanpa kerja sama
dengan tim yang lain. Hampir semua riset keperawatan melibatkan subjek
manusia dan dilaksanakan di rumah sakit, klinik, sekolah perawat, kantor,
atau rumah. Adanya hubungan yang haik dengan individu di tempat
penelitian akan sangat membantu. Orang sering berharap dapat terlibat
dalam suatu penelitian jika permasalahan dan tujuan penelitian ada
hubungannya dengan permasalahan yang ada atau mereka tertarik secara
individu terhadap permasalahannya. Misalnya seorang perawat di rumah
sakit mungkin tertarik dengan penelitian yang ada hubungannya dengan
efeltivitas penggunaan biaya institusi terhadap program kesejahteraan
perawat.
g. Pertimbangan etika
penelitian harus etis, dalam arti hak responden dan yang lainnya
dilindungi. Jika suatu tujuan penelitian akan berakibat jelek terhadap hak
reponden, maka penelitian tersebut harus dievaluasi ulang dan mungkin
harus dihindari.
MENYUSUN RUMUSAN DAN TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian diperoleh dari rumusan masalah penelitian yang telah
ditetapkan sebagai indikator terhadap hasil yang diharapkan. Tujuan dari
penelitian berguna untuk mengidentifikasi, menjelaskan, mempelajari,
membuktikan, mengkaji, dan memprediksi alternatif pemecahan masalah
terhadap masalah penelitian. Tujuan tersebut biasanya menandakan tipe dari
riset, misalnya deskriptif: studi kasus, cross sectional, kohort, dan case control;
serta eksperimen: trust-experiment, quasi-experiment, dan praexperiment.
Dengan adanya tujuan tersebut akan mempermudah untuk mencapai hasil yang
diharapkan.
Tujuan penelitian, pertanyaan penelitian (rumusan masalah), dan
hipotesis disusun untuk menjembatani kesenjangan antara permasalahan
penelitian yang masih abstrak. Kejelasan dari objektivitas biasanya difokuskan
pada kadang fokusnya untuk mengidentifikasi suatu hubungan diantara dua atau
lebih variable atau untuk menentukan perbedaan di antara dua kelompok dari
suatu variabel (Polit & Back, 2012).
Tujuan penelitian harus jelas, ringkas, dan berupa pernyataan yang
deklaratif, yang biasanya dituliskan dalam bentuk kalimat aktif. Agar tujuan
menjadi jelas, biasanya tujuan penelitian difokuskan pada satu atau dua variabel
dan mengidentifikasi apakah variable perlu dijabarkan lebih lanjut. Fokus
tersebut bisa dalam bentuk identifikasi hubungan atau asosiasi di antara variabel
atau untuk menentukan perbedaan di antara dua dengan variabel.
Agar lebih jelas, cermati contoh berikut ini.
Rumus Penulisan Tujuan Penelitian
Bloom
+
C2-CS
Contoh
Menjelaskan
Mengidentifikasikan
Menganalisis
Membuktikan
(diupayakan tidak
menggunakan mengetahui)
Tujuan Penelitian +
Contoh
Gambaran/deskripsi
Perbedaan
Hubungan
Pengaruh/dampak
Sebab akibat
Variabel-variabel
1. Mengidentifikasi karakteristik variabel X (identification).
2. Menjelaskan keberadaan variabel X (description).
3. Menentukan atau mengidentifikasi hubungan antara variabel X dengan
variabel Y (relational)
4. Menentukan perbedaan antara kelompok 1 dan kelompok 2 sehubungan
dengan variabel X (diffierences)
Masalah/Kajiian Masalah
Dari hasil studi yang dilakukan peneliti pada 15 orang mahasiswa reguler
Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan pada tanggal 2-9 Maret 2013 dapat
diketahui bahwa dia dimensi kelelahan emosional: 26.7%% mahasiswa
mengalami kelelahan emosional ditingkat rendah: 40% menengah dan 33,3%
pada rentang berat. Dimensi yang kedua depersonalisasi S87% mahasiswa
mengalami depersonalisasi di tingkat rendah dan sekitar 13.3% di tingkat
menengah. Kemudian dimensi penurunan prestasi diri; 33,3% mengalami
penurunan prestasi diri di tingkat rendah; 46,7% menengah; dan 20% mengalami
penurunan prestasi diri tingkat berat. Hal ini didukung dengan data penelitian
sebelumnya oleh Irawati (2012) yang menyebutkan bahwa mahasiswa regular
angkatan genap 2011/2012 program profesi Ners Fakultas Keperawatan dari
jumlah 63 orang responden penelitian terdapat 61,9% mahasiswa mengalami
kelelahan emosional di level sedang. Sekitar 60,3% mengalami depersonalisasi
tingkat menengah dan 71,4 % mengalami penurunan prestasi level rendah.
Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan antara sumber stres (stresor) personal terhadap
burnout syndrome yang dialami oleh mahasiswa regular program Profesi
Ners?
2. Apakah ada hubungan antara sumber stres (stresor) lingkungan terhadap
burnout sydrome yang dialami oleh mahasiswa regular program Profesi
Ners?
3. Apakah ada hubungan antara relational meaning terhadap Burnout
Syndrome yang dialami oleh mahasiswa regular program Profesi Ners?
4. Apakah ada hubungan antara Coping Strategy terhadap Burnout
Syndrome yang dialami oleh mahasiswa regular program Profesi Ners?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara sumber stres (stresor): personal dan lingkungan,
relational meaning dan coping strategy terhadap kejadian Burnout Syndrome
pada mahasiswa regular Program Profesi Ners berdasarkan Transactional
Theory Lazarus & Folkman dan konsep Maslach Burnout Inventory
Tujuan Khusus
1. Menganalisis hubungan sumber stes (stressor) personal dengan burnonud
syndrome
2. Menganalisis hubungan sumber stres (stresor) lingkungan dengan
burnout syndrome pada mahasiswa reguler Program Profesi Ners
berdasarkan Transactional Lararus & Folkman dan Konsep Maslach
Burnout Inventory.
3. Menganalisis hubungan relatiomal meaning dengan burnout syndrome
pada mahasiswa reguler Program Profesi Ners berdasarkan Transactional
Theory Lazarus & Folknar dan Konsep Maslach Burnout Inventory.
4. Menganalisis hubungan coping strategy dengan burnout syndromepada
mahasissa reguier Program Profesi Ners berdasarkan Transactional
Theory Lazarus & Folkmr dan Konsep Masiach Burnout Inventory.
LAMPIRAN
Rumusan Masalah : Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Keperawatan
Penelitian Judul Penelitian Masalah dan Rumusan Masalah (Pertanyaan
Penelitian)
Maternitas
(Penelitian
dasar)
Pengaruh
pendampingan suami
terhadap percepatan
pembukaan KALA I
Masalah
Keterlambatan pembukaan pada KALA I
sering ditemukan pada proses persalinan.
Percepatan KALA I merupakan unsur utama
persalinan
(quasi-eksperimental di
RS Adi Husada)
Peneliti:
1. Nursalam, M.Nurs
(Honours).
2. Sumiati, S. Kep.
dalam proses persalinan pada ibu in partu.
Keterlambatan dalam pembukaan
merupakan ancaman bagi nyawa ibu
maupun bayinya. Wanita yang mengalami
keterlambatan pembukaan pada KALA I
berdampak juga terhadap psikologisnya.
Penyebab dari keterlambatan dipengaruhi
oleh banyak faktor. Faktor yang penting
adalah kecemasan dan kurangnya rasa
nyaman klien (nyeri) karena tidak didampingi
oleh keluarganya khususnya suaminya.
Pendampingan saja ternyata tidak cukup,
tetapi peran suami saat mendampingi
merupakan kunci sukses yang utama.
Beberapa sumber telah menetapkan bahwa
kehadiran suami berpengaruh terhadap
percepatan KALA I, tetapi di Indonesia belum
pernah dilaksanakan penelitian bagaimana
pendampingan yang efektif dapat
mempercepat pembukaan persalinan pada
KALA I
Rumusan masalah/pertanyaan penelitian
Adakah pengaruh pendampingan suami
terhadap percepatan pembukaan pada KALA
I?
Maternitas
(Kajian wanita)
Motivasi ibu untuk
tetap
menyusui pada saat
nyeri pascasalin (studi
cross-sectional di RSUD
OR. Soetomo)
Masalah
Sebagian ibu sering berhenti menyusui
bayinya karena nyeri saat menyusui
pascasalin, tetapi ibu yang lain tetap
menyusui meskipun nyeri yang dirasakan
terasa berat. Nyeri saat
menyusui pada ibu setelah melahirkan
merupakan masalah utama yang perlu
mendapatkan perhatian serius. Keadaan
tersebut akan berdampak terhadap
kesehatan ibu dan bayinya, ibu-ibu akan
mengalami gangguan proses fisiologis
setelah melahirkan dan hal ini berdampak
terhadap kesehatan bayinya. Bayi akan
menjadi mudah terkena penyakit karena
penurunan
kekebalan dan masalah-masalah lain berupa
pertumbuhan dan perkembangan.
Belum ada data-data yang pasti tentang
faktor apa saja yang berpengaruh secara
signifikan dalam mendorong ibu-ibu untuk
tetap menyusui bayinya pada saat
"afterpain" pascasalin. Faktor paritas
menurut Soetjiningsih (1997) sebagai faktor
pendorong utama, yaitu ibu-ibu yang baru
mempunyai anak pertama akan tetap
menyusui bayinya. Hal ini dilakukan sebagai
bukti kasih sayang ibu dan rasa tanggung
jawab wanita terhadap perkembangan
anaknya. Wanita sering diposisikan sebagai
orang yang paling bertanggung jawab dan
disalahkan apabila tidak bisa menyusui
bayinya, di lain pihak mereka tidak tahan
terhadap nyeri yang dirasakan. Di satu sisi
masih ditemukan suami melarang istrinya
untuk menyusui karena alasan feminisme