Upload
akbar-azzam
View
101
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
METODE GEOFISIKA
Metode geofisika merupakan salah satu metoda yang umum digunakan dalam eksplorasi
endapan bahan galian. Metoda ini tergolong kepada metoda tidak langsung, dan sering
digunakan pada tahapan eksplorasi pendahuluan (reconnaissance), mendahului kegiatan-
kegiatan eksplorasi intensif lainnya.
Adapun tahapan-tahapan pekerjaan yang umum digunakan dalam metoda geofisika adalah :
Survei pendahuluan (penentuan lintasan)
Pemancangan (penandataan titik-titik ukur) dalam areal target
Pengukuran lapangan
Pembuatan peta-peta geofisika
Penarikan garis-garis isoanomali
Penggambaran profile
Interpretasi anomali
1
1. Metoda Gaya Berat
Secara umum metoda gaya berat merupakan metoda geofisika yang mengukur variasi gaya
berat (gravitational) di bumi. Metoda ini jarang digunakan pada tahapan lanjut eksplorasi
bijih, namun cukup baik digunakan untuk mendefinisikan daerah target spesifik untuk
selanjutnya disurvei dengan metoda-metoda geofisika lain yang lebih detil.
Adanya variasi medan gravitasi bumi ditimbulkan oleh adanya perbedaan rapat massa
(density) antar batuan. Adanya suatu sumber yang berupa suatu massa (masif, lensa, atau
bongkah besar) di bawah permukaan akan menyebabkan terjadinya gangguan medan gaya
berat (relatif). Adanya gangguan ini disebut sebagai anomali gaya berat. Karena perbedaan
medan gayaberat ini relatif kecil maka diperlukan alat ukur yang mempunyai ketelitian yang
cukup tinggi. Alat ukur yang sering digunakan adalah Gravimeter. Alat pengukur gayaberat
di darat telah mencapai ketelitian sebesar ±0.01 mGal dan di laut sebesar ±1 mGal.
Beberapa endapan seperti zinc, bauksit, atau barit sangat sulit dideteksi melalui metoda
magnetik maupun elektrik, namun dapat dideteksi dengan metoda gaya berat (gravity), tapi
hanya untuk mengetahui profil batuan sampingnya (tidak dapat langsung mendeteksi
bijihnya) melalui anomali densiti.
Dasar teori yang dipakai dalam metoda ini adalah Hukum Newton tentang gravitasi bumi.
Untuk bumi yang berbentuk bulat, homogen, dan tidak berotasi, maka massa bumi (M)
dengan jari-jari (R) akan menimbulkan gaya tarik pada benda dengan massa (m) di
permukaan bumi sebesar :
,
dengan (g) adalah percepatan gaya berat vertikal permukaan bumi.
Harga rata-rata gayaberat di permukaan bumi adalah 9.80 m/s2. Satuan yang digunakan
adalah gayaberat adalah milliGal (1 mGal = 10-3 Gal = 10-3 cm/s2) atau ekivalen dengan 10 gu
(gravity unit). Variasi gaya berat yang disebabkan oleh variasi perbedaan densitas bawah
permukaan adalah sekitar 1 mGal (100 mm/s2).
Karena bentuk bumi bukan merupakan bola pejal yang sempurna, dengan relif yang tidak
rata, berotasi serta ber revolusi dalam sistem matahari, tidak homogen. Dengan demikian
variasi gayaberat di setiap titik permukaan bumi akan dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu :
2
lintang
ketinggian
topografi
pasang surut
variasi densitas bawah permukaan
sehingga dalam pengukuran dan interpretasi, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan
(dikoreksi).
1.1 Prosedur Lapangan
Targetan observasi harus mempunyai kontras densiti yang jelas (significant) agar dapat
dideteksi oleh gravimetri. Grid (lintasan) yang umum digunakan cukup lebar yaitu antara 200
m s/d 1 km (500 ft s/d 1 mil). Setiap titik pengamatan diusahakan bebas dari angin, pohon-
pohon, pengaruh (getaran) tanah, dll. Elevasi setiap titik observasi harus diketahui dengan
akurat karena akan diperhitungkan dalam pengkoreksian hasil pembacaan alat. Begitu juga
dengan waktu setiap pengukuran.
Series dari hasil perhitungan akan diplot pada kertas grafik terhadap waktu (Gambar 1).
Gambar 1. Contoh pemplotan hasil pengukuran (0,01 mgal = 0,1 g.u).
(Parasnis, 1973, p 239)
3
1.2 Koreksi Hasil Observasi
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa, harga pengukuran gayaberat di permukaan bumi
dipengaruhi oleh 5 faktor. Sedangkan dalam melakukan survei gayaberat diharapkan satu
faktor saja yaitu variasi densitas bawah permukaan, sehingga pengaruh 4 faktor lainnya
(lintang, ketinggian, topografi, pasang surut) harus direduksi atau dihilangkan dari harga
pembacaan alat.
a. Koreksi lintang (latitude)
Koreksi terhadap titik pengukuran terhadap kutub bumi.
, dimana F1 dan F0 adalah koordinat titik pengukuran
dan titik base.
b. Koreksi elevasi (Free-Air Correction)
Koreksi ini merupakan koreksi terhadap pengaruh ketinggian pengukuran terhadap medan
gravitasi bumi.
FAC = 3,086 h gu, dimana h adalah elevasi titik pengukuran.
c. Koreksi Bouguer (Bougeur correction)
Koreksi massa lapisan yang diasumsikan berada diantara titik amat dengan bidang referensi
(lihat Gambar 2).
Gambar 2. Koreksi Bougeour (Parasnis, 1973, p 242)
BC = 3,086 h gu, dimana h adalah elevasi titik pengukuran.
4
d. Koreksi topografi (Terrain correction)
Koreksi topografi, Tc, adalah koreksi pengaruh topografi terhadap gayaberat pada titik amat,
akibat perbedaan ketinggian antara titik observasi dengan base. Dapat dihitung dengan
menggunakan Hammer Chart (lihat gambar 3).
Gambar 3. Model yang digunakan untuk koreksi topografi dan diagram perhitungan
(Parasnis, 1973, p 245 dan 246).
5
1.3 Anomali Bouguer
Merupakan anomali yang dicari dengan cara mereduksi hasil pengukuran lapangan dengan
koreksi-koreksi seperti yang telah diuraikan di atas.
Dg = {Dgobs ± DgF + (3,086 – 0,4191r) h + Tr} gu
Contoh penentuan anomali dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Contoh penentuan Anomali Bougeour
6
2. Metoda Magnetik
Beberapa tipe bijih seperti magnetit, ilmenit, dan phirotit yang dibawa oleh bijih sulfida
menghasilkan distorsi dalam magnet kerak bumi, dan dapat digunakan untuk melokalisir
sebaran bijih. Disamping aplikasi landsung tersebut, metoda magnetik dapat juga digunakan
untuk survei prospeksi untuk mendeteksi formasi-formasi pembawa bijih dan gejala-gejala
geologi lainnya (seperti sesar, kontak intrusi, dll).
Penggunaan metoda magnetik didalam prospek geofisika adalah berdasarkan atas adanya
anomali medan magnet bumi akibat sifat kemagnetan batuan yang berbeda satu terhadap
lainnya. Alat untuk mengukur perbedaan kemagnetan tersebut adalah magnetometer.
Gaya magnet (F) yang ditimbulkan oleh dua buah kutub yang berjarak (r) dengan muatan
masing-masing (m1) dan (m2) adalah :
, dimana : m adalah permeabilitas magnetik medium.
Kuat medan magnetik (H) pada suatu titik dengan jarak (r) dari muatannya
adalah : ,
Jika suatu benda berada dalam medan magnetik dengan kuat medan (H), maka akan terjadi
polarisasi magnetik (I) sebesar : I = k.H,
dimana k adalah kerentanan (susceptibilities) magnetik.
Polarisasi magnetik (I) disebut juga dengan intensitas magnetisasi pada suatu medan magnet
lemah. Kerentanan magnetik yang merupakan sifat kemagnetan suatu benda/batuan yang
besarannya dalam satuan SI atau dalam emu yang diberikan oleh hubungan sebagai berikut :
k = 4p.k‘
dimana k’ adalah kerentanan magnetik dalam satuan emu dan k dalam SI.
Medan magnetik yang terukur oleh magnetometer (B) adalah medan magnet induksi, sebagai
berikut :
7
Faktor (1+k) dilambangkan dengan mr atau dikenal dengan permeabilitas magnetit relatif.
Jika k diabaikan, maka m0mr = m, yang dikenal sebagai permeabilitas absolut (ohm.dt/m).
2.1 Sifat Umum Kemagnetan Batuan
Medan magnet bumi secara sederhana dapat digambarkan sebagai medan magnet yang
ditimbulkan oleh batang magnet raksasa yang terletak didalam inti bumi, namun tidak
berimpit dengan pusat bumi. Medan magnet ini dinyatakan dalam besar dan arah (vektor)
dimana arahnya dinyatakan dalam deklinasi (penyimpangan terhadap arah utara-selatan
geografis) dan inklinasi (penyimpangan terhadap arah horizontal).
Kuat medan magnet yang terukur dipermukaan sebagian besar berasal dari dalam bumi
(internal field) mencapai lebih dari 90%, sedangkan sisanya adalah medan magnet dari kerak
bumi, yang merupakan target didalam eksplorasi geofisika, dan medan dari luar bumi
(external field).
Karena medan magnet dari dalam bumi merupakan bagian yang terbesar, maka medan ini
sering juga disebut sebagai medan utama yang dihasilkan oleh adanya aktivitas di dalam inti
bumi bagian luar (salah satu konsep adanya medan utama ini adalah dari teori dinamo).
Mineral-mineral dengan sifat magnet yang cukup tinggi antara lain :
Oksida-oksida besi : FeO – Fe2O3 – TiO2
Sulfida-sulfida dalam series troilite-phyrotit
2.2 Kerentanan (susceptibilities) Batuan
Kerentanan magnetik merupakan parameter yang menyebabkan timbulnya anomali magnetik
dan karena sifatnya yang khas untuk setiap jenis mineral, khususnya logam, maka parameter
ini merupakan salah satu subjek didalam prospek geofisika.
Telah diketahui bahwa adanya medan magnet bumi menyebabkan terjadinya induksi
magnetik yang besarnya adalah penjumlahan dari medan magnet bumi dan magnet batuan
dengan kerentanan magnetik yang cukup tinggi. Besaran ini adalah total medan magnet yang
terukur oleh magnetometer apabila remanan magnetiknya dapat diabaikan.
8
Setiap jenis batuan mempunyai sifat dan karakteristik tertentu dalam medan magnet yang
dimanifestasikan dalam parameter kerentanan magnetik batuan atau mineralnya (k). Dengan
adanya perbedaan dan sifat khusus dari tiap jenis batuan atau mineral inilah yang melandasi
digunakannya metoda magnetik untuk kegiatan eksplorasi maupun kepentingan geodinamika.
Pada Tabel 1 dapat dilihat daftar kerentanan magnetik (k) beberapa jenis batuan dan mineral
yang umum dijumpai.
Tabel 1 Kerentanan magnet dalam beberapa batuan dan mineral (Telford, 1990., dan
Parasnis, 1973).
Tipe
Batuan
Kerentanan
(x 103)
Tipe
Mineral
Kerentanan
(x 103)
Dolomite 0 – 0.9 Graphite 0.1
Limestones 0 – 0.3 Quartz -0.01
Sandstones 0 – 20 Rock salt -0.01
Shales 0.01 – 15 Gypsum -0.01
Amphibolite 0.7 Calcite -0.001 – 0.01
Schist 0.3 – 3.0 Coal 0.02
Phyllite 1.5 Clays 0.2
Gneiss 0.1 – 25 Chalcopyrite 0.4
Quartzite 4.0 Siderite 1 – 4
Serpentine 3 – 17 Pyrite 0.05 – 5
9
Granite 0 – 50 Limonite 2.5
Rhyolite 0.2 – 35 Hematite 0.5 – 35
Dolorite 1 – 35 Chromite 3 – 110
Diabase 1 – 160 Ilmenite 300 – 3500
Porphyry 0.3 – 200 Magnetite 1200 – 19200
Gabbro 1 – 90
Basalts 0.2 – 175
Diorite 0.6 – 120
Peridotite 90 – 200
Andesite 160
Porfiri 0.22 – 210
10
Berdasarkan sifat magnetik yang ditunjukkan oleh kerentanan magnetiknya, batuan dan
mineral dapat diklasifikasikan dalam :
Diamagnetik, mempunyai kerentanan magnetik (k) negatif dan kecil artinya bahwa
orientasi elektron orbital substansi ini selalu berlawanan arah dengan medan magnet
luar. Contohnya : graphite, marble, quarts dan salt.
Paramagnetik, mempunyai harga kerentanan magnetik (k) positif dan kecil
Ferromagnetik, mempunyai harga kerentanan magnetik (k) positif dan besar yaitu
sekitar 106kali dari diamagnetik/paramagnetik.
Sifat kemagnetan substansi ini dipengaruhi oleh keadaan suhu, yaitu pada suhu diatas suhu
Curie, sifat kemagnetannya hilang. Efek medan magnet dari substansi diamagnetit dan
hampir sebagian besar paramagnetik adalah lemah.
2.3 Penyajian Data Lapangan
Hasil pengukuran oleh magnetometer umumnya disajikan dalam bentuk Peta Anomali
Magnetik dengan kontur yang mencerminkan harga anomali yan sama. Dari peta ini, untuk
kepentingan eksplorasi masih memerlukan proses lebih lanjut untuk memperoleh daerah
targetan atau daerah prospek.
Suatu hal yang penting dalam pengolahan data survei magnetik adalah zero level, dan
pekerjaan interpretasi dimulai dari daerah zero level tersebut (lihat Gambar 5)
11
Gambar 5. Penentuan magnetic zero level (Parasnis, 1973 p 38).
12
2.4 Interpretasi
Suatu contoh sederhana hasil interpretasi dari hasil pengukuran lapangan dapat dilihat pada
Gambar 6.
Gambar 6. Anomali magnetik tubuh bijih suatu mineral (Parasnis, 1973 p 39)
Dari interpretasi data magnetik, parameter-parameter tubuh bijih yang akan diperhitungkan
adalah :
Kedalaman dari permukaan
Panjang (dimensi) endapan
Arah endapan
Batas bawah endapan
Ketebalan dari penampang
Intensitas magnetik untuk memperkirakan tipe tubuh bijih
13
2.5 Contoh Model Anomali Magnetik
Pada Gambar 7 dapat dilihat peta iso magnetik hasil survei magnetik batuan predominantly
granulit pada daerah Udal Center Sweden, dengan nilai maksimum 1600g. Kemudian dari
peta kontur tersebut dibuat penampang melintang yang memotong daerah anomali, dan
diinterpretasikan susunan batuan serta titik anomali (bijih) yang akan ditentukan (Gambar 8)
Gambar 7. Peta isoanomali
14
Gambar 8. Penampang AA’ dan BB’
15
3. Metoda Potensial Diri (Self Potential)
Metoda potensial diri pada dasarnya merupakan metoda yang menggunakan sifat tegangan
alami suatu massa (endapan) di alam. Hanya saja perlu diingat bahwa anomali yang diberikan
oleh metoda potensial diri ini tidak dapat langsung dapat dikatakan sebagai badan bijih tanpa
ada pemastian dari metoda lain atau pemastian dari kegiatan geologi lapangan.
Karena pengukuran dalam metoda potensial diri diperoleh langsung dari hubungan elektrik
dengan bawah permukaan, maka metoda ini tidak baik digunakan pada lapisan-lapisan yang
mempunyai sifat pengantar listrik yang tidak baik (isolator), seperti batuan kristalin yang
kering.
Potensial diri yang ada di alam dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
The small background potenstials, yang mempunyai interval (fraksi) sampai dengan
puluhan mV. Potensial alami ini juga dapat bernilai minus.
Potensial mineralisasi, yang mempunyai orde dari ratusan mV sampai dengan ribuan
mV.
Secara umum, peralatan yang digunakan pada metoda potensial diri ini terdiri dari elektroda,
kabel, dan voltmeter. Elektroda yang digunakan terbuat seperti tabung panjang yang diisi
dengan larutan CuSO4 dengan porosnya terbuat dari dari tembaga. Tipe lainnya dikenal
dengan elektroda Calomel yang diisi oleh KCl-HgCl2 (lihat Gambar 9). Voltmeter digunakan
sebagai penghubung elektroda-elektroda.
16
Gambar 9. Elektroda yang digunakan dalam metoda potensial diri
Ada dua alternatif dalam melakukan pengukuran metoda potensial diri ini :
Cara yang pertama, salah satu elektroda tetap, sedangkan yang satu lagi bergerak pada
lintasannya.
Cara yang kedua, kedua elektroda bergerak bersamaan secara simultan, katakanlah
dengan interval 50 m.
Hasil pengukuran digrafikkan antara jarak (m) dengan hasil pengukuran (mV). Jika gradien
hasil pengukuran memperlihatkan gradien yang tinggi (negatif ke positif yang tinggi)
terhadap zero level dapat dijadikan sebagai indikator anomali (titik infleksi), lihat Gambar 10.
17
Gambar 10. Potensial diri dan gradien potensial diri sepanjang penampang melintang tubuh
bijih.
Hasil dari survei potensial ini disajikan dalam bentuk peta isopotensial, dan interpretasi
dilakukan terhadap daerah anomali dengan menggunakan penampang melintang yang
memotong daerah anomali.
18
4. Metoda Tahanan Jenis (Resistivity)
Metoda geolistrik adalah salah satu metoda geofisika untuk menyelidiki kondisi bawah
permukaan, yaitu dengan mempelajari sifat aliran listrik pada batuan di bawah permukaan
bumi. Penyelidikan ini meliputi pendeteksian besarnya medan potensial, medan
elektromagnetik dan arus listrik yang mengalir di dalam bumi baik secara alamiah (metoda
pasif) maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi (metoda aktif) dari permukaan.Dengan
metoda elektrik (salah satunya tahanan jenis) mempunyai prinsip dasar mengirimkan arus ke
bawah permukaan, dan mengukur kembali potensial yang diterima di permukaan. Hanya saja
perlu diingat bahwa untuk daerah dengan formasi yang bersifat isolator metoda elektrik ini
tidak efektif.
Pada Gambar 11 dapat dilihat sebaran arus pada permukaan akibat arus listrik yang dikirim
ke bawah permukaan. Garis tegas menunjukkan arus yang dikirim mengalami respon oleh
suatu lapisan yang homogenous. Sedangkan arus putus-putus menunjukkan arus normal
dengan nilai yang sama. Garis-garis tersebut disebut dengan garis equipotensial.
Gambar 11. Garis-garis equipotensial
19
Berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan/mineral dapat dikelompokkan menjadi tiga :
konduktor baik (10-8<r<1W.m)
konduktor sedang (1<r<107W.m)
konduktor baik (r>107W.m)
4.1 Faktor Geometri
Dalam melakukan eksplorasi tahanan jenis (resistivitas) diperlukan pengetahuan secara
perbandingan posisi titik pengamatan terhadap sumber arus. Perbedaan letak titik tersebut
akan mempengaruhi besar medan listrik yang akan diukur. Besaran koreksi terhadap
perbedaan letak titik pengamatan tersebut dinamakan faktor geometri. Faktor geometri
diturunkan dari beda potensial yang terjadi antara elektroda potensial MN yang diakibatkan
oleh injeksi arus pada elektroda arus AB, yaitu :
Gambar 12. Susunan jarak elektoda arus dan potensial
Faktor geometri K, merupakan unsur penting dalam perdugaan geolistrik baik pendugaan
vertikal maupun horizontal, karena faktor geometri akan tetap untuk posisi AB dan MN yang
tetap.
20
4.2 Konfigurasi Susunan Alat
Untuk mempermudah pekerjaan dan perhitungan interpretasi, penempatan elektroda diatur
menurut aturan tertentu. Beberapa aturan tersebut antara lain :
a. Metoda Wenner
Gambar 13. Konfigurasi alat untuk metoda Wenner
Dengan K=2pa
Keuntungan dan keterbatasan metoda Wenner :
ï Sangat sensitif terhadap perubahan lateral setempat (gawir/lensa setempat)
Karena bidang equipotensial untuk benda homogen berupa bola, data lebih mudah
diproses atau dimengerti
Jarak elektroda arus dengan potensial relatif lebih pendek dari sehingga daya tembus
alat sama lebih besar
Memerlukan tenaga/buruh lebih banyak.
b. Metoda Schlumberger
Gambar 14. Konfigurasi alat untuk metoda Schlumberger
Dengan
Keuntungan dan keterbatasan metoda Schlumberger :
Tidak terlalu sensitif terhadap adanya perubahan lateral setempat, sehingga metoda ini
dianjurkan untuk penyelidikan dalam
21
Elektoda potensial tidak terlalu sering dipindahkan, sehingga mengurangi jumlah
tenaga/buruh yang dipakai
Perbandingan AB/MN harus diantara 2,5 < AB/MN < 50.
c. Metoda Double-dipole (Dipole-dipole)
Dengan
Gambar 15. Susunan konfigurasi metoda Dipole-dipole
d. Metoda Pole-dipole
Gambar 16. Susunan konfigurasi alat untuk metoda Pole-dipole
Dengan
22
4.3 Interpretasi Data
Pada Gambar 17 dapat dilihat contoh grafik hasil pengukuran lapangan dan interpretasi
bawah permukaan yang diperkirakan.
Gambar 17. Apparent resistivity dan interpretasi profil hasil pengukuran.
Metoda yang digunakan dalam interpretasi data tahanan jenis ini adalah metoda pencocokan
kurva (curve mutching). Metoda ini dilakukan karena dari data hasil pengukuran lapangan
yang kita dapatkan adalah harga resistivitas semu (apparent resestivity) sebagai fungsi dari
spasi elektrodanya, ras = f(AB/2) atau log ras = log f(AB/2).
Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam metode ini, yaitu :
Interpretasi lapangan, yaitu penentuan bentangan maksimal dan penentuan tipe kurva
lapangan
Interpretasi awal untuk menentukan harga resistivitas masing-masing lapisan dengan
menggunakan kurva standar dan kurva bantu (curve matching partial). Setelah
23
diperoleh nilai resistivitas lapisan dan ketebalannya, maka selanjutnya dapat kita
interpretasikan jenis batuan berdasarkan tabel resistivity beberapa jenis batuan (Tabel
2)
Interpretasi akhir, Pada tahap ini hasil interpretasi pendahuluan harus dikonfirmasikan
dengan data lainnya, misalnya data geologi, sehingga informasi yang disajikan lebih
lengkap.
Tabel 2. Harga tahanan jenis beberapa jenis batuan
Tipe Batuan Resistivity Range (ohm.m)
Granite3.10-2 – 106
Dacite2.104(wet)
Andecite4,5.104(wet) – 1,7.102(dry)
Diabas20 – 5.107
Basalt10 – 1,3.107
Tuff2.103(wet) – 105(dry)
Marble102 – 2,5.108(dry)
Soil (lapukan batuan kompak)10 – 2.103
Clay (lempung) 1 – 100
Alluvial dan pasir 10 – 800
Limestone (batu gamping)50 – 107
24
Konglomerat2,5 – 104
Surface water (pada batuan
sedimen)
10 – 100
Air payau (3%) 0 -15
Air laut 0 – 2
25
5. Metoda Seismik Refleksi
Tujuan utama dari suatu survei seismik refleksi adalah memberikan informasi mengenai
geologi bawah permukaan. Metoda seismik refleksi ini dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu :
Seismik dangkal (shallow seismic reflection) yang umumnya digunakan dalam
eksplorasi batu bara dan bahan tambang lainnya.
Seismik dalam yang umum digunakan untuk eksplorasi daerah prospek hidrokarbon.
Prinsip dasar dari metoda seismik pantul ini adalah pengiriman sinyal ke dalam bumi, dan
karena adanya bidang perlapisan (bidang kontak) maka bidang tersebut dapat menjadi bidang
pantul (reflektor).
Sinyal yang dikirim melalui alat peledak (S) direfleksikan oleh bidang reflektor oleh titik
refleksi (R), dan sinyal yang dipantulkan direkam oleh detektor berupa geofon (G). Jika h
adalah ketebalan lapisan, maka waktu (t) yang dibutuhkan oleh sinyal untuk sampai ke
detektor adalah :
Untuk satu lapisan :
Untuk dua lapisan :
dimana kecepatan rambat dan waktu dapat diketahui, sehingga ketebalan masing-masing
lapisan dapat dihitung.
Gambar 18. Sketsa prinsip dasar seismik refleksi
Karena banyaknya aspek yang dibahas dalam seismik ini, maka dalam tulisan ini hanya
membahas hal-hal praktis saja.
26
5.1 Parameter-parameter yang Harus Diperhatikan
Kualitas data seismik sangat ditentukan oleh kesesuaian parameter lapangan yang digunakan
dengan kondisi geologi dan kondisi permukaan daerah survei. Disamping itu parameter
lapangan juga harus disesuaikan dengan target eksplorasi yang ingin dicapai. Jadi
keberhasilan suatu survei seismik sangat ditentukan dari desain parameter lapangan
digunakan.
Beberapa parameter lapangan yang harus ditentukan dan disesuaikan dengan kondisi
lapangan adalah sebagai berikut :
Jumlah dan susunan geopon
Interval sampling
Jumlah bahan peledak dan kedalaman lubang bor
Jarak antar titik tembak
Jarak antara geopon
Geometri penembakan
Filter (high-cut dan low-cut).
Parameter lapangan dirancang berdasarkan data geologi dan data geofisika yang ada, dan
penentuannya dilakukan dengan uji coba secara langsung di lapangan. Parameter dipilih
berdasarkan optimasi keterbatasan parameter lapangan dalam memecahkan problem yang
muncul. Selain itu faktor ekonomis juga merupakan pertimbangan utama dalam optimasi ini.
5.2. Cara Penentuan Parameter Lapangan
a. Analisa noise (gangguan)
Analisa noise ditujukan untuk mendeskripsikan parameter fisis sinyal dan noise sehingga
desain parameter lapangan dapat dilakukan dengan baik. Analisa (test) noise ini dilakukan
paling awal sebelum survei seismik dimulai. Noise adalah gelombang yang tidak diharapkan
dan sering muncul pada saat perekaman seismik. Biasanya mengganggu sinyal refleksi.
b. Susunan geopon (array geophone)
Tujuan dari penentuan array geophone ini adalah untuk mendapatkan bentuk susunan
geophone yang dapat berfungsi meredam noise (ground roll) secara optimal sehingga signal
to noise ratio-nya (S/N ratio) tinggi. Untuk menaikkan (S/N ratio) ground roll harus diredam
dengan cara menebarkan geophone.
c. Test kedalaman dan jumlah dinamit
27
Tujuan test ini adalah untuk menentukan kedalaman pemboran dan jumlah dinamit yang
paling optimum, artinya dapat memberikan hasil perekaman seperti yang diharapkan tetapi
juga dengan biaya yang ekonomis.
d. Jarak titik tembak
Untuk melakukan pemilihan jarak terdekat dan terjauh ini, kita kaitkan dengan target dari
survei. Untuk memilih jarak terdekat biasanya digunakan acuan target terdangkal, sedangkan
untuk jarak terjauh kita gunakan acuan target terdalam.
e. Geometri Penembakan
Informasi struktur geologi dan data geofisika yang ada di daerah penyelidikan sangat
diperlukan untuk menentukan geometri penembakan. Pemilihan cara penembakan, tergantung
pada kedalaman zona prospek dan kompleksitas struktur bawah permukaan. Pemilihan
geometri penembakan berguna untuk memfokuskan energi seismik sehingga efektifitas
sumber menjadi lebih optimal.
f. Filter (low cut dan high cut)
Penentuan filter low-cut dan high-cut ini kita lakukan pada instrumen yang kita gunakan.
Pemilihan high cut filter dapat ditentukan atas dasar sampling rate yang digunakan karena
sampling rate menentukan besarnya frekuensi aliasing. Pemilihan besarnya low cut
filterditujukan untuk meredam noise berfrekuensi lebih rendah dari frekuensi geophone yang
digunakan apabila noise tersebut terlalu menenggelamkan sinyal.
g. Sampling rate
Penentuan besar kecilnya sampling rate bergantung pada frekuensi maksimum sinyal yang
ingin direkam pada daerah survei tersebut. Tetapi pada kenyataannya, besarnya sampling rate
dalam perekaman sangat bergantung pada kemampuan instrumentasi perekaman yang
digunakan, dan biasanya sudah ditentukan oleh pabrik pembuat instrumen tersebut.
Penentuan sampling rate ini akan memberikan batas frekuensi tertinggi yang terekam akibat
adanya aliasing.
5.3 Prosedur Pengambilan Data di Lapangan
a. Pemasangan patok
28
Sebelum dilakukan pengukuran seismik, maka terlebih dahulu harus ditentukan posisi
koordinat (X, Y, dan Z) dari tiap-tiap titik geophone maupun shot point. Penentuan koordinat
ini dapat dilakukan dengan menggunakan theodolith ataupun GPS. Titik-titik tersebut,
kemudian ditandai dengan patok yang sudah mempunyai harga koordinat terhadap referensi
tertentu.
b. Pemasangan geophone
Geophone dipasang sesuai dengan rencana tipe penembakan yang akan dilakukan dan
disusun berurutan. Pemasangan geophone diusahakan sedekat mungkin dengan patok yang
sudah diukur koordinatnya.
c. Pemasangan sumber peledak
Sumber peledak dipasang sesuai dengan rencana tipe penembakan
d. Persiapan alat perekaman data seismik
Sebelum melakukan penembakan alat perekam harus dicek terlebih dahulu, sehingga data
yang dihasilkan cukup optimal.
e. Penembakan
Penembakan hanya dapat dilakukan ketika alat perekam data seismik sudah dilakukan
pengecekan dan terpasang dengan baik.
f. Pencatatan data pengamatan pada observer log
Data pengamatan dan kejadian selama berlangsungnya pengukuran kemudian disalin pada
buku observer log.
6. Seismik Refraksi
29
Jika gelombang seismik melewati dua medium yang mempunyai kecepatan rambat yang
berbeda, maka gelombang tersebut akan terbiaskan (refraksi). Jika gelombang yang datang
membentuk sudut i1 dan dipantulkan dengan sudut i2 dari garis normal (Gambar 19A), maka :
, dimana V1 dan V2 adalah kecepatan rambat pada masing-masing media.
Jika V2 lebih besar daripada V1, maka sudut refraksi lebih besar daripada sudut normal, dan
disebut sebagai sudut ic.
.
Jika gelombang rambat bergerak di sepanjang bidang pantul, maka sudut yang dibentuk
disebut dengan sudut kritis (lihat Gambar 19B)
Gambar 19 Refraksi sinar (atas), dan terbentuknya sudut kritis (bawah).
Jika jarak dari break point diketahui, maka dapat diperoleh ketebalan lapisan antara bidang
refraksi, yaitu :
30
Contoh grafik hasil survei refraksi dan interpretasi bawah permukaan dapat dilihat pada
Gambar 20.
Gambar 20. Kurva time-distances
6.1 Perencanaan Survei
Tahap pertama dari suatu perencanaan survei seismik refraksi adalah memilih lokasi dan
panjang lintasan survei dengan menggunakan peta topografi daerah penyelidikan. Lokasi
lintasan survei harus di set untuk mencapai tujuan survei secara efisien, yaitu menggunakan
informasi yang ada pada peta topografi dan peta geologi. Rekaman titik penerima kedatangan
pertama (first arrival) merupakan gelombang langsung dan kedatangan pertama (first break)
dari gelombang refraksi tidak muncul.
6.2 Pengambilan Data
31
Untuk mendapatkan kualitas rekaman seismik refraksi yang tinggi dan mengandung bentuk
first break yang tajam perlu dilakukan beberapa teknik, diantaranya adalah stacking,
mempertinggi kekuatan sumber dan filtering. Sistem perekam seismik yang bisa digunakan
adalah system perekam seismik 24 channel. Sedangkan sumber seismik yang sering
digunakan adalah dinamit. Bila menggunakan dinamit sebagai sumber, perlu dipilih tempat
yang tepat untuk melakukan peledakan, yaitu tempat dimana energi dinamit dapat terkonversi
menjadi energi seismik secara efektif. Biasanya, dinamit diledakkan di dalam lubang bawah
permukaan. Bila jarak sumber ke penerima lebih dari seratus meter, akan lebih baik
meledakkan dinamit di dalam air dengan kedalaman lebih dari 50 cm atau membuat lubang
lebih dalam sehingga ledakan dinamit menjadi lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Parasnis, D.S., Mining Geophysics., Elsevier Scientifics Publishing Company, New York,
1973
2. Telford, W.M., L.P. Goldart., R.E. Sheriff., Applied Geophysics, Second Edition,
Cambridge University Press., 1990
3. ____________, Buku Pegangan Kuliah Lapangan Geofisika, edisi kedua, Program Studi
Teknik Geofisika, Jurusan Teknik Geologi, FTM-ITB, 1997
32