150
METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK JALANAN DI YAYASAN BINA ANAK PERTIWI JAKARTA SELATAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh: Eneng Fani Oktaviani NIM: 1113052000048 JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/ 2018 M

METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

METODE BIMBINGAN AGAMA

DALAM PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK JALANAN

DI YAYASAN BINA ANAK PERTIWI JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

Eneng Fani Oktaviani

NIM: 1113052000048

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/ 2018 M

Page 2: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim
Page 3: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim
Page 4: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim
Page 5: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

i

ABSTRAK

Eneng Fani Oktaviani, NIM: 1113052000048, Metode Bimbingan Agama

Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi Jakarta Selatan, di bawah bimbingan M. Jufri Halim, M. Si.

Anak jalanan adalah seorang anak yang memiliki masalah sosial dalam

kehidupannya. Masalah sosial terjadi ketika status sosial seseorang terganggu dan

fungsi sosial tidak berjalan dengan baik serta hal ini berkaitan dengan peran yang

hilang atau malah dihilangkan. Dikarenakan menjadi anak jalanan mereka telah

kehilangan hak-haknya, seperti hak untuk hidup layak seperti anak-anak lain pada

umumnya. Dimana pada masa itu seharusnya mereka mendapatkan pendidikan,

pengajaran dan pengetahuan agama tetapi keadaan malah sebaliknya, disatu sisi

mereka harus mencari nafkah demi mendapatkan penghasilan agar membuat

mereka bertahan hidup serta menopang kehidupan keluarga. Namun disisi lain

hak-hak mereka sebagai seorang anak terampas. Kehidupan mereka masih

membutuhkan hal-hal positif bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Maka dari

itu, perlu adanya bimbingan agama dan pemberdayaan kemandirian bagi anak-

anak jalanan agar mereka dapat menjadi seorang anak yang mandiri.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode

bimbingan agama dalam pembentukan kemandirian anak jalanan di Yayasan Bina

Anak Pertiwi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan cara observasi,

wawancara dan dokumentasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka penulis akan menjelaskan

secara singkat hasil penelitian tersebut. Karakteristik dan tahapan-tahapan

kemandirian terhadap anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi merupakan

upaya dalam memberdayakan anak binaan agar memiliki kemandirian dengan

difasilitasi beberapa bidang program diantaranya bidang pendidikan, bidang

keagamaan dan bidang keterampilan. Metode Bimbingan Agama yang digunakan

di Yayasan Bina Anak Pertiwi dilakukan dengan dua metode yaitu individual dan

kelompok. Bimbingan Agama melalui metode individual pendekatan dilakukan

dengan home visit. Sedangkan Bimbingan Agama melalui metode kelompok

dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, cerita (kisah), keteladanan dan

wawancara. Dalam tahapan-tahapan pembentukan kemandirian anak jalanan

diawali dengan treatment yang berisi tentang program bimbingan, program

keseharian dan program memimpin program yang terdapat di yayasan. Pada

keberdayaan merupakan faktor pembentukan kemandirian yang berisi tentang

ajaran agama (materi), pengelolaan mandiri dan penggunaan fasilitas yang ada di

yayasan. Terakhir ada mandiri yang berisi tentang sebuah ide, nilai-nilai serta

kesepakatan bersama

Kata Kunci: Metode, Bimbingan Agama, Kemandirian, Anak Jalanan.

Page 6: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT., Tuhan

Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tanpa limpahan karunia-Nya tak

mungkin penulis bias mengenyam pendidikan sampai Strata Satu (S1). Shalawat

serta salam penulis curah limpahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad

SAW, keluarganya, para sahabatnya, serta pengikut pengikut beliau sampai akhir

zaman.

Dengan selesainya skripsi ini, merupakan suatu kebanggan yang tak

terhingga bagi penulis meskipun dalam penyelesaiannya selalu mendapat

rintangan-rintangan, baik dari diri sendiri maupun dari luar, namun berkat kasih

sayang-Nya, rintangan-rintangan tersebut dapat diatasi dengan kesabaran. Dan

juga tak lupa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik moril ataupun materil yang

tak bias penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini, penulis ingin

menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya terkhusus kepada:

1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik,

Dr. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr.

Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si dan Ir. Noor Bekti, SE. M.Si selaku Ketua dan

Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. M. Jufri Halim, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa meluangkan

tenaga, waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan dan motivasi

kepada penulis dalam penyusunan skripsi sehingga akhirnya dapat

terselesaikannya skripsi ini.

4. Dra. Hj. Mastanah, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik Kelas B Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan 2013.

5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan khususnya

Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, yang membuat wawasan penulis

lebih terbuka lagi.

6. Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim dan Ibunda

Eroh Munawaroh serta Adik-adikku tersayang Gita Andestiana Meirizka dan

Firnaz Aidil Fitra yang tiada henti selalu memberikan motivasi, support serta

Page 7: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

iii

do’a, baik materi maupun materil dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima

kasih sedalam-dalamnya lubuk hati kepada Mama dan Apak yang telah

melahirkan, tiada henti-hentinya merawat, membesarkan, membiayai serta

mendidik kebutuhan kami sejak kecil sampai saat ini. “Pak..Mah..saat ini

hanya inilah yang dapat kupersembahkan.”

7. Pengurus Yayasan Bina Anak Pertiwi, khususnya Mas Ali Santoso, Ustadz

Baihakki, Bang Kipli, Bang Ari, De Ira, teman-teman serta anak-anak binaan

di Yayasan. Terima kasih telah memberikan izin melakukan penelitian dan

memberikan data-data yang terkait dengan penulisan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat “The Damsel-Boys” yang selalu mengisi hari-hari penulis,

yaitu diantaranya Ima, Uwok, Sarah, Aida, Petong, Rahma, Putri, Mina, Irma,

Arif, Aldi, Yuda, Ciong, Novan dan Agung. Terima kasih telah memberikan

motivasi dan semangat.

9. Teman-teman seperjuanganku di kelas yang telah memberikan dorongan,

motivasi serta semangat yaitu Nita, Isna, Kiki, Wira, Tiara dan teman-teman

seperjuangan BPI angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan namanya satu-

persatu.

10. Teman-teman Kost’an “Markaz Al-Hamra” yang telah memberikan semangat

yaitu Linda, Gita, Roza, Ela, Hilda, Ria, Saly dan Nisa.

Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu,

penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT memberikan dan

melimpahkan rahmat serta karunia-Nya atas segala bantuan yang telah diberikan

kepada penulis.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis berserah diri, semoga semua

bentuk perhatian, bantuan dan partisipasi yang sudah diberikan mendapatkan

pahala yang setimpal dari-Nya. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang

Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Ciputat, 11 April 2018

Penulis,

Eneng Fani Oktaviani

Page 8: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................. 5

1. Pembatasan Masalah ...................................................... 5

2. Perumusan Masalah ....................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 6

1. Tujuan Penelitian ........................................................... 6

2. Manfaat Penelitian ......................................................... 6

D. Metodologi Penelitian.......................................................... 7

E. Tinjauan Pustaka.................................................................. 11

F. Sistematika Penulisan .......................................................... 13

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Metode ............................................................... 15

B. Bimbingan Agama .............................................................. 16

1. Pengertian Bimbingan Agama ....................................... 16

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama .......................... 19

3. Metode Bimbingan Agama ............................................ 22

C. Kemandirian ........................................................................ 24

1. PengertianKemandirian ................................................... 24

2. Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian ...................... 28

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian .......... 30

D. Anak Jalanan ........................................................................ 31

1. Pengertian Anak Jalanan ................................................. 31

2. Faktor Penyebab Anak Turun Ke Jalan .......................... 33

3. Kategori dan Karakteristik Anak Jalanan ....................... 35

Page 9: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

v

4. Pemberdayaan Anak Jalanan........................................... 37

5. Tahapan Pemberdayaan ................................................. 38

BAB III GAMBARAN YAYASAN BINA ANAK PERTIWI

JAKARTA SELATAN

A. Sejarah Berdirinya ............................................................... 40

B. Visi dan Misi ....................................................................... 43

C. Tujuan .................................................................................. 43

D. Program Kegiatan ................................................................ 43

E. Rekrutmen Warga Binaan ................................................... 44

F. Fasilitas dan Sarana Prasarana ............................................. 45

G. Struktur Organisasi .............................................................. 46

H. Mekanisme Kerja ................................................................. 48

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Data Informan ...................................................................... 50

1. Informan Pengurus di Yayasan Bina Anak Pertiwi ........ 50

2. Informan Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi . 51

B. Metode Bimbingan Agama Dalam Pembentukan

Kemandirian Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi .................................................................................. 53

C. Karakteristik dan Tahapan-tahapan Pembentukan

Kemandirian Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi .................................................................................. 65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................... 87

B. Saran ................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 90

LAMPIRAN

Page 10: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Fasilitas dan Sarana Prasarana ............................................................ 45

Tabel 2 Mekanisme Kerja ....................................................................................... 48

Tabel 3 Metode Bimbingan Agama ................................................................ 54

Tabel 4 Tahapan-tahapan Pembentukan Kemandirian ................................... 66

Page 11: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Susunan Personalia Yayasan .......................................................... 46

Gambar 2 Susunan Personalia Rumah Singgah ................................................... 47

Page 12: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan anak jalanan masih menjadi salah satu masalah yang

belum terselesaikan di Indonesia. Fenomena anak jalanan ini, selain dampak

dikarenakan derasnya arus urbanisasi dan perkembangan lingkungan

perkotaan yang menawarkan mimpi kepada masyarakat, terutama masyarakat

miskin. Permasalahan ekonomi yang dihadapi masyarakat miskin semakin

miskin dan serba kekurangan, maka masyarakat itu sendiri jauh untuk bisa

sejahtera bahkan untuk mandiri. Fenomena masalah ekonomi yang

mengakibatkan sebagian besar masyarakat hidup tanpa kesejahteraan dan

mandiri di antaranya adalah pengangguran, hidup miskin, dan semakin

banyaknya anak jalanan.

Kehadiran anak-anak jalanan adalah sesuatu yang dilematis, di satu sisi

mereka mencari nafkah dan mendapatkan pendapatan yang membuat mereka

bertahan hidup dan menopang kehidupan keluarga. Namun di sisi lain hak-hak

mereka sebagai seorang anak terampas. Tidak hanya itu saja, merekapun

terancam mengalami berbagai kekerasan dan terkena konflik hukum. Tubuh

kecil mereka masih membutuhkan hal-hal positif bagi pertumbuhan dan

perkembangannya.

Anak jalanan yang selama ini menjadi fenomena sosial yang muncul

sebagai akibat kesalahan manajemen perkembangan nasional. Kehadiran anak

jalanan yang semakin besar jumlahnya dirasakan tentu saja semakin

mencemaskan karena mereka adalah aset bangsa yang terabaikan yang berasal

dari desa maupun dari kota lain, hidup mereka susah, tercampakkan oleh

situasi, sehingga tak berdaya yang bermimpi menjadi manusia walau

terdampar di perkotaan yang selama ini dikenal sebagai pusat pertumbuhan

nasional.

Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan

sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan

Page 13: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

2

pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak

bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang “masalah” bagi

banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap

nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif.1

Rasulullah sangat memperhatikan pertumbuhan potensi anak, baik

dibidang sosial maupun ekonomi. Beliau membangun sifat percaya diri dan

mandiri pada anak, agar ia bisa bergaul dengan berbagai unsur masyarakat

yang selaras dengan kepribadiannya. Dengan demikian, ia mengambil manfaat

dari pengalamannya, menambah kepercayaan pada dirinya, sehingga hidupnya

menjadi bersemangat dan keberaniannya bertambah. Dia tidak manja, dan

kedewasaan menjadi ciri khasnya.2

Karena pada akhirnya nanti masing-masing individulah yang dimintai

pertanggung jawaban atas apa yang diperbuatnya di dunia. Firman Allah yang

termaktub dalam Al-Quran surat Al-Muddassir ayat 38 menyebutkan:

كل نفس بما كسبت رهينة

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang

diperbuatnya”.(QS. Al-Muddassir: 38).3

Selanjutnya dalam surat Al-Mukminun ayat 62 disebutkan:

ول نكلف نفسا إلا وسعها ولدينا كتاب ينطق بالحق وهم ل يظلمىن

“Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut

kesanggupannya, dan pada sisi kami ada kitab yang berbicara

benar, dan mereka telah dianiaya”.(QS. Al-Mukminun: 62).4

Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa individu tidak akan mendapatkan

suatu beban diatas kemampuannya sendiri tetapi Allah Maha Tahu dengan

tidak memberi beban individu melebihi batas kemampuan individu itu sendiri.

Karena itu individu dituntut untuk mandiri dalam menyelesaikan persoalan dan

1 Dodi Parial, Permasalahan Anak Jalanan, Artikel diakses pada 16 Mei 2017 dari

http://t4rbiyah.blogspot.com/2008/01/permasalahan -anak-jalanan-dan.html. 2 Jamal Abdurrahman, Cara Nabi Menyiapkan Generasi, (Surabaya: CV Fitrah Mandiri

Sejahtera, 2006), h. 212. 3 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya:

Duta Ilmu Surabaya, 2005), h. 851. 4 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 481.

Page 14: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

3

pekerjaannya tanpa banyak tergantung pada orang lain. Abdullah menuturkan

beberapa contoh tentang inti pandangan Islam terhadap pendidikan anak

dengan didukung oleh berbagai bukti dan argumentasi. Beliau mengatakan

bahwa kemandirian dan kebebasan merupakan dua unsur yang menciptakan

generasi muda yang mandiri.5

Memberikan motivasi dan pembinaan sesuai dengan kebutuhan anak

jalanan bukanlah hal yang gampang tetapi juga bukanlah hal yang sulit.

Biasanya anak jalanan terpaksa turun ke jalan karena himpitan ekonomi

keluarga atau aliensi lingkungan sosial sehingga perlu dilakukan pendekatan

psikologis karena mereka sudah melupakan aspek dasar kehidupan sosial yang

sarat dengan norma dan kebiasaan masyarakt disekitarnya. Disisi lain mereka

perlu diberikan bekal keterampilan yang benar-benar bisa digunakan untuk

berwiraswasta. Sedangkan bagi yang turun ke jalan karena masalah keluarga

dan ikut-ikutan teman, dilakukan pendekatan secara mental spiritual agar bisa

menjadi pribadi yang kuat, apalagi yang terpapar kasus narkoba.6

Bagi anak jalanan yang masih termasuk usia sekolah harus

dikembalikan ke sekolah dengan pembebasan biaya sekolah. Namun anak

jalanan juga tetap diberi pembinaan agar memiliki keahlian untuk

berwiraswasta. Maka perlu peningkatan sarana dan prasarana yang memadai

untuk menjunjung kebijakan penanganan masalah anak jalanan. Perlu

diberikan modal kerja awal, dan dilakukan pendampingan agar usaha yang

dirintis bisa berhasil.7 Tujuannya anak jalanan bisa memiliki cara hidup sehat

dan mandiri, meninggalkan kehidupan jalanan dan kembali ke keluarga,

pesantren, rumah singgah, melakukan alih kerja, ke pekerjaan yang lebih baik

dari pada jalanan, anak harus tetap sekolah walaupun berada di jalanan, dan

mengurangi resiko keadaan yang dijalami anak selama berada di jalanan.8

5 l-Husaini Abdul Majid Hasyim, Pendidikan Anak Menurut Islam, (Bandung: Sinar Baru

Algesindo, 1994), h. 79. 6 Totok Pramujiti, Pengentasan Anak Jalanan, Artikel diakses pada 16 Mei 2017 dari

http://Seputar-Kemiskinan Struktural-Dan-Kultural.html. 7 Totok Pramujiti, Pengentasan Anak Jalanan, Artikel diakses pada 16 Mei 2017 dari

http://Seputar-Kemiskinan Struktural-Dan-Kultural.html. 8 Aswandi Nopyan, Model Pembelajaran Program Kolaboratif Kemandirian Anak

Jalanan di Rumah Singgah, (Bandung: UPI, 2007), h. 1.

Page 15: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

4

Dalam suatu hadits diriwayatkan oleh Bukhari, sebagai berikut9:

Dari Abi Abdillah (Zubair) bin Awwam Radhiyallahu „anhu, ia

berkata: Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya, seorang di antara kalian

membawa tali-talinya dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar yang

diletakkan di punggungnya untuk dijual sehingga ia bisa menutup

kebutuhannya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain,

baik mereka memberi atau tidak”. (HR Bukhari, no. 1471).

Dari hadits di atas dapat dijelaskan bahwa Rasulullah SAW

menganjurkan umatnya supaya berusaha memenuhi hajat hidupnya dengan

jalan apapun menurut kemampuan, asal jalan yang ditempuh itu halal.

Berusaha dengan bekerja kasar, seperti mengambil kayu bakar di hutan itu

lebih terhormat daripada meminta-minta dan menggantungkan diri kepada

orang lain. Begitulah didikan dan arahan Rasulullah SAW untuk menjadikan

umatnya sebagai insan-insan yang terhormat dan mandiri, dan bukan umat

yang lemah lagi pemalas.

Yayasan Bina Anak Pertiwi atau biasa disebut juga Rumah Singgah

Anak Jalanan merupakan sebagai pusat pembinaan anak jalanan atau terlantar.

Melalui rumah singgah ini, anak jalanan dengan berbagai disiplin ilmu

pengetahuan terutama dengan dibekalinya keterampilan yang dapat

mengembangkan diri anak tersebut, baik dari segi jasmani dan rohani seperti

ilmu pengetahuan, kreativitas, wirausaha dan akhlakul karimah. Rumah

singgah dapat membentuk pribadi anak jalanan menjadi anak yang mandiri

dengan ajaran bimbingan agama. Rumah Singgah ini memiliki program-

program kegiatan yang dapat membuat anak jalanan memperoleh ilmu

pengetahuan dan ajaran agama sehingga menjadi insan yang mandiri dan

memiliki masa depan yang cerah. Adapun bentuk kegiatan dari keterampilan

tersebut diantaranya keterampilan musik, bela diri, kerajinan tangan, seni

lukis, futsal dan lain sebagainya.

Selain itu, anak-anak jalanan akan dibimbing dan didik agar kehidupan

mereka mendapatkan hak yang sama. Mereka akan dibekali pula dengan

berbagai kegiatan keagamaan agar mereka tidak hanya dapat mandiri namun

9 Hendri Aprilianto, Membangun Sikap Mandiri dan Enterpreneurship, Artikel diakses

pada 18 Mei 2017 dari http://www.kompasiana.com/hendriaprilianto/membangun-sikap-mandiri-

dan-wawasan-entrepreneurship_54ff6cc8a333111f4b510267.

Page 16: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

5

juga memiliki sikap religius sehingga dapat dibawa dan diterapkan di

kehidupan masa depan. Dengan begitu anak jalanan dapat belajar dari

kehidupan di dunia hingga ajaran agama Islam.

Yayasan Bina Anak Pertiwi sebagai tempat yang memberi arti penting

dalam membimbing proses pembentukan kemandirian anak jalanan karena

disini pembelajaran dengan memberikan pelatihan keterampilan. Dalam

yayasan ini, anak-anak jalanan sudah dididik dan diarahkan serta dibina

sedemikian rupa sesuai ajaran agama Islam agar terbentuk perilaku mandiri

dan berakhlak mulia. Dengan demikian dalam menjalani kehidupan generasi

selanjutnya akan terbiasa di lingkungan dengan kemandirian yang baik.

Ajaran agama yang dibina di yayasan menjadikan bekal untuk mereka

terapkan di dunia maupun di yaumul akhir.

Berdasarkan uraian di atas, maka muncul ketertarikan penulis

mengambil judul penelitian adalah: “Metode Bimbingan Agama Dalam

Pembentukan Kemandirian Anak Jalanan Di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Jakarta Selatan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan pada latar

belakang masalah di atas, penulis membatasi masalah yang akan diteliti

untuk lebih terarah yaitu hanya mengenai karakteristik dan tahapan-

tahapan pembentukan kemandirian pada anak jalanan, serta metode

bimbingan agama dalam pembentukan kemandirian anak jalanan di

Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka permasalahannya

dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Apa saja metode bimbingan agama yang digunakan dalam proses

pembentukan kemandirian anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Jakarta Selatan?

Page 17: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

6

b. Bagaimana karakteristik dan tahapan-tahapan pembentukan

kemandirian pada anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta

Selatan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui metode bimbingan agama apa saja yang digunakan

dalam proses pembentukan kemandirian anak jalanan di Yayasan Bina

Anak Pertiwi Jakarta Selatan.

b. Untuk mengetahui karakteristik kemandirian anak jalanan dan tahapan-

tahapan pembentukan kemandirian pada anak jalanan di Yayasan Bina

Anak Pertiwi Jakarta Selatan.

2. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan diatas maka manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Manfaat Akademis

1) Untuk pengembangan ilmu pengetahuan diharapkan penelitian ini

dapat menjadi tambahan referensi dan meningkatkan wawasan

akademik dalam bidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Yayasan

Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan dalam merancang dan

memperbaiki program dan pelayanan yang sedang berjalan untuk

kedepan yang lebih baik.

b. Manfaat Praktis

1) Menginformasikan tentang metode bimbingan agama dalam

pembentukan kemandirian anak jalanan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi Jakarta Selatan.

2) Penelitian ini juga sebagai bahan pembelajaran dalam proses

perkembangan kemandirian bagi anak, khususnya anak jalanan.

3) Penelitian ini juga memberikan pemahaman dan masukan untuk

penelitian-penelitian lebih lanjut dan juga praktisi di lembaga.

Page 18: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

7

D. Metodologi Penelitian

Dalam hal ini, penelitian yang penulis lakukan pada metodologi

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini berlokasi di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Jakarta Selatan yang beralamat lengkap di Jl. Bacang No. 46 RT. 04/ RW.

01 Jati Padang Pasar Minggu, Kebagusan, Jakarta Selatan 12540. Adapun

kegiatan dalam penelitian yaitu pada bulan Juli sampai November 2017.

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang akan dijadikan subjek penelitian

sebagai informan adalah nara sumber yang dapat memberikan

informasi yaitu sebanyak enam orang yang terdiri dari satu ketua

yayasan, satu pembimbing agama, satu orang pembina atau pengajar

dan tiga orang anak binaan yang berada di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Jakarta Selatan.

b. Objek Penelitian

Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah bagaimana

metode bimbingan agama dalam pembentukan kemandirian anak

jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan.

3. Jenis Penelitian

Jenis yang digunakan penulis dalam penelitian yang berjudul

“Metode Bimbingan Agama Dalam Pembentukan Kemandirian Anak

Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan”. Yaitu

menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Menurut Bogdan dan Taylor metode penelitian kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.10

Gay (1976) berpendapat bahwa metode penelitian deskriptif

sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji

10

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2007), h. 4.

Page 19: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

8

hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada

waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian.11

Adapun

menurut Mardalis (1995), penelitian deskriptif bertujuan untuk

mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku, di dalamnya terdapat

upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan

kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada.12

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah sumber subjek dari mana data

dapat diperoleh. Sumber data terdiri dari dua macam yaitu data primer dan

data sekunder.13

Untuk menetapkan sumber data, penulis

mengklasifikasikannya berdasarkan jenis data yang dibutuhkan

(dikumpulkan).

Untuk data primer penulis menghimpunnya dari nara sumber yang

dapat memberikan informasi yaitu para pengurus Yayasan Bina Anak

Pertiwi yang disajikan sebagai subjek penelitian, kemudian data sekunder

didapatkan dari beberapa anak binaan yang mengetahui dan mendapatkan

bimbingan agama di Yayasan Bina Anak Pertiwi. Selain itu, penulis juga

mengumpulkannya dari buku-buku dan berbagai literatur yang

berhubungan dengan pembuatan skripsi yang penulis susun.

5. Teknik Pemilihan Subjek Penelitian

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif teknik pemilihan

informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sample bertujuan

(pupossive sample).14

Dalam menentukan subjek penelitian ini peneliti

memilih para informan yang menurut peneliti dapat memberikan data yang

dibutuhkan dalam penelitian ini.

Dalam mencari data, peneliti mewawancarai Ketua Yayasan yaitu

Ali Santoso, Pembimbing Agama yaitu Ustadz Baihakki, Pembina atau

11

Consuelo G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: UI Press, 1993), h. 71. 12

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara,

1995), h. 26. 13

Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1991), h. 91. 14

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2009), h. 241.

Page 20: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

9

Pengajar yaitu Dede Irawati, serta tiga anak jalanan yaitu Napriadi,

Muhammad Agus dan Wahyu Anugrah.

6. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam

penelitian ini meliputi:

a. Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatatan

secara sistematis.15

Observasi atau pengamatan langsung di Yayasan

Bina Anak Pertiwi, guna mengetahui dan memperoleh gambaran yang

jelas tentang metode bimbingan agama dalam pembentukan

kemandirian anak jalanan.

b. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu.16

Wawancara langsung terhadap pihak yayasan dan

anak jalanan yang terkait di dalamnya untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan.

c. Dokumentasi, yaitu penulis mencari keterangan dan bacaan yang

dibutuhkan mengenai masalah terkait melalui sumber-sumber yang

ada, juga menela‟ah dokumen dan arsip yang dimiliki yayasan.

7. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data kualitatif adalah upaya

yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan

data, memilah-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mentesiskannya, mencari dan menemukan pola, memutuskan apa yang

dapat diceritakan kepada orang lain.17

Analisis data dalam penelitian

kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di

15

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2013), h. 143. 16

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2007), h. 186. 17

Ibid., h. 248.

Page 21: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

10

lapangan, dan setelah selesai di lapangan.18

Langkah selanjutnya adalah

mengolah data yang terkumpul dengan menganalisis data,

mendeskripsikan data serta mengambil kesimpulan. Menganalisis data ini

menggunakan teknik analisis data kualitatif, karena data-data yang

diperoleh merupakan keterangan-keterangan.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang

telah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen resmi, gambar, foto, dan

sebagainya. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat

pengumpulan data seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman

bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif

dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

jenuh.19

Aktivitas dalam menganalisis data kualitatif adalah:

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Secara

teknis, pada kegiatan reduksi data yang telah dilakukan dalam

penelitian ini meliputi: perekapan hasil wawanacara kemudian

pengamatan hasil pengumpulan dokumen yang berhubungan dengan

fokus penelitian.

b. Penyajian Data (Data Display)

Menyajikan data yaitu penyusunan sekumpulan informasi yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan

tindakan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart

18

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2014), h. 245. 19

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta,

2012), h. 243.

Page 22: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

11

atau sejenisnya. Dalam penelitian ini, secara teknis data-data akan

disajikan dalam bentuk teks naratif, tabel, foto, bagan.

c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)

Langkah ketiga dalam analisis data menurut Miles dan Huberman

adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam

penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya

belum pernah ada. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian

kualitatif mungkindapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan

sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena masalah dan rumusan

masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan

berkembang setelah penelitian berada dilapangan. Secara teknis proses

penarikan kesimpulan dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara

mendiskusikan data-data hasil temuan dilapangan dengan teori-teori

yang dimasukan dalam bab tinjauan pustaka.

E. Tinjauan Pustaka

Setelah melakukan penelusuran skripsi pada Perpustakaan Utama dan

Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis mengadakan tinjauan kepustakaan

terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari

bentuk plagiat, antara lain:

1. Fajriah Septiani (1111052000022), Program Studi Bimbingan dan

Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN

Jakarta angkatan 2011 dengan judul “Efektifitas Metode Bimbingan

Agama Dalam Membina Akhlak Remaja Di Pondok Pesantren Nurul

Hidayah Pusat Leuwisadeng Bogor”. Jenis penelitian yang dilakukan

penulis menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui efektif atau tidaknya metode bimbingan agama di Pondok

Pesantren Hidayah Pusat Leuwisadeng Bogor. Berdasarkan hasil

penelitian skripsi ini, didapatkan hasil bahwa metode bimbingan agama

dalam membina akhlak remaja efektif, hal ini dapat dilihat dari nilai

thitung > ttabel = -3.971 > 1.663. Artinya metode bimbingan agama efektif

Page 23: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

12

dalam membina akhlak remaja di Pondok Pesantren Hidayah Pusat

Leuwisadeng Bogor. Kelebihan dari penelitian ini penulis menjelaskan

materi metode bimbingan agama (landasan teori) secara lengkap.

Kekurangannya adalah penelitian ini berfokus pada akhlak remaja.

2. Sofhal Jamil (110402001998), Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan

Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta angkatan

2004 dengan judul “Peranan Pembimbing Agama Dalam Mewujudkan

Kemandirian Bagi Anak-Anak Yatim Di Pondok Pesantren Yatim Al-

Akhyar Kelurahan Beji-Kota Depok”. Jenis penelitian yang dilakukan

penulis menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kesesuaian peranan pembimbing agama dalam mewujudkan

kemandirian bagi anak-anak yatim yang ada di Pondok Pesantren Yatim

Al-Akyar. Berdasarkan hasil penelitian skripsi ini, didapatkan hasil bahwa

peranan pembimbing agama dalam mewujudkan kemandirian bagi anak-

anak yatim berperan sangat penting sebagai pengganti orang tua asuh,

sebagai pendidik dan sebagai motivator. Kelebihan dari penelitian ini

penulis menjelaskan berfokus kepada peranan dari seorang pembimbing

agama dalam mewujudkan kemandirian anak-anak yatim. Kekurangannya

adalah penelitian ini belum menjelaskan secara detail perkembangan

kemandirian anak-anak yatim itu sendiri.

3. Maygie Priayudana (109054100018), Program Studi Kesejahteraan Sosial

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta angkatan 2009

dengan judul “Peran Orang Tua Asuh Dalam Mendukung Perkembangan

Kemandirian Remaja Putus Sekolah Di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)

Bambu Apus Jakarta Timur”. Jenis penelitian yang dilakukan penulis

menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pola asuh yang diterapkan orang tua asuh di PSBR Bambu

Apus Jakarta Timur. Berdasarkan hasil penelitian skripsi ini, didapatkan

hasil bahwa peran orang tua asuh dalam mendukung perkembangan

kemandirian remaja putus sekolah, sangat berperan penting agar

mengakibatkan perilaku remaja yang kompeten secara sosial. Kelebihan

dari penelitian ini penulis menjelaskan secara detail indikator

Page 24: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

13

perkembangan kemandirian remaja putus sekolah. Kekurangannya adalah

penelitian ini kemandiriannya hanya pada aspek perilaku, nilai dan emosi.

Dari ketiga hasil penelitian di atas, penulis menyatakan bahwa

hasil penelitian penulis sangat berbeda dengan hasil penelitian

sebelumnya, yaitu:

a. Subjek penelitian skripsi ini adalah anak jalanan. Hal ini berbeda

dengan subjek penelitian yang dibahas pada tinjauan pustaka di atas.

b. Lokasi penelitian skripsi ini yaitu di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Jakarta Selatan. Lokasi penelitian ini berbeda dengan tinjauan pustaka

di atas.

c. Masalah penelitian dalam penulisan skripsi ini membahas metode

bimbingan agama dalam pembentukan kemandirian anak jalanan. Hal

ini berbeda dengan penelitian yang dibahas pada tinjauan pustaka di

atas.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini, penulis berpedoman dan mengacu kepada buku

“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk memudahkan penulisan,

maka penulis membagi pembahasan penelitian ini menjadi lima bab dengan

sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika

penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI

Dalam bab ini mengemukakan teori-teori yang melandasi

dan mendukung penelitian. Dimana dalam bab ini akan

membahas tentang pengertian metode, bimbingan agama

yang meliputi pengertian bimbingan agama, tujuan dan

fungsi bimbingan agama serta metode bimbingan agama,

Page 25: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

14

kemandirian yang di dalamnya menerangkan pengertian

kemandirian, tingkatan dan karakteristik kemandirian,

faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian, pentingnya

kemandirian dan yang terakhir membahas tentang anak

jalanan meliputi pengertian anak jalanan, faktor penyebab

anak turun ke jalan, kategori dan karakteristik anak jalanan,

pemberdayaan anak jalana serta tahapan pemberdayaan

anak jalanan.

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN

Pada bab ini penulis akan memaparkan gambaran umum

Yayasan Bina Anak Pertiwi ke dalam beberapa aspek yang

terdiri dari sejarah berdirinya, visi dan misi serta tujuan,

program kegiatan, rekrutmen warga binaan, fasilitas dan

sarana prasarana, struktur organisasi, mekanisme kerja.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Pada bab ini bentuk analisis tentang data informan yang

terdiri dari pengurus dan anak jalanan di Yayasan Bina

Anak Pertiwi, metode bimbingan agama dalam

pembentukan kemandirian anak jalanan di Yayasan Bina

Anak Pertiwi, karakteristik dan tahapan-tahapan

pembentukan kemandirian anak jalanan di Yayasan Bina

Anak Pertiwi.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini yaitu bab terakhir yang meliputi tentang

kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis penelitian

dan saran yang dapat digunakan untuk penelitian

selanjutnya.

Page 26: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

15

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Metode

Secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri

dari penggalan kata “meta” dan “hodos” berarti “jalan”. Bila digabungkan

maka metode bisa diartikan “jalan yang harus dilalui”. Dalam pengertian

yang lebih luas, metode bisa pula diartikan sebagai “segala sesuatu atau

cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan”.1

Pengertian hakiki dari “metoda” tersebut adalah segala sarana yang

dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana

tersebut bersifat fisik seperti alat peraga, alat administrasi, dan

pergedungan dimana proses kegiatan bimbingan berlangsung, bahkan

pelaksana metoda seperti pembimbing sendiri adalah termasuk metoda

juga dan sarana non fisik seperti kurikulum, contoh tauladan, sikap, dan

pandangan pelaksana metoda, lingkungan yang menunjang suksesnya

bimbingan dan cara-cara pendekatan dan pemahaman terhadap sasaran

metoda.2

Apabila kita artikan secara bebas metode adalah cara yang telah

diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.3

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan

bahwa metode adalah suatu cara yang teratur yang digunakan untuk

memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan-tujuan

yang telah ditentukan.

Oleh karena itu, di sini akan diuraikan beberapa metode, baik

dilihat dari strategi dan sasaran yang dihadapi maupun dari sifat dan

bentuk penyuluhan itu sendiri4:

1 M. Lutfi, MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 120. 2 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden

Terayon Press, 1982), h. 43. 3 Harjani Hefni, dkk., Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 7.

4 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Panduan Penyuluh

Agama, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1987), h. 39-42.

Page 27: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

16

1. Segi strategi ada dua metode yang dapat digunakan, yaitu metode

vertikal dan horizontal.

2. Segi sasaran yang dihadapi, dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu

metode individu dan metode kelompok.

3. Segi sifatnya, ada beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain:

ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi/ percontohan dan

sosiodrama/ sandiwara.

Adapun menurut M. Arifin metode bimbingan agama, antara lain sebagai

berikut5:

a. Metode interview (wawancara)

b. Group guidance (bimbingan kelompok)

c. Client Centered Method (Metode yang dipusatkan pada keadaan klien)

d. Directive Counseling

e. Eductive Method (Metode Pencerahan)

f. Psychoanalysis Method

Dari beberapa metode yang dikemukakan oleh M. Arifin, dapat

diketahui bahwa metode bimbingan agama yang efektif digunakan dalam

sebuah yayasan anak jalanan yaitu metode Group Guidance (bimbingan

kelompok) karena melihat jumlah individu yang begitu banyak maka

penerapan bimbingan secara berkelompok akan memudahkan pula seorang

pembimbing dalam proses pemberian arahan kepada individu tersebut.

Selain itu pula dengan menggunakan metode interview (wawancara) sebab

dengan mewawancarai anak jalanan secara satu persatu apalagi beserta

orang tuanya pula maka akan didapatkan akar permasalahannya yang lebih

akurat.

B. Bimbingan Agama

1. Pengertian Bimbingan Agama

Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya

terkandung beberapa makna. Sertzer dan Stone mengemukakan bahwa

5 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 69-

73.

Page 28: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

17

guidance berasal dari kata guide, yang mempunyai arti to direct, pilot,

manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau

mengemudikan).6

Prayitno mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses

pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang

atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar

orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri

dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada

dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.7

Apabila konseling perorangan menunjukkan layanan kepada

individu atau klien orang perorangan, maka bimbingan dan konseling

kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok individu. Dengan

satu kali kegiatan, layanan kelompok itu memberikan manfaat atau jasa

kepada sejumlah orang. Kemanfaatan yang lebih meluas inilah yang paling

menjadi perhatian semua pihak berkenaan dengan layanan kelompok itu.

Apalagi pada zaman yang menekankan perlunya efisiensi, perlunya

perluasan pelayanan jasa yang mampu menjangkau lebih banyak

konsumen secara tepat dan cepat, layanan kelompok semakin menarik.8

Pendekatan-pendekatan dalam bimbingan terbagi kedalam tiga

pendekatan (metode) ialah9:

a. Bimbingan preventif, pendekatan bimbingan ini menolong seseorang

sebelum seseorang menghadapi masalah. Caranya ialah dengan

menghindari masalah itu (kalau mungkin), mempersiapkan orang itu

untuk menghadapi masalah yang pasti akan dihadapi dengan memberi

bekal pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan untuk

mengatasi masalah itu.

b. Bimbingan kuratif atau korektif, dalam pendekatan ini pembimbing

menolong seseorang jika orang itu menghadapi masalah yang cukup

berat hingga tidak dapat diselesaikan sendiri.

6 Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), h. 79.

7 Ibid., h. 79-80.

8 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Asdi

Mahasatya, 2004), h. 307. 9 Slameto, Bimbingan di Sekolah, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), h. 34-35.

Page 29: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

18

c. Bimbingan persevaratif, bimbingan ini bertujuan meningkatkan yang

sudah baik, yang mencakup sifat-sifat atau sikap-sikap yang

menguntungkan tercapainya penyesuaian diri dan terhadap lingkungan,

kesehatan jiwa yang telah dimilikinya, kesehatan jasmani dan

kebiasaan-kebiasaan hidup sehat, kebiasaan cara belajar atau bergaul

yang baik dan sebagainya. Dalam membimbing dapat dilakukan secara

individual dan secara kelompok.

Agama dalam aspek subjektif (pribadi manusia) mengandung

pengertian tentang tingkah laku manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai

keagamaan, berupa getaran batin, yang dapat mengatur, dan mengarahkan

tingkah laku tersebut, kepada pola hubungan dengan masyarakat, serta

alam sekitarnya. Sedangkan agama dalam aspek objektif (doktrinair)

mengandung nilai-nilai ajaran Tuhan yang bersifat menuntun manusia kea

rah tujuan yang sesuai dengan kehendak ajaran tersebut.10

Menurut Prof. KHM. Taib Thahir Abdul Mu’in, agama adalah

suatu peraturan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal,

memegang peraturan Tuhan dengan kehendaknya sendiri, untuk mencapai

kebaikan hidup di dunia dan kebahagiaan kelak di akhirat.11

Sedangkan menurut Zakiah Drajat, “agama adalah kebutuhan jiwa

(psikis) manusia, yang akan mengatur dan mengendalikan sikap,

pandangan hidup, kelakuan dan cara menghadapi tiap-tiap masalah”.12

Menurut Aunur Rahim Faqih yang dimaksud dengan bimbingan

agama adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam

kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan

petunjuk Allah SWT., sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di

dunia dan di akhirat”.13

10

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden

Terayon Press, 1982), h. 1-2. 11

Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

1996), h. 3. 12

Zakiah Dradjat, Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang,

1982), h. 52. 13

Mubasyaroh, ”Metode-metode Bimbingan Agama Anak Jalanan”, Jurnal Bimbingan

Konseling Islam, Vol. 4 No. 2, 2013, h. 61.

Page 30: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

19

Pada definisi bimbingan agama menurut Aunur Rahim Faqih,

dapat disimpulkan bahwa dengan adanya bantuan dengan menggunakan

pendekatan ajaran agama Islam yang diberikan oleh pembimbing kepada

individu maka dalam kehidupan sehari-hari individu diharapkan dapat

menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya guna diri

individu itu sendiri dalam mendapatkan perjalanan hidup yang bahagia

baik untuk di dunia maupun untuk bekal kelak di akhirat nanti. Jadi,

dengan memiliki iman dan taqwa kepada Allah SWT maka individu tidak

akan salah jalan lagi karena senantiasa mengingat hal baik yang telah

diajarkan oleh pembimbingnya.

Dapat kita ketahui bahwa bimbingan agama adalah usaha

memberikan bantuan kepada seseorang dengan menggunakan pendekatan

ajaran agama yaitu ajaran agama Islam, baik tujuan materi ataupun metode

yang diterapkan. Adapun tujuannya agar orang yang bersangkutan mampu

mengatasi setiap permasalahan dengan kemampuan yang ada pada diri

sendiri melalui dorongan dari kekuatan iman dan taqwanya kepada Allah

SWT.

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama

a. Tujuan Bimbingan Agama

Setiap manusia pasti mengalami hambatan serta rintangan

dikehidupannya dalam menggapai keinginannya menjadi kenyataan,

sehingga sangat diperlukan bimbingan agama untuk selalu

memperkokoh rasa keimanan dalam menghadapi berbagai rintangan

tersebut. Dalam bukunya Aunur Rahim Faqih membagi tujuan

bimbingan agama menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut:

1) Tujuan Umum

Membantu seseorang guna mewujudkan dirinya menjadi manusia

seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di

akhirat.

2) Tujuan Khusus

- Membantu individu agar tidak menghadapi masalah,

maksudnya pembimbing berusaha membantu mencegah

Page 31: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

20

jangan sampai individu menghadapi atau menemui masalah.

Dengan kata lain membantu individu mencegahnya timbul

masalah bagi dirinya sendiri.

- Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi

dan kondisi.

- Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi

dan kondisi yang baik atau telah lebih baik agar tetap baik atau

menjadi lebih baik.14

b. Memperhatikan tujuan umum dan khusus di atas, Aunur Rahim Faqih

merumuskan fungsi dari bimbingan agama yaitu:

1) Fungsi preventif, yaitu membantu individu menjaga atau mencegah

timbulnya masalah bagi dirinya.

2) Fungsi kuratif atau korektif, yeitu membantu individu memecahkan

masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.

3) Fungsi preservatif, yaitu membantu individu agar situasi yang

semula tidak baik menjadi lebih baik, dan kebaikan itu bertahan

lama.

4) Fungsi development atau pengembangan, yaitu membantu individu

memelihara dan mengembangkan situasi atau kondisi yang baik,

sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab masalah

baginya.15

Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi ini berarti

bahwa layanan bimbingan ini dapat membantu para individu

dalam memelihara dan mengembangkan pribadinya secara

menyeluruh, terarah dan berkelanjutan.

Untuk mencapai tujuan diatas dan sejalan dengan fungsi-fungsi

bimbingan agama tersebut, maka Ainur Rahim Faqih

mengemukakan di dalam bukunya, melakukan bimbingan agama

secara garis besar disebutkan sebagai berikut:

14

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001),

h. 36. 15

Ibid., h. 36.

Page 32: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

21

a) Membantu individu mengetahui, mengenal dan memahami

keadaan dirinya sesuai dengan hakekatnya atau memahami

kembali keadaan dirinya, sebab dalam keadaan tertentu dapat

terjadi individu tidak mengenal atau tidak menyadari keadaan

dirinya yang sebenarnya. Secara singkat dikatakan bimbingan

agama mengingatkan kembali individu akan fitrahnya.

b) Membantu individu menerima keadaan dirinya sebagaimana

adanya, dari segi baik dan buruknya, kekuatan serta

kelemahannya, sebagai sesuatu yang memang telah ditetapkan

Allah (nasib atau takdir), tetapi juga harus disadari bahwa

manusia harus berikhtiar, kelemahan yang ada pada dirinya

bukan terus menerus disesali, dapat dikatakan untuk

membantu individu tawakal atau beserah diri kepada Allah.

c) Membantu individu memahami keadaan situasi dan kondisi

yang dihadapi saat ini.

d) Membantu individu menemukan alternative pemecahan

masalah. Secara islami terapi umum untuk memecahkan

masalah rohaniah individu dilakukan dengan cara yang

dianjurkan oleh Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai berikut:

- Berlaku sabar

- Membaca dan memahami Al-Qur’an

- Berdzikir atau mengingat Allah.16

Dengan secara seksama memperhatikan dan memahami

tujuan-tujuan serta fungsi-fungsi di atas, adanya fungsi preventif

agar individu terhindar dari permasalahan, fungsi kuratif agar

individu dapat meyelesaikan permasalahan, fungsi preservatif agar

individu tersebut menjadi lebih baik lagi dan terakhir fungsi

development agar individu dapat mempertahankan kondisi

baiknya sehingga tidak membuat masalah lagi. Maka dari itu,

diharapkan bimbingan agama yang telah direncanakan dan

16

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), h.

37.

Page 33: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

22

dilaksanakan akan dapat membantu individu dalam memecahkan

dan menyelesaikan dinamika permasalahannya dengan seluruh

segala kemampuan serta potensi yang ada dalam dirinya sehingga

dapat memulihkan kondisi dan keadaan individu tersebut agar

menjadi lebih baik dari sebelumnya.

3. Metode Bimbingan Agama

Ada beberapa metode yang digunakan dalam bimbingan agama,

maka dalam upaya mengadakan bimbingan agama menurut pendapat

Arifin, M. Ed., dapat menggunakan metode-metode sebagai berikut:17

a. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan suatu teknik atau metode

didalam bimbingan dengan cara penyajian atau penyampaian

informasinya melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh

pembimbing terhadap anak bimbing, pembimbing juga sering

menggunakan alat-alat bantu seperti gambar, kitab, peta dan alat

lainnya. Metode ini sering dipakai dalam bimbingan agama yang

banyak diwarnai dengan ciri karakteristik bicara seorang pembimbing

pada kegiatan bimbingan agama. Metode ini pembinaannya dilakukan

secara berkelompok dan pembimbing melakukan komunikasi secara

langsung.

b. Metode Cerita (Kisah)

Metode cerita adalah suatu cara penyampaian dalam bentuk

cerita. Cerita merupakan media yang efektif untuk menanamkan nilai-

nilai akhlak yang baik, sekaligus karakter sesuai dengan nilai religi

yang disampaikan dan pada akhirnya dapat membentuk sebuah

kepribadian. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk

menyenangi cerita yang pengaruhnya besar terhadap perasaan. Oleh

karena itu metode cerita dijadikan sebagai salah satu pendidikan.

17

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT

Golden Trayon Press, 1998), h. 44-47.

Page 34: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

23

c. Metode Keteladanan

Metode keteladanan merupakan bagian dari sejumlah metode

yang paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk

individu secara moral, spiritual dan social. Sebab seorang

pembimbing merupakan contoh ideal dalam pandangan seseorang

yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru, yang disadari atau

tidak, bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan

perasaannya dalam bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat

material, indrawi maupun spiritual. Karenanya keteladanan

merupakan faktor penentu baik buruknya seseornag yang dibimbing.

Metode ini juga digunakan sebagai pemberian contoh yang

baik dalam tingkah laku sehari-hari. Seorang pembimbing akan

merasa sangat mudah menyampaikan secara lisan, namun belum tentu

dapat menjalankannya dan dapat diterima oleh yang dibimbingnya,

untuk mengatasinya, maka pembimbing harus memberikan contoh

atau keteladanan, misalnya menganjurkan agar selalu berdzikir, maka

pembimbing harus melakukannya atau memulainya terlebih dahulu.

d. Metode Wawancara

Metode wawancara merupakan salah satu cara memperoleh

fakta-fakta kejiwaan yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang

bagaimana sebenarnya hidup dan kejiwaan seseorang yang dibimbing

pada saat tertentu yang memerlukan bimbingan. Wawancara dapat

berjalan dengan baik apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Pembimbing harus bersifat komunikatif kepada anak bimbing;

2) Pembimbing harus dapat dipercaya sebagai pelindung oleh orang

yang dibimbing;

3) Pembimbing harus bias menciptakan situasi dan kondisi yang

memberikan perasaan damai dan aman serta santai kepada

seseornag yang dibimbing.

e. Metode Pencerahan (Metode Edukatif)

Yaitu cara mengungkapkan tekanan perasaan yang

menghambat perkembangan belajar dengan mengorek sampai tuntas

Page 35: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

24

perasaan atau sumber perasaan yang menyebabkan hambatan atau

ketegangan, dengan cara “client centered”, yang diperdalam dengan

permintaan atau pertanyaan yang meyakinakan untuk mengingat-ingat

serta mendorong agar berani mengungkapkan perasaan tertekan,

sehingga pada akhirnya pembimbing memberikan petunjuk-petunjuk

tentang usaha apa sajakah yang baik bagi yang dibimbing dengan cara

yang tidak bernada imperative (wajib), akan tetapi berupa anjuran-

anjuran yang tidak mengikat.

Metode bimbingan agama seperti yang dikemukakan oleh

Arifin, M. Ed., seorang pembimbing menggunakan metode ceramah

biasanya dilakukan secara berkelompok dan menyampaikan informasi

secara langsung, metode cerita (kisah) seorang pembimbing

menyampaikan informasi dengan sebuah cerita dan diyakini lebih

efektif, metode keteladanan seorang pembimbing memberikan contoh

yang baik dalam bertingkah laku dan sikap karena meskipun metode

ini paling efektif juga sebagai penentu baik buruknya individu yang

dibimbing tersebut, adapun metode wawancara dengan cara seorang

pembimbing melakukan pendekatan untuk bertanya-tanya mengenai

suatu perihal dan hanya terdapat seorang pembimbing dengan

individu tersebut, terakhir metode pencerahan sebenarnya hamper

sama dengan metode wawancara hanya saja pembimbing memberikan

petunjuk-petunjuk dan anjuran-anjuran guna menyelesaikan

permasalahan yang dialami individu.

C. Kemandirian

1. Pengertian Kemandirian

Kata “kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang

mendapatkan awalan “ke” dan akhiran “an” yang kemudian membentuk

suatu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata

dasar “diri”, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat

dilepaskan dari pembahasan mengenai perkembangan “diri” itu sendiri,

yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah “self” karena “diri”

Page 36: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

25

itu merupakan inti dari kemandirian. Kalau menelusuri berbagai literature,

sesungguhnya banyak sekali istilah yang berkenaan dengan “diri” ini. 18

Upaya mendefinisikan kemandirian dan proses perkembangannya,

ada berbagai sudut pandang yang sejauh perkembangannya dalam kurun

waktu sedemikian lamanya telah dikembangkan oleh para ahli. Menurut

Steinberg (2002), kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan individu

dalam bertingkah laku, merasakan sesuatu, dan mengambil keputusan

berdasar kehendaknya sendiri.19

Istilah kemandirian menunjukan adanya kepercayaan akan sebuah

kemampuan diri dalam menyelesaikan masalah tanpa bantuan dari orang

lain. Individu yang mandiri sebagai individu yang dapat menyelesaikan

masalah-masalah yang dihadapinya, mampu mengambil keputusan sendiri,

mempunyai inisiatif dan kreatif, tanpa mengabaikan lingkungan

disekitarnya. Menurut beberapa ahli “kemandirian” menunjukan pada

kemampuan psikososial yang mencakup kebebasan untuk bertindak, tidak

tergantung dengan kemampuan orang lain, tidak terpengaruh lingkungan,

dan bebas mengatur kebutuhanya sendiri.20

Adapun beberapa definisi kemandirian menurut para ahli,

sebagaimana dikutip Eti Nurhayati, sebagai berikut:21

a. Menurut Watson, kemandirian berarti kebebasan untuk mengambil

inisiatif, mengatasi hambatan, melakukan sesuatu dengan tepat, gigih

dalam usaha, dan melakukan sendiri segala sesuatu tanpa

mengandalkan bantuan dari orang lain.

b. Menurut Bernadib, kemandirian mencakup perilaku mampu berinisiatif,

mampu mengatasi masalah, mempunyai rasa percaya diri, dapat

melakukan sesuatu sendiri tanpa menggantungkan diri terhadap orang

lain.

18

Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h.

128. 19

Erina Nur Anggraini, Hubungan Antara Kemandirian Dengan Penyesuaian Diri Pada

Mahasiswa Baru Yang Merantau Di Kota Malang, Artikel diakses pada 24 Februari 2017 dari

http://www.e-jurnal.com/2015/09/hubungan-antara-kemandirian-dengan.html. h. 8. 20

Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2011), h.

131. 21

Ibid., h. 56.

Page 37: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

26

c. Menurut Johson, kemandirian merupakan salah satu ciri kematangan

yang memungkinkan individu berfungsi otonom dan berusaha ke arah

prestasi pribadi dan tercapainya tujuan.

d. Menurut Mu’tadin, kemandirian mengandung makna: (1) suatu keadaan

dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk untuk maju demi

kebaikan dirinya, (2) mampu mengambil keputusan dan inisiatif diri

dalam mengerjakan tugas-tugas, dan bertanggung jawab atas apa yang

dilakukan.

Dalam pandangan konformistik, kemandirian merupakan

konformitas terhadap prinsip moral kelompok rujukan. Oleh sebab itu,

individu yang memiliki kemandirian pengambilan keputusan pribadinya

dilandasi oleh pemahaman mendalam akan konsekuensi dari tindakannya

dan disertai dengan keberanian diri menerima segala konsekuensi dari

tindakannya itu. Dengan demikian, dalam pandangan konformistik ini

pemahaman mendalam tentang hukum moralitas menjadi faktor utama

pendukung perkembangan kemandirian. Bahkan, menurut Sunaryo

Kartadinata (1998), faktor pemahaman inilah yang membedakan

kemandirian (self-determinism) dari kepatuhan (submission) karena

dengan pemahaman inilah individu akan terhindar dari konformitas pasif.22

Secara hakiki, perkembangan kemandirian individu sesungguhnya

merupakan perkembangan hakikat eksistensial manusia. Penghampiran

terhadap kemandirian dengan menggunakan perspektif yang berpusat pada

masyarakat cenderung memandang bahwa lingkungan masyarakat

merupakan kekuatan luar biasa yang menentukan kehidupan individu. Dari

sudut pandang ini, seolah-olah individu itu tidak memiliki kekuatan apa-

apa untuk menentukan perbuatannya sendiri. Pandangan yang berpusat

pada masyarakat cenderung memposisikan pendidikan sebagai proses

transmisi budaya yang lebih menekankan pada proses penanaman harapan

dan aturan masyarakat.23

22

Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h.

129. 23

Ibid., h. 129.

Page 38: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

27

Kemandirian yang sehat adalah yang sesuai dengan hakikat

manusia yang paling dasar. Perilaku mandiri adalah perilaku memelihara

hakikat eksistensi diri. Oleh sebab itu, kemandirian bukanlah hasil dari

proses internalisasi aturan otoritas melainkan suatu proses perkembangan

diri sesuai dengan hakikat eksistensi manusia.24

Abraham H. Maslow (1971) membedakan kemandirian menjadi

dua, yaitu25

:

a. Kemandirian aman (secure autonomy)

b. Kemandirian tak aman (insecure autonomy)

Kemandirian aman adalah kekuatan untuk menumbuhkan cinta

kasih pada dunia, kehidupan, dan orang lain, sadar akan tanggungjawab

bersama, dan tumbuh rasa percaya terhadap kehidupan. Kekuatan ini

digunakan untuk mencintai kehidupan dan membantu orang lain.

Sedangkan kemandirian tak aman adalah kekuatan kepribadian yang

dinyatakan dalam perilaku menentang dunia. Mashlow menyebut kondisi

seperti ini sebagai “selfish autonomy” atau kemandirian mementingkan

diri sendiri.26

Pembahasan kemandirian ditinjau dari berbagai perspektif di atas

mengantarkan pada suatu intisari bahwa kemandirian merupakan suatu

kekuatan internal individu yang diperoleh melalui proses individuasi.

Proses individuasi itu adalah proses realisasi kedirian dan proses menuju

kesempurnaan. “Diri” adalah inti dari kepribadian dan merupakan titik

pusat yang menyelaraskan dan mengkoordinasikan seluruh aspek

kepribadian. Kemandirian yang terintegrasi dan sehat dapat dicapai

melalui proses peragaman, perkembangan, dan ekspresi sistem kepribadian

sampai pada tingkatan yang tertinggi.27

Dalam hal ini dapat ditegaskan kembali bahwa menurut teori

Abraham H. Maslow kemandirian dibedakan menjadi dua antara

kemandirian aman dan kemandirian tak aman. Namun teori yang

24

Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h.

130. 25

Ibid., h. 130. 26

Ibid., h. 130. 27

Ibid., h. 131.

Page 39: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

28

digunakan dalam penelitian skripsi ini yaitu lebih kepada tentang

kemandirian aman. Penjelasan mengenai kemandirian aman itu sendiri

meupakan kesadaran akan tanggung jawab seorang anak jalanan terhadap

kehidupannya, adanya rasa kepedulian dari dirinya terhadap orang lain dan

merasakan bahagia atas kehidupannya saat ini, misalnya seorang anak

jalanan yang mensyukuri akan keadaan ekonomi keluarganya namun ia

mau berusaha agar dapat memenuhi kehidupannya dan membantu

keluarga dengan belajar apapun keahlian yang ia miliki karena ia berpikir

sebagai bekal kelak agar ia tidak bergantung pada orang lain.

2. Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian

Sebagai suatu dimensi psikologis yang kompleks, kemandirian

dalam perkembangannya memiliki tingkatan-tingkatan. Perkembangan

kemandirian seseorang juga berlangsung secara bertahap sesuai dengan

tingkatan perkembangan kemandirian tersebut. Lovinger mengemukakan

tingkatan kemandirian beserta ciri-cirinya sebagai berikut:28

a. Tingkatan pertama, adalah tingkat impulsif dan melindungi diri

Ciri-ciri tingkatan ini adalah:

1) Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari

interaksinya dengan orang lain.

2) Mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik.

3) Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu

(stereotype).

4) Cenderung melihat kehidupan sebagai “zero-sum game”.

5) Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta

lingkungannya.

b. Tingkatan kedua, adalah tingkat konformistik

Ciri-ciri tingkatan ini adalah:

1) Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial.

2) Cenderung berpikir stereotype dan klise.

3) Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal.

28

Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h.

133-135.

Page 40: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

29

4) Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian.

5) Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya introspeksi.

6) Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal.

7) Takut tidak diterima kelompok.

8) Tidak sensitif terhadap keindividualan.

9) Merasa berdosa jika melanggar aturan.

c. Tingkatan ketiga, adalah tingkat sadar diri

Ciri-ciri tingkatan ini adalah:

1) Mampu berpikir alternatif

2) Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi.

3) Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada.

4) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.

5) Memikirkan cara hidup.

6) Penyesuaian terhadap situasi dan peranan.

d. Tingkatan keempat, adalah tingkat seksama (conscientious)

Ciri-ciri tingkatan ini adalah:

1) Bertindak atas dasar nilai-nilai internal.

2) Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan.

3) Mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri

sendiri maupun orang lain.

4) Sadar akan tanggungjawab.

5) Mampu melakukan kritik dan penilaian diri.

6) Peduli akan hubungan mutualistic.

7) Memiliki tujuan jangka panjang.

8) Cenderung melihat peristiwa dalam konteks social.

9) Berpikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis.

e. Tingkatan kelima, adalah tingkat individualistik

Ciri-ciri tingkatan ini adalah:

1) Peningkatan kesadaran individualitas.

2) Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan

ketergantungan.

3) Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.

Page 41: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

30

4) Mengenal eksistensi perbedaan individual.

5) Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan.

6) Membedakan kehidupan internal dengan kehidupan luar dirinya.

7) Mengenal kompleksitas diri.

8) Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah social.

f. Tingkatan keenam, adalah tingkat mandiri

Ciri-ciri tingkatan ini adalah:

1) Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan.

2) Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri

maupun orang lain.

3) Peduli terhadap faham-faham abstrak, seperti keadilan sosial.

4) Mampu mengintegrasikan nilai-nilai ysng bertentangan.

5) Toleran terhadap ambiguitas.

6) Peduli akan pemenuhan diri (self-fulfilment).

7) Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal.

8) Respek terhadap kemandirian orang lain.

9) Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain.

10) Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan

keceriaan.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian

Sebagaimana aspek-aspek psikologis lainnya, kemandirian juga

bukanlah murni sebuah bawaan semua yang melekat pada individu sejak

ia dilahirkan ke dunia. Perkembangannya juga dipengaruhi oleh berbagai

stimulasi yang datang dari lingkungannya, selain potensi yang dimiliki

sejak lahir sebagai keturunan daro orang tuanya.

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan

kemandirian, yaitu sebagai berikut:29

a. Gen atau Keturunan Orang Tua

Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali

menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Namun ada juga

29

Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 118.

Page 42: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

31

pendapat yang mengatakan sesungguhnya bukan sifat kemandirian

orang tuanya itu yang menurun pada kepada anaknya, melainkan sifat

orang tuanya muncul bersamaan dengan cara orang tua mendidik

anaknya.

b. Pola Asuh Orang Tua

Orang tua yang terlalu banyak melarang dan mengeluarkan

kata “jangan” kepada anak tanpa disertai penjelasan yang rasional

akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya orang

tua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan

mendorong kelancaran perkembangan motorik sang anak. Demikian

juga, dengan orang tua yang sering membanding-bandingkan anak

yang satu dengan yang lainnya juga akan berpengaruh kurang baik

terhadap perkembangan kemandirian anak.

c. Sistem Pendidikan Di Sekolah

Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan

demokratisasi tanpa argumentasi serta adanya tekanan punishment

akan menghambat kemandirian seseorang. Sebaliknya, adanya

penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward dan penciptaan

kompetitif positif akan memperlancar perkembangan kemandirian

anak.

d. Sistem Kehidupan di Masyarakat

Lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi

potensi anak dalam bentuk berbagai kegiatan dan tidak terlalu hirarkis

akan merangsang dan mendorong perkembangan kemandirian anak.

D. Anak Jalanan

1. Pengertian Anak Jalanan

Anak jalanan adalah istilah yang disepakati dalam konvensi

nasional untuk menyebut anak-anak sebagian besar menghabiskan

sebagian besar waktunya untuk bekerja di jalanan atau di kawasan

urban. Mereka bisa saja berprofesi sebagai penjaja asongan, tukang

Page 43: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

32

semir sepatu, pengamen, pengemis, pencuri, pekerja seks, atau

apapun.30

Selain itu, anak jalanan adalah perseorangan baik laki-laki

maupun perempuan yang tanpa nafkah atau bekerja apapun secara

formal, tanpa rumah tinggal, bahkan tidak terdaftar sebagai warga

manapun.31

Beberapa ahli juga mendefinisikan anak jalanan sebagai

mereka yang tidak memiliki pekerjaan tetap, pendidikan formal serta

tinggal dimana saja.32

UNICEF memberikan batasan kepada kelompok ini sebagai

Street child are those who have abandoned their homes, school and

immediate communities before they are sixteen years of age, and have

drifted into anomadic street life (anak jalanan merupakan anak-anak

berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga,

sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam

kehidupan yang berpindah-pindah.33

Selain itu, Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga dan

Lanjut Usia, Departemen Sosial memaparkan bahwa anak jalanan

adalah anak yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mencari

nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya,

usia mereka berkisar 6 tahun sampai 18 tahun. adapun waktu yang

dihabiskan di jalan lebih dari 4 jam dalam satu hari.34

Hasil study Soedijar dan Putranto tentang profil anak jalanan

di Jakarta memberikan definisi anak jalanan sebagai anak yang berusia

7 hingga 15 tahun yang bekerja di jalanan dan tempat umum lainnya

yang dapat mengganggu ketentraman dan keselamatan orang lain serta

membahayakan keselamatan dirinya. Putranto menambahkan bahwa

30

Sumardi, L.S., Study Kasus Penanganan Anak Jalanan di Jakarta: Alternatif

Pendampingan bagi Anak-anak Kaum Pengungsi di Negeri Sendiri, (Jakarta: Institut Sosial

Jakarta, 1996). 31

Simandjuntak, B., Beberapa Aspek Psikologi Sosial, (Bandung: P Alumni, 1981), h.

216. 32

Widiyanto, P., Gelandangan: Pandangan Ilmu Sosial, (Jakarta: LP3ES, 1986), h. 3. 33

Soedijar, Profil Anak Jalanan DKI Jakarta, (Jakarta: Media Informatika, 1989), h. 6. 34

Departemen Sosial, Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia,

Intervensi Psikososial, (Jakarta: Depsos, 2011), h. 30.

Page 44: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

33

tipe lain dari anak jalanan adalah mereka yang melarikan diri dari

keluarga bahagia atau bermasalah dan mereka biasanya tidak terlalu di

dorong oleh motivasi ekonomi.35

Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak

jalanan adalah anak-anak yang sebagian waktunya mereka gunakan di

jalan atau tempat-tempat umum lainnya baik untuk mencari nafkah

maupun berkeliaran. Dalam mencari nafkah, ada beberapa anak yang

rela melakukan kegiatan mencari nafkah di jalanan dengan kesadaran

sendiri, namun banyak pula anak-anak yang dipaksa untuk bekerja di

jalan (mengemis, mengamen, menjadi penyemir sepatu, dll) oleh

orang-orang di sekitar mereka, entah itu orang tua atau pihak keluarga

lain, dengan alasan ekonomi keluarga yang rendah. Ciri-ciri anak

jalanan adalah anak yang berusia 6-18 tahun, berada di jalanan lebih

dari 4 jam dalam satu hari, melakukan kegiatan atau berkeliaran di

jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus,

dan mobilitasnya tinggi.

2. Faktor Penyebab Menjadi Anak Jalanan

Menurut Shalahudin, beberapa faktor yang mendorong anak

untuk turun ke jalanan adalah:36

a. Keluarga Miskin

Hampir seluruh anak jalanan berasal dari keluarga miskin.

Sebagian besar dari mereka berasal dari perkampungan-

perkampungan urban yang tidak jarang menduduki lahan-lahan

milik nrgara dengan membangun rumah-rumah petak yang sempit

yang sewaktu-waktu dapat digusur. Anak jalanan yang berasal dari

luar kota, sebagian besar berasal dari desa-desa miskin.

Kemiskinan merupakan faktor dominan yang mendorong anak-

anak menjadi anak jalanan. Anak dari keluarga miskin, karena

kondisi kemiskinan kerap kali kurang terlindungi sehingga

menghadapi resiko yang lebih besar untuk menjadi anak jalanan.

35

Irwanto, dkk., Pekerja Anak di tiga Kota Besar: Jakarta, Surabaya, Medan, (UNICEF,

1997), h. 59. 36

Shalahudin, Anak Jalanan Perempuan, (Semarang: Yayasan Setara, 2006), h. 10.

Page 45: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

34

b. Kekerasann Keluarga

Kekerasan keluarga merupakan faktor resiko yang paling

banyak dihadapi oleh anak-anak sehingga mereka memutuskan

untuk keluar dari rumah dan hidup di jalanan. Berbagai faktor

resiko lainnya yang berkaitan dengan hubungan antara anak

dengan keluarga, tidak lepas dari persoalan kekerasan. Seperti

kasus eksploitasi terhadap anak yang dipaksa menyerahkan

sejumlah uang tertentu setiap harinya, akan menghadapi resiko

menjadi korban kekerasan apabila tidak memenuhi target tersebut.

Kekerasan dalam keluarga tidak hanya bersifat mental dan seksual.

c. Eksploitasi Ekonomi

Anak-anak yang turun ke jalan karena didorong oleh orang

tua atau keluarganya sendiri biasanya bersifat eksploratif. Anak

ditempatkan sebagai sosok yang terlibat dalam pemenuhan

kebutuhan keluarga. Eksploitasi ekonomi oleh orang tua mulai

marak terjadi ketika pada masa krisis, dimana anak-anak yang

masih aktif bersekolah didorong oleh orang tuanya mencari uang

dan ditargetkan memberikan sejumlah uang yang ditentukan oleh

orang tua mereka.

d. Impian Bebas

Dunia jalanan dianggap enak sehingga menjadi alternative

termudah untuk mendapat kebebasan sebagai wujud pencarian

jalan keluar dari masalah yang ada di rumah.

e. Ingin Punya Uang Sendiri

Anak ingin punya uang sendiri untuk memenuhi keperluan

dan keinginan pribadi.

f. Pengaruh Teman

Usia bermain dan usia labil menyebabkan anak mudah

terpengaruh terutama terhadap teman sebaya.

Page 46: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

35

3. Kategori dan Karakteristik Anak Jalanan

Menurut Surbakti, berdasarkan hasil kajian di lapangan,

secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam 3 kelompok yaitu:

Pertama, Children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai

kegiatan ekonomi-sebagai pekerja anak di jalan, tetapi masih

mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian

penghasilan mereka dijalankan pada kategori ini adalah untuk

membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban

atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat

diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya.37

Kedua, Children of the street, yakni anak-anak yang

berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara social maupun ekonomi.

Beberapa di antara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang

tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu.banyak di

antara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab lari atau

pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak

pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara

sosil, emosional, fisik maupun seksual.

Ketiga, Children from families of the street, yakni anak-anak

yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Meskipun anak-anak

ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup

mereka terombang-ambing dari satu tempat ke tempat lain dengan

segala resikonya. Salah satu ciri penting dari kategori ini adalah

pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi, bahkan sejak

anak masih dalam kandungan. Di Indonesia kategori ini dengan mudah

dapat ditemui di berbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar

sepanjang rel kereta api dan pinggiran sungai, walau secara kuantitatif

jumlahnya belum diketahui secara pasti.

37

Departemen Sosial: Modul Pendampingan Anak Jalanan, (Semarang: Departemen

Sosial, 1997).

Page 47: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

36

Berdasarkan beberapa pengelompokan yang sudah

dipaparkan di atas, maka karakteristik anak jalanan berdasarkan

pengelompokan anak jalanan sebagai berikut:38

a. Kelompok anak yang hidup di jalanan. Karakteristiknya:

Menghabiskan seluruh waktunya di jalanan baik untuk bekerja

maupun menggelandang atau tidur, hidup dalam kelompok kecil

atau perorangan, hubungan dengan orang tuanya biasanya sudah

putus, bekerja sebagai pemulung, pengamen, pengemis, penyemir

sepatu, kuli angkut barang, berpindah-pindah tempat.

b. Kelompok anak jalanan yang bekerja di jalanan dan masih pulang

ke rumah orang tua mereka setiap hari. Karakteristiknya:

Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, mereka umumnya

berasal dari luar kota yang bekerja di jalanan, hubungan dengan

orang tua masih ada tetapi tidak harmonis, sebagian besar dari

mereka telah putus sekolah dan sisanya rawan untuk meninggalkan

bangku sekolah.

c. Kelompok anak jalanan yang bekerja di jalanan dan pulang ke

desanya antara 1 hingga 2 bulan sekali. Karakteristiknya: Bekerja

di jalanan sebagai pedagang asongan, menjual makanan keliling,

kuli angkut barang, hidup berkelompok bersama orang-orang yang

berasal dari satu daerah dengan cara mengontrak rumah atau

tinggal di sarana-sarana umum, pulang anatar 1 hingga 3 bulan

sekali, ikut membiayai keluarga di desanya, putus sekolah.

d. Kelompok anak yang rentan menjadi anak jalanan, dengan kriteria:

Bertemu teratur setiap hari atau tinggal dan tidur dengan

keluarganya, 4-5 jam bekerja di jalanan, masih bersekolah,

pekerjaan penjual Koran, penyemir sepatu, pengamen, usia rata-

rata di bawah 14 tahun.

e. Kelompok anak remaja jalanan bermasalah (ABG).

Karakteristiknya: Menghabiskan sebagian waktunya di jalanan,

38

Hendriyati, Ringkasan Analisi Situasi Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus,

(Jakarta: Atmajaya, 1998), h. 5.

Page 48: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

37

sebagian sudah putus sekolah, terlibat masalah narkotika dan obat-

obatan lainnya, sebagian dari mereka melakukan pergaulan seks

bebas.

4. Pemberdayaan Anak Jalanan

Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang

berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut,

maka pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk memperoleh daya,

kekuatan atau kemampuan dan atau proses pemberian daya, kekuatan

atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang

kurang atau belum berdaya.39

Anak jalanan adalah anak yang terkategri tak berdaya. Mereka

merupakan korbn berbagai penyimpangan dari oknum-oknum yang tak

bertanggung jawab. Untuk itu, mereka perlu diberdayakan melalui

demokratisasi, pembangkitan ekonomi kerakyatan, keadilan, dan

penegakan hukum, partisipasi politik, serta pendidikan luar sekolah.40

Melalui pemberdayaan, masyarakat dapat meningkatkan

kapasitas mereka melalui ketersediaan sumber daya, kesempatan,

pengetahuan, dan ketrampilan sehingga mereka dapat berpartisipasi

terhadap lingkungannya. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Payne

dalam Isbandi bahwa suatu pemberdayaan (empowerment) pada

intinya ditunjukan guna membantu klien memperoleh daya untuk

mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan

yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan

pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Pemberdayaan juga erat

kaitannya dengan mempersiapkan masa depan yang lebih baik seperti

yang dikemukakan oleh Shardlow dalam Isbandi bahwa pemberdayaan

39

Riza Fitria Sartika Sari, Studi Deskriptif tentang Efektivitas Pemberdayaan dalam

Meningkatkan Kemandirian Anak Jalanan di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kampung

Anak Negeri Dinas Sosial Kota Surabaya, Artikel diakses pada 17 April 2018 dari

http://download-fullpapers-kmp500fbc7e9dfull, h. 4. 40

Fenny Oktaviany, Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Sekolah Otonom Oleh

Sanggar Anak Akar di Gudang Seng Jakarta Timur, Artikel diakses pada 16 April 2018 dari

http://related:repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3722/1/FENNY%20OKTAVIA

NY-FDK.pdf skripsi pemberdayaan kemandirian anak, h. 35.

Page 49: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

38

membahas mengenai bagaimana individu, kelompok atau komunitas

berusaha membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.41

Dengan pengertian pemberdayaan dan anak jalanan yang telah

disebutkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan

anak berarti untuk mengembangkan diri dari keadaan tidak atau kurang

berdaya menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih baik.

Dengan begitu pemberdayaan anak jalanan adalah memberikan kuasa

kepada anak jalanan dengan meningkatkan rasa kepercayaan diri

mereka agar dapat menentukan arah dan memutuskan kehidupan

mereka dengan menggunakan daya yang mereka miliki agar

mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan terarah.

Upaya pemberdayaan kepada anak-anak jalanan memang

sudah seharusnya terus dilakukan melalui berbagai program

pendidikan luar sekolah khususnya. Pemberdayaan anak jalanan

merupakan upaya untuk memandirikan anak jalanan melalui

perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki.

5. Tahapan Pemberdayaan Anak Jalanan

Dalam pemberdayaan tidak langsung terbentuk atau terjadi

secara langsung maupun tiba-tiba, tetapi melalui beberapa proses

tahapan yakni:42

a. Tahapan Persiapan

Tahapan ini meliputi penyiapan petugas (community

development), dimana tujuan utama ini adalah untuk menyatukan

persepsi antar anggota agen perubah (agent of change) mengenai

pendekatan apa yang dipilih dalam melakukan pengembangan

masyarakat. Sedangkan pada tahap penyiapan lapangan, petugas

melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan

41

Riza Fitria Sartika Sari, Studi Deskriptif tentang Efektivitas Pemberdayaan dalam

Meningkatkan Kemandirian Anak Jalanan di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kampung

Anak Negeri Dinas Sosial Kota Surabaya, Artikel diakses pada 16 April 2018 dari

http://download-fullpapers-kmp500fbc7e9dfull, h. 4-5. 42

Fenny Oktaviany, Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Sekolah Otonom Oleh

Sanggar Anak Akar di Gudang Seng Jakarta Timur, Artikel diakses pada 16 April 2018 dari

http://related:repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3722/1/FENNY%20OKTAVIA

NY-FDK.pdf skripsi pemberdayaan kemandirian anak, h. 23-25.

Page 50: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

39

sasaran. Pada tahap inilah terjadi kontak awal dengan kelompok

sasaran.

b. Tahap Assessment

Proses Assessment yang dilakukan disini adalah dengan

mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan) dan juga

sumber daya manusia yang dimiliki klien. Dalam proses penilaian

ini dapat pula digunakan teknik SWOT, dengan melihat kekuatan,

kelemahan dan ancaman.

c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

Pada tahap ini agen perubah (agent of change) secara

partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang

masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.

d. Tahap Pemformulasikan Rencana Aksi

Pada tahap ini agen membantu masing-masing kelompok

untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa

yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang

ada.

e. Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Program

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu yang paling

krusial (penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena

sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat

melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tida ada kerjasama

antar warga.

f. Tahap Evaluasi

Tahap ini sebagai proses pengawasan dari warga dan

petugas terhadap program yang sedang berjalan pada

pengembangan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan

melibatkan warga.

Page 51: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

40

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN

A. Sejarah Berdirinya Yayasan1

Tiga belas tahun yang lalu, tepatnya awal mula terjadinya krisis

politik serta kebangkrutan ekonomi, ada sekelompok aktivis mahasiswa yang

tergabung dalam sebuah kelompok kajian sosial akademis yang cukup intens

bernama Forum Studi Dialektika (FOSTUDIA), merasa gelisah dan sekaligus

prihatin dengan nasib bangsanya sendiri, terutama fenomena meningkatnya

jumlah anak-anak putus sekolah dan anak jalanan/terlantar. Mereka sudah

bosan dengan berbagai aksi demonstrasi yang selalu mengusung jargon

“reformasi’ yang dinilai kurang menyuarakan kepentingan lapisan masyarakat

bawah.

Forum tersebut beranggotakan mahasiswa-mahasiswa lintas perguruan

tinggi yang terdiri dari mahasiswa IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Institut

Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak

(PGTK) Darul Qalam, dan Bina Sarana Informatika (BSI). Forum ini sepakat

untuk menampilkan sebuah “reformasi gaya baru” yang bersentuhan dengan

sendi-sendi kehidupan masyarakat secara langsung. Karena itu kemudian

dirumuskan sebuah agenda aksi sosial dengan mempertimbangkan berbagai

kemungkinan yang sekiranya dapat dilakukan. Maka, salah satu kelompok

sosial yang menjadi perhatian dan prioritas adalah masyarakat anak jalanan,

mengingat kelompok ini tergolong rawan sosial dan dengan tingkat masalah

yang kompleks.

Aksi sosial yang dilakukan adalah berupa kepedulian terhadap nasib

pendidikan, kesehatan, kesejahteraan anak jalanan/terlantar yang kemudian

diwujudkan dalam bentuk pendidikan luar sekolah kejar (kelompok belajar)

paket A setara SD, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Kegiatan

pembelajaran tersebut awalnya dilaksanakan di Masjid Pasar Kebayoran

Lama, tepatnya Bulan Juni 1997, dengan warga belajar umumnya anak

1 Profil Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan tahun 2017.

Page 52: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

41

jalanan dan anak pemulung berjumlah 73 anak. Saat itu proses kegiatan

pembelajaran bernaung di bawah sebuah Rumah Singgah Sosial (RSS).

Namun kegiatan berjalan kurang efektif dan mengalami banyak

hambatan, disebabkan adanya kesalahpahaman antara kelompok mahasiswa

yang mengusung idealisme dengan pihak Rumah Singgah yang berujung pada

hengkangnya kelompok mahasiswa dari kegiatan tersebut. Akhirnya kegiatan

belajar mengajar dibubarkan.

Sekelompok mahasiswa tersebut tidak patah arang dan ingin tetap

berbagi dengan sesama. Tepatnya awal Bulan Juni 1998, pasca reformasi

bergulir, dengan tekad yang bulat dan dibarengi oleh kejenuhan

berdemonstrasi mereka kembali turun gelanggang melakukan aksi sosial di

daerah Pasar Minggu Jakarta Selatan, yang kemudian berubah nama menjadi

Pusat Pembinaan dan Pemberdayaan Anak Jalanan (P3A). Nama ini lebih

spesifik dan mencerminkan sebuah wadah pembinaan terhadap anak jalanan.

Awalnya kegiatan ini hanyalah kegiatan kemahasiswaan biasa.

Namun dalam perjalanananya, kegiatan tersebut mendapatkan dukungan luas

dari berbagai kalangan baik mpemerintah maupun masyarakat. Dari pihak

pemerintah, dukungan datang secara langsung dari Dirjen Dikluspora

Depdiknas RI, waktu itu, Bapak Prof. Dr. Sudijarto. Bahkan Dharma Wanita

Dikluspora dan Depdiknas RI adalah salah satu donatur kegiatan tersebut.

Kemudian kegiatan pembelajaran tersebut diresmikan langsung oleh Ibu

Soerono (Kasi Dikmenti DKI Jakarta) pada Bulan Juni 1998 bertempat di

Masjid Al-Awwabin Polsek Pasar Minggu.

Dari kelompok masyarakat, kegiatan tersebut mendapatkan dukungan

dari berbagai kelompok pengajian serta perorangan, bahkan ada dari kalangan

pengusaha. Seperti Pengajian Jenggala Cipete Selatan, Rumah Singgah

RAHMA (yang menyediakan nasi murah/cepek), Pengajian Keluarga

Sakinah, dll.

Mengingat kegiatan sosial tersebut haruslah berkesinambungan dan

mesti ada pertanggungjawaban secara yuridis, muncul desakan dari kalangan

Page 53: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

42

masyarakat agar wadahnya berbadan hukum. Karena itu kelompok

mahasiswa tersebut mulai berpikir keras serta melakukan pendekatan dengan

tokoh-tokoh nasional untuk mendukung kelangsungan serta keberhasilan

proses belajar mengajar tersebut.

Maka, munculah beberapa nama tokoh nasional seperti Hj. Anniswati

M. Kamaluddin (Ketua Presidium Majlis Nasional KAHMI), Dr. Hj. Marwah

Daud Ibrahim (anggota DPR RI), Prof. DR. Ir. H. Fachrudin (Mantan Rektor

Universitas Hasanuddin Ujung Pandang yang juga anggota DPR RI), H.

Houtman Z. Arifin (seorang Bankir dan Mantan Vice President Citibank), Hj.

Yufimar Ali, SH (keluarga pengusaha dan anggota Dewan Pakar ICMI

ORWIL DKI Jakarta). Di samping mereka terlibat sebagai anggota badan

pendiri, sekaligus juga sebagai dewan pembina lembaga, yang kemudian

dibakukan dengan Akte Notaris No. 2, tanggal 3 November 1998 dengan

nama Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, Pusat Pembinaan dan Rumah

Belajar Anak Jalanan/Terlantar.

Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, sebagai Pusat Pembinaan dan

Rumah Belajar Anak Jalanan/Terlantar, dalam menjalankan aktivitasnya

selalu bersama-sama masyarakat dimana kegiatan tersebut dilangsungkan.

Adanya pengakuan masyarakat serta rasa memiliki yang sangat tinggi

terhadap lembaga merupakan modal utama keberhasilan kelangsungan

program. Menciptakan rasa saling ketergantungan antara masyarakat dengan

lembaga, demikian juga sebaliknya adalah merupakan suatu hal yang niscaya.

Untuk itu, diperlukan sinergisitas antara kepentingan lembaga dengan

kebutuhan masyarakat. Pihak lembaga harus mengidentifikasi jenis-jenis

kebutuhan, potensi yang dimiliki serta menginventarisasi berbagai aspirasi

yang berkembang di masyarakat. Dengan demikian, apa yang diprogramkan

oleh lembaga adalah merupakan cerminan dari suatu kebutuhan murni serta

harapan segmen-segmen masyarakat tertentu yang akan diberdayakannya.

Page 54: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

43

B. Visi dan Misi2

1. Visi

Meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan sosial masyarakat

fakir miskin, terutama anak yatim, anak jalanan/terlantar serta anak

kurang mampu menjadi anak bangsa yang konstruktif dan bermartabat

sejalan dengan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan masa depan

bangsa yang lebih berkualitas.

2. Misi

a. Menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi.

b. Menggali serta memberdayakan potensi yang dimilikinya agar

menjadi manusia yang mandiri dan produktif.

c. Mengembangkan peran serta masyarakat dan pihak-pihak terkait

untuk turut serta mengentaskan dan memberdayakan fakir miskin,

terutama anak yatim, anak jalanan /terlantar, dan anak kurang mampu.

C. Tujuan3

a. Mengembangkan sikap mental positif.

b. Membangun Akhlak al-Karimah

c. Menggali serta memberdayakan potensi yang dimiliki warga binaan.

D. Program Kegiatan4

Program-program yang dilaksanakan Bina Anak Pertiwi adalah sebagai

berikut:

1. Bimbingan agama, program ini dalam rangka membangun sikap

mental positif, dan menumbuhkan kembali semangat keberagamaan

warga belajar. Adapun diantaranya yaitu Belajar Baca Qur’an (BBQ)

Anak, Belajar baca Qur’an (BBQ) Orang Tua.

2 Profil Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan tahun 2017.

3 Profil Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan tahun 2017.

4 Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso., Ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi, Jakarta,

Rabu, 13 September 2017.

Page 55: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

44

2. Pendidikan dan pelatihan keterampilan, kegiatan ini diadakan dalam

rangka mengembalikan anak didik ke dalam suasana belajar kembali.

Serta jenis keterampilan yang diberikan adalah keterampilan kerja

praktis dan tidak memerlukan legalitas formal akademis serta mudah

dilakukan. Dan jenis keterampilan tersebut berorientasi kerja atau

terbukanya lapangan kerja baru. Adapun diantaranya yaitu Pendidikan

Taman Anak Sejahtera (TAS/ PAUD), Kejar Paket A, B dan C,

Bimbingan Belajar, Keterampilan Bela Diri, Keterampilan Seni Lukis,

Keterampilan Musik, Kerajinan Tangan. Selain itu guna

pengembangan minat dan bakat (seni budaya), kegiatan ini difokuskan

untuk menggali bakat seni yang ada dalam diri anak didik.

E. Rekrutmen Warga Binaan5

Ada 3 konsep yang kami jalankan, yaitu:

1. Outreach

2. Assessment

3. Home Visit

Pertama outreach, kita penjangkauan langsung ke lapangan, kita

audit langsung, kita sidak. Dalam hal ini ada pro dan kontranya, banyak

yang menerima ataupun yang tidak menerima dengan kita, alasannya

karena mereka lebih intelektual dibanding kita sebab mereka berkata

“ah, ngapain didata? Nanti data kita dijual”, kenyataannya memang benar

itu sudah terjadi kepada mereka. Banyak orang-orang yang mendata

dengan janji akan memberikan bantuan kepada mereka, namun faktanya

itu hanya janji kosong.

Maka dari itu, kita di sini melalui pendekatan dengan memberikan

kasih sayang, memberikan identitas kita seperti KTP, alamat rumah

alamat yayasan, nomor telepon, dll untuk jaminan agar mereka percaya

terhadap kita.

5 Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso., Ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi, Jakarta,

Rabu, 13 September 2017.

Page 56: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

45

Kedua assessment, ketika kita sudah melakukan outreach dan

pendekatan kita berhasil maka mereka akan datang secara

bergerombolan, dari situ langsung kita berikan assessment, kita data

kemudian datanya diinput langsung ke bagian administrasi.

Ketiga home visit, setelah data diinput dan kita mendapatkan

identitas mereka, langkah terakhir yaitu home visit dengan kunjungan

langsung datang ke rumahnya membuktikan benar atau tidak, layak atau

tidak kita bantu, karena jangan dikira semua anak jalanan itu orang tidak

mampu, ada pula sebagian itu orang mampu meskipun memang rumah

mereka hanya dua petak ataupun satu petak tapi mereka mempunyai

kendaraan. Maka dari situlah kita yang harus benar-benar memilih

dengan selektif.

F. Fasilitas dan Sarana Prasarana

Tabel 1

Fasilitas dan Sarana Prasarana

No. Fasilitas dan Sarana Pra Sarana Jumlah

1 Ruang Kantor 1

2 Ruang Aula 1

3 Ruang Kelas 2

4 Perpustakaan 1

5 Kamar Tidur Anak 5

6 Studio Musik 1

7 Ruang Shalat 1

8 Ruang Wudhu 1

9 Kamar Mandi 3

10 Dapur 1

Sumber: Profil Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan 2017.

Page 57: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

46

G. Struktur Organisasi

Gambar 1

Susunan Personalia

Yayasan Bina Anak Pertiwi

Sumber: Profil Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan 2017.

Badan Pengurus

Ketua

Ali Santoso

Sekretaris

Ari Muhammad Rizky

Bendahara

Eva Herawati

Kabid. Pendidikan

Nadilah Zein

Diana Lestari

Kabid. Media/Penel.

H. M. Husniadi Rani Cahaya

Kabid. Keterampilan Kabid. Peng. Usaha

Herli Saputra

Hotlina Rosdiana

Supriatna

Maida Alfarina

Staf. Umum

Nur Hafiz

Sakti Peksos

Agus Malabar Dede Irawanti

Kabid. Keagamaan Kabid. Kesehatan

Baihakki

Anisa

Katmu

Anak Binaan

Mulyadi (Koord)

Warga Binaan

Ina Marlina (Koord)

Page 58: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

47

Gambar 2

Susunan Personalia

Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi

Sumber: Profil Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan 2017.

Badan Pengurus

Ketua

Ari Muhammad Rizky

Sekretaris

Maida Alfarina

Bendahara

Eva Herawati

Kabid. Pendidikan

Nurfitria

Diana Lestari

Kabid. Media/Penel.

H. M. Husniadi Rani Cahaya

Kabid. Keterampilan Kabid. Peng. Usaha

Herli Saputra

Hotlina Rosdiana

Supriatna

Nadilah Zein

Staf. Umum

Nur Hafiz

Sakti Peksos

M. Nasir

Agus Malabar

Kabid. Keagamaan Kabid. Kesehatan

Baihakki Nurkholifah

Katmu

Anak Binaan

Mulyadi (Koord)

Warga Binaan

Ina Marlina (Koord)

Dede Irawanti

Pengawas

Abdus Saleh Maller, ST.h.i

Hj. Yetty Soviyati Hj. Viryadheyana, SE

Ali Santoso, S. Kom

Pembina

Ir. H. Dedi Sjahrir Panigoro

Hj. Dheanira Yufimar Ali, SH

Hj. Raisis Arifin Panigoro

Page 59: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

48

H. Mekanisme Kerja6

Tabel 2

Mekanisme Kerja

No. Jabatan Tugas dan Fungsi

1 2 3

1 Pengawas (1) Memeriksa semua kegiatan dan kejadian di

dalam Rumah Singgah;

(2) Menilai jalannya program kegiatan Rumah

Singgah;

(3) Menilai kinerja pengurus;

(4) Meneliti pelaksanaan peraturan struktur

organisasi Rumah Singgah;

(5) Meneliti dan menyetujui laporan program

kegiatan Rumah Singgah.

2 Ketua (Yayasan Bina Anak

Pertiwi) (1) Memeriksa laporan program kegiatan di

Rumah Singgah dari Ketua Rumah Singgah;

(2) Menandatangani surat-surat penting dalam

Yayasan dan Rumah Singgah;

(3) Melaksanakan pengawasan terhadap semua

proses program kegiatan di Rumah Singgah.

3 Ketua (Rumah Singgah

Bina Anak Pertiwi)

(1) Mengarahkan program dan kegiatan Rumah

Singgah;

(2) Mengatasi dan bertanggungjawab terhadap

segala permasalahan atas pelaksanaan kegiatan

yang dijalankan di Rumah Singgah;

(3) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan

pelaksanaan seluruh program kegiatan di Rumah

Singgah kepada Ketua Yayasan;

(4) Mengendalikan kegiatan para anggota

pengurus dalam melaksanakan kegiatannya;

(5) Membuat rencana program kegiatan di Rumah

Singgah.

4 Sekretaris (Yayasan Bina

Anak Pertiwi)

(1) Membantu ketua rumah singgah dalam

mengarahkan dan mengendalikan program

kegiatan di Rumah Singgah;

(2) Menangani pembuatan proposal, surat-

menyurat dan laporan;

(3) Mengendalikan operasional administrasi

internal dan eksternal;

(4) Mengatur arsip dan dokumen yayasan dan

Rumah Singgah;

(5) Dalam melaksanakan tugasnya mengadakan

koordinasi dengan Ketua Yayasan.

6 Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso., Pimpinan Yayasan Bina Anak Pertiwi, Jakarta,

Rabu, 4 Oktober 2017.

Page 60: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

49

1 2 3

5 Sekretaris (Rumah Singgah

Bina Anak Pertiwi) (1) Menangani pembuatan proposal, surat-

menyurat dan laporan;

(2) Dalam melaksanakan tugasnya mengadakan

koordinasi dengan Ketua Rumah Singgah.

6 Bendahara (1) Bertanggungjawab atas kebijaksanaan

pengatur keuangan serta dana Yayasan dan

Rumah Singgah;

(2) Bertanggungjawab atas teknis pengelolaan

keuangan;

(3) Membuat laporan keuangan;

(4) Bersama-sama ketua dan sekretaris

mengusahakan sumber dana dan mengatur

penggunaannya;

(5) Mengatur dan bertanggungjawab atas

kelancaran dan tertib administrasi keuangan

secara keseluruhan.

7 Kabid. Pendidikan Menyelenggarakan Pendidikan Taman Anak

Sejahtera (TAS/ PAUD), Program Kejar Paket A,

B dan C, dan Bimbingan Belajar.

8 Kabid. Media Sebagai sumber pengelola serta penyedia

database dan informasi Yayasan dan Rumah

Singgah.

9 Kabid. Keterampilan Menyelenggarakan keterampilan bela diri,

keterampilan seni lukis, keterampilan musik dan

kerajinan tangan.

10 Kabid. Pengembangan

Usaha

Melakukan dan mengembangkan pembinaan

terhadap program bantuan pengembangan usaha

teruntuk lansia, pemulung dan gelandangan.

11 Staf Umum Membantu para pengurus di Yayasan dan Rumah

Singgah dalam hal administrasi.

12 Kabid. Keagamaan Menyelenggarakan bimbingan keagamaan,

terutama mengadakan Belajar Baca Qur’an

(BBQ) Anak dan Belajar baca Qur’an (BBQ)

Orang Tua.

13 Kabid. Kesehatan Membantu dan mengurus biaya administrasi

warga binaan yang sakit untuk dibawa berobat.

14 Sakti Peksos (Pekerja

Sosial)

Relawan yang membantu di Yayasan dan Rumah

Singgah.

15 Koord. Anak Binaan Khusus anak tentang perkembangan ekonomi

ataupun tentang tingkat kesejahteraan anak

terutama dari segi pendidikannya. Selain itu,

mengatur anak dan home visit namun tetap

dibantu oleh semua pengurus lainnya.

16 Koord. Warga Binaan Khusus orang tua tentang program bantuan

pengembangan usaha teruntuk lansia, pemulung

dan gelandangan namun tidak lepas dari

penjangkauan dengan home visit ke rumahnya

untuk melihat perkembangannya. Selain itu,

membantu ketika warga binaan tersebut sakit

untuk dibawa berobat dan mengurus biaya

administrasinya pula.

Sumber: Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso (Pimpinan Yayasan Bina Anak

Pertiwi Jakart Selatan).

Page 61: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

50

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Informan

Pada bab ini penulis memaparkan tentang metode bimbingan agama

dalam pembentukan kemandirian anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Jakarta Selatan, terlebih dahulu penulis akan mendeskripsikan informan

dalam penelitian ini. Penulis membagi dua sumber yang diteliti oleh penulis.

Pertama, informan sebagai pengurus Yayasan yang terdiri salah seorang

Ketua Yayasan, salah seorang Pembimbing Agama dan salah seorang

Pembina sebagai Pengajar TAS (Taman Anak Sejahtera). Kedua, informan

anak jalanan yang terdiri dari tiga orang anak binaan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi Jakarta Selatan.

1. Informan Pengurus Yayasan Bina Anak Pertiwi

a. Pengurus 1 (Ali Santoso)1

Informan pertama adalah salah seorang Ketua di Yayasan Bina

Anak Pertiwi. Dia bernama Ali Santoso, lahir di Jakarta pada tanggal

5 Oktober 1987 dari pasangan Bapak Ali Akbar dan Ibu Darmi. Ali

Santoso adalah anak ke-3 dari 7 bersaudara. Pendidikan terakhirnya

S1 Informasi Teknologi (IT). Dia tinggal di Jl. Swadaya I

RT.009/RW.009 No.52A, Kel. Pejaten Timur, Kec. Pasar Minggu,

Jakarta Selatan 12510.

b. Pengurus 2 (Ustadz Baihakki)2

Informan kedua adalah salah seorang Pembimbing Agama di

Yayasan Bina Anak Pertiwi. Dia bernama Baihakki, lahir di Jakarta

pada 12 Oktober 1986 dari pasangan Bapak Ahmad Hasbullah dan Ibu

Asmayah. Baihakki adalah anak ke-5 dari 6 bersaudara. Pendidikan

terakhirnya S1 Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) di Sekolah Tinggi

Ilmu Dakwah Dirasat Islamiyah (STID DI) Al-Hikmah Jakarta pada

1 Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso., Ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi, Jakarta,

Rabu, 13 September 2017. 2 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina Anak

Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.

Page 62: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

51

tahun 2013. Dia tinggal di Jl. Bangka 5 No. 3 RT. 10/RW.003, Pela

Mampang, Jakarta Selatan 12510.

c. Pengurus 3 (Dede Irawati)3

Informan ketiga adalah salah seorang Pembina atau Pengajar di

Yayasan Bina Anak Pertiwi. Dia bernama Dede Irawati, lahir di

Jakarta pada 18 Desember 1995 dari pasangan Bapak dan Ibu

Nurhayati. Dede adalah anak ke-1 dari 2 bersaudara. Dia tinggal di

Kampung Utan, Cilandak, Kel. Ragunan, Kec. Pasar Minggu, Jakarta

Selatan 12510.

2. Informan Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

a. Anak Jalanan 1 (Napriadi)4

Nama lengkapnya adalah Napriadi, biasa dipanggil Enap. Ia

lahir di Jakarta, 7 April 2002. Anak ke-5 dari 5 bersaudara ini

merupakan pasangan dari (Alm) Bapak Edi dan Ibu Saunah. Ayahnya

sudah meninggal dunia satu tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2016

dan kedua abangnya pun sudah meninggal dunia. Sepeninggalan

ayahnya ia hidup bersama ibu dan 2 kakak laki-laki disebuah

kontrakan sempit yang terbuat dari kayu beralamat di Jl. Masjid Al-

Makmur, Gang Buntu, RT.07/RW.07, Pejaten Timur, Pasar Minggu-

Jakarta Selatan. Dulu ia pernah menjadi seorang anak jalanan yang

kegiatan kesehariannya ngamen dan ngojek payung, ia melakukan itu

dikarenakan untuk membantu orang tuanya mencari uang apalagi

setelah kepergian ayahnya sedangkan pekerjaan ibunya hanya seorang

buruh cuci, selain itu alas an lainnya yaitu sikap Bapaknya yang keras

dan tidak pernah memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya.

Namun, setelah ia masuk ke Yayasan Bina Anak Pertiwi, ia tidak

pernah lagi turun ke jalanan untuk melakukan kegiatan tersebut karena

tidak diperbolehkan oleh pihak Yayasan sehingga ia hanya difokuskan

3 Wawancara Pribadi dengan Dede Irawati., Pembina/ Pengajar di Yayasan Bina Anak

Pertiwi, Jakarta, Rabu, 6 Desember 2017. 4 Wawancara Pribadi dengan Napriadi., Anak Binaan di Yayasan Bina Anak Pertiwi,

Jakarta, Kamis, 12 Oktober 2017.

Page 63: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

52

untuk sekolah dan mengikuti program-program kegiatan yang ada di

Yayasan guna masa depannya kelak.

b. Anak Jalanan 2 (M. Agus)5

Nama lengkapnya adalah Muhammad Agus, biasa dipanggil

Agus. Ia lahir di Jakarta, 17 Agustus 2002. Anak tunggal ini

merupakan pasangan dari Bapak Firman dan Ibu Eti. Kedua orang

tuanya sudah lama bercerai dan Bapaknya pun sudah menikah lagi.

Sebelum kedua orang tuanya bercerai, ia tinggal bersama orang

tuanya di Jl. Muara, RT.006/RW.03, Tanjung Barat, Jagakarsa-Jakarta

Selatan. Bapaknya bekerja sebagai tukang rongsokan dan Ibunya

bekerja sebagai pelayan di warung makan. Namun, saat kedua orang

tuanya bercerai ia langsung dipisah dari Ibunya kemudian dibawa oleh

Bapaknya sehingga ia tidak tahu Ibunya itu tinggal di mana. Tak lama

ia pun kabur dikarenakan Bapak dan Ibu tirinya tersebut bersikap

galak padanya dan memang dulu Bapaknya bersikap galak pula

terhadap Ibu kandungnya. Kemudian ia pun menjadi seorang anak

jalanan yang kegiatan kesehariannya ngamen. Setelah ia masuk ke

Yayasan Bina Anak Pertiwi, ia tidak pernah lagi turun ke jalanan

untuk melakukan kegiatan tersebut karena tidak diperbolehkan oleh

pihak Yayasan sehingga ia hanya difokuskan untuk sekolah dan

mengikuti program-program kegiatan yang ada di Yayasan guna masa

depannya kelak.

c. Anak Jalanan 3 (Wahyu. A)6

Nama lengkapnya adalah Wahyu Anugrah, biasa dipanggil

Wahyu. Ia lahir di Jakarta, 14 Mei 2004. Anak ke-2 dari 2 bersaudara

ini merupakan pasangan dari (Alm) Bapak Wawan dan Ibu Tuti.

Ayahnya sudah meninggal dunia sejak ia berusia 1 tahun dan Ibunya

sudah lama diurus oleh sebuah lembaga sosial yang berada di

Cipayung dikarenakan sudah tidak dapat beraktivitas apapun akibat

5 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Agus., Anak Binaan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi, Jakarta, Kamis, 12 Oktober 2017. 6 Wawancara Pribadi dengan Wahyu Anugrah., Anak Binaan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi, Jakarta, Kamis, 12 Oktober 2017.

Page 64: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

53

terjatuh dari tangga sehingga Ibunya menghabiskan waktunya hanya

di kursi roda, sedangkan kakak laki-lakinya sudah menikah tapi ia

tidak mengetahui keberadaan kakaknya itu sekarang di mana karena

sudah lama tidak pernah menemui Ibunya dan juga ia sebagai adiknya.

Saat ia masih bersama Ibunya, ia tinggal di Jl. Masjid Al-Makmur,

Gang Buntu, RT.05/RW.08, Pejaten Timur, Pasar Minggu-Jakarta

Selatan, dahulu ketika Bapaknya masih ada Bapaknya bekerja sebagai

pedagang cincau. Setelah Ibunya tidak dapat bekerja lagi sebagai

pedagang gorengan, akhirnya ia pun menjadi seorang anak jalanan

yang kegiatan kesehariannya ngamen, ia melakukan itu dikarenakan

untuk membiayai kehidupan sehari-hari dirinya dan Ibunya terutama

untuk makan. Namun, setelah ia masuk ke Yayasan Bina Anak

Pertiwi, ia tidak pernah lagi turun ke jalanan untuk melakukan

kegiatan tersebut karena tidak diperbolehkan oleh pihak Yayasan

sehingga ia hanya difokuskan untuk sekolah dan mengikuti program-

program kegiatan yang ada di Yayasan guna masa depannya kelak.

B. Metode Bimbingan Agama Dalam Pembentukan Kemandirian Anak

Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Metode Bimbingan Agama adalah usaha pemberian bantuan secara

berkesinambungan oleh pembimbing berdasarkan konsep Al-Qur‟an dan

Sunnah kepada anak binaan dalam mengembangkan potensinya secara

optimal agar mampu membentuk kemandiriannya sehingga dapat

memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Berkaitan dengan pelaksanaan Metode Bimbingan Agama di Yayasan

Bina Anak Pertiwi disampaikan dan dijelaskan oleh Ustadz Baihakki bahwa:

“Selama ini saya menggunakan beberapa metode,

misalnya metode ceramah, dan lain sebagainya. Ceramah, saya

kumpulkan mereka di kelas lalu saya kasih nasehat-nasehat yang

materinya bermacam-macam terutama tentang motivasi

bagaimana mereka harus menghadapi kehidupan ini, menjalani

kehidupan ini yang benar. Jadi metode itu sebuah cara, yang

berarti caranya seperti itu saat ini karena programnya juga baru.

Page 65: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

54

Saya hanya bisa berusaha untuk Yayasan ini memberikan

contoh yang baik berupa kita kasih materi untuk pencerahan

mereka, motivasi, wawasan, ilmu agama, dan lain sebagainya”.7

Metode Bimbingan Agama yang diterapkan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi menggunakan metode langsung (metode komunikasi langsung)

dimana pembimbing melakukan komunikasi langsung atau tatap muka

dengan orang yang dibimbingnya, hal ini yaitu anak binaan. Metode

Bimbingan Agama ini merupakan lebih efektif karena akan lebih tergali

permasalahan yang tengah dihadapi oleh anak-anak binaan. Ada beberapa

bimbingan agama yang diterapkan di Yayasan Bina Anak Pertiwi dalam

pembentukan kemandirian yaitu sebagai berikut:

Tabel 3

Metode Bimbingan Agama

No Pendekatan Jenis Deskripsi

1 2 3 4

1 Individual Home Visit Metode ini dilakukan ketika anak

binaan terlihat seperti sedang

mengalami masalah, misalnya masalah

keluarga, ekonomi, dll, maka

Pembimbing Agama ataupun pengurus

lainnya datang langsung berkunjung ke

rumah anak binaan yang sedang

memiliki masalah tersebut. Perihal

masalah yang sedang dihadapi anak

binaan, terkadang pengurus

mendapatkan informasi dari teman-

teman ataupun tetangga sekitar rumah

dari anak binaan tersebut. Tujuan dari

home visit ini adalah untuk bertemu

langsung dengan anak binaan agar lebih

mengetahui permasalahannya sehingga

dapat diberikan bimbingan secara

khusus serta memberikan solusi.

7 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina Anak

Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.

Page 66: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

55

1 2 3 4

2 Kelompok Ceramah Metode ini bimbingan dilakukan di dalam

kelas yaitu seorang Pembimbing Agama

memberikan materi kepada anak-anak

binaan, terutama materi tentang agama.

Pada metode ini, adanya tanya jawab

mengenai materi yang disampaikan ataupun

di luar materi saat itu. Namun, bukan hanya

sekedar ceramah saja melainkan

memberikan bimbingan motivasi pula.

Cerita

(Kisah)

Metode ini bimbingan disampaikan melalu

cerita-cerita berupa kisah yang berisi suatu

hikmah kehidupan yang dapat diambil

dijadikan sebuah pembelajaran ataupun

cerita pada zaman dahulu seperti kisah

Nabi, dll sehingga dapat tergambarkan

suatu peristiwa dan kejadiannya. Metode

cerita ini merupakan yang paling efektif

dikarenakan disenangi oleh anak-anak

binaan.

Keteladanan Metode ini digunakan sebagai pemberian

contoh yang baik dari Pembimbing Agama

ataupun pengurus lainnya kepada anak-

anak binaan. Misalnya, ketika anak-anak

binaan sedang berkumpul di dalam suatu

ruangan kelas dan saat itu sudah memasuki

waktu dzuhur, maka Pembimbing Agama

langsung mengambil air wudhu kemudian

shalat di ruangan tersebut. Dari hal ini

dapat diketahui yaitu agar dapat diikuti oleh

anak-anak binaan meskipun secara bertahap

dan tidak semua anak binaan langsung

mengikuti.

Wawancara Metode ini hampir sama dengan home visit

yaitu untuk mengetahui permasalahan anak

binaan. Perbedaannya adalah metode

wawancara ini dilakukan langsung di

yayasan sedangkan home visit berkunjung

langsung ke rumah anak binaan. Selain itu

pada metode wawancara terdapat

Pembimbing Agama, pengurus, anak

binaan dan orang tua anak dipanggil ke

yayasan sedangkan home visit hanya secara

pribadi antara Pembimng Agama atau

pengurus dengan anak binaan.

Sumber: Hasil Wawancara dengan Ustadz Baihakki8

8 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina Anak

Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.

Page 67: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

56

Pada tabel 3 di atas dijelaskan kembali bahwa Metode Bimbingan

Agama yang dilakukan oleh Yayasan Bina Anak Pertiwi ini terbagi kedalam

dua bagian di antaranya sebagai berikut:

1. Metode Individual

Metode Individual merupakan teknik pemberian bantuan yang

bersifat face to face relationship hubungan empat mata yang dilakukan

pembimbing dengan anak binaan, masalah yang dihadapi bisa bersifat

pribadi. Sehingga dalam proses bimbingan individual ini pembimbing

dituntut untuk bersifat bersimpati (menunjukan sikap turut merasakan apa

yang mereka rasakan dan alami).

Di Yayasan ini di dalam melakukan Metode Individual, mereka

sering kali melakukan home visit datang langsung berkunjung ke rumah

anak binaan ketika mengetahui salah saeorang dari anak binaan

mempunyai masalah yang tengah dihadapi. Hal ini dapat terlihat karena

pembimbing selalu memperhatikan semua anak binaan dan bila ada

tingkah laku ataupun sikap dari anak binaan yang terlihat tidak seperti

biasanya, maka disitulah harus dicari tahu latar belakang masalahnya agar

dapat diselesaikan permasalahannya. Terkadang permasalahan mereka

dapat diketahui informasinya dari teman terdekat sesama anak binaan

tersebut yang menginformasikan.

2. Metode Kelompok

Metode Kelompok merupakan komunikasi langsung antara

pembimbing dengan anak binaan dengan mengkondisikan dalam bentuk

kelompok. Metode kelompok ini dikoordinatori oleh Pembimbing Agama.

yaitu Ustadz Baihakki. Pendekatan kelompok ini dilakukan dengan

beberapa metode berikut ini, yaitu:

a. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan suatu teknik bimbingan dengan

memberikan uraian atau penjelasan melalui penerangan dan penuturan

secara lisan yang banyak diwarnai oleh karakteristik dan gaya bicara

seorang pembimbing terhadap anak binaan. Dalam ceramah-ceramah

Page 68: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

57

yang selalu diikuti kemudian dipahami menjadikan kita tau hal-hal

apa yang diperbolehkan dan yang dilarang agama.

Berkaitan dengan Metode Ceramah ini disampaikan dan

dijelaskan oleh Ustadz Baihakki bahwa:

“Saya kebetulan jurusan agama yang datang kesini

ingin membantu dalam sisi agama, tapi pada awal saya

masuk kesini itu memang anak binaannya butuh sekali

wawasan tentang Islam makanya saya sangat ingin

membantu sisi-sisi agama Islamnya, baca tulis Qur‟annya,

tentang tauhidnya, fiqihnya, tentang Nabi-nya dan lain

sebagainya”.9

Metode ceramah ini merupakan salah satu cara untuk bisa

mengintropeksi diri. Pada metode ceramah ini tidak banyak anak

binaan yang aktif paling hanya beberapa saja, mereka hanya

mendengarkan penjelasan-penjelasan materi yang sedang dijelaskan

oleh pembimbing. Bila memang masih ada yang belum dimengerti,

anak binaan pun pasti ada yang bertanya.

Pembimbing Agama dalam memberikan bimbingan di

Yayasan ini tidak mempersiapkan materi, namun sudah mengetahui

materi apa yang harus disampaikan pada saat itu. Dikarenakan pula

target utama Pembimbing Agama disini adalah pertama, anak-anak

binaan sekarang ini mereka harus bisa membaca Al-Qur‟an dan kedua,

Pembimbing Agama ingin membuka pola piker anak-anak binaan.

Sehingga setiap pertemuan, terkadang sedikit mengulas atau

mengulang pembahasan pertemuan yang telah lalu. Materi yang

pembimbing sampaikan berkaitan dengan memasukan nilai-nilai

agamanya. Berbeda dengan TAS (Taman Anak Sejahtera) sudah

tersedia modulnya masing-masing tapi tidak ada kurikulum yang

mesti mencapai target.

Berkaitan dengan hal ini disampaikan dan dijelaskan oleh

Dede Irawati bahwa:

9 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina Anak

Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.

Page 69: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

58

”Paling kita dari modul, alat raga terus kita membuat

mereka belajar ngajinya, akhlaknya mereka. Bimbingan

Agama itu dari Ustadz Baihakki dulu atau terkadang dari

Pak Ustadznya langsung ke anaknya. Paling buat kita

evaluasi ya sebelum memberikan bimbingan briefing dulu

sama Ustadznya terutama bagaimana cara harus

mengajarnya gitu. Bimbingan Agamanya baca iqra‟, surat-

surat pendek terus kadang kita suruh hapalin surat-surat

pendek gitu. Pak ustadz juga setiap kita evaluasi sudah

ngasih tau kamu harus seperti ini ya kalo anaknya begini-

begini kalo emang dia ga mau ya udah gak apa-apa biarin

aja ga usah dipaksa dulu, mungkin dia belum mengerti,

jadi kita jalanin aja dulu seperti itu. Kadang ada perintah

dulu dari Ustadz tapi kadang juga kita ngasih masukan

kalo misalkan saya seperti ini salah tidak sih gitu kalo

memang salah ya kita tidak lakuin kalo emang benar buat

kebaikan mereka ya kita lakuin.”10

Pernyataan di atas menerangkan bahwa dalam memberikan

bimbingan kepada anak binaan yang masih berada dalam TAS

(Taman Anak Sejahtera) sudah tersedia modul atau materi

bimbingannya. Jadi sebelum hendak melakukan bimbingan, maka

pengajar TAS (Taman Anak Sejahtera) diharuskan bertemu dengan

Pembimbing Agama untuk membahas materi yang akan dibahas pada

saat itu.

Menurut Pembimbing Agama dalam metode ceramah ini berisi

tentang, yaitu di antaranya:

1) Nasehat

Nasehat disini dengan cara memberi contoh dari para

pembimbing kepada anak-anak binaan. Dengan cara ini, anak

binaan akan mampu memahami dan mengatasi segala bentuk

kesulitan hidup yang dia alami. Pesan yang disampaikan dengan

nasehat cenderung terarah ke arah positif atau dapat diartikan lebih

mengarah pada konsep akhlakul karimah. Terutama dengan

menyisipkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur‟an karena

Al-Qur‟an itu sendiri merupakan untuk membimbing dan

10

Wawancara Pribadi dengan Dede Irawati., Pembina/ Pengajar di Yayasan Bina Anak

Pertiwi, Jakarta, Rabu, 6 Desember 2017.

Page 70: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

59

menasehati manusia sehingga dapat memperoleh kehidupan bathin

yang tenang, sehat serta bebas dari konflik kejiwaan.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pembimbing

dalam memberikan nasehat, yaitu:

a) Memberi nasehat dengan perasaan cinta dan kelembutan, sebab

nasehat orang-orang yang penuh kelembutan dan kasih sayang

mudah diterima dan mampu merubah kehidupan seseorang;

b) Menggunakan gaya bahasa yang halus dan baik;

c) Meninggalkan gaya bahasa yang kasar dan tidak baik, karena

akan mengakibatkan penolakan dan menyakiti perasaan;

d) Harus menyesuaikan diri dengan aspek tempat, waktu dan

materi;

e) Menyampaikan hal-hal yang utama, pokok dan penting.

Saat pembimbing memberikan nasehat, pembimbing

terlebih dahulu melihat situasi yang tepat saat hendak memberikan

nasehat, baik itu secara individu ataupun kelompok. Terutama

memberikan nasehat secara individu, karena mereka harus

mengetahui terlebih dahulu mengenai mana hal yang baik dan

mana hal yang tidak baik agar ketika memberi nasehat, anak-anak

binaan dapat memahaminya kemudian menerapkannya. Sebab,

anak-anak binaan yang tadinya lebih terpengaruh akibat pergaulan

di luar lingkungannya sehingga tidak dapat langsung menerima

nasehat yang diucapkan jadi pembimbing harus mengerti dan

mencoba memahami isi hati anak binaan tersebut. Hal ini terlihat

ketika selesai melakukan bimbingan BBQ (Belajar Baca Qur‟an),

maka diakhir kegiatan pembimbing selalu memberikan nasehat-

nasehatnya yang baik agar dapat selalu diingat oleh anak-anak

binaan tersebut.

2) Materi Motivasi

Selain memberikan nasehat, disertai dengan memberikan

motivasi pula kepada anak-anak binaan agar tumbuh semangat

dalam diri mereka. Materi yang disampaikan disini yaitu mengenai

Page 71: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

60

motivasi untuk anak-anak binaan. Motivasi itu sendiri berarti

dorongan agar seseorang melakukan sesuatu yang didapat bisa

bersumber dari mana saja, entah itu dari diri sendiri ataupun dari

hal ataupun orang lain.

Dorongan yang disebut motivasi itu juga yang menjadi

suatu sumber tenaga dalam diri seseorang mengerjakan suatu hal

agar dapat mencapai suatu tujuan yang diinginkannya. Dalam hal

ini pembimbing memberikan motivasi yang berbentuk positif

sehingga akan muncul dorongan yang baik bagi anak-anak binaan.

Misalnya, sosok pengusaha tangguh yaitu Siti Khadijah, sosok

pebisnis dan berdagang cara Nabi Muhammad SAW, kisah bisnis

Ustadz Yususf Mansur, dll.

Ketika pembimbing memberikan materi motivasi,

pembimbing selalu memberikan dorongan-dorongan semangat

untuk anak-anak binaan terutama dalam menjalani kehidupan

namun tak terlepas dengan menyelipkan nilai-nilai keagamaan

dalam menghubungkannya karena hal yang paling utama itu adalah

agama. Bila pondasi agamanya kuat, maka akan berpengaruh pula

kepada pemikirannya dalam melihat sisi kehidupan serta

bagaimana menghadapi setiap kesulitan dan permasalahan yang

tengah dihadapi.

b. Metode Cerita (Kisah)

Metode cerita adalah suatu cara penyampaian dalam bentuk

cerita. Cerita merupakan media yang efektif untuk menanamkan nilai-

nilai akhlak yang baik, sekaligus karakter sesuai dengan nilai religi

yang disampaikan dan pada akhirnya dapat membentuk sebuah

kepribadian. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk

menyenangi cerita yang pengaruhnya besar terhadap perasaan. Oleh

karena itu metode cerita dijadikan sebagai salah satu strategi yang

disenangi anak-anak binaan.

Berkaitan dengan pelaksanaan Metode Cerita (Kisah) ini

disampaikan dan dijelaskan oleh Ustadz Baihakki bahwa:

Page 72: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

61

”Disini kami sisipi dari program TAS (Taman Anak

Sejahtera) “A dan B” ada sisi-sisi nilai agamanya, harian

shalat bagaimana kemudian cerita-cerita Nabi, kisah-kisah

para sahabat dan lain sebagainya”.11

Hal serupa disampaikan pula oleh salah satu anak

binaan yang bernama Wahyu bahwa:

“Nyuruh shalat, cerita-cerita tentang Nabi, cerita tentang

akhirat dan api neraka, nyontohin perilaku apalagi harus

sopan.”12

Bercerita kisah para Nabi, para sahabat dan lainnya lebih

mudah untuk mengingat terutama bagi anak-anak yang senang

dengan mendengarkan cerita-cerita yang sebelumnya belum pernah ia

ketahui. Adanya nilai-nilai agama yang terkandung dari setiap cerita,

anak-anak binaan dapat memahami jelas dan lebih senang mengambil

hikmah dari setiap inti cerita tersebut.

c. Metode Keteladanan

Metode keteladanan merupakan bagian dari sejumlah metode

yang paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk

individu secara moral, spiritual dan sosial. Sebab seorang pembimbing

merupakan contoh ideal dalam pandangan seseorang yang tingkah

laku dan sopan santunnya akan ditiru, yang disadari atau tidak, bahkan

semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya dalam

bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat material, indrawi maupun

spiritual. Karenanya keteladanan merupakan faktor penentu baik

buruknya seseorang yang dibimbing.

Metode ini juga digunakan sebagai pemberian contoh yang

baik dalam tingkah laku sehari-hari. Seorang pembimbing akan

merasa sangat mudah menyampaikan secara lisan, namun belum tentu

dapat menjalankannya dan dapat diterima oleh yang dibimbingnya,

untuk mengatasinya, maka pembimbing harus memberikan contoh

11

Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina

Anak Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017. 12

Wawancara Pribadi dengan Wahyu Anugrah., Anak Binaan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi, Jakarta, Kamis, 12 Oktober 2017.

Page 73: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

62

atau keteladanan, misalnya menganjurkan agar selalu berdzikir, maka

pembimbing harus melakukannya atau memulainya terlebih dahulu.

Berkaitan dengan pelaksanaan Metode Keteladanan ini

disampaikan dan dijelaskan oleh Ustadz Baihakki bahwa:

“Biasanya saya memberikan contoh shalat, saya

tidak pernah banyak ngomong ataupun memaksa nyuruh

mereka shalat. Saya ditengah mereka shalat saja, misalnya

di Aula mereka lagi ngapain saya numpang shalat saja.

Dari awal saya kesini sampai sekarang Alhamdulillah

mulai ada perkembangan, dalam artian yang awalnya tidak

sama sekali lalu sekarang kalau saya shalat, mereka sudah

ikut dibelakang saya, sekarang-sekarang udah ngikutin

jama‟ah. Makanya saya melakukannya saja duluan, saya

berusaha untuk bisa menjadi teladan yang baik, semua

orang yang datang kesini juga sama. Kita harus

memberikan contoh terlebih dahulu, kalo dia sudah merasa

“oh ternyata bener, baik dan lain sebagainya” penilaian

mereka seperti itu maka nanti juga akan diikutin oleh

mereka. Secara pelan-pelan, memang agak lama tapi saya

yakin suatu saat nanti akan dapat yang saya mau seperti

itu”.13

Hal serupa disampaikan pula oleh anak binaan yang bernama

Agus dan Napriadi bahwa:

“Ustadz Baihakki sering nyuruh shalat, mengaji,

membaca Al-Qur‟an meskipun saya belum bisa baca Al-

Qur‟an tapi dengan sabar Ustadz Baihakki

mengajarkan”.14

“Ustadz Baihakki sudah memberikan contoh yang

baik.”15

Pernyataan di atas menerangkan bahwa memang benar

Pembimbing Agama di Yayasan ini sudah memberikan suri tauladan

yang baik kepada anak-anak binaan, tidak itu saja tetapi juga kepada

para pengurus di Yayasan tersebut. Karena pada dasarnya anak-anak

13

Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina

Anak Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017. 14

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Agus., Anak Binaan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi, Jakarta, Kamis, 12 Oktober 2017. 15

Wawancara Pribadi dengan Napriadi., Anak Binaan di Yayasan Bina Anak Pertiwi,

Jakarta, Kamis, 12 Oktober 2017.

Page 74: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

63

binaan itu tergantung dari apa yang dilihat dan dicontoh dari sekitar

lingkungan Yayasan.

d. Metode Wawancara

Metode Wawancara yang dilakukan adalah wawancara antara

pembimbing agama dan anak binaan untuk menggali informasi

berkenaan dengan masalah anak binaan tersebut. Wawancara

dilakukan dalam waktu yang tidak ditentukan artinya teknik ini

berlaku ketika seorang menemukan masalah pada anak binaan atau

anak binaan tersebut mengalami permasalahan dalam hidupnya.

Dalam wawancara ini akan dicari akar permasalahan yang terjadi pada

anak binaan. Bahkan wawancarapun dilakukan sejak awal keberadaan

anak binaan tersebut di Yayasan Bina Anak Pertiwi.

Hal ini dilakukan agar pembimbing mengetahui sejak awal

kemungkinan terjadi gangguan kejiwaan pada anak binaan

berdasarkan latar belakang mereka. Jika anak binaan tersebut

menimbulkan perilaku yang kurang baik sehingga mengganggu

kegiatan mereka di Yayasan Bina Anak Pertiwi, maka pembimbing

akan memberikan penanganan secara khusus, baik melalui nasehat

atau melalui motivasi.

Pembimbing di Yayasan Bina Anak Pertiwi tidak hanya

melakukan wawancara dengan anak binaan saja, namun juga dengan

orang tua dari anak binaan tersebut diwawancarai pula agar

mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai sebuah

permasalahan yang tengah dihadapi. Hal ini sesuai dengan pernyataan

yang dikemukakan oleh Ustadz Baihakki:

“Sesekali atau beberapa kali kita memanggil orang

tuanya untuk ditanyakan ada masalah bagaimana, kita

tanya kondisi keluarganya, anaknya gimana, shalat atau

tidak dan lain-lain hal lainnya, pendekatannya seperti itu

sebab yang lebih ngena sebetulnya. Dulu pernah di TAS

itu saya panggil orang tuanya satu-satu bahkan sampai ada

yang nangis”16

16

Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina

Anak Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.

Page 75: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

64

Hal tersebut menjelaskan bahwa dengan mewawancarai

anaknya saja tidak cukup, melainkan sesekali mesti melibatkan orang

tua untuk ditanyakan perihal permasalahan anaknya ataupun

permasalahan keluarga. Dengan begitu akan terbayangkan dengan

jelas apa-apa saja yang menjadi permasalahan dan akan dibantu

penyelesaian masalahanya secara tepat.

Permasalahan anak tersebut agar lebih mudah mengetahui

dapat dilakukan dengan sharing, pembimbing sharing dengan mereka

dengan cara pendekatan ekstra termasuk pelayanannya juga karena

untuk mengetahui psikologis mereka. Apa yang tengah mereka

rasakan di lingkungan keluarganya. Di yayasan ini mendampingi

dengan dua cara yaitu memberikan perhatian dan kasih sayang.

Alasannya dikarenakan anak-anak binaan yang berada di yayasan ini,

pertama, mereka tidak total diurus oleh orang tuanya istilahnya

dibiarkan begitu saja atau orang tua acuh tak acuh terhadap anak.

Kedua, ada anak yatim piatu yang diurus oleh orang terdekat

di lingkungannya dan kebanyakan bukan keluarganya. Ketiga, ada

beberapa anak yang orang tuanya meninggalkan anak tersebut begitu

saja sehingga anak dititipkan kepada yayasan ini. Keempat, ada juga

yang karena kasus perceraian akhirnya orang tuanya berpisah

kemudian mereka tidak mempunyai orang yang dapat dicontoh.

Sehingga banyak anak yang memang nyaman dan betah tinggal di

yayasan, hanya saja phak yayasan tidak memperbolehkan karena

sesuai dengan tujuan yayasan itu sendiri yaitu mengembalikan anak ke

sekolah dan ke orang tuanya karena orang tuapun harus

bertanggungjawab kepada anaknya bukan untuk dilepas begitu saja.

Seorang anak itu merupakan manusia yang diciptakan dan dititipkn

oleh Allah melalui rahim seorang ibu, sehingga orang tua juga tidak

bisa sembarangan tinggal menitipkan di yayasan ataupun panti.

Page 76: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

65

C. Karakteristik dan Tahapan-tahapan Pembentukan Kemandirian Anak

Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh selama

berinteraksi dengan orang lain dan individu akan terus belajar untuk bersikap

mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu

pada akhirnya mampu berpikir dan bertindak sendiri, termasuk kemandirian

itu dapat diperoleh dengan pola pembentukan secara sistematis melalui pola

bimbingan dan pendidikan. Dengan kemandiriannya, seseorang dapat

memilih jalan hidupnya untuk berkembang dengan lebih mantap.

Kesempatan, dukungan dan dorongan dari keluarga serta lingkungan

disekitarnya adalah hal yang dibutuhkan untuk menjadi seseorang yang

mandiri dan dapat mencapai kemandirian atas dirinya sendiri. Kemandirian

anak jalanan tidak dapat dengan mudah terbentuk karena faktor kebiasaan

mereka dari yang biasa di jalanan, sikap mereka pun banyak terpengaruh dari

luar sehingga perlu proses yang panjang untuk dapat melatih mereka menjadi

lebih mandiri. Bila anak dapat berkembang sesuai dengan fase

perkembangannya, maka pada masa depan anak dapat melaksanakan

tugasnya sebagai generasi penerus.

Kehidupan anak jalanan yang banyak resikonya menandakan bahwa

mereka belum mandiri dalam menilai dan mengembangkan potensi dalam

dirinya sendiri. Setiap anak memiliki potensinya masing-masing, hanya saja

anak jalanan tidak mampu melihat dan mengembangkan potensi yang

dimiliknya sehingga mereka belum bisa mandiri menjalankan fungsi

sosialnya di tengah-tengah masyarakat. Jalanan bukanlah lingkungan yang

aman dan cocok bagi tumbuh kembang anak. Ketidakmandirian anak jalanan

di lingkungannya membahayakan dirinya sendiri karena banyak kondisi-

kondisi rawan yang diterimanya oleh orang-orang di sekitarnya.17

17

Riza Fitria Sartika Sari, Studi Deskriptif tentang Efektivitas Pemberdayaan dalam

Meningkatkan Kemandirian Anak Jalanan di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kampung

Anak Negeri Dinas Sosial Kota Surabaya, Artikel diakses pada 17 April 2018 dari http:// (3)

download-fullpapers-kmp500fbc7e9dfull, h. 3

Page 77: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

66

Tabel 4

Tahapan-tahapan Pembentukan Kemandirian

No Treatment Keberdayaan Mandiri

1 2 3 4

1 Program

Taman

Anak

Sejahtera

(TAS)

- Anak binaan sudah bisa

menulis sendiri

- Anak binaan sudah bisa

membaca sendiri

- Anak binaan mengetahui

pelajaran-pelajaran seperti

di sekolah pada umumnya

- Anak binaan mempunyai

ilmu pengetahuan

- Anak binaan mampu

mengisi soal-soal yang

diberikan oleh pengajar

- Anak binaan dapat

merasakan sekolah seperti

anak-anak lainnya

- Anak binaan mau

mengikuti peraturan belajar

di ruang kelas

- Anak binaan mampu

bekerja kelompok.

- Disiplin terhadap waktu

- Anak binaan bersikap lebih

baik dan sopan

- Wawasan anak binaan

lebih luas seputar ilmu

pengetahuan

- Mengerjakan PR bila

ditugaskan oleh pengajar

- Menerima bila ditegur

karena melakukan

kesalahan

- Berpikir terlebih dahulu

sebelum bertindak

- Sadar akan tanggungjawab

sebagai murid dan anak

binaan

- Berani dalam meng-

utarakan pendapat.

2 Program

Bimbingan

Agama

- Anak binaan diajarkan tata

cara dan bacaan shalat

- Anak binaan memahami

tentang puasa

- Anak binaan mengerti

tentang amal baik dan amal

buruk

- Anak binaan mengetahui

kisah Nabi

- Anak binaan mengetahui

rukun Islam dan rukun

iman

- Anak binaan mengetahui

sifat wajib dan jaiz bagi

Allah

- Anak binaan mengetahui

Nama-nama Malaikat

beserta tugasnya

- Anak binaan diajarkan

do‟a-do‟a harian.

- Anak binaan tidak lupa

shalat meskipun sedang

melakukan kegiatan

- Anak binaan secara sadar

berpuasa di bulan

Ramadhan

- Anak binaan menerapkan

keteladanan Pembimbing

Agama kedalam kehidupan

sehari-hari

- Anak binaan dapat

meneladani sikap terpuji

dari kehidupan Nabi

- Anak binaan meyakini

bahwa setiap rezeki telah

diatur oleh Allah

- Anak binaan menyadari

bahwa setiap permasalahan

yang terjadi adalah atas

kehendak Allah.

- Anak binaan shalat tepat

waktu

- Anak binaan selalu berdo‟a

terlebih dahulu

Page 78: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

67

1 2 3 4

3 Program

Belajar

Baca

Qur‟an

(BBQ)

- Anak binaan dibimbing

dalam membaca Iqra

kemudian bertahap lanjut

ke Al-Qur‟an

- Anak binaan mengetahui

huruf-huruf hijaiyah

- Anak binaan diajarkan

hukum bacaan tajwid

- Anak binaan diberikan

tugas hafalan surat-surat

pendek Al-Qur‟an.

- Tanpa disuruh lagi, setelah

selesai shalat maghrib anak

binaan ada yang mengaji

sendiri tanpa dibimbing

- Anak binaan dengan sadar

menghafal surat-surat

pendek Al-Qur‟an yang

mereka bisa meskipun

belum ditugaskan oleh

Pembimbing Agama

- Anak binaan membaca Al-

Qur‟an dengan baik.

- Anak binaan melaporkan

hasil hafalan surat yang

ditugaskan tepat waktu.

4 Program

Musik

- Anak binaan dilatih alat-

alat musik seperti gitar,

drum dan piano

- Anak binaan dilatih vokal

suara untuk bernyanyi.

- Setiap ada event acara dari

luar, beberapa anak binaan

dipanggil untuk mengisi

pada acara tersebut dan

menampilkan seni musik

- Setelah kegiatan belajar di

kelas selesai, anak binaan

berlatih sendiri di ruang

musik.

5 Program

Karate

(Bela Diri)

- Anak binaan diajarkan bela

diri karate

- Satu anak binaan yang

sudah mahir, dipercaya

untuk memimpin latihan

karate mewakili pelatih

karate.

- Anak binaan diujikan

untuk penaikan tingkat

sabuk.

- Anak binaan menangkap

dengan cepat setiap

gerakan yang diajarkan

- Bila pembina berhalangan

melatih, maka anak binaan

berlatih dengan sendirinya

dipimpin oleh satu anak

yang sudah dipercaya

- Anak binaan berlatih

dengan sungguh-sungguh.

6 Program

Seni Lukis

dan

Kerajinan

Tangan

- Anak binaan diajarkan seni

lukis seperti diawali

dengan gambar

menggambar sederhana

dengan pensil warna

- Anak binaan diajarkan

kerajinan tangan seperti

membuat sesuatu dari

kertas origami, dll.

- Hasil kerajinan tangan oleh

anak binaan dipajang di

ruangan kelas ataupun

ruangan-ruangan lainnya

untuk menambah ke-

indahan ruangan, seperti

origami yang dibentuk-

bentuk lalu dipajang

- Hasil kerajinan tangan

dapat dimanfaatkan, seperti

untuk tempat spidol kelas.

Sumber: Hasil Observasi Lapangan.

Page 79: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

68

Pada tabel 4 di atas dijelaskan kembali bahwa dalam tahapan-tahapan

pembentukan kemandirian anak jalanan diawali dengan treatment yang berisi

tentang program bimbingan, program keseharian dan program memimpin

program yang terdapat di yayasan. Pada keberdayaan merupakan faktor

pembentukan kemandirian yang berisi tentang ajaran agama (materi),

pengelolaan mandiri dan penggunaan fasilitas yang ada di yayasan. Terakhir

ada mandiri yang berisi tentang sebuah ide, nilai-nilai serta kesepakatan

bersama. Dari treatment, keberdayaan dan mandiri dapat dijelaskan bahwa

dalam proses pembentukan kemandirian anak jalanan berawal dari

pembahasan mengenai faktor-faktor pembentukan, lalu dilanjutkan dengan

proses pembentukan kemandirian. Setelah semua bagian dilaksanakan, maka

kemandirian akan terwujud, artinya kemandirian akan terwujud setelah proses

pembentukan dengan dengan beberapa tahapannya terlaksana.

Memberdayakan anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi dengan

melakukan pendekatan yaitu pendekatan pertama adalah dengan memberikan

tempat berteduh yang layak dan memberikan makan yang bergizi. Anak-anak

yang dibiarkan tidur di tempat sembarangan akan mengancam kesehatan fisik

mereka. Selain pemberian perlindungan secara fisik, para pembina

memberikan rumah secara psikologis yaitu yang disebut rumah singgah.

Anak-anak tidak membutuhkan materi semata, tetapi juga kasih sayang yang

selama ini tidak mereka dapatkan. Bentuk kasih sayang yang ditanamkan

pada diri anak adalah dengan cara menghilangkan sekat antara Pembina

dengan anak-anak. Hubungan antara pembina dengan anak-anak binaan

seperti kakak-beradik.

Berkaitan dengan hal ini disampaikan dan dijelaskan oleh Ali Santoso

bahwa:

“Kita mendampingi dengan sebuah pendekatan yaitu

memberikan perhatian dan kasih sayang. Makanya banyak anak

yang memang betah tinggal disini, hanya saja kita tidak

perbolehkan lama karena sesuai dengan tujuan kami

mengembalikan anak ke sekolah dan ke orang tuanya dan orang

tuapun harus bertanggungjawab kepada anaknya bukan untuk

dilepas begitu saja, anak binaan itu adalah seorang manusia

yang diciptakan oleh Allah lewat Rahim seorang ibu, sehingga

Page 80: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

69

orang tua juga tidak bisa sembarangan menitipkan di panti, itu

yang saya sayangkan”.18

Pendekatan kedua, yaitu ketika ingin mengajak anak binaan tinggal

dan belajar di rumah singgah maka para pembina mengadakan pendekatan

persuasif untuk memahami mereka dan agar anak binaan menerima kehadiran

kakak-kakak pembina. Pendekatan ini tidak dilakukan dalam waktu sehari-

dua hari tetapi berbulan-bulan. Demikian juga anak-anak yang sudah tinggal

di rumah singgah perlu dikontrol dan diajak dialog agar mereka tidak

melakukan sesuatu yang merugikan diri sendiri dan orang lain, misalnya

mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Membangun keakraban antara pembina

dan anak binaan ini penting agar program yang dijalankan bisa berhasil.

Membangun keakraban juga dibangun ketika ada pembina dan

pengurus baru. Karena anak-anak yang tinggal di rumah singgah ini tidak

mudah percaya pada orang baru. Maka untuk bisa membimbing dengan baik,

yang pertama dilakukan adalah membangun kepercayaan pada anak-anak.

Setelah kepercayaan tertanam pada diri anak-anak, maka para pembina sudah

siap memberikan bimbingan.

Berkaitan dengan hal ini disampaikan dan dijelaskan oleh Ustadz

Baihakki bahwa:

“Pendekatannya lebih kena itu secara personal dan

ceramah. Secara pribadi hanya dua cara itu saja yang sering saya

lakukan. Nasehat secara personal yang berarti sama saja dengan

metode individual dan ceramah secara klasikal yang berarti

sama saja dengan metode kelompok. Sebetulnya keduanya itu

ngena hanya saja kalau yang secara personal itu membutuhkan

waktu banyak sementara saya juga tidak banyak disini waktunya

jadi Alhamdulillah dalam forum kelompok itu juga sudah

lumayan cukup lebih terasa buat mereka.”19

Sikap individu diperoleh selama perkembangannya dan individu akan

terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di

lingkungan, sehingga individu pada akhirnya mampu berpikir dan bertindak

sendiri. Dengan kemandiriannya, seseorang dapat memilih jalan hidupnya

18

Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso., Ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi, Jakarta,

Rabu, 13 September 2017. 19

Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina

Anak Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.

Page 81: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

70

untuk berkembang dengan lebih baik. Pada tingkat ini perkembangan

individu sudah sampai pada tingkat mendekatkan diri pada dunia yang

dihadapi dan hidupnya, bukan mengasingkan diri dari dunianya sehingga

menimbulkan kemandirian tak aman. Perkembangan kemandirian anak

binaan menuju tahapan-tahapan kemandirian ini dapat digambarkan dengan 5

karakteristik, yaitu:

1. Anak binaan dapat melakukan segala aktivitasnya secara sendiri meskipun

tetap dengan pengawasan pembimbing di Yayasan;

2. Anak binaan mampu mengatur kehidupan dan diri sendiri, misalnya

makan, mencuci, membersihkan diri, dll;

3. Anak binaan bisa mengontrol emosinya bahkan dapat berempati terhadap

orang lain;

4. Anak binaan bisa mengeluarkan ide-idenya sendiri dan menentukan arah

tujuan;

5. Anak binaan dapat membuat keputusan dan pilihan sesuai dengan

pandangan. Pandangan itu sendiri diperolehnya dari melihat perilaku atau

perbuatan orang-orang disekitarnya terutama para pembimbing di

Yayasan.

Bimbingan Agama yang ada itu ditanamkan pesan-pesan moral,

seperti tentang “tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”, “rezeki yang

baik adalah dari usaha sendiri” dan lain sebagainya. Selain ditanamkan pesan-

pesan moral keagamaan, pembimbing juga menanamkan nilai-nilai yang

sangat bermanfaat bagi kemandirian mereka, misalnya:

1. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri dan Menjadi Diri Sendiri

Rasa percaya diri memegang peranan penting, rasa itu dapat

tumbuh jika anak diberi kepercayaan untuk melakukan hal yang ia mampu

kerjakan sendiri. Jika menginginkan anak-anak mandiri, maka

konsekuensinya harus benar-benar memberi kepercayaan. Tentu saja,

semuanya sesuai dengan ukuran usia. Kemudian pembina mengajari anak-

anak binaan untuk percaya bahwa dirinya “istimewa” dalam ciri khas

mereka masing-masing. Setiap peristiwa dalam hidupnya merupakan

persiapan untuk membangun citra diri anak. Bimbingan agama menjadi

Page 82: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

71

sangat penting dalam membekali anak untuk mampu mengaktualisasikan

kemandiriannya. Dalam hal ini, anak binaan diberi kepercayaan untuk

melakukan kegiatan apapun yang bersifat positif.

2. Komunikasi Terbuka

Para pembimbing selalu bersedia berkomunikasi secara terbuka dan

menjadi tempat curhat anak-anak binaan. Bila anak tertutup, para

pembimbing berusaha memancing dengan pertanyaan ringan tentang

kegiatannya hari itu. Hal ini terlihat saat anak binaan berada di Aula

yayasan sedang sendiri dan dalam keadaan menangis, maka pembimbing

secara perlahan mendekatinya dan berusaha bertanya dengan pertanyaan

ringan agar si anak dapat menceritakan suatu hal, akhirnya anak binaan

tersebutpun mencurahkan isi hati yang ia rasakan bahwa ia sedang

merindukan ibunya yang telah lama terpisah darinya akibat dari perceraian

kedua orangtuanya.

3. Kebiasaan

Salah satu peranan pembimbing dalam kehidupan sehari-hari

adalah membentuk kebiasaan. Kalau anak-anak binaan sudah terbiasa

dimanja dan selalu dilayani, ia akan menjadi anak yang selalu tergantung

kepada orang lain maka anak-anak binaan selalu dibiasakan untuk

melakukan kegiatan sehari-hari sendiri dan dibiasakan pula untuk

melakukan tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Hal ini terlihat ada

anak binaan yang sudah terbiasa menyapu, mengepel, mencuci baju sendiri

bahkan saat selesai ia belajar, ia sering memasak ketika waktu makan

siang.

4. Disiplin

Kemandirian berkaitan erat dengan disiplin. Sebelum seorang anak

dapat mendisiplinkan dirinya sendiri, ia terlebih dahulu harus didisiplinkan

oleh orang lain atau pembimbing. Syarat utama dalam hal ini adalah

pengawasan dan bimbingan yang konsisten serta konsekuen. Contoh yang

sering terlihat adalah anak-anak binaan harus sudah dapat mengatur waktu

antara bangun tidur, waktu belajar, waktu bermain dan waktu melakukan

kegiatan-kegiatan lainnya terutama yang ada di Yayasan.

Page 83: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

72

Ibarat sebuah perkebunan, kemandirian adalah lahan yang subur yang

memungkinkan tumbuh di dalamnya tanaman-tanaman indah berupa

keteguhan, kreatifitas dan jiwa visioner. Maka tidaklah berlebihan jika

Herwono seorang penulis buku “Seandainya Buku Sepotong Pizza”

mengatakan bahwa diri yang terbaik adalah diri yang memiliki kebebasan

mutlak atau jiwa mandiri.20

Memberikan fasilitas kepada mereka misalkan dengan merancang

suatu saat nanti memiliki usaha yang diurus oleh anak binaan agar mereka

tidak lagi melakukan hal-hal yang tidak baik seperti dulu ngamen, mulung,

dan lain-lain. Pihak yayasan akan berusaha agar anak-anak binaan dapat dari

sisi ekonomi lagi dengan berusaha membuat mereka mandiri yaitu dengan

adanya sebuah usaha bersama yang diurus oleh anak binaan, misalnya yang

sudah berjalan itu usaha membuat keripik dan dananya itu dari yayasan,

namun usaha itu sekarang tidak dilanjut lagi dikarenakan pasang surutnya

pembeli walaupun demikian itu tetap bagian dari usaha anak-anak binaan.

Selain itu, bila ada anak binaan yang memiliki potensi, misalnya saja

potensinya itu suatu keahlian maka pihak yayasan akan memberi dana

bantuan untuk membuka usaha, hal ini sudah berjalan dan sudah banyak pula

yang telah berhasil. Kemudian ada cara lain lagi, misalnya secara khusus

anak-anak binaan yang berprestasi akan disekolahkan sampai jenjang kuliah

dan biaya ditanggung oleh pihak yayasan dengan harapan agar kelak semua

anak binaan di yayasan itu dapat meraih kesuksesan.

Hal ini dapat terlihat di dalam memfasilitasi anak binaan, Yayasan

membagi kedalam dua bagian yaitu dalam segi pendidikan dan segi ekonomi.

Dalam segi pendidikan, secara khusus bagi anak-anak binaan yang berprestasi

akan disekolahkan sampai tingkat Perguruan Tinggi karena agar ia dapat

menggapai cita-cita yang diharapkannya. Salah satunya ada yang sedang

mengemban pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta tepatnya di Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Ilmu Perpustakaan

semester 1 serta ada pula yang sedang mengemban pendidikan di Perguruan

20

Kamaluddin, M., Laode, 14 Langkah Bagaimana Rasulullah SAW Membangun Kerajaan

Bisnis, (Jakarta: Republika, 2006), h. 54-55.

Page 84: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

73

Tinggi Swasta yaitu Universtias Indraprasta PGRI (Unindra) Jakarta Selatan.

Dalam segi ekonomi, bagi anak binaan yang memiliki keahlian dalam

beberapa bidang ataupun tidak memiliki keahlian akan diberi dana bantuan

sebagai modal untuk usaha yang akan mereka jalankan sehingga mereka

dapat mandiri dan mencapai kesuksesannya.

Kegiatan-kegiatan yang memang harus terlaksana di Yayasan, para

pembimbing telah berpikir jauh bahwa anak-anak ini harus kembali ke orang

tua di mana ia dilahirkan. Mereka harus menjalani kehidupan normal dan

aktif dalam masyarakat, dan itu dibutuhkan bekal sehingga mereka tidak

kembali ke jalanan. Selama persoalan ekonomi belum disentuh, mereka tetap

amat rawan terhadap upaya-upaya eksploitasi anak sehingga akan kembali ke

jalanan.21

Oleh karenanya, Yayasan ini telah melaksanakan program-program

untuk memberdayakan dan memfasilitasi anak-anak binaan, di antaranya:22

1. Program Taman Anak Sejahtera (TAS). Program ini dikhususkan dan

dilaksanakan setiap hari Senin-Kamis bertempat di kelas yang ada di

yayasan. Pada yayasan ini ada pemberian beasiswa. Disini, anak-anak

yang masih pada usia wajib belajar disekolahkan dan diberi beasiswa,

terutama anak binaan yang mengikuti program Taman Anak Sejahtera

(TAS). Sedangkan selebihnya lagi, diarahkan dengan pemberian bekal

keterampilan. Selama ini ada beberapa bantuan dari para dermawan yang

membantu beasiswa anak-anak. Untuk pendidikan anak-anak dibantu oleh

PT Sucopindo, anak-anak yang sekolah di lembaga formal tersebut

mendapatkan keringanan dari sekolah melalui dana BOS. Pemberian

beasiswa tidak hanya dilakukan untuk anak-anak jalanan saja, tetapi juga

diberikan kepada anak-anak dari keluarga tidak mampu atau anak yatim

yang tinggal di sekitar yayasan. Sebab sasaran program yayasan tidak

hanya untuk anak jalanan semata, tetapi juga anak tidak mampu dan anak

yatim. Ada pula program bimbingan belajar, bagi anak-anak yang ingin

21

Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso., Ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi, Jakarta,

Rabu, 13 September 2017. 22

Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso., Ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi, Jakarta,

Rabu, 13 September 2017.

Page 85: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

74

mendapatkan tambahan belajar agar lebih mengasah kemampuan berpikir

mereka. Pelaksanaannya sama saja dengan program (Taman Anak

Sejahtera) TAS, namun bedanya kalau program ini dimulai dari siang hari

hingga sore. Jadi anak-anak binaan dapat merasakan sekolah seperti anak-

anak pada umumnya meskipun tidak terlalu formal seperti sekolah biasa.

2. Program Bimbingan Agama. Program ini dikhususkan dan dilaksanakan

setiap hari Rabu dan Sabtu bertempat di kelas yang ada di yayasan.

Adanya program ini tidak hanya sekedar berupa materi saja, melainkan

juga berupa praktek misalnya praktek ibadah shalat yang berupa tata cara

dan bacaannya, praktek berwudhu yang baik dan lain-lain. Anak-anak

binaan pula dilatih untuk berpuasa pada bulan Ramadhan, menghafal do‟a

sehari-hari seperti do‟a kedua orang tua, do‟a mau makan, do‟a mau tidur,

do‟a belajar dan lain sebagainya. Dengan begitu, anak-anak binaan dapat

mengamalkan doa‟-do‟a tersebut ke kehidupan mereka sehari-hari

sehingga akan senantiasa mengingat Allah SWT. Pada dasarnya materi

keagamaan tergantung pada tujuan bimbingan yang hendak dicapai.

Namun materi bimbingan keagamaan yang terdapat di yayasan ini

diklasifikasikan menjadi 4 hal pokok, yaitu: Fiqh Ibadah, Aqidah, Syari‟ah

dan Akhlakul Karimah. Fiqh Ibadah merupakan pemahaman mendalam

terhadap nash-nash yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah yang

berkaitan dengan rukun-rukun dan syarat-syarat yang sah tentang

penghambaan diri manusia kepada Allah SWT. Dalam fiqh ibadah dikaji

beberapa sistem ibadah hamba kepada Allah SWT, yaitu tentang wudhu,

tayamum, istinja‟, mandi janabat, shalat, zakat, puasa, haji dan dalil-dalil

yag memerintahkannya. Dan juga disertai contoh pelaksanaan semua

ibadah yang dimaksud yang datang dari Rasulullah SAW. Aqidah dalam

Islam adalah bersifat i‟tiqad batiniah yang mencakup masalah-masalah

yang erat hubungannya dengan rukun iman. Aqidah (keimanan)

merupakan sesuatu yang diyakini secara bulat tidak diliputi keragu-raguan

sedikit pun dapat menimbulkan sifat jiwa yang tercermin dalam perkataan

dan perbuatan. Hal ini tertumpu dalam kepercayaan dan keyakinan yang

sungguh-sungguh akan ke-Esaan Allah. Masalah syari‟ah dalam Islam

Page 86: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

75

berhubungan dengan amalan lahir atau nyata dalam rangka menaati semua

peraturan atau hukum Allah guna pergaulan hidup antara sesama manusia.

Masalah syari‟ah mencakup aspek ibadah dan muamalah yang

dilaksanakan seperti: shalat, puasa dan zakat. Akhlakul karimah atau budi

pekerti adalah suatu sikap atau keadaan yang mendorong untuk melakukan

sesuatu perbuatan baik atau buruk yang dilaksanakan dengan mudah.

Perbuatan ini dilihat dari pangkalnya yaitu motif atau niat. Akhlak

menurut Islam sangat dijunjung tinggi demi kebahagiaan manusia. Yang

termasuk akhlak di sini adalah perbuatan baik atau buruk yang

dilaksanakan dengan mudah seperti perbuatan berbakti kepada kedua

orang tua, saling hormat-menghormati, tolong-menolong. Bimbingan

Agama tersebut bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadits yang mana

keduanya ini merupakan sumber utama ajaran Islam. Oleh karena itu,

bimbingan agama Islam tidaklah dapat terlepas dari dua sumber tersebut,

bahkan bila tidak bersandar dari keduanya (Al-Qur‟an dan Hadits) seluruh

aktivitas bimbingan keagamaan akan sia-sia dan dilarang oleh syariat

Islam.

a. Pada program Bimbingan Agama ini, anak binaan diajarkan materi

pertama tentang tata cara dan bacaan shalat meliputi gerakan-gerakan

shalat, bacaan pada setiap gerakan shalat, syarat sah shalat, rukun shalat

dan hal-hal yang membatalkan shalat, begitupun dengan cara berwudhu

dan hal-hal yang membatalkannya. Materi ini diajarkan paling utama

karena tiang agama itu adalah shalat sehingga anak-anak binaan

diwajibkan untuk dapat shalat lima waktu. Waktu dalam mengajarkan

praktek ibadah shalat ini dilakukan selama satu bulan dibimbing oleh

Pembimbing Agama dan pengajar yang ada di yayasan, melihat kondisi

anak binaan yang tadinya terbiasa hidup di jalanan secara bebas

sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama agar anak-anak binaan

dapat memahami dan hafal bacaan dalam praktek ibadah shalat ini.

Metode yang digunakan adalah metode individu dan kelompok dalam

sebuah kelas. Metode individu dilakukan ketika anak binaan praktek

secara perorangan dan metode kelompok dilakukan ketika anak binaan

Page 87: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

76

praktek secara berjama‟ah atau shalat berjama‟ah. Hasil dari upaya

membimbing tata cara dan bacaan shalat, akibatnya beberapa anak

binaan menjadi terbiasa ketika sedang bermain di luar ataupun sedang

bermain musik, tidak lupa untuk melaksanakan shalat terlebih dahulu

bahkan tanpa disuruh lagi mereka dengan sendirinya pergi ke masjid

dekat yayasan untuk shalat berjama‟ah.

b. Materi kedua yang diajarkan yaitu tentang puasa meliputi macam-

macam puasa terutama puasa ramadhan, syarat-syarat puasa, rukun

puasa dan hal-hal yang membatalkan puasa. Waktu dalam mengajarkan

materi ini cukup hanya dua minggu dua kali pengajaran karena praktek

puasa dilaksanakan ketika memasuki bulan Ramadhan, dibimbing oleh

Pembimbing Agama dan pengajar yang ada di yayasan. Metode yang

digunakan yaitu metode kelompok dengan cara bercerita dalam sebuah

kelas. Hasil dari upaya membimbing tentang puasa, akibatnya pada

bulan Ramadhan anak binaan dengan sadar berpuasa meskipun

beberapa anak masih ada yang tidak secara penuh selama sebulan

berpuasa dikarenakan mereka masih membiasakan berusaha untuk

berlatih semampu yang mereka bisa.

c. Materi ketiga yang diajarkan yaitu tentang amal baik dan amal buruk

mengenai perbuatan yang diperintah dan dilarang Allah SWT meliputi

semua hal yang berkaitan dengan kebaikan dan keburukan, baik itu

berupa perbuatan, sikap ataupun tingkah laku. Waktu dalam

mengajarkan materi ini tidak menentu atau menyesuaikan karena

banyaknya hal-hal tentang amal baik dan amal buruk yang mesti

dipahami oleh anak-anak binaan sehingga perlu pengajaran berulang-

ulang oleh Pembimbing Agama dan pengajar agar selalu diingat anak-

anak binaan. Metode yang digunakan adalah metode kelompok dengan

metode cerita dalam sebuah kelas dan metode keteladanan yang

dicontoh oleh Pembimbing Agama. Adanya metode cerita memudahkan

anak-anak binaan dalam memahami amal baik dan amal buruk sebab

tergambarkan seperti apa serta terkandung hikmah-hikmah yang dapat

diambil. Adapun metode keteladanan yang dilakukan oleh Pembimbing

Page 88: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

77

Agama agar dapat ditiru anak-anak binaan dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil dari upaya membimbing tentang amal baik dan amal buruk,

akibatnya anak binaan berusaha menerapkan keteladanan dari

Pembimbing Agama. Misalnya keteladanan dalam shalat, saat

Pembimbing Agama mengambil air wudhu lalu melaksanakan shalat,

tanpa disuruh lagi anak binaan ikut mengambil air wudhu dan berdiri di

belakang Pembimbing Agama untuk shalat berjama‟ah. Selain itu, anak

binaan sudah bersikap sopan dan santun dikarenakan melihat dari

keseharian yang dilakukan oleh Pembimbing Agama.

d. Materi keempat yang diajarkan yaitu tentang kisah Nabi yang ada 25

diketahui meliputi Adam, Idris, Nuh, Hud, Shaleh, Ibrahim, Luth,

Ismail, Ishaq, Yakub, Yusuf, Ayub, Zulkifli, Sueb, Musa, Harun, Daud,

Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Zakaria, Yunus, Yahya, Isa, dan Muhammad.

Kisah Nabi disini menceritakan tentang perjalanan hidup Nabi pada

masanya. Waktu dalam mengajarkan materi ini setiap minggu tepatnya

pada hari Rabu dibimbing oleh Pembimbing Agama. Metode yang

digunakan adalah metode cerita atau kisah karena akan tergambarkan

oleh anak-anak binaan mengenai kehidupan para Nabi pada masa itu.

Hasil dari upaya membimbing tentang menceritakan kisah Nabi,

akibatnya dari cerita kisah Nabi Muhammad, anak binaan meneladani

sikap terpuji pada kehidupan Nabi, misalnya anak binaan selalu berkata

jujur dan tidak pernah berani untuk berbohong karena mereka

mengetahui bahwa sifat tersebut tidak disukai oleh Allah SWT.

e. Materi kelima yang diajarkan yaitu tentang rukun Islam dan rukun iman

meliputi rukun Islam ada lima terdiri dari syahadat, shalat, zakat, puasa

dan naik haji, sedangkan rukun iman ada enam terdiri dari iman kepada

Allah SWT, iman kepada Malaikat, iman kepada Kitab (Al-Qur‟an),

iman kepada Rasul atau Nabi, iman kepada hari kiamat dan iman

kepada Takdir (Qada dan Qadar). Waktu dalam mengajarkan materi ini

setiap minggu tepatnya pada hari Rabu setelah materi sebelumnya

selesai dibimbing oleh Pembimbing Agama. Metode yang digunakan

adalah metode kelompok dengan metode ceramah dalam sebuah kelas.

Page 89: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

78

Metode ceramah ini akan memberikan penjelasan mengenai materi

yang dibahas sehingga anak-anak binaan dapat memahaminya dengan

baik. Hasil dari upaya membimbing tentang rukun Islam dan rukun

Iman, akibatnya anak binaan melihat adanya Qada dan Qadar dari Allah

yang meliputi bahwa rezeki setiap manusia itu telah Allah atur,

membuat anak binaan yakin dan tidak takut kelaparan ataupun tidak

mendapatkan rezeki karena ada saja jalan yang Allah berikan dalam

menjemput rezeki tersebut.

f. Materi keenam yang diajarkan yaitu mengetahui sifat wajib dan jaiz

bagi Allah SWT. Sifat wajib bagi Allah tersebut ada 20 meliputi Wujud

(ada), Qidam (terdahulu), Baqo (kekal atau abadi), Mukholafatul

Lilhawaditsi (berbeda dengan makhluknya), Qiyamuhu Binafsihi

(berdiri dengan sendirinya), Wahdaniyyat (Esa), Qudrat (berkuasa),

Iradat (berkehendak), Ilmun (Maha Mengetahui), Hayat (Maha Hidup),

Sama’ (Maha Mendengar), Bashar (Maha Melihat), Kalam (berfirman),

Qadiran (berkuasa), Muridan (berkehendak), ‘Aliman (Maha

Mengetahui), Hayyan (Maha Hidup), Samii’an (Maha Mendengar),

Bashiiran (Maha Melihat), Mutakalliman (Maha Berbicara), dan

termasuk pula Asmaul Usna (99 nama-nama Allah yang baik).

Sedangkan sifat jaiz bagi Allah tersebut ada 13 meliputi Adam (tiada),

Hudus (baru), Fana (lenyap atau rusak), Mumatsalatu Lil Hawaditsi

(serupa dengan yang baru), Ihtiyaju (berkehendak kepada yang lain),

Ta’addud (berbilang), Ajzu (lemah), Karahah (terpaksa), Jahlu (bodoh),

Mautun (mati), Sammu (tuli), A’ma (buta) dan Bukmu (bisu). Waktu

dalam mengajarkan materi ini setiap minggu tepatnya pada hari Rabu

setelah materi sebelumnya selesai dibimbing oleh Pembimbing Agama.

Metode yang digunakan adalah metode kelompok dengan metode cerita

dalam sebuah kelas karena dengan metode cerita ini memudahkan anak-

anak binaan untuk memahami sifat wajib dan sifat jaiz bagi Allah

sehingga akan tergambarkan penjelasannya. Hasil dari upaya

membimbing tentang sifat wajib dan sifat jaiz bagi Allah, akibatnya

anak binaan menyadari bahwa setiap permasalahan yang terjadi adalah

Page 90: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

79

atas kehendak Allah karena Allah memiliki sifat wajib Iradat yang

berarti Maha Berkehendak kepada setiap makhluk yang ada di muka

bumisehingga tidak menyesalkan dan mengeluh atas masalah yang

sedang dihadapi.

g. Materi ketujuh yang diajarkan yaitu mengetahui nama-nama Malaikat

beserta tugasnya yang terbagi menjadi 10 bagian meliputi Malaikat

Jibril bertugas menyampaikan wahyu kepada Rasul dan meniupkan ruh

pada setiap janin saat dalam kandungan ibu, Malaikat Mikail bertugas

memberikan rezeki kepada makhluk di dunia, Malaikat Israfil bertugas

meniup sangkakala pada hari kiamat, Malaikat Izrail bertugas mencabut

nyawa seluruh makhluk hidup, malaikat Munkar bertugas menanyakan

perkara manusia di dalam kubur, Malaikat Nakir bertugas menanyakan

perkara manusia pula di dalam kubur, Malaikat Raqib bertugas

mencatat amalan baik manusia, Malaikat Atid bertugas mencatat

amalan buruk manusia, Malaikat Malik bertugas menjaga pintu neraka

dan Malaikat Ridwan bertugas menjaga pintu surga. Waktu dalam

mengajarkan materi ini setiap minggu tepatnya pada hari Rabu setelah

materi sebelumnya selesai dibimbing oleh Pembimbing Agama. Metode

yang digunakan adalah metode kelompok dengan metode cerita dalam

sebuah kelas karena dengan metode cerita ini memudahkan anak-anak

binaan untuk mengetahui nama-nama Malaikat beserta tugasnya

sehingga akan tergambarkan penjelasannya. Hasil dari upaya

membimbing tentang nama-nama Malaikat beserta tugasnya, akibatnya

anak binaan berusaha untuk shalat secara tepat waktu karena

mengetahui setiap ibadah dan amal perbuatan itu akan dicatat oleh

Malaikat Raqib sedangkan apabila melalaikan shalat maka akan dicatat

oleh Malaikat Atid.

h. Materi kedelapan yang diajarkan yaitu mengenai do‟a-do‟a harian

meliputi do‟a kedua orang tua, do‟a mau dan setelah makan, do‟a mau

dan bangun tidur, do‟a keluar rumah, do‟a keselamatan dunia dan

akhirat, do‟a masuk dan keluar masjid dan do‟a-do‟a lainnya. Waktu

dalam mengajarkan materi ini tidak menentu atau menyesuaikan karena

Page 91: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

80

banyaknya do‟a-do‟a yang harus dihafalkan oleh anak-anak binaan

sehingga perlu dibimbing berulang-ulang oleh Pembimbing Agama dan

pengajar agar selalu diingat anak-anak binaan. Metode yang digunakan

adalah metode individu dan kelompok dalam sebuah kelas. Metode

individu dilakukan ketika anak binaan praktek secara perorangan untuk

menghafal do‟a-do‟a harian dan metode kelompok dilakukan ketika

sebelum anak-anak binaan menghafal sehingga membaca secara

bersama do‟a-do‟a yang tertulis di papan tulis. Hasil dari upaya

membimbing tentang do‟a harian, akibatnya setiap hendak melakukan

aktivitas anak binaan selalu membiasakan untuk berdo‟a terlebih

dahulu, walaupun terkadang mereka lupa namun hal tersebut terus

berusaha dilakukan agar menjadi sebuah kebiasaan dalam kehidupan

sehari-hari dan mendapat keberkahan dari do‟a yang telah diucapkan.

3. Program Belajar Baca Qur‟an (BBQ). Diwajibkan untuk semua anak-anak

binaan terkhusus bagi anak-anak yang belum bisa membaca Al-Qur‟an.

Dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu bertempat di Aula Yayasan.

Anak-anak binaan dibimbing dalam membaca Al-Qur‟an bahkan sebagian

masih banyak yang masih Iqra‟. Selain itu, anak-anak binaan diharuskan

pula menghafal bacaan surat-surat pendek yang ada di dalam Al-Qur‟an

beserta artinya pula dikarenakan agar anak binaan tidak hanya sekedar

hafal bacaannya tapi juga paham makna dari ayat yang dihafalkan tersebut.

Membaca Al-Qur‟an merupakan proses pembimbingan melalui

pembelajaran dalam pembacaan Al-Qur‟an yang memiliki tujuan

pembiasaan yang baik yang harus diterapkan sehari-hari dalam

perkembangan spiritual anak-anak binaan. Belajar Baca Qur‟an (BBQ)

dengan metode praktis di bidang pengajaran membaca Al-Qur`an yang

dibimbing secara benar. Target dari program ini sendiri adalah: Dalam

waktu kurang lebih satu tahun, diharapkan setiap anak binaan memiliki

kemampuan membaca Al-Qur`an dengan benar sesuai dengan kaidah-

kaidah ilmu tajwid, melakukan shalat dengan baik dan terbiasa hidup

dalam suasana yang Islami, hafal beberapa surat pendek, ayat-ayat pilihan

dan do'a sehari-hari dan dapat menulis huruf Al-Qur`an. Membaca Al-

Page 92: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

81

Qur`an dengan menggunakan buku Iqra` jilid 1-6, kemudian dilanjutkan

dengan tadarus Al-Qur`an dimulai dari juz 1. Sebagai materi tambahan

atau penunjang adalah hafalan bacaan shalat, surah-surah pendek, do'a-

do'a sehari-hari dan ayat-ayat pilihan. Adapun adab-adab yang

Pembimbing Agama ajarkan ketika membaca Al-Qur‟an yaitu:

Disunahkan untuk berwudhlu dalam membaca Al-Qur‟an karena itu adalah

dzikir yang paling utama, disunahkan membaca ditempat yang bersih,

disunahkan untuk duduk sambil menghadap kiblat dengan khusyu‟, tenang

dan menunudukkan kepala, disunahakan untuk bersiwak sebagai bentuk

pengagungan dan pensucian, atau bila tidak berkumur saja dan disunahkan

untuk membaca ta‟awwudz sebelum membaca Al-Qur‟an. Setelah anak

binaan memiliki pengetahuan mengenai pentingnya kemampuan membaca

Al-Qur‟an, kondisi ini dilanjutkan dengan memberikan pengetahuan

bahwa Al-Qur‟an itu dinarasikan dalam Bahasa Arab yang memiliki

norma, kaidah dan aturan-aturan tersendiri dalam membacanya, misalnya

yang paling dasar adalah membaca Al-Qur‟an dan Hadits dimulai dari arah

sebelah kanan ke kiri. Pada tahap selanjutnya pengajar juga memberikan

pengetahuan bahwa ilmu tajwid adalah bagian dari cabang ilmu yang dapat

membantu seseorang untuk membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar,

tentu saja dalam penyampaiannya harus dengan cara bertahap. Untuk ilmu

tajwid saja tidak semua cabangnya diberikan kepada anak-anak binaan,

dengan demikian dibutuhkan kesabaran dan keteladanan dari pengajar

untuk mengarahkan dan mendidik anak binaan.

Pada program Belajar Baca Qur‟an (BBQ) ini, waktu

pelaksanaannya dilakukan setiap hari Sabtu dan Minggu tepatnya pukul

13.30-15.00 WIB dibimbing oleh Ustadz Baihakki (Pembimbing Agama)

dan Dede Irawati (pengajar). Metode yang digunakan adalah metode

individu dan kelompok dalam sebuah kelas. Metode individu dilakukan

ketika anak binaan membaca Iqra‟ atau Al-Qur‟an secara sendiri-sendiri

dengan bimbingan dari Ustadz Baihakki dan Dede Irawati sedangkan

metode kelompok dilakukan ketika anak-anak binaan membaca Iqra‟ atau

Page 93: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

82

Al-Qur‟an secara bersama dengan bimbingan Ustadz Baihakki dan Dede

Irawati pula.

a. Anak binaan terlebih dahulu diajarkan huruf-huruf hijaiyah oleh

Pembimbing Agama dan pengajar agar dapat memahami bacaan yang

terdapat pada Iqra‟ dan Al-Qur‟an. Cara ini merupakan cara yang paling

dasar bagi anak binaan untuk mempelajari Baca Tulis Qur‟an (BBQ)

sehingga anak binaan dapat mengenal bunyi dan huruf hijaiyah,

mengenal syakal, mengenal huruf sambung, mengenal bacaan panjang

pendek, dan lain-lain. Biasanya mengenalkan huruf-huruf hijaiyah

diiringi dengan sebuah nada yang membuat dinyanyikan menjadi lagu

agar mudah diingat oleh anak binaan. Hasil dari upaya membimbing

mengenalkan huruf-huruf hijaiyah terlebih dahulu, akibatnya anak

binaan mengetahui huruf arab dalam bentuk dasar huruf hijaiyah dan

mereka akan dengan mudah membaca huruf arab tanpa harus

kebingungan lagi, termasuk pula saat menulis huruf arab.

b. Setelah itu, anak binaan dibimbing secara bertahap dalam membaca

Iqra‟ kemudian melanjutkan ke Al-Qur‟an. Sebelum anak binaan mulai

belajar membaca kitab suci Al-Qur‟an, biasanya waktu ngaji mereka

diajari dulu cara membaca huruf-huruf arab sesuai dengan tingkatan

kemampuannya saat ini. Semua mungkin diawali dengan membaca

Iqra‟ jilid 1 dan mereka barus siap membaca Al-Qur‟an setelah lulus

Iqra‟ jilid 5 atau 6. Hasil dari upaya membimbing secara bertahap

dalam membaca Iqra‟ menuju ke Al-Qur‟an, akibatnya anak binaan

sudah terlatih dan tanpa diperintah kembali setelah selesai

melaksanakan shalat maghrib anak binaan ada yang mengaji sendiri

tanpa dibimbing meskipun hanya mengaji Juz „Amma saja. Selain itu,

anak binaan dengan sadar menghafal surat-surat pendek Al-Qur‟an

yang mereka bisa meskipun belum ditugaskan oleh Pembimbing

Agama, tentunya surat yang tidak begitu terlalu panjang dan banyak

jumlah ayat misalnya surat At-Tin, Adh-Dhuha, Al-Qadr, Al-„Adiyaat,

At-Takaatsur, Al-Fiil, Quraisy, Al-Maa‟uun, Al-Kaafiruun.

Page 94: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

83

c. Anak binaan diajarkan pula hukum bacaan tajwidnya agar mereka dapat

membaca secara baik dan benar, tidak hanya sekedar membaca saja.

Tajwid merupakan konsep ilmu yang menjelaskan tentang cara

membaca Al-Qur‟an, baik membunyikan huruf, tempat yang tepat

untuk berhenti, sebab-sebab dan hukum-hukum bacaan, serta hal

lainnya yang terkait dengan bacaan Al-Qur‟an. Hal ini menandakan

bahwa ilmu tajwid memiliki peran yang penting dalam membaca Al-

Qur‟an bagi setiap muslim. Hasil dari upaya membimbing hukum

bacaan tajwid, akibatnya anak binaan dapat membaca Juz „Amma

ataupun Al-Qur‟an dengan baik sesuai makhrijal huruf dan tajwidnya,

mengetahui dan mempraktekan cara membaca Al-Qur‟an dengan baik

dan tidak banyak melakukan kesalahan saat membaca Al-Qur‟an.

d. Pembimbing Agama dan pengajar memberikan tugas hafalan surat-surat

pendek yang ada dalam Al-Qur‟an pula agar dapat mereka amalkan

terutama untuk bacaan shalat. Awalnya mungkin tugas menghafal ini

dianggap menjadi beban, namun manfaatnya demi kebaikan anak

binaan itu sendiri karena anak yang terbiasa dalam menghafal surat-

surat pendek, secara tidak langsung dia akan lebih bisa berdisiplin,

mengatur waktu dan anak akan belajar keseriusan dalam menjalani

hidup. Hasil dari upaya memberikan tugas hafalan surat-surat pendek

ini, akibatnya membuat anak binaan bersemangat dalam melaporkan

hasil hafalan surat yang ditugaskan secara tepat waktu karena mereka

sudah sadar akan tanggung jawab dari tugas yang telah diperintahkan

oleh Pembimbing Agama.

Dari hal ini, dapat terlihat bahwa anak binaan bersungguh-sungguh

ingin merubah kehidupan mereka kepada yang lebih baik dan untuk bekal

mereka di masa mendatang dalam menghadapi tata cara hidup sesuai

ajaran Al-Qur‟an. Anak binaan membutuhkan wawasan tentang Islam

sehingga perlu dibantu dari sisi-sisi agama Islamnya terutama dalam

membaca Al-Qur‟an yang baik dan benar. Melihat kondisi anak binaan

yang terbiasa hidup di jalanan serta hidup bebas, membutuhkan kesabaran

yang besar bagi Pembimbing Agama dan pengajar dalam mengajarkan.

Page 95: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

84

Selain itu, Pembimbing Agama tidak hanya mengajarkan Al-Qur‟an saja

melainkan melakukan pengkajian Al-Qur‟an agar anak-anak binaan bisa

mengetahui makna dan isi kandungan Al-Qur‟an tersebut. Pembimbing

Agama memiliki semangat yang tinggi dalam mengajarkan anak-anak

binaan untuk bisa membaca Al-Qur‟an dengan cara memberikan

pemahaman kepada mereka apa tujuan dari belajar Al-Qur‟an dan kenapa

diwajibkan bisa membaca Al-Qur‟an. Pemberian pemahaman bahwa Al-

Qur‟an adalah petunjuk sehingga tidak hanya sekedar untuk bisa atau

target membaca Al-Qur‟an saja, namun isi Al-Qur‟an itu pun harus

dipedulikan. Anak-anak binaan dapat memahami kandungan yang ada

dalam Al-Quran membuat akhlak dan shalatnya juga akan mengikuti

karenaseperti itu yang diajarkan dalam Al-Qur‟an. Pembimbing Agama

tidak mengharapkan anak-anak binaan mengikuti belajar Al-Qur‟an, tetapi

mereka di luar sana maasih bersikap sama seperti sebelumnya kehidupan

di jalanan. Meskipun memang berat perjuangannya bagi Pembimbing

Agama dan pengajar melihat keadaan anak-anak binaan di luar sana lebih

bebas lagi kehidupannya, bertemu teman-teman anak jalanan yang lain

bahkan preman sehingga tarik-tarikannya lebih kuat namun tidak membuat

Pembimbing Agama putus asa untuk berusaha dapat merubah anak-anak

binaan dari pola pikirnya mengenai kehidupan dari sisi agama Islam.

4. Bagi anak-anak yang memiliki kecenderungan ke dunia musik, mereka

diarahkan kepada kecenderungannya tersebut. Dilaksanakan pada hari

Sabtu dan Minggu bertempat di Studio Yayasan. Musik bagi mereka sudah

tertanam sejak awal karena anak-anak melihat orang lain bisa makan dan

mencari uang itu dari musik. Bahkan beberapa anak binaan dari Yayasan

ini pernah manggung di acara PT Sucopindo.

5. Bagi anak-anak yang memiliki kecenderungan pada keahlian bela diri,

maka mereka diarahkan kepada keterampilan karate. Dilaksanakan pada

hari Sabtu dan Minggu bertempat di Aula Yayasan, dan terkadang ada

penambahan jadwal pada hari Kamis atau Jum‟at. Program ini sama saja

dengan olahraga. Bahkan salah satu anak binaan yang usianya masih 13

tahun sudah ada yang langsung naik tingkat ke Sabuk Biru Sehingga

Page 96: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

85

dipercaya Pembina untuk membantu melatih anak-anak binaan yang lain

yang belum naik tingkat.

6. Bagi anak-anak yang memiliki kecenderungan pada kerajinan tangan dan

seni lukis, maka mereka akan diarahkan pada kecenderungannya itu.

Pelaksanaannya hanya satu hari yaitu pada hari Rabu saja bertempat di

Kelas yang ada di Yayasan. Dengan harapan anak-anak binaan dapat

mengeluarkan ide-ide dan kreativitasnya sehingga dapat menghasilkan

sesuatu yang bermanfaat bahkan berdaya guna. Selain itu, dapat mengasah

bakat seni mereka pula.

Inilah tujuan yang diharapkan oleh Yayasan dalam membina anak-

anak jalanan. Memang tidak ada konsep khsusus bimbingan agama untuk

kemandirian anak jalanan, akan tetapi yang jelas bahwa bimbingan mental

keagamaan merupakan tahap awal untuk mengarahkan anak menjadi orang

yang mandiri. Tanpa ditanamkan nilai-nilai keagamaan untuk menyadarkan

eksistensi mereka di jalanan yang penuh resiko dan kembali ke kehidupan

yang normal sulit untuk mengarahkan mereka kepada bimbingan berikutnya,

khususnya kemandirian dalam ekonomi. Kehidupan anak-anak yang

beroperasi di jalanan dan mudahnya mereka mendapatkan uang selama di

jalanan merupakan kendala tersendiri dalam pembinaan anak jalanan.

Langkah maksimal yang bisa dilakukan adalah mengurangi intensitas anak-

anak tersebut beroperasi di jalanan.

Dengan merubah cara pola berpikir anak binaan, maka pembimbing di

Yayasan Bina Anak Pertiwi mengajak anak untuk selalu berpikir optimis ke

depan. Karena kehidupan masa depan itu lahir dari bagaimana cara kita dalam

menjalani kehidupan sendiri. Berkaitan dengan hal ini disampaikan dan

dijelaskan oleh Ustadz Baihakki bahwa:

“Karena ada juga anak yayasan yang sudah tidak

bergantung pada yayasan, mereka dulu anak binaan sini dan

mereka sekarang sudah punya keahlian misalkan bisa service HP,

sekarang udah punya toko disana, kemarin HP saya yang satu lagi

juga dibetulin oleh anak binaan sini, jadi ada yang seperti itu, ada

yang punya bengkel, ada yang punya bermacam-macam, saya

tidak terlalu hafal. Intinya mereka sudah bisa dari sisi ekonomi,

Page 97: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

86

mereka sudah bisa mencari uang yang halal tidak seperti dulu

lagi, itu berarti mereka sudah dapat dikatakan mandiri”23

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa anak jalanan yang

tadinya mencari uang dengan ngamen di jalanan atau mulung dan saat ia

masuk ke Yayasan tidak melakukan hal itu lagi sehingga ia mencoba-coba

mencari tahu keahlian apa yang dimilikinya. Sampai pada akhirnya ia

memiliki keahlian service HP, kemudian ia sudah dapat membuka toko

Service HP. Dengan berusaha semampu yang ia bisa, anak binaan tersebut

menjadi seorang anak yang mandiri dan dari sisi ekonomi sendiripun sudah

dapat mencari uang dengan cara yang halal, tidak seperti dahulu lagi.

Hal ini menandakan bahwa seorang anak tersebut telah terlatih dalam

kemampuan life skill-nya. Menurut J. Danish Life skill adalah suatu

keterampilan hidup yang membantu kita untuk sukses di beragam lingkungan

dimana kita hidup seperti di sekolah, rumah dan lingkungan sekitar.24

Anak

binaan amat perlu diajari tentang life skill, karena tujuan akhirnya membuat

anak binaan memiliki kualitas hidup lebih baik dan bisa hidup mandiri. Selain

itu, anak binaan mampu menyiapkan hidupnya dengan keterampilan hidup

dasar serta menjadi orang dewasa yang produktif.

Kemandirian tidak hadir dengan sendirinya, ia dibentuk oleh

kebiasaan yang berulang-ulang. Terutama untuk anak binaan di Yayasan Bina

Anak Pertiwi, membutuhkan bimbingan dan arahan yang intensif dari

pembimbingnya. Agar proses pemkembangan anak dapat berjalan baik dan

terarah. Anak jalanan pun harus mendapatkan haknya seperti anak pada

umumnya, untuk itulah pentingnya Yayasan ini yang memiliki program kerja

pendidikan, keagamaan dan keterampilan untuk mewujudkan tujuan

memberdayakan manusia semaksimal mungkin hingga bermanfaat bagi

masyarakat luas.

23

Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina

Anak Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017. 24

Tanti Diniyanti, Mengajarkan Life Skill Kepada Anak, Artikel diakses pada tanggal 17

April 2018 daei http://www.kemangmedicalcare.com

Page 98: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

87

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan penelitian yang dilakukan penulis tentang

Metode Bimbingan Agama Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Jalanan

di Yayasan Bina Anak Pertiwi, maka penulis berusaha mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Metode Bimbingan Agama yang dilakukan oleh Yayasan Bina Anak

Pertiwi terhadap anak binaannya melalui beberapa metode, di antaranya

yaitu metode individual dan metode kelompok. Dalam metode individual

pendekatan dilakukan secara face to face relationship yaitu hubungan

empat mata yang dilakukan seorang pembimbing dengan anak binaan

karena masalah yang dihadapi anak binaan bersifat pribadi sehingga

pendekatan yang dilakukan adalah home visit. Sedangkan metode

kelompok pendekatannya dilakukan dengan beberapa metode, di

antaranya yaitu metode ceramah, metode cerita (kisah), metode

keteladanan dan metode wawancara.

2. Karakteristik anak binaan dalam proses pembentukan kemandirian, di

antaranya anak binaan dapat melakukan segala aktivitasnya secara

sendiri, mampu mengatur kehidupan dan diri sendiri, bisa mengontrol

emosinya, bisa mengeluarkan ide-idenya sendiri dan menentukan arah

tujuan, serta anak binaan dapat membuat keputusan dan pilihan sesuai

dengan pandangannya. Adapun pendekatan Pembimbing Agama menuju

proses kemandirian anak binaan tersebut dengan nasehat, materi motivasi

dan memfasilitasi anak binaan. Di samping ditanamkan pesan-pesan

moral keagamaan, pembimbing juga menanamkan nilai-nilai yang sangat

bermanfaat bagi kemandirian mereka, misalnya: menumbuhkan rasa

percaya diri dan menjadi diri sendiri, komunikasi terbuka, kebiasaan serta

disiplin.

3. Dalam tahapan-tahapan pembentukan kemandirian anak jalanan diawali

dengan treatment yang berisi tentang program bimbingan, program

Page 99: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

88

keseharian dan program memimpin program yang terdapat di yayasan.

Pada keberdayaan merupakan faktor pembentukan kemandirian yang

berisi tentang ajaran agama (materi), pengelolaan mandiri dan

penggunaan fasilitas yang ada di yayasan. Terakhir ada mandiri yang

berisi tentang sebuah ide, nilai-nilai serta kesepakatan bersama. Dari

treatment, keberdayaan dan mandiri dapat dijelaskan bahwa dalam proses

pembentukan kemandirian anak jalanan berawal dari pembahasan

mengenai faktor-faktor pembentukan, lalu dilanjutkan dengan proses

pembentukan kemandirian. Setelah semua bagian dilaksanakan, maka

kemandirian akan terwujud, artinya kemandirian akan terwujud setelah

proses pembentukan dengan dengan beberapa tahapannya terlaksana.

B. Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian beserta kesimpulan yang telah

dijelaskan dalam skripsi ini, peneliti memiliki beberapa saran yang akan

disampaikan guna membangun dan dapat dijadikan evaluasi dalam

meningkatkan mutu dan kualitas serta tujuan dari penulisan ini yaitu

menjadikan anak-anak jalanan yang mandiri sebagai tolak ukur dari hasil

metode yang digunakan seorang pembimbing dalam melaksanakan

bimbingannya. Maka dari itu yang perlu diperhatikan, ada beberapa saran

yang akan peneliti uraikan

1. Diharapkan terhadap pihak yayasan agar menambahkan tenaga pengajar

yang handal dan mumpuni dalam bidang formal agar anak-anak binaan

lebih cepat dalam mendapatkan ilmunya.

2. Bimbingan moral dan mental keagamaan anak binaan hendaknya lebih

ditingkatkan lagi, mengingat anak jalanan selalu hidup dalam lingkungan

pergaulan yang keras.

3. Perlu ditambahnya beberapa bimbingan yang terfokus pada keterampilan

atau life skill para anak binaan serta kegiatan yang bersifat mendidik dan

produktif yang nantinya bisa mereka gunakan di luar lingkungan yayasan

sehingga mereka dapat hidup lebih mandiri.

Page 100: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

89

4. Diharapkan lebih banyak lagi menjalin kerjasama dengan pihak-pihak

tertentu untuk memperluas jaringan.

5. Diharapkan akses informasi dan potensi lebih luas dengan pusat-pusat

ekonomi.

Page 101: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

88

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, J. (2006). Cara Nabi Menyiapkan Generasi. Surabaya: CV Fitrah

Mandiri Sejahtera.

Ali, M., & dan Mohammad A. (2008). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta

Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Amin, S.M. (2010). Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah.

Anggraini, E. N. Hubungan Antara Kemandirian Dengan Penyesuaian Diri Pada

Mahasiswa Baru Yang Merantau Di Kota Malang. Artikel diakses pada

24 Februari 2017 dari http://www.e-jurnal.com/2015/09/hubungan-

antara-kemandirian-dengan.html.

Aprilianto, H. Membangun Sikap Mandiri dan Enterpreneurship. Artikel diakses

pada 18 Mei 2017 dari http://www.kompasiana.-

com/hendriaprilianto/membangun-sikap-mandiri-dan-wawasan-entrepre-

neurship_54ff6cc8a333111f4b510267.

Arifin, M. (1982). Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama.

Jakarta: Golden Terayon Press.

Asrori, M. (2009). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. 2009.

Azwar. (1991). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahannya. (2005).

Surabaya: Duta Ilmu Surabaya.

Departemen Sosial, Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia.

Intervensi Psikososial. (2011). Jakarta: Depsos.

Departemen Sosial: Modul Pendampingan Anak Jalanan. (1997). Semarang:

Departemen Sosial.

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Panduan

Penyuluh Agama. (1987). Jakarta: Departemen Agama RI.

Drajat, Z. (1982). Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan

Bintang.

Faqih, A. R. (2001). Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta: UII Press.

Oktaviany, F. Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Sekolah Otonom Oleh

Sanggar Anak Akar di Gudang Seng Jakarta Timur, Artikel diakses pada

16 April 2018 dari http://related:repository.uinjkt.ac.-

id/dspace/bitstream/123456789/3722/1/-Fenny%20oktaviany-Fdk.pdf

skripsi pemberdayaan kemandirian anak.

Page 102: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

89

Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:

Bumi Aksara.

Hamdani. (2012). Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Hasyim, I. A. M. (1994). Pendidikan Anak Menurut Islam. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Hefni, H., dkk. (2003). Metode Dakwah. Jakarta: Kencana.

Hendriyati. (1998). Ringkasan Analisi Situasi Anak yang Membutuhkan

Perlindungan Khusus. Jakarta: Atmajaya.

Irwanto, dkk. (1997). Pekerja Anak di tiga Kota Besar: Jakarta, Surabaya,

Medan. UNICEF.

Laode, K. M. (2006). 14 Langkah Bagaimana Rasulullah SAW Membangun

Kerajaan Bisnis. Jakarta: Republika.

Lutfi, M. (2008). Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam.

Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Maleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Manaf, M. A. (1996). Sejarah Agama-agama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Mardalis. (1995). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi

Aksara.

Mubasyaroh. (2003). ”Metode-metode Bimbingan Agama Anak Jalanan”. Jurnal

Bimbingan Konseling Islam. 4(2).

Nopyan, A. (2007). Model Pembelajaran Program Kolaboratif Kemandirian

Anak Jalanan di Rumah Singgah. Bandung: UPI.

Parial, D. Permasalahan Anak Jalanan. Artikel diakses pada 16 Mei 2017 dari

http://t4rbiyah.blogspot.com/2008/01/permasalahan-anak-jalanan-dan.-

html.

Pramujiti, T. Pengentasan Anak Jalanan. Artikel diakses pada 16 Mei 2017 dari

http://Seputar-Kemiskinan Struktural-Dan-Kultural.html.

Prayitno & Erman Amti. (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:

PT Asdi Mahasatya.

Profil Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan tahun 2017.

Sari, R. F. S. Studi Deskriptif tentang Efektivitas Pemberdayaan dalam

Meningkatkan Kemandirian Anak Jalanan di Unit Pelaksana Teknis

Dinas (UPTD) Kampung Anak Negeri Dinas Sosial Kota Surabaya,

Artikel diakses pada 17 April 2018 dari http://download-fullpapers-

kmp500fbc7e9dfull.

Page 103: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

90

Sevilla, C. G. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press.

Shalahudin. (2006). Anak Jalanan Perempuan. Semarang: Yayasan Setara.

Simandjuntak, B. (1981). Beberapa Aspek Psikologi Sosial. Bandung: P Alumni.

Slameto. (1988). Bimbingan di Sekolah. Jakarta: Bina Aksara.

Soedijar. (1989). Profil Anak Jalanan DKI Jakarta. Jakarta: Media Informatika.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sumardi, L.S. (1996). Study Kasus Penanganan Anak Jalanan di Jakarta:

Alternatif Pendampingan bagi Anak-anak Kaum Pengungsi di Negeri

Sendiri. Jakarta: Institut Sosial Jakarta.

Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso. Pimpinan Yayasan Bina Anak Pertiwi.

Jakarta, 4 Oktober 2017.

Wawancara Pribadi dengan Dede Irawati. Pembina/ Pengajar di Yayasan Bina

Anak Pertiwi. Jakarta, 6 Desember 2017.

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Agus. Anak Binaan di Yayasan Bina

Anak Pertiwi. Jakarta, 12 Oktober 2017.

Wawancara Pribadi dengan Napriadi. Anak Binaan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi. Jakarta, 12 Oktober 2017.

Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki. Pembimbing Agama di Yayasan

Bina Anak Pertiwi. Jakarta, 11 Oktober 2017.

Wawancara Pribadi dengan Wahyu Anugrah. Anak Binaan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi. Jakarta, 12 Oktober 2017.

Widiyanto, P. (1986). Gelandangan: Pandangan Ilmu Sosial. Jakarta: LP3ES.

Page 104: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

LAMPIRAN

Page 105: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

Wawancara dengan Ali Santoso, Wawancara dengan Ustadz Baihakki,

Ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi Pembimbing Agama di Yayasan

Bina Anak Pertiwi

Wawancara dengan Napriadi, Salah Satu Anak Jalanan

di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Page 106: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

Wawancara dengan Agus, Salah Satu Wawancara dengan Wahyu, Salah

Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak Satu Anak Jalanan di Yayasan Bina

Pertiwi Anak Pertiwi

Program Kegiatan BBQ (Belajar Program Kegiatan BBQ (Belajar Baca

Baca Qur’an) Qur’an)

Page 107: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

Anak-anak Jalanan di Yayasan Bina Penampilan Musik dari Anak Jalanan

Pertiwi Yayasan Bina Anak Pertiwi dalam

Acara Sinar Mas MSIG Life

Program Kegiatan Kerajinan Tangan Program Kegiatan BBQ (Belajar

Baca Qur’an)

Page 108: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

Program Kegiatan Keterampilan Musik Program Kegiatan Keterampilan

Musik

Program Kegiatan Keterampilan Bela Diri Keterampilan Bela Diri (Karate)

(Karate) Anak Jalanan

Page 109: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

Foto Bersama Pelatih Karate di Yayasan Program Kegiatan Keterampilan

Bina Anak Pertiwi Seni Lukis

Page 110: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim
Page 111: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim
Page 112: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim
Page 113: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu

1 Pendidikan Taman Anak Sejahtera (TAS/PAUD)09.00-11.00 09.00-11.00 09.00-11.01 09.00-11.02

1. Dede Irawati

2. Ina Marlina 3.

Agus Malabar

2 Kejar Paket A, B, dan C 13.00-14.30 13.00-14.31 13.00-14.32 13.00-14.33

1. Eva Herawati

2. Diana Lestari

3. Maidah

3 Belajar Baca Qur'an (BBQ) Anak 13.30-15.00 13.30-15.01

1. Ustadz Baihakki

2. Andini 3.

Naura 4.

Adinda

5. Anisa 6.

Maziah

4 Belajar Baca Qur'an (BBQ) Orang Tua 13.30-15.00 1. Maziah

2. Ustadz Baihakki

NO Tenaga Pengajar HARI

LIBUR

PROGRAM KEGIATANYAYASAN BINA ANAK PERTIWI

Page 114: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

5 Bimbingan Belajar 13.00-14.30 13.00-14.31 13.00-14.32 13.00-14.30

1. Maidah

2. Nurkholifah 3.

Dede Irawanti

6 Keterampilan Bela Diri 08.00-10.00 15.00-18.00 Ari M. Rizky

7 Keterampilan Seni Lukis 15.30-17.00 13.00-15.00 Mulyadi

8 Keterampilan Musik 10.00-12.00 10.00-12.00

1. Ari M. Rizky 2.

Hotlina Rosdiana

3. Herly Saputra

4. Rustam Taryan

9 Kerajinan Tangan Mulyadi

10 Futsal 15.00-17.00

LIBUR

Page 115: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

HASIL WAWANCARA

Wawancara dengan Ketua di Yayasan Bina Anak Pertiwi.

Nama : Ali Santoso

1. Bagaimana latar belakang dan sejarah berdirinya Yayasan ini?

Ya kalo sejarahnya, ini kan dulu tuh di tahun 1997 ya, anak-anak aktivis HMI

UIN kalo dulu kan IAIN ya, dia sebuah komunitas yang memang mau

mengajarkan anak-anak jalanan. Dulu kita bertempat atau birokrasi tuh di daerah

Mesjid Al-Awwabin dibelakang Pasar Minggu, Polsek Pasar Minggu. Dulu

mereka tuh tahun 1997 tuh hanya mengajar anak jalanan aja hanya 8 anak yang

diajarkan, dulu saya angkatan pertamanya anak jalanannya. Nah, akan tetapi di

Tahun 1998 tragedi demonstrasi besar-besaran anak-anak jalanan tuh semakin

banyak, nah dilegalkanlah tempatnya di tanggal 8 November 1998 berbentuk

sebuah lembaga yang namanya “Yayasan Bina Anak Pertiwi”, itu memang

dikepalai oleh Pak Ahmad Zayadi waktu itu. Nah, anak-anak jalanan tuhwaktu

itu tahun 1998 situ 79 anak tapi keluar 1 waktu itu jadi 78 anak. Nah, itu sampai

berjalanlah kegiatannya sampai saat ini cuman kita kebetulan di tahun 2013 ada

perombakan struktural, itu kita regenerasi ke-2 yang memang digantikan

langsung oleh saya sendiri. Jadi, diangkatan 1998itu Ahmad Zayadi, yang

sekarang itu dari 2013 sampai saat ini langsung saya untuk regenerasi struktur

kepengurusannya.

2. Jelaskan visi dan misi serta tujuan dari Yayasan ini?

Kalo visi dan misi kita, memang langsung kita jabarkan ya memang disini tuh

visi dan misi itu mengembalikan anak ke sekolah dan ke orang tua. Jadi, dulu tuh

kebanyakan anak jalanan itu mereka itu memang kehidupannya hanya di jalan

tapi kebanyakan putus sekolah tapi untuk Yayasan Bina Anak Pertiwi sendiri

karena memang total binaannya keseluruhan waktu itu di tahun 2010 sampai

2012 itu 813 anak akan tetapi di tahun 2013 itu saya update ulang saya input

ulang ternyata yang kita memang bisa kelola tuh kita bina itu hanya 529 anak

sampai saat ini masih banyak yang belum kita input tapi yang baru masuk 529.

Nah, memang dari hal itu jadi Yayasan Bina Anak Pertiwi dengan visi dan misi

mengembalikan anak ke sekolah dan ke orang tua bahwa anak bukan untuk di

jalanan lagi, jadi kita memang anak yang sudah berumur di atas 7, 8, 9, 10 tuh

kita sekolahkan tetep kembali ke sekolah formal dan kita kembalikan ke orang

tuanya jadi bukan anak untuk di jalan jadi kita tuh mengembangkan lewat sisi

pendidikan tapi tidak kita perkenankan untuk mengamen kembali ya untuk di

Page 116: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

jalan, mengamen, mengemis, terus mulung dan kuli kupas bawang. Karena ada

empat kriteria yang memang dalam pekerjaan anak, yang pertama itu mengamen,

kedua mengemis, ketiga pemulung dan keempat kuli kupas bawang. Jadi untuk

menjauhkan dari eksploitasi anak atau anak dipekerjakan dibawah umur. Dari

dua itu memang kita konsep yang memang mungkin ya beda dari lembaga lain.

Nah, kalo tujuan kita, tujuan yayasan ini tuh mengembalikan anak ke sekolah dan

ke orang tua bahwa untuk sebenernya itu untuk mengurangi aktivitas anak di

jalan sih ya dan kalo bisa itu sesuai dengan tujuannya pemerintah bahwa itu

bebas dari anak jalanan tapi pada dasarnya kita acuan itu mengembalikan anak ke

sekolah dan ke orang tua jadi anak bukan dijadikan korban eksploitasi anak.

3. Bagaimana respon masyarakat sekitar terkait Yayasan ini?

Kalo pandangan masyarakat awalnya kita di tahun 2001 kita beli ya tapi kita

tempatkan di 2003 itu memang pada awalnya itu masyarakat tuh tidak menerima,

kontra karena apa anak jalanan dilihatnya, bahwa anak jalanan tuh sampah

masyarakat tapi kita pendekatan perlahan-lahan, dengan apa? Dengan kita

berikan bantuan mereka berupa kesehatan, dari mereka tidak punya gakin

dulunya zaman Gakin kita kan di tahun 2003 itu diberikan sertifikat Gakin oleh

Dinas Kesehatan yang disebut lembaga kitalah yang pertama untuk membantu

peranan pemerintah untuk masyarakat. Dari awal mulanya disitulah masyarakat

percaya dengan kita bahwa lembaga itu bukan komersil tapi bener-bener sosial

jadi mereka pendampingan ke rumah sakit sampai biaya itu kita free bener-bener

gratis. Sampai saat ini kita diterima baik ya oleh masyarakat karena memang

tujuannya yang jelas, tujuannya bener baik, banyak warga disinipun yatim

piatunya kita bantu dan memang mereka sudah banyak yang sudah mandiri.

Kontribusi mereka tuh paling hanya sekedar membantu apa ya, kalo dibilang

mereka ada acara kita diundang jadi anak-anak diberikan makanan disini ataupun

lingkungannya, lingkungan depan yayasan di sapuin, gitu aja sih paling engga

ada yang lain. Yaa..kalau pandangan buruk satu dua adalah karena dia juga tidak

tau dalemnya lembaga karena berpikirkan namanya manusia ya engga ada yang

sempurna.

4. Bagaimana proses rekrutmen sebagai anak binaan?

Nah, kalo untuk merekrut anak-anak jalanan, bagaimana sih sampai data sebesar

itu ya kan? Ada 3 konsep yang kami jalankan, yang pertama kita outreach, yang

kedua kita assessment dan yang ketiga kita tuh home visit. Yang pertama

outreach kita penjangkauan langsung ke lapangan, kita audit langsung, kita

sidap, itu namanya outreach. Ada memang pro-kontranya, ada banyak yang

Page 117: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

menerima ataupun yang tidak menerima dengan kita, karena apa? Lebih

intelektual mereka dibanding kita, karena apa? Dia bilang “ah, ngapain didata

nanti data kita dijual!” bener nyata fakta, karena apa? Itu sudah terjadi buat

mereka, karena apa? Banyak orang-orang yang mendata hanya janji. Tuh janji

kosong buat mereka didata ntar diberikan bantuan nanti dijual, itu bener buat

mereka. Nah, tapi kita dengan pendekatan, kita berikan kasih sayang, kita berikan

identitas kita juga nih kaya fotocopy KTP, alamat rumah, alamat yayasan, nomor

telepon, itu untuk mempercayai mereka. Mereka memang bergerombolan

tadinya, ketika kita sudah mendekat dengan mereka, langsung kita kasih

assessment kita data, kita input datanya langsung dengan bagian administrasi

kita. Sudah kita input data, kita mendapatkan identitas mereka, kita home visit ke

rumahnya bener atau tidak, layak atau tidak kita bantu. Karena jangan dibilang

semuanya anak jalanan itu orang tidak mampu, sebagian ada orang mampu. Ya,

memang rumahnya walaupun 2 petak atau satu petak tapi punya kendaraan ada.

Nah, disitulah dari kita yang harus bener-bener dipilih, harus bener-bener selektif

gitu kita kunjungan langsung ke rumahnya.

5. Ada berapa anak jalanan yang ada atau yang terdaftar di Yayasan ini?

Kalo yang sekarang di tahun 2017 itu baru yang masuk tuh 529 anak tapi masih

ada yang mendaftar tapi memang kita belum bisa untuk menerima kuota karena

apa memang disini apa yaa..terlalu banyak sih datanya karena kita juga harus

bener-bener selektif, yang belum datanya atau yang belum kita terima ya tapi

tetep kita terima data tapi kita pending, kita tidak bisa untuk memasuki, kita tidak

bisa input data langsung, karena apa? Mereka disini sebagian khususnya anak

yatim, itu pas kita home visit itu memang layak dibantu akan tetapi mereka kita

lihat juga kriterianya, yang pertama dia kita lihat masuk ke lembaga lain ga?

Misalkan lembaga lain yang memang mengelola hanya bantuannya saja untuk

anak yatim itu tidak bisa kita masukan, itu yang pertama. Karena takutnya double

data, yang kedua memang disini kita melihat dia ngontrak tiga petak punya anak

ibunya kerja kuli cuci, abangnya misalkan punya anak tiga, yang dua sudah

bekerja. Nah, itu tidak bisa kita bantu, karena apa? Karena mampu apalagi punya

kendaraan, kita lihat dulu kendaraannya kreditnya sudah lunas atau beli cash

ataupun masih kredit ataupun kehidupannya cukup atau tidak. Itu kita harus

selektif jadi kita ga hanya anak yatim dibantu, kita engga yatim ya yatim mana

dulu iya kan, harus dipilih karena kita kan bukannya kita nyombongin atau apa

harus selektif bener. Kenapa banyak lembaga-lembaga lain yang memang hanya

mengelola saja non-panti dan bantuan dipanggilin anak-anaknya diberi bantuan

dan pulang. Kita ga bisa seperti itu karena kita berikan, misalnya kita dapet

bantuan pendidikan kita berikan ke mereka tapi mereka harus mengikuti

Page 118: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

peraturan atau prosedur yang ada di lembaga, contohnya kegiatan disini belajar

baca Qur’an, karate, trus ada musiknya, keterampilan dan yang laen-laen. Jadi,

tidak mengikuti kita juga ga mau karena itu bukannya sifat yang mendidik, tapi

apa? Memberi pelajaran bahwa mereka itu berharap. Itu buat kami disini seperti

sekarang ada bantuan Sucopindo untuk 500 anak itu kita berikan untuk mereka

tapi mereka harus mengikuti kegiatan yang ada di lembaga, bantuannya berupa

pendidikan dari PT. Sucopindo Persero jadi makanya kita ngeliat yatimnya yatim

mana dulu, orang berpikir anak jalanan sampah masyarakat, lihat ga kenapa

mereka tuh asal-usulnya bisa sampe untuk turun ke jalan? Karena faktor

keterpaksaan, karena mereka hidup hanya sama seorang ibu saja, ayahnya

meninggal atau ayahnya pun kabur atau ibunya tuh diceraikan atau ditinggalkan

oleh suaminya, itu yang menjadi dia ke jalan. Makanya bukan hanya sebulan dua

bulan kan kalo udah tiga bulan tidak dinafkahin apa coba? Ya kan? Apalagi

ditinggalkan yatim bukan anak itu jadinya, engga diperhatikan, engga diberi

kasih saying. Makanya yatimnya yatim mana dulu, bukan katanya emang bener

paham kami, bukannya saya tidak percaya dengan Al-Qur’an tapi Al-Qur’an tuh

menjelaskan kita membahagiakan anak yatim tuh pahalanya berlipat ganda, tapi

yatim mana dulu? Allah itu jelas, sekarang saya tanya kalo punya rumah tiga

petak rumah sendiri, punya motor, ya kan abangnya kerja dua, ya kan rumahnya

barang-barangnya ga mewah tapi kan punya tempat tinggal, adeknya masih ada

yang itungan yatim wajib dibantu ga? Lebih memberikan orang lain itu harus

selektif karena kita negaranya negara yang berbau nominal rupiah.

6. Bentuk keberhasilan seperti apa yang bisa dijelaskan berkaitan dengan program

di Yayasan ini?

Kalo keberhasilan kita yang pertama itu untuk anak ya, khususnya untuk anak itu

banyak tingkat keberhasilan kita dari tahun 2010 sampai 2017 ini itu sudah 99%

anak tidak lagi di jalan itu yang pertama, yang kedua anak sudah kembali ke

sekolah formal dan non-formal jadi kalo anak yang tidak sekolah formal itu kita

non-formalkan dari kejar paket A, B, dan C-nya dan untuk anak balitanya taman

anak sejahtera setara dengan PAUD. Nah, selebihnya itu yang sekolah formal

dan non-formal ini ada kita juga khususkan untuk PLK (Pendidikan Layanan

Khusus) untuk keterampilannya gitu, kalo untuk sarana prasarana sudah cukup

memadai ya, sudah cukup sistem pembelajarannya juga sudah rapi,

manajemennya juga Alhamdulillah sudah rapi juga, dari struktur kepengurusan

juga sudah rapi semua sih. Alhamdulillah kalo untuk keberhasilan sudah tidak

ada masalah lagi sih ya, tinggal kita menjalankan dan mengembangkan apalagi

utnuk orang tua sendiri bukan hanya anak, dari orang tua anak jalanan sendiri itu

sudah kita karyakan lewat modal usahanya jadi sebagian mereka tidak ada yang

Page 119: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

mengemis lagi, mengamen, mulung dan kuli kupas bawang walaupun sebagian

kecil masih ada tapi belum sampe tingkat 100% ya masih 90%-an tapi anaknya

masih diperbolehkan untuk sekolah ya bukan untuk dieksploitasi lagi.

7. Pernahkah ada semacam kegagalan implementasi program kepada anak binaan?

Banyak, kalo untuk kegagalan banyak. Yang pertama, kita itu masalahnya

anggaran ya, kalo setiap program kan pasti harus ada pengeluaran, ya kan? Tapi

kita tidak ada pemasukan, pemasukan kita tuh masih minim karena kita masih

dana pribadi. Apa yang kita lakukan untuk program disini kita secukupnya atau

semampu kita pengeluaran dari pribadi kita gitu tapi bagaimana program ini tetap

berjalan dengan baik. Nah, tapi disini untuk mencapai program yang maksimal

jadi semua pengurus itu ada kesadaran utnuk mengeluarkan dana pribadi. Nah,

itu disitu untuk kegagalannya dan yang kedua anak itu kegagalan untuk kita itu

masalah anak, daya kemauannya tuh besar tapi jarak tempuh dari tempat tinggal

ke yayasan itu cukup jauh, permasalahannya transportnya kita tidak bisa

memberikan transport karena kita tidak ada anggaran. Nah, Alhamdulillah kalo

sekarang khususnya 2017 ya dari bulan Juli itu penambahan program sangat

signifikan sangat besar karena disini ada 10 program yang sudah masuk, ini

semua ini berjalan khususnya apalagi BBQ, karate, Taman Anak Sejahtera

(TAS), keterampilan, bimbel dan yang laen-laen itu berjalan ketika di tahun 2017

bulan Juli itu dari Sucopindo itu kita diberikan dana itu anggaran sebesar 300

Juta untuk 500 anak, khususnya 500 anak tapi yang 29-nya itu tetap kita berikan

gitu dari operasional kita. Jadi peranak itu kita berikan transportnya gitu sebulan

itu memang minim ya 70.000 tapi ya untuk sarana media untuk pembelajaran kita

tetep dari operasional yang sudah diberikan oleh Sucopindo ini, itu selama 6

bulan satu semester. Sucopindo itu perusahaan BUMN.

8. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat program yang ditemukan oleh

Yayasan?

Kalo faktor pendukungnya memang gini ya, kita kan harus ada sarana

prasarananya, strukturalnya juga harus jelas, anggarannya pun harus ada

sebenarnya, itu faktor pendukung ya. Nah, kalo penghambat memang yang kami

rasakan sampai saat ini masalah anggaran, kami sampai saat ini masih pake

anggaran pribadi karena apa? Kita tadinya sarana prasarana itu tidak sesuai

dengan yang namanya Yayasan bener-bener kosong. Nah, disinilah kita rintis

sarana prasarananya dari kita inventaris mejanya, terus komputernya, terus ruang

belajarnya, ruang psikolognya juga dan yang laen masih banyak tuh harus. Nah,

kita disini memang terpacunya satu anggaran karena kami masih memakai

Page 120: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

anggaran pribadi karena walaupun kita dana pribadi kita ada rezeki sedikit-

sedikit kita belikan inventaris untuk sarana prasarana biar sebagai pendukung

karena kembali lagi kalo engga ada anggaran ya gimana mau berjalan kan? Tapi

kalo disini kita engga tercapu untuk ada atau tidak tetep berjalan. Kalo lembaga

pemerintah itu kan hanya mitra ya tapi kami bukan diatur untuk pemerintah

bukan, kita punya kebijakan sendiri tapi kita hanya sebagai mitra ya kalo untuk

mengandalkan anggaran pemerintah kan dunia sosial itu kan banyak, banyak

yang harus dibantu contohnya kan Rohingya ya kan? Nah, kita disini tidak

berharap dari anggaran pemerintah ada atau tidakpun kami tetap bersyukur,

diberi atau tidak kami tetap berjalan karena disini kegiatan yang kami jalankan

cukup banyak yang pertama disini yang kita memang panutkan untuk agamanya

ya, keagamaan itu ada BBQ (Belajar Baca Qur’an). Nah, disini kita namakan

Taman Qur’an itu sudah berjalan, nanti pengajian ibu-ibunya juga ada, pengajian

anak-anaknya juga ada terus untuk pendidikan formal dan non-formal.

Pendidikan formal ini kita yang kita sekolahkan 215 anak, untuk yang non-

formalnya kita ada program namanya Taman Anak Sejahtera (TAS) setara

dengan TK setingkat dengan PAUD, terus ada kelas A dan kelas B-nya itu kita

baru sejajar dengan kejar paket A setara dengan SD, kita juga ada keterampilan

bela diri, kita juga ada keterampilan musik, ada keterampilan futsal, kita ada

keterampilan tambahan belajar bimbelnya juga, kita juga ada disini nih sudah

berjalan dengan baik dan yang laen-laen gitu, itu ada 11 program yang kami

jalankan. Ada atau tidakpun kita tetap berjalan, ya Alhamdulillah kemarin kita

diberikan bantuan oleh Sucopindo khusunya dan ini diberikan untuk pendidikan

dan pembinaan anak-anak jalanan yang ada disini di lembaga Yayasan Bina

Anak Pertiwi sendiri kita diberikan dengan kuota 500 anak. Alhamdulillah kita

berjalan sampepun kita program ini memang Alhamdulillah semakin meningkat,

walaupun tadi saya bilang kebutuhan lembaga itu banyak hambatannya saya

bilang tadi apa belom pembayaran listrik, makan anak yang ada disini, yak an?

Akan tetapi walaupun mereka tidak mengeluh pengurusnya karena memang dia

tidak ada gaji atau tidak ada honor, bener-bener sosial walaupun mereka pulang

pergi harus nyari duit dulu buat ongkos ke Yayasan tetep mereka lakoni.

Makanya rukun Islam ada 5 kan? Sama dunia sosial kalo dipikir dengan logika

itu sama sejajar dengan rukun Islam, 5 rukun ini yang harus dijiwai oleh orang

sosial baru disebut sosial, yang pertama harus berani korban waktu, yang kedua

pikiran, ketiga tenaga, keempat materi, kelima korban perasaan. Siap engga

didzolimin orang, makanya kalo orang ngomong sosial otaknya pikir-pikir dulu

gitu, saya sering debat-debat diluar tuh berani waktu itu makanya jangan berpikir

kami orang-orang sosial begini, udah dijalankan 5 belom? Kalo masih ngeluh,

belom kan? Nah, itu dia makanya disini saya selalu titipkan anak-anak

Page 121: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

mahasiswa kita bilang suatu saat kalian duduk di bangku dewan atau kalian akan

melihat yah karena saya bilang bukan kita menyombongkan tidak, setiap tahun

pasti pejabat pemerintahan pasti dateng audiensi dengan kita langsung jadi tidak

hanya Jakarta tapi juga luar setiap tahun pasti ada, yang sudah itu dari Riau, dari

Kabupaten Belitung langsung ketua DPR RI-nya hadir kesini audiensi gitu jadi

harus dilihat-lihat ya. Makanya Alhamdulillah sih program-program lembaga ini

tuh kita berharap juga kedepannya suatu saat kita tua nanti atau kita udah engga

ada itu ada kenangan, oh ini yayasan dulu kita ini kita pernah ngerintis, ini hanya

sejarah, sejarah ini tapi memang apa namanya bener-bener masih berjalan, ya

kan? Bukan seperti para pejuang kan sejarahnya doang ya tapi dikenang tidak

kan? Nah, kami disitulah dengan saya kepemimpinan saya dari 2013 sampai

sepahit 2017 ini kami menjalankan, kami akan merubah paradigma semua

lembaga.

9. Dapatkah Bapak jelaskan proses atau tahapan program yang dilakukan di

Yayasan ini?

a. Proses menentukan anak binaan;

Kalo kita menentukan anak binaan dengan kriteria batasan umur kita

sesuaikan, kalo kriteria anak ya kita tidak memandang untuk anak jalanan,

anak yatim piatu, dan lain-lain semua sama tapi untuk programnya sendiri

kita ngeliatnya kita klasterin dengan umurnya gitu. Batas maksimal kalo

untuk pendidikan formal dan non-formal ya itu kita batasan itu sampai umur

18 tahun tapi kalau untuk yang keagamaan kita tidak ada batasan umur

umum.

b. Proses menentukan relawan;

Kalo untuk kriteria dari relawan itu kita liat dari relawan ya bukan pengurus.

Nah, kalo relawan itu kita melihatnya itu dari segi pertama tuh skill-nya atau

basic-nya dia, yang kedua dia hanya cuman dalam jangka waktunya berapa

lama jadi hanya sebagai pendamping saja tidak harus dia dimasukan dalam

mengajar tidak karena kita takutnya program ini rancu strukturalnya, hanya

pendamping ya jadi kalo dia jangka waktunya setahun jadi bisa kita masukan

kedalam relawan tetap gitu atau pengajar tetap.

c. Proses merencanakan program;

Kalo untuk proses rencana program kita memang kalo dari dulu memang

berjalan ya, berjalan tapi kurang efektif karena yang dulu-dulu itu berpikirnya

Page 122: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

sibuknya di proposal dan laporan. Nah, kalo kita rencananya ini disini tetep

merencanakan tetep mencarikan SDM yang bener-bener professional jadi kita

lihat kriterianya, rencananya kita misalkan program, contohnya Taman

Qur’an disini lewatnya BBQ (Belajar Baca Qur’an) karena kita tujuan dari

sekian anak kita harus ada anaklah yang memang hafiz Qur’an-lah gitu. Kita

merencanakan itu dari SDM-nya dulu, kualitasnya dia seperti apa, oh dia

mampu kebetulan memang hafiz Qur’an, kita taro siapa disini

penanggungjawabnya. Nah, khususnya untuk pendidikan misalkan Taman

Anak Sejahtera (TAS) ngeliat kualitasnya mereka, karena masalahnya

pelayanan harus ekstra karena anak itu selaku bosnya kita, bukan kita bosnya

mereka karena kita melakukan pelayanan memang tanpa merekapun Yayasan

tidak terbentuk, tidak ada, tidak ada inventaris, tidak ada yang laen-laen tanpa

ada data anak itu.

d. Proses memahami permasalahan anak binaan;

Kalo kita untuk mengetahui ya permasalahan anak itu lewatnya kita sharing,

kita sharing dengan mereka pendekatan ekstra, pelayanannya juga dan untuk

mengetahui psikologis mereka. Apa sih yang mereka rasakan di lingkungan

keluarganya mereka? Oh, seperti ini akhirnya kita dampingin lewat kita

memberikan 2 ini kasih yaitu perhatian dan kasih sayang. Makanya banyak

anak yang memang betah tinggal disini cuman kita tidak perbolehkan karena

sesuai dengan tujuan kami mengembalikan anak ke sekolah dan ke orang

tuanya dan orang tuapun harus bertanggungjawab kepada anaknya bukan

untuk dilepas begitu aja, dia kan manusia dilahirkan oleh Allah, diciptakan

oleh Allah lewat Rahim seorang ibu, ya orang tua juga engga enak

sembarangan tinggal dititipin di panti makanya yang saya sayangkan gitu.

Sekali lagi bukan munafik ya, kami melihat dan kami merasakan sendiri gitu

kami selaku korbannya lembaga yang memang dulunya kami seperti kaya

dimanfaatkan akan tetapi kami disini berpikirnya kalo anak dititipkan di

lembaga, contoh misalkan anak ini kisaran umur 2 tahun atau 3 tahun

dititipkan di Panti gitu atau di lembaga. Nah, dia memang karena kasus

perceraian, anak sehingga jadi tidak terurus menjadi broken home kan?

Ibunya pun bingung mau kemana akhirnya anak dititipkan, ibunya misalnya

contoh ke luar negeri sebagai TKW dan lain-lain nah itu tiba-tiba ibunya

tidak tau kemana lagi tidak tahu kalo misalkan udah meninggal ketika

bapaknya ini masih ada ya karena perceraian ya, anak perempuan sudah

dewasa sudah beranjak gadis tiba-tiba ketemu seorang laki-laki bahwa laki-

laki itu ayahnya tapi tidak tau sama-sama suka gimana? Pernikahan sedarah.

Apakah itu engga haram? Itu yang seharusnya dipikirkan kesitu, ya kan?

Page 123: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

Kadang berpikir, memberikan data saking sakit hatinya seorang ibu nama

ayahnya tidak dimasukan, bener ga? Itu kebanyakan seperti itu, kadang

kebanyakan seperti itu. Itulah memang yang kita bilang dan atau memberikan

informasipun ibunya itu ketika meninggalkan seorang anak di panti seperti

apa bapaknya namanya siapa, ah engga ada udah meninggal gitu padahal

masih hidup, tiba-tiba ibunya meninggal dunia di Negara orang sebagai

TKW, anak ini gadis tiba-tiba sudah dewasa bertemu laki-laki, itu yang saya

pikirkan tuh kesitu bayangannya, kita engga tau gitu, itu yang harusnya

sebagai acuan. Makanya timbulah adanya UUD perlindungan anak, UUD

pengasuhan anak dalam keluarga jadi anak tidak boleh tinggal di yayasan

atau di lembaga selama orang tuanya masih ada, lah kami sebelum ada

Undang-undang seperti itu udah menjalankan kecuali anak ini diusir atau

ditelantarkan orang tuanya nanti kita bina disini tapi tetep kita kembalikan,

hanya untuk menyelamatkan tapi kita kategorinya diatas 15 tahun tidak

dibawah 10 tahun tetep pendampingan ekstra ke orang tua. Kadang liat ya di

panti asuhan bayi ya, inget ya anak tidak bisa disalahkan karena mungkin itu

hubungan gelap atau yang lain-lain dibuang bayi sering denger kan? Itulah

yang seharusnya pemerintah itu melihat gitu melek mata apalagi di panti

yang engga ke audit, ya tapi itu mah urusannya merekalah ya. Cuma itu yang

kita sayangkan tapi kita tujuannya anak ini jangan sampai ditelantarkan,

dipekerjakan, makanya pemerintah tidak bisa dijadikan anak sebagai korban

eksploitasi ketika orang tuanya pun menyuruh anaknya bekerja, mengamen,

mengemis dan yang lain-lain, orang tua tidak bisa dijadikan pelaku tapi

ketika misalkan Eneng menyuruh anak saya ngamen, Eneng selaku pelaku

eksploitasi anak, orang tua ini ga bisa, lucu tidak?

e. Proses melaksanakan kontrol dan evaluasi;

Kalo kita kontrol untuk khususnya anak binaan kami lewat home visit ya,

kalo untuk manajemen kami tiap hari kitra kontrol. Engga ada batasan

minggu tidak jadi tiap hari karena kesensitifan manajemen lembaga, takutnya

rancu dari data, surat-menyurat dan yang lain-lain itu data harus udah rapi

semua dan itu khususnya itu untuk manajemen sendiri. Sesi pengontrolan

untuk di rumah singgah ini pengurus ada yang stand by itu udah engga

diragukan lah ya, ada Mas Ari, Mas Herli, dan lain-lain yang dewasanya,

kalo untuk kontrol manajemen itu Mas Ari karena yang punya wewenang itu

dari saya ke sekretaris dan ke bendahara yang punya wewenang untuk

memegang arsip kecuali khususnya untuk bendahara itu masalah keuangan

itu hanya koordinasi ke sekretaris. Tapi kalo saya, saya langsung melihat

karena lebih jelas, lebih real dan itu tuntutan jadi kaya Bunda nih saya tuntut,

Page 124: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

tuntutannya apa? Saya engga mau tau setiap pemasukan dan pengeluaran hari

itu harus dicatet itungan detik engga pake lama karena takutnya itu lupa, iya

kan 2.000, 3.000 itu. Kalo proses evaluasi untuk lembaga ini sendiri ya, kita

biasanya perbulan sebenernya seharusnya 6 bulan kalo didalam AD ART tapi

tergantung sih kalo sebulan udah pasti ya, cuman kadang seminggu atau dua

minggu sekali atau perbulan itu udah pasti. Kita sebulan bisa 2x atau 3x

tergantung kita cuman tiap bulan udah pasti, kalo untuk perenam bulan ada

AD ART-nya itu kita ke Dewan Pendiri, karena kebetulan Dewan Pendiri

kami itu kan sibuk tuh jadi kita yang mengantarkan ke rumahnya, kita

langsung evaluasi langsung laporan, engga pertahun, kita laporan juga ke

Dewan Pendiri tingkat perkembangannya “Good! Next!” itu kaya kemaren

kita laporan dari tahun 2013-2017 dibahas kita pake proyektor juga pake

infokus “Next! Oke lanjut!” Terus apa responnya “Good! Udah lanjut!”

sambil ngacungin jempol karena kan kita dari 2013 sampai sekarang

perkembangannya signifikan drastis, kita udah langsung menyerahkan data

tapi kita tampilkan dengan documenter, dengan ini, dengan itu.

f. Bagaimana penguatan bimbingan agama bagi anak binaan.

Nah, kalo untuk penguatan itu kita tadi lewat BBQ disini namanya Taman

Qur’an tapi belajar baca Qur’an yang tadi dibilang sistemnya Qira’ati kan

karena untuk cepet jadi anak langsung ke Qur’an udah tau “alif, ba, ta” itu

langsung ke Qur’an, itu penguatan sistem agamanya ya keagamaan dan juga

kita kaya Umi Qiqi pun beliau mengajarkan fiqihnya seperti hadats karena

anak-anak dan orang tua pun dia engga tau, iya kan? Misalkan dia memegang

seekor anjing dan terkena air liurnya kan ga tau, taunya megang doang tapi ga

tau itu najis, itu diajarkan semuanya, mimpi basah dan yang laen-laen.

10. Apa harapan Bapak terhadap anak binaan di Yayasan ini?

Kita dari kami pribadi ya, untuk Yayasan ini kesejahteraan sih bukan hanya dari

anak aja tapi juga orang tua karena anak itu Yayasan sendiri pun tidak bisa

mensejahterakan tanpa kita kerjasama dengan orang tuanya jadi orang tua juga

akan kita karyakan lewat modal usaha tadi dan bagaimana anak tidak

dieksploitasi jadi biar mereka ini tingkat perkembangan ekonominya mereka tuh

naiklah atau majulah dan derajat mereka bisa terangkat dengan lingkunganpun,

dengan pemerintah dan yang lain-lain. Jadi, bukan berarti mereka tuh jangan

sampe mereka aktivitas lagi di jalan, jadi yang tadi pemulung jadi pedagang, dari

yang mengemis jadi dagang, dari kuli kupas bawang dia jadi bos bawang

walaupun engga besar, jadi sesuai dengan kemampuan mereka apa yang mereka

Page 125: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

mampu. Justru kedepannya ini kita lagi mengonsep bagaimana SD-nya aja kaya

SD IT, paket C-nya seperti Madrasah dan tujuan kita itu sekolah ini bukan

sekolah biasa tapi setara dengan formal. Umum ya, karena disitu saya bilang saya

punya tujuan bisa beli tanah gede bangun sekolahan ya misalkan SD ya MI tapi

SD IT itu buat umum jadi anak kita ini engga usah pusing-pusing, orang mau

sekolah masuk, kita liat kriterianya dia orang kaya bayar subsidi silang jadinya,

bukan khusus tapi berbau sekolahan formal.

Jakarta, 13 September 2017

Narasumber,

Ali Santoso

Page 126: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

HASIL WAWANCARA

Wawancara dengan Pembimbing Agama di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Nama : Ustadz Baihakki

1. Bagaimana pandangan saudara sebagai pembimbing agama tentang Yayasan ini?

Awal disini, Yayasan ini bukan membina atau mengurusi agama Islam bukan,

semua agama dibina tapi ada pengkhususan untuk agama Islam gitu, dari sisi

program aja Islam semua disini ya tapi kalo untuk biaya, misalkan ada bantuan

beasiswa itu semua agama jadi yayasan ini bukan Yayasan khusus untuk semua

agama tetapi program yang ada disini didukung semuanya mendukung agama

Islam gitu dan bahkan kepengurusan inti dari yayasan ini dari ketua yayasannya

pokoknya agama Islam, makanya program-programnya ada Al-Qur‟an.

2. Bagaimana pemahaman saudara sebagai pembimbing agama berkaitan dengan

anak binaan?

Gini, saya kebetulan jurusan agama yang datang kesini pengen bantu dalam sisi

agama gitu, tapi gini pada awal saya masuk kesini itu memang anak binaannya

butuh sekali wawasan tentang Islam makanya saya sangat ingin bantu sisi-sisi

agama Islamnya, baca Qur‟annya, tentang tauhidnya, fiqihnya, tentang Nabi-nya

dan lain sebagainya. Akhirnya, disitu kami sisipi dari program TAS “A dan B”

ada sisi-sisi nilai agamanya harian shalat bagaimana kemudian cerita-cerita nabi,

kisah-kisah para sahabat dan lain sebagainya. Begitu juga dengan yang besar

yang B ya sama kaya gitu. Nah, sekarang lagi ditambah dengan program Al-

Qur‟an dan melihat kondisi anak binaannya seperti itu ya sementara ini sih kita

hanya bisa melakukan itu. Di program TAS ada materi tentang agama Islam yaitu

bagaimana shalat, kisah para Nabi gitu, kemudian ada lagi program khusus yang

namanya pengkajian Al-Qur‟an pun kami atau saya khusus tidak hanya

mengajarkan Al-Qur‟an tetapi bagaimana mereka bisa tau isi Al-Qur‟an gitu. Jadi

saya mengajarkan disini mengajarkan anak-anak dan orang tuanya mengajarkan

mereka untuk bisa baca Al-Qur‟an tapi saya memberikan pemahaman kepada

mereka apa tujuannya kita belajar Al-Qur‟an dan kenapa sih wajib bisa membaca

Al-Qur‟an jadi saya ingin memberikan mereka pemahaman bahwa ini Al-Qur‟an

petunjuk gitu coba dibaca maknanya dan lain-lainnya jadi bukan sekedar saya

pengen bisa baca Qur‟an nih selesai akhlak tidak diperdulikan kemudian

pokoknya sisi-sisi isi Al-Qur‟an itu engga dipedulikan hanya target baca Qur‟an

aja. Nah, saya engga mau kaya gitu, saya inginnya mereka bisa baca Qur‟an

kemudian akhlaknya baik shalatnya juga dijalankan dan mereka juga tau bahwa

Page 127: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

mereka harus mencari rezeki dengan cara yang halal karena kan isi Al-Qur‟an

kaya gitu. Jadi jangan sampe anak-anak yang kita bina disini mereka ikut belajar

Qur‟an, mereka ikut pembinaan tapi diluar sana mereka tetep mencari uang yang

tidak baik tidak halal kaya gitu. Saya tujuan saya kesana sebenarnya walaupun

sekarang sih ya memang berat perjuangannya karena disini waktunya engga

panjang paling cuma 2 jam, diluar sana lebih liar lagi kan kehidupannya kan

bebas, ketemu teman-teman yang lain, preman dan anak-anak jalanan yang lain,

ya orang-orang pasar kaya gitu nah jadi tarik-tarikannya lebih kuat kesana saya

pikir tapi kita tidak putus asa sih kita berusaha untuk bisa merubah mereka dari

pola pikir tentang kehidupan ini dari sisi agama Islam.

3. Dapatkah digambarkan profil anak binaan saudara?

Pertama dari profil keluarganya bagaimana ya, anak-anak disini (1) Mereka anak

yang saya katakana bahwa mereka tidak total diurus oleh orang tuanya, ada juga

anak yang yatim piatu yang diurus oleh ya mungkin orang terdekat disitu bisa

jadi bukan keluarganya, ada juga yang anak yang orang tuanya meninggalkan

begitu saja maka dititipin di yayasan sini, ada juga yang karena kasus perceraian

akhirnya pisah orang tuanya kemudian mereka engga punya orang yang dicontoh

dan merasa nyaman disini akhirnya banyak bergaul disini gitu. Kemudian dari

sisi ekonomi mereka semuanya ya rumahnya aja kemaren saya tanyakan ketika

belajar Qur‟an ibu-ibunya saya tanya “ibu rumahnya ngontrak berapa rupiah?”

gitu kan saya bilang, ya ada yang 100, 150, 200, 300 2x3 meter lah atau 3x3

meter itu terbuat dari papan kadang-kadang kalo ujan tuh rusak terus ditambal-

tambal gitu jadi bukan permanen dari papan dan kayu gitu, kemudian

lingkungannya juga kotor ya namanya juga dipinggir kali ya banyak sampah.

Awal saya kesini mereka itu belum terbina dengan kondisi fisiknya ya, misalkan

cara berpakaian yang baik itu anak-anaknya tuh kita kondisikan supaya mereka

kalo kesini mandi dulu kemudian ya dibersihkan dululah badannya gitu pakaian

dan semuanya supaya teratur dan makannya. Makan mereka tuh engga teratur

yang mungkin kita punya aturan sehari 3x mereka paling bisa cuma 2x pagi

kadang cuma jajan es engga sarapan kemudian siang baru makan, kaya gitu jadi

dalam kehidupannya ya engga sama sekali diatur gitu dan setelah masuk kedalam

TAS kita coba ngasih tau pagi sarapan dulu makanya kita ada program setiap hari

rabu itu makan bareng di Yayasan. Kalo dari sisi agamanya hampir semua itu

awal saya masuk, kenapa saya mau membantu disini, saya coba tanya dalam satu

kelas “siapa Tuhan kamu?” Mereka engga tau, ini usianya mulai dari 8-16 tahun

ini engga ada yang tau, terus bingung gitu saat itu, ada yang bisa baca Qur‟an

tapi dia juga tidak tau siapa Tuhannya, Nabinya juga engga tau. Nah, akhirnya

saya merasa terketuk gitu ya pengen membantu semakin semangat untuk

Page 128: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

membantu dan semakin ingin untuk memasukan nilai-nilai agama disini, saya

ajak orang-orang relawan dari luar yang saya kenal termasuk Bu Eva yang tadi

disini itu sengaja saya ajak kesini, ya saya bilang mungkin Ibu bisa menasehati

mereka dalam sisi agama, tapi itu pelan-pelan. Jadi profilnya kaya gitu kondisi

ekonominya ya yang tadi itu rumahnya sepetak gitu, orang tuanya banyak ada

yang pemulung, ada yang dulu tukang minta-minta kaya gitu kita rubah jadi

jualan kopi minuman dijalan, ada yang pemulung sekarang masih pemulung, ada

yang mengamen, ada yang anaknya dulu pernah saya ketemu orang tuanya ga

mau kerja gitu anaknya disuruh ngamen atau ngemis akhirnya karena anaknya

pengen sekolah kan waktu itu anaknya udah sekolah disini anaknya engga mau

ngamen lagi gitu karena dia pengen sekolah tapi orang tuanya memaksa bahkan

saya dengar dijedotin gitu ya ampe dikejar-kejar pake pisau pengen ngebunuhlah

saya engga tau bahasanya tuh yang pasti katanya dikejar-kejar pake pisau. Nah,

sekarang udah engga ada lagi anak itu udah engga sekolahdisini karena memang

orang tuanya, kita engga bisa maksa karena orang tua kandungnya gitu ya, kita

cuma bisa membantu merubah pola pikirnya cara itu salah, kita pengen merubah

yang mereka pemulung jadi engga, yang minta-minta jadi engga, yang mencari

rezeki dengan cara yang haram jadi engga, ya gitu kira-kira semuanya. Itu dari

sisi agamnya tadi. Dari sisi kepribadian dulunya kepribadian fisik misalnya dulu

engga mandi sekarang udah mulai membersihkan dan lain kondisinya dengan

sekarang tuh lain, waktu saya pertama masuk sini ya. Dulu yang awal saya kesini

mereka sama guru juga bersikapnya bagaimana dan sekarang udah mulai salim,

sama tamu juga salim, sekarang sudah seperti itu, kalo dulu mah engga waktu

awal saya masuk juga di kelas tuh ya pokonya intinya kacaulah gitu ya, ya kita

kasih tau cara belajar yang baik disini bagaimana gitu ya, bahkan saat di kelas itu

kadang ada jarum ya maen tusuk-tusuk aja ke temennya, engga peduli tuh

temennya berdarah atau engga, pernah begitu, nah sekarang udah engga,

namanya anak-anak sih maen biasa tapi sekarang udah mulai ada perubahan. Ya

secara umum sih kaya gitu rata-rata, dan saya juga engga memaksakan mereka

harus cepat berubah ya karena kondisinya engga seperti kita, mereka lebih

banyak disana kehidupannya, mereka lebih banyak di lapangan yang penuh

godaan ya misalnya tarik-tarikan dengan dunia preman, dunia pasar, dunia yang

bebas engga ada aturan gitu ya. Kemudian masalah pandangan sekolah, motivasi

orang tuanya masih belum semangat untuk menyekolahkan anaknya, semangat

orang tuanya nyari duit dengan cara apapun, nah disini kita sih sudah rubah ada

beasiswa misalkan dari Scupindo nih sudah bantu nah minimal dengan dana itu

syaratnya mereka harus sekolah, kalo misalkan ada yang engga sekolah ketauan

itu kita cabut, ada lagi yang kita kasih bantuan minimal mereka harus ikut

kegiatan satu disini setiap hari ahad gitu atau lagi minimal mereka harus ikut

Page 129: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

kegiatan apa gitu, ada syarat-syarat seperti itu supaya mereka tuh lebih banyak

waktu untuk belajar disini dibandingkan dengan kondisi awal dulu yang belum

kita bina mereka bebas, ya kira-kira kaya gitu ya.

4. Apa visi dan misi serta motivasi saudara sebagai pembimbing agama di Yayasan

ini?

Secara pribadi saya ingin mengajak tim ya yayasan untuk membina namanya aja

bahasa Bina Anak Pertiwi ya berarti membina dalam hal apapun terutama dalam

sisi agama, pendidikan dan pandangan hidup gitu artinya persepsi, pribadi anak

ini terhadap kehidupan ini apa gitu. Saya ingin mengajarkan kepada mereka itu

kita hidup ini tidak hanya untuk nyari uang gitu, bahagia itu ga mesti kita jadi

orang kaya dan banyak uang gitu, bahagia itu bisa dicapai dengan kita punya

pendidikan bagus, dengan kita bisa mengenal Allah dengan baik, mengenal Islam

dengan baik itu bisa bahagia gitu. Nah, kita mau kea rah sana gitu, jadi saya ingin

membuat pola pikir merubah pola pikir anak binaan sini dan orang-orang yang

disini tuh ya jangan duit mulu yang dipikirin gitu. Hidup ini, Allah itu ga menilai

suatu saat nanti kita mati gitu ya, ditanyain uangnya tapi ibadah kita gimana,

kaya gitu. Ya salah satu cita-cita saya ya merubah supaya pandangan tentang

Islamnya bagus, Islam tuh engga selamanya membahas masalah ibadah, shalat

gitu doang semua sisi sebetulnya dibahas, masalah ekonomi pun dibahas,

masalah pendidikan pun dibahas, masalah kesehatan dan lain sebagainya

sebetulnya itu dibahas. Nah, saya pengen ke arah sana tapi kan ga bisa instan

gitu, sedikit-sedikit kita mulai rubah dan saya merasakan ada perubahan dari

orang tua sih sebetulnya yang dulu mungkin mereka, sekarang mungkin pernah

denger kalo pemulung tuh duitnya banyak, peminta-minta tuh duitnya banyak

tapi sekarang mereka sudah mulai merubah yang mungkin disini engga sedikit ya

baru mulai bulan Agustus ini itu ada bantuan mereka setiap bulan tuh 70.000

engga banyak gitu ya. Agustus, September, Oktober udah 3 bulan, sebelum-

sebelumnya engga ada, kita cuma ngebantu kalo misalkan ada mahasiswa yang

dateng kadang-kadang ngadain acara dapet snack terus ada perusahaan dateng

ngebantu kasih makanan, cuma itu-itu aja paling. Nah, kalo dari yayasan

ngebantu mereka uang setiap bulannya berapa belum, nah dari situ saya berpikir

„oh ternyata orang tua sudah mulai berubah pola pikirnya yang dulu mungkin

mereka melihat dengan minta-minta perbulan sekian-sekian, nah disini kan bisa

diukur sama dia lebih gedean mulung ngapain gue disini gitu” nah sekarang

engga begitu, mereka lebih kesini karena mereka sedikit-sedikit kami kasih

masukan pikirin anaknya, anaknya jangan sampai sama seperti orang tuanya

yang kondisinya seperti ini saya pikir gitu dalam hal apapun dalam sisi apapun

terutama ekonomi, kepribadian dan lain-lain, begitu.

Page 130: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

5. Bagaimana saudara mempersiapkan materi bimbingan?

Kalo untuk TAS kan bukan saya yang ngajar ya, saya hanya sampaikan kepada

guru-guru TAS terutama targetnya adalah mereka pokoknya TAS itu mereka bisa

baca tujuannya nanti, kenapa saya

Saya engga mempersiapkan materi sih sebetulnya karena target utama saya

adalah pertama satu mereka sekarang ini ya mereka harus bisa baca Qur‟an, yang

kedua saya ingin membuka pola pikirnya sementara itu aja saya ulang-ulang

setiap hari gitu setiap pertemuan. Saya masukin sisi-sisi agama sih biasanya yang

kaitannya dengan itu, saya engga mempersiapkan materi sih, kalo untuk TAS itu

udah ada modulnya masing-masing tapi kita tidak ada kurikulum yang target

bagaimana ya cuma tergetnya tadi aja TAS.

6. Dapatkah saudara memberikan contoh bimbingan yang bersifat harian terhadap

anak binaan?

Biasanya saya contohnya shalat, saya engga banyak ngomong nyuruh mereka

shalat buat maksa, saya ditengah mereka saya shalat aja, misal di Aula mereka

lagi ngapain saya numpang shalat aja, saya orangnya tidak bukannya mereka lagi

main terus “ayok shalat shalat” engga, saya lebih kepada ya udah saya shalat aja

gitu. Nah dari awal saya kesini sampai sekarang Alhamdulillah sih mulai ada

perkembangan dalam artian yang awalnya engga sama sekali mereka ikut

dibelakang saya, sekarang-sekarang udah ngikutin jama‟ah.

Kalo contoh yang lainnya apa ya kalo secara ya intinya saya tidak pernah bilang

ke Yayasan atau Ketua binaan “nih anak binaan harus kaya gini” saya hanya

langsung aja praktek dan mereka menyaksikan “oh begitu” kaya gitu karena saya

khawatir kalo saya nyuruh-nyuruh mereka untuk apa dan lain-lain tapi saya

engga ngelakuin bisa jadi “ahh situ aja yang nyuruh engga” takutnya begitu

makanya saya lakuin aja duluan, saya berusaha untuk bisa menjadi teladan yang

baik, semua orang yang datang kesini juga sama.

Ya kita harus memberikan contoh dulu, kalo dia sudah merasa “oh ternyata

bener, baik dan lain sebagainya” penilaian mereka “seperti ini seharusnya” ya

entar juga diikutin sama dia, pelan-pelan sih memang sih agak lama gitu tapi

saya yakin suatu saat nanti akan dapetlah yang saya mau gitu ya.

7. Pernahkah mengalami kesulitan didalam proses bimbingan?

Kesulitan, saya pikir sih begini karena saya guru di sekolah dan saya juga ngajar

ya namanya mengalami kesulitan, ada hal macem-macem yang mungkin kita

Page 131: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

anggap itu sebagai masalah itu biasa, yang saya liat disini itu anak-anak yang

sangat tidak mampu saya anggap gitu ya kemudian yang mereka butuhkan itu

butuh motivasi, mereka itu butuh motivasi bukan dijatuhkan begitu juga dengan

orang tuanya.

Sekarang kita berpikir begini semua anak yang ada disini kan masih perlu dibina

gitu dengan kondisi seperti itu kan semua harus dibina dengan baik. Malah anak-

anak yang kita ingin punya cita-cita besar gitu ya ingin menjadi anak-anak tuh

seperti apa tapi terkadang kendalanya tuh dri orang tua gitu karena kita kan

engga kita ini kan bukan orang tua mereka gtiu tapi ya mentoknya di orang tua

gitu kita sudah berusaha dan biasanya mentoknya di uang lagi gitu, kita sudah

bina bahwa “ayo belajar yang rajin, cita-citanya apa kejar” gitu tapi disana kan

orang tuanya ya tetep butuh uang dan lain-lainlah gitu untuk keperluan hidupnya.

Akhirnya, anak-anak ini dibawa lagi ke entah itu mulung atau ngamen dan lain-

lain gitu tapi ya kita tarik-tarikan aja sama orang tuanya yang mana yang paling

kuat nih makanya saya inisiatif buat pengajian orang tua juga supaya apa?

Anaknya dapet, kita motivasi orang tuanya juga dapet, kalo dua-duanya udah

dapet ya insya Allah sih mereka punya pemahaman yang sama dengan kita ya

udah berjalan, itu tujuan saya kaya gitu.

8. Apa saja bimbingan agama dalam pembentukan kemandirian anak jalanan di

yayasan ini?

Agama yang kita berikan itu kan Al-Qur‟an, nasehat-nasehat gitu ya,

kemandirian kita ini biasanya di kelas aja.

9. Metode atau pendekatan apa saja yang digunakan dalam proses bimbingan

agama terhadap anak binaan? Dan kenapa metode bimbingan agama tersebut

yang digunakan?

Selama ini sih saya menggunakannya dengan ceramah saja sih ya, nasehat saya

kumpulkan di kelas saya kasih nasehat gitu materinya macem-macem terutama

tentang motivasi bagaimana mereka harus menghadapi kehidupan ini, menjalani

kehidupan ini yang benar gitu caranya. Jadi metode kan cara ya berarti ya

caranya seperti itu saya saat ini karena programnya juga baru ya saya hanya bisa

memberikan berusaha untuk yayasan ini memberikan contoh yang baik bahwa

kita buat kelas disitu kita kasih materi untuk pencerahan mereka, motivasi,

wawasan, ilmu agama, dan lain sebagainya cuma itu aja kemudian mungkin ya

nanti berkembangnya yang sudah ada dipikiran kita misalkan kita ngasih ada

panggil dari orang luar kita ngasih motivasi pembicaranya dari luar tentang

kehidupan, itu sih sudah ada dipikiran tapi kan berkait dana juga kalo ada

Page 132: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

uangnya gitu. Ya kebanyakan sih ini ya caranya dengan ceramah gitu ya nasehat

yang diforum kaya gitu paling sesekali atau beberapa kali kita panggil orang

tuanya ada masalah bagaimana kita tanya kondisi keluarganya, anaknya gimana,

shalat atau engga macem-macem, ya pendekatannya kaya gitu. Itu yang lebih

ngena sebetulnya, saya dulu pernah di TAS itu saya pernah panggil orang tuanya

satu-satu bahkan sampai ada yang nangis, ya intinya saya ingin orang tua itu

jangan egois gitu maksudnya urusin anaknya, kalo situ ga bisa ngurusin artinya

gini jangan sampe anak yang sudah dilahirkan oleh ibu gitu saya bilang ke

mereka ya udah ibu bebasin aja percaya kan ke TAS ke sini ke yayasan aja, di

rumah ibu bebasin lagi. Saya bilang urusin di rumah juga, disini juga dari sisi

pendidikannya, cari uangnya dengan cara yang baik, ya saya panggil satu-satu

kaya gitu kalo belum ada surat-suratnya bikin surat-surat sekarang engga usah

takut gratis belajar kenapa sih susah, masalahnya apa kita cari gitu dan disitu

lebih kena pendekatannya secara personal dan ceramah kalo klasikal semuanya

kaya gitu, cuma dua cara itu aja sih ya yang sering saya lakuin secara pribadi.

Nasehat secara personal sama ceramah secara klasikal aja. Dua-duanya sih

sebetulnya ngena cuman kalo yang personal itu butuh waktu banyak gitu kan

sementara saya juga engga banyak disini waktunya jadi Alhamdulillah sih dalam

forum kelas itu juga lumayan cukup sih ya pastinya lebih kena personal lebih

terasa buat mereka.

10. Apa yang saudara pahami tentang kemandirian?

Kalo mandiri kan berarti dia bisa melakukan sendiri ya tanpa bantuan orang lain

walaupun mungkin dia butuh tapi berusaha untuk melakukan sendiri karena dia

yakin bahwa dia bisa gitu dalam hal apapun, misal mengurusi diri sendiri dalam

masalah tidak lagi sedikit-sedikit orang tua, kita kepengen dalam kondisi apapun

anak ini bisa berdiri tegak gitu ya belajar ya udah belajar walaupun kondisinya

mungkin berat untuk dijalani, kondisi uangnya. Terutama disini kondisi uang ya,

kita pengen mereka itu bisa mengejar cita-citanya yang mereka impikan gitu

tanpa harus berpikir bahwa saya ini orang susah walaupun itu akan terpikir juga

“saya engga punya uang” tapi kita terus motivasi agar mereka tidak berpikir

begitu, udah jalan aja. Sisi agama yang kami berikan adalah kalian punya Allah,

saya sampaikan kepada mereka kalo kamu ingin kuliah engga punya uang jangan

minta sama yayasan, saya bilang kaya gitu. Shalat yang bener, paling itu yang

bisa saya berikan. Nah kemandirian itu ya dia bisa melakukan sendiri tanpa orang

lain walaupun dia butuh gitu, dia butuh bantuan orang tapi dia merasa bahwa

saya bisa nih walaupun sulit, saya pikir kaya gitu dalam sisi apapun agama,

ekonomi, kesulitan besar yang lainlah gitu.

Page 133: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

11. Kapan anak binaan dapat dikatakan mandiri?

Saya disini gini, disini kan lebih yang kondisi latar belakang mereka ekonominya

rendah gitu ya jadi kita coba berusaha untuk membina mereka dari sisi

pendidikan, agama juga, nah pendidikan mereka minimal SMA bisa kerja dari

sisi ekonomi mereka bisa nyari duit sendiri, kedua orang tuanya yang dulu

mungkin minta-minta sekarang kita bina kemudian mereka berubah menjadi

yang misalkan sekarang jadi tukang jual air minum, kopi, kaya gitu. Itu

keberhasilan-keberhasilan yang kita sudah lihat secara langsung gitu, ya kayak

gitu sih.

Saat dia itu tadi, anak binaan kalo yang usia sekolah atau pelajar berarti saat dia

sudah SMA dan kemudian dia bisa bekerja nah itu dari sisi ekonomi ya, kalo sisi

agama ya kita berusaha sebaik mungkin ngajarin supaya dia itu minimal

shalatnya dijaga git, nah bahkan kita ajarkan supaya mereka tuh disisihkan, bisa

membantu orang tua, kedepannya sih pengennya kayak gitu, minimal target kita

itu SMA kalopun bisa kuliah ya bagus. Masalahnya kan lagi-lagi kita memang

belum banyak dana gitu, anak binaannya 500 dananya cuma berapa jadi kita

engga bisa kecuali kita ngurusnya cuma seratus ya itu kemungkinan bisa gitu

cuma ini masalahnya banyak banget.

Karena ada juga anak yayasan yang sudah tidak bergantung pada yayasan,

mereka dulu anak binaan sini dan mereka sekarang sudah punya keahlian

misalkan punya bisa service HP, sekarang udah punya toko disana, kemarin HP

saya yang satu lagi tuh dibenerin sama anak binaan sini gitu, jadi ada yang kaya

gitu, ada yang punya bengkel, ada yang punya macem-macemlah banyak saya ga

terlalu hafal. Intinya mereka sudah bisa dari sisi ekonomi mereka sudah bisa

nyari duit yang halal tidak seperti dulu lagi, nah itu kan berarti mereka sudah bisa

mandiri, sisi agama kita berusaha untuk perbaiki gitu.

12. Apa saja tahapan-tahapan dalam pembentukan kemandirian anak binaan

tersebut?

Ya tahapannya sih saya selalu beri nasehat gini artinya kita satu memberi contoh,

kemudian saya memberikan materi yang memotivasi mereka, kemudian kita

memfasilitasi mereka suatu saat nanti walaupunpun sekarang belum ya,

memfasilitasi mereka misalkan kita sudah merancang suatu saat nanti kita harus

punya usaha yang diurus oleh anak binaan, nah supaya mereka tidak lagi

melakukan hal-hal yang tidak baik seperti dulu ngamen, mulung. Ngamen tuh

masih dianggap baiklah, minta-minta misalnya. Dulu di yayasan ini sudah ada

katanya waktu Ketua Yayasan yang lama itu sudah ada usaha buat sandal hotel

Page 134: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

itu mesinnya masih ada, nah nanti suatu saat nanti kita akan berusaha supaya

mereka bisa dari sisi ekonomi lagi nih gini kita berusaha buat mereka mandiri itu

suatu saat usaha bersama yang diurus oleh anak binaan, yang sudah berjalan saat

ini yang saat itu saya ada juga disini misalkan kemarin itu berjalan usaha buat

keripik kaya gitu, kita kasih dana nanti kita kasih uang sekian tapi lagi-lagi kan

kita tidak semudah membentuk mereka namanya usaha ya kadang jatuh akhirnya

ngedown, nah sekarang tidak dilanjut lagi tapi itu bagian dari usaha kami kita

berikan dana bantuan untuk usaha. Ada orang yang punya potensi nih misalkan

potensinya punya seperti keahlian apa kita kasih dana bantuan buka usaha gitu,

itu sudah berjalan dan sudah banyak juga yang sudah berhasil kemudian ada cara

lain misalkan secara khusus anak-anak yang berprestasi kita sekolahkan

ditanggung misalkan sampai kuliah, itu jga aka nada program itu dan itu juga

sudah berjalan juga dan akhirnya nanti mereka bisa kuliah dan kita juga punya

cita-cita semua anak binaan sini yang sukses nanti mereka bisa menyisihkan uang

zakatnya masuk kedalam yayasan ini gitu jadi mereka dulu dibantu sini nanti

bantu balik lagi kesini, kaya gitu.

13. Seberapa lama bimbingan agama berpengaruh kepada mereka?

Jadi gini untuk tau mereka berubah itu saya harus tau kondisi rumahnya

bagaimana taunya bukan secara data ya saya harus tau mungkin bisa jadi liat

langsung terus orang tuanya bagaimana di ruamhnya, contoh kecil misalkan

shalat kasusnya anak susah shalat, saya harus tau nih ibunya dulu shalat apa

engga, bapaknya shalat apa engga terus orang tuanya di rumah itu pernah ga

ngajakin shalat ngajak atau dibebasin aja kaya gitu. Nah, yang saya tau ini hanya

secara umum aja ya saya tau ya bebas gitu jadi kepedulian terhadap anak itu

engga. Peduli gini ya peduli makan iya gitu ya dikasih makan cuman kalo peduli

anak saya pokonya harus sekolah tinggi nah itu masih kecil banget, anak saya

pokoknya harus bisa baca Al-Qur‟an itu masih kecil banget, anak saya harus

menjadi anak yang sholeh itu kecil banget. Jadi yang pertama mereka kejar itu

ngasih makan, punya duit gitu, nah kita harus merubah itu tuh bagaimana

caranya. Walaupun sekarang lagi dalam proses kita pikirkan juga gimana ya

orang 500 ya engga mudah, orang yang sekolah di sekolah formal aja yang

mungkin latar belakang nya beda dengan mereka jauh gitu kita susah untuk

merubah apalagi dengan kondisi yang begini yang mereka bebas nih ada anaknya

yang pulang dari sini kadang ngamen, pulang naek angkot ngamen abis pulang

bisa jadi dia maen kemana gitu, ada yang begitu kadang mereka ga mau masuk

karena diajak maen PS, maen ini, maen itu, duit kadang-kadang ada gitu ya tapi

motivasi buat uang itu ditabung missal untuk pendidikan tuh kadang kecil banget

gitu. Ya emang agak ribet sih saya membimbingnya ya karena memang

Page 135: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

kondisinya seperti itu, kondisinya ya kita harus tau dulu nih seberapa sulit anak

ini sulitnya diapaan sih apakah bener dia sulitnya hanya di ekonomi misalkan

atau jangan-jangan kita sudah kasih bantuan mereka tetep bebas-bebas aja

anaknya engga diurusin, kita kan belum tau pasti dan kita engga bisa ngontrol

mereka satu persatu karena banyak banget orangnya dang a mungkin juga kita

ikuti terus seharian gitu, kita bisanya paling cuman anaknya masih sekolah oh

masih gitu, kadang kita suruh home visit gitu ya pengurus yayasan dateng kesana,

kalo ketauan engga sekolah ya di cut udah putus dan itu juga engga setiap hari

kan jadi saya pikir perubahan itu ada kaitannya kita harus tau kondisi mereka

yang bagaimana, kalo mereka disini ya ada perubahan artinya perubahan gini

awal dateng mereka disini dan sekarang sampai seperti ini ada perubahan gitu,

awal saya dateng kesini kondisi mereka seperti apa secara fisik misalkan

kemudian sekarang saya sudah masih disini dan mereka dateng juga sudah ada

perubahan tapi kan kita engga tau diluar sana mereke bagaimana atau mereka

mungkin disini doang nah kita engga tau secara akhlak dan lain sebagainya,

kadang-kadang ada cerita misalkan disini santun nih kalo diluar bandel, nah jadi

kan ini saya belum bisa ngukur juga, kalo pertanyaannya mereka pas saat di

yayasan saya bisa jawab cuman kalo bebas gitu ya, mau di yayasan atau di rumah

bagaimana perubahannya nah itu saya engga tau persis kondisi secara

kepribadian bagaimana, yang saya liat ya itu disini aja oh ini orangnya begini,

banyak yang berubah kalo dari sisi itu tapi disini ya, nah di rumahnya saya engga

tau, paling itu tadi saya tanya satu persatu gimana di rumah gini ga, oh anak saya

disuruh shalat mau diceritan dah ini ini, ada yang ga mau sama sekali ada orang

tua yang bilang gitu. Kalo disini ngangguk-ngangguk, kalo disana tuh sama

anaknya bisa galak, ya kaya gitu.

14. Apa kendala yang dihadapi dalam proses bimbingan terhadap anak binaan?

Saya ngerasa waktu saya untuk mereka lebih sedikit dibandingkan waktu mereka

di lapangan, dikehidupan mereka, di masyarakat jadi tarik-tarikan itu kendala

terbesar untuk saya jadi misalkan saya udah ngajar di A disini paling cuma 2 jam

ya menurut penelitian yang saya tau gitu kalo kita belajar tuh paling cuma 70%

masuk gitu ya itu pun disini, nanti di rumah berapa tinggal 50%, besok tinggal

20%, entar lama-lama habis. Mereka kehidupannya di luar berapa, di jalanan

berapa jam, di pasar berapa jam, di dunia preman berapa jam, kita kan engga tau.

Nah, itu kendala yang paling mempengaruhi gitu makanya saya dulu ada yang

sempet donator lain sih bukan dari sini ya sempet ngeluarin wacana gimana kalo

mereka kita buat rusun ya rumah susun khusus untuk mereka supaya

terkondisikan dengan baik gitu ya belum terealisasi sih cuman itu cara yang baik

ya menurut saya gitu dan saya bilang ke Ketua Yayasan kalo ada anak yang

Page 136: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

belajar disini kemudian orang tuanya juga keliatan serius menurut penilaian kita

coba kita tarik kesini keluar jangan sampai mereka hidup disana lagi gitu, supaya

pola pikir mereka berubah. Karena kan berat gitu ya, nah kita bergaul dengan

tukang minyak wangi ya kita kena wanginya gitu kan, kalau pandai besi ya kena

percikan apinya, sama mereka banyak bergaul di pasar kaya gimana, kalo cerita-

cerita premannya banyak maen pukul-pukul aja, copetnya dan lain sebagainya.

Nah, anak kecil usia-usia terutama usia yang masih kecil ini kalo di lingkungan

mereka keseringan dilakuin itu yang salah-salah itu dianggap bener jadinya ya

dan akhirnya ketika kita nasehati yang bagus yang mungkin itu hal baru buat

mereka jadi ngerasa ya udah engga peduli gitu mereka lebih ke yang mereka lihat

aja atau mungkin ga shalat tuh biasa aja gitu, ga ngeri dengan ga shalat tuh gitu

tapi gimana ya orang tuanya aja ga pernah nyuruh kan guru terbaik orang tua, ya

udah mau bagaimana lagi jadi ya permasalahan terbesar saya ya itu, waktu saya

untuk mereka lebih sedikit dibandingkan waktu mereka dengan lingkungan

mereka, yang kita tau lingkungan mereka tuh pasar, dunia preman, disitu ada

banyak pemulung, minta-minta, pengamen, yang intinya ya kita taulah bebas

banget gitu, pendidikan, agama tuh engga dikejar banget gitu mereka tuh

Jakarta, 11 Oktober 2017

Narasumber,

Ustadz Baihakki

Page 137: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

HASIL WAWANCARA

Wawancara dengan Pengajar di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Nama : Dede Irawati

1. Bagaimana pandangan saudara sebagai pembina sekaligus sebagai pengajar di

TAS (Taman Anak Sejahtera) Kelas “A” Yayasan ini?

Pandangannya sih sangat sulit ya, dari sekolah formal sama disini karenakan kalo

sekolah formal pendidikannya lebih layak gitu kalo kita kan pendidikannya kita

ngambil dari anak-anak jalanan yang harus kita bina, yang mereka dulunya engga

kenal pendidikan sekarang kenal pendidikan gitu.

TAS itu setara dengan PAUD.

Kalo dari pertama kali ngajar disini tuh kelakuannya lebi-lebih dari orang utan,

nah selama kita bimbingan ya lama-lama dia mulai berubah karena kan

tergantung dari lingkungan rumahnya juga gitu. Jadi ya lebih susah awal pertama

kita bombing dia pokoknya bener-bener lebih dari orang utan soalnya factor

lingkungan lebih berpengaruh. Kalo disini saat disini sudah berubah nih belajar,

balik lagi ke sekolah ya omongan yang kotor balik lagi ke diri dia sendiri gitu.

Nurut kita kasih tau dengan cara pelan-pelan .

2. Apa visi dan misi serta motivasi saudara sebagai pengajar di Yayasan ini?

Visinya sih ingin merubah akhlaknya anak yang tadinya mereka di jalan jadi

sekarang mereka lebih kenal pendidikan. Semoga dia menjadi orang yang lebih

baik lagi gitu engga selalu di jalan.

Kalo dari sisi kemandiriannya sih susah ya ngejelasinnya karena dari

lingkungannya sendiri kan udah bener-bener keras gitu, kalo liat dari sisi

mandirinya ya kita harus pelan-pelan membimbing mereka tuh dengan cara

pertama kita nanya mandi mereka, sekolah mandi atau tidak, tiap hari kita tanya

begitu makan atau tidak sarapan. Ada yang sekolahnya tidak mandi dan bajunya

juga tidak dicuci, pokoknya tergantung dari lingkungannya.

3. Bagaimana saudara mempersiapkan materi bimbingan? Terutama dengan

bimbingan agama?

Page 138: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

Paling kita dari modul, alat raga terus kita membuat mereka belajar ngajinya,

akhlaknya mereka. Bimbingan agama itu dari Ustadz Baihakki dulu atau

terkadang dari Pak ustadnya langsung ke anaknya. Paling buat kita evaluasi ya

sebelum memberikan bimbingan briefing dulu sama Ustadnya terutama

bagaimana cara harus mengajarnya gitu.

Bimbingan agamanya baca iqra’, surat-surat pendek terus kadang kita suruh

hapalin surat-surat pendek gitu. Semuanya pada nurut Cuma kan guru hanya

sementara yang paling berperan itu orang tua ya jadi tergantung dari orang tua

motivasinya seperti apa gitu.

4. Dapatkah saudara memberikan contoh bimbingan yang bersifat harian terhadap

anak binaan di TAS (Taman Anak Sejahtera) Kelas “A”?

Oh itu tiap hari, ya dari cara kebersihannya dia, kemandiriannya dia,

kerapihannya dia, pokoknya itu tiap hari kita perlu ulang-ulang jadi sekarang

udah bisa kalo di rumah “oh iya tadi inget kata Miss harus kaya gini kaya gini”

giru jadi dia ikutin, dia peragain juga di rumah.

Kadang kan anak beda-beda ya, kita kasih tau tidak boleh ya seperti itu, kadang

kita kasih materinya juga, kadang kita bacain dongeng jadi missal kamu harus

ikutin si kancil ya gini atau gitu. Kadang yang paling banyak kaya gitu Ustadz

yang ngasih masukan gitu.

5. Pernahkah mengalami kesulitan di dalam proses bimbingan?

Kesulitannya paling kita ya kaya kalo misalkan kita lagi ngajar gitu tiba-tiba

orang tua masuk kan, nah disitu yang tadinya anak mandiri malah jadi kolokan

gitu, kadang kalo kita bilangin ke orang tuanya kana da orang tua yang ngerti,

ada yang engga paham jadi kita pelan-pelan harus bisa memahami itu semua gitu.

6. Apa saja bimbingan agama dalam pembentukan kemandirian anak jalanan di

Yayasan ini?

Paling kita ajarin mereka tuh harus semuanya serba mandiri gitu, kalo misalkan

orang tua lagi apa kamu harus bisa gitu, jadi kalo kamu mau pinter ya harus

seperti ini gitu, kadang kita ngajarin mereka juga bukan sebulan-dua bulan tapi

Page 139: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

berbulan-bulan tuh kita harus bisa tau akhlaknya dia gitu, kadang kita sharing

juga sama orang tua kadang orang tuanya inilah itulah.

Paling kita ajarin cara wudhu, bagaimana cara do’a-do’anya gitu.

7. Metode atau pendekatan apa saja yang digunakan dalam proses bimbingan

agama terhadap anak binaan di TAS (Taman Anak Sejahtera) Kelas “A”?

Ya kita metodenya tuh dari alat peraganya kan, dari tata cara kita ngasih tau ke

mereka dengan lisan gitu kan, kadang ada anak yang berbeda-beda umur jadi ya

kita harus memahami anak yang kadang kita bilangin dikit dia nangis. Pak ustadz

juga setiap kita evaluasi sudah ngasih tau kamu harus seperti ini ya kalo anaknya

begini-begini kalo emang dia gam au ya udah gak apa-apa biarin aja ga usah

dipaksa dulu, mungkin dia belum mengerti, jadi kita jalanin aja dulu seperti itu.

Kadang ada perintah dulu dari Ustadz tapi kadang juga kita ngasih masukan kalo

misalkan saya seperti ini salah tidak sih gitu kalo memang salah ya kita tidak

lakuin kalo emang benar buat kebaikan mereka ya kita lakuin.

8. Apa yang saudara pahami tentang kemandirian?

Kemandirian kan semuanya serba sendiri gitu kan tanpa menyusahkan orang lain

jadi kita ajarin juga mereka bagaimana mereka bisa melakukan sendiri tanpa dari

orang lain gitu.

9. Kapan anak binaan di TAS (Taman Anak Sejahtera) Kelas “A” dapat dikatakan

mandiri?

Kalo dikatakan mandiri ya mungkin nanti kalo dia udah bisa ningkat ke SD atau

tingkatan SD mau ke SMP kan bisa mandiri karena mereka tuh dibilang mandiri

sih ada yang udah Cuma kan dari orang tuanya sendiri kadang pulang sekolah

diajak nyari duit, sampe PR pun kadang ga ngerjain Cuma demi uang gitu,

makanya kadang kalo ngeliat tuh miris banget.

Kalo dari segi makan mereka udah makan sendiri tapi ada gitu kadang orang

tuanya yang bikin anaknya itu ga bisa mandiri jadi kembali ke orang tuanya

bagaimana orang tuanya juga bisa membina dia.

10. Apa kendala yang dihadapi dalam proses bimbingan terhadap anak binaan di

TAS (Taman Anak Sejahtera) Kelas “A”?

Page 140: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

Ya anak-anak kadang dibilang kendala nya itu setiap hari berbeda-beda jadi kan

dari orang tuanya juga sih bagaimana orang tuanya bisa mensuport mereka dari

rumah tuh bagaimana ngajarin anak. Kadang kalo kita ajarin seperti ini tapi kan

pas di rumah beda lagi gitu kadang kita juga liat setiap pembinaan buat ngajar

gitu namanya anak kecil pasti trauma dong dengan kekerasan, ada yang depan

umum salah dikit cubit, salah dikit tabok, kan itu anak-anak pasti trauma. Kadang

bingung juga harus gimana ya ngajarnya agar anak ini ga seperti ini gitu.

11. Kalo mereka udah bisa tertawa sedikit ya kitanya seneng bisa buat mereka

bahagia gitu kan apalagi kalo kita kasih-kasih hadiah.

Page 141: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

HASIL WAWANCARA

Wawancara dengan Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi.

Nama: Napriadi

1. Adik sekarang tinggal dimana? Dan bersama siapa?

Di rumah sama orang tua ngontrak.

2. Sudah berapa lama adik ada di jalanan?

Bentar doang karena pas di Yayasan udah engga lagi.

3. Mengapa adik ada di jalanan?

Bantu orang tua cari uang.

4. Bagaimana perasaan kamu saat ada di jalanan?

Seneng aja pengen ngojek payung, engga ada rasa males apalagi maen ujan.

5. Apa sajakah yang kamu lakukan di jalanan?

Ngojek-ngojek payung, ngamen, maen, kadang-kadang nyuci baju sendiri dan

orang tua juga, cuci piring dan masak jarang sih.

6. Apakah kamu masih mempunyai orang tua/ keluarga dan coba ceritakan tentang

keluargamu?

Bapak doang udah almarhum udah meninggal baru tahun kemaren. Sekarang

tinggal cuma berempat sama ibu dan 2 abang, abang yang pertama dan ketiga

meninggal. Kalo Bapak enap mau diceritain ya panjang, kenyang sama tangan

Bapak. Bapak orang yang keras. Bapak dulu waktu itu kerjanya dagang sepatu

terus bangkrut jadi supir tapi ngenekin dulu metromini paling dua hari sekali

pulang, boro-boro ngasih, Bapak makan ya makan aja sendiri engga ngurusin

anak engga ngurusin ibu engga, orang-orang sini juga udah tau semua. Udah

lama engga pulang tiba-tiba denger kabar udah meninggal tabrakan di

kampungnya saat ngojek. Kalo ibu kerjanya tukang cuci, nyuci di rumah orang,

Enap paling bantuin ngangkatin jemuran doang.

7. Apakah kamu merasa diperlakukan berbeda dengan status kamu saat ini?

Page 142: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

Iya sama sodara. Pernah sama temen-temen lingkungan sini diasingkan dan

didiemin terus, alesannya engga tau kenapa. Enap deketin, dia ngehindar. Udah

pernah nanya tapi dia diem.

8. Kenapa kamu mau masuk ke Yayasan Bina Anak Pertiwi?

Pengen belajar, mau karate.

9. Apakah ada yang menyuruh atau mengajak masuk ke Yayasan Bina Anak

Pertiwi?

Saya dari kecil Kak. Pertamanya abang saya dulu yang disini sebelum meninggal

keempat abang saya disini, terus saya tapi sementara saya engga pernah masuk

lagi terus sekarang masuk lagi.

10. Bagaimana pandangan kamu sebagai anak binaan tentang yayasan ini?

Enak sih, pengurusnya baik, kalo Kak Ade kadang galak, hehe..

11. Program kegiatan apa saja yang diberikan oleh yayasan? Dan kegiatan apa yang

kamu ikuti?

Sekolah, karate sama futsal yang Enap tau karena cuma itu yang diikutin. Buat

karate kalo yang lama Kamis dan Jum'at, kalo buat yang barunya Sabtu dan

Minggu. Kalo futsal malem Senin.

12. Apakah ada Bimbingan Agama?

Ada, setiap hari Minggu.

13. Menurutmu, apakah kamu sudah mandiri?

Sudah, karena engga minta jajan ke orang tua, bisa nyari jajan sendiri.

14. Adakah kesulitan yang kamu rasakan dalam mengikuti program kegiatan di

yayasan ini?

Iya, belajar kalo ada PR-PR itu pelajaran, kadang sih cape apalagi kan sama

karate abis pulang sekolah, kadang kalo ada nasi makan tapi kalo ga ada ya

engga, kadang males berangkatnya cape jauh karena dari sini jalan kaki lewat

jalan raya.

15. Bagaimana pandangan kamu terhadap pembimbing agama di yayasan ini?

Baik.

Page 143: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

16. Menurutmu, apakah pembimbing agama di sini sudah memberikan contoh yang

baik untuk anak-anak binaan di yayasan ini?

Iya, udah memberikan contoh yang baik.

17. Bagaimana pendapatmu terkait materi bimbingan agama yang diajarkan oleh

pembimbing agama di yayasan ini?

Sulit sih, saya sendiri juga belum bisa, kalo pelajarannya sih lumayan apalagi

MTK, yang diajarin sih dikit-dikit paham.

18. Apa manfaat yang didapatkan selama kamu dibimbing di sini?

Bisa ngaji, bisa ngitung, bisa nulis.

19. Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dibimbing disini?

Ada, sekarang dikit-dikit udah bisa nulis, bisa baca, bisa ngaji udah Iqra’ 2 belum

lancar sih masih diulang-ulang.

20. Bagaimana kesan kamu terhadap Yayasan Bina Anak Pertiwi?

Seneng sama gembira, belajar sambil bermain, punya banyak temen. Pernah

berantem sama Agus karena ngocolin dianya.

Jakarta, 12 Oktober 2017

Narasumber,

Napriadi

Page 144: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

HASIL WAWANCARA

Wawancara dengan Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi.

Nama: Muhammad Agus

1. Adik sekarang tinggal dimana? Dan bersama siapa?

Di Rumah Singgah Yayasan Bina Anak Pertiwi.

2. Sudah berapa lama adik ada di jalanan?

Udah lama banget dari tahun 2014, sekarang udah engga liat aja nih putih

badannya, hehe..

3. Mengapa adik ada di jalanan?

Buat jajan, dikasih jajan sih sama orang tua, ngamen iseng-iseng doang buat

maen warnet buat maen facebook, maen games.

4. Bagaimana perasaan kamu saat ada di jalanan?

Biasa aja, engga malu malah bahagia, hehe..

5. Apa sajakah yang kamu lakukan di jalanan?

Jajan, tidur, maen, makan, udah, hahahaa..

6. Apakah kamu masih mempunyai orang tua/ keluarga dan coba ceritakan tentang

keluargamu?

Masih, utuh tapi misah. Setelah itu tinggal sama Bapak karena dulu kan engga

tau Mama itu tinggal dimana, langsung dipisah aja ikut sama Bapak. Kalo tidur

di Mama kan warung engga bisa takut bosnya marah jadi tinggal di Yayasan,

Bapak kerja rongsokan, aku engga pernah bantuin hehe..kan Bapak kerja di

Mampang kadang pulang jam 5 jam 6 jadi kan aku engga sempet, sekolah

kecuali berangkatnya sore pulang dari sini kan jam 12 ga sempet. Bapak engga

tau aku tinggal disini, engga boleh ada yang ngasih tau, entar diambil lagi

diangkut lagi digerek pas lagi tidur, hehe..Engga mau tinggal sama Bapak entar

dimasak pake aer direbus, Bapak galak ke Mama, sekarang ada Mama tiri udah

nikah lagi. Bapak dan Mama tiri dua-duanya ya galak. Aku punya ade dari ibu

tiri bawa bukan ade kandung aku. Anak tunggal dong Agus mh Raja, hehe..jadi

Bapak bawa satu anak dan ibu tiri bawa satu anak. Ibu tiri engga kerja karena

anaknya masih bayi jadi cuma ibu rumah tangga.

Page 145: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

7. Apakah kamu merasa diperlakukan berbeda dengan status kamu saat ini?

Pernah, sama temen dikacangin, hehe.. engga ditemenin, pernah masalah juga sih

ribut, biang masalah jagoan aku, Kak apalagi kalo disekolahan, hehe.. Bahagia

malah kan masih banyak temen, emang temen dia doang yang di gang Buntu

daerah rumah. Tapi besok-besoknya ngajak maen lagi, Kak tapi aku gak mau.

8. Kenapa kamu mau masuk ke Yayasan Bina Anak Pertiwi?

Enaklah, seneng banyak temennya, jangan dipulangin lagi enakan disini. Bisa

sekolah deket, Kak, hehe..

9. Apakah ada yang menyuruh atau mengajak masuk ke Yayasan Bina Anak

Pertiwi?

Iya ada yang ngajak.

10. Bagaimana pandangan kamu sebagai anak binaan tentang yayasan ini?

Enak, bagus, baik, lebar besar hehe.. Udah apalagi. Pengurusnya enak-enak, Kak

baik-baik.

11. Program kegiatan apa saja yang diberikan oleh yayasan? Dan kegiatan apa yang

kamu ikuti?

Pagi belajar di sekolah, terus karate doang.

12. Apakah ada Bimbingan Agama?

Ada, setiap hari Minggu.

13. Menurutmu, apakah kamu sudah mandiri?

Udah. Nyuci sendiri, jemur sendiri, tidur sendiri, udah, sekolah sendiri kalo yang

lain kan anak lain kalo sekolah disiapin makan ama Emaknya, siapin baju

dipakein, kalo aku beda, Kak hehe..kalo aku bangun, makan, sekolah, kadang-

kadang masak dulu, bisa masak sendiri, ayam bisa digulai, disambel, disemur,

tahu bisa, terong bisa, belajar sendiri, kalo ngulek-ngulek cabe gitu karena dulu

sering liat Mama yang kandung.

Perjuangan ibu tuh cape merawat kita dengan mati-matian.

14. Adakah kesulitan yang kamu rasakan dalam mengikuti program kegiatan di

yayasan ini?

Page 146: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

Engga. Seneng, Kak seneng terus. Tapi kadang-kadang sih, Kak MTK susah,

Kak. Hapalan sulit, Kak aku dicecer. Ngaji aku udah Iqra’ 4, Kak. Enakan sama

Ustadz Baehakki, Kak cepet nangkep ngajarinnya enak, sabar.

15. Bagaimana pandangan kamu terhadap pembimbing agama di yayasan ini?

Baik, enak, santai.

16. Menurutmu, apakah pembimbing agama di sini sudah memberikan contoh yang

baik untuk anak-anak binaan di yayasan ini?

Udah. Semua guru tuh marah demi kebaikan kita. Ustadz Baihakki sering nyuruh

shalat, ngaji, baca Al-Qur’an tapi aku belum bisa baca Al-Qur’an, Kak.

17. Bagaimana pendapatmu terkait materi bimbingan agama yang diajarkan oleh

pembimbing agama di yayasan ini?

Engga terlalu susah sih, Kak kalo itu mudah ditangkep.

18. Apa manfaat yang didapatkan selama kamu dibimbing di sini?

Banyak. Bisa ngaji, bisa belajar, berhitung bisa, tadinya sih sedeng engga terlalu

bisa ngaji masih Iqra’ 1 pas disini ningkat, kalo sama Ustadz Baehakki aku udah

Iqra’ 5, Kak. Belum ngerasa lancar sih, kita itu engga boleh ngerasa hebat, yang

hebat itu cuman Allah SWT, tiada yang hebat selain Allah. Hehe.. kita itu engga

boleh ngerasa hebat walaupun kita kaya, punya segalanya, kita harus

menyumbangkan ke Panti Asuhan, dan lain-lain, gitu Kak, bener ga Kak? Hehe..

19. Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dibimbing disini?

Ada. Pinter ngaji, bisa belajar, bisa baca Ayat Kursi kaya tadi tuh.

20. Bagaimana kesan kamu terhadap Yayasan Bina Anak Pertiwi?

Seneng, Kak. Baik, ngajarin yang bener, pengurusnya enak baik. Betah banget,

Kak aku disini. Aku cita-cita jadi atlet karate, Kak.

Jakarta, 12 Oktober 2017

Page 147: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

Narasumber,

Muhammad Agus

Page 148: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

HASIL WAWANCARA

Wawancara dengan Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi.

Nama: Wahyu Anugrah

1. Adik sekarang tinggal dimana? Dan bersama siapa?

Di Kalibata, di rumahnya neneknya Noval

2. Sudah berapa lama adik ada di jalanan?

Dari 2016. Belum pernah disuruh sama Ibu, kemauan sendiri.

3. Mengapa adik ada di jalanan?

Nyari duit buat jajan, makan berdua sama Ibu. Sekarang udah engga semenjak

masuk Yayasan karena ga dibolehin sama pengurus Yayasan takutnya ada apa-

apa ketangkep

4. Bagaimana perasaan kamu saat ada di jalanan?

Ya seneng. Karena bisa jajan dan makan.

5. Apa sajakah yang kamu lakukan di jalanan?

Cuma ngamen yang penting bisa ngasih makan Ibu.

6. Apakah kamu masih mempunyai orang tua/ keluarga dan coba ceritakan tentang

keluargamu?

Kan mamah lagi sakit, sekarang mamahnya diurus di Cipayung, mamah jatoh

dari tangga, engga bisa jalan pake kursi roda. Bapak udah engga ada udah

meninggal dari umur 1 tahun, ibu engga pernah nyeritain tentang Bapak. Udah

lama engga tinggal sama Ibu, tinggal sama neneknya Noval baru 2 bulan lebih,

tadinya sama Ibu di Gang Buntu. Ibu kerja dagang gorengan, bapak dulu dagang

cincau. 2 bersaudara. Kakak engga tau dimana udah nikah, engga pernah nemuin

Ibu lagi. Wahyu sih sering ngelongok Ibu.

Pertama dianterin naek motor ampe pasar minggu abis itu jalan kaki dari pasar

minggu ampe kesini. Udah biasa jadi engga jauh. Kalo pulang naek angkot 16

bisa 05 bisa.

7. Apakah kamu merasa diperlakukan berbeda dengan status kamu saat ini?

Page 149: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

Engga pernah. Dulu sekolah di Pangadegan terus berenti gara-gara digusur ya

udah jadi pindah langsung ke Yayasan.

8. Kenapa kamu mau masuk ke Yayasan Bina Anak Pertiwi?

Mau belajar biar pinter.

9. Apakah ada yang menyuruh atau mengajak masuk ke Yayasan Bina Anak

Pertiwi?

Iya ada yang ngajak.

10. Bagaimana pandangan kamu sebagai anak binaan tentang yayasan ini?

Baik.

11. Program kegiatan apa saja yang diberikan oleh yayasan? Dan kegiatan apa yang

kamu ikuti?

Banyak. Matematika, Bahasa Indonesia , Fiqih, BBQ, belajar hapalan surat

pendek, sama keterampilan, karate. Ikut semuanya tapi lebih seneng karate

karena bisa buat jaga diri, udah sabuk biru, udah 2 tahun lebih. Pas awal sabuk

putih langsung loncat ke ijo katanya bagus. Tadi diatas lagi ngelatih udah

dipercaya ngelatih.

12. Apakah ada Bimbingan Agama?

Ada, setiap hari Minggu.

13. Menurutmu, apakah kamu sudah mandiri?

Udah.

14. Adakah kesulitan yang kamu rasakan dalam mengikuti program kegiatan di

yayasan ini?

Engga, pernah matematika doang susah.

15. Bagaimana pandangan kamu terhadap pembimbing agama di yayasan ini?

Baik, lemah lembut, enak cara ngajarnya, kadang-kadang ngulang-kadang-

kadang naek. Wahyu udah Iqra’ 6. Baca Al-Qur’an udah bisa tapi takutnya masih

rancu cara bacanya.

Page 150: METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40780/1/ENENG FANI... · Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim

16. Menurutmu, apakah pembimbing agama di sini sudah memberikan contoh yang

baik untuk anak-anak binaan di yayasan ini?

Udah. Nyuruh shalat, cerita-cerita tentang Nabi, cerita tentang akhirat dan api

neraka, nyontohin perilaku apalagi harus sopan.

17. Bagaimana pendapatmu terkait materi bimbingan agama yang diajarkan oleh

pembimbing agama di yayasan ini?

Enak, mudah ditangkep tapi pernah kesulitan sih tentang hukum tajwid.

18. Apa manfaat yang didapatkan selama kamu dibimbing di sini?

Jadi kan tadinya nulis masih jelek sekarang lumayan, baca Iqra’ tadinya Iqra’ 5

sekarang Iqra’ 6 naek. Akhlak jadi baik, kadang-kadang yang dikasih tau Ustadz

diterapin masih belang beton.

19. Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dibimbing disini?

Iya ada. Itu tadi.

20. Bagaimana kesan kamu terhadap Yayasan Bina Anak Pertiwi?

Yayasan ini baik, seneng-seneng aja.

Jakarta, 12 Oktober 2017

Narasumber,

Wahyu Anugrah