METODA PELAKSANAAN PEMBETONAN SHOTCRETE …digilib.itb.ac.id/files/JBPTITBSI/disk1/37/jbptitbsi-gdl-s1-2005... · menjadi pilihan tunggal bagi konstruksi-konstruksi tertentu seperti

Embed Size (px)

Citation preview

  • METODA PELAKSANAAN PEMBETONAN SHOTCRETE :DI KASUS PADA DINDING TEROWONGAN

    PLTA SINGKARAK

    TUGAS AKHIR

    Diajukan Sebagai Syarat Menempuh Ujian Sidang Strata Satu (S1) pada Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Sipil dan PerencanaanInstitut Teknologi Bandung

    oleh :

    NOVA YULIA A. PAMBUDI HUSODO15090028 15090060

    Pembimbing :

    DR. IR. PURNOMO SOEKIRNO

    JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1 9 9 5

  • ABSTRAK

    Shotcrete adalah mortar yang disemprotkan dengan kekuatan yang tinggi menuju suatu

    permukaan.

    Metoda shotcrete pertama kali diciptakan oleh seorang yang berkebangsaan Amerika Serikat

    yang bernama Carl Ethan Akeley pada tahun 1907.

    Sistem penyemprotan shotcrete ada 2 yaitu wet mix dan dry mix. Pada awalnya alat shotcrete

    adalah sistem dry mix, seiring dengan perkembangannya muncul sistem wet mix. Timbulnya

    sistem ini karena merupakan jawaban dari persoalan debu. Perbedaan antara sistem wet mix

    dan dry mix terletak pada input mortar, dimana pada dry mix air dicampur pada ujung nozzle

    sedangkan wet mix pencampuran air dilakukan sebelum dimasukkan ke dalam alat

    penyemprot.

    Dewasa ini shotcrete telah digunakan secara luas, baik dry mix maupun wet mix, bahkan

    menjadi pilihan tunggal bagi konstruksi-konstruksi tertentu seperti terowongan, dinding

    penahan tanah. Metoda shotcrete mempunyai prospek yang baik mengingat banyaknya proyek

    konstruksi yang akan dibangun dengan mengingat kondisi topografi Indonesia yang

    bergunung-gunung.

    Untuk itulah kami ingin memaparkan studi mengenai shotcrete. Untuk mencapai tujuan, kami

    akan menguraikan metoda pelaksanaan shotcrete, meliputi semua aspek yaitu spesifikasi

    bahan, alat, tenaga kerja dan persyaratan teknis.

    Dalam tugas akhir ini kami membandingkan teori dengan keadaan di lapangan dengan

    melakukan studi kasus pada proyek PLTA Singkarak dan mencoba melakukan analisa.

  • page 1page 2page 3page 4page 5page 6page 7page 8page 9page 10page 11page 12page 13page 14page 15page 16page 17page 18page 19