Upload
vokhue
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
MESIN PENGERING BRIKET
MENGGUNAKAN KOMPONEN UTAMA AC SPLIT
DENGAN VARIASI KIPAS DI RUANG PENGERING
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik S-1 bidang Teknik Mesin
Oleh :
YOHANES RIO PRAMUDYANTO
NIM : 145214029
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
BRIQUETTE DRYING MACHINE
USING AC SPLIT AS THE MAIN COMPONENT
BY VARYING THE FAN IN THE DRYING ROOM
FINAL PROJECT
As partial fulfillment of the requirements
to obtain the Sarjana Teknik degree in Mechanical Engineering
By :
YOHANES RIO PRAMUDYANTO
Student Number : 145214029
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Sekarang ini mesin pengering briket yang dapat dipergunakan untuk
menggantikan cahaya matahari dianggap sangat penting bagi pengusaha briket.
Tujuan penelitian ini adalah (a) merancang dan membuat mesin pengering briket
energi listrik yang praktis, aman, ramah lingkungan, dan dapat bekerja kapan saja
tanpa tergantung pada waktu dan cuaca (b) mengetahui waktu pengeringan briket
yang diperlukan oleh mesin pengering briket (c) mengetahui karakteristik mesin
pengering briket yang memberikan waktu pengeringan tercepat, meliputi : (1)
kondisi udara yang dipergunakan untuk poses pengeringan (2) suhu evaporator
dan suhu kondensor (3) kalor yang diserap evaporator, kalor yang dilepas
kondensor, dan kerja yang dilakukan kompresor.
Penelitian dilakukan di CV. Citra Gumilang Klepu, Sumberagung,
Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Mesin pengering briket yang dibuat adalah mesin
pengering yang menggunakan siklus kompresi uap sistem udara tertutup untuk
mengeringkan briket. Mesin pengering ini menggunakan komponen utama AC
split, yaitu satu kompresor berdaya 1 HP, satu kondesor, satu evaporator, satu pipa
kapiler, dan satu filter yang ukurannya menyesuaikan dengan besarnya daya
kompresor. Ukuran dari lemari pengering briket yaitu 120 cm x 120 cm x 135 cm.
Bahan briket yang digunakan adalah briket yang terbuat dari arang batok kelapa.
Briket berbentuk kubus dengan ukuran 2,2 cm x 2,2 cm x 2,2 cm dan berjumlah
3660 buah. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan kipas di dalam ruang
pengering briket, yaitu tanpa kipas dan dengan adanya sebuah kipas.
Mesin pengering briket energi listrik siklus kompresi uap sistem udara
tertutup yang dibuat dapat bekerja dengan baik. Waktu pengeringan briket yang
diperlukan mesin pengering briket adalah 430 menit atau 7 jam lebih 10 menit
untuk kondisi tanpa kipas di dalam lemari pengering, dan 379 menit atau 6 jam
lebih 19 menit, untuk kondisi adanya sebuah kipas di dalam lemari pengering.
Kondisi udara yang dihasilkan di ruang pengering untuk proses pengeringan
briket tercepat rata – rata sebesar 50,7°C dengan nilai kelembaban relatif (RH)
sebesar 28,6 %. Suhu kerja evaporator rata – rata sebesar 14,3°C dan suhu kerja
kondensor rata – rata sebesar 84,8°C. Kalor yang diserap oleh evaporator
persatuan massa refrigeran (Qin) sebesar 74,6 kJ/kg, kalor yang dilepas kondensor
persatuan massa refrigeran (Qout) sebesar 109,4 kJ/kg, dan kerja kompresor
persatuan massa refrigeran (Win) sebesar 34,8 kJ/kg.
Kata Kunci : Mesin pengering briket, siklus kompresi uap, sistem tertutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
Today, briquette dryer which can be used to replace sunlight is very
important for briquette business people. The purposes of this study were (a)
designing and making a practical, safe, environmentally-friendly electrical
briquette dryer which can work anytime regardless of time and weather, (b)
determining briquette drying time required by the briquette dryer, (c) determining
the characteristics of briquette dryer which has the fastest drying time, including :
(1) air condition for drying process, (2) temperature of evaporator and temperature
of condenser, (3) heat absorbed by evaporator, heat released by condenser, and
work performed by compressor.
The study was performed in CV. Citra Gumilang Klepu, Sumberagung,
Moyudan, Sleman, Yogyakarta. The briquette dryer developed here was a dryer
which used closed system vapor compression cycle to dry briquette. The main
components of the dryer are AC split, which is one 1 HP compressor, one
condenser, one evaporator, one capillary pipe, and one filter whose size is
adjusted with the compressor’s power. The size of the briquette dryer cupboard is
120 cm x 120 cm x 135 cm. The briquette was made of coconut shell charcoal.
3660 2,2 cm x 2,2 cm x 2,2 cm cube-shaped briquettes were used. The study was
performed by varying the fan in the briquette dryer space, i.e. without fan and
with a fan.
The electrical briquette dryer with closed system vapor compression cycle
worked well. The briquette drying time required by the briquette dryer was 430
minutes or 7 hours and 10 minutes for the condition without fan in the dryer and
379 minutes or 6 hours and 19 minutes for the condition with a fan in the dryer.
The average air condition in the dryer for the fastest drying process was 50,7°C,
and the relative humidity (RH) was 28,6 %. The average working temperature of
the evaporator as 14,3°C and the average working temperature of the condenser
was 84,8°C. The heat absorbed by the refrigerant mass of the evaporator (Qin) was
74,6 kJ/kg, the heat released by the refrigerant mass of the condenser (Qout) was
109,4 kJ/kg, and the work of the refrigerant mass of the compressor (Win) was
34,8 kJ/kg.
Keywords : Briquette dryer, vapor compression cycle, closed system
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik
dan tepat pada waktunya.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat wajib mahasiswa Program Studi
Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma, untuk
memperoleh ijazah maupun gelar S1 Teknik Mesin.
Berkat bimbingan, nasihat, dan doa yang diberikan oleh berbagai pihak,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan maksimal. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati dan ketulusan, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik
Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta, dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi.
3. Stefan Mardikus, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membimbing penulis selama studi di Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
4. Doddy Purwadianto S.T., M.T., selaku Kepala Laboratorium Konversi
Energi, Program Studi Teknik Mesin, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta, yang mengijinkan dan memfasilitasi dalam melakukan
penelitian.
5. CV. Citra Gumilang yang telah bersedia bekerja sama dan membantu dalam
penyediaan tempat maupun bahan uji yang digunakan selama penelitian.
6. Heribertus Suyanto dan Agnes Sudarsih sebagai orang tua penulis yang selalu
memberi semangat dan dukungan, baik yang berupa materi maupun spiritual.
7. Seluruh Dosen Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Sanata Dharma, atas semua ilmu yang telah diberikan kepada
penulis selama perkuliahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
TITLE PAGE ................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 2
1.4 Batasan Masalah ............................................................................ 3
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ................................ 5
2.1 Dasar Teori .................................................................................... 5
2.1.1 Mesin Pengering Briket ........................................................ 5
2.1.2 Prinsip Dasar Pengeringan Briket ........................................ 6
2.1.2.1 Metode Pengeringan Briket ....................................... 6
2.1.2.2 Dehumidifier ............................................................. 7
2.1.2.3 Parameter Proses Pengeringan .................................. 9
2.1.3 Siklus Kompresi Uap ............................................................ 12
2.1.3.1 Komponen Utama Siklus Kompresi Uap .................. 12
2.1.3.2 P-h dan T-s Diagram ................................................. 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2.1.3.3 Perhitungan Dalam P-h Diagram .............................. 17
2.1.4 Psychrometric Chart ............................................................ 20
2.1.4.1 Properti Pada Psychrometric Chart .......................... 20
2.1.4.2 Proses-proses Psychrometric Chart .......................... 22
2.1.5 Proses yang terjadi pada Mesin Pengering Briket ................ 27
2.2 Tinjauan Pustaka ........................................................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 33
3.1 Obyek Penelitian ............................................................................ 33
3.2 Alat dan Bahan Pembuat Mesin Pengering Briket ........................ 35
3.2.1 Alat ....................................................................................... 35
3.2.2 Bahan .................................................................................... 36
3.2.3 Alat Bantu dalam Penelitian ................................................. 43
3.3 Variasi Penelitian .......................................................................... 45
3.4 Tata Cara Penelitian ....................................................................... 46
3.4.1 Alur Pelaksanaan Penelitian ................................................. 46
3.4.2 Pembuatan Mesin Pengering Briket ..................................... 47
3.4.3 Proses Pengisian Refrigeran ................................................. 49
3.4.4 Skematik Pengambilan Data ................................................. 51
3.5 Cara Pengambilan Data ................................................................. 52
3.6 Cara Pengolahan dan Menampilkan Data ..................................... 54
3.7 Cara Mendapatkan Kesimpulan dan Saran ................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 56
4.1 Data Hasil Penelitian ..................................................................... 56
4.2 Perhitungan .................................................................................... 59
4.3 Pembahasan ................................................................................... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 71
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 71
5.2 Saran .............................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 74
LAMPIRAN .................................................................................................... 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pengeringan briket dengan panas matahari ………..……... 6
Gambar 2.2 Pengeringan dengan mesin oven briket …………………... 7
Gambar 2.3 Refrigerant Dehumidifier …………………………………. 8
Gambar 2.4 Desiccant Dehumidifier …………………………………… 9
Gambar 2.5 Hygrometer ………………………………………………... 10
Gambar 2.6 Siklus kompresi uap ………………………………………. 13
Gambar 2.7 Siklus kompresi uap pada diagram P-h …………………… 14
Gambar 2.8 Siklus kompresi uap pada diagram T-s …………………… 15
Gambar 2.9 P-h diagram R134a ………………………………………... 17
Gambar 2.10 Parameter dalam Psychrometric chart ……………………. 20
Gambar 2.11 Psychrometric chart ………………………………………. 22
Gambar 2.12 Proses- proses dalam psychrometric chart ………………... 23
Gambar 2.13 Proses cooling and dehumidifying ………………………… 23
Gambar 2.14 Proses heating ……………………………………………... 24
Gambar 2.15 Proses cooling and humidifying …………………………… 24
Gambar 2.16 Proses cooling ……………………………………………... 25
Gambar 2.17 Proses humidifying ……………………………………….... 25
Gambar 2.18 Proses dehumidifying ……………………………………… 26
Gambar 2.19 Proses heating and dehumidifying ………………………… 26
Gambar 2.20 Proses heating and humidifying …………………………… 27
Gambar 2.21 Proses udara yang terjadi pada mesin pengering ………….. 28
Gambar 2.22 Proses pengering briket pada psychrometric chart ……….. 29
Gambar 3.1 Skematik mesin pengering briket …………………………. 33
Gambar 3.2 Briket dan rak briket ………………………………………. 34
Gambar 3.3 Besi hollow ………………………………………………... 36
Gambar 3.4 Triplek …………………………………………………….. 37
Gambar 3.5 Styrofoam …………………………………………………. 37
Gambar 3.6 Karpet ……………………………………………………... 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Gambar 3.7 Double tape dan lakban …………………………………… 38
Gambar 3.8 Dempul ……………………………………………………. 39
Gambar 3.9 Evaporator ………………………………………………… 40
Gambar 3.10 Kondensor …………………………………………………. 40
Gambar 3.11 Kompresor rotary ………………………………………….. 41
Gambar 3.12 Pipa kapiler ………………………………………………... 41
Gambar 3.13 Filter ………………………………………………………. 42
Gambar 3.14 Refrigeran …………………………………………………. 42
Gambar 3.15 Kipas ………………………………………………………. 43
Gambar 3.16 Penampil suhu digital dan termokopel ……………………. 43
Gambar 3.17 Timbangan digital …………………………………………. 44
Gambar 3.18 Stopwatch digital ………………………………………….. 45
Gambar 3.19 Briket arang batok kelapa …………………………………. 45
Gambar 3.20 Alur pelaksanaan penelitian ………………………………. 46
Gambar 3.21 Kerangka mesin pengering briket …………………………. 47
Gambar 3.22 Pemasangan triplek ………………………………………... 47
Gambar 3.23
Gambar 3.24
Gambar 3.25
Gambar 3.26
Pemasangan pintu ………………………………………….
Proses penutupan celah-celah lubang ……………………...
Pemasangan komponen mesin kompresi uap dan styrofoam
Skematik pengambilan data ………………………………..
48
48
49
51
Gambar 4.1 Diagram P-h R134a untuk data pengeringan tercepat …….. 60
Gambar 4.2 Psychrometric chart data tanpa kipas menit ke-60 ……...... 64
Gambar 4.3 Grafik proses penurunan berat dengan waktu pengeringan . 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel pengambilan data …………………………………….. 53
Tabel 4.1 Data rata – rata tanpa kipas …………………………………. 57
Tabel 4.2 Data rata – rata dengan 1 kipas ……………………………... 58
Tabel 4.3 Hasil perhitungan (M) pada setiap variasi ………………….. 59
Tabel 4.4 Hasil perhitungan pada variasi tanpa kipas …………………. 66
Tabel 4.5 Hasil perhitungan pada variasi 1 kipas ……………………... 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar L.1 Gambar mesin pengering briket …………………………….. 75
Gambar L.2 Kondensor dan evaporator. …………………………………. 75
Gambar L.3 Kipas rakitan ………………………………………………... 76
Gambar L.4 Briket yang dikeringkan …………………………………….. 76
Gambar L.5 Psychrometric chart data tanpa kipas menit ke-60 ……......... 77
Gambar L.6 Psychrometric chart data tanpa kipas menit ke-120 ……....... 78
Gambar L.7 Psychrometric chart data tanpa kipas menit ke-180 ……....... 79
Gambar L.8 Psychrometric chart data tanpa kipas menit ke-240 ……....... 80
Gambar L.9 Psychrometric chart data tanpa kipas menit ke-300 ……....... 81
Gambar L.10 Psychrometric chart data tanpa kipas menit ke-360 ……....... 82
Gambar L.11 Psychrometric chart data tanpa kipas menit ke-420 ………... 83
Gambar L.12 Psychrometric chart data tanpa kipas menit ke-480 ………... 84
Gambar L.13 Psychrometric chart data 1 kipas menit ke-60 ……………... 85
Gambar L.14 Psychrometric chart data 1 kipas menit ke-120 ………......... 86
Gambar L.15 Psychrometric chart data 1 kipas menit ke-180 ………......... 87
Gambar L.16 Psychrometric chart data 1 kipas menit ke-240 ………......... 88
Gambar L.17 Psychrometric chart data 1 kipas menit ke-300 ………......... 89
Gambar L.18 Psychrometric chart data 1 kipas menit ke-360…………….. 90
Gambar L.19 Psychrometric chart data 1 kipas menit ke-420 ……............. 91
Gambar L.20 Diagram P-h R134a untuk data pengeringan tercepat ……… 92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini kebutuhan energi yang bersumber dari sumber daya alam tidak
terbarukan seperti minyak bumi, gas, dan batu bara semakin meningkat dari waktu
ke waktu, hal ini tentu membuat kekhawatiran besar karena kandungan minyak
bumi, gas, dan batu bara yang tersimpan didalam bumi sudah semakin menipis.
Oleh itu banyak orang berlomba – lomba untuk mencari dan menciptakan energi
alternatif. Salah satu energi alternatif yang mulai dikenal yaitu briket. Briket
adalah arang halus yang dipadatkan, dikeringkan dan dapat dibentuk sesuai
dengan keinginan pembuatnya. Oleh karena itu, briket merupakan salah satu
upaya untuk menangani limbah organik seperti serbuk gergaji, jerami sisa panen,
sekam padi, batok atau tempurung kelapa, dan dedaunan kering yang ada di kota –
kota maupun pinggiran kota.
Briket mulai dilirik oleh masyarakat dan perusahaan – perusahaan untuk
dijadikan sumber energi bahan bakar, karena harga briket yang lebih murah bila
dibandingkan dengan bahan bakar minyak dan gas. Sehingga banyak pengusaha
yang memanfaatkan situasi ini untuk menjadi pengusaha pembuat briket.
Kebutuhan akan bahan bakar alternatif briket, semakin lama semakin meningkat
dengan pesat. Para pengusaha pembuat briket semakin kewalahan untuk
memenuhi kebutuhan pasar. Ketidakmampuan ini disebabkan karena briket dalam
pembuatannya perlu dikeringkan dengan maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Briket basah yang baru keluar dari mesin harus dikeringkan dan diangin-
anginkan dengan bantuan cahaya matahari pagi dan sore saja selama kurang lebih
dua sampai tiga hari. Hal ini dikarenakan apabila dikeringkan pada saat siang hari
briket akan hancur atau pecah saat dimasukkan kedalam oven. Apabila musim
hujan tiba atau cuaca mendung tidak menentu proses pengangin- anginan dan
pengeringan dengan bantuan cahaya matahari akan terganggu dan menghambat
proses produksi.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, penulis tertarik untuk
membuat mesin pengering briket dengan mempergunakan komponen utama dari
mesin AC ruangan yang ada di pasaran. Sehingga proses pengangin – anginan dan
pengeringan briket dapat dilakukan setiap saat.
1.2 Rumusan Masalah
Di pasaran belum banyak ditemukan mesin pengering briket dengan energi
listrik. Di pasaran yang ditemukan hanyalah mesin oven yang dapat digunakan
untuk membantu proses finishing pengeringan briket. Oleh karena itu diperlukan
suatu mesin pengering briket yang praktis, aman, ramah lingkungan dan dapat
menggantikan proses pengeringan briket di industri briket saat ini. Selain itu,
mesin pengering juga dapat bekerja setiap saat (pagi, siang, atau malam hari) dan
tidak bergantung terhadap cuaca, sehingga proses pengeringan briket dapat
direncanakan dan berlangsung sesuai dengan keinginan.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
a. Merancang dan membuat mesin pengering briket energi listrik yang
praktis, aman, ramah lingkungan, dan dapat bekerja kapan saja tanpa
tergantung pada waktu dan cuaca.
b. Mengetahui waktu pengeringan briket yang diperlukan oleh mesin
pengering briket.
c. Mengetahui karakteristik mesin pengering briket yang memberikan waktu
pengeringan tercepat, meliputi :
Kondisi udara yang dipergunakan untuk proses pengeringan.
Suhu evaporator dan suhu kondensor.
Kalor yang diserap evaporator, kalor yang dilepas kondensor, dan
kerja yang dilakukan kompresor.
1.4 Batasan Masalah
Batasan-batasan yang diambil dalam penelitian ini :
a. Mesin pengering briket ini menggunakan komponen utama dari mesin AC
ruangan yang bekerja dengan siklus kompresi uap dan menggunakan
sistem udara tertutup.
b. Mesin pengering briket ini terdiri dari komponen utama : evaporator,
kondensor, kompresor, dan pipa kapiler.
c. Mesin pengering briket ini menggunakan energi listrik, serta kompresor
yang dipakai berdaya 1 HP, komponen utama lainnya ukurannya
menyesuaikan dengan daya kompresornya dan pipa kapilernya terbuat dari
tembaga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
d. Jenis briket yang dikeringkan adalah briket yang terbuat dari arang batok
kelapa dan dicetak dengan bentuk kubus ukuran 2,2 cm x 2,2 cm x 2,2 cm
sejumlah 3660 briket, berat total briket sekitar 50 kg, untuk sekali
pengeringan.
e. Refrigeran yang digunakan di mesin pengering briket ini adalah R134a.
f. Ukuran total mesin pengering briket : 180 cm x 120 cm x 135 cm, dan
untuk ukuran lemari pengering briket : 120 cm x 120 cm x 135 cm.
g. Mesin pengering briket ini menggunakan tambahan kipas rakitan berdaya
16W, 220V.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Bagi penulis dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang mesin
pengering briket sistem udara tertutup dengan mempergunakan komponen
utama mesin AC ruangan yang ada di pasaran.
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dalam pembuatan mesin
pengering briket dengan energi listrik.
c. Dihasilkan teknologi tepat guna berupa mesin pengering briket dengan
energi listrik, yang dapat dipergunakan oleh masyarakat industri briket.
d. Hasil penelitian dapat dipergunakan untuk menambah khasanah ilmu
pengetahuan yang dapat ditempatkan di perpustakaan atau dipublikasi di
dalam buku – buku karya ilmiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Mesin Pengeringan Briket
Proses pengeringan pada mesin ini dilakukan dengan prinsip melewatkan
udara kering dan panas ke dalam lemari pengering briket. Setelah melakukan
pengeringan briket, udara yang berada di dalam lemari pengering disedot oleh
kipas, melewati evaporator. Pada saat melalui evaporator inilah terjadi proses
pengembunan uap air dari udara. Kandungan air yang ada dalam udara diteteskan
oleh evaporator, sehingga udara menjadi kering. Selanjutnya udara kering ini
disedot oleh kipas, melewati kondensor yang bersuhu tinggi. Maka udara kering
tadi mengalami kenaikan suhu dan menjadi udara kering dan panas. Udara kering
dan panas ini kemudian dimasukkan kembali ke dalam ruang pengering. Briket
yang berada di dalam lemari awalnya basah, lama- lama menjadi kering akibat
sirkulasi udara kering dan panas di dalam lemari pengering yang berlangsung terus
menerus. Saat udara dari kondesor melewati briket, kandungan air di dalam briket
berpindah ke udara kering yang bersuhu tinggi, dan udara tersebut kemudian akan
disedot lagi oleh kipas dan dilewatkan lagi ke evaporator dan terus bersirkulasi
seperti semula.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2.1.2 Prinsip Dasar Pengeringan Briket
2.1.2.1 Metode Pengeringan Briket
Metode pengeringan briket dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti :
(a) Pengeringan dengan dijemur di bawah sinar matahari, (b) Pengeringan dengan
menggunakan mesin oven, (c) Pengeringan dengan mesin dehumidifier.
a. Pengeringan dengan dijemur di bawah sinar matahari
Pengeringan dengan dijemur di bawah sinar matahari merupakan cara yang
paling umum dilakukan oleh para pengusaha briket. Panas matahari dapat menyerap
kandungan air di dalam briket dan membuatnya menjadi kering. Metode ini masih
dilakukan karena sangat mudah dan murah. Akan tetapi metode ini tidak akan bisa
dilakukan bila cuaca tidak mendukung atau saat musim hujan.
Gambar 2.1 Pengeringan briket dengan panas matahari
b. Pengeringan dengan mesin oven
Metode ini juga banyak dilakukan oleh para pengusaha briket. Mesin oven
ini memanfaatkan panas ruangan oven yang dihasilkan dari proses pembakaran dari
bahan bakar dapat berupa gas, minyak, kayu bakar ataupun briket itu sendiri. Cara
kerja metode ini yaitu briket ditaruh di dalam ruangan oven kemudian ruangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dipanaskan dalam keadaan tertutup. Panas yang dihasilkan dari proses pembakaran
inilah yang digunakan untuk menurunkan kandungan air dan mengeringkan briket.
Gambar 2.2 Pengeringan dengan mesin oven briket
c. Pengeringan dengan mesin dehumidifier
Metode pengeringan jenis ini belum banyak digunakan oleh para pengusaha
briket. Mesin pengering ini memanfaatkan proses dehumidifikasi dan pemanasan
udara yang disirkulasi di dalam sebuah ruangan lemari. Udara diturunkan
kelembabannya dan dinaikkan suhunya kemudian disirkulasi ke dalam lemari.
Udara kering dan bersuhu tinggi inilah yang digunakan untuk menurunkan kadar
air dalam briket.
2.1.2.2 Dehumidifier
Dehumidifier adalah suatu alat pengering udara yang berguna untuk
mengurangi kadar uap air pada udara melalui proses dehumidifikasi. Proses
dehumidikasi merupakan suatu proses penurunan kadar uap air pada udara sehingga
dihasilkan udara kering. Metode dehumidifikasi udara dibagi menjadi dua, yaitu (a)
Refrigerant dehumidifier yang menggunakan metode pendinginan di bawah titik
embun dan penurunan tingkat kelembaban dengan cara kondensasi, (b) Desiccant
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dehumidifier menggunakan metode bahan pengering sebagai penyerap kelembaban
udara.
a. Refrigerant Dehumidifier
Pada dasarnya refrigerant dehumidifier mengunakan sistem kompresi uap
dimana evaporator berfungsi untuk menyerap uap air yang terdapat di dalam udara
sehingga udara menjadi kering. Kemudian udara kering dilewatkan kondensor agar
suhunya menjadi tinggi setelah melewati kondensor. Evaporator dapat menurunkan
kandungan air dengan cara mengembunkan udara, dimana uap air akan mengembun
menjadi air kemudian menetes ke bawah dan tertampung pada wadahnya.
Gambar 2.3 Refrigerant Dehumidifier
b. Desiccant Dehumidifier
Desiccant dehumidifier prinsip kerjanya berkebalikan dengan metode
refrigerant dehumidifier. Metode ini menggunakan bahan penyerap kelembaban
berupa liquid atau solid, seperti silica gel atau batu zeolit. Prinsip kerja meode ini
yaitu melewatkan udara lembab ke bagian proses disc. Disc dibuat seperti sarang
lebah dan berisi bahan pengering (silica gel atau batu zeolit). Disc pada umumnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
dibagi menjadi dua saluran udara yang dipisahkan oleh pembatas. Pada desiccant
dehumidifier, disc diputar perlahan-lahan menggunakan motor kecil selanjutnya
uap air pada udara akan diserap oleh disc. Kemudian udara meninggalkan rotor
dengan temperatur yang tinggi dan kering. Bersama dengan berputar disc pada
bagian reaktivasi disirkulasikan udara panas dari heater. Pemanasan pada bagian
rektivasi bertujuan meregenerasi disc bahan pengering. Kemudian air yang terserap
oleh disc akan terlepas karena proses pemanasan dan heat exchanger bergantian
menyerap uap air.
Gambar 2.4 Desiccant Dehumidifier
2.1.2.3 Parameter Proses Pengeringan (Dehumidifier)
Untuk mendapatkan proses pengeringan ada beberapa parameter yang harus
dipenuhi, antara lain adalah (a) Kelembaban, (b) Suhu udara, (c) Aliran udara, (d)
Kelembaban spesifik, berikut penjelasannya :
a. Kelembaban
Banyaknya kandungan air yang terdapat di dalam udara merupakan
kelembaban. Kelembaban udara ada dua yaitu kelembaban mutlak dan relatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Kelembaban mutlak adalah banyaknya uap air yang terkandung di dalam 1 m3
udara. Kelembaban relatif merupakan persentase perbandingan jumlah uap air yang
terkandung dalam 1 m3 udara dengan jumlah air maksimal yang terkandung dalam
1 m3 udara pada kondisi udara yang sama. Kelembaban relatif menentukan
kemampuan udara pengering untuk menampung kadar air briket yang telah
diuapkan. Semakin rendah kelembaban relatif maka akan semakin banyak uap air
yang dapat diserap.
Gambar 2.5 Hygrometer
Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kelembaban udara adalah
menggunakan hygrometer atau dengan menggunakan termometer bola basah dan
termometer bola kering. Termometer bola basah untuk menguku suhu udara basah,
dan termometer bola kering untuk mengukur udara kering. Pada termometer bola
basah, bola tabung air raksa diberi kain yang telah dibasahi agar suhu yang terukur
adalah suhu saturasi atau titik jenuh, yaitu suhu yang diperlukan agar uap air dapat
berkondensasi. Sedangkan pada termometer bola kering, bola tabung air raksa tetap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dibiarkan kering ketika mengukur suhu udara aktual. Jika suhu bola basah dan bola
kering sudah diketahui, dengan bantuan psychrometric chart kelembaban udara
pada saat itu dapat diketahui.
b. Suhu Udara
Suhu udara adalah keadaan temperatur atau tingkat panas udara disuatu
tempat. Suhu udara dinyatakan panas apabila suhu udara pada tempat dan waktu
tertentu melebihi suhu lingkungan sekitarnya dan begitu pula sebaliknya. Suhu
udara memiliki pengaruh besar terhadap laju pengeringan. Semakin besar suhu
udara pengering maka akan semakin cepat pula laju perpindahan kalor dan proses
penguapan air yang terjadi juga akan semakin meningkat.
c. Aliran Udara
Aliran udara pada proses pengeringan memiliki fungsi membawa udara
panas untuk menyerap kandungan air dalam briket serta mengeluarkan kandungan
air hasil penyerapan tersebut. Kandungan air hasil penyerapan harus segera
disirkulasikan menuju evaporator agar tidak membuat jenuh udara pada ruangan
pengering yang dapat menggangu proses pengeringan. Semakin besar aliran udara
panas yang mengalir maka akan semakin besar kemampuan menyerap kandungan
air dari briket, namun berbanding terbalik dengan suhu udara yang semakin
menurun.
d. Kelembaban spesifik
Kelembaban spesifik atau rasio kelembaban (W) adalah berat atau massa air
yang terkandung dalam setiap kilogram udara kering, atau perbandingan massa uap
air dengan massa udara kering. Dalam sistem dehumidifier semakin besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
perbandingan rasio kelembaban antara kelembaban spesifik setelah keluar dari
mesin pengering sebelum masuk evaporator dengan kelembaban spesifik setelah
melewati kondensor. Massa air (∆W) yang berhasil diserap dalam proses
pengeringan dengan menggunakan siklus kompresi uap dapat dihitung dengan
Persamaan (2.1) :
∆W = (Wg – Wf) (2.1)
Pada Persamaan (2.1) :
∆W : Massa air yang berhasil diserap
Wg : Kelembaban spesifik setelah keluar dari mesin pengering
Wf : Kelembaban spesifik setelah melewati kondensor
2.1.3 Siklus Kompresi Uap
Salah satu siklus yang paling banyak digunakan pada bidang termodinamika
adalah refrigerasi (refrigeration). Siklus ini berfungsi untuk memindahkan kalor
dari tempat bertemperatur rendah ke tempat yang bertempertur tinggi. Siklus
refrigerasi dengan kompresi uap adalah salah satu yang paling banyak digunakan.
Refrigeran atau fluida kerja yang biasa digunakan dalam siklus kompesi uap
diantaranya adalah R134a, R410a, R600a, dll. Akan tetapi, refrigeran 134a saat ini
lebih banyak digunakan karena dianggap lebih ramah lingkungan.
2.1.3.1 Komponen Utama Siklus Kompresi Uap
Komponen utama siklus kompresi uap terdiri dari (a) Kompresor, (b)
Kondensor, (c) Filter, (d) Pipa kapiler, dan (e) Evaporator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Gambar 2.6 Siklus kompresi uap
a. Kompresor
Berfungsi untuk menaikkan tekanan refrigeran. Kompresor menghisap
sekaligus memompa refrigeran sehinga refrigeran mampu bersirkulasi di dalam
siklus kompresi uap secara terus menerus.
b. Kondensor
Berfungsi untuk merubah fase refrigeran dari gas menjadi cair. Berlangsung
tiga proses utama yaitu penurunan suhu refrigeran dari gas lanjut ke gas jenuh, dari
gas jenuh ke cair jenuh, dan dari cair jenuh ke cair lanjut (subcooling). Pada proses
ini kalor dibuang keluar melalui permukaan sirip dan proses ini berlangsung pada
suhu yang tetap.
c. Filter
Berfungsi untuk menyaring kotoran yang larut dalam refrigeran agar tidak
menyumbat aliran refrigeran saat melewati pipa kapiler. Berfungsi juga untuk
menangkap uap air yang terjebak dalam sistem.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
d. Pipa Kapiler
Berfungsi sebagai alat ekspansi yaitu menurunkan tekanan refrigeran,
sehingga temperatur menjadi turun. Tekanan dan temperatur turun akibat gesekan
antara refrigeran dengan permukaan dalam dari pipa kapiler. Semakin kecil
diameter pipa semakin turun pula tekanan refrigerannya.
e. Evaporator
Berfungsi merubah fase refrigeran dari fase campuran cair dan gas menjadi
fase gas jenuh. Pada proses ini ada kalor yang masuk dari lingkungan sekitar
evaporator. Proses bisa dilanjutkan dengan proses superheating.
2.1.3.2 P-h dan T-s Diagram
Dalam siklus kompresi uap, refrigeran mengalami beberapa proses yang
terjadi pada komponen-komponen utama siklus kompresi uap. Proses-proses
tersebut yaitu :
Gambar 2.7 Siklus kompresi uap pada diagram P-h
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Gambar 2.8 Siklus kompresi uap pada diagram T-s
a. Proses 1-2 merupakan proses kompresi isentropic
Proses ini bertujuan untuk menaikkan tekanan refrigeran dari tekanan rendah ke
tekanan tinggi. berlangsung di kompresor dan berlangsung secara isentropis
adiabatic (proses ideal). Refrigeran yang melewati kompresor memiliki fase gas
atau gas panas lanjut dan berupa gas panas lanjut bertemperatur tinggi.
b. Proses 2-2a proses penurunan suhu (desuperheating)
Proses ini terjadi sebelum memasuki kondensor dan berlangsung pada tekanan
yang tetap. Proses ini merupakan proses penurunan suhu refrigeran dari fase gas
panas lanjut menjadi gas jenuh. Penurunan suhu terjadi karena adanya
perpindahan kalor dari refrigeran ke lingkungan.
c. Proses 2a-3a proses kondensasi
Proses ini adalah proses perubahan fase dari gas jenuh menjadi cair jenuh. Proses
ini berlangsung pada tekanan dan suhu yang konstan. Ketika perubahan fase
refrigeran, kalor keluar dari refrigeran karena temperatur refrigeran lebih tinggi
daripada lingkungan sekitar kondensor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
d. Proses 3a-3 proses pendinginan lanjut (subcooling)
Merupakan proses penurunan suhu pada refrigeran setelah refrigeran memiliki
kondisi cair jenuh. Tujuan dari proses ini adalah untuk mendapatkan kondisi
refrigeran benar-benar dalam keadaan cair, supaya mudah mengalir di dalam
pipa kapiler. Berlangsung pada tekanan yang konstan atau tetap. Refrigeran
berubah dari cair jenuh ke cair lanjut.
e. Proses 3-4 proses penurunan tekanan secara drastis dan berlangsung pada entalpi
yang tetap (throthling)
Proses ini terjadi pada pipa kapiler. Akibat penurunan tekanan, suhu refrigeran
ikut turun. Fase refrigeran ketika masuk pipa kapiler berbentuk cair lanjut
berubah menjadi campuran antara fase cair dan gas.
f. Proses 4-1a proses penguapan (evaporation)
Proses ini terjadi di evaporator. Terjadi pada tekanan dan temperatur yang tetap.
Karena suhu kerja evaporator rendah, maka ada kalor yang masuk dari
lingkungan sekitar evaporator, kalor yang masuk ini digunakan untuk mengubah
fase refrigeran dari fase campuran cair dan gas menjadi gas jenuh.
g. Proses 1a-1 proses pemanasan lanjut (superheating)
Proses ini terjadi karena adanya penyerapan kalor berlanjut pada proses
penguapan (4-1a), refrigeran yang masuk ke kompresor berubah fase dari gas
jenuh ke gas panas lanjut. Sehingga menyebabkan kenaikan tekanan dan
temperatur refrigeran. Proses ini membuat kompresor bekerja lebih ringan
sehingga kompresor dapat lebih awet umur pemakaiannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Gambar 2.9 P-h diagram R134a
2.1.3.3 Perhitungan Dalam P-h Diagram
Dengan melihat P-h diagram bisa diketahui nilai entalpi di titik 1, 2, 3, dan
4. Dengan diketahui nilai entalpi dapat dihitung : (a) Kalor yang diserap evaporator
(Qin), (b) Kalor yang dilepas kondensor (Qout), (c) Kerja kompresor (Win), (d)
Coefficient Of Performance aktual mesin (COPaktual), (e) Coefficient Of
Performance ideal mesin (COPideal), dan (f) Efisiensi dari mesin siklus kompresi
uap.
a. Kalor yang diserap evaporator (Qin)
Kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran (Qin) dapat dihitung
dengan Persamaan (2.2)
Qin = h1 – h4 …(2.2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Pada Persamaan (2.2) :
Qin : Energi atau kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran
(kJ/kg)
h1 : Entalpi refrigeran saat keluar evaporator = entalpi refrigeran saat masuk
kompresor (kJ/kg)
h4 : Entalpi refrigeran sebelum masuk evaporator = entalpi refrigeran saat
keluar dari pipa kapiler (kJ/kg)
b. Kalor yang dilepas kondensor (Qout)
Kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran (Qout) dapat dihitung
dengan Persamaan (2.3)
Qout = h2 – h3 …(2.3)
Pada Persamaan (2.3) :
Qout : Energi atau kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran
(kJ/kg)
h2 : Entalpi refrigeran saat masuk kondensor (kJ/kg)
h3 : Entalpi refrigeran saat keluar kondensor = entalpi refrigeran saat masuk
pipa kapiler (kJ/kg)
c. Kerja kompresor (Win)
Kerja kompresor persatuan massa refrigerant (Win) dapat dihitung dengan
Persamaan (2.4)
Win = h2 – h1 …(2.4)
Pada Persamaan (2.4) :
Win : Kerja kompresor persatuan massa refrigeran (kJ/kg)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
h2 : Entalpi refrigeran saat masuk kondensor (kJ/kg)
h1 : Entalpi refrigeran saat keluar evaporator = entalpi refrigeran saat masuk
kompresor (kJ/kg)
d. COPaktual mesin siklus kompresi uap
Unjuk kerja aktual mesin siklus kompresi uap (COPaktual) dapat dihitung dengan
Persamaan (2.5)
COPaktual = 𝑄𝑖𝑛
𝑊𝑖𝑛 …(2.5)
Pada Persamaan (2.5) :
COPaktual: Unjuk kerja nyata mesin siklus kompresi uap
Qin : Energi atau kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran
(kJ/kg)
Win : Kerja kompresor persatuan massa refrigeran (kJ/kg)
e. COPideal mesin siklus kompresi uap
Unjuk kerja ideal mesin siklus kompresi uap (COPideal) dapat dihitung dengan
Persamaan (2.6)
COPideal = 𝑇𝑐
𝑇𝑐−𝑇𝑒 …(2.6)
Pada Persamaan (2.6) :
COPideal : Unjuk kerja ideal atau tidak ada rugi-rugi mesin siklus kompresi uap
Tc : Suhu mutlak kondensor (K)
Te : Suhu mutlak evaporator (K)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
f. Efisiensi mesin siklus kompresi uap (η)
Efisiensi mesin siklus kompresi uap (η) dapat dihitung dengan Persamaan (2.7)
η = 𝐶𝑂𝑃𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐶𝑂𝑃𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 …(2.7)
Pada Persamaan (2.7) :
Η : Efisiensi mesin siklus kompresi uap (%)
COPactual : Unjuk kerja nyata mesin siklus kompresi uap
COPideal : Unjuk kerja maksimal yang dapat dicapai mesin siklus kompresi uap
2.1.4 Psychrometric Chart
Psychrometric chart adalah grafik yang digunakan untuk menentukan nilai
dari parameter – parameter udara dan dapat pula dipergunakan untuk
menggambarkan proses - proses yang dialami udara.
2.1.4.1 Properti Pada Psychrometric Chart
Berikut adalah beberapa istilah yang ada dalam psychrometric chart :
Gambar 2.10 Parameter dalam Psychrometric chart
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
a. Dry-bulb Temperature (Tdb)
Tdb atau temperatur bola kering adalah suhu yang didapat dari pengukuran
termometer dengan bulb pada keadaan kering (tidak diselimuti kain basah).
b. Wet-bulb Temperature (Twb)
Twb atau temperatur bola basah adalah suhu yang didapat dari pengukuran
termometer dengan bulb pada keadaan basah (diselimuti kain basah).
c. Dew-Point Temperature (Tdp)
Tdp atau temperatur titik embun adalah suhu dimana udara mulai mengembun
saat suhu udara diturunkan atau didinginkan.
d. Kelembaban Spesifik (W)
Kelembababn spesifik adalah berat uap air yang terkandung dalam satu kilogram
udara kering (kgair/kgudara).
e. Volume Spesifik (SpV)
Volume spesifik adalah volume udara campuran per satuan kilogram udara
kering (m3/kg).
f. Entalpi (h)
Entalpi udara adalah besarnya energi yang dimiliki udara yang nilainya
tergantung dari suhu dan tekanannya.
g. Kelembaban Relatif (RH)
Kelembaban relatif adalah perbandingan antara massa uap air yang dikandung
pada suhu tertentu dengan massa uap air maksimal yang dapat dikandung udara
pada suhu tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Gambar 2.11 Psychrometric chart
2.1.4.2 Proses – proses Pada Psychrometric Chart
Proses-proses yang dapat digambarkan dalam psychrometric chart adalah
(a) proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling and dehumidifying),
(b) proses pemanasan (heating), (c) proses pendinginan dan menaikkan kelembaban
(cooling and humidifying), (d) proses pendinginan (cooling), (e) proses
humidifying, (f) proses dehumidifying, (g) proses pemanasan dan penurunan
kelembaban (heating and dehumidifying), (h) proses pemanasan dan menaikkan
kelembaban (heating and humidifying).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Gambar 2.12 Proses- proses dalam psychrometric chart
a. Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling and dehumidifying)
Merupakan proses penurunan kalor sensibel dan penurunan kalor laten ke
udara. Pada proses ini terjadi penurunan temperatur bola kering, bola basah, titik
embun, entalpi, volume spesifik, dan kelembaban spesifik. Sedangkan kelembaban
relatif dapat meningkat ataupun menurun tergantung dari prosesnya.
Gambar 2.13 Proses cooling and dehumidifying
b. Proses pemanasan (heating)
Proses pemanasan adalah proses penambahan kalor sensibel ke udara. Pada
proses ini terjadi peningkatan temperatur bola kering, bola basah, entalpi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
volume spesifik. Temperatur titik embun dan kelembaban spesifik tidak berubah
atau konstan. Sedangkan kelembaban reletif mengalami penurunan.
Gambar 2.14 Proses heating
c. Proses pendinginan dan menaikkan kelembaban (cooling and humidifying)
Merupakan proses menurunan temperatur udara dan menaiknya kandungan
uap air udara. Proses ini mengakibatkan perubahan pada temperatur bola kering,
bola basah, titik embun, volume spesifik, kelembaban relatif dan kelembaban
spesifik. Temperatur bola kering dan volume spesifik mengalami penurunan.
Sedangkan temperatur bola basah, titik embun, kelembaban relatif dan spesifik
mengalami kenaikan.
Gambar 2.15 Proses cooling and humidifying
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
d. Proses pendinginan (cooling)
Merupakan proses pengambilan kalor sensibel dari udara sehingga
temperatur udara mengalami penurunan. Pada proses ini temperatur bola kering,
bola basah dan volume spesifik mengalami penurunan. Kelembaban relatif
mengalami kenaikan. Sedangkan kelembaban spesifik dan temperatur titik embun
tidak berubah atau konstan.
Gambar 2.16 Proses cooling
e. Proses humidifying
Merupakan proses penambahan kandungan uap air udara tanpa merubah
suhu bola kering sehingga terjadi kenaikan entalpi, temperatur bola basah, titik
embun dan kelembaban spesifik.
Gambar 2.17 Proses humidifying
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
f. Proses dehumidifying
Merupakan proses pengurangan kandungan uap air pada udara tanpa
merubah temperatur bola kering sehingga terjadi penurunan entalpi, temperatur
bola basah, titik embun dan kelembaban spesifik.
Gambar 2.18 Proses dehumidifying
g. Proses pemanasan dan penurunan kelembaban (heating and dehumidifying)
Merupakan proses kenaikan temperatur bola kering dan penurunan
kandungan uap air pada udara. Kelembaban spesifik, kelembaban relatif, entalpi,
temperatur bola basah mengalami penurunan.
Gambar 2.19 Proses heating and dehumidifying
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
h. Proses pemanasan dan menaikkan kelembaban (heating and humidifying)
Merupakan proses dinaikkannya temperatur udara dan penambahan
kandungan uap air. Pada proses ini terjadi kenaikan kelembaban spesifik, entalpi,
temperatur bola basah, dan bola kering.
Gambar 2.20 Proses heating and humidifying
2.1.5 Proses yang Terjadi pada Mesin Pengeringan Briket
Proses-proses yang terjadi dalam mesin pengering briket dapat dilihat pada
Gambar 2.21. Udara dalam ruang pengering diolah melalui proses pendinginan dan
penurunan kelembababan (cooling and dehumidify) untuk mendapatkan udara yang
kering, proses berlangsung di evaporator. Udara kering kemudian diolah melalui
proses pemanasan (heating) untuk mendapatkan temperatur yang tinggi, proses
berlangsung di dalam kondensor. Udara kering dan panas ini kemudian dialirkan ke
ruang pengeringan briket untuk proses selanjutnya yaitu pendinginan dan penaikan
kelembaban (cooling and humidify) yang disebabkan oleh kandungan air di dalam
briket. Udara yang masih memiliki temperatur tinggi akan langsung disirkulasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
melewati evaporator kembali untuk proses cooling and dehumidify kembali dan
terus berulang seperti itu.
Gambar 2.21 Proses udara yang terjadi pada mesin pengering
Inti dari proses pengeringan ini adalah evaporator berfungsi untuk
mendinginkan dan menggurangi kadar uap air dalam udara (udara dingin dan
kering). Udara dingin dan kering kemudian dilewatkan kondensor untuk proses
pemanasan sehingga menjadi udara kering dan panas. Udara kering dan panas inilah
yang digunakan untuk proses pengeringan briket.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Gambar 2.22 Proses pengering briket pada psychrometric chart
Gambar 2.22 adalah proses pengeringan briket yang tergambar dalam
psychrometric chart. Titik A sampai titik B adalah proses pendinginan dan
penurunan kelembaban (cooling and dehumidifying). Titik B sampai titik D adalah
proses pemanasan (heating). Kemudian titik D sampai ke A adalah proses
pendinginan dan menaikkan kelembaban (cooling and humidifying). Berikut
keterangan dari Gambar 2.22 :
a. Titik A merupakan kondisi udara di dalam ruang pengering
b. Titik B merupakan kondisi udara setelah melewati evaporator
c. Titik C merupakan suhu kerja evaporator
d. Titik D merupakan kondisi udara setelah melewati kondensor
e. Titik E merupakan suhu kerja kondensor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Untuk menghitung laju pengeringan briket oleh mesin pengering briket,
dapat dihitung dengan Persamaan (2.8) :
ṁair = 𝑀
𝛥𝑡 ...(2.8)
Pada Persamaan (2.8) :
ṁair : Laju pengeringan briket (kgair/menit)
M : Massa air yang menguap dari briket (kg)
Δt : Waktu pengeringan (menit)
Untuk menentukan laju aliran massa udara pada mesin pengering briket,
dapat digunakan Persamaan (2.9) :
ṁudara = ṁair
𝛥𝑊 …(2.9)
Pada Persamaan (2.9) :
ṁudara : Laju aliran massa udara (kgudara/menit)
ṁair : Laju pengeringan briket (kgair/menit)
ΔW : Massa air yang diuapkan persatuan udara (kgair/kgudara)
Untuk menentukan debit aliran udara yang masuk ke ruang pengering, dapat
dihitung dengan Persamaan (2.10) :
Q = ṁudara
𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 …(2.10)
Pada Persamaan (2.10) :
Q : Debit aliran udara yang masuk ke ruang pengering (m3/menit)
ṁudara : Laju aliran massa udara (kgudara/menit)
ρudara : Massa jenis udara (1,2 kg/m3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
2.2 Tinjauan Pustaka
Zakaria Bernando dan Himsar Ambarita, (2014) menjelaskan tentang
rancang bangun kompresor dan pipa kapiler untuk mesin pengering pakaian sistem
pompa kalor dengan daya 1 PK. Tujuan penelitiannya adalah menghasilkan suatu
unit mesin pengering pakaian portable dengan menggunakan AC rumah
berorientasi pada upaya efisiensi energi listrik yang dapat diaplikasikan pada skala
kecil dan besar. Metode yang digunakan oleh peneliti untuk mencapai tujuan adalah
dengan menggunakan perhitungan termodinamika, dan refrigeran yang dipakai
dalam penelitiannya adalah HCFC-22.
PK Purwadi dan Wibowo Kusbandono, (2015) menjelakan tentang mesin
pengering pakaian energi listrik dengan mempergunakan siklus kompresi uap.
Tujuan dari penelitiannya adalah membuat mesin pengering pakaian dengan energi
listrik dan mengetahui beberapa karakteristik mesin pengering yang telah dibuat.
Proses pengeringan menggunakan udara yang disirkulasi oleh kipas secara berturut-
turut melewati evaporator, kompresor dan ruangan pengering. udara dilewatkan
evaporator untuk diembunkan dan diturunkan kelembabannya, kemudian
dilewatkan kompresor dan menjadi panas, udara kering dan panas inilah yang
digunakan untuk mengeringkan pakaian.
Carli, dkk, (2016) menjelaskan pembuatan alat pengering serbuk tembaga
dengan menggunakan sistem refrigerasi kompresi uap. Tujuan dari penelitian ini
adalah pembuatan alat pengering serbuk tembaga dalam ruangan tertutup. Alat
pengering serbuk tembaga ini menggunakan prinsip kerja memanfaatkan
penyerapan uap air oleh evaporator dan panas buang dari kondensor dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
temperatur ruang pengeringan kurang dari 50 ᴼC dengan menggunakan sistem
refrigerasi kompresi uap. Hasil dari penelitiannya adalah prototipe alat pengering
serbuk tembaga yang mampu menyerap uap air 0,32 ml/jam dengan tingkat
kelembaban udara ruang pengering sebesar 35%.
Kurniandy Wijaya dan PK Purwadi, (2016) menjelaskan tentang mesin
pengering handuk dengan energi listrik. Penelitiannya bertujuan untuk merancang,
merakit mesin pengering handuk dengan energi listrik dan mengetahui waktu yang
diperlukan mesin pengering untuk mengeringkan 20 handuk secara bersamaan.
Komponen utama mesin siklus kompresi uap meliputi kompresor, evaporator,
kondensor, dan pipa kapiler. Fluida kerja yang digunakan pada mesin kompresi uap
rancangannya adalah R-134a, selain menggunakan mesin siklus kompresi uap,
mesin pengering juga menggunakan satu buah alat penukar kalor.
Damawidjaya Biksono, dkk, (2016) menganalisis tentang sistem head pump
kompresi uap untuk pengeringan gabah. Tujuan penelitiannya adalah
mengembangkan sistem head pump kompresi uap (HPKU) untuk pengeringan
gabah dan mendapatkan konsumsi energi yang rendah dari berbagai konfigurasi
sistem. Udara dilewatkan melalui evaporator kemudian melewati heat exchanger
kemudian melewati kondensor dan disirkulasikan oleh blower menuju ruang
pengering. Hasil penelitiannya menujukkan seluruh kondisi udara kering yang
dihasilkan oleh seluruh konfigurasi head pump kompresi uap dan pemanasan
resistif pada studi ini hamper sama yaitu suhu 35,7 - 37,9 ᴼC dan RH 35,4 - 45,9 ᴼC
sehingga juga memberikan waktu pengeringan yang hampir sama yaitu 11-12 jam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah mesin pengering briket dengan sistem tertutup
dengan benda uji briket. Ukuran dari lemari pengering 120 cm x 120 cm x 135 cm
dan ukuran dari ruang mesin pengering 60 cm x 120 cm x 135 cm. Gambar dari
skematik alat yang dipergunakan di dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Skematik mesin pengering briket
Keterangan pada Gambar 3.1 :
A. Ruang mesin pengering :
a. Evaporator
b. Kompresor
c. Kondensor
d. Pipa kapiler
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
B. Lemari pengering :
e. Kipas
f. Briket
g. Rak briket
Gambar 3.2 Briket dan rak briket
Briket yang digunakan dalam penelitian ini adalah briket yang terbuat dari
arang batok kelapa, dengan komposisi : arang batok kelapa 75%, bekas briket 15%,
tepung tapioka 5%, dan abu 5%. Bekas briket yang dimaksud adalah briket yang
tak lolos standar uji kemudian dihancurkan kembali. Sedangkan abu yang dipakai
adalah abu hasil sisa-sisa mesin crusher arang batok kelapa ataupun briket yang tak
lolos standar uji, yang ditambahkan untuk menambah berat briket. Briket yang
digunakan berbentuk kubus dengan ukuran 2,2 cm x 2,2 cm x 2,2 cm. Volume briket
sebesar 10,648 cm3.
Dalam penelitian ini menggunakan briket sebanyak 3660 buah, dengan
bobot basah sekitar 50 kg untuk sekali pengambilan data. Berat rata – rata untuk 1
buah briket basah adalah 13,6 gram. Dalam sekali pengambilan data menggunakan
10 buah rak briket dengan berat total 20-25 kg, setiap satu rak briket berbobot 2-2,5
kg. Setiap 1 buah rak briket diisi dengan briket seberat sekitar 5 kg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
3.2 Alat dan Bahan Pembuatan Mesin Pengering Briket
Dalam proses pembuatan mesin pengering briket ini diperlukan alat dan
bahan serta beberapa alat pendukung lainnya, yaitu sebagai berikut :
3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan mesin pengering briket
adalah sebagai berikut :
a. Gergaji Besi
Gergaji besi digunakan untuk memotong besi holo yang akan dijadikan
sebagai kerangka lemari mesin pengering briket.
b. Bor
Bor digunakan untuk membuat lubang paku dan lubang baut, pada mesin
pengering briket
c. Meteran dan mistar
Meteran digunakan untuk mengukur panjang besi holo, triplek dan karpet.
Sedangkan mistar digunakan untuk mengukur panjang styrofoam.
d. Palu
Palu digunakan untuk memukul baut dalam pemasanan rangka dengan
casing mesin pengering briket.
e. Obeng dan kunci pas
Digunakan untuk memasang atau mengencangkan baut dalam pembuatan
menggunakan obeng (-) dan (+) sedangkan kunci pas digunakan untuk
mengencangkan baut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
f. Pisau cutter dan gunting
Pisau cutter digunakan untuk memotong triplek dan styrofoam. Sedangkan
gunting untuk memotong karpet dan lakban.
g. Tube cutter
Digunakan untuk memotong pipa tembaga, agar hasil potongan pada pipa
lebih baik.
h. Tube expander
Berfungsi untuk memperlebar ujung pipa tembaga, agar antar pipa dapat
tersambung dengan baik.
3.2.2 Bahan
Bahan atau komponen yang digunakan dalam proses pembuatan mesin
pengering handuk, antara lain :
a. Besi hollow
Besi hollow digunakan sebagai rangka utama lemari pengering briket.
Pemilihan besi hollow sebagai rangka utama adalaha karena besi hollow ringan dan
kuat. Ukuran penampang luas besi hollow : 30 mm x 30 mm, tebal 1.1 mm
Gambar 3.3 Besi hollow
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
b. Triplek
Triplek digunakan sebagai casing luar mesin pengering briket. Triplek yang
digunakan pada alat ini menggunakan triplek dengan ketebalan 8 mm. Pemilihan
ketebalan 8 mm dikarenakan agar casing mesin pengering kuat dan tahan lama.
Gambar 3.4 Triplek
c. Styrofoam
Styrofoam digunakan sebagai pembatas udara agar semua udara di dalam
lemari pengering dapat masuk kedalam evaporator untuk melalui proses evaporasi.
Tebal styrofoam yang digunakan yaitu 3 cm.
Gambar 3.5 Styrofoam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
d. Karpet
Karpet digunakan untuk menutup celah- celah antara rangka dengan casing.
Karpet dipakai dengan tujuan agar udara terhalang dan tidak keluar dari lemari
pengering briket.
Gambar 3.6 Karpet
e. Lakban, double tape dan lem kayu
Lakban dan double tape digunakan untuk merekatkan dan menyatukan
styrofoam. Lem kayu digunakan untuk menutup celah – celah antara triplek agar
tidak ada udara yang dapat keluar dari lemari pengering.
Gambar 3.7 Double tape dan lakban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
f. Dempul
Dempul digunakan untuk menutup celah – celah antara triplek maupun
celah antara rangka dan casing lemari pengering briket.
Gambar 3.8 Dempul
g. Baut
Baut digunakan untuk menyatukan antara rangka dengan casing lemari
pengering briket dan digunakan untuk menyatukan komponen utama mesin siklus
kompresi uap dengan lemari pengering briket.
h. Evaporator
Evaporator merupakan unit yang berfungsi untuk menguapkan refrigeran
dari fase cair menjadi gas sebelum masuk ke kompresor. Evaporator dalam proses
pengeringan briket berguna untuk mengubah uap air dalam udara menjadi air
dengan cara didinginkan dan diembunkan. Jenis evaporator yang digunakan adalah
jenis pipa bersirip dengan ukuran luar evaporator p x l x t sebesar 65 cm x 16 cm x
23,5 cm. Bahan pipa adalah tembaga dengan diameter pipa sebesar 6,2 mm dan
siripnya berbahan alumunium dengan jarak antar sirip 1 mm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Gambar 3.9 Evaporator
i. Kondensor
Kondensor merupakan suatu alat penukar kalor yang berfungsi
mengkondisikan refrigeran dari fase uap menjadi fase cair. Agar dapat berubah fase
dari uap menjadi cair diperlukan suhu udara di dalam ruang mesin pengering lebih
rendah dari suhu refrigeran sehingga dapat terjadi pelepasan kalor di sekitar
kondensor. Kondensor yang digunakan berjenis pipa bersirip dan berukuran p x l x
t sebesar 68 cm x 25 cm x 42 cm. Bahan pipa adalah tembaga dengan diameter pipa
6,2 mm dan dan siripnya berbahan alumunium dengan jarak antar sirip 1 mm.
Gambar 3.10 Kondensor
j. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang berfungsi untuk menaikkan tekanan
refrigeran, yang secara tidak langsung mensirkulasikan refrigeran ke komponen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
siklus kompresi uap yang lainnya melalui pipa-pipa dengan cara menghisap dan
memompa refrigeran. Jenis kompresor yang dipakai yaitu hermetic, rotary. Daya
kompresor yang digunakan adalah 1 HP dengan tegangan 220 Volt.
Gambar 3.11 Kompresor rotary
k. Pipa kapiler
Pipa kapiler merupakan alat yang berfungsi untuk menurunkan tekanan
refrigeran dari tekanan tinggi ke tekanan rendah sebelum masuk ke evaporator.
Ketika tekanan refrigeran mengalami penurunan maka temperatur refrigeran juga
mengalami penurunan. Pipa kapiler yang digunakan berbahan tembaga dengan
diameter 0.81 mm
Gambar 3.12 Pipa kapiler
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
l. Filter
Filter merupakan alat yang dipasang sebelum pipa kapiler yang berfungsi
untuk mencegah dan menyaring kotoran yang masuk ke dalam pipa kapiler seperti
uap air, sisa – sisa pemotongan, korosi dan kotoran – kotoran. Filter terbuat dari
bahan tembaga dengan panjang 70 mm dan diameter 19 mm.
Gambar 3.13 Filter
m. Refrigeran
Refrigeran merupakan jenis gas yang digunakan sebagai fluida pendingin,
yang memiliki fungsi untuk menyerap dan melepas kalor dari dan ke lingkungan.
Jenis refrigeran yang digunakan adalah R134a, yang bersifat ramah lingkungan.
Sifat – sifat refrigeran, dapat dilihat pada grafik P-h diagram untuk R134a pada
Gambar 2.9
Gambar 3.14 Refrigeran
n. Kipas
Kipas digunakan untuk mensirkulasikan udara panas di dalam lemari
pengering agar udara merata di dalam ruangan pengering. Kipas angin yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
digunakan adalah kipas berdaya 16 Watt. Jumlah blade atau sudu kipasnya ada 3
diameter kipas terluar 33 cm dan bahan blade terbuat dari plastik.
Gambar 3.15 Kipas
3.2.3 Alat Pendukung Penelitian
Dalam proses pengambilan data diperlukan alat bantu penelitian antara lain
adalah :
a. Pengukur suhu digital dan termokopel
Termokopel berfungsi untuk mengukur perubahan suhu atau temperatur
yang terjadi saat pengujian. Cara kerjanya yaitu ujung termokopel diletakkan
(ditempelkan atau digantung) pada bagian yang akan diukur, maka suhu akan
terbaca pada penampil suhu digital. Jenis termokopel yang digunakan adalah tipe
K, dan dalam pelaksanaannya dilakukan kalibrasi agar mendapatkan data yang
akurat.
Gambar 3.16 Penampil suhu digital dan termokopel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
b. Timbangan Digital
Timbangan digital digunakan untuk mengukur berat briket dalam
pengujian. Dalam pelaksanaannya harus dilakukan kalibrasi karena ada tambahan
besi penopang dan rak.
Gambar 3.17 Timbangan digital
c. Termometer bola kering dan bola basah
Termometer bola kering dan bola basah digunakan untuk mengukur suhu
udara bola kering dan suhu udara bola basah dalam lemari pengering. Data suhu
udara bola kering dan suhu udara bola basah dapat dipergunakan untuk menentukan
kelembaban udara. Gambar thermometer bola kering dan bola basah dapat dilihat
pada Gambar 2.5
d. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu yang dibutuhkan untuk
pengujian. Pengambilan data pengujian dilakukan pada selang waktu 60 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Gambar 3.18 Stopwatch digital
3.3 Variasi penelitian
Penelitian dilakukan dengan memvariasikan keberadaan kipas di dalam
ruang pengering briket : (a) tanpa kipas dan (b) dengan adanya sebuah kipas.
Penelitian dilakukan sebanyak 3 kali percobaan pada masing-masing variasi
penelitian, guna mendapatkan hasil karakteristik mesin pengering briket yang
cukup baik. Briket yang dijadikan benda penelitian terbuat dari arang batok kelapa
dengan ukuran 2,2 cm x 2,2 cm x 2,2 cm. Berat briket total untuk sekali pengeringan
sekitar 50 kg dengan jumlah briket total 3660 buah.
Gambar 3.19 Briket arang batok kelapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tidak baik
Baik
Ya
Belum
3.4 Tata Cara Penelitian
3.4.1 Alur Pelaksanaan Penelitian
Alur pelaksanaan penelitian mengikuti alur penelitian seperti diagram aliran
yang dapat dilihat pada Gambar 3.20.
Gambar 3.20 Alur pelaksanaan penelitian
Persiapan alat, bahan dan
komponen mesin
Hasil Penelitian, Pengolahan
data, Perhitungan, Pembahasan
Pembuatan Mesin (perakitan,
pemvakuman, pengisian Freon)
Pengambilan data
Uji Coba
Kesimpulan dan saran
Selesai
Penentuan variasi penelitian
(a) tanpa kipas dan (b) ada kipas
Selesai variasi?
Mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
3.4.2 Pembuatan Mesin Pengering Briket
Langkah- langkah dalam pembuatan mesin pengering briket adalah :
a. Merancang desain, ukuran, dan kapasitas mesin pengering briket.
b. Membuat rangka mesin pengering dengan menggunakan besi hollow.
Gambar 3.21 Kerangka mesin pengering briket
c. Pemasangan triplek sebagai casing pada rangka mesin.
Gambar 3.22 Pemasangan triplek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
d. Pemasangan pintu agar memudahkan dalam pemasangan komponen mesin
siklus kompresi uap dan kipas.
Gambar 3.23 Pemasangan pintu
e. Menutupi sela-sela antara rangka dengan triplek ataupun triplek dengan triplek
dengan menggunakan dempul, lem kayu, karpet dan lakban untuk mengurangi
kebocoran pada lemari pengering.
Gambar 3.24 Proses penutupan celah-celah lubang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
f. Pemasangan komponen utama mesin siklus kompresi uap yang terdiri dari :
evaporator, kompresor, kondensor, pipa kapiler dan filter.
g. Pemasangan styrofoam sebagai pembatas udara yang masuk ke dalam
evaporator.
Gambar 3.25 Pemasangan komponen mesin kompresi uap dan styrofoam
h. Pemasangan komponen kelistrikan dan perkabelan mesin pengering briket.
i. Pemasangan komponen - komponen pendukung seperti termokopel, termometer
bola kering dan bola basah.
3.4.3 Proses Pengisian Refrigeran
Sebelum melakukan pengisian refrigeran, pertama adalah mengoperasikan
mesin siklus kompresi uap. Setelah kompresor dan kondensor mendapatkan suplai
listrik dari unit evaporator, buka nepel penutup pentil pengisian refrigeran dengan
kunci inggris. Berikut langkah – langkah pengisian refrigeran :
a. Pasang selang berwarna biru pada pentil pengisian refrigerant dan selang warna
kuning pada tabung refrigeran (posisi kran di tabung refrigeran dalam keadaan
terbuka penuh dan kedua kran pada manifold tertutup penuh).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
b. Buka penutup kran nepel yang ada pada samping kanan kran nepel unit
kondensor.
c. Masukan kunci L pada kran nepel dan putar kekanan (posisi klep nepel
ditutup).
d. Operasikan mesin siklus kompresi uap dan tunggu sampai unit evaporator
mensuplai listrik ke bagian unit kompresor dan kondensor.
e. Setelah unit kompresor dan kondensor beroperasi, lepaskan selang warna biru
dari manifold, angin akan keluar dari ujung selang warna biru dan tunggu
sampai angin tidak keluar lagi dari ujung selang warna biru.
f. Setelah tidak ada angin yang keluar lagi dari ujung selang warna biru, pasang
kembali ujung selang warna biru ke manifold lalu putar ke kiri kunci L yang
berada pada kran nepel (posisi kran nepel terbuka penuh).
g. Isi refrigeran dengan memutar kran manifold warna biru ke arah kiri sambil
melihat jarum manifold untuk memastikan berapa refrigeran yang sudah masuk
ke dalam mesin siklus kompresi uap. Pada waktu pengisian refrigeran lakukan
secara bertahap jangan sekaligus dalam waktu singkat, agar tidak merusak klep
kompresor.
h. Buka kran manifold sebentar lalu tutup kembali, lakukan berulang-ulang dan
lihat berapa refrigeran yang sudah masuk pada jarum penunjuk yang ada di
manifold, sampai pipa mesin siklus kompresi uap yang berada pada unit
kondensor basah berembun atau evaporator anda pegang, apabila dinginnya
sudah merata berarti proses pengisian freon sudah cukup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Bila unit mesin siklus kompresi uap kelebihan refrigeran akan membuat
mesin siklus kompresi uap menjadi tidak dingin, bukan menjadikan lebih dingin.
Perhatikan juga ampere kompresor pada waktu pengisian refrigeran, jangan sampai
melebihi batas ampere (current) yaitu 2,5 ampere, yang dapat dilihat pada sisi layar
unit evaporator.
3.4.4 Skematik Pengambilan Data
Pemasangan alat ukur pada mesin pengering briket dan alur udara
ditampilkan pada Gambar 3.26.
Gambar 3.26 Skematik pengambilan data
Keterangan Gambar 3.26 skematik mesin pengering briket :
a. Termokopel (T1)
Suhu kerja evaporator.
b. Termokopel (T2)
Suhu udara setelah melewati evaporator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
c. Termokopel (T3)
Suhu kerja kondensor.
d. Termokopel (T4)
Suhu udara setelah melewati kondensor.
e. Termometer bola basah (Twb)
Suhu udara bola basah sebelum masuk evaporator.
f. Termometer bola kering (Tdb)
Suhu udara bola kering sebelum masuk evaporator.
3.5 Cara Pengambilan Data
Langkah- langkah yang dilakukan untuk mendapatkan data yaitu :
1. Penelitian dilakukan di CV. Citra Gumilang Klepu, Sumberagung, Moyudan,
Sleman, Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada saat musim kemarau.
Perubahan suhu udara sekitar dan kelembaban udara dalam penelitian ini
diabaikan, karena suhu udara sekitar dan kelembaban udara berubah-ubah
sesuai cuaca.
2. Melakukan kalibrasi pada termokopel dan timbangan digital agar data yang
didapatkan akurat.
3. Memastikan mesin pengering dan kipas dalam keadaan yang baik dan optimal.
4. Meletakkan alat bantu penelitian pada tempat yang telah ditetapkan.
5. Menyalakan mesin pengering briket agar mesin stabil dan siap digunakan.
6. Mencatat massa briket kering (MBK), dan massa rak briket.
7. Menghitung jumlah briket basah dan menimbang massa total briket basah
(MBB) serta mencatatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
8. Menyusun dan menata briket basah ke dalam rak briket.
9. Memasukkan rak briket yang telah berisi briket basah ke dalam lemari
pengering briket dan menutup pintu lemari dengan rapat.
10. Data yang harus dicatat setiap 1 jam adalah :
MBBt : Massa briket basah saat t (kg)
T1 : Suhu kerja evaporator (°C)
T2 : Suhu udara setelah melewati evaporator (°C)
T3 : Suhu kerja kondensor (°C)
T4 : Suhu udara setelah melewati kondensor (°C)
Twb : Suhu udara bola basah sebelum masuk evaporator (°C)
Tdb : Suhu udara bola kering sebelum masuk evaporator (°C)
11. Hasil dari data yang diperoleh kemudian dijumlahkan dengan hasil kalibrasi
alat bantu.
12. Memasukkan data ke dalam Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Tabel pengambilan data
No Waktu (t)
Massa Total
Briket Basah
(MBB)
Massa Total
Briket Basah
Saat (t) (MBBt)
Selisih Berat
Briket
Menit kg kg kg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 3.1 Lanjutan tabel pengambilan data
Tevaporator Tkondensor Suhu udara ruang
pengering briket
Suhu Kerja Setelah
Melewati Suhu Kerja
Setelah
Melewati Tdb Twb
T1 (oC) T2 (oC) T3 (oC) T4 (oC) (oC) (oC)
3.6 Cara Pengolahan dan Menampilkan Data
Cara yang digunakan untuk mengolah data dan menampilkan hasil, yaitu :
a. Data yang diperoleh dari penelitian dimasukkan dalam Tabel 3.1 kemudian
hitung rata-rata dari 3 kali percobaan setiap variasi.
b. Setelah mendapatkan rata-rata setiap variasi percobaan, kemudian menghitung
massa air yang menguap dari briket (M) setiap variasinya. Massa air yang
menguap dari briket (M) dapat dihitung dengan Persamaan (3.1)
M = MBB-MBK
Pada Persamaan (3.1) :
M : Massa air yang menguap dari briket (kg)
MBB : Massa briket basah (kg)
MBK : Massa briket kering (kg)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
c. Menghitung nilai COP dengan menggunakan P-h diagram untuk refrigeran
R134a. Dapat dihitung dengan Persamaan (2.5) maupun Persamaan (2.6).
d. Mencari kelembaban spesifik udara setelah melewati kondensor (Wf), dan
kelembaban spesifik udara sebelum masuk evaporator (Wg), dengan
menggunakan psychrometric chart.
e. Setelah mengetahui kelembaban spesifik udara setelah melewati kondensor
(Wf), dan kelembaban spesifik udara sebelum masuk evaporator (Wg).
Kemudian dapat dihitung massa air yang berhasil diserap (ΔW) tiap variasi.
Massa air yang berhasil diserap dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan
(2.1).
f. Menghitung kemampuan mesin menguapkan massa air (ṁair) dengan
menggunakan Persamaan (2.8). Kemampuan mesin menguapkan massa air (ṁair)
adalah laju aliran udara (ṁudara) dikalikan dengan massa air yang berhasil
diuapkan (ΔW).
g. Untuk memudahkan pembahasan, hasil perhitungan proses pengeringan, maka
digambarkan dalam grafik. Pembahasan dilakukakan terhadap grafik yang
dihasilkan dengan mengacu pada tujuan penelitian.
3.7 Cara Mendapatkan Kesimpulan dan Saran
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan akan diperoleh suatu kesimpulan
dan saran. Kesimpulan merupakan hasil dari analisa penelitian dan kesimpulan
harus menjawab tujuan dari penelitian. Saran merupakan masukan atau nasehat
yang dapat digunakan pembaca jika pembaca tertarik dengan penelitian yang telah
dilakukan dan ingin mendalaminya lebih lanjut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian mesin pengering briket sistem tertutup dengan menggunakan
komponen utama AC split dengan variasi keberadaan kipas dalam lemari pengering
yaitu dengan tanpa kipas dan adanya kipas, diperoleh hasil data yang meliputi :
massa total briket kering (MBK), massa total briket basah (MBB), massa briket
basah saat t (MBBt), selisih berat briket, suhu kerja evaporator (T1), suhu udara
setelah melewati evaporator (T2), suhu kerja kondensor (T3), suhu udara setelah
melewati kondensor (T4), serta kelembaban udara yang terdapat pada lemari
pengering briket sebelum masuk evaporator (Tdb) dan (Twb). Penelitian dilakukan
sebanyak 3 kali percobaan untuk setiap variasi yang dibuat, kemudian dihitung hasil
rata – ratanya. Data hasil rata – rata pengambilan data pada setiap variasi
ditampilkan pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. Tabel 4.1 Menampilkan data rata – rata
tanpa kipas. Pada pengeringan briket dengan bantuan tambahan 1 kipas rakitan, data
rata – rata hasil pengeringan briket disajikan pada Tabel 4.2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tabel 4.1 Data rata – rata tanpa kipas
No
Waktu
(t)
Massa Total
Briket Kering
(MBK)
Massa Total
Briket Basah
Awal (MBB)
Massa Total
Briket Basah
Saat t (MBBt)
Selisih
Berat Briket
Menit kg kg kg kg
1 0 43,92 49,99 49,99 0,00
2 60 43,92 49,99 48,76 1,23
3 120 43,92 49,99 47,67 1,09
4 180 43,92 49,99 46,71 0,96
5 240 43,92 49,99 45,90 0,81
6 300 43,92 49,99 45,20 0,70
7 360 43,92 49,99 44,56 0,64
8 420 43,92 49,99 44,00 0,56
9 480 43,92 49,99 43,50 0,50
Jumlah 6,49
Tabel 4.1 Lanjutan data rata – rata tanpa kipas
No
Waktu
(t)
Tevaporator Tkondensor Suhu udara ruang
pengering briket
Suhu
Kerja
Setelah
Melewati
Suhu
Kerja
Setelah
Melewati
Tdb Twb
Menit T1 (°C) T2 (°C) T3 (°C) T4 (°C) (°C) (°C)
1 0 - - - - - -
2 60 12,2 25,0 81,4 48,7 35,2 30,7
3 120 14,5 27,6 87,7 52,6 38,3 33,3
4 180 16,0 29,4 90,3 54,6 39,5 34,0
5 240 16,3 29,8 90,7 55,4 40,3 34,5
6 300 15,9 29,2 90,4 54,7 39,8 34,2
7 360 15,8 29,1 90,7 54,8 40,2 34,2
8 420 15,6 28,9 90,4 54,6 41,3 34,2
9 480 15,2 28,6 89,8 54,2 40,3 33,7
Rata- rata 15,2 28,4 88,9 53,7 39,4 33,6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tabel 4.2 Data rata – rata dengan 1 kipas
No
Waktu
(t)
Massa Total
Briket Kering
(MBK)
Massa Total
Briket Basah
Awal (MBB)
Massa Total
Briket Basah
Saat t (MBBt)
Selisih
Berat Briket
Menit kg kg kg kg
1 0 43,92 49,99 49,99 0,00
2 60 43,92 49,99 48,70 1,29
3 120 43,92 49,99 47,54 1,16
4 180 43,92 49,99 46,57 0,97
5 240 43,92 49,99 45,67 0,90
6 300 43,92 49,99 44,86 0,81
7 360 43,92 49,99 44,12 0,74
8 420 43,92 49,99 43,48 0,64
Jumlah 6,51
Tabel 4.2 Lanjutan data rata – rata dengan 1 kipas
No
Waktu
(t)
Tevaporator Tkondensor Suhu udara ruang
pengering briket Suhu
Kerja
Setelah
Melewati
Suhu
Kerja
Setelah
Melewati Tdb Twb
Menit T1 (°C) T2 (°C) T3 (°C) T4 (°C) (°C) (°C)
1 0 - - - - - -
2 60 11,9 24,2 78,7 46,4 37,3 30,2
3 120 13,5 26,3 83,7 49,9 40,5 32,5
4 180 14,8 27,9 86,4 51,8 42,7 33,3
5 240 15,9 29,1 88,3 53,0 43,5 34,2
6 300 15,3 28,3 86,5 51,9 43,2 33,5
7 360 14,6 27,5 85,4 51,2 42,5 32,7
8 420 14,1 27,1 84,4 50,9 42,3 32,0
Rata - rata 14,3 27,20 84,8 50,7 41,7 32,6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
4.2 Perhitungan
a. Perhitungan massa air yang menguap dari briket (M)
Untuk menghitung massa air yang menguap dari briket (M) dapat dihitung
dengan menggunakan Persamaan (3.1). Berikut merupakan contoh perhitungan
massa air yang menguap dari briket :
M = MBB – MBK
M = 49,99 kg – 43, 92 kg
M = 6,07 kg
Tabel 4.3 Hasil perhitungan (M) pada setiap variasi
Dalam siklus kompresi uap pada P-h diagram bisa didapatkan (b) Energi
kalor yang diserap evaporator (Qin), (c) Energi kalor yang dilepas kondensor (Qout),
(d) Kerja kompresor (Win), (e) COPaktual mesin siklus kompresi uap, (f) COPideal
mesin siklus kompresi uap, dan (g) Efisiensi dari sistem kompresi uap. Dengan
menggambarkan pada P-h diagram menggunakan data rata – rata pengeringan
briket yang tercepat, yaitu data rata – rata dengan 1 kipas.
Variasi Jumlah
Briket
Massa Total
Briket Kering
(kg)
Massa Total
Briket Basah
(kg)
Massa Air yang
Diuapkan M
(kg)
Waktu yang
Dibutuhkan
(menit)
Tanpa
kipas 3660 43,92 49,99 6,07 430
1 kipas 3660 43,92 49,99 6,07 379
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gam
bar
4.1
Dia
gra
m P
-h R
134a
untu
k d
ata
pen
ger
ingan
ter
cepat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
b. Energi kalor yang diserap oleh evaporator (Qin)
Energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran (Qin)
dapat dihitung dengan Persamaan (2.2)
Qin = h1 – h4
Qin = 407 kJ/kg – 332,4 kJ/kg
Qin = 74,6 kJ/kg
c. Energi kalor yang dilepas kondensor (Qout)
Energi kalor yang dilepas atau keluar dari kondensor persatuan massa
refrigeran (Qout) dapat dihitung dengan Persamaan (2.3)
Qout = h2 – h3
Qout = 441,8 kJ/kg – 332,4 kJ/kg
Qout = 109,4 kJ/kg
d. Kerja kompresor (Win)
Kerja kompresor persatuan massa refrigeran (Win) dapat dihitung dengan
Persamaan (2.4)
Win = h2 – h1
Win = 441,8 kJ/kg – 407 kJ/kg
Win = 34,8 kJ/kg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
e. COPaktual mesin siklus kompresi uap
Unjuk kerja aktual mesin siklus kompresi uap (COPaktual) dapat dihitung
dengan Persamaan (2.5)
COPaktual = 𝑄𝑖𝑛
𝑊𝑖𝑛
COPaktual = 74,6 kJ/kg
34,8 kJ/kg
COPaktual = 2,14
f. COPideal mesin siklus kompresi uap
Unjuk kerja ideal mesin siklus kompresi uap (COPideal) dapat dihitung
dengan Persamaan (2.6)
COPideal = 𝑇𝑒
𝑇𝑐−𝑇𝑒
COPideal = 287,45 K
357,95 K − 287,45 K
COPideal = 4,08
g. Efisiensi sistem mesin siklus kompresi uap (η)
Efisiensi sistem mesin siklus kompresi uap (η) dapat dihitung dengan
Persamaan (2.7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
η = 𝐶𝑂𝑃𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐶𝑂𝑃𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
η = 2,14
4,08
η = 0,5245 => 52,45 %
h. Menghitung kelembaban spesifik udara sebelum masuk evaporator (Wg) dan
kelembaban spesifik udara setelah melewati kondensor (Wf)
Psychrometric chart digunakan untuk mencari kelembaban spesifik udara
pada mesin pengering briket. Kelembaban spesifik udara sebelum masuk
evaporator (Wg) dan kelembaban spesifik udara setelah melewati kondensor (Wf)
dapat diketahui melalui garis kelembaban spesifik. Sebagai contoh untuk
menentukan kelembaban spesifik udara sebelum masuk evaporator (Wg) dan
kelembaban spesifik udara setelah melewati kondensor (Wf) pada variasi tanpa
kipas pada menit ke-60 dapat dilihat pada Gambar 4.2. Dalam Gambar 4.2 dapat
dilihat bahwa nilai kelembaban spesifik udara sebelum masuk evaporator (Wg)
adalah 0,0256 kgair/kgudara, dan nilai kelembaban spesifik udara setelah melewati
kondensor (Wf) adalah 0,0201 kgair/kgudara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Gam
bar
4.2
Psy
chro
met
ric
chart
dat
a ta
npa
kip
as m
enit
ke-
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
i. Perhitungan massa air yang berhasil diuapkan (ΔW)
Perhitungan massa air yang berhasil diuapkan (ΔW) dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan (2.1). Berikut contoh perhitungan massa air yang berhasil
diuapkan (ΔW) pada variasi tanpa kipas menit ke-60 adalah sebagai berikut :
ΔW = Wg – Wf
ΔW = 0,0256 kgair/kgudara - 0,0201 kgair/kgudara
ΔW = 0,0055 kgair/kgudara
j. Laju pengeringan mesin pengering briket (ṁair)
Perhitungan laju pengeringan mesin pengering briket (ṁair) dapat dihitung
dengan menggunakan Persamaan (2.8). Berikut contoh perhitungan laju
pengeringan mesin pengering briket (ṁair) pada variasi tanpa kipas pada menit ke-
60 adalah sebagai berikut :
ṁair = 𝑀
𝛥𝑡
ṁair = 1,23 kgair
60 menit
ṁair = 0,0205 kgair/menit
k. Laju aliran massa udara (ṁudara)
Perhitungan laju aliran massa udara (ṁudara) dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan (2.9). Berikut contoh perhitungan laju aliran massa udara
(ṁudara) pada variasi tanpa kipas pada menit ke-60 adalah sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
ṁudara = ṁair
∆W
ṁudara = 0,0205 kgair/menit
0,0055 kgair/kgudara
ṁudara = 3,7273 kgudara /menit
l. Debit aliran udara (Q)
Perhitungan debit aliran udara (Q) yang masuk ke ruang pengering dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.10). Berikut contoh perhitungan debit
aliran udara (Q) yang masuk ke ruang pengering pada variasi tanpa kipas pada
menit ke-60 adalah sebagai berikut :
Q = ṁudara
𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
Q = 3,7273 kgudara/menit
1,2 kg/m3
Q = 3,1061 m3/menit
Tabel 4.4 Hasil perhitungan pada variasi tanpa kipas
No
Waktu Kelembaban Spesifik M ṁair ṁudara Debit
(Δt) Wg Wf ΔW
Menit kgair / kgudara kg kgair /
menit
kgudara /
menit
m3 /
menit
1 60 0,0256 0,0201 0,0055 1,23 0,0205 3,7273 3,1061
2 120 0,0317 0,0235 0,0082 1,09 0,0182 2,2154 1,8462
3 180 0,0321 0,0266 0,0056 0,96 0,0160 2,8929 2,4024
4 240 0,0335 0,0279 0,0056 0,81 0,0135 2,4107 2,0089
5 300 0,0321 0,0260 0,0061 0,70 0,0117 1,9126 1,5938
6 360 0,0319 0,0259 0,0060 0,64 0,0107 1,7778 1,4815
7 420 0,0315 0,0255 0,0060 0,56 0,0093 1,5556 1,2963
8 480 0,031 0,0253 0,0057 0,50 0,0083 1,4697 1,2248
Rata – rata atau jumlah 0,0061 6,49 0,0135 2,2440 1,8700
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tabel 4.5 Hasil perhitungan pada variasi 1 kipas
No
Waktu Kelembaban Spesifik M ṁair ṁudara Debit
(Δt) Wg Wf ΔW
Menit kgair / kgudara kg kgair /
menit
kgudara /
menit
m3 /
menit
1 60 0,0246 0,0190 0,0055 1,29 0,0215 3,8739 3,2282
2 120 0,0280 0,0224 0,0056 1,16 0,0193 3,4524 2,8770
3 180 0,0299 0,0244 0,0055 0,97 0,0162 2,9394 2,4495
4 240 0,0307 0,0259 0,0049 0,90 0,0150 3,0928 2,5773
5 300 0,0301 0,0250 0,0051 0,81 0,0135 2,6471 2,2059
6 360 0,0279 0,0234 0,0045 0,74 0,0123 2,7715 2,3096
7 420 0,0263 0,0226 0,0037 0,64 0,0107 2,8597 2,3831
Rata – rata atau jumlah 0,0050 6,51 0,0155 3,0910 2,5758
4.3 Pembahasan
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil berupa mesin
pengering briket yang dapat bekerja dengan baik tanpa ada kendala dan dapat
membantu proses pengeringan briket di industri briket saat ini. Mesin pengering
briket ini dapat mengeringkan briket berukuran 2,2 cm x 2,2 cm x 2,2 cm sejumlah
3660 buah dengan berat total basah sekitar 50 kg dalam sekali pengeringan. Kondisi
udara mesin pengering briket yang memberikan waktu pengeringan tercepat, saat
sebelum mesin bekerja sama dengan kondisi udara di lingkungan sekitar. Setelah
mesin bekerja dan lemari pengering tertutup rapat, kondisi udara setelah melewati
evaporator dengan suhu kerja 14,3°C masih cukup tinggi, suhu udara kering rata –
rata berkisar 27,2°C. Kondisi udara yang masuk ke lemari pengering briket rata –
rata bersuhu 50,7°C dengan nilai kelembaban relatif (RH) sebesar 28,6 %. Kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
tersebut dapat terjadi karena setelah udara melewati evaporator udara dialirkan dan
dilewatkan kondensor yang memiliki suhu kerja rata – rata mencapai 84,8°C, hal
inilah yang menyebabkan udara yang masuk ke ruang pengering menjadi bersuhu
tinggi dan kering. Udara yang masuk ke ruang pengering disirkulasikan untuk
mengeringkan briket kemudian disirkulasikan kembali ke ruang mesin pengering
dan sirkulasi ini berlangsung terus menerus. Proses pengeringan briket di dalam
lemari pengering dibantu dengan sebuah fan atau kipas rakitan yang diletakkan di
dalam lemari pengering. Adanya fan ini membuat aliran udara semakin besar dan
mampu menyerap kandungan air dari briket lebih banyak.
Dari data hasil perhitungan pada Tabel 4.1 – Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa
mesin pengering briket ini mampu mengeringkan briket. Waktu yang dibutuhkan
untuk mengeringkan briket sejumlah 3660 buah dengan berat basah total sekitar 50
kg adalah 430 menit untuk variasi tanpa kipas dalam ruang pengering dan 379 menit
untuk variasi dengan sebuah kipas dalam ruang pengering, dengan massa air yang
berhasil diuapkan masing – masing sebesar 6,07 kg. Massa air yang berhasil diserap
pada psychrometric chart (ΔW) untuk rata – rata setiap variasi tanpa kipas sebesar
0,0061 kgair/kgudara dan untuk variasi 1 kipas sebesar 0,0050 kgair/kgudara. Laju
pengeringan briket (ṁair) untuk rata – rata setiap variasi tanpa kipas sebesar 0,0135
kgair/menit dan untuk variasi 1 kipas sebesar 0,0155 kgair/menit. Laju aliran massa
udara (ṁudara) untuk rata – rata setiap variasi tanpa kipas sebesar 2,2440 kgair/menit
dan untuk variasi 1 kipas sebesar 3,0910 kgair/menit. Debit aliran udara yang masuk
ke ruang pengering (Q) untuk rata - rata setiap variasi tanpa kipas sebesar 1,8700
m3/menit dan untuk variasi 1 kipas sebesar 2,5758 m3/menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Gambar 4.3 Penurunan berat briket dari waktu ke waktu
Pada Gambar 4.3 disajikan grafik penurunan berat briket dari waktu ke
waktu. Dari Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa untuk mencapai berat total briket
kering sebesar 43,92 kg, tanpa adanya sebuah fan atau kipas rakitan di dalam ruang
pengering dibutuhkan waktu 430 menit atau 7 jam lebih 10 menit untuk
mengeringkan briket. Sedangkan dengan adanya sebuah fan atau kipas rakitan di
dalam ruang pengering, dibutuhkan waktu 379 menit atau 6 jam lebih 19 menit saja,
lebih cepat 51 menit. Dapat disimpulkan bahwa, adanya sebuah kipas di dalam
ruang pengering dapat mempercepat waktu pengeringan briket menggunakan mesin
pengering briket ini. Dengan adanya sebuah kipas di dalam ruang pengering briket
membuat aliran udara di ruang pengering semakin cepat. Semakin cepat aliran
udara panas yang mengalir maka semakin besar pula kemampuan menyerap
kandungan air dalam briket, namun hal ini berbanding terbalik dengan suhu udara
yang semakin menurun. Dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2, rata – rata suhu kerja
379; 43,92
430; 43,92
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
0 60 120 180 240 300 360 420 480
Ber
at
Bri
ket
(k
g)
Waktu (menit)
Tanpa kipas
1 kipas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
evaporator, rata – rata suhu setelah melewati evaporator, rata – rata suhu kerja
kondensor, rata – rata suhu setelah melewati evaporator dengan variasi 1 kipas
sedikit lebih rendah daripada variasi tanpa kipas dalam ruang pengering. Sedangkan
untuk laju pengeringan briket (ṁair), laju aliran massa udara (ṁudara), debit aliran
udara yang masuk ke ruang pengeing (Q) dengan variasi 1 kipas lebih besar
daripada variasi tanpa kipas.
Dari penelitian ini juga didapatkan karakteristik mesin pengering briket
yang memberikan waktu tercepat. Pada Gambar 4.1 menampilkan P-h diagram
R134a untuk mengetahui karakteristik mesin pengering briket yang memberikan
waktu tercepat. Mesin pengering briket yang memberikan waktu tercepat memiliki
kalor yang diserap oleh evaporator persatuan massa refrigeran (Qin) sebesar 74,6
kJ/kg, kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran (Qout) sebesar 109,4
kJ/kg, kerja kompresor persatuan massa refrigeran (Win) sebesar 34,8 kJ/kg,
COPaktual mesin siklus kompresi uap sebesar 2,14, COPideal mesin siklus kompresi
uap sebesar 4,08, dan efisiensi dari mesin siklus kompresi uap ini sebesar 52,45 %.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil dari penelitian mesin pengering briket dengan sistem udara tertutup
yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan bahwa :
a. Mesin pengering briket menggunakan komponen utama AC split ini dapat
digunakan untuk mengeringkan briket dengan praktis, aman, ramah lingkungan
dan dapat bekerja kapan saja tanpa bergantung pada waktu dan cuaca.
b. Mesin pengering briket ini dapat digunakan untuk mengeringkan briket
berukuran 2,2 cm x 2,2 cm x 2,2 cm sejumlah 3660 buah dengan berat basah
total sekitar 50 kg dalam sekali pengeringan. Waktu pengeringan briket yang
diperlukan mesin pengering briket untuk mencapai berat total briket kering
sebesar 43,92 kg adalah 430 menit atau 7 jam lebih 10 menit untuk kondisi
tanpa kipas di dalam lemari pengering, dan 379 menit atau 6 jam lebih 19
menit, untuk kondisi adanya sebuah kipas di dalam lemari pengering.
c. Mesin pengering briket ini dapat bekerja dengan baik dan tanpa hambatan,
dengan kondisi udara yang dihasilkan di ruang pengering untuk proses
pengeringan briket tercepat rata – rata sebesar 50,7°C dengan nilai kelembaban
relatif (RH) sebesar 28,6 %. Suhu kerja evaporator rata – rata sebesar 14,3°C
dan suhu kerja kondensor rata – rata sebesar 84,8°C. Kalor yang diserap oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
evaporator persatuan massa refrigeran (Qin) sebesar 74,6 kJ/kg, kalor yang
dilepas kondensor persatuan massa refrigeran (Qout) sebesar 109,4 kJ/kg, dan
kerja kompresor persatuan massa refrigeran (Win) sebesar 34,8 kJ/kg.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian mesin pengering briket sistem tertutup ini, ada
beberapa saran yang dapat dikemukakan :
a. Perlu diperhatikan untuk desain dan ukuran pada ruang lemari pengering,
sebaiknya disesuaikan dengan jumlah briket yang akan dikeringkan agar udara
yang dihasilkan di dalam ruang pengering dapat melewati semua briket
sehingga proses penyerapan kandungan air dalam briket dapat berjalan dengan
baik dan lancar.
b. Perlu adanya ruang saluran tambahan pada ruang pengering menuju ke
evaporator, agar suhu yang menuju ke evaporator tidak terlalu tinggi untuk
memperpanjang masa pakai evaporator, karena dari data yang diperoleh suhu
yang dihasilkan di ruang pengering masih tinggi.
c. Perlunya perubahan ukuran pada ruang pengering briket, ruang pengering
briket sebaiknya dibuat lebih besar agar dapat menampung lebih banyak briket
dan dapat memaksimalkan suhu yang dihasilkan di ruang pengering yang
masih tinggi.
d. Jarak antar briket yang akan dikeringkan sebaiknya disusun dan diberi sela agar
semua sisi briket dapat bersentuhan dengan udara kering dan panas sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
sirkulasi udara dapat berjalan dengan lancar dan proses penyerapan uap air dari
dalam briket berlangsung lebih maksimal.
e. Pada penelitian selanjutnya akan lebih baik apabila kecepatan aliran udara pada
ruang pengering briket ditingkatkan agar mempercepat laju pengeringan briket
dan laju aliran massa udara yang akan mempersingkat waktu pengeringan
briket. Perlu diketahui, penambahan jumlah kipas harus memperhitungkan
dengan ukuran lemari pengering yang digunakan dan penambahan kipas tidak
selalu meningkatkan efisiensi pengeringan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012, What Type Of Dehumidifier Do I Need? Desiccant or Refrigerant,
https://www.dehumidifier-rental.co.uk/blog/what-type-of-dehumidifier-do-
i-need-desiccant-or-refrigerant/
Bernando Zakaria. dan Ambarita Himsar., 2014, Rancang Bangun Kompresor Dan
Pipa Kapiler Untuk Mesin Pengering Pakaian Sistem Pompa Kalor Dengan
Daya 1 PK. Jurnal Fakultas Teknik Mesin USU, Vol 9, No 1 (2014) : jurnal
e-Dinamis
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/edinamis/article/view/9540
Biksono Damawidjaya. dkk, 2016, Analisi Sistem Heat Pump Kompresi Uap Untuk
Pengeringan Gabah. Jurnal Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Vol 4, No 2
(2016) : jTEP Jurnal Keteknikan Pertanian
http://jagb.journal.ipb.ac.id/index.php/jtep/article/view/15613/11510
Carli. dkk, 2016, Pembuatan Alat Pengering Serbuk Tembaga Dengan
Menggunakan Sistem Refrigerasi Kompresi Uap. Jurnal Teknik Mesin
Politeknik Negeri Semarang, Prosiding SNST ke-7 (2016)
http://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/PROSIDING_SNST_FT/ar
ticle/view/1487
Purwadi PK. dan Kusbandono Wibowo., 2015, Mesin Pengering Pakaian Energi
Listrik Dengan Mempergunakan Siklus Kompresi Uap. Jurnal Seminar
Nasional Tahunan Teknik mesin XIV (SNTTM XIV), (2015)
http://eprints.unlam.ac.id/770/
Wijaya, Cyrillus Adi. 2018. Mesin Pengering Pakaian Sistem Tertutup
Menggunakan Komponen AC Split dengan Variasi Jumlah Kipas Yang Ada
Di Ruang Pengering. Yogyakarta : Sanata Dharma.
Wijaya, Kurniandy. 2016. Mesin Pengering Handuk Dengan Energi Listrik.
Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
Wijaya Kurniandy. dan Purwadi PK., 2016, Mesin Pengering Handuk Dengan
Energi Listrik. Jurnal Fakultas Teknik Mesin UNS, Vol 15, No 2 (2016)
MEKANIKA Majalah Ilmiah Teknik Mesin
http://jurnal.ft.uns.ac.id/index.php/mekanika/article/view/419/178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
LAMPIRAN
a. Gambar mesin pengering briket
Gambar L.1 Mesin pengering briket
Gambal L.2 Kondensor dan evaporator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Gambar L.3 Kipas rakitan
Gambar L.4 Briket yang dikeringkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
b. Gambar Psychrometric chart data tanpa kipas
Gam
bar
L.5
Psy
chro
met
ric
chart
dat
a ta
npa
kip
as m
enit
ke-
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Gam
bar
L.6
Psy
chro
met
ric
chart
dat
a ta
npa
kip
as m
enit
ke-
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Gam
bar
L.7
Psy
chro
met
ric
chart
dat
a ta
npa
kip
as m
enit
ke-
180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Gam
bar
L.8
Psy
chro
met
ric
chart
dat
a ta
npa
kip
as m
enit
ke-
240
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Gam
bar
L.9
Psy
chro
met
ric
chart
dat
a ta
npa
kip
as m
enit
ke-
300
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Gam
bar
L.1
0 P
sych
rom
etri
c ch
art
dat
a ta
npa
kip
as m
enit
ke-
360
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Gam
bar
L.1
1 P
sych
rom
etri
c ch
art
dat
a ta
npa
kip
as m
enit
ke-
420
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Gam
bar
L.1
2 P
sych
rom
etri
c ch
art
dat
a ta
npa
kip
as m
enit
ke-
480
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
c. Gambar Psychrometric chart data 1 kipas
Gam
bar
L.1
3 P
sych
rom
etri
c ch
art
dat
a 1 k
ipas
men
it k
e-60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Gam
bar
L.1
4 P
sych
rom
etri
c ch
art
dat
a 1 k
ipas
men
it k
e-120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Gam
bar
L.1
5 P
sych
rom
etri
c ch
art
dat
a 1 k
ipas
men
it k
e-180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Gam
bar
L.1
6 P
sych
rom
etri
c ch
art
dat
a 1 k
ipas
men
it k
e-240
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Gam
bar
L.1
7 P
sych
rom
etri
c ch
art
dat
a 1 k
ipas
men
it k
e-300
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Gam
bar
L.1
8 P
sych
rom
etri
c ch
art
dat
a 1 k
ipas
men
it k
e-360
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Gam
bar
L.1
9 P
sych
rom
etri
c ch
art
dat
a 1 k
ipas
men
it k
e-420
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
d. Gambar diagram P-h R134a untuk data pengeringan tercepat
Gam
bar
L.2
0 D
iagra
m P
-h R
134a
untu
k d
ata
pen
ger
ingan
ter
cep
at
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI